pemanfaatan limbah organik dan anorganik ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...pemanfaatan...

75

Upload: others

Post on 13-Dec-2020

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti
Page 2: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK

Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti Hidayah, Erlanda Augupta Pane

ISBN: 978-602-53164-4-9

Cetakan ke-1 Revisi – Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat FTUP, 2018

66 halaman

Hak Cipta ©2018, pada penulis

Hak publikasi pada Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat FTUP

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa seijin dari penerbit.

Desain sampul : Dino Rimantho

Page 3: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK

DINO RIMANTHO

NUR YULIANTI HIDAYAH

ERLANDA AUGUPTA PANE

PENERBIT UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT FTUP

2018

Page 4: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

i

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas segala rahmat-Nya sehingga

buku PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI

MATERIAL AKUSTIK dapat diselesaikan tanpa menemui kendala yang berarti.

Problem lingkungan hidup dewasa ini menghadapi masalah yang cukup kompleks

dan dilematis. Sehingga hal ini mendorong kepedulian terhadap lingkungan dan

energi menjadi sangat penting, salah satu peningkatan kepedulian ini dapat

diwujudkan dengan penggunaan material yang berasal dari limbah. Keberhasilan

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilaksanakan dengan

memanfaatkan sumber daya alam banyak menyisakan dampak negatif terhadap

lingkungan. Dari sudut pandang lingkungan, keberhasilan pembangunan tidak

hanya diukur dari besarnya pertumbuhan ekonomi dan tercapainya pemerataan

tetapi juga kelestariannya lingkungan di mana pembangunan itu berlangsung .

Buku ini hadir memenuhi harapan agar dapat menjadi pedoman atau panduan dalam

pemanfaatan limbah organic dan anorganik sebagai peredam suara. Selain itu, Buku

ini disusun untuk memberikan pengetahuan dasar terkait dengan bagaimana

memanfaatkan dan mengoptimalkan limbah di sekitar kita supaya memberikan nilai

tambah.

Beberapa aspek yang dibahas dalam buku ini meliputi teori bunyi, kebisingan,

komposit, limbah kayu, limbah serat kelapa, Styrofoam, tahapan pembuatan

material peredam suara, dan hasil pengujian laboratorium.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

kami terbuka terhadap berbagai saran dari semua pihak agar kualitas buku ini terus

meningkat.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dekan

Fakultas Teknik Universitas Pancasila yang telah memfasilitasi penelitian internal

di Fakultas Teknik Universitas Pancasila.

Selain itu, kami juga menyampaikan terima terima kasih sebesar-besarnya kepada

Kepala UP2M Fakultas Teknik Universitas Pancasila yang telah banyak membantu

selama proses penelitian dan pengurusan ISBN buku ini.

Semoga buku ini dapat memberikan sumbangsih bagi seluruh pihak yang

berkepentingan dalam pengelolaan kelestarian lingkungan.

Salam hijau,

Penulis

Page 5: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

Daftar Lampiran iv

Daftar Gambar v

Daftar Singkatan vi

1 Pendahuluan 1

1. Uraian umum 1

2 Bunyi 4

1. Teori bunyi 4

2. Tingkat Bunyi (Sound Level) 5

3. Akustik (Acoustics) 6

4. Pengukuran bunyi 8

5. Koefisien penyerapan bunyi 8

3 Kebisingan 10

1. Pendahuluan 10

2. Sumber-sumber kebisingan 11

3. Jenis-jenis kebisingan 12

4. Pengaruh kebisingan pada kesehatan 13

5. Pengendalian kebisingan 15

6. Tujuan pengendalian kebisingan 16

4 Komposit 17

1. Pendahuluan 17

2. Definisi komposit 17

3. Klasifikasi komposit 18

5 Limbah kayu 23

1. Limbah kayu 23

2. Serbuk kayu 24

6 Sabut kelapa 27

1. Sabut kelapa 27

2. Karakteristik Sabut Kelapa dan Serat 29

3. Pemanfaatan sabuk kelapa 29

7 Sampah kertas 30

1. Sampah kertas 31

2. Jumlah Timbulan Sampah Kertas 32

3. Jenis, Sumber dan Daur Ulang Kertas 33

4. Prospek Pemasaran Kertas Bekas 34

8 Styrofoam 36

1. Styrofoam 36

2. Dampak Negatif Styrofoam 37

3. Jenis-jenis dan Sifat Styrofoam 38

Page 6: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

iii

9 Tahapan pembuatan 40

1. Menetapkan Tujuan Pembuatan 40

2. Persiapan peralatan 40

3. Proses Pembuatan Spesimen 43

4. Tahapan Pencampuran antara matrik dengan sabut 44

5. Tahap pengujian specimen 46

10 Hasil pengujian laboratorium 48

1. Karakteristik komposit sabut kelapa 48

2. Pengujian Koofisien Serap Suara 49

3. Hasil uji tingkat toksisitas 54

Daftar Pustaka 59

Lampiran 62

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1 Jenis suara dan tingkat kebisingan 11

2 Tabel 2 Tingkat kebisingan rata-rata 12

3 Tabel 3 NAB kebisingan sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011 14

4 Tabel 4. Material dan Koefisien serap suara 21

5 Tabel 5. Bahan dan koefisien serap bunyi (α) 22

6 Tabel 6 Komposisi bentuk limbah penggergajian 24

7 Tabel 7 Komposisi kimia sabut kelapa 29

8 Tabel 8 Komposisi kimia serat sabut kelapa 29

9 Tabel 9 Timbulan sampah kertas dan penyerapannya di DKI

Jakarta Tahun 1997/1998 (dalam m3/hari)

33

10 Tabel 10 Jenis, sumber dan produk daur ulang sampah kertas 34

11 Tabel 11 Hasil pengujian koefisien penyerapan suara (α) untuk

masing-masing komposisi spesimen dan frekuensi masukan.

50

12 Tabel 12 Nilai koefisien penyerapan suara (α) untuk masing-

masing komposisi spesimen dan frekuensi masukan.

52

13 Tabel 13. Parameter uji dari papan komposit peredam suara 55

14 Tabel 14. Hasil pengujian TCLP papan komposit peredam suara 56

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji laboratorium kedap suara 62

2 Hasil uji toksisitas 65

Page 7: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

iv

DAFTAR GAMBAR

1 Pembentukan material komposit menggunakan serat dan resin 18

2 Struktur Bagan Komposit 20

3 Proses pembuatan metal-matrix sebuah komposit 21

4 Serbuk kayu 25

5 Serat kelapa 28

6 Limbah kertas 31

7 Limbah Styrofoam 37

8 Klem C 41

9 Cetakan 41

10 Jangka sorong 41

11 Timbangan 42

12 Blender 42

13 Baskom 43

14 Sabut kelapa muda yang dikeringkan 43

15 Proses pencampuran seluruh material 44

16 Penggunaan plastik untuk menghidari lengket 45

17 Pengeringan sebelum dikeluarkan dari cetakan 45

18 Pengeringan menggunakan terik matahari 46

19 Hasil pengeringan menggunakan terik matahari 46

20 Pengambilan limbah serbuk gergaji kayu dari pengerajin kusen

dan pintu

49

21 Pengambilan limbah serabut kelapa muda dari pedagang es kelapa

muda (degan)

49

22 Distribusi Suara Datang (dB) pada spesimen komposisi A terhadap

frekuensi suara

51

23 Perbedaan nilai loss, koefisien serapan suara pada keseluruhan

frekuensi dan komposisi tiap spesimen uji

53

Page 8: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

v

DAFTAR SINGKATAN

dB Decibel

Hz Hertz

ISO International Standards Organization

OSHA Occupational Safety and Health Administration

Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan

NAB Nilai Ambang Batas

GPAB Gangguan Pendengaran Akibat Bising

PMC Polymer Matriks Composites

EEC Energy Efficiency & Conservation

PP Polypropylene

PS Polystryrene

PE Polyethylene MMC Metal Matriks Composite

CMC Ceramic Matriks Composite

BPHH Balai Penelitian Hasil Hutan

TPA Tempat pembuangan akhir

DKI Daerah Khusus Ibukota

TPS Tempat pembuangan sementara

DOP Dioktil ptalat

BHT Butil hidroksi toluena

EPA Environmental Protection Agency

CFC Cloro Fluoro Carbon

TCLP Toxic Characteristic Leaching Procedure

Page 9: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

1

1. Uraian umum

Problem lingkungan hidup dewasa ini menghadapi masalah yang cukup

kompleks dan dilematis. Sehingga hal ini mendorong kepedulian terhadap

lingkungan dan energi menjadi sangat penting, salah satu peningkatan kepedulian

ini dapat diwujudkan dengan penggunaan material yang berasal dari limbah, seperti

limbah pertanian. Penggunaan limbah ini didasarkan kepada beberapa hal berikut:

(1) meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan, (2) melindungi sumber daya

alam, (3) mengurangi emisi karbondioksida (CO2), dan (4) daur ulang material.

Keberhasilan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilaksanakan dengan

memanfaatkan sumber daya alam banyak menyisakan dampak negatif terhadap

lingkungan. Dari sudut pandang lingkungan, keberhasilan pembangunan tidak

hanya diukur dari besarnya pertumbuhan ekonomi dan tercapainya pemerataan

tetapi juga kelestariannya lingkungan di mana pembangunan itu berlangsung. Jika

lingkungan rusak maka sumber-sumber (resources) untuk pembangunan itu sendiri

akan semakin menipis dan langka. Dengan demikian maka kerusakan lingkungan

akan mengancam tidak saja terhadap keberlanjutan pembangunan itu sendiri tetapi

juga akan mengancam eksistensi manusia. Misalnya pencemaran udara dan limbah

padat.

Salah satu pencemaran udara yang menjadi perhatian banyak peneliti

adalah kebisingan. Kebisingan merupakan bunyi atau suara yang tidak disenangi

atau tidak diinginkan (Gabriel, 2001). Kebisingan sendiri menjadi sebuah

permasalahan lingkungan yang sering dihadapi oleh masyarakat di daerah

perkotaan, kebisingan yang dihadapi di wilayah perkotaan seperti kegiatan

pembangunan, konser musik, kemacetan di jalan raya, dan lain-lain. Secara fisika

taraf kebisingan dapat dinyatakan dalam taraf intensitas bunyi dengan satuan

desibel (dB) (Giancoli, 2001). Batas ambang kebisingan berdasarkan Peraturan

Menkes RI No 1405 Tahun 2002 sekitar 85 dB, namun kebisingan yang dirasakan

oleh masyarakat perkotaan jauh di atas ambang yang dijinkan.

Selain masalah kebisingan, permasalahan lingkungan yang sering dihadapi

oleh masyarakat adalah berupa sampah organik dan anorganik dari hasil beberapa

macam kegiatan industri kecil maupun besar. Sampah merupakan hasil dari

kegiatan manusia yang sekiranya sudah tidak dimanfaatkan kembali. Kurangnya

kesadaran dari manusia itu sendiri, banyak sampah yang dibuang sembarangan, ada

yang disungai, jalan, dan halaman. Hal ini akan menyebabkan polusi akibat

pencemaran tersebut, sungai akan banjir, bau busuk diman-mana, dan

pemandangan terganggu. Jika tidak segera diatasi, hal tersebut akan terjadi, namun

itu semua dapat diatasi jika kita kreatif menggunakan bahan-bahan tersebut, bahkan

dapat menambah penghasilan dan akhirnya bisa tetap menjaga kelestarian

lingkungan. Sampah dapat dimanfaatkan untuk didaur ulang kembali, berbagai

Pendahuluan 1

Page 10: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

2

sampahpun bisa didaur ulang, dibuat berbagai kerajinan dan produk baru, serta

dapat dijual dan menambah pendapatan (Nurmuhamad, 2013).

Sampah organik yang sering ditemui adalah serbuk gergaji dari hasil

kegiatan pemotongan kayu, dan sabut kelapa muda pada kegiatan jual beli kelapa

muda di pasar tradisional. Limbah kertas yang banyak digunakan dari kegiatan

belajar mengajar. Sementara itu, limbah anorganik yang juga menjadi permasalahan

adalah penggunaan stryrofoam. Styrofoam, yang sering dipakai sebagai kemasan

barang electronic, adalah suatu bahan yang terbuat dari polistirin yang

dikembangkan (expanded polystyrene) yang mempunyai berat satuan sangat ringan

yaitu sekitar 13 kg/m3 sampai 16 kg/m3 (Satyarno, 2004). Limbah styrofoam

termasuk kategori sampah non-organik yang sangat sulit membusuk dan selama ini

belum diketahui adanya daur ulangnya sehingga para pemulung pun tidak

mengambilnya. Hal ini cukup berdampak buruk bagi lingkungan hidup.

Bersamaan dengan usaha untuk terus menumbuhkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya mengurangi dampak kebisingan dan meningkatkan

kualitas hidup, idealnya bahan bangunan dengan kualitas akustik yang baik dengan

harga terjangkau juga makin banyak tersedia. Selama ini bahan-bahan pelapis

dinding yang bersifat akustik yang mampu meredam bunyi dengan baik, umumnya

terbuat dari bahan utama kayu-kayu berkualitas (pinus, jati, dan lain-lain), sehingga

harganya kurang terjangkau. Kayu berkualitas untuk peredam bunyi umumnya

digunakan dalam bentuk serutan, serbuk atau bubur kulit kayu yang dicetak

bersama bahan perekat.

Pemanfaatan sampah organik dan anorganik ternyata berpotensi dibuat

menjadi peredam bunyi. Beberapa peneliti melakukan terobosan untuk

mengembangkan bahan penyerap akustik baru menggunakan serat atau partikel

organik yang lebih ramah lingkungan sebagai penyerap bunyi. Khuriati (2006) telah

membuat sebuah disain peredam suara berbahan dasar sabut kelapa untuk

menentukan koefisien penyerapan bunyi, lalu Thamrin (2013) telah membuat papan

partikel berbahan serbuk kayu kelapa untuk menghitung koefisien serapan

bunyinya. Wassilieff (1996), melakukan penelitian menggunakan serbuk kayu

sebagai bahan dasar, mendapatkan hasil bahwa nilai penyerapan bunyi dipengaruhi

oleh ketebalan bahan, porositas, turtuositas dan resitivitas aliran udara. Yang et al.,

(2003), meneliti paduan jerami padi dan serbuk kayu menjadi panel komposit untuk

menyerap kebisingan. (Miasa 2004) dalam penelitiannya mengenai sifat akustik

penghalang kebisingan dari kertas dan plastik, menyatakan bahwa peredam

kebisingan buatan dari kertas dan plastik (termasuk didalamnya kertas dan plastik

bekas) mempunyai kemampuan meredam kebisingan lebih baik daripada tanaman

dengan kemampuan hambatan aliran dapat diatur. (Himawanto 2007) Semakin

besar kandungan material anorganik, koefisien absorbsinya juga semakin

meningkat pada frekuensi rendah.(Ismail dkk., 2010), meneliti koefisien absorpsi

dari serat pohon aren dan mendapatkan hasil bahwa serat aren sangat baik untuk

menyerap bunyi pada frekuensi 2000 Hz – 5000 Hz dengan koefisien absorpsi

antara 0,75 – 0,90, serta ketebalan optimum adalah 40 mm.

Page 11: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

3

Material penyerap bunyi mempunyai peranan penting dalam akustik

ruangan, perancangan studio rekaman, ruang perkantoran, sekolah, dan ruang lain

untuk mengurangi kebisingan yang umumnya sangat mengganggu. Material ini

disebut material akustik yang fungsinya adalah untuk menyerap dan meredam

suara. Kebanyakan saat sekarang ini orang banyak menggunakan glasswool dan

rockwoll tersebut sebagai peredam bunyi, namun karena harganya yang sangat

mahal maka orang berupaya untuk mencari alternatif lain dengan membuat dari

bahan yang praktis, murah, dan tersedia melimpah ruah di alam. Bahan tersebut

adalah bahan yang mengandung segnoselulosa yang mempunyai daya serap yang

baik terhadap bunyi seperti ampas tebu, sekam padi, jerami, dan bahan yang

mengandung segnoselulosa lainnya.

Berbagai jenis limbah serut kayu, serabut kelapa, kertas dan styrofoam

merupakan limbah organik dan anorganik yang belum termanfaatkan secara

optimal. Sehingga apabila dibuang ke lingkungan akan menurunkan kualitas

lingkungan dan kesehatan manusia serta menurunkan peruntukan fungsi

lingkungan. Limbah-limbah tersebut memiliki potensi yang cukup menjanjikan

jika diolah dengan baik. Penelitian ini mencoba mengangkat potensi limbah serut

kayu, serabut kelapa, kertas dan styrofoam yang akan dibuat material komposit.

Selain alasan utama dari pemilihan limbah-limbah tersebut sebagai bahan

pembuatan material komposit adalah agar memiliki nilai tambah dan nilai ekonomi

yang lebih tinggi terhadap limbah. Selain itu dapat meminimalisir pencemaran

lingkungan. Jenis limbah tersebut berpotensi memenuhi syarat karena memiliki

kemampuan ikat terhadap resin yang cukup tinggi. Sehingga jika limbah tersebut

diolah menjadi material komposit akan dihasilkan sebuah partikel yang mempunyai

kekuatan yang relatif lebih baik.

