pelaksanaan pengawasan notaris oleh majelis...

39
i PELAKSANAAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS PENGAWAS DAERAH (MPD) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS (Studi: MPD Kota Surakarta) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: YONART NANDA DEDY KURNIAWAN NIM: C.100.110.142 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Upload: lykhue

Post on 06-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PELAKSANAAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS

PENGAWAS DAERAH (MPD) BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

TENTANG JABATAN NOTARIS

(Studi: MPD Kota Surakarta)

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:

YONART NANDA DEDY KURNIAWAN

NIM: C.100.110.142

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2013

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Naskah Publikasi Skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing Skripsi Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada

Hari : Senin

Tanggal : 22 Juli 2013

Pembimbing I

(Septarina Budiwati, S.H., M.H.)

Mengetahui

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Muchamad Iksan, S.H., M.H.)

iii

SURAT PERNYATAAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Yonart Nanda Dedy Kurniawan

NIM : C.100.110.142

Alamat : Jl. Arjuna VII No. 1 Wonokarto-Wonogiri

Jenis : SKRIPSI

Judul : PELAKSANAAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS

PENGAWAS DAERAH (MPD) BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN

NOTARIS (Studi: MPD Kota Surakarta)

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan

karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak penyimpanan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan,

mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya,

serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis

kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menenggung secara pribadi tanpa melibatkan

pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas

pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat

digunakan sebagaimana semestinya.

Surakarta, 9 Juli 2013

Yang membuat pernyataan,

(Yonart Nanda Dedy Kurniawan)

NIM. C.100.110.142

iv

PELAKSANAAN PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS

PENGAWAS DAERAH (MPD) BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

TENTANG JABATAN NOTARIS

(Studi: MPD Kota Surakarta)1

Oleh : Yonart Nanda Dedy Kurniawan2

ABSTRAK

Notaris mempunyai kewenangan hukum untuk pembuatan akta otentik. Guna

meningkatkan kualitas dan kuantitas dari Notaris maka dikeluarkanlah suatu

peraturan baru yang berlaku bagi Notaris, yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN). Seiring dengan adanya

pertanggungjawaban Notaris kepada masyarakat dalam menjalankan tugasnya,

maka haruslah dijamin dengan adanya suatu pengawasan dan pembinaan.

Pengawasan Notaris dilakukan dengan melibatkan beberapa unsur yaitu pihak

ahli dari unsur akademisi, unsur pemerintah, dan dari unsur Notaris.

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan

Notaris yang dilakukan oleh MPD Kota Surakarta, kinerja Notaris Kota Surakarta

berdasarkan hasil pengawasan Notaris oleh MPD Kota Surakarta, dan untuk

mengetahui hambatan yang dihadapi MPD Kota Surakarta dalam melaksanakan

pengawasan Notaris di wilayahnya.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pengawasan Notaris oleh MPD

Kota Surakarta antara lain: melakukan pemeriksaan protokol Notaris, melakukan

pembinaan dan penyuluhan, memberikan persetujuan/izin sehubungan dengan

kepentingan proses peradilan pidana untuk memanggil dan memeriksa Notaris

berkaitan dengan akta yang dibuatnya. Kinerja Notaris Kota Surakarta antara lain:

Notaris Kota Surakarta kurang tertib dalam pembuatan dan pelaporan protokol

Notaris, keberadaan Notaris yang tidak diketahui kedudukan/alamat kantornya,

dan Notaris yang jarang berada dikantor sehingga sulit untuk menemuinya.

Hambatan-hambatan yang dialami MPD Kota Surakarta antara lain: kurangnya

sarana dan prasarana yang memadai, keterbatasan waktu para anggota MPD Kota

Surakarta yang sibuk dengan tugas pokok masing-masing, anggaran yang terbatas,

MPD tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap Notaris yang

melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris.

Kata Kunci: Pengawasan, Pembinaan, Notaris.

1 Skripsi, Pembimbing I : Septarina Budiwati, S.H., M.H., dan Pembimbing II : Shallman,

S.E., S.H., M.M., M.Kn. 2 NIM : C.100.110.142, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

v

THE APPLICATION OF NOTARY SUPERVISION BY THE BOARD OF

LOCAL SUPERVISOR BASED ON ACT NO. 30 IN 2004

CONCERNING WITH NOTARY POST

(Study of Surakarta Board Of Local Supervisor)3

By Yonart Nanda Dedy Kurniawan4

Abstract

Notary has legal authority to issue authentic deed. In the effort to improve the

quality and quantity of notary in general, a new regulation has been issued for

notary namely Act No. 30 in 2004 concerning with notary post. Along with

notary’s accountability in their duty before public, there must be a supervision and

improven in their duty. Notary supervision is carried out by involving such

elements as expertises, scholars, government as well as notary themselves.

This study aims to find out the applicatoin of notary supervision conducted by

surakarta board of local supervisor, notary’s performance as assessed by the

board, and to find out some barriers faced by the board in supervising the notary

within its jurisdiction.

The analysis of study showed the application of notary supervision by surakarta

board of local supervisor like supervising the notary protocol, giving counselling

and guidance, giving permission in connection with any concerns with court to

call and examine the deeds that the notary have issued. The notary’s performances

assessment showed that the notary in the city were less disciplined in making and

reporting the notary protocol, some notaries were unclear in their residence and

office, and some of them were often out of their office so that it was difficult to

encounter them. Some barriers the board encountered were less sufficient facility,

time limitation of the local house of representative members as they were busy in

their own business, limitedly allocated budget, and the powerlessness of the board

in sentencing some notaries who outbroke the Act No. 30 in 2004 concerning with

notary post.

Keywords: supervision, guidance, notary.

3 Skripsi, Pembimbing I : Septarina Budiwati, S.H., M.H., dan Pembimbing II : Shallman,

S.E., S.H., M.M., M.Kn. 4 NIM : C.100.110.142, Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

6

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seperti yang diketahui, pada era globalisasi saat ini, lembaga

Notariat memegang peranan yang penting dalam setiap proses pembangunan,

karena Notaris merupakan suatu jabatan yang menjalankan profesi dan

pelayanan hukum serta memberikan jaminan dan kepastian hukum bagi para

pihak, terutama dalam hal kelancaran proses pembangunan.

Notaris sebagai pejabat umum, merupakan salah satu organ negara

yang dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberikan pelayanan

umum kepada masyarakat, teristimewa dalam pembuatan akta otentik sebagai

alat bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

keperdataan.5

Seiring dengan adanya pertanggungjawaban Notaris kepada

masyarakat dalam menjalankan tugasnya, maka haruslah dijamin dengan

adanya suatu pengawasan dan pembinaan oleh pihak lain secara terus menerus

agar tugas dan kewenangan Notaris selalu sesuai dengan kaidah hukum yang

mendasari kewenangannya dan dapat terhindar dari penyalahgunaan

kewenangan atau kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah dan

masyarakat.

Didalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, Lembar Negara

Nomor 117, Tambahan Berita Negara Nomor 4432 tentang Jabatan Notaris

(UUJN), menentukan bahwa Lembaga Pengawas yang berwenang

5 N.G. Yudara, 2006, Notaris dan Permasalahannya (Pokok-Pokok Pemikiran Di Seputar

Kedudukan Dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris Menurut Sistem Hukum Indonesia), Makalah

disampaikan dalam rangka Kongres INI di Jakarta: Majalah Renvoi Nomor 10.34.III, hal. 72.

