pemanfaatan tumbuhan sebagai habitat semut...

60
PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT RANGRANG Oecophylla smaragdina (Fabricius, 1775) DI KAMPUS 1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA RIZKY APRIZAL PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019/ 1441 H

Upload: others

Post on 15-Jan-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT

SEMUT RANGRANG Oecophylla smaragdina (Fabricius, 1775)

DI KAMPUS 1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

RIZKY APRIZAL

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019/ 1441 H

Page 2: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT

SEMUT RANGRANG Oecophylla smaragdina (Fabricius, 1775)

DI KAMPUS 1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

RIZKY APRIZAL

1113095000022

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019/ 1441 H

Page 3: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan
Page 4: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan
Page 5: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan
Page 6: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

i

ABSTRAK

Rizky Aprizal, Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Habitat Semut Rangrang

Oecophlla smaragdina (Fabricius, 1775) di Kampus 1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.Dibimbing oleh Dr. Iwan Amunudin, M. Si dan Narti

Fitriana, M.Si, 2019.

Bentuk tumbuhan yang berbeda dapat mempengaruhi struktur sarang semut

rangrang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi struktur sarang

yang digunakan sebagai habitat bersarang semut rangrang di kampus 1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei.

Penentuan titik sampling dipilih menggunakan metode purposive sampling,

dibedakan menjadi 3 lokasi yaitu areal yang ditutupi oleh rumput (sekitar

Auditorium A.H. Nasution), tanpa tutupan vegetasi (sekitar Pusat Laboratorium

Terpadu) dan area yang ditutupi conblock. Sarang semut rangrang paling banyak

ditemukan pada area yang ditutupi oleh rumput (18 sarang) yaitu pada pohon

rukem (7 sarang), pohon mangga (3 sarang), pohon bringin (2 sarang), pohon

bisboll (3 sarang), pohon tanjung (2 sarang), pohon durian (1 sarang). Sarang

semut rangrang pada pohon rukam dengan bentuk daun membulat mempunyai

struktur sarang semut berbentuk bulat, kecil dengan rajutan sutera yang banyak,

sarang semut pada pohon mangga dan matoa berbentuk memanjang dengan

rajutan benang sutera yang lebih sedikit. Ketinggian sarang dari permukaan tanah

3±1,65 m. pada semua sarang ditemukan semua kasta semut meliputi ratu, jantan

produktif, pekerja dan pekerja dengan jumlah anggota yang bervariasi. Faktor

parameter mikroklimat yang mempengaruhi keberadaan semut rangrang adalah

intensitas cahaya, suhu udara, dan suhu tanah.

Kata kunci : Struktur sarang, semut rangrang, pohon buah, tutupan tanah

Page 7: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

ii

ABSTRACT

Rizky Aprizal, Utilization of Plants as Habitat of Weaver Ants Oecophlla

smaragdina (Fabricius, 1775) at Campus 1 of UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Guided by Dr. Iwan Amunudin, M. Si and Narti Fitriana, M.Sc,

2019.

Different plant shapes can affect the structure of the waever ant nest. This study

aims to determine the morphology of the structure of the nest that is used as a

nesting habitat for weaver ant on campus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This

research was conducted using a survey method. Determination of the sampling

point was selected using the purposive sampling method, divided into 3 locations

namely the area covered by grass (around A.H. Nasution Auditorium), without

vegetation cover (around the Integrated Laboratory Center) and the area covered

by conblock. Weaver ant nests are most commonly found in areas covered by

grass (18 nests), namely in rukem trees (7 nests), mango trees (3 nests), bringin

trees (2 nests), bisboll trees (3 nests), cape trees (2 nests), durian trees (1 nest).

Rangrang ant nests on rukam trees with rounded leaves have a small and rounded

ant nest structure with many silk knits, ant nests on mango trees and elongated

matoa with more silk threads. The height of the nest from the ground surface is 3

± 1.65 m. in all nests, all caste ants include queens, productive males, workers and

workers with varying numbers of members. The microclimate parameter factors

that influence the existence of weaver ants are light intensity, air temperature, and

soil temperature.

Keywords: Nest structure, rangrang ants, fruit trees, soil cover

Page 8: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

karena atas segala rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian ini. Shalawat serta salam semoga tercurah pada nabi besar Muhammad

SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, serta umatnya.

Penulis merasa tidak akan mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik

tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi (FST) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh dosen di

lingkungan Program Studi Biologi yang telah memberikan ilmu serta

bimbingan selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Iwan Aminudin, M.Si, selaku dosen pembimbing I penelitian ini yang

telah memberikan bimbingan dan arahan teknis dalam pengerjaan penelitian

ini guna menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Narti Fitriana, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan serta saran dalam menyempurnakan penelitian penulis.

5. Kedua orang tua, Dedi Riswandi dan Teti Sunarti yang tiada hentinya

memberikan do’a dan kasih penulisng, memberikan nasihat dan semangat

hidup sehingga penulis dapat terus berjuang meraih mimpi-mimpi penulis.

Tak lupa kepada kakak penulis Shifa Gusditia yang memberikan dukungan,

dan juga seluruh keluarga besar penulis.

6. Dinda Rama Haribowo, S.Si dan seluruh staf Pusat Laboratorium Terpadu

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

vi

7. Seluruh Dosen Prodi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarata dan civitas

akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Heny Hermawati, Biologi angkatan 2013, Biologi angkatan 2010, biologi

angkatan 2011, Biologi angkatan 2012, Biologi angkatan 2015 dan segenap

sahabat kostn Herwandi, Maulana Malik, Aditya Pratama, Alby, Firdaus,

Rachma, Alfan, Rama, Mardiansyah, Ahmad Danial, Danang, Mamah Irul

Hajar, Hilal, Rizal, Iqbal, Reza, Fahlepi, Febi Irfanullah, Bapak Iwan Kostn,

Sohib Gowes.

Demikianlah skripsi ini disusun, semoga bermanfaat bagi para pembaca untuk

menambah bekal pengetahuan. Amin.

Jakarta, Agustus 2019

Penulis

Page 10: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……………………………………………………………………………i

ABSTRACT…………………………………………………………………………...ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... vi

DATAR LAMPIRAN………………………............................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6

1.5 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Semut Rangrang ................................................................................... 7

2.1.1 Semut Rangrang ...................................................................................... 8

2.1.2 Morfologi ................................................................................................ 8

2.1.3 Siklus Hidup Semut Rangrang ............................................................... 10

2.1.4 Struktur Sosial Semut Rangrang ........................................................... 12

2.1.5 Manfaat Semut Rangrang ....................................................................... 12

2.2 Tumbuhan yang dimanfaatkan Semut Rangrang ............................................. 13

2.3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ..................................................................... 13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 14

3.2 Bahan dan Alat ................................................................................................ 15

3.3 Metode Penelitian ............................................................................................ 16

3.3.1 Teknik Pengoleksian Sampel …………………………………………...16

3.3.2 Parameter Pengamatan ............................................................................ 16

3.4 Analisis Data .................................................................................................... 17

3.4.1 Keanekaragaman Jenis Pohon ............................................................... 18

3.4.2 Analisis Hubungan Faktor Lingkungan dengan Keberadan Spesies

Semut Rangrang .............................................................................................. 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komposisi Spesies tumbuhan…………………………………………...19

4.2 Tempat bersarang semut rangrang………………………………………23

4.3 Komposisi Kasta dan sarang..…………………………………………...26

4.4 Hubungan semut dengan tumbuan……………………………………....27

4.5 Hubungan semut dengan faktor fisik…………………………………....38

Page 11: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

vi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………...39

5.2 Saran.……………………………………………………………………39

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...40

LAMPIRAN………...……………………………………………………………...43

Page 12: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Bagian-bagian semut ………………………………………….………………..8

2. Pupa semut rangrang…………..…………………………….………………...10

3. Kasta semut rangrang……………………………………….…………………12

4. Denah Loaksi pengambilan semut rangrang…………………………………..16

5. Sarang semut…………………………………………………………………..23

6. Komposisi kasta semut rangrang.……………………………...……………...28

7. Sarang semut yang berada di pohon di area PLT …………………………… 30

8. Sarang semut yang berada di student center ……………….………………....31

9. Sarang semut yang berada di area Auditorium A.H. Nasution ………………32

10. Hasil PCA pada aplikasi SPSS ………………………………………………34

Page 13: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah family, spesies, invidividu stratiikasi vegetasi ……………………….20

2. Tanaman yang dimanfaatkan semut rangrang…………………………………25

3. Komposisi sarang dan kasta semut rangran……..…………………………….29

4. Nilai komponen matrix PCA…………………………………………………..34

Page 14: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Analisis data Pohon dan Faktor Mikroklimat………..………………….…….43

2. Analisis Vegetasi Tingkat Samai……………………………………………...45

3. Nilai KMO Analisis SPSS versi 22...………...…..…………………………...46

Page 15: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semut rangrang Oecophylla smaragdina (Fabricius,1775 ) termasuk serangga

dalam ordo Hymenoptera, famili Formicidae, semut ini tidak memiliki sengat dan

merupakan serangga sosial yang hidup dalam suatu koloni. Terdapat dua spesies

semut rangrang yaitu O. longinoda di benua Afrika dan O. smargdina yang tersebar

di Asia Tenggara sampai Australia (Holldobler 1990). Koloni semut rangrang terdiri

dari kasta reproduktif dan nonreproduktif. Ratu berukuran 15-16 mm dan jantan

berukuran 8-10 mm, keduanya memiliki sayap, sedangkan pekerjanya merupakan

betina nonreproduktif, tidak bersayap dan berukuran 5 mm (Borror & White, 1970)

Semut rangrang berperan sebagai polinator yang membantu persebaran

tumbuhan dan menjaga keseimbangan ekosistem Latumahina et al., (2015), memiliki

fungsi lain dalam ekologi sebagai pengganggu, menghalangi atau memangsa berbagai

jenis hama seperti kepik hijau, ulat pemakan daun dan serangga-serangga pemakan

buah. Populasi semut rangrang yang tinggi dapat mengurangi permasalahan hama

tungau, penyakit greening /citrus dieback yang ditularkan melalui kutu loncat pada

tanaman jeruk atau biokontrol Hölldobler, (1990). Semut ranrgang adalah serangga

sosial yang memiliki aktivitas harian, diantaranya perilaku menelisik (grooming),

trofalaksis, pencarian makan dan pemindahan koloni (Hölldobler, 1990).

Aktivitas pencarian makan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kebutuhan

internal, sumber makanan, dan lingkungan fisik. kondisi lingkungan fisik sangat

berpengaruh bagi semut untuk tetap menjalankan aktivitasnya Luch et al., (2010).

Makanan semut rangrang berupa serangga dan cairan gula. Semut rangrang bersifat

predator dan agresif, oleh karena itu semut rangrang digunakan sebagai agen

biokontrol dan agen dekomposer, memanfaatkan serasah atau sisa makanan dari

aktivitas manusia yang ada disekitarnya sebagai kebutuhan protein (Male et al.,

2004).

Page 16: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

2

Semut ini memiliki perilaku bersarang yang bersifat absolut dan

spatialtemporal , teritori absolut yaitu wilayah yang dipertahankan dari ganguan yang

akan merusak sarang sepanjang waktu, sedangkan spatialtemporal adalah wilayah

yang dipertahankan pada waktu tertentu saja ketika ada yang mengancam. Semut

rangrang merupakan semut yang mendiami wilayah teritori yang bersifat absolut

(Holldobler 1990).

Menurut Karmawati (2004) tumbuhan menjadi tempat yang sangat penting

bagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan segala jenis aktivitas

dari mencari makan hingga bersarang, tumbuhan yang dapat menghasilkan nektar

adalah salah satu sumber pakan bagi mangsa semut rangrang. Sumber pakan semut

rangrang adalah serangga yang memanfaatkan tumbuhan atau pohon itu sendiri.

Semut rangrang memiliki ciri hidup yang khas yaitu merajut daun-daun dengan sutera

yang dihasilkan oleh larva semut untuk membuat sarang Holldobler (1990). Bagian

tajuk pohon digunakan sebagai tempat bersarang bagi semut rangrang, dibentuk dari

jalinan beberapa helai daun muda dengan menggunakan sutra yang dikeluarkan dari

mulut larva, hal itu pula yang menyebabkan mengapa semut ini tidak membuat sarang

di dalam tanah (Holldobler 1990).

