pemba has an
TRANSCRIPT
BAB 3. PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan praktek belajar lapangan mata kuliah perawatan klien di rumah,
akan dilaksanakan asuhan keperawatan, implementasi yang dilaksanakan dengan cara
beberapa kegiatan bersama dengan keluarga yang berfokus pada kegiatan yang bersifat
promotif dan preventif. Kegiatan promotif dan preventif didasarkan pada data-data yang
diperoleh dari hasil pengkajian keluarga yang telah dilakukan serta setelah dilakukan
perumusan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang telah dibuat.
3.1 Penggkajian
Menurut Yura dan Wals (1998), Pengkajian adalah tindakan pemantauan secara
langsung pada manusia untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud
menegaskan kondisi penyakit dan masalah kesehatan. Pengkajian merupakan suatu
proses berkelanjutan, dimana pengkaji menggambarkan kondisi atau situasi klien
sebelumnya dan saat ini sehingga informasi tersebut bisa digunakan untuk memprdiksi
di masa yang akan datang. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengidentifikasi data-
data yang ada pada keluarga, sehingga perawat keluarga dapat menemukan
permasalahan yang dihadapi keluarga saat ini atau resiko masalah yang ada.
Dalam pengkajian diketahui tipe keluarga keluarga Bp. S termasuk dalam keluarga inti.
Keluarga Bp. S terdiri dari Bp. S, Ibu L, An. I, An. V, dan An. N. Keluarga Bp S
merupakan keluarga dengan dua suku yang berbeda Bp S berasal dari suku Madura dan
Ibu S berasal dari suku Jawa. Di dalam keluarga Bp. S, seluruh anggota keluarga
menganut satu agama yang sama yaitu Islam. Biaya hidup keluarga Bp S ditanggung
oleh penghasilan Bp S sebagai pekerja bangunan. Penghasilan Bp S dihitung per hari
sebesar 40.000 sehingga jika dihitung sebulan berjumlah 1.200.000, namun dalam
kegiatan sehari-hari Ibu L berusaha membantu Bp S dengan berusaha berjualan
gorengan dirumah.
Pengkajian tahap perkembangan keluarga diketahui tugas perkembangan keluarga Bp. S
saat ini adalah keluarga dengan anak remaja. Hal ini dilihat dari anak pertama yang
dimiliki oleh Bp. S dan Ibu L yaitu berusia 16 tahun. Keluarga belum dapat melakukan
pemenuhan kebutuhan perkembangan keluarga dengan anak remaja. Keluarga sudah
dapat memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab pada remaja yang
sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya. Hubungan antara Bp. S dan Ibu L
saat ini harmonis dan terjalin komunikasi terbuka antara keduanya dan antara orang tua
dengan anak. Tetapi dalam keluarga Bp. S belum melakukan perubahan sistem peran
dan peraturan untuk tumbuh kembang.
Data hasil pengkajian lingkungan diketahui karakteristik rumah terletak dalam
lingkungan perkampungan penduduk dan merupakan milik sendiri. Luas rumah sekitar
5x9 m, permanen terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan 1 ruang
tempat perabotan. Kamar mandi terletak dibelakang terpisah dari rumah. Luas masing-
masing kamar 3x3 m, dan semua memiliki jendela namun ventilasi dan cahaya matahari
kurang karena jarak antar rumah berdekatan. Sumber air minum berasal dari sumur
yang berada di belakang rumah. Sumber tersebut merupakan sumur keluarga besar Ibu
L. Air limbah rumah tangga dialirkan lewat saluran air belakang rumah yang terhubung
dengan selokan di belakang rumah. Penerangan rumah pada siang hari berasal dari
cahaya matahari yang masuk dan pada malam hari menggunakan listrik. Lantai terlihat
kering dan bersih dan terbuat dari keramik. Halaman rumah dimanfaatkan untuk tempat
jemuran pakaian dan ditanami dengan beberapa tanaman.
Keluarga Bp S termasuk dalam tipe lingkungan desa. Rumah keluarga Bp. S masuk
gang yang sempit. Kanan dan kiri rumah Bp. S dibatasi oleh tembok rumah tetangga.
Tetangga kanan dan kiri rumah memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga Bp. S.
Keadaan tempat tinggal dan jalan raya terawat dengan baik. Keluarga Bp. S kurang aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan karena Bp. S sibuk bekerja dan Ibu L sibuk mengurusi
anak-anaknya. Kegiatan sosial masyarakat yang diikuti oleh keluarga Bp. S adalah
kegiatan arisan.
