pedoman praktikum (kelinci)sem gnp 10-11
DESCRIPTION
lTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Kelinci tergolong salah satu aneka ternak yang cocok dibudidayakan masyarakat di
pedesaan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak ini dapat dipelihara di lahan
sempit dengan kebutuhan managemen yang tidak terlalu rumit sehingga dapat dilakukan oleh
semua anggota keluarga. Sumber pakan ternak ini juga mudah diperoleh di pedesaan baik
berupa hijauan, limbah pertanian maupun limbah dapur.
Kelinci memiliki kemampuan untuk hidup dalam habitat sangat berbeda yang
bervariasi mulai dari padang pasir hingga daerah subtropis, namun dapat berkembangbiak
dengan baik di daerah beriklim sedang. Kelinci juga dengan mudah beradaptasi terhadap
bentuk kandang yang beraneka ragam dari yang paling sederhana di bawah kolong
tanah/rumah panggung sampai model kandang modern.
Pengembangan kelinci secara Nasional diawali saat pemerintah mencanangkan
melalui INPRES No. 20 tahun 1979. Perintisan ini ditandai dengan munculnya gagasan
“Pabrik Daging Mini di Pekarangan” yang diharapkan mampu menunjang Perbaikan Menu
Makanan Rakyat dan Program Nasional Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Ketika itu
pemerintah memandang ternak kelinci sangat cocok untuk mewujudkan gagasan tersebut
karena beberapa alasan antara lain : dapat diusahakan dengan murah dan mudah serta dapat
berkembangbiak dengan cepat sehingga sangat cocok bagi masyarakat di pedesaan Namun
dalam perkembangannya, program pemerintah tersebut belum dapat memenuhi harapan.
Pada dasarnya kelinci yang ada di dunia, ada dua jenis, yaitu :
Fancy breed (kesenangan/hobby)
Fur breed (kulit berbulu)
Dari masing-masing breed tersebut masih dibagi lagi menjadi beberapa varietas berdasarkan
pertimbangan tertentu.
Kelinci yang banyak dikembangkan di Indonesia awalnya berasal dari bibit yang
pernah didatangkan dari India dan Srilanka pada tahun 1912, kemudia menyebar ke seluruh
pulau Jawa. Adapun untuk kelinci lokal sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti
asal usulnya. Kelinci ini tergolong kelinci ringan dan telah beradaptasi dengan baik pada
lingkungannya sehingga mudah dipelihara.
Bangsa-bangsa kelinci yang pernah didatangkan di Indonesia dan telah mengalami
adaptasi serta dikembangkan masyarakat, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Bangsa-bangsa Kelinci yang Pernah Didatangkan di Indonesia
No Asal Nama Warna Bobot (kg) Keterangan
1 2 3 4 5 6
1. Amerika American
A. Silver fox
Californian
Checkered
C. Giant
Satin
Opal Rex
Biru,putih
Putih
Putih, hitam
Hiotam, biru
Beragam
3,6 – 5,0
3,6 – 5,5
3,6 – 4,0
5,0 – 5,5
6,0 – 7,5
Totol hitam putih
Bulu halus
Bulu tegak
2. Belanda Netherland Dwart
Vlaamse reus
Hitam
Beragam
1,0 – 1,5
5,0 – 5,5
3. Belgia Belgia Kemerahan 2,0 – 4,0
4. Indonesia Kelinci lokal Abu2 coklat 0,7 – 1,0 Liar
5. Inggris Angora
Inggris
Inggris Albino
Putih
Putih
Albino
4,0 – 6,0
2,0 – 4,0
Panj, tebal, halus
Panjang
1 2 3 4 5 6
6. Jepang Yamamoto Kebiruan Sedang
7. New
Zealand
New Zealand
White
New Zealand Red
Putih
Merah
4,0 – 5,0
8. Normandia Normandia Abu2 merah 4,0 – 5,0
9. Perancis French Albino
French Lop
Albino 3,0 – 4,5 Panjang
10. Rusia Rusia Putih 2,0 – 4,0
Kota Batu merupakan salah satu daerah sentra bagi peternakan kelinci, yang saat ini
terdapat kurang lebih sekitar 200 peternakan kelinci rakyat dengan jumlah pemilikan rata-
rata 100 ekor induk. Apabila setiap induk menghasilkan anak rata-rata 6 ekor dan beranak 4
kali dalam setahun maka rata-rata jumlah anak yang dihasilkan sebanyak 6 x 4 x 100 induk x
200 peternak = 480.000 ekor/tahun. Potensi ini akan diperoleh apabila dalam pemeliharaan,
peternak memperhatikan beberapa aspek budidaya, meliputi : lokasi, bibit, pakan,
reproduksi, kandang dan penyakit.
