pemahaman jemaat terhadap musik dalam ibadah minggu di...
TRANSCRIPT
1
Pemahaman Jemaat terhadap Musik dalam Ibadah Minggu di
GPIB ICHTHUS Tumbang Titi – Kalimantan Barat
Oleh:
Samuel Roberto Lintang
712012089
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi
sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang
Teologi (S.Si.Teol)
Program Studi Teologi
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
2
3
4
5
6
MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah,
maka pintu akan dibukakan bagimu”
(Matius 7:7)
Kebahagiaan itu tergantung pada diri sendiri
(Aristoteles)
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus sebagai kepala gereja atas berkat dan
kasih-Nya yang begitu besar dalam perjalanan studi di universitas kristen satya
wacana selama 5 tahun lebih, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.
Tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Program Sarjana Fakultas Teologi di Universitas Kristen Satya
Wacana. Penulisan tugas akhir ini dapat membantu warga jemaat GPIB
ICHTHUS Tumbang Titi agar memahami musik gereja. Penulis banyak
mendapatkan doa, saran, motivasi, semangat dan bimbingan dari berbagai pihak
yang dekat juga kenal dengan penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan,
bimbingan dan doa dari semua pihak tersebut, maka penulisan tugas akhir ini
tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan kehendak yang diinginkan penulis.
Untuk itu dengan segala penuh kerendahan hati dan penuh ungkapan syukur
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan fasilitas, dukungan doa dan dana, membimbing, memotivasi penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir tersebut, Oleh karena itu ucapan terima kasih
penulis tujukan kepada :
1. Prof. Pdt. John A. Titaley. Th.D, sebagai pembimbing 1 dalam kesibukan
sebagai dosen dan rektor selalu meluangkan waktu untuk membimbing
penulis sehingga penulisan tugas akhir ini dapat diselesaikan.
2. Handri Yonathan. M.Phil, sebagai pembimbing II yang selalu
membimbing penulis dalam penulisan tugas akhir.
3. Kedua orang tua penulis, Bapak William Max Lintang dan Ibu Kartini
Lempoy yang selalu memberikan dukungan, doa dan selalu berusaha
memberikan dana dalam kelangsungan hidup saya selama berkuliah.
4. Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo, sebagai wali studi yang selalu memberi
nasehat dan motivasi dalam perkuliahan.
5. Semua dosen Fakultas Teologi yang telah bersedia membagikan ilmu yang
dimiliki, sehingga penulis mendapat wawasan baru dalam proses
perkuliahan.
8
6. Pegawai TU Fakultas Teologi, terima kasih telah bersedia melayani
mahasiswa dengan ramah.
7. Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi yang sudah menerima penulis
untuk melakukan PPL X dan XI selama 8 bulan dan memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian daam menyusun tugas akhir.
8. Pdt. Sergio Souisa, Pdt. Aurelius Porawouw dan Pdt. Deina Wattimena,
sebagai mentor selama melakukan PPL X dan XI di Jemaat GPIB
ICHTHUS Tumbang Titi.
9. Terima kasih kepada Feronika Adithia Eka Asi yang selalu memberikan
semangat dan kasih sayang untuk menyelesaikan tugas akhir.
10. Rekan-rekan kost yang selalu mengajak penulis jalan-jalan saat mengalami
stress saat menyusun tugas akhir.
11. Terima kasih atas kebersamaa dalam suka dan duka untuk keluarga besar
teologi angkatan 2012.
Salatiga, 15 Januari 2018
Samuel Roberto Lintang
9
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES
MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN............................................................................................. 11
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 11
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 15
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................ 15
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................................15
1.5 Metode Penelitian............................................................................................ 15
1.6 Sistematika Penelitian..................................................................................... 16
II. KAJIAN TEORI............................................................................................... 17
2.1 Pengertian Musik, Nyanyian dan Ibadah........................................................ 17
2.1.1 Definisi Musik...............................................................................................17
2.1.2 Nyanyian Jemaat.......................................................................................... 18
2.1.3 Ibadah........................................................................................................... 19
2.2 Perkembangan Musik Gereja.......................................................................... 20
2.3 Peran Musik dalam Ibadah.............................................................................. 22
10
2.4 Peran Paduan Suara.........................................................................................23
III. HASIL PENELITIAN..................................................................................... 25
3.1 Profil Jemaat....................................................................................................25
3.2 Sejarah Singkat Jemaat...................................................................................26
3.3 Pemahaman Warga Jemaat terhadap Musik Gereja........................................ 26
3.4 Kendala Musik Gereja dalam Ibadah Minggu di Jemaat GPIB “ICHTHUS”
Tumbang Titi…………………………........................................................... 27
3.4.1 Musik Gereja di Jemaat Bajem “Anugerah” Serengkah.............................. 27
3.4.2 Musik Gereja di Jemaat “ICHTHUS” Tumbang Titi................................... 28
3.5 Nyanyian dengan Kelompok Musik Akustik.................................................. 29
IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN................................................................. 30
V. PENUTUP...................../.................................................................................. 33
5.1 Kesimpulan..................................................................................................... 33
5.2 Saran................................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 35
11
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya sebagian besar jemaat awam berpandangan bahwa
pengertian musik gereja hanyalah terbatas pada semua jenis instrumen musik yang
digunakan untuk mengiringi suatu kebaktian atau paduan suara di gereja,
misalnya: piano atau organ. Ada juga yang berpendapat musik gereja identik
dengan kelompok paduan suara atau kelompok vokal yang ada di gereja. Apa
yang mereka yakini itu bukanlah sesuatu yang salah sepenuhnya, namun juga
belum dapat dikatakan mewakili pengertian yang sebenarnya. Musik gereja
bukanlah sekedar instrumen musik yang digunakan di gereja, seperti piano, organ,
kelompok paduan suara dan gitar. Tetapi musik gereja adalah segala seluruh
musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah, apapun itu bentuknya,
entah berupa nyanyian jemaat, paduan suara, dan musik instrumental.1 Menurut
penulis, musik gereja adalah bagian dari musik yang dihasilkan manusia secara
umum atau universal, musik dari dunia ini yang dihasilkan oleh orang-orang
percaya (Kristen) untuk mengekpresikan iman mereka kepada Tuhan. Dengan
kata lain, musik gereja adalah musik yang digunakan dalam ibadah gereja untuk
memuji dan memuliakan Tuhan.
Antara liturgi dan ibadah terdapat hubungan yang erat dan saling mengisi.
Ibadah adalah ungkapan syukur umat atas karya Allah yang terjadu secara terus
menerus dalam kehidupan manusia. Istilah liturgi digunakan untuk
mengungkapkan ibadah jemaat. Liturgi sudah menjadi istilah teknis dalam ilmu
teologi merujuk berkumpulnya jemaat untuk beribadah. Sebagai tata ibadah,
liturgi harus benar-benar berfungsi sebagai sarana ibadah bagi jemaat, dalam
menghidupkan dan menguatkan kepercayaan jemaat dan juga untuk menyinari
kasih Kristus kepada orang-orang yang belum menjadi anggota jemaat, sehingga
mereka tertarik untuk bergabung dengan jemaat.2
1 Agastya Rama Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja, (Salatiga: Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana, 1999), 8. 2 Engel, J. D, Liturgika (Salatiga: Tirsara Grafika, 2007), 6.
