pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah dalam...

118
PELAKSANAAN SHALAT DZUHUR BERJAMAAH DALAM MENINGKATKAN KETAATAN BERIBADAH SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Efan Yulistiyono NIM 1112011000046 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M / 1439 H

Upload: truongthuan

Post on 10-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PELAKSANAAN SHALAT DZUHUR BERJAMAAH

DALAM MENINGKATKAN KETAATAN BERIBADAH SISWA

DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Efan Yulistiyono

NIM 1112011000046

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1439 H

PELAKSANAAN SHALAT DZUHUR BERJAMAAH

DALAM MENINGKATKAN KETAATAN BERIBADAH SISWA

DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Efan Yulistiyono

1112011000046

Di Bawah Bimbingan

Drs. Rusdi Jamil, M.Ag

NIP. 19621231 199503 1 005

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M / 1439 H

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam

Meningkatkan Ketaatan Beribadah Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Al-

Falah Jakarta disusun oleh Efan Yulistiyono, NIM. 1112011000046, Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan

dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 26 September 2017

Yang Mengesahkan,

Pembimbing

Drs. Rusdi Jamil, M.Ag

NIP. 19621231 199503 1 005

LEMBAR

PENGESAHAN

Skripsi berjudul Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam

Meningkatkan Ketaatan Beribadah Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Al-

Falah Jakarta disusun oleh EFAN YULISTIYONO Nomor Induk Mahasiswa

1112011000046, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah

pada tanggal 05 Oktober 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis

berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama

Islam.

Jakarta, 05 Oktober 2017

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI)

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag

NIP. 19580707 198703 1 005 _________ ______________

Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI)

Marhamah Saleh, Lc., MA

NIP. 19720313 200801 2 010 _________ ______________

Penguji I

Drs. Ghufron Ihsan, MA

NIP. 19530509 198103 1 006 _________ ______________

Penguji II

Drs. H. Achmad Gholib, M.Ag

NIP. 19541015 197902 1 001 _________ ______________

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA

NIP. 19550421 198203 1 007

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Efan Yulistiyono

NIM : 1112011000046

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Alamat : Batumirah RT. 01/01 Kec. Bumijawa Kab. Tegal

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam

Meningkatkan Ketaatan Beribadah Siswa di MTs Al-Falah adalah benar hasil

karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Drs. Rusdi Jamil, M.Ag

NIP : 19621231 199503 1 005

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya si

Efan Yulistiyono

i

ABSTRAK

Efan Yulistiyono (NIM: 1112011000046). Pelaksanaan Shalat Dzuhur

Berjamaah Dalam Meningkatkan Ketaatan Beribadah Siswa di Madrasah

Tsanawiyah Al-Falah Jakarta.

Berdasarkan masalah mengenai generasi muda Islam yang tidak taat atas

kewajiban mereka dalam melaksanakan shalat, maka mendorong penulis untuk

melakukan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah

dalam meningkatkan ketaatan beribadah siswa. Penulis melakukan penelitian di

MTs Al-Falah Jakarta untuk mengetahui gambaran proses pelaksanaan shalat

dzuhur berjamaah dan untuk mengetahui bagaimana ketaatan siswa dalam

menunaikan shalat 5 waktu.

Dalam penelitian, penulis menggunakan metode etnografi yang membidik

pikiran dan pola-pola perilaku manusia yang dapat diamati melalui kegiatan

hidupnya. Sedangkan desain penelitian menggunakan desain deskriptif yang

termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan shalat dzuhur

berjamaah di MTs Al-Falah Jakarta masih terdapat kendala-kendala. Terkadang

ada segelintir siswa yang membuat pelaksanaan kegiatan sedikit terganggu.

Dengan pelaksanaan kegiatan shalat dzuhur berjamaah siswa diharapkan

mempunyai kesadaran keagamaan, khususnya siswa dapat secara mandiri

menunaikan shalat fardlu 5 waktu. Melalui hasil wawancara dengan beberapa

siswa dapat diperoleh kesimpulan bahwa siswa sudah memiliki kesadaran tentang

kewajiban mereka sebagai seorang muslim. Dalam kesehariannya mereka sudah

mulai berusaha menunaikan kewajiban mereka meski terkadang pada waktu shalat

tertentu seperti shalat subuh mereka masih merasa kesulitan dalam

menunaikannya. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya kerja sama

antara pihak sekolah dengan orang tua untuk mengawasi shalat anak sehingga

harapan menjadikan anak sebagai generasi yang taat dalam beribadah dapat

terwujud.

Kata Kunci: shalat, shalat dzuhur, shalat berjamaah, taat, ibadah, taat

beribadah

ii

KATA PENGANTAR

segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ,الحمد اهلل

yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada

baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan pengikut

setianya. Semoga kita semua mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW di hari

kiamat nanti.

Tidak ada perjuangan yang mudah dan tidak ada perjuangan yang tidak

menemui rintangan. Tetap semangat, disiplin, dan kerja keras adalah kunci

mengatasi semua rintangan itu. Begitu pula yang dihadapi penulis, pada prosesnya

penulis mengalami banyak hambatan dan kesulitan dalam penulisan skripsi. Akan

tetapi, berkat pertolongan Allah SWT serta motivasi dan bantuan yang diberikan

oleh berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil sehingga semua

hambatan dan kesulitan itu dapat teratasi.

Selama menuntut ilmu maupun dalam proses penyusunan skripsi di Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, penulis memahami terdapat peran-peran yang begitu penting

dari banyak pihak dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan bantuan lainnya

kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis memberikan

penghargaan yang setinggi-tingginya dan menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Marhamah Saleh, Lc., MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Dr. Sururin, M.Ag. Dosen Penasehat Akademik.

5. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag. Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu sabar

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan.

iii

6. H. Yusri, S.Ag. Kepala MTs Al-Falah Jakarta yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs Al-Falah Jakarta.

7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah mencurahkan

ilmunya, semoga ilmu yang telah diterima penulis dapat bermanfaat.

8. Kepala Perpustakaan beserta seluruh Staff Karyawan, baik Perpustakaan

Tarbiyah maupun Perpustakaan Umum yang telah membantu penulis dalam

menemukan sumber-sumber/referensi yang dibutuhkan.

9. Seluruh Staff Karyawan di berbagai tingkatan dari Jurusan sampai pusat yang

telah membantu penulis dalam hal administrasi kampus.

10. Yang paling istimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Hargono dan

ibunda Suwatni serta anggota keluarga yang lain yang selalu memberikan

dukungan moril maupun materil yang selalu menginspirasi penulis.

11. Terkhusus untuk Amalia Herman yang selalu mengingatkan dan memberikan

dorongan semangat kepada penulis.

12. Teman-teman seperjuangan keluarga besar PAI angkatan 2012, sahabat-

sahabat organisasi PMII Rayon PAI, PMII Komfaktar, IMT Ciputat, teman

satu kosan Rizky Nailul Author, serta semua teman-teman yang lain yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. I love you all.

Untuk mereka semua, penulis mengucapkan “jazakakumullah khairan

katsiran”. Semoga semua yang telah diberikan kepada penulis akan dibalas

kebaikannya oleh Allah SWT dengan sebaik-baiknya balasan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kelemahan dan

kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini

sangat diharapkan agar dapat dijadikan pelajaran dan perbaikan untuk penelitian

selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi

setiap orang yang membacanya. Aamiin.

Jakarta, 25 September 2017

Penulis

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 8

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 9

E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9

F. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Shalat

a. Pengertian dan Keutamaan Shalat ........................................... 11

b. Dalil Disyariatkannya Shalat ................................................... 15

c. Syarat dan Rukun Shalat .......................................................... 16

d. Sunnah-sunnah Dalam Shalat .................................................. 18

e. Macam-macam Shalat ............................................................. 20

f. Hikmah Shalat ......................................................................... 23

v

2. Shalat Berjamaah

a. Pengertian dan Keutamaan Shalat Berjamaah ......................... 25

b. Sejarah Disyariatkannya Shalat Berjamaah ............................. 28

c. Syarat dan Rukun Melaksanakan Shalat Berjamaah ............... 28

d. Syarat-syarat Menjadi Imam ................................................... 29

e. Syarat-syarat Menjadi Makmum ............................................. 30

f. Tata Cara Shalat Berjamaah .................................................... 31

g. Hikmah Disyariatkannya Shalat Berjamaah ............................ 34

3. Taat Beribadah

a. Pengertian Taat ........................................................................ 35

b. Manfaat Taat ............................................................................ 35

c. Pengertian Ibadah .................................................................... 36

d. Macam-macam Ibadah ............................................................ 38

e. Hikmah Ibadah ........................................................................ 40

B. Hasil Penelitian Yang Relevan .............................................................. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 44

B. Latar (setting) Penelitian ....................................................................... 44

C. Metode Penelitian .................................................................................. 44

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 45

E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................... 46

F. Analisis Data ......................................................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah Singkat MTs Al-Falah Jakarta ........................................... 54

2. Visi dan Misi .................................................................................. 55

3. Keadaaan Guru, Karyawan dan Siswa ........................................... 56

4. Struktur Kepengurusan ................................................................... 57

5. Sarana dan Prasarana ...................................................................... 59

vi

B. Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam Meningkatkan

Ketaatan Beribadah Siswa di MTs Al-Falah Jakarta

1. Awal Dimulainya Kegiatan Shalat Dzuhur Berjamaah .................. 61

2. Tujuan Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah .............................. 62

3. Penanggung Jawab .......................................................................... 64

4. Proses Pelaksanaan ......................................................................... 64

5. Pengawasan Sekolah ....................................................................... 66

6. Kendala ........................................................................................... 66

7. Ketaatan Beribadah Siswa .............................................................. 68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 71

B. Saran ....................................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel 3.1 Pedoman Observasi 47

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara 47

Tabel 4.1 Struktur Kepengurusan 56

Tabel 4.2 Keadaan Guru 57

Tabel 4.3 Keadaan Karyawan 58

Tabel 4.4 Jumlah Siswa 59

Tabel 4.5 Jumlah Rombongan Belajar (Rombel) 59

Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana 60

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Nama Lampiran

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan (Melihat Sidang)

Lampiran 5 Surat Pernyataan Jurusan

Lampiran 6 Hasil Observasi

Lampiran 7 Transkripsi Wawancara

Lampiran 8 Data Responden

Lampiran 9 Uji Referensi

Lampiran 10 Foto-foto

Lampiran 11 Biodata Penulis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWT. Manusia

sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur‟an adalah pengemban amanah

sebagai khalifah di muka bumi. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia

diciptakan dengan bentuk yang sempurna, mempunyai akal dan nafsu yang

membuat manusia berbeda dengan makhluk lainnya yang hanya diberi salah

satu dari akal dan nafsu.

Pada dasarnya, Allah SWT menciptakan manusia semata-mata hanyalah

untuk beribadah kepada Allah. Hal ini telah dijelaskan di dalam Al-Qur‟an:

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah

kepada-Ku”. (Q.S. Adz Dzariyat [51]: 56).1

Berdasarkan ayat tersebut jelas bahwa Allah menciptakan jin dan manusia

hanya untuk mengabdikan diri kepada Allah. Bentuk pengabdian seorang

hamba (manusia) kepada pencipta-Nya (Allah SWT) adalah dengan

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa tugas jin dan manusia adalah

menyembah Allah SWT. Salah satu cara untuk mengimplementasikannya

ialah dengan melakukan ibadah-ibadah yang dilakukan dengan penuh ikhlas

dan penuh kesadaran. Salah satu ibadah yang harus dilaksanakan oleh manusia

adalah ibadah shalat.

Shalat adalah amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat nanti.

Rasulullah SAW bersabda,

1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), h.

523.

2

"Sesungguhnya sesuatu yang paling dulu dihisab pada hamba adalah

shalatnya. Jika shalat itu baik maka ia telah menang dan sukses. Jika

shalatnya rusak maka ia telah merugi." (HR. An Nasa'i)

Selain menjadi amal yang pertama dihisab, shalat juga mempunyai

kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah

SAW,

“Shalat adalah pilar Islam, jihad adalah punuknya amal, dan zakat antara

itu.” (HR. Ad Daylami, Haditsnya dha‟if)

Hadits tersebut salah satunya menjelaskan bahwa shalat adalah tiangnya

agama. Seperti halnya sebuah bangunan, jika tiangnya kuat maka akan kuat

bangunannya dan sebaliknya jika tiangnya tidak kuat maka tidak akan kuat

bangunannya. Begitu juga di dalam agama Islam, jika shalat dilaksanakan

dengan baik maka akan semakin kuat agamanya, tetapi jika shalat tidak

dilaksanakan maka sama saja dengan merobohkan agamanya.

2 Sunan An Nasa‟i.

3 At Tarhib fi Fadhaailil A‟mal wa Tsawaaba Dzaalika li Abna.

3

Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dikerjakan oleh

seorang muslim yang sudah menginjak usia baligh. Shalat menjadi pembeda

antara kaum muslim dengan non-muslim secara kasat mata. Untuk itu shalat

merupakan identitas bagi umat Islam. Untuk menjaga identitas itu perlu

adanya konsistensi dalam diri seorang muslim untuk menjaga shalatnya

dengan baik dan benar sesuai dengan syariat Islam.

Kewajiban untuk mengerjakan shalat lima waktu diturunkan oleh Allah

SWT sewaktu Rasulullah SAW menjalani mi‟raj. Shalat sendiri sering disebut

sebagai mi‟rajnya orang-orang beriman yang mengerjakan ibadah, itu bukan

karena shalat diperintahkan saat Nabi SAW mengalami mukjizat itu, tetapi

karena sifat ibadah ini (shalat) yang menuntut komunikasi langsung antara

hamba dengan Tuhan-nya.4

Shalat merupakan ibadah yang paling utama dan banyak mengandung

hikmah, diantaranya adalah dapat memberikan ketentraman dan ketabahan

hati sehingga manusia tidak akan lupa kepada Allah ketika diberikan cobaan,

shalat untuk membina ketaqwaan dan shalat juga dapat membersihkan jiwa

dan rohani dari aneka rupa perangai keji dan buruk. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam surat Al Ankabut ayat 45,

“Bacalah Kitab (Al-Qur‟an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad)

dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan) keji dan yang mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah

(shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah

mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Ankabut [29]: 45)5

Ibadah shalat juga merupakan pengabdian dari seorang hamba kepada

Allah SWT. Pengabdian yang dimaksud adalah pengabdian untuk

menunjukkan ketaatan dan kencintaan seorang hamba kepada Allah SWT.

4 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), h. 11.

5 Departemen Agama RI, op. cit., h. 401.

4

Dengan shalat juga seseorang bisa meggunakannya sebagai sarana komunikasi

untuk mendekatkan diri kepada pencipta-Nya.

Dalam mengerjakan shalat seorang muslim bisa melaksanakannya secara

munfarid (sendirian) atau berjamaah. Shalat munfarid adalah shalat yang

dikerjakan sendirian, sedangkan shalat berjamaah adalah shalat yang

dikerjakan secara bersama-sama yang terdiri dari imam dan makmum. Dalam

hal pahala yang didapat, shalat berjamaah mempunyai pahala 27 kali lipat

lebih banyak dibanding shalat sendirian.

Selain pahala yang berlipat ganda, seorang muslim yang mengerjakan

shalat secara berjamaah juga akan mendapatkan berbagai manfaat yaitu

bertemu dengan sesama muslim yang dapat digunakan sebagai ajang

silaturrahim atau mempererat tali persaudaraan. Allah SWT juga

mensyariatkan kepada umat Islam untuk berkumpul dalam waktu-waktu

tertentu. Diantaranya adalah berkumpul setiap hari pada siang dan malam hari

seperti shalat lima waktu. Orang-orang muslim akan berkumpul di Masjid

melaksanakan shalat lima kali dalam sehari-semalam.

Shalat berjamaah adalah salah satu di antara sebab yang menjadikan

seseorang melakukan shalat pada awal waktunya atau minimal tepat pada

waktunya. Dan ini adalah termasuk amalan yang paling utama di sisi Allah

„Azza wa Jalla.

Shalat berjamaah juga menjadi salah satu penyebab bagi kesempurnaan

dan kelengkapan shalat. Pada galib-nya juga menyelamatkan dan

mengamankan diri dari lupa. Kemudian akan berdampak pada semakin

tingginya derajat (potensi) diterimanya shalat tersebut dengan izin Allah

SWT.6

Shalat berjamaah bisa menjaga seorang muslim dari perbuatan

meremehkan, melalaikan, dan melupakan shalat serta menjaga diri dari

melaksanakan shalat di akhir waktu. Bahkan kebanyakan mereka yang

meninggalkan shalat pada awalnya adalah mereka meninggalkan shalat

6 Abu Abdillah Musnid Al Qahthani, 40 Manfaat Shalat Berjamaah , Terj. dari Arba‟uuna

Faa‟idatan Min Fawaa‟idi Shalatil Jamaa‟ah oleh Ainul Haris bin Umar Thayib, (Jakarta: Yayasan

Al-Sofwa, 1997), h. 59.

5

berjamaah. Oleh karena itu, di antara rahmat Allah kepada kita adalah Allah

mensyariatkan shalat lima waktu secara berjamaah.

Dengan melaksanakan shalat secara berjamaah, maka seorang muslim

akan mendapatkan kesempatan besar untuk saling mengenal dan beramah-

tamah antar sesama muslim saat pertemuan mereka di Masjid. Shalat

berjamaah juga memberikan kesempatan bagi para jamaah untuk saling

mencari tahu satu sama lain serta untuk mengetahui tentang situasi dan kondisi

mereka sehingga memungkinkan untuk melakukan kegiatan bersama-sama

seperti menjenguk orang sakit dan membantu orang yang membutuhkan,

berbelas kasih kepada orang yang tertimpa musibah dan hal-hal lain yang bisa

menguatkan hubungan dan menambah persaudaraan antar sesama muslim.

Muhammad Iqbal menyadari bahwa manfaat luar biasa dari shalat

berjamaah dalam Islam yaitu berguna untuk menumbuhkan semangat

kesetaraan dan persaudaraan. Ia berkata bahwa kita tidak dapat mengabaikan

pertimbangan penting bahwa gerakan-gerakan tubuh adalah faktor utama

dalam menentukan pemikiran. Pilihan pada satu titik tertentu dari shalat

ditujukan untuk memelihara kesatuan dalam berjamaah itu dan bentuknya

secara umum menghasilkan sikap memelihara rasa kesetaraan sosial setingkat

dengan kecenderungannya untuk memusnahkan perasaan superioritas dalam

diri setiap muslim.7

Tidak ada keraguan bahwa shalat berjamaah benar-benar menciptakan

ikatan cinta dan saling pengertian di antara kaum muslimin. Hal ini

membangkitkan rasa kebersamaan dan saling membantu dalam persaudaraan

di antara muslim. Mereka semua mengucapkan doa dalam satu jamaah dan ini

menanamkan dalam diri mereka perasaan persaudaraan yang dalam.

Keimanan dan ketaqwaan tidak terlepas dari pendidikan shalat yang

sangat besar manfaatnya bagi kehidupan, shalat mencegah perbuatan keji dan

munkar, shalat meningkatkan disiplin hidup, shalat membuka hati pada

kebenaran dan masih banyak lagi manfaatnya bagi kejiwaan manusia. Akan

tetapi pada zaman sekarang ini banyak yang mengaku beragama Islam tetapi

7 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), h. 122.

6

mereka melalaikan shalat dan meremehkannya. Mereka tetap melakukan

fahsya‟ (segala perbuatan jahat) dan munkar seperti kasus-kasus yang sering

kita lihat di berita-berita media cetak, media internet, atau media elektronik.

Mereka tidak sadar bahwa siapa yang meninggalkan shalat fardhu lima waktu

dengan sengaja, maka ia telah ingkar (kafir) dengan nyata-nyata. Semakin

membahayakan pula jika yang melakukannya adalah para generasi muda yang

menjadi tunas bangsa.

Kita mungkin pernah bertemu dengan banyak orang yang mengerti dan

faham tentang shalat akan tetapi mereka enggan melaksanakan shalat dengan

alasan dan faktor yang menghambatnya. Yang lebih memperihatinkan apabila

mereka tidak merasa berdosa bila meninggalkan shalat dan seolah-olah shalat

itu tidak bermakna bagi dirinya. Kemudian dampak darinya dapat membuat

orang tersebut berperilaku tidak baik. Hal itulah yang mendasari perlu adanya

pembiasaan terhadap siswa untuk melaksanakan shalat agar siswa tetap taat

dalam menjaga shalatnya di kemudian hari.

Shalat merupakan azas yang fundamental atau mendasar yang menjadi

kualitas iman dalam diri seseorang. Oleh karena itu shalat perlu dipelajari,

diketahui dengan tepat dan dilaksanakan dengan benar agar manfaatnya dapat

dinikmati dan dirasakan dengan sungguh-sungguh. Anak jika sejak kecil rajin

melaksanakan shalat maka sampai besar dalam keadaan bagaimanapun

mereka tidak akan lupa kepada Allah SWT, serta menjauhkan diri dari hal-hal

yang tidak baik serta melahirkan sikap pribadi yang baik.

Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk membentuk

kepribadian anak. Begitupun terhadap pembiasaan melaksanakan shalat,

lingkungan menjadi faktor yang sangat penting. Dimulai dari lingkup yang

sangat kecil yaitu keluarga, kemudian sekolah, dan masyarakat. Semua aspek

harus saling mendukung demi terwujudnya kepribadian anak yang baik yang

mempunyai ketaatan dalam beribadah.

Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang anak. Di dalam sekolah

seoarang anak akan menerima pendidikan dan pengajaran. Sekolah juga

7

memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan karakter

anak seperti membiasakan melaksanakan shalat pada anak.

Dengan demikian seorang anak diharapkan mampu melaksaksanakan

shalat dengan baik dan benar sesuai dengan syarat dan rukunnya serta dapat

menjadikannya sebagai pola laku dalam tata nilai kehidupannya sehari-hari.

Artinya melaksanakan shalat bukan hanya merupakan kewajiban belaka, tetapi

juga merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam hidupnya.

Peran serta orangtua dalam mendidik anak juga sangat penting ketika anak

berada dalam keluarga. Akan tetapi banyak kita jumpai anak-anak yang tidak

begitu baik diperhatikan oleh orang tuanya. Salah satu faktornya adalah waktu

bekerja orangtua yang padat sehingga mereka tidak bisa mengawasi anak

mereka dan pengetahuan orang tua dalam mendidik anak yang rendah. Dengan

begitu seorang anak tidak terawasi dalam melaksanakan shalat lima waktu.

Selain peran orang tua, peran guru di sekolah juga sangat penting. Selain

menyampaikan materi pelajaran, seorang guru juga dituntut untuk melakukan

penanaman nilai-nilai karakter pada anak. Seorang guru agama sudah pasti

akan menyampaikan materi tentang shalat. Akan tetapi tidak hanya

menyampaikan saja yang dibutuhkan dalam penanaman karakter. Dalam hal

ini guru juga sebaiknya terus mengingatkan dan memberikan stimulus kepada

anak agar mereka selalu ingat dan semangat dalam melaksanakan shalat.

Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan kebiasaan

melaksanakan shalat adalah dengan mengajak siswa untuk shalat berjamaah.

Termasuk manfaat shalat berjama‟ah yaitu ia menjadi pendorong (motivator)

untuk berlomba-lomba dalam keta‟atan kepada Allah dengan penuh kejujuran

dan keikhlasan. Ketika para jamaah melihat saudara-saudaranya yang lain

maka mereka akan berlomba-lomba bersama saudara-saudaranya tersebut

dalam hal-hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah dalam ibadah yang

agung itu. Yakni dengan menambah kebajikan seperti bersegera menuju

8

Masjid saat waktu shalat tiba, menunaikan shalat sunat rawatib, membaca

dzikir, doa dan sebagainya.8

Begitu besar manfaat dan pentingnya shalat berjamaah membuat sebuah

lembaga pendidikan sudah seharusnya dapat membiasakan anak untuk rajin

melaksanakan shalat tepat pada waktunya serta berjamaah.

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Falah yang terletak di Jakarta merupakan

sekolah yayasan yang dibangun atas asas kekeluargaan dan dikelola secara

turun temurun. MTs Al-Falah telah menerapkan pembiasaan shalat berupa

shalat dzuhur berjama‟ah bagi para siswanya.

Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap pelaksanakan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah Jakarta dan

mengetahui dampaknya terhadap ketaatan siswa dalam melaksanakan shalat.

Dengan demikian penulis akan mengangkat penelitian ini dengan judul

“Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam Meningkatkan Ketaatan

Beribadah Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis mengidentifikasi masalah-

masalah sebagai berikut :

1. Generasi muda yang rentan melalaikan shalat.

2. Banyak orang melakukan kegiatan keji dan munkar.

3. Banyak orang berperilaku tidak baik.

4. Kurangnya penanaman kebiasaan melaksanakan shalat berjamaah kepada

anak.

5. Kurangnya pengawasan orangtua terhadap anak.

6. Kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru dan orang tua terhadap anak

untuk melaksanakan shalat.

C. Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah, penulis membuat batasan masalah yaitu :

8 Abu Abdillah. op. cit., h. 75.

9

1. Shalat dzuhur berjamaah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah yang dilaksanakan di MTs Al-Falah

Jakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2017/2018.

2. Siswa yang dimaksud adalah siswa MTs Al-Falah Jakarta.

3. Ibadah yang dimaksud adalah ibadah shalat yang dilaksanakan oleh siswa

di rumah ataupun ketika berada di luar sekolah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah maka peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah

Jakarta?

2. Bagaimana ketaatan ibadah shalat siswa MTs Al-Falah Jakarta?

E. Tujuan Penelitian

“Tujuan penelitian ialah pernyataan mengenai apa yang hendak kita

capai.”9. Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di Madrasah

Tsanawiyah Al-Falah Jakarta.

2. Untuk mengetahui ketaatan ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Falah

Jakarta.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dikembangkan sesuai dengan analisis, adapun

kegunaan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

1. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan oleh

sekolah dalam memberikan pengawasan dan kontrol terhadap siswa

terutama dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah serta berkontribusi

9 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2008), cet. 1, h. 30.

10

dalam pembentukan kebijakan sekolah untuk mengembangkan kegiatan

shalat dzuhur berjamaah.

2. Guru

Dalam penelitian ini akan ditemukan bagaimana proses pelaksanaan

shalat dzuhur berjamaah yang berlangsung dan mengetahui ketaatan siswa

dalam melaksanakan shalat ketika di luar sekolah. Melalui penelitian ini

diharapkan guru dapat melakukan evaluasi yang efektif terhadap ketaatan

siswa dalam melaksanaan shalat.

3. Siswa

Bagi siswa penelitian ini menjadi tolok ukur ketertiban siswa dalam

melaksanakan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah maupun shalat

yang dilaksanakan di rumah. Serta sebagai motivasi untuk

mengembangkan kesadaran tentang pentingnya melaksanakan kewajiban

shalat.

4. Peneliti

Sedangkan bagi peneliti, penelitian ini akan memberikan informasi

terkait pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah dan ketaatan ibadah siswa

serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. Selian itu penelitian ini

juga menjadi syarat dalam menempuh program sarjana S1 Pendidikan

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Selain itu juga akan

menjadi pengalaman yang sangat bermakna.

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Shalat

a. Pengertian dan Keutamaan Shalat

Sudirman Tebba menjelaskan secara etimologi bahwa shalat bisa

diartikan sebagai doa memohon kebajikan dan pujian, sehingga kalau

dikatakan bahwa Allah bershalat kepada Nabi-Nya itu berarti bahwa

Allah memuji Nabi-Nya.1

Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an:

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan

menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya

doamu itu (menumbuhkan) ketentraman jiwa bagi mereka. Allah

Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. At Taubah [9]: 103).2

“Sungguh, Allah dan para malaikat-Nya bershalawat atas Nabi. Hai

orang-orang yang beriman! Bershalawatlah atasnya, dan berilah

salam kepadanya dengan sehormat-hormat salam.” (Q.S. Al Ahzab

[33]: 56).3

Menurut Syarif Hidayatullah Husain, “Shalat dilihat dari arti

linguistik-nya ialah doa, tetapi apabila dilihat dari istilah syar‟i-nya

1 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), h. 11.

2 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), h.

203. 3 Ibid., h. 426.

12

ialah suatu pekerjaan dan ucapan yang didahului dengan takbir dan

diakhiri dengan salam”.4

Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh as-Sunnah juga menjelaskan secara

istilah bahwa shalat ialah ibadah yang terdiri dari perkataan dan

perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir bagi Allah SWT dan

disudahi dengan memberi salam.5

Ahli lain yaitu Sa‟di Abu Jiib dalam Shalih bin Ghanim as-Sadlan

mengungkapkan bahwa shalat dalam terminologi syar‟i adalah rukun-

rukun yang khusus dan bacaan-bacaan tertentu dengan ikatan waktu

yang sudah ditentukan atau ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan

yang dibuka dengan takbir dan diakhiri dengan salam disertai niat.6

Kemudian Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dalam

bukunya menerangkan bahwa para fuqahaa‟ (ahli fiqih) telah

beristilah menetapkan pengertian shalat yaitu.

“Beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan

takbir, disudahi dengan salam, yang dengannya kita beribadah

kepada Allah, menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.”7

Sedang ulama hakikat mendefinisikan shalat sebagai

menghadapkan jiwa kepada Allah SWT yang mendatangkan rasa takut

kepada-Nya serta menumbuhkan dalam rasa keagungan kebesaran-

Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Definisi ini bisa dikatakan

bahwa shalat adalah memperlihatkan keperluan kepada Allah yang

kita sembah dengan perkataan atau pekerjaan atau dua-duanya.8

4 Syarif Hidayatullah Husain, Salat dalam Madzhab Ahlulbait; Kajian Al-Qur‟an, Hadis,

Fatwa dan Ilmiah, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2007), cet. 2, h. 87. 5 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 1, Terj. dari Fiqh as-Sunnah Oleh Mahyuddin Syaf, (Bandung:

PT Al-Ma‟arif, 1990), cet. 10, h. 191. 6 Shalih bin Ghanim as-Sadlan, Fiqih Shalat Berjamaah, Terj. dari Shalaatul Jamaah Hukmuha

Wa Ahkamuha oleh Thariq Abd. Aziz at-Tamimi, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006), h. 27. 7 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),

cet. 20, h. 62. 8 Sudirman Tebba, loc. cit.

13

Kemudian ulama makrifat melihat shalat dari segi ruhnya yaitu

berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapan-Nya,

ikhlas bagi-Nya, serta hati hadir dalam berzikir, berdoa dan memuji-

Nya.9

Kalau semua definisi itu digabung dalam satu kesatuan maka

dapat dikatakan bahwa shalat adalah menghadapkan hati kepada Allah

yang mendatangkan rasa takut, menumbuhkan rasa kebesaran dan

kekuasaan-Nya dengan penuh khusyuk dan ikhlas dalam beberapa

perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi

dengan salam.

Karena itu menurut Afzalur Rahman sebagaimana yang dikutip

oleh Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy bahwa shalat

merupakan salah satu bentuk ibadah dengan wujud kepercayaan dan

ketundukan seseorang terhadap Tuhan, Sang Pencipta Yang

Mahakuasa yang menyediakan bagi seluruh makhluk-Nya sumber

daya dan sarana hidup. Melalui ibadah kepada-Nya manusia dapat

memperoleh keagungan dan kesempurnaan hakiki.10

Allah berfirman:

“Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada

Engkau-lah kami mohon pertolongan.” (Q.S. Al Fatihah [1]: 5)11

Orang beriman sejati akan selalu menjaga shalatnya sehari-hari,

karena shalat itu merupakan bukti sekaligus ujian atas keimanan

seseorang. Karena itu, ketika seseorang telah menyatakan ke-Islam-

annya begitu mendengar suara adzan (panggilan shalat) ia harus segera

bergabung dalam shalat jamaah untuk menunjukkan apakah ia tulus

dalam keimanannya atau tidak. Kalau ia tidak memperhatikan adzan

dan tidak bergabung dalam shalat jamaah, maka ia dianggap tidak

tulus dengan pernyataan imannya.

9 Ibid.

10 Ibid., h. 13.

11 Departemen Agama RI, op. cit., h. 1.

14

Keutamaan shalat juga dapat dilihat pada banyak keterangan dan

sabda Rasulullah SAW di antaranya ialah Ibnu Umar melaporkan

bahwa Beliau bersabda: “Islam dibangun di atas lima perkara,

yaitu, bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan (yang berhak

disembah) selain Allah dan sesungguhnya Muhammad SAW adalah

utusan-Nya, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan

ibadah haji, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari

dan Muslim)12

Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang paling pokok dan

penting dalam Islam. Shalat merupakan pijakan utama dalam

mewujudkan sistem sosial Islam. Karena itu, Al-Qur‟an menekankan

pentingnya shalat. Kemalasan dan keengganan melaksanakannya

merupakan tanda kemunafikan dan melalaikannya merupakan tanda

hilangnya iman.13

Ayat berikut membandingkan orang-orang yang shalat dengan

orang-orang yang menyekutukan Allah:

“Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya

serta laksanakanlah shalat, dan janganlah termasuk orang-orang

yang mempersekutukan Allah.” (Q.S. Ar Rum [30]: 31)14

Ayat itu menjelaskan bahwa shalat merupakan hal kedua yang

terpenting setelah seseorang beriman dan percaya kepada keesaan

Allah, dan lalai dari shalat dapat membawa seseorang kepada

kekafiran, karena kalau seseorang tidak memperkuat keyakinannya

dengan perbuatan nyata, lambat laun ia kan kehilangan keyakinannya

itu.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa shalat adalah tiang

agama. Sebagaimana sebuah gedung yang akan runtuh bila tiangnya

roboh, maka keimanan dan kesalehan juga akan hilang seiring dengan

hilangnya shalat. Rasulullah SAW juga bersabda bahwa amal yang

12

Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat, (Jakarta: Pustaka Irvan, 2008), h. 30. 13

Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, op. cit., h. 16-17. 14

Departemen Agama RI, op. cit., h. 407.

15

pertama kali akan ditanya pada hari perhitungan adalah shalat. Apabila

shalatnya baik maka baik pula seluruh amal-amal yang lainnya. Tetapi

jika shalatnya buruk maka buruk pula amal-amalnya yang lain.

Menjelang wafatnya Rasulullah SAW pesan terakhir beliau adalah

agar kita menjaga shalat.15

Shalat itu begitu penting dalam Islam sampai-sampai saat

menghadapi musuh pun tidak dapat ditinggalkan. Hal itu karena tujuan

utama dari seseorang mukmin bukanlah berperang, tetapi menciptakan

kondisi-kondisi dalam masyarakat dimana setiap orang dapat

beribadah dan menjalankan perintah Allah tanpa ada rasa takut.

Allah SWT memerintahkan shalat lima waktu untuk menegakkan

sebutan-Nya yaitu supaya kita dapat memakai hati, lidah, dan anggota

badan sekaligus dalam menghambakan diri kepada Allah SWT.

Masing-masing dari hati, anggota badan, dan lidah memperoleh

kebahagiaan dalam menghambakan diri kepada yang menciptakannya

dengan shalat itu. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan

menjadikan manusia yakni supaya mereka beribadah kepada Allah

SWT.

b. Dalil Disyariatkannya Shalat

Tidak asing lagi bahwa shalat wajib telah ditetapkan perintahnya

di dalam Al-Qur‟an dan Sunnah serta ijma‟. Di dalam Al-Qur‟an

banyak ayat yang memuatnya antara lain firman Allah SWT,

“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas

menaatinya-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga

agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan demikian itulah

agama yang lurus (benar)”. (Q.S. Al Bayyinah [98]: 5)16

15

Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah, op. cit., h. 18. 16

Departemen Agama RI, op. cit., h. 598.

16

Sedangkan dalam sunnah banyak hadits yang menegaskan

kewajiban shalat diantaranya apa yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari dan Muslim serta lainnya dari Abdullah bin Umar bin Al-

Khattab r.a. berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Islam dibangun atas lima perkara yaitu persaksian bahwa tiada Ilah

(Tuhan) yang haq kecuali Allah dan Muhammad SAW sebagai Rasul-

Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan dan

haji”. (HR. Muslim)

Sedangkan dalam ijma‟, telah berkata Ibn Hubairah dalam Ifshah:

Dan mereka (ahli fiqih) sepakat bahwa shalat adalah salah satu rukun

Islam dan yang wajib adalah lima waktu dalam sehari semalam dan

kewajibannya tidak gugur atas orang yang sudah dibebani (mukallaf).

Untuk itu, seperti lelaki yang baligh berakal diwajibkan sampai

mereka menyaksikan maut atau perkara akhirat. Shalat memiliki

kedudukan tertinggi diantara ibadah-ibadah lainnya, bahkan

kedudukan terpenting dalam Islam yang tak tertandingi oleh ibadah

lainnya. Shalat adalah tiang agama yang tidak bisa tegak agama

kecuali dengannya.18

c. Syarat dan Rukun Shalat

17

Shahih Muslim. 18

As-Sadlan, op. cit., h. 29.

17

Menurut Sulaiman Rasjid, syarat-syarat wajib menunaikan shalat

ialah:19

1) Beragama Islam.

2) Suci dari haid (kotoran) dan nifas.

3) Berakal.

4) Baligh (dewasa).

5) Telah sampai dakwah (perintah Rasulullah SAW kepadanya).

6) Melihat atau mendengar.

7) Jaga (sadar).

Jika dia tidur atau lupa maka ia wajib melaksanakan shalat

ketika ia bangun atau ingat dan jika orangnya tidak waras (gila)

maka ia harus mengganti shalatnya ketika ia sembuh.

Sedangkan untuk syarat sahnya shalat adalah sebagai berikut:20

1) Suci dari hadas besar dan hadas kecil.

2) Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.

3) Menutup aurat.

Bagi laki-laki wajib menutup aurat depan dan belakang,

sedang wanita keseluruhan tubuhnya kecuali wajah, telapak

tangan, dan telapak kaki.

Menurut Ali Rahib, “Seseorang yang hendak menunaikan

shalat tidak diperbolehkan menutup auratnya dengan pakaian

yang tipis yang memperlihatkan warna kulitnya (transparan)

atau yang sejenisnya. Sebab, pakaian atau kain tipis yang masih

memperlihatkan warna kulit menjadikan kriteria menutup aurat

tidak terpenuhi”.21

4) Mengetahui masuknya waktu shalat.

5) Menghadap ke Kiblat (Ka‟bah).

19

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam: Hukum Fiqih Lengkap, (Bandung: PT Sinar Baru Algensindo,

1994), cet. 27, h. 64-67. 20

Ibid., h. 68-70. 21

Ali Raghib, Ahkamus Sholah, Terj. dari Ahkam ash-Shalah oleh M. Abdillah al-Faqih dan

M. al-Mu‟tashim Billah, (Bogor: Al-Azhar Press, 2009), cet. 2, h. 89.

18

Menurut Tengku Hasbi Ash Shiddieqy bahwa menghadap

qiblat adalah suatu fardlu dalam shalat, tidak ada pengguguran

atasnya terkecuali dalam keadaan seperti berikut ini:

a) Sedang melaksanakan shalat sunnah bagi orang yang sedang

berkendara, baik dalam hadlar maupun dalam safar;

b) Shalat dalam keadaan terpaksa, sedang sakit, dan sedang

dalam ketakutan.22

Rukunnya shalat ada 13 yaitu sebagai berikut:

1) Niat.

2) Berdiri bagi orang yang kuasa.

3) Takbiratul ihram (membaca “Allahu Akbar”).

4) Membaca surat al-Fatihah.

5) Ruku‟ serta thuma‟ninah (diam sebentar).

6) I‟tidal serta thuma‟ninah.

7) Sujud dua kali serta thuma‟ninah.

8) Duduk di antara dua sujud serta thuma‟ninah.

9) Duduk akhir.

10) Membaca tasyahud akhir.

11) Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW.

12) Memberi salam yang pertama (ke kanan).

13) Menertibkan rukun.23

d. Sunnah-sunnah Dalam Shalat

Sunnah dalam shalat ada 2 macam, yaitu sunnah ab‟ad dan sunnah

hai‟ah.

1) Sunnah ab‟ad adalah sunnah yang menyerupai sebagian rukun

shalat dan jika lupa mengerjakannya maka harus diganti dengan

sujud sahwi, yaitu:24

22

Ash Shiddieqy, op. cit., h. 102. 23

Rasjid, op. cit., h. 75-87.

19

a) Duduk pada tasyahud awal.

b) Membaca tasyahud awal.

c) Membaca shalawat atas Nabi pada tasyahud awal.

d) Membaca shalawat atas keluarga Nabi pada tasyahud akhir.

e) Membaca doa qunut pada shalat shubuh dan shalat witir pada

pertengahan hingga akhir bulan ramadhan.

f) Berdiri untuk membaca qunut.

2) Sunnah hai‟ah adalah gerak-ucap dalam shalat yang ketika lupa

maka tidak perlu menambah dengan sujud sahwi. Yang termasuk

ke dalam sunnah hai‟ah yaitu:25

a) Mengangkat kedua belah tangan sampai sejajar dengan daun

telinga ketika takbiratul ihram, hendak ruku‟, bangkit dari

ruku‟ dan ketika bangkit dari tasyahud awal.

b) Bersedekap dengan telapak tangan kanan di atas pergelangan

tangan kiri, di bawah dada di atas pusar.

c) Membaca doa iftitah.

d) Membaca isti‟adzah (lafadz yang mengandung ta‟awudz)

e) Membaca dengan suara nyaring pada 2 rakaat awal shalat

jahar (shubuh, maghrib, isya‟, shalat jumat, dan shalat „ied).

Dan sunnah merendahkan suara bacaan ayat-ayat pada shalat

dzuhur, ashar, rakaat ketiga shalat maghrib, dan rakaat

ketiga dan keempat shalat isya‟.

f) Membaca aamiin mengiringi bacaan al-Fatihah.

g) Membaca surah pada rakaat pertama dan kedua.

h) Membaca takbir intiqal kecuali bangkit dari ruku‟.

i) Membaca sami‟allahu liman hamidah saat bangkit dari

ruku‟, dan membaca rabbana lakal hamdu saat sudah berdiri

tegak.

j) Membaca tasbih ketika ruku‟ (tiga kali).

24

Abdul Manan, Jangan Asal Shalat: Rahasia Shalat Khusyuk, (Bandung: Pustaka Hidayah,

2011), cet. XIV, h. 149. 25

Ibid., h. 158-159.

20

k) Membaca tasbih ketika sujud (tiga kali).

l) Meletakkan kedua tangan di atas paha sewaktu duduk untuk

membaca tasyahud awal dan akhir, dengan memberkas

tangan yang kiri sekira ujung jemarinya sejajar lutut,

sedangkan jemari tangan kanan selain telunjuknya

digenggamkan. Setelah itu, berisyarat dengan telunjuk kanan

menunjuk (satu kali gerak) saat sampai pada ucapan Illallah.

Makruh hukumnya menggerak-gerakkan telunjuk, namun

tidak sampai membatalkan shalat.

m) Duduk iftirsy dalam semua duduk yang terjadi dalam shalat.

n) Mengucap salam yang kedua, memalingkan muka ke kanan

dan ke kiri pada waktu membaca salam pertama dan kedua.

e. Macam-macam Shalat

Shalat terbagi menjadi dua macam yaitu shalat wajib (fardlu) dan

shalat sunnah (nafl), dan pembagiannya adalah sebagai berikut:

1) Shalat Wajib (Fardlu)

Shalat fardlu adalah shalat yang diwajibkan bagi tiap-tiap

orang dewasa dan berakal ialah lima kali sehari semalam. Mula-

mula turunnya perintah wajib shalat itu adalah pada malam isra‟,

setahun sebelum tahun hijriah.26

a) Shalat Shubuh

Shalat shubuh dikerjakan dua rakaat. Waktunya kira-kira

dari jam 04.00 sampai terbit matahari.27

b) Shalat Dzuhur

Manusia pertama yang mengerjakan shalat dzuhur ialah

Nabi Ibrahim As yaitu tatkala Allah SWT telah

memerintahkan padanya agar menyembelih anaknya Nabi

26

Rasjid, op. cit., h. 53. 27

A. Hassan, Pengajaran Shalat, (Bangil: CV Pustaka Tamaam, 1991), h. 31.

21

Ismail As. Seruan itu datang pada waktu matahari tepat di atas

kepala, lalu sujudlah Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat.

Rakaat pertama tanda bersyukur bagi penebusan. Rakaat

kedua tanda bersyukur karena dibukakan dukacitanya dan juga

anaknya. Rakaat ketiga tanda bersyukur dan memohon akan

keridhaan Allah SWT rakaat keempat tanda bersyukur karena

korbannya digantikan dengan tebusan kibas.28

Shalat dzuhur dikerjakan empat rakaat. Waktunya kira-

kira dari jam 12.00 sampai 15.00.29

c) Shalat Ashar

Shalat ashar dikerjakan empat rakaat dan dikerjakan kira-

kira pada jam 15.00 sampai (hampir) matahari terbenam.30

d) Shalat Maghrib

Shalat maghrib berjumlah tiga rakaat. Waktunya dari

mulainya terbenamnya matahari sampai hilang tanda merah di

sebelah barat.31

e) Shalat Isya‟

Shalat isya‟ dikerjakan pada malam hari sebanyak empat

rakaat. Adapun waktunya kira-kira dari jam 19.00 sampai

04.00.32

Mengenai waktu-waktu shalat, Rasulullah SAW sudah

menjelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Muslim yaitu,

28

Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah: Menelusuri Asal-usul, Memantapkan Penghambaan,

(Jakarta: Republika, 2014), h. 40. 29

Hassan, op. cit., h. 40. 30

Ibid., h. 43. 31

Ibid. 32

Ibid., h. 46.

22

“Waktu Sholat dzuhur adalah ketika telah tergelincir matahari

(menuju arah tenggelamnya) hingga bayangan seseorang

sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu „ashar, dan

waktu „ashar masih tetap ada selama matahari belum menguning,

dan waktu shalat maghrib adalah selama belum hilang sinar

merah ketika matahari tenggelam, dan waktu shalat isya adalah

hingga setengah malam, dan waktu shalat shubuh semenjak terbit

fajar selama matahari belum terbit. Jika matahari terbit maka

janganlah melaksanakan shalat, sebab ia terbit diantara dua

tanduk setan. (HR. Muslim)

Selain shalat wajib 5 waktu yang dijelaskan di atas, masih ada

satu lagi shalat wajib yang harus dikerjakan yaitu shalat jumat.

Shalat jumat ialah shalat dua rakaat sesudah khotbah pada

waktu shalat dzuhur pada hari jumat. Shalat jumat hukumnya

fardlu „ain artinya wajib atas setiap laki-laki dewasa yang

beragama Islam, merdeka dan menetap di dalam negeri.

Perempuan, anak-anak, hamba sahaya, dan orang yang sedang

dalam perjalanan tidak wajib melaksanakan shalat jumat.34

2) Shalat Sunnah (Nafl)

Shalat nafl adalah shalat yang lebih utama dikerjakan dan

boleh ditinggalkan. Shalat nafl disebut juga shalat sunnah,

tathawwu‟, mandub, mustahab, muraghab fih atau disebut hasan.

Macam-macam shalat nafl yaitu:

a) Shalat Sunnah Rawatib

b) Shalat Witir

33

Shahih Muslim. 34

Rasjid, op. cit., h. 123

23

c) Shalat Tarawih

d) Shalat Dhuha

e) Shalat Tahajjud

f) Shalat Tahiyatul Masjid

g) Shalat Tasbih

h) Shalat Istikharah

i) Shalat Sunah Ihram

j) Shalat Sunah Thawaf

k) Shalat Sunah Awwabin

l) Shalat Dua Rakaat Setelah Zawal (condongnya matahari)

m) Shalat Sunah Wudlu‟

n) Shalat Dua Rakaat Ketika Pulang Dari Bepergian

o) Shalat Sunah Hajat

p) Shalat Sunah Mutlak

q) Shalat „Id (hari raya)

r) Shalat Sunah Kusuf (gerhana matahari) dan Khusuf (gerhana

bulan)

s) Shalat Istisqa‟ (shalat minta hujan)35

f. Hikmah Shalat

Shalat adalah ibadah yang agung yang mengandung munajat, doa,

dzikir, pujian, dan sanjungan kepada Allah SWT, bahkan termasuk

permohonan kemudahan masalah-masalah yang bersifat duniawi.

Banyak sekali hikmah-hikmah yang terkandung di dalam shalat, di

antaranya adalah:36

1) Bekal Rohani

Shalat adalah hakikat yang dikehendaki oleh Islam untuk

mengimbangi kesibukan duniawi yang tidak akan pernah

35

Masykuri Abdurrahman, Kaifiyah dan Hikmah Shalat Versi Kitab Salaf, (Pasuruan: Pustaka

Sidogiri, 2006), cet. 7, h. 115-150. 36

Muhammad Amru Ghazali, Buku Pintar Etika Shalat, (Jakarta: Aksara Qalbu, 2007), h. 241-

243.

24

memberikan kepuasan hakiki. Shalat adalah bekal yang dapat

menghantarkan manusia pada jalan yang lurus. Memberikan

ketenangan dan kedamaian jiwa. Shalat menjadi jawaban ketika

manusia sadar bahwa materi bukanlah segalanya. Dan shalat

menjadi modal untuk menumpuk keyakinan dan keteguhan hati

bahwa akhirat adalah hakikat hidup yang sebenarnya.

2. Shalat Menumbuhkan Kemampuan Berkonsentrasi

Shalat yang diperintahkan adalah shalat yang khusyuk, dengan

memahami apa yang dibaca dan menghadirkan hati untuk

keagungan Allah SWT. Khusyuk di dalam shalat adalah alat bantu

untuk menumbuhkan konsentrasi, meniadakan pikiran-pikiran

yang mengarah pada sifat duniawi, dan menggantinya dengan

pengagungan dan pujian pada Dzat Yang Maha Suci.

3. Shalat Mengikis Perilaku buruk

Shalat adalah penyuci jiwa, terapi kepribadian, dan pembentuk

akhlak yang mulia. Ketika hati merasa terikat dengan keagungan

sebanyak lima kali dalam sehari, iman akan merambat kuat dalam

hati. Melahirkan keteguhan untuk meninggalkan segala hal

kemunkaran dan dosa.

Allah SWT berfirman,

“Bacalah Kitab (Al-Qur‟an) yang telah diwahyukan kepadamu

(Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu

mencegah dari (perbuatan) keji dan yang mungkar. Dan

(ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar

(keutamaannya dari ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa

yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Ankabut [29]: 45)37

Pada ayat diatas dapat dipahami bahwa shalat yang mencegah

kemunkaran memiliki beberapa syarat. Pertama, memahami

37

Departemen Agama RI, op. cit., h. 401.

25

makna dan kandungan ayat atau bacaan dalam shalat. Kedua,

mendirikan shalat dengan proses-proses yang sempurna mulai dari

wudhu hingga salam. Ketiga, mengingat dan mengagungkan Allah

SWT. Keempat, beranggapan dan berkeyakinan bahwa Allah

SWT sedang melihat kita ketika shalat.

2. Shalat Berjamaah

a. Pengertian dan Keutamaan Shalat Berjamaah

Kata “berjamaah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

memiliki arti bersama-sama.38

Jama‟ah secara etimologi berasal dari kata al-jam‟u yang

mengandung arti mengikat sesuatu yang tercerai-berai dan

menyatukan sesuatu dengan mendekatkan antara ujung yang satu

dengan ujung yang lain. Misalkan ada seseorang berkata

“kukumpulkan” maka terkumpulah jadi satu. Jamaah adalah kelompok

yang disatukan oleh persamaan tujuan baik manusia maupun yang

lainnya. Misalnya kumpulan pepohonan dan kumpulan tanaman.

Dengan begitu arti ini digunakan untuk jumlah segala sesuatu.39

Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, “Hakikat

jamaah ialah mengadakan perikatan antara imam dengan makmum,

antara pemimpin dengan rakyat. Jamaah itu adalah dari khasha-ish

(keistimewaan-keistimewaan) umat Islam, seperti shalat Jum‟at,

shalat dua hari raya („ied), shalat gerhana dan shalat minta hujan

(istisqaa‟)”.40

Sedangkan shalat berjamaah menurut A. Hassan yaitu apabila ada

seorang yang mengikut seorang yang shalat di hadapannya dinamakan

dua orang itu shalat berjamaah. Orang yang dijadikan ikutan

dinamakan imam dan orang yang mengikut dinamakan makmum.

38

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 576. 39

As-Sadlan, op. cit., h. 27-28. 40

Ash Shiddieqy, op. cit., h. 304.

26

Imam itu selamanya tidak boleh lebih dari seorang, adapun makmum

boleh seorang dan boleh banyak lebih baik.41

Shalat jamaah merupakan spesialisasi atau keistimewaan bagi

umat Nabi Muhammad SAW. Manusia yang pertama kali

melaksanakan shalat berjamaah adalah Rasulullah SAW. Beliau

bersabda:

„Abdullah bin Yusuf meriwayatkan kepada kami, ia berkata, “Malik

mengabarkan kepada kami dari Nafi‟, dari „Abdullah bin „Umar

bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda, “Shalat berjamaah itu

lebih utama dari pada shalat sendirian dengan (selisih) dua puluh

tujuh derajat. (HR. Bukhari)

Seluruh kaum muslimin telah sepakat bahwa shalat berjamaah itu

termasuk salah satu syi‟ar agama Islam. Ia telah dikerjakan oleh

Rasulullah SAW secara rutin, dan diikuti oleh para Khalifah

sesudahnya. Hanya ulama berbeda pendapat dalam hal apakah

hukumnya wajib atau sunnah mustahabah (sunnah yang dianjurkan).

Adapun masing-masing ulama berpendapat sebagai berikut:43

Hambali mengatakan bahwa shalat berjamaah itu hukumnya wajib

atas setiap individu yang mampu melaksanakannya. Tetapi kalau

ditinggalkan dan dia shalat sendiri maka ia berdosa, sedangkan

shalatnya tetap sah.

Imamiyah, Hanafi, dan sebagian besar ulama Syafi‟i mengatakan

bahwa hukumnya tidak wajib baik fardlu „ain atau kifayah, tetapi

hanya disunnahkan dengan sunnah muakkadah.

41

Hassan, loc. cit. 42

Shahih Bukhari. 43

Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Madzhab, Terj. dari al-Fiqh „ala al-Madzahib al-

Khamsah oleh Masykur AB dkk., (Jakarta: PT Lentera Basritama, 1996), cet. 2, h. 135.

27

Imamiyah mengatakan bahwa shalat berjamaah itu dilakukan

dalam shalat-shalat yang fardlu‟, tidak dalam shalat sunnah kecuali

dalam shalat istisqaa‟ dan shalat dua hari raya saja.

Sedangkan empat madzhab lainnya mengatakan bahwa shalat

berjamaah dilakukan secara mutlak baik dalam shalat fardlu maupun

dalam shalat sunnah.

Tuntutan untuk berjamaah ini dapat gugur dari seseorang dengan

adanya beberapa udzur, seperti hujan, angin malam yang kuat, lumpur

jalanan, cuaca yang sangat panas atau dingin, rasa lapar atau haus yang

berat, sakit, terdesak oleh hadats, takut akan bahaya atas seseorang

yang ma‟shum, takut kepada orang berpiutang sedangkan dirinya

belum mampu membayar hutang, takut akan hukuman yang masih

diharapkan diampuni, takut tertinggal dari rombongan, tidak

mempunyai pakaian yang layak, baru memakan makanan berbau, dan

keperluan merawat orang sakit.44

Seorang muslim dituntut untuk shalat pada waktu-waktu yang

telah ditentukan dimana pun ia berada apakah di masjid, di rumahnya

sendiri, di tempat kerja, atau di tempat lain yang bersih dan bisa untuk

shalat berjamaah dengan para muslim lainnya jika keadaan

memungkinkan. Dalam shalat berjamaah seperti itu, muslim berdiri

tegak berderet, dari bahu ke bahu akan tampak seperti sebuah tubuh

yang bersatu dalam beribadah kepada Allah SWT. Elemen-elemen

disiplin, keteraturan, persaudaraan, kesamaan dan solidaritas amat

tampak ditampilkan. Para non-muslim yang melihat muslim sedang

shalat berjamaah seringkali sangat terkejut oleh ekspresi yang hidup

atas persaudaraan, kesamaan, dan disiplin ini.45

44

Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, tt), h. 90. 45

Suzanne Haneef, Islam dan Muslim, Terj. dari What Everyone Should Know about Islam

and Muslim oleh Siti Zainab Luxfiati, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), h. 93.

28

b. Sejarah Disyariatkannya Shalat Berjamaah

Ketika Nabi Muhammad SAW masih berada di Mekkah, shalat

berjamaah tidak begitu ditekankan. Nabi SAW pernah shalat bersama

beberapa sahabat namun belum beliau lakukan setiap waktu. Beliau

shalat bersama Ali bin Abi Thalib di rumah al-Arqam juga bersama

ummul mukminin Khadijah dan itu sesudah bermakmum pada Jibril

As.46

Waktu di Mekkah, Nabi SAW tidak mengajarkan shalat dengan

berjamaah di Masjid, karena para sahabat Nabi kala itu masih dalam

keadaan lemah. Nabi SAW shalat berjamaah di rumahnya, terkadang

dengan sayyidina Ali r.a. dan terkadang dengan sayyidatina Khadijah

r.a. Jika Nabi SAW shalat dengan para sahabat di luar rumah, maka

Nabi SAW melakukannya di tempat-tempat yang sunyi. Para sahabat

Nabi SAW pun demikian halnya, yakni berjamaah di rumah atau di

tempat-tempat yang tersembunyi.47

Setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, pelaksanaan

shalat secara berjamaah baru ditekankan. Lalu hal ini menjadi lambang

yang tampak dari syariat-syariat Islam. Setelah itu Nabi SAW pun

mengerjakan shalat berjamaah dengan cara besar-besaran dan terang-

terangan.

c. Syarat dan Rukun Melaksanakan Shalat Berjamaah

Syarif Hidayatullah Husain menjelaskan dalam bukunya, syarat-

syarat ketika melaksanakan shalat berjamaah yaitu:

1) Berjumlah (tidak boleh kurang dari dua orang)

Imam Ja‟far As berkata: “Dapat dikatakan shalat berjamaah

dengan adanya dua orang”.

46

As-Sadlan, op. cit., h. 42 47

Ash Shiddieqy, loc. cit.

29

2) Adanya niat untuk menjadi imam atau makmum (mengikuti

seseorang)

3) Tempat imam harus sama atau lebih rendah dari tempat makmum,

tetapi sebaliknya tempat makmum boleh lebih tinggi dari tempat

imam.

4) Imam harus lebih maju barisannya dari makmum.

5) Tidak boleh ada halangan antara makmum dengan imam,

terkecuali apabila makmumnya wanita sedang imamnya pria

dengan syarat tidak tertutup secara keseluruhan.

6) Tidak boleh antara imam dengan makmumnya saling berjauhan

sehingga melebihi batas kewajaran karena saling berjauhan (antara

makmum dengan imam) dapat membatalkan arti jamaah.48

d. Syarat-syarat Menjadi Imam

Tungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy menjelaskan syarat-

syarat menjadi imam shalat yaitu:

1) Sanggup melaksanakan shalat.

Jika tiba-tiba imam mengalami gangguan/sesuatu hal yang

menghambatnya menjadi imam maka ia hendaklah menggantikan

dirinya, kemudian ia mundur ke dalam shaf menjadi makmum.

2) Mengetahui hukum-hukum shalat.

Diutamakan yang menjadi imam adalah orang yang

mengetahui hukum fiqih yaitu mengetahui hukum-hukum bersuci

dan hukum-hukum shalat.

3) Mempunyai akal yang sehat.

4) Tidak cedera dalam pembacaan Al-Qur‟an (ummi atau lahhan).49

Ummi atau lahhan adalah orang yang tidak bisa membaca Al-

Qur‟an dengan baik yang dapat mengakibatkan merubah arti dari

bacaannya. Shalih bin Ghanim as-Sadlan sebagaimana yang ia

48

Husain, op. cit., h. 209-213. 49

Ash Shiddieqy, op cit., h. 329.

30

kutip dari kitab Al-Mughni dan Al-Majmu‟ menjelaskan arti ummi

dari madzhab Asy-Syafi‟iyah, Hambaliyah, dan pendapat Al-

Auza‟i yang menerangkan bahwa ummi itu adalah orang yang

tidak mampu membaca Al-Fatihah dengan sempurna atau salah

mengucapkan hurufnya atau membacanya dengan bacaan terbata-

bata atau terputus-putus sehingga merusak arti.50

e. Syarat-syarat Menjadi Makmum

Masykuri Abdurrahman menyebutkan syarat-syarat terhadap

makmum ada 12, yaitu:

1) Niat mengikuti imam.

2) Mutaba‟ah (ikut) kepada imam, maksudnya bertakbiratul ihram

setalah takbiratul ihramnya imam atau tidak mendahului imam

dengan dua rukun fi‟il dan atau tidak tertinggal dari imam dengan

dua rukun fi‟il tanpa ada udzur.

3) Mengetahui segala yang dikerjakan imam seperti melihatnya atau

melihat sebagian shaf atau mendengar suara imam atau suara

muballigh (orang yang menyampaikan / mengeraskan suara

imam).

4) Shalat makmum harus sesuai dengan shalat imam seperti shalat

dzuhur sama dzuhur, ashar sama ashar, maghrib sama maghrib,

isya‟ sama isya‟ dan shubuh sama shubuh.

5) Imam dan makmum harus berada di satu tempat.

6) Makmum tidak boleh bertentangan dengan imam dalam

pekerjaan-pekerjaan sunah seperti imam mengerjakan sujud

tilawah, maka bagi makmum wajib mengerjakannya.

7) Makmum tempatnya tidak lebih ke muka dari tempatnya imam.

8) Shalatnya imam sah menurut keyakinan makmum.

9) Tidak bermakmum kepada orang yang berkewajiban i‟adah

(mengulangi shalat) seperti orang yang bertayamum karena

50

As-Sadlan, op. cit., h. 150.

31

dingin, atau bertayamum karena tidak ada air di tempat yang biasa

ada air.

10) Imamnya bukan orang yang ikut (makmum).

11) Sifat dzatnya imam tidak lebih rendah dari pada makmum, jadi

orang laki-laki tidak boleh bermakmum kepada perempuan atau

orang banci, dan orang banci tidak boleh bermakmum kepada

orang perempuan.

12) Imamnya tidak ummi (orang yang merusak bacaan satu huruf atau

tasydidnya fatihah) sedangkan makmumnya orang yang bagus

bacaan fatihahnya.51

f. Tata Cara Shalat Berjamaah

Caranya shalat berjamaah adalah imam berdiri di depan sedang

makmum ada di belakang imam dan bagi makmum perempuan

bertempat di belakangnya makmum laki-laki.

Apabila dalam shalat berjamaah makmumnya hanya satu maka

disunnahkan berdiri di sebelah kanannya imam agak mundur sedikit

dari tempatnya imam, maksudnya menempatkan jari-jari kaki

makmum di belakang tumitnya imam. Apabila datang makmum lain

yang akan ikut berjamaah maka berdirilah di sebelah kiri imam dan

agak mundur sedikit, kemudian setelah makmum lain bertakbiratul

ihram, maka kedua makmum tersebut disunahkan mundur bersama di

belakang imam untuk membentuk satu barisan baik mundurnya pada

waktu berdiri atau pada saat ruku‟, atau imamnya yang maju jika

memungkinkan, tapi yang lebih utama makmumnya yang mundur.

Dan apabila makmumnya dua atau lebih maka disunahkan langsung

berdiri di belakang imam membentuk satu shaf (barisan).

Makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh

mendahului imam, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW

melalui sabdanya:

51

Abdurrahman, op. cit., h. 91-92.

32

Abdullah bin Yusuf berkata: Saya dikhabarkan Malik dari Ibn Syihab

dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah SAW menunggang kuda

lalu beliau terjatuh darinya hingga badan sebelah kanannya terluka.

Maka beliau melakukan shalat sambil duduk. Seusai shalat, beliau

bersabda, “Seseorang dijadikan imam untuk diikuti. Apabila ia shalat

sambil berdiri, maka shalatlah kalian sambil berdiri. Apabila ia ruku‟,

maka hendaklah kalian juga ruku‟. Apabila ia bangkit dari ruku‟,

maka hendaklah kalian juga bangkit dari ruku‟. Apabila ia

mengucapkan “Sami‟allaahu liman hamidah” (Semoga Allah

mendengar orang yang memujinya), maka ucapkanlah “Rabbanaa

walakal hamd” (wahai Rabb kami, dan untuk-Mu lah segala pujian).

Apabila ia shalat sambil berdiri, maka shalatlah kalian sambil berdiri.

Dan apabila ia shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian semua

sambil duduk.” (HR. Bukhari)

Sebelum shalat dimulai imam disunahkan mengatur dan

memeriksa barisan makmum dengan mengucapkan:

“Rapatklanah barisan kalian karena merapatkan barisan itu termasuk

kesempurnaan shalat/mendirikan shalat.”53

52

Shahih Bukhari. 53

Abdurrahman, op. cit., h. 91.

33

Apabila dalam shalat berjamaah makmum mendahului imam

dalam perbuatan atau gerakan-gerakannya dalam shalat maka akan

mendapat ancaman dari Allah SWT berupa kepala atau rupanya

dijadikan seperti kepala atau rupanya himar. Rasulullah SAW

bersabda:

Telah diriwayatkan dar Hajjaj bin Minhal, ia berkata: Telah

diriwayakan dari Syu‟bah, dari Muhammad bin Ziyad, ia berkata,

“Aku pernah mendengar Abu Hurairah dari Nabi SAW beliau

bersabda: “Apakah tidak takut salah seorang dari kalian apabila

mengangkat kepalanya ketika ruku‟ sebelum imam, maka Allah SWT

akan menjadikan kepalanya seperti kepalanya keledai atau rupanya

seperti rupa keledai.” (HR. Bukhari)

Bagi makmum yang mendahului imam secara tidak sengaja (baik

pada ruku‟, sujud atau lainnya), wajib untuk mengulanginya dengan

mengikuti imam kembali, sedang bagi makmum yang sengaja

mendahului imam tidak boleh kembali mengikuti imam lagi

(menunggu sampai imam melaksanakan apa yang telah ia laksanakan),

dan batal apabila makmum mengulangi pekerjaannya (karena

dianggap dia telah menambah rukun).55

Imam hanya menanggung bacaan Al Fatihah dan surahnya

makmum pada rakaat pertama dan kedua. Bagi makmum yang

terlambat satu rakaat, imam hanya menanggung bacaan pada rakaat

pertamanya (pertamanya makmum tetapi keduanya imam), dan

54

Shahih Bukhari. 55

Husain, op. cit., h. 222.

34

makmum pada rakaat berikutnya (kedua) harus membaca (rakaat

ketiganya imam).

g. Hikmah Disyariatkannya Shalat Berjamaah

Diantara ketinggian syariat Islam bahwasanya ia mewajibkan

dalam banyak ibadah perkumpulan yang sama halnya dengan

mu‟tamar Islami yaitu berkumpul di dalamnya kaum muslimin untuk

saling berinteraksi, berkenalan dan berembuk antara sesama dalam

perkara-perkara mereka hingga terwujud tolong-menolong dalam

menyelesaikan masalah mereka dan dengar pendapat (tukar pikiran)

yang di dalamnya banyak mengandung manfaat yang besar, faedah

yang banyak hingga tak terhitung berupa pengajaran mereka yang

bodoh, membantu yang lemah, melunakan hati dan menampakkan

kemuliaan Islam.

Kedudukan shalat berjamaah dalam Islam adalah sebagai sarana

yang ampuh untuk melebur perbedaan status sosial, rasisme

(perbedaan ras dan golongan), kebangsaan dan nasionalisme.

Misalnya dua rakaat subuh atau empat rakaat dzuhur misalnya ia

tetap tak berubah seolah tak beda dilakukan dengan berjamaah atau

sendiri. Meski demikian Islam melipatgandakan pahalanya menjadi 27

kali atau lebih ketika ia berdiri bersama yang lainnya di hadapan Allah

Ta‟la, ini adalah ajakan yang menggiurkan untuk bergabung di bawah

bendera persatuan dan mengesampingkan individualisme dan ajakan

untuk manusia guna keluar dari kesendiriannya dan bergabung dengan

umat serta berbaur dengan masyarakat di sekitarnya.56

Dengan ini semua, terbentuklah kasih sayang, interaksi, kenalan

dan persaudaraan antara muslim yang satu dengan yang lain. Hal ini

terwujud dengan diakuinya yang tua (senior) lalu dihormati, yang

miskin lalu disantuni, yang alim untuk ditanya, yang bodoh untuk

dibimbing.

56

As-Sadlan, op. cit., h. 40.

35

Diantara keuntungan shalat berjamaah adalah untuk mengetahui

yang tidak menunaikan shalat lalu dinasihati, yang malas untuk

disadarkan, dan lain-lain.

Sebagai tambahan apa yang telah disebutkan, berkumpulnya kaum

muslimin dalam masjid dengan mengharap apa yang ada di sisi Allah

SWT meminta rahmat-Nya. Ini semua mendatangkan turunnya banyak

berkah dan rahmat dari Allah SWT.

Kesimpulannya, pelaksanaan shalat berjamaah menumbuhkan

persatuan, cinta, persaudaraan diantara kaum muslimin dan menjalin

ikatan erat, menumbuhkan di antara mereka tenggang rasa, saling

menyayangi dan pertautan hati di samping juga mendidik mereka

untuk terbiasa hidup teratur, terarah dan menjaga waktu.

3. Taat Beribadah

a. Pengertian Taat

Kata taat (طاعت) dalam bahasa arab berasal dari kata ,أطاع, يطيع

.yang berarti patuh إطاعت وطاعت57

sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) kata “taat” berarti senantiasa tunduk, patuh,

setia, dan kuat beribadah.58

Kata ta‟at terdapat juga di dalam al-Qur‟an. Menurut M. Quraish

Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah, “ طاعت() tha‟ah yang dikemukakan

tanpa kata kerja serta dalam bentuk nakirah/indifinite dan dengan

tanwin, yakni bunyi dengung nun ketika membacanya, mengandung

makna kemantapan serta ketaatan penuh”.59

b. Manfaat Taat

Buah dari beriman kepada Allah adalah ketaatan terhadap-Nya.

Orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah akan taat kepada

57

Imam Basyari Anwar, Kamus Ulil Albab; Indonesia - Arab, (Surabaya: CV Karya Utama,

tt), h. 447. 58

Depdiknas, op. cit., h. 1370. 59

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Volume 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 635.

36

semua perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya. Kebalikan

dari taat kepada Allah adalah ingkar (kufur) terhadap-Nya. Orang-

orang yang melakukan perbuatan kufur disebut kafir. Orang kafir

menolak keberadaan Allah serta menolak semua perintah-Nya.60

Ketaatan yang dilakukan dengan sebenar-benarnya akan

memberikan manfaat kepada orang yang melakukannya. Berikut

manfaat taat kepada Allah SWT yaitu:

a. Dapat mengenali diri sendiri.

b. Semakin besar rasa rendah hati sebagai manusia.

c. Mempunyai kasih sayang kepada sesama.

d. Memberikan rasa optimis.

e. Peduli terhadap lingkungan.

f. Memberikan kedamaian.

g. Menyayangi makhluk ciptaan Allah.

h. Dapat menikmati rasa syukur.

i. Mempunyai rasa hormat kepada orang lain.

j. Masyarakat tanpa fitnah dan bergunjing.

k. Memberikan ketenangan batin.61

c. Pengertian Ibadah

Menurut bahasa, kata “ibadah” (عبادة) berarti patuh (al-tha‟ah),

tunduk (al-Khudu‟). Ubudiyah artinya tunduk (al-khudu‟) dan

merendahkan diri (al-tazallul).62

Muhammad Abduh menjelaskan secara terminologinya

sebagaimana yang dikutip oleh Quraisy Shihab bahwa ibadah adalah

suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya

sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemi dalam lubuk hati

seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir

60

Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. 2, h.

26. 61

Yuli Yana, 11 Manfaat Taat Kepada Allah, 06 Oktober 2017, (https://www.manfaat.co.id). 62

Nasution, op. cit., h. 2.

37

akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa objek yang

kepadanya ditujukan ibadah itu memiliki kekuasan yang tidak dapat

terjangkau hakikatnya. Maksimal yang dapat diketahui adalah bahwa

yang disembah itu dan yang kepadanya tertuju ibadahnya itu adalah

Dia yang menguasai jiwa raganya, namun Dia berada di luar

jangkauannya.63

Syaikh Mahmud Syaltut dalam tafsirnya mengemukakan

formulasi singkat tentang arti ibadah, yaitu ketundukan yang tidak

terbatas bagi pemilik keagungan yang tidak terbatas (pula). Hal itu

berarti menunjukkan puncak tertinggi dari kerendahan hati, kecintaan

batin serta peleburan diri kepada keagungan dan keindahan siapa yang

kepadanya seseorang beribadah. Suatu peleburan yang tidak dicapai

oleh peleburan apa pun.64

Syaikh Muhammad al-Ghazali dalam bukunya, Raka‟iz al-Iman

baina al-„Aql wa al‟Qalb mengutip pendapat Ja‟far Shadiq tentang

hakikat ibadah, yaitu bahwa ibadah yang sesungguhnya baru dapat

terwujud bila seseorang memenuhi tiga hal; pertama, tidak

menganggap apa yang berada dalam genggaman tangannya

(kewenangannya) sebagai milik pribadinya, karena seorang „abd tidak

memiliki sesuatu pun, apa yang dimilikinya adalah milik siapa yang

kepadanya dia mengabdi; kedua, menjadikan segala aktivitasnya

berkisar kepada apa yang diperintahkan oleh siapa yang kepada-Nya

dia beribadah atau mengabdi serta menjahi larangan-Nya. Ketiga,

tidak mendahului-Nya dalam mengambil keputusan, serta mengaitkan

segala apa yang hendak dilakukannya dengan izin serta restu siapa

yang kepada-Nya dia beribadah.65

Dari ayat al-Qur‟an ditemukan aneka perintah beribadah baik

dengan tujuan menghindar dari siksa-Nya, seperti firman Allah SWT,

63

M. Quraish Shihab, M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda

Ketahui, (Jakarta: Lentera Hati, 2008), h. 3. 64

Ibid. 65

Ibid., h. 4-5.

38

“Wahai manusia! sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu

dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al

Baqarah [2]: 21)66

Terdapat juga ayat-ayat yang memerintahkan untuk mengingat

nikmat-Nya,

“Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan

kepadamu dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi

janji-Ku kepadamu, dan takutlah kepada-Ku saja.” (Q.S. Al Baqarah

[2]: 40)67

Dan mengingatnya,

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu.

Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”

(Q.S. Al Baqarah [2]: 152)68

Tentu saja melaksanakan perintah mengingat itu merupakan salah

satu bentuk ibadah.

d. Macam-macam Ibadah

Ibadah secara umum meliputi segala hal yang disukai Allah SWT

dan yang diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun berupa

perbuatan, baik terang maupun tersembunyi.69

66

Departemen Agama RI, op. cit., h. 4. 67

Ibid., h. 7. 68

Ibid., h. 23. 69

Zurinal Z. dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 30.

39

Selanjutnya para ulama membagi ibadah kepada ibadah mahdah

dan ibadah ghairu mahdah. Ibadah mahdah seperti iman, shalat, dan

puasa. Ibadah ghairu mahdah seperti zakat, kaffarat.70

Apabila ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, menurut ibadah

dibagi lima macam, yaitu:

1) Ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan (ucapan lidah), seperti

berzikir, berdoa, tahmid, dan membaca Al-Qur‟an.

2) Ibadah dalam bentuk perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya,

seperti membantu atau menolong orang lain, jihad, dan tajhiz al-

janazah (mengurus jenazah).

3) Ibadah dalam bentuk pekerjaan yang telah ditentukan wujud

perbuatannya, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

4) Ibadah yang tata cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri

seperti puasa, iktikaf, dan ihram.

5) Ibadah yang berbentuk menggugurkan hak, seperti memaafkan

orang yang telah melakukan kesalahan terhadap dirinya dan

membebaskan seseorang yang berhutang kepadanya.71

Sedangkan secara garis besar ibadah dibagi menjadi dua macam:

1) Ibadah khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang

ketentuannya pasti), yakni ibadah yang ketentuan dan

pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari

ibadah kepada Allah SWT, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

2) Ibadah „ammah (umum), yakni semua perbuatan yang

mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas

karena Allah SWT, seperti minum, makan, dan bekerja mencari

nafkah.72

Menurut Asy‟ari Khatib, ibadah dapat dibedakan menjadi dua

yaitu berupa ucapan (lafzhiyyah) dan tindakan („amaliyyah). Ibadah

70

Ibid., h. 29. 71

Ahmad Thib Raya dan Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam,

(Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 138-139. 72

Ibid., h. 142.

40

lafal adalah rangkaian kalimat dan zikir yang diucapkan dengan lidah,

seperti bacaan hamdalah, al-Qur‟an, zikir dalam sujud, ruku‟, dan

tahiyat dalam shalat atau membaca talbiyah dalam ibadah haji.

Sedangkan ibadah amal adalah seperti ruku‟ dan sujud dalam shalat,

wukuf di padang Arafah dan tempat-tempat suci lainnya, dan tawaf.

Dan kebanyakan ibadah dalam Islam merupakan perpaduan antara

ibadah lafal dan amal seperti shalat dan haji.73

Ulama besar Ibnu Taimiyah dalam bukunya al-„Ubudiyah yang

berupaya menjelaskan cakupan dan bentuk-bentuk ibadah, antara lain

ia menulis, “Ibadah adalah sebutan yang mencakup segala sesuatu

yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT dalam bentuk ucapan dan

perbuatan batin dan lahir, seperti shalat, puasa, haji, kebenaran dalam

berucap, penunaian amanah, kebaktian kepada ibu bapak, silaturrahim,

dan lain-lain.74

e. Hikmah Ibadah

Allah SWT menciptakan manusia supaya mereka beribadah

kepada-Nya. Akan tetapi, ibadah manusia itu tidaklah membawa

manfaat apapun bagi Allah. Kepatuhan manusia tidak akan menambah

besar kemuliaan Allah dan kedurhakaan manusia pun tidak akan

mengurangi kerajaan-Nya. Allah SWT tidaklah memerintah manusia

kecuali dengan hal-hal yang membawa kebajikan bagi diri manusia

sendiri. Mereka yang patuh akan diberi ganjaran yang baik di surga,

dengan berbagai macam nikmat yang tiada taranya.

Akan tetapi, sesungguhnya ibadah dengan pengertiannya yang

hakiki itu adalah merupakan tujuan pada dirinya. Dengan melakukan

ibadah, manusia akan tahu dan selalu sadar bahwa betapa hina dan

lemah dirinya bila berhadapan dengan kuasa Allah, sehingga ia

menyadari benar-benar akan kedudukannya sebagai hamba Allah. Jika

73

Asy‟ari Khatib, Energi Ibadah, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007), h. 15. 74

Shihab, M. Quraisy Shihab Menjawab., loc. cit.

41

hal ini benar-benar telah dihayati, maka berbagai manfaat akan

diperoleh dengan sendirinya. Surga yang dijanjikan tidak akan luput

sebab Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Bagaimana pun, dengan

beribadah secara benar dan sempurna, pribadi seseorang akan menjadi

baik (taqwa), jiwanya suci, dan akhlaqnya menjadi mulia. Namun, itu

bukanlah tujuan yang sesungguhnya.75

Ibnu Taimiyah mengungkapkan hakikat ibadah sebagaimana yang

dikutip oleh Lahmuddin Nasution bahwa kesadaran akan keagungan

Allah akan menimbulkan kesadaran betapa hina dan rendahnya semua

makhluk-Nya. Dan pada gilirannya, ini akan dapat melepaskan diri

dari ketergantungan kepada apa pun kecuali Allah SWT. Orang yang

beribadah akan merasa terbebas dari berbagai ikatan atau kungkungan

makhluk. Semakin besar ketergantungan dan harapan seseorang

kepada Allah, semakin terbebaslah dirinya dari yang selain Allah

SWT. Harta, pangkat, kekuasaan dan sebagainya tidak akan

mempengaruhi kepribadiannya. Hatinya menjadi merdeka dari

semuanya, kecuali dari Allah, dalam arti yang sesungguhnya.

Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah kemerdekaan hati, seperti

halnya kekayaan yang sebenarnya pun adalah kekayaan jiwa.76

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,

Telah diriwayatkan dari Ahmad bin Yunus dari Abu Bakar dari Abu

Hasin dari Abi Shalih dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW

75

Nasution, op. cit, h. 6. 76

Ibid., h. 7. 77

Shahih Bukhari.

42

bersabda:”Kaya itu bukanlah karena tampilannya, tetapi kaya itu

adalah kaya hati”. (HR. Bukhari)78

Amir Syarifuddin juga menjelaskan bahwa keuntungan dari ibadah

yang ditujukan kepada Allah adalah semata-mata untuk manusia yang

melakukannya dan bukan untuk Allah itu sendiri, Allah itu Maha Kaya

dan tidak mengharapkan apa-apa dari manusia. Dari segi hubungan

yang ditimbulkan dalam ibadah itu ada yang memang murni untuk

Allah dan tidak dirasakan secara langsung oleh orang lain seperti

shalat dan puasa. Adapun ibadah lain seperti zakat di samping

manfaatnya dirasakan secara langsung oleh yang berzakat, hasil dari

perbuatan ibadah itu sendiri juga lebih banyak untuk kepentingan

orang lain.79

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh M. Mujalisin dalam skripsinya pada tahun

2015 di UIN Jakarta yang berjudul “Pengaruh Shalat Dzuhur Berjamaah

Terhadap Kemampuan Afektif Siswa Di Sekolah Kelas VIII MTs Al-

Ihsan Pamulang”.

Salah satu tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui

pengaruh shalat dzuhur berjamaah terhadap kemampuan afektif siswa.

Peneliti menggunakan metode korelasi. Populasi berjumlah 124 siswa

serta sampel 42 siswa dengan menggunakan metode pengambilan sampel

purposive sample. Hasilnya menunjukkan adanya pengaruh yang cukup

positif antara shalat berjamaah terhadap kemampuan afektif siswa. Hal itu

dibuktikan dengan adanya hasil uji koefesien korelasi sebesar 0,632

sehingga hubungan kedua variabel termasuk pada kategori sedang.

78

Ahmad Sunarto dkk., Terjemah Shahih Bukhari Jilid VIII, (Semarang: CV Asy Syifa, 1993),

h. 379. 79

Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqih, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013),

cet. 4, h. 18.

43

2. Sofyan, skripsi tahun 2012 di UIN Jakarta yang berjudul “Pelaksanaan

Shalat Berjamaah dalam Pembentukan Akhlak Siswa (Studi Kasus

Terhadap Siswa Kelas VI SDN Kebon Pala 03 Pagi)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan

ibadah shalat berjamaah terhadap pembentukan akhlak siswa. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif tipe studi

kasus dengan sampel berjumlah 43 siswa. Dari hasil perhitungan dengan

angka korelasi sebesar 0,439 dan dengan df sebesar 41 diperoleh r tabel

pada taraf signifikan 5% sebesar 0,308. Sedangkan pada taraf signifikan

1% diperoleh r tabel sebesar 0,398. Diperoleh koefesien korelasi sebesar

0,439 lebih besar dari 0,308 dan 0,398. Berarti terdapat korelasi positif

yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. dengan demikian

menunjukkan terdapat hubungan/pengaruh yang sedang atau cukup antara

variabel pelaksanaan shalat berjamaah terhadap variabel pembentukan

akhlak siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Abd. Yazid pada tahun 2013 di UIN

Jakarta yang berjudul “Upaya Guru Bidang Studi Fikih dalam

Meningatkan Pengamalan Ibadah Shalat Siswa di MIN 4 Pondok Pinang

Kebayoran Lama Jakarta Selatan”.

Latar belakang penelitian ini adalah adanya adanya siswa yang hanya

memahami secara teoritis tentang shalat (fardhu), namun secara praktis

siswa belum dapat melaksanakan ibadah shalatnya dengan maksimal

sesuai pengetahuan yang mereka terima secara teoritis, serta belum sesuai

dengan apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Rasulullah Saw. Tujuan

dari penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana upaya guru bidang

studi fikih dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat siswa.

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru bidang studi fikih

cukup baik dalam meningkatkan pengamalan ibadah shalat siswa yang

tergambar dari hasil angket 40 siswa sebagai responden yang dijadikan

sampel dari populasi berjumlah 474 siswa.

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jakarta

yang terletak di Jakarta Barat. Penelitian berlangsung selama 1 (satu) bulan

pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 yaitu mulai tanggal 9 Agustus

sampai tanggal 11 September 2017. Penentuan waktu didasarkan pada

perhitungan kalender sekolah karena pada bulan-bulan tersebut merupakan

masa aktif belajar sehingga memudahkan peneliti untuk menjaring data dan

informasi.

B. Latar Penelitian (Setting)

Adapun latar (setting) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tempat pada penelitian ini adalah di lingkungan MTs Al-Falah dan di

Masjid yang berada di dekat sekolah MTs Al-Falah Jakarta.

2. Subjek penelitian ini adalah siswa MTs Al-Falah Jakarta. Adapun objek

penelitian yaitu kegiatan shalat dzuhur berjamaah dan ketaatan ibadah

yang dilakukan oleh siswa MTs Al-Falah Jakarta.

3. Waktu penelitian dilakukan menjelang, selama, dan sesudah shalat

berjamaah serta pada waktu lain yang memungkinkan peneliti dapat

memperoleh data.

4. Informan dalam penelitian ini yaitu siswa, Kepala Sekolah, dan Wakil

Kepala Bidang Kesiswaan.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh

kembali pemecahan terhadap segala permasalahan.1 Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian etnografi yang

1 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015),

h. 2.

45

membidik pikiran dan pola-pola perilaku manusia yang dapat diamati melalui

kegiatan hidupnya.2

Sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian

deskriptif yang termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif. Tujuan desain

penelitian deskriptif menurut Sarantakos sebagaimana yang dikutip oleh Didik

Suharjito yaitu untuk menggambarkan sistem sosial, hubungan-hubungan

sosial, atau kejadian-kejadian sosial, memberikan informasi sebagai latar

belakang tentang suatu pokok masalah maupun untuk membangkitkan

penjelasan atau eksplanasi.3

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data penelitian, peneliti akan menggunakan

teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan

sistematika fenomena yang diselidiki.4 Jenis observasi yang digunakan

adalah observasi partisipatif (participation) yaitu peneliti (observer) ikut

ambil bagian dalam kegiatan objeknya (observee) sebagaimana yang lain

dan tidak nampak perbedaan dalam bersikap. Jadi observer ikut aktif

berpartisipasi pada aktivitas dalam segala bentuk yang sedang diselidiki.5

Pada penlitian ini peneliti (observer) ikut aktif berpartisipasi dalam

mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah yang dilaksanakan oleh MTs

Al-Falah Jakarta. Kemudian peneliti akan mencatat kejadian-kejadian atau

fenomena-fenomena yang muncul selama kegiatan berlangsung.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan tatap muka (face to face) antara

pewawancara dengan sumber informasi dimana pewawancara bertanya

2 Suwartono, Dasar-dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), h. 122.

3 Didik Suharjito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Bogor: IPB Press, 2014), h. 50.

4 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula),

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), cet. 4, h. 69. 5 Subagyo, op. cit., h. 64.

46

langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang

sebelumnya.6

Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam yaitu suatu

wawancara tanpa alternatif pilihan jawaban dan dilakukan untuk

mendalami informasi dari seorang informan.7

Informan dalam penelitian ini adalah siswa, Kepala Sekolah, dan

Wakil Kepala Bidang Kesiswaan.

3. Dokumentasi

Menurut Irawan sebagaimana yang dikutip oleh Sukandarrumidi

bahwa dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan

kepada subyek penelitian.8

Dokumentasi ini dilakukan untuk memperoleh data profil Madrasah

Tsanawiyah Al-Falah Jakarta, profil informan, foto-foto kegiatan, dan hal-

hal lain yang dapat mempertajam data penelitian sehingga dapat diperoleh

informasi secara jelas dan mendalam.

Setelah mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan

dokumentasi, kemudian data akan digabungkan dan dikaji dengan melakukan

analisis data yang akan dijelaskan di bagian selanjutnya.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau yang

dipergunakan untuk mengumpulkan data.9 Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Untuk melakukan observasi peneliti menggunakan pedoman observasi

sebagai acuannya. Adapun pedoman observasi yang digunakan adalah

sebagai berikut:

6 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 372. 7 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2015), cet. 2, h. 136.

8 Sukandarrumidi, op. cit., h. 100.

9 Afrizal, op. cit., h. 134.

47

Tabel 3.1

Pedoman Observasi

Dimensi Indikator Ket.

Perilaku Siswa 1) Melaksanakan shalat dengan tertib

2) Mempunyai pengendalian diri

3) Disiplin terhadap waktu shalat

4) Melakukan atas kesadaran sendiri

5) Melaksanakan shalat berjamaah

dengan senang dan semangat

Peran Guru 1) Mengajak shalat dzuhur berjamaah

2) Memberikan arahan dan mengatur

3) Mengawasi jalannya shalat dzuhur

berjamaah

4) Mengontrol jalannya shalat dzuhur

berjamaah

Selain menggunakan pedoman observasi di atas, peneliti juga

menggunakan catatan lapangan untuk mencatat kejadian-kejadian atau

fenomena-fenomena lain yang muncul.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara akan digunakan untuk melakukan wawancara

dengan informan agar wawancara yang dilakukan dapat berjalan dengan

lancar dan teratur. Pedoman wawancara yang peneliti gunakan adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2

Pedoman Wawancara

Pertanyaan

Wawancara

untuk Kepala

Sekolah dan

1. Apakah bapak terlibat dalam kegiatan shalat

dzuhur berjamaah?

2. Sejak kapan kegiatan itu dilaksanakan?

3. Bagaimana tahap awal dimulainya kegiatan

48

Kepala Bidang

Kesiswaan

shalat dzuhur berjamaah?

4. Siapa saja yang bertanggung jawab atas kegiatan

tersebut?

5. Dengan tujuan apa kegiatan tersebut

dilaksanakan?

6. Dimana kegiatan shalat dzuhur berjamaah

dilaksanakan?

7. Bagaimana proses atau gambaran kegiatan

tersebut berlangsung?

8. Siapa yang menjadi imam shalat kegiatan

tersebut?

9. Bagaimana cara mengawasi siswa yang

mengikuti kegiatan tersebut?

10. Kendala apa yang dihadapi dalam mengawasi

kegiatan tersebut?

11. Bagaimana cara bapak mengatasi kendala

tersebut?

12. Apakah ada siswa yang membolos ketika

kegiatan tersebut dilaksanakan?

13. Jika ada, punishment/hukuman apa yang

diberikan?

14. Dengan sudah dilaksanakannya kegiatan

tersebut, apakah sudah ada titik keberhasilan

dari tujuan kegiatan tersebut?

15. Menurut Bapak, apakah kegiatan shalat dzuhur

berjamaah di sekolah dapat meningkatkan

ketaatan beribadah (shalat) siswa ketika berada

di luar sekolah?

16. Bagaimana penilaian bapak terhadap kegiatan

shalat dzuhur berjamaah siswa?

17. Bagaimana cara sekolah mengawasi ibadah

49

(shalat) siswa ketika berada di luar sekolah?

18. Bagaimana penilaian bapak terhadap

pelaksanaan shalat siswa ketika berada di luar

sekolah?

19. Apakah ada koordinasi/kerjasama dengan orang

tua untuk mengawasi dalam hal ibadah (shalat)

siswa ketika di luar sekolah/di rumah?

20. Jika ada siswa yang diketahui tidak rajin

melaksanakan shalat di rumah, tindak lanjut apa

yang diberikan sekolah kepada anak tersebut?

21. Apakah ada kegiatan-kegiatan lain yang dapat

meningkatkan ketaatan siswa dalam

melaksanakan ibadah (shalat)?

Pertanyaan

untuk Siswa

1. Apakah anda mengikuti kegiatan shalat dzuhur

berjamaah?

2. Apakah kegiatan tersebut menjadi hal yang baru

buat anda di sekolah?

3. Bagaimana perasaan anda mengikuti kegiatan

tersebut?

4. Pernahkah anda tidak mengikuti kegiatan

tersebut?

5. Adakah teman anda yang membolos atau tidak

mengikuti kegiatan tersebut?

6. Jika ada teman yang mengajak membolos,

bagaimana anda menyikapinya?

7. Apa hukuman yang diberikan oleh sekolah bagi

mereka yang membolos?

8. Pernahkan anda bercanda ketika shalat dzuhur

berjamaah?

9. Jika ada yang mengajak bercanda, bagaimana

50

sikap anda?

10. Apakah ada teman yang bercanda/membuat

gaduh ketika shalat dzuhur berjamaah? Contoh!

11. Apakah ada guru yang selalu mengingatkan atau

memerintah shalat dzuhur berjamaah? Siapa

gurunya?

12. Bagaimana sikap anda jika ada guru yang

memerintah shalat dzuhur berjamaah?

Bagaimana dengan teman anda?

13. Jika tidak ada guru yang mengajak shalat dzuhur

berjamaah, apakah anda akan tetap

melaksanakan shalat dzuhur berjamaah?

14. Alasan mendasar apa yang membuat anda mau

mengikuti shalat dzuhur berjamaah?

15. Apakah anda pernah mengajak/mengingatkan

teman untuk melaksanakan shalat dzuhur

berjamaah?

16. Bagaimana perasaan anda jika tidak mengikuti

kegiatan shalat dzuhur berjamaah? Apakah anda

siap menerima hukumannya?

17. Apakah anda sudah mengetahui syarat dan

rukun shalat?

18. Apakah anda mengetahui keutamaan shalat

berjamaah? Sebutkan!

19. Dampak positif apa yang bisa anda rasakan

setelah mengikuti kegiatan tersebut?

20. Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu

5 waktu di rumah?

21. Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu

5 waktu ketika bepergian?

22. Jika ada kegiatan study tour, apakah anda selalu

51

melaksanakan shalat fardlu?

23. Menurut anda, apakah kegiatan shalat dzuhur

berjamaah di sekolah bisa menambah ketaatan

anda dalam beribadah (shalat) ketika berada di

luar sekolah?

24. Seberapa besar pengaruh kegiatan shalat dzuhur

berjamaah di sekolah terhadap ibadah shalat

anda ketika berada di rumah?

25. Apakah guru selalu mengingatkan anda untuk

melaksanakan shalat 5 waktu?

26. Apakah orang tua selalu mengingatkan anda

untuk melaksanakan shalat 5 waktu?

27. Bagaimana cara orang tua mengingatkan anda?

28. Apakah anda sering atau kadang-kadang atau

bahkan selalu menunda shalat setelah adzan?

29. Ketika di rumah, apakah anda sering datang ke

Masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah?

Jika tidak, dimana tempat yang sering anda

gunakan untuk melaksanakan shalat?

30. Untuk melaksanakan shalat 5 waktu di rumah

atau di luar waktu sekolah, apakah anda selalu

menunggu perintah orang tua atau akan

melaksanakan shalat atas kesadaran sendiri?

F. Analisis Data

Analisis data menurut Sugiyono adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

52

memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.10

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis data mengalir / flow model (Miles dan Huberman). Secara garis besar,

Miles dan Huberman membagi analisis data dalam penelitian kualitatif ke

dalam tiga tahap, yaitu kodifikasi (reduksi) data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi. Berikut akan disajikan secara detail ketiga tahap

tersebut.

1. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilihan, pemokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang

terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis.11

2. Penyajian Data

Tahap penyajian data adalah sebuah tahap lanjutan analisis dimana

peneliti menyajikan temuan penelitian berupa kategori atau

pengelompokan. Miles dan Huberman menganjurkan untuk menggunakan

matrik dan diagram untuk menyajikan data hasil penelitian yang

merupakan temuan penelitian dan tidak menganjurkan untuk

menggunakan cara naratif untuk menyajikan tema karena dalam

pandangan mereka penyajian dengan diagram dan matrik lebih efektif.12

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan kesimpulan.

Tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah suatu tahap lanjutan di

mana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data. Ini

merupakan interpretasi peneliti atas temuan dari suatu wawancara atau

sebuah dokumen.13

10

Sugiyono, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2016), cet. 23, h. 244. 11

Emzir, Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), cet. 2, h.

129. 12

Afrizal, op. cit., h. 179. 13

Ibid., h. 180.

53

Setelah kesimpulan data diambil, peneliti kemudian mengecek lagi

kesahihan interpretasi dengan cara mengecek ulang proses koding/reduksi dan

penyajian data untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah dilakukan.

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MTS Al-Falah

Berdasarkan data yang diperoleh melalui dokumen sekolah, dapat

diketahui profil MTs Al-Falah yaitu sebagai berikut:1

1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs Al-Falah Jakarta

Madrasah Tsanawiyah Al-Falah (singkatnya MTs AF) didirikan pada

tahun 1969 M oleh Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-Falah (YTIA) yang

dipelopori dan dipimpin oleh KH. Rahmatullah Siddiq dengan maksud

memperbaiki kondisi masyarakat utamanya di bidang pendidikan.

Awalnya YTIA mendirikan Madrasah Ibtidaiyyah (MI) di Kp. Baru (SDI

Al-Falah I) yang kemudian naik tingkat menjadi SDIT (Sekolah Dasar

Islam Teladan) sekaligus berbarengan dengan berdirinya MTs Al-Falah.

Berselang kemudian, YTIA mendapat subsidi dari Dinas P dan K berupa

bangunan di Pos Pengumben ( SDI Al-Falah II ).

Di awal berdirinya, MTs menempati ruang kelas di gedung Al-Falah I,

itu pun baru buka kelas I dan II. Uniknya ada kelas khusus (persiapan)

buat jebolan SD yang ingin masuk MTs. Mata pelajarannya juga hampir

semua pelajaran keagamaan dikarenakan pada saat itu kurikulum MTs

dulu mengadopsi sistem Pondok Pesantren yang kebetulan juga

pengajarnya pun lulusan “Ponpes” termasuk Kepala Sekolah MTs pertama

yaitu KH. Ubaidillah Isa.

Staff pengajar di MTs pertama yaitu KH. Rahmatullah Siddiq (Pendiri

sekaligus Pimpinan Umum YTIA), KH. Tabrani Tohir, KH. Asnawi

Tohir, KH. Ubaidillah Isa, KH. Hibatullah Siddiq, H. A. Dumyati, M.

Soleh Toha. Ada juga pengajar dari luar kota seperti Cecep Abdul Mukti,

Drs. H. M Dawam Anwar, Husni Mansyur, Drs. Hanafi Tamam, Drs. Ibnu

1 Data Lembaga MTs Al-Falah, Hari/Tanggal: Rabu, 16 Agustus 2017.

55

Umar Susilo serta Muhyar Basyir yang bermukim di rumah KH.

Ubaidillah Isa dan H. Mukti.

Memasuki tahun 1972, MTs AF hijrah menempati lokasi baru di

Kebon Nanas tepatnya di Jl. Masjid An-Nur Grogol Utara Jak-Sel, atau

lebih populer disebut Al-Falah III. Ini berkat kerjasama KH. Rahmatullah

Siddiq dengan KH. Azhari.

Sekarang MTs Al-Falah berdiri di atas tanah seluas 5.587 m3 yang

terletak di Jl. Masjid An-Nur Rt. 10 Rw. 10 Grogol Utara Kecamatan

Kebayoran Lama Kota Jakarta Selatan. Letaknya di tengah pemukiman

penduduk, suatu letak yang strategis karena dekat dengan masyarakat

yang merupakan sasaran objek pendidikan. Di samping itu proses belajar

mengajar tidak terganggu dengan kendaraan yang lalu lalang dikarenakan

lokasinya jauh dari jalan raya sehingga lingkungan di sekitar dan di dalam

sekolah dapat berjalan dengan kondusif.

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Nomor: 401/BAP-

S/M/DKI/2014 tanggal 2 Desember 2014, MTs Al-Falah mendapat status

akreditasi A, dengan Nomor Statistik Madrasah (NSM) 121231740001

dan Nomor Pokok Sekolah Negeri (NPSN) 20178238.

Di samping itu MTs Al-Falah juga membuka jaringan kerjasama

dengan Sekolah Menengah Pertama baik negeri ataupun swasta,

diantaranya SMPN 161, SMPI Al-Azhar Kebayoran Baru, dan Kelompok

Kerja Madrasah MTsN 3 Jakarta Selatan.

Demikian sekilas sejarah dan perkembangan MTs Al-Falah.

2. Visi dan Misi

Sebagai lembaga pendidikan, MTs Al-Falah telah merumuskan visi

dan misi yang dijadikan dasar dan panduan dalam pelaksanaannya. Visi

dan misi MTs Al-Falah adalah:

a. Visi

Menjadikan MTs Al-Falah sebagai madrasah kebanggaan

masyarakat Islam DKI Jakarta dan sekitarnya yang dikembangkan

56

dengan memasukan ruhul Islam dalam setiap aktifitasnya yang

bermuara pada pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas,

berakhlaq mulia, cerdas, jujur, dan terampil.

b. Misi

Misi Al-Falah Jakarta sebagai berikut:

1) Mendidik siswa dengan berbekal iman dan taqwa guna

mewujudkan izzul Islam wal muslimin.

2) Meningkatkan pengetahuan kemampuan siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke tingkat SLTA.

3) Meningkatkan pengetahuan kemampuan siswa untuk

mengembangkan diri sejalan dengan teknologi dan kesenian yang

dijiwai ajaran agama Islam.

4) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa sebagai

anggota masyarakat dalam menggerakkan hubungan timbal balik

dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitarnya.

3. Struktur Kepengurusan

Struktur kepengurusan merupakan gerak langkah yang diatur secara

kontrol disipliner agar dapat bekerja sama dengan baik. Penempatan

personil sesuai dengan keahliannya dalam struktur kepengurusan

merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat

keberhasilan program kerja. Berikut struktur kepengurusan MTs Al-Falah:

Tabel 4.1

Struktur Kepengurusan

Jabatan Nama

Kepala Madrasah H. Yusri, S. Pd. I

Wkl. Bid. Kurikulum E. Moch. Sofyan, S. IP

Wkl. Bid. Kesiswaan Ichwan Rasyid, S. Ag

Wkl. Bid. Sarpras Rusli Sahal, S. Pd. I

Wkl. Bid. Humas H. Syahril, S. Pd. I

57

Tata Usaha (TU)

Kepala TU

Bendahara

Adm. Layanan Khusus dan Asisten

Bendahara

Adm. Kesiswaan dan Umum

Adm. Kesiswaan Kearsipan dan

Umum

Ahmad Zamzami, S. Sos

Jasmani HM

Selly Salimah, SE dan

Irna Suryani, S. Pd

Fahrurrozi Hasyim, S. Pd

Ahmad Dawam

Pustakawan Khurasani, S. Pd. I

Laboran

Laboratorium IPA

Laboratorium Komputer

Drs. A. Sofyan Hz

Ahmad Zamzami, S. Sos

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa

a. Keadaan Guru

Guru di MTs Al-Falah berjumlah 26 Guru yang terdiri dari Guru

PNS dan Non-PNS atau GTY (Guru Tetap Yayasan). Lebih jelasnya

dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Keadaan Guru

No. Nama Pend. Status Mata Pel.

1 H. Yusri, S. Pd. I S1 PNS SKI

2 E. Moch. Sofyan, S. IP S1 PNS Matematika

3 Ichwan Rasyid, S. Ag S1 PNS Mulok

4 Moh. Yasin, S. Pd. I S1 PNS

Fiqih, U.

Fiqih

5 Anis Saidah, S. Ag S1 PNS BK

6 Hj. Ruaidah, S. Pd. I S1 PNS IPS

7 Drs. H. Hozin S1 PNS Fiqih, Shorof

8 Dra. Hanipah, M. Pd S2 PNS Aqidah, Q.

58

Hadits

9 Dra. Wardah Mk S1 PNS

Q. Hadits,

SKI

10 Drs. A. Sofyan Hz S1 PNS IPA

11 H. Syahril, S. Pd. I S1 PNS B. Indonesia

12 Khurasani, S. Pd. I S1 PNS SKI

13 Ma‟rifah, S. Pd S1 PNS B. Inggris

14 Fitriah, S. Pd. I S1 PNS PKN

15 Ahmad Syarifuddin, S. Pd. I S1 PNS IPS

16 Amalia, S. Sos. I S1 PNS BK

17 Rusli Sahal, S. Pd. I S1 GTY

Qur‟an

Hadits

18 Asmat, S. Pd. I S1 GTY IPA

19 Ridlo, S. Pd. I S1 GTY

B. Arab,

Nahwu

20 Dra. Wazdah S1 GTY B. Indonesia

21 Fadhliah, S. Pd S1 GTY B. Inggris

22 Ahmad Fadil, S. Ag S1 GTY IPS

23 Lu‟lu‟ul Khusna, S. Pd S1 GTY Matematika

24 Iwan Anshori MA GTY Penjaskes

25 Hasan Fad‟ak, S. Ag S1 GTY Aqidah

26 Ulin Nadhrah, S. Pd S1 GTY SBK

b. Keadaan Karyawan

Tabel 4.3

Keadaan Karyawan

No. Nama Pendidikan Jabatan

1 Ahmad Zamzami, S. Sos S1 Ka. Tata Usaha

2 Jasmani HM D3 Bendahara

3 Selly Salimah, SE S1 Staff TU

59

4 Irna Suryani, S. Pd S1 Staff TU

5 Fahrurrozi Hasyim, S. Pd S1 Staff TU

6 Ahmad Dawam D3 Staff TU

7 Sachrul MTs Karyawan

8 Zainal Arifin MA Karyawan

9 Sanusi SMP Karyawan

10 Rohali SMP Karyawan

c. Siswa

Jumlah keseluruhan siswa MTs Al-Falah pada tahun pelajaran

2017/2018 adalah 390 siswa dan terbagi ke dalam 12 rombel

(rombongan belajar) dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.4

Jumlah Siswa

Kelas Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Lk/Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr

Jumlah

60 74 66 59 61 70

134 125 131

390

Tabel 4.5

Jumlah Rombel (Rombongan Belajar)

Kelas Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Jumlah 4 4 4

12

5. Sarana dan Prasarana

Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu adanya faktor pendukung

seperti sarana dan prasarana. Semakin baik dan memadai sarana dan

prasarana yang ada maka akan sangat membantu proses pelaksanaannya

60

guna menunjang mutu pendidikan yang lebih baik. Adapun sarana dan

prasarana yang dimiliki MTs Al-Falah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Sarana dan Prasarana

No. Jenis Bangunan

Jumlah Ruangan Menurut

Kondisi

Baik Rusak

Ringan

Rusak

Sedang

Rusak

Berat

1 Ruang Kelas 12

2 Ruang Kepala Madrasah 1

3 Ruang Guru 1

4 Ruang Tata Usaha 1

5 Laboratorium IPA (Sains) 1

6 Laboratorium Komputer 1

7 Ruang Perpustakaan 1

8 Ruang UKS 1

9 Toilet Guru 1

10 Toilet Siswa 3

11

Ruang Bimbingan

Konseling (BK)

1

12 Ruang OSIS 1

13 Masjid/Mushola 1

Berdasarkan hasil observasi, Masjid bukanlah milik sekolah. Masjid

yang berada di samping sekolah adalah milik warga sekitar. Walaupun

bukan milik sekolah, Masjid tersebut bisa digunakan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan sekolah.

61

B. Shalat Dzuhur Berjamaah Dalam Meningkatkan Ketaatan Beribadah

Siswa di MTs Al-Falah

1. Awal Dimulainya Kegiatan Shalat Dzuhur Berjamaah

Madrasah Tsanawiyah Al-Falah yang terletak di Jakarta Barat

merupakan sekolah yang didirikan oleh Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-

Falah (YTIA). Yayasan tersebut tidak hanya mendirikan MTs, sebelum itu

YTIA telah mendirikan Sekolah Dasar (SD) dan sampe sekarang telah

berhasil juga mendirikan Madrasah Aliyah (MA).2

Dalam perkembangannya, MTs Al-Falah telah beberapa mengalami

perubahan. Salah satunya adalah mengalami perpindahan tempat.

Awalnya MTs Al-Falah dan SD Al-Falah berada di tempat yang sama

yang membuat kedua jenjang sekolah tersebut harus bergantian dalam

memakai ruang kelas. Kemudian pada akhirnya MTs Al-Falah

memisahkan diri dan mempunyai gedung tersendiri yang berdiri di tanah

yang telah diwakafkan.3

Lokasi MTs Al-Falah yang sekarang termasuk ke dalam lokasi yang

strategis. Berada di tengah-tengah desa dan jauh dari jalan raya. Kondisi

ini sangat mendukung terbentuknya suasana Kegiatan Belajar Mengajar

(KBM) di MTs Al-Falah yang lebih kondusif. Karena lokasi MTs Al-

Falah berada di tengah-tengah desa membuat masyarakat tidak lagi harus

menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang lokasinya jauh dari

rumah.

Keberadaan MTs Al-Falah juga sangat diterima oleh warga sekitar.

Hal itu dapat dibuktikan dengan diizinkannya MTs Al-Falah untuk

memakai Masjid milik warga dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

keagamaan MTs Al-Falah. Atas izin yang diberikan itulah kemudian MTs

Al-Falah mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan di Masjid

tersebut.

2 Ibid.

3 Ibid.

62

Salah satu kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di Masjid milik

warga sekitar adalah kegiatan shalat dzuhur berjamaah. Kegiatan tersebut

sudah lama menjadi agenda rutin MTs Al-Falah setiap hari (selain hari

jum‟at).

Kegiatan shalat dzuhur MTs Al-Falah merupakan kegiatan kegamaan

MTs yang sudah dilaksanakan sejak 3 tahun yang lalu. Sebelumnya MTs

Al-Falah sebenarnya sudah pernah melaksanakan kegiatan shalat dzuhur

berjamaah, akan tetapi kegiatan tersebut tidak bisa dilanjutkan. Kemudian

sekitar tahun 2014 kegiatan shalat dzuhur berjamaah kembali

dilaksanakan menyusul kebijakan MTs Al-Falah menerapkan sekolah

fullday (KBM berlangsung sampai pukul 15.00 WIB) dan menjadi

kegiatan rutin MTs sampai sekarang sekaligus menjadi

keharusan/kewajiban untuk seluruh siswa dan siswi.4

2. Tujuan Pelaksanaan Shalat Dzuhur Berjamaah

Shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah sudah menjadi agenda rutin

setiap harinya. Dalam pelaksanaannya MTs Al-Falah mempunyai tujuan

tertentu. Adapun tujuan kegiatan shalat dzuhur berjamaah MTs Al-Falah

yaitu:

a. Menanamkan Kesadaran

Shalat berjamaah mempunyai kelebihan dan keutamaan

dibandingkan dengan shalat sendiri. Begitu pentingnya shalat

berjamaah sehingga sekolah harus mempunyai upaya untuk

menanamkan kesadaran kepada siswa tentang pentingnya shalat

berjamaah. Salah satu upaya yang dilakukan oleh MTs Al-Falah untuk

menanamkan kesadaran tentang pentingnya shalat berjamaah yaitu

melalui kegiatan rutin shalat dzuhur berjamaah.

Melalui kegiatan shalat dzuhur berjamaah siswa diharapkan

mengetahui keutamaan shalat berjamaah dan juga mampu secara

4 Yusri, Kepala MTs Al-Falah Jakarta, Hari/Tanggal: Rabu, 23 Agustus 2017, Tempat: Ruang

Kepala MTs Al-Falah.

63

mandiri melaksanakan atau pun mengikuti shalat berjamaah pada

shalat fardlu yang lain.5

b. Memberikan Bimbingan

Bimbingan yang dimaksud adalah bimbingan keagamaan

khususnya ibadah shalat. Dengan kegiatan shalat dzuhur berjamaah

MTs Al-Falah dapat memberikan bimbingan ibadah secara langsung

kepada siswa dimulai dari wudlu, kemudian shalat, dzikir, dan do‟a.

Dengan begitu MTs Al-Falah dapat mengevaulasi langsung

pelaksanaan ibadah siswa.6

Siswa dapat mempraktekkan secara langsung pelajaran tentang

shalat ketika shalat dzuhur berjamaah yaitu dimulai dari wudlu,

gerakan dan bacaan shalat, serta dzikir dan doa. Kemudian guru bisa

langsung membimbing siswa yang masih merasa kesulitan dalam

mempraktekannya.

c. Menanamkan Kedisiplinan

Salah satu faktor yang membuat seseorang dapat melaksanakan

shalat berjamaah adalah menunaikan shalat di awal waktu. Untuk

memenuhi hal tersebut, seseorang harus disiplin dalam mengatur

waktunya. Disiplin terhadap waktu shalat dapat ditandai dengan

seseorang tidak akan menunda shalatnya.

Melalui shalat dzuhur berjamaah, siswa diharapkan dapat

menerapkan nilai-nilai kedisiplinan yaitu dapat melaksanakan shalat

di awal waktu. Selain itu juga siswa diharapkan bisa menyesuaikan

diri ketika mereka berada di dalam Masjid.7

Nilai-nilai kedisiplinan itu juga diharapkan dapat menjiwai di

setiap langkah kehidupan siswa di masa mendatang. Dengan

menerapkan sikap disiplin di dalam kehidupannya bukan tidak

5 Ichwan Rasyid, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MTs Al-Falah Jakarta, Hari/Tanggal:

Selasa, 29 Agustus 2017, Tempat: Ruang Wakil Kepala MTs Al-Falah. 6 Yusri, loc. cit.

7 Rasyid, loc.cit.

64

mungkin siswa akan mampu meraih kesuksesan mereka untuk

menggapai cita-citanya.

3. Penanggung Jawab

Setiap kegiatan pasti ada seseorang yang menjadi penanggung jawab

agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik.

Yang menanggungjawabi kegiatan shalat dzuhur berjamaah di MTs

Al-Falah adalah Wakil Kepala Bidang Kesiswaan yaitu Bapak Ichwan

Rasyid, S.Ag. Pada praktek lapangannya beliau dibantu oleh Pembina

IPMA (Ikatan Pelajar Madrasah Al-Falah) yaitu Bapak Moh. Yasin, S. Pd.

I dan pengawasan dari guru-guru yang lain secara bergiliran.8

4. Proses Pelaksanaan

a. Tempat Shalat

MTs Al-Falah sebenarnya tidak memiliki Masjid sendiri. Tidak

dibangunnya Masjid sebagai sarana penunjang cukup beralasan karena

keterbatasan luas tanah dan letak MTs Al-Falah berada dekat dengan

Masjid milik warga sekitar.

Selama ini yang menjadi tempat pelaksanaan kegiatan shalat

dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah adalah Masjid milik warga sekitar

yang letaknya berdampingan dengan gedung MTs. Masjid tersebut

sudah diizinkan oleh warga sekitar sebagai tempat pelaksanaan

kegiatan-kegiatan keagamaan MTs Al-Falah.

b. Waktu Shalat

Waktu shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah yaitu pada saat

istirahat jam ke-2. Istirhat jam ke-2 dimulai dari pukul 13.40 WIB.

Pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah pada saat istirahat jam ke-2

menjadikan shalat dzuhur berjamaah yang dilaksanakan MTs Al-Falah

terpisah dengan jamaah shalat dzuhur di Masjid.

8 Ibid.

65

Ada beberapa alasan kenapa waktu pelaksanaan shalat dzuhur

berjamaah MTs Al-Falah terpisah dengan jamaah Masjid. Pertama,

jumlah siswa yang banyak memungkinkan jika siswa bergabung

dengan jamaah Masjid membuat Masjid tidak dapat menampung

semuanya. Kedua, untuk menghindari kesan buruk kepada siswa MTs

karena pada saat pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah kadang masih

ada segelintir anak yang bercanda dan susah diatur yang kemungkinan

jika pelaksanaan bersamaan dengan jamaah Masjid akan membuat

jamaah tidak khusyuk dalam shalatnya.9

c. Wudlu

Ketika bel istirahat ke-2 berbunyi, seluruh siswa MTs Al-Falah

langsung diminta ke Masjid. Kemudian mereka harus antri mengambil

air wudlu. Karena jumlah siswa yang banyak sehingga proses wudlu

memerlukan waktu yang cukup lama sampai semua siswa dan siswi

selesai berwudlu.

d. Shalawat

Salah satu kebiasaan sebelum pelaksanaan shalat dzuhur MTs Al-

Falah adalah siswa selalu melantunkan shalawat secara bersama-sama

sebelum shalat dzuhur berjamaah dimulai. Shalawat yang sering

dilafalkan adalah Shalawat Nariyah. Membaca shalawat sebelum

shalat dimulai juga dilakukan sambil menunggu semua siswa dan

siswi selesai berwudlu sampai mereka benar-benar siap untuk

melaksanakan shalat berjamaah.

e. Shalat

Shalat dzuhur berjamaah dimulai jika semua siswa sudah siap

melaksanakan shalat. Sebagai penanda shalat akan dimulai yaitu

iqomah yang dipimpin oleh salah satu siswa. Shalat dzuhur berjamaah

biasanya diimami oleh guru MTs Al-Falah secara bergilir.

9 Ibid.

66

f. Dzikir dan Doa

Dzikir dan doa dipimpin langsung oleh guru. Dzikir dan doa juga

menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pelaksanakaan shalat

dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah. Dzikir dan doa juga menjadi

salah satu usaha penanaman kebiasaan kepada siswa agar mereka

selalu berdzikir setelah shalat dan kemudian berdoa.10

5. Pengawasan Sekolah

Sebagai pengawasan, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan yaitu Bapak

Ichwan Rasyid langsung mengawasi proses pelaksanaan shalat dzuhur

berjamaah. Pengawasan juga dibantu oleh Pembina Ikatan Pelajar

Madrasah Al-Falah (IPMA) dan beberapa office boy serta guru-guru yang

lain.11

Pengawasan dimulai ketika siswa keluar kelas sampai berkumpul di

Masjid. Kemudian pengawasan ketika siswa mengambil air wudlu. Peran

office boy sangat penting ketika siswa mengantri air wudlu. Office boy

biasanya langsung mengambil tindakan tegas kepada siswa yang masih

duduk santai di teras Masjid. Siswa tersebut kemudian diperintahkan agar

segera mengantri mengambil air wudlu sehingga proses pengambilan air

wudlu tidak akan berlangsung lama.

Kemudian ketika siswa sudah berada di dalam Masjid, Wakasek

Kesiswaan dan Pembina IPMA langsung mengatur shaf agar rapih dan

teratur. Sesekali juga mereka mengingatkan kepada siswa agar tidak

bercanda ketika berada di dalam Masjid. Jika ada siswa yang bercanda

maka siswa tersebut akan langsung mendapat teguran.

6. Kendala

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di

MTs Al-Falah yaitu:

10

Ibid. 11

Ibid.

67

a. Siswa Menunda Waktu Berwudlu

Proses pengambilan air wudlu sebelum pelaksanaan shalat dzuhur

berjamaah berlangsung cukup lama karena jumlah siswa yang

memang banyak. Proses pengambilan air wudlu bisa berlangsung

lebih lama jika ada beberapa siswa yang menunda dan bersantai ketika

mereka diminta mengambil air wudlu. Guru dan office boy biasanya

mengambil tindakan tegas kepada siswa yang masih bersantai di teras

Masjid yang menunda waktu berwudlu.

b. Bercanda dan Mengobrol Di Dalam Masjid

Ketika sudah berada di dalam Masjid biasanya siswa langsung

diminta untuk mengisi shaf-shaf depan yang masih kosong. Pada saat

ini kadang masih saja ada siswa yang bercanda dan mengobrol sendiri

padahal guru sudah meminta mereka untuk membaca shalawat sambil

menunggu shalat dimulai. Jika ada siswa yang bercanda maka guru

langsung memberikan teguran kepada siswa tersebut.

Adanya siswa yang masih bercanda ketika persiapan shalat dzuhur

berjamaah membuat waktu persiapan berlangsung lama. Pada saat ini

guru sering mengingatkan kepada siswa bahwa jika pelaksanaan shalat

dzuhur berlangsung lama maka waktu istirahat mereka akan berkurang

karena waktu shalat dzuhur memang dilaksanakan pada saat jam

istirahat.12

c. Siswa Membolos

Dalam pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah juga terkadang ada

siswa yang membolos (tidak mengikuti shalat dzuhur berjamaah). Hal

itu bisa terjadi karena jumlah siswa yang begitu banyak sehingga yang

bertugas sebagai pengawas kegiatan shalat dzuhur berjamaah tidak

bisa mengawasinya secara menyeluruh. Ditambah lagi dengan

keharusan siswa keluar gedung MTs untuk pergi ke Masjid. Tentu

pada saat itu menjadi peluang bagi siswa yang mempunyai niat untuk

membolos.

12

Ibid.

68

Adanya siswa yang membolos ketika shalat dzuhur berjamaah

terjadi pada tahun lalu. Siswa yang membolos akan diingatkan dan

mendapatkan teguran lisan. Jika diketahui ada siswa yang sudah 3 kali

membolos maka pihak MTs akan memanggil orang tua/wali siswa

yang bersangkutan.13

7. Ketaatan Beribadah Siswa

Dalam pelaksanaannya kegiatan shalat dzuhur berjamaah yang

dilaksanakan di MTs Al-Falah masih terdapat kekurangan yang perlu

diperbaiki.14

Kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan bimbingan

ibadah kepada siswa.15

Melalui kegiatan tersebut siswa dibimbing agar

ketika berada di luar sekolah mereka dapat melaksanakan shalat

berjamaah dengan baik.

Bimbingan ibadah melalui shalat dzuhur berjamaah dengan

menggunakan penekanan kepada siswa diharapkan dapat menumbuhkan

kesadaran keagamaan ke dalam diri siswa terutama untuk menunaikan

shalat fardlu 5 waktu.16

Pemahaman siswa terhadap kewajiban mereka sebagai orang

beragama Islam memang harus ditanamkan sedini mungkin. Yang

menjadi harapan adalah siswa dapat melaksanakan shalat fardlu 5 waktu

dalam sehari semalam. Lebih lanjut lagi semoga hal ini dapat menjadi

bekal kehidupan mereka di masa mendatang.

Siswa yang mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah sejatinya

sudah mulai merasakan bahwa kegiatan tersebut dapat memberikan

kesadaran keagamaan kepada mereka. Siswa sadar bahwa mereka tidak

boleh meninggalkan shalat fardlu 5 waktu meski dalam praktek sehari-hari

13

Ibid. 14

Ibid. 15

Yusri, loc. cit. 16

Ichwan, loc. cit.

69

mereka masih kesulitan untuk melaksanakan shalat fardlu terutama shalat

subuh.17

Pada umumnya siswa sudah mempunyai kesadaran tentang kewajiban

shalat 5 waktu yang dapat dilihat ketika mereka mengikuti kegiatan-

kegiatan MTs seperti study tour dan lomba-lomba. Mereka secara mandiri

akan melaksanakan shalat ketika waktu shalat tiba tanpa disuruh oleh

guru.18

Pada kehidupan sehari-hari pun siswa sudah mulai terbiasa untuk

tidak meninggalkan shalat. Hal ini dibantu dengan orang-orang yang

berada di sekeliling mereka yang selalu mengingatkan mereka ketika lupa.

Namun pada dasarnya siswa sudah mulai membiasakan diri mereka untuk

menunaikan shalat fardlu 5 waktu.19

Kegiatan shalat dzuhur berjamaah yang siswa ikuti di sekolah dapat

juga menjadi pengingat bagi mereka tentang kewajiban mereka untuk

melaksanakan shalat ketika di rumah. Selain itu juga melatih mereka agar

terbiasa melaksanakan shalat berjamaah ketika mereka berada di luar

sekolah.

Jika pihak MTs mengetahui masih ada siswa yang bermasalah dalam

melaksanakan shalat fardlu 5 waktu melalui laporan/koordinasi orang tua,

maka siswa tersebut akan mendapatkan bimbingan khusus dengan dibantu

oleh guru BK (Bimbingan dan Konseling).20

Guru BK akan berusaha

mencari penyebab dan solusi serta memberikan pemahaman tentang

keagamaan agar siswa mengerti dan sadar tentang kewajiban mereka

sebagai muslim dan muslimah yang mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan shalat fardlu 5 waktu.

Penanaman kesadaran kepada siswa tentu bukan hanya menjadi tugas

pihak-pihak tertentu saja. Peran semua guru, staff karyawan, dan orang

tua/wali menjadi sangat penting sekali untuk memberikan teladan/contoh

17

Wawancara Siswa, Hari/Tanggal: Rabu, 30 Agustus 2017, Tempat: Teras MTs Al-Falah 18

Yusri, loc. cit. 19

Siswa, loc. cit. 20

Ichwan, loc. cit.

70

bagi siswa serta memberikan motivasi kepada siswa untuk melaksanakan

shalat fardlu 5 waktu.21

21

Ibid.

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dideskripsikan pada bab

sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaannya, shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah masih

menemui hambatan-hambatan. Diantaranya yaitu adanya siswa yang

mengulur waktu pelaksanaan shalat dan adanya siswa yang bercanda

ketika di dalam Masjid.

2. Pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah bertujuan untuk

menanamkan kesadaran keagamaan, menanamkan kedisiplinan, dan

memberikan bimbingan keagamaan kepada siswa.

3. Shalat dzuhur berjamaah dilaksanakan di Masjid milik warga sekitar dan

yang menjadi penanggung jawab kegiatan adalah Wakil Kepala Sekolah

Bidang Kesiswaan yang dalam praktek lapangannya dibantu oleh pembina

IPMA (Ikatan Pelajar Madrasah Al-Falah), office boy MTs, serta guru-

guru yang lain.

4. Waktu shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah yaitu pada jam istirahat

ke-2 (pukul 12.40 WIB). Dimulai dari siswa mengambil air wudlu secara

bergiliran, membaca shalawat, kemudian shalat dzuhur berjamaah, dzikir

dan yang terakhir doa. Yang menjadi imam shalat adalah guru-guru MTs

Al-Falah secara bergantian yang disesuaikan dengan jadwal mengajar

mereka.

5. Melalui kegiatan shalat dzuhur berjamaah siswa diharapkan mempunyai

kesadaran tentang kewajiban melaksanakan shalat fardlu 5 waktu. Siswa

yang mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah sejatinya sudah

memiliki kesadaran tersebut walaupun mereka masih kesulitan

menunaikan shalat fardlu 5 waktu terutama pada saat shalat subuh. Akan

tetapi mereka sadar bahwa kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah

72

salah satunya adalah menunaikan shalat 5 waktu. Dan siswa sudah

berusaha untuk menunaikannya.

6. Selain melalui kegiatan shalat dzuhur berjamaah, untuk menanamkan

kesadaran keagamaan dan meningkatkan ketaatan siswa dalam beribadah

juga bisa dilakukan melalui kerja sama seluruh pihak MTs Al-Falah untuk

menjadi teladan bagi siswa serta memberikan dorongan/motivasi kepada

siswa agar siswa sadar tentang kewajibannya sebagai muslim dan

muslimah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan beberapa saran agar

dapat menjadi masukan yang baik bagi seluruh pihak guna memperbaiki yang

masih dianggap menjadi kekurangan pada pelaksanaan shalat dzuhur

berjamaah di MTs Al-Falah. Adapun saran penulis sebagai berikut:

1. Siswa senantiasa diharapkan mempunyai pengendalian diri ketika mereka

mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah di MTs Al-Falah agar suasana

ketika shalat dzuhur berjamaah lebih kondusif. Siswa juga diharapkan

meningkatkan ketaatan mereka dalam menunaikan shalat 5 waktu sebagai

realisasi atas pemahaman mereka terhadap ajaran agama Islam yang

diperoleh di sekolah.

2. Dalam mengajar guru perlu memberikan bimbingan dan

motivasi/dorongan kepada siswa agar siswa dapat menunaikan ibadah

mereka dengan sebaik-baiknya. Selain itu guru juga harus bisa menjadi

teladan bagi siswa untuk memberikan contoh yang baik.

3. Pelaksanaan shalat dzuhur berjamaah harus dievaluasi oleh MTs Al-Falah

untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut berlangsung dan

membuat buku monitoring ibadah bagi siswa. Dengen begitu sekolah dapat

mengetahui kekurangannya dan kemudian dicarikan solusi terbaik sebagai

perbaikan kedepannya.

4. Orang tua juga memiliki peran yang sangat penting ketika siswa berada di

rumah. Orang tua di rumah harus aktif dalam memberikan bimbingan dan

73

motivasi kepada anaknya serta mengingatkan anaknya untuk senantiasa

menunaikan kewajiban mereka sehari-hari yaitu shalat fardlu 5 waktu.

5. Untuk menanamkan serta meningkatkan kesadaran kepada siswa perlu

adanya kerja sama dari seluruh pihak. Kerja sama pihak sekolah dan

keluarga siswa perlu ditingkatkan agar penanaman kesadaran keagamaan

kepada siswa dapat berlangsung dengan baik. Dengan begitu pula siswa

diharapkan dapat menunaikan shalat 5 waktu mereka lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an.

Maktabah Syamilah.

Abdurrahman, Masykuri. Kaifiyah dan Hikmah Shalat Versi Kitab Salaf.

Pasuruan: Pustaka Sidogiri, Cet. VII, 2006.

Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif. Depok: PT Rajagrafindo Persada, Cet. II,

2015.

Ahmadi, Nur. Wawancara. Jakarta, 30 Agustus 2017

Anwar, Imam Basyari. Kamus Ulil Albab; Indonesia – Arab. Surabaya: CV Karya

Utama.

Alqahtani, Abu Abdillah Musnid. 40 Manfaat Shalat Berjamaah, Terj. dari

Arba‟uuna Faa‟idatan Min Fawaa‟idi Shalatil Jamaa‟ah oleh Ainul Haris bin

Umar Thayib. Jakarta: Yayasan Al-Sofwa, 1997.

Ashshiddieqy, T. M. Hasbi. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang, Cet. XX,

1992.

As-Sadlan, Shalih bin Ghanim. Fiqih Shalat Berjamaah, Terj. dari Shalaatul

Jamaah Hukmuha Wa Ahkamuha oleh Thariq Abd. Aziz at-Tamimi. Jakarta:

Pustaka as-Sunnah, 2006.

Azkia, Ahmad Azkal. Wawancara. Jakarta, 30 Agustus 2017.

Data Lembaga MTs Al-Falah. Jakarta, 16 Agustus 2017.

Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: Maghfirah Pustaka,

2006.

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia, 2008.

El-Fikri, Syahruddin. Sejarah Ibadah: Menelusuri Asal-usul, Memantapkan

Penghambaan. Jakarta: Republika, 2014.

Emzir. Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, Cet.

II, 2011.

Ghazali, Muhammad Amru. Buku Pintar Etika Shalat. Jakarta: Aksara Qalbu,

2007.

Haneef, Suzanne. Islam dan Muslim, Terj. dari What Everyone Should Know

about Islam and Muslim oleh Siti Zainab Luxfiati. Jakarta: Pustaka Firdaus,

1993.

Hassan, A. Pengajaran Shalat. Bangil: CV Pustaka Tamaam, 1991.

Husain, Syarif Hidayatullah. Salat dalam Madzhab Ahlulbait; Kajian Al-Qur‟an,

Hadis, Fatwa dan Ilmiah. Jakarta: Penerbit Lentera, Cet. II, 2007.

Khatib, Asy‟ari. Energi Ibadah. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2007.

Manan, Abdul. Jangan Asal Shalat: Rahasia Shalat Khusyuk. Bandung: Pustaka

Hidayah, Cet. XIV, 2011.

Muchtar, Heri Jauhari. Fikih Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet

II, 2008.

Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Madzhab, Terj. dari al-Fiqh „ala al-

Madzahib al-Khamsah oleh Masykur AB dkk. Jakarta: PT Lentera Basritama,

Cet. II, 1996.

Mujalisin, M., “Pengaruh Shalat Dzuhur Berjamaah Terhadap Kemampuan

Afektif Siswa di Sekolah Kelas VIII MTs Al-Ihsan Pamulang”, Skripsi pada

Sarjana UIN Jakarta: 2015. tidak dipublikasikan.

Nasution, Lahmuddin. Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Raghib, Ali. Ahkamus Sholah, Terj. dari Ahkam ash-Shalah oleh M. Abdillah al-

Faqih dan M. al-Mu‟tashim Billah. Bogor: Al-Azhar Press, Cet. II, 2009.

Rahmalifia. Wawancara. Jakarta, 30 Agustus 2017.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam: Hukum Fiqih Lengkap. Bandung: PT Sinar Baru

Algensindo, Cet. XXVII, 1994.

Rasyid, Ichwan. Wawancara. Jakarta, 29 Agustus 2017.

Raya, Ahmad Thib., dan Musdah Mulia. Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam

Islam. Jakarta: Prenada Media, 2003.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah 1, Terj. dari Fiqh as-Sunnah Oleh Mahyuddin Syaf.

Bandung: PT Al-Ma‟arif, Cet. X, 1990.

Shihab, M. Quraish. M. Quraish Shihab Menjawab 1001 Soal Keislaman Yang

Patut Anda Ketahui. Jakarta: Lentera Hati, 2008.

-----. Tafsir Al-Misbah Volume 2. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sofyan, “Pelaksanaan Shalat Berjamaah dalam Pembentukan Akhlak Siswa (Studi

Kasus Terhadap Siswa Kelas VI SDN Kebon Pala 03 Pagi)”, Skripsi pada

Sarjana UIN Jakarta: 2012. tidak dipublikasikan.

Subagyo, P. Joko. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta, 2015.

Sugiyono. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta, Cet. XXIII, 2016.

Suharjito, Didik. Pengantar Metodologi Penelitian. Bogor: IPB Press, 2014.

Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian (Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pem

ula). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cet. IV, 2012.

Sunarto, Ahmad., dkk. Terjemah Shahih Bukhari Jilid VIII. Semarang: CV Asy

Syifa, 1993.

Suwartono. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset, 2014.

Syarifuddin, Amir. Garis-garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group, Cet. IV, 2013.

Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat. Jakarta: Pustaka Irvan, 2008a.

----. Nikmatnya Shalat Jamaah. Jakarta: Pustaka Irvan, 2008b.

Usman, Husaini., dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial.

Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I. 2008.

Yana, Yuli. “11 Manfaat Taat Kepada Allah”. https://www.manfaat.co.id, 06

Oktober 2017.

Yazid, Abd., “Upaya Guru Bidang Studi Fikih dalam Meningkatkan Pengamalan

Ibadah Shalat Siswa di MIN 4 Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta

Selatan”, Skripsi pada Sarjana UIN Jakarta: 2013. tidak dipublikasikan.

Yusri. Wawancara. Jakarta, 23 Agustus 2017.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014.

Z., Zurinal., dan Aminuddin. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Lampiran 1

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

Lampiran 2

SURAT IZIN PENELITIAN

Lampiran 3

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN

Lampiran 4

SURAT KETERANGAN (Melihat Sidang)

Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN JURUSAN

Lampiran 6

Lampiran 7

TRANSKRIPSI WAWANCARA

Responden I

Nama : H. Yusri, S. Pd. I

Hari, Tanggal : Rabu, 23 Agustus 2017

Tempat : Ruang Kepala MTs Al-Falah

1. P: Sejak kapan kegiatan shalat dzuhur berjamaah dilaksanakan?

J: MTs Al-Falah mempunyai 2 program. Yang pertama shalat berjamaah

dzuha. Kenapa dilaksanakan shalat berjamaah karena untuk memberikan

bimbingan dan pelajaran kepada siswa untuk mau dan bisa melaksanakan

shalat sunnah dzuha. Walaupun mungkin dari aspek hukum fikih ada banyak

perbedaan mengenai dzuha berjamaah tetapi dengan berdasarkan pendapat

yang ada maka kami tetap menerapkan/mempraktekkan shalat dzuha secara

berjamaah. Kemudian yang kedua shalat dzuhur. Kalo shalat dzuha sudah

dimulai lebih dari 10 tahun sedangkan untuk shalat dzuhur pernah

mengadakan beberapa tahun yang lalu kemudian terputus. Namun setelah

kami menerapkan sistem sekolah full day dimana siswa belajar sampe pukul

15.00 WIB, maka sejak 3 tahun lalu shalat dzuhur berjamaah menjadi suatu

keharusan untuk seluruh siswa dan siswi.

2. P: Siapa saja yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut?

J: Yang bertanggung jawab adalah wakil kepala bidang kesiswaan dan

pembina IKMA atau OSIS serta pengawasan dari guru secara bergiliran.

3. P: Dengan tujuan apa kegiatan tersebut dilaksanakan?

J: Untuk memberikan bimbingan ibadah mulai dari wudlu, kemudian shalat,

dzikir, dan doa. Sehingga siswa terbiasa dengan pola ibadah yang dilakukan

di lingkungan masyarakat sekitar.

4. P: Bagaimana cara mengawasi siswa yang mengikuti kegiatan tersebut?

J: Pengawasan dimulai dari tempat wudlu, kemudian siswa diminta untuk

shalat sunnah qobliah untuk lebih siap untuk shalat dzuhur berjamaah

kemudian juga dibimbing untuk bacaan-bacaan shalawat sebelum

melaksanakan shalat dzuhur. Sehingga suasana menjadi kondusif karena

sebelum dzuhur mereka benar-benar siap diawali dengan shalat sunnah

qobliah kemudian shalawat baru setelah itu dilaksanakan shalat dzuhur

berjamaah. Ini semua atas bimbingan guru-guru.

5. P: Dengan sudah dilaksanakannya kegiatan tersebut, apakah sudah ada titik

keberhasilan dari tujuan kegiatan tersebut?

J: Sekolah memberikan kebutuhan untuk memenuhi shalat 5 waktu. Untuk

Responden II

Nama : Ichwan Rasyid, S. Ag

Hari, Tanggal : Selasa, 29 Agustus 2017

Tempat : Ruang Wakil Kepala MTs Al-Falah

1. P: Sejak kapan kegiatan itu dilaksanakan?

J: Sejak saya bertugas di sini sudah ada. Saya bertugas di sini baru sekitar 4

tahun yang lalu tetapi sebelumnya sudah dilaksanakan dan saya meneruskan

saja.

2. P: Siapa saja yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut?

J: Yang bertanggung jawab atas kegiatan ini adalah wakasek bidang

kesiswaan yaitu saya sendiri. Dalam praktek lapangannya dibantu oleh

pembina IPMA dan melibatkan guru-guru dan kita sesuaikan dengan jadwal

mengajar mereka.

3. P: Dengan tujuan apa kegiatan tersebut dilaksanakan?

J: Yang pertama, kita ingin menanamkan ke anak itu dalam shalat berjamaah

ini lebih utama menyadarkan mereka bahwa shalat berjamaah mempunyai

kelebihan, keutamaan ibadah dari pada sendiri. Yang kedua, kita inginkan

mereka itu juga bisa menerapkan kedisiplinan dengan nilai-nilai yang ada di

dalam shalat berjamaah itu sendiri meski kita pahami bahwa shalat berjamaah

ini dilaksankan dalam rangka praktek dari apa yang mereka pelajari bahwa

shalat berjamaah itu memiliki keutamaan.

4. P: Bagaimana proses atau gambaran kegiatan tersebut berlangsung?

J: Shalat jamaah yang dilakukan oleh anak-anak dilaksanakan terpisah

dengan shalat jamaah yang dilaksanakan oleh masyarakat di sekitar Masjid.

Yang pertama pertimbangannya karena jumlah siswanya banyak seandainya

mereka berbaur dengan jamaah lain ini Masjidnya kemungkinan sulit untuk

menampung. Yang kedua, kita ingin menghindari ada kesan dari masyarakat

pada saat mereka melihat keadaan anak kita atau segelintir anak yang

kadang-kadang sulit diatur. Prosesnya memang kita memulai kalau jamaah

sekitar pukul 12.40 WIB, ketika bel mereka kita minta untuk ke Masjid,

berwudlu dengan diawasi oleh beberapa guru termasuk juga peran dari

petugas-petugas Office Boy sekolah membantu untuk mengawasi mereka.

Setelah mereka berwudlu kemudian kita minta mereka untuk segera masuk

ke Masjid dan ketika mereka berada di Masjid memang selalu kita ingatkan

untuk menyesuaikan diri setelah mereka berada di Masjid dengan cara yang

pertama mereka diingatkan untuk diniatkan iktikaf ketika berada di Masjid

kemudian memperbanyak dzikir di dalam Masjid karena untuk membedakan

mereka di Masjid dan di luar Masjid. Kemudian memang cukup memakan

waktu proses selesainya wudlu mereka karena terlalu banyak jumlah anaknya

sekitar 396 anak ini membutuhkan waktu. Sambil menunggu semua siswa

berwudlu kita minta salah satu dari mereka untuk memimpin membaca

shalawat diikuti oleh mereka. Untuk imam shalat berjamaah ini kita biasa

menugaskan guru tertentu. Kemudian setelah shalat kita membaca doa diikuti

oleh seluruh anak kemudian setelah selesai mereka kembali untuk

menghabiskan waktu istirahat mereka, ada yang makan dan jajan.

5. P: Bagaimana cara mengawasi siswa yang mengikuti kegiatan tersebut?

J: Untuk sementara ini yang kita kerahkan untuk mengawasi anak selain dari

pembina IPMA juga guru-guru kita minta untuk mengawasi mereka termasuk

shalat bersama mereka termasuk juga OB mereka itu perannya besar sekali

untuk mengawasi mereka.

6. P: Kendala apa yang dihadapi dalam mengawasi kegiatan tersebut?

J: Mereka masih belum menyadari betul saat berada di dalam Masjid itu

memang terkadang ada anak-anak tertentu yang masih bercanda, ngobrol

dengan teman meski ini kita sudah ingatkan tapi kita yakin ini lambat laun

ada perbaikan, kita semakin sadar dan memanfaatkan waktu di dalam Masjid

untuk berdzikir. Memang kita akui ada beberapa siswa yang memicu adanya

kegiatan ngobrol dan bercanda di antara mereka.

7. P: Bagaimana cara bapak mengatasi kendala tersebut?

J: Pertama kita minta dari guru-guru untuk mengawasi mereka tetapi

sebelumnya kita tanamkan kepada siswa bahwa apa pun yang mereka

lakukan resikonya mereka akan alami sendiri semacam jika mereka itu

bercanda, mereka itu ngobrol maka semakin kita akan menghabiskan waktu

banyak hanya untuk persiapan sehingga shalatnya akan semakin mundur.

Secara otomatis akan mengurangi jam istirahat dan jajan mereka. Kita

sadarkan kepada mereka seperti itu di samping pengawasan dari guru-guru.

8. P: Apakah ada siswa yang membolos ketika kegiatan tersebut dilaksanakan?

J: Di tahun yang lalu ada beberapa siswa yang seperti itu tetapi untuk

berikutnya semakin baik.

9. P: Jika ada, punishment/hukuman apa yang diberikan?

J: Kita hanya mengingatkan kepada mereka untuk tidak mengulangi lagi

kemudian jika sampai 3 kali terjadi dilakukan pemanggilan kepada kedua

orang tua.

10. P: Dengan sudah dilaksanakannya kegiatan tersebut, apakah sudah ada titik

keberhasilan dari tujuan kegiatan tersebut?

J: Betul ada, kita lihat mereka pun saat ini semakin merasa terpanggil untuk

mengikuti kegiatan shalat berjamaah meski dalam hal-hal atau situasi tertentu

mereka sudah terbiasa untuk melaksanakan shalat berjamaah secara

berkelompok.

11. P: Menurut Bapak, apakah kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah

dapat meningkatkan ketaatan beribadah (shalat) siswa ketika berada di luar

sekolah?

J: Untuk asumsi saya ya. Kalo kita sudah memulai shalat berjamaah yang

diawali atas kedisiplinan atau pemaksanaan tetapi untuk selanjutnya waktu

yang berjalan saya yakin akan memberikan kesadaran kepada mereka atas

kesadaran keagamaan terhadap mereka.

12. P: Bagaimana penilaian bapak terhadap kegiatan shalat dzuhur berjamaah

siswa?

J: Secara umum baik meski ada kekurangan dalam beberapa hal. Tetapi saya

yakin kita berusaha untuk menutupi atau menyempurnakan kekurangan-

kekurangan sehingga shalat jamaah ini menjadi kegiatan yang betul-betul

tumbuh atas dasar kesadaran mereka sendiri meski untuk sekarang-sekarang

ini ada unsur kita tekankan kepada mereka.

13. P: Bagaimana cara sekolah mengawasi ibadah (shalat) siswa ketika berada di

luar sekolah?

J: Sampai saat ini sulit. Ada rencana untuk membuat buku monitoring ibadah

seperti bulan Ramadlan untuk mengawasi mereka tetapi kayaknya masih kita

fikirkan untuk evaluasi kegiatan mereka. Untuk sementara yang bisa kita

sikapi dalam pengawasan ibadah anak di luar sekolah itu kita hanya kerja

sama dengan orang tua diantaranya adalah kita merespon laporan-laporan

orang tua tentang sikap shalat berjamaah mereka di rumah atau shalat mereka

di rumah.

14. P: Bagaimana penilaian bapak terhadap pelaksanaan shalat siswa ketika

berada di luar sekolah?

J: Menurut laporan, kesadaran mereka masih rendah terutama sekali pada

shalat tertentu artinya untuk shalat mereka memang harus dipaksa terutama

sekali subuh mereka harus dibangunkan berkali-kali baru mereka shalat.

15. P: Apakah ada koordinasi/kerjasama dengan orang tua untuk mengawasi

dalam hal ibadah (shalat) siswa ketika di luar sekolah/di rumah?

J: Sementara ini belum. Kita hanya merespon jika ada orang tua yang

melapor atau pro aktif.

16. P: Jika ada siswa yang diketahui tidak rajin melaksanakan shalat di rumah,

tindak lanjut apa yang diberikan sekolah kepada anak tersebut?

J: Kita mengarahkan mereka memberikan pembinaan kepada mereka dengan

bantuan guru BK untuk menanamkan kepada diri mereka betapa pentingnya

shalat itu sendiri merupakan kewajiban untuk mereka.

17. P: Apakah ada kegiatan-kegiatan lain yang dapat meningkatkan ketaatan

siswa dalam melaksanakan ibadah (shalat)?

J: Dengan adanya teladan oleh guru-guru ini akan menanamkan dorongan

atau motivasi kepada siswa untuk melaksanakan shalat berjamaah. Jadi peran

Responden III

Nama : Rahmalifia

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017

Tempat : Teras Kelas MTs Al-Falah

1. P: Apakah anda mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah?

J: Ikut.

2. P: Apakah kegiatan tersebut menjadi hal yang baru buat anda di sekolah?

J: Dari dulu sudah diajarin shalat sama kedua orang tua, akan tetapi shalat

dzuhur berjamaah baru di MTs. Sebelumnya di SD sudah ada kebiasaan

shalat dzuhur berjamaah tetapi belum menjadi hal yang wajib seperti di MTs.

Untuk melatih melaksanakan dan tidak meninggalkan shalat.

3. P: Bagaimana perasaan anda mengikuti kegiatan tersebut?

J: Seneng karena shalatnya bareng temen. Bisa bercanda dengan teman pada

saat menuju ke Masjid.

4. P: Pernahkah anda tidak mengikuti kegiatan tersebut?

J: Ga ikut kalo lagi halangan saja. Soalnya ibu guru ngajarin ga boleh

ninggalin shalat.

5. P: Adakah teman anda yang membolos atau tidak mengikuti kegiatan

tersebut?

J: Sejauh ini belum ada temen yang bolos. Soalnya pada shalat semua.

Kadang temen ngajakin shalat.

6. P: Pernahkan anda bercanda ketika shalat dzuhur berjamaah?

J: Kalau sudah berada di Masjid engga bercanda. Kalau sudah mulai ya

mulai.

7. P: Jika ada yang mengajak bercanda, bagaimana sikap anda?

J: Pernah, tetapi ga diladenin. Jadinya tetap fokus dengan shalat.

8. P: Apakah ada teman yang bercanda/membuat gaduh ketika shalat dzuhur

berjamaah? Contoh!

J: Ada temen yang bercanda yang berada di belakang, kalau saya di depan.

Bercandanya nyolek tiba-tiba ketawa.

9. P: Apakah ada guru yang selalu mengingatkan atau memerintah shalat dzuhur

berjamaah? Siapa gurunya?

J: Ada guru yang meriksa di kelas yaitu pa Khurasani.

10. P: Bagaimana sikap anda jika ada guru yang memerintah shalat dzuhur

berjamaah? Bagaimana dengan teman anda?

J: Kalau lg halangan saya bilang lg halangan tp kalau lg engga ya saya shalat.

11. P: Jika tidak ada guru yang mengajak shalat dzuhur berjamaah, apakah anda

akan tetap melaksanakan shalat dzuhur berjamaah?

J: Saya tetep shalat, soalnya ga boleh ninggalin shalat itu pesen orang tua

saya.

12. P: Apa alasan mendasar apa yang membuat anda mau mengikuti shalat

dzuhur berjamaah?

J: Ga mau berbuat dosa dan memperbanyak pahala kalau tidak shalat sama

saja meninggalkan kewajiban.

13. P: Apakah anda pernah mengajak/mengingatkan teman untuk melaksanakan

shalat dzuhur berjamaah?

J: Pernah.

14. P: Bagaimana perasaan anda jika tidak mengikuti kegiatan shalat dzuhur

berjamaah? Apakah anda siap menerima hukumannya?

J: Ga enak. Inginnya tetep shalat tetapi kan ga bisa lagi halangan. Kalau saya

salah saya siap di hukum.

15. P: Apakah anda sudah mengetahui syarat dan rukun shalat?

J: Pernah belajar di SD. Di MTs belum.

16. P: Apakah anda mengetahui keutamaan shalat berjamaah? Sebutkan!

J: Kelebihannya lebih utama dibanding shalat sendiri dan pahalanya lebih

banyak.

17. P: Dampak positif apa yang bisa anda rasakan setelah mengikuti kegiatan

tersebut?

J: Meringankan dosa yang pernah dilakukan terus juga menambah pahala.

Bikin hati adem. Lebih sabar.

18. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu di rumah?

J: Iya shalat. Kadang kalau tidak shalat dimarahin orang tua.

19. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu ketika bepergian?

J: Iya shalat juga kalau ada Masjid di pinggir jalan.

20. P: Menurut anda, apakah kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah bisa

menambah ketaatan anda dalam beribadah (shalat) ketika berada di luar

sekolah?

J: Positifnya bisa mengajarkan kita untuk tepat waktunya pas shalat dan

mentingin shalat dibanding yang lain.

21. P: Seberapa besar pengaruh kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah

terhadap ibadah shalat anda ketika berada di rumah?

J: 80% bisa membuat sadar untuk tidak meninggalkan shalat. Jika dulu

sebelum halangan belum berfikir begitu. Tetapi sekarang saya berfikir untuk

tidak meninggalkan shalat. Berfikir dosanya.

22. P: Apakah guru selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5

waktu?

J: Ada.

23. P: Apakah orang tua selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5

waktu?

J: Iya.

24. P: Bagaimana cara orang tua mengingatkan anda?

J: Kalau lagi subuh kadang dibangunin untuk shalat subuh.

25. P: Apakah anda sering atau kadang-kadang atau bahkan selalu menunda

shalat setelah adzan?

J: Tidak menunda.

26. P: Ketika di rumah, apakah anda sering datang ke Masjid untuk

melaksanakan shalat berjamaah? Jika tidak, dimana tempat yang sering anda

gunakan untuk melaksanakan shalat?

J: Lebih sering berjamaah sama ibu, kaka, nenek di rumah.

27. P: Untuk melaksanakan shalat 5 waktu di rumah atau di luar waktu sekolah,

apakah anda selalu menunggu perintah orang tua atau akan melaksanakan

shalat atas kesadaran sendiri?

J: Biasanya langsung shalat sendiri tetapi kalau ketiduran biasanya

dibangunin.

Jakarta, 30 Agustus 2017

Responden,

Rahmalifia

Responden IV

Nama : Ahmad Azkal Azkia

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017

Tempat : Teras Kelas MTs Al-Falah

1. P: Apakah anda mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah?

J: Ikut.

2. P: Apakah kegiatan tersebut menjadi hal yang baru buat anda di sekolah?

J: Emang sering dari SD.

3. P: Bagaimana perasaan anda mengikuti kegiatan tersebut?

J: Biasa aja.

4. P: Pernahkah anda tidak mengikuti kegiatan tersebut?

J: Tidak pernah.

5. P: Adakah teman anda yang membolos atau tidak mengikuti kegiatan

tersebut?

J: Ada.

6. P: Jika ada teman yang mengajak membolos, bagaimana anda menyikapinya?

J: Tidak mau.

7. P: Apa hukuman yang diberikan oleh sekolah bagi mereka yang membolos?

J: Tidak tahu. Yang bolos belum ketahuan

8. P: Pernahkan anda bercanda ketika shalat dzuhur berjamaah?

J: Tidak.

9. P: Jika ada yang mengajak bercanda, bagaimana sikap anda?

J: Tidak ikut-ikutan.

10. P: Apakah ada teman yang bercanda/membuat gaduh ketika shalat dzuhur

berjamaah? Contoh!

J: Ada, nyenggol-nyenggol, habis sujud kakinya ditarik.

11. P: Apakah ada guru yang selalu mengingatkan atau memerintah shalat dzuhur

berjamaah? Siapa gurunya?

J: Ada, tergantung guru piket.

12. P: Bagaimana sikap anda jika ada guru yang memerintah shalat dzuhur

berjamaah? Bagaimana dengan teman anda?

J: Biasa aja. Karena sudah terbiasa.

13. P: Jika tidak ada guru yang mengajak shalat dzuhur berjamaah, apakah anda

akan tetap melaksanakan shalat dzuhur berjamaah?

J: Shalat sendiri.

14. P: Alasan mendasar apa yang membuat anda mau mengikuti shalat dzuhur

berjamaah?

J: Memang kewajiaban.

15. P: Apakah anda pernah mengajak/mengingatkan teman untuk melaksanakan

shalat dzuhur berjamaah?

J: Belum pernah.

16. P: Bagaimana perasaan anda jika tidak mengikuti kegiatan shalat dzuhur

berjamaah? Apakah anda siap menerima hukumannya?

J: Ga enak ga shalat. Siap menerima hukuman.

17. P: Apakah anda sudah mengetahui syarat dan rukun shalat?

J: Sudah belajar.

18. P: Apakah anda mengetahui keutamaan shalat berjamaah? Sebutkan!

J: Tau. Dapet pahalanya lebih besar.

19. P: Dampak positif apa yang bisa anda rasakan setelah mengikuti kegiatan

tersebut?

J: Hatinya tenang. Ga takut belum shalat.

20. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu di rumah?

J: Tidak. Kadang-kadang ada yang kelewat yaitu subuh sama Isya.

21. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu ketika bepergian?

J: Kalau lagi pergi pasti shalat karena sama ortu.

22. P: Jika ada kegiatan study tour, apakah anda selalu melaksanakan shalat

fardlu?

J: Shalat.

23. P: Menurut anda, apakah kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah bisa

menambah ketaatan anda dalam beribadah (shalat) ketika berada di luar

sekolah?

P: Bisa.

24. P: Seberapa besar pengaruh kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah

terhadap ibadah shalat anda ketika berada di rumah?

J: Besar, ada dampak positif yang didapat.

25. P: Apakah guru selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5

waktu?

J: Ada, Ibu wardah.

26. P: Apakah orang tua selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5

waktu?

J: Selalu.

27. P: Bagaimana cara orang tua mengingatkan anda?

J: Ditanya. Jika belum shalat disuruh shalat dulu.

28. P: Apakah anda sering atau kadang-kadang atau bahkan selalu menunda

shalat setelah adzan?

J: Menunda-nunda. Tetapi kalau disuruh langsung shalat.

29. P: Ketika di rumah, apakah anda sering datang ke Masjid untuk

melaksanakan shalat berjamaah? Jika tidak, dimana tempat yang sering anda

gunakan untuk melaksanakan shalat?

J: Jarang ke Masjid. Seringnya di rumah.

30. P: Untuk melaksanakan shalat 5 waktu di rumah atau di luar waktu sekolah,

apakah anda selalu menunggu perintah orang tua atau akan melaksanakan

shalat atas kesadaran sendiri?

J: Kalau lupa pasti diingetin orang tua. Tetapi kalau lagi ga lupa pasti shalat

sendiri.

Jakarta, 30 Agustus 2017

Responden,

Ahmad Azkal Azkia

Responden V

Nama : Nur Ahmadi

Hari, Tanggal : Rabu, 30 Agustus 2017

Tempat : Teras Kelas MTs Al-Falah

1. P: Apakah anda mengikuti kegiatan shalat dzuhur berjamaah?

J: Ikut.

2. P: Apakah kegiatan tersebut menjadi hal yang baru buat anda di sekolah?

J: Semenjak ada sistem fullday tahun 2016. Kalau di MTs baru, kalau di

rumah biasa.

3. P: Bagaimana perasaan anda mengikuti kegiatan tersebut?

J: Kadang-kadang ga enak. Temen-temen kalau diatur memang susah.

Terutama kalau pas wudlu pada bercanda. Terus habis wudlu pas sudah di

dalam Masjid pun banyak yang shafnya tidak rapih. Jadi bikin shalat

dzuhurnya jadi lama buat waktu istirahatnya kurang.

4. P: Pernahkah anda tidak mengikuti kegiatan tersebut?

J: Pernah.

5. P: Adakah teman anda yang membolos atau tidak mengikuti kegiatan

tersebut?

J: Pernah bareng temen. Diajak.

6. P: Apa hukuman yang diberikan oleh sekolah bagi mereka yang membolos?

J: Ditabok.

7. P: Pernahkan anda bercanda ketika shalat dzuhur berjamaah?

J: Tidak pernah.

8. P: Jika ada yang mengajak bercanda, bagaimana sikap anda?

J: Nolak takut kena hukuman.

9. P: Apakah ada teman yang bercanda/membuat gaduh ketika shalat dzuhur

berjamaah? Contoh!

J: Ketika Imam sudah takbir ada yang tabok-tabokan dorong-dorongan

10. P: Apakah ada guru yang selalu mengingatkan atau memerintah shalat dzuhur

berjamaah? Siapa gurunya?

J: Ada guru sama OB. Guru yang sering Pak Yasin dan Pak Ikhwan.

11. P: Bagaimana sikap anda jika ada guru yang memerintah shalat dzuhur

berjamaah? Bagaimana dengan teman anda?

J: Harus segera shalat. Kalau temen ada yang nunggu, ada yang nunda, ada

yang ngeledek OB.

12. P: Jika tidak ada guru yang mengajak shalat dzuhur berjamaah, apakah anda

akan tetap melaksanakan shalat dzuhur berjamaah?

J: Tetep shalat.

13. P: Alasan mendasar apa yang membuat anda mau mengikuti shalat dzuhur

berjamaah?

J: Biar dapet pahala dan tidak mendapat hukuman.

14. P: Apakah anda pernah mengajak/mengingatkan teman untuk melaksanakan

shalat dzuhur berjamaah?

J: Pernah sering.

15. P: Bagaimana perasaan anda jika tidak mengikuti kegiatan shalat dzuhur

berjamaah? Apakah anda siap menerima hukumannya?

J: Saat itu lagi sakit ada luka yang ga boleh kena air jadi ga malu kecuali

kalau memang gara-gara sengaja ga ada alesan. Siap menerima hukumannya.

16. P: Apakah anda sudah mengetahui syarat dan rukun shalat?

J: Tau pernah belajar di SD dan MTs

17. P: Apakah anda mengetahui keutamaan shalat berjamaah? Sebutkan!

J: Kelebihannya pahalanya lebih banyak.

18. P: Dampak positif apa yang bisa anda rasakan setelah mengikuti kegiatan

tersebut?

J: Ada, pertama pahalanya lebih banyak. Rasulullah ngajarin shalat itu

berjamaah.

19. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu di rumah?

J: Subuh sering ketinggalan.

20. P: Apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu 5 waktu ketika bepergian?

J: Kalau ketinggalan diqadla kalau bepergian jauh

21. Jika ada kegiatan study tour, apakah anda selalu melaksanakan shalat fardlu?

J: Tetep shalat.

22. P: Menurut anda, apakah kegiatan shalat dzuhur berjamaah di sekolah bisa

menambah ketaatan anda dalam beribadah (shalat) ketika berada di luar

sekolah?

J: Bisa. Karena kalau di sekolah diingetin kadang di rumah terfikir untuk

melaksanakan shalat.

23. P: Apakah guru selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5

waktu?

J: Ada, semua guru.

24. P: Apakah orang tua selalu mengingatkan anda untuk melaksanakan shalat 5

waktu?

J: Ingetin.

25. P: Bagaimana cara orang tua mengingatkan anda?

J: Disuruh, diingetin.

26. P: Apakah anda sering atau kadang-kadang atau bahkan selalu menunda

shalat setelah adzan?

J: Biasanya nunda. Kalau lagi adzan ada kegiatan tetapi kalau kegiatannya

sudah selesai langsung shalat.

27. P: Ketika di rumah, apakah anda sering datang ke Masjid untuk

melaksanakan shalat berjamaah? Jika tidak, dimana tempat yang sering anda

gunakan untuk melaksanakan shalat?

J: Berjamaah sama ayah di rumah.

28. P: Untuk melaksanakan shalat 5 waktu di rumah atau di luar waktu sekolah,

apakah anda selalu menunggu perintah orang tua atau akan melaksanakan

shalat atas kesadaran sendiri?

J: Biasanya shalat sendiri. Tetapi kalau belum shalat diingetin orang tua.

Jakarta, 30 Agustus 2017

Responden,

Nur Ahmadi

Lampiran 8

DATA RESPONDEN

Responden I

Nama : H. Yusri, S. Pd. I

Status : Guru

Jabatan : Kepala Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Jakarta

Responden II

Nama : Ichwan Rasyid, S. Ag

Status : Guru

Jabatan : Wakil Kepala Bidang Kesiswaan MTs Al-Falah Jakarta

Responden III

Nama : Rahmalifia

Status : Siswa

Kelas : VII-D

Responden IV

Nama : Ahmad Azkal Azkia

Status : Siswa

Kelas : VIII-A

Responden V

Nama : Nur Ahmadi

Status : Siswa

Kelas : IX-A

Lampiran 9

Lampiran 10

FOTO-FOTO

Gedung MTs Tampak Depan

Masjid Warga di Samping MTs

Bagian Dalam Masjid

Siswa Duduk Sebelum Berwudlu

Siswa Masuk ke dalam Masjid

Jamaah Siswa Laki-laki

Jamaah Siswa Perempuan

Lampiran 11

BIODATA PENULIS

Nama saya Efan Yulistiyono, lahir di Tegal, 15 Juli

1992. Saya hidup di sebuah desa yang jauh dari binar-binar

perkotaan di Kabupaten Tegal yaitu desa Batumirah. Saya

adalah anak kedua dari lima bersaudara. Efan adalah

panggilan akrab saya. Saya terlahir dari keluarga sederhana.

Sejak kecil orang tua selalu menasehati saya agar rajin

beribadah, bersikap jujur, dan baik terhadap orang lain.

Pada saat umur 7 tahun, saya mulai bersekolah di SDN Batumirah 02,

Bumijawa, Tegal. Kemudian setelah lulus saya melanjutkan pendidikan di SMP N

Bumijawa 03. Karena kondisi ekonomi orang tua, saya harus menunda untuk

melanjutkan pendidikan di strata SLTA selama 1 tahun.

Untuk mengisi kesibukan selama 1 tahun, saya memutuskan untuk bekerja.

Mulai dari pabrik roti, pekerja di sawah, sampai pekerja bangunan pernah saya

lakukan. Menjalani 1 tahun dengan penuh kesabaran, pada tahun 2009 akhirnya

saya bisa melanjutkan pendidikan di MAN Babakan Lebaksiu Tegal yang

sekarang berganti nama menjadi MAN 1 Tegal.

Selepas lulus Aliyah, saya dipenuhi rasa bimbang. Sebenarnya ingin

melanjutkan ke perguruan tinggi, akan tetapi karena merasa tidak mampu

membiayai, orang tua menyuruh saya untuk melamar pekerjaan saja.

Keinginan untuk melanjutkan pendidikan begitu besar. Tekad itu sudah bulat

sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk tetap melanjutkan walaupun tanpa

sepengetahuan orang tua. Ketika pengumuman menyatakan saya lolos ujian

masuk di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya baru mencoba memberi tahu

orang tua. Berkat pertolongan Allah SWT, saya bisa kuliah sampai sekarang.

Karena berbagai kendala, pada semester 11 saya baru bisa menyelesaikan kuliah.

Saya berharap semoga semua ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat.