pemanfaatan dan problematika pengelolaan ekosistem perairan

28
Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan Oleh : MUHARRAR ROSIYADI SITI KHUMAIRAH ADNIATUL MUNAWARAH BAIQ TRI KHAIRINA ILHAMI BAIQ NURLINDA MEILINDA PAHRIANA SULASTRI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MATARAM 2013

Upload: meilinda-pahriana

Post on 23-Oct-2015

102 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem

Perairan

Oleh :

MUHARRAR ROSIYADI

SITI KHUMAIRAH

ADNIATUL MUNAWARAH

BAIQ TRI KHAIRINA ILHAMI

BAIQ NURLINDA

MEILINDA PAHRIANA SULASTRI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MATARAM

2013

Page 2: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya alam secara luas dan efisien merupakan tuntunan dalam

pembangunan nasional. Keperluan akan sumberdaya air terus menerus meningkat baik ditujukan

bagi pengairan, keperluan umum dan pemukiman, pengembangan industri, pembangkit tenaga,

perikanan, perhubungan, pariwisata maupun maksud lainnya.

Perairan air tawar menempati ruang yang lebih kecil bila dibandingkan dengan lautan

maupun daratan, namun demikian ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting

karena merupakan sumber air rumah tangga dan industri yang murah. Perairan air tawar

merupakan tempat disposal/pembuangan yang mudah dan murah (Heddy dan Kurniati, 1994).

Air adalah sumber daya alam yang sangat vital, yang mutlak diperlukan bagi hidup dan

kehidupan manusia. Dari waktu ke waktu tingkat pemanfaatan air semakin bertambah.

Meningkatnya pemanfaatansumber daya air ini bukan hanya disebabkan oleh tingginya

kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk yang tinggi tapi juga oleh beragamnya jenis

pemanfaatan sumber daya air. Sementara, air yang tersedia di alam yang secara potensial dapat

dimanfaatkan manusia tetap tidak bertambah jumlahnya.

Tantangan dalam penyediaan sumber daya dewasa ini adalah bagaimana mencapai

keberlanjutan ketersediaan sumber daya air baik dari segi kuantitas maupun kualitas dengan

memperhatikan pengelolaan yang menjaga sumber daya tersebut dari pemanfaatannya yang

merusak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemanfaatan ekosistem perairan?

2. Bagaimana problematika yang ditimbulkan dari pengelolaan ekosistem perairan?

3. Apa solusi untuk mengatasi problematika pengelolaan ekosistem perairan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pemanfaatan ekosistem perairan

2. Untuk mengetahui problematika yang ditimbulkan dari pengelolaan ekosistem perairan

3. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi problematika pengelolaan ekosistem perairan

Page 3: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

BAB II

ISI

1. Danau

Bemmelen (1949) dalam (Lehmusloto dkk, 1995) menggambarkan bahwa di Indonesia

terdapat kurang lebih danau kategori besar dengan luas lebih dari 50 hektar sebanyak 500

buah. Danau tersebut tersebar pada beberapa pulau besar yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan

Sulawesi, Papua serta Pulau Bali. Selain danau dengan kategori besar juga terdapat danau-

danau kecil. Danau kecil sering disebut sebagai situ yang berukuran besar. Di Provinsi Jawa

Barat terdapat 354 buah situ, di Provinsi Jawa Timur 438 buah situ. Danau terbesar di

Indonesia adalah Danau Toba yang terletak 905 meter di atas permukaan laut (dpl), panjang

275 km, lebar 150 km dengan luas 1.130 km2, dengan kedalaman maksimum 529 m di bagian

utara dan 429 m di bagian selatan. Danau Toba merupakan danau terdalam ke sembilan di

dunia dan merupakan danau tipe vulkanik kaldera yang terbesar di dunia.

