pelajaran sosiologi

62
Makalah “Masalah Sosial Sebagai Hambatan Peningkatan Kesejahteraan (Kasus Penyalahgunaan Obat) dan Upaya Pemecahannya” DISUSUN OLEH : Mata Kuliah : Sosiologi dan Politik Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Tugas : Masalah Sosial Sebagai Inspirasi Perubahan (Kasus Kemiskinan) dan Upaya Pemecahannya Kelas : 1EB17 Dateline Tugas : 20 Maret 2010 Tanggal Penyerahan Tugas : 20 Maret 2010 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim/pihak lain. Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai1/100 untuk mata kuliah ini. Penyusun NPM Nama Lengkap Tanda Tangan 21209541 Vania Putri Rahmanto Program Sarjana Akuntansi

Upload: achmad-sukry

Post on 02-Jan-2016

86 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sedikit pengetahuan tentang ilmu sosiologi

TRANSCRIPT

Page 1: Pelajaran Sosiologi

Makalah

“Masalah Sosial Sebagai Hambatan Peningkatan Kesejahteraan (Kasus

Penyalahgunaan Obat) dan Upaya Pemecahannya”

DISUSUN OLEH :

Mata Kuliah    : Sosiologi dan Politik

Dosen : Muhammad Burhan Amin

Topik Tugas    : Masalah Sosial Sebagai Inspirasi Perubahan (Kasus Kemiskinan)

dan Upaya Pemecahannya

Kelas   : 1EB17

Dateline Tugas   : 20 Maret 2010

Tanggal Penyerahan Tugas   : 20 Maret 2010

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini saya buat

sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim/pihak lain.

Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat

nilai1/100 untuk mata kuliah ini.

Penyusun

NPM Nama Lengkap Tanda Tangan

21209541 Vania Putri Rahmanto

Program Sarjana Akuntansi

UNIVERSITAS GUNADARMA

TAHUN PEMBELAJARAN 2009/2010

Jl. KH Noer Ali, Kalimalang Bekasi

Telepon : (021) 88860117

Page 2: Pelajaran Sosiologi

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, Karena berkat Taufik dan

Hidayah – Nya, penulis dapat menyusun Makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, namun demikian

penulis berharap makalah ini dapat menjadi bahan rujukan dan semoga dapat

menambah pengetahuan mahasiswa–mahasiswi Universitas Gunadarma tentang

Kasus Penyalahgunaan Obat.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penulisan makalah ini terutama kepada Bpk. Muhammad

Burhan Amin selaku Dosen mata kuliah Sosiologi dan Politik. Makalah “Masalah

Sosial Sebagai Hambatan Peningkatan Kesejahteraan (Kasus Penyalahgunaan

Obat) dan Upaya Pemecahannya” ini dibuat guna melaksanakan tugas mata kuliah

softskill (Sosiologi dan Politik) pada ATA 2009/2010.

Dengan segala hormat penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini

Bekasi, Maret 2010

Penulis

Page 3: Pelajaran Sosiologi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………               i

Daftar isi………………………………………………………….                ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Intensitas dan Kompleksitas Masalah…………………….                1

1.2 Latar Belakang Masalah…………………………………..               3

1.3 Rumusan Masalah…………………………………………               5

1.4 Batasan Masalah…………………………………………..               5

1.5 Tujuan Penulisan…………………………………………..               5

1.6 Metode Penulisan………………………………………….              6

1.7 Manfaat Penulisan…………………………………………              6

BAB II PENANGANAN MASALAH BERBASIS MASYARAKAT

2.1 Mengembangkan Sistem Sosial yang Responsif…………..               7

2.2 Pemanfaatan Modal Sosial…………………………………             16

2.3 Pemanfaatan Institusi Sosial……………………………….              23

2.4 Optimalisasi Kontribusi dalam Pelayanan Sosial…………..              29

2.5 Kerjasama dan Jaringan ……………………………………             32

BAB III METODE PENULISAN

3.1 Metode Secara Umum……………………………………..              36

3.2 Metode Secara Khusus…………………………………….              36

BAB IV UPAYA PENANGANAN MASALAH………………. 37

PENYALAHGUNAAN OBAT

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………….            40

5.2 Saran………………………………………………………….           41

Daftar Pustaka……………………………………………………….           43

Page 4: Pelajaran Sosiologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Intensitas dan Kompleksitas Masalah

Dalam hal penggunaan obat sehari-hari, terdapat istilah penyalahgunaan obat

(drug abuse) dan penggunasalahan obat (drug misuse). Istilah penyalahgunaan

obat merujuk pada keadaan di mana obat digunakan secara berlebihan tanpa

tujuan medis atau indikasi tertentu. Sedangkan, istilah pengguna-salahan obat

adalah merujuk pada penggunaan obat secara tidak tepat, yang biasanya

disebabkan karena pengguna memang tidak tahu bagaimana penggunaan obat

yang benar. Pada tulisan ini hanya akan dikaji mengenai penyalahgunaan obat

(drug abuse) saja.

Penyalahgunaan obat terjadi secara luas di berbagai belahan dunia. Obat yang

disalahgunakan bukan saja semacam cocain, atau heroin, namun juga obat-obat

yang biasa diresepkan. Penyalahgunaan obat ini terkait erat dengan masalah

toleransi, adiksi atau ketagihan, yang selanjutnya bisa berkembang menjadi

ketergantungan obat (drug dependence). Pengguna umumnya sadar bahwa mereka

melakukan kesalahan, namun mereka sudah tidak dapat menghindarkan diri lagi.

Di Amerika, penyalahgunaan obat-obat yang diresepkan meningkat cukup tajam

dalam dua dekade terakhir, dan hanya sedikit di bawah mariyuana, suatu senyawa

yang paling banyak disalahgunakan di sana. Data dari sebuah lembaga farmasi di

sana menyatakan bahwa sedikitnya 50 juta orang Amerika pernah menggunakan

sedikitnya satu jenis obat psikotropika, dan 7 juta orang yang berusia di atas 12

tahun menggunakan obat-obat ini bukan untuk tujuan medis. Hal ini diduga tidak

akan berbeda jauh dengan di Indonesia, di mana penyalahgunaan obat-obat

psikotropika dan obat-obat lainnya meningkat dengan tajam.

v Obat-obat yang sering disalahgunakan

Ada tiga golongan obat yang paling sering disalah-gunakan, yaitu :

-    golongan analgesik opiat/narkotik, contohnya adalah codein, oxycodon, morfin

-    golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan

gangguan tidur, contohnya barbiturat (luminal) dan golongan benzodiazepin

(diazepam/valium, klordiazepoksid, klonazepam, alprazolam, dll)

Page 5: Pelajaran Sosiologi

-    golongan stimulan sistem saraf pusat, contohnya dekstroamfetamin,

amfetamin, dll.

Obat-obat ini bekerja pada sistem saraf, dan umumnya menyebabkan

ketergantungan atau kecanduan. Selain itu, ada pula golongan obat lain yang

digunakan dengan memanfaatkan efek sampingnya, bukan berdasarkan indikasi

yang resmi dituliskan. Beberapa contoh diantaranya adalah :

Penggunaan misoprostol, suatu analog prostaglandin untuk mencegah

tukak peptik/gangguan lambung, sering dipakai untuk menggugurkan

kandungan karena bersifat memicu kontraksi rahim.

Penggunaan Profilas (ketotifen), suatu anti histamin yang diindikasikan

untuk profilaksis asma, sering diresepkan untuk meningkatkan nafsu

makan anak-anak

Penggunaan Somadryl untuk “obat kuat” bagi wanita pekerja seks

komersial untuk mendukung pekerjaannya. Obat ini berisi carisoprodol,

suatu muscle relaxant, yang digunakan untuk melemaskan ketegangan

otot. Laporan menarik ini datang dari Denpasar dari seorang sejawat.

Menurut informasi, dokter kerap meresepkan Somadryl, dan yang

menebusnya di apotek adalah “germo”nya, dan ditujukan untuk para PSK

agar lebih kuat “bekerja”

Dll.

1.2        Latar Belakang Masalah

1.2.1  Penyebab seseorang melakukan penyalahgunaan obat

Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat.

1. Seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan,

insomnia, dll, yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan

obat secara legal dengan resep dokter. Namun selanjutnya, obat-obat

tersebut menyebabkan toleransi, di mana pasien memerlukan dosis yang

semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama. Merekapun

kemudian akan meningkatkan penggunaannya, mungkin tanpa

berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan mengalami gejala

Page 6: Pelajaran Sosiologi

putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi kecanduan

atau ketergantungan terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha

untuk memperoleh obat-obat tersebut dengan segala cara.

2. Seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan

rekreasional. Artinya, sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan

medis yang jelas, hanya untuk memperoleh efek-efek menyenangkan yang

mungkin dapat diperoleh dari obat tersebut. Kejadian ini umumnya erat

kaitannya dengan penyalahgunaan substance yang lain, termasuk yang

bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy, alkohol, dll.

3. Seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping

seperti yang telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak

tahu, hanya mengikuti saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan

obat-obat yang dapat menyebabkan toleransi dan ketagihan.

Penggunaannya juga mungkin tidak dalam jangka waktu lama yang

menyebabkan ketergantungan.

1.2.2 Penyebab Penyalahgunaan Narkotika

Kenyataan menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkotika tidak saja terbatas

pada kaum remaja tetapi juga orang-orang dewasa dan lanjut usia.

Seorang psykhiater terkenal Dr. Graham Blaine, menyebutkan bahwa terdapat

banyak alasan / latar belakang pengguna narkotik yang dapat menjadi kebiasaan

yang menonjol ialah :

a. Dikalangan remaja

Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan – tindakan

berbahaya seperti : ngebut, berkelahi, bergaul dengan wanita dsb.

Untuk menentang atau melawan suatu otoritas (orang tua / guru).

Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan sex menyimpang.

Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman –

pengalaman emosional.

Untuk berusaha agar menemukan arti dari hidup di dunia ini.

Untuk mengisi kekosongan dan perasaan bosan karena karena tidak

mempunyai aktifitas yang cukup dan positif.

Page 7: Pelajaran Sosiologi

Untuk menghilangkan ras frustasi dn kegelisahan yang disebabkan adanya

problematika kehidupan yang tidak kunjung dapat teratasi.

Untuk mengikuti kemauan teman dan memupuk rasa solidaritas

sesama kawan, Karena didorong rasa ingin tahu lalu melakukannya secara iseng

(tindakan petualangan).

b.Di kalangan orang dewasa

1.Penyakit Kronis

Pengidap penyakit atau gangguan jasmaniah yang kronis sehingga membutuhkan

obat-obatan yang dapat untuk sementara menghilangkan rasa sakit atau nyeri yang

dideritanya.

