pemanfaatan museum diponegoro sebagai sumber …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan...

178
PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PADA MATERI BENTUK-BENTUK PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA DALAM MENENTANG KOLONIALISME BANGSA BARAT PERIODE SESUDAH TAHUN 1800 UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang Oleh Arif Widayanto NIM. 3101407001 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 i

Upload: hoangnhi

Post on 15-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER

BELAJAR SEJARAH PADA MATERI BENTUK-BENTUK

PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA DALAM MENENTANG

KOLONIALISME BANGSA BARAT PERIODE SESUDAH TAHUN 1800

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Arif Widayanto

NIM. 3101407001

JURUSAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

i

Page 2: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke

sidang panitia Ujian Skripsi pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ba‟in, M.Hum Dra. Santi Muji Utami, M.Hum

NIP.19630706 199002 1 001 NIP.19650524 199002 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sejarah

Arif Purnomo, SS., S.Pd., M.Pd

NIP. 19730131 199903 1 002

ii

Page 3: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

Jurusan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.

Hari :

Tanggal :

Penguji Utama

Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum

NIP. 19631215 198901 1 001

Penguji I Penguji II

Drs. Ba’in, M. Hum Dra. Santi Muji Utami, M.Hum NIP.19630706 199002 1 001 NIP.19650524 199002 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M. Pd

NIP. 19510808 198003 1 003

iii

Page 4: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan yang lain terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik.

Semarang, Juni 2011

Arif Widayanto

NIP. 3101407001

iv

Page 5: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Orang sukses adalah orang yang tidak pernah berpikir dirinya kalah,ketika ia

terpukul jatuh (gagal) ia bangkit kembali,belajar dari kesalahannya dan bergerak

maju menuju inovasi yg lebih baik.

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Ibu dan Bapak tercinta (Sofiah dan Muhammad

Teguh, S.Pd), terima kasih atas kasih sayang dan

do‟a yang selalu menyertaiku, semoga skripsi ini

dapat menjadi salah satu tanda baktiku.

Rainbow tersayang (Reni Handayani) yang selalu

memberikan motivasi dan saran untuk selalu

bersemangat serta ingat pada Allah SWT.

Kakakku Puji, dan adikku Vita, Diah, Via dan

Artha yang selalu mendo‟akanku.

Keluarga Besar Kyai H. Sairozi dan H. Sulichan

serta Hj. Rumiyatin yang selalu mendo‟akan dan

memberi motivasi untuk menjadi lebih baik.

Teman-teman pendidikan sejarah angkatan 2007

dan Tim JAC yang kompak.

Semua orang yang telah mendidik dan

mengajarkanku bagaimana berilmu dan berahlak

mulia.

Almamaterku

v

Page 6: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun

tidak langsung skripsi ini tidak dapat terwujud. Penulis menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Satroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di

kampus tercinta ini

2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES yang telah

memberikan ijin penelitian

3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd Ketua Jurusan Sejarah FIS UNNES yang

telah memberikan ijin penelitian

4. Prof. Dr. Ph Dewanto, M.Pd (Alm.) mantan Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses

penyusunan skripsi

5. Drs. Ba‟in, M.Hum Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan

dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi

vi

Page 7: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

6. Dra. Santi Muji Utami, M.Hum Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses

penyusunan skripsi

7. Sri Sudartono, S.Pd, M.Pd Kepala SMP Negeri 3 Magelang yang telah

memberikan ijin penelitian

8. Sri Sundari, S.Pd Guru IPS Sejarah kelas VIII yang banyak memberikan

bantuan kepada penulis selama penelitian

9. Djoko Suryo TNC selaku pengelola Museum Diponegoro Kota Magelang

yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian di

Museum Diponegoro

10. Para Siswa SMP Negeri 3 Magelang kelas VIII C dan VIII E yang bersedia

menjadi sampel penelitian

11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis yakin

bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca. Amin

Semarang, Juni 2011

Peneliti

Arif Widayanto

NIM. 3101407001

vii

Page 8: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

SARI

Widayanto, Arif. 2011. “Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber

Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam

Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun

Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Ba‟in, M.Hum. Pembimbing

II : Dra. Santi Muji Utami, M.Hum. 93 halaman.

Kata Kunci : Pemanfaatan Museum, Sumber Belajar Sejarah, Hasil Belajar

Hasil belajar dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh beberapa

faktor diantaranya pemahaman materi. Untuk dapat mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang

Tahun Pelajaran 2010/2011 maka diperlukan penelitian kebih lanjut. Hasil

observasi menunjukan bahwa proses pembelajaran sejarah masih konvensional

dan kurang memanfatkan sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sehingga

hasil belajar masih rendah. Pemanfaatan sumber belajar sejarah dalam penelitian

ini adalah dengan memanfaatkan Museum Diponegoro Kota Magelang.

Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana

pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran

sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011? (2)

Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai

sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam meningkatkan

hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan

Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan

Museum Diponegoro terhadap peningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP

Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011. Manfaat dari penelitian ini yaitu

dapat memberikan informasi dan masukan tentang pentingnya pemanfaatan

Museum untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Eksperimen,

yaitu ada perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen agar

dapat dilihat perbedaannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP

Negeri 3 Magelang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Simple Random Sampling dengan Randomized Control Group Pretes-

Postest Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas

kontrol dan siswa kelas VIII E adalah kelas Eksperimen.

Peningkatan hasil belajar yang lebih baik ditunjukan pada kelas

eksperimen, yaitu nilai rata-rata hasil post tes kelas eksperimen sebesar 7,423

sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 5,76. Dari hasil uji-t didapatkan thitung =

6,49662 > ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan,

yaitu hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar kelas

kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui pemanfaatkan

Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah dengan materi bentuk-bentuk

viii

Page 9: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode

sesudah tahun 1800 lebih efektif dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa

memanfaatkan museum sebagai sumber belajar.

Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar mempermudah

guru dalam mengajar dan memberikan pemahaman terhadap materi pelajaran dan

menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa

memiliki minat untuk mengikuti pelajaran sejarah. Oleh karena itu, disarankan

agar guru memanfaatan sumber belajar sejarah di lingkungan sekitar siswa

khususnya museum lebih ditingkatkan sebagai alternatif dalam pembelajaran

sejarah yang berdampak pada peningkatan hasil belajar sejarah.

ix

Page 10: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... iii

PERNYATAAN .............................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

SARI ..... ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori ..................................................................................... 13

1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya .......................................... 13

2. Sumber Belajar Sejarah ..................................................................... 22

3. Pembelajaran Sejarah ........................................................................ 30

4. Materi Bentuk-bentuk Perlawanan rakyat Indonesia Dalam

Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode sesudah Tahun

1800 ................................................................................................. 39

5. Hasil Belajar ..................................................................................... 42

x

Page 11: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 45

C. Hipotesis .............................................................................................. 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 48

B. Variabel Penelitian .............................................................................. 51

C. Lokasi Penelitian ................................................................................. 52

D. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 53

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 54

F. Analisis Data ....................................................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 67

1. Lokasi Penelitian ..............................................................................

2. Pemanfaatan Museum Diponegoro ....................................................

3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum

Diponegoro Sebagai Sumber Belajar .................................................

B. Pembahasan .........................................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 91

B. Saran ................................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 94

LAMPIRAN ................................................................................................... 97

xi

Page 12: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Kegiatan Guru dan Siswa .......................................................................... 44

2. Desain Openelitian Eksperimen ............................................................. 50

3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin dan Jumlah Guru ............ 71

4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ....... 72

xii

Page 13: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Daftar Nama Siswa Kelas VIII E Kelompok Eksperimen ............................... 98

2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII C Kelompok Kontrol ...................................... 99

3. RPP Kelas Eksperimen ............................................................................... 100

4. RPP Kelas kontrol ................................................................................... 107

5. Kisi-kisi Soal Uji Coba Test ........................................................................ 112

6. Soal Uji Coba Test ................................................................................... 113

7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Test .............................................................. 121

8. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ........ 122

9. Perhitungan Validitas Butir Soal ............................................................. 126

10. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ........................................................ 128

11. Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test ..................................................... 129

12. SoalPre Test dan Post Test .................................................................... 130

13. Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test ........................................... 136

14. Data Hasil Pre Test antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol .............. 137

15. Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Eksperimen ............................ 138

16. Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Kontrol .................................. 139

17. Uji Kesamaan Data Nilai Pre Test Antara kelompok Eksperimen

dan Kontrol ........................................................................................... 140

18. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Pre Test Antara Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ....................................................... 141

19. Data Nilai Hasil Post Test Antara Kelompok Eksperimen dan

Kontrol ................................................................................................. 142

20. Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Eksperimen .......................... 143

21. Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Kontrol ................................. 144

22. Uji Kesamaaan Data Nilai Pre Test Antara Kelompok Eksperimen

dan Kontrol ........................................................................................... 145

xiii

Page 14: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

23. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Post test Antara kelompok

Eksperimen dan Kontrol ........................................................................ 146

24. Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala SMP Negeri 3 Magelang ................ 147

25. Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala Museum Diponegoro ..................... 148

26. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 3 Magelang .................... 149

27. Surat Rekomendasi dari Museum Diponegoro ........................................ 150

28. Dokumentasi Penelitian ......................................................................... 151

29. Dokumentasi Museum Diponegoro dan Koleksi-koleksinya ................... 155

30. CD Koleksi-koleksi Museum Diponegoro .............................................. 164

xiv

Page 15: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Museum merupakan suatu bangunan yang menyimpan koleksi hasil

karya dan prestasi masyarakat di masa lampau. Museum dapat juga berbentuk

suatu situs atau lingkungan fisik tertentu. Benda-benda koleksi di museum

merupakan sumber informasi dan bukti konkrit bagi masyarakat mengenai

kehidupan pada masa lampau.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 766) museum berarti

gedung yang digunakan sebagai pameran tetap benda-benda yang patut

mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu; tempat

menyimpan barang kuno. Menurut ICOM (International Council of

Museums) museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari

keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk

umum, yang mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan dan

memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-

tujuan studi, pendidikan dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3).

Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan

yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya

berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan

1

Page 16: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

2

budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian

fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau

pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi sampai ke fungsi pendidikan

secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas.

Museum sebagai suatu institusi yang menyajikan berbagai hasil karya

dan cipta serta karsa manusia pada masa lampau, merupakan tempat yang

tepat sebagai sumber pembelajaran sejarah. Keberadaan museum akan

menjadi lebih berarti jika dikaitkan dengan pendidikan sejarah, karena

museum memberikan fasilitas belajar yang sangat menguntungkan dan

merupakan bagian sumber belajar sejarah yang nyata.

Melalui benda-benda koleksi yang dipamerkan di Museum, siswa

dapat belajar tentang nilai dan perhatian serta kehidupan generasi pendahulu

sebagai bekal di masa kini dan gambaran untuk kehidupan di masa

mendatang. Benda-benda koleksi di museum dapat dijadikan sebagai media

pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman

terhadap peristiwa sejarah bagi siswa.

Di Kota Magelang terdapat beberapa museum yang menyimpan

koleksi-koleksi peninggalan sejarah, antara lain 1) Museum Diponegoro yang

terletak Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1

Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum

Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7

Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21

Page 17: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

3

Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto

Magelang. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang tersebut berada

dalam perlindungan dan pengawasan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.

Salah satu museum yang terdapat di Kota Magelang adalah Museum

Diponegoro. Museum Diponegoro terletak di Karesidenan Magelang, bagian

barat laut kota Magelang. Museum Diponegoro dahulunya merupakan kamar

rumah Residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat

perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh

Jenderal De Kock. Tetapi dalam perundingan Pangeran Diponegoro dijebak

dan akhirnya di tangkap Belanda pada 25 Maret 1830.

Untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro, maka kamar

tempat Pangeran Diponegoro dijebak dijadikan Museum Kamar Pengabadian

Pangeran Diponegoro. Museum Diponegoro menyimpan bukti-bukti atau

peninggalan sejarah dari Pangeran Diponegoro yang ditangkap secara licik

dalam suatu perundingan dengan Belanda, antara lain :

1. Kamar, yaitu kamar di rumah Residen Kedu tempat perundingan

antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda, dan merupakan tempat

Pangeran Diponegoro ditangkap.

2. Satu set meja dan kursi perundingan, dahulu dipakai untuk

perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock,

sedangkan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro terdapat guratan.

Page 18: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

4

Menurut cerita guratan tersebut adalah bekas guratan kuku Pangeran

Diponegoro karena menahan amarahnya terhadap kelicikan Belanda.

3. Jubah, adalah jubah Pangeran Diponegoro yang dipakai pada saat

berunding dengan Belanda. Jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35

m terbuat dari kain shantung dari negeri Tiongkok.

4. Kitab Tahrib.

5. Gambar lukisan Pangeran Diponegoro, yang merupakan reproduksi

dari lukisan aslinya yang disimpan oleh P. Pudjokusumo di

Yogyakarta. Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal

namanya.

6. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai untuk

sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal

(Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru

agama Islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii.

7. Teko atau poci, yaitu benda milik pribadi Pangeran Diponegoro yang

dipakai beliau pada saat masih berada di Bantul.

8. 7 (Tujuh) buah cangkir, yaitu cangkir tempat 7 macam minuman

kegemaran Pangeran Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air

dlingo bengle, wedang jahe, air putih matang, air dadap serep, teh dan

kopi.

Page 19: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

5

9. Lukisan karya Raden Saleh, yaitu lukisan reproduksi merupakan

suasana penangkapan Pangeran Diponegoro di depan Gedung

Karesidenan Kedu di Magelang.

10. Lukisan karya Dr. Daud Yusuf, yaitu lukisan reproduksi Pangeran

Diponegoro dalam suasana perang.

11. Lukisan karya Hendrajasmoko, yaitu lukisan Pangeran Diponegoro

mengendarai kuda Kyai Gentayu melintasi Sungai Progo.

Benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum

Diponegoro merupakan sumber belajar dan informasi konkrit bagi siswa.

Bangunan Museum Diponegoro tidak diubah banyak, bentuknya masih

seperti bangunan kuno, sehingga kharisma Pangeran Diponegoro masih

sangat terasa. Museum Diponegoro dengan koleksi-koleksi peninggalan

sejarah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam

pembelajaran sejarah.

Widja (1989: 61) menjelaskan bahwa sekali peristiwa sejarah itu

terjadi maka peristiwa itu akan lenyap, yang tertinggal hanyalah jejak-jejak

(bekas-bekas) dari peristiwa yang kemudian dijadikan sumber dalam

menyusun sejarah yang sering disebut peninggalan sejarah. Dalam pengajaran

sejarah, untuk membantu murid lebih memahami suatu peristiwa dengan

lebih baik dan lebih menarik, tentu saja peninggalan sejarah itu akan

membantu guru sejarah dalam tugasnya yang mana hal ini bisa dimengerti

Page 20: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

6

karena melalui jejak-jejak itu murid akan mudah memvisualisasikan

peristiwanya.

Di dalam Sejarah terkandung beberapa aspek yang perlu kita pelajari,

yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Aspek-aspek

ini perlu dipelajari dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini akan

bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya memecahkan permasalahan yang

dihadapi di dalam masyarakat apada masa yang akan datang. Oleh karena itu

belajar sejarah memberikan pengalaman yang berguna bagi kehidupan kita

(Soewarso, (2000: 27).

Pendidikan Sejarah memberikan pengertian kepada masyarakat

tentang makna dari peristiwa masa lampau. Sehingga pendidikan sejarah yang

dilaksanakan berdasarkan pemahaman dan kearifan maka dapat membantu

mewujudkan generasi yang sadar sejarah dan bijaksana dalam menanggapi

masa lampau agar dapat menata masa depan secara lebih baik. Oleh karena

itu, pendidikan sejarah mempunyai peranan yang sangat penting dalam

membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006, pendidikan sejarah

bertujuan agar mampu untuk (1) membangun kesadaran peserta didik tentang

pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa

lampau, masa kini, dan masa depan; (2) melatih daya kritis peserta didik

untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada

pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; (3) menumbuhkan apresiasi dan

Page 21: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

7

penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti

peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; (4) menumbuhkan pemahaman

peserta didik terhadap proses tumbuhnya bangsa Indonesia melalui sejarah

yang panjang; (5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai

bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air

yang dapat di implementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional

maupun internasional.

Metode pengajaran merupakan salah satu aspek penting bagi

keberhasilan pengajaran sejarah. Problem mendasar dalam pengajaran sejarah

di sekolah-sekolah adalah metode pengajaran yang kurang menarik bagi

siswa. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi

sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit

untuk dirubah. Guru cenderung tetap memilih ceramah bervariasi, malas

dalam berinovasi mengembangkan strategi pembelajaran sejarah dan kurang

variatif dalam menggunakan metode-metode pembelajaran sejarah.

Pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan dapat

dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain mengajak siswa pada

peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar mereka. Lingkungan di

sekitar siswa terdapat berbagai peristiwa sejarah yang dapat membantu guru

untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu. Umumnya

siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila berhubungan dengan

situasi nyata di sekitarnya, sehingga siswa dapat menggambarkan suatu

peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Kondisi nyata di sekitar

Page 22: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

8

siswa dapat digunakan guru sebagai cara untuk menggambarkan dan

mengantarkan suatu peristiwa sejarah (Isjoni, 2007: 15).

Bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan terjadinya suatu peristiwa

sejarah, misalnya yang terdapat di museum, monumen ataupun berupa situs

sejarah merupakan sumber belajar yang dapat memudahkan siswa memahami

materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses

belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti

peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan

pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa

sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa

yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Tujuannya adalah agar

dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sejarah yang didasarkan

pada situasi dunia nyata, mendorong siswa agar mampu menghubungkan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari dan pada akhirnya hasil belajar meningkat.

Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah

merupakan kegiatan pembelajaran berkaitan pada materi bentuk-bentuk

perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat

periode sesudah tahun 1800. Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai

1830, adalah perlawanan terbesar rakyat Jawa menentang kolonialisme

bangsa Belanda pada periode sesudah tahun1800, sehingga di sebut Perang

Jawa, merupakan salah satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan

oleh guru sejarah dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran melalui

Page 23: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

9

pemanfaatan Museum Diponegoro ini berkaitan dengan materi pelajaran

sejarah yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam standar kompetensi

“memahami proses kebangkitan nasional” dengan kompetensi dasar

“menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat,

serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”.

Pemanfaatan Museum akan memberi banyak pengalaman terutama

untuk membuktikan bahwa yang dibaca dalam buku adalah benar, yaitu

melalui observasi di Museum Diponegoro Kota Magelang. Melalui

pemanfaatan sumber-sumber belajar berupa museum inilah kemudian akan

dibangun siswa yang bukan hanya mampu mengerti lewat buku, akan tetapi

juga mengembangkan siswa yang memiliki ide-ide hasil dari pemanfaatan

museum. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar

diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan kejenuhan dalam

pembelajaran sejarah.

Melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar,

diharapkan proses pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan

dan nantinya akan mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa. Kegiatan ini

akan menumbuhkan keaktifan siswa dalam mempelajari dan mengamati

peninggalan sejarah secara langsung yang berdampak pada pembelajaran

sejarah yang lebih berkesan, siswa mudah memahami tentang peristiwa

sejarah, dan siswa diperlihatkan bukti-bukti nyata mengenai materi

pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas.

Page 24: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

10

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul “Pemanfaatan

Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk-

Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme

Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran

2010/2011”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar

dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang

tahun pelajaran 2010/2011?

2. Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro

sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam

meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah

tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 25: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

11

1. Mengetahui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar

dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang

tahun pelajaran 2010/2011.

2. Mengetahui pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum

Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih

efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan

pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas

kontrol VIII C.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pemanfaatan Museum

Diponegoro sebagai sumber belajar siswa SMP Negeri 3 Magelang.

b. Untuk memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan

memberi konstribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya sejarah.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

a. Bagi Guru

1) Sebagai bahan masukan tetang model pembelajaran yang lebih

memberikan keleluasaan bagi siswa dalam beraktivitas dan tidak

bersifat class room oriented.

Page 26: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

12

2) Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan keterampilan

memilih media pembelajaran yang bermutu dan bermanfaat dalam

proses pembelajaran

b. Bagi Siswa

1) Siswa lebih termotivasi untuk belajar sejarah dan mudah penyerapan

materi pelajaran sejarah

2) Siswa lebih mengenal Museum Diponegoro sebagai sumber belajar

c. Bagi Dunia Pendidikan

1) Data hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbang dan saran

dalam penerapan metode pemebelajaran yang sesuai dan efektif

dalam memajukan dunia pendidikan.

2) Dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam

menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.

d. Bagi Museum

1) Dapat meningkatkan motivasi pengelola Museum Diponegoro

Magelang untuk berperan aktif dalam dunia pendidikan.

2) Dapat memperkenalkan Museum Diponegoro Magelang sebagai

sebuah sumber belajar sejarah.

Page 27: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya.

Museum berasal dari kata bahasa Yunani museion yaitu bangunan

yang dipersembahkan oleh sembilan dewa kepada Muze putra Zeus

sebagai pelindung dari sembilan dewa pengetahuan dan seni. Dalam

museion terdapat benda-benda persembahan berupa barang-barang seni,

bukti-bukti analisis temuan ilmu pengetahuan, dan benda-benda budaya

lainnya. Museion ini kemudian berkembang menjadi rumah penyimpanan

benda-benda warisan budaya yang selanjutnya berkembang menjadi

museum ( Joharnoto dkk., 2005 : 1).

Menurut ICOM (International Council of Museum) museum adalah

suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani

masyarakat, dan dalam perkembangannya terbuka untuk umum, yang

berfungsi mengawetkan, mengomunikasikan, dan memamerkan barang-

barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pengkajian,

pendidikan, dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3).

Ada beberapa pembagian museum. Menurut koleksinya museum

dibedakan menjadi dua yaitu museum umum adalah museum yang

13

Page 28: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

14

koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan

lingkungannya dengan dua atau lebih cabang seni, cabang ilmu atau

cabang teknologi, dan museum khusus adalah museum yang koleksinya

terdiri dari kumpulan material manusia dan lingkungan yang berkaitan

dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.

Menurut lokasinya museum dibagi menjadi tiga, yaitu museum nasional,

museum lokal, dan museum provinsi. Menurut penyelenggaranya,

museum dapat dibagi menjadi Museum pemerintah dan Museum Swasta.

Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola

oleh pemerintah. Museum pemerinyah ini dibagi menjadi dua, yaitu

museum yang dikelola pemerintah daerah dan yang dikelola pemerintah

pusat. Museum Swasta adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola

oleh swasta (Depdikbud, 2000: 25-27).

Dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai media

pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan

fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat

dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum

merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini

dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan

sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan

pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa.

Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang pelajaran

khususnya sejarah dan sebagai alat peraga budaya masa lampau. Dalam

Page 29: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

15

hal ini siswa dapat melihat dan mengamati secara langsung koleksi dan

peninggalan-peninggalan yang ada di Museum. Koleksi yang dimiliki

museum merupakan sumber belajar konkret bagi peserta didik dan dapat

mengurangi kejenuhan dalam belajar sejarah. Soewarso (2000: 17)

menyatakan bahwa usahakan agar guru mengajar sejarah tidak hanya

didalam kelas terus-menerus sehingga membosankan peserta didiknya,

tetapi juga mengajar diluar kelas, seperti diajak ke tempat peristiwa

sejarah di daerah sekitarnya, misalnya museum.

Magelang sebagai sebuah Kotamadya yang banyak memiliki

peninggalan-peninggalan dan bukti-bukti sejarah antara lain terdapat di

beberapa museum. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang

dilihat dari koleksinya termasuk museum khusus yaitu museum sejarah,

dilihat dari kedudukannya merupakan museum lokal dan apabila dilihat

penyelenggaranya adalah museum Pemerintah yang dikelola oleh

pemerintah daerah, antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang

terletak di Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1

Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum

Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7

Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21

Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto

Magelang.

Salah satu museum yang mempunyai nilai sejarah dan arti penting

di Kota Magelang adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro

Page 30: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

16

merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah

peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa dia singgah di kota

Magelang saat terjadi perang. Museum Diponegoro Kota Magelang

merupakan suatu bangunan kamar rumah residen Kedu di Magelang yang

digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro

dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock dan merupakan

tempat tertangkapnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830,

dan menandakan berakhirnya perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh

Pangeran Diponegoro.

Koleksi yang ada di Museum dapat digunakan sebagai sumber

belajar sejarah bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang. Melalui

pengamatan terhadap koleksi di Museum, siswa akan mendapatkan

informasi mengenai peristiwa masa lampau dan memudahkan siswa

memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru

pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang

terdapat bukti peristiwa sejarah seperti Museum Diponegoro ini dapat

membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa

lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan

hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-

benar terjadi pada masanya.

Kegiatan pembelajaran melalui pemanfaatan museum Diponegoro

ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam

standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dengan

Page 31: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

17

kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan

imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai

daerah”, pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam

menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.

Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830, merupakan salah

satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan oleh guru dalam

proses pembelajaran.

Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah

dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu

model Contextual Teaching And Learning. Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning merupakan konsep pembelajaran yang

menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia

nyata, sehingga mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi

hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran

kontekstual, tugas guru adalah sebagai mediator dan memberikan

kemudahan kepada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan

sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi

pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan

strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar (Trianto,

2007: 101).

Seorang guru khususnya guru sejarah perlu menerapkan model-

model pembelajaran yang tepat dan memberikan keefektivitasan kepada

siswa. Dewanto (2009: 10) dalam makalah Abstrak Pengukuran dan

Page 32: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

18

Evaluasi Pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual

adalah metode atau pendekatan belajar mengajar yang berorientasi pada

pencapaian pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui

penerapan pendekatan tersebut. Pendekatan yang dimaksud adalah siswa

akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari berhubungan dengan

apa yang diketahui dan proses belajar akan produktif jika siswa terlibat

aktif dalam proses belajar mengajar.

Situasi belajar dalam pembelajaran kontekstual cukup menarik,

karena kegiatan pembelajaran sejarah dikaitkan dengan dunia nyata dan

lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa belajar dengan minat dan

motivasi tinggi yang nantinya diharapkan memahami materi dan

mempunyai kesadaran sejarah, serta memperoleh hasil belajar yang baik.

Untuk mata pelajaran sejarah, model pembelajaran kontekstual sangat

mendukung dengan pemanfaatan situs atau museum sebagai sumber

belajar sejarah.

Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran sejarah dapat

dilaksanakan dengan widya wisata dengan obyek yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber belajar yang berhubungan dengan materi pelajaran. Widya

wisata (Field Study) ialah suatu perjalanan yang disusun oleh sekolah dan

dikerjakan untuk tujuan pendidikan, dimana para peserta didik pergi ke

tempat-tempat dimana bahan yang dikehendaki memungkinkan diselidiki

dan dipelajari langsung ditempat atau lapangan. Metode widya wisata

merupakan suatu penyajian bahan pelajaran dengan membawa peserta

Page 33: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

19

didik langsung kepada subyek yang akan dipelajari diluar kelas. Widya

Wisata membuat suasana belajar benar-benar bersifat informatif, rekreatif,

dan bahkan tidak dirasakan secara langsung sebagai kegiatan belajar

mengajar oleh peserta didik (Soewarso, 2000: 68).

Fungsi hubungan sumber sangat penting. Widya wisata biasanya

dibuat mengarah pada tujuan yang menarik pada beberapa tempat seperti

museum, badan pemerintahan, tempat-tempat sejarah dan sebagainya.

Metode widya wisata sangat baik untuk menyampaikan pengajaran sejarah

yang materinya terdapat dilapangan (Soewarso, 2000: 68-69).

Tujuan penggunaan widya wisata adalah sebagai berikut:

a. Merangsang peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri

aspek-aspek tertentu dari obyek sejarah, sesudah guru menjelaskan

secara detail

b. Melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah

c. Melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai

objek sejarah

d. Menanamkan nilai moral pada peserta didik.

Prosedur penggunaan metode widya wisata secara umum meliputi

tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap

penyelesaian.

Page 34: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

20

1. Tahap persiapan.

Tahap persiapan ini meliputi :

a) Menetapkan tujuan

b) Menetapkan obyek widya wisata

c) Menetapkan lamanya waktu widya wisata

d) Menetapkan jumlah peserta didik yang ikut widya wisata

e) Memperhtungkan, biaya , transportasi akomodasi keamanan dan

sebagainya

f) Mengadakan hubungan dengan sasaran atau survei

g) Memilih cara-cara utnuk meperoleh data selama widya wisata,

misalnya metode ceramah, interview dan selanjutnya menyusun

laporan widya wisata.

h) Pemantapan rencana (Soewarso, 2000: 70).

2. Tahap pelaksanaan dan langkah – langkah yang dilakukan dalam obyek

wisata :

a) Mengadakan pertemuan dengan pimpinan dimana obyek sejarah itu

berada

Page 35: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

21

b) Peserta didik secara teratur nelihat mengamati dan menanyakan

tentang obyek yang sedang diteliti

c) Selesai mengadakan pengamatan obyek, pesrta didik dikumpulkan

dan kalau mungkin diadakan tanya jawab atau diskusi dengan

pimpinan atau petugas obyek setempat (Soewarso, 2000: 70).

3. Tahap penyelesaian, meliputi:

a) Peserta didik meyelesaiakan laporan dan menyerahkan kepada guru

b) Guru memberikan keterangan terhdap obyek widya wisata yang

dihubungkan dengan materi pelajaran (Soewarso, 2000: 70-71).

Apabila Museum Diponegoro telah dipilih sebagai sumber

pembelajaran yang dianggap cukup efektif, maka tahapan selanjutnya

adalah merencanakan secara teknis. Sebelum merencanakan terlebih

dahulu dijawab permasalahan seperti di mana akan dilakukan observasi,

kapan pelaksanaan observasi, bagaimana mengatur keberangkatan dan

pelaksanaan observasi, berapa anggaran yang dibutuhkan, masalah

transportasi dan lain sebagainya.

Perencanaan observasi terhadap museum Diponegoro ini meliputi

beberapa tahapan yaitu (1) merumuskan tujuan instruksional secara jelas,

(2) menghubungi pihak museum tentang pelaksanaan kegiatan, (3)

mempersiapkan instrumen observasi bagi siswa, (4) membagi siswa

menjadi beberapa kelompok, masing-masing dengan permasalahan

Page 36: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

22

tersendiri, (5) memberikan pembekalan terhadap siswa sebelum

pelaksanaan observasi.

2. Sumber Belajar Sejarah

Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem

yang tidak lepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di

dalamnya. Salah satu komponen dalam proses belajar mengajar adalah

sumber belajar. Sumber belajar adalah segala daya yang dapat

dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar.

Dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam, yaitu: 1)

sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau

dipergunakan untuk membantu belajar mengajar atau learning resources by

design. Misalnya buku, brosur, ensiklopedi, film, video, tape, slide, film

strips, OHP. Semua perangkat keras ini memang sengaja dirancang guna

kepentingan kegiatan pengajaran; 2) sumber belajar yang dimanfaatkan

guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala

macam sumber belajar yang ada di sekeliling kita. Sumber belajar ini

disebut learning resources by utilization. Misalnya pasar, toko, monumen,

museum, tokoh masyarakat dan sebagainya yang ada di lingkungan sekitar

taman, gedung lembaga negara dan lain-lain (Sudjana dan Ahmad, 1989:

76-77).

Page 37: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

23

Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam

kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam

pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting.

Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk benda-

benda, orang atau lingkungan.

Dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh yang optimal

dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi

harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang

diperlukan. Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber

belajar yang ada di sekolah, tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai

sumber belajar, seperti surat kabar, majalah, monumen, museum dan

internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi

dan perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam

pola pikir peserta didik. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala

sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh

sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang

diperlukan (Mulyasa, 2009: 177).

AECT (Association For Educational Communication Technologi)

mendefinisikan sumber belajar adalah semua sumber baik yang berupa

data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam

belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga

mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar (Sudjarwo, 1989: 141-

Page 38: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

24

142). Sumber belajar yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran

berdasarkan AECT dapat dikelompokan sebagai berikut:

a. Pesan (message) adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan

oleh komponen lainndalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan

data.

b. Orang (people), yaitu manusia yang berperan sebagai pencari,

penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, guru

pembimbing, guru pembina, tutor, siswa, pemain, pembidara, instruktur

dan penatar.

c. Bahan (material), yaitu sesuatu tertentu yang mengandung pesan atau

ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri

tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media

atau software, atau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah,

film, film strip dan sebagainya.

d. Alat adalah sesuatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan

pesan yang tersimpan dalam bahan dan memainkan sumber-sumber

lain. Misalnya proyektor film, proyektor slide, monitor komputer dan

lain-lain.

e. Teknik, yaitu sumber belajar yang merupakan kombinasi antara suatu

teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar contoh: belajar

secara mandiri, simulasi, ceramah, diskusi, pemecahan masalah, tanya

jawab dan sebagainya.

Page 39: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

25

f. Lingkungan, yaitu situasi disekitar proses belajar mengajar terjadi.

Latar ini dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan berbentuk

fisik dan non fisik, yaitu: 1) Lingkungan Fisik, misalnya gedung,

sekolah, rumah, perpustakaan, laboratorium, ruang rapat, museum,

taman dan sebagainya; 2) Lingkungan non fisik, misalnya tatanan ruang

belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca

dan sebagainya (Sudjarwo, 1989: 141-142).

Jadi yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu

yang berwujud benda, data, orang atau lingkungan, baik yang secara

sengaja dirancang maupun sudah tersedia di sekitar lingkungan kita dengan

maksud memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh

sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam

mencapai tujuan belajar.

Sumber belajar dari segi tipe atau asal usulnya dapat dibedakan

menjadi 2 kategori :

1) Sumber belajar yang dirancang (Learning resources by design), yaitu

sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan instruksional.

Sumber belajar jenis ini sering disebut sebagai bahan instruksional.

Contoh dari sumber belajar yang dirancang ini adalah bahan pengajaran

terprogram, modul, transparansi untuk sajian tertentu, slide untuk sajian

tertentu, guru bidang studi, film topik ajaran tertentu, video topik

khusus, komputer instruksional, dan sebagainya. Sumber belajar ini

Page 40: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

26

meliputi : a). Media Visual Grafis adalah media pembelajaran yang

berisikan ilmu pengetahuan melalui proyeksi seperti peta bagan, model,

gambar diam (foto, lukisan, gambar) dan sebagainya, b). Media Visual

Cetak adalah media pengajaran berupa buku-buku paket pelajaran

sejarah, ensiklopedi, biografi, buletin, koran dan media cetak lainnya,

c). Media papan yang menyangkut penggunaan papan tulis, papan

panel, papan informasi seperti papan oameran dan sebagainya, d).

Media Audio yang berisi pengajaran sejarah yang menyampaikan

pesanya bersifat auditif atau dapat didengar seperti rekaman audio (tape

recorder), radio dan sebagainya, e). Media Audio Visual adalah yang

mampu menyampaikan informasi pengajaran sejarah dengan suara dari

gambar seperti film proyektor, TV, video kaset dan sebagainya

(Sudjarwo, 1989: 142-143).

2) Sumber belajar yang mudah tersedia di sekiling manusia (Learning

resources by utilization), sehingga tinggal memanfaatkan, yaitu sumber

belajar yang telah ada untuk maksud non instruksional, tetapi dapat

dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan

sumber belajar yang dirancang. Contohnya adalah taman nasional,

museum bahari, museum wayang, museum satria mandala, kebun

binatang, buku biografi Sukarno, biografi Suharto, dan sebagainya,

sumber belajar ini meliputi: a). Monumen didirikan untuk menandai

dan mengenang suatu peristiwa bersejarah pada suatu tempat, b).

Perpustakaan adalah tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka yang

Page 41: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

27

diproses secara sistematis agar mudah dan cepat untuk melayani

kebutuhan kebutuhan pemakai jasa perpustakaan, c). Sumber manusia

adalah pelaku sejarah atau pejuang maupun sejarawan serta seorang

guru sejarah merupakan bagian dari sumber belajar di sekolah, d). Situs

Sejarah merupakan peninggalan sejarah seperti candi, masjid, kraton,

makam tokoh sejarah merupakan sumber sejarah, e). Museum

merupakan tempat menyimpan benda-benda peninggalan sejarah.

Benda tersebut ada yang asli dan tiruan. Benda-benda sejarah misalnya

miniatur suatu bangunan, fosil manusia, mata uang, dokumen, diorama,

hasil budaya seperti kapak, alat angkutan, alat-alat rumah tangga dan

sebagainya, f). Masyarakat sebagai sumber belajar sejarah tersimpan

pesan-pesan sejarah yang berupa legenda, cerita rakyat, kisah-kisah

kepahlawanan maupun pesan-pesan kebudayaan lainnya (Sudjarwo,

1989: 142-143).

Kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan sumber belajar

sejarah dengan baik akan memudahkan siswa menangkap cerita sejarah

secara benar dan bagi guru secara tidak langsung terbantu tugasnya dan

akan menciptakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Manfaat

penggunaan sumber belajar secara efektif bagi guru akan membiasakan

untuk menguasai materi yang tersimpan dalam belajar dengan baik

sehingga sebelum kegiatan belajar mengajar guru akan menyiapkan dengan

sebaik-baiknya.