12
Liturgi merupakan bagian dari ibadah itu sendiri yang memampukan
jemaat untuk menghayati persekutuannya dengan Tuhan dan sesamanya.3
Sehingga peran liturgi dalam ibadah merupakan salah satu hal yang mendukung
proses pelayanan dan penghayatan iman warga jemaat. Setiap gereja memiliki ciri
khas liturgi dalam setiap peribadatan yang dilakukan sesuai aturan dan konteks
masing-masing. Liturgi sendiri telah menjadi teknis dalam ilmu teologi yang
merujuk kepada berkumpulnya jemaat untuk beribadah. Musik gereja merupakan
bagian dari liturgi yang tidak terpisahkan dalam ibadah. Sebagai suatu tata ibadah,
liturgi harus berfungsi sebagai suatu sarana ibadah bagi jemaat, dalam
menghidupkan dan menguatkan kepercayaan jemaat dan juga untuk menyinarkan
kasih Kristus kepada orang-orang yang belum menjadi anggota jemaat, sehingga
mereka tertarik untuk bergabung dengan jemaat.4 Musik yang berada dalam
rangkaian liturgi akan membawa warga jemaat dalam menghayati ibadah yang
sedang berlangsung, hal tersebut terjadi karena manusia memerlukan perantara
atau obyek dalam mewujudkan penghayatannya secara sempurna.
Liturgi yang baik adalah liturgi yang mampu menghadirkan damai bagi
setiap warga yang beribadah, secara khusus dalam penelitian ini ibadah minggu.
Liturgi sebagai fungsi dasar gereja menunjuk kepada pemahaman bahwa liturgi
merupakan medan dan sarana untuk mengungkapkan dan melaksanakan dirinya.5
Prinsip dasar yang membuat umat beriman menjadi gereja dalam liturgi, bukan
karena diri umat itu pantas, melainkan karena Kristus yang hadir dalam ibadah itu.
Kristus yang hadir itulah yang memanggil, memilih, dan menggumpulkan umat
dalam suatu pertemuan (eklesia).6
Ibadah merupakan tanggapan komunitas kristen yang diritualkan terhadap
kasih Allah melalui puji-pujian dari hati mereka, sehingga persekutuan mampu
mengasihi satu sama lain dan seluruh ciptaan Allah, sama seperti mereka
mengasihi diri mereka sendiri.7 Namun ibadah yang dihadapi oleh jemaat GPIB
3 Engel, J. D, Liturgika, 7.
4 Riemer, G, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), 11.
5 Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 40.
6 Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, 42.
7 Ray David. R, Gereja Yang Hidup, (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 10.
13
ICHTHUS Tumbang Titi tidak menjawab kebutuhan jemaat dalam ibadah
minggu. Ibadah yang dilaksanakan tidak sesuai kebutuhan jemaat sehingga warga
jemaat terkadang jarang pergi ibadah dan kurang menghayati. Oleh sebab itu Ibu
Rosmala menjelaskan faktor jemaat tidak pergi ibadah karena liturgi ibadah dalam
setiap minggu sangat monoton. Bahkan ketika memuji Tuhan tempo musik yang
tidak teratur sehingga jemaat memuji Tuhan tidak tertata dengan baik, sebab tidak
terdapat paduan suara dan pemusik dalam ibadah. Gereja hanya memiliki alat
musik yaitu organ, namun tidak ada warga jemaat yang rutin untuk mengiringi
ibadah. Oleh karena itu pemusik dalam ibadah sangat perlu sebagai sarana ibadah
agar jemaat dapat memuji Tuhan dengan baik dan benar.8
Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi memerlukan liturgi ibadah yang
kreatif. Liturgi dan ibadah terdapat hubungan yang erat dan saling mengisi. Ibadah
adalah ungkapan syukur umat atas karya Allah yang terjadi secara terus menerus
dalam kehidupan jemaat. Liturgi lebih pada sarana dan bentuk serta cara umat
mengespresikan rasa syukurnya atas keselamatan dan karya-karya Allah, yang
dirasakan dan dialami umat dalam hidupnya, sehingga diaman ada ibadah
didalamnya ada liturgi diselengarakan.9 Musik gereja merupakan bagian dari
Liturgi. Oleh sebab itu musik gereja adalah musik (dalam segala bentuk dan
jenisnya) yang dipakai dalam peribadatan gereja, baik dalam ibadat umum pada
hari Minggu, maupun ibadat khusus di hari lainnya. Menurut Handoko, dengan
musik gereja, maka peribadatan tidak hanya berjalan dalam bentuk oral (kata-
kata) dan aktual (perbuatan/ritual tertentu), tetapi juga dalam bentuk dan suasana
musikal. Kebaktian akan menjadi hidup bila diiringi dengan musik yang indah, ia
akan menjadi lebih semarak dan penuh jiwa, penuh perasaan (emosional), penuh
kesenian (artistikal), dan keindahan (estetikal). Ibadah seperti ini akan
mengesankan dan membuat para anggota jemaat semakin merasa diberkati oleh
Tuhan serta iman mereka selalu bertumbuh.10
8 Wawancara Ibu Rosmala adalah Majelis Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi, pada
hari Minggu tanggal 17 januari 2017 pukul 12.00 wib. 9 Engel, J. D, Liturgika, 6.
10 Sri Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi: Materi Ringkas untuk Pembekalan Pelayan
Musik dan Organis Gereja (Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2014), 2.
14
Di dalam lingkup hidup berjemaat gereja protestan, terkhususnya jemaat
GPIB ICHTHUS Tumbang Titi, memiliki persoalan dengan pelayanan terhadap
jemaatnya. Warga jemaat mencari liturgi ibadah kreatif yang sesuai dengan
kebutuhan mereka, serta tata liturgi ibadah yang tidak terlalu monoton yakni
terdapat kantoria dan pemusik agar dapat memahami kebutuhan spiritualitas
jemaat. Kantoria dan pemusik sangat berperan penting dalam ibadah agar
nyanyian ibadah dapat dinyanyikan dengan baik, sehingga pada akhirnya
persekutuan ibadah dapat dihadiri oleh seluruh anggota jemaat.
Sebagai persekutuan orang-orang percaya, maka perjumpaan umat dengan
Allah dalam ibadah, memegang peranan penting di dalam kehidupan bergereja.
Dalam perjumpaan dengan atau persekutuan dengan Tuhan, terjadi dialog timbal
balik antara umat dengan Allah. Melalui pelayanan Firman, Allah memberitakan
pengampunan dosa dan jemaat mengakui dosanya. Allah memberikan Petunjuk
Hidup Baru, jemaat menyambutnya dengan menyanyi pujian yang berisi
kesanggupan untuk hidup sesuai dengan Firman Allah.11
Oleh sebab itu,
melayani dapat pula menjadi sarana pertanggungjawaban iman dan penggakuan
dihadapan Allah dan sesama manusia, sehingga tata ibadah sebagai tatanan dalam
pertemuan umat dengan Tuhan itu perlu, agar ibadah jemaat tidak tercela.12
Dari penjelasan di atas merupakan sebagai latar belakang penulisan ini
bahwa anggota Jemaat membutuhkan bentuk liturgi ibadah yang sesuai dengan
konteks mereka. Apapun wujud kreatif sebuah liturgi, ia harus tetap berfungsi
sebagai sarana ibadah. Itu berati pusat perhatian utama ibadah adalah Tuhan,
begitu pula dengan unsur yang diwujudkan dalam liturgi hanya ditunjukan kepada
satu arah yaitu Kristus.13
Musik gereja juga menjadi bagian dari ibadah yang
merupakan sarana liturgi itu sendiri. Adanya musik gereja dapat mengiringi
ibadah agar jemaat bisa menghayati ibadah dengan penuh sukacita dan
memuliakan Tuhan. Sehingga, jemaat musik dalam ibadah dapat tertata dengan
baik dan jemaat dapat lebih mengekspresikan iman mereka melalui puji-pujian.
11
Engel, J. D, Liturgika, 7. 12
Engel, J. D, Liturgika, 6. 13
Engel, J. D, Liturgika 7.