Danau yang terdalam di Indonesia adalah danau Montana di Sulawesi Tengah dengan

kedalaman maksimum 590 m dan merupakan danau terdalam ketujuh di dunia. Kedalaman

danau di Indonesia bervariasi antara 50 – 200 meter, namun banyak juga yang berkedalaman

kurang dari 50 meter. Sebagaian besar danau-danau tersebut belum diketahui volumenya

dengan pasti sampai saat ini. Demikian juga halnya presipitasi, evaporasinya serta debit aliran

masuk dan aliran keluar. Sebab itu, waktu tinggal air danau secara pasti tidak diketahui,

sehingga daya tampung beban pencemaran sebenarnya juga tidak diketahui. Hal tersebut

berakibat pemanfaatan bagi danau untuk berbagai keperluan sulit untuk diprogramkan.

a. Pemanfaatan Ekosistem Danau

Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif

kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Bagi manusia

kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya. Keberadaan

ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia

(rumahtangga, industri, dan pertanian). Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah

sebagai berikut1:

1) sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik;

2) sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting,

1

Page 4: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

3) sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya

(rumahtangga, industri dan pertanian);

4) sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran

permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah;

5) memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi

kelembaman dan tingkat curah hujan setempat;

6) sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu

ke tempat lainnya;

7) sebagai penghasil energi melalui PLTA;

8) sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata.

Dua hal lain yang ditawarkan ekosistem danau adalah:

1) sebagai sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik

maupun industri,

2) sebagai sistem pembuangan yang memadai dan paling murah (Connell &

Miller,1995).

Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 Pasal 1 dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan sumber air ialah semua wadah alamiah dan yang telah dibuat oleh

orang, seperti sungai, danau, waduk, mata air, dan sebagainya. Danau sebagai salah satu

sumber air, pengelolaannya tidak dapat berdiri sendiri, harus diintegrasikan ke dalam

pengelolaan DAS sebagai kesatuan wilayah, begitu pula pemanfaatannya. Pemanfaatan

danau sebagai sumber air menurut Pasal 8 ayat (2), memiliki prioritas sebagai berikut :

1. a. air minum

b. rumah tangga

c. pertahanan dan keamanan nasional

d. peribadatan

e. usaha perkotaan, misalnya mencegah kebakaran,

penggelontoran, menyiram tanaman, dan lain sebagainya

2. a. pertanian, pertanian rakyat, dan usaha pertanian lainnya

b. peternakan

c. perkebunan

Page 5: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

d. perikanan

3. a. ketenagaan

b. industri

c. pertambangan

d. lalu lintas air

e. rekreasi

Danau Maninjau merupakan salah satu danau terpenting di Sumatera Barat,

tepatnya di Kabupaten Agam. Bagi masyarakat yang berdomisili di sekitar danau, danau

merupakan sumber kehidupan dan penghidupan.

b. Problematika danau

Ekosistem danau yang terdiri dari ekosistem akuatik dan ekosistem terestrial daerah

tangkapan air danau, banyak menghadapi berbagai permasalahan lingkungan yang

berdampak kepada kelestariannya serta fungsinya sebagai sumber daya hayati dan sumber

daya air.

Page 6: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

Pada daerah aliran sungai (DAS) dan daerah tangkapan air danau (DTA) serta

sempadan danau, potensi kerusakan yang dapat terjadi pada umumnya adalah:

Kerusakan lingkungan dan erosi lahan yang disebabkan oleh penebangan hutan dan

pengolahan lahan yang tidak benar, sehingga menimbulkan erosi dan sedimentasi dan

menyebabkan pendangkalan serta penyempitan danau.

Pembuangan limbah penduduk, industri, pertambangan dan pertanian yang

menyebabkan pencemaran air danau.

Berbagai kegiatan yang berlangsung pada perairan danau juga berpotensi merusak

ekosistem akuatik, yaitu:

Penangkapan ikan dengan cara yang merusak sumber daya (overfishing).

Pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung yang tidak terkendali sehingga

berpotensi pembuangan limbah pakan ikan dan pencemaran air.

Pengambilan air danau sebagai air baku ataupun sebagai tenaga air (PLTA) yang

kurang memperhitungkan keseimbangan hidrologi danau sehingga mengubah

karakteristik permukaan air danau dan sempadan danau.