Page 42: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

28

Adapun prinsip-prinsip mengenai pemanfaatan sumber belajar

menurut Sudjarwo (1989: 159-161) adalah sebagai berikut:

a. Mengacu pada tujuan instruksional

Pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar apapun harus

berdasarkan tujuan instruksional. Dengan demikian guru tidak boleh

begitu saja menggunakan sumber belajar yang ada tanpa memikirkan

kesesuaian dengan tujuan instruksional. Kalau prinsip itu diabaikan maka

sudah dapat diduga proses belajar mengajar pasti tidak akan mencapai

yang ditargetkan dan peserta didik yang belajar akan menjadi kelinci

percobaan.

b. Berorientasi pada peserta didik

Ciri pendidikan ayang efektif adalah pendidikan yag berorientasi

pada peserta didik dan disajikan melalui sumber belajar dan teknik yang

menantang, merangsang dan diselenggarakan dengan penuh kasih

sayang.

c. Proses pemanfaatannya berjenjang

Biasanya dalam mendesain dan membuat sumber belajar sudah

disesuaikan dengan jenjang belajar masing-masing bidang studi dan

subsidi, serta dimulai dari yang mudah dan konkrit ke abstrak dan sulit.

Sumber belajar harus terkombinasi dan menyatu dengan proses belajar

mengajar.

Page 43: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

29

d. Makin banyak sumber belajar yang dimanfaatkan makin lengkap dan

makin sesuai dengan masing-masing komponen sistem instruksional,

dan makin menyatu dengan komponen-komponen tersebut, maka hasil

belajar yang diperoleh makin baik.

Obyek berbagai peninggalan sejarah seperti mata uang kuno, alat

sejarah, alat rumah tangga, museum, monumen, relief dan sebagainya,

merupakan benda hasil kebudayaan masa lampau, akan sangat menarik jika

guru menunjukan dalam pelajaran di kelas. Begitu juga dengan model

peninggalan sejarah yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas sehingga

tugas guru adalah membawa siswa ke museum atau tempat-tempat sejarah.

Sumber belajar dalam pembelajaran sejarah yang terpenting adalah: a)

peninggalan sejarah seperti jejak tertulis (dokumen), jejak benda dan jejak

tulisan. Jejak benda seperti candi, monumen, museum. Jejak lisan seperti

pelaku sejarah, tokoh pejuang; b) model seperti model tiruan, diorama,

miniatur; c) Bagan seperti silsilah; d) peta seperti atlas, peta dinding, peta

lukisan, peta sketsa; e) Media modern seperti overhead proyektor, TV,

Video, dan sebagainya.

Museum dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam

pembelajaran sejarah. Dalam penelitian ini sumber belajar yang

dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah adalah Museum Diponegoro di

Kota Magelang. Museum Diponegoro terletak Karesidenan Magelang, di

jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang.

Page 44: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

30

3. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Belajar dan pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan

jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik

ketika disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri

(Syah, 2003: 63).

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar

ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,

kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interkasi

dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar merupakan suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.

Perubahan sebagai hasil dari belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk

seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada

pada individu yang belajar.

Page 45: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

31

Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar

adalah proses yang ditandai dengan adannya perubahan pada diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,

pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,

kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya

dan aspek lainnya yang ada pada individu (Sudjana, 2009: 28).

Belajar tidak dapat dipisahkan dari perkembangan hidup

manusia dan merupakan proses penting bagi perubahan manusia dan

mencakup segala yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang

peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,

tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu

dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang

mampu memahami aktivitas belajar itu memegang peranan penting

dalam proses psikologis (Anni, 2007:2).

Menurut Shephert dan Ragan (dalam Anni, 2007: 4) pengertian

belajar adalah berbeda dengan pengertian pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan (growth) merupakan karakteristik

individu yang diperoleh dari kehidupan. Pada umumnya, istilah

pertumbuhan digunakan untuk menunjukan pertambahan jumlah

sesuatu, seperti berat, tinggi dan sejenisnya. Belajar (learning) mengacu

pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi

antara individu dengan lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang

Page 46: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

32

dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan perilakunya.

Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang dihasilkan

dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar.

Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah

laku dari tidak tahu dan belajar merupakan proses pengembangan

pengetahuan. Sebagai upaya perubahan, kegiatan belajar itu sendiri

harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh siswa menjadi aktif,

dapat merangsang daya cipta, rasa dan karsa.

Berdasarkan dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian belajar merupakan suatu proses aktifitas yang dilakukan oleh

manusia atau individu untuk memperoleh perubahan kearah yang lebih

baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain sebagai hasil dari

pengalaman dan latihan individu itu sendiri.

Kegiatan belajar diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu

proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

suatu lingkungan belajar. Menurut Isjoni (2007: 11-12) pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran

merupakan interaksi terus menerus yang dilakukan individu dengan

lingkungan, dimana lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan

Page 47: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

33

adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelektual semakin

berkembang.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar dan mengajar yang

dilakukan guru untuk membelajarkan siswa secara aktif yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar. Siswa ikut aktif dalam

pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak terkesan

membosankan. Pembelajaran merupakan bagian yang memiliki peran

untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan. Pendidikan

sangat tergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan dan

mengemas suatu proses pembelajaran. Pembelajaran harus diadakan

sebaik mungkin dengan menggunakan model dan metode yang inovatif

agar pembelajaran mendapatkan hasil yang maksimal.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan

hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik.

Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh;

kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi

sosial seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Sama

kompleksnya pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di

lingkungan peserta didik. Faktor eksternal berupa variasi dan tingkat

kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat

Page 48: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

34

belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya masyarakat akan

mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina

T Anni, 2009: 97).

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) faktor internal atau

faktor dari dalam diri siswa, yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa; 2)

faktor Eksternal atau faktor dari luar siswa, yaitu kondisi lingkungan di

sekitar siswa; 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu

jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi

pelajaran (Syah, 2003: 144).

Faktor internal meliputi dua aspek yaitu fisik (bersifat

jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Pada aspek fisik

keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberi pengaruh

positif terhadap kegiatan belajar siswa. Kondisi organ-organ siswa,

seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan penglihat juga sangat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan

pengetahuan.

Aspek psikologis yang mempengaruhi belajar siswa antara lain

adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa.

Menurut Reber seperti yang dikutip Syah (2003: 147), kecerdasan atau

Page 49: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

35

intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara

yang tepat. Intelegensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kemajuan belajar. Semakin tinggi intelegensi seseoarang, maka semakin

besar peluang individu tersebut untuk meraih sukses dalam belajar; 2)

motivasi siswa, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi bisa timbul dari dalam diri

siswa sendiri dan dari luar diri siswa; 3) minat siswa, menurut Reber

adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang

besar terhadap sesuatu; 4) sikap siswa yaitu gejala internal yang

berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang,

peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif; 5) bakat

siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003: 146-

151).

Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam yaitu faktor

lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial (Syah, 2003: 152-

154). Faktor lingkungan sosial sekolah adalah semua orang atau

manusia lain yang mempengaruhi terhadap proses belajar. Faktor

lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan

teman teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang

siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah

Page 50: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

36

masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan siswa disekitar

tempat tinggal siswa tersebut. Faktor lingkungan non sosial ialah

gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang

digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat

keberhasilan belajar siswa.

c. Pembelajaran Sejarah

Pelajaran sejarah penting artinya bagi kehidupan manusia

terutama peserta didik yaitu sebagai tambahan pengalaman, upaya

untuk menjaga peninggalan masa lampau agar manusia dapat bertindak

lebih bijaksana (Soewarso, 2000: 27). Sebagai suatu mata pelajaran di

sekolah, sejarah merupakan yang tertua dibandingkan dengan disiplin

ilmu sosial yang lainnya. Sebagai suatu disiplin ilmu (science), sejarah

mengandung berbagai pelajaran penting bagi generasi kini dan generasi

selanjutnya (Isjoni, 2007: 21-24).

Menurut Meulen (dalam Isjoni, 2007: 40) pembelajaran sejarah

di sekolah bertujuan untuk membangun kepribadian dan sikap mental

anak anak didik, membangkitkan keinsyafan akan suatu dimensi

fundamental dalam eksistensi umat manusia (kontinuitas gerakan dan

peralihan terus menerus dari yang lalu ke arah masa depan),

mengantarkan manusia ke kejujuran dan kebijaksanaan pada anak didik

, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap kemanusiaan. Arti terpenting

Page 51: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

37

pelajaran sejarah adalah dapat memecahkan masalah masa kini dengan

menggunakan masa lampau.

Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan

adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi

waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam

menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu,

masa kini, dan masa depan.

Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan

kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan

tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan

menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta

keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan

jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia.

Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya

keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan

adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk

memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman

untuk menghadapi masa yang akan datang (Depdiknas (2003) dalam

Isjoni, 2007: 72-73).

Pembelajaran sejarah memiliki nilai praktis dan pragmatis,

untuk itu pembelajaran sejarah juga menekankan keterkaitan dengan

kehidupan sehari-hari siswa, pemahaman dan kesadaran akan

Page 52: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

38

karakteristik cerita sejarah yang tak pernah final, dan perluasan tema

sejarah politik dengan tema sejarah sosial, budaya, ekonomi dan

teknologi. Dalam pembelajaran sejarah, siswa diajak memahami makna

perkembangan suatu masyarakat, baik secara global maupun di

lingkungan sekitarnya serta proses penjatidirian (Isjoni, 2007: 42).

Pembelajaran sejarah adalah kegiatan belajar mengajar yang

membawa informasi serangkaian perkembangan peristiwa yang

mempengaruhi kehidupan manusia yang terjadi di masa lampau ke

dalam kelas untuk di informasikan ke siswa. Agar pembelajaran sejarah

dapat berhasil, maka harus dapat melibatkan peserta didik untuk aktif

dengan mempunyai niat baca yang tinggi terhadap pelajaran sejarah.

Keterlibatan peserta didik secara aktif dan timbulnya minat dalam

membaca merupakan kecenderungan baru dalam proses belajar

mengajar di sekolah. Apabila kecenderungan ini dapat dilaksanakan

dalam proses belajar mengajar sejarah, maka peserta didik akan

mampu memahami hakekat belajar sejarah. Sehingga diharapkan akan

mampu menanamkan kesadaran sejarah pada diri pesrta didik dan

muncul kesadaran untuk belajar sejarah.

Tujuan pembelajaran di sekolah agar peserta didik memperoleh

kemampuan berpikir historis dalam pemahaman sejarah. Melalui

pembelajaran sejarah peserta didik mampu mengembangkan

kompetensi untuk berpikir kronologis dan memiliki pengetahuan

tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk menjelaskan proses

Page 53: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

39

perkembangan dan perubahan masyarakat serta keseragaman sosial

budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa

ditengah-tengah kehidupan masyarakat.

Tujuan proses pembelajaran adalah membantu para para peserta

didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman

itu tingkah laku peserta didik dapat bertambah. Untuk itulah peran guru

dalam pembelajaran sejarah sangat penting terutama dalam

menggunakan motode pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta

didik dapat tertarik dan termotivasi dengan mata pelajaran sejarah dan

hasil belajar peserta didik dapat dicapai secara maksimal. Selain itu,

dengan mempelajari sejarah akan memperkaya pengetahuan masa

lampau untuk dijadikan pengalaman masa sekarang.

4. Meteri Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam

Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800

Pengaruh kebijakan kolonial secara politik tampak dari reaksi

masyarakat Indonesia dalam bentuk perang-perang besar. Perang itu

meletus di berbagai wilayah Indonesia. Perlawanan rakyat Indonesia

menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800

merupakan materi pembelajaran sejarah SMP kelas VIII, pada standar

kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar

menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang

Page 54: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

40

ditimbulkannya di berbagai daerah. Perlawanan rakyat Indonesia

menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800

merupakan perlawanan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda.

Bentuk perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah melawan

kolonialisme Belanda pada periode sesudah tahun 1800 masih bersifat

kedaerahan dan tradisional. Ricklefs (1991: 177-221) menjelaskan bahwa

perlawanan-perlawanan besar oleh rakyat Indonesia terhadap Belanda

pada periode sesudah tahun 1800 antara lain perlawanan Saparua di

Maluku tahun 1817, Perang Paderi pada tahun 1821 sampai 1837 di daerah

Minangkabau yaitu di pesisir barat Sumatera, Perang Jawa pada tahun

1825 sampai 1830, Perang Aceh pada tahun 1873 sampai 1904, Perang

Banjarmasin pada tahun 1859 sampai 1863, dan Perang Jagaraga di pulau

Bali pada tahun 1846 sampai 1906.

Matroji (2006: 44-51), dalam buku sumber pelajaran sejarah SMP

kelas VIII berdasarkan standar isi 2006 menjelaskan mengenai materi

perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat

periode sesudah tahun 1800, yang tercantum dalam silabus mata pelajaran

sejarah pada standar kompetensi “memahami proses kebangkitan

nasional” dan kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan

kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya

di berbagai daerah”. Pada periode sesudah tahun 1800 adalah perlawanan

rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam melawan kolonialisme bangsa

Belanda.

Page 55: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

41

Pembelajaran sejarah pada siswa kelas VIII SMP pada Materi

bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme

bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 salah satu perlawanan yang akan

disampaikan adalah Perlawanan Diponegoro (1825-1830). Materi

pelajaran akan lebih menarik dan efektif dengan menggunakan metode

pembelajaran Contextual Teaching and Learning, yaitu dengan

pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Koleksi

dan peninggalan sejarah yang ada di Museum Diponegoro yang terdapat di

jalan Pangeran Diponegoro No. 1 di Karesidenan Kota Magelang,

merupakan sumber bukti nyata dalam materi perlawanan Pangeran

Diponegoro dan rakyat Jawa dalam menentang kolonialisme Belanda pada

tahun 1825 sampai 1830.

Perang Diponegoro (1825-1830) disebut juga Perang Jawa karena

perang tersebut melibatkan seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur yang

terpusat di Yogyakarta (Ricklefs, 1991: 178). Pada tanggal 28 Maret 1830,

Diponegoro bersedia berunding dengan Belanda di kediaman Residen

Kedu, di Magelang. Setelah perundingan tidak menghasilkan kesepakatan,

Diponegoro disergap dan dikepung oleh pasukan Belanda. Peristiwa

penangkapan Pangeran Diponegoro menandai berakhirnya perlawanan

terbesar rakyat Jawa yang menewaskan 7000 serdadu berkebangsan Eropa

dan 8000 serdadu berkebangsaan Indonesia. Sedikitnya 200.000 orang

Jawa telah tewas dalam perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro

melawan kolonialisme Belanda. Pangeran Diponegoro kemudian ditahan

Page 56: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

42

dan diasingkan ke Manado kemudian Makassar, dan di Kota Makassar

Diponegoro Wafat (Ricklefs, 1991: 180).

5. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh

pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:4). Perolehan

aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang

dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan

tentang suatu konsep maka perubahan yang diperoleh berupa penguasaan

konsep tersebut.

Hasil belajar tidak terlepas dari tujuan belajar, tujuan belajar yang

ditetapkan dapat mengurangi masalah belajar, dan belajar akan lebih

relevan jika siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam

mempelajari isi pelajaran serta dapat mengetahui seberapa kemajuan hasil

belajar yang telah dicapai. Hasil belajar diperoleh setelah seseorang

melakukan aktivitas, misalnya aktivitas belajar, atau bisa juga berarti hasil

yang dicapai siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan

guru di sekolah yang ditujukan dengan perubahan pengetahuan,

keteranpilan dan sikap. Penilaian hasil belajar yang dilakukan guru setelah

pelajaran memberikan keterangan tentang hasil belajar siswa.

Anni (2007: 5) menyatakan hasil belajar siswa ada tiga macam

ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan

Page 57: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

43

dalam setiap proses belajar, yaitu: 1) Ranah kognitif, mencakup hasil

belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan

intelektual; 2) Ranah afektif, mencakup hasil belajar yang berhubungan

dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat; 3) Ranah psikomotorik,

mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau

gerak yang ditunjang oleh pengetahuan psikis.

Pengertian hasil belajar berdasarkan kutipan di atas dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan pencapaian tujuan

belajar. Hasil belajar diperoleh melalui proses kegiatan belajar dan latihan-

latihan yang disadari atau disengaja. Hasil belajar berfungsi positif bagi

perkembangan siswa, hasil belajar tersebut juga berguna untuk

perkembangan tingkah laku yang lainnya.

Penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

proses belajar dan pembelajaran telah berjalan efektif. Untuk mengetahui

hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, yang meliputi ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik maka perlu disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan (Dewanto, 2009: 7). Penilaian hasil belajar

dilakukan setiap kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Sebagai

contoh, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dapat disajikan pada

sebagai berikut:

Page 58: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

44

Tabel 1: kegiatan Guru dan Siswa (Sumber : Dewanto, 2009: 9)

No. Guru Siswa

1 Memberikan pre-tes Mengerjakan soal pre-tes

2 Menjelaskan materi tentang

konsep dasar evaluasi

pembelajaran

Mendengarkan penjelasan

dengan menyimak buku ajar

3 Memberikan kesempatan peserta

didik untuk bertanya

Menanyalan materi atau hal-hal

yang terkait dengan materi

4 Membagikan lembar tugas untuk

latihan

Mengerjakan latihan pada

lembar latihan

5 Membagikan soal pos-tes Menjawab pertanyaan pos-tes

Dilihat dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan

gambaran mengenai keefektifan dari pembelajaran yang telah

dilakukannya, apakah model dan pendekatan yang telah digunakan mampu

membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Tes

hasil belajar yang dilakukan kepada siswa akan memberikan suatu

informasi sampai dimana penguasaan yang telah dicapai oleh siswa setelah

mengalami proses pembelajaran.

Page 59: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

45

B. Kerangka Berpikir

Pemanfaatan sumber belajar sejarah merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Sumber belajar adalah segala

sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran

terdapat untuk belajar seseorang. Sumber belajar yang dimanfaatkan ini

tentunya harus sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari oleh peserta

didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sumber belajar yang dapat

dimanfaatkan peserta didik dalam pembelajaran meliputi: pesan, manusia,

bahan pengajaran, alat dan perlengkapan, teknik dan aktivitas, lingkungan.

Penggunaan museum sebagai sumber belajar, dalam penelitian ini

adalah Museum Diponegoro, merupakan salah satu cara efektif dalam

mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan di dalam

museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret

kepada pelajar tentang peristiwa masa lampau. Museum dapat memberikan

pengalaman yang lebih nyata dalam pembelajaran bagi siswa dari pada proses

pembelajaran yang menggunakan buku teks. Dengan demikian museum

sebagai media pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi,

interpretasi dan generalisasi pelajar.

