pemanfaatan lansekap sebagai identitas kota … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota....

8
Subhan Ramdlani 1) -Pemanfaatan Lansekap sebagai Identitas Kota 4-133 PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA DALAM PERSPEKTIF CITY BRANDING Subhan Ramdlani 1) 1) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya [email protected] ABSTRACT Increased urban space activities are vulnerable to changes in urban environmental quality, both ecologically, visually and in the utilization of urban space, which has implications for the blurring of city identity (Amar, 2009). One of the expected efforts to improve urban environmental quality is the use of urban landscape through the identification of the landscape character and the collective identity of the urban community. This combination of landscape and community aspects can result in different landscape identities in each city. Through these two approaches, the city's landscape is working to realize the identity of the city. The method of utilizing urban landscape as a city identity begins with the character of the city character in the formation of landscape Identity (Ramos, 2015). This landscape identity has implications for the city even in "City Branding" (Riza, 2012). By comparing several cases of urban landscape utilization as the City Identity in Surabaya and Malang, this article attempts to formulate the criteria of urban landscape utilization in the branding of city identity. Keywords: Landscape identity, City Identity, City Branding ABSTRAK Peningkatan aktifitas kota menjadikan ruang perkotaan (urban spaces) rawan terhadap perubahan kualitas lingkungan kota, baik secara ekologi, visual maupun dalam pemanfaatan ruang kota, yang berimplikasi pada pengkaburan identitas kota (Amar, 2009). Salah satu upaya yang diharapkan untuk pemulihan kualitas lingkungan kota adalah pemanfaatan lansekap perkotaan melalui identifikasi karakter lansekap dan identitas kolektif masyarakat kota. Kombinasi antara aspek lansekap dan masyakat ini dapat menghasilkan identitas lansekap yang berbeda di tiap kota. Melalui kedua pedekatan tersebut, lansekap kota berpotensi untuk menjadikan identitas kota. Metode pemanfaatan lansekap kota sebagai identitas kota dimulai dengan mengidentifikasi karakter lansekap, memahami karakter warga kota dalam membentuk Identitas lansekap (Ramos, 2015). Lansekap beridentitas inilah yang berimplikasi pada kebijakan kota bahkan dalam “City Branding” (Riza, 2012). Dengan membandingkan beberapa kasus pemanfaatan lansekap kota sebagai Identitas kota di Surabaya dan Malang, artikel ini mencoba merumuskan kriteria pemanfaatan lansekap kota dalam menemukan identitas kota. Kata Kunci: Identitas lansekap, Identitas Kota, City Branding PENDAHULUAN Pada tahun 2014 jumlah penduduk perkotaan, saat itu tercatat 54% dan akan terus meningkat hingga 66% pada tahun 2050 (World Bank Group, 2015). Dan Kota-kota di Indonesia tumbuh rata-rata 4,1% per tahun, yang berarti laju yang lebih cepat dari kota-kota negara Asia lainnya. Pada tahun 2025, atau kurang dari 8 tahun lagi, diperkirakan 68% penduduk Indonesia adalah warga kota. Indonesia memiliki lahan perkotaan terbesar ketiga di Asia timur, setelah Tiongkok dan Jepang. Sehingga jumlah lahan perkotaan di Indonesia meningkat 1,1% per tahun, merupakan laju pertumbuhan lahan perkotaan tertinggi setelah Tiongkok (World Bank Office Jakarta, 2016). Pertumbuhan yang sedemikian tinggi, memicu daya saing kota semakin tinggi. Setiap kota berlomba-lomba memunculkan potensi masing-masing, untuk sebanyak mungkin dikenal, menarik dan berbeda dengan kota lain. Karakter dan identitas kota digali untuk menghindari keseragaman bentuk dan tampilan kota. Meski setiap kota mempunyai budaya masyarakatnya yang unik, namun dalam tatanan fisik sulit terhindar dari keseragaman dengan kota-kota lain (Amar, 2009). Untuk itulah identitas kota, perlu melibatkan karakter lansekap perkotaan, sebagai bagian yang unik dari suatu kota. Lansekap perkotaan, selayaknya dimanfaatkan sebagai identitas kota bukan sekedar tatanan fisik semata. Identitas kota sebenarnya tidak dapat dibangun atau diciptakan, tetapi identitas tersebut telah terbentuk dengan sendirinya. Secara umum identitas kota terbentuk dari pemahaman dan pemaknaan

