pelaksanaan pekerjaan di terminal 3 ultimate bandara soetta

48
IV. PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kontrak terhadap proyek selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dalam pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) baik untuk bahan bangunan maupun mutu bangunan. Pelaksanaan Proyek Perluasan Gedung Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta memiliki beberapa bagian pekerjaan utama. Semua pekerjaaan ini memiliki durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan satu sama lain. Apabila ada salah satu pekerjaan saja yang tertunda pelaksanaannya maka akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan lainnya. Adapun pekerjaan yang diamati pada saat mulai kerja praktik hingga berakhir kerja praktik pada Proyek

Upload: zaina-k-n-f

Post on 16-Feb-2016

161 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

Teknik Sipil

TRANSCRIPT

IV. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kontrak

terhadap proyek selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan

apa yang telah direncanakan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dalam

pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan

Syarat-Syarat) baik untuk bahan bangunan maupun mutu bangunan.

Pelaksanaan Proyek Perluasan Gedung Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-

Hatta memiliki beberapa bagian pekerjaan utama. Semua pekerjaaan ini memiliki

durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan satu sama lain. Apabila

ada salah satu pekerjaan saja yang tertunda pelaksanaannya maka akan

mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan lainnya.

Adapun pekerjaan yang diamati pada saat mulai kerja praktik hingga berakhir

kerja praktik pada Proyek Perluasan Gedung Terminal 3 Ultimate Bandara

Soekarno-Hatta meliputi pekerjaan sub struktur yaitu pemasangan rangka Space

Frame, pengecoran kolom miring, pekerjaan flyover, dan pekerjaan dinding

penahan tanah untuk underpass.

A. Pertimbangan Teknis Pelaksanaan

Pertimbangan teknis pelaksanaan pada Proyek Perluasan Gedung Terminal 3

Ultimate Bandara Soekarno-Hatta adalah sebagai berikut;

51

Desain Space Frame

Space Frame merupakan rangka baja yang bentuk dan kekuatannya telah

dihitung untuk mampu menahan rangka fasade. Rangka baja space frame ini

merupakan hasil pabrikasi. Setelah desain kekuatan, permintaan pembuatan

rangka baja diserahkan kepada produsen baja. Hasil pabrikasi ini kemudian

dibawa ke proyek dalam keadaan terpisah-pisah, lalu dirangkai menjadi

kesatuan rangka baja space frame yang utuh.

B. Pelaksanaan Proyek

B.1. Metode Pekerjaan Space Frame

1) Pemasangan dan Pengencangan Space Frame

Dengan desain dan fabrikasi komponen space frame yang sudah

memperhitungkan ketepatan kebutuhan besaran dan panjang serta

sudut sudut antar member yang diperlukan pemasangan space

frame pada prinsipnya sama dengan pemasangan baut biasa dan

tidak membutuhkan kunci torsi/momen seperti pada pekerjaan baja

konvensional atau jembatan tetapi cukup menggunakan kunci pas

sesuai besaran hexagon yang digunakan dengan pengencangan

maksimal.

Pemasangan space frame pada prinsipnya adalah merangkai

member pada node sesuai notasi yang dibutuhkan dengan cara sbb:

52

a. Menempatkan posisi baut pada ujung member pada lubang

node/ balljoint sesuai notasi dengan mengatur posisi hexagon.

Gambar 26. Merangkai Space Frame

b. Memutar ke arah kanan hexagon dengan tangan sehingga ulir

baut dapat bergerak maju dan masuk kedalam lubang node/

balljoint. Pada pelaksanaannya usahakan posisi baut tidak

miring sehingga tidak bergeser dan dapat merusak ulir baut.

Gambar 27. Node/Balljoint

53

c. Apabila sudah tidak bisa diputar dengan kekuatan jari tangan

kita gunakan kunci pas/kunci Inggris untuk mengencangkan

baut member tersebut sampai kencang.

d. Dengan sistem desain kedalaman lubang node/balljoint dan

memperhitungkan kebutuhan panjang baut yang masuk ke

Balljoint sebesar 1 s/d 1,5 D dari baut yang digunakan hal yang

perlu diperhatikan adalah:

Mengontrol celah antara node dengan hexagon dan

hexagon dengan conus member apabila pada komponen

tersebut sudah tidak ada celah atau rongga dan sudah

diputar maksimal dengan kunci pas dapat dipastikan

space frame sudah terpasang dengan kencang dan sistem

desain 1 s/d 1,5 D dari baut yang digunkan sudah bekerja

dan terpenuhi.