Penggunaan museum dalam pembejaran sejarah maka akan

berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.

Pemanfaatan museum Diponegoro sebagai sumber belajar merupakan

pemanfaatan sumber belajar yang berada di sekitar lingkungan siswa.

Page 60: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

46

Pemanfaatan sumber belajar seperti Museum yang sesuai dengan materi

pelajaran akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran. Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai

berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

Sesuai dengan penejelasan dalam landasan teori dan kerangka berpikir

maka penulis menyimpulkan :

Ha (Hipotesis Alternatif)

Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro

pada kelompok eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar

siswa dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa kunjungan ke Museum

Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP Negeri 3

Magelang tahun pelajaran 2010/2011.

Guru Sejarah

Proses Belajar Mengajar

Sumber Belajar

Pemanfaatan Museum

Diponegoro

Siswa Hasil Belajar

Mengajar

Page 61: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

47

Ho (Hipotesis Nol)

Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro

pada kelompok eksperimen tidak lebih efektif dalam meningkatkan hasil

belajar siswa dibandingkan pembelajaran Sejarah tanpa kunjungan ke

Museum Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP negeri

3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011.

Page 62: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif jenis eksperimen. Sugiyono (2009:72) menyatakan bahwa

penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari

pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan. Menurut Margono (2009: 110) penelitian eksperimen

merupakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna

membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan

hubungan sebab-akibat dengan cara memberikan satu atau lebih kondisi

perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, dan

membandingkan hasilnya terhadap satu atau lebih kelompok kontrol yang

tidak menerima perlakuan. Menurut Singarimbun (1985: 4) penelitian

eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan

untuk mengetahui apakah variabel eksperimen efektif atau tidak. Penelitian

eksperimen sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini karena untuk

mengetahui pengaruh pemanfaatan museum sebagai sumber belajar terhadap

peningkatan hasil belajar sejarah siswa.

48

Page 63: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

49

Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Satu kelompok diberi perlakuan khusus

tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang

pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding (Margono, 2009: 110). Kelompok

eksperimen merupakan kelompok yang mendapat perlakuan, yakni dengan

pemanfaatan Museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah. Kelompok

kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai kelompok pembanding untuk

kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran

tanpa kunjungan ke museum atau konvensional dengan ceramah bervariasi.

Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan museum

sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian eksperimen ini menggunakan desain Randomized Control

Group Pretes-Postest Design, yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara

random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah

perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono,

2009: 112).

Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen

Kelompok Pre Tes Treatment Post Tes

Eksperimental T1 X T2

Kontrol T1 _ T2

Page 64: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

50

Keterangan :

T1 : Pre Tes kedua Kelompok

T2 : Post Tes Kedua kelompok

X : Treatment atau perlakuan dengan kunjungan ke Museum Diponegoro

sebagai sumber belajar sejarah.

Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok yang akan diteliti, yaitu

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini

meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengambil 3 kelas penelitian, yaitu 2 kelas inti sebagai kelas kontrol dan

kelas eksperimen, sedangkan 1 kelas sebagai kelas uji coba instrumen.

2. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi Perangkat Pembelajaran,

lembar kerja siswa, lembar observasi, soal Pre-Test dan soal Post-Test.

3. Melakukan uji coba perangkat test, serta menghitung validitas dan

reliabilitas.

4. Memberikan pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

5. Memberikan perlakuan sebanding, pada kelompok eksperimen

pembelajaran dilakukan dengan kunjungan Museum Diponegoro.

6. Memberikan Post-tes pada kedua kelompok..

Page 65: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

51

7. Hitung perbedaan antara hasil Pretest T1 dan Posttest T2 untuk masing-

masing kelompok.

8. Perbandingan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah

penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar

pada kelompok eksperimental.

9. Kenakan Uji-t untuk menentukan apakah perbedaan dalam hasil tes itu

signifikan.

B. Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek peneliti atau yang menjadi titik perhatian

dalam suatu penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai.

Variabel juga dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua

atribut atau lebih (Margono, 2005: 133).

Dalam penelitian eksperimen, ada dua variabel yang menjadi perhatian

utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini

adalah :

1. Variabel Independent /Pengaruh/Bebas (X) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel lain. Variabel pengaruh atau bebas dalam

penelitian ini adalah pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber

belajar sejarah. Materi pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan adalah

Page 66: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

52

“bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia menentang kolonialisme

bangsa barat periode sesudah tahun 1800”.

2. Variabel Dependent /terpengaruh /Terikat (Y) adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat atau terpengaruh dalam

penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa tes mata pelajaran

sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011

yang diperoleh setelah proses pembelajaran.

C. Lokasi Penelitian

Pada observasi awal, ditemukan bahwa aktifitas pembelajaran

sejarah masih terpusat pada guru dengan metode konvensional yaitu

ceramah. Pelaksanaan pembelajaran di kelas pada umumnya adalah proses

transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa jarang mengemukakan

pendapat dan melakukan penalaran terhadap bahan pelajaran, dengan

melihat dokumen hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa hasil belajar

siswa belum maksimal.

Sesuai dengan judul yang ditulis dalam rancangan ini maka lokasi

penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Magelang yang terletak di jalan Elo

Jetis No. 33 Kota Magelang. Sekolah ini dipilih berdasarkan observasi

awal dengan guru dan siswa. Pemilihan SMP Negeri 3 Magelang karena

letaknya yang relatif dekat dengan Museum Diponegoro di kota Magelang

sebagai sumber belajar.

Page 67: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

53

D. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu dalam wilayah penelitian

yang menjadi subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran

2010/2011.

b. Sampel

Di dalam penelitian hampir tidak mungkin peneliti menjangkau

seluruh populasi. Hal ini disebabkan kurangnya waktu, mahalnya biaya,

dan mungkin sifat populasi, padahal biasanya suatu penelitian dibatasi oleh

waktu (Dewanto dan Tasis, 1995: 53). Di dalam penelitian kuantitatif perlu

digunakan sampel yang representatif untuk memperoleh efisiensi kerja.

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.

Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik Simple

Random Sampling yaitu dari suatu populasi yang terbatas atau dari sub-

populasi secara langsung ditugaskan ke dalam kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol secara random. Populasi dari Simple Random Sampling

ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun

pelajaran 2010/2011. Unit-unit atau sub-sub populasi penelitian ini adalah

kelas VIIIA, VIIIB, VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF, dan VIIIG. Cara demikian

dilakukan apabila populasi dianggap homogen.

Page 68: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

54

Untuk menentukan sampel penelitian ini dari unit-unit dilakukan

dengan cara mengundi 2 unit yang akan dijadikan sebagai sampel dari 7

unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua

kali pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok

eksperimen dan kelas yang keluar berikutnya sebagai kelompok kontrol.

Setelah dilakukan pengambilan sampel random sampling, terpilih kelas

VIII-E untuk kelas eksperimen dan kelas VIII-C untuk kelas kontrol.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian diperlukan alat yang

dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data (Dewanto dan Tarsis, 1995:

5). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tes

Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan

kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang

dapat dijadikan dasar penetapan skor angka (Margono, 2009: 170). Tes

berguna untuk memberikan petunjuk kegagalan dan keberhasilan,

meramal dan menentukan kedudukan siswa dalam kelasnya (Dewanto,

1996: 14). Metode tes merupakan metode pengumpulan data yang

bertujuan untuk mengetahui hasil dari perlakuan. Tes sebagai teknik

pengumpulan data penelitian yang diberikan kepada siswa untuk

Page 69: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

55

mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam

bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).

Secara umum tes memiliki dua fungsi, yaitu sebagai alat pengukur

prestasi peserta didik dan sebagai alat pengukur keberhasilan proses

pengajaran.

Metode tes ini dipilih karena dianggap sebagai metode yang

paling tepat dalam rangka mencari pemecahan terhadap masalah yang

terdapat dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan dalam

penelitian ini. Penyusunan tes dilakukan dengan terlebih dahulu

memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, dan

indikator.

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pre Tes

Pre tes merupakan tes awal yang dilaksanakan terhadap

masing-masing kelompok sampel penelitian yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan

(treatmen). Tujuan dilaksanakan pre tes adalah untuk mengetahui

kemampuan awal kedua kelompok dan menyamakan kedudukan

masing-masing kelompok sebelum dilakukan eksperimen.

Page 70: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

56

b. Post Tes

Post tes merupakan uji akhir eksperimen atau tes akhir, yaitu

tes yang dilaksnakan setelah perlakuan atau treatmen. Tujuan post

tes adalah untuk mendapatkan data tentang perbedaan hasil belajar

siswa yang diberi perlakuan (treatmen) dengan siswa yang tidak

diberi perlakuan khusus (kontrol).

2. Observasi

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2009: 203) mengemukakan

bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua

diantara yang terpenting dalam suatu observasi adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan. Melalui pengamatan dapat diketahui

bagaiman sikap dan perilaku individu, kegiatan yang dilakukan,

kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya. Teknik

pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam

dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk

mengambil data nilai afektif dan psikomotorik siswa yang dijadikan

sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol selama

proses pembelajaran. Pengamatan juga dilakukan terhadap kenerja

guru selama proses pembelajaran. Sebelum melakukan observasi,

Page 71: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

57

peneliti terlebih dahulu menetapkan aspek-aspek tingkah laku yang

akan diobservasi dan dibuat pedoman observasi.

3. Teknik Dokumenter

Teknik pengumpulan data melalui studi dokumen merupakan

suatu teknik pengumpulan dengan menghimpun dan menganalisis data

melalui arsip-arsip, dokumen, dan termasuk juga buku-buku pendapat,

teori atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah penelitian (Margono, 2009: 181). Dalam penelitian ini, teknik

dokumenter berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan

yang digunakan di dalam kerangka berpikir atau landasan teori,

penyusunan hipotesis secara tajam.

Studi dokumen dalam penelitian ini juga digunakan untuk

mendapatkan daftar nama-nama siswa kelas VIII, keadaan umum

siswa, silabus, dan RPP. Dengan melakukan pemeriksaan dokumen,

maka peneliti akan mendapatkan gambaran awal tentang pelaksanaan

pembelajaran sejarah di sekolah penelitian. Data ini digunakan untuk

menetukan sampel penelitian dan menguji homogenitas populasi yang

akan dijadikan sebagai subyek penelitian.

Page 72: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

58

4. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi informasi dan arus informasi ialah

pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar

pertanyaan dan situasi wawancara ( Singarimbun dan Sofian, 1985:

145).

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara

terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan

sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Pedoman yang dugunakan dalam wawancara tidak terstruktur berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,

2009: 194-197). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Page 73: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

59

wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas dengan siswa dan

guru mata pelajaran sejarah sebagai informan.

E. Analisis Data

1. Analisis Awal

Analisis tahap awal digunakan untuk membuktikan bahwa

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berawal dari titik tolak yang

sama. Data yang digunakan dalam melakukan uji kesamaan pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang setelah penentuan sampel secara

Simple Random Sampling dilakukan.

a. Uji Homogenitas

Uji ini adalah untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan

antara 2 kelompok, yaitu kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sama

atau homogen. Uji Homogenitas digunakan rumus :

F =

(Sudjana, 1996: 242)

Dengan kriteria pengujiannya: Jika Fhitung < F tabel, dengan

α= 5 %, n1 – 1 dk pembilang, n2- 1 dk penyebut, maka dapat

dikatakan kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau kedua

kelompok tersebut homogen.

Page 74: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

60

b. Uji Eksperimen

Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

Uji-t (Student‟s Test). Dalam penelitian eksperimen sering

dibandingkan dua pengamatan perkembangan antara sebelum

dilakukan treatmen dan sesudah dilakukan treatmen. Kegiatan ini

disebut Uji-t untuk menilai perkembangan atau disebut juga uji pas-pas

(uji purwa dan uji purna) atau pre dan post (Dewanto dan Tarsis, 1995:

82).

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

t =

(

)

(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)

Keterangan :

: rerata cuplikan :

n : cacah kasus

n1 + n2 − 2 : derajat kebebasan (db)

Jk : jumlah kuadrat : ∑X2 −

Perhitungan analisis hipotesis dilakukan untuk menyimpulkan

apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol baik sebelum dan sesudah dilakukan treatmen.

Page 75: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

61

2. Analisis Instrumen

Analisis soal tes uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas,

reliabilitas.

a. Uji Validitas

Untuk mengetahui soal mana yang valid atau tidak untuk

digunakan sebagai pre tes dan post tes maka dilakukan uji validitas

butir soal. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas soal,

yaitu :

spstrsps

spstrr

tp

tp

pq

222

(Guilford, 1987 : 331)

Keterangan :

= Validitas butir instrumen penelitian

bagian

= total

q = t-p

St = SD total

Sp = SD bagian

Dari hasil perhitungan tingkat validitas diketahui α = 5%

dengan n = 34 diperoleh rtabel = 0,339. Berdasarkan perhitungan

Page 76: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

62

dengan rumus rpq, maka diperoleh soal yang valid adalah nomor : 2, 5,

6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18,19, 21, 23, 25, 26,27,28, 30,

32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, dan 40. Adapun yang tidak valid adalah

nomor : 1, 3, 4, 13, 20, 22, 24, 29, 31, dan 36. Untuk perhitungan uji

validitas selengkapnya terdapat pada lampiran.

b. Reliabilitas

Menurut J.P Gualford (dalam Dewanto, 1996: 143) reliabilita

adalah proporsi dari varian yang sesungguhnya. Selanjutnya secara

verbal reliabilita dapat menjadi tiga hal, yaitu; 1) konsistensi, yaitu

keajegan hasil pengukuran internal; 2) stabilitas, yaitu keajegan hasil

pengukuran untuk jangka waktu tertentu; 3) equivalensi, yaitu

keajegan hasil pengukuran dari kelompok butir yang sama, dua bentuk

tes diberikan pada sekelompok tes dalam waktu singkat.

Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah

KR21, yaitu:

= [

] [1−

] (Dewanto, 1996: 140)

Keterangan :

= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir soal

M = skor rata-rata

Page 77: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

63

T2

= varian

Dari hasil perhitungan tingkat reliabilitaas diketahui pada α =

5% dengan n = 34 diperoleh rtabel = 0,339 dan r11 = 0,866, karena r11 >

rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan

dapat digunakan sebgai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran.

3. Analisis Hipotesis

a. Uji Normalitas

Sebelum data yang diperoleh di lapangan dianalisis lebih

lanjut, terlebih dahulu harus diuji normalitasnya. Tujuannya adalah

untuk mengetahui apakah data tes kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Hipotesinya adalah

tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi sampel hasil

observasi dengan distribusi sampel yang diharapkan. Rumus yang

digunakan adalah rumus statistik uji Z, yaitu:

Z =

√ (Dewanto dan Tarsis, 1995:70)

Keterangan :

X = Rata-rata sampel

Page 78: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

64

µo = kriteria ketuntasan minimal

δ = Simpangan baku rata-rata dari distribusi

n = sampel

b. Uji Homogenitas

Uji ini adalah untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan

antara 2 kelompok, yaitu kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sama

atau homogen. Uji Homogenitas digunakan rumus :

F =

(Sudjana, 1996: 242)

Dengan kriteria pengujiannya: Jika Fhitung < Ftabel, dengan α= 5

%, n1 – 1 dk pembilang, n2- 1 dk penyebut, maka dapat dikatakan

kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau kedua kelompok

tersebut homogen (α= 5 %).

c. Analasis Tahap Akhir/Uji Hipotesis

Dalam eksperimen, sering dibandingkan dua pengamatan

perkembangan antara sebelum dan sesudah dilakukan treatment.

Sehingga hal ini dapat disebut uji-t untuk menilai perkembangan

(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82).

Analisis tahap akhir dilakukan terhadap data pre tes dan post

tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis tahap akhir

bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian atau hasil penelitian,

Page 79: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

65

yaitu apakah Ha diterima atau Ho diterima. Pengujian hipotesis

menggunakan Uji-t dua pihak dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis

statistik yang diajukan adalah:

Ho : ≤

Ha :

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

t =

(

)

(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)

Keterangan :

= rerata cuplikan :

n : cacah kasus

n1 + n2 − 2 : derajat kebebasan (db)

Jk : jumlah kuadrat : ∑X2 –

Perhitungan Uji-t dilakukan untuk menyimpulkan apakah ada

perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik

sebelum dan sesudah dilakukan treatmen. Dalam menguji hipotesis

penelitian, apabila terdapat perbedaan yang signifikan maka perbedaan

Page 80: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

66

tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis nol. Derajat kebebasan

untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1-α), α =

taraf signifikan. Dalam penelitian ini diambil taraf signifikan α = 5%.

Dengan kriteria sebagai berikut: Apabila thitung < ttabel maka Ho

diterima. Apabila thitung ≥ ttabel maka Ha diterima

Page 81: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Lokasi Penelitian

SMP Negeri 3 Magelang adalah salah satu sekolah Negeri yang

berada di wilayah kota Magelang dan terletak di Jalan Elo Jetis No. 33

Magelang. Secara umum berdasarkan analisis lingkungan strategis yang

mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri 3 Magelang

terdapat beberapa faktor eksternal yang diuraikan sebagai berikut : secara

geografis letak SMP Negeri 3 Magelang berada di pinggiran Kota

Magelang, tepatnya di jalan Elo Jetis No. 33 Magelang, cukup mudah

dijangkau dengan alat transportasi, seperti angkot, motor , mobil dan

sebagainya. Kondisi lingkungan begitu segar dan cukup teduh karena

banyak pepohonan yang rindang melingkupinya, serta terdapat kebun

tanaman anggrek yang sangat lestari. Lokasi SMP Negeri 3 Magelang

tergolong strategis dalam mendukung terciptanya suasana kondusif untuk

pendidikan dan pembelajaran karena jauh dari keramaian kota. Selain itu

dari beberapa sekolah yang terdapat di kota Magelang, SMP Negeri 3

Magelang memiliki lahan yang paling luas sehingga memungkinkan

sekolah untuk membangun infrastruktur pendukung yang memadai untuk

penyelenggaraan pendidikan.

67

Page 82: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

68

Saat ini kondisi pendidikan di SMP Negeri 3 Magelang cukup

baik, meskipun belum menjadi sekolah terfavorit di Kota Magelang,

namun telah menjadi sekolah yang cukup diperhitungkan. Ini terbukti dari

tahun ke tahun jumlah pendaftar selalu melebihi daya tampung sehingga

perlu diadakana seleksi untuk dapat menjadi peserta didik di SMP Negeri

3 Magelang. Tenaga pendidiknya secara kualitas maupun kuantitas sudah

memadai, secara umum sarana dan prasarana sudah mencukupi, situasi

sekolah juga kondusif untuk belajar. Mutu lulusan juga semakin

meningkat kualitasnya sejak ditetapkan menjadi Sekolah Menengah

Pertama Standar Nasional (SSN), melalui Surat Keputusan Direktur

Pendidikan Lanjutan Pertama, direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Nomor : 960/c3/Kp/2005,

tanggal 19 Juli 2005.

