pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat …repository.uinjambi.ac.id/1428/1/m.arif...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN MEDIASI TERHADAP PERKARA CERAI GUGAT
ISTRI DI PENGADILAN AGAMA SENGETI
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Dalam Hukum Keluarga Islam
Pada Fakultas Syariah
Oleh:
M ARIF PRAJA PUTRA S
SHK. 141616
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
MOTTO
وإن امرأة خافت من بعلها نشوزا أو إعراضا فل جناح عليهما أن
لح خير وأحضرت النفس الشح وإن يصلحا بينهم ا صلحا والص
كان بما تعملون خبيرا تحسنوا وتتقوا فإن الل Artinya: dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang
sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun
manusia itu menurut tabiatnya kikir dan jika kamu bergaul dengan isterimu
secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengungkap pelaksanaan mediasi terhadap
perkara perceraian bagi pihak perempuan di Pengadilan Agama Sengeti. Skripsi ini
merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: (1) Proses Terdapat empat
pelaksanaan mediasi terhadap perkara perceraian bagi pihak perempuan di
Pengadilan Agama Sengeti, diantaranya; TahapanPramediasi, di mana berkas yang
diajukan penggugat diperiksa dan juga penentuan pelaksanaan mediasi,
PembentukanForum, di mana pemilihan mediator yang diajukan penggugat dan
penentuan pelaksanaan mediasi PendalamanMasalah, di mana mediator menjadi
pendengar dengan memberikan kesempatan kepada penggugat dan tergugat utnuk
menyampaikan pendapatnya dan Penyelesaian Akhir dan Penentuan Hasil
Kesepakatan, di mana mediator menimbang dan mendalami permaslahan dengan
mengambil keputusan yang terbaik. (2) Terdapat dua faktor penghambat
keberhasilan mediasi terhadap perkara perceraian bagi pihak perempuan di
Pengadilan Agama Sengeti, diantaranya; Kemampuan SDM yang Terbatas, di
mana mediator masih belum sepenuhnya mampu menjadi penengah disebabkan
terbatanya pengetahuan disebabkan dalam memilih mediator tidak tepat sasaran
dan Seringkali Terjadi Perselisihan, di mana penggugat seringkali terjadi
perselisihan dan sudah pisah rumah dengan tergugat. (3) Terdapat dua faktor
pendukung keberhasilan mediasi terhadap perkara perceraian bagi pihak
perempuan di Pengadilan Agama Sengeti, diantaranya; Penegakan Disiplin
Kinerja, di mana dengan adanya disiplin kerja maka mediator dapat berperan
penuh dalam memberikan perannya sebagai mediator dan Mengikuti Pelatihan, di
mana, mediator dapat menguasai segala permaslahan yang dihadapi oleh pasanan
yang ingin bercerai.
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih, Lagi Maha Penyayang…
“dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang
berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” Qs. Yusuf : 87
“dan Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
Qs. Al-Baqarah : 286
Yang Utama Dari Segalanya…
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan cinta dan kasih sayang Mu telah memberikan ku kekuatan
Membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkan dengan cinta
Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan, Akhirnya tugas akhir ini dapat
terselesaikan. Tak lupa sholowat dan salam kita ucapkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW.
Ayahanda dan Ibunda Tersayang…
Tampak garis kelopak mata yang dah mulai bekerut
Tersadar bahwa dia selalu memperhatikan ku dari kecil hinga kini
Tampak rambutnya yang hitam dah mulai memutih
Dan aku sadar dia selalu memikirkan keadaan ku lagi waktu aku kecil hinga kini
Ya Allah…Ku bersyukur kepadamu
Engkau menciptakan orang tua sebagai pembimbing jiwa ini
Ya Allah…Ku bersyukur kepadamu
Engkau menciptakan orang tua sebagai tempat utama
Berbagi hati ini dikala sedih sepi…
Ku ingin membahagiakannya hingga akhir menutup mata
Ku ingin membahagiakannya hinga senyum dan nasehat terakhirnya
Teruntuk yang terkasih Ayahnda dan Ibunda.
Maafkan bila ananda banyak bersalah…
Semoga ananda bisa membahagiakan ayahdan ibunda
Terima kasih beribu terima kasih anannda ucapkan mungkin ini tak seberapa
Tapi inilah yang ananda bisa kasih
Terima kasih atas segalanya yang telah diberikan…
Terima kasih untuk saudara ku yang tersayang.
Terima kasih untuk Sahabatku Tercinta Husna Daya Aulia yang telah memberikan
semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan karunia, taufiq dan hidayah-Nya. Semoga shalawat serta salam
selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pelaksanaan Mediasi Terhadap Perkara
Cerai Gugat Istri di Pengadilan Agama Sengeti”.
Meskipun skripsi ini penulis susun dengan segenap kemampuan yang ada,
namun penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan peneliti.
Dan berkat adanya bantuan dari para pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang
diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali
kepada yang Terhormat:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, MA, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi
2. Bapak Dr. H. Su’aidi Asyari, MA., Ph.D, selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd., selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi
Umum, Perencanaan dan Keuangan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Ibu Dr. Hj. Fadhillah, M.Pd, selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama di Lingkungan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Hermanto Harun, Lc, M.HI., Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik.
7. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan.
8. Ibu Dr. Yuliatin, S. Ag., M.HI, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama di Lingkungan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Ibu Siti Marlina, S. Ag., M. HI selaku Ketua Jurusan dan Ibu Dian Mustika S.
HI., MA, selaku Sekretaris Prodi Hukum Keluarga Islam.
10. Bapak Dr. H. Ishaq, M.Hum, selaku Pembimbing I dan Ibu Dian Mustika, SHI,
MA. selaku Pembimbing II.
11. Bapak dan Ibu dosen, Asisten dosen dan Seluruh Karyawan/Karyawati
Fakultas Syari’ah UIN STS Jambi.
12. Semua pihak yang terlibat dalam Penyusunan skripsi ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Disamping itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan layaknya sebuah karya tulis ilmiah, oleh karena itu diharapkan pada
semua pihak untuk dapat memberikan saran dan kritik yang bersifat membangun
dan positif guna kesempurnaan skripsi ini. Kepada Allah SWT penulis memohon
ampunan atas semua kesalahan yang terdapat dalam skripsi ini dan kepada sesama
manusia penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua dan semoga apa yang kita lakukan hari ini menjadi
nilai positif dan amalan di masa yang akan datang untuk melakukan perubahan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .......................................................... iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 5
C. Batasan Masalah .................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ........................ 6
E. Kerangka Teori dan Konseptual .......................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 23
G. Alasan Pemilihan Judul ....................................................... 26
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitan .............................................. 27
B. Jenis Penelitian .................................................................... 27
C. Pendekatan Penelitian ......................................................... 28
D. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 28
E. Unit Analisis ........................................................................ 29
F. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 30
G. Teknik Analisis Data ........................................................... 31
H. Sistematika Penulisan .......................................................... 33
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Pengadilan Agama Sengeti ..................................... 35
B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sengeti ........................... 37
C. Struktur OrganisasiPengadilan Agama Sengeti ................... 44
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pelaksanaan Mediasi Terhadap Perkara Cerai Gugat Istri
di Pengadilan Agama Sengeti .............................................. 48
B. Faktor Penghambat Keberhasilan Mediasi Terhadap Perkara Cerai Gugat Istri di Pengadilan Agama Sengeti ......................... 59
C. Faktor Pendukung Keberhasilan Mediasi Terhadap Perkara
Cerai Gugat Istri di Pengadilan Agama Sengeti ........................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………….……... 67
B. Saran-Saran..............…...……………………............……... 68
HASIL WAWANCARA
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………
CURRICULUM VITAE
DAFTAR SINGKATAN
KHI :Kompilasi Hukum Islam
PA : Pengadilan Agama
RT : Rukun Tetangga
STS : Sulthan Thaha Saifuddin
SWT : Subhanahu Wata’ala
SAW : Shallallahu Alaihi Wasallam
UIN : Universitas Islam Negeri
UUP : Undang-Undang Perkawinan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengertian perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974 mengandung makna
suatu ikatan lahir batin, di mana para pihak yang bersangkutan yaitu antara seorang
pria dan wanita telah memiliki komitmen atau kesepakatan untuk hidup bersama
sebagai suami istri dengan tujuan membina keluarga atau rumah tangga yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa atau sesuai dengan
tuntunan agamanya.1 Undang-Undang Perkawinan telah mensyaratkan asas
mempersukar perceraian, yaitu dengan menentukan bahwa perceraian hanya dapat
dilakukan di depan siding pengadilan, pengadilan yang bersangkutan telah
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak,dan perceraian harus
ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai
suami istri.2 Berdasarkan asas mempersukar tersebut, maka seharusnya perceraian
merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh suami istri dalam kehidupan rumah
tangga setelah upaya perdamaian tidak dapat terlaksana.
Walaupun Undang-Undang Perkawinan telah mengatur secara jelas asas-
asas perkawinan, namun kenyataan hidup membuktikan bahwa memelihara
keseimbangan dalam kehidupan rumah tangga bukanlah hal yang mudah
dilaksanakan. Kehidupan yang harmonis antara suami istri kadang tidak dapat
1Nadilla Oktari Diningtias, Pelaksanaan Mediasi Dalam Proses Perceraian Di Pengadilan
Agama Padang Kelas Ia, Skripsi: Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum
Universitas Bung Hatta Padang, 2014, hlm. 5 2Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, (Jakarta Timur: Sinar Grafika, 2013),
hlm. 7.
1
2
diwujudkan sehingga tercipta konflik/sengketa antar pribadi suami istri dan
berakhir dengan perceraian. Pola penyelesaian sengketa melalui mediasi telah
dikenal dalam sistem hukum Islam.3 Ketika terjadi suatu konflik besar dalam
rumah tangga yang sulit untuk diselesaikan sendiri oleh pasangan suami isteri,
Islam memerintahkan agar kedua belah pihak mengutus dua hakam (juru damai
atau mediator), dengan maksud untuk mencari jalan keluar, sebagaimana firman
Allah SWT dalam Surat An-Nisa Ayat 35:
ن أهلها إن ن أهله وحكما م وإن خفتم شقاق بينهما فابعثوا حكما م
كان عليما خبيرا ﴿ بينهما إن الل ﴾٣٥يريدا إصلاحا يوف ق الل Artinya: dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka
kirimlah seorang hakamdari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.4
Pengertian mediasi dijelaskan dalam Peraturan Mahkama Agung (PERMA)
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang berbunyi
“Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dibantu oleh mediator”5 Pada prinsipnya,
mediasi di lingkungan pengadilan dilakukan oleh mediator yang berasal dari luar
pengadilan. Namun, mengingat jumlah mediator yang sangat terbatas dan tidak
semua pengadilan tingkat pertama tersedia mediator bersertifikat mediator, maka
PERMA ini mengizinkan hakim (belum bersertifikat mediator) menjadi mediator.6
3Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka
Bru Press, 2016), hlm. 141 4 An-Nisa (4) 35 5 PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi 6Supardi & Zahrotul Hanifiyah, “Penyebab Kegagalan Mediasi Dalam Proses Perceraian
(Studi Kasus Di Pengadilan Agama Kudus Periode Januari-April 2017)”, Jurnal Pemikiran Hukum
dan Hukum Islam, 2014, hlm. 4
3
Hakim yang menjadi mediator bukanlah hakim yang sedang menangani perkara
yang akan dimediasikan, tetapi hakim-hakim lainnya di pengadilan tersebut.
Mediator non hakim dapat berpraktik di pengadilan, bila memiliki sertifikat
mediator yang diperoleh setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh
lembaga yang mendapat akreditasi dari Mahkamah Agung RI (Pasal 1 ayat (2)
PERMA Nomor 01 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan).
Dalam mediasi para pihak yang bersengketa pro aktif dan memiliki
kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan. Pihak mediator tidak memiliki
kewenangan untuk memberi putusan terhadap sengketa tersebut, melainkan hanya
berfungsi untuk membantu dan menemukan solusi terhadap para pihak yang
bersengketa tersebut. Pada umumnya, mediasi dilakukan pada ruangan khusus
yang telah disediakan oleh pengadilan. Di ruangan tersebut kedua belah pihak
melakukan proses mediasi yang didampingi oleh hakim mediator yang telah
ditunjuk. Hal ini sesuai dengan ketentuan pada PERMA Nomor 1 Tahun 2016
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.Diantara perkara di lingkungan Peradilan
Agama yang paling banyak ditangani adalah perkara perceraian dikarenakan
ketidakharmonisan hubungan suami isteri dalam perkawinan.7 Dalam undang-
undang dijelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan untuk membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dari observasi awal yang penulis lakukan di PengadilanAgama Sengeti
dapat diketahui bahwa keberadaan Pengadilan Agama Sengeti sangat membantu
7Muslimah Suciati, “Implementasi Mediasi Terhadap Perkara Perceraian Di Pengadilan
Agama Kendari”, Skripsi: Fakultas Hukum Program Pascasarjana (S2) Universitas Hasanuddin,
2015, hlm. 3
4
masyarakat pencari keadilan dalam menyelesaikan masalah rumah tangga dengan
memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan jujur. Menciptakan aparat peradilan
yang professional, berakhlak serta bermartabat dengan menjungjung tinggi
akuntabilitas dan transparansi biaya perkara.8 Berdasarkan data yang peneliti
temukan di PengadilanAgama Sengeti, dari beberapa perkara perceraian yang ada
di PengadilanAgama Sengetiditemukan bahwa mediasi yang telah dilakukan agar
mengurangi akngka perceraian rupanya belum berjalan efektif dikarenakan
pemohon tetap pada pendiriannya untuk mengajukan gugatan dan persidangan,
sehingga permohonan tersebut dapat terkabulkan.
Tahun Jumlah Perkara Putusan Belum Putusan Berhasil
dimediasi
2016 500 379 86 35
2017 600 501 60 39
2018 400 324 54 22
Sumber: PengadilanAgama Sengeti
Upaya perdamaian yang dimaksud oleh Pasal 130 ayat (1) HIR bersifat
imperatif. Artinya hakim berkewajiban mendamaikan pihak-pihak yang
bersengketa sebelum dimulainya proses persidangan. Sang hakim berusaha
mendamaikan dengan cara-cara yang baik agar ada titik temu sehingga tidak perlu
ada proses persidangan yang lama dan melelahkan. Walaupun demikian, upaya
damai yang dilakukan tetap mengedepankan kepentingan semua pihak yang
bersengketa sehingga semua merasa puas dan tidak ada yang merasa dirugikan.
Peradilan Agama sebagai wujud peradilan Islam di Indonesia tentunya
mengamalkan konsep yang berdasarkan merupakan ajaran Islam. Para hakim di
8 Observasi penulis di di PengadilanAgama Sengeti pada 20 Januari 2018
5
Pengadilan Agama harus selalu mengupayakan dua pihak yang bersengketa untuk
menempuh jalur damai, karena jalur damai akan mempercepat penyelesaian
perkara dan mengakhirinya atas kehendak kedua belahpihak.Berangkat dari tujuan
awal adanya mediasi yang diantara tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah
perkara, maka penulis beranggapan perlu untuk dijadikan objek penelitian dalam
sebuah skripsi yang judul “Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri
di Pengadilan Agama Sengeti”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan
sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di
Pengadilan Agama Sengeti?
2. Apa saja faktor penghambat keberhasilan mediasi terhadap perkara cerai gugat
istri di Pengadilan Agama Sengeti ?
3. Apa saja faktor pendukung keberhasilan mediasi terhadap perkara cerai gugat
istri di Pengadilan Agama Sengeti ?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang
telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan batasan masalah ini
hanya membahas Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di
Pengadilan Agama Sengeti dari tahun 2016-2018.
6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan penelitian yaitu
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di
Pengadilan Agama Sengeti.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat keberhasilan mediasi terhadap perkara
cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung keberhasilan mediasi terhadap perkara
cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman dan
wawasan bagi penulis sendiri terhadap Pelaksanaan mediasi terhadap perkara
cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
b. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Siafuddin
Jambi.
c. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk di Fakultas Syari’ah
khususnya jurusan Hukum Keluarga dan dosen-dosen Fakultas Syari’ah
lainnya.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk mengembangkan
penelitian ini lebih lanjut guna kepentingan ilmu pengetahuan khususnya studi
hukum keluarga Islam.
7
e. Sebagai sumber referenci dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermamfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
E. Kerangka Teoritisdan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
a. PengertianMediasi
Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang
berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak
ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya menengahi dan
menyelesaikan sengketa antara para pihak.9Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata mediasi diberi arti sebagai proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam
penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat. Kamus Hukum Ekonomi ELIPS
sebagaimana dikutip oleh Rina Antasari, memberikan batasan bahwa mediation,
mediasi: salah satu alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan, dengan
menggunakan jasa seorang mediator atau penengah.10 Itu artinya mediasi adalah
suatu prosedur penengahan dimana seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk
berkomunikasi antarpara pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas
sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab
utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada di tangan para pihak sendiri.
2. Kerangka Konseptual
a. Mediasi
9Syafruddin, “Upaya Mediasi Dalam Meminimalisir Angkaperceraian Di Pengadilan
Agama Kelas I B Watampone”, Jurnal Hukum Keluarga Islam, Vol. II No. 1, hlm. 3 10Rina Antasari, “Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem Peradilan Agama (Kajian
Implementasi Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Kelas I A Palembang)”,
Jurnal Intizar, Vol. 19, No. 1, 2013, hlm. 4
8
Hubungan antara mediasi dan negosiasi, yaitu mediasi adalah sebuah
intervensi terhadap proses negosiasi yang dilakukan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga
memiliki kewenangan terbatas (limited) atau sama sekali tidak memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan, yang membantu para pihak yang
bersengketa mencapai penyelesaian sengketa yang diterima kedua
belahpihak.Dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2016 disebutkan pengertian mediasi
adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu olehmediator.11Untuk mengerti secara
komprehensif mengenai mediasi, menurut Siddiki perlu dipahami tentang 3 (tiga)
aspek dari mediasi sebagai berikut:
1) Aspek Urgensi/Motivasi
Urgensi dan motivasi dari mediasi adalah agar pihak-pihak yang berperkara
menjadi damai dan tidak melanjutkan perkaranya dalam proses pengadilan.
Apabila ada hal-hal yang mengganjal yang selama ini menjadi masalah, maka
harus diselesaikan secara kekeluargaan dengan musyawarah mufakat. Tujuan
utama mediasi adalah untuk mencapai perdamaian antara pihak- pihak yang
bertikai. Pihak-pihak yang bertikai atau berperkara biasanya sangat sulit untuk
mencapai kata sepakat apabila bertemu dengan sendirinya. Titik temu yang selama
ini beku mengenai hal-hal yang dipertikaikan itu biasanya bisa menjadi cair apabila
ada yang mempertemukan. Maka mediasi merupakan sarana untuk
mempertemukan pihak-pihak yang berperkara dengan difasilitasi oleh seorang atau
lebih mediator untuk menfilter persoalan-persoalan agar menjadi jernih dan pihak-
11PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi
9
pihak yang bertikai mendapatkan kesadaran akan pentingnya perdamaian antara
mereka.
2) Aspek Prinsip
Secara hukum mediasi tercantum dalam Pasal 3 ayat (1) PERMA Nomor
01 Tahun 2016 yang mewajibkan setiap hakim, mediator dan para pihak untuk
mengikuti prosedur penyelesaian perkara melalui mediasi. Apabila tidak
menempuh prosedur mediasi menurut PERMA ini merupakan pelanggaran
terhadap Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 Rbg. yang mengakibatkan putusan
batal demi hukum. Artinya, semua perkara yang masuk ke pengadilan tingkat
pertama tidak mungkin melewatkan acara mediasi. Karena apabila hal ini terjadi
resikonya akan fatal.
3) Aspek Substansi
Yaitu bahwa mediasi merupakan suatu rangkaian proses yang harus dilalui
untuk setiap perkara perdata yang masuk ke Pengadilan. Substansi mediasi adalah
proses yang harus dijalani secara sunggguh-sungguh untuk mencapai perdamaian.
Karena itu diberikan waktu tersendiri untuk melaksanakan mediasi sebelum
perkaranya diperiksa. Mediasi bukan hanya sekadar untuk memenuhi syarat
legalitas formal, tetapi merupakan upaya yang sungguh- sungguh yang harus
dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk mencapai perdamaian. Mediasi adalah
merupakan upaya pihak-pihak yang perperkara untuk berdamai demi kepentingan
pihak-pihak itu sendiri. Bukan kepentingan Pengadilan atau hakim, juga bukan
kepentingan mediator. Sehingga dengan demikiaan segala biaya yang timbul
karena proses mediasi ini ditanggung oleh pihak-pihak yang berperkara.
10
Dalam kamus istilah hukum terdapat pengertian mediasi yang berbeda,
begitu pula para ahli hukum memberikan pengertian yang berbeda-beda. Untuk
memudahkan dalam memahami pengertian mediasi, penulis berpendapat bahwa
untuk kemudahan dalam memahami mediasi dapat dilakukan dengan mengetahui
unsur-unsur yang terdapat dalam mediasi sebagai berikut:12
a) Metode alternatif penyelesaiansengketa;
b) Bersifat nonlitigasi;
c) Menggunakan jasa mediator;dan
d) Kesepakatan sesuai keinginan parapihak.
b. Asas-asas Umum Dalam ProsesMediasi
Oleh karena PERMA menyebutkan bahwa mediasi merupakan proses yang
berada di luar litigasi, maka menurut Muslimah Suciati proses mediasi memiliki
ciri dan prinsip yang berbeda dengan prinsip persidangan pada umumnya yang
mana perbedaan tersebut antaralain:13
1) Proses mediasi bersifat informal. Mediator sebagai fasilitator akan
menggunakan pendekatan non legal dalam menyelesaikan perkara, sehingga
tidak kaku dan rigid. Bagi mediator non hakim, pertemuan dapat dilakukan di
luar pengadilan seperti hotel, restoran, dan sebagainya, sehingga suasana yang
nyaman relatif lebih baik agar tercipta perdamaian bagi kedua belah pihak.
Dalam mediasi di pengadilan tetap mengikuti aturan hukum acara sebagai
12Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, (Jakarta: Perpustakaan Nasional KDT, 1999), hlm. 235 13Muslimah Suciati, “Implementasi Mediasi Terhadap Perkara Perceraian Di Pengadilan
Agama Kendari”, Skripsi: Fakultas Hukum Program Pascasarjana (S2) Universitas Hasanuddin,
2015.
11
panduan proses, namun tingkat formalitasnya tidak seformal persidangan di
pengadilan. Maka proses mediasi di pengadilan bersifat semi informal.
2) Waktu yang dibutuhkan relatif singkat. Dalam Pasal 24 Ayat (2) PERMA
Nomor 1 Tahun 2016 disebutkan bahwa proses mediasi berlangsung paling
lama 30 (empat puluh) hari dan dalam Pasal 24 Ayat (3) dapat diperpanjang
paling lama 30 (empat belas) hari. Waktu tersebut tidaklah mutlak, bila
kesepakatan tercapai kurang dari 30 (empat puluh) hari, mediator dapat
langsung mengajukan kesepakatan damai kehadapan hakim yang memeriksa
perkara untuk dibuat akta perdamaian. Akan tetapi bila mediasi di pengadilan
tingkat pertama gagal, dapat dilakukan kembali pada tingkat banding, kasasi,
dan peninjauan kembali.
3) Penyelesaian didasarkan atas kesepakatan para pihak. Mediator hanya sebagai
fasilitator agar tercapai sebuah kesepakatan yang dapat menguntungkan kedua
belahpihak.
4) Biaya ringan dan murah. Bila para pihak menggunakan jasa mediator non
hakim, biaya mediasi tergantung kebutuhan selama berlangsungnya proses
mediasi. Namun bila menggunakan jasa mediator hakim, biaya akan jauh lebih
murah, yakni hanya dikenakan biaya pemanggilan bila ada pihak yang tidak
hadir sesuai perjanjian. Sedangkan untuk jasa mediator dari kalangan hakim
dan penggunaan ruang mediasi di pengadilan tidak dipungut biaya apapun.
5) Prosesnya tertutup dan bersifat rahasia. Dalam Pasal 5 ayat (1) PERMA Nomor
1 Tahun 2016 disebutkan bahwa proses mediasi pada asasnya tertutup kecuali
para pihak menghendaki lain.
12
6) Kesepakatan damai bersifat mengakhiri perkara. Artinya bila para pihak
menghendaki kesepakatan damai, gugatan perkara harus dicabut, sehingga
perkara dinyatakanselesai.
7) Proses mediasi dapat mengesampingkan pembuktian. Para pihak tidak perlu
saling berdebat dengan alasan bukti-bukti, namun yang diupayakan adalah
mempertemukan titik temu daripermasalahan.
8) Proses mediasi menggunakan pendekatan komunikasi. Dilakukan pendekatan
dialog dengan pola komunikasi interaktif saling menghormati dan menghargai.
9) Hasil mediasi bersifat win-win solution. Tidak ada istilah menangkalah. Semua
pihak harus menerima kesepakatan yang mereka buat bersama-sama.
10) Akta perdamaian bersifat final dan binding. Berkekuatan hukum tetap (BHT)
dan dapatdieksekusi.14
c. Keuntungan Memilih Proses Mediasi
Mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa pastinya memberikan
keuntungan bagi para pihak yang ingin menyelesaikan perkaranya.Sehingga sangat
tepat bila dijadikan pilihan dibandingkan dengan mengikuti persidangan di
pengadilan. Menurut Achmad Ali, keuntungan menggunakan mediasi adalah:
1) Proses yang cepat: persengketaan yang paling banyak ditangani oleh pusat-
pusat mediasi publik dapat dituntaskan dengan pemeriksaan yang hanya
berlangsung dua hingga tiga minggu. Rata-rata waktu yang digunakan untuk
setiap pemeriksaan adalah satu hingga satu setengahjam.
14Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta Timur: Sinar Garafika,
2015), hlm. 230.
13
2) Bersifat rahasia: segala sesuatu yang diucapkan selama pemeriksaan mediasi
bersifat rahasia di mana tidak dihadiri oleh publik dan juga tidak ada pers
yangmeliput.
3) Tidak mahal: sebagian besar pusat-pusat mediasi publik menyediakan kualitas
pelayanan secara gratis atau paling tidak dengan biaya yang sangat murah: para
pengacara tidak dibutuhkan dalam suatu prosesmediasi.
4) Adil: solusi bagi suatu persengketaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan-
kebutuhan masing-masing pihak: preseden-preseden hukum tidak akan
diterapkan dalam kasus-kasus yang diperiksa olehmediasi.
5) Berhasil baik: pada empat dari lima kasus yang telah mencapai tahap mediasi,
kedua pihak yang bersengketa mencapai suatu hasil yang diinginkan.
d. Peran dan FungsiMediator
Menurut PERMA Nomor 1 Tahun 2016, mediator adalah pihak netral yang
membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai
kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian.Mediator memiliki peran yang sangat penting
agar tercapai kesepakatan damai diantara pihak-pihak yang bersengketa. Gery
Goodpaster sebagaimana dikutip oleh D.Y. Witanto, menyebutkan bahwa mediator
memiliki beberapa peran penting antara lain:
1) Melakukan diagnosakonflik;
2) Mengidentifikasi masalah serta kepentingan-kepentingankritis;
3) Menyusunagenda;
4) Memperlancar dan mengendalikankomunikasi;
14
5) Mengajar para pihak dalam proses dan keterampilan tawarmenawar;
6) Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting;
7) Penyelesaian masalah untuk menciptakan pilihan-pilihan;dan
8) Diagnosis sengketa untuk memudahkan penyelesaianproblem.
