pemandangan umum fraksi karyapembangunan...

90
PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH, 2. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BEA BALIK NAMA TANAH DAN BANGUNAN, 3. RANCANGAN UNDANG':'UNDANG TENTANG PENAGflIAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN 4. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PERADILAN PAJAK. Disampaikan Oleh Drs. Simon Patrice Morin Anggota DPR-RI No. : 342 Jakarta, 12 Desember 1996 361

Upload: others

Post on 04-Mar-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI

TERHADAP

1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAERAH

DAN RETRIBUSI DAERAH,

2. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BEA BALIK

NAMA TANAH DAN BANGUNAN,

3. RANCANGAN UNDANG':'UNDANG TENTANG PENAGflIAN

PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN

4. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN

PERADILAN PAJAK.

Disampaikan Oleh

Drs. Simon Patrice Morin

Anggota DPR-RI No. : 342

Jakarta, 12 Desember 1996

361

Page 2: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN DPR-RI

TERHADAP

1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAERAH

DAN RETRlBUSI DAERAH,

2. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BEA BALIK

NAMA TANAH DAN BANGUNAN,

3. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENAGfl-IAN

PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN

4. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN

PERADILAN PAJAK.

Disampaikan Oleh : Drs .. Simon Patrice Anggota DPR-RI No. : 342

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Yth. SaudaraKetualPimlPinan Rapat Paripurna,

363

Page 3: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Yth. Saudara Menteri Keuangan yang mewakili Pemerintah,

Yth. Ibu, Bapak Anggota Dewan serta Hadirin yang kami muliakan,

Tanpa terasa waktu bedalu demikian cepatnya sehingga tahun

1996 abn segera berakhir dan tercatat sebagai masa laiunya perjalanan

kenegaraan kita. Telah tercapai banyak kemajuan dalam berbagai aspek

kehfdopan rakyat berkat keberhasilan pembangunan nasional tahun

demi tahun. Namun sebagai bangsa yang cukup berpengalaman, dalam

perjalanan pembangunan selama kurang lebih tiga dekade kitapun seialu

sadnr bahwa pcrjalanan pembangunan itu tiidak akan pcrnah sepi dari

tantangan dan hambatan. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah pada

kesempatan yang berbabagia int Fraksi Karya Pembangllnan mengajak

seluruh hadirin untllk bersama-sama memmdllkkan kepala memanjatkan

puji, dan syukur kehadirat TlIhan Yang MaIm Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya atas perjalanan bangsa kita selama tahun 1996,

seraya memohon petllnjllk dan tllntllnan-Nya dalam memasllki tahlln 1997

dengan segala harapan dan tantangannya.

Khusus pad a hari ini, tanggal 12 Desember 1996, patut kita bersyukur

karena masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk mcnghadiri rapat

Paripurna DPR-RI dalam rangka meiaksanakan tllgas konstitusional yang

berkaitan dengan pembahasan 4 Rancangan Undang-lIndang di bidang

Perpajakan.

Semoga tallfik dan hidayah-Nyaselalll mengiringi keseillruhan

rangkaian acara persidangan Dewan yang mulia ini, schingga hasifnya

benar-benar dapat memenuhi aspirasi dan menyentuh kepentingan bangsa,

negara dan selain rakyat Indonesia.

Saudara Pimpinan, para hadirin yang terhormat,

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Presiden Republik Indonesia

364

Page 4: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

denganamanatnyaNomor R.IIIPUIXII1996 tertanggal12 Nopember 1996,

telah menyampaikan 4 Rancangan Undang-undang bidang Perpajakan kepada Dewan yaitu:

I. Rancangan Undang-undang tentang Pajak. Daerah dan Retribusi Daerah,

2. Rancangan Undang-undang tentang Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan,

3. Rancangan Undang-undang tantang Penagihan Pajak. Dengan Surat Paksa,

4. Rancangan Undang-undang tentang Badan Peradilan Pajak.

Selanjutnya pada hari Sen in tanggal 25 Nopember 1996 yang lalu Saudara Menteri Keuangan Republik Indonesia mewakili Pemerintab telah menyampaikan Keterangan Pemerintah terhadap keempat Rancangan Undang-undang bidang perpajakan tersebut.

Dalam keterangannya pemerintah menyampaikan antara lain:

I. Bahwa keempat Rancangan Undang-undang bidang perpajakan tersebut mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting dan strategis dalam upaya meningkatkan pelaksanaan pembangunan nasional maupun dalam memberikan landasan hukum yang adil, tegas,jelas dan kokoh dalam pemungutan pajak bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

2. Bahwa RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang diajukan kepada Dewan sejalan dengan amanat Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerilitahan di Daerah dan sekaligus untuk menggantikan Undang-undangNo. 11 Drt. Tabun

365

Page 5: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

366

1957 tentang Peraturan Umum Pltiak Daerah dan Undang-undang

No. 12 Dli. Tahun 11957 tentang Peratul"all Umum Retribusi Daerah

yang sudah tidak lagi dapat menampung kebutuhan pembangunan,

khususnya bagi daerah.

3. Bahwa landasan hukum sumber-sumber penerimaan daerah akan

makin bertambah kuat, dengall diajllkannya kepada Dewan RUU

ten tang Bea Balik Nama Tanah dan Bangllnan Pengenaan Bea

Balik Nama Tanah dan Bangunan akan membeTikan tambahan

penerimaan negara yang sebagian besar hasilnya akan diserahkan

kepada Pemerintah Daerah disamping merupakan rangsangan untuk

mengurangi spekulasi atas tanah.

4. Sahwa Rancangan Undang-undang Penagihan Pajak Dengan

Surat Paksa yang telah disampaikan kepada Dewan, dimaksudkan

llntuk mengatasi berbagai kelemahan penagihan pajak berdasarkan

Undang-undang No. 13 Tahun 1 S53 tentang Penagihan Pajak

Negara dengan Surat Paksa. RUU in:i dimaksudkan pula sebagai

landasan hukum dalam pelaksanaan penagihan pajak yang meliputi

pajak pusat (termasuk Bea masuk, Cllkai, Bea Balik Nama Tanah

dan Bangunan) maupllln pajak-pajak daerah.

5. Bahwa RUU Badan Peradilan Pajak dimakslldkan untuk mengganti

Majelis Pertimbangan Pajak yang dibentuk berdasarkan Regeling

Ti:tn het Seroep ill Selasting Zaken Staatblad Tahun 1927. No. 29

dengan segal a perubahan dan kendalanya. Selanjutnya ditegaskan,

bahwa Badan Peradilan Pajak pada hakekatnya merupakan salah

satu pelaksana kekua:saan kehakiman. Dalam kaitan itll, badan

peradilan yang dipedukan adalah Badan Peraban Khusus yang

berwewenang memherikan putusan atas sengketa di bidang

perpajakan dengan proses yang sederhana, cepat, dan murah.

Page 6: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Yth. Saudara Ketua, Pimpinan Rapat Paripurna,

Yth. Saudara Menteri Keuangan,

Yth. Ibu, Bapak para Anggota Dewan, serta hadirin yang kami muliakan.

Fraksi Karya Pembangunan menyambut baik atas disampaikannya4

RUU di bidang perpajakan ini, karena sesuai dengan harapan dan kehendak

fraksi kami, sebagaimana telah disampaikan dalam Pendapat Akhir fraksi

tanggal 9 Nopember 1994 yang lalu, pada saat pengesahan perubahan 4

RUU perpajakan.

Dcngan disampaikannya 4 RUU di bidang perpajakan ini, yang

pembahasannya Insya Allah akan kita lakukan secara saksama melalui

pengkajian yang mendalam dan dalam suasana penuh musyawarah untuk

mufakat, sehingga segera dapat disetujui, disahkan dan diundangkan.

Dengan demikian akan semakin lengkaplah landasan hukum perpajakan kita

untuk memenuhi tuntutan kehutuhan Undang-undang Perpajakan Nasional

yang scsuai dengan perkembangan masyarakat dan dunia dewasa ini.

Seiring dengan tingkat perkcmbangan dan tuntutan pembangunan

bangsa dan negara maka peran penerimaan pajak untuk pembiayaan

tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan dari waktu kewaktu menjadi

sumber penerimaan negara yang sangat penting. Oleh karena itu sejak

tallUn 1983 pemerintah secara terencana telah melakukan berbagai

langkah reformasi perpajakan terutama terhadap berbagai Undang­

Undang di bidang Perpajakan Nasional yang dinilai masih berbau kolonial

dan sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan dan keblltuhan zaman.

Fraksi Karya Pembangunan mencatat bahwa sejak talmn 1983 tclah

dilakukan pcmbaharuan di bidang Undang-undang Perpajakan yang

melahirkan:

367

Page 7: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

1. Undang-undang Nomor .. Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan,

2. Undang-undang Nomor 7 Tahaun 1983 tentang PajakPenghasilan,

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah .

Kemudian pad a Tahun 1985 diikuti dengan 2 Undang-undang, yaitu:

4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan

Bangunan, dan

5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.

Sejak berlakunya ke lima Undang-unclang Perpajakan yang bam

tersebut beserta dukungan peraturan-paaturan pclaksanaannya, sumbangan

penerimaan pajak terhadap penerimaan negara semakin meningkat. Hal ini

dapat kita lihat dari perkembangan penerimaan perpajakan.

Dalam tahun anggaran 1983/1984 yang merupakan awal reformasi

perpajakan, .......... penerimaan perpajakan hanya menyumbang sekitar

27,5% dari keseluruhan penerimaan dalam negeri. Dengan reformasi

perpajakan yang didukung oleh usaha dan upaya intensifikasi pemungutan

pajak dan ekstensifikasi obyek pajak telah berhasil meningkatkan

peran penerimaan perpajakan, sehingga dalam tahun terakhir Repelita V

penerimaan pajak mencapai 65,3% dari kesleluruhan penerimaan dalam

negeri .. Kemlldian dalam tahun anggaran 1994/1995 p,eranannya tetap

me:ningkat, yaitu menjadi 66,3% dari seluruh.penerimaan dalam negeri.

Jelaslah bahwa Undang-undang Perpajakan Nasionall kita yang baru

tersebllttelah mampu mewujudkan tekad kita untllk menjadikan penerimaan

pajak sebagai tulang punggung penerimaan negara, dan sekaligus sebagai

instrumen pemerataan pembangunan demi terciptanya keadaan.

368

Page 8: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Walaupun pertimbangan utama dalam melaksanakan reformasi

perpajakan tahun 1983 adalah peningkatan peran penerimaan pajak

terhadap penerimaan dalam negeri' namun dengan adanya berbagaj

perkembangan baru dibidang ekonomi secara global masih saja terdapat

beberapa kelemahan bila dikaitkan dengan kebijaksallaan perpajakan dalam

perdagangan internasional dan investasisesuai komitmon kita pada GAIT

(GENERAL AGREEMENT ON TRADE AND·TARIFF) dan WTO (TVORLD

TRADE ORGANIZATION) maupun kesepakatall AFTA (ASEAN FREE

TRADE AREA) pada tahun 2003 dan APEC (ASIA PAEIFIE ECONOMIE

COOPERATIOA) tahun 2020. Dengan perkembangan ekonomi global

tersebut maka negara-Ilegara yang tidak memiliki ketinggulan bersaing

dan keunggulan komparatif dalam memasarkan produk-produknya akan

tesisih dalam persaingan global dan bahkan kemungkinan akan dijadikan

pasar oleh negara-negara yang produknya memil ikidaya saing yang tinggi. '

Oleh karena itu tuntutan peningkatanefisiensi dalam arti pembenahan

berbagai pungutan yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi di Indonesia

terus dilakukan sebagai upaya untuk memaeu sektor ekonomi produktif.

Perkembangan ini mendorong dilakukannyapengkajian secara terus

menerus terhadap Undang-undang perpajakan dan melakukan penyesuaian

yang diperlukan. Disatu sisi pajak diandalkan sebagai sumberutama

penerimaan negara atau yang dikenal dengan fungsi budgeter namun

disisi lain pajak berfungsi pula sebagai instrumen yang mengatur kegiatan

ekonomi didalam suatu negara seperti misalnya insentif pajak untuk

mendorong investasi.

Untuk itu maim pada tahun 1991, ielah di lakukan beberapa perubahan

atas Undang-undang Pcrpajakan kita yaitu perubahan beberapa pasal atas .

Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan untuklebih

mendorong terima usaha, yang antara lain mengatur mengenai perlakuan

PPh terhadap dividen atau bagian keuntungan yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas dalam negeri, koperasi ataubadan-badan usahamilik

negara dan Daerah dari penyertaan modal pada usaha lainnya yang didirikan

369

Page 9: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

di Indonesia, dan terhadap perusahaan "Reksadana dan perusahaan modal

Ventura. Kemudian diikuti dengan perubahan yang lebih mendasar atas ke

empat Undang-undang Perpajakan kita, yaitu :

1. Undang-undang Nomor 9 Talmn 1994 tentang Perubahan atas Undang­

undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentllan Umllm dan Tata Cara

Perpajakan,

2. Undang-undangNomor 10 Tahun 1994tentangPerubahanatasUndang­

llndang Nomor 7 Tahun ] 983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991.

3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994'tentang "Perubahan atas

Undang-undang Nomor 8 Tahl1l1 ) 983 tentang Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjl1alan atas Barang Mewah,

4. Undang-undang Nomor 12 Talmn 1994 tentang Perubahan atas Undang­

undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang

disahkan 9 Nopember 1994 dan mulai berlaku 1 Januari 1995.

Masih segar dalam ingatan kita, bab perobahan tersebut dimaksudkan

untuk lebih memantapkan asas perpajakan nasional agar lebih berkeadilan,

berkepastian hukum, mendorong peningkatalll pemerataaltl, sehingga akan

lebih mampu berfungsi untuk pengamanan dan peningkatan penerimaan

pajak,yangmenjaditumpuanutamadalampembiayaanpembangunan.Selain

itu perobahan tersebut dimaksud puia untuk menampung perkembangan

ekonomi dan giobalisasi di berbagai bidang. Fraksi Karya Pembangunan

yakin bahwa dengan berbagai langkah pembaharuan tersebut kita akan

lebih mampu untuk memantapkan kemandirian kita dalam membiayai

pembangunan nasional yang setiap talmn terus bertambah luas eakupan

dan jangkauannya, serta (ebih meningkatkan hasilnya. Dengan demikian

sistem perpajakan kita benar-benar merupak:an perwujudan dari amanat

370

Page 10: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

rakyat dan menjadi tiang topang bagi terus berlanjutnya pembangunan

nasional, yang merupakan tugas terbesar bangsa Indonesia untuk mencapai

cita-cita kemerdekaan seperti yang tersuratdaam Pembukaan Undang­

Undang Dasar 1945. :. ".:'

Fraksi Karya Pembangunan betpendapat bahwa dengan majukannya4.

RUU di bidang Perpajakan yang riantinya sctelah dibahas dan disyahkan,

akan semakin lcngkaplah Undallg-undang' Perpajakan Nasional leila:

Semakin terciptalah landasanhukUln yang lebib kuat sestiaidengail pasal

23 Undang-undang Dasar 1945, untuk surilber-sumber penerin~aan neganl

tennasuk penerimaan daerah, dalalTI rangka membangunbailgsadan negara

yang menuju pada peningkatall kesejabteraan rakyat dan masyarakat

banyak. Disamping itu akan 'semakin dirasakan terperiullinya 'asas '

keadilan (Filosofis), azas yuridis (hukum), dan asas sosiologiS'dalairi'arti

terpenubinya pertimbangan ekononlis dan finansial baik olehjiseus 11laupun

para wajib pajak, sebagaimana lazimnya dalam menerapkan Undang-

undang Pcrpajakan beserta dengan segala peraturan perundangannya. '

Vth. "Saudara Ketua/Pimpinan Rapat Paripurna

Yth. Saudara Menteri Keuangan, Ibu~ibu, Bapak-bapak anggota Dewan

serta Hadirin yang kami muliakan,

Sebelum Fraksi Karya Pembangunan menanggapi ke-4 RJJU Perpajakan

ini, pcrkenankanlah kami menyampaikan landasan pola pikir fraksi kami,

yakni senantiasa dilandasi oleh falsafahPancasila,' Undang-undang Dasar

1945 dan GBHN beserta dengan Tap-Tap MPR yang berkaitan serta

I

. ~~gram ubemu'~kGOIOnglandKaryaITadhun 19k93, S~hin~gaIPedmbahasan~Ruul ' Inl tetap rplJa • atas an asan- an . asan onstltuslona an operaslona .

Dalam membahas 4 Rancangan Undang-undang ini, fraksi kami akan

menekankan pokok-pokok pemikiran, sebagai berikut: "

371

Page 11: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

372

------------------

J. Rancangan Undang-undang tentang Pajak Daeran dan Retribusi Daerah.

1. Bahwa RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang akan dibahas

ini telah sejalan dengan Undang-undang No.5 Tahun 1974 tentang

Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, yang melandasi sumber

pendapatan daerah agar daerah dapat melaksanakan otonominya, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Fraksi Karya Pembangunan sependapat dengan pemerintah dalam hal ini, tetapi disamping itu ingin lebih menjalankan

lagi prinsip-prinsip otonomi daerah, karena nanti akan banyak

mendasari hubungan keuangan, pajak, retribusi, antara pusat dan daerah dalam negara kesatuan Republik Indonesia.

Bila kita dalami prinsip otonomi daerah menurut Ketetapan MPR

No. IVIMPRl1973 tentang GBHN -dapatdisimpulkan antara lain:

a. prinsip otonomi daerah bukan lagi otonomi yang ini dan seluas­luasnya, tetapi otonomi yang nyata dan bertanggungjawab.

b. maksud dan tujuan pemberian otonomi kepada daerah

berorientasi pada pembangunan dalam hal ini pembangunan dalam arti luas dengan arahan antara lain:

hams serasi dengan pembinaan politik dan persatuan bangsa,

hams dapat menjamin hubungan yang serasi antara

pemerintah pusat dengan daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan,

hams dapat menjamin perkembangan dan pembangunan

daerah,

Page 12: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

pelaksanaan pember ian otonomi bersama-sama dengan

dekonseirtrasi.

e. titik berat pelaksanaan otonomi daorah diletakkan pada

Daerah Tingkat II, yang pad a saat ini sedang diujicobakan di

seluruh Indonesia.

Dari arahan-arahan tersebut diatas, tampak denganjelas wujud dari

prinsip otonomi daernh yang NYATA dan BERTANGGUNG JAWAB

NYATA:

Mengandung m1i b~hwa pemberian otonom i kepada Daerah

haruslah didasarkan pada faktor-faktor perhitungan-perhitungah

dan tindakan-tindakan atau kebijakan yang benar-benar dapat

menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata mampu

menguras rumah tangganya sendiri.

BERTANGGUNGJAWAB

Mengandungarti bahwapemberian otonomi itu benar-benarscjalan

dengan tujuannya, yakni melancarkan pembangunan keseluruh

Indonesia dan serasi, atau tidak bertentangan dengan arahan­

arahan yang telah diberikan, serasi antara pemerintah pusat dan daerah serta dapat menjamin perkembangan pembangunan daerah.

2. Didalam RUU tentang Pajak Daerah dan Retsibusi Daerab yang

sekaligus sebagai pengganti Ulldang-ulldang Darurat No. II dan No.12 Tahun 1957,hendaknya dapatdengan jelas dan tcgas

mengatur hal-hal apayang menjadi wewenang dan tanggungjawab

pemerintah plisat, dan hal-hal apa pula yang menjadi wewenang dan

tanggung jawab pemerintah daerah dengan mengingat penerapan

otonomi daerah dalam negarakesatuan Republik Indonesia,sehingga

373

Page 13: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

tidak terdapat kewenangan dan tanggungjawab yang tumpang

tindih.Diharapkan pula agar substansi daJam RUU ini tidak

menimbulkan penafsiran bahwa dalam peiaksanaan kewenangan

dan tanggungjawab dimaksud, pemerintah pusat seolah-olah

berniat menarik kewenangan otonomii daerah menjadi wewenang

pemerintah pusat atau dengan kata lain terjadi pergeseran dari asas

desentrafisasi ke sentralisasi untuk pajak daerah dan retribusi

daerah. Hal ini hendaknya dihindari dalam perutmisan substansi

RUUini. Hendaknya pembagian fungsi fiskal dan pembagian

wewenang perpajakan antera pusat dan daerah benar-benar

mernpertimbangkan kawenangan otonomi daerah dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

3. Dalam perumusan substansi RUU ini hendaknya dapat dihindari

penerapan akan pengertian pajak, retribusi bahkan pungutan,

demikian pula harus dihindari kermungkinan terjadinya pungutan

retribusi daerah diklasifikasikan sebagai izin atau lisensi, sedangkan

bila dikaitkan dengan hukum fiskal dia merupakan pajak, dengan

kata lain ia merupakan pajak semu atau quasi tax. Penyederhanaan

Pajak-pajak Daerah Tingkat I, Pajak Daerah Tingkat II, beserta

dengan tarifnya, demikian pula dengan Retribusi Tingkat I sebanyak

± 57 jenis retribusi, Tingkat II sebanyak ±137 jenis retribusi, Adalah

suatu hal yang pedu dilakukan.

374

Namun demikian dengan penyederhanaan ini perJu diperhatikan

agar Pendapatan Asli Daerah yang pada saat ini relatif masih

kecil jumlahnya tetapi merupakan kemponen kedua dari sumber

penerimaan APBD haik Tingkat I maupun Tingkat II tidak

menjadi berkurang, tetapi lebih mellingkat untuk itu, porlu adanya

pengaturan yang tebih jelas dan tepat dalam penerapan prinsip­

prmslp pemungutan, pengadministrasian serta peningkatan

pengawasan yang lebih ketat sehingga target penerimaan negara

lebih diamankan.

Page 14: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

4. Lebih lanjut bila dite:laah secara mendalam dapat kami simpulkan

bahwa sasaran strategis yangingin dieapai an tara lain adalah:

I). Sinkronisasisistem perpajakan daerah dengan sistem perpajakan

nasional akan berdampakpositif karena rnenjamin kepastian

hukum dan terpenllhinya asas keadilan bagi Wajib Pajak,

mendorong terwlIjlld otonomi daerah yang nyata dan bertanggung

jawab sejalan dengan prinsip negara kesatuan.

2). Penyederhanaan berbagai pungutan daerah, baik pajak

daerah mallplln retribusidaerah, bertujuan menghilangkan

atau paling tidak mengurangi ekonomi lainnya tinggi dan

diharapkan berdampak positif dalam konteks politik dan

menggairahkan semangat produktivitas yang berdampak positif

bagi perekonomian Indonesia dalam persaingan global serta

merangsang investasi dari dalam dan luar negeri.

3). Penguatnn landasan·penerimaan daerah khususnya Dati II yang

berdampak positifbagi upaya pereepatan dan penerapan otonomi

Dati II yang nyata dan bertanggungjawab. Penetapan 9 jenis

dan tarif pajak daerah Tingkat I dan Tingkat II cukup rasional

dan realistik, dengan tetap memberi peluang bagi kemllngkinan

adanyajenis pajak lain yang dianggap potensial dan layak untuk

dipungut pad a rnasa-masa mendatang demi menjamin kepastian

hukum dan meneegah upaya mengada-ada dalam penetapan

jenis pajak daerah lainnya, dalam PP harus dengan tegas dan

jelas dilelapkan· kriteria yang mempunyai daya ikat bagi Pemda

Tingkat I dan Tingkat II.

Dengan akan ditetapkannya tiga golongan dan tarif retribusi daerah berupa retribusi dan tarif retribusi jasa umum, jasa usaha dan perizinan

tertentu, hendaknya dalam pelaksanaannya benar-benar dapat dicegah

375

Page 15: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

kemungkinan teljadinya pembebanan pajak daerah dan retribusi daerah yang bersifat ganda yang terkaitan dengan pembebanan yang tidak wajar

atau tidak rasional bagi Wajib Pajak serta berdampak kembalinya kemhaii

ekonomi biaya tinggi.

376

II. RUU ten tang BEA Balik Nama Tanah dan Sangunan:

I. Hukum Agraria kolonial dengan sifat dualismenya, yang membedakan antara hak atas tanah menurut hukum Barat dan hak atas tanah menurut hukum adat mempunyai konsekwensi

dimana dengan ordpnansi Bea Balik Nama menurut staatblad

Talmn 1924 No.1 dikenal adanya Bea Balik Nama (BBN) atas perolehan hak atas tanah-tanah hak Barat, sedangkan terfiadap

tanah-tanah hak milik adat dikenakan Pajak flasil Bumi.

2. Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang lebih

dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), sifat dualisme atas hak tak tanah diadakan, maka hak atas tanah

menurut Hukum Bara berlaku lagi yang mengakibatkan Bea Balik Nama dengan landasan ordonansi Bea Balik Nama juga

dengan sendirinya tak berlaku lagi.

3. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa UUPA merupakan hukum agraria nasional yang bermaksud menghilangkan

sifat dualisme tersebut dalam rangka tegaknya hukum agraria nasional sebagai peiaksanaan Pancasila sebagaimana dapat

kita bea dalam rumusannya yang berbunyi UUPA merupakan

hukum agraria nasional yang hams mewujudkan penjelmaan

dari pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan,

Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial, sebagai asas

Page 16: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

kerohanian negara dan cita-cita bangsa seperti tercantum

dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945".

4. Prinsip keamanan dan perlindungan terhadap rakyat kecill

golongan ekonomi lemah mendapat tempat yang layak dalam

UUPA sebagaimana dirumuskan dalam pasal 11 ayat (2) yang selcngkapnya berbunyi:

"Perbedaan dalam keadaan masyarakat dan keperlllan

hukum golongan rakyatdimana perlu dan tidak bertentangan

dengan kepentingan nasional diperhatikan dengan menjamin

perliindllngan terhadap kepentingan golongan yang ekonomi lemah"

Selanjutnya dalam Pasal 13 ayat(l) UUPA dikemukakan:

"Pemerintah berusahaagar supaya usaha-usaha dalam lapangan

agraria diatur sedomikian rupa, sehingga memungkinkan

peningkatan produksi dan kcmakmuran rakyat.

Sebagaimana disebut dalam Pasal 2 ayat (3) yallg menjamin

bagi setiap warga negara Indonesia derajat hidup yang sesuai

dengan martabat-manusia baik bagi diri sendiri maupun kelllarganya".

5. BahwaBea BalikNamaTanah dan Bangunan padahakckatnya

adalah pajak yang dikenakan atas perolehanhak atas tanah dan atall bangunan.

Bagi Subyek pajak yang terkena Bea Balik NamaTanah dan Bangunan

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dapat memenuhi

pajaknya sebagai perwujudan kewajiban kenegaraan bagi para warganya

377

Page 17: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

yang merupakan sarana peranserta dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Pokok-pokok landasan pikiran yang kami uraikan tersebut diatas kiranya dapat dijadikan kajian dalam pembahasan RUU tentang Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan.

378

III. RUU tentang Badan Peradilan Pajak:

1. Sebagaimana kita ketahui bahwa Hukum PajakIFiskal salah

satu perbedaannya dikenal dengan Hukum Pajak Materiil dan Hukum Pajak Fonnil. Hukum Pajak materiil memuat norma­norma yang menerangkan ke:adaan-kendaan, perbuatan­perbuatnn dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan

pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, berapa besarnya

pajak, dengan kata lain segala sesuatu, besarnya dan hapusnya

hutang pajak dan juga bubungan hukum antara fiskus dan wajib pajak.

Juga termasuk di dalamnya perat1llfan-peraturan yang memuat kenaikan-kenaikan dan denda.;.denda, sanksi-sanksi serta cara­

cara tentang pembebasan-pembebasan dan pengembalian pajak, juga ketentuan-ketentuan dan bantuan yang memberi

bak tagihan utama kepada lain.

Hukum Pajak cara untuk suatu penyelenggaraan pemerintah pajak,

pemungutannya maksud Hukum matipun wajib Materiilnya

akan peraturan-peraturan mengenai cara menjelmakan Hukum "Materiil tersebut diatas menjadi bagian hukum ini memuat

cara-cara mengenai penetapan suatu hutang pajak, kontrol terhadap penyelenggaraan, kewajiban para wajib bantu pihak

ketiga dan juga prosedur dalam Formil ini adalah untuk

Page 18: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

melindungi, baik fiseus pajak, jadi untuk memberi jaminan

bahwa Hukum dapat diselenggarakan dengan tepat dan jelas.

2. Dalam pelaksanaan Undang-undang Perpajakan bukan tidak

mungkin bahkan sering terjadi konflik atau sengketa antara

fiseus dan wajib pajak dengan pcrpajakan dapat timbul sejak diterbitkannya olch Kantor Pelayanan Pajak, bilamana wajib

pajak, ketetapan pajak Apabila permohonan merasa besamya

pajak yang dikenakan kepadanya, tidak sebagaimana mestinya

atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dari hasil wajib

pajak. Sehubungan dengan itu wajib pajak berhak mengajukan

keberatan. Atas surat keberatan tersebut KPP OJP wajib menerbitkan keputusan. Keputusan O.J.P. tersebut tak sesuai dengan wajib pajak bersangkutan dapat naik keberatan dari

wajib pajak, bandiing ke Badan Peradilan.

2 Aspek,wajib pajak, sekaligus kata lain spesialis dirinya minimal

mempun aspek ekonomis.terhadap seorang dan masalah juridis

tetapi dengan dan akutansi dengan mmusan yang bersifat lex

dan

3. Sengketa perpajakan pada yaitu aspek juridis fiseal Penetapan

pajak yang terhitang tidak semata-mata mempakan mengandung masalah mengandung beberapa Untuk dapat mengartikan pajak secara tepat kita hams menguasai aspek tersebut diatas. Penetapan pajak yang terhutang ,cukup mmit, karena konsep

penghasilan dan konsep biaya dari kaca mata fiskal dapat berbeda dari kaca mata komersiial. Oleh karena itu untuk

menangani peradaan pajak secara e:fisien dari efektif diperlukan

tenaga-tenaga ahli/spesialis, yang khusus menguasai dan mendalami Undang-undang Perpajakan dengan segala peraturan

pelaksanaannya dalam menangani sengketa perpajakan. Dalam

379

Page 19: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

380

hal ini ekslstetisi dan Peradilan Pajak untuk menangani "khusus"

sengketa perpajalkan di bidang penagiban sangat diperlukan.

2. Sehubungan dengan uraian diatas, mengingat kekhususan

Hukum Fiskal, bahkan soal lama Hukum Fiskal ini dianggap

sebagai cabang Hukum lPublik tersendiri, serta mengingat pula

perkembangan reformasi hlUkum perpajakan nasional sejak

tabun 1983 hingga perubahannya pada tahun 1994, maka

kehadiran Badan Peradi~an Pajak sebagai salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman sudah mendesak. Hal mana diamanatkan

dengan tegas oldl Pasal 27 Undang-undang Nomor 9 Tahun

1994 ten tang Perubahan atas Undang-undang Nomor 9 Tahun

1983 tentang Kctl:!ntuan Umum datn Tata Cara Perpajakan, dalam

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

dan Undang-undang Nomor 11 tcntang Cukai. Demikian juga

dicantumkan dalam RUU tentang Pajak dan retribusi Daerah.

3. Guna mendapat pemahaman yang tepat mengenai kedudukan

Badan Peradilan Pajak dalam kerangka sistem kekuasaan

kehakiman di negara kita dan guna terjalin tegaknya hukum

dan kcadaan dalam proses penyelesaian scngkcta perpajakan

di tangan Badan Peradilan Pajak, Fraksi Karya Pembangunan

berpcndapat perlu pembahasan dan pengkajian yang mendalam,

antara lain tentang susunan, kekuasaan dan hukum acara bagi

Badan Peradilan Pajak, hak dan kewajiban yang seimbang

antara aparat dan wajib pajak. Untuk itu dalam merumuskan

subsiansi RUU Badan Peradilan Pajak ini harus diperhatikan

segala sesuatu yang berpokok pangkai pada "keadaan".

rv. RUU tcntang Penagihan Pajakdengan Surat Paksa:

Fraksi Karya Pembangunan memabami bahwa tujuan utama

Page 20: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

diajukannya RUU ini adalah untuk membangun kepatuhan wajib

pajak sehingga melaksanakan kewajibannya dengan penuh rasa

tanggung jawab, namun tidak dapat dihindari bahwa masyarakat

awam dapat menafsirkan istilah "paksa" sebagai sesuatu yang

manusiawi. Oleh karena itu, perkenankanlah fraksi kami

memberikan pandangannya sebagai berikut:

Sebagaimana halnya dengan setiap kewajiban, maka kewajiban

yang timbul dalam Hukum Pajak pun harus dipenuhi oleh yang berkeharusan membayar pajak sesuai dengan peraturan

perundangannya. Tetapi sebaliknya bahwa tidak senantiasa

kewajiban-kewajiban itu akan diperlukan oleh yang bersangkutan

dengan sukarela.

Dengan demikian perlu ada Undang-undang, peraturan perundangan

tentang tindakan-tindakan yang dapat diambil fiseus, bilamana diperlukan untuk memaksa para wajib pajak yang tidak memenuhi

kewajiban-kewajibannya yang timbul dari peraturan perundangan

perpajakan.

2. Adapun maksud yang dikandung dalam tindakan untuk memaksa

ini adatah untuk mengusahakan terpenuhinya suatu kewajiban

yang sementara itu telah ada tanda-tanda dan gejala-gejalanya,

bahwa kewajiban tersebut'tampaknya dilaksanakan"dipenuhi atau terpenuhi oleh yang berkeharusan. Disamping itu agar dapat terjamin pemasukan uang ke dalam kas negara sesuai dengan Undang­

undang Perpajakan, maka dalam hal ini diadakanlah paksaan yang

bersifat langsung, yaitu dengan penyitaan dan pelelangan barang­barang orang yang berhutang pajak (eksekusi).

3. Pada saat ini penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan

berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 1359. Undang-undang

381

Page 21: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

382

ini dimaksudkan untuk menyempurnakan Undang-undang No. 27

Tahun 1957 tentang PenagihanPajakdengan SuratPaksa, yang hanya

berlaku untuk pajak yang berakhir. Sedangkan Un dang-Un dang No.

19 Tahun 1959 sepe11i yang berlaku sekarang berlaku pula untuk

Pajak Negara, tambahan-tambahan dan denda Bahkan berlalu pula

untuk Pajak Daerah. Adalah tepat RUU yang kita bahas ini adalah

sebagai pengganti Undang-undang No. 19 Tahun 1959 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa karena Undang-undang No.

19 Tahun 1959 ini dilbuat dengan landasan 350 yang tentu Undang­

Undang lagi dengan Penagihan Pajak dalam masyarakat dapat

dilaksanakan istilah ini adalah surat sarna dengan perdata yang

memintakan Peradilan" karenakekuatan kekuatan ini semata-mata

kepada wajib pajak bam akanoleh pihak ini hanya dari menumt

tatanan hukumnya Fraksi hanya surat hukumnya lPaksa dapal.

4" Mengingat akan judul dari RUU inii adalah Dengan Surat Paksa

yang walaupun lazim dtaunak bahasa hukum, disementara

kalangan Undang-undang Dasar sementara Tahun I saja tak sesuai

dengan filosofi Pancasila dan Dasar 1945 serta sudah tidak sesuai

perkembangan hukum nasional kita. "paksa" atau "surat paksa". I

dilihat dari bahasa hukum "Surat Paksa" untuk keputusan yang

mempunyai kekuatan yang "grosse" (asli) keputusan hakim dalam

perkarja tidak dapat diganggu gugat lagi dengan banding kepada

hakim yang lebih Atas.

5. Surat Paksa hams menggunakan "Atas Mama K perkataan­

perkataan ini lah "S urat •. Paksa" mendapat eksekutorial. (kekuatan

untuk dijalankan) dan didapatkannya, karen a "keadaan"lah yang

memerintahkan pelaksanaannya. Demikian pula "Surat Paksa"

memuat perintah pajak untuk ............... pajaknya, yang tentu

dikeluarkansetelah dipandang cukup alasannya Fiseus. Kebanyakan

orang menafsirkan "Sural Paksa" sudut bahasa. hukumnya saja

Page 22: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

(menafsirkan bahasa) tetapi kurang meilhatnya dari sudutnya. Dari

paparan ringkas diatas menurut Pembangunan pengertian "Surat

Paksa keputusan pelaksanaan langsung (parate eksekusi)Untuk itu

bila kita tinjau dari segi tujuan Penagihan Pajak dengan Sifat pula kita namakan"

Penagihan Pajak dengan Eksekusi Langsung"

Sdr. Ketua/F'impinan Rapat Paripuma,

Sdr. Menteri Keuangan yang mewakili Pemerintah,

Sdr. Anggota Dewan serta Hadirin yang kami muliakan,

Berdasarkan pokok-pokok pemikiran di atas, selanjutnya perkenankan

Fraksi Karya Pembangunan, mengajukan beberapa pertanyaan dan usulan

untuk kita bersama nanti dalam rangka perampungan pembahasan RUU

ini, sebagai berikut:

I. KONSIDERANS MENIMBANG DAN MENGINGAT:

Sependapatkah Pemerintah dengan Fraksi Karya Pembangunan

terhadap Konsiderans "Menimbang" dan "Mengingat" dari keempat

Rancangan Undaag-undang Bidang Perpajakan ini, kita lakukan

pengkajian atau penelaahan kembali, sehiangga untuk Konsiderans

"Menimbang" akan le'bih dapat disempumakan dengan menampung saran Fraksi-Fraksi. Untuk Konsiderans "Mengingat", keempat

Rancangan Undang-undang ini dapat ditelaah landasan-landasan

hukumnya yang benar-benar relevan dicamtumkan sesuai dengan' teknik perkembangan pembuatan perundang-undangan.

II. PAJAK DAERAH DAN RETSIBUSI DAERAH:

Pajak Daerah

383

Page 23: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

384

1. Sesuai dengan Keterangan Pemerintah bahwa dengan

diajukannya RUU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah akan

berarti betiambah kuatnya iandasan hukum bagisumber-sumber

penerimaan daerah, sehingga nantinya pendapatan daerah

diharapkan akan lebih meningkat dari pada yang sekarang.

Fraksi Karya Pembangunan mengharapkan Penjelasan

Pemerintah atas argumen-argumen yang mendasari pemikiran

ini. Dengan adanya Penjelasan Pemerintah yang tuntas atas hal

ini akan dapat dihindari anggapan sementara masyarakat, bahwa

RUU ini nantinya apabila diulldangkan dan dilaksanakan, akan

memberatkan masyarakat. Dalam hubungan ini Fraksi Katya·

Pembangunan meminakan penjelasan Pemerintah mengenai

pajak Bahan BakerKendaraan BetIDotor. Kita sarna mengetahui

bahwa setiap peningkatan harga bahan bakar selalu berdarnpak

Juas terhadap perekonomian rakyat Dikhawatirkan adanya

jenis pajak ini akan mempengaruhi tarif angkutan umum yang

dapat memberatkan rakyat kecil. Atas hal ini mohon penjelasan

pemerintah.

2. Apakah dapat kiranya pengenaan tarif Pajak bagi PKB (Pajak

Kendaraan Bermotor) sebesar 5% diberlakukan secara umum di

seluruh Indonesia karena kenikmatan langsung yang dinikmati·

oleh wajib pajak bagi masing-masing daerah tidak sarna.

Retribusi Daerah

3. Sesuai dengan Keterangan Pemerintah mengenai Perizinan

tetientu masih dipungllt retrilmsi yang didasarkan pada tlUllan

llntuk mcnutup sebagian biaya penyclcnggaraan pcmberian izin

yang bersangkutan. Karena hal ini berdasarkan Pasal. 18ayat(3)

akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, kiranya dalam

Peraturan Pemeflintah dapat dicantumkan rambu-rambll dan

Page 24: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

kriteria-kriteria yangjelas dan t,egas agar tidak menimbulkan

ketidak pastian tentang Retribusi Perizinan Tertentu.

III. BEA BALIK NAIv1A TANAH DAN BANGUNAN:

1. Didalam Pasal 2 ayat (2) "hibah merupakan salah satu obyek

pajak yang dikenakan Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan.

Dalam hal ini sependapatkah Pemerintah dengan Fraksi Karya

Pembangunan bahwa khusus "hibah" berdasarkan garis lurus

keatas dan kebawah tegasnya untuk orangtua dan anak kiranya

dapat diperkembangkan untuk tidak menjadi obyek pajak yang

dikenakan Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan. Demikianjuga

halnya dengan "hibah wasiat".

2. Adanya status WN{.\ yang diperbolehkan untuk mempunyai hak

atas tanah dan bangunan,bagaimana pengaturannya bila mereka

ingin menggunakan lembaga hibah, khususnya bagi mereka

yang melakukan perkawinan eampuran dengan WNI ?

3. Dalam Bab V diatur pelaksanaan pengenaan dan dasar

penghitungan pajak antara lain Nilai Pengenaan Dasar Nilai

Prolehan Obyek Pajak tidak diketahui atau lebih rendah dari nilai

obyek pajak, untuk dasar pajak yang dikenakan adalah Nilai Jual

ObyekPBB.

Untuk hal-hal ini Fraksi Karya Pembangunan menyarankan supaya

dipertimbangkan segi keadilan dan kemampuan wajib pajak, karena

pada dasarnya penentuan ini didasarkan pada sistem Blok disuatu

daerah, sedangkan orang-orang yang berada di dalam blok tersebut

kemampuan ekonominya sangat berbeda.

385

Page 25: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

386

Dalam Pasal 7 ayat (l) dinyatakan bahwa nilai perolehan obyek

pajak tidak kena pajak ditetapkan sebesar Rp. 20.000.000,-. Apa

tolak ukur yang dipakai Pemerintah mengingat perbedaan dan standar harga "dibeberapa daerah berbeda-beda. Harap penjelasan

Pemerintah.

IV. PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA:

1. Sependapatkan Pemerintah dengan Fraksi Karya Pembangunan

bahwa judul RUU ini yaitu. "Penagihan Pajak dengan Sural

Paksa" tiapat mengandung konotasi negatif akan istilah "Paksal

Surat Paksa".

Untuk hal ini Fraksi Karya Pembangunan mengusuikan untuk

dikaji kembali mengenai istilah "Paksa" ini dan mencari

kemungkinan istilah lain sesuai dengan jiwa masyarakat

Pancasila. Sejalah dengan hal ini sekaligus lkami kemukakan

dengan pertanyaan yang sama untuk pengganti istilah I

"penyanderaan", mohon penjelasan.

2. Sehubungan dengan rumusan Pasal 14 khuslIsnya mengenai

penyitaan, deposito berjangka tabungan, rekening koran, giro,

obligasi, saham atau surat berharga lainnya penyet1aan modal

pada perusahaan lain pelaksanaannya bila dikaitkan dengan

antar Undang Perbankan, Undang-undang Pasar Modal dan

Undang-undang tentang Perseroal!1 Terbatas~' seh'ingga berituran

kepentingan dalam pelaksanaannya. Mohon penjelasan dari

Pemerintah.

V. BADAN PERADILAN PAJAK:

1. Berdasarkan Pasal 4 RUU Badan Peradilan Pajak dinyatakan,

bahwa pembinaan teknis peradilan dilaksanakan oleh Mahkamah

Page 26: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Agung dan pembinaan organisasil administratif dan keuangan

dilakukan oleh Depat1emen Keuangan, tidak mengurangi

kebebasan hakim dalam memeriksa dan memutus jsengketa

dibidang perpajakan dengan perkataan lain iBadan Peradilan

Pajak itu hams independen. Untuk hal ini sependapatkah

Pemerintah dengan Fraksi Karya Pembangunanuntuk menelaah

kembali beberapa pasal yang tercantum dalam RUU ini antara

lain Pasal3, Pasal 10, Pasal 15 dan lain-lain. Mohon penjelasan

Pemerintah.

2. Di dalam Pasal 9 salah satu syarat untuk calon Hakim Badan

Peradilan Pajak yaitu berijazah Sarjana Hukum atau Sarjana lain,

dan mempllnyaikeahlian di bidang perpajakan. Apakah yang

dimahsud keahlian dibidang perpajakan ini dapat ditafsirkan

adalah orang-orang yang berasal dari Direktorat lenderal Pajak

saja. Mohon PenjeMasan

3. Di dalam Pasal 14 RUU Badan Peradilan Pajak diatur bahwa

Hakim BPP tidak boleh merangkap beberapa jabatan, seperti

yang tercantllmdalam blltir a sampai dengan. Didalam ayat

(2) dinyatakan bahwa jabatan lain yang tidak boleh dirangkap

sebagaimana yang tercantum dalam butir a sampai dengan e akan

diatllr oleh Peratllr.an Pemerintah. Fraksi Karya Pembangunan

rnengharapkan supaya di dalam PP nantinya pegawai-pegawai Direktorat lenderal Pajak dan Departemen Keuangan bila

menjadi HakimBPP tidak boleh merangkap tugas-tugas asalnya.

Bagaimana pertimbangan Pemerintah. Mohon Penjelasan.

4. Pasal 36 RUU ayat (I) mengatakan bahwa untuk keperluan

peradilan BPP dapat memanggil, meminta data atau keterangan yang berkaitan dengan sengketa di bidang perpajakan dari pihak

ketiga, termasuk Bank sesuai peraturan perundang-undangan yang

387

Page 27: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

388

Oalam pada itu PasaI41 Undang··undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan menegaskan bahwa untuk kepentingan

perpajakan Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan

perintah tertulis kepada Bank agar memberikan keterangan dan

memperihatikan Ibukti-bukti tertulis selia surat-surat mengenai

kcadaan kellangan nasabah tertentu kepada Pejabat Pajak.

Selanjutnya dalam Pasa142 diatur tentang kewenangan Menteri

Keuangan untuk memberikan izin kepada polisi, jaksa atau

Hakim lIntuk memperoleh keterangan dari bank tentang keadaan

kellangan tersangkalterdakwa pad a bank untllk kepentingan

Peradilan dalam perkara pidana.

Oalam hubllgan ini Fraksi Karya Pembangunan ingin memperoleh

penjelasan bagaimana mensinkronkan RUU bidang Pcrpajakan

dengan lIndang-Undang tentang Perbankan terutama yang

berkaitan dengan Pasal 42. Undang-undang tentang Perbankan,

yang menetapkansecara kctat bahwa rahasia ban k boleh ditiadakan

hanya untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana.

5. Sesllai dengan ditentuan dalam Undang-lIndang Nomor 9 Tahun

1994 tentang Perubahan. Undang.-undang Nomor 6 Tahun 1983

mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka '

putusan Badan Peradilan Pajak merupakan putusan akhir dan

bersifat tetap, dan bukan merupakan keputllsan Tata Usaha

Negara. Konsekuensi yuridisnya ialah bahwa ketentllan tersebut

bagi wajib pajak peneari keadilan merupakan llpaya terakhir

dan plltusannya dapat langsung dilaksanakan. Fraksi Karya

Pembangllnan dapat memahami ketentuan yang demikian itu

berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1). Badan Peradilan Pajak sebagai Badan Peradilan khusus

Page 28: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

di bidang perpajakan lingkup kewenangan dan tanggung

jawabnya di bidang Perpajakan berkaitan langsung

dengan kepentingan penerimaan negara yang memerlukan

"keeepatan, kecelmatan dan pengamanan yang optimal.

2). Tanpa mengurangi pclaksanaan as as keadilan di bidang

perpajakan kepada wajib pajak deh undang-undang telah

diberikan dua tahapan upaya hukum yaitu pengajuan

permohonan keberatan atas besarnya penetapan pajak

kepada Direktur Jenderal dan permohonan banding kcpada

BPP.

3). Undang-undang Badan Peradjlan Pajak merupakan satu

kesatuan uluh dengan berbagai peraturan perundang­

undangan perpajakan Iainnya, yang mempunyai posisi

dan peran strategis untuk kepentingan negara di satu pihak

dan wajib pajak peneari keadilan di lain pihak.

Namun menurut bunyi penjdasan Pasal 81 RUU terhadap putusan

BPP tidak dapat diajukan kasasi maupun PK, kecuali demi kepcntingan

hukum JaksaAgung dapat mengajukan kasasi. Dalam hllbllngan ini kiranya

Pemerintah dapat memberikan dasar pertimbangan dicantumkannya

I ketentuan terse but dalam penjelasan RUU ini.

Demikianlah beberapa tanggapan, pandangan, pe11anyaan serta saran

atas ke cmpat RUU bidang Perpajakan yang selanjutnya secara lebih rinei

akan kami sampaikan Ilallti di dalam pembicaraan Tillgkat III, melalui

Daftar Inventarisasi Masalah (DIM), untuk dapat dibahas bersama dami

penyempurnaan ke empat RUU ini.

Rapat Paripurna Dewan yang kami muliakan.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, sebelum mellgakhiri Pemandangan

389

Page 29: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Umum perkenankanlah FraksiKarya Pembangunan mengueapkan selamat

merayakan hari Nataltanggal25 Desember 1996 bagi ummat Kristiani di

seluruh tanah air dan Selamat memasuki Talmn Baru 1997 bagi bangsa

Indonesia disel1ai harapan semoga kedamaian, kebabagiaan dan terima

kasih yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memperkokoh

persaudaraan dan persatuan bangsa menuju masyarakat Indonesia yang

maju, makmur dan adil.

Dem ikianlah Pemandangan U mum F raksi KaryaPembangunan terhadap

em pat RUU tentang Perpajakan yang kiranya perlu kami sampaikan.

Selanjutnya Fraksi Karya Pembangunan menyatakan siap melakukan Pembicaraan Tingkat III bersama Pemerintah dan rckan Fraksi-fraksi

lainnya. Atas nama Fraksi Karya Pembangunan kami menyampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya atas perhatian seluruh hadirin

terhadap penyampaian Pemandangan Umum Fraksi Karya Pembangunan.

Semoga Allah Subhanahu Wa Taala Tuhan Yang Maha Esa, selalu

memberikan petunjuk dan ridho-Nya kcpada kita bersama dalam

menunaikan tugas pcngabdian kepada bangsa dan negara. Sekian terima

kasih.

Wassalamu 'alaik1l111 Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 12 Desember 1996

FRAKSI KARYA PEMBANGUNAN DPR-RI

390

Page 30: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I.

FRAKSIABRI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI ABRI

ATAS

RUU TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRmUSI DAERAH

RUU TENTANG BEA BALIK NAMATANAHDAN BANGUNAN

ROO TENTANG BADAN PERADILAN PAJAK DAN

ROO TENTANG PENANGGUHAN PAJAKDENGAN SURAT PAKSA

Assalamualaikum Wr. Wh.

Salam Sejahtera dan selamat siang

Yang terhormat saudara Pimpinan Rapat

Yang terhormat saudara Menteri Keuangan selaku ~emerintah beserta staf

Para anggota Dewan, Undangan dan Hadirin yang kami hormati

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur.kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas ral1mat dan hidayah-Nya pada hari ini kita

berada dalam keadaan sehat wal'afiat, mengikuti Rapat Paripurna DPR

RI dengan acara Pemandangan Umum Fraksi-Fraksiterhadap em pat

Rancangan Undang-undang di bidang Perpajakan ..

391

Page 31: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Perkenankan kami atas nama Fraksi ABRI, menyampaikan terima

kasih kepada Saudara Pimpinan rapat atas kesempatan yang diberikan,

untuk menyampaikan Pemandangan Umum Fraksi ABRI terhadap Empat

Rancangan Undang-undang ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pemerintah melalui

Menteri Keuangan atas Penjelasan mengenai tatar belakang pokok -pokok

muatan dan penckanan-penekanan yang pentiing dari Rancangan Undang­

undang tersebut yang disampaikan melalui Keterangan Pemerintah tanggal

24 Nopember 1996 yang lalu

Pada hari ini kita memasuki Pembicaraan Tingkat II yaitli Pemandangan

Umum Fraksi-fraksi. Pemandangan Umum ini mempunyai arti yang penting

dalam Proses pembahasan RUU di DPR, karena masing-masing Fraksi

akan menyampaikan, pillldangan, pendapat dan saran-saran baik terhadap

materi RUU yang diajukan, maupun terhadap Keterangan Pemerintah

yang mengantar RUU tersebut. Sikap dan pandangan dari Fraksi-Fraksi ini

pcnting sebagai bahan untllk bermusyawarah dalam membahas RUU pada

tingkat pembahasan selanjutnya.

lIadirin yang tCl"homat.

Pembangunan nasional padadasarnyadisclenggarakan oleh masyarakat

bcrsama Pemerintah. Oleh karena itu peranan masyarakat dalam

pembiayaan Pelllhangllnan harus terus ditumbuhkan dengan lllendorong

kesadaran. pClllahaman, dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak.

kewajiban, dan tanggung jawab seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan .

dalam GBHN. Selanjutnya dana untuk pembiayaan pcmbangunan terutama

digali dari .sumber kemampuan sendiri. Tabungan Pemerintah dan tabungan

masyarakat perlu ditingkatkan. Tabungan Pemerintah ditingkatkan terlalui

peningkatan penerimaan negara terutama yang berasal dari sumber non

migas. Sedang untuk mcmacupemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya

392

Page 32: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

dalam rangka mewujudkan kesejahteraanrakyat, maka pembangunan

daerah periu digalakkan dengan eara meningkatkan pendayagunaan

potensi daerah seeara optimal dan tepadu, serta meningkatkan serta aktif

masyarakat melalui kesadarannya sebagai wajib pajak untuk memenuhi

kewaj ibannya dalam membayar pajak maupun retribusi, sesuai perundang­

undangan yang berlaku.

Dari perkembangan penerimaan pajak sejak reformasi perpajakan

tahun 1983 melalui Undang-undang Bidang Perpajakan, dan setelah

mengalami perubahau terhadap beberapa Undang-undang pada tahun 1992

dan 1994 yang lain. Pemerintah telah berhasil meningkatkan penerimaan

yang bersumber dari sektor pajak. Peningkatan penerimaan pajak ini dapat

dieapai karena struktur dan sistemnya makin sederhana dan ini makiIi

mudah dilaksanakan, tingkat kesadaran dan kepatuhan masyarakat juga

telah meningkat.

Namun peningkatan itu belumlah sesuai dengan harapan, karena belum

mampu mencapai tax coverage yang ideal. Hal ini terbukti dari tax rasio

kita bam mencapai 11,8 %, tax eoverage untuk PPh mencapai 5.5%. PPn

mencapai 70%, PBn sudah 90%.

Demikian pula Pendapatan Asli Daerah pada masing-masing Tingkat

I'dan Tingkat II berupa penerimaan pajak daerah dan retsibusi daerah

masih sangat keeil peranannya dalam APBD tingkat I dan APBD tingkat

II. Peran PAD dalam APBD tingkat I rata-rata baru sekitar 30%, dan PAD

dalam APHD Tk.1I baru memeapai angka rata-rata sekitar 10%~

KeciJnya peran PAD terhadapAPBD Tingkat I dan TingkatIl tersebut

mendorong Pemerintah Daerah Tingkat I maupun Tingkat II untuk

meningkatkan PAD-nya antara lain dengan menetapkan pajak atau retribusi

daerah yang barn. Namun terhadap beberapajenis pajak dan retribusi daerah

malah menjadi beban Jagi daerah karena biaya pungutannya lebih besar dari

393

Page 33: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

hasilnya. Disamping itu jumlah dan jenis dari Tingkat II berbeda antara

daerah yang satu dengan Jainnya. Dan hasilnya tergantung pada potensi

sumber pajak dan retribusi di daerah itu. serta kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhinya ada.

Dari catatan yang ada hasil pantauan Fraksi ABRI, jumlah seluruh

pajak dan retribusi daerah dewasa ini adalah :

- Pajak Daerah Tingkat I sebanyak 5 jenis

- Retribusi Daerah Tingkat I sebanyak 58 jenis

- Pajak Daerah Tingkat II sebanyak 36 jenis

- Retribusi Daerah Tingkat II sebanyak 134 jenis

Tatar belakang dan dasar pertimbangan untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi di tiap-tiap daerah tingkat I dan daerah Tingkat II

tentu berbeda-beda. Namun penetapan pajak daerah haruslah berkaitan dengan peJaksanaan fungsi Pemerintah daerah dan penetapan retribusi daerah adaJah sebagai imbalan terhadap jasa pelayanan dan fasilitas yang

diberikan oleh pemda.Oleh karena itujumlah darijenis serta struktur pajak

daerah dan retribusi dacrah sudah saatnya untuk disederhanakan dan diberi

landasan hukum yang kuat, namun tidak mengurangi penerimaan daerah dan dellgan tetap lllelllperhatikan tingkat kemampuan rnasyarakat.

Hadirin yang tcrhormat

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok­

pokok Pernerintahan di daerah menyatkan bahwa titik berat otonom i daerah

diletakkan di Daerah Tingkat H.

Pclaksanaan otonollli daerah yang nyata dinamis .. serasi dan bertanggullg

394

Page 34: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

jawab. Agar daerah mampu mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri,

maka perlu dukungan dana baik yang berasal dari Pemerintah pusat,

maupun dari Pemerintah daerah melalui penrimaan pajak dan retribusi

daerah yang merupakan sumber pendapatan asli daerah, sebagai-mana

diatur dalam Pasal 55 Undalllg-undang Nomor 5 tahun 1974. Oleh kal"ena

itu, untuk memberikan kepastian hukum dan keseragaman jenis pajak

daerah dan retribusi daerah, kiranyaperlu adanya Undang-undang yang

mendukung hal ini.

Dengan demikian. RUU Pajak Daerah dan Retribusi Oaerah adalah

sejalan dengan amanat Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 dan sekaligus

sebagai pengganti Undang-undang Nomor 11 Drt TallOn 1957 tentang

peraturan UI1lUlm Pajak Daerah dan Undang-undang Nomor 12 Ort

Tahun 1957 tentang Umum Retribusi Oaerah yang sudah tidak lagi dapat

menampung kebutuhan pembangunan.

Hadirin yang terhormat.

Sesuai dcngan Pasal33 UUO 1945, dinyatakan bahwa bumi, air, dan

kckayaan alam yang, terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Tanah sebagai bagian dari bumi, disamping memcnuhi kebutuban

dasar untuk papan dan lahan usaha, juga merupakan sarana investasidan

alat produksi, sehingga bagi mereka yang nlemperoleh hak abs tariah

adalah wajar kalau harus menyerahkan sebagaian (Jan nilai ekonoinis yang

diperolelmya kepada negara melalui pajak.

Peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya

dalam hal membayar pajak perlu terus dipacli secara nyata dan intensif.

Namun dalam kenyataannya masyarakat Wajib Pajak masih banyak yang

mempunyai tunggakan pajak, sehingga perlu dilakukan tindakan penagihan .

395

Page 35: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

yang mempunyai kekuatan Hukum yang memaksa. Oleh karena itu, RUU tentang Panagihan Pajak dengan Surat Paksa sangat diperlukan untuk

memberikan kepastian hukum dan untuk meugantisipasi tindakan yang

perlu untuk penagihan pajak.

Hadirin yang tcrhormat

Perkembangan perekonomiall sebagai hasil pembangunan telah

meningkatkan jumJah Wajib. Pajak dan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat. Keadaan ini dapat merupakan potensi timbulnya sengketa di

bidang perpajakan. Lembaga Pajak yang ada selama ini adalah Majelis.

Pertimbangan. Pajak yang dibentuk berdasarkan Regeling Van het Beroep in Belastingzakel1 staat blad tahun 1927 Nomor· 29 dengan beberapa

perubahannya. Maka untuk lebih dapat menjamin hak dan kewajiban serta

untuk lebih memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebagai Wajib

Pajak, maka Majelis Pertimbangan Pajak perlu diganti dengan lembaga

peradilan khusus dibidang perpajakan, yaitu BadanPeradilan. Pajak sesuai

dengan Undang-undang PerjJajakan yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas, Fraksi ABRI menilai bahwa pengajuan

RUU tentang Pajak dan retribusi daerah. RUU tentang Bea Balik Nama

Tanah dan bangunan, RUU" tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa,

dan RUU tentang Badan Peradilan Pajak adalah tepat dansesuai kebutuhan tahapan pembangunan saat ini.

Hadirin yang terhormat

Dengal1 berpedoman pada nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Undang-undang 19945 dan Pancasila serta arahan GBHN, Fraksi ABRI

dalam membahas keempat RUU ini menggunakan pendekatan pokok­

pokok pikiran sebagai berikut :

396

Page 36: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Pertama:

Kedua:

Ketiga:

Bahwa RUU ;di bidang Perpajakan akan mendorong dan

memacu pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan.

pembangunah maupun memberikan landasan hukum yang

tegas, jelas danadil dalam Pemungutan pajak.

Bahwa RUU dibidang Perpajakan, bertujuan milik menyederhanakan dan memperbaiki sistim. struktur dan

administrasi pajak dan retribusi di daerah agar terintergrasi

dengan sistem perpajakan nasional dan prinsip otonomi

daerah.

Bahwa RUU dibidang Perpajakan diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak dengan cara

meningkatkan peran serta masyarakatdalam pembangunan

melalui kewajiban membayar pajak, menjamin keadilan

dan pemerataan' dengan tetap memperhatikan kemapuan masyarakat .

Keempat: Masalilya RUU di bidang ·Perpajakan, diharapkan dapat

membentuk dan menjamin adanya aparatur yang jujur dan berdedikasi, serta dapat memberikan sistem dan mekanisme

pcngawasan yang efektif dan efisien terhadap pelaksanaan

perpajakan.

Berdasarkanpokok-pokokpikirandiatas,sertamemperbatikanperatural\ perundang-undangan yang berlaku. Fraksi ABRI ingin menanggapi empat RUU bidang perpajakan ini . serta yang ingin mendapat kejelasan lebib

lanjut sebagai berikut

TERHADAP RUU TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETSmUSI DAERAH.

Pertama: Konsiderans Mengingat.

397

I 1

; I

I

1

. 'I I

, " ," . 1

I I

1

Page 37: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Kedua:

Ketiga:

- --------

Fraksi ABRJ berpendapat bahwa Konsiderans Mengingat

mengandung landasan idiil dan konsitusional, maka cukup

meneantumkan Pasal 23 ayat (2) Vndang-Vndang Dasar 19-15 dan Pasal 58 Vndang-undang Nomor 5 Tahun 1974, yang menjadi dasar hukum dibentuknya Vndang-undang ini.

Sedangkan Vndang-undang lain yang erat kaitannya dengan

V ndang - undang in i seyogianya dicantumkan dalam penjelasan Vmum dan penjelasan pasal yang bersangkutan.

Tentang Kepentingan Vmum

Pasal2 ayat (3) hurnfb tercantum kalimat "Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan

Vmum".

Fraksi ABRI mengharapkan penjelasan lebih lanjut tentang

apa yang dimaksud dengan kepentingan Vmum serta apa

yang digunakan sebagai kriterianya.

Pasal 3 ayal (2) hurnf i menentukau tarif pajak atas

pengambHan dan pemanfaatan air bawab tanah dan air

permukaan maksimal 20% dua puluh persen. Fraksi ABRI

mengharapkan penjelasan lebih Ian jut bagaimana sistim . Penghitul1gan tarif penggunaan air bawah tanah maupun air

di permukaan, selanjutnya menentukan pajaknya maksimal . 20%. Kepada siapa saja pajak tersebut dikenakan.

Keempat: Tentanglangka waktu mengajukan keberatan.

398

Pasal 13 ayat (4) terdapat kalimat "Keberatan harns diajukan

dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal

surat, tanggal pemotongan atau pemungutan Sebagai mana

Page 38: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Kclima:

Ke enam

dimaksud dalam ayat (I), kecuali apabila wajib pajak dapat

menunjukkan bahwa jangka waktu UU tidak dapatdipenuhi

karena keadaan di luar kekuasaannya Pasal 28, ayat (3)

keberatan hams diajukan dalam jangka waklu paling lama

2 (dua) bulan sejak " tanggal surat, kecuali apabila wajib

retribusi waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar

kekuasaannya.

Fraksi ABRI mengharapkan penjelasan lebih lanjut apa yang

menjadi dasar penentuan jangka waktu tersebut, sehingga

adanya perbedaan antara pajak daerah danretsibusi daerah.

Tel1tang BAB VI Ketentuan Pidana.

Fraksi ABRI niengharapkan penjelasan lebih lanjut tentang

penenepatan Bab tersebut, karena setelah Bab VI Ketentuan

Pidaisa, masih ada Bab yang mengatur apa yang dilarang dan

tidak boleh dilanggar, misalnya Bab IX Ketentuan Khusus,

sebaiknya Bab IX Kdentuan Pidana diletakkan setelah Bab

IX.

Pasal 5 ayat (I ]I Fraksi ABRI sependapatbahwapengesahan

atau penolakan Perda oleh Medagri perlu terlebih dahulu

minta pertimbangan kepada Menteri Keuangan.

Namun dengan ini Memperhatikan Pertimbangan Menteri

Keuangan Subtansinya menjadi tidak jelas karena hanya

"Memperhatikan "saja Fraksi ABRI berpendapat dengan

Pertimbangan Menteri Keuangan lah yang dijadikan dasar

Pertimbangan untuk Memperhatiakn atau Menolak Perda

terscbut Harap tanggapan Pemerintah.

399

Page 39: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

TERHADAP RUU BEA BALIK NAMA TANAH DAN BANGUNAN

Pertama:

Kedua:

Ketiga

Konsideran Mengingat

Fraksi ABRI Berpendapat mengandung landasan idiil dan

konstitusional maka cukup meneantumkan Pasal 23 ayat (2)

Undang-undang Dasar 1945 dan pasal 58 Undang-undang

Nomor 5 talllln 1974 yang menjadi dasarhukum undang-undang

ini. Sedang kan Undang-undang lain yang erat kaitannya

dengan undang-undang ini seyogiyannya dicantumkan dalam

penjelasan umum dan penjelasan pasal yang bersangkutan,

karen a bukan merupakan dasar hukum dibentuknya llndang­

undang ini

Tentang Pembangunan Guna Kepentingan Umum.

Pada Pasal 3 ayat (1) diseblltkan bahwa obyek Pajak yang

tidak dikenakan Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan adalah

obyek Pajak yang dipero]eh Negara untuk penyelenggaraan

Pemerintahan Umum danatau untuk pe laksanaan Pembangunan

guna kepentingan umllm. Fraksi ABRI mengharapkan

penjelasan kretiria kepentingan umllm.

Tentang Hibah Wasiat

Pada Pasal 3 ayat ( 2 ) dikatakan bahwa objek pajak yang

diperolch karena Hibah Wasiat pengenaan Pajaknya diatur

dengan peraturan Pemerintah mengapa dalam pasal 2 tidak

digabungkan dengan obyek pajak kena pajak.

Keempat Tentang Penerimaan Tarif Pajak dan penerimaan Nilai

peroJehan Objek Pajak tidak kena Pajak.

400

Page 40: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Kelima

Pada Pasal 5· menyebutkan tarif pajak ditetapkan sebesar 5%

pada pasal7 ayat (I) dinyatakan bahwaNilai perolehan obyek

tidak kena pajak (NPOPTKP)sebesar Rp.20.000.000. Fraksi

ABRI Menanyakan dasar pertimbangan penentuan NPOPTKP·

tersebut.

Tentang PembagianHasil Penerimaan Pajak.

Pada Pasal21- disebutkan bahwa hasil penerimaan pajak

merupakan penerimaan Negara yang dibagiantara pemerintah

Pusat Pemerintah Daerah dengan imbangpembagian sekurang­kurangnya 80% untuk PemdaTingkat II dan Pemda Tingkat

1. Dalam hal ini Fraksi ADRI menanyakan, mengapa tidak

langsung ditentukanpembagian untuk Pemda Tingkat I dan

Pemda Tingkat II

TERHADAP RUU TENTANG BADAN PERADILAN PAJAK

Pertama

Kedua

Tentangjudul Rancangan Undang-Undang

Pengadilan khusus pajak yang dibentuk duberi nama Badan

Peradilan Pajak. Fraksi ADRI berpendapat bahwa sesuai

Undang-undang Nomor 14 Talmn 1970 tentang ketentua­

ketentuan pokok kekuasan kehakiman paSat 11 pasal 12, pasal

13 menunjukan bahwa badan-badan yang dimaksud adalah organisasi dan kelengkapannya, sedangkan instansi yang

menyelenggarakan peradilan sebagai salah satu bag ian dari Badan Peradilan tidak'dibed prcdiketBadan. Mohon pendapat

Pemerinfuh

Masalah Tempat Kedudukan

Mengingat luas wilayah dan untuk mengantisipasi keadaan

401

Page 41: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Ketiga

dimasa mendatang yang memungkinkan pemohon banding atau gugat berasal dari daerah yang jauh dari Ibu Kota disamping itu terjadi penumpukan perkara di pusat. Fraksi ABRI ingin mendapatkan penjelasan Pemerintah, mengapa peradilan yang

sarna tingkatnya didaerah hanya akan dibentuk bila dipandang

perlu saja

Tentang Majelis Kehormatan BPP

Dalam Pasal 18 menentukan bahwa Majelis Kehormatan Badan Pentdilan Pajak ditetapkan degan ketua BPP mengapa menggunakan kata "dengan" tidak menggunakan kata "Oleh "misalnya Fraksi ABRI ingin memperoleh penjelasan tentang siapa, ,sajaanggota MajeJis Kehomatan BPP tersebut dan

kemudian apatugas dan kewajibannya ? Mengapa ditemukan oleh Ketua' BPP, apakah tidak lebih baik di'tentukan oleh pejabat lain, misalnya Menteri Keuangan.

Keempat: Tentang Persyaratan Hakim.

Dalam Pasal 9 dinyatakan bahwa persyaratan Hakim BPP

diantar;:anya,adalahsarjana hukum atausarjana lain. Fraksi ABRI dalam hal ini menilai persyaratan tersebut terlalu luas. Disarankaq perlu dibatasi hanya .. Sarjana hukum dan yang mempuuy~i keahlian dibidang perpajakan.

Kelima : Tentang Jaba,tan. Rangkap.Dalam Pasal 29 keteantuan jabatan rangkap yaitu sekretaris dirangkap oleh Panitera dan jabatan wakil sekretaris dirangkap olehWakii panitera dan masing­masing,. disumpah dua kali dengan sumpah yang berbeda. Fraksi. ABRI menanyakan pertimbangan mengapa jabatan tersebut perlu. dirangkap.

402

Page 42: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Keenam

Ketujuh

Tentang Biaya Pendaftaran.

Dicantumkan dalam Pasal 47. besarnya· Biaya pendaftaran

untuk gugatan di badan Peradilan Pajak sebesar Rp 1.000.000,­

(satujuta).

Fraksi ABRI menanyakan apa dasar·, pertimbangannya

menemukan Rp 1.000.000.(satujuta).FraksiABRIMenanyakan bagaimana dengan Wajib Pajak yang berpenghasilanrendah

dan tidak mampu menggunakan fasilitas ini

Tentang Masalah Putusan Badan Peradilan Pajak.

Terrnuat dalam Pasal 84 ayat (d). putusan BPP, dapatberupa

"tidak dapat dipertimbangkan". Fraksi. ABRIberpendapat

bahwa putusan ini tidak tegas dan tidakjelas., Bagaimana penyelesaian sengketa tersebut selanjutnya,jika dirumuskan

tidak dapat dipertimbangkan

Kedelapan: Tentang Wewenang Jaksa Agung. ;,.-

Pada RUU ini tereatuulll bahwa Iaksa Agung mengajukan

kasasi terhadap putusan. Badan PeradilanPajak. Pada Pasal 32 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia menentukan wewenang Jaksa Agung dalam

hal mengajukan hak asasi hanya pada perkara pidana perdata

dan tata usaha negara. Mohon penjelasah tentanghal ini. : :.;;,:,

TERHADAP RUU TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT

PAKSA.

Pertama: Tentangjudul Rancangan Undang-undang~";

403

Page 43: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Kedua:

404

Melihat substansi dari RUU ilni; terdapal kesan bahwa

disamping dengan sural paksa. tetah disiapkan pula berbagai

upaya agar pajak dapat ditarik dari wajib pajak. antara lain dengan penyitaan. menyanderaan dan lain-lain. Surat

Paksa merupakan salah satu mekanisme pungutan pajak.

Pertanyaannya adalah mengapa ditekankan pada surat paksa

saja tidak pada ILlpaya paksa. Apakah tidak lebih tepat bila

Rancangan Undang-undang ini adalah Penagihan Pajak

dengan Upaya Paksa.

Tentang penyitaan.

Pasal 14 berbunyi : Penyitaan dapat dilaksanakan terhadap

milik penanggung Pajak berupa : Barang bergerak antara lain,

deposito berjangka, tabungan sal do rekening koran giro, atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham

atau surat berharga lainnya.

Demikian pula dalam Pasal25 ayat (3) angka 2) menentukan

bahwa deposito berjangka tabungan, saldo rekening koran,

giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan ini dapat

dipindah bukukan ke rekening kas negara atau kas daerah atas

permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan.

Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

7 Talmn 1992 tentang Perbankan. Pasal 41 berbunyi : Untuk

kepentingan perpajakan Menteri berwenang mengeluarkan

perintah tertulis kepada Bank agarmemberikan keterangan dan

memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai

keadaan keuangan nasabah tertentu kepada pejabat pajak".

Demikian pula halnya mengenai saham, obligasi atau surat

berharga lainnya untuk dijual di bursa efek atas permintaan

Page 44: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Ketiga

pc:jahat. Mohon penjelasan bagaimanapelaksanaan Pasal 14

dan Pasal 25 RUU ini dikaitkan dengan UU No.7 Tahun 1992

tel!1tang Perbankan dan UUNomor .8 Talmn 1995 tentangPasar

Modal, apakah sudah cukup efektif dan tidak menimbulkan

permasalahan kelak ?

Tentang Penyanderaan

Menurut Ketentuan Umum pasa\ I butir 19. Penyanderaan

adalah pengekangan semen tara waktu kelbebasan

Penanggung P;tiak dengan menciptakannya ditempat tertentu.

Memperhatikan pelaksanaan lPenyanderaan terhadap wajib

pajak pada hakt!kalnya sarna dengan penahanan yang diIakukan

oleh Pejabat Kcjaksaan dan Polri dalam pcrkara pidana.

1110hon penjclasan mengcnai pelaksanaan penyanderaan

yang dimaksud dalam RUU ini. demikian pula mengenai

pertimbangan menentukan batas wakiu maksimall (satu) talmn

Keempat: Tentang Pasal3 ayat (1) memuat: bahwa J urusita Pajak diangkat

dan diberhentikan oleh Pejabat. sedang pada ayat (2) disebut

tclltang syarat-syarat sebagai Jurusita P~jak ditctapkan dengan

keputusan mcntcri. Bagaimana jurusita pajak diberhentlikan

apakah syarat-syrat nya dan di mana hal tersebut diatur ?

Saudara Pimpinan Rapat Saudara Menteri Keuangan, dan badirin

yang kami hormati

Dengan disampaikannya berbagai tatar belakang pola pikir dan

tanggapan terhadap4 Rancangan Undang-undang ini diharapkanakanmakin

melengkapi dan Memperjelas berbagai impJi'lkasi dan permasalahannya.

Pada kesempatan ini Fraksi ABRJ menyatakan sependapat dengan

405

Page 45: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

- ------------

Pemerintah akan pentingnya ke 4 Rancangan Undang-undang ini dan

menyetujui untuk dibahas Iebih lanjut antara Dewan Perwakilan Rakyat

dan Pemerintah.Untuk itu Fraksi ABRI pada kesempatan ini mengajak

Fraksi Kalya Pembangunan. Fraksi Persatuan Pembangunan. Fraksi Partai Partai Demokrasi Indonesia untuk sarna-sarna memahami Rancangan

Undang-undang dan pada saatnya akan kita bahas bersama. Dengan disertai rasa penuh tanggung jawab dan dijiwai semangat kebersamaan

dan kekeluargaan dalam musyawarah untuk mencapai mufakat dan dengan

senantiasa terorientasi kepada kepentigan negara bangsa dan rakyat. Kita

yakin akan dapat melahirkan Undang-undang yang memenuhi tuntutan pembangunan dan dapat menjarnin kepastian hukum dan rasa keadilan.

Akhiinya Fraksi ABRI mengueapkan terima kasih kepada Saudara

Pimpinan Rapat. Saudara Menteri Keuangan beserta staf, kepada Saudara­

saudara para anggota Dewan, kepada para undangan dan wartawan atas kehadiran dan perhatiannya untuk mengikuti Pemandangan Umum Fraksi

ABRI terhadap 4 Rancangan Undang-undang bidang perpajakan ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat-Nya

pada kita semua dalam upaya kita berbakti pada Negara dan Bangsa.

406

Wassalamualaikum Wr. Wh.

Jakarta, 12 Desember 1996

A.n. FRAKSI ABRI DPR-RI

Jurn Bicara,

ttd,

TEDYYUSOF

A-414

Page 46: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

DI!'WAN PERWAKll.ANRAKYAT REPUBUK INDONESIA FRAKSI PARTAI PmsAlUAN PEIIBANGUNAN MPRIDPR - Rio NUSANTARA I. JL. JEND. GATOT SUBROTO. JAKARTA 10270

Telp.(021)5715 428-5715 447-5715 430 Fax 5734460 [II

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI

TERHADAP

EMPA:r RANCANGAN UNDANG-UNDANG BIDANG

PERPAJAKAN

Disampaikan Oleh Jubir F-PP DPR-RI : DRS. H.M. MUKROM AS' AD

Anggota DPR-RINomor: 10

Bismillahirrahinanirahiin.

Assalamu 'alaikum Wr. Wh.

Yang terkonnat Saudara Pimpinan Sidang,

Yang terhormat Saudara Menteri Kcuangan besertajajarannya,Serta hadirin

yang berbahagia.

Marilah kita bersama memanjatkan puji dan rasa syukur kehadirat

Allah Yang Maha Esa atau segala uikmat dan karunia-Nya, sehingga pagi

ini kita dapat menghadiri Sidang Paripurna Dewan yang terhormat dalam

407

Page 47: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

rahgka penyampaian pemandangan Umum Dewan terhadap Empat RUU

Bidang Perpajakan yang telah diusulkan oleh pemerintah kepada Dewan.

Sholawat serta salam kita anugerahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar

Muhammad SAW kepada sahabat dan keluargannya, serta para pengikut

beliau yang telah mengikuti keteladanannya.

Inisiatif pengusulan RUU Perpajakan yang sedang Dewan bahas

ini, telah disampaikan Presiden RI melalui Surat Presiden RI tertanggal

12 Nopember 1996, yang dilanjutkan dengan penyampaian Keterangan

Pemerintah yang disampaikan oleh Saudara Menteri Keuangan RI

tertanggal 25 Nopember 1996.

Dalam kesempatan ini Fraksi Persatuan pembangunan akan

menyampaikan Pemandangan Umum terhadap keempat RUU bidang

Perpajakan tersebut yaitu RUU tentang Pajak dan Retribusi Daerah, RUU

tentang Bea Batik Nama Tanah Dan Bangunan, RUU tentang Penagihan

Pajak Dengan Surat Paksa, dan RUU tentang Badan Peradilan Pajak

GBHN tahun 1993 dalam pembangunan sektor Keuangan Pelita

Keenam menggariskan kebijaksanaan sbb: "Pembangunan keuangan

diarabkan pada peningkatan kemampuan dan dayaguna kesejurusan

tatanan, perangkat, kelembagaan, dan kebijaksanaan keuangan dalam

menunjang kesinambungan pembangunan dan peningkatan kemandirian

bangsa melalui peningkatan keuangan yang makin andal, efisien dan

mampu memenubi tuntutan pembangunan, peneiptaan suasana yang

mendorong tumbuhllya inisiatif dan kreatifitas masyarakat, serta meluasnya

peran serta masyarakat dalam pembangunan dan tnelailli llpaya untuk terus

meningkatkan tabllngall nasional sebagai suniber pembiayaan pembagunan

Dalam hubungan keuangan antara pusat dan daerah GBHN tho 1993

sbb : "Kebijaksanaan keuangan arus mendukung dan mengembangkan

408

Page 48: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

hubungan keuangan antarapusat dan daerah yang serasi dalam mencapai

keseimbangan pembangunan an tar daerah yang mantap dan dinamis".

Dalam pembangunan perpajakan GBHN tho 1993 menggariskan

haluannya sbb : "Kesadaran masyarakat membayar pajak secara jujur

dan bCl1anggung jawab terus ditingkatkan melalui motivasi, penerangan,

penyuluhan, pendidikan sejak dini, serta langkah keteladanan. Peningkatan

kesadaran masyarkat untuk membayar pajak sebagai kewajiban

warganegara perlu diimbangi dengan peningkatan pelayanau aparatur

negara kepada pembayar pajak, disertai, penerapan sanksi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku ".

Bcrpedoman kepada GBHN pcmbauguuan sektor keuangan Pel ita

Kecnam yang kami kutipkan diatas, pengajuan RUU bidang Perpajakan

yang terdiri dari RUU tentang Pajak dall Retribllsi Daerah, RUU tentang

Penagihan Pejak Dengan Surat Paksa, RUU tentang Bea Balik Kama Tanah

Dan Banguanan, dan RUU ten tang Badan Peradilan Pajak, merupakan

perwujudan pelaksanaan GBHN sektor Keuangan Pelita Keenam oleh

Prcsidenlmandataris, dan oleh karenanya Fraksi Persatuan Pembangunan

mcmandang positifinisiatiftersebut, dan bertipaya melakllkan pembahasan

secara eennat dan mendalam sebelum sampai kepada pemberian

keputusannya.

I. RUU TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

Sejak awal Pelita Kelima kita bertekad untuk mengisi pelaksanaan

otonomi daerah sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat

yang semakin luas dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan

nasional dan untuk terlaksananya pemerataan pembangunan dan hasil­

hasilnya, kita juga bertekad untuk lebih meningkatkan pelaksanaan

desclltralisasi pembangunan nasional baik dalam perencanaan, pelaksanaan,

maupun pengawasannya.

409

Page 49: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Prinsip otonomi daerah yang diatur dalam UU No.5 Th. 1974 tentang

Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, menjadikan dan menetapltan

pclaksanaan otonomi daerah dititik beratkan pada Daerah Tingkat

U. Kemampuan suatu daerah dalam melaksanakan otonominya, yaitu

kemampuannya dalam meugatur dan mengurus rumah tangganya sendiri

yang pemhiayaannya bersumber pada pajak dan retribusi daerah disamping

peneriimaan yang berasal dad pemerintah pusat.

Ulkuran kemampuan suatu daerah dalam melaksanakan otonominya

adalah sampai dimana kemampuan dalam meningkatkan penerimaan

daerah sendiri sehingga perannya semakin penting da!lam pembiayaan

pengurusan dan pengaturan rumah tangga daerah. Oleh karen a itu menjadi

sangat penting kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan asli

daerah (PAD) dan bagi hasil pajak dan bukan pajak. Pendapatan asli daerah

(PAD) meliputi pajak daerah, retrihus daerah, bagian lalba Badan Usaba

Milik Daerah (BUMD), penerimaan dinas-dinas daerah, dan penerimaan

lain-lain.

Perkembangan laju peningkatan Peneriinaan Daerah Sendiri (PDS)

dari tahun ke tahul1, terhadap PDRB, ternyata lebih lambat dibandingkan

dengan lain penerimaan negara dari pajak, dan rasionya terbadap PDRB

masih sangat keeil dibandingkan dengan tax rasio pajak pusat.

Kalau tax rasio sudah meneapai ± 12,8%, maka tax rasio PDS Tk. I

terhadap PDRB hanya 1 % pada tahun 1994/95 dan PDS Tk. II hanya 0,9%.

Kalau laju peningkatan pajak pusat selama Repelita V p,ertahun rata-eata

26%, laju peningkatan PDS Tk. II banya 21,3% dan Tb. I 23,5%. Adapaun

laju peningkatan Pajab Tk. I dan Tk. II selama Repel ita V pertahun sebesar

23,9% dan 21 %, sedangkan Illntuk retribusi Tk. I dan T. II masing-masing

sebesar 26% dan 17,8%.

Kalau kita coba menghitung jumlah penerimaan pajak pusat dan

410

Page 50: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

daerah yang dibelanjakan untuk belanja rutine dan·pembangunan APBN dibandingkan dengan selurub penerimaan pajak pusat dan daerah yang dibelanjakan oleh Pemerintah Daerah Tk.· I dan Tk. II dalam APBD yang

meliputi Subsidi Daerah Otonom,Pembiayaan Pembangunan daerah, penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah, berimbang pada 8,41 % : 6,29%.