Sarang semut rangrang bersifat polydomous artinya satu koloni mendiami

banyak sarang dalam satu pohon atau dalam pohon yang berbeda, dalam satu sarang

ditemukan ratusan sampai ribuan semut pekerja. Semut rangrang menyukai tumbuhan

yang berdaun lebar dan lentur atau berdaun kecil dengan ukuran 5-15 cm tetapi

memiliki jumlah daun yang banyak dalam satu tangkainya, lebih menyukai pohon-

pohon yang tinggi untuk menghindari ancaman yang akan merusak sarangnya.

Tumbuhan kecil atau semak juga dipilih sebagai tempat bersarang. Sarang dapat

dijumpai pada tumbuhan buah nona liar (Annona giabra) atau pada semak-semak

atau tempat yang mudah mendapatkan embun madu dari kutu perisai atau kutu putih

sebagai makanan Mele et al., (2004), maka tempat yang ideal pembentukan koloni

semut rangrang tersedia tanaman yang berdaun cukup besar dan cukup lentur,

terhindar dari ganguan manusia, dan tersedianya cukup makanan. Pada wilayah

perkotaan alih fungsi lahan hijau menjadi perumahan dan jalan mengakibatkan

Page 17: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

3

berkurangnya keberadaan tanaman. Perencanaan pembangunan seharusnya

mementingkan lahan terbuka hijau sebagai pendukung fungsi ekologis organisme lain

salah satunya semut rangrang.

Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tumbuhan yang

beranekaragam yang berfungsi untuk penghijauan. Tumbuhan tersebut diharapkan

melengkapi fungsi klimatologis, hidrologis, pembersih udara, estetika dan juga

penunjang bagi kehidupan tidak terkecuali semut rangrang. Semut rangrang

menggunakan menggunakan pohon sebagai tempat bersarang dan mencari makan

Holldobler (1990). Pembangunan kampus tanpa perencanaan dapat memberikan

dampak berkurangnya area hijau karena dialihfungsikan menjadi bangunan gedung

tempat melakukan aktivitas perkuliahan dan lahan parkir. Beberapa area menjadi

ditutupi dengan conblock dan beton sehingga terjadi fragmentasi. Fragmentasi dapat

mempengaruhi pemilihan sarang bagi beberapa organisme termasuk semut rangrang.

Fragmentasi juga mempengaruhi mikroklimat, sementara itu komunitas semut sangta

bergantung kepada mikroklimat seperti suhu udara, kelembaban udara relatif dan

intensitas cahaya Latumahina (2011). Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu

adanya penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan sebagai habitat semut rangrang di

kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah morfologi struktur sarang semut rangrang di kampus 1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.3 Tujuan Penelitian

Menentukan morfologi struktur sarang semut rangrang di kampus 1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan dijadikan acuan untuk

pengelolaan area hijau di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 18: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

4

1.5 Kerangka Berpikir

Penelitian ini mengetahui semut rangrang dan habitat alaminya, mengetahui

morfologi, aktifitas dan kecenderungan ciri khas mengenai keberadaan semut

rangrang melalui pustaka dan pengamatan di area kampus 1 UIN Syarif Hidatayullah

Jakarta. Pengamatan keberadaan dilakukan terhadap habitat semut rangrang dilokasi

ini. Pengamatan dilakukan terhadap tumbuhan yang dimanfaatkan bersarang, mencari

makan, dan aktivitas harian lainnya.

Tingkat pertumbuhan vegetasi diamati pada sratifikasi keberadaan sarang

semut rangrang. Keberadaan semut rangrang tidak terlepas dari mikroklimat sebagai

penunjang di habitatnya. dengan gambaran kerangka alur berikir sebagai berikut

(Gambar 1).

Gambar 1. Alur kerangka berfikir penelitian

Semut rangrang

(Oecophylla smaragdhina)

Tumbuhan yang dimanfaatkan

Tingkat pertumbuhan vegetasi sarang semut rangrang

Analisis hubungan mikroklimat dengan keberadaan semut rangrang

Hasil

Rekomendasi (Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Sebagai informasi untuk pengelolaan lahan hijau

Habitat semut rangrang kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 19: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi Semut Rangrang

Menurut Gunsalam (1999), beberapa subfamili semut memilki daerah

penyebaran yang cukup luas, antara lain subfamili Formicinae. Selain itu semut

yang banyak menjadi hama rumah tangga banyak dari subfamili Dolichoderinae,

Formicinae, dan Myrmicinae. Myrmicinae merupakan subfamili yang memiliki

jumlah jenis terbesar dalam famili Formicidae Kwon & Lee (2015). Semut

rangrang termasuk ke dalam famili Formicidae dengan genus Oecophylla karena

memiliki ciri-ciri warna merah kehitaman, dengan abdomen bergaris kehitaman,

dan memiliki ukuran tubuh panjang 1-2 cm yang dilengkapi dengan protonom

yang melebar.

Semut rangrang lebih banyak ditemukan di area perkebunan dan hutan

hujan tropis, lebih banyak memakan kandungan protein dari mangsa yang didapat

sebagai semut predator, dan memiliki sifiat yang sangat agresif jika tertekan atau

mengalami ancaman baik terhadap koloninya ataupun sarang yang ditempatinya.

2.1.1. Semut Rangrang

Semut termasuk ordo Hymnoptera dan famili Formicidae. Formicidae

terdiri dari 21 subfamili dan 4 subfamili yang telah punah. Dianatara 21 subfamili

tersebut Nothomymeciinae, Myrmeciinae, Ponerinae, Dorylinae, Aneuritinae,

Aenictinae, Ecitoninae, Myrmicinae, Pseudomyrmicinae, Cerap achynae,

Leptanillinae, Leptanilloidinae, Dolichoderinae, dan Formicinae (Bolton, 2003).

Menurut Bolton (2003) Klasifikasi semut rangrang termasuk ke dalam

Filum: Arthropoda, Ordo: Hymenoptera, Famili: Formicidae, Genus: Oecophylla,

Spesies: O. smaragdhina. Semut ini merupakan salah satu spesies musuh alami,

memiliki cara hidup yang khas yaitu merajut daun-daun pada pohon untuk

membuat sarang, semut rangrang menyukai udara yang segar, semut ini dibagi

dalam dua nama berbeda di Asia semut ini diberikan nama Oecophylla

smaragdhina dan di Afrika diberikan nama Oecophylla longinoda. Mele et al.,

(2004). Berdasarkan sebarannya semut rangrang tersebar diberbagai negara, dapat

dijumpai di Afrika dan Asia-Pasifik.

Page 20: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

6

2.1.2. Morfologi

Morfologi semut rangrang hampir sama dengan morfologi semut pada

umumya terbagi ke dalam tiga bagian yaitu kepala, toraks, dan abdomen.

Termasuk ke dalam ordo Hymenoptera yang ditandai dengan menyatunya segmen

pertama dari abdomen dengan segmen pada toraks yang disebut propodeum

sehingga terbentuk mesosom atau alitrunk. Bagian kepala terdiri dari beberapa

bagian. Bagian-bagian kepala semut digunakan sebagai identifikasi dilihat dari

antenna, kliperus, frontal, carina, mandibula. Semut rangrang juga memiliki

sensor yang biasa disebut dengan maxillary palps dan labiab palps. Abdomen

pada semut rangrang berbentuk bulat terdiri atas 4 segmen (Bolton, 2003).

Kepala semut terdiri atas beberapa bagian. Bagian-bagian kepala semut

yang digunakan dalam proses identifikasi diantaranya antenna, antennal, clypeus,

frontal carina, mandibula dan palp formula menurut Hashimoto (2000).

Mandibula(MD) semut merupakan bagian tubuh semut pada bagian mulut yang

terletak antara labrum dan maxilla. Bagian sisi mandibula biasanya terbentuk

triangular atau subtriangular.

Gambar 1. Bagian semut: a. Bentuk kepala dan Mandibula semut, b. mesosom, c.

abdomen (Hashimoto, 2000)

Mesosom merupakan bagian tubuh semut yang terdapat diantara kepala

dan abdomen. Mesosom terdiri atas tiga ruas thoraks yaitu, prothoraks,

mesothoraks dan metathoraks yang menyatu dengan propodeum (tergit ruas

abdomen pertama) membentuk suatu unit tunggal. Segmen kaki terdiri dari basal

coxa (BC) yang bersambungan dengan alitrunk, trochanter (TR), femur (FE),

tibia (TB) dan tarsus (TA). Bagian apikal kaki terdiri dari lima segmen yang

a b c

Page 21: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

7

berukuran kecil disebut claw (CA). Tibia spurs (TBS) merupakan taji yang

terletak pada bagian apex dari tibia(Hashimoto, 2000).

Abdomen semut pekerja terdiri dari tujuh buah segmen (A1-A2). Segmen

abdomen pertama adalah propodeum (PPD.A1). Segmen yang kedua adalah

petiole (PT.A2). Segmen abdomen ketiga yang tidak mengalami reduksi disebut

post petiole (PPT). Segmen yang ke empat sampai ketujuh disebut dengan gaster

(GA). Tergit dari segmen ke tujuh abdomen disebut pigydium (HY). Pada ujung

Hypopygidium terdapat acidiopore yang merupakan saluran untuk mengeluarkan

asam formiat dan biasanya terdapat setae yang pendek (Hashimoto, 2000)

2.1.3. Siklus Hidup Semut Rangrang

Semut merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna,

siklus hidup semut mulai dari telur, larva, pupa dan semut dewasa. semut

rangrang merupakan semut yang melakukan metamorfosis secara sempurna (Mele

et al., 2004).

Gambar 2. Pupa dan larva pada semut rangrang (Mele et al., 2004)

Telur semut rangrang berwarna putih kecil dan berbentuk elips, berukuran

0.5 mm – 1 mm. Lama fase telur adalah 14 hari, warna larva semut rangrang

hampir sama dengan warna telur, larva sudah terbentuk mata dan mulut, terdiri

atas 13 segmen dan lama fase larva adalah 15 hari. Kemudian larva berkembang

menjadi pupa. Pupa menyerupai semut dewasa karena sudah mempunyai kaki,

mata, mulut, dan sayap tetapi warna tubuhnya masih putih dan tidak aktif, lama

Page 22: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

8

fase pupa adalah 14 hari. Selanjutnya pupa akan menjadi semut dewasa yang

berubah warna sesuai dengan kastanya (Mele et al., 2004)

2.1.4. Struktur Sosial Semut Rangrang

Semut rangrang mempunyai kehidupan sosial seperti halnya semut lain

pada umumnya, berikut adalah kasta dari semut rangrang. Dalam tiap koloni yang

terdiri dari satu atau beberapa sarang dapat ditemukan satu atau beberapa ratu

semut.

Gambar 3. Kasta semut rangrang, semut prajurit, pekerja, ratu dan jantan

produktif (Male et al., 2004)

Ratu semut memiliki ciri morfologi dengan tubuh lebih besar, berwarna

hijau hingga coklat dengan abdomen yang berukuran besar dan menghasilkan

banyak telur. Ratu semut ditemukan pada tempat yang tidak terganggu untuk

keamanan menyimpan telur. Ratu semut pada umunya berada pada sarang dengan

daun-daun yang masih segar dan hijau. Semut jantan lebih kecil dari ratu semut,

berwarna kehitaman dan hidupnya singkat. Setelah mengawini ratu semut maka

semut jantan ini akan mati.

Dalam percobaan laboratorium semut jantan bisa hidup selama 1 minggu,

sedangkan ratu semut dan semut pekerja dapat hidup beberapa bulan Mele et al.,

(2004). Semut pekerja adalah semut betina yang tidak bisa menghasilkan

keturunan atau mandul. Semut pekerja tinggal didalam sarang dan merawat semut

muda. Semut prajurit merupakan anggota yang paling banyak jumlah dalam

Page 23: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

9

koloninya dan bertanggung jawab untuk semua aktivitas dalam koloninya, bekerja

menjaga sarang, mengumpulkan dan membawa makanan, dan membangun sarang

serta mencukupi semua kebnutuhan untuk koloni.

2.1.5. Prilaku Semut Rangrang

Semut rangrang merupakan semut sosial yang hidup bekoloni, hal

tersebut sesuai dengan ayat Al-Qur’an Surat An-Naml yang menjelaskan

mengenai semut sebagai mahluk yang hidup dan melakukan segala aktivitasnya

secara sosial, tidak terkecuali semut rangrang yang melakukan aktivitas hariannya

antara lain menelisik, mencari makan, dan pemindahan koloni (Hölldobler, 1990).

Aktivitas makan berhubungan dengan daerah teritori. Daerah teritori bersifat

absolut dan spatial temporal. Teritori absolut yaitu daerah yang dipertahankan dan

menyusup sepanjang waktu.