Berbagai sumber dan dampak permasalahan tersebut telah merusak ekosistem

akuatik danau dan berpotensi atau telah terjadi pada beberapa danau di Indonesia.

Kerusakan yang terjadi antara lain adalah sebagai berikut:

Pendangkalan dan penyempitan danau, yang telah merusak ekosistem danau bertipe

paparan banjir.

Pencemaran kualitas air danau yang menggangu pertumbuhan biota akuatik dan

pemanfaatan air danau. Bila terjadi bencana arus balik (overturn) bahan pencemaran

dari dasar danau terangkat ke permukaan air.

Kehilangan keanekaragaman hayati (biodiversity).

Pertumbuhan gulma air sebagai akibat pencemaran limbah organik dan zat hara (unsur

Nitrogen dan Phosphor).

Pertumbuhan alga atau marak alga (algae bloom) yang disebabkan proses penyuburan

air danau akibat pencemaran limbah organik dan zat penyubur.

Perubahan fluktuasi muka air danau, yang disebabkan oleh kerusakan DAS dan DTA

serta pengambilan air dan tenaga air, sehingga mengganggu keseimbangan ekologis

daerah sempadan danau.

Page 7: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

Pencemaran yang terjadi di perairan danau, merupakan masalah penting yang

perlu memperoleh perhatian dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan beragamnya sumber

bahan pencemar yang masuk dan terakumulasi di danau. Sumber-sumber bahan pencemar

tersebut antara lain berasal dari kegiatan produktif dan non-produktif di upland (lahan

atas), dari permukiman dan dari kegiatan yang berlangsung di badan perairan danau itu

sendiri, dan sebagainya. Jenis bahan pencemar utama yang masuk ke perairan danau

terdiri dari beberapa macam, antara lain limbah organik dan anorganik, residu pestisida,

sedimen dan bahan-bahan lainnya.

Keberadaan bahan pencemar tersebut dapat menyebabkan terjadinya penurunan

kualitas perairan danau, sehingga tidak sesuai lagi dengan jenis peruntukannya sebagai

sumber air baku air minum, perikanan, pariwisata dan sebagainya. Selain itu, pencemaran

juga dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, khususnya spesies endemik

(asli) danau tersebut (Khosla et al., 1995; Kumurur, 2002). Dampak negatif lain dari

pencemaran perairan danau tidak hanya dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis

dan ekologis berupa penurunan produktivitas hayati perairan, tetapi juga dapat

membahayakan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian manusia yang

memanfaatkan perairan danau untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Fakhrudin et al.,

2001).

Sebagai sumber air paling praktis, danau sudah menyediakannya melalui

terkumpulnya air secara alami melalui aliran permukaan yang masuk ke danau, aliran

sungai-sungai yang menuju ke danau dan melalui aliran di bawah tanah yang secara alami

mengisi cekungan dimuka bumi ini. Bentuk fisik danaupun memberikan daya tarik

sebagai tempat membuang yang praktis.

Page 8: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

Jika semua dibiarkan demikian, maka akan mengakibatkan danau tak akan

bertahan lama berada di muka bumi. Saat ini terlihat ekosistem danau tidak dikelola

sebagaimana mestinya. Sebaliknya, untuk memenuhi kepentingan manusia, lingkungan

sekitar danau diubah untuk dicocokkan dengan cara hidup dan cara bermukim manusia,

atau bahkan kawasan ini sering dirombak untuk menampung berbagai bentuk kegiatan

manusia seperti permukiman, prasarana jalan, saluran limbah rumah tangga, tanah

pertanian, rekreasi dan sebagainya (Connell & Miller,1995).

Sehingga seringkali terjadi pemanfaatan danau dan konservasi danau yang tidak

berimbang, dimana pemanfaatan danau lebih mendominasi sumberdaya alam danau dan

kawasan daerah aliran sungai (watershed). Hal ini mengakibatkan danau berada pada

kondisi suksesi, yaitu berubah dari ekosistem perairan ke bentuk ekosistem daratan.

Pendangkalan akibat erosi, eutrofikasi merupakan penyebab suksesi suatu perairan danau.

Hilangnya ekosistem danau mengakibatkan kekurangan cadangan air tanah pada suatu

kawasan/wilayah yang bakal mengancam ketersediaan air bersih bagi kehidupan manusia

dan makhluk hidup lainnya. Akibatnya, keberlanjutan suatu lingkungan hidup yang

didalamnya terdapat manusia dan alam terancam tak dapat berlanjut. Oleh karena itu,

diperlukan suatu kajian menyeluruh mengenai pola dan struktur pemanfaatan ruang di

kawasan danau ini, yang kemudian dimanifestasikan menjadi peraturan daerah ke dalam

bentuk Rencana Tata Ruang Kawasan Danau.

Page 9: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

c. Solusi mengatasi problematika pengelolaan ekosistem danau

Di dalam pengelolaan ekosistem danau perlu dikembangkan peraturan perundangan

dan dan upaya-upaya sebagai berikut:

Page 10: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

a. Penyusunan kriteria danau prioritas nasional.

b. Penetapan danau prioritas nasional untuk jangka waktu pendek, menengah dan

panjang.

c. Penataan ruang yang sesuai dengan daya dukung lingkungan danau dan daya tampung

beban pencemaran air.

d. Penentuan batas danau dan batas sempadan danau.

e. Status kepemilikan lahan sempadan danau.

f. Perencanaan jenis dan zone pemanfaatan lahan sempadan danau.

g. Pembuatan bangunan pengendali limpasan, erosi dan penahan sedimen.

h. Pembuatan bangunan konservasi, rehabilitasi DAS kritis.

i. Pembuatan bangunan pengatur tata air danau dan pengendali banjir.

j. Pembuatan bangunan pendaya gunaan dan pemanfaatan air, pengambilan air dan

pembangkit tenaga listrik.

k. Pembuatan Instalasi pengolah limbah

l. Pemanfaatan eceng gondok

m. Pemanfaatan sumber daya air danau perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

n. Pengaturan perizinan pemanfaatan air yang memperhatikan fungsi dan daya dukung

danau.

Terbatasnya data dasar mengenai danau-danau di Indonesia menyebabkan

terbatasnya informasi dan perencanaan pengelolaan ekosistem danau. Selain itu

meningkatnya eutrofikasi, alga blooming dan pertumbuhan masal gulma air, arus balik

dan pencemaran di perairan danau telah menimbulkan menurunnya kualitas air danau

sehingga terjadi kematian massal ikan. Untuk itu perlu dilakukan:

a. Inventarisasi dan penyusunan database ekosistem danau.

b. Penyusunan atlas ekosistem danau Indonesia.

c. Pembangunan sistem informasi ekosistem danau.

d. Pembangunan sistem informasi peringatan dini kerusakan ekosistem danau yang handal

dan efisien

2. Waduk

Waduk merupakan salah satu contoh perairan tawar buatan yang dibuat dengan cara

membendung sungai tertentu dengan berbagai tujuan yaitu sebagai pencegah banjir,

Page 11: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

pembangkit tenaga listrik, pensuplai air bagi kebutuhan irigasi pertanian, untuk kegiatan

perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya karamba, dan bahkan untuk kegiatan

pariwisata. Dengan demikian keberadaan waduk telah memberikan manfaat sendiri bagi

masyarakat di sekitarnya.

