pemanfaatan cd pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan...

18
Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988 53 Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Make a Match Nila Ubaidah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sultan Agung Semarang Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini mengkaji tentang pemanfaatan CD pembelajaran melalui pembelajaran make a match apakah dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa? Untuk menjawab masalah ini, penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian tindakan kelas serta dilaksanakan pada siswa kelas X SMA N 1 Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan observasi, angket, hasil tes belajar siswa sebagai instrumen dalam pengumpulan data. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) penerapan langkah-langkah make a match dengan memanfaatkan CD pembelajaran dalam pembelajaran matematika dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada siklus I, rata-rata hasil yang dicapai yaitu 68, 43. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar yang dicapai yaitu 72,31. Rata- rata ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I yaitu 66,67% dan pada siklus II yaitu 86,67%. Rata-rata kinerja guru pada siklus I sebesar 2,65 dan pada siklus II sebesar 3,35 juga mengalami peningkatan sebesar 0,7. Rata-rata kinerja siswa pada siklus I sebesar 2,7 dan pada siklus II sebesar 3,2. (2) Karena kinerja guru dan kinerja siswa, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran termasuk dalam kategori efektif, respon siswa terhadap pembelajaran adalah positip dan ketuntasan secara klasikal tercapai maka melalui pembelajaran make a match dengan memanfaatkan CD pembelajaran efektif digunakan di dalam pembelajaran. Berdasarkan temuan penelitian ini, diberikan beberapa saran sebagai berikut; (1) bagi guru mata pelajaran matematika agar menerapkan pembelajaran make a match dengan memanfaatkan CD pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. (2) Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan, dialogis dan demokratis. Kata kunci : komunikasi matematis, make a match, CD pembelajaran. 1. Pendahuluan Pendidikan termasuk salah satu aspek kehidupan yang memegang peranan penting. Suatu negara dikatakan maju, jika kualitas pendidikan negara tersebut baik. Sebaliknya, suatu negara dikatakan tidak maju dalam teknologinya, jika kualitas pendidikan di negara tersebut tidak baik (Hariyanti, 2010). Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah memerlukan metode–metode pembelajaran yang efektif agar kemampuan

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

53

Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk MeningkatkanKemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui

Pembelajaran Make a Match

Nila UbaidahFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Sultan Agung SemarangEmail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang pemanfaatan CD pembelajaran melaluipembelajaran make a match apakah dapat meningkatkan kemampuan komunikasimatematis siswa? Untuk menjawab masalah ini, penelitian ini dirancang denganrancangan penelitian tindakan kelas serta dilaksanakan pada siswa kelas X SMA N 1Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakanobservasi, angket, hasil tes belajar siswa sebagai instrumen dalam pengumpulan data.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) penerapan langkah-langkah make amatch dengan memanfaatkan CD pembelajaran dalam pembelajaran matematika dapatmembantu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat dilihatpada rata-rata hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada siklus I, rata-rata hasil yangdicapai yaitu 68, 43. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar yang dicapai yaitu 72,31. Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I yaitu 66,67% dan padasiklus II yaitu 86,67%. Rata-rata kinerja guru pada siklus I sebesar 2,65 dan pada siklus IIsebesar 3,35 juga mengalami peningkatan sebesar 0,7. Rata-rata kinerja siswa pada siklusI sebesar 2,7 dan pada siklus II sebesar 3,2. (2) Karena kinerja guru dan kinerja siswa,aktivitas siswa dalam proses pembelajaran termasuk dalam kategori efektif, respon siswaterhadap pembelajaran adalah positip dan ketuntasan secara klasikal tercapai makamelalui pembelajaran make a match dengan memanfaatkan CD pembelajaran efektifdigunakan di dalam pembelajaran.

Berdasarkan temuan penelitian ini, diberikan beberapa saran sebagai berikut; (1)bagi guru mata pelajaran matematika agar menerapkan pembelajaran make a matchdengan memanfaatkan CD pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuankomunikasi matematis siswa. (2) Guru hendaknya menciptakan suasana pembelajaranmatematika yang menyenangkan, dialogis dan demokratis.Kata kunci : komunikasi matematis, make a match, CD pembelajaran.

1. PendahuluanPendidikan termasuk salah satu aspek kehidupan yang memegang peranan

penting. Suatu negara dikatakan maju, jika kualitas pendidikan negara tersebut

baik. Sebaliknya, suatu negara dikatakan tidak maju dalam teknologinya, jika

kualitas pendidikan di negara tersebut tidak baik (Hariyanti, 2010).

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada sekolah

memerlukan metode–metode pembelajaran yang efektif agar kemampuan

Page 2: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

54

komunikasi matematis siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran

Make a Match merupakan suatu metode pembelajaran mencari pasangan. Siswa

harus mencari pasangan kartu soal yang dimiliki sambil belajar mengenai suatu

konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Dalam menentukan kartu

jawaban siswa dituntut untuk menentukan jawaban atau soal dari kartu yang

dipegang. Disinilah terjadi interaksi antara kelompok dan interaksi antara siswa di

dalam kelompok untuk membahas kembali soal dan jawaban sehingga dengan

Make a Match berbantuan CD pembelajaran dapat memupuk kerjasama dalam

menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada di tangan mereka,

proses pembelajaran lebih menarik dan keaktifan sangan dituntut untuk mencari

pasangan kartunya masing – masing.

Belum adanya penggunaan CD pembelajaran yang memadai dalam proses

pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa merupakan hambatan bagi

guru matematika dalam menerapkan pembelajaran di sekolah. CD pembelajaran

dipilih karena media ini memiliki ciri-ciri yang mampu meningkatkan keaktifan

siswa untuk belajar yaitu antara lain bentuk dan warna menarik, membuat siswa

tertarik untuk mempelajarinya serta yang paling penting dapat memperjelas

konsep bagi siswa.

Komunikasi adalah kegiatan manusia dalam menyampaikan pesan, baik

secara lisan maupun tulisan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, komunikasi

adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional, 2005). Setidaknya kita harus menguasai empat jenis

keterampilan dasar berkomunikasi, yaitu menulis, mambaca (bahasa tulisan), dan

mendengar, serta berbicara (bahasa lisan) (Stephen, 2011: 25). Pada pembelajaran

matematika, komunikasi sangat dibutuhkan mengingat matematika dalam proses

pembelajaran tidak lepas dari bahasa-bahasa simbol. Kemampuan komunikasi

matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika sangat

perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena melalui komunikasi matematis siswa

dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkan kurikulum matematika, salah satu fungsi matematika adalah sebagai

Page 3: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

55

wahana untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan

bilangan dan simbol.

Sejalan dengan hal itu, menurut Wahid (2012) dengan komunikasi

matematis siswa juga dapat memberikan respon yang tepat antar siswa dan media

dalam proses pembelajaran. Mengingat pentingnya komunikasi matematis bagi

siswa, guru diharapkan mampu menjelaskan materi dan membuat aktifitas belajar

siswa mengarah pada pengembangan komunikasi matematis. Salah satu indikator

kemampuan komunikasi matematis yang dikemukakan oleh Sumarmo (2007)

yaitu menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan/tulisan dengan

benda nyata, grafik, dan diagram serta mendengarkan, berdiskusi dan menulis

tentang matematika.

Kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah dalam

pembelajaran, khususnya untuk pelajaran matematika yang abstrak. Berdasarkan

pengalaman peneliti dan hasil wawancara dengan beberapa guru matematika SMA

dalam studi pendahuluan menjelaskan bahwa ”sikap siswa yaitu motivasi belajar

matematika kurang dan cenderung malas belajar matematika di kelas” atau cepat

merasa bosan dengan metode pembelajaran yang diterapkan, sehingga komunikasi

matematis siswa menjadi berkurang, karena pembelajaran tidak berjalan secara

efektif. Hal ini berdampak pada menurunnya prestasi belajar siswa baik secara

individu maupun klasikal. Penurunan tersebut diakibatkan pada keaktifan siswa

yang kurang terhadap pembelajaran yang berlangsung. Selain itu siswa disana

cenderung bersikap individualis tetapi memiliki kemampuan akademik yang baik,

sehingga sikap belajar siswa terhadap pembelajaran kurang. Penggunaan metode

pembelajaran ini, diharapkan peneliti dapat menemukan pola yang lebih efektif

untuk mengetahui berbagai kelebihan dan kekuatan dari metode pembelajaran ini,

sehingga hasilnya dapat diterapkan pada kondisi pembelajaran yang lain.

