pedoman penulisan karya ilmiah

137
BAGIAN I PANDUAN DASAR

Upload: badrus-siroj

Post on 24-May-2015

27.208 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman penulisan karya ilmiah

BAGIAN I

PANDUAN DASAR

Page 2: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 2

Page 3: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 3

1. PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan pada masalah, baik

yang sederhana maupun yang rumit. Bila berhadapan dengan masalah

yang rumit, kita bertanya-tanya mengapa terjadi masalah itu, dan

mengapa masalah itu rumit untuk dipahami. Bila yang berhadapan

tersebut seorang mahasiswa cerdas dia akan minta bantuan kepada

teman sebayanya, kakak kelasnya, dosennya, atau bahkan mungkin

profesornya. Bila salah satu profesornya memberi jawaban berdasarkan

teori yang dikembangkan orang lain yang tertulis dalam sebuah buku,

dia juga bertanya profesornya menggunakan buku X bukan Y?

Mengapa professor X tidak menjawab pertanyaan berdasarkan

penelitiannya sendiri? Seorang peneliti atau pengarang yang cerdas,

dan kaya pengalaman kerapkali seperti anak kecil, yang cerdas, dan

kreatif, selalu bertanya, apa sebab suatu kejadian, peristiwa dan

masalah, dan selalu ingin tahu apa jawabannya. Jawaban yang

diinginkan anak tersebut tampaknya bukan sekadar jawaban, melainkan

jawaban yang terkait dengan struktur alam pikiran yang dia ketahui, dan

struktur sosial-ekonomi di sekitarnya. Untuk anak yang memiliki

lingkungan ekonomi kuat dan struktur alam pikiran yang cerdas,

tampaknya menghendaki jawaban yang lebih didasarkan pada fakta,

dan makna sebuah fakta yang dipandang dapat merupakan akar suatu

masalah atau landasan pemikiran tertentu.

Page 4: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 4

Bagi orang dewasa, jawaban atas keingintahuan tersebut dapat

ditulis dalam bentuk karangan singkat atau karangan bersambung

berdasarkan struktur penalaran logis yang dapat menjadi dasar sebuah

tulisan ilmiah. Secara sederhana karya ilmiah dapat dikatakan sebagai

tulisan untuk mencari sebab akibat suatu masalah untuk mendapatkan

keterangan yang lengkap berdasarkan penalaran, dengan mengunakan

metode yang tepat. Pengetahuan dapat berupa tulisan dari memori

berdasarkan pengalaman, perjalanan, kesaksian suatu peristiwa

dilukiskan secara cermat, berdasarkan nalar sehat dan logika yang telah

mereka miliki.

2. PENGETAHUAN

Pengetahuan berbeda dengan ilmu atau karya ilmiah. Pengetahuan

adalah semua informasi yang tersusun di dalam memori seseorang, baik

yang berasal dari pengamatan indrawi atau dari belajar sendiri, maupun

yang berasal dari pengamatan yang dilaksanakan dengan cara yang

tidak sintematis, tidak jelas metodenya dan tidak dapat dibuktikan

kebenarannya. Tulisan yang disusun berdasarkan pengetahuan atau

pengalaman pribadi, yang telah mengacu pada teori orang lain kadang-

kadang belum dapat memberikan pemecahan yang memuaskan atas

suatu masalah, perlu dicarikan jawaban dengan bertanya kepada

sejumlah orang yang dipandang memiliki pengalaman aktual,

pengetahuan atau perhatian terhadap masalah tersebut. Dengan

Page 5: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 5

demikian, terjadi semacam korenspondensi antara gagasan yang telah

disusun untuk memecahkan masalah tersebut dengan kondisi di tempat

masalah tersebut timbul (lapangan), sehingga tulisan yang disajikan

tidak bersifat gagasan kosong yang tidak membumi.

Karya ilmiah, termasuk penelitian, sekurang-kurangnya

mengandungi masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan akal sehat

(common sense) atau intuisi, tetapi perlu acuan tertentu yang dapat

membantunya. Acuan tersebut dapat berupa teori yang telah

dikembangkan orang lain, temuan orang lain, atau pengalaman orang

lain yang dapat diuji keandalannya. Memecahkan masalah dapat

dilakukan dengan mengacu kepada teori yang dikembangkan ahli yang

terkait, pengalaman, atau hasil penelitian yang telah dilakukan orang

lain, dengan metode tertentu.

Untuk mendapatkan pengetahuan diperlukan suatu proses:

mulai dengan mengenal, memperhatikan, sampai dengan mengetahui.

Karena proses untuk mendapatkan pengetahuan berbeda dalam tingkat-

tingkat yang ditempuh, pengetahun dapat dibedakan menjadi beberapa

tingkatan juga, mulai tahu, mengerti, dapat membedakan, dapat

membandingkan, merekonstruksi, mangalisis, dan menilai mana yang

benar dan mana yang tidak benar.

Misalnya, pada waktu seorang anak kecil mulai tumbuh, dia

menjadi tahu bahwa orang yang selalu dekat dengannya adalah ibunya.

Bila seorang anak bertambah penalarannya, dia akan tetap tahu dan

Page 6: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 6

mengenal ibunya meskipun dia berbusana indah. Dalam perkembangan

selanjutnya, anak dapat membedakan antara ibunya dan wanita lain,

misalnya kakak prempuannya. Jadi, pengetahuan adalah suatu proses

yang berkesinambungan, tidak spontan. Pada tahap sekanjutnya,

pengetahuan diperoleh dengan proses yang lebih detail dan lebih teliti

akan berbeda dengan pengetahuan yang diperoleh secara cepat,

misalnya lewat pandangan pertama, atau selayang pandang seperti

melihat sesuatu dari atas mobil atau pesawat terbang.

3. KONSEP ILMU

Penciptaan karya ilmiah menggunakan prosedur yang agak berbeda

dengan pembuatan tulisan atau laporan biasa. Dalam penelitian,

prosedur awalnya sama dengan mencari pemecahan masalah dalam

pengetahuan, tetapi pada tahap selanjutnya disyaratkan untuk

mengadakan studi awal untuk melihat latar belakang suatu masalah, di

mana posisinya dengan masalah yang lain, baik yang serupa maupun

yang berbeda. Bila latar belakang masalah telah dapat digambarkan

dengan jelas, seorang peneliti bertugas merumuskan masalah secara

jelas, sehingga arah pemecahannya cukup terarah.

Apabila masalah penelitian telah disusun dengan jelas, langkah

selanjutnya adalah menyususn tujuan penelitian. Tujuan ini harus sesuai

dengan masalah yang hendak dipecahkan. Dengan demikian, masalah

yang ditemukan seorang peneliti atau penulis ilmiah harus dicarikan

Page 7: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 7

jawabannya lewat data penelitian di lapangan atau di laboratorium,

dengan metode penelitian yang sesuai, alat penelitian yang teruji

vaiditas dan reliabilitasnya.

Untuk mencari dasar masalah yang dirumuskan, peneliti harus

menyusun landasan konseptual atau teoritis yang merujuk kepada teori

yang telah terbukti keunggulannya dan disusun secara deduktif dan

induktif. Deduksi dapat diartikan mencari landasan teori dari rumus atau

teori besar yang telah menjadi dasar pengembangan ilmu yang terkait,

dan juga dari acuan kepada hasil penelitian valid yang dilakukan oleh

para peneliti sebelumnya. Dari kajian yang diperoleh, peneliti harus

mencoba mengkaitkan masalah yang diteliti dengan situasi, kondisi

kebudayaan, tempat, kondisi sosial ekonomi, di tempat dia melakanakan

penelitian tersebut. Kaitan antara kajian teori dan masalah yang hendak

dipecahkan biasanya dirumuskan dalam suatu kerangka konseptual.

Berdasarkan konsep tersebut dirumuskan dugaan atau perkiraan secara

nalar berdasarkan deduksi.

Penelitian ilmiah berbeda secara mendasar dengan pengeta-

huan yang ditulis berdasarkan akal sehat atau common sense. Menurut

Kerlinger,1 ilmu dan common sense berbeda tajam dalam beberapa hal.

Perbedaan tersebut terletak pada sistematika dan cara pengendalian.

Ilmu diperoleh mengunakan konsep dan struktur teori yang disusun

secara sistematis dari pendapat orang lain. Akal sehat biasanya

diperoleh menggunakan teori dan konsep, tetapi dalam pengertian yang

Page 8: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 8

longgar, dan tidak sistematis. Misalnya, menganalisis bencana alam

dipandang sebagai peringatan atau hukuman kepada orang yang

menjadi kurbannya. Demikian juga, dalam krisis ekonomi, yang

dipersalahkan adalah etnis tertentu; orang tidak mencoba mengkoreksi

perilaku kelompok lain, atau perilaku korup dari pengelola birokrasi.

Ilmuwan mempunyai pola berpikir tertentu. Mereka mengem-

bangkan struktur teori, menguji teori tersebut dengan konsistensi

internal, mempertimbangkan faktor terkait lain yang diperiksa dengan

metode yang sahih, dengan uji empiris. Di samping itu, ilmuwan juga

menyadari bahwa konsep yang mereka buat tidak selalu paling tepat.

Dengan perkataan lain, nilai ketepatan bersifat relatif.

Hardono2, meyebutkan bahwa common sense adalah akal sehat

atau pendapat umum. Selanjutnya dikatakan bahwa common sense

merupakan campuran dari insight utama sebagai prinsip nonkontradiktif,

melalui banyak keyakinan yang lebih meragukan, sampai pada suatu

kumpulan pengatahuan mengenai hal-hal yang remeh. Perbedaan

antara common sense dan ilmu adalah bahwa common sense tidak

berdasarkan penyelidikan atau penelitian yang mempertanyakan apakah

apa yang diyakini tersebut terbukti benar atau salah.

Dalam memecahkan masalah, ilmuwan merujuk kepada teori

yang relevan dengan masalah dan keadaan, serta perkembangnnya,

menguji beberapa teori dan kemudian membuat hipotesis3 atau

perkiraan. Orang awam juga menbuat hipotesis, tetapi teori yang

Page 9: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 9

dipergunakan selektif dengan memilih yang cocok dengan

pendangannya, serta memilih bukti tertentu yang dapat mendukung

hipotesisnya.

Dalam mengontrol pendapatnya, peneliti mencoba untuk

sementara waktu mengabaikan variabel yang tidak terkait langsung

dengan masalah, yang mungkin menjadi sebab terjadinya suatu

masalah. Yang dikontrol hanya variabel yang memiliki kaitan atau

penyebab langsung dengan masalah yang hendak dipecahkannya. Para

penulis awam kerap kali tidak memberikan penjelasan tentang sebab

suatu kejadian atau masalah secara sistematis berdasarkan phenomena

yang mereka amati. Mereka tidak mau memberikan penjelasan

mengenai sumber-sumber dari luar yang dipersoalkan. Dalam penelitian,

orang awam biasanya cukup puas menerima penjelasan dengan

konsepsi yang bias. Misalnya, banyak orang yakin bahwa anak nakal

berasal dari kampung kumuh, mereka mengabaikan anak nakal dari

kawasan gedongan. Dalam kasus kenaikan harga BBM (Oktober 2004),

mestinya secara obyektif diteliti akibat kenaikan harga BBM tersebut

terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok, transportasi, dan biaya

produksi yang serentak naik, agar rakyat mengerti dan siap

menghadapinya. Maka, perlu ada penelitian ilmiah yang dapat

memberikan bukti yang valid, agar masyarakat dapat memahami

persoalannya.

Page 10: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 10

Ilmuwan terikat terus-menerus secara aktif dan sistematis

dengan fenomen-fenomen dan dengan kesadaran yang tinggi sehingga

menemukan hubungan sebab akibat yang jelas dan rasional. Apakah

perbedaan antara penalaran sehat dan ilmu terletak pada penjelasan

yang berlainan mengenai fenomena yang teramati (Explanation of the

observed phenomena)? Seorang peneliti berusaha menjelaskan

hubungan antara data yang diobservasi secara cermat dan

mengesampingkan apa yang tersirat dalam metaphysical explanation

atau proposisi yang tidak dapat diuji. Misalnya, orang miskin karena

takdir, atau orang pandai karena suratan. Proposisi tersebut bersifat

metaphisik dan, karena itu, tidak dapat diuji. Proposisi yang bersifat

metaphisik seperti itu menjadi bagian dari ilmu fisafat, dan bukan lahan

ilmuwan. Hal ini tidak berarti bahwa ilmuwan tidak perlu memperhatikan

proposisi seperti itu. Yang menjadi perhatian ilmuwan peneliti adalah

gejala yang dapat diamati.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan mendasar antara pengetahuan dan ilmu: Pengetahuan

diperoleh dan disampaikan menggunakan akal sehat, sedangkan ilmu

diperoleh dan disajikan dengan cara yang terikat pada sistem, teori,

metode, dan kebenaran ilmiah.

Proses dalam mendapatkan ilmu ditempuh dengan penggalian,

studi dokumen, eksperimen, pengamatan, dan pengembangan ilmu yang

paling banyak dikerjakan melalui penelitian. Untuk mendapatkan ilmu,

Page 11: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 11

diperlukan persyaratan yang harus dipenuhi dengan cara yang

sistematis dengan mengikuti metode tertentu dan berdasarkan

kebenaran. Pengembangan ilmu adalah proses psikis yang menyebab-

kan kesadaran manusia memasuki terang ada.4 Selanjutnya menurut

Heidegger ilmu yang diperoleh manusia disebut, a-letheia. Artinya, ilmu

dan pengetahuan adalah pernyataan diri dari ada. Pengetahuan tidak

bisa meramalkan bagaimana ada itu dinyatakan, tetapi ilmu dapat

membuat ramalan apabila variabel yang dipelajari diperoleh dengan

metode yang benar, alat yang benar, serta kondisinya tidak berubah

secara drastis. Ilmu juga menganjurkan bahwa orang yang mempunyai

perhatian terhadap filsafat ilmu harus memiliki kerendahan hati dalam

menghadapi pengalaman dan keterbukaan secara menyeluruh terhadap

dunia di sekelilingnya.

Filsafat ilmu atau epistemologi5 merupakan bagian dari ilmu

filsafat yang mempelajari hakikat dan lingkup pengetahuan dasar dan

yang pengandaiannya secara umum dapat diandalkan melalui

penegasan yang dinyatakannya. Tradisi epistemologi cenderung

membatasi diri pada ‘persepsi inderawi dan pemahaman intelektual’, di

mana pengetahuan tersebut dimengerti secara sempit. Berdasarkan

pernyatan tersebut, kaum sophis mempunyai pandangan bahwa

pengetahaun dalam arti sempit adalah pengetahuan yang dalam

keadaan apa pun tidak dapat salah, tak bisa diperoleh dan karena itu

tak usah dicari.

Page 12: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 12

Epistemologi yang diketengahkan kaum Sophis tersebut adalah

epistemologi tradisional, yaitu usaha untuk mencari pembenaran (justify)

bahwa pengetahuan itu terkait erat dengan peranan inderawi dan akal

dalam pengenalannya. Plato, sebagai perintis epistemologi,

mengemukan beberapa pertanyaan yang mendasar tentang epistemo-

logi. Pertanyaan yang dimaksud adalah: Apa yang disebut

pengetahuan? Di mana pengetahuan biasanya diperoleh? Di mana

terdapat masalah yang biasa perlu kita ketahui? Berapa yang benar-

benar pengetahuan? Dapatkah indera menghasilkan pengetahuan?

Dapatkah akal memberikan pengetahuan? Apakah hubungan antara

pengetahuan dan keyakinan yang benar?6

Bertolak dari pertanyaan tersebut, para filsuf sesudah Plato

berusaha mengembangkan filsafat ilmu untuk menjelaskan sumber,

dasar, dan kepastian ilmu. Konsep yang mereka kembangkan

memberikan sumbangan yang amat berharga bagi perkembangan umat

manusia, sebab mereka menjawab pertanyaan pokok yang mendasari

ilmu, yang merefleksikan konsep dan pandangan tentang ilmu,

mengenai hakikat, ruang lingkup dan syarat umum. Jawaban yang

dikemukakan oleh para filsuf atas pertanyaan Plato tersebut ternyata

beragam, dan memberi inspirasi kepada beberapa aliran. Aliran terbesar

yang berpengaruh adalah skeptisisme, rasionalisme, dan empirisme.

3.1 Skeptisisme

Page 13: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 13

Kaum skeptis meragukan kemungkinan menemukan sesuatu yang

sungguh benar. Sebaliknya, mereka mengajarkan bagaimana orang

dapat maju tanpa ilmu pengetahuan yang pasti. Kaum Skeptis

berkeberatan dengan epistemologi, karena dalam kenyataan

epistemologi dianggap mengusulkan suatu tujuan khayal sebab kita

harus medemonstrasikan validitas ilmu pengetahuan kita, yang berarti

kita telah menggunakan ilmu kita, dan akibatnya telah mengandaikan

validitasnya.7 Hardono menjelasakan bahwa kaum skeptis, seperti

Etienne Gilson, beranggapan bahwa tidak ada masalah mengenai ilmu

pengetahuan sebab pertanyaan kritis tidak dapat diajukan secara

konsisten.

Terhadap keberatan ini ada beberapa jawaban yang terkait

dengan segi positif dari keberatan tersebut. Yang ditekankan adalah

kelekatan tanpa syarat antara pikiran dan kenyataan. Adanya ilmu

merupakan suatu hal pokok yang dapat direduksi. Pikiran ada dan

adanya pikiran merupakan kesaksian bagi dirinya sendiri mengenai

keterbukaan terhadap ada. Tidak ada keraguan atau suatu

penyangkalan terhadap keterbukaan ini dapat dipertahankan. Dengan

demikian, posisi kaum skeptis absolut cukup rapuh.8

Berangkat dari pandangan Plato tentang pengetahuan, sampai

sekarang banyak filsuf yang berusaha mengembangkan teori pengeta-

huan untuk menjelaskan sumber, dasar, dan kepastian pengetahuan

Page 14: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 14

manusia. Hasil yang diperoleh dari studi tentang pengetahuan untuk

mendukung pendapat Plato tersebut sampai hari ini ternyata beragam.

3.2 Rasionalisme dan Empirisme

Konsep pengetahuan seperti yang dikemukan oleh Plato dan Decartes

disebut ‘rasionalisme’ sebab mereka menegaskan bahwa dengan

menggunakan prosedur tertentu dari akal saja kita dapat menemukan

pengetahuan dalam arti yang paling ketat, yaitu pengetahuan yang

dalam keadaan bagaimanapun tak mungkin salah. Decartes

menggunakan keraguan untuk mengatasi keraguan. Salah satu cara

untuk menentukan bahwa sesuatu itu pasti adalah melihat seberapa jauh

hal itu bisa diragukan. Bila kita secara sistematis mencoba meragukan

sebanyak mungkin pengetahuan kita, akhirnya kita akan mencapai titik

yang tidak diragukan, sehingga pengetahuan kita dapat dibangun di

atas dasar kepastian absolut.9 Prosedur yang disarankan Decartes

disebut ‘keraguan metodis universal’. Keraguan ini disebut universal

karena terentang tanpa batas, sampai keraguan itu sendiri membatasi

diri. Bagi Decartes persoalan dasar bagi fisafat pengetahuan bukan

bagaimana kita dapat tahu tetapi mengapa kita dapat membuat

kekeliruan.

Sebagai reaksi terhadap teori rasional tersebut timbul teori

empiris dari Inggris yang dipelopori oleh John Locke, Thomas Hobbes

dan David Hume10. Mereka berusaha menemukan basis pengetahuan

Page 15: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 15

dari pengalaman inderawi. Dari pengalaman inderawi mereka

mendapatkan informasi tentang dunia yang sangat kurang daripada

harapan mereka. Hume menunjukkan bahwa dari penelitian yang

dibuatnya, apapun yang diketahui tentang pengalaman inderawi, yang

dihasilkan adalah skeptivisme yang sangat menyedihkan tentang

pengetahuan sejati. Menurut Hume, pandangan mengenai apa yang

terjadi di sekitar kita semata-mata diakibatkan oleh kerja psikologis yang

aneh dari manusia. Apa yang menurut pendapat kita merupakan

pengetahuan tak lain hanyalah suatu cara pengaturan pengalaman yang

masuk ke dalam memori kita. Perkembangan filsafat Inggris yang dimulai

dari John Lock dan Hume pada abad 18 telah mengilhami aliran ilmu

pengetahuan yaitu: teori empiris.