Waduk sering juga disebut danau buatan yang besar. Peraturan Pemerintah Nomor 37

tahun 2010 tentang Bendungan menyatakan bahwa bendungan atau waduk besar adalah bila

tinggi bendungan lebih dari 15 meter dengan daya tampung minimal 500.000 m3. Sedangkan

embung merupakan waduk kecil dan tinggi bendungannya kurang dari 15 m. Embung banyak

dibangun di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Pada waduk, komponen tata airnya telah direncanakan sedemikian rupa sehingga

volume, kedalaman, luas, presipitasi, debit inflow/outflow, serta waktu tinggal air diketahui

dengan pasti. Sedangkan pada danau masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam

tentang dimensi danau sebenarnya yang dilakukan melalui suatu upaya pemeruman (echo

sounding).

a. Pemanfaatan Waduk

Waduk dengan waktu tinggal kurang dari 20 hari yang dikategorikan sebagai danau

atau waduk berarus cepat, yang sekaligus memiliki sifat pencampuran yang sempurna.

Kondisi tersebut dapat menghambat pertumbuhan plankton. Sedangkan pada danau atau

waduk yang memiliki waktu tinggal 20 sampai dengan 300 hari cenderung terjadi

stratifikasi atau pelapisan dan mulai terjadi proses eutrofikasi. Sedangkan waduk yang

memiliki waktu tinggal lebih dari 300 hari, cenderung terjadinya stratifikasi sempurna.

Pembangunan waduk/bendungan merupakan salah satu upaya dalam pengelolaan

konservasi sumber daya air. Adapun manfaat dari keberadaan waduk/bendungan adalah

sebagai berikut :

1. Penyediaan air baku penduduk

Keberadaan bendungan/waduk dapat dijadikan cadangan ketersediaan air bagi penduduk

ketika musim kemarau telah tiba.

2. Suplay air irigasi daerah persawahan.

Lahan pertanian membutuhkan air secara terus menerus. Ketersediaan air yang

melimpah menjadikan tanaman dapat supply air dan tidak hanya mengandalkan dari

datangnya hujan.

3. Pengendalian banjir.

Page 12: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

Melalui bendungan maka laju air dapat dikendalikan sebagai upaya pengendalian banjir

di hilir bendungan.

4. Pengembangan pariwisata.

Keberadaan bendungan/waduk sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata yang

berujung pada peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat

sekitar.

5. Suplay air untuk kegiatan industri.

Kegiatan industri membutuhkan air baku yang relatif banyak. Oleh karena itu dapat

merangsang investor untuk mendirikan industri.

b. Permasalahan Waduk

Keberadaan bendungan/waduk juga menimbulkan berbagai permasalahan baik

terhadap lingkungan alamiah maupun bagi penduduk. Berbagai permasalahan tersebut

bukan berarti sebagai penghalang tetapi sebaiknya dijadikan pertimbangan dalam upaya

mewujudkan konservasi sumber daya air. Adapun permasalahan-permasalahan yang dapat

ditimbulkan oleh keberadaan bendungan/waduk adalah sebagai berikut :

a. Keberadaan waduk/bendungan dapat menghilangkan komunitas setempat.

Kondisi seperti ini berlaku pada area rencana waduk yang terdapat penduduk di

dalamnya. Permasalahan yang sering terjadi adalah masyarakat setempat harus

direlokasi dan terancam kehilangan tempat tinggal, tanah dan keberlangsungan hidup

termasuk mata pencaharian.

b. Keberadaan waduk/bendungan dapat menghilangkan habitat berbagai jenis hewan.

Hutan, lahan basah, dan habitat lain dibanjiri air. Waduk juga dapat memisahkan habitat

hewan dan menghalangi rute migrasi.

c. Keberadaan waduk/bendungan dapat menciptakan permasalahan kesehatan.

Page 13: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

Berbagai penyakit seperti malaria akan meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah

nyamuk.

d. Bendungan/waduk dapat membunuh ikan.

Hal ini tentunya akan merugikan masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada ikan

di sungai.

e. Hasil panen berkurang

Waduk akan membanjiri lahan pertanian di sekitar sungai atau pinggiran sungai.

f. Waduk sebagai salah satu faktor penyebab cuaca buruk bagi daerah sekitarnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hossain (2009) terdapat korelasi antara

keberadaan bendungan/waduk dengan tingkat curah hujan. Waduk dapat meningkatkan

proses penguapan yang kemudian meningkatkan kadar kelembapan pada atmosfer. Hal

inilah yang menyebabkan curah hujan di sekitar waduk meningkat.

c. Alternatif dalam pengupayaan konservasi energi

Dalam rangka menciptakan kondisi air yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan,

maka keberadaan bendungan/waduk sangat potensial untuk dikembangkan. Permasalahan

yang paling sulit adalah dampak sosial dari pembangunan bendungan/waduk. Banyak

penduduk yang harus kehilangan tempat tinggal beserta mata pencaharian. Oleh karena itu,

diperlukan alternatif lain selain bendungan/waduk dalam rangka upaya konservasi sumber

daya air, menghasilkan energi dan mencegah banjir. Alternatif-alternatif tersebut

diantaranya adalah :

a. Alternatif konservasi air

Upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi permintaan terhadap air, menampung

air hujan melalui pembuatan sumur resapan, pembangunan porous paving, pembuatan

bendungan kecil di lahan pertanian dan meningkatkan RTH baik kualitas maupun

kuantitasnya serta aplikasi ecodrainase.

b. Alternatif penghasil energi

Mengurangi kebutuhan energi, meningkatkan kualitas bendungan/waduk dan tranmisi

yang ada, membangun sumber energi lain seperti hydropower kecil, energi biomassa,

energi matahari, tenaga angin dan energi geothermal.

c. Alternatif pencegahan banjir

Pada dasarnya banjir terjadi karena air permukaan yang melebihi ambang batas yang

tidak terserap ke dalam tanah. Oleh karena itu perlu upaya perlindungan dan

Page 14: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

pengembalian area penangkapan air, serta perlunya sistem peringatan dini terhadap

banjir.

3. Rawa

Berdasarkan PP No. 27 tahun 1991 tentang rawa, Rawa adalah lahan genangan air

secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase alamiah yang

terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisik, kimiawi, dan biologis.

a. Pemanfaatan Rawa

Konservasi rawa adalah pengelolaan rawa sebagai sumber air yang berdasarkan

pertimbangan teknis, sosial ekonomis dan lingkungan, bertujuan menjamin dan memelihara

kelestarian keberadaan rawa sebagai sumber air dan meningkatkan fungsi serta

pemanfaatannya. Reklamasi rawa adalah upaya meningkatkan fungsi dan pemanfaatan

rawa untuk kepentingan masyarakat luas. Jaringan reklamasi rawa adalah keseluruhan

saluran baik primer, sekunder, maupun tersier dan bangunan yang merupakan satu

kesatuan, beserta bangunan pelengkapnya, yang diperlukan untuk pengaturan, pembuangan,

pemberian, pembagian dan penggunaan air.

Rawa mempunyai berbagai manfaat, yaitu sumber cadangan air, dapat menyerap

dan menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan air

Page 15: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

tersebut pada saat daerah sekitarnya kering, mencegah terjadinya banjir, mencegah intrusi

air laut ke dalam air tanah dan sungai, sumber energi, sumber makanan nabati maupun

hewani.

Lahan rawa pasang surut mempunyai peranan penting dalam mendukung

peningkatan ketahanan pangan nasional serta pengembangan sistem dan usaha agribisnis,

mengingat potensi arealnya luas dan teknologi pengelolaannya telah tersedia. Beberapa

teknologi handal yang telah didapatkan dan diterapkan di lahan pasang surut, serta varietas

yang adaptif telah terbukti mampu memperbaiki kualitas dan meningkatkan produktivitas

lahan rawa pasang surut. Keberhasilan dan keberlanjutan pengembangan pertanian atau

agribisnis di lahan dan komoditas yang tepat perlu didukung oleh kemampuan sumberdaya

manusia, sarana dan prasarana yang memadai serta kelembagaan yang efektif dan efisien.

b. Problematika Rawa

Walau Indonesia memiliki ekosistem rawa yang relatif luas tapi ketika ancaman

yang mengganggu eksistensi rawa ini tidak tertangani seperti meningkatnya berbagai

