pemanfaatan sampah sebagai upaya mengurangi pemanasan

7
PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PEMANASAN GLOBAL February 18, 2008 · Filed under Global Warming · Tagged Global Warming , lingkungan Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah, pasti yang terlintas dalam benak adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak (wikipedia). Sampah dapat berada pada setiap fase materi yitu fase padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan (Pasymi). Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik

Upload: choirul-huda

Post on 26-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan Sampah Sebagai Upaya Mengurangi Pemanasan

PEMANFAATAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PEMANASAN GLOBAL

February 18, 2008 · Filed under Global Warming · Tagged Global Warming, lingkungan

Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga. Jika mendengar istilah sampah,

pasti yang terlintas dalam benak adalah setumpuk limbah yang menimbulkan aroma bau

busuk yang sangat menyengat. Sampah diartikan sebagai material sisa yang tidak diinginkan

setelah berakhirnya suatu proses. Sampah adalah zat kimia, energi atau makhluk hidup yang

tidak mempunyai nilai guna dan cenderung merusak. Sampah merupakan konsep buatan

manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang

tak bergerak (wikipedia).

Sampah dapat berada pada setiap fase materi yitu fase padat, cair, atau gas. Ketika

dilepaskan dalam dua fase yaitu cair dan gas, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai

emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Bila sampah masuk ke dalam lingkungan (ke air,

ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Peristiwa masuknya sampah

ke lingkungan inilah yang dikenal sebagai peristiwa pencemaran lingkungan (Pasymi).

Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia,

sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan

berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik atau sampah yang

dapat diurai (degradable) contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dll, 2) sampah

anorganik atau sampah yang tidak terurai (undegradable) contohnya plastik, botol, kaleng dll.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri,

misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan

menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan

jumlah konsumsi. Laju pengurangan sampah lebih kecil dari pada laju produksinya. Hal ini

lah yang menyebabkan sampah semakin menumpuk di setiap penjuru kota.

Besarnya timbunan sampah yang tidak dapat ditangani tersebut akan menyebabkan berbagai

permasalahan baik langsung maupun tidak langsung bagi penduduk kota apalagi daerah di

sekitar tempat penumumpukan. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang

bijaksana diantaranya adalah berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta

gangguan pernafasan, sedangkan dampak tidak langsungnya diantaranya adalah bahaya banjir

Page 2: Pemanfaatan Sampah Sebagai Upaya Mengurangi Pemanasan

yang disebabkan oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalang timbunan sampah

yang dibuang ke sungai.

Selain penumpukan di tempat pembuangan sementra (TPS), sampah pun akan semakin

meningkat jumlah nya di tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan semakin bertumpuknya

sampah di TPA-TPA, akan lebih berpeluang menimbulkan bencana seperti yang terjadi di

salah satu TPA yang ada di Bandung beberapa tahun lalu. Bencana longsong yang terjadi di

TPA tersebut terjadi karena adanya akumulasi panas dalam tumpukan sampah yang pada

akhirnya menimbulkan ledakan yang sangat hebat. Karena ledakan inilah maka sampah-

sampah tersebut longsor dan menimbun puluhan rumah serta pemiliknya. Tak kurang dari

100 orang meninggal karena peristiwa ini. Dari kejadian tersebut kita harus berfikir keras

bagaimana agar bencana serupa tidak trjadi di TPA-TPA yang lainnya.

Selain dampak yang telah disebutkan tadi, secara tidak langsung sampah yang menumpuk

akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang

lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui bahwa

pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti uap air,

karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O). Dari tumpukan sampah ini

akan dihasilkan ber ton-ton gas karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas metana (CH4)

dapat dirubah menjadi sumber energi yang akhirnya bisa bermanfaat bagi manusia.

Sedangkan untuk gas karbondioksida (CO2), sampai saat ini belum ada pemanfaatan yang

signifikan.

Akan tetapi proses perubahan gas metana (CH4) menjadi energi tetap saja menghadapi

kendala diantaranya adalah kurangnya prospek dari segi ekonomi, yang akhirnya membuat

perkembangannya masih tetap jalan ditempat dan entah kapan akan maju. Akibatnya gas

metana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah hanya dapat dibiarkan saja mengapung

keudara tanpa bisa dimanfaatkan.

Gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan di TPA-TPA pun tidak hanya berasal dari

penumpukan sampah-sampah saja. Tetapi berasala juga dari pembakaran-pembakaran

sampah plastik yang di lakukan oleh pemulung. Para pemulung ini membakar sampah plastik

untuk lebih memudahkan dalam memilih sampah-sampah yang tidak bisa dibakar seperti

besi. Padahal dengan pembakaran ini akan sangat merugikan terutama bagi kesehatan

masyarakat disekitar tempat pembakaran. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang

Page 3: Pemanfaatan Sampah Sebagai Upaya Mengurangi Pemanasan

dihasilkan dari pembakaran tentu saja akan semakin meningkatkan temperatur di permukaan

bumi ini. selain itu abu dari sisa pembakaran sampah akan menimbulkan gangguan

pernafasan pada masyarakat sekitar.

Menurut Sumaiku selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar,

pembakaran sampah akan menghasilkan senyawa yang disebut dioksin. Dioksin adalah istilah

yang umum dipakai untuk salah satu keluarga bahan kimia beracun yang mempunyai struktur

kimia yang mirip serta mekanisma peracunan yang sama. Keluarga bahan kimia beracun ini

termasuk (a) Tujuh Polychlorinated Dibenzo Dioxins (PCDD); (b) Duabelas Polychlorinated

Dibenzo Furans (PCDF); dan (c) Duabelas Polychlorinated Biphenyls (PCB). Racun udara

dioksin akan berbahaya pada gangguan fungsi daya tahan tubuh, kanker, perubahan hormon,

dan pertumbuhan yang abnormal. Dengan demikian pengurangan sampah dengan

pembakaran lebih baik dihindari

Ada beberapa cara pengurangan sampah yang lebih baik dari pembakaran yaitu

seperti yang diterangkan dalam web wahli. Ada empat prinsip yang dapat digunakan dalam

menangani maslah sampah ini. Ke empat prinsip tersebut lebih dikenal dengan nama 4R yang

meliputi:

1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak sampah yang dihasilkan.

2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.

3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.

4. Replace (Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang yang hanya bisa dipakai sekalai dengan barang yang lebih tahan lama. Juga telitilah agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

Sedangkan menurut Syahputra pola yang dapat dipakai dalam penanggulangan

sampah meliputi Reduce, Reuse, dan Recycle, dan Composting (3RC) yang merupakan dasar

dari penanganan sampah secara terpadu. Reduce (mengurangi sampah) atau disebut juga

precycling merupakan langkah pertama untuk mencegah penimbunan sampah.

Page 4: Pemanfaatan Sampah Sebagai Upaya Mengurangi Pemanasan

Reuse (menggunakan kembali) berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan

cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai. Apa saja barang yang masih

bisa digunakan, seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan

untuk bungkus kado yang menarik. Menggunakan kembali barang bekas adalah wujud cinta

lingkungan, bukan berarti menghina.

Recycle (mendaur ulang) juga sering disebut mendapatkan kembali sumberdaya

(resource recovery), khususnya untuk sumberdaya alami. Mendaur ulang diartikan mengubah

sampah menjadi produk baru, khususnya untuk barang-barang yang tidak dapat digunakan

dalam waktu yang cukup lama, misalnya kertas, alumunium, gelas dan plastik. Langkah

utama dari mendaur ulang ialah memisahkar sampah yang sejenis dalam satu kelompok.

Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik,

misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan itu

menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang

disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman. Di Jakarta, pembuatan kompos

dilakukan dengan menggunakan sampah organik

Tentunya cari ini akan lebih baik digunakan dari pada dengan cara pembakaran.

Karena selain mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi volume gas

karbondioksida (CO2 ) yang dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping baik bagi

masyarakat ataupun lingkungan. Seperti kata pepatah pencegahan penyakit akan lebih baik

dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan

sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolah/memusnakan

sampah. Karena bagaimanapun mengolah/ memusnahkan sampah pasti akan menghasilkan

jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah yang dimusnakan. Jadi

mari mulai sekarang kita bebenah diri untuk mengurangi hal-hal yang bisa membentuk

sampah.