Tujuan Kegiatan :
Memperkenalkan budidaya ternak kelinci skala peternakan rakyat
Manfaat Kegiatan :
1. Mahasiswa dapat mengenal secara langsung kondisi managemen peternakan kelinci
rakyat.
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis managemen pemeliharaan.
3. Mahasiswa dapat mendalami penerapan teknologi dalam budidaya ternak kelinci
MATERI I
PEMILIHAN LOKASI
Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama sebelum melakukan budidaya ternak
kelici. Pemilihan lokasi yang salah, akan mempengaruhi kehidupan ternak yang dipelihara
dan akan berdampak pada penurunan produksi. Pemilihan lokasi ternak kelinci banyak
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya:
1. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air
2. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber pakan (areal tanaman sayur, pasar sayur, atau
pasar–pasar secara umum)
3. Lokasi dekat dengan daerah pemasaran. Namun hal ini tidak berlaku bagi peternak
yang sudah punya komunitas atau paguyuban
4. Temperatur atau suhu ideal antara 15-25C
5. Sebisa mungkin diusahakan lokasi kandang jauh dari permukiman penduduk
6. Lokasi aman dari binatang buas atau pencuri
Tujuan Kegiatan :
Melakukan pengamatan terhadap lokasi peternakan kelinci rakyat di daerah Batu
Manfaat Kegiatan:
Mahasiswa dapat menganalisis lokasi yang digunakan untuk usaha peternakan
T UGAS :
Melakukan Pendataan tentang lokasi peternakan
1. Jarak terdekat antara kandang kelinci dengan sumber air : m
2. Jarak terjauh antara kandang kelinci dengan sumber air : m
3. Jarak terdekat antara kandang kelinci dgn pemukiman penduduk : m
4. Jarak sumber pakan hijauan : km
5. Jarak sumber pakan konsentrat : km
6. Daerah pemasaran terjauh : km
7. Daerah pemasaran terdekat : km
8. Ketinggian tempat : m dpl
9. Suhu lingkungan rata-rata : oC
10. Kelembaban lingkungan rata-rata : %
MATERI II
MEMILIH BIBIT
Kelinci dipelihara dengan tujuan yang berbeda-beda, misalnya untuk menghasilkan daging,
wool atau sekedar untuk kesenangan (hobby). Oleh karena itu memilih bibit harus
disesuaikan dengan tujuan tersebut agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Jika
memelihara kelinci dimaksudkan untuk tujuan daging, maka perlu memilih kelinci dari jenis
sedang atau besar, sehingga hasil anaknya bisa mencapai sekitar 2 kg pada saat disapih dan
siap dipasarkan. Warna bulu juga menentukan kelancaran pemasaran karena hasil samping
berupa kulit biasanya dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan rumah tangga. Kelinci
dengan warna bulu putih biasanya banyak disukai untuk dikembangkan.
Sifat dari kelinci yang diperhatikan untuk semua tujuan adalah beranak banyak.
Untuk menentukan sifat ini biasanya dapat dipilih dengan memperhatikan dari asal usul
kelinci tersebut. Kelinci yang lahir dengan saudara banyak, maka kelinci tersebut kelak
kalau beranak juga memiliki kecenderungan beranak banyak.
Syarat-syarat lain yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit kelinci adalah : sehat,
tidak cacat, performa/penampilannya bagus dan masih muda. Pemilihan bibit yang kurang
baik, maka hasilnya tidak menguntungkan. Jadi membeli bibit satu ekor dengan kualitas
bagus akan lebih menguntungkan daripada membeli bibit beberapa ekor tetapi kualitasnya
jelek.
Memilih bibit yang tepat sebenarnya berdasarkan cacatan tertulis dari masing-masing
ternak tersebut. Oleh karena itu, untuk mendapatkan bibit kelinci sangat disarankan berasal
dari peternakan yang dapat ditelusuri induk dari ternak yang akan dipelihara. Untu
menyediakan bibit yang benar, seorang peternak disarankan untuk membuat cacatan yang
ditempelkan pada setiap sangkar bagian luar. Membeli bibit di pasar sangat tidak dianjurkan
karena asal usul dan riwayat ternak tersebut tdak diketahui secara pasti kecuali untuk
keperluan dipotong.