Pengkajian struktur keluarga didapatkan hasil pola komunikasi dalam keluarga Bp. S
berjalan dengan baik. Bp. S dapat menerapkan komunikasi dengan baik dalam keluarga.
Saat Bp. S bekerja di Jakarta, Bp. S juga tetap menjalin komunikasi dengan Ibu L dan
ketiga anaknya. Meskipun akhir-akhir ini Bp. S tidak bisa sering menemani anak-
anaknya karena Bp. S harus bekerja lembur, namun Bp. S tetap berusaha meluangkan
waktu. Dalam pola kekuatan keluarga didapatkan pengambil keputusan dalam keluarga
adalah Bp. S dan Ibu L. Mereka selalu mendiskusikan masalah berdua dan mengambil
keputusan bersama tanpa melibatkan anaknya An. I, An. V, atau bahkan An. N. Apabila
ada masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh Bp. S atau Ibu L, maka mereka akan
saling berbagi dan membicarakan penyelesaiannya. Jika masalah yang dihadapi
berkaitan dengan anak, maka Bp. S dan Ibu L akan membicarakan masalah tersebut
dengan anak mereka. Apabila masalah tersebut masalah keluarga maka akan
menyelesaikan berdua karena menurut Ibu L agar anak-anaknya tidak memikirkan hal
tersebut dan fokus pada sekolahnya. Dalam keluarga Bp S tidak ada aturan khusus
terkait nilai dan norma yang berkaitan dengan budaya.
Fungsi perawatan kesehatan didapatkan Keyakinan, nilai, dan perilaku keluarga. Semua
anggota keluarga pada dasarnya ingin menerapkan cara hidup sehat. Namun karena
kurangnya pengetahuan keluarga, sehingga masih saja melakukan tindakan yang tidak
mendukung peningkatan kesehatan seperti memakai sabun yang sama bagi semua
anggota keluarga, tidur bersama dengan anggota keluarga yang terkena penyakit kulit.
Konsep dan tingkat pengetahuan keluarga tentang sakit/sehat. Menurut Ibu L, sehat
adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki penyakit dan sakit adalah keadaan
dimana seseorang mengalami penyakit. Praktek diet keluarga, Keluarga mengetahui
tentang makanan-makanan yang mengandung gizi tinggi namun masih belum bisa
mengaplikasikannya. Hal ini terkendala dari adanya kebutuhan keluarga Bp. S yang
banyak sedangkan penghasilan hanya pas-pasan. Jenis makanan yang dikonsumsi
keluarga biasanya berupa makanan sederhana, seperti telur, tahu, tempe, dan sayur.
Praktik lingkungan, saat ini Ibu L dan keluarga tidak sedang dalam keadaan terpapar
polusi air, udara, tanah, suara dari lingkungan. Keluarga Ibu L biasanya mandi 2x sehari
yaitu saat pulang sekolah atau biasanya malam hari. Jamban yang ada di dalam rumah
Ibu biasanya ada sampai tengah malam kadang-kadang.
Cara pencegahan penyakit, untuk mencegah menularnya penyakit gatal-gatal, Ibu L
membedakan pemakaian handuk keluarganya. Pemakaian handuk hanya dibedakan
untuk An. V dan An. N, sedangkan anggota keluarga lainnya tetap menggunakan
handuk yang sama. Untuk pemakaian sabun juga hanya dibedakan untuk An. V dan An.
N. Riwayat kesehatan keluarga. Keluarga Bp. S pernah terkena penyakit gatal-gatal
yang menular antar anggota keluarga. Anggota keluarga yang pertama terkena penyakit
gatal-gatal yaitu An. I, kemudian menular ke An. V, selanjutnya Ibu L, dan juga Bp. S.
Penyakit gatal-gatal tersebut sekarang hanya dialami oleh An. V. Penyakit ini juga
diderita oleh teman-teman sebayanya di sekolah. Menurut An. V, dia tidak mandi di
sungai, tidak bermain lumpur, dan tidak bermain air kotor lainnya. Ibu L juga tidak
mengetahui dengan pasti penyebab penyakit gatal-gatal tersebut.