4. KEBENARAN

Ilmu selalu dihubungkan dengan kenyataan dari pernyataan atau

penyangkalan, atau ‘kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan’.

Jika saya menyatakan sesuatu, dan ternyata sesuatu yang saya

nyatakan tersebut sesuai dengan apa adanya, disebut benar karena

sesuai dengan lenyataan. Misalnya, saya menyatakan benda itu

berwarna hijau, pemahaman saya terhadap benda itu tidak terpisah dari

kenyataan, dan itu adalah benar hijau.

Epistemologi terkait erat dengan pernyataan benar dan

pertimbangan yang diberikannya. Di samping, itu epistemologi juga

Page 16: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 16

memberi dasar pertimbangan yang paling mendasar kepada pernyataan

yang diberikannya. Keakuratan kebenaran harus diputuskan

berdasarkan bukti (evident), sesuai dengan keadaan yang

sesungguhnya. Ini merupakan tugas utama epistemologi. Dengan

mengarahkan pertahatian kepada evidence, seorang epistomolog dapat

melepaskan diri dari perhatian dan keadaan yang terlalu sempit karena

batas inderawi, tetapi dapat mengabstraksinya sebagai hal yang bersifat

kognitif. Bahasa lain yang dikemukakan oleh Popper, mereka yang

meragukan kemungkinan menemukan sesuatu yang sungguh benar,

mengajarkan cara orang dapat maju di dunia tanpa pengetahuan yang

pasti.11 Orang dapat menang dalam debat dengan bicara sangat

meyakinkan, seperti apa yang diucapkan seorang Shophis terkemuka,

Protagoras, bahwa ‘manusia merupakan ukuran segalanya’, sementara

seorang sophis lain Gorgias mencanangkan: “Tak suatupun ada, dan

kalau ada, tak seorangpun dapat mengetahuinya, dan kalau mereka

mengetahuinya, mereka tak dapat mengomunikasikannya”.12

Dalam sejarah Barat, kita mengenal zaman yang paling

berpengaruh terhadap dunia modern sekarang ini, yaitu Renaissance

dan Humanisme,13 yaitu aliran yang menonjolkan kemampuan manusia

sebagai pribadi yang dapat mempelajari pengetahuan, setelah mereka

berhasil mempelajari naskah yang ditulis dalam bahasa Yunani dan

dapat mengembangkan pribadi sesuai dengan pengetahuan yang

mereka miliki.

Page 17: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 17

Dengan mempelajari naskah Yunani kuno dan menerjemahkan

naskah tersebut ke dalam bahasa Jerman, kaum intelektual pada waktu

itu memperoleh kesempatan untuk mendalami aliran pemikiran, filsafat,

filsafat ilmu, budaya, sistem pemerintahan, dan teknologi yang ada pada

zaman Yunani Kuno, dan dampaknya segera berkembang aliran

Humanisme dan Renaisance.

Perkembangan filsafat ilmu dimulai sejak zaman Renaissance

dan Humanisme, yang pada dekade berikutnya diikuti dengan zaman

rasionalisme. Berkaitan dengan filsafat ilmu tersebut berkembang juga

paham tentang benar, dan tepat menurut beberapa cabang ilmu.

4.1 Kebenaran Menurut Ilmu Empiris

Istilah benar umumnya menyangkut isi ilmu itu sendiri, dan tepat bila

ilmu dilihat dari sudut proses mendapatkannya atau yang biasa disebut

metode, ataupun cara kerja ilmu tersebut. Ada beberapa macam cara

kerja ilmu atau jalan yang ditempuh untuk mencapai pengetahuan yang

benar, antara lain: proses pembentukan ilmu, hasil yang dicapai, metode

dan sistem yang dipergunakan. Dalam ilmu alam atau fisika, kimia dan

biologi dipergunakn serangkaian percobaan sehingga dapat ditemukan

perkiraan atau hipotesis. Hipotesis diuji berkali-kali dalam beberapa

temperatur udara, atau dipanasi dengan sengaja agar mendapatkan

bentuk atau warna tertentu. Percobaan tersebut, setelah dianalisis

menghasilkan simpulan yang disebut induksi. 14

Page 18: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 18

Setelah diperoleh simpulan dari beberapa percobaan dapat

dirumuskan dalil tertentu, misalnya: “air bila dipanasi terus menerus

dapat menguap, besi apabila dipanasi terus menerus dapat meleleh”.

Dalil yang dirumuskan mungkin bersifat sementara sebelum diuji coba

dalam berbagai temperatur. Setelah diuji dalam berbagai temperatur

dihasilkan simpulan yang lebih kurang sama, dalil tersebut sudah

dianggap baku. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya dapat

dipergunakan sebagai acuan pada percobaan berikut untuk benda atau

tumbuhan yang sama. Langkah ini disebut deduksi. Dengan demikian

proses deduksi - induksi merupakan cara untuk mendapatkan ketepatan

dan sekaligus kebenaran.

Pengetahuan yang berkaitan dengan ilmu kemanusian,

kondisinya berbeda karena pada waktu diberi perlakuan atau pertanyaan

manusia memberikan reaksi yang berbada-beda antara manusia yang

satu dengan yang lain. Di dalam ilmu kemanusiaan ada dialektika antara

subyek dengan obyek.

Dalam mementukan ‘benar’ ada perbedaan yang mendasar antara

ilmu empiris dan ilmu kemanusiaan. Sampai dengan abad 19 di antara

pandangan ilmuwan ditemukan pandangan dasar, yang mementingkan

obyek yang diketahui serta bagaimana berlangsungnya pengetahuan

tersebut. Kebenaran diartikan sebgai kesesuaian antara pengenal dengan

apa yang dikenal (Corspondence theory of truth,) dan teori tentang

kebenaran sebagai keteguhan (cohenrence theory of truth). 15

Page 19: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 19

Problema kebenaran, dipihak lain dapat dideskripsikan juga

sebagai kesuaian antara pernyataan dengan eviden yang ada. Contoh, bila

kita mengatakan bahwa pesawat ‘Lion Air’ yang jatuh di bandara

Adisumarma Surakarta, bulan Desember 2004, disebabkan oleh angin

kencang dan landasan yang licin, serta banyak orang yang meninggal.

Kejadian ini dianggap sesuatu yang benar. Tetapi kebenaran tersebut

tidak dirinci secara baik, mungkin ada sesuatu yang kurang dijelaskan

siapa saja yang meninggal, dan berapa orang, dari mana asalnya. Jadi

problema kebenaran bukanlah sesuatu yang tanpa syarat. Kebenaran

harus didukung dengan kriterium dan eviden. Eviden yang baik terdiri dari

berbagai fakta tersebut harus dapat dicek keadaannya sesuai dengan

keterangan yang dinyatakan. Kebenaran adalah kesuaian antara

pernyataan atau berita dengan keadaan yang disebutkan.

Kebenaran menurut ilmu Pasti agak dekat dengan kebenaran yang

dikemukakan ilmu-ilmu empiris, yaitu sebagai suatu keteguhan yang agak

dekat antara pernyataan dengan keadaan atau even yang tersedia.

4. 2 Kebenaran Menurut Filsafat

Ilmu selalu dihubungkan dengan kenyataan dari pernyataan atau

penyangkalan, atau ‘kesesuaian antara pernyataan dengan kenyataan’. Jika

saya menyatakan sesuatu, dan ternyata sesuatu yang saya nyatakan

tersebut sesuai dengan apa adanya, disebut benar, karena sesuai dengan

kenyataan. Misalnya saya menyatakan benda itu berwarna hijau,

Page 20: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 20

pemahaman saya terhadap benda itu tidak terpisah dari kenyataan, karena

benda tersebut benar hijau.

Tahapi teori tentang kebenaran dinyatakan sebagai penyesuaian

antara si pengenal dengan apa yang dikenal. Karena pengetahuan itu

disadari yang benar, jelaslah bahwa dalam anggapan Aristoteles mengenai

kebenaran.

Misalnya: pernyataan bahwa orang-orang ‘Akit’ (salah satu suku

terasing di Pulau Rupat, Kabupaten Kepulauan Riau), adalah bagian suku

Melayu. Keterangan lain seorang antropolog mengatakan bahwa orang Akit

bukan bagian dari suku Melayu. Yang dijelaskan di dalam kalimat–kalimat

tersebut adalah apa yang mereka tegaskan, dan apa yang mereka ungkiri.

Ilmu itu disadari sebagai subyek yang mengenal obyek dengan baik dan

benar. Yang mengenal dengan yang dikenal itu identik satu sama lain

dalam ilmu yang sempurna.

Sementara itu menurut Decartes, mengatakan bahwa ada tidaknya

kebenaran tergantung pada ada tidaknya idea yang jelas, dan terpilah-pilah

mengenai sesuatu (idea clara et idea) 16. Jadi kebenaran adalah

kesesuaian antara idea dengan kenyataan. Manurut Kant, kebenaran

adalah apa yang ada pada pihak pengenal saja, sebagai akibat kesan-

kesan yang masuk lewat indera, diterima dalam susunan apriori ruang dan

waktu si pengenal, dan dilanjutkan kepada kategori akal budi. Sedangkan

Hegel menyebutkan kebenaran adalah keseluruhan, sebagai keteguhan

yang sudah kita lihat. 17

Page 21: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 21

Pertanyaan selanjutnya menyangkut apa yang disebut ‘kebenaran

akal’ (truths of reason). Beberapa filsuf mengatakan bahwa teori

pengetahuan yang memuaskan harus sesuai dengan kenyataan bahwa

beberapa di antara kebenaran akal atau logika dan matematika. Tetapi

bebrapa filsuf lain merumuskan kriteria pengetahuan begitu rupa sehingga

katanya kebenaran akan tidak termasuk hal-hal yang kita ketahui. Di pihak

lain ada yang mengtatakan bahwa kebenaran akal itu hanyalah cara orang

berpikir atau cara penggunaan bahasa.

5. PERSOALAN EPISTEMOLOGI

Refleksi atas hakekat pengenalan membangkitkan sejumlah persoalan

filosofis yang membingungkan, yang disebut problema epistemologi.

Problema tersebut pada garis besarnya telah dikemukakan oleh

Roderick M. Chisholm dalam Theory of Knowledge,18 dalam Alfons

Taryadi, dan ditangkap penelis, sebagai berikut.

5.1 Perbedaan antara Ilmu dan Opini

Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam pertemuan antara para

sarjana. Seorang sarjana yang kebetulan pandai bicara mempunyai

dugaan kebetulan tepat, tetapi sebenarnya dia tidak mempunyai bukti.

Seorang yang lain mengetahui tetapi tidak mau mengatakan bahwa ia tahu,

dia tidak mau menduga-duga. Mungkin apa yang dimiliki oleh orang kedua

tidak dimiliki oleh orang pertama? Mungkin orang akan berkata bahwa

Page 22: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 22

orang kedua memiliki evidensi, sedang orang pertama tidak memilikinya.

Apa arti memiliki eviden, dan bagaimana dia memutuskan bahwa dia

memiliki eviden atau tidak? Orang pertama menyampaikan pendapat atau

opini, sedangkan orang kedua lebih berhati-hati dalam menyampaikan

pernyataan karena dia tidak yakin akan ilmunya dengan eviden yang dia

miliki.

(1) Bagaimana Mencari Pembenaran (justifikasi) atas Pertanyaan bahwa Kita Mengetahui Sesuatu?

Pengetahuan kita tentang sesuatu masalah harus berdasar pada

fakta yang benar tentang masalah tersebut, atau masalah lain yang

berbeda tetapi masih ada kaitannya. Ini menimbulkan pertanyaan apakah

ada sesuatu yang nyata. dan kita ketahui secara langsung, sementara

masalah lain kita ketahui secara tidak langsung, misalnya dari berita yang

ditulis orang lain.

(2) Haruskah Kita Mengatakan bahwa Seluruh yang Kita Ketahui pada waktu Tertentu, Merupakan ‘Struktur’ yang Mempunyai Dasar pada ‘eviden’ yang Kita Ketahu Secara Langsung Pada Waktu itu?

Hal ini dipertanyakan sebab masalah-masalah yang kita ketahui

biasanya bukanlah masalah yang mempunyai eviden secara langsung,

tetapi dalam usaha untuk mencari pembenaran atas pernyataan bahwa kita

mengetahui secara khusus masalah itu, kita mudah digiring kepada

berbagai hal yang eviden secara langsung. Lalu dapat dipertanyakan

Page 23: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 23

apakah hubungan antara hal yang eviden sebagai dasar terhadap struktur

tersebut bersifat defensif atau induktif, dan kalau tidak demikian apakah

aturan yang dipergunakannya?

5.2 Permasalahan Metafisis

Penampakan benda-benda itu cederung bersifat subyektif, tergantung pada

keadaan pemikiran si pelaku. Jadi penampakan benda-benda luar

merupakan duplikat dari benda-benda itu. Misalnya orang tidak pernah

melihat gajah tidak dapat mengatakan bahwa gajah itu besar, dan apabila

dia tidak pernah melihat akibat dari suatu bajir bandang tsunami di Aceh

tidak dapat mengatakan bahwa banjir itu mengerikan.

6. METODE ILMIAH

Dalam pemahaman tentang epistemologi dan logika, dan juga keterkaitan

antara ilmu dengan filsafat. Ilmu adalah pengetahuan yang disusun

berdasarkan sistem dan metodologi tertentu untuk memperoleh kebenaran.

Pengetahuan yang diperoleh dengan pengamatan inderawi atau dialektika

antara subyek dengan obyek belum tentu merupakan ilmu, tetapi dapat

memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi ilmu apabila pengamatan

yang dipergunakan atau dialektika yang dikerjakan sesuai dengan metode

tertentu yang dapat memberi eviden atau bukti nyata idea yang ada pada

pengenal (subjek).

Page 24: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 24

6.1 Metode Induksi

Pengertian ilmu seperti yang di kemukakan di atas diperoleh setelah

’Revolusi Ilmiah’ yang terjadi pada abad 17, yang dipelopori oleh

Kopernikus, Galileo dan Newton. Terdorong oleh pengalaman ekspirimen

Galileo tersebut, filsuf Francis Bacon dan rekan-rekannya menganjurkan

pada waktu itu bahwa ‘apabila kita hendak memahami alam, seharusnya

kita berkonsultasi bukan dengan tulisan-tulisan Aristoteles.’ Bacon dan

kawan-kawan, yang ditulis J.J. Davies19 mereka berkesimpulan bahwa “Ilmu

adalah suatu struktur yang dibangun di atas fakta-fakta”.

Perintisan ekspirimen yang dikerjakan oleh Galileo, merubah sikap

bahwa fakta-fakta yang dujicobakan adalah fakta yang obyektif dan tidak

ada sangkut pautnya dengan ide subyektif, seperti pendapat sebelumnya.

Dari fakta-fakta tersebut, kemudian dapat dibangun sebuah teori.20

Sebelum zamani Humanisme, ilmu mengikuti konsep-konsep Aristoteles,

berdasarkan akal budi yang menelurkan dugaan-dugaan yang lebih lebih

dihormati daripada pengetahuan yang diperoleh lewat pancaindera.21

Pengetauan lewat akal budi ini selanjutnya ditentang oleh para ahli pikir

yang cenderung memandang pengetahuan lewat pancaindra, berdasarkan

pengalaman, pengamatan, dan aroma lebih dapat memberikan penjelasan

rasional, karena dalam mengamati dengan pancaindera, si pengamat juga

telah mempergunakan pengertian, pemahaman, yang merupakan bagian

dari akal budi atau rasio. Bila kita melihat seekor ular, pancaindera kita

melakukan proses pengamatan. Proses menghubungkan antara memori

Page 25: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 25

tentang binatang merayap, dan berbisa yang tidak berkaki, telah

mempergunakan rasio, jadi akal dan budi telah bekerja.

Dalam membangun sebuah teori, bukan hanya akal budi atau rasio

yang membayangkan sesuatu, tetapi akal budi tersebut berkerja dengan

mendapat rangsangan dari benda-benda, keadaan, dan masalah yang

dipelajari sehingga membentuk struktur dalam rasio kita. Metode ini disebut

induksi naïf. 22 Untuk melakukan pengamatan seorang peneliti harus

memiliki organ-organ indera yang normal dan sehat, jujur, obyektif, teliti

dalam kondisi bagaimana fakta tersebut diamati.

6.2 Metode Deduksi

Metode deduksi dimaksudkan untuk menemukan hubungan logis yang ada

di antara teori-teori yang diajukan. Untuk mengkaji teori-teori tersebut

menurut Popper ada beberapa syarat, antara lain:23

Pertama, terdapat hubungan logis antara simpulan-simpulan itu

sendiri. Dengan membandingkan simpulan-simpulan tersebut, diuji apakah

sistem yang disodorkan tadi mempunyai konsistensi internal. Kedua,

apakah teori yang diajukan tersebut memiliki sifat empiris, atau ilmiah.

Ketiga, perbandingan dengan teori-teori lain, terutama dengan maksud

untuk menentukan apakah teori yang bersangkutan akan membawa suatu

kemajuan ilmiah seandainya tetap tidak gugur oleh hasil ujian. Dan

pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris simpulan-simpulan

yang ditarik dari teori tersebut, menjadi lebih jelas. Dengan demikian uji

Page 26: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 26

deduktif mempunyai tujuan praktis yang diakibatkan oleh teori-teori yang

dihasilkan dari ekpirimen ilmiah maupun oleh teknologi secara praktis.

Prosedur pengujian ini bersifat deduktif. Sudut pandang lain, dikemukakan

oleh Verhaak dan Haryono, mengatakan bahwa deduksi adalah cara

menarik simpulan secara logis, dari masalah yang umum atau general ke

masalah khusus.

Berangkat dari temuan Galileo bahwa semua planet bergerak

mengikuti garis elips dan mengitari matahari, dapat diketahui dan

disimpulkan bahwa planet Mercurius, mengikuti hukum yang sama.

Demikian juga bila ditemukan suatu hasil ekspirimen yang membuktikan

bahwa besi bila dipanasi sampai suhu tertentu memuai, bentangan rel

kereta api dari Anyer sampai Banyuwangi, bila dipasang rapat tidak ada

celah antara sambungan satu dengan yang lain, pada waktu kena panas,

akan melengkung.

Kedudukan logika dalam dalam semua sistem logika proposisi

amat penting untuk mengamati ilmu-ilmu empiris. Logika proposisi bertitik

pangkal pada proposisi, yaitu ungkapan yang berdiri sendiri dalam suatu

sistem S. Misalnya variabel p, q, r, s. Di samping itu ada variabel konstan

yang ada hubunganya dengan veriabel, diberi simbul dengan huruf besar,

seperti N. Yang dimasud logika proposisi dalam logika formal modern

adalah suatu ungkapan yang tidak mengandung “arti”, namun merupakan

suatu variabel. 24

Page 27: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 27

Pokok logika proposisi dalam bentuknya yang paling sederhana

didasarkan pada anggapan bahwa setiap proposisi entah tunggal (p, q, r, s)

atau (Apqr, Npqr) atau konstan punyai nilai kebenaran. Umumnya nilai

benar diberi angka 1 dan salah diberi nilai 0.

