pemahaman dan pengamalan ayat tabŻĪr pada santri...
TRANSCRIPT
PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN AYAT TABŻĪR PADA SANTRI
PONDOK PESANTREN UICCI SULAIMANIYAH-CIPUTAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh:
Ardi Kurniawan
NIM: 11150340000218
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H / 2019 M
v
ABSTRAK
Ardi Kurniawan, 11150340000218. “Pemahaman dan Pengamalan Ayat Tabżīr
pada Santri Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat”. Skripsi,
Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.
Penelitian ini berangkat dari ketertarikan peneliti untuk menggali lebih mendalam
tentang pemahaman dan pengamalan ayat tabżīr terhadap perilaku makan santri
pondok pesantren UICCI Sulaimaniyah, dikarenakan peneliti melihat ada
perbedaan dan keunikan dari santri maupun pengasuh pondok pesantren UICCI
Sulaimaniyah dalam hal makan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif-deskriptif, yaitu dengan
cara memahami, memaparkan gambaran umum tentang Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah serta menganalisis pemahaman dan pengamalan ayat tabżīr
terhadap perilaku makan santri pondok pesantren UICCI Sulaimaniyah.
Secara garis besar, penelitian ini menghasilkan pertama, bagaimana pemahaman
santri UICCI Sulaimaniyah-Ciputat dalam memahami ayat tabżīr. Kedua,
bagaimana perilaku makan santri apakah termasuk dalam perilaku tabżīr atau
tidak. Pemahaman ulama dalam menetapkan batasan tabżīr dapat dibedakan
menjadi dua pendapat. Pertama, mereka yang membatasi perilaku tabżīr dari sisi
kualitas harta yang dibelanjakan. Pendapat yang kedua, ialah mereka yang
memahami batasan tabżīr dari sisi kualitas dan kuantitas harta yang dibelanjakan.
Jika dalam hal hak atau kebajikan tidak ada istilah tabżīr. Berbeda dengan
pendapat kedua yang menekankan batasan jumlah dan kualitas harta yang
dibelanjakan. Jika membelanjakan harta dalam hal kebatilan, sudah barang tentu
itu perilaku tabżīr.
Kata Kunci: Tabżīr, UICCI Sulaimaniyah
vi
KATA PENGANTAR
Berjuta untaian rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. yang
yang Maha Penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang, yang Maha Pengasih
yang tak pernah pilih kasih, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-
hambanya disetiap sudut-sudut kehidupan. Maha suci Allah, Dia-lah yang
menciptakan langit tanpa tiang, menciptakan bintang-bintang dan dijadikan
padanya penerang malam dan bulan yang bercahaya. Yang telah memberikan
banyak nikmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Ya Allah, curahkan shalawat dan salam baginya, keluarganya, sahabat-
sahabatnya yang setia menemani dalam setiap kesenangan maupun kesulitan yaitu
doa dan keselamatan yang berlimpah, ialah penghulu junjungan alam pendekar
padang pasir yang mengasihi umatnya tanpa pilih kasih yang menyayangi
umatnya hingga hari kiamat. Dia lah seorang proklamator yang tak pernah
bergelar Doktor maupun Professor, seorang bangsawan yang tak pernah
pencitraan apalagi penistaan, dialah yang menghantarkan umatnya kepada jalan
yang penuh dengan pernak pernik keimanan dan ketaqwaan. Dia lah sosok yang
patut diteladani jiwa dan raganya yakni Nabi Muhammad saw.
Skripsi berjudul “Pemahaman dan Pengamalan Ayat Tabżīr pada Santri
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat” ini merupakan salah satu
tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan memperoleh gelar sarjana Strata Satu
(S-1) di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
penyusunan skripsi ini, peneliti telah mengerahkan segenap kemampuan sehingga
selesailah penulisan skripsi ini. Tentunya dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
peneliti harapkan.
Pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Pihak-pihak yang berjasa tersebut
di antaranya adalah:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr.Yusuf Rahman, M.A selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.
vii
3. Dr. Eva Nugraha, M. Ag selaku Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan
Tafsir serta Fahrizal Mahdi, Lc. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir.
4. Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A Dosen pembimbing skripsi sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik, yang telah meluangkan waktu di sela
kesibukannya untuk membaca, mengoreksi dan memotivasi peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Moh. Anwar Syarifuddin, MA dan Dr. Eva Nugraha, M. Ag sebagai dosen
penguji skripsi, yang bersedia memberikan masukan dan saran untuk
perbaikan skripsi ini.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar di Fakultas Ushuluddin
terkhusus pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang telah
mengajarkan ilmu dan wawasannya kepada penulis.
7. Pustakawan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat dan pustakawan Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pinjaman
buku-bukunya sebagai acuan dan literatur dalam penulisan skripsi ini.
8. Paling istimewa untuk kedua orang tua penulis, ayahanda Amat Aya dan
ibunda Awo, yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan
dukungan baik berupa moril serta materil dan doa sehingga peneliti dapat
melanjutkan pendidikan ke jenjang perkuliahan sampai lulus. Kepada
kakanda tersayang Masri, Azmi dan Kakak Diana, kak Ratna yang telah
banyak membantu membiayai peneliti selama kuliah dan seluruh Keluarga
Besar yang berada di Siak-Riau.
9. Kepada seluruh pengasuh Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah, Abi-abi
yang setiap saat mengawasi, mengajarkan ilmunya kepada peneliti hingga
saat ini sedikit tidaknya peneliti mengenal bagaimana adab-adab dalam
menuntut ilmu, sehingga bisa meraih kunci ilmu tersebut.
10. Para narasumber yang telah meluangkan waktunya dan turut mendukung
suksesnya penelitian ini: Abi Sinan Tusseno, Abi Esad Fardiansyah, Abi
Zeni Nurul Ilmi, Abi Miftah Hasan, dan seluruh santri yang terlibat dalam
penelitian ini.
viii
11. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan Tafsir Hadits 2015, seatap dan
seperguruan yang telah menemani setiap ketikan huruf yang terangkai
dalam skripsi ini, khususnya teman di Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah se-Jurusan yaitu Nurpaiji Rahmat, Ahmad Sopian, Ahmad
Abidin Nurissalam, Abdurrahman Wahid. Perjuangan kita belum seberapa
dengan ulama-ulama terdahulu.
12. Kepada seluruh teman-teman FORMABI (Forum Mahasiswa Bidik Misi)
UIN Jakarta, yang selalu setia setiap semester menunggu cairnya uang
beasiswa.
13. Kepada teman-teman HIPEMASI (Himpunan Pelajar Mahasiswa Siak) yang
menjadi saudara seperantauan di negeri seberang.
14. Seluruh teman-teman Pelajar Islam Indonesia (PII UIN Jakarta) yang telah
mengajarkan bagaimana menjadi seorang pelajar Islam Indonesia yang
mampu memberikan sedikit sumbangsih kepada bangsa dan agama.
15. Kepada seluruh teman KKN 023 “INSPIRED” 2018, yang telah
mengabdikan diri di Desa Pagejahan, Kecamatan Kronjo Kab. Tangerang
selama satu bulan penuh yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
Jakarta, 17 Juni 2019
Ardi Kurniawan
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada
buku pedoman penulisan skripsi yang terdapat dalam buku Pedoman Akademik
Program Strata 1 Tahun 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
Huruf
Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ts te dan es ث
j Je ج
ẖ h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es da ye ش
s es dengan garis di bawah ص
ḏ de dengan garis di bawah ض
ṯ te dengan garis di bawah ط
ẕ zet dengan garis di bawah ظ
koma terbali di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge da ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
x
l El ل
m Em م
n En ن
w We و
h Ha ه
՚ Apostrof ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti dalam bahasa Indonesia, terdiri dari
vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal
tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
A Fatḥah ـ
I Kasrah ـ
U Ḍammah ـ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
Tanda Vokal
Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ـ ي
au a dan i ـ و
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin Keterangan
ȃ a dengan topi di atas ىآ
ȋ i dengan topi di atas ىي
ȗ u dengan topi di atas ىو
xi
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan
huruf, yaitu dialihkan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun
huruf qamariyah. Contoh: al-rijȃl, bukan ar-rijȃl, al-dȋwân bukan ad- dȋwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda (ـ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf,
yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi syaddah itu. Akan tetapi hal ini
tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata
sandang yang diikuti oleh huruh-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata (الضرورة)
tidak ditulis aḏ-darûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada
kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf
/h/ (lihat contoh 1 di bawah ini). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah
tersebut diikuti oleh datkata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta
marbûṯah diikuti kata benda), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi
huruf /t/ (lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
ṯarîqah طريقة 1
al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
waẖdat al-wujûd وحدة الوجود 3
7. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti
ketentuan yang berlaku Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk
menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama
diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang
ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
xii
awal atau kata sandangnya. Contoh: Abû Hâmid Al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid
al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi.
Beberapa ketentuan lain dari EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam
alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau
cetak tebal (bold). Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya, demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani,
tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-
Rânîrî.
8. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam Bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهب األستاذ
tsabata al-ajru ثبت األجر
al-ẖarakah al-‘asriyyah الحركة العصرية
asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد ان ال إله إال هللا
maulâna Malik al-sâliẖ موالنا ملك الصالح
yu’atstsirukum Allâh يؤثركم هللا
Al-maẕâhir al-‘aqliyyah المظاهر العقلية
Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka.
Nama orang berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu
dialihaksarakan. Contoh: Nurcholish Madjid, bukan Nûr Khâlis Majîd;
Mohamad Roem, bukan Muhammad Rûm; Fazlur Rahman, bukan Fadl al-
Rahmân.
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Batasan Masalah .................................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 5
F. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
G. Metodologi Penelitian .......................................................................... 7
1. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 7
2. Jenis Penelitian ................................................................................ 8
3. Sumber Data .................................................................................... 8
4. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 9
5. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 10
6. Teknik Analisis Data ..................................................................... 11
7. Sistematika Penulisan .................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORITIS AYAT-AYAT TABŻĪR .................................... 13
A. Pengertian Tabżīr ............................................................................... 13
B. Ayat-ayat Tabżīr dan Tafsirnya .......................................................... 18
C. Pengaruh Dinamika Psikologis Seseorang .......................................... 23
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN PONDOK PESANTREN UICCI
SULAIMANIYAH .............................................................................. 28
A. Sejarah Pendirian Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah ................. 28
B. Profil Yayasan Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat ......... 31
C. Visi dan Misi ..................................................................................... 33
D. Struktur Organisasi ............................................................................ 34
xiv
E. Data Santri ......................................................................................... 36
F. Data Ustadz/ Abi ................................................................................ 37
G. Jadwal Kegiatan Santri ....................................................................... 38
H. Tata Tertib ......................................................................................... 40
BAB IV ANALISIS PERILAKU MAKAN SANTRI PONDOK PESANTREN
UICCI SULAIMANIYAH - CIPUTAT ATAS AYAT TABŻĪR ....... 43
A. Pemahaman Santri Terhadap Ayat-Ayat Tabżīr .................................. 43
B. Perilaku Makan Santri ........................................................................ 46
C. Persepsi Tabżīr .................................................................................. 53
D. Pengaruh Perilaku Santri .................................................................... 58
E. Persepsi Pengasuh Pesantren .............................................................. 59
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 62
A. Kesimpulan ........................................................................................ 62
B. Saran.................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 64
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 70
1
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai hudan li al-nās sekaligus Rahmatan li al-‘alamīn, al-Qur’an
diturunkan ke dunia agar manusia keluar dari kegelapan menuju terangnya
rahmat Allah.1 Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an ibarat
lampu penerang hati bagi pembacanya. Al-Qur’an ibarat benteng yang kokoh
dalam menangkal tipuan dan godaan setan. Dengan kata lain, al-Qur’an
adalah satu-satunya kitab suci yang berisi petunjuk dan kebahagiaan serta
senantiasa relevan dengan perkembangan dan situasi zaman. Al-Qur’an telah
menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk (hudan) yang dapat menuntun
umat manusia ke jalan yang benar. Selain itu ia juga berfungsi sebagai
pemberi penjelasan (tibyān) terhadap segala sesuatu dan pembeda (furqān)
antara kebenaran dan kebathilan.2
Islam mengajarkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidup
hendaknya secara adil, artinya tidak kurang dan tidak berlebihan dari yang
semestinya. Jangan kikir dan jangan pula boros/tabżīr, karena tabżīr adalah
perbuatan tercela, dan Allah kategorikan sebagai saudara setan.
Seringkali seseorang membeli barang yang tidak diperlukan. Akibatnya,
barang tersebut tidak bermanfaat bagi dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa,
perilaku konsumen tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan saja, namun
disalahgunakan, bermegah-megahan dan menunjukkan kemewahan yang
dimilikinya. Konsumen membeli suatu produk bukan lagi untuk memenuhi
kebutuhannya, akan tetapi juga keinginan untuk memuaskan kesenangannya.
Keinginan tersebut sering kali mendorong seseorang untuk membeli barang
yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Keputusan pembelian ini yang didominasi
oleh faktor emosi dapat menyebabkan timbulnya perilaku konsumtif atau
sikap berlebih-lebihan.
1 Ziyad At-Tubany, Membaca Dan Memahami Konstruksi Al-Qur’ān (Jakarta Selatan:
Indomedia Group, 2006), h. 1. 2 Departemen Agama RI: Tafsir al-Qur’an Tematik, Membangun Keluarga Harmonis
(Departemen Agama RI: jilid 3, 2008), h. xvii.
2
Muhammad Quraish Shihab menjelaskan sedikit proposional dalam
makan. Proposional dalam arti sesuai dengan kebutuhan pemakan, tidak
berlebihan, dan tidak berkurang.3 Sikap berlebih-lebihan dalam makan dan
minum akan membuat badan menjadi gemuk dan mendatangkan berbagai
penyakit, seperti penyakit lambung dan pencernaan.
Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa Allah telah mengumpulkan
rahasia kedokteran dalam sepenggal ayat, “Makan dan minumlah dan
janganlah berlebih-lebihan”. Inilah rahasia pengobatan preventif
(pencegahan). Dalam sebuah pepatah dikatakan “Satu dirham untuk
pencegahan lebih baik dari pada segantang pengobatan.”4
Di dalam kitab Fikih Umar bin Khaṯṯab r.a menjelaskan sebagian
mudarat mengenai kesehatan disebabkan konsumsi yang tidak benar.
Ditegaskan dalam perkataanya, “Hindarilah memenuhi perut dengan makanan
dan minuman, karena dapat merusak tubuh, menimbulkan penyakit, dan
membuat lalai dalam beribadah. Dan hendaklah kamu sederhana pada
keduanya. Karena lebih baik bagi kesehatan, dan lebih jauh dari
pemborosan”.
Konsumsi yang dimaksudkan lebih cenderung ke arah makan dan
minum. Dalam hal ini, Umar melarang agar tidak terlalu sering
mengkonsumsi daging. Dibalik larangan ini, ternyata memiliki banyak
manfaat kesehatan bagi tubuh manusia. Saat ini kedokteran kontemporer
mengetahui hal ini dan mengatakan, “Sesungguhnya kaidah yang aman
dalam mengonsumsi daging ialah memakan daging sekali dalam sehari dan
diusahakan jangan terlalu sering mengosumsi daging karena mayoritas
daging adalah urat”.5
Imam Syafi’i mengartikan tabżīr sebagai perilaku seseorang
membelanjakan harta tidak pada jalannya. Sedangkan menurut Imam Malik,
tabżīr ialah perilaku mengambil harta dari jalan yang pantas, namun
3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan), h. 147. 4 Yusuf. Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, penterj. Zainal Arifin (Jakarta: Gema
Insani Press, 1997), h. 163. 5 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Khattab (Jakarta: Khalifah,
2008), h. 201.
3
menggunakan harta tersebut dengan jalan yang tidak pantas.6 Dari kedua
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tabżīr adalah perbuatan yang
tercela dan akan berdampak negatif bagi para pelakunya.
Secara garis besar, pemahaman ulama dalam menetapkan batasan tabżīr
dapat dibedakan menjadi dua pendapat. Pertama, mereka yang membatasi
perilaku tabżīr dari sisi kualitas harta yang dibelanjakan. Di sini hanya ada
dua pilihan, membelanjakan harta dalam kebajikan atau kebatilan. Jika
dibelanjakan dalam kebajikan, sedikit ataupun banyak, bahkan dalam jumlah
tak terbatas, maka tidak termasuk pada perilaku tabżīr (penghamburan harta).
Sebaliknya, jika dibelanjakan dalam kebatilan, meski dalam jumlah dan kadar
yang sedikit lebih lebih dalam jumlah besar, maka termasuk dalam perilaku
tabżīr.
Pendapat yang kedua, ialah mereka yang memahami batasan tabżīr dari
sisi kualitas dan kuantitas harta yang dibelanjakan. Dalam pendapat ini ada
penambahan sekaligus pengurangan terhadap batasan tabżīr dari pendapat
yang pertama. Pendapat pertama tidak menekankan batasan jumlah harta
yang dibelanjakan dalam hal hak atau kebajikan. Jika dalam hal hak atau
kebajikan tidak ada istilah tabżīr. Berbeda dengan pendapat kedua yang
menekankan batasan jumlah dan kualitas harta yang dibelanjakan. Jika
membelanjakan harta dalam hal kebatilan, sudah barang tentu itu perilaku
tabżīr.
Al-Qur’an pada hakikatnya menempati posisi sentral dalam studi-studi
keislaman. Ia menjadi tolak ukur dan pembeda antara kebenaran dan
kebathilan, termasuk dalam hal makan dan minum. Al-Qur’an akan selalu
menjadi objek kajian yang selalu mengundang perhatian dan pemikiran para
pemerhatinya. Hal ini, semata-mata bukan disebabkan oleh posisinya sebagai
skiptur yang transenden, melainkan juga karena muatan nilainya yang tak
pernah lekang oleh zaman dan tempat. Satu adigium yang selalu lekat pada
al-Qur’an adalah sifatnya yang ṣālih li kulli ẓaman wa makān, senantiasa
kontekstual dalam setiap zaman dan tempat.7
6 Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid 6 (Jakarta: Pembimbing Masa, 10), h. 4040. 7Farid Esack, Samudera al-Qur'ān. Penerjemah Nuril Hidayah (Yogyakarta: Diva Press,
2007), h. 35.
4
Ada beberapa alasan mengapa penulis mengambil judul ini, salah
satunya ialah ketertarikan penulis untuk mengkaji lebih mandalam tentang
perilaku tabżīr yang telah mengakar di masyarakat, kehidupan yang lebih
cenderung menggunakan hartanya secara berlebihan dan kurang bijaksana
dalam membelanjakannya. Tabżīr juga berkaitan dengan kurang syukurnya
seorang hamba terhadap nikmat yang telah Allah berikan.
Penelitian ini hendaknya dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dan pengamalan mengenai ayat-ayat yang berbicara tentang larangan tabżīr,
khususnya bagi mahasiswa Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Diskursus
terhadap pemahaman makna tabżīr sepertinya menjadi bahan diskusi yang
menarik. Menariknya adalah kata tabżīr hanya disebutkan dalam Al-Quran
dua kali, yakni dalam surat al-Isrā’ ayat 26 dan 27. Pertama adalah penegasan
larangan tabżīr. Yang kedua asosiasi dari pelaku tabżīr yang diasosiasikan
sebagai saudara setan.
Pembahasan ayat-ayat tabżīr ini perlu dipahami dan penting untuk
dikaji mengingat banyak masyarakat zaman kini yang menganggap remeh
perilaku tabżīr, khususnya dalam hal makanan dan minuman, karena masih
banyak kalangan menengah ke bawah yang belum bisa menikmati makan dan
minum seperti layaknya kita. Sering kali kita melihat di lingkungan
masyarakat, banyaknya makanan dan minuman yang dibuang padahal
makanan dan minuman itu masih layak untuk dikonsumsi. Berapa banyak di
tempat-tempat makan seperti restoran, rumah makan dan lain sebagainya,
masyarakat masih membudayakan menyisakan makanan, padahal tidak ada
seorang pun yang tahu sebutir nasi yang disisakan tersebut terdapat
keberkahan yang begitu besar.
Oleh karena itu, penulis akan meneliti bagaimana Pemahaman dan
Pengamalan Ayat Tabżīr pada Santri Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-
Ciputat
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud untuk
memunculkan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi di antaranya yaitu:
5
1. Bagaimana pemahaman santri Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-
Ciputat tentang ayat-ayat tabżīr.
2. Bagaimana perilaku makan sehari-hari santri Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah-Ciputat.
3. Apa yang mempengaruhi santri Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah
Ciputat dalam perilaku makan.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian dalam skripsi ini tidak melebar, jelas, dan terarah, maka
dalam penelitian skripsi ini akan dibatasi bagaimana pemahaman dan
pengamalan ayat tabżīr pada santri Pondok Pesantren Sulaimaniyah-Ciputat.
D. Rumusan Masalah
Adapun secara spesifik rumusan masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah:
“Bagaimana pemahaman dan pengamalan ayat tabżīr pada santri Pondok
Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pemahaman santri Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah terhadap ayat-ayat tentang tabżīr.
2. Mengetahui pengamalan ayat-ayat tabżīr dalam hal makan dan minum
santri Pondok Pesantren Sulaimaniyah - Ciputat.
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Memperkaya kajian tentang ayat-ayat tabżīr, dan khususnya dalam
makan dan minum.
2. Memberikan tambahan informasi bagaimana seharusnya adab dalam
memperhatikan makanan dan minuman.
3. Menambah khazanah keilmuan tentang penafsiran tabżīr dalam al-
Qur’an.
6
F. Tinjauan Pustaka
Mengenai kajian-kajian yang telah dilakukan sebelumnya, penulis
mengadakan penelusuran terhadap karya-karya yang telah membahas tentang
perilaku Tabżīr dalam hal makanan dan minuman sebagai berikut:
1. Buku karya Amin bin Abdullah Asy-Saqawi berjudul Larangan Berlaku
Boros. Pembahasan dalam buku ini tentang bentuk pemborosan dalam
keseharian.
2. Skripsi yang ditulis Umi Alifah yang berjudul “Makna Tabżīr dan Isrāf
dalam Al-Qur’an.” skripsi ini membahas tentang mengetahui ayat-ayat
tentang tabżīr dan isrāf dalam al-Qur’an, dan apa solusi yang ditawarkan
al-Qur’an agar terhindar dari perilaku tabżīr dan isrāf dalam al-Qur’an.8
3. Skripsi yang ditulis oleh Wini Arti dengan judul “Analisis Penggunaan
Kata Mubażīr Teks Pengalaman Pribadi Karangan Siswa Kelas VII SMP”
skripsi ini membahas tentang mengidentifikasi bentuk penggunaan kata
mubażīr pada penulisan pengalaman pribadi pada siswa kelas VII E,D
SMP N 7 Sukaharjo.9
4. Skripsi yang ditulis oleh Rully Indah Sulistyowati dengan judul “Analisis
Penggunaan Bentuk Mubażīr pada Karangan Argumentasi Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan Tahun Ajaran 2008/2009”
berisi tentang wujud penggunaan bentuk mubażīr pada karangan
argumentasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan,
Bagaimana menggolongkan bentuk mubażīr pada karangan argumentasi
siswa kelas X SMA Negeri 1 Karas Kabupaten Magetan.
5. Skripsi yang ditulis oleh Idris dengan judul “Makna Tabżīr dalam al-
Qur’an Surat Al-Isrā’ ayat 26-27” skripsi ini menjelaskan tentang perilaku
tabżīr dapat dibedakan ke dalam dua hal. Pertama, semua perkara yang
bathil (haram dalam pandangan syara’) merupakan perilaku tabżīr. Kedua,
8 Umi Alifah berjudul “Makna Tabżīr dan Isrāf dalam Al-Qur’an (Skripsi S1 Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta) 2016. 9 Wini Arti berjudul “Analisis Penggunaan Kata Mubażīr Teks Pengalaman Pribadi
Karangan Siswa Kelas VII SMP” (Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta) 2017.
7
perilaku tabżīr bisa juga terjadi dalam perkara mubah (boleh dalam
pandangan syara’).10
6. Skripsi yang ditulis oleh Radtria Alkaf dengan judul “Isrāf dan Tabżīr
Persepktif al-Qur’an (Studi Analisis Kasus Jamuan Perayaan Walimah di
Nagari Batu Hampar Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota
Sumatera Barat” skripsi ini menjelaskan pelaksanaan jamuan walimah
pernikahan (baralek) di nagari Batu Hampar. Bahwa dalam jamuan
walimah ini didapati israf dan tabżīr dalam hal bentuk penyajian makanan
yang sudah ditentukan jenis makanan dan porsinya, sehingga membuat
tamu seringkali menyisakan makanan karena tidak sesuai dengan porsi
makan mereka.11
7. Dalam e-Book karya Ustadzah Nur Hasanah yang berjudul “Etika Makan”
yang berisi tentang menyoalkan tentang etika makan dalam Islam.
Berdasarkan tinjauan tersebut dapat dipahami bahwa kajian terhadap
Tafsir ayat-ayat Tabżīr terhadap perilaku makan santri Pondok Pesantren
UICCI Sulaimaniyah-Ciputat, merupakan sesuatu yang baru. Karena penulis
tidak menemukan buku-buku, artikel, jurnal, skripsi, dan literatur yang
membahas tentang hal tersebut.
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Tema yang diangkat dalam penulisan skripsi ini akan ditempuh dengan
menggunakan metode deskriptif analitis, yang diperoleh melalui bentuk
penelitian lapangan dan dikuat kan dengan penelitian kepustakaan. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
Penelitian ini jika dilihat dari lokasi sumber datanya termasuk jenis
penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan adalah untuk
mencari peristiwa-peristiwa yang terjadi objek penelitian berlangsung,
10 Idris berjudul “Makna Tabżīr dalam al-Qur’an Surat Al-Isra’ Ayat 26-27 (Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya) 2012. 11 Radtria Alkaf berjudul “Isrāf dan Tabżīr Persepktif al-Qur’an (Studi Analisis Kasus
Jamuan Perayaan Walimah di Nagari Batu Hampar Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh
Kota Sumatera Barat (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta) 2017.
8
sehingga informasi langsung dan terbaru tentang masalah berkenaan, sekaligus
sebagai cross cheking terhadap bahan-bahan yan telah ada.12 Dalam penelitian
ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang memungkinkan
peneliti untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.13
Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dan perilaku yang dapat diamati.14 Penulis juga menggunakan
metode analisis deskriptif untuk memaparkan gambaran umum tentang tafsir
ayat-ayat tabżīr terhadap perilaku makan santri Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
penelitian kualitatif lebih khususnya dengan menggunakan penelitian lapangan
(field research). Penelitian lapangan ini adalah penelitian yang sumber datanya
terutama diambil dari objek penelitian (masyarakat atau komunitas sosial)
secara langsung di daerah penelitian.15 Dalam hal ini penelitian dilakukan di
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat.
3. Sumber Data
Penulis gunakan dalam mengumpulkan data dengan pendekatan studi
lapangan (field Research) dan kepustakaan (library research), dan semua
referensi yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Studi ini digunakan untuk
mencari beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan penulis. Setelah data terkumpul, kemudian penulis
mengklasifikasikannya ke dalam dua sumber:
12 Suratno Arsyad Lincoln, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis
(Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 1995), h. 55. 13 Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2004), h. 6. 14 Syamsir Salam, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 30. 15 Yayan Sopyan, Buku Ajar Pengantar Metode Penelitian (Ciputat, 2010), h. 32.
9
a. Sumber Primer
Sumber primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan
observasi Pengasuh atau Pengurus dan Santri Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah - Ciputat.
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder dalam penelitian ini terdiri dari buku-buku dan karya
ilmiah lainnya yang berupa skripsi, tesis, desertasi, artikel dan literatur yang
relevan dengan penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap
dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan
pada si peneliti.16 Wawancara juga proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).17
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang penulis gunakan adalah
wawancara tidak terstruktur. Yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.18 Dalam teknik
wawancara ini, penulis menanyakan kepada 15 responden dari santri dan 5
responden dari pengasuh pesantren. Jadi, penulis tidak terfokus pada daftar
pertanyaan saja melainkan fokus terhadap subjek dan objek penelitian dan
16 Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h. 64. 17 Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), h. 25. 18 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2017, Cet. 26), h. 140.
10
hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan dari para
responden yaitu Pengasuh Pondok Pesantren dan Para Santri Sulaimaniyah.