7

menjalankan fungsi pengawsan dan pembinaan disebut Majelis Pengawas

Notaris (MPN).

Majelis Pengawas Notaris dibagi secara berjenjang tergantung

dengan tugas dan wewenang masing-masing, yaitu terdiri atas:

1. Majelis Pengawas Daerah (MPD), dibentuk dan berkedudukan di

kabupaten atau kota;

2. Majelis Pengawas Wilayah (MPW), dibentuk dan berkedudukan di ibukota

propinsi;

3. Majelis Pengawas Pusat (MPP), dibentuk dan berkedudukan di ibukota

Negara.6

Majelis Pengawas Notaris, tidak hanya berwenang melakukan

pengawasan dan pemeriksaan terhadap Notaris, tapi juga berwenang untuk

menjatuhkan sanksi tertentu terhadap Notaris yang telah terbukti melakukan

pelanggaran hukum terhadap peraturan Jabatan Notaris.7

Pengawasan Notaris dilakukan dengan melibatkan beberapa unsur

yaitu pihak ahli dari unsur akademisi, unsur pemerintah, dan dari unsur

Notaris itu sendiri. Tujuan dibentuknya Majelis Pengawas Notaris di tiap kota

atau kabupaten dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan perlindungan

hukum secara langsung bagi masyarakat pengguna jasa Notaris.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu digali lebih dalam lagi

mengenai segala sesuatu yang terkait dengan tugas dan kewenangan serta

kewajiban yang dimiliki oleh Majelis Pengawas Notaris khususnya Majelis

6 Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Pasal 68.

7 Habib Adjie, 2005, Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) sebagai Unifikasi Hukum

Pengaturan Notaris, Renvoi, No. 28, Th. III, hal. 130.

8

Pengawas Daerah (MPD) kota Surakarta. Maka berdasarkan latar belakang

tersebut, penulis ingin mengambil judul penelitian tentang “PELAKSANAAN

PENGAWASAN NOTARIS OLEH MAJELIS PENGAWAS DAERAH

(MPD) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004

TENTANG JABATAN NOTARIS (Studi: MPD Kota Surakarta)” sebagai

judul penelitian dalam rangka penulisan hukum (skripsi) ini.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dalam pembahasan penelitian (skripsi) tentang pengawasan Notaris

ini, penulis membatasi masalah berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan

Notaris oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kota Surakarta Periode 2012-

2015 berdasarkan Undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,

maka dapat dirumuskan suatu permasalahan-permasalahan yang akan diteliti,

yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan Notaris yang dilakukan oleh MPD

Kota Surakarta?

2. Bagaimana kinerja Notaris Kota Surakarta berdasarkan hasil pengawasan

Notaris oleh MPD Kota Surakarta?

3. Hambatan apa saja yang dihadapi MPD Kota Surakarta dalam

melaksanakan pengawasan Notaris di wilayahnya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

9

1. Tujuan Penelitian

Setiap kegiatan penelitian apalagi penelitian ilmiah selalu

memiliki tujuan-tujuan tertentu. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai

penulis dalam penulisan karya ilmiah (skripsi) ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan Notaris yang dilakukan

oleh MPD Kota Surakarta.

b. Untuk mengetahui kinerja Notaris Kota Surakarta berdasarkan hasil

pengawasan Notaris oleh MPD Kota Surakarta.

c. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi MPD Kota Surakarta

dalam melaksanakan pengawasan Notaris di wilayahnya.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat atau keuntungan yang didapatkan dari penelitian

(skripsi) ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan pemikiran, pengetahuan, dan penggambaran yang nyata

mengenai pelaksanaan pengawasan Notaris oleh MPD Kota Surakarta.

b. Manfaat Praktis

Dengan penulisan karya ilmiah (skripsi) ini diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan masukan baik bagi penulis sendiri maupun

bagi para pembaca khususnya mengenai pelaksanaan pengawasan

Notaris oleh MPD Kota Surakarta dan diharapkan hasil penelitian ini

dapat membantu pihak-pihak yang terkait mengenai pelaksanaan

pengawasan Notaris.

10

D. Kerangka Pemikiran

Notaris sebagai Pejabat Umum yang satu-satunya memiliki

kewenangan untuk membuat akta otentik, adalah lembaga kepercayaan yang

tidak boleh terlepas dari rambu-rambunya, yaitu Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004, Lembar Negara Nomor 117, Tambahan Berita Negara Nomor

4432 tentang Jabatan Notaris (UUJN). UUJN tersebut digunakan sebagai

dasar acuan oleh lembaga Notaris dalam pelaksanaan tugas dan

wewenangnya.

Pengertian Notaris berdasarkan Pasal 1 Angka 1, Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN), menyebutkan bahwa

“Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat Akta Otentik

dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud Undang-Undang ini”.

Notaris sebagai salah satu profesi hukum tidak luput dari kesalahan

kesalahan yang pada akhirnya akan melibatkan seorang pengemban profesi

Notaris pada pelanggaran UUJN maupun Kode Etik. Untuk itu diperlukan

suatu tanggung jawab baik individual maupun sosial, terutama ketaatan

terhadap norma-norma hukum positif dan kesediaan untuk tunduk pada

peraturan jabatan Notaris yang berlaku, bahkan merupakan suatu hal yang

wajib sehingga akan memperkuat norma hukum positif yang sudah ada.8

Sebagai konsekwensi yang logis seiring dengan adanya tanggung

jawab Notaris pada masyarakat, maka perlu adanya mekanisme pengawasan

yang terus menerus terhadap Notaris di dalam menjalankan tugas dan

kewenangannya.

8 Liliana Tedjosaputro, 1994, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Pidana,

Yogyakarta: Bigraf Publishing, hal. 4.

11

Pengawasan terhadap profesi Notaris dilakukan oleh Majelis

Pengawas Notaris yang dibentuk sebagai perwujudan dari Pasal 67 UUJN.

Pembentukan Majelis Pengawas Notaris dimaksudkan untuk meningkatkan

pelayanan dan perlindungan hukum bagi masyarakat pengguna jasa Notaris.

Karena pada faktanya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang banyak

dilakukan oleh Notaris dalam melaksanakan kewenangan dan jabatannya

mulai dari penyimpangan-penyimpangan yang bersifat administratif maupun

penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan kerugian materiil pada

masyarakat pengguna jasa Notaris.

Untuk menjalankan fungsi pengawasan dengan baik maka telah

disusun beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tugas,

wewenang dan kewajiban Majelis Pengawas Notaris (MPN), antara lain

sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;

2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan

Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan

Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris;

3. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor: M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas

Majelis Pengawas Notaris;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor: M.01-HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara

Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Notaris, dan;

12

5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta

dan Pemanggilan Notaris.

Majelis Pengawas Daerah (MPD) yang dibentuk berdasarkan Pasal

69 ayat (1) UUJN, merupakan suatu badan yang mempunyai kewenangan dan

kewajiban untuk melaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris di

daerah yaitu di wilayah kabupaten atau kota. Dalam jenjang pengawasan dan

pemeriksaan terhadap Notaris yang dilakukan Majelis Pengawas Notaris,

MPD merupakan tingkatan pertama atau jenjang pertama yang melaksanakan

wewenang tersebut.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Spesifikasi penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian Deskriptif Analitis. Deskriptif penelitian ini, terbatas pada usaha

mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana

adanya, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta. Hasil

penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif, tentang

keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki,9 yaitu faktor-faktor yang

menghambat Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kota Surakarta dalam

melaksanakan pengawasan Notaris diwilayahnya.

