pelatihan pemanduan dan an bakat olahraga
TRANSCRIPT
PELATIHAN PEMANDUAN DAN PENGEMBANGAN BAKAT OLAHRAGA USIA DINI
BAGI GURU PENJAS SD KOTA BENGKULU
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seleksi atau pemilihan atlet berbakat sudah menjadi isu sejak lama dalam
olahraga kompetitif. Tidak mengherankan, negara-negara maju seperti Rusia,
Romania, Bulgaria, Jerman dan Cina, sangat berkepentingan dengan proses
penyeleksian, karena sangat berkaitan dengan kepastian bahwa anak yang
terpilih harus mampu menjalani latihan yang sangat spartan, dan diyakini
akan menunjukkan prestasi terbaik pada usia-usia emasnya. Oleh karena itu
proses seleksi inipun dikaitkan dengan sangat erat pada usia anak yang ideal
untuk memulai latihan, serta usia puncak ketika anak sedang berada dalam
prestasi topnya. identifikasi bakat olahraga adalah proses pemberian cirri
(karakteristikisasi) terhadap dasar kemampuan yang dibawa dari lahir yang
dapat melandasi keterampilan olahraga.
Bompa (1990) menyatakan di negara barat identifikasi calon atlet
bukanlah merupakan suatu konsep baru dalam bidang olahraga, meskipun
kegiatan identifikasi calon atlet ini belum banyak dikerjakan secara formal.
Sebagai ilustrasi dapat dicermati keadaan berikut: pada akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an, sebagian besar negara Eropa Timur telah
menetapkan metode khusus untuk melakukan identifikasi calon atlet
potensial. Prosedur pemilihan calon atlet ditemukan dan diarahkan oleh para
ilmuwan olahraga, selanjutnya para ilmuwan memberikan rekomendasi
beberapa calon atlet berpotensi dalam cabang olahraga tertentu kepada para
pelatih. Dengan menggunakan prosedur pemilihan calon atlet seperti
disebutkan di atas hasilnya sangat menakjubkan. Beberapa atlet Republik
Demokrasi Jerman yang meraih medali di arena Olimpiade 1972, ternyata
terpilih menjadi calon atlet melalui pemilihan dengan cara ilmiah. Hal yang
sama terjadi pula pada para atlet Bulgaria di arena Olimpiade 1976. Hampir
80% peraih medali negara tersebut merupakan hasil dari suatu proses
identifikasi calon atlet yang dilakukan secara cermat.
Ilustrasi lain dapat disajikan sebagai berikut: pada tahun 1976 di Romania
terdapat sekelompok ilmuwan dan ahli olahraga dayung yang memilih remaja
puteri untuk disiapkan menjadi atlet cabang olahraga dayung. Pada awalnya
dari 27 000 remaja puteri dipilih sebanyak 100 orang. Dari 100 orang remaja
puteri yang terpilih pada tahun 1978 disusutkan menjadi 25 orang. Perlu
diketahui, bahwa sebagian besar atlet (dari 25 orang remaja puteri) ini
menjadi anggota kontingen Romania di Olimpiade Moskow 1980. Partisipasi
25 remaja puteri Romania ini di arena Olimpiade Moskow, meraih 1 medali
emas, 2 medali perak, dan 2 medali perunggu. Sedangkan kelompok remaja
puteri lainnya yang dipilih pada akhir tahun 1970-an menghasilkan 5 medali
emas dan 1 medali perak di arena Olimpiade Los angeles, dan meraih 9
medali emas di arena Olimpiade Seoul 1988 (Bompa, 1990).
Dari ilustrasi di atas jika, dibandingkan dengan prestasi olahraga
Indonesia di dunia internasional sangatlah jauh berbeda. Khususnya di
propinsi Bengkulu prestasi olahraga di tingkat nasional sangat kurang
memuaskan tercatat pada perolehan medali pada Pekan Olahraga Nasional
(PON) 2004 Sumsel, Bengkulu hanya memperoleh 1 emas 4 perak 6
perunggu dan PON 2008 Kaltim, memperoleh 2 emas 2 perak dan 5
perunggu (Kemenegpora, 2008). Hal ini menjadi “Pekerjaan Rumah” bagi
masyarakat Bengkulu khusunya guru penjas yang merupakan tonggak awal
pengenalan gerak jasmani bagi anak. Pendidikan jasmani bukan hanya
mendidik anak di sekolah tetapi juga mempersiapkan peranan peserta didik di
masa yang akan datang sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani. Adang
Suherman (2000), menyatakan bahwa secara umum tujuan pendidikan
jasmani dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu: (1)
perkembangan fisik, (2) perkembangan gerak, (3) perkembangan mental dan,
(4) perkembangan sosial. Melalui pendidikan jasmani diharapkan bisa
merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang
serta keterampilan gerak siswa.
Untuk merealisasikan tujuan yang hendak di capai dalam prestasi
olahraga, hendaknya guru penjas memegang peranan penting dalam
penjaringan atlet berbakat. Dalam penjaringan atlet terdapat 2 metode yaitu:
(1) metode alami dan (2) metode ilmiah (Bompa, 1990). Metode seleksi alami
dipertimbangkan sebagai metode dengan pendekatan normal dalam
pengembangan potensi atlet. Metode ini berasumsi bahwa atlet yang
mengikuti aktivitas olahraga merupakan hasil pengaruh lokal (tradisi sekolah,
keinginan orang tua, ataupun keinginan kelompok sepermainannya),
sehingga evolusi prestasi atlet ditentukan atau tergantung pada pilihan yang
bersifat alami. Oleh karena itu, evolusi prestasi atlet kerapkali sangat lamban,
hal ini disebabkan atlet telah melakukan pilihan cabang olahraga yang tidak
tepat baginya. Sedangkan Metode seleksi Ilmiah, merupakan metode
pemilihan calon atlet yang dilakukan pelatih terhadap para remaja prospektif
didukung dengan bukti-bukti bahwa calon atlet mempunyai kemampuan alami
untuk cabang olahraga yang dilatihkan. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan untuk meraih prestasi puncak
bagi calon atlet yang dipilih secara ilmiah lebih singkat, bila dibandingkan
dengan calon atlet yang dipilih melalui metode alami (Bompa, 1990).
Berdasarkan permasalah di atas, metode pemilihan calon atlet yang
dilakukan secara ilmiah sudah selayaknya mendapatkan pertimbangan
secara ketat, khususnya bagi cabang olahraga yang memerlukan persyaratan
tinggi dan berat badan (seperti: bola basket, bola voli, sepak bola,
mendayung, lempar lembing, dsb), Hal yang sama dapat pula ditujukan pada
cabang olahraga lain yang memerlukan kecepatan, waktu reaksi, koordinasi
dan power yang dominan (seperti: lari cepat, judo, hoki, nomor lompat dalam
atletik, dsb). Dengan bantuan ilmuwan olahraga, kualitas yang dibutuhkan
dapat dideteksi, dan sebagai hasil pengujian ilmiah yang dilakukan oleh
profesional yang berkompeten di bidangnya, calon atlet berberbakat dapat
dipilih secara ilmiah dan selanjutnya dapat diarahkan pada cabang olahraga
yang sesuai.
Indentifikasi bakat secara ilmiah atau pemanduan bakat bukanlah hal
yang baru di Propinsi Bengkulu, sebelumnya sudah pernah ada seleksi
pemanduan bakat (tingkat SD se- kota Bengkulu) yang diadakan di kota
Bengkulu namun, posisi guru pada saat itu sebagian hanya sebagai
pendamping peserta didik dan kebanyakan tidak mengetahui tujuan utama
dari pemanduan bakat tersebut sehingga pada kenyataannya hasil dari
seleksi pemanduan bakat tidak dikembangkan lagi.
Untuk itu, salah satu upaya yang ditawarkan adalah pelatihan pemanduan
dan pengembangan bakat olahraga usia dini bagi guru SD kota Bengkulu.
B. Filosofi Pelatihan
Peserta pelatihan pemanduan dan pengembangan bakat olahraga usia dini
bagi guru penjas se- kota Bengkulu diselengarakan dengan memperhatikan:
1. Prinsip Andragogy, yaitu selama pelatihan peserta berhak:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemanduan
bakat.
b. Dipertimbangkan setiap gagasan, pendapat, kritik dan saran dalam hal
konteks pelatihan.
c. Tidak dipermalukan, dilecehkan ataupun diabaikan.
2. Berorientasi kepada peserta, dimana peserta berhak untuk:
a. Mendapatkan 1 paket bahan ajar tentang pemanduan bakat.
b. Mendapatkan fasilitator yang mengauasai materi tentang pemanduan
bakat dan melakukan umpan balik.
c. Belajar dengan gaya belajar resiprokal yaitu: strategi pembelajaran
yang dalam pendekatan mengajarnya memberikan suatu tugas
kepada peserta untuk berpasangan dalam berlatih, secara bergantian
bertukar peran sebagai pelaku dan sebagai pengamat dalam
memberikan penilaian formatif atau feedback pasangannya dengan
mengacu kepada tujuan pelatihan yang telah ditetapkan oleh fasilitator.
d. Melaksanakan evaluasi dan dievaluasi.
3. Berbasis kompetensi
a. Peserta dapat mengembangkan pemanduan bakat di sekolah.
b. Memperolah sertifikat setelah dinyatakan berhasil dan mendapatkan
kompentisi yang diharapkan pada akhir pelatihan.
II. KOMPETENSI
Peserta pelatihan mempunyai kompetensi dalam:
a. Merencanakan program pemanduan bakat
b. Menyelenggarakan program pemanduan bakat
c. Mengidentifikasi atlet berbakat
d. Memonitor program pemanduan bakat
e. Memberikan rekomendasi atlet berbakat pada cabang olahraga
f. Mengevaluasi program pemanduan bakat
III. TUJUAN PELATIHAN
Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu mengidentifikasi atlet
berbakat dari usia dini melalui pengembangan pemanduan bakat usia dini.