Adapun data yang ingin penulis peroleh dengan teknik wawancara ini
adalah: Sejarah pendirian pondok pesantren, pemahaman santri terhadap
ayat-ayat tabżīr, perilaku makan santri, persepsi pengasuh pesantren
terhadap tabżīr.
b. Observasi
Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.19 Penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipan, yaitu
peneliti datang di tempat kegiatan yang diamati, serta ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut.20 Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut serta
melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka
dukanya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik.21 Dokumentasi diperlukan untuk melengkapi
data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Dengan teknik
dokumentasi ini peneliti dapat memperoleh data yang berupa arsip-arsip,
catatan-catatan, yang berkaitan dengan cara santri dalam mengamalkan
ayat-ayat larangan tabżīr maupun aktivitas sehari-hari di pesantren tersebut.
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian dalam skripsi ini di Pondok Pesantren
UICCI Sulaimaniyah Kelurahan Ciputat Timur Tangerang Selatan. Ada
beberapa pertimbangan mengapa penulis memilih Pondok Pesantren
UICCI Sulaimaniyah Ciputat. Pertama, menurut hemat penulis bahwa
19 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 220. 20 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2017, Cet. 26), h. 145. 21 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian..., 221.
11
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah adalah Pondok Pesantren yang
bertaraf Internasional yang berpusat di Istanbul - Turki dan mempunyai
banyak cabang sampai ke seluruh dunia.
Kedua, Pondok Pesantren Sulaimaniyah memegang erat tiga prinsip
yaitu Kebersihan, Kenyamanan, dan Kerapian.
Ketiga, penulis ingin memperkenalkan bagaimana cara Santri Pondok
Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat dalam mengamalkan ayat-ayat
larangan tabżīr dalam hal makanan dan minuman karena skripsi ini penulis
persembahkan.
Penelitian ini dimulai pada tanggal 13 November 2018 sampai 30 Mei
2019.
6. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis yaitu suatu teknik analisis data di mana penulis menjabarkan
data yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan. Analisis data adalah
kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, menyusun, menjabarkan,
melakukan sintesa, mengkategorisasikan data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi sehingga mudah dipahami diri
sendiri maupun orang lain.22 Setelah itu disusun secara sistematis, untuk
kemudian dianalisis secara kualitatif dalam bentuk uraian, agar bisa ditarik
kesimpulan supaya dapat dicapai kejelasan mengenai permasalahan yang
sedang diteliti.
7. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengacu dan berpedoman pada
buku pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017.
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini, maka
pembahasan dibagi menjadi lima bab. Uraian masing-masing bab disusun
sebagai berikut:
22 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif ..., 244.
12
Pada bab pertama, penulis mengawali dengan pendahuluan yang di
dalamnya terdapat latar belakang masalah berisi tentang apa yang
melatarbelakangi masalah yang diangkat. Setelah itu, diidentifkasi masalah yang
telah dipaparkan sebelumnya supaya jelas masalah yang diangkat. Pembatasan
masalah perlu dicantumkan, dan rumusan masalah, dari tiga poin di atas maka
dirumuskanlah masalahnya dalam poin ini. Kemudian terdapat tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metodologi penulisan, kajian pustaka, serta sistematika
penulisan.
Bab kedua, bab ini berisi sub bab yaitu kajian teoritis. Pada bab ini akan
dijelaskan secara detail tentang beberapa kajian yang berisi tentang tafsir ayat-
ayat tabżīr di dalam al-Qur’an dan tinjauan umum penafsir dalam menafsirkan
makna tabżīr.
Bab ketiga, gamabaran umum objek penelitian, mengenal lebih dekat
profil Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat, sebagai lembaga yang
berpusat di Istanbul-Turki.
Pada bab keempat, bab ini berisi satu sub bab yaitu analisis hasil
penelitian, yang di dalamnya membahas tentang bagaimana pemahaman Santri
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat terhadap ayat-ayat tabżīr serta
persepsi pengasuh pesantren terhadap perilaku tabżīr.
Pada akhir skripsi yakni pada bab kelima berupa kesimpulan, saran-saran,
daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan
masalah, sedangkan saran dalam bab ini adalah masukan yang dianggap penulis
paling baik, guna dijadikan bahan pertimbangan bagi beberapa pihak yang
memiliki kepentingan terhadap tema ini.
Adapun bagian terakhir dari skripsi ini terdiri dari daftar pustaka dan
lampiran-lampiran.
13
BAB II KAJIAN TEORITIS AYAT-AYAT TABŻĪR
KAJIAN TEORITIS AYAT-AYAT TABŻĪR
Sikap Tabżīr merupakan sifat tercela dan tidak disukai oleh Allah SWT.
Sikap ini berkaitan erat dengan harta, karena harta merupakan perhiasan dunia,
cobaan, dan sekaligus musuh bagi manusia. Karena merupakan perhiasan
dunia, maka harta menjadi sebuah cobaan bagi pemiliknya.
Jika harta digunakan dengan baik, maka harta tersebut bisa menjadi
penolong bagi pemiliknya, tetapi jika sebaliknya jika harta digunakan dengan
jalan yang salah maka harta tersebut akan menjadi musuh bagi pemiliknya.
A. Pengertian Tabżīr
Menurut bahasa tabżīr berarti pemecah-belahan, maṣdar dari kata ر بذ
ر يرا -يبذ تبذ yang memiliki makna asli melempar bibit. Badzr atau menyebar
bibit artinya pekerjaan yang dilakukan oleh para petani. Mereka mengambil
budzūr atau benih-benih yang akan ditanam dan ditebarkan di kebunnya. Jika
petani tersebut mahir, maka ia akan menebarkan benih tersebut dengan posisi
dan jarak yang sama. Apabila dia menaburkan benih secara serampangan dan
tidak teratur, maka benih-benih tersebut tumbuh dengan jarang yang tidak
teratur. Ketidakmerataan inilah yang disebut dengan tabżīr karena ia telah
meletakkan biji-bijian tersebut di tempat yang tidak sesuai.1
Dalam terminologi bahasa Arab kata tabżīr merupakan akar dari kata ر ر بذ -يبذ يرا تبذ dengan penambahan tasyd īd pada huruf dzal bermakna
memboroskan atau menghambur-hamburkan.2
1 Syeikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Tim Safir al-Azhar
(Medan: Duta Azhar, 2008, cet. 1, jilid 8), h. 110. 2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), h.
68.
14
Kata ini juga dipakai untuk mengatakan segala bentuk penyia-nyian
harta. بذر مال artinya ia merusak hartanya atau membelanjakannya secara
berlebihan. Kata ini juga dipakai untuk menyebutkan segala bentuk pemecah-
belahan harta atau perusak harta. Asal makna dari kata ini menunjukkan pada
sikap perusakan terhadap sesuatu dan pemecah-belahan terhadapnya”.3
Sedangkan tabżīr secara istilah menurut Imam Syafi’i adalah:
ه ير إنفاق المال ف غي حق اتلبذ
“Tabżīr artinya membelanjakan harta tidak sesuai dengan hak
(peruntukan) harta tersebut.4
Imam Syafi’i menjelaskan bahwa yang dinamakan tabżīr ialah seseorang
yang membelanjakan hartanya tetapi tidak sesuai dengan hak dari harta
tersebut. Senada dengan Imam Syafi’i, Ali bin Muḥammad al-Jūrjani juga
menjelaskan tentang pengertian tabżīr dalam kitabnya at-Ta’rifāt mengatakan:
ء فيما لينبغ ير صف الش اتلبذ“Tabżīr artinya membelanjakan untuk sesuatu yang tidak selanyaknya
dibelanjakan”.5
Pendapatnya yang lain menyatakan:
س وجه اإلاف هو تفريق المال لع
“Tabżīr artinya memecah-belah harta dalam bentuk yang termasuk
berlebih-lebihan”.6
Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tabżīr ialah
membelanjakan harta yang tidak selayaknya dibelanjakan, sehingga harta tersebut
terbuang sia-sia.
3 Ibnu Faris, Mu’jam Maqayis Lughah, h. 216 dan dalam Abi al-Qāsim al-Ḥusayn bin
Muḥammad bin al-Mufadhdhal al-Ma’ruf bi al-Rāghib al-Ashfahani, al-Mūfradāt fi Ghārib al-
Qur’ān. h. 51. 4 Al-Qūrthūbi, al-Jami’ li ahkām al-Qur’ān (Beirut, Lebanon: al-Resalah vol 10), h. 247. 5 Ali b. Muḥammad al-Jūrjani w. 816 h, At Ta’rifāt, h. 24. 6 Ali b. Muḥammad al-Jūrjani, At Ta’rifāt, h. 51.
15
Dalam Kamus Bahasa Indonesia istilah tabżīr dikenal dengan istilah
mubażīr. Jika ditelusuri, kata tersebut merupakan serapan dari bahasa Arab: ر بذ
ر يرا -يبذ تبذ Kata mubażīr mengambil serapan dari bentuk مبذرا (isim fa'il), yang
bermakna pelaku dari tabżīr. Sementara dalam penggunaan Indonesia, kata
mubażīr lebih familiar digunakan dan ditujukan kepada sikap dan perbuatan
tabżīr, sebagaimana dikatakan: “mereka khawatir makanan yang dibelikan
tersebut itu akan mubażīr saja”. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia juga,
Anton Moeliono menjelaskan yang dimaksud tabżīr ialah suatu cara hidup
seseorang yang senantiasa menghambur-hamburkan hartanya atau berlebih-
lebihan dalam pemakaian uang atau barang.7
Sedangkan kata Tabżīr menurut Kamus Kontemporer Arab-Indonesia
karangan Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor ialah pemborosan atau boros8.
Sedangkan kata boros menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia berarti
berlebih-lebihan menggunakan sesuatu (menghambur-hamburkan uang atau
barang dan selainnya).9
Di dalam al-Qur’an kata berlebih-lebihan atau melampaui batas,
menggunakan beberapa term (istilah), di antaranya tabżīr dan isrāf. Jika dilihat
dari esensinya sama-sama mengandung arti melampaui batas atau berlebih-
lebihan. Banyak ayat-ayat al-Qur’an yang sering menyebutkan kata tabżīr dan
isrāf. Namun dalam penafsiran para ulama terkadang mempunyai perbedaan
meskipun kata-katanya sama.
Israf berasal dari kata السرف berarti melampaui ukuran dan batas dalam
setiap perbuatan yang dilakukan manusia.10 Di dalam kamus al-Munawwar, kata
asrafa artinya memboroskan dan isrāf yang artinya pemborosan.11 Allah lebih
memilih menggunakan lafaz tabżīr sebagai ganti dari isrāf atau berlebihan, karena
7 Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), h. 126-
127. 8 Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, cet ke9, 1996), h. 396. 9 R. Suyoto Bakir, Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Batam: Karisma
Publishing, 2006), h. 91. 10 Ar-Raghib al-Isfahani, al-Mufradat al-Faadhil Qur’an (Beirut: Dar al-Syamiyah), h. 407. 11 Ahmad St, Kamus Munawwar (PT. Karya Toha Putra, Semarang), h. 374.
16
manusia telah meletakkan uang atau harta pada tempat yang tidak sesuai. Jadi,
tabżīr artinya adalah membelanjakan harta tidak pada tempatnya, atau hal-hal
yang tidak dibutuhkan atau tidak penting.
Dalam isrāf, menyia-nyiakan dan merusak kekayaan memiliki makna yang
lebih luas dan mencakup berbagai kasus; seperti berlebihan dalam infak-infak
pribadi dan urusan sosial yang tidak bisa diartikan sebagai tabżīr, akan tetapi
tabżīr mencakup penyia-nyiaan dan berlebihan dalam menggunakan makanan dan
perlengkapan kehidupan. Dengan kata lain, bisa dikatakan setiap tabżīr adalah
isrāf, akan tetapi setiap isrāf belum tentu tabżīr.
Kata Tabżīr tidak banyak disebutkan di dalam al-Qur’an, hanya diulang tiga
kali di dalam dua ayat pada surat yang sama yaitu QS. al-Isrā’ [17] ayat 26 dan
27. Sedangkan kata isrāf di dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 23 kali dalam
21 ayat dalam 17 surah dengan bentuk fi’il madhi, fi’il mudhari’ ataupun
masdarnya.12 Kedua kata ini sama-sama memiliki makna berlebih-lebihan. Hal ini
merupakan bukti adanya relasi antara tabżīr dan isrāf. Selain itu, perbedaan di
antara keduanya ialah bahwa tabżīr lebih kepada suatu wujud akibat dari adanya
perilaku isrāf. Singkat kata, tabżīr dan isrāf sudah bersifat action oriented, yang
bermakna negatif, deskruktif, dan abuse. Konsep isrāf diungkapkan dalam ragam
perubahan kata yang lebih variatif daripada konsep tabżīr.
Pemborosan seringkali terkait dengan harta. Menyia-nyiakan masa muda,
memikirkan sesuatu yang tidak perlu, melihat dan mendengar sesuatu yang tidak
bermanfaat, meyerahkan tanggung jawab kepada orang yang tidak layak,
menerima tanggung jawab meski tidak mampu, mengajarkan sesuatu yang tidak
bermanfaat juga termasuk pemborosan.13
Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah mengatakan bahwa
kata tabżīr atau pemborosan dipahami oleh para ulama dalam arti pengeluaran
yang bukan hak. Karena itu jika seseorang menafkahkan atau membelanjakan
semua hartanya dalam kebaikan atau hak, maka ia bukanlah seorang pemboros.
Sayyidinā Abū Bakar ra menyerahkan semua hartanya kepada Nabi dalam rangka
12 Muhammad Fu’ad Abdul al-Baqi, Mu’jam al-Mufahris Li al-Fadzil Qur’an (Beirut;
Darel Fikr, 1980), h. 429. 13 Mohsen Qaraati, Tafsir untuk Anak Muda Surah al-Isra’ (Tehran, Markaze Farhangge
Darsha-ye Az Qoran, 2002, Cet. 3), h. 65.
17
berjihad dijalan Allah. Begitu juga Sayyidinā ‘Utsmān ra membelanjakan separuh
hartanya. Nafkah mereka diterima oleh Nabi dan beliau tidak menilai mereka
sebagai pemboros. Sedangkan, membasuh wajah lebih dari tiga kali dalam
berwudhu, dinilai sebagai pemborosan walau ketika itu berwudhu di sungai yang
mengalir. Jika demikian, pemborosan lebih banyak berkaitan dengan tempat
bukannya dengan kuantitas.14
Dapat disimpulkan bahwa tabżīr yang dimaksud oleh para ulama di atas
ialah membelanjakan harta bukan untuk kebaikan. Dan dalam peristiwa ini para
ulama menilai perilaku Sayyidinā Abū Bakar ra dan Sayyidinā ‘Utsmān ra tidak
termasuk perilaku tabżīr karena menyerahkan semua hartanya kepada Nabi dalam
rangka untuk jihad di jalan Allah. Sedangkan menurut Yusuf al-Qardhawi, tabżīr
atau pemborosan hanyalah dalam hal yang sifatnya memang diharamkan oleh
Allah, seperti untuk membeli arak, narkotika, bejana emas, bejana perak dan lain
sebagainya.15
Dari berbagai pendapat di atas mengenai kata tabżīr dapat diketahui bahwa
lafaz tabżīr terkadang digunakan dalam hal yang berkaitan dengan makanan dan
minuman, berinfak, dan juga membeli barang-barang haram. Dan bukan dilihat
dari segi kuantitasnya tapi pada kegunaanya. Secara garis besar, pemahaman
ulama dalam menetapkan batasan tabżīr dapat dibedakan menjadi dua pendapat.
Pertama, mereka yang membatasi perilaku tabżīr dari sisi kualitas harta yang
dibelanjakan. Di sini hanya ada dua pilihan, membelanjakan harta dalam
kebajikan atau kebatilan. Jika dibelanjakan dalam kebajikan, sedikit ataupun
banyak, bahkan dalam jumlah tak terbatas, maka tidak termasuk pada perilaku
tabżīr (penghamburan harta). Sebaliknya, jika dibelanjakan dalam kebatilan,
meski dalam jumlah dan kadar yang sedikit lebih lebih dalam jumlah besar, maka
termasuk dalam perilaku tabżīr.
Pendapat yang kedua, ialah mereka yang memahami batasan tabżīr dari sisi
kualitas dan kuantitas harta yang dibelanjakan. Dalam pendapat ini ada
penambahan sekaligus pengurangan terhadap batasan tabżīr dari pendapat yang
pertama. Pendapat pertama tidak menekankan batasan jumlah harta yang
14 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2004, Cet. 2), h. 452. 15 Syekh Muhammad Yusuf al-Qardhawi, Halal wa al-Haram fi Islam, penerjemah
Mu’ammal Hamidy, Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982, h. 461.
18
dibelanjakan dalam hal hak atau kebajikan. Jika dalam hal hak atau kebajikan
tidak ada istilah tabżīr. Berbeda dengan pendapat kedua yang menekankan batasan
jumlah dan kualitas harta yang dibelanjakan. Jika membelanjakan harta dalam hal
kebatilan, sudah barang tentu itu perilaku tabżīr.
B. Ayat-ayat Tabżīr dan Tafsirnya
Adapun ayat yang berkaitan tentang pembahasan tabżīr ini penulis
menemukan dua ayat khusus berbicara tentang tabżīr yang dijelaskan dalam al-
Qur’an QS. Al-Isrā’ [17] : 26-27 yang berbunyi :
ه لقربى ٱذا وءات بيل ٱ بن ٱو لمسكي ٱو ۥحق يرا لس ر تبذ رين ٱ إن ٢٦ول تبذ كنوا لمبذ
ىن ن ٱإخو يىطي يطىن ٱوكن لش ه لش رب ٢٧كفورا ۦل
26. Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
27. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
Dalam menafsirkan ayat di atas, penulis menggunakan beberapa tafsir salah
satu di antaranya ialah tafsir Sya’rawi, Al-Misbah, Al-Azhar, ‘Abdullah Yusuf ‘Ali.
Penulis menggunakan tafsir tersebut karena penjelasannya yang cukup bergitu
luas dan sesuai dengan kondisi tempat tafsir itu ditulis.
Pada awal ayat 26 menjelaskan tentang kaum kerabat dan fakir miskin “Dan
berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan”Ayat ini menjelaskan selain berbakti,
berkhidmat dan menanamkan kasih sayang dan cinta serta rahmat kepada kedua
orang tua, hendak pula berikan kepada kaum keluarga serta karib kerabat akan
haknya.
Kata hak yang disebutkan di dalam al-Qur’an terdiri dari dua makna yaitu:
pertama, “dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu. (QS.
al-Ma’arij [70]:24) maksud bagian tertentu pada ayat itu adalah zakat. Kedua,
19
bagian yang lainnya adalah tidak tertentu dan tidak dijelaskan sifatnya yaitu yang
sifatnya tathawwu’ dan ihsān.16
Disebutkan haqqahu atau haknya pada ayat di atas, karena Allah
membuatnya menjadi hak kaum kerabat, jika mereka dalam keadaan memerlukan.
Apabila mereka tidak dalam keadaan memerlukan, maka pemberian tersebut
menjadi hadiah yang saling dipertukarkan. Oleh sebab itu, sebagian ahli fikih
Andalusia berpendapat apabila seseorang menahan zakat yang mendekati nisab,
dia memerintahkan untuk memotong tangannya seakan-akan dia telah mencuri.
Hal ini disebabkan karena Allah menyebutkan sebagai hak, maka barang siapa
yang tidak memberikan hak kepada pemiliknya, maka dianggap telah
mencurinya.17
Kaum kerabat atau keluarga terdekat adalah yang mempunyai hubungan
darah. Maka berhak setiap keluarga mendapatkan bantuan dari keluarga yang
mampu, sehingga pertalian darah yang telah ada dikuatkan lagi dengan pertalian
cemas.18 Jika hal ini telah terealisasi dikehidupan sehari-hari, tidak ada lagi
keluarga yang kekurangan bahan makanan, pakaian dan lain sebagainya.
“Dan kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan” maksudnya
orang yang serba kekurangan yang hidupnya tidak berkecukupan, sehingga
dengan memberikan hak kepada orang miskin tersebut tertimbunlah jurang yang
memisahkan antara si kaya dan si miskin. Tetapi pada akhir ayat ini dijelaskan
sebagai kunci, yaitu: “janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros.” (ujung ayat 26).
Kata “boros” dalam hal ini dipilih menjadi arti dari kalimat “mubażīr” atau
“tabżīr”. Imam Syafi’i mengatakan bahwa mubażīr ialah membelanjakan harta
tidak pada jalannya. Sedangkan menurut Imam Malik mengatakan bahwa mubażīr
ialah mengambil harta dari jalannya yang pantas, tetapi mengeluarkannya dengan
jalan yang tidak pantas. Para mujahid berkata: “walaupun seluruh hartanya
dihabiskannya untuk jalan yang benar, tidaklah termasuk mubażīr. Tetapi
16 Syeikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Tim Safir al-Azhar
(Medan: Duta Azhar, 2008, cet. 1, jilid 8), h. 109. 17 Syeikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Tim Safir al-Azhar
(Medan: Duta Azhar, 2008, cet. 1, jilid 8), h. 108. 18 Hamka, Tafsir al-Azhar (Surabaya: Pustaka Islam, juz 15), h. 49.
20
walaupun hanya segantang padi dikeluarkannya, padahal tidak pada jalan yang
benar, itu sudah mubażīr.”
Qatadah berkata, “kata ير adalah menafkahkan harta untuk (boros) اتلبذ
bermaksiat kepada Allah Ta’ala, untuk cara yang tidak benar, dan untuk
melakukan kerusakan.19 Sedangkan Ibnu Mas’ud mengatakan, kata ير (boros) اتلبذ
adalah menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak perlu.”20 Begitu juga yang
dikatakan oleh Ibnu Abbas “boros” adalah membelanjakan harta dengan cara yang
tidak benar.21
Jadi, dari sekian banyak pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tabżīr
ialah berlebih-lebihan dalam menggunakan sesuatu, dan membelanjakan harta
dengan cara yang tidak benar baik berupa uang atau barang lainnya dalam hal ini
berlebih-lebihan dalam makanan.
Di dalam Tafsir Yusuf Ali disebutkan bahwa orang yang boros tidak hanya
bodoh, mereka masih sekeluarga dengan setan. Dan pemimpin setan itu
(perhatikan peralihan dari bentuk jama’ menjadi bentuk tunggal) setan sendiri
jatuh karena keingkarannya kepada Allah. Demikianlah, orang yang
menyalahgunakan atau menghambur-hamburkan karunia Allah juga ingkar, tidak
bersyukur kepada Allah.22
Sedangkan di dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan Allah memerintahkan
untuk berinfak dan melarang untuk menghambur-hamburkan harta, serta
melakukan hal yang wajar, seperti firman Allah QS. Al-Furqaan [25]: 67 yang
berbunyi:
ين ٱو ك قواما ل ىل وا وكن بي ذ نفقوا لم يسفوا ولم يقت ٦٧إذا أ
19 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 451. 20 Muhammad Ahmad Isawi, Tafsir Ibnu Masud, Penerjemah Ali Murtadho Syahudi,
Jakarta: Pustaka Azzam, 2009, Cet. 1, h. 659. 21 Syaikh Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir (Jakarta: Darus Sunnah, 2014 jilid
4), h. 232. 22 ‘Abdullah Yusuf ‘Ali, The Holy Qur’an, Text, Translation and Commentary, Terjemahan
Ali Audah (Bogor: PT. Pustaka Lintera AntarNusa, 2009, Cet. 3), h. 688.
21
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan yang maha pengasih) orang-orang
yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula)
kikir, di antara keduanya secara wajar.”
Kemudian Allah berfirman tentang sifat menghambur-hamburkan harta
danberlebih-lebihan, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah
saudara setan” [27] artinya sifat boros, dungu, tidak taat kepada Allah, dan
berbuat kemaksiatan kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi “dan
setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Orang itu disamakan dengan
setan karena telah mengingkari nikmat Allah dan tidak taat kepada-Nya,
melainkan dia bermaksiat dan melanggar perintah-Nya.
Penambahan kata (كنوا) kānū pada penggalan ayat di atas, untuk
mengisyaratkan kemantapan persamaan dan persaudaraan itu, yakni hal tersebut
telah terjadi sejak dahulu dan berlangsung hingga kini. Mereka adalah teman
lama, yang tidak mudah dipisahkan. Tetapi satu-satunya kesempatan di mana
frase Ikhwan asy-Syayāthīn digunakan dalam ayat ini, yang berarti bahwa orang-
orang boros atau tabżīr adalah kawan-kawan setan, dan bukan berada di bawah
dominasinya. Di sini para pemboros bukan hanya dikuasai setan, melainkan telah
mencapai tahap bekerja sama dengan setan dan menjadi pembantunya.
Kata ( إخوىن) ikhwān adalah bentuk jama’ dari kata ( خ أ ) akhun yang biasa
diterjemahkan sebagai saudara. Kata ini pada mulanya berarti persamaan dan
keserasian. Dari sini persamaan dalam asal usul keturunan mengakibatkan
persaudaraan, baik asal usul jauh, lebih-lebih yang dekat.
Kata إخوىن ini juga menunjukkan bahwa suatu kaum bersepakat atas satu
prinsip, baik prinsip itu baik ataupun buruk. Namun dalam QS. al-Isrā’ ayat 27 ini
adalah persaudaraan dalam keburukan. Hal ini menunjukkan seakan-akan orang-
orang yang berbuat mubażīr bersatu dengan setan, dalam tujuan yang sama dan
kecintaan yang sama yang dikendalikan oleh satu sifat, yaitu keburukan.23
23 Syeikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Tafsir Sya’rawi, penerjemah Tim Safir al-Azhar
(Medan: Duta Azhar, 2008, cet. 1, jilid 8), h. 111.
22
Persaudaraan setan dengan pemboros adalah persamaan sifat-sifatnya, serta
keserasian antar keduanya. Mereka sama-sama melakukan hal yang baṭil, tidak
pada tempatnya. Persaudaraan itu dipahami oleh Ibn ‘Āsyūr dalam arti
kebersamaan dan ketidakberpisahan setan dengan pelaku pemboros. Senada
dengan Thabāthabā’i berpendapat serupa. Menurut ulama beraliran Syi’ah ini,
persaudaraan di sini dalam arti kebersamaan pemboros dengan setan secara terus
menerus, dan demikian juga setan dengan pemboros, seperti dua orang saudara
sekandung yang sama asal usulnya, sehingga tidak dapat dipisahkan.24
Betapa buruknya celaan Allah bagi orang-orang yang suka berlebihan.
Mereka dianggap sebagai saudara setan; makhluk Allah yang tidak memiliki
kebaikan sedikit pun, makhluk yang pada setiap langkahnya hanya menebar
keburukan. Maka pantaslah jika Allah tidak pernah mencintai orang-orang yang
suka berlebih-lebihan dalam hidupnya, sebagaimana Allah tidak pernah mencintai
setan.25
Penyifatan setan dengan kafūr atau sangat ingkar merupakan peringatan
keras kepada para pemboros yang menjadi teman setan tersebut, bahwa
persaudaraan dan kebersamaan mereka dengan setan dapat mengantarkan kepada
kekufuran. Betapa tidak, bukankah teman saling pengaruh mempengaruhi, atau
teman seringkali meniru dan meneladani temannya. Sebagaimana sepenggal kata
bijak berikut ini “untuk mengetahui tentang seseorang tak perlu mencari tahu
siapa dia, lihatlah temannya, anda akan mengetahui siapa dia, karena semua teman
meneladani temannya.”26
Dalam Tafsir Nurul al-Qur’an dijelaskan bahwa ayat ini memberikan
justifikasi yang kukuh dan penekanan terhadap larangan tabżīr. Dikatakan bahwa
orang-orang yang terlibat dalam konsumsi yang berlebihan atau tabżīr adalah
kaki-tangan setan. Sebab, mereka cenderung merusak nikmat yang Allah berikan
dan setan itu makhluk yang tidak tahu bersyukur.27
24 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 451. 25 Uwes Al-Qorni, Penyakit Hati (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, cet. ke 9), h.
124. 26 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h. 451. 27 Allamah Kamal Faqih Imani, Tafsir Nurul Qur’an, penerjemah Salman Nano, Jakarta:
Al-Huda 2005, cet. Pertama, jilid 8, h. 806.