Dengan perbandingan 8,41%·: 6,2%, maka jelas penerimaan pajak lebih banyak dibelanjakan oleh Pemerintah Pusat dibandingkan dengan

I yang dibelanjakan untuk penyelenggaraan pemerintahdan pembangunan , daerah.

Fraksi Persatuan Pembangunan minta penjelasan Pemerintah, berapa rasio yang ideal antara biaya penyelt';riggar~'pemeriritahdan pe.:nbangunan nasional oleb Pemerintah Pusat dengan Daerah ?

. .",. "'" . : ' .. .. ~'. i .

Sampai sekarang ini pajak. yang ,~enjadi pellerimaan Pemerintah Daerah dalam rangka perimbangankeuang8l1 anu,rra:Pem~rintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta dalalJl rangka otonolJlida~rah berdasarkan Pasal ..

60 ayat (I) Undang-undang No .. 5 th~ ~ ~74tentang P9~ok-:pokok Penterintah di Daerah meliputi tiga model paj,*. .

PBB dan Bea Balik Nama l'an~b dan B8I1guf,18n ~ang sekal~ang sedang dibahas oleb Dewan, tergolong pajak pusat yang dibagi hasilkan kepada

Pemerintah Daerah. Pajak Bangs~ Asing, Pajak ~di~ dal'l Bea B.aUk Nama • . "'.; "'" .•.. , ,", .....•. ', .. ", -:. : .. , 'i.'

Kendaraan Bermotor dan lain-lain lagi, tergolong pajak pusat (Negara)

yang diserahkan kepadadaC!rah~aik. pungutannya maupun penggunaan I hasilnya. Kemudian ada pajak-pajak daerah yang didasarkan· kepada I Peraturan Daerah yang dilandasi oleh Pasal60 ayat(1) Undang-undang

NO.5 Th. 1974 tentang Pokok-PokokPemerintakan di Daerah.

Dengan dimajukannya RUU tentang Pajak dan Retribusi Daerah ini rnaka sernua pajak berpedoman kepada Undang-undang tentang serta

411

Page 51: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

peraturan memberikan penjl;:lasan, tentang Pajak dan banya mengenal dua

Pajak Pusat atau Pajak daerah yang ditetapkan Undang-undang tentang

daerah Undang-undang pellaksanaannya atau, Retribusi golongan Pajak

RUU tentang Pajak dan Retribusi Daerah ini, akan diatur dengan peraturan

daerah, harus Undang-undang tentangPajak dan Retribusi Daerah Dengan

dl~mikian kiranya pemerintah dapat apakah nantinya dengan berlakunya

Undang-undang Daerah ini didaerah atau Pemerintah daerah pajak yang

rnenjadi penerimaan daerah" yaitu yang dibagi hasilkan kepada daerah dan

pajak dengan peraturan daerah yang berdasarkan pad a dan Retribusi daerah,

sehingga tidak dikenal lagi !pajak negara yang diserahkan pemungutan dan

penggunaannya kepada daerah, dan pajak daerah yang ditetapkan dengan

peraturan daerah berdasarkan Pasal 60 ayat (l) Undang-undang No. 5

lh. 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Menurut Fraksi

Persatuan Pembangunan kalaupun ada kewenangan Pemerintah Daerah

UllltUk: menetapkan peraturan daerah herdasarkan Undang-undang No.5 tho

1974, hanya meliputi keweillangan untuk mengeluarkan peraturan daerah,

selain peraturan daerah yang meneiptakan kewenangan l11enetapkan jenis

pajak daerah yang baru sebagai perwujudan otonol11i daerah.

Denganjudul RUU Pajak dan Retribusi Daerah, dan tidak menggunakan

judul RUU ten tang Ketentuan Umum atau Ketentuan Pokok Pajak dan

Retri,busi Daerah sesuai dengan ketentuan Pasal 58 aya! (T) UU No.5 Th.

1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah, serta adanya ketentuan

Pasal2 ayat (3) RUU yang berbunyi : "Dengan Peraturan Pemerintah dapat

ditetapkan jenis pajak lainnya selain yang ditetapkan dalam ayat (1) dan

ayat (2) yang memenuhi Ikriteria sebagai berikut : "dst... tidak memberikan

danipak ekanol11i yang negatif", apakah l11asih l11ungkin ada undang­

ulildang lain yang mengatur tentang Pajak dan Retribusi Daerah, mohan

pamerintah menjelaskannya.

Dengan akan ditetapkannya Peraturan Pemerintah yang menetapkan

jenis pajak lainnya selain jenis pajak yang dimuat dalam Pasal 2 ayat

412

Page 52: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

(1) dan (2), apakah masih mungkin Pemerintah Daerah Tingkat I dan II

menetapkan Peraturan daerah yang menetapkan jenis pajak diluar yang

ditetapkan daJam Undang-undang tentang-'Pajak dan Retribusi Daerah

I dan Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan berdasarkan Pasal 2 ayat (3)

Undang-undang tentang Pajak dan Retribusi Daerah, kiranya pemerintah

dapat menjelaskalf1nya.

Dalam kesempatan ini Fraksi Persatuan Pembangunan minta pejelasan

pemerintah tentang kriteria jenis pajak daerah yang akan diatur dengan

Peraturan Pemerintah yang potensinya memadai dan tidak memberikan

danipak ekonomi negatif sebagaimana hendak diatur dalam Pasal 2 ayat

I (3) RUU.

Fraksi Persatuan Pembangunanjuga minta penjelsan kepada pemerintah

apakah dengan adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur pelaksanaan

Pasal 2 ayat (3) RUU yaitu yang menetapkan jenis pajak sekaligus juga

akan mengatur tentang objek, subjefe, dan dasar pengenaan pajaknya, atau

dengan akan dikeluarkan Peraturan Pemetintah tersendiri sebagai peraturan

pelaksana Pasal3 ayat (I) RUU, apakah mungkin Peraturan Daerah tentang

Pajak yang hams mengatur ketentuan nama, objek, dan subjek Pajak seperti

yang ditentukan daJam Pasal4 ayat (3) butir a berbeda dengan nama, objek

dan subjek pajak yang diatur oleh Peraturan Pemerintah menumt Pasal 3

ayat (1 )tersebut, kiranya pemerintah dapat menjelaskannya. Dengan akan

diaturnya pungutan terhadap konsumsi bahan bakar kendaraan bermotor

dalam RUU sebesar 5% sebagai penerimaan daerah, Fraksi Persatuan

Pembangunan lebih dulu akan melihatnya dari sisi upaya pemanfaatan yang

optimal atas minyak bum i sebagai kekayaan alam yang penting bagi negara

dan hams dimanfaatkan/digunakan untuk sebesar-besaraya kemakmuran

rakyat, termasuk untuk pembiayaan pembangunan.

SeJama ini kita telah berhasil memanfaatkan MIGAS untuk penerimaan

negara baik dari hasil penjualan ekspor maupun penjualan dalam negeri.

413

Page 53: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Dari hasH penjualan ekspor minyak rnentah kita peroleh penerirnaan MIGAS daiamAPBN atau dalam bentuk devisa dalarn Neraea Perdagangan.

Hasil penjualan minyak dipasar dalam negeri disamping menghasilkan

PEN (pajak penjualan) juga menghasilkan penerimaan negara berupa

LBM bila harga minyak mentah yang diolah untuk menproduksi BBM'

untuk konsumsi dalam negeri lebih rendah dari patokan harga minyak yang

ditetapkan dalam APBN, walaupun dapat terjadi sebaliknya yairu subsidi

BBM.

Sekarang dalanl RUU tentang Pajak dan Retribusi Daerah, milt yak akan dimanfaatkan lagi bagi penerimaali daerah dari hasil penjualan dalam negeri yang konsurnennya kendaraan bermotor. Bahkan Fraksi Persaruali

Pernbangunan melihat bahwa pemanlaatan prodl1ksi minyak bUllli kitabagi

penerirnaan dalam negeri ·APBSN dan penerirnaan devisa akan berakhir'

bila kita pad a suaru saat diillasa datang menjadi negara penginlpor netto

minyak burni. Sedangkan pajak bahaD. bakar kendaraan bermotor ini akan

berlangsung terus menerus selama undang-undangnya tidak dicabu4 karena tidak tergantung kepada BBM impor atau produksi dalam negeri.

Dari sisi lain kendaraan bermot()r'~ebagai objek pajak akan dibe~ani dengan 3 jenis pajak, yaitl! B BMKB, PKB dan Pajak bahan Bakar Kendaraan '

Bermotor, dan dengan demikian pada Kendaraan Bermotor sl1dah dibebani pajak yang cukup pad at, walaupun nantinya llntuk kendaraan bermotor lllTIUm beban paJak xang terakhir ini' akan dibebankan kembali, kepada

konsumen Jasa Angku~n.

Fraksi Persatuan Pembangunan rnintapenjelasan pemerintah apa ada

perbedaan dasar pemikiran pengenaan pajak sebesar 5% dari konsumsi

bahan bakar minyak kendaraan bermotor bagikendaraan pribadidan kendaraan umum ?

414

Page 54: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Ditetapkan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor sebagai Pajak

Tingkat I menurut Fraksi Persatuan Pembangunan sudahlah tepat, karen a

sebagai objek pajaknya adalah melekat pada Kendaraan Bermotor, yaitu

sarna dengan PKB dan BBNKB duajenis pajak daerah tingkat I yang telah

ada dan sangat potensi, walaupun pengadministrasian untuk pungutan

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor tidak diperlukan dukungan dari

data administrate yang ada pada PKB dan BBNKB. Tapi data-data kuantitif

kendaraan bermotor didaerah Tk. I dan masing-masing daerah Tk. II dalam

Wilayah Daerah Tingkat J tersebut sangat diperlukan gun a dapat diketahui

perk iraan jumlah pemakaian bahan bakar kendaraan bermotor du Daerah

Tk. I dan Tk. II masing-masing.

Oleh karena itu" Fraksi Persatuan P,embangunan minta penjelasan

pemerintah berapa jumlah kendaraan bermotor untuk masing-masing

Daerah Tk. J di Indonesia dan berapa jumlah pemakaian bahan bakarnya.

Apakah dalam pembagian hasil Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

kepada Daerah Tk. I dan Daerah Tk. II didasarkan pada pemakaian riil

bahan bakar kendaraan bermotor di masing-masing Daerah TK. I dan

Daerah Tk' II atau dilakukan dengan cara lain guna tereapainya tujuan

pemerataan ?

Dimungkinkannya diberlakukan besar tarif yang berbeda terhadap

pajak Daerah Tk. II melalui penetapannya dalam Peraturan Daerah,

apakah juga dimungkinkan diantara Daerah Tk. II dalam satu daerah

Tk. I , ataukah hanya diantara Tk. 11 yang tidak dalam satu Daerah Tk. I.

Pajak yang dipungut dari pemakaian bahan bakar kendaraan bermotor

disamping Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, juga PPN. Oleh

karena itu Fraksi Persatuan pembangunan minta penjelasan pemerintah

apakah pungutan atas PPJN Bahan Bakar Minyak dan Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bennotor dilakukan bersama dan oleh satu kesatuan administrasi.

415

Page 55: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Mengenai tata cara pengesahan, penolakan atau memerintahkan peuyeinpuwiaan atas Peraturan Daerah tentang Perpajakan Daerah

oleh Menteri Dalam Negeri sebagainama hendak di atur dalam Pasal 5 ayat (1), yaitu diperlukan adanya pertimbangan dari Menteri Keuangan

adalah berbeda dengan pengesalian dan penolakazi atas Peraturan Daerah sebagai imam yang diatur dalam UU No.5 Th. 1974 tentang Pokok-pokok

pemerintahan di daerah. Apakah demikiau akan teijadi perbedaan terhadap

pengaturan hal yangsama oleh kedua undang-undang ini. Adanya perbedaan

ini dimungkinkan hila salah satu dari undang-undang tersebut inerupakan

lex special is dari undang-undang lainnya. Mohon penjelasan Pemerintah.

Ditetapkanjiya jenis objek retibusi terdiri dari 3 golongan yaitu JasaUmum, Jasa Usaha dan Perizinan Umum, dan ditentukannya

jasa yang diselenggarakan oleh BUMD bukan inerupakan objek retribusi,

mengundang beberapa pertanyaan Fraksi Persatuan Pemfoangunan yang

perlu penjelasan Pemerintah.

Disamping adanya pandangandalam RUU tentang Pajak dan Retribusi

Daerah bahwa beberapa pungutan jenis retribusi dirubah menjadi pungllt

jenis pajak, tapi juga ada keeenderungan pengelolaan pemanfaatan jasa khususnya jasa usaha yang hendak dikelola secara bisnis dengan

menyerahkan pengelolaannya kepada BUMD, misalnya pengelolaan Air

Minum, Parkir, Bengkel Kendaraan, dan Terminal Bus. Dengan ditetapkan

jenis-jenis jasa umum dan jasa usaha sebagai objek retribusi dalam

RUU ini, ap~kah dengan demikian jasa-jasa usaha dan umum tersebut tidak mllngkin lagi pengelolaannya diserahkan kepada BUMD, mohon

penjelasan pemerintah.

Tidak digolongkan jasa umum pemerintahan sebagai jenis jasa UI11UI11

objek retribllsi l11enurut Fraksi Persatuan Pel11bangunan sangatlah perlu

dijelaskan secara gamblang del11ikian artinya semua pihak tidak berhak

memungllt il11balan atas jasa ulUum pemerintah yang diberikan kepada

416

Page 56: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

masyarakat. Tapi yang dirasakal1 selama ini adanya retribusi tidak resmi

yang dipungut oleh oknum-oknum yang terkait dengan pemberian izin

maupun pelayanan jasa-jasa umum objek retribusi, yang dalam kenyataan

jenis pungli ini jauh lebih besar jumlahnya dari pungutan retribusi resmi.

Kenyataan ini pula yang menyebabkan masalah pajak dan retribusi daerah

menjadi masalah nasional dalam bidang ekonoini yaitu sebagai penyebab

ekonomi biaya tinggi.

Ketentuan Pasal 6 dan Pasal 26 RUU yang tidak memperbolehkan

pemungutan pajak dan retribusi daerah dilaksanakan dengan cara

diborongkan, menu rut Fraksi Persatuan Pembangunan sangatIah baik

walaupun dalam kenyataanya banyak terjadi terutama dalam pelaksanaan

pemungutan retribusi dengan cara diborongkan. Ada pula kenyataan bahwa

pemungutan retribusi dengan diborongkan tdah menghasilkan penerimaan

yang lebih besar lebih menguntungkan bagi pemerintah daerak, karena itu

Fraksi Persatuan Pembangllnan minta penjelasan dari pemerintah apa dasar

pikiran dimuatnya ketentuan tersebut.

Fraksi Fersatuan Femballgunan juga minta penjelasan pemerintah

terhadap beberapa ketentllan yang dimuat dalam RUU tentang Pajak

dan Retribusi daerah yang mengandung kewajiban, tapi tidak ada sanksi

, administrasi dan Pelaksanaannya bagi yang tidak "melaksanakannya,

misalnya kewajiban bagi Wajib Pajak untuk menyelenggarakan pembukuan

sebagaimana dimuat dalam Pasal 39 BAD VII. Demikian juga beberapa

ketentuan yang dimuat dalam BAB· IX Ketentuan Khusus. Mohon

penjelasan Pemerintah.

II.RUU TENTANG BEA BALIK NAMA TANAH DAN

BANGUNAN

Pemungutan oleh negara terhadap perolehan hak atas tanah dan atau

bangunan ini sudah dilakukan dan sudah berjalan dengan menggunakan PP

417

Page 57: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

No, 48 Th. 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan

dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan atau Bangunan. Dalam PP No. 48

Th. 1994 ini ditetapkan bahwa besarnya PPH yang wajib dibayar atas

penghasilan yang diterima atau diperolehi dari pengalihan hak atas tanah

dan atau bangunan adalah 5% dari juinlak bruto nilai pengalihan hak atas

atas tanah dan atau bangunan.

Digolongkannya punglltan ini sebagai jenis PPH, sejak semula Fraksi

Persktuan Pembangunan merasakan kekurang tepatan. Batasan pengenaan

pajak penghasilan (PPH) terhadap setiap kapital gain, yang menjadi dasar

pikiran dikenakannya PPH terhadap setiap penghasilan pengalihan hak dan

atau bangunan menllrut Fraksi Persatuan Pembangunan kuranglah tepat

Kila tabu bahwa tanah dan bangunan pada dasarnya bukan merupakan

barang dagangan, tapi merllpakan kekayaan (assets), k,ecuali bagi suatu

Badan Usalia atau orang perseorangan yang kegiatan bisnisnya memang

dagang tanai dan bangllnan. Kendaraan bermotor saja sebagai jenis

kekayaan barang bergirak, tidak dikenakan PPH atas perolehan hak, tapi

dikenakan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) tiap tahunnya dan dikenakan

Bca Balik Naina Kent Laraan Bermotor (BBNKB) untuk tiap peralihan

hak milik.

Menurut Fraksi Persatuan Pembangunan antara pengenaan PKB dan I

DDNIED, dan antara PBB dan BBNTB nantinya juga berbeda, yaitu

walaupllll dan PBB adalah jenis pajak-pajak objektif tapi dipungut

karena milikilmempergunakan bcnda yang kena pajak,sedangkan BBNKD

dan PKB dan BBNTB dilakukan punglltan karena perbuatan. Oleh karena

itu terhadap jllal beli kendaraan bermotor, terhadap jual beli tanah dan atau

bangllnan yang dikenakan pungutannya bukan keuntungan, bukan kapital

lainnya, tapi perbuatan mengalihkan haknya itu.

Dengan demikian tidaklah perlu ada perhitungan kellntungan yang

diperoleh sebagai selisih antara harga pembelian dan penjualannya dengan

418

Page 58: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

dikurang biaya renovasi dan penghapusan, tapi dipungut dengan prosentase

yang ditetapkan dengan undang-undang atas harga transaksi atau nilai pasar

objek pajaknya saja.

Tidak heran bila ada pandangan dari semen tara orang untuk mengenakan pajak penghasilan atas agio yang dihasilkan dari kapital

again penjualan saham pada penjualan perdana di pasar modal, bila prinsip

setiap diperolehnya kapital gain dipungut PPH, tapi sampai sekarang ini

tidak dilakukan pemungutan PPH. Jual beli saham di Bursa Efek hanya

perpindahan pemilikan assets, perpindahan tangan subjek yang melakukan investasi (investor) saja. Sedangkan untuk PPH sudah ada objek pajaknya

yaitu deviden: Adapaa mengenai /capital gala yang diperoleh dari tanah dan bangunan serta saham, barangkali akan menjadi objek pajak penghasilan

bila dilakukan revaluasi (penilaian kembali) seperti yang diatur dengan SK.

Menteri Keuangan No. 5071KMK 0411996, yaitu dipungutPPH sebesar 10%.

Oleh karena itu Fraksi Persatuan Pembangunan minta penjelasa pemerintah apakah SK. Menteri Keuangan No. 248 tho 1995 tentang

Perlakuan Pajak Penghasilan Terhadap Pihak-Pihak yang melakukan

kerjasama dalam bentuk perjanjian bangunan gana serah (Built operate and TransferlBot) juga akan ditinjau kembali dan akan dikelompokan sebagai

jenis Pajak Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan juga. Adanya ketentuan

dalam I PP No. 48 tho 1994 yang menetapkan batas nilai penghasilan dari

pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan yang tidak dikenakan pajak yaitu sebesar Rp 60 juta, sedangkan didalam RUU tentang Bea Balik

Nama Tanah dan Bangunan ditetapkan Rp 20 juta . apakah dasar pemikiran perbedaan tersebut?, kiranya pemerintah dapat menjelaskannya.

Denda sebesar Rp 10 juta kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah, Kepala Kantoi Lelang Negara, dan Pejabat Umum lainnya sebagaimana hendak diatur dalam Pasal27 ayat (I) RUU Tentang Bea Balik Nama Tanah dan

Bangunan, apakah tidak terlalu ringan ?, mengingat ada kemungkinan

419

Page 59: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

terjadi kerjasama antara Waj ib Pajak dengan Pejabat-pejabat tersebut dalam

menggelapkan Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan yang nilai transaksi pengalihan hak sangat besar dan bea yang akan digelapan juga besar jauh

melampaui denda Rp 10 juta.

Fraksi Persatuan Pembangunanjuga ingin minta penjelasan pemerintah

atas kesiapanadministrasi perpajakan pemerintah, yaitu fiseus, khususnya

dalam kemampuan penguasaandata-data, Nilai Jual Objek Pajak yang

digunakan dalam pengenaan pajak burni dan bangunan, walaupun dalam

Pasal 6 ayat (4) RUUada ketentuan yang dimaksud sebaga i antisipasi bila tidak tersedianya data NJOP Bumi dan Bangunan bagi tanah dan bangunan

yang dipindahkan/dialihkan haknya tersebut. Namun keadaan tersebut menjadi eiri adanya kelemahan administrasi perpajakan pemerintah,

khususnya fiskus yang tidak mustahil akan memberikan peluang bagi pihak­pihak tertentu mengambil keuntungan pribadi dari kelemahan tersebut. .

Fraksi Persatuan Pembangunan juga minta penjelasan pemerintah,

sampai sejauh mana koordinasi diantara instansi pemerintah sendiri atas

kepatuhan masing-masing instansi dalam menggunakan NJOP Bumi dan

Bangunan sebagai dasar penerapan harga bagi pcmbebasan tanah-tanah milik

masyarakat bagi kepentingan proyck-proyek pemerintah, dan juga dalam

penetapan ganti rug;' tanah-tanah negara yang dialihkan· haknya kepada

swasta. Fraksi Persatuan Pembangunan banyak mendengar dan bahkan menyaksikan keresahan masyarakat yangtanah dan banganannya digusur oleh pemerintah dengan ganti rugijauh dibawah NJOP Bumi dan Bangunan.

Pembagian hasil. penerimaan pajak Bea Balik Nama Tanali dan. Bangunan sebagaimana hendakdiatur dalamBAB XI, 'Pasal 24 RUU

ten tang Bea Balik Nama Ta'nah dan Bangunan yang menegaskan bahwa

hasil penerimaanpajak 'tersebut merupakan penerimaan negara yang dibagi hasilkan antaraPemerintah· Pusat· dan pemerintah· Daerah dengan

imbangan pembagian sekurangkurangnya 80% untukPemerintah Daerah

420

Page 60: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Tk. II dan Pemerintah Daerah Tk. I. Ketentuan ini menunjukkan bahwa

Bea Balik Narna Tanah dan Bangunan adalah pajak pusat yang dibagi

hasilkan kepada daerah Tk. II dan Tk. I. Dengan demikian Bea Balik Nama

Tanah dan Bangunan diperlakukan seperti Pajak Bumi dan Bangunan,

yaitu sarna-sarna tergolong jenis pajak yang secara langsung dikaitkan.

dengan pengisianlpelaksanaan perimbangan keuangan antara Pusat, dan '

Daerah. Kalau hasil penerimaan PBB sekarang ini setelah dipotong upah

pungut seluruhnya diserahkan kepada Daerah, walaupun dalam undang­undangnya tetap menentukan bagian pemerintah pusat 10%. Apakah untuk

Bea Balik Nama Tanah dan Bangu~an inijuga ditetapkan ;10~ saja untuk bagian pemerintah pusat ?, minta penjelasan pemerintah.,

. .' . . ... . Selanjutnya dalam Pasal 24 ayat (2) RUU ditentukan bahwa bag ian

penierimaan Pemerintah daerah' yang 80% itu sebagian besar diberikan

kepada Pemerintah Daerah Tk. II: Fraksi Persatuan Peinbangunan' sa~gat mendukungnya karena sangat sejalan dengan prinsip pelaksanaan otonoini daeah yang dititikberatkan pada daerah Tk. II, dan juga konsisten dengan

pen bagian hasil PBB sebagian besar untuk Pemerintah Daerah, itu sebesar

10% pemerintah pusat 16,2% dan 64,8% untuk Daerah Tk. I dan Daerah Tk. II, serta 9% upah pungut, walaupun dalarn praktek pelaksanaannya

akhirnya bagian pemerintah pusat 10% itu juga diserahkan kepada Daerah

Tk. II, sehingga Daerah Tk. IT menerima bagianPBB 74,8%. Fraksi Persatuan Pembangunan minta penjelasan pemerintah apakah pembagian hasil Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan antara Daerah Tk. Idan Tk. II

konkordan dengan pembagianhasil PBB ?

Fraksi Persatuan Pembang~,~an juga minta tanggapan pemerintah apakah tidak ada pemikiran untuk dalam waktu dekat, misalnyaawal

,i' "':" 'J ," .. '

Repelita VII yang akan datang akan menjadikan PBB dan BB~TB sebagai, golongan Pajak pusat yang diserahkan pemungutan dan penggunaannya kepada daerah yang untuk selanjutnya menjadi pajak daerah ?, apalagi

bila diliat yang menjadi objek Pajak PBB dan BBNTB ada di daerah yaitti

421

------ -

Page 61: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

adanya rencananya Tata Ruang Daerah, dan Pejabat Pembuat Akta Tanah

juga di angkat oleh Menteri Dalam Negeri.

llI.Roo TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

Laju peningkatan penerimaan perpajakan kita dari tahun ketahun up,

tinggi ·scjak reformasi perpajakan tah. 1983. Namun demikian tax rosio

kita baru mencapai 12,8%i dan masihjauh berada dibawah negara-negara

ASEAN, apalagi negara-negara maju. Disamping itu laju peningkatan

ini semakin mer-urun, misalnya selama, Repelita IV laju peningkatannya

pcitahun rata-rata 31,5% dan selamaRepelitaV menurun menjadi 26%, dan

dua tahun pertama Repelita VI hanya.± 11,4 % saja sehingga diperlukan

penyempurnaan Undang-undang bidang ,Perpajakan pada tal1Un 1994.

Dipihak laju pertumbuhan ekonomi kita dua tahun terakhir cukup tinggi

yaitu 7,5 % pada talmn 1994, 8,1% tho 1995, dan sasaran pertumbuhan

ekonomi Repelita Vlkita juga tinggi yaitu 7,1 %, dan tax rosio kita masih

rendah. Melihat kepada pertumbuhan ekonomi kita yang terus tinggi dan

tax rasio yang masih rendah, mestinya laju peningkatan penerimaan pajak

masih terus meningkat.

Bila pada saat ini kita aaampu nieneapai tax rasio sebesar 16,5% saja

yaita tingkat rasio yang paling rendah dari negara-negara ASEAN, maka

berarti penerimaan pajak kita akan meningkat +. Rp J 6,2 Trilyun, yaitu

suatu jumlahcukup berarti untuk meningkatkan Volume APBN kita, atau

mencapai hampir 60% dari belanja pegawai Dengan demikian biIasaja

tax rasio kitasudah, mencapaiI6,5% saja, maka kitadapat meningkatkan

gaji pegawai ±75% sehingga cukup berati bagi peningkatan kesejahteraan pegawai negeri ABRI. Oleh karena upaya ektensiftkasi dan internsifikasi;

dalam bidang perpajakan sudahpula kita lakukan meialuipellyempurnaan

undang.;undangperpajakan pada tho 1994, dan Sudilh mulai diberlakukan

dalam tho '1995, tentu saja upaya intensifikasi masih harus terus ditingkatkan

422

Page 62: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

terutama guna meningkatkan kesadaran masyarakat membayar pajak secara jujur dan bertanggungjawab baik melalui penyuluhau dan penerapan sanksi

termasuk tatacara penagihan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaati penerapan' sailksisesuai d€mgan perafuran

perundang- undangan yang berlaku, meinerlukan penyempurnaan prangkat peraturaa perundang-undangan agar tidak 'te~j~di Penerapan sanksi y~ng

Iii.::, ;, . : " .: ,". . .

sewenang-wenang, dan penerapan sanksi yang memiliki kelemahan-kelamahan dalam penegakannya, sehingg;l mengundang banyaknya, gugatan dari penailggung pajak.

Tunggakkan pajak secara akumulatif",cukup besar jumlahny~, Yl:lng

penyelesaiannya memerlukan prosedur" p~nagihan "dan penye'esaian tunggakan pajak yang tangguh dan handal. Fraksi J:>ersatuan Pembapgunan dalam kesempatan ini minta penjelasan pemerintah berapa. besarnya tunggakan pajak negara sampai dengan tahuntakwim 1995.

Penagihan dengan Surat Paksa ada lab bagian dari upaya meningkatkan , kesadaran masyarakat terhdap pemenuhankewajiban perpajakan dan,

sekaligus merupakan bagian yang terpenti~g dalam upaya pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak negara dan daerah. Disamping diperlukannya perangkat peraturan perundang-undangan, juga sangat diperlukan dukungan aparatur perpajakan Yl:lng juga siap, agarpenagihan pajak dengan Surat Paksa tidak menjadi bumerang karena dipergunakan .. dengan rasa kurang bertanggungjawab serta tidak didukung oleh data-data administrasi perpajakan dari pihak fiskus, yang akurat. Fraksi P~rsatuan Pembangunan minta penjelasan sampai dimana kesiapan sumb,er daya manusianya?

Penagihan Pajak dengan Surat Paksaperlu didukung pula dengan dimilikinya hak mendahulu (hak utama) tagihan pajak atau pajak yang terhutang. Fraksi Persatuan Pembangunan, ,1110hon penjelasan, pemerintah , apakah hak mendahulu sudah ada pengatl,lrannya pada semua undang-

423

Page 63: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

un dang perpajakan yang berlaku, dan juga diatur dalam semua Peraturan

Daerah tentang pajak-pajak daerah yang berlaku, sehingga hak mendahulu

yang diatur dalam Pasal 19 ayat (5/ dan ayat (6) RUU sudah didukung oleh

Hak dahulu tagihan pajak dan pajak daerah dalam Undang-undang dan

Peraturan Daerah masing-masing Pajak dan Pajak Daerah terse but.

Saudar-a Ketua;

Saudam Meute."i Keuangan;

Dan hadirin Sidang Dewan yang kami hormati.

Rancangan Undang-undang ten tang Penagihan Pajak Dengan Surat

Pakasa yang Dewan bahas sekarang ini, dimaksudkan untuk menggantikan

UU No. 19 Th. 1959 tentang Penagihan pajak Negara Dengan Surat Paksa.

Dengan demikian artinya Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sudah

dilaksanakan sejak dahulu, karena UUNo- 19 tho ] 959 tersebutjuga sebagai

pengganti dari beberapa peraturan perundang-undangan sebelumnya lagi

antara lain: Lambaran Negara No. 84 tho 1957 dan Stbl 1917 No. 171.

Oleh karenauya Fraksi Persatuan Pembangunan tidak perlu lagi was-was

memasuki pembahasan RUU yang berjudul cukup seram yaitu Penagihan

Pajak Dengan Surat Paksa.

Landasan philosofts dimuatkannya tindakan-tindakan untuk memaksa

dalampenagihan pajak karena didorong oleh cita-cita agar pcmenuhan

kewajiban perpajakan ditaati oleh semua Wajib Pajak yang berkeharusan

membayar pajak. Pemenuhan kewajiban perpajakan. tidak hanya oleh

orang-orang yang beritikad baiksaja, tapi juga bagi orang-orang yang·

diragukan kejujuran dan iktikad baiknya. Jadi maksud yang dikandung

dalam tindakan untuk memaksa ini tidak lain ialah untuk mengusahakan

terpenuhinya suatu kewajiban pepajakan oleh Penanggung Pajak yang sudah

menampakan tanda-tanda dan gejala-gejala bahwa yang bersangkutan

memperlihatkan bahwa k,e\vajiban perpajakannya tidak akan terpenuhi.

424

Page 64: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Fraksi Persatuan Pembangunan dapat memehamiperludiganti dan

diperbaharuinya undang-undang yang mengatur Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa, karen a kita telah melakukan reformasi undang-undang

perpajakan pada tahun 1984 yang lalu dan bahkan sudah kita sempurnakan

lagi pada tahun 1995. Kita sudah merubah sistem Official Assesment

dengan Self assesment dalam pemenuhan kewajiban perpajakan. Kedua

sistem ini mengandung implikasi yang berbeda dalamhal pengertian kapan

terjadinya pajak terhutang,jatuh tempo dan tunggakanpajak.

Oleh karena itll dari tttiuan tagihan pajak dengan SuratPaksaadalah untuk memaksa wajib pajak yang terhutang pajak tanpa kecuali memenuhi.

kewajiban membayar pajak dan wajib pajak yang tertunggak pajak

segera melunasi, maka dalam penerapan sistem penagihan pajak dengan Surat Paksa dalam sistem Self assesme111 sangat berbeda dengan sistem

Official Assesmenl. Dalam sistem Self Assesment yang tidak lagi menganut Reelstelsal, pajak terhutang terjadi pada saat kewajiban timbul karena

ketentuan undang-lIndang, sedangkan dalam Official. Assesment hutang pajak timbul seteJah terbitnya Surat Ketetapan Pajak, dan tunggakan

hutang pajak dalam suistem Self Assesment timbul setelah lampau waktu

penyampaian laporan pelunasan pajak terhutang, sedangkan dalam Official

Assesmel1t setelah lewat tanggal jatuh tempo.

Pemberian wewenang kepada Pejabat untuk penagihan pajak pusat

dan Pejabat untuk penagihan pajak daerah dalam pelaksanaan penagihan

dengan Surat Paksa yang meliputi wewenang tagihan seketika dan sckaligus,penerbitan Surat Paksa,Penyitaan, Pencegahan dan Penyenderaan,

menu rut

Fraksi Persatuan Pembangunan sudah sepadan dengan sa saran yang ingin dicapai daJam pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa yaitu pemasukan pungutan pajak yang optimal Fraksi Persatuan

Pembangunan minta penjelasan pemerintahapakah kriteria bagi

425

Page 65: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Fenanggung Pajak yang patut diberi Surat Periatah Penagihan Seketika

daa Sckaligus seperti yang dimuat dalam RUU sudah merasa cukup

dan Lerbatas hanya itu saja, mengingat semakin canggih dan ban yak

ragamnya kcgiatan-kegiatan yang muagkin dilakukan oleb. Penanggung

Pajak untuk mengelabuhi pihak fiskus dalam mengelakkan kewajiban

pajaknya. Fraksi Persatuan juga minta penjelasan pemerintah, yaitu

bagaimana pemerintah khususnya pihak fiseas untuk mendapatkan

informasi mengenai prilaku Penanggung Pajak yang seperti demikian itu.

Adanya tiga kriteria sebagai syarat untuk dapat diterbitkannya Surat Paksa

sebagaimana dimuat dalam BABIIL Pasal 8, menurut Fraksi Persatuan

Pembangunan sudah dipcnuhinya cara-cara penagihan yang bersifat pasif

dan persuasif selama belum sampa~ dengan jatuh tempo dan dilanjutkan

dengan penagihan melalui Surat Paksa setelah lewat tanggaljatuh tempo.

Demikian juga dcngan pcmbcrian kcscmpatan keputusan untuk

mengangsur atau penundaan pembayaran terltibih dahulu oleb fiseus

kepada Pcnanggung Pajak sebelum diterbitkan pcnagihan pajak dengan

Surat Paksa, mcnurllt Fraksi PersaLuan Pembangunan slldah memenuhi

salah satu eara pcnagihan yang bcrsifat pasif scbclum mcmasuki cara

pangihan yang bcrsifat exeeuliv melalui pangihan dcngan Surat Paksa.

Fraksi Perasatuan Pembangunan milllta pcnjelasan pemerintah

apakah pemberian keputusan untuk melakukan pembayaran dengan cara

mengangsur dan atau penundaan pembayaran tcrsebut diberikan sebelum

tanggal jatuh tempo dan pelaksanaan pengangsuran dan pelunasannya juga

scbelum jatuh tempo atau setelahjatuh tempo?

Fraksi Pcrsatuan Pembanguan minta pcnjelasan mengenai batas waktu

antara pcnerbitan Surat Penagihan seketika dan Sekaligus yang harus

dilanjuti dengan penerbitan Surat Paksa terhadap Penanggung Pajak yang

telah dilaksanakan penagihan Seketika dan Sekaligus, mengingat bahwa

tagihan dengan Surat Paksa terhadap ~enanggung Pajak tersebut merupakan

426

Page 66: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

follow lip (kelanjutan). Kalau antara pemberitahuan Surat Paksa kepada

Penanggung Pajak dengan pelaksanaan penyitaan diperlukan waktu 24 jam,

Fraksi Persatuan Pembangunan berpendapat antara pelaksanaan Penagihan

Seketika dan Sekaligus dcngan penerbitan Surat Paksa juga perlu batas

waktu agar ada kepastian gllna menghindari kerugian negara dan Fraksi

Persatuan Pembangllnan berpendapat batas waktu yang dimakslld paling

lama 24 jam, dan bahkan Fraksi Persatuan Pcmbangunan Icbih cenderung

bila pelaksanaan penerbitan dan penyampaian Surat Perintah Penagihan

Seketika dan Sekaligus dengan penerbitan dan penyampaian Surat Paksa

dilakukan dalam waktu bersamaan. Fraksi Persatuan Pembangllnan minta

tanggapan pemerintah.

Penyitaan terh:ldap deposito berjangka, tabungan, saldo R ekennng

Koran, Giro, atau belltuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

dilaksanakan dengan pemblokiran terlebih dahulu, sebagaimana diatur

dalam Pasal 17 RUU, Fraksi Persatuan Pembangunan minta penjelasan

kemungkinan bentllran dengan kepentingan Rahasia Bank ? Demikian

juga dengan ketentuan yang dimuat dalam Pasal 25 ayat en ayat (3), dan

ayat (4) RUU, apakah juga tidak berbenturan dengan kepcntil1g;m rah~i i"

B:ll1k. Fraksi Pcrsatuan Pembangunan juga minta pcnjelas<J1I Pcmcrinl;lh

tentang sanksi pidana sesuai dengan Ketentuan perundang-llndangan yang

berlaku yang dimaksud dalam Pasa125 ayat (4) RUU.

Penyitaan yang dimuat dalam BAB IV RUU adalah pemberian

wewenang oleh undang-undang ini nantinya kepada pihak fiskus untuk

melakukan penyitaan tanpakeputusan hakim atau execulive Iangsung

(pm'ale executive) berdasarkan Surat Paksa yang diatur dalam BAB TIl,

Pasal 7 RUU. Fraksi Persatuan sepelldapalt diberikannya wewenang oleh

undang-undang kepada fiskus untuk melakukan penyitaan tanpa keputusan

hakim atau eksekutif langsung, karena dengan sistem Self Assesment

bila terjadinya kelalaian cia lam mambayar hutang pajak, bukan karena

tidak setuju dengan besarnya ketetapan pajak, tapi karena kealpaan atau

427

Page 67: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

kcengganan, dan bahkan memang enggan memennlti kewajiban/ketaatan

atas undang-undang perpajakan. Selain dari itu besarnya hutang pajak

yang diharuskan dibayar tidaklah perlu untuk diajukanoleh hakim, karena

mempunyai kedudukan dan sifat yang berbeda dengan hutang piutang

antm·a seseorang dengan seorang lainnya (Perdata), apalagi terhadap

besarnya hutang pajak yang timbul karena sistem Self Assesment.

Selanjutllya upaya penagihan pajak dengan Paksa dalam bentuk

tindakan Pencegahan dan Penyanderaan hendak diatur dalam BAB

V Pasal 29, 30, 3 t, 32, 33, 34, 35, dan 36. Kriteria Penanggung Pajak

yang dikenakan 'Penyanderaan selain diragukan iktikad baiknya dalam

melunasi utang pajak dan mempunyai hutang pajak sekurang-kurangnya

Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah), juga sudah diberikan Surat

Penagihan Seketika dan Sekaligus, dan juga sudah dilakukan penyitaan,

tapi masih belumjuga dapat melunasi hutangnya. Dengan kriteria tersebut,

maka tindakan Pencegahan adalah tindakan pemaksaan yang bersifat tidak

langsung, karena penanggung pajak tidak ada iktikad baik dan bahkan sudah

melakukan tipu muslihat untuk menyelamatkan harta kekayaannya dari

tuntutan yang mengancamnya. Menurut Fraksi Persatuan Pembangunan

terhadap Penanggung Pajak yang disatu pihak dapat memperoleh laba

usaha sebelumpajak paling kurang Rp 350 juta, dan barangkali mempunyai

Modal usaha paling kurang Rp 3,5 milyar, tapi setelah dilakukan penyitaan

atau bila hendak disita tidak menghasilkan jumlah uang untuk pelunasan

hutang pajaknya karena tipu muslihatnya, maka sebagai pengganti sita

hartanya wajar dan adiluntuk dilakukan penyitaan atas badan orang atau

diri orangnya dalam bentuk Pcncegahan dan sampai kepada penyanderaan.

Dengan pengaturan pelaksanaan pencegahan harus berdasarkan

keputusan Pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri atau atasan pejabat,

yang bersangkutan, dan dengan pelaksanaan penyanderaan hams mendapat

terlebih dahulu ijin dari Menteri atau Kepala Daerah sebagaimana

diatur dalam Pasal 30 dan Pasal 33 ayat (2), menurut Fraksi Persatuan

428

Page 68: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Pembangunan sudah mencerm inkan prinsip kehati-hatian agar pengambilan

tindakan tersebut tidak tergelincir kepada memperkosa hak asasi manusia

dan azaz keadilan.

Fraksi Persatuan Pembangunan mengingatkan pemerintah untuk dieatat

bahwa tindakan Pencegahan dan penyandeman, khususnya penyanderaan

hams mempakan tindakanterkhirdan bila tidak ada jalan lain lagi.

Disamping itu sebenarnya Fraksi Persatuan Pembangunan menginginkan

agar ada batas waktu tertell1tu diberikan kepada Penanggung Pajak yang

akan dikenakan penyanderaan misalnya satu minggu untuk terhadap

tindakan penyanderaan yang akan dikenakan kepadanya, Tapi keinginan

itu ami urungkan, bila kami menoieh kepada banyaknya kasus-kasus yan

ktu·ang bermoral muncul di tengah kehidupan masyarakat dewasa ini dalam

memanfaatkan ketentuan-ketentuan yang bertlljllan menjunjung tinggi hak

dan kehormatan, tapi justeru dipergunakan sebagai kelemahan hukum.

Iv. ROT TENTANG-BADAN PERADILAN PAJAK

Secara singkat dalam Penjelasan Pemerintah telah dikemukakan

hal-hal yang menyangkllt RUU Peradilan Pajak sebagaimana yang

dikchcndaki dalam VV No.6 Talmn 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Gara Pcrpajakan scbagaimana telah diuhah dengan VU NO.9 Tahun

1994. Dari keterangan Pemerintah tersebut ternyata landasan hukum yang

dipakai dalam pembentukan Badan Perdilan Pajak dimaksud adalah Pasal

13 VU No. 14 Th. 1970 lentang Ketentuall-ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman yang berbunyi sbb : "Badan-hadan Peradilan KhuSllS disamping

Badaa-badan Peradilan yang sudah ada, hanya dapat diadakan dengan

Undang-undang". Apabila hal ini dikaitkan dengan ketentuan Pasal 10

VV Kekuasaan Kehakiman dimaksud yang hanya mengenal 4 (empat)

lingkungan Peradilan yang melaksanakan kekuasaan Kahakiman, yaitu:

Peradilan Umum, Peradilan Agama, PeradilanMiliter, dan Peradi!an Tata

Vsaha Negara, maka timbul pertanyaan, apakah benar ketentuan Pasa! 13

429

Page 69: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

dimaksud membuka kemungkinan dibentuk lingkungan Peradilan lainnya

disamping empat lingkungan Peradilan yang secara tegas disebutkan

dalam Pasal 10 dimaksud? Pertanyaan ini timbul apabila kita membaca

Penjelasan Pasal 10 tersebut yang menyebutkan : "UU ini membedakan.

antara empat lingkungan peradilan yang masing-masing mempunyai

lingkungan weweang mengadili perkara tertentu dan meliputi Badan­

bad an Peradilan tingkat pertamadan tingkat banding. Peradilan Agama,

Militer, dan Tata Usaha Negara merupakan peradilan khusus, karena

mengadil i perkara-perkaratertentu atau mengenai golongan rakyat tertentu,

sedangkan Peradilan Umum adalah peradilan bagi rakyat pada umumnya

mengenai baik perkara perdata, maupun perkara pidana. Perbedaan dalam

empat lingkungan peradilan ini, tidak menutup kemungkinan adanya

pengkhususan diferensiasil spesialisasi) dalam masing-masing lingkungan

misalnya dalam Peradilan Umum dapat diadakan pengkhususan berupa

Pengadilan Lalu Lintas.

Pengadilan Anak-anak, Pengadilan Ekonomi, dan sebagaimanya

dengan Undang-undang".Penjelasan Pasal 10 dimaksud menyebutkan

pengkhususan tersebut diatur dengan lIndang-undang. Tentu saja perintah

mengatur dengan undang-undang itu tidak mungkin hanya dieantumkan

pada Penjelasan pasal dan bukan pada batang tubuh dari undang-undang

bersangkutan. Dengan demikian ketentuan dalam Pasal 13 tersebllt

bukankah hams dibaca sebagai perintah dalam kaitannya dengan ketentllan

Pasal 10 dan Penjelasannya dimaksud ? Penggunaan kata-kata "BAD AN

PERADILAN" pada Pasal 13 tersebut apakah berbeda dengan yang

dimaksud istilah lingkungan Peradilan dalam Pasal 10 yang menunjuk

pada pelaksana Kekuasaan Kehakiman di Indonesia? Hal ini jelas dapat

pula dibaca dari Penjelasan Pasal 10 tersebut yang menyebutkan "Undang­

undang ini membedakan antara em pat lingkungan peradilan yang masing­

masing mempunyai Iingkungan wewenangmengadili tertentu dan meliplIti

BADAN-BADAN PERADILAN TINGKAT PERTAMA DAN TINGKAT

430

Page 70: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

BANDING". Dengandemikian kata"BADANPERADILAN" itumenunjuk

pada PENGADILAN tingkat pertama dan PENGADILAN tingkat banding

sebagai lembaga yang ada pada setiap Iingkungan Peradilan. Misalnya

Pengadilan Negeri dan lPengadilan Tinggi pada lingkungan Peradilan

Umum. Pemakaian kata "Badan Peradilan" pada Pasnl 13 apakah benar

dimaksud untukdapat meuambali empat lingkuugan Peradilan yang

melaksanakan kekuasaan Kehakiman ataukah menunjuk pada badan-badan

Peradilan khusus yang diinaksudberada pada lingkungan Peradilan yang

empat itu?

Sedangkan RUU Badan Peradilan Pajak ini meletakkan dirinya diluar

empat lingkungan Peradilan diinaksud pada Pasal 10 tersebut. Hal ini

dapat dibaca dari Pasal 2 RUU yang menyatakan "Badan Peradilan Pajak

adalah badan peradilan khusus dibidang perpajakansebagai salah satu

pelaksana kekuasaan kehakiman". Bunyi yangsama dapat kita temukan

pula pada Pasal 2 UU No. 7 Th. 1989 tentang Peradilan Agama. Baru­

baru ini Pemerintah telahmengajukan kepada DPR-RI dan sudah dalam

tahap penyclesaian akhir. yaitu RUU tentang Peradilan Anak yang juga

mendasarkan dirinya pada ketentllan PasallO dan Pasal 13 UU Kekuasaan

Kehakiman. Namun Peradilan Anak dimaksud merupakan pellgkhususan

dari Peradilan Umum saja. Mohon penjelasan Pemerintah.

Mahkamah Aguhg meriurut Pasal 3 (l-).-RUU ini ditempatkan

scbagai pembina teknis peradilan, maka Fraksi Persatuan Pembangunan

mengharapkan penjelasan, apakah Pemerintah telah meminta pel1imbangan

Mahkamah Agung sehubllngan dengan diajukannya RUU tentang Badan

Peradilan Pajak ini ? Mohon penjelasan Pemerintah.

Menurut ketentuan cia I a III Pasal 37 UU No. 14 Th. 1985 tentang

Mahkamah Agung, bahwa '. Mahkamah Agung dapat memberikan

pertimbangan-pertimbangan . dalam bidang hukum baik dim inta maupun

tidak kepada Lembaga Tinggi'Negara yang ini' . Datam rangka pembahasan

431

Page 71: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

RUU tentang Peradi Ian Anak, walaupun agak terlambat ternyata Mahkamah

Agung telah mengirim pertimbangannya kepada DPR-RI tanpa diminta.

Pimpinan Sidang yang kami hormati;

Ada beberapa hal dalam RUU Badan Peradilan Pajak ini yang perlu

mendapatkan sorotan khusus yang antara lain :

432

1. Badan Peradilan Pajak berkedudukan di Ibukota Negara apabila

perlu dapat dibentuk pula di tempat lain (Pasal 5 ayat 1). Ketentuan

ini sangat berbeda dengan Pengadilan dilingkungan empat Peradilan

lainnya. Sekaligus ketentuan tersebut menunjukkan bahwa Badan

Peradilan Pajak hanya terdiri dari satu tingkat karena tidak mengenal

Pengadilan Tinggi Peradilan. Pajak Mohon penjelasan Pemerintah.

2. Walaupun tidak ada Pengadilan Tinggi Peradilan Pajak, yang untuk

em pat lingkungan Peradilan lainnya dikenal sebagai Pengadilan

banding, akan tetapi RUU ini menyebutkan dalam BAB tentang

Hukum Acara adanya "Gugatan" dan "permohonan banding"

sekaligus mengintrodusir istilah "permohonan banding/ penggugat"

yang berbeda dengan yang dipergunakan oleh empat lingkungan

Peradilan. Penggunaan istilah-istilah tersebut olch RUU ini

sebaiknya dicarikan ist.i1ah yang lebih tepat tanpa mengaburkan

istilah yang sudah umum dipakai dilingkungan Peradilan selama

ini agar tidak menganggap, bahwa "keputusan pejabat yang

wewenang" yang akan dimohonkan banding disamakan dengan

putusan PengadiJan tingkat pertama (vide Pasal 1 butir 4,5, dan 6,

Pasal37, Pasal38 dst RUU).

Perkataan banding dalam UU NO. 9/1994 maupun UU No.1 011995

(Kepabeanan) dan UU No. 11/1995 (Cukai) lebih ditujukan pada

istilah "banding administratif, bukan dalam hukum acara peradilan.

Mohon penjelasan Pemerintah.

Page 72: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

3. Putusan Badan Peradilan Pajak merupakan putusan akhir dan

bersifat tetap (Pasal 81). Apa yang dimaksud dengan itu? Andaikata

maksudnya putusan akhir itu karena tidak ada Pengadilan tingkat

banding lagi, tentu saja ketentuan ini tidak dapat menganulir

ketentuun Pasal 10 ayat (3) UU No. 14 Th. 1970 yang menyatakan

Terhadap putusan-putusan yang diberikan tingkat terakhir oleh

Pengadilan-pengadilan lain dad pada Mahkamah Agung kasasi

dapat diminta kepada Mahkamah Agung (baca pula Pasal 29 dan

30 UU No. 14 Th.1985). Sedangkan yang dimaksud "putusan

bersifat letap" adalah "putusan Pcngadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap" .......................... yang lazim dikenal oleh

dunia peradilan. Apabila hal itu yang dimaksud, maka berbagai

aspek Imkum dari putusan yang demikian, terhadap anlara lain

putusan kasasi nantinya periu dicermati lebih lanjut. Semen tara

itu pada Penjelasan Umum dan penjelasan Pasal 81 RUU dibuka

kemungkinan adanya kasasi oleh laksa Agung asasi seperti ini di

kenaI sebagai upaya hukum luar biasa. Mengapa masih dibuka

kemungkinan kasasi tcrsebut walaupun mengenai putllsan yang

telah memperoleh pllltllsan yang berk,ekuatan hukum tetap? Mohon

penjelasan Pemerintah.

4. Saksi dapat dipaksa datang kepersidangan dengan menggunakan

Polisi Pasal 60 RUU). Pemaksaan terhadap saksi hanya dikenal

dalam perkara pidanadan mempunyai sanksi pidana pula (Pasal

522 KUHP). Bentuk pemaksaan sepe:rti ini sudah akan menyentuh

hak asasi manusia. Apakah demikian yang dimaksud RUU ini ?

5. Biaya perkara langsung ditetapkan Rp. 1 .. 000.000,- (satujllta rupiah)

pada Pasal 47 RUU. Hal sepe11i ini tlldak dikenal pada lingkungan

Peradilan yang sudah ada. Sedangkan dalam pemeriksaan dengan

secara cepat pada Pasal 70 RUU ditentukan perkara yang dipesiksa

memakai acara tepat tersebut an tara lain sengketa perpajakan yang

433

Page 73: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

jumlah pajaknya tidak melebihi Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).

Artinya wajib Pajak yang akan menuntut pajak yang dikenakan

secara tidak adil terse but sampai jumlah dimaksud sudah harus

menyetor uang pendaftaran Rp 1.000.000,-(satu juta rupiah) pula.

Apa dasar Pemerintah menetapkan jumlah biaya dan batas jumlah

pajak tersebut sampai Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) itu ?

Dengan mengemukakan beberapa pandangan terhadap RUU tentang

Badaa Peradilan Pajak ini tentu saja tidak berarti Fraksi Persatuan menolak

terhadap hal yang sudah diamanatkan dalam UU No. 9 Th. 1995 yang

menyempurnakan UU No.6 Th. 1993 tentang Ketentuan Umum dan Tata

cara Perpajakan. Hanya saja masalahnya adadali, bagaimana menempatkan

kedudukan Badan Peradilan Pajak sesuai dengan maksud UU No. 14 Th.

1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman sebagai

acuan pokok kekuasaan kehakimam di Indonesia apabila RUU ini hendak

mengacu kesitu.

Demikian Pemandangan Umum Fraksi Persatuan Pembangunan

terhadap RUU ten tang Pajak dan Retribusi Daerah, RUU ten tang Bea Balik

Kama Tauah dan Banguaan, RUU tentang Penagihan Pajak Dengan Surat

Paksa, dan RUU tentang Badan Peradilan Pajak,

Fraksi Persatuan Pembangunan mengharapkan penjelasan, tanggapan

Pemerintah dalam Jawaban Pemerintah yang akan datang. Atas perhatian

dan kesediaan para Anggota Dewan yang terhormat, Saudara Ketua dan

Saudara Menteri Keuangan beserta stafyang terhomlat dan hadirin sekalian

yang telah dengan tekun dan sabar mendengarkan pemandangan umum ini,

kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besamya.

Wabillahit laufiq wal hidayah Wassalamu 'alaikllm Wr. Who

434

Page 74: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Jakarta, 12 Desember 1996

PlMPINAN

FRAKSI PERSATUAN PEMBANGUNAN DPR-RI

Ketua Sekretaris,

ttd, ttd,

H. HAMZAH HAZ. . MUHAMMAD D.JA'FAR SIDDIQ

435

Page 75: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

FRAKSII'ARTAI DEMOKRASI INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Sekrctariat: /11PRlDPR·RINusantara I,Lanla; JL"I,JlJend.Gatot Submto Jakarta 10270 TelJl.575 5908,575 5858,575 5857, Fax 575 5905

PEMANDANGAN UMUM

FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA DPR-RI

TERHADAP

RUU TENTANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

RUU TENTANG BEA HAL NAMA TANAH DAN BANGUNAN

RUU TENTANG PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

RUU TENTANG BADAN PERADILAN PAJAK

Disampaikan oleh : Setyadji Lawi

AnggotCl Nomor: A-378

Merdeka I!!

Saudara Ketua dan Para Anggota Dewan yang terhormat SCludara

Menteri Kellangan beserta Jajarannya yang terhormat, Hadirin yang

berbabagia, dan Sidang yang kami muliakan.

Mengawali Pemandangan Umllm Fraksi POI terhadap Rancangall

Undang-lIndang tentang Pajak dan retribusi lDaerah, Rancangall Undallg­

lIndang tentang Bca Balik Narna Tanah dan Bangunan, Rancangan Undang­

lIndang ten tang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Rancangan

437

Page 76: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Undang-undang tentang Badan Peradilan Pajak perkenankan kami

mengajak Bapak, Ibu Saudara sekalian, untuk memanjatkan Puji Syukur

Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Maha P1engasih dan Penyayang atas

segala Rakhmat dan Ridhonya yang telah dilimpahkan pada bangsa dan

negara kita, selia anugerah keselamatan dan kesehatan kepada kita sekalian

sehingga kita maih dapat mellljalankan tugas Ikonstitusional kita memasuki

tahap-tahap pembahasan 4 yang telah disampaikan oleh Pemerintah oleh

lalu.4( empat) Rancangan Undang-undang dibidang Perpajakan Pemerintah

kepada DPR-PI tanggal25 Nopember 1996 yang lalu.

PENDAHULUAN:

Fraksi PDI menyambut kepada DPR yang pada intinya berkepastian

hukum dalam melalui perangkat 11l1kum ini kekelllargaan, kebersamaan,

keadilan dan penyelenggaraan nanti dalal11 disampaikannya keempat RUU

dibidang Perpajakan bertujuan meletaklkan dasar-dasar yang lebih kuat

dan perpajakan. Hal ini juga dimaksudkan dengan akan dapat memperkuat

perwujudan asas kekeluar-penyelenggaraan perpajakan.

GBHN? Tahul1 1993 MengamanatkaI1l bahwa membiayai pembangunan

nasioanl hendaknya bertumpll kepada kemanpuan sendiri dengan sunggllh­

sungguh mengerahkall dana masyarakat yang bersumber pada kekuatall

sendiri. Berbicara tentang membangun dengan kemampuan diri sendiri perlu

kiranyaPemerilltahmeneiptakankondisiyangkondusifyangdapatmenjaring

partisipasi seluruh potensi .. Dari hal terse but diatas,penyelenggaraan pajak

yang lebih progresif ,lebih dinamis namun tetap melldasarkan kepada

empat asas yaitu asas keadilan ,asas pemerataan asas manfaat, dan asas

kemampuan masyarakat perlu senantiasa dillpayakall.

Pcmungutan pajak merupakan perwujudan dari Ipengabdian dan

peranserta wajib pajak dan bersama-sama melaksanaan kewajiball

perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan pembangunan Nasional

438

J

Page 77: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

yang pelaksanaannya dip~~reayakan kepadla masyarakat untuk menghitung

sendiri (self assessmant)sedang Pemerintah bekewajiban melakukan

pembiayaan, pelayanan, dan pengawasan terhadap pemenuhan kewajiban

perpajakan terse but .

Seperti kami sebut diatas bahwa Raneangan Undang-undang di bidang

perpajakan pada intinya lIntuk memberikan landasan atau dasar-dasar yang

lebin kokoh dan berkc-pastian hukum dalam penyelenggaraan perpajakan.

Dalam GBHN 1993 disebutkan pembangu-nan hukum dan perundang­

lIndangan hendaknya meneiptakan sistem hukum dan produk hukum yaiiy

mengayomi dan memberikan landasan hukum bagi kegiatan masyarakat

dan pembangunan. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa

pembaharuan hukum yang dengan tetap memperhatikan kemajemllkan

tatanan hukum yang berlaku yang mencakup upaya meningkatkan

kesadaran hukum, kepastian hukum, perlindungan hukum, penegakan

hukull1, dan pelayanan hukum selalu harus berintifean keadilan dan

kebenaran dallam rangka penyelenggaraan negara yang makin tertib dan

teratur serta p1enyelenggaraan pembangunan nasional yang makin lanear.

Pembangunan otonomi daerah yang dilaksanakan sesuai dengan

amanat UUD 1945 diarahkan untuk Icbih mengembangkan dan memaeu

pembangunan daerah, meanerluas peran serta masyarakat, serta lebih

meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dengan

memperliatikan kemllngkinan pengembangan dan pemanfaatan potensi

daerah dan seem·a saling mendukung dengan kemampuan nasional.

Pelaksanaan otonomi daerah ditll-jllkan pada.perwujudan otonomi daerah,

yang nyata, dinamis, serasii, dan bertallggungjawab.

Ketentllan perpajakan padadasarnya berinduk kepada undang-undang

Nomor 9 Talmn 1994 tentang Ketentuan Umum Perpajakan. Pada Pasal

22 ayat (1) dan ayat (2) merumuskan tentang hak fiskus untuk melakllkan

penagihan Pajak termasllk bunga, denda, kenalkan, dan biaya penagihan.

439

Page 78: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Hal ini diterapkan untuk memberikan kepastian hllkllm kapan 1Iiang pe~jak

dapat ditagih dan kapan lItang pajak tidak dapat ditagih lagi.

Guna menegakkan kepastian hllkwn dibidang perpajakan, khusllsnya

mengenai sengketa perpajakan, dalam undang-undang KUP 1994 Pasal27

dirumllskan bahwa wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding

hanya kepada Badan peradilan pajak. Badan ini dapat dibentuk dibeberapa

daerah, sehingga penyelesaian sengketa perpajakan dapat diberikan

dengan cepat dan murah Saat ini badan dimaksud belum dibentuk. Untuk

itu permohonan banding diajukan kepada Majelis Pertimbangan Pajak

(MET) yang hanya ada di Jakarta. Keputusan dari MPP bukan merupakan

keputusan Tata Usaha Negara (TUN), melainkan putusan Badan Peradilan

Pajak yang merupakan putusan akhir dan bersifat tetap. Namun sejak

dikeluarkan undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara (PTUN) khususnya Pasal 48, wajib pajak memperoleh

pe]uang untuk mengajukan gugatan kepada PTUIT. Didalam praktekhya,

peluang tersebut menimbulkan efisiensi dalam penyelesaian sengketa­

sengketa perpajakan, karena membingungkan wajib pajak dalam meneari

keadilan serta aparat pajak dalam menegakkan keadilan dan memberikan

kepastian hllkull1. Disamping itu pehlJang ters,ebut juga sangat mungkin

disalahgunakan oleh wajib pajak yang kurang bertanggungjawab.

Saudara Pimpinan dan Sidang y:ang kami muliakan.

Sekarang perkenankan kami memasuki materi undang··undang yang

diajukan dan kita bahas sekarang ini.

J. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PAJAK DAN

RETRIBUSI DAERAH.

Keterangan Pemerintah yang disampaikan pada tanggal 25 Nopember

1996 mengatakan, bahwa berbagai langkah guna men ingkatkan penerimaan

daerah perlu diteruskan dengan tetap memperhatikan dampaknya terhadap

440

Page 79: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

masyarakat dan dunia usaha. Secara nasional berbagai jenis pungutan

tersebutbelum mem berikan sum bangan yang diharapkan bagiAPBD Tingkat

I, apalagi bagi APBD Tingkat H. Beberapa pungutan" yang dilaksana-kan

Pemerintah Dalerah masih kurang seimbangjika dibandingkan antara hasil

yang diperoleh dengan biaya pemungutannya. Oleh karena itu diperlukan

psnyederhanaall dan perbaikan jenis maupun struktur perpajakan daerah,

sistem administrasi pajak dan retribusi daerah sejalan dengan sistem perpajakan nasional. Selain menyedcrhanakan berbagai pungutan daerah

yang ada Rancangan Undang-undang inijuga dimaksudkan untuk menata kembali berbagai jenis retribusi·· yang pada hakekatnya bersifat pajak.

Fraksi PDI sudah lama meJigharapkan diterbitkannya undang-undang yang secara kllmsus mengatur pajak dan retribusi daerah. Masyarakat

pengguna jasa Pemerintah Daerah, khususnya masyanikat dunia usalla

sering dibuat bingung adanya berbagai jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang tidak jelas kriterianya. Yang dirasakan oleh masyarakat ialah

bahwa setiap pelayanan yang diberikan oleh aparat Pemerintah Daerah

harus dibayar, tidak perduli apakah itu pungutall liar, iuran, rctribusi, atau pajak, tidak jelas lagi batasannya. Dalam ijallyak hal kalau kita bicara

tcntang ekonomi biaya tinggi, maka disektor ptmgutan daerah baik yang

berupa pajak daerah, retribusi daerah, maupun pungutan-pungutan lain inilah antara lain yang menjadi penyebabllya. lumlah pungutan termasuk retribusi daerah dan pajak daerah saat ini diperkirakan ribuanjenis, padahal

pungutall ini kecil prosentasenya yang masukke Kas Daerah menjadi Pendapatan Aslii Daerah.

Dalam kaitan tersebut, d1engan dibahasllya Rancangan Undang-undang

tentang Pajak dan Retribusi Daerah oleh Dewan sekarang ini, Fraksi

PDI mengharapkan akan Tahir penjelasan tentang apa saja yang menjadi

katagori pajak daerah dan apa saja juga yang msnjadi katagori retribusi daerah agar tidak saling tum pang tindih. Demikian juga ada ketegasan

441

Page 80: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

jenis pajak apa saja yang dipungut di Daerah Tingkat I dan jenis pajak apa

saja yang dipungut di Daerah Tingkat II. Demikian juga halnya dengan

pengaturan retribusi daerah ..

Fraksi PDI juga menyoroti tataeara dan mekaniswe pungutan retribusi

dan pajak daerah terse but. Adapun yang berlaku selaroa ini terkesan tidak

berpola dan di baku-kan, sehingga memungkinkan pungutan tersebut

"boeor" dan terjadi kolusi antara pemungut dan wajib pajaklretribusi.

Misalnya pemungutan terhadap Pajak PI!mbangunan I yang dalam

Raneangan Undang-undang ini disebut sebagai Pajak Hotel dan Restoran.

Pemungutannya tidak berdasarkan penghitungan dan pembayaran

pelanggan, akan tetapi sering dengan main te:inbak saja, artinya pemilik

hotel atau restoran eukup menyetor jumlah tertentu saja berkolusi dengan

pihak pemungut.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas Fraksi PDI perlu

mendapatkan penjelasan dan gambaran tentang :

442

1. Apabila penyederhanaan dan penataan kebali pungutan-pungutan

didaerah juga berarti merampingkan pungutan-pungutan di

daerah, apakah tidak akan mengurangi pendapatan asli daerah.

Dan kaJau itu terjadi bagaimana langkah-Iangkah untuk menutupi

kekurangan pendapatan yang ditimbulkan oleh penyederhanaan

dan penataan ulang pungutan-pungutan daerah tersebut.

2. Keeuali pungutan yang dilakukan oleh daerah melalui peraturan

daerah, juga terdapat pungutan-pungutan yang dilakukan oleh

DepartemenfInstansii vertikal. Misalnya Retribusi luran Air yaitu

pungutan yang dikenakan kepada petani yang menggunakanair

dari irigasi teknis. Juga pungutan k1epada perahu/kapal nelayan

yang menambat kapalnya ditepi· sungai yang dikenal dengan

Page 81: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Retribusi Tambat Labuh. Disamping itujuga ada pungutan daerah

yang sifat pajak yang dikenal dengan pajak kendaraan diatas air.

3. Pengenaan pajak terhadap pengambilan dan pemanfaatan air

bawah tanah dan air permukaan. Bagaimana pengenaan terhadap

sumur-sumur pompa yang pada umumnya dimiliki oleh rakyat

kecil karena tidak mampu berlangganan Air PAM.

4. Kiranya Pemerintah sepereepat dengan Fraksi PDI tentang

perlunya pengaturan tatacara dan mekanisme pemungutan pajak

dan retribusi daerah didalam Rancaltlgan undang-undang ini.

5. Salah satu sumber baru penerimaan daerah adalah pajak bah an

bakar kendaraan bermotor, yang dianggap cukup potensial, karena

konsumsi bahan bakar cukup besar dan setiap tahun meningkat.

Hasil pungutan pajak terse,but akan dibagikan antara Daerah

Tingkat I dan Daerah Tingkat II, dengan membangan sebagian

besar untuk Daerah Tingkat II. Dalam Penjelasan Pemerintah

bahwa penyesuaian seluruh Peraturan Daerah dengan Undang­

undang yang baru nanti memerlulkan Haktu sekitar 5 (lima)

tahun. Dan Menteri Keuangan meltlekankan bahwa pengenaan

pajak bahan bakar kendaraan bermotor belum akan diperlakukan

dalam ··vaktu dekat ini. Jib pajak yang dimaksud dianggap

sangat potensial, (llpa alasan Pemerintah untuk tidak segera

mempedakukannya. Jika Peraturan Daerah lainnya membutuhkan

penyesuaian sekitar 5 (lima) tahun, apakah ituberarti pengenaan

pajak bahan bakar kendaraan bermotor baru akan diberlakukan

setelah lewat 5 (lima) tahun pula.

6.. Pasal2 ayat (4) Rancangan Undang·-undang Pajak dan Retribusi

Daerah menyebutkan bahwa hasil penerimaan pajak bahan bakar

kendaraan bermotor diserahkan kepada Daerah Tingkat II setelah

443

Page 82: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

dikurangi 10 % (sepuluh persen) untuk Daerah Tingkat I yang

bersangkutan. Apakah dengan demikian berarti hasil penerimaan

pajak kendaraan bemlotor dan Dea Balik Nama Kendaraan

Bermotor hanya untuk Daerah Tingkat I saja dan tidak ada yang

diserahkan kepada Daerah Tingkat II.

H. RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BEA BALIK

NAMA TANAH DAN BANGUNAN.

Pemerintah menyatakan didalam keterangannya bahwa Hak atas Tanah

yang dimaksudkan dalam Rancangan Undang-undang ini adalah hak milik,

hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, dan hak milik atas satuan

rumah SUSUIl. Sedangkan batas harga atau perolehan hak dengan n ilai sampai

dengan 20 juta tidak diksnakan Bea Balik Kama Tanah dan Bangunan.

Kewajiban membayar Bea Balik Nama Tanah dan Bangunan ditanggung

oleh pembeli atau yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan. Fraksi

PDT ingin mendapatkan penjelasan tentang :

444

1.. Apabila kewajiban pembayaran bea balik nama tanah dan bangunan

dibebankan kepada pihak yang merapcroleh hak atau pembeli,

bagaimana nasib kreditor perusahan tipe kecil yang harganya

berkisar antara 20-25 juta rupiah. Golongan ini pada umumnya

adalah pegawai golongan rendalh atau masyarakat berpenghasilan

kecil. BlIkankah hal terse but akan menambah harga atau menjadikan

lebih mahal. Kiranya Pemerintah sependapat dengan Fraksi PDI

bahwa batas besaran harga diuaikan menjadi 30 juta (tiga pllillh)

juta rupiah.

2. Bagaimana pengatllmnnya bea balik nama tanah dan bangunan

terhadap pemindahan hak atas rumah-nlluah kredit yang dipindah

tangankan.

Page 83: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

3. Bagaimana sikap terhadap pungatan-pllngutan lain yang

menyangkut pemind21han hak tersebut, misalnya pologoro sebagai

peneritn21an desa, biaya saksi sebesal\" 2,5%(dua setengah persen)

dan biaya PPAT sebesar 2,5% (dua setengah persen).

4. Bagaimana sikap terhadap Pllngutan-pungutan lain akibat dari

tanah yang bel urn bersertifikat, antara lain perubahan leter E dan

biaya lIkur dari kelurahan ..

5. Pasal 21 ayat (1) mengatakan atas permohonan wajib pajak

Menteri Keuangan dapat memberikan pengurangan pajak yang

terutang Ikarena hal-hal tertentu. Minta penjelasan atas kriteria dan

keobjektipan wewenang Menteri Keuangan terse but.

6. Pada Pasal 27 ayat (3) disebutkan : "Kepala Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya yang melanggar ketentuan sebagainiana

dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) dikenakan sanksi menumt

Perkiraan Perundang··undangan yang berlaku". Harap dijelaskan

dan mengapa dibedakan dengan Pejabat Penibuat Akta Tanah,

Kepala Kantor Lelang Kegara dan Pejabat Umum lainnya.

III.RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENAGIHAN

PAJAK DENGAN SURAT PAKSA.

Tindakan penagihan pajak dengan surat paksa dilakukan apabila pajak

yang terutang sebagaimana yang tercantum clallam surat ketetapan pajak

tidak atau kurang dibayar st::telah lewat jatuh tempo pembayaran pajak

yang bersangkutan. Hal ini meneerminkan bahwa pada kenyataannya

kepatuhan masyarakat terhadap kewajiban perpajakan masih perlu

ditingkatkan. Ditagih dengan surat paksa berkonotasi bahwa wajib pajak dengan sengaja untllk tidak membayar kewajiiban pajaknya sesuai dengan

ketetapannya. Didalam Undang-undang KUP Pasal14 ayat (2) menyatakan

445

Page 84: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

bahwa surat" tagihan pajak mempunyai kekuatan hukum yang sarna

dengan surat ketetapan pajak. Sedangkan didalam Rancangan Undang­undallg ini Pasal 7 ayat (l) inenyatakan bahwa surat paksa mempunyai

kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukurn yang sarna dengan putusan

hakim yang telah mernpunyai kekuatan hukurn tetap lain dari pada itu di

dalarn undang-undang KUP Pasal 21 dinyatakan negara mempunyai hak

mendahulu untuk tagihan pajak atas barang-bararig milik penanggung

pajak. Dalam hubungannya dengan rnasalah penagihan pajak dengan surat

paksa Fraksi PDI ingin rnendapatkan penjelesan lebih Ianjut tentang hal­

hal sebagai berikut :

446

li. Bagairnana status penagihan dengan surat paksa yang rnempunyai

kekuatan eksekutorial terhadap sengketa pajak yang sedang

diproses di badan peradilan pajak.

2. Eksekusi oleh juru sita atas barang-barang rnilik penanggung

pajak yang disita sebagai pelaksanaan tagihan dengan surat paksa

sedangkan wajibpajak sudah mengajukan banding.

3. Sesuatu jenis pungutan yang dinyatakan sebagai pajak I1ll'll1pul1yai

dan kewajiban administrasi dan dampak audit. Bagaimana

mcngaudit untuk menetapkan pajak terhadap pengambilan dan

pernanfaatan air tanah dan air permukaan yang dilakukan oleh

masyarakat umum dengan pompa tangan atau sumur tangan.

4. Bagaimana melaksanakan penagihan dengan surat paksa terhadap

retribusi, sedangkan retsibusi adalah pungutan sebagai pembayaran

jasa atau pemberian izin tertentu yang diberikan oleh Pemerintah

Daerah sebagai imbalan langsung.

5. Penyanderaansebagaimana disebut pada Pasal 33 ayat (1) hanya

dapat dilaksanakan b~rdasarkan Surat Perintah Penyanderaan

Page 85: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

yang diterbitkan oleh Pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteri atau Kepala Daerah Tingkat I. Harap dijelaskan didalam

pelaksanaannya dan bagaimana koordinasinya dengan pihak-pihak/

instansi-instansi atau aparat yang berwenang atas penahanan atau

penyanderaan seseorang.

6. Apakah sekiranya Pemerintah sependapat dengan Fraksi POI bahwa penyanderaan pada hakekatnya merupakan tindakan

penahanan terhadap seseorang tanpa diikuti proses peradilan yang

ad il dan pasti menurut hukum serta bertentangan dengan peri kema­

nusiaan. Karena itu apakah Pemerintah setuju atas usul Fraksi PDI untlLlk mengha-JPuskan Pasal 33 Raneangan Undang-undang

tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Terlebih-Iebih Surat

Edaran Mahkamah Agung (S.E.M.A.) Nomor 02 Tahun 1964 telah

menghapuskan Lembaga Sandera.

7. Dalam Pasal 8 ayat (1) disebutkan Surat Paksa diterbitkan apabila

penanggung pajak tidak melunasi utang pajak sampai dengan

tanggal jatuh tempo pembayaran dankepadanya telah diterbitkan

surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.

Harap dijelaskan proses diterbitkannya surat-surat tersebut diatas dan berapa lama sampai dikeluarkan Surat Paksa.

8. Pada Pasal 14 ayat (1) butir 2 disebutkan Penyitaan dapat

dilaksanakan terhadap milik penanggung pajak berupa barang tak

bergerak termasuk tanah, bangunan, kapal dengan bobot tertentu.

Harap dijelaskan lebih lanjut mengenai kapal dengan bobot tertentu

dikatagorikan sebagai barang tak bergerak .

9. Dalam Pasal 25 ayat (3 )butir 2 disebutkan : " Barang yang dis ita sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) (ligunakan untuk membayar

utang pajak dengan eara deposito berjangka, tabungan, saldo

447

Page 86: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang disama-kan dengan

itu,. dipindah bukukan ke rekening Kas Negara atau Kas Daerah

atas permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan. Harap

penjelasan pelaksanaan di lapangan dan bagaimana kaitannya

dengan Undang-undang Pelrbantuan (Undang-undang Nomor 7

Tahun 1995).

IV. RANCANGAN VNDANG-UNDANG TENTANG BADAN

PENGADILAN PAJAK.

Sebagaimana disampaikan dalam Penjelasan Pemerintah Rancangan

Undang-undang dimaksudkan sebagai landasan hukum pembentukan

badan peradilan pajak sebagai salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman

khusus dibidang perpajakan. Badan peradilan pajak tersebut dibentuk

untuk menyelesaikan sengketa dibidang perpajakan sehubungan dengan

permohonan banding wajib pajak atas keputusan keberatan yang ditetapkan

pejabat yang berwenang atau gugatan wajib pajak terhadap pelaksanaan

peraturan perundang-undangan perpajakan dibidang penagihan Fraksi PDI

mengamati bahwa pada saat ini :

448

a. Semakin meningkat kesadaran hukum masyarakat, serta semakin

meningkat pula jumlah wajib pajak, maka potensi timbulnya

sengketa dibidang perpajakan semakin besar;

b. Majelis Pertimbangan Pajak yang selama ini menangani sengketa

pcrpajakan sudah kurang dapat mengantisipasi belrbagai perkenaan

tersebut, sehingga diperlukan peradilan khusus dibidang perpajakan

yang lebih konprehensif serta menangani volume sengketa yang

terus meningkat untuk itu dibentuknya Undang-undallg tentang

Badan Peradilan Pajak dimaksudkan agar dapat menjamin hak dan

kewajiban wajib pajak maul'un Negara sesuai dengan Undang­

undang Perpajakan yang baru.

Page 87: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Oalam hubungan dengan hal tersebut diatas, Fraksi POI mgm

mendapatkan penjelasan hal-hal sebagai berikut :

I. Sebagaimana diketahui bahwa Rancangan Undang-undang Badan

Peradilan Pajak dipersiapkan berdasarkan Pasal 13 Undang­

lIndang Nomor 14 Tahlln 1970 tentang Ketentuan-ketentuan

Pokok Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan bahwa Badan­

badan Peradilan Khusus disamping badan-badan Peradilan yang

sudah ada hanya dapat dibentllk dengan Undaag-undang. Oalam

hllbllngan ini Fraksi POI minta penegasan dari Pemerintah

apakah Badan Peradilan Pajak ini dipersiapkan sebagaimana

Undang-undang Nonor 5 Talmn 1989 tentang Peradilan Agasaa

dan Undang-undang Nomor 7 Tahun1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara. Apabila demikian, maka Badan Peradilan Pajak ini

tentunya dibawah naungau Mahkamah Agung.

2. Oalam Rancangan Undang-undang tentang Badan Peradilan Pajak

ditegaskan bahwa Putusan Sadan Peradilan Pajak merupakan

plItusan akhir dan bersifat tetap dan bukan merupakan putusan Tata

Usaha Negara, oleh karena itll terhadap putusan Badan Peradilan

Pajak tidak dapat diajukan feasasi mauplln peninjauan kembali,

kecuali demi kepentingan hukul11 laksa Agung dapat mengajukan

kasasi. Oalam hubungan ini Fraksi PDI minta penjelasan tentang

peranan laksa Agung dalam proses kasasi yang sejak semula tidak

dilibatkan dalam proses Badan Peradillan Pajak ini apakah dalam

hal ini mewakili Pemerintah atau mewakili siapa. Bagaimana

halnya dengan hak-hak yang dimiliki oleh Wajib Pajak.

3. Sejauh mana pengertian tentangPembinaan Teknis seperti yang

dinyatakan dalam PasaI3RUU.

4. Bagaimana dan kiat apa saja yang dapat menjamin terlaksananya

449

Page 88: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Pasal4 RUU yang menyatakan bahwahakim akan bebas dalam

memeriksa dan memutus sengketa di bidang perpajakan mengingat

hakim ada keterikatan dengan instansi-instansi seperti bunyi Pasal 3. yang harus dipenuhi bagi

5. Dalam Pasal 37 ayat (3) meniadakan syarat-syarat pendamping

atau yang mewakili J?ihak yang bersengketa. Harap dijelaskan bagaimana pembuktuan tentang hubungan keluarga sedarah atau semenda atau faktor-faktor yang menyebabkan dibebasleannya

pihak yang, bersangkutan dari persyaratan sebagaimana disebut

dalam ayat (2).

6. Harap dijelaskan bahwa saksi dalam sengketa tidak bolell ditunjuk sebagai penerjemah dalam sengketa tersebut seperti bunyi Pasal66 ayat (3). '

Saudara Kctua dan Sidang yang mulia,

Sebelum kami sampai pada bagian akhir dari Pemandangan Umum ini

Fraksi PDI dengan ini ingin menyampaikan beberapa pellekanan kembali terhadap substansi-substansi yang telah kami kemukakan didepan tadi.

Keempat Rancangan Undang-undang dibidang Perpajakan ini

sebagai salah satu subsistem dari sistem perekonomian nasional kita, harus secaranyata merupakan penjabaran dan aletualisi dari nilai-nilai

amanat Pancasila, UUD 1945 sertaGBHN 1993. Ini berarti apabila kelak keenpat Rancangan Undang-undang illi disahkan menjadi Undang-undang

diharapkan akan Illeningkatlankemandirian bangsa Indonesia dalam pembiayaan Pembangunan Naslonall sedang smber dana luar negeri betul­

betlll hanya sebagai pelengkap saja.

Dalam kesempatall ini Fraksi POI mengharapkan perhatian yang sungguh-sungguh dari Pemerintah atas asas keadilan, pemerataan,

450

Page 89: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

manfaat, dan kemampuan masyarakat menjadi pegangan utama dalam

menyempurnakan dan penyederhanaan sistem dan prosedur perpiijakan

melalui peningkatan mutu pelayanan dan kualitas aparat yang tercemin

dalam peningkatan kejujuran, tanggung jawab dan dedikasi serta melalui

penyempurnaan dan penyederhanaan administrasi sebagai yang diamanatkan

GGHN 1993. Sumber daya manusia hendaknya merupakan salah satu

prioritas pembangunan disektor perpajakan Untuk menempatkan tenaga­

tenaga trampil, jujur, profesional didalam mengemban tugas-nya. Kita

semua mengetahui bahwa dengandiundangkarmya keempat Rancangan

Undang-undang bidang pe:rpajakan yang dimaksud, tidaklah dengan

sendirinya berhasil dilaksanakan, jika tidak didukung aparat pelaksana

yang penuh dedurasi dan profesional disarnping adanya kesadaran dan

rasa tanggungjawab dari masyarakat sebagai perwujudan dari pengabdian

untuk pembiayaan Negara dan Pembangunan Nasional.

Agar supaya kesadaran masyarakat meinbayar pajak secara jujur dan

belianggung jawab dapat ditingkatkan, maka Pemerintah perlu terus­

menerus menyelenggaraan penyuluah pendidikan mengenai perpajakan

dengan memberi motivasi serta kepastian , baik kepada wajib Pajak maupun

aparatur pajak.

Kepada Pemerintah, rekan-rekan F-KP,F-ABRI, dan F-PP dengan

segaJa kerendahan hati kami mengajak, marilah kitamemasuki Pembicaraan

Tingkat III nanti atas keempat Rancangan Undang-undang dibidang

perpajakan ini dengan semangat danjiwa nanti mencapai mufakat.

Demikian Pemandangan Umum Fraksi PDI yang bersifat materi-materi

pokok terhadap keempat Rancangan Undang-undang yang dimakslJd,

sedangkan pendapat-pendapat kami secara rinci akan kami sampaikan

pada pembicaraan tahap-tahap berikutnya.

Akhirnya perkenankan kami mengaturkan banyak terima kasih kcpada

451

Page 90: PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN ...berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20190923...2019/09/23  · PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KARYAPEMBANGUNAN DPR-RI TERHADAP 1. RANCANGAN

Ibi-ibu, Bapak-bapak dan Saudara-saudara serta hadirin sekalian atas

perhatiannya terhadap Pemandangan Umum Fraksi PDI

Sekian dan terima kasih

MERDEKA !!!

Jakarta, 12 Desember 1996.

FRAKSI

PARTAI DEMOKRASI INDONESIA DPR-RI

Ketua, Se~kretaris,

ttd, ttd,

FATIMAH AEHMAD. SH DRS. MARKUS WAURAN

i.' '

452