Beberapa petunjuk memilih kelinci untuk keperluan bibit :
1. Kelinci sehat
Kelinci yang sehat dapat diperhatikan dari tingkahlaku dan penampilannya, dengan
menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Wajahnya cerah, mata bersinar hidup, hidung kering
b. Bulu bersih, mengkilat dan rata
c. Lincah/aktif
d. Hidung merah, selaput lendir mata dan pantat bersih
e. Badan bulat lebar, kaki belakang rapat pada badan
2. Kelinci masih muda
Kelinci yang masih muda dapat dilihat dari bentuk tubuh tampak padat. Kelinci
untuk bibit yang ekonomis adalah yang berumur kurang dari 3 tahun karena sifat
reproduksinya masih tinggi.
3. Induk produktif
Kelinci tergolong dalam induk produktif apabila memiliki anak sampai lepas sapih di
atas 8 ekor. Anak-anak yang berasal dari induk yang memiliki anak dalam jumlah
banyak ini apabila bobot lahirnya tinggi dan pertumbuhan sampai dewasa bagus,
maka juga bisa dijadikan sebagai bibit. Pilih yang memiliki jumlah puting 5 – 6
pasang.
Tujuan Kegiatan:
1. Melakukan identifikasi bangsa ternak kelinci
2. Melakukan identifikasi ternak calon bibit betina
3. Melakukan identifikasi ternak calon bibit jantan
Manfaat Kegiatan :
1. Mahasiswa dapat membedakan bangsa ternak hias dengan ternak potong
2. Mahasiswa dapat menentukan calon bibit kelinci yang baik
TUGAS :
I. Melakukan Identifikasi jenis ternak
1. Faktor-faktor yang digunakan untuk membedakan antara jenis kelinci hias dengan
kelinci potong :
2. Ciri-ciri kelinci hias yang baik (lampirkan foto pada Laporan Lengkap):
3. Ciri-ciri kelinci potong yang baik (Lampirkan foto pada laporan Lengkap):
II. Melakukan Identifikasi ternak calon bibit betina
Ciri-ciri kelinci calon induk yang baik (lampirkan foto salah satu induk yang baik
pada Laporan Lengkap):
III. Melakukan Identifikasi ternak calon bibit pejantan
Ciri-ciri kelinci calon pejantan yang baik (lampirkan foto salah satu induk
yang baik pada Laporan Lengkap):
MATERI III
PERKANDANGAN
Bahan- bahan Kandang
Kandang yang baik semestinya dapat digunakan sebagai tempat tinggal yang aman
dan tempat berkembangbiak bagi kelici. Oleh karena itu, bahan kandang harus dipilih
dengan memperhatikan faktor aman dan nyaman tersebut. Bahan-bahan dasar untuk
pembuatan kandang kelinci, antara lain kayu, bambu dan kawat kasa. Bahan-bahan tersebut
dapat diperoleh di sekeliling rumah dengan mudah. Bahan yang dianggap cocok bagi kelinci
dan murah adalah bambu.
Kesalahan dalam memilih bahan kandang dapat dihubungkan dengan penyakit dan
ketidaknyamanan ternak.
Syarat-syarat Kandang
Kandang sebagai tempat hidup dan berproduksi bagi kelinci harus dalam kondisi
yang nyaman. Oleh karena itu beberapa syarat berikut ini harus diperhatikan dengan baik :
1. Sinar matahari pagi
Sinar matahari pagi sangat diperlukan masuk ke dalam kandang. Sinar matahari pagi
selain untuk mengeringkan alas kandang, penerangan kandang juga membunuh
kuman-kuman penyakit.
2. Suhu udara.
Suhu yang cocok untuk beternak kelinci adalah 15 – 20 0C dengan kelembaban 60 -
90 %. Kelinci lebih bisa menyesuaikan suhu yang dingin daripada yang panas. Suhu
yang terlalu panas dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan dan sifat reproduksi.
3. Ventilasi
Kandang sebaiknya tidak dilewati oleh aliran angin secara langsung karena kelinci
sangat peka terhadap angin secara langsung. Ventilasi yang baik dapat mengatur
keluat masuknya udara di dalam kandang sehingga bau kotot dari udara di dalam
kandang dapat diganti dengan udara bersih dan segar.