Apabila hexagon dan baut sudah diputar maksimal

dengan menggunakan kunci pas tetapi masih terdapat

celah atau rongga, space frame belum dapat dikatakan

kencang karena sistem desain 1 s/d 1,5 D dari baut yang

digunakan belum tercapai dan belum terpenuhi.

Beberapa kemungkinan yang terjadi antara lain adalah:

o Penempatan posisi baut miring sehingga terjadi slek

yang merusak ulir baut sehingga baut tidak dapat

bergerak maju untuk dikencangkan.

54

o Posisi baut terganjal oleh kotoran didalam pipa yang

tertinggal pada saat proses Galvanize, pengecatan

atau pada saat pengelasan.

2) Pengencangan Baut Pada Member

Proses pengontrolan kekencangan baut dapat dilaksanakan dengan

beberapa cara antara lain:

a. Memutar batangan member space frame ke dua arah, apabila

batangan member berputar kemungkinan besar terjadi baut

kendor.

b. Memukul atau menggetarkan batangan space frame dengan

tangan, apabila terdapat getaran/gesekan suara yang terjadi

kemungkinan besar baut kendor.

c. Melakukan pemeriksaan visual pada joint node dan member

pada hexagonal apakah terdapat celah atau rongga.

55

Gambar 28. Pemeriksaan Space Frame

Proses perbaikan pengencangan baut dilakukan dengan memutar/

mengencangkan baut dengan menggunakan kunci pas atau kunci

Inggris yang sesuai dengan besaran hexagonal pada member

sampai kencang dan tidak terdapat celah pada joint node dan

member.

Untuk memastikan baut terpasang dengan kencang dan sesuai

dengan kebutuhan desain perencanaan dipastikan dengan

melakukan kontrol ulang sesuai langkah tersebut diatas.

Peralatan dan Material yang dibutuhkan :

a. Tambang Manila

b. Safety belt

56

c. Kain Majun/ lap

d. Kaca Mata Clear

e. Cairan pembersih/ sabun cair

f. Air bersih

g. Sarung tangan

h. Kunci pas dan kunci inggris

i. Ember plastik

j. WD 40 spray anti karat.

3) Pengecatan Ulang

Untuk pekerjaan pengecatan ulang tidak perlu dilaksanakan selama

kondisi warna masih baik, tidak berubah warna atau pudar dan

masih dapat dilakukan pembersihan.

Pekerjaan pengecatan ulang sebaiknya dilaksanakan apabila

seluruh bangunan dilakukan perbaikan atau renovasi menyeluruh

terhadap keseluruhan bangunan dan aktivitas didalam bangunan

sementara waktu dihentikan.

57

Gambar 29. Pengecatan ulang Space Frame

4) Monitoring Kelendutan Struktur

Struktur space frame sebaiknya dilakukan monitoring secara

berkala untuk evaluasi struktur terhadap lendutan yang terjadi pada

titik tertentu yang pada saat pelaksanaan digunakan sebagai acuan

monitoring lendutan maksimum berdasarkan tahapan pelaksanaan

antara lain:

a. Space Frame 100 % selesai terpasang

b. Space Frame dan Rangka Gording 100 % selesai terpasang

c. Space Frame, Rangka Gording dan Atap 100% selesai

terpasang.

58

B.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Miring

Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta ini, untuk

kolom bangunan utamanya menggunakan kolom miring. Kolom miring ini

merupakan aplikasi dari tema yang diangkat pada proyek ini, yaitu

“Indonesia”.

Pekerjaan kolom miring yang dilakanakan pada saat mulai kerja praktek di

lokasi proyek sudah dalam tahap proses pengecoran, sehingga tidak dapat

mengamati pelaksanaan pemasangan pancang dan pile cap untuk semua

kolom di Proyek Perluasan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.