Upload: trinhnga

Post on 07-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang ... material peninggalan masa lalu,

Subhan Ramdlani1)-Pemanfaatan Lansekap sebagai Identitas Kota 4-133

PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA DALAM PERSPEKTIF CITY BRANDING

Subhan Ramdlani1)

1)Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

[email protected]

ABSTRACT

Increased urban space activities are vulnerable to changes in urban environmental quality, both ecologically,

visually and in the utilization of urban space, which has implications for the blurring of city identity (Amar, 2009).

One of the expected efforts to improve urban environmental quality is the use of urban landscape through the

identification of the landscape character and the collective identity of the urban community. This combination of

landscape and community aspects can result in different landscape identities in each city. Through these two

approaches, the city's landscape is working to realize the identity of the city. The method of utilizing urban

landscape as a city identity begins with the character of the city character in the formation of landscape Identity

(Ramos, 2015). This landscape identity has implications for the city even in "City Branding" (Riza, 2012). By

comparing several cases of urban landscape utilization as the City Identity in Surabaya and Malang, this article

attempts to formulate the criteria of urban landscape utilization in the branding of city identity.

Keywords: Landscape identity, City Identity, City Branding

ABSTRAK

Peningkatan aktifitas kota menjadikan ruang perkotaan (urban spaces) rawan terhadap perubahan kualitas

lingkungan kota, baik secara ekologi, visual maupun dalam pemanfaatan ruang kota, yang berimplikasi pada

pengkaburan identitas kota (Amar, 2009). Salah satu upaya yang diharapkan untuk pemulihan kualitas

lingkungan kota adalah pemanfaatan lansekap perkotaan melalui identifikasi karakter lansekap dan identitas

kolektif masyarakat kota. Kombinasi antara aspek lansekap dan masyakat ini dapat menghasilkan identitas

lansekap yang berbeda di tiap kota. Melalui kedua pedekatan tersebut, lansekap kota berpotensi untuk

menjadikan identitas kota. Metode pemanfaatan lansekap kota sebagai identitas kota dimulai dengan

mengidentifikasi karakter lansekap, memahami karakter warga kota dalam membentuk Identitas lansekap

(Ramos, 2015). Lansekap beridentitas inilah yang berimplikasi pada kebijakan kota bahkan dalam “City Branding”

(Riza, 2012). Dengan membandingkan beberapa kasus pemanfaatan lansekap kota sebagai Identitas kota di

Surabaya dan Malang, artikel ini mencoba merumuskan kriteria pemanfaatan lansekap kota dalam menemukan

identitas kota.

Kata Kunci: Identitas lansekap, Identitas Kota, City Branding

PENDAHULUAN

Pada tahun 2014 jumlah penduduk perkotaan, saat itu tercatat 54% dan akan terus meningkat hingga 66% pada tahun 2050 (World Bank Group, 2015). Dan Kota-kota di Indonesia tumbuh rata-rata 4,1% per tahun, yang berarti laju yang lebih cepat dari kota-kota negara Asia lainnya. Pada tahun 2025, atau kurang dari 8 tahun lagi, diperkirakan 68% penduduk Indonesia adalah warga kota. Indonesia memiliki lahan perkotaan terbesar ketiga di Asia timur, setelah Tiongkok dan Jepang. Sehingga jumlah lahan perkotaan di Indonesia meningkat 1,1% per tahun, merupakan laju pertumbuhan lahan perkotaan tertinggi setelah Tiongkok (World Bank Office Jakarta, 2016). Pertumbuhan yang sedemikian tinggi, memicu daya saing kota semakin tinggi. Setiap kota berlomba-lomba memunculkan potensi masing-masing, untuk sebanyak mungkin dikenal, menarik dan berbeda dengan kota lain. Karakter dan identitas kota digali untuk menghindari keseragaman bentuk dan tampilan kota. Meski setiap kota mempunyai budaya masyarakatnya yang unik, namun dalam tatanan fisik sulit terhindar dari keseragaman dengan kota-kota lain (Amar, 2009). Untuk itulah identitas kota, perlu melibatkan karakter lansekap perkotaan, sebagai bagian yang unik dari suatu kota. Lansekap perkotaan, selayaknya dimanfaatkan sebagai identitas kota bukan sekedar tatanan fisik semata.

Identitas kota sebenarnya tidak dapat dibangun atau diciptakan, tetapi identitas tersebut telah terbentuk dengan sendirinya. Secara umum identitas kota terbentuk dari pemahaman dan pemaknaan

Page 2: PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang ... material peninggalan masa lalu,

4-134 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

“image” tentang sesuatu yang ada atau pernah ada melalui pengenalan obyek-obyek fisik (bangunan dan obyek fisik lain) maupun obyek non fisik (aktifitas sosial) yang berlangsung dari waktu ke waktu. Aspek Historis dan pengenalan “image yang ditangkap oleh warga kota menjadi penting dalam pemaknaan identitas kota atau citra kota (Wikantiyoso, 2006). Keberadaan kota-kota di Indonesia yang seharusnya mendukung pertumbuhan nilai-nilai budaya lokal justru terjebak dalam budaya massal. Diabaikannya nilai kesejarahan pembentukan kota sehingga sejarah kawasan kota seolah terputus sebagai akibat pengendalian perkembangan yang kurang memperhatikan tatanan kehidupan dan aspek fungsi kawasan (Wikantioyoso,2006)

Secara literature, jejak budaya dan artefak masyarakat termasuk dalam kategori lansekap budaya (cultural landscape), yang ada di sudut kota, taman, pegunungan, dan diakui UNESCO sebagai bagian pembentuk identitas kolektif. (Unesco, 1992). Dengan demikian, identitas lansekap telah digunakan melalui literatur ilmiah dan dokumen kebijakan dengan berbagai cara. Lansekap disini bisa merujuk pada bentang alam itu sendiri dan fitur yang membuat perbedaannya, atau bagaimana orang menggunakan lansekap untuk membangun identitas individu atau kolektif mereka, namun ia dapat selalu dipahami sebagai hubungan timbal balik antara lansekap dan manusia (Ramos, 2015). Sebagai istilah, identitas lansekap dapat didefinisikan sebagai keunikan yang dirasakan sebuah tempat. Sudah jelas bila identitas lansekap dalam pengertian ini tidak akan pernah memiliki sifat yang mutlak, karena persepsi orang tidak sama. Atribut identitas itu dikaitkan dengan apa yang ditangkap oleh pengamat pada satu kota (Stobbelaar, 2011).

Kota Surabaya termasuk kota yang berbenah dengan perbaikan ruang terbuka hijau, ruang publik, ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang terbuka hijau dan perbaikan kualitas ruang publik, baik perbaikan taman, penataan kawasan kumuh, pengalihfungsian bangunan di area hijau, hingga penambahan atribut-atribut fisik kota sebagai bagian lansekap perkotaan (Hardjana, 2016). Demikian pula yang dilakukan oleh kota Malang. Sebagai pendidikan dan pariwisata, pemerintah kota terus membenahi taman-taman kota, membuat ruang-ruang publik dengan atribut yang menarik untuk warga beraktifitas. Meski demikian, hasil survey didapatkan bahwa 41% responden menyatakan jumlah RTH taman di Kota Malang sudah tercukupi. RTH taman yang berfungsi sebagai salah satu fasilitas aktivitas sosial dinyatakan sudah terpenuhi 91% secara kuantitas, serta 57% terpenuhi secara kualitas. (Satria, 2016). Penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa segala upaya yang dilakukan belum dipersepsikan sebagai bagian dari karakter budaya kota (local culture), identitas kolektif warga kota. Sehingga bagaimanakah hubungan pemanfaatan lansekap dengan identitas kota? Bagaimanakah dengan upaya kota Surabaya dan Kota Malang dengan penataan taman, kawasan bersejarah, ruang publik, agar mampu menjadi identitas kota?

Identitas Lansekap dan Identitas Kota

Identitas lansekap dibentuk oleh dua komponen penting, yaitu karakter fisik lansekap dan identitas kolektif masyarakat kota. Dua komponen ini berproses dan saling mempengaruhi identitas lansekap yang terbentuk (Ramos, 2015). Bahkan identitas lansekap ini dianggap sebagai penghubung antara elemen fisik, sosial dan budaya dari lansekap. Artinya lansekap yang beridentitas bukan sekedar obyek dan tatanan fisik, namun juga gabungan memori, makna simbolik yang kualitasnya serupa dengan kualitas lansekap yang ditangkap oleh pengamat. (Stobbelaar, 2011). Perbedaan pada kedua diagram teori ini terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Diagram hubungan “Lansekap beridentitas” (Ramos, 2015) dan (Stobbelaar, 2011)

Page 3: PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang ... material peninggalan masa lalu,

Subhan Ramdlani1)-Pemanfaatan Lansekap sebagai Identitas Kota 4-135

Karakter lansekap setiap kota tentu berbeda, kota pedalaman dan kota pesisir memiliki karakter fisik lansekap yang berbeda. Beberapa karakteristik lansekap yang dapat menjadi identitas lansekap sebuah kota menurut penelitian terdahulu, antara lain: material peninggalan masa lalu, kategori/jenis spesifik, struktur buatan oleh masyarakat, aktivitas spesifik masyarakat pada lansekap, atribut lansekap yang terkait memori masyarakat, kawasan baru (pendatang), dan kriteria khusus (bau, suara dst) (Ramos, 2015). Sedangkan aspek identitas kolektif, bisa ditelusuri dari persepsi individual atau kelompok sebagai pengamat dan penikmat lansekap. Para individu dan pengamat ini diminta untuk menentukan, apakah karakter dan atribut lansekap yang sesuai dengan kepentingan individu atau kelompok responden.

Identitas lansekap yang telah teruji dengan karakter fisik dan sesuai dengan identitas kolektif masyarakat, merupakan satu keunikan yang membedakan dengan kota lain. Maka kumpulan lansekap yang berkarakter dan beridentitas, akan mewujud pada suatu identitas kota. Dengan strategi marketing, lansekap yang beridentitas tersebut perlu didukung dengan desain dan “pemasaran” sebagai sebuah produk (Gertner, 2002). Untuk memasarkan produk tersebut, image yang baik saja tidak cukup. City branding harus memperhatikan bagaimana budaya dan sejarah, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial, infrastruktur dan arsitektur, lansekap dan lingkungan, antara lain, bisa digabungkan menjadi identitas yang punya nilai jual dan bisa diterima semua orang (Zhang, 2009). Lansekap yang beridentitas inilah yang berimplikasi pada city branding (Riza, 2012). Berdasarkan uraian diatas, maka urutan pemanfaatan lansekap kota, yang berkarakter, beridentitas, hingga menjadi identitas kota dan menjadi komoditas city branding dapat tergambar pada gambar hubungan lansekap, identitas kota dan city branding (gambar2).

Gambar 2. Diagram hubungan “Identitas Kota, lansekap beridentitas dan City Branding.

METODOLOGI

Pembahasan tentang pemanfaatan lansekap sebagai identitas kota pada dua studi kasus, kota Malang dan Surabaya, dilakukan dengan melibatkan responden yang terbagi dalam 3 kelompok responden di masing-masing kota. Kelompok pertama (Kp1) yaitu kelompok responden warga asli yang tinggal di kota tersebut. Kelompok kedua (Kp2) merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai mobilisasi antar kedua kota dan kelompok ketiga (Kp3) merupakan kelompok responden pendatang di kedua kota. Dasar pengelompokan responden berdasarkan pengalaman ruang yang berbeda masing-masing kelompok. Kelompok penduduk asli, pastinya memiliki waktu yang lebih lama mengenal kota dan permasalahannya masing-masing. Sedangkan kelompok kedua, memiliki waktu sedikit berimbang di kedua kota, sedangkan kelompok ketiga hanya mengetahui sepintas tentang karakter lansekap di kedua kota tersebut. Pembagian ini menggunakan pendekatan pengalaman ruang (experiential approach) yang membantu mengkomunikasikan citra (image) yang ditangkap oleh pengamat, bukan hanya morfologi fisik lansekap, namun pengalaman rasa dari morfologi fisik ini. (Dee, 2005). Pengalaman beragaman inilah yang akan membantu pengamat menentukan karakter lansekap yang sesuai dengan karakter komunal mereka, yang berbeda dengan kelompok lainnya. Karakter beragam dari warga kota inilah yang membentuk identitas kolektif kota.(Ramos, 2015). Responden diberikan kuisioner dengan beberapa indikator versi Ramos, untuk mengenali karakter lansekap. Hasil kuisiner dibobot dalam satu tabel diagram yang menjadi dasar penentuan karakter lansekap yang beridentitas. Jumlah responden yang dilibatkan 9 orang (3 kelompok) per kotanya. Selain indikator penilaian, setiap responden juga diberikan spot-spot amatan, berupa lansekap alami dan buatan, baik lama dan baru di masing-masing kota. Hal ini untuk menjawab peran faktor alami dan buatan pada pembentukan karakter. Apakah tatanan yang lama, selalu dianggap sebagai karakter dan identitas, dan sebaliknya. Nilai tertinggi hasil quisioner akan menunjukkan jenis lansekap yang dapat dikembangkan menjadi identitas kota masing-masing. Identitas yang kuat dan mengakar akan membentuk citra yang berbeda dengan kota lainnya, sehingga memiliki potensi tinggi dalam perspektif pencitraan kota (City Branding).

City

Identity

City

Branding

Landscape

Identity

Page 4: PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang ... material peninggalan masa lalu,

4-136 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

Obyek yang dipilih dalam studi ini merupakan obyek ruang luar berupa taman kota, atau ruang publik yang telah dikenal luas, dan memiliki usia puluhan tahun, yang menunjukkan keterkaitannya dengan citra kota dan perkembangan kota yang diwakilinya. Lebih jauh, selain dikenal sebagai ciri kota, bagi masyarakat luar kota sekalipun, obyek tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, sejarah yang spesifik, serta memiliki kontribusi positif bagi perkembangan kota. Selain aspek keterikatan sejarah, dan keunikan, aspek kelangkaan obyek sejenis menjadi pertimbangan pemilihan obyek studi.

PEMBAHASAN

Karakter Lansekap

Karakter lansekap digambarkan sebagai sesuatu yang berbeda, mudah dikenali dengan pola elemen lansekap yang konsisten. Karakter ini menciptakan satu pemandangan berbeda dari yang lain dan itu membuat setiap sudut lansekap berbeda, dan memberikan sense of place. (Swanwick, 2002). Hal ini juga terlihat dengan pemberian nama khas yang sesuai dengan karakteristik dan akar sejarah daerah tersebut. Hal ini menjadi dasar bahwa tidak hanya aspek fisik, morfologis dan aspek fisiognomik lanskap yang berkontribusi pada identitas lansekap, tapi juga aspek sejarah, sosial dan budaya.

Karakter lansekap pada dua studi kasus, diwakili pada spot-spot lansekap perkotaan, baik ruang publik, taman kota, kawasan bersejarah, dan koridor kota yang mewakili karakter lansekap kota. Di Surabaya, ditentukan spot Taman Bungkul, yang merupakan salah satu Taman Kota populer di Surabaya, berusia lebih dari 90 tahun, dan mengalami metamorfosa fungsi dan kelengkapannya sejak tahun 2006. Selain taman Bungkul, Taman tertua di kawasan kota lama surabaya, taman Jayengrono termasuk taman kota yang mengalami metamorfosa fungsi dan kelengkapan. Statusnya sebagai Memorial Park setelah dipugar, perlu dikaji lanjut, apakah cukup mewakili identitas komunal warga kota. Sedangkan koridor kota jalan Tunjungan juga dipilih karena termasuk koridor bersejarah dipusat Kota Surabaya, yang tetap eksis hingga saat ini.

Gambar 1. Revitalisasi Taman Bungkul Sumber: Gitanandya.blogspot.co.id, Posting 2014

Gambar 2. Revitalisasi Taman Jayengrono Kota Lama Surabaya Sumber: (Widi, 2017)

Page 5: PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang ... material peninggalan masa lalu,

Subhan Ramdlani1)-Pemanfaatan Lansekap sebagai Identitas Kota 4-137

Gambar 3. Koridor Jalan Tunjungan Surabaya sebelum penataan signage Sumber: (Poerbantanoe, 2001)

Hasil dari pengidentifikasian karakter lansekap Kota Surabaya di ketiga obyek tersebut, melibatkan 9 responden, yang mengidentifikasi ketiga obyek dengan kriteria karakteristik lansekap. Skoring dilakukan untuk mengetahui jumlah kriteria tertinggi sebagai preferensi responden mennetukan identitas lansekap kota Surabaya.

Tabel 1.Karakteristik Lansekap dan atributnya yang berkontribusi pada identitas lansekap Kota Surabaya

Karakteristik Lansekap Kp 1 Kp 2 Kp 3 Jumlah

material peninggalan sejarah (heritage) 3 3 3 9

kategori/jenis spesifik 3 2 0 5

struktur buatan oleh masyarakat 2 1 0 3

aktivitas spesifik masyarakat 2 2 1 5

atribut memorial pada lansekap 2 2 1 5

kawasan baru (pendatang), 0 0 0 0

kriteria khusus (bau dan suara dst) 1 0 0 1

Sumber: Hasil Olahan

Hasil olahan kuisioner menunjukkan bahwa material peninggalan bersejarah merupakan kriteria tertinggi yang membentuk identitas lansekap kota Surabaya. Kekhususan jenis lansekap, aktivitasnya, dan keterikatan memori warga kota, bukan menjadi penentu utama, namun cukup dominan dipilih oleh 5 responden. Tampaknya struktur buatan masyarakat tidak ditemukan dalam ketiga obyek tersebut. Hanya 3 responden yang menemukannya. Dan hanya satu responden yang melihat kriteria khusus seperti bau dan suara pada ketiga obyek. Sayangnya, meski telah direvitalisasi, responden tidak memandang ketiga obyek sebagai kawasan baru.

Sedangkan kota Malang ditentukan 3 obyek yang merupakan obyek lansekap populer, baik lama maupun baru atau hasil revitalisasi. Obyek pertama adalah alun-alun Merdeka kota Malang, yang telah mengalami kesekian kali redesain sejak pertama dicatat sebagai pusat kota kabupaten tahun 1767. Pada Redesain terakhir tahun 2015, Alun-alun merdeka Malang kembali menjadi ruang terbuka hijau kota, dengan vegetasi dan air mancur yang menjadi cirinya.

Gambar 4. Redesaian Alun-alun Merdeka Kota Malang Sumber: Dokumentasi, 2016

Page 6: PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang ... material peninggalan masa lalu,

4-138 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

Gambar 5. Penataan Kampung Jodipan Kota Malang Sumber: Dokumentasi, 2016

Obyek kedua adalah permukiman tepi sungai Jodipan, yang populer sebagai kampung warna warni sebagai kampung wisata. Kampung Jodipan merupakan eksperimen penataan kampung kumuh dengan pendekatan tematik warna. Sedangkan obyek ketiga adalah koridor kayu tangan yang dikenal sebagai jalan utama (main road) Kota Malang. Berbagai bangunan bersejarah berada di sepanjang koridor jalan kayutangan. Maka dari ketiga obyek yang mewakili karakter lansekap kota Malang dan dapat menjadi identitas bagi kota Malang.

Gambar 6. Pelestarian kawasan Kayutangan Sumber: Dokumentasi, 2016

Setelah dilakukan diskusi yang melibatkan 9 responden dihasilkan pengidentifikasian karakter lansekap Kota Malang pada ketiga obyek tersebut, yang diidentifikasi dengan kriteria karakteristik lansekap. Skoring dilakukan untuk mengetahui jumlah kriteria tertinggi sebagai preferensi responden menentukan identitas lansekap kota Malang.

Tabel 2. Karakteristik Lansekap dan atributnya yang berkontribusi pada identitas lansekap Kota Malang

Karakteristik Lansekap Kp 1 Kp 2 Kp 3 Jumlah

material peninggalan sejarah (heritage) 2 2 2 6

kategori/jenis spesifik 3 2 2 7

struktur buatan oleh masyarakat 1 2 1 4

aktivitas spesifik masyarakat 3 2 1 6

atribut memorial pada lansekap 2 2 1 5

kawasan baru (pendatang), 3 2 2 7

kriteria khusus (bau dan suara dst) 1 0 0 1

Sumber: Hasil Olahan

Hasil olahan kuisioner responden di Kota Malang menunjukkan bahwa lansekap dengan kategori atau jenis yang spesifik merupakan karakter lansekap yang sesuai karakter responden, apalagi bila itu tergolong kawasan baru, setelah redesain atau penataan. Lansekap peningkalan sejarah, masih dianggap karakter lansekap kota Malang. Karakter lansekap yang mewadahi aktifitas masyarakat juga diminati oleh responden. Namun hanya sedikit yang melihat pentingnya struktur hasil partisipasi masyarakat sebagai karakter lansekap kota Malang. Dan hanya satu responden yang meyakini, bahwa kriteria khusus juga ditemukan di obyek lansekap kota Malang.

Identitas Kota

Ketiga obyek di masing-masing kota memang belum sepenuhnya mewakili identitas kota. Namun dari hasil olahan karakter lansekap di Surabaya, terlihat bahwa identitas kota yang diharapkan oleh

Page 7: PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang ... material peninggalan masa lalu,

Subhan Ramdlani1)-Pemanfaatan Lansekap sebagai Identitas Kota 4-139

masyarakat kota Surabaya adalah penguatan karakter lansekap budaya peninggalan sejarah, khususnya di kawasan kota lama dan kawasan bersejarah lain. Karakter lansekap yang mengedepankan aspek historis, menjadi identitas lansekap yang mudah ditangkap oleh pengamat. Sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo, masih menjadi spirit dan kebanggaan warga kota yang perlu dikembangkan dalam pemanfataan lansekap berikutnya.

Sedangkan dari olahan karakter lansekap yang ditangkap warga kota Malang, kekhususan dan kebaruan menjadi aspek tertinggi. Hal ini sejalan dengan karakter masyarakat kota Malang yang menggemari fasilitas baru dan spesifik. Sehingga identitas kota Malang, yang diharapkan sebagai kota pariwisata dan pendidikan, adalah penguatan fasilitas baru yang spesifik. Namun itu tidak sangat baru, karena penghargaan responden terhadap peninggalan sejarah cukup tinggi. Dan responden sangat mengharapkan adanya aktivitas dalam tatanan lansekap di kota Malang, meski masyarakat juga melihat pentingnya memori dalam atribut lansekap. Maka identitas kota pendidikan yang menghargai kebaruan, tapi juga menghargai sejarah dan memori masyarakat terekam dalam atribut lansekap.

KESIMPULAN

Dengan pembahasan diatas, dapat disimpulkan adanya perbedaan masing-masing kota dalam penentuan kriteria karakter lansekapnya. Karakter lansekap terbaik adalah yang melekat dalam harapan, keinginan dan memory warga kota. Penguatan karakter lansekap kota, akan berdampak langsung pada penguatan identitas kota. Sebaliknya identitas kota yang kuat dan berkarakter, dengan sendirinya mencitrakan kota, dan akan melekat pada memory pengamat, baik warga kota sendiri, para pengunjung ataupun pendatang yang tinggal di kota tersebut.