4.Kering.
Letak kandang harus lebih tinggi dari sekelilingnya agar tidak tergenang air pada
waktu hujan. Kandang yang basah biasanya menjadi sarang penyakit.
5.Jauh dari rumah
Lokasi yang ideal untuk menempatkan kandang adalah 10 m dari rumah agar bau
kotoran dan urin tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
6.Tempat tenang.
Kelinci mudah sekali kaget dan stres apabila ada suara yang mengejutkan serta
sangat takut terhadap binatang buas misal ular, kucing, anjing dan sebagainya.
7.Bahan kandang
Kandang dibuat dari bahan yang murah tetapi memenuhi kebutuhan untuk hidup dan
berproduksi dengan baik.
Model dan Ukuran Kandang
Bentuk kandang kelinci dapat dimodifikasi dan ditempatkan sesuai dengan kondisi
lingkungan, yang penting harus sejuk, kering dan terhindar dari segala gangguan. Kelinci
mudah beradaptasi terhadap bentuk kandang yang beraneka ragam dari yang paling
sederhana di bawah kolong rumah panggung sampai model kandang mahal dan bagus yang
modern.
Bentuk-bentuk kandang beralas panggung yang cukup populer adalah sistem postal,
system rens dan batrei. Kandang sistem postal yaitu bangunan kandang tanpa halaman dan
pengumbaraan sehingga cocok untuk memelihara kelinci secara kelompok. Kandang system
rens yaitu bangunan kandang dilengkapi dengan tempat pengumbaraan untuk sekelompok
kelinci, biasanya jantan dan betina beserta anak-anaknya. Bangunan system batrei yaitu
bangunan yang dibuat seperti bentuk sangkaryang disusun secara berderet-deret. Kandang
system ini apabila disusun lurus ke atas sampai beberapa tingkat memiliki keunggulan,
antara lain : daya tampungnya tinggi dan lebih efisien. Namun juga memiliki kekurangan,
antara lain tampak sesak/padat, sulit dalam mengontrol ternak sehingga kurang cocok untuk
kandang bibit.
Ukuran lantai kandang untuk induk kelinci ukuran sedang-besar disarankan memiliki
panjang 90 – 150 cm, lebar 50 – 75 dan tinggi 50 – 60 cm, sedangkan untuk jenis kelinci
kecil sebaiknya menggunakan kandang dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi masing-
masing 90, 60 dan 60 cm.
Tujuan Kegiatan :
Mengamati bahan, ukuran dan model kandang kelinci yang digunakan
Manfaat Kegiatan:
Mahasiswa dapat menganalisis managemen perkandangan
TUGAS :
1. Mengamati jenis-jenis bahan kandang
2. Mengamati ukuran kandang
3. Mengamati macam-macam model kandang dan buatlah sketsanya (lampirkan foto
pada Laporan Lengkap)
MATERI IV
PAKAN
Bahan Pakan
Pakan kelinci berupa hijauan (rumput, limbah rumah tangga, sayur), dan pakan
penguat (jagung, bekatul, umbi-umbian, bungkil, ampas tahu). Bahan pakan tersebut
tersedia dengan mudah dan murah di sekitar kita. Untuk hijauan bisa dipilih dari tanaman
yang cepat tumbuh, misalnya rumput lapangan, limbah kol, sawi, daun kacang, daun turi,
kangkung dan lain-lain sangat disukai oleh kelinci.
Hijauan merupakan pakan yang banyak mengandung air dan serat kasar yang sangat
dibutuhkan bagi kelinci, tetapi pemberian bahan pakan lain sebagai pakan penguat sumber
protein juga perlu diberikan. Kelinci yang hanya diberi hijauan pertumbuhannya lambat.
Pada umur 4 bulan bobot badannya hanya mencapai 1,5 kg. Sedangkan apabila di dalam
pakannya mendapatkan pakan tambahan selain hijauan, maka dalam waktu 4 bulan bobot
badannya dapat mencapai 2,5 kg.
Kebutuhan kelinci terhadap pakan agar dapat tumbuh dan berkembang biak maka
perlu diberi hijauan segar kurang lebih sebanyak 1 kg dan pakan penguat sebanyak 200 –
300 g. Pakan penguat ini sangat berarti terutama bagi induk pada saat menyusui anaknya.
Kebutuhan Nutrisi
a. Untuk induk bunting/menyusui
Protein : 16 – 20 %
Lemak : 3 - 5,5 %
Serat kasar : 14 – 20 %
Beta N : 44 – 50 %
Mineral : 4,5 – 6,5 %
b. Untuk induk kering/induk muda/anak kelinci/pejantan
Protein : 12 – 15 %
Lemak : 2 - 3,5 %
Serat kasar : 20 – 27 %
Beta N : 43 – 47 %
Mineral : 5 – 6,5 %
Tujuan Kegiatan :
1. Mengetahui bahan pakan yang digunakan untuk kelinci
2. Mengetahui managemen pemberian pakan
Manfaat Kegiatan :
1. Mahasiswa dapat mengenal langsung bahan-bahan pakan yang diberikan pada ternak
kelinci.
2. Mahasiswa dapat membuat analisis managemen pemberian pakan
TUGAS :
I. Mengamati Pakan
1. Jenis hijauan yang diberikan
2. Bahan pakan konsentrat yang diberikan
II. Mengetahui managemen Pemberian
A. Pakan hijauan
1. Jumlah pemberian : kg/ekor/hari
2. Frekuensi pemberian per hari : kali/hari
3. Waktu pemberian : pagi pukul
Siang pukul
Sore pukul
B. Pakan Konsentrat
1. Jenis bahan pakan yang digunakan dan komposisi setiap bahan pakan dalam
pakan konsentrat.
2. Jumlah pemberian : gram/ekor/hari
3. Frekuensi pemberian : kali/hari
4. Waktu pemberian : pagi pukul
Siang pukul
Sore pukul
MATERI V
REPRODUKSI
Umur Pertamakali Dikawinkan
Umur kelinci dikawinkan pertama kali tergantung pada jenisnya. Kelinci jenis kecil
dapat dikawinkan lebih awal daripada kelinci sedang dan besar. Kelinci jenis sedang dapar
dikawinkan pada umur 4 – 5 bulan, sedangkan jenis besar pada umur 6 -7 bulan. Kelinci
yang terlalu muda dikawinkan akan menimbulkan masalah karena organ reproduksi belum
berkembang sempurna sehingga mengganggu kebuntingan atau kelahiran. Sebaliknya
kelinci yang terlambat dikawinkan menimbulkan kemandulan karena biasanya kelinci
terlalu gemuk sehingga organ reproduksi banyak terdapat lemak yang dapat mengganggu
proses reproduksinya.
Siklus Berahi
Para ahli terdahulu menyebutkan bahwa kelinci memiliki masa subur selama 12 hari
kemudian diikuti oleh masa tidak subur selama 2 – 4 hari. Dengan perkembangan penelitian
diketahui bahwa induk/calon induk kelinci dapat dikawinkan sepanjang tahun dengan tidak
perlu memperhatikan siklus berahinya karena proses terjadinya ovulasi pada kelinci
berlangsung dengan adanya rangsangan yang berupa perkawinan (ovulasi imbas). Ovulasi
dapat terjadi 10 – 11 jam setelah perkawinan atau setelah diinjeksi dengan hormon yang
mengimbas ovulasi.
Cara Mengawinkan Kelinci
Untuk induk yang akan dikawinkan, selain umurnya memenuhi syarat, maka bobot
badan juga harus diperhatikan. Induk yang baik untuk dikawinkan adalah yang telah
mencapai umur kawin dengan bobot badan melebihi 2,5 kg. Calon induk tersebut juga harus
dalam keadaan sehat, dalam kondisi ingin kawin yang ditandai warna merah jambu pada
selaput lendir kemaluannya. Pejantan yang akan mengawini juga harus dipastikan sehat,
aktif dengan ukuran kedua testisnya sama besar.
Apabila tanda-tanda tersebut sudah tampak dengan jelas, maka perkawinan dapat
dilakukan dengan membawa kelinci betina ke kandang kelinci jantan, jangan samapi terbalik
karena bisa menimbulkan serangan. Pemindahan kelinci betina ini selanjutnya akan
disambut oleh kelinci jantan dengan menghampiri betina, menciumi mulut, hidung dan
bagian kemaluan sambil berputar-putar dan melompat. Betina yang memang sudah siap
ingin kawin, biasanya akan sedikit mengangkat pantat dengan melipat ekor ke atas dan
berdiam. Dalam posisi demikian maka pejantan akan menaiki dan terjadilaj perkawinan.
Perkawinan dapat dipastikan telah berlangsung apabila setelah kelinci jantan
menaiki, maka kelinci jantan tersebut mengeluarkan suara yang khas kemudian terguling di
samping kelinci betina. Proses perkawinan berlangsung sangat cepat sehingga pada saat
mengawinkan kelinci, peternak harus dapat memastikan terjadinya perkawinan dengan
mengenali melalui tanda-tanda tersebut. Hal ini perlu dilakukan karena untuk
memperhitungkan waktu kebuntingan dan mempersiapkan keperluan kelahiran.
Setelah proses perkawinan berlangsung perlu diperhatikan apakah kelinci betina
kencing. Apabila hal ini terjadi maka perlu dilakukan perkawinan ulang 10 jam setelah
perkawinan pertama. Kelinci betina yang kencing setelah perkawinan kemungkinan besar
spermatozoa dari kelinci jantan akan terbawa keluar bersama air kencing.
Perkawinan Setelah Melahirkan
Waktu perkawinan bagi induk setelah melahirkan biasanya mempertimbangkan
tujuan dari pemeliharaan. Pemeliharaan untuk tujuan daging (menghasilkan anak) kelinci
dikawinkan kembali setelah 6 minggu dari saat melahirkan. Dengan pengaturan seperti ini
induk kelinci akan melahirkan sebanyak 4 kali dalam sethun. Apabila pemeliharaan
ditujukan untuk pemeliharaan bibit, maka jarak perkawinan setelah melahirkan diperpanjang
hingga 8 minggu sehingga kelinci melahirkan sebanyak 3 kali dalam setahun. Apabila
setelah melahirkan, induk kelinci kehilangan anak-anaknya sehingga berhenti menyusui,
maka induk dapat dikawinkan kembali 4 hari kemudian.
Bagi peternak yang telah terbiasa merawat kelinci, biasanya mengawinkan induk
kelinci setelah 28-35 hari sejak melahirkan. Cara ini sebenarnya tidak dianjurkan karena
jarak melahirkan dengan bunting kembali terlalu pendek, induk tidak cukup mendapat
waktu istirahat sehingga bisa menimbulkan kelemahan secara fisik yang dapat mengganggu
anak yang akan dilahirkan.
Tujuan Kegiatan :
Mengetahui managemen reproduksi ternak kelinci
Manfaat Kegiatan :
Mahasiswa dapat membuat analisis menagemen reproduksi ternak kelinci
TUGAS :
I. Mengetahui managemen perkawinan pertama bagi kelinci
1. Umur pertama induk dikawinkan : bulan
Pada bobot badan : kg
2. Umur pertama kelinci jantan sebagai pemacek : bulan
Pada bobot badan : kg
II. Mengetahui Cara Mengawinkan Kelinci
III. Mengetahui managemen kebuntingan
1. Pemberian pakan tambahan : ya / tidak
2. Jumlah tambahan (bila ya) : gram/ekor/hari
3. Metode pemeriksaan kebuntingan :
4. Waktu pemeriksaan kebuntingan :
5. Persiapan menjelang kelinci melahirkan
IV. Mengetahui managemen setelah melahirkan
1. Metode penyusuan
2. Lama penyusuan
3. Perkawinan setelah melahirkan
MATERI VI
PENYAKIT
Kelinci yang terserang penyakit biasanya menunjukkan gejala yang jelas yang mudah
dikenali, misalnya lesu, mata sayu, nafsu makan turun, suhu tubuhnya naik turun dan tanda-
tanda khas lainnya tergantung pada jenis penyakitnya.
Macam-macam penyakit yang sering menyerang kelinci adalah :
1. Kudis/kurap/Scabies
Penyebab : kutu/parasit Darcoptes scabiei
Sasaran : sekitar mata, hidung, jari kaki
2. Eksim (peradangan menahun)
Penyebab : adanya penimbunan kotoran pada permukaan kulit
Sasaran : pangkal ekor, punggug, pundak, leher dan bagian belakang
telinga
3. Perut kembung
Penyebab : masuk angin, salah pada pakan yang diberikan
Sasaran : perut
3. Pilek
Penyebab : bskteri dan virus
Sasaran : hidung
4. Coccidiosis
Penyebab : protozoa
Sasaran : alat pencernaan
5. Ambing yang Mengeras
Penyebab : Gangguan mekanis, atau induk yang produksi air susunya
melebihi kebutuhan anaknya.