Yang dapat diamati hanya proses pengecoran dan pemasangan selubung

serta king cross di puncak kolom miring yang nantinya berfungsi sebagai

dudukan rafter dan lateral sebagai rangka atap baja.

Metode kerja kolom biasa dengan kolom miring di proyek perluasan

terminal 3 ultimate pada dasarnya sama, yang berbeda hanya perlakuan

yang lebih khusus untuk kolom miring, diantaranya yaitu pengaruh;

a. Tinggi kolom

b. Rapatnya penulangan

c. Bekisting

d. Tinggi maksimal jatuh beton

e. Jangkauan vibrator

Dengan semua pertimbangan diatas, maka Proyek Terminal 3 Ultimate

Bandara Soekarno-Hatta membuat sebuah metode untuk pengerjaan kolom

miring. Berikut saya akan menguraikan tahapan pengerjaan kolom miring.

59

1) Marking posisi kolom dan offsidenya.

2) Pasang platform untuk dudukan push pull prop (khusus untuk

kolom miring di As AB).

Gambar 30. Pemasangan platform pada tahap lanjut

3) Pemasangan formwork (bekisting) sisi pertama.

Gambar 31. Pemasangan bekisting pada tahap lanjut

60

4) Pembesian kolom miring.

5) Checklist pembesian kolom miring.

6) Pasang formwork (bekisting) sisi kedua.

7) Check kembali kekuatan formwork (bekisting).

Gambar 32. Formwork (bekisting)

Bekisting untuk kolom miring di pesan khusus dari China. Secara

ideal, bekisting ini dapat digunakan sebanyak 3 sampai 4 kali

pemakaian agar dapat menghasilkan cetakan yang baik. Namun, di

lapangan bekisting diganti ketika memang sudah tidak layak pakai

atau mengalami kerusakan parah.

61

8) Lalu dilakukan pengecoran. Pengecoran yang dilakukan metode

pekerjaannya dapat berbeda-beda, tergantung dengan kondisi di

lapangan. Salah satu contohnya pengecoran kolom miring pada

kolom miring yang sudah mencapai ketinggian lebih dari 20 meter.

Maka, pengecoran dilakukan dengan menggunakan alat-alat lain,

seperti mobile crane untuk mengangakat tremi ke atas kolom yang

akan dicor. Kemudian diatur oleh pekerja yang ikut naik keatas

untuk mengatur secara manual dengan cara membuka tutup selang

secara perlahan dan memastikan semua adukan beton masuk

kedalam bekisting.

Gambar 33. Pengecoran kolom yang dilakukan dengan bantuan

mobile crane

62

9) Pengecoran tahap berikutnya sama dengan yang pertama,

menunggu hingga umur beton 3 hari. Lalu pasang perancah dan

platform untuk dudukan bekisting, pembesian dan pengecoran.

Begitupun tahap selanjutnya.

Gambar 34. Pemasangan perancah dan platform

Setelah kolom miring memiliki ketinggian maksimum, selanjutnya akan

di pasang selubung yang berfungsi sebagai base plate untuk king cross

sebagai dudukan rangka atap baja yaitu untuk rafter dan lateral.

63

Gambar 35. Pemasangan selubung (base plate untuk king cross)

Gambar 36. King cross untuk dudukan rangka atap baja (rafter dan lateral)

64

B.3 Metode Pekerjaan Flyover

Alat-alat yang digunakan pada proyek Flyover Perluasan Terminal 3

Bandara Soekarno Hatta baik yang dimiliki sendiri oleh PT.Waskita

Karya, maupun milik subkontraktor, ataupun yang disewa dari rekanan

kerja.

1) Perlatan Survey

Theodolite

Alat penyipat datar

2) Alat berat

Backhoe

Dump truck

Trailer

Mobile crane

3) Peralatan pengecoran

Bekisting

Bucket

Corong cor

Vibrator

Pekerjaan yang kami amati di lapangan meliputi pekerjaan pemasangan

balok girder, diafragma, pengecoran plat lantai jalan, dan pemasangan

dinding parapet.

65

Berikut ini merupakan urutan metode pekerjaan flyover yang kami

amati;

a. Setelah kolom portal flyover terpasang, langkah berikutnya adalah

memasangkan balok girder satu persatu dengan menggunakan

mobile crane.