Semut rangrang merupakan semut dengan teritori absolut (Hölldobler,

1990). Semut ini bersifat predator agresif karena hal tersebut semut rangrang

digunakan sebagai agen biokontrol alamiah yang bersifat simbiosis mutualisme

(Youngsteadt et al., 2009). Semut rangrang merupakan salah satu semut arboreal

dengan membentuk sarang dibagian tajuk pohon. Sarang dibentuk dari jalinan

beberapa helai daun muda dengan menggunakan sutra yang dikeluarkan dari

mulut larva. Serangga ini bersifat polydomous yaitu satu koloni menempati

banyak sarang dalam satu pohon atau dalam pohon yang berbeda. Dalam satu

sarang ditemukan ratusan sampai ribuan semut pekerja (Borror, 1992).

2.1.6. Manfaat Semut Rangrang dan Karakteristik Tempat Bersarang

Menurut Karmawati (2004) semut rangrang memiliki manfaat sebagai

polinator. Semut rangrang juga dapat dijadikan sebagai predator sehingga dapat

menekan pertumbuhan hama yang merusak pada tumbuhan, terutama hama pada

tanaman buah. Semut rangrang dapat meningkatkan kualitas buah yang dihasilkan

tanaman menjadi lebih segar dan menarik (Mele et al., 2004). Semut rangrang

memiliki manfaat untuk ekologi sebagai pengurai. Semut menguraikan bahan-

bahan organik seperti serasah bangkai atau sisa-sisa makanan. Penguraian yang

Page 24: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

10

dilakukan semut berfungsi untuk menyuburkan tanah. Secara ekonomi telur semut

rangrang dimanfaatkan untuk pakan burung atau ikan (Mele et al., 2004).

Pembentukan sarang semut rangrang dilakukan oleh kasta prajurit dan

pekerja dengan cara merajut helaian daun dengan sutera yang di hasilkan oleh

larva semut semut dengan pembentukan sarang yang bervariasi ada yang

membulat panjang atau lonjong tergantung dari karakteristik daun yang dijadikan

tempat bersarang. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh semut rangrang sebagai

tempat bersarang adalah tumbuhan buah atau tumbuhan yang memiliki daun

lentur yang memudahkan semut ini untuk membangun sarang. Tumbuhan tersebut

berupa tumbuhan yang berbatang tinggi, pemilihan batang yang tinggi

dikarenakan untuk melindungi sarang dari gangguan predator yang dapat

mengancam keberadan sarang semut tersebut (Mele et al., 2004). Pemanfaatan

tumbuhan oleh semut rangrang bergantung pada makan yang tidak hanya

ditemukan pada batang ataupun daun dari tumbuhan tersebut terkadang terdapat

mangsa yang dimanfaatkan untuk makan pada tumbuhan bawah dan serasah di

sekitar pohon sarang (Seguni et al., 2011).

2.2.UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kampus 1 UIN syarif Hidayatulla Jakarta terletak di Jalan Ir. H. Juanda 95

Ciputat Tangerang Selatan, Provinsi Banten, secara geografis kampus 1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta terletak pada 60° 18’ 24,26’ LS dan 106° 45’ 14,96’

BT. Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki luas sekitar 71.6202

(Anonimous, 2016). Pembangunan kampus menggunakan beton dan conblock

sebagai jalan yang begitu cepat menjadikan berkurangnya lahan bagi tumbuhan.

Alokasi pembangunan atau taman di kampus ini tidak terlepas dari rencana tata

ruang kampus yang sudah dibuat.

Terdapat berbagai jenis tumbuhan di area kampus 1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta memiliki berbagai fungsi, antara lain: menciptakan

lingkungan kampus yang lebih estetis dan memiliki suasana indah dan nyaman

dan konservasi keanearagaman hayati yang membentuk ekosistem hingga

terciptanya keseimbangan di sekitar lingkungan kampus 1 UIN Syarif

Hidayatullah. Pepohonan berbuah polong yang tumbuh di kampus 1 UIN Syarif

Page 25: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

11

Hidayatullah Jakarta memiliki fungsi sebagai tanaman hias dan pohon peneduh di

lingkungan kampus (Irsyam & Priyanti, 2016). Studi pendahuluan yang dilakukan

terdapat vegetasi yang bervariasi mulai dari tumbuhan bawah hingga vegetasi

tingkat pohon yang terdapat di area kampus 1 UIN Syari Hidayatullah Jakarta.

Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kampus dengan

hampir seluruh area tertutupi conblock, seluruh lokasi penunjan pembelajaran

mahasiswa berdiri bangunan yang kokoh dengan setiap bangunan fakultas terdiri

atas 7 lantai, terdapat Auditorium, ruangan untuk unit kegiatan mahasiwa dan

sarana pendidikan lainnya yang hampir semua ruang tersebut menggunakan beton.

Page 26: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terletak di Jalan Ir. H. Juamda 95 Ciputat, Tangerang Selatan, Provinsi Banten,

secara geografis terletak pada ordinat 60° 18’ 34,26’ LS 106° 45 14,96’ BT. Titik

sampling di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilihat pada Gambar

4. Pengamatan dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2018.

Gambar 4. Denah Lokasi Pengambilan sampel semut rangrang di kampus 1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Lokasi penelitian dibedakan dengan jenis tutupan tanah yang berebda yaitu

tutupan tanah, tutupan rumput dan tutupan conblock, karakteristik pembagian dari

ketiga loaksi tersebut berdasarkan lokasi yang ditemukan di Area kampus 1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Tutupan tanah bearada di area depan Pusat

Laboratorium Terpadu (PLT) UIN Syarif HIdayatullah Jakarta, lokasi sengan

Page 27: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

13

tutupan rumput berada di area Auditorium A.H Nasution, dan lokasi tutupan

dengan conblock terdapat di area Student Center (SC). Lokasi pengambilan

sampel dibedakan berdasarkan titik warna pada denah, warna merah di tutupan

rumput, warna kuning area tutupan tanah dan warna biru area tutupan conblock.

Proses identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Ekologi Pusat

Laboratorium Terpadu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah semut rangrang dan alkohol

70%. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah termometer,

higrometer, meteran, tali, piring, plastik, pinset, saringan, baki, GPS (Global

Positioning System), label, kamera, kotak koleksi, anemometer, lux meter, pH and

moisture soil tester, weathermeter, termometer tanah, clino meter, mikroskop

stereo, cawan petri, lembar monitoring (log book), buku catatan, alat tulis, dan

buku identifikasi semut Synopsis and Classification of Formicidae (Bolton, 2003).

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei. Penentuan titik

sampling dipilih menggunakan metode purposive sampling, dibedakan menjadi 3

lokasi yaitu areal yang ditutupi oleh rumput (sekitar auditorium A.H. Nasution),

tanpa tutupan vegetasi (sekitar Pusat Laboratorium Terpadu) dan area yang

ditutupi coonblock. Pada ketiga lokasi tersebut dibuat plot dan dilakukan analisis

vegetasi dengan mencatat setiap tumbuhan yang ditemukan di dalam plot.

Selanjutnya tumbuhan dikategorikan ke dalam semai, pancang, tiang, dan pohon.

Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan membandingkan karakteristik sampel

tumbuhan dengan buku identifikasi Flora of Java. Identifkasi semut rangrang

yang terdapat pada tumbuhan dilakukan menggunakan buku identifikasi semut

Synopsis and Classification of Formicidea (Bolton, 2003).

Untuk menentukan tingkat permudaan pertumbuhan, digunakan kriteria

sebagai berikut:

a) Semai (seedling) : permudaan dari mulai kecambah sampai setinggi 1,5 m

b) Pancang (sapling) : permudaan yang tingginya ≥ 1,5 m sampai pohon

muda yang berdiameter ≤ 10 cm

Page 28: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

14

c) Tiang (pole) : pohon muda yang berdiameter 10-20 cm

d) Pohon dewasa : pohon yang berdiameter lebih dar 20cm

Pengamatan dilakukan pada pohon yang ditemukan sarang semut rangrang.

Ketinggian sarang semut diukur dari atas permukaan tanah menggunakan

clinometer, dilihat komposisi kasta semut yang terdapat di dalam setiap sarang

dan ditentukan morfologi dari sarang semutnya. Untuk menghitung jumlah

individu setiap kasta yang mendiami sarang, dibuka 5 sarang dan dihitung jumlah

individu setiap kasta meliputi ratu, jantan produkti, pekerja dan prajurit.

Dilakukan juga pendataan faktor mikroklimat selama pengamatan berlangsung.

3.3.1 Teknik Pengoleksian Sampel

a. Semut

Teknik pengambilan sampel menggunakan handshorting, Pengambilan

sampel dilakukan dengan cara mengambil 5 sarang semut rangrang yang terdapat

pada pohon. Sarang semut dibuka dan dimasukan ke dalam wadah berupa kotak

yang terbuat dari bahan transparan. Penghitungan jumlah individu dari setiap

kasta semut dilakukan dengan cara mengambil dan memindahkan sarang ke dalam

kotak, selanjutnya sarang dibuka dan dihitung jumlah individu dari masing

masing kasta meliputi ratu, jantan produkti, pekerja dan prajurit. Dilakukan juga

pencatatan faktor mikroklimat meliputi derajat keasaman (pH), suhu udara,

kelembapan relatif udara, kelembapan relative tanah dan intensitas cahaya.

Pengukuran faktor mikroklimat dilakukan pada pukul 08.00-10.00 WIB dan

13.00-14.00 WIB selama pengamatan berlangsung.

b. Vegetasi

Data vegetasi diperoleh melalui pengamatan lapangan yang dilakukan di

setiap plot. Data yang diamati adalah vegetasi strata semai, pancang, tiang, dan

pohon. Parameter vegetasi yang diukur di lapangan secara langsung adalah nama

tumbuhan (lokal atau ilmiah); jumlah individu setiap spesies untuk

menghitung kerapatan; diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar

dan berguna untuk menghitung volume pohon; tinggi total, serta stratifikasi.

Menurut Setiadi (1989) ketentuan untuk pengukuran diameter batang

pohon dan perhitungan jumlah pohon sebagai berikut:

Page 29: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

15

a) pengukuran dilakukan setinggi dada orang dewasa atau setinggi 130 cm

di atas permukaan tanah.

b) untuk pohon yang berbanir lebih dari 130 cm di atas tanah,

pengukuran dilakukan 20 cm di atas banir.

c) pohon yang bercabang, apabila letak percabangan lebih tinggi dari 130

cm maka pengukuran dilakukan setinggi 130 cm (pohon dianggap

satu), sedangkan apabila tinggi percabangan kurang dari 130 cm dari

permukaan tanah maka pengukuran dilakukan terhadap kedua cabangnya

(pohon dianggap dua).

d) pengukuran diameter batang yang berada pada permukaan tanah

yang miring dilakukan di sebelah atas searah dengan menurunnya lereng.

e) apabila setengah atau lebih dari garis menengah pohon tersebut masuk

ke dalam plot, maka pengukuran terhadap diameternya dilakukan, namun

jika sebaliknya tidak dilakukan.

f) khusus untuk bambu yang tumbuh dalam rumpun, baik pada strata pohon

maupun semak, maka setiap rumpun dihitung sebagai 1 individu.

c. Pembuatan Profil Vegetasi

Pembuatan profil vegetasi merupakan dasar untuk memperoleh gambaran

komposisi, struktur vertikal dan horizontal suatu vegetasi sehingga memberikan

informasi mengenai dinamika pohon dan kondisi ekologisnya. Profil vegetasi ini

untuk mengetahui interaksi antara masing-masing individu pohon dan

peranannya di dalam komunitas suatu ekosistem vegetasi dan untuk mengetahui

stratikasi pohon pada ekosistem yang ada di area tersebut (Setiadi, 1989).

Selanjutnya dapat diketahui stratifikasi sarang semut rangrang pada pohon di

areal penamatan.

Seluruh pohon yang ada pada setiap petak contoh diberi nomor dan

diukur diameter pohon setinggi dada orang dewasa atau 130 cm di atas

permukaan tanah, tinggi pohon, batas tajuk, dan proyeksi tajuk pohon.

Grafik profil vegetasi dibuat pada kertas milimeter dengan skala 1 : 1000 cm.

Hasil-hasil pengukuran pohon tersebut diproyeksikan untuk tinggi pohon dan

arsitektur pohon secara horizontal (Setiadi, 1989).

