pelestarian koleksi buku fiksi pada perpustakaan umum kota...
TRANSCRIPT
Pelestarian Koleksi Buku Fiksi
Pada Perpustakaan Umum Kota Depok
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sajana Ilmu
Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Ulfa Rachmawati
NIM. 11150251000081
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2019
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Ulfa Rachmawati (NIM. 11150251000081). Pelestarian Buku Fiksi Pada
Perpustakaan Umum Kota Depok. Di bawah bimbingan Nuryudi, MLIS.
Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2019.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan koleksi buku fiksi,
proses pelestarian, dan kendala-kendala yang dihadapi Perpustakaan Umum Kota
Depok dalam melaksanakan pelestarian koleksi buku fiksi. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan
dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah empat orang yang terdiri dari
Kepala Bagian Perpustakaan, Bagian Preservasi, dan dua orang Bagian Penanggung
Jawab Layanan. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor penyebab kerusakaan buku
fiksi adalah faktor manusia karena kurangnya bimbingan pemakai, kualitas kertas yang
kurang baik dan faktor biologi. Proses pelestarian buku fiksi adapun jenis fiksi yang
sering mengalami kerusakan yaitu novel dan jenis kerusakannya paling berat yaitu
hilang halaman, di dalam pencegahannya adalah berupa prioritas dalam pemberian
sampul plastik pada koleksi fiksi. Perbaikan yang dilakukan yaitu dengan penjilidan,
pengeleman dan pengepresan. Ada pula kendala dalam pelestarian buku fiksi yaitu
sumber daya manusia terbatas, tidak memiliki ruang khusus untuk perbaikan koleksi,
tidak ada anggaran khusus, serta pengetahuan pustakawan tentang pelestarian masih
minim. Adapun solusi yang dilakukan oleh pustakawan pelestarian yaitu dengan
membuat peralatan seperti alat untuk pres buku.
Kata kunci : Pelestarian bahan pustaka, fiksi, Perpustakaan Umum Kota Depok
v
ABSTRACT
Ulfa Rachmawati (NIM. 11150251000081). Preservation Of Fiction Books In
Depok Public Library. Under the guidance of Nuryudi, MLIS. Library Science
Study Program of the Faculty of Adab and Humanities Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta 2019.
This thesis aims to determine the cause of damage to the fiction collection, preservation
process, and constraints faced by the public library of Depok City in carrying out the
preservation of the fictional book collection. This research is a descriptive study using
qualitative research approach methods. The data collection techniques used are
interviews, observations and documentation. The informant in this study amounted to
four people consisting of the head of the library section, the Preservation section, and
two persons of the service charge. The results showed a breakdown of the collection
that took place every day about 15 books and more came from the library around. The
type of fiction that often has damage is the novel and the most severe damage that is
missing the page. The factors of the fictional book are human factors, lack of good
paper quality and biological factors. The process of preservation of fiction books in the
prevention is a priority in the provision of plastic covers in the fictional collection.
There are also constraints in the preservation of fiction books that are limited human
resources, no special budget, as well as librarian knowledge about preservation is still
minimal. The solution is done by librarian preservation by making equipment such as
tools for book press.
Keywords: Preservation of library materials, fiction, Public library Depok
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur penulis ucapkan atas karunia, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pelestarian Koleksi
Buku Fiksi di Perpustakaan Umum Kota Depok” dengan baik guna untuk memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana.
Penulis menyadari tentunya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat kekurangan dalam penyusunannya. Akan tetapi penulis berupaya semaksimal
mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi pembaca khususnya Program Studi Ilmu
Perpustakaan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Saiful Umam, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Siti Maryam, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Amir Fadhilah, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Ilmu
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
5. Bapak Nuryudi, MLIS., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
membantu membimbing dan memberikan arahan serta saran dan support
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Alfida, MLIS., selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat untuk penulis.
8. Bapak Rudi Suhartono, selaku Bagian Pelestarian Bahan Pustaka yang telah
bersedia untuk membantu dalam memberikan informasi terkait penelitian
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Pihak Perpustakaan Umum Kota Depok yang bersangkutan, Kepala bidang
Perpustakaan beserta staf yang bersedia untuk memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di Perpustakaan Umum Kota Depok.
10. Kedua orang tua, Papa Sunaryo dan Ibunda Sukasti serta keluarga besar Sunasti
family senantiasa atas do’a, semangat serta kasih sayang yang tidak pernah
putus hingga detik ini.
11. Doni Dwi Janarko yang telah memberikan support, do’a dan semangat tanpa
lelah hingga saat ini kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
12. Kepada sahabat-sahabatku sahabat Parkur, Team Julid, sahabat Atas Nama
Mba Imas, sahabat Squad SMA (DUS) yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu terimakasih telah memberikan dukungan, semangat kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
viii
13. Kepada teman seperjuangan di Prodi Ilmu Perpustakaan angkatan 2015,
khususnya teman seperjuangan Jipers C 2015 semoga kita semua selalu
diberikan nikmat dan karunia-Nya serta bermanfaat bagi orang-orang sekitar.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................ ii
ABSTRAK .................................................................................................................. iv
ABSTRACT ................................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah .......................................................................................... 9
C. Rumusan Masalah .............................................................................................. 9
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 9
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 10
F. Definisi Istilah .................................................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 11
BAB II ........................................................................................................................ 13
TINJAUAN LITERATUR ....................................................................................... 13
A. Perpustakaan Umum ........................................................................................ 13
1. Definisi Perpustakaan Umum ....................................................................... 13
2. Tujuan Perpustakaan Umum ........................................................................ 14
3. Fungsi Perpustakaan Umum ......................................................................... 15
B. Pelestarian Bahan Pustaka................................................................................ 16
1. Definisi Pelestarian Bahan Pustaka .............................................................. 16
2. Tujuan dan Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka ............................................. 17
3. Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ................................................ 20
x
4. Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka ........................................................ 28
5. Upaya perbaikan bahan pustaka ................................................................... 33
C. Fiksi .................................................................................................................. 35
1. Definisi fiksi ................................................................................................. 35
2. Jenis-jenis koleksi fiksi ................................................................................ 36
D. Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 39
BAB III ....................................................................................................................... 41
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 41
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian....................................................................... 41
B. Sumber Data ..................................................................................................... 42
1. Data Primer ................................................................................................... 42
2. Data Sekunder .............................................................................................. 43
C. Informan Penelitian .......................................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 44
E. Keabsahan data................................................................................................. 46
F. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 47
G. Instrument Penelitian ....................................................................................... 49
H. Tempat Penelitian............................................................................................. 49
I. Waktu Penelitian .............................................................................................. 50
BAB IV ....................................................................................................................... 51
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................................... 51
A. Profil Objek Penelitian Perpustakaan Umum Kota Depok .............................. 51
1. Sejarah Perpustakaan Umum Kota Depok ................................................... 51
2. Visi dan Misi Pepustakaan Umum Kota Depok ........................................... 52
3. Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Kota Depok ................................ 53
4. Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum Kota Depok .......................... 54
5. Koleksi Perpustakaan Umum Kota Depok ................................................... 54
6. Layanan Perpustakaan Umum Kota Depok ................................................. 55
B. Hasil Penelitian ................................................................................................ 62
C. Pembahasan .................................................................................................... 102
xi
BAB V ....................................................................................................................... 114
PENUTUP ................................................................................................................ 114
A. Kesimpulan .................................................................................................... 114
B. Saran ............................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 117
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerusakan lepas halaman .......................................................................... 75
Gambar 2. Kerusakan hilang cover ............................................................................. 76
Gambar 3. Kerusakan lepas cover ............................................................................... 77
Gambar 4. Kerusakan karena lem perekat .................................................................. 78
Gambar 5. Kerusakan pada sampul buku .................................................................... 78
Gambar 6. Kerusakan pada punggung buku ............................................................... 84
Gambar 7. Perbaikan dengan melakban ...................................................................... 85
Gambar 8. Setelah buku diperbaiki ............................................................................. 86
Gambar 9. Kerusakan lepas halaman .......................................................................... 87
Gambar 10. Pemberian lem pada halaman .................................................................. 88
Gambar 11. Pemberian Lem Aibon pada Punggung Buku ......................................... 89
Gambar 12. Merekatkan Halaman dengan Cover ....................................................... 89
Gambar 13. Pengepres-an Buku .................................................................................. 90
Gambar 14. Pemotongan Sisi Luar Halaman .............................................................. 91
Gambar 15. Buku Setelah diperbaiki .......................................................................... 92
Gambar 16. Kerusakan Lepas Cover .......................................................................... 93
Gambar 17. Perbaikan Cover yang Terlepas............................................................... 93
Gambar 18. Setelah di perbaiki ................................................................................... 94
Gambar 19. Hilang Halaman....................................................................................... 95
Gambar 20. Lepas Halaman ........................................................................................ 97
Gambar 21. Perbaikan Halaman Robek ...................................................................... 98
Gambar 22. Proses menyatukan halaman dengan hecter ............................................ 98
Gambar 23. Proses merekatkan lem aibon .................................................................. 99
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Informan ........................................................................................................ 44
Tabel 2. Koleksi Perpustakaan .................................................................................... 54
Tabel 3. Kerusakan Fiksi Per tanggal 25 Juni 2019 .................................................... 65
Tabel 4. Koleksi Paling Sering di Pinjam per Oktober 2019 ...................................... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan suatu lembaga penyedia informasi yang
disediakan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan.
Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, karya
rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi bagi para
pemustaka.1 Dapat dikatakan bahwa perpustakaan bertugas untuk menyediakan
informasi berupa koleksi yang disediakan didalamnya untuk memenuhi
kebutuhan pemustaka yang tidak ada batasan waktu tertentu yang artinya boleh
dengan mudah mencari informasi kapan pun pemustaka inginkan. Di dalam
sebuah perpustakaan terdapat layanan yang disediakan untuk penggunanya.
Perpustakaan tanpa layanan merupakan hal yang kurang sempurna, sebab
sudah menjadi tugas perpustakaan untuk menyediakan koleksi atau bahan
pustaka dan memastikan agar selalu tersedia apabila dibutuhkan oleh
penggunanya. Terdapat banyak jenis perpustakaan yang menunjang kebutuhan
informasi penggunanya, salah satunya adalah perpustakaan umum.
Perpustakaan yang pada dasarnya memang disediakan untuk umum tanpa
membeda-bedakan penggunanya.
1Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan.
2
Menurut IFLA General Conference dikutip oleh Sulistyo Basuki
perpustakaan umum adalah sebuah perpustakaan yang didirikan dan dibiayai
oleh pemerintah daerah atau dalam kasus tertentu oleh pemerintah pusat atau
badan lain yang diberikan wewenang untuk bertindak atas nama badan, tersedia
untuk masyarakat dan bagi siapa yang ingin menggunakannnya tanpa
diskriminasi.2 Perpustakaan umum akan terus berkembang seiring dengan
berjalannya waktu karena kebutuhan informasi penggunanya semakin
meningkat. Perpustakaan umum sebagai perpustakaan yang tidak lupa
menyediakan koleksi bahan pustaka untuk memenuhi penggunanya.
Bahan pustaka atau koleksi di dalam perpustakaan adalah unsur penting
di dalam suatu sistem perpustakaan selain dari gedung, sumber daya manusia,
dan sarana prasarana di perpustakaan. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan
dalam penyelenggaraan layanan perpustakaan yang baik. Perpustakaan
merupakan salah satu kunci dari ilmu pengetahuan juga sebagai media untuk
melakukan kegiatan menyimpan, mengelola, dan temu kembali informasi baik
yang tercetak maupun terekam yang dapat memberikan kontribusi dalam
peningkatan wawasan masyarakat pada umumnya.3 Di dalam sebuah
perpustakaan bahan pustaka merupakan bagian penting, maka harus
dilestarikan karena memiliki nilai yang mahal. Dilihat dari pentingnya
informasi yang terdapat di dalam bahan pustaka, maka perlu dilakukan
2Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. (Jakarta: Gramedia, 2013) h. 62 3 Mangundap V. V., Warouw, D. M., & Golung, A. M. “Manajemen Pengolahan Bahan Pustaka,
Untuk Efektivitas Penggunaan Koleksi UPT Perpustakaan Unika De La Salle Oleh Mahasiswa
Fakultas Ekonomi”, Jurnal Acta Diurna. Vol.7, No.3 (2018) h. 2.
3
perawatan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan serta dapat digunakan
dalam jangka yang panjang. Untuk jenis bahan pustaka dalam bentuk tercetak
yaitu seperti buku, serial, naskah, surat kabar, dokumen serta bahan pustaka
lainnya. Perlu untuk mengetahui kondisi dari bahan pustaka itu sendiri, seperti
keadaan bahan pustaka masih baik, dan bahan pustaka yang sudah mengalami
kerusakan.
Nurgyantoro mengartikan karya fiksi sebagai prosa naratif yang bersifat
imajinatif, namun masuk akal dan mengandung kebenaran yang
mendramatisasi hubungan-hubungan antara manusia. Kebenaran di dalam
dunia fiksi merupakan kebenaran yang sesuai dengan keyakinan pengarang,
kebenaran yang telah di yakini keabsahannya. Pada umumnya karya fiksi
bercerita mengenai sebuah tokoh dan perbuatan tokoh sehari-hari.4 Koleksi
fiksi merupakan koleksi yang banyak diminati oleh pemustaka. Begitupun
dengan koleksi bahan pustaka fiksi yang penting keberadaannya di dalam suatu
perpustakaan sebab koleksi tersebut merupakan koleksi hiburan dan memberi
pengetahuan untuk penggunanya. Maka dari itu perlu untuk dilestarikan.
Menurut Ibrahim istilah preservasi/ pelestarian berarti penanganan yang
berhubungan langsung dengan benda, kerusakan oleh udara lembab, faktor
kimiawi, serangan dari mikroorganisme yang harus dihentikan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.5 Pelestarian merupakan suatu usaha dalam pengawetan,
4Burhan, Nurgiyantoro. Teori Pengkaji Fiksi. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995) h. 5 5Ibrahim, A. Perawatan dan pelestarian bahan pustaka. Khizanah al-Hikmah: Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, Vol.1 No. 1 (2013), h 77-90.
4
perlindungan atau perawatan dari kerusakan dan mencegah dari kemusnahan
suatu sumber-sumber alam.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pelestarian adalah perlindungan,
pemeliharaan dari kemusnahan dan kerusakan. Pelestarian merupakan semua
aktifitas yang bertujuan untuk memperpanjang masa pakai bahan pustaka dan
informasi di dalamnya.6 Pelestarian bahan pustaka yang merupakan bagian dari
perpustakaan memiliki unsur pelestarian dalam bentuk fisik dan nilai informasi.
Pelestarian dalam bentuk fisik seperti dilakukannya pemeliharaan, perawatan,
perbaikan dan pengawetan untuk bahan pustaka. Sedangkan pelestarian pada
nilai informasi dilakukan melalui alih media. Kegiatan pelestarian terdiri dari
dua aspek yaitu aspek pelestarian fisik dokumen dan aspek pelestarian terhadap
informasi yang terkandung di dalamnya.
Berdasarkan pernyataan diatas dalam pelestarian bahan pustaka terdapat
dua hal yang harus di perhatikan yaitu, mempertahankan bentuk fisik dan
mempertahankan informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut.
Namun, mempertahankan bentuk fisik dari bahan pustaka lebih sulit, karena
faktor usia bahan pustaka yang sudah lama serta fisik yang sering di sentuh dan
digunakan oleh banyak pengguna membuat bahan pustaka tersebut lebih cepat
rusak. Untuk bahan pustaka yang terbuat dari kertas akan mudah terbakar,
rusak, robek dan terkena noda. Adapun mutu dari suatu kertas yang dapat
6Bahasa, P. P. P. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, (2001), h 935
5
memperlihatkan cepat lambatnya kerusakan. Selain itu, iklim dan cara
perawatannya pun ikut mempengaruhinya.
Adapun tujuan dari pemeliharaan bahan pustaka yaitu menyelamatkan
nilai informasi yang terdapat di dalam setiap bahan pustaka, menyelamatkan
bentuk fisik bahan pustaka dan dokumen, serta untuk menjaga kerapihan bahan
pustaka. Apabila pelestarian bahan pustaka dilakukan secara rutin dan baik,
maka hasil yang di rasakan oleh perpustakaan begitu beragam mulai dari
pandangan pengguna perpustakaan yang melihat bahan pustaka tersusun rapi
dalam kondisi baik serta dapat mengurangi anggaran untuk pembelian bahan
pustaka karena bahan pustaka akan awet jika dilakukan perawatan yang di
maksud adalah menjaga perpustakaan hingga koleksi yang terdapat di
dalamnya. Apabila menjaga koleksi tersebut dengan baik, maka dapat
memperpanjang umur koleksi. Dan apabila telah dilakukan perbaikan oleh
pihak perpustakaan terkait koleksi perpustakaan maka pemustaka di haruskan
untuk menjaga koleksi tersebut agar tetap dalam kondisi baik dari segi luar
maupun isi dari koleksi tersebut agar dapat dimanfaatkan oleh banyak
pengguna perpustakaan.
Kerusakan merupakan salah satu masalah utama yang sering di
khawatirkan oleh perpustakaan karena sebagian besar bahan pustaka
merupakan buku yang terbuat dari kertas dengan bermacam kualitas. Maka dari
itu permasalahan yang dialami pun akan bervariasi. Usaha untuk
menyelamatkan bahan pustaka dari kerusakan dan kehancuran terdiri dari 3
6
unsur yaitu: Pelestarian, perbaikan dan pemeliharaan.7 Pentingnya pencegahan
bahan pustaka dari kerusakan di suatu perpustakaan memiliki tujuan agar bahan
pustaka yang mayoritas berupa buku tersebut tidak mengalami kerusakan yang
semakin parah. Pencegahan bahan pustaka yang dilakukan sedini mungkin
dapat meminimalisir kerusakan dari berbagi faktor. Kesadaran masyarakat
pengguna perpustakaan penting dalam hal merawat koleksi. Oleh karena itu
masyarakat dan perpustakaan perlu melakukan pencegahan kerusakan koleksi
demi kepentingan dan kenyamanan bersama.
Dalam hal pencegahan semua jenis perpustakaan hendaknya dapat
melaksanakan dengan baik, termasuk perpustakaan umum. Seperti yang telah
diketahui perpustakaan umum sebagai sarana penyedia informasi untuk
melayani kebutuhan informasi seluruh lapisan masyarakat. Dapat dikatakan
bahwa perpustakaan umum memiliki peran penting bagi masyarakat. Oleh
sebab itu memiliki tugas untuk menghimpun, memelihara dan
mendayagunakan atau mengusahakan agar bahan pustaka memiliki bermanfaat
untuk kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu perpustakaan umum memiliki
tujuan sebagai pusat informasi untuk mendukung proses kegiatan pembelajaran
agar terciptanya masyarakat yang mengerti akan pentingnya suatu informasi.
Dalam penelitian ini, penulis memilih koleksi buku fiksi sebagai objek
penelitian dengan alasan yaitu koleksi ini dikenal sebagai koleksi yang dicari
untuk melepaskan kejenuhan karena sifat koleksi tersebut adalah hiburan,
7 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja, (Jakarta: Grasindo,
2007), h.71.
7
namun tetap saja penggunaan koleksi ini harus secara bijak tanpa
mengesampingkan koleksi yang lebih menunjang kegiatan pembelajaran
lainnya. Bukan berarti karena sifatnya tersebut koleksi ini tidak menjadi
perhatian lebih bagi pengguna dan perpustakaan. Oleh karena itu kandungan
nilai informasi di dalamnya maupun fisik buku fiksi tersebut juga penting.
Salah satu perpustakaan yang penulis ketahui menyediakan koleksi fiksi
dengan jumlah yang cukup banyak yaitu Perpustakaan Umum Kota Depok.
Walaupun tidak memiliki ruangan khusus untuk koleksi fiksi, namun koleksi
fiksi tersebut tertata dengan semestinya di ruang koleksi. Koleksi buku fiksi
yang berada di Perpustakaan Umum Kota Depok berjumlah 17.000 eksemplar/
15.000 judul. Koleksi tersebut terbagi di dalam ruang koleksi, perpustakaan
keliling dan koleksi tandon.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang ditemukan penulis
pada Perpustakaan Umum Kota Depok yaitu koleksi fiksi dalam keadaan
banyak yang mengalami kerusakan di dalam rak maupun yang menumpuk
diatas meja ruang kerja pustakawan, akan tetapi usaha dalam perbaikan koleksi
yang kurang baik dan membutuhkan waktu lama. Koleksi tersebut merupakan
koleksi yang dapat dikatakan mengalami kerusakan yang cukup berat namun
belum diketahui secara pasti jumlahnya. Terdapat pula koleksi yang rusak serta
debu disela-sela rak tempat koleksi tersebut diletakkan. Kerusakan yang terjadi
besar disebabkan oleh tangan manusia, namun cara memperbaiki koleksi
tersebut pun ikut berpengaruh terhadap kerusakan yang terjadi setelahnya.
Melihat dari segi fungsi perpustakaan umum yaitu perpustakaan yang memang
8
di peruntukkan untuk khalayak umum, oleh karena itu penting untuk dilakukan
perawatan.
Berdasarkan penelitian, menurut pustakawan koleksi buku fiksi di
Perpustakaan Umum Kota Depok merupakan koleksi yang tingkat
pemakaiannya sangat tinggi. Kesadaran pengguna akan pelestarian koleksi
adalah hal yang penting dan dapat berpengaruh yang sangat besar terhadap
kerusakan koleksi. Selain itu tidak didukungnya sumber daya manusia yang
memadai dan kurangnya pengetahuan tentang memelihara koleksi dengan tepat
juga mempengaruhi kegiatan pelestarian koleksi yang dilakukan di
Perpustakaan Umum tersebut.
Mengingat bahan pustaka perpustakaan yang sering digunakan membuat
koleksi fiksi mudah rusak apabila tidak dirawat dengan baik. Bahan pustaka
yang rusak hendaknya langsung ditangani oleh petugas yang bertugas untuk
memperbaiki. Keberagaman bahan pustaka yang disediakan untuk pemustaka
di perpustakaan umum seperti koleksi tercetak salah satunya koleksi buku fiksi
membuat Perpustakaan Umum Kota Depok sudah seharusnya dapat
menyediakan informasi dari koleksi buku fiksi yang disediakan secara utuh.