Sedangkan istilah analitis mengandung makna mengelompokkan,

menghubungkan, membandingkan data-data yang diperoleh baik dari segi

9 Hadari Nawawi, 1996, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, hal. 31.

13

teori maupun dari segi praktek,10

yaitu mengumpulkan data-data primer

yang ada pada Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kota Surakarta, terkait

dengan faktor- faktor yang mengahambat proses pengawasan MPD Kota

Surakarta, kemudian dianalisis untuk memecahkan masalah yang timbul.

2. Metode Pendekatan

Metode Pendekatan yang dipergunakan yaitu pendekatan Yuridis

Empiris. Adalah Pendekatan dari sudut kaidah-kaidah dan pelaksanaan

peraturan yang berlaku di masyarakat, dilakukan dengan meneliti data

sekunder terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan mengadakan

penelitian terhadap data primer yang ada di lapangan. 11

Pendekatan Yuridis Empiris adalah penelitian yang berusaha

menghubungkan antara Norma Hukum yang berlaku dengan kenyataan

yang ada di masyarakat. Penelitian berupa studi empiris berusaha

menemukan teori mengenai proses terjadinya dan proses bekerjanya

hukum.

3. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis

melakukan penelitian dengan mengambil lokasi dalam hal ini dilakukan di

kantor sekertariat Majelis Pengawas Daerah (MPD) Kota Surakarta,

dengan pertimbangan lokasi tersebut tersedia data yang penulis butuhkan

guna penyusunan karya ilmiah ini.

4. Populasi dan Sampel

a. Populasi

10 Hadari Nawawi, Loc. Cit.

11 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI-Press, hal. 52.

14

Populasi dalam penelitian ini adalah, keseluruhan dari obyek

pengamatan yang ada sangkut pautnya dengan pelaksanaan

pengawasan Notaris yaitu dari seluruh anggota MPD Kota Surakarta

yang berjumlah sembilan orang.

b. Sampel

Sampel adalah, bagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasinya.12

Adapun sampel yang akan diwawancarai dalam

penelitian ini adalah tiga orang dari seluruh anggota MPD Kota

Surakarta yang meliputi:

1) Satu orang narasumber dari unsur Pemerintah;

2) Satu orang narasumber dari unsur Akademisi, dan;

3) Satu orang narasumber dari unsur Notaris.

5. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam Penelitian ini meliputi Data

Sekunder dan Data Primer. Data Sekunder merupakan penelitian

kepustakaan yang dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan

Bahan Pustaka, yang merupakan Data Sekunder, yang berhubungan

dengan judul dan pokok permasalahannya. Sedangkan Data Primer

merupakan data yang diperoleh dari penelitian yang ada di lapangan.

a. Data Sekunder, di bedakan dalam:

1) Bahan hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat

yang merupakan peraturan perundang-undangan,13

dan terdiri dari:

12

Burhan Ashshofa, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 79. 13

Peter Mahmud Marzuki, 2007, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, hal.141.

15

a) Staatblad Nomor. 1860 Nomor. 3 mengenai Peraturan Jabatan

Notaris;

b) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan

Notaris;

c) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata

Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan

Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis

Pengawas Notaris;

d) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor: M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang

Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas Notaris;

e) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor: M.01-HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat

dan Tata Cara Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian

Notaris, dan;

f) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang

Pengambilan Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis

bahan hukum primer yaitu:

a) Buku-buku ilmiah

b) Makalah

16

b. Data Primer, pengumpulan data dilakukan dengan cara:

Mengadakan wawancara secara terstruktur, yaitu melakukan

wawancara secara mendalam dan terstruktur dengan Anggota Majelis

Pengawas Daerah (MPD) Kota Surakarta dari Unsur Pemerintah, dari

Unsur Akademis dan dari Unsur Notaris.

6. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisa

dengan menggunakan Metode Kualitatif yang lebih menekankan

analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada

dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan

logika ilmiah.14

Dilakukan berdasarkan disiplin ilmu hukum dengan

memperhatikan fakta-fakta yang ada di lapangan. Kemudian

dikelompokkan, dihubungkan dan dibandingkan dengan ketentuan hukum

yang berkaitan dengan Pengawasan terhadap Notaris oleh Majelis

Pengawas Daerah (MPD) Kota Surakarta.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan pengawasan Notaris oleh MPD Kota Surakarta

Pembentukan MPD Kota Surakarta adalah merupakan implementasi

dari pasal 67, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

(UUJN), yang mensyaratkan bahwa diperlukannya pembentukan suatu badan

yang menjalankan fungsi pengawasan terhadap Notaris di daerah-daerah.

Badan pengawasan Notaris yang dimaksud adalah Majelis Pengawas Pusat

14

M. Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Press, hal.133.

17

(MPP), Majelis Pengawas Wilayah (MPW), dan Majelis Pengawas Daerah

(MPD).

MPD Kota Surakarta yang berkedudukan hukum di wilayah kota

Surakarta dengan beralamat kantor di Jl. Slamet Riyadi No. 18, Surakarta.

Kantor sekertariatan MPD Kota Surakarta masih menginduk pada Rumah

Tahanan kelas I Surakarta.

MPD Kota Surakarta Periode 2012-2015 dilantik pada tanggal 15

Oktober 2012 bertempat di aula Hotel Muria, Semarang-Jawa Tengah, oleh

MUQOWIMUL AMAN, Bc. IP, SH., selaku Kepala Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Propinsi Jawa Tengah, dalam

acara “Pengambilan Sumpah Majelis Pengawas Daerah Notaris (MPDN)

Wilayah Jawa Tengah”.15

MPD Kota Surakarta Periode 2012-2015 dilantik berdasarkan surat

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah Nomor : W9.1353.KP.11.05 Tahun 2012 Tentang Pembentukan

Majelis Pengawas Daerah Notaris Kota Surakarta. Bersamaan dengan surat

keputusan tersebut, dilantik pula nama-nama anggota MPD Kota Surakarta

untuk periode masa jabatan selama 3 (tiga) tahun dimulai pada tanggal 15

Oktober 2012 sampai dengan tanggal 14 Oktober 2015.

Anggota-anggota MPD Kota Surakarta tersebut terdiri dari 9

(sembilan) orang. Kemudian, berdasarkan rapat pembentukan pengurus MPD

15

Kantor Wilayah Jawa Tengah, Kementerian Hukum dan HAM RI, Kamis 08 November

2012 12:28 WIB: Pengambilan Sumpah Jabatan Mpdn Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah,

dalam http://jateng.kemenkumham.go.id/berita/berita-utama/479-pengambilan-sumpah-jabatan-

mpdn-kanwil-kemenkumham-jawa-tengah, diunduh Rabu 29 Mei 2013 pukul 13.20.

18

Kota Surakarta pada tanggal 12 Nopember 2012 yang bertempat di Aula

Rumah Tahanan Kelas I Surakarta, para anggota secara aklamasi mengangkat:

1. Ketua : Prof. Dr. JAMAL WIWOHO, S.H., M.Hum.

(unsur akdemisi)

2. Wakil Ketua : (1) DANNIE FIRMANSYAH, Amd.IP., S.Sos., M.H.

(unsur pemerintah)

(2) TOTO SUSMONO HADI S.H., M.H.

