peg 1

Upload: haruti-hamdani

Post on 19-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 PEG 1

    1/11

    1 2012

    PENGARUH PENAMBAHAN PEG (Polyethylene glicol) TERHADAP PROFIL PROTEIN

    TEMBAKAU (Nicotiana tabacumL. varPrancak 95) PADA MEDIAIN VITRO

    Noviana Candra Dewi*, Tutik Nurhidayati1, S.Si., M.Si., Kristanti Indah Purwani

    1S.Si., M.Si

    Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

    AbstrakPEG (Polyethylene Glycol) merupakan senyawa bersifat larut dalam air dan dapat menyebabkan

    penurunan potensial air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan PEGterhadap profil protein tembakau (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95) pada media in vitro.Tembakau diperoleh dari kultur in vitro dengan menggunakan medium MS, dengan penambahan PEG

    0, 15, 20, 25, dan 30 mg/L medium. Selanjutnya dilakukan analisa profil protein tembakau (Nicotianatabacum L. var. Prancak 95) dengan metode elektroforesis SDS-PAGE. Pola pita protein tidakterdeteksi dengan baik akibat munculnya smear. Smearmerupakan tumpukan tebal dari pita proteinyang berbobot molekul rendah, sehingga tidak bisa diamati migrasinya. Penambahan PEG(Polyethylene Glycol) pada medium in vitro mempengaruhi pita protein dengan terbentuknya proteindengan bobot molekul rendah yaitu 9 kDa hingga 29 kDa, dan mempengaruhi konsentrasi pita proteinpada perlakuan penambahan 25-30 mg/L PEG dengan menipisnya pita protein dibandingakan kontrol.

    Kata kunci: PEG(Polyethylene Glycol), tembakau (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95), profilprotein, kultur in vitro,smear

    Abstract

    PEG (Polyethylene Glycol) is a soluble compound and it can decrease water potential . This researchaims to investigated the response to PEG addition to the protein profile of tobacco on in vitro culture .

    Tobacco is obtained from in vitro culture on MS medium with the addition of PEG 0, 15, 20, 25, and

    30 mg/L medium. The next, tobacco (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95) protein profiles was

    analysed by SDS-PAGE gell electrophoresis. According to the results, protein bands is not detected

    well from each treatment because smear. Smear is a thick pile of protein bands, so it can not observed

    protein bands migration. The conclusion of this result is PEG additon responses protein profile of

    tobacco on in vitro medium with molecular weight (MW) range 9-29 kDa, and it can decrease the

    konsentration of protein bands in PEG addition 25-30 mg/L medium.

    Keywords: PEG (Polyethylene Glycol), Tobacco (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95), Protein

    Profile,In Vitro Culture, Smear

    *Corresponding Author Phone : 0856 352 7645email : [email protected]

    1Alamat sekarang : Jurusan Biologi, FMIPAInstitut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

    I PENDAHULUANPenanaman dan penggunaan tembakau

    di Indonesia sudah dikenal sejak lama.Komoditi tembakau mempunyai arti yangcukup penting, tidak hanya sebagai sumberpendapatan bagi para petani, tetapi juga bagi

    negara. Tembakau (daunnya) digunakansebagai bahan pembuatan rokok (Hanum,

    2008). Selain itu,diketahui bahwa selama 10tahun terakhir ini, produksi rokok kretek diIndonesia berkisar 5,63%-6,66% per tahun,sehingga rokok merupakan salah satu sumber

  • 7/23/2019 PEG 1

    2/11

    2 2012

    devisa terbesar di Indonesia. Bahan baku

    rokok kretek 60-85% adalah tembakaulokal,yaitu tembakau Madura. Salah satutembakau Madura yang paling penting danpaling banyak diminati adalah tembakaudengan varietas Prancak-95 (NicotianatabacumL. var. Prancak 95)(Anonim,2010).Tembakau varietas Prancak-95 (Nicotianatabacum L. var. Prancak 95 ) ini merupakan

    salah satu varietas tembakau Madura yangdilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun

    1997. Salah satu keunggulan tembakauvarietas ini adalah aromanya harum dangurih,sesuai untuk bahan baku rokok kretek

    (Suwarso,2000).Salah satu penghasil tembakau

    terbesar di Indonesia adalah Madura. Menurut

    Nurindah (2009), disebutkan bahwa saat inipenggunaan tembakau Prancak-95 (Nicotianatabacum L. var. Prancak 95 ) diperkirakanmencapai 50-60% dari total areal tembakau diMadura, yang tersebar di Kabupaten Sumenep,

    Pamekasan, dan sebagian Sampang.Produktivitas tembakau Prancak-95(NicotianatabacumL. var. Prancak 95)di tingkat petani

    berkisar antara 0,45- 0,8 ton/ha (60 -90% daripotensi produksi).

    Dalam pengembangan sertabudidayanya, tembakau di Madura banyak

    dikembangkan secara konvensional. Teknikpengembangan ini dapat menimbulkan variasigenetik pada individu-individu keturunannyasehingga dapat menyebabkan hilangnya sifatunggul dari varietas awal. Di samping itu,teknik budidaya secara konvensional ini

    membutuhkan lahan pengembangan yangrelatif luas dan waktu yang relatif lama.

    Lahan perkebunan dan pertanian di

    Madura, terutama untuk pengembangantembakau sebagian besar adalah lahan yangkering. Hal ini dipertegas oleh jurnal ilmiah

    yang dikeluarkan BALITTAS, sebagian besariklim di Madura beriklim C, D, dan E(Schimdit dan Ferguson) dengan 8-10 bulankering. Pada lahan yang kandungan airrelatifnya cukup rendah akan memberikan

    cekaman pada tanaman yang ditanam didalamnya cekaman kering.