Gambar 37. Kolom portal flyover

66

Gambar 38. Pemasangan balok girder

Gambar diatas menunjukan pemasangan balok girder menggunakan

2 (dua) mobile crane untuk mengatur posisi penempatan balok

girder agar terpasang sesuai tempat yang sudah ditentukan.

Pekerjaan ini memakan waktu yang cukup lama untuk setiap

pemasangan balok girder, karena penempatan balok girder tidak

selalu langsung pas ketika di simpan diatas kolom portal flyover.

b. Setelah balok girder tersusun, mulai dipasangkan diafragma.

Fungsi diafragma adalah untuk meyatukan balok girder dan

menahan gaya puntir yang di hasilkan dari balok girder.

67

Gambar 39. Pemasangan diafragma

Gambar 40. Diafragma yang sudah terpasang menyatukan balok

girder

Diafragma antar balok girder berfungsi untuk menahan balok

girder utama agar tidak menekuk atau menahan gaya puntir yang

68

dapat dihasilkan oleh balok girder utama. Pemasangan balok

difragma dilakukan satu persatu dan secara manual oleh pekerja.

c. Langkah selanjutnya adalah penulangan lantai flyover untuk rigid

pavement. Untuk besi tulangan yang di gunakan pada kolom

flyover di gunakan besi tulangan sirip atau deform dengan ukuran

diameter 25 mm.

Gambar 41. Penulangan lantai flyover untuk rigid pavement

d. Setelah selesai penulangan lantai flyover, selanjutnya dilakukan

pengeceron pelat lantai yang nantinya akan mengasilkan lintasan

jalan berupa rigid pavement.

69

Gambar 42. Pengecoran lantai flyover

Setelah proses pengecoran rigid selesai kemudian di pasang

dinding parapet atau dinding pengaman.

Gambar 43. Flyover

70

B.4 Metode Pekerjaan Dinding Penahan Tanah untuk Underpass

Dalam pembuatan jalan underpass ini terdapat beberapa kendala, salah

satunya adalah adanya pipa saluran pembuangan air kotor dari terminal

3 Bandara Soekarno-Hatta atau lebih di kenal terminal existing.

Solusi untuk pemecahan masalah pipa saluran air kotor yang

menghalangi pembuatan jalan underpass belum dapat di selesaikan

dikarenakan perlunya koordinasi terlebih dahulu.

Hingga akhir bulan Maret, masalah pipa saluran air kotor belum dapat

diselesaikan.

Maka disini hanya akan dijelaskan metode pekerjaan yang dapat

dilaksanakan di pekerjaan underpass, yaitu;

a. Hal pertama yang dilakukan untuk pembuatan underpass ini adalah

pengurugan tanah oleh alat berat bulldozer dan pemasangan pile

slab dengan menggunakan drop hammer. Pengurugan tanah dan

pemasangan pile slab ini mengikuti jalur dan kedalaman yang telah

dtentukan. Khusus untuk pile slab, pile slab akan terus ditanam

hingga pile slab menyentuh tanah keras. Karena jarak yang

berdekatan, pile slab yang tertanam mencapai tanah keras rata-rata

pada kedalaman yang hampir sama, yaitu sekitar 20 meter.

71

Gambar 44. Koordinasi pekerjaan Underpass

72

Gambar 45. Pekerjaan urugan tanah untuk underpass

Gambar 46. Pemasangan pile slab dengan Drop Hammer

73

Penggunaan drop hammer di proyek perluasan Terminal 3 Ultimate

Bandara Soekarno Hatta lebih banyak di gunakan di banding

menggunakan hidrolik jack. Hal itu dikarenakan mobilitas atau

perpindahan alat drop hammer lebih cepat di banding dengan

hidrolic jack.

b. Selanjutnya adalah pengecoran pile cap untuk dinding penahan

tanah underpass. Pengecoran dilakukan menggunakan alat concrete

pump dan dioperasikan oleh pekerja secara manual (flexible

concrete pipe).

Gambar 47. Pengecoran pile slab dengan alat concrete pump

74

Gambar 48. Pekerja sedang mengarahkan ujung pipa concrete pump

(flexible concrete pipe)

75

C. . Pengendalian Proyek

1. Uraian umum

Pengendalian pelaksanaan pekerjaan merupakan salah satu tindakan yang

dilakukan pada setiap pelaksanaan pekerjaan. Pengendalian pelaksanaan

pekerjaan merupakan salah satu bentuk pengawasan secara teknis maupun

administratif terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada di proyek agar

diperoleh hasil yang optimal baik dari segi waktu, biaya, maupun mutu.

Pengendalian pekerjaan berguna untuk memantau pelaksanaan pekerjaan

sehingga apabila terdapat hal-hal yang akan mengakibatkan keterlambatan

pekerjaan, menurunnya kualitas pekerjaan, pembengkakan biaya dapat

diketahui dari awal agar dapat dicari alternatif pemecahannya. Salah satu

cara untuk memantau pelaksanaan pekerjaan adalah dengan membuat

laporan-laporan tentang kemajuan pelaksaan pekerjaan.

Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta

pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass ini laporan

harian dibuat oleh pihak kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas.

2. Pengendalian waktu

Masalah pengendalian waktu dapat menjadi tolok ukur keberhasilan suatu

proyek. Penggunaan waktu yang kurang efektif dan ekonomis akibat dari

tidak adanya perencanaan yang baik akan menyebabkan suatu pekerjaan

tidak dapat selesai tepat pada waktu.

76

Sebagian dasar pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaa, disusun kurva S

dan time schedule. Time schedule adalah suatu pembagian waktu terperinci

yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari bagian-

bagian pekerjaan permulaan sampai dengan bagian-bagian pekerjaan akhir,

yang bertujuan agar seluruh pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan

jangka waktu yang telah direncanakan dan pelaksanaan pekerjaan dapat

berjalan dengan lancar.

Time schedule berbentuk suatu diagram yang memuat tentang macam-

macam pekerjaan yang ada serta bobot volume masing-masing pekerjaan

sudah ditentukan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan

dengan cara estimasi dalam menetapkan jumlah waktu yang dibutuhkan

untuk satu jenis pekerjaan didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang ada

dan volume pekerjaan.

Jadi time schedule merupakan analisis terhadap waktu yang dibutuhkan

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan proyek dengan memanfaatkan waktu,

tenaga kerja dan biaya seefisien mungkin. Sering kali terjadi waktu yang

digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan melampaui batas waktu yang

telah direncanakan, sehingga mengalami keterlambatan pekerjaan.

Pemecahannya adalah mengubah time schedule atau re-scheduling,

sehingga keterlambatan dapat segera diatasi. Pada Pada Proyek Perluasan

Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pekerjaan Space Frame,

Kolom Miring, Flyover, dan Underpass ini owner meminta dibuatnya kurva

S rencana dan realisasi oleh kontraktor pelaksana.

77

3. Pengendalian kualitas dan kuantitas

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan dengan kualitas dan kuantitas seperti

yang telah diisyaratkan diperlukan adanya pengendalian kualitas dan

kuantitas pekerjaan sejak perencanaan mulai dilakukan sampai saat

penyerahan pekerjaan. Salah satu cara yang dilakukan untuk pengendalian

kualitas dan kuantitas pekerjaan adalah melalui evaluasi laporan-laporan

pekerjaan yang dibuat dan melalui pengecekan langsung di lapangan pada

saat pelaksanaan.

Untuk mengendalikan kualitas agar sesuai dengan yang diharapkan dapan

dilakukan melalui pengujian-pengujian material yang dilakukan di

laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan untuk pengendalian kuantitas

dapat dilakukan dengan mengecek langsung di lapangan, misalnya

dilakukan pengecekan jumlah tulangan yang dipasang sebelum dilakukan

pengecoran, contoh lain pengecekan volume pengecoran apakan sudah

sesuai dengan volume cor yang direncanakan. Dengan adanya pengendalian

terhadap kuantitas maupun kualitas diharapkan akan diperoleh pekerjaan

sesuai dengan apa yang diharapkan. Tes kualitas yang dilakukan adalah tes

mutu beton.

Tes mutu beton dilakukan dengan pengawasan dari Direksi Lapangan dan

Quality Control, agar dapat dievaluasi apakah pekerjaan beton yang sudah

dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan atau tidak dan perlu

tidaknya dilakukan perubahan komposisi adukan. Test yang dilakukan

dalam proyek ini adalah slump test dan tes kekuatan sesuai peraturan yang

ada dalam SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian Slump Beton. Bila

78

dari hasil tes yang dilakukan didapati bahwa mutu beton yang dihasilkan

tidak memenuhi mutu yang disyaratkan maka beton segera dibongkar dan

dilakukan pengecoran ulang untuk mendapatkan mutu yang disyaratkan.

a. Slump Test

Dilakukan pada saat adukan beton akan dituang ke dalam concrete pump

untuk mengetahui kekentalan adukan beton. Test ini dilakukan satu kali

untuk tiap concrete mixer truck. Nilai slump yang diijinkan dalam proyek

ini adalah 18 ± 2 cm.

Langkah-langkah pelaksanaan slump test adalah sebagai berikut.

1) Setelah concrete mixer truck sampai di lokasi pengecoran, adukan

beton dituang sedikit ke papan yang diletakkan di dekat lokasi

concrete pump.

2) Alat yang digunakan untuk slump test adalah berupa kerucut Abrams

yang berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm

dan bagian atas 10 cm dengan tinggi 30 cm yang diletakkan di atas

plat baja yang rata. Permukaan kerucut Abrams yang akan digunakan

dibersihkan dan dibasahi dengan air.

3) Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams sebanyak tiga

lapis dan tiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja diameter 16

mm, panjang 60 cm sebanyak 25 kali.

4) Setelah kerucut terisi penuh dengan adukan beton kemudian bagian

atas kerucut diratakan dan didiamkan selama 30 detik.

79

5) Kerucut ditarik vertikal ke atas sehingga adukan beton di dalam

kerucut turun.

6) Tinggi penurunan yang terjadi adalah nilai slump yang diperoleh.

Tes slump sangat perlu untuk dilakukan sebelum pekerjaan pengecoran

dilakukan untuk mengetahui kekentalan adukan beton. Bila adukan beton

terlalu kental akan mempersulit pelaksanaan pengecoran dan untuk

tempat yang tinggi yang menggunakan concrete pump, adukan yang

terlalu kental akan merusak concrete pump dan menyumbat pipa.

Sedangkan bila adukan terlalu encer akan menurunkan mutu beton.

b. Tes kekuatan

Tes kekuatan ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dari

adukan beton yang digunakan pada saat pengecoran. Test kekuatan ini

dilakukan dengan mengambil sampel adukan beton sebelum adukan

beton dituang ke concrete pump. Benda uji yang digunakan adalah

silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, jumlah benda uji yang

diambil adalah 3 buah silinder untuk tiap 7 m³ adukan beton. Alat-alat

yang digunakan dalam pembuatan benda uji adalah cetakan silinder beton

dan alasnya, tongkat baja untuk memadatkan, ember dan cetok. Tes

kekuatan pada proyek ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan

di lapangan (lokasi proyek) dengan diawasi oleh wakil konsultan

pengawas, wakil quality control, dan wakil kontraktor pelaksana.

Langkah-langkah dalam pembuatan benda uji silinder beton tersebut

adalah sebagai berikut.

80

1) Adukan beton yang telah dituang ke papan diambil dan dimasukkan

ke dalam cetakan silinder yang telah diolesi oli.

2) Adukan beton dimasukkan ke dalam silinder dan ditusuk-tusuk

dengan tongkat baja.

3) Silinder beton disimpan di tempat yang terlindung dari sinar matahari,

pada setiap benda uji diberi catatan tanggal pengecoran dan lokasi

pengecoran.

4) Sampel ini harus diuji kuat tekannya.

4. Pengendalian biaya

Hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam melakukan pengendalian biaya

antara lain adalah keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan dengan

kualitas pekerjaan yang diperoleh dan kelancaran jalannya biaya dari pihak

pemilik proyek ke kontraktor. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

menghemat pengeluaran biaya proyek adalah dengan pemakaian biaya yang

seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin.