1.1 Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

a. Pengertian pembelajaran Make a Match

Metode pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi empat, antara lain

metode STAD (Student Teams Achivement Divisions), metode Jigsaw, metode

GI (Group Investigasion) dan metode struktural. Berdasarkan beberapa metode

di atas Make a Match merupakan bagian dari metode struktural yang

Page 4: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

56

menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi

pola-pola interaksi siswa. Struktur-struktur tersebut memiliki tujuan umum

diantaranya untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan mengajarkan

keterampilan sosial (Sugiyanto, 2010: 44-48).

Metode Make a Match adalah teknik mencari pasangan, siswa di gabung

suruh mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Keunggulan teknik ini

adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua

mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik (Lorna Curran dalam

Miftahul Huda, 2011: 113). Proses pembelajaran yang efisien ialah pembelajaran

yang di dalamnya terdapat proses belajar dan hasil belajar, dengan adanya

profesionalisme dan kemampuan guru yang memadai. Profesional terlihat pada

kemampuan dalam mengelola kelas dan mengajar secara efektif dan efisien,

dalam arti mampu membelajarkan siswa untuk menguasai bahan pelajaran yang

diberikan sesuai dengan tuntutan kurikulum.

b. Langkah –langkah pembelajaran Make a Match

Suasana pembelajaran dalam model pembelajaran make a match sangat

asik dan menyenangkan. Salah satu keunggulan pendekatan pembelajaran

kooperatif dengan model make a match atau mencari pasangan yang

dikembangkan oleh Lorna Curran (1994) adalah siswa mencari pasangan sambil

belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Langkah-langkah penerapan model make a match yang di gunakan oleh

Mira Lestina (2013: 4) sebagai berikut :

1) Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok yang heterogen

(beragam). Tiap kelompok terdiri atas 4-6 siswa.

2) Guru membagikan bahan ajar untuk didiskusikan oleh kelompok.

3) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik

yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya

adalah kartu jawaban.

4) Pecahkan siswa menjadi dua kelompok, misalnya menjadi kelompok A dan

kelompok B.

Page 5: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

57

5) Bagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada

kelompok B.

6) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal dan jawaban.

7) Tiap siswa yang mendapatkan kartu soal memikirkan jawaban dari kartu

yang dipegangnya.

8) Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dimilikinya.

9) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, akan

diberi poin.

10) Setelah satu babak, kartu dikocok kembali dan setiap siswa bergantian peran.

Siswa yang semula berperan sebagai pembawa kartu soal menjadi pembawa

kartu jawaban di babak berikutnya.

11) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang

kartu yang cocok.

Langkah-langkah pembelajaran make a match menurut Agus Suprijono

(2009 : 94-96) sebagai berikut:

1. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan

make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi

pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainya berisi jawaban dari pertanyaan

tersebut.

2. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas menjadi 3 kelompok.

3. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa karu-kartu berisi

pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-

kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.

Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan

kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.

4. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telahditentukan,

maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama

maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan

pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk

berdiskusi. Ketika mereka diskusi alangkah baiknya jika ada musik

instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka. Hasil

Page 6: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

58

diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa

kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.

5. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan

pertanyaanjawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian

membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok. Setelah penilaian

dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua

bersatu kemudian memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai.

Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut diatas dipecah

menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan sebagian lainnya

memegang kartu jawaban. Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. Guru

kembali membunyikan peluitnya menandai kelompok pemegang kartu

pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari, mencocokkan, dan

mendiskusikan pertanyaan-jawaban. Berikutnya adalah masing-masing

pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada penilai.

6. Perlu diketahui bahwa tidak semua siswa baik yang berperan sebagai

pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun penilai

mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaan-

jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya bagi siswa

kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian

mereka benar atas pasangan pertanyaan-jawaban. Berdasarkan kondisi inilah

guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh

siswa mengonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu

memasangkan pertanyaan jawaban dan melaksanakan penilaian

Make a Match dapat memupuk kerjasama siswa dalam menjawab

pertanyaan dengan menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang ada

ditangan mereka, aktifitas belajar siswa akan lebih menarik karena proses

pembelajaran disusun secara baik. Dalam meningkatkan komunikasi matematis

dapat dilihat dari keaktifan siswa dan hasil belajar yang dicapai sisiwa. Dengan

teknik ini diharapkan guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban paling tepat, selain

itu teknik yang terdapat didalamnya juga mendorong siswa untuk aktif di dalam

kelas.

Page 7: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

59

c. Keunggulan Make a Match

Pembelajaran dengan Make a Match mempunyai kelebihan yaitu secara

kognitif contohnya hasil belajar siswa meningkat, dari segi fisik siswa dapat

bekerja kelompok dengan baik. Pembelajaran lebih menyenangkan karena

adanya unsur permainan yang membuat siswa merasa senang dengan

pembelajaran tersebut, dengan adanya kerjasama yang saling membantu

memahami materi sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi yang dipelajari.siswa yang bekerja dalam satu kelompok dapat

memberikan semangat dalam menyelesaikan tugas sehingga motivasi belajar

siswa yang mula-mula rendah akan dapat meningkat.

Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009: 94) beberapa kelebihan yang

dimiliki jika guru/pengajar melakukan metode pembelajaran dengan cara Make a

Match diantaranya: (1) Siswa terlibat langsung dalam menjawab soal yang

disampaikan kepadanya melalui kartu. (2) Meningkatkan kreatifitas belajar para

siswa. (3) Menghindari kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan

mengajar. (4) Pembelajaran lebih menyenangkan karena melibatkan media

pembelajaran yang dibuat oleh guru.

Berdasarkan penjelasan teori di atas dapat disimpulkan dengan menerapkan

model Cooperative Learning tipe Make a Match siswa diajak untuk belajar

sambil bermain, dengan cara saling menjodohkan kartu yang dimilikinya.

Aktifitas belajar matematika akan menjadi lebih menarik, siswa dapat menyukai

pembelajaran matematika, siswa lebih mudah memahami isi materi yang di

sampaikan oleh guru sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

1.2 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

a. Teori Vygotski

Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual

berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan

ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui (2) bahwa interaksi

dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama guru

adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa

(Nur, 2000 : 10). Hal terpenting dari teorinya adalah pentingnya interaksi antara

Page 8: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

60

aspek internal dan eksternal pembelajaran dengan menekankan aspek lingkungan

sosial pembelajaran. Vygotski yakin bahwa pembelajaran terjadi ketika siswa

bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu

masih berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam

zona perkembangan proksimal (zone of proximal development).

Secara terperinci, dikemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan “zona

per-kembangan proksima” adalah jarak antara tingkat perkembangan

sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potesial. Tingkat perkembangan

sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan

tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di

bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan rekan sebaya yang

lebih mampu. Dengan demikian, maka tingkat perkembangan potensial dapat

disalurkan melalui model pembelajaran kooperatif. Ide penting lain dari Vygotski

adalah scaffolding. Scaffolding adalah pemberian sejumlah kemampuan oleh guru

kepada anak pada tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan

memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab saat

mereka mampu (Slavin, 2000: 94). Kemampuan yang diberikan dapat berupa

petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah

pemecahan, memberi contoh, ataupun hal-hal lain yang memungkinkan siswa

tumbuh sendiri (Slavin, 2000: 95). Jelas bahwa scaffolding merupakan bagian

dari kegiatan pembelajaran kooperatif.

Jadi kesimpulannya dalam teori Vygotski menurut peneliti bahwa ada

hubungan secara langsung antara domain kognitif dengan sosio budaya. Kualitas

berfikir siswa dibina dan aktivitas sosial siswa dikembangkan dalam bentuk

kerjasama antara siswa dengan siswa lainnya yang lebih mampu di bawah

bimbingan orang dewasa dan guru.

b. Teori Behaviorisme

Menurut teori ini, belajar merupakan perubahan tingkah laku. Seseorang

dianggap belajar bila menunjukkan perubahan tingkah laku yang terjadi pada

dirinya. Misalnya, seorang siswa belum bisa berhitung maka sekeras apapun

gurunya berusaha mengajar bila siswa itu gagal mendemonstrasikan

kemampuannya dalam berhitung, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia

Page 9: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

61

dikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah

laku (dari tidak bisa menjadi bisa berhitung). Dengan kata lain, belajar

merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya

untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara

stimulus dan respon.

Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa

stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan

guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan

pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang

terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak

dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan

respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang

diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini

mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting

untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Dengan demikian peneliti ini mengacu pada teori belajar Vygotski dan

Behaviorisme yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah

laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan perubahan

tingkah laku. Hal ini dapat dikembangkan dalam bentuk kerjasama antara siswa

dengan siswa lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dan

guru. Sehingga kualitas berfikir dan aktivitas siswa dapat lebih

1.3 CD pembelajaran

Kita perlu menyadari pula bahwa pada umumnya siswa berpikir dari hal-hal

yang bersifat abstrak. Untuk menjembatani seorang guru seyogyanya memikirkan

cara-cara penyampaian yang efektif agar sesuatu yang disampaikan itu dapat

diterima dengan mudah oleh siswa. Untuk pemikiran inilah maka diperlukan alat

bantu lain berupa “media atau alat peraga” (Zaenuddin, 2010). Zaenuddin (2010)

juga menuturkan beberapa peranan alat peraga dalam pembelajaran bila ditinjau

dari peranannya alat peraga dalam pembelajaran khususnya pembelajaran

matematika yang dikategorikan dalam tiga hal utama yaitu untuk membantu

proses pemahaman siswa, membantu mengaitkan daya ingat siswa tentang konsep

Page 10: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

62

yang dipelajari, dan meningkatkan minat serta apresiasi siswa terhadap konsep

yang dipelajarinya.

Salah satu usaha untuk memberikan variasi dalam hal pembelajaran

matematika adalah dengan menggunakan media pembelajaran matematika. Media

(merupakan jamak dari kata medium) adalah suatu saluran untuk komunikasi.

Diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “antara”. Istilah ini merujuk kepada

sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi ke penerima informasi.

Masuk di dalamnya antara lain: film, televisi, diagram, materi cetakan, komputer,

dan instruktur (Suherman dkk, 2003:238).

Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar \mengajar

cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.

Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan

instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu

disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4).

Media merupakan salah satu unsur dalam pembelajaran yang memegang

peranan penting. Hal ini tidak terlepas dari kegiatan inti pembelajaran yang

berupa proses belajar dari siswa dan penerapan strategi pengajaran dengan

penggunaan alat bantu pembelajaran oleh guru yang saling berinteraksi dalam

suatu lingkungan belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Malik (2008: 571)

dalam penelitiannya bahwa penggunaan media dalam pembelajaran, khususnya

teknologi dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

Menurut Wibawanto (2004: 12) CD adalah salah satu bentuk multimedia

yang merupakan kombinasi antara beberapa media teks, gambar, video, dan suara

sekaligus dalam satu tayangan tunggal. Interaktif artinya bersifat saling

melakukan aksi, antar hubungan, saling aktif (Alwi, 2003: 438). Jadi, CD

pembelajaran merupakan salah satu multimedia berupa keping CD yang berisi

teks/angka, gambar, dan suara, sehingga dapat memberikan aksi/respons, dikemas

dan dioperasikan dengan komputer, kemudian dapat digunakan dalam proses

pembelajaran yang didalamnya melibatkan siswa secara aktif untuk menggunakan

CD tersebut. Kelebihan CD pembelajaran antara lain penggunanya bisa

berinteraksi dengan program komputer, menambah pengetahuan. Pengetahuan

Page 11: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

63

yang dimaksud adalah materi pelajaran yang disajikan CD pembelajaran, serta

tampilan audio visual yang menarik (Beni, 2008: 1). Penelitian ini menggunakan

media CD pembelajaran dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas sehingga membuat siswa

mampu menangkap konsep materi yang disampaikan guru dengan baik dan siswa

tidak hanya membayangkan konsep-konsep materi yang mereka pelajari. Guru

menyesuaikan dengan model pembelajaran yang dipakai serta materi yang akan

disampaikan sehingga dapat meningkatkan respons siswa serta interaksinya dalam

proses pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif

matematis.

1.4 Kemampuan Komunikasi Matematis

a. Komunikasi Matematis

Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata

Latin communicatio, dan bersumber dari kata yang berarti sama. Maka

komunikasi akan terjadi selama ada kesamaan makna mengenai apa yang

dibicarakan. Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu cara untuk

menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk

memberitahu, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan, maupun melalui media

(Herdian, 2010). Oleh sebab itu saat berkomunikasi harus dipikirkan bagaimana

caranya agar pesan yang disampaikan kepada orang lain dapat dengan mudah

dipahami. Menurut Elida (2012: 180) berpendapat bahwa komnikasi dimaknai

sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan

melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Untuk mengembangkan

kemampuan berkomunikasi, siswa dapat dibimbing dalam berkomunikasi dengan

berbagai bahasa termasuk bahasa matematis.

Komunikasi matematis adalah suatu keterampilan penting yang harus

dimiliki siswa dalam belajar matematika. Siswa mampu mengekspresikan ide-ide

matematika yang berasal dari argumennya kepada teman, guru dan lainnya

melalui bahasa lisan dan tulisan. Komunikasi matematik juga merupakan salah

satu tujuan pembelajaran matematika dan menjadi salah satu standar kompetensi

lulusan siswa sekolah dari pendidikan dasar sampai menengah. Sebagaimana

Page 12: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

64

tercantum dalam Undang-Undang SISDIKNAS no.22 Tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Kelulusan dalam bidang matematika yang secara lengkap

sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain.

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

Menurut Eliot dan Kenney (Sumarmo, 2013: 35) bahwa kemampuan

komunikasi matematika antara lain meliputi proses-proses matematika berikut: (1)

Menyatakan suatu situasi atau masalah matematik atau kehidupan sehari-hari ke

dalam bentuk gambar, diagram, bahasa atau simbol matematik, atau model

matematik. (2) Menjelaskan suatu idea matematik dengan gambar, ekspresi, atau

bahasa sendiri secara lisan atau tulisan. (3) Membuat suat cerita bedasarkan

gambar, diagram, atau model matematik yang diberikan. (4) Menyusun

pertanyaan tentang konten matematik yang diberikan.

Sedangkan NCTM (Wijaya, 2012: 72) merumuskan standar komunikasi

(communication Standard) untuk menjamin kegiatan pembelajaran matematika

yang mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam belajar matematika

adalah sebagai berikut :

1. Menyusun dan memadukan pemikiran matematika melalui komunikasi.

2. Mengkomunikasikan pemikiran matematika secara logis dan sitematis kepada

semua siswa, kepada guru, maupun orang lain.

3. Menganalisis dan mengevaluasi perkiran dan strategis matematis orang lain.

Page 13: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

65

4. Menggunakan bahasa matematika untuk megekspresikan ide matematika

secara tepat.

b. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis diperlukan beberapa

indikator. Sumarmo (2012: 6) menuliskan kegiatan yang tergolong pada

komunikasi matematis di antaranya adalah:

1. Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam

bahasa, simbol, idea, atau model matematik.

2. Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.

3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika

4. Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis.

5. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika dalam

bahasa sendiri.

Adapun kemampuan komunikasi matematis siswa menurut NCTM (dalam

Fachrurazi: 2011) dapat dilihat dari: (1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide

matematis melalui lisan, tulisan, dan mendemonstrasikannya serta

menggambarkannya secara visual; (2) Kemampuan memahami,

menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematis baik secara lisan,

tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) Kemampuan dalam

menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya

untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-

model situasi.

Dari ketiga indikator tersebut dikelompokan menjadi 2 bagian, yaitu

indikator kemampuan komunikasi matematika lisan dan tertulis. Indikator

kemampuan komunikasi lisan sebagai berikut:

1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, dan

mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual; adapun sub-

sub indikator 1 adalah (a) Siswa mampu mengajukan pertanyaan, (b) Siswa

memberikan gagasan, (c) Siswa mampumemberikan solusi, (d) Siswa mampu

menyelesaikan permasalahan.

2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide

matematis secara lisan, maupun dalam bentuk visual lainnya; adapun sub-sub

Page 14: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

66

indikator 2 adalah (a) Siswa mampu memahami pertanyaan (b) Siswa mampu

menjawab pertanyaan, (c) Siswa mampu memberikan sanggahan, (d) Siswa

mampu menemukan solusi

3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika

dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan

hubungan-hubungan dengan model-model situasi; adapun sub-sub indicator 3

adalah (a) Siswa mampu menyebutkan istilah-istilah matematika, (b) Siswa

mampu memberikan solusi yang berbeda, (c) Siswa mampu menggunakan

notasi-notasi matematis, (d) Siswa mampu menyimpulkan.

Sedangkan indikator kemampuan komunikasi matematika tertulis sebagai

berikut:

a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan, dan

mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.

b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide

matematis secara tertulis, maupun dalam bentuk visual lainnya.

c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika

dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan

hubungan-hubungan dengan model-model situasi.

2. Metode PenelitianPenelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Melalui Make a Match Berbantuan CD

Pembelajaran” ini dilaksanakan di SMA N 1 Rowosari Kecamatan Rowosari

Kabupaten Kendal. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-4 SMA N 1

Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.

Jenis data meliputi: data mengenai hasil belajar, data mengenai kinerja guru

dalam pembelajaran, data mengenai kinerja siswa dalam pembelajaran dan data

mengenai aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Alat Pengumpulan Data

meliputi: lembar Tes Formatif, Lembar obsevasi guru, Lembar observasi siswa,

dan Lembar observasi aktivitas diskusi kelompok

Penelitian ini merupakan Penelitian Tidakan Kelas (PTK) yang

dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus, masing-masing siklus dilaksanakan dalam 4

Page 15: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

67

(empat) tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur

kerja tersebut secara garis besar dapat dijelaskan pada bagan di bawah ini.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

3. PembahasanPembahasan siklus 1 dan siklus 2

Pembahasan dalam penelitian ini meliputi pembahasan tentang

pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas X-4 SMA N 1 Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten

Kendal tahun 2014/2015 melalui Make a Match berbantuan CD pembelajaran.

Berdasarkan hasil tes formatif pada siklus 1 dan 2 yaitu pada siklus 1 diperoleh

rata-rata siswa sebesar 68,43. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari

atau sama dengan 70 (70) atau dapat dikatakan tuntas sebanyak 20 siswa atau

66,67%. Jumlah tersebut belum mencapai target dalam peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa, jadi perlu diadakan siklus 2 untuk mencapai target

yang diinginkan. Berdasarkan hasil tes siklus 2, diperoleh rata-rata siswa sebesar

72,31. Banyaknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70

(70) atau dapat dikatakan tuntas sebanyak 26 siswa atau 86,67%. Jumlah

tersebut telah mencapai target dari indikator keberhasilan pembelajaran yaitu

banyaknya siswa yang yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70

(70) atau dapat dikatakan tuntas minimal 75% dari banyaknya siswa kelas X-4

dan tidak perlu diadakan tindakan lebih lanjut.

Revisi Perencanaan

Perencanaan

Refleksi

Tindakan

Refleksi

Pengamatan

Tindakan Pengamatan

Page 16: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

68

Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus 1 dan 2, yaitu pada

siklus 1 hasil penilaian observasi terhadap kinerja guru diperoleh skor rata-rata

2,65 dengan kriteria kinerja guru dalam pembelajaran baik. Hasil penilaian

tersebut belum mencapai target, jadi perlu diadakan siklus 2 untuk mencapai

target yang diinginkan. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada siklus 2,

hasil penilaian observasi terhadap kinerja guru diperoleh skor rata-rata 3,35

dengan kriteria kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik. Hasil penilaian

tersebut telah mencapai target dari indikator keberhasilan pembelajaran jadi dapat

dikatakan tuntas dan tidak perlu diadakan tindakan lebih lanjut.

Berdasarkan hasil observasi kinerja siswa pada siklus 1 dan 2 yaitu pada

siklus 1 hasil penilaian observasi terhadap kinerja siswa diperoleh skor rata-rata