SMP Negeri 3 Magelang dapat dikatakan telah lengkap, dimana

telah tersedia ruang kelas yang representatif untuk pembelajaran, kantor

guru yang baru direnoasi, kantor TU, serta ruang multimedia, ruang

komputer, laboratorium, perpustakaan, lapangan Olahraga, ruang BK,

ruang OSIS, ruang UKS, ruang serbaguna yang baru direnovasi, ruang

kesenian yang telah memadai. Beberapa fasilitas non-pendidikan yang

terdapat di SMP Negeri 3 Magelang antara lain Mushola, kantin, tempat

parkir yang telah tertata dengan baik dan dijaga kebersihannya.

Sebagai salah satu tempat pendidikan untuk mempersiapkan

generasi masa depan, SMP Negeri 3 Magelang memiliki visi dan misi

Page 83: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

69

yang sangat jelas. Beberapa kali visi dan misi pendidikan yang diterapkan

di SMP Negeri 3 Magelang mengalami perubahan. Perubahan tersebut

dimaksdukan untuk memenuhi dan menyesuaikan tuntutan perkembangan

dan kebutuhan dunia pendidikan. Adapun visi dan misi sekolah yang telah

disepakati seluruh unsur civitas SMP Negeri 3 Magelang saat ini adalah

sebagai berikut :

a. Visi SMP Negeri 3 Magelang

Indikator terwujudnya visi sekolah :

1) Terwujudkan pengembangan kurikulum yang inovatif dan adaptif

2) Terwujudnya proses pembelajaran yang inovatif

3) Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif akademis dan non

akademis

4) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional

5) Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang relevan dan

mutakhir

6) Terwujudnya manajemen sekolah yang tangguh

7) Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai

8) Terwujudnya sistem penilaian yang otentik

9) Terwujudnya penataan lingkungan sekolah yang sehat nyaman dan

kondusif yang mampu mendukung kegiatan pembelajaran yang

aktif, kreatif, inovatif dan meyenangkan.

b. Misi SMP Negeri 3 Magelang

1) Mewujudkan pengembangan kurikulum yang inovatif dan kreatif

Page 84: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

70

2) Mewujudkan pelaksanaan kurikulum yang didukung kepemimpinan

yang demokratsi dan profesional

3) Mewujudkan proses pembelajaran inovatif

4) Mewujudkan peningkatan pencapaian NUN

5) Mewujudkan pencapaian standar kompetensi lulusan baik akademik

maupun non akademik

6) Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah, dilakukan

berbagai upaya antara lain peningkatan dukungan administrasi dan

manajemen sekolah yang handal, melengkapi media pembelajaran sesuai

dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, pembinaan

kesiswaan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan untuk

pengembangan bakat, prestasi dan potensi siswa di bidang penelitian

ilmiah, lomba mata pelajaran tertentu, seni dan olahraga, memfasilitasi

pengembangan profesi guru dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan

prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

Keseluruhan guru yang mengajar di SMP Negeri 3 Magelang

berjumlah 48 guru. Hampir semua guru mengajar sesuai dengan bidang

keahliannya, dan beberapa guru mengajar mata pelajaran muatan lokal

untuk memenuhi beban mengajar bagi guru sertifikasi. Lebih jelasnya

mengenai data guru dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 85: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

71

Tabel 3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah

No. Tingkat Pendidikan

Jumlah dan Status

Guru Jumlah

L P

1. S3 / S2 1 - 1

2. S1 15 25 40

3. D IV - - -

4. D III / Sarmud 1 3 4

5. D II 1 - 1

6. D I 1 1 2

Jumlah 20 28 48

Guru SMP Negeri 3 Magelang yang mengampu mata pelajaran IPS

Sejarah ada 2 orang guru, yaitu Sri Sundari, S.Pd dan Siti Munjayanah,

S.Pd. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Sri Sundari S. Pd selaku guru

yang mengampu mata Pelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII dan IX.

Pada setiap tahun pelajaran baru , SMP Negeri 3 Magelang selalu

diminati oleh calon siswa yang baru lulus SD di wilayah Kota Magelang

yang mayoritas bertempat tinggal di Secang, Menowo, Mertoyudan,

Sambung dan sekitarnya. Pada tahun pelajaran 2010/2011 siswa SMP

Negeri 3 Magelang berjumlah 652 siswa. Pada kelas VII terdiri dari 6

kelas, dari kelas VII A sampai dengan kelas VII F yang berjumlah 206

Page 86: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

72

siswa. Kelas VIII terdiri dari 7 kelas, dari kelas VIII A sampai dengan

kelas VIII G yang berjumlah 229 siswa. Kelas IX terdiri dari 6 kelas, dari

kelas IX A sampai kelas IX F yang berjumlah 217 siswa. Lebih jelasnya

mengenai data siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang

No. Kelas Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2010/2011

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 VII 106 100 206

2 VIII 112 117 229

3 IX 113 104 217

Total 331 321 652

2. Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar

Museum memiliki peranan penting di dalam dunia pendidikan,

yaitu sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media

pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi

konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam

pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber

informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat

banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang

Page 87: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

73

berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa

sejarah bagi siswa. Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang

pelajaran khususnya sejarah dan sebagai peraga budaya masa lampau.

Koleksi yang ada di museum merupakan sumber belajar yang konkret bagi

peserta didik dalam pembelajaran sejarah.

Penggunaan Museum sebagai sumber belajar merupakan salah satu

cara efektif dalam mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini

dikarenakan di dalam museum terdapat berbagai macam media yang

memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang peristiwa masa

lampau. Museum dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata dalam

pembelajaran sejarah bagi siswa dari pada proses pembelajaran yang

menggunakan buku teks. Dengan demikian museum sebagai media

pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi

dan generalisasi pelajar. Melaui pemanfaatan peninggalan-peninggalan

sejarah yang terdapat di Museum tersebut maka akan berpengaruh

terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

Di Kota Magelang terdapat Museum yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah bagi siswa. Sumber

Belajar sejarah yang berupa Museum Diponegoro di Kota Magelang

termasuk dalam Learning resources by utilization atau Sumber belajar

yang terdapat di lingkungan sekitar manusia. Museum yang terdapat di

Kota Magelang antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang terletak di

Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2)

Page 88: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

74

Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3)

Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4)

Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21 Magelang; dan

5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang.

Proses pemanfaatan Museum sebagai sumber belajar harus terkait dengan

materi pembelajaran sejarah sesuai standar kompetensi dan kompetensi

dasar.

Salah satu museum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

belajar yang terkait dengan materi pembelajaran sejarah dan sesuai standar

kompetensi dan kompetensi dasar adalah Museum Diponegoro. Museum

Diponegoro menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah yang dapat

dijadikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang konkret

bagi siswa. Peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Museum

Diponegoro adalah peninggalan sejarah Pangeran Diponegoro. Museum

Diponegoro merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda-

benda bersejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa singgah

di kota Magelang saat terjadi perang Jawa.

Koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro antara lain

jubah yang dipakai Pangeran diponegoro saat berunding dengan Belanda

di rumah Residen Kedu di Magelang. Jubah yang dipakai saat Pangeran

Diponegoro berunding dan ditangkap oleh Belanda tanggal 25 Maret 1830.

Koleksi-koleksi lain di Museum Diponegoro misalnya adalah satu set meja

dan kursi perundingan yang dipakai untuk perundingan antara Pangeran

Page 89: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

75

Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Kursi yang diduduki oleh Pangeran

Diponegoro adalah yang terdapat bekas guratan kuku Pangeran

Diponegoro karena menahan amarah terhadap kelicikin Belanda dalam

perundingan. Ruang Museum Diponegoro itu sendiri merupakan ruang

yang digunakan untuk perundingan.

Melalui koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro,

siswa diperlihatkan bukti nyata mengenai bukti-bukti sejarah terjadinya

perang Diponegoro yang dikenal juga dengan Perang Jawa dan bukan

hanya cerita dan materi yang terdapat di buku pelajaran. Oleh karena itu,

Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya dapat dimanfaatkan sebagai

sumber belajar sejarah, dan merupakan sumber belajar yang terdapat di

lingkungan sekitar siswa SMP Negeri 3 Magelang.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, selama ini Museum

Diponegoro belum dimanfaatkan secara maksimal oleh dunia pendidikan,

khususnya oleh sekolah-sekolah yang berada disekitarnya. Oleh karena itu

peneliti menggunakan metode kunjungan ke museum sebagai sumber

belajar sejarah yang dikaitkan dengan materi pembelajaran bentuk-bentuk

perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa berat

periode sesudah tahun 1800 untuk siswa SMP Negeri 3 Magelang.

Museum Diponegoro Kota Magelang merupakan suatu bangunan

kamar rumah residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat

perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili

Page 90: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

76

oleh Jenderal De Kock dan merupakan tempat tertangkapnya Pangeran

Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830, dan menandakan berakhirnya

perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

Perlawanan Diponegoro merupakan salah satu materi perang yang akan

disampaikan guru dalam materi pembelajaran sejarah kelas VIII SMP pada

materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang

kolonialisme bangsa barat periode sesdudah tahun 1800, standar

kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar

menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang

ditimbulkannya di berbagai daerah. Khususnya Perlawanan Diponegoro

adalah perang terbesar di Jawa dalam menghadapi kolonialisme Bangsa

Belanda, sehingga dalam perang Diponegoro disebut juga Perang Jawa.

Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah

seperti Museum Diponegoro ini dapat membantu guru untuk

mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa

mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi

adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya.

Pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai

sumber belajar merupakan proses pembelajaran dengan mengaitkan materi

pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas yang

bersumber pada buku-buku materi pembelajaran sejarah.

Pada penelitian mengenai pemanfaatan Museum Diponegoro

sebagai sumber belajar ini, peneliti menempuh langkah-langkah sesuai

Page 91: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

77

prosedur dalam melakukan penelitian, mulai dari persiapan penelitian

sampai dengan pelaksanaan penelitian. Adapun prosedur penelitian yaitu

sebagai berikut :

a. Persiapan Pelaksanaan

Persiapan pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum

melaksanakan penelitian adalah menetukan lokasi penelitian, yaitu

SMP Negeri 3 Magelang. Dalam rangka memperoleh data tentang

indikator-indikator yang diteliti, maka dibutuhkan alat pengumpul

data. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes

pilihan ganda, berupa pre test dan post test tentang materi

pembelajaran yang berkaitan dengan Pemanfaatan Museum

Diponegoro Kota Magelang sebagai sumber belajar. Instrumen

penelitian Eksperimen pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai

sumber belajar sejarah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar

sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang terdiri dari 30 item soal tes

untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sejarah pada materi

bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang

kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.

Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas VIII

SMP Negeri 3 Magelang dalam penelitian pemanfaatan Museum

Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah, maka pada sampel kelas

VIII dibagi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diwakili

Page 92: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

78

oleh siswa kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa dan kelompok kontrol

yang diwakili oleh siswa kelas VIII C dengan jumlah 31 siswa. Kelas

Eksperimen yang diwakili oleh siswa kelas VIII E pembelajaran

sejarah diberikan treatment dengan melakukan kunjungan ke Museum

Diponegoro, sedangkan pada kelompok kontrol yang diwakili siswa

kelas VIII C pembelajaran sejarah dilakukan tanpa kunjungan ke

Museum.

b. Pelaksanaan Penelitian

Setelah penentuan sampel penelitian dilakukan, langkah

selanjutnya adalah memberikan pre test berupa soal berbentuk pilihan

ganda kepada kedua kelompok, siswa kelas eksperimen VIII E

berjumlah 31 siswa dan siswa kelas kontrol VIII C berjumlah 31 siswa.

Soal tes dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang

materi pembelajaran bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia

dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun

1800.

Tahap berikutnya adalah pemberian treatment pada kedua

kelas, yaitu pada kelas eksperimen dengan metode kunjungan ke

Museum Diponegoro dan kelas Kontrol tanpa kunjungan ke Museum

Diponegoro atau dengan metode ceramah bervariasi. Kegiatan

pembelajarannya adalah sebagai berikut:

Page 93: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

79

1) Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas VIII E

dengan jumlah murid sebanyak 31 anak dan semuanya masuk

dalam responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di

dalam dan diluar kelas dengan RPP terlampir. Kegiatan

pembelajaran di dalam kelas dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan

yang bervariasi, yaitu ceramah, pemaparan materi dengan

menggunakan slide, pemberian tugas, dan diskusi. Kegiatan

pembelajaran di Museum Diponegoro adalah observasi dan

mengerjakan lembar kegiatan siswa dengan berkelompok.

Segi positif dalam pembelajaran di kelas eksperimen ini

adalah mampu mengajak siswa untuk aktif, berpikir kritis dan

mengajak siswa untuk lebih mengenal daerah sendiri yang

berkaitan dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan

untuk pembelajaran sejarah. Pada eksperimen pemanfaatan

museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak

hanya mendapatkan materi yang bersumber dari buku-buku, tetapi

dihadapkan langsung pada objek nyata sebagai sumber belajar

sejarah. Pada akhir kegiatan, guru memberikan post test untuk

mengetahui hasil belajar siswa dan membandingkan dengan

kelompok kontrol yang tidak melakukan kunjungan ke museum.

Page 94: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

80

2) Kelas Kontrol

Kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas VIII C

dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak dan semuanya masuk

responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di dalam kelas

dengan RPP terlampir. Pada kelas Kontrol pembelajaran dilakukan

di dalam kelas dengan metode ceramah bervariasi tanpa melakukan

kunjungan ke Museum Diponegoro. Pada akhir pembelajaran guru

memberikan post test untuk membandingkan hasil belajar sejarah

siswa dengan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang

menggunakan metode kunjungan ke museum.

3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum

Diponegoro Sebagai Sumber Belajar

Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran sejarah melalui

kunjungan Museum Diponegoro dapat dilihat dari hasil belajar yang

dicapai siswa. Peneliti membagi kedua kelas tersebut menjadi dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebagai

kelompok eksperimen yang diwakili kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa

dan untuk kelas kontrol diwakili oleh kelas VIII C dengan jumlah 31

siswa. Kelas VIII E sebagai kelompok eksperimen merupakan kelas yang

dalam pembelajaran sejarah melakukan kunjungan ke Museum

Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Kelas VIII C sebagai

Page 95: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

81

kelompok kontrol merupakan kelas yang melakukan pembelajaran sejarah

dengan ceramah bervariasi di kelas.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

sejarah melalui kunjungan ke Museum Diponegoro sebagai sumber belajar

sejarah lebih baik dari dibandingkan hasil belajar siswa tanpa kunjungan

ke Museum Diponegoro. Ini dapat dilihat pada nilai rata-rata post test

kelas yang melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro lebih besar

yaitu 7,423 sedangkan hasil belajar siswa kelas VIII yang tidak melakukan

kunjungan ke Museum Diponegoro memperoleh nilai rata-rata sebesar

5,76 yang berarti dalam pembelajaran yang memanfaatkan Museum

Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah lebih

efektif pada kelas eksperimen.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa hasil belajar

yang dicapai pada kelas eksperimen, hasil uji t post test menunjukkan

pembelajaran sejarah dengan metode kunjungan ke museum memberi

pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar IPS Sejarah bila

dibandingkan dengan pembelajaran di kelas kontrol yang tidak melakukan

kunjungan ke Museum. Hal ini ditunjukan oleh harga thitung = 6,49662 >

ttabel = 2, 00 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan statistik

hipotesis penelitian yang berbunyi pemanfaatan Museum Diponegoro

sebagai sumber belajar sejarah efektif dalam meningkatkan hasil belajar

sejarah siswa diterima dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran

sejarah.

Page 96: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

82

Berikut ini adalah analisis hasil belajar siswa dalam pembelajaran

sejarah dengan melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro :

a. Analisis Data Tes Awal (Pre Test)

1) Uji Homogenitas

Hipotesis yang diajukan :

Ho : Kedua kelompok memiliki varian yang sama

Ha : Kedua kelompok memiliki varian yang berbeda

Dengan taraf signifikansi α = 5 %, Ho diterima jika Fhitung <

Ftabel. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas data menggunakan uji

F diperoleh hasil Fhitung = 1,0267 sedangkan Ftabel dengan dk=31-1=30

adalah 1,84. Fhitung < Ftabel berarti bahwa varians kedua kelompok sama

atau tidak berbeda, sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa

data tes kedua kelompok adalah homogen.

2) Uji t

Uji t atau juga disebut t-test digunakan untuk mengetahui

apakah diantara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki

kemampuan yang berbeda atau tidak. Untuk Uji-t digunakan rumus

statistik sebagai berikut

t =

(

)

(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82) t =

(

)

Page 97: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

83

Hipotesis yang diajukan dalam uji-t ini adalah sebagai berikut:

Ho : kedua kelompok memiliki nilai rata rata yang sama

Ha : kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda

Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2)

dengan peluang (1-α), α = taraf signifikansi. Dalam penelitian ini

diambil taraf signifikansi α = 5%. Bila thitung < ttabel maka Ho diterima.

Berdasarkan perhitungan, dk =31+31-2 = 60 diperoleh thitung = -1,3997

< ttabel = 2,00 sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa

kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama

3) Uji Normalitas Data

Data hasil pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum data dianalisis.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul

memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji prasyarat analisis

yang digunakan adalah uji Z.

a) Uji Normalitas Pre Test Kelompok Eksperimen

Dalam uji normalitas ini data dimasukan dalam tabulasi,

yang kemudian dikelompokan berdasarkan jawaban responden.

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus uji Z kelompok

eksperimen diperoleh hasil Zhitung = -11,007. Hasil tersebut

dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk

= 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Karena Zhitung < Ztabel atau -

Page 98: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

84

11,007 < 0,4970 maka dapat disimpulkan bahwa data pre test

kelompok eksperimen berdistribusi normal.

b) Uji Normalitas Pre Test Kelompok Kontrol

Dalam uji normalitas ini data dimasukan dalam tabulasi,

yang kemudian dikelompokan berdasarkan jawaban responden.

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus uji Z kelompok

kontrol diperoleh hasil Zhitung = -9,16. Hasil tersebut

dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk

= 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Karena Zhitung < Ztabel atau -

9,16 < 0,4970 maka dapat disimpulkan bahwa data pre test

kelompok kontrol berdistribusi normal.

b. Analisis Data Tes Akhir (Post Test)

Setelah proses pembelajaran selesai dengan diberikan perlakuan

yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok

Eksperimen diberikan pembelajaran dengan kunjungan ke Museum

Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Hasil analisis data tes akhir

atau post test sebagai berikut :

1) Uji Homogenitas

Hasil perhitungan dalam hal ini digunakan untuk

mengetahui apakah antara kelompok eksperimen dan keompok

kontrol memiliki varians yang sama atau berbeda. Setelah

Page 99: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

85

dilakukan analisis varians kemampuan akhir diperoleh Fhitung

sebesar 1,0272 < Ftabel sebesar 1,84 hal ini menunjukan data

kemampuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki

varian yang tidak berbeda atau sama, sehingga dapat disimpulkan

bahwa data tes kedua kelompok adalah homogen.

2) Uji Normalitas

Sebelum data kemampuan akhir dilakukan uji-t, maka data

hasil penelitian terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum

data dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji

prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

normalitas melalui uji Z. Rumus yang digunakan adalah sebagai

berikut :

(Dewanto dan Tarsis, 1995:70)

a) Uji Normalitas Kelompok Eksperimen

Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus

uji Z kelas eksperimen diperoleh Zhitung sebesar 2,317. Hasil

tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi

5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Zhitung = 2,317

> Ztabel sebesar 0,4970 sehingga dapat disimpulkan bahwa data

penelitian kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Z =

Page 100: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

86

b) Uji Normalitas Kelompok Kontrol

Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus

uji Z kelas kontrol diperoleh Zhitung sebesar -6,902. Hasil

tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi

5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Zhitung < Z tabel,

yaitu Zhitung sebesar -6, 902 < Ztabel sebesar 0,4970 sehingga

dapat disimpulkan bahwa data penelitian kelompok kontrol

berdistribusi normal.

3) Uji t

Uji-t atau juga disebut dengan t-tes/uji kemampuan rata-rata

digunakan untuk mengetahui apakah diantara kelompok kontrol

dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang berbeda atau

tidak. Berdasarkan hasil analisis varians bahwa kedua data hasil

post tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki

varians yang tidak berbeda, sehingga untuk menguji perbedaan

rata-rata hasil belajar menggunakan uji-t. Untuk Uji-t digunakan

rumus statistik sebagai berikut :

(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)

Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 –

2) dengan peluang (1-α), α = taraf signifikansi. Dalam penelitian

ini diambil taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil

perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 6,49662 > ttabel sebesar

t =

(

)

Page 101: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

87

2,00 maka dapat diperoleh suatu kesimpulan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yang

berbeda. Dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen memiliki

kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok

kontrol. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran

sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber

belajar dalam pembelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3

Magelang pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia

menentang kolonialisme bangsa Barat pada periode sesudah tahun

1800 memberikan hasil lebih efektif dibandingkan pemebelajaran

sejarah tanpa memanfaatkan Museum Diponegoro sebagai sumber

belajar.

4) Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian pada kelas eksperimen yang

melakukan pembelajaran sejarah dengan kunjungan ke Museum

Diponegoro, hasil uji-t menunjukan bahwa dengan memanfaatkan

Museum sebagai sumber belajar sejarah memberikan pengaruh

yang lebih baik hasil belajar sejarah dibandingkan dengan

pembelajaran tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelas

kontrol.

Hal ini ditunjukan oleh harga thitung = 6,49662 lebih besar

dibandingkan dengan ttabel = 2,00 yang berarti berada didaerah

Page 102: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

88

penolakan H0. Ditolaknya Ho sama artinya dengan diterimanya Ha,

maka secara statistik hipotesis alternatif yang berbunyi

pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah

pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam

menentang kolonialisme bangsa barat pada periode sesudah

tahun1800 efektif dalam meningkatkan hasil belajar sejarah siswa

diterima dan dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah.

B. Pembahasan

Berdasarkan kurikulum tahun 2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) pengemasan

pendidikan sejarah diatur sebagai mata pelajaran yang tergabung dalam

rumpun IPS terpadu, yaitu Sejarah, Geografi dan Ekonomi, dan untuk jenjang

SMP, 1 jam pelajaran adalah 40 menit. Mata pelajaran sejarah adalah salah

satu mata pelajaran yang materinya membicarakan tentang peristiwa-peristiwa

yang berkaitan dengan kehidupan masa lampau. Selama ini pembelajaran

sejarah cenderung pada pembelajaran yang tematik dan teoritik sehingga

terkesan hanya hafalan belaka dan membosankan. Sehingga banyak siswa

yang mempunyai tanggapan bahwa mata pelajaran sejarah hanya dihafalkan

saja dan hanya mempelajari masa lampau karena isinya berisi cerita-cerita

masa lampau. Proses pembelajaran sejarah terkesan pasif, hanya duduk,

mencatat, dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Akibatnya

Page 103: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

89

berdampak pada transfer informasi pada proses pembelajaran dari guru pada

siswa yang menyebabkan prestasi belajar sejarah siswa yang rendah dan

apabila tidak ditangani sedini mungkin akan menyebabkan permasalahan baru.

Permasalahan utama yang muncul adalah tidak tahunya generasi muda

terhadap sejarah bangsanya yang menyebabkan siswa kehilangan jati diri

bangsanya, sehingga mudah dipengaruhi oleh berbagai kepentingan negatif.

Selain itu kekhawatiran lainnya adalah bahwa tidak tumbuhnya sikap

nasionalisme dan cinta tanah air.

Pembenahan terhadap rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat

dari beberapa aspek, terutama aspek yang mempengaruhi proses belajar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain faktor internal

yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal yang

berupa lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Faktor internal dari aspek

psikologis antara lain kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan bakat. Faktor

ekstrenal berupa lingkungan sosial terdiri atas lingkungan sosial sekolah,

lingkungan sosial masyaratkat, dan lingkungan keluarga. Sementara itu faktor

nonsosial terdiri atas lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, dan faktor

materi pelajaran. Kondisi eksternal yang berupa pemanfaatan sumber belajar

diluar kelas atau sekolah diharapkan memberikan pengaruh terhadap proses

belajar yang akan berdampak pada prestasi dan hasil belajar siswa.

Pemanfaatan sumber-sumber belajar sejarah diluar kelas atau sekolah apabila

dimanfaatkan dengan baik maka proses belajar mengajar akan berlangsung

optimal dan menyenangkan.

Page 104: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

90

Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam

kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam

pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting.

Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk benda-benda,

orang atau lingkungan. Untuk mata pelajaran sejarah, jika disadari sumber-

sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sangat beragam, seperti objek-

objek sejarah, museum, perpustakaan daerah, badan arsip, bangunan bangunan

bersejarah, dan lain-lain.

Pemanfaatan sumber-sumber belajar sejarah yang berada disekitar

lingkungan sekitar siswa tersebut memberikan manfaat dan makna dalam

proses pembelajaran sejarah. Manfaat pembelajaran sejarah akan memberikan

makna karena guru senantiasa mengaitkan antara materi pembelajaran yang

diajarakan dengan bukti yang nyata dan situasi yang ada di lingkungan siswa,

khususnya sumber belajar yang berupa peninggalan sejarah yang terdapat di

Museum Diponegoro Kota Magelang.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh

pemanfaatan benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum

Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar sejarah siswa

kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang pada materi bentuk-bentuk perlawana

rakyat Indonesia terhadap bangsa Barat periode sesudah tahun 1800. Hipotesis

yang diajukan diterima secara signifikan dengan ditunjukan pembuktian

hipotesis melalui analisis statistik uji t.

Page 105: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

91

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Pemanfaatan Museum Diponegoro dalam penelitian ini berkaitan dengan

materi pembelajaran sejarah kelas VIII tentang bentuk-bentuk

perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat

periode sesudah tahun 1800. Materi tersebut terdapat dalam standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Pemanfaatan museum lokal sebagai

sumber belajar dalam pembelajaran sejarah memberikan pengaruh yang

lebih efektif pada kelas eksperimen. Pada pre test hasil belajar didapatkan

rata-rata kelas eksperimen adalah 4,761 dan kelas kontrol 5,16. Dari hasil

uji t pre test pada α = 5%, dk = 31+31-2 = 60 didapatkan thitung = -1, 3997

< ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut dalam keadaan memiliki

kemampuan yang sama. Setelah dilakukan treatment kepada kedua

kelompok kemudian dilakukan post test, didapatkan rata-rata hasil belajar

kelompok eksperimen meningkat sejauh 7,423 dan kelompok kontrol

meningkat sejauh 5,76. Dari hasil uji t didapatkan thitung = 6,49662 > ttabel

= 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu

kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Dari hasil post test

terlihat hasi belajar sejarah siswa kelas eksperimen lebih tinggi

91

Page 106: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

92

dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah

tanpa kunjungan ke museum.

2. Berdasarkan perhitungan di atas tampak bahwa thitung = 6,49662 > ttabel =

2,00 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata post test kelompok

eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Pengaruh

pemanfaatan koleksi-koleksi benda bersejarah di Museum Diponegoro

terhadap peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3

Magelang diperoleh fakta bahwa dengan keberadaan Museum

Diponegoro tersebut menjadikan dorongan dan motivasi bagi siswa untuk

mendapatkan informasi yang nyata dan pengetahuan yang diambil dari

keberadaan Museum Diponegoro yang merupakan tempat penyimpanan

koleksi-koleksi benda sejarah peninggalan pangeran Diponegoro pada

saat perang melawan Belanda dan merupakan tempat penangkapan

pangeran Diponegoro.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian

diatas, maka dapat disarankan beberapa hal, yaitu:

1. Bagi guru, khususnya guru sejarah hendaknya lebih meningkatkan

kemampuan mengajarnya, serta cermat dalam memilih metode mengajar

sesuai dengan situasi, kondisi dan materi pelajarannya. Dalam hal belajar

mengajar terutama dalam hal penyampaian materi guru tidaklah harus

Page 107: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

93

bersifat teksbook orienterd saja, tetapi juga guru harus mampu

memanfaatkan lingkungan sekitar yang tentunya mempunyai nilai lebih

bagi siswa dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah.

2. Pihak sekolah hendaknya lebih bijak dan lebih selektif dalam menentikan

model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan bagi sekolahnya agar

dalam penyampaian hasil belajar dapat dicapai secara optimal.

3. Disamping peningkatan hasil belajar dalam aspek kognitif, peningkatan

aspek afektif sangat penting dalam proses pembelajaran sejarah untuk

membentuk mental peserta didik dan lebih menghargai hasil budaya

bangsa Indonesia.

Page 108: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

94

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK

UNNES.

Depdikbud. 2000. Pedoman Pendirian Museum. Jakarta: Depdikbud

Dewanto. 2009. “Abstrak Pengukuran dan Evaluasi Pembelajaran”. Makalah.

Disajikan Untuk Mahasiswa Jurusan Sejarah Angkatan 2008/2009

Universitas Negeri Semarang.

Dewanto. 1996. Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang

Press.

Dewanto. 2005. Metodologi Penelitian. Semarang: UPT UNNES Press.

Dewanto dan Tarsis Tarmudji. 1995. Metode Statistika. Yogyakarta: Liberty.

Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti.

Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta

................. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyasa, Enco. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Page 109: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

95

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Rifa‟i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:

UNNES Press.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

LP3ES.

Slameto. 2009. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta

Soewarso. 2000. Cara-cara Penyampaian Pendidikan sejarah untuk

Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Sejarah Bangsanya.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algesindo

Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar

Baru.

Sudjarwo. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta:

Mediyatama Sarana Perkasa.

Sugandi, Achmad. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Page 110: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

96

Sutaarga, Amir. 1991. Studi Museologia. Jakarta: Depdikbud

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi

Aksara.

Widja, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode

pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Page 111: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

97

Page 112: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

98

DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII E

KELOMPOK EKSPERIMEN

No. NAMA L/P

1. ANASTASYA APRILIAN PRIYATNA P

2. AULIA SEKAR RIDZKIRANA P

3. AYU NOVITA SARI P

4. BAGUS AULIA RAHMAN L

5. DARISA DARDA HAMKA P

6. DEVITA RAHMA ARDINA P

7. DHANY KUSWINARKO L

8. DIAN AYU WARDANI P

9. EDWIN RISKI INDARTO L

10. EKI GUSTIA PRATIWI P

11. ERWIN RIYANTO L

12. GLADYSIA RAMADANI P

13. HAIDAR ZAQIK L

14. HAJAR KARIMAH P

15. HERNANDA YUSNIL AKSA L

16. INDAH KURNIASARI P

17. KEMAL KSATRIA AKBAR L

18. MAEMUN ARBI SETIAWAN L

19. MARYONO L

20. MUHAMMAD 'AZA MUSTA‟ANA L

21. MUHAMMAD GILANG PURNOMO L

22. MUHAMMAD ULINUHA L

23. NABILA PRILIA PRASWATI P

24. NOVITA GANIS AYUNINGRUM P

25. NUR LAILIA ULINNUHA P

26. PUTRI WAHYU ANDINI SUGIANTO P

27. RENO AZIZ L

28. RESTU RISTANTI P

29. SONIA ARWINDHI PUTRAWATI P

30. YUDHISTIRA INDRA PRATAMA L

31. YUSRINA LUTHFI HANIFAH P

Lampiran 1

Page 113: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

99

DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII C

KELOMPOK KONTROL

No. Nama Siswa L/P

1. ADITYA ARI DANISWARA L

2. AENI NURLAILIYAH P

3. ARIFATUL NOOR AINA P

4. BAGAS WIDYA SETYAWAN L

5. CHYNTHIA WULAN GUSTI P

6. DANANG TRI WIBOWO L

7. DANU BUDI PRABOWO L

8. DESTI PUTRI CAHYANI P

9. DHIAZ CHRISTOPHER HAUMAHU L

10. DWI ANTIKA SAFITRI P

11. ELMA RIZKY GIOVANNI P

12. GUSTI SURYO TENGGORO L

13. HANINDYA KIRANA MURTI P

14. IMADUDDIN HAFIZH JUNIARDANA L

15. JULIO TIDAR L

16. LISA ANITASARI P

17. MUCHAMMAD SAFRUDDIN H L

18. MUHAMMAD IMAM HIDAYAT L

19. MUHAMMAD BADRU ZAINAN L

20. NOVINDA INTANI PUTRI P

21. NOVIYANTI P

22. PUTRI OKTAVIANI P

23. RISMAWATI NUR FAIZAH P

24. SHANI ALVIAN L

25. SRI WAHYUNI P

26. TIARA NANDA SAPUTRA L

27. VALDIO MALIK AL AKBAR L

28. VIRGIETHA RIZKI ADISYAH PUTRI P

29. WAHYU SURYADI L

30. YOGA WIDAGDA PRIYAHITA L

31. ROSYID NUR SANTOSO L

Lampiran 2

Page 114: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

100

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(Kelas Eksperimen)

Sekolah : SMP Negeri 3 Magelang

Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/Smester : VIII / semester 1

Standar Kompetensi : 1. Memahami Proses Kebangkitan Nasional

Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan Proses Perkembangan

Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta

Pengaruh yang Ditimbulkannya di Berbagai

Daerah

Indikator :

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan

rakyat Indonesia dalam menentang

kolonialisme bangsa barat periode sesudah

tahun 1800

2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan

rakyat Indonesia dalam menentang

kolonialisme bangsa barat periode sesudah

tahun 1800

3. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat

Indonesia di berbagai daerah

Alokasi Waktu : 8 x 40 menit (4 x pertemuan)

Lampiran 3

Page 115: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

101

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam

menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800

2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam

menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800

3. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah

B. Materi Pembelajaran

1. Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang

kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800

2. Tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme

bangsa barat periode sesudah tahun 1800

3. Lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.

C. Metode Pembelajaran

1) Ceramah Bervariasi

2) Contekstual teaching and learning

3) Kunjungan Museum Diponegoro

D. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pertemuan 1

Kegiatan Pembuka Guru Memberikan salam, dan

menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan di

capai memberikan motivasi,

setelah itu, guru mulai

memberikan gamabaran

tentang berbagai bentuk

perlawanan rakyat Indonesia

menentang kolonial isme

Siswa menjawab

salam dan

memperhatikan

apersepsi yang

disampaikan oleh

guru dengan

seksama.

Page 116: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

102

Bangsa Barat setelah periode

1800.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Elaborasi

Konfirmasi

Pre-test tentang materi

pembelajaran Bentuk-bentuk

perlawanan Rakyat Indonesia

Menentang Kolonialisme

Bangsa barat Periode setelah

tahun 1800.

Guru menjelaskan materi

perlawanan rakyat Indonesia

dalam perlawanan Saparua di

Maluku (1817), perang Paderi

(1821-1837).

Guru mempersilakan siswa

melakukan tanya jawab.

Siswa Mengerjakan

Pre-test yang

diberikan oleh guru.

Siswa mendengarkan

materi yang

disampaikan oleh

guru.

Siswa mengajukan

pertanyaan tentang

materi.

Kegiatan Penutup

Guru mengecek daftar siswa

yang tidak hadir sekaligus

menutup kegiatan

pembelajaran dengan ucapan

salam.

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pertemuan 2

Kegiatan

Pembuka

Guru Memberikan salam, dan

menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan di

capai memberikan motivasi,

setelah itu guru memberikan

gambaran tentang materi

perlawanan selanjutnya yang

akan disampaikan dalam

pembelajaran.

Siswa menjawab

salam dan

mendengarkan

apersepsi yang

disampaikan guru.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Elaborasi

Guru menjelaskan kompetensi

yang harus dicapai serta

manfaat dari proses

pembelajaran dan pentingnya

materi pelajaran yang akan

dipelajari.

Guru melanjutkan materi

Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru.

Siswa mendengarkan

materi pembelajaran

Page 117: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

103

Kegiatan

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan

Siswa

Pertemuan 3

Kegiatan Pembuka Apersepsi guru membuka

pembelajaran dengan

mengucapkan salam,

Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan metode

pembelajaran kunjungan

museum.

Guru mengkondisikan siswa

untuk masuk ke kendaraan

transprtasi menuju ke Museum

Diponegoro.

Siswa

mendengarkan

apersepsi guru,

dan penjelasan

dari guru.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Elaborasi

Guru mengingatkan kembali

pada siswa tugas-tugas kelompok

yang harus dikerjakan.

Siswa melakukan tanya jawab

Siswa

mendengarkan

penjelasan dari

guru tentang

tugas kelomok

Siswa bertanya

Konfirmasi

pembelajaran perang

Diponegoro, perang Aceh,

perang Bali dan perang Banjar.

Guru memberikan pembekalan,

membentuk 5-6 kelompok yang

terdiri dari 5-6 siswa, dan

pembagian tugas untuk

pertemuan ke-3 pada kunjungan

ke museum Diponegoro.

Guru mempersilahkan siswa

bertanya seputar materi dan

tugas kelompok kunjungan ke

Museum Diponegoro.

yang disampaikan

guru.

Siswa berkomunikasi

denga anggota

kelompoknya dan

mencatat tugas-tugas

yang diberikan guru

untuk kunjungan

museum.