Page 12: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

4

1. Teori Bunyi

Bunyi mempunyai dua definisi, yaitu secara fisis dan fisiologis.Secara fisis

bunyi adalah penyimpanan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastic

seperti udara. Secara fisiologis bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan

secara fisis. Penyimpangan ini biasanya disebabkan oleh beberapa benda yang

bergetar, misalnya dawai gitar yang dipetik, atau garpu tala yang dipukul. Dari

uraian tersebut maka untuk mendengar bunyi dibutuhkan tiga hal berikut :

1. Sumber atau obyek yang bergetar

2. Medium perambatan

3. Indera pendengaran.

Medium perambatan harus ada antara obyek dan telinga agar perambatan

dapat terjadi. Rambatan gelombang bunyi disebabkan oleh lapisan perapatan dan

perenggan partikel-partikel udara yang bergerak kearah luar, yaitu karena

penyimpangan tekanan. Penyimpangan tekanan ditambahkan pada tekann atmosfir

yang kira-kira tunak (steady) dan ditangkap oleh telinga. Partikel-partikel udara

yang meneruskan gelombang bunyi tidak berubah posisi normalnya, mereka hanya

bergetar sekitar posisi kesetimbangannya, yaitu posisi partikel jika tidak ada

gelombang bunyi yang diteruskan.

Menurut Latifa (2015), terdapat beberapa istilah mengenai bunyi. Istilah

tersebut, antara lain sebagai berikut:

a. Bunyi (objektif), secara objektif bunyi merupakan penyimpangan tekanan

pada medium pengantar akibat energi yang dirambatkan dalam bentuk

gelombang oleh sumber getar.

b. Bunyi (subjektif), secara subjektif bunyi adalah sensasi pendengaran yang

masih dapat ditangkap oleh telinga manusia pada frekuensi dengan rentang

20-20.000 Hz

c. Suara, suara adalah bunyi yang dihasilkan oleh makhluk hidup, misalnya

saat berbicara atau bernyanyi.

d. Sumber bunyi, sumber bunyi adalah benda penghasil bunyi yang

menggetarkan medium perambat energi dengan arah rambatan berupa

gelombang. Berdasarkan bentuk sumber getar, sumber bunyi dibedakan

menjadi dua bentuk yaitu, yaitu sumber titik dan sumber garis.Semakin jauh

Bunyi 2

Page 13: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

5

objek dari sumber bunyi, tingkat bunyi makin berkurang.Satuan tingkat

bunyi adalah decibel (dB).

e. Panjang gelombang (λ),panjang gelombang adalah jarak antara puncak

gelombang atau antar lembah gelombang.Satuan panjang gelombang adalah

meter.

f. Frekuensi (f), frekuensi adalah banyaknya gelombang yang terjadi dalam

satuan waktu. Satuan frekuensi adalah hertz (Hz), sedangkan satuan waktu

adalah detik (t). Makin tinggi frekuensi, makin banyak gelombang bunyi

terjadi dalam satuan waktu dan nada bunyi terdengar makin tinggi.

g. Amplitudo (A), adalah simpangan getar, yaitu jarak terjauh gelombang dari

garis kesetimbangan. Makin besar amplitudonya, makin besar energi maka

makin nyaring bunyinya. Amplitudo disebut juga kuat nada.

h. Kecepatan rambat bunyi (v), kecepatan rambat bunyi tergantung kerapatan

massa dan suhu medium yang dilalui. Makin renggang molekul medium dan

makin tinggi suhu medium, kecepatan rambat bunyi cenderung makin

tinggi. Pada kecepatan rambat bunyi yang sama, makin rendah frekuensi,

makin besar panjang gelombangnya

i. Nada, merupakan tinggi rendah bunyi. Makin tinggi frekuensi, makin tinggi

nada yang terdengar.

j. Bising, adalah bunyi dengan frekuensi dan amplitude tak beraturan,

sehingga menimbulkan ketidaknyamanan audial.

k. Airborne sound, Airborne sound merupakan bunyi yang merambat melalui

medium udara.

l. Structureborne sound, structureborne sound adalah bunyi yang merambat

melalui medium benda selain udara. Structureborne sound disebut juga

bunyi benda.

2. Tingkat Bunyi (Sound Level)

Tingkat bunyi adalah karakter bunyi yang menunjukan besar kuatnya

bunyi. Kuat bunyi dipengaruhi oleh dua hal,yatu sebagai berikut:

a. Amplitudo (A), makin besar simpangan gelombang bunyi yang merambat,

makin kuat bunyi yang didengar.

b. Panjang gelombang (λ), makin besar panjang gelombang, makin rendah

frekunsinya dan makin kuat bunyi tersebut menimbulkan getaran pada

medium yang dilaluinya.

Ada beberapa cara untuk mengukur kuat bunyi, yaitu :

a. Daya bunyi (sound power), daya bunyi (P) adalah cara pengukuran kuat

bunyi berdasarkan jumlah energi bunyi yang diproduksi oleh sumber bunyi,

dengan satuan W (watt).

b. Intensitas bunyi (sound intensity), Intensitas bunyi (I) adalah cara

pengukuran tingkat bunyi berdasarkan daya bunyi per satuan uass yang

terpapar bunyi. Jika sumber bunyi berupa titik, ruang yang terpapar bunyi

ini brebentuk bola yang dimensinya makin besar jika makin jauh dari

sumber bunyi tersebut.

Page 14: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

6

3. Akustik (Acoustics)

Akustik adalah gejalah perubahan sesuatu karena menumbuk suatu benda.

Pengertian lain akustik merupakan pengendalian bunyi agar diperoleh kualitas

bunyi yang baik. Akuistika adalah semua hal yang berkaitan dengan bunyi secara

teori atau teknis. Akuistika lingkungan adalah pengendalian bunyi secara

arsitektural.

Peristiwa akustik adalah hal-hal yang dialami bunyi baik diluar maupun di

dalam ruang. Peristiwa akustik yang umum terjadi, adalah sebagai berikut :

a. Bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi.

b. Propagasi, proses perambatan gelombang bunyi ke segala arah oleh medium

penghantar yang dipengaruhi oleh kerapatan dan suhu medium.

c. Refleksi (pemantulan bunyi), pemantulan bunyi oleh suatu medium yang

rambatannya berubah kea rah sesuai sudut pantulnya. Medium berupa

material reflector memiliki kemampuan memantulkan bunyi lebih tinggi

daripada menyerap bunyi.

d. Absorbsi merupakan penyerapan energi bunyi oleh medium,yangenerginya

berubah menjadi energi kinetik dan kalor. Medium berupa material absorber

memiliiki kemampuan menyerap bunyi lebih tinggi daripada memantulkan

bunyi.

e. Difusi, proses penyebaran bunyi oleh suatu medium, dimana rambatan

bunyi menjadi berubah arah tersebar kesegala arah. Medium berupa

material diffuser berfungsi untuk menyebar arah rambatan bunyi.

f. Transmisi, merupakan penerusan bunyi antar medium.

g. Difraksi, distorsi arah rambatan bunyi akibat mengenai penghalang,

sehingga berbelok kearah lain dari arah rambatan semula.

h. Rafraksi, pembiasan atau pembelokan golombang bunyi disertai perubahan

kecepatan rambat,akibat perubahan kerapatan massa medium yang dilalui.

Kerapatan massa medium beruubah karena mengalami perubahan suhu.

i. Dispersi, perubahan frekuensi bunyi karena perubahan kecepatan rambat

akibat perbedaan kerapatan massa atau suhu medium yang dilalui.

j. Atenuasi, penurunan intensitas bunyi akibat bunyi melalui medium.

k. Insulasi, terisolasinya bunyi oleh suatu medium material insulator, sehingga

bising tidak atau kurang terambatkan ke ruang lain.

l. Resonasi, bergetarnya suatu benda karena menerima paparan bunyi dari

sumber bunyi dengan frekuensi yang sama bunyi alaminya.

m. Cacat akustik, cacat akustik ada beberapa macam, yang paling sering terjadi

adalah gema dan gaung.

Peristiwa akustik dalam suatu ruangan yaitu :

Bunyi yang datang atau bunyi langsung

Bunyi pantul

Bunyi yang diserap oleh lapisan permukaan

Bunyi diffuser atau bunyi yang disebar

Page 15: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

7

Bunyi difraksi atau bunyi yang di belokkan

Bunyi yang ditransmisi

Bunyi yang hilang dalam stuktur bangunan

Bunyi yang dirambatkan oleh struktur bangunan.

Material akustik adalah material yang digunakan untuk mengendalikan

kualitas akustik (reflector, absorber, diffuser, dan insulator) dengan alokasi sesuai

prinsip kerja rambatan dan pantulan bunyi. Setiap jenis material, tergantung

frekuensi, memiliki koefisien penyerapan bunyi spesifik. Berdasarkan frekuensi

bunyi yang dominan terjadi dalam auditorium, dapat dilakukan pemilihan jenis

material yang tepat.

Pemantulan (reflector) memiliki ciri-ciri, sebagai berikut :

a. Daya pantul bunyi lebih tinggi dari daya serapnya.

b. Koefisien penyerapan bunyi rendah (< 0,30).

c. Keras,licin (makin tebal makin baik).

d. Contoh gypsum board, polywood, plexiglass,dan papan plastik kaku.

Penyerap (absober) memiliki ciri-ciri, sebagai berikut.

a. Daya serap bunyi lebih tinggi dari pada daya pantulnya.

b. Koefisien penyerapan bunyi tinggi (> 0,30).

c. Umumnya lunak dan berpori.

d. Terdiri atas material lunak dan/atau berpori, panel, dan resonator rongga.

e. Contoh soft board, selimut akustik (glasswool, rockwool), acoustic tile,

mineral tile, dan karpet empuk).

Penyebar (diffuser) memiliki ciri-ciri, sebagai berikut.

a. Merupakan reflector atau absorber dengan bentuk penyusunan irregular.

b. Koefisien penyerapan bunyi tergantung material.

c. Umumnya keras dan licin

d. Dengan bentuk penyusunan irregular maka bunyi pantul dapat dibuat difus

(disebar) dan mencegah flutter echo.

Penginsulasi (insulator) memiliki ciri-ciri, sebagai berikut.

a. Terdiri atas selapis material (dinding tunggal) atau kombinasi beberapa lapis

material baik reflector maupun absorber (dinding ganda).

b. Dapat menginsulasi bunyi di suatu ruang, sehingga tidak diteruskan ke

ruang lain.

Page 16: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

8

4. Pengukuran Bunyi

Telinga normal tanggap terhadap bunyi diantara jangkauan frekuensi

audio sekitar 20 Hz-20.000 Hz. Bunyi pada frekuensi 20 Hz disebut bunyi

infrasonic dan diatas 20.000 Hz disebut bunyi ultrasonic. Bunyi dibedakan menjadi

tiga berdasarkan frekuensinya yaitu bunyi frekuensi rendah (<1000 Hz), bunyi

frekuensi sedang (1000-4000 Hz), bunyi frekuensi tinggi (>40000 Hz).

Berdasarkan penelitian telinga manusia lebih nyaman mendengarkan bunyi-bunyi

dalam frekuensi rendah.

Kekuatan bunyi secara umum dapat diukur melalui tingat bunyi (sound

levels).Cara pengukuran kekuatan bunyi berdasarkan jumlah energi yang

diproduksi oleh sumber bunyi disebut sound power(P) dalam watt. Sedangkan

pengukuran kekerasan bunyi juga dapat dilakukan dengan sound intensity (I) dalam

watt/m2

a. Koefisien Penyerapan Bunyi

Koefisien penyerapan bunyi (α) adalah angka yang menunjukan

kemampuan material menyerap energi bunyi. Makin besar koefisiennya, daya

serapnya makin tinggi. Setiap termasuk audiens memiliki koefisien penyerapan

bunyi spesifik tergantung frekuensi sebagai reaksi yang berbeda terhadap besar

energi bunyi yang diterima. Standar frekuensi untuk menentukan koefisien

penyerapan bunyi rata-rata suatu material adalah 500 Hz.

Penyerapan energi bunyi oleh material berarti perubahan energi bunyi

menjadi energi kinetik dan energi kalor. Material lunak berpori mudah bergetar.

Energi bunyi yang diterima berubah menjadi energi kinetik bagi pergerakan getaran

tersebut, sehingga absorber memiliki kemampuan tinggi dalam menyerap bunyi.

Energi kalor terbentuk karena adanya gesekan antarmolekul saat bergetar.

Untuk menghitung serapan bising dari material perlu adanya pengujian, alat uji

yang digunakan adalah Kundts Tube Impedance. Alat ini berbentuk pipa sebagai

pengisolasi suara dengan beberapa perangkat lain yang membantu. Prinsip kerja

alat ini adalah bunyi dari speaker dialirkan dalam pipa, dimana diujung pipa

terdapat material peredam yang akan menyerap bunyi dari speaker.

Nilai absorpsivitas suara dapat diketahui menggunakan persamaan berikut:

α =𝑤𝑎/𝑤𝑖...... (1)

Dimana:

Wa adalah daya suara yang diserap

Wi adalah daya suara yang tiba pada permukaan bahan

Page 17: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

9

Khotimah, dkk (2015) dalam Doelle (2006) Penyerapan bunyi adalah

perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain, biasanya panas melewati suatu

bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Efisiensi penyerap bunyi suatu

bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefisien penyerap bunyi

Koefisien penyerapan bunyi suatu permukaan adalah bagian energi bunyi datang

yang diserap atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Koefisien ini dinyatakan

dalam huruf Greek α. Nilai α dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1.

Berdasarkan standar ISO 11654 dimana koefisien serapan bahan akustik

minimal sebesar α = 0,15 (Khotimah, 2015).

Page 18: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

10

1. Pendahuluan

Kebisingan ada di sekitar kita. Kebisingan telah menjadi bagian yang tak

terhindarkan dari kehidupan kita sehari-hari dan semakin menjadi beban utama

pada kualitas hidup. Kebisingan termasuk dalam kategori pencemaran udara.

Definisi tentang kebisingan adalah suatu bentuk polusi udara yang merupakan suara

yang tidak diinginkan yang dapat terdengar yang mengancam kesehatan dan

kesejahteraan seseorang (Haines et al., 2001; Matsui et al., 2004). Kebisingan

menurut Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep.13/Men/X/2011 tentang nilai ambang

batas faktor-faktor fisika ditempat kerja adalah semua suara yang tidak dikendaki

yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Polusi suara dapat berasal dari

sumber sederhana seperti AC, lalu lintas, radio yang keras, percakapan manusia,

lalu lintas, gonggongan anjing, hingga mesin yang lebih rumit seperti truk besar dan

pesawat terbang.

Terdapat banyak kelompok orang yang rentan dan paling mudah

dipengaruhi oleh polusi suara seperti orang muda, orang tua, dan orang yang

dirawat di rumah sakit. Anak kecil juga belum dapat melindungi pendengarannya

dan mengandalkan orang tua mereka untuk menjaga mereka dari paparan bunyi

yang konstan. Demikian pula, lansia mungkin tidak memiliki kemampuan untuk

melindungi pendengaran mereka. Pasien di rumah sakit dapat dikatakan tidak aman

dari efek kebisingan juga. Pasien yang berada di rumah sakit terutama untuk operasi

ortopedi dapat terkena instrumen keras selama prosedur operasi berlangsung (Ray

dan Levinson 1992).

Kebisingan memiliki banyak dampak kesehatan yang membuat polusi

suara menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Beberapa dampak

kesehatan ini termasuk tekanan darah tinggi, gangguan pendengaran yang

disebabkan oleh kebisingan, gangguan tidur, dan lekas marah. Selain itu, polusi

suara juga menciptakan penurunan kinerja di tempat kerja dan sekolah (Haines et

al., 2001).

Secara umum kebisingan selalu dikaitkan dengan intensitas bunyi,

frekuensi. Sementara itu, paparan kebisingan diukur menggunakan skala desibel

logaritmik (dB). Occupational Safety and Health Administration (OSHA)

memberikan rekomendasi perlindungan pendengaran di tempat kerja jika ada

paparan kebisingan yang lebih besar dari 85 dB selama delapan jam atau lebih

Kebisingan 3

Page 19: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

11

karena hal ini berpotensi mengganggu pendengaran permanen. Sebagai referensi,

di bawah ini merupakan daftar beberapa sumber kebisingan umum yang diambil

dari artikel yang diterbitkan di American Family Physician (Rabinowitz, 2000).

Tabel 1 Jenis suara dan tingkat kebisingan

No Suara Tingkat kebisingan

(dB)

1 Berbisik 30-40

2 Kamar tenang 50

3 Percakapan 60

4 Mesin pemotong rumput 90

5 Headphone Stereo 110-120

6 Konser musik 110-120

7 Pesawat Jet 140

8 Suara tembakan 140-170

Pendengaran manusia dapat merasakan dua aspek dari setiap bunyi, yaitu

kenyaringan dan ketinggian serta masing-masing menyatakan sensasi dalam

kesadaran pendengar. Secara fisik, terdapat besaran yang dapat diukur pada

masing-masing sensasi tersebut. Besaran fisika yang menentukan ketinggian bunyi

adalah frekuensi. Makin rendah Frekuensi makin rendah ketinggian dan makin

tinggi frekuensi makin tinggi ketinggian bunyi. Telinga manusia mampu

mendengar frekuensi dalam jangkauan 20Hz - 20.000Hz.