2. Kebiasaan

Selain hal di atas, tidak sedikit orang dewasa yang mengkonsumsi obat bius

karena suatu kebiasaan (habitual). Mula-mula mungkin karena sakit. Tetapi

setelah penyakitnya sembuh, ia tetap mengkonsumsi obat dengan alasan agar

penyakitnya tidak kambuh lagi atau ia merasa tidak enak badan jika pemakaian

obat itu dihentikan.

3.Frustasi

Orang yang merasa tidak sangup mengatasi problem berat yang sedang dialami

dapat terjerumus pada pilihan membius diri dengan bahan narkotik sebagai

pelarian.

4. Doping dikalangan olah ragawan

Terdapat usaha untuk meningkatkan prestasi di kalangan olahragawan dengan

cara menrangsang perkembangan otot dengan mempergunakan obat-obatan

stimulants.

3.1        Rumusan Masalah

-          Apa faktor penyebab kasus penyalahgunaan obat ?

-          Bagaimana upaya penanggulangan narkoba ?

-          Mengapa narkoba masih menjadi masalah berkelanjutan di Indonesia?

-          Bagaimana penanganan masalah berbasis masyarakat (kasus

penyalahgunaan obat<narkoba>)?

-          Apa saja organisasi yang terlibat dalam penanganan narkoba ?

Page 8: Pelajaran Sosiologi

-          Bentuk kerjasama dan jaringan seperti apa untuk menanggulangi

penyalahgunaan narkoba ?

-          Bagaimana wujud optimalisasi kontribusi dalam pelayanan sosial (kasus

penyalahgunaan obat <narkoba>)?

3.2        Batasan Masalah

Dari sekian ulasan masalah yang telah penulis uraikan dalam rumusan masalah

bahwa masalah penyalahgunaan obat masih menjadi masalah berkelanjutan di

Indonesia. Penulis akan membatasi masalah yang berkaitan dengan judul makalah

yaitu “Masalah Narkoba”

3.3        Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk melatih keterampilan, kecermatan,

ketelitian dan kerja sama kita dalam memecahkan suatu masalah sosial yaitu

penyalahgunaan obat yang berkaitan dengan ilmu sosiologi politik dan guna

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah sosiologi politik yaitu

Bapak Muhammad Burhan Amin. Selain itu, penulisan ini juga bertujuan untuk

melatih softskill kita dalam memperhatikan masalah sosial yang terjadi di

masyarakat. Makalah ini juga dapat memberikan manfaat, yaitu untuk menambah

pengetahuan kita mengenai ilmu sosiologi politik khususnya tentang masalah

sosial (kasus penyalahgunaan obat), sehingga kita dapat mengetahui mengapa

penyalahgunaan obat, seperti narkoba bisa menjadi masalah sosial umumnya di

Indonesia.

3.4        Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan browsing di

internet dan dengan melalui metode penjelasan dari dosen sosiologi politik.

3.5        Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan mengkaji masalah

penyalahgunaan obat di Indonesia dengan segala kompleksitasnya dengan

berbagai pendekatan.

Page 9: Pelajaran Sosiologi

BAB II

Penanganan Masalah Berbasis Masyarakat

2.1        Mengembangkan sistem sosial yang responsif

v  Pendekatan penanganan penyalahgunaan Narkoba

Kondisi yang diharapkan yaitu terjadinya upaya penanggulangan penyalahgunaan

Narkoba di Indonesia secara komprehensif. Adapun yang dimaksud dengan

holistik dalam makalah ini adalah dilakukan secara menyeluruh dan terpadu

dengan menggunakan pendekatan sistem (antara yang satu dengan yang lainnya

saling berhubungan dan saling terkait). Keterpaduan dan keterkaitan disini

mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Subyek atau pelaksana

Subyek atau pelaku yang bertanggung jawab dalam setiap upaya penanggulangan

penyalahguaan Narkoba ini tidak hanya monopoli Polri saja tetapi juga

merupakan tugas dan tanggung jawab serta peran dari instansi lain terkait serta

peran serta LSM, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat umum lainnya

secara keseluruhan untuk aktif bersama-sama secara terpadu melakukan upaya

penanggulangan terha-dap penyalahgunaan Narkoba. Khusus keterpaduan antar

instansi Pemerintah terkait dapat terwadahi dengan terbentuk dan berperannya

Badan Narkotika Nasional (BNN) secara optimal sesuai dengan ketentuan

Keppres RI No. 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional.

2. Obyek atau sasaran

Adalah siapa dan apa yang akan dilakukan intervensi atau yang menjadi target

sasaran dalam pemberantasan atau penanggulangan penyalahgunaan Narkoba ini.

Sasaran disini dapat berupa :

1)   Orang, seperti pengedar atau bandar, pengguna atau korban,  masyarakat

rentan dan masyarakat umum lainnya.

2)   Tempat, seperti lahan cultivasi atau penanaman, laboratorium atau tempat

proses produksi dan tempat penyimpanan.

3)   Jalur distribusi (darat, laut dan udara) atau trafficking.

3. Metode atau cara bertindak

Adalah setiap upaya yang dilakukan dalam penanggulangan penyalahgunaan

Narkoba secara holistic dan realistik yaitu melalui pendekatan yang dikenal

Page 10: Pelajaran Sosiologi

dengan istilah Harm Minimisation, yang secara garis besar terdiri dari kegiatan-

kegiatan sebagai berikut :

1)   Supply Control

Adalah setiap upaya yang dilakukan untuk menekan atau menurunkan seminimal

mungkin ketersediaan Narkoba di pasar gelap atau ditengah-tengah masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan dapat secara pre-emtif, preventif dan represif seperti:

a)Pengawasan cultivasi/penanaman Narkoba ilegal

b)   Pengawasan masuknya bahan-bahan prekusor dari luar negeri

c)   Pencegahan terhadap upaya penyelundupan

d)  Razia atau opeasi kepolisian untuk mencegah peredaran Narkoba dalam

masyarakat

e)   Penindakan terhadap laboratorium gelap

f)    Penindakan terhadap pelaku penanaman, pengedar, bandar

g)   Penindakan terhadap pengguna dan penyalahguna yang lain

2)   Demand Reduction

Adalah setiap upaya yang dilakukan guna menekan atau menurunkan permintaan

pasar atau dengan kata lain untuk mening-katkan ketahanan masyarakat sehingga

memiliki daya tangkal un-tuk menolak keberadaan Narkoba. Kegiatan yang

dilakukan dapat secara pre-emtif dan preventif seperti :

a)   Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) baik secara langsung, brosur, iklan,

bill board atau melalui media cetak dan media elektronik kepada masyarakat.

b)   Penyuluhan kepada masyarakat (keluarga, sekolah dan kelompok masyarakat

lainnya)

c)   Sarasehan, anjangsana

d)  Promosi kesehatan secara umum

e)   Seminar/diskusi

f)    Dialog interaktif di radio/TV

g)   Pembatasan dan pengawasan ijin diskotik, pub, karaoke dan tempat hiburan

lain yang sering dijadikan sebagai tempat penyalahgunaan Narkoba.

3)   Harm Reduction

Adalah setiap upaya yang dilakukan terhadap pengguna atau korban dengan

maksud untuk menekan atau menurunkan dampak yang lebih buruk akibat

Page 11: Pelajaran Sosiologi

penggunaan dan ketergantungan terhadap Narkoba. Konsep Harm Reduction ini

didasarkan pada kesadaran pragmatis pada realita bahwa penyalahgunaan

Narkoba tidak bisa dihapuskan dalam waktu singkat, sehingga harus ada upaya-

upaya untuk meminimalkan bahaya dan kerugian yang diakibatkan oleh

penggunaan Narkoba tersebut. Kegiatan yang dilakukan dapat secara preventif,

kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif, seperti :

a)   Memberikan terapi dan pengobatan medis agar pengguna/ korban tersebut

dapat lepas dari keracunan, overdosis dan terbebas dari penyakit fisik lainnya.

b)   Memberikan rehabilitasi agar pengguna tersebut dapat lepas dari

ketergantungan dan dapat hidup produktif kembali dalam masyarakat.

c)   Memberikan konseling guna mencegah kekambuhan dan mencegah penularan

penyakit berbahaya lain sebagai dam-pak dari perilaku negatif penyalahgunaan

Narkoba, seperti penularan HIV/AIDS, Hepatitis C, penyakit kulit dan kela-min

dan lain-lain.

v  Peran Instansi dan kelompok lain

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dalam penanggulangan pe-

nyalahgunaan Narkoba secara komprehensif perlu kebersamaan, keterpaduan dan

keterkaitan antara satu institusi dengan yang lain guna mencapai hasil yang

optimal. Keterpaduan disini juga berlaku terhadap semua fungsi dalam lingkungan

internal Polri, dengan instansi Pemerintah terkait dan dengan kelompok

masyarakat lainnya. Dengan demikian diperlukan adanya persamaan persepsi, visi

dan misi sehingga dapat terjadi pembagian tugas, peran dan fungsi sesuai

kapasitas dan otoritas masing-masing. Koordinasi dan keter-paduan antar instansi

Pemerintah dapat dimotori oleh BNN sedang kelompok masyarakat seperti tokoh

agama, tokoh masyarakat, LSM dan kelompok masyarakat lain dapat berperan

sebagai mitra. Adapun secara garis besar yang menjadi tugas, fungsi dan peranan

masing-masing instansi atau kelompok masyarakat tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut :

4. Pemerintah/Pemerintah Daerah

1)   Menyediakan sarana dan fasilitas secara umum

2)   Penyediaan anggaran melalui APBN/APBD

Page 12: Pelajaran Sosiologi

3)   Bersama Legeslatif menerbitkan peraturan perundang-undangan yang dapat

memayungi palaksanaan penanggulangan penyalahgu-naan Narkoba.

4)   Sebagai fasilitor dan koordinator dalam setiap perumusan visi, misi dan

strategi bersama.

5. Polri

1)   Bersama instansi dan kelompok lain melakukan kegiatan pre-emtif seperti

Komunikasi, Informasi dan Edukasi serta penyuluhan ke-pada masyarakat.

2)   Melakukan kegiatan preventif seperti razia atau operasi kepolisian dengan

sasaran orang dan atau tempat-tempat yang dicurigai.

3)   Melakukan kegiatan represif yaitu penindakan terhadap penyalah-guna

(pengedar dan pengguna) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4)   Bersama instansi terkait dan kelompok masyarakat lainnya melakukan

kegiatan kuratif seperti pengobatan terhadap pengguna atau korban dan juga

melakukan kegiatan rehabilitatif yaitu membebas-kan pengguna dari

ketergantungan.

6. Departemen Kesehatan/Dinas Kesehatan

1)   Melakukan kegiatan kuratif dengan pembentukan Rumah Sakit

Ketergantungan Obat dan sarana kesehatan lainnya.

2)   Bersama instansi lain melakukan kegiatan  pre-emtif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif.

3)   Pencegahan dan pemberantasan penyakit seksual, HIV/AIDS, Hepatitis C dan

lain-lain.

4)   Penyiapan tenaga kesehatan seperti dokter, paramedis dan tenaga non medis

lain yang diperlukan.

7. Badan/Balai Pengawasan Obat dan Makanan

1)   Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap penggunaan atau

pemanfaatan Narkotika, Psikotropika dan prekursor oleh para importir, industri

farmasi/ industri kimia dan laboratorium peng-guna.

2)   Melakukan pencatatan, pengawasan dan audit terhadap semua instansi yang

menggunakan Narkotika, Psikotropika dan precursor dalam menjalankan

usahanya, seperti laboratorium kimia, industri farmasi dan distributor.

Page 13: Pelajaran Sosiologi

3)   Meningkatkan kemampuan uji laboratorium dan SDM sebagai saksi ahli

dalam peradilan kasus Narkoba jika dibutuhkan.

8. Imigrasi

1)   Kerja sama dengan instansi lain seperti Deplu/Kedutaan dalam melakukan

seleksi terhadap pemberian visa kunjungan ke Indonesia terutama bagi mereka

yang berasal dari negara berisiko seperti Pakistan, Afganistan, Thailand dan lain-

lain.

2)   Koordinasi dengan instansi lain seperti Polri dalam melakukan pengawasan

terhadap orang-orang asing yang masuk dan telah berada di Indonesia khususnya

mereka yang sering melakukan penyalahgunaan Narkoba seperti Black African

dan lain-lain.

9. Bea dan Cukai

1)   Mencegah keluar masuknya Narkoba atau prekursor dari luar negeri melalui

pintu-pintu masuk Pabean.

2)   Bersama instansi lain melakukan pengawasan dan pemeriksaan fisik secara

selektif terhadap sarana pengangkut yang memuat Narkoba atau prekursor, seperti

kapal laut dan pesawat udara.

3)   Melakukan pencegahan dengan melakukan pemeriksaan fisik terhadap orang

sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya.

4)   Pertukaran informasi dengan aparat kepabeanan negara lain.

10. Departemen/Dinas Pertanian

1)   Melakukan pengawasan terhadap lahan-lahan yang dijadikan sebagai tempat

kultivasi atau penanaman Narkoba.

2)   Meningkatkan tingkat kesuburan lahan pertanian sehingga dapat ditanami

tanaman yang bermanfaat dan legal.

11.  Kementrian Informasi/Dinas Penerangan

1)   Dengan media massa baik cetak maupun elektronik menyajikan pemberitaan

dan informasi tentang Narkoba yang proporsional dan kondusif yang dapat

memberikan edukasi kepada masyarakat.

2)   Menghindari pemberitaan yang bersifat provokatif dan destruktif sehingga

dapat menambah keresahan dan ketidakpercayaan masyarakat kepada aparat

Pemerintah.

Page 14: Pelajaran Sosiologi

12. Departemen/Dinas Sosial

1)   Melakukan pembinaan terhadap kelompok rentan seperti masya-rakat miskin,

pengemis dan gelandangan yang ada di jalan-jalan agar tidak terpengaruh

Narkoba.

2)   Bersama instansi lain melakukan konseling dan rehabilitasi terha-dap

kelompok pengguna yang ketergantungan.

3)   Bersama instansi lain menyiapkan Panti Rehabilitasi guna membe-baskan

pengguna dari ketergantungan sehingga dapat hidup produktif kembali dalam

masyarakat.

13.  Kejaksaan

1)   Melakukan penuntutan secara proporsional, profesional, tegas dan konsisten,

terhadap kasus Narkoba.

2)   Koordinasi dengan instansi lain khususnya Polri dalam penyusunan proses

penuntutan/ dakwaan kasus Narkoba.

14. Pengadilan

1)   Mengadili terdakwa dan memberikan hukuman yang tegas, kon-sisten dan

adil sehingga dapat menimbulkan efek jera, khususnya bagi mereka yang

tergolong sebagai pengedar dan produsen.

2)   Setiap keputusan perlu mempertimbangkan beberapa aspek terma-suk aspek

hukum, fisiologis/medis, psikologis, sosiologis dan HAM.

15. Lembaga Pemasyarakatan

1)   Memisahkan tempat atau lokasi penjara untuk narapidana Narkoba khususnya

bagi mereka yang tergolong sebagai pengguna dengan narapidana lainnya.

2)   Koordinasi dengan instansi lain untuk pembinaan dan atau pengo-batan serta

rehabilitasi terhadap narapidana Narkoba.

m. Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM )

v  Pemberdayaan masyarakat bebas narkoba

Pemberdayaan masyarakat (agar bebas narkoba) perlu dilakukan secara

komprehensif dan menyeluruh, meliputi aspek ekonomi, sosial-budaya, politik,

spiritual, dan keamanan.

Pembangunan ekonomi nasional secara makro dan mikro, termasuk

pemberantasan kemiskinan, pengangguran, penciptaan lapangan kerja,

Page 15: Pelajaran Sosiologi

peningkatan pendapatan dan daya beli rakyat untuk mewujudkan kemakmuran,

kesejahteraan, serta keadilan sosial. Perlu dijaga pula, penciptaan dan

pemeliharaan keamanan, ketertiban dan stabilitas sosial, ekonomi dan politik,

serta tegaknya hukum. Dengan asumsi, masyarakat yang makmur, sejahtera,

berkeadilan, dan stabil akan mempunyai ketahanan terhadap ancaman bahaya

narkoba, tindak kejahatan dan permasalahan sosial lainnya, dan memiliki

keberdayaan memeranginya.

Secara empirik, memang ada hubungan kuat antara permasalahan sosial seperti

kemiskinan, pengangguran, instabilitas sosial, ekonomi, dan politik, korupsi,

pengangguran, kekumuhan, kenakalan, dan kriminalitas dengan penyalahgunaan

dan perdagangan gelap narkoba.

Peningkatan pendidikan termasuk pendidikan keterampilan kerja sebagai upaya

peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang

meliputi kualitas intelektual, emosional, spiritual, dan sosial melalui peningkatan

anggaran biaya pendidikan. Perbaikan kualitas sarana-prasarana dan k u a l i t a s

SDM serta penyediaan pendidikan gratis bagi warga yang tidak beruntung

dibarengi dengan penyediaan lapangan kerja bagi para lulusan pendidikan

merupakan strategi ampuh pemberdayaan masyarakat untuk bebas narkoba.

Ketekunan dan kerja keras anak-anak, remaja, dan pemuda dalam meniti

pendidikannya dengan harapan masa depan yang jelas akan mengurangi peluang

mereka untuk terjerumus ke penyalahgunaan narkoba.

Keberagamaan dan modal sosial meliputi kelembagaan, nilai-nilai, dan

normanorma keagamaan dan budaya lokal, termasuk nilai-nilai keimanan dan

nilainilai luhur warisan para leluhur perlu dikuatkan. Sikap itu membuat

masyarakat menghargai hidup dan kehidupan, menghormati orang tua,

menghargai diri, menghindari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan atau

orang lain dan masyarakat, saling berbagi perhatian dan kepedulian, empati dan

kasih sayang terhadap sesama. Hidup hemat, kejujuran, kerja keras dan

sebagainya merupakan strategi tidak langsung dalam upaya pemberdayaan

masyarakat untuk mencegah dan memerangi serta membangun ketahanan

terhadap bahaya narkoba.

Page 16: Pelajaran Sosiologi

Pendidikan dan pelatihan menjadi orang tua yang baik dalam rangka membangun

keluarga yang harmonis, bahagia, sejahtera, saling menghargai, menyayangi dan

mencintai di antara para anggotanya. Kondisi itu mendorong setiap anggota

keluarga memahami dan menjalankan perannya sesuai dengan kaidah, nilai dan

norma agama, moral, dan sosial merupakan strategi pemberdayaan keluarga dalam

memberdayakan masyarakat.

Keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, saling perhatian, saling

menghargai, taat norma, sejahtera, dan bahagia merupakan benteng utama

menghadapi bahaya narkoba.

Pembangunan keluarga sejahtera yang berkualitas juga mencakup pengembangan

peran model (role model) dan peran keteladanan orang tua, baik di dalam keluarga

maupun di luar.

Pemberdayaan remaja dan pemuda agar mampu mengatakan tidak terhadap

narkoba, mampu menjaga diri, kelompok dan lingkungannya agar bebas narkoba

merupakan bagian penting lainnya dari upaya pemberdayaan masyarakat.

Bukankah remaja dan pemuda merupakan generasi penerus bangsa, dan pada

waktu bersamaan, mereka merupakan kelompok yang paling rentan terhadap

penyalahgunaan narkoba? Caranya bukan hanya melalui penyuluhan dan

pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba, melainkan juga melalui upaya

dan kegiatan penguatan ketahanan remaja melalui pengisian waktu luang remaja.

Arahkan remaja agar bergiat dalam aktivitas di bidang kesenian, olahraga, out

bound, keagamaan, sosial-kemanusiaan, kerelawanan, hobi, dan masih banyak

lagi.

Penegakan hukum yang tegas, efektif, konsisten, konsekuen, dan adil oleh jajaran

penegak hukum yang bersih, berpegang teguh pada kebenaran, kejujuran, dan

keadilan, serta mengayomi masyarakat memberikan perlindungan terhadap saksi

pelapor. Situasi itu merupakan faktor penangkal dan pencegah dan bagian dari

pemberdayaan masyarakat secara tidak langsung.

Maka, dalam memerangi bahaya narkoba, perlu digunakan strategi pemberdayaan

masyarakat untuk melawan penyalahgunaan dan perdagangan gelap narkoba.

Strategi pemberdayaan masyarakat dalam memerangi bahaya narkoba perlu

dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh, mencakup semua aspek

Page 17: Pelajaran Sosiologi

kehidupan dan penghidupan, baik politik, ekonomi, sosial-budaya, keamanan,

maupun penegakan hukum.

Baik langsung maupun tidak langsung, pemerintah, bersama-sama dengan LSM,

masyarakat, dan dunia usaha akan mampu menahan laju pertumbuhan

penyalahguna narkoba dan peredarannya.

Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia merupakan asas dasar dan

landasan utama dalam pemberdayaan masyarakat, termasuk memerangi bahaya

narkoba.

Pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Pancasila merupakan keberdayaan

masyarakat untuk melawan bahaya narkoba.

Sasaran pemberdayaan masyarakat dalam memerangi bahaya narkoba dapat

diarahkan secara langsung kepada keluarga, orang tua, kelompok masyarakat,

remaja, dan pemuda.

Pemberdayaan secara tidak langsung melalui pembangunan ekonomi, peningkatan

kesejahteraan, penciptaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta

peningkatan budaya dan penegakan hukum pasti akan membebas masyarakat dari

bahaya narkoba.

2.2        Pemanfaatan Modal sosial

Modal sosial adalah suatu konsep dengan berbagai definisi yang saling terkait,

yang didasarkan pada nilai jaringan sosial. Sejak konsepnya dicetuskan, istilah

“modal sosial” telah digambarkan sebagai “sesuatu yang sangat manjur” [Portes,

1998:1] bagi semua masalah yang menimpa komunitas dan masyarakat di masa

kini.

Sementara berbagai aspek dari konsep ini telah dibahas oleh semua bidang ilmu

sosial, sebagian menelusuri penggunaannya di masa modern kepada Jane Jacobs

pada tahun 1960-an. Namun ia tidak secara eksplisit menjelaskan istilah modal

sosial melainkan menggunakannya dalam sebuah artikel dengan rujukan kepada

nilai jaringan. Uraian mendalam yang pertama kali dikemukakan tentang istilah

ini dilakukan oleh Pierre Bourdieu pada 1972 (meskipun rumusan jelas dari

karyanya dapat ditelusuri ke tahun 1984). James Coleman mengambil definisi

Glenn Loury pada 1977 dalam mengembangkan dan mempopulerkan konsep ini.

Pada akhir 1990-an, konsep ini menjadi sangat populer, khususnya ketika Bank

Page 18: Pelajaran Sosiologi

Dunia mendukung sebuah program penelitian tentang hal ini, dan konsepnya

mendapat perhatian publik melalui buku Robert Putnam pada tahun 2000,

Bowling Alone.

Beberapa contoh dari modal sosial antara lain adalah POMG (Persatuan Orang tua

Murid dan Guru), kepramukaan, dewan sekolah, liga boling, jaringan internet, dan

bahkan kelompok-kelompok ekstrem seperti Ku Klux Klan atau kelompok

supremasis kulit putih, meskipun kelompok-kelompok ini menciptakan modal

sosial yang eksklusif yang dapat menimbulkan akibat yang negatif.

Semua kelompok ini dapat menolong membangun dan menghancurkan

masyarakat karena mereka menjembatani atau mengikat perilaku. Bila jumlah

interaksi manusia meningkat, orang akan lebih mungkin untuk saling menolong

dan kemudian menjadi lebih terlibat secara politik.

Baru-baru ini muncul banyak diskusi tentang komunitas surat listrik dan online

dan apakah mereka menolong membangun modal sosial. Sebagian orang

berpendapat bahwa mereka memang menjembatani orang tetapi tidak

mengikatnya. Perdebatan menarik lainnya di antara para ilmuwan politik

berkaitan dengan apakah surat listrik menolong menghasilkan atau mengurangi

modal sosial di lingkungan tempat kerja.

Inti dasar pemikiran modal sosial adalah bahwa hubungan atau jaringan sosial

mempunyai nilai.  Modal sosial menunjuk pada nilai kolektif dari semua

hubungan atau jaringan sosial dan kecenderungan yang timbul dari hubungan atau

jaringan ini untuk saling berbuat sesuatu (ada norma hubungan timbal balik).

Modal sosial tak hanya menekankan kehangatan dan rasa menyayangi, tetapi

suatu variasi yang luas dari manfaat yang sangat spesifik yang mengalir dari

kepercayaan, hubungan timbal balik, informasi dan kerjasama kemitraan dalam

hubungan atau jaringan kerja sosial. Modal sosial menciptakan nilai untuk

masyarakat yang terhubungkan (termasuk yang tak terlibat kecuali sekadar

menjadi penonton). Modal sosial, menunjuk pada institusi, hubungan dan norma

yang membentuk kualitas dan kuantitas interaksi sosial suatu masyarakat.

Peningkatan bukti menunjukkan bahwa kohesi/kepaduan sosial begitu pentingnya

bagi masyarakat dalam ikhtiar pemakmuran ekonomi dan keberlanjutan

pengembangannya. Modal sosial bukan sekadar penjumlahan institusi yang

Page 19: Pelajaran Sosiologi

menyokong sebuah masyarakat, lebih dari itu, ia adalah perekat yang mengikat

mereka secara bersama.

Modal sosial berlangsung melalui: aliran informasi (contoh pembelajaran keahlian

kerja, pertukaran ide di kampus dsb), norma hubungan timbal balik atau

kerjasama mutual (menghubungkan masyarakat sejenis yang berlangsung terus

menerus), tindakan kolektif (contoh peran yang dimainkan gereja kaum hitam

dalam memperjuangkan hak-hak sipil), solidaritas yang didukung hubungan sosial

yang menerjemahkan mentalitas “Aku” menjadi mentalitas “Kami”.

Contoh modal sosial dalam kehidupan sehari-hari: masyarakat tingkat Rukun

Tetangga di sebuah pemukiman yang secara informal mengawasi rumah

tetangganya ketika musim mudik Lebaran, ini adalah modal sosial yang dilakukan

dalam bentuk tindakan. Atau saat kebakaran melanda pasar Tanah Abang, Jakarta,

paguyuban keluarga Minang misalnya, membuka Pos Kemanusiaan (sekaligus

pos pemulihan ekonomi) bagi pedagang korban kebakaran asal Minang atau orang

Minang.

Dusun Poton, sebuah kampung di pinggiran kota Yogyakarta, juga menunjukkan

contoh andil modal sosial dalam mengentaskan kemiskinan. Seorang janda tua,

Mbok Kromo (70), asalnya seorang tunawisma. Suaminya yang buruh tani

meninggal tanpa mewariskan harta apapun. Anaknya meninggal pula ketika masih

bayi karena sakit yang tidak terobati. Mbok Kromo, janda rabun yang sedang

menderita sakit ini, dalam perjalanan mencari persinggahan terakhir tiba di dusun

Poton dan mendapat sambutan yang ramah dari warga Poton. Warga memberinya

tanah, bergotong-royong membangunkan gubuk. Sebenarnya, sebagai janda tua

dan rabun, ia punya potensi kuat menjadi pengemis, tetapi sikap beradab warga

dusun Poton mendorongnya menunjukkan kemampuannya bekerja –

semampunya, bukan tercampak menadahkan tangan di jalanan.

Contoh modal sosial lainnya dapat ditemukan dalam jaringan pertemanan,

pertetanggaan, masjid, sekolah, asosiasi warga masyarakat, klub beladiri dan

sebagainya. Motto “di mana setiap orang tahu nama anda” menangkap satu aspek

penting dari modal sosial. Dampak modal sosial memberi efek pada transaksi

ekonomi, produksi, loyalitas dan kesediaan untuk menanggung resiko bahkan

bencana yang besar.

Page 20: Pelajaran Sosiologi

Modal sosial selain mempunyai sisi positif juga memiliki sisi negatif. Modal

sosial dapat menjadi suatu perangkap dan alat yang berpengaruh kuat terhadap

terjadinya ketidakmajuan bahkan pemiskinan seseorang atau sekelompok orang.

Modal sosial dapat menjadi suatu pembatas sosial bagi seseorang untuk keluar

atau masuk dari suatu kelompok. Kegiatan-kegiatan kolusi dan nepotisme pun

seringkali lahir karena orang cenderung menggunakan relasi-relasi primordial.

Sisi negatif lain dari modal sosial adalah biaya. Biaya-biaya ini merupakan

konsekuensi dari pemeliharaan kebersamaan dan ikatan dalam kelompok. Dalam

kasus-kasus tertentu seperti sindikat mafia, biaya yang harus ditanggung bahkan

berupa nyawa atas kesetiaan terhadap kelompok. Sisi gelap modal sosial juga

ditujukan pada kelompok atau jaringan yang punya tujuan yang berlawanan

dengan tujuan masyarakat umum (contoh kartel narkoba, sindikat penipuan dsb)

v Modal Sosial Sebagai Perekat Kehidupan Bermasyarakat

Dalam pandangan ilmu ekonomi, modal adalah segala sesuatu yang dapat

menguntungkan atau menghasilkan, modal itu sendiri dapat dibedakan atas (1)

modal yang berbetuk material seperti uang, gedung atau barang; (2) modal budaya

dalam bentuk kualitas pendidikan; kearifan budaya lokal; dan (3) modal sosial

dalam bentuk kebersamaan, kewajiban sosial yang diinstitusionalisasikan dalam

bentuk kehidupan bersama, peran, wewenang, tanggungjawab, sistem

penghargaan dan keterikatan lainnya yang menghasilkan tindakan kolektif.

Menurut James Colement (1990) modal sosial merupakan inheren dalam struktur

relasi antarindividu. Struktur relasi membentuk jaringan sosial yang menciptakan

berbagai ragam kualitas sosial berupa saling percaya, terbuka, kesatuan norma,

dan menetapkan berbagai jenis sangsi bagi anggotanya.

Putnam (1995) mengartikan modal sosial sebagai “features of social organization

such as networks, norms, and social trust that facilitate coordination and

cooperation for mutual benefit”. Modal sosial menjadi perekat bagi setiap

individu, dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaringkerja, sehingga terjadi

kerjasama yang saling menguntungkan, untuk mencapai tujuan bersama. Modal

sosial juga dipahami sebagai pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki bersama

oleh komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu

melakukan satu kegiatan yang produktif. Hal ini sajalah pula dengan apa yang

Page 21: Pelajaran Sosiologi

dikemukakan Bank Dunia (1999) modal sosial lebih diartikan kepada dimensi

institusional, hubungan yang tercipta, norma yang membentuk kualitas dan

kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat. Modal sosial pun tidak diartikan

hanya sejumlah institusi dan kelompok sosial yang mendukungnya, tapi juga

perekat (social glue) yang menjaga kesatuan anggota kelompok sebagai suatu

kesatuan.

Menurut Lesser (2000), modal sosial ini sangat penting bagi komunitas karena (1)

memberikan kemudahan dalam mengakses informasi bagi angota komunitas; (2)

menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas; (3)

mengembangkan solidaritas; (4) memungkinkan mobilisasi sumber daya

komunitas; (5) memungkinkan pencapaian bersama; dan (6) membentuk perilaku

kebersamaam dan berorganisasi komunitas. Modal sosial merupakan suatu

komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya, memberikan

kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan

tanggungjawabnya. Sarana ini menghasilkan rasa kebersamaan, kesetiakawanan,

dan sekaligus tanggungjawab akan kemajuan bersama.

Manusia belum disebut manusia yang sebenarnya, bila ia tidak ada dalam suatu

masyarakat, karena itu pula maka manusia disebut sebagai makhluk sosial.

Manusia pada dasarnya tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan baik

tanpa hidup bermasyarakat. Sejak lahir, manusia membutuhkan pertolongan

manusia lain, sampai dewasa dan meninggal (dan dikubur), ia pun tetap

membutuhkan manusia lain. Kemandirian manusia tidak diartikan sebagai hidup

sendiri secara tunggal, tapi hidup harmonis dan adaptif dalam tatanan kehidupan

bersama. Seperti yang dikemukakan oleh Fairchild (1980) masyarakat merujuk

pada kelompok manusia yang memadukan diri, berlandaskan pada kepentingan

bersama, ketahanan dan kekekalan/kesinambungan.

Kebersamaan, solidaritas, toleransi, semangat bekerjasama, kemampuan

berempati, merupakan modal sosial yang melekat dalam kehidupan

bermasyarakat. Hilangnya modal sosial tersebut dapat dipastikan kesatuan

masyarakat, bangsa dan negara akan terancam, atau paling tidak masalah-masalah

kolektif akan sulit untuk diselesaikan. Kebersamaan dapat meringankan beban,

berbagi pemikiran, sehingga dapat dipastikan semakin kuat modal sosial, semakin

Page 22: Pelajaran Sosiologi

tinggi daya tahan, daya juang, dan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Tanpa

adanya modal sosial, masyarakat sangat mudah diintervensi bahkan dihancurkan

oleh pihak luar.

v  Ismail Serageldin memberikan klasifikasi modal sosial antara lain:

Modal sosial dalam bentuk interaksi sosial yang tahan lama tetapi

hubungan searah, seperti pengajaran dan perdagangan sedang interaksi

sosial yang hubungannya resiprokal (timbal balik) seperti jaringan sosial

dan asosiasi.

Modal sosial dalam bentuk efek interaksi sosial lebih tahan lama dalam

hubungan searah seperti kepercayaan, rasa hormat dan imitasi sedang

dalam bentuk hubungan timbal balik seperti gosip, reputasi, pooling,

peranan sosial dan koordinasi, semua ini mengandung nilai ekonomi yang

tinggi.

v  Modal sosial untuk kasus penyalahgunaan obat dapat dibagi menjadi 3

secara garis besar, yaitu antara lain :

Modal Intelektual

Mencakup kecerdasan atau ide-ide yang dimiliki manusia untuk

mengartikulasikan sebuah konsep atau pemikiran. Dengan modal intelektual dapat

melahirkan sebuah ide tau jalan keluar untuk penyelesaian kasus narkoba di

Indonesia Tanpa modal intelektual, maka akan sangat gampang Bangsa Indonesia

dijerumuskan oleh Bangsa Asing ke dalam lembah hitam narkoba.

Modal finansial

Modal finansial adalah sejumlah uang yang dapat dipergunakan untuk membeli

fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk menanggulangi kasus penyalahgunaan

obat. Tanpa adanya modal financial kasus penyalahgunaan obat menjadi lambat

dalam penanganannya. Pembangunan panti – panti rehabilitasi bagi pemakai

narkoba, semua itu dapat terealisasi karena adanya modal financial yang

menunjangnya.

Modal Kultural

Modal kultural meliputi pengetahuan dan pemahaman komunitas terhadap praktek

dan pedoman – pedoman hidup dalam masyarakat. Sehingga dengan modal

cultural dapat mencegah Bangsa Indonesia hidup dengan budaya kebarat-baratan.

Page 23: Pelajaran Sosiologi

Narkoba itu merupakan budaya barat yang sengaja dimasukkan ke dalam

Indonesia untuk merusak citra Bangsa Indonesia.

2.3        Pemanfaatan Institusi Sosial

v Organisasi Masyarakat

1)   GANNAS sebuah Organisasi Non Pemerintah yang bekerja secara 

independent yang konsen pada Permasalahan Penyalahgunaan narkotika Di

Indonesia Khususnya Kota-kota besar, adapun GANNAS mempunyai target kerja

sebagai berikut :

1. Jangka Awal

Melakukan inventarisir wilayah Jakarta rawan Narkoba.

Membangun Komunikasi dan kerjasama pada masyakarat secara langsung.

Melakukan komunikasi dan diskusi pada Badan Narkotika Nasional/

Propinsi, dengan Organisasi Anti Narkoba lainnya dan Badan-badan atau

Lembaga dan perorangan yang juga melakukan Pemberantasan Narkoba.

2. Jangka Menengah

Melakukan Road show Diskusi tentang Bahaya Narkoba pada beberapa

Kampus dan SMU di Jakarta.

Melakukan kerja konkrit lapangan dalam pemberantasan Narkoba dan

melibatkan unsur RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga).

Merekomendasi Para Korban Penyalahgunaan Narkotika untuk di

Rehabilitasi.

Menyelenggarakan Festival Musik Anti Narkoba.

Menyelenggarakan Kampanye dan Konser Amal untuk Korban Narkoba

yang tidak mampu untuk disalurkan menjadi manusia yang kreatif dan

berdaya.

3. Jangka Panjang

Melakukan kerjasama dengan Aparat Penegak Hukum dalam hal

Penindakan terhadap Pengedar dan Pengguna Narkotika.

Membuat dan menyiapkan Rumah Karya sebagai tempat mendidik dan

menempa para korban penyalahgunaan Narkotika untuk menjadi Manusia

Yang Kreatif dan Produktif di segala bidang.

Melakukan kerjasama dengan Lembaga Anti Narkotika Internasional.

Page 24: Pelajaran Sosiologi

2)   Aliansi Stakeholder Anti Narkoba (ASA-NARKOBA)

Forum ini menamakan kegiatannya : “Pemberdayaan pranata sosial dalam

penanggulangan penyalahgunaan narkoba melalui kegiatan preventif”. Sasarannya

adalah masyarakat, remaja, lembaga-lembaga pendidikan yang berada di

lingkungan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tujuan kegiatan adalah :

a)   Meningkatkan pemahaman tentang bahaya narkoba bagi masyarakat, remaja

dan lemabga-lembaga pendidikan.

b)   Membentuk kelompok-kelompok kerja, kemitraan yang peduli terhadap

masalah narkoba.

c)   Memfungsikan pranata-pranata sosial dalam masyarakat dalam mencegah

penyalahgunaan narkoba.

d)  Menjalin kerjasama antar pranata yang ada dalam melakukan pencegahan

terhadap penyalahgunaan narkoba.

Walaupun Pusbangtansosmas menawarkan suatu model pemberdayaan namun

pelaksanaan pembentukan forum dan kegiatannya diserahkan sepenuhnya kepada

forum. Forum ASA-NARKOBA mempunyai susunan organisasi sbb : 1 orang

ketua, 1 orang sekretaris, 1 orang bendahara dan 3 divisi (divisi pengorganisasian,

divisi pendidikan dan penyuluhan, divisi advokasi). Kegiatan ASA-NARKOBA

selama 6 bulan meliputi pembentukan kelompok kerja anti narkoba, penyuluhan

anti narkoba, pelatihan konseling teman sebaya, lomba desain poster anti narkoba,

talk show selasa solusi, sosialisasi dampak narkoba melalui serial Jum’at, iklan

layanan masyarakat, mapping napza (penyebaran angket). Untuk kegiatan

tersebut, ASA-NARKOBA mendapat dana stimulan dari Pusat Pengembangan

Ketahanan Sosial Masyarakat, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial

Departemen Sosial RI sebesar Rp 10.000.000,-

3)   G-Santun (Gerakan Sosial Anti Narkoba Medan Tuntungan)

Menjadi salah satu upaya pencegahan peredaran narkoba di tingkat paling bawah.

Mereka telah melakukan upaya penyuluhan ke beberapa sekolah lanjutan yang

ada di Medan. Salah satu Prinsipnya lebih baik mencegah daripada mengobati

yang sudah terkena narkoba. Kolaborasi pranata social ini cukup baik dan

dianggap ampuh dalam mengantisipasi masalah narkoba pada masa mendatang.

4)   GEPENTA (Gerakan Nasional Peduli Anti Narkoba dan Tawuran)

Page 25: Pelajaran Sosiologi

v MAKSUD

1. Agar GEPENTA dapat dijadikan Gerakan Nasional yang mampu

membangkitkan semangat seluruh komponen bangsa untuk mau bersama-

sama memerangi bahaya Narkoba dan mencegah tawuran anarkhis.

2. Agar GEPENTA dapat menjembatani peran dari semua lapisan

masyarakat sesuai dengan jenis pekerjaan, lingkungan pendidikan maupun

lingkungan pemukiman sebagai upaya membantu pemerintah dalam

kegiatan preventif, represif serta rehabilitasi terhadap masalah-masalah

yang terkait dengan bahaya Narkoba dan tawuran serta anarkhis.

3. GEPENTA diharapkan mampu mempersempit ruang gerak langkah

Bandar Narkoba serta Provokator tawuran, anarkhis ditengah-tengah

masyarakat.

4. GEPENTA diharapkan secara berkelanjutan menyadarkan masyarakat,

khususnya generasi muda untuk tidak henti-hentinya memerangi Bandar

pengedar Narkoba, menengahi tawuran dan anarkhis.

5. Agar GEPENTA dapat menjadi agenda bulanan yang dioperasionalkan

setiap hari diseluruh tanah air. Dengan mengupayakan agar masyarakat

bertekat tiada hari tanpa bertindak memberantas penyalahgunaan narkoba,

mencegah terjadinya tawuran dan tidak melakukan tindakan perbuatan

anarkis.

v TUJUAN

1. Menjadikan warga masyarakat di Republik Indonesia tercinta ini sadar dan

mengerti akan bahaya Narkoba, sekaligus paham terhadap dampak

negative dari tawuran dan perbuatan anarkhis.

2. Menciptakan kondisi bangsa yang bebas bahaya Narkoba dan tawuran

serta anarkhis sehingga kedepan akan dapat menghasilkan generasi muda

yang lebih sehat, cerdas, beriman dan bertaqwa.