Dapat kita pahami bahwa seorang mediator memiliki peran yang sangat
penting bagi tercapainya kesepakatan damai diantara para pihak. Selain peran
tersebut diatas, menurut Fuller, mediator juga memiliki beberapa fungsi antara
lain:
a) Sebagai katalisator, yakni menciptakan keadaan dan suasana baru dari sebuah
pertentangan ke arah kondisi kooperatif dalam forumkebersamaan.
b) Sebagai pendidik, yakni mampu memberikan arahan dan nasihat untuk
menemukan solusi terbaik bagi semuapihak.
c) Sebagai penerjemah, yakni menerjemahkan konsep masing-masing pihak dan
hal-hal yang ingin dilakukan dan ditawarkan satu samalain.
d) Sebagai narasumber, yakni mampu mendayagunakan atau melipatgandakan
kemanfaatan sumber-sumber informasi yang tersedia.
e) Sebagai penyandang berita jelek, yakni menetralisir konflik dari berbagai
informasi yang bersifat negatif, memancing emosi, dan memperkeruh suasana.
f) Sebagai agen realitas, yakni menampung segala informasi baik berupa keluhan,
tuduhan maupun pengakuan dan menyalurkan informasi tersebut kepada pihak
lawan dengan bahasa yang tidakprovokatif.
15
g) Sebagai kambing hitam, yakni siapmenerima penolakan dan ketidakpuasanpara
pihak terhadap solusi yang ditawarkan kepada para pihak.15
e. ProsesMediasi
Berhasil atau tidaknya mediasi tergantung dari proses yang dijalankan. Bila
proses baik, tercapailah kesepakatan damai antara kedua belah pihak. Namun
sebaliknya, proses yang tidak baik akan menjadikan mediasi gagal. Berikut
tahapan-tahapan dalam proses mediasi yang diatur oleh PERMA Nomor 1 Tahun
2016:16
1) Tahapan PraMediasi
Penggugat mendaftarkan gugatannya di Pengadilan Agama Sengeti .
Kemudian ketua pengadilan akan menunjuk majelis hakim yang akan memeriksa
perkaranya. Kewajiban melakukan mediasi timbul jika pada hari persidangan
pertama para pihak hadir. Majelis Hakim menyampaikan kepada penggugat dan
tergugat prosedur mediasi yang wajib mereka jalankan. Setelah menjelaskan
prosedur mediasi, Majelis Hakim memberikan kesempatan kepada para pihak
untuk memilih mediator dalam daftar mediator yang terpampang di ruang tunggu
kantor pengadilan. Para pihak boleh memilih mediator sendiri dengan syarat
mediator tersebut telah memiliki sertifikatmediator.
Bila dalam waktu 2 (dua) hari para pihak tidak dapat menentukan mediator,
Majelis Hakim akan menunjuk hakim pengadilan di luar Hakim Pemeriksa Perkara
15Rina Antasari, “Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem Peradilan Agama (Kajian
Implementasi Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Kelas I A Palembang)”,
hlm. 7 16PERMA Nomor 1 Tahun2016 tentang Prosedur Mediasi
16
yang bersertifikat. Namun jika tidak ada hakim yang bersertifikat, salah satu
anggota Hakim Pemeriksa Perkara yang ditunjuk oleh Ketua Majelis wajib
menjalankan fungsi mediator.Hakim Pemeriksa Perkara memberikan waktu selama
30 (tiga puluh) hari kerja kepada para pihak untuk menempuh proses mediasi. Jika
diperlukan waktu mediasi dapat diperpanjang untuk waktu 30 (tiga puluh) hari
kerja (Pasal 24 Ayat [3]).
2) PembentukanForum
Dalam waktu 5 (lima) hari setelah para pihak menunjuk mediator yang
disepakati atau setelah para pihak gagal memilih mediator, para pihak dapat
menyerahkan resume perkara33 kepada mediator yang ditunjuk oleh MajelisHakim.
Dalam forum dilakukan pertemuan bersama untuk berdialog. Mediator dapat
meminta agar pertemuan dihadiri langsung oleh pihak yang bersengketa dan tidak
diwakili oleh kuasa hukum. Di forum tersebut, mediator menampung aspirasi,
membimbing serta menciptakan hubungan dan kepercayaan parapihak.
3) PendalamanMasalah
Cara mediator mendalami permasalahan adalah dengan cara kaukus34,
mengolah data dan mengembangkan informasi, melakukan eksplorasi kepentingan
para pihak, memberikan penilaian terhadap kepentingan-kepentingan yang telah
diinventarisir, dan akhirnya menggiring para pihak pada proses tawar menawar
penyelesaian masalah.
4) Penyelesaian Akhir dan Penentuan HasilKesepakatan
17
Pada tahap penyelesaian akhir, para pihak akan menyampaikan
kehendaknya berdasarkan kepentingan mereka dalam bentuk butir-butir
kesepakatan. Mediator akan menampung kehendak para pihak dalam catatan dan
menuangkannya ke dalam dokumen kesepakatan. Dalam Pasal 28 Ayat(4).
PERMA Nomor 1 Tahun 2016 disebutkan syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam kesepakatan perdamaian adalah sebagaiberikut:17
a) sesuai kehendak parapihak;
b) tidak bertentangan denganhukum;
c) tidak merugikan pihakketiga;
d) dapat dieksekusi;dan
e) dengan iktikadbaik.
Bila terdapat kesepakatan yang melanggar syarat-syarat tersebut diatas,
mediator wajib mengingatkan para pihak. Namun bila mereka bersikeras, mediator
berwenang untuk menyatakan bahwa proses mediasinya gagal dan melaporkan
kepada Hakim Pemeriksa Perkara.Jika tercapai kesepakatan perdamaian, para
pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan
yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Dokumen
kesepakatan damai akan dibawa kehadapan Hakim Pemeriksa Perkara untuk dapat
dikukuhkan menjadi akta perdamaian.18
5) Kesepakatan di LuarPengadilan
17Muhammad Syaifuddin, Pluralitas Hukum Perceraian, (Bandung: Tunggal Mandiri
Publishing, 2012), hlm. 4 18Rina Antasari, “Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem Peradilan Agama (Kajian
Implementasi Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Kelas I A Palembang)”,
hlm. 7
18
Dalam Pasal 23 Ayat (1) PERMA disebutkan bahwa para pihak dengan
bantuan mediator bersertifikat yang berhasil menyelesaikan sengketa di luar
pengadilan dengan kesepakatan perdamaian dapat mengajukan kesepakatan
perdamaian tersebut ke pengadilan yang berwenang untuk memperoleh akta
perdamaian dengan cara mengajukan gugatan.Maksud dari pengajuan gugatan ini
adalah agar sengketa para pihak masuk dalam kewenangan pengadilan melalui
pendaftaran pada register perkara di Kepaniteraan Perdata. Ketua Pengadilan
selanjutnya dapat menunjuk Majelis Hakim yang akan mengukuhkan perdamaian
tersebut dalam persidangan yang terbuka untuk umum (kecuali perkara yang
bersifat tertutup untuk umum seperti perceraian).
6) Keterlibatan Ahli dalam ProsesMediasi
Pasal 26 Ayat (1) PERMA Nomor 1 tahun 2016 menyebutkan bahwa atas
persetujuan para pihak atau kuasa hukum, mediator dapat mengundang seorang
atau lebih ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau
pertimbangan yang dapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat di antara
para pihak.Biaya untuk mendatangkan seorang ahli ditanggung oleh para pihak
berdasarkan kesepakatan. Namun PERMA tidak menjelaskan siapa yang dapat
dikategorikan sebagai ahli, sehingga penentuan siapa yang akan dijadikan ahli
dalam proses mediasi sesuai dengan rekomendasi mediator dan kesepakatan para
pihak.
7) BerakhirnyaMediasi
19
Proses mediasi dinyatakan berakhir dengan 2 (dua) bentuk. Pertama,
mediasi berhasil dengan menghasilkan butir-butir kesepakatan di antara para
pihak, proses perdamaian tersebut akan ditindaklanjuti dengan pengukuhan
kesepakatan damai menjadi akta perdamaian yang mengandung kekuatan seperti
layaknya Putusan Hakim yang telah berkekuatan hukum tetap. Kedua, proses
mediasi menemukan jalan buntu dan berakhir dengan kegagalan. Proses mediasi di
pengadilan yang gagal akan dilanjutkan di sidang pengadilan.
8) Mediasi Pada Tahap UpayaHukum
Para pihak atas dasar kesepakatan bersama, dapat menempuh upaya
perdamaian terhadap perkara yang sedang dalam proses banding, kasasi, atau
peninjauan kembali atau terhadap perkara yang sedang diperiksa pada tingkat
banding, kasasi, dan peninjauan kembali sepanjang perkara itu belum
diputus.Demikian tahapan-tahapan mediasi yang telah diatur dalam PERMA
Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Secara singkat
tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat secara sistematis dalam tabel sebagai
berikut:
f. Mediasi DalamIslam
Istilah mediasi dalam Islam dikenal dengan al-Sulh. Secara bahasa artinya
qath al-niza‟ yakni menyelesaikan pertengkaran. Pengertian dari al-Sulh sendiri
adalah:Akad yang mengakhiri persengketaan antara dua pihak.19Praktik al-Sulh
sudah dilakukan pada masa Nabi Muhammad SAW. dengan berbagai bentuk.
19Mustafha Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, (Jakarta Selatan: PT Mizan
Publike, 2009), hlm. 204.
20
Untuk mendamaikan suami istri yang sedang bertengkar, antara kaum muslim
dengan kaum kafir, dan antara satu pihak dengan pihak lain yang sedang
berselisih. Al-Sulh menjadi metode untuk mendamaikan dengan kerelaan masing-
masing pihak yang berselisih tanpa dilakukan proses peradilan ke hadapan hakim.
Tujuan utamanya adalah agar pihak-pihak yang berselisih dapat menemukan
kepuasan atas jalan keluar akan konflik yang terjadi. Karena asasnya adalah
kerelaan semuapihak.Dalam perkara perceraian, al-Quran menjelaskan tentang al-
Sulh dalam surat al-Nisa ayat 128 sebagai berikut:
وإن امرأة خافت من بعلها نشوزا أو إعراضا فلا جناح عليهما أن
لح خير وأحضرت النفس الشح وإن يصلحا بينهما صلحا والص
كان بما تعملون خبيرا تحسنوا وتتقوا فإن الل
Artinya: dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari
suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya Mengadakan perdamaian
yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir dan jika kamu bergaul
dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan
sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Ayat ini diturunkan berkaitan dengan kisah Saudah binti Zam‟ah, isteri
Rasulullah SAW disaat ia mencapai usia lanjut, Rasulullah SAW hendak
menceraikannya. Lalu Saudah memberikan jatah harinya kepada Aisyah sebagai
tawaran asalkan ia tidak diceraikan. Rasulullah SAW menerima hal tersebut dan
mengurungkan niatnya untuk menceraikannya.
Tafsir ayat ini juga ada dalam kitab Shahih al-Bukhari. Dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan wanita yang takut akan nusyuz atau sikap acuh tak acuh
dari suaminya adalah wanita yang suaminya tidak lagi ada keinginan terhadapnya,
21
yaitu hendak menceraikannya dan ingin menikah dengan wanita lain. Lalu si
wanita (isterinya) berkata kepada suaminya: “Pertahankanlah diriku dan jangan
engkau ceraikan. Silakan engkau menikah lagi dengan wanita lain,engkau terbebas
dari nafkah dan kebutuhan untukku.” Maka firman Allah dalam ayat tersebut:
Maka tidak mengapa bagi keduanya mengusahakan perdamaian yang sebenar-
benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) Dari sebab turunnya ayat
ini,penulis berpendapat bahwa Saudah saat itu melakukan upaya perdamaian
ketika akan terjadi perceraian.Iaberupaya mempertahankan keutuhan rumah
tangganya dengan merelakan jatah harinya diberikan kepada Aisyah,isteri
Rasulullah SAW yang paling muda. Dalam hal ini,memang tidak ada pihak ketiga
sebagai mediator. Namun apa yang dilakukan Saudah adalah bentuk alternatif
penyelesaian sengketa yang kemudian ditegaskan dalam syariat Islam dengan
turunnya surat an-Nisa ayat128 tersebut. Bentuk perdamaian antara suami isteri
yang sedang berselisih terdapat dalam al-Quran surat al-Nisa ayat 35. Ayat ini
lebih dekat dengan pengertian dan konsep mediasi yang ada dalam PERMA
Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi diPengadilan.
Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakam (juru damai) dari keluarga laki-laki dan seorang
hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua hakam itu bermaksud
mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami isteri
itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi MahaMengenal.20
Ayat ini menjelaskan bahwa jika ada syiqaq/persengketaan antara suami
isteri, maka Hakim mengutus 2 (dua) orang hakam/juru damai. Kedua hakam
tersebut bertugas untuk mempelajari sebab-sebab persengketaan dan mencari jalan
20PERMA Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi
22
keluar terbaik bagi mereka, apakah baik bagi mereka perdamaian atau pun
mengakhiri perkawinan mereka. Syarat-syarat hakam adalah:
1) Berakal.
2) Baligh.
3) Adil.
4) Muslim.
Tidak disyaratkan hakam berasal dari pihak keluarga suami maupun isteri.
Perintah dalam ayat 35 diatas bersifat anjuran. Bisa jadi hakam diluar pihak
keluarga lebih mampu memahami persoalan dan mencari jalan keluar terbaik bagi
persengketaan yang terjadi diantara suami isteri tersebut.Penulis berpendapat
bahwa perintah mendamaikan dalam ayat ini tidak jauh berbeda dengan konsep
dan praktik mediasi. Dimana hakim mengutus hakam yang memenuhi syarat-
syarat seperti layaknya seorang mediator profesional. Seorang hakam juga berhak
memberikan kesimpulan apakah perkawinan antara suami isteri layak
dipertahankan atau bahkan lebih baik bubar. Tidak berbeda dengan tugas mediator
yang melaporkan hasil mediasi dengan dua pilihan, berhasil ataugagal.
Konsep Islam dalam menghadapi persengketaan antara suami isteri adalah
menjaga keutuhan rumah tangga. Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, tidak
mungkin dilewati tanpa adanya perbedaan sikap dan pendapat yang berakumulasi
pada sebuah konflik. Oleh karena itu, Islam selalu memerintahkan kepada
pemeluknya agar selalu berusaha menghindari konflik. Namun bila terjadi,
perdamaian adalah jalan utama yang harus diambil selama tidak melanggar
23
syariat. Penulis berkesimpulan bahwa perdamaian dalam sengketa yang berkaitan
dengan hubungan keperdataan dalam Islam termasuk perkara perceraian adalah
boleh, bahkan dianjurkan. Maka mediasi dalam perkara perceraian tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam yang mengutamakan keutuhan rumah
tangga. Bahkan menjadikan upaya perdamaian sebagai alternatif penyelesaian
sengketa suami isteri agar terhindar dari perceraian dengan tetap mengutamakan
kemaslahatan dalam kehidupan rumahtangga.
F. Tinjauan Pustaka
Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu;
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Rina Antasari21Insitut dengan
judul Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem Peradilan Agama (Kajian Implementasi
Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Kelas I A Palembang
yang ditulis pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan
peraturan tentang mediasi di agama pengadilan dan cara penyelesaian sengketa
melalui mediasi dan pelaksanaan mediasi dalam kasus pengadilan di Pengadilan
Agama Kelas I A Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Dari penelitian
ini diketahui bahwa latar belakang aturan kebijakan mediasi di Pengadilan Agama
adalah (a) manfaat yang bisa diperoleh jika mediasi digunakan sebagai alat dalam
penyelesaian sengketa, yaitu proses mediasi bisa mengatasi masalah akumulasi
21Rina Antasari, “Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem Peradilan Agama (Kajian
Implementasi Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama Kelas I A Palembang)”,
Jurnal Intizar, Vol. 19, No. 1, 2013, hlm. 4
24
materi, proses mediasi dipandang sebagai sarana penyelesaian sengketa yang lebih
cepat dan lebih murah daripada proses litigasi, penegakan mediasi dapat
memperluas akses bagi semua pihak untuk memperoleh rasa keadilan, (b)
penyediaan upaya perdamaian mereka dalam undang-undang. (c) masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang suka damai. Pelaksanaan proses mediasi di
pengadilan agama dilakukan dengan dua cara, yaitu mediasi litigasi awal, dan
mediasi lebih litigasi.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Fitri Purnamasari22dengan judulu
Pelaksanaan Mediasi Pada Penyelesaian Perceraian Di Pengadilan Agama
Kuningan yang ditulis pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui bagaimana Pelaksanaan pada Penyelesaian Perceraian di Pengadilan
Agama Kuningan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
pendekatan yuridis empiris dengan menggunakan data primer dan data sekunder
serta alat pengumpulan data yang digunakan melalui wawancara, observasi dan
studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah. Pelaksanaannya telah di atur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkwinan, Kompilasi Hukum
Islam, dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan. Kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah Mediasi yang
seharusnya menjadi salah satu alternatif proses penyelesaian sengketa yang dapat
memberikan akses keadilan yang lebbesar kepada para pihak dalam menemukan
penyelesaian sengketa yang memuaskan dan mmemenuhi rasa keadilan, serta
22 Fitri Purnamasari, “Pelaksanaan Mediasi Pada Penyelesaian Perceraian Di Pengadilan
Agama Kuningan”, Jurnal Unifikasi, Vol. 04 Nomor 02 Juli 2017
25
menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara
khususnya untuk perkara perceraian, pada akhirnya belum efektif dilaksanakan.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muslimah Suciati23dengan judul
Implementasi Mediasi Terhadap Perkara Perceraian Di Pengadilan Agama Kendari
yang ditulis pada tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
implementasi substansi hukum mediasi yang diterapkan di Pengadilan Agama
Kendari dalam perkara perceraian, untuk mengetahui mediasi yang dilakukan
Pengadilan Agama Kendari dapat mengurangi angka perceraian dan menjadi
instrumen efektif dalam mencegah penumpukan perkaradi pengadilan.Penelitian
ini dilakukan di Pengadilan Agama Kendari dengan pertimbangan bahwa angka
perceraian di Pengadilan Agama Kendari dalam kurun tiga tahun sebelum Perma
dan tiga tahun pasca Perma tidak menunjukkan perbedaan angka yang signifikan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris dengan pemilihan sampel
melalui teknik random sampling dan purposive sampling yang disesuaikan dengan
sampel yang dipilih. Data yang diteliti meliputi data primer dan data sekunder,
kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa implementas mediasi menunjukkan angka kegagalan di mana masih banyak
angka perceraian dan keberhasilan di mana perkara perceraian berakhir secara
damai dengan berbagai faktor yang memengaruhinya, yaitu faktor sifat perkara,
faktor para pihak, faktor mediator, dan faktor advokad. Pelaksanaan mediasi juga
belum mampu menurunkan angka perceraian dan mengatasi masalah penumpukan
23Muslimah Suciati, “Implementasi Mediasi Terhadap Perkara Perceraian Di Pengadilan
Agama Kendari”, Skripsi: Fakultas Hukum Program Pascasarjana (S2) Universitas Hasanuddin,
2015, hlm. 1
26
perkara di pengadilan, serta kultur sosial dan pertimbangan kultural hakim turut
memengaruhi putusan perceraian.
Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan skripsiini dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya adalah pada salah satu variabel yang digunakan dalam
membahas pokok permasalahan, yaitu variabel peranan mediasi. Sedangkan,
perbedaan antara skripsiini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah pada
penerapan pelaksanaan dan faktor penghambat dan pendukung dalam mediasi.
Pada skripsiini kajian lebih difokuskan untuk menjelaskan secara deskriptif
mengenai Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan
Agama Sengeti.
G. Alasan Pemilihan Judul
Saya memilih judul ini karena saya merasa mediasi memiliki peran yang
sangat penting agar terwujudnya perdamaian terhadap perkara perceraian. Dan
saya ingin mengetahui pelaksanaan, faktor penghambat dan faktor pendukung
mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
27
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tentang Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri
di Pengadilan Agama Sengeti. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak disahkannya
penelitian, yaitu bulan April 2018. Kegiatan penelitian ini dimulai sejak
disahkannya penelitian ini. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Kantor Pengadilan Agama Sengeti telah memberikan kontribusinya dalam
mendamaikan pada pemohon yang meminta cerai.
2. Adanya kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai
keterangan yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah yuridis empiris yang dengan
kata lain adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan
penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang
terjadi dalam kenyataannya di masyarakat.24Atau dengan kata lain yaitu suatu
penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang
terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-
fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul kemudian
menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada
penyelesaianmasalah Penelitian ini termasuk kedalam penelitian Empiris, karena
24Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 9.
27
28
hendak mengetahui Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di
Pengadilan Agama Sengeti.
C. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.25
Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
rangka mengetahui Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di
Pengadilan Agama Sengeti. Menurut Sugiyono menyatakan bahwa “Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci”.26 Kualitatif adalah suatu rencana dan cara yang
akan digunakan peneliti untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.
D. Jenis Dan Sumber Data
a. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primes dan data sekunder, data
primer di mana data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
dengan pihak Pengadilan Pengadilan Agama Sengeti. Sedangkan data sekunder
25Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 22. 26Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 5.
29
yang diperoleh melalui buku- buku rujukan seperti, Perundang-Undangan, juga
dalam sebuah skiripsi dan terdapat juga data yang diperoleh dari internet dan
sumber sumber lain yang memiliki hubungan terhadap masalah yang diteliti.27
b. Senmber data
Sumber data penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/ peristiwa, dan
dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan orang yang bisa
memberikan data melalui wawancara bersama satu Hakim dan 2 (dua) pegawai
Kantor Pengadilan Agama Sengeti. Sumber data tersebut merupakan objek yang
akan diobservasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Peristiwa atau Kejadian
Dalam penelitian ini peristiwa dijadikan sumber data adalah Pelaksanaan
mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
b. Pelaksana pemberi kewenangan
Dalam hal ini pegawai Pengadilan Agama Sengetiyang dapat memberikan
informasi dapat dilakukan melalui wawancara dan lainnya.
c. Dokumentasi
Sumber data yang diambil dari dokumen ini berupa data dalam bentuk laporan,
catatan peristiwa, keterangan, jumlah permasalahan serta keuntungan, dan lain
sebagainya.28
E. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi adalah Pengadilan Agama Sengeti. Unit
analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi
27 Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, (2012), hlm. 34 28Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 16.
30
swasta atau sekelompok orang.29 Unit analisis juga menjelaskan kapan waktu
(tahun berapa, atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian tidak
secara jelas menggambarkan mengenai batasan waktu tersebut. Dalam skripsi ini
penulis menggunakan unit analisis dengan analisis judul: “Pelaksanaan mediasi
terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti”.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Berikut merupakan beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian ini:
1. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara).30 Walaupun wawancara adalah
proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara
adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian guna mendapatkan
informasi dan data-data yang berhubungan dengan penelitian.31
Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah buku catatan,
laptop, tape recorder dan camera karena penulis menggunakan wawancara catatan
lapangan. Hal ini bermanfaat untuk mencatat dan mendokumentasikan semua
percakapan dengan sumber data, di mana kesemuanya telah digunakan setelah
mendapat izin dari sumber data. Karena wawancara yang digunakan adalah semi
29Ibid., hlm. 62. 30 Djam’an Satori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta, 2013), hlm. 130 31 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), hlm. 170
31
terstruktur. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan metode wawancara yang
dilakukan kepada subyek dengan menggunakan dokumntasi catatan lapangan.
Adapun pedoman wawancara yang telah disusun sebagai berikut:
a. Latar belakang, lingkungan dan aktivitas dalam Pelaksanaan mediasi terhadap
perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
b. Kegiatan dan aktivitas Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri
di Pengadilan Agama Sengeti.
c. Hasil pencapaian dan harapan.
2. Dokumentasi
Sebagai suatu cara pengumpulan data atau merupakan rekaman kejadian
masa lalu yang ditulis atau dicetak yang berupa dari dokumen-dokumen yang ada
atau catatan-catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat
kabar, dan lain sebagainya. Dokumentasi merupakan penyusunan memperoleh
data-data dari arsip atau berkas-berkas permohonan dispensasi kawin yang ada di
Pengadilan Agama Sengeti kemudian mempelajarinya dan mengkaji dokumen atau
berkas-berkas tersebut.32 Adapun di dalam skripsi ini penulis mengumpulkan data
mengenai sejarah, visi-misi, profil, serta bukti-bukti Pelaksanaan mediasi terhadap
perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
32 Djam’an Satori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 147
32
kepada orang lain. Aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan
mengambil kesimpulan lalu diverifikasi.
a. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan
membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang tidak
relevan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam
penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara, kemudian
data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga akan memberikan gambaran yang
jelas kepada penulis.
b. Penyajian Data
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah data display atau
menyajikan data. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. Penyajian
data juga dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan antara kategori dan
sejenisnya. Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetapi yang
paling sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif dan di dalam skripsi ini
33
peneliti menggunakan teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan dengan
mengelompokkan data sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Data yang telah
didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka.
Dalam penelitian ini
c. Kesimpulan/Verifikasi
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.33 Kesimpulan dalam
penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti. Dari ketiga metode analisis
data di atas penulis menyimpulkan bahwa, ketiga metode ini yang meliputi reduksi
data, penyajian data dan kesimpulan akan penulis lakukan setelah semua data telah
diperoleh melalui wawancara catatan lapangan, dan juga memudahkan penulis di
dalam mengetahui dan menarik kesimpulan terhadap Pelaksanaan mediasi terhadap
perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam
penulisan skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan. BAB ini pada hakiatnya
menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background, pemikiran
tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan
33Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 252.
34
Masalah, Batsan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,
Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka.
BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan
Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Unit Analsis dan
Alat Analisis Data, Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian. Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Sarana dan Prasarana.
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu BAB V penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan
Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae.
35
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Pengadilan Agama Sengeti
Eksistensi PA Sengeti didasarkan pada Keputusan Presiden Indonesia
Nomor 62 Tahun 2002 tanggal 28 Agustus 2002 . PA Sengeti sebelumnya
merupakan bagian dari PA Muara Bulian. PASengeti diresmikan oleh Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji rs. H. Taufiq
Kamil pada tanggal 23 April 2003 di Kantor Bupati Muaro Jambi. Pada periode
awal Kantor PA Sengeti menempati rumah penduduk Desa Sengeti yang bernama
Drs. Thohri Yasin dan Endrawati. Pada tahun 2004 Kantor PA pindah dan
memakai gedung Dinas Perkebunan Kabupaten Muaro Jambi.34 Pada tahun 2005
mulailah dibangun Gedung PA Sengeti yang permanen dan selesai pada tahun itu.
Gedung PA Sengeti terletak di komplek perkatoran Bukit Cinto Kenang
Pemerintahan Daerah Kabupaten Muaro Jambi yang diresmikan pada hari Senin
tanggal 20 Februari 2006 M bertepatan dengan tanggal 21 Muharram 1427 H oleh
Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Bidang Non Yudisial dan
ditanda tangani oleh Drs. H. Syamsuhadi Irsyad, SH.,MH. Pada saat yang sama
diresmikan pula Gedung PA Tebo dan Sabak yang juga masuk Wilayah
Pengadilan Tinggi Agama Jambi.
Ketua PA Sengeti yang pertama dijabat oleh Drs. Usman Karim dan
wakilnya adalah Drs. H. Wachid Ridwan. Panitera/Sekretaris dijabat oleh Drs.
34Profil Pengadilan Agama Sengeti, di Pengadilan Agama Sengeti 28 Maret 2018,
dokumetasi catatan lapangan.
35
36
Thohri Yasin. Setelah Ketua memasuki masa purnabakti tahun 2004, jabatan Ketua
dilaksanakan oleh wakil ketua sebagai PLH Ketua PA Sengeti. Sejak tanggal 1
Desember 2005 hingga sekarang PA Sengeti dipimpin oleh Drs. S. Syekhan Al
Jufri selaku Ketua PA Sengeti. Sedangkan untuk jabatan wakil ketua telah
mengaami tiga kali pergantian, yaitu: Drs. H. Wachid Ridwan, Drs. Nuryahya
MH., dan sekarang dijabat oleh Drs. Faizal Kamil, SH., MH. Terhitung sejak 28
Oktober 2010 tongkat kepemimpinan PA Sengeti beralih dari Drs. HS Syekhan Al
jufri kepada Drs. Azwar, SH., M.Ei. Sebelum menjabat sebagai Ketua PA Sengeti,
Drs. Azwar, SH., M.Ei adalah Ketua PA Muara Tebo. Sedangkan Drs. H. S.