15
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman jemaat terhadap musik dalam ibadah minggu di
GPIB ICTHUS Tumbang Titi – Kalimantan barat
2. Bagaimana upaya jemaat mengatasi liturgi yang monoton
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pemahaman jemaat terhadap musik dalam ibadah
minggu di GPIB ICTHUS Tumbang Titi – Kalimantan Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis dalam upaya untuk membangun kembali pemahaman-
pemahaman jemaat mengenai musik gereja. Adapun manfaatnya, yaitu:
Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah refrensi
bagi mahasiswa maupun penelitian berikutnya. Hal yang sama juga
diharapkan bermanfaat bagi gereja.
Secara praktis bagi peneliti sendiri hasil penelitian ini menambah
pengetahuan akan liturgi kreatif yang mampu mengembangkan
partisipasi jemaat dalam peribadatan yang berlangsung. Selain itu bagi
gereja mendapatkan pemahaman yang baru untuk lebih
memperhatikan perkembangan musik gereja.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu
sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa masa sekarang. Penelitian
deskriptif bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal secara
16
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi
tertentu yang ada dilapangan.14
Penelitian ini juga menggunakan dengan
pendekatan kualitatif di Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi. Penelitian
kualitatif memiliki ukuran data yaitu logika, dimana dengan logika
menolak dan menerima sesuatu yang dinyatakan berupa kalimat, yang
dirumuskan secara cermat.15
Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi dan
Bajem ANUGERAH Serengkah merupakan satuan pengamatan yang
akan dilakukan penulis dengan wawancara majelis jemaat dan warga
gereja setempat. Penyusunan dan penulisan karya ini dilakukan oleh
penulis dengan mencari informasi dengan membaca dan menganalisis
secara kritis dari bahan. Bahan yang dipakai berupa sumber-sumber
tertulis, dokumen, bahan dari internet. Agar menyempurnakan hasil
penelitian, maka teknik observasi langsung juga dilakukan oleh penulis.
Teknik observasi langsung ini digunakan untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang Perkembangan Musik Gereja di GPIB ICTHUS
Tumbang Titi.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulis akan membagi tulisan ini ke dalam lima bagian, yakni
sebagai berikut: Bagian pertama membahas tentang pendahuluan yang
meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode
penelitian dan sistematika penelitian. Bagian kedua yaitu landasan teori
tentang pengertian musik gereja, perkembangan musik gereja, nyanyian
jemaat, definisi ibadah, peran musik dalam ibadah dan peran paduan suara.
Bagian ketiga ini membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan.
Bagian keempat analisis terhadap hasil penelitian dengan menggunakan
teori yang ada dalam bagian kedua. Bagian kelima merupakan penutup
meliputi kesimpulannya, berupa hasil temuan yang diperoleh dari
pembahasan analisis serta saran bagi Gereja.
14
Sumardi Suryabarata, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998), 18 15
John W. Creswell, Research Design (Jakarta Selatan: KIK Press, 2003), 19.
17
2. TEORI
2.1 Pengertian Musik, Nyanyian dan Ibadah
2.1.1 Definisi Musik
Musik adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kegiatan ibadah
atau kebaktian Kristiani.16
Manusia tidak bisa melepaskan diri dari musik dan
tidak ada satupun manusia tidak mengenal musik. Musik selalu menjadi bagian
ungkapan dan media komunikasi manusia. Apa yang yang terkadang tidak dapat
disampaikan dengan kata-kata dapat diungkapan dengan dengan musik. Musik
betul-betul termasuk bidang simbolisasi manusia. Itu pula sebabnya, liturgi gereja
menggunakan musik sebagai salah satu bentuk ungkapan iman. Tidak semua
musik dapat disebutkan sebagai musik gereja jika tidak menjadi bagian dari
ibadah yang ada. Musik dapat membantu seseorang menghayati perasaannya
termasuk perasaannya dengan Tuhan. Istilah Musik berasal dari bahasa Yunani
mousike yang diterjemahkan dalam bahasa Latin musica. Sedangkan, istilah
musik yang digunakan dalam liturgi gereja yaitu musik liturgi atau musik gereja.17
Musik gereja pada hakikatnya bersifat simbolis. Artinya musik gereja dapat
menjadi ungkapan peran serta aktif umat. Musik juga dapat membangkitkan
suasana jiwa terhadap sabda dan kasih Allah dalam ibadah. Oleh sebab itu fungsi
utama gerejawi adalah untuk menambah dimensi keterlibatan ke dalam ibadah.18
Gereja merupakan tempat persekutuan semua orang percaya. Melihat kata
persekutan berarti bahwa di dalamnya ada terdapat suatu kegiatan yaitu ibadah.
Ketika kita menjalani suatu ibadah yang berkenan dihadapan Allah, maka kitapun
akan merasakan betapa besarnya kuasa Allah dalam ibadah, sehingga kita
merasakan kehadiran-Nya dalam hati dan kehidupan kita. Ibadah tidak hanya
berlangsung begitu saja, melainkan ada beberapa aspek yang melengkapi ibadah
tersebut, seperti puji-pujian kepada Tuhan dengan diiringi musik yang berkenan
kepada Allah. Puji-pujian tersebut juga dapat berupa, nyanyian jemaat secara
16
Engel, J. D, Liturgika, 107. 17
Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, (Yogyakarta: Kanisius, 2011) 190. 18
White James F, Pengantar Ibadah Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005). 102.
18
umum, bisa juga dalam bentuk kelompok vokal (vocal group) paduan suara
jemaat, dan lain sebagainya.19
Musik gereja yang baik atau tidak tergantung dari
kesepakatan seluruh anggota jemaat, apakah mereka menganggap musik gereja itu
penting atau sekedar pengiring nyanyian jemaat. Ketika seluruh warga jemaat
memahami bahwa musik gereja dapat membuat jemaat menghayati unsur liturgi,
nyanyian dan ibadah, serta menjadi nyanyian jiwa atau doa hati, maka akan
muncul usaha-usaha untuk menghasilkan musik gereja yang lebih baik. Musik
yang baik, akan mengubah suatu ibadah yang rata-rata menjadi ibadah yang luar
biasa dan kemudian menjadi wahana anugerah Allah.20
2.1.2 Nyanyian Jemaat
Hidup orang Kristen tidak pernah lepas dari puji-pujian. Puji-pujian adalah
ungkapan hati yang mengasihi Tuhan dan hati yang bersyukur karena limpahan
berkat yang diberikan Allah kepada kita. Pada masa Reformasi, Luther
menggunakan paduan suara anak untuk mengajarkan nyanyian baru kepada
jemaat. Calvin bahkan hanya memperkenankan paduan suara untuk mengiringi
nyanyian jemaat di gereja. Baik Luther maupun Calvin memandang musik gereja
itu penting untuk pertumbuhan ibadah (GPIB, 2007). Musik dan nyanyian yang
dipujikan melalui paduan suara, tidak saja membuat jemaat bernyanyi dengan
nyaman, menghayati firman sebagai jawaban atas pergumulan jemaat, tetapi dapat
membuat suasana ibadah lebih Khidmat.21
Agar jemaat dapat merasakan lebih