3. Memberikan pencerahan lingkungan yang terbebas dari Narkoba, tawuran

dan anarkhis yang selanjutnya akan menciptakan lingkungan tertib, aman,

damai dan sejahtera

4. Mengembalikan nama baik Indonesia sebagai bangsa yang disegani dan

diperhitungkan dalam pergaulan antar bangsa serta mampu meningkatkan

Page 26: Pelajaran Sosiologi

masuknya investasi di negeri yang sejak dahulu terkenal sebagai zamrud

khatulistiwa.

5)   Perkumpulan Seniman Antinarkoba (Sian) Kota Medan mulai kemarin

menggelar pameran seni lukis dan painting exhibition dengan tujuan

mengampanyekan bahaya narkoba kepada masyarakat. Sian merasa bertanggung

jawab memerangi peredaran obat-obatan terlarang itu. Sian merupakan satu-

satunya organisasi bentukan Badan Narkotika Nasional (BNN). Misi Sian yaitu

mengkampanyekan bahaya narkoba bagi seniman dan juga keluarga serta kepada

masyarakat luas.

6)   Rumah Sakit, contohnya MH Thamrin di Jakarta, RS Angkatan Darat, RS

Ketergantungan Obat-Fatmawati.

7)   Organisasi agama seperti Pesantren Islam Tebu Ireng (JawaTim), dan Inabah

dan Al Ihya di Jakarta, Pondok Bina Kasih (pusat Kristen) dan pula Yayasan

Kasih Mulia yang beragama Katolik.

v Organisasi Swasta

1)   Lembaga Swadaya Masyarakat (disingkat LSM) adalah sebuah organisasi

yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela

yang memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari kegiatannya. Organisasi ini dalam terjemahan

harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah

(disingkat ornop atau ONP (Bahasa Inggris: non-governmental organization;

NGO). Berdasarkan Undang-undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka

secara umum organisasi non pemerintah di indonesia berbentuk yayasan.

v Peran LSM dalam kasus penyalahgunaan narkoba :

a)   Aktif dalam memberikan informasi kepada penyidik tentang terjadinya

penyalahgunaan Narkoba di masyarakat.

b)   Kemitraan dengan instansi Pemerintah terkait termasuk Polri dalam

melaksanakan kegiatan pre-emtif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

c)   Membentuk pusat-pusat konseling dan panti rehabilitasi Narkoba.

2)   Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang memberikan

dukungan biaya bagi kegiatan ornop lain.

Page 27: Pelajaran Sosiologi

3)   Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah yang

melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah dalam menjalankan

kegiatanya.

4)   Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan

kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti ornop pendidikan,

ornop bantuan hukum, ornop jurnalisme, ornop kesehatan, ornop pengembangan

ekonomi dll.

5)   Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan

kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan pemerintah.

Ornop ini bertindak melakukan kritik dan pengawasan terhadap keberlangsungan

kegiatan pemerintah

6)   YCAB (Yayasan Cinta Anak Bangsa) merupakan yayasan sosial yang

bergerak dalam penyuluhan anti narkoba. Aktifitasnya diisi dengan penyuluhan

dan talk show. Dengan target anak sekolah dan anak-anak muda. Dan bersifat

preventif dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba.

7) LETUPAN (Lembaga Terpadu Pemasyarakatan Anti Narkoba)

Didirikan oleh Bpk H. Mastar ‘Ain Tanjung BA.

Bpk H. Mastar ‘Ain Tanjung BA yang juga menjabat sebagai ketua Letupan

Indonesia telah mendapatkan Pin Perak dari Kapolri semasa dijabat Drs Da’i

Bachtiar.

Mendirikan Letupan adalah alasan Bpk H.Mastar ‘Ain Tanjung untuk bersama

memerangi NARKOBA. Karna Narkoba kini sudah semakin marak dan menjadi

monster pembunuh menakutkan. Data Badan Narkotika Nasional (BNN)

menyebutkan, setiap tahun sekitar 15 ribu orang Indonesia meninggal akibat

mengkonsumsi Narkoba. Data itu juga menyebutkan saat ini 3,2 juta penduduk

Indonesia menjadi penyalah guna Narkoba, termasuk 800 orang diantaranya kini

terpaksa menjalani perawatan di panti rehabilitasi di dalam dan di luar Negeri.

Dengan berdirinya Lembaga Terpadu Pemasyarakatan Anti Narkoba (LETUPAN)

Indonesia, agar supaya dapat segera membasmi maraknya peredaran NARKOBA

dikalangan anak-anak bangsa.

Page 28: Pelajaran Sosiologi

Mari bersama kita segera berbuat dan jangan tunggu hari esok lagi, karena bila

menunggu hari esok, korban akan semakin banyak, dan tidak lepas kemungkinan

itu adalah adik, saudara, kakak, juga teman yang menjadi korbannya.

8)   Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP)

Panti sosial yang mempunyai tugas memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial

bagi eks korban penyalahgunaan NAPZA. (Kepmensos no.50/HUK/2004)

2.4        Optimalisasi Kontribusi Dalam Pelayanan Sosial

v Kontrol Sosial

Kata “bersama” dalam slogan di atas memang menjadi kunci. Sebab, banyak

pakar sosiologi memberi rekomendasi bahwa tanpa kebersamaan dalam

menghalau penyakit masyarakat berupa penyalah gunaan narkoba itu menjadi

sesuatu yang jauh panggang dari api. Betapapun orang tua superketat menjaga

anaknya agar tidak terganggu narkoba, waktu bebas anak dari orang tua cukup

leluasa. Pada jeda kontrol orang tua itulah, kemungkinan pengaruh buruk itu

masuk.

Maka, sosiolog Travis Hirchi mengidentifikasi empat hal sebagai modal kuat

ikatan sosial (social bonds) membangun anak agar tidak terpengaruh lingkungan

negatif. Yakni, attachment (keterikatan kasih sayang), commitment (komitmen),

involvement (keterlibatan), dan belief (kepercayaan). Keempat elemen tersebut

saling terkait satu sama lainnya dan jika terjalin ikatan yang kuat antara individu

dengan masyarakat maka potensi terjadinya kenakalan kecil. Sedangkan, jika

ikatan tersebut lemah maka akan memiliki kecenderungan yang besar terjadinya

kenakalan.

Merajalelanya peredaran narkoba terkuak pada peringatan Hari Anti Narkoba se

Dunia, 26 Juni 2009 lalu. Di Lampung misalnya, sejak 2008 hingga Juni 2009

berhasil disita 2,89 ton ganja kering yang kemudian dimusnahkan berikut ribuan

butir pil ekstasi, 54,9 gram putau, 68,1 gram sabu-sabu dan 31 ribu botol

minuman keras. Ini adalah bukti konkret bahwa Lampung sudah masuk pada area

rawan narkoba.

Pada hakikatnya, penyalahgunaan narkoba yang dilakukan remaja ini merupakan

produk konflik budaya yang kontroversial. Dalam iklim penuh konflik budaya ini

terdapat banyak kelompok sosial yang tidak bisa didamaikan dan dirukunkan, dan

Page 29: Pelajaran Sosiologi

selalu saja terlibat dalam ketegangan, persaingan dan benturan sosial yang

diwarnai rasa benci dan dendam kesumat. Kebudayaan tegangan tinggi ini

menjadi persemaian yang subur bagi berkembangnya tingkah laku menyimpang

dari remaja yang menyebarkan pengaruh jahat dan buruk dan pada akhirnya bisa

mengganggu ketentraman umum.

Oleh karena itu, untuk pengendalian penanggulangan kejahatan narkoba, beberapa

langkah harus dijalankan secara komprehensif. Langkah antisipasi paling awal

adalah preemtif. Penegak hukum bersama elemen masyarakat lain yang

mempunyai andil dalam ranah budaya lokal melakukan bimbingan dan

penyuluhan soal akibat buruk penyalahgunaan narkoba.

Langkah berikutnya adalah preventif. Langkah ini adalah pencegahan yang

ditujukan untuk mengawasi dan mengendalikan terhadap jalur gelap dan tempat-

tempat strategis yang dijadikan sebagai arena para pengguna narkoba (police

hazard). Polisi harus bersinergi dengan lembaga dan pihak lain, termasuk tokoh-

tokoh nonformal.

Dan upaya terakhir adalah represif. Yakni, penindakan dan penegakan hukum

terhadap ancaman faktual dengan sanksi yang tegas dan konsisten sehingga dapat

membuat jera para pelaku penyalagunaan dan pengedar narkoba.

Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh Polri berupa kegiatan operasi rutin dan

operasi khusus yang ditujukan untuk memutus jalur peredaran gelap narkoba,

mengungkap jaringan sindikat, mengungkap kasus dan motivasi/latar belakang

dari kejahatan penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan teori sosial control bahwa pengaruh dari akibat penyalahgunaan

narkoba oleh remaja yang biasanya dilakukan melalui pergaulan antar remaja

dengan lingkungan sekitarnya dan pada akhirnya akan menimbulkan gangguan

sosial. Antara lain, berbuat tidak senonoh atau melanggar norma-norma

kesusilaan, mencuri, mengganggu ketertiban umum, mengancam stabilitas dan

ketahanan nasional.

Untuk itu, tiga upaya pengendalian predaran dan dampak penyalah gunaan

narkoba mutlak harus dilakukan secara komprehensif. Yakni, preemtif, preventif,

dan represif. Ketiganya harus tetap gencar dan semangat. Sebab, jika satu sisi

mengendur, sisi lainnya akan mengalami masalah serius.

Page 30: Pelajaran Sosiologi

Terhadap kegiatan preemtif lebih dititikberatkan kepada pendidikan moral

ataupun pengetahuan-pengetahuan tentang bahaya narkoba dan dampaknya

terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

v Pemulihan Sosial

Pemulihan anak nakal dan eks korban narkotika dilaksanakan melalui sistem

panti. Untuk anak nakal di dalam Panti Sosial Marsudi Putra dan untuk anak eks

korban penyalahgunaan Narkotika di dalam Panti Sosial Parmadi Putra. Tujuan

yang dicapai dari program pemulihan ini, anak dapat kembali hidup secara wajar

di dalam lingkungan keluarganya dan dapat kembali sekolah seperti dulu. Di

samping melaksanakan program pemulihan langsung, dinas sosial juga

memberikan bantuan teknis kepada organisasi sosial yang menyelenggarakan

program pemulihan bagi anak eks korban narkotika.

2.5        Kerjasama dan jaringan

Kerjasama Pemda Aceh dengan Yayasan Mah Fah Luang di Daitung,

Thailand

Pemerintah Daerah di Aceh mendukung pemberantasan ganja di Aceh yang

bekerjasama dengan Yayasan Mah Fah Luang di Daitung, Thailand. Kerjasama

yang dilakukan dalam bentuk menggantikan tanaman ganja dengan tanaman

alternative. Pemda Aceh dalam kerja sama dengan Yayasan Daitung dari Kerajaan

Thailand itu hanya memfasilitasi dan akan memperluas ke daerah-daerah lain.

PBNU Kerjasama Atasi Narkoba dengan BNN

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menandatangani nota kesepakatan

kerjasama gerakan pencegahan, terapi, dan rehabilitasi narkotika dengan Badan

Narkotika Nasional (BNN) yang saat ini dipimpin Komjen Pol Makbul

Patmanegara di gedung PBNU Jakarta, Kamis. Dalam sambutannya Ketua Umum

PBNU KH Hasyim Muzadi menyatakan, kerjasama ini merupakan kerjasama

kedua PBNU dengan Polri dan kerjasama pertama adalah upaya pemberantasan

terorisme di mana PBNU diminta membantu memberikan pemahaman keagamaan

yang benar. “Tak mungkin gerakan ideologi dihadapi dengan tekanan fisik belaka,

yang harus dibenarkan adalah pemahaman keagamaan mereka yang salah,” kata

pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Malang, Jawa Timur itu.

Mengenai kerjasama mengatasi narkoba, Hasyim menyebut korban dari narkoba

Page 31: Pelajaran Sosiologi

jauh lebih banyak dan efeknya lebih berat daripada terorisme karena narkoba

membawa akibat seumur hidup. Terkait kerjasama itu PBNU akan membantu

mensosialisasikan gerakan anti narboka melalui struktur yang dimiliki NU mulai

dari PBNU sampai tingkat ranting NU yang tersebar di seluruh Indonesia serta

jalur kultural seperti pesantren dan sarana dakwah sehingga mampu menyentuh

hingga tingkat keluarga. “Ini penting karena semua orang tahu akan bahaya

narkoba, namun banyak dari mereka tidak tahu secara detail bagaimana narkoba

menghancurkan,” katanya. BNN sendiri saat ini memiliki 10 pusat rehabilitasi

terpadu bekerjasama dengan berbagai pihak yang berada di DKI Jakarta, Sumatra

Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Kalimantan

Barat, Sulawesi Selatan, dan Lampung.

Polri dan BNN kerja sama ciptakan Zona Bebas Narkoba

Selain menjalin nota kesepahaman dengan Mahkamah Agung dalam penanganan

narkotika, BNN juga menjalin nota kesepahaman dengan Polri dan Bea Cukai.

Nota kesepahaman yang baru akan ditandatangani hari ini, bertujuan untuk

menciptakan zero zone narcotic (kawasan beba narkotika) di Bandara Soekarno-

Hatta. Kerja sama dengan Polri diharuskan karena BNN tidak mempunyai fasilitas

sumber daya manusia pegawai yang mumpuni untuk menjangkau maraknya

kejahatan narkotika yang tersebar di seluruh Indonesia. BNN juga bekerja sama

dengan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk keperluan itu. “Dalam kejahatan

narkotika itu yang kami hadapi adalah sindikat internasional. Jaringan narkotika

itu kan berkaitan dengan keluar masuknya orang, berkaitan dengan pintu-pintu

masuk di perbatasan maupun yang berkaitan dengan penindakan di airport-

airport (bandara) dan pelabuhan,” katanya. BNN juga bekerja sama dengan

Direktorat Jenderal Pajak untuk keperluan pelacakan aset-aset dan harta kekayaan

hasil kejahatan narkotika dari sindikat kejahatan narkotika yang ada di Indonesia.

Aset-aset itu nantinya akan digunakan untuk pembiayaan pemberantasan,

pencegahan kejahatan narkotika, dan program penyembuhan para penyalah guna.

“Yang punya semua data itu, ya dirjen pajak, khususnya mengenai data harta

kekayaan perorangan di wilayah yurisdiksi Indonesia,” tukasnya. Kerja sama juga

dijalin dengan Kejaksaan Agung dalam upaya percepatan penyitaan barang bukti

kejahatan narkotika, yang nantinya akan dimusnahkan. Selain itu, BNN juga

Page 32: Pelajaran Sosiologi

menjalin kerja sama dengan pihak Bank Indonesia. “Selama ini kan kita kesulitan

untuk memintakan data dana mereka-mereka para anggota sindikat narkotika

karena terganjal asas kerahasiaan perbankan. Kini dengan UU baru, kami dan

Polri diberi kemudahan akses untuk dapat memintakan data itu dibuka kepada

BI,” tuturnya. Dengan menjalin kerja sama dengan berbagi institusi tersebut, BNN

berharap tugas pokok dan fungsi mereka dalam UU baru dapat dijalankan dengan

baik dan tidak lagi mengalami hambatan serta benturan dengan institusi-institusi

tersebut. “Implementasinya diharapkan dapat berjalan lebih baik dari UU

sebelumnya,” tandasnya.

Kerjasama Polri-Dea Amerika Serikat

Lima personil petugas pelatih dari Drug Enforcement Administrasi (DEA)

Amerika Serikat perwakilan Singapore yang membawahi Indonesia, Singapore,

Malaysia dan Thailand direncanakan melakukan pelatihan bersama dalam

penanganan narkoba. Areal pelatihan yang direncanakan di kawasan Danau Lau

Kawar di bawah kaki gunung berapi Sinabung, Kamis (24/1) ditinjau pimpinan

DEA, Sersan Stepen Will dan rekannya didampingi Kasatlantas Polres Karo AKP.

J Pinem, Waka Polres Karo, Kompol Bayu Aji Sik M.Hum dan Kasat Narkoba

IPTU B Sitanggang dan tim penterjemah Polres Karo AIPDA Zulkifli dan

sejumlah personil Polres Karo lainnya. Kepada SIB, Bayu Aji mengatakan,

dipilihnya kawasan Danau Lau Kawar sebagai tempat pelatihan penanganan

marijuana tersebut, selain keramahan masyarakatnya, juga didukung alam dan

panorama yang indah dan masih merupakan zona hutan lebat. Pelatihan yang

dijadwalkan Mei-Juni mendatang diharapkan dapat bermanfaat bagi satuan polisi

dalam penanganan ganja di daerah sejajaran Poldasu. Di antaranya, dapat

mempersempit gerak pelaku bisnis ganja dan dapat meminalisir kegiatan petani

ganja di daerah dengan alat-alat canggih yang nantinya dapat membantu kinerja

Polri di daerah ini, ujar Bayu. Walau daerah Karo belum tergolong sebagai basis

“perkebunan†ganja di Sumatera Utara, namun hal ini harus tetap �diperhatikan. Selain daerah ini sebagai jalur transit pengiriman ganja dari daerah

NAD ke arah Medan, juga di daerah Karo sudah berkali-kali ditemukan polisi

ladang ganja. “Bayangkan saja, selama tahun 2007 sudah ditemukan 13 lokasi

perladangan ganja seluas 3 hektar. Pelatihan khusus penanganan ganja

Page 33: Pelajaran Sosiologi

sebelumnya sudah terselenggara atas kerjasama Polri dengan DEA di Menado

(Polda Sulawesi) dan di Bandung (Polda Jawa Barat), tambah Sersan Stepen

melalui Bayu Aji. Pada kesempatan tersebut, tim DEA dan Polres Karo

menyempatkan diri memetik dan menikmati jeruk sangkis milik Jerman Sitepu di

pinggir Danau Lau Kawar, Kecamatan Naman Teran. Selanjutnya tim DEA

kembali ke Medan dipimpin Drs Open Gerhard selaku tim penterjemah dari

Poldasu dan staf dari Unit Narkoba Poldasu.

Jaringan Sosial atau social network merupakan elemen penting dalam

pengembangan masyarakat, termasuk dalam perancangan strategi

penanggulangan penyalahgunaan narkoba di tingkat lokal. PM sebagai

sebuah metode seringkali menekankan pentingnya warga masyarakat dan

lembaga-lembaga tingkat lokal sebagai inisiator, kolaborator dan sumber

yang dapat dijadikan sarana pencapaian tujuan program. Jaringan diantara

lembaga-lembaga masyarakat dapat menggambarkan kondisi dan

dinamika kehidupan sosial masyarakat, termasuk tingkat standar hidup,

partisipasi sosial, dan pola-pola relasi sosial diantara mereka. Lembaga-

lembaga sosial lokal baik yang bersifat tradisional maupun modern yang

berada pada sebuah komunitas lokal merupakan kendaraan dengan mana

perubahan sosial dan aksi sosial berlangsung (Robert, 1995; Dershem dan

Gzirishvili, 1998; Reingold, 1999).

Pemanfaatan jaringan

Strategi pemanfaatan jaringan, merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh

dalam mengatasi masalah sosial. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial

mereka, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan

lingkungan kelembagaan.

BAB III

METODE PENULISAN

3.1    Metode secara umum (Berdasarkan Pendapat Para ahli/literature).

Metode yang lazim digunakan yaitu metode ilmiah. Metode ilmiah yaitu cara

yang ditempuh melalui langkah – langkah ilmiah.

Langkah – langkah ilmiah tersebut antara lain :

Merumuskan masalah

Page 34: Pelajaran Sosiologi

Melakukan observasi/pengamatan untuk mendapatkan fakta

Mengumpulkan data dan menyusun data untuk (organizing)

Membuat dugaan sementara/hipothesa

Melakukan eksperimen/percobaan untuk menguji kebenaran hipothesa

Analisis data dari informasi – informasi yang telah didapat

Menarik kesimpulan

3.2    Metode secara khusus (Berdasarkan metode yang penulis gunakan dan

berkaitan dengan judul makalah).

Metode – metode yang penulis terapkan sebagai penunjang dalam penyelesaian

makalah yang berjudul “Masalah Sosial Sebagai Hambatan Peningkatan

Kesejahteraan (Kasus Penyalahgunaan Obat) dan Upaya Pemecahannya” ini

adalah :

Metode Tinjauan Pustaka

Metode tinjauan pustaka yaitu metode yang hasilnya didasarkan atas analisis dari

berbagai pustaka yang berkaitan dengan rumusan masalah dengan tujuan

menetapkan masalah tersebut. Penalaran pada tinjauan pustaka ini didukung oleh

perbendaharaan pustaka yang sesuai.