Hasil pemeriksaan fisik ditemukan data abnormal pada An V yaitu pada pemeriksaan
kulit didapatkan kulit gatal-gatal di daerah kedua tangan dan kaki, menjalar di tubuh,
terdapat bekas gatal berwarna bintik hitam di kedua tangan, warna sawo matang,
sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baikTerlihat kotor . Data ini sesuai dengan
ciri-ciri penyakit skabies yang diulas oleh Handoko yaitu: “Skabies adalah penyakit
kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig.Penyebabnya
adalah Sarcoptes scabei. Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung
dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, misal :
baju, handuk, dll. Gejala klinis yang sering menyertai penderita adalah gatal yang hebat
terutama pada malam hari sebelum tidur. Lokasi tersering adalah pada sela-sela jari
tangan, bagian fleksor pergelangan tangan, siku bagian dalam, lipat ketiak bagian
depan, perut bagian bawah, pantat, paha bagian dalam, daerah mammae/payudara,
genital, dan pinggang. Pada pria khas ditemukan pada penis sedangkan pada wanita di
aerola mammae. Pada bayi bisa dijumpai pada daerah kepala, muka, leher, kaki dan
telapaknya (Handoko.R.P, 2007).”
3.2 Analisa Data
Untuk melengkapi data tentang penyakit skabies maka dilakukan pengkajian lebih laut
untuk mendapatkan data fokus terkait masalah keperawatan yang dihadapi klien dan
didapatkan hasil:
Data Subyektif:
a. An. V mengatakan bahwa lukanya sering gatal terlebih jika malam hari
b. Ibu L mengatakan bahwa seluruh anggota keluarga dari keluarga Bp. S pernah
mengalami gatal-gatal yang serupa dengan An. V
c. Ibu L mengatakan bahwa sabun mandi yang dipakai di dalam keluarga Bp. S
hanya satu yang digunakan oleh seluruh anggota keluarga terkecuali untuk An.
N
Data Obyektif:
a. Terdapat banyak luka di sekitar tangan dan kaki
b. Kuku dan jari tangan serta kaki An. Vtampak kurang bersih
c. An. V tampak menggaruk luka yang ada di tubuhnya dikarenakan adanya
sensasi gatal
Dari hasil pengkajian maka dilakukan analisa data maka dapat ditegakkan masalah
keperawatan “Kerusakan integritas kulit pada anak (An. V) keluarga Bp. S”
berhubungan dengan “Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan tindakan
kesehatan yang tepat karena kurang mengatahui cara penularan dan pengobatan
penyakit scabies”
3.3 Rencana Keperawatan
Untuk mengatasi masalah keperawatan Kerusakan integritas kulit pada anak (An. V)
keluarga Bp. S” berhubungan dengan “Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil
keputusan tindakan kesehatan yang tepat karena kurang mengatahui cara penularan dan
pengobatan penyakit scabies”. kelompok kami menyusun rencana keperawatan. Dengan
tujuan:
1. Tujuan Umum: Setelah dilakukan 2 kali kunjungan personal hygiene di
keluarga Bp. S khususnya An. V efektif. Dan;
2. Tujuan Khusus:
a. Setelah dilakukan 1 kali kunjungan rumah selama 45 menit diharapkan
keluarga dapat mengambil keputusan dan merawat anak dengan penyakit
skabies
b. Setelah dilakukan 1 kali kunjungan rumah selama 45 menit diharapakan
keluarga mampu melakukan perawatan terhadap penyakit skabies
Dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok kami membuat kriteria evaluasi
untuk tiap implementasi yang kami lakukan adapun kriteria hasil sesuai dengan tujuan
khusus yang kami susun diantaranya:
1. Setelah dilakukan 1 kali kunjungan rumah selama 45 menit diharapkan keluarga
dapat mengambil keputusan dan merawat anak dengan penyakit skabies. Kami
mempunyai kriteria evaluasi beserta standar yang kami harapkan yaitu:
a. Menjelaskan pengertian skabies, dengan standar Skabies adalah penyakit
yang ysng disebabkan oleh tungau yang mudah menular dari manusia ke
manusia dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
b. Menjelaskan penyebab skabies dengan standar Skabies biasa disebabkan
oleh kutu Sarcoptes scabei
c. Menjelaskan tanda dan gejala dengan standar Tanda dan gejala skabies: gatal
pada malam hari, ditularkan pada sekelompok manusia, pada bayi
menyerang pada seluruh permukaan kulit, pada dewasa dapat timbul di kulit
kepala dan wajah, terdapat lesi pada kulit
d. Menjelaskan penularan skabies dengan standar Penularan bisa melalui
sentuhan secara langsung ataupun dengan menggunakan media
e. Menjelaskan pencegahan skabies dengan standar Menghindari sentuhan
langsung ataupun dengan media dengan penderita.
