pemaknaan “atsar al-sujȖd” dalam al...

79
PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL-QUR’AN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama ( S. Ag.) Oleh: Ahmad Riadi NIM. 1112034000026 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H /2017 M

Upload: vuongdien

Post on 10-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL-QUR’AN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama ( S. Ag.)

Oleh:

Ahmad Riadi

NIM. 1112034000026

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H /2017 M

Page 2: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6
Page 3: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6
Page 4: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6
Page 5: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

i

ABSTRAKSI

Ahmad Riadi “PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL-

QUR’AN”. Skripsi Strata Satu (S1) Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2017

Dalam bersujud, beberapa orang memiliki jidat yang hitam karena sering

bersujud. Hal ini tertera dalam al-Qur’an, surah al-Fath ayat 29. Walaupun begitu,

terdapat pro dan kontra mengenai maksud dari bekas sujud dalam surah al-Fath ayat 29

ini. Diantara makna tersebut adalah bekas sujud bermakna dahi yang hitam dan memiliki

wibawa, kharisma dan kekhusyukan. Penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan

bagaimana pemaknaan atsar al-sujȗd dalam al-Qur’an surat al-fath ayat 29.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian perpustakaan (library research) dan

menggunakan data dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer yang dimaksud

adalah al-Qur’an, sedangkan sumber data sekunder yaitu data yang diambil dari bahan

pustaka yang sesuai dengan pengkajian objek masalah, seperti buku, jurnal, dan

sebagainya. Penelitian ini menggunakan tekhnik analisa metode tafsir tematik atau

maudhȗ’iy.

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam

memaknai kata atsar al-sujȗd pada surat al-Fath ayat 29 ini. Perbedaan tersebut terbagi

pada empat, yaitu a) bekas sujud pada wajah yang tampak pada kening berupa jidat

hitam, b) bekas sujud pada wajah berupa ketampanan atau sinar di wajah, c) bekas sujud

berupa kewibawaan, kharisma dan sikap yang terpuji, d) bekas sujud berupa wajah

bercahaya yang dapat terlihat dihari kiamat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

perbedaan pengertian atsar al-sujȗd tersebut saling berkorelasi, sehingga bermakna

sebagai bekas hitam pada kening yang secara alami timbul karena seringnya kening

bersentuhan dengan alas sujud. Selain itu, bekas sujud ini akan terlihat dalam bentuk

wajah yang berseri dikarenakan pancaran dari ketenangan hati. Kemudian pengaruh dari

amalan yang mereka lakukan menimbulkan pengaruh pada jiwa dan sikap berupa

kerendahan hati dan sikap yang terpuji dalam berbagai hal. Dan yang terakhir, pada hari

kiamat mereka akan dibangunkan dengan wajah yang bercahaya sebagai penanda orang-

orang yang menjaga solatnya di dunia.

Kata Kunci: Pemaknaan, Atsar, Sujud

Page 6: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan alhamdulillȃhi rabb al-amȋn sebagai bentuk rasa

syukur penulis kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat, hidayah serta mauanahnya

yang telah memberikan kekuatan jasmani, rohani, taufik, rahmat dan hidayahNya,

serta kemudahan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan

dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses perjalanan punlisan skripsi ini tentu

banyak hal yang menyebabkaan kegalauan dan kegundahan yang dialami oleh

penulis. Hal ini karena banyak faktor, antara lain: Desakan dari keluarga agar

mempercepat menyelesaikan segala tugas yang menjadi syarat wisuda, penulis paham

betul maksud mereka. Melihat teman-teman yang sudah selesai lebih awal juga

menjadi salah satu sebab kegelisahan penulis, sehingga penulis harus segera

menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat berbingkiskan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW, Rasul penutup para nabi, serta doa untuk keluarga,

sahabat, dan para pengikutnya diakhir zaman.

Skripsi ini merupakan satu diantara tugas yang harus diselesaikan dalam

rangka mendapatkan gelar Sarjana Agama Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

jurusan Tafsir Hadits Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Judul skripsi ini adalah “Pemaknaan “Atsar as-Sujud” dalam al-Qur’an”,

penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka sangat

Page 7: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

iii

memerlukan perbaikan. Oleh karena itu penulis membuka lebar-lebar kritikan dan

saran yang bersifat konstruktif.

Penulis menyadari sepenuhnya, karya ini bisa terwujud karna hasil karya

seorang diri, namum tidak lain berkat dukungan moril dan materil yang telah rela

meluangkan waktu disela-sela kesibukanya. Untuk itu dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Dede Rosyada, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

beserta seluruh jajaranya.

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA, dan Dra. Banun Binaningrum M. Pd, selaku

Ketua dan Sekertaris Jurusan Tafsir Hadits

4. Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA, dosen Pembimbing penulis, serta guru

kehidupan penulis yang telah memberikan ilmunya, pengalaman serta

pengarahan kepada penulis.

5. Dr. Eva Nugraha, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik penulis yang

dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas.

6. Kepada kedua orang tua penulis, yang dengan kesabaran dan keresahannya

memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Tak

lupa kepada kakakku dan adekku yang selalu berbagi canda tawa baik suka

maupun duka.

Page 8: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

iv

7. Seluruh dosen fakultas Ushuluddin yang telah memberikan dedikasinya dalan

mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman serta pengarahan kepada

penulis dan telah memberikan warna pengetahuan bagi penulis selama jadi

mahasiswa.

8. Kakak tersayangku Nur Habibah Nasution dan adik tercinta Akmaluddin

Nasution yang tidak pernah bosan memberikan nasehat kepada penulis, dan

kakak selalu memberikan masukan nasehat materi maupun non materi dari

awal kuliah hingga akhir perkulihan.

9. Sahabat-sahabatku, Tafsir Hadis Angkatan 2012; Muhammad Yusuf nasution,

Harry Putra Z, Hilmi pirdausi, Ali Muharram, Hilda, Lili, Dewi, marhamah,

Meri, Mona, Ridwan, Khomari, Fajarruddin, dan lain-lain, yang senantiasa

memotivasi sekaligus memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi ini, serta teman-teman yang telah menemani penulis dalam suka dan

duka dalam mengarungi dinamika kehidupan kampus. Terima kasih atas

segala warna yang kalian berikan.

10. Adik-Adik penulis KMSU (Komunitas Mahasiswa Sumatera Utara) Deo

Harahap, Nangar Tanjung, Dedi Siregar, Budi, Saipul Saleh Nasution, Agung

Putrawan Nasution, Muhammad Anwar Lubis, Muhammad Yusuf Nasution,

Idam, Putri Harahap, Indah Harahap, Rihana Piliang dan lain-lain yang tak

bisa penulis sebutklan namanya satu persatu.

11. Teman- temanku seperjuangan fendi Arifin, Agung Putrawan Nasution,

Muhammad Anwar Lubis, Sarkowi, Sarkoni, Fahri Lubis, Edlin Nasution,

Page 9: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

v

Sakti Mantraguna Lubis, dan lain-lain yang telah banyak membantu secara

moral maupun materi dan tiada hentinya dalam mensupport penulis dalam

menyusun skripsi ini.

12. Keluarga Besar BangAnda Panden SH, yang selalu memberikan pencerahan

dan sekaligus telah banyak mengajarkan arti dari sebuah kehidupan.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas

segala bentuk kontribusi yang diberikan kepada penulis, semoga amal baik

kalian mendapat balasan dari Yang Maha Sempurna.

Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari

masih ada kekurangan dalam pelaksanaan skripsi ini. Untuk itu, penulis menerima

segala saran dan kritikan demi perbaikan dan kemajuan penelitian dimasa mendatang.

Terima kasih.

Ciputat, 7 Juli 2017

Ahmad Riadi

Page 10: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada buku

pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik Program

Strata 1 tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

a. PadananAksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

tidakdilambangkan ا

B be ب

T te ت

Ts tedanes ث

J je ج

H hadengangaris di bawah ح

Kh kadan ha خ

D de د

Dz de danzet ذ

R er ر

Z zet ز

S es س

Sy esdan ye ش

S esdengangaris di bawah ص

D de dengangaris di bawah ض

T tedengangaris di bawah ط

Z zetdengangaris di bawah ظ

komaterbalik di atashadapkanan ´ ع

Gh gedan ha غ

F ef ف

Page 11: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

vii

Q ki ق

K ka ك

L el ل

M em م

N en ن

W we و

H ha ه

apostrof ء

Y ye ي

b. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal dalam bahasa Indonesia, terdiri

dari vocal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk

vocal tunggal, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai berikut:

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

A fathah

I kasrah

U dammah

Ada pun untuk vokal rangkap, ketentuan alihaksaranya adalah sebagai

berikut:

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

Page 12: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

viii

ي Ai a dan i

و Au a dan u

VokalPanjang

Ketentuan alihaksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

â a dengantopi di atas ى ا

î i dengantopi di atas ى ي

û u dengantopi di atas ىو

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadi hurup /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah

maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-diwân bukan ad-

diwân.

Syaddah(Tasydîd)

Syaddah atau tasydîd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ), dalam alihaksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberitanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

Page 13: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

ix

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata رورة tidak الض

ditulis ad-darûrah melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.

Ta Marbûtah

Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jikam ta marbûtah tersebut di

ikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah

tersebut di ikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No TandaVokal Latin Keterangan

tarîqah طريقة 1

al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah اجلامعة اإلسالمية 2

Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3

Huruf Kapital

Meski pun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alihaksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara

lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri

Page 14: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

x

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî

bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindibukan Al-Kindi).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan

dalam alihaksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic)

atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak

miring, maka demikian halnya dalam alihaksaranya. Demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal

dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar

katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,

tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-

Rânirî.

Page 15: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

xi

DAFTAR ISI

Abstrak ........................................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................................ ii

Pedoman Transliterasi ................................................................................................ vi

Daftar Isi..................................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ........................................................ 6

1. Identifikasi Masalah ......................................................................... 6

2. Rumusan Masalah ............................................................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 6

1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

2. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 7

E. Metode Penelitian................................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan............................................................................ 11

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG ATSAR DAN SUJUD

A. Makna Atsar .......................................................................................... 13

1. Pengertian Atsar .............................................................................. 13

2. Kata Atsar dalam al-Qur’an ............................................................ 14

3. Ragam makna kata Atsar ................................................................ 23

Page 16: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

xii

B. Makna Sujud.......................................................................................... 24

1. Pengertian Sujud.............................................................................. 24

2. Kata Sujud dalam al-Qur’an ............................................................ 26

3. Ragam makna kata Sujud ................................................................ 31

4. Keabsahan Sujud ............................................................................. 32

5. Fungsi Sujud .................................................................................... 34

BAB III: PEMAKNAAN ATSAR SUJUD MENURUT TAFSIR DAN HADIS

A. Atsar Al-Sujud Dalam Tafsir Dan Hadis ............................................... 39

B. Pemaknaan Terhadap Atsar Al-Sujud.................................................... 52

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 56

B. Saran-Saran ........................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam al-Quran, penciptaan manusia bertujuan untuk beribadah kepada Allah.

Tujuan diperintahkannya manusia untuk beribadah adalah agar manusia terhindar dari

sesuatu yang dapat merugikan dirinya di dunia maupun di akhirat.1

Hal ini sesuai dengan bunyi surat al-Dzariat ayat 56, yaitu:

Artinya: aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka

semata-mata beribadah kepada-Ku.( Az-Zariyat: 56).2

Adapun ibadah pada hakekatnya adalah sikap tunduk semata-mata untuk

mengagungkan zat yang disembah. Dalam ibadah, seorang hamba dituntut untuk

berusaha mengikuti hukum-hukum dan aturan-aturan Allah dalam menjalankan

kehidupan yang sesuai dengan perintah-Nya, mulai akil baligh sampai meninggal

1 M. Mutawalli asy sya‟rawi, Anda Bertanya Islam Menjawab (Jakarta: Gema Insani

Press, 1999), hal. 23.

2 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar), h. 523.

Page 18: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

2

dunia. Indikasi ibadah adalah kesetiaan, kepatuhan dan penghormatan serta

penghargaan kepada allah tanpa ada batas waktu.3

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi kepada dua jenis. Pertama

adalah ibadah mahdloh yaitu ibadah khusus yang telah ditetapkan Allah tingkat, tata

cara dan rinciannya. Adapun jenis ibadah ini seperti wudhu, mandi hadats, puasa,

haji, dll. Yang kedua adalah ibadah ghairu mahdloh atau ibadah umum yang semua

amalannya diizinkan oleh Allah SWT dan tidak ada pola khusus dalam

pelaksanaannya. Adapun jenis ibadah ini adalah seperti belajar, dzikir, tolong

menolong, dan lain-lain.4

Dari sekian banyak macam ibadah, shalat mempunyai keistimewaan

tersendiri. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menjadikan shalat sebagai tiang

agama. Dimana ibadah shalat diposisikan menjadi ibadah yang sangat penting, karena

agama tidak akan berdiri tegak kecuali dengan menjalankan ibadah shalat. Yang lebih

penting lagi shalat merupakan ibadah seorang hamba Allah yang pertama kali akan

dihisab pada hari kiamat nanti. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang berbunyi:

3 Muhaimin, Tadjab, Abd. Mudjib. Dimensi-dimensi study islam (Surabaya, Karya

Abditama,1994), hal. 256.

4 Muhammad alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006), hal. 144.

Page 19: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

3

عت رسول اللو صلى اللو عليو وسلم ي قول : ) إن أول العبد ما ياسب بو عن أب ىري رة رضي اهلل عنو قال : س

)رواه الرتمذي( ي وم القيامة من عملو صلتو فإن صلحت ف قد أف لح وأنح وإن فسدت ف قد خاب وخسر

Artinya: “Sesungguhnya amal (manusia) yang pertama kali dihisab pada hari

kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka ia beruntung; dan kalau jelek maka

ia gagal dan akan merugi. “(H.R. at-Tirmidzi) .5

Ibadah shalat adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan Allah. Dengan

shalat tersebut, manusia mendapat ketaqwaan dan ketenangan. Bahkan dengan

ibadah shalat, manusia dapat terhindar dari perbuatan atau prilaku yang tidak baik

(buruk).6

Pelaksannaan Shalat terdiri dari beberapa gerakan, salah satunya adalah sujud.

Adapun sujud di sini adalah simbol tunduk atau patuh. Hal ini tercermin dalam

gerakan sujud yaitu meletakkan kening di lantai (tanah). Dalam sujud posisi kepala

orang yang bersujud itu direndahkan serendah kaki menapak. Hal ini menunjukkan

bahwa sujud adalah bentuk ketundukkan tertinggi seorang hamba terhadap tuhannya.7

Dalam bersujud, beberapa orang memiliki jidat yang hitam karena sering

bersujud. Hal ini tertera dalam al-Qur‟an, surah al-Fath ayat 29, yaitu:

5 Muhammad Jihad Akbar, mukjizat ibadah fajar (Jakarta: alifbata, 2007), hal. 24.

6 Abdullah Gymnastir, Sholat Best Of the Best (Bandung, Senibudaya Sejahtera

OFFset, 2005), h.8

7 Sagiran, Mukjizat Gerakan Sholat (Jakarta, Qultum Media, 2012), h. 55-57

Page 20: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

4

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama

dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama

mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-

Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah

sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti

tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu

menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati

orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan

kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara

mereka ampunan dan pahala yang besar. (al-Fath: 29)8

Walupun begitu, terdapat pro dan kontra mengenai maksud dari bekas sujud

dalam surah al-Fath ayat 29 ini. Bekas sujud berupa dahi yang hitam biasanya sering

diidentikkan dengan kaum khawarij. Hal ini dibenarkan oleh Ibnu Abbas,

sebagaimana dikutip dari al-Hafidz Ibnu Hajar, dalam kitab Fath al-Bari syarah Hadis

al-Bukhari.

رج قال فأتيتهم فدخلت على قوم لم أر اني في قصة مناظرتو للخوالطبرابن عباس عند ث اوفي حدي لسجودامعلمة من آثار إلبل ووجوىهم امنهم أيديهم كأنها ثفن ا جتهاداأشد

8 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar), hal. 515.

Page 21: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

5

Dalam riwayat Ibnu Abbas tentang kisah perdebatan beliau dengan

Khawarij, beliau berkata: "Aku datangi mereka, aku masuki suatu kaum yang tak

kulihat orang yang lebih bersungguh-sungguh di banding mereka, tangannya sekeras

onta, wajahnya ada tanda bekas-bekas sujud"9

Adapun al-Biqa‟i, kata atsar al-sujȗd pada ayat di atas adalah tidak dipahami

dalam arti bekas yang terlihat di dahi seseorang yang boleh jadi merupakan akibat

seringnya dahi tersebut bersentuhan dengan benda keras. Muhammad Quraish

Shihab juga mengutip pendapat al-Biqa‟i bahwa yang dimaksud dengan atsar al-

sujȗd adalah memiliki wibawa, kharisma dan kekhusyukan.10

Berdasarkan perbedaan pemaknaan kata atsar sujud dalam al-Quran surat al-

Fath ayat 29 ini dan fenomena yang ada di dalam masyarakat, mengantarkan penulis

untuk meneliti lebih lanjut masalah ini. Dalam skripsi ini menulis mengangkat judul

“PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL-QUR’AN”

9 Al-Imam al-Hafids Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari syarah Hadis al-Bukhari

(Jakarta : Pustka Azzam, 2009), jilid 4, hal. 621.

10 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian al-

Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol XIII, h. 217.

Page 22: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

6

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sebagaimana penjelasan diatas, bahwa fokus penelitian ini adalah

pada pemaknaan atsar al-sujȗd dalam al-Qur‟an surat al-Fath ayat 29. Yaitu

bagaimana pandangan tafsir terhadap atsar al-sujȗd.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah

yang dibahas dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pemaknaan atsar al-

sujȗd dalam al-Qur’an surat al-Fath ayat 29?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam pemabahasan ini tentu tidak terlepas dari tujuan dan manfaat

yang hendak dicapai. Maka adapun tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penafsiran ulama terhadap kata atsar al-sujȗd

yang terdapat dalam al-Qur‟an.

2. Untuk mengetahui kata atsar yang mengandung hikmah-hikmah

yang terdapat dalam al-Qur‟an

Di samping itu, untuk memperbanyak literatur dalam perpustakaan

dan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan ilmu.

Sedangkan manfaatnya adalah sebagai berikut :

Page 23: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

7

1. Penelitian ini berharapkan dapat memberikan masukan yang

berarti bagi masyarakat luas maupun masyarakat akademis dalam

memahami kata atsar al-sujȗd dalam al-Qur‟an.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi

penelitian yang mendatang khususnya yang berkaitan dengan kata

atsar dan sujud dalam al-Qur‟an.

3. Menambah ilmu dan wawasan pada generasi muda tentang

bagaimana penafsiran ulama terhadap kata atsar al-sujȗd yang

terdapat dalam al-Qur‟an.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam mencari tulisan atau karya yang membahas tentang (Suatu Studi

Tafsir Tematik) pada langkah pertama ini penulis menemukan karya atau

tulisan yang membahas tentang “Atsar al-Sujȗd” dalam al-Qur’an.

Page 24: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

8

1. Psikoterapi Shalat : Fungsi Shalat dalam Klinik Pengobatan

Garam Arang Sidoarjo, karya Nurul Choiriyah. Surabaya : Uin

Sunan Ampel, 2015. Skripsinya ini menjelaskan bahwa atsar as-

sujud adalah cahaya dari wajahnnya semakin terpancar dan Allah

akan menjauhkan api neraka dari wajahnya.11

2. Makna Spiritual Shalat (29): Hakikat Atsar Sujud, karya Prof Dr

Nasaruddin Umar. Jakarta, 2017. Isinya menjelaskan makna

hakikat dan spiritual sujud yang mencapai puncak kedekatan diri

dengan Tuhan melalui penyerahan diri secara total sepenuhnya

kepada-Nya.12

11

Nurul Choiriyah, “Psikoterapi Shalat : Fungsi Shalat dalam Klinik Pengobatan

Garam Arang Sidoarjo,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel Surabaya, 2015), h. 32.

12Prof Dr Nasaruddin Umar,” Makna Spiritual Shalat (29): Hakikat Atsar Sujud,”

diakses pada 4 april 2017 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-

jumat/16/04/01/o4y94614-makna-spiritual-shalat-29-hakikat-atsar-sujud.

Page 25: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

9

3. Guruku orang-orang dari pesantren, karya KH.Saifuddin Zuhri.

Yogyakarta, 1974. Buku ini menjelaskan bahwa atsar al-sujȗd itu

pertanda orang mempunyai bekas banyak bersembahyang karena

putih bersih dan jernih wajahnya.13

4. Getaran Allah di Padang Arafah , karya K.H Abdullah

Gymnastiar, 2010. Ini menjelaskan orang dikeningnya berbekas

dengan bekas sujud hanya bisa menangis sepanjang hayatnya

untuk bisa dijamu oleh Allah.14

Pembahasan tulisan di atas menjelaskan beberapa tentang atsar as-

sujud, tapi penelitian terhadap ragam makna atsar sujud sendiri tidak begitu

mendalam. Adapun yang membedakan serta membuat skripsi ini layak

diangkat yaitu skripsi ini mencoba menjelaskan atau mengetahui lebih dalam

bagaimana pemahaman ulama tentang pemaknaan atsar as-sujud.

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian perpustakaan (library

research), maka penulis akan mengumpulkan dan mencari data serta sumber

rujukan lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan bantu referensi

penyelesaian skiripsi ini.

13

KH.Saifuddin Zuhri, Guruku orang-orang dari pesantren (yoqyakarta : pustaka

sastra, 1974) h. 12.

14K.H Abdullah Gymnastiar,” Getaran Allah di Padang Arafah,” diakses pada 4 april

2017 dari https://joko1234.wordpress.com/page/4/

Page 26: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

10

Dalam usaha menemukan jawaban terhadap permasalahan, penulis

mengumpulkan data dari sumber-sumber primer dan sekunder. Sumber

primer yang dimaksud adalah al-Qur‟an itu sendiri yang secara signifikan

membahas ayat-ayat tentang atsar dan sujud kemudian melangkah melihat

kamus al-Qur‟an seperti eksiklopedia al-Qur’an oleh Quraish Shihab dkk, al-

Mu’jam al-Mufahrash li Alfaz al-Qur’an al-Karȋm oleh Muhammad Fu‟ad

„Abd al-Baqi‟, Lisan al-Arabiy oleh Ibn Manzur. Disamping itu juga

menggunakan sumber data sekunder, yaitu data yang diambil dari bahan

pustaka yang sesuai dengan pengkajian objek masalah, seperti buku, jurnal,

dan sebagainya.

Sedangkan dalam menganalisa data penulisan memakai metode tafsir

tematik atau maudhu’iy15

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menetapkan tema masalah yang akan dibahas.

2. Menghimpun ayat-ayat yang relevan dengan tema.

3. Memahami kolerasi ayat-ayat tersebut (munasabah) dalam suratnya

masing-masing

4. Menyusun pembahasan dalam rangka yang sempurna (out line)

5. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan

pembahasan

15

Abd al-Hayy al-Farmawiy, Metode Tafsir Maudhu’iy Suatu Pengantar, Judul asli:

al-Bidayah fi al-Tasirr al-Maudhu’i: Dirasah Manhajiah Maudhu’iyah, (Jakarta: LSIK,

1996), h. 45-46.

Page 27: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

11

6. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan

menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai makna yang sama, atau

mengkompromikan antara ragam penafsiran para ulama atau yang pada

lahirnya bertentangan sehingga semuanya dalam satu suara tanpa

perbedaan dan paksaan.

Untuk teknik penulisan karya ilmiah dan pedoman (transliterasi) Arab-

Latin, penulis berpedoman pada teknik penulisan karya ilmian dan pedoman

tarnsliterasi yang merujuk pada buku Pedoman Akademik Program Strata 1

tahun 2013-2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai sistematika

penulisan ini (pembahasan) skripsi ini, maka penulis mengemukakan

sistematika penyajian sebagai berikut:

BAB I : Berisikan pembahasan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul,

tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian, serta

sistematika penulisan.

BABII : Berbicara mengenai makna atsar, pengertian atsar, kata atsar dalam

al-Qur‟an, makna sujud, pengertian sujud, keabsahan sujud,

macam-macam sujud dan kata sujud dalam al-Qur‟an.

Page 28: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

12

BAB III : Berbicara mengenai analisis tafsir dan hadis terhadap pemaknaan

atsar al-sujȗd dalam al-Qur‟an.

BAB IV : Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan beberapa

saran yang berkenaan dengan pembahasan di dalam karya tulis

(skripsi) ini.

Page 29: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

13

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ATSAR DAN SUJUD

1. Pengertian Atsar

a) Pengertian Atsar Secara Etimologi:

Secara Bahasa kata Atsar memiliki beberapa pengertian. Dalam kitab

Mu‟jam al-Ta‟rifât disebutkan setidaknya tiga arti kata Atsar. Pertama, kata

Atsar berarti al-Natîjah yang berarti kesimpulan dari suatu rumusan. Kedua,

kata Atsar yang berarti al-„Alâmah yang berarti tanda atau alamat. Ketiga,

Atsar yang memiliki arti sebagai al-Juz‟u atau bagian.1 Adapun dalam kamus

al-almunawwir Arab-Indonesia terlengkap, dijelaskan bahwa atsar adalah

sunah atau jejak-jejak nabi Muhammad yang biasa dikenal dengan sebutan

hadis.2

b) Pengertian Atsar Secara Terminologi:

Menurut Ibnu Faris seperti yang dikuti oleh M. Quraish Shihab kata

Atsar mulanya mempunyai tiga pengertian. Pertama, „taqdimusy-syai‟

(mengutamakan atau memilih sesuatu), dengan arti memutuskan mengambil

sesuatu dari beberapa pilihan yang ada. Mengambil salah satu dari sekian

1 Ali bin Muhammad al-Sayyid al-Syarif al-Jurjani, Mu‟jam al-Ta‟rifât (Dar al-

Fadhilah, 2012), Cet. II, hal. 11.

2 A. Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002), Cet. Ke-25.hal. 6-7.

Page 30: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

14

banyak pilihan disini harus berdasarkan pertimbangan yang matang terlebih

dahulu, dan hasilnya disebut pilihan.

Kedua, Atsar berarti „bekas-bekas peninggalan lama‟. Bekas-bekas

yang dimaksud adalah dapat membuktikan bahwa dahulu pernah ada

pemiliknya. Misalnya bekas-bekas rumah disebut „Atsarul-bait‟, karena ia

dapat membuktikan bahwa dahulu pernah ada rumah tersebut. Demikian juga

„Atsaruth thariq‟, diartikan sebagai bekas-bekas jalan karena bekas itu

membuktikan bahwa di situ pernah ada orang lewat.

Ketiga, atsar berarti „berita yang disampaikan‟. Hadis nabi

Muhammad juga dapat disebut sebagi atsar sebab Hadits Nabi saw juga

merupakan berita yang disampaikan kepada orang lain.3 Dengan demikian

Atsar adalah penyebutan lain dari hadis.

Adapun menurut penulis dalam kata atsar sujud, kata atsar disini lebih

condong ke pengertian kedua yaitu bermakna bekas atau bukti.

2. Kata Atsar dalam al-Quran

Ada banyak penggunaan kata Atsar dalam al-Quran. Dalam kitab al-

Mu‟jam al-Mufahrash li Alfaz al-Qur‟an al-Karim karangan Muhammad

Fu‟ad „Abd al-Baqi dijelaskan kata Atsar dengan berbagai bentuknya terulang

3 M. Quraish Shihab, ENSIKLOPEDIA AL-QUR‟AN: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Cet. I, hal. 106.

Page 31: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

15

sebanyak 21 kali, 17 antaranya yang turun di Mekkah dan 4 yang turun di

Madinah4.

Dalam al-Qur‟an, kata atsar bisa ditemukan dalam dua bentuk, yaitu

bentuk isim dan fi‟il. Kategori isim ditemukan sebanyak 15 kali dan yang

masuk ke dalam kategori fi‟il ditemukan sebanyak 6 kali. Yaitu sebagai

berikut:

فعل اسم

o

69 طه

o

96 الفتح

o

طه

o

05 الروم

o

12 غافر

o المدثر

o النازعات

o

يوسف

o األعلى

o

29 طه

o

4 Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi‟, al-Mu‟jam al-Mufahrash li Alfaz al-Qur‟an al-

Karim (Qohirah: Dar-al-Kutub Misriah, 1364 H), h. 15-16.

Page 32: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

16

o

غافر

o

64 المائده

o

الكهف

o

يس

o الصافات

o

الزخرف

o

الزخرف

o

92 الحديد

o

الكهف

o

ألحفافا

6 الحشر

Page 33: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

17

Kalimat isim dari kata atsar ada dua yaitu tunggal dan jama‟. Adapun

kata Atsar di dalam bentuk tunggal hanya disebut empat kali dalam al-Qur‟an,

yaitu pada QS. Thaha [20]: 74 dan 96, QS. Al-Fath [48]: 29, dan QS. Al-

Ahqaf [46]: 4. Seperti QS. Thaha [20]: 74 dan 96 sekaligus penjelasannya:

Artinya: Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka

tidak mengetahuinya, Maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku

melemparkannya, dan Demikianlah nafsuku membujukku".5

Yang dimaksud dengan jejak Rasul di sini ialah ajaran-ajarannya.

menurut faham ini Samiri mengambil sebahagian dari ajaran-ajaran Musa

kemudian dilemparkannya ajaran-ajaran itu sehingga Dia menjadi sesat.

menurut sebahagian ahli tafsir yang dimaksud dengan jejak Rasul ialah jejak

telapak kuda Jibril a.s. artinya Samiri mengambil segumpal tanah dari jejak

itu lalu dilemparkannya ke dalam logam yang sedang dihancurkan sehingga

logam itu berbentuk anak sapi yang mengeluarkan suara.6

5 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 318.

6 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 318.

Page 34: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

18

Artinya: berkata, Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan

aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha

(kepadaku)".7

Bahwa perkataan Musa dalam ayat ini memiliki maksud bahwa

mereka itu dekat dan aku tidak mendahului mereka kecuali hanya sedikit saja,

sehingga hal seperti itu akan dapat dimaklumi. Dengan demikian, aku seolah-

olah tidak mendahului mereka, juga tidak lebih cepat daripada mereka, sebab

jarak antara aku dan mereka adalah dekat.8

Adapun kata Atsar di dalam bentuk jama‟ hanya disebut sebelas kali

dalam al-Qur‟an, yaitu pada QS. Al-Ma‟idah [5]: 46, QS. Al-Kahfi [18]: 6 dan

64, QS. Yasin [36]: 12, QS. Ash-Shaffat [37]: 70, QS. Ghafir [40]: 21 dan 82,

QS. Az-Zukhruf [43]: 22 dan 23, QS. Al-Hadid [57]: 27, dan QS. Ar-Rum

[30]: 509. Seperti QS. Ghafir [40]: 21 dan QS. Al-Kahfi [18]: 6 sekaligus

penjelasannya:

7 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 317.

8 Syaikh Asy-Syanqithi, Tafsir Adhwa‟ Al-Bayan fi Idhah Al-Qur‟an bi Al-Qur‟an

(Jakarta: Pustaka Azzam,2007), Jilid 4, hal. 913.

9 M. Quraish Shihab, ENSIKLOPEDIA AL-QUR‟AN: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Cet. I, hal. 106.

Page 35: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

19

Artinya: Dan Apakah mereka tidak Mengadakan perjalanan di muka

bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum

mereka. mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan

(lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, Maka Allah mengazab

mereka disebabkan dosa-dosa mereka. dan mereka tidak mempunyai seorang

pelindung dari azab Allah.10

Maksud dari “bekas-bekas mereka di muka bumi” adalah memberikan

arti bahwa terdiri berbagai bangunan, alat perlengkapan, benteng-benteng,

istana-istana, dan tanaman. Kekuatan bekas (peninggalan) membuktikan

kekuatan para pelakunya dan menunjukkan bahwa mereka menikmatinya.11

Artinya: Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu

karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak

beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).12

Kata Atsarihim terambil dari kata Atsar yang berarti bekas-bekas kaki

yang terlihat di pasir akibat perjalanan. Kata ini juga berarti peninggalan yang

tidak berharga yang segaja diabaikan oleh seorang musafir. Redaksi ayat ini

menjelaskan bahwa “Boleh jadi engkau membunuh dirimu sendiri karena

keengganan mereka berpaling melihat kepadamu, serupa dengan keengganan

seseorang yang sedang berjalan ke depan dan enggan berpaling melihat bekas-

10

Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 469.

11 Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, Tafsir Al-Qur‟an (Jakarta : Darul Haq,

2013), Cet. III, Jilid, 7, hal, 297-298.

12 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 294.

Page 36: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

20

bekas kakinya di pasir”. Makna ini merupakan tamsil terhadap keadaan kaum

musyrikin yang menolak tuntunan al-Qur‟an, bahkan melecehkannya

bagaikan barang-barang yang sengaja ditinggal.13

Redaksi di atas bisa juga dipahamai sebagai tamsil keadaan Rasul saw.

yang sangat bersedih akibat penolakan kaumnya. Rasul saw. diibaratkan

seorang yang terpaksa meninggalkan keluarga dan kampung halamannya.

Beliau melihat mereka dan bersedih karena perpisahan itu. Ayat ini

membimbing beliau agar jangan bersedih karena yang ditinggal adalah Atsar

yakni barang-barang yang tidak berharga lagi, yang memang mestinya

ditinggal dengan sengaja, seperti sang musafir yang meninggalkan barang-

barangnya yang remeh. Tentu saja, jika makna ini yang diterima, maka dapat

pula dikatakan bahwa ayat ini turun setelah Rasul saw. berkali-kali mengajak

kaumnya untuk beriman, namun mereka tetap menolak.14

Sedangkan kalimat fi‟il dari kata Atsar ada dua madi, mudarik dan

pasif. Adapun kata Atsar di dalam bentuk madi hanya disebut dua kali dalam

al-Qur‟an, yaitu pada An-Nazi‟at [79]: 38, dan QS. Yusuf [12]: 91. Seperti

QS. Yusuf [12]: 91 sekaligus penjelasannya:

13

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an

(Jakarta: Lentera hati, 2002), Cet. I, hal. 10.

14 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an

(Jakarta: Lentera hati, 2002), Cet. I, hal. 10-11.

Page 37: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

21

Artinya: Mereka berkata: "Demi Allah, Sesungguhnya Allah telah

melebihkan kamu atas Kami, dan Sesungguhnya Kami adalah orang-orang

yang bersalah (berdosa)".15

Dalam ayat ini kata Atsar adalah pengakuan terhadap kesalahan dan

dosa, dan pernyataan tentang keutamaan yang diberikan Allah kepada Yusuf

di atas mereka berupa kearifan, ketakwaan, dan kebajikan. Dalam ayat ini

menceritakan bahwa Yusuf membalas dosa dan kesalahan dengan memaafkan

dan segera menyingkirkan kondisi yang canggung. Itulah karakter seorang

yang mulia. Yusuf berhasil dalam ujian nikmat, sebagaimana ia telah sukses

sebelumnya dalam ujian kesusahan.16

Adapun kata Atsar di dalam bentuk mudarik hanya disebut tiga kali

dalam al-Qur‟an, yaitu pada QS. Al-Hasyr [59]: 9, QS. Al-A‟la [87]: 16, dan

QS. Thaha [20]:72. Seperti QS. Al-A‟la [87]: 16 sekaligus penjelasannya:

Artinya: Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan

duniawi.17

15

Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 246.

16 Sayyid Quthb, Tafsir Fi-zhilalil Qur‟an: Di Bawah Naungan al-Qur‟an (Jakarta:

Robbani Press, 2008), Cet. I, Jilid 7, hal. 512-513. 17

Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 592.

Page 38: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

22

Ayat ini menjelaskan orang-orang kafir lebih mengedepankan dunia

daripada kehidupan akhirat dan mereka lebih memilih kenikmatannya yang

Iusuh dan kotor serta fana melebihi akhirat. Adapun orang Mukmin yang

berakal tidak akan memilih sesuatu yang lebih jelek dari sesuatu yang lebih

baik dan tidak menukar kenikmatan sesaat dengan kenikmatan abadi. Karena

itu, cinta terhadap dunia dan lebih dikedepankan melebihi akhirat merupakan

induk segala kesalahan.18

Adapun kata Atsar di dalam bentuk pasif hanya disebut satu kali

dalam al-Qur‟an, yaitu pada QS. Al-Muddatstsir [74]: 24. Seperti:

Artinya: Lalu Dia berkata: "(Al Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu).19

Para mufasir mengartikan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah

mengenai Walid bin Mugirah, seorang kaya raya yang gila mewah, seorang

musyrik yang sudah mendarah daging memusuhi Rasulululah saw. dari

pertama kali Islam disiarkan, dia dan Abu Jahl berusaha mati-matian hendak

menista dan menganiaya Nabi, hendak merendahkan ajarannya, dan

menganiaya orang-orang yang beriman. Namun pemaknaan ayat tersebut juga

18

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, Tafsir Al-Qur‟an (Jakarta : Darul Haq,

2013), Cet. III, Jilid, 7, hal, 515.

19 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 576.

Page 39: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

23

memiliki arti yang lebih luas. Ada sekian banyak Walid sepanjang zaman.

Mereka tak dapat memahami wahyu ilahi, dan berusaha hendak menguraikan

pengaruhnya yang luar biasa dalam kehidupan manusia itu dengan rumus-

rumus yang kosong seperti “sihir” itu. Harapan mereka yang tak kunjung

habis hanyalah angan-angan manusia.20

3. Ragam Makna Kata Atsar

Dari beberapa ayat yang menyebut kata Atsar dan yang seasal

dengan itu, dapat dipahami bahwa Al-Qur‟an menggunakan kata

tersebut dalam tiga arti. Pertama, untuk arti „keutamaan‟ atau

„pilihan‟ dapat dilihata di dalam QS. Yusuf [12]: 91, yang

menggunakan kata Atsar untuk menggambarkan kelebihan dan

keutamaan yang diberikan Allah kepada Yusuf berupa ketampanan,

keimanan, kejujuran, dan sebagainya. Kemudian dalam QS. Al-A‟la

[87]: 16, menggunakannya muntuk menggambarkan sikap orang

musyrik yang mengutamakan kehidupan dunia.

Kedua, untuk arti „bekas‟ atau „jejak‟ yang membuktikan

bahwa sesuatu yang meninggalkan bekas itu pernah ada, misalnya,

QS. Ghafir [40]: 21, yang menggambarkan bekas-bekas orang

20

Abullah Yusuf Ali, tafsir Yusuf Ali; Teks, Terjemahan, dan Tafsir (Jakarta:

Pustaka Litera Nusa, 2009), Cet. 3, Jilid 2, hal. 1554.

Page 40: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

24

terdahulu, berupa bangunan, perlengkapan, benteng-benteng

pertahanan, istana, dan sebagainya.

Ketiga, untuk arti „menyampaikan sesuatu‟ ditemukan,

misalnya di dalam QS. Al-Muddatstsir [74]: 24, yang menggambarkan

penyampaian sihir orang-orang dahulu kepada Nabi Muhammad.21

A. Tinjauan Umum tentang Sujud

1. Pengertian Sujud

Secara Etimologi Sujud memiliki beberapa pengertian. Dalam kitab

Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia menyebutkan Sujud adalah

menundukkan kepala.22

Adapun dalam kitab mu‟jam mushthalahat wa al-alfat

al-fikhiyah menjelaskan pengertian Sujud secara semantik adalah

merendahkan diri, menyerahkan diri, dan meletakkan dahi di bumi atau

tanah.23

Sedangkan dalam pengertian terminologi, Sujud adalah meletakkan

dahi di tanah atau di bumi yang telah ditentukan keadaannya di dalam

sholat.24

21

M. Quraish Shihab, ENSIKLOPEDIA AL-QUR‟AN: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Cet. I, hal. 106-107.

22 A. Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002), Cet. Ke-25, hal. 610.

23 Dr Mahmud Abdur Rahman Abdul Mun'im Al Azhar, Mu‟jam Mushthalahat Wa

Al-Alfat Al-Fikhiyah (Al Azar : Darul Fadilah, 1999), Jilid 2, hal, 247.

24 Menteri wakaf kepengurusan agama Kuwait, Mausu‟ah al-Fikhiyah al-Kuwait

(Kuwait : Maktab Kuwait, 2004), Cet 3, Jilid 6, hal, 322.

Page 41: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

25

Secara bahasa kata (Sujud) berarti „meletakkan kening ke atas

permukaan bumi, merendahkan diri. Arti lain dari kata ini ialah „merendahkan

diri‟ atau „menghinakan diri‟. Arti hakiki dari Sujud adalah „suatu bentuk

perbuatan tertinggi yang dilakukan oleh orang atau sesuatu dengan cara

merendahkan diri di hadapan yang dihormatinya‟. Pengertian ini sifatnya

umum, baik bagi makhluk yang berakal maupun yang tidak berakal. Secara

terminologis kata ini berarti „pernyataan ketaatan seorang hamba kepada

Allah swt. dengan cara meletakkan kedua kaki, kedua lutut, kedua tangan, dan

muka di atas lantai (tanah) sambil menghadap ke arah kiblat‟.25

Meletakkan kening ke atas permukaan bumi hanya salah satu bentuk

amal, tetapi intinya merendahkan diri untuk menghormati, meskipun tidak

dalam bentuk itu. Oleh karena itu, kata sujûd di dalam A1-Qur‟an dipakai

untuk menunjukkan perbuatan sujûd baik yang dilakukan oleh manusia,

malaikat, maupun oleh makhluk lainnya, seperti bintang dan pepohonan.26

Adapun penulis melihat makna sujud dalam kata atsar sujud lebih

sesuai dengan makna terminologinya, yaitu meletakkan dahi di tanah atau di

bumi yang telah ditentukan keadaannya di dalam sholat.

25

M. Quraish Shihab, ENSIKLOPEDIA AL-QUR‟AN: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Cet. I, hal. 923.

26 M. Quraish Shihab, ENSIKLOPEDIA AL-QUR‟AN: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Cet. I, hal. 923-924.

Page 42: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

26

2. Kata Sujud dalam al-qur’an

Berdasarkan kitab al-Mu‟jam al-Mufahrash li Alfaz al-Qur‟an al-

Karim karangan Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, kata Sujud dengan berbagai

bentuknya terulang sebanyak 92 kali dalam al-Quran, 54 antaranya yang turun

di Mekkah dan 38 yang turun di Madinah27

.

Dari 92 ayat yang mengandung kata sujud di dalam al-Qur‟an, terbagi

dalam kategori isim (tunggal dan jama‟) dan kategori fi‟il (madi, mudharik,

dan amar), yakni bentuk Isim dari kata sujud yang berbentuk tunggal terdiri

dari 36 kata. Sedangkan Isim dalam bentuk jama‟ terdiri dari 21 kata.

Kemudian bentuk Fi‟il madi dari kata sajada terdapat 8 kata, sedangkan

dalam bentuk mudarik terdiri dari 15 kata, dan dalam bentuk amar 12 kata.

Dari 92 ayat yang mengandung kata Sujud, berikut akan dijelaskan

beberapa ayat yang relevan dengan penelitian ini, sebagai berikut:

Artinya: Maka berSujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-

sama, kecuali iblis. ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang Sujud itu.

27

Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi‟, al-Mu‟jam al-Mufahrash li Alfaz al-Qur‟an al-

Karim, (Qohirah: Dar-al-Kutub Misriah, 1364 H), h. 422-424.

Page 43: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

27

Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut Sujud) bersama-

sama mereka yang Sujud itu?" berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan

Sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat

kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".28

Allah menceritakan tentang pujian-Nya kepada Adam AS di hadapan

para Malaikat-Nya sebelum Dia menciptakan Adam, dan juga pemuliaan-Nya

kepada Adam AS dengan memerintahkan para Malaikat agar Sujud

untuknya.29

Allah juga menceritakan tentang penolakan Iblis, musuh Adam

AS untuk Sujud kepadanya di hadapan para Malaikat karena kedengkian,

kekufuran, penentangan, kesombongan, dan kebanggaan dirinya terhadap

sesuatu yang batil. Oleh karena itu Iblis berkata, “Aku sekali-kali tidak akan

Sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dan tanah liat

kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”30

Atinya: Hanya kepada Allah-lah Sujud (patuh) segala apa yang di

langit dan di bumi, baik dengan kemauan sendiri ataupun terpaksa (dan

Sujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan petang hari.31

28

Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 263-264.

29 Yang dimaksud sujud di sini bukan menyembah tapi penghormatan.

30 Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir ibnu Katsir (Jakarta : Darus Sunnah,

2014), Cet. 2, Jilid 4, hal. 18.

31 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 251.

Page 44: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

28

Dalam ayat ini Allah mengabarkan tentang keagungan dan kekuasaan-

Nya yang mengalahkan segala sesuatu, dan segala sesuatu itu tunduk patuh

kepada-Nya. Oleh karena itu segala sesuatu Sujud kepada-Nya dengan

kemauan sendiri, yaitu dan orang-orang yang beriman, dan terpaksa Sujud

pula kepada-Nya, yaitu dari orang-orang yang kafir. “(Dan Sujud pula)

bayang-bayang mereka, pada waktu pagi.”32

Atinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam,

siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi

sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak

sembah.33

Ayat ini menerangkan bahwa di antara tanda-tanda kebesaran dan

kekuasaan Allah ialah adanya malam sebagai waktu istirahat, siang sebagai

waktu bekerja dan berusaha, matahari yang memancarkan sinarnya, bulan

yang bercahaya, Dia Yang mengatur perjalanan planet-planet pada garis

32

Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir ibnu Katsir (Jakarta : Darus Sunnah,

2014), Cet. 2, Jilid 3, hal. 987.

33 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 480-481.

Page 45: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

29

edarnya di cakrawala sehingga dengan demikian diketahui perhitungan tahun,

bulan, hari dan waktu.34

Setelah Allah SWT menerangkan tanda-tanda kebesaran dan

kekuasaan Nya itu Dia memperingati hamba-hamba Nya, agar jangan sekali-

kali berSujud kepada tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Nya itu, seperti

matahari, bulan, bintang dan sebagainya. Jangan sekali-sekali memuliakan,

menyembah dan menganggapnya mempunyai kekuatan gaib yang ada

padanya, karena semuanya itu hanya Dialah Yang menciptakan, menguasai,

mengatur dan menentukan ada dan tidak.35

Ayat ini menerangkan dan mengingatkan bahwa manusia adalah

makhluk Tuhan yang paling mulia di antara makhluk-makhluk yang

diciptakan Nya. Karena itu tidak pantas manusia memuliakan, menganggap

keramat dan menghormati makhluk Tuhan yang lebih rendah daripada Nya.

Yang patut disembah, dimuliakan dan dihormati oleh sesuatu yang paling

berkuasa dan paling mulia yaitu Allah SWT. Seandainya ada manusia yang

34

Milik Badan Wakap Universitas Islam Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsinya

(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf), hal. 667.

35 Milik Badan Wakap Universitas Islam Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsinya

(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf), hal. 667.

Page 46: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

30

menyembah dan memuliakan makhluk, selain Allah berarti manusia telah

merendahkan martabat dirinya sendiri.36

Ayat ini juga memperingatkan manusia yang memperserikatkan Allah,

yaitu penyembah-penyembah patung, penyembah-penyembah matahari, bulan

dan bintang-bintang. Hendaklah ia menyadari kedudukannya di antara

makhluk-makhluk yang lain itu. 37

Artinya: Mereka itu tidak sama; di antara ahli kitab itu ada golongan

yang Berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu

di malam hari, sedang mereka juga berSujud (sembahyang).38

Pada umumnya, ulama-ulama tafsir memahami kelompok yang

dibicarakan oleh ayat di atas adalah Ahl al-Kitab yang memeluk agama Islam.

Syekh Mutawalli Asy-Sya‟rawi bahkan menjadikan penutup ayat 113 di atas

sebagai bukti bahwa yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi yang telah

masuk Islam, karena katanya, “orang-orang Yahudi tidak mengenal shalat

malam, sehingga firman Allah di sini bahwa mereka membaca ayat-ayat

36

Milik Badan Wakap Universitas Islam Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsinya

(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf), hal. 668.

37 Milik Badan Wakap Universitas Islam Indonesia, Al-Qur‟an dan Tafsinya

(Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf), hal. 668.

38 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 64.

Page 47: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

31

Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka berSujud yakni

shalat, membuktikan bahwa mereka telah masuk Islam, karena hanya ummat

Islam yang mengenal shalat malam”.39

3. Ragam makna Sujud dalam al-Qur’an

Kata Sujud dan kata bentukannya di dalam Al-Qur‟an ditemukan sebanyak

92 kali. Adapun dalam bentuk kata sajada terdapat 2 kali, yaitu pada QS. Al-Hijr

[15]: 30 dan QS. Shad [38]: 73. Keduanya diungkapkan dalam konteks

pembicaraan mengenai Sujudnya para malaikat dan pembangkangan iblis kepada

Tuhan.40

Secara umum, pengertian kata Sujud di dalam Al-Qur‟an digunakan di

dalam beberapa konteks, yaitu:

a) Pembicaraan tentang ketaatan para malaikat kepada Allah swt. dan

pembangkangan iblis, misalnya pada QS. Al-Hijr [15]: 30-33,

b) Uraian tentang ketaatan dan kepatuhan langit, bumi, serta benda-benda alam

lainnya yang diciptakan Tuhan, umpamanya pada QS. Ar-Ra‟d [13]: 15,

c) Larangan Sujud kepada matahari, bulan, dan benda-benda alam lainnya;

misalnya pada QS. Fushshilat [41]: 37,

39

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur‟an

(Jakarta: Lentera hati, 2002), Cet. I, hal. 178.

40 M. Quraish Shihab, ENSIKLOPEDIA AL-QUR‟AN: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Cet. I, hal. 924.

Page 48: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

32

d) Pembicaraan tentang orang-orang yang taaat kepada Allah swt., misalnya

pada QS. Ali-Imran [3]: 113,

Bentuk-bentuk Sujud (ketaatan) makhluk yang digambarkan di dalam Al-

Qur‟an ada dua macam, yaitu ketaatan karena keterpaksaan dan ketaatan karena

kesadaran atau kerelaan sendiri. Ketaatan jenis pertama digambarkan antara lain

di dalam QS. An-Nahl [16]: 49. Ketaatan dan kepatuhan semacam ini dilakukan

oleh manusia, bintang, tumbuhan-tumbuhan, dan segala benda yang ada di langit

dan di bumi. Ketaatan di sini di dalam konteks mengikuti hukum-hukum alam

yang diciptakan Tuhan bagi mereka, misalnya matahari terbit di timur dan

manusia mengikuti gerak rotasi bumi atau daya gravitasi bumi. Adapun ketaatan

jenis kedua adalah ketaatan yang dilakukan karena menyadari dirinya sebagai

hamba atau makhluk ciptaan Tuhan. Ketaatan jenis inilah yang diperintahkan

Allah swt., seperti dikemukakan di dalam QS. An-Najm [53]: 62.41

4. Keabsahan Sujud

Melakukan sujud adalah bagian gerakan dari gerak sholat ber Sujud

dengan meletakkan kepala ke tanah, melakukan sujud seraya bertakbir dengan

meletakkan kedua lututnya lebih dahulu sebelum kedua tangannya, jika hal

tersebut mudah dilakukan. Jika merasa berat melalukannya, hendaknya kedua

41

M. Quraish Shihab, ENSIKLOPEDIA AL-QUR‟AN: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Cet. I, hal. 924-925.

Page 49: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

33

tangan didahulukan sebelum kedua lutut.42

Berdasarkan firman Allah swt di

dalam surah al-Hajj [22]: 77,:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, Sujudlah

kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu

mendapat kemenangan.43

Ayat ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan sujud dalam

ibadah shalat diikuti pula dengan kedudukan ruku. Keduanya (ruku dan sujud)

adalah termasuk rukun shalat yang dapat membatalkan shalatnya seseorang

jika lupa dilakukan.44

Hendak pula merapatkan jari jemarinya tangannya dan

menjulurkannya, ujung-ujung jari direnggang kan kemudian merenggangkan

lengannya dari pinggangnya, dan membuka jari jemari kakinya.45

42

Sa‟id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Sholatul- Mu‟min fi Dhau‟il Kitab was-

Sunnah, (Saudi Arabia, Al-Maktab at-Ta‟awwni Liddah‟usah Wal-Irsyad bis-Sulay, 2008), h.

132

43 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 341.

44 Jalal Muhammad Syafi'i, The of Shalat: mengajak Kita Merasakan Betapa

Dahsyatnya Gerakan Shalat bagi kesehatan jasmani dan ruhani (Bandung: MQ

Publishing,2006), Cet. 2, h. 27.

45 Sa‟id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Sholatul- Mu‟min fi Dhau‟il Kitab was-

Sunnah, (Saudi Arabia, Al-Maktab at-Ta‟awwni Liddah‟usah Wal-Irsyad bis-Sulay, 2008), h.

134

Page 50: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

34

Ketika Sujud, lengan hendaknya diranggangkan dari pinggang, begitu

pula perut direnggankan dari kedua betis, antara kedua paha pun

direnggangkan pula, kedua telapak tangan diletakkan sejajar dengan kedua

bahu.46

5. Fungsi Sujud

1) Sujud sebagai ibadah

Sujud selain merupakan suatu bentuk perbuatan merendahkan diri di

hadapan sesuatu yang dihormatinya, merupakan satu bentuk ibadah. Adapun

macam-macam Sujud sebagai berikut:

a) Sujud dalam sholat

Sujud di sini merupakan salah satu rukun dari sholat, dengan

meletakkan kedua lutut di atas tanah, kemudian kedua tangan, kemudian

dahi dan hidung, sambil merenggangkan ujung kedua kaki di atas tanah

dengan berthuma,ninah dan di sunnahkan membaca Subahaana Rabbiyal

A‟laa Wabihamdih sebanyak tiga kali.47

b) Sujud Tilawah

46

Sa‟id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Sholatul- Mu‟min fi Dhau‟il Kitab was-

Sunnah, (Saudi Arabia, Al-Maktab at-Ta‟awwni Liddah‟usah Wal-Irsyad bis-Sulay, 2008), h.

135

47 Muhammad Bagir Al-habsy, fiqih praktis:menurut al-quran, assunnah,dan

pendapat para ulama (bandung: penerbit mijan,1999), cet. 1.hal. 132.

Page 51: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

35

Sujud tilawah adalah menundukkan kepala, adapun tilawah

menurut bahasa adalah yang berarti “bacaan”48

. Tilawah artinya bacaan

atau membaca49

. Sujud tilawah adalah Sujud yang dilakukan disebabkan

membaca atau mendengar ayat sajadah dalam al-Qur‟an.50

Sedangkan Sujud tilawah menurut istilah adalah Sujud sekali

dengan bertakbir ketika akan berSujud dan ketika bangun dari Sujud

karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah51

.

Menurut mazhab Hanafi seperti yang dikutip oleh A. Rahman al-

Juzairi dalam bukunya yang berjudul “al-Fiqh Ala Mazahib al-Arba„ah”

menyatakan bahwa Sujud tilawah adalah Sujud satu kali dengan

bertakbir ketika akan Sujud dan ketika bangun dari Sujud tanpa

membaca tasyahud dan salam52

.

c) Sujud Sahwi

48

A. Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002), Cet. Ke-25, hal. 138.

49 Ahmad Nawawi Sadili, Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah

(Jakarta: Amzah, 2011), Ed. I Cet. 2, hal. 212.

50 Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, Shahih Fiqh As-Sunnah Wa Adillatuhu wa

Taudhih Madiabib AI A‟immah (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), Cet.1, hal. 702.

51 Proyek Pembinaan dan Sarana lAIN, Ilmu Fiqih ( Jakarta: Direktorat Pembinaan

Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983),Cet Ke-2, hal.179. 52

A. Rahman Al-Juzairi, al-Fiqh ala al-Mazahib al-Arba„ah (Bairut Libanon: Daar

al-Fikr) Jilid I, hal. 467.

Page 52: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

36

Secara Bahasa kata Sahwi dalam kitab Al-Munawwir Kamus

Arab-Indonesia bermakna lupa atau lalai53

. Sedangkan Sujud sahwi

secara istilah adalah Sujud yang dilakukan di akhir shalat atau setelah

shalat untuk menutupi cacat dalam shalat karena meninggalkan sesuatu

yang diperintahkan atau mengerjakan sesuatu yang dilarang dengan tidak

sengaja54

.

d) Sujud Syukur

Secara Bahasa kata Syukur dalam kitab Al-Munawwir Kamus

Arab-Indonesia bermakna berterimakasih55

. Sedangkan Sujud Syukur

sacara istilah adalah Sujud yang dilakukan karena mensyukuri nikmat

Allah disebabkan telah dikaruniai nikmat (keberhasilan) atau telah terlepas

dari bahaya (musibah), baik ke nikmatan atau musibah yang bersifat

individu atau yang bersifat umum (menimpa umat Islam).56

2) Sujud sebagai penghormatan

53

A. Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002), Cet. Ke-25, hal. 674.

54 Abu Malik Kamal bin As Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah wa Adillatuhu wa

Taudhih Madzahib Al A‟immah (Jakarta: Pustaka Azzam, 2006), Cet. I, hal. 459.

55 A. Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002), Cet. Ke-25, hal. 734.

56 Kementrian Wakaf dan Kepengurusan Agama Kuwait, Mausu'ah Fiqhiyah

(Kuwait : Maktab Kuwait, 2005), Jilid 24, Cet ke-2, hal. 246 .

Page 53: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

37

Sujud perhormatan merupakan bagian dari syariat ummat-ummat

terdaulu, kemudian amalan ini diharamkan dengan diutusnya nabi

Muhammad saw, sujud ibadah hanya boleh dipersembahkan kepada Allah

semata, Allah tidak pernah memerintahkan satupun dari makhluknya untuk

bersujud kepada selainnya dalam rangka untuk beribadah kepada makhluk

tersebut. Namun Allah membolehkan sujud sebagai pemhormatan, sebagai

contoh, sujudnya para malaikat kepada nabi adam yang di perintahkan allah

sebagai bentuk dari penghormatan terhadap nabi adam.57

Sebagai mana dalam firman allah (QS. Al-Hijr [15]: 30-33)

Artinya: Maka berSujudlah Para Malaikat itu semuanya bersama-

sama, kecuali iblis. ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang Sujud itu.

Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut Sujud) bersama-

sama mereka yang Sujud itu?" berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan

Sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat

kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk".

3) Sujud Merendahkan Diri

57 Nurfitri Hadi,” Pelajaran dari Kisah Sujudnya Para Malaikat kepada Adam,”

diakses pada 15 Agustus 2017 dari http://kisahmuslim.com/4100-pelajaran-dari-kisah-

sujudnya-para-malaikat-kepada-adam.html

Page 54: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

38

Sujud mengidentifikasikan bahwa dalam sujud kita merendahkan diri

di hadapan Allah. Rendah dalam dimensi lahir dan batin. Maka, tidaklah

disebut bersujud ketika ia bersujud sebagai mana kaifiyah yang mashur tetapi

akal dan hatinya mendahului Allah atau tidak benar-benar menjalankan

perintah Allah dan menjauhi larangannya.58

Artinya: dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke

negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak

lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil

bersujud, dan Katakanlah: "Bebaskanlah Kami dari dosa", niscaya Kami

ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian

Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".

Sujud termasuk dari ibadah yang teragung karena di dalamnya

terkandung perendahan diri kepada Allah Ta‟ala. Karenanya barangsiapa yang

bersujud kepada selain Allah Ta‟ala walaupun dalam keadaan bercanda maka

sungguh dia telah terjatuh ke dalam kesyirikan yang membahayakan

keislamannya.59

58

M. Amin Abdul-Samad, Memahami Shalat Khusyu': Buku Relaksasi, Bukan

Meditasi(Jakarta: Pstaka Alvabet,2009), Cet. I, hal. 88. 59

Abu Muawiah,”keutamaan sujud,” diakses pada 15 Agustus 2017 dari http://al-

atsariyyah.com/keutamaan-sujud.html

Page 55: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

39

BAB III

PEMAKNAAN ATSAR SUJUD MENURUT TAFSIR DAN HADIS

A. ATSAR SUJUD DALAM TAFSIR DAN HADIS

Shalat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan setiap muslim. Dalam

setiap ibadah, seorang muslim dituntut untuk melakukannya dengan baik.

Begitu juga dalam shalat, seorang muslim harus melaksanakannya dengan

penuh keikhlasan dan tanpa bermaksud ria.

Dalam pelaksanaan shalat terdapat sebuah fenomena pada masyarakat

berupa jidat hitam. Jidat hitam yang terdapat pada kening ini merupakan

bekas dari pelaksanaan sujud dalam shalat. Namun sebagian kalangan melihat

bekas sujud ini merupakan hal yang tidak perlu.

Di dalam al-Qur‟an fenomena ini terdapat dalam dalam surah al-faht

ayat 29, sebagai berikut :

Page 56: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

40

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang

bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi

berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan Sujud mencari

karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka

mereka dari bekas Sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan

sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan

tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah

Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati

penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang

kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara

mereka ampunan dan pahala yang besar.1

Dalam ayat ini diceritakan bahwa atsar sujud atau bekas sujud adalah

tanda yang terlihat pada wajah umat muslim yang melaksanakan shalat

semata-mata mencari karunia dan ridha Allah. Adapun pemaknaan bekas

sujud yang dimaksud tidak jelaskan lebih detil sehingga menimbulkan banyak

perbedaan penafsiran.