    Selain itu budidaya tembakau yangbisa dilakukan selain secara konvensionaladalah dengan cara pendekatan bioteknologi

    dan pemuliaan tanaman. Salah satu programpemuliaan tanaman tembakau tersebut adalah

    dengan teknik kultur jaringan. Manfaat utamakultur jaringan adalah menghasilkan tanaman

    baru dalam jumlah yang besar dalam jangka

    waktu yang relatif singkat dengan sifat dankualitas yang diharapkan sama denganinduknya (Rahardja, 1995 dalam Yunus,

    2007). Salah satu perbanyakan tanamantembakau secara in vitro yang efisien adalah

    dengan mengkulturkan organ yaitu eksplandari daun muda tembakau (Hendaryono,1994). Berdasarkan Robbiani (2010),

    penambahan ZPT pada medium in vitro yaituNAA 0,5 ppm dan 1 ppm Kinetinmenyebabkan eksplan membentuk kalus akar

    dan tunas, atau organogenesis secara tidaklangsung sehingga pertumbuhan keseluruhan

    eksplan dapat diamati. Dalam penelitian yangdilakukan, usaha perbanyakan secara in vitroakan dikondisikan seperti halnya lahan kering

    di Madura untuk mengetahui pengaruh daricekaman kekeringan terhadap tembakau.Kondisi kekeringan ini akan

    dilakukan pada medium in vitro denganpenambahan PEG. Santos-Diaz dan Ochoa-Alejo (1994) dalam Dami dan Hughes (1997),mengemukakan bahwa untuk mendapatkansuatu keadaan yang toleran terhadap

    kekeringan,dapat dilakukan denganmengggunakan agen selektif. Agen selektifdapat berupa senyawa osmotik yang dapat

    mensimulasikan kondisi kekeringan di lapang.

    Senyawa osmotik yang paling banyakdigunakan akhir-akhir ini untukmensimulasikan cekaman kekeringan adalahsenyawa Polyethylene glycol(PEG).

    Menurut Thoruan-Mathius et al.,(2004) bahwa dalam menghadapi cekamankekeringan,tanaman dapat melakukan

    mekanisme osmotik yang diawali denganperubahan gula osmotik, terutama pada gula

    silosa, kemudian terinduksinya proteinberbobot molekul rendah. Sabehat et al.,(1998) menyatakan bahwa ditemukan adanya

    akumulasi protein dengan bobot molekulrendah apabila suatu tanaman mengalamicekaman kekeringan. Selain itu cekamankekeringan akan berpengaruh terhadap aspekpertumbuhan tanaman yang mencakup aspek

    morfologis anatomis fisiologi dan biokimiatanaman. Adanya cekaman kekeringan dalamsetiap pertumbuhan dan perkembangan

    tanaman dapat menurunkan hasil meskipunbesar kemungkinannya bergantung pada fasepertumbuhan pada saat stress terjadi dan

    lamanya stress (Kadir,2004).

    Respon tanaman yang mengalamikekeringan meliputi perubahan pada tingkat

  • 7/23/2019 PEG 1

    3/11

    3 2012

    seluler dan molekuler seperti perubahan

    akumulasi senyawa metabolit osmotik terlarut,perubahan metabolisme karbon dan nitrogensebagai respon biokimia, dan perubahanekspresi gen sebagai respon molekuler (Mullerdan Whitsitt, 1996). Sehingga dalam hal iniakan dilakukan pengamatan terhadap pengaruhpenambahan PEG terhadap profil proteintembakau secara in vitro. Dimana Penambahan

    PEG ini menyebabkan penurunan potensial air,dimana keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk

    melakukan simulasi yang dapat mencerminkanterjadinya cekaman kekeringan.

    Rodriguez (1996) dan Jemal et al.,

    (1998) menyatakan salah satu cara untukmengetahui keberadaan protein pada suatutanaman dapat dilakukan dengan analisa profil

    protein. Analisa profil protein dapat dilakukandengan metode SDS-PAGE (Leammli,1970)

    dimana metode ini merupakan metodepemisahan protein berdasarkan perbedaanberat molekulnya. Analisa profil protein ini

    diharapkan dapat digunakan untukmenginformasikan tentang profil protein padatanaman tembakau (Nicotiana tabacumL. var.Prancak 95) yang tercekam kekeringan.Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

    mengetahui pengaruh penambahan PEGterhadap profil protein pada tanaman tembakau

    (Nicotiana tabacum L. var. Prancak 95)padamedia in vitro.

    II METODOLOGI

    Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian dilaksanakan pada bulan

    Januari-Mei 2011. Jenis tembakau Madura

    yang digunakan adalah (Nicotiana tabacumL.var. Prancak 95) yang diperoleh dari PT.Sadhana Malang. Analisis elektroforesis profil

    protein dilakukan di Laboratorium Penelitiandan Pengujian Terpadu Universitas Gajah

    Mada, Yogyakarta

    Sterilisasi Alat

    Semua peralatan baik alat pembuatanmedium (botol kultur) maupun alat inokulasieksplan (cawan Petri, scalpel blade, guntingeksplan, pinset, kertas saring dan tissue)dilakukan sterilisasi. Sterilisasi dilakukan

    dengan autoklaf pada suhu 121oC tekanan 1,5

    atm selama 20 menit (Nugroho, 2004).Laminair Air Flow (LAF) disemprot

    dengan alkohol 70% dan alat-alat yang

    dimasukkan ke dalam LAF juga harusdisemprot dengan alkohol 70%. Ruang tanam

    (LAF) disterilisasi dengan sinar UV selama 1

    jam sebelum LAF digunakan. Ketika LAFdigunakan, sinar UV harus dimatikan danblowerdihidupkan (Fitrianti, 2006).

    Pembuatan Medium KulturMedium kultur yang digunakan pada

    penelitian ini adalah medium MS yang terdiridari unsur mikro, unsur makro, sukrosa,

    vitamin, agar, dan zat pengatur tumbuh (NAAdan Kinetin). Untuk pembuatan media MS,erlenmeyer berukuran 1 liter disiapkan lalu

    sebanyak 500 ml medium MS cair siap pakaiyang sudah mengandung unsur mikro, unsur

    makro, sukrosa, vitamin, dipanaskan sambildiaduk-aduk. Kemudian ditambahkan zatpengatur tumbuh 0,5 ppm NAA dan 1 ppm

    Kinetin (Robbiani, 2010). Selanjutnyaditambahkan PEG dengan beberapakonsentrasi (konsentrasi PEG yaitu 0, 15, 20,25, dan 30 mg/L) sembari dihomogenkan diatas magnetic stirer. Selanjutnya diukur pH

    larutan sebesar 5,6-5,8 menggunakan pH meter(Gunawan, 1989). Apabila terlalu asamditambahkan NaOH dan apabila terlalu basa

    ditambahkan HCl. Jika pH telah sesuai,ditambahkan agar-agar sebanyak 8 gr dan

    medium MS cair ditambahkan kembali hinggavolume 1 L. Medium dididihkan dan diaduk

    hingga agar-agar larut dan tercampur ratakemudian medium yang berbentuk cairtersebut segera dimasukkan ke dalam botolkultur sekitar 20 ml/botol. Botol kultur ditutuprapat dengan alluminium foil dan diautoklafpada suhu 121oC, tekanan 1,5 atm selama 15menit. Setelah itu, diberi label sesuai perlakuan

    dan disimpan di dalam ruang steril(Hendaryono, 1994).