Page 30: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

16

3.3.2 Parameter Pengamatan

Adapun parameter-parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a) Analisis vegetasi dengan teknik sampling kuadran bertingkat untuk

tumbuhan yang dimanfaatkan oleh semut rangrang dalam plot 1 x 1 m, 5 x

5 m, 10 x 10 m, 25x 25 m.

b) Jumlah individu setiap kasta dari sarang semut rangrang dihitung jumlah

individu semut rangrang selama pengkoleksian dengan menggunakan

handshorting. Tinggi sarang semut rangrang dari permukaan tanah diukur

menggunakan clino meter. Cara pengukuran dilakukan menggunakan

teorama Pythagoras maka akan diketahui panjang sisi miring pada sebuah

segitiga.

c) Pengukuran diagram profil pohon terhadap semut rangrang dilakukan

untuk mengetahui melihat stratifikasi pohon yang dimanfaatkan semut

rangrang untuk bersarang

d) Jumlah individu semut dalam sarang pada setiap pohon dihitung jumlah

individu dan di dasar semut rangrang dengan interval 10 menit selama

jam. Penghitungan dilakukan hanya pada jenis tumbuhan yang berada

dalam plot yang sudah di tentukan.

3.4. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis keakaragaman

Janis pohon untuk vegetasi yang ditemukan. Analisis berikutnya adalah hubungan

mikroklimat dengan menggunakan apliaksi SPSS versi 22.

3.4.1. Keanekaragaman Jenis Pohon

Keanekaragaman jenis pohon dianalisis dengan menggunakan indeks

Shannon-Wiener (Krebs, 2014):

H’ = -Σ (Pi log Pi)

Keterangan :

H’ = Indeks keankaragaman jenis

Pi = ni/N

Ni = Jumlah individu jenis ke 1

N = Jumlah individu semua jenis

Page 31: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

17

Dengan ketentuan penilaian sebagai berikut : jika H’ < 1 maka

keanekaragaman individu rendah; jika 1 < H’ < 3 maka keanekaragaman individu

sedang; dan jika H’ > 3 maka keanekaragaman individu tinggi.

Tabel 1. Kategori kondisi struktur komunitas berdasarkan nilai indeks

keanekaragaman jenis.

Nilai Indeks

Keanekaragaman Jenis

Kondisi struktur

komunitas

Kategori Skala

>2,41 Sangat stabil Sangat baik 5

1,82-2,40 Lebih stabil Baik 4

1,21-1,81 Stabil Sedang 3

0,61-1,20 Cukup stabil Buruk 2

<0,60 Tidak stabil Sangat buruk 1

3.4.2. Analisis Hubungan Faktor mikroklimat dengan Keberadaan Semut

Oecophylla smaraghina

Uji hubungan faktor mikroklimat terhadap keberadaan semut

menggunakan Principal Component Analysis (PCA). Analisis ini dilakukan

menggunakan program SPSS versi 22. Pembuatan tabel dulakukan menggunakan

Microsoft Excel 2010, dimasukan ke dalam aplikasi SPSS untuk dilanjutkan

dengan PCA. Analisis ini bertujuan untuk mengubah sekumpulan variabel

pengamatan menjadi kumpulan variabel yang lebih kecil yang saling berhubungan

dengan variabel lainnya, sehingga dapat meringkas pola korelasi antar variabel

yang diobservasi

Menurut Umar (2009) nilai standar kelayakan dari mikroklimat ini adalah

nilai KMO harus di atas 0,6, dikatakan layak untuk penggunaan data mikroklimat

tersebut Output dari hasil analisis ini adalah tabel dan grafik Oordinasi,

keterkaitan antar faktor mikroklimat dengan keberadaan semut rangrang pada

grafik Oordinasi akan mennjukan keberpengaruhan antar faktor mikroklimat

apakah saling berkaitan secara positif ataupun negative.

Page 32: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Komposisi Spesies Tumbuhan

Area kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagian besar digunakan

sebagai sarana pendukung akademik seperti laboratorium, gedung akademik,

gedung perkuliahan, gedung perpustakaan dan sarana kegiatan mahasiswa. Area

tersebut dihubungkan oleh jalan lingkar kampus dan terdapat beberapa area hijau

yang dimanfaatkan untuk taman dan fungsi estetika di lingkungan kampus 1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk setiap tipe tutupan tanah memiliki komposisi

stratifikasi tumbuhan yang berbeda. Pada ketiga tipe tutupan tanah yang diamati,

telah teridentifikasi sebanyak 33 famili, 38 genus, 38 spesies dengan total 724

individu. Jumlah tersebut tersebar pada berbagai macam tingkat pertumbuhan

meliputi semai, pancang, tiang dan pohon. Hasil analisis vegetasi pada

pengamatan lokasi ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah famili, spesies, dan individu tingkat pertumbuhan semai,

pancang, tiang, pohon di area kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Tingkat Kategori Lokasi Pengambilan Sempel Keberadaan

Sarang Pertumbuhan Tanah Conblock Rumput

Semai Famili 3 4 6 Tidak

ditemukan Genus 7 4 6

Spesies 7 4 7

Individu 296 59 319

Pancang Famili 0 2 0 Tidak

ditemukan Genus 0 2 0

Spesies 0 2 0

Individu 0 5 0

Tiang Famili 0 2 1 Tidak

ditemukan Genus 0 2 1

Spesies 0 2 1

Individu 0 13 3

Pohon Famili 3 4 8 Ditemukan Genus 4 4 8

Spesies 4 4 8

Individu 14 14 11

Page 33: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

19

Tingkat pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini meliputi semai,

pancang, tiang dan pohon. Pada tiga tipe tutupan tanah yang berbeda hampir

semuanya ditemukan vegetasi tumbuhan dengan tingkat pertumbuhan semai.

Tingkat pertumbuhan semai dan tumbuhan bawah di lokasi pengamatan tanpa

tutupan di sekitar PLT tergolong ke dalam 3 famili (Asteraceae, Cyoeraceae,

Poacea), 7 genus (Brachia,Cyoerus, Digitaria, Emilia, Laportea, Pennisetum,

Synedrella,), 7 spesies (Brachia decumbens, Cyorus rotundu, Digitaria eriantha,

Emilia sonchiolia, Laportea stimulans, Pennisetum purpureum, Synedrella

nodiflora,) dengan total 296 individu. Jumlah individu terbanyak ditemukan pada

tumbuhan tapak (Elephantopus) dan teh-tehan (Acalypha) masing-masing 40

individu (Lampiran 2). Tumbuhan semai yang terdapat di lokasi ini berada di

bawah naungan kanopi pohon bintaro. Pohon bintaro (Carbera manghas) yang

sudah tumbuh tinggi (lebih dari 2 m) dengan jarak yang relatif teratur (berkisar

antara 2-3 meter), menjadikan area tidak langsung terpapar cahaya matahari.

Intensitas cahaya yang diukur di aera ini berkisar antara 463-1127 Klux

(Lampiran 1). Tumbuhnya teh-tehan ini banyak ditemukan karena penanaman

oleh pihak kampus yang bertujuan untuk menambah estetika taman atau area hijau

di lingkungan kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lokasi pengambilan

data pada vegetasi yang awalnya hanya tanah saja kemudian ditutupi conblock

didapatkan tingkat pertumbuhan semai yang tergolong ke dalam 4 famili

(Euphorbiaceae, Nyctaginacea, Poaceae, Solanaceae), 4 genus (Acalypha,

Bougenvillea, Capsicum,Pennisetum), 4 spesies (Acalypha, Bougenvillea sp,

Capsicum L, Pennisetum purpureum) dengan total 59 individu. Jumlah individu

terbanyak ditemukan adalah rumput gajah mini (Pennisetum purpureum) dengan

jumlah 203 individu. Dari ketiga tipe tutupan tanah di lokasi pengamatan, tingkat

pertumbuhan semai ditemukan paling banyak jumlah individunya pada tutupan

tanah berupa rumput.

Lokasi pengambilan data pada area tutupan tanah berupa rumput

merupakan area lahan hijau yang paling luas di dalam kawasan kampus. Semai

dan tumbuhan bawah yang terdapat di lokasi ini tergolong ke dalam 6 famili

(Asteraceae, Cyperacea, Euphorbiacea, Marsilaceae, Poaceae), 7 genus

(Acalypha, Ageratum, Cyperus, Digitaria, Elephantopus,Marsilea, Pennisetum),

Page 34: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

20

dan 7 spesies (Acalypha, Ageratum, Cyperus L., Digitaria eriantha, Elephanotus,

Marsilea, Pennisetum purpureum) dengan total 319 individu, didominasi oleh

rumput gajah (Lampiran 2). Hasil pengamatan dengan tingkat pertumbuhan

pancang hanya ditemukan pada tipe tutupan conblock sebanyak 2 famili

(Aracaceae, Rubiaceae), 2 genus (Chrysalidocarpus, Morinda), dan 2 spesies

(Morinda citrifolia L., C. lutescens) dengan total 5 individu, individu terbanyak

adalah palem mini kuning (Chrysalidocarpus lutescens) dengan total 4 individu.

Hal tersebut dikarenakan penanaman yang dilakukan oleh pihak kampus menurut

masterplain sebagai tumbuhan penghijau dan menambah nilai estetika di area

tersebut. Diduga penanaman palem mini dilakukan karena sifatnya yang lebih

sedikit menyerap air dan mudah perawatannya(Pangemanan et al.,2008).

Hasil pengamatan berikutnya adalah tingkat pertumbuhan tiang yang

hanya ditemukan di dua tipe tutupan yaitu conblock dan rumput. Tingkat

pertumbuhan tiang pada area yang tertutupi conblock ditemukan total 13 individu,

2 famili (Aracacea, Sapotaceae), 2 genus (Chrysalidocarpus, Manilkara,), dan 2

spesies (Manilkara kauki, C. lutescens) dengan total individu terbanyak adalah

palem (8 individu). Tingkat pertumbuhan tiang dengan tipe tutupan tanah

conblock didapatkan 1 famili (Anacardiacea), 1 genus (Mangiera), dan 1 spesies

(Mangifera indica) dengan total 3 individu. Sedikitnya jumlah individu tingkat

pertumbuhan tiang ini data disebabkan oleh usia pertumbuhan yang lama dan

adaptasi tumbuhan terhadap faktor lingkungan. Pada lokasi ini pernah dilakukan

penanaman pohon oleh mahasiswa Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan

Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2013-2014 namun pohonnya

tidak tumbuh. Pohon mangga ditanam di sekitar area auditorium A.H. Nasution

dengan tujuan sebagai penghijaun yang dimanfaatkan sebagai taman sesuai

dengan rencana tata ruang pengelola kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selain itu, pemilihan tumbuhan mangga ini bertujuan untuk memanfaatkan

buahnya serta mudah dalam perawatannya (Pangemanan et al.,2008).

Pengamatan tingkat pertumbuhan pohon pada loaksi pengamatan

ditemukan sebanyak 39 individu. Pada area dengan tutupan tanah ditemukan 3

famili (Annonacea, Sapindaceae, Sapotaceae), 4 genus (Dimocarpus, Manilkara,

Polyaltia, Pometia), dan 4 spesies (Dimocarpus longan, Manilkara kauki,

Page 35: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

21

Polyaltia longifolia, Pometia pinnata). Jumlah individu paling banyak ditemukan

yaitu matoa dengan total 11 individu. Pohon matoa (Pometia pinnata) sudah lama

ditanam oleh pengelola UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kurang lebih sejak 15

tahun yang lalu (Anonimous, 2016). Pengamatan pada tingkat pertumbuhan

pohon dengan tipe tutupan tanah menggunakan conblock ditemukan sebanyak 4

famili (Anacardiaceae, Annonacea, Fabaceae, Sapindaceae) 4 genus (Leucaena,

Mangifera, Polyalthia, Pometia), dan 4 spesies (Leucaena leucocepala,

Mangifera indica, Polyalthia longifola, Pometia pinnata), dengan total 14

individu. Jumlah individu terbanyak ditemukan pada pohon matoa (6 individu).

Pertumbuhan pada tingkat pohon paling banyak ditemukan pada tipe tutupan

tanah yang ditutupi rumput di sekitar Auditorium A.H. Nasution (11 individu).

Pohon yang ditemukan tergolong ke dalam 8 famili (Anacardiaceae,

Combreyaceae, Flacourtiaceae, Ebenaceae, Moraceae, Myrtaeae, Sapotaceae), 8

genus (Diospyros, Egunia, Ficus, Flacourtia, Mangifera, Mimusops, Murraya,

Terminalia), dan 8 spesies (Diospyros discolor, Eguenia aqua, Ficus benjamina,

Flacourtia rukam, Mangiera indica, Mimusops elengi, Terminalia catappa),

dengan jumlah 11 individu. Suatu jenis dikategorikan dominan apabila jenis

tersebut terdapat di daerah pengamatan dengan jumlah paling banyak, tersebar

merata ke seluruh area dan berdiameter besar sehingga penetapan suatu jenis

dominan dapat dilakukan dengan menghitung indeks yang merupakan gabungan

dari nilai kerapatan, frekuensi dan nilai dominansi (Sutisna, 1981). Tumbuhan

pada tingkat pertumbuhan pohon yang ditemukan pada ketiga lokasi pengambilan

sampel didapatkan total 39 individu pohon.