Syekhan Al jufri saat ini menjabat sebagai Ketua PA Jambi. Untuk jabatan
Panitera/Sekretaris yang pertama dijabat oleh Drs. Thohri Yasin sampai dengan 31
Desember 2007. Kemudian digantikan oleh Drs. Pitir Ramli terhitung mulai
tanggal 03 Januari 2008 . Jabatan Panitera Sekretaris saat ini dipegang oleh Drs.
Zubir Ishak (sebelumnya Panitera/Sekretaris PA Sarolangun).
Jarak Kota Jambi ke Sengeti sekitar 35 KM.35Jam kerja: hari senin s/d
kamis : 08. 00 wib s/d 12.00 wib : pelayanan 12.00 wib s/d 13.00 wib :
istirahat/sholat/makan 13.00 wib s/d 16.30 wib : pelayanan hari jum'at : 07. 30 wib
s/d 12.00 wib : pelayanan 12.00 wib s/d 13.30 wib : istirahat/sholat/makan 13.30
wib s/d 16.30 wib : pelayanan contact pa sengeti: call centre: 0852.6711.0843.
Yurisdiksi Pengadilan Agama Sengeti meliputi wilayah Kabupaten Muaro Jambi
yang terdiri dari 11 kecamatan sebagai berikut:
35Ibid
37
Sumber:Pengadilan Agama Sengeti 2018
1. Kecamatan Sekernan
2. Kecamatan Jambi Luar Kota
3. Kecamatan Maro Sebo
4. Kecamatan Mestong
5. Kecamatan Kumpeh
6. Kecamatan Kumpeh Ulu
7. Kecamatan Sungai Gelam
8. Kecamatan Sungai Bahar
9. Kecamatan Bahar Utara
10. Kecamatan Bahar Selatan
11 Kecamatan Taman Rajo
B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sengeti
1. Visi pengadilan Agama Sengeti
Terwujudnya Pengadilan Agama Sengeti yang Agung.
38
2. Misi Pengadilan Agama Sengeti
a. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat dan jujur.
b. Menciptakan aparat peradilan yang professional, berakhlak serta bermartabat.
c. Menjungjung tinggi akuntabilitas dan transparansi biaya perkara kepada pihak-
pihak yang menceri keadilan yustiabelen.
d. Menciptakan aparat pengadilan yang memiliki disiplin, loyalitas dan dedikasi
dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas kedinasan.
e. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan kepada semua pencari
keadilan.36
3. Fungsi dan Tugas Pokok Pengadilan Agama Sengeti
Pengadilan Agama Sengeti melaksanakan tugasnya sesuai dengan
ketentuan Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama adalah
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara tertentu antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang:37
a. Perkawinan
b. Waris
c. Wasiat
d. Hibah
e. Wakaf
f. Zakat
g. Infaq
36Ibid 37Ibid
39
h. Shadaqah
i. Ekonomi syari'ah.
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah hal -hal yang diatur dalam
atau berdasarkan undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku yang
dilakukan menurut syari'ah, antara lain:
1) izin beristri lebih dari seorang;
2) Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh
satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis lurus ada
perbedaan pendapat;
3) dispensasi kawin;
4) pencegahan perkawinan;
5) penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6) pembatalan perkawinan;
7) gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8) perceraian karena talak;
9) gugatan perceraian;
10) penyelesaian harta bersama;
11) penguasaan anak-anak;
12) ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak
yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya;
13) penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas
istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri;
40
14) putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
15) putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16) pencabutan kekuasaan wali;
17) penunjukan orang lain sebagai wall oleh pengadilan dalam hal kekuasaan
seorang wall dicabut;
18) penunjukan seorang wall dalam hal seorang anak yang belum cult-up umur 18
(delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
19) pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di
bawah kekuasaannya;
20) penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak
berdasarkan hukum Islam;
21) putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran;
22) pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang- Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan
yang lain.38
a) Yang dimaksud dengan “waris” adalah penentuan siapa yang menjadi ahli
waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-
masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalap tersebut,
serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan
siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing- masing ahli waris.
38Ibid
41
b) Yang dimaksud dengan “wasiat” adalah perbuatan seseorang memberikan
suatu benda atau manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, yang
berlaku setelah yang memberi tersebut meninggal dunia.
c) Yang dimaksud dengan “hibah” adalah pembe gan suatu benda secara sukarela
dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau
badan hukum untuk dimiliki.
d) Yang dimaksud dengan “wakaf'”adalah perbuatan seseorang atau sekelompok
orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harts benda
miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syari'ah.
e) Yang dimaksud dengan “zakat” adalah harta yang wajib disisihkan oleh
seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai
dengan ketentuan syari'ah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
f) Yang dimaksud dengan “infaq” adalah perbuatan seseorang memberikan
sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan,
minuman, mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau menafkahkan
sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu
Wata'ala.
g) Yang dimaksud dengan “shadaqah” adalah perbuatar seseorang memberikan
sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap
ridho Allah Subhanahu Wata'ala dan pahala semata.
42
h) Yang dimaksud dengan “ekonomi syari'ah” adalah perbuatan atau kegiatan
usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari'ah, antara lain meliputi:
bank syari'ah;39
(1) lembaga keuangan mikro syari'ah.
(2) asuransi syari'ah
(3) reasuransi syari'ah
(4) reksa dana syari'ah
(5) obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah syari'ah;
(6) sekuritas syari'ah;
(7) pembiayaan syari'ah;
(8) pegadaian syari'ah;
(9) dana pensiun lembaga keuangan syari'ah; dan k. bisnis syari'ah.40
Di samping tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan Agama mempunyai
fungsi, antara lain sebagai berikut :
(a) Fungsi mengadili (judicial power), yakni menerima, memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan Pengadilan Agama
dalam tingkat pertama (vide : Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006).
(b) Fungsi pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk
kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah jajarannya, baik
menyangkut teknis yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi
umum/ perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan. (vide : Pasal
39Ibid 40Ibid
43
53 ayat (3) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006 jo. KMA Nomor
KMA/080/VIII/2006).
(c) Fungsi pengawasan, yakni mengadakan pengawasan melekat atas pelaksanaan
tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera, Sekretaris, Panitera Pengganti, dan
Jurusita/ Jurusita Pengganti di bawah jajarannya agar peradilan
diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya (vide : Pasal 53 ayat (1) dan
(2) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006) dan terhadap pelaksanaan
administrasi umum kesekretariatan serta pembangunan. (vide: KMA Nomor
KMA/080/VIII/2006).
(d) Fungsi nasehat, yakni memberikan pertimbangan dan nasehat tentang hukum
Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya, apabila diminta. (vide :
Pasal 52 ayat (1) Undang-undang Nomor No. 3 Tahun 2006).
(e) Fungsi administratif, yakni menyelenggarakan administrasi peradilan (teknis
dan persidangan), dan administrasi umum (kepegawaian, keuangan, dan
umum/perlengakapan) (vide : KMA Nomor KMA/080/ VIII/2006).41
41Ibid
44
C. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti
STRUKTUR ORGANISASI
PENGADILAN AGAMA SENGETI KELAS 1 B
K
Ketua PengadilanDrs. Abbdan
Khubban, SH., MH
Hakim
1. Mohaman Syafii, SH., MH
2. Apip Fsrid, MH
Hakim
• Yunizar Hidayati, SH
• Rahmatullah, S. D., SH
• Dra. Emaneli, MH
PaniteraDrs. Idwal Maris,
SH
Sekretaris Youstra Adi
Pinto, SH
Wakil PaniteraDakardi,
S. Ag., M. Sy
Panitera Muda Permohonan
Sandi Hasan, SH
Panitera Muda Gudatan
Siti Amriah, SH
Panitera Muda
HukumEnda Herian, MH
Wakil Ketua PengadilanRizlan
Hasanudin, Lc
Kasubbag Kepegawaian
M. Solihi, S.Sos., MH
Kasubbag Umum
Jangga Setiyawan, SH.,
MH
45
Dengan mengetahui struktur organisasi Pengadilan Agama Sengeti
tersebut, langkah selanjutnya melakukan penyesuaian dan menetapkan prosedur
kerja secara proporsional sesuai dengan urutan kedudukan/jabatan yang ada. Oleh
karena itu dalam memanfaatkan struktur organisasi sebagai alat untuk
menetapkanpembagian tugas atau job description dari suatu jabatan. Hal ini dapat
dilihat dari tugas pokok dan fungsinya pejabat di Pengadilan Agama Sengeti
seperti pada bagan struktur di atas yaitu:42
1. Ketua Pengadilan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin pelaksanaan
tugas Pengadilan Agama Jambi dalam melaksanakan, mengawasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan dan menurut peraturan
Perundang- Undangan yang berlaku.
2. Wakil Ketua, tugas pokok dan fungsinya adalah mewakili Ketua Pengadilan
Agama Sengeti dalam hal merencanakan dan melaksanakan tugas-tugas pokok
dan fungsi sebagai wakil Ketua Pengadilan Agama Sengeti serta
mengkoordinir dan melaporkan pelaksanaan tugas kepada ketua Pengadilan
Agama Sengeti.
3. Hakim, tugas pokok dan fungsinya adalah menerima, dan meneliti berkas
perkara serta bertanggung jawab atas perkara yang diterima yang menjadi
wewenangnya baik dalam proses penyelesaiannya sampai dengan minutasi,
bekerja sama dengan pejabat terkait dalam penyusunan program kerja
Pengadilan Agama Sengeti.
4. Panitera, tugas pokok dan fungsinya adalah berkoordinasi dengan Ketua
Pengadilan Agama Sengeti dalam merencanakan dan melaksanakan pelayanan
42Ibid
46
tekhnis di bidang administrasi perkara, yang berkaitan dengan penyiapan
konsep rumusan kebijakan dalam menggerakkan pelaksanaan tugas kegiatan
Kepaniteraan dalam menyusun program kerja jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek serta bertanggung jawab kepada Ketua
Pengadilan Agama Sengeti.
5. Sekretaris, tugas pokok dan fungsinya adalah berkoordinasi dengan Ketua
Pengadilan Agama Sengeti dalam melaksanakan tugas dan memimpin
pelaksanaan tugas pada bagian Kesekretariatan dan bertanggung jawab sebagai
Pejabat Pembuat Komitmen/Penanggung Jawab Kegiatan yang menggerakkan
dan menyiapkan konsep serta memecahkan masalah yang muncul di bidang
Kesekretariatan dan menyusun program kerja jangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek ; serta bertanggung jawab kepada Ketua
Pengadilan Agama Sengeti.
6. Panitera Muda Gugatan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin dan
mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada kepaniteraan
gugatan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalampelaksanaan
mengevaluasi dan membut laporan / bertanggung jawab kepada Panitera.
7. Panitera Muda Permohonan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin dan
mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada kepaniteraan
permohonan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan
mengevaluasi dan membut laporan/bertanggung jawab kepada panitera.
8. Panitera Muda Hukum, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin dan
mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada kepaniteraan
47
Hukum serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan dalam pelaksanaan
mengevaluasi dan membut laporan / bertanggung jawab kepada Panitera.
9. Kasubbag Kepegawaian dan Ortala, tugas pokok dan fungsinya adalah
memimpin dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh aktifitas pada
urusan kepegawaian dan Ortala serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan
dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan/ bertanggung jawab
kepada Sekretaris.
10. Kasubbag Umum dan Keuangan, tugas pokok dan fungsinya adalah memimpin
dan mengkoordinir serta menggerakkan seluruh akhtivitas pada urusan umum
(rumah tangga) dan Keuangan serta menyiapkan konsep rumusan kebijakan
dalam pelaksanaan mengevaluasi dan membut laporan/ bertanggung jawab
kepada Sekretaris.43
43Ibid
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Mediasi Terhadap Perkara Cerai Gugat Istri di Pengadilan
Agama Sengeti
Mediasi adalah salah satu layanan Bimbingan Konseling yang diberikan
kepada kliennya untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada pihak-
pihak yang bertikai. Diterapkanya peraturan Mahkamah Agung RI Nomr 1 Tahun
2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan dapat menjadi upaya penyelesaian
perkara perceraian, sehingga penyelesaian perkara perceraian melalui mediasi
menjadi pilihan utama. Dikatakan menjadi pilihan utama karena upaya
penyelesaian perkara perceraian ini melalui perundingan para pihak yang
didampingi oleh orang ketiga yaitu mediator dengan tujuan agar dapat
menyelesaikanmasalah.
Mediasi bagi para pihak yang berperkara dalam perceraian merupakan
tahapan pertama yang harus dilakukan seorang Hakim dalam menyidangkan suatu
perkara yang diajukan kepadanya. Kewajiban Hakim dalam mendamaikan pihak-
ihak yang berperkara juga sejalan dengan ajaran Islamyang memerintahkan agar
menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi diantara manusia sebaiknya
diselesaikan dengan jalan perdamaian ( Islah ).Berhasil atau tidaknya mediasi
tergantung dari proses yang dijalankan, yaitu jika prosesnya baik, maksudnya ialah
jika kedua belah pihak hadir pada saat panggilan mediasi, maka tercapailah
kesepakatan damai antara kedua belah pihak, akan tetapi jika prosesnya tidak baik,
48
49
maksudnya ialah jika salah satu dari para pihak tidak mau hadir pada saat
pemanggilan sidang mediasi maka akan menjadikan mediasi itu gagal.
Proses atau Tahapan-tahapan mediasi yang diatur dalam PERMA Nomor 1
Tahun 2016 yaitu adanya tahapan pramediasi pramediasi maksudnya ialah adanya
tahapan yang harus dilakukan sebelum masuk keproses mediasi.
1. TahapanPramediasi
Penggugat mendaftarkan gugatanya di Pengadilan Agama Sengeti yang
kemudian hakim akan memeriksa berkas perkara guna dilanjutkan ketahap sidang.
Sebagaimana yang disampaikan Bapak Amran selaku Jurusita di Pengadilan
Agama Sengeti, sebagai berikut:
Dalam prosesnya ketua pengadilan nanti akan menunjuk seorang hakim
dalam memeriksa berkasnya dan juga perkara yang ada, setelah itu akan
dilangsungkan ke dalam persidangan. Mediasi akan dilakukan guna
menghindari perceraian sehingga mediasi harus tetap dilakukan.44
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa setelah berkas diterima oleh
pengadilan maka ketua pengadilan akan menunjuk majelis Hakim yang akan
memeriksa perkaranya. Kewajiban untuk melakukan mediasi timbul jika pada saat
hari persidangan pertama para pihak hadir. Majelis hakim akan menyampaikan
kepada tergugat dan penggugat prosedur mediasi yang wajib merekajalankan.