(unsur Notaris)

3. Anggota : (1) H. PONCO WIBOWO, S.H., SPn.

(unsur pemerintah)

(2) UMI SYAMSIYAH, S.H.

(unsur pemerintah)

(3) MUHAMMAD BUDIMAN, S.H.

(unsur Notaris)

(4) Septarina Budiwati, S.H., M.H.

(unsur akdemisi)

(5) WINIH RESPATI, S.H.

(unsur Notaris)

(6) PRANOTO, S.H., MH.16

(unsur akdemisi).

Sampai dengan bulan April tahun 2013 ini, MPD Kota Surakarta

mengawasi sekitar 75 (tujuh puluh lima) Notaris yang tersebar diseluruh

16

Berita Acara Pembentukan Pengurus MPD Kota Surakarta Periode 2012-2015. (terlampir).

19

wilayah kota Surakarta.17

Menurut Sunarto, selaku Koordinator Notaris se-

wilayah eks Karesidenan Surakarta yang mengatakan di sela-sela acara

“Seminar dan Launching Program Magister Kenotariatan” Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sabtu (23/2/2013), bahwa jumlah

Notaris di wilayah eks karesidenan Surakarta berkisar antara 300 (tiga ratus)

Notaris.18

Berdasarkan tanggal Surat Keputusan Pengangkatan Notaris

diterbitkan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Daerah Jawa Tengah, jumlah Notaris Kota Surakarta di tinjau dari tehun ke

tahun sebagaimana terdaftar di MPD Kota Surakarta, dapat terlihat dalam

tabel berikut ini:

Tabel 1. Daftar anggota Notaris Kota Surakarta

per Tahun (s/d April 2013)

No Tahun Pengangkatan Notaris Jumlah Notaris Keterangan

1 Di atas 1998 11 SK Pengangkatan

Notaris yang tidak

terdaftar di MPD

sebanyak 6 Notaris

2 1999 9

3 2000 4

4 2001 7

5 2002 11

6 2003 7

7 2004 3

8 2005 4

9 2006 5

10 2007 4

11 2010 1

12 2012 3

Jumlah 75 Notaris

Sumber : MPD Kota Surakarta

17

Buku Daftar Anggota Ikatan Notaris Indonesia Kota Surakarta. (terlampir). 18

Okezone.com, Sabtu, 23 Februari 2013 14:08 WIB: Jebolan Notaris Syariah di Surakarta

Masih Hitungan Jari, dalam http://kampus.okezone.com/read/2013/02/23/373/766415/jebolan-

notaris-syariah-di-surakarta-masih-hitungan-jari, diunduh Selasa 28 Mei 2013 pukul 21:45.

20

Menurut bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., selaku Wakil Ketua

II, MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur Notaris, pelaksanaan

pengawasan Notaris yang dilakukan oleh MPD kota Surakarta salah satunya

adalah dengan melaksanakan kegiatan pemeriksaan rutin setiap 1 (satu) tahun

sekali ke kantor-kantor Notaris se-Surakarta, yaitu antara lain melakukan

pemeriksaan protokol Notaris meliputi:

1. Identitas Notaris;

2. Sarana kantor Notaris;

3. Jumlah karyawan;

4. Pemeriksaan buku-buku reportorium:

a. Daftar akta;

b. Uji petik akta/Minut;

c. Daftar surat dibawah tangan yang disahkan;

d. Daftar surat dibawah tangan yang dibukukan;

e. Nama penghadap/klapper dari daftar akta;

f. Nama penghadap/klapper dari daftar surat dibawah tangan yang

disahkan;

5. Pengiriman double reportorium dan register;

6. Penyerahan protokol berumur 25 tahun atau lebih;

7. Pemeriksaan keadaan penyimpanan akta;

8. Lain-lain.19

Menurut ibu Umy Syamsiyah, S.H., selaku anggota MPD Kota

Surakarta yang berasal dari unsur Pemerintah, MPD Kota Surakarta

19 Wawancara dilakukan dengan bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., selaku Wakil Ketua

II MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur Notaris, pada tanggal 30 April 2013.

21

melaksanakan kegiatan pemeriksaan rutin setiap 1 (satu) tahun sekali di

kantor-kantor Notaris se-Surakarta yang berjumlah 75 Notaris. Tugas

pemeriksaan yang dilakukan oleh MPD Kota Surakarta tersebut dalam

pelaksanaannya di bagi menjadi 3 (tiga) tim kecil, dimana masing-masing tim

terdiri dari 3 (tiga) anggota yang mewakili 3 (tiga) unsur, yaitu:20

Bagan 1. Pembagian Tugas Pemeriksaan

Protokol Notaris MPD Kota Surakarta

Sumber : MPD Kota Surakarta

Selain melakukan pengawasan, MPD Kota Surakarta juga melakukan

kegiatan pembinaan dan penyuluhan kepada para Notaris Kota Surakarta agar

dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya dapat sesuai dengan UUJN maupun

peraturan perundang-undangan yang lain sehingga tidak merugikan Notaris

sendiri maupun masyarakat pengguna jasa Notaris.21

Namun menurut bapak Shallman, S.E., S.H., M.M., M.Kn., selaku

salah satu Notaris di wilayah Surakarta menuturkan bahwa dalam pelaksanaan

pembinaan dan penyuluhan yang dilakukan MPD Kota Surakarta dirasa belum

optimal, terutama pembinaan dalam bidang etika Notaris. Sedangkan

20

Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., selaku anggota MPD Kota

Surakarta yang berasal dari unsur Pemerintah, pada tanggal 7 Mei 2013. 21

Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., Loc. Cit.

MPD Kota Surakarta

(9 Anggota)

Tim I

Tim II

Tim III

Unsur

Akademisi

(1 orang)

Unsur

Notaris

(1 orang)

Unsur

Notaris

(1 orang)

Unsur

Akademisi

(1 orang)

Unsur

Pemerintah

(1 orang)

Unsur

Pemerintah

(1 orang)

Unsur Pemerintah

(1 orang)

Unsur Akademisi

(1 orang)

Unsur Notaris

(1 orang)

22

pembinaan yang dilakukan MPD Kota Surakarta baru seputar pembinaan

dalam bidang substansi pembuatan akta atau administrasi, itupun dalam

pelaksanaannya jarang dilakukan.22

Sedangkan menurut ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H., selaku

anggota MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur Akademisi, dengan

berlakunya UUJN yang menggantikan PJN, maka mekanisme pengawasan

Notaris berubah tidak lagi dilakukan Pengadilan, melainkan telah dilimpahkan

kepada MPD, sehingga berimplikasi pada pelaksanaan pengawasan yang

sedikit longgar dan tidak tegas sebagaimana pengawasan yang dulu dilakukan

Pengadilan yang notabene merupakan institusi angker dan tegas.23

Dengan pengawasan yang dilakukan MPD khususnya MPD Kota

Surakarta yang terkesan kurang tegas tersebut mengakibatkan tidak sedikit

Notaris-Notaris di Surakarta yang menganggap remeh terhadap MPD Kota

Surakarta sehingga menghambat dalam proses pengawasan.24

Ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H juga menuturkan bahwa dalam

pelaksanaan Pengawasan Notaris oleh MPD Kota Surakarta kurang berjalan

dengan maksimal, hal ini antara lain disebabkan karena kesibukan para

anggota MPD Kota Surakarta dengan pekerjaan pokok masing-masing yang

tidak bisa ditinggal sehingga kerap dalam penyusunan jadwal pemeriksaan

Notaris mengalami kekacauan. Para Notaris juga kadang tidak siap untuk

diperiksa oleh MPD Kota Surakarta sesuai jadwal yang telah ditentukan.

22

Wawancara dilakukan dengan bapak Shallman, S.E., S.H., M.M., M.Kn., selaku Notaris di

wilayah Surakarta, pada tanggal 5 Juli 2013. 23

Wawancara dilakukan dengan ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H., selaku anggota MPD

Kota Surakarta yang berasal dari unsur Akademisi, pada tanggal 10 Mei 2013. 24

Wawancara dilakukan dengan ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H., Loc Cit.

23

Tugas MPD Kota Surakarta yang lain berdasarkan Pasal 66 ayat (1)

UUJN adalah memberikan persetujuan/izin kepada penyidik, penuntut umum,

atau hakim, sehubungannya dengan kepentingan proses peradilan pidana

untuk memanggil dan memeriksa Notaris Kota Surakarta berkaitan dengan

akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan

Notaris. MPD Kota Surakarta juga dapat memberikan persetujuan kepada

Penyidik untuk mengambil fotokopi Minuta Akta dan atau surat-surat yang

dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan

Notaris yang notabene merupakan arsip yang bersifat rahasia.

Mekanisme pemanggilan Notaris oleh pihak Penyidik Kepolisian,

penuntut umum, atau hakim dengan status sebagai saksi/tersangka dalam

perkara tertentu adalah terlebih dahulu pihak Penyidik mengirimkan surat

Permohonan Izin Melakukan Pemeriksaan Notaris kepada MPD diwilayah

Notaris yang dipanggil berkedudukan. Atas dasar surat panggilan dari

Penyidik tersebut, kemudian MPD membentuk satu tim kecil yang

beranggotakan 3 (tiga) orang yang terdiri dari masing-masing unsur (unsur

Notaris, Unsur Akademisi, dan Unsur Pemerintah) untuk memanggil dan

memeriksa Notaris yang bersangkutan berkaitan dengan duduk perkara yang

dijelaskan dalam surat panggilan Penyidik tersebut.25

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran terhadap akta

yang dibuat Notaris tersebut, maka MPD dapat memberikan persetujuan

kepada pihak Penyidik untuk memanggil Notaris yang bersangkutan.

Sebaliknya, jika dalam pemeriksaan yang dilakukan MPD tidak diketemukan

25

Ibid.

24

pelanggaran dalam pembuatan akta, maka MPD dapat menolak permohonan

pihak Penyidik untuk memanggil Notaris yang bersangkutan.26

Namun sejak dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia Nomor 49/PUU-X/2012 pada tanggal 28 Maret 2013,

tentang Pengujian Pasal 66 ayat (1), Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

tentang Jabatan Notaris, pemanggilan Notaris oleh penyidik, penuntut umum

atau hakim untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta yang

dibuatnya atau protokol notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris saat

ini tidak perlu lagi harus meminta persetujuan dari MPD.

Mahkamah dalam amar putusan yang dibacakan langsung oleh Ketua

Mahkamah Konstitusi (MK) M. Akil Mochtar menyatakan frasa “dengan

persetujuan Majelis Pengawas Daerah” dalam Pasal 66 ayat (1) UU Jabatan

Notaris bertentangan dengan UUD 1945.27

Frasa yang dibatalkan oleh Mahkamah itu sebelumnya dianggap oleh

Pemohon bertentangan dengan prinsip “persamaan kedudukan di dalam

hukum” bagi setiap warga negara Indonesia, tidak terkecuali notaris,

sebagaimana ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.

Mahkamah pun dalam pertimbangan hukumnya menyatakan proses

peradilan oleh penyidik, penuntut umum, atau hakim untuk mengambil

dokumen-dokumen dalam penyimpanan notaris dan memanggil notaris untuk

hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan dokumen-dokumen yang

26

Ibid. 27

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Selasa, 28 Mei 2013 | 18:16 WIB: Pemanggilan

Notaris untuk Proses Peradilan Tidak Perlu Persetujuan Majelis Pengawas Daerah, dalam

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=8517#.Udm-fVsXESX.

Diunduh Senin, 8 Juli 2013 pukul 02.30.

25

dibuatnya yang hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Majelis Pengawas

Daerah merupakan kelompok pengaturan yang seharusnya tidak mengandung

perlakuan berbeda yang bertentangan dengan prinsip equal protection

sebagaimana yang dijamin oleh Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (3) UUD

1945 yaitu persamaan atau kesederajatan di hadapan hukum dan

pemerintahan.28

Dalam prakteknya Putusan MK ini belum sepenuhnya dilaksanakan

oleh para pihak yang bersangkutan. Sampai bulan Mei atau 2 (dua) bulan

setelah Putusan MK tersebut dibacakan, masih terdapat surat-surat yang

masuk ke MPD Kota Surakarta dari pihak penyidik perihal permintaan izin

untuk pemanggilan Notaris.

Berdasarkan data yang masuk ke MPD Kota Surakarta Periode 2012-

2015, jumlah Notaris Kota Surakarta yang dipanggil oleh pihak Penyidik

Kepolisian dapat terlihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2. Daftar Surat Masuk/Panggilan Dari Pihak Penyidik

MPD Kota Surakarta Periode 2012-2015

No Bulan Notaris Panggilan

Dari Keterangan

1 Nopember

2012 LIA FANTY, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

07-11-2012

Diizinkan mengambil

fotokopi Minuta Kuasa

Menjual No. 27

2 Desember

2012 RIFA’I SIREGAR, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

20-12-2012

Diizinkan melakukan

pemeriksaan

3

Januari

2012

ZAINUL ARIFIN BUDI, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

13-01-2013

Diizinkan melakukan

pemeriksaan

4 WIDJAJANARTI, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

10-01-2012

Diizinkan melakukan

pemeriksaan

28

Ibid.

26

5 ZINUL ARIFIN, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

13-01-2013

Diizinkan melakukan

pemeriksaan tetapi yang

bersangkutan tidak hadir

6 Maret

2013 INA MEGAWATI, S.H

BARESKRIM

POLRI

08-03-2013

Diizinkan melakukan

pemeriksaan

7

April

2013

SUNARTO, S.H

POLRES

SUKOHARJO

02-04-2013

Tidak diziinkan karena

pada surat panggilan

pihak Kepolisian tidak

disertai dengan uraian

akta kronologis dalam

akta yang mana, nomor

berapa, tanggal berapa

8 SILVIA TRI BUDI ESTI, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

10-04-2013

Tidak diizinkan karena

Notaris yang

bersangkutan sudah

pernah dipanggil oleh

pihak Penyidik pada

kasus yang sama

9

Mei

2013

WATI ADINI, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

01-05-2013

Tidak diizinkan karena

pokok pertanyaan dalam

lampiran surat ada dalam

akta dan nomor akta

bukan seperti yang

diminta

10 SUNARTO, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

02-05-2013

Diizinkan melakukan

pemeriksaan

11 WIDJAJANARTI, S.H

POLRESTA

SURAKARTA

08-05-2013

Diizinkan melakukan

pemeriksaan

12 ASIH SARI DEWANTI, S.H

POLDA

JATENG

16-05-2013

Diizinkan melakukan

pemeriksaan

13 VINSENSIUS HENRY, S.H

BARESKRIM

POLRI

22-05-2013

Diizinkan melakukan

pemeriksaan

Sumber : MPD Kota Surakarta

B. Kinerja Notaris Kota Surakarta Berdasarkan Hasil Pengawasan Notaris

Oleh MPD Kota Surakarta

Seorang Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya haruslah

sesuai dengan kewenangan, kewajiban dan larangan yang tidak boleh

dilakukan sebagaimana yang telah ditentukan dalam Pasal 15, UUJN.

27

Akan tetapi, seorang Notaris merupakan elemen manusia biasa yang

tidak sempurna sehingga dalam tugas jabatannya tidak luput dari kesalahan-

kesalahan yang pada akhirnya akan melibatkan seorang pengemban profesi

Notaris pada pelanggaran UUJN maupun Kode Etik. Sehingga perlu adanya

suatu mekanisme pengawasan yang terus menerus terhadap Notaris di dalam

menjalankan tugas dan jabatannya agar sesuai dengan UUJN.

MPD sebagai pelaksana tugas pengawasan dan pembinaan Notaris

sesuai yang diamanatkan pasal 69 ayat (1) UUJN sering mendapati tidak

sedikit Notaris yang melakukan pelanggaran UUJN dalam melaksanakan

tugas jabatannya.

Menurut bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., selaku Wakil Ketua

II, MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur Notaris, mengatakan bahwa

masih terdapat beberapa Notaris Kota Surakarta yang kurang tertib dalam

pembuatan dan pelaporan protokol Notaris kepada MPD Kota Surakarta setiap

bulannya, seperti daftar jumlah pembuatan akta, daftar jumlah surat dibawah

tangan yang disahkan, daftar jumlah surat dibawah tangan yang dibukukan,

daftar jumlah surat protes, daftar jumlah nama penghadap/klapper, daftar

jumlah wasiat, dll yang wajib dilaporkan seorang Notaris kepada MPD di

setiap bulannya.29

Sementara dari hasil pemeriksaan MPD terhadap Notaris di

Surakarta, belum ada Notaris Kota Surakarta yang melakukan pelanggaran

pidana maupun administratif. Akan tetapi, pernah ada sebuah kasus yang

MPD Kota Surakarta terima dari laporan masyarakat bahwa diduga ada

29

Wawancara dilakukan dengan bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., Loc Cit.

28

seorang Notaris yang dituduh memberikan keterangan palsu dalam pembuatan

akta, namun kasus tersebut masih dalam proses pemeriksaan pengadilan dan

belum diputus oleh hakim.30

Walaupun demikian, beliau menyimpulkan bahwa Kinerja Notaris

kota Surakarta berdasarkan hasil pengawasan oleh MPD Kota Surakarta, rata-

rata telah sesuai dengan UUJN, sedangkan untuk beberapa Notaris yang

kurang tertib dalam pelaksanaan tugas jabatannya akan selalu diberikan

pembinaan dan penyuluhan oleh MPD Kota Surakarta.31

Menurut ibu Umy Syamsiyah, S.H., selaku anggota MPD Kota

Surakarta yang berasal dari unsur Pemerintah, pada intinya sependapat dengan

bapak Totok mengenai bentuk-bentuk pelanggaran Notaris, antara lain

terdapat beberapa Notaris dalam pekerjaanya kurang rapi dibidang

administrasinya, akta yang dibuat oleh Notaris tersebut tidak dicatat dalam

buku reportorium Notaris atau menggunakan nomor reportorium ganda,

mengenai klapper, banyak nama penghadap (klapper) yang tidak ditulis oleh

Notaris, keberadaan Notaris yang tidak diketahui kedudukan/alamat

kantornya, kantor Notaris yang sering tutup pada saat jam kerja, dan Notaris

yang jarang berada dikantor sehingga sulit untuk menemuinya.32

C. Hambatan yang Dihadapi MPD Kota Surakarta Dalam Melaksanakan

Pengawasan Notaris

30

Ibid. 31

Ibid. 32

Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., Loc. Cit.

29

Untuk mencapai sebuah praktik pembinaan dan pengawasan yang

ideal, pada prinsipnya pembinaan33

dan pengawasan34

sangat bergantung

kepada bagaimana pembinaan dan pengawasan itu dijalankan. Dengan kata

lain, pelaksanaan pengawasan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan

yang hendak dicapai melalui kegiatan tersebut. Oleh karena itu, langkah-

langkah yang diambil oleh Majelis Pengawas Notaris dalam melakukan

pembinaan dan pengawasan haruslah dipikirkan secara cermat, dan teliti agar

tepat sasaran.

Upaya-upaya yang akan dilakukan oleh MPD Kota Surakarta dalam

rangka pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris di Kota Surakarta, adalah

dengan menerapkan pengawasan yang bersifat preventif dan kuratif, yakni

melakukan pencegahan terhadap terjadinya pelanggaran jabatan Notaris dan

melakukan pembinaan terhadap Notaris itu sendiri.

Dalam melaksanakan pengawasan maupun pembinaan Notaris di

Kota Surakarta yang dilakukan oleh MPD Kota Surakarta, pelaksanaannya

tidak selalu berjalan lancar sesuai apa yang diatur dalam UUJN, Permen,

maupun Kepmen tentang Pengawasan Notaris, adapun kendala-kendala yang

harus dihadapi MPD Kota Surakarta dalam melaksanakan fungsi pengawasan

terhadap Notaris di Kota Surakarta, antara lain :

1. Dalam hal sarana dan prasarana, MPD Kota Surakarta sampai saat ini

belum memiliki kantor Sekretariatan yang tetap dan representatif.

33

Pembinaan : Usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk

memperoleh hasil yang lebih baik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3 Edisi III, Jakarta : Balai Pustaka, hlm. 152. 34

Pengawasan : Penilikan dan pengarahan kebijakan, Op Cit, hlm. 79.

30

Sadangkan saat ini kantor sekertariatan MPD Kota Surakarta masih

menginduk pada Rumah Tahanan kelas I Surakarta.

2. Keterbatasan waktu para anggota MPD Kota Surakarta yang terlalu sibuk

dengan pekerjaan atau tugas pokok masing-masing unsur baik sebagai

Dosen, Notaris dan Pegawai Negeri di instansi terkait, sehingga hal

tersebut juga akan menjadi hambatan berkenaan dengan pembagian waktu

antara profesi asal dengan kewajibannya sebagai anggota MPD Kota

Surakarta.

3. Anggaran dari pemerintah untuk operasional MPD Kota Surakarta dalam

melaksanakan fungsi pengawasan dan pembinaannya belum mencukupi

untuk menunjang kegiatan MPD. Dengan anggaran yang minim tersebut,

anggota MPD Kota Surakarta dalam melaksanakan tugas pengawasannya

dilakukan secara sukarela.

4. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaporkan dugaan pelanggaran

Notaris karena keterbatasan akses. Hal ini dapat terlihat dari minimnya

laporan masyarakat yang masuk di MPD Kota Surakarta. 35

5. Wilayah kerja MPD Kota Surakarta yang meliputi seluruh wilayah Kota

Surakarta yang sangat luas dan jumlah Notaris Kota Surakarta yang cukup

banyak mencapai 75 Notaris, tidak sebanding dengan jumlah anggota

MPD yang hanya berjumlah 9 orang. Hal ini dapat menjadi kendala dalam

pelaksanaan dan pengawasan Notaris.36

35

Wawancara dilakukan dengan bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., Loc Cit. 36

Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., Loc. Cit.

31

6. Kurangnya kesadaran hukum beberapa Notaris Kota Surakarta terutama

ketidaktertiban administratif dalam mengirimkan laporan bulan

reportorium Notaris.

7. Tidak sedikit para anggota MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur

Pemerintah yang di mutasi, atau telah mendekati masa pensiun, sehingga

dalam melaksanakan pemeriksaan Notaris tidak optimal.

8. Ketentuan dalam UUJN maupun peraturan perundang-undangan yang

tidak mengatur kewenangan MPD dalam pemberian sanksi terhadap

Notaris yang melanggar jabatan Notaris mengakibatkan MPD terutama

MPD Kota Surakarta bak macan ompong. Hal ini membuat Notaris sedikit

meremehkan dan tidak memiliki efek gentar terhadap institusi MPD.37

Langkah-langkah yang dilakukan MPD Kota Surakarta untuk

mengatasi hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1. Sarana prasarana khusunya kantor sekretariatan MPD Kota Surakarta

untuk sementara waktu meminjam ruangan di salah satu sudut bangunan

Rumah Tahanan kelas I Surakarta dan juga meminjam beberapa alat dari

Ikatan Notaris Indonesia (INI).

2. Pembuatan suatu komitmen atau kesepakatan berupa koordinasi dari para

anggota MPD Kota Surakarta untuk meluangkan dan memilih waktu yang

tepat secara bersama-sama berkumpul melakukan pemeriksaan dan

pengawasan Notaris.38

3. Dengan keterbatasan anggaran dari pemerintah, maka para anggota MPD

Kota Surakarta menggunakan dana swadaya dari kantong masing-masing

37 Wawancara dilakukan dengan ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H., Loc Cit.

38 Wawancara dilakukan dengan bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., Loc Cit.

32

secara sukarela untuk mendanai kegiatan pemeriksaan Notaris meskipun

ada sedikit tambahan anggaran dari pemerintah.

4. memberikan sosialisasi dan membuka akses kepada masyarakat yang ingin

melaporkan segala bentuk pelanggaran terhadap peraturan tentang

Notaris.39

5. MPD Kota Surakarta dalam hal pemberian sanksi kepada Notaris yang

melanggar jabatan Notaris hanya dalam bentuk teguran lisan saja dan

mencatatnya dalam berita acara pemeriksaan Notaris untuk selanjutnya

dilaporkan kepada Majelis Pengawas Wilayah (MPW).

6. Memberikan pembinaan dan penuluhan tentang perlunya kesadaran hukum

bagi Notaris agar selalu taat dan patuh kepada UUJN maupun peraturan

perundang-undangan yang lain mengenai jabatan Notaris.

7. Jika dalam pemeriksaan Notaris yang dilakukan MPD Kota Surakarta

terdapat anggota yang tidak bisa hadir karena alasan tertentu, maka dapat

digantikan oleh anggota lain. 40

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan bahasan pada bab-bab sebelumnya, maka

dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan Notaris yang dilakukan oleh

MPD Kota Surakarta antara lain:

39

Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., Loc. Cit. 40

Wawancara dilakukan dengan ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H., Loc Cit.

33

a. Melakukan kegiatan rutin berupa pemeriksaan protokol Notaris setiap

1 (satu) tahun sekali ke kantor-kantor Notaris se-Surakarta.

b. Pemeriksaan protokol Notaris yang dilakukan oleh MPD Kota

Surakarta tersebut dalam pelaksanaannya terbagi menjadi 3 (tiga) tim

kecil, dimana masing-masing tim terdiri dari 3 (tiga) anggota yang

mewakili 3 (tiga) unsur. Hal ini bertujuan agar dalam pemeriksaan

Notaris lebih efisien dan efektif sehingga akan berjalan dengan baik.

c. melakukan kegiatan pembinaan dan penyuluhan kepada para Notaris

Kota Surakarta agar dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya dapat

sesuai dengan UUJN maupun peraturan perundang-undangan yang lain

sehingga tidak merugikan Notaris sendiri maupun masyarakat

pengguna jasa Notaris.

d. Memberikan persetujuan/izin kepada penyidik, penuntut umum, atau

hakim, sehubungannya dengan kepentingan proses peradilan pidana

untuk memanggil dan memeriksa Notaris Kota Surakarta berkaitan

dengan akta yang dibuatnya atau Protokol Notaris yang berada dalam

penyimpanan Notaris serta mengambil fotokopi Minuta Akta dan atau

surat-surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris

dalam penyimpanan Notaris.

e. Namun dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik

Indonesia Nomor 49/PUU-X/2012 pada tanggal 28 Maret 2013,

tentang Pengujian Pasal 66 ayat (1), Undang-Undang Nomor 30 Tahun

2004 tentang Jabatan Notaris, pemanggilan Notaris oleh penyidik,

penuntut umum atau hakim untuk hadir dalam pemeriksaan yang

34

berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau protokol notaris yang

berada dalam penyimpanan Notaris saat ini tidak perlu lagi harus

meminta persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah (MPD).

f. Menerima laporan/pengaduan dari masyarakat mengenai dugaan

Notaris melakukan pelanggaran terhadap UUJN.

2. Kinerja Notaris Kota Surakarta berdasarkan hasil pengawasan Notaris

yang dilakukan MPD Kota Surakarta antara lain sebagai berikut:

a. Masih terdapat beberapa Notaris Kota Surakarta yang kurang tertib

dalam pembuatan dan pelaporan protokol Notaris kepada MPD Kota

Surakarta perbulan, seperti daftar jumlah pembuatan akta, daftar

jumlah surat dibawah tangan yang disahkan, daftar jumlah surat

dibawah tangan yang dibukukan, daftar jumlah surat protes, daftar

jumlah nama penghadap/klapper, daftar jumlah wasiat, dll yang wajib

dilaporkan seorang Notaris kepada MPD di setiap bulannya.

b. beberapa Notaris dalam pekerjaanya kurang rapi dibidang

administrasinya, akta yang dibuat oleh Notaris tersebut tidak dicatat

dalam buku reportorium Notaris atau menggunakan nomor reportorium

ganda, mengenai klapper, banyak nama penghadap (klapper) yang

tidak ditulis oleh Notaris.

c. Keberadaan Notaris yang tidak diketahui kedudukan/alamat kantornya,

kantor Notaris yang sering tutup pada saat jam kerja, dan Notaris yang

jarang berada dikantor sehingga sulit untuk menemuinya.

3. Hambatan-hambatan yang dialami MPD Kota Surakarta dalam

melaksanakan pengawasan Notaris diwilayahnya antara lain:

35

a. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai.

b. Keterbatasan waktu para anggota MPD Kota Surakarta yang terlalu

sibuk dengan pekerjaan atau tugas pokok masing-masing.

c. Anggaran dari pemerintah yang terbatas.

d. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam melaporkan dugaan

pelanggaran Notaris karena keterbatasan akses.

e. Wilayah kerja MPD Kota Surakarta yang meliputi seluruh wilayah

Kota Surakarta yang sangat luas dan jumlah Notaris Kota Surakarta

yang cukup banyak mencapai 75 Notaris

f. Kurangnya kesadaran hukum beberapa Notaris Kota Surakarta.

g. MPD tidak memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap

Notaris yang melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris.

B. Saran

1. Dengan adanya pengawasan yang dilaksanakan terhadap Notaris, Notaris

hendaknya bisa menjadi seorang pejabat umum yang profesional dalam

jabatannya. Dan melaksanakan tugas dan jabatannya benar-benar

memperhatikan nilai luhur, martabat dan etika serta mematuhi peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

2. Dengan dilakukannya pengawasan terus menerus oleh Majelis Pengawas

Notaris bukan berarti tidak akan terjadi pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan oleh Notaris. Hal ini berpulang kepada Notaris sendiri dengan

kesadaran dan penuh tanggung jawab dalam tugas jabatannya mengikuti

atau berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Tidak kalah pentingnya

36

juga peranan masyarakat untuk selalu mengawasi dan senantiasa

melaporkan tindakan Notaris yang dalam melaksanakan tugas jabatannya

tidak sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku kepada Majelis

Pengawas Notaris setempat.

3. MPD sebagai ujung tombak dari Majelis Pengawas Notaris dalam hal ini

MPD Kota Surakarta harus berupaya untuk lebih kreatif dan cermat dalam

melakukan upaya-upaya pembinaan dan pengawasan sehingga peran

Majelis Pengawas dapat lebih maksimal. Selain sebagai tanggung jawab

dari MPD, Notaris juga dituntut untuk melakukan sosialisasi kepada

masyarakat sehubungan dengan tugas dan kewajiban profesi yang

dijalankan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adjie, Habib, 2008, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai

Pejabat Publik, Bandung: PT Rafika Aditama.

Ashshofa, Burhan, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta: Binarupa

Aksara Publiser.

Gde Muninjaya , A. A, 2004, Manajemen Kesehatan, Jakarta: Kedokteran EGC.

Marzuki, Peter Mahmud, 2007, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana.

Mertokusumo, Sudikno, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta:

Liberty.

Nawawi, Hadari, 1996, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah

Mada University Press.

37

Notodisoerjo, R. Soegondo, 1982, Hukum Notariat Indonesia; Suatu Penjelasan,

Jakarta: Rajawali.

Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, 2008, 100 Tahun Ikatan Notaris

Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa

Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka.

Syamsudin, M, 2007, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali

Press.

Tedjosaputro, Liliana, 1994, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum

Pidana, Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Tedjosaputro, Liliana, 1994, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum

Pidana, Yogyakarta: Bigraf Publishing.

Artikel

Adjie, Habib, 2005, Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) sebagai Unifikasi

Hukum Pengaturan Notaris, Renvoi, No. 28, Th. III.

Jeremiah, 2008, Tesis: Pelaksanaan Pengawasan Notaris Oleh Majelis Pengawas

Daerah Notaris Di Kota Salatiga, Semarang: Program Studi Magister

Kenotariatan Program PascasarjanaUniversitas Diponegoro.

Listantri, Enggar, 2008, Tesis: Pelaksanaan Peran Majelis Pengawas Daerah

Dalam Rangka Upaya Pembinaan Dan Pengawasan Terhadap Notaris Di

Kabupaten Bogor, Semarang: Program Studi Magister Kenotariatan

Program PascasarjanaUniversitas Diponegoro.

Muchsinanto, Bambang, 2007, Tesis: Pelaksanaan Pengawasan Notaris Setelah

Berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan

Notaris Di Kota Batam, Semarang: Program Pasca SarjanaUniversitas

Diponegoro.

Yudara , N.G, Edisi 3 Maret 2006, Notaris dan Permasalahannya (Pokok-Pokok

Pemikiran Di Seputar Kedudukan Dan Fungsi Notaris Serta Akta Notaris

Menurut Sistem Hukum Indonesia), (Makalah disampaikan dalam rangka

Kongres INI di Jakarta), Majalah Renvoi Nomor 10.34.III.

Peraturan Perundang-undangan

Stb. 1860 No. 3, “Reglement op het Notarisambt”.

38

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek).

Undang-Undang No. 30 Tahun 2004, Lembar Negara Nomor 117, Tambahan

Berita Negara Nomor 4432 tentang Jabatan Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.03.HT.03.10 Tahun 2007 tentang Pengambilan Minuta Akta dan

Pemanggilan Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,

Pemberhetian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara

Pemerikasaan Majelis Pengawas Notaris.

Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman pelaksanaan Tugas Majelis

Pengawas Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.01-HT.03.01 Tahun 2006 tentang Syarat dan Tata Cara Pengangkatan,

Pemindahan dan Pemberhentian Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:

M.03.HT.03.10 Tahun 2007 tentang Pengambilan Minuta Akta dan

Pemanggilan Notaris.

Surat Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia, No. C-HT.03.10-05 tanggal 28 Maret 2005. Perihal

Pembentukan Majelis Pengawas Daerah Notaris.

Surat Majelis Pengawas Pusat Notaris, Nomor: C-MPPN.03.10-07, Tanggal 01

Juli 2005, Tentang Tata Cara Penyampaian Laporan dan Penggunaan

Buku Reportorium Notaris.

Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 49/PUU-X/2012,

tanggal 28 Maret 2013, tentang Pengujian Undang-Undang Nomor 30

Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Internet

http://artikata.com/

Kantor Wilayah Jawa Tengah, Kementerian Hukum dan HAM RI, Kamis 08

November 2012 12:28 WIB: Pengambilan Sumpah Jabatan Mpdn Kanwil

Kemenkumham Jawa Tengah, dalam

http://jateng.kemenkumham.go.id/berita/berita-utama/479-pengambilan-

39

sumpah-jabatan-mpdn-kanwil-kemenkumham-jawa-tengah, diunduh Rabu

29 Mei 2013 pukul 13.20.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Selasa, 28 Mei 2013 | 18:16 WIB:

Pemanggilan Notaris untuk Proses Peradilan Tidak Perlu Persetujuan

Majelis Pengawas Daerah, dalam

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=8

517#.Udm-fVsXESX. Diunduh Senin, 8 Juli 2013 pukul 02.30.

Okezone.com, Sabtu, 23 Februari 2013 14:08 WIB: Jebolan Notaris Syariah di

Surakarta Masih Hitungan Jari, dalam

http://kampus.okezone.com/read/2013/02/23/373/766415/jebolan-notaris-

syariah-di-surakarta-masih-hitungan-jari, diunduh Selasa 28 Mei 2013

pukul 21:45.

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Republik Indonesia, dalam

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php, diunduh pada hari Rabu

tanggal 29 Mei 2013.

Wikipedia,http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_frasa_idiomatis_dalam_bahasa_In

donesia, diunduh pada hari Rabu tanggal 29 Mei 2013.

Wawancara

Wawancara dilakukan dengan bapak Toto Susmono Hadi, S.H., M.H., selaku

Wakil Ketua II MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur Notaris, pada

tanggal 30 April 2013.

Wawancara dilakukan dengan ibu Septarina Budiwati, S.H., M.H., selaku anggota

MPD Kota Surakarta yang berasal dari unsur Akademisi, pada tanggal 10

Mei 2013.

Wawancara dilakukan dengan ibu Umy Syamsiyah, S.H., selaku anggota MPD

Kota Surakarta yang berasal dari unsur Pemerintah, pada tanggal 7 Mei

2013.

Wawancara dilakukan dengan bapak Shallman, S.E., S.H., M.M., M.Kn., selaku

Notaris di wilayah Surakarta, pada tanggal 5 Juli 2013.