2,7 dengan kriteria kinerja siswa dalam pembelajaran baik. Hasil penilaian

tersebut belum mencapai target, jadi perlu diadakan siklus 2 untuk mencapai

target yang diinginkan. Berdasarkan hasil observasi kinerja siswa pada siklus 2

hasil penilaian observasi terhadap kinerja siswa diperoleh skor rata-rata 3,2

dengan kriteria kinerja siswa dalam pembelajaran sangat baik. Hasil penilaian

tersebut telah mencapai target dari indikator keberhasilan pembelajaran jadi dapat

dikatakan tuntas dan tidak perlu diadakan tindakan lebih lanjut.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas dikusi kelompok pada siklus 1 dan 2,

yaitu pada siklus 1 hasil penilaian observasi terhadap aktivitas diskusi kelompok

diperoleh skor rata-rata 2,50 dengan kriteria aktivitas diskusi kelompok cukup

baik. Hasil penilaian tersebut belum mencapai target, jadi perlu diadakan siklus 2

untuk mencapai target yang diinginkan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas

diskusi kelompok pada siklus 2, hasil penilaian observasi terhadap aktivitas

diskusi kelompok diperoleh skor rata-rata 3,10 dengan kriteria aktivitas diskusi

kelompok baik. Hasil penilaian tersebut telah mencapai target dari indikator

keberhasilan pembelajaran jadi dapat dikatakan tuntas dan tidak perlu diadakan

tindakan lebih lanjut.

Secara umum proses pembelajaran yang berlangsung pada setiap siklus

sudah berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan semua tahapan yang ada

dalam pembelajaran melalui make a match sudah dilaksanakan dengan baik.

Page 17: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

69

Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah

tercapai. Ada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam

kegiatan belajar melalui make a match berbantuan CD pembelajaran siswa kelas

X-4 SMA N 1 Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.

4. Simpulan dan Saran4.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang disajikan sebelumnya, dapat

ditarik simpulan bahwa melalui make a match berbantuan CD pembelajaran dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X-4 SMA N 1

Rowosari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal.

4.2 Saran

Berdasarkan simpulan disarankan bagi guru mata pelajaran matematika agar

menerapkan make a match berbantuan CD pembelajaran dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa, serta Guru hendaknya menciptakan

suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan, dialogis dan demokratis.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Beni, D. M. 2008. Perkembangan Multimedia dan CD Interaktif. Tersedia dihttp:// deskomers01.com/?p=187 (diunduh 30 september 2011).

Depdiknas. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Jendral.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.Pendidikan Dasar dan Menengah Umum.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Malik, S. 2008. Perception of University Students on Self-Directed Learningthrough Learning Technology. European Journal of Scientific ResearchISSN 1450-216X Vol.24 No.4 (2008), pp.567-574© EuroJournalsPublishing, Inc. 2008. http://www.eurojournals.com/ejsr_24_4_ 13.pdf(diunduh 3 Oktober 2011).

Nasution, S. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 18: Pemanfaatan CD Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan …research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313017/9496... · 2018. 7. 13. · siswa mengarah pada pengembangan komunikasi

Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula Volume 4 (1) 2016 ISSN:2338-5988

70

. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta:Bumi Aksara.

Nurhadi, 2000. Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Malang: UniversitasNegeri Semarang.

Romadhina, Dian. 2007. Pengaruh Kemampuan Penalaran dan KemampuanKomunikasi Matematik terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Ceritapada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung Siswa Kelas IX SMPNegeri 29 Semarang melalui Model Pembelajaran Pemecahan Masalah.http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHf1de/c0fe599f.dir/doc.pdf, diakses tanggal 12 Maret 2015.

Silver and Smith. 1996. “Celebrating 50 Years of Reflective Practice: Versions ofCreative Problem Solving”. Journal of Creative Behavior, Volume 38 No.2.Hal. 1-27. ISSN 0022-0175.

Sugandi, A., dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.

Sugiyanto. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 1997. Metodologi Penelitian Administrasi. Yogyakarta: BPFE-VII

Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA IMSTEP Universitas Pendidikan Indonesia.

Supridjono, A.2009. Matematika Gemar Berhitung 3B. Solo: PT Tiga SerangkaiPustaka Mandiri.

Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1.Semarang: UNNES.

Tri Anni, C. dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UniversitasNegeri Semarang.

Wibawanto, H. 2004. Multimedia untuk Presentasi. Semarang: LaboratoriumKomputer Pascasarjana Unnes.

Zaenuddin. 2010. Penggunaan Balok Garis pada Operasi Hitung Bilangan BulatBilangan Jurnal Pendidikan Batang Barkembang. http://redaksijurnalpendidikan.blogspot.com/2010/03/penggunaan-balok-garis-bilangan-pada-bilangan-bulat.htm (diunduh 22 Agustus 2010).