Khidmat maka nyanyian dan musik gereja harus ditata dengan baik. Alkitab
Perjanjian Lama sejak dulu telah menunjukkan kepada kita bahwa nyanyian
ibadah sudah ditata dengan baik (I Tawarikh 25, Nehemia 12:27-38). Oleh sebab
itu bahwa kelompok musik dibentuk agar ibadah dapat berjalan dengan baik,
sehingga warga jemaat dapat bernyanyi dengan baik dan benar.22
19
Engel, J. D, Liturgika, 49. 20
Ray David, Gereja Yang Hidup, 151. 21
Engel, J. D, Liturgika, 107. 22
Soumokil Godlief, Penataan Nyanyian Ibadah (Materi Music Clinic GPIB Jemaat
Taman Sari Salatiga, Salatiga, 21 Sepetember, 2017)
19
Dalam pertemuan ibadah, nyanyian jemaat merupakan salah satu bagian
yang sangat penting bahkan sudah menjadi identitas umat Kristiani. Liturgi adalah
pelayanan kepada Allah dan kepada sesama manusia yang lain, liturgi adalah
tempat jemaat menyanyikan akan adanya pengharapan dan masa depan yaitu
mengenai kerajaan sorga yang sedang datang oleh karena itu nyanyian jemaat
menjadi sangat penting.23
Di dalam nyanyian, apa yang ditampilkan tidak semata-
mata dinyatakan dengan terminologi intelektual; yang tak dapat ditampakkan
adalah suara yang ada itu. Orang yang menyanyi adalah seseorang padanya hati,
jiwa, serta pikirannya merupakan satu kesatuan. Nyanyian juga mempunyai unsur
proklamasi karena nyanyian dapat membuat orang-orang lain ikut mengambil
bagian dalam apa yang dinyatakan. Pada saat yang sama nyanyian merupakan
perwujudan dari kesatuan gereja.24
Syair nyanyian jemaat mempunyai peran
penting untuk meresapi firman Allah. Artinya Allah meneruskan firman-Nya
kepada manusia dan menetapkannya untuk tinggal di dalam hati.25
Menurut
Djohan menjelaskan dalam mendengarkan musik, suatu hal yang penting untuk
diperhatikan adalah membuat pendengar dapat mengingat kejadian lampau
melalui musik.26
Melihat pentingnya nyanyian dalam ibadah, tugas gereja yaitu
memilih nyanyian yang bukan disukai oleh pendeta, pemimpin pujian, paduan
suara atau pemain musik tetapi nyayian yang dipilih sesuai dengan konteks jemaat
dan juga tema ibadah.27
2.1.3 Ibadah
Gereja tidak terlepas dari persekutuan ibadah yang diselenggarakan guna
menumbuhkan dan memperkuat iman jemaat. Menurut kamus Bahasa Indonesia,
Pengertian ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang
didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.28
Istilah
23
Oslt Van, E, H, Alkitab Dan Liturgi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 111. 24
Oslt Van, E, H, Alkitab Dan Liturgi, 145. 25
Rachman Rasid, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2012), 169. 26
Djohan, Psikologi Musik, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2003), 136. 27
Ray David. R, Gereja Yang Hidup, 151. 28
https://kbbi.web.id/ibadah, di akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul
00.15 Wib
20
liturgi selalu dihubungkan dengan Ibadah Jemaat/tata kebaktian dan didalam
liturgi terkandung adanya tugas, pekerjaan dan pelayanan, sehingga kata ibadah
juga bisa menjadi arti dari litugi, tetapi suatu ibadah dapat bermakna liturgis
ketika dalam ibadah itu semua jemaat dapat berpartisipasi aktif.29
Liturgi berasal
dari bahasa Yunani leituorgia yang terdefinisikan dalam kata “ergon” yang berati
bekerja dan“laos” yang berati umat atau rakyat, sehingga makna liturgi pada
awalnya adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh rakyat untuk kepentingan
negara. 30
Dalam buku Engel mengutip dari Abineno memahami liturgi pada satu
sisi, menunjuk pada pertemuan ibadah yang didalamnya terdapat nyanyian, doa
dan pembacaan Alkitab, serta pelayanan kepada mereka yang belum menerima
Kristus.31
Gereja mengungkapkan imannya dalam ibadah. apa yang dipercayai oleh
gereja mendapat bentuk yang nyata dalam kebaktiannya.32
Ibadah adalah kata
yang umum dan inklusif bagi berbagai peristiwa (ritual-ritual) yang menegaskan
kehidupan ketika gereja menyelenggarakan pertemuan bersama guna
mengekpresikan iman mereka (liturgi) dalam puji-pujian, mendengarkan Firman
Allah, dan merespon kasih Allah dengan berbagai karunia dari kehidupan mereka.
Ibadah adalah intisari gereja. Dalam ibadah harus menjadi nyata bagaimana Tuhan
menyatakan diriNya untuk manusia.33
Berdasarkan pemahaman tersebut ibadah
adalah sarana yang sangat penting untuk menghidupkan dan menguatkan
kepercayaan (Iman) jemaat yakni tindakan sembayang dan berdoa dan menyinari
kasih Kristus kepada sesama. Sementara liturgi adalah sebuah tindakan untuk
mengekspresikan iman. Artinya, liturgi itu berhubungan dengan doa yang
menyatakan iman dan hubungan kita dengan Allah.34
29
Engel, J. D, Liturgika, 2. 30
Riemer, G, Cermin Injil, 9. 31
Engel, J. D, Liturgika, 1. 32
Jonge, Christiaan De, Apa Itu Calvinisme?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 165. 33
Riemer, G, Cermin Injil, 19. 34
Martasudjita Emanuel, Pr, Pengantar Liturgi, 29.
21
2.2 Perkembangan Musik Gereja
Secara singkat penulis memaparkan mengenai sejarah musik dan
perkembangan musik gereja. Penemu alat musik menurut tradisi dalam Alkitab
(Kej 4:21) yaitu, Yubal, anak Lamekh. Mereka yang menemukan alat musik
yakni, kecapi dan suling. Di kemudian hari musik disahkan untuk digunakan
dalam ibadah Bait Suci, karena sebelumnya terbatas digunakan dalam kehidupan
sosial orang Ibrani. Musik sering diperdengarkan dalam keadaan bergembira dan
biasanya dibarengi tarian. Musik, menyanyi dan menari adalah biasa dalam pesta,
khusus pesta memetik buah anggur dan pesta perkawinan. Selain itu, musik
digunakan pada saat berkabung. Nyanyian ratapan (qina) yang mengisi Kitab
Ratapan dan ratapan Daud karena kematian Saul dan Yonatan (2 Sam 1:18-27).35
Gereja perdana sudah mengenal musik, terutama nyanyian dan musik
instrumental. Musik Liturgi Gereja perdana berakar pada tradisi musik ibadat
Yahudi yang kemungkinan besar tidak diiringi alat musik artinya musik dalam
Gereja perdana yaitu nyanyian seperti yang tercermin jelas dalam surat Efesus dan
Kolose yang menganjurkan umat agar menyanyikan kidung puji-pujian dan
nyanyian rohani dalam pertemuan jemaat. Pada waktu itu, musik terutama
berbentuk nyanyian. Nyanyian-nyanyian yang sudah ada dan populer dipakai
jemaat ialah buku Mazmur yang menjadi buku nyanyian pada Gereja Perdana.
Gereja Perdana mengenal dengan baik nyanyian yang merupakan sebagai
unsur kehidupan ibadah. Pada zaman modern, Musik Gereja berkembang lebih
lanjut sesuai dengan gaya seni masing-masing abad. Kemudian pada awal abad
ke-20, terjadilah pembaruan liturgi yang hebat dalam gereja mengenai musik
gereja pada tahun 1903. Pembaruan liturgi tersebut untuk pertama kalinya musik
gereja secara resmi sebagai bagian tak terpisahkan dari Liturgi gereja yang
dinyatakan oleh Paus Pius X.36
35
Engel, J. D, Liturgika, 107. 36
Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, 191-193.