Tujuam Khusus
Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:
a. Merencanakan program pemanduan bakat
b. Menyelenggarakan program pemanduan bakat
c. Mengidentifikasi atlet berbakat
d. Memonitor program pemanduan bakat
e. Memberikan rekomendasi atlet berbakat pada cabang olahraga
f. Mengevaluasi program pemanduan bakat
IV. PESERTA
a. Kriteria peserta dalam pelatihan ini adalah guru PENJAS SD Kota Bengkulu,
pendidikan minimal D2 Penjaskes.
b. Peserta berjumlah 15 orang.
V. STRUKTUR PROGRAM
NO METARIWAKTU
T P PL JUMLAH
A Materi Dasar:1. Keputusan Kemenegpora
tentang pedoman pemanduan bakat olahraga
2 - - 2
jumlah 15%
B Materi Inti1. tes identifikasi bakat
a. bentuk dan ukuran tubuhb. kemampuan jasmani
2. pengembangan hasil tes
222
242
jumlah 70%C Materi Penunjang
1. PKL 4Jumlah 15%
VI. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN
PEMBUKAAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
WAWASAN- Kebijakan- PeraturanMETODE- Curhat
pendapat
KETERAMPILAN- Tes identifikasi bakat- Pengembangan hasil tesMETODE- Ceramah- Latihan
RENCANA TINDAK LANJUT
PENUTUPAN
EVALUASI
PERKENALAN DAN HARAPAN
VII. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)
Judul Materi Waktu
TPU TPK Pokok Bahasan
Sub Pokok Bahasan
Metode Media Alat Bantu Referensi
Tes Identifikasi Bakat
6 jpl Mampu mengidentifikasi bakat calon atlet
Mampu mengukur- Bentuk dan
ukuran tubuh- Kemampuan
jasmani
Identifikasi bakat
- tinggi badan
- berat badan
- tinggi duduk
- rentangLengan
- lempartangkap
- lemp. b.basket
- lompat tegak
- lari bolakbalik
- lari 40 meter
- lari multitahap
- demonstrasi
- latihan- penuga
san
- modul- asli
- Bola basket- bola tenis- kursi- stopwacth- vertical jump- microtoise
Kemenegpora, Pedoman Pemanduan Bakat.
Pengembangan hasil tes
4 jpl Mampu mengembangkan hasil tes identifikasi bakat
Mampu merekomendasikan calon atlet berbakat ke cabang olahraga
Pengembangan hasil tes identifikasi bakat
Pengembangan hasil tes identifikasi bakat
- latihan- penuga
san
- modul - kertas- alat tulis
Kemenegpora, Pedoman Pemanduan Bakat.
VIII. EVALUASI PELATIHAN
a. Evaluasi Peserta
Jenis evaluasi peserta adalah berbentuk portofolio yaitu catatan,
kumpulan hasil karya peserta latih yang didokumentasikan secara baik
dan teratur. Dapat berbentuk tugas, jawaban peserta atas pertanyaan
fasilitator, catatan hasil observasi fasilitator dan laporan kegiatan peserta.
dan evaluasi sumatif yaitu digunakan pada akhir sesi pelatihan untuk
kepentingan dalam menentukan peringkat, sertifikasi, evaluasi terhadap
kemajuan atau penelitian terhadap efektifitas kurikulum dan perencanaan
latihan. Instrument yang digunakan adalah mengidentifikasi bakat siswa
SD, dimana setiap peserta mengidentifikasi 2 siswa SD kemudian
merekomendasikan hasil tes indentifikasi tersebut.
b. Evaluasi Fasilitator
Instrumen evaluasi fasilitator adalah berbentuk lembar observasi fasilitator
yang kemudian dianalisis untuk mengetahui kemampuan fasilitator dalam
menyampaikan materi pembelajaran sesuia dengan yang telah di
tetapkan.
c. Evaluasi Penyelenggara
Instrumen evaluasi fasilitator adalah berbentuk lembar observasi dan
dokumentasi, untuk mengetahui pelaksanaan administrasi pelatihan.
IX. SERTIFIKASI
Peserta yang telah mengikuti pelatihan pengembangan dan pemanduan
bakat usia dini ini sekurang-kurangnya 90% dari alokasi waktu dan telah
berhasil menurut hasil evaluasi belajar, mendapatkan 2 angka kredit.
TUGAS INDIVIDU
PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN
“PELATIHAN PEMANDUAN DAN PENGEMBANGAN BAKAT OLAHRAGA USIA
DINI BAGI GURU PENJAS SD KOTA BENGKULU”
(Dosen Pengampu: Dr. Alexon, M.Pd)
Oleh:
Dendy Saputra
A2M009102
PROGRAM STUDI PASCASARJANA (S2)
TEKNOLOGI PENDIDIKANFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU2011