Bila seorang peneliti mengambil keputusan bersyarat, dia

mempergunakan silogisme hipotetis. Misalnya, apabila p terjadi q, atau

apabila hujan turun, udara menjadi sejuk. Hurup p dan q merupakan

proposisi. Di sini ada yang disebut primus ‘mayor’, yaitu p dan primus

‘minor’ q. Dalam hubungan antara primus mayor dan minor di sini dapat

terjadi empat bentuk. Keempat bentuk tersebut adalah:

Simbul p, artinya “terjadilah”, dan (2) “bukan p”, artinya p ”tidak

terjadi”. (3) “Dan q”, (4) dan “bukan q”. artinya “tidak terjadi”. Bentuk satu

dua, tidak dapat ditarik simpulan, demikian juga bentuk satu tiga, dan dua

empat. Yang dapat ditarik simpulan hanyah bentuk satu dan empat. Artinya

bila terjadi p, tidak trjadi q. Simpulan tersebut tentu saja dapat dibalik:

“apabila tidak terjadi p” “tidak terjadi q”. Untuk terjadi q diperlukan syarat

tertentu. Pernyataan atau primus mayor dan primus minor keduanya harus

masuk akal, dapat terjadi hukum logis. Misalnya primus mayor tidak logis

primus minor tentu tidak logis, sebaliknya primus mayor logis, belum tentu

primus minor logis.

Misalnya, bila semua orang berbulu tebal keturunan kera, Si Badu

berbulu tebal, jadi Badu keturunan kera. Empat bentuk atau model

silogisme hipotesis, menurut Verhaak diberi nama: Bentuk (1) diberi nama

Page 28: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 28

“modus ponendo ponen”, (penegasan sesuatu yaitu � q, karena lebih

dulu memberi penegasan sesuatu yang lain yaitu � p ) hampir merupakan

tautology saja, yakni mengulangi apa yang sudah ditegaskan. Bentuk (2)

dan (3) tidak syah tidak diberi nama. Bentuk (4) diberi nama “modus

tollendo tollen” ( mengungkiri sesustu, p � berdasarkan kemungknan lain

yang lebih dulu yaitu � q). 25

Bentuk (1) dan (4) merupakan bentuk deduksi, seperti halnya

silogisme kategoris yang salah satu bentuknya adalah: M – P, S – M, S – P.

Selain itu perlu diingat bahwa simpulan deduksi berlaku dimana-mana

secara mutlak dan niscaya.

Catatan :

1 Fred N. Kerlinger, Faundation of Behavioral Reseach, New York: Holt Renehart and Winston, Inc. hlm. 3. “…Common sense may often be bad master for the evaluation of knowledge. But how are science and common sense alike and how are they different? From one vieuwpoint, science and common sense are alike. The view would say that science is a systematic and controlled extention of commen sence…”

2 Hardono Hadi, P. Epistemologi, Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta: Kanisius, 1994, hlm.18

3 Fred N. Kerlinger, Ibid. hlm. 18. “A Hypthesis is a conjectictural

statement between two variables or more variables, Hypotesis are always in declarative sentence form, and they related,either generally or specifically variables to variables”

Page 29: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 29

4 Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 25.

5 Roderick Firth, dalam International Encyclopedia, Lexicon Publication Inc., 1977, hlm. 500 – 2. “Epistimology from the Greek term meaning Knowledge, a major branch of philoshophy devote primarily to the achievement of better understanding of consept of knowledge. It Also concerns itself with other closely related consepts, such as those of bilief, truth, faith, meaning, certainty, confirmation, justification, and rationality. To Say that some of our true conviction are genuine knowledge (as appost to lucky guinesses or matter of faith) seem to imply that these convictions are capable of justification, and for this reason the history of epistimology is in large part of attempt to specify the condition under which we can maintain that various of kind of conviction ( since, ethic and religious)”

6 Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 6.

7 Hardono Hadi, P. Ibid. hlm. 19.

8 Hardono Hadi, P. Ibid.

9 Franz Magnis Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 1992. hlm. 70. “Decartes menolak dalil-dalil filsafat sebelumnya yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian, apa yang dianjurkan hanyalah langkah demi langkah dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu hanya satu cara untuk menjamin keradikalan filsafat, yaitu kesangsian. Pada fakta dia sedang menyangsikan segala-galanya. Dan kalau pasti bahwa saya berpikir, ada lagi yang pasti dan tidak dapat diragukan yaitu bahwa saya sendiri ada: cogito ergo sum!”

10 Franz Magnis Suseno, Opcit. hlm. 73.

Page 30: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 30

11 Alfons Taryadi, Epistemologi Pemecahan Masalah, Jakarta: PT Gramedia, 1991, hlm. 68.

12 Alfons Taryadi, Ibid. hlm. 3. 13 Louis Gottschalk, Et.All. History of Mankind Cultural and Science

Development, Great Britain, 1989. hlm.233. “Many humanists in Germany and abroad among them Crotus Rubeanus, Hutten, Johannes Occolampadiu, Martin Bucer, and, most important of all, young Philipp Melnchthon, was at twinty one professor of greek at wittenburg, was Luther’s trusted surrogate in Watemberg. … assisted him in translating the Bible and organizing the reform, and published the firt systematic summary of reform theology…”

14 Thomas S.Kuhn. The Strusture of Scientific Revolution, Chicago:

University of Chicago Press, 1970, hlm. 23.

15 C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan. Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama, 1991, hlm. 122.

16 C. Verhaak dan R. Haryono Imam, Ibid. hlm. 129. 17 C. Verhaak dan R. Haryono Imam. Ibid. hlm. 130 18 Roderick M. Chisholm, Theory of Knowledge, Prinice Hall Inc.

Englewood Cliff N.J., 1966. 19 J.J.Davies, On The Scientific Method, London: Longman, hlm. 8 20 H. D. Amthony, dalam A.F. Calmers. Apa itu yang disebut Ilmu?

Jakarta: Hasta Mitra, 1983. 21 C.A. van Peursen. Orientasi di Alam Pemikiran Filsafat (terjemanhan

Dick Hartoko), Jakarta: PT Gramedia Jakarta, 1979, hlm. 19. ”Dalam

Page 31: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 31

sejarah filsafat, cepat juga dua macam bentuk pengetahuan menjadi pusat perhatian, yaitu pengetahaun lewat pancaindra dan pengatahuan lewat akal budi. Oleh ahli-ahli pkir Yunani pengetahuan yang diperoleh lewat pancaindera digambarkan sebagai pengetahuan yang tidak menentu, bahkan yang menyesatkan, sedangkan pengetahuan berdasarkan akal budi dihormati sebagai pengetahaun sejati”.

22 A.F. Calmers. Apa itu yang disebut Ilmu? Jakarta: Hasta Mitra, 1983.

hlm. 2. 23 Alfons Taryadi, Ibid. hlm. 23. 24 C. Verhaak dan R. Haryono, Ibid. hlm. 18. “Selain proposisi variabel itu

juga ditandai dengan cara tertentu, yang menyatakan sesuatu yang konstan, mempunyai arti tetap dalam sistem S. Dalam banyak sistem logika proposisi modern digunakan tanda-tanda matematika “

25 Ibid, hlm. 25 “Bentuk ini termasyur dan berperan penting dalam cara

kerja ilmu empiris, merupakan azas filsafat.”

Page 32: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 32

BAGIAN II

PANDUAN UMUM PENULISAN KARYA ILMIAH

Page 33: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 33

Page 34: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 34

1. HAKIKAT DAN KEDUDUKAN KARYA ILMIAH

Sebagaimana di Perguruan Tinggi pada umumnya, secara

operasional kegiatan intrakurikuler, mahasiswa mau tidak mau harus

menghasilkan karya ilmiah, baik berupa tugas akhir, skripsi atau setara

skripsi (Proyek Studi), tesis, disertasi. Karya ilmiah merupakan bagian dari

kebutuhan formal akademik di setiap perguruan tinggi, tidak terkecuali

Universitas Negeri Semarang (Unnes).

Karya ilmiah adalah suatu karangan yang mengandung ilmu

pengetahuan dan kebenaran ilmiah yang menyajikan fakta dan disusun

secara sistematis menurut metode penulisan dengan menggunakan bahasa

ragam ilmiah. Secara ringkas dapat diartikan bahwa pada dasarnya karya

ilmiah merupakan laporan ilmiah. Laporan yang dimaksud dapat berupa

laporan kegiatan ilmiah, kegiatan kajian, dan kegiatan penelitian, baik

penelitian lapangan, laboratorium, maupun kepustakaan. Karya ilmiah

sebagai laporan kegiatan ilmiah memiliki berbagai jenis, yaitu: makalah,

artikel, laporan buku/bab, karya tulis ilmiah, tugas akhir, skripsi, tesis,

disertasi, dan buku.

Jenis karya ilmiah berdasarkan tujuanya dapat diklasifikasikasi menjadi dua. Pertama, karya ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi tugas-tugas perkuliahan. Bentuk karya ilmiah ini yaitu: makalah, laporan buku/bab, dan karya tulis ilmiah. Sebagai bagian dari tugas perkuliahan, karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari sistem Satuan Kridit Semester (SKS) yang merupakan komponen tugas terstruktur yang harus dipenuhi oleh mahasiswa di luar perkuliahan.

Page 35: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 35

Kedua, karya ilmiah yang bertujuan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan program studi yang ditempuh oleh mahasiswa. Bentuk karya ilmiah ini yaitu: tugas akhir (TA) untuk jenjang Diploma, skripsi untuk jenjang Strata 1 (S-1), tesis untuk jenjang Strata 2 (S-2), dan disertasi untuk jenjang Strata 3 (S-3). Tugas akhir wajib disusun oleh mahasiswa program ahli madya,. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahaisswa dalam penelitian yang berhubungan denghan masalah yang sesuai dengan bidang studinya untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelas Sarjana. Kemudian, tesis wajib disusun oleh mahasiswa program Magister (S-2) dan disertasi wajib disusun oleh mahasiswa program Doktor (S-3) dalam rangka menyelesaikan studinya.

Berdasarkan fungsinya, karya ilmiah terdiri atas: (1) karya ilmiah akademis dan (2) karya ilmiah profesional. Karya ilmiah akademis merupakan karya ilmiah yang dibuat untuk kepentingan akademis dengan bimbingan dan tanggung jawab orang yang lebih profesional, tidak dipublikasikan dengan lebih menekankan pada proses bukan pada hasil yang memerlukan pengujian untuk menentukan kualitas karya tersebut. Bentuk karya ilmiah akademis adalah (1) paper, (2) skripsi, (3) tesis, dan (4) disertasi. Karya ilmiah yang berbentuk paper sering juga disebut makalah atau karya tulis ilmiah. Karya ilmiah yang berbentuk skripsi, tesis dan disertasi adalah karya ilmiah yang dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam pencapaian gelar sarjana (untuk skripsi), magister (untuk tesis), dan doktor (untuk disertasi).

Karya ilmiah profesional yaitu karya ilmiah yang dibuat untuk pengembangan profesi bagi para profesional dengan tujuan untuk menyebarluaskan informasi akademis dengan proses penulisan tidak memerlukan bimbingan, tetapi tetap memerlukan pengujian dan lebih menekankan pada hasil. Bentuk karya ilmiah profesional adalah (1) buku, (2) makalah, (3) kertas kerja, (4) artikel, dan (5) laporan penelitian.

Karya ilmiah yang berbentuk buku adalah buku yang berisi fakta umum ilmiah dan ditulis dengan sistem penulisan yang standar. Makalah adalah karya ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat objektif. Kertas kerja adalah

Page 36: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 36

karya ilmiah yang berisi analisis terhadap fakta secara objektif, perbedaannya dengan makalah adalah analisis yang lebih mendalam daripada analisis data dalam makalah. Artikel adalah karya ilmiah yang diterbitkan di jurnal ilmiah. Kemudian, laporan penelitian adalah karya ilmiah yang menyajikan data dan analisis suatu penelitian.

Dari paparan di atas, karya ilmiah di Universitas Negeri Semarang, memunyai kedudukan: (1) wahana bagi mahasiswa untuk menyajikan nilai-nilai teoretis maupun praktis secara objektif dan sistematis yang merupakan produk atas dasar pengetahuan dan menurut metode penulisan dengan menggunakan bahasa ragam ilmiah.

(2) wahana bagi civitas akedemika untuk memberikan kontribusi dalam perkembanngan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.

2. BAGIAN KARYA ILMIAH

Dalam penulisannya karya ilmiah harus sesuai dengan sistematika dan metode penulisan yang tepat. Sistematika penulisan dalam karya ilmiah terdiri atas bagian-bagian yang berurutan. Secara umum, pola dasar karya ilmiah paling tidak berisikan bagian-bagian yang sudah baku, yaitu bagian pengenalan, batang tubuh, dan kepustakaan.

Bagian pengenalan dalam karya ilmiah merupakan bagian awal yang berisi hal-hal yang bersifat informatif tentang karya ilmiah tersebut. Dalam bagian pengenalan ada dua jenis pengenalan, yaitu bagian pengenalan yang bersifat umum dan bagian pengenalan yang bersifat khusus. Bagian pengenalan dalam masing-masing bentuk karya ilmiah adalah tidak sama. Bagian pengenalan pada jenis karya ilmiah yang berbentuk buku berbeda dengan bagian pengenalan bentuk makalah, kertas kerja, artikel, skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian. Beberapa butir pada bagian pengenalan yang terdapat dalam semua jenis karya ilmiah yaitu judul dan kepemilikan karya ilmiah atau nama penulis.

Judul adalah identitas tulisan yang merupakan kepala karangan. Syarat judul yang baik adalah mencerminkan isi karangan, berupa

Page 37: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 37

pernyataan, bersifat singkat dan jelas serta menarik. Dalam baris kepemilikan biasanya dituliskan nama penulis beserta lembaganya. Nama penulis hendaknya tidak menyertakan gelar atau pangkat, jika penulis lebih dari satu harus dicantumkan semua. Pangkat dan gelar dapat dicantumkan pada bagian biografi pengarang jika ada.

Butir yang lain dalam bagian pengenalan adalah abstrak. Abstrak adalah ringkasan tulisan. Dalam abstrak tercakupi seluruh bagian isi karangan, dari pendahuluan sampai penutup. Kata kunci adalah kata-kata atau istilah yang dianggap penting dan mutlak harus diketahui pembaca dalam sebuah karya ilmiah. Kemudian, terdapat pula prakata dan kata pengantar. Keduanya merupakan istilah yang berbeda, pengantar adalah tulisan awal yang ditulis oleh penulisnya sendiri, sedangkan kata pengantar adalah tulisan awal yang ditulis oleh orang lain yang menguasai karya ilmiah yang bersangkutan.

Bagian kedua dalam penulisan karya ilmiah adalah batang tubuh. Batang tubuh adalah isi karya ilmiah yang sebenarnya. Secara umum batang tubuh terbagi menjadi tiga, yaitu pendahuluan, isi dan penutup. Bagian pendahuluan dalam karya ilmiah setidaknya berisi latar belakang, masalah, dan rumusan masalah. Untuk karya ilmiah yang berbentuk skripsi, tesis, disertasi dan laporan penelitian bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat. Bagian kedua dalam batang tubuh adalah bagian isi. Untuk karya ilmiah yang berbentuk buku, makalah, artikel dan kertas kerja berisi persoalan-persoalan inti atau materi inti yang disajikan. Untuk karya ilmiah yang berbentuk artikel, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan penelitian bagian isi berupa landasan teoretis, metode, dan hasil, serta pembahasan. Bagian akhir dalam batang tubuh adalah bagian penutup yang berisi simpulan dan saran.

Bagian terakhir dalam penulisan karya ilmiah adalah bagian kepustakaan. Bagian kepustakaan mencakup daftar pustaka dan lampiran-lampiran, seperti indeks dan biografi pengarang.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian-bagian karya ilmiah pada intinya terbagi menjadi 3 bagian pokok,

Page 38: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 38

yaitu bagian pengenalan, batang tubuh dan bagian penutup. Bagian pengenalan berisi hal-hal yang bersifat informatif yang menunjukkan identitas karya ilmiah, yaitu judul, nama penulis, pengantar dan atau kata pengantar dan abstrak bagi karya ilmiah yang bersifat laporan penelitian. Bagian batang tubuh merupakan bagian inti dalam karya ilmiah. Pada bagian batang tubuh terdapat tiga bagian unsur, yaitu pendahuluan, isi/pembahasan, dan penutup. Pada bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat. Bagian isi/pembahasan memuat landasan teoretis, metodologi penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Pada bagian penutup berisi simpulan dan saran. Bagian terakhir dalam karya ilmiah adalah kepustakaan, berisi daftar pustaka dan lampiran.

3. KARAKTERISTIK KARYA ILMIAH

3.1 Makalah

Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu topik tertentu yang tercakup dalam suatu mata kuliah. Makalah merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas atau menyelesaikan suatu perkuliahan, baik mahasiswa program Diploma, Strata 1 (S-1), Strata 2 (S-2), dan Strata 3 (S-3).

Makalah memiliki karakteristik sebagai berikut.

(1) menyajikan hasil kajian literatur yang berkaitan dengan topik

atau cakupan permasalahan;

(2) menerapkan pemahaman tentang teori, prinsip, atau metode

tertentu yang berkaitan dengan materi perkuliahan;

(3) menerapkan kemampuan mengemas berbagai sumber

informasi dalam satu pembahasan yang utuh.

Page 39: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 39

3.2 Laporan Buku/Bab/Artikel Ilmiah

Laporan buku/bab/artikel ilmiah merupakan karya tulis ilmiah yang menyajikan pemahaman mahasiswa terhadap isi buku/bab/artikel ilmiah yang disertai dengan ulasan atau pandangan penulis. Selain itu, laporan buku/bab/artikel ilmiah juga dapat menyajikan analisis, kritik, justifikasi terhadap isi buku/bab/artikel ilmiah. SEbagai bagian dari tugas perkuliahan, buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan ditentukan oleh dosen atau dapat pula diusulkan oleh mahasiswa setelah mendapat persetujuan dosen yang bersangkutan.

Laporan buku/bab/artikel ilmiah bertujuan untuk memperdalam dan memperluas wawasan dan pemahaman mahasiswa tentang topik yang disajikan atau dibahas dalam suatu mata kuliah yang ditempuhnya. Untuk itu, laporan buku/bab/artikel ilmiah memiliki kriteria sebagai berikut.

(1) Buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan harus aktual,

minimal terbitan lima tahun terakhir.

(2) Buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan

memunyai kualitas isi yang baik.

(3) Buku/bab/artikel ilmiah yang dilaporkan

memberikan kontribusi bagi mahasiswa untuk memperdalam

topik yang dibahas dalam mata kuliah.

3.3 Skripsi

Skripsi merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan atau Sarjana Non-Pendidikan. Skripsi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang sesuai dengan bidang keahlian atau bidang studinya. Untuk itu, skripsi memunyai criteria sebagai berikut:

Page 40: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 40

(1) Topik skripsi dapat bersumber dari permasalahan-

permasalahan yang sesuai dengan bidang studi atau bidang

keahlian mahasiswa.

(2) Skripsi ditulis atas dasar hasil pengamatan dan observasi

lapangan dan/atau penelaahan pustaka yang relevan.

(3) Skripsi ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan dosen

yang sesuai dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan

oleh surat tugas dekan.

(4) Skripsi ditulis daalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Untuk program studi atau jurusan tertentu skripsi dapat ditulis

dalam bahasa minat (bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa

Prancis, bahasa asing lainnya), dengan menuliskan abstrak

dalam bahasa minat (bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa

Prancis, bahasa asing lainnya) dan bahasa Indonesia.

(5) Skripsi dipertahankan sendiri oleh mahasiswa di hadapan tim

penguji yang ditetapkan dengan surat tugas Dekan.

3.4 Tesis

Tesis merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Magister (S-2). Tesis merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam penelitian dan pengembangan keilmuwan pada salah satu bidang keilmuwan yang sedang ditempuh oleh mahasiswa. Tesis disusun untuk meraih gelar Magister Pendidikan (M.Pd), Magister Manajemen Pendidikan (MP). Tesis memiliki karakteristik sebagai berikut ini.

Page 41: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 41

(1) Topik tesis berfokus pada kajian yang aktual yang tercakup

dalam salah satu disiplin ilmu, sesuai dengan program studi

yang ditempuh oleh mahasiswa.

(2) Tesis ditulis atas dasar pengujian empirik terahadap teori

tertentu dalam disiplin ilmu yang dipelajari.