BAB IV

Upaya Penanganan Masalah Kemiskinan

Upaya penanggulangan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan melalui

beberapa cara, sebagai berikut ini :

1)   Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai

ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari

pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan

dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga,

penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian

oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan,

pengawasan distribusi obat-obatan ilegal dan melakukan tindakan-tindakan lain

yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya

penyalahgunaan Narkoba.

2)   Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan

narkoba melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau

Page 35: Pelajaran Sosiologi

aparat keamanan yang dibantu oleh masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui

harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim

sendiri.

3)   Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis

maupun dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-tempat

penyembuhan dan rehabilitasi pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan Respati,

pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina Kasih dll.

4)   Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para

korban tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya

menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat

kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh

mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya

mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba. Sehubungan dengan

hal itu, ada beberapa alternative penanggulangan yang dapat kami tawarkan :

1. Mengingat penyalahgunaan narkoba adalah masalah global, maka

penanggulangannya harus dilakukan melalui kerja sama international.

2. Penanggulangan secara nasional, yang teramat penting adalah pelaksanaan

Hukum yang tidak pandang bulu, tidak pilih kasih. Kemudian

menanggulangi masalah narkoba harus dilakukan secara terintegrasi antara

aparat keamanan ( Polisi, TNI AD, AL, AU ) hakim, jaksa, imigrasi,

diknas, semua dinas/instansi mulai dari pusat hingga ke daerah-daerah.

Adanya ide tes urine dikalangan Pemda Kalteng adalah suatu ide yang

bagus dan perlu segera dilaksanakan. Barang siapa terindikasi

mengkomsumsi narkoba harus ditindak sesuai peraturan DIsiplin Pegawai

Negri Sipil dan peraturan yang mengatur tentang pemberhentian Pegawai

Negri Sipil seperti tertuang dalam buku pembinaan Pegawai Negri Sipil.

Kemudian dikalangan Dinas Pendidikan Nasional juga harus berani

melakukan test urine kepada para siswa SLTP-SLTA, dan barang siapa

terindikasi positif narkoba agar dikeluarkan dari sekolah dan disalurkan ke

pusat rehabilitasi. Di sekolah- sekolah agar dilakukan razia tanpa

pemberitahuan sebelumnya terhadap para siswa yang dapat dilakukan oleh

Page 36: Pelajaran Sosiologi

guru-guru setiap minggu. Demikian juga dikalangan mahasiswa di

perguruan tinggi.

3. Khusus untuk penanggulangan narkoba di sekolah agar kerja sama yang

baik antara orang tua dan guru diaktifkan. Artinya guru bertugas

mengawasi para siswa selama jam belajar di sekolah dan orang tua

bertugas mengawasi anak-anak mereka di rumah dan di luar rumah.

Temuan para guru dan orang tua agar dikomunikasikan dengan baik dan

dipecahkan bersama, dan dicari upaya preventif penanggulangan narkoba

ini dikalangan siswa SLTP dan SLTA.

4. Polisi dan aparat terkait agar secara rutin melakukan razia mendadak

terhadap berbagai diskotik, karaoke dan tempat-tempat lain yang

mencurigakan sebagai tempat transaksi narkoba. Demikian juga merazia

para penumpang pesawat, kapal laut dan kendaraan darat yang masuk,

baik secara rutin maupun secara insidental.

5. Pihak Departemen Kesehatan bekerjasama dengan POLRI untuk

menerbitkan sebuah booklet yang berisikan tentang berbagai hal yang

terkait dengan narkoba. Misalnya apakah narkoba itu, apa saja yang

digolongkan kedalam narkoba, bahayanya, kenapa orang mengkomsumsi

narkoba, tanda- tanda yang harus diketahui pada orang- orang pemakai

narkoba cara melakukan upaya preventif terhadap narkoba. Disamping itu

melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan berbagai

instansi tentang bahaya dan dampak negative dari narkoba. Mantan

pemakai narkoba yang sudah sadar perlu dilibatkan dalam kegiatan

penyuluhan seperti itu agar masyarakat langsung tahu latar belakang dan

akibat mengkomsumsi narkoba.

6. Kerja sama dengan tokoh-tokoh agama perlu dieffektifkan kembali untuk

membina iman dan rohani para umatnya agar dalam setiap kotbah para

tokoh agama selalu mengingatkan tentang bahaya narkoba.

7. Seperti di Australia, misalnya pemerintah sudah memiliki komitmen untuk

memerangi narkoba. Karena sasaran narkoba adalah anak-anak usia 12-20

tahun, maka solusi yang ditawarkan adalah komunikasi yang harmonis dan

terbuka antara orang tua dan anak-anak mereka. Booklet tentang narkoba

Page 37: Pelajaran Sosiologi

tersebut dibagi-bagikan secara gratis kepada semua orang dan dikirin lewat

pos kealamat-alamat rumah, aparteman, hotel, sekolah-sekolah dan lain-

lain. Sehubungan dengan kasus ini, maka keluarga adalah kunci utama

yang sangat menentukan terlibat atau tidaknya anak-anak pada narkoba.

Oleh sebab itu komunikasi antara orang tua dan anak-anak harus

diefektifkan dan dibudayakan.

BAB V

PENUTUP

5.1        Kesimpulan

Berdasarkan uraian atau penjelasan dari makalah ini  maka dapat diperoleh

beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Penyalahgunaan obat merujuk pada keadaan di mana obat digunakan secara

berlebihan tanpa tujuan medis atau indikasi tertentu.

2.Ada tiga golongan obat yang paling sering disalah-gunakan, yaitu :

golongan analgesik opiat/narkotik, contohnya adalah codein, oxycodon,

morfin

golongan depressan sistem saraf pusat untuk mengatasi kecemasan dan

gangguan tidur, contohnya barbiturat (luminal) dan golongan

benzodiazepin (diazepam/valium, klordiazepoksid, klonazepam,

alprazolam, dll)

golongan stimulan sistem saraf pusat, contohnya dekstroamfetamin,

amfetamin, dll.

3. Penyebab seseorang melakukan penyalahgunaan obat yaitu ada tiga

kemungkinan, antara lain : seseorang awalnya memang sakit, untuk tujuan

rekreasional, seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek

samping.

4. Dalam mengembangkan sistem sosial yang responsive dapat dilakukan dengan

pendekatan penanganan penyalahgunaan narkoba, peran instansi dan kelompok

lain dan pemberdayaan masyarakat bebas narkoba.

5. Modal sosial untuk kasus penyalahgunaan obat dapat dibagi menjadi 3, yaitu

modal intelektual, modal finansial dan modal kultural.

Page 38: Pelajaran Sosiologi

6. Organisasi Masyarakat yang bergerak dalam menangani kasus narkoba antara

lain : GANNAS, ASA-NARKOBA, G-Santun, GEPENTA.

7. Optimalisasi kontribusi pelayanan sosial dalam kasus narkoba meliputi kontrol

sosial dan pemulihan sosial.

5.2        Saran

Melalui makalah, penulis akan memberikan beberapa saran yang berhubungan

dengan masalah sosial kasus penyalahgunaan obat antara lain sebagai berikut :

1. Perlunya peningkatan kualitas penyidik Polri khususnya pada Direktorat

narkoba, peningkatan anggaran penyelidikan dan penyidikan kasus

Narkoba, peningkatan sarana dan prasarana pendukung, guna lebih

memberdayakan Polri dalam mengungkapkan kasus penyalahgunaan

Narkoba.

2. Dengan makin canggihnya modus operandi yang dilakukan jaringan

pengedar dalam menyelundupkan Narkoba/prekursor masuk ke Indonesia,

maka aparat Bea dan Cukai perlu untuk dilengkapi dengan

sarana/peralatan deteksi Narkoba yang lebih canggih pula seperti detector

canggih, dog detector (dengan anjing pelacak di Bandara) dan lain-lain

sehingga dapat menggagalkan masuknya Narkoba ke Indonesia.

3. Perlu membuat Lembaga Pemasyarakat khusus Narkoba pada ota-kota

besar di Indonesia, jika hal ini masih sulit untuk direalisasikan maka perlu

dilakukan pemisahan sel antara narapidana Narkoba dan narapi-dana

bukan Narkoba, agar pembinaannya lebih mudah, terfokus dan mereka

tidak terpengaruh oleh narapidana kejahatan konvensional yang lain.

Dengan demikian setelah mereka keluar dari LP benar-benar dianggap

baik, dapat bersosialisasi dan hidup produktif kembali ditengah-tengah

masyarakat.

4. Guna meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat serta

tercapainya situasi Kamtibmas yang kondusif, perlu dilakukan revisi

perundang-undangan yang mengatur pemberian sanksi kepada pengguna

Narkoba khususnya bagi mereka yang pertama kali menggunakan, untuk

tidak diberikan pidana kurungan tetapi berupa peringatan keras sampai

dengan sanksi sosial seperti pembinaan social, kerja sosial dan sebagainya.

Page 39: Pelajaran Sosiologi

Kenyataan menunjukkan bahwa pidana kurungan terhadap mereka yang

tidak punya niat jahat tersebut tidak akan membuat yang bersangkutan

menjadi lebih baik tetapi sebaliknya akan menjadi lebih jahat di kemudian

hari. Pengalaman dipenjara selain membuat masa depan menjadi hancur

juga akibat pergaulan dengan narapidana lain seperti pembunuh, perampok

dan lain-lain akan menjadi pemicu atau mengilhami mereka untuk

melakukan hal yang sama dikemudian hari jika mengalami kegagalan

dalam kehidupan berma-syarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.waspada.co.id/index2.php?

option=com_content&do_pdf=1&id=14097

http://id.wikipedia.org/wiki/Modal_sosial

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/29/memupuk-institusi-lokal-dan-

modal-sosial-dalam-kehidupan-bermasyarakat/

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/01/19/17545510/

Narapidana.Narkoba.Tidak.Akan.Masuk.Lapas

http://zulliesikawati.wordpress.com/2009/03/05/tinjauan-farmakoterapi-terhadap-

penyalahgunaan-obat/

http://www.suaramerdeka.com/harian/0406/26/opi03.htm

http://granat.or.id/index.php?/Granat/programpokokgranat.html

http://www.adandu.com/blog/heman_ale/nikmatnya_narkoba

http://bp.depsos.go.id/modules.php?name=Downloads&d_op=getit

www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op…artid

http://malino-08.org/content/view/32/62/

http://ekodotcom.tripod.com/narkoba.htm

www.gannas.or.id/about

http://www.depsos.go.id/Balatbang/Puslitbang%20UKS/2004/irmayani.htm

http://www.isekolah.org/r_narkoba_detail.php?itemid=h_1219466451

http://bambang.staff.uii.ac.id/2008/08/26/penyalahgunaan-narkoba/