Jangkauan ini disebut jangkauan pendengaran, dimana ukuran jangkauan ini

berbeda dari masing-masing orang. Frekuensi suara diterima oleh pendengar

menggambarkan pola-pola suara. Bagi manusia, ternyata frekuensi tinggi lebih

menggangu dari pada frekuensi rendah. Gelombang bunyi yang frekuensinya di luar

jangkauan yang dapat terdengar mungkin mencapai telinga, tetapi biasanya tidak

disadari. Frekuensi di atas 20.000Hz disebut ultrasonik. Banyak hewan dapat

mendengar frekuensi ultrasonik; anjing misalnya dapat mendengar setinggi

50.000Hz dan kelelawar dapat mendengar bunyi sampai dengan frekuensi

100.000Hz. Bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20Hz disebut infrasonik.

2. Sumber-sumber kebisingan

Menurut Permenkes No. 78/Men.Kes/Per/XI/1987, yang dimaksud dengan

kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga menggangu

dan atau membahayakan kesehatan. Dalam penentuan dampak kebisingan terhadap

kesehatan maka dibedakan ke dalam beberapa zona dimana kebisingan akan

Page 20: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

12

memberikan efek pada kesehatan manusia sesuai dengan lokasi kebisingan.

Permenkes tersebut menyebutkan ada 4 zona, yaitu:

a. Zona A, adalah zona bagi tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan

kesehatan atau sosial dan sejenisnya.

b. Zona B, adalah zona bagi tempat perumahan, tempat pendidikan, rekreasi

dan sejenisnya.

c. Zona C, adalah zona bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar dan

sejenisnya

d. Zona D, adalah zona bagi industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis

dan sejenisnya.

Sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu : a. Bising

interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin gedung,

misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer, pembuka kaleng,

pengkilap lantai, dan pengkondisi udara. b. Bising eksterior, berasal dari kendaraan,

mesin-mesin diesel, transportasi.Dari kedua sumber bising tersebut di atas, tingkat

bising yang sangat tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan industri oleh proses

pabrik atau produksi. Tingkat bunyi sumber-sumber bising tertentu, yang diukur

dengan meter tingkat bunyi (Suma’mur, 1995). Adapun tingkat kebisingan rata-rata

yang biasa dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Tingkat kebisingan rata-rata

No Suara Tingkat kebisingan

(dB)

1 Rumah tenang pada umumnya 42

2 Jalan pemukiman 48

3 Mobil penumpang di lalulintas 70

4 Mobil penumpang di jalan raya 76

5 Lalu lintas kota pada jam sibuk 90

3. Jenis-jenis kebisingan

Suma’mur (1994) membagi beberapa jenis kebisingan yang sering ditemukan ke

dalam lima kelompok, yaitu:

a. Kebisingan yang kontinue dengan spektrum frekuensi yang luas misalnya

mesin-mesin, kipas angin dan lain-lain.

b. Kebisingan yang kontinu dengan spectrum frekuensi yang sempit misalnya

gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.

c. Kebisingan terputus-putus misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di

lapangan udara.

d. Kebisingan impulsive seperti tembakan bedil atau meriam dan ledakan

e. Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempat di perusahaan.

Page 21: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

13

Berdasarkan skala intensitas maka kebisingan dibagi dalam: sangat tenang,

sedang, kuat sangat hiruk pikuk dan menulikan (Gabriel, 1999).

4. Pengaruh kebisingan pada kesehatan

Kebisingan memiliki potensi pengaruh terhadap kesehatan manusia

(Buchari, 2007). Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada

karakteristik fisik, waktu berlangsung dan waktu kejadian, ada beberapa gangguan

yang diakibatkan oleh kebisingan diantaranya:

a. Gangguan Pendengaran, pendengaran manusia adalah salah satu indera

yang berhubungan dengan komunikasi audio/suara. Alat pendengaran yang

berbentuk telinga berfungsi sebagai fonoreseptor yang mampu merespon

tanpa menimbulkan rasa sakit.Sensitifitas pendengaran pada manusia yang

dikaitkan dengan suara paling lemah yang masih dapat didengar disebut

ambang pendengaran, sedangkan suara yang paling tinggi yang masih dapat

didengar tanpa menimbulkan rasa sakit disebut ambang rasa sakit.

Kerusakan pendengaran (dalam bentuk ketulian) merupakan penurunan

sensitifitas yang berlangsung secara terus-menerus. Tindak pencegahan

terhadap ketulian akibat kebisingan memerlukan kriteria yang berhubungan

dengan tingkat kebisingan maksimum dan lamanya kebisingan yang

diterima. Lebarnya interval tekanan suara dan frekuensi yang dapat diterima

oleh telinga manusia membuat telinga manusia memiliki kawasan-kawasan

yang peka suara dan jika di petakan pada suatu grafik frekuensi versus arah

tekanan.

Suara akan memperlihatkan adanya auditory sensation area. Kawasan

tersebut di bagian atas dibatasi oleh ambang pendengaranya itu suatu arah

tekanan suara maksimal yang masih bias direspon oleh pendengaran tanpa

merusaknya, sedangkan bagian bawah dibatasi oleh ambang pendengaran

minimum yaitu arah tekanan minimal yang dibutuhkan untuk merangsang

pendengaran. b. Gangguan kebisingan berpotensi untuk mengganggu kesehatan manusia

apabila manusia terpapar aras suara dalam suatu perioda yang lama dan

terusmenerus. Aras suara 75 dB untuk 8 jam kerja per hari jikahanya

terpapar satu hari saja pengaruhnya tidak signifikan terhadap kesehatan,

tetapi apabila berlangsung setiap hari, maka suatu saat akan melewati suatu

batas dimana paparan kebisingan tersebut akan menyebabkan hilangnya

pendengaran seseorang (tuli). Untuk beberapa kasus paparan kebisingan,

dampaknya terhadap kesehatan lebih banyak bersifat individual dan tidak

bisa dipukul rata untuk sekelompok populasi manusia sehingga dalam hal

ini diperlukan suatu fungsi pembobotan yang dipilih untuk menentukan

resiko dampak kebisingan terhadap sekelompok populasi manusia. Fungsi

ini disebut fungsi pembobotan proteksi pendengaran. Risiko dampak

kebisingan terhadap ketulian populasi. Selain gangguan terhadap sistem

pendengaran, dan usia anggota berpengaruh atau dapat menimbulkan

gangguan terhadap mental, emosional, serta sistem jantung dan peredaran

Page 22: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

14

darah. Gangguan mental, emosional berupa terganggunya kenyamanan

hidup, mudah marah, menjadi lebih peka atau mudah tersinggung, melalui

mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin yang dapat

meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah.

Batasan tingkat kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan

pendengaran batasan tingkat kebisingan dibagi menjadi dua, yaitu untuk

lingkungan dengan waktu pajanan 24 jam yang kita kenal dengan Baku Mutu

Lingkungan dan untuk tempat kerja dengan waktu pajanan 8 jam kerja atau Nilai

Ambang Batas (NAB) berdasarkan dari lampiran lampiran II Keputusan Menteri

Tenaga Kerja No. 13/MEN/X/2011.

Tabel 3 NAB kebisingan sesuai Permenaker No. 13/Men/X/2011

Waktu pemaparan perhari Intensitas kebisingan (dB)

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

75 103

375 106

188 109

94 112

2812 Detik 115

1406 118

703 121

352 124

176 127

88 130

44 133

22 136

11 139

Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB walaupun sesaat

Page 23: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

15

Gangguan Pendengaran Akibat Bising/GPAB (Noise Induced hearing

Loss/NIHL). Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB) adalah penurunan

pendengaran sensorineural yang pada awalnya tidak disadari, karena belum

mengganggu percakapan sehari-hari. Penurunan pendengaran sensorineural tipe

koklea pada kedua telinga. Faktor lama pajanan, intensitas kebisingan, umur serta

faktor lain akan berpengaruh terhadap penurunan pendengaran tersebut. Faktor

yang mempercepat GPAB/NIHL adalah pajanan intensitas kebisingan melebihi

NAB (>85 dbA selama 8 jam)

5. Pengendalian Kebisingan

Untuk mengatasi pengaruh bahaya kebisingan di tempat kerja,

khususnyapada para pekerja perlu dilakukan upaya seperti :

1. Pelaksanaan peraturan perundangan yang berkaitan dengan upaya

pengendalian bising di tempat kerja. Diperlukan pula pengawasan

terhadap ditaatinya peraturan tersebut.

2. Di perusahaan perlu diadakan pengawasan kebisingan (noise control)

secara terus menerus, serta disusun suatu peta yang mengambarkan

tingkat kebisingan di setiap sumber bising (noise map)

3. Mengurangi intensitas kebisingan pada sumbernya, misalnya melalui

perencanaan pemilihan mesin sejak awal, pemeliharaan mesin dan

peralatan lain secara teratur, subsitusi mesin yang bising dengan mesin

lain yang sumber intensitas kebisingannya lebih randah, konstruksi

bangunan, penempatan mesin, pemasangan pondasi yang kokoh,

penggunaan peredam dan sebagainya.

4. Mengupayakan agar perambatan bising dapat dikurangi, misalnya dengan

menempatkan sumber bising secara terpisah atau mengisolasi,

menggunakan remote control dan penyediaan panel room dan lain

sebagainya.

5. Pada para pekerja perlu dilakukan berbagai upaya lain seperti :

a. Pendidikan dan penerangan tentang bahaya bising.

b. Pemeriksaan fungsi pendengaran sebelum dan sesudah

bekerja di tempat kerja bising serta pemeriksaan secara

berkala.

c. Mengurangi waktu atau lama pemaparan yang dialami

pekerja.

d. Penggunaan alat pelindung telinga, misalnya berupa tutup

atau sumbat telinga.

Semua upaya tersebut, tidak akan banyak manfaatnya apabila pihak

perusahaan, mulai dari tingkat top manager sampai pada semua tingkat bawahnya,

tidak mendukung program tersebut. Setiap bagian di perusahaan mempunyai tugas

Page 24: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

16

dan kewajiban masing-masing dalam menanggulangi kebisingan, baik bagian

produksi, personalia, pemeliharaan, medis teknis maupun bagian lainnya. Demikian

pula halnya dengan para pekerja sendiri, peran sertanya dalam upaya tersebut

sangat dibutuhkan.

6. Tujuan Pengendalian Kebisingan

Tujuan pengendalian Kebisingan dalam bekerja sebagai berikut :

1. Mencegah kerusakan pendengaran pekerja,

2. Mengurangi kelelahan pekerja dalam bekerja,

3. Menjaga konsentrasi sehingga daya produktifitas pekerja tetap

konsistan,dan

4. Menjaga kesehatan pekerja sehingga tetap semangat dalam bekerja.

Tujuan dari pengendalian kebisingan adalah untuk mengurangi daya tahan

tubuh pekerja dari kelahan yang disebabkan oleh kebisingan dalam tempat kerja

yang tinggi, sehingga kesehatan pekerja dapat terjaga dan juga produktifitas balam

bekerja tetap konsistan.

Page 25: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

17

1. Pendahuluan

Manusia sejak dari dulu senantiasa berusaha untuk membuat bermacam-

macam produk yang terdiri dari gabungan lebih dari satu bahan untuk menghasilkan

suatu bahan yang lebih kuat. Sebagai contoh, pemakaian jerami pendek guna

menguatkan batu bata di Mesir, panah orang Mongolia yang menggabungkan kayu,

otot binatang, sutera, dan pedang samurai Jepang yang terdiri dari banyak lapisan

oksida besi yang berat dan liat. Secara umum teknologi modern memerlukan bahan

dengan kombinasi sifat-sifat yang luar biasa yang tidak boleh dicapai oleh bahan-

bahan lazim seperti logam besi, keramik, dan bahan polimer.

Sejalan dengan perkembangan jaman dan inovasi teknologi yang sudah

sangat maju, maka diperlukan suatu material yang mempunyai kriteria spesifik

seperti ringan, kuat, keras, tahan aus dan harga yang murah. Pada upaya pencarian

peningkatan performa material tersebut maka para ilmuwan terutama berkaitan

dengan ilmu bahan, insinyur, dan peneliti selalu melakukan usaha untuk

menghasilkan suatu material yang baru yang berbasis material yang sudah ada.

Salah satu contoh dari pengembangan atau penelitian tersebut adalah bahan

komposit.

Secara umum material komposit merupakan kombinasi antara dua atau

lebih dari tiga bahan yang memiliki sejumlah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh

masing-masing komponennya (Surdia dan Saito, 1999). Selanjutnya material

tersebut akan menghasilkan sifat material yang mempunyai sifat lebih baik dari

material-material sebelumnya. Komposit merupakan gabungan atau kombinasi dari

dua atau lebih material yang berbeda menjadi bentuk struktur unit makroskopik.

Kombinasi ini akan menghasilkan sifat material yang mempunyai sifat lebih baik

dari material-material penyusunnya. Kombinasi biasanya didapat dengan bahan

polimer, logam dan keramik.

2. Defenisi Komposit

Pengertian komposit adalah bahan yang terbentuk apabila dua atau lebih komponen

yang berlainan digabung. Sanjay K. Mazumdar dalam bukunya Composites

manufacturing (2001) menjelaskan komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari

resin polimer diperkuat dengan serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik.

Pada definisi yang lebih mendalam khususnya dalam istilah engineering komposit

didefinisikan berdasarkan tingkat dari definisinya. Pada elemental atau tingkat

dasar, dimana molekul dan sel kristal masih tunggal, semua material tercampur dari

Komposit 4

Page 26: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

18

dua atau lebih atom yang berbeda dapat dianggap sebagai komposit. Pada definisi

ini komposit terdiri dari campuran, baik itu logam campuran, polimer ataupun

campuran keduanya. Ilustrasi ikatan dan sifat fisik polimer dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Gambar 1. Pembentukan material komposit menggunakan serat dan resin

(Mazumndar , 2001)

Struktur komposit umumnya terdiri dari dua komponen yang satu

komponennya adalah matriks yang berfungsi untuk perekat atau pengikat dan

pelindung filler (pengisi) dari kerusakan eksternal. Matriks yang umum digunakan

adalah carbon, glass, kevlar, dll. Sementara komponen yang lain disebut filler

(pengisi), berfungsi sebagai Penguat dari matriks. Filler yang umum digunakan

adalah carbon, glass, aramid. Sehingga komposit dapat disimpulkan adalah sebagai

dua macam atau lebih material yang digabungkan atau dikombinasikan dalam

sekala makroskopis (dapat terlihat langsung oleh mata) sehingga menjadi material

baru yang lebih berguna. (Daniel dkk.,1942).

Pada tingkat struktur mikro, komposit didefinisikan sebagai material yang

terdiri dari gabungan dua atau lebih kristal, dengan struktur molekul atau fase yang

berbeda. Sebagai contoh semua material logam yang hanya mempunyai fase

tunggal seperti perunggu dan kuningan akan diklasifikasikan sebagai monolithic,

sedangkan baja mempunyai multiphase logam, yaitu dari carbon dan besi yang juga

dapat didefinisikan sebagai bahan komposit.

Studi yang dilakukan oleh Schwartz, (1984) menyatakan bahwa pada

tingkat struktur makro hanya berhubungan dengan bentuk atau unsur pokok dari

struktur yang besar, seperti matriks dan partikel/serbuk sehingga pemikiran

mengenai komposit adalah sebagai sistem material yang berasal dari campuran

unsur pokok makro yang berbeda. Bahan komposit biasanya dibangun dari dua fase,

yaitu fase matriks dan fase disperse (penambah)/reinforcement. Geometri

penyusunan pada fase dispersi sangat berpengaruh. Geometri tersebut dapat

meliputi konsentrasi dispersi, ukuran, tebal lapisan dispersi, jarak penyusunan dan

orientasinya. Polimer, logam, dan keramik biasanya sebagai fase matriks dan serat

gelas, serat karbon, whisker, asbes dan serat alam sebagai fase dispersinya.

Page 27: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

19

3. Klasifikasi Komposit

Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat (fiber)

sebagai bahan pengisi dan bahan pengikat serat-serat tersebut yang disebut matrik.

Pengunaan serat sendiri yang utama untuk menentukan karakteristik bahan

komposit, seperti: kekakuan, kekuatan, daya sereap/redam terhadap suara serta

sifat-sifat mekanik yang lainnya. Salah satu keuntungan material komposit adalah

kemampuan material tersebut untuk diarahkan sehingga kekuatannya dapat diatur

hanya pada arah tertentu yang kita kehendaki, hal ini dinamakan "tailoring

properties" dan ini salah satu sifat istimewa komposit yaitu ringan, kuat, tidak

terpengaruh korosi, dan mampu bersaing dengan logam, dengan tidak kehilangan

karakteristiknya.

Komposit merupakan terobosan baru dalam ilmu bahan sebagai bahan

konstruksi selain logam/metal. Seiring dengan perkembangannya ilmu komposit,

komposit bermetrik polimer mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dan ada

kecenderungan dalam perkembangannya material komposit bergeser pada

penggunaan kembali serat alam (back to nature) sebagai pengganti serat sintetik.