Surabaya sebagai ibukota provinsi, kota perdagangan dengan sejarah perjuangan rakyatnya, menjadi identitas kota yang kuat. Maka pemanfaatan lansekapnya pun, sudah seharusnya sejalan dengan penguatan karakter itu. Dan Malang sebagai kota pendidikan dan pariwisata, yang telah tertata sejak zaman kolonial, mempunyai identitas kota dengan eksplorasi ruang kota yang spesifik dan baru. Namun tetap ada pengharagaan terhadap memory, sejarah dan aktifitas dalam lansekap.

Apabila telah diketahui identitas kota tersebut, maka dalam memasarkan kota agar lebih dikenal, upaya pencitraan kota (city branding) yang memanfaatkan lansekap perkotaan, tentu berbeda masing-masing kota. Penggunaan bangunan ikonik tidak selalu berhasil menjadi identitas atau simbol status kota. Keterbaruan teknologi, atau kekhususan atribut pada lansekap kota, juga tidak selalu berhasil memperkuat identitas suatu kota. Maka pengenalan karakter lansekap kota yang spesifik menjadi langkah penting memperkuat identitas kota.

REFERENSI

Amar, 2009. Identitas Kota, Fenomena dan Permasalahannya. Jurnal Ruang, pp. 55-59. Dee, C., 2005. Form and Fabric in landscape architecture. New York, NY 1001: Spoon Press. Gertner, P. K. a. D., 2002. Country as a brand, product and beyond: A place marketing and brand

management perspective. Journal of Brand Management, p. 249 – 261. Hardjana, Y., 2016. Studi Kuantitatif Deskriptif Tentang Persepsi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Masyarakat Surabaya, Surabaya: UK. Widya Mandala. Poerbantanoe, B., 2001. Partisipasi Masyarakat di dalam Pelestarian dan Pendokumentasian Warisan

(Arsitektur) Kota Surabaya Tahun 1706-1940. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur, pp. 43-51. Ramos, I. L., 2015. Landscape Identity: Implications For Policy Making. Journal Land Use Policy, pp.

36-43. Riza, M., 2012. City Branding and Identity. North Cyprus, Procedia -Social and Behavioral Sciences

35, pp. 293-300. Satria, B. a., 2016. Penentuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarkan

Preferansi Masyarakat. Jurnal TEKNIK ITS, pp. 2301-9271. Stobbelaar, D. J., 2011. Perspectives on Landscape Identity: a Conceptual Challenge. Journal

Landscape Research, pp. 321-339. Swanwick, C., 2002. Landscape Character Assesment : Guidance for England and Scotland.

Sheffield: The Countryside Agency and Scootish Natural Heritage. Widi, I. C., 2017. Morfologi Ruang Taman Jayengrono pada Kawasan Kota Lama Surabaya. Jurnal

Mahasiswa Jurusan Arsitektur , pp. Vol. 5, No. 2. Wikantiyoso, R., 2006. Citra Kajoetangan Doeloe dan Sekarang, Malang, East Java: .(online)

www.respati.blogspot.co.id, diakses tanggal 25 Juli 2017

Page 8: PEMANFAATAN LANSEKAP SEBAGAI IDENTITAS KOTA … · ditengah-tengah bangunan tinggi di pusa kota. Segala upaya dilakukan untuk memenuhi luas ruang ... material peninggalan masa lalu,

4-140 Seminar Nasional Arsitektur dan Tata Ruang (SAMARTA), Bali-2017, ISBN 978-602-294-240-5

World Bank Group, 2015. East Asia's Changing Urban Landscape : Measuring a decade of spatial growth. Wachington DC 20433: Publishing and Knowledge Division.

World Bank Office Jakarta, 2016. Indonesia's Urban Story, Jakarta: World Bank Indonesia. Zhang, Z. a. L., 2009. City branding and the Olympic effect: A case study of Beijing. Cities, pp. 245-

254.