22
2.3 Peran Musik dalam Ibadah
Secara umum musik merupakan penggambaran kembali kebiasaan-
kebiasaan hidup manusia atau dunia besar yang kita diami dalam bentuk
perlambang-perlambang bunyi yang diungkapkan secara ekspresif dan estis.37
Musik yang kita kenal dalam tata ibadah gereja sering disebut juga dengan musik
gereja. Musik gereja adalah segala musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata
ibadah, adapun bentuknya, berupa nyanyian jemaat, paduan suara, maupun jenis
musik isntrument yang digunakan untuk mengiringi kebaktian.38
Dalam kaitannya
dengan ibadah, musik gereja memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1) Menciptakan
suasana peribadatan yang sesuai dan menekankan hal-hal yang penting dalam
peribadatan. 2) Sebagai respon jemaat terhadap bagian-bagian dari tata ibadah,
baik merupakan votum dan salam, pengakuan dosa, pelayanan firman, pengakuan
iman percaya, pengutusan maupun pemberkatan yang bersifat sangat pribadi. 3)
mengajarkan tentang doktrin-doktrin kristiani, kasih Allah kepada dunia serta
pengakuan bahwa Allah berkuasa dalam kehidupan manusia.39
Kebanyakan orang merasa ibadah perlu diiringi dengan musik untuk
mempunyai jiwa. Ibadah tanpa musik kurang mempunyai ekspresi dari apa yang
berada di dalam diri mereka, kurangnya sebuah perasaan komunal, dan kurangnya
pujian terhadap Tuhan yang menaruh lagu di dalam jiwa setiap orang.40
Musik
Gereja bukan saja setiap lagu yang liriknya mengandung kata “Tuhan” yang
dituliskan berulangkali. Bukan juga sekedar instrument musik yang digunakan
gereja, seperti: piano, organ dan gitar. Musik gereja adalah seluruh musik yang
terkait dan menjadi dari tata ibadah, adapun itu bentuknya, baik berupa nyanyian
jemaat, paduan suara, musik instrumental dan sebagainya. Karena fungsi dari
nyanyian jemaat sebagai salah satu musik gereja yang sedemikian pentingnya
dalam tata ibadah, maka ada beberapa kriteria yang harus dipegang di dalam
37
Agastya Rama Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja, 6. 38
Engel, J. D, Liturgika, 38. 39
Engel, J. D, Liturgika, 52. 40
Ray David. R, Gereja Yang Hidup, 147.
23
memilih dan menentukan nyanyian-nyanyian jemaat yang akan digunakan, yaitu :
a) Sejauh mana syair suatu nyanyian memiliki kebenaran teologis. b) Apakah
syair dan melodi nyanyian jemaat telah sesuai. c) Apakah pemilihan nyanyian
jemaat telah disesuaikan dengan tema ibadah serta mendukung bagian-bagian dari
tata ibadah.41
Dari pemahaman yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa peran
musik dalam ibadah minggu sangat dibutuhkan. Musik dapat membantu umat
untuk merenungkan dan “berkontemplasi” pada misteri iman yang dirayakan.
Melodi musik yang indah dan sesuai dengan jiwa liturgi akan menciptakan
suasana yang kondusif bagi doa dan perjumpaan dengan Allah42
. Alat-alat musik
agar ibadah dapat membuat para jemaat lebih berekspresi dan membuat jiwa lebih
bersukacita. Tanpa disadari saat mendengarkan musik sering membuat kaki
bergoyang dan menyebabkan kita hanyut dalam lagu yang didengar, mengingat
pengalaman tertentu, serta membangkitkan emosi. Melalui musik jemaat dapat
menikmati irama dan alunan, namun agar musik dapat dihayati oleh remaja, lagu-
lagu yang dipilih melalui tata ibadah juga memiliki unsur-unsur teologis dan
sesuai dengan tema ibadah agar tujuan jemaat bernyanyi yaitu untuk memuji dan
memuliakan Tuhan melalui ibadah.
2.4 Peran Paduan Suara
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pemimpin adalah orang yang
ditunjuk untuk memimpin dalam organisasi/kelompok.43
Kantoria merupakan
penuntun musik dalam ibadah. Kantoria adalah kelompok penyanyi atau paduan
suara yang bertugas untuk menuntun nyanyian jemaat. Tugas utama kantoria
yaitu membantu umat untuk bernyanyi dan menghayati setiap lagu dengan baik.
Sebagian besar jemaat mengetahui sebuah lagu bukan karena membaca notasi. Di
sinilah peran kantoria untuk memberi bimbingan kepada jemaat. Jemaat akan
lebih mudah belajar dari kantoria karena suara kantoria adalah suara jemaat.
41
Agastya Rama Listya, Kontekstualisasi Musik Gereja, 12. 42
Emanuel Martasudjita, Pr, Pengantar Liturgi, 197. 43
https://kbbi.web.id/pimpin di akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul
22.30 Wib
24
Sering kali latihan yang kurang baik hasilnya kurang memadai. Oleh sebab itu
setiap paduan suara yang akan bertugas sebagai kantoria perlu mempersiapkan
dirinya agar dapat melaksanakan tugas dengan baik juga. Kemudian pengertian
prokantor kurang lebih sama dengan presenter. Dalam pengertian harafiahnya
adalah mereka yang memulai. Dalam pengertin musik gereja, prokantor adalah
dirigen umat. Artinya dirigen bertugas memandu umat bernyanyi dengan
menggunakan kantoria dan pengiring alat musik sebagai sarana dalam
menjalankan tugasnya.44
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dirigen adalah
pemimpin orkes simfoni, korps musik, atau paduan suara.45
Paduan suara dan pemusik berperan penting dalam liturgi ibadah, masing-
masing mempunyai tugas sendiri. Agar ibadah tertata dengan baik dan benar
gereja membentuk komisi musik gereja. Mereka saling belajar dan mengisi
sehingga musik menjadi lebih indah dan harmoni. Pemusik dan paduan suara
bukan untuk membuktikan mereka hebat dalam memainkan alat musik dan
dipertontonkan kepada jemaat, tetapi fungsi utama dari musik gereja adalah
sebagai merespon kasih Allah dengan bernyanyi puji-pujian. Paduan suara juga
sebaliknya di dalam ibadah bertugas untuk melayani. Itu berarti bahwa paduan
suara tidak boleh menyanyi sendiri-sendiri, tetapi bersama-sama dengan jemaat
dengan berbagai cara yaitu menyokong nyanyian jemaat dan menyanyi bergiliran
dengan jemaat. 46
Engel dalam bukunya mengutip pendapat Hibbert dan Mike menjelaskan
fungsi utama pemain musik menurut alkitabiah adalah memanggil orang untuk
berkumpul dan melakukan penyembahan. Jika hal ini gagal dilakukan, maka tugas
kedua sebagai pemain musik dibatasi. Jika kita memanggil dan mengumpulkan
orang-orang untuk melakukan penyembahan yang dihadiri oleh Allah sendiri,
maka mereka akan melihat hadirat Allah, takut akan dia, dan menjadi percaya
44
Soumokil Godlief, Penataan Nyanyian Ibadah (Materi Music Clinic GPIB Jemaat
Taman Sari Salatiga, Salatiga, 21 Sepetember, 2017) 45
https://kbbi.web.id/dirigen di akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul
22.30 Wib 46
Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2013), 111.
25
kepada-Nya. Begitu kita menyembah dan meninggikan Tuhan, orang-orang akan
datang kepada-Nya.47
3. HASIL PENELITIAN
3.1 Profil Jemaat
Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi adalah salah satu jemaat mandiri
di wilayah musyawarah pelayanan (mupel) regio II Kalimantan Barat. ICHTHUS
Tumbang Titi masuk dalam wilayah kabupaten Ketapang. Jarak tempuh dari
Ketapang sekitar 58,5 km. Sebagian besar warga jemaat berasal dari etnis suku
Dayak Pesaguan, disebut demikian karena mereka bertempat tinggal di sekitar
Sungai Pesaguan. Selain warga asli, ada juga warga jemaat pendatang yang
berasal dari NTT dan Manado, sebagian besar warga pendatang terkhususnya
yang berasal dari NTT dan Manado berprofesi sebagai tenaga pengajar (guru)
sejak tahun 70-an. Tingkat pendidikan warga jemaat masih rendah bagi warga asli
yaitu suku Dayak, dan sebagian besar mata pencaharian mereka sebagai petani
karet, jengkol, dan berkebun. Karena kondisi ekonomi yang sangat sulit dan
tertekan hidup yang berat, sehingga banyak warga jemaat yang masih kurang
peduli dengan kehidupan bergereja. Hal inilah yang menjadi pergumulan para
pelayan Tuhan dalam melaksanakan tugas panggilan pengutusannya sebagai
Presbiter GPIB, khususnya wilayah Pos-pos Pelkes.