Keberadaan sarang semut rangrang dari ke 4 startivikasi vegetasi hanya

ditemukan pada stratifikasi tingkat pohon, vegetasi pohon ini lebih banyak

ditemukan pohon dengan jenis pohon buah, sedengankan pada pohon dengan jenis

yang tidak berbuah tidak ditemukan sarang semut rangrang seperti pada pohon

Glodokan Tiang ( Polyalthia longifolia). Komposisi spesies tumbuhan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga dalam suatu

ekosistem. Semakin sempit suatu ekosistem maka akan semakin sensitif pula

organisme yang menempati ekositem tersebut (Odum, 1993).

Page 36: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

22

4.2. Tempat Bersarang Semut Rangrang

Setiap organisme memiliki sifat hidup yang berbeda-beda, baik dalam

menjalankan kesehariannya, pencarian makan bertahan hidup, maupun cara

bersarang. Setiap organisme memiliki tempat atau sarang sebagai tempat

menjalankan aktivitasnya baik itu sebagai tempat beristirahat maupun tempat

perlindungan. Hal ini juga berlaku pada semut rangrang yang lebih banyak

ditemukan sarangnya pada tingkat pertumbuhan pohon. Semut rangrang di lokasi

pengamatan mempunyai sifat arboreal, lebih banyak melakukan aktifitasnya di

atas pohon. Semut rangrang membuat sarang di atas pohon berbuah seperti pohon

mangga, rukam, matoa dan bisboll. Pohon rukam (Flacourtia rukam) dengan

ketinggian pohon sekitar 3 m menjadi pohon dengan jumlah paling banyak

ditemukan sarang semut rangrang dengan jumlah 7 sarang. Sarang semut pada

pohon ini berada pada ketinggian antara 1,3-1,7 m di atas permukaan tanah.

Karakteristik sarang semut rangrang pada pohon ini memiliki bentuk yang lebih

membulat dan rajutan sutera yang terlihat banyak hal tersebut dikarenakan bentuk

daun dari tumbuhan rukam lebih membulat lonjong seperti telur memiliki ukuran

yang kecil antara 8-12 cm pada penampang panjang daun (lamina) tetapi pada

pohon ini jumlah sarang ditemukan lebih banyak. Tumbuhan rukam mampu

tumbuh di daerah tropis, pohon ini tumbuh di tempat teduh, tumbuhan subur di

bawah kondisi tropis yang panas dan lembap (Verheij & Coronel, 1992).

Tumbuhan rukam menjadi tempat yang baik untuk semut rangrang

membuat sarang seperti yang ditemukan pada area tutupan rumput, terdapat 18

sarang pada pohon rukam, hingga terbentuklah sebuah hubungan atau simbiosis.

Hubungan antara pohon rukam dan semut rangrang bersifat oportunistik

(mutualisme) yaitu saling menguntungkan kedua belah pihak, antara semut dan

tumbuhan tersebut. Pemanfaatan yang dilakukan semut rangrang untuk bertahan

hidup atau mencari makan tidak hanya dari protein yang didapat dari serangga

lain yang dimangsa, melainkan 20% lainnya berasal dari gula atau nektar yang

didapatkan dari tumbuhan yang ditempati (Harlan, 2006).

Hubungan mutualisme yang terjadi tidak hanya menguntungkan bagi semut

rangrang melainkan untuk tumbuhan yang ditempatinya. Keuntungan lain yang

diperoleh oleh tumbuhan dengan adanya interaksi ini berkaitan dengan jangkauan

Page 37: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

23

penyebaran biji kesuburan buah dan tersedianya tempat yang baik untuk

perkecambahan tumbuhan bawah menurut Rahayu (2007). Sarang semut rangrang

ditemukan pada pohon mangga sebanyak 3 sarang dengan tinggi sarang berkisar

antara 2-2,5 meter, memiliki bentuk sarang yang oval memanjang dengan sedikit

rajutan sutera didalamnya hal tersebut dikarenakan karakter dari daun mangga

yang memanjang dan lentur, tipe daun mangga yang tunggal, keberadaan sarang

ini terbilang pendek dari permukaan tanah, ukuran tinggi sarang yang relatif

pendek untuk sarang semut rangrang tetapi digunakan semut rangrang untuk

bersarang karakteristik dari pohon mangga ini memilki helai daun yang lentur

memudahkan semut rangrang untuk membuat sarang, merajut daun-daun mangga

yang memiliki halain daun yang mudah untuk dibuat sarang. Tumbuhan mangga

juga merupakan tumbuhan penghasil buah yang dimanfaatkan semut rangrang .

Hal tersebut dikarenakan terdapatnya kandungan nektar dari tumbuhan mangga

walaupun kecil atau masih dalam tingkat pertumbuhan tiang tumbuhan ini tidak

mendapat gangguan dari aktivitas manusia (Mele et al., 2004).

Selain sebagai tempat membuat sarang, pohon tersebut digunakan oleh

semut rangrang sebagai area untuk mendapatkan makanan (foraging area).

Pemilihan tempat bersarang (nesting area) pada tumbuhan berbuah

memungkinkan semut rangrang kasta prajurit mudah menemukan makanan yang

akan dibawa ke sarangnya. Hal serupa telah dilaporkan oleh Mele et al., (2004)

yang menuliskan bahwa semut pekerja ditemukan mencari makan pada tumbuhan

mangga. Pemilihan sarang semut rangrang pada tumbuhan berbuah selain untuk

mempermudah dalam memperoleh makanan juga agar terhindar dari bahaya baik

berupa predator maupun gangguan organisme lainnya yang mengancam

keberadaan koloninya (Mele et al., 2004).

Dalam dunia serangga, sarang tidak hanya digunakan sebagai tempat

bertahan hidup atau berlindung dari predator. Sarang bagi semut rangrang pada

penelitian ini digunakan sebagai tempat untuk menjalankan aktivitas lainnya

seperti melanjutkan generasi. Pada beberapa sarang telah ditemukan stadium larva

sebagai indikasi bahwa sarang digunakan bereproduksi. Sarang semut rangrang

hanya ditemukan pada tingkat vegetasi berupa pohon terutama kelompok buah.

Page 38: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

24

Bentuk sarang semut rangrang yang ditemukan di lokasi penelitian berbeda pada

setiap pohon (Tabel 2).

Semut rangrang merajut daun dengan benang sutera yang dihasilkannya

untuk membuat sarang. Pekerjaan ini dilakukan oleh semut dengan tipe kasta

prajurit (Gambar 5). Fenomenan ini ditemukan pada semua pohon yang dijadikan

sebagai tempat bersarang. Pemilihan pohon sebagai tempat bersarang dilakukan

oleh semut rangrang dengan tujuan agar memudahkan mendapatkan makanan dan

terhindar dari predator. Dalam pemilihan pohon sebagai tempat betsarang, semut

rangrang memilih pohon dengan daun yang lentur dan permukaan daun yang

cenderung luas. Semut rangrang memiliki kriteria ideal untuk membuat sarang

dilihat dari kemampuan adaptasi terhadap perubahan mikroklimat dan bahan

makanan yang tersedia seperti adanya mangsa dan serangga penghasil embun

madu, tersedia tumbuhan yang berdaun cukup besar dan lentur untuk membuat

sarang serta jauh dari ganguan organisme lainnya (Mele et al., 2004).

Gambar 5. Sarang semut rangrang berbentuk memanjang pada pohon mangga

sebelum dibuka (a) dan setelah dibuka (b)

Semut rangrang memiliki ciri yang berbeda dengan semut lainnya, terutama

dalam membuat sarang. Penempatan sarang yang berada di atas pohon dengan

a

b

Page 39: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

25

cara merajut helaian daun menggunakan benang sutera yang dihasilkan oleh larva

salnjutnya didistribusikan oleh semut kasta prajurit, sampai terbentuk suatu

rangkaian daun yang membentuk bangun ruang berupa bangun tiga dimensi.

Bentuk sarang yang dibuat oleh semut rangrang pada vegetasi tingkat pohon di

lokasi penelitian adalah berbentuk bulat ditemukan pada pohon sawo. Sarang

berbentuk memanjang ditemukan pada pohon mangga. Sarang semut rangrang

yang ditemukan pada pohon rukam mempunyai bentuk membulat namun dengan

ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan sarang di pohon mangga.

Kemungkinan hal ini disebabkan karena ukuran daun mangga yang lebih besar

dibandingkan dengan daun rukam. Sarang semut rangrang pada pohon matoa

berbentuk memanjang dengan panjang berkisar antara 19-24 cm dan lebar 6-7 cm

(Tabel 3). Pemilihan jenis pohon, ketinggain sarang dari atas permukaaan tanah

dapat dilihat pada Tabel 2 dengan nilai rata-rata tinggi sarang dari permukaan

tanah 3±1,65 m. Panjang dan diameter sarang semut rangrang tercantum pada

Tabel 3.

Pemilihan ketinggian sarang semut rangrang pada beberapa jenis pohon

berbuah berkisar antara 1,3 - 7,0 m. Pembuatan sarang pada ketinggian tersebut

dimaksudkan untuk menghindari diri dari predator atau gangguan lainnya. Area

tutupan tanah berupa rumput merupakan area pemilihan utama oleh semut

rangrang dalam membuat sarang. Pada area tutupan tanah oleh rumput ditemukan

sarang semut rangrang sebanyak 18 sarang di area ini, kemudian banyak semut

rangrang kasta prajurit yang turun ke tanah. Semut kasta prajurit di area tersebut,

teramati mencari makan dan membawa sisa makanan berupa tulang, nasi, serpihan

roti dan material organik lainnya. Material organik ini dibawa ke sarang yang

berada di atas pohon sebagai cadangan makanan koloni semut rangrang. Faktor

ketersediaan material organik merupakan salah satu penyebab pemilihan

pembuatan sarang lebih banyak di area dengan tutupan tanah berupa rumput.

Pada area tanah tanpa tutupan (sekitar PLT), semut rangrang memilih

pohon sawo dan matoa sebagai tempat membuat sarang. Di area ini ditemukan

tumpukan serasah dan sampah yang terdiri dari material organik. Potongan

serasah yang terdapat di permukaan tanah, dibawa oleh semut rangrang kasta

prajurit ke sarangnya. Ketersediaan makanan di lokasi ini merupakan salah satu

Page 40: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

26

faktor yang menentukan lokasi ini dipilih sebagi tempat membuat sarang oleh

koloni semut rangrang. Bentuk sarang yang ditemukan pada pohon matoa di area

ini berbentuk memanjang sedangkan pada pohon sawo berbentuk membulat.

Perbedaan bentuk sarang pada kedua pohon ini dapat dipengaruhi oleh tipe daun

yang berbeda. Daun pohon matoa berbentuk memanjang dan merupakan daun

majemuk. Daunnya tersusun berselang seling, jumlah anak daun berkisar antara

antara 4-12 pasang anak daun. Sarang yang ditemukan pada pohon matoa

mempunyai panjang berkisar antara 19-24 cm dengan lebar berkisar antara 6-7

cm. Sarang semut rangrang pada pohon matoa juga lebih panjang dibandingkan

dengan sarang pada pohon sawo (Tabel 3).

Tabel 2. Jenis tumbuhan yang digunakan, tinggi, diameter pohon dan ketinggian

sarang semut rangrang di area Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah

Lokasi

pengamatan

Jenis

Tumbuhan

Bentuk sarang Tinggi

Pohon

(m)

Diameter

(cm)

Jumlah

Sarang

Ketinggian

sarang dari

permukaan

tanah (m)

Tutupan

Tanah Sawo 2

Membulat

kecil 11,0 24,7 1 6,0

Matoa 1 Memanjang 12,0 21,7 1 7,0

Matoa 2 Memanjang 7,0 7,0 1 3,0

Matoa 3 Memanjang 11,0 11,1 1 3,0

Tutupan

Rumput

Mangga 2 Oval 2,5 8,0 2 1,3-1,7

Mangga 3 Oval 2,0 8,0 1 1,7

Rukam Membulat

kecil 3,0 8,6 7 2,5-3,5

Bringin Membulat

kecil 25,3 58,3 2 2,1-2,5

Tanjung Membulat

kecil 14,6 27,4 2 2,3-2,5

Durian Membulat

kecil 12,6 30,4 1 2,8

Bisboll Oval kecil 11,3 30,5 3 2-4,5

Tutupan

Conblock

Matoa 1 Memanjang 23,0 35,7 1 5,0

Matoa 6 Memanjang 17,4 33,4 2 2,1-2,8

Palem Memanjang

kecil 2,2 6,4 1 2,0

Matoa 7 Memanjang 2,2 6,4 1 2,0

Page 41: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

27

Pohon matoa sebagai tempat bersarang semut rangrang di area ini sedang

berbuah saat pengamatan dilakukan. Sebagian diantaranya masih mempunyai

bunga. Bunga yang menghasilkan nektar, merupakan sumber pakan bagi semut

rangrang. Semut rangrang juga memperoleh sumber protein dengan cara

memangsa serangga pengunjung yang datang ke bunga atau buah dari tumbuhan,

karena semut rangrang merupakan serangga yang tergolong predator. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilaporkan oleh Karmawati (2004) yang

menyatakan bahwa semut rangrang memanfaatkan sumber protein dari serangga

lain yang mengunjungi tumbuhan tempat sarangnya dibuat. Kondisi pohon yang

sedang berbunga dan berbuah merupakan salah satu alasan sebagai pemilihan

tempat membuat sarang oleh koloni semut rangrang.