Pertama, bekas sujud diartikan sebagai tanda-tanda yang tampak pada

kening karena sering sujud dalam shalat. Menurut Al-Qadhi Iyadh bekas yang

dimaksud ada pada dahi.2 Menurut pemahaman orang-orang Khawarij, tanda

pada dahi ini secara lebih spesifik adalah berupa jidat hitam.3

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur‟an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 515.

2 Al-Imam al-Hafids Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari syarah Hadis al-Bukhari

(Jakarta : Pustka Azzam, 2009), jilid 4, hal. 623.

3Ahmad Shawi al-Maliky, Hasyiyatul al-Shawy ala Tafsri al-Jalalain, (Dar al-Fikr, t.

th), Jilid IV, h. 106.v

Page 57: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

41

Berbeda dengan pemahaman khawarij yang memaknai bekas sujud

sebagai yang terlihat di dahi, bekas sujud pada wajah menurut Ibnu Katsir

adalah berupa ketampanan. Pemahaman kedua ini di dasarkan pada pendapat

salaf yang mengatakan bahwa kebaikan itu merupakan cahaya dalam hati,

sinar pada wajah, keluasan rizki, dan kecintaan dalam hati manusia, seseorang

yang menyembunyikan rahasia Allah akan menampakkan pada wajah dan

lisannya.4

Mengenai hal ini, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di

menambahkan bahwa bekas sujud pada wajah yang dimaksud adalah berupa

sinar di wajah. Alasannya adalah banyak serta baiknya ibadah yang dilakukan

itu akan membekas di wajah sehingga wajah mereka bersinar. Karena batin

mereka bersinar disebabkan shalat maka lahir mereka juga bersinar.5

Hal ini senada dengan pendapat As-Suddi yang mengatakan bahwa

shalat dapat membaguskan wajah. Menurutnya banyak melakukan shalat

malam akan membuat bagus wajah di siang hari. Pendapat ini dilandasi oleh

pernyataan Amirul Mukminin Utsman bin Affan yang mengatakan bahwa

"Tidaklah seseorang menyembunyikan isi hatinya melainkan Allah akan

4 Abu Fida Isma‟il Ibnu Katsir al-Dimasqi, Terjemehan Ibnu Katsir, Judul asli:

Tafsir Qur‟an al-Adzhim, penerjemah: M. Abdul Ghoffar, dkk, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-

Syafi‟i, 2013), Jilid IX, h. 29

5 Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa‟di, Tafsir Al-Qur‟an, (Jakarta : Darul Haq,

2011), jil, 6, hal, 633.

Page 58: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

42

menampakkannya pada wajah dan ucapannya yang tidak bisa terkontrol." Dan

pernyataan Umar bin Al-Khaththab yaitu "barang siapa yang membaguskan

isi hatinya, Allah akan membaguskan raganya."6

Dalam Tafsir Fi-zhilalil Qur‟an dijelaskan maksud dari“Tanda-tanda

mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” adalah tanda di wajah

mereka berupa cerah, bersinar, jernih, dan bening. Tanda ini bukan titik hitam

di wajah seperti yang dikenal sebagaimana yang segera terlintas dalam pikiran

saat mendengar firman Allah “dari bekas sujud”. Karena maksud dari „bekas

sujud‟ adalah pengaruh ibadah. Kata sujud dipilih karena sujud mencerminkan

keadaaan khusyu‟, tunduk dan penghambaan kepada Allah dalam bentuknya

yang paling sempurna. Jadi, ia adalah pengaruh kekhusyukan ini. Pengaruh

pada raut wajah, dengan lenyapnya kesan kesombongan dan keangkuhan,

karena telah digantikan dengan ketawadhu‟an yang mulia, kejernihan yang

cemerlang, keceriaan yang tenang, dan sedikit „layu‟ yang menambah wajah

menjadi lebih bercahaya, cerah, dan indah.

Pendapat ini juga didasarkan pada hadis Rasulullah saw bahwa atsar

as-sujud adalah ketampanan wajah hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah,

yaitu:

6 Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir ibnu Katsir, (Jakarta : Team Darus

Sunnah, 2014), Cet. 2, hal. 62-63.

Page 59: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

43

مش عم ث نا ثابت بمن موسى أبو يزيد عنم شريك عنم الم د الطلمحي حد عيل بمن مم ث نا إسم يان حد عنم أب سفم

هو )رواه ابن بالن هار عنم جابر قال قال رسول اللو صلى اللو عليمو وسلم منم كث رتم صلتو بالليمل حسن وجم

ماجو(

Artinta: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Muhammad Ath

Thalhi berkata, telah menceritakan kepada kami Tsabit bin Musa Abu Yazid

dari Syarik dari Al A'masy dari Abu Sufyan dari Jabir ia berkata, "Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa memperbanyak shalat

di malam hari, maka wajahnya akan berseri-seri di siang hari. "

(diriwayatkan Ibnu Majah)7

Ketiga, bekas sujud diartikan tidak hanya berupa tanda di wajah tetapi

juga dalam sikap dan perbuatan. Menurut Muhammad Quraish Shihab yang

mengutip pendapat al-Biqa‟I dalam Tafsir al-Misbah mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan atsar as-sujud adalah memiliki wibawa, kharisma dan

kekhusyukan.8

Allamah Kamal Faqih Imani juga meyebutkan bahwa “tanda-tanda

mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud” maksudnya adalah

penampilan yang santun dan teduh. Menurutnya penggunaan kata sima dalam

bahasa arab, secara harfiah berarti “tanda”, baik itu pada wajah atau bagian

tubuh yang lain. Kata ini, juga digunakan dalam bahasa parsi modern dalam

7Abi Abdillah Muhammad Yazid al-Qazwiniy, Sunan Ibnu Majah, (Beirut,

Maktabah Ilmiyyah, t, th.) Jilid I, h. 422.

8 Muhammad Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian al-

Qur‟an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vol XIII, h. 217

Page 60: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

44

arti “penampilan”. Dengan kata lain, “penampilan” mereka menunjukkan

sebagai orang-orang rendah hati di hadapan Allah swt, kebenaran, hukum dan

keadilan. Jadi bekas disini tidak hanya terlihat pada wajah mereka, tetapi juga

semua seluk beluk kehidupan mereka.9

Pendapat ini dikuatkan oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi yang

menyatakan bahwa dalam shalat terdapat perbuatan saling tolong menolong

dan saling kasih sayang di antara mereka. Melalui perbuatan itu semua

kemudian mereka mencari “Karunia dari Tuhan dan keridhaan-Nya” sesuai

dengan sambungan ayat 29 surat al-Fath. Hal ini adalah bentuk pengharapan

yang paling tinggi yang dicari oleh seorang mukmin, yaitu Allah

memasukkannya ke surga setelah Dia menyelamatkannya dari neraka lalu

meridhainya.10

Jadi, bekas sujud yang ada pada ayat 29 surat al Fath ini adalah bekas-

bekas kekhusyukan dan sikap rendah hati yang terukir di wajah dan

menembus hati nurani. Jika wajah adalah tanda keadaan lahir dan batin

manusia, maka wajah orang yang baik itu sendiri akan memperlihatkan

rahmat dan cahaya Allah. Namun pancaran wajah ini hanya akan dimiliki oleh

9 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir sederhana

Menuju Cahaya Al-Quran , (Jakarta Selatan : Nur Al-Huda, 2013), jil, 17, hal, 304-305.

10 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur‟an Al-Aisar, (Jakarta Timur:

Darus Sunnah 2013), jil, 6, hal, 892.

Page 61: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

45

orang yang bersikap lembut, ramah dan sabar, selalu siap membantu, tawakal

kepada Allah, dan hatinya damai dan tenang.11

Pendapat ini sejalan dengan hadis Rasulullah saw sebagai berikut:

ن ابمن سل ث نا عبمد الصمد ويونس قال ث نا حاد ي عم زمرق بمن ق يمس أن شريك بمن شهاب قال حد مة عن الم

د صلى ال حاب مم ارثي وىذا حديث عبمد الصمد قالليمت أني رأيمت رجلا منم أصم لو عليمو وسلم يونس الم

وارج قال ف ثن عنم الم ثمن شيمئاا يدي د صلى اللو عليمو وسلم ف قلمت حدي حاب مم لقيت أبا ب رمزة ف ن فر منم أصم

عتم ء قدم س ثكمم بشيم وارج قال أحدي تو منم رسول اللو صلى اللو عليمو وسلم ف الم عم ناي أت و أذناس ي ورأتمو عي م

ر آدم أوم أسم عم ن يمو أث ر رسول اللو صلى اللو عليمو وسلم بدنانري ف قسمها وث رجل مطمموم الش عي م ود ب يم

بان أب ميضان فجعل يأمتيو منم قب جود عليمو ث وم د ما عدلمت الس طو شيمئاا قال يا مم ل يينو وي ت عرض لو ف لمم ي عم

دل عليمكمم م ا أعم دون ب عمدي أحدا ا ث قال واللو ل ت مة ف غضب غضباا شديدا م ف المقسم ني ثلث مرات ث المي وم

رءون المقرمآن ل ياوز ت راقي همم يم قال يمرج ي همم ىكذا ي قم همم ىدم رق رجال كان ىذا من م رقون منم منم قبل الممشم

ليق ل ي زال م منم الرمية ث ل ي رمجعون فيو سيماىمم التحم هم ين كما يمرق الس ون يمرجون حت يمرج آخرىمم مع الدي

ليقة لمق والم ت لوىمم ىمم شر الم ال فإذا لقيتموىمم فاق م ج رواه أحد ابن حنبل( (الد

11

Abdullah yusuf ali, Qur‟an Terjemahan Dan Tafsirnya, (Jakarta : Pustaka Firdaus,

1995), hal. 1327.

Page 62: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

46

Artinya: Telah mengabarkan kepada kami Abdushamad dan Yunus,

keduanya berkata; telah mengabarkan kepada kami Hammad yaitu Ibnu

Salamah dari Al Azraq bin Qais bahwa Syarik bin Syihab berkata; -berkata

Yunus Al Haritsi; inilah hadits Abdushamad berkata; "Duh sekiranya aku

mendapat seorang dari sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam

menceritakan hadits dari seorang Khawarij." Ia berkata; Lalu aku menemui

Abu Barzah seorang sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam, aku

bertanya; "Ceritakanlah padaku sesuatu yang pernah engkau dengar dari

Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam tentang orang Khawarij!." Ia berkata;

"Akan aku ceritakan apa yang aku saksikan dengan kepalaku dan aku dengar

sendiri dari Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam, bahwa pernah Rasulullah

Shallallahu'alaihiwasallam mendapatkan beberapa uang dinar, lalu beliau

membagikannya, di situ ada seorang yang berambut sangat lebat atau hitam

sedang diantara kedua matanya terdapat bekas sujud, dia mengenakan dua

pakaian putih mendatangi Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam dari arah

sebelah kanan beliau sedang ia tidak mendapat bagian apa-apa seraya

berkata; "Hai Muhammad, engkau tidak berlaku adil hari ini." Maka

Rasulullah sangat marah sembari bersabda: "Tidak akan kalian dapati

seorang yang lebih adil dariku sepeninggalku (beliau ulangi tiga kali). Ia

berkata; Ada seorang yang datang dari arah timur ia bercirikan seperti ini;

ia membaca Al Qur`an tetapi tidak melebihi kerongkongannya, ia melepaskan

agama ini sebagaimana anak panah lepas dari busurnya lalu tidak kembali,

ia berkepala botak, ia akan selalu muncul hingga Dajjal pun datang, maka

apabila kalian bertemu dengan mereka maka bunuhlah!, karena mereka

adalah seburuk-buruk makhluk dan penciptaan."(Diriwayatkan Ahmad bin

Hanbal)12

Adapun pendapat keempat memahami bekas sujud dalam ayat di atas

dengan pengertian wajah yang bercahaya. Wajah yang bercahaya ini hanya

dapat terlihat dihari kiamat sebagai pembeda orang-orang yang yang sering

melaksanakan shalat dan bersujud.

Pendapat ini sesuai dengan penjelasan Al-Iman Muhammad „Usman

Abdullah Al-Mirgani yang menjelaskan bahwa pada kening mereka terdapat

12

Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin Hanbal, (Dar al-Fikr, t, th.) Jilid V, h. 42.