Tahapan pendaftaran disebut juga sebagai tahap pra mediasi,pada tahap ini
penggugat/pemohon mendaftarkan gugatannya di Pengadilan Agama Sengeti.
Kemudian dilakukan pemeriksaan kelengkapan berkas, taksiran biaya dan biaya
panggilan mediasi kemudian penggugat/pemohon membayar biaya perkara.
Perkara yang masuk diberi nomor registrasi perkara, panitera memberikan surat
44 Wawancara bersama Bapak Amran selaku Jurusitas di Pengadilan Agama Sengeti, pada
21 Maret 2018.
50
gugatan kepada Ketua Pengadilan Agama Sengeti untuk menunjukkan majelis
hakim yang akan memeriksa perkaranya. Selanjutnya majelis hakim akan
menentukan hari sidang dan pada hari pertama sidang para pihak wajib hadir
karena majelis hakim akan memberikan penjelasan tentang manfaat dan keutamaan
mediasi dan mewajibkan para pihak untuk menempuh proses mediasi sebelum
dilanjutkan kepersidangan penyelesaian perkara. Sebagaimana dapat dilihat dari
hasil wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai administrasi di
Pengadilan Agama Sengeti menambahkan, sebagai berikut:
Permohonan biasanya mengajukan petitum ke sini dengan melengkapi
persyaratannya, banyak sekali yang bisa kita berikan guna mencari solusi
tebaik dalam sebuah permasalahan. Penggugat tentu berharap majelis
hakim dapat mengabulkan permohonannya, tentu semua itu harus melewati
proses yang panjang dan pembuktian yang menyatakan bahwa keputusan
yang diambil nanti dapat memberikan putusan yang baik.45
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa petitum (tuntutan hukum)
Yaitu tuntutan yang diminta oleh istri sebagai Penggugat agar dikabulkan oleh
hakim. Bentuk tuntutan itu misalnya: Berdasarkan fakta tersebut di atas, maka
dengan ini Penggugat memohon kepada Majelis Hakim berkenan memutus sebagai
berikut: 1. Menerima dan mengabulkan gugatan penggugat untuk seluruhnya. 2.
Menyatakan perkawinan antara penggugat dan tergugat sah putus karena
perceraian. 3. Menyatakan pihak Penggugat berhak atas hak pemeliharaan anak
dan berhak nafkah dari tergugat 4. Mewajibkan pihak Tergugat membayar biaya
pemeliharaan anak (jika anak belum dewasa) 5. Menyatakan bahwa harta berupa
yang merupakan harta bersama (gono-gini) menjadi hak Penggugat. Setelah
gugatan cerai selesai dibuat, fotokopi berkas tersebut sebanyak lima buah.
45 Wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 21 Maret 2018.
51
Keenam berkas tersebut akan dibagikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengadilan nanti. Satu berkas akan dikirim oleh pengadilan
kepada si suami (Tergugat), tiga berkas untuk para hakim, satu berkas untuk
panitera pengadilan (pegawai yang bertugas mencatat jalannya sidang), dan satu
berkas yang tersisa menjadi pegangan milik penggugat. Pendaftaran gugatan
dilakukan di ruang administrasi oleh pegawai pengadilan yang bertugas untuk
menerima gugatan. Petugas akan memberikan cap atau pengesahan kepada keenam
berkas yang diserahkan. Dengan begitu, surat gugatan sudah sah didaftarkan.
Sebagaimana yang disampaikan Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan
Agama Sengeti, sebagai berikut:
Kalau sudah dijelaskan prosedur mediasi, maka nanti hakim akan
memberikan kesempatan kepada pihak yang mengajukan gugagatannya
untuk memilih diapa yang akan menjadi mediator, yang jelas mereka
adalah orang yang memiliki strifikasi dan mampu menjadi mediator, kalau
tidak dapat mencari mediator maka kami harus mencarikan mediatornya
sendiri.46
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa setelah menjelaskan
prosedur mediasi, Majelis Hakim memberikan kesempatan kepada para pihak
untuk memilih mediator dalam daftar mediator yang ada di ruang tunggu kantor
pengadilan. Para pihak boleh memilih mediator sendiri dengan syarat mediator
tersebut telah memiliki sertifikat mediator. Para pihak diberi waktu 2 hari untuk
memilih mediator, jika dalam waktu 2 (dua) hari para pihak tidak dapat menenukan
mediator, Majelis Hakim yang akan menunjuk Hakim pengadilan diluar Hakim
pemeriksa perkara yang bersertifikat. Namun jika tidak ada Hakim yang
bersertifikat, salah satu anggota Hakim pemeriksa perkara yang ditunjuk oleh ketua
46 Wawancara bersama Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
pada 21 Maret 2018.
52
Majelis wajib menjalankan fungsi mediator.Hakim pemeriksa perkara memberikan
waktu selama 30 (tiga puluh) hari kerja kepada para pihak untuk menempuh proses
mediasi. Jika di perlukan waktu mediasi dapat diperpanjang untuk waktu 30 (tiga
puluh) hari kerja.
2. PembentukanForum
Dalam waktu 5 (lima) hari setelah para pihak menunjuk mediator yang
disepakati atau setelah para pihak gagal memilih mediator, para pihak dapat
menyerahkan resume perkara kepada mediator yang ditunjuk oleh Majelis Hakim.
Sebagaimana yang disampaikan Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan
Agama Sengeti, sebagai berikut:
Dalam forum dialok atau diskusi, mediator berhak meminta kedua
belahpihak untuk hadir dan mengikuti proses mediasi yang dijalankan di
sini, dengan begitu kalau keduanya dapat hadir akan terbuka titik
maslaahnya dan dapat mencari jalan keluarnya.47
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam forum dilakukan
pertemuan bersama untuk berdialog. Mediator dapat meminta agar pertemuan
dihadiri langsung oleh para pihak yang bersengketa dan tidak dapat diwakilkan
oleh kuasa hukum ataupun melalui alat komunikasi seperti handphone dan yang
lainya. Penulis menemukan bahwa pada hari sidang pertama, kehadiran para pihak
sangat diharapkan karena saat itulah kesempatan oleh ketua majelis hakim
memberikan saran melakukan perdamaian kepada kedua belah pihak, dengan kata
lain ketua majelis hakim akan menawarkan para pihak untuk menempuh proses
mediasi. Jika para pihak telah sepakat untuk menempuh proses mediasi maka,
ketua majelis akan memberikan kewenangan kepada para pihak untuk memilih
47 Wawancara bersama Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
pada 21 Maret 2018.
53
mediator yang mereka kehendaki. Pada asasnya pelaksanaan mediasi tertutup
kecuali para pihak menghendaki lain. Mediasi dilakukan di dalam ruangan
mediasi, tetapi dapat juga diselenggarakan di luar lingkungan pengadilan jika
mediatornya bukan hakim yang berasal dari pengadilan tersebut atau para pihak
mengusulkan mediator dari luar pengadilan. Jika mediatornya seorang hakim tidak
boleh menyelenggarakan mediasi di luar pengadilan.
Pada tahapan ini para pihak memiliki hak untuk memilih mediator yang
mereka kehendaki bersama dalam waktu paling lama tiga hari kerja, sejak hari
persidangan pertama yang dihadiri oleh kedua belah pihak. Jika dalam batas waktu
maksimal yang telah ditentukan para pihak belum mencapai kesepakatan untuk
memilih mediator, maka para pihak segera melaporkan ketidak sepakatan mereka
kepada ketua majelis hakim. Jika tidak ada kesepakatan para pihak dalam
menentukan mediator maka ketua majelis hakim segera menunjuk hakim yang
tidak memeriksa pokok perkara untuk bertindak menjadi mediator perkara tersebut.
Dalam penentuan hakim mediator yang akan melakukan mediasi, ketua
majelis hakim memberikan daftar nama-nama mediator. Para pihak juga
diperbolehkan untuk memilih mediator dari luar pengadilan, akan tetapi segala
biaya ditanggung oleh para pihak itusendiri. Selanjutnya mediator akan
menentukan kesepakatan untuk melakukan pertemuan mediasi. Sebelum proses
mediasi dimulai, mediator akan memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang
proses mediasi kepada para pihak, karena banyak para pihak yang berperkara
masih belum paham dengan mediasi. Setelah mediator menjelaskan tentang
mediasi, selanjutnya proses mediasi dilaksanakan. 1-2 kali dalam setiap perkara
54
dan tidak melebihi waktu yang telah ditentukan, yaitu 30 hari. Setelah proses
mediasi selesai, mediator membuat laporan hasil mediasi yang diserahkan pada
hakim yang menangani perkara tersebut, baik hasil mediasi tersebut gagal atau
berhasil.
Sebagaimana telah diketahui bahwa penyelesaian sengketa melalui
perdamaian dengan menempuh mediasi di Pengadilan, harus dibantu oleh
mediator. Mediator inilah yang nantinya akan membantu para pihak yang
berperkara dalam proses perdamaian guna mencari berbagai kemungkinan
menyelesaikan permasalahan para pihak. Sebagaimana yang disampaikan Bapak
Amran selaku Jurusita di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Dalam pelaksanaan mediasi, mediator tidak akan condong sebelah kepada
salah satu yang sedang ingin didamaikan, dengan begitu maka akan didapat
hasil yang memuaskan, mediasi ini yang bersifat formal akan memberikan
dampak yang baik kepada pihak yang bertikai.48
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam forum ini, mediator
memberikan sambutan seperti meyakinkan kepada para pihak yang masih ragu
tentang manfaat atau keuntungan mediasi, menegaskan bahwa para pihak
mempunya kewenangan untuk mengambil keputusan, dan menerangkan kepada
para pihak bahwa mediator tidak akan berpihak kepada salah satu peserta mediasi.
Salah satu keuntungan dalam mediasi misalnya saja penyelesaian perkara bersifat
informal artinya penyelesaian perkara dengan pendekatan nurani dan moral bukan
doktrin semata,dan yang menyelesaikan perkara para pihak sendiri sesuai kemauan
mereka karena merekalah yang lebih tahu hal yang sebenarnya atas sengketa yang
dipermasalahkan itu dan masih banyak keuntungan yang didapat, dan diforum
48 Wawancara bersama Bapak Amran selaku Jurusitas di Pengadilan Agama Sengeti, pada
21 Maret 2018.
55
tersebut mediator menampung aspirasi, membimbing serta menciptakan hubungan
dan kepercayaan parapihak.
3. PendalamanMasalah
Cara mediator mendalami permasalahan adalah dengan cara kaukus. Kaukus
adalah pertemuan antara mediator dengan salah satu pihak tanpa dihadiri oleh
pihak lainnya. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Bapak
Darwansyah selaku pegawai administrasi di Pengadilan Agama Sengeti
menambahkan, sebagai berikut:
Kaukus dilakukan agar para pihak dapat memberikan informasi kepada
mediator lebih luas dan rinci yang mungkin tidak disampaikan saat bertemu
dengan pihak lawan.Dengan melakkan pendalam maka informasi yang
akan dibahas akan menjadi akurat dan dapat dijadikan dasar penguat untuk
memecahkan masalah yang sedang terjadi.49
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dengan melakukan
pengolahan data dan mengembangkan informasi, melakukan eksplorasi
kepentingan para pihak, memberikan penilaian terhadap kepentingan-kepentingan
yang telah diinventarisir, dan akhirnya menggiring para pihak pada proses tawar
menawar penyelesaian masalah.Dalam proses mediasi peran penting mediator
adalah meyakinkan dan mengajak para pihak secara bersama-sama berdiskusi
mencari jalan penyelesaian sengketa, dan bukan mencari mana pihak yang benar
dan mana pihak yang salah. Peran mediator disini hanyalah menjaga agar proses
mediasi berjalan dengan baik, mampu menciptakan suasana yang kondusif, agar
memperoleh hasil yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak (win-
winsolution). Sikap yang mesti dipegang oleh seorang mediator, jika ingin sukses
49 Wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 21 Maret 2018.
56
dalam menengahi sebuah sengketa adalah dengan menunjukkan atensi terhadap
persoalan dan terhadap para pihak, memberikan waktu yang berimbang kepada
para pihak untuk menyampaikan persoalannya. Memahami perasaan para pihak
tanpa terlibat di dalamnya, mendorong maksimum partisipasi, mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan yang konstruktif serta terbuka pada kritik jikaada.
Sama halnya dengan proses penyelesaian konflik yang lain, mediasi juga
mempunyai beberapa tahapan yang harus dilalui. Secara global tahapan mediasi
dapat dibagi kedalam empat tahapan, yaitu: tahap pendaftaran, tahap penetapan
mediator, tahap pelaksanaan mediasi, dan tahap akhir
pelaksanaanmediasi.Sebagaimana yang disampaikan Ibu Baihna Selaku Hakim
Anggota di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Kami memberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya dengan
berhati-hati dan bergantian, semua harus dilakukan dengan pelan-pelan dan
tidak boleh berlebihan dari waktu yang sudah ditetapkan selama proses
mediasi dilakukan.50
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tawar menawar atau
negosiasi adalah waktu terbesar dalam mediasi, karena dalam tahap ini akan
membicarakan masalah krusial yang diperselisihkan, dalam tahapan ini ada dua
model, model pertama para pihak bicara langsung dan mediator hanya menjaga
urutan bicara dan membantu proses komunikasi, maksudnya ialah mediator
mempersilahkan kedua belah pihak untuk mengungkapkan permasalahanya
terlebih dahulu kemudian mediator mendengarkan, dan kedua mediator mengatur
seluruh arah pembicaraan dengan memberikan pertanyaan kepada para pihak dan
memberikan tawaran solusi.
50 Wawancara bersama Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
pada 21 Maret 2018.