Demikian juga komposit antara serat batang pisang dan serbuk gergajian kayu

mempunyai kemampuan untuk bisa dijadikan bahan pembuatan produk meskipun

kekuatannnya lebih rendah dari komposit antara serat sabut kelapa dan serbuk

gergajian kayu, namun komposit ini kemampuan untuk daya redamnya lebih baik

sehingga lebih cocok untuk interior ruangan yang memerlukan kedap suara

(Purwanto, 2017). Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan maka

dilakukan penelitian tentang pembuatan komposit dari bahan limbah yang serbuk

gergajian kayu dan serat akar wangi untuk menghasilkan komposit yang

mempunyai sifat redam suara untuk pembuatan bahan pembuat ruangan yang kedap

suara. Dengan diperolehnya bahan komposit yang mempunyai sifat peredam

suara/daya absorpsi suara yang seperti bahan lain misal kayu maka bahan komposit

tersebut dapat dijadikan bahan dasar alternatif dalam pembuatan produk yang

membutuhkan daya absorpsi misalnya dinding mobil, dinding ruangan maupun

peralatan kotak speaker.

Berdasarkan matriks yang digunakan komposit dapat dikelompokkan atas:

a. PMC: Polymer Matriks Composites (Menggunakan Matriks Polimer)

Polimer merupakan matriks yang paling umum digunakan pada material

komposit. Karena memiliki sifat yang lebih tahan terhadap korosi dan lebih

ringan. Matriks polimer terbagi 2 yaitu termoset dan termoplastik.

Perbedaannya polimer termoset tidak dapat didaur ulang sedangkan

termoplastik dapat didaur ulang sehingga lebih banyak digunakan. Jenis-

jenis termoplastik yang biasa digunakan adalah polypropylene (PP),

polystryrene (PS), polyethylene (PE), dan lain-lain.

Berdasarkan serat yang digunakan komposit serat (fiber-matrikscomposites)

dibedakan menjadi:

Fibre composites (komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik

Page 28: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

20

Flake composites adalah gabungan serpih rata dengan matrik.

Particulate composites adalah gabungan partikel dengan matrik.

Filled composites adalah gabungan matrik continous skeletal Laminar composites adalah gabungan lapisan atau unsur pokok lamina

Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit

yaitu:

Continuous Fibre Composite, tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina diantara matriksnya.

Woven Fiber Composit, komposit iini tidak mudah dipengaruhhi antar lapisan karena susunan seratnya mengikat antar lapisan.

Discontinous Fibre Composite, adalah tipe komposit dengan serat

pendek. Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3 :

a. Aligned discontinous fibre

b. Off-axis aligned discontinous fibre

c. Randomly oriented discontinous fibre

Berdasarkan strukturnya komposit dibedakan atas:

Particulate Composite Materials (komposit partikel) merupakan jenis komposit yang menggunakan partikel/butiran sebagai filler (pengisi).

Partikel berupa logam atau non logam dapat digunakan sebagai filler.

Fibrous Composite Materials (komposit serat) terdiri dari duakomponen penyusun yaitu matriks dan serat.

Structural Composite Materials (komposit berlapis) terdiri darisekurang-

kurangnya dua material berbeda yang direkatkan bersama-sama. Proses

pelapisan dilakukan dengan mengkombinasikan aspek terbaik dari

masing-masing lapisan untuk memperoleh bahan yang berguna. Untuk

lebih jelasnya, pembagian komposit dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2 Struktur Bagan Komposit (Deborah, 2009)

Page 29: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

21

b. MMC: Metal Matriks Composite (menggunakan matriks logam)

Metal Matriks Composite adalah salah satu jenis komposit yang memiliki

matriks logam. MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada mulanya

yang diteliti adalah Continous Filamen MMC yang digunakan dalam

industri penerbangan. (Deborah, 2009).

Gambar 3. Proses pembuatan metal-matrix sebuah komposit (Deborah, 2009)

c. CMC: Ceramic Matriks Composite (menggunakan matriks keramik)

Keramik merupakan material yang tahan oksidasi dan tahan terhadap suhu

yang tinggi, namun memiliki kerapuhan luar biasa, dengan nilai

ketangguhan patah tang sangat rendah. Komposit bermatriks keramik

diperkuat dengan serat panjang maupun pendek.proses pembuatannya

adalah melalui proses penekanan keadaan panas, penekanan panas isostatik,

sintering fase air.

Berikut tabel perbandingan kemampuan serap suara pada masing-masing material

dengan frekuensi 500 Hz.

Tabel 4. Material dan Koefisien serap suara

Material Koefisien serap pada

frekuensi 500 Hz

Semen 0.015

Semen lapis keramik 0.01

Semen lapis karpet

tebal

0.14

Semen lapis kayu 0.10

Batu bata ekspos 0.06

Page 30: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

22

Papan kayu 0.10

Tirai sedang/tebal 0.49/0.55

Kaca buram 0.04

Eternit 0.17

Gypsum 0.05

Manusia 0.46

Sumber: Suharyani dan Mutiari (2013)

Sementara itu, angka koefisien serap bunyi (α) sangat dipengaruhi oleh jenis dari

bahan material dan untuk mengetahui kemampuan bahan dalam menyerap bunyi

ditampilkan dalam tabel 2.2.

Tabel 5 Bahan dan koefisien serap bunyi (α)

Bahan Angka koefisien serap bunyi (α)

Dinding batu 0.03

Permadani 0.30

Celotex 0.35

Gelas 0.02

Vilt rambut 0.50

Linoleum 0.02

Plester tembok 0.02

Sumber: Sear et al., 1962

Page 31: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

23

1. Limbah kayu

Limbah kayu setiap kegiatan pembalakan maupun penggergajian

menghasilkan limbah. Limbah penggergajian adalah potongan kayu dalam bentuk

dan ukuran tertentu yang seharusnya masih bisa dimanfaatkan tetapi ditinggalkan

karena keterbatasan tingkat teknologi pengolahan kayu yang ada pada waktu itu

(Rachman dan Malik, 2011). Dengan kata lain limbah penggergajian merupakan

produk sampingan dari suatu proses penggergajian yang dapat dimanfaatkan bila

teknologinya telah tersedia.

Menurut Darsani (1985), berdasarkan penggergajian (processing)

kayunya, limbah kayu dapat dibedakan menjadi logging waste, yaitu limbah akibat

kegiatan logging dan processing wood waste, yaitu limbah yang diakibatkan

kegiatan industri kayu seperti pada pabrik penggergajian, plywood dan lain-lain.

Limbah penggergajian secara garis besar terdiri dari lima bentuk: yaitu serbuk

gergaji (sawdust), sabetan (slabs), potongan ujung kayu gergajian (off cut),

potongan dolok cacat dan kulit kayu (Rachman dan Malik, 2011).

Bentuk limbah gergajian yang dihasilkan oleh suatu pabrik gergajian

berbeda antara satu dengan yang lainnya, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Sebagai contoh, pabrik yang memproduksi sortimen kayu gergajian yang lebih kecil

menghasilkan limbah serbuk gergaji yang lebih banyak dibandingkan dengan yang

memproduksi sortimen kayu yang lebih besar. Besar kecilnya jumlah limbah

tergantung dari tinggi rendahnya angka rendemen. Istilah rendemen dalam industri

adalah perbandingan banyak barang yang dihasilkan (output) dan bahan baku

(input) yang digunakan, biasanya dinyatakan dalam persen (%). Pada industri

penggergajian, rendemen berarti perbandingan volume kayu gergajian yang

dihasilkan dengan log kayu yang digunakan. Hal ini berarti dengan mengukur

angka rendemen, secara tidak langsung kita akan mengetahui jumlah limbah yang

dihasilkan. Semakin rendah kuantitas limbah, maka akan semakin tinggi angka

rendemen, begitu juga sebaliknya. Berikut ini adalah komposisi bentuk limbah yang

dihasilkan dari industri pengolahan kayu yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 6 menunjukkan bahwa limbah serbuk gergaji yang dihasilkan dari

suatu proses pengolahan kayu sebesar 12-15% dari total besaran log yang

digunakan. Hal ini menunjukkan besarnya potensi limbah serbuk gergaji yang ada

pada industri penggergajian.

Limbah Kayu 5

Page 32: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

24

Tabel 6. Komposisi bentuk limbah penggergajian

Bentuk limbah Persentase (%)

Serbuk gergaji 12-15

Sabetan dan potongan ujung berukuran

kecil

25-35

Potongan dolok dan kayu cacat 5-10

2. Serbuk kayu

Berbagai macam pohon dan tanaman baik yang berdaun lebar maupun

berdaun sempit/kecil tumbuh subur di Indonesia. Pohon yang ada di lingkungan

kita, menghasilkan kayu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Dalam

prows pemanfaatan kayu sebagian besar digergaji terlebih dahulu, menghasilkan

limbah serbuk gergaji. Limbah serbuk gergaji yang melimpah di lingkungan kita

banyak yang terbuang, bahkan tidak dimanfaatkan dan hanya dibakar saja. Padahal

pembakaran serbuk gergaji ini masih menimbulkan dampak pada lingkungan.

Sejumlah efek samping negatif yang cukup berarti diantaranya polusi udara dan

kerusakan lingkungan disebabkan pemilihan cara yang kurang tepat (Ginting,

1998). Bahan-bahan yang ada dilingkungan sebaiknya dimanfaatkan agar tidak

menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan.

Di Indonesia potensi limbah kayu menunjukkan angka yang tinggi.

Berdasarkan data departemen kehutanan, setiap tahunnya dihasilkan limbah

biomassa sebanyak 261,99 juta ton. Limbah serbuk gergaji kayu biasanya

dihasilkan sebagai hasil samping proses pembangunan rumah dan produksi industri

kayu, seperti kayu lapis serta mebel. Limbah serbuk gergaji kayu biasanya

dimanfaatkan untuk bahan bakar tunggu (briket), media tanam ataupun hanya

dibakar dan dibuang sebagai sampah. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi

baru agar limbah kayu ini mempunyai nilai lebih.

Kayu telah digunakan sebagai bahan struktur sejak dahulu.Kayu mempunyai

kekuatan tarik dan tekan, dan secara stuktural cocok untuk berperan sebagai elemen

yang memikul beban jenis tekan aksial, tarik aksial, dan beban lentur (Macdonald,

2001). Demikian halnya dengan serbuk kayu pengergajian merupakan salah satu

jenis kayu partikel yang berukuran 0,25 mm – 2,00 mm, bobotnya ringan dalam

keadaan kering dan mudah diterbangkan oleh angin. Kandungan kimia kayu adalah

selulosa, lignin dan zat lain (termasuk zat gula). Dinding sel tersusun sebagian besar

oleh selulosa (C6H10O5). Selulosa adalah suatu bahan yang tidak begitu asing lagi

bagi manusia meskipun merupakan karbonhidrat selulosa bukanlah sumber

makanan bagi manusia. Lignin adalah suatu campuran zat – zat organik yang terdiri

dari zat karbon, zat air atau hidrogen dan oksigen. Serbuk gergaji kayu mengandung

komponen utama yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif kayu.

Page 33: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

25

Gambar 4. Serbuk kayu

Sumber: Dokumentasi pribadi (2018)

Serbuk gergaji adalah butiran kayu yang dihasilkan dari proses

menggergaji (Setiyono, 2004). Serbuk-serbuk gergaji ini dapat diperoleh dari

beragam sumber, seperti limbah pertanian dan perkayuan. Jumlah serbuk gergaji

yang dihasilkan dari eksploitasi/pemanenan dan pengolahan kayu bulat sangat

banyak. Produksi total kayu gergajian Indonesia mencapai 2,6 juta m3 per tahun,

dengan asumsi bahwa jumlah limbah yang terbentuk 54,24% dari produksi total.

Oleh karena itu, maka dihasilkan limbah penggergajian kayu sebanyak 1,4 juta m 3

per tahun dan angka ini cukup besar karena mencapai sekitar separuh dari produksi

kayu gergajian (Pari, dkk, 2002). Balai Penelitian Hasil Hutan (BPHH) pada kilang

penggergajian di Sumatera dan Kalimantan serta Perum Perhutani di Jawa

menunjukkan bahwa rendemen rata-rata penggergajian adalah 45%, sisanya 55%

berupa limbah.

Limbah serbuk gergaji kayu menimbulkan masalah dalam penanganannya,

yaitu dibiarkan membusuk, ditumpuk, dan dibakar yang kesemuanya berdampak

negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, limbah serbuk gergaji yang dihasilkan

dari industri penggergajian dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,

diantaranya pembuatan etanol, sebagai media tanam, bahan baku furnitur, bahan

baku briket arang, bahan bakar guna melengkapi kebutuhan energi industri

vinir/kayu lapis dan pulp/kertas.

Serbuk gergaji kayu sebenarnya memiliki sifat yang sama dengan kayu,

hanya saja wujudnya yang berbeda. Kayu adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari

Page 34: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

26

hasil pemotongan pohon – pohon dihutan, yang merupakan bagian dari pohon

tersebut dan dilakukan pemungutan, setelah diperhitungkan bagian – bagian mana

yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan.

Tanaman kayu dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu

kelompok Gymnospora, yaitu yang biasa disebut dengan Softwood dan kelompok

Angiospora yang dikenal dengan Hardwood. Di Indonesia ada tiga macam industri

kayu yang secara dominan mengkonsumsi kayu dalam jumlah yang relatif besar,

yaitu : penggergajian, vinir atau kayu lapis, dan pulp atau kertas. Sejauh ini, limbah

biomassa dari industri tersebut telah dimanfaatkan kembali dalam proses

pengolahannya sebagai bahan bakar guna melengkapi kebutuhan energinya.

Kenyataannya, saat ini masih ada limbah penggergajian kayu yang di timbun dan

sebagian dibuang ke aliran sungai (pencemaran air), atau dibakar secara langsung

(ikut menambah emisi karbon di atmosfir). Produksi total kayu gergajian Indonesia

mencapai 2,6 juta m3 per tahun, dengan asumsi bahwa jumlah limbah yang

terbentuk 54,24 persen dari produksi total. Oleh karena itu, maka dihasilkan limbah

penggergajian kayu sebanyak 1,4 juta m3 per tahun dan angka ini cukup besar

karena mencapai sekitar separuh dari produksi kayu gergajian (Pari, 2002).

Limbah serbuk grgaji kayu menimbulkan masalah dalam penanganannya,

yaitu dibiarkan membusuk, ditumpuk, dan dibakar yang kesemuanya berdampak

negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, penanggulangannya perlu dipikirkan.

Salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk

yang bernilai tambah dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan, sehingga hasilnya

mudah disosialisasikan kepada masyarakat. Hasil evaluasi menunjukkan beberapa

hal berprospek positif, sebagai contoh teknologi aplikatif dimaksud dapat

diterapkan secara memuaskan dalam mengkonversi limbah industri pengolahan

kayu menjadi briket, arang serbuk, briket arang, arang aktif, dan arang kompos.

Page 35: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

27

1. Sabut Kelapa

Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang

lurus dari famili Palmae. Ada dua pendapat mengenai asal usul kelapa yaitu dari

Amerika Selatan menurut D.F. Cook, Van Martius Beccari dan Thor Herjerdahl dan

dari Asia atau Indo Pasific menurut Berry, Werth, Mearil, Mayurathan, Lepesma,

dan Pureseglove. Kata coco pertama kali digunakan oleh Vasco da Gama, atau

dapat juga disebut Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narlie, tenga,

temuai, coconut, dan pohon kehidupan. Kelapa merupakan tumbuhan produktif,

Kondisi ini juga yang menyebabkan banyak penduduk lokal yang bergantung pada

sektor industri kecil yang bergerak pada pengelolaan kelapa. Selama ini serat kelapa

hasil industri kecil tersebut hanya dipergunakan untuk keperluan rumah tangga saja.

Sabut yang merupakan komponen terbesar dari buah kelapa, sebagian

besar hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada pengeringan kopra dan rumah

tangga, hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan dalam proses industri.

Ketersediaan sabut kelapa di Indonesia mencapai 9,6 juta ton per tahun yang bila

diolah menjadi serat sabut bisa mencapai 1,9 juta ton per tahun (Anonim, 1999).

Dengan melakukan pengolahan terhadap sabut kelapa akan mendukung

meningkatnya nilai ekonomi sabut kelapa yang selama ini hanya sebagai limbah.

Kurang berkembangnya usaha pendayagunaan sabut kelapa untuk

menghasilkan produk yang bernilai ekonomi berupa serat sabut kelapa karena

kurang tersedianya peralatan pengolahan yang dapat dijangkau dan informasi pasar

produk serat sabut dan hasil olahan lanjut sangat terbatas.

Upaya mengatasi permasalahan pendayagunaan sabut kelapa dapat

dilakukan penanganan dalam dua arah yang dilakukan secara simultan dan

berkelanjutan, yakni : (1) pihak instansi teknis; introduksi teknologi pengolahan

sabut kelapa yang praktis, baik melalui pelatihan petani, pembinaan, media

massa/elektronika, menyebarluaskan informasi pasar produk-produk serat sabut

kelapa dan (2) pihak petani; petani dengan keterbatasan modal, teknologi,

keterampilan dan kemampuan manajerial dan pengolahan sabut, sehingga sangat

membutuhkan dukungan dana berupa kredit dengan bunga lunak dan pelatihan

yang terprogram.