    Sterilisasi EksplanSterilisasi permukaan eksplan daun

    tembakau terdiri dari dua tahap yaitu sterilisasitahap I yang dilakukan di ruang persiapan dansterilisasi tahap II yang dilakukan di laminair

    air flow (LAF). Pada sterilisasi tahap I, dauntembakau diambil dari greenhouse dan dicucidengan air mengalir selama beberapa menit.Sedangkan sterilisasi tahap II eksplan daunmuda tembakau (Nicotiana tabacum L. varprancak 95) dicelupkan pada etanol 70%selama 30 detik kemudian dicuci denganaquades steril, selanjtnya direndam dalam

    larutan sodium hipoklorit (clorox) 1% selama

    10 menit, lalu dicuci dengan aquades sterilsecara bertingkat sebanyak 3 sampai 4 kali

  • 7/23/2019 PEG 1

    4/11

    4 2012

    (Fowke et al., 1983). Selanjutnya eksplan

    diambil dengan pinset dan ditiriskan padakertas saring steril (Hendaryono, 1994).

    Inokulasi EksplanProses inokulasi dilakukan di laminar

    air flow dengan kondisi aseptik. Alat-alatinokulasi ditata di dalam laminar air flow.Setiap alat tersebut dicelupkan ke dalam

    alkohol 95% dan dilewatkan di atas nyala apibunsen selama 1 menit. Daun tembakau

    dipotong 1x1 cm dan diinokulasikan kedalam botol kultur yang telah berisi 20 mlmedium MS dengan posisi bagian abaksial

    menyentuh medium (Dhaliwal et al.,2004).Setelah eksplan diinokulasikan ke

    dalam botol kultur, botol ditutup rapat dan

    diberi label yaitu tanggal dilakukan inokulasieksplan, konsentrasi hormon, dan konsentrasi

    PEG yang digunakan yang selanjutnyadiinkubasi di rak kultur selama 30 hari. Setiapkolom rak kultur diberi pencahayaan dengan

    lampu neon 40 watt dengan lama penyinaran16 jam terang (Dhaliwal et al., 2004; Ali et al.2003). Suhu ruang penyimpanan diatur relatif

    konstan 25oC1 (Dhaliwal et al., 2004).

    PemanenanHasil kultur in vitro yang telah

    diinkubasi di rak kultur selama 30 hari,dipanen dan diambil semua planlet yang telah

    terbentuk dengan pinset. Planlet disimpandalam botol kultur steril dengan melabelinyasesuai dengan label awalnya. Selanjutnya

    planlet yang telah diambil akan disiapkanuntuk proses ekstraksi sampel guna prosesdenaturasi elektroforesis yang selanjutnyadikembangkan menggunakan metode Laemmli(1970).

    Pengamatan Profil Protein

    a. Preparasi Sampel (Ekstraksi Protein)Bagian planlet dari hasil kultur in vitro

    yang telah diambil (dipanen) dan dimasukkan

    dalam botol steril disiapkan. Planlet yang telahdiambil dicuci dengan akuades kemudiandipotong atau dicacah kecil sebanyak 2 gr.Potongan sampel selanjutnya dibekukandengan N2 cair. Potongan sampel yang telahdibekukan selanjutnya degerus hingga haluslalu diekstrak 1 mL bufer ekstrak (50 mM Tris

    pH 8, I mM merkaptoetanol) (Song, 2006).Selanjutnya dihomogenkan dengan vorteks

    sebanyak 3-5 kali, dan selanjutnya diambilsupernatan dengan cara dimasukkan dalam

    sentrifuge selama 20-30 menit diputar dengan

    kecepatan 4000 rpm dengan suhu 4C.Supernatan selanjutnya direbus selama 5menit, dan hasilnya disimpan pada suhu-20C

    hingga dilakukan elektroforesis (Labra et al.,2006).

    b. Denaturasi Gel ElektroforesisSupernatan hasil sentrifuge dipekatkan

    dengan freeze dryer hingga menjadi serbuk.Sampel yang berupa serbuk ditambah akuades60 l. Sampel diambil sebnyak 30 l dan

    diekstrak dengan buffer sampel (lampiran 3b)dengan perbandingan larutan buffer : jaringan

    = 4:1 pada tabung ependorf (Labra et al.,2006). Profil protein tembakau (Nicotianatabacum L.var. Prancak 95) ditentukan dengan

    elektroforesis yang dikembangkan olehLaemmli (1970) yaitu dengan metode SDS-PAGE. Proses elektroforesis dimulai denganpembuatan buffer elektroda (Lampiran 3a),buffer sampel (Lampiran 3b), pewarna gel(Commasive blue) (Lampiran 3c), larutandestainer (Lampiran 3d), gel pemisah 12 %(Lampiran 3e) dan gel penumpuk 3 %

    (Lampiran 3f).Setelah larutan siap, maka perangkat

    elektroforesis (Biorad , Jerman) dirangkai.

    Kemudian 6,0 ml larutan gel pemisah

    diisikan pada plat dan dilapisi dengan 1 mlbutanol, didiamkan selama 15 menit agarmemadat. Setelah memadat lapisan butanoldibuang dan ditambah larutan gel penumpukdiatas gel pemisah. Sisir pembentuk sumurandimasukkan antara plat dan didiamkan selama10 menit setelah padat sisir diambil.

    Gel yang telah memadat siap dirangkaipada alat elektroforesis dan diisi dengan buffer

    elektroda. Sampel dimasukkan ke dalamsumuran dengan volume 25 l/ sumuran.Perangkat elektroforesis dihubungkan dengan

    penghantar listrik 120 V selama 3-4 jam.Elektroforesis dihentikan sampai warna birumenyentuh dasar gel. Gel dilepas dan diwarnaidengan pewarna Commasive blue yang umumdigunakan dalam analisa SDS-PAGE (Bollag

    dan Edelstein, 1991). Selanjutnya digoyangdengan kecepatan 42 rpm selama 24 jam.Larutan dibuang dan dilanjutkan pencucucian

    dengan Commasive blue bekas selama 30menit, selanjutnya diganti dengan larutandestainer selama 30 menit, dan terakhir dengan

    larutan asam asetat 10%. Selanjutnya gel

    disimpan dalam larutan asam asetat 10%.Analisa hasil perhitungan berat molekul

  • 7/23/2019 PEG 1

    5/11

    5 2012

    dilakukan dengan membandingkan standar

    marker protein yang telah disiapkan.

    c. Identifikasi Profil Protein

    Profil protein yang diamati meliputiberat molekul, kehadiran pita protein, tebal dantipis pita protein, dan jumlah protein yangterbentuk dari sampel.

    Pembuatan Kurva StandarNilai berat molekul protein yang dicari

    dihitung dengan menggunakan kurva standar(y = ax + b). Kurva standar dibuat denganmengukur jarak pita marker dari sumuran.

    Jarak pita-pita tersebut digunakan sebagaiordinat dari kurva (sumbu x). Sumbu absis(sumbu y) dari kurva adalah nilai log dari berat

    molekul pita marker yang telah diketahuisebelumnya. Dari nilai absis dan ordinat yang

    telah diperoleh, maka dibuat suatu kurva FittedLine Plotmenggunakan program Minitab 14.Dari kurva yang diperoleh, maka dapat

    dianalisa hubungan antara berat molekulprotein terhadap jarak yang ditempuh band

    dari sumurannya akibat elektroforesis (Durraniet al., 2008).

    Keterangan: x = Jarak pita-pita dari sumurany = Nilai log dari berat molekul pita markeryang telah diketahui sebelumnya

    III. HASIL & PEMBAHASAN

    Salah satu karakteristik yang dapatdigunakan sebagai pembeda tingkat toleransitanaman terhadap cekaman kekeringan adalahmelihat karakteristik atau profil proteintanaman melalui SDS-PAGE (Ramagopal,1987; Goday,et al, 1988; Wu,et al, 1988)

    dalam A.Hussein (2007). Perubahankonsentrasi protein akibat cekaman kekeringantercermin dari perubahan tebal tipisnya pitaprotein yang ditunjukan oleh elektroforesis,

    yaitu semakin tipis pita protein semakin rendahkonsentrasinya (Gambar 4.2). Selain tebal tipispita protein, bisa diamati juga jumlah band dan

    berat molekul pada pita protein. Pada tanamanyang toleran, akan terjadi induksi protein baruyang merupakan protein spesifik apabila

    tanaman dalam kondisi tercekam (Thoruan-Mathius,et al.,2001). Jenis dan berat molekul

    yang terbentuk bergantung dari spesiestanaman. Pada tanaman yang peka kekeringan

    akan mengalami kerusakan protein yang lebih

    banyak dibandingkan pada tanaman yang lebihtoleran (Kirkham,1990).

    Pada penelitian ini digunakan tanamantembakau var. Prancak 95, yang merupakansalah satu tembakau Madura yang banyak

    dikembangkan. Pada penelitian ini tembakaudikulturkan secara in vitro pada medium MSdengan perlakuan cekaman PEG (Polyethylene

    Glycol). PEG merupakan suatu senyawabersifat larut dalam air (polar)dan dapat

    menyebabkan penurunan potensial air.Besarnya penurunan potensial air sangatbergantung pada konsentrasi dan berat molekul

    PEG. Keadaan seperti ini dapat dimanfaatkanuntuk melakukan simulasi penurunan potensialair dan hal tersebut mencerminkan terjadinya

    cekaman kekeringan eksplan yang ditanamdalam media yang ditambah PEG (Michel danKaufmann,1973). Selanjutnya dilakukananalisa profil proteinnya menggunakan metodeelektroforesis SDS-PAGE.

    Metode SDS - PAGE diawali denganpreparasi sampel untuk membuat sampelbermuatan sama sehingga muatan tidak

    mempengaruhi pergerakan komponen sampeldalam gel. Gel yang digunakan dalam

    penelitian ini sendiri adalah gel poliakrilamidedengan konsentrasi 12% separating gel dan 3%

    stacking gel. Separating gel ini berfungsi untukmemisahkan atau menseparasi proteinberdasarkan berat molekulnya (Janson, 1998).Metode SDS PAGE dengan separating gel12% dilakukan dengan menentukan perbedaanletak pita (band) pada gel yang dibandingkan

    dengan protein marker yang berkisar antara20-200 kDa. Semakin kecil berat molekulprotein yang diperiksa maka semakin besar

    prosentase gel, sehingga protein dengan beratmolekul rendah dapat masuk ke pori-pori geldan dapat ditampilkan dalam gel berupa band

    (pita) (Aulanniam, 2004).Gel kedua yang digunakan dalam

    elektroforesis adalah stacking gel. Stacking gelberfungsi sebagai tempat menata sampelprotein sebelum proses running dimulai

    (Laemmli, 1970). Bahan yang digunakandalam pembuatan stacking gel yaitu akrilamid-

    bis sebagai pembentuk pori-pori untukmemisahkan protein berdasarkan ukuran yangdimilikinya, tris HCL yang berfungsi untuk

    menjaga pH protein, SDS 10% digunakanuntuk memutuskan ikatan disulfida protein dan

    dapat menyelubungi protein dengan muatannegatif, APS 10% digunakan sebagai

    y = ax+b

  • 7/23/2019 PEG 1

    6/11

    6 2012

    katalisator dalam polimerasi gel poliakrilamid,

    serta TEMED yang digunakan sebagaikatalisator pembentukan radikal bebas dariammonium persulfat. pH stacking gel yangdigunakan yaitu 6,8 agar kondisi pH daristacking gel berada di bawah isoelektrikprotein sehingga protein akan tersusun berjajarpada bagian bawah stacking gel (Janson,1998).

    Selanjutnya, dalam proses runningelektroforesis, digunakan Reducing Sampel

    Buffer/ buffer sampel dan diekstrak dengansampel jaringan dengan perbandingan 4:1(Labra, 2006). Larutan buffer berfungsi

    memutus ikatan disulfida protein sehinggadiperoleh protein dalam bentuk linier, yangnantinya akan memudahkan separasi protein

    tersebut dalam gel saat running. Hal inidisebabkan karena dalam larutan buffer sampel

    ini mengandung 1M Tris-HCl pH 6,8 dan SDS10% berfungsi sebagai agen pereduksi yangmemutuskan ikatan disulfida sehingga protein

    berbentuk linier yang memberi muatan negatif, sehingga memudahkan separasi menuju kutubpositif saat dilewatkan arus (Janson, 2008).

    Hasil analisa profil protein denganmetode elektroforesis SDS-PAGE sebagai

    berikut :

    Gambar 4.1. Hasil Running Elektroforesis(Dokumentasi Pribadi, 2011)

    Gambar 4.2 Tebal Tipis Pita Protein Pada

    berbagai Peralakuan Cekaman PEG(Dokumentasi Pribadi, 2011)Ket :BM adalah Berat Molekul, M adalah

    marker, K1 adalah medium kultur in vitrotanpa ZPT, K2 adalah medium kultur in vitrodengan 0 mg PEG/L medium, P1 P4 adalah

    medium kultur in vitro dengan penambahanPEG :15,20,25,dan 30 mg/L.

    Berdasarkan hasil yang diperoleh,gambar 4.1, tidak terdeteksi dengan baik polapita protein dari setiap sumuran, hanya

    terbentuk smear. Smear sendiri merupakantumpukan tebal dari pita protein, sehingga pitaprotein tidak tampak teramati migrasinya.Smear ini diduga merupakan tumpukan tebaldari protein berbobot molekul rendah yangdiduga osmotin. Protein yang dapat dianalisispada penelitian ini hanya protein dengan bobotmolekul (BM) antara 9 kDa hingga 29 kDa(Gambar 4.2). Pada penelitian ini proteinmarker yang digunakan adalah Standartmarker Prestained SDS PAGE (Biorad,Jerman) dengan berat molekul (BM) secaraberurutan adalah, 192,775 kDa; 117,905 kDa;

    99,261 kDa; 54,145 kDa, 37,783 kDa; 29,46kDA; 20,198 kDa dan 9,17 kDa.

    Kultur tanaman tembakau (Nicotiana

    tabaccum L.var Prancak 95) pada media invitromenghasilkan pola pita yang berbeda dariperlakuan control. Kontrol negatif, tanpadipengaruhi ZPT (K1) pita protein tampak

    lebih tebal dibandingkan dengan control positif(K2) dengan adanya penambahan ZPT. Padaperlakuan K1 ditemukan protein sama halnyadengan protein yang tampak pada marker,

    yaitu dengan BM 9 hingga 20 kDa.Sedangakan pada perlakuan K2, hanyaditemukan 2 pita protein, dimana protein

    dengan kisaran BM 9 kDa tidakditemukan/hilang pada perlakuan ini, selain itu

    pita protein jauh lebih tipis dibandingkandengan perlakuan K1.

    Kultur tanaman tembakau (Nicotiana

    tabaccum L.var Prancak 95) pada media invitro pada perlakuan cekaman PEG dengan

    29,46

    20,19

    9,17

    99,26

    192,

    11,9

    54,14

    37,78

    29,46

    20,1

    9,17

    P3BM K1 K2 P1 P4P2M

    P3BM K1 K2 P1 P4P2M

  • 7/23/2019 PEG 1

    7/11

    7 2012

    penambahan 15, 20, 25, dan 30 mg/L medium.

    Pada perlakuan penambahan PEG sebanyak 15mg/L (P1) diperoleh pita protein yang tebalnyasama dengan penambahan PEG 20 mg/L (P2).Ditemukan protein dengan BM berkisar 9sampai 20 kDa, tetapi protein dengan bobotmolekul rendah terdeteksi lebih tipisdibandingkan protein dengan BM 20 kDa.Sedangkan untuk penambahan PEG 25-30

    mg/L pola pita protein jauh lebih tipisdibandingkan dengan perlakuan K1, P1, dan

    P2. Pada perlakuan P3 dan P4 kehilanganprotein dengan BM berkisar 9 kDa. Sedangkanuntuk protein dengan BM 20 kDa terdeteksi

    lebih tipis dibandingkan dengan perlakuanpada P1 dan P2.

    Nayer & Reza (2007) melaporkan

    bahwa variasi jumlah pita proteinmenunjukkan adanya respon tanaman terhadap

    perubahan lingkungan, dan pita protein yanghilang menandakan adanya degradasi proteinakibat penurunan kualitas lingkungan. Albertet.al., (2002) menjelaskan bahwa ketebalanpita protein menunjukkan konsentrasi proteintersebut, dimana protein dengan intensitas

    yang lebih tebal memiliki konsentrasi yanglebih tinggi. Menurut Thoruan-Mathius, et.al

    (2001) bahwa cekaman kekeringan dapatmenyebabkan menurunnya konsentrasi protein,

    dimana semakin tinggi konsentrasi PEGsemakin tipis pita protein yang nampak padaelektroforesis. Berdasarkan penelitian Riccardiet. al. (1998), Ti-da et. al. (2006), Bensen et.al. (1988) , dan Nayer&Reza (2007),dilaporkan bahwa terjadi peningkatan total

    kandungan beberapa protein (konsentrasi danjumlah pita protein) dan juga penurunanbeberapa protein yang lain akibat perlakuan.

    Cekaman kekeringan dalam penelitian inidisebabkan oleh penambahan PEG padamedium, tanpa menyebabkan keracunan pada

    tanaman yang dikulturkan (Lawyer, 1970).Pada penelitian ini, diharapkan planlet

    N.tabaccum pada kultur in vitro mampumerespon penambahan PEG denganmunculnya protein khusus dengan berat

    molekul rendah. Menurut Jangpromma dkk(2007), protein khusus yang muncul akibat

    cekaman kekeringan memiliki berat molekul18 hingga 31 kDa. Salah satu protein yangdiharapkan adalah osmotin. Salisbury dan Ross

    (1995) mengemukakan bahwa kelompokprotein dengan bobot molekul rendah yaitu 20

    sampai 30 kDa yang disebut sebagai osmotin.Sedangkan menurut Singh,et al dalam

    Cheong,etal (1997) osmotin mempunyai bobot

    molekul 24 kDa terakumulasi dalam vakuolaselama adaptasi sel tembakau (N.tabaccum)terhadap cekaman osmotik. Protein osmotin

    memainkan peranan penting dalam toleransimelawan cekaman kekeringan. Protein

    osmotin merespon cekaman osmotik denganmempertahankan potensial air dalam sel lebihrendah sehingga potensial air lingkungan lebih

    tinggi sehingga air di lingkungan lebih mudahdiserap oleh tanaman (Sharma, 2005).

    Tumbuhan merespon kekurangan air

    dengan mengurangi laju transpirasi untukpenghematan air. Terjadinya kekurangan

    airpada daun akan menyebabkan sel penjagakehilangan turgornya, suatu mekanismekontrol tunggal yang memperlambat

    transpirasi dengan menutup stomata.Kekurangan air juga dapat meningkatkansintesa ABA dari mesofil daun, sehinggamempertahankan sel penjaga tetapmenutup(Campbell, 2003).

    Yancey et.al., 1982 mengatakanbahwa berbagai mekanisme dilakukan olehtanaman yang mengalami cekaman

    kekeringan. Mekanisme tersebut berupa responbaik secara molekuler maupun seluler, sepertimelakukan pengaturan status air dalam tubuh

    dan perubahan komponen seluler dengan

    biosintesis akumulasi senyawa osmolit/osmoprotektan/ compatible solute ataupundengan aktivasi enzim antioksidan (Toruan-Mathius, et,al 2001).

    Senyawa osmolit/ osmoportektandapat menyesuaikan nilai potensial osmostikketika potensial osmotik sel menurun,

    sehingga tanaman dapat melakukan absorpsiair dan mengurangi konsentrasi garam di

    dalam sel. Berbagai respon tersebut merupakansinyal primer cekaman osmotik (Yokoi, 2002).Mekanisme toleransi terhadap kekeringan

    dicapai melalui penyesuain pada tingkatmetabolit yang mencakup perubahan aktivitasenzim dan terjadinya akumulasi metablitseperti ABA, betaine, prolin, dan metabolitlainnya (OToole, 1979).

    Secara keseluruhan, pita proteintembakau (Nicotiana tabaccumL.var Prancak95) tidak terlihat jelas dan kurang readable,

    selain itu juga membentuk smear. Hal inididuga karena kadar atau jumlah sampel yangdigunakan. Labra (2006) menggunakan 1,5-2

    gr planlet tanaman jagung (Zea mays). Dalam

    penelitian ini digunakan sampel dengan kadaryang sama, tetapi pita protein tidak tampak

  • 7/23/2019 PEG 1

    8/11

    8 2012

    pada setiap perlakuan. Hal ini dapat

    dikarenakan jumlah sampel terlalu banyaksehingga hasil elektroforesis pita proteinterlihat bertumpuk. Sementara itu sampel yangdigunakan pada penelitian merupakan planletberusia 2 bulan, dimana pada usia tersebutplanlet tembakau tergolong pada usia muda.Penggunaan sampel tanaman dalam analisaprofil protein haus memperhatikan umur dari

    tanaman tersebut. Pada saat berusia mudatanaman belum membentuk protein secara

    lengkap atau sempurna, sehingga pola pitaprotein belum terekspresi secara maksimalyang dibuktikan oleh Hastuti (2007) dimana

    sampel yang diambil dari tanaman berusia duabulan menunjukkan pita protein yang lebihtipis daripada sampel yang berasal dari

    tanaman berumur satu tahun.Selain itu, penyebab smear juga

    diduga dipengaruhi oleh proses pewarnaan.Dari segi proses pewarnaan, larutan stainingyang digunakan dalam penelitian ini yaitu

    Coomasie Brilliant Blue R-250, ini sensitifterhadap protein yang memiliki ukuran kecil.Pada penelitian ini berat molekul (BM) protein

    dari setiap perlakuan tidak dapat ditentukandengan tepat dikarenakan terbentuknya smear,

    sehingga jarak migrasinya tidak dapat diukur,dan hanya dapat dibuat kisaran (dugaan) saja.

    Penambahan PEG pada konsentrasi 25-30mg/L mempengaruhi menurunnya konsentrasiprotein dengan menipisnya pita dibandingkandengan penambahan PEG 15-20 mg/L. Proteinyang terbentuk dengan BM rendah ini didugamerupakan protein osmotin, yaitu antara 9 kDa

    hingga 29 kDa.

    IV. KESIMPULAN

    1. Penambahan PEG (Polyethylene Glycol)pada medium in vitromempengaruhi pitaprotein, dan terbentuk protein dengan

    berat molekul 9 kDa sampai dengan 29kDa pada semua perlakuan.

    2. Pada penambahan PEG (PolyethyleneGlycol) sebanyak 25-30 mg/L pita proteinmenurun konsentrasinya dengan

    menipisnya pita protein yang terbentuk

    V. SaranAnalisis profil protein tanaman

    tembakau (Nicotiana tabacum. var. Prancak95) yang dikulturkan dengan penambahan

    PEG pada kultur in vitro memerlukanpengujian lebih lanjut untuk menunjukkan

    bahwa protein berbobot molekul rendah adalah

    protein osmotin dengan pengerjaan preparasisampel secara teliti.

    VI. UCAPAN TERIMAKASIHTerselesainya Tugas Akhir ini, tidak

    terlepas dari bantuan berbagai pihak. Padakesempatan ini penulis sampaikan terima kasihsebesar-besarnya (1) Ibu Tutik Nurhidayati,

    S.Si., M.Si. sebagai pembimbing I atas waktuyang diluangkan untuk membimbing penulis.

    (2) Ibu Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si.,sebagai pembimbing II. Tak lupa penulis jugaingin mengucapkan terima kasih kepada terima

    kasih atas bimbingannya Bapak MukhammadMuryono, S.Si, M.Si, Ibu Dr.rer.nat. MayaShovitri, M.Si, dan Bapak Aunurohim S.Si,

    DEA selaku dosen penguji yang telahmemberikan banyak saran dalam penyelesaianTugas Akhir ini. Serta kepada LaboratoriumPenelitian Dan Pengujian Terpadu UniversitasGajah Mada Yogyakarta untuk analisa

    poteinnya.Tidak lupa penulis juga ingin

    menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya

    kepada Bapak dan Ibu, serta keluarga besar diJayapura yang memberikan doa dan semangat

    yang luar bisa. Dimas Andriyanto, suami danayah bagi anak-anakku nanti, serta teman

    seangkatan Biologi 2007 atas segala doa dandukungannya.

    DAFTAR PUSTAKA

    A.Hussein. 2007. ABA-induced PolypeptideAccumulation Drought Tolerant Rice.

    Plantech Research Laboratory.

    Albert B., Johnsons A., Lewis J., Raff M.,Roberts K., and Walter P. 2002.

    Moleculer Biology of The Cell. Edisi

    4. Garland Science : New York.

    Ali, Gowher. , Zahir Ali, and Muhammad

    Thoriq. 2007. Callus Induction and invitro Complete Plant Regeneration ofDifferent Cultivars of Tobacco

    (Nicotiana tabacum L.) on Media ofDifferent Hormonal Concentration.Biotechnology 6 (4): 561-566.Departement of Biotechnology,University of Malakand, Chakdara

    NWFP : Pakistan.

  • 7/23/2019 PEG 1

    9/11

    9 2012

    Anonim,2010. http;//www.google//prancak

    95_Perkembangan pertembakauanIndonesia memasuki tahun 2000.Direktorat Jenderal Perkebunan19pp.Diakses pada 05 Oktober 2010pukul 21.05 WIB.

    Aulanniam. 2004. Prinsip dan TeknikAnalisis Biomolekul. PenerbitFakultas Pertanian Universitas

    Brawijaya Press: Malang.

    Basuki, S, Suwarso, A. Herwati, dan S.

    Yulaikah. 1999. Biologi danMorfologi Tembakau Madura.Balai

    Penelitian Tembakau dan TanamanSerat :Malang.

    Bollag, D.M., and Edelstein,S.J. 1991. Protein

    Methods. Departement of

    Biochemistry. University of Geneva,Geneva : Switzerland.

    Boyer RF. 1993. Modern ExperimentalBiochemistry. Jilid 2. California: TheBenjamin/Cummings PCI. Page 25.

    Budiarti. 2008. Tumbuhan Berduri denganAdaptasi Tinggi.

    http://www.sinarharapan.co.id,Diakses tanggal 01 Februari 2012

    Campbell N, Reece J.B, and Mitchell L.G.2002. Biologi Jilid 1. Penerbit

    Erlangga : Jakarta

    Davis L,et al. 1994. Basic Methods:Molecular Biology. Jilid 2.

    Norwola:Appletn&Lange. Page 68.

    Dhaliwal, Harbinder. S. et al,. 2004. Tiba

    Inhibition of In vitro Organogenesis inExcised Tobacco Leaf Explants. Invitro cell. Dev. Biol. Plant 40:235-

    238. Plant Physiology ResearchGroup, Departement of BiologicalSciences, University of Calgary,Calgary, Alberta, T2N 1N4, Canada.

    Fowke, L.C. et al,. 1983. OrganellesAssociated With The PlasmaMembrane of Tobacco LeafProtoplasts. Plant Cell Reports

    (1983) 2: 292-295.

    Gaffar, S. 2007. Buku Ajar BioteknologiMolekuler. Universitas Padjajaran :Bandung.

    Girousse, C., R. Bournoville & J.L.Bonnemain (1996). Water deficit-

    induced changes in concentrations inproline and some other amino acids inphloem sap of alfalfa. Plant Physiol.,111, 109-113.

    Goldsworthy,P.R. and N.m. Fisher. 1992.Fisiologi Tanaman BudidayaTropik, diterjemahkan oleh Tohari.

    Gajah Mada University : Yogyakarta.Hal 594-627.

    Gunawan, L.W., 1989. Teknik kultur

    jaringan tumbuhan. LaboratoriumKultur Jaringan Tumbuhan, Pusat

    Antar Universitas (PAU), InstitutPertanian Bogor (IPB). Bogor.

    Hanum, Chairani. 2008. Teknik BudidayaTanaman Jilid 3. DirektoratPembinaan Sekolah MenengahKejuruan, Direktorat JenderalManajemen Pendidikan Dasar danMenengah, Departemen Pendidikan

    Nasional. Jakarta.

    Hastuti, Dwi.,dkk. 2007. Studi Variasi

    Morfologi dan Pola Pita Protein

    pada Varietas Kamboja Jepang.

    Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

    Hendaryono, Daisy.P.S dan Ari Wijayani.

    1994. Teknik Kultur Jaringan

    (Pengenalan dan PetunjukPerbanyakan Tanaman Secara

    Vegetatif-Modern). Penerbit

    Kanisius: Yogyakarta.

    Imai R, Chang L, Ohta A, Bray EA, andTakagi M. 1996. A lea-class gene oftomato confers salt and freezingtolerance when over-expressed inSaccharomyces cerevisiae. Gene. 170 :243-248.

    Jangproma, Nisachon, et al. 2007. 18 kDaProtein Accumulation in SugarcaneLeaves Under Drought Stress

    Conditions. KMITL Su.tech.J. Vol 7.No 1.44-45.

  • 7/23/2019 PEG 1

    10/11

    10 2012

    Janson, J.C, L.Ryden. 1998. Protein

    Purification Principles, High-

    Resolution Methods andApplications, Second Edition. JohnWiley & Sons, Inc : Canada.

    Jemal A, Siegel R, Ward E, Murray T, Xu J,and Thun MJ. 2007.Cancer statistics1998. CA Cancer J Clin 57:43-66

    Kadir , 2004 . Nilam

    .

    Kishore PBK, Hong Z, Guang Huo, Mia O.

    1996. Overexpression of d-pyrroline-5-carboxylate synthease increaseproline production and confers

    osmotolerance in transgenic plants.Plants Physiol. 108 : 1387-1394.

    Klug, W. S. and M. R. Cummings. 1994.Concepts of genetics. 4th ed. PrenticeHall :Englewood cliffs.

    Kuixiong ,Gao .1993. Polyethylene glycol asan embedment for microscopy andhistochemistry. CRC Press.ISBN 978-0-8493-4323-0.Page.1-10.

    Labra, M., Gianazza, Waitt, Eberini, Sozzi,

    Regondi, and Grassi. 2005. Zea maysL. Protein Changes In Response ToPotassium Dichromate Treatments.

    Chemosphere . 62 : 12341244.

    Laemmli, U.K. (1970). Cleavage of structuralproteins during the assembly of the

    head of bacteriophage T4. Nature,

    227,680-685.

    Lawyer, D.W. 1970. Absorption ofPolyethilene glycol by Plants TheEffect On Plant Growth. New Physiol.

    (69) : 501-513.

    Levitt, J.(1980). Responses of plants toenvironmental stresses: Water,

    radiation, salt, and other stresses. Vol.II. New York, Academic Press.

    Mansfield., T.A. and C. J. Atkinson. 1990.

    Stomatal Behavior in Water

    Stressed Plants. P. 241-246. InAlscher ang Cumming (Ed.). Stress

    respons in plant: adaptation andacclimation mechanisms. Wiley-Liss,

    Inc,: New York.

    Muller, J.E. & M.S. Whitsitt (1996). Plant

    cellular responses to water deficit.

    Plant Growth Reg., 20, 119 124.

    Nayer, Mohammadkhani, dan Reza Heidari.

    2007. Effects of Drought Stress onSoluble Proteins in two MaizeVarieties. Turk J Biol. 32 (2008) 23-30

    Nurindah, 2009. Konsep dan Implementasi

    Teknologi Budi Daya Ramah

    Lingkungan pada Tanaman

    Tembakau, Serat, dan Minyak

    Industri. Balai Penelitian Tembakaudan Tanaman Serat: Malang.

    Ochse, J.J., M.J. Soule, Jr., M.J. Djikman, and

    C. Wehlburg 1961. Tropical andSubtropical agriculture .Agriculturevol II.The MacMillan: New York.

    OToole and T.T Chang. 1979. Drought

    Resistance in Cereal Rice: StressPhysiology In Crop Plants. JohnWiley and Sons : New York.

    Poedjiadi, Anna. 2000. Dasar-dasarBiokimia. Universitas Indonesia :Jakarta.

    Ricardi f., Gazeau P., Vienne D. 1993. Proteinchanges in Responses to ProgressiveWater Deficit in Maize, quantitativevariation and polypeptida

    identification. Plant Physiol. 117:1253-1263.

    Robbiani, Daniar. 2010. Pengaruh KombinasiNAA Dan Kinetin Pada KulturIn vitroeksplan Daun Tembakau. Skripsi.

    Jurusan Biologi Fakultas MIPA ITS :Surabaya.

    Rodrigues,E.Lozano, L.E. Hernandez, P.Bonaydan R.O. Carpena-Ruiz. 1996.

    Distribution of Cadmium in ShootAnd Root Tissue of Maize and Pea

    Plants : Physiological Disturbance.

    Oxford University Press.San Fransisco: USA.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/9780849343230http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/9780849343230http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/9780849343230http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/9780849343230http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/9780849343230http://id.wikipedia.org/wiki/Istimewa:Sumber_buku/9780849343230
  • 7/23/2019 PEG 1

    11/11

    11 2012

    Sabehat, A., D. Weiss & S. Lurie .1998.

    Heatshock proteins and cross-tolerancein plants. Physiol Plant., 103, 437-441.

    Salisbury, F.B. & C.W. Ross. 1995. Fisiologi

    Tumbuhan,Jilid 3. Penerbit ITB :Bandung.

    Santos-Diaz, M. S. and N. Ochoa-Alejo. 1994.PEG-tolerant cell clones of chili

    pepper : growth, osmotic potentialsand solute accumulation. Plant Cell,Tissue Org. Cult. 37 :1-8

    Sharma,P., S.Kumar. 2005. Differentiationdisplayed mediated identification ofthree drought responsive expreseed

    sequence tag in tea. J.Biosci : 231-235.

    Soeharsono,dkk. 1984. Biokimia Jilid I.

    Gadjah Mada University Press :Yogyakarta.

    Song,N.A., 2006. Aktivasi Peroksidase Dan

    Profil Protein Lini Kalus Padi (OryzasativaL.) Toleran Kekeringan. Thesis: ITB.

    Suwarso, 2000. Pewarisan Ketahanan

    Terhadap Penyakit Lanas PadaTembakau Madura Prancak-95.Balai Penelitian Tembakau danTanaman Serat: Malang.

    Thoruan-Mathius,N., T.Liwang, M.I.Danuwiksa, G.Suryatmana,H.Djajasukanta, D.Saodah, dan

    I.G.P.W.Astika. 2004. ResponBiokimia Beberapa Progeni Kelapa

    Sawit (Elais guineensisJacq) terhadapCekaman Kekeringan Pada KondisiLapang. Jurnal Menara Perkebunan72,2 : 38-56.

    Ti-Da Ge., Fang-Gong Sui, Pi-Ba. 2006.Effects Of Water Stress On TheProtective Enzymes And LipidPeroxidation In Roots And Leaves OfSummer Maize. Agricultural Sciencein China 5: 291-298, 2006.

    Wang, Haiyan dkk. 2008. Identification ofpolyphenols in tobacco leaf and theirantioxidant and antimicrobialactivities. Journal Food Chemistry :107 (2008) 13991406.

    Wijaya, SK. Susi, dan Lutfi Rohman. 2001.Fraksinasi dan Karakterisasi ProteinUtama Biji Kedelai. Jurnal IlmuDasar. Vol 3 , 2001.49-54.

    Wirahadikusumah M. 1989. Biokimiaprotein, enzim dan asam Nukleat.Institut Teknologi Bandung : Bandung.

    Xu DP, Duan X, Wang B, Hong B, and Wu R.1996. Expression of a late

    embryogenesis abundant protein gene,HVA1 from barley confers toleranceto water deficit and salt stress in

    transgenic rice. Plant Physiol. 110 :249-257.

    Yokoi., Shuji, Ray A. Bressan and Paul MikeHasegawa. 2002. Salt StressTolerance of Plants. JIRCASWorking Report(2002) 25-33.

    Yunus, A. 2007. Pengaruh IAA dan Kinetin

    terhadap Pertumbuhan EksplanBawang Merah (Allium ascalonicumL.) secara In Vitro. Jurnal Akta

    Agrosia Edisi KhususNo. 1: 53-58.