57
4. Penyelesaian Akhir dan Penentuan Hasil Kesepakatan
Pada tahap penyelesaian akhir, para pihak akan menyampaikan
kehendaknya berdasarkan kepentingan mereka dalam bentuk butir-butir
kesepakatan. Sebagaimana yang disampaikan Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota
di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Setelah semua data didaptkan oleh Hakim, maka hakim akan mempelajari
berkas penyampaian tersebut berdasarkan Undang-Undang yang ada,
apakah ada yang melanggar dan tidak bertentangan dengan hukum. Setelah
dilakukan maka kami akan memberikan itikad baik agar mereka lebih baik
berdamai dan tidak sampai ke proses persidangan perceraian.51
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa mediator akan menampung
kehendak para pihak dalam catatan dan menggunakannya kedalam dokumen
kesepakatan dalam pasal 27 Ayat (4) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 disebutkan
syarat-syarat yang harus di penuhi dalam kesepakatan perdamaian adalah sebagai
berikut; Sesuai kehendak parapihak, tidak bertentangan denganHukum, tidak
merugikan pihakketiga, dapat dieksekusidan dengan itikadbaik.
Bila terdapat kesepakatan yang melanggar syarat-syarat tersebut diatas,
mediator wajib mengingatkan para pihak. akan tetapi jika mereka bersikeras,
mediator berwenang untuk menyatakan bahwa proses mediasinya gagal dan
melaporkan kepada Hakim Pemeriksa Perkara. Jika tercapai kesepakatan
perdamian, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara terulis
kesepakatan yang dicapai dan di tandatangani oleh para pihak dan mediator.
Dokumen kesepakatan damai akan dibawa kehadapan Hakim Pemeriksa Perkara
untuk dapat dikukuhkan menjadi akta perdamaian.
51 Wawancara bersama Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
pada 21 Maret 2018.
58
Dalam Pasal 36 Ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 disebutkan bahwa
para pihak dengan bantuan mediator bersertifikat yang berhasil menyelesaikan
sengketa diluar pengadilan dengan kesepakatan perdamaian tersebut kepengadilan
yang berwenang untuk memperoleh akta perdamaian dengan cara mengajukan
gugatan.Maksud dari pengajuan gugatan ini adalah agar sengekta para pihak masuk
dalam kewenangan Pengadilan melalui pendaftaran pada registerperkara di
Kepaniteraan Perdata. Ketua Pengadilan selanjutnya dapat menunjuk Majelis
Hakim yang akan mengukuhkan perdamaian tersebut dalam persidangan terbuka
untuk umum (kecuali perkara yang bersifat tertutup untuk umum seperti
perceraian).
Pasal 26 Ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016 menyebutkan bahwa atas
persetujuan para pihak atau kuasa Hukum, mediator dapat mengundang seorang
atau lebih ahli dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau
pertimbangan yang dapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat di antara
parapihak.Biaya untuk mendatangkan seorang ahli ditanggung oleh para pihak
sesuai kesepakatan. Namun PERMA tidak menjelaskan siapa yang dapat
dikatagorikan sebagai ahli, sehingga penentuan siapa yang akan dijadikan ahli
dalam proses, mediasi sesuai dengan rekomendasi mediator dan kesepakatan para
pihak.
Proses mediasi dinyatakan berakhir dalam 2 (dua) bentuk. Pertama mediasi
berhasil dengan menghasilkan butir-butir kesepakaan di antara para pihak, proses
perdamian tersebut akan ditindak lanjuti dengan pengukuhan kesepakatan damai
menjadi akta perdamaian yang mengandung kekuatan layaknya seperti putusan
59
Hakim yang telah berkekuatan Hukum tetap. Kedua, proses mediasi menemukan
jalanbuntu dan berakhir dengan kegagalan. Proses mediasi di Pengadilan yang
gagal akan dilanjutkan ke sidang Pengadilan.Para pihak atas dasar kesepakatan
bersama, dapat menempuh upaya perdamaian terhadap perkara yang sedang dalam
proses banding, kasasi, atau peninjauan kembali atau terhadap perkara yang sedang
diperiksa pada tingkat banding,kasasi, dan peninjauan kembali sepanjang perkara
itu belumdiputus.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat Pelaksanaan
mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti,
diantaranya; Tahapan Pramediasi, di mana berkas yang diajukan penggugat
diperiksa dan juga penentuan pelaksanaan mediasi, PembentukanForum, di mana
pemilihan mediator yang diajukan penggugat dan penentuan pelaksanaan
mediasiPendalamanMasalah, di mana mediator menjadi pendengar dengan
memberikan kesempatan kepada penggugat dan tergugat utnuk menyampaikan
pendapatnya dan Penyelesaian Akhir dan Penentuan Hasil Kesepakatan, di mana
mediator menimbang dan mendalami permaslahan dengan mengambil keputusan
yang terbaik.
B. Faktor Penghambat Keberhasilan Mediasi Terhadap Perkara Cerai
Gugat Istri di Pengadilan Agama Sengeti
Terdapat beberapa faktor penghambatkeberhasilan mediasi terhadap
perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti.
1. Kemampuan SDM yang Terbatas
60
Terselenggaranya keberhasilan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di
Pengadilan Agama Sengeti tidak dapat dipisahkan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia secara optimal dan bertanggungjawab maka akan mencapai
target yang telah dicanangkan, namun bila sebaliknya justru akan menjadi kendala
yang berkepanjangan. Sebagaimana yang disampaikan Ibu Baihna Selaku Hakim
Anggota di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Kemampuan SDM yang ada itu masih belum berjalan efektif dan juga
belum mampu menjawab keinginan masyarakat, ini disebabkan mereka itu
masih ada sangkut paut keluarga, jadi yang tidak memiliki kemampuan pun
ikut bekerja di sana Ditambah lagi dalam dalam pengambilan mediator
seringkali tidak sesuai dengan keinginan masyarakat.52
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, yang dilakukan
mediator di Pengadilan Agama Sengetimasih belum berjalan dengan baik, ini
dikarenakan terbatasnya SDM yang memahami dalam menjadi mediasi yang sesuai
dengan keinginan masyarakat. Sebagian besar dari mereka adalah mediator yang
dipilih berdasarkan kedekatan saja. Sebagaimana dapat dilihat dari hasil
wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti menambahkan, sebagai berikut:
Untuk saat ini kita memang mengalami permasalahan dalam hal SDM di
sini, tekadang mediator tidak mampu menjadi penengah dengan
keilmuannya, mediator tentu sudah diuji, namun ketika berhadapat dengan
masyarakat di situ terkadang terjadi kekurangan penguasaan permasalahan
sehingga peran mediasi masih perlu ditingkatkan kembali.53
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa SDM sangat memberikan
pengaruh terhadap keberhasilan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di
52 Wawancara bersama Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
pada 21 Maret 2018. 53 Wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 21 Maret 2018.
61
Pengadilan Agama Sengeti, karena bila kemampuan ini terus menerus tidak
dicarikan solusi maka angka perceraian di Muara Jambi akan terus meningkat.
2. Seringkali Terjadi Perselisihan
Seorang mediator dalam menjadi fasilitatir haruslah mempunyai sebuah
landasan, agar putusan yang dihasilkan pun dapat dipertanggungjawabkan, baik
kepada para pihak yang berperkara, masyarakat, negara maupun Allah SWT.
Selain itu pula mediator dalam menengahkan harus sesuai dengan kenyataan dan
berkas perkara.Sebagaimana yang disampaikan Bapak Rijlan Hasanudin selaku
Hakim di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Seringkali terjadi perselisihan ketika sedang dilakukan mediasi, saling
tuduh menuduh dan merasa benar sendiri, sehingga mediasi yang dilakukan
tidak dapat berjalan dengan baik, ditambah lagi salah satu pihak ada juga
yang tidak dapat hadir.54
Bapak Zulkarnain Selaku Pegawai Administrasi di Pengadilan Agama
Sengeti menambahkan sebagai berikut:
Penggugat merasa benar dan tergugat juga terkadang tidak hadir, sehingga
kita hanya mendengarkan salah satu pihak saja, ini yang juga menjadi
kendala dalam mendamaikan kedua belah pihak.55
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa puncak ketidakharmonisan
seringkali terjadi akibatnya antara Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah,
enggugat merasa tidak bisa lagi menerima dan melanjutkan rumah tangga bersama
dengan Tergugat, ditambah lagi selama itu sudah tidak ada lagi hubungan baik
lahir maupun batin. Bahwa pihak keluarga belum pernah mendamaikan Penggugat
54Wawancara bersama Bapak Rijlan Hasanudin selaku Hakim di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 29 April 2018 55Wawancara bersama Bapak Zulkarnain Selaku Pegawai Administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 10 Mei 2018
62
dan Tergugat dan penggugat tidak mampu membayar biaya yang timbul akibat
perkara ini, karena miskin.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor
penghambat keberhasilan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan
Agama Sengeti, diantaranya; Kemampuan SDM yang Terbatas, di mana mediator
masih belum sepenuhnya mampu menjadi penengah disebabkan terbatanya
pengetahuan disebabkan dalam memilih mediator tidak tepat sasaran dan
Seringkali Terjadi Perselisihan, di mana penggugat seringkali terjadi perselisihan
dan sudah pisah rumah dengan tergugat.
C. Faktor Pendukung Keberhasilan Mediasi Terhadap Perkara Cerai
Gugat Istri di Pengadilan Agama Sengeti
Terdapat beberapa faktor pendukung keberhasilan mediasi terhadap perkara
cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti, diantaranya:
a. Penegakan Disiplin Kinerja
Melalui pembinaan disiplin, hal ini dimaksudkan agar para pegawai dalam
melaksanakan tugas sehari-harinya senantiasa patuh dan taat pada berbagai
ketentuan yang berlaku dan menunjukan prestasi kerja yang tinggi. Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai
administrasi di Pengadilan Agama Sengeti menambahkan, sebagai berikut:
Ada beberapa upaya dan juga pendukung dalam mencapai keberhasilan
mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti
tentu harus dimulai dari dalam dulu. Langkah yang diambil tentu harus dari
perbaikan di dalam dulu. Dengan cara menerapkan disiplin yang tinggi,
tentu disiplin tanpa konsekuensi hukuman bagi pelanggarnya tidak ada
artinya. Untuk itu saya akan melalui beberapa tahap dalam penerapannya,
63
yang teguran, peringatan sehingga petuga atau mediator mampu untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik.56
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pegawai yang ada di
Pengadilan Agama Sengeti berupaya menerapkan disiplin kerja yang tniggi, karena
dengan disiplin yang tinggi akan memberikan dampak positif pada kinerja dan juga
pada masyarakat setempat. Selain itu pula, disiplin yang tinggi dan memberikan
hukuman bagi pelanggarnya pun telah diterapkan di Pengadilan Agama Sengeti.
Bapak Zulkarnain Selaku Pegawai Administrasi di Pengadilan Agama Sengeti
menambahkan sebagai berikut:
Berhubung peraturan sudah dijalankan, jadi kami harus mengikutinya.
Apabila tidak dijalankan dengan baik maka akan mendapatkan teguran dan
sampai pemberhentian. Memang tidak mudah mengubah prilaku orang
yang biasa terlambat menjadi disiplin. Namun karena ada konsekuensinya
dari pelanggaran disiplin pun, sebagian besar telah meruubah prilaku di
sini. Kepala pun sudah memberikan contoh baik dalam hal disiplin,
sehingga kami selaku bawahan tentu harus mengikuti pemimpin di sini57
Penulis menemukan bahwa dari hasil observasi pemeliharaan hubungan
yang baik dan kerjasama dengan para pegawai dapat memberikan efek yang positif
terhadap kinerja di Pengadilan Agama Sengeti. Untuk itu setiap pekerjaan harus
ada reward and punishment-nya. Kesamaan dengan PNS itu misalnya saja dalam
hal absensi, bahwa perangkat desa harus datang puku 07.00 WIB, yang dibuktikan
dengan absensi, karena berbagai fasilitas yang diterima di Pengadilan Agama
Sengeti, juga semakin baik.
56 Wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 21 Maret 2018. 57Wawancara bersama Bapak Zulkarnain Selaku Pegawai Administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 10 Mei 2018
64
b. Mengikuti Pelatihan
Dalam memberikan pelayanan yang baik maka perlu dilakukan pelatihan dan
seminar guna mencapai keberhasilan kinerja yang baik dan benar, maka dari itu
peningkatan wawasan mediator Pengadilan Agama Sengeti perlu dilakukan guna
meningkatkan profesionalisme kerja, lebih aktif dan efisien dalam menjalankan
tugasnya dan melahirkan pemikiran dan wawasan yang baru dalam memberikan
pelayanan. Dengan kegiatan tersebut akan terjadi peningkatan kemampuan
pengelola, baik kemampuan profesionalnya, kemampuan wawasannya,
kemampuan kepemimpinannya maupun kemampuan pengabdiannya. Salah satu
instrument penting dalam pengembangan sumber daya mediator Pengadilan
Agama Sengeti melalui pelatihan, sehingga mampu menjadi alat yang efisien,
efektif, bersih dan berwibawa dan mampu melaksanakan tugasnya. Sebagaimana
dapat dilihat dari hasil wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai
administrasi di Pengadilan Agama Sengeti menambahkan, sebagai berikut:
Dengan mengadakan pelatihan dan pemahaman kepada mediator dalam
memberikan pelayanan, maka kami terus berharap dan berupaya agar
pemberian pelayanan berjalan dengan baik, kita juga tidak tinggal diam
dalam menangani bila ada permasalahan. Maka upaya kami selama ini
melakukan pelatihan seminar dan pertemuan agar bertambah ilmu
pengetahuan.58
Hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwapelatihan sebagai salah satu
bentuk upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia, yang
diselenggarakan dengan cara tepat akan memberikan dampak positif terhadap diri
mediator yang bersangkutan maupun bagi organisasi secara keseluruhan. Penulis
menemukan bahwa saat ini Pengadilan Agama Sengeti telah mempunyai kegiatan
58 Wawancara bersama Bapak Darwansyah selaku pegawai administrasi di Pengadilan
Agama Sengeti, pada 21 Maret 2018.
65
yang baikdan telah memberikan dampak positif kepada pengunjung, namun tetap
masih perlu ditingkatkan kembali. Hampir dapat dipastikan bahwa dengan adanya
pelatihan dapat menambah pengetahuan, keterampilan serta pengabdian sehingga
dengan sendirinya akan dapat meningkatkan kemampuan administratif pengelola
dalam meningkatkan pelayanan yang baik dan pada akhirnya juga akan membuka
peluang yang lebih besar bagi masyarakat pada umumnya. Sebagaimana yang
disampaikan Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
sebagai berikut:
Pelatihan biasanya di sini dan juga terkadang di hotel itu biasanya satu
minggu di sana, maka kami bisa mendapatkan wawasan yang baru di sana.