Page 63: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

47

bekas karena banyak melakukan sujud berupa wajah yang bercahaya.

Menurutnya hal ini dapat dikenali pada hari akhir nanti karena banyak

bersujud ketika di dunia.13

Dengan kata lain, tanda-tanda keimanan mereka akan terpancar dari

wajah-wajah. Karena mereka kelak pada hari kiamat akan dibangkitkan

dengan wajah yang putih bersinar yang disebabkan oleh terkena air Wudhu‟.

Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi, “Cahaya mereka

memancar dari hadapan dan dari samping kanan mereka…”.14

Keempat pendapat di atas sejalan dengan pendapat takwil yang

dirangkum dalam tafsir at-Thabari, yakni sebagai berikut:

1) Tanda-tanda yang dijadikan Allah Ta'ala di wajah orang-orang beriman

pada Hari Kiamat. Dengan tanda-tanda itu mereka dapat dikenal, karena

sujud mereka kepadaNya di dalam dunia. Adapun Ahli takwil yang

menyatakan demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini:15

13

Al-Iman Muhammad „Usman Abdullah Al-Mirgani, Mahkota Tafsir, (Bandung :

Sinar Baru Algensindo, 2009), jil 3, hal, 2997-2998.

14 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur‟an Al-Aisar, (Jakarta Timur:

Darus Sunnah 2013), jil, 6, hal, 892-893.

15 Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009), Jilid 23, hal. 672-674.

Page 64: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

48

a) Muhammad bin Sa‟d menceritakan kepadaku, ia berkata: Ayahku

menceritakan kepadaku, ia berkata: Pamanku mencerikan kepadaku, ia

berkata: Ayahku menceritakan kepadaku dari ayahnya, dari Ibnu Abbas,

tentang firman Allah, سيماهم في وجىههم من أثر السجىد “tanda-tanda mereka

tampak pada muka mereka bekas sujud,” dia berkata, “Shalat mereka

nampak di wajah mereka pada Hari Kiamat.”

b) Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Yahya bin Wadhih

menceritakan kepada kami, ia berkata: Ubaidullah Al Ataki

menceritakan kepada kami dari Khalid Al Hanafi, tentang firman Allah,

tanda-tanda mereka tampak pada muka“ سيماهم في وجىههم من أثر السجىد

mereka bekas sujud,” dia berkata, “Hal itu diketahui pada Hari Kiamat

di wajah mereka karena bekas sujud mereka di dalam dunia.

c) Ubaid bin Asbath bin Muhammad menceritakan kepadaku, ia berkata:

Ayahku mencerikan kepada kami dari Fudhail bin Marzuq, dari Athiyah,

tentang firman Allah, سيماهم في وجىههم من أثر السجىد “tanda-tanda mereka

tampak pada muka mereka bekas sujud,” dia berkata, “ Tempat-tempat

sujud di wajah mereka pada Hari Kiamat nanti lebih putih.”

d) Ibnu Abdil A‟la menceritakan kedapa kami, ia berkata: Mu‟tamir

menceritakan kedapa kami, ia berkata: Aku mendegar Syabib dari

Muqatil bin Hayyan, tentang firman Allah, اهم في وجىههم من أثر السجىدسيم

“tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka bekas sujud,” dia

berkata, “ Maksudnya adalah cahaya pada Hari Kiamat.”

Page 65: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

49

e) Ibnu Sinan Al Qazzaz menceritakan kepada kami, ia berkata: Harun bin

Isma‟il menceritakan kepada kami, ia berkata: Ali bin Mubarak berkata,

“Aku mendengar lebih dari satu orang, dari Hasan, tentang firman Allah,

tanda-tanda mereka tampak pada muka“ سيماهم في وجىههم من أثر السجىد

mereka bekas sujud,” dia berkata, “Maksudnya adalah putih di wajah-

wajah mereka pada Hari Kiamat.”

2) Tanda ini dilihat pada mereka di dalam dunia. Ahli takwil yang

menyatakan demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini:16

a) Ali menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Shalih menceritakan

kepada kami, ia berkata: Mu‟awiyah menceritakan kepadaku dari Ali,

dari Ibnu Abbas, tantang firman Allah, سيماهم في وجىههم من أثر السجىد

“tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka bekas sujud,” dia

berkata, “Maksudnya adalah ciri yang baik.”

b) Mujahid menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan

kepada kami, ia berkata: Hasan bin Imarah menceritakan kepada

kamia dari Hakam, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, tentang firman

Allah, سيماهم في وجىههم من أثر السجىد “tanda-tanda mereka tampak pada

muka mereka bekas sujud,” dia berkata, “Sesungguhny bukan seperti

yang kalian lihat, akan tetapi tanda Islam, ciri dan kekhusyukannya.”

16 Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009), Jilid 23, hal. 675-676.

Page 66: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

50

c) Ibnu Basysyar menceritakan kepada kami, ia berkata: abu Amir

menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan kepada

kami dari Humaid Al A‟raj, dari Mujahid, tentang firman Allah, سيماهم

tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka“ في وجىههم من أثر السجىد

bekas sujud,” dia berkata, “Kekhusyukan dan ketawadhu‟an.”

3) Tanda di wajah orang-orang yang melakukan shalat karena bekas

begadang yang nampak di wajah, seperti pucat, atau terlihat kelelahan di

wajah, dan tanda ini terdapat di dalam dunia. Ahli takwil yang

menyatakan demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini:17

a. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Yaman

menceritakan kepada kami dari Sufyan, dari seorang laki-laki, dari

Hasan, tentang firman Allah, سيماهم في وجىههم من أثر السجىد “tanda-tanda

mereka tampak pada muka mereka bekas sujud,” dia berkata,

“Maksudnya adalah Kuning (pucat).”

b. Ibnu Abdil A‟la menceritakan kepada kami, ia berkata: Mu‟tamir

menceeritakan kepada kami dari ayahnya, ia berkata: Syaikh

menyebutkan, yang menceritakan pada saat kesusahan. Dia juga

membaca ayat, ر السجىدسيماهم في وجىههم من أث “tanda-tanda mereka

tampak pada muka mereka bekas sujud,” dia berkata, “Dia

17 Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009), Jilid 23, hal. 677.

Page 67: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

51

menyebutkan bahwa itu adalah begadang yang nampak di wajah

mereka.”

c. Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Ya‟qub Al

Qammi menceritakan kepada kami dari Hafsh bin Humaid, dari Syamr

bin Athiyah, tentang firman Allah, سيماهم في وجىههم من أثر السجىد “tanda-

tanda mereka tampak pada muka mereka bekas sujud,” dia berkata, “

Maksudnya adalah wajah pucat karena begadang.”

4) Tanda yang terlihat di wajah bekas tanah atau air wudhu. Ahli takwil yang

menyatakan demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut ini:18

a) Hautsarah bin Muhammad Al Manqarah menceritakan kepada kami, ia

berkata: Hammad bin Mas‟adah menceritakan kepada kami, Ibnu

Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: jarir menceritakan

kepada kami dari Tsa‟labah bin Suhail, dari Ja‟far bin Abu Al

Mughirah, dari Sa‟ad bin Jubair, tentang firman Allah, سيماهم في وجىههم

tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka bekas“ من أثر السجىد

sujud,” dia berkata, “maksudnya adalah bekas tanah dan air bersuci”.

b) Ibnu Sinan Al Qazzaz menceritakan kepada kami, ia berkata: Harun

bin Isma‟il mmenceritakan kepada kami, ia berkata: Ali bin Mubarak

menceritakan kepada kami, ia berkata : Malik bin Dinar menceritakan

kepada kami, ia berkata: Aku mendengar Ikrimah berbicara tentang

18 Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009), Jilid 23, hal. 677-678.

Page 68: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

52

firman Allah, سيماهم في وجىههم من أثر السجىد “tanda-tanda mereka tampak

pada muka mereka bekas sujud,” dia berkata, “Itu adalah bekas tanah.”

B. PEMAKNAAN TERHADAP ATSAR SUJUD

Surah al-Fath terdiri dari 29 ayat, termasuk golongan surah-surah madaniyah.

Surah ini dinamakan al-Fath, diambil dari kalimat “fathan mubina” yang terdapat

pada ayat pertama pada surah ini. Sebagian besar dari ayat-ayatnya menerangkan

kemenangan dicapai kaum muslim dalam peperangannya. Surah ini mengandung

kisah-kisah seputar Baiat Ridwan dan Perjanjian Hudaibiyah. Di samping itu

mengandung berita gembira yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad bahwa

beliau dan pengikutnya akan memasuki kota Mekah dengan kemenangan. Akhir

surah ini menceritakan sifat-sifat Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya yang

diungkapkan dalam kitab Taurat dan Injil dan Injil Allah kepada orang-orang yang

beriman bahwa mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar.19

Dalam surat al-Fath ayat 29, menjeIaskan keadaan Muhammad dan umatnya

(sahabatnya). Allah menyifati mereka dengan berbagai sifat, yang menjadikan mereka

seperti umat yang dapat mengendalikan bangsa-bangsa di dunia dan mempunyai

pemerintahan yang luas. Di antara sifat mereka adalah berlaku keras terhadap orang

yang menyalahi agamanya dan berlaku Iemah-lembut terhadap sesama mereka.

19

Departemen Agama Republik Indonesia, Tafsir Ringkas al-Qur‟an al-Karim

(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushab al-Qur‟an, 2016), Jilid 2, hal. 639.

Page 69: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

53

Mereka selalu tekun mengerjakan sembahyang dan berikhlas kepada Allah. Dengan

amalan-amalan itu mereka mengharapkan pahala dan keridhaan-Nya. Mereka

mempunyai tanda-tanda pada wajah, cahaya air muka. Khusyuk, dan khudhu‟ yang

dapat dikahui oleh orang-orang yang berpengetahuan. Injil mengumpamakan mereka

dengan perkembangan tumbuh-tumbuhan yang mula-mula kelihatan kecil, tetapi

sedikit demi sedikit menjadi sebatang pohon besar yang rindang. Mereka menyuruh

yang makruf dan mencegah yang munkar.20

Redaksi ayat ini juga diisi dengan perumpamaan. Di mana sifat saling tolong

menolong antara sesama muslim diumpamakan seperti tanaman yang mengeluarkan

tunasnya, tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di

atas pokoknya. Ditambahkan lagi, tanaman itu akan menyenangkan hati penanam-

penanamnya.

Berdasarkan pembahasan yang telah diulas sebelumnya, terdapat banyak

perbedaan dikalangan ulama mengenai pengertian dari kata atsar sujud dalam surat

al-Fath ayat 29 ini. Dari beberapa pendapat, bahkan ada yang cenderung

menyalahkan pendapat lain. Umumnya, para ulama tidak membenarkan pandangan

yang menilai atsar sujud sebagai dahi yang hitam.

Jika menilik kembali pada pembahasan pada bab teori sebelumnya, perbedaan

ini tak dapat dipungkiri dikarenakan pengertiaan kata Atsar saja telah memiliki

20

Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur‟an al-Majid an-Nur

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), hal. 3906.

Page 70: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

54

perbedaan. Setidaknya kata Atsar memiliki tiga arti, yakni kata Atsar berarti al-

Natîjah yang berarti kesimpulan dari suatu rumusan, kata Atsar yang berarti al-

„Alâmah yang berarti tanda atau alamat. Ketiga, Atsar yang memiliki arti sebagai al-

Juz‟u atau bagian.21

Begitu juga arti penggunaan kata atsar dalam al-Quran juga berbeda.

Penggunaan kata atsar bisa berarti „keutamaan‟ atau „pilihan‟ seperti dalam QS.

Yusuf [12]: 91, „bekas‟ atau „jejak‟ yang membuktikan bahwa sesuatu yang

meninggalkan bekas itu pernah ada, misalnya, QS. Ghafir [40]: 21, dan berarti

„menyampaikan sesuatu‟ ditemukan, misalnya di dalam QS. Al-Muddatstsir [74]:

24.22

Adapun mengenai term sujud, setidaknya memiliki dua pengertian. Pengertian

yang dimaksud sesuai pembahasan pada bab terdahulu adalah sujud sebagai

menundukkan kepala dan sujud dalam arti merendahkan diri, menyerahkan diri, dan

meletakkan dahi di bumi atau tanah.23

Peneliti sendiri melihat perbedaan pengertian atsar sujud sebagai pengertian

yang saling menyempurnakan. Dari keempat pengertian yang telah diuraikan di atas,

21

Ali bin Muhammad al-Sayyid al-Syarif al-Jurjani, Mu‟jam al-Ta‟rifât (Dar al-

Fadhilah, 2012), Cet. II, hal. 11.