(3) Tesis ---untuk penelitian lapangan--- menggunakan data primer

(data yang dikumpulkan dari lapangan) yang dapat ditunjang

oleh data sekunder. Untuk penelitian bibliografi digunakan

sumber-sumber yang otentik.

(4) Tesis ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan dosen

yang sesuai dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan

oleh surat tugas Direktur Program Pascasarjana.

(5) Tesis ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar

dengan menuliskan abstrak dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris. Untuk program studi atau jurusan tertentu, tesis

dapat ditulis dalam bahasa minat (bahasa Inggris).

(6) Tesis dipertahankan sendiri oleh mahasiswa yang bersangkutan

di hadapan tim penguji yang ditetapkan dengan surat tugas

Direktur Program Pascasarjana.

3.5 Disertasi

Disertasi merupakan karya tulis ilmiah yang disusun dan dipertahankan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Doktor

Page 42: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 42

(S-3). Disertasi merupakan bukti kemampuan akademik mahasiswa dalam melakukan penelitian yang berkaitan temuan baru pada salah satu disiplin ilmu yang sedang ditempuh oleh mahasiswa. Disertasi disusun dan dipertahankan untuk meraih derajat gelar Doktor. Disertasi memiliki karakteristik sebagai berikut ini.

(1) Topik disertasi berfokus pada kajian mengenai salah satu

disiplin ilmu yang sesuai dengan bidang yang dipelajari oleh

mahasiswa.

(2) Disertasi ditulis atas temuan sesuatu yang baru dalam disiplin

ilmu yang dikaji secara mendalam, baik berupa pengujian

terhadap teori-teori yang ada, pengembangan teori dan prinsip-

prinsip baru, tau pengembangan suatu model baru yang diuji di

lapangan.

(3) Disertasi menggunakan data primer (data yang dikumpulkan

dari lapangan) yang dapat ditunjang pula oleh data sekunder.

(4) Disertasi ditulis sendiri oleh mahasiswa dengan bimbingan

dosen, yaitu: promotor, ko-promotor, dan anggota yang sesuai

dengan bidang keahlianya dan telah ditetapkan oleh surat tugas

Direktur Program Pascasarjana.

(5) Disertasi ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar

dengan menuliskan abstrak dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris. Untuk program studi atau jurusan tertentu

disertasi dapat ditulis dalam bahasa minat (bahasa Inggris),

Page 43: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 43

dengan menuliskan abstrak dalam bahasa minat (bahasa

Inggris) dan bahasa Indonesia.

(6) Disertasi dipertahankan sendiri oleh mahasiswa yang

bersangkutan di hadapan tim penguji yang ditetapkan dengan

surat tugas Direktur Program Pascasarjana.

4. BAGIAN-BAGIAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI

Sosok skripsi, tesis dan disertasi terdiri atas tiga bagian, yakni

bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Bagian awal adalah bagian

mulai dari sampul sampai dengan bagian sebelum bab pendahuluan. Mulai

bab pendahuluan sampai dengan penutup merupakan bagian pokok,

sedangkan bagian sesudah itu merupakan bagian akhir.

4.1 Bagian Awal

Bagian awal skripsi terdiri atas sampul, lembar kosong berlogo

Universitas Negeri Semarang bergaris tengah 13 cm, lembar judul, lembar

pengesahan, lembar pernyataan, lembar motto dan peruntukan, lembar

abstrak (khusus untuk tesis dan disertai ditambah abstrak berbahasa

inggris), kata pengantar, daftar isi, daftar singkatan dan tanda teknis (kalau

ada), daftar tabel (kalau ada), daftar gambar (kalau ada), dan daftar

lampiran (kalau ada).

Lembar bagian awal ini diberi nomor halaman dengan huruf

Romawi kecil, ditaruh di kaki halaman bagian tengah. Penomoran halaman

Page 44: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 44

dimulai dari lembar judul (bukan sampul) sampai dengan lembar sebelum

bab pendahuluan.

4.1.1 Sampul

Pada sampul bagian tengah atas terdapat logo Universitas Negeri

Semarang, bergaris tengah 3 cm. Di bawahnya dituliskan judul dengan

huruf kapital tebal berukuran 15-16. Di bawahnya tertulis kata

“SKRIPSI/TESIS/DISERTASI” (dipilih salah satu) yang dicetak dengan huruf

kapital tebal berukuran 14, diikuti pada baris berikutnya kalimat dengan

huruf kapital tebal juga dengan ukuran 12, yang berbunyi “Untuk

memperoleh gelar sarjana.../magister.../doktor “...(dipilih salah satu; diisi

bidang studi yang ditempuh) pada Universitas Negeri Semarang.

Di bawahnya dituliskan dengan huruf berukuran 12 kata “oleh”

(tanpa tanda titik dua), di bawahnya lagi dituliskan nama, dan di bawahnya

lagi NIM ... (diisi angkanya). Pada kaki halaman dituliskan dengan huruf

kapital tebal berukuran 14-15 nama Fakultas, Jurusan dan atau Program

Studi, dan di bawahnya lagi tahun ujian skripsi/tesis/disertasi. Semuanya itu

dicetak dengan huruf Roman tegak, diatur secara simetris dengan

komposisi yang serasi. Sampul dibuat dari bahan tebal. Di punggung

sampul dibubuhkan logo (berdiri), nama (memanjang, dengan huruf biasa

berukuran 12), judul (memanjang, dengan huruf kapital berukuran 14),

skripsi/tesis/disertasi, dan tahun. Contoh sampul lihat lampiran 1.

4.1.2 Lembar Berlogo

Page 45: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 45

Lembar kosong berlogo merupakan pembatas antara sampul dan

lembar judul.

4.1.3 Judul

Lembar judul bunyinya sama dengan yang terdapat pada sampul,

hanya saja dicetak pada kertas hvs putih dengan bobot terendah 70 gr.

4.1.4 Pengesahan Kelulusan

Lembar ini berisi pernyataan berikut: Skripsi/Tesis/Disertasi ini

(dipilih salah satu) telah dipertahankan di hadapan Panitia Peng-uji

Skripsi/Tesis/Disertasi (dipilih salah satu) Fakultas/Program

Pascasarjana/Universitas Negeri Semarang pada hari..., tanggal...(bulan

dan tahun). Untuk skripsi panitianya panitia fakultas, untuk tesis panitia

Program Pascasarjana, dan untuk disertasi panitia Universitas.

Selanjutnya dicantumkan Ketua, Sekretaris, dan Anggota panitia

penguji, yang masing-masing disertai tempat pembubuhan tanda tangan

beserta nama lengkap dan NIP-nya. Contoh lembar Persetujuan Penguji

lihat lampiran 3.

4.1.5 Pernyataan

Lembar ini diberi judul PERNYATAAN, ditulis di tengah atas. Isi

pernyataan itu ialah bahwa skripsi/tesis/disertasi ini hasil karya (penelitian

dan tulisan) sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya

Page 46: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 46

ilmiah orang lain, baik seluruhnya maupun sebagian. Contoh Lembar

Pernyataan lihat lampiran 4.

4.1.6 Motto dan Peruntukan

Lembar ini boleh ada, boleh tidak. Motto adalah ungkapan bijak

untuk kehidupan, yang dipilih berkaitan dengan judul skripsi/tesis/disertasi.

Peruntukan adalah pernyataan bahwa karya ilmiah itu diperuntukkan

kepada orang atau lembaga tertentu. Contoh lembar motto dan

persembahan lihat lampiran 5.

4.1.7 Kata Pengantar

Lembar kata pengantar diberi judul ”KATA PENGANTAR” yang

diletakkan di tengah atas. Dalam kata pengantar boleh dikemukakan

ungkapan puji syukur, namun yang pokok adalah ucapan terima kasih

secara jujur dan wajar kepada orang-orang, lembaga, atau lainnya yang

langsung membantu pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi, tesis,

disertasi.

Dalam kata pengantar tidak boleh ada pernyataan bahwa penulis

yakin akan adanya banyak kesalahan atau kekurangan dalam skripsi, tesis,

atau disertasinya dan atas dasar itu penulis minta maaf, serta

mengharapkan kritik dari pembaca. Kalau penulis yakin bahwa dalam

skripsi, tesis, atau disertasinya itu masih banyak kesalahan atau

kekurangan, skripsi, tesis, atau disertasi itu harus diperbaiki dulu sebelum

Page 47: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 47

ujian karena kesalahan ilmiah tidak dapat diselesaikan dengan permintaan

maaf. Lagipula harapan kritik itu tidak diperlukan sebab skripsi, tesis, atau

disertasi adalah karya ilmiah untuk diuji. Baru kalau nantinya naskah skripsi,

tesis, atau disertasi itu akan diterbitkan, permintaan kritik itu dinyatakan.

Teks kata pengantar diketik dengan spasi dua, seperti halnya naskah

bagian utama, tidak boleh lebih dari dua halaman. Pada akhir teks kata

pengantar dicantumkan kata Penulis, tanpa disertai nama, diletakkan di

pojok kanan bawah.

4.1.8 Abstrak

Abstrak ditulis pada lembar baru, diberi judul ”ABSTRAK”, ditulis di

tengah atas, dicetak dengan huruf kapital. Di bawahnya, dengan jarak dua

spasi dicantumkan nama akhir penulis, diikuti tanda koma, lalu nama depan

dan tengah (kalau ada), diikuti tanda titik, lalu tahun lulus ujian, diikuti tanda

titik; diikuti judul skripsi, tesis, atau disertasi. Selanjutnya dicantumkan kata

Skripsi Jurusan/Program...Universitas Negeri Semarang diakhiri tanda titik,

disusul dengan pencantuman nama-nama pembimbing.

Pada baris baru berikutnya dicantumkan Kata-kata kunci: ...,

berkisar dari tiga sampai dengan lima kata.

Pada baris berikutnya, dengan jarak dua spasi ditulis teks abstrak

dengan spasi satu. Isi abstrak meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, pendekatan dan metode yang digunakan, hasil yang diperoleh,

dan saran yang diajukan. Butir-butir ini hendaklah ditulis dalam paragraf

Page 48: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 48

yang berbeda, dengan tidak menolak kemungkinan untuk memecah butir

tertentu untuk dituangkan dalam paragraf yang berbeda kalau diperlukan.

Keseluruhan teks abstrak tidak boleh lebih dari satu halaman kuarto.

Contoh abstrak lihat lampiran 6.

Khusus untuk tesis dan disertasi, abstrak berbahasa Inggeris

dengan judul ”ABSTRACT” wajib disertakan pada lembar terpisah setelah

abstrak berbahasa Indonesia.

4.1.9 Daftar Isi

Dalam daftar isi dimuat judul-judul yang terdapat pada bagian awal

skripsi, tesis, atau disertasi, mulai dari abstrak, judul-judul bab beserta

subbab dan anak subbabnya masing-masing, dan judul-judul pada bagian

akhir. Kecuali judul subbab dan anak subbab, semuanya diketik dengan

huruf kapital.

4.1.10 Daftar Singkatan dan Tanda Teknis

Daftar ini memuat singkatan teknis beserta kepanjangannya dan

tanda teknis beserta makna atau penggunaannya. Singkatan dan tanda

teknis jangan dicampur, tetapi bisa diketik dalam satu halaman saja karena

keduanya mempunyai fungsi teknis yang sama, yakni untuk kemudahan

pemberian.

3.1.11 Daftar Tabel

Page 49: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 49

Daftar tabel memuat nomor dan judul tabel, diikuti titik-titik seperti

pada daftar isi, lalu disusul nomor halaman tempat tabel terdapat dalam

teks. Judul tabel yang lebih dari satu halaman ditik dengan spasi satu. Jarak

antara judul tabel yang satu dengan yang lain dalam daftar itu satu

setengah spasi.

4.1.12 Daftar Gambar

Cara membuat daftar gambar sama dengan cara membuat daftar

tabel.

4.1.13 Daftar Lampiran

Cara membuat daftar lampiran sama juga dengan cara membuat

daftar tabel.

4.2 Bagian Pokok

Bagian pokok skripsi,tesis,atau disertai terdiri atas bab

pendahuluan,teori yang digunakan untuk landasan penelitian,metode

penelitian,hasil penelitian,dan penutup.hasil penelitian tidak harus hanya

disajikan dalam satu bab,bergantung pada banyaknya materi yang akan

disajikan dan perlunya pemilahan materi itu menjadi unit-unit tertentu.

4.2.1 Pendahuluan

Page 50: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 50

Bagian ini adalah bab pertama skripsi,tesis,atau disertai yang

mengantarkan pembaca untuk mengetahui apa yang diteliti,mengapa dan

untuk apa penelitian dilakukan.Oleh karena itu,bab pendahuluan memuat

uraian tentang (1) latar belakang masalah penelitian, (2) rumusan masalah,

(3) identifikasi masalah, (4) tujuan penelitian, (5) kegunaan penelitian, (6)

pembatasan masalah

(1) Latar Belakang

Bagian ini pada dasarnya menerangkan keternalaran (kerasionalan)

mengapa topik yang dinyatakan pada judul skripsi,tesis,atau disertai itu

diteliti.Untuk menerengkan keternalaran tersebut perlu dijelaskan dulu

pengertian rumusan topik yang dipilih untuk diteliti.Baru kemudian

diterangkan argumen yang melatarbelakangi pemilihan topik itu dilihat dari

posisi substansi topik itu dalam keseluruhan sisitem substansi yang

melingkupi substansi topik itu.Dalam hal ini dapat dikemukakan

misalnya,adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan,antara teori

dan praktek.

Setelah itu,diterangkan ketenalaran pemilihan topik itu dilihat dari

paradigma penelitian sejenis.Untuk itu perlu dilakukan kajian pustaka yang

memuat hasil-hasil penelitian tentang topik yang dipilih itu. Dengan melihat

hasil yang diperoleh dalam penelitian sebelumnya, dapat ditunjukkan

apakah topik yang dipilih itu memang masih layak untuk diteliti.

Page 51: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 51

Topik yang pernah diteliti boleh saja diteliti,asal penelitian yang baru

itu dapat menghasilkan sesuatu yang baru,yang berbeda dari

sebelumnya,yang bisa mengatasi kekurangan hasil penelitian itu,atau dalam

penelitian yang bari itu digunakan teori lain atau metode lain yang diduga

dapat menghasilkan temuan yang lain dari sebelumnya.

Dalam tesis dan disertai,kajian pustaka untuk mengemukakan

keternalaran (kerasionalan) pemilihan topik penelitin itu bisa ditaruh di

bawah judul tersendiri, misalnya Hasil Penelitian Sebelum ini.Dalam kajian

pustaka itu pembicaraan dilakukan secara kronologis.Dengan

demikian,diketahui kemajuan penelitian yang dilakukan para peneliti selama

ini dan diketahui pula posisi peneliti sekarang dalam deretan penelitian

sejenis.

(2) Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah rumusan persoalan yang perlu

dipecahkan atau pertanyaan yang perlu dijawab dengan

penelitian.Rumusan itu tidak harus sdalam bentuk kalimat tanya,tetapi

hendaklah mengandung kata-kata yang menyatakan persoalan atau

pertanyaan,yakni apa, siapa, berapa, seberapa, sejauh mana,bagaimana

(bisa tentang cara atau wujud/keadaan),di mana,ke mana,dari

mana,mengapa,dan sebagainya.

Rumusan masalah harus diturunkan dari rumusan topik,tidak boleh

keluar dari lingkup topik.Oleh karena itu,rumusan masalah hendaklah

Page 52: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 52

mencakupi semua variabel yang tergambarkan dalam rumusan topik.Kalau

ada variabel umum dan khusus, hendaklah dirumuskan masalah pokok

beserta sub-submasalah-nya.Jadi,rumusan masalah harus terinci dan

terurai dengan jelas agar dapat dipecahkan dan dicarikan datanya untuk

pemecahannya.

Rumusan masalah yang baik harus memungkinkan untuk

menentukan metode pemecahannya dan mencarikan datanya.Untuk

masalah-masalah perlu diidentifikasi dengan baik.

Identifikasi masalah bisa ditaruh di bawah judul tersendiri,tetapi

yang penting bukan judulnya,melainkan materi identifikasinya itu

sendiri.Dengan identifikasi masalah itu,permasalahan perumusan masalah

menjadi operasional; maksudnya masalah-masalahnya dapat

dipecahkan,karena variabel atau wujud data yang diperlukan dan teknik

pemerolehannya dapat diprakirakan.

Kalau terdapat banyak masalah,tetapi yang akan diteliti hanya

masalah-masalah tertentu,perlu ada pembatasan masalah disertai

keterangan mengapa masalah yang diteliti dibatasi.Pembatasan masalah ini

bisa dicantumkan di bawah judul tersendiri.Akan tetapi, kalau memang tidak

ada pembatasan,tidak perlu ada sub-judul Pembatasan Masalah.

(3) Tujuan Penelitian

Tujuan penalitian mengungkapkan apa yang ingin dicapai dalam

penelitian. Rumusan sejajar dengan rumusan masalah.Misalnya,kalau

Page 53: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 53

masalahnya apakah ada pengaruhnya pendiskusian topik karangan dalam

proses belajar mengajar mengarang pada keberhasilan siswa mengarang

dan jika ada,berapa besar peranannya,rumusan tujuannya dalam penelitian

ini ialah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendiskusian topik

karangan dalam proses belajar mengajar mengarang pada keberhasilan

siswa mengarang,dan jika ada berapa besar peranannya.

(4) Kegunaan Penelitian

Yang diuraikan di sini ialah kegunaan atau pentingnya penelitian

dilakukan,baik bagi pengembangan ilmu maupun bagi kepentingan

praktik.Adanya uraian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa masalah

yang dipilih memang layak untuk diteliti.

4.2.2 Teori yang Digunakan untuk Landasan Penelitian

Dalam penelitian diperlukan dua landasan,yakni landasan teoretis

dan landasan faktual.Landasan teoretis ialah teori yang digunakan untuk

landasan kerja penelitian tentang topik yang diambil untuk diteliti.Landasan

faktual ialah data tentang topik yang diteliti.Keduanya diuraikan dalam dua

bagian tesis yang berbeda,tetapi berturutan. Landasan teoretis diuraikan

pada bab II,sedangkan landasan faktual diuraikan pada bab III.

Dalam landasan teoretis dinyatakan teori apa yang digunakan untuk

landasan kerja penelitian.Teori itu bisa disusun sendiri secara eklektik,bisa

Page 54: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 54

juga berupa teori yang digunakan oleh seorang ahlu.Namun,teori apapun

yang digunakan harus dipertanggung

Jawabkan melalui kajian sejumlah pustaka yang memuat hasil

penelitian dalam lingkup penelitian yang menggunakan teori yang

berbeda.Teori itu dikaji secara kronologis,dari yang lama sampai dengan

yang mutakhir untuk menunjukkan kemajuan hasil penelitian sejalan dengan

perkembangan teori.Dengan cara itu,di antara sederet teori,keunggulan

teori yang dipilih sebagai landasan kerja penelitian menjadi tampak.

Pustaka yang dikaji itu bisa berupa buku atau artikel dalam jurnal

ilmiah,makalah, skripsi,tesis,disertai,laporan penelitian. Namun, semua itu

harus relevan dengan topik penelitian.Lagi pula,kajian itu dilakukan dalam

rangka pemilihan teori yang dipandang tepat untuk landasan kerja

penelitian.Kajian pustaka untuk menentukan apakah topik yang diteliti itu

atau yang berkaitan dengan topik itu mungkin sudah pernah diteliti orang

lain sudah diuraikan di bagian pendahuluan.

Penyebutan nama teori saja tidaklah cukup.Prinsip-prinsip teori itu

perlu diuraikan.Termasuk pendekatan dan metode kerja teori itu.Variabel-

variabel pembangun topik penelitian juga perlu diterangkan menurut

pandangan teori yang dipilih itu.

Dengan uraian tentang teori itu hakikat topik penelitian menjadi

jelas.Variabel- variabel,masalah,dan tujuannya terperikan secara

operasional.Data pun dapat diidentifikasi,sedangkan lahan pengambilan

dapat ditentukan.Dengan demikian,teknik pengumpulan,pengolahan,dan

Page 55: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 55

analisis data dapat dirancang.Jadi,landasan teoretis tidak hanya melandasi

identifikasi sasaran,tetapi juga melandasi metode penelitian.

Dalam penelitian kuantitatif jenis tertentu,uraian tentang teori yang

dipakai sebagai landasan penelitian diikuti uraian tentang kerangka berpikir

dan rumusan hipotesis.Kerangka berpikir menggambarkan pola hubungan

logis antar variabel dalam pemecahan masalah yang diteliti,sedangkan

hipotesis menyatakan dugaan atau ramalan tentang hasil pemecahan

masalah atas dasar kerangka berpikir.

4.2.3 Metode Penelitian

Uraian tentang metode penelitian dimuat dalam bab tersendiri,yakni

bab III. Tentang metode penelitian terdapat perbedaan antara metode

penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif,khususnya penelitian bahasa

dan sastra.Akan tetapi,prosedurnya sama:dimulai dari pengumpulan

data,dilanjutkan dengan pengolahan data,lalu dilakukan analisis data.

Yang perlu diuraikan dalam penelitian kuantitatif adalah (1) jenis

dan desain penelitian, (2) variabel penelitian yang dirumuskan secara

operasional, (3) populasi, sampel ,dan teknik pengambilan sampel

penelitian, (4) instrumen penelitian disertai penentuan validitas dan

reliabitasnya, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik pengolahan dan

analisis data.

Dalam penelitian kualitatif,butir (2) diganti dengan uraian tentang

wujud data, butir (3) diganti dengan sumber data.Khusus dalam penelitian

Page 56: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 56

linguistik dan penelitian sastra,butir (1) diganti dengan sasaran dan

ancangan penelitian.

Dalam uraian tentang metode penelitian itu tidak cukup hanya

disebut istilah- istilah,misalnya digunakan teknik wawancara.Prosedur

pelaksanaan metode atau teknik itu perlu diterangkan.Kalau dalam

penelitian digunakan beberapa teknik pengumpulan atau analisis

data,kegunaannya masing-masing perlu diterangkan.

Sebaliknya dalam uraian itu tidak perlu didefinisikan pengertian

populasi,sampel, dan sebagainya seperti dalam pelajaran metodologi

penelitian.Yang diuraikan adalah populasinya siapa atau apa,dan dari

jumlah sampel itu diambil sampel berapa,dan seterusnya.

4.2.4 Hasil Penelitian

Hasil penelitian dimuat dalam bab tersendiri,tetapi tidak harus

dalam satu bab. Bisa dua bab atau lebih,bergantung kepada organisasi

temuannya dalam pemecahan masalah.Yang penting adalah semua

masalah harus ada jawabannya.Jawaban atas masalah yang dirumuskan di

bab pendahuluan harus diuraikan dengan jelas,sistematis, dan tuntas.

Bab inti ini memang berisi hasil penelitian beserta

penjelasannya.Akan tetapi, tidak tidak berarti bahwa judul bab ini Hasil

Penelitian dan Pembahasan.Judul hendaknya dirumuskan sesuai dengan

topik (judul) skripsi,tesis,atau disertai.

Page 57: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 57

Dalam penelitian kualitatif,temuan (hasil) penelitian itu berupa

sistem yang mungkin tersusun dari sub-subsistem.Bangunan sistem itu

hanya bisa dipahami dalam keseluruhannya.Oleh karena itu,temuan (hasil)

penelitian dan pembahasannya tidak dapat dipisahkan.

Pemisahan itu dimungkinkan dalam penelitian kuantitatif karena

pemisahan temuan (hasil) penelitian dari penjelasannya tidak akan merusak

organisasi substansi temuan (hasil) penelitian.Temuan (hasil) penelitian

kuantitatif yang dinyatakan dengan angka harus ditafsirkan dengan kata-

kata,dan tafsiran itu perlu dijelaskan dan dibahas lebih lanjut.

4.2.5 Penutup

Bab penutup merupakan bab terakhir skripsi,tesis,atau

disertai.Isinya adalah simpulan dan saran.Dengan demikian,bab ini bisa

dibagi dua subbab.

Penyajian simpulan hendaklah sejalan dengan penyajian

masalah,tujuan,dan uraian tentang hasil penelitian.Dengan

demikian,masalah yang dikemukakan di bagian pendahuluan semuanya

terjawab dan dengan jawaban itu semua tujuan telah tercapai. Lagi pula

uraian atau pembahasan masalah yang dilakukan secara panjang lebar

dalam bab sebelumnya semuanya ada simpulannya.

Penyajian saran harus sejalan dan didasarkan pada simpulan atau

temuan.Saran hendaklah disertai dengan argumentasinya.Kalau mungkain

juga disertai jalan keluarnya.

Page 58: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 58

Saran dapat bersifat praktis atau pragmatis,dapat juga bersifat

teoretis.Termasuk saran yang berharga adalah saran tentang perlunya

dilakukan penelitian lanjutan, mengingat bahwa belum tentu semua

masalah dapat dipecahkan secara tuntas dalam penelitian sekarang atau

setelah selesainya penelitian sekarang ini timbul masalah lain yang terkait.

4.3 Bagian Akhir

Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka, lampiran (kalau ada),

penjurus atau indeks (kalau ada), dan takarir atau daftar kata

kunci/istilah(kalau ada). Keberadaan daftar pustaka adalah wajib, artinya

hanya pustaka yang dirujuk dalam teks skripsi, tesis dan disertasi yang

harus ditulis dalam daftar pustaka.

Daftar pustaka ditulis sesuai dengan kaidah penulisan daftar

pustaka. Perlu pula diperhatikan kemutakhirannya dan diusahakan juga dari

hasil-hasil penelitian dan jurnal ilmiah yang relevan dengan topik skripsi,

tesis dan disertasi.

Daftar pustaka ditulis langsung setelah teks berakhir pada halaman

baru dengan judul ”DAFTAR PUSTAKA”. Judul tersebut dicetak tebal

dengan huruf tegak, kapital semua, berukuran 12, ditulis mulai dari pias kiri.

Jarak dengan teks di atasnya empat spasi.

Page 59: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 59

Artikel ilmiah ialah karangan yang dihasilkan melalui proses

penelitian lapangan atau pemikiran konseptual yang berlandaskan kajian

kepustakaan dan diterbitkan di dalam jurnal ilmiah. Artikel hasil penelitian

ditulis berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di lapangan dan

dilaporkan kembali dalam bentuk yang lebih padat, lugas, jelas, dan

sederhana, dan dimuat di dalam jurnal agar dibaca oleh kalangan yang

lebih luas. Artikel konseptual ditulis berdasarkan pemikiran atau perenungan

yang mendalam terhadap objek atau fenomena tertentu berlandaskan

acuan kepada teori yang diperoleh melalui kajian pustaka (library research)

untuk tujuan yang serupa dengan tujuan penulisan artikel hasil penelitian.

Untuk itu, bab ini menyajikan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan (1)

artikel hasil penelitian dan (2) artikel konseptual.

5.1 Artikel Hasil Penelitian

Artikel hasil penelitian ialah artikel ilmiah yang disajikan sebagai

hasil penelitian lapangan yang yang dilandasi dengan kajian teoretis

terhadap hasil penelitian terdahulu. Arikel jenis ini dapat berdasarkan hasil

penelitian kualitatif ataupun penelitian kuantitatif. Artikel hasil penelitian

terdiri atas (1) judul, (2) nama penulis dan lembaga asal, (3) abstrak dan

kata kunci, (4) pendahuluan, (5) metodologi, (6) hasil, (7) bahasan, (8)

simpulan, (9) catatan akhir, dan (10) daftar rujukan.

5.1.1 Judul

Page 60: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 60

Judul (title) artikel hasil penelitian hendaknya informatif, lengkap,

tidak terlalu panjang, yaitu antara 5 sampai dengan 15 kata. Judul artikel

hasil penelitian memuat variabel yang diteliti atau kata kunci yang

menggambarkan masalah yang diteliti.

Judul artikel yang berbahasa Indonesia diikuti dengan

terjemahannya dalam bahasa Inggris, yang ditulis tepat di baris setelah

judul yang berbahasa Indonesia.

5.1.2 Nama Penulis dan Lembaga Asal

Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar

lain apapun. Nama lembaga tempat bekerja penulis dicantumkan sebagai

catatan kaki di halaman pertama artikel. Jika artikel ditulis oleh dua orang

atau lebih, semua ditulis secara berurutan mulai dengan penulis utama.

Apabila semua penulis berasal dari lembaga yang sama, nama lembaga

asal hanya ditulis sekali. Namun, apabila penulis berasal dari lembaga yang

berlainan, semua nama lembaga asal penulis harus dicantumkan sebagai

B. KENDALA SOSI AL BUDAYA

DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT PEDESAAN

(Socio-Cultural Constraints in Developing Rural Comunities)

Page 61: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 61

catatan kaki, mulai dengan lembaga asal penulis utama dengan penanda

bintang (*).

5.1.3 Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang gagasan

terpenting di dalam artikel. Gagasan itu antara lain mencakupi masalah,

tujuan, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif termasuk deskripsi

tentang subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian sebagai

tekanannya.

Abstrak yang mendahului artikel berbahasa Indonesia hendaknya

ditulis dalam bahasa inggris, sedangkan untuk artikel yang berbahasa

Inggris dilengkapi dengan abstrak berbahasa Indonesia.

Panjang abstrak antara 50 sampai dengan 75 kata dan ditulis dalam

satu paragraf. Dengan ketikan berspasi tunggal menggunakan format yang

lebih sempit daripada teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk

1,2 cm).

Abstrak diikuti dengan Kata Kunci (Key Words) yang merupakan

kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau istilah

yang menggambarkan gagasa pokok artikel. Kata kunci dapat berupa kata

tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci dalam artikel ilmiah antara 3

sampai dengan 5 buah. Kata ini diperlukan untuk penelusuran lebih lanjut

Page 62: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 62

ke dalam sistem informasi dan telekomunikasi menggunakan teknologi

internet.

5.1.4 Pendahuluan

Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah kata kunci.

Bagian ini menyajikan gagasan pokok yang paling sedikit terdiri atas empat

bagian: (1) latar belakang penulisan artikel, (2) masalah , (3) tujuan

penelitian, dan (4) sistematika artikel. Keempat gagasan tersebut ditulis

dalam bentuk paragraf yang memperlihatkan adanya koherensi antara

gagasan satu dengan gagasan yang lain.

Karena pendahuluan memuat gagasan teoretis mengenai suatu

perkara, kajian pustaka dibutuhkan untuk mendukung penyampaian

gagasan tadi. Sebab itu, bagian ini harus disertai dengan rujukan kepada

berbagai sumber yang terpercaya. Jumlah rujukan harus proporsional (tidak

terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak). Gagasan teoretis harus disajikan

secara ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek

yang dibahas dapat mencakupi aspek histories, landasan teori atau aspek

lain. Gagasan teoretis mengarahkan pembaca ke rumusan masalah yang

dilengkapi dengan rencana pemecahannya dan rumusan tujuan.

5.1.5 Metodologi

Metodologi diartikan sebagai kumpulan metode yang digunakan

untuk membuat desain penelitian, menentukan jenis dan jumlah sample,

Page 63: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 63

menarik data, dan mengolah atau menganalisis data. Dalam rangka

penulisan artikel, pada dasarnya, bagian ini menyajikan cara pelaksanaan

penelitian. Uraian disajikan dalam beberapa paragraf tanpa sub-bagian,

atau pemilahan ke dalam sub-bagian. Bagian ini hanya memuat hal yang

pokok saja; uraian rinci tentang rancangan penelitian tidak perlu disajikan di

dalam artikel ilmiah.

Materi pokok bagian metodologi adalah cara pengumpulan data,

sumber data, cara analisis data. Dengan perkataan lain, bagian ini antara

lain berisi keterangan tentang populasi dan sampel (atau subjek), instrumen

pengumpul data, rancangan penelitian (terutama jika digunakan raancangan

yang cukup kompleks seperti rancangan eksperimental), dan teknik analisis

data.

Penelitian yang mendasari penulisan artikel menggunakan alat dan

bahan perlu dilengkapi dengan sajian tentang spesifikasi alat dan bahan.

Spesifikasi alat menggambarkan tingkat kecanggihan alat, sedangkan

spesifikasi bahan juga perlu diberikan karena penelitian ulang dapat

berbeda dengan penelitian terdahulu apabila spesifikasi bahan yang

digunakan berbeda.

Untuk penelitian kualitatif perlu ditambahkan uraian mengenai

kehadiran peneliti, subjek penelitian, keterangan tentang informan, cara

menggali data penelitian, lokasi penelitian, dan lama penelitian. Perlu pula

disajikan uraian mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian.

Page 64: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 64

5.1.6 Hasil

Hasil adalah bagian utama artikel ilmiah. Karena itu, bagian ini

biasanya merupakan bagian terpanjang. Bagian ini menyajikan hasil analisis

data yang dilaporkan secara bersih.

Untuk artikel hasil penelitian kuantitatif, proses analisis data (seperti

perhitungan statistik, tabel yang panjang, sampel yang berlebihan, dan

sebagainya) tidak perlu disajikan. Proses pengujian hipotesis pun tidak

perlu disajikan, termasuk pembandingan antara koefisien yang ditemukan

dalam analisis dengan koefisien dalam tabel statistik. Dengan perkataan

lain, yang dimuat di dalam artikel hanya hasil analisis dan hasil pengujian

hipotesis.

Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel atau grafik asalkan

dalam bentuk yang ringkas, jelas dan tidak mengganggu alur piker di dalam

teks. Jika ke dalam sajiak disertakan tabel dan/atau grafik untuk

memperjelas sajian verbal, keduanya harus diberi judul dengan komentar

yang memadai walaupun komentar tersebut tidak harus dilakukan per tabel

atau grafik.

Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa

dilakukan dengan memilah bagian ini menjadi subbagian sesuai dengan

penjabaran masalah penelitian. Sebaliknya, apabila bagian ini pendek,

semua sajian bisa berupa gabungan pembahasan.

Page 65: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 65

Untuk artikel hasil penelitian kualitatif, bagian hasil memuat

deskripsi, eksplanasi, analisis, sintesis, diskusi, perbandingan dan

sebagainya yang tersaji rinci dalam bentuk subtopik yang masing-masing

berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

5.1.7 Bahasan

Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel

ilmiah. Tujuan bahasan: (1) memecahkan masalah penelitian atau

menunjukkan pencapaian tujuan penelitian, (2) menafsirkan temuan dan

menarik inferensi berdasarkan temuan itu, (3) mengintegrasikan temuan

penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, dan (4)

menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang saudah ada.

Untuk menunjukkan terjadinya pemecahan masalah atau

pencapaian tujuan penelitian, harus hasil penelitian disimpulkan secara

eksplisit. Misalnya, jika dinyatakan bahwa penelitian bertujuan mengetahui

perbedaan penggunaan antara satu strategi dan stgrategi lain dalam

pembelajaran bahasa asing, dalam bagian pembahasan perbedaan itu

haruslah diuraikan secara rinci dengan bukti yang memadai.

Penafsiran terhadap temuan dilakukan dengan menggunakan

logika dan teori yang ada. Misalnya ditemukan adanya hubungan antara

strategi pembelajaran dan prestasi siswa, dapat ditafsirkan bahwa strategi

dapat berpengaruh besar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

Page 66: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 66

Temuan diintegrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang

sudah ada dengan jalan membandingkan temuan itu dengan temuan

penelitian sebelumnya, dengan teori yang sudah ada, atau dengan

kenyataan di lapangan. Pembandingan harus disertai rujukan yang sesuai.

Jika penelitian yang menjadi dasar penulisan artikel berupa telaah

teori (penelitian dasar), teori yang lama bisa dikonfirmasi atau ditolak,

sebagian atau seluruhnya. Penolakan teori harus disertai dengan modifikasi

atau rumusan teori baru.

Untuk penelitian kualitatif, bagian ini dapat pula memuat gagasan

peneliti, kaitan antarkategori dan antardimensi, dan posisi temuan atau

penelitian terhadap temuan dan teori sebelumnya.

5.1.8 Simpulan

Simpulan menyajikan ringkasan dari uraian yang disajikan pada

bagian hasil dan pembahasan. Berdasarkan uraian pada kedua bagian itu,

dikembangkan pokok pikiran yang merupakan esensi dari uraian tersebut.

Simpulan disajikan dalam bentuk deskripsi verbal, dan bukan dalam bentuk

angka.

Simpulan dapat diikuti dengan saran yang disusun berdasarkan

simpulan. Saran bisa merujuk kepada tindakan praktis, pengembangan

teoritis, dan penelitian lanjutan. Simpulan dan saran dapat pula disebut

bagian penutup.

Page 67: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 67

5.1.9 Catatan Akhir

Pada dasarnya, catatan akhir dalam artikel ilmiah berupa

keterangan tambahan yang diberikan kepada istilah khusus, nama tokoh,

nama lembaga, tahun tertentu, simbol, dan sebagainya yang termuat di

dalam artikel. Pencantuman catatan akhir ini dilakukan dengan alasan

bahwa walaupun dibutuhkan dan dianggap penting, cacatan tambahan

dapat dianggap mengganggu tampilan nas pokok jika disisipkan ke

dalamnya.

5.1.10 Daftar Rujukan

Daftar rujukan (references) harus lengkap dan sesuai dengan

rujukan yang disajikan dalam nas artikel ilmiah. Bahan pustaka yang

dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam nas.

Demikian pula semua rujukan yang disebutkan dalam nas harus disajikan

dalam daftar rujukan. Tata cara penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada

Bab 6, Tata Tulis.

5.2 Artikel Konseptual

Artikel konseptual ialah artikel ilmiah yang dihasilkan oleh

penulisnya melalui proses pemikiran yang mendalam terhadap suatu gejala

yang muncul di dalam ranah ilmu tertentu. Proses pemikiran itu didukung

dengan rujukan kepada teori tertentu yang sudah dikemukakan pakar

melalui karangannya dalam bahan rujukan tertentu. Dengan demikian,

Page 68: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 68

dapat dikatakan bahwa artikel konseptual merupakan laporan hasil

pemikiran yang dilandasi oleh kajian kepustakaan.

Artikel konseptual terdiri atas (1) judul, (2) nama penulis dan

lembaga asal, (3) abstrak dan kata kunci, (4) pendahuluan, (5) nas, (6)

penutup atau simpulan, (7) catatan akhir, dan (7) Daftar rujujukan.

5.2.1 Judul

Judul dalam artikel konseptual berfungsi sebagai label yang

mencerminkan secara tepat intisari yang terkandung dalam artikel. Sebab

itu, pemilihan kata yang dipakai di dalam judul hendaknya dilakukan secara

cermat. Di samping aspek ketepatannya, pemilihan kata untuk judul perlu

juga mempertimbangkan pengaruhnya terhadap daya tarik judul bagi

pembaca. Judul artikel sebaiknya terdiri atas 5-15 kata.

5.2.2 Nama Penulis dan Lembaga Asal

Seperti pada penulisan nama dan asal lembaga pada artikel hasil

penelitian, penulisan nama pengarang pada artikel konseptual dilakukan

tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama lembaga

tempat bekerja penulis dicantumkan sebagai catatan kaki di halaman

pertama artikel. Jika artikel ditulis oleh dua orang atau lebih, semua ditulis

secara berurutan mulai dengan penulis utama. Apabila semua penulis

berasal dari lembaga yang sama, nama lembaga asal hanya ditulis sekali.

Namun, apabila penulis berasal dari lembaga yang berlainan, semua nama

Page 69: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 69

lembaga asal penulis harus dicantumkan pada catatan kaki, mulai dengan

lembaga asal penulis utama dengan penanda angka 1, 2, 3, dan seterusnya

dengan format supercscript.

5.2.3 Abstrak dan kata Kunci

Untuk artikel hasil pemikiran konseptual, abstrak berisi ringkasan isi

artikel yang dituangkan secara padat. Abstrak untuk artikel jenis ini

bukanlah komentar atau pengantar dari penyunting atau redaksi. Abstrak

berisi pernyataan ringkas dan padat tentang gagasan terpenting di dalam

artikel. Gagasan itu antara lain mencakupi masalah, tujuan, dan ringkasan

hasil pemikiran sebagai tekanannya.

Abstrak yang mendahului artikel berbahasa Indonesia hendaknya

ditulis dalam bahasa inggris, sedangkan untuk artikel yang berbahasa

Inggris dilengkapi dengan abstrak berbahasa Indonesia.

Panjang abstrak antara 50 sampai dengan 75 kata dan ditulis dalam

satu paragraf. Dengan ketikan berspasi tunggal menggunakan format yang

lebih sempit daripada teks utama (margin kanan dan kiri menjorok masuk

1,2 cm).

Abstrak diikuti dengan Kata Kunci (Key Words) yang merupakan

kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau istilah

yang menggambarkan gagasa pokok artikel. Kata kunci dapat berupa kata

tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci dalam artikel ilmiah antara 3

Page 70: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 70

sampai dengan 5 buah. Kata ini diperlukan untuk penelusuran lebih lanjut

ke dalam sistem informasi dan telekomunikasi menggunakan teknologi

internet.

5.2.4 Pendahuluan

Berbeda dengan isi pendahuluan di dalam artikel hasil penelitian,

bagian pendahuluan dalam artikel konseptual berisi uraian yang

mengantarkan pembaca kepada topik utama yang akan dibahas. Sebab itu,

isi bagian pendahuluan menguaraikan berbagai hal yang mampu menarik

pembaca untuk mendalami bagian selanjutnya. Selain itu, bagian

pendahuluan hendaknya diakhiri dengan rumusan singkat tentang hal pokok

yang akan dibahas. Bagian pendahuluan tidak perlu diberi judul.

5.2.5 Nas

Nas pada artikel konseptual sangat bervariasi. Bagian ini dapat

berupa (1) evaluasi terhadap teori yang ada, yang mencakupi ragam,

kelebihan, dan kekurangannya, (2) deskripsi, eksplanasi, analisis, dan

diskusi tentang fenomena yang muncul dalam suatu komunitas, (3) strategi

pengelolaan perkara tertentu, (4) perbandingan antarteori untuk

menjembatani kesenjangan di antaranya, (5) kemungkinan penerapan suatu

teori di dalam kelompok masyarakat tertentu, (6) telaah terhadap teori

tertentu dan kemungkinan replikasinya dalam kondisi dan situasi yang

berlainan, dan sebagainya.

Page 71: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 71

Walaupun nas jenis artikel ini tidak perlu dibagi menjadi sub-bagian,

tiap paragraf harus disusun secara sistematis dengan memperhatikan

koherensi antarbagiannya. Teks yang disusun dengan runtut, lugas, padu,

dan jelas akan mampu meyakinkan pembacanya untuk mengikuti alur piker

yang hendah disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.

5.2.6 Penutup

Istilah penutup digunakan sebagai judul bagian akhir artikel

konseptual jika isinya hanya berupa catatan akhir atau yang sejenisnya.

Jika uraian pada bagian akhir berisi simpulan hasil pembahasan pada

bagian sebelumnya, perlu dimasukkan pada bagian kesimpulan.

Kebanyakan artikel konseptual membutuhkan simpulan.

Beberapa artikal konseptual yang dilengkapi dengan saran. Jika

hendak ditampilkan, saran yang mencakupi aspek pengembangan ilmu,

penerapan teori, dan aspek lain dapat ditempatkan dalam bagian tersendiri.

5.2.7 Catatan Akhir

Pada dasarnya, catatan akhir dalam artikel konseptual serupa

dengan catatan akhir pada artikel ilmiah. Catatan ini berupa keterangan

tambahan yang diberikan kepada istilah khusus, nama tokoh, nama

lembaga, tahun tertentu, simbol, dan sebagainya yang termuat di dalam

artikel. Pencantuman catatan akhir ini dilakukan dengan alasan bahwa

Page 72: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 72

walaupun dibutuhkan dan dianggap penting, cacatan tambahan dapat

dianggap mengganggu tampilan nas pokok jika disisipkan ke dalamnya.

5.2.8 Daftar Rujukan

Seperti pada artikel hasil penelitian, daftar rujukan (references)

pada artikel konseptual harus lengkap dan sesuai dengan rujukan yang

disajikan dalam nas artikel. Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar

rujukan harus sudah disebutkan dalam nas. Demikian pula semua rujukan

yang disebutkan dalam nas harus disajikan dalam daftar rujukan. Tata cara

penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada Bab 6, Tata Tulis.

Page 73: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 73

BAGIAN III PANDUAN TATA TULIS

KARYA ILMIAH

Page 74: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 74

Page 75: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 75

B. Pengantar

Karya ilmiah yang berupa disertasi, tesis, skripsi, tugas akhir, artikel ilmiah,

dan makalah (selanjutnya disebut karya ilmiah) dapat ditulis dalam bahasa

daerah, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, atau bahasa asing lain. Untuk

itu, bab ini membahas tata tulis bagian-bagian karya ilmiah dengan contoh

utama dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebab dalam kedua

bahasa itulah kebanyakan kara akan ditulis. Bagian pertama membahas

tata cara penulisan bagian-bagian disertasi, tesis, skripsi, dan tugas akhir.

Bagian berikutnya membahas tata tulis artikel ilmiah dan makalah. Bagian

tiga menyajikan tata cara pengutipan rujukan. Akhirnya, bagian empat

memuat tata tulis daftar pustaka.

1. Tata Tulis Karya Ilmiah

Secara umum disertasi, tesis, skripsi, dan tugas akhir dibagi menjadi tiga

bagian pokok, yaitu (1) prawacana, (2) nas, dan (3) bagian akhir.

1.1 Prawacana

Prawacana terdiri atas judul, halaman kosong, pernyataan keaslian tulisan,

pengesahan, persembahan, motto, prakata, abstrak, daftar isi, daftar table

dan daftar lain.

Page 76: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 76

Judul

Judul terdiri atas (1) logo institusi, (2) judul skripsi, (3) maksud penulisan

skripsi, (4) nama dan nomor nomor induk mahasiswa, dan (5) nama

lembaga termasuk jurusan, fakultas, dan universitas, serta tahun penulisan

skripsi.

(1) Logo

Logo yang dipasang pada halaman judul hendaknya logo institusi yang

lazim dipasang pada kepala surat dan yang ukurannya disesuaikan dengan

luas halaman judul.

(2) Judul karya ilmiah

Judul ditulis dengan huruf kapital yang besarnya diesuaikan dengan

panjang judul. Sebagai ancar-ancar, gunakan font 16 atau 18 cetak tebal

untuk jenis huruf Times New Roman.

METAPHORIC USES OF ENGLISH PARTICLES:

Page 77: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 77

A STUDY OF PHRASAL VERBS FOUND

IN J. GRISHAM’S THE PELICAN BRIEF

(3) Maksud

Maksud penulisan skripsi berupa frase yang ditulis dengan huruf kecil,

kecuali nama gelar dan nama bahasa. Bunyi frase tersebut sebagai berikut.

Tesis

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

atau

a final project

submitted in partial fulfillment of the requirements

for the degree of Sarjana Pendidikan

in English

atau

a thesis

submitted in partial fulfillment of the requirements

for the degree of Magister Pendidikan

Page 78: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 78

in English

Perhatikan bahwa

(1) Frase ini ditulis dengan huruf kecil dengan font 12 untuk jenis huruf

Times New Roman.

(2) Gelar kesarjanaan dan program studi ditulis dengan awalan huruf

kapital.

Salah : sarjana pendidikan in english

Betul : Sarjana Pendidikan in English

Betul : Sarjana Sastra in English

Betul : Sarjana Pendidikan Program Studi Seni Rupa

(4) Nama dan Nomor Induk

Nama dan nomor induk mahasiswa ditulis dalam dua baris di tengah-tengah

halaman judul, yang didahului dengan preposisi oleh (by) di atasnya.

Tidak dianjurkan:

By:

Name : Agus Ismangun

NIM: 222000022

Page 79: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 79

Tidak dianjurkan:

Oleh:

Agus Ismangun

222000022

Dianjurkan:

by

Agus Ismangun

222000022

atau

(5) Nama Lembaga dan Tahun Penulisan

Nama lembaga dan tahun penulisan ditulis dengan font 16 (atau 14)

bercetak tebal untuk jenis huruf Times New Roman.

Tahun penulisan tesis adalah tahun pada saat pengesahan tesis, yaitu

setelah tesis tersebut diuji, diperbaiki, dan diperbanyak.

oleh

Agus Ismangun

222000022

Page 80: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 80

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2009

atau

C.

D. ENGLISH DEPARTMENT FACULTY OF LANGUAGES AND ARTS

SEMARANG STATE UNIVERSITY

2009

Halaman Kosong

Halaman yang kosong dimaksudkan sebagai pelapis agar teks pada

halaman berikutnya tidak tembus dan terlihat dari halaman judul.

Pada buku yang berhak cipta, biasanya halaman ini digunakan sebagai

halaman hak cipta, yaitu halaman yang memuat catatan hak cipta yang

mencakupi tahun penulisan, nama penulis dan peringatan bagi pengguna

buku kersebut.

Misalnya,

Page 81: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 81

Copyright c 2001 by Kate L. Turabian

All rights reserved

Akan tetapi, dalam skripsi mahasiswa tulisan seperti ini tidak dimunculkan.

Pernyataan Keaslian Tulisan

Pernyataan keaslian tulisan (declaration) berisi ungkapan penulis

bahwa isi skripsi, tesis, atau disertasi yang ditulisnya bukan

merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang diaku

sebagai hasil tulisan atau pemikirannya sendiri. Pengambilalihan karya

orang lain untuk diaku sebagai karya sendiri merupakan tindak

kecurangan yang lazim disebut plagiat. Penulis karya ilmiah harus

menghindarkan diri dari tindak kecurangan ini. Contoh pernyataan

keaslian tulisan dapat dilihat pada lampiran.

Pengesahan

Halaman Pengesahan (approval) adalah halaman tempat para penguji,

pembimbing, dan panitia ujian skripsi, serta pejabat yang berwenang

membubuhkan tanda tangan mereka sebagai tanda bahwa skripsi tersebut

diakui kesahihannya. Halaman ini terdiri atas:

(1) Pada bagian atas halaman dapat ditulis kata: PENGESAHAN

(APPROVAL)

Page 82: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 82

(2) Pernyataan: This thesis has been approved by a team

examiners on …

(3) Nama penguji (examiner), pembimbing (supervisor), dan pejabat

yang berwenang, yaitu Ketua Jurusan (Head of the English

Department) dan Dekan Fakultas (Dean of FBS). Masing-masing

disertai dengan nomor induk pegawai (NIP), dan tugas yang

bersangkutan.

(4) Apabila terjadi penugasan ganda, misalnya penguji dan

pembimbing, keduanya ditulis dengan garis miring sebagai

pemisahnya.

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi

FBS UNNES pada tanggal 30 Agustus 2008.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Gunoto, Ph.D Prof. Dr. Marbun

131281777 131282888

Page 83: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 83

Penguji Penguji

Dr. Subchan, M.Ed. Prof. Dr. Maskur, M.A.

130220222 130276999

Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II

Drs. Abd. Ali Dr. Raja Ali haji

130450111 130222333

APPROVAL

This thesis has been approved by a team of examiners

on 30 October 2008

Examiner Examiner

Dr. Subchan, M.Ed. Prof. Dr. Maskur, M.A.

130220222 130276999

Page 84: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 84

Examiner/Adviser I Examiner/Adviser II

Drs. Abd. Ali Dr. Raja Ali haji

130450111 130222333

Chairman Secretary

Gunoto, Ph.D Prof. Dr. Marbun

131281777 131282888

Persembahan

Persembahan (dedication) bersifat manasuka. Jika penulis menghendaki

kemunculan halaman ini, persembahan hendaknya ditulis secara ringkas

dan hanya menyebut nama(-nama) yang sangat penting saja. Nama (-

nama) tersebut didahului dengan preposisi ‘To’. Teks dapat ditulis di bagian

atas, tengah, atau bawah halaman baik di sebelah kiri atau kanan halaman

tanpa puntuasi apa pun. Misalnya,

Page 85: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 85

Tidak dianjurkan : To: Allan Murray

Tidak dianjurkan : Dedicated to Allan Murray.

Tidak dianjurkan : Dengan penuh kasih, skripsi ini

kupersembahkan untuk Ibu Lasmi

dan Bapak Astro serta Dinda Sri

Harjati.

Tidak dianjurkan : This thesis is dedicated to all people who love me including my late father, my mother, my fiance, and all of my former classmates.

Dianjurkan : To Allan Murray

atau

Untuk Sri Haryati

atau

Untuk Ayah, Ibu, dan Adik-Adik

Motto

Motto (epigraph) biasanya berupa frase atau kalimat pendek yang dikutip

dari suatu sumber. Penempatan motto pada skripsi bersifat manasuka. Jika

penulis menghendaki penempatan motto seperti itu, hendaknya motto

tersebut ditulis ringkas dengan jenis huruf yang sama dengan jenis yang

digunakan di dalam nas skripsi, tanpa cetak miring, cetak tebal, garis

bawah, dan/atau tanda kutip. Jika motto itu merupakan kutipan dari sumber

yang signifikan, nama dan sumber kutipan dapat disertakan di dalam teks.

Page 86: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 86

Misalnya,

Tidak Dianjurkan : Motto: Ever onward No Retreat

Tidak Dianjurkan : Moto: Ever onward No Retreat (Written by

Bung Karno)

Tidak Dianjurkan : Bung Karno: Ever onward no retreat.

Dianjurkan : Ever onward no retreat (Bung Karno)

atau

Your expression is the most important thing

you can wear (Sid Ascher)

atau

Man never made any material as resilient as

the human spirit (Bern William)

Prakata

Prakata (Preface) atau Pengantar berisi penjelasan ringkas oleh penulis

mengenai latar belakang penulisan skripsi, cakupan penelitian, maksud

penelitian, dan pihak-pihak yang ikut mengambil bagian di dalam

mendorong serta memberi motivasi kepada penulis sehingga laporan

penelitian itu bisa terwujud.

Prakata dapat pula mencakupi penyebutan nama yang baik langsung

maupun tak langsung ikut terlibat di dalam penulisan itu. Misalnya, rektor,

Page 87: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 87

dekan, ketua jurusan, pembimbing, penguji, dosen lain, responden, dan

pihak lain yang cukup signifikan untuk disebut di dalam prakata ini.

Penyebutan nama lazimnya diikuti dengan ucapan terima kasih dengan

kadar yang sesuai dengan keterlibatan masing-masing.

Abstrak

Pada dasarnya, abstrak lazim memuat intisari laporan penelitian yang terdiri

atas (1) latar (background), (2) masalah (problem) atau tujuan (purpose)

dan lingkup (scope) kajian, (3) metodologi yang digunakan di dalam

penelitian, (4) hasil penelitian yang terpenting, dan (5) simpulan

(conclusions). Seluruh bagian ini terdiri atas kurang lebih 400 kata yang

ditulis di dalam dua atau tiga paragraf dengan spasi tunggal.

Kata abstrak ditulis ditengah halaman dengan huruf kapital, simetris di batas

atas bidang pengetikan dan tanpa tanda titik. Nama penulis diketik dengan

jarak 2 spasi dari kata abstrak, ditepi kiri dengan urutan : nama akhir diikuti

koma, nama awal, nama tengah (jika ada) diakhiri titik. Tahun lulus ditulis

setelah nama, diakhiri dengan titik. Judul dicetak miring dan diketik dengan

huruf kecil (kecuali huruf-huruf pertama dari setiap kata) dan diakhiri dengan

titik. Kata skripsi, tesis, atau disertasi ditulis setelah judul dan diakhiri

dengan koma, diikuti dengan nama jurusan (tidak boleh disengkat), nama

fakultas, nama universitas, dan diakhiri dengan titik. Kemudian dicantumkan

Page 88: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 88

nama dosen pembimbing I dan II lengkap dengan gelar akademiknya, serta

pembimbing III untuk disertasi.

Dalam abstrak dicantumkan kata kunci yang ditempatkan di bawah

nama dosen pembimbing. Jumlah kata kunci berkisar antara tiga

sampai lima buah. Kata kunci diperlukan untuk komputerisasi sistem

informasi ilmiah.

Teks di dalam abstrak diketik dengan spasi tunggal (satu spasi) dan

panjangnya tidak lebih dan dua halaman kertas ukuran kuarto.

Misalnya,

E. Abstract

This thesis is based on study which attempted to examine the use of high cognitive questions in non-native student group classroom discussions. The main purpose of the study was to determine if higher frequency of high cognitive questions in NNS group classroom discussions had an effect on foreign language learning. Two groups of non-native Spanish students and four non-native English teachers participated. One of the groups was trained in incorporating hign cognitive questions in student-student discussions; the other group was not provided

Page 89: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 89

with training. After the training, both groups listened to a narraive told by the non-native teacher, discussed it, and thes summarized the story they had heard. Results indicated that the training group asked more high cognitive questions than the control group. The quantity of verbal interaction was not different between the group, but the understanding and written production of the foreign language was higher in the treatment group than in the control group. The higher achievement in the training group indicates that the use of high cognitive questions, demonstrated and adopted in NNS group classroom discussion, promotes the kind of verbal interaction which facilitates comprehension and written production of the foreign language.

Daftar Isi

Daftar Isi (Table of Contents) berisi daftar semua bagian tesis kecuali

halaman judul, halaman kosong atau halaman hak cipta, halaman

persembahan, dan halaman motto. Halaman-halaman ini tidak diberi nomor

halaman, tetapi keberadaannya tetap dihitung sehingga nomor halaman

daftar isi mengikuti jumlah halaman yang ada sebelumnya.

F. TABLE OF CONTENTS Page

Preface ……………………………..…………..………… v

Page 90: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 90

Abstract …………………………...…………..………… vi

Table of Contents …………….……………….………... vii

List of Tables ……………………………..….…………. ix

List of Figures ……………………………..……………. x

List of Abbreviation …………………….……………… xi

Chapter

1. INTRODUCTION

1.1 Background of the Study …………….….……….…. 1

1.2 Reasons for Choosing the Topic …….…..………….. 4

Etc.

2. REVIEW OF THE RELATED LITERATURE

2.1 Review of the Previous Research ……….……..…... 8

2.2. Metaphoric Process in Literature…...………..……. 12

Etc.

3. METHODS OF INVESTIGATION

4. Etc.

Appendices ………………………………….…………. 65

References ……………………………….…………….. 72

Perhatikan bahwa penomoran dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut.

(1) Nomor bagian, sub-bagian, sub-sub-bagian, dan seterusnya ditulis

rata kiri,

Page 91: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 91

(2) Titik akhir hanya muncul pada nomor bagian.

(3) Sub-bagian, sub-sub-bagian ditulis tanpa titik akhir.

(4) Nomor hanya diberikan kepada bagian yang berupa frase.

(5) Pembagian bagian menjadi sub-bagian hanya dilakukan bila bagian

itu terdiri atas sedikitnya dua sub-bagian.

(6) Lampiran disusun mendahului daftar pustaka dengan alasan: (1)

bila diperlukan segera daftar pustaka lebih mudah ditemukan, (2)

diasumsikan bahwa di dalam lampiran dimungkinkan adanya

kutipan yang merujuk kepada sumber pustaka yang tentu saja

disebut di dalam daftar pustaka.

1. BAGIAN

1.1 Sub-bagian

1.2 Sub-bagian

1.2.1 Sub-sub-bagian

1.2.2 Sub-sub-bagian

1.2.3 Sub-sub-bagian

1.3 Sub-bagian

1.3.1 Sub-sub-bagian

1.3.1.1 Sub-sub-sub-bagian

1.3.1.2 Sub-sub-sub-bagian

1.3.2 Sub-bagian

Page 92: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 92

Dst.

Daftar Tabel, Daftar Bagan, dan Daftar Lampiran

Daftar table (List of Tables) berupa daftar yang berisi tabel-tabel yang

terdapat di dalam nas tesis. Lema di dalam daftar ini diurutkan dengan

penomoran dan judul tabel yang sesuai dengan nomor dan judul yang

tertulis di dalam nas.

G. LIST OF TABLES Table Page

2.1 GPA of the First Year Students ………………. 27

2.2 Number of Annual Dropouts during

the 1990’s ……………………………….…… 41

3.1 Inverse Cummulative Normal Distribution ...... 44

4.1 Rank Order of General It…………………..…. 55

4.2 Rank Order of Top Ten Specific Items ..….…. 59

Etc.

Perhatikan bahwa angka pertama pada nomor tabel menunjukkan bab di

tempat tabel yang bersangkutan tersaji. Misalnya, tabel bernomor 2.1 berarti

tabel pertama yang terdapat di dalam bab 2.

Page 93: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 93

Perlu diingat bahwa di dalam nas karya tulis nomor dan judul tabel di tulis di

atas tabel yang dirujuk. Misalnya,

Tabel 2.1. GPA of the First Year Students

Daftar Bagan (List of Figures) ditulis dengan penomoran dan judul seperti

penulisan daftar tabel.

H. LIST OF FIGURES Figure Page

2.1 GPA of the First Year Stude……………………. 27

2.2 Number of Annual Dropouts

during the 1990’s ………………………….…… 41

3.1 Inverse Cummulative Normal Distribution ..…... 44

4.1 Etc

Berbeda dengan daftar table, di dalam nas nomor dan judul bagan, gambar,

atau diagram ditulis di bawah bagan, gambar, atau diagram yang dirujuk.

Misalnya,

Page 94: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 94

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr

East

West

North

Figure 2.1. GPA of the First Year Stude

Daftar Lampiranan (List of Appendixes) ditulis dengan penomoran dan judul

seperti di dalam contoh berikut. Perhatikan bahwa setiap butir lampiran

bernomor, berjudul, dan bernomor halaman.

I. LIST OF APPENDICES Appendix Page

1. ANOVA Comparison of Mean Responses

to General Items, Overall and Geographical

Subgroups with Each Other …………………….. 67

2. Recall Protocols of ESL Students …………….…. 68

3. Passage and Textbase …………..……….………. 69

4. Etc.

Page 95: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 95

Daftar Singkatan dan Akronim

Daftar singkatan dan akronim (list of abbreviation and acronym)

dimunculkan di dalam tesis bilamana tesis itu memuat sejumlah

singkatan dan akronim yang masing-masing disebut berkali-kali di

dalam nas. Penulisan lema singkatan dan akronim dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut.

(1) Lema diurutkan menurut abjad.

(2) Setiap huruf atau nomor melambangkan satu hal saja. Misalnya, A

melambangkan Adjuct. Sebab itu Adjective, misalnya, harus

dilambang-kan dengan huruf selain A, yaitu Adj.

(3) Singkatan dan/atau akronim yang dimasukkan ke dalam daftar ini

hanya singkatan dan/atau akronim yang berkaitan erat dengan

pokok penelitian. Sinmgkatan-singkatan yang berlaku umum seperti

etc., e.g., i.e., dan semacamnya tidak perlu dimasukkan ke dalam

daftar ini.

J. LIST OF ABBREVIATIONS AND ACRONYMS A Adjunct

Adj Adjective

Adv Adverb

Anova Analysis of Variance

DSA Directive Speech Act

Page 96: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 96

EH Ernest Hemingway

FA a Farewell to Arms

NP Noun Phrase

1.2 Nas

Nas suatu laporan penelitian terdiri atas judul bab dan bagian-bagiannya.

Secara umum, nas ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.

(1) Judul bab ditulis dengan huruf kapital berukuran 16 cetak tebal.

Judul bab ditulis pada halaman baru. Misalnya,

BAB 1

PENDAHULUAN

(2) Judul bagian ditulis dengan huruf kecil. Bagian ini didahului dengan

huruf kapital dan setiap kelas kata (nomina, verba, ajektiva, dan

adverbia) didahului dengan huruf kapital. Huruf berukuran 14 dan

dicetak tebal. Misalnya,

1.4 Tujuan Penelitian

Page 97: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 97

(3) Judul sub-bagian ditulis seperti judul bagian, tetapi berukuran 12.

Misalnya,

2.1.1 American Tradition

(4) Judul sub-sub-bagian ditulis dengan huruf miring, ukuran 12, dan

bercetak tebal. Misalnya,

2.2.2.1 Hatim and Mason’s Concept

(5) Judul sub-sub-sub-bagian (kalau masih ada) dicetak seperti sub-

bagian tetapi dengan cetak biasa. Misalnya.

2.2.2.1.1 Hatim and Mason’s Concept on Translation

Dengan demikian, judul bab dan bagian beserta sub-subnya dapat ditulis

dengan rangkuman sebagai berikut.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

… (teks)

2.1.1 Tradisi Endo-Eropa

Page 98: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 98

… (teks)

2.1.2 Tradisi Amerika

… (teks)

2.1.2.1 Tradisi Amerika pada Abad ke-20

… (teks)

2.1.2.1.1 Semantik Chomskian

… (teks)

2.2 Latar Belakang Teoretis

Dsb.

Perhatikan bahwa:

(1) Setiap bagian beserta pecahannya ditulis mulai dengan ujung

margin kiri. Sub-bagian, misalnya, tidak perlu dimenjorokkan ke

kanan.

(2) Setiap bagian harus berupa frase yang ditulis tanpa diakhiri dengan

tanda titik (.).

(3) Teks yang mengikuti setiap bagian dan pecahannya harus berupa

paragraf. Setiap paragraf harus berisi sejumlah kalimat, yang

sekurang-kurangnya terdiri atas delapan baris.

(4) Teks yang berupa butir-butir pernyataan ditulis dengan ketentuan

sebagai berikut.

Page 99: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 99

Jika pernyataan itu dimasukkan ke dalam paragraf, pernyataan itu

diberi nomor bertanda kurung, misalnya (1), dan antara pernyataan

satu dengan lainnya diberi tanda koma (,) atau titik-koma (;)

bergantung pada panjang pendeknya pernyataan. Misalnya,

… kelas kata terdiri atas (1) nomina, (2) verba, (3)

ajektiva, dan (4) adverbia.

Jika pernyataan berformat paragraf, pernyataan itu ditulis berurutan

dengan nomor bertanda kurung, misalnya (1). Setiap butir

pernyataan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk kalimat, titik koma (;)

untuk frase, atau koma (,) untuk kata. Misalnya,

… kelas kata terdiri atas

(1) nomina,

(2) verba,

(3) ajektiva,

(4) adverbia

Page 100: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 100

1.3 Bagian Akhir

Bagian akhir karya ilmiah sekurang-kurangnya terdiri atas lampiran

dan daftar pustaka. Selain itu, dapat puila ditambahkan senarai

(indeks) dan riwayat hidup penulis. Berikut disampaikan keempat

komponen bagian akhir itu dengan urutan yang sesuai dengan urutan

tampilan pada karya ilmiah.

Lampiran

Lampiran (appendices) merupakan bagian integral nas tetapi

dipisahkan dari nas. Karena dianggap terlalu panjang sehingga dapat

mengganggu tampilan nas, bagian itu ditampilkan dalam bentuk

lampiran. Jenis lampiran antara lain tabel, grafik, hitungan statistik,

gambar/diagram, rangkuman hasilo analisis, dan contoh data.

Lampiran disajikan dengan tata tulis sebagai berikut.

(1) Apabila terdapat lebih dari satu lampiran, masing-masing

diberi nomor secara berurutan.

(2) Tiap lampiran diberi judul sesuai dengan isinya.

(3) Jika lampiran ditulis memanjang, kepala halaman berada di bagian

dalam halaman laporan.

(4) Tiap halaman lampiran diberi nomor halaman dengan urutan

meneruskan nomor halaman nas.

Page 101: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 101

(5) Walaupun pelaksanaan penelitian membutuhkan kelengkapan

administrasi yang berupa surat, kelengkapan administrasi seperti

itu tidak perlu ditampilkan di dalam daftar lampiran.

(6) Apabila penelitian menggunakan sumber data tertulis dalam jumlah

besar, lampiran hanya menyajikan contoh data yang jumlahnya

proporsional terhadap nas tetapi tetap mencerminkan homogenitas

data.

Senarai

Senarai (index) berisi daftar kata kunci yang digunakan oleh peneliti dalam

menyampaikan konsep penelitiannya. Di dalam daftar ini dapat pula

disisipkan nama pengarang yang disebutkan di dalam nas karya ilmiah.

Butir senarai disajikan dengan tata tulis sebagai berikut.

(1) Lema (entry) diurutkan secara alfabetis.

(2) Istilah utama ditulis dengan pengawalan huruf kapital

• Amoeba

• Pragmatics

(3) Istilah pendukung ditulis dengan huruf kecil.

• informasi

• skill

(4) Nama pengarang ditulis dengan urutan nama keluarga atau nama

akhir diikuti dengan singkatan nama pertama dan nama lain.

• Arikunto, S.

Page 102: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 102

• McNamara, J.

• Toer, P.A.

• Turabian, L.

(5) Judul karangan ditulis mengikuti kelaziman dalam penulisan daftar

pustaka.

• Badai pasti Berlalu

• “Ngeh dalam kepustakaan Jawa”

(6) Tiap lema diikuti dengan nomor halaman tempat lema tersebut

berada di dalam nas.

• Amoeba 13

• Toer, P.A. 879

(7) Apabila lema muncul dalam dua halaman atau lebih secara

berturut-turut, nomor halaman ditulis dengan membubuhkan tanda

( - ).

• man to man marking 29 –31

• Badai pasti Berlalu 367 – 73

• Phillips, J. 253 – 7.

Perhatikan bahwa penghematan menghendaki agar nomor yang

kembar hanya ditulis sekali. Halaman 367 sampai dengan 373

hanya ditulis 367 – 73.

Page 103: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 103

(8) Apabila, lema muncul dalam dua halaman atau lebih tetapi tidak

berurutan, penulisannya dilakukan dengan membubuhkan tanda

koma.

• Arithmatics 67, 73

• Budaya Jawa 54, 77 – 8, 241 – 50, 301

Perhatikan bahwa nomor halaman ditulis mulai dengan yang paling

kecil.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi semua bahan kepustakaan yang digunakan sebagai

rujukan langsung dalam penulisan karya ilmiah. Daftar ini dapat mencakupi

buku teks, artikel dalam kumpulan karangan, artikel jurnal, artikel majalah

dan koran, petikan dari situs internet, CD Rom, film, drama, dan

sebagainya.

Selama penulisan karya ilmiah pengarang menggunakan kamus, buku

metodologi penelitian, program kompoter, dan peranti lain seperti laptop,

LCD, home theatre, dan sebagainya. Namun, semua ini merupakan peranti

penelitian, dan bukan sumber rujukan. Oleh sebab itu, bahan seperti ini

tidak perlu disebutkan di dalam daftar pustaka.

Karena banyak hal yang perlu dikemukakan, bagian ini disajikan di dalam

bagian tersendiri dalam panduan ini.

Page 104: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 104

Riwayat Hidup

Riwayat hidup bersifat manasuka dan biasanya hanya ditampilkan di dalam

disertasi atau tesis. Bagian ini dapat terdiri atas riwayat keluarga, riwayat

pendidikan, pengalaman kerja, daftar karya ilmiah, prestasi kerja,

penghargaan.

2. Tata Tulis Pustaka Acuan

2.1 Kutipan Langsung

Yang dimaksud dengan kutipan langsung ialah kutipan yang dibuat persis

dengan sumbernya. Pembuatan kutipan seperti ini didasari prinsip sebagai

berikut.

(1) Kutipan langsung hanya digunakan apabila perkataan atau

ungkapan asli pengarang demikian padat, berbobot, dan

meyakinkan. Kutipan seperti ini biasanya menambah daya kepada

karya ilmiah. Misalnya,

Vini Vidi Vici

(2) Kutipan langsung dapat digunakan untuk mendokumentasi

argumentasi yang tidak cukup disampaikan dalam bentuk catatan

kaki.

Page 105: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 105

(3) Kutipan langsung dapat digunakan apabila peneliti hendak

memberikan komentar atau membela/menolak/menganalisis

gagasan yang disampaikan oleh pengarang.

(4) Kutipan langsung dapat digunakan bilamana perubahan (melalui

parafrase) dapat menyebabkan salah paham atau salah tafsir.

(5) Kutipan langusung dilakukan untuk mengutip rumus-rumus, seperti

rumus matematika, kimia, atau rumus ilmiah lain.

(6) Pengutipan langsung dari bahan nonkomersial (tanpa hak cipta)

dapat dilakukan tanpa izin pengarang.

Tata Cara Penulisan Kutipan Langsung

Kutipan Pendek

Yang dimaksud dengan kutipan pendek ialah kutipan yang panjangnya

kurang dari lima baris apabila ditulis di dalam naskah karya ilmiah.

Kutipan seperti ini dapat ditulis dengan ketentuan sebagai berikut.

(1) Gabungkan kutipan ke dalam kerangka kalimat atau

paragraf.

(2) Gunakan tanda kutip ganda pada awal dan akhir kutipan.

(3) Gunakan spasi spasi ganda.

(4) Tulis rujukan kutipan tersebut pada klausa pengantar atau

di dalam tanda kurung.

Misalnya,

Page 106: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 106

Elias-Olivares (1979: 437) states of a Chicago

neighbourhood in East Austin, Texas: “to be a

bilingual means precisely to be able to switch

rapidly from one language tonthe other.”

atau

This is what has been called “transitional

competence” (Corder 1975: 57).

atau

In Malaysia, for example, English is “used widely

on the collocquial level, so much so that it may not

be wrong to claim that many Malaysians are no

longer able to distinguish clearly between the

formal and informal uses of the language,

Page 107: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 107

possessing and thus using only one variey of the

language for all occasions” (Wong 1982:17).

Apabila sumber yang dikutip diperkirakan panjang, sumber itu dapat

dipotong dengan cara menyisipkan introductory clause.

Gumperz and Hernandez (1971:112) suggest that

“what seems like random alternation between two

languages may be an expression of ambivalent

feelings,” and that it occurs “whenever minority

language groups come in close contact with

majority language groups under conditions of

rapid social change.”

Kutipan Panjang

Kutipan panjang adalah kutipan yang terdiri atas lima baris atau

lebih. Kutipan seperti ini dapat ditulis dengan ketentuan sebagai

berikut.

(1) Tulis kutipan itu di dalam paragraf tersendiri.

(2) Jangan gunakan tanda kutip.

Page 108: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 108

(3) Gunakan spasi tunggal

(4) Beri pengantar kepada kutipan itu seperlunya.

(5) Tulis kutipan itu dengan ceruk lima spasi di sebelah kiri dan kanan

margin.

Johnson makes some reference to this in quoting

Alderson (1979:225):

The fact that the writer’s overall meaning remains totally obscure doesn’t materially affect the use of this passage as a cloze test, which gives support to the argument that cloze tests focus on relatively low order language skills relating to ‘core proficiency’ rather than higher order skills like reading comprehension.

The terminology used seems to be something of a

problem here. The “Intermediate Skills” as used in

this article covers the same elements of “core

proficiency as described by Anderson.

atau

Page 109: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 109

If one one described comprehension in the following

terms one would probably come a step nearer to a

more adequate definition.

To penetrate beyond the verbal and non-verbal forms of the text to the underlying ideas, to compare these with what one already knows and also the ideas with each other, to pick out what is essential and new, and to revise one’s previous conceptions (Lunzer and Gardner 1979:235)

The research into this particular area seems to

indicate that cloze can only reliably and validly

assess …

Elipsis

Untuk menghindari kutipan yang terlalu panjang dimungkinkan untuk

membuang sebagian dari sumber yang panjang itu. Pengutipan seperti ini

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Page 110: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 110

(1) Elipsis dilakukan dengan tanda tiga titik dengan spasi di kiri dan

kanannya.

(2) Elipsis dapat dilakukan pada bagian awal, tengah, atau akhir

kutipan.

(3) Elipsis tidak boleh mengubah amanat apapun yang terdapat di

dalam sumber kutipan.

On a passage from a novel, the thought is expressed

that “… some very Indian uses of language, which

one dares not call mistakes, add to the quaint charm

of the language.”

atau

… Vertical shifts involve the use or non-use of

Creole-based forms; horizontal shifts entail the

use or non-use of so-called patois speech. In

Page 111: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 111

either case, problems of intelligibility can be

considerable.

Many mesolect speakers employ a patois that sometimes appears hardly related to its careful variant, so radically different as to seem a distinct language … completely unintelligible to the listening North American … It should not be assumed that patois style is relatively uniform … (Edwards, Rosberg, and Hoy 1976:312).

Interpolasi

Interpolasi ialah penjelasan atau pembetulan suatu kutipan yang diselipkan

ke dalam teks. Interpolasi menuntut perubahan redaksional suatu kutipan

langsung. Perubahan itu ditempatkan di dalam tanda kurung persegi. Jenis-

jenis interpolasi yang lazim ialah (1) sic, (2) komentar, dan (3) penyisipan

anteseden.

Page 112: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 112

(1) Tanda [sic] ditempatkan di belakang kutipan yang oleh penulis

dianggap merupakan kesalahan. Ini dimaksudkan sebagai catatan

bahwa kesalahan yang terdapat di dalam kutipan itu tertulis

sebagaimana sumber aslinya.

“If it is true that language and context are

inextricably linked, any stretch og language

should, to a greater or lessen [sic] extent, come

trailing clouds of context with it …” (Thomson

1996:10).

Di dalam contoh di atas, penyisipan [sic] menunjukkan bahwa

penulis menyadari bahwa kata “lessen” tereja salah. Kata itu

mestinya tertulis “lesser”.

(2) Interpolasi yang berupa komentar pendek dapat disisipkan di

dalam suatu kutipan dengan maksud memperjelas suatu butir

pernyataan. Komentar ini ditulis di dalam tanda kurung persegi.

Page 113: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 113

A theory, sometimes called “The Grammar

Expectancy Theory” [“grammar” here is used

in the broad sense to include the syntax,

sematics and appropriate use] has been

proposed by Oller (1979) among others.

Di dalam contoh ini, kata “Grammar” yang dikutip dari Oller

dijelaskan oleh pengutip dengan menuliskan penjelasan itu di

dalam tanda kurung persegi.

(3) Anteseden disisipkan ke dalam kutipan langsung bilamana

terdapat suatu pronomina di dalam kutipan itu yang tidak jelas

perujukannya.

He [William Shakespeare] was undoubtedly the

greatest dramatist to date. No other dramatist

has rivaled his ability to portray characters with

such liveliness and colour.

Page 114: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 114

Kutipan Khusus

Dalam hal tertentu, dapat muncul masalah khusus yang berkaitan dengan

penulisan kutipan. Masalah itu berkaitan, antara lain, dengan (1) kutipan di

dalam kutipan, (2) pengutipan puisi, (3) pengutipan pidato.

(1) Kutipan di dalam kutipan

Jika di dalam suatu kutipan langsung terdapat kutipan pendek, kutipan

langsung ditulis di dalam tanda kutip ganda (“) sedangkan kutipan

pendek di dalamnya ditulis di dalam tanda kutip tunggal (‘).

Mehrotra (1983:96) argues that “The usage of

terms like ‘acrolect, ‘ ‘mesolect,’ and ‘ basilect’ by

sociolinguists implies that these terms have a real

meaning when used in connection with particular

language designations”.

Page 115: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 115

Jika kutipan itu panjang, penulisannya mengikuti cara penulisan kutipan

panjang. Kutipan pendek yang terdapat di dalamnya ditulis di antara

tanda kutip ganda.

Moag (1982:227) writes:

The following extreme [but not an atypical] example was overheard from a young female Fiji Indian sales clerk: “Shila account-book use kara, I think” … The female name, Shila, and the verb kara … are the only native items in the sentence. The order of major constituents (subject – object – verb) in the kernel sentence clearly marks it as Hindi, not English.