23
Diceritakan oleh Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar ketika ia masih kanak-
kanak ia membeli kacang goreng lalu ia makan. Maka terjatuhlah dua buah
kacangnya ke tanah. Sedangkan ayah beliau berada di depannya, lalu ayahnya
berkata: “pilih yang jatuh itu jangan mubażir”. Setelah beliau dewasa ia mulai
berpikir, mengapa tidak saya pilih, padahal kacang itu masih belum terkupas dari
kulitnya, artinya belum kotor” maka beliau mengerti maksud ayahnya memberi
teguran kepadanya, jangan membiarkan kacang itu terbuang, padahal kacang
tersebut patut untuk dimakan, hal ini termasuk perilaku mubażir. Dan ketika
beliau masih kanak-kanak selalu dimarahi jika makan masih bersisa. Oleh karena
itu, jika beliau mengambil nasi selalu mengira-ngira apakah nasi ini cukup atau
bersisa, karena menurut beliau bersisa itu adalah mubażir.28
Dari sepenggal cerita Buya Hamka di atas dapat disimpulkan bahwa
menyisakan makanan ketika makan adalah termasuk perilaku tabżīr. Sekecil
apapun perbuatan tabżīr ini, ia akan memberikan dampak negatif, baik bagi
dirinya maupun bagi orang lain. Dan perlu diketahui bahwa perbuatan tabżīr ini
menafikan syukur, dan sinonim dari kufur nikmat. Di mana syukur adalah
memanfaatkan pemberian (nikmat) Allah sesuai dengan tujuan Allah
menciptakannya.
C. Pengaruh Dinamika Psikologis Seseorang
Sebelum mengurai masalah tentang dinamika psikologis, terlebih dahulu
penulis akan menjelaskan tentang pengertian dinamika dan psikologis. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dinamika diartikan sebagai gerak atau
kekuatan secara terus menerus yang dimiliki sekumpulan orang dalam masyarakat
yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat tersebut.29
Hurclok menjelaskan dinamika adalah suatu tenaga kekuatan, selalu
bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap
keadaan yang terjadi dan merupakan suatu faktor yang berkaitan dengan
pematangan dan faktor belajar, pematangan merupakan suatu kemampuan untuk
28 Hamka, Tafsir al-Azhar (Surabaya: Pustaka Islam, juz 15), h. 49. 29 Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Apolo, 1998), h. 101.
24
memahami makna yang sebelumnya yang tidak mengerti terhadap objek
kejadian.30
Melalui uraian di atas dapat dipahami bahwa dinamika merupakan tenaga
kekuatan yang selalu berkembang dan berubah. Bagi sesorang yang mengalami
dinamika maka mereka harus siap dengan keadaan apapun yang terjadi.
Sedangkan psikologis berasal bahasa Yunani terdiri dari kata Psyche atau psikis
yang artinya jiwa dan logos yang berarti ilmu, jadi secara harfiah, psikologi
berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang ilmu-ilmu kejiwaan.31
Namun karena jiwa itu abstrak dan tidak dapat dikaji secara empiris, maka
kajiannya bergeser pada gejala-gejala jiwa atau tingkah laku manusia, oleh karena
itu yang dikaji adalah gejala jiwa atau tingkah laku.
Perilaku manusia terbentuk karena adanya proses internal yang ada dalam
individu, seperti pikiran atau kognisi, afeksi dan kemampuan. Perilaku atau
tingkah laku seseorang disebabkan oleh suatu esensi dasar dari manusia. Perilaku
akan nampak bila manusia berhubungan dengan individu lain dalam kontak sosial.
Menurut Walgito psikologis adalah ilmu tentang perilaku atau aktivitas-
aktivitas individu. Perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian luas
yaitu perilaku yang tampak atau perilaku yang tidak tampak, demikian juga
dengan aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motorik juga termasuk
aktivitas emosional.32 Dinamika psikologis dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai
keterkaitan antara berbagai aspek psikologis dalam menjelaskan suatu fenomena
atau kontek tertentu.33
Saptoto mendefenisikan dinamika psikologis sebagai keterkaitan antara
berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri seseorang dengan faktor-faktor dari
luar yang mempengaruhinya.34 Fathurrochman dan Djalaludin Ancok
30 Zora Krispriana, Hubungan Konsep Diri Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Akir
(Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah), h. 30. 31 L. Sandra, Dinamika Psikologis Interaksi, Konsep Diri, Dan Identitas Online, Disertasi
(Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2012). 32 Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
2010), h. 15. 33 L. Sandra, Dinamika Psikologis Interaksi, Konsep Diri, Dan Identitas Online, Disertasi
(Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2012). 34 R. Saptoto, Jurnal Psikologi Indonesia, (Dinamika Psikologis Nrimo Dalam Bekerja:
Nrimo Sebagai Motivator Atau Demotivator), 2 (6), h. 131-137.
25
menggunakan istilah dinamika psikologis untuk menjelaskan secara lebih lanjut
hubungan prosedur objektif dengan penilaian keadilan.
Walgito menjelaskan bahwa dinamika psikologis merupakan suatu tenaga
kekuatan yang terjadi pada diri manusia yang mempengaruhi mental atau
psikisnya untuk mengalami perkembangan dan perubahan dalam tingkah lakunya
sehari-hari baik itu dalam pikiranya, perasaannya maupun perbuatannya.35
Sedangkan menurut Halloway, dkk istilah dinamika psikologis digunakan
untuk menerangkan keterkaitan berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri
responden dalam hubungannya dengan kondisi masyarakat.36 Lebih lanjut,
Chaplin mengatakan bahwa dinamika psikologis merupakan sebuah sistem
psikologi yang menekankan penelitian terhadap hubungan sebab akibat dalam
motif dan dorongan hingga munculnya sebuah perilaku.37
Walgito menjelaskan ada beberapa komponen di diri manusia yang
mempengaruhi dan membentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
berkaitan dengan dinamika psikologis.38
a. Komponen kognitif (komponen perseptual)
Merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan
keyakinan, yang mana berhubungan dengan seseorang mempersepsi
terhadap objek perilaku atau kejadian yang sedang dialami.
b. Komponen afektif (komponen emosional)
Komponen ini berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap
objek perilaku.
c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)
Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek. Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan
bertindak atau berperilaku dan komponen ini juga menunjukkan bagaimana
perilaku manusia terhadap lingkungan sekitar.
35 Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
2010), h. 26. 36 S. D. Holloway, S. Suzuki, Y. Yamamoto, & J. D. Mindrich, Relation Of Maternal Role
Concept To Parenting, Employment Choices, And Life Satisfaction Among Japanese Women (Sex
Roles, 2006), h. 235-249. 37 Chaplin, J.P, Kamus Lengkap Psikologi, Penerjemah Kartini Kartono (Jakarta: Raja
Gravindo Persada, 2006), h. 78. 38 Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta,
1978), h. 127-128.
26
Perilaku makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan perilaku yang
berhubungan dengan frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan dan
pemilihan makan.39 Perilaku makan adalah cara seseorang berpikir,
berpengetahuan dan berpandangan tentang makanan. Apa yang ada dalam
perasaan dan pandangan itu dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan
memilih makanan. Jika keadaan itu terus menerus berlangsung maka tindakan
tersebut akan menjadi kebiasaan dalam makan.
Perilaku juga merupakan suatu gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti
halnya berjalan atau aktifitas-aktifitas lainnya yang selalu dilakukan oleh setiap
individu yang merupakan sikap seseorang dengan pemanifestasian pada
perbuatan.40 Perilaku pada individu sebenarnya tidak timbul dengan sendirinya,
tetapi terdapat stimulus (rangsangan) tertentu yang dapat mengakibatkannya, yaitu
bisa dari internal maupun eksternal. Faktor eksternal ini berasal dari luar orang
tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari
lingkungan seseorang yang mulai dari lingkungan terkecilnya, dalam hal ini
adalah lingkungan pesantren Sulaimaniyah. Sedangkan faktor internal berasal dari
dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis
bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang merupakan bawaan sejak
lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah
satu dari kedua orang tua.
Ada berbagai macam term dalam menjelaskan perihal perilaku manusia.
Ada yang menggunakan term character, type, ataupun personality. Character
merupakan term yang biasa digunakan untuk menjelaskan tentang watak,
perangai, sifat dasar yang khas. Satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus
kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasikan seorang pribadi
tertentu.41 Namun term ini dipandang dari sudut penilaian antara baik dan buruk.
Kemudian type memiliki pengertian sebagai suatu pengelompokan individu yang
dapat dibedakan satu dengan yang lainnya karena memiliki suatu sifat yang
39 Mely G. Tan, Social and Cultural Aspect of Food Pattern and Food Habits in Five Rural
Areas in Indonesia (Jakarta: LIPI dan Directorate of Nutrition, 1970). 40 M. Yamin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007), h.
75. 41 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006),
h. 45.
27
khusus padanya. Sedangkan personality yang dimaksud merupakan term yang
menyentuh dari segi sifat, atau perilaku unik individu (manusia), penampilan, cara
bertindak, atau pun cara berpikir.
28
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN PONDOK PESANTREN UICCI SULAIMANIYAH
GAMBARAN UMUM YAYASAN PONDOK PESANTREN UICCI
SULAIMANIYAH
Pada bab ini, penulis akan membahas tentang gambaran umum Yayasan
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat, yang meliputi: Sejarah Pendirian
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah, Profil, Visi dan Misi, Struktur
Organisasi, Keadaan Santri, Ustadz, Jadwal kegiatan harian dan tata tertib.
Adapun rinciannya sebagai berikut:
A. Sejarah Pendirian Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah
Nama Sulaimaniyah dinisbatkan kepada nama pendiri yayasan ini, yaitu
Syekh Süleyman Hilmi Tunahan Kuddisa Sirruhu (K.S.) lahir pada tahun 1888
(tahun 1301 Kalender Islam Rumi) di Desa Hezegrad1 yang terdapat di daerah
Ferhatlar, tepatnya di Propinsi Silistra yang sekarang berada di daerah perbatasan
Bulgaria. Ayahnya bernama Hojazade2 Osman Efendi dan ibunya bernama Hatice.
Beliau memiliki lima orang bersaudara yaitu Fehim, Süleyman Hilmi, Ibrahim
dan Halil serta saudara perempuan bernama Zahide.
Garis keturunan Süleyman Hilmi dapat ditelusuri dan akan mengarah
kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah keturunan ke-33 dari garis
keturunan para Sayyid (keturunan dari Nabi Muhammad SAW). Dari sisi
paternalnya diturunkan dari Husein dan dari sisi maternalnya dari Hasan
(keduanya adalah cucu Nabi Muhammad SAW), sehingga Süleyman Hilmi Efendi
memiliki kedua gelar baik “Sayyid” maupun “Syarif”.3
Nama Tunahan diambil dari nama buyut Süleyman Hilmi yaitu Seyyid Idris
Bey, yang diangkat sebagai Tunahan4 oleh Sultan Kerajaan Osmani, Sultan
Mehmed II. Ayah beliau Hojazade Osman Efendi menamatkan pendidikannya di
1 Saat ini sudah menjadi propinsi Razgard, Bulgaria. 2 Sebuah gelar terhormat yang berarti “Anak seorang Syekh” 3 Sejarah Singkat Syeikh Süleyman Hilmi Tunahan (Jakarta: Kantor Pusat UICCI), h. 2. 4 Yang memiliki arti “Pemimpin dari Danube”
29
Istanbul dan kemudian mengabdikan dirinya dengan mengajar selama empat
tahun di Madrasah Satırlı (setingkat Universitas atau Akademi).
Ketika masih duduk di bangku pendidikan di Istanbul, Osman Efendi
bermimpi. Di dalam mimpi tersebut, ia melihat ada sebagian dari dirinya terbang
ke langit dan kemudian mulai memancarkan cahaya ke seluruh permukaan bumi.
Beliau mentakwil mimpi tersebut sebagai pertanda bahwa salah satu keturunannya
kelak akan menjadi seseorang yang saleh dan adil. Beliau menikah ketika kembali
ke Silistra. Dan ketika mulai memiliki keturunan, beliau mencoba mengenali
manakah di antara anak-anaknya tersebut yang membawa ciri seperti yang ada
dalam mimpinya.
Ketika Süleyman Hilmi beranjak dewasa, ayahnya mulai melihat beberapa
tanda istimewa dari Süleyman Hilmi, sehingga beliau menambatkan semua
harapan atas dirinya. Kakek dari Süleyman Hilmi Efendi adalah Mahmud Efendi
yang juga dikenal sebagai Kaymak Hafiz5. Mahmud Efendi wafat pada usia 110
tahun. Ayahnya adalah Seyyid Idris Bey, yang diangkat sebagai Tunahan
(Pemimpin dari Danube) oleh Sultan Kerajaan Osmani, Sultan Mehmed II. Sultan
Mehmed II menikahkan Idris Bey dengan putri saudara laki-lakinya.
Adapun riwayat pendidikan dan karir Süleyman Hilmi Tunahan, beliau
mendapatkan pendidikan dasarnya di Madrasah Satırlı tempat ayahnya mengajar.
Setelah menematkan pendidikan dasar, beliau dikirim oleh ayahnya ke Istanbul
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Sebelum Süleyman Hilmi
Tunahan berangkat, ayahnya berpesan kepadanya,“Putraku, jika engkau
mempelajari Ushul Fiqh dengan baik maka engkau akan kuat dalam agama. Jika
engkau mempelajari ilmu logika maka engkau akan kuat dalam ilmu
pengetahuan.”
Süleyman Hilmi Tunahan ingin melanjutkan pendidikannya di Madrasah
Fatih di Istanbul, namun semua ruangan telah terisi penuh. Dengan niat belajar
yang sangat tinggi, Süleyman Hilmi Tunahan rela tinggal di ruang bawah tanah.
Süleyman Hilmi mulai mendapat pelajaran dari Ahmed Hamdi Efendi, dan
kemudian Ahmed Hamdi Efendi sangat menghargai kecerdasan dan kemampuan
belajar Süleyman Hilmi Tunahan. Süleyman Hilmi Tunahan terkenal sangat
5 Julukan bagi orang Turki yang berpengaruh.
30
cerdas sehingga menjadi buah bibir masyarakat sekitar. Dengan tingkat intelektual
yang tinggi, ketekunan dalam belajar dan akhlaknya yang baik, beliau telah
menarik perhatian semua gurunya. Pada tahun 1913 beliau menamatkan
pendidikannya, dengan nilai yang sempurna.6
Süleyman Hilmi Tunahan melanjutkan pendidikannya di Madrasah Darul
Hilafetil Aliye. Pada tahun 1915, beliau meraih peringkat pertama dengan nilai 88
dari nilai sempurna 90. Pada tanggal 30 September 1916, beliau mendaftarkan diri
di Medressetül Mutehassisin (Sekolah Pasca Sarjana) dan mendapatkan gelar
İstanbul Müderrisliği Ruüsluğu (Guru Besar di Istanbul) bersama 20 rekan
lainnya.
Pada tanggal 1 Juni 1920 beliau memulai karirnya sebagai seorang Dersiam
(Dosen Teologi). Ini adalah langkah pertama beliau yang berlanjut hingga 27
April 1921. Pada tahun 1922 beliau mulai bekerja sebagai guru bahasa Turki di
Madrasah Darül Hilafetül7.
Perjuangan beliau dalam mengajarkan al-Qur’an saat itu begitu sulit.
Banyak Dersiam yang dilarang untuk mengajar meskipun pada anak-anak mereka
sendiri. Salah satu dari mereka memiliki rasa ketakutan yang sangat berlebihan,
sehingga sebagian dari mereka meninggalkan profesinya demi keselamatan
dirinya. Dalam kondisi seperti inilah Süleyman Hilmi Tunahan memutuskan
untuk memulai misinya. Beliau berkata : “Ketika putra-putra islam ibarat kayu-
kayu yang hanyut ke neraka maka ketika kita dapat menyelamatkan walaupun
hanya sebatang kayupun maka itu akan sangat besar manfaatnya.” Dari
perkataan tersebut dapat disimpulkan bahwa betapa sayangnya beliau terhadap
generasi-generasi setelahnya, sehingga beliau tidak mau membiarkannya hanyut
masuk kedalam neraka.
Pada tahun 1930 hingga 1936, Süleyman Hilmi Tunahan mulai mengajar
beberapa orang siswa sebagai awal permulaan dakwahnya disebuah ladang yang
disewanya terletak di desa Catalca yang berada di daerah Kabakca. Pada mulanya
ia mengajar secara sembunyi-sembunyi karena kondisi yang tidak memungkinkan.
6 Tim Penyusun, Katalog Tunahan.org. Diakses pada 23 Maret 2019 dari
https://tunahan.org/id/biografi/riwayat-pendidikan/ 7 Tim Penyusun, Sejarah Singkat Syeikh Süleyman Hilmi Tunahan (Jakarta: Kantor Pusat
UICCI), h. 6.
31
Dan pada akhirnya dakwahnya mulai menyebar keseluruh kota-kota terdekat. Dan
saat ini dakwahnya sudah tersebar keseluruh penjuru negara di dunia termasuk
Indonesia.
Süleyman Hilmi Tunahan menyerahkan seluruh hidupnya untuk
membangkitkan kembali ilmu pengetahuan Islam yang telah dihapuskan oleh
penguasa setempat. Beliau seorang yang memiliki semangat yang tinggi dan
keinginan yang kuat dalam mengajarkan ilmu agama. Walaupun saat beliau
sedang sakit, ia tidak pernah berhenti mengajar. Beliau selalu berkata: “Jika aku
masuk ke kelas maka rasa sakit itu akan hilang, tetapi jika aku tetap berdiam di
rumah maka rasa sakit itu akan semakin terasa.” Hal ini menunjukkan bahwa
mengajar adalah obat bagi penyakitnya.
Süleyman Hilmi Tunahan sangat menyayangi murid-muridnya, terlihat dari
perkataan beliau “Aku tidak akan menukar seluruh dunia ini walaupun hanya
dengan sepotong kuku dari muridku.” Tujuan dakwah beliau adalah
menghidupkan kembali Sunnah Rasul yang telah banyak dilupakan, serta
mengembalikan bagian yang hilang dari syariat Islam berdasarkan tradisi Sunni.
Pada akhir hayatnya, beliau menderita penyakit diabetes. Kadar gula dalam
darahnya meningkat dan tidak dapat dinetralisir. Süleyman Hilmi Tunahan
menghembus nafas terakhirnya di kediamannya di Kısıklı, Istanbul pada usia 72
tahun, tepatnya pada hari rabu tanggal 16 September 1959 H/ 13 Rabiul Awal
1379 M.8
Beliau telah menghabiskan semua kekayaan untuk kepentingan murid-
muridnya, dan mengajarkan semua ilmunya untuk mereka dengan segala bentuk
resiko yang dihadapinya, mengalami siksaan di Kantor polisi, tuntutan hukuman
mati, dan mendekam di penjara. Beliau merupakan tipe pahlawan yang sudah
jarang ditemui pada saat ini, yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk
mendakwahkan al-Quran.
B. Profil Yayasan Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat
Yayasan Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat dikelola oleh
United Islamic Cultural Centre of Indonesia yang disingkat UICCI, dalam bahasa
8 Sejarah Singkat Syeikh Süleyman Hilmi Tunahan (Jakarta: Kantor Pusat UICCI), h. 23.
32
Indonesia diterjemahkan dengan Pusat Persatuan Kebudayaan Islam Indonesia;
adalah sebuah yayasan di bawah naungan Organisasi Sulaimaniyah yang berpusat
di Turki yang didirikan pertama kali pada tahun 1953.
Organisasi ini telah mengalami beberapa pergantian generasi. Dan saat ini
dipimpin atau diketuai oleh cicit dari Syekh Sulaiman Hilmi Tunahan yaitu
Alihan Kuriş Bey Abimiz. Organisasi ini berpusat di Istanbul, Turki.9 Organisasi
ini mengalami perkembangan yang begitu pesat dan telah menyebar di seluruh
dunia, baik di benua Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan bahkan Australia.
United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) atau Yayasan Pusat
Persatuan Kebudayaan Islam di Indonesia adalah sebuah Yayasan yang bergerak
di bidang sosial dan pendidikan Islam. Yayasan ini didirikan pada tahun 2005 di
Jakarta oleh para sukarelawan muslim Indonesia dan Turki yang bertujuan untuk
memfasilitasi siswa SMP/sederajat, SMA/sederajat, Mahasiswa dan Santri
penghafal al-Qur’an berupa beasiswa pendidikan agama secara gratis. Ada tiga
macam bentuk asrama di Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah yaitu; Pesantren
khusus para penghafal al-Qur’an (Tahfidz) non Beasiswa, Pesantren penghafal al-
Qur’an (Tahfidz) beasiswa dan yang terakhir Pesantren khusus mahasiswa.
Cabang asrama United Islamic Cultural Centre of Indonesia (UICCI) sudah
terdapat di beberapa wilayah Indonesia dan hampir di seluruh Negara dunia. Pada
tahun 2017, yayasan UICCI Sulaimaniyah sudah memiliki 30 cabang di
Indonesia, dan di tahun 2019 ini sudah mencapai 45 cabang yang tersebar di
propinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh,
Kalimantan, Sumatera Selatan-Palembang, Sumatera Utara-Medan, Nusa
Tenggara Barat-Lombok, Sulawesi Selatan-Makasar.10 Dari semua cabang
tersebut memiliki kurang lebih 2200 santri. Fasilitas yang diberikan kepada siswa-
siswi selama di asrama antara lain; fasilitas asrama lengkap, makan 3x sehari,
ruang belajar yang kondusif, kegiatan rihlah (piknik) dan pemberian beasiswa
belajar ke Negara Turki.11
Yayasan Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat dengan nomor
statistik Pondok Pesantren 510036080058 merupakan lembaga pendidikan Islam
9 Dokumen Yayasan Pondok Pesantren UICCI Ciputat. 10 Yayasan Tahfiz Sulaimaniyah, Kalender Fazilet 2019 (Jakarta Timur: Fazilet, 2018). 11 http://www.uicci.org/ diakses tanggal 22 Februari 2019.
33
dibawah naungan Kementrian Agama yang didirikan pada tahun 2015. Yayasan
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat merupakan salah satu cabang
Yayasan UICCI Sulaimaniyah yang berada di Jalan Cipinang Baru Raya, No. 25
Cipinang, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Lokasinya sangat strategis dan mudah
untuk dijangkau. Alamat lengkap Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah yaitu
Jalan H. Ir Juanda RT.002/ RW 008 Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat
Timur, Tangerang Selatan, Banten.12
Tujuan utama didirikannya yayasan ini adalah mencetak generasi muda
yang berilmu dan bertakwa, membentuk karakter generasi muda yang berakhlakul
karimah. Yayasan Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat adalah yayasan
yang dikhususkan untuk mahasiswa-mahasiswa yang ingin belajar agama lebih
mandalam dan meraih beasiswa belajar ke Negara Turki. Adapun mahasiswa yang
belajar di Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat mayoritas mahasiswa
dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan sebagiannya
lagi adalah mahasiswa dari Universitas sekitar asrama seperti Perguruan Tinggi
Ilmu al-Qur’an (PTIQ), Universitas Pertamina, Universitas Indrapasta
(UNINDRA) dan Universitas Pembanguan Nasional Veteran Jakarta (UPN-VJ).
C. Visi dan Misi13
Adapun Visi Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat adalah
Membentuk generasi yang berilmu dan bertaqwa.
Sedangkan Misi Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat adalah
sebagai berikut:
a. Membina mahasiswa agar dapat mengenal, belajar dan mengamalkan Islam
secara kaffah (menyeluruh).
b. Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk dapat mandiri, teratur, dan
berprestasi secara akademik.
c. Membentuk generasi Islam yang berlandasan kepada Ahlussunnah wal
Jama’ah.
Adapun keunggulan pendidikan di Yayasan Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah Ciputat, antara lain:
a. Mendapatkan beasiswa pendidikan di Indonesia dan Turki.
b. Belajar Bahasa Turki dari penutur asli.
c. Berkesempatan belajar dan mengajarkan Islam di berbagai negara dunia.
12 Dokumen Yayasan Pondok Pesantren UICCI Ciputat. 13 Katalog Yayasan Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat.
34
d. Dapat mengembangkan keilmuannya dalam bidang yang diminati selama di
Turki.
D. Struktur Organisasi
Struktur organisasi terdiri dari seluruh tenaga dan petugas yang
berkecimpung dalam pengolahan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran.
Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat adalah
sebagai berikut:14
a. Ketua Umum : Abi Mustafa Atalar
b. Sekretaris/ Wakil Ketua : Abi Hüsnü Duman
c. Bendahara 1 : Abi Süleyman Sujari
d. Bendahara 2 : Abi Mustofa
e. Bid. Pendidikan Asia Pasifik : Abi Berat Vural
f. Bid. Pendidikan Universitas : Abi Sinan Tusseno
g. Bid. Hubungan Masyarakat : Abi Lütfi Oktavianus
Abi Esad Fardiansyah
h. Bid. Sarana dan Prasarana : Pak Iwan
i. Bid. Konsumsi : Abi Hisyam, Pak Anwar, Pak Japar Sidik
Adapun tanggung jawab tiap-tiap bidang sebagai berikut:
a. Ketua Umum
1) Bertanggung jawab dan mengevaluasi atas segala kegiatan dan aktivitas
di asrama.
2) Mengontrol secara berkala laporan yang diberikan oleh bidang-bidang
yang ada.
3) Mengadakan rapat dengan Abi-abi (ustadz).
4) Mengatur jam kerja dan izin pengajar dan karyawan.
5) Mengadakan rapat dengan karyawan.
6) Mengadakan rapat dengan orang tua santri atau wali murid.
7) Mengadakan pelajaran agama rutin untuk Abi-abi.
8) Mengadakan evaluasi kegiatan bulan suci ramadhan dan idul adha.
b. Sekretaris
1) Secara langsung menjadi wakil dari ketua umum dan bertanggung
jawab dengan jalannya kegiatan di asrama.
2) Bertanggung jawab atas surat masuk dan surat keluar.
3) Mengawasi ketua Organisasi Santri asrama dalam menjalankan
program kerjanya.
4) Mengadakan rapat dengan Abi-abi dan ketua-ketua tiap masing devisi
Organisasi Santri Sulaimaniyah.
5) Bertanggung jawab atas izin operasional asrama.
6) Mengecek dan meminta pertanggungjawaban absen dari murid.
7) Mengatur jalannya resepsionis dan penjaga malam.
8) Mengikuti kegiatan sesuai dengan program kerja (calisma takvimi).
9) Mengecek buku piket.
10) Mengatur jadwal tugas sehari-hari dan sabtu minggu.
11) Bertanggung jawab menyiapkan hasil rapat dan mengirim ke pusat.
14 Dokumen Yayasan Pondok Pesantren UICCI Ciputat.
35
12) Bertanggung jawab atas laporan kegiatan bulanan dan mengirim ke
pusat.
13) Bertanggung jawab atas asuransi para personel asrama.
c. Bendahara
1) Bertanggung jawab sepenuhnya pada keuangan asrama.
2) Memberikan laporan keuangan kepada ketua asrama dan pusat.
3) Mengkoordinir jalannya kantin.
4) Mengecek buku kilometer motor.
5) Mengecek servis motor.
6) Bertanggung jawab sepunuhnya perjanjian kerja karyawan di
Pesantren.
7) Bertanggung jawab menyiapkan laporan accounting, donasi dan
keperluan asrama serta mengirim ke pusat.
d. Bid. Pendidikan Asia Pasifik
1) Mengecek jalanya pelajaran agama sesuai dengan kurikulum yang
disiapkan.
2) Mengontrol bacaan iman dan muadzin.
3) Mengadakan pengajian untuk karyawan yang bekerja di asrama.
4) Menyiapkan materi ceramah sesuai dengan situasi dan kondisi.
5) Mengikuti program-program keagamaan sesuai dengan program kerja
(calisma takvimi).
6) Mengadakan ujian rutin untuk setiap pelajaran.
7) Mengecek dan mengisi absen ceramah mingguan.
8) Bertanggung jawab atas bacaan takvim dan Sohbet abimiz.
9) Mengatur Jadwal ceramah dan kultum.
10) Bertanggung jawab menyiapkan data statistik nilai santri.
e. Bid. Pendidikan Universitas
1) Bertanggung jawab pada pendaftaran atau murid keluar.
2) Bertanggung jawab pada tata tertib asrama.
3) Bertanggung jawab pada data murid.
4) Bertanggung jawab pada tata tertib asrama.
5) Menginformasikan kepada orang tua santri atas tindakan pelanggaran
yang dilakukan santri.
6) Bertanggung jawab atas sistem online data santri.
7) Bertanggung jawab atas data personel.
8) Menyusun rencana untuk penerimaan murid baru.
f. Bid. Hubungan Masyarakat
1) Menjalin hubungan dengan masyarakat luar, sekolah, maupun pihak-
pihak terkait.
2) Mengadakan presentasi dan stand pendaftaran di pesantren, sekolah
dan kampus.
3) Menyusun rencana untuk mengumpulkan dana ke asrama.
4) Mengurus kegiatan pelajaran anak-anak TPA (Sibyan).
5) Mengurus kegiatan Bazar Budaya Turki (Kermes).
6) Mengurus rihlah atau studi banding.
g. Bid. Sarana dan Prasarana
1) Bertanggung jawab atas perbaikan di asrama.
36
2) Mengecek kebutuhan asrama (barang yang diperlukan atau telah
habis).
3) Melakukan hal-hal yang berkaitan untuk menambah kualitas sarana
dan prasarana asrama.
4) Mengecek kinerja alat pemadam kebakaran secara berkala.
5) Menyediakan obat-obatan.
6) Mengecek semua kunci (lemari murid, ruangan-ruangan di asrama)
7) Mengecek servis ac.
h. Bid. Konsumsi
1) Bertanggung jawab atas makanan sehari-hari santri 3x sehari.
2) Menyiapkan daftar menu makanan santri.
3) Mengecek barang-barang dapur (mutfak).
4) Bertanggung jawab atas kebersihan makanan dan minuman.
5) Mengecek gudang makanan dan gudang peralatan.
6) Mengatur anggaran belanja harian.
7) Menyiapkan laporan belanja.
E. Data Santri15
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik
dalam hal pendidikan maupun dalam kemajuan Islam. Sebuah pesantren tidak
akan terlepas dari santri yang bermukim. Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah
Ciputat salah satu pondok pesantren yang memfasilitasi mahasiswa yang ingin
mendalami ilmu agama serta menjadi wadah untuk melanjutkan pendidikan
langsung ke negara Turki.
Adapun santri yang belajar di Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah
Ciputat adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan strata 1 (S1), yang
sebagian besar berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta dan sebagian yang lainnya berasal dari kampus Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Jakarta (UPN VJ), Universitas Pertamina, Universitas
Indrapasta (UNINDRA) dan Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ).
Secara rinci jumlah mahasiswa yang berasal dari UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sebanyak 60 santri, dari UPN Veteran Jakarta sejumlah 2 santri, dari
Universitas Pertamina, PTIQ, dan UNINDRA masing-masing satu orang santri.
Mahasiswa UIN menjadi mayoritas penghuni pesantren Sulaimaniyah bukan saja
karena lokasinya yang berdekatan, tetapi juga latar belakang pendidikan yang
mayoritas menempuh pendidikan pesantren saat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
15 Dokumen Yayasan Pondok Pesantren UICCI Ciputat.
37
(SLTA). Mahasiswa Non-UIN lebih sedikit karena lokasi yang cukup jauh, juga
latar belakang perguruan tinggi yang berbasis keilmuan umum, kecuali PTIQ.
Santri dari berbagai kampus dan fakultas membuat Pondok Pesantren
UICCI Sulaimaniyah menyiapkan kurikulum belajar yang lebih intens dan dapat
diterima oleh semua kalangan mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan.
F. Data Ustadz/ Abi
Pendidik dalam bahasa inggris disebut dengan teacher dan tutor. Sedangkan
dalam bahasa Arab dijumpai dengan kata ustadz, mudarris, mu’allim, dan
muaddib.16 Namun berbeda dengan sebutan untuk semua pengajar di Yayasan
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah. Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah
menggunakan sebutan Abi17 yang berarti saudara laki-laki (kakak).
Latar belakang pendidikan para Abi yang mengajar di Pondok Pesantren
Sulaimaniyah Ciputat adalah lulusan dari tiap kampus yang ada di Indonesia dan
di Turki dan melanjutkan pendidikan Tekamul18 di pondok pesantren
Sulaimaniyah Pusat di Turki. Setelah menamatkan studi di pondok pesantren
UICCI Sulaimaniyah Istanbul Turki, para abi mengabdikan dirinya untuk
mengajar di setiap cabang Pondok Pesantren Sulaimaniyah baik dalam negeri
maupun luar negeri.
Adapun Ustadz atau Abi-abi yang menjadi pengajar sekaligus mengasuh di
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat berjumlah 10 orang yang terdiri
dari 5 dari Abi dari Indonesia dan 5 Abi yang berasal dari Turki.
Tabel 3.1
Data Ustadz atau Abi19
No Nama Keterangan
1. Abi Mustafa Atalar Ketua Yayasan
2. Abi Zeni Nurul Ilmi Ustadz
16 Abuddin Nata dan Fauzan, Pendidikan Dalam Perspektif Hadis (UIN Jakarta Press:
Jakarta, 2015), h. 206. 17 Bahasa Turki yang berarti saudara laki-laki (kakak) 18 Pendidikan terakhir di jenjang pendidikan di Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah. 19 Dokumen Yayasan Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat.
38
3. Abi Süleyman Sujari Ustadz
4. Abi Hüsnü Duman Ustadz
5. Abi Lütfi Oktavianus Ustadz
6. Abi Mustofa Ustadz
7. Abi Sinan Tusseno Ustadz
8. Abi Esad Fardiansyah Ustadz
9. Abi Sadik Ustadz
10. Abi Sinan Demir Ustadz
G. Jadwal Kegiatan Santri
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam, memiliki ciri-ciri khusus yang
barangkali tidak dimiliki lembaga pendidikan lain di luar pesantren secara umum.
Setiap pondok pesantren pasti memiliki ciri khas tersendiri, baik dari kegiatan
harian santri, tata tertib serta metode yang digunakan dalam mendidik santri.
Begitu pula dengan pondok pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat, memiliki
kegiatan santri yang berbeda dengan pondok pesantren Indonesia pada umumnya.
Agar lebih jelas dan terperinci penulis mencantumkan jadwal kegiatan santri
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat.
Adapun jadwal kegiatan santri Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah
Ciputat sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan Santri
Kegiatan Senin-Jum’at
Jam Kegiatan
03.45 – 04.10 Bangun tidur dan Shalat Tahajud
04.10 – 04.40 Rabuta Syarif
04.40 – 05.15 Tadarus al-Qur’an dan Pelajaran Agama
07.10 – 17.30 Sarapan
07.30 – 17.30 Kegiatan Perkuliahan
17.30 – 18.00 Makan Malam
18.00 – 18.45 Shalat Magrib dan Hatim
39
Shalat Awabin (rabu, jum’at)
18.45 – 19.30 B. Turki (senin, selasa), Ceramah (rabu), Tasrifat
(kamis), Qasidah (jum’at)
19.30 – 20.15 Shalat Isya
20.15 – 20.45 Pembersihan
23.00 – 03.40 Tidur
Tabel 3.3
Kegiatan Hari Sabtu
Jam Kegiatan
03.45 – 04.10 Bangun dan Shalat Tahajud
04.10 – 04.40 Rabuta Syarif
04.40 – 05.15 Hatim dan Shalat
05.25 – 07.10 Tadarus dan Pelajaran Agama
07.10 – 07.45 Khatim al-Qur’an
07.45 – 08.00 Sarapan
08.00 – 09.00 Pembersihan
Tabel 3.4
Kegiatan Hari Minggu
Jam Kegiatan
17.30 – 18.00 Makan Malam
18.00 – 18.45 Shalat Magrib dan Hatim
18.45 – 19.30 Shalat Tasbih
19.30 – 20.15 Shalat Isya
20.15 – 23.00 Belajar Pelajaran Kuliah
23.00 Tidur
40
H. Tata Tertib
Tata Tertib Santri UICCI Sulaimaniyah Ciputat20
1. Pendahuluan
Untuk membangun kedisiplinan yang tinggi dan keteraturan dalam
melaksanakan proses belajar mengajar serta pendidikan santri Pondok
Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat, diperlukan suatu aturan dan tata
tertib yang mengacu pada nilai-nilai luhur dan hakikat dari pendidikan itu
sendiri. Oleh karena itu diperlukan kesadaran dan ketulusan hati dari semua
pihak untuk menerima dan melaksanakan aturan atau tata tertib yang
disepakati bersama.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud ditetapkannya tata tertib mahasantri ini untuk memberi
pedoman dan arahan kepada murid dalam bersikap, bertindak, dan
berperilaku sebagai seorang murid asrama dan pondok pesantren, dalam
upaya mendorong ke arah kebaikan dan menurut syariat Islam.
Tujuannya adalah untuk mengamalkan nilai-nilai Islam melalui
pendidikan bagi para murid dan sebagai kegiatan dakwah. Sedangkan tujuan
yang lebih jauh adalah Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah mewadahi
kelanjutan dari hubungan dengan para anggota, menjamin keamanan,
pembinaan, dan kesejahteraan para anggotanya tersebut. Pondok Pesantren
UICCI Sulaimaniyah Ciputat selalu berusaha untuk memberikan pendidikan
yang berorientasi pada kehidupan dan pendidikan yang Islami dan bukan
semata-mata pendidikan umum atau duniawi belaka.
3. Hak dan Kewajiban Murid Asrama
a. Hak-hak Murid Asrama
1) Mendapat pendidikan Islami dari para Abi yang mengajar di asrama
ini.
2) Mendapat fasilitas-fasilitas yang tersedia di asrama.
3) Mendapat pendidikan bahasa Turki.
4) Mengajukan pertanyaan, usul, dan saran yang bermanfaat bagi asrama.
b. Kewajiban-kewajiban Murid asrama
1) Patuh dan taat kepada Abi-abi yang mengajar di asrama.
2) Mematuhi tata tertib dan peraturan yang berlaku di asrama dan siap
menerima sanksi apabila melanggar.
3) Mengikuti segala acara yang sudah ditetapkan di asrama.
4) Memupuk ukhwah Islamiyah sesama murid asrama.
5) Mematuhi jadwal yang telah ditetapkan, apabila ada halangan harus
melapor pada Abi.
6) Setiap murid asrama harus bertanggung jawab atas barang-barang
pribadi (jika terjadi kehilangan pihak asrama tidak bertanggung
jawab) dan bersama yang digunakan di asrama.
7) Setiap murid asrama bertanggung jawab atas kebersihan, ketertiban
dan sopan santun di dalam asrama.
20 Dokumen Yayasan Pondok Pesantren UICCI Ciputat.
41
8) Murid-murid harus mengikuti dan melakukan hal-hal yang
ditugaskan dari Asrama.
9) Murid-murid yang mungkin tidak bisa mengikuti pelajaran agama,
maka dia harus meminta izin terlebih dahulu kepada abi-abi yang
mengajar di asrama.
10) Memenuhi standar pembelajaran yang ditetapkan asrama dan sivitas
kampus.
11) Pulang ke asrama sesuai jadwal (hari kerja pukul 18.00, hari minggu
pukul 17.00)
4. Peraturan Khusus
a. Peraturan ketika belajar
1) Seluruh santri diwajibkan mengikuti pelajaran yang diselenggarakan
oleh asrama sesuai dengan jadwal dan ketentuannya.
2) Mengikuti acuan pembelajaran.
3) Memakai peci dan pakaian yang sopan.
4) Minta izin apabila berhalangan hadir.
5) Minta izin apabila keluar sejenak di tengah tengah pelajaran.
b. Peraturan ketika shalat berjamaah
1) Seluruh santri diwajibkan mengikuti kegiatan shalat berjamaah.
2) Memakai peci dan pakaian yang sopan.
3) Melaksanakan tugas sebagai imam dan muadzin sesuai jadwalnya.
c. Peraturan Perizinan
1) Membawa surat dari pihak terkait dalam kegiatan organisasi,
kelembagaan, dan kampus.
2) Meminta izin pada abi pembimbing, dan pada pimpinan asrama
apabila izin lebih dari 1 hari.
3) Izin harus jelas, tidak dibuat-buat dan berdasarkan asas ketakwaan.
4) Izin harus diajukan dengan pertemuan langsung, atau lewat
sambungan telepon atau pesan singkat dalam keadaan mendesak.
5) Izin harus diajukan sebelum bersiap-siap atau bergegas terlebih
mengerjakan kegiatan yang dimaksud.
d. Peraturan Penggunaan media elektronik
1) Handphone atau media elektronik apapun tidak boleh dibawa ke
ruang tidur.
2) Handphone atau media elektronik apapun tidak boleh digunakan di
mushalla.
3) Dilarang menggunakan laptop selain di ruang belajar.
4) Menggunakan internet sesuai dengan jadwal dan ketentuan yang
berlaku.
5) Tidak boleh mengunakan media elektronik untuk memutar film,
musik dan permainan.
e. Peraturan dalam penampilan di Asrama
1) Murid-murid diharuskan memakai pakaian yang sopan dan rapi.
2) Ketika shalat dan belajar agama, dilarang memakai pakaian yang
bergambar dan kaos.
3) Rambut harus rapi dan sewajarnya.
4) Di asrama, tidak boleh memakai celana pendek.
42
5) Di asrama tidak diperkenankan tidur mengenakan sarung.
6) Di asrama tidak diperkenankan keluar kamar mandi dengan
menggunakan handuk.
7) Memperhatikan kerapihan rambut, kuku, kumis, dan jenggot.
5. Larangan-larangan Murid asrama
a. Murid-murid dilarang merokok, meminum-minuman keras, tidak
menggunakan obat-obatan telarang.
b. Tidak boleh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam.
c. Dilarang melanggar tata tertib yang sudah ditetapkan oleh asrama.
d. Dilarang berpacaran.
e. Dilarang terlambat ketika izin.
f. Mengadakan transaksi jual-beli di asrama.
g. Tidak boleh ikut atau bergabung pada suatu organisasi yang dapat
merusak citra Pesantren.
h. Tidak diperkenankan pergi kemana-mana setelah pulang dari kampus
tanpa izin.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah Ciputat adalah Pondok Pesantren yang menggunakan sistem
Boarding School di mana peserta didik dan juga guru serta pengelola tinggal di
asrama dalam kurun waktu tertentu.21 Kurikulum yang digunakan langsung
kurikulum dari asrama pusat yang berada di Istanbul-Turki, sehingga satu asrama
dengan asrama lainnya memiliki cara belajar yang sama dan peraturan yang sama,
hanya terletak sedikit perbedaan dengan asrama Tahfidz Sulaimaniyah. Pondok
Pesantren Tahfidz Sulaimaniyah lebih ketat dibandingkan Pesantren Sulaimaniyah
khusus mahasiwa baik dari segi peraturan maupun kurikulum pembelajaran.
21 Andri Seprilinda Susiyani, “Manajemen Boarding School dan Relevansinya dengan
Tujuan Pendidikan Islam”Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 2, No. 2 (November 2017), h.
331.
43
BAB IV ANALISIS PERILAKU MAKAN SANTRI PONDOK PESANTREN UICCI SULAIMANIYAH - CIPUTAT ATAS AYAT TABŻĪR
ANALISIS PEMAHAMAN DAN PENGAMALAN SANTRI PONDOK
PESANTREN UICCI SULAIMANIYAH - CIPUTAT ATAS AYAT TABŻĪR
A. Pemahaman Santri Terhadap Ayat-Ayat Tabżīr
Istilah tabżīr adalah istilah yang tidak asing lagi didengar di kalangan
masyarakat, termasuk dalam hal ini para santri. Pertanyaan pada sub bab ini ialah
bagaimana pemahaman santri terhadap ayat ayat tabżīr? Dalam tahap awal penulis
menguji bagaimana pemahaman mereka secara teoritis terhadap ayat-ayat tabżīr,
khususnya QS. Al-Isrā’ [17]: 26-27.
4.1 Tabel Pemahaman Ayat
No Responden Pemahaman tentang Ayat
Keseluruhan Sebagian Tidak sama sekali
1 AA √
2 IL √
3 MK √
4 MIS √
5 KF √
6 ESSR √
7 SHF √
8 MYU √
9 DH √
10 KHF √
11 AK √
12 BAH √
13 DMA √
14 RA √
15 MMZ √
Total 11 4 0
Secara umum, para santri yang menjadi responden penelitian ini sudah
pernah mendengar bunyi QS. al-Isrā’ ayat 26-27. Dan sebagian santri sudah
mengaku pernah menghafal ayat tersebut yang terkait dengan tabżīr. Secara
umum mereka juga sudah memahami maksud dari ayat tersebut. Seiring dengan
kedewasaan sikap dan taraf intelektualitas mereka saat menempuh jenjang
44
perkuliahan sekaligus belajar agama di asrama Sulaimaniyah, mereka juga
nampaknya cukup memahami makna dari ayat-ayat tersebut kata demi kata.
Pemahaman santri pondok pesantren UICCI Sulaimaniyah mengenai ayat
tabżīr dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pemahaman secara umum dan
khusus. Dikarenakan dari latar belakang pendidikan dari tiap responden dalam
penelitian ini.
AA1 mengaku pernah membaca dan pernah mendengar QS. Al-Isrā’ ayat
26-27. Menurutnya, maksud dari ayat tersebut adalah bahwa tabżīr ialah salah
satu yang berkaitan dengan perilaku penyia-nyian atau berlebih-lebihan dalam
makan, ia mengatakan perbuatan tabżīr ini termasuk perbuatan yang tercela.
Makanan menurutnya patutlah disyukuri, karena ia beranggapan bahwa masih
banyak saudara-saudara kita yang masih membutuhkan. Dengan mensyukuri
nikmat tersebut Allah akan menambahnya.
Pernyataan yang lugas yang diucapkan oleh RA2 terkait pemahamannya
tentang ayat tabżīr ini;
“Pemahaman saya tentang ayat tabżīr ini adalah bahwa kita diajarkan jangan
sampai melakukan suatu perbuatan yang tabżīr yaitu yang menyia-nyiakan
baik itu makanan, uang atau segala bentuk apapun itu ntah pakaian dan lain-
lain. Karena dikhawatirkan segala perilaku kita yang membuat diri kita
menjadi boros, menggampangkan sesuatu. Oh ya udahlah besokkan bisa beli
lagi, oh ya udahlah besokkan masih ada. Jangan jadi seperti itu, karena
orang-orang mungkin yang gak seberuntung kita. Belum tentu mereka bisa
makan seperti layaknya kita dan masih susah untuk mencari makan.
RA melihat tabżīr dari berbagai aspek, terutama dari aspek sosial. RA
mencoba menjelaskan apa saja yang terkait dengan perilaku tabżīr. Pernyataannya
di atas terlihat seseorang yang menganggap mudah akan sesuatu adalah salah satu
cikal bakal lahirnya perilaku tabżīr. Dan akhirnya perilaku tabżīr ini akan
melahirkan sifat kurang syukur seorang hamba kepada Rabbnya.
Begitu juga dengan Ilyas3 ia mengatakan dari ayat tersebut kita bisa
mengambil pelajaran sangat besar. Bahwasanya mubażīr itu merupakan hal yang
1 Albi Aliyuddin, mahasiswa Manajemen Dakwah UIN Jakarta, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 10 April 2019. 2 Robith Aqdam, mahasiswa Perbandingan Mazhab Hukum UIN Jakarta, Wawancara
Pribadi, Ciputat, 11 April 2019.
45
sangat dibenci oleh Allah SWT. Jika masih mengikuti perbuatan tabżīr tersebut
berarti termasuk orang yang dibenci Allah. Senada dengan MIS4 mengatakan,
“Sepengetahuan saya, ayat yang berbicara tentang tabżīr sangat populer baik
di masjid-masjid atau di mana pun di akademisi khususnya saya sebagai
mahasantri sangat lumrah dengan ayat tabżīr ini. Menurut saya hal yang
tidak sesuai dengan proporsinya adalah suatu perbuatan yang tabżīr, apapun
itu baik dari segi makanan dan lainnya. Atau bisa jadi sesuatu yang
seharusnya bisa dimanfaatkan malah tidak bisa dimanfaatkan dengan baik,
hal ini juga termasuk dalam tabżīr”.
Penjelasannya begitu luas tentang tabżīr ini, mungkin dikarenakan latar
belakang pendidikannya berasal dari Pondok Pesantren Madrasatul Al-Qur’an,
Tebuireng-Jombang. Begitu pun dengan KF5 mengatakan;
“Di dalam surat al-Isra ayat 26 sampai 27, sudah jelas di sana dikatakan
inna mubazzirīna kanū ikhwāna syayāthīn sesungguhnya mubażīr itu adalah
temannya setan. Disana dijelaskan jika kita tidak mau berteman dengan
setan ya otomatis janganlah kita mubażīr.”
Pernyataan yang cukup simpel yang dilontarkan oleh KF namun mempunyai
makna yang cukup luas. Ketika seseorang tidak ingin dikatakan berteman dengan
setan secara otomatis seseorang tersebut harus berusaha menghindari dari
perbuatan mubażīr. Pernyataan yang senada dengan KF yaitu MYU6 mengatakan:
“Pemahaman ayat secara keseluruhan sih belum pernah lihat tafsirnya, tapi
pemahaman secara umum saya tentang tabżīr atau yang familiar di kalangan
masyarakat yaitu istilah mubażīr. Di mana kalau mubażīr ini ditinjau dari
segi bahasanya yaitu menyia-nyiakannya sesuatu atau berlebih-lebihan
dalam mengonsumsi sesuatu, lalu pada ayat disebutkan inna mubazzirīna
kanū ikhwāna syayāthīn berbuat mubażīr dia termasuk bagian kawan-
kawannya setan.”
Sedikit berbeda dengan DH7 ia menyinggung masalah tabżīr dengan kurang
syukur seorang hamba sehingga ia membuang-buang makanan, padahal makanan
3 Ilyas, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat,
10 April 2019. 4 Muhammad Ibnu Solah, mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Wawancara
Pribadi, Ciputat, 10 April 2019. 5 Khoirul Fajar, mahasiswa Management Dakwah UIN Jakarta, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 13 April 2019. 6 Muhammad Yusuf Umar, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Jakarta, Wawancara
Pribadi, Ciputat, 13 April 2019. 7 Dhiyaul Haq, mahasiswa Dirasat Islamiyah UIN Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat, 16
April 2019.
46
tersebut ialah salahsatu nikmat yang diberikan Allah kepada setiap makhluknya di
dunia. Hal ini serupa yang dikatakan oleh DMA8 yaitu;
“Ayat tabżīr ini menjelaskan bahwa kita sebagai manusia tidak boleh
menyia-nyiakan rezeki yang telah Allah berikan kepada kita. Menyia-
nyiakan makanan dengan membuang-buang nya seolah-olah nggak
mensyukuri apa yang telah Allah berikan.”
MM9 dan BAH10 juga mengatakan setidaknya, di dalam ayat tersebut secara
makna tersirat kita diperintahkan untuk bersedekah kepada orang-orang terdekat
kita, keluarga karib kerabat, orang miskin di sekitar tempat tinggal, dan orang
yang sedang perjalanan atau musafir. Jika telah menjalankan perintah di atas maka
akan tertutup jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Dan jangan sampai
menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak perlu, sehingga harta
tersebut bisa disalurkan kepada yang lebih membutuhkan.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa berkenaan dengan QS. Al-Isrā’
ayat 26-27, didapati temuan bahwa para santri yang menjadi objek penelitian ini
secara umum memahami maksud ayat ini dengan baik, sehingga ketika melihat
sesuatu yang mendekati kepada tabżīr ia bisa menghindarinya dan ketika melihat
di sekitarnya terjadi hal yang mendekati atau menjurus kepada tabżīr dapat
mengingatkan bahwa sikap yang dilakukan termasuk kedalam perilaku tabżīr.
B. Perilaku Makan Santri
Pondok pesantren Sulaimaniyah memfasilitasi kepada setiap santrinya
makan tiga kali sehari, pagi, siang, dan malam. Adapun sarapan pagi atau
kahvaltı11 dimulai setelah pelajaran agama yaitu pada pukul 07.10 WIB. Setelah
sarapan, seluruh santri melakukan aktivitasnya masing-masing hingga sore.
Adapun jadwal makan siang dilaksanakan setelah shalat zuhur, sedangkan jadwal
makan malam pada pukul 17.30 WIB sebelum shalat Maghrib. Seluruh santri
diwajibkan untuk mentaati program yang telah ditetapkan oleh pihak asrama. Jika
8 Didik Muhammad Aji, mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Wawancara
Pribadi, Ciputat, 13 April 2019. 9 Mochammad Malikuzzahir, mahasiswa Sejarah Islam UIN Jakarta, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 25 April 2019. 10 Bobi Ahmad Habibi, mahasiswa Manajemen Dakwah UIN Jakarta, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 13 April 2019. 11 Bahasa Turki dari sarapan pagi
47
makanan tersebut habis atau tidak tersisa sedikitpun di luar jadwal yang telah
ditetapkan, bukan tanggung jawab dari pihak pondok pesantren. Tetapi jika masih
dalam jadwal yang ditetapkan, maka dari pihak pondok pesantren akan berusaha
untuk menyediakan makanan untuk santri yang belum makan.
Adapun terkait bagaimana perilaku makan santri pondok pesantren
Sulaimaniyah setelah penulis teliti baik melalui wawancara maupun observasi,
penulis menyusun beberapa pertanyaan terkait perilaku makan santri di antaranya
yaitu; Bagaimana perilaku makan sehari-hari anda, apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan! Dari sekian banyak responden yang penulis
wawancara beragam jawaban yang dilontarkan oleh responden di antaranya;
MYU12 mengaku bahwa jika melihat dari pribadinya, dalam memakan
makanan sangat menghindari masalah mubażīr, karena ia selalu
mempertimbangkan dari berbagai aspek, baik aspek agama, sosial, ekonomi dan
juga dari aspek moral. Dari kecil ia sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya
untuk menghabiskan makanan ketika makan dan jangan sampai menyisakan
makanan sedikit pun. Sehingga perilaku tersebut terbawa sampai sekarang.
Begitu juga dengan SHF13 mengatakan;
“Mungkin karena melihat postur tubuh saya yang agak besar, selama saya
makan jarang saya mubażīr kalaupun mau menjurus kepada mubażīr
mungkin saya paksa sampai bener-bener habis dan itu pun mau nggak mau
sudah menjadi tanggung jawab kita untuk menghabiskan makanan tersebut”
Sesuai perkataan SHF di atas, ia berusaha untuk tidak mubażīr. Jika
makanan yang ia makan terlalu banyak maka ia berusaha untuk menghabiskan
makanan tersebut karena sudah menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu
jangan mengambil banyak sehingga makanan tersebut hanya untuk disia-siakan
akhir dari pernyataanya.
Sebagian dari santri yang menjadi responden dalam penelitian ini, mengaku
bahwa ia melihat sebuah keanehan ketika masuk ke Pondok Pesantren
Sulaimaniyah, mereka mengatakan bahwa dirinya mulai berubah ketika telah
masuk asrama Sulaimaniyah. Perubahan itu tampak drastis karena mereka tidak
12 MYU, mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Jakarta, Wawancara Pribadi, Ciputat,
13 April 2019. 13 Syahlan Hidayat al-Farizi, mahasiswa Perbandingan Mazhab Hukum UIN Jakarta,
Wawancara Pribadi, Ciputat, 10 April 2019.
48
dapatkan dari pondok pesantren di Indonesia pada umumnya. KF14 mengaku
ketika ditanyakan bagaimana perilaku makan dalam kehidupan sehari-hari?
“Kalau saya sendiri semenjak masuk asrama Sulaimaniyah tidak pernah lagi
mubażīr. Walaupun sebutir nasi atau secuil makanan, pasti saya habiskan.
Dan di asrama memang diajarkan seperti itu. Cuma kalau makan yang
banyak sambalnya atau makan ikan saya takut menjurus kepada mubażīr
karna disela-sela tulang ikan tersebut masih ada nasi-nasi yang tersisa atau
nyangkut. Makanya setiap makan ikan pasti berhati-hati karena takut
tergolong orang yang mubażīr. Dan ketika saya melihat nasi yang jatuh,
yang pertama saya lakukan ialah; jika emang bisa dimakan saya makan, jika
buah saya cuci dulu, tapi jika jatuhnya ditempat yang kotor saya letakkan di
tempat yang tidak keinjak orang. Karena saya sering melihat Abi-abi, Abi
yang mengetuai se jawa barat yaitu Abi Salman atau abi yang mengetuai se-
Asia Pasifik yaitu Abi Hakan, jika beliau melihat nasi yang jatuh walaupun
sudah diinjak lalu diambil nasi tersebut di cium dulu terus kedahi jika tidak
bisa dimakan beliau letak kan di tempat yang tidak diinjak orang atau jika
ada hewan diberikan kepada hewan tersebut.”
Pernyataan KF tersebut sesuai pengalaman yang ia dapatkan selama di
asrama Sulaimaniyah. Para Abi atau Ustadz sangat memperhatikan hal terkecil
sekalipun. Di akhir pernyataannya KF mengatakan “Jika hal kecil saja
diperhatikan apalagi hal yang besar.”
Dari seluruh pernyataan di atas, dapat disimpulkan melalui tabel berikut ini:
4.2 Tabel Perilaku makan santri
No Responden Perilaku makan santri
Tabzir Kadang-kadang Tidak sama sekali
1 AA √
2 IL √
3 MK √
4 MIS √
5 KF √
6 ESSR √
7 SHF √
8 MYU √
9 DH √
10 KHF √
11 AK √
12 BAH √
14 Khaerul Farhan, mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 15 April 2019.
49
13 DMA √
14 RA √
15 MMZ √
Total 0 3 12
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa santri Pondok Pesantren
UICCI Sulaimaniyah tidak termasuk dalam perilaku tabżīr dalam hal makan,
namun ada beberapa responden mengatakan bahwa terkadang secara tidak sengaja
ia juga pernah melakukan perilaku tabżīr.
Pernyataan yang sama dengan KF yaitu MK15 mengatakan,
“Kalau saya pribadi jujur ya, sebenarnya saya tuh orang yang benar-benar
memperhatikan makanan, saya akan mengambil porsi dengan jumlah yang
menurut saya akan saya makan. Jadi sebelumnya saya nggak pernah
menyisakan makanan. Berbeda dengan kehidupan keluarga saya, biasanya
nggak terlalu memperhatikan itu. Tapi semenjak saya sudah masuk ke
asrama Sulaimaniyah saya baru paham, bagaimana kita diajarkan benar-
benar memperhatikan hal yang sekecil itu, berawal dari itu terbentuk rasa
memiliki terhadap makanan yang kita makan. Ya pokoknya dikasih tahu
bagaimana perilaku kita jika kita mengabaikan makanan yang kita makan,
tidak menghabiskan makanan yang kita makan, itu efek kedepannya itu
seperti apa di asrama dijelaskan makanya saya mulai sedikit demi sedikit
memperbaiki itu.”
Begitu pula dengan RA16 yang termasuk santri terlama di pondok pesantren
Sulaimaniyah, sejak SMP ia telah tinggal di asrama hingga saat ini menjadi
mahasiswa. Ia mengatakan;
“Kalau pengalaman saya alhamdulillah selama saya tinggal di asrama sejak
SMP sampai saya kuliah, selalu diajarkan di asrama Sulaimaniyah ini;
sekecil apapun roti atau secuil biji sawi pun disini kita diajarkan jangan
sampai menyisakan makanan. Terkadang sampai dimarahin gitu, walaupun
roti itu ada sisa di piring haruslah dijilat sampai piring itu tuh seperti
semula. Sampai seperti itu, kami diajarkan seperti itu. Mungkin pada
awalnya terasa berat untuk melakukan hal tersebut. Menurut saya sih gitu
tapi ketika saya tinggal di asrama ini, diajarkan oleh Abi-abi di sini. Nah
perilaku itu sedikit-sedikit melatih saya dan akhirnya sampai sekarang ya
alhamdulillah, nggak pernah menyisakan makanan gitu walaupun di mana
aja. Dan teman pun kadang sampai bingung ketika berkunjung kerumah atau
main di mana aja kita makan bareng; ih kok bersih banget sih. Saya juga
15 Mustopa Kamal, Başkan (Ketua) Organisasi Mahasantri Sulaimaniyah Ciputat,
Wawancara Pribadi, Ciputat, 15 April 2019. 16 Robith Aqdam, mahasiswa Perbandingan Mazhab Hukum UIN Jakarta, Wawancara
Pribadi, Ciputat, 11 April 2019.
50
merasa heran gitu kok bisa kayak gini padahal dulunya sebelum saya masuk
asrama masih belum seperti ini.”
Selain itu, peneliti juga menyusun beberapa pertanyaan kepada responden
guna untuk meneliti lebih mendalam terkait perilaku makan santri, di antaranya
yaitu; Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan terjatuh dan
bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan. Adapun rinciannya sebagai
berikut:
4.3 Tabel Sikap terhadap makanan terjatuh
No Responden Perilaku makan santri
Mengambil Conditional Tidak sama sekali
1 AA √ √
2 IL √
3 MK √ √
4 MIS √
5 KF √
6 ESSR √ √
7 SHF √ √
8 MYU √
9 DH √
10 KHF √
11 AK √ √
12 BAH √
13 DMA √
14 RA √
15 MMZ √
Total 14 6 0
Dari tabel di atas dalam disimpulkan bahwa sikap santri sangat menghargai
makanan. Sikap AA ketika makanan yang ia makan terjatuh adalah secara spontan
ia langsung mengambilnya lagi. Apabila makanan tersebut jatuh di tempat yang
bernajis atau kotor, AA berusaha untuk menghormatinya dengan cara
mengumpulkan makanan yan terjatuh tersebut kemudian membuangnya di tempat
yang telah disediakan. Adapun sikap AA dalam menghargai makanan ialah, AA
sangat begitu menghargai makanan yang ada di asrama, semua makanan tersedia.
AA merasa bersyukur karena bisa tinggal di asrama, karena jika melihat teman-
51
teman yang lain tinggal di kostan belum tentu bisa makan layaknya makan di
asrama.17
Sedikit berbeda dengan MK terkait dengan sikapnya ketika makanan yang ia
makan terjatuh. MK terlebih dahulu melihat makanan tersebut, jika makanan
tersebut makanan kering dan jatuh di tempat yang tidak bernajis maka MK dengan
spontan akan mengambil kembali dan memakannya lagi. Jika makanan yang
tersebut jatuh ditempat yang kotor, MK berusaha untuk mengumpulkan dan
memberikan makanan tersebut kepada binatang atau hewan di sekitar makanan
tersebut jatuh. Hal yang dilakukan MK selaras dengan hadist yang telah
dipaparkan di atas yaitu “hendaklah memberikan kepada hewan jangan
membiarkan makanan tersebut untuk setan.”
Adapun sikap MK dalam menghargai makanan, ia mengatakan ia memang
banyak memilih dalam makan, sehingga ketika makanan tersebut tidak sesuai
dengan seleranya MK akan berusaha menghindari dari makanan tersebut. Hal
tersebut adalah salahsatu cara MK dalam menghargai makanan. MK tidak mau
mengambil makanan tersebut hanya untuk dibuang atau tidak termakan olehnya.18
Pernyataan yang hampir sama dengan MK yaitu MIS. Sikap MIS ketika
makanannya terjatuh ia akan melihat terlebih dahulu tempat makanan tersebut
jatuh. Jika makanan tersebut jatuh di tempat yang sudah tidak layak untuk
dimakan, maka MIS berusaha agar makanan tersebut tidak terinjak-injak oleh
orang-orang sekitar. Dan sikap MIS dalam menghargai makanan ialah dengan
makan secukupnya tidak berlebihan dan tidak berkurang.19 Begitu juga dengan
ESSR20 dalam meghargai makanan. Selama ia menjabat menjadi ketua dapur ia
sangat mengetahui kondisi dapur baik dari makanan maupun kebersihan dapur.
AK juga menjelaskan terkait sikapnya dalam menghargai makanan. Sikap
AK dalam menghargai makanan di asrama khususnya sangat berhati-hati, karena
seluruh bentuk barang atau makanan berasal dari infaq dan sedekah dari seluruh
17 Albi Aliyuddin, mahasiswa Manejemen Dakwah UIN Jakarta, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 10 April 2019. 18 Mustopa Kamal, Başkan (Ketua) Organisasi Mahasantri Sulaimaniyah Ciputat,
Wawancara Pribadi, Ciputat, 15 April 2019. 19 Muhammad Ibnu Solah, mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Wawancara
Pribadi, Ciputat, 10 April 2019. 20 Edi Susilo Sugeng Riadi, mahasiswa Sejarah Perabadaban Islam UIN Jakarta,
Wawancara Pribadi, Ciputat, 13 April 2019.
52
kaum muslimin dan muslimat baik di Indonesia maupun muslim di seluruh dunia.
Diakhir pernyataan AK menyampaikan “sebutirpun makanan yang jatuh akan
saya ambil, karena kita tidak tahu dari sebutir tersebut terdapat keberkahan
keridhaan Allah.”21
Pernyataan yang sama yang di sampaikan oleh RA terkait menghargai
makanan. RA mengatakan;
“Kalau untuk menghargai makanan di asrama, seperti yang diajarkan Abi-
abi bahwa disini itu kita makan atau apapun itu menggunakan fasilitas yang
merupakan Baitul Mal maka saya berusaha untuk benar-benar menjaga
apapun itu ntah fasilitas entah dari makanan saya. Sesuatu yang diberikan
oleh pihak asrama itu benar-benar saya jaga karena ini tuh orang percaya
bahwa kita itu disini untuk menuntut ilmu. Kita diberi fasilitas yang mewah
masa iya kita menyia-nyiakan hal tersebut. Saya berusaha keras untuk
menjaga supaya nanti kedepannya orang-orang setelah saya masih bisa
menggunakannya lagi.”
MYU juga sependapat dengan RA namun MYU lebih berhati-hati lagi
terkait sikapnya dalam menghargai makanan, sebagaimana MYU mengatakan;
“Sebenarnya saya sendiri malah khawatir dan cukup canggung, jika
seandainya disuruh memilih untuk makan di asrama atau makan makan
diluar. Dan biasanya saya lebih memilih makan diluar asrama. Soalnya lebih
berat tanggungan ketika makan di asrama. Karena tadi alasannya kalau
makan makan di luar kita beli sendiri dan pakai uang sendiri. Jikalau di
asrama itu sumbernya karena kolektif dari infaq sebagainya. Kita harus
menjaga banget jangan sampai mubażīr.”
Sikap kehati-hatiannya serta kewaraannya dalam makan membuat rasa takut
untuk berperilaku tabżīr, karena lebih berat tanggung jawabnya ketika barang atau
makanan tersebut di sia-siakan begitu saja. Bukan hanya seorang saja yang akan
menuntut jika di sia-siakan harta yang telah diberikan, tetapi setiap orang yang
telah memberikan infaq dan sedekahnya untuk pesantren.
Dari pernyataan seluruh responden di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
hal makan santri sangat menjaga dari perilaku tabżīr, dan sangat menghargai
makan makanan yang ada dihapadannya. Hal ini dibuktikan dari pernyataan
pengasuh pesantren Sulaimaniyah yaitu Abi ZNI ia mengatakan bahwa setelah
sekian lama tinggal di asrama, mulai dari menjadi murid sampai sekarang menjadi
21 Ahmad Karomi, mahasiswa Perbandingan Mazhab dan Hukum UIN Jakarta, Wawancara
Pribadi, Ciputat, 15 April 2019.
53
pengajar, saya selalu memperhatikan perilaku makan santri. Dan bisa dikatakan
perilaku makan santri tidak termasuk dalam perbuatan tabżīr.22
Begitu pula dengan Abi MH ia mengatakan: “alhamdulillah mungkin kita di
Sulaimaniyah tidak termasuk dalam perilaku mubażīr. Karena seluruh santri telah
mengetahui bahaya atau dampak dari perilaku tabżīr. Sehingga ketika melihat di
lingkungan sekitar mendekati kepada perilaku tabżīr, santri dapat mengingatkan
satu dengan yang lain.”23
C. Persepsi Tabżīr
Salah satu tipu daya setan yang paling menakjubkan adalah ia mengetahui
apa yang terkandung dalam nafsu seseorang, sehingga mengetahui kekuatan yang
lebih dominan padanya. Jika kekuatan diri lebih dominan pada diri seseorang,
maka ia akan menghalangi orang tersebut dan melemahkan kemauannya untuk
melaksanakan perintah Allah. Jika ia melihat yang dominan pada orang tersebut
adalah kekuatan untuk maju dan semangat yang tinggi maka ia menjadikan orang
tersebut menganggap sedikit kewajiban yang diperintahkan kepadanya. Jadi, setan
menjadikan orang pertama melalaikan sesuatu dan menjadikan orang kedua
berlebih-lebihan dalam menggunakan sesuatu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ulama salaf “Allah tidak
memerintahkan sesuatu, kecuali di dalamnya setan mempunyai dua godaan, yaitu
kepada sikap mengabaikan dan melalaikan atau kepada sikap melampaui batas
dan berlebihan”.24 Setan tidak peduli, manakah di antara kedua godaan itu yang
berhasil ditaklukkannya.
Makanan dan minuman haruslah sesuai dengan kebutuhan dan tidak
berlebih-lebihan. Berlebihan dalam makanan dan minuman meskipun halal dan
bergizi, tetap akan membahayakan kesehatan. Halal didasarkan pada pendekatan
hukum dan zatnya (unsur materi) dan juga halal karena diperoleh dari sumber
yang dibenarkan oleh hukum agama, serta kandungan materinya juga tidak
22 Abi Zeni Nurul Ilmi, Komisi Pendidikan Agama Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah,
Wawancara Pribadi, Ciputat, 05 Mei 2019. 23 Abi Miftah Hasan, Hoca Efendi Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah, Wawancara
Pribadi, Ciputat, 04 Mei 2019. 24 Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Ighatsatul Lahfan min Mashayidisy Syaithan, Penerjemah
Hawin Murtadlo, Menyelamatkan Hati dari Tipu daya Setan. Solo: Al-Qowam, 2011, h. 168.
54
diharamkan untuk dikonsumsi. Sebaliknya, makanan dan minuman yang haram,
baik dari cara mendapatkannya maupun kandungan zatnya, akan memberi
pengaruh negatif terhadap tatanan kode-kode fitrah manusia. Bahkan berpeluang
untuk merusak keutuhan maupun komposisi kode-kode tersebut.25
Makanan yang halal merupakan nikmat Allah. Oleh karena itu, orang-orang
mukmin diperintahkan mensyukuri nikmat tersebut. Mensyukuri nikmat
merupakan bukti kemantapan iman dan ketauhidan terhadap Allah SWT. Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa memakan makanan yang halal merupakan syarat
terkabulnya doa dan diterimanya ibadah. Demikian pula sebaliknya, memakan
makanan yang haram menjadi sebab ditolaknya doa dan ibadah.26 Memakan
makanan yang haram bukan hanya perbuatan dosa, tetapi ia dapat pula berdampak
terhadap anak atau keturunan pemakannya.27
Dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya yang termudah dan tersulit untuk
menjaga kesehatan adalah dengan memperhatikan asupan makan atau minum.
Dengan asupan yang baik, stamina tubuh akan terjaga. Namun, asupan yang baik
belum tentu selaras dengan selera makan. Dibutuhkan kesadaran dan ketaatan
yang tinggi untuk dapat menyelaraskan pola asupan makan secara benar.
Seringkali, mineral-mineral yang sangat dibutuhkan tubuh terdapat dalam
makanan-makanan yang sering dianggap remeh, seperti tempe, tahu, sayur-
sayuran, kacang-kacangan, dan sebagainya. Sebaiknya, makanan-makanan lezat
yang mengunggah selera makan malah membawa dampak buruk bila dikosumsi
berlebihan.28
Rasulullah SAW bersabda:
ثنا ار بن ممد حدثنا ,بش مد عبد حد ثنا ,الص د بن واقد عن ,شعبة حد عن ,مم
كل ل ,عمر ابن كن :قال ,نافع مسكي يؤت حت يأ كل ب
دخلت ,معه يأ
رجل فأ
25 Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: Rajawali Pres, 2012, Cet. Ke 16), h. 283. 26 Ibnu Katsir, Imaduddin Abu Al-Fida Isma’il, Tafsir al-Qur’an al-Azhīm, jilid I, h. 205. 27 Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam (Jakarta: Amzah, 2013, Cet. 1), h. 146. 28 PT. Kompas, Makan sehat Hidup Sehat (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2007
cet. ke 3).
55
كل كل معه يأ
هذا تدخل ل ,نافع يا :فقال ,كثيا فأ سمعت ,لع الل صل انلب
كل المؤمن » :يقول وسلم عليهد مع ف يأ كل والكفر ,واح
معاء سبعة ف يأ
أ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar Telah
menceritakan kepada kami Abdush Shamad telah menceritakan kepada kami
Syu'bah dari Waqid bin Muhammad dari Nafi’ ia berkata; Biasanya Ibnu Umar
tidak makan hingga didatangnya kepadanya seorang miskin lalu makan
bersamanya. Maka aku pun memasukkan seorang laki-laki untuk makan
bersamanya, lalu laki-laki itu makan banyak, maka ia pun berkata, “Wahai Nafi’,
jangan kamu masukkan orang ini. Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ‘Seorang mukmin itu makan dengan satu
usus, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus.” (HR. Bukhari 5393)29
Menurut Al-Manawi, ini adalah perempumaan bahwa seorang mukmin
hanya makan untuk menyambung kehidupannya dan untuk membantunya menuju
ketaatan, seakan ia hanya makan dengan satu perut. “Adapun orang kafir, karena
saking nafsunya, seakan ia makan dengan perut yang banyak. Penyebutan tujuh
adalah untuk menunjukkan banyak.” Pendapat ini dianggap kuat oleh al-
Qurthubi.30
Ada juga yang menafsirkan, yang dimaksud dengan tujuh adalah tujuh sifat,
yaitu nafsu, rakus, panjang angan-angan, tamak, tabiat yang jelek, dengki, dan
suka akan kegemukan. Penafsiran lain mengatakan bahwa tujuh syahwat
makanan, yaitu syahwat jiwa, syahwat mata, syahwat mulut, syahwat telinga,
syahwat hidung, dan syahwat lapar yang harus dipenuhi. Dengan syahwat inilah
seorang mukmin makan.
Menurut Imam Al-Ghazali, “Perut (dalam hadis di atas) adalah metafora
dari syahwat. Artinya, ukuran syahwat orang kafir sama dengan tujuh syahwat
orang mukmin.”31 Sedangkan menurut Ibnu Abdi Al-Barr, “Tidak mungkin
menafsirkan hadis ini secara lahiriah, karena kenyataan menolak hal tersebut.
Berapa banyak orang kafir yang makannya lebih sedikit daripada orang Islam,
begitu pula sebaliknya. Banyak orang kafir yang masuk Islam dan porsi
makanannya tidak berubah.”
29 Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhori; kitab makanan (Bandung: Jabal, 2016, Cet.
4), h. 649. 30 Thayyarah, Nadiah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an, terj dari Mausū’ah al-I’jaz al-
Qur’ani, Jakarta: Zaman, 2003, Cet. 2, h. 891. 31 Thayyarah, Nadiah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an, h. 892.
56
Penafsiran lain menjelaskan, bukan jumlah yang diinginkan oleh hadis
tersebut, tetapi maksud tujuh perut tersebut untuk menunjukkan banyak.
Termasuk ciri orang mukmin adalah sedikit makan dan minum, karena ia sibuk
beribadah. Dia juga memahami bahwa maksud syariat makan dan minum adalah
sekedar menegakkan tubuh dan memudahkannya untuk beribadah. Adapun orang
kafir tidak memperdulikan maksud syariat, bahkan mengikuti nafsunya,
tenggelam dalam kelezatannya, dan tidak khawatir akan keharamannya.
Oleh karena itu, porsi makan orang mukmin adalah sepertujuh porsi makan
orang kafir. Hal ini tidak mesti mengikuti jumlah makanan, karena ada kalanya
seorang mukmin makan banyak karena sebab tertentu, seperti sakit. Bahkan juga
ada orang kafir yang makan sedikit karena mengikuti nasehat dokter atau karena
sakit yang menyebabkan tidak bisa makan banyak.
Pada masa Nabi tidak ada penjelasan tentang tauladannya yang dijelaskan
secara medis, namun seiring perkembangan zaman, manusia mulai sadar dan
penasaran akan hikmah yang tersembunyi dibalik anjuran-anjuran beliau, di
antaranya adalah mampu membagi lambung menjadi tiga bagian, sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk udara, dan sepertiga lainnya untuk minuman. Maksud
dari perkataan Nabi adalah agar manusia tidak makan secara berlebihan, cukup
baginya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja.
Adapun tolak ukur dibalik anjuran beliau jika dilihat dari sisi kesehatan
adalah makan terlalu banyak akan memberatkan kerja lambung, hati, usus besar
dan ginjal, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi organ, dan pada akhirnya
sistem metabolisme terganggu. Selain itu, makan dalam porsi besar akan membuat
Ph tubuh menjadi asam dan bila tubuh tidak bisa mengatasi cadangan asam yang
terlalu lama, maka akan terjadi penumpukan karbondioksida, sehingga kadar
oksigen menurun dan akan mengakibatkan sulitnya pernafasan atau sel-sel tubuh
akan rusak. Akibat lain adalah ketika lambung dipenuhi oleh makanan, maka
terjadi peningkatan aliran darah ke lambung yang berisi oksigen di sel tubuh
berkurang dan menyebabkan kelelahan.32
32 Penelitian ini dikutip dari “Adab Makan Rasulullah ditinjau dari Ilmu Gizi” oleh Rita
Ramayulis, ahli gizi, konsultan dan author.
57
Al-Harits bin Kildah Ats-Tsaqafi adalah salah seorang dokter terkenal Arab
Jahiliyah yang hidup sampai datangnya risalah Islam. Beliau lahir di Thaif pada
abad ke-enam masehi dan belajar kedokteran di sekolah Jindisabur Persia.
Perhatiannya terfokus mempelajari ilmu kesehatan umum dan Ilmu Kedokteran
Preventif. Beliau menekankan supaya makan tidak berlebihan dan tidak mandi
setelah makan. Beliau juga menyarankan agar manusia menjahui makan terlalu
kenyang serta tidak memikirkan beban hidup disaat sedang makan atau ketika
hendak tidur.33
Makan secara berlebihan hingga perut sesak tidak diperkenankan dalam
Islam. Karena, seperti yang dikatakan Imam Al-Ghazali, keadaan kenyang
mengajak kepada bergeloranya syahwat-syahwat yang rendah dan menggerakkan
berbagai penyakit dalam tubuh. Dalam hal ini Rasulullah pernah mengatakan
bahwa “Perut adalah rumah segala penyakit, dan membatasi atau menjaga makan
adalah awal dari pengobatannya. Sedangkan permulaan segala penyakit adalah
mengisi perut dengan berlebih-lebihan.”34
Berlebihan dalam makan mengakibatkan gangguan dalam tubuh, terutama
pada sistem pencernaan. Alat pencernaan mempunyai kemampuan yang terbatas.
Jika makanan yang dikonsumsi berlebihan, maka proses pencernaan lambung
tidak akan sempurna dan mengakibatkan kembung, sehingga tidak nyaman dan
merasa letih.35 Selain itu, berlebihan dalam makan dapat menimbulkan
kegemukan dan dampaknya akan melahirkan kemalasan dan sulit untuk bergerak
dan melakukan aktivitas sehari-hari, dan akhirnya akan mengakibatkan penyakit
komplikasi.36
Secara ilmiah ditetapkan bahwa rasa nyeri yang mencekam pada dada
(anginapectoris), dan pembekuan pada pembuluh darah timbul sebagai akibat dari
berlebih-lebihan dalam mengonsumsi makanan yang membuat bertambahnya
berat badan, terutama yang mengandung tepung, gula dan lemak. Dijelaskan juga
33 Ahmad Fu’ad Basya, Al-Atha’ Al-Ilmi li Al-Hadharah al-Islamiyyah, 360. 34 Kantor Menteri Negara Urusan Pangan Republik Indonesia, Makanan Indonesia dalam
Pandangan Islam, (Jakarta: tp, 1995), h. 108. 35 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an, Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an (Jakarta,
Cet. 1), h. 322. 36 Hasan Ayyub, Etika Islam Menuju Kehidupan yang Hakiki (Bandung: Trigenda Karya),
h. 521.
58
penyakit liver juga disebabkan oleh berlebih-lebihan dalam mengonsumsi bahan-
bahan yang mengandung lemak yang menyebabkan kegagalan pada tugas-tugas
yang memberikan energi pada liver (hati).37
D. Pengaruh Perilaku Santri
Walgito telah menjelaskan pada bab sebelumnya, bahwa ada beberapa
komponen di diri manusia yang mempengaruhi dan membentuk perilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan dinamika psikologis.38 Yaitu di
antaranya: Komponen kognitif (komponen perseptual), Komponen afektif
(komponen emosional) dan Komponen konatif (komponen perilaku atau action
component).
Setelah penulis teliti apa saja yang mempengaruhi perilaku dan sikap santri
di Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah- Ciputat dalam hal makan, maka dapat
dilihat pada tabel berikut:
4.4 Tabel Pengaruh Sikap Santri Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-
Ciputat
No Responden Pengaruh Sikap Santri tidak tabżīr
Ayat Doktrin Lingkungan Kesadaran Pribadi
1 AA √ √
2 IL √ √ √ √
3 MK √ √ √
4 MIS √ √ √
5 KF √ √ √ √
6 ESSR √ √ √
7 SHF √ √
8 MYU √ √ √
9 DH √ √ √
10 KHF √ √
37 Abdushshamad, M. Kamil, Mukjizat Ilmiah dalam al-Qur’an.Penerjemah Alimin, Lc
dkk (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2002, Cet. 1), h. 237. 38 Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta,
1978), h. 127-128.
59
11 AK √ √ √
12 BAH √ √ √
13 DMA √ √ √ √
14 RA √ √ √ √
15 MMZ √ √ √ √
Total 9 12 14 12
Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa santri lebih banyak terpengaruh
oleh lingkungan sekitar, sebagaimana yang disampaikan oleh KF39 ia mengatakan
salah satu yang yang mempengaruhinya ialah lingkungan sekaligus nasehat yang
senantiasa Abi-abi sampaikan sehingga doktrin tersebut menjadi kebiasaan kami
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari termasuk dalam hal ini perilaku makan.
Seiring dengan pemahaman ayat yang ia pahami sejak menempuh pendidikan di
pesantren Darussalam- Pekalongan, bahwa mubazir termasuk perbuatan tercela.
Begitu pula dengan ESSR ia mengatakan: “yang mempengaruhi sikap dan
perilaku saya ialah lingkungan yang alhamdulillah mengajarkan saya banyak
ilmu, yang terpenting kita di asrama diajarkan bagaimana adab lebih diutamankan
dari pada ilmu. Sehingga, lingkungan menjadi nomor satu setelah doktrin dan
kesadaran pribadi saya sendiri.
E. Persepsi Pengasuh Pesantren
Salah satu aktor penting dalam pendidikan adalah guru. Karena guru adalah
orang yang langsung berinteraksi dengan anak didik, memberikan keteladanan,
motivasi, dan inspirasi untuk terus bersemangat dalam belajar, berkarya, dan
berprestasi.40
Guru dan peserta didik merupakan faktor penentu yang sangat dominan
dalam pendidikan umumnya, karena guru dan peserta didik memegang peranan
dalam proses pembelajaran, di mana proses pembelajaran merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan terjadinya perubahan
tingkah laku peserta didik.
39 Khoirul Fajar, mahasiswa Management Dakwah UIN Jakarta, Wawancara Pribadi,
Ciputat, 13 April 2019. 40 Jamal Ma'ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional (Jogjakarta: Diva Pres, 2009), h. 58.
60
Istilah pendidik dalam konteks pendidikan Islam sering disebut dengan
istilah murabbi, mu’alim atau muaddib.41 Di samping istilah tersebut, pendidik
juga sering diistilahkan dengan menyebut gelarnya, al-Ustadz atau di asrama
UICCI Sulaimaniyah dikenal dengan istilah Abi dari bahasa Turki yang berarti
saudara laki-laki.
Dalam hasil wawancara peneliti kepada seluruh pengajar atau pengasuh
pondok pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat, didapati beberapa persepsi
mengenai tabżīr. Selain itu juga didapati bagaimana pandangan pengajar atau
pengasuh pesantren terhadap perilaku makan santri dalam kehidupan sehari-hari
serta bagaimana cara mengatasi jika perilaku makan santri menjurus kepada
mubażīr. Adapun hasil dari wawancara peneliti kepada seluruh pengasuh
pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat sebagai berikut;
Abi ST mengutarakan pemahamannya mengenai perilaku tabżīr, ia
menjelaskan bahwa tabżīr adalah perilaku di mana seseorang tidak menggunakan
sesuatu tidak semestinya atau berlebih-lebihan, sehingga terjadi sesuatu penyia-
nyian terhadap barang tersebut, dalam hal ini adalah makanan. Tidak mengambil
sesuai dengan porsinya adalah cikal bakal perilaku tabżīr. Jika seseorang
mengambil makanan hanya mengikuti hawa nafsunya maka bisa dipastikan
makanan tersebut akan terbuang sia-sia. Dan perilaku tabżīr ini seperti yang
dijelaskan dalam al-Qur’an QS. Al-Isrā’ ayat 26-27, adalah salahsatu temannya
setan dan secara tidak langsung seorang yang melakukan tabżīr adalah musuh
Allah SWT. 42
Begitu juga dengan Abi EF menjelaskan terkait perilaku tabżīr, ia
menjelaskan di dalam surat Al-Isrā’ ayat 26-27, disini disebutkan walā tubażīr
tabżīra, bahwa ayat ini menggunakan sighat maf'ul mutlak. Dan dalam kalimat
yang sama untuk mempertegas bahwa larangannya itu sangat kuat. Mubażīr
tersebut adalah pemborosan harta atau apa yang sudah diberikan oleh Allah yang
harusnya bisa disalurkan juga ke orang-orang sekitar kita. Yang disebutkan di
awal ayat waātiżal qurbā disebutkan itu berdasarkan urutannya żal qurbā di situ
41 Heri Gunawan, Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2014), h. 163. 42 Abi Sinan Tusseno, Komisi Pendidikan Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah,
Wawancara Pribadi, Ciputat, 25 April 2019.
61
oleh orang-orang terdekat pertama kita harus memperhatikan orang-orang terdekat
kita. Kedua, baru orang miskin di sekitar kita, kemudian Ibnu Sabil dan
seterusnya. Jadi, jika misalkan ada orang-orang terdekat kita atau saudara kita
yang masih banyak kekurangan janganlah kita menghamburkan harta kita untuk
diri kita sendiri karena sesungguhnya dalam harta kita itu ada hak-hak mereka
yang mesti kita salurkan juga kepada mereka. Disebutkan juga ayat setelahnya
bahwa mubażīr itu saudara saudaranya setan. Abi EF menjelaskan pada ayat ini
memakai kata ikhwān bentuk jama’ dari kata أخ berarti saudara atau teman, jadi
orang yang mubażīr itu merupakan teman-temannya setan.43
Abi ZNI juga menambahkan mengenai perilaku tabżīr bahwa jika sesuatu
tersebut telah dicantumkan dalam al-Qur’an maka hal tersebut tidak bisa dibantah
lagi, karena dibalik larangan tersebut pasti ada hikmahnya. Menyangkut tentang
tabżīr ini sangat ditegaskan oleh Nabi. Bahkan beliau mengibaratkan seseorang
ketika berwudhu di sungai atau air yang mengalir sekalipun tidak boleh berlebih-
lebihan atau mubażīr. Begitulah penegasan Nabi terkait perilaku tabżīr ini.44
Begitu pula pernyataan yang di sampaikan oleh Abi SKA yang
menceritakan budaya makannya di Turki, bahwa dari kecil ia sudah dididik oleh
orang tuanya tidak membuang atau menyisakan makanan sedikitpun. Apabila
masih ada makanan di dalam piringnya maka orang tuanya melarang untuk tidak
main di luar rumah sampai ia menghabiskan makanan tersebut. Selain itu, dalam
hal makanan Turki identik dengan makan roti. Abi SKA menjelaskan tata cara
makan ketika masih belajar di asrama Sulaimaniyah pusat di Istanbul. Ia
mengatakan ketika makan roti, maka piring yang digunakan atau wadah yang
digunakan dikembalikan seperti semula. Dalam artian makanan yang dimakan
harus benar-benar sampai habis tanpa menyisakan sedikitpun. Hal ini lah yang
sangat diperhatikan di asrama, dalam bentuk apapun makanannya maka
konsekwensi bagi yang mengambilnya berkewajiban untuk menghabiskannya
hingga bersih kembali seperti sedia kala.45
43 Abi Esad Fardiansyah, Komisi Pendidikan Agama Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah, Wawancara Pribadi, Ciputat, 28 April 2019. 44 Abi Zeni Nurul Ilmi, Komisi Pendidikan Agama Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah,
Wawancara Pribadi, Ciputat, 05 Mei 2019. 45 Abi Sadık Kemal Ateş, Komisi Pendidikan Bahasa Turki Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah, Wawancara Pribadi, Ciputat, 13 Mei 2019.
62
BAB V PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peneliti menyimpulkan bahwa ayat-ayat tabżīr dalam al-Qur’an hanya ada
dua ayat dalam satu surat dan kata tabżīr ini hanya disebutkan sebanyak tiga kali
di dalam al-Qur’an. Bahwa kata tabżīr berasal dari bahasa Arab yang memilki
arti pemecah belahan, maṣdar dari kata bażżara-yubażżiru-tabżīran yang memiliki
makna asli melempar bibit. Dalam terminologi bahasa Arab kata tabżīr
merupakan akar dari kata bażżara dengan penambahan tasydīd pada huruf dzal
bermakna memboroskan atau menghambur-hamburkan.
Secara umum santri Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat sudah
memahami maksud dari ayat-ayat tabżīr di dalam Al-Qur’an. Seiring dengan
kedewasaan sikap dan taraf intelektualitas mereka saat menempuh jenjang
perkuliahan sekaligus belajar agama di asrama Sulaimaniyah, mereka juga cukup
memahami makna dari ayat-ayat tabżīr kata demi kata.
Adapun perilaku makan santri pondok pesantren UICCI Sulaimaniyah-
Ciputat dapat disimpulkan bahwa tidak termasuk dalam perilaku tabżīr. Hal
tersebut dapat dibuktikan dari hasilnya setelah makan tanpa menyisakan
sedikitpun dari makanannya hingga bersih seperti semula. Dengan demikian
perilaku makan santri pondok pesantren UICCI Sulaimaniyah terhindar dari
perilaku tabżīr.
B. Saran
Hasil dari penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya,
penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut, terkait apa yang menjadi
penyebab santri dapat memahami serta menghindari perilaku tabżīr dan bahkan
hal terkecil sekalipun diperhatikan. Tentunya ada penyebab sampai melakukan
demikian. Penelitian ini diharapkan lebih kritis dan transformatif guna menambah
khazanah ilmu pengetahuan dalam realitas kehidupan dimasa akan datang.
63
Hendaknya, dengan mengetahui dilarangnya perilaku tabżīr serta dampak
dari perilaku tersebut, dapat mengambil pelajaran agar tidak terjebak dalam
perilaku tabżīr yang sangat dibenci oleh Allah dan termasuk bagian dari teman-
temannya setan.
64
DAFTAR PUSTAKA
Buku
‘Abdullah Yusuf ‘Ali. The Holy Qur’an, Text, Translation and Commentary,
Terjemahan Ali Audah, Bogor: PT. Pustaka Lintera AntarNusa, 2009.
Abdul al-Baqi, Muhammad Fu’ad. Mu’jam al-Mufahris li al-Fāḏil Qur’an,
Beirut: Darel Fikr, 1980.
Abdullah, M. Yamin. Studi Akhlak dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarta: Amzah,
2007.
Abdushshamad, M. Kamil. Mukjizat Ilmiah dalam al-Qur’an, Penerjemah Alimin,
Lc dkk, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2002.
Ahmad St, Kamus Munawwar, Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Al-Isfahani, Ar-Raghib. Al-Mūfradāt al-Fāḏil Qur’an, Beirut: Dar al-Syamiyah.
Allamah Kamal Faqih Imani. Tafsir Nurul al-Qur’an, penerjemah Salman Nano,
Jakarta: Al-Huda 2005.
Al-Qardhawi, Yusuf. Halal wa al-Haram fi Islam, penerjemah Mu’ammal
Hamidy, Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1982.
Al-Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam, penterj. Zainal Arifin,
Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Al-Qorni, Uwes. Penyakit Hati, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. 9.
Atabik Ali, Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996.
Ayyub, Hasan. Etika Islam Menuju Kehidupan yang Hakiki, Bandung: Trigenda
Karya.
Basya, Ahmad Fu’ad. Al-Atha’ Al-Ilmi li Al-Hadharah al-Islamiyyah, penerjemah
Masturi Irham dan Muhammad Aniq, Sumbangan Keilmuan Islam pada
Dunia, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015.
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi Penerjemah Kartini Kartono, Jakarta:
Raja Gravindo Persada, 2006.
Daryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apolo, 1998.
65
Esack, Farid. Samudera al-Qur'ān. Penerjemah Nuril Hidayah, Yogyakarta: Diva
Press, 2007.
Faris, Ibnu. Mu’jam Maqayis Lughah, dan dalam Abi al-Qāsim al-Ḥusayn bin
Muḥammad bin al-Mufadhdhal al-Ma’ruf bi al-Rāghib al-Ashfahani, al-
Mūfradāt fi Ghārib al-Qur’ān.
Fathurrohman, Amang dan Fathul Iltiham. Pendalaman Ilmu Tafsir di PTAI Non
Tafsir, Purwosari Pasuruan: Be-A Publisehr: 2011.
Gunawan, Heri. Pendidikan Islam: Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid 6. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1982.
Hamka, Tafsir al-Azhar, Surabaya: Pustaka Islam, juz 15.
Ibnu Katsir, Imaduddin Abu al-Fida Isma’il. Tafsir al-Qur’an al-Azhīm, jilid I.
Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhori; kitab makanan, Bandung: Jabal,
2016.
Isawi, Muhammad Ahmad. Tafsir Ibnu Mas’ud, Penerjemah Ali Murtadho
Syahudi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Pres, 2012.
Jamal Ma’ruf Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan
Profesional, Jogjakarta: Diva Pres, 2009.
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Khaṯṯab, Jakarta:
Khalifah, 2008.
Kadar, M. Yusuf. Tafsir Ayat Ahkam, Jakarta: Amzah, 2013.
Kantor Menteri Negara Urusan Pangan Republik Indonesia, Makanan Indonesia
dalam Pandangan Islam, Jakarta: t.p, 1995.
Krispriana, Zora. Hubungan Konsep Diri Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja Akir. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an. Kesehatan dalam Perspektif al-Qur’an,
Jakarta, t.th.
Mardalis. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,
1995.
66
Mely, G. Tan. Social and Cultural Aspect of Food Pattern and Food Habits in
Five Rural Areas in Indonesia, Jakarta: LIPI dan Directorate of Nutrition,
1970.
Moeliono, Anton. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Mujib, Abdul. Kepribadian dalam Psikologi Islam, Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2006.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif,
2002.
Nana Syaodih, Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
Narbuko, Kholid. Metodologi Penelitian: Memberikan Bekal Teoritis Pada
Mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian Serta Dapat Melaksanakan
Penelitian Dengan Langkah-Langkah Yang Benar, Jakarta: Bumi Aksara,
2009.
Nata, Abuddin dan Fauzan. Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, UIN Jakarta
Press: Jakarta, 2015.
Nazir, Mohammad. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.
PT. Kompas. Makan sehat Hidup Sehat, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara,
2007.
Qaraati, Mohsen. Tafsir untuk Anak Muda Surah al-Isrā’, Tehran, Markaze
Farhangge Darsha-ye az Qoran, 2002.
Qayyim al-Jauziyah, Ibnu. Ighatsatul Lahfan min Mashayidis asy-Syaithan,
Penerjemah Hawin Murtadlo, Menyelamatkan Hati dari Tipu daya Setan.
Solo: Al-Qowam, 2011.
R. Suyoto Bakir, Sigit Suryanto. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Batam:
Karisma Publishing, 2006.
S. D. Holloway, S. Suzuki, Y. Yamamoto, & J. D. Mindrich. Relation of Maternal
Role Concept to Parenting, Employment Choices, and Life Satisfaction
among Japanese Women (Sex Roles, 2006).
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2004.
67
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996.
Suratno Arsyad, Lincoln. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis,
Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 1995.
Sya’rawi, Muhammad Mutawalli. Tafsir Sya’rawi, penerjemah Tim Safir al-
Azhar, Medan: Duta Azhar, 2008.
Syakir, Ahmad. Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Darus Sunnah, 2014.
Thayyarah, Nadiah. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an, terj dari Mausū’ah al-
I’jaz al-Qur’ani, Jakarta: Zaman, 2003.
United Islamic Cultural Centre of Indonesia, Sejarah Singkat Syeikh Sulaiman
Hilmi Tunahan, Pulo gadung Jakarta Timur: Kantor Pusat UICCI, 2005.
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum Yogyakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta. 2010.
Ziyad, At-Tubany. Membaca dan Memahami Konstruksi Al-Qur’ān. Jakarta
Selatan: Indomedia Group, 2006.
Jurnal dan Dokumen
Al-Qūrthūbi. al-Jami’ li ahkām al-Qur’ān, Beirut, Lebanon: al-Resalah vol 10.
Andri Seprilinda Susiyani. “Manajemen Boarding School dan Relevansinya
dengan Tujuan Pendidikan Islam”Jurnal Pendidikan Madrasah, Volume 2,
No. 2, November 2017.
Dikutip dari “Adab Makan Rasulullah ditinjau dari Ilmu Gizi” oleh Rita
Ramayulis, ahli gizi, konsultan dan author.
Dokumen Kantor Yayasan Pondok Pesantren UICCI Ciputat.
Katalog Yayasan Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat.
L. Sandra. Dinamika Psikologis Interaksi, Konsep Diri, dan Identitas Online,
Disertasi, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2012.
R. Saptoto. Jurnal Psikologi Indonesia, Dinamika Psikologis Nrimo Dalam
Bekerja: Nrimo Sebagai Motivator Atau Demotivator. Sejarah Singkat Syeikh Süleyman Hilmi Tunahan, Jakarta: Kantor Pusat UICCI.
68
Yayasan Tahfiz Sulaimaniyah. Kalender Fazilet 2019, Jakarta Timur: Fazilet,
2018.
Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Abi Esad Fardiansyah, Komisi Pendidikan Agama
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah, Ciputat, 28 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Abi Miftah Hasan, Pengajar dan pengasuh Pondok
Pesantren UICCI Sulaimaniyah, Ciputat, 04 Mei 2019.
Wawancara Pribadi dengan Abi Sadık Kemal Ateş, Komisi Pendidikan Bahasa
Turki Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah, Ciputat, 28 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Abi Sinan Tusseno, Komisi Pendidikan Pondok
Pesantren UICCI Sulaimaniyah, Ciputat, 25 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Abi Zeni Nurul Ilmi, Komisi Pendidikan Agama
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah, Ciputat, 05 Mei 2019.
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Karomi, mahasiswa Perbandingan Mazhab
dan Hukum UIN Jakarta, Ciputat, 15 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Albi Aliyuddin, mahasiswa Manajemen Dakwah UIN
Jakarta, Wawancara 10 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Bobi Ahmad Habibi, mahasiswa Manajemen Dakwah
UIN Jakarta, Wawancara 13 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Dhiyaul Haq, mahasiswa Dirasat Islamiyah UIN
Jakarta, Ciputat, 16 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Didik Muhammad Aji, mahasiswa Pendidikan Agama
Islam UIN Jakarta, Ciputat, 13 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Edi Susilo Sugeng Riadi, mahasiswa Sejarah
Perabadaban Islam UIN Jakarta, Ciputat, 13 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Ilyas, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN
Jakarta, Ciputat, 10 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Khaerul Farhan, mahasiswa Pendidikan Agama Islam
UIN Jakarta, Ciputat, 15 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Khoirul Fajar, mahasiswa Management Dakwah UIN
Jakarta, Ciputat, 13 April 2019.
69
Wawancara Pribadi dengan Mochammad Malikuzzahir, mahasiswa Sejarah Islam
UIN Jakarta, Ciputat, 25 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Ibnu Solah, mahasiswa Pendidikan
Agama Islam UIN Jakarta, Ciputat, 10 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Yusuf Umar, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir UIN Jakarta, Ciputat, 13 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Mustopa Kamal, Baskan (Ketua) Organisasi
mahasantri Sulaimaniyah Ciputat, Ciputat, 15 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Robith Aqdam, mahasiswa Perbandingan Mazhab
Hukum UIN Jakarta, Ciputat, 11 April 2019.
Wawancara Pribadi dengan Syahlan Hidayat al-Farizi, mahasiswa Perbandingan
Mazhab Hukum UIN Jakarta, Ciputat, 10 April 2019.
Dokumen Elektronik dari Internet
http://www.uicci.org/ diakses tanggal 22 Februari 2019.
https://tunahan.org/id/biografi/riwayat-pendidikan/diakses tanggal 23 Maret 2019.
70
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Catatan Lapangan Penelitian 1
Metode Pengumpulan Data Observasi dan Wawancara
Hari/Tanggal : 13 November 2018
Pukul : 09.00 WIB
Lokasi : Kantor Ponpes UICCI Sulaimaniyah
Sumber Data : Abi Mustafa Atalar (Ketua Asrama Pondok Pesantren
UICCI Sulaimaniyah Ciputat)
Deskripsi Data
Pada tanggal 13 November peneliti menyertakan surat izin penelitian dan
melakukan izin secara pribadi kepada pusat Pondok Pesantren UICCI
Sulaimaniyah-Ciputat untuk langkah awal melakukan penelitian lebih mendalam
mengenai judul yang akan digunakan dalam penelitian. Pengurus pondok
pesantren menyambut dengan baik penelitian yang akan dilakukan di Pondok
Pesantren UICCI Sulaimaniyah-Ciputat.
71
Catatan Lapangan Penelitian 2
Metode Pengumpulan Data Observasi dan Wawancara
Hari/Tanggal : 04 Maret 2019
Pukul : 09.00 WIB
Lokasi : Kantor Ponpes UICCI Sulaimaniyah
Sumber Data : Abi Sinan Tusseno (Pengurus Devisi Universitas Pondok
Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat)
Deskripsi Data
Pada tanggal 4 Maret peneliti meminta dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan bahasan yang akan penulis teliti. Seputar sejarah pendirian pondok
pesantren, profil pesantren, struktur organisasi, data santri, ustadz, jadwal kegiatan
santri serta tata tertib pondok pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat.
Setelah itu peneliti mencoba menyusun pertanyaan wawancara sesuai data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Dari hasil pertemuan kedua ini peneliti
mulai menyusun data sesuai dengan data yang telah peneliti dapatkan dari Kantor
Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah Ciputat.
72
WAWANCARA
Nama : Abi Sinan Tusseno
Pendidikan Terakhir : Tekamul Akşemsetin
Jabatan : Üniversite Komisyon Mesulü
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 25 April 2019
Materi Wawancara
Peneliti Apa yang anda ketahui tentang tabżīr/mubażīr?
Informan Ya, alhamdulillah saya tahu tentang mubażīr, yang mana
mubażīr ini adalah perilaku di mana seseorang itu tidak
menggunakan sesuatu tidak semestinya atau berlebih-lebihan
sehingga terjadi sesuatu yang terbuang buang karena
penggunaan sesuatu yang tidak pada tempatnya tidak sesuai
porsinya.
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang tabżīr?
Informan Ya saya mengetahui ada ayat yang berbicara tentang tabżīr
di dalam al-Qur’an surat al-Isrā’ ayat 26-27
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Dari disini kita bisa memahami bagaimana sikap boros itu
merupakan salah satu bahaya, karena tabżīr ini merupakan
pertanda di mana Allah telah memfirmankan orang-orang
yang melakukan pemborosan atau mubażīr itu adalah
saudara dari setan. Dan setan adalah musuh Allah SWT
dengan menjadi saudara dari setan berarti kita juga menjadi
musuh Allah SWT Oleh karena itu, perilaku tabżīr ini adalah
perilaku yang dibenci oleh Allah SWT.
Peneliti Apakah perilaku makan santri termasuk dalam mubażīr?
Informan Kalau santri, kita tekan kan selalu bahwa makanan tidak
boleh ada yang tersisa di dalam piring sedikit pun. Dan
sejauh ini kita melihat santri-santri kita cukup
memperhatikan hal-hal tersebut, karena kita juga selalu
ingatkan bagaimana pentingnya untuk menghargai makanan
yang ada, makan sesuai dengan porsinya.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika perilaku makan santri
menjurus kepada mubażīr?
Informan Tentunya akan kita ingatkan selalu, melalui nasehat-nasehat
dan kita jelaskan mengenai pentingnya untuk tidak
melakukan mubażīr. Serta menjelaskan bahaya atau dampak
mubażīr itu sendiri. Kemudian, bagaimana ajaran dari ustadz
kita tentang menghabiskan makanan supaya tidak mubażīr
73
atau segala macam yang berkaitan dengan makanan. Dan itu
menurut saya cukup efektif karena di seluruh pesantren-
pesantren kita di Turki, saya melihat sendiri, banyak
diaplikasikan oleh santri-santri kita sangat memperhatikan
sekali ketika makan dan benar-benar membuat piring itu
benar-benar sampai bersih.
Peneliti Apa yang dilakukan pihak pesantren jika mengetahui
perilaku santri yang membuang makanan atau menyisakan
makanan?
Informan Tentunya dari pihak pesantren memberikan peringatan,
karena disetiap makanan ada hak orang lain dan segala
sumbernya dari Baitul mal. Dan hal tersebut akan diminta
pertanggung jawaban diakhirat dan kita tidak bisa seenaknya
membuang makanan. Dengan menjelaskan betapa
pentingnya setiap satu butir nasi itu yang didapat dari infak
dan sedekah seluruh umat muslim seluruh dunia. Dan para
santri pun bisa lebih mengerti dan lebih tertib dalam
menggunakan makanan tentunya sesuai dengan porsinya.
WAWANCARA
Nama : Abi Miftah Hasan
Pendidikan Terakhir : Tekamul Akşemsetin
Jabatan : Hoca Efendi
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 04 Mei 2019
Materi Wawancara
Peneliti Apa yang anda ketahui tentang tabżīr?
Informan Tabżīr itu adalah membelanjakan harta yang tidak
selayaknya dibelanjakan. Jadi, suatu perilaku yang seseorang
tersebut membelanjakan hartanya tapi tidak digunakan
dengan sebaiknya atau hanya terbuang sia-sia. Mubażīr
sendiri adalah pelaku, atas wazan Isim fa'il, yang berarti
pelaku tabżīr
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang tabżīr?
Informan Alhamdulillah saya mengetahui ayat mengenai tabżīr atau
mubażīr yang terdapat di dalam al-Qur’an surat al-isra ayat
26 sampai 27
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Pemahaman mengenai tabżīr ini adalah secara artinya dari
ayat di atas adalah “berikanlah kepada keluarga keluarga
yang dekat akan haknya kepada orang miskin dan orang-
74
orang yang dalam perjalanan dan jangan kamu menghambur-
hamburkan harta secara boros sesungguhnya pemboros
pemboros itu adalah saudara saudara setan dan setan adalah
sangat ingkar kepada Allah. Kita dianjurkan atau bahkan
diperintahkan untuk tidak membuang-buang harta secara sia-
sia atau boros. Jadi kita belanjakan hal yang secukup nya
atau seperlunya jangan sampai barang itu terbuang sia-sia
atau tidak termakan biasanya dari segi makanan dan cara
pakaian tidak digunakan dengan sebaiknya.
Peneliti Apakah perilaku makan santri termasuk dalam mubażīr?
Informan Kalau santri kita disini, kita kan sudah dari awal memberikan
arahan untuk tidak mubażīr. Bagaimana caranya
menghabiskan makanan walaupun itu sisaan. Jadi kalau
misalkan ada nasi yang jatuh maka kita ambil nasi tersebut.
Kita selalu berikan pemahaman kepada santri kita untuk
tidak mubażīr. Ya Alhamdulillah mungkin kalau
dibandingkan yang lain atau di luar seperti itu kita insyaallah
kita tidak termasuk dalam perilaku mubażīr. Karena
alhamdullah seluruh santri mengetahui bahaya dari perilaku
mubażīr ini.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika perilaku makan santri
menjurus kepada mubażīr?
Informan Cara mengatasinya ialah yang pertama, kita peringatkan
santri tersebut kemudian kita tegur, jangan sampai mubażīr
ketika makan. Karena pengalaman saya dulu di Turki ada
namanya biji zaitun, kita makan bahkan kita telan bijinya
karena saking kita tidak mau hal tersebut tersisa. Bahkan
Kalau misalkan ada sup-sup yang tersisa itu kita makan
pakai dengan roti. Kita habiskan semua yang tersisa tersebut
sampai-sampai kuah atau air yang tersisa itu kita lap dengan
roti kita makan rotinya itu. Bahkan sampai yang terkecilpun
seperti remah-remah roti kemudian wafer itu semua kita
habiskan. Jangan sampai ada yang mubażīr jadi kita ingatkan
kepada santri kemudian sampai saat itu sadar bahwa betapa
pentingnya kita menghargai makanan. Ketika ada makanan
yang tersisa, itu akan mengundang banyak keburukan baik
dari segi kebersihan dan juga maknawiyah seorang santri.
Peneliti Apa yang dilakukan pihak pesantren jika mengetahui
perilaku santri yang membuang makanan atau menyisakan
makanan?
Informan Pertama kita akan menegurnya, mungkin dia khilaf atau dia
tidak tahu. Jika dia akan menjurus kepada mubażīr
setidaknya bisa berbagi dengan yang lain misalkan dengan
teman sebelahnya, jika ada makanan sisa ditanyakan dulu
75
kepada teman sebelahnya. Bagaimana nih mau nggak makan
sisa saya? Seperti itu. Jika ada santri yang membuang
makanan dengan sengaja ya kita memberikan suatu hukuman
yang mendidik.
WAWANCARA
Nama : Abi Esad Fardiansyah
Pendidikan Terakhir : Tekamul Florya
Jabatan : Üniversite Komisyon Mesulü
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 28 April 2019
Materi Wawancara
Peneliti Apa yang anda ketahui tentang tabżīr/mubażīr?
Informan Mubazir dalam bahasa sehari-hari kita adalah pemborosan
atau berlebih-lebihan dalam menggunakan sesuatu
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang tabżīr?
Informan Alhamdulillah saya mengetahui, di dalam al- Qur’an kalau
tidak salah itu mubazir dibahas dalam surat al-Isrā’ ayat 26-
27
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Dalam surat Al-Isrā’ ayat 26-27, disini disebutkan wala
tubazzir tabżīra, ada maf’ul mutlak disana. Dan dalam
kalimat yang sama untuk mempertegas bahwa larangannya
itu sangat kuat. Mubazir disini untuk diri sendiri. Mubazir
tersebut adalah pemborosan harta atau apa yang sudah
diberikan oleh Allah yang harusnya bisa disalurkan juga ke
orang-orang sekitar kita. Yang disebutkan di awal ayat
waatizal qurba disebutkan itu berdasarkan urutannya dzal
qurba di situ oleh orang-orang terdekat pertama kita harus
memperhatikan orang-orang terdekat kita. Kedua, baru orang
miskin di sekitar kita, kemudian Ibnu Sabil dan seterusnya.
Jadi, kalau misalkan ada orang-orang terdekat kita atau
76
saudara kita yang masih banyak kekurangan janganlah kita
menghamburkan harta kita untuk diri kita sendiri karena
sesungguhnya dalam harta kita itu ada hak-hak mereka yang
mesti kita salurkan juga kepada mereka disebutkan juga ayat
setelahnya bahwa mubazir itu saudara saudaranya setan. Di
sini lafadznya memakai Ikhwan berarti banyak, orang yang
mubazir itu banyak jadi emang dalam al-Qur’an dijelaskan
juga bahwa orang yang mubazir itu tidak sedikit dan
termasuk golongan orang-orang yang mengikuti setan dan
setan itu apa? setan itu adalah orang-orang yang kafir
terhadap Tuhannya kafir itu tertutup ya secara bahasa
tertutup dia orang-orang yang mengikuti setan adalah orang-
orang yang telah nauzubillah hatinya kemungkinan tertutup
dari Tuhannya seperti itu kurang lebih
Peneliti Apakah perilaku makan santri termasuk dalam mubazir?
Informan Perilaku makan santri namanya santri kan masih belajar ya
jadi kalau dalam hal belajar segala sesuatu masih dipelajari,
walaupun ada hal-hal yang mubazir itu ada, tetapi tidak bisa
juga kita langsung menjudge mereka bahwa orang-orang
yang mubazir juga mereka masih belajar kita juga masih
belajar. Jadi kalau ada yang mubazir itu wajar jadi pihak
asrama atau pihak Pesantren kita sebagai pembimbing nya
juga kalian sebagai teman-temannya kalau ada santri lain
atau teman-teman yang lain yang terlihat berbuat atau
bersikap mubazir itu mesti di ingat kan, Jadi ada sebagian
yang memang masih bersikap mubazir ada juga yang sudah
menyadari. Jadi selama masih tahap belajar santri itu masih
dimaklumi tapi dibarengi juga dengan perilaku untuk
memperbaiki diri dari hal mubazir tersebut.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika perilaku makan santri
menjurus kepada mubazir?
Informan Seperti tadi saya bilang sebelumnya kita sebagai
77
pembimbing dan juga teman-teman yang memang sudah
menyadari tentang hal mubazir ini selalu memperhatikan
sekitarnya. Jadi, kalau ada temen-temennya yang terlihat
berperilaku mubazir jadi Jangan diacuhkan. Jadi di ingatkan
terus, di Ingatkan secara langsung dengan adab-adab
memperingati ada juga akan memperingati ada adab nya jadi
jangan sampai mereka sakit hati juga melalui pelajaran-
pelajaran yang diberikan oleh Abi Abi sebagai
pembimbingdiasrama ini. baik nasihat di dalam pelajaran
atau di dalam sohbet atau ceramah dan juga pihak pesantren
selalu berusaha melihat ketika proses makan atau proses
kegiatan asrama yang memungkinkan ada sikap tabżīr atau
mubazir di dalamnya selalu kita mengawasi secara betul
betul terlebih harta atau makanan yang kita makan disini
adalah Baitul Mal. Jadi bukan harta kita itu lebih berbahaya
apabila kita melakukan perbuatan tabżīr atau mubazir.
Peneliti Apa yang dilakukan pihak pesantren jika mengetahui
perilaku santri yang membuang makanan atau menyisakan
makanan?
Informan Tahap pertama seperti tadi kita bilang, bahwa ada peringatan
pertama kalau memang santri tersebut sudah diperingati tapi
masih melakukannya, diperingati secara khusus lagi kepada
personalnya kalau pun masih melakukannya kita bisa
melakukan pemberian hukuman yang tidak terlalu berat yang
fungsinya adalah untuk mengajari adab itu sikap mubazir ini
Jadi pertama harus diperingati dulu tanpa diperingati tidak
boleh memberikan ke tahap hukuman jadi, pertama harus
diperingati dulu tapi alhamdulillah sesuai pengalaman kita di
sini santri-santri di sini setelah diperingati Alhamdulillah
mereka mengerti jadi tidak banyak yang perlu dilakukan
ketahap hukuman.
78
WAWANCARA
Nama : Abi Zeni Nurul Ilmi
Pendidikan Terakhir : Tekamul Kasımpaşa
Jabatan : Muhasebe Komisyon
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 05 Mei 2019
Materi Wawancara
Peneliti Apa yang anda ketahui tentang tabżīr/mubażīr?
Informan Mubazir adalah berlebih-lebihan dalam menggunakan
sesuatu yang bukan pada tempatnya. Tabżīr sangat erat
kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap gerak
gerik kita termasuk dalam perilaku mubazir. Ketika kita
menyia-nyiakan waktu luang dengan kegiatan yang tidak
bermanfaat maka hal itu juga termasuk mubazir waktu. Dan
masih banyak lagi contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang tabżīr?
Informan Alhamdulillah saya mengetahui, ayat yang berbicara tentang
tabżīr terdapat didalam al-Qur’an QS. Al-Isrā’ ayat 26-27.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Jika sesuatu tersebut telah dicantumkan dalam al-Qur’an
maka hal tersebut tidak bisa dibantah lagi, karena dibalik
larangan tersebut pasti ada hikmahnya. Menyangkut tentang
tabżīr ini sangat ditegaskan oleh Nabi. Beliau mengibaratkan
seseorang ketika berwudhu di sungai sekalipun tidak boleh
berlebih-lebihan atau mubazir. Begitu penegasan Nabi terkait
tabżīr ini.
Peneliti Apakah perilaku makan santri termasuk dalam mubazir?
Informan Setelah sekian lama tinggal di asrama, saya selalu
memperhatikan perilaku makan santri baik ketika di Turki
maupun di Indonesia. Saya rasa perilaku makan santri bisa
dikatakan tidak tergolong dalam perbuatan mubazir. Kalau
selama di Turki, kita makan pakai roti. Jadi piring ketika
makan roti kembali dalam keadaan seperti semula lagi, tidak
ada sisa roti tersisa sedikitpun. Begitulah ushul asrama
Sulaimaniyah dalam menghargai makanan. Hal yang terkecil
sekalipun harus diperhatikan.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika perilaku makan santri
79
menjurus kepada mubazir?
Informan Langsung di ingatkan, bagaimana tata cara atau ushul asrama
ajarkan selama ini dalam menghargai makanan. Dan selalu
menasehati atau mengingatkan santri dalam setiap sohbet
atau ceramah mingguan.
Peneliti Apa yang dilakukan pihak pesantren jika mengetahui
perilaku santri yang membuang makanan atau menyisakan
makanan?
Informan Diperingatkan, jika makan jangan sampai mengedepankan
nafsu, ambil secukupnya jika mau ambil lagi.
WAWANCARA
Nama : Abi Sadık Kemal Ateş
Pendidikan Terakhir : Tekamul Ulucami A
Jabatan : Turkce Komisyon Uyesi
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 13 Mei 2019
Materi Wawancara
Peneliti Apa yang anda ketahui tentang tabżīr/mubażīr?
Informan Yang saya ketahui tentang tabzir ialah menggunakan sesuatu
yang tidak sesuai dengan porsinya atau kegunaanya.
Sehingga sesuatu tersebut terbuang sia-sia, dalam hal ini
dicontohkan masalah makanan.
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang tabżīr?
Informan Alhamdulillah saya mengetahui, yang terdapat didalam al-
Qur’an QS. Al-Isrā’ ayat 26-17.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Pemahaman saya tentang ayat tabżīr ini sulit untuk saya
jelaskan mungkin karena bahasa Indonesia saya belum
terlalu mahir sehingga tidak bisa menjelaskan kepada anda
namun saya mengetahui pemahaman dari ayat tersebut.
Peneliti Apakah perilaku makan santri termasuk dalam mubazir?
Informan Tidak, sepengetahuan saya selama ini. Santri selalu diajarkan
bagaimana cara untuk menghargai makanan. Bukan hanya
makanan namun juga barang-barang yang lain.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika perilaku makan santri
menjurus kepada mubazir?
Informan Yang pertama, jelas saya tegur terlebih dahulu, menjelaskan
80
betapa berharganya sebutir nasi yang kita makan.
Peneliti Apa yang dilakukan pihak pesantren jika mengetahui
perilaku santri yang membuang makanan atau menyisakan
makanan?
Informan Alhamdulillah selama saya tinggal di asrama tidak pernah
ada kejadian santri di hukum karena membuang atau
menyisakan nasi di piringnya. Jadi, walaupun ada pihak
pondok akan menindak lanjuti santri yang bersangkutan.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Ibnu Solah
Pendidikan Terakhir: Pesantren Madrasatul Al-Qur’an – Tebuireng-Jombang
Fakultas/Jurusan : FITK / PAI
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 10 April 2019
Jam : 21.40 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Sepengetahuan saya ayat yang berbicara tentang tabżīr
sangat populer entah itu di masjid-masjid atau di
manapun. Di akademisi khususnya saya sebagai
mahasantri sangat lumrah dengan ayat tabżīr ini.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Menurut saya hal yang tidak sesuai dengan proporsinya
itu adalah sesuatu yang tabżīr apapun itu kalau memang
proporsinya itu sampai tidak terpakai atau sia-sia maka
bisa kita bilang itu adalah sebuah perbuatan yang mubażīr.
Atau bisa jadi hal tersebut sesuatu yang seharusnya bisa
dimanfaatkan malah tidak bisa dimanfaatkan dengan baik,
tidak sesuai dengan proporsinya disebut tabżīr juga.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Secara sengaja, saya berusaha untuk tidak mubażīr ntah
tidak sengaja atau saya tidak tahu tapi saya berusaha betul
karena guru-guru saya menjelaskan hal seperti ini dan
saya mengikuti guru-guru saya untuk tidak melakukan
mubażīr. Perilaku ini sangat buruk khususnya masalah
makanan, karena kita tidak tahu bahwasanya tidak semua
81
orang akan mendapatkan rezeki yang sama dengan kita.
Mungkin banyak orang yang lebih memerlukan rezeki ini
daripada kita. Apakah kita sanggup membuang makanan,
sedangkan di luar sana mungkin ada orang yang tidak bisa
makan atau sulit untuk memakan sesuap nasi.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kalau untuk saya, dilihat dari tempat jatuhnya apabila
jatuhnya ditempat yang masih dikira bersih ya saya
makan, apabila terjatuh di tempat yang kotor maka saya
usahakan makanan itu tidak terinjak-injak sebagai bentuk
hormat saya terhadap makanan tersebut.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Sikap saya untuk menghargai makanan adalah dengan
makan yang secukupnya tidak berkurang dan tidak
berlebih.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Ketika teman saya sudah melakukan tabżīr atau melihat
tingkah lakunya ingin melakukan tabżīr, saya sebagai
teman dan namanya juga teman itu saling nasehat
menasehati agar kita tidak saling merugi karena kita tau di
dalam al-Qur’an sangat melarang tabżīr tersebut. Oleh
karena itu saling mengingatkan, eh bro lu kan orang
muslim masa lu nggak tau sih kan ada ayat yang
menjelaskan tentang dilarangnya tabżīr.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Langkah pertama saya mengingatkan tentang bahwasanya
makanan itu jangan sampai dibuang karena bisa jadi diluar
sana ada yang memerlukan makanan itu atau sulit untuk
mendapatkan makanan, apakah kita tega untuk
membuangnya.
Kedua, mengingatkan bahwasanya perilaku membuang-
buang itu suatu yang tidak baik. Ketiga, kita tanyakan
kenapa kamu melakukan hal seperti itu, seharusnya kamu
terlebih dahulu mengantisipasi makanan kamu agar ketika
kita makan tidak membuang-buang seperti ini.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang pertama, saya mengetahui ayat yang berbicara
tentang tabżīr dan didalam syariat islam juga melarang
82
berperilaku tabżīr. Yang kedua, doktin dari guru-guru
saya karena perilaku tabżīr merupakan perbuatan yang
buruk dan termasuk perbuatan tercela. Yang ketiga,
pengaruh lingkungan pesantren yang notabene mengetahui
dampak dari perilaku tabżīr.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Khaerul Farhan
Pendidikan Terakhir : SMK N 8 Jakarta
Fakultas/Jurusan : FITK/PAI
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 15 April 2019
Jam : 20.55 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Ya saya tahu dan pernah mendengar ayat yang
menjelaskan tentang tabżīr.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Menurut pemahaman saya ya, kita dilarang untuk
mubażīr, sedangkan mubażīr itu perbuatan setan. Nah dari
sini ketahuan, kalau kita melakukan mubażīr otomatis kita
tahu kita ngikutin siapa. Dan sesuatu yang dilarang oleh
al-Qur’an pasti ada sebabnya dan menjurus kepada
kebenaran.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Ini sebenarnya tergantung makanannya, kalau saya sendiri
semenjak masuk asrama Sulaimaniyah tidak pernah lagi
mubażīr. Walaupun sebutir nasi atau secuil makanan, pasti
saya habiskan. Dan diasrama memang diajarkan seperti
itu. Cuma kalau makan yang makan banyak sambalnya
atau makan ikan saya takut menjurus kepada mubażīr
karna disela-sela tulang ikan tersebut masih ada nasi-nasi
yang tersisa atau nyangkut. Makanya setiap makan ikan
pasti agak takut tergolong orang yang mubażīr.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kalau saya sendiri, misalkan ada kerupuk jatuh kelantai
atau melihat nasi yang jatuh, yang pertama jika emang
83
bisa dimakan saya makan, jika buah saya cuci dulu, tapi
jika jatuhnya ditempat yang kotor saya letakkan ditempat
yang tidak keinjak orang. karna saya sering melihat abi-
abi besar, abi yang mengetui se jawa barat yaitu Abi
salman atau abi se Asia Pasifik yaitu abi Hakan, itu jika
liat nasi yang jatuh walaupun sudah diinjak lalu diambil
nasi tersebut di cium dulu terus ked ahi jika tidak bisa
dimakan beliau letak kan ditempat yang tidak diinjak
orang atau jika ada hewan diberikan kepada hewan
tersebut.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Jika saya sendiri sudah ada takarannya, jika saya lagi mut
makan saya ambil secukupnya tapi jika saya lagi nggak
mut makan saya lebih baik mengambil sedikit. Toh jika
mau nambahkan masih bisa nambah supaya tidak
mubażīr.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Nah, ini saya juga sering nemuin ya, kalau saya sendiri
saya tegur terlebih dahulu, saya kodein, dia liat, kenapa?
itu masih ada nasinya dihabisin dulu, pasti kalau gitu jika
dekat orang ramai kan pasti mau menghabiskan. Bukan
untuk menjelek-jelek kan teman sendiri tapi sekedar
mengingatkan. Mungkin dia lupa. Lagian kita diasrama
adalah keluarga kecuali, diluar saya juga masih sungkan.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Nah, ini saya juga pernah melihat pas makan sayur
asemkan banyak tuh sayur-sayurnya seperti melinjo dll,
langsung dibuang. Lalu saya bilang kok dibuang sih,
sedangkan masih banyak teman-teman yang belum
makan. Mungkin dari yang saya katakan mereka bisa
berfikir untuk kedepannya jika tidak suka jangan diambil.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Pertama, kita tidak tahu berkahnya makanan pada suapan
pertama atau terakhir sehingga ayat maupun hadits yang
selalu terngiang dalam ingatan ketika makan. Kedua,
pengaruh lingkungan, karena selama saya belajar di
Sulaimaniyah terbentuk perilaku makan saya, sehingga
memang benar-benar memperhatikan. Ketiga, karena
doktrin yang selalu disampaikan oleh Abi-abi di asrama
setiap sohbet/ ceramah.
84
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Robith Aqdam
Pendidikan Terakhir : SMK N 8 Jakarta
Fakultas/Jurusan : FSH / PMH
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 11 April 2019
Jam : 21.41 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Alhamdulullah saya sedikit tahu ayat yang berbicara
tentang tabżīr. Bahwa Allah dan Rasul mengajarkan
kepada kita tidak boleh melakukan sesuatu yang namanya
tabżīr dan suatu perbuatan yang dilarang dan juga suatu
perbuatan yang buruk, maka dari itu marilah kita sama-
sama menghindari perilaku tabżīr.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Pemahaman saya tentang tabżīr adalah bahwa kita
diajarkan, jangan sampai melakukan suatu perbuatan yang
tabżīr yaitu yang menyia-nyiakan baik itu makanan, uang
atau segala bentuk apapun itu ntah pakaian dan lain-lain.
Karena dikhawatirkan segala perilaku kita yang membuat
diri kita menjadi boros, menggampangkan sesuatu. Oh ya
udahlah besokkan bisa beli lagi, Oh ya udahlah besokkan
masih ada. Jangan jadi seperti itu, karena orang-orang
mungkin yang gak seberuntung kita. Belum tentu mereka
itu bisa makan masih susah nyari makan. Nah terus
menurut pemahaman saya seringkali dari teman-teman
atau sering bilangnya itu mubazir, nah harusnya jangan
bilang mubazir tapi langsung bilang aja oh kamu nih
tabżīr. Soalnya kalau mubazir dikhawatirkan takutnya
85
menjadi sebuah doa, orang mubazir itu kan mubazirun
dari isim fail yang artinya: orang yang melakukan hal
yang sia-sia melakukan tabżīr. Jadi, kalau kita bilangnya
eh kamu jangan tabżīr gitu.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Kalau pengalaman saya alhamdulillah selama saya tinggal
diasrama sejak SMP sampai saya kuliah, selalu diajarkan
di asrama Sulaimaniyah ini; sekecil apapun roti atau secuil
biji wijen pun di sini kita diajarkan jangan sampai
menyisakan makanan. Terkadang sampai dimarahin gitu,
walaupun roti itu ada sisa di piring itu harus dijilat sampai
piring itu tuh seperti semula. Sampai seperti itu, kami
diajarkan seperti itu sudah dilatih. Mungkin awal-awalnya
kita berat untuk melakukan hal tersebut. Menurut saya sih
gitu tapi ketika saya tinggal di asrama ini, diajarkan oleh
Abi-abi di sini. Nah perilaku itu sedikit-sedikit melatih
saya dan akhirnya sampai sekarang ya alhamdulillah tuh
nggak pernah menyisakan makanan gitu walaupun di
mana aja. Dan teman pun kadang sampai bingung ketika
main kerumah atau main di mana aja kita makan bareng;
ih kok bersih banget sih. Saya juga merasa heran gitu kok
bisa kayak gini padahal dulunya sebelum saya masuk
asrama masih belum seperti ini.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Nah kalau saya ketika melihat makanan terjatuh misalkan
makanan tersebut terjatuh di tempat yang kemungkinan
tidak kotor, itu masih saya ambil itu walaupun sebutir nasi
dan jatuh ke lantai akan saya ambil gitu. Tapi kalau udah
kayak jatuhnya di tempat cucian piring atau di tempat
kotor itu mungkin ya saya biarkan gitu, kadang nasi yang
86
saya injak pun masih saya ambil dan akhirnya saya makan
karena mana tahu berkahnya itunya disisa terakhir itu.
Makanya jangan sampai kita sisain makan lagi walaupun
sesendok atau sebutir nasi lah gitu jangan sampai lah.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Kalau untuk menghargai makanan di asrama, seperti yang
diajarkan Abi-abi bahwa di sini itu kita makan atau
apapun itu menggunakan fasilitas yang merupakan Baitul
Mal maka saya berusaha untuk benar-benar menjaga
apapun itu ntah fasilitas entah dari makanan saya. Sesuatu
yang diberikan oleh pihak asrama itu benar-benar saya
jaga karena ini tuh orang percaya bahwa kita itu disini
untuk menuntut ilmu. Kita diberi fasilitas yang mewah
masa iya kita menyia-nyiakan hal tersebut. Saya berusaha
keras untuk menjaga supaya nanti kedepannya orang-
orang setelah saya masih bisa menggunakannya lagi.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Kadang sedih sih ngeliat temen-temen yang misalkan
ngambil banyak tapi ketika kita makan bareng eh nggak
habis, saya mikirnya nih orang udah ngambil banyak
masih nafsu doang juga nggak dihabisin. Terkadang saya
marah serta kecewa lah kok bisa sih orang ngambil
banyak cuman nggak dihabisin. Kadang juga saya tegur
ya, gondok sendiri itu orang udah ambil banyak, udah tau
temen yang lain itu ketika datang telat belum makan tapi
dia makannya banyak ternyata nggak dihabisin malah
dibuang begitu saja.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Nah kalau seperti itu, saya lebih marah lagi, kenapa
sampai dibuang gitu harusnya ngambilnya nggak usah
87
banyak sampai buang-buang makanan. Pernah ketika itu
ada seseorang yang hampir membuang makanan, akhirnya
dia cuman bisa diam dan akhirnya cuma beralasan enak
banget gua nggak demen lah nggak enak apa nggak
kenapa diambil gitu kan begitu orang cobain dulu deh
orang ini banyak nafsunya gitu kan nafsu aja gitu cuman
nggak ngelihat kedepannya gimana dia bakal habis atau
nggak. Jadi, lebih hati-hati lagi kita terhadap makanan
atau apapun itu yang perbuatannya sia-sialah.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang mempengaruhi saya ialah ayat, doktrin dan
lingkungan saya di asrama sehingga saya tahu bahwa
perilaku tabżīr ialah perbuatan yang buruk dan tercela.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Albi Aliyuddin
Pendidikan Terakhir : MAN 2 Kuningan
Fakultas/Jurusan : FDK/ Managemen Dakwah
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 10 April 2019
Jam : 20.40 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Mungkin kalau saya sendiri hafal sih nggak ya cuman
banyak teman-teman bahkan mungkin ya dosen-dosen
ataupun guru-guru saya pernah menjelaskan ayat tentang
Tabzir.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Menurut yang saya pahami mungkin ada beberapa ayat
Alquran maupun hadis. Kurang lebihnya dengan
sepemahaman saya tabzir ini kan berkaitan dengan
penyia-nyiaan makanan, intinya perbuatan mubazir ini
88
tidak bagus. Karena makanan itu patut kita syukuri.
Karena masih banyak saudara-saudara kita yang masih
membutuhkan. Dan kalau tidak salah ya ini perbuatan
tabzir ini merupakan perbuatan setan.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Mungkin saya mencoba untuk tidak mubazir di setiap
makan saya, mungkin dimulai dari porsi makanan saya
sendiri. Dan itu saya melihat dengan kondisi saya sendiri
kalau misalnya memang lapar mungkin mengambil agak
banyak jika misalnya sepertinya tidak ingin makan sama
sekali tapi butuh untuk asupan energy, saya tidak terlalu
banyak mengambilnya. Selama ini untuk menyimpang
atau menyerempet kepada tabzir sendiri presentasinya
sangat kecil.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Mungkin saya akan melihat dari jenis makanannya
terlebih dahulu, Kalau misalnya kering biasanya saya
reflek. Tapi kalau memang yang jatuhnya makanan itu
berkuah dan sebagainya Mungkin sedikit dinanti kan
untuk dibersihkannya. Tapi secara garis besarnya ya
sayang aja gitu karena makanan itu sesuatu hal yang
penting juga dalam kehidupan dan saya nggak bisa nyari
makanan sendiri. Jadi, ketika ada makanan yang terjatuh
sayang aja gitu rasanya.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Mungkin saya sendiri karena di asrama ini segala bentuk
makanan Alhamdulillah tersedia disini, jadi kita bisa
makan dengan nyaman dan teman-teman saya yang diluar
yang tinggal di kosan ketika disebutkan nasi goreng pun
istilahnya udah termasuk mewah lah gitu, bahkan
terkadang mereka nggak makan. Makannya ya hanya
cemilan-cemilan atau makana ringan. Jadi artinya
makanan sangat harus dihargai. Untuk pribadi saya sendiri
makanan ibaratnya bukan suatu hal yang biasa bagi saya
meskipun harganya nggak seberapa tapi melihat dari
sisilain itu adalah rezeki dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala
dan kita tidak boleh mengatakan makanan ini nggak enak
tidak seperti itu sikap kita terhadap makanan. Jadi,
makanan memang seharusnya untuk dihargai.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
89
Informan Kalau pribadi saya sendiri memang sungkan ya, jadi tidak
langsung menyalahkan gitu kan apa lagi kepada orang
yang tidak dikenal sekalipun teman dekat cara saya
mengingatkan juga tidak langsung eh kamu salah ini,
karena mungkin dia juga tidak sadar atau lupa. Mungkin
dengan cara-cara bahasa yang komunikatif supaya ketika
kita mengingatkan seseorang, kita juga merasa bahwa
mungkin dilain waktu akan berada dalam kondisi terbalik.
Kalau misalnya kita seolah langsung menyalahkan lain
waktu mungkin teman kita pun langsung menyalahkan
juga tanpa nanya terlebih dahulu kenapa makanan tidak
habis dan lain sebagainya.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Iya kembali lagi ke diri kita sendiri, karena disatu sisi kita
memandang itu adalah rezeki yang berupa makanan disatu
sisi lagi sesuatu yang berharga dan di satu sisi nya lagi
teman kita dengan seenaknya membuang makanan. Oke
mungkin dalam kondisi tertentu teman kita atau mungkin
kita sendiri membuang makanan atau menyisakan
makanan. Katakanlah kalau misalkan makanan jatuh dan
ada punya hewan peliharaan bisa diberikan kepada hewan
tersebut. Mungkin jika sekali-kali bisa dimaklumkan
tetapi jika sudah frekuensinya sering mungkin setiap hari
bahkan setiap makan dibuang itu sudah kelewatan. Tapi
kalau tidak sengaja, dikasih ke orang tidak ada yang mau
dan tidak ada hewan peliharaan daripada basi dan tidak
ada yang memakan lebih baik dibuang ditempat orang
yang tidak dilewati.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Salahsatu yang mempengaruhi saya ialah doktrin dan
lingkungan asrama. Sehingga saya memahami dampak
dari perilaku tabżīr.
90
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Ilyas
Pendidikan Terakhir : Pondok Pesantren Jabal Nur, Cipondoh-Tangerang
Fakultas/Jurusan : Ushuluddin/ IAT
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 10 April 2019
Jam : 20.23 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Alhamdulillah saya tahu dan pernah mendengar ayat
tersebut
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Dari ayat tersebut kita bisa mengambil pelajaran yang
sangat besar bahwasanya mubazir itu merupakan hal yang
sangat dibenci Allah SWT. Karena itu menghambur-
hamburkankan itu termasuk perbuatannya setan. Kalau
misalkan kita mengikuti perbuatan setan bisa dipastikan
kita termasuk temannya setan.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Untuk porsi makan saya sendiri, saya selalu
menyesuaikannya. Ketika saya sedang lapar saya akan
mengambil posisi yang agak banyak dan ketika sedang
tidak lapar ya sedikit saja. Untuk masalah menyisakan
makanan saya usahakan banget untuk tidak menyisakan.
Kalau misalnya emang masih bisa dimakan saya makan
semuanya.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kalau misalnya makanan yang jatuh masih mungkin
untuk dimakan, ya saya makan misalnya masih tersisa
diatas meja ya saya ambil lalu memakannya. Tapi jika
makanannya udah jatuh di tanah ya saya pikir dua kali
dulu untuk memakannya.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Dalam menghargai makanan saya harus tahu dulu,
makanan ini baik untuk saya atau tidak, ketika saya bisa
menghargai makan itu sebuah nikmat bagi saya dapat
bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Bentuk
saya menghargai makanan seperti misalnya ada makanan
91
yang sekiranya itu saya makan lagi, jadi makanan tersebut
tidak saya sia-siakan. Alhamdulillah selama di asrama ini,
walaupun makannya terkadang tidak saya sukai tapi saya
selalu bisa makan sedangkan teman saya di kosan belum
tentu bisa makan seperti saya, bersyukur banget.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Ketika orang tersebut mengambil banyak dan saya bisa
tebak dia itu nggak bakalan abis, tapi terkadang saya suka
sindir dengan kata-kata sebuah guyonan; makannya
banyak amat tumben? Kalau misalnya dia emang udah
makan dan emang gak habis, terkadang saya suka
memberanikan diri untuk bertanya ini di abisin nggak?
Jika dia bilang abisin aja, biasanya saya bantu untuk
menghabiskan makanan tersebut.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Sepertinya untuk pertama kali saya akan tegur, “jangan
kayak gitu lah” kita lihat bagaimana cara petani itu
menanam, menyirami danmerawat dan kita hanya tinggal
makan. Dan bagaimana tukang masak di asrama ini sudah
capek-capek masakin untuk kita, masa kita buang begitu
saja.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang mempengaruhi saya ialah ayat atau hadis yang
selama ini saya pelajari, doktrin yang selalu disampaikan
oleh Abi disetiap nasehatnya, dan lingkungan asrama yang
membuat saya lebih menghargai makanan.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Mustopa Kamal
Pendidikan Terakhir : MAN 12 Jakarta
Fakultas/Jurusan : FITK / PAI
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 11 April 2019
Jam : 22.01 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
92
tabżīr?
Informan Kalau masalah mengetahui ayat tentang tabzir ini tentu
saja saya sudah mengetahui ketika belajar di MTS ataupun
di MAN dan itu sering dibahas juga Q.S al-isra ini.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Buat pemahaman ya, tentang ayat tabzir ini sebenarnya
saya sudah cukup paham, apalagi pada kata wala tubazzir
tabzira, karena sudah diajarkan sama guru saya, juga
bagaimana mengamalkan ayat tersebut jadi saya cukup
paham dengan ayat ini.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Kalau saya pribadi jujur ya, sebenarnya saya tuh orang
yang benar-benar memperhatikan makanan, saya
mengambil porsi dengan jumlah yang menurut saya akan
makan gitu. Jadi sebelumnya saya nggak pernah
menyisakan makanan. Berbeda dengan kehidupan
keluarga saya, biasanya nggak terlalu memperhatikan itu.
Tapi semenjak saya sudah masuk ke asrama Sulaimaniyah
saya paham, bagaimana kita diajarkan benar-benar
memperhatikan hal yang sekecil itu, berawal dari itu
terbentuk rasa memiliki terhadap makanan yang kita
makan. Ya pokoknya dikasih tahu bagaimana perilaku kita
jika kita mengabaikan makanan yang kita makan, tidak
menghabiskan makanan yang kita makan, itu efek
kedepannya itu seperti apa di asrama dijelaskan makanya
saya mulai sedikit demi sedikit memperbaiki itu.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Masalah makanan terjatuh ya, kalau pribadi sih jujur kalau
misalnya makanan tersebut makanan kering itu saya ambil
lagi, tapi kalau umpamanya makanan tersebut makanan
basah itu saya cuma pungut, misalnya nasi jatuh ditempat
yang kotor, saya ambil dan biasanya saya lempar ke
jalanan dengan niat ada burung/ hewan yang makan atau
ke kolam ikan jika ada.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Dalam menghargai makanan, yang selama ini jujur aja
saya itu termasuk orang yang pilih-pilih dalam makan,
ketika ada makanan yang tidak saya tidak suka atau lagi
nggak pengen makan, itu benar-benar saya nggak
mengambil makanan itu, karena yang saya takutkan ketika
93
saya ngambil nanti malah tidak termakan oleh saya.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Nah, cara mengatasinya ya. Tapi sebelumnya saya ceritain
terlebih dahulu terkait keluarga saya. Di keluarga saya tuh
emang agak unik punya kebiasaan kalau makan pasti ada
nasi yang disisain atau nggak dihabisin benar-benar.
Sebenarnya apa motifnya sehingga masih menyisakan
makanan. Nah kalau dalam kehidupan di asrama, pastinya
karena kita sudah tahu dan sudah diajarkan oleh ustadz
atau abi-abi disini. Dan salah satu caranya ya kita coba
tegur dengan cara yang baik itu tidak menyakiti hatinya.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Yang saya lakukan pertama, saya pasti marah apalagi di
sini yang sering abaikan dalam makan adalah kerupuk.
Mengambil kerupuk banyak amat dan itu nggak diabisin.
Dan biasanya saya akan benar-benar marah. Baik itu adik
kelas mau pun kakak kelas saya, saya akan mengambil
sikap tegas saya untuk seperti itu. Apalagi kita hidup di
sini menggunakan uang Baitul Mal. Dan saya bener-bener
gak mau mengecewakan orang yang sudah memberikan
infaq, sedekah buat kita belajar di sini.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang mempengaruhi saya sehingga seperti ini ialah ayat,
doktrin dan lingkungan asrama yang telah banyak
merubah perilaku saya.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Khoirul Fajar
Pendidikan Terakhir : Ponpes Darussalam- Pekalongan
Fakultas/Jurusan : FIDKOM / Management Dakwah
Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 13 April 2019
Jam : 10.00 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
94
Informan Alhamdulillah tahu, dan pernah mendengar.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Di surat al-Isra ayat 26 sampai 27 kan sudah jelas di sana
dijelaskan inna mubazzirina Kanu ikhwana Syayathin
sesungguhnya mubazir itu adalah temannya setan. Disitu
dijelaskan jika kita tidak mau berteman dengan setan ya
otomatis janganlah kita mubazir.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Menurut saya pribadi sih saya termasuk orang yang tidak
mubazir karena setiap saya makan, saya mengambil porsi
makan saya secukupnya. Hal itu bisa dibuktikan dengan
hasil setelah makan, tidak ada tersisa makanan di piring
atau di tempat saya makan tidak tersisa sedikitpun.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kita lihat dari berapa jumlahnya sedikit atau banyaknya
makan yang terjatuh tersebut, apabila sedikit terus jatuh di
tempat yang bersih bisa dimakan langsung. Jika apabila
jatuh di tempat kotor terus banyak itu dikumpulin, setelah
dikumpulin bisa kita berikan kepada hewan seperti ayam
atau yang lain.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Dalam menghargai makanan di asrama ini, salah satu
sikap saya adalah setiap makan itu kita sewajarnya gitu
tidak berlebih-lebihan dalam makanan walaupun itu
makanan itu enak atau biasa aja itu ya sekedarnya aja
jangan ketika makanannya enak kita ambil banyak, kalau
menurut saya kurang pas aja.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Jika saya makan bersama teman saya, mengambil makan
banyak terus ketika itu teman saya bilang kayaknya saya
tidak habis nih, apabila saya masih sanggup untuk
membantu makan, mungkin bisa berbagi separuh-separuh.
Namun apabila saya juga sudah nggak sanggup makan
lagi ya dinasehatin lah sebaiknya besok tidak seperti ini.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Mungkin untuk pertama kali melihat itu kita menasehati,
tapi kalau sudah berulang kali kita tegur dengan yang
95
tegas. Misalnya kamu gimana sih udah tahu nggak suka
kenapa ngambil banyak.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Salah satu yang yang mempengaruhi saya ialah
lingkungan sekaligus nasehat yang senantiasa Abi-abi
sampaikan sehingga doktrin tersebut menjadi kebiasaan
kami dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari termasuk
dalam hal ini perilaku makan. Seiring dengan pemahaman
ayat yang dari semenjak saya pesantren bahwa mubazir
termasuk perbuatan setan.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Edi Susilo Sugeng Riadi
Pendidikan Terakhir : SMAN 14 Berau-Kaltim
Fakultas/Jurusan : FAH / SPI
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 13 April 2019
Jam : 09.27 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Ayat yang berbicara tentang mubazir ya, kalau tidak salah
saya pernah dengar di al-Qur’an surah al-isra ayat 26
sampai 27, kalau nggak salah bunyinya seperti ini Innal
mubazziriina Kanu ikhwana syayathin.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Di sini Allah berfirman “dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya baik kepada
orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan” yang
paling ditekankan dalam ayat ini yaitu wala tubadzir
tabzira. Jadi janganlah kamu menghambur-hamburkan
harta secara boros.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Kalau untuk diri saya pribadi, saya masih nggak bisa
menyebutkan bahwa diri saya itu sudah nggak mubazir,
96
tapi saya berusaha untuk tidak mubazir. Karena kebetulan
saya di asrama jadi alhamdulillah lah, selain dari
dorongan saya pribadi untuk berusaha untuk tidak
membuang makanan ada juga dorongan dari Abi-abi.
Karena makanan yang dimakan diasrama juga dari infaq
masyarakat muslim seluruh dunia. Jadi, sangat ditekankan
untuk tidak mubazir bahkan kalau seumpama ada sisa nasi
atau roti yang ada di piring itu benar-benar harus
dihabiskan dengan sebersih-bersihnya.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kalau seumpamanya itu berbentuk lauk kemudian jatuh
dan nggak kotor kalau memang masih layak dimakan ya
saya makan nggak mungkin saya biarin begiru saja. Tapi
kalau seumpamanya dia bentuknya basah atau
seumpamanya satu atau dua butir nasi kemudian jatuh ke
bawah dan kotor ya tidak layak dimakan ya tidak saya
makan.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Dalam menghargai makanan saya pribadi ya,
alhamdulillah saya selalu berusaha untuk menghargai
sebuah makanan. Jadi kalau ada makanan memang layak
dimakan dan halal walaupun tuh dikasih teman ataui Abi
atau yang lain sebagainya pasti saya terima dan saya
makan.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Mungkin bisa mengingatkan dia, kalau memang bener-
bener dia nih pasti bakalan sisain makanan atau sama dia
bakalan dibuang nih. Kalau diri saya sendiri pasti akan
saya ingat ingatkan. Di sini saya bukannya menggurui tapi
saling merangkul dan saling mengingatkan satu sama lain.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Jika makanan semuanya masih layak dimakan kemudian
dibuang pasti saya tegur dong. Dari asrama kita sendiri itu
ditekankan buat tidak mubazir seperti yang sudah
dijelaskan diatas tadi. Selain itu, makanan yang ada di
asrama ini adalah dari infaq masyarakat muslim di
Indonesia dan di luar Indonesia. Kan sayang sekali kalau
seumpamanya dibuang-buang. Yang pastinya saya tegur
kalau dibuang, kemudian saya mencoba menjelaskan
mengenai masalah mubazir yang sudah pernah diajarkan
97
oleh ustadz-ustadz kita.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang mempengaruhi sikap dan perilaku saya salah
satunya ialah lingkungan yang alhamdulillah mengajarkan
saya banyak ilmu, yang terpenting kita di asrama
diajarkan bagaimana adab lebih diutamankan dari pada
ilmu. Sehingga, lingkungan menjadi nomor 1 setelah
doktrin dan kesadaran pribadi.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Syahlan Hidayat al-Farizi
Pendidikan Terakhir : MA Salafiyah Syafi’iyah-Tebuireng
Fakultas/Jurusan : Syari’ah dan Hukum/ PMH
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 10 April 2019
Jam : 20.40 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Mungkin ayat itu sering didengar, cuman terakhirnya
doang itu sering dikatakan oleh orang tua orang tua kita
guru-guru kita, kalau mubazir itu temannya setan.
Biasanya kalau waktu kecil kita selalu diomongin gitu
jangan gitu nanti mubazir karena mubazir teman setan.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Pemahaman saya tentang ayat mubazir ini adalah kita
tidak boleh bersikap berlebihan. Mubazir itu kan artinya
boros/berlebihan. Allah tidak menyukai sesuatu yang
berlebihan. Allah suka yang sedang-sedang saja tidak
kurang dan tidak berlebihan jadi yang sesuai kebutuhan
kita aja.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Mungkin karena melihat postur tubuh saya yang agak
besar, mungkin selama saya makan jarang lah mubazir
kalaupun mau menjurus kepada mubadzir mungkin saya
paksa sampai bener-bener habis dan itu pun ya mau nggak
mau sudah menjadi tanggung jawab kita untuk
98
menghabiskan.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kalau ada makanan terjatuh mungkin saya orangnya
doyan makan. Jadi pokoknya di piring itu bener-bener
bersih, harus bersih kayak gitu dari kecil, jadinya saya
kalau melihat makanan di piring atau jatuh disekitar saya
makan. Saya tidak tega mau meninggalkan pokoknya
piring itu harus bersih kayak baru dicuci lagi kinclong.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Dalam menghargai makanan, mungkin pertama kita
makan secukupnya terus kalau misalkan makanannya
kurang suka atau kurang dari ekspetasi, saya nggak
makan. Kalau menurut saya kurang tepat gitu ya kita
seharusnya mensyukuri, karena kalau sudah masuk ke
dalam perutkan keluar nya sama juga.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Mungkin saya sindir sindir dulu, kok kamu gitu sih,
makan nggak dihabisin. Seringlah temen mengambil
banyak makannya terus nggak habis. Kok dibuang gitu,
kan kasihan yang lain. Mana tau ada teman yang belum
makan, capek capek pulang dari kampus ketika lihat meja
makan kosong kan gimana rasanya gitu.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Ya seperti yang tadi, saya sindir-sindir dulu. Pokoknya di
beri saran sampai orang tersebut itu ngerasa gimana
rasanya kalau dia jadi orang lain yang ada haknya di situ.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang mempengaruhi saya bersikap dan berperilaku seperti
ini ialah doktrin dan lingkungan yang sangat terdidik
sehingga siapa saja yang bergaul akan ikut menjadi baik.
99
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : M. Yusuf Umar
Pendidikan Terakhir : Ponpes Darunnajah
Fakultas/Jurusan : FU / IAT
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 13 April 2019
Jam : 09.46 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Ayat yang berbicara tentang tabzir ya saya mengetahui
dan sering mendengar.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Pemahaman ayat secara keseluruhan sih belum pernah
lihat tafsirnya, tapi pemahaman secara umum saya tentang
tabzir atau yang familiar di kalangan masyarakat yaitu
istilah mubazir. Dimana kalau mubazir ini ditinjau dari
segi bahasanya yaitu menyia-nyiakannya sesuatu atau
berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi sesuatu, terus di
ayatnya disebutkan inna mubazziri kanu ikhwanassyayatin
berbuat mubazir dia termasuk bagian kawan-kawannya
setan.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Kalau pribadi saya ya, dalam makanan selalu menghindari
banget masalah mubazir, soalnya bisa ditinjau dari
berbagai aspek agama sosial ekonomi dan juga dari aspek
moral. Dan dari kecil ane udah diajarkan untuk
menghabiskan makanan sampai habis.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kalau makan terjatuh, kalau seandainya makanan yang
kering itu biasanya saya ambil terus dimakan lagi selama
masih melihat kondisi tempatnya bersihlah, nggak ada
lumpur nggak ada najis. Jika makanannya basah terus
jatuhkan nggak mungkin kita ambil kondisional aja jika
masih bisa dimakan, ya saya makan. Tapi jika tidak bisa
lagi dimakan ya saya buang ditempat yang nggak ada
orang lewat dengan niat takut melakukan mubazir.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
100
Informan Pertama, terkait mubazir itu sendiri sikap saya dalam
menghargai makanan sangat saya perhatikan baik dari
segi moral dan agama juga sosial juga terlebih lagi kalau
di asrama. Kenapa? Soalnya di asrama ini emang sumber
fasilitas yang ada di sini semuanya bukan kepemilikan
secara pribadi tapi kepemilikan umat. Karena sumbernya
dari Baitul Mal dan zakat infaq dan sebagainya.
Sebenarnya saya sendiri malah khawatir dan cukup
canggung seandainya ketika disuruh milih untuk makan
diasrama atau makan makan diluar. Dan biasanya saya
lebih memilih makan diluar. Soalnya lebih berat
tanggungan ketika makan diasrama. Karena tadi alasannya
kalau makan makan luar kan kita beli sendiri. Oke lah
percaya kita bisa pilihan tapi paling nggak pakai uang
sendiri dari uang kita. Emang kalau di asrama itu
sumbernya karena kolektif dari infaq sebagainya itu kita
harus menjaga banget jangan sampai mubazir.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Pertama diingatkan, karena mungkin latar belakang yang
beda-beda. Ada yang hal yang seperti yang kita istilahkan
dengan mubazir mungkin mereka biasa saja. Kita coba
lebih dekat aja dulu. Seandainya ada tanda-tanda mau
mubazir ya diingatkan. Dengan kata; coba di abisin satu
lagi itu masih ada nasinya. Dan ini saya mengingatkan diri
saya sediri juga untuk tidak mubazir.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Diingetin aja, apalagi terkait yang tadi yang dijelasin
diatas bahwa sumber makan asrama itu dari mana dan dari
mana dijelaskan agar tidak menyiakan makanan lagi. Dan
coba bandingkan sama temen-temen yang diluar teman-
teman sebaya kita yang tinggal di kosan di mana-dimana
kalau sarapan itu jarang juga makan nasi. Ya paling
gorengan sama kopi itu sarapan mereka. Kita udah
dijamin makan nasi, makan lauk sama teh tiap paginya,
masa iya dibuang-buang. Terkadang miris juga ada teman-
teman yang misalkan sarapannya cuma ngerokok sambil
ngopi, sampai-sampai makan siang sore di jamak diwaktu
malam.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Jika ditanyakan apa yang mempengaruhi sikap dan
101
perilaku saya, seperti yang telah saya jelaskan di atas,
bahwa yang paling banyak yang mempengaruhi saya
seperti ini ialah lingkungan dan pemahaman ayat yang
telah saya pelajari selama ini. dan ditambah dengan
kesadaran pribadi.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Dhiyaul Haq
Pendidikan Terakhir : At-Taqwa- Bekasi
Fakultas/Jurusan : FDI
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 16 April 2019
Jam : 07.50 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Saya pernah mendengar dan pernah mengetahui yang
didalam QS. al-Isrā’ ayat 26-27, ketika saya belajar di
Pesantren.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Ayat ini menjelaskan bahwa kita sebagai manusia jangan
menyia-nyiakan makanan atau rezeki yang diberikan oleh
Allah SWT. Karena ketika kita menyia-nyiakan nikmat
tersebut disaat itu lah kita termasuk bagian dari temannya
setan seperti yang dijelaskan dalam ayat tersebut
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Untuk saya pribadi mungkin pernah mubazir tapi, akhir-
akhir ini setelah masuk pesantren Sulaimaniyah mencoba
untuk menjahui yang namanya perbuatan tabzir ini.
Seperti makan sesuai dengan porsi saya dan lain
sebagainya.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Ya pastinya saya ambil, jika masih bersih saya makan
tetapi jika sudah kotor saya berikan ke hewan jika ada dan
kalau sudah tidak layak saya buang di tempat yang sudah
disediakan.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
102
Informan Pertama, kita menerima apa yang ada, yang diberikan oleh
pihak asrama, misalkan makan dengan A ya kita makan
A, begitu juga makan dengan B ya kita makan B. Dan
untuk menghargainya jangan makan terlalu banyak karena
dikhawatirkan mubazir.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Saya pribadi akan menesehatinya, bahwa perbuatan yang
dilakukan tidak sejalan dengan agama kita.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Ini sebenarnya masalah yang sangat krusial, karena diluar
sana banyak yang tidak bisa makan tapi kita disini sudah
disediakan makan patutlah untuk bersyukur atas nikmat
yang Allah berikan.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang paling signifikan ialah lingkungan sekitar yang
mempengaruhi tindak dan perilaku saya. Sehingga ayat
yang telah ada dikuatkan dengan lingkungan yang agamis.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Ahmad Karomi
Pendidikan Terakhir : Ponpes Az-Ziyadah-Jakarta
Fakultas/Jurusan : FSH / PMH
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 15 April 2019
Jam : 07.37 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan ya saya tahu
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Jadi menurut pemahaman saya tentang ayat-ayat tabzir ini
adalah untuk peringatan bagi seseorang untuk jangan
mubazir atau menyia-nyiakan apa yang telah diberikan
oleh Allah Ta'ala karena dalam ayat tersebut disebutkan
kanu ihwanasysyathin dari pada saudaranya setan. Jadi,
103
segala hal-hal yang buruk itu dikaitkan dengan setan.
Maksudnya jangan sampai kayak setan.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Ya kalau saya nggak ya, soalnya saya kalau makan itu
dikit tapi ketika pengen nambah jadi tinggal nambah lagi
dikit gitu nggak langsung banyak ya mungkin hanya
kadang-kadang gitu aja kayak misalkan puasa-puasa agak
banyak kita makannya.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kalau makanan saya terjatuh biasanya tuh, makan nasi 1
butir 2 itu biasanya saya comot lagi. Saya ambil lagi saya
makan lagi kalau sayur-sayuran tumpah masa di jilatin
kan nggak mungkin juga tergantung tergantung
makanannya.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Kalau dalam asrama ini sangat dihargai seharusnya ya
soalnya ini bukan dari 1 atau 2 orang yang menyalurkan
zakat dan sedekahnya ke asrama. Bisa ratusan orang
bahkan mungkin bisa ribuan. Intinya itu kita nggak boleh
menyia-nyiakan sebutir makanan pun karena siapa tahu
juga di situ terdapat keridhaan Allah ta'ala dari makanan
sisa sisa kita.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Biasanya sikap saya tuh, ya udahlah sini bagi setengah-
setengah kita habisin bareng-bareng
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Ya, kalau dia membuang makanan untuk konteks di
asrama sih ya pertama simpan aja dulu, saya bilang jangan
dibuang dulu, nanti kalau udah kira-kiranya laper lagi bisa
dimakan lagi, lagian kalau diberikan ke orang juga nggak
bakal mau kan bekas dia dan kalau misalkan dia udah
terlanjur dibuang makanan tempat sampah peringatan ya
aja sih. Kasih saran itu jangan dibuang gitu aja kan sayang
makanan dibuang gitu aja banyak yang gak makan kan
ente malah buang-bunag makanan.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
104
itu? Berikan alasan!
Informan Salah satu yang sangat mempengaruhi saya ialah
lingkungan dan doktrin yang selama ini didengar dan
sekaligus di praktekkan dalam kehidupan asrama.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Bobi Ahmad Habibi
Pendidikan Terakhir : Pesantren Modern Umul Quro Al-Islami- Bogor
Fakultas/Jurusan : FDK / Management Dakwah
Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 13 April 2019
Jam : 09.16 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Ya saya mengetahui ayat yang berbicara tentang tabzir
atau mubazir yang terdapat pada surat al-isra ayat 26-27,
redaksinya kurang lebih begini Inanal mubazziri kanu
ikhwanas syayathini dan seterusnya ayat ini berbicara
tentang bagaimana kita memberikan apa yang kita miliki
agar kita diwajibkan untuk bersedekah dan diberikan
kepada keluarga-keluarga dekat kemudian kepada orang
miskin dan orang-orang dalam perjalanan musafir dan
jangan kamu menghambur-hamburkan harta. Nah, ini
bukti Allah memerintahkan kita untuk jangan tabzir
jangan menghambur-hamburkan harta karena boros itu
merupakan saudaranya setan.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Perilaku tabzir atau boros, kalau menurut saya tabzir itu
bisa terbagi menjadi 2 ada yang boros yang menghambur-
hamburkan harta benda, orang yang boros dan
menghambur-hamburkan harta, kalau orang yang
menghambur-hamburkan harta itu mereka orang-orang
yang mempunyai kelebihan dalam hartanya kemudian dia
tidak memanfaatkan hartanya untuk yang lebih penting
tapi dia cenderung pada menghambur-hamburkan
sedangkan orang yang boros dia udah pas-pasan kemudian
dia lebih mengutamakan keinginan bukan kebutuhan.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
105
Informan Kalau saya nggak bisa mastiin ya, bahwa saya bener-bener
sudah tidak tabzir karena terkadang untuk tidak tabzir itu
dizaman sekarang susah. Menurut saya pribadi seperti itu,
kadang 1 butir nasi pun yang ada dalam piring kita itu
termasuk tabzir karena pada hakikatnya nya kalau orang
ingin dikatakan tidak tabzir berarti harus benar-benar tidak
menyisakan makanan sedikitpun maka saya
memproklamirkan diri saya belum sepenuhnya untuk bisa
jauh dari tabzir atau mubazir.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Kalau tentang makanan terjatuh kalau makanan itu masih
bisa terlihat misalkan lauk atau kerupuk itu masih saya
ambil tapi kalau untuk sebutir nasi kadang saya nggak
ambil, karena sebutir nasi mungkin kita selalu
menyepelekan dari yang terkecil tersebut. Dan ini juga
sebagai pelajaran buat saya untuk tidak menyepelekan hal
yang terkecil tersebut. Jika yang keliatan atau masih bisa
terlihat kayak lauk atau kerupuk itu saya ambil.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Untuk menghargai makanan ya, saya cukup menghargai
makanan karena makanan itu di sediakan itu wajib lah kita
untuk menghargai makanan karena kita tahu kan
bawasannya makanan itu, melewati berbagai macam
proses yang mestinya kita harus menghargai makanan dan
saya pun Insya Allah saya selalu menghargai makanan
selama itu cocok dengan lidah saya saya makan kalau
nggak cocok saya nggak makan.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Kalau saya tahu dan saya sadar kalau dia udah perilakunya
menjurus kepada tabzir saya berusaha untuk
mengingatkan. Diasrama kita tidak boleh loh kalau
semisalkan kita membuang-buang nasi, nanti ini kita
ingetin tapi cara mengingatkan dengan cara yang
sederhana tidak menggurui kemudian dengan cara
merangkul adalah salah satu cara atau metode yang baik
kepada teman sebaya atau kepada kakak kelas maupun
adek kelas.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Saya sih paling cuman mengingatkan, karena saya juga
terkadang pengingatan tazkir itu tuh nggak hanya kita ke
106
orang tapi tazkir itu fainna zikra tanfa'ul mu'minin
mengingatkan diri kita juga. Dan ketika melihat orang
yang udah membuang makanan kita saling mengingatkan
dia sekaligus juga mengingatkan diri kita supaya kita di
sini nggak jadi orang yang munafik ketika kita mungkin
dalam suatu kondisi yang darurat kita membuang
makanan juga.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang mempengaruhi saya berperilaku ialah lingkungan
dan doktrin serta kesadaran pribadi. Alhamdulillah tinggal
di lingkungan yang baik sehingga kita ikut menjadi lebih
baik.
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Didik M. Aji
Pendidikan Terakhir : SMA N 3 Karawang
Fakultas/Jurusan : FITK / PAI
Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 13 April 2019
Jam : 18.37 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Kalau ayatnya sih nggak pernah denger, nggak pernah
tahu. Tapi kalau penjelasannya tentang tabzir tadi itu
sering mendengar.
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Ayat tabzir ini menjelaskan bahwa kita sebagai manusia
tidak boleh menyia-nyiakan rezeki yang telah Allah
berikan kepada kita. Menyia-nyiakan makanan dengan
membuang-buang nya seolah-olah nggak mensyukuri apa
yang telah Allah berikan.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Kalau dalam makan biasanya dilihat dulu makanannya
disukai apa enggak, kalau enggak disukai biasanya lebih
baik menghindari tapi kalau suka ya makan. Jadi lebih
baik menghindari daripada nanti diambil tapi dibuang.
107
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Biasanya kalau makanannya kering diambil lagi, tapi
kalau makannya makanan basah langsung dibuang di
tempat sampah biasanya.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Menghargai makanan ya, dengan makan secukupnya atau
sebutuhnya nggak berlebih-lebihan dan nggak juga
berkurang. Terutama kalau misalkan makanan yang nggak
suka ya udah jangan jangan coba-coba untuk mengambil.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Kalau melihat teman takut menjurus kepada mubazir lebih
baik di bantu jika kitanya juga masih lapar atau masih
mampu buat bantuin kita bantu buat menghabiskan
makanan.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Pastinya ditegur, tapi ditegurnya ya secara halus mungkin
jangan di depan orang-orang, tapi dalam keadaan berdua.
Ditegur lalu mencoba nasehatin dikasih tahu harusnya
jangan dibuang langsung dibuang tapi tanyakan dulu
kepada temannya misalkan ada yang mau ditawarkan
jangan di buang.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Yang mempengaruhi saya dalam berperilaku sehari-hari
ialah lingkungan yang memadai, doktrin yang selalu di
sampaikan oleh semua Abi-abi dan dikuatkan dengan
pemahaman ayat yang selama ini saya pelajari.
108
TRANSKIP WAWANCARA
Nama : Moch. Malikuzzahir
Pendidikan Terakhir : Ponpes Al-Amanah- Jawa Timur
Fakultas/Jurusan : FAH / Sejarah Islam
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 25 April 2019
Jam : 09.03 WIB
Materi Wawancara
Peneliti Apakah anda mengetahui ayat yang berbicara tentang
tabżīr?
Informan Alhamdullillah saya tahu dan hafal dengan ayat yang
berbicara tentang tabzir
Peneliti Bagaimana pemahaman anda tentang ayat tabżīr ini?
Informan Yang saya pahami tentang ayat tabzir ini adalah jangan
lah kalian boros, karena sesungguhnya boros itu perbuatan
setan dan didalam hartamu terdapat juga harta orang lain.
Pertama, orang yang terdekat kita, kedua hak kepada
orang-orang miskin, orang sedang berpergian atau
musafir. Ketahui lah setiap dalam rezeki kita itu bukan
hanya milik kita, karna didalam rezeki itu ada hak orang
lain. Jadi, intinya kita tidak boleh menghambur-
hamburkan harta kita. Setidaknya, didalam ayat tersebut
secara makna tersirat kita itu diperintahkan untuk
bersedekah kepada orang-orang terdekat kita dan yang
telah saya paparkan tadi. Dan sifat tabzir ini adalah
perbuatan tercela dan salah satu sifat dari setan.
Peneliti Bagaimana perilaku makan anda apakah termasuk dalam
mubażīr? Jika tidak berikan alasan!
Informan Menurut saya, makanan yang saya makan itu insyaallah
tidak mubazir karena menurut saya selalu mengambil
sesuai porsi saya. Jadi setidaknya, kalau saya pribadi
apabila saya tidak tahu makanan itu, saya akan mencoba
sedikit, jika sesuai dengan selera saya akan saya tambah.
Ketika makanan itu enak dan saya tahu rasa sebelumnya
maka saya akan mengambil sesuai porsi saya.
Peneliti Bagaimana sikap anda jika makanan yang anda makan
terjatuh?
Informan Yang pertama kita harus melihat kondisi dimana tempat
makanan itu jatuh, ketika makanan kita jatuh dalam
keadaan masih bisa untuk dimakan maka saya makan.
Tetapi jika ditempat yang kotor atau bernajis tidak saya
makan. Makanya kita makan secara berhati-hati. Karena
109
sesungguhnya setiap makanan itu ada hak nya untuk
dimakan.
Peneliti Bagaimana sikap anda dalam menghargai makanan?
Informan Sikap saya terhadap makanan, yang pertama, saya pribadi
ketika ada makanan yang tidak saya sukai saya bersegara
menawarkan kepada yang lain untuk segera dimakan. Dan
jika melihat makanan yang tidak dimakan setidaknya kita
berikan kepada orang yang membutuhkan sehingga tidak
terbuang sia-sia.
Peneliti Bagaimana cara anda mengatasi jika mengetahui
temannya menjurus kepada mubażīr?
Informan Pertama saya ingatkan, mungkin dia tidak tahu perilaku
dia telah menjurus kepada mubazir, maka kita sebagai
orang yang mengetahui wajib bagi kita untuk
menyampaikan.
Peneliti Apa yang anda lakukan jika temannya membuang
makanan atau menyisakan makanan?
Informan Apabila saya mengetahui teman saya tidak habis, saya
benar-benar menyuruhnya untuk menghabiskan, karena
sudah menjadi tanggung jawabnya untuk menghabiskan
makanan tersebut dan yang telah mengambil begitu
banyak sehingga tidak habis. Dan saya sangat marah
kepadanya.
Peneliti Apa yang mempengaruhi anda (ayat, doktrin atau
lingkungan) sehingga anda bersikap/berperilaku seperti
itu? Berikan alasan!
Informan Menjadi nilai plus yang tinggal di lingkungan yang baik,
berapa banyak orang yang terpengaruh oleh
lingkungannya sehingga terjerumus dalam kehinaan.
Salah satu di antara yang mempengaruhi perilaku saya
ialah lingkungan yang alhamdulillah semenjak dari
pesantren dan sekarang tinggal lagi di pesantren
mahasiswa yaitu UICCI Sulaimaniyah. Sehingga apa yang
telah dipelajari selama ini terealisasikan di lingkungan
yang agamis.
110
Izin Operasional Pondok Pesantren UICCI Sulaimaniyah
111
Surat Bukti Penelitian
112