Page 16: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

pembangunan di sekitar wilayah pesisir, konservasi kemanfaatan –budidaya perairan,

infrastruktur pantai termasuk pelabuhan, industri, pembangunan tempat perdagangan dan

perumahan, serta pertanian- menjadi penyebab berkurangnya sumber daya rawa dan beban

berat bagi ekosistem rawa yang ada. Selain ancaman langsung pembangunan tersebut,

ternyata sumber daya hutan rawa rentan terhadap aktivitas pembangunan yang terdapat jauh

dari habitatnya. Ancaman dari luar tersebut yang sangat serius berasal dari pengelolaan

daerah aliran sungai yang serampangan dan meningkatnya pencemaran hasil industri dan

domestik (rumah tangga) yang masuk ke dalam daur hidrologi.

Pemanfaatan ekosistem rawa saat ini, cenderung bersifat merusak, sehingga

menyebabkan penurunan luas ekosistem rawa dari waktu ke waktu. Eksploitasi ekosistem

rawa yang berlebihan, konversi rawa menjadi kawasan lambak, industri, pemukiman,

pertanian, merupakan penyebab utama menurunnya luasan ekosistem rawa. Selain itu bila

ekosistem rawa telah rusak akan banyak dampak negative yang dihasilkan dari kerusakan

tersebut yang pada akhirnya akan merugikan semua populasi yang ada di daerah sekitar

rawa tersebut terutama masyarakat sekitar. Dampaknya antara lain, dapat mengakibatkan

kekeringan, dapat mengakibatkan intrusi air laut lebih jauh ke daratan, hilangnya fauna dan

flora di dalamnya, dan akan menjadi sangat berbahaya apabila mengalami kepunahan yang

total pada sebagian besar kawasan di Indonesia, sumber mata pencaharian penduduk

setempat berkurang, dan akibat yang lebih parah lagi yaitu akan mengakibatkan

banjir. Lemahnya penegakan hukum merupakan penyebab yang paling utama yang

mengakibatkan terjadinya kerusakan dan punahnya ekosistem rawa yang ada. Adanya

tekanan pertumbuhan jumlah penduduk yang demikian besar, yang pada akhirnya terbukti

sebagai kekuatan yang paling dominant yang mengakibatkan kawasan rawa ini mengalami

kepunahan.

Proses reklamasi rawa yang berupa proses pengatusan genangan air beserta

akibatnya (oksidasi pirit, subsidence, irreversibility tanah gambut) merupakan proses

membahayakan dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, kiranya kurang

dipertimbangkan pada proses perencanaan, sehingga mengakibatkan beberapa kegagalan.

Dengan meningkatnya kebutuhan untuk meningkatkan produksi pangan, seiring dengan

laju pertumbuhan penduduk dan semakin tebatasnya lahan kering  yang potensial untuk

lahan pertanian, maka dimasa mendatang akan menjadi keniscayaan bagi pemerintah untuk

memikirkan kembali perlunya pembukaan lahan pertanian baru di daerah reklamasi rawa.

Page 17: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

Ekosistem rawa  terus mengalami penyusutan akibat berbagai tekanan seperti,

penebangan liar dan konversi kawasan rawa yang tak terkendali menjadi areal tambak.

Konsisi ini didukung dengan adanya desakan unutk memenuhi kebutuhan hidup, terutama

oleh masyarakat di sekitar kawasan ekosistem rawa tersebut.

Bahaya terbesar saat ini adalah menyangkut hutan rawa gambut, berhubung

teknologi yang ada bagi pengembangan lahan semacam ini belumlah lengkap dan sempurna

, sementara lahan rawa gambut apabila mengalami subsiden , drainabilitasnya akan

terganggu dan sulit untuk dipulihkan kembali . Untuk saat sekarang nampaknya bagi

kebanyakan lahan rawa bertanah gambut hampir tidak ada peluang bagi pengembangan

yang berkelanjutan karena status perkembangan dan kemajuan teknologi yang ada saat ini

masih belum memungkinkan untuk itu . Bagaimanapun, hutan rawa gambut sebagaimana

ditemukan saat ini berada dalam skala luasan  yang demikian besar, dan sekiranya

drainabilitas tidak berperan sebagai faktor yang menentukan,maka sesungguhnya cukup

terbuka peluang bagi pengembangannya secara berkelanjutan.