(2) Pengutipan Puisi

Cara pengutipan puisi bergantung pada panjang pendeknya bagian

puisi yang dikutip.Kutipan pendek, yang hanya terdiri atas sebaris atau

kurang dari satu baris, disisipkan ke dalam teks denggunakan tanda

kutip ganda.

Page 116: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 116

It is easy to feel the mystique of the songs of

Ireland through the sound of “thrust, linnet, stare,

and wren”.

Kutipan yang terdiri atas dua sampai empat baris disisipkan ke dalam

teks menggunakan tanda kutip pada awal dan akhir kutipan dan garis

miring (/) antar baris.

Synge sensed the inevitability of death when he

said, “There’ll come a season when you’ll stretch /

Black boards to cover me”.

Kutipan yang terdiri atas lima baris atau lebih ditulis tanpa tanda kutip.

Kutipan tersebut ditulis berspasi tunggal, dengan indent, dan berspasi

ganda antar bait.

Page 117: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 117

Something of this power can be felt in Synge’s “A

Question” where he says:

I asked if I got sick and died, would you

With my black funeral go walking too,

If you’d stand close to hear them talk or pray

While I’m let down in that steep bank of clay.

And, No, you said, for if you saw a crew

Of living idiots pressing round that new

Oak coffin – they alive, I dead beneath

That broad – you’d rave and rend them withj your teeth.

(3) Pengutipan Pidato

Pidato dapat dikutip secara langsung menggunakan cara seperti yang

disebut di atas.

It was stated that “… in Australia, a people once

Page 118: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 118

remote and distanced from the world have

embraced the future by welcoming into our

population five and a half million migrants and

regugees in the 50 years since World War II.”

(Bolkus in XIV World Congress of the Federation

Internationale des Traducteurs (FIT) 1996.)

2.2 Kutipan tak Langsung

Pengutipan tak langsung terkadang menimbulkan kecurigaan pembaca.

Ini sering terjadi bilamana penulis ceroboh atau kurang cermat di dalam

menuliskan rujukan kutipan itu. Secara umum hal ini disebabkan oleh

kenyataan bahwa:

(1) Peneliti membuat catatan dari sumber tertentu, kemudian menyalin

dan memasukkannya ke dalam nas tesis tanpa mengingat bahwa

catatan itu berasal daru sumber yang berhak cipta.

(2) Peneliti menggunakan buku yang mencakupi bidang pengetahuan

yang persis sama dengan bidang yang sedang digelutinya.

Page 119: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 119

(3) Peneliti mengambil intisari suatu sumber dan merumuskannya

menggunakan perhataan sendiri, tetapi tidak menyebutkan sumber

kutipan itu.

(4) Peneliti mengutip dari catatan-catatan yang dibuat selama

perkuliahan tanpa menyadari bahwa catatan-catatan itu dikutip dari

sumber tertentu.

(5) Peneliti sengaja menggunakan tulisan orang lain tanpa

menyebutkan sumbernya.

Untuk menghindari tuduhan adanya pembajakan (plagiarism) di dalam

penulisan tesis dan karya-karya ilmiah pada umumnya, lakukan langkah

sebagai berikut.

Sumber:

In grammar we can see the continuation, in small ways, of the long-term historical trend in English from synthetic to analytic, from a system that relies on inflections to one that relies on word order and grammatical words. An example is the comparison of adjectives. Where more and most are spreading at the expense of the endings –er and –est. At one time, -er and –est were used muct more widely than today. And in Early Modern English you meet forms like ancientest, famousest, patienter, perfecter, and shamefuller. In the first half of the present century, adjectives of more

Page 120: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 120

than two syllables always had more and most (more notorious, most notorious), while adjectives of one syllable normally had –er and –est. Adjectives of two syllables varied, some being compared one way (more famous, most famous) and some the other (commoner, commonest) …

(Barber, C. 1993. The English Language: a Historical Introduction. Cambridge: CUP. p. 274.)

Cara pengutipan tak langsung yang dapat dilakukan oleh penulis:

(1) Pahami secara umum intisari teks sumber, kemudian buatlah

rumusan baru yang berupa pandangan mengenai isi teks dari titik

pandang lain:

… with the change of time the expression of some

comparatives and superlatives has changed.

(2) Sajikan fakta sebagaimana yang tertulis di dalam sumber itu dalam

bentuk daftar:

Page 121: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 121

… Until recently, the basic rules were as follows:

(1) Polysyllabic adjectives (more than two

syllables): add more (comparative) and

most (superlative), e.g. more beautiful,

most beautiful.

(2) Monosyllabic adjectives: add –er

(comparative) and –est (superlative), e.g.

richer, richest.

(3) Disyllabic adjectives could take either

form, e.g. most famour, commonest

(Barber 1993: 274).

(3) Gunakan frase seperti ‘according to Barber’, ‘Barber views that …’,

‘In Barber’s opinion …’ dan sebagainya.

According to Barber (1993: 274), a study of the

forms used in Early Modern English through the

present day indicates that a change has been in

progress. By early 20th century the preferences were:

Page 122: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 122

(1) Polysyllabic adjectives (more than two

syllables): add more (comparative) and

most (superlative), e.g. more beautiful,

most beautiful.

(2) Monosyllabic adjectives: add –er

(comparative) and –est (superlative), e.g.

richer, richest.

(3) Disyllabic adjectives could take either

form, e.g. most famour, commonest.

Barber claims that the transition is now almost

complete.

3. Teknik Penulisan Daftar Pustaka

3.1 Perujukan Kutipan

Perujukan dilakukan dengan menyebutkan nama belakang atau

keluarga pengarang, tahun penerbitan, dan halaman bagian teks

yang dirujuk.

Salah : John Grisham, 1994, pp. 78 - 80

Salah : (J. Grisham, 1994: 78 – 80)

Benar : (Grisham 1994: 78 – 80)

Penulisan dua atau tiga nama adalah sebagai berikut.

Page 123: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 123

Salah : (Basil Hatim and Ian Mason, 1990: 78 – 80)

Salah : (B. Hatim and I. Mason, 1990: 78 – 80)

Benar : (Hatim and Mason 1990: 78 – 80) atau

(Hatim, Mason, and Anderson 1991: 78 –

80)

Penulisan lebih dari tiga nama adalah sebagai berikut.

Salah : (Hatim etc. 1990: 78 – 80)

Salah : (Hatim et. Al., 1990: 78 –80)

Benar : (Hatim et al. 1990: 78 – 80)

Jika nama pengarang disebut oleh penulis sebagai bagian integral di

dalam teks, nama itu harus langsung diikuti, di dalam tanda kurung,

dengan tahun penerbitan dan halaman bagian teks rujukan.

Salah : Accordi

Benar : Acording to Hatim and Mason (1990: 1), the

world of translator is inhabited by an

extraordinary number of dichotomies

Selanjutnya, nama-nama yang disebut sebagai rujukan kutipan ini

harus dimunculkan di dalam Daftar Pustaka(Reference atau

Bibliography)

3.2 Aturan Umum Tata Tulis Pustaka Acuan

Page 124: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 124

Pada dasarnya setiap lema di dalam pustaka acuan terdiri atas

tiga bagian, yaitu (1) nama pengarang, (2) judul karangan, dan (3)

fakta tentang penerbitannya.

(1) Nama pengarang ditulis dengan cara: nama belakang atau nama

keluarga mendahului nama pertama atau nama panggilan. Nama

pertama ini hanya ditulis inisialnya.

Nama yang Sebenarnya Nama di dalam Pustaka Acuan

James M. McCrimmon

Basil Hatim

Kate L. Turabian

Basil Hatim dan Ian Mason

McCrimmon, J. M.

Hatim, B.

Turabian, Kate L.

Hatim, B. and I. Mason

Perhatikan bahwa di dalam pustaka acuan, nama panggilan hanya

ditulis inisialnya ( James menjadi J; Ian menjadi I). Nama Kate tidak

disingkat untuk memudahkan identifikasi bahwa penulis ini berjenis

kelamin perempuan.

(2) Jika sumber berupa karya suatu badan, komisi, organisasi,

departemen, nama badan itu ditempatkan sebagai nama

pengarang.

Department of Education

Optus

The Committee of Poverty Alleviation

Page 125: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 125

(3) Jika di dalam karangan tidak ditemukan nama pengarangnya,

perujukan dimulai dengan judul karangan.

Misalnya

Extra Work or Extra Payment.

Tips for Reading Intensively.

(4) Tahun penerbitan buku ditulis mengikuti nama pengarang. Jika di

dalam buku disebutkan beberapa tahun – misalnya 1990, 1993,

1995, yang ditulis di dalam pustaka acuan adalah tahun yang

terdahulu. Jika disebutkan beberapa tahun dan dilengkapi dengan

keterangan bahwa buku yang dimaksud adalah buku edisi tertentu,

yang ditulis di dalam pustaka acuan adalah tahun ketika edisi terbit.

Tahun terbitan di dalam

buku

Penulisan di dalam Pustaka

Acuan

C 1990 1990

C 1990 Third Impression 1991

1990

C 1990 New Edition 1995

1995

(5) Judul karangan yang berbentuk buku ditulis dengan cetak miring.

Hal yang sama berlaku pada nama majalah, jurnal, atau koran.

Page 126: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 126

Nama Terbitan Nama Pada Pustaka Acuan

The Translator as Communicator Journal of Pragmnatics TARGET NEWSWEEK The Jakarta Post

The Translator as Communicator Journal of Pragmnatics TARGET NEWSWEEK The Jakarta Post

Perhatikan bahwa kata kunci pada judul-judul di atas (yang berupa

nomina, verba, ajektiva, atau adverbia) diawali dengan huruf kapital.

(6) Fakta penerbitan terdiri atas tempat penerbitan, nama penerbit dan

tahun penerbitan. Tempat penerbitan diikuti dengan nama penerbit,

sedangkan tahun penerbitan ditempatkan di belakang nama

pengarang atau penyunting.

London: Routledge.

Toronto: Prentice-Hall Canada Inc.

Cambridge: Cambridge University Press.

(7) Jika terdapat lebih dari satu nama penerbit, nama yang ditulis di

dalam pustaka acuan hanya nama penerbit yang disebut pernama

kali.

Di dalam buku Di dalam Pustaka Acuan

London and New York London

Page 127: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 127

London, New York, and Sydney New York, Toronto, Tokyo, and Sydney

London New York

(8) Jika di dalam buku tidak ditemukan tahun penerbitannya, pada

pustaka acuan ditulis n.d. (no date).

Lyons, J. n.d. Changing Time Changing Shapes.

London: McMillan.

3.3 Contoh Penulisan Lema Pustaka Acuan

(1) Buku oleh satu pengarang

Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. Oxford: Oxford University Press.

Schiffrin, D. 1994. Approaches to Discourse. Massachusetts: Blackwell Publishers.

Grisham, J. 1994. The Pelican Brief. New York: Warner

(2) Buku oleh dua atau tiga pengarang

Brown, P. dan S.C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals in Language Usage. London: Cambridge University Press.

Page 128: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 128

Hewson, L. dan J. Martin. 1991. Redefining Translation: The Variational Approach. London: Routledge.

(3) Buku oleh lebih dari tiga Pengarang

Alwi, H. et al. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2nd ed.). Jakarta: Depdikbud RI.

Radford, A. et al. 1999. Linguistics an Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.

(4) Buku suntingan satu orang

Coulthard, M. (ed). 1992. Advances in Spoken Discourse Analysis. London dan New York: Routledge.

Dijk, T.A. van. (ed). 1976. The Pragmatics of Language and Literature. Amsterdam: North Holland.

Goody, E. N. (ed). 1978. Questions and Politeness: Strategies in Social Interaction. Cambridge: Cambridge University Press.

(5) Buku suntingan dua orang atau lebih

Guenthner, F. dan M. Guenthner-Reutter (eds). 1978. Meaning and Translation: Philosophical and Linguistic Approaches. London: Duckworth.

House, J. and S. Blum-Kulka (eds). 1986. Interlingual and Intercultural Communication. Tubingen: Gunter Narr Verlag.

Page 129: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 129

Holmes, J.S., F. de Haan, dan A. Popovic (eds). 1970. The Nature of Translation. The Hague: Mouton.

Searle, J.R., F. Kiefer, and M. Bierwisch (eds). 1980. Speech Act Theory and Pragmatics. London: D. Riedel Publishing Company.

(6) Buku edisi kedua, ketiga, dan seterusnya

Bassnett-McGuire, S. 1991. Translation Studies (Revised Ed.). London: Routledge.

Turabian, Kate L. 1996. A Manual for Writers of Term Papers, Theses, and Disertations (6th Ed.). Chicago: The University of Chicago Press.

(7) Buku yang terdiri atas dua jilid atau lebih

Vanderveken, D. 1990. Meaning and Speech Acts Vol. 1: Principles of Language Use. Cambridge: Cambridge University Press.

(8) Buku terjemahan

Leech, G. 1982. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Translated by Oka, M.D.D. 1993. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

(9) Karangan (Essay) di dalam buku suntingan

Page 130: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 130

Broeck, R. van den. 1986. Contrastive discourse analysis as a tool for the interpretation of shifts in translated texts. In J. House and S. Blum-Kulka (eds.). pp. 37 – 49.

Brown, P. dan S.C. Levinson. 1978. Universals in language usage: Politeness phenomena. In E. N. Goody (ed.). pp. 56 – 311.

Popovic, A. 1970. The concept “shift of expression” in translation analysis. Di dalam J.S. Holmes, F. de Haan, and A. Popovic (eds.). pp. 78 – 90.

Drinitrova, B. E. 1996. New methods in translation research: new horizons in translation studies. FIT. Hlm. 856 – 65.

Francis, G. dan S. Hunston.1992. Analysing everyday conversation. M.Coulthard (ed.). Hlm.123 – 61.

(10) Artikel di dalam Ensiklopedi

Macauly, T.B. 1970. Samuel Johnson. Encyclopedia Britanica, 11th ed., XV. pp. 463 – 471.

Smith, M.A. Sharwood. 1999. Syntax in second language acquisition. In Concise Encyclopedia of Educational Linguistics. Edited by Bernard Spolsky. Amsterdam: Elsevier. pp.

Page 131: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 131

(11) Artikel di dalam jurnal atau majalah Ilmiah

Blum-Kulka, S. 1987. Indirectness and politeness in requests: same or different? Journal of Pragmatics. 11: 131 – 46.

Blum-Kulka, S. dan E. Olshtain. 1984. Requests and apologies: a cross-cultural study of speech act realization patterns (CCSARP). Applied Linguistics. 5/3: 196 – 213.

Doherty, M. 1997. Acceptability and language specific preference in the distribution of information. TARGET, 9/1: 1 – 25.

Gu,Y. 1990. Politeness phenomena in modern Chinese. Journal of Pragmatics, 14/2: 237 – 57.

(12) Artikel di dalam Koran dan Majalah:

Basuki, S. 2005. Novel nonfiksi dan kemungkinannya. Suara Merdeka , 18 Agustus. Hlm. 18.

Prasetyo, S. 2005. Lokalisme sebagai Ekses. Tempo , 28 Agustus. Hlm. 64 – 5.

Manshur, F. 2005. Bahasa kita: Rusak bahasa, rusaklah pemikiran. Intisari , September. Hlm. 166 – 7.

(13) Kumpulan Artikel/Proceeding Seminar

Page 132: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 132

FIT. 1996. XIV World Congress of the Federation Internationale des Traducteurs (FIT). Proceedings Vol. 2. Melbourne: The Australian Institute of Interpreters and Translators.

(14) Tesis, disertasi, dan karangan lain yang tidak diterbitkan

secara komersial

Gunarwan, A. 1993. The politeness rating of English and Indonesian directive types among Indonesian learners of English: Towards contrastive pragmatics. Paper presented at The Fourth International Pragmatics Conference, Kobe, Japan, 25-30 July.

Mujiyanto, Y. 1999. Perbandingan Derajat Kesantunan antara Tindak Tutur Direktif di dalam Novel A Farewell to Arms Karya E. Hemingway dan Terjemahannya. Thesis Magister Humaniora Universitas Indonesia.

Rustono. 1998. Implikatur Percakapan sebagai Pengungkap Humor di dalam Wacana Humor Verbal Lisan Berbahasa Indonesia. Disertasi Universitas Indonesia.

(14) Bahan yang dipetik dari situs internet

Berbentuk buku

Ziegler, M. and Durant, C. (2001). Engagement: a necessary ingredient for participation in adult basic education. Online. Available at

Page 133: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 133

www.edst.educ.ubc.ca/aerc/2001/2001ziegler.htm [accessed 11/11/01]

Berbentuk artikel di dalam buku

Shohet, Linda. (2001). Adult Learning and Literacy in Canada. In The Annual Review of Adult Learning and Literacy, Vol. 2, Chapter 6. (NCSALL). Available at http://ncsall.gse. harvard.edu/ann_rev/vol2_6.html [accessed 9/23/03).

Berbentuk artikel tak bertanggal

Rocco, T. S. (n.d) Critical reflection in practice: experiences of a novice teacher. Online www.bsu.edu/teachers/departments/edld/conf/critical.html [accessed 03/15/00]

Berbentuk artikel anonim dan tak bertanggal

Self-Evaluation Kit. Online at ww.nald.ca/PROVINCE/SASK/SLM/selfeval/toc.htm [accessed 06/23/03]

3.4 Tata Urut Penulisan Pustaka Acuan

Allan, K. 2001. Natural Language Semantics. Oxford: Blackwell Publishers.

Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. Oxford dan New York: Oxford University Press.

Page 134: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 134

Baker, M. 1992. In Other Words: A Coursebook on Translation. London: Routledge.

Barthes, R. 1988. The Semiotic Challenge (Fine Ed.).

Terjemahan dari Bahasa Perancis oleh R. Howard. New York: Hill and Wang.

Bierwisch, M. 1980. Semantic structure and illocutionary

forse. In J.R. Searle, F. Kiefer, dan M. Bierwisch (Ed.) Pp. 1 – 36.

Bressler, C.E. 1999. Literary Criticism: An Introduction to

Theory and Practice (2nd ed.). New Jersey: Prentice Hall.

Dingwaney, A. dan C, Maier (eds.). 1995. Between

Languages and Cultures: Translation and Cross-Cultural Texts. Pittsburgh dan London: University of Pittsburgh Press.

Eagleton, T. 1996. Literary Theory: An Introduction (2nd

ed.). Minneapolis: The University of Minnesota Press. Goody, E. N. (ed.) 1978. Questions and Politeness:

Strategies in Social Interaction. Cambridge: Cambridge University Press.

Gunarwan, A. 1996. Readers’ subjective reactions to

original poems and their translation: towards an assessment of dynamic equivalence. Di dalam FIT. Pp. 905 – 920.

Page 135: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 135

Halliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1985. Language, Context, and Text. Melbourne: Deakin University Press.

Hewson, L. dan J. Martin. 1991. Redefining Translation:

The Variational Approach. London: Routledge. Koller, W. 1995. The concept of equivalence and the object

of translation studies. TARGET, 7. Pp. 191 – 222.

Leckie-Tarry, H. 1995. Language and Context a Functional Linguistic Theory of Register. London dan New York: Pinter.

Leech, G.N. dan M.H. Short. 1981. Style in Fiction: A

Linguistic Introduction to English Fictional Prose. London dan New York: Longman.

Machali, R. 1998. Redefining Textual Equivalence in

Translation with Special Reference to Indonesian-English. Jakarta: The Translation Center.

Pym, A. 1992. The relations between translation and

material text transfer. TARGET, 4. Pp. 171 – 89.

Rice, P. dan P. Waugh. (ed.). 1996. Modern Literary Theory (3rd ed.). London: Arnold.

Saeed, J.I. 1997. Semantics. Oxford dan Massachusetts: Blackwell.

Page 136: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 136

Searle, J. R. 1979. The classification of illocutionary acts. Language in Society. 8. Pp. 137 – 51.

Simpson, P. 1997. Language through Literature. London

dan New York: Routledge.

Page 137: Pedoman penulisan karya ilmiah

P anduan P enulisan K arya Ilm iah 137