6. Mastitis (radang ambing)
Penyebab : bakteri
Tujuan Kegiatan :
1. Melakukan identifikasi kesehatan ternak
2. Melakukan identifikasi penyakit
3. Mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan penyakit
Manfaat Kegiatan :
Mahasiswa dapat mengenali berbagai macam penyakit kelinci dan cara
menanggulanginya.
TUGAS :
I. Mengamati ternak yang sakit
1. Jumlah ternak yang sakit : ekor
2. Jenis penyakit dan tanda-tanda yang ditunjukkan oleh masing-masing penyakit
yang sedang menyerang
3. Jenis penyakit yang sering menyerang
4. Jenis obat-obatan yang biasa diberikan
II. Cara mencegah timbulnya penyakit
III. Cara memberikan obat-obatan
Daftar Pustaka
Arrington, L. R. and K. C. Kelley. 1976. Domestic Rabbit Biology and Production. The University Press of Florida. USA.
Lebas, F., P. Coudert, R. Rouvier and H.de Rochambeau. 1986. The Rabbit : husbandry, helth and production. Food and Agricultural Organization of the United Nations, Rome.
Nalbandov, E.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Fisiologi Komparatif pada Hewan Domestikasi dan Laboratorium serta Manusia. Penerbit Universitas Indonesia, UI-Press..
Sandford, J.C. and F.G. Woodgate. 1979. The Domestic Rabbit. Third Edition. Granada. London. Toronto. Sydney and New York.
Sarwono, B. 1981. Beternak Kelinci Unggul. Pusat Penerbitan Yayasan Sosial Tani Membangun. Jakarta.
Sumoprastowo, R.M., 1985. Beternak Kelinci Idaman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
DATA PETERNAKAN
1. Nama Peternakan :
2. Alamat :
3. Nama Pemilik :
(tampilkan fotonya pada laporan akhir)
4. Umur : tahun
5. Jumlah Pemilikan : ekor
6. Jenis yang dipelihara : a. Kelinci hias = ekor
b. Kelinci potong = ekor
6. Komposisi Ternak :
a. Jumlah pejantan : ekor
b. Jumlah induk : ekor
c. Jumlah kelinci dara : ekor
d. Jumlah anak kelinci menyusu : ekor
SEMESTER GENAP 2010/2011
MATA KULIAH
OLEH :
Dr. Ir. Sri Minarti, MP
Prof.Dr.Ir. Moch. Junus, MS
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
PEDOMAN PRAKTIKUM DAN
LAPORAN SEMENTARASEMESTER GENAP 2010/2011
MATA KULIAH
OLEH :
Dr. Ir. Sri Minarti, MP
Prof.Dr.Ir. Moch. Junus, MS
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
NAMA : ____________________________________________
NO. PRESENSI : ______________
KELOMPOK : ______________
TGL. PRAKTIKUM : _________________________________
NAMA PETERNAKAN : _________________________________
ALAMAT : _____________________________________________
_____________________________________________
TT DOSEN :
MALANG – 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan PEDOMAN PRAKTIKUM MK
ILMU PRODUKSI ANEKA TERNAK bagi mahasiswa pada semester Genap 2010/2011.
Pedoman Praktikum ini disusun untuk memberikan panduan kepada mahasiswa
dalam melakukan praktek MK ILMU PRODUKSI ANEKA TERNAK sehingga mahasiswa
dapat melakukannya dengan mudah dan terarah. Dalam Pedoman ini diuraikan sedikit
tentang teori yang relevan kemudian disertai dengan tugas praktek yang harus dilakukan oleh
mahasiswa. Kegiatan yang dilakukan dalam Praktikum ini lebih diarahkan pada suatu
pemahaman dasar dalam budidaya kelinci meliputi aspek lokasi, bibit, perkandangan, pakan,
reproduksi dan sanitasi ternak.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang mendukung kegiatan
ini sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Kami menyadari bahwa
Pedoman ini masih terus perlu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.
Akhir kata semoga Pedoman Praktikum ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam
menjalankan tugas praktikum untuk menunjang pemahaman teori yang diperoleh di kelas..
Malang, Juni 2011
Tim Penulis