Mele et al (2004) menjelaskan semut rangrang lebih menyukai tumbuhan

yang mempunyai ranting dengan susunan daun yang banyak dan lentur, baik

berukuran kecil maupun lebar. Pemilihan tempat bersarang juga dilakukan supaya

koloni semut rangrang terhindar dari gangguan atau ancaman, karena itu sarang

sering kali ditemukan pada tempat yang relatif tinggi dari permukaan tanah.

Namun, sarang semut rangrang juga dapat ditemukan pada vegetasi tingkat semai

dengan vegetasi yang relatif pendek namun dirasa aman dari gangguan. Selama

pengamatan berlangsung di area sekitar Auditorium A.H. Nasution, semut

rangrang teramati sedang melakukan pemangsaan terhadap nyamuk yang sudah

mati. Keberadaan sarang semut rangrang di lokasi pengamatan dapat berperan

sebagai kontrol biologis dalam proses dekomposisi material organik.

Pada pohon mangga dan matoa yang tumbuh di area ini, ditemukan adanya

serangga polinator pada tumbuhan buah yang tergolong ke dalam famili Apidae

(serangga lebah). Apidae yang ditemukan di pohon mangga dan matoa ditemukan

sebagai sumber makanan bagi semut rangrang. Serangga pengunjung dan

penyerbuk pada bunga matoa dan mangga merupakan sumber protein bagi koloni

semut rangrang karena semut rangrang bersifat predator. Serangga lain yang

tergolong hama merupakan anggota dari ordo Hemiptera juga teramati dijadikan

makanan oleh semut rangrang. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Karmawati

(2004) yang menuliskan bahwa keberadaan semut rangrang dapat digunakan

Page 42: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

28

sebagai biokontrol terhadap populasi serangga hama pada pucuk tumbuhan

(Helopeltis spp.) tanpa menggunakan insektisida.

Lokasi pengamatan sarang semut rangrang berikutnya terdapat pada

pohon di area tutupan conblock diperoleh hasil dengan jumlah pohon sarang

ditemukan sebanyak 4 pohon, 2 spesies dengan total 5 sarang. Pohon matoa

dengan tinggi berkisar antara 17-23 m, menjadi pohon sarang bagi semut rangrang

pada area ini dikarenakan matoa juga termasuk ke dalam tumbuhan buah yang

memiliki bentuk daun oval memanjang serta meruncing di ujung dan pangkal

daun, bersifat lentur karena tersusun berdasarkan tulang daun yang menyirip,

serta ketinggian pohon yang cukup jauh dari gangguan manusia memudahkan

semut rangrang untuk membuat sarang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian

Latumahina (2011) yang mengamati pengaruh alih fungsi lahan terhadap

keanearagaman semut di Hutan Sirimau Ambon.

4.3. Komposisi Kasta dan Sarang

Semut rangrang merupakan kelompok serangga sosial. Dalam dunia

serangga social terdapat stratikasi kasta yang menjalankan fungsi serta aktivitas

keseharian yang berbeda di dalam koloninya. Stratifikasi kasta semut rangrang

tersebut terdiri dari kasta semut ratu, semut jantan produktif, semut pekerja, dan

semut prajurit. Setiap kasta memiliki fungsi dan peran yang berbeda, tetapi

merupakan suatu kesatuan yang saling bekerja sama untuk setiap koloninya. Kasta

ratu berperan untuk melanjutkan generasinya dengan tugas menghasilkan telur.

Kasta prajurit berperan sebagai penjaga sarang dan mencari makan. Kasta pekerja

bertanggung jawab untuk menyediakan makanan untuk ratu di dalam sarang.

Kasta jantan produktif berperan untuk membuahi ratu, kasta ini akan mati setelah

kopulasi (Mele et al., 2004).

Komposisi stratifikasi kasta semut rangrang dalam membangun sarang

dilakukan dengan cara bekerja sama antar kasta prajurit dalam satu koloninya

(Gambar 6.a). Kasta prajurit memberikan koordinasi untuk menarik daun secara

bersamaan, sementara semut yang lain merajut lembaran daun. Rajutan ini dibuat

menggunakan benang-benang halus menyerupai serat sutera yang dihasilkan oleh

larva. Penyelesaian pembuatan sarang semut rangrang ini membutuhkan waktu

dan sutera bervariasi tergantung dari ukuran daun yang digunakan. Selama

Page 43: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

29

pengamatan berlangsung, sarang semut pada pohon dengan ukiuran daun lebih

kecil, terlihat lebih banyak benang sutera yang dibutuhkan. Hal ini terlihat pada

sarang yang dibuat semut rangrang pada pohon rukam dan sawo. Holldobler

(1990) melaporkan hal yang sama dengan menemukan benang sutera yang lebih

banyak dibutuhkan oleh semut rangrang dalam membuat sarangnya di pohon

kemuning. Tumbuhan kemuning merupakan tumbuhan yang memiliki ukuran

daun lebih kecil.

Komposisi sarang semut rangrang dan kasta yang terdapat di kampus 1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukan hasil secara keseluruhan kasta ratu

dengan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan kasta yang lainnya. Setiap

sarang terdapat satu atau beberapa ratu semut (Gambar 6.d) tergantung dari

musim yang sedang berlangsung. Ratu semut memiliki bentuk morfologi tubuh

yang lebih besar dan berwarna hijau hingga coklat (Gambar 6.d). Ratu semut

mempunyai sayap seperti semut jantan produktif tetapi saat kawin sayapnya akan

terlepas. Pada sarang, kasta ratu ini berada pada posisi paling aman, dengan

tempat yang terlapisi sutera yang lebih tebal didalam sarang. Pada pengamatan

yang dilakukan kasta ratu yang berada dalam sarang di kelilingi oleh kasta jantan

produktif dan kasta semut pekerja, serta dilindungi oleh kasta yang lain. Dalam

sarang, ratu semut akan berada pada posisi yang lebih aman dari gangguan (Mele

et al., 2004).

Gambar 6. Komposisi kasta semut rangrang di area kampus 1 UIN Jakarta yang

terdiri dari prajurit (a), jantan produktif (b), semut pekerja (c), ratu (d)

Page 44: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

30

Kasta pejantan produktif (Gambar 6.b) lebih banyak ditemukan di dalam

sarang dengan bentuk morfologi semut jantan lebih kecil dari betina, memiliki

sayap dan berwarna hitam. Pejantan ini bertugas mengawini ratu lalu kemudian

mati. Kasta semut pekerja dari setiap lokasi ditemukan dengan jumlah 50-92

individu. Pekerjaan semut dalam kasta ini adalah tinggal di dalam sarang dan

merawat semut-semut muda.

Semut kasta prajurit ditemukan berada di dalam dan di luar sarang yang

bertanggung jawab untuk semua aktivitas dalam koloninya, seperti menjaga

sarang dari gangguan, membawa makanan untuk koloni dalam sarang serta

membangun sarang. Pada kondisi tertentu kasta semut ini dapat memindahakan

semut muda dengan mandibulanya ke tempat yang aman dan dapat meletakan

telur seperti ratu (Mele et al., 2004).

Tabel 3. Komposisi Sarang dan Kasta Semut Rangrang di Area Kampus 1 UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Jumlah koloni semut yang ditemukan di tipe tutupan tanah berupa rumput

atau di sekitar Auditorium A.H. Nasution, lebih banyak dibandingkan dengan dua

tutupan tanah lainnya. Tutupan tanah dengan rumput memudahkan semut prajurit

lebih leluasa bergerak dan mencari makanan. Selain dari tutupan tanah yang

berumput, pengamatan dilakukan terhadap jenis pohon buah yang dimanfaatkan

untuk bersarang di area ini. Pengamatan terhadap sarang semut di pohon,

diperoleh 6 sarang semut rangrang yang diamati pada pohon matoa, rukam dan

bisbol. Hasil sarang yang dibuka atau dibongkar diantaranya pada pohon mangga

dengan lebar sarang 8 cm dan panjang 15 cm, yang terdiri dari 10 individu ratu,

Lokasi Pohon Ratu Pekerja Prajurit Jantan Larva

Panjang

sarang

(cm)

Lebar

sarang

(cm)

Audit Mangga 1 10 50 60 423 0 15 8,0

Audit Mangga 2 5 92 135 472 0 17 9,0

Audit Rukam 4 55 143 76 34 9 7,0

Audit Bisboll 6 53 121 325 0 7 8,6

SC Matoa 8 52 198 84 47 19 6,0

PLT Matoa 12 50 232 70 52 24 7,0

Page 45: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

31

50 individu semut pekerja, 60 individu prajurit, dan 423 individu kasta jantan di

lihat pada Tabel 3, terdapatnya jumlah ratu yang lebih banyak pada koloni ini.

Pada sarang semut rangrang jumlah individu semut dalam satu sarang bervariasi,

rata-rata antara 4000 sampai dengan 6000 individu. Dalam satu koloni semut

rangrang terdapat sekitar 500.000 individu semut dewasa Mele et al.,(2004).

Kebaradan jumlah individu setiap kasta yang ada di area ini bisa dikarenakan oleh

jumlah makanan yang melimpah dari pohon mangga yang saat itu sedang berbuah

dan dimanfaatkan serangga nektar pemakan buah yang mengunjungi untuk

dimangsa, semut rangrang memangsa serangga tumbuhan pemakan nektar (Peng

et al., 1999).

Lokasi pengambilan sampel berikutnya berada di area lantai tanah yang

ditutupi conblock (area gedung Student Center). Di area ini terdapat sarang pada

pohon matoa dengan lebar sarang 6 cm, panjang sarang 19 cm, dan ditemukan

kasta ratu dengan jumlah 8 individu, pekerja 52 individu, prajurit 198 individu,

jantan 84 individu, serta larva sebanyak 47 individu. Pada hasil pengambilan data

sarang di area PLT, pohon matoa yang terdapat sarang semut rangrang dengan

lebar sarang 7cm, panjang sarang 24 cm, ditemukan kasta ratu berjumlah 12

individu, pekerja 50 individu, prajurit 232 individu jantan 70 individu dan larva

52 individu. Perbedaan dari jumlah komposisi masing-masing sarang salah

satunya adalah ketersedian pakan dan lingkungan menurut Holldobler (1990).

Pada kasta ratu perbedaan jumlah bisa dipengaruhi oleh musim, ketika musim

hujan tiba jumlah ratu akan meningkat seiring dengan meningkatnya ketersedian

pakan (Mele et al., 2004).

Sarang semut rangrang pada umunya memiliki jumlah ratu lebih sedikit

dibandingkan dengan kasta lainnya. Pada setiap sarang yang terlihat biasanya

hanya semut pekerja dan prajuritnya saja, sedangkan posisi jantan produktif yang

membuahi sang ratu berada tertutup di dalam sarang. Pada data hasil dari

komposisi sarang menunjukan jumlah individu jantan produktif paling banyak

ditemukan di lantai tanah dengan tutupan rumput (area sekitar Auditorium A.H.

Nasution) ditemukan pada pada pohon mangga, hal ini disebabkan pada musim

pengambilan sample sifat sarang ini sedang tidak produktif hal tersebut terlihat

dari tidak ditemukanna larva pada sarang, berbeda dengan sarang pada pohon

Page 46: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

32

matoa yanga ada di area tanah tanpa tutupan di area PLT terlihat data hasil dengan

jumlah komposisi larva lebih banyak berbanding terbalik dengan data sebelumnya

yang terdapat di area auditorium, hal tersebut disebabkan sarang pada area tutupan

tanah PLT ini sedang dalam fase prodiktif, bisa di sebabkan iklim dan ketersedian

pakan di sekitar sarang (Mele et al., 2004).

4.4. Hubungan Semut dengan Tumbuhan

Kampus 1 UIN Syarif Hidatyatullah Jakarta merupakan Universitas yang

terletak dalam kawasan padat penduduk dengan kondisi kampus yang hampir

semua area tertutupi bangunan dan conblock. Terdapat beberapa area kampus

yang masih hijau bervegetasi dan dimanfaatkan selain tempat berteduh oleh

manusia juga dimanfaatkan organisme lain termasuk semut rangrang untuk

bersarang. Semut rangrang di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memanfaatkan stratikasi tumbuhan dalam tingkat pohon untuk membuat sarang.

Sarang yang ditemukan dilokasi dengan tutupan tanah sebanyak 4 sarang tingkat

pohon yang dimanfaatkan semut rangrang memilkik tingkat stratum C dengan

ketinggian pohon berkisar antara 5-12 m (Gambar 7).

Gambar 7. Profil vegetasi pohon dengan sarang semut rangrang di area tutupan

tanah

Page 47: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

33

Semut rangrang menyukai pohon yang tinggi untuk bersarang agar

terhindar dari serangan predator, spesies pohon yang dimanfaatkan merupakan

tumbuhan buah yang bisa dimanfaatkan oleh semut rangrang untuk mencari

makan. Semut rangrang memangsa predator pemakan nektar atau madu dari

tumbuhan yang ditempatinya (Mele et al., 2004). Selain ketersediaan makanan

pohon tempat bersarang semut rangrang memiliki bentuk daun yang memudahkan

semut untuk membangun sarang, diantarnya pohon matoa dan sawo yang

memiliki bentuk daun lebar dan memiliki tesktur daun yang elasits. Keberadaan

sarang semut tersebut juga di asumsikan dari ditemukannya beberapa bahan

organik limbah makanan yang berada di dekat vegetasi tepat bersarang semut

rangrang tersebut, bahan organik dari sisa makanan seperti tulang sisa atau sisa

makan lainya yang mengandung protein dimanfaatkan semut rangrang sebagai

makanan, 75% makanan semut rangrang merupakan protein (Mele et al., 2004).

Lokasi pengambilan data berikutnya terdapat pada tutupan tanah dengan

conblock di area student center spesies tumbuhan yang ditemukan di sera ini

dalam tingkat pertumbuhan pohon adalah spesies matoa, palem, mangga dan pete

cina berada pada stratum C-D dengan ketinggian vegetasi 1-23 m (Gambar 8).

Pada pohon matoa 6 (mt6) ditemukan terdapat dua sarang semut

denganketinggian sekitar 7 m, ketinggian sarang semut rangrang ini kemungkinan

untuk minghindari dari gangguan dan ancaman sarang. Salah satu aktivitas

manusia yang mengancam keberadaan semut rangrang dilokasi ini adalah

pengambilan sarang semut rangrang oleh pencari keroto (telur semut rangrang)

yang dimanfaatkan sebagai pakan burung.

Aktifitas manusia di area ini tergolong banyak karena dekat dengan pusat

kegiatan mahasiwa yang menjalankan rutinitasnya di kampus ini, berbeda dengan

sarang yang dibuat semut rangrang di tutupan rumput. Pembuatan sarang pada

pohon matoa dimungkinkan karena bentuk daun matoa yang lebar dan bertekstur

elastis memudahkan semut rangrang. Mele et al.,(2004) berpendapat semut

rangrang membuat sarang di pohon yang tinggi antara lain agar terhindar dari

predator dan gangguan aktifitas lainnya yang bisa membahayakan sarang, semut

rangrang lebih menyukai tumbuhan dengan bentuk daun yang melebar dan tekstur

Page 48: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

34

daun yang elastis agar memudahkan merajut dalam pembuatan sarang dipengaruhi

oleh kondisi lingkungan di area pohon tersebut.

Gambar 8. Profil vegetasi pohon dengan sarang semut rangrang di area tutupan

conblock

Lokasi pengambilan sampel berikutnya adalah tutupan tanah oleh rumput

dengan spesies pohon mangga, ketapang, jambu air, rukam, brimgin, tanjung, dan

bisboll. Stratifikasi di lokasi ini termasuk dalam stratum C dan D (Gambar 9)

dengan ketinggian vegetasi antara 1-25 m tempat bersarang semut rangrang

biasanya dipengaruhi oleh keadan mikroklimat yang mendukung seperti

ketersedian pakan, salah satunya adalah ketersedian protein dari sisa makanan

yang dibuang oleh mahasiswa di area sekitar pengabilan sampel. Pohon rukam

ditemukan jumlah sarang yang lebih banyak dibandingkan dengan pohon yang

lain hal ini disebabkan pohon tersebut sedang berbuah, hal ini dimanfaatkan semut

rangrang sebagai area dengan ketersedian makanan, berasal dari nektar tumbuhan

buah ataupun serangga lain yang dimangsa oleh semut rangrang hal tersebut sesai

dengan pernyataan Mele et al.,(2004) semut rangrang memangsa 20% gula dan

75% protein yang didapatkan dari sisa makanan ataupun serangga yang dimangsa

Hubungan semut dengan vegetasi yang ada di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta menjadi salah satu indikasi kesehatan ekosistem, kehadiran semut

Page 49: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

35

rangrang dapat menjadi indikator kesehatan ekosistem dan memberikan gambaran

tentang kehadiran organisme lain, karena banyaknya interaksi semut dengan

berbagai tumbuhan maupun hewan (Holldobler, 1990).

Gambar 9. Profil vegetasi pohon dengan sarang semut rangrang diarea tutupan

rumput

Keberadaan sarang semut rangrang pada lokasi dengan tutupan rumput

lebih banyak dibandingkan dengan dua lokasi lainnya hal tersebut dikarenakan

lokasi tersebut berada pada stratum C, D dan E dengan ketinggian vegetasi yang

bervariasi maka karakteristik dari lokasi ini berbeda dengan yang lainnya.

Perbedaan keberadaan sarang dan jumlah sarang semut yang berbeda dari tiga tipe

tutupan tanah yang berbeda memiliki hasil yang bervariasi, hal tersebut

diasumsikan dari berbedanya kondisi lingkungan secara mikro ataupun kondisi

vegetasi yang ditempati berbeda seperti pada kondisi lantai tanah dari ketiga

lokasi yang berbeda, pada area PLT lantai tanah yang tidak ditutupi apapun, akan

berbeda kondisi abiotik di bandingkan dengan dua area dengan kondisi tutupan

tanah tertutup conblock (student center) dan tertutupi rumput (Auditorium A.H

Nasution). Perbedaan tersebut juga bisa disebabkan oleh keberadaan bangunan

kampus sehingga mempengaruhi faktor mikroklimat dari setiap lokasi terhadap

vegetasi dan semut yang ditemukan, karena semut mempunyai hubungan dengan

variabel ekosistem yakni vegetasi, iklim mikro, tanah, dan fauna (Latumahina et

al., 2015).

Page 50: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

36

4.5. Hubungan semut dengan faktor mikroklimat

Pada penelitian ini, faktor mikroklimat yang diamati meliputi intensitas

cahaya, suhu udara, suhu tanah, kelembapan relative udara, kelembapan relative

tanah dan derajat keasaman tanah. Pengamatan faktor mikroklimat dilakukan

untuk mengetahui parameter yang menentukan keberadaan semut rangrang di

lokasi pengamatan. Data yang dianalisis dengan metode PCA menggunakan

aplikasi SPSS versi 22 tersaji pada Tabel 4

Pengukuran faktor mikroklimat tersebut harus memiliki kecukupan

sampling (sampling adiquecy) indeks ini mengukur kecukupan sampling hal

tersebut berlaku untuk pengambilan faktor abiotik yang dilakukan di kampus 1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan angka KMO sebesar 0,713 (Tabel 4.) jika

nilai KMO > 0,5 maka kecukupan sampling terpenuhi (Umar, 2009) berdasarkan

Principal Component Analysis (PCA).

Intensitas cahaya, suhu tanah, dan suhu udara merupakan faktor

mikroklimat yang memperngaruhi keberadaan semut rangrang (Gambar 10). Hal

ini menjadikan adanya pengaruh parameter mikroklimat terhadap keberadaan

semut rangrang. Pengukuran faktor parameter mikroklimat didapatkan dari hasil

PCA dengan nilai intial eigen values sebesar 63,740% (Lampiran 4). Dari

komponen matrik didapatkan bahwa faktor parameter mikroklimat yang paling

mempengaruhi adalah intensitas cahaya dengan nilai component 0,928. Nilai

dengan angka mendekati 1 merupakan faktor parameter mikroklimat paling

berpengaruh untuk mengetahui hubungan antara keberadaan semut rangrang

dengan faktor parameter mikroklimat (Umar, 2009).

Tabel 4. nilai component matrix anslisis PCA dengan aplikasi SPSS

Component Matrixa

Component

1 2

suhu_udara ,895 -,333

suhu_tanah ,894 -,199

ph_tanah ,380 ,825

intensitas_cahaya ,928 ,205

kelembapan_udara -,913 -,251

kelembapan_tanah -,620 ,415

Page 51: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

37

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

a. 2 components extracted.

Intentis cahaya yang berkisar antara 315-4550 klx merupakan intensitas

cahaya yang optimal untuk menunjang keberadaan semut rangrang. Holldobler

(1990) menyatakan bahwa semut rangrang merupakan spesies semut yang sangat

sensitif terhadap perubahan lingkungan. Hasil dari pengukuran hubungan semut

dengan faktor parameter mikroklimat ditemukan bahwa suhu udara

mempengaruhi keberadaan semut rangrang. Area pengambilan sampel berada

pada kisaran suhu udara yang nyaman (optimum) dan mendukung semut rangrang

untuk hidup yaitu berkisar antara 27-32⁰C. Keadaan lingkungan dengan suhu

udara paling kecil adalah pada area tutupan tanah 28-29 ⁰C keadan tersebut

dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang lebih sedikit akibat tertutupi oleh kanopi

pohon matoa yang rimbun di area tersebut. Kelembapan udara relative pada area

ini berkisar antara 78-82% (Lampiran 1). Hal tersebut menjadi tempat yang ideal

bagi semut rangrang yang hidup pada kisaran 65-87 % (Anderson et al., 2004).

Suhu udara berkorelasi positif dengan suhu tanah, kondisi lingkungan

dengan suhu udara paling tinggi di Auditorium A.H Nasution dengan suhu udara

antara 31-32,⁰C (Lampiran 1), hal ini sebabkan karena lokasi tersebut berada di

luar jangkaun kanopi dari vegetasi. Suhu tanah berkisar antara 31-32⁰C. kondisi

suhu udara dan suhu tanah tersebut optimal untuk semut rangrang menjalankan

aktivitasnya dikarenakan terdapat pula vegetasi timbuhan bawah yang menutupi

area tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian Harlan (2006) yang menyatakan

bahwa pengukuran pH tanah memiliki hasil yang berkaitan dengan keberadaan

semut rangrang di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal tersebut terlihat

dari rapatnya sudut yang terbentuk dengan garis oordinasi PCA yang ditampilkan

pada Gambar 10.

Derajat keasaman tanah di lokasi pengamatan berkisar antara 4-7

(Lampiran 1). Pengukuran faktor parameter mikroklimat tersebut dimungkinkan

memiliki kaitan dengan terdapatnya bahan sisa dari makanan atau tumpukan

sampah yang bersifat organik yang dimanfaatkan oleh vegetasi di sekitar

keberadaan semut rangrang tersebut, hubungan faktor lingkungan bagi semut

Page 52: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

38

rangrang berpengaruh terhadap aktifitas pencarian makan dan menjalankan segala

aktifitasnya (Latumahina, 2015).

Gambar 10. Gambar ordinasi PCA pengukuran faktor abiotik terhadap keberadaan

semut rangrang di Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dengan aplikasi SPSS

Faktor parameter mikroklimat berupa kelembapan tanah mempengaruhi

keberadaan semut rangrang di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal

tersebut terlihat dari kerapatan sudut garis oordinasi yang ditampilkan, memiliki

hasil berpengaruh negatif dengan suhu udara dan suhu tanah. Hal tersebut dapat

disebabkan karena terdapatnya material organik sisa sampah atau pun pembakaran

serasah yang terdekomposisi di area tersebut. Faktor parameter mikroklimat

mempengaruhi kehadiran semut di kampus 1 UIN Syarif HIdayatullah Jakarta

sebagai indikatior bagi lingkungan yang di tempatinya, semut dapat menjadi

indikator biologi untuk menilai perubahan lingkungan karena mudah dikoleksi,

dan sensitif terhadap perubahan lingkungan (Agosti et al., 2000).

Page 53: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap keberadaan semut

rangrang dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai habitat bersarang di kampus 1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat disimpulkan struktur Morfologi dari

sarang semut rangrang memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda tergantung dari

bentuk daun yang dijadikan sarang semut tersebut.

5.2 Saran

Melestarikan tumbuhan dalam tingkat vegetasi pohon buah yang ada di

Kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak menutup lantai tanah dengan

conblock pada area hijau atau terdapat tumbuhan dalam tingkat pohon dan

menanam tumbuhan buah di area kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 54: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

40

DAFTAR PUSTAKA

Abtar, Hasriyanti, & Burhanudin S. (2013). Komunitas Semut (Hymnoptera:

Formicidae) Pada Tanaman Padi, Jagung, Dan Bawang Merah. Jurnal

Agrotekbis. 1 (2) : 109-112

Agosti D., Jonathan D. M., Leeanne E. A., & Ted R. S. (2000). Standard methods

for measuring and monitoring biodiversity. Smithsonian Institution Press.

Washington and London.

Bolton, B. (1994). Identification Guide to the Ant Genera of the World. American

Entomological Institute. Avenue Gainesville

Bolton, B. (2003). Synopsis and classification of Formicidae. Memoirs of the

American Entomological Institute.Gainesville.

Borror, & Delong, S. (2003). Introduction to the study o insect. The Ohio State

University. Newyork

Fachrul, M. (2012). Metode Sampling Bioekologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Fitriana, N. (2015). Diversitas Capung (Odonata) di Situ Kuru, Situ Pamulang, dan

Situ Gintung Tangerang Selatan. Puslitpen LP2M UIN Jakarta. Jakarta

Gunsalam, G. (1999). A preliminary survey and assessment of ant ( Formicidae :

Hymenoptera ) Fauna of Bario. Kelabit Highlands Sarawak, (October), 1–6.

Harlan, I. (2006). Aktivitas Pencarian makan pemindahan larva Semut

rangrang.[skripsi]. Institut Pertanian Bogor.Bogor

Hashimoto, Y. (2000). Identification Guide To the Ant. Inventory & Collection Total

Protocol for Understanding of Biodiversity, (2000), 89–162.

Hölldobler Bert, E. O. (1990). The Ants. USA: Harvard University Press. United

States of America

Irsyam, A. S. ., & Priyanti. (2016). Suku Fabaceae Di Kampus Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bagian 1: Tumbuhan Polong

Berperawakan Pohon Fabaceae in Islamic State University (Uin) Syarif

Hidayatullah, Jakarta, Part 1: Legume Trees. Al-Kauiyah Jurnal Biologi, 9(1),

44–56.

Karmawati, E. (2004). Peranan Oecophylla smaragdina dalam jambu mete. LITRI,

10(1), 1–40.

Page 55: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

41

Kwon, T. S., & Lee, C. M. (2015). Prediction of abundance of ants according to

climate change scenarios RCP 4.5 and 8.5 in South Korea. Journal of Asia-

Pacific Biodiversity, 8(1), 49–65.Soutuh Korea

Latumahina, F. (2011). Pengaruh alih fungsi lahan terhadap keanekaragaman semut

alam hutan lindung Gunung Nona-Ambon. Journal Agroforestry, 6, 19–

22.Program Doktor Ilmu Kesehatan. UGM. Yogyakarta.

Latumahina, F., Susetya, N., Agro, J., Bulaksumur, N., Yogyakarta, S., Kehutanan,

F., … Yogyakarta, S. (2015). Respon semut terhadap kerusakan antropogenik

dalam hutan lindung sirimau ambon ( Ants Response to Damage Anthropogenic

in Sirimau Forest Ambon ). Program Doktor Ilmu Kehutanan . UGM.

Yogyakarta

Leps Jan., & Smilauer P. (2003). Multivariate analysis of ecological data ucsing

CANOCO. University of South Bohemia. Czech Republic.

Lori Lach., Catherine L.Parr., Kirsti L. (2010). Ant Ecology.Oxford University Press.

New York.

Mele, P. Van, Thi, N., Cuc, T., & Rahayu, S. (2004). Semut Sahabat Petani. Worlg

Agroforestri Centre.

Noor, M. F., & Raffiudin, R. (2006). Eksplorasi keragaman spesies semut di

ekosistem terganggu kawasan cagar alam telaga warna Jawa Barat. Seminar

Nasional X Pendidikan Biologi FKIP UNS, (2000), 1–6.

Pangemanan, L., Komalig, & C., Kaligis, T. (2008) Beberapa jenis Palem yang

berpotensi sebagai tanaman pengisi ruang terbuka hijau. Journal Ekoton, 8,49-

52.

Peng, R., Christian, K., & Gibb, K. (1999). The effect of levels of green ant,

Oecophylla smaragdina (F.) colonisation on cashew yield in northern Australia.

Symposium on Biological Control in the Tropics, Serdang, Malaysia, 24–28.

Pierre, E. M., & Azarae.( 2013). Studies on the predatory activities of Oecophylla

smaragdina (Hymenoptera: Formicidae) on Pteroma pendula (Lepidoptera:

Psychidae) in oil palm plantations in Teluk Intan, Perak (Malaysia).Malaysia.

Ramdani, Y. (2017). Jenis-jenis serangga pengunjung bunga markisa. [skripsi].

Universitas Andalas. Padang.

Sahabudin., (2011). Effect of Land Use Change on Ecosystem Function of Dung

Beetles: Exsperimental Evidence From Wallacea Region in Sulawesi. Indonesia

Jurnal Biodiversitas, 3:177-181

Page 56: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

42

Seguni, Z. S. K., Way, M. J., & Van Mele, P. (2011). The effect of ground vegetation

management on competition between the ants Oecophylla longinoda and

Pheidole megacephala and implications for conservation biological control.

Crop Protection, 30(6), 713–717.

Setiadi, D. I. Muhadiono dan A. Yusron. ( 1989). Penuntun Praktikum Ekologi.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Umar, H.B. (2009). Principal Component Analysis (PCA) dan aplikasinya dengan

SPSS. Journal Kesehatan Masyarakat, 8, No.2.

Verheij, E.W.M & Coronel, R.E. (1992). Edible Fruits and Nuts. PROSEA. Bogor.

Indonesia

Youngsteadt, E., Baca, J. A., Osborne, J., & Schal, C. (2009). Species-Specific Seed

Dispersal in an Obligate Ant-Plant Mutualism. PLoS ONE, 4(2), e4335.

Page 57: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

Lokasi Plot Nama

Lokal Nama Latin

Suhu udara

(°C) Suhu Tanah

(°C) pH Tanah

Intensitas Cahaya

(Klx)

Kelembapan

relatif udara(%)

Kelembapan

Tanah (%)

PLT (Tanah) plot 3 sawo 1 Minalkara kauki 28,8 30,5 5,3 3554 78,1 6,3

plot 3 sawo 2 Minalkara kauki 29,3 30,1 5,2 3021 78,3 6

plot 3 sawo 3 Minalkara kauki 29,2 30,2 5 3230 80,2 6

plot 3 matoa 1 Pometia pinnata 28 30 5,1 2300 82,1 6

plot 3 matoa 2 Pometia pinnata 29 30 5 1891 82 6,3

plot 2 matoa 3 Pometia pinnata 28,9 30,1 5,4 1922 81,6 6,3

plot 2 matoa 4 Pometia pinnata 28 30 5 1892 83 6

plot 2 matoa 5 Pometia pinnata 29 30,2 5 2002 82,7 6,2

plot 1 lengkeng 1 Dimocarpus longan 28 30 5 1981 81,5 6,3

plot 1 lengkeng 2 Dimocarpus longan 29 30 5,4 1821 83 6,3

plot 1 lengkeng 3 Dimocarpus longan 28 30 5,3 1911 80,5 6,5

Audit

(Rumput) plot 1 mangga 1 Mangifera indica 31,9 32 6 35633 67,3 5,5

plot 1 mangga 2 Mangifera indica 32 31 5,6 26871 66 5

plot 1 mangga 3 Mangifera indica 30,8 32 6 45567 60,2 5

plot 1 ketapang 1 Terminalia catappa 31 31,2 6,2 55821 61,3 5,1

plot 2 jambu air 1 Syzygium aqueum 32,2 33 5 15327 64,3 5

plot 3

kemuning

1 Murraya paniculata 31 31 5,1 19621 65,5 5,2

plot 3 rukem 1 Flacourtia rukam 31 32 5 35128 65 6

plot 1 bringin 1 Ficus benjamina 30,1 31 5,7 25681 63,2 5,8

plot 3 tanjung Mimusops elengi 32 31 5,3 18875 63,5 5,5

Lampiran 1. Analisis vegetasi tingkat pohon dan Faktor Mikrokliat di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43

Page 58: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

plot 2 bisboll 1 Diospyros blancoi 32 32 5 16727 64,5 5

SC

(Conblock) plot 3 matoa 1 Pometia pinnata 32 31 5 2921 77,2 5

plot 3 matoa 2 Pometia pinnata 31,4 31 5,1 5647 78,5 5

plot 3 matoa 3 Pometia pinnata 32 32 5,1 40212 68,2 5,7

plot 3 matoa 4 Pometia pinnata 31 32 5,1 35261 67,8 5,7

plot 2 matoa 5 Pometia pinnata 32 32 5,1 39482 67,3 6

plot 2 matoa 6 Pometia pinnata 31,4 32 5 40021 67,1 6,2

plot 2 palem 1 Chrysaldocarpus lutescens 31 32,1 5,2 35000 67,3 6

plot 1 matoa 7 Pometia pinnata 31 31 5 3675 80,1 5

plot 1 mangga 1 mangifera indica 31 31,2 5,1 5652 81,3 5,1

plot 1 mangga 2 mangifera indica 30,5 31 5 2934 78,1 4,9

plot 1 pete cina laucaena leucocephala 31 31 5 6781 79,2 5,2

44

Page 59: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

Lokasi Lokal Ilmiah ∑

Individu KR(%) FR(%) INP H' E

Tutupan Tanah Rumput Gajah

Pennisetum

purpureum 68 23,00 16,67 39,64 0,34 0,17

Rumput Teki Cyoerus rotundus 61 20,60 16,67 37,27 0,33 0,17

Digitaria Digitaria eriantha 68 23,00 16,67 39,64 0,34 0,17

Daun Pulus Laportea stimulans 10 3,40 8,33 11,71 0,11 0,06

Lagetan Synedrella nodiflora 32 10,80 16,67 27,48 0,24 0,12

Temu wiyang Emilia sonchiolia 12 4,10 8,33 12,39 0,13 0,07

Rumput kaleng Bracharia

decumbens 45 15,20 16,67 31,87 0,29 0,15

296 100 100 200 1,77 0,91

Tutupan Conblock Rumput Gajah

Pennisetum

purpureum 43 72,88 25,00 97,88 0,23 0,17

Bougenvile Bougenvillea sp 2 3,39 25,00 28,39 0,11 0,08

Cabe Capsicum L 2 3,39 25,00 28,39 0,11 0,08

Tehtehan Acalypha 12 20,34 25,00 45,34 0,32 0,23

59 100 100 200 0,78 0,57

Tutupan Rumput Rumput Gajah

Pennisetum

purpureum 203 63,64 23,08 86,71 0,29 0,15

Digitaria Digitaria eriantha 7 2,19 7,69 9,89 0,08 0,04

Tapak Elephantopus 40 12,54 7,69 20,23 0,26 0,13

Paku Semanggi Marsilea 20 6,27 15,38 21,65 0,17 0,09

Tehtehan Acalypha 40 12,54 23,08 35,62 0,26 0,13

badotan Ageratum 5 1,57 15,38 16,95 0,07 0,03

Rumput Teki Cyperus L 4 1,25 7,69 8,95 0,05 0,03

319 100 100 200 1,19 0,61

Lampiran 2. Analisis vegetasi tingkat semai di kampus 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

45

Page 60: PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI HABITAT SEMUT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47957/1/RIZKY APRIZAL-FST.pdfbagi keberlangsungan hidup semut rangrang untuk melakukan

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,713

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 168,830

df 15

Sig. ,000

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 3,824 63,740 63,740 3,824 63,740 63,740 3,222 53,706 53,706

2 1,107 18,458 82,198 1,107 18,458 82,198 1,709 28,491 82,198

3 ,737 12,278 94,475

4 ,152 2,541 97,016

5 ,129 2,153 99,169

6 ,050 ,831 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Lampiran 3. Nilai KMO dan Eigen Veliues uji analisis PCA

46