3.2 Sejarah Singkat Jemaat
Sejarah terbentuknya Jemaat “ICHTHUS” Tumbang Titi berawal dari
hasil pekerjaan para tenaga penginjil yang berasal dari sekolah tinggi Batu Malang
sekitar tahun 1970-an (pada waktu itu GPIB masih bekerjasama dengan lembaga
tersebut). Jemaat yang pertama kali berdiri dari hasil penginjilan adalah jemaat
Pengancing (Bajem “IMMANUEL” Pengancing). Bahkan Pegancing sebagai
tempat berdiri sekolah Kristen pertama, namun kurang berkembang dan pada
akhirnya dipindahkan ke wilayah Marau, dan sekarang menjadi sekolah Yapendik
GPIB. Pada saat itu anggota jemaat belum memiliki gedung gereja. Sebab itu,
47
Engel, J. D, Liturgika, 52.
26
jemaat beribadah hanya di rumah jemaat. Pada setiap minggu berpindah-pindah
tempat sesuai jadwal yang diberikan. Walaupun baru mengenal agama Kristen,
mereka tetap bersemangat dan bersukacita dalam persekutuan ibadah. Bahkan
dalam memuji Tuhan para pendeta mengajarkan jemaat lagu-lagu kidung jemaat.
Setelah jemaat menerima Kristen secara utuh dan juga perkembangan jemaat
semakin luas.
Jemaat “ICHTHUS” Tumbang Titi merupakan didewasakan dan
dilembagakan sebagai jemaat GPIB mandiri yang ke 272, yang dilembagakan oleh
Majelis Sinode pada 03 September 2016. Sebelum dilembagakan jemaat GPIB
“ICHTHUS” Tumbang Titi adalah bagian dari wilayah pelayanan (Pos Pelkes)
Jemaat GPIB “EBENHEAZER” Ketapang. Bahkan sampai sekarang jemaat GPIB
“ICHTHUS” Tumbang Titi memiliki 10 gedung gereja. Pembagian Sektor dan
Pos Pelkes terbagi tiga sentra yang ada yaitu Tumbang Titi, Serengkah,
Pengancing. Untuk masuk kemandirian Gereja, pada tanggal 4 April 2017 dengan
keputusan sidang majelis jemaat (SMJ) status Pospel “Anugerah” Serengkah dan
Pospel “IMANUEL” Pengancing berubah menjadi BAJEM.48
3.3 Pemahaman Warga Jemaat Terhadap Musik Gereja
Hasil penelitian ini tentang pemahaman jemaat terhadap musik dan
penggunaan musik dalam ibadah. Ibadah merupakan bentuk pertemuan jemaat
dengan Allah guna mengeskpresikan iman mereka dalam mendengarkan Firman
Allah, dan merespon kasih Allah dengan berbagai karunia dari kehidupan mereka,
oleh karena itu dalam ibadah juga terdapat nyanyian dan musik untuk memuji
Tuhan, maka ibadah tidak terlepas dari musik.
Menurut Ibu Yasek musik gereja adalah sarana untuk membantu jemaat
menyembah dan memuji Tuhan dalam ibadah. Fungsi lain dari musik mampu
membawa suasana yang menyenangkan. Peran musik dalam ibadah membuat
lebih bersemangat mengikuti persekutuan ibadah dan menumbuhkan iman jemaat.
48
Data Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi
27
Musik juga terbagi menjadi dua bagian yaitu nyanyian dan musik.49
Nyanyian dan
musik dalam ibadah sangat penting sebagai sarana jemaat untuk menghantarkan
puji-pujian kepada Tuhan, dan merupakan bentuk ekspresi jemaat, sehingga
ibadah menjadi lebih hidup dan bersemangat mengikuti ibadah, hal ini yang
dijelaskan oleh narasumber yaitu Bapak Kemjun.50
Dari penjelasaan tersebut
terdapat kata hidup yang merupakan kata kerja sehingga menyatakan suatu
tindakan. Artinya penulis agar ibadah lebih hidup jemaat harus aktif dalam
kegiatan ibadah.
Menurut Bapak Ridwan, musik dalam ibadah sangat berperan penting agar
lebih hidup. Penggunaan alat musik dalam ibadah dapat menentukan kapan harus
memulai bernyanyi dan berhenti, juga membantu jemaat untuk menyanyikan lagu
sesuai dengan nada not, dan ketukan yang sudah ditentukan dengan benar.
Penggunaan alat musik dalam ibadah mengajak jemaat bersemangat dalam
menyanyikan puji-pujian. Akan tetapi, musik dan nyanyian dalam ibadah juga
memberi kesempatan kepada umat untuk merespon kasih Allah melalui
pengalaman iman, sehingga umat mengekpresikan melalui puji-pujian untuk
memuji dan memuliakan Tuhan, bahkan mampu membawa jemaat untuk
bersemangat sehingga elemen dalam liturgi ibadah yakni musik dan nyanyian
dapat menjadi hidup.51
3.4 Kendala Musik Gereja dalam Ibadah Minggu di Jemaat GPIB
“ICHTHUS” Tumbang Titi
3.4.1 Musik Gereja di Jemaat Bajem “Anugerah”
Menurut Pdt. Deina Wattimena nyanyian jemaat dalam setiap ibadah
minggu menggunakan nyanyian Kidung Jemaat dan Gita Bakti, kebijakan ini
49
Wawancara dengan Ibu Yasek adalah Majelis Jemaat GPIB “ICHTHUS” Tumbang
Titi, pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2017 pukul 12.00 wib. 50
Wawancara dengan Bapak Ridwan adalah Majelis Jemaat GPIB “ICHTHUS”
Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2017 pukul 13.30 wib. 51
Wawancara dengan Bapak Ridwan adalah Majelis Jemaat GPIB “ICHTHUS”
Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2017 pukul 11.30 wib.
28
sudah ditentukan oleh sinode GPIB. 52
Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi
mengalami permasalahan yakni peran musik dalam ibadah di induk maupun di
Bajem (Bakal Jemaat), pernyataan tersebut yang dijelaskan menurut Bapak
Ridwan. Ibadah di Bajem Anugerah Serengkah tidak sepenuhnya utuh disebabkan
pada saat ibadah jemaat hanya bernyanyi tanpa adanya paduan suara dan pemusik.
Puji-pujian yang dinyanyikan baik itu Gita Bakti dan Kidung Jemaat tidak sesuai
dengan not yang ada dan ketukan/tempo tidak beraturan, sehingga untuk memulai
nyanyian ibadah para majelis bertugas atau jemaat secara spontan yang
menyanyikan secara terlebih dahulu. Kehadiran jemaat dalam ibadah minggu
sangat tidak memperhatikan sebab musik dalam ibadah yang tidak membuat
jemaat berekspresi.53
Menurut Ibu Siomai peran kantoria dan pemusik sangat penting dalam
ibadah untuk menghantarkan nyanyian jemaat kepada Tuhan. Dalam memuji
Tuhan melalui nyanyian jemaat merasa monoton sehingga nyanyian yang terdapat
dalam liturgi ibadah terkadang jemaat tidak bernyanyi karena tidak mengetahui
lagu-lagu yang dipilih. Contohnya dalam lagu-lagu Gita Bakti. Oleh karena itu
gereja seharusnya membentuk kelompok musik gereja agar puji-pujian dapat
dinyanyikan dengan baik.54
3.4.2 Musik Gereja di Jemaat “ICHTHUS” Tumbang Titi
Menurut Ibu Wita menjelaskan pemusik dan paduan suara sangat berperan
penting dalam ibadah agar jemaat dapat bernyanyi dengan benar dan lebih
menghayati ibadah. Setiap ibadah minggu di gereja induk hanya menggunakan
alat musik organ, musik yang tidak kreatif membuat jemaat merasa sangat
membosankan, sehingga kehadiran jemaat dalam ibadah minggu tidak maksimal.