Siswa bertanya

seputar materi dan

tugas kelompom

kunjungan Museum.

Kegiatan Penutup

Guru mengecek daftar siswa

yang tidak hadir sekaligus

menutup kegiatan pembelajaran

dengan ucapan salam.

Page 118: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

104

Konfirmasi

dengan guru maupun pemandu

Museum Diponegoro tentang

sejarah Museum Diponegoro dan

koleksi-koleksinya terkait

dengan materi perlawanan

Diponegoro.

Guru dan pemandu memberi

penjelasan terhadap sejarah

Museum Diponegoro dan

koleksi-koleksi musuem tentang

kaitanya denga materi

perlawanan Diponegoro.

pada guru dan

pemandu

museum yang

terkait dengan

materi

perlawanan

Diponegoro.

Siswa

mendengarkan

penjelasan dan

informasi dari

guru dan

pemandu

museum

tentang sejarah

museum

Diponegoro dan

koleksinya

terkait dengan

perlawanan

Diponegoro

Kegiatan Penutup

Guru dan siswa persiapan

kembali ke Sekolah.

Guru melakukan refleksi materi

yang telah diamati oleh siswa di

Museum Diponegoro.

Menarik kesimpulan materi.

Guru Memberi tugas untuk

membuat laporan tertulis tiap

kelompok tentang apa yang telah

diamatinya di Museum

Diponegoro.

Guru membuat kesimpulan dari

materi yang baru disampaikan

dan menyampaikan apa yang

akan dipelajari pertemuan

berikutnya yaitu melakukan post

test.

Guru menutup pelajaran dengan

mengucapkan salam.

Siswa persiapan

kembali ke

sekolah dan

mempersiapkan

tugas untuk

laporan tertulis

kelompok

tentang apa

yang diamati di

Museum

Diponegoro,

siswa

mendengarkan

kesimpulan dari

guru tentang

materi yang

baru

disampaikan.

Kegiatan

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan

Siswa

Page 119: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

105

Pertemuan 4

Kegiatan Pembuka Guru memberi salam guru

melakukan presensi dan melihat

kesiapan siswa untuk mengikuti

pelajaran, serta dilanjutkan

dengan pemberian motivasi.

Siswa

mendengarkan

apersepsi dari

guru.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Elaborasi

Konfirmasi

Guru mempersiapkan siswa

untuk mengumpulkan tugas

laporan kunjungan museum

Diponegoro dan menunjuk salah

satu kelompok untuk

menyampaikan hasil tugas

kelompok di depan kelas.

Guru mempersilakan siswa untuk

membacakan hasil laporan di

depan kelas dan tanya jawab

seputar hasil laporan kunjungan

Museum.

Guru memberikan post-test

tentang materi Bentuk-bentuk

perlawanan Rakyat Indonesia

Menentang Kolonialisme Bangsa

barat Periode setelah tahun 1800.

Guru membahas hasil laporan

dan membahas soal-soal post-

test.

Siswa

mempersiapkan

tugas dan

persiapan untuk

meyampaiakan

hasil tugas

kelopok di

depan kelas.

Siswa

membacakan

hasil laporan di

depan kelas dan

tanya jawab

seputar hasil

laporan

kunjungan

Museum. Siswa

menegerjakan

post-test materi

Bentuk-bentuk

perlawanan

Rakyat

Indonesia

Menentang

Kolonialisme

Bangsa barat

Periode setelah

tahun 1800

Siswa

mendengarkan

hasil laporan

dan penjelasan

dari guru.

Kegiatan Penutup

Guru berterimakasih atas

kerjasamanya. Kemudian

menutup pelajaran

.

Page 120: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

106

E. Sumber Belajar

1. Buku sumber Sejarah SMP kelas VIII

2. Buku-buku penunjang yang relevan

3. Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya.

4. Foto-foto koleksi Museum Diponegoro

F. Penilaian

1. Penilaian Tes

a. Pre tes

b. Pos tes

2. Penilaian laporan tugas kelompok

Magelang, 7 April 2011

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Sejarah Peneliti

Sri Sundari, S.Pd Arif Widayanto

NIP. 19610105 198803 2 005 NIM. 3101407001

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 4

Page 121: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

107

(Kelas Kontrol)

Sekolah : SMP Negeri 3 Magelang

Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/Smester : VIII / semester 1

Standar Kompetensi : 1. Memahami Proses Kebangkitan Nasional

Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan Proses Perkembangan

Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta

Pengaruh yang Ditimbulkannya di Berbagai

Daerah

Indikator :

4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan

rakyat Indonesia dalam menentang

kolonialisme bangsa barat periode sesudah

tahun 1800

5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan

rakyat Indonesia dalam menentang

kolonialisme bangsa barat periode sesudah

tahun 1800

6. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat

Indonesia di berbagai daerah

Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

Page 122: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

108

Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:

4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam

menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800

5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam

menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800

6. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.

B. Materi Pembelajaran

4. Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang

kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800

5. Tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme

bangsa barat periode sesudah tahun 1800

6. Lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.

C. Metode Pembelajaran

Ceramah Bervariasi dan tanya jawab.

G. Langkah-langkah Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pertemuan 1

Kegiatan Pembuka Guru Memberikan salam, dan

menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan di

capai memberikan motivasi,

setelah itu, guru mulai

memberikan gamabaran

tentang berbagai bentuk

perlawanan rakyat Indonesia

menentang kolonial isme

Bangsa Barat setelah periode

1800.

Siswa menjawab

salam dan

memperhatikan

apersepsi yang

disampaikan oleh

guru dengan

seksama.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Pre-test tentang materi

pembelajaran Bentuk-bentuk

perlawanan Rakyat Indonesia

Siswa Mengerjakan

Pre-test yang

diberikan oleh guru.

Page 123: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

109

Elaborasi

Konfirmasi

Menentang Kolonialisme

Bangsa barat Periode setelah

tahun 1800.

Guru menjelaskan materi

perlawanan rakyat Indonesia

dalam perlawanan Saparua di

Maluku (1817), perang Paderi

(1821-1837).

Guru mempersilakan siswa

melakukan tanya jawab.

Siswa mendengarkan

materi yang

disampaikan oleh

guru.

Siswa mengajukan

pertanyaan tentang

materi.

Kegiatan Penutup

Guru mengecek daftar siswa

yang tidak hadir sekaligus

menutup kegiatan

pembelajaran dengan ucapan

salam.

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Pertemuan 2

Kegiatan

Pembuka

Guru Memberikan salam, dan

menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan di

capai memberikan motivasi,

setelah itu guru memberikan

gambaran tentang materi

perlawanan selanjutnya yang

akan disampaikan dalam

pembelajaran.

Siswa menjawab

salam dan

mendengarkan

apersepsi yang

disampaikan guru.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Elaborasi

Guru menjelaskan kompetensi

yang harus dicapai serta

manfaat dari proses

pembelajaran dan pentingnya

materi pelajaran yang akan

dipelajari.

Guru melanjutkan materi

pembelajaran perang

Diponegoro (1825-1830),

perang Aceh (1873-1904),

Siswa mendengarkan

penjelasan dari guru.

Siswa mendengarkan

materi pembelajaran

yang disampaikan

guru.

Page 124: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

110

Kegiatan

Pembelajaran

Kegiatan Guru Kegiatan

Siswa

Pertemuan 3

Kegiatan Pembuka Guru memberi salam guru

melakukan presensi dan melihat

kesiapan siswa untuk mengikuti

pelajaran, serta dilanjutkan

dengan pemberian motivasi.

Siswa

mendengarkan

apersepsi dari

guru.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

Elaborasi

Guru mengulas materi

pembelajaran pada pertemuan

yang sebelumnya.

Guru memberikan soal post-test

tentang materi pembelajaran

Bentuk-bentuk perlawanan

Rakyat Indonesia Menentang

Kolonialisme Bangsa barat

Periode setelah tahun 1800.

Siswa

mendengarkan

penjelasan dari

guru.

Siswa

mengerjakan

soal post-test

yang diberikan

guru tentang

materi

pembelajaran

Bentuk-bentuk

perlawanan

Rakyat

Indonesia

Menentang

Kolonialisme

Bangsa barat

Periode setelah

Konfirmasi

perang Bali (1846-1906) dan

perang Banjar (1859-1863).

Guru mempersilakan siswa

melakukan tanya jawab seputar

materi pembelajaran.

Siswa

mengemukakan

pertanyaan tentang

materi yang belum

dipahami.

Kegiatan Penutup

Guru mengecek daftar siswa

yang tidak hadir sekaligus

menutup kegiatan pembelajaran

dengan ucapan salam.

Page 125: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

111

Konfirmasi

Guru membahas soal post-test

dan menyimpulkan materi

pembelajaran.

tahun 1800.

Siswa

mendengarkan

penjelasan dari

guru

Kegiatan Penutup

Guru berterima kasih atas

kerjasamanya. Kemudian

menutup pelajaran

.

H. Sumber Belajar

5. Buku sumber Sejarah SMP kelas VIII

6. Buku-buku penunjang yang relevan

7. LKS

I. Penilaian

Penilaian Tes :

c. Pre tes

d. Pos tes

Magelang, April 2011

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Sejarah Peneliti

Sri Sundari, S.Pd Arif Widayanto

NIP. 19610105 198803 2 005 NIM. 3101407001

Page 126: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

112

KISI-KISI SOAL UJI COBA TEST

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Magelang

Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/Semester : VIII/1

Materi Pembelajaran : Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat

Indonesia

dalam Menentang Kolonialisme

Bangsa Barat Periode setelah tahun

1800

Tahun Ajaran : 2010/2011

Jumlah Butir : 40 soal

No. Kompetensi

Dasar

Kelas/

semester

Indikator No. Soal

1. Menjelaskan

Proses

Perkembanga

n

Kolonialisme

dan

Imperialisme

Barat, serta

Pengaruh

yang

Ditimbulkann

ya di Berbagai

Daerah

VIII/1 Mendeskripsikan

bentuk-bentuk

perlawanan rakyat

Indonesia dalam

menentang

kolonialisme bangsa

barat periode sesudah

tahun 1800.

Mengidentifikasi

tokoh-tokoh

perlawanan rakyat

Indonesia dalam

menentang

kolonialisme bangsa

barat periode sesudah

tahun 1800.

Menunjukan lokasi-

lokasi perlawanan

rakyat Indonesia

diberbagai daerah.

1, 2, 5, 6, 7, 8, 9,

11,13, 15, 16, 17, 18,

22, 23, 24, 26, 27,

30, 31, 32, 33 dan 34

4, 12, 14, 20, 21, 25,

28, 29, 35, 37, 38

dan 39

3, 10, 19, 36 dan 40

Lampiran 5

Page 127: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

113

SOAL UJI COBA TEST

Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang

menurut anda paling tepat!

1. Perjuangan rakyat Indonesia melawan bangsa Barat periode sesudah tahun

1800 bersifat...

a. Nasional dan modern

b. Kedaerahan dan tradisional

c. Nasional dan tradisional

d. Kedaerahan dan modern

2. Faktor yang menyebabkan timbulnya perlawanan Patimura terhadap

Belanda adalah didudukinya Benteng oleh Belanda, yaitu...

a. Benteng New Victoria c. Benteng Vredeberg

b. Benteng Holandia d. Benteng Duurstede

3. Perlawanan rakyat Saparua terhadap Belanda lebih dikenal dengan

perlawanan Pattimura. Perlawanan Pattimura terjadi di daerah...

a. Manado c. Maluku

b. Kendari d. Makassar

4. Gambar berikut adalah tokoh pejuang wanita yang berasal dari Maluku

yang bernama...

a. Christina Martha Tiahahu

b. Thomas Matulesi

c. Dewi Sartika

Lampiran 6

Page 128: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

114

d. Cut Nyak Dien

5. Sebelum memberontak, Thomas Matulesi atau Pattimura masih

menghargai pemerintah kolonial Belanda, terbukti dari...

a. Memberi kesempatan pada pemerintah memberlakukan penyerahan

wajib dan wajib kerja

b. Mendukung tindakan pemerintah merekrut pemuda maluku menjadi

tentara belanda

c. Turut mengkampanyekan penggunaan uang kertas sebagai pengganti

uang logam

d. Menyampaikan keluhan terlebih dahulu sebelum mengambil jalan

kekerasan

6. Pada 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung oleh pemerintah

kolonial Belanda di depan rakyat Maluku, yaitu di benteng...

a. Van der Wijk c. Niew Victoria

b. Ford Van de Capellen d. Duurstede

7. Gerakan memurnikan kembali ajaran agama islam yang dilakukan oleh

kaum Paderi disebut...

a. Gerakan Dakwah c. Gerakan Sosial

b. Gerakan Budaya d. Gerakan Wahabiah

8. Terjadinya Perang Paderi pada mulanya didorong oleh penentangan kaum

adat terhadap kaum Paderi yang disebabkan oleh...

a. Kaum Paderi tidak mau bekerjasama dengan kaum adat

b. Usaha kaum Paderi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang

bertentangan dengan Islam

c. Tidak adanya Hak bagi kaum adat untuk menduduki jabatan dalam

pemerintahan

d. Ketidaksetujuan kaum adat terhadap kerjasama antara kaum Paderi dan

Belanda

9. Penggunaan pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo untuk menumpas

kaum Paderi menunjukan fakta bahwa...

Page 129: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

115

a. Berbagai wilayah di Indonesia telah memiliki kesatuan dalam

perjuangan

b. Perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda sudah berskala

nasional

c. Belanda tetap berhasil menjalankan strategi devide et impera

d. Perjuangan melawan kolonialisme sudah terorganisasi secara baik

10. Perhatikan peta dibawah ini !

Lokasi Perang Paderi ditunjukan pada nomor...

a. 1 c. 3

b. 2 d. 4

11. Perjanjian damai yang dilakukan Belanda tahun 1825 dengan kaum Paderi

betujuan untuk...

a. Memusatkan perhatian Belanda dalam menghadapi Perang Diponegoro

b. Mengakhiri perang antara Belanda dengan Kaum Paderi

c. Menarik simpati masyarakat Minangkabau

d. Menghindari banyaknya korban dikedua belah pihak

12. Cut Nyak Dien berjuang melawan penjajah di Aceh disertai juga dengan

suaminya yang dikenal dengan nama...

a. Teuku Imam Leungbata

Page 130: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

116

b. Teuku Umar

c. Teuku Cik Ditiro

d. Teuku Ibrahim

13. Dalam menghadapi perang Aceh, pemerintah Belanda mengirimkan Dr.

Snouck Hurgronje ke Aceh yang bertugas untuk...

a. Memimpin serangan kewilayah Aceh

b. Menyelidiki struktur dan kehidupan masyarakat Aceh

c. Melakukan perundingan dengan para pemimpin perjuangan rakyat

Aceh

d. Menghentikan peperangan antara Aceh dan Belanda

14. Sorang Jenderal Belanda yang membentuk Korps Marechause untuk

mengalahkan perlawanan rakyat Aceh adalah...

a. Van der Capellen

b. Van Swieten

c. Van Heutz

d. De Kock

15. Kekuatan Aceh dalam perang melawan Belanda terletak pada hal berikut,

kecuali...

a. Penghayatan rakyat Aceh terhadap kewajiban perang sebagai

kewajiban agama

b. Persatuan yang kuat antara rakyat, kaum ulama, dan uleebalang

c. Kesadaran rakyat Aceh mendukung tanah airnya secara mati-matian

d. Kemampuan militer pasukan Aceh membendung strategi benteng

stelsel

16. Perang Aceh berakhir pada tahun 1904 setelah Raja (Sultan) menyerah

pada Belanda dengan menandatangani...

a. Traktat Sumatera c. Traktat Pendek

b. Traktat London d. Traktat Aceh

17. Hikmah kegagalan rakyat Aceh setelah selama 31 tahun berjuang adalah...

a. Perlunya meningkatkan semangat tempur dan persenjataan

Page 131: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

117

b. Waspada terhadap tawaran pihak asing yang menyebabkan perpecahan

c. berperang adalah tugas semua warga negara

d. berhati-hati terhadap segala unsur dari Belanda

18. Perang Banjar berlangsung pada tahun...

a. 1821-1837

b. 1825-1830

c. 1846-1906

d. 1858-1866

19. Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Indonesia di daerah...

a. Kalimantan Timur

b. Kalimantan Barat

c. Kalimantan Selatan

d. Kalimantan Tengah

20. Gambar berikut adalah tokoh pemimpin perlawanan rakyat Banjar

melawan Belanda adalah...

a. Pangeran Anom

b. Pangeran Antasari

c. Sultan Tamjidillah

d. Kyai Demang Leman

21. Seorang tokoh dari kerajaan Banjar yang yang tidak disukai rakyat karena

bersekutu dengan pemerintah kolonial Belanda adalah ...

a. Pangeran Anom

Page 132: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

118

b. Pangeran Antasari

c. Pangeran Tamjidillah

d. Pangeran Hidayat

22. Terjadinya perang Banjar melawan pemerintah kolonial Belanda antara

lain disebabkan oleh...

a. Belanda merebut tambang batu bara

b. Belanda membangun pangkalan militer di Banjar

c. Perebutan kekuasaan di Kerajaan Banjar

d. Belanda turut ikut campur dalam urusan kerajaan Banjar

23. Perang Jagaraga merupakan perang yang dikobarkan oleh kerajaan-

kerajaan di Bali untuk melawan kolonialisme Belanda pada tahun...

a. 1817

b. 1821-1837

c. 1825-1830

d. 1846-1906

24. Salah satu penyebab Perang Jagaraga antara kerajaan-kerajaan di Bali

dengan Belanda adalah adanya hak tawan karang, yaitu...

a. Hak raja-raja Bali untuk merampas kapal dan muatannya yang

terdampar di pantai Bali.

b. Hak raja-raja untuk mengusir kapal-kapal Belanda.

c. Hak kerajaan di Bali untuk menangkap ikan di perairan Bali.

d. Hak kerajaan di Bali untuk bekerja sama dengan bangsa asing.

25. Berikut ini adalah tokoh perlawanan rakyat Bali, kecuali...

a. Raja Buleleng

b. I Gusti Ketut Jelantik

c. Raja Karangasem

d. Prabu Anom

26. Perang dengan semangat bertempur sampai titik darah penghabisan oleh

rakyat Bali pada perang Jagaraga melawan Belanda adalah...