Mengandalkan usaha pengolahan serat sabut kelapa dan produk olahannya

secara perorangan akan berlangsung lambat dan tidak efisien, untuk praktis dan

efisiennya usaha pembinaan baik teknis maupun manajemen usaha maka

penyediaan peralatan pengolahan dan modal kerja/kredit serta pengorganisasian

kegiatan dalam upaya memasarkan produk serat dan hasil olahannya perlu

Sabut Kelapa 6

Page 36: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

28

dilakukan dalam bentuk kelompok, baik melalui wadah kelompok tani maupun

koperasi dengan bimbingan dan pengawasan oleh instansi terkait yang dilakukan

secara terpadu dan berkelanjutan.

Sabut kelapa merupakan bagian terbesar dari buah kelapa yaitu sekitar

35% dari bobotnya. Sabut kelapa merupakan limbah yang mudah didapat pada

daerah di sepanjang pesisir seperti kebanyakan wilayah Indonesia. Indonesia

merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia dengan luas perkebunan

kelapa mencapai 3,76 juta Ha dan total produksi sebanyak 14 milyar butir kelapa

(direktorat kredit, BPR dan UMKM, 2000).

Sabut kelapa terdiri dari 75% serat dan 25% gabus. Sabut kelapa dapat

dimanfaatkan sebagai bahan industri karpet, pengisi sandaran kursi, dashboard

mobil, kasur, plafon, atau bahan panel dinding tahan gempa. Sabut kelapa memiliki

sifat tahan lama, ulet, kuat terhadap gesekan, tidak mudah patah, tahan terhadap air,

tidak mudah membusuk, tahan terhadap jamur dan hama serta tidak dihuni oleh

rayap (Isroful, 2009).

Sabut kelapa memiliki pengaruh terhadap kekuatan bending produk asbes

semen dengan perlakuan terbaik pada persentase serat kelapa 2,4% dengan model

anyam (Jufri, 2009). Pemanfaatan sabut kelapa juga dapat digunakan sebagai

peredam suara. Sabut kelapa memenuhi persyaratan untuk peredam suara sesuai

ISO 11654, dengan komposisi sabut kelapa diatas 0,15 dihasilkan bahan

penyerapan gelombang bunyi oleh peredam suara berbahan dasar material sabut

kelapa (Kuriati et al., 2006).

Gambar 5 Serat kelapa

Sumber: Dokumentasi pribadi (2018)

Page 37: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

29

2. Karakteristik Sabut Kelapa dan Serat

Komposisi dari komponen buah kelapa adalah sabut 35%, daging 28%, air

25% dan tempurung 12% (Grinwood, 1960). Dengan demikian sabut kelapa

merupakan komponen hasil dengan persentase terbesar. Komposisi kimia sabut

kelapa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Komposisi kimia sabut kelapa

Komponen Jumlah (persen)

Air 26.00

Pektin 14.25

Hemiselulosa 8.50

Lignin 29.23

Selulosa 21.07

Komposisi sabut terhadap buah kelapa beragam, tergantung umur pohon

kelapa dan berat buah (Lay, 1988). Keragaman tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut : 1. Umur pohon kelapa kurang dari 25 tahun : berat buah 1.64 kg; sabut

25.1%; daging 28.1%; air 32.7%; tempurung 14.1%. 2. Umur pohon kelapa 25 - 50

tahun : berat buah 1.11 kg; sabut 30%; daging 29.4%; air 24.1%; tempurung 15.7%.

3. Umur pohon kelapa lebih dari 50 tahun : berat buah 0.70 kg; sabut 23%, daging

37.2%; air 22.2%; tempurung 17.5%. Diketahui bahwa sabut kelapa terdiri dari

empat bagian yakni : (a) kulit sabut, (b) serat sabut, (c) serbuk/debu sabut, (d)

bagian keras dari ujung sabut. Saat ini bagian yang bernilai ekonomi adalah serat

sabut dan debu sabut. Komposisi serat sabut kelapa dapat lihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi kimia serat sabut kelapa

Komponen Jumlah (persen)

Air 5.25

Pektin 3.00

Hemiselulosa 0.25

Lignin 45.84

Selulosa 43.44

3. Pemanfaatan Serat Sabut Kelapa

Menurut Banzon dan Velasco (1982) serat sabut kelapa dapat dibedakan

berdasarkan ukuran dan pemanfaatannya yakni :

Page 38: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

30

Mat/Yarn fibre merupakan serat panjang dan halus (cocok untuk pembuatan

tikar, permadani dan tali).

Bristle fibre merupakan serat kasar (untuk pembuatan sapu dan bahan kerajinan).

Mattres merupakan serat pendek (sebagai bahan pengisi spring bed dan jok

mobil).

Penggunaan serat sabut kelapa sebagai bahan pengisi memiliki beberapa

keunggulan dibandingkan dengan karet busa yaitu mempunyai kemampuan

menyerap panas tubuh, kuat, tidak mudah lapuk, ringan, elastis sehingga lebih

nyaman dalam penggunaannya (Antonal, 1996). Debu sabut yang merupakan hasil

samping dari pengolahan serat sabut kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan seperti bahan obat nyamuk bakar, hio (dupa cina), pupuk organik, media

tumbuh dan untuk menyuburkan tanah. (Sutater, 1997). Debu sabut terdiri atas

senyawa lignin sekitar 30% dan selulose sekitar 35% dengan nisbah C/N 60 : 1

(Ravindranath, 1991). Sifat ini menyebabkan debu sabut memiliki sifat lambat

melapuk, suatu sifat yang diinginkan sebagai media tumbuh tanaman seperti bunga

dan sayur-sayuran. Sifat ini ditunjang oleh daya memegang air yang mencapai

600% dan porositas 76% serta kerapatan lindak hanya 0.1525 g/ml. Sifat-sifat

tersebut memiliki keunggulan dibandingkan media gambut yang selama ini

digunakan sebagai media.

Page 39: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

31

1. Sampah Kertas

Permasalahan sampah kertas tidak terlepas dari permasalahan sampah

secara keseluruhan. Permasalahan tersebut meliputi beberapa aspek seperti teknis-

operasional, hukum, pendanaan, sosial, dan institusi atau manajemen. Contoh

paling populer dari permasalahan tersebut antara lain semakin sulitnya mencari

lahan untuk tempat pembuangan akhir (TPA) di daerah perkotaan dan mahalnya

biaya transportasi sampah. Sebagai contoh, DKI Jakarta mengalami kesulitan dalam

mendapatkan lahan pengganti TPA Bantargebang. Penentuan lokasi TPA pengganti

mendapat banyak tentangan dari masyarakat setempat karena khawatir akan

terjadinya pencemaran dan dampak lainnya. Sementara itu, biaya operasional dan

pemeliharaan untuk transportasi sampah menjadi beban yang berat karena faktor

volume sampah yang mesti diangkut dan jauhnya jarak dari sumber sampah ke

TPA.

Gambar 6. Limbah kertas

Sumber: Dokumentasi pribadi (2018)

Sampah Kertas 7

Page 40: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

32

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta

dalam mengatasi permasalahan sampah antara lain dengan mendorong usaha untuk

mengurangi volume sampah. Usaha pengurangan atau minimalisasi volume

sampah yang diangkut ke TPA antara lain dengan melakukan daur ulang sampah,

termasuk di dalamnya daur ulang sampah kertas.

Dengan usaha daur ulang akan diperoleh manfaat berupa berdirinya

industri daur ulang sampah dan pemberdayaan masyarakat bawah. Sampah kertas

sebagai salah satu bahan baku industri daur ulang saat ini belum terkelola dengan

baik. Contoh dari hal tersebut adalah tidak adanya sistem pemilahan yang

menyebabkan sebagian sampah kertas menjadi tercampur dengan sampah lainnya

sehingga menjadi kotor dan hancur, akibatnya menjadi sulit untuk didaur ulang.

Hanya sekitar 70% sampah kertas yang dapat dikumpulkan oleh pemulung untuk

dijual ke lapak. Padahal jumlah timbulan sampah kertas bisa mencapai sekitar 10%

dari jumlah keseluruhan sampah.

Upaya pengelolaan daur ulang sampah kertas telah banyak dilakukan pada

jaman sekarang, seperti dengan menyediakan tempat sampah yang sudah dipecah

menjadi beberapa kategori sampah (sampah basah dan sampah kering). Akan tetapi

strategi ini masih belum memberikan hasil yang signifikan dalam reduksi jumlah

sampah kertas, dengan kata lain manajemen yang ada saat ini belum sepenuhnya

berjalan efektif. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah tidak

berdasarkan kategori sampah. Negara – negara maju umumnya telah membuat

peraturan untuk membuang sampah berdasarkan kategori sampah tersebut

contohnya dengan membuat program pemilahan pada tempat sampah, akan tetapi

sebelum dilakukan program pemilahan sampah tersebut masyarakat telah diberi

penyuluhan dampak yang terjadi jika sampah menumpuk, di Indonesia memang

sudah diberlakukan program pemilahan sampah pada tempat sampah, tetapi

kesadaran masyarakat untung membuang sampah berdasarkan jenisnya masih

sangat kurang. Peningkatan pemahaman dan penyuluhan kepada masyarakat perlu

dilakukan baik dengan sosialisasi secara langsung maupun tidak langsung. Sampah

kertas sebagai salah satu bahan baku industri daur ulang saat ini belum terkelola

dengan maksimal sehingga hanya 70% saja yang dapat dimanfaatkan kembali atau

didaur ulang. Padahal jumlah timbulan sampah kertasbisa mencapai sekitar 10%

dari jumlah keseluruhan sampah. Oleh karena itu diperlukan strategi yang baik agar

sampah kertas dapat dikelola secara maksimal (Wahyono, 2001).

2. Jumlah Timbulan Sampah Kertas

Jumlah timbulan sampah kertas relatif banyak. Sebagai contoh, kota

Jakarta pada tahun 1997/1998 diperkirakan menghasilkan sampah kertas sejumlah

2.989 m3 /hari, atau 10,11% dari jumlah sampah keseluruhan (29.568 m3 /hari)

(BPS, 1998). Sementara itu dari keseluruhan sampah kertas, sebanyak 71,2% (2.126

m3 /hari) diambil oleh pemulung (BPPT, 1996). Hal itu dapat dilihat pada Tabel

8.1. Dalam lingkup nasional, (dengan asumsi jumlah penduduk 180 juta jiwa, laju

produksi sampah 2 liter/orang/hari, dan komposisi 6,17%) jumlah timbulan sampah

kertas di Indonesia dapat mencapai 1.599.000 ton/tahun. Sementara itu, sejalan

Page 41: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

33

dengan meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk, jumlah timbulan sampah

kertas akan terus meningkat bersamaan dengan meningkatnya jumlah sampah jenis

lainnya.

Tabel 9. Timbulan sampah kertas dan penyerapannya di DKI Jakarta

Tahun 1997/1998 (dalam m3/hari)

Kotamadya Produksi

Sampah*

Produksi

Sampah kertas**

Diserap oleh

pemulung ***

Jakarta Selatan 5804 586.8 417.8

Jakarta Timur 5287 534.5 380.6

Jakarta Pusat 5889 595.4 423.9

Jakarta Barat 7264 734.4 522.9

Jakarta Utara 5324 538.3 383.2

Jumlah 29568 2989.3 2128.4

Catatan:

* Sumber: DKI Dalam Angka (1998)

** 10.11% dari jumlah sampah keseluruhan (BPS, 1998)

*** 71.2% dari jumlah sampah kertas (BPPT, 1998)

3. Jenis, Sumber dan Daur Ulang Kertas

Kertas adalah bahan tipis dan rata yang dihasilkan dengan kompresi serat

yangberasal dari pulp. Serat yang digunakan adalah serat alami mengandung

selulosadan hemiselulosa. Pemakaian bahan pembuatan kertas sering menggunakan

gabungan antara serat panjang dan serat pendek untuk menghasilkan kertas yang

kuat dan halus. Kertas merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam kegiatan

sehari – hari, sehingga pemakaian kertas setiap harinya berjumlah sangat besar.

Sampah kertas jenisnya bermacam-macam, misalnya kertas HVS (kertas

komputer dan kertas tulis), kertas kraft, karton, kertas berlapis plastik. Biasanya

aktivitas yang berbeda menghasilkan jenis-jenis sampah kertas yang berbeda pula.

Masing-masing jenis kertas juga memiliki karakteristik tersendiri sehingga

kemampuannya untuk didaur ulang dan produknya juga berbeda-beda. Sementara

itu sebagian besar kertas pembungkus makanan tidak didaurulang, begitu juga

dengan kertas tissue. Kertas pembungkus makanan sulit didaur ulang karena adanya

lapisan plastik, sedangkan kertas tissue karena sifatnya yang mudah hancur.

Sampah kertas jenisnya bermacam-macam, misalnya kertas HVS (kertas

komputer dan kertas tulis), kertas kraft, karton, kertas berlapis plastik, dsb.

Biasanya aktivitas yang berbeda menghasilkan jenisjenis sampah kertas yang

berbeda pula. Apabila dilihat pada Tabel 10 sebagai contoh, pabrik dan pertokoan

lebih banyak menghasilkan sampah kertas jenis karton, sedangkan perkantoran dan

Page 42: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

34

sekolah lebih banyak menghasilkan kertas tulis bekas. Masing-masing jenis kertas

juga memiliki karakteristik tersendiri sehingga kemampuannya untuk didaurulang

dan produknya juga berbeda-beda. Sementara itu sebagian besar kertas

pembungkus makanan tidak didaurulang, begitu juga dengan kertas tissue. Kertas

pembungkus makanan sulit didaurulang karena adanya lapisan plastik, sedangkan

kertas tissue karena sifatnya yang mudah hancur.

Tabel 10. Jenis, sumber dan produk daur ulang sampah kertas

Jenis Sampah Kertas Sumber Produk Daur Ulang

Kertas komputer dan

kertas tulis

Perkantoran, percetakan,

sekolah

Kertas computer dan

kertas tulis, Art Paper

Kantong kraft Pabrik, pasar, pertokoan Karton, Art paper

Karton dan Boks Pabrik, pasar, pertokoan Karton, Art paper

Koran, majalah dan buku Perkantoran, pasar,

rumah tangga

Kertas Koran, Art paper

Kertas bekas campuran Rumah tangga,

perkantoran, TPS, TPA,

pertokoan

Kertas tissue, kertas tulis

kualitas rendah, Art

paper

Kertas pembungkus

makanan

Pertokoan, rumah

tangga, perkantoran

Tidak dapat didaur ulang

Kertas tissue Rumah tangga,

perkantoran, rumah

makan, pertokoan

Kertas tissue (tetapi

sangat jarang yang

didaur ulang kembali)

Sumber : Ditjen Cipta Karya (1999)

Struktur bahan utama dari sampah kertas berupa lignoselulosa yang terdiri

atas komponen selulosa, hemiselulosa, dan lignin (Bobleter 1994, Hendricks dan

Zeeman 2009). Lignoselulosa pada umumnya diperoleh dari kayu yang diproses

hingga menjadi bubur kertas. Pengemasan kertas sangat beragam tergantung dari

proses pengolahannya adapun sifat kekuatan dan mekanisnya bergantung pada

perlakuan mekanis pada serat serta penambahan pada bahan pengisi dan

pengikatnya.

Sampah kertas merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya dalam suatu proses. Sampah kertas merupakan kategori sampah non-

biodegradable dengan sifat recyclable (sampah kertas tidak bisa diurai melalui

proses biologi namun dapat diolah dan digunakan kembali untuk meningkatkan

nilai guna barang secara ekonomis).

4. Prospek Pemasaran Kertas Bekas

Prospek pemasaran kertas bekas di Indonesia dari tahun ke tahun terus

meningkat seperti tersirat dari tabel 3. Pada tabel tersebut memberikan informasi

Page 43: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

35

bahwa konsumsi sampah kertas sebagai bahan baku industri kertas terus meningkat.

Sayangnya, sampah kertas yang dikonsumsi saat ini tidak bisa sepenuhnya dipenuhi

oleh sampah kertas dari dalam negeri sehingga untuk memenuhi kebutuhan industri

kertas Indonesia masih mengimpor kertas bekas. Pada tahun 1997, misalnya,

tingkat kapasitas konsumsi kertas sebanyak 3.119.970 ton sedangkan sampah kertas

yang kembali sebagai bahan baku kertas hanya mencapai 980.000 ton atau baru

mencapai 31%. Padahal produksi sampah kertas skala nasional diprediksikan dapat

mencapai 1.599.000 ton pertahunnya. Jadi prospek pemasaran kertas bekas masih

terbuka lebar. Dari tabel tersebut dapat dihitung bahwa rata-rata peningkatan

kebutuhan sampah kertas (asal Indonesia) mencapai 11,22% setiap tahunnya.

Masyarakat (sumber sampah kertas) Pemulung Lapak Bandar Supplier Industri

Kecil (art paper) Industri Besar Kertas Keterangan: Jalur Kertas Jalur sampah

Kertas Gambar 1. Jalur perdagangan sampah kertas di Indonesia Pemasaran sampah

kertas saat ini dilaksanakan lintas wilayah, misalnya dari Jakarta ke Surabaya atau

sebaliknya. Pada umumnya prosedur pengiriman sudah berdasarkan saling

ketergantungan dan sifatnya mengikat, seperti misalnya, para pemasok biasanya

telah mengadakan ikatan kontrak dengan para bandar untuk mendapatkan pasokan

secara rutin. Sebagian besar sampah kertas diserap oleh industri besar, sedangkan

yang diserap oleh industri art paper relatif sedikit. Saat ini harga jual kertas bekas

sekitar Rp. 700 - 800/kg.

Page 44: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

36

1. Styrofoam

Styrofoam atau plastik busa masih tergolong salah satu jenis plastik.

Styrofoam berbahan dasar dari polystyrene yang termasuk bahan polimer sintetis.

Polistirena ditemukan sekitar tahun 1930, proses pembuatannya menggunakan

polimerasi adisi dengan tekanan menggunakan proses peniupan. Stirena dapat

diperoleh dari sumber alam yaitu petroleum. Stirena merupakan cairan yang tidak

berwarna menyerupai minyak dengan bau seperti benzena dan memiliki rumus

kimia C6H5CH=CH2 atau ditulis sebagai C8H8. Menurut Sulcan dan Endang, sifat

dari styrofoam yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat

rapuh menjadi alasan penggunaan seng dan senyawa butadien dalam proses

pembuatannya. Hal ini menyebabkan polisterin kehilangan sifat jernihnya dan

berubah warna menjadi putih susu.

Kemudaian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticizer seperti

dioktil ptalat (DOP) dan butil hidroksi toluena (BHT) . Sebagai salah satu jenis

plastik yang berbahan dasar dari polysterene dengan proses peniupan, styrofoam

memiliki karakteristik – karakteristik umum sebagai berikut (Sari et al., 2016):

Sifat mekanis styrofoam kaku, keras, mempunyai bunyi seperti metalic bila dijatuhkan.

Ketahanan terhadap bahan kimia tidak sebaik polypropylene. Polystyrene larut dalam eter, hydrocarbon. Polstyrene mempunyai daya serap air yang rendah

dibawah 0,25%.

Mempunyai kekuatan permukaan relatif lebih keras dari jenis termoplastik

yang lain namun mudah tergores.

Mempunyai derajat transparansi yang tinggi dan dapat memberikan kilauan yang baik yang tidak dimilki oleh jenis plastik lain.

Mempunyai daya serap air yang rendah maka polystyrene digunakan untuk keperluan alat listrik.

Polystyrene mempunyai softening point yang rendah (90°C), sehingga tidak

digunakan untuk pemakaian pada suhu tinggi. Selain itu polimer ini

mempunyai sifat konduktivitas panas yang rendah.

Penggunaan styrofoam salah satunya adalah sebagai kemasan atau wadah makanan karena bahan ini memiliki beberapa kelebihan. Bahan styrofoam

mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat

dipegang, mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman

Styrofoam

8

Page 45: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

37

dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas,

biaya murah, serta ringan. Di Indonesia, penggunaan styrofoam sebagai

wadah makanan makin menjamur karena barang ini sangat mudah

ditemukan dimana-mana (Sitanggang dan Lisna, 2010). Selain digunakan

sebagai pembungkus makanan, penggunaannya digunakan untuk bahan

pelindung dan penahan getaran barang yang rentan rusak seperti elektronik

(seperti televisi, DVD, kulkas dan lain - lainnya) atau barang pecah belah

lainnya (seperti guci, piring, gelas dan lain – lainnya) (Munir dan Dzulkiflih,

2016).

Gambar 7 Limbah styrofoam

Sumber: Dokumentasi pribadi (2018)

2. Dampak Negatif Styrofoam

Berdasarkan sumber yang diperoleh dari hasil survei di AS pada tahun

1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung

styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan

kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala

gangguan saraf. Hal tersebut dikarenakan kandungan yang terdapat pada Styrofoam

yaitu 95% foam dan 5% strene. Styrene merupakan zat kimia berbahaya bagi tubuh

apabila terkena panas, kadar lemak tinggi, kadar alkohol dan asam yang tinggi, serta

Page 46: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

38

lamanya makanan yang tersimpan pada styrofoam yang dapat memungkinkan zat

kimia berpindah pada makanan. Sementara bagi lingkungan, Styrofoam merupakan

bahan yang tidak dapat diurai dengan tanah. Tidak mudahnya Styrofoam

didegradasi karena di dalam bahan tersebut terkandung unsur-unsur kimia, bukan

organik.

Styrofoam sangat berdampak buruk bagi lingkungan karena sifat

styrofoam yang tidak dapat diuraikan oleh tanah sehingga susah untuk didaur ulang.

Menurut data EPA (Environmental Protection Agency) limbah proses produksi

styrofoam ditetapkan sebagai salah satu limbah berbahaya terbesar di dunia. Bau

yang ditimbulkan dapat mengganggu pernafasan dan mengandung 57 zat berbahaya

yang dilepaskan ke udara. Sementara itu Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai

bahan peniup pada saat proses produksi styrofoam merupakan gas yang tidak

beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil, begitu stabilnya gas ini sehingga

baru akan terurai setelah 65- 130 tahun. Gas ini akan melayang ke udara mencapai

lapisan ozon di atmotsfir dan akan terjadi reaksi serta akan merusak lapisan

pelindung bumi serta menimbulkan efek rumah kaca.

Styrofoam tidak baik digunakan karena berdampak buruk bagi kesehatan,

efek negatif bagi kesehatan dapat berupa iritasi kulit, mata, saluran pemapasan

bagian atas, dan efek gastrointestinal. Selain memberikan dampak negatif bagi

kesehatan, Styrofoam juga tak ramah bagi lingkungan karena tidak mudah diuraikan

oleh alam. Styrofoam bukan hanya mencemari lingkungan darat saja tetapi apabila

terbawa ke laut, Styrofoam pun dapat merusak ekosistem dan biota laut. Oleh

karena itu dalam upaya penanggulangan limbah styrofaoam perlu dilakukan cara

yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Cara yang diajukan dalam mengurangi

jumlah limbah Styrofoam adalah dengan cara mendegradasi limbah Styrofoam

menggunakan agen biologis berupa bakteri Pseudomonas putida, ini karena

pseudomonas putida merupakan salah satu bakteri yang dapat mendegradasi

hidrokarbon sehingga dengan adanya biodegradasi ini diharapkan dapat

mengurangi pencemaran limbah Styrofoam dan menciptakan lingkungan yang lebih

bersih.

Styrofoam bukan hanya mencemari lingkungan darat saja tetapi limbah

Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Di

samping itu, Styrofoam merupakan salah satu peyebab banjir, Styrofoam yang

tersangkut tersebut menjadi pemicu sampah lain ikut tersangkut pula. Akibatnya,

sampah akan menumpuk dan menutup aliran air sehingga apabila musim hujan

datang, dan debit air cukup besar maka kemungkinan besar dapat menyebabkan

banjir. Berdasarkan data yang diperoleh dari EPA (Enviromental Protection

Agency) pada tahun 1986 telah disebutkan bahwa dalam proses pembuatan

Styrofoam sangat banyak menghasilkan limbah berbahaya, karena dalam proses

pembuatannya menimbulkan bau tak sedap yang mengganggu pernapasan dan

melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.

3. Jenis-jenis dan Sifat Styrofoam

Terdapat berbagai jenis Styrofoam yang umumnya terdapat di masyarakat, yaitu:

Page 47: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

39

1. Beans, Bentuk styrofoam ini berupa butiran butiran atau gabus pasir,

biasanya dipakai untuk pengisi sofa, boneka dan sebagainya agar terasa

empuk.

2. Box, Styrofoam ini merupakan wadah atau tempat untuk penyimpanan es,

es cream, susu murni, puding, ikan, sayuran, dan lain-lain agar tetap awet

dengan bantuan ice gel atau ice pack.

3. Styrofoam board merupakan styrofoam berbentuk lembaran.

4. Block, Styrofoam Block atau lebih dikenal dengan styrofoam balok ini

memiliki berbagai ukuran diantaranya seperti size: 600 x 120 x 61.5cm size

: 600 x 100 x 61.5cm dan sebagainya

Terdapat beberapa sifat Styrofoam:

Mempunyai berat jenis yang relative ringan.

Mudah larut dalam pelarut hidrokarbon aromatic dan berklor, seperti

benzene, dan carbon tetrachloride.

Tahan terhadap asam basa dan zat korosif lainnya.

Mempunyai titik leleh pada suhu 1020 - 1060C.

Mampu menahan panas

Page 48: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

40

1. Menetapkan Tujuan Pembuatan

Beberapa tujuaan yang ingin diharapkan dari pembuatan komposit

peredam suara ini antara lain:

Mengetahui komposisi atau formulasi yang paling tepat terhadap pengaruh akustik pada material serat ini

Mengetahui kemampuan dari papan serat kelapa untuk menyerap suara

(coefficient of sound absorption) dan mengetahui kemampuannya untuk

mereduksi suara (Sound transmission loss).

Mengetahui tingkat toksisitas dari material uji sehingga tidak membahayakan lingkungan

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan papan pelapis atau pemisah

bangunan yang dapat meredam suara sebagai solusi dari kebisingan lingkungan.

Penelitian ini juga dapat mendorong masyarakat agar memanfaatkan sesuatu yang

tidak ekonomis (limbah) menjadi sesuatu hal yang bersifat ekonomis dan berguna.

Berdasarkan tersebut langkah selanjutnya adalah mengumpulkan studi-

studi yang pernah dilakukan sebelumnya. Studi ini akan digunakan untuk

membandingkan hasil percobaan. Selain itu, merupakan bagian dari kegiatan

mengumpulkan berbagai teori yang mendukung (theoritical level) kepada

penelitian yang akan dilakukan, dengan tujuan untuk mengidentifikasi konsep, teori

dan fakta.

2. Persiapan peralatan

Dalam penelitian ini sebelum melakukan penelitian hal pertama yang

dipersiapkan adalah alat dan bahan untuk pembuatan komposit peredam suara.

Dengan mempertimbangkan tujuan penelitian ini bahwa komposit peredam suara

akan diuji di laboratorium guna mengetahui kemampuan meredam suara, maka

bentuk spesimen dari komposit akan dibuat berbentuk silinder. Adapun beberapa

peralatan yang digunakan dalam pembuatan spesimen antara lain:

Tahapan Pembuatan

9

Page 49: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

41

a. Klem C

Alat ini akan digunakan untuk menekan spesimen dengan cetakan. Peralatan

ini tidak dibuat tetapi langsung membeli di toko bahan bangunan.

Gambar 8 Klem C

b. Cetakan

Cetakan yang digunakan adalah pipa paralon dengan diameter 3inchi,

sementara itu untuk media penahan menggunakan kayu yang dipotong sesuai

dengan diameter pipa paralon

Gambar 9 Klem C

c. Jangka sorong

Jangka sorong digunakan untuk mengukur spesimen komposit

Gambar 10 Jangka Sorong

Page 50: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

42

d. Timbangan

Timbangan digital digunakan untuk menimbang berat serbuk gergaji, bubur

kertas, sabut kelapa dan berat styrofoam dalam menentukan fraksi volume

serat pada proses pembuatan komposit.

Gambar 11 Timbangan

e. Blender

Peralatan ini digunakan untuk mencampur material yang akan dicetak sebagai

spesimen uji

Gambar 12 Blender

f. Baskom

Baskom ini digunakan sebagai tempat pencampuran material yang akan

dibentuk menjadi spesimen uji

Page 51: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

43

Gambar 13 Baskom

3. Proses Pembuatan Spesimen

Urutan dalam pembuatan spesimen adalah sebagai berikut :

a. Pada tahap ini dipersiapkan serat sabut kelapa yang diberi perlakuan

pendahuluan (pretreatment), yaitu dari mulai pengupasan serat dari gabus

kelapa, pengeringan dan pemotongan berbagai ukuran serat sabut Kelapa

yang digunakan adalah sabut kelapa muda yang diperoleh dari para

pedagang es kelapa muda dengan alasan bahwa limbah ini banyak yang

belum dimanfaatkan oleh masyarakat

Untuk mendapatkan serat dari kelapa muda ini masih menggunakan sistem

manual yaitu dengan cara di parut. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan

ukuran partikel yang lebih kecil dan seragam. Cara manual ini membuat

pekerjaan menjadi lambat. Untuk mengatasi ini perlu di kembangkan atau

di buat alat untuk memarut sabut kelapa muda

Gambar 14 Sabut kelapa muda yang dikeringkan

Page 52: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

44

b. Serat kelapa yang sudah di kupas, kemudian di bersihkan serat tersebut dari

sabut sabut yang masih tersisa pada permukaan serat. Setelah semua bersih,

serat kelapa terrsebut di keringkan dengan memamfaatkan energi panas

matahari. Proses pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan

kandungan air yang masih tersisa pada tumpukan serat. Apabila tidak di

keringkan, maka pada penumpukkan serat akan terjadi pelapukan dan serat

berbau busuk, dan di tumbuhi bakteri.

c. Pembuatan bubur kertas dilakukan dengan cara merendam kertas bekas

terlebih dahulu agar lebih lunak saat di hancurkan menggunakan blender.

Perendaman dilakukan sehari semalam. Setelah direndam selanjutnya

dilakukan penggilingan menggunakan blender.

d. Selanjutnya, pada material styrofoam juga dilakukan kegiatan pemarutan.

Aktivitas ini dilakukan untuk mendapatkan ukuran partikel styrofoam yang

lebih kecil dan seragam. Proses pemarutan dilakukan dengan cara manual

sehingga waktu proses menjadi agak lamban. Sehingga perlu dipikirkan

untuk membuat mesin parut styrofoam.

e. Sementara itu, pada material serbuk gergaji hanya dilakukan penyaringan

dengan menggunakan ayakan agar diperoleh ukuran partikel serbuk gergaji

yang lebih kecil.

4. Tahapan Pencampuran antara matrik dengan sabut

Matrik yang di gunakan dalam penelitian ini adalah bubur kertas, serbuk

gergaji, sabut kelapa dan styrofoam. Untuk keempat jenis matrik ini perbandingan

campuran di buat bervariasi untuk melihat pengaruh kandungan serat dan matrik

terhadap sifat mekanik dan besarnya pengaruh terhadap karakteristik akustik dari

papan serat tersebut. Variasi dari dari perbandingan tersebut adalah :

a. Komposisi 1terdiri dari 300 gram bubur kertas : 140 sabut kelapa : 140

gram serbuk gergaji + 75 gram styrofoam

b. Komposisi 1terdiri dari 140gr bubur kertas : 300gr sabut kelapa : 140gr

serbuk gergaji + 75gr styrofoam

Perbandingan ini berdasarkan hasil penelitian karakteristik mekanik yang pernah

dilakukan. Sebelum proses pencampuran, sabut dan matrik di timbang untuk

mendapatkan perbandingan yang di inginkan.

Gambar 15 Proses pencampuran seluruh material

Page 53: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

45

Kemudian di aduk didalam wadah pencampur. Setelah itu di campurkan serat sabut

kelapa muda dengan perbandingan yang telah di tentukan kedalam matrik yang

sudah diaduk rata dengan air dan kemudian di aduk dengan rata lagi dengan serat

sabut kelapa.

Setelah pengadukan rata, adonan di masukan ke dalam cetakan dan kemudian

dilakukan pengepresan dengan menggunakan klem C. Sebelum dimasukkan ke

dalam cetakan dan untuk menghindari material tidak lengket dengan cetakan maka

digunakan plastik sebagaimana gambar di bawah ini.

Gambar 16 Penggunaan plastik untuk menghidari lengket

Gambar 17. Pengeringan sebelum dikeluarkan dari cetakan

Page 54: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

46

Setelah itu material dijemur sebentar untuk memudahkan pengeluaran material dari

cetakan. Setelah beberapa saat maka material tersebut dikeluarkan dari cetakan dan

selanjutnya dijemur di bawah terik matahari. Proses pengeringan ini bertujuan

untuk mengeluarkan kadar air yang terdapat dalam material uji.

Gambar 18. Pengeringan menggunakan terik matahari

Setelah betul-betul kering maka material spesimen siap untuk dilakukan pengujian.

Spesimen uji Komposisi A Spesimen uji Komposisi B

Gambar 19. Hasil pengeringan menggunakan terik matahari

5. Tahap pengujian specimen

Setelah spesimen uji dianggap telah kering dan berkurang kadar airnya,

maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan pengujian di laboratorium.

Pengujian yang pertama adalah mengetahui kemampuan serap udara. Kemudian

Page 55: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

47

dilakukan pengujian tingkat toksisitas (kadar racun) dalam material uji. Langkah

pengujian yang terakhir adalah melakukan uji kemampuan teknis tarik dan lentur.

Untuk pengujian kemampuan serap udara dilakukan dengan menggunakan jasa

laboratorium Sucofindo. Pengujian di laboratorium Sucofindo menggunakan

metode ASTM C423. Sementara itu, pengujian tingkat toksisitas (kadar racun) dari

material spesimen dilakukan di laboratorium Kimia Dasar IPB.

Page 56: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

48

1. Karakteristik Komposit Serabut Kelapa Muda

Kelapa muda atau yang sering dikenal dengan nama “Degan” banyak

memberikan manfaat bagi manusia. Selain air dan daging kelapa yang masih muda

yang memberikan manfaat bagi tubuh manusia, terdapat potensi lainnya yang

belum dimanfaatkan secara optimal. Selama ini pedagang degan hanya menjual air

degan dan batok kelapa dari degan tersebut. Sehingga nilai tambah yang diperoleh

dari kelapa muda sangat kecil. Sementara itu, serabut kelapa yang masih muda tidak

banyak dimanfaatkan. Padahal serabut kelapa tersebut memiliki potensi yang tinggi

untuk dijadikan material dasar pembuatan papan peredam suara. Pengunaan serabut

kelapa muda memerlukan perlakuan lebih lanjut agar dapat meningkatkan kualitas

serabut kelapa muda yang berfungsi sebagai penguat atau pengisi baik. Salah satu

perlakuan yang dapat dilakukan dalam membuat material komposit yaitu serabut

kelapa muda adalah dengan memarut kelapa muda hingga diperoleh ukuran partikel

lebih kecil.

Selain kelapa muda, untuk membuat papan komposit dapat juga dengan

menambahkan beberapa material seperti serbuk gergaji kayu, kertas dan lain-lain.

Dalam penelitian ini papan komposit peredam suara akan menggunakan beberapa

kombinasi formula dengan menggunakan material serabut kelapa muda, serbuk

gergaji, bubur kertas dan limbah styrofoam. Untuk mendapatkan komposisi terbaik

sebagaimana yang diinginkan, maka dalam pembuatan komposit peredam suara

dapat divariasikan dalam beberapa komposisi campuran. Pada penelitian ini

dilakukan kombinasi 2 (dua) variasi jumlah campuran yaitu: komposisi pertama

adalah bubur kertas 300gram, serbuk gergaji 70 gram, serabut kelapa 70 gram dan

styrofoam 70 gram. Sedangkan komposisi kedua bubur kertas 70 gram, serbuk

gergaji 300gram, serabut kelapa 300 gram dan styrofoam 70 gram.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

komposisi campuran terbaik untuk komposit papan berpenguat serabut kelapa

muda, serbuk gergaji kayu, bubur kertas dan styrofoam dengan lem PVC sebagai

matriknya (perekat) untuk penggunaan material peredam suara.

Adapun pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan redam

dengan kualitas yang baik yang ditunjukkan dengan nilai redaman tinggi. Untuk

mengetahui proses pembuatan dan karakteristik secara fisik komposit campuran

serabut kelapa muda, serbuk gergaji kayu, bubur kertas dan styrofoam dengan lem

PVC sebagaimana yang diuraikan pada bagian sebelumnya.

Hasil Pengujian Laboratorium

10

Page 57: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

49

Pada gambar 21. terlihat bahwa serbuk gergaji kayu diambil pengerajin kusen dan

pintu yang ada di sekitar Citayam Bojonggede-Kabupaten Bogor, dengan alasan

bahwa pada daerah tersebut berdasarkan observasi ditemukan limbah serbuk gergaji

yang tidak dimanfaatkan bahkan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

Gambar 21. Pengambilan limbah serbuk gergaji kayu dari pengerajin kusen dan

pintu

Sementara itu, untuk limbah kulit kelapa muda dapat dengan mudah ditemukan di

sekitar Universitas Pancasila Jakarta. Limbah kulit kelapa muda ini kemudian

diolah dengan cara diparut guna mendapatkan ukuran partikel yang lebih kecil.

Gambar 22 Pengambilan limbah serabut kelapa muda dari pedagang es kelapa

muda (degan)

2. Pengujian Koofisien Serap Suara

Hasil pengujian koefisien penyerapan suara berikut adalah data hasil

pengujian dari dua jenis spesimen yang terdiri dengan komposisi A terdiri dari 300

Page 58: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

50

gram bubur kertas, 140 gram serabut kelapa, 140 gram serbuk kayu dan 70 gram

Styrofoam. Sementara itu, komposisi B yang terdiri dari 140 gram bubur kertas,

300 gram serabut kelapa, 300 gram serbuk kayu dan 70 gram styrofoan. Adapun

frekuensi masuk 125 Hz; 250 Hz; 500 Hz; 1000 Hz; 2000 Hz dan 4000 Hz.

Tabel 11 Hasil pengujian koefisien penyerapan suara (α) untuk masing-

masing komposisi spesimen dan frekuensi masukan.

No Frekuensi Komposisi

A B

1 125 (Hz) Energi Datang (dB) 93.5 93.5

Energi Serap (dB) 92.5 92.2

2 250 (Hz) Energi Datang (dB) 94.3 94.3

Energi Serap (dB) 94.2 90.9

3 500 (Hz) Energi Datang (dB) 86.7 86.7

Energi Serap (dB) 70.4 66,.4

4 1000 (Hz) Energi Datang (dB) 84.6 84.6

Energi Serap (dB) 74.9 69,.8

5 2000 (Hz) Energi Datang (dB) 90.3 90.3

Energi Serap (dB) 88.3 62,.6

6 4000 (Hz) Energi Datang (dB) 79.7 79.7

Energi Serap (dB) 62.4 58,.3

Sumber: Hasil Pengolahan (2018)

Tabel 11, di atas memberikan informasi terkait dengan koefisien

penyerapan suara untuk masing-masing komposisi spesimen dengan tingkat

frekuensi suara yang terjadi pada setiap spesimen uji. Tingkat frekuensi suara

menunjukkan nilai yang tidak seragam setiap spesimen uji baik dengan komposisi

spesimen uji yang sama maupun yang berbeda. Frekuensi suara datang yang

tertinggi adalah 94.3 dB pada kedua jenis komposisi specimen untuk pada frekuensi

250 Hz sedangkan pada frekuensi serap tertinggi adalah 92,5 dB pada frekuensi 125

Hz. Sementara itu, frekuensi suara serap tertinggi adalah 94.2 pada komposisi

spesimen A pada frekuensi 250 Hz. Sedangkan frekuensi serap terendah adalah 58.3

dB pada komposisi specimen B dengan frekuensi 4000 Hz. Untuk lebih

memperjelas dari tabel tersebut ditunjukkan pada grafik distribusi tingkat frekeunsi

suara di bawah ini.

Page 59: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

51

Gambar 23 Distribusi Suara Datang (dB) pada spesimen komposisi A terhadap

frekuensi suara

Gambar 23 memberikan informasi terkait dengan distribusi suara datang

(dB) terhadap frekuensi suara (Hz). Frekuensi rata-rata yang digunakan dalam

pengujian ini dimulai dari frekuensi 125 Hz, 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000 Hz

dan 4000 Hz. Lebih lanjut, gambar tersebut juga menunjukkan pergerakan hasil

yang berbeda dari adanya frekensi. Pada Frekuensi suara terendah sebesar 125 Hz

dengan energy datang atau suara yang dimasukkan sebesar 93.5 dB. Selanjutnya

dengan perlakuan yang berbeda pada frekuensi 2000 Hz dimasukkan suara sekitar

90.3 dB. Untuk mengetahui koofisien serapan suara, dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut ini:

Spesimen 1 pada kompisisi A dengan frekuensi 125 Hz, perhitungan koefisien serap

suara (α).

α = 𝑊𝑎

𝑊𝑖

Dimana diketahui energi yang terbaca pada spesimen 92.5 dB dan energi suara

datang 93.5 dB, sehingga energi yang terserap pada specimen dapat dihitung

sebagai berikut :

Energi serap = 93.5 dB – 92.5 dB

= 1.00 dB

78

80

82

84

86

88

90

92

94

96

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

Suar

a D

atan

g (d

B)

Frekuensi (Hz)

Page 60: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

52

Untuk koefisien serap suara dengan mengetahui energi serap suara (Wa

= 1.00 dB), energi suara datang (Wi = 93.5 dB), sehingga didapatkan hasil sebagai

berikut :

α = 1.00

93.5

Dengan menggunakan persamaan yang sama maka, didapatkan hasil

koefisien serap suara untuk setiap spesimen komposit pada masing-masing fraksi

volume serat dan frekuensi. Adapun hasil pengolahan data tingkat tekanan suara

didapatkan nilai koefisien serap suara sebagai berikut:

Tabel 12. Nilai koefisien penyerapan suara (α) untuk masing-masing

komposisi spesimen dan frekuensi masukan.

No Frekuensi Loss Koefisien (α)

Komposisi

A

Komposisi

B

Komposisi

A

Komposisi

B

1 150 1.0 1.3 0.11 0.14

2 250 0.1 3.4 0.02 0.32

3 500 16.4 20.3 0.85 0.90

4 1000 9.7 14.8 0.67 0.82

5 2000 2.0 27.7 0.21 0.96

6 4000 17.3 21.4 0.86 0.91

Pada tabel di atas memperlihatkan nilai perbedaan suara datang dan suara

serap (loss) serta nilai koefisien serapan suara dari tiap-tiap spesimen komposit A

dan B. Nilai koefisien serapan suara memperlihatkan nilai yang tidak seragam

setiap spesimen uji. Lebih lajut, kualitas dari bahan peredam suara ditentukan

dengan harga koefisien serap suara (α), dimana nilai α dinyatakan dalam bilangan

antara 0 dan 1. Semakin kecil nilai koefisien serap suara maka, semakin banyak

suara yang dipantulkan dan semakin besar nilai koefisien serap suara maka,

semakin baik pula penyerapan suaranya. Material peredam yang baik memiliki nilai

koefisien serapan suara lebih besar atau sama dengan (≥ 0,3).

Page 61: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

53

Gambar 24 Perbedaan nilai loss, koefisien serapan suara pada keseluruhan

frekuensi dan komposisi tiap spesimen uji

Pada grafik diatas, diperlihatkan nilai koefisien serap suara dimana secara

keseluruhan nilai menunjukkan angka koefisien serapan suara yang bervariasi dari

material komposit berbahan limbah serabut kelapa, serbuk gergaji, bubur kertas dan

styrofoam. Dimana untuk nilai koefisien serap suara tertinggi terdapat pada

Komposisi specimen B yaitu 0,96 dengan frekuensi 2000 Hz. Sedangkan untuk

hasil data serapan suara terendah terdapat pada komposisi specimen A yaitu 0,02

dengan frekuensi 250 Hz. Koefisien serap suara cenderung meningkat akibat

naiknya frekuensi suara, dimana pada frekuensi 250 Hz terlihat bahwa dari nilai

sebaran data rata-ratanya, ini termasuk dalam angka koefisien penyerapan suara

yang terendah. Sedangkan pada frekuensi 4000 Hz menunjukkan nilai sebaran

koefisieen serap suara rata-rata yang tertinggi.

Adapun yang mempengaruhi ketidak homogen bahan komposit

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu secara teori komposit dibuat dari dua atau

lebih penyusun yang tidak saling melarutkan, proses pencampurannya tidak

homogen sehingga hasilya tidak seragam keseluruh bagian sehingga cenderung

menghasilkan porositas yang besar. Semakin keras bunyi suatu material dengan

kerapatan tinggi maka, material cenderung memantulkan. Dari grafik diatas

menunjukkan bahwa variasi komposisi campuran nilai koefisien pada penyerapan

bunyi yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa pada frekuensi 4000 Hz semua

variasi komposisi material bekerja dengan baik. Selain itu, dari hasil nilai yang

diperoleh dari hasil pengujian telah sesuai dengan standar ISO 11654 yang

ditetapkan karena lebih besar dari 0.3.

Miasa (2004) dalam penelitiannya mengenai sifat akustik penghalang

kebisingan dari kertas dan plastik, menemukan bahwa peredam kebisingan buatan

dari kertas dan plastik (termasuk di dalamnya kertas dan plastik bekas) mempunyai

kemampuan meredam kebisingan lebih baik daripada tanaman dengan kemampuan

hambatan aliran dapat diatur. Selanjutnya, studi oleh Himawanto (2007)

menggarisbawahi bahwa semakin besar kandungan material anorganik, koefisien

absorbsinya juga semakin meningkat pada frekuensi rendah. Selain itu, Ismail et

1 0.1

16.4

9.7

2

17.3

1.33.4

20.3

14.8

27.7

21.4

0.11 0.02 0.85 0.67 0.21 0.860.14 0.32 0.9 0.82 0.96 0.91

0

5

10

15

20

25

30

125 250 500 1000 2000 4000

Page 62: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

54

al., (2010), meneliti koefisien absorpsi dari serat pohon aren dan mendapatkan hasil

bahwa serat aren sangat baik untuk menyerap bunyi pada frekuensi 2000 Hz – 5000

Hz dengan koefisien absorpsi antara 0,75 – 0,90, serta ketebalan optimum adalah

40 mm. Karakteristik akustik dari serat sabut kelapa dapat dianalisa menggunakan

persamaan model yang dikembangkan oleh komatsu (2008) untuk ketebalan 10-30

mm (Zulkarnain 2011). Penelitian serupa yang dilakukan oleh Wassilieff (1996)

menjelaskan bahwa penggunaan serbuk kayu sebagai bahan dasar dengan

ketebalan, porositas dan resitivitas akan mempengaruhi nilai penyerapan bunyi.

Selanjutnya, studi yang dilakukan oleh Yang et al., (2003) menggunakan paduan

jerami padi dan serbuk kayu untuk pembuatan panel komposit penyerap kebisingan.

Eriningsih (2009), telah melakukan penelitian komposit serat rami dan

limbah rami sebagai bahan absobpsi suara. Dari hasil pengujian dan perhitungan

menunjukan bahwa proses alkalisasi dapat mempengaruhi penurunan koefisien

absorpsi suara. Besarnya fraksi void mempengaruhi sifat porositas komposit

semakin tinggi fraksi void, semakin tinggi pula koefisien absopsi suara. Koefisien

absorpsi suara optimum diperoleh pada komposit limbah serat rami tanpa alkalisasi

dengan α = 0,64 pada frekuensi rendah(31,5-1600) Hz, dengan α = 0,80 pada

freuensi tinggi (1600-3200) Hz.

Lokantara dkk (2011) Telah melakukan penelitian tentang studi perlakuan

panjang serat dan fraksi volume serat terhadap sifat akustik komposit tapis

kelapa/poliester sebagai alteratif pengganti bungbungan bambu gamelan bali.

Bahan penelitian ini adalah serat tapis kelapa yang dipotong-potong berukuran

5mm, 10mm, dan15mm yang diberi perlakuan NaOH 5% selama 2 jam, polyester,

hardener metil etil keton periokside jenis mekpo, dan gliserin. Pengujian ini dengan

menggunakan fariasi fraksi volume serat12%,16% dan 20%. Dari perbandingan

komposit dengan bambu dihasilkan bahwa koefisien serapan suara bambu

cenderung lebih stabil dan lebih tinggi dibanding kandengan komposit.

Karlinasari dkk (2011), melakukan penelitian sifat penyerapan dan isolasi

suara papan wol berkerapatan sedang tinggi dari beberapa kayu cepat tumbuh dari

jenis sengon (Paraserianthes falcataria), kayu afrika (Maesopsiseminii) dan

mangium (Acacia mangium). Partikel kayu yang digunakan berukuran wol dan

perekat sintesis yang digunakan isosianat. Dari hasil penelitian ini papan wol

berkerapatan 0,8 g/cm3 memiliki nilai koefisien absorpsi suara (α) lebih tinggi

dibanding dengan papan berkerapatan 1,0 g/cm3 pada kisaran frekuensi rendah dan

tinggi. Pada frekuensi sedang papan partikel wol dari kayu cepat tumbuh bersifat

merefleksikan suara.

3. Hasil uji tingkat toksisitas

Toxic Characteristic Leaching Procedure (TCLP), merupakan salah satu

uji karakteristik toksisitas terhadap suatu limbah atau bahan pencemar, karakteristik

yang dimaksud adalah karakteristik leaching. Leaching atau pelindihan adalah

proses pencucian bahan pencemar oleh air hujan secara alami, jika suatu sampah

atau limbah berada di tempat pembuangan sampah lalu terkena panas dan hujan,

maka pada saat terjadi hujan bahan – bahan yang terkandung di dalam sampah atau

Page 63: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

55

limbah akan tercuci oleh air hujan dan akhirnya masuk kedalam lingkungan tanah.

Bahan yang biasanya larut dalam air hujan tersebut mengandung senyawa logam

berat dan sejenisnya, sehingga jika masuk kedalam sistem lingkungan tanah akan

menyebabkan pencemaran terutama terhadap air tanah. TCLP merupakan uji yang

standar bagi limbah untuk mengetahui kecepatan dari proses pelindihan dan

senyawa yang terkandung dalam air lindi (atau air pencuci yang mengandung

senyawa yang berasal dari limbah). TCLP biasanya menyimulasikan suatu

tumpukan sampah atau limbah yang tercuci oleh air hujan yang biasanya bersifat

asam dengan pH kisaran 4 hingga Uji TCLP digunakan sebagai penentuan salah

satu sifat berbahaya (beracun) suatu limbah, selain itu juga dapat diterapkan dalam

hal mengevaluasi produk pretreatment limbah sebelum ditimbun dalam tanah, yaitu

dalam proses solidifikasi/stabilisasi (S/S). TCLP memiliki sasaran untuk

membatasi adanya lindi (peluluhan) berbahaya yang dihasilkan dari penimbunan

(landfilling) setelah limbah disolidifikasi/stabilisasi.

Uji Peluluhan Tingkat peluluhan pada matriks semen/limbah diuji

menggunakan metode TCLP yang merupakan suatu tes untuk menentukan apakah

suatu limbah atau bahan kimia dapat meresap ke dalam tanah atau air tanah dengan

cara menyimulasikan kondisi limbah apabila dibuang di tempat pembuangan akhir

biasa, apabila limbah mengandung kurang dari 0,5% padatan maka cairan hanya

perlu disaring dan diuji, tetapi prosedur pencucian kompleks tidak perlu dilakukan.

Sampel terdiri atas dua fase yaitu cair dan padatan, sehingga harus disaring untuk

memisahkan cairan, dimana bagian yang berupa cairan disimpan untuk dilakukan

pengujian lebih lanjut (Sherry, 2001), sedangkan bagian yang berupa padatan

digunakan lagi pada tahapan TCLP selanjutnya.

Uji TCLP akan dilakukan terhadap produk terbaik papan komposit

peredam suara untuk mengetahui apakah kandungan logam berat dalam panel

dinding akan dapat terlindikan (leaching) pada saat komposit peredam suara

dipergunakan. Parameter yang akan dilihat pada uji TCLP yaitu seperti pada Tabel

4.3.

Tabel 13. Parameter uji dari papan komposit peredam suara

No Parameter Metode Indikator capaian

1 Chromium TCLP sesuai

Standar Metode

Struktur papan peredam suara yang

ramah lingkungan dan terbebas dari

unsur atau senyawa yang berbahaya

dan beracun

2 Copper

3 Lead

4 Zink

Uji TCLP adalah cara untuk menentukan kecenderungan limbah

mengalami pelindian atau leaching yang merupakan salah satu cara untuk

menentukan karakteristik limbah beracun. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah

B3 kategori 1 jika Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari

TCLP-A sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PP No.101 Tahun 2014 yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah. Sedangkan limbah

Page 64: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

56

diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki konsentrasi zat

pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Pemerintah.

Uji TCLP TCLP dilakukan mengacu pada US EPA Method 1311 yang

merupakan parameter efektivitas proses stabilisasi. Uji TCLP merupakan salah satu

persyaratan uji untuk menentukan tingkat toksik limbah B3 menurut PP 101/2014.

Uji TCLP dilakukan untuk mengetahui kandungan logam berat dalam benda hasil

solidifikasi. TCLP dilakukan dengan menghancurkan benda uji kemudian diekstrak

menggunakan larutan ekstraksi sesuai dengan pH sampel. Penentuan penggunaan

larutan ekstraksi dilakukan dengan mengukur pH awal sampel dan pH akhir sampel.

Pada pengujian kandungan logam berat pada material komposit ini mengacu pada

metode USEPA 1311-AAS dan USEPA 1311 Spectrophotometry.

Tabel 14. Hasil pengujian TCLP papan komposit peredam suara

Parameter Hasil Batas regulasi * Unit

TCLP A TCLP B

Lead (Pb) 0.5 3 0.5 mg/L

Cadmium (Cd) <0.05 0.9 0.15 mg/L

Chromium (Cr) <0.02 - - mg/L

Mercury (Hg) 0.0003 0.3 0.05 mg/L

Arsenic (As) <0.0004 3 0.5 mg/L

Zinc (Zn) 2.58 300 50 mg/L

Selenium (Se) <0.0004 3 0.5 mg/L

Copper (Cu) 0.01 60 10 mg/L

Nickel (Ni) <0.01 21 3.5 mg/L

Silver (Ag)_ <0.006 40 5 mg/L

Barium (Ba) 0.35 210 35 mg/L

Cobalt (Co) <0.01 - - mg/L

Boron (B) <0.01 150 25 mg/L

Nitrate (N-NO3) 15.18 15000 2500 mg/L

Nitrite (N-NO2) <0.01 900 150 mg/L

Fluoride (F) 15.54 450 75 mg/L

Cyanide (CN) <0.01 21 3.5 mg/L

* Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014

Page 65: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

57

Berdasarkan hasil uji yang telah dilaksanakan di laboratorium terpadu

Institut Pertanian Bogor diperoleh keterangan bahwa semua parameter masih di

bawah baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah melalui PP RI No. 101 tahun

2014. Lebih lanjut pada tabel di atas juga menginformasikan bahwa parameter

timbal (Pb) merupakan satu-satunya parameter yang memiliki hasil tertinggi,

dimana dari hasil pengujian menggunakan metode USEPA 1311-AAS

menunjukkan nilai timbal sebesar 0.5. Hasil ini mendekati nilai baku mutu TCLP

golongan B. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan kategori TCLP A nilainya

masih di bawah. Kemungkinan adanya kandungan timbal pada material komposit

yang diuji adalah penggunaan kertas bekas baik dari koran maupun kertas bekas

lainnya yang masih mengandung tinta. Sementara itu uji pada beberapa parameter

tidak menunjukkan hasil yang signifikan seperti parameter Chromium (Cr) dan

Cobalt (Co). Untuk parameter Selenium (Se) dan Arsenic (As) memiliki hasil yang

sama yaitu sebesar <0.0004. Lebih lanjut, nilai yang diperoleh dari hasil pengujian

tersebut menunjukkan nilai yang masih dapat diterima karena di bawah nilai baku

mutu yang ditetapkan yaitu sebesar 3 dan 0.5 untuk Arsenic (Ar). Sedangkan baku

mutu untuk Selenium (Se) yaitu 3 untuk kategori TCLP A dan 0.5 untuk kategori

TCLP B. Sehingga, hal ini dapat disimpulkan bahwa papan komposit peredam suara

dalam penelitian ini ramah lingkungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Hakim dkk., (2010) menunjukkan bahwa

berdasarkan hasil pengujian menggunakan metode TCLP pada panel dinding

bangunan tahan gempa dari limbah berbahaya dan beracun industri minyak dan gas

masih di bawah batas baku mutu yang telah ditetapkan dalam PP No. 85 tahun 1999.

Sehingga dapat digunakan atau diproduksi secara massal oleh publik. Lebih lanjut,

studi oleh Ekapeny (2010) menganalisis pemanfaatan limbah padat dari industri

kertas sebagai papan partisi. Pemanfaatan limbah padat industri kertas dengan

teknik solidifikasi sebagai papan partisi patut dicoba untuk meminimalkan masalah

lingkungan. Bahan baku campuran berupa limbah padat dan sabut kelapa.

Perbandingan komposisi limbah padat dan sabut kelapa adalah 100%:0%, 95%:5%,

90%:10%, 85%:15%, 80%:20%. Bahan baku dicampur dengan bahan pengikat

seperti semen atau lem kayu sebesar ¼, ½ dan ¾ dari berat campuran. Selain itu,

studi tersebut juga mengungkapkan bahwa komposisi daya solidifikasi mampu

mengimobilisasi konsentrasi logam Pb dalam papan sebesar 99,4% dan Cu sebesar

98,28% sehingga memenuhi standar PP No.85 tahun 1999.

Berdasarkan kedua penelitian tersebut menunjukkan adanya potensi

pemanfaatan limbah padat sebagai material komposit yang ramah lingkungan.

Tingginya laju generasi limbah padat dapat diminimasi dengan memanfaatkan

ulang limbah tersebut untuk direkayasa teknis sebagai material pembuat papan

komposit dalam berbagai jenis pemanfaatannya seperti panel dinding ataupun

peredam suara. Selain dapat mengurangi laju timbulan limbah yang dikirim ke TPA

juga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi. Dengan demikian, pemanfaatan

limbah sebagai material atau bahan baku pembuatan papan komposit dapat menjadi

salah satu alternatif solusi dalam mengurangi laju timbulan limbah yang dikirim ke

TPA.

Page 66: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

58

Daftar Pustaka

Abdulhalim, Riman, Irawan D., Cakrawala M., 2015. Pemanfaatan Limbah

Styrofoam Dalam Pembuatan Material Dinding Bangunan, Widya Teknika

Vol.23 No.2; Oktober 2015 ISSN 1411 – 0660: 1 - 5 1

Anonim, 1999. Sabut kelapa bahan barang sederhana hingga luks. Sinar tani 15-21

Desember 1999.

Antonal V., P.C. 1996. Coconut fibre processing and marketing. Proceeding of the

XXXIII Cocotech Meeting. Kuala Lumpur, Malaysia.

Banzon, J.A., and J.R. Velasco. 1982. Coconut production and utilization. PCRDF.

Manila.

Bobleter O., 1994. Hydrothermal degradation of polymers derived from plants.

Prog PolymSci; 19:797–841.

BPPT., 1996. Sistem Pengelolaan Sampah di Perkotaan, Direktorat Pengkajian

Sistem Industri Jasa. 1996.

Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, Repository

USU

Daniel G., dkk. 1942. Composites Materials Design and Aplications: CRC Press

LCC.

Deborah, 2009. Composites Materials. State University of New York, Buffalo Dept.

Mechanical & Aerospace Engineering :USA.

Doelle, L, 1985. Akustik Lingkungan Terjemahan Oleh Lea Prasetia: Surabaya:

Erlangga.

Ekapeny B., 2010. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Kertas Sebagai Papan

Partisi, Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur,

Surabaya

Erninsih, R., 2009. Komposit Serat Rami dan Limbah Rami Sebagai Bahan Absori

Suara.

Gabriel, J.F.. 1999. Fisika Lingkungan. Jakarta : EGC.

Gabriel J.F., 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Giancoli, DC., 2001. Fisika. Edisi kelima. Jilid dua. (Terjemahan: Hanum,

Yuhilza). Jakarta: Erlangga, hal 411-415

Ginting, AX., 1998. The relation between wood waste management and the risk of

transboundary haze from forest. (diadaptasi dari http://www.iesea.or.id.sea-

span/SCIPOL2/STUDI.htm)

Grinwood, B.E., 1960. Coconut palm products. FAO. Rome

Gustan Pari, 2002. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan

Kayu, Institut Pertanian Bogor

Page 67: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

59

Hakim L., Yulianto P., Prihatmaji, Yulianto A., Willyam D., Wilaksono A., Ardi

B., 2010. Produksi Panel Dinding Bangunan Tahan Gempa dan Ramah

Lingkungan dari Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Industri Minyak dan

Gas, Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, Volume 2, Nomor 2, Halaman

97‐110.

Himawanto, D. A., 2007. Karakteristik panel akustik sampah kota pada frekuensi

rendah dan frekuensi tinggi akibat variasi kadar bahan anorganik. JURNAL

TEKNIK GELAGAR 18 (01): 19 - 24.

Hendricks AT, Zeeman G., 2009. Pretreatments to enhance the digestibility of

lignocellulosic biomass. Bioresour Technol 100:10–108

Isroful, 2009. Pengolahan Sabut Kelapa Menjadi Papan Partikel dengan Batang

Pisang sebagai Pelapisnya pada Interior Bangunan. Terdapat pada:

http://isroful.wordpress.com/2009/10/15/ - pengolahan-sabut -kelapa-

menjadipapan-partikel dengan-batang-pisangsebagai-pelapisnya- pada-

interiorbangunan/, Diakses 10 April 2018 (Pukul 10:30 WIB).

Jufri, 2009. Pemanfaatan Sabut Kelapa Sebagai Penyusun Asbes Untuk

Meningkatkan Kekuatan Bending, Teknik mesin UMM, Malang

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/Menkes/SK/XI/2002

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri.

Karlinasari, dkk., 2011. Sifat Penyerapan dan Isolasi Papan Wol Berkerapatan

Sedang-Tinggi dari Beberapa Kayu Cepat Tumbuh. Jurnal Ilmu dan

Teknologi Hasil Hutan 4(1): 8-13.

Khotimah, K., 2015. Sifat Penyerapan Bunyi Pada Komposit Serat Batang Pisang

(SBP) – Poliester. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol. 1, no. 1: h. 91-101.

Khuriati A., Nur M., 2006. Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa

dan Pengukuran Koefisien Penyerapan Bunyinya. Berkala Fisika, Vol.9,

No.1, hal 15-25, ISSN: 1410 – 9662 Vol.9, No.1.

Kumar, D.A., 1979. Enviromental Chemistry. New Delhi : Willey and Sons.

Latifa. N. L., 2015. Fisika Bangunan 2. Cetakan 1. Jakarta: Griya Kreasi

Lay A. 1988. Hubungan frekuensi panen dan mutu hasil kelapa. Laporan Tahunan

1987/1988 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Manado.

Ismail L., Mahzan S., Zaidi AMA., 2010. Sound Absorption of Arenga Pinnata

Natural Fiber. World Academy of Science, Engineering and Technology 67.

Lokantara, dkk. 2012. Studi Perlakuan Panjang Serat dan Fraksi Volume Serat

Terhadap Sifat Akustik Komposit Tapis Kelapa/polyester Sebagai Alternatif

Pengganti Bumbungan Bumbu Gamelan Bali. JurusanTeknik Mesin:

Universitas Udayana.

Macdonald AJ., 2001. Struktur & Arsitektur, Erlangga, Jakarta

Mazumdar, Sanjay,K., 2001. Composit Manufacturing : CRC Press LLC.

Page 68: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

60

Miasa IM., 2004. Penelitian Sifat-Sifat Akustik dari Bahan Kertas dan Plastik

Sebagai Penghalang Kebisingan, Media Teknik(No. 1 Tahun XXVI): 68-71.

Munir, M. dan Dzulkiflih, 2015. Pemanfaatan Flux pada Styrofoam sebagai Bahan

Dasar Peredam Suara dengan Metode Tabung Impedansi. Jurnal Inovasi

Fisika Indonesia Vol. 4, No. 3, 41-47.

Nurmuhamad A., 2013. Merubah Sampah Menjadi Uang.

(http://jurnalilmiahtp.blogspot.com/2013/11/merubah-sampah-menjadi-

uang.html (diakses tanggal 15 Juni 2018).

Purwanto, 2017. Sifat Komposit Bahan Serat Akar Wangi dan Limbah Serbuk

Gergaji Sebagai Bahan Peredam Suara, Ethos (Jurnal Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat): Vol 5, No.1.

Ravindranath A.D., 1991. Coir pith-potertial wealth in India, Seminar on utilization

in Agriculture. Tamilnadu Agricultural Unviersity. Coimbatro 64100

Sari, Tirta Indah Wulan S., Muhsin dan Wijayanti H., 2016. Pengaruh Metode

Aktivasi pada Kemampuan Kaolin sebagai Adsorben Besi (Fe) Air Sumur

Garuda. Jurnal Konversi Vol.5, No.2, 20-25.

Schwartz, M.M. 1984. Composite Material Handbook, Mc Graw Hill. Singapore

Sears, Francis Weston & Zemansky, Mark W., 1962. Fisika Universias I Mekanika

Panas Bumi. Terjemahan Oleh Soedarjana, P.J & Ahmad Amir. Jakarta: Bima

Cipta.

Setiyono. 2004. Pedoman Teknis Pengelolaaan Limbah Industri Kecil. Kementrian

Lingkungan Hidup, Jakarta.

Sherry, D., 2001. Regulated Metals: The Rule of 20. KANSAS SBEAP. Kansas

State University.

Suharyani dan Mutiari, Dhani, 2013. Limbah Pelepah Pisang Raja Susu Sebagai

Alternatif Bahan Dinding Kedap Suara. Sinektika Vol. 13, No. 1: h. 62-68.

Surdia, T.; Saito, S., 1999. Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan ke4, PT. Pradnya

Paramita, Jakarta.

Suma'mur, P.K., 1994. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta Gunung

Agung.

Suma’mur P.K,1995. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja

Jakarta: PT Toko Gunung Agung.

Sutater, T., 1997. Pemanfaatan limbah kelapa sebagai media tanam tanpa tanah

dalam bentuk chip, pot dan curah. Laporan akhir RUK. Balai Penelitian

Tanaman Hias, Jakarta.

Thamrin S., Tongkukut SHJ., As’aria, 2013. Koefisien serap bunyi papan partikel

dari bahan serbuk kayu kelapa, JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 2 (1) 56-

59

Page 69: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

61

Wahyono S., 2001. Pengelolaan Sampah Kertas di Indonesia, Jurnal Teknologi

Lingkungan, Vol. 2 No. 3: 276 – 280.

Wassilieff. C., 1996. Sound absorption of wood-based materials, Applied Acoustic

48: 339-356.

Windyasari, N., 2004. Penggunaan Kadar Lignin pada Proses Pembuatan Pulp dari

Kayu Lamtorogung dengan Proses Asam Asetat-Ethyl Asetat , UPN ”

Veteran ” Jatim.

Yang, H, Jun KD., Joong KH., 2003. Rice straw-wood particle composite for saund

absorbing wooden construction materials, Bioresource Technology 86: 117-

121.

Page 70: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

62

Page 71: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

63

Page 72: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

64

Page 73: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

65

Page 74: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti

66

Page 75: PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK ...dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/...PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DAN ANORGANIK SEBAGAI MATERIAL AKUSTIK Oleh: Dino Rimantho, Nur Yulianti