Pemusik terkadang memainkan nada yang tidak sesuai dengan suara paduan suara
sehingga jemaat sangat sulit menyanyikan puji-pujian ibadah dan bernyanyi tidak
52
Wawancara dengan Pdt. Deina Wattimena adalah ketua Majelis Jemaat GPIB
“ICHTHUS” Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 7 Febuari 2017 pukul 13.30 wib. 53
Wawancara dengan Bapak Ridwan adalah Majelis Jemaat GPIB “ICHTHUS”
Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2017 pukul 13.40 wib. 54
Wawancara dengan Ibu Siomai adalah Pengurus Persekutuan Kaum Perempuan GPIB
“ICHTHUS” Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2017 pukul 12.30 wib.
29
baik. Menurut bapak Lexy Panggalila selaku pemusik yang memainkan alat
tersebut mengatakan dalam liturgi ibadah merasa sulit untuk mempelajari
nyanyian liturgi ibadah sebab menggunakan nyanyian baru yaitu Gita Bakti.
Warga jemaat sangat jarang mendapat pembinaan musik gereja.55
Menurut Ibu
Rosmala berpendapat tidak semua warga jemaat dapat bernyanyi. Agar dapat
bernyanyi hanya dengan mendengarkan orang lain bernyanyi juga. Ibu Ayu selaku
kantoria menjelaskan setiap kantoria bertugas dalam ibadah minggu hanya dua
orang saja, bahkan satu orang saja. Terkadang saya lupa dengan nada lagu padahal
sudah diiringi oleh pemusik organ.56
3.5 Nyanyian dengan kelompok Musik Akustik
Menurut Saudari Dibra tujuan jemaat datang ibadah untuk menghayati
nyanyian agar bisa menghibur hati yang penuh dengan pergumulan. Pemusik dan
kantoria sangat berperan penting dalam ibadah agar umat dapat bernyanyi dengan
benar. Perkembangan musik yang semakin maju terkhususnya dalam musik
rohani membuat jemaat ingin agar gereja dapat menggunakan musik modern
dalam setiap ibadah minggu. Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi kurang
menghayati persekutuan ibadah dalam memuji Tuhan, kurang bermakna dan
membosankan, sebab peran pemusik tidak ada dalam ibadah. Jemaat ingin musik
modern dapat membuat suasana ibadah tidak monoton, alat musik modern
menunjang kehadiran jemaat dalam persekutuan ibadah. Alat-alat musik modern
seperti alat musik organ dapat dikolaborasikan dengan gitar dan kajon, maka
terciptalah musik akustik dalam ibadah.57
Menurut Yoksan Alat musik akustik
adalah alat musik yang penguat bunyinya tanpa memerlukan tenaga listrik.
Seorang pemain alat musik akustik memerlukan tahapan proses latihan yang
cukup lama untuk dapat menghasilkan suara yang berkualitas indah untuk
55
Wawancara dengan Ibu Wita dan bapak Lexy Panggalila, pada hari Sabtu tanggal 23
Januari 2017 pukul 12.30 wib. 56
Wawancara ibu Rosmala dan ibu ayu, pada hari Minggu tanggal 17 Januari 2017 pukul
12.00 wib. 57
Wawancara Dibra adalah Pengurus Gerakan Pemuda Jemaat GPIB “ICHTHUS”
Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 16 Januari 2017 pukul 12.00 wib.
30
dinikmati. Beberapa contoh alat musik akustik yaitu Gitar, Bass, Biola, Piano dan
Kajon.58
Menurut saudara Aldo Topan selaku pemusik menjelaskan musik dalam
ibadah sangat penting karena membuat ibadah lebih menarik dan lebih bervariatif
sehingga dalam memuji Tuhan melalui puji-pujian jemaat dapat menikmati
dengan penuh semangat dalam bernyanyi. Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi
sudah beberapa kali menyelenggarakan ibadah penyegaran iman dengan
mendatangkan pelayan firman dari luar daerah. Kehadiran jemaat yang datang pun
sangat banyak untuk mengikuti persekutuan. Dalam ibadah penyegaran iman
menggunakan liturgi ibadah yang kreatif. Nyanyian sangat sesuai dengan tema
firman Tuhan sehingga jemaat mengikuti dengan penuh sukacita dan lagu-lagu
yang dinyanyikan sangat bersemangat. Dalam ibadah yang diselenggarakan
terdapat kantoria dan pemusik. Oleh karena itu, alat musik yang digunakan dalam
ibadah yaitu gitar, organ dan kajon. Dampak dari ibadah tersebut yakni warga
jemaat ingin agar musik yang kreatif hadir dalam ibadah minggu, tidak hanya
dalam ibadah penyegaran iman. Artinya musik akustik sangat disukai oleh warga
jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang Titi. Sehingga setiap minggu kami ingin
sesuatu yang baru dan lebih bervariatif dalam persekutuan ibadah minggu. Selain
itu, musik akustik memiliki daya tarik sendiri yaitu menunjang kehadian jemaat
dan musik akustik hadir dalam setiap ibadah minggu, sehingga warga jemaat
dapat menikmati ibadah serta merasa khusyuk.59
4. ANALISIS HASIL PENELITIAN: Pemahaman Jemaat terhadap
Musik dalam Ibadah Minggu di GPIB ICHTHUS Tumbang Titi
Dari penjelasan narasumber tentang pemahaman jemaat terhadap musik
dalam ibadah pada bagian ketiga maka penulis memahami bahwa musik gereja
dalam ibadah di GPIB “ICHTHUS” Tumbang Titi sangat penting. Musik dan
nyanyian dalam ibadah sebagai sarana memberi kesempatan kepada umat untuk
58
Wawancara dengan Yoksan, Pengurus Gerakan Pemuda Jemaat GPIB “ICHTHUS”
Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 15 Januari 2017 pukul 16.30 wib. 59
Wawancara dengan saudara Aldo Topan, Pengurus Gerakan Pemuda Jemaat GPIB
“ICHTHUS” Tumbang Titi, pada hari Sabtu tanggal 15 januari 2017 pukul 16.30 wib.