c. Solusi mengatasi problematika pengelolaan ekosistem rawa

Dari kerusakan ekosistem rawa yang telah terjadi akan mengakibatkan terjadinya

berbagai bencana, salah satunya adalah banjir. Untuk penanggulangannya maka dapat

menggunkan siklus pengolaan bencana. Dimana siklus ini mempunyai beberapa tahapan

yaitu: pencegahan, mitigasi, persipan, respon, penyembuhan dan pembangunan

kembali.Semua tahap ini saling terkait dalam sebuah siklus sehingga satu tahap tidak akan

efektif tanpa kehadiran yang lainnya. Dengan kata lain, tahap sebelum kejadian-

pencegahan, persiapan, dan mitigasi sama pentingnya dengan respon, penyembuhan dan

pembangunan kembali.

Untuk menghindari kerusakan lingkungan yang semakin parah dan menjadikan lahan

rawa  tersebut menjadi produktif lagi, maka perlu diadakan upaya rehabilitasi. Disamping

perencanaan, pengelolaan dan pemanfaatan yang sebaik-baiknya, pengembangan rawa

memerlukan penerapan teknologi yang sesuai, pengelolaan tanah dan air  yang tepat.

Pemanfaatan serta pengeloaan yang tepat dengan karakteristik, sifat dan kelakuan serta

pembangunan prasarana, sarana pembinaan sumber daya manusia dan penerapan teknologi

spesifik lokasi diharapkan dapat mengubah lahan tidur menjadi lahan produktif.

Upaya lain untuk meminimalisasi rusaknya ekosistem rawa diperlukan berbagai

upaya dengan model pelestarian yang tepat untuk mencapai keberhasilan. Hal ini penting

Page 18: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

dilakukan, karena upaya yang dilakukan instansi terkait sering mengalami kegagalan.

Upaya pelestarian yang bersifat topdown yang mengesampingkan unsur masyarakat

ternyata mengakibatkan ketidakberhasilan. Padahal keberadaan masyarakat sekitar

ekosistem rawa sangat berpengaruh terhadap pelestarian ekosistem rawa.

Agar terciptanya ekosistem yang produktif maka pengelolaan SDA rawa harus

diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan pembinaan yang tujuannya mengusahakan agar

penurunan daya produksi alam akibat tindakan eksploitasi dapat diimbangi dengan tindakan

peremajaan dan pembinaan. Sehingga manfaat yang diperoleh dapat maksimal dan tentunya

secara terus menerus. Karena dalam pengelolaan  rawa yang berkelanjutan, pertimbangan

ekologi dan ekonomi harus seimbang. Oleh karena itu pemanfaatan berbagai jenis produk

yang diinginkan oleh pengelola dapat dicapai dengan mempertahankan kelestarian SDA

tersebut dan lingkungannya.

Page 19: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Pemanfaatan ekosistem perairan air tawar yang menggenang seperti danau, waduk dan

rawa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang berada di sekitar daerah

aliran sungai (DAS) dan juga organisme penyusun ekosistem perairan tersebut.

2. Kerusakan ekosistem perairan di akibatkan oleh pemanfaatan dan pengelolaan yang tidak

tepat dan berlebihan (eksploitasi) sumberdaya.

3. Dalam pengelolaan ekosistem perairan diperlukan campur tangan pemerintah dalam

membuat peraturan perundangan, pengawasan dari masyarakat dan pemerintah.

Tersedianya data dasar mengenai keadaan ekosistem danau, waduk maupun rawa akan

menjadi informasi dasar dalam merancang strategi pengelolaan dan pemanfaatan yang

baik.

Page 20: Pemanfaatan dan Problematika Pengelolaan Ekosistem Perairan

DAFTAR PUSTAKA