Page 133: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

119

a. Perang Buleleng

b. Perang Paregreg

c. Perang Margarana

d. Perang Puputan

27. Perang Diponegoro melawan kolonialisme Belanda terjadi pada tahun...

a. 1821-1837

b. 1825-1830

c. 1859-1863

d. 1846-1906

28. Pangeran Diponegoro adalah seorang putra Sultan Hamengku Buwono III

yang lahir dari R.A Mangkarawati yang berdarah Madura yang berasal

dari Pacitan. Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah...

a. R. M Antawirya

b. P. Mangkubumi

c. Pangeran Purboyo

d. Kyai Maja

29. Tokoh yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro yang akhirnya

menyerah dan dikirim Belanda untuk menghadapi perang Paderi di

Minangkabau adalah...

a. Kyai Mojo

b. Pangeran Purboyo

c. Pangeran Mangkubumi

d. Sentot Alibasyah Prawirodirjo

30. Pilihan Diponegoro berpihak pada rakyat tampak dari tindakan...

a. Memusatkan diri pada hal-hal keagamaan

b. Memprotes proyek pembangunan jalan di Tegalrejo

c. Menjauhkan diri dari kecenderungan hidup mewah Keraton

d. Menghimpun kaum ulama untuk melawan penjajah

Page 134: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

120

31. Pernyataan berikut yang menjadi penyebab khusus terjadinya perang

Diponegoro adalah...

a. Penderitaan rakyat di Pulau Jawa akibat penjajahan Belanda

b. Penangkapan pangeran Diponegoro oleh pasukan Belanda

c. Masuknya kebudayaan Barat yang telah merusak kebudayaan Jawa

d. Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang

melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro

32. Salah satu penyebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan

pemerintah kolonial Belanda adalah adanya kebencian kaum bangsawan

Mataram terhadap Belanda sebab...

a. Belanda semakin mempersempit wilayah Mataram

b. Pasukan Belanda telah menyerang kediaman Pangeran Diponegoro

c. Belanda melanggar hasil putusan dalam perjanjian Salatiga

d. Kebudayaan Eropa yang dibawa Belanda semakin meluas diwilayah

Mataram

33. Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan perlawanan Diponegoro antara

lain adalah, kecuali...

a. Menggunakan siasat berunding

b. Memberikan hadiah yang tinggi kepada orang yang menangkap

Diponegoro

c. Menggunakan siasat Benteng Stelsel

d. Menggunakan siasat Konsentrasi Stelsel

34. Untuk mempersempit ruang gerak perlawanan Diponegoro, Belanda

menggunakan strategi...

a. Perang Gerilya c. Devide et Impera

b. Benteng Stelsel d. Konsentrasi Stelsel

35. Setelah perundingan-perundingan mengalami kegagalan dan tidak

membawa hasil, pada tanggal 25 Maret 1830 Pangeran Diponegoro

bersedia berunding kembali dengan Belanda di rumah pejabat Belanda,

yaitu di rumah...

a. Jenderal De Kock c. Letjen Roest

Page 135: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

121

b. Kolonel Cleerens d. Residen Kedu

36. Perang Diponegoro berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro

pada saat berunding dengan Belanda pada tanggal 25 Maret 1830 di...

a. Yogyakarta c. Semarang

b. Magelang d. Temanggung

37. Perwakilan Belanda yang berunding dengan Pangeran Diponegoro dan

akhirnya menghianati perundingan adalah...

a. Jenderal De Kock c. Jenderal Kohler

b. Jenderal Van Heutz d. Jenderal Van

Swieten

38. Pada saat perundingan dengan Belanda, Pangeran Diponegoro di iringi

oleh istrinya yaitu yang bernama...

a. Ratu Ageng c. R.A Mangkarawati

b. Ratu Ayu d. R.A Ratnaningsih

39. Kuda yang selalu ditunggangi Pangeran Diponegoro pada perlawanan

melawan Belanda bernama...

a. Kyai Ageng

b. Kyai Gentayu

c. Kyai Badarrudin

d. Kyai Mojo

40. Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855 di tempat

pengasingannya selama 25 Tahun, yaitu di...

a. Manado c. Makassar

b. Ambon d. Palu

Page 136: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

122

KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA TEST

1. B 11. A 21. C 31.D

2. D 12. B 22. D 32.A

3. C 13. B 23. D 33.D

4. A 14. C 24. A 34.B

5. D 15. B 25. D 35.D

6. C 16. C 26. D 36.B

7. D 17. D 27. B 37.A

8.B 18. D 28. A 38.D

9. C 19. C 29. D 39.B

10. C 20. B 30. C 40.C

Lampiran 7

Page 137: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

123

Lampiran 8

Page 138: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

124

Page 139: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

125

Page 140: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

126

Lampiran 9

Page 141: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

127

Page 142: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

128

Lampiran 10

Page 143: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

129

KISI-KISI SOAL PRE TEST & POST TEST

Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Magelang

Mata Pelajaran : Sejarah

Kelas/Semester : VIII/1

Materi Pembelajaran : Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat

Indonesia

dalam Menentang Kolonialisme

Bangsa Barat Periode setelah tahun

1800

Tahun Ajaran : 2010/2011

Alokasi Waktu : 40 menit

Jumlah Butir : 30 soal

No. Kompetensi

Dasar

Kelas/

semester

Indikator No. Soal

1. Menjelaskan

Proses

Perkembanga

n

Kolonialisme

dan

Imperialisme

Barat, serta

Pengaruh

yang

Ditimbulkann

ya di Berbagai

Daerah

VIII/1 Mendeskripsikan

bentuk-bentuk

perlawanan rakyat

Indonesia dalam

menentang

kolonialisme bangsa

barat periode sesudah

tahun 1800.

Mengidentifikasi

tokoh-tokoh

perlawanan rakyat

Indonesia dalam

menentang

kolonialisme bangsa

barat periode sesudah

tahun 1800.

Menunjukan lokasi-

lokasi perlawanan

rakyat Indonesia

diberbagai daerah.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 11,

12, 13, 14, 17, 19,

20, 22, 23, 24 dan 25

9, 10, 16, 18, 21, 26,

27, 28 dan 29

7, 15, dan 30

Lampiran 11

Page 144: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

130

SOAL PRE TEST DAN POST TEST

Perhatikan soal dibawah ini. Jawablah soal di bawah ini dengan

memberikan tanda ‘X’ pada lembar jawab yang sudah disediakan !

1. Faktor yang menyebabkan timbulnya perlawanan Patimura terhadap

Belanda adalah didudukinya Benteng oleh Belanda, yaitu...

c. Benteng New Victoria c. Benteng Vredeberg

d. Benteng Holandia d. Benteng Duurstede

2. Sebelum memberontak, Thomas Matulesi atau Pattimura masih

menghargai pemerintah kolonial Belanda, terbukti dari...

e. Memberi kesempatan pada pemerintah memberlakukan penyerahan

wajib dan wajib kerja

f. Mendukung tindakan pemerintah merekrut pemuda maluku menjadi

tentara belanda

g. Turut mengkampanyekan penggunaan uang kertas sebagai pengganti

uang logam

h. Menyampaikan keluhan terlebih dahulu sebelum mengambil jalan

kekerasan

3. Pada 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung oleh pemerintah

kolonial Belanda di depan rakyat Maluku, yaitu di benteng...

c. Van der Wijk c. Niew Victoria

d. Ford Van de Capellen d. Duurstede

4. Gerakan memurnikan kembali ajaran agama islam yang dilakukan oleh

kaum Paderi disebut...

c. Gerakan Dakwah c. Gerakan Sosial

d. Gerakan Budaya d. Gerakan Wahabiah

5. Terjadinya Perang Paderi pada mulanya didorong oleh penentangan kaum

adat terhadap kaum Paderi yang disebabkan oleh...

e. Kaum Paderi tidak mau bekerjasama dengan kaum adat

f. Usaha kaum Paderi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang

bertentangan dengan Islam

Lampiran 12

Page 145: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

131

g. Tidak adanya Hak bagi kaum adat untuk menduduki jabatan dalam

pemerintahan

h. Ketidaksetujuan kaum adat terhadap kerjasama antara kaum Paderi dan

Belanda

6. Penggunaan pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo untuk menumpas

kaum Paderi menunjukan fakta bahwa...

e. Berbagai wilayah di Indonesia telah memiliki kesatuan dalam

perjuangan

f. Perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda sudah berskala

nasional

g. Belanda tetap berhasil menjalankan strategi devide et impera

h. Perjuangan melawan kolonialisme sudah terorganisasi secara baik

7. Perhatikan peta dibawah ini !

Lokasi Perang Paderi ditunjukan pada nomor...

a. 1 c. 3

b. 2 d. 4

8. Perjanjian damai yang dilakukan Belanda tahun 1825 dengan kaum Paderi

betujuan untuk...

e. Memusatkan perhatian Belanda dalam menghadapi Perang Diponegoro

f. Mengakhiri perang antara Belanda dengan Kaum Paderi

g. Menarik simpati masyarakat Minangkabau

h. Menghindari banyaknya korban dikedua belah pihak

9. Cut Nyak Dien berjuang melawan penjajah di Aceh disertai juga dengan

suaminya yang dikenal dengan nama...

Page 146: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

132

e. Teuku Imam Leungbata

f. Teuku Umar

g. Teuku Cik Ditiro

h. Teuku Ibrahim

10. Seorang Jenderal Belanda yang membentuk Korps Marechause untuk

mengalahkan perlawanan rakyat Aceh adalah...

e. Van der Capellen

f. Van Swieten

g. Van Heutz

h. De Kock

11. Kekuatan Aceh dalam perang melawan Belanda terletak pada hal berikut,

kecuali...

e. Penghayatan rakyat Aceh terhadap kewajiban perang sebagai

kewajiban agama

f. Persatuan yang kuat antara rakyat, kaum ulama, dan uleebalang

g. Kesadaran rakyat Aceh mendukung tanah airnya secara mati-matian

h. Kemampuan militer pasukan Aceh membendung strategi benteng

stelsel

12. Perang Aceh berakhir pada tahun 1904 setelah Raja (Sultan) menyerah

pada Belanda dengan menandatangani...

c. Traktat Sumatera c. Traktat Pendek

d. Traktat London d. Traktat Aceh

13. Hikmah kegagalan rakyat Aceh setelah selama 31 tahun berjuang adalah...

a. Perlunya meningkatkan semangat tempur dan persenjataan

b. Waspada terhadap tawaran pihak asing yang menyebabkan perpecahan

c. berperang adalah tugas semua warga negara

d. berhati-hati terhadap segala unsur dari Belanda

14. Perang Banjar berlangsung pada tahun...

e. 1821-1837

Page 147: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

133

f. 1825-1830

g. 1846-1906

h. 1858-1866

15. Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Indonesia di daerah...

e. Kalimantan Timur

f. Kalimantan Barat

g. Kalimantan Selatan

h. Kalimantan Tengah

16. Seorang tokoh dari kerajaan Banjar yang yang tidak disukai rakyat karena

bersekutu dengan pemerintah kolonial Belanda adalah ...

e. Pangeran Anom

f. Pangeran Antasari

g. Pangeran Tamjidillah

h. Pangeran Hidayat

17. Perang Jagaraga merupakan perang yang dikobarkan oleh kerajaan-

kerajaan di Bali untuk melawan kolonialisme Belanda pada tahun...

e. 1817

f. 1821-1837

g. 1825-1830

h. 1846-1906

18. Berikut ini adalah tokoh perlawanan rakyat Bali, kecuali...

e. Raja Buleleng

f. I Gusti Ketut Jelantik

g. Raja Karangasem

h. Prabu Anom

19. Perang dengan semangat bertempur sampai titik darah penghabisan oleh

rakyat Bali pada perang Jagaraga melawan Belanda adalah...

e. Perang Buleleng

f. Perang Paregreg

g. Perang Margarana

h. Perang Puputan

Page 148: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

134

20. Perang Diponegoro melawan kolonialisme Belanda terjadi pada tahun...

e. 1821-1837

f. 1825-1830

g. 1859-1863

h. 1846-1906

21. Pangeran Diponegoro adalah seorang putra Sultan Hamengku Buwono III

yang lahir dari R.A Mangkarawati yang berdarah Madura yang berasal

dari Pacitan. Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah...

e. R. M Antawirya

f. P. Mangkubumi

g. Pangeran Purboyo

h. Kyai Maja

22. Pilihan Diponegoro berpihak pada rakyat tampak dari tindakan...

e. Memusatkan diri pada hal-hal keagamaan

f. Memprotes proyek pembangunan jalan di Tegalrejo

g. Menjauhkan diri dari kecenderungan hidup mewah Keraton

h. Menghimpun kaum ulama untuk melawan penjajah

23. Salah satu penyebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan

pemerintah kolonial Belanda adalah adanya kebencian kaum bangsawan

Mataram terhadap Belanda sebab...

e. Belanda semakin mempersempit wilayah Mataram

f. Pasukan Belanda telah menyerang kediaman Pangeran Diponegoro

g. Belanda melanggar hasil putusan dalam perjanjian Salatiga

h. Kebudayaan Eropa yang dibawa Belanda semakin meluas diwilayah

Mataram

24. Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan perlawanan Diponegoro antara

lain adalah, kecuali...

e. Menggunakan siasat berunding

f. Memberikan hadiah yang tinggi kepada orang yang menangkap

Diponegoro

g. Menggunakan siasat Benteng Stelsel

Page 149: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

135

h. Menggunakan siasat Konsentrasi Stelsel

25. Untuk mempersempit ruang gerak perlawanan Diponegoro, Belanda

menggunakan strategi...

c. Perang Gerilya c. Devide et Impera

d. Benteng Stelsel d. Konsentrasi Stelsel

26. Setelah perundingan-perundingan mengalami kegagalan dan tidak

membawa hasil, pada tanggal 25 Maret 1830 Pangeran Diponegoro

bersedia berunding kembali dengan Belanda di rumah pejabat Belanda,

yaitu di rumah...

c. Jenderal De Kock c. Letjen Roest

d. Kolonel Cleerens d. Residen Kedu

27. Perwakilan Belanda yang berunding dengan Pangeran Diponegoro dan

akhirnya menghianati perundingan adalah...

c. Jenderal De Kock c. Jenderal Kohler

d. Jenderal Van Heutz d. Jenderal Van

Swieten

28. Pada saat perundingan dengan Belanda, Pangeran Diponegoro di iringi

oleh istrinya yaitu yang bernama...

c. Ratu Ageng c. R.A Mangkarawati

d. Ratu Ayu d. R.A Ratnaningsih

29. Kuda yang selalu ditunggangi Pangeran Diponegoro pada perlawanan

melawan Belanda bernama...

e. Kyai Ageng

f. Kyai Gentayu

g. Kyai Badarrudin

h. Kyai Mojo

30. Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855 di tempat

pengasingannya selama 25 Tahun, yaitu di...

c. Manado c. Makassar

d. Ambon d. Palu

Page 150: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

136

KUNCI JAWABAN SOAL PRES TEST DAN POST TEST

1. D 11. B 21. A

2. D 12. C 22. C

3.C 13. D 23. A

4. D 14. D 24.D

5. B 15. C 25. B

6. C 16. C 26. D

7. C 17. D 27. A

8.A 18. D 28. D

9. B 19. D 29. B

10. C 20. B 30. C

Lampiran 13

Page 151: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

137

Lampiran 14

Page 152: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

138

Lampiran 15

Page 153: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

139

Lampiran 16

Page 154: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

140

Lampiran 17

Page 155: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

141

Lampiran 18

Page 156: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

142

Lampiran 19

Page 157: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

143

Lampiran 20

Page 158: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

144

Lampiran 21

Page 159: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

145

Lampiran 22

Page 160: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

146

Lampiran 23

Page 161: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

147

Lampiran 24

Page 162: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

148

Lampiran 25

Page 163: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

149

Lampiran 26

Page 164: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

150

Lampiran 27

Page 165: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

151

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Lokasi Penelitian SMP Negeri 3 Magelang

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 2. Pembelajaran Sejarah dengan Ceramah Bervariasi di kelas Kontrol

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Lampiran 28

Page 166: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

152

Gambar 3. Proses Pembelajaran Sejarah dengan ceramah bevariasi di kelas

kontrol

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 4. Ruang Museum Diponegoro

(Dahulunya adalah Ruang Kamar Residen Kedu yang Digunakan Sebagai Tempat

Perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh

Jenderal De Kock)

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 167: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

153

Gambar 5. Pembelajaran Sejarah melalui Pemanfaatan Museum Diponegoro

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 6. Siswa – siswi mengamati benda-benda koleksi Museum Diponegoro

dan melakukan tanya jawab dengan pengelola Museum Diponegoro

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 168: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

154

Gambar 7. Proses Pembelajaran Sejarah melalui pemanfaatan museum

Diponegoro

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 8. Pembelajaran Sejarah melalui pemanfaatan Museum Sebagai Sumber

Belajar Sejarah

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 169: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

155

DOKUMENTASI MUSEUM DIPONEGORO

DAN KOLEKSI-KOLEKSI MUSEUM DIPONEGORO

Gambar 9. Papan Nama Museum Diponegoro Kota Magelang

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 10. Kompleks Museum Diponegoro

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Lampiran 29

Page 170: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

156

Gambar 11. Gedung Museum Diponegoro tampak dari halaman museum

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 12. Museum Diponegoro tampak dari depan pintu ruang museum

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 171: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

157

Gambar 13. Pintu ruang perundingan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal

De Kock

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 14. Ruang perundingan tampak dari tangga masuk

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 172: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

158

Gambar 15. Jubah Pangeran Diponegoro yang digunakan pada saat perundingan

dengan Jenderal De Kock

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 16. 1 set meja dan kursi perundingan antara Pangeran Diponegoro dan

Jenderal De Kock

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 173: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

159

Gambar 17. Kursi perundingan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro pada

saat perundingan dengan Jenderal De Kock

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 18. Guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarah

terhadap kelicikan Belanda

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 174: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

160

Gambar 19. Kitab Tahrib

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 20. Teko atau poci dan 7 (Tujuh) buah cangkir,

yaitu cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran Pangeran

Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air dlingo bengle, wedang jahe,

air putih matang, air dadap serep, teh dan kopi

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 175: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

161

Gambar 21. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai

untuk sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal

(Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru agama

islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii.

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 22. Lukisan pangeran Diponegoro

Gambar ini merupakan reproduksi dari lukisan P. Diponegoro saat beliau berusia

35 tahun. Gambar aslinya disimpan oleh keluarga P. Pudjokusumo di Yogyakarta.

Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal namanya.

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 176: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

162

Gambar 23. Lukisan Koleksi Museum Diponegoro

(Lukisan Suasana Penangkapan Pangeran Diponegorodi depan gedung

Karesidenan Kedu di Magelang)

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 24. Lukisan Pangeran Diponegoro dalam suasana peperangan

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 177: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

163

Gambar 25. Lukisan Pangeran Diponegoro mengendarai kuda Kyai Gentayu

melintasi Sungai Progo

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 26. Silsilah Pangeran Diponegoro

(Sumber: dokumentasi pribadi)

Page 178: PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER …lib.unnes.ac.id/7745/1/10464.pdf · menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti

164

DVD KOLEKSI-KOLEKSI MUSEUM DIPONEGORO

Lampiran 30