Dan juga dapat merawat, menjaga serta melestarikan bahan pustaka koleksi
fiksi yang tersedia. Berdasarkan pemaparan tersebut tentang pentingnya
menjaga dan merawat koleksi buku fiksi pada perpustakaan, maka dari itu
penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan dan dituangkan di dalam
skripsi dengan judul “Pelestarian Koleksi Buku Fiksi Pada Perpustakaan
Umum Kota Depok”.
9
B. Pembatasan Masalah
Agar penelitan ini dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan
mendapatkan hasil yang sesuai dengan penulis inginkan, maka penulis perlu
membatasi penelitian ini. Pembatasan penelitian sebagai berikut :
1. Faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pustaka terutama buku fiksi
di Perpustakaan Umum Kota Depok
2. Proses pelaksanaan pelestarian buku fiksi yang dilakukan di
Perpustakaan Umum Kota Depok
3. Kendala yang dihadapi dalam pelestarian buku fiksi di Perpustakaan
Umum Kota Depok.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menurut informan tentang faktor yang mempengaruhi
kerusakan bahan pustaka terutama buku fiksi di Perpustakaan Umum
Kota Depok ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pelestarian buku fiksi yang dilakukan di
Perpustakaan Umum Kota Depok ?
3. Bagaimana menurut informan tentang kendala yang di hadapi dalam
pelestarian buku fiksi di Perpustakaan Umum Kota depok ?
D. Tujuan Penelitian
Untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai, sesuai dengan
permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
10
1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pustaka
terutama buku fiksi di Perpustakaan Umum Kota Depok
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pelestarian bahan pustaka koleksi
karya fiksi yang dilakukan di Perpustakaan Umum Kota Depok.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelestarian koleksi
karya fiksi di Perpustakaan Umum Kota Depok.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang ingin peneliti kemukakan, antara lain:
1. Bagi penulis, untuk memperdalam dan mengetahui lebih lanjut tentang
pelestarian bahan pustaka yang ada di Perpustakaan Umum Kota Depok.
2. Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi yang ingin
mengetahui tentang pelestarian koleksi karya fiksi di Perpustakaan
Umum Kota Depok.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran terhadap
Perpustakaan Umum Kota Depok dalam memaksimalkan kegiatan
pelestarian bahan pustaka.
F. Definisi Istilah
1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang diperuntukkan
kepada masyarakat umum. Dikatakan masyarakat umum karena
perpustakaan umum memang diselenggarakan untuk masyarakat dari
berbagai kalangan yang artinya tidak ada batasan usia dari penggunjung
perpustakaan tersebut.
11
2. Buku Fiksi
Fiksi merupakan koleksi yang bersifat hiburan yang disediakan di
dalam perpustakaan. Koleksi fiksi menceritakan kisah imajinatif yang
menceritakan tentang kehidupan manusia yang berkaitan dengan
lingkungan sekitar dan Tuhan. Koleksi tersebut juga dapat
mengekspresikan pembacanya apabila koleksi tersebut berisi cerita sedih,
emosi, dan juga bahagia.
3. Pelestarian Bahan Pustaka
Pelestarian bahan pustaka merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
di lakukan oleh perpustakaan maupun penggunanya untuk menjaga,
merawat, memelihara dan memperbaiki apabila koleksi tersebut
mengalami kerusakan. Memperlakukan bahan pustaka sebagaimana benda
yang dianggap penting dan bermanfaat.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan yaitu:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini membahas latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah
dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Pada bab ini membahas mengenai Bab ini merupakan penjelasan
mengenai kajian teoritis yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti yaitu perpustakaan umum, pelestarian bahan pustaka
koleksi karya fiksi pada Perpustakaan Umum Kota Depok.
12
Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas tentang jenis pendekatan penelitian, sumber
data, pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik
pengolahan dan analisis data, dan jadwal penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti, menyampaikan hasil dari penelitian
berdasarkan pengolahan dan analisis data untuk menjawab
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.
Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang dibuat oleh
peneliti mengenai hasil analisis di Perpustakaan Umum Kota
Depok.
13
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Umum
1. Definisi Perpustakaan Umum
Dalam UU No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang tercantum
di dalam Pasal 22 Ayat 1, menjelaskan bahwa perpustakaan umum adalah
perpustakaan yang diperuntukkan bagi masyarakat luas sebagai sarana
pembelajaran sepanjang hayat tanpa membedakan umur, jenis kelamin,
suku, ras, agama, dan status sosial-ekonomi.8 Perpustakaan umum
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, kecamatan, dan desa, serta dapat diselenggarakan oleh
masyarakat. Pada dasarnya perpustakaan umum mementingkan kebutuhan
masyarakat umum. Selain itu perpustakaan umum juga memberikan
layanan yang bersifat menyeluruh.
Menurut Sutarno tentang perpustakaan umum menyatakan bahwa
Perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai Universitas Masyarakat
maksudnya adalah perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan
bagi masyarakat umum yang demokratis karena menyediakan sumber
belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa
membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar
belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.9
8Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan 9 Sutarno NS, Perpustakaan Dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto,2006), h. 42-43.
14
Berdasarkan pemaparan diatas perpustakaan umum merupakan
perpustakaan yang ditujukan untuk masyarakat dengan sumber informasi
yang menyesuaikan kebutuhan berbagai kalangan masyarakat tanpa
membeda-bedakan satu dengan yang lain. Artinya semua masyarakat
dipenuhi kebutuhan informasinya.
2. Tujuan Perpustakaan Umum
Tujuan dari perpustakaan umum adalah melayani seluruh lapisan
masyarakat untuk meningkatkan serta memperoleh ilmu pengetahuan.
Menurut Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO yang dikutip oleh
Sulistyo Basuki menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4
tujuan utama yaitu:
a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan
pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah
kehidupan yang lebih baik,
b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat dan murah
bagi masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang
berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan
masyarakat,
c. Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi
masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat
dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka,
d. Bertindak selaku agen kultural, yang artinya perpustakaan
umum merupakan pusat utama kehidupan sosial budaya bagi
masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas
15
menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dan
apresiasi masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.10
Berdasarkan tujuan perpustakaan umum yang telah disampaikan
diatas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum merupakan
sebagai penyedia sumber-sumber informasi bahan pustaka yang up to
date yang bermanfaat untuk menunjang kebutuhan masyarakat. Agar
menjadikan masyarakat yang terinformasi atau dapat dikatakan sebagai
masyarakat yang mengenal akan informasi.
3. Fungsi Perpustakaan Umum
Untuk mencapai tujuan nya maka perpustakaan umum memiliki
fungsi dan hendaknya dapat dilaksanakannya dengan baik. Oleh karena itu
dijelaskan menurut Taslimah Yusuf tentang fungsi perpustakaan umum
yaitu :11
a. Fungsi edukatif, yaitu perpustakaan umum menyediakan berbagai
jenis bahan bacaan berupa karya cetak serta karya rekam untuk
dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara
mandiri yang secara tidak langsung dapat membentuk masyarakat
yang belajar seumur hidup dan gemar membaca,
b. Fungsi informatif, Perpustakaan umum sama dengan berbagai jenis
perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan buku-buku referensi,
bacaan ilmiah populer berupa buku dan majalah ilmiah serta data-
data penting lainnya yang diperlukan oleh pembaca,
c. Fungsi kultural, Perpustakaan umum menyediakan berbagai bahan
pustaka sebagai hasil dari budaya bangsa yang direkam dalam
10Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. (Jakarta: Gramedia, 2013) h. 62 11 Taslimah, Yusuf. "Manajemen Perpustakaan Umum." Jakarta: Universitas (1996)
16
bentuk tercetak atau terekam. Perpustakaan juga merupakan tempat
penyimpanan dan terkumpulnya berbagai karya budaya manusia
yang setiap waktu dapat diikuti perkembangannya melalui koleksi
perpustakaan,
d. Fungsi rekreasi, Perpustakaan umum bukan hanya menyediakan
berupa bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan
hiburan berupa buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-
anak, remaja dan dewasa. Bacaan fiksi dapat menambah
pengalaman atau menumbuhkan imajinasi pembacanya dan banyak
digemari oleh anak-anak dan dewasa.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari
perpustakaan umum yaitu sebagai penyedia berbagai jenis koleksi untuk
masyarakat dari berbagai kalangan. Oleh karena itu koleksi yang disediakan
merupakan koleksi yang beragam sesuai dengan kebutuhan penggunanya
dan dapat mengembangkan pengetahuan penggunanya. Koleksi yang
disediakan bervariasi dan merupakan koleksi yang tetap memberikan
informasi yang ditujukan agar pemustaka tidak merasa jenuh dengan
koleksi yang disediakan.
B. Pelestarian Bahan Pustaka
1. Definisi Pelestarian Bahan Pustaka
Menurut Benford pelestarian termasuk melindungi tidak hanya bahan
fisik tetapi juga informasi yang terkandung di dalamnya. Untuk tujuan ini,
pemformatan ulang, penggantian, dan penggunaan wadah pelindung
digunakan untuk memperluas akses ke informasi yang mungkin hilang
17
begitu kertas atau buku elektronik atau dokumen memburuk dan rusak
seiring berjalannya waktu.12
Pelestarian bahan pustaka merupakan suatu usaha yang dilakukan
dalam hal pelestarian seperti merawat, memelihara, dan menjaga koleksi
yang berada di dalam perpustakaan, dengan maksud agar koleksi tersebut
dapat digunakan oleh pengunjung perpustakaan dalam keadaan utuh secara
fisik maupun isi yang terkandung didalamnya. Pelestarian tidak hanya
berbicara tentang merawat, menjaga serta melindungi dan memelihara
koleksi. Tetapi dalam perbaikan koleksi yang rusak pun perpustakaan
diharuskan untuk memperbaiki semaksimal mungkin agar koleksi
khususnya bahan pustaka tersebut dapat digunakan kembali oleh para
pengunjung yang membutuhkannya.
Pelestarian didalam perpustakaan merupakan kegiatan yang penting
untuk dilakukan. Karena apabila koleksi perpustakaan tidak dilestarikan
atau di rawat dengan baik maka akan mempengaruhi citra dalam
perpustakaan tersebut. Selain itu perpustakaan menjadi tidak berfungsi
dengan baik karena koleksi yang disediakan tidak memenuhi standar
perpustakaan yang seharusnya.
2. Tujuan dan Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka
Pelestarian bahan pustaka dilakukan dengan maksud untuk
mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Nilai
12Benford, J. (2007). The American Archivist, 70(2), 422. Retrieved
fromhttp://www.jstor.org/stable/40294582
18
bahan pustaka yang mahal diusahakan agar awet dan dapat dipakai lebih
lama dan dapat menjangkau lebih banyak pembaca di perpustakaan.
Tujuan dari pelestarian bahan pustaka sebagai berikut: Menyelamatkan
nilai informasi dokumen, Menyelamatkan fisik dokumen, Mengatasi
kendala kekurangan ruang, Mempercepat perolehan informasi.13
Berdasarkan hasil pemaparan diatas, untuk memperkenalkan bahan
pustaka seperti koleksi fiksi kepada masyarakat agar tidak hanya
menggunakan dan memanfaatkan informasi dari isi di dalam bahan
pustaka nya saja akan tetapi perlu menjaga kelestarian fisik dari bahan
pustaka tersebut agar dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lebih
panjang.
Selain tujuan disebutkan juga fungsi dari pelestarian bahan pustaka,
menurut Martoadmodjo fungsi pelestarian adalah menjaga koleksi
perpustakaan agar tidak dirusak oleh tangan manusia, serangga atau jamur
yang merajalela pada buku-buku yang terletak di dalam ruang yang
lembab. Oleh karena itu pelestarian bahan pustaka memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi Perlindungan, dengan dilakukannya pelestarian yang baik,
serangga dan binatang kecil tidak akan dapat menyentuh dokumen.
Manusia tidak akan salah dalam menangani dan menggunakan
bahan pustaka. Jamur tidak akan tumbuh dan sinar matahari serta
kelembaban udara di perpustakaan akan mudah di kontrol.
13 Andi Ibrahim, Pelestarian Bahan Pustaka. (Makassar: Alaudin University Press, 2014) h. 33.
19
b. Fungsi Pengawetan, yaitu dirawat dengan baik, bahan pustaka
menjadi awet, bisa lebih tahan lama dipakai, dan diharapkan lebih
banyak pembaca dapat menggunakan bahan pustaka tersebut.
c. Fungsi Kesehatan, bahan pustaka bersih, bebas debu, jamur,
binatang perusak, dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga
pengguna maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih
bersemangat untuk membaca dan menggunakan perpustakaan.
d. Fungsi Pendidikan, pengguna perpustakaan dan pustakawan
sendiri harus mengetahui cara memakai dan merawat dokumen.
Serta berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan seperti tidak
membawa makanan dan minuman kedalam ruangan perpustakaan.
e. Fungsi kesabaran, menambal buku berlubang, membersihkan
kotoran binatang kecil dan kotoran dari kutu buku dengan baik
kalau kita tidak sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka
memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.
f. Fungsi sosial, pustakawan harus mengikutsertakan pembaca
perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan
perpustakaan.
g. Fungsi ekonomi, dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka akan
menjadi lebih awet. Hal tersebut merupakan upaya menghemat
uang untuk tidak membeli bahan pustaka baru.
h. Fungsi keindahan, dengan dilaksanakannya pelestarian yang baik,
penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan akan tampak
menjadi semakin indah, sehingga menambah daya tarik kepada
pembacanya.14
Berdasarkan fungsi pelestarian yang telah dikemukakan diatas
tidak hanya disebutkan sebagai fungsi perlindungan dan pengawetan
14 Karmidi Martoadmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014) h. 5-6.
20
bahan pustakanya saja melainkan terdapat pula fungsi-fungsi lain yang
mendukung proses pelestarian. Fungsi-fungsi tersebut saling berkaitan
untuk memenuhi kebutuhan informasi penggunanya dengan
menghasilkan koleksi bahan pustaka yang berkualitas baik fisik maupun
informasi yang terkandung didalamnya.
3. Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
Kerusakan koleksi bukan hanya disebabkan oleh kondisi koleksi yang
telah usang seiring berjalannya waktu saja, melainkan banyak faktor-faktor
yang mendorong terjadinya kerusakan, mulai dari pengaruh fisika, kimia,
biologi, biota, lingkungan, faktor manusia, bencana alam, maupun
musibah. Oleh karena itu diperlukan untuk mengenal terlebih dahulu
faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan bahan pustaka seperti hal nya
koleksi tersebut mengalami kerusakan ringan atau berat, agar
memudahkan untuk mengetahui kebutuhan pelestarian atau perbaikan
koleksi dan merencanakan penanganan selanjutnya. Semua itu dilakukan
untuk menyelamatkan nilai dari kandungan informasi maupun
menyelamatkan bentuk fisik koleksinya.
Berdasarkan pemaparan diatas faktor penyebab kerusakan bahan
pustaka disebabkan oleh faktor luar dan faktor dari dalam, sebagai berikut:
a. Faktor Biologi
Faktor biota yang dimaksud dapat merusak bahan pustaka yaitu
makhluk hidup seperti jamur, serangga dan binatang pengerat.
21
Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biota banyak terjadi di daerah
tropis
a) Jamur (fungi)
Jamur berkembangbiak dengan spora yang penyebarannya
dibantu oleh angin karena jamur terdiri dari cabang-cabang halus
menyerupai kertas dan menyebar diatas permukaan tempat dia
tumbuh. Kondisi yang hangat, gelap dan sedikit sirkulasi udara
maka jamur akan sendirinya tumbuh dengan subur. Jamur
menghasilkan beberapa macam asam organik seperti asam oksalat
yang menyebabkan kertas menjadi asam dan rapuh. Jamur akan
melemahkan kertas dan menimbulkan noda yang berwarna kuning,
merak kecokelatan atau bintik hitam secara permanen. Jamur juga
merusak perekat pada kertas dan merusak tinta.15
b) Serangga dan binatang pengerat
1) Rayap
Rayap merupakan binatang perusak paling berbahaya
karena dapat menghabiskan buku dalam jangka waktu yang
singkat. Serangga ini berukuran kecil, berbadan lunak dan
berwarna putih pucat. Keberadaaan rayap ini cukup
menakutkan bagi perpustaaan karena tidak hanya buku saja
yang dimakan melainkan rayap juga menyerang rak dan
15 Opong Sumiyati, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014) h. 7.2
22
peralatan lain yang terbuat dari kayu, terkadang dapat
menembus tembok dan lantai bangunan dan memakannya
sampai habis.
2) Ikan Perak (Silverfish)
Silverfish atau disebut ikan perak memiliki tubuh yang
ramping, tidak bersayap dan bentuknya yang kecil. Serangga
ini berkembangbiak dengan cepat dan hidup ditempat yang
gelap seperti dibelakang buku-buku, celah jilidan, rak-rak dan
lemari. Hewan ini bertelur dibelakang buku dalam rak atau
tumpukan kertas di lemari. Makanannya adalah lem atau
perekat yang terdapat pada sampul buku.
3) Kutu Buku (book lice)
Binatang ini sangat kecil, hidupnya berkelompok dan
merupakan golongan omnivora. Binatang ini berwarna abu-
abu atau putih, berbadan lunak dan memiliki kepala yang
relatif besar serta gigi yang kuat. Makanannya adalah perekat,
dan kertas-kertas yang sudah ditumbuhi jamur. Jenis serangga
ini dapat dikatakan sulit untuk diberantas.
4) Kecoa
Kecoa merupakan hewan sejenis serangga bersayap dan
mempunyai tanduk yang panjang. Binatang ini sering berada
di luar dan di dalam rumah atau perpustakaan. Mereka hidup
ditempat yang memungkinkan adanya banyak sisa-sisa
23
makanan lalu dapat juga dijadikan sarang oleh mereka, tidak
hanya ditempat yang lembab dan kotor seperti saluran air.
Kecoa sering bermukiman di tempat yang gelap serta di sudut
ruangan, kotorannya yang berupa cairan dapat merusak
keutuhan bahan pustaka.16
5) Tikus
Tikus merupakan binatang pengerat merusak bahan
pustaka dengan cara memakannya dan dipakai untuk
membuat sarang. Binatang ini juga meninggalkan kotoran
yang mengotori bahan pustaka. Tikus merupakan binatang
pengerat dan perusak buku yang cukup sulit untuk diberantas.
Binatang ini memakan bahan pustaka dan juga merobek-
robek dan kemudian dijadikan sarang.17
b. Faktor Fisika
Selain faktor biologi seperti serangga, jamur atau mikroorganisme
dan tikus, terdapat pula perusak bahan pustaka yang lebih hebat yaitu
faktor fisika, sebagai berikut:
a) Debu
Debu dapat masuk dengan mudah kedalam kedalam ruangan
perpustakaan melalui pintu jendela atau lubang angin
perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi
16 Andi Ibrahim, Pelestarian Bahan Pustaka (Makassar: Alaudin University Press, 2014) h. 57 17 Opong Sumiyati, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014) h. 7.7
24
reaksi kimia yang menyebabkan tingkat keasaman pada kertas
meningkat. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Di
samping itu, apabila keadaan ruangan lembab, debu yang
bercampur dengan air lembab akan menimbulkan jamur pada
buku.18
b) Suhu dan Kelembaban Udara
Kekuatan kertas akan melemah seiring dengan suhu yang
terlalu tinggi yang menyebabkan perekat pada jilid buku menjadi
mengering dan jilidan buku tersebut menjadi longgar. Suhu yang
tidak terlalu ekstrim seperti di Indonesia tidak terlalu berpengaruh
terhadap kekuatan kertas. Namun, masalah yang timbul karena
Indonesia memiliki kelembaban udara yang relatif tinggi. Jika
udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan semakin
meningkat. Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak
air oleh karena itu hal inilah yang menyebabkan struktur kertas
menjadi lemah. Kaitan antara suhu dan kelembaban begitu erat
karena apabila suhu naik maka kelembaban menurun, kandungan
air didalam kertas akan berkurang dan menyebabkan kertas
menyusut. Perubahan suhu dan fluktuasinya yang cukup tinggi,
akan menyebabkan perubahan volume dan mneyebabkan
ketegangan pada ion pengikat kertas.
18 Karmidi Martoadmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014) h. 2.12
25
c) Cahaya
Cahaya merupakan suatu energi elektromagnetik yang
berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Sinar-sinar
yang terdapat dalam cahaya dapat dibagi menjadi tiga kelompok
menurut panjang gelombangnya, yaitu sinar ultraviolet dengan
panjang gelombang antara 300-400 milimikron, sinar infra merah
dengan panjang gelombang 17 lebih besar dari 760 milimikron dan
sinar-sinar dalam cahaya tampak dengan panjang gelombang
antara 400-760 milimikron.19
Semakin kecil gelombang suatu sinar maka semakin tinggi
energi yang dihasilkan. Sinar ultraviolet dapat merusak kertas
karena memiliki sinar yang panjang dan gelombangnya yang kecil.
Bahan yang terbuat dari selulosa seperti kertas dan tekstil dapat
rusak oleh pengaruh cahaya ini. Kerusakan yang terjadi seperti
perubahan warna dari cemerlang menjadi pudar dan menurunnya
kekuatan serat. Kerusakan ini disebabkan karena reaksi dari energi
cahaya, adanya bahan-bahan tambahan serta residu dari bahan
pemutih pada proses pembuatan kertas, serta adanya uap air dan
oksigen di sekitaran kertas.
19 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. (Jakarta:
Grasindo, 2007) h. 92
26
c. Faktor Kimia
Kertas yang tersusun atas senyawa-senyawa kimia itu akan
terurai karena terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolis yang dipengaruhi
oleh suhu cahaya. Oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya
oksigen dari udara menyebabkan jumlah karbonat dan karbosil
bertambah dan diikuti dengan, memudarnya warna kertas. Hidrolisis
adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi hidrolisis
pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa
sehingga mengurangi kekuatan serat.20 Mengakibatkan kekuatan kertas
berkurang dan kertas menjadi rapuh.
Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan
kertas karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta
merupakan salah satu sumber terbentuknya asam dalam kertas, karena
tinta terbuat dari tanat dan garam besi dan ditambah dengan asam sulfat
atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik. Asam
merupakan zat yang berbahaya bagi kertas, oleh karena itu harus
dikurangi bahkan dihilangkan.
d. Faktor Manusia dan Faktor lain
a) Manusia
Manusia memiliki peranan penting di dalam suatu
perpustakaan, begitu pun terhadap koleksinya. Peran manusia
20 Karmidi Martoadmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014) h. 2.14
27
sebagai pengguna perpustakaan apabila tidak dilaksanakan dengan
baik, manusia tersebut bisa menjadi perusak bahan pustaka.
Manusia disebut sebagai faktor penyebab utama kerusakan bahan
pustaka di perpustakaan karena sering bersentuhan dengan koleksi
bahan pustaka tersebut. Rusaknya koleksi perpustakaan tergantung
bagaimana pemustaka memperlakukan koleksi. Sering dipinjam
akan menyebabkan koleksi mudah rusak dikarenakan berpindah-
pindah tangan dan perlakuan yang berbeda-beda. Pemustaka yang
taat akan memperlakukan koleksi sebaik mungkin namun, jika
pemustaka tersebut jahil terhadap bahan pustaka maka pemustaka
seperti itulah yang menjadi ancaman bagi perpustakaan dan
koleksi di dalamnya.
b) Bencana Alam
Bencana alam merupakan suatu kejadian yang tidak bisa
diduga-duga, karena datang secara tiba-tiba. Bencana alam seperti
banjir, gempa bumi, kehujanan, dan kebakaran dapat
menyebabkan kerusakan pada koleksi yang sangat merugikan.
Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan kehujanan akan
menimbulkan noda yang disebabkan oleh jamur yang tumbuh dan
kotoran yang terdapat didalam air.21 Noda yang ditimbulkan oleh
jamur sulit untuk dihilangkan karena jamur berakar di sela-sela
21 Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. (Jakarta:
Grasindo, 2007) h. 95
28
kertas. Demikian dengan bencana kebakaran yang sudah tidak
asing lagi jika musibah itu terjadi api dapat memunahkan kertas
dalam waktu singkat dan sulit ditemukan dalam keadaan utuh.
4. Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka
Kerusakan koleksi merupakan suatu hal yang sering dihadapi oleh
berbagai perpustakaan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu tindakan
pencegahan agar dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi di dalam
perpustakaan dari berbagai faktor yang menjadi penyebabnya. Pencegahan
dari luar seperti pengguna perpustakaan yang menjadi faktor penyebab
kerusakannya, maka dari itu diperlukan tindakan seperti sosialisasi atau
disebut sebagai bimbingan pemakai yang diselenggarakan di
perpustakaan.
Hal tersebut dapat dilakukan agar pengguna lebih sadar akan
pentingnya merawat bahan pustaka di perpustakaan yang penggunanya
tidak hanya satu orang saja melainkan dibutuhkan juga oleh banyak orang.
Upaya pencegahan dapat meliputi pencegahan kerusakan yang disebabkan
oleh beberapa faktor seperti berikut:
a. Pencegahan Kerusakan yang Disebabkan oleh Faktor Biologi
Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biologi biasanya
berasal dari jamur, serangga dan binatang pengerat. Mencegah
kerusakan yang disebabkan oleh jamur ada beberapa hal utama yang
harus diperhatikan yaitu seperti melakukan pemeriksaan terhadap
kelembaban ruangan tempat penyimpanan bahan pustaka,
29
memberikan obat anti jamur pada sampul buku, menjaga kebersihan
buku dari kotoran dan menjaga bahan pustaka dari kehadiran debu
serta mengatur suhu ruangan dengan sebaik mungkin sehingga jamur
tidak berkembang biak di dalam buku.
Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh
serangga ada hal utama yang perlu diperhatikan yaitu mengupayakan
ruang penyimpanan tetap selalu bersih, penyemprotan obat pembasmi
serangga secara teratur serta menaburkan pengusir serangga seperti
kamper dan kapur barus.22
b. Pencegahan Kerusakan yang Disebabkan oleh Faktor Kimia
Kandungan asam di dalam kertas berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan ketika pembuatan kertas serta tinta untuk
menulis juga mengandung asam dan dapat menyebabkan kerusakan.
Oleh karena itu diperlukan upaya dalam pencegahan dan perbaikan
bahan pustaka dari kerusakan, seperti menetralkan asam yang
terkandung di dalam kertas dengan deasidifikasi atau memberi bahan
penahan (buffer). Kemudian dengan memilih bahan pustaka yang
baik dengan teliti, perlu dilihat jenis kertas dan tulisan serta lemari
penyimpanan koleksi bahan pustaka dipastikan bebas asam 23
22 Andi Ibrahim, Pelestarian Bahan Pustaka. (Makassar: Alaudin University Press, 2014) h. 69 23 Daryono, “Pemeliharaan Bahan Pustaka di Perpustakaan”.
https://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan/ (Diakses
pada tanggal 16 Agustus 2019, pukul 15.26 WIB)
30
c. Pencegahan Kerusakan yang Disebabkan oleh Faktor Fisika
Temperature dan kelembaban udara yang paling ideal bagi
bahan pustaka adalah 20-24C. Satu-satunya cara untuk mendapatkan
kondisi seperti ini yaitu dengan memasang pengatur suhu udara Air
Conditioner (AC). Oleh karena itu diperlukan usaha dalam
pencegahan kerusakan dengan cara menggunakan AC yang harus
dilakukan selama 24 jam dengan kondisi ruangan yang tertutup.
Apabila AC digunakan hanya setengah hari, dikhawatirkan suhu dan
kelembaban menjadi tidak stabil dan berubah-ubah. Jika terjadi
temperature dan kelembaban udara yang tinggi, maka cara untuk
mencegah kerusakan bahan pustaka adalah dengan membuat ventilasi
yang sempurna. Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi dapat
diturunkan dengan dehumidifier yang berfungsi untuk menurunkan
kelembaban udara diruangan yang tertutup serta silica gel untuk
menurunkan kelembaban udara dalam lemari atau filling cabinet.
Ada dua macam cahaya yang digunakan untuk menerangi
perpustakaan, yaitu cahaya matahari dan cahaya lampu listrik. Dalam
cahaya terdapat macam-macam sinar namun, yang merusak bahan
pustaka kertas adalah sinar ultra violet. Cara mencegah pantulan
cahaya matahari masuk kedalam ruang koleksi secara langsung
maupun pantulan dapat dilakukan dengan menutup jendela dengan
31
gorden atau disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi sinar
ultra violet. Solusi untuk penggunaan lampu adalah dengan
memasang filter pada lampu. Cara lain yang dilakukan dalam
pencegahan kerusakan bahan pustaka yang berasal dari debu adalah
dengan membersihkan koleksi dan ruangan menggunakan vacum
cleaner, spon atau bulu ayam dan memastikan alat yang digunakan
dalam keadaan bersih, serta melakukan perawatan terhadap gedung
perpustakaan untuk menghindari terjadinya kebocoran ketika hujan
turun dan mengenai koleksi.24
d. Pencegahan Kerusakan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia
dan faktor lainnya
Manusia dikatakan sebagai faktor utama penyebab kerusakan
karena manusia sebagai pengguna perpustakaan yang lebih sering
melakukan kontak fisik terhadap koleksi. Manusia dapat merawat
koleksi dengan sebaik mungkin akan tetapi bukan hal yang tidak
mungkin manusia dapat juga merusak. Banyak kerusakan yang dapat
dihindari dengan mengetahui cara pencegahannya misalnya agar kulit
buku tidak lengket antara satu dengan yang lainnya maka jangan
menyusun buku di rak dengan padat untuk itu agar meyisakan 20%
dari lebar rak supaya buku tidak berdempetan serta dapat menampung
jika ada penambahan koleksi. Memegang buku yang benar dari
24 Andi Ibrahim, “Perawatan dan Pelestarian Bahan Pustaka” Khizanah dan Al-Hikmah Vol. 1, No. 1
(Januari-Juni 2013) h. 86
32
tengah buku bukanlah dari atas sehingga dapat menyebabkan
punggung buku robek.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
sosialisasi atau memberikan kepada pembaca tentang menggunakan
bahan pustaka, cara memperoleh buku, cara mengambil buku dari rak
serta cara menempatkan koleksi di rak. Kemudian melakukan kontrol
yang ketat pada pengembalian buku, pustakawan harus mengecek
terlebih dahulu secara mendetail apakah koleksi tersebut
dikembalikan secara utuh atau mengalami kerusakan, serta
mengontrol pemustaka yang membuat kerusakan, mengotori buku
sehingga semua buku yang berada didalam rak dalam kondisi baik
dan rapih. Jika ada koleksi yang mengalami kerusakan ringan, maka
segera dilakukan perbaikan dan tidak menunggu kerusakan menjadi
semakin parah.25
Memberikan sanksi terhadap pemustaka yang melanggar
seperti denda kepada pemustaka yang meminjam buku dan
menyebabkan buku tersebut rusak. Perpustakaan juga diharuskan
untuk memasang peraturan, tata tertib dan larangan sebagai upaya
pencegahan kerusakan yang ditujukan untuk pemustaka yang
menggunakan perpustakaan.
25 Karmidi Martoadmodjo, Pelestarian Bahan Pustaka. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2014) h. 75
33
5. Upaya perbaikan bahan pustaka
Perbaikan atau dalam bahasa inggris restoration yaitu kegiatan
memperbaiki bahan pustaka dengan memperbaiki tampilan fisik dokumen
yang rusak hingga kembali seperti semula dengan menggunakan bahan,
peralatan serta teknik yang sesuai.26 Restorasi dilakukan untuk
memperpanjang usia dari bahan pustaka. Dalam melakukan restorasi harus
memperhatikan metode yang sesuai dan teknik bahan yang sesuai dengan
bahan asli dokumennya, karena jika tidak sesuai maka hasil menjadi tidak
seperti dokumen asli.27 Restorasi atau perbaikan yang dilakukan di
perpustakaan harus dilakukan dengan maksimal agar bahan pustaka yang
rusak tidak semakin rusak setelah di perbaiki dengan cara yang tepat.
Terdapat beberapa cara atau teknik dalam memperbaiki bahan
pustaka, tergantung pada kondisi bahan pustaka yang mengalami
kerusakan dan akan diperbaiki sebagai berikut:
1) Menambal, merupakan suatu upaya seperti menutup bagian
yang berlubang dapat dilakukan dengan kertas Jepang, kertas
buatan sendiri dan perekat kanji.
2) Mengganti halaman yang robek, merupakan suatu upaya
perbaikan tidak bisa dilakukan dengan cara menambal,
26 Yeni Budi Rachman, Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka. (Depok: Rajawali pers, 2017) h. 8 27 Endang Fatmawati, “Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan Pustaka ”, LIBRIA Vol. 10, No. 1
(Juni 2018) h. 24
34
melainkan harus diganti dengan cara membuat fotokopi lalu
ditempelkan kembali pada halaman yang hilang.
3) Laminasi, dilakukan bagi bahan pustaka yang tidak dapat
diperbaiki dengan menjilid, menambal dan menyambung.
Biasanya bahan pustaka yang dilaminasi karena sudah
berwarna kuning, coklat, kotor dan berbau.
4) Penjilidan, merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting
di dalam perpustakaan karena penjilidan merupakan proses
akhir dari perbaikan.28
Berdasarkan pemaparan diatas perbaikan bahan pustaka memiliki
banyak cara agar koleksi tersebut menjadi utuh kembali. Perbaikan
koleksi hendaknya selalu dilakukan mulai dari kerusakan yang ringan,
tidak membiarkan kerusakan tersebut menjadi berat, maka dilakukan
perbaikan sedini mungkin. Perbaikan bahan pustaka yang dilakukan
secara baik dan benar agar setelah diperbaiki bahan pustaka tersebut
dapat digunakan kembali. Perbaikan yang tepat akan menyelamatkan
koleksi dari kerusakan yang berkelanjutan.
Perbaikan tidak hanya sebatas empat hal yang telah di sebukan
diatas, melainkan bahan yang digunakan juga harus sesuai dengan
semestinya.
28 St. Ummu Salamah, “Analisis Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka Di Perpustakaan SMP
Negeri 4 Sungguminasa”, Jurnal Khizanah Al-Hikmah Vol. 3 No. 2 (Juli-Desember 2015) h. 198.
35
C. Fiksi
1. Definisi fiksi
Istilah fiksi diartikan sebagai cerita rekaan atau cerita khayalan. Oleh
sebab itu fiksi merupakan karya naratif yang isi di dalamnya tidak
menyarankan pada kebenaran sejarah. Fiksi merupakan sebuah cerita yang
didalamnya terkandung tujuan untuk memberikan hiburan kepada
pembaca.
Fiksi merupakan segala narasi dalam bentuk prosa atau sajak dan
merupakan karya imajinatif. Fiksi meliputi cerita pendek, novel, cerita
rakyat, parabel, fable, legenda satir dan roman, semua yang mengandung
elemen-elemen fiktif. Oleh karena itu karya fiksi mampu membangkitkan
perasaan dan daya khayal untuk merasakan kegembiraan atau kesusahan.
Cerita fiksi bebas mencitakan peristiwa khayalan untuk maksud tertentu,
misalnya untuk menyampaikan makna yang menjelaskan bahwa suatu
buku memuat cerita-cerita tentang kehidupan maupun kegiatan dan
fungsinya sebagai hiburan.29
Buku fiksi adalah buku yang di tuliskan berdasarkan rekaan atau
khayalan pengarang walaupun terkadang cerita tersebut di tulis dengan
fakta-fakta yang nyata ataupun kejadian sesungguhnya. Fiksi yang ditulis
berdasarkan khayalan disebut sebagai fiksi fantasi, sedangkan fiksi yang
29 Albertine Minderop. Metode Karakteristik Telaah Fiksi. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005),
H. 2
36
ditulis oleh pengarangnya berdasarkan kenyataan maka disebut sebagai
fiksi realisme.30
Berdasarkan pemaparan diatas fiksi merupakan karya yang dihasilkan
oleh pengarang yang dapat berupa khayalan ataupun kenyataan. Fiksi yang
tertulis dapat menghasilkan makna ataupun sebuah fantasi semata
tergantung jenis fiksi tersebut.
2. Jenis-jenis koleksi fiksi
Berikut akan dipaparkan mengenai jenis-jenis koleksi fiksi dalam buku
mendongeng dan minat baca:
1) Buku bacaan bergambar, didalam buku bacaan bergambar
terdapat dua jenis yaitu buku bacaan bergambar yang
menyuguhkan informasi, sedangkan yang berupa cerita disebut
sebagai buku cerita bergambar.
2) Komik, merupakan kumpulan cerita yang dibuat bergambar
dalam satu buku yang mempunyai ciri khas dalam
percakapannya.
3) Sastra Tradisional, cerita yang termasuk kedalam sastra
tradisional cerita rakyat yaitu mite, dongeng , legenda.
4) Fantasi modern, merupakan cerita yang dibuat oleh pengarang
tidak terjadi pada kehidupan nyata, hanya sebatas karangan dari
pengarang tersebut.
30 Sudarnoto Abdul Hakim. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, (Tangerang: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, 2006), H.64
37
5) Fiksi realitas, sebuah fiksi yang kejadian yang jalan ceritanya
dapat terjadi di dalam kehidupan nyata.
6) Fiksi sejarah, bercerita tentang rakyat biasa dimana peristiwa
sejarah menjadi latar belakang.
7) Puisi, merupakan gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih
dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang
tentang pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus
lewat penataan bunyi irama dan makna khusus.
8) Novel, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangannya
cukup, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
9) Fiksi romantis, menggambarkan hidup adanya pergulatan emosi
individu dengan kekuatan alam termasuk emosi orang lain,
memiliki tujuan akhir mencari dan menciptakan jenis dunia baru
yang mengagungkan alam, emosi dan individualisme.31
Fiksi dikategorikan menjadi fantasi dan realisme, masing-masing
memiliki dua sub kategori. Pada fiksi fantasi terdapat kategori literatur
tradisional dan fantasi modern, sedangkan pada realisme terdapat fiksi
realisme dan fiksi sejarah. Sebagai berikut dibawah ini:
31Primadani, L., & Ati, S. Studi Kelayakan Pengadaan Layanan Reader’s Advisory For Fiction di UPT
Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Perpustakaan, Vol.3 No.2 (2014), h 131-140.
38
a. Fantasi
1) Literatur Tradisional
Literatur tradisional adalah cerita yang berasal dari
nenek moyang dan diceritakan kembali secara turun
temurun. Topik literatur tradisional meliputi, Mitos, Epik,
Legenda, Cerita Rakyat, Fabel, dan cerita keagamaan.
2) Fantasi Modern
Fantasi modern adalah cerita yang berasal dari
imajinasi pengarang akan tetapi seting, tokoh dan jalan
cerita tersebut masuk akal juga dapat dipercaya dan
dipahami, karena ceritanya mengandung kebenaran. Contoh
cerita dalam fantasi modern yang terkenal adalah
Petualangan Pinokio karya Carlo Collodi. Jenis cerita pada
fantasi modern sebagai berikut, Cerita rakyat modern,
Fantasi Binatang, Personifikasi objek dan mainan, Karakter
dan situasi yang aneh, Dunia orang kerdil, Kejadian
superanatural dan fantasi misteri, Fantasi sejarah, Cerita
petualangan.
b. Realisme
1) Fiksi Sejarah
Fiksi sejarah biasanya mengisahkan karakter tokoh
utama yang merupakan khayalan pengarang namun tokoh
lainnya merupakan orang-orang nyata dalam sejaran dan
39
latar belakang ceritanya berdasakan kejadian nyata yang
sesungguhnya dalam sejarah.
2) Fiksi Realisme
Fiksi realisme merupakan suatu gambaran kehidupan
nyata yang digambarkan apa adanya dalam hal situasi,
kondisi, emosi yang dialami. Topik dalam fiksi realisme
meliputi: Keluarga, Teman sebaya, Tantangan khusus,
Keragaman budaya, Binatang, Olahraga, Misteri, Roman
dan seksualitas.32
Berdasarkan pemaparan diatas terdapat banyak jenis karya fiksi dan
memiliki arti yang berbeda-beda sedangkan untuk fungsinya sama-sama
menyajikan informasi berupa hiburan. Koleksi tersebut beberapa sudah
disediakan di perpustakaan. Untuk koleksi fiksi sendiri akan membantu
pemustaka untuk menghilangkan kejenuhan. Karena koleksi fiksi
bermacam-macam jenis disediakan untuk semua kalangan dan sesuai
dengan usia pengunjungnya.
D. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pelestarian koleksi di perpustakaan sebelumnya telah
diteliti oleh beberapa peneliti di antaranya:
32 Sudarnoto Abdul Hakim. (2006). Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. H.70-73
40
1. Penelitian berjudul Pelestarian Koleksi buku langka (Studi kasus di
Perpustakaan Pekerjaan Umum), penelitian ini di lakukan oleh Ahmad
Nawawi, pada tahun 2010, mahasiswa jenjang S1 Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perbedaan penelitian ini yaitu terletak pada tujuan penelitian dan lokasi.
Tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui teknik pelestarian buku
langka yang dilakukan di Perpustakaan Kementerian Pekerjaan Umum.
Penelitian ini membahas tentang Koleksi buku langka, sedangkan
penelitian saya ini membahas tentang koleksi bahan pustaka khusus buku
fiksi yang terdapat pada Perpustakaan Umum Kota Depok. Persamaan dari
penelitian ini terletak pada metode penelitian yaitu penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif.
2. Penelitian berjudul Pelestarian Bahan Pustaka (studi kasus di
Perpustakaan Universitas Indonesia Timur) yang ditulis oleh Hamdana
pada tahun 2016, mahasiswa jenjang S1 Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar. Perbedaan pada penelitian ini
terletak pada lokasi yang diteliti. Lokasi yang saya teliti yaitu Perpustakaan
Umum Kota Depok. Sedangkan untuk persamaan terletak pada latar
belakang yaitu membahas tentang bahan pustaka. Namun pada penelitian
ini bahan pustaka yang dibahas merupakan secara keseluruhan. Sedangkan
yang saya teliti koleksi buku fiksi yang terdapat pada Perpustakaan Umum
Kota Depok.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
yaitu jenis penelitian dimana data yang di kumpulkan berupa kata-kata,
perbuatan, tingkah laku, gambar dan bukan berupa angka-angka. Metode
deskriptif merupakan metode yang menggabungkan objek penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang nampak dan sebagaimana adanya.33 Metode
penelitian ini dipilih untuk mendeskripsikan serta memberikan gambaran
secara umum dan mendalam terkait pelestarian buku fiksi pada Perpustakaan
Umum Kota Depok.
Pendekatan di dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti suatu objek yang alamiah, penelitian ini disebut sebagai metode
naturalistik sebab penelitian yang dilakukan bersifat alamiah untuk
mendapatkan data yang mendalam dan bersifat apa adanya.34
Menurut Cresswell Penelitian kualitatif adalah proses penyelidikan
pemahaman berdasarkan tradisi metodologi penyelidikan yang berbeda yang
mengeksplorasi dan memahami makna sejumlah individu atau sekelompok
orang yang berasal dari masalah sosial atau manusia. Peneliti menganalisis
33 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia 2005) h. 51 34 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta 2010) h. 2
42
kata-kata, melaporkan pandangan terperinci dari informan, dan melakukan
penelitian dalam suasana alami.35
Menurut Agustinova penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu
fenomena dengan menggunakan teknik analisis mendalam.36 Di dalam
penelitian kualitatif, penelitian yang dilakukan bersifat alami dan nyata.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan secara langsung di
lapangan. Tujuannya untuk melihat secara langsung tentang objek yang diteliti.
Peneliti mengambil dan mendapatkan data dari hasil wawancara dengan
narasumber yang bersangkutan dengan objek yang diteliti, serta data-data
lainnya yang mendukung untuk kepentingan peneliti.
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak gerik maupun perilaku yang dilakukan oleh
subjek yang dapat dipercaya.37 Data primer merupakan data yang di
dapatkan secara langsung tanpa perantara melalui hasil penelitian di
lapangan melalui wawancara dengan narasumber yang bersangkutan serta
melakukan observasi yaitu penelitian secara langsung dilapangan yang
35 John. W Creswell, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2013) h. 4 36 Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Calpulis, 2015) h. 10 37 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta 2010) h.
22
43
berkaitan dengan pelestarian buku fiksi di Perpustakaan Umum Kota
Depok.
2. Data Sekunder
Data sekunder pengambilan data yang dilakukan secara tidak langsung.
Data sekunder yaitu data yang sumbernya berasal dari bahan rujukan,
literature, artikel yang berkaitan dengan penelitian dan untuk menunjang
hasil penelitian yang relevan terhadap penelitian ini.
C. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui tentang
permasalahan yang akan diteliti.38 Informan merupakan orang yang memiliki
pengetahuan seputar hal yang ingin diketahui oleh seorang peneliti serta
memiliki hak untuk menjawab pertanyaan yang telah ditanyakan oleh peneliti.
Menurut Bungin, menentukan informan yang dilakukan oleh peneliti yaitu
dengan mencari kriteria yang relevan sesuai dengan permasalahan yang diteliti
untuk mencapai suatu kepuasan dalam mendapatkan informasi. Peneliti di
haruskan untuk memiliki kemampuan dalam menyeleksi informan yang tepat.39
Untuk mendapatkan data yang relevan untuk menunjang penulisan skripsi ini,
maka dibutuhkan informan untuk memberikan informasi seputar hal yang di
teliti oleh penulis.
38 Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012) h. 61 39 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan ilmu Sosial
lainnya (Jakarta: Kencana, 2007) h. 108
44
Berikut kriteria informan yang dijadikan narasumber oleh penulis yaitu
orang yang mengetahui dan memahami tentang pelestarian koleksi buku fiksi
di Perpustakaan Umum Kota Depok:
No Nama Jenis
Kelamin
Jabatan Tugas
1 Hj. Catur
Sri Astuti,
S.Sos., MM
Perempuan Kepala bidang bagian
perpustakaan
Kepala bidang bagian
perpustakaan
2 Rudi
Hartono
Laki-laki Pustakawan Trampil Bagian
Preservasi/pelestarian
bahan pustaka
3 Sri Novi
Ningsih
S.Sos
Perempuan Pustakawan Ahli
Pertama
Penanggung jawab
layanan
4 Irmasari,
S.sos
Perempuan Pustakawan Ahli
Muda
Penanggung jawab
layanan
Tabel 1. Informan
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yakni digunakan peneliti untuk mendapatkan
data yang diinginkan dan dibutuhkan. Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan observasi di Perpustakaan
45
Umum Kota Depok, dan melakukan wawancara dengan narasumber terkait
penelitian.
a. Wawancara
Wawancara suatu percakapan dengan maksud tertentu oleh
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya.
Wawancara dilakukan untuk menemukan masalah yang diteliti.
Wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian. Wawancara merupakan suatu proses
interaksi antara pewawancara dan orang yang diwawancarai untuk
mendapatkan informasi seputar penelitian melalui komunikasi secara
langsung.40
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan hasil yang kebenarannya
dapat dipertanggung jawabkan yaitu berinteraksi langsung dengan
narasumber yang terkait dengan penelitian.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu kegiatan pengamatan terhadap objek
yang diteliti secara langsung maupun tidak langsung serta melibatkan
indera penciuman, penglihatan, pengecapan, dan pembau untuk
memperoleh data yang dikumpulkan dalam penelitian.41 Observasi yang
40 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan (Jakarta: Kencana
2014) h. 372 41 Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Yogyakarta: Calpulis, 2015)
46
dimaksud yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengamati
perilaku dan aktifitas indvidu-individu di lokasi penelitian. Observasi
merupakan metode penelitian yang pengambilan datanya berlandaskan
pada pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan pengamatan terhadap pelestarian bahan pustaka berupa
koleksi karya fiksi di Perpustakaan Umum Kota Depok.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan sejumlah data atau
informasi yang berupa catatan-catatan, brosur, notulasi, rapot, agenda dan
sebagainya.42 Dokumentasi yang dimaksud adalah data berupa foto dan
rekaman hasil wawancara yang di peroleh dari perpustakaan umum kota
Depok. Data dokumentasi tersebut membantu serta memberikan bukti
untuk memperkuat data-data lainnya didalam suatu penelitian.
E. Keabsahan data
Dalam suatu penelitian, untuk menjamin keakuratan data penulis
hendaknya memeriksa keabsahan data untuk membuktikan hasil temuan
dilapangan dengan kenyataan penelitian. Berikut pemparan menurut Denzin
dalam Moeloeng tentang empat macam triangulasi:43
1. Triangulasi Sumber: membandingkan dan mengecek kembali suatu
informasi yang didapatkan melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Misalnya dengan membandingkan hasil
42 Suharsimi, Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) 43 Lexy J Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)
47
wawancara dengan observasi, membandingkan apa yang dikatakan di
depan umum dan apa yang dikatakan secara pribadi, dan
membandingkan hasil wawancara dengan data yang sudah ada
2. Triangulasi Teori: dilakukan dengan cara memanfaatkan lebih dari satu
teori untuk kemudian diadu atau dipadu. Teknik ini juga
membandingkan teori yang ditemukan berdasarkan kajian lapangan
dengan teori-teori yang telah ditemukan oleh para pakar ilmu sosial
sebagaimana yang telah diuraikan di dalam bab landasan teori yang
telah ditemukan.
3. Triangulasi Metode: sebuah usaha untuk mengecek keabsahan data
yang dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik
pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama.
4. Triangulasi Peneliti: menggunakan lebih dari satu peneliti dalam proses
observasi atau wawancara. Untuk mendapatkan keabsahan data dalam
penelitian ini, teknik yang akan penulis gunakan yaitu triangulasi
sumber. Keabsahan data dilakukan penulis untuk mengecek jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada informan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah penyusun data secara sistematis yang diperoleh
untuk mempermudah peneliti dalam membuat kesimpulan. Analisis data
menurut Bogdan dalam Sugiyono merupakan proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
48
dan bahan-bahan lain sehingga mudah untuk dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.44
Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti
menggunakan model analisis data penelitian kualitatif dari Miles dan
Huberman.45
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses penyempurnaan data, baik
pengurangan data secara yang kurang diperlukan dan tidak relevan
maupun penambahan data yang sekiranya masih kurang. Reduksi data juga
diartikan sebagai suatu proses pemilihan atau penyaringan data yang
diperoleh dari hasil penelitian yang sedang berlangsung. Pada tahap ini
data yang didapatkan dari hasil observasi dan wawancara selanjutnya
dicatat dengan teliti dan rinci dan dikelompokkan sesuai dengan situasi
yang sebagaimana adanya kemudian data tersebut difokuskan pada hal
penting terkait tema penelitian. Sehingga data yang diperoleh akan
memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian data
Setelah reduksi data, langkah berikutnya yaitu menyajikan data.
Pengumpulan informasi yang telah disusun berdasarkan kategori dan
dikelompokkan. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yang
44 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta 2010) h. 89 45 Danu Eko Agustinova, Memahami Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Calpulis, 2015) h. 63
49
dilakukan oleh peneliti berupa text yang berbentuk naratif. Kemudian
dapat disajikan dalam bentuk bagan, tabel dan gambar, bertujuan untuk
mempermudah dalam pembacaan nya.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah melewati tahap reduksi data dan penyajian data selanjutnya
masuk pada tahap penarikan kesimpulan yang merupakan proses
perumusan makna dan hasil dari penelitian yang dituangkan dalam bentuk
narasi yang diungkapkan dan disimpulkan dalam bentuk kalimat yang
mudah dipahami untuk menjawab tujuan dan rumusan masalah yang ada.
G. Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan selama penelitian
untuk menunjang penulisan skripsi. Alat tersebut membantu peneliti serta
berguna untuk mengumpulkan sejumlah informasi, seperti buku catatan,
pulpen, perekam suara yang terdapat pada handphone dan daftar pertanyatan
seputar penelitian.
H. Tempat Penelitian
Penelitian ini di dilaksanakan di Perpustakaan Umum Kota Depok, yang
beralamat di Jalan Margonda Raya Nomor 54 Pancoran Mas Depok, Jawa
Barat. Dengan tema yang peneliti ambil yaitu pelestarian buku fiksi pada
Perpustakaan Umum Kota Depok.
50
I. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang telah dilaksanakan berikut merupakan jadwal yang
telah dilaksanakan oleh peneliti:
No. Kegiatan Bulan Ke-
4 5 6 7 8 9 10 11 12 2
1 Penyerahan
Proposal
2 Pelaksanaan
Bimbingan
skripsi
3 Pengumpulan
literatur
mengenai
skripsi
4 Observasi dan
penelitian
5 Analisis data
6 Penyerahan
laporan skripsi
7 Sidang skripsi
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian Perpustakaan Umum Kota Depok
1. Sejarah Perpustakaan Umum Kota Depok
Perpustakaan Umum Kota Depok berdiri pada tahun 2008 di Jl.
Margonda Depok No.54. Ketika itu gedung perpustakaan masih menempati
gedung lama yang terletak di sebelah selatan Masjid Baitul Kamal Balaikota
Depok. Pada tanggal 21 Januari 2015 Perpustakaan Umum Kota Depok
mulai pindah ke gedung baru yang terletak disebelah kiri setelah pintu
masuk Balaikota Depok Jl. Margonda Raya No. 54.
Gedung perpustakaan yang baru terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama
terdapat ruang Aula, ruang balita, dan control room. Lantai kedua
merupakan ruang layanan perpustakaan yang terdiri dari ruang koleksi
umum dan anak, ruang baca, dan ruang sirkulasi (peminjaman dan
pengembalian). Lantai 3 terdapat ruang teater dan ruang
rapat. Namun, pada saat ini beberapa ruangan difungsikan sebagai kantor
untuk Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan, Sub bagian Tata Usaha, Seksi
Kearsipan, dan Seksi Pengolahan Data.
Mulai 27 April 2015, Gedung Perpustakaan Umum Kota Depok
diresmikan Oleh Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail dan telah dibuka
untuk umum. Dengan diresmikannya gedung Perpustakaan Umum Kota
Depok diharapkan akan mampu meningkatkan minat baca masyarakat Kota
Depok.
52
Gedung Perpustakaan Umum Kota Depok memiliki luas tanah
sekitar ± 4.472,72 m² dan luas gedung ± 3.824,42 m². Pada Januari 2017
Kantor Arsip dan Perpustakaan berganti nama menjadi Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan. Terdiri dari 3 bidang yaitu Bidang Pengelolaan Arsip, Bidang
Pembinaan Kearsipan, Layanan, Pemanfaatan dan Jasa Kearsipan, dan
Bidang Perpustakaan. Jumlah seluruh SDM di Dinas Kearsipan dan
Perpustakaan ada 72 orang. Sedangkan jumlah SDM di dalam Bidang
Perpustakaan sendiri ada 22 orang.
2. Visi dan Misi Pepustakaan Umum Kota Depok
Berikut terdapat visi dan misi perpustakaan umum kota Depok:
a. Visi Perpustakaan
“Terwujudnya pelayanan di bidang kearsipan dan perpustakaan yang
Edukatif, Rekreatif dan prospektif”
1) Edukatif: Pelayanan bidang Kearsipan dan Perpustakaan harus
memberikan dampak yang bersifat mendidik dan sebagai “sarana
cara pintar untuk pintar”.
2) Rekreatif: Sarana dan prasarana serta pelayanan bidang Kearsipan
dan Perpustakaan tidak membosankan dan monoton tetapi bersifat
rekreatif, suasana yang relax untuk mendorong minat baca
aparatur dan masyarakat dari seluruh lapisan.
3) Entertiment: Pelayanan bidang kearsipan dan perpustakaan harus
memberikan nuansa yang berbeda yang bersifat menghibur bagi
para pemustaka.
53
SEKSI LAYANAN,
PEMANFAATAN DAN
JASA KEARSIPAN
b. Misi Perpustakaan
1) Mewujudkan system tata kelola kearsipan sebagai sumber
informasi, bukti sejarah, bukti hukum, bukti penyelenggaraan
pemerintahan serta sumber penelitian.
2) Mewujudkan pelayanan bidang perpustakaan yang edukatif,
Rekreatif dan Entertaintment berbasis teknologi informasi;
3) Mewujudkan kemampuan pengelolaan dan pengolahan data
penyelenggaraan pemerintahan yang baik melalui e-government.
3. Struktur Organisasi Perpustakaan Umum Kota Depok
SEKRETARIS
SUB BAGIAN UMUM,
PERENCANAAN, EVAUASI
DAN PELAPORAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
BIDANG
PERPUSTAKAAN
BIDANG PEMBINAAN,
LAYANAN, PEMANFAATAN
DAN JASA KEARSIPAN
BIDANG PENGELOLAAN
ARSIP
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
SEKSI DEPOSIT,AKUISISI
DAN PENGELOLAAN
BAHAN PERPUSTAKAAN
SEKSI PEMBINAAN
KEARSIPAN
SEKSI PENGELOLAAN
ARSIP DINAMIS
SEKSI LAYANAN,
PELESTARIAN DAN
KERJASAMA
PERPUSTAKAAN
SEKSI PENGELOLAAN ARSIP
STATIS
UPTD
KEPALA DINAS
54
4. Sumber Daya Manusia Perpustakaan Umum Kota Depok
Perpustakaan Umum Kota Depok memiliki sumber daya manusia yaitu
berjumlah 22 orang. Terdiri dari 9 orang PNS dan 13 Non PNS. Berlatar
belakang pendidikan S1 Ilmu Perpustakaan sebanyak 7 orang dan 5 orang
non Ilmu Perpustakaan. Pendidikan SMA/SMK sebanyak 6 orang, D3
sebanyak 2 orang, S2 sebanyak 2 orang.
5. Koleksi Perpustakaan Umum Kota Depok
Koleksi yang ada di Perpustakaan umum Kota Depok disediakan untuk
seluruh lapisan masyarakat karena fungsinya sebagai perpustakaan umum
yang menyediakan sumber informasi untuk masyarakat tanpa membeda-
bedakan. Dari jumlah koleksi dibawah ini termasuk koleksi fiksi di
dalamnya berjumlah 17.000 eksemplar/ 15.000 judul. Berikut adalah data
koleksi yang terdapat di Perpustakaan umum Kota Depok:
No Data Koleksi Judul Eksemplar
1 Umum 16536 26727
2 Referensi 764 1179
3 Anak 2457 6729
4 Perpustakaan Keliling 1315 3125
Total 21313 37760
Tabel 2. Koleksi Perpustakaan
55
6. Layanan Perpustakaan Umum Kota Depok
Layanan pada suatu perpustakaan merupakan hal yang
keberadaannya penting di dalam sebuah perpustakaan. Oleh karena itu
perpustakaan umum kota depok memiliki berbagai jenis layanan yang
terdapat di dalamnya. Layanan yang diberikan oleh perpustakaan umum
kota depok sebagian besar ditujukan kepada pemustaka yaitu masyarakat
kota Depok.
Berikut jenis layanan yang terdapat pada perpustakaan umum kota
Depok yang dapat dimanfaatkan oleh pemustaka:
a. Layanan Keanggotaan
1) Syarat menjadi anggota
Kartu anggota dibedakan menjadi 4 katergori, yaitu:
Kategori Karyawan (PNS Kota Depok)
a) Fotocopy KTP/SIM/KK
b) Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan dengan
benar dan lengkap sesuai dengan identitas yang ada.
Kategori Umum
a) Warga Kota Depok
b) Fotocopy KTP/SIM/KK
c) Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan dengan
benar dan lengkap sesuai dengan identitas yang ada.
56
Kategori Mahasiswa
a) Warga Kota Depok atau pendatang yang sedang
menempuh pendidikan di Universitas yang berada di
wilayah Kota Depok (Universitas Indonesia, Gunadarma,
BSI Depok, LP3I Depok,GICI, dan lain lain)
b) Fotocopy SIM/KTP/KK
c) Fotocopy Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
d) Surat Keterangan sebagai mahasiswa aktif dari kampus
e) Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan dengan
benar dan lengkap sesuai dengan identitas yang ada.
Kategori Pelajar
a) Warga Kota Depok atau pendatang yang sedang
menempuh pendidikan di SD/SMP/SMA atau sederajat
yang berada di wilayah Kota Depok
b) Fotocopy Kartu Pelajar/Kartu NISN/KK/KIA
c) Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan dengan
benar dan lengkap sesuai dengan identitas yang ada.
2) Tahap menjadi anggota
Apabila berminat untuk menjadi anggota, berikut cara yang
harus dilalui pengunjung Perpustakaan Umum Kota Depok:
a) Mengisi formulir yang telah disediakan
57
b) Selanjutnya formulir diserahkan kepada petugas dan
pengunjung menunggu di ruangan hingga namanya
dipanggil oleh petugas perpustakan
c) Setelah dipanggil, pengunjung harus menunjukan kartu
identitas yang asli (KTP, Kartu Pelajar, atau KTM,
disesuaikan dengan data yang telah diisi pada formulir oleh
pengunjung)
d) Kemudian, setelah proses verifikasi data selesai
pengunjung akan diambil gambar dirinya (difoto) untuk
dicantumkan pada kartu anggotanya
e) Jika kartu anggota sudah selesai di cetak, petugas akan
memanggil nama pengunjung untuk menyerahkan kartu
anggota Perpustakaan Umum Kota Depok.
b. Layanan Pemustaka
Setiap perpustakaan memang diharuskan untuk melayani
pemustakanya sebaik mungkin seperti hal nya Perpustakaan Umum
Kota Depok yang melayani pemustaka yang berkunjung ke
perpustakaan. Sistem layanan yang ada di perpustakaan Umum Kota
Depok adalah sistem terbuka (open access) dimana pemustakanya
bebas untuk memilih koleksi sesuai apa yang diinginkan dan
dibutuhkan.
Jam pelayanan di Perpustakaan Umum Kota Depok yaitu setiap
hari , untuk hari senin-kamis pukul 08.00-15.00 dan hari jumat pukul
58
08.00-16.00, pada libur nasional dan cuti bersama perpustakaan
tutup. Adapun langkah yang harus diikuti oleh pemustaka sebelum
masuk ke ruangan perpustakaan yaitu pertama pemustaka akan
mengisi data diri pada buku daftar pengunjung yang telah disediakan
setelah itu pemustaka akan diminta agar menyimpan tas di loker dan
diberikan kunci. Langkah selanjutnya pemustaka diperbolehkan
untuk masuk kedalam ruangan perpustakaan namun, apabila
pemustaka ingin mencari koleksi terlebih dahulu, perpustakaan juga
menyediakan OPAC (Online Public Access Catalog).
c. Layanan Sirkulasi
Layanan sirkulasi merupakan layanan utama yang
memungkinkan pemustaka melakukan peminjaman dan
pengembalian koleksi di Perpustakaan Umum Kota Depok. Berikut
macam-macam layanan sirkulasi:
1) Layanan Peminjaman Buku
Pemustaka dapat meminjam buku setelah terdaftar
menjadi anggota Perpustakaan Umum Kota Depok. Pemustaka
dapat memilih dan mengambil sendiri buku sesuai dengan
keinginannya. Pemustaka dapat meminjam buku maksimal 2
eksemplar buku dengan jangka waktu 7 hari dengan membawa
kartu anggota.
59
2) Layanan Pengembalian Buku
Pemustaka menyerahkan buku yang akan dikembalikan
kepada petugas sebelum atau sesuai tanggal yang tertera pada
slip pengembalian buku harus kembali. Untuk menjaga
kedisiplinan, keterlambatan pengembalian buku akan
dikenakan sanksi yaitu berupa skorsing (suspend).
3) Layanan Perpanjang Peminjaman Buku
Perpanjang peminjaman buku maksimal satu kali dalam
jangka waktu satu minggu dengan ketentuan buku tersebut
belum melebihi batas peminjaman.
d. Layanan Internet
Layanan internet di perpustakaan umum kota depok yaitu akses
internet melalui PC yang diperuntukkan bagi anggota perpustakaan
yang berada di dalam perpustakaan berguna untuk membantu
pemustaka dalam pencarian informasi namun ada batasan usia yaitu
minimal 13 tahun.
e. Layanan Perpustakaan Keliling
Layanan perpustakaan keliling merupakan layanan yang
disediakan oleh Perpustakaan Umum Kota Depok berupa mobil
yang di fasilitasi seperti layaknya perpustakaan mini yang memiliki
koleksi didalamnya. Perpustakaan keliling ini selalu beroperasi
setiap hari Senin-Kamis dan melakukan kunjungan ketempat-tempat
60
yang strategis di daerah depok dan sekitarnya seperti ke sekolah-
sekolah, dan lain lain untuk memudahkan masyarakat dalam
mendapatkan informasi dengan memanfaatkan layanan
perpustakaan keliling. Namun, perpustakaan keliling tidak
beroperasi pada hari ujian sekolah.
f. Layanan Referensi
Layanan referensi yang disediakan di Perpustakaan Umum Kota
Depok memiliki ruangan tersendiri dan terpisah dengan koleksi
umum. Layanan ini hanya boleh dibaca ditempat dan tidak
diperkenankan untuk dipinjam atau dibawa pulang oleh
pemustakanya.
g. Tata tertib
Perpustakaan Umum Kota Depok memiliki tata tertib yang
harus ditaati oleh setiap pengunjungnya. Berikut macam tata tertib
Perpustakaan Umum Kota Depok:
1) Pengguna fasilitas perpustakaan Umum Kota Depok adalah
seluruh masyarakat
2) Pemustaka wajib mengisi buku kunjungan
3) Pemustaka wajib menitipkan tas, jaket, jas dan semua barang
yang tidak diperlukan di tempat penitipan kecuali barang-
barang berharga wajib untuk dibawa dan dijaga sendiri.
4) Pemustaka wajib menjaga kesopanan, ketertiban dan
ketenangan
61
5) Pemustaka tidak diperkenankan merokok di dalam gedung
perpustakaan
6) Pemustaka tidak diperkenankan makan dan minum di dalam
gedung perpustakaan
7) Pemustaka tidak diperkenankan mengambil, mencuri,
membawa buku atau barang-barang yang ada di Perpustakaan
Umum Kota Depok tanpa seizin pengelola perpustakaan
8) Pemustaka tidak diperkenankan untuk mengambil gambar
tanpa seizin petugas perpustakaan
9) Pemustaka wajib berpakaian rapi dan sopan
10) Pemustaka dapat memanfaatkan fasilitas hotspot sesuai dengan
waktu layanan dan ditempat yang disediakan
11) Pemustaka dapat mengambil sendiri bahan pustaka yang
dibutuhkan dan setelah menggunakan bahan pustaka diletakkan
diatas meja buku (drop box) yang telah disediakan
12) Koleksi referensi, koleksi khusus maupun terbitan berkala
hanya dapat dibaca ditempat (tidak boleh dipinjamkan dan atau
dibawa pulang)
13) Setiap peminjaman bahan pustaka wajib memiliki dan
menunjukkan Kartu Tanda Anggota yang masih berlaku dan
dilarang menggunakan Kartu Anggota Perpustakaan orang lain
14) Kartu Tanda Anggota Perpustakaan berlaku selama 5 tahun dan
dapat diperpanjang kembali
62
15) Pemustaka yang menghilangkan kartu perpustakaan akan
dikenakan skorsing pembuatan kartu selama 2 bulan
16) Pemustaka yang menghilangkan kartu perpustakaan lebih dari
2 (dua) kali maka akan dicabut keanggotaannya
17) Dicabutnya keanggotaan di Perpustakaan tidak menggugurkan
kewajiban mengembalikan pinjaman buku
18) Peminjaman bahan pustaka/buku maksimal 2 (dua) eksemplar
setiap kali pinjam selama 7 (tujuh) hari dan dapat diperpanjang
maksimal 1 (satu) kali
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis memaparkan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai tingkat kerusakan terhadap buku fiksi di Perpustakaan umum Kota
Depok yang telah penulis lakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk
mengetahui kerusakan koleksi buku fiksi dengan cara mendeskripsikan faktor
penyebab kerusakan dan proses pelestarian koleksi buku fiksi yang
dilaksanakan di Perpustakaan Umum Kota Depok serta memaparkan kendala
yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan pelestarian koleksi. Pelestarian
bahan pustaka merupakan upaya dalam menyelamatkan koleksi dari kerusakan
fisik dan juga informasi yang ada di dalamnya. Upaya pelestarian koleksi yang
dilakukan oleh Perpustakaan umum Kota Depok merupakan salah satu kegiatan
inti yang tidak lepas dari perpustakaan.
Dalam bab ini untuk memperoleh infomasi yang lebih akurat penulis
melakukan wawancara serta memaparkan hasil wawancara dengan para
63
informan yang bersangkutan yakni berjumlah tiga orang pustakawan di
Perpustakaan umum Kota depok yang menangani dan ikut serta didalam
kegiatan pelestarian koleksi buku fiksi. Kegiatan wawancara dan observasi ini
dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan, sejak tanggal 24 Juni sampai
dengan 24 Agustus 2019.
1. Faktor yang mempengaruhi kerusakan buku fiksi di Perpustakaan
Umum Kota Depok
Untuk mengetahui faktor penyebab kerusakan buku fiksi pertama-tama
yaitu mendeskripsikan kerusakan buku fiksi. Kerusakan buku fiksi yang
terjadi di Perpustakaan Umum Kota Depok merupakan kerusakan yang
paling banyak terjadi dibandingkan dengan koleksi umum lain nya.
Kerusakan buku fiksi terjadi pada setiap harinya dengan beragam jenis
kerusakan. Seperti yang dipaparkan oleh informan Rudi Suhartono, berikut:
“untuk koleksi fiksi yang rusak setiap harinya ada sekitar 15 buku
yang di berikan ke saya dari bagian layanan kan sudah
mengumpulkan buku, nah itu semua dari perpustakaan sama dari
mobil perpustakaan keliling”46
Seiring dengan kerusakan yang terjadi, perbaikan koleksi fiksi yang
dilakukan oleh pustakawan bagian pelestarian cukup banyak setiap hari nya.
“saya memperbaiki setiap harinya sekitar 10 sampai 30 buku
perpustakaan sih kadang yang udah rusak kemarin saya baru perbaiki
hari ini”47
46 Wawancara Pribadi dengan Informan Rudi Suhartono pada tanggal 26 September 2019 47 Wawancara Pribadi dengan Informan Rudi Suhartono pada tanggal 26 September 2019
64
Berdasarkan hasil wawancara tersebut jumlah kerusakan yang terjadi di
Perpustakaan Umum Kota Depok dengan perbaikan tidaklah sama, jumlah
perbaikan lebih besar dibandingkan dengan kerusakan pada setiap harinya,
kerusakan yang terjadi tidak hanya ada di dalam ruangan perpustakaan
melainkan ada pula kerusakan yang berasal dari mobil perpustakaan keliling.
Pustakawan pun tidak selalu langsung memperbaiki di hari yang sama
dengan ketika buku yang rusak tersebut di serahkan.
Berikut ini adalah buku fiksi yang mengalami kerusakan berasal dari
mobil perpustakaan keliling dan ruang perpustakaan. Perpustakaan keliling
beroperasi setiap hari menyebabkan banyak terjadi kerusakan karena
penggunaan yang cukup besar di berbagai lokasi yang di datangi, hal tersebut
di jelaskan pada tabel dibawah ini:
No Judul buku Jenis kerusakan Jumlah Asal buku
1 Bangun Pagi Cover terlepas 3 buku Perpustakaan keliling
2 Serunya Liburan Cover terlepas 2 buku Perpustakaan keliling
3 Senangnya Memelihara
Binatang
Cover terlepas 2 buku Perpustakaan keliling
4 Rahasia Keajaiban Bumi Halaman terlepas 1 buku Perpustakaan keliling
5 Kamera Penghisap Jiwa Cover terlepas 2 buku Ruang perpustakaan
65
6 Sunset Bersama Rosie Halaman terlepas
dan sampul robek
1 buku Ruang perpustakaan
7 Pergi Halaman robek dan
cover terlepas
2 buku Ruang perpustakaan
8 Menolong Binatang Halaman terlepas 1 buku Ruang perpustakaan
9 Bajak Laut dan Monster
Air
Cover terlepas 1 buku Ruang perpustakaan
JUMLAH 15 Buku
Tabel 3. Kerusakan Fiksi Per tanggal 25 Juni 2019
Seperti yang sudah di jelaskan pada pembahasan diatas bahwa
kerusakan yang terjadi tidak hanya terdapat pada mobil perpustakaan
keliling melainkan terjadi pula pada ruang perpustakaan yang dimana
merupakan pusat bertemunya pemustaka dengan koleksi secara langsung.
Berdasarkan kedua tabel diatas, kerusakan yang terdapat pada perpustakaan
keliling dan ruang Perpustakaan Umum Kota Depok pada tanggal 25 Juni
2019 berjumlah 15 buku fiksi. Mayoritas kerusakan yang terjadi pada
koleksi fiksi tersebut adalah cover terlepas.
Jenis koleksi fiksi yang terdapat di Perpustakaan Umum Kota Depok
dipaparkan juga oleh informan Sri Novi Ningsih, yang menyatakan bahwa:
“paling banyak sih jenisnya buku novel, lainnya ada buku dongeng,
cerita rakyat, fabel, cerita binatang, legenda, komik, buku bacaan
bergambar. Itu sih ya”
66
Berdasarkan hasil tersebut, jenis koleksi fiksi yang paling banyak
disediakan oleh Perpustakaan Umum Kota Depok adalah fiksi novel. Selain
itu terdapat beberapa jenis fiksi lainnya yang juga tersedia di perpustakaan.
a. Faktor dominan penyebab kerusakan buku fiksi yang terjadi di
Perpustakaan Umum Kota Depok
Untuk mengetahui faktor dominan penyebab kerusakan buku
fiksi, pertama harus diketahui terlebih dahulu yaitu apa saja yang
menjadi faktor penyebab kerusakan yang terjadi di perpustakaan.
Dijelaskan di dalam bab 2 faktor penyebab kerusakan yaitu faktor
kimia, fisika, biologi dan faktor manusia. Faktor kimia merupakan
kerusakan yang disebabkan karena kandungan asam dalam kertas yang
dapat merusak koleksi, asam yang terkandung di dalamnya yang juga
berasal dari tinta. Faktor fisika kerusakan yang disebabkan oleh faktor
lingkungan seperti suhu dan kelembaban. Faktor biologi yaitu berasal
dari jamur, serangga dan binatang pengerat, dan yang terakhir berasal
dari faktor manusia dan lain-lain yaitu pemustaka maupun pustakawan
yang berada di dalam ruang perpustakaan dan bencana alam serta
kerusakan yang disebabkan oleh karakteristik koleksi itu sendiri seperti
kualitas kertas.
1) Faktor manusia
Faktor penyebab kerusakan koleksi yang berasal dari
manusia salah satunya yaitu pemustaka yang belum mentaati
67
aturan dalam menggunakan perpustakaan dan memperlakukan
koleksi secara baik menjadi faktor penyebab kerusakan yang
paling dominan. Hal tersebut diungkapkan oleh informan Rudi
Suhartono sebagai berikut:
“ya itu tadi dari pemustakanya sendiri, jadi dari faktor
manusia ya menjadi dominasi penyebab kerusakan fiksi
disini yang kurang bisa menjaga koleksi dengan baik.
Kadang ditemuin koleksi yang udah rusak parah udah pada
lepas sama hilang-hilangan di dalam rak itu”48
Faktor manusia seperti buku sering dipinjam juga
mempengaruhi kerusakan seperti hal nya penulis juga
mewawancarai informan Sri Novi Ningsih selaku Pustakawan
Ahli Utama sekaligus penanggung jawab pelayanan,
mengatakan bahwa:
“Kalau penyebab kerusakan itu ya karna kita kan
perpustakaan terbuka, koleksi boleh dibawa pulang,
boleh dipinjamkan dan sering ada koleksi yang sehabis
dikembalikan lalu besoknya dipinjamkan lagi oleh
pemustaka yang lain, nah itu kadang kembali dalam
keadaan terlipat, lecek, dan bahkan sobek.”49
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, tergambar jelas
bahwa penyebab terjadinya kerusakan koleksi di Perpustakaan
umum Kota Depok berasal dari faktor manusia karena sistem
perpustakaan yang terbuka maka dari itu koleksi diperbolehkan
untuk dipinjam.
48 Wawancara Pribadi dengan informan Rudi Suhartono pada tanggal 25 Juni 2019 49 Wawancara Pribadi dengan informan Sri Novi Ningsih pada tanggal 26 September 2019
68
Tingginya peminjaman koleksi perpustakaan juga
mempengaruhi tingkat kerusakan. Berikut digambarkan dalam
tabel beberapa koleksi fiksi di Perpustakaan Umum Kota Depok
yang paling sering di pinjam sebagai berikut:
No Judul Pengarang Jenis
koleksi
Frekuensi
peminjaman
1 Negeri 5 Menara Ahmad Fuadi Fiksi/
Novel
5 kali
2 Rembulan
Tenggelam Di
Wajahmu
Tereliye Fiksi/
Novel
5 kali
3 Sunset Bersama
Rosie
Tereliye Fiksi/
Novel
4 kali
4 Ayahku Bukan
Pembohong
Tereliye Fiksi/
Novel
4 kali
5 Burlian: Serial
anak-anak mamak
Tereliye Fiksi/
Novel
3 kali
6 Remember Rain Jihan Nur
Pratiwi
Fiksi/
Novel
4 kali
7 Ayat-ayat Cinta 2 Habiburrahman
El Shirazy
Fiksi/
Novel
5 kali
69
8 Negeri Para
Bedebah
Tereliye Fiksi/
Novel
4 kali
Tabel 4. Koleksi Paling Sering di Pinjam per Oktober 2019
Tergambar jelas pada tabel 3 bahwa koleksi fiksi
merupakan koleksi yang paling sering di pinjam. Koleksi novel
atau hiburan menjadi koleksi hiburan yang juga sering
digunakan oleh pemustaka. Maka dari itu, koleksi fiksi ini sering
mengalami kerusakan bahkan sampai hilang tidak kembali.
Perlu adanya tindakan untuk menanggulangi kerusakan yang
terjadi di Perpustakaan seperti bimbingan pemakai. Hal tersebut
dipaparkan oleh informan Rudi Suharto sebagai berikut:
“Sebenarnya kan sudah ada peraturan tata tertib
perpustakaan, mungkin kedepannya akan diadakan
bimbingan pemakai kalau kerusakan semakin parah ya
memang harus diadakan kegiatan itu”50
Berdasarkan hasil diatas tergambar jelas bahwa kegiatan
bimbingan pemakai baru akan diadakan kedepannya, oleh sebab
itu hal tersebut sebagai penyebab kerusakan yang disebabkan
oleh faktor manusia.
2) Faktor Kimia
Faktor kimia yaitu berasal dari kualitas kertas yang
kurang baik. Oleh karena itu karakteristik koleksi itu sendiri
menjadi faktor penyebab kerusakan, koleksi tersebut rentan
50 Wawancara Pribadi kepada informan Rudi Suhartono pada tanggal 25 Juni 2019
70
rusak karena mempunyai kualitas kertas yang kurang bagus.
Dari hasil wawancara dengan informan Rudi Suhartono selaku
pustakawan bagian preservasi, mengatakan bahwa:
“Faktor penyebab kerusakan disini itu beragam, kalau
kerusakan dari dalam itu karena sekarang kualitas dari
kertas itu sendiri, buku sekarang itu pada rentan rusak pada
tipis tipis jadi gampang robek, rusak.”51
Berdasarkan hasil tersebut tergambar jelas bahwa
kualitas kertas buku fiksi mempengaruhi kerusakan yang terjadi,
seperti halnya kertas yang tipis dan mudah robek akan
mempengaruhi ketahanan buku fiksi tersebut.
Dari hasil wawancara dengan informan Rudi Suhartono
terkait dengan kualitas kertas yang mempengaruhi kerusakan,
sebagai berikut:
“karena kan buku itu sering berpindah tangan ya,
perlakuannya pun berbeda-beda ya, kalau pemustakanya
memegang koleksi tersebut secara kasar ya pastinya bisa
robek apalagi tipis bisa dengan mudah sekali atau kena air
misalnya itu juga bisa robek, bisa bolong juga kan”52
Berdasarkan hasil diatas kualitas kertas dan pemustaka
merupakan hal yang berkaitan, kualitas kertas yang kurang baik
serta pemustaka yang kurang mempunyai rasa untuk memiliki
koleksi akan menyebabkan terjadinya kerusakan.
51 Wawancara Pribadi kepada informan Rudi Suhartono pada tanggal 26 September 2019 52 Wawancara Pribadi dengan Informan Rudi Suhartono pada tanggal 25 Juni 2019
71
Kualitas kertas yang menjadi faktor penyebab kerusakan
pada buku fiksi terlebih dahulu harus diketahui terkait anggaran
yang diberikan kepada perpustakaan, karena hal tersebut bisa
saja berkaitan. Seperti yang terjadi di Perpustakaan Umum Kota
Depok, hal tersebut dipaparkan oleh informan Sri Novi Ningsih
sebagai berikut:
“Jadi begini ya, perpustakaan pertahun dari anggaran
yang diberikan harus memiliki sebanyak 5000 buku dan
dengan budget yang ditentukan harus Rp 35.000 untuk
masing-masing buku, ya jadi gimana memaksimalkan
anggaran harus dapet buku seharga 35.000 rupiah”53
Berdasarkan hasil wawancara diatas tergambar jelas
bahwa pembelian buku telah ditentukan oleh anggaran yang
diberikan, oleh karena itu dengan budget yang terbatas
perpustakaan diharuskan agar dapat membeli buku dengan
jumlah yang sudah ditentukan. Maka dari itu dengan harga
tersebut buku yang di dapatkan juga kualitasnya sesuai dengan
harga.
Adapun disebutkan oleh informan Rudi Suhartono
terkait kualitas kertas yang dipaparkan dibawah ini:
“kualitas kertas yang baik sih bagi saya ya yang pastinya
agak tebal tintanya juga bagus gak mudah luntur nantinya,
lapisannya halus dan juga warnanya tidak buram ya”
53 Wawancara Pribadi dengan Informan Sri Novi Ningsih pada tanggal 14 Agustus 2019
72
Berdasarkan hasil tersebut maka, kualitas kertas yang
baik akan mempengaruhi ketahanan buku dan ciri fisik kertas di
dalam buku tersebut guna untuk nanti kedepannya dan dalam
jangka panjang.
3) Faktor biologi
Faktor penyebab terjadinya kerusakan lain oleh serangga
dan hewan pengerat yang ada di perpustakaan. Serangga dan
hewan pengerat merupakan musuh yang paling menakutkan
bagi perpustakaan karena mereka merusak dengan cara menodai
hingga mencabik dan memakan buku sampai habis. Salah satu
upaya yang dilakukan biasanya dengan melakukan
penyemprotan bahan pembasmi serangga yang disebut sebagai
fumigasi. Hal ini disebutkan oleh narasumber Irmasari yang
menyatakan sebagai berikut:
“Kalau untuk fumigasi kita belum ya belum pernah ada di
lakukan di perpustakaan. Memang seharusnya ada karena
kan serangga dan hewan, jamur jamur dibuku itu juga jadi
faktor penyebab kerusakan”54
Berdasarkan hasil wawancara tersebut Perpustakaan
Umum Kota Depok belum pernah melakukan fumigasi maka hal
tersebut yang menjadi salah satu penyebab kerusakan yang
disebabkan oleh serangga dan hewan.
54 Wawancara Pribadi kepada informan Irmasari pada tanggal 14 Agustus 2019
73
Dari hasil wawancara dengan informan Irmasari selaku
pustakawan penanggung jawab layanan, menyatakan bahwa:
“sejauh ini sih belum pernah lihat ya, cuma pustakawan
kami ketika lagi selving lalu lagi pegang buku di rak itu
seperti mencium bau kecoa sama pernah juga walang sangit
kan hewan hewan itu kalau lewat kan baunya udah kecium”
“mungkin karena itu pohon yang daun dan akarnya sudah
menyentuh jendela perpustakaan jadi bisa saja sewaktu
waktu masuk ke dalam ruangan”55
Tergambar jelas bahwa pernah ada hewan berupa kecoa
dan walang sangit yang memasuki ruangan perpustakaan hal
tersebut ditandai dengan buku di dalam rak berbau seperti telah
dilintasi oleh kedua hewan tersebut yang masuk melalui jendela
perpustakaan.
2. Proses pelestarian koleksi buku fiksi di Perpustakaan Umum Kota
Depok
Hal utama terkait dengan proses pelestarian koleksi buku fiksi di
Perpustakaan Umum Kota Depok yaitu membahas mengenai tidak adanya
pedoman dan kebijakan khusus terkait pelestarian. Selain itu pemustaka
yang kurang dapat menjaga koleksi dengan baik sehingga kerusakan sering
kali terjadi. Berdasarkan pemaparan dari informan Catur Sri Astuti sebagai
berikut:
“Untuk buku pedoman khusus dari perpustakaan umum kota depok
ini memang seharusnya ada tapi sampai sekarang belum ada ya
sampai saat ini kami mengacu pada peraturan walikota PERWAL
55 Wawancara Pribadi kepada informan Irmasari pada tanggal 14 Agustus 2019
74
No. 79 Tahun 2016 tentang tugas dan fungsi dinas kearsipan dan
perpustakaan di dalamnya itu ada tugas dari bidang perpustakaan
ada tentang preservasi atau pelestarian”56
Menurut penulis, pelestarian koleksi yang dilakukan di perpustakaan
umum Kota depok masih tergolong sederhana dan tidak ada buku pedoman
tentang pelestarian koleksi secara khusus. Pedoman yang menjadi acuan
Perpustakaan Umum Kota Depok yaitu dari PERWAL No.79 Tahun 2016.
Kerusakan koleksi buku fiksi yang terjadi di Perpustakaan umum Kota
Depok menghasilkan berbagai macam jenis kerusakaan. Dari hasil
wawancara dengan informan Rudi Suhartono, menyatakan bahwa:
“Kalau jenis untuk kerusakan fiksi disini biasanya ya seperti cover
terlepas, halaman terlepas, hilang halaman, kulit buku terkelupas,
halaman robek, kotor terkena noda dan sampul robek dan terlepas,
lem nya lepas, kerusakan paling parah sih kalau sudah hilang
halaman ”57
Berdasarkan hasil wawancara tersebut jenis kerusakan yang terjadi di
Perpustakaan umum Kota Depok dari kerusakan ringan hingga kerusakan
yang paling berat. Jenis kerusakan yang hanya terjadi pada koleksi fiksi
pun juga dipaparkan oleh informan Rudi Suhartono sebagai berikut:
“Yang membedakan sih itu buku fiksi hampir setiap hari selalu ada
buku yang rusak hilang halaman karena kan hilang halaman itu
termasuk jenis kerusakan paling berat ya, paling itu aja sih soalnya
koleksi lainnya tidak pernah mengalami kerusakan seperti hilang
halaman hanya fiksi saja”58
56 Wawancara Pribadi dengan informan Catur Sri Astuti 14 Agustus 2019 57 Wawancara dengan informan Rudi Suhartono pada tanggal 26 September 2019 58 Wawancara dengan informan Rudi Suhartono pada tanggal 26 September 2019
75
Berdasarkan hasil tersebut, tergambar jelas bahwa adanya perbedaan
antara jenis kerusakan bahan pustaka lainnya dengan buku fiksi yaitu jenis
kerusakan hilang halaman.
Berikut adalah penjabaran jenis kerusakan buku fiksi yang terjadi di
Perpustakaan Umum Kota Depok:
1) Jenis kerusakan yang terjadi pada koleksi novel dibawah ini adalah
kerusakan lepas halaman pada buku. Kerusakan ini berasal dari
pemustaka yang meminjam buku dan mengembalikan buku dengan
keadaan rusak terlihat buku tersebut ada di meja sirkulasi. Penyebab
lain karena buku novel tersebut merupakan salah satu koleksi yang
paling sering dipinjam oleh pemustaka.
Gambar 1. Kerusakan lepas halaman
2) Kerusakan yang terjadi pada koleksi fiksi berjenis buku bacaan
bergambar yang berjudul “Hadist untuk Anak Rasulullah
Teladanku” merupakan kerusakan jenis hilang cover. Kerusakan ini
76
ditemukan di dalam rak koleksi pada ruang koleksi anak. Menurut
pustakawan yang bertugas ruang koleksi anak kerusakan tersebut
kemungkinan terjadi karena dua hal yaitu disebabkan oleh anak-
anak yang mengambil buku dengan cara memegang cover buku
saja, bukan memegang buku secara keseluruhannya, dengan tarikan
yang kuat dan kondisi rak yang rapat dapat menyebabkan
terlepasnya cover, penyebab kedua yaitu anak anak yang saling
berebut untuk mendapatkan buku tersebut.
Gambar 2. Kerusakan hilang cover
3) Kerusakan yang terjadi pada koleksi fiksi berjenis cerita rakyat
yang berjudul “Cerita Rakyat Nusantara” yaitu cover terlepas dan
robek yang menempel pada sisi bagian punggung dalam buku.
Koleksi fiksi ini merupakan salah satu buku yang sangat tebal dan
sempat menjadi salah satu buku yang sering dibaca di perpustakaan
oleh pemustaka, karena sering berpindah-pindah tangan dan cara
77
perlakuan yang berbeda-beda menyebabkan koleksi ini mengalami
kerusakan seperti pada gambar di bawah ini. Koleksi ini hanya ada
1 judul.
Gambar 3. Kerusakan lepas cover
4) Kerusakan pada koleksi dibawah ini merupakan jenis kerusakan
karena lem perekat yang terlepas. Koleksi ini merupakan salah satu
koleksi yang sering dipinjam. Menurut Rudi Suhartono selaku
orang yang menangani kerusakan, koleksi ini sudah lebih dari dua
kali diperbaiki, terlihat dari adanya bekas lem yang menempel
ditengah-tengah halaman. Bukan saja karena pemustaka yang
merusak, melainkan teknik perbaikan yang dilakukan dinilai kurang
tepat.
78
Gambar 4. Kerusakan karena lem perekat
5) Kerusakan yang terjadi pada koleksi fiksi yang berjenis buku cerita
bergambar terletak pada sampul plastik buku yang merupakan
kerusakan yang cukup ringan, karena kerusakan ini tidak langsung
mengenai pada cover buku, karena fungsi dari sampul plastik ini
adalah melindungi cover. Sampul plastik juga melindungi cover
buku dari noda sehingga tidak langsung mengenai koleksi.
Gambar 5. Kerusakan pada sampul buku
79
a. Perawatan atau Pemeliharaan Koleksi Buku Fiksi
Pemeliharaan koleksi bahan pustaka khususnya koleksi buku
fiksi di Perpustakaan Umum Kota Depok merupakan suatu upaya
untuk menjaga keselamatan koleksi dari kerusakan yang terjadi di
perpustakaan. Perawatan koleksi yang dilakukan di perpustakaan pada
umumnya seperti membersihkan rak atau lemari koleksi, dan juga
koleksi bahan pustakanya sendiri dari debu yang menempel, penataan
dan pengaturan koleksi yang sesuai, memberikan larangan kepada
pengunjung seperti tidak makan dan minum di dalam ruang baca
perpustakaan, namun tidak hanya perawatan pada koleksi yang harus
diperhatikan, menjaga kebersihan ruangan perpustakaan pun juga
penting untuk dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh informan Sri
Novi Ningsih sebagai berikut:
“Hmm perawatan ya, kalau perawatan kami ada OB (Office Boy)
yang biasa bersihkan perpus sebelum dibuka, biasanya di sapu, di
pel, terus pakai kemoceng koleksi buku-buku di bersihkan juga”59
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan tersebut dapat
disimpulkan bahwa dalam segi perawatan dalam menjaga kebersihan
koleksi dan ruangan Perpustakaan Umum Kota Depok telah
melaksanakan dengan sebaik mungkin dan dilakukan setiap hari. Dari
segi perawatan, tidak hanya fokus kepada koleksi fiksi melainkan
mencakup perawatan koleksi dan juga ruangan perpustakaan.
59 Wawancara Pribadi dengan informan Sri Novi Ningsih 25 Juni 2019
80
b. Pencegahan Kerusakan Koleksi Buku Fiksi
Pelestarian koleksi di perpustakaan tidak lepas dari usaha
pencegahan bahan pustaka dari kerusakan. Pencegahan kerusakan
bahan pustaka dilakukan dari sedini mungkin untuk mengantisipasi
terjadinya kerusakan yang lebih berat. Usaha pencegahan yang
dilakukan oleh Perpustakaan Umum Kota Depok seperti yang
dipaparkan oleh informan Rudi Suhartono berikut:
“Untuk pencegahannya ya disini paling dengan menggunakan AC
diruang baca dan koleksi-koleksinya, walaupun belum sesuai
dengan standar dan tidak 24 jam dinyalahkan tapi setidaknya bisa
meminimalisir”60
Berdasarkan hasil wawancara diatas, Perpustakaan Umum Kota
Depok telah melakukan pencegahan kerusakan dengan menggunakan
pendingin ruangan (Air Conditiner) dengan tujuan meminimalisir
terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh faktor fisika seperti yang
telah dipaparkan di dalam bab 2 yaitu faktor penyebab kerusakan
bahan pustaka di perpustakaan walaupun belum dilakukan dengan
maksimal.
Pencegahan kerusakan bahan pustaka tidak hanya sebatas
penggunaan pendingin ruangan, terdapat usaha lain yang dilakukan
oleh perpustakaan seperti yang disebabkan oleh manusia.
Perpustakaan memiliki peran penting untuk melakukan kontrol
terhadap koleksi bahan pustakanya, salah satunya dengan menerapkan
60 Wawancara Pribadi dengan informan Rudi Suharto pada tanggal 26 September 2019
81
peraturan untuk pemustaka yang menggunakan koleksi dan yang
meminjam. Perpustakaan juga harus memberikan sanksi kepada
pemustaka yang telah melanggar peraturan tersebut. Seperti yang
disampaikan oleh informan Sri Novi Ningsih berikut:
“Ya tentu saja kami membuat peraturan dan juga ada sanksi yang
akan diberikan bagi pemustaka yang melanggar. peraturannya
seperti dilarang makan dan minum di dalam ruangan, sanksi bagi
pemustaka yang menghilangkan buku. Karena kami kan
perpustakaan terbuka ya jadi koleksi boleh dipinjamkan khusus
warga depok, ketika ada yang terlambat mengembalikan buku
sanksi yang diberikan yaitu dengan skorsing, kami tidak ada denda
jadi apabila telat sehari tidak boleh pinjam seminggu dan
seterusnya, apabila menghilangkan ya harus mengganti dengan
buku yang sama”61
Berdasarkan hasil penelitian tersebut Perpustakaan Umum Kota
Depok melakukan upaya pencegahan yang disebakan oleh manusia
dengan membuat peraturan dan memberikan sanksi bagi pemustaka
yang melanggarnya. Peraturan dan sanksi tersebut bertujuan untuk
memberikan efek jera terhadap pengguna yang melanggar dan
meminimalisir terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh
pemustaka.
Kesadaran pemustaka terhadap koleksi yang telah dipinjam
merupakan hal yang penting karena jika tidak adanya kesadaran atau
rasa kebersamaan terhadap koleksi tersebut bisa merugikan banyak
pihak seperti perpustakaan sebagai penyedia koleksi dan juga
61 Wawancara Pribadi dengan informan Sri Novi Ningsih pada tanggal 26 September 2019
82
pustakawan lain sebagai pengguna. Seperti yang telah dijabarkan oleh
informan Sri Novi Ningsih menyatakan bahwa:
“sampai saat ini sih ada sekitar 1000 (seribu) buku lebih sih ya,
kami sudah menghubungi via sms atau via whatsapp namun tidak
ada jawaban jadi yang lost aja gitu tidak kembali lagi, itu sering
terjadi buku buku fiksi.”62
Berdasarkan hasil diatas, kesadaran pemustaka terhadap koleksi
yang dimiliki oleh perpustakaan sangat kurang, terlihat dengan jelas
bahwa buku yang tidak dikembalikan oleh pemustaka jumlahnya
cukup banyak.
Pencegahan terhadap koleksi buku fiksi perlu diperhatikan
secara khusus, karena koleksi buku fiksi di Perpustakaan Umum Kota
Depok merupakan koleksi yang banyak diminati oleh pengunjung.
Seperti yang dipaparkan oleh informan Irmasari selaku pustakawan
sebagai berikut:
“Nah untuk koleksi fiksi ya disini kami rawat dengan extra karena
peminjaman yang banyak setiap harinya, pada dasarnya
perawatan untuk koleksi umum yang lainnya dengan koleksi fiksi
sebagian besar sama, namun berbeda pada perhatian khusus
seperti setiap koleksi fiksi disini harus diberikan sampul plastik
untuk menjaga agar gak cepat rusak cover depannya, untuk koleksi
lainnya pun diberikan sampul namun diutamakan untuk koleksi
fiksi ini, usaha lainnya melakukan double cek terhadap ketersedian
koleksi di rak apakah hilang atau rusak”63
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada beberapa perbedaan
di dalam pencegahan kerusakan koleksi buku fiksi dengan koleksi
62 Wawancara Pribadi kepada informan Sri Novi Ningsih pada tanggal 14 Agustus 2019 63 Wawancara Pribadi dengan infoman Irmasari 14 Agustus 2019
83
bahan pustaka lainnya, perbedaan tersebut tidak berarti koleksi lain
tidak dirawat dengan baik, hanya saja koleksi buku fiksi lebih
diutamakan guna untuk menjaga masa pakai koleksi agar dapat
digunakan oleh banyak pemustaka dalam jangka panjang.
Pencegahan kerusakan tidak hanya sebatas hal yang telah
disebutkan diatas, penyebab kerusakan buku fiksi di Perpustakaan
Umum Kota Depok yaitu manusia. Oleh karena itu perlu adanya
bimbingan pemakai (user education). Hal tersebut diungkapkan oleh
narasumber Sri Novi Ningsih yang mengatakan bahwa:
“kalau untuk bimbingan pemakai untuk di ruangan perpustakaan
belum pernah dilakukan kalau di pusling beberapa kali dilakukan
sih soalnya anak-anak suka gak sabar mau langsung ambil buku
jadi ya belum sempat untuk bimbingan pemakai”64
Berdasarkan hasil tersebut, terungkap jelas bahwa tidak pernah
dilakukan bimbingan pemakai sebagai upaya pencegahan kerusakan
yang disebabkan oleh manusia. Kegiatan tersebut hanya dilakukan
beberapa kali pada perpustakaan keliling.
c. Perbaikan Koleksi Buku Fiksi
Setelah pencegahan bahan pustaka terdapat juga perbaikan
terhadap bahan pustaka yang sudah mengalami kerusakan. Perbaikan
bahan pustaka atau disebut sebagai restorasi merupakan suatu kegiatan
yang penting untuk dilakukan untuk menjaga koleksi agar dapat
digunakan kembali dalam jangka waktu yang lebih lama dengan
64 Wawancara Pribadi dengan infoman Sri Novi Ningsih 26 September 2019
84
melakukan perbaikan. Proses perbaikan koleksi buku fiksi sudah
semestinya dilakukan sejak dari kerusakan ringan agar kerusakan tidak
semakin parah. Begitupun juga penangan terhadap kerusakan yang
berat segera mungkin harus ditangani.
1. Kerusakan pada punggung buku fiksi
a) Sebelum diperbaiki
Koleksi fiksi dengan judul “Aku Bilang Bismillah”
merupakan koleksi yang terdapat pada ruang koleksi anak
di Perpustakaan Umum Kota Depok. Kerusakan yang
dialami koleksi fiksi ini terdapat pada bagian punggung
buku yang terkelupas pada bagian atas nya dan pada bagian
bawahnya berkerut dan hampir terkelupas.
Gambar 6. Kerusakan pada punggung buku
b) Proses perbaikan
Proses perbaikan pada jenis kerusakan ini, dilakukan
penjilidan dengan menggunakan lakban hitam dan
85
ditempelkan pada punggung buku yang rusak. Proses ini
tidak memakan waktu yang lama. Pustakawan bagian
preservasi tersebut hanya melepaskan nomor panggil buku,
lalu meletakkan lakban pada punggung buku yang
mengalami kerusakan dengan sedikit terkelupas pada
bagian atas. Di dalam proses perbaikan ini dapat dikatakan
mudah, karena hanya membutuhkan bahan berupa lakban
hitam dan gunting untuk memotong bagian lakban yang
ditempel melebihi koleksi tersebut. Setelah selesai proses
penempelan lakban hitam dan dilihat sudah sama rata pada
punggung atas dan bawah, selanjutnya ditempelkan kembali
nomor panggil buku yang sebelumnya dilepas ke bagian
bawah punggung buku.
Gambar 7. Perbaikan dengan melakban
86
c) Setelah di perbaiki
Setelah melalui proses perbaikan seperti menempelkan
lakban hitam dan juga nomor panggil pada punggung buku
fiksi tersebut maka perbaikan telah selesai dilakukan dan
koleksi dikumpulkan untuk dikembalikan ke dalam rak di
ruang perpustakaan anak seperti semula. Proses perbaikan
koleksi ini terbilang sederhana. Koleksi fiksi yang telah
selesai diperbaiki memiliki hasil seperti gambar 4.8
dibawah ini.
Gambar 8. Setelah buku diperbaiki
2. Kerusakan lepas halaman
a) Sebelum di perbaiki
Kerusakan lepas halaman merupakan kerusakan
nomor satu yang paling sering terjadi. Kerusakan yang
dialami oleh koleksi fiksi yang berjudul “Pale Face In The
Darkness” pada gambar 4.9 dibawah ini yaitu kerusakan
87
berupa halaman yang terlepas dari halaman lain dan juga
terlepas dari cover nya. Koleksi ini terdapat pada ruang
koleksi umum dan terletak di dalam rak kelas 800 yang
merupakan bagian dari rak koleksi fiksi. Kerusakan seperti
ini terjadi karena koleksi ini merupakan salah satu koleksi
yang paling sering dipinjam pada masanya. Oleh karena itu
lah koleksi ini sering berpindah tangan dan perawatan dari
yang menggunakan berbeda-beda kemudian menyebabkan
koleksi ini rusak dan butuh diperbaiki.
Gambar 9. Kerusakan lepas halaman
b) Proses perbaikan
Dalam memperbaiki koleksi fiksi tersebut terdapat
beberapa langkah yang dilakukan oleh pustakawan.
Langkah pertama, menyatukan halaman buku yang terlepas
dari satu halaman dengan halaman lainnya. Pemberian lem
pada halaman buku yang terlepas dengan menggunakan
88
jenis lem reskol. Setelah di lem buku tersebut di satukan
kembali dengan cara menekan bagian tersebut agar halaman
tersebut dapat kembali menyatu dengan halaman yang lain
nya. Berikut dapat terlihat pada gambar 4.10 dibawah ini.
Gambar 10. Pemberian lem pada halaman
Langkah kedua, setelah halaman buku tersebut
menyatu kembali dan lem reskol yang digunakan
sebelumnya dirasa sudah kering, maka pada bagian
punggung bagian dalam buku diberikan lem aibon secara
menyeluruh pada bagian tersebut. Lalu halaman tersebut
ditempelkan pada cover buku. Sebelum ditempelkan, cover
buku tersebut sudah lebih dulu diberikan lem jenis aibon dan
selanjutnya di satukan kembali dengan cover nya.
89
Gambar 11. Pemberian Lem Aibon pada Punggung Buku
Gambar 12. Merekatkan Halaman dengan Cover
Langkah ketiga, buku yang telah di rekatkan dengan
covernya tersebut, lalu dimasukan kedalam alat yang
disebut sebagai alat pres-an buku agar buku dengan
covernya menyatu kembali dan tujuannya agar lem merekat
kuat pada cover nya. Langkah ini cukup memakan waktu
lama karena di diamkan sekitar 10 sampai 15 menit. Pada
langkah ini benar-benar dilakukan agar kekuatan pada lem
90
yang diberikan dapat dengan maksimal merekatkan bagian
halaman dengan cover pada buku tersebut.
Gambar 13. Pengepres-an Buku
Langkah keempat, setelah buku dirasa sudah merekat
kuat dengan dua jenis lem yang telah diberikan yaitu lem
reskol untuk menyatukan halaman per halaman dan lem
aibon untuk menyatukan halaman dengan cover buku maka
buku tersebut diambil dan dipindahkan pada alat yang
disebut sebagai alat pemotong buku. Setelah itu dilakukan
pemotongan pada bagian sisi kanan halaman buku yang
dilihat tidak merata. Hal tersebut bertujuan untuk meratakan
setiap halaman agar menjadi rata pada sisi halaman dan juga
cover nya.
91
Gambar 14. Pemotongan Sisi Luar Halaman
c) Setelah di perbaiki
Setelah melewati tahapan demi tahap dalam
perbaikan koleksi fiksi dengan judul “Pale Face In The
Dark” tersebut hasil yang terlihat terpapar pada gambar 4.16
di bawah ini. Selanjutnya koleksi dipisahkan dan disatukan
dengan koleksi lain yang telah selesai diperbaiki dan
dikumpulkan untuk diberikan pada bagian sirkulasi untuk di
letakkan kembali kedalam rak seperti semula.
92
Gambar 15. Buku Setelah diperbaiki
3. Kerusakan Lepas Cover
a) Sebelum di perbaiki
Jenis kerusakan ini merupakan kerusakan yang sering
terjadi setelah kerusakan lepas halaman. Bahkan pada jenis
kerusakan ini pustakawan sering menemukan buku yang
setelah diperbaiki kembali mengalami kerusakan.
Kerusakan yang terjadi pada koleksi fiksi ini yaitu seluruh
bagian halaman buku terlepas dari cover nya. Hal tersebut
bukanlah hal yang sulit untuk di perbaiki karena tidak harus
menyatukan satu persatu halaman seperti pada jenis
kerusakan lepas halaman.
93
Gambar 16. Kerusakan Lepas Cover
b) Proses Perbaikan
Perbaikan pada koleksi buku fiksi yang berjudul “101
Dongen Sebelum Tidur” tidak memiliki banyak tahapan
yang harus dikerjakan dalam jenis kerusakan ini.
Pustakawan hanya memperbaiki dengan cara merekatkan
lem aibon pada bagian sisi dalam tempat dimana halaman
dengan cover tersebut menyatu dan juga pada bagian cover
dalam nya.
Gambar 17. Perbaikan Cover yang Terlepas
94
Setelah itu, halaman dengan cover yang sudah diberi
lem aibon direkatkan dan di tekan-tekan agar lem tersebut
merekat terlihat pada gambar 4.18 lem telah direkatkan pada
bagian dalam cover dan seluruh bagian sisi dalam halaman
buku dibuktikan dengan terlihat warna kuning pada bagian
dalam yaitu warna lem aibon. Setelah itu terlihat pada
gambar 4.20 koleksi fiksi yang berjudul “101 Dongeng
Sebelum Tidur” telah selesai diperbaiki lalu diletakkan
bersamaan dengan koleksi yang juga telah selesai diperbaiki
setelah itu diberikan pada bagian sirkulasi untuk diletakkan
kembali ke dalam rak sesuai dengan nomor panggilnya.
Gambar 18. Setelah di perbaiki
95
4. Kerusakan hilang halaman
Gambar 19. Hilang Halaman
Kerusakan hilang halaman seperti yang terlihat pada gambar
4.19 halaman buku tersebut tidak lagi tersusun secara urut terlihat
setelah halaman 60 lalu melompat ke halaman 66. Selain itu,
nampak kerusakan lain yaitu halaman terlepas dari cover nya.
Kerusakan ini merupakan jenis kerusakan yang terberat dan sulit
untuk di perbaiki bagi pustakawan bagian preservasi di
Perpustakaan Umum Kota Depok. Jenis kerusakan seperti ini
tidak langsung diperbaiki tetapi diletakkan di dalam kardus.
Seperti yang disebutkan oleh informan Rudi Suhartono berikut:
“Kalau halaman hilang ya itu kan kerusakan terberat, itulah
saya bingung paling ya saya tumpukin dan masukin ke dalam
kardus terkadang setelah berapa lama halaman ketemu baru
dilakukan perbaikan, kalau tidak ya tetap di kardus dan di
taruh di gudang karna kan tidak bisa di gunakan halaman tidak
komplit”65
65 Wawancara Pribadi dengan Informan Rudi Suhartono
96
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, jenis kerusakan hilang
halaman merupakan kerusakan yang sulit untuk di perbaiki.
Pustakawan meletakkan koleksi yang rusak ke dalam kardus
sambil menunggu apabila menemukan kembali halaman yang
hilang tersebut baru dilakukan perbaikan.
Pada jenis kerusakan ini tidak ada perbaikan secara langsung
karena koleksi disimpan ke dalam kardus lalu diletakkan sampai
halaman tersebut ditemukan kembali baru diadakan perbaikan.
Jika tidak ditemukan halaman yang hilang tersebut, maka koleksi
tersebut dibiarkan menumpuk di dalam kardus dan diletakkan ke
dalam gudang sebagai koleksi yang sudah tidak dapat digunakan
kembali.
5. Kerusakan lepas halaman dan sobek
a) Sebelum diperbaiki
Kerusakan yang terjadi pada buku yang terlihat pada
gambar 4.20 merupakan kerusakan jenis halaman terlepas
dan robek pada salah satu bagian halaman. Kerusakan ini
terjadi pada buku fiksi yang terdapat pada ruang anak.
Koleksi tersebut cukup parah sehingga memerlukan
beberapa langkah untuk memperbaikinya.
97
Gambar 20. Lepas Halaman
b) Proses perbaikan
Proses perbaikan pada buku fiksi ini pertama di lakukan
pengeleman terhadap halaman yang robek dengan
menggunakan lem reskol. Pada langkah ini, sebelum masuk
ke langkah perbaikan selanjutnya dipastikan terlebih dahulu
lem tersebut sudah melekat dengan baik sehingga tidak
terlihat sobek. Halaman yang robek tersebut setelah di lem
harus ditahan menggunakan tangan dengan cara memegang
halaman hingga kering agar lem tersebut tidak melebar dan
menempel ke halaman selanjutnya. Jika sudah kering maka
dilepaskan dan di tekan-tekan agar tidak sobek kembali.
98
Gambar 21. Perbaikan Halaman Robek
Langkah selanjutnya menyatukan halaman demi
halaman dengan menggunakan hecter atau staples besar.
Pustakawan tersebut menstreples pada 3 bagian yaitu bagian
atas, tengah dan bawah. Langkah tersebut harus dipastikan
terlebih dahulu bahwa halaman tersebut sudah rapi dan sama
rata.
Gambar 22. Proses menyatukan halaman dengan hecter
Langkah selanjutnya dioleskan lem aibon ke sisi lipatan
dalam buku agar halaman satu dengan halaman lain lebih
99
merekat dan juga pada covernya. Setelah ini koleksi
diletakkan ke dalam alat presan buku agar lem lebih merekat
kuat dengan buku dan covernya lalu terakhir buku tersebut
diletakkan ke dalam tumpukan buku yang telah selesai
diperbaiki untuk diserahkan kepada bagian sirkulasi
kemudian diletakkan kembali ke dalam rak.
Gambar 23. Proses merekatkan lem aibon
3. Kendala yang di hadapi dalam pelestarian koleksi buku fiksi di
Perpustakaan umum Kota Depok
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
observasi dan wawancara terkait pelestarian buku fiksi di Perpustakaan
Umum Kota Depok tentu saja terdapat kendala dan hambatan. Keterbatasan
sumber daya manusia serta pengetahuan tentang cara memperbaiki koleksi
secara tepat kurang dimiliki oleh pustakawan tersebut merupakan kendala
terbesar yang dihadapi oleh perpustakaan. Hal tersebut diperkuat dengan
pernyataan dari informan Irmasari berikut:
100
“Sumber daya nya sih ya, karena kan disini untuk bagian preservasi
hanya 1 orang saja dengan kerusakan buku fiksi yang banyak dalam
setiap harinya itu kan tidak cukup hanya dengan 1 (satu) sumber daya
manusia saja, lalu anggaran khusus untuk pelestarian belum ada dan
belum dianggarkan secara khusus”66
Berdasarkan hasil wawancara diatas, selain sumber daya manusia yang
tidak memadai dalam kegiatan perbaikan koleksi yang menjadi kendala lain
adalah alat dan bahan yang tidak memadai serta anggaran khusus untuk
kegiatan pelestarian belum ada.
Seperti yang dipaparkan oleh informan Rudi Suhartono dibawah ini
sebagai berikut:
“Untuk kendala ya saya memperbaiki masih dengan alat yang
seadanya, bahan juga seadanya, saya juga memperbaiki sebisa saya,
kaya lem ya saya masih menggunakan lem fox sama lem aibon, terus
sumber daya kan hanya saya sendiri ya jadi untuk kerusakan buku fiksi
yang sebanyak itu saya kerjakan sendirian dan saya usahakan selesai,
lalu dana untuk pelestarian secara khusus kan tidak ada jadi agak sulit
sih, saya lapor karna butuh alat dan bahan ini untuk preservasi karna
terbatas anggarannya jadi sampai sekarang belum juga ada”67
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, kurangnya sumber daya
manusia di dalam kegiatan pelestarian untuk memperbaiki koleksi yang
mengalami kerusakan yang cukup banyak setiap harinya dengan
pengetahuan pustakawan yang masih minim merupakan hal yang sulit untuk
dilakukan sendiri.
Pustakawan bagian preservasi yang belum memperbaiki koleksi secara
tepat serta memperbaiki koleksi dengan caranya sendiri serta alat dan bahan
66 Wawancara Pribadi kepada informan Irmasari pada tanggal 14 Agustus 2019 67 Wawancara Pribadi kepada informan Rudi Suhartono pada tanggal 14 Agustus 2019
101
seadanya atau terbatas. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
informan Rudi Suhartono selaku Pustakawan Fungsional Trampil yang
mempunyai tugas di dalam kegiatan preservasi perpustakaan yang dilakukan
pada tanggal 25 Juni 2019, mengatakan bahwa:
“Kalau untuk alat kami masih alat seadanya, masih dilakukan secara
tradisional lah istilahnya, untuk alat ada pemotong kertas, presan buku,
streples besar dan kecil dan untuk bahan ada lem reskol, lem fox, lem
aibon, solasi, lakban, terus ini meja untuk buku-buku baru ada kemarin
kan ga ada ya, terus ini palu untuk pukul pukul bagian yang di hecter
atau di streples agar menempel nya kuat”
“karena ini sih ya kekuatan lem aibon paling besar daripada lem lain,
tapi efek sampingnya buku yang dilem akan berbekas warna kuning,
dan kadar asamnya bisa merusak buku tapi ya bagaimana lem ini cukup
kuat”68
Berdasarkan hasil tersebut tergambar jelas bahwa pustakawan
memperbaiki koleksi dengan menggunakan bahan berupa lem aibon
meskipun pustakawan mengetahui dampak yang akan terjadi selanjutnya
pada koleksi tersebut.
Selain itu tidak adanya tempat khusus kegiatan untuk melakukan
perbaikan bahan pustaka pun juga menjadi kendala Perpustakaan Umum
Kota Depok, hal tersebut dipaparkan oleh informan Rudi Suhartono berikut:
“Nah untuk tempat ya selama ini saya mengerjakan ini diruangan ini,
satu ruang ini kita bertiga, karena ya gak ada ruangan khusus ya, kadang
saya di ruangan koleksi tandon karena kan hanya ruang koleksi saja
jarang ada orang lalu lalang jadi ya saya taruh buku buku rusak disini
untuk diperbaiki nantinya”69
68 Wawancara Pribadi dengan informan Rudi Suhartono pada tanggal 25 Juni 2019 69 Wawancara Pribadi dengan informan Rudi Suhartono pada tanggal 14 Agustus 2019
102
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, Perpustakaan Umum Kota
Depok juga tidak memiliki ruangan khusus untuk kegiatan pelestarian
termasuk kegiatan perbaikan koleksi. Pustakawan tersebut memperbaiki
koleksi di ruang kerja yang diruangan tersebut terdapat dua pustakawan
lainnya yang masing-masing memiliki tugas yang berbeda-beda dan
dikhawatirkan terganggu dengan kegiatan perbaikan koleksi.
C. Pembahasan
1. Faktor yang mempengaruhi kerusakan buku fiksi di Perpustakaan
Umum Kota Depok
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis, koleksi
fiksi yang ada di Perpustakaan Umum Kota Depok berjumlah 17.000
eksemplar/ 15.000 judul dan terbilang cukup banyak dibandingkan dengan
koleksi lainnya. Koleksi tersebut tidak hanya berasal dari pembelian
melainkan juga menerima dari hibah masyarakat. Seperti yang di sampaikan
oleh informan Sri Novi Ningsih berikut:
“Yang pertama itu dari pembelian buku ya dari anggaran pemerintah
lalu dari hibah masyarakat juga lumayan banyak”70
Koleksi yang diterima berasal dari hibah masyarakat tidak langsung
dimasukkan ke dalam koleksi Perpustakaan Umum Kota Depok akan tetapi
dilakukan pengecekan terlebih dahulu jika koleksi tersebut sudah banyak
dimiliki oleh perpustakaan maka koleksi tersebut akan dihibahkan kepada
70 Wawancara Pribadi dengan informan Sri Novi Ningsih pada tanggal 25 Juni 2019
103
Taman Baca Masyarakat (TBM) di Depok dan sekitarnya. Tujuannya untuk
mensejahterakan taman bacaan tersebut agar dapat berfungsi dengan baik
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu tidak menutup
kemungkinan kalau koleksi tersebut juga akan mengalami kerusakan yang
lebih berat daripada di Perpustakaan Umum Kota Depok.
Kerusakan yang terjadi di perpustakaan pun sangat banyak pada setiap
harinya. Kerusakan terjadi setiap hari nya kurang lebih sekitar 15 buku yang
ada di ruangan maupun di mobil perpustakaan keliling baik yang dipinjam
maupun yang ditemukan di dalam rak ataupun kotak yang disediakan untuk
pemustaka (drop box) yang telah selesai membaca di dalam ruangan dan
tidak mengambalikan ke dalam rak melainkan meletakkan pada kotak drop
box. Hal tersebut disampaikan oleh informan Sri Novi Ningsih selaku
pustakawan yang satu ruangan dengan layanan sirkulasi, sebagai berikut:
“Setiap hari tuh selalu ada buku fiksi dan non fiksi yang rusak sekitar 7
sampai 10 buku yang kita temui di dalam perpustakaan dari yang
ringan sampai hilang halaman semua ada, ketika perpustakaan tutup
pustakawan bagian yang bertugas untuk selving juga menyortir pada
setiap rak dan selalu menemukan koleksi yang rusak seperti sobek
halaman, cover sobek dan lain lain seperti itu dan juga setiap hari pasti
selalu ada peminjaman dan pengembalian, nah ketika pengembalian
buku yang habis dipinjam suka kita cek apakah seperti awal ketika
dipinjam atau ada perubahan, kadang kita temui juga rusak seperi
basah, halaman lepas seperti itu sih, kalau dari perpustakaan keliling
sekitar 8 sampai 15 buku yang diserahkan ke kita dalam kondisi rusak
setiap harinya”71
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, faktor terbesar penyebab
kerusakan disebabkan oleh pemustaka di dalam ruangan perpustakaan
71 Wawancara Pribadi dengan Sri Novi Ningsih pada tanggal 26 September 2019
104
maupun di luar ruangan atau dikatakan koleksi tersebut dipinjam. Beberapa
pemustaka yang tidak bertanggung jawab atas koleksi yang digunakan
maupun dipinjam menyebabkan koleksi buku fiksi kembali dalam keadaan
tidak seperti semula seperti rusak ataupun hilang. Kerusakan yang terjadi
paling banyak adalah jenis cover terlepas terlihat pada tabel 1.1 tergambar
juga jenis koleksi fiksi yang rusak yaitu novel dan menjadi koleksi yang
paling sering dipinjam.
Akan tetapi jumlah kerusakan dengan perbaikan tidaklah sama, lebih
besar jumlah perbaikan dari kerusakan yang terjadi. Hal tersebut terjadi
karena beberapa faktor yaitu pustakawan tidak hanya memperbaiki koleksi
fiksi saja melainkan juga memperbaiki koleksi umum di luar fiksi, lalu
pustakawan sempat off untuk melakukan perbaikan atau dikatakan tidak ada
perbaikan. Pada wawancara tanggal 14 Agustus 2019, di hari itu
pustakawan sedang tidak mengerjakan perbaikan karena menunggu bahan
berupa lem CMZ. Hal tersebut dipaparkan pada wawancara berikut:
“Sebenarnya saya hari ini lagi gak ngapa-ngapain ini, saya kan request
bahan lem cmz ini belum datang-datang jadi saya sementara tidak
mengerjakan perbaikan dulu ini udah seminggu gak saya perbaiki”72
Selain hal tersebut, ada beberapa faktor lain nya yaitu pustakawan
bagian pelestarian sempat mengikuti pelatihan seperti diklat dan untuk jenis
kerusakan hilang halaman pustakawan tidak langsung memperbaiki karena
harus mengumpulkan halaman demi halaman yang hilang tersebut maka
72 Wawancara Pribadi dengan Rudi Suhartono pada tanggal 14 Agustus 2019
105
dari itu buku terlebih dahulu diletakkan ke dalam kardus yang sudah
disediakan. Beberapa faktor tersebut merupakan penghambat proses
perbaikan dan menjadi alasan jumlah perbaikan lebih besar dari jumlah
kerusakan yang terjadi.
Penulis melakukan observasi dan menemukan pemustaka yang tidak
mentaati peraturan seperti pemustaka yang setelah mengambil buku dan
langsung membaca di rak lalu meletakkan kembali ke dalam rak yang tidak
semestinya dan juga menaruh secara asal sehingga koleksi tersebut dalam
kondisi terlipat masuk ke dalam rak. Penyebab kerusakan yang terjadi tidak
hanya oleh manusia, belum pernah diadakan fumigasi di Perpustakaan
Umum Kota Depok menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusakan
karena ditemukan mayoritas koleksi bahan pustaka terdapat bercak kuning
kecokelatan seperti disebabkan oleh faktor binatang begitupun koleksi fiksi.
Temperature atau suhu di dalam ruang baca koleksi umum dan fiksi
cenderung tidak stabil. Suhu yang ada berubah-ubah seperti kadang terasa
panas pada saat sepi pengunjung dan kadang sejuk pada saat ramai
pengunjung. Terdapat pula beberapa koleksi yang masih ada debu yang
menempel pada koleksi. Tergambar jelas pada hasil wawancara bahwa
faktor dari kertas itu sendiri pun ikut mempengaruhi kerusakan.
Terungkap jelas bahwa kerusakan yang terjadi di Perpustakaan Umum
Kota Depok beragam seperti rusak sampul plastik sebagai pelindung buku,
halaman yang terlepas, cover yang terlepas dari halaman, kulit cover buku
yang terkelupas, kotor terkena noda, halaman sobek sampai hilang halaman.
106
Jenis kerusakan yang paling sering terjadi yaitu kerusakan pada cover
seperti cover terlepas, rusak sampul pelindung buku dan kulit cover buku
yang terkelupas. Jenis kerusakan terberat yang terjadi pada koleksi fiksi
adalah kerusakan hilang halaman, jenis tersebut tidak terjadi pada koleksi
bahan pustaka lainnya.
2. Proses pelestarian koleksi buku fiksi di Perpustakaan Umum Kota
Depok
Kegiatan pelestarian koleksi fiksi di Perpustakaan Umum Kota Depok
dilaksanakan tidak mengacu pada pedoman khusus pelestarian karena
pedoman tersebut tidak dibuatkan secara khusus melainkan secara garis
besar mengacu pada Peraturan Walikota yang telah tertulis. Dalam
Peraturan Walikota No. 79 Tahun 2016 tentang adanya kegiatan pelestarian
yang dilaksanakan namun, tidak secara terperinci dan khusus. Kegiatan
pelestarian yang dilakukan oleh Perpustakaan Umum Kota Depok yaitu
perawatan atau pemeliharaan, perbaikan, dan pencegahan kerusakan
koleksi.
a. Perawatan atau Pemeliharaan Koleksi Buku Fiksi
Kegiatan pemeliharaan koleksi fiksi yang dilakukan oleh
Perpustakaan Umum Kota Depok yaitu dengan membersihkan
ruang perpustakaan, ruang koleksi dan juga rak penyimpanan
koleksi agar terhindar dari debu, untuk perawatan ruang ini
dilakukan seperti pada umumnya oleh setiap perpustakaan tidak
secara khusus, kegiatan tersebut dilakukan oleh Office Boy setiap
107
hari sebelum perpustakaan buka. Walaupun sudah setiap hari
dilakukan sesekali masih sering terlihat debu yang masih menepel
di rak ataupun koleksi.
b. Pencegahan Kerusakan Koleksi Buku Fiksi
Pencegahan kerusakan yang dilakukan oleh Perpustakaan
Umum Kota Depok salah satunya dengan menggunakan AC (Air
Conditioner) di dalam ruang perpustakaan. Penggunaan pendingin
ruangan ini diharapkan dapat meminimalisir terjadinya kerusakan
bahan pustaka karena pengaruh suhu dan kelembaban. Akan tetapi
suhu yang ada di ruangan belum di atur dengan baik. Temperatur
dan suhu yang tidak sesuai dapat membuat kualitas kertas menurun
dan koleksi akan cepat rusak. Pencegahan lain yang dilakukan oleh
Perpustakaan Umum Kota Depok yaitu dengan membuat peraturan
dan memberikan sanksi bagi pemustaka yang melanggar. Peraturan
tersebut berupa tata tertib dalam menggunakan perpustakaan dan
koleksi nya serta larangan yang diterapkan.
Selain pencegahan dengan cara tersebut, Perpustakaan Umum
Kota Depok juga melakukan pencegahan terhadap koleksi buku fiksi
yang sedikit berbeda dengan koleksi lainnya. Koleksi buku fiksi di
perpustakaan merupakan koleksi yang paling sering digunakan oleh
pemustaka dibandingkan dengan koleksi lainnya. Pemustaka yang
datang kebanyakan tidak hanya membaca di tempat tetapi juga
dipinjam untuk dibawa pulang. Oleh karena itu, perawatan terhadap
108
koleksi buku fiksi ini mendapat perhatian khusus dengan cara
memprioritaskan koleksi buku fiksi untuk dilakukan penyampulan
atau menyampul koleksi dengan menggunakan sampul plastik untuk
melindungi cover buku agar tidak cepat rusak, koleksi selain buku
fiksi juga disampul akan tetapi lebih diutamakan untuk koleksi buku
fiksi. Pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh faktor manusia
salah satunya dengan diadakan bimbingan pemakai, namun kegiatan
tersebut belum dilaksanakan di dalam ruang perpustakaan.
c. Perbaikan Koleksi Buku Fiksi
Perbaikan koleksi buku fiksi yang dilakukan oleh pustakawan
bagian pelestarian di Perpustakaan Umum Kota Depok beragam
tergantung pada kerusakan yang dialami oleh koleksi tersebut.
Kerusakan yang terjadi pada sampul plastik yang melindungi cover
buku dapat diperbaiki dengan cara mengganti sampul plastik
tersebut dengan yang baru, kerusakan ini tergolong sebagai
kerusakan ringan. Kerusakan-kerusakan lain meliputi:
a) Kerusakan pada punggung buku fiksi
Kerusakan ini biasanya terlihat pada pungung buku yang
kulitnya terkelupas seperti pada gambar 4.6, perbaikan yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan lakban hitam dan
gunting. Perbaikan pada jenis kerusakan ini terbilang cukup
ringan yaitu dengan merekatkan lakban pada punggung buku
yang terkelupas. Menurut penulis cara yang dilakukan
109
tersebut tidak tepat karena dapat merusak punggung buku
apalagi buku tersebut tidak diberi sampul menyebabkan
lakban tersebut bisa dilepaskan kembali oleh pemustaka jahil
dan menyebabkan kerusakan yang lebih buruk karena lakban
yang menempel pada punggung buku dapat mengangkat
punggung buku tersebut ketika lakban dilepaskan.
b) Kerusakan lepas halaman
Kerusakan ini sering terjadi di Perpustakaan Umum
Kota Depok. Terlihat jelas pada gambar 4.9 halaman pada
buku terlepas dari satu bagian dengan bagian lainnya juga
terlepas dari cover. Perbaikan yang dilakukan oleh
pustakawan bagian preservasi pada jenis kerusakan ini
memiliki beberapa tahapan, yang pertama menyatukan
terlebih dahulu halaman satu dengan halaman lainnya
sehingga tidak hilang dan terpencar dengan melakukan
pengeleman menggunakan lem reskol lalu ditekan-tekan
dengan menggunakan tangan agar lem dapat merekat dengan
baik dilihat pada gambar 4.10. Setelah itu diamkan beberapa
saat sampai lem tersebut mengering lalu pada bagian sisi yang
diberi lem reskol tadi telah mengering selanjutnya diberikan
kembali lem jenis aibon ke seluruh permukaan sisi tersebut
dan ditempelkan kembali dengan covernya lalu dilakukan
pengepresan. Pada tahap ini membutuhkan waktu cukup lama
110
hingga lem aibon pada halaman dan cover tersebut sampai
dirasa sudah merekat dengan kuat.
Langkah terakhir ini bukanlah hal yang selalu dilakukan
pada setiap koleksi yang mengalami kerusakan yang sama
namun apabila buku tersebut dilihat tidak sama rata pada sisi
luar hingga terlihat kurang bagus maka dilakukan tindakan
pemotongan untuk meratakan sisi luar tersebut. Pustakawan
menyadari bahwa langkah terakhir ini bukanlah suatu
tindakan yang dibenarkan apabila salah akan berakibat fatal
karena sebagian halaman dapat terpotong apabila perhitungan
nya salah.
c) Kerusakan pada cover yang terlepas
Kerusakan ini merupakan jenis kerusakan yang tidak
membutuhkan waktu lama untuk diperbaiki. Proses perbaikan
yang dilakukan oleh pustakawan bagian pelestarian adalah
dengan menggunakan lem aibon yang dioleskan ke bagian
dalam halaman dan sisi lipatan pada cover. Penggunaan lem
aibon lebih di percaya dapat merekatkan secara kuat pada
bagian dalam halaman dan covernya. Selanjutnya pada
bagian punggung luar buku di tekan-tekan agar lem lebih
merekat. Setelah itu koleksi sudah selesai diperbaiki dan siap
untuk diantarkan ke bagian sirkulasi untuk diletakkan
kembali ke dalam rak.
111
d) Kerusakan hilang halaman
Kerusakan hilang halaman yang terjadi di Perpustakaan
Umum Kota Depok disebut sebagai kerusakan yang paling
berat karena halaman pada buku tidak utuh lagi sehingga
penggunakan koleksi menjadi menurun dan kurang
maksimal. Langkah yang diambil apabila menemukan jenis
kerusakan ini pustakawan akan meletakkan koleksi tersebut
pada kardus yang telah disediakan hingga halaman yang
hilang tersebut telah ditemukan. Pustakawan meletakkan
kardus tersebut di dalam ruang koleksi tandon atau ruangan
yang juga digunakan untuk melakukan perbaikan koleksi.
Koleksi yang sudah mengalami kerusakan hilang halaman
dianggap sebagai koleksi yang sudah tidak bisa digunakan
lagi apabila halaman yang hilang tidak ditemukan. Oleh
karena itu koleksi tersebut menjadi koleksi yang sudah tidak
terpakai dan tidak dapat digunakan kembali.
e) Kerusakan halaman terlepas dan sobek
Jenis kerusakan ini memiliki proses perbaikan yang
sedikit berbeda dengan kerusakan yang telah dipaparkan
sebelumnya. Pada proses perbaikan ini memiliki beberapa
tahapan, yaitu pertama mengolesi lem reskol ke bagian yang
sobek terlebih dahulu setelah itu tunggu beberapa saat hingga
kering sehingga lem tersebut tidak mengenai halaman
112
berikutnya. Setelah itu diratakan seluruh halaman hingga
sama panjang dipastikan tidak ada yang berbeda panjang
dengan halaman lain setelah itu ditembakkan hecter atau
strapler besar ke bagian sisi punggung buku. Langkah
selanjutnya, pada bagian lipatan dalam buku tempat rekatnya
halaman dengan cover dioleskan lem jenis aibon sebagai
perekat antara bagian dalam lipatan halaman dengan cover.
Setelah itu maka buku telah selesai diperbaiki.
3. Kendala yang dihadapi dalam pelestarian buku fiksi di Perpustakaan
Umum Kota Depok
Dalam melaksanakan kegiatan pelestarian tentunya Perpustakaan
Umum Kota Depok mendapat kendala yang menghambat kegiatan tersebut,
kendala di dalam pelaksanaan pelestarian koleksi fiksi yaitu berupa
keterbatasan alat dan bahan, sumber daya manusia yang tidak memadai dan
juga pengetahuan terhadap kegiatan pelestarian kurang dimiliki oleh
pustakawan bagian pelestarian, tidak adanya dana yang dibuat secara
khusus untuk kegiatan pelestarian, tidak terdapat ruang khusus untuk
kegiatan pelestarian sehingga pustakawan pelestarian melakukan kegiatan
di ruang kerja ataupun di ruang koleksi tandon.
Disamping kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Umum Kota
Depok di dalam kegiatan pelestarian tentunya ada solusi yang diupayakan
untuk pelaksanaan kegiatan pelestarian agar tetap dapat berjalan dengan
semestinya. Keterbatasan sumber daya manusia dan tidak adanya anggaran
113
khusus untuk kegiatan pelestarian menjadi masalah terbesar yang dialami
dalam kegiatan pelestarian dan perbaikan koleksi fiksi yang dimana koleksi
tersebut mengalami kerusakan yang cukup banyak pada setiap harinya.
Pustakawan khusus kegiatan preservasi mengatakan ada sekitar 10 sampai
30 buku per-hari yang mengalami kerusakan dan butuh untuk diperbaiki.
Dengan sumber daya manusia yang hanya ada satu orang, kegiatan
perbaikan tersebut diusahakan dapat tetap berjalan meskipun terhambat alat
dan bahan yang dibutuhkan. Hal tersebut dipaparkan oleh narasumber Rudi
Suhartono berikut:
“Solusinya sih ya saya membuat beberapa peralatan sendiri untuk
menunjang kegiatan perbaikan ini karena keterbatasan anggaran itu,
seperti alat untuk mengepress buku ketika selesai di lem buku dimasukan
kedalamnya agar lemnya kuat lalu ini meja tadinya kan gak ada ini baru
banget saya buat untuk tempat memperbaiki koleksi”73
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, Rudi Suhartono selaku
pustakawan bagian pelestarian dalam mengatasi kendala yang dihadapi,
upaya yang dilakukan adalah dengan membuat beberapa peralatan untuk
menunjang kegiatan pelestarian agar tetap dapat dilakukan dengan baik
disamping adanya kendala. Alat tersebut berupa alat untuk mengepress
buku yang berfungsi untuk menjepit buku yang sudah selesai di lem agar
lem tersebut dapat merekat dengan kuat, karena anggaran yang terbatas
maka alat tersebut dibuat dengan sendirinya.
73 Wawancara pribadi kepada informan Rudi Suhartono tanggal 14 Agustus 2019
114
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh penulis pada
bab sebelumnya mengenai “Pelestarian Koleksi Buku Fiksi Pada Perpustakaan
Umum Kota Depok” maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa di dalam faktor
dominan penyebab kerusakan koleksi buku fiksi di Perpustakaan Umum
Kota Depok adalah berasal dari faktor manusia yaitu pemustaka yang
kurang bisa bertanggung jawab atas koleksi yang digunakan serta
perpustakaan tidak melakukan bimbingan pemakai, faktor kimia yaitu
kualitas kertas yang kurang baik dan faktor biologi ditandai dengan
adanya jejak kotoran hewan yang menempel pada koleksi buku fiksi.
Adapun jenis kerusakan buku fiksi yang paling berat yaitu kerusakan
hilang halaman. Jenis koleksi buku fiksi yang sering mengalami
kerusakan yaitu novel.
2. Proses pelestarian koleksi buku fiksi yang dilakukan oleh Perpustakaan
Umum Kota Depok yaitu perawatan koleksi buku fiksi yaitu dengan
membersihkan ruangan serta koleksi yang dilakukan oleh Office Boy.
Adapun upaya pencegahan yang dilakukan yaitu adanya peraturan dan
tata tertib perpustakaan, memberikan sanksi kepada pelanggar serta
115
dengan memprioritaskan koleksi buku fiksi untuk diberikan sampul
plastik sebagai pelindung cover buku. Perbaikan koleksi yang dilakukan
tergantung pada jenis kerusakan yang terjadi pada koleksi buku fiksi
tersebut. Secara garis besar perbaikan yang dilakukan dengan cara
pengeleman, penjilidan dengan menggunakan streples besar dan lakban,
pengepres-an, dan pemotongan sisi luar halaman dengan menggunakan
alat dan bahan seperti lem aibon, lem reskol, hecter atau stepler besar,
pres-an dan pemotong buku.
3. Adapun kendala yang dihadapi oleh Perpustakaan Umum Kota Depok
yaitu kendala sumber daya manusia yang hanya terdiri dari satu orang
di bagian pelestarian, perpustakaan juga terkendala dana yang belum
dianggarkan secara khusus untuk kegiatan pelestarian. Pengetahuan
pustakawan tentang pelestarian masih minim sehingga perbaikan yang
dilakukan masih sederhana dan kurang maksimal. Perpustakaan Umum
Kota Depok juga tidak memiliki ruangan khusus untuk kegiatan
pelestarian khususnya perbaikan koleksi.
B. Saran
1. Perpustakaan Umum Kota Depok agar mengadakan fumigasi untuk
mencegah koleksi mengalami kerusakan yang lebih parah lagi karena
faktor biologi yaitu hewan dan serangga.
2. Perpustakaan Umum Kota Depok agar memberikan sanksi yang lebih
tegas untuk lebih meminimalisir terjadinya kerusakan dan kehilangan
116
koleksi. Skorsing yang diberikan untuk pelanggar dianggap sebagai
cara yang kurang efektif dengan adanya denda yang memberatkan
pemustaka akan membuat pemustaka lebih bertanggung jawab.
3. Perlu diadakan bimbingan pemakai (User Education) yang lebih
intensif setiap hari sebelum pemustaka menyentuh koleksi
perpustakaan.
4. Perpustakaan Umum Kota Depok perlu diadakan peningkatan kualitas
dan kuantitas terhadap sumber daya manusia di bagian pelestarian.
Dilihat dari banyaknya kerusakan yang terjadi pada setiap harinya
pelestarian khususnya perbaikan kurang berjalan dengan baik hanya
dengan satu orang sumber daya manusia. Agar proses pelestarian dapat
berjalan dengan optimal maka harus ditingkatkan.
5. Perlu adanya anggaran khusus terkait pelestarian untuk melengkapi
sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan pelestarian koleksi
bahan pustaka khususnya fiksi.
6. Perlu adanya ruang khusus untuk pelestarian khususnya perbaikan
karena kerusakan yang terjadi begitu banyak pada setiap harinya. Perlu
tata ulang ruangan perpustakaan seperti pada ruang anak ada sudut di
ruangan tersebut yang jarang bahkan tidak terpakai, mungkin dapat
dibuatkan ruangan untuk perbaikan pada sudut tersebut agar lebih
berfungsi dengan baik.
117
DAFTAR PUSTAKA
Agustinova, Danu Eko. (2015). Memahami Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Calpulis.
Andi, Ibrahim. (2014). Pelestarian Bahan Pustaka. Makassar: Alaudin University
Press.
Bahasa, P. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
Benford, J. (2007). Preservation and Conservation for Libraries and Archives. The
American Archivist, 70(2), 422-424. http://www.jstor.org/stable/40294582
(Diakses pada tanggal 16 Juli 2019, pukul 13.35 WIB)
Burhan, Bungin. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Darmono. (2007). Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata
Kerja. Jakarta: Grasindo.
Daryono. (2016). Pemeliharaan Bahan Pustaka di Perpustakaan.
https://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-
perpustakaan/ (Diakses pada tanggal 16 Agustus 2019, pukul 15.26 WIB)
Fatmawati, Endang. (2018). Preservasi, Konservasi, dan Restorasi Bahan Pustaka.
LIBRIA, 10(1), 13-32.
Ibrahim, A. (2013). Perawatan dan Pelestarian Bahan Pustaka. Khizanah Al-Hikmah,
1(1), 77-90.
Mangundap V. V., Warouw, D. M., & Golung, A. M. (2018). Manajemen
Pengolahan Bahan Pustaka, Untuk Efektivitas Penggunaan Koleksi UPT
Perpustakaan Unika De La Salle Oleh Mahasiswa Fakultas Ekonomi. Acta
Diurna, 7(3) 12-18.
118
Martoadmodjo, Karmidi. (2014). Pelestarian Bahan Pustaka. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Minderop, Albertine. (2005). Metode Karakteristik Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Moeleong, J Lexy. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mohammad, Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Muri, Y. (2014). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
Nurgiyantoro, Burhan. (1995). Teori Pengkaji Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Primadani, A. S. (2014). Studi Kelayakan Pengadaan Layanan Readers’Advisory For
Fiction Di UPT Perpustakaan Daerah Jawa Tengah. Ilmu Perpustakaan, 3(2),
131-140.
St, Ummu Salamah. (2015). Analisis Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka di
Perpustakaan SMP Negeri 4 Sungguminasa. Khizanah Al-hikmah, 3(2), 194-
198.
Sudarnoto, Abdul Hakim. (2006). Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah.
Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sulityo-Basuki. (2013). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
119
Sumiyati, Opong. (2014). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Sutarno, N. (2006). Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Setyo.
Taslimah, Y. (1996). Manajemen Perpustakaan Umum. Jakarta: Universitas Terbuka.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 , Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
Wawancara Pribadi dengan Informan Catur Sri Astuti
Wawancara Pribadi dengan Informan Irmasari
Wawancara Pribadi dengan Informan Rudi Suhartono
Wawancara Pribadi dengan Informan Sri Novi Ningsih
Yeni, Budi Rachman. (2017). Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka. Depok:
Rajawali Pers.
120
LAMPIRAN
A. Struktur organisasi
121
B. Surat-surat
122
123
124
C. Hasil wawancara
1. Bagaimana proses pelestarian koleksi di perpustakaan umum kota depok ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“proses pelestarian disini seperti usaha pemeliharaan koleksi
yang kami lakukan ya membersihkan ruangan dan koleksi perpustakaan,
memperbaiki koleksi yang rusak-rusak seperti pengeleman dan perekat untuk
memperbaiki koleksi yang rusak, sama terakhir pencegahan kerusakan itu
mayoritas sih ya karena pengunjungnya maka dari itu kami memberikan
sanksi untuk pengunjung yang merusak atau menghilangkan koleksi, kalau
untuk denda tidak diterapkan disini ya karna tidak boleh memungut biaya”
2. Bagaimana proses pelestarian buku fiksi ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“kalau khusus fiksi disini ada sedikit perbedaan yaitu dari
prioritas dalam pemberian sampul plastik untuk buku fiksi lebih diutamakan
untuk disampul, sama dari perbaikannya lebih didahulukan karena kan
banyak yang minat”
3. Alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam proses pelestarian fiksi?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“untuk alat ada pemotong kertas, presan buku, streples besar
dan kecil dan untuk bahan ada lem reskol, aibon, lem fox, solasi, lakban,
terus ini meja untuk buku-buku baru ada kemarin kan ga ada ya terus ini palu
untuk pukul pukul bagian yang di hecter atau di streples agar menempel nya
kuat”
125
4. Mengapa menggunakan lem aibon dalam perbaikan buku fiksi ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“karena ini sih ya kekuatan lem aibon paling besar daripada
lem lain, tapi efek sampingnya buku yang dilem akan berbekas warna kuning,
tapi ya bagaimana lem ini cukup kuat”
5. Bagaimana cara penggunaan lem aibon dalam memperbaiki buku fiksi ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“ini aja sih saya tuang langsung di buku fiksi itu di bagian
misalnya cover lepas ya dibagian cover dalem sama sisi bukunya itu”
6. Mengapa tidak menggunakan wadah untuk lem aibon supaya tidak langsung
dituangkan ke koleksi fiksi yang rusak ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“supaya lebih praktis aja sih kalo pake wadah takutnya malah
menempel kemana mana jadi ya saya tuangkan langsung pelan-pelan”
7. Jenis kerusakan seperti apa yang biasanya terjadi pada koleksi fiksi di
perpustakaan ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“biasanya cover lepas, halaman hilang, halaman robek, lepas
halaman, sampul robek, cover hilang, paling seperti itu kerusakan yang
sering terjadi, dominan cover lepas sih sekarang ini”
8. Biasanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki buku fiksi?
Informan : Rudi Suhartono
126
Jawab :“kalau untuk fiksi ya saya perbaiki sesuai bahan dan alat
yang tersedia saat ini, biasanya 1 sampai 2 hari tergantung kadang juga saya
gak langsung betulin misalnya baru besoknya saya perbaiki kalau sudah
selesai buku sudah bisa diserahkan ke bagian layanan lagi untuk di taruh di
rak lagi, kadang saya juga suka perbaiki mainan, kalau untuk mainan
langsung saya perbaiki saya taruh di ruang anak ini”
9. Apa saja tahapan-tahapan dari awal buku fiksi di terima dengan kondisi yang
mengalami kerusakan hingga sampai ke bagian preservasi ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“kalau untuk koleksi yang rusak itu kan dari bagian
pelayanan mereka selving dari rak ataupun dari pemustaka yang pinjam
dikembalikannya tidak seperti bentuk semula baru setelah itu saya menerima
buku rusak dari perpustakaan dan mobil perpustakaan keliling”
10. Apakah terdapat buku pedoman tentang pelestarian buku fiksi ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab :“kalau untuk buku pedoman yang dari perpustakaan sini gak
ada ya apalagi khusus untuk fiksinya”
11. Faktor apa saja yang menghambat proses pelestarian koleksi fiksi di
perpustakaan umum kota depok ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “hmm faktor yang menghambat itu ada di anggaran ya,
sarana nya yang kurang memadai dan sumber daya disini kan hanya 1 orang
ya untuk bagian preservasi”
127
12. Faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan pada buku fiksi?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “untuk faktor penyebabnya itu sendiri dari bahan yang
digunakan kayanya ini menggunakan lem fox dan ada lem aibon dan teknik
pengeleman yang masih kurang benar mungkin dari saya, sering buku itu
setelah di perbaiki rusak lagi, dan juga faktor manusia sih ya diruangan
membuka buku secara kasar terutama pada perpustakaan keliling yang
berkunjung keluar dari lingkungan perpustakaan dan sering berkunjung di
sekolah, anak anak yang suka rebutan sampai rusak bahkan robek”
13. Kerusakan fiksi seperti apa yang paling sulit untuk diperbaiki ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “Kalau halaman hilang ya itu kan kerusakan terberat, itulah
saya bingung paling ya saya tumpukin dan masukin ke dalam kardus
terkadang setelah berapa lama halaman ketemu baru dilakukan perbaikan,
kalau tidak ya tetap di kardus dan di taruh di gudang karna kan tidak bisa di
gunakan halaman tidak komplit”
14. Apa yang menjadi faktor penyebab kerusakan fiksi yang paling dominan yang
terjadi di perpustakaan umum kota depok ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “ya itu tadi dari pemustakanya sendiri, jadi dari faktor
manusia ya menjadi dominasi penyebab kerusakan fiksi disini yang kurang
bisa menjaga koleksi dengan baik. Kadang ditemuin koleksi yang udah rusak
parah udah pada lepas sama hilang-hilangan di dalam rak itu”
128
15. Mengapa manusia menjadi faktor dominan penyebab kerusakan ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “karena kan fiksi disini paling banyak diminati, sering
dipinjam kesana kesini cara perlakuan yang beda beda, ada yang baik ada
juga yang ngerusak. Kurang mentaati peraturan ya untuk yang merusak itu”
16. Mengapa manusia cenderung merusak koleksi perpustakaan ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “karena manusia kan sebagai pengguna perpustakaan, setiap
hari silih berganti yang datang begitu juga koleksi didalamnya yang silih
berganti dipinjam, maupun dibaca di perpustakaan”
17. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak perpustakaan dalam
mengedukasi pemustaka agar tumbuh kesadaran mempunyai rasa memiliki
koleksi fiksi yang ada di perpustakaan ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “sebenarnya kan sudah ada peraturan tata tertib
perpustakaan, mungkin kedepannya akan diadakan bimbingan pemakai kalau
kerusakan semakin parah ya memang harus diadakan kegiatan itu”
18. Jenis kerusakan apa yang sering terjadi pada koleksi di perpustakaan umum
kota depok khususnya koleksi fiksi?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “jenis kerusakan ya seperti cover terlepas, hilang halaman,
robek, kotor terkena noda lalu sampul robek dan terlepas”
129
19. Apa yang membedakan dari jenis kerusakan fiksi dengan koleksi umum
lainnya ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “yang membedakan sih itu buku fiksi hampir setiap hari
selalu ada buku yang rusak hilang halaman karena kan hilang halaman itu
termasuk jenis kerusakan paling berat ya, paling itu aja sih soalnya koleksi
lainnya tidak pernah mengalami kerusakan seperti hilang halaman hanya
fiksi saja”
20. Berapa banyak koleksi yang mengalami kerusakan pada setiap harinya ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “untuk koleksi yang rusak setiap harinya gak nentu ya, tapi
saya memperbaiki setiap harinya sekitar 10 sampai 30 buku perpustakaan,
sebenarnya ya saya hari ini lagi gak ngapa-ngapain ini, saya kan request lem
cmz ini belum datang-datang jadi saya sementara tidak mengerjakan
perbaikan dulu ini udah seminggu gak saya perbaiki”
21. Berapa banyak fiksi yang mengalami kerusakan setiap harinya ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “ya sekitar 15 buku fiksi yang rusak itu setiap hari”
22. Apakah bapak melakukan pendataan terhadap setiap kerusakan dan perbaikan
buku fiksi tersebut ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “iya, jadi itu suka saya catat catat in, misalnya buku ini
kerusakannya seperti apa dan berapa buku nih yang mengalami kerusakan
130
yang sejenis, seperti itu sih paling judul buku, kerusakannya apa dan jumlah
nya”
23. Bagaimana jika buku tersebut yang rusak lebih dari 1 eksemplar ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “hmm memang ada seperti ini kadang saya memperbaiki kan
buku yang sama tapi ada dua (2) dengan kerusakan yang berbeda misalnya
ini covernya lepas yang satu halamannya hilang, seperti itu sih. Paling ya
belum bisa di pinjam dulu kan masih masa perbaikan”
24. Bagaimana cara menangani koleksi fiksi yang mengalami kerusakan dari
berbagai jenisnya?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “untuk jenisnya tadi seperti cover terlepas itu biasanya di
lem dan di pres, kalau ada halaman terlepas kalau bisa dipasang langsung ya
dipasang kalau tidak dilepas dulu semuanya baru dipasang kembali, kalau
robek ditengah itu ya kita ganti sama yang baru di print ulang halaman yang
robek itu, kalau kotor atau noda itu kalau sedikit tidak ada tindakan tetapi
kalau banyak sama seperti tadi diganti baru halamannya, kalau sampul
diganti baru sampulnya”
25. Adakah cara khusus yang dilakukan dalam menangani koleksi yang rusak
khususnya koleksi fiksi?
Informan : Rudi Suhartono
131
Jawab : “untuk cara khusus tidak ada ya, hanya saja saya ada
membuat alat ini fungsinya untuk menjepit buku apabila sedang dilakukan
pengeleman agar lem merata kebagian yang dibutuhkan itu”
26. Bagaimana upaya dalam pencegahan kerusakan buku fiksi di perpustakaan
umum kota depok ini?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “untuk pencegahannya yaitu dengan membersihkan rak
koleksi perpustakaan, menggunakan AC untuk mengatur kelembaban
udaranya walaupun belum sesuai standar tetapi dapat meminimalisir,
fumigasi kami belum pernah mengadakan disini karna terhambat anggaran,
dan untuk pengunjungnya diberikan arahan”
27. Apakah ada upaya lain dalam pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh
faktor manusia ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “upayanya ya dengan menaruh peraturan dan tata tertib sih
ya untuk pemustaka atau pengunjung”
28. Apakah dilakukan kegiatan bimbingan pemakai untuk pemustaka ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “kalau di ruangan perpustakaan tidak ya kan ada peraturan
nya sudah jelas, tetapi kalau di perpustakaan keliling terkadang dilakukan
tapi kadang tidak karena kan anak-anak udah nunggu udah gak sabar jadi
agak kuwalahan juga”
29. Apakah pernah diadakan fumigasi di perpustakaan?
132
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “fumigasi itu gak pernah ya, dari awal belum pernah
dilakukan disini”
30. Mengapa tidak pernah diadakan fumigasi ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “iya karena biaya untuk fumigasi ini kan tidak sedikit ya, jadi
lebih terkendala sama anggaran aja sih yang belum dianggarkan secara
khusus untuk kearah situ”
31. Kendala apa saja yang dihadapi di dalam pelestarian koleksi fiksi ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “untuk kendalanya dari anggaran, sumber daya manusia
dibagian pelestarian yang kurang memadai, dan sarana dan bahan-
bahannya, untuk penyampulan kan dikerjakan oleh anak anak magang
kadang kurang rapi jadi cepet rusak sampulnya”
32. Bagaimana cara mengatasi kendala yang ada di dalam pelestarian koleksi
perpustakaan umum kota depok ?
Informan : Rudi Suhartono
Jawab : “untuk tahun 2020 nanti baru akan dibuatkan anggaran
khusus untuk pelestarian atau preservasi ini, memaksimalkan penggunaan
alat dan bahan yang ada, kalau untuk sumber daya karna saya sendiri ya
seperti mengikuti pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas diri dan
lebih tau cara menangani koleksi terutama yang rusak.”
133
D. Gambar Pendukung Penulisan Skripsi
a) Koleksi yang paling sering dipinjam
134
b) Ruang Pelaksanaan Perbaikan Koleksi
Ruang perbaikan pada tanggal 25 Juni 2019
Ruang perbaikan pada tanggal 26 September 2019
135
c) Koleksi yang belum diperbaiki
1) Ruang tandon
2) Ruang kerja
136
137
d) Alat dan bahan yang digunakan untuk proses perbaikan koleksi
138
e) Perpustakaan keliing dan koleksi fiksi di ruang perpustakaan
139
f) Bukti Peminjaman
140
g) Dokumentasi wawancara dengan informan
141
BIODATA PENULIS
ULFA RACHMAWATI. Lahir di Jakarta pada tanggal
16 Desember 1997. Anak ketiga dari empat bersaudara
dari Bapak Sunaryo dan Ibunda Sukasti. Riwayat
pendidikan penulis pada tahun 2003 penulis menempuh
pendidikan di SDN 04 Pagi Pondok Ranggon, Jakarta
Timur dan lulus tahun 2009. Kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama Negeri 237 Bambu Petung,
Jakarta Timur dan lulus tahun 2012. Setelah lulus,
kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah
Atas Negeri 105 Jakarta Timur masuk tahun 2013 dan lulus tahun 2015. Pada tahun
2015 penulis melanjutkan ke Perguruan Tinggi pada Program Studi Ilmu Perpustakaan
dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selama kuliah penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi tari
Saman. Penulis pernah menjadi divisi pada acara jurusan pada tahun 2017. Penulis
pernah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perpustakaan Sekretariat
Jenderal Pertanian RI pada bulan Februari 2018. Pada tahun 2016 penulis pernah
menjalani magang di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan menjadi Divisi Acara kegiatan di Desa Mekarjaya
Sepatan, Tangerang selama satu bulan pada bulan Juli s/d Agustus 2018.