31
merespon kasih Allah melalui pengalaman iman, sehingga umat mengekspresikan
melalui puji-pujian untuk memuji dan memuliakan Tuhan, bahkan mampu
membawa jemaat untuk bersemangat sehingga elemen dalam liturgi ibadah yakni
musik dan nyanyian dapat menjadi hidup. Dari peryataan tersebut terdapat kata
hidup yang merupakan kata kerja.60
Oleh karena itu penulis memahami ibadah
yang hidup jemaat harus aktif dalam kegiatan ibadah. Penjelasan tersebut sangat
didukung oleh Engel dalam bukunya menjelaskan jika liturgi tidak dapat
mengespresikan dengan tepat apa yang menjadi pergumulan jemaat, jemaat tidak
akan merasa terlibat didalamnya dan jika liturgi sarat dengan kata-kata dan aksi
namun tidak memberi kesempatan pun bagi jemaat untuk merenung (hening),
jemaat tidak dapat berefleksi dan menyadari siapa dirinya dihadapan Allah.61
Nyanyian jemaat merupakan persembahan pujian kepada Allah, sehingga
peran kantoria sangat penting karena sebagai fungsi utama yaitu memimpin
nyanyian jemaat. Selain itu, peran kantoria juga menentukan not dan tempo
bernyanyi agar nyanyian dapat dilayakkan untuk memuliakan Tuhan. Tempo ialah
kecepatan suatu lagu, dan perubahan-perubahan kecepatan lagu itu.62
Oleh karena
itu tempo yang membawa kita bernyanyi bergembira karena ada reaksi dari diri
kita melalui pendengaran, sehingga dapat bernyanyi dengan penuh jiwa, hal ini
sama seperti anggapan David Ray menjelaskan mengenai salah satu kegembiraan
dalam ibadah adalah bahwa ia dapat menolong umat menemukan dan
menyanyikan lagu dari jiwa-jiwa mereka tanpa harus menyanyi sendiri. Artinya
ibadah tanpa musik jiwa tidak dapat berekspresi.63
Selain itu penulis memahami
paduan suara untuk menghatarkan jemaat bernyanyi dengan benar dan musik yang
membuat jemaat lebih bersukacita dan membangkitkan iman, oleh karena itu
peran alat musik sangat mempengaruhi kebutuhan jemaat dalam mengikuti
ibadah. Musik yang dinyanyikan oleh paduan suara tidak saja membuat jemaat
60
Lihat bab III (catatan kaki nomor 47). 61
Engel, J. D, Liturgika, 8. 62
Jamalus, Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 2012), 38. 63
Ray David, R, Gereja Yang Hidup, 146.
32
bernyanyi dengan nyaman, menghayati Firman sebagai jawaban atas pergumulan
jemaat, namun dapat membuat suasana kebaktian lebih khidmat.64
Musik akustik memerlukan tahapan proses latihan yang cukup lama untuk
dapat menghasilkan suara yang berkualitas indah untuk dinikmati. Oleh karena itu
musik dan nyanyian dalam ibadah harus dengan indah dan dinikmati oleh
Tuhan.65
Penulis memahami hati merupakan sarana yang lebih utama tanpa harus
menggunakan alat musik, sehingga puji-pujian dalam ibadah bukan sebagai
konser dan dipertontokan melainkan dinyanyikan untuk memuji Tuhan.Hal ini
sama seperti penjelasan Abineno menyanyi dengan suara yang bagus (merdu),
menurut pandangan mereka bukan syarat mutlak. Tuhan Allah lebih suka
mendengarkan suara nyanyian yang tidak merdu dari pada suatu nyanyian merdu,
tetapi tidak lahir dari hati yang bersih.66
Bagi para pemusik dari narasumber menjelaskan penggunaan alat musik
modern yaitu musik akustik dalam ibadah membuat lebih menarik dan bervariatif,
sehingga ibadah menjadi lebih kreatif dan membuat menunjang kehadiran warga
jemaat.67
Hal ini sangat didukung oleh David Ray menjelaskan Ibadah
menggunakan musik akan cenderung membawa pada pada jumlah kehadiran umat
yang makin meningkat dan warga jemaat lebih rutin dalam mengikuti ibadah.
Penulis memahami maksud dari pemakaian alat-alat musik adalah untuk melayani
Allah pada hadiratnya, untuk memuji Allah, untuk mengiringi penyanyi dalam
sukacita dan puji-pujian, untuk memanggil dan memimpin jemaat dalam ibadah.68
64
Engel, J. D, Liturgika, 107. 65
Lihat bab III (catatan kaki nomor 55). 66
Abineno, Unsur-Unsur Liturgia, 109. 67
Lihat bab 3 (catatan kaki nomor 56) 68
Engel, J. D, Liturgika, 43-44.
33
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang Pemahaman
Musik dalam Ibadah Minggu di GPIB ICHTHUS Tumbang Titi maka penulis
menyimpulkan beberapa temuan dan mengusulkan beberapa saran sebagai
berikut. Pertama, Musik Gereja adalah sebagai sarana memberikan kesempatan
kepada umat untuk merespon kasih Allah melalui pengalaman iman, sehingga
umat mengekspresikan melalui puji-pujian. Kedua, Jemaat GPIB ICHTHUS
Tumbang Titi membutuhkan kantoria dan pemusik untuk menghantarkan
nyanyian jemaat kepada Tuhan dan dapat membantu jemaat bernyanyi dengan
baik dan benar. Oleh sebab itu gereja harus dapat membentuk kelompok musik,
yakni; Kantoria dan Pemusik. Ketiga, Mempersiapkan diri sangat penting agar
pada saat menghantarkan nyanyian jemaat kepada Tuhan tidak ada kesalahan.
Keempat, Musik modern yakni musik akustik dalam ibadah memiliki daya tarik
sendiri yaitu menunjang kehadiran jemaat dan lebih rutin dalam mengikuti ibadah.
Perkembangan musik yang sangat maju membuat warga jemaat sangat menyukai
dengan musik kontemporer hadir dalam ibadah dan merasa khusyuk. Kelima,
Musik yang bervariatif dapat membuat suasana ibadah menjadi lebih hidup.
Penggunaan alat musik modern sangat menunjang kebutuhan ibadah, sehingga
musik modern merupakan nilai tambah dalam ibadah.
5.2 Saran
Penulis berharap pelayanan ibadah minggu di Jemaat GPIB ICHTHUS Tumbang
Titi dapat diperhatikan terkhususnya musik gereja. Gereja dapat membentuk
komisi musik gereja dan memfasilitasi kebutuhan alat musik. seluruh warga
jemaat harus memberikan diri untuk partisipasi pelayanan di gereja. Majelis
jemaat memberikan seminar/pembinaan kepada warga jemaat agar pemahaman
tentang musik gereja jemaat dapat bernyanyi dengan tempo dan not yang benar.
Pemusik juga harus memperhatikan lagu dan dapat diaransement dengan baik,
34
sehingga warga jemaat dapat bernyanyi dengan penuh sukacira dan ibadah
menjadi lebih hidup.
35
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, J.L, Ch. Unsur-unsur Liturgia. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2013.
Christian De, Jonge, Apa Itu Calvinisme?. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
Creswell, John W. Research Design. Jakarta Selatan: KIK Press, 2003.
Djohan, Psikologi Musik. Percetakan GalangPress, Yogyakarta, 2009.
Engel, J. D, Liturgika, Salatiga: Tirsara Grafika, 2007.
Godlief Soumokil, Penataan Nyanyian Ibadah, Materi Music Clinic GPIB Jemaat
Taman Sari Salatiga, Salatiga, 21 Sepetember, 2017.
Handoko, S. Pembinaan Musik Gerejawi: Materi Ringkas untuk Pembekalan
Pelayan Musik dan Organis Gereja. Yayasan Taman Pustaka Kristen
Indonesia, 2014.
Jamalus, Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik, Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan), 2012.
Listya, Rama Agastya. Kontekstualisasi Musik Gereja. Salatiga: Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana, 1999.
Martasudjita, Pr Emanuel. Pengantar Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Rachman Rasid, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi, Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2012.
Ray, David R. Gereja Yang Hidup. Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2011.
Riemer, G, Cermin Injil. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995.
Van Olst, E,H, Alkitab Dan Liturgi, Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001.
Samiyono David. Sejarah Musik Gereja. Salatiga: Fakultas Teologi Universitas
Kristen Satya Wacana, 2002.
Suryabarata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1998.
White James F, Pengantar Ibadah Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
https://kbbi.web.id/pimpin di akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul
22.30 Wib
36
https://kbbi.web.id/ibadah, di akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul
00.15 Wib
https://kbbi.web.id/dirigen di akses pada hari sabtu 30 september 2017 pada Pukul
22.30 Wib