f. Menjelaskan perawatan skabies dengan standar Perawatannya yaitu dengan
pemberian antiseptik
2. Setelah dilakukan 1 kali kunjungan rumah selama 45 menit diharapakan
keluarga mampu melakukan perawatan terhadap penyakit skabies. Kami
mempunyai kriteria evaluasi beserta standar yang kami harapkan yaitu:
Mendemonstrasikan cara perawatan luka pada skabies denagn menggunakan
antiseptik dengan standar antiseptik yang digunakan adalah kalium
permanaganat yang dapat membunuh kuman, zat ini bekerja sebagai irirtan,
deodorant, dan astringen. Biasanya PK digunakan sebagai kompres luka dan
segala macam infeksi kulit.
3.4 Implementasi
Setelah menyusun rencana keperawatan kami melakukan implementasi dari rencana
keperawatan yang kami susun. Implementasi Aung kami lakukan untuk mengatasi
masalah keperawatan “Kerusakan integritas kulit pada anak (An. V) keluarga Bp. S”
berhubungan dengan “Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan tindakan
kesehatan yang tepat karena kurang mengatahui cara penularan dan pengobatan
penyakit scabies” kami melakukan implementasi yaitu:
1. Pendidikan kesehatan
2. Demonstrasi perawatan luka skabies
Pendidikan kesehatan yang kami lakukan dibagi menjadi dua bagian yaitu konsep dasar
penyakit skabies dan cara perawatan luka skabies yang diserai demonstrasi perawatan
luka skabies. Dalam melaksanakan implementasi pendidikan kesehatan terdapat
langkah-langkah yang kami lakukan yaitu:
1. Pendidikan kesehatan tentang konsep dasar penyakit skabies,
a. Diskusikan pengertian penyakit skabies dengan keluarga
b. Diskusikan penyebab penyakit skabies dengan keluarga
c. Identifikasi bersama keluarga tanda-tanda perubahan pada penyakit skabies
d. Beri penjelasan setiap perubahan yang dialami
e. Diskusikan cara penularan penyakit skabies dengan keluarga
f. Diskusikan cara pencegahan penyakit skabies dengan keluarga
g. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali penjelasan yang telah diberikan
untuk masing-masing bagian
h. Beri pujian atas kemampuan dan jawaban keluarga
2. Pendidikan kesehatan tentang perawatan luka skabies yang diserai demonstrasi
perawatan luka skabies,
a. Identifikasi bersama keluarga tentang pola kebutuhan perawatan luka pada
anak dengan skabies
b. Beri penjelasan jenis perawatan luka anak dengan skabies
c. Tunjukkan cara perawatan luka pada anak skabies dengan antiseptik (larutan
PK)
3.5 Evaluasi
Pelaksanaan, Evaluasi, dan Rencana Tindak Lanjut (RTL), Masalah Keperawatan
Keluarga Pendidikan Kesehatan I : Konsep dasar skabies
1. Implementasi
Implementasi yang dilakukan adalah KIE mengenai konsep dasar skabies dari
pengertian, penyebab skabies, tanda dan gejala, penularan, perawatan luka
skabies.
2. Evaluasi
Hasil evaluasi yang dapat dilakukan dari implementasi keperawatan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan “Kerusakan integritas kulit
pada anak (An. V) keluarga Bp. S” adalah sebagai berikut:
KIE mengenai konsep dasar skabies dari pengertian, penyebab skabies, tanda
dan gejala, penularan, perawatan luka skabies.
Pada pertemuan kelima keluarga sudah memiliki pemahaman yang tepat
tentang konsep asar skabies beserta cara perawatan luka skabies hal ini
diketahui ketika hendak melakukan dokumentasi implementasi sebagai bahan
penilaian PBL perawatan klien di rumah Ibu L serta An V mampu menjawab
dan mendemonstrasikan cara perawatan luka skabies dan didukung oleh
penyataan An V, berikut ini:
“... saya sekarang paham mas tentang cara perawatan luka skabies dan saya sekarang rutin melakukan perawatan supaya luka saya ini cepat sembuh...” (An V)
3. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
Rencana tindak lanjut yang disusun adalah penguatan kembali konsep dasar
skabies kepada Bp S khususnya Ibu L dengan materi yang telah diberikan
dengan harapan Ibu L dapat benar-benar paham tentang konsep dasar skabies
dan dapat dengan rutin melakukan perawatan luka kepada An V dan mampu
melakukan pencegahan penularan skabies pada keluarganya.