22 M. Quraish Shihab, ENSIKLOPEDIA AL-QUR‟AN: Kajian Kosakata (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), Cet. I, hal. 106-107.

23 Dr Mahmud Abdur Rahman Abdul Mun'im Al Azhar, Mu‟jam Mushthalahat Wa

Al-Alfat Al-Fikhiyah (Al Azar : Darul Fadilah, 1999), Jilid 2, hal, 247.

Page 71: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

55

penulis menilai atsar sujud bermakna bekas hitam pada kening yang secara alami

timbul karena seringnya kening bersentuhan dengan alas sujud. Selain itu, bekas

sujud ini akan terlihat dalam bentuk wajah yang berseri dikarenakan pancaran dari

ketenangan hati. Kemudian pengaruh dari amalan yang mereka lakukan menimbulkan

pengaruh pada jiwa dan sikap berupa kerendahan hati dan sikap yang terpuji dalam

berbagai hal. Dan yang terkahir, pada hari kiamat mereka akan dibangunkan dengan

wajah yang bercahaya sebagai penanda orang-orang yang menjaga solatnya di dunia.

Page 72: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

56

BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Seperti uraian sebelumnya, kata atsar sujud hanya sekali disebutkan

dalam surah al-faht ayat 29, sebagai berikut :

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang

bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi

berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan Sujud mencari

karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka

mereka dari bekas Sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan

sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan

tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah

Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati

penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang

Page 73: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

57

kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara

mereka ampunan dan pahala yang besar.1

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama dalam

memaknai kata atsar sujud pada surat al-Fath ayat 29 ini. Perbedaan tersebut

terbagi pada empat, yaitu:

a. Bekas sujud pada wajah yang tampak pada kening berupa jidat

hitam.

b. Bekas sujud pada wajah berupa ketampanan atau sinar di

wajah.

c. bekas sujud berupa kewibawaan, kharisma dan sikap yang

terpuji.

d. bekas sujud berupa wajah bercahaya yang dapat terlihat dihari

kiamat.

Peneliti sendiri menyimpulkan pengertian atsar sujud sebagai bekas

hitam pada kening yang secara alami timbul karena seringnya kening

bersentuhan dengan alas sujud. Selain itu, bekas sujud ini akan terlihat dalam

bentuk wajah yang berseri dikarenakan pancaran dari ketenangan hati.

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Mushaf al-Qur’an dan Terjemahan

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), hal. 515.

Page 74: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

58

Kemudian pengaruh dari amalan yang mereka lakukan menimbulkan

pengaruh pada jiwa dan sikap berupa kerendahan hati dan sikap yang terpuji

dalam berbagai hal. Dan yang terkahir, pada hari kiamat mereka akan

dibangunkan dengan wajah yang bercahaya sebagai penanda orang-orang

yang menjaga solatnya di dunia.

2. SARAN

Melalui penelitian ini, penulis akan memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1) Untuk Pembaca.

a. Untuk setiap pembaca, baik dari kalangan akademik maupun non

akademik, harus lebih terbuka dan bisa menerima berbagai perbedaan

pendapat yang ada. Setelah membaca skripsi ini, setidaknya bisa

membuka pikiran pembaca, sehingga tidak terkekang dengan adanya

pendapat ulama’-ulama’ salaf.

b. Untuk pembaca, khususnya ummat Islam, harus belajar memahami

tafsir dari berbagai sudut pandang, tidak hanya satu arah saja.

Kemudian, berusaha untuk mengkontekstualisasikan penafsiran itu,

serta mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata.

2) Untuk Mahasiswa Tafsir dan Hadits

Page 75: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

59

a. Sangat perlu bagi mahasiswa tafsir dan hadits, untuk sering-sering

mengadakan kajian tentang pendapat para ulama’, baik klassik

maupun kontemporer, kemudian selanjutnya melakukan penelitian

dengan membandingkan pendapat-pendapat tersebut. Sehingga bisa

menemukan titik temu dari adanya perbedaan yang ada.

b. Setidaknya, skripsi ini bisa dijadikan tambahan bahan analisis bagi

mahasiswa tafsir dan hadits, ketika hendak melakukan penelitian 47

tentang tema yang sama, namun dengan menggunakan judul,

pendekatan, serta analisis yang berbeda.

Page 76: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalani, Al-Imam Al-Hafids Ibnu Hajar. Fath al-Bari syarah Hadis al-Bukhari.

Jakarta : Pustka Azzam, 2009.

Al-Azhar, Dr Mahmud Abdur Rahman Abdul Mun'im. Mu’jam Mushthalahat Wa Al-

Alfat Al-Fikhiyah. Al Azar : Darul Fadilah, 1999.

Ali, Abdullah Yusuf. Qur’an Terjemahan Dan Tafsirnya. Jakarta : Pustaka Firdaus,

1995.

----------. Tafsir Yusuf Ali; Teks, Terjemahan, dan Tafsir. Jakarta: Pustaka Litera

Nusa, 2009.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2006.

Al-Baqi‟, Muhammad Fu‟ad „Abd.al-Mu’jam al-Mufahrash li Alfaz al-Qur’an al-

Karim. Qohirah: Dar-al-Kutub Misriah, 1364 H.

Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Milik. Al-Qur’an dan Tafsinya.

Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf.

Bin Hanbal, Ahmad. Musnad Ahmad bin Hanbal. Dar al-Fikr, t, th.

Choiriyah, Nurul. “Psikoterapi Shalat : Fungsi Shalat dalam Klinik Pengobatan

Garam Arang Sidoarjo,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2015), h. 32.

Al-Dimasqi, Abu Fida Isma‟il Ibnu Katsir. Terjemehan Ibnu Katsir, Judul asli: Tafsir

Qur’an al-Adzhim, penerjemah: M. Abdul Ghoffar, dkk. Jakarta: Pustaka

Imam Asy-Syafi‟i, 2013.

----------. Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Departemen Agama Republik Indonesia.Tafsir Ringkas al-Qur’an al-Karim. Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushab al-Qur‟an, 2016.

Al-Farmawiy, Abd al-Hayy.Metode Tafsir Maudhu’iy Suatu Pengantar, Judul asli:

al-Bidayah fi al-Tasirr al-Maudhu’i: Dirasah Manhajiah Maudhu’iyah.

Jakarta: LSIK, 1996.

Gymnastiar, Abdullah. Sholat Best Of the Best. Bandung: Senibudaya Sejahtera OFF

set, 2005.

Page 77: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

---------. ” Getaran Allah di Padang Arafah,” diakses pada 4 april 2017 dari

https://joko1234.wordpress.com/page/4/

Al-Habsy, Muhammad Bagir. fiqih praktis:menurut al-quran, assunnah,dan

pendapat para ulama. Bandung: penerbit mijan,1999.

Hadi, Nurfitri. ” Pelajaran dari Kisah Sujudnya Para Malaikat kepada Adam,” diakses

pada 15 Agustus 2017 dari http://kisahmuslim.com/4100-pelajaran-dari-kisah-

sujudnya-para-malaikat-kepada-adam.html

Hariyanto, Muhsin.” Saatnya „Kita‟ bersikap tegas,” ini diakses pada 3 april 2017 dari

http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/6541

Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Tafsir Al-Qur’an Al-Aisar. Jakarta Timur: Darus

Sunnah 2013.

Al-Jurjani, Ali Bin Muhammad al-Sayyid al-Syarif. Mu’jam al-Ta’rifât. Dar al-

Fadhilah, 2012.

Al-Juzairi, A. Rahman. Al-Fiqh ala al-Mazahib al-Arba‘ah. Bairut Libanon: Daar al-

Fikr.

Jihad Akbar, Muhammad. Mukjizat Ibadah Fajar. Jakarta: Alifbata, 2007.

Kamal Faqih Imani, Allamah. Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir sederhana Menuju

Cahaya Al-Quran . Jakarta Selatan : Nur Al-Huda, 2013.

Kementrian Wakaf dan Kepengurusan Agama Kuwait. Mausu'ah Fiqhiyah. Kuwait :

Maktab Kuwait, 2005 .

Kepengurusan Agama Kuwait, Wakaf. Menteri. Mausu’ah al-Fikhiyah al-Kuwait.

Kuwait : Maktab Kuwait, 2004.

Al-Maliky, Ahmad Shawi. Hasyiyatul al-Shawy ala Tafsri al-Jalalain. Dar al-Fikr, t.

th.

Al-Mirgani, Al-Iman Muhammad „Usman Abdullah. Mahkota Tafsir. Bandung :

Sinar Baru Algensindo, 2009.

Muawiah, Abu. ”keutamaan sujud,” diakses pada 15 Agustus 2017 dari http://al-

atsariyyah.com/keutamaan-sujud.html

Muhaimin, Tadjab. dkk. Dimensi-dimensi study islam. Surabaya: Karya

Abditama,1994.

Page 78: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

Munawwir, A. Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka

Progressif, 2002.

Proyek Pembinaan dan Sarana lAIN. Ilmu Fiqih. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983.

Al-Qahthani, Sa‟id Bin Ali bin Wahf. Sholatul- Mu’min fi Dhau’il Kitab was-Sunnah.

Saudi Arabia, Al-Maktab at-Ta‟awwni Liddah‟usah Wal-Irsyad bis-Sulay,

2008.

Al-Qazwiniy, Abi Abdillah Muhammad Yazid. Sunan Ibnu Majah. Beirut, Maktabah

Ilmiyyah, t, th.

Quthb, Sayyid.Tafsir Fi-zhilalil Qur’an: Di Bawah Naungan al-Qur’an.Jakarta:

Robbani Press, 2008.

Rita. ” Pengacuan berdasarkan jenisnya sebagai penanda kohesi pada terjemahan al-

Qur‟an surah al-Fath,” naskah diakses 3 april 2017 dari

http://eprints.ums.ac.id/30565/16/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Al-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Tafsir al-Qur’an al-Majid an-Nur.

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000.

Al-Sya‟rawi, M. Mutawalli. Anda Bertanya Islam Menjawab. Jakarta: Gema Insani

Press, 1999.

Al-Syanqithi, Syaikh. Tafsir Adhwa’ Al-Bayan fi Idhah Al-Qur’an bi Al-Qur’an.

Jakarta: Pustaka Azzam,2007.

Sadili, Ahmad Nawawi. Panduan Praktis dan Lengkap Shalat Fardhu dan Sunnah.

Jakarta: Amzah, 2011.

As-Sa‟di, Syaikh Abdurrahman bin Nashir. Tafsir Al-Qur’an. Jakarta : Darul Haq,

2011.

Sagiran. Mukjizat Gerakan Sholat. Jakarta: Qultum Media, 2012.

Salim, Abu Malik Kamal bin As-Sayid. Shahih Fiqh As-Sunnah Wa Adillatuhu wa

Taudhih Madiabib AI A’immah. Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.

Samad, M. Amin Abdul. Memahami Shalat Khusyu': Buku Relaksasi, Bukan

Meditasi. Jakarta: Pstaka Alvabet,2009.

Page 79: PEMAKNAAN “ATSAR AL-SUJȖD” DALAM AL QUR’ANrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36820/2/AHMAD... · dari smester 1 telah memberikan ilmunya yang tanpa batas. 6

Shihab, Muhammad Quraish.ENSIKLOPEDIA AL-QUR’AN: Kajian Kosakata.

Jakarta: Lentera Hati, 2007.

----------. Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera

Hati, 2002.

Syafi'i, Jalal Muhammad.The of Shalat: mengajak Kita Merasakan Betapa

Dahsyatnya Gerakan Shalat bagi kesehatan jasmani dan ruhani. Bandung:

MQ Publishing,2006.

Syakir, Syaikh Ahmad. Mukhtashar Tafsir ibnu Katsir. Jakarta : Team Darus Sunnah,

2014.

Al-Thabari, Abu Ja‟far Muhammad Bin Jarir. Tafsir Ath-Thabari. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009.

Umar, Nasaruddin. ” Makna Spiritual Shalat (29): Hakikat Atsar Sujud,” diakses pada

4 april 2017 dari http://www.republika.co.id/berita/koran/dialog-

jumat/16/04/01/o4y94614-makna-spiritual-shalat-29-hakikat-atsar-sujud.

Zuhri, Saifuddin. Guruku orang-orang dari pesantren. Yoqyakarta : pustaka sastra,

1974.