pemazulan presiden

59
MEKANISME YURIDIS PEMAKZULAN ATAU IMPEACHMENT TERHADAP PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM KASUS CENTURY DITINJAU DARI KONSTITUSI UUD RI 1945 Disusun dan Diajukan untuk Mengikuti Lomba Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ( PKM GT ) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Dikti 1

Upload: rian-bagus-saputro

Post on 29-Jun-2015

280 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemazulan Presiden

MEKANISME YURIDIS PEMAKZULAN ATAU IMPEACHMENT TERHADAP

PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM KASUS CENTURY

DITINJAU DARI KONSTITUSI UUD RI 1945

Disusun dan Diajukan untuk Mengikuti Lomba Program Kreatifitas Mahasiswa

Gagasan Tertulis ( PKM GT ) yang diselenggarakan oleh

Direktorat Jenderal Dikti

1

Page 2: Pemazulan Presiden

KATA PENGANTAR

Negara Indonesia adalah Negara Hukum yang setiap kehidupan ketatanegaraan harus

berdasarkan hukum. Makin berkembangnya kasus Bank Century telah menggiring opini

publik kearah pemakzulan (impaechment) terhadap presiden Susilo Bambang Yudoyono.

Dalam aturan konstitusi tidak diatur secara langsung terkait pemakzulan, terlebih lagi

Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil. Banyak kontroversi terkait upaya

pemakzulan tersebut dengan bersamaannya situasi politik yang makin membuat gancangnya

suasana pemerintahan.

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan

rahmat-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis mahasiswa dengan judul

”MEKANISME YURIDIS PEMAKZULAN ATAU IMPEACHMENT TERHADAP

PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM KASUS CENTURY

DITINJAU DARI KONSTITUSI UUD RI 1945 ”

Pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis bermaksud menyampaikan ucapan

terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, serta

pertolongan baik fisik maupun psikis selama penyusunan karya tulis ini, terutama kepada:

1. Bapak Muhammad Yamin, S.H,.M.H selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang telah

berkenan memberikan izin dalam usaha penyusunan Program Kreatifitas Mahasiswa

Gagasan Tertulis (PKM GT) ini.

2. Bapak Bambang Joko S, S.H,.M.H. selaku Dosen Pendamping dalam penyusunan

penyusunan Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM GT) ini.

3. Kepada semua dosen FH UNS yang telah memberikan sumbangan pemikiran terkait

dengan keberhasilan dalam penyusunan penyusunan Program Kreatifitas Mahasiswa

Gagasan Tertulis (PKM GT) ini.

4. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan memperlancar dalam menyelesaikan

penyusunan Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM GT) ini.

Semoga karya tulis yang penulis sajikan berikut dapat memberikan manfaat bagi

proses reformasi dan rekonstruksi demi sebuah perbaikan sistem hukum di Indonesia, Amin.

2

Page 3: Pemazulan Presiden

Surakarta, 10 Maret 2010

Penulis

3

Page 4: Pemazulan Presiden

RINGKASAN

Negara Indonesia merupakan salah satu negara koruptor di dunia yang banyak

merugikan keuangan negara. Hal yang paling problematik dan belum menemukan titik

penyelesaian sampai sekarang adalah kasus Bank Century yang telah merugikan negara

sampai 6,7 T. Pemerintah memiliki inisiatif untuk membongkar kasus tersebut dengan

dengan dibentuknya Panitia Khsusus (Pansus). Dengan dibentuknya pansus tersebut justru

banyak masalah baru yang timbul. Konflik politik dan hukum saling mengharmonisasi serta

saling bergesekan dengan yang lain, sehingga dapat menjadikan pelemahan bagi kinerja

pansus itu sendiri. Fungsi koordinasi juga telah dilakukan dengan lembaga negara dalam

mengungkap fakta-fakta hukum terkait aliran dana dan mekanisme pengambilan kebijakan

pemerintah. Saksi-saksi dalam setiap rapat juga telah dihadirkan guna memperoleh data lebih

lanjut terkait. Dalam kasus Bank Century yang dianggap adanya indikasi dalam pengambilan

kebijakan oleh pemerintah telah memberikan dampak untuk pemakzulan terhadap Presiden

Susilo Bambang Yudoyono (SBY), walaupun dalam aturan sistem presidensiil yang dianut

oleh Negara Indonesia tidak ada aturan yang jelas terkait hal tersebut. Dalam aturan

konstitusi diatur tentang upaya pemakzulan terhadap presiden, tapi makna pemakzulan

tersebut hanya mempermudah pemaknaan saja.

Metode penulisan yang digunakan oleh penulis dalam membuat karya tulis ini adalah

dengan format penulisan deskriptif dengan data yang didapatkan dari sumber primer,

sekunder dan tersier yang dikumpulkan dengan tehnik pengumpulan data collecting by

library atau studi pustaka dengan menggunakan tehnik analisis data deskriptif kualitatif.

Berdasarkan telaah lebih lanjut, upaya pemakzulan yang dihembuskan oleh partai

oposis tidak mudah untuk dijalankan, karena jumlah partai koalisi pemerintah lebih banyak.

Dari 560 anggota DPR RI, partai koalisi pemerintah terdiri dari Partai Demokrat, Golkar

PKS, PAN, PPP dan PKB. Kalau memang ada upaya pemakzulan, maka komposisi partai

dengan jumlah anggota pendukung pemerintah adalah 423 anggota, lawan 137 anggota,

artinya jumlah yang akan memakzulkan  tidak akan memenuhi quorum 2/3 anggota DPR.

Jika terjadi perubahan politik Golkar dan PKS bergabung dengan partai oposisi kekuatan

gabungan koalisi pendukung pemerintah yang tersisa 260 anggota. Ini berarti kemungkinan

4

Page 5: Pemazulan Presiden

terpenuhinya syarat 2/3 juga tidak akan tercapai, karena kekuatannya baru mencapai 56%

dan partai koalisi pemerintah masih 60%. Dengan dikeluarkannya PMK Nomor 21 Tahun

2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Memutus Pendapat DPR Mengenai Dugaan

Pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden. Kebijakan ini secara sepihak telah

memberikan payung hukum dan benteng yang kuat makin sulitnya upaya pemakzulan

(impeachment) terhadap Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY).

Surakarta, 10 Maret 2010

Penulis

5

Page 6: Pemazulan Presiden

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................ ii

KATA PENGANTAR........................................................................................................ iii

RINGKASAN..................................................................................................................... v

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

vii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.................................................................................... 4

C. Tujuan...................................................................................................... 4

D. Manfaat.................................................................................................... 5

BAB II TELAAH PUSTAKA........................................................................................ 6

A. Tinjauan secara umum tentang istilah pemakzulan (impeachment) ....... 6

B. Tinjauan secara umum landasan yuridis tentang pemakzulan atau

impeachment (upaya memperhentikan presiden dan/atau wakil presiden) 8

..................................................................................................................

BAB III METODE PENULISAN.................................................................................... 10

A. Jenis Penelitian......................................................................................... 10

B. Paradigma Penelitian................................................................................ 10

C. Pendekatan Penelitian.............................................................................. 11

D. Jenis Data................................................................................................. 11

E. Sumber Data ............................................................................................ 12

F. Tehnik Pengumpulan Data....................................................................... 12

G. Tehnik Analisis Data................................................................................. 12

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS.............................................................................. 14

A. Problematika Kasus Bank Century Dalam Implementasi Upaya Pemakzulan

Presiden SBY............................................................................................ 14

6

Page 7: Pemazulan Presiden

B. Keterkaitan antara kasus bank century dan upaya pemakzulan/impechment

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono...................................................... 19

BAB V: PENUTUP............................................................................................................ 28

A. Kesimpulan.............................................................................................. 28

B. Rekomendasi............................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA

CURRICULUM VITAE PENULIS

7

Page 8: Pemazulan Presiden

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maraknya kasus korupsi yang telah banyak merugikan negara berdampak timbulnya

mosi tidak percaya pada pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono terhadap upaya

pemberantasan korupsi di Indonesia. Salah satu dugaan kasus korupsi yang telah menarik

perhatian publik dan ada indikasi merugikan negara sebesar 6,7 Triliun adalah kasus Bank

Century. Pasca terungkapnya kasus tersebut juga dibarengi dengan rumor dan paradigma

yang merubah mindsite masyarakat kearah perang politik diantara kalangan birokrat demi

tujuan utama kekuasaan. Kasus Bank Century mencuat setelah tidak lama Presiden Susilo

Bambang Yudoyono terpilih dan dilantik dengan wakil presiden Boediono. Pergolakan

politik di legislatif dengan harmonisasi adanya preasure yang super power dari masyarakat

telah menghasilkan terbentuknya Panitia Khusus (Pansus) Century untuk melakukan

penyelidikan dan tahap investigasi terhadap proses dana talangan (bailout) yang

menggunakan uang negara 6,7 T telah sesuai dengan mekanismenya.

Pengucuran Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP) senilai Rp 689 milliar pada

tanggal 14 November 2008 ketika Wapres Boediono menjabat gubernur BI. Pada periode

pengucuran Penyertaan Modal Sementara (PMS) yang didahului rapat Komite Stabilitas

Sistem Keuangan (KSSK) dan Komite Koordinasi, Boediono terlibat aktif bersama Menkeu.

(www.antikorupsi.org). Hal inilah yang menjadi salah satu sebab munculnya kekhawatiran

pejabat pemerintah yang tidak bersih dari tindak pidana korupsi dan telah salah dalam

mengambil kebijakan. Adanya kebijakan yang telah diambil juga dicurigai dana talangan

(bailout) tersebut dialirkan ke Partai Demokrat dan Calon presiden Susilo Bambang

Yudoyono.

Kronologis terjadinya proses pengambilan kebijakan untuk mengeluarkan dana

sebesar 6,7 T berawal dari pada tanggal 20 November 2008 Jusuf Kalla menggelar rapat

8

Page 9: Pemazulan Presiden

dengan Mentri Keuangan Sri Mulyani dan Gubernur Bank Indonesia Boediono. Presiden

SBY tidak berada di Indonesia dan mengeluarkan Keppres No.28 tahun 2008 yang

menugaskan Jusuf Kalla untuk melaksanakan tugas sehari-hari presiden (Media Indonesia,

Rabu 20 Januari 2010, hal.1 ). Dengan demikian pihak pemerintah diwakili oleh Jusuf Kalla

dalam penentuan kebijakan untuk benar dan tidaknya dikeluarkan dana talangan pada Bank

Century. Pertemuan tersebut memberikan kesimpulan fondasi perekonomian masih cukup

kuat dalam hal keuangan. Selang satu jam setelah pertemuan tersebut tiba-tiba kebijakan

pengucuran dana talangan (bailout) (Media Indonesia, hal. 1) yang sampai sekarang masih

kontroversial menyebabkan ketidakpercayaan pada pemerintah dan ada anggapan bahwa

presiden SBY ikut andil dalam kebijakan yang dikeluarkan tersebut. Hal yang membuat

publik bingung adalah selang satu jam yang semula memberikan kesimpulan tidak perlu

dikeluarkan bailout tiba-tiba ada kebijakan tersebut. Opini publik dibolak-balik dengan

logika dan paradigma untuk makin tidak percayanya pada kebijakan yang telah dikeluarkan

oleh pemerintah. Selain proses FPJP, PMS dan bailout mekanisme merger dan akusisi juga

ada indikasi terdapat kesalahan yaitu terkait aliran dana dari bailout Bank Century yang akan

melibatkan para pihak yang terlibat langsung dalam kasus Bank Century.

Dalam pidato Presiden SBY yang berbunyi “Apakah penyertaan modal sementara

yang berjumlah Rp 6,7 T itu ada yang bocor atau tidak sesuai dengan peruntukannya?

Bahkan berkembang pula desas-desus, rumor, atau tegasnya fitnah yang mengatakan bahwa

sebagian dana itu dirancang untuk dialirkan ke dana kampanye Partai Demokrat dan Capres

SBY fitnah yang sungguh kejam dan menyakitkan”. (Junus A., George. 2009:13). Hal ini

merupakan kekecewaan yang disampaikan oleh pihak pemerintah terkait bailout yang telah

diambil dicurigai dialirkan kepada kampanye presiden SBY. Polemik dan isu untuk

pemakzulan terhadap presiden makin menggema diseluruh pelosok tanah air. Walaupun

masa kerja Panitia Khusus (Pansus) belum berakhir dan belum ada kesimpulan akhir, terkait

kasus Bank Century telah menimbulkan hegemoni politik diantara partai koalisi. Indonesia

menganut sistem presidensil dan tidak mengenal istilah mosi tidak percaya seperti halnya di

sistem parlementer yang menyebabkan pelengseran presiden. Ada dalam konstitusi pasal 7 A

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang mengatur pemakzulan terhadap

presiden.

9

Page 10: Pemazulan Presiden

Dengan melihat realita yang ada dalam tinjauan secara politis adalah jumlah kursi

partai koalisi di DPR yaitu Partai Demokrat sebesar 26,79%, Partai Golkar sebesar 19,11%,

Partai Keadilan Sejahtera sebesar 10,18%, Partai Amanat Nasioanal sebesar 7,68 %, Partai

Persatuan Pembangunan sebesar 6,61%, Partai Kebangkitan Bangsa sebesar 4,82 % totalnya

adalah 75,19%. Sementara itu partai oposisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

sebesar 16,96%, Partai Gerindra sebesar 4,64 % dan Partai Hanura sebesar 3,21 % totalnya

adalah 24,81% (Media Indonesia, Selasa 16 Februari 2010, hal. 1). Dengan demikian jika

berdasarkan logika partai koalisi pendukung pemerintah tidak akan mungkin melakukan

rekomendasi pemakzulan terhadap presiden, setelah beberapa waktu bergulirnya kasus Bank

Century terkait bailout justru partai koalisi berubah haluan menjadi pembangkang dan

pendukung dari partai oposisi dengan menolak adanya kebijakan dikeluarkannya bailout

yang telah diambil oleh pemerintah dan telah mengindikasikan ada pelanggaran dan tindak

pidana korupsi. Landasan hukum untuk meminta pertanggung jawaban presiden terdapat

dalam Perppu No. 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keamanan (JPSK),

dikeluarkannya aturan tersebut tidak memiliki landasan hukum yang kuat, karena keadaan

negara tidak dalam keadaan bahaya sesuai yang diamanatkan dalam pasal 22 Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Dalam pasal 7 A Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia 1945 disebutkan “Presiden dan/atau wakil presiden dapat diperhentikan dalam

masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) atas usul Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa

penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana lainnya atau perbuatan

tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil

presiden”. Sebelum DPR mengajukan usul pemberhentian presiden dan/ atau wakil presiden

ke MPR, Pasal 7 B ayat (1) mensyaratkan DPR harus mengajukan permintaan kepada

Mahkamah Konstitusi (MK) untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan apakah presiden

dan/atau wakil presiden melakukan pelanggaran hukum sesuai bunyi Pasal 7 A. Sementara

itu, Pasal 7 B ayat (3) pengajuan permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan

dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang

paripurna yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR. Secara

teoritis dan berdasarkan fenomena yang ada di lapangan dapat terjadi pemakzulan

(impeachment) terhadap presiden SBY, tapi proses yang harus dilalui sangat rumit dan penuh

10

Page 11: Pemazulan Presiden

nuansa politis. Selain itu aturan dalam konstitusi juga tidak mudah untuk dijalankan.

Prosedur hukum juga harus dilalui dengan beberapa tahapan dan tingkatan. Mosi tidak

percaya yang digulirkan selama ini tidak akan mungkin untuk menuju kearah pemakzulan

yang tidak berdasarkan konstitusi mengingat sistem presidensil dianut oleh Indonesia. Maka

berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis menyusun karya tulis dengan judul

”MEKANISME YURIDIS PEMAKZULAN ATAU IMPEACHMENT TERHADAP

PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DALAM KASUS CENTURY

DITINJAU DARI KONSTITUSI UUD RI 1945”.

B. Rumusan Masalah

Dari berbagai uraian di atas maka dapat diambil beberapa perumusan masalah

yaitu sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi sebab dan problematik kasus Bank Century teraktualisasi

melahirkan upaya pemakzulan/impeachment pada Presiden Susilo Bambang

Yudoyono (SBY)?

2. Bagaimanakah keterkaitan antara kasus Bank Century dan upaya

pemakzulan/impeachment Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY)?

C. Tujuan

Adapun dari karya tulis ini diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menjelaskan kaitannya antara mosi

tidak percaya pada pemerintah dan upaya pemakzulan terhadap presiden terkait

kasus Bank Century yang telah merugikan negara 6,7 T.

b. Untuk mengetahui terkait semua problematik pada kasus Bank Century baik

dari segi hukum maupun sosiologis yang dapat menimbulkan upaya pemakzulan

pada Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY).

2. Tujuan Subjektif

11

Page 12: Pemazulan Presiden

a. Untuk memberikan sumbangan pikiran kepada pemerintah terkait dengan

manivestasi adanya mosi tidak percaya pada pemerintah dan pemakzulan pada

presiden harus dilalui beberapa tahapan yuridis.

b. Untuk Mengikuti Lomba Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis

(PKM GT) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Dikti.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum dan sistem

hukum di Indonesia, dalam hal ini kaitannya dengan mosi tidak percaya dan

upaya pemakzulan.

b. Memperkaya dan menambah referensi khususnya tentang implementasi tataran

teoretis dan praktis terkait mosi tidak percaya pada pemerintah dan pemakzulan

pada sistem pemerintahan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat memperoleh deskripsi dan penjelasan yang komprehensif tentang setiap

problema dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia.

12

Page 13: Pemazulan Presiden

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Tinjauan Secara Umum Tentang Istilah Pemakzulan (Impeachment)

Pemakzulan atau impeachment adalah proses pendakwaan dari badan legislatif

kepada badan tinggi negara. Unsur dari DPR yang wajib mengusulkan pemakzulan dan ada

pihak yang dikenakan pemakzulan yaitu Badan Tinggi Negara seperti Presiden atau Wakil

Presiden (www.vibizportal.com).

Menurut Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD ia “menyatakan hal-hal

presiden bisa dimakzulkan yaitu korupsi, suap, kejahatan di atas ancaman lima tahun,

pengkhianatan terhadap negara, perbuatan tercela. Dakwaan itu harus didukung oleh 2/3

anggota DPR lalu yang mendakwa adalah DPR sendiri, karena tidak pakai jaksa. Putusan

MK adalah putusan peradilan Tata Usaha Negara dan bukan putusan pidana, sehingga

peradilan pidanananya berjalan sendiri” (www.vibizportal.com).

Secara etmimologis dan morfologis, “pemakzulan” mengandung makna “makzul”

yang berarti berhenti memegang jabatan; turun tahta. Arti kata “memakzulkan” yang artinya

menurunkan dari tahta; memberhentikan dari jabatan; meletakkan jabatannya (sendiri)

sebagai raja; berhenti sebagai raja. Arti kata “pemakzulan” berarti adalah proses, cara, dan

perbuatan memakzulkan. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie

menjelaskan, “pemakzulan” adalah bahasa serapan dari Bahasa Arab yang berarti

“diturunkan dari jabatan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru

disebutkan “makzul” adalah meletakan jabatan atau turun tahta raja. "impeach" berarti

'azl dalam Bahasa Arab dan sama dengan "coitus interruptus" atau sanggama terputus.

“Impeach” dan “coitus interruptus” sama-sama memberhentikan seseorang di tengah

kegiatan yang sedang berjalan ... if you know what I mean." (www.inilah.com).

Menurut Prof. Dr. Maswadi Rauf Guru Besar Ilmu Politik FISIP Universitas

Indonesia. Ada tidaknya istilah “pemakzulan” di Indonesia telah dinyatakan secara tertulis

dalam UUD 1945. Ada yang berpendapat bahwa UUD 1945 yang asli tersebut tidak

mengenal pemakzulan, karena tidak ada aturan mengenai hal tersebut dalam konstitusi

tersebut, tapi banyak yang berpendapat bahwa pemakzulan dikenal oleh UUD 1945 yang asli,

13

Page 14: Pemazulan Presiden

karena presiden dipilih oleh MPR. Hal ini menyebabkan presiden harus bertanggung jawab

kepada MPR. Sebagai lembaga yang memberikan mandat kepada presiden, MPR juga dapat

menarik mandat itu kembali dari presiden yang merupakan mandataris MPR

(www.okezone.com).

Menurut Iwan Satriawan dan Denny Indrayana dalam teori hukum tata negara

“constitutional law theory”, pemberhentian di tengah masa jabatan merupakan “a legal

process of removing an undesirable person from public office”. Langkah pemakzulan

tersebut dapat dikatakan sebagai upaya luar biasa untuk menerobos karakter fix-term dalam

sistem presidensial. Sebagai sebuah langkah extra ordinary untuk mendakwa pejabat publik

(public officials), termasuk presiden/wakil presiden, menurut Jody C. Baumgartner dan

Naoko Kada, “pemakzulan” bukan perkara biasa. Dapat dikatakan sebagai political

“earthqueke dan extra-ordinary political event” (www.wordpress.com).

Wikipedia melansir pemakzulan (lebih populer disebut impeachment) sebagai sebuah

proses di mana sebuah badan legislatif secara resmi menjatuhkan dakwaan terhadap seorang

pejabat tinggi negara. Pemakzulan bukan selalu berarti pemecatan atau pelepasan jabatan,

namun hanya merupakan pernyataan dakwaan secara resmi, mirip pendakwaan dalam kasus-

kasus kriminal, sehingga hanya merupakan langkah pertama menuju kemungkinan

pemecatan. Saat pejabat tersebut telah dimakzulkan, ia harus menghadapi kemungkinan

dinyatakan bersalah melalui sebuah pemungutan suara legislatif kemudian menyebabkan

pemecatan pejabat (www.wikipedia.com).

Prof. Dr. Harun Al-Rasyid mengatakan bahwa UUD 1945 tidak mengenal lembaga

“impeachment”. Saya mengatakan betul, karena “impeachment” itu bahasa Inggris. Tetapi,

baik menurut kamus bahasa Inggris maupun kamus-kamus hukum, “to impeach” itu artinya

memanggil atau mendakwa untuk meminta pertanggung jawaban. Dalam hubungan dengan

kedudukan Kepala Negara atau Pemerintahan, “impeachment” berarti pemanggilan atau

pendakwaan untuk meminta pertanggung jawaban atas persangkaan pelanggaran hukum

yang dilakukannya dalam masa jabatan.

14

Page 15: Pemazulan Presiden

B. Tinjauan Secara Umum Landasan Yuridis Tentang Pemakzulan atau Impeachment

(Upaya Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden)

Dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945 pasal 7 A disebutkan “Presiden

dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis

Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah

melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi

memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden”.

Dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945 pasal 7 B disebutkan ayat (1) “Usul

pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan

Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan

permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus

pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah

melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden

dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden”. Ayat (2) ”Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil

Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi memenuhi

syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi

pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat”. Ayat (3) “Pengajuan permintaan Dewan

Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan

sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam

sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan

Perwakilan Rakyat”. Ayat (4) “Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan

memutus dengan seadil-adilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling

lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh

Mahkamah Konstitusi”. Ayat (5) “Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa

Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa

pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau

perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi

memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat

15

Page 16: Pemazulan Presiden

menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden

dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat”. Ayat (6) “Majelis

Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan

Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan

Rakyat menerima usul tersebut”. Ayat (7) “Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas

usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna

Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah

anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah

Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat

paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat”.

Peraturan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 21 Tahun 2009 tentang Pedoman

Beracara Dalam Memutus Pendapat DPR Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden

dan/atau Wakil Presiden pasal 4 ayat (1) yang berbunyi ”Dalam hal pendapat DPR berkaiatan

dengan dugaan bahwa presiden dan/atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum

sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) huruf a permohonan harus memuat secara rinci

mengenai jenis, waktu, dan tempat pelanggaran hukum yang dilakukan oleh presiden

dan/atau wakil presiden” dan ayat (2) yang berbunyi ”Dalam hal pendapat DPR berkaitan

dengan dugaan presiden dan/atau wakil presiden berkaiatan dengan tidak lagi dipenuhinya

syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden berdasarkan UUD 1945 permohonan harus

memuat uraian yang jelas mengenai syarat-syarat apa yang tidak dipenuhi dimaksud.”

16

Page 17: Pemazulan Presiden

BAB III

METODE PENULISAN

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, untuk

mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang dihadapi. Akan tetapi dengan mengadakan

klasifikasi yang berdasarkan pada pengalaman, dapat ditentukan teratur dan terpikirnya alur

yang runtut dan baik untuk mencapai suatu maksud. Adapun pengertian penelitian adalah

suatu kegiatan yang terencana yang dilakukan dengan metode ilmiah bertujuan untuk

mendapatkan data baru guna membuktikan kebenaran dari suatu gejala atau hipotesa yang

ada (Bambang Sunggono, 1991: 21).

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan penulis termasuk dalam jenis penelitian yuridis

sosiologis yang bersifat deskriptif analisis, yaitu dengan cara menggambarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dalam pemberantasan korupsi yang dihubungkan dengan

teori-teori hukum progresif yang relevan dan praktek pelaksanaannya untuk dan kemudian

dihubungkan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian yuridis normatif disini

menggunakan pendekatan doktrinal, pendekatan ini digunakan untuk rmengetahui realita

hukum yang terjadi di Indonesia.

B. Paradigma Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma penelitian konstruktivisme.

Bogdan dan Biklen mengartikan paradigma penelitian sebagai kumpulan longgar dari

sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep, atau proporsi yang mengarahkan cara

berpikir dari penelitian (Bogdan dan Biklen dalam Lexy J. Moleong, 1996:30). Dengan

menggunakan paradigma konstruktivisme kita dibawa untuk :

1. Melakukan eksplorasi realitas sosial dari hukum;

2. Melakukan evaluasi terhadap permasalahan sosial dari hukum dan dampaknya terhadap

masyarakat;

17

Page 18: Pemazulan Presiden

3. Memahami suatu perkara, seperti suatu atau serangkaian kejadian yang berkenaan dengan

perbuatan maupun penegak hukum (www.uksw.ac.id) / diakses 5 Februari 2010

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan perundang-undangan (Statute

Approach) dan pendekatan konsep (Conceptual Approach). Adapun maksud dari pendekatan

perundang-undangan adalah dengan menganalisis dan mengkaji secara mendalam tentang

pasal 7 A dan 7 B UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.

D. Jenis Data

Jenis data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu

data atau informasi hasil menelaah dokumen penelitian serupa yang pernah dilakukan

sebelumnya, bahan kepustakaan seperti buku-buku, literatur, koran, jurnal, maupun arsip-

arsip yang berkesesuaian dengan penelitian yang dibahas.

Menurut Seorjono Seokanto, data sekunder dibidang hukum ditinjau dari kekuatan

mengikatnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat :

Dalam Penulisan Hukum ini penulis menggunakan bahan hukum primer, yaitu :

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Undang-Undang No. 10 tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 24 Tahun

2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. Peraturan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 21

Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Memutus Pendapat DPR Mengenai

Dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden Perppu No.4 Tahun 2008

tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)

2. Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer

seperti :

a. Hasil karya ilmiah para sarjana dan ahli hukum

b. Hasi-hasil penulisan para ahli hukum

18

Page 19: Pemazulan Presiden

3. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder, misalnya bahan dari

media internet, kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya (Soerjono

Soekanto 2001:13).

E. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat dimana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian

ini adalah sumber data sekunder yaitu tempat kedua diperoleh data. Data skunder yang

digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen publik dan catatan-catatan resmi (public

document and official records), yaitu dokumen perundang-undangan yang berkaitan dengan

kebijikan yang telah dikeluarkan pemerintah terkait pegucuran dana talangan (bailout) pada

Bank Century.

Disamping sumber data yang berupa undang-undang negara maupun peraturan

pemerintah, penulis juga memperoleh data dari beberapa jurnal, buku-buku referensi dan

media massa terkait dengan permasalahan tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam

penulisan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik studi pustaka atau collecting by library untuk mengumpulkan dan

menyusun data yang diperlukan (Lexy.J.Moleong, 2005: 216-217).

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu data-data

penelitian yang diperoleh disusun secara kualitatif dan didasarkan pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku dengan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Sedangkan Bogdan dan Biklen menyatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

19

Page 20: Pemazulan Presiden

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Bogdan&Biklen dalam Lexy J.Moleong, 2005: 248).

20

Page 21: Pemazulan Presiden

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

A. PROBLEMATIKA KASUS BANK CENTURY DALAM IMPLEMENTASI UPAYA

PEMAKZULAN PRESIDEN SBY

1. Problematika Dari Substansi Perppu No. 4 Tahun 2008 tentang JPSK

Berawal dari adanya Perppu No. 4 Tahun 2008 tentang JPSK yang harus dimintakan

persetujuan DPR pada masa sidang berikutnya. Dalam proses selanjutnya ternyata Perppu

tersebut ditolak oleh lima fraksi besar di DPR yaitu Partai Golkar, PDIP, PAN, PPP dan

PKB. Adapun alasan-alasan penolakan oleh lima fraksi tersebut dikarenakan banyak

pelanggaran-pelanggaran hasil investigasi dari Komite Pemantau dan Pemberdayaan

Parlemen Indonesia (KP3-I). Adapun pelanggaran yang dilakukan Gubernur BI antara lain :

Tahun 2008 Bank Century mengalami likuiditas, untuk penyelamatan Bank Century.

Presiden mengeluarkan Perpu No.4 Tahun 2008 tentang Jaringan Pengamanan Sistem

Keuangan (JPSK) Tanggal 15 Oktober 2008. Tanggal 29 Oktober 2008 pemerintah

menyampaikan RUU tentang penetapan Perpu No. 4 Tahun 2008 tentang JPSK menjadi UU

ke DPR RI, tanggal 17 Desember 2008 DPR RI menolak pengesahan Perpu No.4 Tahun

2008 tentang JPSK menjadi UU dengan alasan jika Perpu itu diterima, ada bahaya yang bisa

timbul terhadap APBN, tetapi tidak bisa diambil tindakan hukum terhadap pejabat yang telah

menyebabkan bahaya itu. Secara otomatis Perpu No.4 Tahun 2008 batal demi hukum sesuai

amanah UUD 1945. Pada Sidang Paripurna DPR tanggal 18 Desember 2008 maka sesuai

dengan pasal 25 ayat (3) juncto pasal 36 ayat (3) Undang-Undang No. 10 Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, maka Perppu tersebut gugur dan tidak

dapat digunakan sebagai landasan hukum. Salah satu kebijakan yang diambil oleh presiden

SBY inilah yang menjadikan dasar bahwa telah adanya pelanggaran hukum. Perpu No.4

Tahun 2008 tentang JPSK terdiri atas tiga pasal yang salah satu materi yang paling krusial

terletak dalam pasal 2 ayat (2) yang intinya menegaskan kebijakan yang telah ditetapkan

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tentang penanganan krisis berdasarkan Perppu

tersebut tetap sah dan mengikat. Kebijakan KSSK itu adalah tentang penetapan Bank

Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik. Perppu No. 4 Tahun 2008 tentang

21

Page 22: Pemazulan Presiden

Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) Pasal 6 yang berbunyi “KSSK berfungsi

menetapkan kebijakan dalam rangka pencegahan dan penanganan Krisis”. Dengan demikian,

Sidang Paripurna DPR merupakan penegasan bahwa DPR tidak menyetujui Perppu tersebut.

Dengan pembatalan Rancangan Undang-Undang (RUU) JPSK oleh DPR, maka pengucuran

dana talangan (bailout) Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun dianggap tidak sah dan tidak ada

dasar hukumnya.

Hal yang menjadi kontroversial adalah adanya Komite Stabilitas Sistem Keuangan

(KSSK) dalam Perppu tersebut dan dijadikan dasar untuk terus membahas tentang bailout

kepada Bank Century. Sementara itu, hakim konstitusi H.A.S Natabaya menyatakan

pemberlakuan Perppu No. 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)

pasca Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Desember 2008 sebagai dasar keputusan Komite

Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) adalah suatu pelanggaran terhadap hukum. Dalam pasal

29 Perppu No. 4 Tahun 2008 tentang JPSK yang berbunyi “Menkeu dan Gubernur BI,

dan/atau pihak yang melaksanakan tugas sesuai Perpu ini tidak dapat dihukum, karena telah

mengambil keputusan atau kebijakan yang sejalan dengan tugas dan wewenangnya

sebagaimana dimaksud dalam Perpu ini”. Hal ini jelas menurut penulis justru pelanggaran

yang dilakukan oleh presiden SBY bertambah lagi dengan membuat kebijakan yang

membuat benteng hukum terhadap Boediono dan Sri Mulyani ketika mengambil kebijakan

terkait dana talangan (bailout) pada Bank Century.

2. Pandangan Awal Fraksi-Fraksi di Panitia Khusus (Pansus) Bank Century

Fraksi Partai Demokrat (FPD)

Bailout tidak merugikan dan tidak ada pelanggaran hukum, Tidak ada

kesalahan dalam pemberian FPJP dan PMS, Proses akuisisi dan merger Bank Century

syarat dengan berbagai pelanggaran sebagaimana telah diungkap Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) dalam audit investigatifnya.

Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB)

Bailout tidak merugikan dan tidak ada pelanggaran hukum Tidak ada

kesalahan dalam pemberian FPJP dan PMS, Pengucuran FPJP merupakan amanat

Perppu No. 2 Tahun 2008 tentang Amandemen, Undang-Undang Bank Indonesia (BI)

22

Page 23: Pemazulan Presiden

pada dasarnya dilakukan untuk mempermudah akses perbankan dalam memperoleh

likuiditas saat krisis, dan Tidak adanya unsur melawan hukum, karena sudah sesuai

pasal 21 ayat (3) Undang Undang No.24 tahun 2004 tentang LPS dan LPS bukanlah

uang negara. Hal ini disebabkan, karena tidak berasal dari APBN, melainkan berasal

dari premi yang dibayar bank anggota LPS.

Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP)

BI, KSSK dan KK telah melakukan tindak pidana Pengucuran FPJP dan

PMS tidak memiliki landasan hukum yang kuat dan bahkan terindikasi korupsi,

Adanya serangkaian indikasi pelanggaran aturan perbankan, BI tidak tegas dan tidak

konsisten dalam menilai aset surat berharga milik Bank Century, sehingga kebutuhan

dana bailout membengkak dari Rp 632 miliar menjadi Rp 6,7 triliun,

Merekomendasikan agar para penegak hukum bertindak tegas dan segera

menindaklanjuti indikasi pelanggaran oleh BI, KSSK, serta KK dalam pemberian

PMS, Terdapat nama nasabah yang tidak dapat ditemukan dalam data base cabang

Bank Century dan terdapat lonjakan penarikan dana nasabah pada periode

penggelontoran dana FPJP dan PMS (14 November 2008 s/d 10 Agustus 2009).

Terdapat rekening yang sumber dananya tidak jelas dan terdapat deposito yang

dananya berasal dari perusahaan yang diduga menyalahgunakan kredit yang diperoleh

dari Bank Century

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (FPKS)

Pembentukan Bank Century menyalahi aturan, Pengucuran FPJP dan

PMS tidak memiliki landasan hukum yang kuat dan bahkan terindikasi korupsi,

Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek banyak mengandung kejanggalan yang diduga

kuat melawan hukum, Kasus Bank Century tersebut terkait dengan persoalan

kebijakan, indikasi tindak pidana perbankan, dan indikasi tindak pidana korupsi yang

melibatkan banyak pihak.

Fraksi Partai Amanat Nasioanl (FPAN)

Bank Indonesia telah melanggar hukum dan KSSK tidak dapat

memberikan kebijakan yang benar terkait bailout, Bank Indonesia telah

melanggar peraturan terkait dengan merger Bank Century yang merupakan hasil

23

Page 24: Pemazulan Presiden

merger antara Bank CIC, Bank Pikko, dan Bank Danpac, Pengucuran FPJP dan PMS

tidak memiliki landasan hukum yang kuat dan bahkan terindikasi Korupsi.

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP)

Kasus Bank Century telah merugikan keuangan negara, Pengucuran FPJP

dan PMS tidak memiliki landasan hukum yang kuat dan bahkan terindikasi korupsi.

Fraksi Partai Hanura

Bailout Bank Century merupakan perampokan uang negara, Pengucuran

FPJP dan PMS tidak memiliki landasan hukum yang kuat dan bahkan terindikasi

korupsi

Fraksi Partai Gerindra

Kasus Bank Century telah merugikan keuangan negara, pengucuran FPJP

dan PMS tidak memiliki landasan hukum yang kuat dan bahkan terindikasi korupsi.

Dalam pengucuran FPJP, BI telah melanggar berbagai aturan yang ditetapkan sendiri,

mengubah Peraturan Bank Indonesia (PBI) agar Bank Century bisa menikmati

kucuran FPJP, kasus perampokan uang yang secara sistemik dilakukan pemilik bank,

pemegang saham, serta tidak mungkin dilakukan sendiri tanpa keterlibatan oknum

pejabat otoritas moneter (BI) dan fiskal (Depkeu).

Fraksi Partai Golkar

Ada pelanggaran saat dilaksanakannya proses merger dan bailout, Kasus Bank

Century adalah perampokan keuangan negara secara sistemik oleh pemilik bank yang

tidak mungkin dilakukan sendiri, namun dengan keterlibatan oknum pejabat bidang

moneter dan fiscal, pengawasan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dari setelah

merger menjadi Bank Century juga ada banyak pelanggaran.

Sumber : Dari berbagai sumber termasuk http/:www.antaranews.com,

http/:www.wordpress.com, dan http/:www.inilah.com

24

Page 25: Pemazulan Presiden

3. Pandangan Akhir Fraksi-Fraksi di Panitia Khusus (Pansus) Bank Century

Guna mengawali proses akhir pandangan fraksi-fraksi, maka diadakan dahulu

investigasi lapangan terkait aliran dana yang telah dikucurkan. Adapun hasil investigasi

lapangan yang telah ditemukan adalah di Makassar ditemukan aliran dana yang

mencurigakan pada rekening milik nasabah Bank Century Amiruddin Rustan yang nilainya

mencapai Rp. 90 miliar dan di Medan ditemukan sebanyak 20 pemilik rekening yang

mencurigakan serta di Surabaya juga ditemukan adanya rekening milik Budi Sampoerna

yang pecah-pecah menjadi banyak rekening dengan nilai masing-masing Rp. 2 miliar.

Sebelum adanya pandangan akhir dari lobi yang dilakukan terhadap kasus Bank

Century 11 nama Manajemen Bank CIC, 12 nama Manajemen Bank Century periode lama, 3

nama Manajemen Bank Century periode baru, 25 nama Pejabat BI periode akuisisi dan

merger, 3 nama pejabat KSSK, pejabat UKP3R, nama pejabat Komite Koordinasi, 9 nama

pejabat lembaga penjamin simapanan (Media Indonesia, Hari Selasa tanggal 23 Februari

2010, hal.1). Dalam pandangan akhir dari Pansus Bank Century tidak jauh beda dengan

padangan awal yang telah diberikan. Partai Golkar, PDI-P, PKS dan Partai Hanura

menyebutkan nama yang terlibat dalam pelanggaran Bank Century yaitu Sri Mulyani dan

Boediono. Partai Gerindra hanya meyebutkan nama instansi dan jabatannya. Partai Persatuan

Pembangunan hanya menyebutkan instansi yang bertanggungjawab. Partai Demokrat dan

PKB tidak ada masalah dan pelanggaran hukum terkait proses dana talangan (bailout)

(Kompas, Hari Rabu tanggal 24 Februari 2010,hal.1).

25

Page 26: Pemazulan Presiden

B. KETERKAITAN ANTARA KASUS BANK CENTURY DAN UPAYA PEMAKZU-

LAN/IMPEACHMENT PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Pemakzulan dalam perspektif hukum telah memberikan landasan historis

terhadap perkembangan sistem ketatanegaraan di Indonesia. Berikut ini adalah bagan

komparasi pemakzulan yang pernah terjadi di Indonesia dan mekanisme pemakzulan

dalam aturan konstitusi.

26

Page 27: Pemazulan Presiden

27

Page 28: Pemazulan Presiden

Sumber : Dalam Temu Wicara MK dengan Pimpinan Perguruan Tinggi NU se-Indonesia

yang dipresentasikan oleh Hakim Konstitusi Hamdan Zoelva, SH., M.H. tanggal 30 Januari

2010 di Jakarta di http//:www.mahkamahkonstitusi.go.id

28

Page 29: Pemazulan Presiden

Dari bagan tersebut penulis mencoba memberikan pemaknaan terhadap pemakzulan

dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia. Bertolak dalam proses pemakzulan terhadap

Presiden Soekarno terdapat tuntutan rakyat, karena adanya indikasi keterlibatannya terkait

peristiwa G 30/S PKI yang telah mengancam sistem pemerintahan Indonesia. Dengan adanya

tuntutan rakyat tersebut langsung ditanggapi oleh MPR dengan mengadakan sidang

istimewa. Dengan demikian substansi dalam pembahasan sidang tersebut akan menghasilkan

sebuah produk hukum memorandum yang dijadikan dasar untuk menghentikan jabatan

Presiden Soekarno. Berdasar Tap MPR No. III tahun 1978 adalah landasan hukum yang

digunakan terkait proses pemakzulan pada Gus Dur sudah mengalami banyak perubahan

dalam kajian yuridis dan mekanisme yang berjalan. Dari dugaan yang berkembang di

masyarakat dengan pelanggaran hukum yang pernah dilakukan oleh Gus Dur akan mendapat

pembahasan lebih lanjut dan detail di Komisi III DPR. Pembahasan tersebut berdampak

lahirnya hak angket yang dimilki oleh anggota DPR untuk menyelidiki suatu kasus tertentu.

Hak angket tersebut berhasil membuat Pansus untuk mengadakan investigasi lebih lanjut

dalam mengungkap fakta hukum yang sebenarnya. Dengan dibentuknya Pansus tersebut akan

memberikan temuan hukum dan memberikan kesimpulan. Hasil tersebut akan dibahas lebih

lanjut dan Gus Dur masih diberi kesempatan untuk memperbaiki setiap kebijakannya. Dalam

perkembangan selanjutnya ternyata kebijakan yang diambil tidak logis dan cenderung ada

pelanggaran terhadap hukum. Dengan demikian dalam Rapat Paripurna DPR melahirkan

Memorandum I dan Memorandum II. Memorandum tersebut dilanjutkan pada Sidang

Istimewa MPR yang dijadikan dasar untuk memperhentikan Gus Dur dari jabatannya sebagai

presiden, karena dinilai telah melakukan banyak pelanggaran hukum.

Jika dicermati penulis melihat mekanisme tentang pemakzulan yang diamantkan oleh

konstitusi sepintas alurnya mudah, tapi realita yang harus dijalankan sangat tidak mungkin.

Mengingkat partai koalisi yang berada di DPR sangat banyak yang mendukung pemerintah.

Adapun alur yang terdapat dalam konstitusi adalah sebagai berikut : Pada tingkat DPR,

dalam pasal 7 A Undang-Undang Republik Indonesia disebutkan “Presiden dan/atau wakil

presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat

(MPR) atas usul Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baik apabila terbukti telah melakukan

pelanggran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana

29

Page 30: Pemazulan Presiden

lainnya atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai

presiden dan/atau wakil presiden”.

Dalam pasal 7 B Undang-Undang Republik Indonesia disebutkan ayat (1) “Usul

pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan

Rakyat kepada MPR hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada

Mahkamah Konstitusi (MK) untuk memeriksa, mengadili dan memutus pendapat DPR

bahwa presiden dan/atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa

penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau

perbuatan tercela dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau wakil presiden tidak lagi

memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden” dan dalam ayat (2) disebutkan

“Pendapat DPR bahwa presiden dan/atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran

hukum tersebut atau pun telah tidak ada lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau

wakil presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan DPR. Pada tingkat

MK, dalam pasal 7 B Undang-Undang Republik Indonesia ayat (3) disebutkan “Pengajuan

permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya

2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh

sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR”, ayat 4 disebutkan “MK wajib

memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya terhadap pendapat DPR tersebut

paling lama 90 hari setelah permintaan DPR itu diterima oleh MK”, dan dalam ayat (5)

disebutkan “Apabila MK memutuskan bahwa presiden dan/atau wakil presiden terbukti

melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,

tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela dan/atau terbukti bahwa presiden dan/atau

wakil presiden, DPR menyelengarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul

pemerintahan presiden dan/atau wakil presiden kepada MPR”. Proses Pemakzulan harus

dilakukan. Selanjutnya, pada tingkat MPR, dalam pasal 7 B Undang-Undang Republik

Indonesia ayat (6) disebutkan “MPR wajib menyelenggarakan siding untuk memutuskan usul

DPR tersebut paling lama tiga puluh hari sejak MPR menerima usul tersebut” dan ayat (7)

disebutkan “Keputusan MPR atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden harus

diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah

anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir setelah

30

Page 31: Pemazulan Presiden

presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan meyampaikan penjelasan dlam Rapat

Paripurna MPR”. Presiden atau Wakil Presiden Harus Lengser/Berhenti.

Menurut Mahfud MD, terdapat lima syarat yang harus dipenuhi untuk dapat

memakzulkan seorang presiden atau wakli presiden dalam UUD Negara Republik Indonesia

tahun 1945. Kelima syarat itu adalah jika seorang presiden atau wakil presiden melakukan

korupsi, menerima atau melakukan penyuapan, melakukan pengkhianatan terhadap negara,

melakukan kejahatan besar dengan ancaman hukuman lima tahun dan terlibat perbuatan

tercela. Mekanisme pemakzulan harus ada keputusan politik dari DPR dalam sidang

paripurna yang dihadiri minimal 2/3 anggota. Setelah itu melalui ketua DPR secara institusi

menyampaikan pendakwaan kepada presiden atau wakil presiden yang akan dimakzulkan ke

Mahkamah Konstitusi (MK). Setelah berkas lengkap, barulah Mahkamah Konstitusi (MK)

akan menggelar sidang guna memutuskan terkait dakwaan DPR terhadap presiden atau wakil

presiden benar atau tidak. Proses selanjutnya dikembalikan kepada DPR lagi untuk

melanjutkan sidang MPR jika memang MK memutuskan dakwaan DPR memiliki dasar kuat

telah terjadi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh presiden atau wakli presiden. Jumlah

anggota DPR seluruhnya ada 560 orang. Mengingat koalisi partai politik pendukung

pemerintahan menguasai 60% kursi DPR. Dengan demikian pemakzulan akan sulit terjadi

jika mengandalkan 40% suara yang beroposisi, sehingga 2/3 dukungan di DPR dan tiga

perempat dari MPR jadi sulit untuk dilakukan upaya pemakzulan (impeachment). Selain itu

pemakzulan harus melewati tahap menyatakan pendapat yang quorumnya minimal ¾

anggota DPR yang artinya 420 dari 520 orang harus hadir dalam rapat paripurna untuk

memutuskan hak anggota DPR untuk menggunakan haknya dalam menyatakan pendapat.

Kalau Pansus Century menyimpulkan ada indikasi pelanggaran hukum atas keputusan KSSK

ataupun BI pada akhir 2008 hal itu belum tentu bisa dikategorikan sebagai pelanggaran

hukum yang dimaksud oleh pasal 7 A dalam UUD 1945. Jika Pansus menyimpulkan ada

pelanggaran hukum tidak mungkin dan belum tentu DPR memutuskan demikian, karena

partai politik koalisi sangat dominan. Dengan demikian dari segi konstelasi politik, hampir

tidak ada peluang munculnya pemakzulan terhadap Presiden SBY ataupun Wakil Presiden

Boediono. Kemudian syarat lainnya apabila memang pantas dimakzulkan, proses

pemakzulan harus disetujui oleh 2/3 anggota DPR. Dari 560 anggota DPR RI, partai koalisi

pemerintah terdiri dari Partai Demokrat, Golkar, PKS, PAN, PPP dan PKB. Kalau memang

31

Page 32: Pemazulan Presiden

ada upaya pemakzulan, maka komposisi partai dengan jumlah anggota pendukung

pemerintah adalah 423 anggota, lawan 137 anggota, artinya jumlah yang akan memakzulkan

tidak akan memenuhi quorum 2/3 anggota DPR. Jika terjadi perubahan politik Golkar dan

PKS bergabung dengan partai oposisi kekuatan gabungan koalisi pendukung pemerintah

yang tersisa 260 anggota. Ini berarti kemungkinan terpenuhinya syarat 2/3 juga tidak akan

tercapai, karena kekuatannya baru mencapai 56% dan partai koalisi pemerintah masih 60%.

Dalam pasal 83 Undang-Undang No.24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi

(MK) juncto pasal 19 ayat (3) PMK Nomor 21 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara

Dalam Memutus Pendapat DPR Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/atau

Wakil Presiden. Ada amar putusan yaitu sebagai berikut : “Permohonan tidak dapat diterima

apabila tidak memenuhi syarat, membenarkan pendapat DPR apabila Mahkamah berpendapat

bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa

penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau

perbuatan tercela, dan/atau terbukti tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden”. Hal ini mengindikasikan jalan untuk pemakzulan juga mendapat benteng dengan

aturan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi. Proses yang panjang dan berliku ini

dapat dtinjau dengan juga dengan pandangan ketatanegaraan seperti dalam bagan dibawah

ini:

Kedudukan Legislatif dan Yudikatif Kedudukan Eksekutif

Institusi Parlemen

MPR/DPR/DPD/MK/KY

Institusi Hukum

Polisi/Kejaksaan/Pengadilan

Otoritas Prerogratif Legitimasi Hukum

Presiden

Kepala Negara/Kepala Eksekutif

Perintah Konsultasi

(Constitution Command)

Para Mentri/Birokratik

Pembantu Presiden

Perindah Undang-Undang

(Legal Commad)

Peranan Peranan

Membuat/Menetapkan Peraturan Hukum

Dipilih Oleh Rakyat

Menjalankan/Memutuskan Hukum

Dipilih Oleh Parpol

32

Page 33: Pemazulan Presiden

Mengangkat/Menghentikan Pejabat Disetujui Oleh DPR/Presiden

Perbedaan Perbedaan

Hak Otoritas Konstitusi

(Constitution Authority Right)

Hak Oportunitas Hukum

(Legal Opportunity Right)

Sumber: Amos, Abraham. 2007:211

Dalam pemaknaan penulis terkait bagan tersebut diatas, maka garis pemisah antara

kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif di bawah wewenang presiden terlihat didominasi

oleh hak otoritas prerogratif dan hak konstitusional yang terlegitimasi oleh konstitusi

terhadap hak opportunitas yang terligitimasi oleh hukum, jadi dalam praktek parlemen semi

bikameral (soft bikameral) tampak kesetaraan antara kekuasaan parlemen dengan presiden

dan parlemen berhak meng-impeachment presiden jika presiden telah menyalahgunakan

wewenangnya dan menyimpang dari UUD RI 1945, sedangkan presiden berhak

menggantikan pembantu-pembantunya jika kurang menopang kinerja pemerintahan. Presiden

tidak membubarkan parlemen dan sebaliknya parlemen tidak dapat memecat presiden

sekehendaknya sendiri. Menurut C.F. Strong posisi atau kedudukan untuk membatasi

wewenang pemerintah agar senantiasa tetap memperjuangkan aspirasi rakyat dan pejabat

pemerintah dalam mengemban amanat rakyat harus selalu berdasarkan konstitusi. Dalam

konteks sistem presidensil dan aturan terkait pemakzulan yang telah diamanatkan dalam

konstitusi prosedur yang harus dialalui membutuhkan waktu yang sangat panjang, apalagi

konstelasi koalisi partai politik kuat dan dominan. Arahan yang ada dalam konstitusi tersebut

merupakan ”konstitusi normatif” yang harus diakui oleh sistem ketatanegaraan Indonesia.

Indonesia adalah Negara Hukum, maka apa yang dikeluarkan oleh Mahkamh Konstitusi

(MK) adalah sesuatu yang wajar dan memang harus dilakukan dalam menopang sistem

ketatanegaraan di Indonesia. Persoalannya adalah justru peraturan itu dikeluarkan MK ketika

persoalan Bank Century semakin controversial tentang pihak-pihak yang bertanggung jawab

terhadap kerugian negara sebesar 6,7 T. Semua kebijakan yang masih problematik tersebut

pendapat peraturan itu sengaja dibuat Mahkamh Konstitusi guna menyelamatkan Presiden

SBY dan Wakil Presiden Boediono, karena prosedur yang telah dikeluarkan membuat

indikasi sulit untuk dijalankan. Dengan cara ini presiden dan wakil presiden dianggap masih

33

Page 34: Pemazulan Presiden

memiliki peluang diselamatkan dari upaya pemakzulan. Benteng hukum yang justru makin

menguat dengan PMK Nomor 21 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Memutus

Pendapat DPR Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden

merupakan benteng kuat untuk melindungi pemakzulan terhadap Presiden Susilo Bambang

Yudoyono (SBY).

BAB V

34

Page 35: Pemazulan Presiden

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Proses Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek (FPJP), Penyertaan Modal Sementara

(PMS), akuisisi, merger, bailout dan aliran dana yang dikeluarkan terdapat indikasi

pelanggaran hukum terkait kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah.

2. Perppu No. 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)

adalah bentuk hukum guna pertanggung pertanggung jawaban presiden SBY.

3. Dalam konstitusi UUD Negara Republik Indonesia telah diatur untuk

memperhentikan presiden atau wakil presiden, tetapi terkait pemakzulan

(impeachment) hanya istilah yang tidak pernah ada dalam aturan konstitusi.

4. PMK No. 21 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Memutus Pendapat

DPR Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden,

merupakan landasan yuridis formal terkait upaya pemakzulan presiden dan hal ini

secara konstitusional sulit untuk dijalankan.

5. Dalam pasal 7 B ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia 1945 dinyatakan

bahwa usul pengajuan permintaan DPR ke MK dapat dilakukan dengan dukungan

sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 anggota DPR. Dari jumlah itu, dua pertiganya harus

menyatakan setuju. Jika koalisi pendukung pemerintah solid, dapat dipastikan,

kuorum tersebut tidak akan terpenuhi dan upaya pemakzulan tidak akan tercapai.

6. Meskipun terjadi pelanggaran yang telah diputuskan oleh POLRI, KPK ataupun

Kejaksaan maka pemakzulan tidak mungkin terjadi, hal ini terkait ranah politik yang

terjadi di Indonesia.

B. REKOMENDASI

1. Bagi pihak partai oposisi seharusnya lebih mencermati terkait istilah mosi tidak

percaya dan pemakzulan mengingat sistem presidensil yang dianut di Indonesia dan

mekanisme untuk pemakzulan tidak mudah untuk dijalankan, sehingga tidak akan ada

pembodohan politik terhadap masyarakat.

35

Page 36: Pemazulan Presiden

2. Pihak Mahkamah Konstitusi (MK) yang berwenang mengadakan judicial review

dari Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 harus memberikan

pemaknaan yang kongkrit terkait pemakzulan (impeachment).

Daftar Pustaka

36

Page 37: Pemazulan Presiden

Sumber Buku

Amos, Abraham.2007.Katastropi Hukum dan Quo Vadis Sistem Politik Peradilan

Indonesia”Analisis Sosiologi Kritis Terhadap Prosedur Penerapan dan Penegakan

Hukum di Indonesia”.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Bisri, Ilhami.2004.Sistem Hukum Indonesia. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Bambang Sunggono, 1991. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Press

Himawan, Charles.2006. Hukum Sebagai Panglima. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara

Junus A.,George.2007.Korupsi Kepersidenan ”Reproduksi Oligarki Berkaki Tiga Istana

Tangsi dan Partai Penguasa”.Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara Yogyakarta

Junus A.,George.2009.Membongkar Gurita Cikeas di Balik Skandal Bank

Century.Yogyakarta: Galangpress

Irianto, Sulistyowati dkk.2009.Metode Penelitian Hukum.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Soehino.1998.Ilmu Negara.Yogyakarta:Liberty

Lexy.J.Moleong. 1996 . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lexy.J.Moleong. 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Purbacaraka, purnadi dkk.1987. Renungan Tentang Filsafat Hukum.Jakarta: CV Rajawali

Pudjiarto, Harum. 1997. Memahami Politik Hukum di Indonesia. Yogyakarta: Atmajaya

Yogyakarta

Sidarta, Arif.2002. Hukum Dan Logika.Bandung:PT Alumni Bandung

Setiardja, A.Gunawan.1900. Dialektika Hukum dan Moral Dalam Pembangunan Masyarakat

Hukum di Indonesia. Jakarta: Kanisius

Soekanto, Soerjono.2006. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soerjono Soekanto. 1985. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta :

Raja

Grafindo Persada.

37

Page 38: Pemazulan Presiden

Soerjono Soekanto. 2001. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta :

Raja

Grafindo Persada

Thoha, Miftah.2004. Birokrasi Dan Politik Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Wignjosoebroto, Sotandyo.2008.Hukun Dalam Masyarakat “Perkembangan Dan Masalah

Sebuah Pengantar Ke Arah Kajian Sosiologi Hukum”. Malang: Bayu Media

Publishing. Anggota IKAPI Jatim.

Thaib, Dahlan.1989.Implementasi Sistem Ketatanegaraan Menurut UDD 1945.

Yogyakarta:Liberty

Ridwan Indra, Mukhammad.1982.Kedudukan Lembaga Negara dan Hak Menguji Menurut

UUD 1945.Jakarta: Sinar Grafika

Soedarsono.2008.Putusan Mahakamah Konstitusi Tanpa Mufakat Bulat.Jakarta:Sekjend dan

Kepaniteraan MK

Asshiddiqie,Jimly.2008.Menuju Negara Hukum Yang Demokratis.Jakarta: Sekjend dan

Kepaniteraan MK

Ranadireksa, Hendarmin.2007.Dinamika Konstitusi Indonesia.Bandung:Anggota IKAPI

Abdul Latief. 2007. Fungsi Mahkamah Konstitusi Dalam Upaya Mewujudkan Negara

Hukum Demokrasi. Yogyakarta: Kreasi Total Media

Abdul Rasyid Thalib. 2006. Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Implikasinya dalam

Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Dahlan Thaib. Jazim Hamidi, dan Ni’matul Huda, 2003. Teori dan Hukum Konstitusi.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga.

Firmansyah Arifin. dkk, 2005. Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan Antarlembaga

Negara. Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN). Cetakan

Pertama.

Jimly Asshiddiqie. 2005. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan Dalam

UUD 1945. Cetakan Kedua. Yogyakarta: FH UII Press. Cetakan Kedua.

38

Page 39: Pemazulan Presiden

_______________. 2005. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Konstitusi

Press.

_______________. 2006. Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara. Jakarta:

Konstitusi Press. Cetakan Ketiga.

_______________. 2006. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Reformasi. Jakarta: Konstitusi Press.

Josef Riwo Kaho. 1990. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.

Maruarar Siahaan. 2005. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta:

Konstitusi Press.

M. Solly Lubis. 2002. Hukum Tata Negara. Bandung: Mandar Maju.

Nukthoh Arfawie Kurde. 2005. Telaah Kritis Teori Negara Hukum. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. Cetakan Pertama.

Ridwan HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sobirin Malian. 2001. Gagasan Baru Perlunya Konstitusi Baru Pengganti UUD 1945.

Jogjakarta: UII Press.

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

_______________. 2001. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Sumber Aturan Perundang-undangan

Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

Peraturan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 21 Tahun 2009 tentang Pedoman Beracara

Dalam Memutus Pendapat DPR Mengenai Dugaan Pelanggaran oleh Presiden

dan/atau Wakil Presiden

Perppu No.4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK)

Sumber Media Massa

Media Indonesia, Rabu 20 Januari 2010, hal.1

Media Indonesia, Selasa 16 Februari 2010,hal. 1

39

Page 40: Pemazulan Presiden

Kompas, Hari Rabu tanggal 24 Februari 2010,hal.1

Media Indonesia, Hari Selasa tanggal 23 Februari 2010,hal.

Sumber Internet

http//:www.uksw.ac.id/ diakses tanggal 5 Februari 2010

http//:www.progresif_Ishap.blogspot.com/ diakses tanggal 1 Februari 2010

http//:www.jodisantoso.blogspot.com/ diakses tanggal 2 Februari 2010

http//:www.mahkamahkonstitusi.go.id/ diakses tanggal 3 Februari 2010

http//:www.antikorupsi.org/diakses tanggal 3 Februari 2010

http//:www.vibizportal.com/diakses tanggal 5 Februari 2010

http//:www.inilah.com/ diakses tanggal 5 Februari 2010

http//:www.okezone.com/ diakses tanggal 5 Februari 2010

http/:www.antaranews.com/ diakses tanggal 7 Februari 2010

http/:www.wordpress.com/ diakses tanggal 8 Februari 2010

http/:www.wikipedia.com/ diakses tanggal 7 Februari 2010

http//:www.suara.online.com/ diakses tanggal 8 Februari 2010

http/:www.Jakarta45.wordpress.com/ diakses tanggal 9 Februari 2010

40

Page 41: Pemazulan Presiden

41