Bentuk pelatihan dalam pengaturan, sistem mediator, surat dan juga
teknologi agar menciptakan pelayanan yang baik baik masyarakat pada
umumnya.59
Hasil wawancara penulis di atas dapat dicermati bahwa, bentuk-bentuk
pelatihan yang diikuti oleh pengelola perpustakaan memberikan dampak yang
positif, karena dengan ilmu yang didapat perwakilan dalam mengikuti pelatihan
maka akan memberikan ilmu kepada para mediator yang ada. Penulis menemukan
bahwa pelatihan ini bertujuan untuk pencapaian kerja secara efektif dan efisien
guna terwujudnya pelayanan bagi masyarakat memberikan dampak positif pada
masyarakat luas dengan diadakannya pelatihan-pelatihan khusus terutama untuk
seluruh mediator
Dari penjelasan di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat dua faktor
pendukung keberhasilan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan
Agama Sengeti, diantaranya; Penegakan Disiplin Kinerja, di mana dengan adanya
59 Wawancara bersama Ibu Baihna Selaku Hakim Anggota di Pengadilan Agama Sengeti,
pada 21 Maret 2018.
66
disiplin kerja maka mediator dapat berperan penuh dalam memberikan perannya
sebagai mediator dan Mengikuti Pelatihan, di mana, mediator dapat menguasai
segala permaslahan yang dihadapi oleh pasanan yang ingin bercerai.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pelaksanaan mediasi
terhadap perkara cerai gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti belum sepenuhnya
berjalan efektif, untuk itu secara khusus dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat empat Pelaksanaan mediasi terhadap perkara cerai gugat istri di
Pengadilan Agama Sengeti, diantaranya; TahapanPramediasi, di mana berkas
yang diajukan penggugat diperiksa dan juga penentuan pelaksanaan mediasi,
PembentukanForum, di mana pemilihan mediator yang diajukan penggugat dan
penentuan pelaksanaan mediasi PendalamanMasalah, di mana mediator menjadi
pendengar dengan memberikan kesempatan kepada penggugat dan tergugat
utnuk menyampaikan pendapatnya dan Penyelesaian Akhir dan Penentuan Hasil
Kesepakatan, di mana mediator menimbang dan mendalami permaslahan
dengan mengambil keputusan yang terbaik.
2. Terdapat dua faktor penghambat keberhasilan mediasi terhadap perkara cerai
gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti, diantaranya; Kemampuan SDM yang
Terbatas, di mana mediator masih belum sepenuhnya mampu menjadi penengah
disebabkan terbatanya pengetahuan disebabkan dalam memilih mediator tidak
tepat sasaran dan Seringkali Terjadi Perselisihan, di mana penggugat seringkali
terjadi perselisihan dan sudah pisah rumah dengan tergugat.
67
68
3. Terdapat dua faktor pendukung keberhasilan mediasi terhadap perkara cerai
gugat istri di Pengadilan Agama Sengeti, diantaranya; Penegakan Disiplin
Kinerja, di mana dengan adanya disiplin kerja maka mediator dapat berperan
penuh dalam memberikan perannya sebagai mediator dan Mengikuti Pelatihan,
di mana, mediator dapat menguasai segala permaslahan yang dihadapi oleh
pasanan yang ingin bercerai.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disajikan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Mediator di Pengadilan Agama Sengeti diharapkan melakukan pemeriksaan
dengan adil dan tidak memihak sesuai dengan fakta-fakta dan dengan
menerapkan prinsip-prinsip hukum yang baik dan benar, serta menjadi
gambaran bagi Peradilan Agama lain agar senantiasa menjalankan aturan
yang telah diberikan oleh Instansi Peradilan Tertinggi Negara dalam
pemeriksaan terhadap masyarakat pencari keadilan.
2. Hendaknya para keluarga tidak mengambil jalur perceraian selagi masih
dapat diperdamaikan.
3. Hendaknya pihak keluarga ikut serta mendamaikan agar terhindar dari
dampak negative perceraian.
69
HASIL WAWANCARA
Peneliti : Bagaimana tahapan prosedur mediasi terhadap perkara perceraian di
Pengadilan Agama Sengeti ?
Arman : Dalam prosesnya, ketua pengadilan nanti akan menunjuk seorang
hakim dalam memeriksa berkasnya dan juga perkara yang ada,
setelah itu akan dilangsungkan ke dalam persidangan. Mediasi akan
dilakukan guna menghindari perceraian sehingga mediasi harus
tetap dilakukan.
Peneliti : Bagaimana proses penyelesaian perkara perceraian di Pengadilan
Agama Sengeti ?
Darwansyah : Permohon biasanya mengajukan petitum kesini dengan melengkapi
persyaratannya, banyak sekali yang bisa kita berikan guna mencari
solusi terbaik dalam sebuah permasalahan. Penggugat tentu berharap
majelis hakim mengabulkan permohonannya, tentu semua itu harus
melewati proses yang panjang dan pembuktian yang menyatakan
bahwa keputusan yang diambil nanti dapat memberikan putusan yag
baik.
Peneliti : Bagaimana prosedur pemilihan mediator terhadap perkara
perceraian di Pengadilan Agama Sengeti ?
Baihna
:
Kalau sudah dijelaskan prosedur mediasi, maka nanti hakim akan
memberikan kesempatan kepada pihak yang mengajukan
gugatannya untuk memilih siapa yang akan menjadi mediator, yang
jelas mereka adalah orang yang memiliki sertifikasi dan mampu
menjadi mediator, kalau tidak dapat mencari mediator, maka kami
harus mencarikan mediatornya sendiri.
Peneliti : Bagaimana cara mediator agar dapat mendamaikan pihak yang
bersengketa dalam kasus perceraian di Pengadilan Agama Sengeti?
Baihna : Dalam forum dialok atau diskusi, mediator berhak meminta kedua
belah pihak untuk hadir dan mengikuti proses mediasi yang
dijalankan disini, dengan begitu kalau keduanya dapat hadir akan
terbuka titik masalahya dan dapat mencari jalan keluarnya.
Peneliti : Bagaimana cara mediator meyakinkan para pihak agar mau
mengikuti proses mediasi di Pengadilan Agama Sengeti ?
Amran : Dalam pelaksanaan mediasi, mediator tidak akan condong sebelah
kepada salah satu yang ingin didamaikan, dengan begitu, maka akan
didapat hasil yang memuaskan, mediasi ini yang bersifat formal
70
akan memberikan dampak yang baik kepada pihak yang bertikai.
Peneliti : Bagaimana cara mediator medalami masalah para pihak yang
berperkara di Pengadilan Agama Sengeti ?
Darwansyah : Kaukus dilakukan agar para pihak dapat memberikan informasi
kepada mediator lebih luas dan rinci yang mungkin tidak
disampaikan saat bertemu dengan pihak lawan. Dengan melakukan
pendalaman, maka informasi yang akan dibahas akan menjadi
akurat dan dapat dijadikan dasar penguat untuk memecahkan
masalah yang terjadi.
Peneliti : Bagaimana cara mediator mengkondisikan proses mediasi agar tidak
terjadi kisruh yang lebih parah dari sebelumnya ?
Baihna : Kami meberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya
dengan berhati-hati dan bergantian, semua harus dilakukan dengan
pelan-pelan dan tidak boleh berlebihan dari waktu yang sudah
ditetapkan selama proses mediasi dilakukan.
Peneliti : Setelah proses mediasi sudah dilakukan, apa langkah yang akan
diambil oleh hakim di Pengadilan Agama Sengeti ?
Baihna : Setelah semua data didapatkan oleh hakim, maka hakim akan
mempelajari berkas penyampaian tersebut berdasarkan Undang-
Undang yang ada, apakah ada yang melanggar dan tidak
bertentangan dengan hukum. Setelah dilakukan, maka kami akan
memberikan itikad baik agar mereka lebih baik berdamai dan tidak
sampai ke proses persidangan perceraian.
Peneliti : Apa saja faktor penghambat keberhasilan mediasi terhadap perkara
ra perceraian di Pengadilan Agama Sengeti ?
Baihna : Kemampuan SDM yang ada itu masih belum berjalan efektif dan
juga belum mampu menjawab keinginan masyarakat, ini disebabkan
mereka itu masih ada sangkut paut keluarga, jadi tidak memiliki
kemampuan pun ikut bekerja disana. Ditambah lagi dalam
pengambilan mediator seringkali tidak sesuai dengan keinginan
masyarakat.
Peneliti : Apa saja faktor penghambat keberhasilan mediasi terhadap perkara
ra perceraian di Pengadilan Agama Sengeti ?
Darwansyah : Untuk saat ini,kita memang mengalami permasalahan dalam hal
SDM di sini, terkadang mediator tidak mampu menjadi penengah
dengan keilmuanya, mediator tentu sudah diuji,namun ketika
berhadapan dengan masyarakat disitu terkadang terjadi kekurangan
71
penguasaan permasalahan sehingga peran mediasi masih perlu
ditingkatkan kembali.
Peneliti : Apa saja faktor penghambat keberhasilan mediasi terhadap perkara
ra perceraian di Pengadilan Agama Sengeti ?
Rijlan Hasanudin : Seringkali terjadi perselisihan ketika sedang dilakukan mediasi,
saling tuduh menuduh dan merasa benar sendiri, sehingga mediasi
yang dilakukan tidak dapat berjalan dengan baik,ditambah lagi salah
satu pihak ada juga yang tidak dapat hadir.
Peneliti : Apa saja faktor pendukung keberhasilan mediasi terhadap perkara
perceraian di Pengadilan Agama Sengeti ?
Darwansyah : Ada beberapa upaya dan juga pendukung dalam mencapai
keberhasilan mediasi terhadap perkara perceraian bagi pihak
perempuan di Pengadilan Agama Sengeti tentu harus dimulai dari
dalam dulu. Langkah yang diambil tentu harus dari perbaikan di
dalam dulu. Dengan cara menerapkan disiplin yang tinggi, tentu
disiplin tanpa konsekuensi hukuman bagi pelanggarnya tidak ada
artinya. Untuk itu saya akan melalui beberapa tahap dalam
penerapannya, yang teguran, peringatan sehingga petuga atau
mediator mampu untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Beliau
juga menambahkan faktor pendukung lain adalah Dengan
mengadakan pelatihan dan pemahaman kepada mediator dalam
memberikan pelayanan, maka kami terus berharap dan berupaya
agar pemberian pelayanan berjalan dengan baik, kita juga tidak
tinggal diam dalam menangani bila ada permasalahan. Maka upaya
kami selama ini melakukan pelatihan seminar dan pertemuan agar
bertambah ilmu pengetahuan.
72
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur
Aulia Muthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, Yogyakarta:
Pustaka Bru Press, 2016.
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqih, Jakarta: Perpustakaan Nasional KDT, 1999.
Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta Timur: Sinar
Garafika, 2015.
Djam’an Satori Dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2013.
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014.
Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, Jakarta Timur: Sinar Grafika,
2013.
Muhammad Syaifuddin, Pluralitas Hukum Perceraian, Bandung: Tunggal Mandiri
Publishing, 2012.
Mustafha Dib Al-Bugha, Ringkasan Fiqih Mazhab Syafi’i, Jakarta Selatan: PT
Mizan Publike, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta,
2009.
Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, 2012.
Umar, Metode Penelitian Untuk Sekripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
73
B. Jurnal
Fitri Purnamasari, “Pelaksanaan Mediasi Pada Penyelesaian Perceraian Di
Pengadilan Agama Kuningan”, Jurnal Unifikasi, Vol. 04 Nomor 02 Juli
2017.
Malik Ibrahim, “Efektivitas Peran Mediasi Dalam Menanggulangi Perceraian Di
Lingkungan Peradilan Agama”, Jurnal Madania, Vol. 19, No. 1, Juni 2015.
Muslimah Suciati, “Implementasi Mediasi Terhadap Perkara Perceraian Di
Pengadilan Agama Kendari”, Skripsi: Fakultas Hukum Program
Pascasarjana (S2) Universitas Hasanuddin, 2015.
Nadilla Oktari Diningtias, Pelaksanaan Mediasi Dalam Proses Perceraian Di
Pengadilan Agama Padang Kelas Ia, Skripsi: Program Kekhususan Hukum
Perdata Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang, 2014
Rina Antasari, “Pelaksanaan Mediasi dalam Sistem Peradilan Agama (Kajian
Implementasi Mediasi dalam Penyelesaian Perkara di Pengadilan Agama
Kelas I A Palembang)”, Jurnal Intizar, Vol. 19, No. 1, 2013.
Syafruddin, “Upaya Mediasi Dalam Meminimalisir Angkaperceraian Di
Pengadilan Agama Kelas I B Watampone”, Jurnal Hukum Keluarga Islam,
Vol. II No. 1.
Supardi & Zahrotul Hanifiyah, “Penyebab Kegagalan Mediasi Dalam Proses
Perceraian (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Kudus Periode Januari-
April 2017)”, Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam.
CURRICULUM VITAE M. Arif Prajaputra. S
l
Nama : M. Arif Prajaputra. S
Tempat, Tanggal Lahir :Jambi, 17 Maret 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Tinggi, Berat Badan : 172 cm/59 Kg
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat Sekarang : Jalan Nusa Indah I
Kelurahan Rawasari Kecamatan Alam
Barajo Kota Jambi
No. Handphone : 085219915660
Email : [email protected]
FORMAL
INFORMAL
● 2002-2008
SDN 42/IV Kota Jambi
● 2008-2011
SMP Islam Al-Falah Kota Jambi
● 2011-2014
SMA Islam Al-Falah Kota Jambi
● 2014-2019
S1 Hukum Keluarga Islam UIN STS Jambi
(IPK 3,12)
● 2013-2014 Primagama English Course
(Grade Intermediate)
KERJA
• Staff Tata Usaha MTsN 6 Muaro Jambi
• Penanggung Jawab UN Tingkat SMP/MTs Kecamatan Mestong 2018
MS Office Word
MS Office Exel
MS Power Point
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Internet
Kemampuan
Pengalaman
Pendidikan
Data Pribadi