Dalam pelaksanaan proyek ini usaha pengendalian dilakukan dengan

mencatat semua pengeluaran-pengeluaran proyek agar tidak terdapat

pengeluaran-pengeluaran yang menyimpang dari anggaran yang telah

dibuat. Pengeluaran biaya untuk kebutuhan material juga dikontrol dan

diperiksa agar dapat terhindar dari pengeluaran-pengeluaran yang tidak

perlu.

Untuk menekan biaya proyek dibuat suatu sistem kerja dimana setiap

komponen yang terkait dapat memberi hasil yang optimal. Tujuan dari

81

pengendalian biaya adalah agar pengaturan dana dapat lebih efisien dan

sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan atas berbagai

alternatif penyelesaian teknis yang berkaitan dengan biaya.

Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta

pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass

pengendalian biaya diserahkan kepada pihak kontraktor pelaksana namun

dibawah pengawasan owner dan konsultan pengawas.

D. Pengawasan Proyek

Kegiatan pengawasan proyek dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan dapat

berjalan dengan lancar, sesuai dengan perencanaan, hasil yang didapatkan bisa

memenuhi target, dan terhindar dari aksi penyelewengan yang dilakukan oleh

pihak kontraktor. Dalam masa konstruksi, konsultan pengawas melaksanakan

pengawasan dan pemantauan terhadap pencapaian progres fisik proyek secara

menerus di lapangan dan pengendalian proyek secara sistematis dengan

menggunakan metode-metode yang sudah baku guna mencapai sasaran agar

hasilnya tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu.

Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pekerjaan

Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass ini dilakukan

pengawasan berupa hal-hal berikut.

a. Pemeriksaan dan persetujuan shop drawing

b. Penggunaan alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja

c. Pemantaun kelayakan peralatan yang ada

d. Pengawasan pengujian mutu material

82

e. Pengawasan pekerjaan laboratorium

f. Pengawasan perakitan dan pengikatan tulangan serta penempatan tulangan

g. Pemeriksaan kualitas beton dan pengujian nilai slump beton

h. Pengambilan sampel silinder untuk pengujian kuat tekan beton

i. Pencatatan kondisi cuaca setiap hari

Pengawasan kejadian yang dapat mengakibatkan keterlambatan serta

melaksanakan langkah-langkah solusi agar keterlambatan dapat diminimalisir.

E. Permasalahan Pekerjaan di Lapangan

Dalam pelaksanaan konstruksi seringkali ditemukan beberapa problem dalam

setiap item pekerjaan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun

pengawasan yang bisa berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu.

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam konstruksi tentu akan

mengganggu jalannya suatu proyek dan sedapat mungkin harus dihindari.

Dalam Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta

pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass didapati

analisa permasalahan yang terjadi pada perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan Space Frame, Kolom Miring,

Flyover, dan Underpass pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara

Soekarno-Hatta yaitu sebagai berikut.

1) Perencanaan pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan

Underpass pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-

Hatta secara keseluruhan telah sesuai dengan spesifikasi. Namun ditengah

pelaksanaan terdapat beberapa kali perubahan dan ketidaksesuaian antara

83

gambar bestek dengan realisasi dilapangan sehingga mengakibatkan pihak

kontraktor harus membongkar beberapa kolom yang telah dicor.

2) Konsep design and built yang digunakan membuat desain selalu berubah-

ubah sehingga menghambat pekerjaan yang lain dan tentunya

mempengaruhi efektivitas waktu.

3) Pelaksanaan pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan

Underpass pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-

Hatta ini bisa dikategorikan cukup baik. Namun pada beberapa pekerjaan

ada yang tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga sedikit berdampak pada

biaya, mutu, dan waktu. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal yaitu,

kerusakan alat, kurangnya koordinasi antar line organisasi, faktor cuaca, dan

ketidakdisiplinan sumber daya manusia.

4) Pengawasan yang dilakukan oleh pihak konsultan pada pekerjaan ini secara

umum bisa dikategorikan kurang maksimal. Beberapa proses pekerjaan

luput dari pihak pengawas sehingga terdapat ketidaksesuaian dengan

perencanaan yang mengakibatkan berkurangnya mutu dari pekerjaan

pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass pada

Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta.