pedoman pelaksanaan rsbi

241
iii KATA PENGANTAR Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi. Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi. Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran 2010. Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Didik Suhardi, SH., M.Si NIP. 196312031983031004

Upload: nandang-sukmara

Post on 28-Nov-2014

10.450 views

Category:

Education


13 download

DESCRIPTION

Pedoman Pelaksanaan RSBI

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Pelaksanaan RSBI

iii

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar,

Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan

Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara

merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu

sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi.

Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan

Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat

diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009

mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun

2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan

pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan.

Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun

berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan

kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program

tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan,

Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi.

Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai

dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai

Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang

pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan

langsung oleh sekolah.

Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program

di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien

seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan

monitoring, evaluasi dan pelaporannya.

Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan

menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau

kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran

2010.

Jakarta, Januari 2010

Direktur Pembinaan

Sekolah Menengah Pertama,

Didik Suhardi, SH., M.Si

NIP. 196312031983031004

Page 2: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 3: Pedoman Pelaksanaan RSBI

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1

A. LATA BELAKANG ........................................................................................................ 1

BAB II DASAR HUKUM DAN TUJUAN...................................................................................... 5

A. DASAR HUKUM.......................................................................................................... 5

B. TUJUAN ..................................................................................................................... 6

BAB III KONSEP SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL.................................................................................................................... 7

A. Pengertian Sekolah Bertaraf internasional................................................................. 7

B. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf internasional ................................................... 8

C. Tujuan Diselenggarakan RSBI..................................................................................... 9

D. Karakteristik RSBI ...................................................................................................... 9

BAB IV PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ..................... 13

A. Pengertian IKKM dan IKKT dalam Penyelenggaraan SBI ........................................... 13

B. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan atau IKKM dalam Penyelenggaraan RSBI 14

1. Pemenuhan Standar Isi ........................................................................................ 15

2. Pemenuhan Standar Proses ................................................................................. 17

3. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).................................................... 18

4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan ..................................... 27

5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana......................................................... 28

6. Pemenuhan Standar Pengelolaan ........................................................................ 28

7. Pemenuhan Standar Pembiayaan ........................................................................ 31

8. Pemenuhan Standar Penilaian ............................................................................. 31

C. Pemenuhan IKKT bertaraf internasional (pengayaan, perluasan, dan pendalaman

SNP) dalam Penyelenggaraan RSBI .................................................................................. 33

D. Persyaratan Penyelenggaraan RSBI ............................................................................. 63

E. Prosedur Penyelenggaraan RSBI ................................................................................. 66

BAB V PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RSBI........................................................ 73

A. Sosialisasi Sekolah Sebagai Rintisan SBI (RSBI) (RSBI) ............................................... 73

B. Pembentukan Tim Pengembang Rintisan SBI (RSBI) di Sekolah................................... 74

C. Sosialisasi dan Pemahaman RKS dan RKAS................................................................... 74

D. Menentukan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan (milestone ) .............................. 75

E. Model-Model Penyelenggaraan.................................................................................. 75

F. Implementasi Pentahapan Pelaksanaan Program dan Kegiatan RSBI ........................... 79

BAB VI PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL................................................................................................................ 127

A. Kultur lingkungan kondusif .................................................................................... 128

B. Kultur belajar......................................................................................................... 129

Page 4: Pedoman Pelaksanaan RSBI

vi

C. Kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan ................................................ 130

D. Kultur keunggulan global dan atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG)

143

BAB VIII KEWENANGAN PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

......................................................................................................................................... 155

A. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Pendidikan ....................................... 155

B. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Penyelenggaraan RSBI ...................... 157

BAB IX PENGGUNAAN DANA BANTUAN (SUBSIDI) PEMERINTAH....................................... 173

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 173

B. Tujuan Umum........................................................................................................ 173

C. Dasar Hukum......................................................................................................... 174

D. Sasaran.................................................................................................................. 174

E. Penggunaan Dana Bantuan Persiapan RSBI............................................................ 174

F. Penggunaan Dana Penyelenggaraan RSBI .............................................................. 180

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................................... 191

Page 5: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATA BELAKANG

Sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 pada pasal 31 dinyatakan bahwa: (1)

Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga Negara wajib

mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; serta (3) Pemerintah

mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang

meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal

Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah telah menetapkan tiga rencana strategis

dalam jangka menengah, yaitu: (1) peningkatan akses dan pemerataan dalam rangka

penuntasan wajib belajar pendidikan dasar, (2) peningkatan mutu, efisiensi, relevansi,

dan peningkatan daya saing, dan (3) peningkatan manajemen, akuntabilitas, dan

pencitraan publik.

Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara

nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,

maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf

internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Berkaitan dengan

penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf internasional ini, maka: (1)

pendidikan bertaraf internasional yang bermutu (berkualitas) adalah pendidikan yang

mampu mencapai standar mutu nasional dan internasional, (2) pendidikan bertaraf

internasional yang efisien adalah pendidikan yang menghasilkan standar mutu lulusan

optimal (berstandar nasional dan internasional) dengan pembiayaan yang minimal, (3)

pendidikan bertaraf internasional juga harus relevan, yaitu bahwa penyelenggaraan

pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, orang tua, masyarakat,

kondisi lingkungan, kondisi sekolah, dan kemampun pemerintah daerahnya

(kabupaten/kota dan propinsi); dan (4) pendidikan bertaraf internasional harus

memiliki daya saing yang tinggi dalam hal hasil-hasil pendidikan (output dan outcomes),

proses, dan input sekolah baik secara nasional maupun internasional.

Untuk menuju kepada satuan pendidikan yang bertaraf internasional atau sekolah

bertaraf internasional (SBI) tersebut, maka pemerintah sejak tahun 2007 telah

melaksanakan pembinaan kepada sekolah atau satuan pendidikan untuk dikembangkan

menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional atau RSBI, yang berasal dari sekolah-

sekolah yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai sekolah standar nasional. Hal ini

didasarkan atas kenyataan bahwa untuk menjadi SBI memerlukan biaya yang sangat

mahal, sehingga ditempuh dengan tidak mendirikan baru, akan tetapi diawali dari SSN

tersebut. Sedangkan secara yuridis, pembinaan RSBI ini dilakukan sesuai dengan

Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 25 bahwa “Pemerintah dapat mendirikan

satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf

internasional”.

Page 6: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 2

Penyelenggaraan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan

bertaraf internasiona, yang selanjutnya disebut dengan Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (disingkat dengan RSBI) dilatarbelakangi oleh alasan-alasan berikut:

1. Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi,

manajemen dan sumberdaya manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan

biaya produksi, meningkatkan kandungan nilai tambah, memperluas keragaman

produk, dan meningkatkan mutu produk. Keunggulan manajemen dapat

mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya kinerja sekolah, dan kenggulan

sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat internasional,

akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisai ini.

2. Dalam upaya peningkatan mutu, efisien, relevan, dan memiliki daya saing kuat,

maka dalam penyelenggaraan SBI pemerintah memberikan beberapa landasan

yang kuat yaitu: (a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UUSPN 20/2003) Pasal 50 ayat (3) dinyatakan bahwa

“pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya

satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan

menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional”; (b) Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (disingkat SNP); (c) UU

Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005-2025 menetapkan tahapan skala prioritas utama dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan

kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Demikian pula

dalam Renstra 2010-2014 bahwa pemerintah mentargetkan pada tahun 2014

minimal 50% kabupaten/kota di Indonesia telah ada SBI.

3. Penyelenggaraan RSBI didasari oleh filosofi eksistensialisme dan esensialisme

(fungsionalisme). Filosofi eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus

menyuburkan dan mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin

melalui fasilitasi yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat,

pro-perubahan (kreatif, inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan

mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Filosofi

eksistensialisme berkeyakinan bahwa pendidikan harus menyuburkan dan

mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitasi yang

dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan (kreatif,

inovatif dan eksperimentatif), menumbuhkan dan mengembangkan bakat, minat,

dan kemampuan peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus

memperhatikan perbedaan kecerdasan, kecakapan, bakat dan minat peserta didik.

Jadi, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan

potensi intelektual, emosional, dan spriritualnya. Para peserta didik tersebut

merupakan aset bangsa yang sangat berharga dan merupakan salah satu faktor

daya saing yang kuat, yang secara potensial mampu merespon tantangan

globalisasi. Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi

dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun

kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun

Page 7: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 3

internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan

sumberdaya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional.

4. Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan yaitu

learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be

merupakan patokan berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan

pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar,

sarana dan prasarana, hingga sampai penilaiannya. Maksudnya adalah

pembelajaran tidaklah sekedar memperkenalkan nilai-nilai (learning to know),

tetapi juga harus bisa membangkitkan penghayatan dan mendorong menerapkan

nilai-nilai tersebut (learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to

live together) dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai dirinya

(learning to be).

Berdasarkan berbagai peraturan perundangan dan beberapa pertimbangan/alasan di

atas, maka penting kiranya pemerintah berkewajiban untuk memberikan arahan,

bimbingan dan pengaturan terhadap sekolah-sekolah yang akan atau telah ditetapkan

sebagai satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf

internasional atau disebut dengan Rintisan SBI (RSBI), baik untuk sekolah negeri

maupun swasta supaya kedepan pengembangannya lebih terarah, terencana, dan

sistematis, serta diharapkan di setiap daerah Kabupaten/Kota di Indonesia terdapat

minimal satu satuan dan jenis pendidikan yang bertaraf internasional atau SBI. Untuk

itu, Direktorat Pembinaan SMP perlu untuk membuat adanya suatu panduan

penyelenggaraan RSBI ini, yang dapat dipergunakan sebagai acuan oleh semua

pemangku kepentingan (stakeholder) dalam rangka penyelenggaraan RSBI.

Page 8: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 9: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 5

BAB II

DASAR HUKUM DAN TUJUAN

A. DASAR HUKUM

Penyelenggaraan RSBI ini berlandaskan pada:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam

pasal 50 menyatakan bahwa:

a. Ayat (2): Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional

pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional.

b. Ayat (3): pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan

sekurang-kurangnya satu sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk

dikembangkan menjadi sekolah yang bertaraf internasional.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 mengatur perencanaan pembangunan jangka

panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan

dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

dalam Pasal 61 Ayat (1) menyatakan bahwa: Pemerintah bersama-sama pemerintah

daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang

pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu sekolah pada jenjang pendidikan

menengah untuk dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota

5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan.

6. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009 menyatakan

bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf

internasional pada tingkat kabupaten/kota melalui kerjasama yang konsisten antara

pemerintah dengan pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.

7. Kebijakan Depdiknas Tahun 2007 tentang Pedoman Penjaminan Mutu

Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan

Menengah, antara lain pada halaman 10 disebutkan “.........diharapkan seluruh

pemangku kepentingan untuk menjabarkan secara operasional sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan Sekolah/Madrasah bertaraf internasional...”

8. Permendiknas Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Nomor 6 Tahun 2007; Nomor 12,

13, 16, 18, 19, 20, 24, dan 41 Tahun 2007.

9. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf

Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 25 menyebutkan:

“Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi

satuan pendidikan bertaraf internasional”.

10. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kepesertadidikan

Page 10: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 6

B. TUJUAN

Panduan Penyelenggaraan RSBI ini disusun untuk memberikan penjelasan dan

ketentuan secara umum bagi para pemangku kepentingan pendidikan di tingkat pusat,

provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah dalam menyelenggarakan Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional (RSBI) yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Dengan adanya panduan ini diharapkan seluruh pemangku kepentingan:

1. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang konsep rintisan

sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI);

2. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang

penyelenggaraan RSBI dalam hal: tujuan penyelenggaraan, kurikulum,

pengembangan SDM, proses pembelajaran, manajemen, sarana/prasarana,

pembiayaan, dan sistem penilaian.

3. memiliki pemahaman, pengertian, dan wawasan yang sama tentang peserta didik

RSBI, kultur sekolah, penanaman karakter, persyaratan, prosedur, perijinan,

pengendalian dan pengawasan serta sanksi pelanggaran.

Page 11: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 7

BAB III

KONSEP SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DAN RINTISAN SEKOLAH

BERTARAF INTERNASIONAL

Sebelum memahami tentang RSBI, maka terlebih dahulu diketahui tentang SBI itu

sendiri. Oleh karena itu dalam penjelasan ini akan diuraikan masing-masing tentang SBI

dan RSBI tersebut.

A. Pengertian Sekolah Bertaraf internasional

Seperti dijelaskan dalam kebijakan Depdiknas Tahun 2007 Tentang ”Pedoman

Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan

Dasar dan Menengah”, bahwa Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan

Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP)

dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota

Organization for Economic Co-operation and Development dan / atau negara maju

lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga

memiliki daya saing di forum internasional. Hal ini sejalan dengan pengertian SBI yang

tertuang dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu bahwa Sekolah Bertaraf Internasional

adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh SNP yang diperkaya dengan keunggulan

mutu tertentu yang berasal dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

Dengan konsep ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar

nasional pendidikan yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,

standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Selanjutnya

komponen-komponen, aspek-aspek, dan indicator-indikator SNP tersebut diperkaya,

diperkuat, dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar

pendidikan dari salah satu atau lebih anggota OECD (Australia, Austria, Belgium, Canada,

Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland,

Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland,

Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United

States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore

dan Hongkong), dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu

dalam bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara

internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. Dengan

demikian diharapkan SBI harus mampu memberikan jaminan bahwa baik dalam

penyelenggaraan maupun hasil-hasil pendidikannya lebih tinggi standarnya daripada

SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat nasional maupun

internasional melalui berbagai strategi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sesuai dengan konsep di atas, maka dalam upaya mempermudah sekolah dalam

memahami dan menjabarkan secara operasional dalam penyelenggraan pendidikan

yang mampu menjamin mutunya bertaraf internasional, maka dapat dirumuskan bahwa

SBI pada dasarnya merupakan pelaksanaan dan pemenuhan delapan (8) unsur SNP yang

Page 12: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 8

disebut sebagai indikator kinerja kunci minimal (disingkat IKKM) dan

diperkaya/dikembangkan/diperluas/diperdalam dengan komponen, aspek, atau

indikator kompetensi yang isinya merupakan penambahan atau

pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan dari delapan SNP tersebut sebagai

indikator kinerja kunci tambahan (disingkat IKKT) dan berstandar internasional dari salah

satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya.

Untuk dapat memenuhi karakteristik dari konsepsi SBI tersebut, maka sekolah dapat

melakukan antara lain dengan dua cara, yaitu: (1) adaptasi, yaitu

pengayaan/pemdalaman/penguatan/perluasan/penyesuaian unsur-unsur tertentu yang

sudah ada dalam SNP dengan mengacu (setara/sama) dengan standar pendidikan salah

satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan

tertentu dalam bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui

secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional;

dan (2) adopsi, yaitu penambahan dari unsur-unsur tertentu yang belum ada diantara

delapan unsur SNP dengan tetap mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota

OECD dan / atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam

bidang pendidikan, diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara

internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional.

B. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf internasional

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa satuan pendidikan yang dikembangkan

menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional disebut juga dengan rintisan SBI.

Dikatakan sebagai rintisan adalah sekolah-sekolah tersebut dipersiapkan secara

bertahap melalui pembinaan oleh pemerintah dan stakeholders, dalam jangka waktu

tertentu yaitu empat tahun diharapkan sekolah tersebut mampu dan memenuhi kriteria

untuk menjadi SBI.

Selama masa rintisan, sekolah melakukan upaya-upaya baik melalui adaptasi atau adopsi

mengembangkan delapan SNP dan lainnya dalam kerangka pemenuhan IKKT. Dalam hal

ini peran semua pihak, khususnya pemerintah daerah provinsi dan masyarakat

diharapkan dapat terlibat sepenuhnya, di samping peran pemerintah pusat juga tinggi,

termasuk di dalamnya pemerintah daerah kab/kota. Bentuk tanggung jawab masing-

masing pihak tersebut adalah sesuai kewenangannya sebagaimana diatur dalam

Permendiknas No 78 Tahun 2009.

Selama masa rintisan, penyelenggaraan RSBI tersebut pada setiap tahunnya dilakukan

supervisi, monitoring, dan evaluasi untuk membina dan sekaligus mengetahui

sejauhmana tercapainya pemenuhan IKKT. Sehingga pada saatnya nanti sekolah

tersebut dikatakan sebagai SBI atau tidak lagi menjadi rintisan. Bagi sekolah yang

ternyata belum atau tidak memenuhi kriteria sebagai SBI, maka akan diupayakan tetap

sebagai rintisan secara mandiri di bawah kewenangan pemerintah daerah provinsi. Dan

tidak menutup kemungkinan sekolah tersebut justru kembali menjadi SSN.

Page 13: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 9

C. Tujuan Diselenggarakan RSBI

Tujuan penyelenggaraan RSBI adalah:

1. Untuk membina sekolah yang secara bertahap ditingkatkan dan dikembangkan

komponen, aspek, dan indikator SNP dan sekaligus keinternasionalannya;

2. Untuk menghasilkan suatu sekolah yang memenuhi IKKM (SNP) dan memenuhin

IKKT sekaligus, sehingga dapat menjadi SBI;

3. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai

standar kompetensi lulusan dan diperkaya dengan standar kompetensi pada salah

satu sekolah terakreditasi di negara anggota OECD atau negara maju lainnya;

4. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing komparatif

tinggi yang dibuktikan dengan kemampuan menampilkan keunggulan lokal ditingkat

internasional;

5. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing

dalam berbagai lomba internasional yang dibuktikan dengan perolehan medali emas,

perak, perunggu dan bentuk penghargaan internasional lainnya;

6. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan bersaing

kerja di luar negeri terutama bagi lulusan sekolah menengah kejuruan;

7. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan berperan

aktif secara internasional dalam menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan

dunia dari perspektif ekonomi, sosio-kultural, dan lingkungan hidup;

8. Sekolah merintis dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan

menggunakan dan mengembangkan teknologi komunikasi dan informasi secara

professional.

D. Karakteristik RSBI

Pada umumnya sekolah disebut sebagai sekolah internasional antara lain memiliki ciri-

ciri: (a) sebagai anggota atau termasuk dalam komunitas sekolah dari negara-

negara/lembaga pendidikan internasional yang ada di negara-negara OECD dan/ atau

negara maju lainnya, (b) terdapat guru-guru dari negara-negara tersebut, (c) dapat

menerima peserta didik dari negara asing, dan (d) terdapat kegiatan-kegiatan kultur

sekolah atau pengembangan karakter peserta didik yang menghargai atau menghormati

negara/bangsa lain di dunia, toleransi beragama, menghormati dan saling menghargai

budaya tiap bangsa, menghormati keragaman etnis/ras/suku, mampu berkomunikasi

berbasis TIK dan berbahasa inggris/asing lainnya, dan sebagainya.

Sedangkan rintisan sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang sedang berproses

untuk mampu memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, baik dalam hal masukan,

proses dan hasil-hasil pendidikan terhadap berbagai komponen, aspek, dan indikator

pendidikan. Pada saatnya nanti diharapkan memiliki atau bercirikan keinternasionalan

seperti kemitraan dengan bukti nyata berupa perjanjian yang secara substantif

terlegitimasi dari salah satu anggota OECD dan / atau negara maju lainnya (termasuk

juga dari dalam negeri) yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan,

diyakini telah memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional, serta lulusannya

memiliki kemampuan daya saing internasional.

Page 14: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 10

Dalam lulusan RSBI diharapkan, selain menguasai kompetensi dengan SNP di Indonesia,

juga telah berusaha untuk menguasai kemampuan-kemampuan kunci global tertentu,

khususnya dalam bidang matematika, sains, teknologi informasi dan komunikasi serta

bahasa asing, agar setara dengan rekannya dari lulusan negara-negara maju tersebut.

Untuk itu pengakraban peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang diunggulkan

dalam era global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan RSBI. Nilai-nilai

progresif tersebut akan dapat mempersempit kesenjangan antara Indonesia dengan

negara-negara maju, khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi. Perkembangan

ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan disiplin ilmu keras (hard

science) dan disiplin ilmu lunak (soft science). Disiplin ilmu keras meliputi matematika,

fisika, kimia, biologi, astronomi, dan terapannya yaitu teknologi yang meliputi teknologi

komunikasi, transportasi, manufaktur, konstruksi, bio, energi, dan bahan. Disiplin ilmu

lunak (soft science) meliputi, misalnya, sosiologi, ekonomi, bahasa asing (Inggris,

utamanya), dan etika global.

Penyelenggaraan RSBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkelas nasional dan

internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas nasional secara jelas telah dirumuskan

dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijabarkan

dalam PP 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan dalam Permendiknas

nomor 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta dalam Kebijakan

Depdiknas Tahun 2007 Tentang ”Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”. Dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 bahwa sekolah harus memenuhi delapan unsur Standar Nasional Pendidikan

terdiri dari: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik

dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan, dan standar penilaian, dimana semuanya itu merupakan obyek penjaminan

mutu pendidikan/sekolah.

Sebagai suatu sistem, penjaminan akan mutu internasional dapat ditunjukkan oleh

sekolah dengan karakteristik sebagai berikut:

a. output/lulusan RSBI memiliki kemampuan-kemampuan bertaraf nasional plus

internasional sekaligus, yang ditunjukkan oleh penguasaan SNP Indonesia dan

penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan dalam era global. SNP

merupakan standar minimal yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan yang

berakar Indonesia, namun tidak berarti bahwa output satuan pendidikan tidak boleh

melampui SNP. SNP boleh dilampaui asal memberikan nilai tambah yang positif bagi

pengaktualan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional, maupun

spiritualnya. Selain itu, nilai tambah yang dimaksud harus mendukung penyiapan

manusia-manusia Indonesia abad ke-21 yang kemampuannya berbasis ilmu

pengetahuan dan teknologi, beretika global, dan sekaligus berjiwa dan bermental

kuat, integritas etik dan moralnya tinggi, dan peka terhadap tuntutan-tuntutan

keadilan sosial. Sedang penguasaan kemampuan-kemampuan kunci yang diperlukan

dalam era global merupakan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk

bersaing dan berkolaborasi secara global dengan bangsa-bangsa lain, yang

Page 15: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 11

setidaknya meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang

canggih serta kemampuan berkomunikasi secara global.

b. proses penyelenggaraan RSBI mampu mengakrabkan, menghayatkan dan

menerapkan nilai-nilai (religi, ekonomi, seni, solidaritas, dan teknologi mutakhir dan

canggih), norma-norma untuk mengkonkretisasikan nilai-nilai tersebut, standar-

standar, dan etika global yang menuntut kemampuan bekerjasama lintas budaya dan

bangsa. Selain itu, proses belajar mengajar dalam SBI harus pro-perubahan yaitu

yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar dan

eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan baru, “a joy of discovery”, yang

tidak tertambat pada tradisi dan kebiasaan proses belajar di sekolah yang lebih

mementingkan memorisasi dan recall dibanding daya kreasi, nalar dan

eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan baru. Proses belajar

mengajar SBI harus dikembangkan melalui berbagai gaya dan selera agar mampu

mengaktualkan potensi peserta didik, baik intelektual, emosional maupun

spiritualnya sekaligus. Penting digaris bawahi bahwa proses belajar mengajar yang

bermatra individual-sosial-kultural perlu dikembangkan sekaligus agar sikap dan

perilaku peserta didik sebagai makhluk individual tidak terlepas dari kaitannya

dengan kehidupan masyarakat lokal, nasional, regional dan global. Bahasa pengantar

yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa

Asing (khususnya Bahasa Inggris) dan menggunakan media pendidikan yang

bervariasi serta berteknologi mutakhir dan canggih, misalnya laptop, LCD, dan VCD.

c. Oleh karenanya, tafsir ulang terhadap praksis-praksis penyelenggaraan proses

belajar mengajar yang berlangsung selama ini sangat diperlukan. Proses belajar

mengajar di sekolah saat ini lebih mementingkan jawaban baku yang dianggap benar

oleh guru, tidak ada keterbukaan dan demokrasi, tidak ada toleransi pada kekeliruan

akibat kreativitas berpikir karena yang benar adalah apa yang dipersepsikan benar

oleh guru. Itulah yang disebut sebelumnya sebagai memorisasi dan recall. SBI harus

mengembangkan proses belajar mengajar yang: (1) mendorong keingintahuan (a

sense of curiosity and wonder), (2) keterbukaan pada kemungkinan-kemungkinan

baru, (3) prioritas pada fasilitasi kemerdekaan dan kreativitas dalam mencari

jawaban atau pengetahuan baru (meskipun jawaban itu salah atau pengetahuan

baru dimaksud belum dapat digunakan); dan (4) pendekatan yang diwarnai oleh

eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru.

d. input adalah segala hal yang diperlukan untuk berlangsungnya proses dan harus

memiliki tingkat kesiapan yang memadai. Input penyelenggaraan SBI yang ideal

untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bertarap internasional meliputi

siswa baru (intake) yang diseleksi secara ketat dan masukan instrumental yaitu

kurikulum, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendukung, sarana dan prasarana, dana,

dan lingkungan sekolah. Intake (siswa baru) diseleksi secara ketat melalui saringan

rapor SD, ujian akhir sekolah, scholastic aptitude test (SAT), kesehatan fisik, dan tes

wawancara. Siswa baru SBI memiliki potensi kecerdasan unggul, yang ditunjukkan

oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan berbakat luar biasa.

Sementara itu, SBI memiliki instrumental inputs ideal sebagai berikut.

Page 16: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 12

e. Kurikulum diperkaya (diperkuat, diperluas dan diperdalam) agar memenuhi standar

isi SNP plus kurikulum bertaraf internasional yang digali dari berbagai sekolah dari

dalam dan dari luar negeri yang jelas-jelas memiliki reputasi internasional. Guru

harus memiliki kompetensi bidang studi (penguasaan matapelajaran), pedagogik,

kepribadian dan sosial bertaraf internasional, serta memiliki kemampuan

berkomunikasi secara internasional yang ditunjukkan oleh penguasaan salah satu

bahasa asing, misalnya bahasa Inggris. Selain itu, guru memiliki kemampuan

menggunakan ICT mutakhir dan canggih. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan

internasional dalam manajemen, kepemimpinan, organisasi, administrasi, dan

kewirausahaan yang diperlukan untuk menyelenggarakan SBI, termasuk kemampuan

komunikasi dalam bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris. Tenaga pendukung, baik

jumlah, kualifikasi maupun kompetensinya memadai untuk mendukung

penyelenggaraan SBI. Tenaga pendukung yang dimaksud meliputi pustakawan,

laboran, teknisi, kepala TU, tenaga administrasi (keuangan, akuntansi, kepegawaian,

akademik, sarana dan prasarana, dan kesekretariatan. Sarana dan prasarana harus

lengkap dan mutakhir untuk mendukung penyelenggaraan RSBI, terutama yang

terkait langsung dengan penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik buku teks,

referensi, modul, media belajar, peralatan, dsb. Organisasi, manajemen dan

administrasi SBI memadai untuk menyelenggarakan SBI, yang ditunjukkan oleh: (1)

organisasi: kejelasan pembagian tugas dan fungsi, dan koordinasi yang bagus antar

tugas dan fungsi; (2) manajemen tangguh, mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi; dan (3) administrasi rapi,

yang ditunjukkan oleh pengaturan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan

secara efektif dan efisien. Lingkungan sekolah, baik fisik maupun nir-fisik, sangat

kondusif bagi penyelenggaraan RSBI. Lingkungan nir-fisik (kultur) sekolah mampu

menggalang konformisme perilaku warganya untuk menjadikan sekolahnya sebagai

pusat gravitasi keunggulan pendidikan yang bertaraf internasional.

Dengan demikian, tolok ukur atau karakteristik RSBI adalah sekolah harus mampu

memenuhi delapan obyek atau unsur pendidikan tersebut yang secara rinci dijabarkan

dalam standar indikator-indikator kinerja kunci minimal sebagai jaminan akan mutu

pendidikannya yang telah berstandar nasional. Di samping itu, sekolah juga harus

mampu memenuhi indikator-indikator kinerja kunci tambahan, yaitu indikator-indikator

kinerja sekolah yang berstandar internasional sebagaimana dijelaskan di atas. Secara

garis besar dapat dilihat dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009. Secara konsep

karakteristik RSBI dapat dilihat dalam Lampiran 1.

Page 17: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 13

BAB IV

PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL

Sebagai suatu sistem pendidikan, setiap sekolah harus memenuhi berbagai komponen yang

sekaligus menjadi sasaran untuk pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri yaitu terdiri:

komponen akreditasi, komponen kurikulum, komponen proses pembelajaran, komponen

penilaian, komponen pendidik, komponen tenaga kependidikan, komponen sarana dan

prasarana, dan komponen pengelolaan serta komponen pembiayaan pendidikan. Dalam

praktik penyelenggaraannya, semua komponen tersebut merupakan obyek penjaminan

mutu pendidikan. Maksudnya adalah bahwa mutu pendidikan yang akan dicapai oleh

sekolah obyeknya adalah komponen-komponen pendidikan tersebut. Tingkatan dan

kualifikasi mutu pendidikan yang akan dicapai sebagai RSBI untuk menuju SBI minimal

adalah bertaraf atau setara dengan tingkatan dan kualifikasi mutu pendidikan dari negara-

negara anggota OECD, negara maju lain, dan atau sekolah bertaraf internasional lain, baik

dari dalam maupun luar negeri. Komponen-komponen pendidikan dalam sistem tersebut

dikelompokkan menjadi dua, yaitu dalam IKKM dan IKKT. Oleh karena itu, setiap sekolah

yang menyelengarakan pendidikan sebagai RSBI harus didasarkan atas kedua hal tersebut

untuk dapat dipenuhi semuanya.

A. Pengertian IKKM dan IKKT dalam Penyelenggaraan SBI

Pengertian unsur indikator kinerja kunci minimal (IKKM) di sini adalah suatu standar

kinerja sekolah yang meliputi unsur-unsur pendidikan yaitu: akreditasi, kurikulum,

proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, dan pembiayaan pendidikan. Bagi sekolah yang dirintis sebagai SBI, maka

diharuskan terlebih dahulu memenuhi standar minimal dari berbagai unsur pendidikan

tersebut. Indikator-indikator pendidikan tersebut merupakan kunci pokok yang harus

dipenuhi sebagai tolok ukur bahwa sekolah yang bersangkutan minimal telah memenuhi

Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah ditentukan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan semua Permendiknas yang mengatur tentang

masing-masing SNP tersebut.

Sesuai dengan konsep RSBI yang dikembangkan sebelumnya bahwa RSBI pada Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah” merupakan ”Sekolah yang dirintis untuk memenuhi

seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar

pendidikan salah satu negara anggota OECD dan / atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki daya saing

di forum internasional”.

Pengertian SNP yang diperkaya adalah dipahami sebagai pendalaman, perluasan, dan

penguatan terhadap tiap komponen pendidikan disebut dengan indikator kinerja kunci

tambahan (IKKT), yaitu diperkaya tentang standar isinya, standar proses

pembelajarannya, standar kompetensi lulusannya, standar penilaiannya, standar

pendidik dan tenaga kependidikannya, standar sarana dan prasarananya, dan standar

pengelolaannya serta standar pembiayaannya. Dalam pengayaan tersebut mengenai

Page 18: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 14

luasan, kedalaman, dan cakupannya sangat ditentukan oleh: (1) kondisi dan kemampuan

sekolah; (2) tuntuan di era globalisasi; (3) tujuan yang diinginkan (termasuk visi dan misi

sekolah yang bersangkutan); dan (4) dukungan berbagai pemangku kepentingan untuk

penyelenggaraan RSBI, termasuk di dalamnya adalah Pemerintah Daerah Provinsi

sebagai penyelenggara dan peran pemerintah daerah kabupaten/kota untuk

membantunya.

Sedangkan pengertian tentang mengacu pada standar pendidikan salah satu negara

anggota OECD dan / atau negara maju lainnya, termasuk yang ada di dalam negeri,

adalah yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan yang

diselenggarakan tetap pada ”jati diri” bangsa Indonesia. Artinya, RSBI pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah di Indonesia tetap terdapat ciri keindonesiaannya,

dimana yang dikatakan ”bertaraf” di sini misalnya dilihat dari kelulusan adalah sebagai

rintisan berusaha untuk dapat bertaraf tentang kompetensi, kemampuan, dan

profesionalitas lulusan minimal sama atau lebih tinggi daripada kompetensi,

kemampuan, dan profesionalitas lulusan dari sekolah internasional dari negara-negara

tersebut. Misalnya, lulusan RSBI di Indonesia bidang metematika harus minimal sama

dengan lulusan sekolah internasional dari salah satu negara anggota OECD dan / atau

negara maju lainnya, termasuk yang ada di dalam negeri, yang mempunyai keunggulan

tertentu dalam bidang pendidikan. Demikian pula halnya untuk bidang-bidang lainnya

yaitu sains (IPA), Bahasa Inggris, TIK, dan sebagainya. Oleh karena itu, pemaknaan

”mengacu” di sini dalam hal kelulusan lebih dititikberatkan kepada kesesamaan atau

kesetaraan akan kompetensi, kemampuan, dan profesionalitasnya.

B. Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan atau IKKM dalam Penyelenggaraan RSBI

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagi sekolah yang bertaraf internasional

(RSBI) harus memenuhi dua indikator kinerja sekolah, yaitu Indikator Kinerja Kunci

Minimal (IKKM) dan Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT). Sebagai RSBI maka wajib

berusaha selama menjadi rintisan mampu memenuhi IKKM ini, karena komponen-

komponen IKKM merupakan standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan dalam

UUSP Nomor 20 Tahun 2003, dijabarkan lebih lanjut dalam PP Nomor 19 Tahun 2005,

dan lebih lanjut dioperasionalkan dalam Peraturan atau Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional serta Kebijakan Direktorat Pembinaan SMP, yaitu sebagai SNP minimal yang

terdiri dari pemenuhan terhadap standar kompetensi lulusan, standar isi, pemenuhan

standar proses pembelajaran, pemenuhan standar penilaian, pemenuhan standar

pendidik dan tenaga kependidikan, pemenuhan standar sarana dan prasarana,

pemenuhan standar pengelolaan, dan pemenuhan standar pembiayaan pendidikan.

Apabila telah memenuhi IKKM ini, maka sekolah akan lebih mudah untuk memenuhi

IKKT-nya.

Sebagai pedoman RSBI dalam pemenuhan SNP (IKKM) ini adalah telah diatur dalam

beberapa peraturan perundangan, seperti:

1. Pemenuhan SKL mengacu kepada Permendiknas No 23 Tahun 2006

Page 19: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 15

2. Pemenuhan standar isi mengacu kepada Permendiknas No 22 Tahun 2006 dan

Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 dan No 6 Tahun 2007 tentang

Implementasi Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006

3. Pemenuhan standar proses mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007

4. Pemenuhan standar pendidik dan tenaga kependidikan mengacu kepada

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah,

Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi

Guru, Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru Dalam

Jabatan, Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pengaturan Beban Kerja

Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.

5. Pemenuhan standar Sarana dan Prasarana Pendidikan mengacu kepada

Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Pendidikan, Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah

Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP, Panduan Pelaksanaan dan

Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang

Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP, dan

Permendiknas No 24 Th 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana

6. Pemenuhan standar pengelolaan mengacu kepada Permendiknas Nomor 19

Tahun 2007 dan termasuk pemenuhan akreditasi sekolah mengacu kepada

Permendiknas Nomor 12 Tahun 2009.

7. Pemenuhan standar pembiayaan mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor

48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan dan Permendiknas No 78 Tahun

2009.

8. Pemenuhan standar penilaian mengacu kepada Permendiknas Nomor 20 Tahun

2007.

1. Pemenuhan Standar Isi

Sebagai sekolah yang dirintis menuju bertaraf internasional, maka dalam

penyelenggaraan pendidikannya harus memenuhi standar isi sebagaimana yang

telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Dijelaskan bahwa ”Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang

selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat

kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu”, termasuk di dalamnya adalah jenjang SMP.

Standar isi secara keseluruhan mencakup: (1) kerangka dasar dan struktur kurikulum

yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan

pendidikan, (2) beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan

menengah, (3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh

satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak

terpisahkan dari standar isi, yang dalam hal ini disusun dalam Buku-1 KTSP termasuk

di dalamnya adalahstruktur kurikulum dan pemetaan standar kompetensi dan

kompetensi dasar, dan (4) kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan

pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Page 20: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 16

a. Kerangka Dasar Kurikulum

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan

umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

terdiri atas: kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kelompok mata

pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi; kelompok mata pelajaran estetika; kelompok mata

pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Prinsip-prinsip dalam pengembangan

kurikulum antara lain: berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya; beragam dan terpadu; tanggap

terhadap perkembangan iptek dan seni; relevan dengan kebutuhan kehidupan;

menyeluruh dan berkesinambungan; belajar sepanjang hayat; seimbang antara

kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Prinsip-prinsip pelaksanaan

kurikulum: siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis

dan menyenangkan; menegakkan 5 pilar belajar; peserta didik mendapat

pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan percepatan; suasana

hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai,

akrab, terbuka dan hangat; menggunakan pendekatan multistrategi dan

multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan

lingkungan sekitar sebagai sumber belajar; mendayagunakan kondisi alam, sosial

dan budaya serta kekayaan daerah; dan diselenggarakan dalam keseimbangan,

keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis

serta jenjang pendidikan. Struktur kurikulum yang harus dikembangkan dan

disusun adalah: kedalaman muatan kurikulum dituangkan dalam kompetensi

yang harus dikuasai siswa dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur

kurikulum; (a) merupakan pola dan susunan matapelajaran yang harus ditempuh

oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran; (c) kompetensi terdiri dari Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) yang dikembangkan berdasarkan

Standar Kompetensi Lulusan (SKL); dan (d) muatan Lokal dan Pengembangan Diri

merupakan bagian integral dari struktur kurikulum sekolah

b. Beban Belajar

Beban belajar diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sistem : (a) Tatap Muka (TM), yaitu

kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan

pendidikan, (b) Penugasan Terstruktur (PT), yaitu kegiatan pembelajaran berupa

pendalaman materi untuk siswa, dirancang guru untuk mencapai kompetensi -

Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh guru dan (c) Kegiatan Mandiri

Tidak Terstruktur (KMTT), yaitu kegiatan pembelajaran berupa pendalaman

materi untuk siswa, dirancang guru untuk mencapai kompetensi - Waktu

penyelesaian penugasan ditentukan oleh siswa.

Page 21: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 17

Dalam sistem penyelenggaraan dapat dilaksanakan dengan system paket dan

system SKS. Sistem penyelenggaraan paket adalah dimana program pendidikan

yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh mata pelajaran dan beban

studi yang sudah ditetapkan untuk setiap tingkatan kelas, sesuai dengan struktur

yang berlaku pada satuan pendidikan dimaksud. Sedangkan Sistem Kredit

Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta

didiknya menentukan sendiri jumlah beban belajar dan mata pelajaran yang

diikuti setiap semester. Dan untuk meningkatkan atau mencapai ketuntasan yang

diinginkan, maka diperlukan adanya program pengembangan diri.

Pengembangan diri pada dasarnya adalah: tidak termasuk beban belajar, karena

substansinya dipilih sendiri oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, minat,

dan bakat, serta dalam pelaksanaannya dialokasikan waktu ekuivalen 2 (dua)

jam pelajaran.

c. KTSP Operasional (Kurikulum Sekolah)

Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan. Sekolah dan Kepala Sekolah mengembangkan KTSP dan

silabus berdasarkan : kerangka dasar kurikulum, dan standar kompetensi di

bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan atau

Provinsi.

d. Kalender sekolah/pendidikan

Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran

peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup

permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, dan hari libur.

2. Pemenuhan Standar Proses

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar, dimana proses pembelajaran ditinjau dari sisi

manajemen adalah suatu perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan,

sehingga terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Karakteristik proses

pembelajaran tersebut haruslah interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

dan memberikan motivasi kepada peserta didik agar mampu membangkitkan

semangat belajar, kreatif, dinamis, dan mandiri sesuai dengan bakat dan minatnya.

Kondisi seperti inilah yang diharapkan dapat terjadi dalam proses pembelajaran.

Seperti diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan bahwa setiap sekolah harus memenuhi standar proses, sebagaimana

tertuang dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007. Standar proses adalah kriteria

minimal SNP yang meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran

untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

Page 22: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 18

Standar perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) untuk semua mata pelajaran pada semua jenjang kelas, yang

sekurang-kurangnya memuat standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),

materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

Pelaksanaan proses pembelajaran meliputi: (a) persyaratan yang harus dipenuhi

yaitu: jumlah peserta didik tiap rombongan belajar, beban tugas minimal pendidik,

sumber belajar, rasio maksimal peserta didik dan guru, dan pengelolaan kelas; (b)

pelaksanaan pembelajaran yang meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup pembelajaran.

Sedangkan untuk penilaian hasil belajar harus mengacu kepada standar penilaian

yang menekankan pada proses dan hasil pendidikan. Pelaksanaan penilaian harus

dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram, yang selanjutnya akan

dijelaskan dalam bab tersendiri. Standar pengawasan proses pembelajaran dilakukan

yang dibedakan dalam pengawasan yang bersifat pemantauan, supervisi, dan

evaluasi pelaksanaan pembelajaran. Pelaporan-pelaporan pemantauan, supervisi,

dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran harus dibuat dan dipergunakan untuk

masukan, perbaikan, dan tindak lanjut terhadap substnasi, pendukung, dan

pelaksana pembelajaran itu sendiri sehingga dapat lebih ditingkatkan proses

pelaksanaan pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian sampai dengan

pengawasan berikutnya.

3. Pemenuhan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka dalam penyelenggaraan

pendidikan RSBI harus memenuhi (dalam pengertian menghasilkan lulusan)

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan SMP, Standar Kompetensi Kelompok Mata

Pelajaran, dan Standar Kompetensi Lulusan per Mata Pelajaran, yaitu:

a. Standar Kompetensi Lulusan SMP:

1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja

2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri

3) Menunjukkan sikap percaya diri

4) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih

luas

5) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional

6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-

sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif

7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya

Page 23: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 19

9) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari

10) Mendeskripsi gejala alam dan sosial

11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia

13) Menghargai karya seni dan budaya nasional

14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

15) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang

16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun

17) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat

18) Menghargai adanya perbedaan pendapat

19) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana

20) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana

21) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah

22) Memahami dan menghayati jiwa kewirausahaan.

b. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran:

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok-

kelompok mata pelajaran, yaitu: (1) Agama dan Akhlak Mulia;(2) Kewarganegaraan

dan Kepribadian;(3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (4) Estetika;dan (5) Jasmani,

Olah Raga, dan Kesehatan. Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran

(SK-KMP) untuk masing-masing satuan pendidikan selengkapnya adalah sebagai

berikut:

1) Agama dan Akhlak Mulia

a) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja

b) Menerapkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan

c) Memahami keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi

d) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun yang

mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan

e) Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang sesuai dengan tuntunan agamanya

f) Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara

bertanggung jawab

g) Menghargai perbedaan pendapat dalam menjalankan ajaran agama

2) Kewarganegaraan dan Kepribadian

Page 24: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 20

a) Menerapkan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia

b) Mematuhi aturan-aturan sosial, hukum dan perundangan

c) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional

d) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

e) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri

f) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun

g) Menunjukkan sikap percaya diri

h) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis

i) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya

j) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

k) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, dan aman dalam

kehidupan sehari-hari

l) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat

m) Menghargai adanya perbedaan pendapat

n) Menghargai karya seni dan budaya nasional Indonesia

3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

a) Mencari dan menerapkan informasi secara logis, kritis, dan kreatif

b) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif

c) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang

dimilikinya

d) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari

e) Mendeskripsi gejala alam dan sosial

f) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

g) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya

h) Menerapkan hidup bersih, sehat bugar, aman, dan memanfaatkan waktu

luang

i) Memiliki keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam

bahasa Indonesia dan Inggris sederhana

k) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan

menengah

4) Estetika

a) Memanfaatkan lingkungan untuk kegiatan apresiasi seni

b) Menghargai karya seni, budaya, dan keterampilan sesuai dengan kekhasan

lokal

c) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis karya seni

5) Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Page 25: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 21

a) Menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman dan

memanfaatkan waktu luang dengan memanfaatkan lingkungan secara

bertanggung jawab

b) Mencari dan menerapkan berbagai informasi tentang potensi sumber daya

lokal untuk menunjang hidup bersih, sehat, bugar, aman dan memanfaatkan

waktu luang

c. Standar Kompetensi Lulusan Tiap Mata Pelajaran SMP:

1) Pendidikan Agama Islam SMP

a) Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari cara

membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada menerapkan

hukum bacaan mad dan waqaf

b) Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman

mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar

serta Asmaul Husna

c) Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasawuh

dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab

dan namimah

d) Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah

baik shalat wajib maupun shalat sunat

e) Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat

serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara

2) Pendidikan Agama Kristen SMP

a) Menjelaskan karya Allah dan penyelamatan bagi manusia dan seluruh

ciptaan

b) Menginternalisasi nilai-nilai kristiani dengan menanggapinya secara nyata

c) Bertanggung jawab terhadap diri dan sesamanya, masyarakat dan gereja

sebagai orang yang sudah diselamatkan

3) Pendidikan Agama Katolik SMP

a) Peserta didik dapat menguraikan pemahaman tentang pribadinya sebagai

pria dan wanita yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan

untuk berelasi dengan sesama dan lingkungannya.

b) Peserta didik dapat menguraikan pemahamannya tentang Yesus Kristus dan

bagaimana meneladani Yesus yang mewartakan Bapa dan Kerajaan Allah

c) Peserta didik dapat menguraikan makna Gereja sebagai sakramen

keselamatan dan bagaimana mewujudkannya dalam hidup nyata.

d) Peserta didik dapat menguraikan pamahaman tentang hidup

bermasyarakat dan bagaimana melaksanakan kehidupan bermasyarakat

sesuai ajaran Firman Allah dan pengajaran Yesus Kristus.

4) Pendidikan Agama Hindu SMP

a) Meyakini kemahakuasaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) sebagai Asta

Aiswarya, Awatara, Dewa dan Bhatara

Page 26: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 22

b) Memahami ajaran Sad Ripu, Sad Atatayi, Sapta Timira sebagai aspek diri

yang harus dihindari

c) Memahami latar belakang timbulnya Yadnya dan hakikatnya

d) Memahami Weda sebagai kitab suci dan para Rsi penerima wahyu

e) Memahami keberadaan orang suci agama Hindu

f) Memahami hari-hari suci keagamaan dan hakikatnya

g) Memahami ajaran kepemimpinan Hindu

h) Memahami hubungan Bhuana Agung dan Bhuana Alit

i) Memahami Dharma Gita, sejarah masuknya agama Hindu ke Indonesia, dan

keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia

5) Pendidikan Agama Buddha SMP

a) Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tri Ratna dengan mengetahui

fungsi serta terefleksi dalam moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan

kebijaksanaan (panna)

b) Membaca Paritta dan Dhammapada serta mengerti artinya

c) Beribadah (kebaktian) dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan

masing-masing aliran

d) Meneladani sifat, sikap dan kepribadian Buddha, Bodhisattva, dan para

peserta didik utama Buddha

e) Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk

memecahkan masalah

f) Memahami sejarah kehidupan Buddha Gotama

g) Mengungkapkan sejarah perkembangan agama Buddha

h) Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan

di SMA

6) Pendidikan Kewarganegaraan SMP

a) Memahami dan menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma

kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan, dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara

b) Menjelaskan makna proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sesuai

dengan suasana kebatinan konstitusi pertama

c) Menghargai perbedaan dan kemerdekaan dalam mengemukakan pendapat

dengan bertanggung jawab

d) Menampilkan perilaku yang baik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

e) Menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan kehidupan demokrasi dan

kedaulatan rakyat

f) Menjelaskan makna otonomi daerah, dan hubungan antara pemerintahan

pusat dan daerah

g) Menunjukkan sikap kritis dan apresiatif terhadap dampak globalisasi

h) Memahami prestasi diri untuk berprestasi sesuai dengan keindividuannya

7) Bahasa Indonesia SMP

a) Mendengarkan

Page 27: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 23

Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan,

penyampaian berita radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah,

dan pembacaan berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama,

novel remaja, syair, kutipan, dan sinopsis novel

b) Berbicara

Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,

informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan

wawancara, presentasi laporan, diskusi, protokoler, dan pidato, serta dalam

berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan

drama

c) Membaca

Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk

wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek,

drama, novel remaja, antologi puisi, novel dari berbagai angkatan

d) Menulis

Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan

singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan,

poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat

pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi,

drama, puisi, dan cerpen

8) Bahasa Inggris SMP

a) Mendengarkan

Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional

sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative,

procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari

b) Berbicara

Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan

transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk

recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks

kehidupan sehari-hari

c) Membaca

Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan transaksional

sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount, narrative,

procedure, descriptive, dan report, dalam konteks kehidupan sehari-hari

d) Menulis

Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan

transaksional sederhana, secara formal maupun informal, dalam bentuk

recount, narrative, procedure, descriptive, dan report, dalam konteks

kehidupan sehari-hari

9) Matematika SMP

a) Memahami konsep bilangan real, operasi hitung dan sifat-sifatnya

(komutatif, asosiatif, distributif), barisan bilangan sederhana (barisan

aritmetika dan sifat-sifatnya), serta penggunaannya dalam pemecahan

masalah

Page 28: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 24

b) Memahami konsep aljabar meliputi: bentuk aljabar dan unsur-unsurnya,

persamaan dan pertidaksamaan linear serta penyelesaiannya, himpunan dan

operasinya, relasi, fungsi dan grafiknya, sistem persamaan linear dan

penyelesaiannya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

c) Memahami bangun-bangun geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran

dan pengukurannya, meliputi: hubungan antar garis, sudut (melukis sudut

dan membagi sudut), segitiga (termasuk melukis segitiga) dan segi empat,

teorema Pythagoras, lingkaran (garis singgung sekutu, lingkaran luar dan

lingkaran dalam segitiga dan melukisnya), kubus, balok, prisma, limas dan

jaring-jaringnya, kesebangunan dan kongruensi, tabung, kerucut, bola, serta

menggunakannya dalam pemecahan masalah

d) Memahami konsep data, pengumpulan dan penyajian data (dengan tabel,

gambar, diagram, grafik), rentangan data, rerata hitung, modus dan median,

serta menerapkannya dalam pemecahan masalah

e) Memahami konsep ruang sampel dan peluang kejadian, serta

memanfaatkan dalam pemecahan masalah

f) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan

g) Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,

serta mempunyai kemampuan bekerja sama

10) Ilmu Pengetahuan Alam SMP

a) Melakukan pengamatan dengan peralatan yang sesuai, melaksanakan

percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran

dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan

mengkomunikasikannya secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang

diperoleh

b) Memahami keanekaragaman hayati, klasifikasi keragamannya berdasarkan

ciri, cara-cara pelestariannya, serta saling ketergantungan antar makhluk

hidup di dalam ekosistem

c) Memahami sistem organ pada manusia dan kelangsungan makhluk hidup

d) Memahami konsep partikel materi, berbagai bentuk, sifat dan wujud zat,

perubahan, dan kegunaannya

e) Memahami konsep gaya, usaha, energi, getaran, gelombang, optik, listrik,

magnet dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

f) Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya

11) Ilmu Pengetahuan Sosial SMP

a) Mendeskripsikan keanekaragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan,

dan dampaknya terhadap kehidupan

b) Memahami proses interaksi dan sosialisasi dalam pembentukan kepribadian

manusia

c) Membuat sketsa dan peta wilayah serta menggunakan peta, atlas, dan globe

untuk mendapatkan informasi keruangan

d) Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di geosfer dan dampaknya

terhadap kehidupan

e) Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan

sejak Pra-Aksara, Hindu Budha, sampai masa Kolonial Eropa

Page 29: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 25

f) Mengidentifikasikan upaya penanggulangan permasalahan kependudukan

dan lingkungan hidup dalam pembangunan berkelanjutan

g) Memahami proses kebangkitan nasional, usaha persiapan kemerdekaan,

mempertahankan kemerdekaan, dan mempertahankan Negara Kesatuan

Republik Indonesia

h) Mendeskripsikan perubahan sosial-budaya dan tipe-tipe perilaku masyarakat

dalam menyikapi perubahan, serta mengidentifikasi berbagai penyakit sosial

sebagai akibat penyimpangan sosial dalam masyarakat, dan upaya

pencegahannya

i) Mengidentifikasi region-region di permukaan bumi berkenaan dengan

pembagian permukaan bumi atas benua dan samudera, keterkaitan unsur-

unsur geografi dan penduduk, serta ciri-ciri negara maju dan berkembang

j) Mendeskripsikan perkembangan lembaga internasional, kerja sama

internasional dan peran Indonesia dalam kerja sama dan perdagangan

internasional, serta dampaknya terhadap perekonomian Indonesia

k) Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi serta

mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan motif dan prinsip ekonomi

dalam memenuhi kebutuhannya

l) Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi berupa kegiatan

konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa untuk mencapai kemandirian

dan kesejahteraan

12) Seni Budaya SMP

a) Seni Rupa

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui

gambar bentuk obyek tiga dimensi yang ada di daerah setempat

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa terapan melalui

gambar/ lukis, karya seni grafis dan kriya tekstil batik daerah Nusantara

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni rupa murni yang

dikembangkan dari beragam unsur seni rupa Nusantara dan mancanegara.

b) Seni Musik

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu daerah

setempat secara perseorangan dan berkelompok.

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu tradisional

nusantara secara perseorangan dan kelompok

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik lagu mancanegara

secara perseorangan dan kelompok

c) Seni Tari

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan

berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari daerah setempat

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan

berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari Nusantara

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni tari tunggal dan

berpasangan/kelompok terhadap keunikan seni tari mancanegara

d) Seni Teater

• Mengapresiasi dan bereksplorasi teknik olah tubuh, pikiran dan suara

Page 30: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 26

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater terhadap keunikan

dan pesan moral seni teater daerah setempat

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater terhadap keunikan

dan pesan moral seni teater Nusantara

• Mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni teater tradisional, modern

dan kreatif terhadap keunikan dan pesan moral seni teater daerah

setempat, Nusantara dan mancanegara

13) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMP

a) Mempraktekkan variasi dan kombinasi teknik dasar permainan, olahraga

serta atletik dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

b) Mempraktekkan senam lantai dan irama dengan alat dan tanpa alat

c) Mempraktekkan teknik renang dengan gaya dada, gaya bebas, dan gaya

punggung

d) Mempraktekkan teknik kebugaran dengan jenis latihan beban menggunakan

alat sederhana

e) Mempraktekkan kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti melakukan

perkemahan, penjelajahan alam sekitar dan piknik

f) Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti

perawatan tubuh serta lingkungan, mengenal berbagai penyakit dan cara

pencegahannya serta menjauhi narkoba

14) Keterampilan SMP

a) Kerajinan

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan untuk fungsi pakai/hias

berbahan lunak alami maupun buatan dengan teknik lipat, potong dan

rekat serta teknik butsir dan cetak dengan ragam hias tradisional,

mancanegara maupun modifikasinya

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan jahit dan sulam dengan

ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan anyaman dan makrame

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik potong

sambung dan teknik potong konstruksi dengan ragam hias tradisional,

mancanegara maupun modifikasinya

• Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik sayat dan

ukir dengan ragam hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya

b) Teknologi Rekayasa

• Mengapresiasi dan menciptakan karya teknologi rekayasa alat

penerangan dan alat yang menimbulkan suara dengan listrik arus lemah

(baterai)

• Mengapresiasi dan menerapkan karya teknologi rekayasa penjernihan air

dengan teknologi mekanis dan teknologi kimia

• Mengapresiasi dan membuat benda teknologi rekayasa alat yang berputar

secara mekanis dan digerakkan dengan listrik

c) Teknologi Budidaya

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya pemeliharaan dan

perawatan hewan unggas petelor dan bibit hewan unggas

Page 31: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 27

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya tanaman obat dan

tanaman hias yang menggunakan media tanah

• Mengapresiasi dan menerapan teknologi budidaya ikan air tawar dan ikan

hias air tawar di dalam kolam

d) Teknologi Pengolahan

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan manisan basah dan

kering bentuk padat dari bahan nabati

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk

pengawetan bahan mentah nabati dan hewani dengan cara diasinkan

• Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk

pengawetan bahan nabati dan hewani dengan cara dikeringkan

15) Teknologi Informasi dan Komunikasi SMP

a) Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya

di masa datang

b) Menguasai dasar-dasar ketrampilan komputer

c) Menggunakan perangkat pengolah kata dan pengolah angka untuk

menghasilkan dokumen sederhana

d) Memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk

memperoleh informasi

4. Pemenuhan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Seperti telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru bahwa ”Setiap guru wajib

memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara

nasional”. Kualifikasi akademik ditempuh melalui pendidikan formal atau melalui uji

kelayakan dan kesetaraan. Kualifikasi akademik yang ditempuh melalui pendidikan

formal adalah minimal diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang

sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program

studi yang terakreditasi.

Sedangkan kualifikasi akademik guru yang ditempuh melalui uji kelayakan dan

kesetaraan adalah bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijasah dan

pelaksanaannya dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi kewenangan untuk

menguji untuk diangkat menjadi guru. Kualifikasi akademik yang melalui uji ini

sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi guru dalam bidang-bidang yang sangat

diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi. Sedangkan standar

kompetensi guru yang juga harus dipenuhi adalah terdiri dari: kompetensi

pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Sebagai bukti bahwa guru telah memenuhi persyaratan sebagai pendidik yang

memenuhi standar kualifikasi akademik dan standar kompetensi, maka diwajibkan

juga memiliki sertifikat dalam jabatannya sebagai guru yang dapat diperoleh melalui

sertifikasi yang dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini telah ditetapkan melalui

Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang ”Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan”.

Page 32: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 28

Selain guru atau tenaga pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik dan

kompetensi, maka tenaga kependidikan lain juga harus memenuhi persyaratan,

khususnya tentang kepala sekolah. Hal ini telah ditetapkan dalam Permendiknas

Nomor 13 Tahun 2007 tentang ”Standar Kepala Sekolah/Madrasah”. Dijelaskan

bahwa untuk diangkat sebagai kepala sekolah/madrasah, seseorang wajib

memenuhi standar kepala sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. Standar

kepala sekolah pada jenjang SMP harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi.

Kualifikasi kepala sekolah terdiri atas kualifikasi umum dan kualifikasi khusus.

Kualifikasi umum meliputi: (a) memiliki kualifikasi akademik S1 arai D-IV

kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi, (b)

pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-tingginya 56 tahun, (c)

memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun, dan (d) memiliki

pangkat serendah-rendahnya IIIC bagi PNS dan non PNS disetarakan dengan

kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

Kualifikasi khusus adalah: berstatus sebagai guru SMP, memiliki sertifikat pendidik

sebagai guru SMP, dan memilki sertifikat kepala sekolah SMP yang diterbitkan oleh

lembaga yang ditetapkan pemerintah. Disamping kepala sekolah memenuhi

persyaratan kualifikasinya, maka juga dituntut memenuhi kompetensinya, yaitu:

kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,

kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Selanjutnya dalam hal pemenuhan

tenaga kepandidikan lainnya, seperti laboran, tenaga tata usaha/karyawan, dan

sebagainya dapat mengacu kepada peraturan lain yang maih relevan.

5. Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana merupakan kebutuhan utama sekolah juga yang harus

terpenuhi sesuai dengan amanat UUSPN No 20 Th 200, PP No 19 Th 2005, dan

Permendiknas No 24 Th 2007. Selain itu, juga harus memenuhi dari ketentuan

pembakuan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dijabarkan dalam: (1)

Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal

Bidang Pendidikan; (2) Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah

Pertama Tahun 2004 dari Direktorat Pembinaan SMP; dan (3) Panduan Pelaksanaan

dan Panduan Teknis Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang

Laboratorium Sekolah Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP. Standar sarana

dan prasarana pendidikan yang dimaksudkan di sini baik mengenai jumlah, jenis,

volume, luasan, dan lain-lain sesuai dengan kategori atau tipe sekolahnya masing-

masing.

6. Pemenuhan Standar Pengelolaan

Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP

Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun

2007 bahwa ”setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan

pendidikan yang berlaku secara nasional”. Beberapa aspek standar pengelolaan

sekolah yang harus dipenuhi adalah meliputi: (1) perencanaan program, (2)

Page 33: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 29

pelaksanaan rencana kerja, (3) pengawasan dan evaluasi, (4) kepemimpinan

sekolah/madrasah, dan (5) sistem informasi manajemen.

Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi sekolah,

tujuan sekolah, rencana kerja sekolah. Standar pelaksanaan rencana kerja sekolah,

maka harus terpenuhi dan terealisasi beberapa aspek dalam penyelenggaraan

pendidikan yaitui: kepemilikan pedoman-pedoman sekolah yang mengatur berbagai

aspek pengelolaan secara tertulis, struktur organisaisi sekolah, pelaksanaan kegiatan,

bidang kesisweaan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik

dan tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan

pembiayaan, budaya dan lingkungan sekolah, dan peran serta masyarakat dan

kemitraan.

Pengawasan dan evaluasi yang harus juga dipenuhi dan dilaksanakan sekolah adalah:

aspek-aspek program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan,

evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan akreditasi sekolah.

Kepemimpinan sekolah yang diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah antara lain:

adanya kepala sekolah yang memenuhi persyaratan, minimal satu wakil kepala

sekolah yang dipilih secara demokratis, kepala sekolah memiliki kemampuan

memimpin (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku) sekolah, dan terdapat

pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada wakilnya. Sedangkan sistem

informasi manajemen (SIM) merupakan suatu sistem yang mengaplikasikan berbagai

bidang pendidikan berbasiskan komputer/internet. Hal ini diharapkan dapat

dipenuhi oleh sekolah untuk mengelola dan mendukung berbagai administrasi

sekolah, memberikan fasilitas yang efisien, dan sebagai bentuk layanan informasi

dan komunikasi kepada para pemangku kepentingan.

Salah satu komponen SNP atau IKKM yang harus dipenuhi juga adalah komponen

akreditasi sekolah. Akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif

terhadap kelayakan dan kinerja satuan dan/atau program pendidikan, yang

dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Akreditasi merupakan alat

regulasi (self-regulation) agar sekolah mengenal kekuatan dan kelemahan serta

melakukan upaya yang terus-menerus untuk meningkatkan kekuatan dan

memperbaiki kelemahannya. Dalam hal ini akreditasi memiliki makna proses

pendidikan. Di samping itu, akreditasi juga merupakan penilaian hasil dalam bentuk

sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah yang telah memenuhi standar

layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Di dalam proses akreditasi, sebuah sekolah dievaluasi dalam kaitannya dengan arah

dan tujuannya, serta didasarkan kepada keseluruhan kondisi sekolah sebagai sebuah

institusi belajar berdasarkan pada standar mutu tertentu. Standar diharapkan dapat

mendorong dan menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan

memberikan arahan untuk evaluasi diri yang berkelanjutan, serta menyediakan

perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan, yaitu standar

mutu nasional maupun internasional.

Proses akreditasi sekolah berfungsi untuk: (a) pengetahuan, yakni sebagai informasi

bagi semua pihak tentang kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur

Page 34: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 30

yang terkait, mengacu pada standar yang ditetapkan beserta indikator-indikatornya;

(b) akuntabilitas, yakni sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah kepada publik,

apakah layanan yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah memenuhi

harapan atau keinginan masyarakat; (c) pembinaan dan pengembangan, yakni

sebagai dasar bagi sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan

atau pengembangan mutu sekolah.

Hasil akreditasi memiliki makna yang penting, karena ia dapat digunakan sebagai:

acuan dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan rencana pengembangan sekolah;

umpan balik untuk usaha pemberdayaan dan pengembangan kinerja warga sekolah

dalam rangka menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program sekolah;

pendorong motivasi untuk sekolah agar terus meningkatkan mutu sekolahnya secara

bertahap, terencana, dan kompetitif di tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional

bahkan regional dan internasional.

Beberapa langkah yang perlu dilakukan sekolah dalam persiapan akreditasi adalah

sebagai berikut: (a) pemantapan rencana pengembangan sekolah dan komponen

akreditasi, (b) pembentukan/pemantapan tim penjamin mutu sekolah, (c)

pemantapan sistem informasi manajemen, (d) pra-evaluasi diri untuk mengetahui

kesiapan sekolah, (e) pengembangan dan pemantapan komponen sekolah, (f)

evaluasi diri dan penyiapan aplikasi akreditasi. Strategi sekolah dalam pelaksanaan

akreditasi antara lain dapat ditempuh dengan: (a) penyiapan warga seklah, (b)

penyiapan dokumen dan komponen akreditasi, (c) pendampingan dan penjelasan

selama visitasi, dan (d) klarifikasi temuan. Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam

peringkat akreditasi sekolah. Peringkat tersebut terdiri atas tiga klasifikasi

berdasarkan skor keseluruhan komponen yang diperoleh, yaitu: A (Amat Baik); B

(Baik); C (Cukup). Bagi sekolah yang hasil akreditasinya kurang dari C (Cukup),

dinyatakan tidak terakreditasi.

Setelah menerima hasil akreditasi dan saran-sarannya, sekolah perlu mencermati,

menindaklanjuti, dan melakukan refleksi terhadap hasil akreditasi dan saran-

sarannya. Apabila memperoleh akreditasi A (Amat Baik) atau B (Baik), sekolah tetap

mencermati hasil penilaian dan saran pada setiap komponen. Pada komponen-

komponen yang masih belum optimal hasilnya, sekolah perlu mengkaji apa

penyebabnya dan bagaimana strategi untuk mengoptimalkan. Hasil C (Cukup) pada

dasarnya belum menunjukkan kinerja sekolah yang memuaskan. Apalagi kalau

hasilnya tidak terakreditasi. Beberapa atau bahkan pada setiap komponen masih

terdapat indikator-indikator yang kondisi/mutunya kurang baik.

Sekolah, termasuk tim penjamin mutu perlu melakukan pengkajian secara sistematis.

Komponen apa saja yang kurang baik dan apa penyebabnya serta upaya apa yang

perlu dilakukan untuk memperbaikinya. Sekolah diberi kesempatan dua tahun untuk

meningkatkan kinerjanya, kemudian bisa mengajukan akreditasi lagi. Dengan

demikian sebagai SBI, maka sekolah harus terus menerus melakukan upaya untuk

mempertahankan mutu pendidikan dengan nilai akreditasi sekolah (IKKM) yang

maksimal yaitu A sebagai sekolah bertaraf internasional.

Page 35: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 31

7. Pemenuhan Standar Pembiayaan

Dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP Nomor 19 Tahun 2005 telah ditetapkan

bahwa setiap sekolah harus memenuhi standar pembiayaan yang memadai yang

didasarkan atas kebutuhan pencapain ketuntasan kompetensi, sebagaimana yang

ada dalam kurikulum sekolah. Diasumsikan bahwa, makin tinggi standar prestasi

atau hasil-hasil pendidikan yang dituntut atau ditetapkan, maka akan memerlukan

pembiayaan yang makin tinggi pula. Rendahnya prestasi atau hasil-hasil pendidikan

antara lain disebabkan oleh karena rendahnya standar pembiayaan pendidikan.

Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama, baik pemerintah, pemerintah

daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota serta masyarakat maupun

orang tua peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kewajiban masing-masing

sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan

Pendidikan. Pembiayaan meliputi biaya satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan

pendidikan, dan biaya pribadi. Sekolah diharapkan mampu menggali potensi daerah,

masyarakat, dan lingkungan untuk pemenuhan standar penyelenggaraan atau bakan

biaya satuan pendidikan tersebut. Namun demikian, penetapan standar pembiayaan

pendidikan ini tetap harus memperhatikan aspek: gender, latar belakang ekonomi

peserta didik/orang tua, geografi, dan sebagainya.

Pemerintah melalui dana BOS diharapkan dapat memberikan stimulan kepada

stakeholder lain dalam kerangka memenuhi standar pendidikan pada setiap

sekolah/daerah. Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota sangat diharapkan

untuk menetapkan standar biaya pendidikan, sehingga dapat diketahui sejauhmana

kekurangan yang diperlukan dari BOS pusat yang ada untuk dipenuhi oleh

pemerintah daerah dalam upaya memenuhi tuntutan mutu pendidikan yang

ditetapkan. Apabila ternyata dari pemerintah dan pemerintah daerah belum cukup,

maka masyarakat dapat memberikan bantuan kepada skolah, melalui pungutan

sekolah dan atau sumbangan menurut kemampuan masyarakat.

8. Pemenuhan Standar Penilaian

Standar penialaian pendidikan adalah SNP yang berkaitan dengan prosedur,

mekanisme, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Hal ini sesui dengan

PP No 19 Th 2005 dan Permendiknas No 20 Tahun 2007. Penilaian merupakan

rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang

proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan

untuk pengambilan keputusan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian adalah:

bertujuan mengukur pencapaian kompetensi, menggunakan acuan kriteria yaitu

membandingkan antara hasil yang dicapai dengan standar yang telah

ditentukan/ditetapkan, dilakukan secara keseluruhan dan berkelanjutan, hasil

penilaian dipergunakan sebagai tindak lanjut berupa perbaikan (remidial),

pengayaan, dan percepatan pencapaian kompetensi peserta didik, serta penilaian

disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam pembelajaran.

Page 36: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 32

Penilaian juga dapat dipergunakan untuk perbaikan dan peningkatan program

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan

penilaian harus dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyajian hasil,

sampai dengan pemanfaatan atau tindak lanjut penilaian. Pelaksanaan penilaian

atau asesmen pada dasarnya adalah prosedur atau langkah-langkah untuk

mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik, yang dapat

dilakukan melalui pengukuran dengan hasil bersifat numerik/kuantitaif, dan/atau

non pengukuran dengan hasil bersifat deskriptif atau kualitatif. Evaluasi merupakan

kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program dan berfokus kepada

keberhasilan program tersebut atau kelompok peserta didik apakah berhasil atau

gagal. Dalam lingkup mikro, maka evaluasi merupakan penilaian sistemik terhadap

keberhasilan suatu program untuk mengetahui kemampuan, kreativitas, sikap,

minat, bakat, dan sebagainya.

Dalam pelaksanaan penilaian harus memenuhi beberapa prinsip penilaian, yaitu:

valid, reliabel, jujur, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil, terbuka,

menyeluruh, terpadu, berkesinambungan, mengakui kompetensi yang telah dimiliki,

dan menggunakan acuan kriteria. Berdasarkan perencanaan dan penafsiran hasil

penilaian, maka acuan penilaian yang dipergunakan dapat menggunakan dua macam

yaitu acuan norma dan atau acuan kriteria. Tes acuan norma berasumsi bahwa

kemampuan orang berbeda dan digambarkan menurut distribusi normal. Hasil tes

seseorang dibandingkan dengan hasil tes keseluruhan dalam kelompoknya, sehingga

diketahui posisi seseorang tersebut.

Sedangkan tes acuan kriteria berasumsi bahwa semua orang mampu relajar apa saja,

kapan, dan dimana saja. Dalam acuan kriteria, penafsiran hasil tes selalu

dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan minimal

yang harus dicapai peserta didik harus ditetapkan terlebih dahulu. Hasil-hasil

pencapaian ketuntasan oleh peserta didik berdasarkan hasil tes dengan acuan

kriteria ini dapat dipergunakan untuk perbaikan/remidi, pengayaan, atau

percepatan, dan juga dapat dipergunakan sebagai salah satu persyaratan untuk

kenaikan kelas peserta didik.

Untuk mewujudkan sistem penilaian yang memenuhi kriteria di atas, maka dalam

pelaksanaannya harus memperhatikan atau memenuhi kualitas penilaian itu sendiri,

baik kualitas alat atau instrumen penilaian yang dipergunakan maupun kualitas

dalam pelaksanaan penilaian itu sendiri. Kualitas instrumen ditentukan oleh

kesahihan, kehandalan, dan efisiensi; sedangkan pelaksanaannya berkaitan dengan

keadaan penilai, yang dinilai, cara menilai, dan kondisi penilaian. Kesahihan atau

validitas berkaitan dengan ketepatan pengukuran, kehandalan atau reliabilitas

berkaitan dengan keajegan hasil-hasil penilaian, dan efisiensi berkaitan dengan

kemudahan dan murahnya penggunaan instrumen penilaian.

Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan ujian nacional

sebagaimana amanat UUSPN No 20 Tahun 2003, sehingga setiap sekolah yang

ditetapkan sebagai SBI tetap wajib mengikutinya. Demikian juga halnya sekolah, juga

Page 37: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 33

wajib mengadakan ujian sekolah sebagai tolok ukur untuk penentuan kelulusan

peserta didik. Antara hasil ujian sekolah dan ujian nacional adalah sama-sama

kedudukkannya, yaitu untuk menentukan kelulusan peserta didik. Ujian nacional

bukan satu-satunya penentu kelulusan, demikian halnya ujian sekolah juga bukan

satu-satunya untuk menentukan kelulusan peserta didik.

.

C. Pemenuhan IKKT bertaraf internasional (pengayaan, perluasan, dan pendalaman

SNP) dalam Penyelenggaraan RSBI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sekolah yang termasuk sebagai

rintisan sekolah bertaraf internasional harus memenuhi Indikator Kinerja Kunci

Tambahan (IKKT), yaitu sebagai ciri-ciri keinternasionalan sekolah. Dimana IKKT ini

merupakan syarat mutlak bagi RSBI yang harus dipenuhi sebelum ditetapkan sebagai

SBI. Pemenuhan IKKT oleh sekolah dapat dilakukan secara bertahap dan dengan skala

prioritas.

Sebagai tambahan dari komponen-komponen dalam IKKM, maka IKKT adalah

merupakan pengayaan dari tiap standar, komponen, aspek, dan indikator dalam IKKM

tersebut. Makin banyak komponen IKKM yang dapat ditambahkan (yang berarti makin

banyak pengayaan, perluasan, dan pendalaman), maka akan makin kuat eksistensi

sebagai sekolah yang dirintis menjadi SBI untuk benar-benar nantinya sebagai SBI.

Adapun komponen-komponen IKKM yang dapat dikembangkan atau ditambahkan

untuk memenuhi jaminan mutu pendidikan yang dirintis atau setelah menjadi bertaraf

internasional antara lain sebagai berikut:

1. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Isi dalam

penyelenggaraan SBI

Dalam pengayaan atau pengembangan standar isi SNP menjadi bertaraf

internasional sebagai indikator kinerja kunci tambahan (IKKT), dapat dilakukan

dengan adopsi atau adaptasi. Penambahan atau pengembangan Standar

Kompetensi (SK) dan atau beberapa Kompetensi Dasar (KD) serta indikator-

indikator kompetensi dari masing-masing SKL SMP, SK-KMP, dan SKL tiap mata

pelajaran. Cakupan, luasan, dan kedalaman masing-masing (SK,KD, dan indikator

kompetensi) disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Diharapkan

sekolah mampu mengembangkan (dalam pengertian lebih tinggi/banyak) SK, KD,

dan indikator kompetensi tersebut sesuai dengan standar yang ada dan berlaku di

sekolah bertaraf internasional baik yang ada di dalam negeri maupun di luar

negeri, dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang

mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Standar isi yang telah diperkaya atau dikembangkan SK, KD atau IK-nya, maka

selanjutnya dikembangkan menjadi suatu silabus dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang berlaku untuk selama tiga tahun pembelajaran. Semua

itu kemudian disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

berlaku di sekolah yang bersangkutan sebagai SBI. Sistematika dan format

Page 38: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 34

pembuatan KTSP ini dapat mengacu dari ketentuan yang telah ada selama ini.

Dengan demikian, ditinjau dari kurikulum yang dilaksanakan, SBI dengan kurikulum

yang benar-benar telah menjamin mutu pendidikannya bertaraf internasional.

Direktorat Pembinaan SMP telah memberikan beberapa contoh pengayaan atau

pengembangan standar isi SNP untuk menjadi bertaraf internasional, khususnya

untuk Mata Pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD, yaitu:

a. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata

pelajaran Matematika adalah tentang: Tesselasi, Estimasi dan Aproksimasi,

Strategi Pemecahan Masalah, dan ICT matematika.

b. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata

pelajaran IPA adalah tentang: Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan, Materi

dan Sifatnya, Energi dan Perubahannya, Bumi dan Alam Semesta

c. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata

pelajaran Bahasa Inggris seperti terlihat di bawah ini yang digaris bawah dan

cetak tebal:

1) Mendengarkan: Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan

transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi

formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,

descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan

specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.)

dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika,

sains, dan teknologi.

2) Berbicara: Mengungkapkan makna dalam wacana lisan interpersonal dan

transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi

formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,

descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan

specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.)

dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika,

sains, dan teknologi.

3) Membaca: Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan

transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi

formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,

descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan

specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.)

dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika,

sains, dan teknologi.

4) Menulis: Mengungkapkan makna dalam wacana tertulis interpersonal dan

transaksional sederhana, bersifat interaktif dan noninteraktif, dalam situasi

formal dan informal, dalam bentuk recount, narrative, procedure,

descriptive, report, exposition, explanation, news items, poems, songs, dan

specific functional texts (advertisements, notices, announcements, etc.)

dalam konteks kehidupan sehari-hari dan yang terkait dengan matematika,

sains, dan teknologi.

Page 39: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 35

d. Sebagai contoh pengayaan atau pengembangan Standar Isi untuk Mata

pelajaran TIK/PTD terdapat penambahan SK/KD dalam SKL ”Menggunakan

perangkat pengolah kata, pengolah angka, pengolah basis data, pengolah

grafis dan pengolah animasi untuk menghasilkan karya informasi” (lihat garis

bawah). Di samping itu juga terdapat penambahan muatan Standar Isi dalam

Mata Pelajaran PTD, yaitu: sistem teknik, teknologi pengendali, teknologi

konstruksi, dan yang pilihan antara lain meliputi teknologi produksi, teknologi

transportasi, dan teknologi penjernihan air.

Selanjutnya sekolah dapat mengembangkan sendiri bersama stakeholder lain tentang

Standar Isi ini untuk mata pelajaran lainnya, seperti IPS; Olah raga, kesehatan, dan

jasmani; Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Pendidikan Berbasis Keunggulan

Global, Seni Budaya, dan sebagainya sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah

atau daerah.

2. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Proses dalam

penyelenggaraan SBI

Mengajar atau “teaching” adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide,

keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara

belajar bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta

didik. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan,

mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.

Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi

pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan ini pada dasarnya merupakan inti dari

perencanaan pembelajaran. Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat

perencanaan atau perancangan (disain) sebagai upaya untuk membelajarkan peserta

didik. Itulah sebabnya dalam belajar, peserta didik tidak berinteraksi dengan guru

sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber

belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu

pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan peserta didik”, dan

bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”. Dengan demikian perlu diperhatikan

adalah bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagiaman cara menyampaikan

isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang

ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran perlu direncanakan dan

dirancang secara optimal agar dapat memenuhi harapan dan tujuan.

Rancangan Pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a)

Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik,

karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar

(belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata)

secara maksimal; (b) Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik

peserta didik karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam

proses konstruksi, dekonstruksi dan rekonstruksi pengetahuan, sikap, dan kemampuan,

(c) Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan. Ketersediaan media dan

sumber belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar

Page 40: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 36

secara konkrit, luas, dan mendalam, adalah hal yang perlu diupayakan oleh guru yang

profesional dan peduli terhadap keberhasilan belajar peserta didiknya.

Penilaian hasil belajar terhadap peserta didik dilakukan secara formatif sebagai

diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam

bingkai belajar sepanjang hayat (life long contiuning education). Prinsip pembelajaran

yang dikembangkan untuk mencapai kefektifan dan efisiensi pengelolaan

pembelajaran, antara lain: (a) Pembelajaran berfokus pada peserta didik (student

cenrtered), artinya orientasi pembelajaran terfokus kepada peserta didik. Peserta didik

menjadi subyek pembelajaran dan kecepatan belajar peserta didik yang tidak sama

perlu diperhatikan, (b) Pembelajaran terpadu (integrated learning), maksudnya

pengelolaan pembelajaran/KBM dilakukan secara integratif. Semua tujuan

pembelajaran yang berupa kemampuan dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu

tujuan akhir, yaitu mencapai kemampuan dasar lulusan, (c) Pembelajaran individu

(individual learning), artinya peserta didik memiliki peluang untuk melakukan

pembelajaran secara individual, (d) Belajar tuntas (mastery learning), maksudnya

pembelajaran mengacu pada ketuntasan belajar kemampuan dasar melalui pemecahan

masalah. Setiap individu dan kelompok harus menuntaskan pembelajaran satu

kemampuan dasar baru belajar ke kemampuan dasar berikutnya, (e) Pemecahan

masalah (problem solving), artinya proses dan hasil pembelajaran mengacu pada

aktifitas pemecahan masalah yang ada di masyarakat, yaitu dengan menggunakan

pendekatan belajar kontekstual, (f) Experience-based learning, yakni pembelajaran

dilaksanakan melalui pengalaman-pengalaman belajar tertentu dalam mencapai

kemampuan belajar tertentu.Selain pemanfaatan prinsi-prinsip tersebut, guru

dimungkinkan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran lain yang sesuai dengan

tuntutan perkembangan.

a. Pengayaan pembelajaran dengan memperbanyak variasi dan metode

pembelajaran.

Pada dasarnya penggunaan metode dan banyaknya jenis pembelajaran yang

dipergunakan pendidik pada dasarnya sangat tergantung daripada tuntutan

kompetensi dalam kurikulum (standar isi dan SKL). Baik bagi SBI ata sekalipun SSN

pada dasarnya semua metode dan jenis pembelajaran secara prinsip sama.

Pembedanya adalah disebabkan karena kurikulum atau kompetensi-kompetensi

yang berbeda dari setiap kategori sekolah tersebut. Beberapa alsannya adalah: (a)

Makin banyak kompetensi dalam kurikulum, maka makin banyak metode dan jenis

pembelajaran yang harus dipergunakan, (b) makin sulit atau kompleks kompetensi,

maka menuntut makin banyak metode dan variasi pembelajaran, (c) makin luas,

dalam, dan makin banyak cakupan kurikulum (isi), maka makin menuntut metode

dan jenis pembelajaran yang relevan.

Dengan asumsi bahwa sekolah yang menyelenggarakan SBI adalah akan makin tinggi

tuntutan penggunaan metode dan jenis pembelajaran, mengingat isi kurikulum (SKL,

SK, KD, dan IK) akan semakin banyak, luas, dalam, dan tingkat

kesulitan/kekomplekan makin tinggi. Sedangkan pada sekolah yang masih dalam

kelompok SSN isi kurikulum relative lebih rendah, lebih sedikit, dan lebih sederhana

Page 41: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 37

dibandingkan dengan isi kurikulum SBI. Dengan demikian dapat diasumsikan

kelompok sekolah ini lebih sedikit metode dan variasi pembelajarannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penting dipahami bahwa metode dan variasi

pembelajaran pada SBI menuntut lebih kompleks dan lebih banyak daripada SSN,

sehingga standar proses pembelajaran ini harus diperkaya dengan model-model

proses pembelajaran lain sesuai dengan tuntutan isi kurikulum SBI. Dalam hal ini juga

dituntut bahwa proses pembelajaran tersebut harus menerapkan pendekatan

pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif,

menyenangkan, dan kontekstual.

Beberapa contoh model-model pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk

memenuhi tuntutan isi kurikulum SBI adalah sebagai berikut:

1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung

alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan transfer

pengetahuan dari guru ke peserta didik. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan

daripada hasil. Landasan filosofi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak

hanya sekedar menghapal. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan di

benak peserta didik sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi

fakta-fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang

dapat diterapkan.

Dalam konteks itu, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya,

dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Peserta didik perlu

menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan

demikian peserta didik memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu

bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya

dan berupaya menggapainya. Dalam upaya ini, peserta didik memerlukan guru

sebagai pengarah dan pembimbing.Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru

adalah membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu guru lebih

banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru

mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan

sesuatu yang baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru

(pengetahuan, keterampilan) datang dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata

guru.

Pembelajaran kontektual merupakan salah satu dari sekian banyak model

pembelajaran, pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan membekali

Page 42: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 38

peserta didik dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu

permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya.

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme

(contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar

(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan

pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam

pembelajarannya. Model pembelajaran kontektual dapat diterapkan dalam

kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun

keadaannya.

Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam kelas secara garis besar

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : (a) Kembangkan pemikiran bahwa anak

akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, (b) Laksanakan

sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic, (c) Kembangkan sifat ingin tahu

peserta didik dengan bertanya, (d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam

kelompok-kelompok), (e) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (f) Lakukan

refleksi di akhir pertemuan, (g) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai

cara.

2) Model Pembelajaran Examples non examples, dengan langkah-langkah : (a) Guru

mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) Guru

menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP, (c) Guru memberi

petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk

memperhatikan/menganalisa gambar , (d) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang

peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, (e) Tiap

kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, (f) Mulai dari

komentar/hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan

yang ingin dicapai, dan (g) Kesimpulan.

3) Model Pembelajaran Picture and picture, dengan langkah-langkah : (a) Guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (b) Menyajikan materi sebagai

pengantar, (c) Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan

berkaitan dengan materi, (d) Guru menunjuk/memanggil peserta didik secara

bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, (e)

Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut, (f) Dari

alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai

dengan kompetensi yang ingin dicapai, dan (g) kesimpulan/rangkuman

4) Model Pembelajaran Numbered heads together, dengan langkah-langkah : (a)

Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok

mendapat nomor, (b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya, (c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan

tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya, (d) Guru

memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil

Page 43: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 39

melaporkan hasil kerjasama mereka, (e) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian

guru menunjuk nomor yang lain dan (f) Kesimpulan.

5) Model Pembelajaran Cooperative script (Skrip kooperatif) : metode belajar dimana

peserta didik bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan,

bagian-bagian dari materi yang dipelajari), dengan langkah-langkah : (a) Guru

membagi peserta didik untuk berpasangan, (b) Guru membagikan wacana/materi

tiap peserta didik untuk dibaca dan membuat ringkasan, (c) Guru dan peserta didik

menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang

berperan sebagai pendengar, (d) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap

mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, (e) Sementara

pendengar (Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap

dan Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi

sebelumnya atau dengan materi lainnya), (f) Bertukar peran, semula sebagai

pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas,

(g) Kesimpulan Peserta didik bersama-sama dengan Guru, dan (h) Penutup.

6) Model Pembelajaran Kepala bernomor struktur, dengan langkah-langkah : (a)

Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok

mendapat nomor, (b) Penugasan diberikan kepada setiap peserta didik berdasarkan

nomorkan terhadap tugas yang berangkai, (c) Misalnya : peserta didik nomor satu

bertugas mencatat soal. Peserta didik nomor dua mengerjakan soal dan peserta

didik nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya, (d) Jika perlu, guru bisa

menyuruh kerja sama antar kelompok. Peserta didik disuruh keluar dari kelompoknya

dan bergabung bersama beberapa peserta didik bernomor sama dari kelompok lain.

Dalam kesempatan ini peserta didik dengan tugas yang sama bisa saling membantu

atau mencocokkan hasil kerja sama mereka, (e) Laporkan hasil dan tanggapan dari

kelompok yang lain, dan (f) Kesimpulan.

7) Model Pembelajaran Tim peserta didik kelompok prestasi, dengan langkah-langkah

: (a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran

menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll), (b) Guru menyajikan pelajaran, (c) Guru

memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam

kelompok itu mengerti, (d) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta

didik. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, (e) Memberi evaluasi,

dan (f) Kesimpulan.

8) Model Pembelajaran tim ahli, dengan langkah-langkah : (a) Peserta didik

dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim, (b) Tiap orang dalam tim diberi bagian

materi yang berbeda, (c) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan,

(d) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang

sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab

mereka, (e) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke

kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab

yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-

Page 44: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 40

sungguh, (f) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, (g) Guru memberi evaluasi,

(h) Penutup

9) Model Pembelajaran Berdasarkan masalah, dengan langkah-langkah : (a) Guru

menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan.

Memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih,

(b) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,

jadwal, dll, (c) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang

sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,

pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, (d) Guru membantu peserta

didik dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan

membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, (e) Guru membantu peserta

didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan.

10) Model Pembelajaran Artikulasi, dengan langkah-langkah : (a) Menyampaikan

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (b) Guru menyajikan materi sebagaimana

biasa, (c) Untuk mengetahui daya serap peserta didik, bentuklah kelompok

berpasangan dua orang, (d) Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan

materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat

catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya, (e)

Suruh peserta didik secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya

dengan teman pasangannya. Sampai sebagian peserta didik sudah menyampaikan

hasil wawancaranya, (f) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang

sekiranya belum dipahami peserta didik, (g) Kesimpulan/penutup

11) Model Pembelajaran Main mapping, dengan langkah-langkah : (a) Guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, (b) Guru mengemukakan

konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik/sebaiknya

permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban, (c) Membentuk kelompok yang

anggotanya 2-3 orang, (d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif

jawaban hasil diskusi, (e) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca

hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai

kebutuhan guru, (f) Dari data-data di papan peserta didik diminta membuat

kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

12) Model Pembelajaran Mencari pasangan (make-a match), dengan langkah-langkah :

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang

cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu

jawaban; Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu;Tiap peserta didik

memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; Setiap peserta didik mencari

pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban);

Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi

poin ; Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu

yang berbeda dari sebelumnya; Demikian seterusnya; Kesimpulan/penutup

Page 45: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 41

13) Model Pembelajaran Think pair and share, dengan langkah-langkah : Guru

menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; Peserta didik diminta

untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru; Peserta didik

diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan

mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; Guru memimpin pleno kecil diskusi,

tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya; Berawal dari kegiatan

tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah

materi yang belum diuangkapkan para peserta didik; Guru memberi kesimpulan;

Penutup

14) Model Pembelajaran Debate, dengan langkah-langkah: Guru membagi 2 kelompok

peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra; Guru memberikan tugas untuk

membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas; Setelah selesai

membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk

berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian

seterusnya sampai sebagian besar peserta didik bisa mengemukakan pendapatnya;

Sementara peserta didik menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis

inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang

diharapkan guru terpenuhi ; Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap;

Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak peserta didik membuat

kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

15) Model Pembelajaran Role playing, dengan langkah-langkah: Guru

menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan; Menunjuk beberapa

peserta didik untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kbm; Guru membentuk

kelompok peserta didik yang anggotanya 5 orang ; Memberikan penjelasan tentang

kompetensi yang ingin dicapai; Memanggil para peserta didik yang sudah ditunjuk

untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan ; Masing-masing peserta didik

duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario

yang sedang diperagakan ; Setelah selesai dipentaskan, masing-masing peserta didik

diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas ; Masing-masing kelompok

menyampaikan hasil kesimpulannya; Guru memberikan kesimpulan secara umum;

Evaluasi ; Penutup

16) Model Pembelajaran Group investigation, dengan langkah-langkah: Guru membagi

kelas dalam beberapa kelompok heterogen; Guru menjelaskan maksud

pembelajaran dan tugas kelompok ; Guru memanggil ketua-ketua untuk satu ; ateri

tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari

kelompok lain; Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara

kooperatif berisi penemuan ; Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua

menyampaikan hasil pembahasan kelompok; Guru memberikan penjelasan singkat

sekaligus memberi kesimpulan; Evaluasi ; Penutup

17) Model Pembelajaran Talking stick, dengan langkah-langkah :Guru menyiapkan

sebuah tongkat ; Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk untuk membaca dan

mempelajari materi pada pegangannya/paketnya ; Setelah selesai membaca buku

Page 46: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 42

dan mempelajarinya mempersilahkan peserta didik untuk menutup bukunya ; Guru

mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru

memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus

menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat

bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru; Guru memberikan kesimpulan;

Evaluasi ; Penutup

18) Model Pembelajaran Bertukar pasangan, dengan langkah-langkah : Setiap peserta

didik mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau peserta

didik menunjukkan pasangannya; Guru memberikan tugas dan peserta didik

mengerjakan tugas dengan pasangannya ; Setelah selesai setiap pasangan

bergabungdengan satu pasangan yang lain; Kedua pasangan tersebut bertukar

pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan

mengukuhkan jawaban mereka; Temuan baru yang didapat dari pertukaran

pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula

19) Model Pembelajaran Snowball throwing, Langkah-langkah : Guru menyampaikan

materi yang akan disajikan, Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil

masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi;

Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian

menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya; Kemudian

masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan

satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua

kelompok ; Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu

peserta didik ke peserta didik yang lain selama ± 15 menit ; Setelah peserta didik

dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara

bergantian ; Evaluasi ; Penutup

20) Model Pembelajaran Student facilitator and explaining, Langkah-langkah : Guru

menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai ; Guru

mendemonstrasikan/menyajikan materi ; Memberikan kesempatan peserta

didik/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta

lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya ; Guru menyimpulkan

ide/pendapat dari peserta didik; Guru menerangkan semua materi yang disajikan

saat itu; Penutup

21) Model Pembelajaran Course review horay, Langkah-langkah : Guru menyampaikan

kompetensi yang ingin dicapai; Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi ;

Memberikan kesempatan peserta didik tanya jawab; Untuk menguji pemahaman,

peserta didik disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap

kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing peserta didik ; Guru membaca

soal secara acak dan peserta didik menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya

disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (√) dan

salan diisi tanda silang (x); Peserta didik yang sudah mendapat tanda √ vertikal atau

horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya ; Nilai peserta

didik dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh ; Penutup

Page 47: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 43

22) Model Pembelajaran Demonatrtation, Langkah-langkah :Guru menyampaikan TPK;

Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan ; Siapkan bahan

atau alat yang diperlukan ; Menunjukan salah seorang peserta didik untuk

mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan ; Seluruh peserta didik

memperhatikan demontrasi dan menganalisa ; Tiap peserta didik atau kelompok

mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman peserta didik

didemontrasikan ; Guru membuat kesimpulan

23) Model Pembelajaran Pengajaran langsung (explicit instruction), dengan langkah-

langkah : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik ;

Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan ; Membimbing pelatihan ;

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik ; Memberikan kesempatan

untuk latihan lanjutan

24) Model Pembelajaran Kooperatif terpadu membaca dan menulis, dengan langkah-

langkah :Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen ;

Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran ; Peserta didik

bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi

tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas ;

Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok ; Guru membuat kesimpulan

bersama ; Penutup

25) Model Pembelajaran Lingkaran kecil-lingkaran besar, dengan langkah-langkah :

Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar ; Separuh

kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam

; Dua peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi

informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam

waktu yang bersamaan ; Kemudian peserta didik berada di lingkaran kecil diam di

tempat, sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau

dua langkah searah jarum jam.; Sekarang giliran peserta didik berada di lingkaran

besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya

26) Model Pembelajaran Tebak kata: media yang dipergunakan: Buat kartu ukuran

10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban

(istilah) pada kartu yang ingin ditebak.; Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis

kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada

dahi ataudiselipkan ditelinga, dengan langkah-langkah : Jelaskan TPK atau materi ±

45 menit ; Suruhlah peserta didik berdiri didepan kelas dan berpasangan ; Seorang

peserta didik diberi kartu yang berukuran 10x10 cm yang nanti dibacakan pada

pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5x2

cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau

diselipkan ditelinga.; Sementara peserta didik membawa kartu 10x10 cm

membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak

apa yang dimaksud dalam kartu 10x10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi

kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.; Apabila jawabannya tepat (sesuai yang

tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang

Page 48: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 44

telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung

memberi jawabannya.; Dan seterusnya

27) Model Pembelajaran Concept sentence, dengan langkah-langkah : Guru

menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai ; Guru menyajikan materi

secukupnya ; Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara

heterogen ; Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan ; Tiap

kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata

kunci setiap kalimat ; Hasil diskusi kelompok. Didiskusikan lagi secara pleno yang

dipandu Guru; Kesimpulan

28) Model Pembelajaran Complete sentence : Media : Siapkan blangko isian berupa

paragraf yang kalimatnya belum lengkap, dengan langkah-langkah : Guru

menyampaikan yang ingin dicapai ; Menyampaikan materi secukupnya atau peserta

disuruh membacakan buku atau model dengan waktu secukupnya ; Bentuk kelompok

2 atau 3 orang secara heterogen ; Bagikan lembar kerja berupa paragraf yang

kalimatnya belum lengkap (lihat contoh); Peserta diharap berdiskusi untuk

melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia ; Bicarakan bersama-sama

anggota kelompok ; Setelah jawaban benar yang salah diperbaiki. Tiap peserta

disuruh membaca berulang-ulang sampai mengerti atau hapal; Kesimpulan

29) Model Pembelajaran Time token (Struktur yang dapat digunakan untuk

mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari peserta didik mendominasi

pembicaraan atau peserta didik diam sama sekali), dengan langkah-langkah :

Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL) ; Tiap

peserta didik diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap peserta didik

diberi sejumlah nilai sesuai waktu keadaan ; Bila telah selesai bicara kopon yang

dipegang peserta didik diserahkan. Setiap bebicara satu kupon ; Peserta didik yang

telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara

sampai kuponnya habis ; Dan seterusnya

30) Model Pembelajaran Keliling kelompok (Maksudnya agar masing-masing anggota

kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan

mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya ), Caranya: Salah satu

peserta didik dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan

pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan ;

Peserta didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya ; Demikian seterusnya

giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan

31) Model Pembelajaran Dua tinggal dua tamu, Caranya : Peserta didik bekerja sama

dalam kelompok berempat seperti biasa; Setelah selesai, dua orang dari masing-

masing bertamu kedua kelompok yang lain; Dua orang yang tinggal dalam kelompok

bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka ; Tamu

mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan

mereka dari kelompok lain; Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja

mereka

Page 49: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 45

32) Model-model pembelajaran lainnya seperti PAKEM/PAIKEM, CBSA, dan sebagainya

sesuai dengan tuntutan isi kurikulum SBI

Khusus untuk pembelajaran Matematika perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1) Membiasakan peserta didik untuk menggali informasi dari website, library, atau dari

resources yang lain dan diminta untuk menyajikannya kepada stakeholders (teman-

temannya, guru, atau orangtua, dll) dalam berbagai bentuk: paper, alat peraga, dll

2) Membiasakan peserta didik untuk menulis jurnal refleksi belajarnya

3) Membiasakan penggunaan software dan hardware matematika dalam kegiatan

belajar peserta didik

4) Membekali guru dalam pelatihan tentang strategi pemecahan masalah

5) Menyisipkan soal-soal non rutin yang menantang (kategori problem solving) secara

sistematis dalam pembelajaran atau dalam buku teks

6) Sebelum mengenalkan materi baru, guru perlu melakukan asesmen (terutama

asesmen informal) terhadap bekal pengetahuan, pengalaman, keterampilan,

bahkan harapan yang dibawa peserta didik ke dalam kelas. Bentuk asesmennya bisa

dengan cara membuat peta konsep, atau sekedar tanya jawab.

7) Bekal yang dimiliki peserta didik hendaknya diperhatikan dan dijadikan

pertimbangan dalam mengembangkan kegiatan belajar peserta didik. Pembelajaran

harus berangkat dari apa yang dikenal peserta didik.

8) Alat peraga manipulatif perlu disediakan sebanyak mungkin dalam pembelajaran

konsep matematika. Kalau alat peraganya hanya satu, alat peraga tersebut tidak

lagi berstatus kongkrit, tetapi sudah semi abstrak, dan tidak mudah untuk diotak-

atik (dimanipulasi) dengan tangan peserta didik secara efisien.

9) Pembelajaran matematika hendaknya mendorong terciptanya pembelajaran

kooperatif. Guru dapat mengembangkan atau memodifikasi nama dan langkah-

langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

Namun demikian, pembelajaran kooperatif ini hendaknya jangan menjadi obsesi.

Tidak setiap informasi cocok disajikan dengan kooperatif. Ada informasi yang

menuntut pembelajaran klasikal, dan ada pula yang secara individual.

10) Tugas yang diberikan hendaknya bersifat menantang dan bermakna. Suatu tugas

akan menantang peserta didik belajar jika tugas tersebut tidak terlalu mudah tetapi

juga tidak terlalu sulit. Suatu tugas dipandang bermakna bagi peserta didik kalau

tugas tersebut membantu peserta didik menghubungkan materi yang satu dengan

yang lain, dan mampu meningkatkan bekal yang memadai untuk mempelajari

materi berikutnya.

11) Perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, yaitu: penguasaan konsep

matematika,kemampuan memecahkan masalah,kemampuan bernalar dan

berkomunikasi,kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, serta mengatasi masalah

sehari-hari.

Page 50: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 46

Khusus untuk pembelajaran IPA perlu juga memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik berpikir, bersikap, dan bekerja secara

ilmiah.

2) Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk belajar secara aktif.

3) Membantu peserta didik mengembangkan kerangka kerja konseptual, mengambil

keputusan, dan keterampilan pemecahan masalah.

4) Mendorong peserta didik berdiskusi dan beraktivitas kelompok.

5) Membantu peserta didik mengalami (kognitif, afektif, dan psikomotorik) IPA melalui

cara-cara yang bervariasi, menarik, dan menyenangkan.

6) Menilai pemahaman peserta didik sesering mungkin melalui proses pembelajaran.

7) Melatih peserta didik agar dapat mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan

mengkomunikasikan data.

8) Menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mengembangkan

teknologi sederhana.

9) Melatih peserta didik berkompetisi dan menghargai hasil karya orang lain.

Khusus untuk pembelajaran TIK/PTD perlu memperhatikan hal-hal :

1) Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar

secara utuh.

2) Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered). Guru harus selalu

berpikir kegiatan apa yang bisa dilakukan agar peserta didik memiliki kompetensi

yang telah ditetapkan.

3) Pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, sumber belajar dan

sarana yang tersedia

4) Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran

materi tertentu).

5) Pembelajaran memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual peserta

didik seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi,

dan budaya, serta masalah khusus yang dihadapi peserta didik yang bersangkutan.

6) Sifat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam program TIK adalah : Teori

dan Praktek yang mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata

pelajaran TIK

7) Pembelajaran didasarkan pada teori konstruktivisme. Dalam pelaksanaannya

sebaiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan/atau analisis sistem

yang dicapai melalui aktivitas belajar sambil melakukan (Learning by Doing).

Pemberian peluang bagi peserta didik untuk mencari, mengolah, dan menemukan

sendiri pengetahuan, di bawah bimbingan guru; Metoda pembelajaran:

demonstrasi, diskusi, studi kasus, percobaan, dan pembuatan karya bidang TIK.

8) Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pembelajaran pada program TIK untuk

memperoleh pandangan yang lebih baik dan komprehensif mengenai produk produk

teknologi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pemahaman yang utuh

dan benar terhadap suatu produk teknologi diharapkan peserta didik dapat

menggunakan produk-produk tersebut lebih optimal, aman dan bertanggung jawab.

Untuk jangka panjang, pendekatan ini berfungsi untuk melakukan inovasi

(pengembangan) suatu produk.

Page 51: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 47

9) Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah pembelajaran yang

mengarahkan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah melalui proses

berpikir yang sistematis.

..

b. Pengayaan pembelajaran dengan menggunakan fasilitas (berbasis) TIK.

Sebagaimana dijelaskan dalam pembelajaran yang memenuhi SNP di atas, yaitu bahwa

dalam standar proses pembelajaran harus memenuhi tiga komponen, yaitu persiapan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar. Pada dasarnya

RSBI dituntut untuk mencoba dan mendalami model-model pembelajaran

sebagaimana juga telah dijelaskan sebelumnya. Semua model pembelajaran tersebut

akan dapat berlangsung lebih efektif dan efisien adalah dengan memanfaatkan

perkembangan fasilitas TIK melalui pembelajaran dengan elektronik atau disebut

dengan e-learning. E-learning juga akan memberikan peluang bagi pengajar dan

peserta didik untuk secara mandiri baik dalam mengajar maupun belajar. Sangat

diharapkan bahwa bagi sekolah yang telah sebagai SBI dapat mengimplementasikan

proses pembelajaran ini dengan berbasis TIK tersebut.

Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and Communication Technology

(ICT) adalah: (a) mentransfer area teknologi dari sistem informasi, (b) cara untuk

mendeskripsikan sejumlah sistem informasi, pengguna, dan manajemen untuk

kepentingan organisasi, disamping termasuk perangkat keras juga mencakup teknologi

komunikasi untuk mengirimkan informasi, (c) teknologi yang menggabungkan

komputasi (komputer) dengan jalan komunikasi kecepatan tinggi yang membawa data,

suara, dan video, penggunaan teknologi dalam pengendalian dan memproses

informasi, keterpaduan antara hardware (komputer, LCD proyektor, printer, camera,

scanner, dll), shoftware (sistem aplikasi, program aplikasi, dan jaringan seperti

internet, LAN, program multi media, homepage), dan brainware (SDM yang

mengoperasikan hardware dan shoftware).

Internet (kependekan dari interconnected-networking) merupakan jaringan global

yang menghubungkan jutaan komputer melalui suatu jaringan. Terdapat lima aplikasi

standar dalam internet yang dapat dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu E-

mail, Mailing list (milis), Newsgroup, Files Transfer Protocol (FTP), dan World Wide

Web (www). Internet juga merupakan fondasi transformasi aplikasi Web yang biasa

disebut Website, yaitu kumpulan dari halaman-halaman situs yang terangkum dalam

sebuah domain atau subdomain, yang tempatnya di dalam World Wide Web (www) di

internet. Sebuah Website dapat berupa sebuah hasil kerja dari perorangan, organisasi,

perusahaan dengan menunjukkan beberapa topik khusus atau kepentingan tertentu

seperti penanyangan Sekolah, Dinas Pendidikan Kab/Kota, dll. Website ini memiliki

peranan penting yaitu sebagai media informasi, komunikasi, dan transaksi.

Untuk proses pembuatan bahan ajar atau pembelajaran dimulain dari penulisan uraian

teori, gambar, tabel, penugasan, pembuatan soal, dll dapat dilakukan dalam suatu

sistem yang menjamin kompatibilitas dan keutuhan yaitu dengan sistem manajemen

materi pembelajaran (Learning Content Management System). Dan untuk keperluan

penayangan, pengaturan akses, penjadwalan penayangan, pencatatan nilai

Page 52: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 48

ujian/tugas, dll memerlukan suatu media yang disebut dengan Sistem Manajemen

Pembelajaran (learning management system).

Dengan demikian pembelajaran berbasis TIK (e-learning) adalah pembelajaran yang

dibantu dengan sebuah media berupa aplikasi berbasis Web yang dalam beberapa

bagian proses pembelajarannya dapat dilakukan dengan berinteraksi dalam sebuah

website, seperti: penayangan materi on-line, penugasan on-line, tatap muka virtual

(video conference), dan tes, ulangan, ujian on-line, dan dilengkapi dengan materi yang

”off-line”. Pengembangan program pembelajaran berbasis TIK adalah kegiatan

pengembangan pembelajaran yang memanfaatkan TIK dari berbagai sumber belajar.

Infrastruktur yang diperlukan untuk terjadinya pembelajaran berbasis TIK antara lain:

ruang server dan sistem operasi, laboratorium komputer, perangkat keras, perangkat

lunak (data base dan aplikasi e-learning), SDM, koneksi internet.

c. Model pembelajaran dalam Bahasa Inggris

Implementasi pembelajaran dalam bahasa Inggris harus menghindari dihasilkannya

lulusan dengan bahasa Inggris kelas 2 karena jeleknya tatabahasa dan ucapan. Perlu

diperhatikan beberapa hal agar program pembelajaran dalam bahasa Inggris dapat

diimplementasikan dengan tingkat pencapaian yang tinggi dalam kompetensi bidang

studi maupun kompetensi dalam bahasa Inggris. Tingkat pencapaian kompetensi yang

tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa Inggris yang

lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan.

Program semacam ini disebut program imersi (immersion program). Di beberapa

negara yang telah mengimplementasikan program semacam ini (misalnya Canada,

Australia, Hongaria, Finlandia, dan Hongkong) dengan guru yang kompetensi dalam

bahasa target (inggris) sangat tinggi (bahkan dengan penutur asli) dan sarana

pendukung yang memadai pada umumnya melaporkan hasil bahwa: (a) Capaian

kompetensi dalam bidang studi di kelas tersebut sebanding dengan kelas reguler; (b)

Penguasaan yang tinggi dan seimbang dalam bahasa target (bahasa yang hendak

dikuasai bahasa inggris) dan bidang studi biasanya sulit dicapai secara bersamaan.

Artinya, pencapaian yang tinggi dalam satu aspek cenderung dibarengi oleh

pencapaian yang agak rendah dalam aspek lainnya. Apabila pencapaian kompetensi

dalam bahasa target tinggi, pencapaian kompetensi dalam bidang studi tidak setinggi

pencapaiannya dalam bahasa target atau sebaliknya.; (c) Penguasaan bahasa

lulusan/peserta didik dalam bahasa target jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

lulusan/peserta didik yang mengikuti kelas reguler, tetapi tidak sepadan dengan

kemampuan penutur asli karena diwarnai oleh sejumlah kesalahan tatabahasa dan

ucapan.

Agar pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan

seimbang, perlu upaya pengembangan program-program pendukung antara lain: (a)

Penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung; (b) Penyelenggaraan

Bridging Course bahasa Inggris; (c) Penyediaan Self-Access Learning Centre; (d)

Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mendorong atau memfasilitasi penggunaan

bahasa Inggris di sekolah secara efektif. Selain itu perlu dikembangkan model

pembelajaran dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan karakter sekolah.

Page 53: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 49

Berikut ini diuraikan beberapa contoh model pembelajaran mata pelajaran

Matematika dan IPA (MIPA).

Model pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang baik adalah model

yang memfasilitasi pencapaian kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam

bahasa Inggris (subject matter and language) dan keduanya diberi perhatian secara

proporsional. Focus on language sangat penting untuk menghindarkan peserta didik

dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa

Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris. Berikut adalah contoh

model penyelenggaraan pembelajaran.

Terpisah (parallel): perkembangan bahasa peserta didik difasilitasi melalui kegiatan

penunjang di luar pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam

Bahasa Inggris yang diikuti peserta didik di sekolah, yaitu: (a) Peserta didik menerima

pelajaran tambahan berupa English for Mathematics and Science yang dilakukan oleh

guru bahasa Inggris dan/atau guru MIPA. Materi pelajaran tambahan ini didasarkan

pada kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema pelajaran yang ada pada

pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Idealnya sebelum peserta didik mempelajari

pokok bahasan tertentu, peserta didik sudah diperkenalkan dengan bahasa (kosa kata,

tata bahasa, ekspresi, dsb.) yang akan dipergunakan dalam mempelajari pokok

bahasan tersebut.; (b) Model ini cocok bagi sekolah yang guru MIPA-nya memiliki

pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan team-teaching antara guru bahasa Inggris

dan guru MIPA tidak dapat berjalan dengan baik.; (c) Dalam model ini pembelajaran

MIPA dalam bahasa Inggris berlangsung dengan tahapan-tahapan pembelajaran

seperti pada pembelajaran MIPA pada umumnya.; (d) Model ini agak mahal dan

memerlukan waktu cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian tujuan (peningkatan

kemahiran berbahasa Inggris).

Terpadu (integrated): perkembangan bahasa peserta didik difasilitasi secara terpadu

dalam pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris.

Artinya, peserta didik menerima materi English for Mathematics and Science

bersamaan ketika mereka menerima pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam dalam bahasa Inggris. Model ini cocok/sesuai untuk guru MIPA dengan

pengetahuan kebahasaan tinggi. Secara umum, pembelajaran terbagi menjadi tiga

tahap utama, yaitu tahap persiapan (preparation), tahap pembelajaran (the lesson),

dan tahap penguatan/pengayaan (reinforcement/ enrichment).

Catatan:

Pembelajaran yang tidak boleh menggunakan bahasa Inggris adalah pada Mata

Pelajaran: Pendidikan Agama, PKn, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan Muatan Lokal.

3. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

dalam penyelenggaraan RSBI

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa SNP untuk SKL SMP secara kuantitatif terdapat

sejumlah 22 buah SKL (dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006), dan standar kompetensi

(SK) untuk tiap kelompok mata pelajaran (SK-KMP) terdiri dari: kelompok mata pelajaran

Page 54: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 50

: (1) Agama dan Akhlak Mulia sebanyak tujuh (7) buah;(2) Kewarganegaraan dan

Kepribadian sebanyak 14 buah;(3) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebanyak 10 buah;

(4) Estetika sebanyak tiga (3) buah;dan (5) Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan sebanyak

dua (2) buah.

Sedangkan untuk SKL tiap mata pelajaran adalah: SKL Pendidikan Agama Islam sebanyak

lima (5) buah, SKL Pendidikan Agama Kristen sebanyak ltiga (3) buah, SKL Pendidikan

Agama Katholik sebanyak empat (4) buah, SKL Pendidikan Agama Hindu sebanyak

sembilan (9) buah, SKL Pendidikan Agama Budha sebanyak delapan (8) buah, SKL

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebanyak delapan (8) buah, SKL Bahasa Indonesia

sebanyak empat (4) buah, SKL Bahasa Inggris sebanyak empat (4) buah, SKL Matematika

sebanyak tujuh (7) buah, SKL IPA sebanyak enam (6) buah, SKL IPS sebanyak 12 buah, SKL

Seni Rupa sebanyak tiga (3) buah, SKL Seni Musik sebanyak tiga (3( buah, SKL Seni Tari

sebanyak tiga (3) buah, SKL Seni Teater sebanyak empat (4) buah, SKL Pendidikan

Jasmani, Olah raga dan Kesehatan sebanyak enam (6) buah, SKL Keterampilan Kerajinan

sebanyak lima (5) buah, SKL Keterampilan Teknologi Rekayasa sebanyak tiga (3) buah, SKL

Keterampilan Teknologi Budidaya sebanyak tiga (3) buah, SKL Keterampilan Teknologi

Pengolahan sebanyak tiga (3) buah, dan SKL TIK sebanyak empat (4) buah.

Sebagai RSBI, maka diharapkan dapat memperkaya atau menambah jumlah SKL SMP, SKL

atau SK-KMP, dan SKL per mata pelajaran atau menerapkan standar kelulusan sekolah

yang lebih tinggi dari yang ditetapkan secara nasional.Berikut ini dijelaskan tentang

beberapa contoh mata pelajaran yang ditambahkan IKKT.

a. Sebagai contoh penambahan SKL SMP SNP dikembangkan dari 22 SKL SMP SNP

menjadi 24 SKL SMP SBI, dengan demikian terdapat penambahan dua (2) SKL, yaitu:

(1) memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang TIK dan mampu memilih serta

memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari secara bijaksana (menguasai

teknologi informasi dan komunikasi); (2) memiliki ketangguhan, kedisiplinan, dan

kecermatan dalam bekerja.

b. Contoh penambahan SKL mata pelajaran Matematika dari 7 SKL SNP menjadi 11 SKL

SMP SBI, dengan demikian terdapat 4 SKL adalah: (1) Memiliki kemampuan menggali

dan mengkomunikasikan ide-ide matematis secara tertulis maupun lisan; (2)

Memiliki kemampuan refleksi terhadap kemampuan atau pemikiran matematikanya

sendiri; (3) Memiliki kemampuan matematika dengan keterampilan ICT tertentu; (4)

Memiliki berbagai macam strategi pemecahan masalah matematika.

c. SKL SNP mata pelajaran IPA sebanyak 6 buah dan SKL SBI tetap 6 buah (tidak ada

penambahan, karena setelah dikaji telah memenuhi atau setara dengan negara-

negara lain) atau dengan kata lain jumlah SKL SNP sama dengan SKL SBI mapel IPA.

Namun terdapat penambahan SK, KD, dan IK (Indikator Kompetensi) dari SKL SNP

tersebut.

d. Untuk SKL SNP Mata pelajaran Bahasa Inggris, untuk menjadi SKL SBI tidak ada

penambahan SKL, atau dengan kata lain jumlah SKL SNP sama dengan SKL SBI pada

mata pelajaran Bahasa Inggris. Namun terdapat penambahan SK, KD, dan IK

(Indikator Kompetensi).

Page 55: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 51

e. Mata pelajaran TIK dikembangkan menjadi Mata Pelajaran TIK/PTD (Pendidikan

Teknologi Dasar), sehingga terdapat satu (1) penambahan SKL mata pelajaran

TIK/PTD ini, dari jumlah SKL SNP empat (4) buah menjadi lima (5) buah untuk SKL SBI.

Contoh penambahan satu buah SKL tersebut yaitu memahami prinsip-prinsip

teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi dan masyarakat, penanganan

produk teknologi serta perancangan dan pembuatan produk teknologi.

f. Sementara itu, Direktorat Pembinaan SMP belum membuatkan contoh penambahan

SKL untuk mata pelajaran lainnya, seperti mata pelajaran IPS (tidak termasuk

sejarah), mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga-kesehatan dan jasmani, dan

Mata Pelajaran Seni Budaya (tidak termasuk muatan lokal). Sangat diharapkan

penyelenggara SBI dapat menambahkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan

sekolah/daerah serta tuntuan global.

4. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan dalam penyelenggaraan RSBI

Pendidik (guru) memiliki tugas dan tanggung jawab yang amat strategis dalam peran

dan fungsinya sebagai pendidik SBI, yaitu harus memenuhi IKKM pendidik (SNP

pendidik). Tugas, peran, dan fungsi pendidik harus mampu ditunjukkan dalam

kompetensi dan profesinya, baik kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan

profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai

hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan, sebagaimana telah

dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2006. Pemenuhan standar

kompetensi guru tersebut harus ditunjukkan dengan pemenuhan sertifikasi kompetensi

sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007.

Terpenuhinya standar pendidik (IKKM) ini berarti telah mampu menunjukkan sebagai

tenaga profesional yang akan membawa kepada pencapaian standar mutu pendidikan

sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.

Namun demikian, sebagai tenaga pendidik yang telah memenuhi standar nasional atau

IKKM, apabila daalam menjalankan tugas dan fungsinya pada sekolah yang bertaraf

internasional dituntut juga harus memenuhi IKKT dalam upaya memenuhi tuntutan

pencapaian mutu pendidikan yang bertaraf internasional pula. Indikator Kinerja Kunci

Tambahan (IKKT) sebagai guru RSBI antara lain adalah: (1) semua guru mampu

memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK; (2) guru mata pelajaran kelompok sains,

matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris; dan

(3) minimal 20% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya

berakreditasi A untuk SMP. Pendidik yang menjalankan profesinya pada SBI, maka

dalam melaksanakan proses pembelajaran sepanjang diperlukan dan sesuai dengan

kebutuhannya, selain menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris juga bisa

menggunakan bahasa lainnya yang sering digunakan dalam forum internasional, seperti

bahasa Perancis, Jerman, Spanyol, Jepang, Arab, dan China. Sangat dimungkinkan bagi

guru RSBI untuk mampu memenuhi juga tuntutan kompetensi profesional yang

ditunjukkan dengan pemenuhan sertifikasi profesi yang bertaraf internasional sesuai

dengan bidang keahlian dan profesi yang dimiliki.

Page 56: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 52

Dalam hal sekolah kekurangan pendidik, maka dapat mempekerjakan pendidik warga

negara asing apabila tidak ada pendidik warga negara Indonesia yang mempunyai

kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk mengampu mata pelajaran/bidang

studi tertentu paling banyak 30% dari keseluruhan pendidik dan harus mampu

berbahasa Indonesia dengan baik.

Sedangkan untuk tenaga kependidikan seperti telah ditetapkannya standar kepala

sekolah sebagai tenaga kependidikan dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007

adalah untuk memberikan jaminan terhadap proses perencanaan, penyelenggaraan,

pelayanan, pengontrolan, dan evaluasi pendidikan dapat mencapai standar mutu yang

diinginkan. Dengan kata lain, seorang kepala sekolah harus mampu menjalankan tugas,

fungsi, dan peran profesionalitas dan kompetensinya secara penuh. Kepala sekolah

harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang manajer atau pemimpin institusi

pendidikan baik yang bersifat edukatif maupun administratif.

Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi kompetensinya yaitu

kompetensi kepribadian, supervise manajerial, supervise akademik, evaluasi

pendidikan, penelitian pengembangan, dan kompetensi sosial. Pemenuhan akan

kompetensi dan tugas tanggungjawab sebagai kepala sekolah tersebut, berarti telah

mampu menunjukkan jaminan kepada pemangku kepentingan terhadap institusi atau

sekolah yang dipimpinnya memenuhi standar nasional, dan khusus kepala sekolahnya

telah memenuhi standar kependidikan (kepala sekolah). Pemenuhan kompetensi dan

pemenuhan keberhasilan yang dijalankan akan tugas tanggungjawabnya tersebut,

berarti kepala sekolah dapat memenuhi standar minimal sebagai kepala sekolah

(mencapai IKKM sebagai tenaga kependidikan).

Namun demikian, sebagai tenaga kependidikan pada SBI kepala sekolah juga masih

dituntut untuk memenuhi syarat untuk pemenuhan IKKT (indikator kinerja kunci

tambahan), yaitu: (a) berkewarganegaraan Indonesia; (b) berpendidikan minimal S2

dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi atau dari perguruan tinggi

negara lain yang diakui setara S2 di Indonesia; (c) telah menempuh pelatihan kepala

sekolah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh Pemerintah; (d) mampu

berbahasa Inggris, dan/atau bahasa asing lainnya secara aktif; (e) memiliki skor TOEFL

≥ 7,5 atau bahasa asing lainnya secara aktif; (f) memiliki jiwa kewirausahaan; (g)

kemampuan di bidang manajemen, organisasi, dan kepemimpinan pendidikan serta

kewirausahaan; (h) mampu membangun jejaring internasional; (i) kemampuan

mengoperasikan komputer/teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung

pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya; dan (j) kemampuan mengembangkan rencana

pengembangan sekolah (RPS)/rencana kerja sekolah (RKS) dan Rencana Kegiatan dan

Anggaran Sekolah (RKAS).

Di samping itu, sebagai SBI maka sekolah dapat memiliki sekurang-kurangnya adalah

kepala sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar,

tenaga administrasi, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan dari Standar Nasional

Pendidikan tentang Tenaga Kependidikan. Demikian juga halnya dengan keberadaan

wakil kepala sekolah dan urusan sekolah, maka dapat dikembangkan jumlahnya sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan tiap sekolah.

Page 57: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 53

Hal ini penting mengingat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala

sekolah bertaraf internasional akan banyak berhubungan dengan lingkungan dan

pergaulan internasional. Dalam mengemban tugas profesionalitasnya pada SBI, maka

diperlukan jiwa kepemimpinan kepala sekolah yang kreatif, inovatif, dinamis, berani

mengambil resiko, berani menghadapi tantangan, demokratis, dan tidak melupakan

sifat kepemimpinan yang mampu menjadi tauladan sekaligus mampu memberikan

motivasi kepada bawahannya (”ing ngarso sung tulodho-ing madyo mangun karso-tut

wuri handayani”).

5. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar sarana dan prasarana dalam

penyelenggaraan SBI

Selain dijamin bahwa SBI harus memenuhi standar sumber daya manusianya (pendidik

dan tenaga kependidikan), maka juga dituntut memenuhi standar sarana dan

prasarana. Sebagai IKKM (indikator kinerja kunci minimal) yang harus dipenuhi, maka

sarana dan prasarana dijamin akan mutunya. Pemenuhan baik secara kuantitas

maupun kualitas sarana dan prasarana tersebut, sekolah yang bertaraf internasional

harus memenuhi spesifikasinya untuk memberikan jaminan bahwa secara teknis IKKM

sarana prasarana memenuhi persyaratan internasional.

Standar sarana dan prasarana pokok sesuai dengan kurikulum yang dipergunakan SBI

seperti: (a) laboratorium Bahasa Inggris, (b) laboratorium IPA ( laboratorium Biologi,

Laboratorium Fisika-Kimia), (c) laboratorium komputer, (d) jaringan internet yang

terpasang lengkap ke sistem (lab. Komputer, ruang kelas, perpustakaan, ruang guru,

ruang kepala sekolah, TU, ruang multi media, dan sebagainya), (e) pusat multi media,

(f) peralatan media pembelajaran di kelas (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll), (g)

laboratorium IPS, (h) laboratorium Matematika, (i) Laboratorium PTD.

Di samping itu, sebagai sekolah yang bertaraf internasional wajib memberikan jaminan

atau mampu memenuhi sarana dan prasarana tambahan yang sesuai tuntutan

kurikulum bertaraf internasional. Dengan kata lain, sekolah bertaraf internasional

mampu menunjukkan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) tentang

sarana prasarana tersebut, yaitu: (1) setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana

pembelajaran berbasis TIK; (2) perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang

memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia (e-library); (3)

dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga,

klinik, dan lain sebagainya; dan (4) laboratorium tambahan seperti pengembangan

laboratorium alam, green hause, dan sebagainya, (5) ruang data dab informasi, (6)

ruang riset dan pengembangan bagi pendidik dan lainnya, (7) ruang para wakil kepala

sekolah, (8) ruang seminar, diskusi, workshop, dll, (8) ruang atau sarpras lainnya seperti

luas tanah sesuai tuntutan kurikulum RSBI.

6. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pengelolaan dalam

penyelenggaraan RSBI

Page 58: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 54

Sekolah bertaraf internasional dalam pengelolaan sekolah dituntut berhasil

mengimplementasikan prinsip-prinsip pokok manajemen berbasis sekolah, yaitu

kemandirian atau otonomi, keterbukaan, akuntabilitas, partisipatif, fleksibilitas, dan

sustainibilitas. Dalam tataran implementasinya, RSBI harus mampu menjamin

pengelolaan sekolah memenuhi fungsi-fungsi manajemen secara profesional

sebagaimana telah ditetapkan dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang

Standar Pengelolaan, yaitu: (a) perencanaan terdiri: kepemilikan rumusan visi dan misi

sekolah, tujuan sekolah, rencana kerja sekolah, (b) pelaksanaan rencana kerja terdiri

pedoman sekolah, ruktur organisasi sekolah, pelaksanaan kegiatan sekolah, bidang

kepeserta didikan, bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran, bidang pendidik dan

tenaga kependidikan, bidang sarana dan prasarana, bidang keuangan dan pembiayaan,

budaya dan lingkungan sekolah, dan peranserta masyarakat dan kemitraan sekolah; (c)

pegawasan dan evaluasi terdiri program pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan

pengembangan KTSP, evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, dan

akreditasi sekolah; (d) kemepimpinan; dan (e) SIM sekolah.

Selanjutnya, sebagai RSBI maka sekolah harus memenuhi IKKT pengelolaan pendidikan,

diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau

sesudahnya ISO 14000; (2) Merupakan sekolah multi-kultural; (3) Menjalin hubungan

atau mitra dengan sekolah bertaraf internasional di dalam dan atau luar negeri; (4)

Bebas narkoba dan rokok; (5) Bebas kekerasan (bullying); (6) Menerapkan prinsip

kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah; (7) mempersiapkan

peserta didik yang diharapkan mampu meraih medali tingkat internasional pada

berbagai kompetisi ilmu pengetahuan, matematika, teknologi, seni, dan olah raga, (8)

menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan komunikasi

pada delapan standar nasional pendidikan.

Pemenuhan sertifikasi ISO 9001 pada dasarnya adalah sekolah dituntut untuk mampu

memberikan jaminan bahwa sistem manajemen mutu yang diterapkan telah memenuhi

standar manajemen internasional. Oleh karena itu persyaratan-persyaratan yang harus

dipenuhi oleh sekolah untuk mengembangkan sistem manajemen mutu pengelolaan

pendidikan harus dipenuhi. Khususnya dalam pengelolaan dan pengembangan

dokumentasi manajemen mutu harus memperhatikan kebutuhan sekolah sebagai RSBI

dan persyaratan ISO 9001. Penerapan sistem manajemen mutu yang berstandar ISO

9001 pada dasarnya dalam kerangka pemenuhan akan kebutuhan pelanggan, yaitu

peserta didik, orang tua, masyarakat, lulusan, dan pemangku kepentingan lainnya.

Dengan menerapkan standar sistem manajemen mutu ISO 9001 ini akan menghasilkan

tata kelola sekolah yang bermutu dengan ditandai oleh pencapaian standar kompetensi

lulusan tinggi dan proses layanan pendidikan memadai. Untuk itu diperlukan adanya

dokumen kebijakan dan sasaran dengan standar mutu tinggi, serta pedoman dan

prosedur layanan yang standar juga. Tanggungjawab manajemen sekolah harus mampu

ditunjukkan dengan komitmennya untuk mengembangkan, menerapkan sistem

manajemen mutu, dan secara terus menerus meningkatkan efektivitasnya.

Dalam hal menjalin hubungan kerjasama kemitraan adalah kerjasama dalam bidang

akademik dan non-akademik dengan satuan pendidikan setara yang diselenggarakan

oleh lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau yang diakui di negaranya. Tujuan

Page 59: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 55

kerja sama ini antara lain untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan

dasar atau pendidikan menengah dan memperluas jaringan kemitraan untuk

kepentingan satuan pendidikan. Kerja sama akademik dan non-akademik tersebut

dapat berbentuk: (a) penyelenggaraan program sekolah kembaran (sister school); (b)

penyelengggaraan program kegiatan perolehan kredit; (c) penyelenggaraan program

transfer kredit; (d) pertukaran peserta didik; (e) pertukaran pendidik dan/atau tenaga

kependidikan; (f) pemanfaatan bersama berbagai sumberdaya; (g) penyelenggaraan

kegiatan ekstrakurikuler; (h) pemagangan khusus pendidikan menengah kejuruan; (i)

penyelenggaraan pertemuan ilmiah; (j) penyelenggaraan program penelitian; dan/atau

(k) penyelenggaraan seminar bersama. Kerja sama pengelolaan dan penyelenggaraan

pendidikan dapat dibatalkan, apabila setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim

Pengendali pusat terbukti melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan.

Secara substansi, kerja sama ini penting untuk : (a) pengembangan kurikulum SBI, (b)

legitimasi kurikulum SBI, (c) pembelajaran, (d) evaluasi (penilaian hasil belajar,

akreditasi), (e) ujian dan sertifikasi internasional, (f) dan lainnya. Sebagai wujud nyata

kerja sama ini antara lain dibutktikan dengan adanya perjanjian kesepahaman atau

MoU (Memorandum of Understanding) atau Perjanjian Kerjasama atau bentuk lainnya.

Pencapaian IKKT pengelolaan sekolah dapat dijamin apabila sistem yang diterapkan

dilakukan yang secara teknis dengan berbasis TIK, seperti manajemen dalam aspek:

kepeserta didikan, akademik atau pembelajaran, fasilitas, perpustakaan, penilaian,

tenaga, penerapan website, dan sebagainya. Untuk dapat memenuhi IKKT pengelolaan

yang memenuhi indikator kinerja tambahan ini secara memadai, maka diperlukan

adanya pola kepemimpinan sekolah yang dinamis, kreatif, dan memiliki jiwa

entrepreneurship. Bagi kepala sekolah dan jajarannya diharapkan mampu berupaya

secara terus menerus untuk mencari terobosan dalam berbagai bidang dan kepada

semua lapisan masyarakat/lembaga demi terpenuhinya standar SBI secara cepat dan

memadai.

Pengelolaan SBI dapat diselenggarakan secara satu sistem-satu atap, satu sistem tidak-

satu atap, atau beda sistem tidak-satu atap. Model terpadu-satu sistem-satu atap

dilaksanakan dalam satu lokasi dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan

yang sama. Model terpisah-satu sistem-tidak satu atap dilaksanakan dalam lokasi yang

berbeda atau terpisah dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang

sama. Dan model terpisah-beda sistem-tidak satu atap dilaksanakan di lokasi yang

berbeda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda.

Disamping telah terakreditasi secara nasional oleh Badan Akreditasi Sekolah-Nasional

dengan kualifikasi sangat baik (A), maka SBI juga harus memenuhi jaminan mutu

berstandar internasional. Salah satu upaya yang harus dipenuhi adalah bersertifikasi

atau terakreditasi secara internasional. Hal ini dipergunakan sebagai indikator kinerja

kunci tambahan yang sangat penting untuk menunjukkan kepada dunia internasional

bahwa sekolah tersebut telah terjamin mutunya setara internasional pula.

(Catatan: Hal ini berlaku khusus bagi sekolah yang bermitra dengan sekolah lain dan

menuntut adanya persyaratan akreditasi internasional dari sekolah mitra).

Page 60: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 56

Hasil akreditasi yang dilakukan oleh badan akreditasi sekolah pada salah satu negara

anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau

negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Beberapa negara anggota OECD tersebut adalah: Australia, Austria, Belgium, Canada,

Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland,

Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New Zealand, Norway, Poland,

Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey, United Kingdom, United

States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia, Slovenia, Singapore

dan Hongkong yang mutunya telah diakui secara internasional. Di samping itu, sekolah

juga dapat diakreditasi oleh pusat-pusat pelatihan, industri, lembaga-lembaga

tes/sertifikasi internasional seperti misalnya Cambridge, IB, TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-

pusat studi dan organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO, UNICEF, SEAMEO,

dan sebagainya.

Proses yang ditempuh oleh sekolah apabila akan memperoleh akreditasi internasional

diantaranya melalui pentahapan: (a) pemenuhan persyaratan minimal yang ditetapkan,

misalnya telah memenuhi SNP atau IKKM, (b) melakkan evaluasi diri (internal sekolah),

(c) mengajukan ke lembaga/badan akreditasi internasional dari salah satu negara

anggota OECD tersebut atau dari negara maju lainnya, (d) dilakukan verifikasi eksternal,

(e) penetapan sebagai sekolah yang terakreditasi internasional untuk jangka waktu

tertentu, (f) dilakukan penilaian pertengahan masa atau tahun tertentu, (g) penetapan

kembali apabila memenuhi persyaratan, dan seterusnya. Pada dasarnya sertifikasi

akreditasi adalah bukan harga mutlak, akan tetapi setiap periode waktu tertentu akan

gugur apabila berdasarkan penilaian tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai skeolah

yang bertaraf internasional.

7. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar pembiayaan dalam

penyelenggaraan RSBI

Unsur pembiayaan pendidikan merupakan salah satu indikator pokok maupun

tambahan yang sangat penting untuk dapat dipenuhi oleh setiap penyelenggara

pendidikan bertaraf internasional. Jenis-jenis pembiayaan pendidikan yang harus

dipenuhi meliputi pembiayaan investasi, pembiayaan operasional, dan pembiayaan

personal. Apabila suatu sekolah bertaraf internasional telah mampu menjamin

terpenuhinya pembiayaan investasi, operasional, dan personal pendidikan, maka

berarti sekolah tersebut telah memenui standar pembiayaan (IKKM pembiayaan).

Sebagai sekolah bertaraf internasional juga dituntut mampu memenuhi IKKT

pembiayaan, yaitu menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai

berbagai target Indikator Kinerja Kunci Tambahan tersebut. Pendidikan yang efisien

dapat dipastikan efektif, akan tetapi pendidikan yang efektif belum tentu efisien.

Efisiensi pendidikan dapat diukur melalui dua indikator pokok efisiensi, yaitu efisiensi

internal dan efisiensi eksternal. Efisiensi internal pendidikan adalah rasio antara

keluaran pendidikan (hasil pendidikan) dengan input pendidikan. Pendidikan dikatakan

Page 61: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 57

efisien secara internal apabila dengan biaya yang relatif tetap atau biaya makin rendah

menghasilkan keluaran yang makin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hasil atau keluaran

diukur dari prestasi akademik, jumlah kelulusan, pencapaian kompetensi, atau kenaikan

kelas. Dari sisi produk, dikatakan efisien pendidikan tersebut apabila makin sedikit anak

yang mengulang kelas, remidi, dan atau drop out/putus sekolah.

Sedangkan efisiensi eksternal lebih menunjukkan kepada rasio antara out comes atau

dampak pendidikan terhadap input pendidikan. Out comes diukur dari indikator lulusan

yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (pendidikan),

memperoleh pekerjaan dan atau penghasilan (ekonomi), kedudukan (sosial),

kematangan kepribadian, dan sebagainya. Pendidikan dikatakan efisien secara

eksternal apabila dengan biaya yang relatif tetap atau makin kecil menghasilkan

dampak pendidikan yang makin tinggi. Analisis cost effectiveness dapat dipergunakan

untuk mengetahui sejauhmana tingkat efisiensi pendidikan secara eksternal tersebut.

Beberapa hal yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan untuk RSBI jenjang

pendidikan SMP ini adalah:

a. Biaya penyelenggaraan RSBI memenuhi standar pembiayaan pendidikan dan

menerapkan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel;

b. Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat

sesuai dengan kewenangannya berkewajiban membiayai penyelenggaraan RSBI;

c. RSBI dapat memungut biaya pendidikan untuk menutupi kekurangan biaya diatas

standar pembiayaan yang didasarkan pada RPS/RKS dan RKAS;

d. Pemerintah dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan

tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan SBI

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau masyarakat;

e. Pemerintah provinsi dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana,

pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan

penyelenggaraan RSBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah

kabupaten/kota, atau masyarakat;

f. Pemerintah kabupaten/ kota dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan

prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk

keperluan penyelenggaraan RSBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah

provinsi, atau masyarakat;

g. Masyarakat dapat memberi bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan

tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan RSBI

yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat;

h. Bantuan pada RSBI dituangkan dalam dan digunakan sesuai dengan rencana

pengembangan sekolah/rencana kerja sekolah, rencana kegiatan, dan anggaran

sekolah;

i. Bantuan pada RSBI dapat dihentikan apabila sekolah yang bersangkutan tidak

menunjukkan kinerja yang sesuai dengan tujuan penyelenggaraan RSBI;

j. Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan RSBI

berpedoman pada prinsip efisiensi, efektivitas, keterbukaan dan akuntabilitas sesuai

dengan peraturan perundang-undangan; dan

Page 62: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 58

k. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam pembiayaan

penyelenggaraan RSBI dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia.

Di samping itu, sekolah wajib mengalokasikan beapeserta didik atau bantuan biaya

pendidikan bagi peserta didik warga negara Indonesia yang memiliki potensi akademik

tinggi tetapi kurang mampu secara ekonomi paling sedikit 20% dari jumlah seluruh

peserta didik.

Bagi sekolah rintisan SBI diharapkan mampu memberikan atau memenuhi jaminan akan

efsisiensi pendidikan sebagai salah satu IKKT, sehingga publik akan memiliki tingkat

kepercayaan tinggi, dan citra yang terbangun di publik meningkat, dan selanjutnya akan

menumbuhkan rasa tanggungjawab bersama di masyarakat terhadap pentingnya

pendidikan yang bertaraf internasional. Pendidikan yang bertaraf internasional secara

otomatis memerlukan biaya yang besar, karena target pencapaian kompetensi lulusan

juga tinggi, yaitu bertaraf internasional. Dengan demikian pendidikan dengan biaya

tinggi akan tetapi juga menghasilkan lulusan yang bertaraf internasional bukanlah

disebut pendidikan mahal. Kesan pendidikan yang mahal pada dasarnya adalah tidak

ada, yang sebenarnya terjadi adalah pendidikan apakah efisien atau tidak efisien.

Oleh karena itu sangat diperlukan adanya sinergi antara berbagai pihak antara sekolah,

komite sekolah, Bappeda (Provinsi dan Kabupaten/Kota), DPRD Tk I dan II, Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, Direktorat Pembinaan SMP

serta pihak lain para pemangku kepentingan. Secara bertahap sekolah bersama komite

sekolah yang didukung oleh daerahnya masing-masing mampu secara mandiri

menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional secara efektif dan efisien. Sebab

sesuai dengan kewenangannya, maka pemerintah pusat akan memberikan dana

bantuan dalam waktu dan jumlah yang terbatas. Setelah ditetapkan bukan sebagai

rintisan lagi, maka sekolah bersama-sama komite sekolah, pemerintah kabupaten/kota,

dan provinsi harus melanjutkan dan berupaya secara mandiri mampu

menyelenggarakan SBI.

8. Pengayaan, perluasan, dan pendalaman (IKKT) Standar penilaian dalam

penyelenggaraan RSBI

Pada dasarnya sistem penilaian yang dilakukan oleh sekolah yang ditetapkan sebagai

RSBI adalah tetap mengacu pada rambu-rambu yang dikeluarkan oleh BSNP atau Pusat

Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional, yaitu memenuhi standar

penilaian sebagai wujud dari pemenuhan IKKM penilaian atau telah mampu memenuhi

standar penilaian.

a. Penilaian hasil belajar didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:

• Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan

yang diukur.

• Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak

dipengaruhi subjektivitas penilai.

Page 63: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 59

• Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik

karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,

budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

• Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang

tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

• Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

• Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup

semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang

sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

• Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan

mengikuti langkah-langkah baku.

• Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan.

• Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,

prosedur, maupun hasilnya.

b. Teknik dan Instrumen Penilaian

• Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian

berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain

yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta

didik.

• Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja.

• Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung

dan/atau di luar kegiatan pembelajaran.

• Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas

rumah dan/atau proyek.

• Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi

persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b)

konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk

instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang

baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta

didik.

c. Mekanisme Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan

untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk

meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi

kegiatan sebagai berikut.

• Menginformasikan silabus mata pelajaran yang di dalamnya memuat rancangan

dan kriteria penilaian pada awal semester.

• Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dasar (KD) dan memilih

teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

Page 64: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 60

• Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan bentuk dan

teknik penilaian yang dipilih.

• Melaksanakan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang

diperlukan.

• Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan

belajar peserta didik.

• Mengembalikan hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai

balikan/komentar yang mendidik.

• Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran.

• Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada

pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk SATU NILAI PRESTASI BELAJAR

peserta didik disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi utuh.

Namun demikian, sebagai SRBI sekolah harus melakukan pengembangan sistem

penilaian yang bersifat memperkaya, memperluas, dan bervariatif untuk mencapai

standar IKKT penilaian, yaitu yang berlaku di dunia pendidikan bertaraf intenasional.

Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam sistem penilaian yang merupakan

IKKT penilaian bagi RSBI, yaitu: Pertama, input penilaian seperti instrumen penilaian,

acuan atau kriteria penilaian, standar pencapaian ketuntasan kompetensi, bahan atau

materi yang dinilai (cakupan atau kedalaman), dan fasilitas sumber daya penilaian.

Khusus dalam hal kriteria atau standar penilaian seperti penentuan KKM, target

ketuntasan kompetensi, target nilai ujian akhir semester, ujian akhir tahun, ujian

sekolah, ujian nasional lebih besar darpada bukan RSBI.

Kedua, adalah proses penilaian yang dirintis berstandar internasional, dalam hal ini

sekolah dengan menggunakan berbagai input penilaian tersebut dapat melaksanakan

penilaian kepada peserta didik menggunakan berbagai pendekatan atau model

penilaian dari salah satu anggota negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya

yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, yaitu untuk menilai

kinerja, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan lainnya yang mencerminkan bentuk

penilaian sesungguhnya (authentic assesment). Dan, ketiga adalah kriteria hasil

pendidikan, yang pada prinsipnya adalah minimal sama atau setara dengan standar dari

sekolah-sekolah yang telah bertaraf internasional atau bahkan lebih tinggi acuan atau

standarnya, baik menggunakan acuan norma maupun acuan kriteria.

RSBI menerapkan dan mengembangkan model penilaian berbasis teknologi informasi

dan komunikasi. Sebagaimana telah diuraikan dalam pembelajaran berbasis TIK, maka

sistem penialaian merupakan bagian tidak terpisahkan dari pembelajaran. Oleh karena

itu, dalam pelaksanaannya juga harus berbasis TIK. Jenis-jenis penilaian dan evaluasi

yang berbasis TIK antara lain: ulangan harian on-line, ulangan tengah semester on-line,

ulangan akhir semester on-line, ulangan akhir tahun on-line, ujian sekolah on-line dan

ujian nasional serta internasional on line. Penayangan penilaian tersebut terutama

adalah hasil-hasilnya, dan beberapa pelaksanaan ujian atau ulangan juga dapat

dilakukan. Penayangan soal-soal ulangan dan ujian merupakan bagian dari penilaian

berbasis TIK. Dengan sistem ini, maka semua pihak dapat mengetahui sistem penilaian

oleh sekolah secara cepat dan akurat serta bersifat transparan.

Page 65: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 61

Pelaksanaan penilaian dilakukan secara terpadu dengan pembelajaran di

kelas/laboratorium (berbasis kelas) melalui test tertulis, pengumpulan kerja peserta

didik (potofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek) dan kinerja (performance).

Prosedur pelaksanaan penilaian disesuaikan dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran.

Melalui keterpaduan antara penilaian dan pembelajaran, pelaksanaan penilaian

dilakukan pada sebelum pembelajaran, selama pembelajaran dan setelah

pembelajaran.

Teknik penilaian menggunakan on going assessment dengan multi metode meliputi

penilaian proses dan produk, antara lain: paper and pencil test, performance test,

portfolio, individual oral presentations, yang dilakukan baik secara formal maupun

informal. Bentuk instrumen yang dipilih harus sesuai dengan teknik penilaiannya.

Instrument dikembangkan secara sistimatis sesuai dengan prosedur pengembangan

instrumen. Instrumen harus valid, reliablel, fokus pada kompetensi yang diharapkan,

komprehensif, obyektif, berkesinambungan, dan mendidik. Oleh karena itu, bentuk

instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen yang tergolong teknik:

a. Tes tulis, dapat berupa tes esai/uraian, pilihan ganda, isian, menjodohkan dan

sebagainya.

b. Tes lisan: pada test lisan, soal-soal dan jawabannya disampaikan secara lisan. Test

yang dilakukan dengan cara demikian akan memungkinkan peserta didik dapat

belajar kembali, hal ini disebabkan adanya dialog antara peserta didik dengan

penguji. Intrumen yang digunakan dapat berupa daftar pertanyaan.

c. Tes unjuk kerja, dapat berupa tes identifikasi, tes simulasi, dan uji petik kerja produk,

uji petik kerja prosedur, atau uji petik kerja prosedur dan produk. Pada test unjuk

kerja ini guru mengevaluasi peserta didik mengenai aspek-aspek keterampilan,

kemampaun dan sikap melakukan sesuatu dalam bidang teknologi, baik di dalam

workshop, di lingkungan sekolah, maupun di lapangan dalam kehidupan sehari-hari.

Pada test semacam ini, soal-soal test biasanya disampaikan dalam bentuk tugas-

tugas. Penilaiannya dilakukan baik terhadap proses pelaksanaan tugas-tugas

tersebut maupun terhadap hasil yang dicapai.

d. Penugasan, seperti tugas proyek atau tugas rumah.

e. Observasi yaitu dengan menggunakan lembar observasi.

f. Wawancara yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara

g. Portofolio: Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja dan tugas-tugas peserta didik

yang diberi komentar oleh guru tentang kemajuan peserta didik dalam mengerjakan

tugas-tugas tersebut. Penilaian portofolio ini bermanfaat untuk pelayanan peserta

didik secara individual. Skor nilai dalam portofolio menggunakan cacatan

perkembangan peserta didik yang dilakukan oleh guru. Untuk membuat penilaian

yang adil, obyektif, dan akurat, guru harus bersikap optimal, yaitu: (a)

Memanfaatkan bukti-bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah penilaian yang

dilakukan dengan berbagai cara, (b) membuat keputusan yang adil terhadap

penguasaan kemampuan peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja yang

dikumpulkan seperti dokumen pekerjaan, karya, dan atau prestasi dalam bidang

karya peserta didik.

h. Penilaian diri dengan menggunakan lembar penilaian diri

Page 66: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 62

i. Penilaian Antarteman: penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan

cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan

temannya dalam berbagai hal.

Beberapa hal khusus sebagai RSBI yang harus diperhatikan terkait dengan system

penilaian ini adalah:

a. Peserta didik wajib mengikuti ujian nasional dan sangat diharapkan bahwa hasil-

hasil atau prestasi ujian nasional lebih baik daripada sekolah yang bukan RSBI.

Hasil ujian nasional dipergunakan sebagai salah satu syarat kelulusan peserta

didik, di samping nilai ujian sekolahnya.

b. sekolah melaksanakan ujian sekolah yang mengacu pada kurikulum satuan

pendidikan yang bersangkutan sebagai RSBI. Ujian sekolah ini juga dipergunakan

sebagai persyaratan atau penentu kelulusan peserta didik, di samping nilai lain

yang diuji secara nasional.

c. sekolah dapat melaksanakan ujian sekolah dalam bahasa Inggris atau bahasa

asing lainnya. Hal ini didasari bahwa pada setiap proses pembelajaran telah

terbiasa dan menggunakan pendekatan bahasa pengantar dengan bahasa ingris,

bahan ajar berbahasa inggris, dan penugasan-penugasan berbahasa inggris.

d. sekolah dapat memfasilitasi peserta didiknya untuk mengakses sertifikasi yang

diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang sederajat

dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya. Peserta didik yang telah

menyelesaikan program pendidikan dan lulus ujian nasional serta ujian sekolah

yang diselenggarakan oleh RSBI memperoleh ijazah. Peserta didik yang mengikuti

dan lulus sertifikasi dari lembaga yang diakui secara internasional berhak

memperoleh sertifikat yang diakui secara inernasional.Ujian ini dilaksanakan

bersama dan atau oleh mitranya sebagaimana dalam pembelajaran. Persyaratan

dan criteria bagi peserta didik untuk dapat mengikuti ujian ini ditentukan oleh

sekolah dan atau bersama mitranya. Khusus bagi peserta didik yang memenuhi

syarat ikut ujian, akan tetapi kurang mampu dalam pembiayaan, maka menjadi

tanggungjawab penyelenggara RSBI atau stakeholder lainnya.

e. Sekolah dapat membuat raport sesuai dengan kurikulum yang dilaksanakan dan

dapat berbentuk bahasa inggris dan bahasa Indonesia, di samping juga

memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang telah ditetapkan

selama ini oleh pemerintah.

Catatan:

Selama masa rintisan, sistem dan standar penilaian menggunakan atau menerapkan dari apa

yang telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP dan untuk ujian pengayaan sebagai RSBI

secara nasional tetap dilaksanakan oleh pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP). Ujian ini

dapat dilakukan dengan bahasa pengantar bahasa inggris dan atau bahasa indonesia.

Demikian juga dalam hal sertifikasi akan diberikan oleh Direktorat Pembinaan SMP.

Page 67: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 63

Page 68: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 69: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 63

D. Persyaratan Penyelenggaraan RSBI

Untuk dapat menetapkan dan mnyelenggarakan RSBI, maka diperlukan adanya

persyaratan-persyaratan dan prosedur atau mekanisme yang harus dipenuhi dan ditempuh

oleh semua pihak pemangku kepentingan menyelenggarakan RSBI. Diperlukannya

persyaratan-persyaratan tertentu dalam penyelenggaraan RSBI adalah untuk menjamin

bahwa sekolah yang ditetapkan telah memenuhi IKKM dan IKKT sehingga layak disebut

sebagai sekolah bertaraf internasional. Sedangkan prosedur atau mekanisme

penyelenggaraan juga diperlukan untuk memberikan jaminan bahwa RSBI yang

diselenggarakan adalah telah memperoleh ijin resmi dari pemerintah dimana secara

hukum, sosial, dan aspek lainnya adalah diakui keberadaannya (legal).

1. Persyaratan Umum Penyelenggaraan RSBI

Sesuai dengan ketentuan dan kebijakan RSBI Departemen Pendidikan Nasional

sebagaimana disebutkan dalam ”Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah” bahwa untuk

menyelenggarakan RSBI harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yang secara

umum (berlaku untuk semua jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah), yaitu:

a. Sekolah membuat proposal yang diajukan kepada Direktorat Pembinaan SMP oleh

Dinas Pendidikan Propinsi melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai

RSBI;

b. Sekolah mendapatkan akreditasi yang memenuhi ketentuan BAN-S sekolah dengan

nilai minimal predikat ”A”;

c. Sekolah memperoleh ijin resmi untuk menyelenggarakan Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Yayasan (bagi sekolah

swasta).

2. Persyaratan Khusus Penyelenggaraan RSBI

Di samping persyaratan umum di atas, sekolah yang akan

melaksanakan/menyelenggarakan RSBI harus memenuhi persyaratan khusus.

Persyaratan khusus yang dimaksudkan di sini adalah persyaratan-persyaratan yang

hanya berlaku untuk jenjang pendidikan SMP, yaitu sebagai berikut:

a. Persyaratan Khusus bagi RSBI Negeri yang Diselenggarakan oleh Pusat dan

Provinsi 1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM)*),

yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen

sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan evaluasi

SSN tahun terakhir; Catatan: *) telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan

Nasional seperti yang tercantum dalam Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”.

2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat

Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai syarat layak

tidaknya dilakukan verifikasi RSBI oleh Direktorat pembinaan SMP bersama

Dinas Pendidikan propinsi dan Kabupaten/Kota. Secara administratif sekolah

melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN; Catatan:

Apabila suatu daerah telah menetapkan dan mempersiapkan suatu sekolah negeri

sebagai rintisan SBI dan dilakukan evaluasi oleh pusat ternyata benar-benar

memenuhi karakteristik RSBI dan bahkan telah melampui sebagai SSN, maka

sekolah yang bersangkutan dapat diberikan SK sebagai rintisan SBI daerah oleh

pemerintah pusat (meskipun belum dirintis sebagai SSN sebelumnya). Hal ini

hanya bersifat khusus dan kasus saja, hanya dengan pertimbangan dan kebijakan

tertentu, tidak berlaku secara umum sebagaimana yang lainnya.

Page 70: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 64

3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah

propinsi. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan dari

pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan untuk memberikan

pembinaan dan menyelenggarakan RSBI, yang berupa pemenuhan IKKM dan

IKKT melalui pendanaan yang dianggarkan dalam APBD;

4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah

kabupatn/kota untuk menyelenggarakan RSBI. Secara administratif sekolah

mengirmkan surat pernyataan kepada Dit. PSMP yang berisi kesanggupan dari

bupati/walikota untuk membantu memenuhi IKKM dan IKKT melalui pemberian

subsidi dana dari APBD;

5) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite sekolah

untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah

melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk

membantu pencapaian pemenuhan IKKM dan IKKT khususnya pemberian

bantuan dana dari masyarakat;

6) Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan disetujui/disyahkan

oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi;

7) Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan kerjasama

dengan sekolah/lembaga;

8) Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan RSBI, yaitu tentang kesanggupan

untuk menjalankan semua program apabila ditetapkan sebagai RSBI dan

kesanggupan untuk menerima sanksi apabila melanggar perjanjian;

9) Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai dengan

perkembangan kebijakan pemerintah pusat.

b. Persyaratan Khusus bagi RSBI Negeri yang Diselenggarakan oleh Propinsi 1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM),

yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen

sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan

evaluasi SSN tahun terakhir;

2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat

Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP sebagai syarat layak

tidaknya dilakukan verifikasi RSBI oleh Dinas Pendidikan Propinsi dan Pusat.

Secara administratif sekolah melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN

dan rapor SSN;

3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah

daerah tingkat I (propinsi). Secara administratif sekolah melampirkan surat

pernyataan dari pemerintah daerah (Gubernur) yang berisi kesanggupan untuk

memberikan pembinaan dan menyelenggarakan RSBI, yang berupa

pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pendanaan yang dianggarkan dalam

APBD atau dibuat dalam bentuk surat perjanjian bersama antara sekolah

dengan pemerintah provinsi;

4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari pemerintah

kabupatn/kota untuk membantu menyelenggarakan RSBI. Secara administratif

sekolah melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan dari

bupati/walikota untuk memenuhi IKKM dan IKKT melalui bantuan pemberian

subsidi dana dari APBD atau dibuat dalam bentuk surat perjanjian bersama

antara sekolah dengan Pemda kabupaten/kota;

5) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite

sekolah untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah

Page 71: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 65

melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk

membantu mencapai pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pemberian dana

dari masyarakat;

6) Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan

disetujui/disyahkan oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota;

7) Surat pernyataan sekolah tentang kesanggupan untuk melakukan kerjasama

dengan sekolah/lembaga lain;

8) Menandatangani surat perjanjian pelaksanaan RSBI, yaitu tentang

kesanggupan untuk menjalankan semua program apabila ditetapkan sebagai

RSBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila melanggar perjanjian;

9) Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai

dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat dan pemerintah provinsi.

c. Persyaratan Khusus bagi RSBI Swasta yang Diselenggarakan oleh Yayasan

atau Lembaga Lainnya:

1) Telah memenuhi delapan unsur Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM),

yang dibuktikan dengan SK Direktur Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen

sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan rapor (hasil) monitoring dan

evaluasi SSN tahun terakhir (apabila telah ditetapkan sebagai SSN oleh

pemerintah pusat). Catatan: sekolah yang akan diajukan sebagai RSBI TIDAK

HARUS BERSTATUS SEBAGAI SSN YANG DITETAPKAN PUSAT;

2) Terdapat kriteria nilai kinerja sekolah SSN minimal (Nilai Baik dan Amat

Baik) yang ditentukan oleh Direktorat Pembinaan SMP apabila sekolah tersebut

statusnya SSN yang ditetapkan oleh pusat, sebagai syarat layak tidaknya

dilakukan verifikasi RSBI oleh propinsi/pusat. Secara administratif sekolah

melampirkan kedua bukti tersebut, yaitu SK SSN dan rapor SSN. Sedangkan

apabila tidak berstatus sebagai SSN pusat, maka tidak perlu melampirkan;

3) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari yayasan atau

lembaga lainnya. Secara administratif sekolah melampirkan surat pernyataan

dari yayasan atau lembaga lainnya yang berisi kesanggupan untuk memberikan

pembinaan yang berupa pemenuhan IKKM dan IKKT melalui bantuan dana

yang dianggarkan dalam APB yayasan atau dibuat dalam bentuk surat

perjanjian bersama antara sekolah dengan yayasan atau lembaga lainnya;

4) Terdapat komitmen yang jelas, terencana, dan berkelanjutan dari komite

sekolah untuk membantu penyelenggaraan RSBI. Secara administratif sekolah

melampirkan surat pernyataan yang berisi kesanggupan komite sekolah untuk

membantu mencapai pemenuhan IKKM dan IKKT melalui pemberian dana;

5) Sekolah melampirkan profil sekolah sebagaimana adanya dan

disetujui/disyahkan oleh komite sekolah, Yayasan/lembaga lain dan Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi;

6) Surat pernyataan kesanggupan untuk melakukan kerjasama dengan

sekolah/lembaga lain;

7) Surat pernyataan kesanggupan untuk menjalankan semua program apabila

ditetapkan sebagai RSBI dan kesanggupan untuk menerima sanksi apabila

melanggar perjanjian;

8) Hal lain yang dipandang penting untuk menyelenggarakan RSBI sesuai

dengan perkembangan kebijakan pemerintah pusat, pemerintah provinsi,

pemerintah dan yayasan/lembaga lain.

Page 72: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 66

E. Prosedur Penyelenggaraan RSBI

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksudkan dengan prosedur

penyelenggaraan Rintisan SBI disini adalah mekanisme atau tata urutan pelaksanaan

penyelenggaraan/penetapan sekolah sebagai rintisan SBI. Beberapa prosedur atau

pentahapan yang harus dilalui adalah: (a) prosedur pendirian, (b) pelaksanaan verifikasi,

(c) penetapan sebagai rintisan SBI, dan (d) persiapan sekolah sebelum

melaksanakan/menyelenggarakan rintisan SBI. Pada dasarnya semua langkah tersebut

dapat dilakukan oleh para pemangku kepentingan, yaitu Direktorat pembinaan SMP,

Dinas Pendidikan propinsi, dan dibantu Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

1. Pendirian Penyelenggaraan RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP

Pengertian pendirian penyelenggaraan RSBI di sini adalah bahwa sekolah atau

yayasan yang akan menyelenggarakan rintisan pendidikan bertaraf internasional harus

terlebih dahulu mengajukan kepada pihak-pihak terkait. Oleh karena itu dalam proses

pengajuan pendirian ini diusulkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi ditujukan kepada

Mendiknas melalui Direktur Pembinaan SMP Ditjen Manajemen pendidikan Dasar

dan Menengah.

a. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP

Secara garis besar langkah-langkah awal yang ditempuh oleh Direktorat

Pembinaan SMP dalam pendirian penyelenggaraan rintisan SBI ini adalah:

• menetapkan konsep dan persyaratan atau kriteria rintisan (sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya);

• memilih sekolah SSN yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria;

• menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi;

• mengirimkan informasi kepada Dinas Pendidikan propinsi dan

Kabupaten/Kota tentang data sekolah yang akan diverifikasi;

• melaksanakan verifikasi bersama Dinas Pendidikan Propinsi.

Gambar 1. Proses Awal Pendirian Penyelenggaraan RSBI

b. Pelaksanaan Verifikasi RSBI oleh Direktorat Pembinaan SMP

Dalam pelaksanaan verifikasi ini Direktorat Pembinaan SMP melakukan secara

bersama-sama dengan Dinas Pendidikan Propinsi dan dibantu Kabupaten/Kota. Hal

ini lebih didasarkan atas pertimbangan bahwa pemerintah daerah tingkat I yang

MENETAPKAN

KONSEP DAN

KRITERIA

MEMILIH SMP SSN

YANG MEMENUHI

KRITERIA

MENETAPKAN SMP

SBG CALON

SEMENTARA RSBI

MENGIRIMKAN

DATA/INFORMASI CALON

SEMENTARA YANG AKAN

DIVERIFIKASI

MELAKSANAKA

N VERIFIKASI

BERSAMA DINAS

DAERAH

DAFTAR

LONG LIST

DAFTAR

SHORT LIST

USULAN DAERAH

SESUAI

KRITERIA

Page 73: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 67

memiliki kewenangan penyelenggaraan nantinya, dan tingkat II memiliki tanggung

jawab membantu pembinaan. Di samping itu, daerah lebih memahami masing-masing

profil dan kondisi sekolah calon rintisan yang ada di wilayahnya.

Materi yang dipergunakan untuk dasar verifikasi adalah seperangkat instrumen yang

meliputi instrumen kinerja sekolah (sebagai instrumen utama), instrumen pendukung

(instrumen yang mengungkap keinternasionalan sekolah), instrumen kualitatif,

instrumen dokumen portofolio, profil sekolah, dan panduan penilaian/pensekoran.

Tujuan verifikasi ini adalah untuk mengetahui sejauhmana kinerja sekolah dan

eksistensi sekolah serta untuk bahan pertimbangan dalam menetapkan sekolah sebagai

rintisan. Sebagai sasaran atau responden dalam verifikasi ini adalah unsur kepala

sekolah dan jajarannya, guru, peserta didik, komite sekolah, tenaga pendukung

sekolah, Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota.

Petugas verifikasi berasal dari unsur dari Direktorat Pembinaan SMP, perguruan

tinggi, LPMP, praktisi, Balitbang Depdiknas, Dinas Pendidikan Provinsi, dan

sebagainya. Beberapa hal pokok yang harus dipahami dalam melaksanakan verifikasi

adalah: (a) calon sementara sekolah yang akan diverifikasi bisa ditambah/dirubah atas

usulan daerah, asalkan memenuhi kriteria yang ditetapkan pusat; (b) petugas

pendamping dari daerah semata-mata untuk memberikan penilaian ke sekolah dan

masukan kepada pusat; (c) keputusan final tentang sekolah yang layak ditetapkan

sebagai rintisan adalah oleh pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP).

Data-data yang diperoleh selama verifikasi selanjutnya dianalisa tiap sekolah, baik

secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Hasil analisa data ini akan dihasilkan

daftar calon tetap sebagai rintisan SBI.

c. Penetapan Calon Tetap Rintisan SBI oleh Direktorat Pembinaan SMP

Telah dijelaskan di atas bahwa kewenangan untuk penetapan sekolah sebagai rintisan

adalah pemerintah (Direktorat Pembinaan SMP). Pemerintah daerah/yayasan sebatas

pada memberikan masukan dan atau pertimbangan secara obyektif tentang sekolah

yang diverifikasi.

Dasar penetapan sekolah sebagai rintisan SBI adalah hasil dari pensekoran/penilaian

kinerja sekolah (IKKM), IKKT, profil sekolah, dokumen portofolio, dan data lain

yang relevan. Kriteria nilai kinerja minimal adalah yang termasuk kategori baik/layak

sebagai rintisan SBI, yaitu merupakan gabungan dari nilai kinerja IKKM dan IKKT.

Profil sekolah dipergunakan sebagai tambahan penguatan, di samping sebagai cek

silang terhadap data kinerja sekolah. Untuk sementara daerah yang ditetapkan

sekolahnya sebagai rintisan SBI adalah daerah kabupaten/kota yang sama sekali

belum ada dan daerah lain yang memiliki sekolah memenuhi kriteria yang ditetapkan

(dalam jumlah terbatas), meskipun telah ada rintisan SBI sebelumnya.

Page 74: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 68

Gambar 2. Prosedur pendirian RSBI

Selanjutnya Direktorat Pembinaan SMP melaksanakan workshop untuk memberikan

pemahaman tentang RSBI dan SBI kepada calon rintisan SBI. Selama workshop ini

sekolah diberikan materi tentang berbagai aspek seperti: kebijakan Direktorat

Pembinaan SMP, konsep RSBI, manajemen RSBI, dan aspek-aspek lain yang

termasuk dalam IKKM dan IKKT. Secara khusus sekolah diharapkan membuat RKS

dan RKAS selama kegiatan workshop.

Berdasarkan hasil verifikasi dan kegiatan workshop ini, maka Direktorat Pembinaan

SMP menetapkan sekolah sebagai calon tetap Rintisan SBI. Secara skematis

pelaksanaan verifikasi dan penetapan sekolah sebagai rintisan SBI dapat dilihat pada

Gambar 4.

d. Persiapan Sekolah sebagai RSBI

Direktorat Pembinaan SMP dalam melaksanakan verifikasi dan penetapan sekolah

sebagai rintisan adalah satu tahun sebelum tahun ajaran dimulai. Tujuannya antara

lain adalah agar sekolah memiliki cukup waktu untuk melakukan persiapan-persiapan

sebelum melaksankan berbagai program atau kegiatan untuk mengimplmenetasikan

pendidikan bertaraf internasional. Beberapa kegiatan pokok yang dapat dilakukan

oleh sekolah dan atau Dinas Pendidikan Daerah antara lain:

SELEK.

TAHAP I (SYARAT

UMUM)

VERIFIKASI

KE SEKOLAH, DINAS, DAN

PEMDA

WORKSHOP

CALON

TETAP RSBI

KONDISI

SEKOLAH DAN DAERAH

PENGGABUNGAN NILAI

VERIFIKASI DAN PERSYARATAN

YG DIAJUKAN

ANALISIS DATA

VERIFIKASI

PERBAIKAN PROPOSAL DAN PEMBUATAN

RKS DAN RKAS RSBI

DAFTAR

CALON

TETAP RSBI

SHORT LIST

CALON

RINT.SBI

SEKOLAH MEMBUAT

PROPOSAL DAN

MENGUMPULKAN

PERSYARATAN LAIN

SEKOLAH/DINAS

PENDIDIKAN

DAERAH/YAYASA

N MENGUSULKAN

RSBI DILAMPIRI

PERSYARATAN

NYA

PENYUSUNAN

KRITERIA CALON RSBI

PENYUSUNAN

KONSEP RSBI

PENETAPAN

SEKOLAH SEBAGAI

RSBI

Page 75: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 69

1) Peningkatan Kapasitas/kemampuan:

a) Meningkatkan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan (capacity building)

sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, misalnya adalah:

• Tenaga pendidik: ditingkatkan kemampuan mengajar dengan bilingual

(bahasa Inggris), kemampuan komputer/TIK, kemampuan bidang studi,

dan pengembangan kurikulum SBI;

• Kepala sekolah: ditingkatkan kemampuan bahasa Inggris, TIK,

manajemen ISO 9001: 2000 dan ISO 14000 serta kemampuan

mengembangkan RKS dan RKAS;

• Tenaga pendukung: ditingkatkan kemampuan bahasa Inggris dan TIK.

b) Mengembangkan kurikulum RSBI sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

sekolah, terutama dalam hal pengembangan silabus, RPP, bahan ajar, sistem

penilaian, dan perangkat pendukung kurikulum;

c) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan kurikulum RSBI;

d) Merintis jalinan kerjasama atau sister school dengan sekolah lain, perguruan

tinggi, dan sebagainya.

2) Penerimaan Peserta Didik Baru

Sekolah Bertaraf Internasional mensyaratkan calon siswa baru harus memiliki

kompetensi dan kecerdasan tinggi. Hal ini didasari oleh tuntutan kurikulum

bertaraf internasional, yang mengharuskan anak-anak yang masuk dalam kelas

internasional harus mampu berkompetisi secara global dengan anak-anak dari

negara lain. Beberapa kemampuan umum yang lazim menjadi tolok ukur

keinternasionalan adalah kemampuan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris

(bahasa asing), kemampuan dalam sains, kemampuan dalam bidang teknologi, dan

kemampuan lain yang bersifat karya-karya inovatif dan kreatif. Oleh karena itu,

sekolah dapat menerapkan aturan atau kriteria khusus bagi calon-calon siswa baru

yang akan masuk dalam kelas internasional. Beberapa contoh kriteria tersebut

adalah: (a) memiliki rata-rata nilai akademik (raport) dari kelas IV sd VI SD

minimal 7,0, (b) memiliki kemampuan mengoperasionalkan komputer, (c)

memiliki kemampuan dasar Bahasa Inggris, (d) memiliki kecerdasan di atas rata-

rata, (e) memiliki pemikiran, sikap dan perilaku yang kritis dan inovatif, (f) dan

sebagainya.

Untuk menjaring kemampuan anak tersebut perlu dilakukan seleksi secara ketat

melalui tes dan non tes yang digabung menjadi satu secara proporsional dengan

cara anak dijaring sejak duduk di Sekolah Dasar atau menggunakan dokumen

portofolio prestasi anak ketika di SD. Kemudian diseleksi melalui tes yang terdiri

dari tes kemampuan akademik atau Test Potensi Akademik, tes kemampuan

komputer/TIK, dan tes psikologi. Sekolah dapat menambahkan bentuk seleksi

lainnya seperti melalui wawancara atau dengan kuesioner untuk mengungkap

beberapa hal yang mendukung penilaian guna menentukan kelulusan calon siswa.

Tidak kalah pentingnya adalah mengungkap tentang latar belakang anak,

keluarga, dan aspek lainnya. Namun demikian bagi sekolah harus tetap

memperhatikan betul terhadap anak-anak yang potensial akan tetapi latar belakang

ekonominya kurang mampu harus tetap memiliki hak yang sama menjadi siswa

internasional. Prinsip ”affirmative action” bagi anak miskin dengan kemampuan

akademik tinggi merupakan skala prioritas yang harus diperhatikan bagi sekolah,

komite sekolah dan pemerintah daerahnya. Pelaksanaan seleksi dapat dilakukan

melalui kerjasama dengan pihak lain yang relevan. Sistem yang dipergunakan

Page 76: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 70

dapat terintegrasi dengan seleksi calon siswa lain dari sekolah lain apabila secara

on line dilakukan oleh pemerintah daerah setempat. Kemudian sekolah melakukan

seleksi secara khusus sesuai dengan kepentingannya. Tidak menutup

kemungkinan pemerintah daerah membuat kebijakan khusus bagi rintisan SBI

untuk melakukan seleksi secara tersendiri tanpa terikat oleh peraturan yang

diberlakukan kepada sekolah bukan rintisan SBI.

Melalui sistem seleksi seperti ini diharapkan sekolah benar-benar memperoleh

calon-calon peserta didik yang dapat berprestasi dan mampu bersaing dengan

lainnya yang sederajad, baik di dalam maupun di luar negeri.

3) Workshop Persiapan Rintisan SBI

a) Setelah ditetapkan sebagai rintisan SBI, sekolah wajib mengikuti workshop

yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan SMP;

b) Tujuan workshop antara lain untuk sosialisasi dan penguatan kapasitas sekolah sebelum menyelenggarakan RSBI;

c) Biaya penyelenggaraan workshop antara lain menggunakan dana subsidi

persiapan rintisan SBI;

d) Segala sesuatu tentang penyelenggaraan workshop diatur khusus dalam

panduan workshop.

2. Pendirian Penyelenggaraan Rintisan RSBI oleh Dinas Pendidikan Propinsi

Pada dasarnya untuk pendirian penyelenggaraan RSBI oleh Pemerintah Daerah

Tingkat I dan atau Tingkat II adalah sama dengan langkah-langkah yang dilakukan

oleh Direktorat pembinaan SMP, yaitu melakukan proses awal penyelenggaraan

RSBI, melaksanakan verifikasi bersama-sama dengan pusat, pusat (Dit. PSMP)

menetapkan sekolah sebagai RSBI, dan persiapan oleh sekolah sebelum

melaksanakan pendidikan bertaraf internasional. Perbedannya adalah bahwa

pemerintah daerah bertanggungjawab penuh dalam pembiayaan bersama komite

sekolah yang bersangkutan.

Beberapa hal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan Atau Tingkat II

adalah sebagai berikut:

1. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Pemerintah Daerah Tingkat I dan Atau

Tingkat II:

a. Konsep dan persyaratan atau kriteria RSBI yang dipergunakan sebagai dasar

untuk penentuan calon sekolah yang akan diverifikasi tetap sama menggunakan

yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP;

b. Memilih sekolah SSN yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria;

c. Menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi;

d. Mengirimkan informasi kepada sekolah yang akan diverifikasi;

e. Melaksanakan verifikasi bersama antara Direktorat Pembinaan SMP, Dinas

Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Pelaksanaan Verifikasi oleh Direktorat PSMP, Pemerintah Daerah Tingkat I dan

Tingkat II

a. Pelaksanaan verifikasi oleh petugas dari Direktorat PSMP, Dinas Pendidikan

Propinsi dan Kabupaten/Kota

b. Verifikasi menggunakan instrumen yang dibuat oleh Dit. PSMP

c. Teknik analisis data dan penilaian sama dengan yang dilakukan oleh Dit. PSMP

Page 77: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 71

3. Menetapkan Sekolah sebagai RSBI

Penetapan sekolah yang layak sebagai RSBI daerah (Tingkat I dan atau Tingkat II)

dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP, sedangkan daerah bertanggungjawab

dalam penyelenggaraannya.

4. Persiapan oleh Sekolah sebagai RSBI (Sebelum Melaksanakan Pendidikan Bertaraf

Internasional)

Setelah sekolah ditetapkan sebagai RSBI oleh Dit. PSMP, maka sekolah dan

pemerintah daerah tingkat I dan II harus melaksanakan berbagai langkah persiapan,

seperti yang dilakukan oleh sekolah lain yang ditetapkan sebagai RSBI oleh

Direktorat pembinaan SMP, yaitu meningkatkan kapasitas sekolah, melaksanakan

penerimaan siswa baru rintisan SBI, dan melaksanakan workshop RSBI.

5. Pemerintah daerah tingkat I dan II melaksanakan monitoring dan evaluasi secara

periodik.

3. Pendirian Penyelenggaraan RSBI oleh Yayasan/Lembaga Lain (untuk Sekolah

Swasta)

Pada dasarnya untuk pendirian penyelenggaraan RSBI oleh yayasan/lembaga lain adalah

sama dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh Direktorat pembinaan SMP atau

Daerah Tingkat I dan II, yaitu melakukan proses awal penyelenggaraan SMP-BI,

melaksanakan verifikasi, menetapkan sekolah sebagai RSBI, dan persiapan oleh sekolah

sebelum melaksanakan pendidikan bertaraf internasional.

Beberapa hal yang dilakukan oleh Yayasan/Lembaga lain adalah sebagai berikut:

1. Proses Awal Penyelenggaraan RSBI oleh Yayasan/Lembaga lain

a. Konsep dan persyaratan atau kriteria RSBI yang dipergunakan sebagai dasar

untuk penentuan calon sekolah yang akan diverifikasi tetap sama menggunakan

yang dibuat oleh Direktorat Pembinaan SMP;

b. Memilih sekolah yang telah memenuhi persyaratan atau kriteria;

c. Menetapkan sekolah sebagai calon sementara untuk bahan verifikasi;

d. Mengirimkan informasi kepada sekolah yang akan diverifikasi;

e. Melaksanakan verifikasi.

2. Pelaksanaan Verifikasi a. Pelaksanaan verifikasi oleh petugas dari Yayasan dan Direktorat Pembinaan SMP

serta Dinas Pendidikan Daerah;

b. Perangkat instrumen verifikasi menggunakan sama dengan yang dibuat oleh

Direktorat Pembinaan SMP;

c. Teknik analisis data dan penilaian dilakukan oleh pusat (Direktorat Pembinaan

SMP)

3. Menetapkan Sekolah sebagai RSBI

Penetapan sekolah sebagai RSBI yayasan dilakukan oleh Direktorat Pembinaan SMP.

4. Persiapan oleh Sekolah sebagai RSBI (Sebelum Melaksanakan Pendidikan Bertaraf

Internasional)

Setelah sekolah ditetapkan sebagai RSBI, maka harus melaksanakan berbagai

langkah-langkah persiapan, seperti yang dilakukan oleh sekolah lain yang ditetapkan

sebagai RSBI oleh Direktorat pembinaan SMP, yaitu meningkatkan kapasitas sekolah,

penerimaan siswa baru, dan melaksanakan workshop Rintisan SBI. Yayasan atau

pihak penyelenggara rintisan SBI berkewajiban melakukan monitoring dan evaluasi

secara periodik.

Page 78: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 79: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 73

BAB V

PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RSBI

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pengembangan RKS dan RKAS merupakan bagian

awal dari pelaksanaan pendidikan bertaraf internasional yang mutlak harus dilakukan

sekolah. RKS dan RKAS yang baik akan mendukung pelaksanaan yang baik pula, sehingga

hasilnyapun akan maksimal. Demikian pula sebaliknya, kegagalan pelaksanaan dan hasil juga

bisa disebabkan adanya perencanaan sekolah yang jelek (tidak baik).

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan sebagai sekolah rintisan yang bertaraf internasional,

maka sekolah harus melaksanakan berbagai kegiatan/program/ antara lain: (a) sosialisasi

sekolah sebagai rintisan SBI (RSBI), (b) pembentukan tim pengembang rintisan SBI (RSBI),

(c) sosialisasi dan pemahaman RKS dan RKAS, (d) menentukan tonggak-tonggak kunci

keberhasilan, (e) model-model penyelenggaraan RSBI, dan (f) implementasi pentahapan

pelaksanaan program dan kegiatan RSBI. Masing-masing pelaksanaan kegiatan tersebut

diuraikan di bawah ini.

A. Sosialisasi Sekolah Sebagai Rintisan SBI (RSBI) (RSBI)

Bagi sekolah yang telah ditetapkan sebagai Rintisan SBI (RSBI) diharapkan mampu

melaksanakan sosialisasi kepada stakeholder atau pemangku kepentingan (orang tua

siswa, komite sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Komisi Pendidikan di DPRD,

dan lembaga atau masyarakat lain yang terkait). Tujuan sosialisasi ini adalah untuk

memberikan informasi, penjelasan, dan harapan-harapan tentang hal-hal yang terkait

dengan keberadaan sekolah ditetapkan sebagai Rintisan SBI (RSBI). Beberapa hal pokok

yang disosialisasikan antara lain: (a) dasar-dasar / landasan yuridis pentingnya Rintisan

SBI (RSBI), (b) program-program sekolah yang akan direncanakan/dilaksanakan sebagai

Rintisan SBI (RSBI), (c) target atau indikator keberhasilan sekolah sebagai Rintisan SBI

(RSBI), baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, (d) peran serta

stakeholder dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), (e) hal lain yang dipandang

perlu oleh sekolah.

Pelaksanaan sosialisasi ini dilakukan sedini mungkin, dengan harapan akan menjadi

perhatian dan pemahaman yang sama sejak awal, sehingga dapat memberikan dampak

yang positif bagi sekolah. Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai strategi dan media,

misalnya: melalui rapat-rapat, pertemuan, brosur, media cetak, media elektronik, dan

sebagainya. Pada dasarnya sosialisasi tidak dibatasi oleh waktu, akan tetapi diharapkan

makin cepat dan makin banyak jangkauan sosialisasi akan makin baik.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai sekolah Rintisan SBI (RSBI), sekolah

sangat membutuhkan peran serta dari masyarakat dan fihak-fihak lain yang terkait sangat

tinggi. Hal ini antara lain didasarkan atas kebutuhan unit cost operasional per anak per

tahun sangat tinggi pula, yaitu minimal di atas lima juta rupiah. Partisipasi tersebut dapat

langsung berupa finansial maupun non finansial. Sebagai bahan bandingan, bagi

kelompok sekolah SSN (sekolah standar nasional) besarnya unit cost operasional per

anak per tahun kurang lebih tiga juta rupiah, dan untuk kelompok sekolah potensial dan

kelompok sekolah paling bawah (rintisan) jeuh lebih kecil daripada itu. Standar ideal bagi

SMP yang bukan Rintisan SBI (RSBI), rata-rata biaya per anak per tahun adalah dua juta

rupiah. Biaya yang dimaksudkan di atas adalah hanya khusus biaya operasional. Dengan

Page 80: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 74

demikian sangatlah strategis bagi sekolah Rintisan SBI (RSBI) untuk dapat melaksanakan

sosialisasi tentang penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI) ini, mengingat sangatlah besar

akan biaya operasional yang harus ditanggung oleh setiap siswa. Untuk itu, peran

masyarakat dan stakeholder lainnya sangatlah diharapkan.

B. Pembentukan Tim Pengembang Rintisan SBI (RSBI) di Sekolah

Dalam upaya memperlancar, mempermudah manajemen, dan membangun sistem di

sekolah yang lebih baik dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), maka diharapkan

setiap sekolah membentuk Tim Pengembang yang bertugas membantu kepala sekolah

dalam hal penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI). Tujuan utamanya adalah untuk

mempercepat penyiapan penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI), pengembangan berbagai

aspek pendidikan (IKKM) yang akan dikembangkan menjadi aspek-aspek yang berciri

internasional (IKKT), dan membantu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program

Rintisan SBI (RSBI) di sekolah. Di samping itu, Tim Pengembang berperan aktif untuk

membantu penataan manajemen sekolah, khususnya dalam hal mencari jalinan kerjasama

dengan pihak lain dan mempersiapkan sistem manajemen yang berstandarkan

internasional.

Anggota Tim Pengembang ini diusahakan terdiri dari unsur guru dan karyawan yang

memiliki kemampuan manajerial yang baik, kemampuan berkomunikasi dalam bahasa

Inggris. Tim harus diberikan waktu khusus untuk menjalankan tugasnya. Struktur

organisasi Tim dapat dibuat secara jelas sehingga tugas tanggung jawab serta

wewenangnya dapat dirinci dan jelas pula. Secara prinsip, keberadaan tim ini

bertanggung jawab kepada kepala sekolah.

C. Sosialisasi dan Pemahaman RKS dan RKAS

Sebagaimana halnya sekolah yang bukan Rintisan SBI (RSBI), maka bagi sekolah yang

ditetapkan menjadi Rintisan SBI (RSBI) diwajibkan membuat RKS dan RKAS,

sebagaimana telah dijelaskan di atas. Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan oleh

sekolah dalam membuat RKS dan RKAS ini antara lain: (a) tim Rintisan SBI (RSBI)

sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan RKS dan RKAS ini, (b) harus

melibatkan semua warga sekolah, (c) melibatkan komite sekolah, (d) melibatkan pihak

lain yang dipandang perlu, (e) dibuat dua macam yaitu RKS (jangka panjang/menengah)

dan jangka pendek (satu tahun) disebut RKAS. Bilamana diperlukan, maka di dalam RKS

dan RKAS tersebut terdapat berbagai program dan kegiatan persiapan yang akan

dijalankan sebelum benar-benar melaksanakan RSBI sesungguhnya. Maksudnya adalah,

sebelum benar-benar melaksanakan RSBI, sekolah harus melakukan persiapan-persiapan

khusus sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Diharapkan dalam pelaksanaan

persiapan inii terdapat sharing dana dari pemerintah daerah dalam upaya memberikan

bantuan (tenaga, dana, dan lainnya), sehingga dapat dicapai persiapan yang optimal (hal

ini akan diatur tersendiri).

Agar apa saja yang tertuang dalam RKS dan RKAS dapat dijalankan dan dihasilkan

sesuai tujuan, maka sekolah wajib melaksanakan sosialisasi RKS dan RKAS kepada

semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan Rintisan SBI (RSBI). Tujuannya antara

lain untuk: (a) memberikan pemahaman yang sama mengenai berbagai hal yang akan

dijalankan sekolah sebagai Rintisan SBI (RSBI); (b) memberikan pemahaman yang sama

tentang tugas dan tanggung jawab setiap pemangku kepentingan, khususnya tim

Page 81: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 75

pengembang Rintisan SBI (RSBI); (c) menyamakan gerak langkah pelaksanaan program

secara proporsional dan profesional; dan (d) menghindari atau mengeliminir kesalahan

dan penyimpangan yang akan terjadi terhadap RKS dan RKAS yang telah dirumuskan.

Pelaksanaan sosialisasi dan strateginya dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan

sekolah, namun disarankan semakin cepat disosialisasikan akan semakin baik.

Keterlibatan berbagai pihak dalam kegiatan ini akan makin mendukung kesuksesan

pelaksanaan program nantinya.

D. Menentukan Tonggak-tonggak Kunci Keberhasilan (milestone )

Setelah RKS dan RKAS dipahami dan disepakati bersama antara pemangku kepentingan,

maka sekolah diharapkan menyusun dan merumuskan tonggak-tonggak kunci

keberhasilan yang berisi tentang apa-apa saja yang akan dihasilkan (sebagai output), baik

yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan dalam waktu kapan akan dicapai. Manfaat

adanya tonggak-tonggak kunci keberhasilan ini direncanakan adalah:

• Bagi sekolah dapat dipergunakan sebagai target yang harus dicapai sekolah dari

rintisan menjadi SBI sepenuhnya;

• Bagi sekolah dapat secara bertahap menyelenggarakan pendidikan dengan perbaikan

atau peningkatan berbagai aspek sehingga menjadi SBI penuh dalam jangka waktu

yang pendek;

• Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi serta Direktorat Pembinaan

SMP dapat dipergunakan untuk melakukan pembinaan secara kongkret pada aspek-

aspek apa saja yang masih belum memenuhi syarat atau sebagai kekurangan sekolah

pada setiap tahunnya;

• Bagi pihak-pihak lain yang terkait dapat ikut serta melakukan pembinaan dalam

rangka mempercepat pencapaian sekolah bertaraf internasional.

E. Model-Model Penyelenggaraan

Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka dituntut harus memenuhi indikator-indikator

kinerja kunci minimal maupun tambahan (IKKM dan IKKT) sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Dimana terdapat beberapa indikator kinerja yang standar minimal akan dimiliki sama antara satu

dengan seklah lainnya, dan akan terdapat variasi yang tinggi aapabila dilihat dari sisi pemenuhan

IKKT nantinya. Hal ini sangat tergantung dari kemampuan dan kondisi sekolah/daerahnya masing-

masing. Berdasarkan kenyataan di lapangan tersebut, maka terdapat berbagai alternatif model

penyelenggaraan RSBI, dimana suatu daerah/sekolah penyelenggara dapat memilih salah satu

diantaranya sesuai dengan kebutuhan, kekhasan, keunikan, dan kemampuan yang dimiliki oleh

setiap sekolah, baik untuk penyelenggaraan sekolah yang baru maupun pengembangan Sekolah

yang sudah ada sebelumnya. Beberapa alternatif model penyelenggaraan RSBI tersebut adalah

sebagai berikut: (a) satu sistem-satu atap; (b) satu sistem tidak- satu atap; dan (c) beda sistem

tidak-satu atap.

1. Model terpadu-satu sistem-satu atap dilaksanakan dalam satu lokasi dengan menggunakan

sistem pengelolaan pendidikan yang sama.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpadu-

satu sistem-satu atap yaitu penyelenggaraan RSBI pada jenjang SMP di dalam satu

lokasi dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama. RSBI yang

diselenggarakan dengan model ini dapat dipimpin oleh seorang direktur/manajer yang

mengkoordinasikan tiga kepala sekolah yang memimpin setiap satuan pendidikan dasar

dan menengah (SD-SMP-SMA/SMK). Pengertian ” terpadu-satu sistem-satu atap” di

Page 82: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 76

sini adalah bahwa keberadaan SD, SMP, SMA, dan SMK RSBI berada dalam satu

lokasi atau tempat aeral tertentu, tidak terpisah-pisah atau berbeda lokasi/tempat.

Dengan model ini akan memerlukan sarana dan prasarana, khususnya tanah, sangat luas

yaitu minimal lima sampai enam hektar atau lebih dengan asumsi IKKM untuk luas

tanah jenjang SD satu hektar dan SMP seluas satu setengah hektar. Model ini sangat

dimungkinkan hanya dengan membanguan sekolah baru. Terdapat beberapa

kemungkinan terjadi dalam penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya):

a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)

diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi satu lokasi;

b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)

diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi satu lokasi dengan sistem

pengelolaan yang sama atau terpadu. Dalam hal ini terdapat beberapa kepala

sekolah sesuai jumlah sekolah, dan terdapat manajer/direktur yang mengelola

(memadukan) semua sekolah;

c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD

dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi

satu lokasi;

d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD

dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang sama atau menjadi

satu lokasi dengan sistem manajemen yang sama. Dalam hal ini masing-masing ada

kepala sekolah dan terdapat direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua

sekolah tersebut;

e. Ditinjau dari sisi pentahapan penyelenggaraan pendidikan, sangat mungkin ada

sekolah yang masih dalam tahap rintisan, sementara sekolah lain sudah memasuki

tahap mandiri, dan lokasinya dan atau sistem manajemennya sama;

f. Semua model tersebut dapat terjadi apabila dalam suatu daerah memiliki

kemampuan yang memadai terhdap sarana dan prasarana (tanah) untuk

menyelenggarakan secara terpadu.

Keuntungan penyelenggaraan model ini antara lain: (a) ditinjau dari sisi fungsi-fungsi

manajemen seperti regulasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat

diterapkan satu sistem manajemen sekolah yang terintegrasi, (b) mudah melakukan

koordinasi, komunikasi, dan lainnya antar jenjang pada semua bidang manajemen

dalam sisi manajemennya terhadap unsur-unsur sekolah (SDM, sarana prasarana,

keuangan, akademik, pembelajaran, evaluasi, dan sebagainya), (c) pengembangan

kelembagaan dapat lebih mudah dan terintegrasi, (d) pengelolaan hasil-hasil pendidikan

(lulusan) dapat lebih mudah dikelola, dan sebagainya. Namun demikian, kelemahan

dengan model ini antara lain: memerlukan lahan luas, lebih kompleks permasalahan

yang timbul, dan sebagainya.

Dengan mempertimbangkan luasnya tugas tanggung jawab direktur, maka

penyelenggara RSBI dalam model ini dapat mengangkat pembantu-pembantu direktur

yang bertugas untuk menangani berbagai bidang persekolahan. Beberapa bidang

tersebut antara lain bidang: akademik (kurikulum, PBM, dan Penilaian), kesiswaan,

ketenagaan, sarana dan prasarana, keuangan, hubungan kerjasama, penelitian dan

pengembangan, dan sebagainya. Banyak sedikitnya pembantu direktur tersebut

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing. Tiap pembantu direktur

bertanggung jawab kepada direktur dalam menjalankan tugasnya, yaitu

mengkoordinasikan bidang-bidang persekolahan pada semua jenjang

sekolah/pendidikan yang ditanganinya. Sistem pengelolaan pendidikan yang diterapkan

dalam pola ini adalah sama untuk semua jenjang pendidikan RSBI yang

diselenggarakan, baik manajemen untuk SD, SMP maupun SMA/SMK.

Page 83: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 77

2. Model terpisah-satu sistem-tidak satu atap dilaksanakan dalam lokasi yang berbeda atau

terpisah dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama.

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpisah-

satu sistem-tidak satu atap yaitu penyelenggaraan rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional SMP di dalam lokasi yang berbeda atau terpisah dengan menggunakan

sistem pengelolaan pendidikan yang sama. Sekolah Bertaraf Internasional yang

diselenggarakan dengan model ini dapat dipimpin oleh seorang direktur/manajer yang

mengkoordinasikan tiga kepala Sekolah yang memimpin setiap satuan pendidikan dasar

dan menengah yang berada pada lokasi berbeda. Dalam model penyelenggaraan ini

perbedaan yang mendasar dengan model pertama adalah hanya pada letak atau lokasi

sekolah yang tidak menjadi satu area/tempat. Misalnya SD RSBI di lokasi A, SMP

RSBI di lokasi B, SMA RSBI di lokasi C, dan SMK RSBI di lokasi D atau diantaranya

ada dua jenjang pendidikan satu lokasi, sementara lainnya terpisah. Model ini

dimungkinkan terjadi karena keterbatasan lokasi atau tanah yang tidak mencukupi

untuk menjadikan satu lokasi dari semua jenjang pendidikan RSBI. Terdapat beberapa

kemungkinan terjadi dalam penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya):

a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)

diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu

lokasi;

b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)

diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu

lokasi dengan sistem pengelolaan yang sama atau terpadu. Dalam hal ini terdapat

dua kepala sekolah, dan ada manajer/direktur yang mengelola (memadukan)

keduanya;

c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD

dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-

beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi;

d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD

dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-

beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi dengan sistem manajemen yang sama

atau terpadu. Dalam hal ini masing-masing ada kepala sekolah dan ada

direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua sekolah tersebut;

e. Ada dua sekolah dengan jenjang berbeda dalam satu lokasi (misalnya SD dan

SMP), sementara sekolah dengan jenjang tertentu (misalnya SMA/SMK) di lokasi

lain. Pengelolaan yang dalam satu lokasi dengan pola yang sama, sementara yang

terpisahpun (SMA/SMK) menggunakan pola sama yaitu terdapat kepala sekolah.

Seorang manajer/direktur bertnggung jawab mengelola dua kelompok sekolah yang

berbeda lokasi tersebut;

f. Semua model tersebut dapat terjadi apabila dalam suatu daerah mengalami

keterbatasan sarana dan prasarana (tanah) yang memenuhi syarat untuk terpadu.

g. Ada keinginan kuat masing-masing sekolah untuk menunjukkan kemampuan

masing-masing dengan tanpa dicampuri oleh sekolah lain;

h. Ada tujuan tertentu masing-masing sekolah yang akan menunjukkan ciri-cirinya

masing-masing sesuai dengan kondisi sekolah;

Dalam model menajemennya sama dengan model pertama, dimana dari semua jenjang

sekolah tersebut dikendalikan oleh satu pimpinan (manajemen). Bukan satu jenjang

pendidikan satu manajemen. Meskipun berbeda lokasinya tidak mempengaruhi dalam

sistem manajemen yang diterapkan. Dengan model ini ditinjau dari sisi manajemen

Page 84: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 78

memerlukanl koordinasi dan komunikasi yang lebih intensif. Karena sistem

pengelolaannya sama dan yang berbeda hanya lokasi atau tempat sekolah pelaksana

RSBI yang berbeda (tidak menjadi satu tempat), maka model organisasi yang

diterapkan atau dikembangkan sama dengan model penyelenggaraan satu atap satu

sistem. 3. Model terpisah-beda sistem-tidak satu atap dilaksanakan di lokasi yang berbeda (terpisah)

dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda.

Sekolah Bertaraf Internasional yang diselenggarakan dengan model terpisah-beda

sistem-tidak satu atap yaitu penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

SMP di lokasi yang berbeda-beda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan

yang berbeda-beda juga. Pengertian terpisah di sini adalah bahwa keberadaan sekolah

yang menyelenggarakan RSBI tidak berada dalam satu lokasi atau tempat, dimana

secara geografis terpisahkan secara alam (kondisi lingkungan). Sedangkan sistem

pengelolaan yang dimaksudkan adalah sekolah satu dengan lainnya dikendalikan,

diatur, dikelola, ditangani oleh masing-masing penyelenggara di sekolah masing-

masing. Dalam hal ini tidak ada kaitan atau hubungan atau koordinasi antara satu

sekolah dengan lainnya. Mereka menyelenggarakan dengan polanya masing-masing. Di

samping itu, sangat dimungkinkan dua sekolah dalam satu lokasi dengan pengelolaan

terpadu, sementara sekolah yang ada di tempat lain dikelola tersendiri (misalnya dalam

satu daerah kabupaten/kota). Terdapat beberapa kemungkinan terjadi dalam

penyelenggaraan model ini (ciri-cirinya):

a. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)

diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu

lokasi;

b. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang sama (misalnya SMP)

diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-beda/terpisah atau tidak menjadi satu

lokasi dengan sistem pengelolaan yang berbeda atau tidak terpadu. Dalam hal ini

terdapat dua kepala sekolah, tanpa ada manajer/direktur yang mengelola

(memadukan) keduanya;

c. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD

dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-

beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi;

d. Antara satu sekolah dengan sekolah lain dalam jenjang yang berbeda (misalnya SD

dan SMP atau SMP dan SMA) diselenggarakan pada lokasi yang berbeda-

beda/terpisah atau tidak menjadi satu lokasi dengan sistem manajemen yang

berbeda. Dalam hal ini masing-masing ada kepala sekolah dan tidak ada

direktur/manajer yang mengelola (memadukan) semua sekolah tersebut;

e. Ada dua sekolah dengan jenjang berbeda dalam satu lokasi (misalnya SD dan

SMP), sementara sekolah dengan jenjang tertentu (misalnya SMA/SMK) di lokasi

lain. Pengelolaan yang dalam satu lokasi dengan pola yang sama (terpadu) sehingga

terdapat seorang manajer/direktur yang bertanggungjawab keduanya, sementara

yang terpisah (SMA/SMK) menggunakan pola tersendiri yaitu terdapat kepala

sekolah tanpa adanya direktur/manajer yang membawahinya;

f. Semua model tersebut (terpisah-beda sistem) dapat terjadi apabila dalam suatu

daerah mengalami keterbatasan sarana dan prasarana (tanah) yang memenuhi syarat

untuk terpadu. Demikian juga dalam hal manajemen, daerah tersebut mengalami

kesulitan untuk melakukan koordinasi, komunikasi, dan pelaksanaan program

secara terpadu atau tersistem, sehingga pola yang diterapkan berbeda lokasi dan

berbeda sistem manajemennya;

Page 85: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 79

g. Ada keinginan kuat masing-masing sekolah untuk menunjukkan kemampuan

masing-masing dengan tanpa dicampuri oleh sekolah lain;

h. Ada tujuan tertentu masing-masing sekolah yang akan menunjukkan ciri-cirinya

masing-masing sesuai dengan kondisi sekolah;

F. Implementasi Pentahapan Pelaksanaan Program dan Kegiatan RSBI

Pengembangan RSBI dilakukan secara intensif, terarah, terencana, bertahap berdasarkan

skala prioritas mengingat keterbatasan sumber daya dan mempertimbangkan keberagaman

status serta eksistensi sekolah-sekolah yang ada saat ini. Kondisi sekolah saat ini beragam,

diantaranya adalah: (a) terdapat sejumlah sekolah yang hampir memenuhi syarat sebagai

sekolah bertaraf internasional (telah hampir memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal

atau Standar Nasional Pendidikan) dan sekolah-sekolah ini hanya memerlukan dukungan

kecil atau fasilitasi-fasilitasi ringan, dan (b) terdapat sejumlah sekolah yang memerlukan

persiapan dan dukungan secara intensif untuk menjadi sekolah bertaraf internasional.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka pengembangan SMP di Indonesia untuk menjadi

RSBI dilakukan secara bertahap dan mendasarkan pada data-data aktual dan faktual

sehingga pembinanan atau intervensi yang dilakukan terhadap SMP RSBI tidak harus

seragam. Bagi sekolah-sekolah yang hampir memenuhi IKKM atau SNP, dalam intervensi

atau pembinaan tidak harus mulai dari nol, atau sebaliknya. Terlebih bagi sekolah-sekolah

swasta yang telah memenuhi IKKM atau SNP dan akan atau telah menjadi RSBI, maka

pembinaan yang dilakukan juga harus proporsional.

Berdasarkan pada kondisi, fakta, dan kenyataan yang ada, maka sangat diharapkan dalam

pengembangan RSBI pada jenjang SMP ini tidak dilakukan secara tiba-tiba, tetapi

pengembangan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Direktorat Pembinaan SMP

mengembangkan RSBI pada jenjang SMP, khususnya sekolah negeri dilakukan secara

bertahap dan berkelanjutan. Dengan kata lain, Direktorat Pembinaan SMP dalam

melakukan pengembangan RSBI tidak membentuk atau mendirikan RSBI yang serba baru

semua komponen pendidikan, yaitu dimulai dari pembinaan rintisan SBI dari sekolah

yang ada dan memenuhi kriteria yang ditentukan dikembangkan menuju SBI dalam kurun

waktu tertentu.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tentang pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) adalah suatu sekolah yang hampir atau telah memenuhi IKKM atau

Standar Nasional Pendidikan (SNP) plus penambahan (pengayaan, pendalaman, dan

perluasan) pada tiap komponen pendidikan yaitu meliputi kompetensi lulusan, isi, proses,

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan

penilaian serta dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi yang bertaraf internasional.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan rintisan adalah suatu fase atau tahapan awal dari

pengembangan RSBI yang masih bersifat sementara, ”uji coba”, berkembang, belum

mampu mandiri, dan masih memerlukan campur tangan pembinaan dari pihak lain untuk

menuju ke arah SBI.

Dengan demikian, RSBI adalah suatu tahap awal pengembangan sekolah menjadi sekolah

bertaraf internasional, yang dilakukan pembinaan secara bertahap agar komponen-

komponen pendidikannya mencapai taraf internasional, baik tentang kelulusan, kurikulum

(isi), proses pembelajaran, ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen, penilaian

maupun pembiayaan. Pada saatnya nanti apabila benar-benar semua itu telah memenuhi

standar internasional, maka dari tahap rintisan ini akan dikembangkan menjadi SBI. Oleh

karena itu, pembinaan dan pengembangan RSBI yang dilakukan oleh Direktorat

Page 86: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 80

Pembinaan SMP ini bersifat hanya sementara. Sebagai sekolah Rintisan SBI, maka pada

setiap tahunnya akan dilakukan evaluasi untuk menentukan keberlanjutan rintisan, apakah

tetap sebagai rintisan atau meningkat menjadi mandiri dan atau bahkan turun menjadi

sekolah formal mandiri (SSN).

Direktorat Pembinaan SMP bersama dengan Dinas Pendidikan Propinsi dan dibantu

Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk melaksanakan pembinaan rintisan sekolah

bertaraf internasional ini. Selama kurun waktu pembinaan tersebut, sekolah yang

ditetapkan sebagai rintisan harus selalu berupaya untuk memenuhi IKKM dan IKKT yang

bertaraf internasional. Apabila sekolah telah memenuhi kriteria sebagai RSBI secara

penuh (terpenuhinya IKKM dan IKKT taraf internasional), maka selanjutnya akan dibina

dan dikembangkan menjadi SBI, tidak lagi disebut sebagai rintisan RSBI.

Bagi sekolah yang ditetapkan menjadi rintisan SBI , maka diharapkan sekolah tersebut

mampu melakukan langkah-langkah strategis, sebagai suatu persiapan menuju sekolah

yang benar-benar memiliki karakteristik internasional yang mandiri. Strategi yang dapat

ditempuh secara ideal antara lain melalui analisis SWOT di sekolahnya sendiri, untuk

mengetahui sejauhmana potensi kekuatan sekolah untuk menjadi rintisan SBI , seberapa

besar kelemahan yang ada, seberapa besar ancaman dari dalam dan dari luar sekolah, serta

seberapa besar peluang yang ada bagi sekolah untuk melaksanakan rintisan SBI . Dari

hasil analisis ini selanjutnya sekolah secara khusus dapat melakukan berbagai langkah

yang tepat untuk mengatasi berbagai kendala, kelemahan, dan ancaman yang timbul,

sehingga dalam waktu yang relatif pendek sekolah mampu menjalankan rintisan SBI

secara baik dan profesional menurut kemampuan dan kondisi masing-masing. Oleh karena

itu, bagi sekolah-sekolah yang telah ditetapkan sebagai rintisan SBI , maka diharapkan

dapat mengembangkan berbagai program/kegiatan untuk pemenuhan IKKM dan IKKT,

khususnya pengembangan kapasitasnya diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Kapasitas Sekolah Terhadap Standar Kompetensi Lulusan

Sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang

Penjaminan Mutu Pendidikan bagi Sekolah Bertaraf Internasional antara lain adalah

perlunya sekolah rintisan SBI untuk mengembangkan dan menetapkan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai salah satu IKKT sekolah bertaraf internasional.

Sebagai langkah awalnya sekolah harus mampu melaksanakan IKKM tentang SKL

sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang SKL

SMP. Selanjutnya, sekolah secara mandiri dan otonom untuk mengembangkan SKL

sendiri dan bertaraf internasional sehingga memenuhi IKKT SKL bertaraf

internasional, termasuk di dalamnya adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf

internasional.

Pengembangan kapasitas sekolah terhadap pemenuhan IKKT tentang SKL ( termasuk

di dalamnya adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf internasional) ini dapat

ditempuh melalui berbagai upaya, diantaranya adalah: (a) memperluas dan

memperdalam SKL dan KTSP yang sudah ada di sekolah sesuai Permendiknas Nomor

23 Tahun 2006, dan (b) mengadopsi atau mengadaptasi dari SKL internasional yang

ada dari sekolah/lembaga lain/negara lain. Secara teknis langkah-langkah yang

ditempuh dan dicapai sekolah dalam pengembangan IKKT SKL (termasuk di dalamnya

adalah SKL tiap mata pelajaran yang bertaraf internasional.) yang bertaraf internasional

ini apabila peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan di atas dapat

dipenuhi dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas IKKT SKL ini dapat

Page 87: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 81

dilakukan melalui: (a) memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan serta komite

sekolah/stakeholder sekolah yang ada, (b) melaksanakan kerjasama dengan sekolah lain

yang bertaraf internasional, (c) melaksanakan kerjasama/menggalang partisipasi dan

dukungan dari lembaga: LPTK, LPMP, PPPG, Puskur, BSNP, Puspendik, dan lembaga

lain yang relevan.

Catatan: Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan model SKL bertaraf

internasional untuk SMP.

2. Pengembangan Kapasitas Sekolah Terhadap Kurikulum

Sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan Departemen Pendidikan Nasional tentang

Penjaminan Mutu Pendidikan bagi Sekolah Bertaraf Internasional antara lain adalah

perlunya sekolah rintisan SBI untuk mengembangkan dan menetapkan kurikulum

sebagai salah satu IKKT sekolah bertaraf internasional. Pengembangan kapasitas

kurikulum RSBI antara lain meliputi pengembangan silabus, pengembangan RPP,

pengembangan bahan ajar, pengembangan pembelajaran, dan pengembangan sistem

penilaian. Untuk tiga aspek terakhir (pengembangan bahan ajar, pembelajaran, dan

penilaian) akan dibahas tersendiri. Sebagai langkah awalnya sekolah harus mampu

melaksanakan IKKM tentang kurikulum sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi SMP. Dengan kata lain, sekolah rintisan SBI

harus telah memilki seperangkat kurikulum sesuai IKKM (SNP). Selanjutnya, sekolah

secara mandiri dan otonom untuk mengembangkan kurikulum sendiri dan bertaraf

internasional sehingga memenuhi IKKT kurikulum bertaraf internasional, baik

mengenai silabus maupun RPP-nya.

Pengembangan kapasitas sekolah terhadap pemenuhan IKKT tentang kurikulum

(silabus dan RPP) ini dapat ditempuh melalui berbagai upaya, diantaranya adalah: (a)

memperluas, menambah, dan memperdalam kurikulum yang telah ada dan memenuhi

IKKM (SNP), dan (b) mengadopsi atau mengadaptasi dari kurikulum internasional

yang ada dari sekolah/lembaga lain/negara lain dengan tetap memperhatikan

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Secara teknis langkah-langkah yang ditempuh

dan dicapai sekolah dalam pengembangan IKKT kurikulum yang bertaraf internasional

ini apabila peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan di atas dapat

dipenuhi dengan baik. Oleh karena itu, pengembangan kapasitas IKKT kurikulum ini

dapat dilakukan melalui: (a) memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan serta

komite sekolah/stakeholder sekolah yang ada, (b) melaksanakan kerjasama dengan

sekolah lain yang bertaraf internasional, (c) melaksanakan kerjasama/menggalang

partisipasi dan dukungan dari lembaga: LPTK, LPMP, PPPG, Puskur, BSNP,

Puspendik, dan lembaga lain yang relevan.

Catatan: Departemen Pendidikan Nasional telah mengembangkan model kurikulum

bertaraf internasional untuk SMP.

3. Pengembangan Bahan Ajar

Direktorat pembinaan SMP bekerjasama dengan berbagai pihak (BSNP, Balitbang

Depdiknas khususnya Pusat Kurikulum dan Penilaian, Perguruan Tinggi, sekolah

pelaksana rintisan SBI , dan pemangku kepentingan lainnya), telah mengembangkan

bahan ajar dalam bahasa Inggris untuk mata pelajaran Matematika dan IPA kecuali TIK

dan Bahasa Inggirs. Bahan ajar tersebut selanjutnya didistribusikan ke sekolah rintisan

SBI untuk dapat dipergunakan dala PBM dan atau sekolah berhak untuk memperkaya,

Page 88: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 82

melengkapi, dan membuat bahan ajar sendiri sesuai kebutuhan. Bahan ajar di sini

dikembangkan dalam segi isi, cakupan, kedalaman, dan variasinya disesuaikan dengan

tuntutan kurikulum. Sedangkan dari segi kebahasaan, maka diharapkan setiap sekolah

atau guru mampu mengembangkan bahan ajar dalam bentuk sajian bahasa Indonesia

dan bahasa Inggris. Bahan ajar ini dapat dikembangkan dalam bentuk modul, diktat,

buku, dan lainnya sesuai dengan strategi pembelajaran yang diterapkan.

Mengingat kurikulum yang dikembangkan dalam RSBI ini adalah berbasis kompetensi,

penting untuk diperhatikan oleh guru dalam kaitannya dengan pengembangan bahan

ajar yang mengacu standar kompetensi ini, yaitu: (a) memilih bahan ajar berdasarkan

standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus diajarkan kepada peserta didik, (b)

cara mengajarkan bahan ajar kepada peserta didik agar mereka menguasai standar

kompetensi (kompetensi dasar) yang telah ditetapkan, (c) bahan ajar adalah apa yang

harus diajarkan/dipelajari oleh siswa dalam rangka untuk mencapai standar kompetensi

yang telah ditetapkan, dan (d) bahan ajar terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,

prinsip, prosedur), keterampilan, dan nilai/sikap yang diturunkan dari standar

kompetensi. Pengertian dari fakta adalah: nama (orang, obyek, tempat), lambang,

peristiwa sejarah, dsb; konsep adalah: definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri, dsb;

prinsip adalah: dalil, rumus, hukum, teori, postulat, dsb.; proseduradalah: bagan

arus/alur, langkah-langkah kerja, urutan, dsb.; nilai/sikap: kejujuran, kasih sayang,

kesopanan, toleransi, empati, dsb.; dan keterampilan meliputi: olah raga, kejuruan,

kesenian, dan sebagainya.

Prinsip-prinsip pemilihan bahan ajar antara lain: (a) prinsip relevansi, yaitu

keterkaitannya dengan standar kompetensi; (b) prinsip konsistensi, yaitu yang diajarkan

harus konsisten dengan standar kompetensi yang akan dicapai; dan (c) prinsip

kecukupan, yaitu bahan ajar cukup memadai untuk membantu siswa dalam menguasai

standar kompetensi. Langkah-langkah dalam pemilihan bahan ajar antara lain: (a)

mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi (kognitif,

afektif, psikomotor); (b) mengidentifikasi jenis-jenis bahan ajar (fakta, konsep, prinsip,

prosedur, nilai, dsb.); (c) memilih jenis bahan ajar yang sesuai dengan standar

kompetensi; (d) memilih sumber bahan ajar (buku, jurnal, internet, majalah, koran,

VCD, CD Room, dsb.); (e) penentuan cakupan dan urutan; (f) penentuan cakupan

(ruang lingkup) bahan ajar; (g) penentuan kedalaman bahan ajar; dan (h) penentuan

urutan bahan ajar, baik menggunakan pendekatan prosedural maupun pendekatan

hierarkis.

Sekolah dapat mengusahakan beberapa sumber bahan ajar yang lainnya seperti: buku

teks, laporan hasil penelitian, jurnal ilmiah, ilmuwan/Pakar, profesional/Paktisi, buku

kurikulum, terbitan berkala (harian, mingguan, bulanan), internet, media audiovisual,

dan lingkungan (alam, sosial, perusahaan, dsb.)

4. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Pembelajaran

Sekolah rintisan SBI -SMP berasal dari Sekolah Standar Nasional. Fakta di lapangan

menunjukkan bahwa masih sangat jarang sekolah yang telah menerapkan PBM dengan

standar internasional, kecuali sekolah koalisi yang telah mulai merintis dengan

pembelajaran MIPA bilingual. Sebagai rintisan SBI , maka sekolah diwajibkan

mengembangkan PBM yang mengarah kepada standar internasional. Pengembangan

pemelajaran diantaranya adalah menerapakan pembelajaran bilingual dan menggunakan

Page 89: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 83

fasilitas ICT secara optimal. Dalam pentahapan pelaksanaan pembelajaran bilingual

atau pembelajaran dalam bahasa Inggris, sekolah dapat menerapkan pada minimal satu

kelas rombongan belajar pada kelas tujuh, yang selanjutnya dalam jangka waktu tiga

tahun sekolah mampu melaksanakan hal tersebut kepada semua kelas dan tingkatan

yang bertaraf internasional. Namun demikian semua itu sangat tergantung dari kondisi

dan kemampuan tiap sekolah.

Perlu diperhatikan beberapa hal agar program pembelajaran dalam bahasa Inggris

(bilingual) dapat diimplementasikan dengan tingkat pencapaian yang tinggi dalam

kompetensi bidang studi maupun kompetensi dalam bahasa Inggris. Tingkat pencapaian

kompetensi yang tinggi dalam bahasa Inggris ditandai dengan keterampilan berbahasa

Inggris yang lancar dan akurat, baik dari segi tatabahasa maupun ucapan. Agar

pencapaian kompetensi dalam bidang studi dan bahasa Inggris tinggi dan seimbang,

perlu upaya pengembangan program-program pendukung secara nyata antara lain:

penciptaan suasana akademik dan sosial yang mendukung, penyelenggaraan Bridging

Course bahasa Inggris, penyediaan Self-Access Learning Centre, dan pelaksanaan

kegiatan ” English Experience Day” di sekolah secara efektif. Selain itu perlu

dikembangkan model pembelajaran dalam bahasa Inggris yang sesuai dengan ciri dan

karakter yang ada pada sekolah pelaksana program. Berikut ini diuraikan beberapa

contoh model pembelajaran dimaksud.

Model pembelajaran yang baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian

kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam bahasa Inggris (subject matter

and language) dan keduanya diberi perhatian secara proporsional. Focus on language

sangat penting untuk menghindarkan siswa dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa

yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur

asli bahasa Inggris.

Pengembangan model-model pembelajaran yang lain agar pemenuhan IKKT

pembelajaran terpenuhi, maka dapat dilakukan oleh sekolah sesuai dengan kebutuhan

dan kondisi/kemampuan sekolah. Beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh sekolah

adalah: (a) pemenuhan pengembangan kapasitas tenaga pendidik sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya, (b) pemenuhan pengembangan kapasitas sekolah tentang sarana

dan prasarana, (c) pengembangan kapasitas peserta didik, khususnya kemampuan

berbahasa Inggris, dan (d) penciptaan iklim atau budaya belajar bertaraf internasional di

lingkungan sekolah. Strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk pengembangan

IKKT pembelajaran ini antara lain: (a) pelatihan/workshop tentang Bahasa Inggris, (b)

pemberian tugas pengambangan bahan ajar, media pembelajaran, dll; (c) pelatihan TIK

dan perangkat lunaknya, (d) magang atau melaksanakan school sister dengan sekolah

lain dari negara lain atau di dalam negeri yang sudah bertaraf internasional, dan

sebagainya.

Page 90: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 84

Gambar 3. Proses Pembelajaran

5. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Sistem Penilaian

Sebagai sekolah rintisan SBI , maka dalam sistem evaluasi dan penilaian tetap mengacu

kepada SNP dan sekaligus standar internasional. Artinya, peserta didik akan dinilai dan

dievaluasi dengan standar nasional penilaian/evaluasi dan juga standar atau kriteria

internasional. Meskipun sebagai RSBI, sekolah ini tetap diwajibkan mengikuti sistem

evaluasi yang dilaksanakan oleh BSNP/pemerintah. Sehingga lulusannya juga memiliki

kualifikasi dan kompetensi yang berstandar nasional. Namun demikian, peserta didik juga

akan dikenakan sistem evaluasi atau penilaian yang berstandar atau berlaku secara

internasional.

Untuk itu, sekolah dapat mengembangkan dan mengambil langkah-langkah nyata sebagai

upaya menuju sistem evaluasi dan penilaian yang berstandar nasional maupun

internasional, misalnya: (a) pengembangan sistem penilaian dalam PBM yang bervariasi

dan dengan model penilaian yang standar; (b) melaksanakan try out untuk mengetahui

tingkat ketercapaian kompetensi; (c) melaksanakan kerjasama dan mengoptimasikan

pembinaan dari Puspendik Depdiknas, Lembaga Uji dan Sertifikasi Internasional dari

salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan

internasional dalam bidang pendidikan; (d) dan sebagainya.

6. Pengembangan Kapasitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tenaga pendidik dan kependidikan yang dimakdsudkan di sini meliputi muru (sebagai

tenaga pendidik), kepala sekolah (sebagai tenaga kependidikan), dan tenaga kependidikan

lainnya seperti laboran, pustakawan, tata usaha, penjaga sekolah, dan sebagainya. Semua

tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah rintisan SBI harus dikembangkan

kemampuan (kapasitasnya) sampai memenuhi kriteria sebagai tenaga di sekolah yang

bertaraf internasional.

a. Pengembangan Kapasitas Pendidik (Guru)

Pengembangan kapasitas guru meliputi peningkatan kemampuan/kompetensi yang

utama meliputi kemampuan bidang studi, peningkatan bahasa Inggris untuk

pembelajaran, peningkatan kemampuan komputer atau TIK, dan kemampuan

pengembangan bahan ajar. Pengembangan kemampuan guru ini dapat dilakukan

oleh berbagai pihak terkait seperti Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan, Direktorat Pembinaan SMP, Dinas Pendidikan Propinsi dan

Page 91: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 85

Kabupaten/Kota, LPMP, dan sekolah sendiri sebagai rintisan SBI . Dalam kerangka

pembinaan, Direktorat Pembinaan SMP telah melaksanakan workshop untuk

peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru tersebut dalam hal: pemahaman

kurikulum internasional, pengembangan kurikulum yang bertaraf internasional,

peningkatan pembelajaran bilingual (kemampuan Bahasa Inggris, penilaian dalam

SBI, dan hal lain yang relevan.

Hal ini didasarkan atas pemahaman bahwa guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau

kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan

yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar

mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Gambar 4. Tenaga Kependidikan Harus Menguasai ICT

Implikasi dari semua itu dan dalam upaya pemenuhan IKKM dan IKKT bagi guru RSBI ,

maka sekolah rintisan SBI harus melaksanakan berbagai kegiatan untuk peningkatan

kapasitas guru khususnya meliputi kemampuan guru untuk: (a) mengembangkan

kompetensi lulusan sekolah bertaraf internasional, (b) mengembangkan silabus

bertaraf internasional, (c) membuat RPP, (d) mengajar dengan bilingual yaitu

menggunakan salah satu bahasa asing, khususnya dengan Bahasa Inggris dan Bahasa

Indonesia, dengan demikian guru harus memiliki kemampuan berbahasa inggris, (e)

menerapkan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang

bertaraf internasional, dengan menarpak prinsip pembelajaran tuntas, PAKEM, CTL,

dan lain-lain, (f) mampu menggunakan perangkat TIK untuk proses pembelajaran

atau untuk pengembangan profesinya, misalnya menggunakan komputer, internet,

LCD, berbagai program komputer, OHP, dan sebagainya, (g) menerapkan berbagai

metode penilaian atau evaluasi dalam pembelajaran bertaraf internasional, (h)

mengembangkan berbagai media pembelajaran dan bahan ajar sesuai dengan

tuntutan kurikulum bertaraf internasional, (i) dan sebagainya. Hal lain yang tidak

kalah pentingnya dalam pengembangan kapasitas guru ini adalah peningkatan

kualifikasinya, dimana sebagai guru SBI minimal terdapat sejumlah 20% guru-guru

yang telah berpendidikan S2 dari program studi perguruan tinggi yang terakreditasi

A. Sangat dimungkinkan sekolah mendorong bagi guru-gurunya yang belum memiliki

untuk menempuh pendidikan S2.

Untuk merealisasikan progam-program tersebut, maka beberapa upaya yang dapat

dilakukan oleh sekolah secara bertahap dan berkelanjutan antara lain: (a)

Page 92: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 86

melaksanakan pelatihan salah satu bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, (b)

melaksanakan pelatihan pengembangan kurikulum, silabus, dan RPP yang bertaraf

internasional, (c) melaksanakan pelatihan TIK, (d) melaksanakan pelatihan CTL,

mastery learning, dll untuk mendukung PBM yang bilingual, (e) melaksanakan

pelatihan manajemen mutu ISO khususnya yang berkaitan dengan tugas guru, (f)

melaksanakan IHT untuk mempercepat guru dalam penguasaan PBM bertaraf

internasional, (g) melaksanakan pelatihan pengembangan bahan ajar dan media

pembelajaran, (h) dan sebagainya. Startegi yang dapat ditempuh antara lain melalui

kerjasama dengan perguruan tinggi, LPMP, lembaga internasional, sister school

dengan sekolah internasional, magang di sekolah internasional, in house training,

dan sebagainya.

Terkait dengan tugas utama guru pada sekolah rintisan SBI ini, maka tugas dan

tanggungjawab Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota antara lain: (a) memberikan

pembinaan, pembimbingan, dan pengarahan secara nyata untuk peningkatan

kompetensi dan profesionalitas guru, (b) pengembangan pola rekruitmen tenaga

guru yang mengacu kepada kriteria guru pada SBI, misalnya yang memiliki

kemampuan ICT dan berbahasa Inggris, (c) penataan penempatan guru yang

proporsional dan profesional sesuai dengan kebutuhan sekolah dan daerah, (d)

apabila diperlukan dan dengan pertimbangan tertentu, misalnya untuk

mempercepat ketercapaian dan kesuksesan SBI di daerahnya, maka perlu adanya

penataan ulang penempatan guru, (e) meningkatkan kualifikasi guru yang belum

memenuhi persyaratan sebagaimana amanat undang-undang, misalnya dengan studi

lanjut, (f) memfasilitasi sekolah/guru untuk melaksanakan studi banding ke sekolah

lain/negara lain yang telah melaksanakan SBI, (g) kerjasama dengan LPMP dan

perguruan tinggi setempat untuk peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru,

(h) dan sebagainya. Sedangkan bagi Dinas Pendidikan Propinsi dapat melaksanakan

pembinaan, pembimbingan, pemberdayaan, dan pengarahan yang lebih luas kepada

sekolah-sekolah pelaksana SBI, khususnya untuk peningkatan kompetensi dan

profesionalitas guru.

b. Pengembangan Kapasitas Tenaga Kependidikan (Kepala Sekolah)

Direktorat pembinaan SMP juga telah melakukan workshop bagi para kepala sekolah

rintisan SBI untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensinya dalam jabatannya

sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah yang bertanggung jawab dalam

penyelenggaraan pendidikan pada sekolah rintisan SBI , memiliki tugas dan fungsi

cukup strategis. Sebagai kepala sekolah RSBI harus memiliki karakteristik sebagai

berikut: (a) memiliki visi, misi, dan strategi, (b) kemampuan mengkoordinasikan

menyerasikan sumberdaya dengan tujuan, (c) kemampuan mengambil keputusan

secara terampil, (d) toleransi terhadap perbedaan pada setiap orang, tetapi tidak

toleran terhadap orang-orang yang meremehkan kualitas, prestasi standar, dan nilai-

nilai, (e) memobilisasi sumberdaya, (e) memerangi musuh-musuh kepala sekolah, (f)

menggunakan sistem sebagai cara berpikir, mengelola dan menganalisis sekolah, (g)

menggunakan input manajemen, (h) menjalankan perannya sebagai manajer,

pemimpin, pendidik, wirausahawan, regulator, penyelia, pencipta iklim kerja,

administrator, pembaharu, dan pembangkit motivasi, (i) melaksanakan-dimensi-

dimensi tugas, proses, lingkungan, dan keterampilan personal, (j) menjalankan gejala

Page 93: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 87

empat serangkai yaitu merumuskan sasaran, memilih fungsi-fungsi yang diperlukan

untuk mencapai sasaran, melakukan analisis SWOT dan mengupayakan langkah-

langkah untuk meniadakan persoalan, (k) menggalang teamwork yang cerdas dan

kompak, (l) mendorong kegiatan-kegiatan yang kreatif, (m) menciptakan sekolah

belajar, (n) menerapkan manajemen berbasis sekolah, (o) memusatkan perhatian pada

pengelolaan proses belajar mengajar, dan (p) memberdayakan sekolah.

Implikasi dari tugas dan tanggung jawab kepala sekolah tersebut, maka bagi tiap

sekolah rintisan SBI harus meningkatkan kapasitas kepala sekolahnya, yaing berupa

pelatihan, kerjasama dengan lembaga lain, magang, dan sebagainya. Materi

pengembangan kapasitas kepala sekolah diantaranya dalam hal kemampuan:

intelektualitas, manajemen, kepribadian, keterampilan dalam berbagai bidang, bahasa

Inggris, manajemen ISO, komunikasi, penguasaan ICT, dan sebagainya, sehingga

karakteristik kepala sekolah yang tangguh dan berwawasan internasional dapat

tercapai secara bertahap dan berkelanjutan. Disamping itu, kepala sekolah rintisan

SBI juga harus berpendidikan minimal S2 dari perguruan tinggi yang program

studinya terakreditasi A. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten dan Propinsi dapat

berperan lebih proporsional dalam hal melaksanakan pembinaan,

penempatan/pengangkatan, pembimbingan, dan pengarahan kepada kepala sekolah

yang bertugas di sekolah rintisan SBI . Prinsip-prinsip mengedepankan aspek

profesionalitas dan kualitas lebih diutamakan dalam pengembangan kepemimpinan

sekolah yang bertaraf internasional.

c. Pengembangan Kapasitas Tenaga Kependidikan Lainnya (Pendukung)

Seperti diketahui bahwa tenaga pendukung sekolah pada umumnya terdiri dari

laboran komputer, laboran IPA, laboran bahasa, tenaga TU, pustakawan, teknisi

komputer, tenaga administrasi keuangan, tenaga administrasi kepegawaian, tenaga

administrasi akademik, tenaga administrasi sarpras, tenaga administrasi

kesekretariatan, dan tenaga lainnya. Kemapuan atau kompetensi utama yang

diperlukan sebagai kemampuan tenaga pendukung antara lain: (a) memiliki

kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya, (b) memiliki keterampilan sesuai dengan

bidang tugasnya, (c) memiliki kemampuan berkomunikasi berbahasa asing (bahasa

Inggris), (d) memiliki kemampuan ICT, (e) dan sebagainya.

Dalam kerangka pengembangan SBI, maka bagi semua tenaga pendukung tersebut

juga harus ditingkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kualifikasi dan kompetensi

yang memadai sebagai tenaga kependidikan di sekolah rintisan SBI . Pengembangan

kapasitas tenaga pendukung yang dapat dilakukan oleh sekolah sebagai

penyelenggara RSBI antara lain melakukan upaya-upaya sebagai berikut: (a)

melaksanakan pelatihan salah satu bahasa asing, khususnya Bahasa Inggris, (b)

melaksanakan pelatihan ICT, (c) melaksanakan pelatihan manajemen mutu

khususnya yang berkaitan dengan tugas tenaga pendukung, (d) dan sebagainya. Bagi

Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi diharapkan dapat melaksanakan

pembinaan secara intensif bagi tenaga pendukung, baik secara kuantitas maupun

kualitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka pada sekolah yang bertaraf

internasional.

d. Pengembangan Kapasitas dan Pemberdayaan Tim Pengembang RSBI

Page 94: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 88

Dalam rangka sebagai pengembangan rintisan SBI , maka diharapkan setiap sekolah

memiliki tim pengembang RSBI pada masing-masing sekolah. Tim ini sifatnya tidak

permanen, dan bertanggungjawab untuk membantu mempercepat sekolah untuk dapat

mencapai sekolah yang benar-benar bertaraf internasional atau memenuhi IKKM dan

IKKT. Oleh karena itu keberadaan tim ini harus benar-benar ditingkatkan kapasitas

dan diberdayakan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pemberdayaan adalah prinsip dasar kehidupan dan kesuksesan yaitu kebangga-an dan

perasaan sukses yang datang dari kepemilikan suatu pekerjaan dan rasa

bertanggungjawab terhadap hasil kerja. Orang termotivasi untuk melakukan perbaikan

secara terus menerus karena mereka menikmati rasa kebanggaan yang mereka peroleh

dari prestasinya. Orang berdaya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: ada rasa memiliki

terhadap pekerjaannya, bertanggungjawab, andil dalam memajukan pekerjaan di

tempat kerjanya, pekerjaannya sangat berarti bagi tempat kerjanya, tahu dimana harus

berdiri, memiliki kontrol terhadap pekerjaan, dan pekerjaan merupakan bagian

hidupnya. Untuk dapat memberdayakan orang, maka dalam hal pemberian wewenang

dan tanggungjawab dapat ditempuh melalui: pemberian pekerjaan yang bermakna,

pemecahan masalah secara berkelompok, variasi tugas, prestasi kerja terukur, adanya

tantangan, pemberian kepercayaan, ujian karena keberhasilan, penghargaan atas ide-

ide brilian, perlakuan secara manusiawi, dan sebagainya.

Untuk itu, sekolah harus melaksanakan program-program misalnya pelatihan,

magang, sister school dengan sekolah lain, dan sebagainya untuk meningkatkan

kapasitas tenaga kependidikan ini sesuai bidangnya, yang secara umum adalah

peningkatan kapasitas bahasa Inggris, TIK, manajemen, administrasi sekolah, dan

sebagainya.

Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan

Propinsi untuk membantu peningkatan kapasitas tenaga kependidikan ini adalah

melalui magang atau pelatihan untuk lebih memahamkan tentang: (a) kedudukan dan

kapasitas dirancang untuk memberikan kepemilikan dan tanggungjawab, (b)

pentingnya gerakkan kerja secara kelompok, (c) peningkatan kemampuan dan

kesanggupan kerja seseorang, (d) pemahaman kepemimpinan dan pemberdayaan, (e)

pemahaman pendelegasian dan kontrol, (f) pemahaman visi, misi, tujuan, dan strategi

yang jelas dan dapat diterima oleh warga sekolah lain, (g) cara-cara komunikasi yang

efektif tentang rencana, implementasi, dan hasil kerja, (h) pemahaman sistem yang

memberdayakan terhadap komunikasi, konpensasi, evaluasi, disiplin, kebijakan

personel, seleksi dan promosi, informasi, pelatihan dan pengem-bangan,

pengembangan karir, dan (i) pemahaman dan komitmen terhadap pemberdayaan.

e. Pengembangan Kapasitas Peserta Didik tentang Bahasa Inggris dan TIK

Pengembangan kapasitas peserta didik terhadap kemampuan Bahasa Inggris dan TIK

mutlak harus dilakukan oleh sekolah. Hal ini dalam upaya untuk memenuhi IKKT

yang wajib dicapai sekolah. Tujuannya antara lain adalah agar terjadi interaksi dalam

pembelajaran yang komunikatif dan efektif. Guru mengajar dengan Bahasa Inggris

dan TIK, maka peserta didik juga harus memiliki kapasitas yang sama yaitu Bahasa

Inggris dan TIK. Sehingga akan terjadi pembelajaran dengan bilingual dan

pemanfaatan TIK secara profesional.

Page 95: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 89

Untuk mencapai semua itu, maka sekolah harus mengupayakan suatu program dan

langkah-langkah kegiatan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hal

Bahasa Inggris dan TIK. Bentuknya antara lain: kursus/pelatihan, pengayaan dengan

kegiatan ekstra kurikuler, IHT, kerjasama dengan lembaga kursus, kerjasama dengan

perguruan tinggi, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan selama peserta didik masih

di sekolah (belum lulus) sampai dicapai tingkat penguasaan tertentu (dengan test

TOEFL).

7. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Bidang Sarana dan Prasarana

Sebagai rintisan SBI , maka setiap sekolah harus memiliki sarana dan prasarana

pokok sebagai berikut: tanah, gedung, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium fisika-

kimia-biologi-komputer-bahasa-IPS-matematika-PTD, dll, kantin, auditorium, sarana

OR, pusat belajar dan riset guru, unit kesehatan, toilet, tempat ibadah, dan tempat

bermain, kreasi dan rekreasi dan sebagainya yang bertaraf internasional.

a. Pengembangan Luas Tanah

Dalam jangka menengah dan panjang diharapkan sekolah rintisan SBI telah

menyelenggarakan pembelajaran bertaraf internasional minimal 12 rombongan

belajar, sehingga dituntut memenuhi IKKM tentang luas tanah dan IKKT

sekaligus seluas minimal 15000 m2 ( 1.5 ha). Keperuntukan luas tanah tersebut

antara lain untuk: (a) pembangunan gedung atau ruang: kelas, semua

laboratorium, kepala sekolah dan jajarannya, guru, perkantoran, perpustakaan,

multi media, olah raga dalam sekolah, riset guru, kurikulum, penilaian, kesiswaan,

kesehatan, auditorium, ibadah, kreasi dan rekreasi, koperasi, kantin, kesenian,

unjuk prestasi, tempat parkir, OSIS, kamar kecil/mandi, rumah dinas Kepala

Sekolah, guru, dan karyawan, dan sebagainya; (b) sarana olah raga di luar sekolah

(renang, sepak bola, bola voly, atletik, basket, dll); (c) tamanisasi; (d) sarana

pembelajaran; (e) dan sebagainya.

Page 96: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 90

Gambar 5. Luas Tanah RSBI

Mengingat penetapan rintisan SBI sekarang ini masih banyak yang belum

memenuhi ketentuan luas tanah tersebut, maka bagi sekolah-sekolah yang

kondisinya kurang dari ketentuan ini diharapkan dapat melakukan upaya-upaya

pemenuhan sehingga pembelajaran dan manajemen dalam sekolah rintisan SBI

dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Beberapa upaya yang dapat ditempuh

antara lain: (a) kerjasama dengan pemerintah daerah tingkat I atau II untuk

perluasan tanah yang memiliki kekuatan hukum tetap (bersertifikat), (b)

bekerjasama dengan komite sekolah, (c) membuat master plan atau rancangan

pembangunan sekolah bertaraf internasional termasuk Rencana Anggaran

Bangunan melalui kerjasama dengan jasa konsultan bagunan/arsitek, (d)

kerjasama dengan lembaga lain internasional dari salah satu negara anggota

OECD atau negara maju lainnya, (e) dan sebagainya.

8. Pengembangan kapasitas Laboratorium (IPA, Matematika, Bahasa, Komputer,

IPS, dll)

Bagi sekolah rintisan SBI pemenuhan IKKM tentang laboratorium IPA, Bahasa,

dan Komputer dan isinya mutlak harus terlaksana. Sedangkan laboratorium

untuk mata pelajaran lain menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah sebagai

rintisan SBI . Untuk memenuhi IKKT laboratorium bertaraf internasional, maka

Page 97: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 91

setiap laboratorium tersebut harus dilengkapi dengan jaringan internet. Ukuran

laboratorium minimal (8 X 15)m untuk kapasitas peserta didik antara 24-30

orang. Diharapkan isi laboratorium memenuhi spesifikasi dan kualitas yang

memadai sesuai tuntutan kurikulum bertaraf internasional.

Gambar 6. Laboratorium IPA

Page 98: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 92

Gambar 7. Laboratorium TIK

Page 99: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 93

Gambar 8. Laboratorium Bahasa

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan laboratorium

dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKT

laboratorium bertaraf internasional sesuai dengan kelas yang dibuka untuk

rintisan SBI, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk

orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan

sebagainya.

Page 100: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 94

9. Pengembangan kapasitas Ruang Kelas

Luasan pembakuan ruang kelas bagi rintisan SBI pada dasarnya berukuran sama

dengan IKKM ruang kelas yaitu minimal (7 X 9) m untuk kapasitas peserta didik

antara 24-30 orang. IKKT yang harus dipenuhi di dalam ruang kelas antara lain:

fasilitas tulis menulis guru (papan, whall chart, papan magnet/electric, layar

monitor, dll), komputer guru, komputer siswa, jaringan internet untuk komputer

guru dan tiap siswa, AC, media pembelajaran, LCD, TV, VCD, tape recorder/radio,

locker/almari guru dan siswa, dan kebutuhan lain sesuai dengan tuntutan

kurikulum dan pembelajaran.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ruang

kelas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi fasilitas sesuai standar IKKT

bertaraf internasional sesuai dengan kelas yang dibuka untuk rintisan SBI-SMP,

(b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta

didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.

Gambar 9. Ruang Kelas dan Perlengkapan Belajar Berbasis TIK

10. Pengembangan Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan merupakan salah satu IKKM yang harus dipenuhi, dan

bahkan sebagai sekolah rintisan SBI sangat membutuhkan pemenuhan fasilitas

tambahan, sehingga sebagai IKKT perpustakaan yang bertaraf internasional

dapat tercapai. Fasilitas yang harus dipenuhi sebagai IKKM dan IKKT

perpustakaan antara lain: mebelair; rak/tempat buku; komputer administrasi dan

jaringan internet, buku-buku seperti referensi, manual, jurnal, pegangan guru,

pegangan peserta didik, majalah, suart kabar, dll; ruang baca umum dan khusus,

ruang diskusi, ruang pertemuan, ruang media, komputer pengunjung dan

jaringan internet, AC, ruang tamu, kantin, ruang reproduksi, dan sebagainya.

Pembangunan ruang perpustakaan luasnya minimal memenuhi ketentuan IKKM

Page 101: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 95

perpustakaan, dan dikembangkan sesuai dengan IKKT perpustakaan yang

bertaraf internasional.

Page 102: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 96

Gambar 10. Ruang Perpustakaan

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM

perpustakaan dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai

standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait

termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d)

kerjasama dengan penerbit, pusat perbukuan, dan percetakan, (e) kerjasama

dengan lembaga/perpustakaan daerah, (f) kerjasama dengan lembaga/sekolah

bertaraf internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju

lainnya, (g) dan sebagainya.

Page 103: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 97

11. Pengembangan tempat Kreasi,Kesenian, Bermain, dan Rekreasi

Mengingat bahwa para peserta didik sekolah rintisan SBI adalah memiliki

beberapa kelebihan dan didukung oleh fasilitas dan proses pembelajaran yang

bertaraf internasional, maka akan tercipta kreasi peserta didik sesuai dengan

bakat, minat, dan keterampilan mereka. Bentuk kreasi atau hasil-hasil karya

mereka misalnya kerajinan, kesenian, karya teknologi, karya ilmiah, penelitian,

penemuan, keagamaan, pengabdian masyarakat, dan sebagainya. Semua karya

peserta didik tersebut memerlukan sarana untuk unjuk penampilan yang

memadai. Fasilitas yang diperlukan adalah: ruang, peralatan presentasi,

peralatan media sesuai karyanya, fasilitas promosi, dan sebagainya. Luasan atau

ukuran bangunan atau tempat sangat ditentukan oleh kuantitas dan kualitas

hasil-hasil karya peserta didik/sekolah.

Disamping itu, fasilitas ini dapat pula dibangun sebagai sarana bermain atau

rekreasi warga sekolah untuk memberikan rasa nyaman dan senang dalam

kehidupan di sekolah. Tujuannya antara lain untuk menyeimbangkan kerja antara

”otak kanan dan kiri” , sehingga dihasilkan lulusan yang kompeten,

berkerpibadian baik, dan memiliki jiwa yang entrepreneurship.

Gambar 11. Ruang Kesenian

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama

dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c)

kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf

internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau

negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan

perguruan tinggi, dan sebagainya.

12. Pengembangan Laboratorium Pendidikan Teknologi Dasar

Di samping beberapa laboratorium seperti dijelaskan di atas, bagi sekolah

rintisan SBI dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan IKKT Laboratorium

Teknologi Dasar. Fsilitas yang harus ada dalam laboratorium ini antara lain:

komputer, jaringan internet, AC, media praktik teknologi informasi, media praktik

Page 104: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 98

teknologi komunikasi, media praktik teknologi rekayasa, media praktik teknologi

manufacturing, media praktik teknologi bio, media praktik teknologi boga-

busana, media praktik teknologi industri, media praktik teknologi konstruksi,

media praktik teknologi transportasi, media praktik teknologi lainnya sesuai

kebutuhan, mebelair, dan sebagainya. Luas atau ukuran laboratorium ini minimal

sama dengan laboratorium lainnya.

Page 105: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 99

Gambar 12. Fasilitas PTD

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

fasilitas laboratorium teknologi dasar ini antara lain: (a) secara bertahap

melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas riset guru, (b) kerjasama

dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c)

kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf

internasional/lembaga internasional dari salah satu negara anggota OECD atau

negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan

perguruan tinggi, dan sebagainya.

13. Pengembangan Ruang Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah

Untuk mendukung tatalaksana persekolahan yang baik sebagai rintisan SBI, maka

dibutuhkan adanya ruang kepala sekolah dan wakil-wakilnya yang memadai.

Oleh karena itu sekolah diharuskan menyediakan ruang kepala sekolah dan para

wakilnya untuk menunjang kegiatan, tugas, dan tanggungjawabnya secara

profesional. Ukuran ruang kepala sekolah dan wakil-wakilnya masing-masing

minimal (7X5) m, terutama diperuntukkan sebagai ruang tamu, ruang kerja,

ruang penyimpanan arsip/administrasi, dan kamar kecil. Fasilitas di dalamnya

Page 106: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 100

yang utama adalah mebeler, AC, CCTV, komputer, jaringan internet, almari, dan

lainnya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah. Diuayakan pembangunan

ruang ini berdekatan dengan ruang perkantoran/tata usaha dalam upaya

kemudahan melakukan koordinasi.

Gambar 13. Ruang Kepala Sekolah dan Wakil

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM ruang

kepala sekolah dan para wakilnya serta dan isinya ini antara lain: (a) secara

bertahap melengkapi sesuai standar IKKM ruang kepala sekolah dan wakil-

wakilnya, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang

tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.

14. Pengembangan Ruang Guru

Pengembangan dan pemenuhan ruang guru sekolah rintisan SBI sesuai tuntutan

IKKM dan IKKT harus terpenuhi. Tujuannya antara lain agar guru dapat

menajalankan tugas profesionalitasnya dengan baik, seperti membuat persiapan

pembelajaran, melakukan penilaian, penyusunan bahan ajar, melakukan

penelitian/pembuatan karya ilmiah, dan sebagainya. Ukuran atau luas ruang guru

Page 107: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 101

sangat tergantung dengan jumlah guru yang ada di sekolah. Namun demikian,

minimal tiap guru membutuhkan space tempat kerja guru (2X2) m. Dengan

asumsi bahwa tiap guru memerlukan fasilitas mebelair, komputer, jaringan

internet, almari/locker, AC, kamanr kecil, dan lainnya.

Page 108: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 102

Page 109: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 103

Gambar 14. Ruang Guru

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

ruang guru dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai

standar IKKM dan IKKT ruang, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan

terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah,

(d) dan sebagainya.

Page 110: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 104

15. Pengembangan Laboratorium di Luar Kelas/Sekolah

Pengembangan kapasitas IKKT laboratorium pembelajaran yang harus dipenuhi

sesuai tuntutan kurikulum bertaraf internasional antara lain laboratorium IPA

dan IPS atau laboratorium pendukung lainnya. Hal ini sangat penting bahwa

dalam pembelajaran dengan pendekatan CTL menuntut adanya fasilitas di luar

sekolah untuk pencapaian kompetensi peserta didik. Terutama untuk

pembelajaran yang harus melakukan pengamatan, praktik lapangan, dan

percobaan-percobaan. Untuk memenuhi kepentingan tersebut, maka sekolah

harus menyediakan lahan dan fasilitas yang diperlukan. Luasan, variasi, dan

banyaknya laboratorium dan fasilitas pendukung lain tergantung kepada kondisi

sekolah. Diharapkan, apabila luasan terbangun maksimal 40-50% dari luas tanah

yang ada, maka kebutuhan pemenuhan laboratorium di luar sekolah ini dapat

terpenuhi dengan memadai.

Page 111: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 105

Gambar 15. Laboratorium Alam

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan laboratorium,

fasilitas pendukung, dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi

sesuai standar IKKT laboratorium di luar sekolah bertaraf internasional, (b)

Page 112: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 106

kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta

didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, perusahaan, masyarakat sekitar

sekolah, pemerintah desa, (d) dan sebagainya.

17. Pengembangan Ruang Multi Media

Keberadaan ruang multi media merupakan IKKT sebagai sekolah rintisan bertaraf

internasional. Luas atau ukura ruang multi media minimal sama dengan ukuran

laboratorium bahasa. Fasilitas yang harus dipenuhi dalam ruang ini antara lain:

AC, komputer dengan jaringan internet, TV, VCD, Film, OHP, LCD, Monitor, CCTV,

berbagai media untuk semua mata pelajaran, khususnya yang utama untuk

mapel MIPA, CD/kaset, dan sebaginya. Mengingat kebutuhan fasilitas ruang multi

media sangat banyak dan bervariasi, maka kecukupan luas bangunan dapat

ditambah dari standar IKKM sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Page 113: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 107

Gambar 16. Ruang Multi Media

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM multi

media dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar

IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk

orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan

sebagainya.

18. Ruang Akademik

Ruang akademik merupakan pusat pengembangan kurikulum, pembelajaran, dan

sistem penilaian. Untuk kebutuhan ini dapat dibangun secara terpisah dalam tiga

ruang atau satu ruang besar untuk keperluan tiga hal pokok di atas. Luas atau

ukuran masing-masing ruang ini minimal sama dengan luas ruang kepala sekolah.

Fasilitas yang harus terpenuhi diantaranya adalah: komputer dengan jaringan

internet tiap ruang, mebelair, almari, locker, etalase, AC, perangkat lunak

pengembangan aplikasi administrasi sekolah khususnya yang berkaitan dengan

pengembangan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian, scaner, dan sebainya.

Pada dasarnya ruang ini sekaligus sebagai pusat data dan informasi akademik

dan sistem penilaian sekolah.

Page 114: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 108

Gambar 17. Ruang Akademik

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM akademik

dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM

dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk orang

tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan sebagainya.

19. Pengembangan Ruang Unit Kesehatan (PMR, UKS)

Pemenuhan IKKM dan IKKT unit kesehatan di sekolah rintisan SBI adalah untuk

mendukung terpenuhinya penylenggaraan pendidikan yang menghasilkan

lulusan sehat jasmani dan rohani sekaligus. Fasilitas ini juga untuk memberikan

pendidikan kepada anak tentang pentingnya kesehatan, sehingga diperlukan

Page 115: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 109

tenaga ahli/dokter dan berbagai fasilitas pendukung, seperti: ruangan, peralatan

periksa kesehatan yang memadai, AC, obat-obatan, dan sebagainya.

Gambar 18. Fasilitas Ruang Kesehatan

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

fasilitas unit kesehatan ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai

standar IKKM dan IKKT fasilitas ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan

terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah,

(d) kerjasama dengan Puskesmas atau rumah sakit atau PMI, (e) kerjasama

dengan perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya.

20. Pengembangan Ruang Perkantoran

Untuk mendukung kesuksesan dalam tata kelola administrasi sekolah, maka

mutlak dibutuhkan ruang perkantoran atau tata usaha yang memadai. Sebagai

sekolah rintisan SBI , maka selain pemenuhan IKKM, maka juga diperlukan

pemenuhan IKKT ruang perkantoran/tatausaha. Beberapa pekerjaan administrasi

Page 116: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 110

sekolah yang harus disediakan fasilitas dan ruangan antara lain administrasi

kesiswaan, pembelajaran, ketenagaan, sarana dan prasarana, dan sebagainya.

Pembangunan ruang perkantoran ini ukurannya sangat ditentukan oleh

kebutuhan sekolah, namun demikian minimal dengan ukuran tiap bidang

pekerjaan administrasi tersebut adalah (7X5) m.

Gambar 19. Ruang Data

Beberapa fasilitas yang harus terpenuhi antara lain: mebelair, almari, komputer,

jaringan internet, mesin ketik, kamar kecil, ruang tamu, dan

sebagainya.Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan

IKKM ruang perkantoran dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap

melengkapi sesuai standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku

kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan

komite sekolah, (d) dan sebagainya.

21. Pengembangan Ruang Auditorium/Unjuk Prestasi Sekolah

Sebagai sekolah bertaraf internasional dituntut memenuhi kebutuhan IKKM dan

IKKT auditorium sekolah yang multi guna (seminar, lokakarya, unjuk prestasi

siswa, wisuda, dan sebagainya). Luas atau ukuran fasilitas ini minimal (20 X40) m.

Fasilitas di dalamnya antara lain meliputi: ruang peralatan, ruang tamu, ruang

persiapan, ruang utama, ruang balkon, ruang pimpinan dan staf, ruang media,

ruang hias, ruang dapur, ruang transit, dan ruang lainnya serta didukung

peralatan komputer, AC, jaringan internet, TV, LCD, layar monitor, Film, dan

sebaginya.

Page 117: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 111

Gambar 20. Ruang Aula

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan

IKKT auditorium, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk

orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) kerjasama

dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari salah satu

negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan

perusahaan, (f) kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya.

22. Pengembangan Ruang dan Fasilitas Bimbingan-Konseling dan Karier

Sebagai sekolah rintisan SBI diwajibkan memenuhi IKKM dan IKKT tentang Ruang

dan Fasilitas Bimbingan-Konseling dan Karier. Sebagai ukuran bahwa telah

bertaraf internasional apabila lulusannya mampu melanjutkan ke jenjang

pendidikan lebih tinggi yang bertaraf internasional juga. Untuk itu, sangat

diperlukan adanya proses pembelajaran yang mampu memberikan bekal

kompetensi anak sesuai dengan bakat dan minat serta kemampuannya. Sehingga

diperlukan proses pembimbingan yang kontinyu, terprogram, insedental, dan

berkelanjutan. Peran guru, kepala seklah, dan komite sekolah dalam

mengarahkan peserta didik sangat diperlukan.

Page 118: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 112

Gambar 21. Ruang BP/BK

Untuk itu harus dipenuhi sekolah tentang Ruang dan Fasilitas Bimbingan-

Konseling dan Karier yang memadai, yaitu: ruang luasnya minimal sama dengan

ruang kelas, ruang tamu, ruang bimbingan putra, ruang bimbingan putri,

mebelair, AC, komputer, jaringan internet, mebelair, almari, dan sebagainya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini

antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan

pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama

dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan

perguruan tinggi, (f) kerjasama dengan lembaga tes psikologi, (g) dan sebagainya.

23. Pengembangan Ruang Humas

Sebagai sekolah rintisan SBI sangat dituntut terpenuhinya IKKM dan IKKT ruang

dan fasilitas untuk hubungan masyarakat. Keberadaan fasilitas ini untuk

mendukung kesuksesan sekolah dalam menjalin kerjasama dengan berbagai

pihak, termasuk sister school dengan sekolah bertaraf internasional dari salah

satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya dalam bidang pendidikan.

Luasan ruang yang diperlukan minimal setengahnya ukuran auditorium sekolah.

Beberapa fasilitas minimal yang harus ada antara lain: ruang pimpinan, ruang

staf, ruang tamu, ruang pertemuan, ruang peralatan, kamar mandi/WC, ruang

media, komputer dan jaringan internet, mebelair, TV, VCD, LCD, AC, dan

lainnnya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan

IKKT fasilitas ruang humas, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait

termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d)

kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga internasional dari

salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e) kerjasama dengan

lainnya.

24. Pengembangan Ruang Kesiswaan atau OSIS

Kegiatan ekstra kurikuler ataupun kegiatan pembiasaan dan pengembangan diri

peserta didik sangat dituntut dapat terpenuhi oleh sekolah dalam upaya

Page 119: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 113

meningkatkan daya inovasi, kreasi, dan peningkatan kompetensi anak. Oleh

karena itu diperlukan IKKM dan IKKT fasilitas kesiswaan dan OSIS seperti:

ruangan, komputer dan jaringan internet, mebelair, almari, etalase, media

pembelajaran, dan fasilitas lain yang diperlukan sesuai dengan bakat, minat, dan

kreasi anak. Ukuran atau luasan ruang yang diperlukan minimal dua kalinya

dengan ruang kelas atau laboratorium.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

ruang kesiswaan dan OSIS ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai

standar IKKM dan IKKT fasilitas ini, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan

terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah,

(d) kerjasama dengan sekolah lain, (e) kerjasama dengan perusahaan, (f)

kerjasama dengan perguruan tinggi, dan sebagainya.

26. Ruang bendahara/keuangan

Sebagai sekolah yang dirintis bertaraf internasional, maka diperlukan adanya

ruang khusus bendahara/keuangan yang representatif. Tujuannya antara lain

untuk memberikan rasa aman, kelancaran, dan pembuatan pertanggungjawaban

penggunaan dana dengan baik sesuai peraturan yang berlaku. Fasilitas yang

dibutuhkan antara lain: brankas, mesin ketik, AC, komputer (bila perlu terpasang

jaringan internet), mebelair, almari atau locker, dan lainnya yang dipandang

penting). Luasan atau ukuran ruang keuangan ini menyesuaikan dengan kondisi

sekolah dengan tetap memperhatikan fasilitas yang seharusnya ada dilengkapi

dengan staf keuangan.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM ruang

keuangan dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai

standar IKKM dan IKKT, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait

termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan

sebagainya.

27. Pengembangan Ruang Ibadah

Pemenuhan ruang ibadah sekolah rintisan SBI di Indonesia sangat dituntut untuk

dipenuhi mengingat landasan berbagsa dan bernegara adalah Pancasila yang

menunjung tinggi terhadap keyakinan dan agama yang harus diimplementasikan

selama pendidikan peserta didik sekalipun bertaraf internasional. Ukuran dan

luasan ruang atau bangunan sangat ditentukan oleh jumlah penganut agama dan

keyakinan warga sekolah. Hal terpenting adalah sekolah harus memenuhi semua

fasilitas untuk semua warga sekolah sesuai keyakinan dan agamanya. Beberapa

fasilitas tersebut adalah: ruang/gedung, mebelair, sound system, gudang,

peralatan ibadah lainnya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM

tempat ibadah, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan terkait termasuk

Page 120: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 114

orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan komite sekolah, (d) dan

sebagainya.

28. Penge mbangan Ruang Komite Sekolah

Pemenuhan ruang Komite Sekolah mutlak harus terpenuhi sebagaimana

tuntutan dalam IKKM dan IKKT. Peran Komite Sekolah sebagai link-supporting-

advising-controlling amat diperlukan dalam pengembangan rintisan SBI ,

sehingga harus dipenuhi kebutuhan fasilitasnya. Beberapa fasilitas minimal yang

harus dipenuhi antara lain: ruangan, komputer dan jaringan internet, mebelair,

almari, AC, dan sebaginya. Luasan fasilitas ini minimal sama dengan ruang kepala

sekolah.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

fasilitas ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sesuai standar IKKM dan

IKKT fasilitas ruang komite sekolah, (b) kerjasama dengan pemangku kepentingan

terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan perusahaan, dan

sebagainya

29. Pengembangan Ruang Koperasi

Ruang koperasi sebagai fasilitas penunjang bagi rintisan SBI di Indonesia sangat

bermanfaat untuk warga sekolah, sesuai dengan amanat UUD 1945, khususnya

koperasi peserta didik dan guru-karyawan. Sebagai suatu bentuk badan usaha di

sekolah diharapkan dapat dikelola secara profesional. Bentuk usaha yang dapat

dikembangkan dapat berbagai macam, misalnya toko/swalayan, katering/kantin,

jasa telekomunikasi, dan usaha-usaha lain sesuai dengan kondisi lingklungan

konsumen. Sehingga dalam pengembangan sarana koperasi antara lain:

ruang/gedung, mebeler, komputer dan internet, etalase, perkantoran, manajer

dan stafnya, dan peralatan lain sesuai dengan jenis usaha atau bentuk koperasi.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini

antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan

pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama

dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan

perguruan tinggi, (f) kerjasama dengan lembaga perbankan, (g) kerjasama

dengan lembaga koperasi lain, (h) dan sebagainya.

30. Pengembangan Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah

Secara prinsip pemenuhan sarana Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan

Kepala Sekolah bagi sekolah rintisan SBI harus tersedia sesuai dengan IKKM dan

IKKT dan tidak ada perbedaan dari segi kualitas antara satu dengan lainnya.

Jumlah Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah menyesuaikan

dengan jumlah rombongan belajar (putra dan putri disendirikan), jumlah guru,

jumlah karyawan, dan pimpinan sekolah.

Page 121: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 115

Gambar 22. Kamar Kecil Siswa, Guru, Karyawan, dan Kepala Sekolah

31. Pengembangan Ruang dan Fasilitas Kantin

Pemenuhan sarana kantin sekolah bagi rintisan SBI sangat penting untuk

memenuhi tuntutan IKKM dan IKKT. Kantin bisa terpusat atau bisa juga tiap

departemen/bagian di sekolah dengan pertimbangan faktor efisiensi dan

efektivitas layanan. Sasarannya adalah semua warga sekolah. Prinsip dasarnya

bahwa untuk membantu kesuksesan penyelenggaraan SBI, maka sarana ini

sangat diperlukan, karena termasuk kebutuhan asasi manusia. Persyaratan

penting adalah hygienis, minimal empat sehat lima sempurna, dan memenuhi

perysratan kesehatan. Menu, jumlah, variasi, dan kualitas sarana dan isinya

termasuk bahan yang disajikan sangat tergantung dengan budaya, karakteristik

masyarakat atau warga sekolah. Luasan dan ukuran sarana ini sangat tergantung

dari jumlah siswa, guru, karyawan, dan lainnya. Fasilitas yang diperlukan

utamanya adalah dapur, ruang bahan, ruang peralatan kantin, peralatan saji,

ruang makan, dan fasilitas penunjang lainnya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan fasilitas ini

antara lain: (a) secara bertahap melengkapi sarana ini, (b) kerjasama dengan

pemangku kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama

dengan komite sekolah, (d) kerjasama dengan perusahaan, (e) kerjasama dengan

koperasi, (f) dan sebagainya.

32. Pengembangan Fasilitas / Ruang Olah Raga

Page 122: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 116

Pemenuhan IKKM dan IKKT fasilitas olah raga diusahakan berada di luar sekolah,

akan tetapi masih berada di dalam lingkungan atau kompleks sekolah. Beberapa

fasilitas olah raga tersebut antara lain: (a) lapangan sepak bola, bola voli, sepak

takrau, batminton, basket, atletik, tenis meja, dll; (b) catur, kolam renang,

senam, tenis lapangan, lapangan sepak bola putsal, dan sebagainya. Spesifikasi

semua fasilitas tersebut mengikuti standar internasional. Namun demikian untuk

pengembangan jenis dan jumlah kegiatan olah raga yang akan diselenggarakan

sangat ditentukan oleh kebutuhan sekolah masing-masing.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk pemenuhan IKKM dan IKKT

fasilitas olah raga dan isinya ini antara lain: (a) secara bertahap melengkapi

sesuai standar IKKM dan IKKT fasilitas olah raga, (b) kerjasama dengan pemangku

kepentingan terkait termasuk orang tua peserta didik, (c) kerjasama dengan

komite sekolah, (d) kerjasama dengan sekolah bertaraf internasional/lembaga

internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya, (e)

dan sebagainya.

33. Pengembangan Sarana dan Prasarana lain (Rumah/Asrama untuk Kepala

Sekolah, Guru, Karyawan, dan Siswa; ruang pramuka, tempat penjaga sekolah,

tempat parkir, dan sebagainya)

Pemenuhan IKKT tentang Rumah/Asrama untuk Kepala Sekolah, Guru, Karyawan,

dan Siswa; ruang pramuka, tempat penjaga sekolah, tempat parkir, dan

sebagainya adalah sangat perlu untuk sekolah rintisan SBI . Ketercapaian

pemenuhan semua ini akan sangat mendukung tercapainya pembelajaran yang

efektif dan efsisien. Di samping itu untuk memberikan rasa aman, kesejahteraan,

dan jaminan terhadap kelancaran penyelenggaraan pendidikan secara

profesional.

Luasan dan ukuran masing-masing sangat ditentukan oleh kondisi sekolah dan

masyarakat, kemampuan sekolah, dan tuntutan kurikulum, dan dukungan pihak

lainnya. Namun demikian diharapkan sekolah dapat mengupayakan pemenuhan

semuanya itu dalam jangka waktu yang pasti.

33. Pengembangan Kapasitas Sumber Dana dan Pendanaan Sekolah

Pemenuhan IKKM dan IKKT tentang sumber dana dan pendanaan/pembiayaan

dalam sekolah rintisan SBI sangatlah diperlukan. Penyelenggaraan sekolah yang

bertaraf internasional memiliki konsekuensi pembiayaan yang besar, khususnya

dalam tahapan rintisan dan pengembangan sekolah untuk mencapai tingkat

kompetensi dan lulusan peserta didik yang bertaraf internasional. Unsur-unsur

pokok yang memerlukan pembiayaan besar antara lain meliputi pembiayaan

pengembangan SDM yang profesional dan bertaraf internasional, sarana dan

prasarana bertaraf internasional, pengembangan kurikulum bertaraf internasional,

Page 123: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 117

pencapaian manajemen standar ISO, PBM yang bilingual, penilaian bertaraf

internasional, akreditasi internasional, dan pengembangan lingkungan sekolah.

Oleh karena itu, dalam tahap rintisan ini tanggung jawab untuk

pendanaan/pembiayaan ditanggung bersama oleh berbagai pihak, yaitu pemerintah

pusat, pemerintah tingkat I, pemerintah tingkat II, komite sekolah atau pihak lain.

Diharapkan dalam jangka waktu tiga tahun sejak ditetapkan sebagai rintisan SBI ,

sekolah dan pemerintah daerah bersama komite sekolah mampu menyelenggarakan

secara mandiri. Tidak menutup kemungkinan pemerintah pusat dalam memberikan

bantuan yang bersifat pancingan ini makin lama makin kecil secara proporsional.

Untuk itu, sejak ditetapkan sebagai rintisan SBI , sekolah bersama komite sekolah

dan pemerintah daerah telah membuat perencanaan yang matang untuk

mengembangkan SBI ini sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. Penggalian

berbagai sumber dana dapat dilakukan pada berbagai stakeholder sekolah yang ada.

Pendanaan atau pembiayaan penyelenggaraan SBI dilakukan secara transparan,

akuntabel, proporsional, dan profesional dengan tetap mempertimbangkan aspek

pemerataan dan skala prioritas. Misalnya dalam pendanaan pengembangan sumber

daya sekolah, maka pembiayaan atau pendanaan terlebih dahulu diutamakan untuk

pengembangan SDM dan sarana/prasarana.

Hal lain yang juga amat penting dalam hal pembiayaan ini adalah pemanfaatan dana

secara efisien, dimana merupakan salah satu IKKT bagi sekolah bertaraf

internasional, yaitu dicapai tingkat efisiensi yang tinggi. Maksudnya, rasio antara

hasil-hasil pendidikan SBI terhadap biaya yang diperlukan selalu pada proporsi atau

rasio yang maksimal (idealnya satu atau 100%). Makin besar biaya pendidikan dan

makin tinggi hasil pendidikan menunjukkan penyelenggaraan pendidikan efsisien.

Dengan biaya minimal dan hasil pendidikan maksimal, maka juga efisien, atau

dengan biaya btetap dan hasil pendidikannya makin meningkat berarti juga efisien.

Oleh karena itu, pendidikan mahal dan pendidikan gratis pada dasarnya adalah tidak

ada.

Untuk menghasilkan beberapa sumber pendanaan dan sekaligus memperoleh dana

yang besar, maka sekolah dapat melakukan berbagai upaya, misalnya: (a) terdapat

subsidi pemerintah (pusat/propinsi/kabupaten/kota); (b) terdapat subsidi dari

donatur tetap; (c) kerjasama dengan lembaga/salah satu negara anggota OECD atau

negara maju yang memiliki keunggulan dalam bidang pendidikan; (d) kerjasama

dengan dunia usaha/industri, (e) kerjasama dengan lembaga donor; (f) kerjasama

dengan komite sekolah; (g) kerjasama dengan lembaga non profit; (h)

mengupayakan adanya badan usaha di sekolah (unit produksi); dan sebagainya.

34. Pengembangan Lingkungan Sekolah

Page 124: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 118

Secara umum yang dimaksudkan dengan lingkungan sekolah ini ditinjau dari

tingkatannya terdiri dari lingkungan global/internasional, regional, nasional, daerah,

dan sekolah itu sendiri. Ditinjau dari aspek-aspeknya maka lingkungan sekolah terdiri

dari lingkungan sosial, politik, ekonomi, keamanan, geografis, demografi, budaya,

kemajuan IPTEK, dan sebagainya. Ditnijau dari tingkatan mikro maka lingkungan

sekolah terdiri dari kondisi intern sekolah dan ekstern sekolah, yaitu secara intern

sekolah meliputi warga sekolah dan kondisi sekolah itu sendiri. Sedangkan secara

ekstern terdiri dari masyarakat sekitar sekolah, tingkat ekonomi masyarakat sekitar,

budaya masyarakat yang ada, lingkungan alam sekitar sekolah, faktor keamanan

sekolah, letak atau posisi sekolah secara kewilayahan, dan sebagainya.

Gambar 23. Pengolahan Sampah

Page 125: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 119

Gambar 24. Lingkungan Sekolah

Sebagai sekolah yang merintis SBI, maka diharapkan sekolah mampu secara optimal

mengembangkan lingkungannya, baik lingkungan ditinjau secara bertingkat sampai

dengan lingkungan mmikro di sekolah. Pengembangan yang dimaksudkan adalah

bagaimana upaya-upaya sekolah untuk secara optimal mampu memberdayakan,

memanfaatkan, dan menciptakan kondisi lingkungan yang benar-benar memberikan

kontribusi positif untuk menuju sekolah sebagai SBI.

Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain: (a) pengembangan kurikulum

yang akan dijalankan melibatkan lingkungan sekolah secara keseluruhan sehingga

bercirikan internasional dan sekaligus sesuai dengan tuntutan sekitarnya; (b)

kerjasama dengan berbagai pihak untuk memperoleh dukungan dari segi politis,

ekonomi, sosial, dan keamanan; (c) pemberdayaan dan pemanfaatan lingkungan

sekolah untuk kegiatan PBM; (d) pemberdayaan tokoh masyarakat/lembaga

berpengaruh; (e) pemberdayaan lingkungan perusahaan; (f) pemberdayaan aparat

pemerintah sekitar; (i) pendataan dan analisis kontinyu perkembangan penduduk; (j)

pemberdayaan dan pemanfaatan teknologi; (k) dan sebagainya.

35. Pengembangan Budaya Sekolah

Pengembangan budaya sekolah yang dimaksudkan di sini adalah pengembangan

budaya sekolah yang bermutu. Artinya, sekolah sebagai rintisan SBI diharapkan

mampu menciptakan suatu kondisi sekolah yang selalu berorietntasi pada pola

kehidupan kampus yang bermutu. Pada dasarnya, budaya adalah nilai dan keyakinan

Page 126: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 120

dalam suatu masyarakat, baik yang berdaya preservatif maupun progresif, yang

digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku bagi masyarakat

pendukungnya. Nilai dan keyakinan memberi tahu mana yang benar dan yang salah.

Nilai-nilai yang merupakan kolektifitas saripati kualitas kejiwaan manusia diwujudkan

dlm bentuk nilai religi, ekonomi, teori, solidaritas, seni, dan politik. Keyakinan

melibatkan istilah: “jika..……….., maka ……………… Jika saya melakukan ini, maka

akibat/hasil-nya adalah seperti ini”.

Sedangkan mutu, dalam arti umum, adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh

dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan

kebutuhan yang ditentukan atau yg tersirat. Dalam pendidikan (sekolah sebagai

sistem), mutu mencakup input, proses dan output. Input adalah segala hal yang

diperlukan untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar (PBM), PBM adalah

kejadian berubahnya peserta didik dari belum terdidik menjadi terdidik, dan output

adalah prestasi belajar (hasil PBM). Budaya mutu adalah nilai dan keyakin-an mutu

dalam suatu masyarakat yang digunakan sebagai sumber pengga-langan

konformisme perilaku yang bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya. Dalam

suatu penelitian menunjukkan: ada korelasi antara peningkatan budaya mutu dan

peningkatan mutu. Budaya mutu diperlukan karena pendidikan memerlukan

penggalangan konformisme perilaku yang bermutu tinggi antar unsur yang terkait

dalam organisasi pendidikan. Sekolah sebagai organisasi memiliki sifat “pasangan-

renggang” atau “diskoneksi” antara kebijakan dan hasil, cara dan tujuan akhir,

peraturan dan kegiatan senyatanya, bahkan antar unsur.

Langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam rangka mwnuju pada

budaya sekolah atau budaya mutu di sekolah ini antara lain: bangunlah “teamwork”

yang kompak, cerdas, dan dinamis serta perkuat nilai-nilai, keyakinan dan norma-

norma inti yang mendukung peningkatan mutu pendidikan secara konsisten melalui

pemberdayaan, arahan, bimbingan, modeling, coaching, pujian, seremonial

keberhasilan mutu, dan pemberian hadiah atas prestasinya. Secara lebih rinci

pentahapan pengembangan budaya sekolah atau budaya mutu di sekolah ini antara

lain adalah: (a) fahamilah budaya mutu yang ada saat ini (nilai-nilai, keyakinan,

norma, perilaku, dsb.); (b) identifikasikan budaya mutu (nilai-nilai, keyakinan, norma

dan perilaku) yang perlu diperkuat dan yang perlu diubah; (c) ika perubahan budaya

mutu yang diinginkan cukup signifikan, buatlah komitmen bersama dan yang

disepakai oleh semua unsur terkait; (d) hadapilah resistensi untuk berubah, jangan

dihindari, melalui diskusi kelompok terfokus; (e) garisbawahi prioritas-prioritas nilai-

nilai, keyakinan, dan perilaku tambahan yang diperlukan untuk mendukung

peningkatan mutu pendidikan, akan tetapi keberadaan mereka belum ada saat ini;

dan (f) sekolah harus memiliki kebijakan mutu, sistem mutu, manajemen mutu,

jaminan mutu, rencana mutu, pengendalian mutu, pengamatan mutu, dan audit

mutu, yang disusun bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan mutu.

Selanjutnya sekolah dapat mengembangkan “Sekolah Belajar” yang memiliki

perilaku-perilaku berikut: (a) memberdayakan sumberdaya manusianya seoptimal

mungkin; (b) memfasilitasi warganya untuk belajar terus, belajar kembali, dan

belajar melupakan; (c) mendorong kemandirian (otonomi) setiap warga sekolahnya;

Page 127: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 121

(d) memberikan tanggungjawab kepada warganya; (e) mendorong warganya untuk

mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya; (f) mendorong adanya teamwork yang

kompak, cerdas, dinamis, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman; (g)

menanggapi dengan cepat terhadap pasar atau pelanggan (siswa utamanya); (h)

mengajak warganya menjadikan sekolahnya berfokus pada pelanggan (siswa

utamanya); (i) mengajak warganya untuk siap/nikmat dalam menghadapi

perubahan; (j) mengajak warganya berpikir sistem, baik dalam cara berpikir, cara

mengelola, maupun cara menganalisis sekolahnya; (k) mengajak warganya untuk

komitmen terhadap keunggulan mutu; (l) mengajak warganya untuk melakukan

perbaikan secara terus menerus, dan (m) melibatkan warganya secara total dalam

penyelenggaraan sekolah.

36. Pemenuhan IKKM dan IKKT Akreditasi

Pemenuhan IKKM dan IKKT akreditasi sekolah akan tercapai apabila semua

pengembangan pemenuhan komponen-komponen pendidikan di atas telah

terpenuhi semua. Dengan kata lain, baik akreditasi sekolah dalam negeri maupun

akreditasi sekolah dari lembaga internasional/negara maju dapat dilakukan apabila

semua komponen pendidikan dapat terpenuhi IKKM dan IKKT-nya.

37. Pengembangan Kapasitas Sekolah Dalam Manajemen dan Organisasi Sekolah

Sebagai sekolah RSBI, maka manajemen sekolah harus berstandar internasional.

Untuk itu sekolah diharuskan mengembangkan manajemen sekolahnya kearah

sistem manajemen mutu sebagaimana yang telah distandarkan dalam ISO.

Implementasi MBS di sekolah selama ini secara konsep telah memberikan

pemahaman dan pengalaman yang dapat dijadikan tonggak atau dasar bagi sekolah

untuk mencapai sistem manajemen mutu tersebut. MBS yang bercirikan

otonomi/kemandirian, transparansi, akuntabilitas, fleksibilitas,

kerjasama/penggalangan partisipasi masyarakat, dan sustainibilitas diharapkan

dapat sebagai modal bagi SBI untuk mengembangkan lebih jauh dan sesuai tuntutan

manajemen internasional.

Berbagai langkah yang dapat ditempuh oleh sekolah menuju sistem manajemen

mutu yang berstandar internasional antara lain: (a) melaksanakan MBS secara

totalitas, (b) melaksanakan pengkajian dan pemahaman terhadap kriteria standar

sistem manajemen mutu ISO; (c) melengkapi berbagai perangkat dan sistem TIK

pendukung terselenggaranya sistem manajemen mutu di sekolah yang berupa

perangkat lunak dan keras; (d) mengembangkan SDM yang mampu menjalankan

sistem manajemen mutu berstandar internasional yang berupa pelatihan, magang,

dan sejenisnya; (e) dan sebagainya. Sedangkan dalam hal pengembangan organisasi

sekolah untuk mendukung tercapainya RSBI adalah didasarkan atas kontribusinya

terhadap pencapaian tujuan sekolah. Dalam pengembangan struktur organisasi

sekolah, maka tugas dan fungsi dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengembangan

struktur organisasi sekolah tersebut.

Page 128: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 122

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan organisasi sekolah

adalah: (a) organisasi sekolah membagi pekerjaan keseluruhan menjadi bagian-

bagian yang saling terkait sehingga dapat memanfaatkan sumberdaya manusia

secara efektif; (b) sekolah diorganisasikan sedemikian rupa sehingga kesatuan dan

kerja tim lebih ditekankan melalui koordinasi upaya yang efektif untuk mencapai

tujuan sekolah; (c) struktur organisasi agar dibuat sesederhana mungkin, konsisten

dengan kebutuhan untuk mengkoordinasikan pekerjaan sekolah; (d) setiap unit

dalam struktur organisasi sekolah harus tugas dan fungsinya, kewenangan, dan

tanggungjawabnya; (e) setiap orang dalam struktur organisasi harus mengetahui

kepada siapa dia harus memper- tanggungjawabkan kinerjanya; (f) dan sebagainya.

Pengembangan budaya organisasi sekolah juga merupakan faktor penting untuk

mencapai suatu sekolah yang bermutu dan bertaraf internasional, oleh karena itu

langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mencapai semua itu antara lain: (a)

fahamilah budaya organisasi yang ada saat ini (keyakinan, nilai-nilai, norma, perilaku,

dsb.); (b) identifikasikan budaya organisasi (nilai-nilai, keyakinan, norma dan

perilaku) yang perlu diperkuat dan yang perlu diubah; (c) jika perubahan budaya

organisasi yang diinginkan cukup signifikan, buatlah komitmen bersama dan yang

disepakai oleh semua unsur terkait; (d) bangunlah “teamwork” yang kompak, cerdas,

dinamis dan lincah; (e) perkuat keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma inti yang

mendukung pengembangan budaya organisasi sekolah secara konsisten melalui

pemberdayaan, arahan, bimbingan, pemodelan, pelatihan, lokakarya, pujian,

seremonial keberhasilan, dan pemberian hadiah atas prestasinya; (f) hadapilah

resistensi untuk berubah, jangan dihindari, melalui diskusi kelompok terfokus; (g)

garisbawahi prioritas-prioritas keyakinan, nilai-nilai, norma-norma dan perilaku

tambahan yang diperlukan untuk men-dukung pengembangan organisasi sekolah,

yang keberadaannya belum ada saat ini; dan (h) sekolah harus memiliki kebijakan,

sistem, manajemen, jaminan, rencana, pengendalian, pengamatan dan audit

organisasi sekolah yang disusun bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan

organisasi sekolah.

Beberapa langkah yang dapat ditempuh sekolah untuk meningkatkan kapasitas

organisasi persekolahan, diantaranya: (a) menjalin kerjasama atau networking

dengan sekolah lain/lembaga lain dari salah satu negara anggota OECD atau dari

negara maju lainnya yang memiliki keunggulan pendidikan; (b) pelatihan kapasitas

pejabat/penanggungjawab RSBI atau program terhadap pengembangan model-

model organisasi; (c) pelatihan pelatihan peningkatan kapasitas

pejabat/penanggungjawab terhadap struktur keorganisasian sekolah sesuai

kebutuhan sekolah yang mencerminkan adanya pembagian tugas dan pendelegasian

wewenang yang jelas tiap fungsi/jabatan dalam organisasi; (d) meningkatkan

kapasitas tiap pejabat/penanggungjawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

melalui pelatihan, magang, dan sebagainya; (e) meningkatkan kapasitas pemahaman

dan keterampilan penanggungjawab program/jabatan dalam bidang koordinasi,

konsolidasi, perencanaan, pengevaluasian, peregulasian, dan sebagainya melalui

pelatihan atau sejenisnya.

Page 129: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 123

G. Implementasi Pemantauan dan Evaluasi

Sebagaimana lazimnya penyelenggaraan pendidikan yang lain, maka dalam

penyelenggaraan RSBI ini juga akan dilakukan monitoring dan evaluasi secara kontinyu

dan berkesinambungan. Bahkan untuk hal ini akan dilakukan lebih ketat, mengingat

sebagai sekolah yang bertaraf internasional memerlukan perhatian yang lebih oleh

semua pihak yang terkait. Pada dasarnya monitoring dan evaluasi ini dilakukan adalah

dalam kerangka pembinaan sekolah sebagai penyelenggara SBI, baik oleh pusat maupun

daerah.

1. Pemanatauan RSBI

Pemantauan atau monitoring adalah suatu kegiatan, bertujuan untuk mengetahui

perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan RSBI, apakah sesuai dengan yang

direncanakan atau tidak, sejauhmana kendala dan hambatan ditemui, dan

bagaimana upaya-upaya yang sudah dan harus ditempuh untuk mengatasi kendala

dan hambatan yang muncul selama pelaksanaan program RSBI. Monitoring lebih

berpusat kepada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis.

Melalui monitoring ini dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang

terkait untuk mensukseskan ketercapaian tujuan. Oleh karena itu, penting untuk

dilakukan bersama-sama antara pusat dan daerah (termasuk komite sekolah)

melakukan monitoring ini sesuai dengan kapasitas dan tugas tanggungjawabnya

masing-masing.

Beberapa unsur yang dilakukan dalam monitoring terutama adalah semua unsur

yang termasuk dalam IKKM (akreditasi, standar kurikulum, standar pembelajaran,

standar penilaian, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar

pembiayaan). Disamping itu juag dimonitor tentang aspek-aspek dalam IKKT, yaitu

berbagai aspek yang merupakan ciri-ciri keinternasionalan dari pengembangan

unsur-unsur IKKM. Dalam pelaksanaan, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu

tahun monitoring dilakukan oleh pusat, dan diharapkan frekuensi monitoring yang

dilakukan oleh daerah (dalam hal ini Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota)

lebih daripada itu. Prinsipnya, makin sering dilakukan kegiatan ini oleh daerah, maka

akan makin memberikan dampak positif bagi sekolah.

2. Evaluasi RSBI

Kegiatan evaluasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan

pelaksanaan penyelenggaraan RSBI dan sejauhmana keberhasilan yang telah dicapai

dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan evaluasi ini dilakukan pada waktu akhir tahun

kegiatan/akhir tahun ajaran, sehingga dilakukan setiap satu tahun sekali. Di samping

itu, evaluasi dilakukan untuk mengetahui dan/atau mencari informasi mengenai

kekuatan dan kelemahan penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional yang

berdasarkan pada komponen-komponen penjaminan mutu Sekolah Bertaraf

Internasional. Pelaksanaan evaluasi dilakukan berdasarkan pada prinsip-prinsip

sebagai berikut: (1) kejelasan tujuan dan hasil yang hendak diperoleh dari evaluasi,

(2) pelaksanaan dilakukan secara komprehensif (input, proses, dan output), objektif,

Page 130: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 124

transparan, dan akuntabel, (3) dilakukan oleh evaluator yang profesional, (4)

dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan para pemangku kepentingan, (5)

dilaksanakan tepat waktu, (6) dilaksanakan secara berkala dan berkelanjutan, dan (7)

mengacu pada indikator keberhasilan kinerja.

Tujuan utama kegiatan evaluasi ini antara lain: (a) untuk mengetahui tingkat

keterlaksanaan program, (b) untuk mengetahui keberhasilan program, (c) untuk

bahan masukan dalam perencanaan penyelenggaraan RSBI tahun berikutnya, (d)

untuk memberikan penilaian layak tidaknya dilanjutkan sebagai SBI, dan (e) secara

umum untuk melakukan pembinaan bagi sekolah yang menyelenggarakan RSBI agar

pada tahun berikutnya diperoleh hasil yang lebih baik/meningkat secara signifikan.

Secara substansi, pada dasarnya evaluasi ini adalah evaluasi kinerja sekolah

penyelenggara RSBI. Dengan demikian materi yang dijadikan bahan untuk melakukan

evaluasi adalah meliputi aspek-aspek pendidikan, baik yang termasuk dalam SNP

serta yang lebih penting lagi adalah aspek-aspek pendidikan yang dikembangkan dan

dijalankan di sekolah sebagai ciri keinternasionalannya dalam IKKT.

Secara metodologis, evaluasi ini dilakukan menggunakan pendekatan expost facto,

yaitu mengungkap apa saja yang telah terjadi dan dilakukan oleh sekolah/pihak lain

terkait dalam penyelenggaraan RSBI. Dalam evaluasi ini tidak dilakukan sampling

responden, artinya semua sekolah yang melaksanakan RSBI akan dievaluasi.

Instrumen dikembangkan dalam bentuk kuesioner/angket dari unsur-unsur

pendidikan RSBI seperti dijelaskan di atas (IKKM dan IKKT) Untuk kelengkapan data

agar lebih komprehensif, maka instrumen juga dikembangkan dalam bentuk isian

terbuka (kualitatif dan kuantitatif). Sumber data diambil dari para pengelola RSBI,

guru, siswa, komite sekolah, dan Dinas Pendidikan Kab/Kota. Hasil analisis dari data

evaluasi ini akan disampaikan kembali ke sekolah dan pihak lain terkait untuk

dipergunakan sebagai masukan dan perbaikan program RSBI tahun berikutnya.

H. Pelaksana Monitoring dan Evaluasi dan Pelaporannya

Pelaksana kegiatan monitoring dan evaluasi dalam implementasi program RSBI terdiri

dari :

1. Tim Monitoring dan Evaluasi Direktorat Pembinaan SMP

Direktorat Pembinaan SMP melakukan monitoring dan evaluasi pada semua

program. Kegiatan ini dilaksankan pada akhir program kegiatan untuk mengetahui

keberhasilan program dilihat dari berbagai unsur IKKM dan IKKT. Untuk program-

program SBI Indikator-indikator penilaian disesuaikan dengan rencana program yang

direncanakan melalui RKS dan RKAS RSBI, sehingga yang lebih diprioritaskan adalah

implementasi program RSBI.

2. Tim Monitoring dan Evaluasi Propinsi

Selain Direktorat Pembinaan SMP, untuk melakukan monitoring dan evaluasi juga

dilibatkan Tim ME dari tingkat propinsi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meng-

Page 131: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 125

efisiensi-kan waktu dan dana, terutama bagi sekolah-sekolah yang sulit dijangkau.

Tim ME propinsi akan membantu pelaksanaan ME, sekaligus juga melakukan

monitoring pelaksanaan program melalui hirarki birokrasi (Dinas Pendidikan

Propinsi). Monitoring dari propinsi ini penting dilakukan untuk menjamin

pelaksanaan program dan transparansi kegiatan-kegiatan di sekolah sebagai RSBI.

3. Laporan Monitoring dan Evaluasi

Laporan monitoring dan evaluasi dimaksudkan untuk melihat kemajuan sekolah

secara komprhensif. Di samping itu secara keseluruhan juga dimaksudkan untuk

mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul atau yang terjadi di masing-masing

sekolah. Khusus untuk laporan monitoring dimaksudkan untuk meminimalisir

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada saat program masih berjalan.

Dengan demikian program-program dapat berjalan sesuai dengan rencana.

I. Pelaporan Pelaksanaan

1. Tingkat Sekolah

Sekolah yang ditetapkan sebagai rintisan SBI diwajibkan membuat pelaporan.

Pelaporan yang dimaksudkan di sini adalah tentang semua hal yang dijalankan

sekolah beserta hasil-hasilnya dan termasuk penggunaan keuangannya. Pelaporan

oleh sekolah dibagi menjadi dua, yaitu pelaporan kemajuan pelaksanaan program

yang dilakukan pada setiap pertengahan tahun ajaran (Bulan Nopember-Desember),

dan pelaporan keterlaksanaan dan hasil-hasilnya pada setiap akhir tahun ajaran

(Bulan Mei-Juni).

Hal-hal pokok yang harus dilaporkan antara lain meliputi pengembangan,

pelaksanaan penyelenggaraan SBI, dan hasil-hasilnya tentang unsur-unsur dan

indikator-indikator dalam IKKM dan IKKT. Pelaporan dibuat rangkap empat, yaitu

untuk propinsi, kabupaten/kota, komite sekolah, dan sekolah, yang harus dilegalisir

atau disetujui oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan Kab/Kota setempat.

2. Tingkat Propinsi

Pelaporan tingkat propinsi harus dibuat mengingat pembinaan rintisan SBI harus

dilakukan secara komprehensif dan integratif, di samping itu pembinaan juga harus

dilakukan secara terus-menerus dan bersama-sama dengan pembinaan tingkat

kabupaten/kota. Dengan demikian di tingkat propinsi cq Dinas pendidikan propinsi

harus membuat laporan kemajuan dan laporan akhir untuk kabupaten-kabupaten

atas masukan dari sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya.

Page 132: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 133: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 127

BAB VI

PENGEMBANGAN KULTUR SEKOLAH PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Pengertian kultur menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “pembudidayaan,

pengembangbiakan, kebudayaan, peradaban, tamadun; adat, etik, gaya hidup, pandangan

hidup, kebiasaan, nilai, norma, tata cara, tata susila, dan tradisi. Sedangkan pengertian

kultur secara umum yaitu suatu nilai dan keyakinan dalam suatu masyarakat, baik yang

berdaya preservatif maupun progresif, yang digunakan sebagai sumber penggalangan

konformisme perilaku bagi masyarakat pendukungnya. Nilai dan keyakinan memberi tahu

mana yang benar dan yang salah. Nilai-nilai yang merupakan kolektifitas saripati kualitas

kejiwaan manusia diwujudkan dalam bentuk nilai religi, ekonomi, teori, solidaritas, seni, dan

politik.

Misalnya budaya mutu, maka dimaksudkan di sini adalah nilai dan keyakinan mutu dalam

suatu masyarakat yang digunakan sebagai sumber penggalangan konformisme perilaku yang

bermutu tinggi bagi masyarakat pendukungnya. Budaya belajar di sekolah, merupakan nilai

dan keyakinan belajar yang ada di sekolah dapat dipergunakan sebagai suatu perilaku

belajar menjadi suatu kebiasaan, tuntutan, dan jaminan yang akan mengantarkan

kesuksesan dan keberhasilan pelajar dalam wujud social, ekonomi, politik, keagamaan, dan

sebagainya. Masyarakat belajar pada dasarnya tercipta dari lingkungan belajar dengan etos

dan semangat tinggi yang sudah menjadi darah daging dalam kehidupan pembelajar.

Budaya lingkungan kondusif, baik lingkungan mental maupun fisik, adalah suatu keyakinan

dan nilai bahwa dengan lingkungan yang kondusif misalnya di sekolah, akan mendukung

terhadap suatu kehendak, cita-cita, tujuan pendidikan yang akan merubah kehidupan

seseorang/masyarakat menjadi lebih baik. Dalam hal ini, SBI diharapkan dapat

mengkondisikan keadaan, fisik, kehidupan, organisasi, pembelajaran, dan sebagainya

menjadi suatu perilaku yang mematri dalam kehidupan kampus sekolah untuk mencapai

tujuan pendidikan itu sendiri.

Untuk menumbuhkembangkan budaya (dalam pengertian apa saja atau umum tentang nilai

dan keyakinan) mejnadi suatu perilaku nyata, maka dapat dilakukan langkah-langkah

pendukung sebagai suatu pengkondisian kebiasaan atau rutinitas yang sekaligus sebagai

prasyarat secara terukur antara lain sebagai berikut: (1) memberdayakan sumberdaya

manusianya seoptimal mungkin, (2) memfasilitasi warganya untuk belajar terus, belajar

kembali, dan belajar melupakan, (3) mendorong kemandirian (otonomi) setiap warga

sekolahnya, (4) memberikan tanggungjawab kepada warganya, (5) mendorong warganya

untuk mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya, (6) mendorong adanya teamwork yang

kompak, cerdas, dinamis, dan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman, (7) menanggapi

dengan cepat terhadap pasar atau pelanggan (peserta didik utamanya), (8) mengajak

warganya menjadikan sekolahnya berfokus pada pelanggan (peserta didik utamanya), (9)

mengajak warganya untuk siap/nikmat dalam menghadapi perubahan, (10) mengajak

warganya berpikir sistem, baik dalam cara berpikir, cara mengelola, maupun cara

menganalisis sekolahnya, (11) mengajak warganya untuk komitmen terhadap keunggulan,

Page 134: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 128

(12) mengajak warganya untuk melakukan perbaikan secara terus menerus, dan (13)

melibatkan warganya secara total dalam penyelenggaraan sekolah.

Dengan berbagai langkah tersebut, maka SBI dapat menciptakan atau mewujudkan kultur

atau budaya menjadi nilai-nilai yang nyata untuk terciptanya suatu kondisi sekolah yang

berperilaku warganya dan lingkungan secara terukur, menyatu dalam kehidupan

pribadi/kelompok, dan menimbulkan kehidupan sekolah sebagai wahana pembelajaran

yang kondusif pula. Penciptaan keyakinan dan nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan

sekolah sehingga mendukung sekolah sebagai SBI antara lain melalui pembudayaan atau

pembiasaan untuk menjalankan tata kehidupan dalam bidang-bidang lingkungan,

pembelajaran, kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan, keunggulan global, dan

sebagainya secara bersusila, bertatakrama, bernorma, bernilai, dan akhirnya mampu

menjadi adat istiadat yang beradab.

A. Kultur lingkungan kondusif

Pemahaman tentang lingkungan dapat dimaknakan sebagai suatu keadaan yang

melingkupi, mengitari, dan mempengaruhi terhadap kehidupan yang ada di dalamnya.

Pada umumnya, lingkungan di sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu

lingkungan fisik dan lingkungan mental (non fisik). SBI diharapkan mampu

mengembangkan lingkungan sekolah baik lingkungan fisik maupun lingkungan mental

tersebut, seperti lingkungan yang bersih, tertib, indah, rindang, aman, sehat, bebas asap

rokok dan narkoba, dan bebas budaya kekerasan. Pengembangan yang dimaksudkan di

sini adalah menciptakan suatu kondisi fisik sekolah yang mampu mendukung kehidupan

sekolah yang nyaman, dan lingkungan mental para pelaku pendidikan untuk berperilaku

dengan nilai-nilai dan keyakinan yang secara bersama-sama dan ”sekeyakinan” sehingga

tercipta atmosfer mental akademik tinggi untuk mencapai tujuan pendidikan.

Beberapa program dan kegiatan sekolah yang dapat dikembangkan untuk menciptakan

kultur lingkungan kondusif secara fisik antara lain: (a) penyediaan dan penampungan air

bersih; (b) pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah; (c) pengadaan

dan pemeliharaan air limbah; (d) pemeliharaan WC; (e) pemeliharaan kebersihan dan

kerapian ruangan ; (f) pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun

sekolah; (g) pengadaan dan pemeliharaan kantin; (h) pendidikan kesehatan, (i)

tamanisasi, (j) sanitasi, (k) pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah, (l) penataan fisik

kelas (suhu, kebersihan, sirkulasi udara, interior, dsb.), (m) pengaturan ruangan, (n)

pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar, (o) dan sebagainya. Dengan menciptakan

lingkungan fisik sekolah yang kondusif untuk kehidupan pendidikan tersebut, maka

diharapkan akan mampu memberikan kenyaman, ketentraman, ketenangan, semangat,

dan daya tahan tinggi bagi pendidik untuk mendidik anak, bagi peserta didik untuk

mengoptimalkan belajar, bagi pengelola untuk melayani pendidik dan peserta didik.

Dengan kondisi seperti ini, maka kehidupan sekolah yang akan timbul adalah

kekeluargaan, keprofesionalitasan, dan kemasyarakatan yang tinggi dalam upaya

mencapai tujuan pendidikan secara optimal.

Sedangkan untuk mengembangkan dan menciptakan kultur lingkungan kondusif dalam

aspek mental (non fisik) khususnya bagi peserta didik diantaranya melalui beberapa

Page 135: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 129

program dan kegiatan seperti: konseling kesehatan; bakti sosial; perkemahan; teater,

musik, olahraga; kepramukaan; dokter kecil, PMR; karnaval, bazaar; lomba; latihan

kepemimpinan; penanaman kreativitas-keterampilan-kewirausahaan, penanaman budi

pekerti- tata krama-sopan santun; pembinaan sosial-keagamaan; ESQ, dan sebaginya.

Penguatan kondisi mental peserta didik seperti ini pada dasarnya akan menghasilkan

suatu kepribadian peserta didik yang dapat berperilaku (bermakna berbudaya:

berkeyakinan dan bernilai) untuk menjadi orang yang berguna, mau berjuang,

berkomitmen, dan memiliki daya tahan mental tinggi menghadapi tugas dan beban

belajar. Ketaatan agama, kepatuhan sosial, taat azas-norma-nilai, loyalitas-nasionalisme-

kekeluargaan, dan peningkatan wawasan ke depan (global) akan terbentuk dengan

sendirinya melalui berbagai kegiatan ini, sehingga aspek-aspek kekerasan, asusila,

amoral,dan lain-lain dapat dihilangkan atau terkurangi secara proporsional.

Gabungan antara pengkondisian lingkungan fisik dan non fisik (mental) tersebut secara

optimal, maka akan menghasilkan suatu kehidupan sekolah yang berbudaya, yaitu

kehidupan dengan nilai-nilai dan keyakinan yang dapat dimanifestasikan dalam belajar

(bagi peserta didik), mengajar (bagi pendidik), pelayan (bagi pengelola pendidikan), dan

lainnya untuk secara ikhlas dan bertanggungjawab terhadap kesuksesan pendidikan.

B. Kultur belajar

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa kultur atau budaya belajar di sekolah, merupakan

nilai dan keyakinan belajar yang ada di sekolah untuk dipergunakan sebagai suatu

perilaku belajar menjadi suatu kebiasaan, tuntutan, dan nilai jaminan yang akan

mengantarkan kesuksesan dan keberhasilan yang belajar dalam kehidupan sosial,

ekonomi, politik, keagamaan, dan sebagainya. Di sini diperlukan adanya suatu prasyarat

yang mendukung untuk terciptanya kehidupan atmosfer akademik di sekolah. Beberapa

hal yang harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum mengkondisikan suatu keadaan

menjadi atmosfer akademik adalah: (a) kebiasaan ketika belajar di sekolah dasar, di

rumah, keluarga, kondisi masyarakat asal, keyakinan/agama, strata sosial, faktor

ekonomi, kondisi fisik, dan lainnya; (b) kondisi fisik lingkungan sekolah; (c) sumber daya

sekolah; (d) karakteristik layanan sekolah; (e) kepemimpinan dan manajemen sekolah;

(f) dukungan pihak terkait; (g) peluang masa depan lulusan; (h) dan sebagainya yang

secara faktual berpengaruh langsung terhadap kehidupan akademik sekolah sekarang

ini. Selanjutnya sekolah melakukan suatu kajian terhadap semua itu yang secara

metodologis dapat dibenarkan untuk menghasilkan suatu simpulan-simpulan penting

sebelum membuat program dan kegiatan yang mendukung terciptanya kultur belajar

dan mengajar yang baik dan menjadi perilaku kebiasaan.

Penciptaan masyarakat sekolah sebagai masyarakat belajar bukanlah suatu hal yang

dengan cepat dalam waktu singkat dapat mudah direalisasi. Hasil ini memerlukan suatu

proses panjang dan memerlukan komitmen dan konsistensi kebijakan atau

kebersamaan. Masyarakat atau warga belajar adalah suatu kelompok warga/masyarakat

yang selalu berprinsip ”tiada hari tanpa belajar”, ”waktu adalah ilmu”, dan sebagainya.

Untuk memberikan kesempatan dan mengkondisikan semua itu, maka sekolah harus

melakukan upaya-upaya pengkondisian warga sekolah itu sendiri agar mau belajar tanpa

ada batas karena waktu, mau belajar tanpa batas karena sarana prasarana, belajar tanpa

Page 136: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 130

tergantung pihak lain, yaitu mau belajar karena keyakinan bahwa sebagai suatu

keharusan dan kebutuhan dirinya masing-masing atas dasar kesadaran yang tinggi.

Beberapa program dan kegiatan yang dapat mendukung terciptanya kultur belajar

(sekaligus mengajar) di sekolah antara lain melalui: (a) pendampingan atau asistensi, (b)

bimbingan terprogram, (c) regulasi layanan prima dan optimal, (d) penugasan

terprogram ataupun tidak terprogram (mandiri/tidak terstruktur), (e) unjuk prestasi, (f)

lomba akademik, (g) pemberdayaan pemangku kepentingan yang bersifat akademik, (h)

dan program lain sesuai kondisi sekolah. Semuanya itu sangat memerlukan adanya

dukungan semua sumber daya sekolah secara penuh bahwa kehidupan belajar di

sekolah adalah ua puluh empat jam.

Keberhasilan pengkondisian kultur belajar tersebut pad akhirnya peserta didik akan

menjadi pusat segalanya oleh sekolah untuk diberdayakan sesuai dengan bakat, minat,

kemampuan dengan standar tertentu oleh sekolah. Segala metode dan strategi

pembelajaran yang diterapkan oleh guru/sekolah dapat dioptimalkan dengan kondisi ini.

Sikap dan perilaku profesionalisme semua warga sekolah dapat diwujudkan. Sehingga

peseta didik selalu memiliki optimism tinggi terhadap keberhasilannya, dan juga

berdampak kepada wujud kehidupan antar pribadi yang saling menghargai, peka

terhadap kejadian, dan respek terhadap fenomena social yang disemangati oleh jiwa

kekeluargaan dan saling membutuhkan.

C. Kultur kompetitif, kolaboratif, dan kewirausahaan

Sebagai sekolah yang bertaraf internasional, dituntut mampu untuk menghasilkan

lulusan yang memiliki kompetensi unggul, baik dalam bidang akademik maupun non

akademik. Oleh karena itu penting untuk diciptakan suatu kondisi yang tidak hanya

sebagai suatu symbol, akan tetapi benar-benar menjadi suatu perilaku warga sekolah

yang merupakan suatu nilai atau keyakinan bahwa keunggulan kompetitif tersebut

hanya bias diperoleh apabila terdapat jiwa kompetitif, kolaboratif, dan entrepreneurship

(kewirausahaan).

Kompetitif merupakan jiwa dan semangat untuk menang, unggul, lebih dari yang lain,

dan tidak mau dikalahkan. Kolaboratif pada dasarnya merupakan sarana untuk

berkembang yang pada aspek tertentu tidak bias hanya berjuang sendiri dalam upaya

memperoleh keunggulan, kelebihan, dan keberhasilan. Kewirausahaan merupakan jiwa

mandiri tanpa tergantung orang lain, kemampuan manajerial usaha, dan kemampuan

tentang “core” atau bidang usaha itu sendiri. Orang yang memiliki kompetensi

kewirausahaan adalah secara oromatis memiliki jiwa kompetisi tinggi dan mampu

memanfaatkan orang lain untuk kepentingan dirinya yang lebih unggul.

1. Kultur kompetitif

Salah satu karakteristik peserta didik SBI adalah memiliki keunggulan kecerdasan,

baik kecerdasan spiritual, akademik, social, dan kecerdasan lainnya. Penggarapan

anak yang cerdas ini memerlukan suatu kondisi yang tepat dan memadai.

Page 137: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 131

Pembelajaran bagi anak cerdas juga menuntut layanan yang prima, cepat, tepat, dan

terdapat “kebebasan” yang diberikan dalam kerangka mengembangkan potensinya.

Oleh karena itu penting bagi sekolah untuk menciptakan suatu kondisi belajar yang

mampu menumbuhkan jiwa dan semangat kompetitif bagi peserta didik. Beberapa

program dan kegiatan yang dapat dilakukan antara lain: (a) lomba karya tulis ilmiah,

(b) lomba karya tulis non ilmiah, (c) lomba karya kreatif peserta didik, (c) lomba

penelitian sederhana, (d) lomba keagamaan, (e) lomba bidang social kerakyatan, (f)

lomba-lomba lainnya, (g) debat akademik, (h) debat keagamaan, kesosialan,

ekonomi, dll, (i) pengembangan bakat minat, (j) penghargaan prestasi, (k)

penanganan anak khusus, (l) presentasi ajang kreasi, (m) dan sebagainya.

Penanganan dan penciptaan kondisi yang kompetitif bagi anak untuk berprestasi

harus didukung oleh regulasi, sumber daya sekolah, dan suasana lingkungan yang

menantang bagi anak untuk harus berbuat dan melakukan.

2. Kultur kolaboratif

Keberhasilan seseorang tidak akan lepas dari orang lain. Dalam kehidupan

dimanapun (termasuk di sekolah) akan terdapat saling ketergantungan. Sifat

individualis lebih banyak kejelekkannya daripada kebersamaan. Beberapa prinsip

kehidupan tersebut harus ditanamkan kepada peserta didik dan warga sekolah

lainnya agar dalam upaya mencapai tujuan pendidikan dapat diraih dengan

maksimal.Dan sekolah, sebagai suatu kelompok social pendidikan diharapkan

mampu untuk menciptakan suatu kondisi belajar peserta didik untuk memiliki

keyakinan tentang pentingnya saling menghargai, saling membutuhkan, memberi

dan menerima, bersama lebih kuat daripada sendiri, dan sebagainya.

Pengkondisian sekolah yang bernuansa kolaboratif tetap bertujuan untuk

menghasilkan prestasi bagi peserta didik baik akademik maupun non akademik.

Sebagai SBI diuntut mampu untuk menghasilkan prestasi peserta didik yang berdaya

saing tinggi dan berkompetisi tingkat nasional maupun internasional. Sehingga

program-program yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam kerangka menumbuhkan

perilaku kolaboratif antara lain: (a) pembentukan organisasi-organisasi intra sekolah,

(b) pembentukan kelompok belajar, (c) penyelenggaraan tutor sebaya, (d)

pembentukan jaringan kerjasama antar kelompok, (d) pembentukan jalinan

kerjasama dengan pihak lain di luar sekolah, (e) out bond, (f) pelibatan antar warga

sekolah dalam kegiatan-kegiatan, (g) program penanaman kegotongroyongan, (h)

dan sebagainya.

3. Kultur kewirausahaan

Penting untuk diketahui bahwa secara psikologis dan social anak tingkatan SMP

masih dalam taraf belajar, bahkan masih terdapat sekelompok anak SMP yang

cenderung masih berkarakter bermain. Wawasan untuk bekerja dan

bertanggungjawab belum terbentuk secara penuh mengingat usia dan

keremajaannya. Anak usia ini masih sangat tinggi potensi untuk kreatifitas dan

Page 138: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 132

inovasinya. Sehingga potensi untuk dikembangkan dan diberikan muatan jiwa

entrepreneurhip-nya, dalam artian bukan untuk tujuan langsung

bekerja/keterampilan motoriknya. Dalam konteks ini, penting diciptakan suatu

kondisi bagi peserta didik untuk memiliki wawasan, jiwa, dan pandangan akan

pentingnya berwirausaha.

Secara akademik, sekolah memiliki potensi untuk itu semua, sebab dalam

implementasi kurikululmnya antara lain terdapat materi-materi pendukung yang

cukup, seperti: mata pelajaran TIK, PTD, PKH, muatan local, Pendidikan Berbasis

Keunggulan Lokal, keterampilan, dan materi lain yang juga mendukung dalam bidang

sains dan teknologi lainnya. Dari sisi SDM, terdapat berbagai keahlian pendidik dan

tenaga kependidikan yang apabila dioptimalkan mampu sebagai advisor atau tenaga

ahli dalam bidangnya masing-masing untuk kepentingan penanaman jiwa wirausaha

ini. Sumber daya fasilitas juga memadai. Jalinan kerjasama dengan para pemangku

kepentingan juga ada. Sehingga, dapat diciptakan suatu kondisi sekolah yang

bernuansa kewirausahaan.

Keyakinan dan nilai-nilai kewirausahaan dapat merupakan suatu perilaku di sekolah

yang dikondisikan dengan mendasarkan pada aspek-aspek kreativitas, inovasi, dan

system yang ada. Beberapa program dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya

menumbuhkembangkan kultur kewirausahaan antara lain: (a) workshop/temu usaha

oleh wirausahawan tulen, (b) program pembelajaran kewirausahaan, (c) magang

kewirausahaan, (d) program karya alternative peserta didik, (e) program konsultasi

usaha, (f) pendirian unit-unit usaha sekolah, (g) bermitra usaha, (h) dan sebagainya.

Semua program ini dipergunakan sebagai “wadah” atau tempat bagi warga sekolah

untuk menyalurkan, membentuk, mengakomodasi, memberikan peluang, dll dalam

melakukan kegiatan-kegiatan usaha di sekolah yang dapat menghasilkan keuntungan

ekonomi maupun non ekonomi.

Khusus untuk sasarannya adalah peserta didik, maka pihak sekolah dapat melakukan

upaya-upaya lain dalam kerangka menciptakan kondisi yang berperilaku wirausaha,

seperti: (a) pelatihan kewirausahaan, (b) pengembangan hasil-hasil pembelajaran

PTD, TIK, Keterampilan, Muatan Lokal, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL),

dan sebagainya, (c) lomba presentasi proposal bisnis sederhana, (d) pengembangan

kantin kejujuran, (e) pendirian usaha sekolah oleh peserta didik sebagai pengelola,

(f) pemanfaatan dan tindak lanjut karya kreatif dan karya ilmiah peserta didik melalui

unit-unit usaha peserta didik, (g) pembentukan unit Pengembangan Ekonomi Kreatif,

(h) dan sebagainya.

Di samping pengkondisian kultur kewirausahaan yang secara praktis dapat dilakukan

tersebut di atas, maka tidak kalah pentingnya adalah sekolah melakukan upaya-

upaya lain sebagai pelengkap dan pendukung seperti penanaman dan pemahaman

tentang etika bisnis atau etika usaha. Kompetensi ini penting diberikan peserta didik

atau pelaku usaha di sekolah untuk memberikan pemahaman dan penanam moral

akan pentingnya suatu budaya baik tertulis atau tidak tertulis dalam kerangka

mendukung kesuksesan berwirausaha.

Page 139: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 133

Catatan: Sekolah dapat menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

atas dasar PP Nomor 19/2005 dan PP No 38/2007. Juga dapat mengembangkan kegiatan-

kegiatan yang bersifat ekonomi-kreatif berdasarkan Inpres No 6 Tahun 2009. Terdapat 14

bidang yang dapat dikembangkan menjadi ekonomi kreatif.

4. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah

mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu setiap warga negara Indonesia

berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang

dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender.

Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki

keterampilan hidup (life skills) sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan

mengatasi masalah diri dan lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani

dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.

Sejalan dengan perubahan tatanan dunia dan tuntutan zaman, dituntut adanya

peningkatan mutu pendidikan sehingga diharapkan juga terjadi penuntasan wajar

yang bermutu dan bermoral. Dengan kata lain, penuntasan wajar yang bermutu dan

bermoral adalah merupakan bagian dari sistem pendidikan yang dapat menciptakan

atau mewujudkan insan Indonesia yang cerdas secara komprehensif dan insan

Indonesia yang kompetitif. Oleh karena itu Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal

(PBKL) dapat dijadikan sebagai salah satu solusi penyempurna

(penambah/pelengkap) pendidikan, untuk mewujudkan insan Indonesia yang cerdas

secara komprehensif dan insan Indonesia yang kompetitif tersebut, baik melalui

penyelenggaraan Sekolah Potensial/SPM, Sekolah Standar Nasional maupun Sekolah

Bertaraf Internasional.

Hal ini sesuai dengan amanat UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, yaitu pasal 50 (5) :

“Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan

menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal”. Selanjutnya

lebih ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 14:

(1) “Kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan

kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat

memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal. (2) Pendidikan berbasis

keunggulan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat merupakan bagian dari

pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok

mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran

estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan

kesehatan”. Dengan demikian adalah penting adanya panduan yang memberikan

arahan tentang implementasi pendidikan berbasis keunggulan lokal di sekolah.

Page 140: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 134

a. Tujuan PBKL

Adapun tujuan PBKL antara lain adalah:

1) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang keagamaan

2) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang akhlak mulai (budi pekerti)

3) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang kewarganegaraan

4) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang kepribadian

5) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang ilmu pengetahuan dan sains

6) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang teknologi

7) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang estetika

8) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang jasmani dan olah raga

9) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang kesehatan

10) Meningkatkan kompetensi peserta didik melalui pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal dalam bidang lainnya.

b. Pengertian dan Pengembangan Program PBKL

Sebagaimana kita pahami bahwa wilayah kesatuan Repubilk Indonesia kaya dan

terdiri dari beraneka ragam budaya, suku, agama, adat istiadat, bahasa daerah,

dan secara geografis terdiri dari berbagai pulau serta berbagai kondisi kehidupan

masyarakat seperti daerah terpencar, terpencil, terisolir, pinggiran, perkotaan,

dan sebgainya. Kondisi yang beraneka ragam yang dibungkus dalam bhineka

tunggal ika, melahirkan kondisi kehidupan yang beraneka ragam juga.

1) Keragaman potensi

Dengan demikian, terdapat beraneka ragam potensi dan kemampuan

daerah/masyarakat yang sangat mungkin berbeda antara satu daerah dengan

daerah lain. Di samping dipengaruhi oleh kondisi yang secara alami ada

tersebut, keanekaragaman potensi juga dipengaruhi oleh sumber daya

manusia yang ada. Karena manusia memiliki sifat pembaharu, berubah,

dinamis, dan memiliki tujuan hidup yang lebih baik. Perkembangan dan

kemajuan global juga sangat potensi mempengaruhi terhadap kondisi yang

alami ada, karena pada dasarnya suatu daerah/masyarakat tidak bisa

menutup diri terhadap era globalisasi tersebut. Untuk kondisi yang terakhir

ini, akan mempengaruhi lahirnya potensi-potensi yang baru/berkembang

daripada sebelumnya yang tidak ada/belum berkembang, baik dalam

lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Dengan kata lain, suatu

kondisi (potensi) secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu potensi karena

Page 141: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 135

telah ada dan secara alami ada, dan potensi yang “diadakan” atau

dikembangkan karena tuntutan atau pengaruh eksternal.

Berdasarkan pengertian di atas, maka secara umum dapat dirinci beberapa

kondisi (potensi) pada suatu daerah atau masyarakat, diantaranya dapat

dikelompokkan dalam:

• Potensi keagamaan dan akhlak mulia

• Potensi kewarganegaraan dan kepribadian

• Potensi ilmu pengetahuan dan teknologi

• Potensi estetika dan seni budaya

• Potensi jasmani, olah raga dan kesehatan

• Potensi lingkungan

• Potensi lainnya.

2) Potensi lokal

Di atas telah dijelaskan tentang pengertian potensi, keanekaragaman potensi,

dan ciri-ciri umum potensi yang unggul. Untuk pengertian “lokal”, dalam

pembahasan ini dimaksudkan adalah suatu kondisi lingkungan tertentu atau

wilayah dengan batas-batas tertentu atau suatu daerah tertentu. Pengertian

lokal ditinjau dari sudut pandang lingkungan tertentu, maka dapat termasuk

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan lainnya yang secara

kelembagaan memiliki sistem organisasi dan jaringan yang terstruktur atau

tersistem yang secara yuridis diakui keberadaannya. Sedangkan pengertian

lokal ditinjau dari sudut pandang geografis atau peta wilayah, maka dapat

dimaknai lokal adalah suatu wilayah kecamatan, kabupaten/kota, dan

provinsi yang semuanya itu merupakan bagian dari keseluruhan wilayah

nasional suatu bangsa.

Dengan demikian, suatu potensi lokal yang ada dalam ranah “lingkungan”

dapat sekaligus juga bisa merupakan potensi dalam ranah kewilayahan.

Sebagai contoh, potensi lokal yang ada dalam lingkungan sekolah, dimana

sekolah tersebut berada dalam suatu wilayah tertentu, maka potensi tersebut

dapat juga disebut sebagai potensi lokal pada suatu sekolah di wilayah yang

bersangkutan. Dan untuk kepentingan disini, maka yang dimaksud dengan

“potensi lokal” adalah potensi yang ada di suatu sekolah dan sekaligus juga

berada dalam suatu wilayah tertentu (misalnya potensi lokal di sekolah “x”

dalam kabupaten/kota “y”).

3) Karakteristik umum keunggulan

Secara alami, potensi-potensi suatu daerah atau masyarakat ada yang

bersifat kurang/tidak potensial, potensial (biasa saja), dan sangat potensial.

Berdasarkan kriteria tertentu, dikatakan kurang/tidak potensial apabila suatu

kondisi yang susah/tidak memungkinkan untuk bisa dikembangkan; dikatakan

potensial apabila suatu kondisi yang bisa atau memiliki banyak kemungkinan

dapat dikembangkan; sedangkan suatu kondisi disebut sangat potensial

Page 142: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 136

apabila kondisi tersebut mudah dikembangkan, banyak dukungan,

prospeknya sangat bagus/banyak keuntungan, dan memiliki keunggulan

tertentu yang jarang atau tidak dimiliki oleh daerah lain.

Secara umum, suatu kondisi (potensi) dikatakan unggul apabila memiliki ciri-

ciri antara lain:

• memiliki nilai lebih;

• memiliki daya tarik banyak orang;

• bermanfaat lebih untuk kehidupan;

• dengan kelebihan tertentu, tidak setiap daerah/masyarakat memiliki;

• mudah dikembangkan menjadi nilai lebih;

• minimal dampak negatifnya apabila dikembangkan;

• hasilnya dapat dicapai dengan prestasi maksimal;

• mampu memberikan manfaat dalam berbagai bidang (pendidikan,

ekonomi, sosial, pribadi, budi pekerti/akhlak mulia, IPTEK, keagamaan,

dan sebagainya);

• diakui oleh masyarakat lain (lokal, nasional, atau internasional).

4) Potensi keunggulan lokal

Dalam kerangka tanggung jawab secara moral dan material, maka berbagai

potensi (terlebih yang unggul) wajib dikembangkan, dilestarikan, dan bahkan

mungkin mampu berprestasi baik tingkat lokal, nasional ataupun mungkin

internasional melalui berbagai cara, strategi atau lainnya dan salah satunya

adalah melalui pendidikan. Karena pada dasarnya Tuhan telah membentuk

umatnya dengan berbeda-beda kondisi agar manusia saling menghargai,

damai, gotong royong, rukun, dan mau untuk merubah kodrat melalui upaya-

upaya sesuai kehendak-Nya. Anugerah tersebut memiliki berbagai potensi

yang dapat memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat nantinya.

Dengan kata lain, potensi yang diterima umat manusia harus disyukuri dan

dioptimalkan untuk kesejahteraan manusia itu sendiri yaitu melalui

pendidikan.

Seperti dijelaskan di atas bahwa keanekaragaman potensi daerah bisa secara

alami atau memang mengembangkan sesuatu sehingga menjadi potensi.

Variasi potensi daerah sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu faktor

geografi, demografi, agama, budaya, sosial, lingkungan, perkembangan IPTEK,

dan sebagainya. Dengan demikian lebih lanjut akan sangat memungkinkan

terjadi variasi potensi yang tinggi pula. Maksudnya, makin banyak atau makin

aneka ragam yang mempengaruhi atau menentukan potensi daerah, maka

akan makin banyak jenis potensi pada suatu daerah.

Meskipun demikian, suatu potensi lokal belum tentu semuanya memiliki

karakteristik sebagai sesuatu potensi yang unggul sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya. Penentuan potensi keunggulan lokal atau disebut

potensi lokal yang unggul harus memenuhi berbagai kriteria tersebut, baik

secara kuantitatif maupun kualitatif. Berikut ini dijelaskan tentang potensi

Page 143: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 137

keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul ditinjau dari berbagai

kelompok potensi.

a) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada

suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang keagamaan dan akhlak mulia.

Misalnya: pendalaman, pengkajian, dan pengamalan keagamaan serta

pembinaan, pengembangan, dan pembentukan manusia yang akhlaqul

karimah.

b) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada

suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang kewarganegaraan dan

kepribadian. Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, dan

pengamalan Pancasila (dalam implementasinya dapat merujuk kepada

pengamalan eka prasetya panca karsa dan atau butir-butir Pancasila).

c) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada

suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang estetika, seni dan budaya.

Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, apresiasi, diversifikasi,

kreasi, dan pelestarian berbagai seni dan budaya daerah.

d) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada

suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang ilmu pengetahuan, sains dan

teknologi. Misalnya: pembinaan, pendalaman, pengkajian, penelitian,

diversifikasi, refleksi, dan penerapan dalam kehidupan ataupun untuk

pengembangan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi itu sendiri. Potensi

keunggulan lokal yang termasuk dalam bidang ini adalah sangat luas, yaitu

dapat dijelaskan dari aspek geografis, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

e) Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah pada

suatu wilayah tertentu yang secara geografis berbeda (misalnya wilayah

pernanian atau perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan,

industri, kelautan, pegunungan, perkotaan, dan sebagainya), maka akan

melahirkan suatu potensi keunggulan lokal yang berbeda pula.

Misalnya:

• potensi keunggulan lokal daerah pertanian atau perkebunan dapat

melahirkan suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi

tentang: agropolitan pertanian, budi daya pertanian/tanaman hias,

penelitian dan pengembangan benih dan varitas pertanian, dan

sebagainya.

• Suatu potensi keunggulan lokal daerah peternakan dapat melahirkan

suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: budi

daya berbagai ternak (burung walet, sapi, kambing, dan sebagainya),

pengembangan fasilitas budi daya ternak, penelitian, dan sebagainya.

• Suatu potensi keunggulan lokal daerah perikanan dapat melahirkan

suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: budi

daya perikanan dari berbagai jenis ikan, penelitian dan pengembangan

bibit ikan, pengembangan fasilitas budi daya, pengembangan pakan,

pengembangan atau pemanfaatan hasil, dan sebagainya.

• Suatu potensi keunggulan lokal daerah pertambangan (tambang emas,

batu bara, timah, mangan, dan lain-lain) dapat melahirkan suatu

Page 144: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 138

potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi tentang: teknik atau

cara penambangan, fasilitas penambangan, penelitian jenis tambang,

pelestarian lingkungan pertambangan, dan sebagainya.

• Suatu potensi keunggulan lokal daerah kelautan (nelayan) dapat

melahirkan suatu potensi atau dapat dikembangkan suatu potensi

tentang: teknik atau cara menangkap ikan, pengembangan fasilitas

nelayan, budi daya ikan tambak, penelitian, pelestarian lingkungan

pantai, dan sebagainya.

• Potensi keunggulan lokal atau potensi lokal yang unggul di sekolah

pada suatu wilayah tertentu ditinjau dari bidang jasmani, olah raga

dan kesehatan. Misalnya: pembinaan, pendalaman, apresiasi, kreasi,

dan pengamalan untuk berprestasi maupun untuk diterapkan dalam

kehidupan.

5) Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Sebagaimana dijelaskan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar

pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap

tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Dalam penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa keunggulan lokal adalah

suatu potensi lingkungan sekolah dalam suatu wilayah tertentu (daerah

kabupaten, kota atau provinsi) yang memenuhi karakteristik tertentu pula.

Karakteristik tersebut baik ditinjau secara umum maupun atas dasar

pengelompokannya. Sedangkan pengertian “berbasis” lebih kepada makna

“yang didasarkan atas” atau “bertumpu kepada” sesuatu.

Dengan demikian, makna dari “Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal” adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara yang didasarkan atas suatu potensi dari

lingkungan sekolah dalam suatu wilayah tertentu (daerah kabupaten, kota

Page 145: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 139

atau provinsi) yang memenuhi karakteristik tertentu pula sebagai sesuatu

yang unggul.

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) ini diselenggarakan secara

formal pada jenjang pendidikan SMP untuk melengkapi dan atau

menambahkan dari jenis pendidikan lainnya yaitu non formal maupun

informal. Sebab, tidak menutup kemungkinan bagi suatu sekolah atau wilayah

tertentu juga telah mengembangkan kedua jenis pendidikan tersebut yang

juga berbasis pada keunggulan lokal. Dalam PBKL juga diharapkan juga

mampu berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan

pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta

pengembangan sikap dan kepribadian profesional melalui potensi lokal yang

unggul.

Walaupun jenis pendidikan ini adalah suatu pendidikan yang berbasis

keunggulan lokal, namun secara substansi (yang selanjutnya dikembangkan

dalam kurikulum, program, dan atau kegiatan) PBKL tetap harus

memperhatikan tentang: peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak

mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman

potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan

nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan

nilai-nilai kebangsaan.

Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah suatu bentuk pendidikan yang

dapat diselenggarakan oleh jenis dan jenjang sekolah apapun, baik pada

sekolah potensial/standar pelayanan minimal, sekolah standar nasional,

rintisan sekolah bertaraf internasional maupun sekolah bertaraf

internasional. Pendidikan berbasis keunggulan lokal bagi SMP atau yang

sederajad dapat diselenggarakan baik secara terpisah maupun terintegrasi

dalam mata pelajaran-mata pelajaran dalam kelompok mata pelajaran agama

dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan

kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata

pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Catatan:

Sekolah dapat menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) atas

dasar PP Nomor 19/2005 dan PP No 38/2007. Penyelenggaraan PBKL dapat mengacu

kepada Buku Panduan Penyelenggaraan PBKL yang disusun tersendiri.

5. Pengembangan Ekonomi Kreatif di Sekolah

Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada paradigma

membangun manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subyek yang

memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan

Page 146: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 140

secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu

(1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia

termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2)

kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk

menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi;

dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan

keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

a. Tujuan

Secara umum tujuan diadakannya Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah untuk

melaksanakan dan mengembangkan kegiatan ekonomi berdasarkan pada

kreativitas, keterimpilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan

daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan

masyarakat Indonesia.

Adapun secara khusus tujuan dilaksanakannya pendidikan dan pelatihan yang

berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif antara lain adalah:

1) Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi peserta didik melalui

pendidikan dan pelatihan yang berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi

Kreatif untuk membentuk jiwa dan pribadi yang kreatif, inovatif, wirausaha,

dan mandiri sesuai dengan jenjang pendidikan dasar (SMP)

2) Mengembangkan kelembagaan sekolah yang berorientasi kepada

Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)

3) Meningkatkan dan mengembangkan potensi sekolah yang berorientasi

kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)

4) Meningkatkan dan mengembangkan potensi SDM sekolah yang berorientasi

kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)

5) Meningkatkan dan mengembangkan jalinan kerjasama atau kemitraan yang

berorientasi kepada Pengembangan Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan

dasar (SMP)

6) Meningkatkan dan mengembangkan potensi (sumber daya) lingkungan

sekolah (internal dan eksternal) yang berorientasi kepada Pengembangan

Ekonomi Kreatif pada jenjang pendidikan dasar (SMP)

7) Mengembangkan kurikulum SMP dalam bidang: keimanan, ketaqwaan,

kepribadian, budi pekerti, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, dan

olahraga, yang mendukung kepada pemenuhan penyelenggaraan pendidikan

dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif

8) Mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dalam bentuk

pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi

Kreatif, baik secara terintegrasi maupun terpisah dalam penyelenggaraannya

9) Meningkatkan pembelajaran yang berkualitas dalam pendidikan dan

pelatihan yang berorientasi pada Pengembangan Ekonomi Kreatif

Page 147: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 141

10) Menciptakan wadah kreativitas dan kewirausahaan bagi warga sekolah dan

stakeholder dalam kerangka pendidikan dan pelatihan yang berorientasi pada

Pengembangan Ekonomi Kreatif

b. Pengertian ekonomi kreatif dalam system pendidikan

Sebagaimana telah dipahami bahwa prinsip ekonomi adalah suatu usaha dengan

pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya (profit ekonomi). Dengan demikian ekonomi kreatif adalah

suatu bentuk pengembangan, penciptaan, penemuan, pendalaman, modifikasi,

adaptasi, adopsi, dan lainnya oleh individu atau kelompok terhadap sesuatu

aspek-aspek pendidikan (input) yang akan bernilai atau memberi keuntungan

uang, kesejahteraan, kebutuhan primer manusia, dan sejenisnya. Sikap dan

perbuatan untuk mencapai keuntungan ekonomi tersebut dapat dilakukan oleh

SDM yang memiliki jiwa entrepreneur, yaitu SDM yang kreatif, inovatif, berani

mengambil resiko, memiliki daya cipta, karsa serta karakteristik lainnya seperti

dijelaskan sebelumnya.

Implikasinya dalam dunia pendidikan antara lain bahwa dalam penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan dapat berorientasi pada hasil dan keuntungan

ekonomi, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang (rate of

return), dengan melalui berbagai kreativitas dalam fungsi, manajemen, dan tata

kelola pendidikan.

c. Pengertian dan Program Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK)

Berdasarkan pada uraian di atas dapat diberikan pemahaman bahwa

Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) adalah suatu upaya-upaya yang dilakukan

oleh satuan pendidikan atau penyelenggara pendidikan, dengan berbagai

pendekatan kreatif dan inovatif yang dijiwai semangat entrepreneurship untuk

menciptakan sesuatu atau mengembangkan sesuatu, sehingga pada gilirannya

dapat dihasilkan suatu keuntungan ekonomi. Dengan kata lain bahwa

Pengembangan Ekonomi Kreatif adalah pengembangan kegiatan ekonomi

berdasarkan pada kreativitas, keterimpilan, dan bakat individu untuk

menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan

berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia (Inpres No 6 Tahun

2009).

Dalam PEK di suatu sekolah, maka bidang-bidang yang dikembangkan diletakkan

pada suatu asumsi system pendidikan yang menuju pada system “perusahaan”,

yang mencerminkan indicator-indikator untuk menghasilkan dan mencapai

tujuan pendidikan yang bercirikan keuntungan ekonomi. Sistem yang

dimaksudkan di sini adalah terdiri dari komponen input-proses dan output.

Masing-masing komponen tersebut selanjutnya dikembangkan, dimana untuk

tiap aspek dari komponen input dikembangkan menjadi proses kreatif yang akan

dipergunakan untuk mengolah input, untuk menghasilkan sesuatu yang

Page 148: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 142

bercirikan keuntungan (output) ekonomi. Maksudnya bahwa dalam PEK ini suatu

system pendidikan atau persekolahan dikreate sedemikian rupa dari tiap aspek

input pendidikan untuk menghasilkan ketuntungan-keuntungan

(output/outcome/dampak/impact) yang diproses secara kreatif.

Dalam pengembangan ekonomi kreatif ini akan memiliki perbedaan yang

mendasar antara lembaga pendidikan tingkat dasar dengan tingkat menengah

dan bahkan perguruan tinggi. Pada pendidikan dasar lebih mengutamakan PEK

yang membekali peserta didik kepada muatan/penguatan kompetensi dasar

untuk menumbuhkembangkan bakat dan minat anak sesuai tingkat

perkembangan remaja. Dalam hal ini bisnis oriented belum menjadi tujuan

utama. Labih meletakkan fondasi kreativitas, kemandirian, wawasan, gagasan,

ide, dan sebagainya dalam bentuk pengamatan, replica, model, apresiasi, dan

sejenisnya yang mengarah kepada keuntungan ekonomi jangka panjang (rate of

return bidang ekonomi). Pada pendidikan menengah sudah meningkat kepada

pembentukan pribadi yang entrepreneur (penanaman jiwa wirausaha,

manajemen dasar usaha, dan inti bisnis atau usaha), untuk diwujudkan dalam

praktik usaha sederhana dengan keuntungan ekonomi. Sedangkan PEK pada

perguruan tinggi sudah membentuk calon-calon wirausaha handal/tulen melalui

pengembangan pendidikan dan pelatihan yang professional. Kemudian secara

substansi aspek-aspek pokok yang dapat dilakukan dalam PEK ditinjau dari

sekolah sebagai system antara lain adalah:

1) Bidang SKL dan kurikulum, aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam PEK

antara lain memuat: kompetensi aspek kepribadian, pengetahuan, biologi,

fisika, kimia, perkebunan/tanaman, kerajinan, kesenian, estetika, olah

raga/kesehatan, dll yang bersifat ekonomi/bisnis.

2) Bidang kelembagaan: struktur organisasi, bentuk badan hukum, perijinan,

kerjasama, dll yang mewadahi dan mendukung kegiatan diklat atau upaya

yang bersifat bisnis/ekonomi.

3) Bidang sarpras: memberdayakan yang ada, menciptakan berbagai

peralatan/teknologi, modifikasi sarpras yang ada, menyewakan, dll baik

untuk sarana diklat, produksi, konsumsi, rumah tangga, pertanian,

transportasi, lingkungan, dll yang dapat menghasilkan keuntungan ekonomi.

4) Bidang manajemen: system POAC (Planing-Organizing-Actuating-Controlling),

PDCA (Plan-Do-Check-Action), Just in Time, organisasi, administrasi,

perencanaan usaha, melaksanakan usaha, patok duga, studi kelayakan,

analisis SWOT, pemasaran, pengembangan/RD, analisis usaha, BEP,

pelaporan/pembukuan, SIM, dll yang dapat dipergunakan untuk mengelola

usaha professional.

5) Bidang SDM: kuantitas, kualitas/kompetensi, kualifikasi, pengalaman, bidang

kemampuan/keahlian, pembinaan, rekruitmen, penghargaan, hukuman, dll

yang mendukung penanganan usaha atau mewirausahakan birokrasi.

6) Bidang pendanaan: model swadaya, model kredit usaha, model saham,

analisa biaya, efisiensi biaya, dll yang dipergunakan untuk kecukupan usaha.

7) Bidang jaringan usaha: komunikasi bisnis, pengembangan relasi,

pembentukan jaringan, pembentukan kerjasama, pertukaran informasi,

pengembangan substansi, dll untuk mendukung usaha.

Page 149: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 143

8) Bidang diklat: penerapan link and match, penerapan pola magang, penerapan

buka-tutup, penerapan penelitian/observasi/eksperimen/unjuk

kerja/refleksi/model proyek, dll untuk menghasilkan produk/keluaran yang

bersifat ekonomik, pedagodik, akademik, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat diberikan pemahaman bahwa PEK adalah suatu

system yang dilaksanakan atas dasar system yang telah ada dan dikembangkan

menjadi system yang berosientasi pada pencapaian keuntungan ekonomi

(“perusahaan”), melalui pengembangan fungsi-fungsi sekolah dan manajemen

usaha yang dilakukan secara kreatif dan bertanggungjawab untuk menuju

kemandirian sekolah, masyarakat, dan bangsa atas keberhasilan menciptakan

SDM yang berwirausaha

Catatan:

Sekolah dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomi-kreatif

berdasarkan Inpres No 6 Tahun 2009. Terdapat 14 bidang yang dapat dikembangkan

menjadi ekonomi kreatif. Pengembangan Ekonomi Kreatif oleh sekolah dapat mengacu

kepada Buku Panduan Pengembangan Ekonomi Kreatif yang disusun tersendiri.

D. Kultur keunggulan global dan atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG)

Bagi sekolah yang dikembangkan untuk menjadi SBI atau yang telah menjadi SBI

terdapat media khusus untuk mengembangkan kultur keunggulan global ini, yaitu

Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) dan sebagai pendukungnya antara lain

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PP No 19/2005 dan PP No 38/2007). Pendidikan

Berbasis Keunggulan Global (PBKG) di sini dimaksudkan adalah suatu bentuk pendidikan

dan pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi wawasan

global, pengetahuan dan sikap yang mencerminkan kehidupan dan pergaulan antar

bangsa, dalam menghargai (toleransi) agama, suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit,

budaya, nilai, norma, dan lainnya dari bangsa-bangsa lain di dunia ini. Melalui

pendidikan ini diharapkan dalam lingkungan sekolah dapat menjadikan suatu perilaku

warga sekolah yang membudaya (menjadi kebiasaan) untuk mampu bersikap atau

berbuat yang mencerminkan kehidupan mendunia.

Pendidikan Berbasis Keunggulan Global (PBKG) adalah suatu bentuk pendidikan yang

memenuhi unsur-unsur “pendidikan” dengan muatan-muatan yang didasarkan atas

keunggulan-keunggulan tertentu dan bersifat internasional (global). Suatu muatan atau

potensi disebut memiliki keunggulan global antara lain bercirikan: (a) berguna untuk

kehidupan di tingkat internasional, (b) semua negara memiliki potensi tersebut, (c)

dapat dikompetisikan tingkat internasional, (d) berlaku universal, (e) dan sebagainya.

1. Tujuan

Tujuan diselenggarakannya program-program atau kegiatan yang berbasis pada

keunggulan global ini antara lain:

Page 150: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 144

a. Menghasilkan peserta didik yang bermartabat dan memiliki kompetensi untuk

menghargai perbedaan dari orang lain/masyarakat/bangsa lain terhadap

agama, suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit, budaya, nilai, norma, dan

lainnya dalam kerangka membangun kerukunan hidup di dunia.

b. Menciptakan kehidupan kampus sekolah yang bercirikan “budaya” nasional

dan internasional, baik dalam berkomunikasi dan beraktivitas sehari-hari bagi

warga sekolah.

2. Program/kegiatan

Berdasarkan pemahaman di atas, maka bagi sekolah adalah menjadi sangat penting

untuk menciptakan atau mengkondisikan suatu keadaan sekolah yang mampu

menjadikan peserta didik dan pendidik atau warga sekolah lain untuk

“berkehidupan” atau pembelajaran yang ada di sekolah bercirikan keunggulan

global, diantaranya melalui program atau kegiatan:

a. kajian/pembelajaran tentang: suku, ras, bahasa, perbedaan warna kulit,

budaya, nilai, norma, dan lainnya dari negara lain

b. student camp dengan sekolah dalam dan atau luar negeri

c. english day bagi warga sekolah

d. debat bahasa inggris antar sekolah dalam dan atau luar negeri

e. LKIR/S berbahasa inggris tingkat nasional/regional

f. magang guru ke sekolah internasional (dalam atau luar negeri)

g. pertukaran pelajar dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri)

h. teleconference dengan sekolah internasional (dalam atau luar negeri)

i. interaksi dengan jasa internet dalam bermitra dengan sekolah internasional

(dalam atau luar negeri)

j. unjuk kreasi budaya nasional ke ajang internasional

k. upacara berbaha inggris

l. kegiatan sekolah berbahasa inggris

m. dan sebagainya.

Dengan melalui berbagai aktivitas ini diharapkan sekolah benar-benar mampu

mencerminkan sebagai sekolah yang (bertaraf) internasional.

Page 151: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 145

BAB VII

PENANAMAN KARAKTER PADA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

A. Pengertian karakter dan pendidikan karakter

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,

kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”;

sedangkan berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan

berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008) bahwa karakter mengacu kepada

serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan

keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau

menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk

tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku

jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek, sebaliknya adalah orang yang

perilakuknya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya (kapasitas

intelektual) yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis,

kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu,

sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji,

adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras,

tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner,

bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,

pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis),

sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang

terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya

tersebut. Itulah karakter individu yang mulia yang dapat ditandai dengan nilai-nilai ketiga

aspek tersebut sehingga dikatakan sebagai karakteristiknya. Karakteristik adalah realisasi

perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan

perilaku). Dengan demikian, individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang

yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,

lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan

mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi

dan motivasinya (perasanaannya).

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada

warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, kebangsaan maupun keinternasionalan sehingga

menjadi manusia insan kamil. Untuk itu, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai

“the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character

development”. Hal ini berarti bahwa dalam pendidikan karakter di sekolah, maka semua

komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan

itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan

(the quality of relationships), penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan

Page 152: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 146

sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana

prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping

itu, pendidikan dalam artian penanaman karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga

sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan (termasuk pendidikan karakter di

sekolah) harus berkarakter sebagaimana dijelaskan di atas.

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai

moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agaman yang juga disebut sebagai

“the golden rule”. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak

dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai

karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan

isinya); tanggung jawab; jujur; hormat dan santun; kasih sayang, peduli, dan kerjasama;

percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan;

baik dan rendah hati; serta toleransi, cinta damai, dan persatuan. Selain, pendapat lain

mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya; rasa hormat

dan perhatian; peduli; jujur; tanggung jawab; kewarganegaraan; ketulusan; berani;

tekun; disiplin; visioner; adil; dan integritas. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan

pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang

selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang

bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan

lingkungan sekolah itu sendiri.

B. Pengembangan Karakter di RSBI

Pengembangan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan

stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di

sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-

anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik, maka

anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai

hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup.

Pendidikan karakter yang efektif apabila di sekolah terjadi semua peserta didik dan warga

sekolah lainnya menunjukkan potensi mereka untuk menjadi insan kamil dan mencapai

tujuan hidup yang mulia. Dalam hal ini, masyarakat juga berperan membentuk karakter

anak melalui orang tua dan lingkungannya untuk membentuk karakter sosialnya.

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), acting, menuju kebiasaan

(habit), sehingga karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Sebab seseorang yang

memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan

pengetahuannya itu kalau tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan

tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian

diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu

moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan

emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal-hal ini diperlukan

agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan

tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan

(mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).

Page 153: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 147

Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif

adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral

(knowing moral values), penentuan sudut pandang (perpective taking), logika moral

(moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri

(self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk

menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang

harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya

diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran

(loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral

action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari

dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang

dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter

yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit). Dengan

demikian, pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan

antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat

dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan

nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik

terhadap terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta

dunia internasional (lihat Gambar 1).

Gambar 25. Keterkaitan komponen moral dalam pembentukan karakter

Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa

tersebut secara sadar mengharagi pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin

saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena

tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu

dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk

mengharagi nilai kejujuran itu sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan karakter

diperlukan juga aspek perasaan (domein affection atau emosi). Komponen ini dalam

pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat

kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja

aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving

Page 154: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 148

the good” (moral feeling), dan “acting the good” (moral action). Tanpa itu semua

manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham. Dengan

demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni

mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan moral action. Dengan kata

lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk

karakter yang baik atau unggul/tangguh.

Sebagaimana diketahui bahwa Pemerintah telah menetapkan lulusan SMP memiliki

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu penanaman karakter

lulusan tersebut telah ditegaskan dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada jenjang pendidikan SMP yang mengandung 22

rumusan karakter lulusan, dimana tiap rumusan karakter tersebut mengandung nilai-nilai

kepribadian/budi pekerti/perilaku yang berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia,

diri sendiri, dan lingkungan, sebagaimana terlihat dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rumusan, nilai-nilai, dan keterkaitan karakter pada kompetensi lulusan SMP

yang di dalamnya mengandung komponen moral pengetahuan, sikap atau

emosi, dan tindakan

No. Rusumusan Karakter pada Komponen

SKL

Nilai-nilai karakter

dalam perilaku

Kaitan Karakter

dan tujuan

1. Mengamalkan ajaran agama yang

dianut sesuai dengan tahap

perkembangan remaja

Bertakwa Tuhan

2. Memahami kekurangan dan kelebihan

diri sendiri

Reflektif Diri sendiri

3. Menunjukkan sikap percaya diri Percaya diri Diri sendiri

4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang

berlaku dalam lingkungan yang lebih

luas

Taat, nasionalisme,

internasionalisme

Sesama manusia,

kebangsaan,

keinternasionalan

5. Menghargai keberagaman agama,

budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional

Toleran,

nasionalisme,

internasionalisme

Sesama manusia,

kebangsaan,

keinternasionalan

6. Mencari dan menerapkan informasi

dari lingkungan sekitar dan

sumbersumber lain secara logis, kritis,

dan kreatif

Logis, kritis, analitis,

kreatif

Diri sendiri

7. Menunjukkan kemampuan berpikir

logis, kritis, kreatif, dan inovatif

logis, kritis, kreatif

dan Inovatif

Diri sendiri

8. Menunjukkan kemampuan belajar

secara mandiri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya

Cerdas, mandiri Diri sendiri

Page 155: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 149

9. Menunjukkan kemampuan

menganalisis dan memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari

Analitis, cerdas,

kreatif, inovatif

Diri sendiri

10. Mendeskripsi gejala alam dan sosial Peka (sensitif),

nasionalisme,

internasionalisme

Lingkungan,

kebangsaan,

keinternasionalan

11. Memanfaatkan lingkungan secara

bertanggung jawab

Bertanggung jawab,

kreatif, inovatif

Lingkungan,

kebangsaan

12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan

dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara demi

terwujudnya persatuan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia

Kebersamaan

(kooperatif) dan

demokratis,

nasionalisme

Sesama manusia,

kebangsaan

13. Menghargai karya seni dan budaya

nasional

Apresiatif,

nasionalisme

Sesama manusia,

kebangsaan

14. Menghargai tugas pekerjaan dan

memiliki kemampuan untuk berkarya

Apresiatif Sesama manusia

15. Menerapkan hidup bersih, sehat,

bugar, aman, dan memanfaatkan

waktu luang

Hidup sehat Diri sendiri

16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara

efektif dan santun

Santun Sesama manusia

17. Memahami hak dan kewajiban diri dan

orang lain dalam pergaulan di

masyarakat

Bertanggung jawab ,

nasionalisme,

internasionalisme

Diri sendiri dan

Sesama manusia,

kebangsaan,

keinternasionalan

18. Menghargai adanya perbedaan

pendapat

Toleran Sesama manusia

19. Menunjukkan kegemaran membaca

dan menulis naskah pendek sederhana

Ingin tahu Diri sendiri

20. Menunjukkan keterampilan

menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris sederhana

nasionalisme,

internasionalisme

Diri sendiri,

kebangsaan,

keinternasionalan

21. Menguasai pengetahuan yang

diperlukan untuk mengikuti

pendidikan menengah

Nasionalisme,

internasionalisme

Diri sendiri,

kebangsaan,

keinternasionalan

22. Memiliki jiwa kewirausahaan Nasionalisme,

internasionalisme

Diri sendiri,

kebangsaan,

keinternasionalan

Berdasarkan uraian di atas nampak jelas bahwa lulusan SMP secara ideal akan memiliki

kompetensi karakter yang lengkap yaitu nilai-nilai perilaku yang dapat digolongkan dalam

Page 156: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 150

enam kelompok yaitu terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan

sekitarnya, kebangsaan, dan keinternasionalan, yaitu:

a. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap Tuhan, meliputi: bertaqwa.

b. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap diri sendiri, meliputi: reflektif,

percaya diri, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat,

bertanggung jawab, dan jiwa wirausaha serta kompeten di bidangnya.

c. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap masyarakat/sesama manusia,

meliputi: taat peraturan, toleran, kebersamaan (kooperatif), demokratis,

apresiatif, santun, bertanggung jawab.

d. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap lingkungan, meliputi: peka/peduli

dan bertanggung jawab terhadap pelestarian tumbuhan, binatang, dan

lingkungan alam sekita; peduli dan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan

tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam sekitar;, dan peduli dan bertanggung

jawab terhadap pemanfaatan tumbuhan, binatang, dan lingkungan alam sekitar

e. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap kebangsaan adalah: taat

peraturan, toleran, peduli, kebersamaan (kooperatif), demokratis, apresiatif,

santun, bertanggung jawab, konstruktif, nasionalisme, berwawasan

kebangsaan, loyalitas, komitmen, rela berkorban, cinta tanah air, bela

negara, dan nilai-nilai perilaku manusia lain yang relevan terhadap Tuhan

YME, diri sendiri, sesama, dan lingkungan

f. Kelompok nilai perilaku manusia terhadap keinternasionalan adalah:

toleransi, demokratis, kebersamaan, taat peraturan, dan nilai-nilai lain yang

relevan dari perilaku manusia terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, dan

lingkungan serta kebangsaan.

Dengan demikian lulusan SMP tidak hanya memiliki kompetensi yang bersifat

pengetahuan saja (terlebih hanya diukur dengan Nilai Ujian Nasional), akan tetapi

memiliki kompetensi yang secara akumulasi menjadi sebuah karakter lulusan yang

komprehensif, sebagaimana dikelompokkan ke dalam enam kelompok nilai karakter

di atas. Sekolah dapat menambah, memperkaya, memperdalam dan lainnya tentang

nilai-nilai perilaku peserta didik yang diakumulasikan ke dalam suatu standar

kompetensi lulusan atau dalam bentuk standar kompetensi, kompetensi dasar, dan

atau indikator kompetensi lulusan SMP, sehingga benar-benar lulusan SMP memiliki

karakter yang berdimensi kepada nilai-nilai perilaku kepada Tuhan YME, diri sendiri,

sesama, lingkungan, kebangsaan, dan keinternasionalan secara utuh. Di samping itu,

dalam pengembangan dan penanaman karakter pada RSBI dapat melalui: kurikulum,

pembelajaran, penilaian, ketenagaan, pemberdayaan, pengelolaan, pembinaan

kepesertadidikan, dan lainnya.

1. Implikasi pengembangan karakter dalam pendidikan karakter

Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran,

perasaan, dan perilaku

Page 157: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 151

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun

karakter

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian

e. Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang

baik

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang

menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu

mereka untuk sukses

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi

tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun

inisiatif pendidikan karakter

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha

membangun karakter

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter,

dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta didik.

2. Strategi pengembangan karakter dalam pendidikan karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk manusia secara utuh (holistik),

insan kamil,atau insan paripurna yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik,

emosi, sosial, kreativitas, spiritual, dan intelektual peserta didik secara optimal.

Strategi yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam pendidikan karakter ini antara lain

dengan:

a. Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif peserta didik, yaitu

metode yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik karena seluruh dimensi

manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkret,

bermakna, serta relevan dalam konteks kehidupannya (student active learning,

contextual teaching and learning, inquiry based learning, integrated learning);

b. Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conductive learning community)

sehinga peserta didik dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang

memberikan rasa aman, penghargaan, tanpa ancaman, dan memberikan

semangat;

c. Memberikan pendidikan karakter secara eksplisit, sistematis, dan

berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the good, loving the good,

dan acting the good;

d. Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing peserta didik,

yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan aspek-aspek kecerdasan manusia;

e. Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip developmentally

appropriate practices;

Page 158: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 152

f. Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh

sekolah. Lingkungan sekolah harus berkarakteristik aman serta saling percaya,

hormat, dan perhatian pada kesejahteraan lainnya;

g. Model atau contoh perilaku positif. Bagian terpenting dari penetapan lingkungan

yang supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh

perhatian dan penuh penghargaan dari guru dan interaksinya dengan peserta

didik;

h. Menciptakan peluang bagi peserta didik untuk menjadi aktif dan penuh makna

termasuk dalam kehidupan di kelas dan di sekolah. Sekolah harus menjadi

lingkungan yang lebih demokratis sekaligus tempat bagi peserta didik untuk

membuat keputusan dan tindakannya, serta untuk merefleksi atas hasil

tindakannya;

i. Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial. Bagian

terpenting dari peningkatan perkembangan posisitf peserta didik termasuk

pengajaran langsung keterampilan sosial-emosional, seperti mendengarkan ketika

orang lain bicara, mengenali dan mengelola emosi, menghargai perbedaan, dan

menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang mengharagi kebutuhan

(kepentingan) masing-masing;

j. Melibatkan peserta didik dalam wacana moral. Isu moral adalah esensi

pendidikan anak untuk menjadi prososial, dan moral manusia;

k. Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk peserta

didik;

l. Tidak ada peserta didik yang terabaikan. Tolok ukur yang sesungguhnya dari

kesuksesan sekolah termasuk pendidikan untuk semua bagi anak dalam upaya

mewujudkan seluruh potensinya dengan membantu mengembangkan bakat

khusus dan kemampuan mereka, dan dengan membangkitkan pertumbuhan

intelektual, etika, dan emosi peserta didik.

Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter ini juga terdiri dari

unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang

akan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (a)

nilai-nilai perilaku (karakter) kompetensi lulusan, (b) muatan kurikulum nilai-nilai

perilaku (karakter), (c) nilai-nilai perilaku (karakter) dalam pembelajaran, (d) nilai-

nilai perilaku (karakter) pendidik dan tenaga kependidikan, dan (e) nilai-nilai perilaku

(karakter) pembinaan kepesertadidikan. Secara grafis dapat dilihat dalam Tabel 4 di

bawah ini.

Page 159: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 153

Tabel 2. Pengelolaan penyelenggaraan pendidikan karakter

a. Perencanaan penyelenggaraan pendidikan karakter Tuhan Diri sendiri Sesama Lingkungan Kebangsaan keinternasionalan

No

Sasaran

Komponen

karakter

Unsur karakter Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

1. Kompetensi lulusan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

2. Muatan kurikulum Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

3. Pembelajaran Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

4. Pendidik dan tenaga

kependidikan

Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

5. Kepesertadidikan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

Keterangan: Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai

tindakan moral)

b. Pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan karakter Tuhan Diri sendiri Sesama lingkungan kebangsaan keinternasionalan

No

Sasaran

Komponen

karakter

Unsur karakter Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

1. Kompetensi lulusan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

2. Muatan kurikulum Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

3. Pembelajaran Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

4. Pendidik dan tenaga

kependidikan

Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

5. Kepesertadidikan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

Keterangan: Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai

tindakan moral)

c. Pengendalian penyelenggaraan pendidikan karakter Tuhan Diri sendiri Sesama lingkungan kebangsaan keinternasionalan

No

Sasaran

Komponen

karakter

Unsur karakter Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

Mo

ral

kn

ow

ing

Mo

ral

fee

lin

g

Mo

ral

act

ion

1. Kompetensi lulusan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

2. Muatan kurikulum Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

3. Pembelajaran Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

4. Pendidik dan tenaga

kependidikan

Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

5. Kepesertadidikan Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma Nmk Nmf Nma

Keterangan: Nmk = Nilai moral knowing (nilai pengetahuan moral); Nmf = Nilai moral feeling (nilai sikap moral) ; Nma = Nilai moral action(nilai

tindakan moral)

Page 160: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 161: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 155

BAB VIII

KEWENANGAN PENYELENGGARAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL

Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 telah

diamanatkan tentang keharusan untuk menyelenggarakan, mengelola, dan melakukan

pembinaan terhadap sekolah yang telah memenuhi kriteria SBI pada setiap kabupaten/kota.

Terkait dengan ini, maka kewenangan dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan

pembinaan SBI SMP telah juga diatur dalam PP Nomor 38 Tahun 2007 antara pemerintah

(pusat), pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Demikian

pula ditegaskan dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 22 (4) bahwa Pemerintah

kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional dan yang disiapkan untuk

dikembangkan menjadi SBI (disebut dengan RSBI) kepada pemerintah provinsi. Dalam pasal

24 (1) disebutkan bahwa Pemerintah provinsi menerima satuan pendidikan yang

diserahkan oleh kabupaten/kota , tetapi disebutkan dalam ayat (3) bahwa apabila hal

tersebut belum dapat dipenuhi, maka pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit

1 (satu) SMP yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional. Ayat

(2) mengatakan Pemerintah provinsi menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP bertaraf

internasional dan/atau memfasilitasi penyelenggaraan paling sedikit 1 (satu) SMP yang

diselenggarakan masyarakat di setiap kabupaten/kota di wilayahnya. Dan pemerintah

kabupaten/kota dapat membantu penyelenggaraan SMP bertaraf internasional atau yang

dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional (ayat 4). Sesuai

kewenangannya, maka Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk

dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional pada suatu kab/kota

karena dengan tujuan tertentu dan pemerintah provinsi maupun kab/kota tidak mampu

menyelenggarakan, sementara itu pada daerah tersebut belum terdapat RSBI atau SBI (pasal

25).

Direktorat Pembinaan SMP sejak tahun 2007 telah menetapkan beberapa SMP yang

disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI) yaitu sebanyak 299 sekolah. Untuk

sementara ini sesuai dengan kewenangannya, pemerintah telah melakukan pembinaan

sebagaimana mestinya beserta pemerintah daerah. Dalam kerangka implementasi dari PP

No 38 Tahun 2007, maka penting untuk segera dilaksanakan serah terima status

penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan sekolah-sekolah tersebut dari pemerintah

daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi. Hal ini juga telah ditegaskan

dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 bahwa pemerintah daerah provinsi menerima

penyerahan penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan RSBI/SBI SMP dari pemerintah

daerah kabupaten/kota.

A. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Pendidikan

Dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/ Kota, khususnya Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang

Pendidikan, bahwa pengertian tentang urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi

Page 162: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 156

pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan

pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi

kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan

menyejahterakan masyarakat. Urusan pemerintahan yang dibagi bersama antar

tingkatan dan/atau susunan pemerintahan adalah semua urusan pemerintahan (kecuali

urusan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,

serta agama), yaitu terdiri atas 31 (tiga puluh satu) bidang urusan pemerintahan, dan

salah satunya adalah bidang urusan pendidikan. Setiap bidang urusan pemerintahan

terdiri dari sub bidang, dan setiap sub bidang terdiri dari sub sub bidang, yang

selengkapnya ada dalam lampiran, termasuk bidang urusan pendidikan. Pembagian

urusan pemerintahan berdasarkan kriteria eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi

dengan memperhatikan keserasian hubungan antar tingkatan dan/atau susunan

pemerintahan.

Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan yang berdasarkan kriteria pembagian urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya dan urusan pemerintahan tersebut terdiri

atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang

wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar, dimana salah satunya adalah:

bidang urusan pendidikan dari jumlah seluruhnya 26 urusan.

Penyelenggaraan urusan wajib berpedoman pada standar pelayanan minimal yang

ditetapkan Pemerintah dan dilaksanakan secara bertahap. Pemerintahan daerah yang

melalaikan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib,

penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah dengan pembiayaan bersumber dari

anggaran pendapatan dan belanja daerah yang bersangkutan. Sebelum

penyelenggaraan urusan pemerintahan ditangani pemerintah, maka pemerintah

melakukan langkah-langkah pembinaan terlebih dahulu berupa teguran, instruksi,

pemeriksaan, sampai dengan penugasan pejabat Pemerintah ke daerah yang

bersangkutan untuk memimpin penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat

wajib tersebut.

Pemerintah menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan

urusan wajib dan urusan pilihan, dengan memperhatikan keserasian hubungan

Pemerintah dengan pemerintahan daerah dan antar pemerintahan daerah sebagai satu

kesatuan sistem dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia melibatkan

pemangku kepentingan terkait. Pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah

kabupaten/kota dalam melaksanakan urusan pemerintahan wajib dan pilihan

berpedoman kepada norma, standar, prosedur, dan kriteria tersebut. Urusan

pemerintahan wajib dan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah

ditetapkan dalam peraturan daerah untuk menjadi dasar penyusunan susunan

organisasi dan tata kerja perangkat daerah. Pelaksanaan urusan pemerintahan yang

mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait , maka tata

cara pengelolaan bersama urusan pemerintahan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan.

Page 163: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 157

Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan kepada pemerintahan daerah untuk

mendukung kemampuan pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Apabila pemerintahan daerah ternyata

belum juga mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan setelah dilakukan

pembinaan, maka untuk sementara penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Pemerintah.

Pemerintah menyerahkan kembali penyelenggaraan urusan pemerintahan apabila

pemerintahan daerah telah mampu menyelenggarakan urusan pemerintahan.

Khusus untuk Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta rincian urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan kabupaten/kota sebagaimana tertuang dalam lampiran

Peraturan Pemerintah ini secara otomatis menjadi kewenangan provinsi dan urusan

pemerintahan di Provinsi Papua dan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berpedoman

pada peraturan perundang-undangan yang mengatur otonomi khusus daerah yang

bersangkutan.

B. Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota Bidang Penyelenggaraan RSBI

Dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan RSBI

dan SBI pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa terdapat pembagian

kewenangan atau urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah

Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan RSBI dan SBI.

Demikian pula ditegaskan dalam Permendiknas No 78 Tahun 2009 pasal 22 (4) bahwa

Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional dan yang

disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (disebut dengan RSBI) kepada pemerintah

provinsi. Dalam pasal 24 (1) disebutkan bahwa Pemerintah provinsi menerima satuan

pendidikan yang diserahkan oleh kabupaten/kota , tetapi disebutkan dalam ayat (3)

bahwa apabila hal tersebut belum dapat dipenuhi, maka pemerintah provinsi

menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP yang dikembangkan menjadi satuan

pendidikan bertaraf internasional. Ayat (2) mengatakan Pemerintah provinsi

menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) SMP bertaraf internasional dan/atau

memfasilitasi penyelenggaraan paling sedikit 1 (satu) SMP yang diselenggarakan

masyarakat di setiap kabupaten/kota di wilayahnya. Dan pemerintah kabupaten/kota

dapat membantu penyelenggaraan SMP bertaraf internasional atau yang dikembangkan

menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional (ayat 4). Sesuai kewenangannya,

maka Pemerintah dapat mendirikan satuan pendidikan untuk dikembangkan menjadi

satuan pendidikan bertaraf internasional pada suatu kab/kota karena dengan tujuan

tertentu dan pemerintah provinsi maupun kab/kota tidak mampu menyelenggarakan,

sementara itu pada daerah tersebut belum terdapat RSBI atau SBI (pasal 25).

Pemerintah kabupaten/kota dapat membantu penyelenggaraan RSBI dan SBI baik yang

diselenggarakan oleh provinsi maupun pemerintah. Pemerintah kabupaten/kota juga

dapat merintis SBI bekerjasama dengan provinsi atas dasar persetujuan pemerintah,

untuk selanjutnya diserahkan penyelenggaraannya kepada pemerintah provinsi.

Page 164: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 158

1. Penyerahan kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI

Pemerintah kabupaten/kota menyerahkan SMP yang bertaraf internasional (SBI)

dan yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI (RSBI) kepada pemerintah

provinsi. Pemerintah provinsi menerima satuan pendidikan (RSBI dan atau SBI) yang

diserahkan oleh pemerintah kabupaten/kota atau provinsi mendirikan satuan

pendidikan dasar dan satuan pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi

SBI (RSBI). Dasar penyerahan kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI ini di samping

Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 juga berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 Tentang

Pendanaan Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

Standar Nasional Pendidikan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 sebagaimana

disebutkan di atas, bahwa kewenangan penyelenggaraan RSBI/SBI adalah

pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota (khusus untuk

Sekolah Dasar). Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut terdapat enam (6)

aspek yang menjadi kewenangan baik oleh pemerintah, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota, yaitu aspek: kebijakan, pembiayaan, kurikulum, sarana

dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, dan pengendalian mutu dalam

penyelenggaraan RSBI/SBI. Secara substansi, apa-apa yang diserahkan dari

pemerintah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi pada dasarnya

adalah isi dari setiap aspek dari enam aspek tersebut. Sebelum pelaksanaan serah

terima kewenangan, maka diharapkan terlebih dahulu terselenggara koordinasi dan

musyawarah antara pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah

kabupaten/kota. Koordinasi ini penting dilakukan untuk saling memahami, saling

menyepakati, dan saling mendukung terhadap isi-isi dan mekanisme yang akan

dilakukan dalam diserahterimakan.

Untuk memberikan gambaran dan pemahaman tentang isi tiap aspek dalam

penyerahan kewenangan ini, maka di bawah ini dijelaskan tentang kewenangan

pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota secara lebih rinci untuk

tiap aspek tersebut beserta contoh berita acaranya.

I. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG

KEBIJAKAN SUB-SUB BIDANG KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN STANDAR DALAM

PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN

SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Melakukan kajian dan pemahaman bersama-sama dengan unsur legislatif

daerah tentang regulasi dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan

penyelenggaraan RSBI/SBI SMP sebagaimana tercantum dalam Bab Dasar

Hukum di atas, khususnya tentang: UUSPN No 20/2003, Peraturan Pemerintah

Page 165: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 159

Nomor 19/2005, Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007, Peraturan Pemerintah

Nomor 48/2008, dan Permendiknas yang mengatur SNP.

2. Menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan pendidikan tingkat provinsi

3. Menetapkan kebijakan tentang koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah

daerah kabupaten/kota dalam hal kebijakan operasional dan program

pendidikan antar kabupaten/kota terhadap penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

4. Menetapkan kebijakan operasional pendidikan tingkat provinsi sesuai dengan

kewenangan tentang penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

5. Menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan RSBI, baik yang dirintis

oleh pemerintah pusat) maupun oleh pemerintah daerah kabupaten/kota,

6. Menetapkan kebijakan operasional tentang serah terima penyelenggaraan

RSBI/SBI SMP dari kabupeten/kota kepada pemerintah daerah provinsi

7. Membuat dan menetapkan perencanaan strategis penyelenggaraan pendidikan

dasar, khususnya penyelenggaraan RSBI/SBI SMP pada tingkat provinsi dan

mengupayakan tiap kab/kota terselenggara satu buah SMP RSBI atau SBI oleh

provinsi sesuai dengan perencanaan strategis pendidikan nasional

8. Membuat dan menetapkan perencanaan penjaminan mutu pendidikan dasar

khususnya RSBI/SBI SMP untuk memenuhi standar nasional, dalam aspek-

aspek SNP (8 aspek) sesuai dengan kemampuan daerah dan dituangkan dalam

perencanaan pendidikan daerah provinsi sesuai dengan perencanaan strategis

pendidikan nasional

9. Menetapkan semua kebijakan penyelenggaraan pendidikan di atas (point 2

sampai dengan 8) dalam bentuk Peraturan Daerah Bidang Pendidikan

Pemerintah daerah provinsi

10. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah

kabupaten/kota dalam hal pelaksanaan kebijakan operasional dan program

pendidikan antar kabupaten/kota tentang penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

11. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam

penyerahan urusan/kewenangan pengelolaan dan penyelenggaraan RSBI SMP,

baik mengenai substansi maupun tanggungjawab/kewenangan masing-masing

12. Melaksanakan serah terima penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan

RSBI/SBI SMP dari pemerintah daerah kabupaten/kota kepada pemerintah

daerah provinsi (format Berita Acara lihat contoh)

13. Melaksanakan sosialisasi pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja

Kunci Minimal/IKKM) dan pemenuhan dimensi-dimensi keinternasionalan

(Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) pada RSBI/SBI SMP

14. Melaksanakan pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci

Minimal atau IKKM) pada RSBI/SBI SMP

15. Melaksanakan koordinasi atas pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan,

pengembangan tenaga kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan

pendidikan lintas kabupaten/kota, untuk RSBI/SBI SMP sesuai pedoman yang

ditetapkan pemerintah

16. Melaksanakan koordinasi dengan kabupaten/kota dalam pengelolaan dan

penyelenggaraan penyiapan sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau

disebut RSBI

17. Menyelenggarakan dan/atau mengelola RSBI dan SBI SMP tiap kabupaten/kota

Page 166: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 160

18. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP sesuai kewenangannya,

dengan mengacu pada kebijakan, konsep, kriteria, dan standar evaluasi yang

disusun pusat serta berpedoman kepada perangkat instrumen yang disusun

pusat

19. Membantu melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP yang

dilaksanakan oleh pusat

20. Melaksanakan supervise RSBI/SBI SMP yang menjadi kewenangannya dan

membantu pusat dalam melaksanakan hal yang sama

21. Membuat pelaporan hasil monitoring dan evaluasi RSBI/SBI SMP kepada

pemerintah pusat

22. Mengembangkan sistem informasi manajemen pendidikan tingkat provinsi,

termasuk RSBI/SBI SMP

23. Melaksanakan peremajaan data RSBI/SBI SMP dalam sistem infomasi

manajemen pendidikan untuk tingkat provinsi

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Melakukan kajian dan pemahaman bersama-sama dengan unsur legislatif

daerah tentang regulasi dan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan

penyelenggaraan RSBI/SBI SMP sebagaimana tercantum dalam Bab Dasar

Hukum di atas, khususnya tentang: UUSPN No 20/2003, Peraturan Pemerintah

Nomor 19/2005, Peraturan Pemerintah Nomor 38/2007, Peraturan Pemerintah

Nomor 48/2008, dan Permendiknas yang mengatur SNP.

2. Menetapkan kebijakan umum penyelenggaraan pendidikan tingkat

kabupaten/kota

3. Menetapkan kebijakan tentang koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah

daerah provinsi dalam hal kebijakan operasional dan program pendidikan

terhadap penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

4. Menetapkan kebijakan operasional pendidikan tingkat kab/kota sesuai dengan

kewenangan tentang penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP

5. Menetapkan kebijakan operasional penyelenggaraan RSBI, yang dirintis oleh

pemerintah daerah kabupaten/kota

6. Menetapkan kebijakan operasional tentang serah terima penyelenggaraan

RSBI/SBI SMP dari kabupeten/kota kepada pemerintah daerah provinsi

7. Membuat dan menetapkan perencanaan strategis pendidikan dasar dan

menyiapkan sekolah menjadi RSBI minimal satu SMP sebelum diserahkan

kepada pemerintah daerah provinsi, sesuai dengan kebijakan pendidikan

provinsi dan pusat

8. Membuat dan menetapkan perencanaan penjaminan mutu pendidikan dasar

khususnya RSBI/SBI SMP untuk memenuhi standar nasional, dalam aspek-

aspek SNP (8 aspek) sesuai dengan kemampuan daerah dan dituangkan dalam

perencanaan pendidikan daerah sesuai dengan perencanaan strategis

pendidikan provinsi dan nasional

9. Menetapkan semua kebijakan penyelenggaraan pendidikan di atas (point 2

sampai dengan 8) dalam bentuk Peraturan Daerah Bidang Pendidikan

Pemerintah daerah kabupaten/kota

Page 167: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 161

10. Melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi dengan pemerintah daerah provinsi

dalam hal pelaksanaan kebijakan operasional dan program pendidikan tentang

penyelenggaraan RSBI/SBI SMP

11. Melaksanakan koordinasi dengan pemerintah daerah provinsi dalam

penyerahan urusan/kewenangan pengelolaan dan penyelenggaraan RSBI SMP,

baik mengenai substansi maupun tanggungjawab/kewenangan masing-masing

12. Melaksanakan serah terima penyelenggaraan RSBI/SBI SMP dari pemerintah

daerah kabupaten/kota kepada pemerintah daerah provinsi (lihat contoh

Berita Acara)

13. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan sosialisasi

pemenuhan minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal/IKKM) dan

pemenuhan dimensi-dimensi keinternasionalan (Indikator Kinerja Kunci

Tambahan (IKKT) pada RSBI/SBI SMP

14. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan pemenuhan

minimal 8 aspek SNP (Indikator Kinerja Kunci Minimal atau IKKM) pada

RSBI/SBI SMP

15. Melaksanakan koordinasi dengan provinsi dalam membantu pengelolaan dan

penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI SMP, pengembangan tenaga

kependidikan dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan RSBI/SBI

SMP sesuai kewenangan dan kemampuan daerah kab/kota sesuai pedoman

pngelolaan dan penyelenggaraan dari provinsi dan pusat

16. Melaksanakan koordinasi dengan provinsi dalam pengelolaan dan

penyelenggaraan penyiapan sekolah yang dikembangkan menjadi SBI atau

disebut RSBI

17. Menyelenggarakan dan atau mengelola RSBI dan SBI Sekolah Dasar dan

membantu penyelenggaraan dan atau pengelolaan RSBI dan SBI SMP sesuai

kemampuan daerah

18. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi RSBI/SBI SMP sekolah dasar

19. Membantu menyiapkan RSBI/SBI SMP yang akan dilakukan pemantauan dan

evaluasi oleh provinsi dan/atau pusat

20. Membantu pemerintah daerah provinsi/pusat dalam pelaksanaan supervise

RSBI/SBI SMP

21. Membuat pelaporan hasil monitoring dan evaluasi RSBI/SBI SMP kepada

pemerintah pusat sesuai kewenangannya

22. Mengembangkan sistem informasi manajemen pendidikan tingkat

kabupaten/kota, termasuk RSBI dan SBI

23. Melaksanakan peremajaan data RSBI/SBI SMP dalam sistem infomasi

manajemen pendidikan untuk tingkat kabupaten/kota

II. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG

PEMBIAYAAN DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH

DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

Page 168: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 162

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Menyediakan bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional

sesuai kewenangannya, termasuk RSBI dan SBI SMP yang dituangkan dalam

RAPBD provinsi

2. Memberikan biaya investasi baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan

aset fisik dibiayai melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai

peraturan perundang-undangan sampai terpenuhi SNP dan IKKT (Indikator

Kinerja Kunci Tambahan) , khususnya bagi RSBI/SBI SMP

3. Memberikan biaya investasi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi

sumberdaya manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik

dibiayai melalui belanja pegawai dan/atau belanja barang sesuai peraturan

perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP

4. Memberikan biaya pengeluaran operasi personalia dibiayai melalui belanja

pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya

bagi RSBI/SBI SMP.

5. Memberikan biaya pengeluaran operasi nonpersonalia dibiayai melalui belanja

barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya

bagi RSBI/SBI SMP

6. Memberikan biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam

bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan,

khususnya bagi RSBI/SBI SMP

7. Mengalokasikan biaya pendidikan dalam anggaran Pemerintah daerah yang

sesuai dengan sistem penganggaran dalam peraturan perundang-undangan,

khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah/pemerintah

daerah

8. Memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk

pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan pemerintah

9. Memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang diperlukan untuk

pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan pendidikan RSBI dan

SBI yang diselenggarakan pemerintah provinsi

10. Memberikan biaya investasi di atas biaya investasi selain lahan RSBI/SBI SMP

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi

11. Memberikan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang diperlukan untuk

pemenuhan rencana pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan Pemerintah

12. Memberikan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah daerah

provinsi, khususnya RSBI/SBI SMP

13. Memberikan biaya investasi selain lahan untuk kantor penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP

14. Memberikan biaya personalia PNS, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang

dialokasikan dalam RAPBD

15. Memberikan biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan, khususnya bagi

RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam RAPBD

16. Membantu memberikan pendanaan tentang biaya personalia bukan PNS,

Page 169: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 163

khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang dialokasikan dalam RAPBD

17. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang

diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program

pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah

18. Memberikan pendanaan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang

diselenggarakan pemerintah daerah.

19. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan

untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan

RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah dan pemda provinsi sendiri serta

dimasukkan dalam RAPBD

20. Memberikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan yang

merupakan biaya penyelenggaran dan/atau pengelolaan pendidikan baik biaya

investasi (lahan dan selain lahan pendidikan) maupun biaya operasi yang terdiri

atas biaya personalia dan biaya nonpersonalia pada RSBI dan SBI

21. Memberikan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan

pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

22. Memberikan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau pengelolaan

pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

23. Memberikan bantuan biaya pendidikan (biaya pendidikan mencakup sebagian

atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk

biaya pribadi peserta didik) atau beapeserta didik (mencakup sebagian atau

seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik, termasuk biaya

pribadi peserta didik) kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak

mampu membiayai pendidikannya dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

24. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan

pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan RSBI dan

SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

25. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain lahan yang

diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI

yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

26. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang diperlukan

untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

27. Memberikan bantuan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang

diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

28. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan

untuk pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan

masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD provinsi

29. Membuat perencanaan anggaran pendidikan yang sejalan dengan: rencana

pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka menengah;

rencana kerja Pemerintah; dan rencana strategis pendidikan nasional dan

provinsi

30. Membuat rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan yang

dituangkan dalam RAPBD provinsi sesuai peraturan perundang-undangan.

31. Menjalankan penggunaan dana pendidikan dilaksanakan melalui sistem anggaran

Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Page 170: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 164

32. Melaksanakan pembukuan realisasi penerimaan dan pengeluaran dana

pendidikan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku

33. Melaksanakan pengawasan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

34. Melaksanakan pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana pendidikan dalam

rangka pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan

35. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

36. Mewujudkan anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada

sektor pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun

anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari

belanja daerah provinsi.

37. Memberikan dana pendidikan diberikan kepada RSBI dan SBI dalam bentuk hibah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

38. Menyediakan bantuan biaya PHB, evaluasi, akreditasi, dan pengendalian mutu

RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan pemerintah daerah provinsi

39. Mengijinkan RSBI/SBI SMP untuk memungut biaya pendidikan dari peserta didik,

ortu/wali berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah dan Rencana

Kegiatan dan Anggaran Sekolah, secara transparan, dalam rekening sekolah,

bukan dari orang tidak mampu, menerapkan subsidi silang, tidak dikaitkan

dengan syarat akademik, untuk peningkatan mutu pendidikan minimal 20%, tidak

untuk komite sekolah, melibatkan akuntan publik.

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Membantu penyediaan biaya penyelenggaraan dan pengelolaan RSBI/SBI SMP

sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

2. Membantu biaya Investasi baik lahan maupun selain lahan, yang menghasilkan

aset fisik dibiayai melalui belanja modal dan/atau belanja barang sesuai

peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai

kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

3. Membantu biaya Investasi untuk meningkatkan kapasitas dan/atau kompetensi

sumberdaya manusia dan investasi lain yang tidak menghasilkan aset fisik

dibiayai melalui belanja pegawai dan/atau belanja barang sesuai peraturan

perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah

yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

4. Membantu biaya pengeluaran operasi personalia dibiayai melalui belanja

pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya

bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD

kab/kota

5. Membantu biaya pengeluaran operasi nonpersonalia dibiayai melalui belanja

barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan, khususnya

bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD

kab/kota

6. Membantu biaya investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam

Page 171: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 165

bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan,

khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan

dalam RAPBD kab/kota

7. Mengalokasikan biaya pendidikan dalam anggaran sesuai dengan sistem

penganggaran dalam peraturan perundang-undangan, khususnya bagi RSBI/SBI

SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

8. Membantu Investasi di atas biaya investasi lahan bagi RSBI/SBI SMP yang

diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pusat SMP sesuai

kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

9. Membantu memberikan tambahan di atas biaya investasi lahan yang

diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan program atau satuan

pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan pemerintah dan pemerintah

daerah provinsi SMP sesuai kemampuan daerah yang dituangkan dalam RAPBD

kab/kota

10. Memberikan biaya Investasi di atas biaya investasi selain lahan RSBI/SBI SMP

yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi sesuai kemampuan

daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

11. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain

lahan yang diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan

pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah sesuai kemampuan

daerah yang dituangkan dalam RAPBD kab/kota

12. Membantu memberikan biaya investasi lahan untuk kantor penyelenggaraan

dan/atau pengelolaan pendidikan dialokasikan dalam anggaran Pemerintah

daerah kab/kota, khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah

dituangkan dalam RAPBD kab/kota

13. Membantu memberikan biaya investasi selain lahan untuk kantor

penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan, khususnya bagi RSBI/SBI

SMP sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota

14. Memberikan biaya personalia PNS yang dialokasikan dalam RAPBD, khususnya

bagi RSBI/SBI SMP yang tidak diserahkan ke pemerintah provinsi

15. Memberikan biaya personalia penyelenggaraan dan pengelolaan yang

dialokasikan dalam RAPBD, khususnya bagi RSBI/SBI SMP yang tidak diserahkan

ke pemerintah provinsi

16. Memberikan biaya personalia bukan PNS yang dialokasikan dalam RAPBD,

khususnya bagi RSBI/SBI SMP sesuai kemampuan daerah yang tidak diserahkan

ke pemerintah provinsi

17. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang

diperlukan untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program

pendidikan RSBI dan SBI yang diselenggarakan Pemerintah dan provinsi sesuai

kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota

18. Membantu memberikan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang

diselenggarakan pemerintah daerah provinsi sesuai kemampuan daerah

dituangkan dalam RAPBD kab/kota

19. Membantu pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia yang diperlukan

untuk pemenuhan rencana pengembangan satuan atau program pendidikan

RSBI/SBI SMP yang diselenggarakan pemerintah dan pemda provinsi serta

dimasukkan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

Page 172: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 166

20. Membantu memberikan biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan

pendidikan yang merupakan biaya penyelenggaran dan/atau pengelolaan

pendidikan baik biaya investasi (lahan dan selain lahan pendidikan) maupun

biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan biaya nonpersonalia pada

RSBI dan SBI sesuai kemampuan daerah dituangkan dalam RAPBD kab/kota

21. Membantu memberikan biaya personalia kantor penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan

daerah

22. Memberikan biaya nonpersonalia kantor penyelenggaraan dan/atau

pengelolaan pendidikan dan dialokasikan dalam RAPBD RAPBD sesuai

kemampuan daerah

23. Membantu memberikan bantuan biaya pendidikan (biaya pendidikan

mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung

peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) atau beapeserta didik

(mencakup sebagian atau seluruh biaya pendidikan yang harus ditanggung

peserta didik, termasuk biaya pribadi peserta didik) kepada peserta didik yang

orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya dan

dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

24. Memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi lahan satuan

pendidikan yang diperlukan untuk mengembangkan satuan pendidikan RSBI

dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD

sesuai kemampuan daerah

25. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya investasi selain

lahan yang diperlukan untuk pengembangan satuan atau program pendidikan

RSBI dan SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD

sesuai kemampuan daerah

26. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya personalia yang

diperlukan untuk mengembangkan satuan atau program pendidikan RSBI dan

SBI yang diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai

kemampuan daerah

27. Memberikan bantuan biaya nonpersonalia satuan pendidikan yang

diselenggarakan penyelenggara atau satuan pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai

kemampuan daerah

28. Membantu memberikan pendanaan tambahan di atas biaya nonpersonalia

yang diperlukan untuk pengembangan satuan pendidikan RSBI dan SBI yang

diselenggarakan masyarakat dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai

kemampuan daerah

29. Membuat perencanaan anggaran pendidikan yang sejalan dengan: rencana

pembangunan jangka panjang; rencana pembangunan jangka menengah;

rencana kerja Pemerintah dan provinsi; dan rencana strategis pendidikan

nasional dan dan dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

30. Membuat rencana tahunan penerimaan dan pengeluaran dana pendidikan

yang dituangkan dalam RAPBD sesuai sesuai kemampuan daerah

31. Menjalankan penggunaan dana pendidikan dilaksanakan melalui sistem

anggaran Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

32. Melaksanakan pembukuan realisasi penerimaan dan pengeluaran dana

Page 173: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 167

pendidikan dan dilaporkan sesuai standar akuntansi yang berlaku

33. Membantu melaksanakan pengawasan penerimaan dan penggunaan dana

pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

34. Membantu melaksanakan pemeriksaan penerimaan dan penggunaan dana

pendidikan dalam rangka pengawasan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan

35. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana pendidikan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

36. Mewujudkan anggaran belanja untuk melaksanakan fungsi pendidikan pada

sektor pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahun

anggaran sekurang-kurangnya dialokasikan 20% (dua puluh perseratus) dari

belanja daerah kab/kota

37. Membantu memberikan dana pendidikan diberikan kepada RSBI dan SBI dalam

bentuk hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

38. Membantu menyediakan bantuan biaya PHB, evaluasi, akreditasi, dan

pengendalian mutu RSBI/SBI SMP sesuai kewenangan pemerintah daerah dan

dialokasikan dalam RAPBD sesuai kemampuan daerah

39. Mengijinkan RSBI/SBI SMP untuk memungut biaya pendidikan dari peserta

didik, ortu/wali berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah dan Rencana

Kegiatan dan Anggaran Sekolah, secara transparan, dalam rekening sekolah,

bukan dari orang tidak mampu, menerapkan subsidi silang, tidak dikaitkan

dengan syarat akademik, untuk peningkatan mutu pendidikan minimal 20%,

tidak untuk komite sekolah, melibatkan akuntan publik.

III. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG

KURIKULUM DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH PEMERINTAH

DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Melaksanakan koordinasi dan supervisi KTSP RSBI dan SBI

2. Melaksanakan sosialisasi kerangka dasar dan struktur kurikulum RSBI dan SBI

3. Melaksanakan sosialisasi dan implementasi standar isi dan standar kompetensi

lulusan RSBI/SBI SMP

4. Membantu mengembangkan model kurikulum RSBI dan SBI

5. Membantu sosialisasi dan fasilitasi implementasi kurikulum RSBI dan SBI

6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum RSBI dan SBI

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Membantu provinsi/pemerintah pusat melaksanakan supervisi KTSP RSBI dan

SBI

2. Membantu provinsi/ pemerintah pusat melaksanakan sosialisasi kerangka dasar

dan struktur kurikulum RSBI dan SBI

Page 174: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 168

3. Membantu provinsi/ pemerintah pusat melaksanakan sosialisasi dan

implementasi standar isi dan standar kompetensi lulusan RSBI/SBI SMP

4. Membantu provinsi/ pemerintah pusat mengembangkan model kurikulum RSBI

dan SBI

5. Membantu provinsi/ pemerintah pusat sosialisasi dan fasilitasi implementasi

kurikulum RSBI dan SBI

6. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam pengawasan pelaksanaan

kurikulum RSBI dan SBI

IV. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG

SARANA DAN PRASARANA DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH

PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH

DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan

prasarana baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI

2. Melakukan pengawasan terhadap pendayagunaan bantuan sarana dan

prasarana pendidikan baik untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI

3. Melaksanakan pengawasan penggunaan buku pelajaran RSBI dan SBI

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan

terhadap pemenuhan standar nasional sarana dan prasarana baik untuk

SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI

2. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melakukan pengawasan

terhadap pendayagunaan bantuan sarana dan prasarana pendidikan baik

untuk SNP maupun IKKT pada RSBI dan SBI

3. Membantu provinsi/ pemerintah pusat dalam melaksanakan pengawasan

penggunaan buku pelajaran RSBI dan SBI

V. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP

OLEH PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH

DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Merencanakan sesuai kebutuhan dan pengadaan pendidik dan tenaga

kependidikan RSBI/SBI SMP dan mengangkat dan menempatkan pendidik

dan tenaga kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP

Page 175: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 169

2. Melaksanakan pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga

kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP

3. Melaksanakan pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS antar

kabupaten/kota dan untuk RSBI/SBI SMP

4. Melaksanakan peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan

pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP

5. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan SDM RSBI/SBI SMP dan

membantu yang dilakukan oleh pemerintah pusat

6. Menghentikan pendidik dan tenaga kependidikan bagi RSBI/SBI SMP

dengan seijin pemerintah pusat

7. Membantu dalam penyiapan sertifikasi pendidik

8. Melaksanakan pemetaan dan pengalokasian tenaga potensial pendidik dan

tenaga kependidikan di daerah pada tingkat provinsi

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Membantu menyiapkan kebutuhan dan pengadaan pendidik dan tenaga

kependidikan RSBI/SBI SMP

2. Koordinasi dengan provinsi dalam pengangkatan dan penempatan

pendidik dan tenaga kependidikan PNS untuk RSBI/SBI SMP

3. Membantu pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan PNS antar

sekolah/kab/kota yang dilakukan provinsi untuk RSBI/SBI SMP atas seijin

pemerintah pusat

4. Membantu peningkatan kesejahteraan, penghargaan, dan perlindungan

pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP oleh provinsi

5. Membantu pelaksanaan pembinaan dan pengembangan SDM RSBI/SBI

SMP oleh provinsi dan pemerintah pusat

6. Koordinasi dengan provinsi dalam menghentikan pendidik dan tenaga

kependidikan bagi pendidik dan tenaga kependidikan RSBI/SBI SMP atas

ijin pemerintah pusat

7. Membantu dalam penyiapan sertifikasi pendidik

8. Membantu provinsi dalam melaksanakan pemetaan dan pengalokasian

tenaga potensial pendidik dan tenaga kependidikan di kab/kota

VI. IMPLEMENTASI URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN SUB BIDANG

PENGENDALIAN MUTU DALAM PENYELENGGARAAN RSBI/SBI SMP OLEH

PEMERINTAH DAERAH TERKAIT DENGAN SERAH TERIMA DARI PEMERINTAH

DAERAH KABUPATEN/KOTA KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

A. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI:

1. Penilaian Hasil Belajar

a. Membantu pelaksanaan UN dan ujian akhir bertaraf internasional SMP

b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi

pelaksanaan ujian sekolah skala provinsi

c. Menyediakan biaya penyelenggaraan ujian sekolah skala provinsi

Page 176: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 170

2. Evaluasi

a. Melaksanakan evaluasi terhadap pengelola dan penyelenggaraan

RSBI/SBI SMP (kinerja sekolah) pada skala provinsi

b. Membantu pemerintah pusat melaksanakan evaluasi nasional RSBI dan

SBI pada skala provinsi khususnya pencapaian IKKM dan IKKT SMP

c. Melaksanakan evaluasi pencapaian pemenuhan SNP (IKKM) RSBI/SBI

SMP serta IKKT-nya sekaligus pada skala provinsi

3. Akreditasi

a. Membantu pencapaian akreditasi nasional dan internasional

b. Membantu penyiapan RSBI dan SBI untuk akreditasi

nasional/internasional

4. Penjaminan Mutu

a. Menjabarkan dan mengoperasionalkan penjaminan mutu RSBI dan SBI

di provinsi

b. Melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI/SBI SMP dalam penjaminan

mutu untuk memenuhi standar internasional

c. Membantu pemerintah pusat dalam melaksanakan supervisi dan

fasilitasi RSBI/SBI SMP dalam penjaminan mutu untuk memenuhi

standar internasional

d. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan dan dampak penjaminan mutu

satuan pendidikan skala provinsi, khususnya dari RSBI/SBI SMP

B. KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA:

1. Penilaian Hasil Belajar

a. Membantu pelaksanaan UAN dan ujian akhir bertaraf internasional

SMP

b. Melaksanakan koordinasi, fasilitasi, monitoring, dan evaluasi dengan

provinsi dalam pelaksanaan ujian sekolah RSBI/SBI dalam skala

kab/kota

c. Menganggarkan biaya US skala kab/kota untuk membantu RSBI/SBI

SMP

2. Evaluasi

a. Membantu provinsi dalam melaksanakan evaluasi terhadap pengelola

dan penyelenggaraan RSBI/SBI SMP (kinerja sekolah)

b. Membantu pemerintah daerah provinsi dalam melaksanakan evaluasi

nasional RSBI dan SBI yang dilaksanakan oleh provinsi/ pemerintah

pusat dalam pencapaian IKKM dan IKKT SMP

3. Akreditasi

a. Membantu pencapaian akreditasi nasional dan internasional

b. Membantu penyiapan RSBI dan SBI untuk akreditasi

nasional/internasional

4. Penjaminan Mutu

a. Membantu supervisi dan fasilitasi pemenuhan SNP (IKKM) RSBI/SBI

SMP yang dilaksanakan pemerintah pusat dan provinsi

b. Membantu melaksanakan supervisi dan fasilitasi pemenuhan IKKT

Page 177: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 171

RSBI/SBI SMP yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan provinsi

c. Membantu melaksanakan supervisi dan fasilitasi RSBI dan SBI dalam

penjaminan mutu untuk memenuhi standar internasional di kab/kota

yang dilakukan provinsi dan pemerintah pusat

d. Melaksanakan supervisi dan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan

berbasis keunggulan lokal dalam penjaminan mutu yang

diselenggarakan oleh RSBI/SBI SMP

e. Membantu melakukan evaluasi dalam pelaksanaan dan dampak

penjaminan mutu RSBI/SBI SMP di kabupaten/kota

Untuk selanjutnya dilakukan serah terima tersebut, dengan Berita Acara Serah Terima

Penyelenggaraan RSBI/SBI dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada

Pemerintah Daerah Provinsi. Adapun contoh format, sistematika, dan isi Berita Acara

tersebut dapat dilihat dalam lampiran-1.

Langkah-langkah serah terima RSBI/SBI adalah sebagai berikut:

a. Pihak pertama dan pihak kedua secara bersama-sama memahami tentang

kewenangan masing-masing berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku;

b. Pihak pertama melakukan kajian lapangan dan perencanaan ke depan tentang

kondisi sekolah menyangkut ketenagaan, sumber daya sarana dan prasarana,

pendanaan pendidikan, dan lainnya serta pemetaan sekolah di daerahnya;

c. Pihak pertama melakukan koordinasi internal untuk membahas dan

menentukan sikap tentang apa saja yang diserahkan oleh pihak pertama kepada

pihak kedua dengan segala konsekuensi yang ada;

d. Pihak kedua melakukan konsolidasi internal untuk menerima peserahan dari pihak

pertama;

e. Pihak pertama dan kedua melakukan koordinasi dan musyawarah bersama

tentang apa saja yang akan diserahkan pihak pertama kepada pihak kedua

(isinya), dan sekaligus tentang format dan mekanisme serah terima yang akan

dilakukan untuk disepakati;

f. Pihak kedua melakukan peninjauan lapangan (pembuktian) terhadap apa saja

yang akan diserahkan oleh pihak pertama;

g. Pihak kedua melakukan persiapan-persiapan yang melibatkan berbagai pihak

untuk menerima penyerahan dari pihak pertama;

h. Pihak pertama dan kedua melakukan serah terima.

Catatan:

Idealnya serah terima dilaksanakan sekali atau tidak bertahap, kecuali terdapat

hal-hal khusus yang menurut pihak pertama dan kedua perlu untuk dilakukan

serah terima secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.

Page 178: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 179: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 173

BAB IX

PENGGUNAAN DANA BANTUAN (SUBSIDI) PEMERINTAH

A. Latar Belakang

Sebagai konsekuensi dari penyelenggaraan RSBI ini salah satunya adalah pemenuhan

IKKM dan IKKT tentang biaya pendidikan bertaraf internasional. Sebagai RSBI dituntut

untuk mampu memenuhi semua aspek pendidikan bertaraf internasional, yaitu aspek

standar kompetensi lulusan, kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan,

dan sistem penilaian. Untuk memenuhi kepentingan semua itu, maka konsekuensinya

adalah dengan menyedikan biaya yang cukup tinggi, baik oleh sekolah, komite sekolah,

daerah, pusat, dan lainnya. Ada dua hal yang ditempuh untuk dapat segera

diselenggarakannya RSBI di setiap daerah, yaitu pertama melaksanakan rintisan SBI

secara bertahap dan berkelanjutan, dan kedua adalah secara bersama-sama antara

pemerintah pusat, propinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat untuk bertanggung jawab

dalam pembiayaan RSBI ini. Dengan pola sharing dana RSBI ini, maka diharapkan

akselerasi penyelenggaraan RSBI akan makin cepat, sehingga dapat dipergunakan

sebagai model bagi sekolah lain di setiap daerah.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk tahapan rintisan SBI ini

adalah dengan memberikan dana bantuan kepada sekolah yang ditetapkan sebagai

rintisan SBI. Dana bantuan tersebut adalah dana persiapan RSBI dan dana

penyelenggaraan RSBI. Dana persiapan RSBI adalah sejumlah dana yang dipergunakan

untuk mempersiapakan segala sesuatunya di sekolah sebelum menyelenggarakan RSBI,

sedangkan dana penyelenggaraan adalah sejumlah dana yang dipergunakan untuk

melaksanakan RSBI. Semua dana tersebut sifatnya hanya pancingan dan sementara,

sehingga sangat diperlukan adanya tambahan bantuan lain dari komite sekolah dan

pemerintah daerah. Oleh karena itu, dipandang sangat penting disusunnya panduan

penggunaan dana tersebut agar dapat dipergunakan secara optimal dan efisien oleh

setiap penyelenggara rintisan SBI di daerah.

B. Tujuan Umum

Tujuan umum disusunnya panduan penggunaan dana ini adalah agar Kepala Sekolah dan

jajarannya, Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota, dan pihak-

pihak lain yang terkait setelah membaca dan memahami panduan ini dapat:

1. mengalokasikan dana bantuan secara proporsional pada aspek-aspek pendidikan

sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-masing, seperti untuk

pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan, kurikulum, PBM, SDM,

fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian yang semuanya bertaraf

internasional, baik untuk bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan

penyelenggaraan rintisan SBI;

2. menggunakan dana bantuan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien dan

sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik untuk bantuan dana

bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI;

Page 180: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 174

3. wajib mencari solusi tambahan dana untuk menjalankan program dan kegiatan

sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian kerjasama yang

telah disepakati, baik untuk penambahan bantuan dana bantuan persiapan maupun

dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI;

4. mempertanggungjawabkan penggunaan dana secara benar, transparan, akuntabel,

kontinyu, dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, baik untuk

bantuan dana bantuan persiapan maupun dana bantuan penyelenggaraan rintisan

SBI;

5. mendorong semua pihak untuk secara terus menerus mengupayakan ketersediaan

dana tiap tahun sesuai dengan kebutuhan sekolah sebagai rintisan SBI, mengingat

dalam tahun tertentu bantuan dari pusat akan dihentikan.

C. Dasar Hukum

Sebagai dasar hukum penggunaan dana bantuan rintisan SBI ini antara lain adalah:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Negara;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan

Negara;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. Kepres RI Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pelaksanaan APBN yang telah dirubah

dengan Kepres RI Nomor 72 Tahun 2004;

5. Kepmen Keuangan Nomor 331/M/V/9/1968 tentang Pedoman Bagi Pegawai yang

diberi tugas melakukan Pemeriksaan umum Kas pada para Bendahara/Pemegang

Kas;

6. Kepmen Keuangan Nomor 332/M/V/9/1968 tentang Buku Kas Umum dan Cara

Mengerjakannya;

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1965 Tentang Pembentukan BPK.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan.

9. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI pada Jenjang

Pendidikan Dasar dan Menengah

10. Panduan Penggunaan Dana Bantuan RSBI.

D. Sasaran

Adapun sekolah sasaran (SMP) yang ditetapkan sebagai rintisan SBI dan akan

mendapatkan bantuan dana blockgrant RSBI ini adalah sejumlah SMP yang ditetapkan

sebagai Rintisan SBI oleh pemerintah.

E. Penggunaan Dana Bantuan Persiapan RSBI

Untuk melaksanakan sosialisasi sebagai calon RSBI dan untuk mulai mengatasi kondisi

aspek SDM, fasilitas pendidikan dan aspek-aspek lainnya sebelum sekolah

menyelenggarakan rintisan SBI, maka perlu adanya berbagai upaya yang harus dilakukan

oleh semua pihak (pusat, daerah, komite sekolah, dan sekolah), sehingga ketika sekolah

melaksanakan rintisan SBI benar-benar telah siap. Salah satu upaya yang akan dilakukan

oleh pusat (dalam hal ini Direktorat Pembinaan SMP) adalah dengan memberikan dana

bantuan block grant persiapan kepada sekolah persiapan rintisan SBI.

Page 181: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 175

Pengertian persiapan di sini adalah bahwa bagi sekolah-sekolah yang pada akhirnya

ditetapkan sebagai rintisan SBI harus melaksanakan berbagai upaya nyata untuk

mengatasi kekurangan atau kelemahan sekolah ditinjau dari dasar kriteria sekolah

bertaraf internasional pada berbagai aspek pendidikan sebelum benar-benar

melaksanakan rintisan SBI. Hal ini tentu saja akan berbeda upayanya antara satu sekolah

dengan yang lain, mengingat kondisi berbagai aspek pendidikan di sekolah yang

berbeda-beda pula. Semua itu harus dilakukan sebagai langkah persiapan bagi sekolah

rintisan SBI.

Strategi, cakupan, dan cara-cara untuk melaksanakan persiapan ini disesuaikan dengan

kondisi dan potensi sekolah, dengan memberdayakan potensi sumber daya sekolah dan

komite sekolah serta daerah (Dinas Pendidikan Propinsi dan Kabupaten/Kota).

Keterlibatan stakeholder ini sangat penting mengingat kemungkinan banyak hal yang

harus diatasi, sehingga memerlukan biaya yang banyak pula. Peran mereka dapat

berupa memberikan bantuan pemikiran, dana, tenaga serta bantuan lain sesuai

kebutuhan sekolah masing-masing. Kurun waktu efektif bagi sekolah untuk

melaksanakan program dan kegiatan persiapan ini minimal satu tahun.

Khusus dalam rangka menyiapkan sekolah rintisan SBI ini, maka Direktorat Pembinaan

SMP akan memberikan dana bantuan block grant secara khusus. Dana bantuan jenisnya

ada dua, yaitu pertama dana bantuan persiapan, dipergunakan untuk sosialisasi dan

untuk mengembangkan aspek-aspek pendidikan seperti pembuatan SKL standar

internasional, kebutuhan PBM standar internasional, SDM standar internasional,

fasilitas standar internasional, manajemen sekolah dengan standar internasional,

penggalian sumber dana, dan penyiapan sistem penilaian yang bertaraf internasional.

Spesifikasi, jumlah, dan jenis kegiatan/fasilitas yang akan dipenuhi oleh sekolah

diserahkan sepenuhnya kepada sekolah menurut kondisi dan kebutuhan tiap sekolah;

kedua dana bantuan multi media, yaitu dipergunakan secara khusus untuk melengkapi

fasilitas multi media laboratorium bahasa dengan komputer. Secara khusus pula,

spesifikasi multi media laboratorium bahasa dengan komputer ini sudah ditetapkan oleh

pusat (sekolah tidak diperkenankan merubah atau menggantinya). Dengan berbagai

upaya persiapan tersebut di atas, maka diharapkan ketika sekolah akan melaksanakan

rintisan SBI telah memiliki tingkat kesiapan yang optimal.

1. Tujuan Khusus Kegiatan Persiapan Sekolah Rintisan SBI

Adapun yang menjadi tujuan khusus diselenggarakannya kegiatan persiapan

sebelum melaksanakan rintisan SBI adalah:

a. Untuk melaksanakan sosialisasi oleh Dit. PSMP kepada sekolah atau pihak

lain yang terkait melalui workshop yang diselenggarakan oleh Dit. PSMP;

b. Untuk melaksanakan sosialisasi tentang sekolah ditetapkan sebagai rintisan

SBI kepada semua stakeholder (komite sekolah/orang tua siswa, Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota dan Propinsi, Anggota DPRD, Dewan Pendidikan,

Bappeda, dan sebagainya).

c. Untuk mengatasi berbagai kekurangan/kelemahan sekolah dalam hal aspek

pendidikan, yaitu aspek SKL, kurikulum, PBM, SDM, manajemen, fasilitas,

Page 182: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 176

pembiayaan, dan penilaian, yang semuanya dipersiapkan mengarah kepada

bertaraf internasional.

d. Untuk mengadakan atau menambah fasilitas multi media laboratorium

bahasa dngan komputer.

e. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lain di sekolah sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan sekolah.

2. Penggunaan Dana Bantuan Persiapan

Penggunaan dana bantuan persiapan ini ditentukan oleh pusat (Dit. PSMP) dan

juga oleh sekolah dengan menganut prinsip-prinsip MBS. Maksudnya adalah

pusat akan menyelenggarakan workshop sosialisasi dengan menggunakan dana

bantuan persiapan ini. Sisanya sekolah diberikan kebebasan untuk mengatur

sendiri kebutuhan sekolah yang akan dibiayai dengan dana bantuan persiapan

ini. Dana bantuan ini bersifat pancingan dan hanya satu kali saja, sehingga semua

kekurangan dana persiapan menjadi tanggungjawab sekolah, komite sekolah dan

daerah. Pengaturan dan kebutuhan sekolah tersebut didasarkan atas kondisi dan

kebutuhan sekolah masing-masing. Secara khsusus tujuan disusunnya panduan

penggunaan dana bantuan persiapan ini adalah setelah Kepala Sekolah dan

warga sekolah beserta Komite Sekolah membaca dan memahami dapat:

a. mengalokasikan dana bantuan persiapan secara proporsional pada aspek-

aspek pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-

masing, seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi

lulusan, kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem

penilaian yang semuanya bertaraf internasional;

b. menggunakan dana bantuan persiapan secara transparan, akuntabel, efektif

dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

c. wajib mencari solusi tambahan dana untuk persiapan menjalankan program

dan kegiatan sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan

perjanjian kerjasama yang telah disepakati;

d. mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan persiapan secara

benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku,;

Program, kegiatan, dan hal-hal pokok lain yang harus diperhatikan dan diprioritaskan

oleh sekolah dalam berbagai program dan kegiatan yang akan dilakukan untuk

persiapan menjadi rintisan SBI ini antara lain:

1. Program dan Kegiatan Sosialisasi

Dalam upaya memperoleh dukungan dari semua stakeholder yang ada, maka

sekolah terlebih dahulu dapat melakukan sosialisasi mengenai berbagai hal,

khsususnya tentang sekolah sebagai rintisan SBI. Strategi sosialisasi ini dapat

dilakukan sendiri atau kerjasama dengan berbagai pihak serta dapat juga dengan

melalui berbagai media cetak dan elektronik.

Page 183: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 177

2. Program Pengembangan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan SKL

internasional ini adalah:

a. Program-program dan kegiatan-kegiatan yang mengupayakan perolehan SKL

internasional baik dari dalam maupun dari luar negeri;

b. Program-program penyusunan dan pembuatan SKL yang bertaraf

internasional dan akan diberlakukan di sekolah;

c. Program-program dan kegiatan untuk menyusun SKL internasional dengan

cara memperluas dan memperdalam cakupan SKL nasional menjadi SKL

internasional;

d. Program dan kegiatan mendokumentasikan SKL internasional di sekolah.

e. Program – program pemenuhan prestasi dan kompetensi tingkat nasional

dan internasional dalam bidang akademik dan non akademik.

f. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-

masing.

3. Program Pengembangan Kurikulum

Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan kurikulum

internasional ini adalah:

a. Program-program yang berupaya untuk mengembangkan atau menjabarkan

kurikulum internasional berdasarkan SKL internasional yang telah ditetapkan

sebelumnya (mengadopsi atau mengembangkan sendiri), yaitu berupa

penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator-indikator

kompetensi, pemetaan kompetensi, penyusunan struktur kurikulum, dan

pengembangan silabus;

b. Program-program untuk membuat atau menyusun RPP tiap mata pelajaran

yang telah ditetapkan dari semua silabus yang ada dan akan dipergunakan

untuk proses pembelajaran selama tiga tahun ajaran;

c. Program pembuatan dokumen kurikulum semua mata pelajaran

internasional beserta perangkat pembelajaran lainnya yang merupakan

bagian dari kurikulum internasional itu sendiri.

d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-

masing.

4. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM)

Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan PBM

bertaraf internasional ini adalah:

a. Program-program yang berupaya untuk membuat dokumen rencana kegiatan

pengelolaan atau manajemen pembelajaran bertaraf internasional di kelas

(kegiatan pengelolaan PBM di kelas/laboratorium/lapangan, kegiatan

remedial-pengayaan-percepatan, kegiatan pengaturan moving kelas, dll);

b. Program-program yang berupa rintisan kegiatan pembelajaran di kelas teori

maupun praktik di laboratorium untuk peningkatan kemampuan guru

mengajar (misalnya IHT atau pendampingan termasuk penggunaan media

pembelajarannya) dengan Bahasa Inggris dan kemampuan PBM lainnya.

Page 184: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 178

c. Program-program yang berupa rintisan pendampingan kepada guru dalam

membuat instrumen penilaian beserta penerapan dan analisisnya atau

penerapan perangkat lunak penilaian yang berbasis komputer atau internet.

d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-

masing.

5. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

a. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi

guru-guru (semua mata pelajaran) sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500

dan mampu menerapkan dalam PBM sesuai dengan bidangnya masing-

masing;

b. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi

kepala sekolah dan jajarannya sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500;

c. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi

karyawan (tenaga TU, laboran, teknisi, dan lainnya) sampai mencapai nilai

TOEFL minimal 400;

d. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan guru dan karyawan

dalam bidang studinya atau latar belakang bidangnya masing-masing sesuai

tuntutan kurikulum internasional;

e. Program dan kegiatan untuk peningkatan manajerial dan kepemimpinan bagi

kepala sekolah dan jajarannya;

f. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan komputer dan

internet bagi semua warga sekolah (kepala sekolah, wakil KS, guru,

karyawan);

g. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan menggunakan ICT

dalam PBM

h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-

masing.

6. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

a. Program dan kegiatan untuk menyusun dan terdokumentasikannya rencana

pengembangan fasilitas bertaraf internasional;

b. Program pengadaan atau pembelian fasilitas pokok sekolah bertaraf/bertaraf

internasional, seperti fasilitas (isinya): laboratorium IPA (Biologi, Fisika-

Kimia), laboratorium komputer (melengkapi komputer dengan pentium 4),

pemasangan atau penyempurnaan jaringan internet yang terpasang lengkap

ke sistem (lab. Komputer, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah,

TU, ruang multi media, dan sebagainya), peralatan media pembelajaran di

kelas internasional (TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll);

c. Program pengadaan atau pembelian fasilitas administrasi sekolah yang

berupa ATK (untuk kesiswaan, tenaga, fasilitas, manajemen sekolah,

penilaian, perkantoran, dll);

d. Program pengadaan fasilitas komputer untuk dipergunakan guru (di ruang

guru), ruang TU, ruang perpustakaan, ruang kelas internasional, ruang pusat

media, ruang OSIS, dan ruang lain yang membutuhkan.

Page 185: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 179

e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-

masing.

7. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

a. Program dan kegiatan untuk menyusun dokumen pengembangan

manajemen sekolah bertaraf internasional yang melibatkan berbagai pihak,

baik untuk jangka pendek maupun menengah/panjang;

b. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi MBS (program atau

kegiatan yang mencerminkan transparansi, akuntabel, dll) baik dalam bentuk

administratif maupun action (misalnya dalam bentuk pelaporan, kerjasama

dengan media masa cetak dan elektronik, dan sebagainya).

c. Program dan kegiatan untuk pendokumentasian berbagai panduan khusus

pengelolaan bertaraf ISO beserta operasional penerapannya dalam berbagai

aspek pendidikan yang berbasis ICT, seperti manajemen aspek: kesiswaan,

fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan

sebagainya.

d. Program dan kegiatan untuk memperoleh jalinan kerjasama dengan sekolah

sederajad yang telah bertaraf internasional dalam bentuk apapun, baik dari

dalam maupun luar negeri dalam bentuk MoU.

e. Program dan kegiatan sebagai implementasi kerjasama tersebut, baik dalam

jangka pendek maupun menengah/panjang.

f. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-

masing.

8. Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan Beserta

Implementasinya

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

a. Program dan kegiatan untuk pembuatan pendokumentasian berbagai

rencana kegiatan yang akan dilakukan termasuk pembuatan panduan-

panduan program dan proposal khusus dalam upaya memperoleh sumber

dana dari berbagai pihak.

b. Program dan kegiatan dalam upaya penggalian sumber dana dan sekaligus

penggalian dana, misalnya: (1) mengundang dan mengadakan pertemuan

dengan stakeholder, khususnya komite sekolah/orang tua siswa; (2)

mengundang dan mengadakan pertemuan dengan dunia usaha/industri

untuk melakukan kerjasama secara nyata, khususnya dalam pendanaan

pendidikan; (3) melakukan kegiatan yang menghasilkan keuntungan ekonomi

sesuai dengan potensi sekolah dan lingkungannya, baik usaha mandiri

maupun kerjasama dengan pihak lain, dengan mengusahakan secara optimal

bahwa bantuan ini dalam kurun waktu lima tahun bukan untuk investasi

usaha ini. Biaya investasi usaha diambilkan dari sumber dana lain.

c. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-

masing.

Page 186: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 180

9. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf

Internasional

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

a. Program-program dan kegiatan untuk memperoleh konsep dan panduan

standar internasional sistem penilaian (yaitu standar nilai, standar metode

penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai,

standar kompetensi yang dinilai, dll) dengan melalui berbagai upaya sesuai

kondisi sekolah.

b. Program-program dan kegiatan untuk pendokumentasian konsep dan

panduan sistem penilaian dan yang akan diterapkan di sekolah (yaitu

dokumen standar nilai, standar metode penilaian, standar instrumen

penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar kompetensi yang

dinilai, dll).

c. Kegiatan khusus pembuatan kisi-kisi kompetensi yang akan dinilai bertaraf

internasional sesuai mapelnya;

d. Kegiatan khusus pembuatan pembuatan instrumen atau perangkat soal

dalam berbagai bentuk/jenis sesuai mapelnya yang sesuai tuntutan

kurikulum internasional;

e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-

masing.

10. Program dan Kegiatan Lainnya

Sekolah dapat melaksanakan program dan kegiatan lain yang sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan sekolah.

Catatan:

Penggunaan dana persiapkan dapat berubah keperuntukan sesuai dengan

perkembangan, khsususnya pada saat dilakukan workshop sosialisasi RSBI,

misalnya lebih difokuskan untuk: sosialisasi, penerimaan siswa baru, peningkatan

kompetensi guru.

F. Penggunaan Dana Penyelenggaraan RSBI

Sebagai sekolah rintisan SBI, maka tanggungjawab untuk penyelenggaraannya menjadi

kewajiban bersama antara pemerintah pusat, daerah, dan sekolah beserta masyarakat.

Mengingat dalam jangka pendek, sekolah belum akan mampu secara mandiri

menyelenggarakan RSBI secara penuh. Proporsi tanggungjawab antara pusat, daerah,

sekolah, dan masyarakat dalam hal ini tidaklah bersifat kaku, sebagai awal rintisan maka

pusat memiliki porsi tanggungjawab yang paling besar, diikuti oleh daerah dan

masyarakat/sekolah. Dalam jangka panjang peran tanggungjawab tersebut menjadi

kebalikannya, khsususnya setelah sekolah dipandang mampu menyelenggarakan secara

mandiri.

Bantuan dana yang diberikan oleh pusat untuk penyelenggaraan rintisan SBI ini

hendaknya juga diikuti (sharing) dengan pemerintah daerah dan masyarakat, mengingat

besarnya unit cost per anak per tahun sebagai RSBI. Berkaitan dengan itu semua, maka

penting untuk diberikan acuan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan rintisan SBI,

Page 187: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 181

sehingga keperuntukannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, dan

mampu mendorong timbulnya partisipasi semua pihak.

1. Maksud dan Tujuan Khusus

Adapun yang dimaksud dengan penyelenggaraan rintisan SBI di sini adalah sekolah

melaksanakan proses pembelajaran dan manajemen sekolah berdasarkan kepada

standar internasional, sebagaimana proses pendidikan seperti yang biasa

diselenggarakan, perbedaannya terletak pada standar internasional. Beberapa proses

penting yang dilakukan antara lain: rekruitmen siswa baru, PBM dan penilaian,

manajemen sekolah (terhadap unsur-unsur sekolah), dan pengembangan kerjasama

dengan pihak-pihak lain, yang kesemuanya itu berdasarkan standar internasional.

Dalam rangka penyelenggaraan ini sekolah telah melaksanakan berbagai program dan

kegiatan persiapan, seperti yang telah dijelaskan di atas. Diharapkan persiapan yang

dilakukan tersebut telah mengantarkan sekolah untuk benar-benar mampu

menyelenggarakan rintisan SBI tanpa hambatan yang berarti. Untuk

menyelenggarakan rintisan SBI ini memerlukan biaya operasional dan investasi yang

tidak sedikit. Oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama dengan berbagai pihak

untuk bertanggungjawab dalam penyelenggaraan ini, khususnya mengenai

pembiayaan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah pusat (Direktorat

Pembinaan SMP) adalah memberikan bantuan dana block grant setiap tahun dalam

kurun waktu tertentu. Diharapkan setelah dihentikan bantuan ini, sekolah dan

pemerintah daerah bertanggungjawab untuk melanjutkannya. Sehingga bantuan ini

juga hanya sebagai pancingan dan bersifat sementara saja.

Secara khusus tujuan yang akan dicapai oleh sekolah menyelenggarakan rintisan SBI

ini adalah:

a. untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi bertaraf internasional;

b. untuk menghasilkan kurikulum internasional dan diberlakukan di sekolah:

c. untuk melaksanakan PBM dengan standar internasional;

d. untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan bertaraf

internasional;

e. untuk nmeningkatkan prasarana, sarana, dan fasilitas pendidikan bertaraf

internasional;

f. untuk menerapkan manajemen sekolah dengan standar internasional;

g. untuk menerapkan sistem penilaian dengan standar internasional;

h. untuk meningkatkan sumber pendanaan dan biaya penyelenggaraan pendidikan

bertaraf internasional;

i. sebagai model sekolah lain di daerah masing-masing dalam penyelenggaraan

pendidikan bertaraf internasional.

Oleh karena itu dipandang penting untuk diberikan panduan penggunaan dana

bantuan penyelenggaraan ini, sehingga dapat membantu sekolah dan pihak lain yang

terkait untuk secara bersama-sama bertanggungjawab terhadap kesuksesan

penyelenggaraan rintisan SBI ini. Pada dasarnya penggunaan dana bantuan

penyelenggaraan ini menganut prinsip-prinsip MBS. Maksudnya adalah sekolah

diberikan kebebasan untuk mengatur sendiri kebutuhan sekolah yang akan dibiayai

Page 188: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 182

dengan dana bantuan ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah masing-

masing. Namun demikian dalam kerangka pembinaan sebagai sekolah rintisan, maka

penggunaan dana ini diberikan rambu-rambu pengalokasian dan proporsinya. Secara

khsusus tujuan disusunnya panduan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan ini

adalah setelah Kepala Sekolah dan warga sekolah beserta Komite Sekolah membaca

dan memahami dapat:

a. mengalokasikan dana bantuan penyelenggaraan secara proporsional pada aspek-

aspek pendidikan sesuai keperuntukan dan kebutuhan sekolah masing-masing,

seperti untuk pembuatan dan pengembangan standar kompetensi lulusan,

kurikulum, PBM, SDM, fasilitas, manajemen, pembiayaan, dan sistem penilaian

yang semuanya bertaraf internasional;

b. menggunakan dana bantuan penyelenggaraan secara transparan, akuntabel,

efektif dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;

c. wajib mencari solusi tambahan dana untuk persiapan menjalankan program dan

kegiatan sebagai rintisan SBI (sebagai dana sharing) sesuai dengan perjanjian

kerjasama yang telah disepakati;

d. mempertanggungjawabkan penggunaan dana bantuan penyelenggaraan secara

benar, transparan, akuntabel, kontinyu, dan sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku,;

3. Proporsi Biaya Bantuan Blockgrant RSBI dan Rincian Program Pengembangan Rintisan

SBI

Adapun besarnya pembiayaan dari dana bantuan blockgrant RSBI untuk berbagai aspek

pendidikan yang akan dikembangkan oleh sekolah sebagai rintisan SBI diatur secara

proporsional sebagai berikut:

Tabel 3. Proporsi Penggunaan Dana Bantuan Blockgrant RSBI

NO. PROGRAM PENGEMBANGAN RINTISAN SBI

PROPORSI (%)

BESARNYA BIAYA

BANTUAN

1 Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Bertaraf

Internasional

10

2 Program Pembuatan Kurikulum Bertaraf Internasional 10

3 Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar

Internasional

20

4 Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan sesuai

Standar Internasional

10

5 Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah Bertaraf

Internasional

25

6 Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf

Internasional

20

7 Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf

Internasional

5

JUMLAH 100

KETENTUAN UMUM:

Page 189: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 183

a. Dana bantuan ini hanya bersifat pancingan dan sementara saja. Sekolah harus

berupaya untuk menambah biaya sendiri sesuai kebutuhan, demikian juga Daerah

ikut bertanggungjawab terhadap biaya kebutuhan sekolah sebagai rintisan SBI.

Dalam waktu tertentu biaya bantuan dari pusat akan dihentikan, dan selanjutnya

menjadi tanggungjawab penuh sekolah, komite sekolah, dan daerah (propinsi dan

kabupaten/kota);

b. Maksimal proporsi penggunaan dana bantuan rintisan SBI tiap program tersebut

seperti yang telah ditetapkan di atas, dan apabila terdapat kekurangan biaya dapat

ditambah dari sumber dana lain. Apabila program yang dikembangkan ternyata

tidak memerlukan sebesar biaya sesuai dengan proporsi di atas (kelebihan), maka

dapat ditambahkan untuk biaya pelaksanaan program dari aspek lain, dengan

menunjukkan bukti-bukti dan membuat surat pernyataan yang diketahui oleh

komite sekolah dan Dinas Pendidikan Provinsi;

c. Proporsi penggunaan dana untuk tiap kegiatan di dalam tiap program besar

ditentukan oleh sekolah sendiri bersama komite sekolah, sesuai dengan kondisi

dan kebutuhan sekolah.

d. Sekolah dapat menambah atau mengembangkan program lain dengan biaya dari

sumber dana lainnya di luar program-program di atas, sesuai dengan kebutuhan

sekolah (lihat pada uraian penyelenggaraan dan implementasi pelaksanaan

program dan kegiatan). Pendanaannya ditanggung sepenuhnya oleh komite

sek0lah dan atau dari pemerintah daerah. Dengan kata lain, program RSBI TIDAK

HANYA TERFOKUS PADA BEBERAPA PROGRAM SNP (komponen, aspek, dan

indikator pendidikan) DI ATAS.

e. Secara lebih rinci, penggunaan dana tersebut dapat dilihat dalam uraian di bawah

ini:

1. Program Pembuatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Bertaraf Internasional

Tujuan utama yang diharapkan dapat dicapai oleh sekolah adalah tersusun dan

terdokumentasikannya SKL Internasional yang akan diberlakukan di sekolah. Di

samping itu, dikembangkan berbagai program untuk pencapaian dan pemenuhan

prestasi, kejuaraan, dan kompetensi sebagai RSBI dalam taraf minimal nasional dan

mampu mencapai hal yang sama untuk tingkat internasional, baik dalam bidang

akademik maupun non akademik.

Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan SKL

internasional ini adalah:

a. Program-program dan kegiatan-kegiatan yang mengupayakan perolehan SKL

internasional baik dari dalam maupun dari luar negeri;

b. Program-program penyusunan dan pembuatan SKL yang bertaraf internasional

dan akan diberlakukan di sekolah;

c. Program-program dan kegiatan untuk menyusun SKL internasional dengan cara

memperluas dan memperdalam cakupan SKL nasional menjadi SKL internasional;

d. Program dan kegiatan mendokumentasikan SKL internasional di sekolah.

e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

f. Mengadakan dan atau mengikuti berbagai perlombaan, kejuaraan, olimpiade,

dan sebagainya pada tingkat nasional dan internasional dalam bidang akademik

dan non akademik.

Page 190: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 184

Ketentuan yang harus diperhatikan:

a. Program pengembangan SKL internasional ini hanyalah merupakan

penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program

persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai

(sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.

b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang

akan dicapai.

c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam

atau ke luar negeri. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan

tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10%

2. Program Pembuatan Kurikulum Bertaraf Internasional

Tujuan utama program pengembangan kurikulum internasional ini adalah untuk

menghasilkan dokumen kurikulum internasional yang akan diberlakukan di sekolah.

Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan kurikulum

internasional ini adalah:

a. Program-program yang berupaya untuk mengembangkan atau menjabarkan

kurikulum internasional berdasarkan SKL internasional yang telah ditetapkan

sebelumnya (mengadopsi atau mengembangkan sendiri), yaitu berupa

penjabaran standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator-indikator

kompetensi, pemetaan kompetensi, penyusunan struktur kurikulum, dan

pengembangan silabus;

b. Program-program untuk membuat atau menyusun RPP tiap mata pelajaran yang

telah ditetapkan dari semua silabus yang ada dan akan dipergunakan untuk

proses pembelajaran selama tiga tahun ajaran;

c. Program pembuatan dokumen kurikulum semua mata pelajaran internasional

beserta perangkat pembelajaran lainnya yang merupakan bagian dari kurikulum

internasional itu sendiri.

d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan:

a. Program pengembangan kurikulum internasional ini hanyalah merupakan

penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program

persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai

(sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.

b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang

akan dicapai.

c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam

atau ke luar negeri. Apabila akan melaksanakan studi banding atau kunjungan

tersebut dengan menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10%

3. Program Pengembangan Proses Belajar Mengajar (PBM) Standar Internasional

Page 191: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 185

Tujuan pengembangan program PBM bertaraf internasional ini adalah untuk

memenuhi kebutuhan proses pembelajaran yang bertaraf internasional dari

tuntutan kurikulum internasional yang akan diberlakukan. Dengan kata lain,

program-program yang akan dilaksanakan harus menghasilkan suatu PBM yang

diimplementasikan di kelas internasional dengan standar bilingual (Bahasa Inggris),

penggunaan media pembelajaran berbasis komputter dan internet serta ICT,

implementasi metode pembelajaran dengan prinsip mastery learning (remedial,

pengayaan, percepatan), dan sebagainya sesuai tuntutan kurikulum internasional.

Program-program yang dapat dibiayai dalam rangka pengembangan PBM bertaraf

internasional ini adalah:

a. Program-program yang berupaya untuk membuat dokumen rencana kegiatan

pengelolaan atau manajemen pembelajaran bertaraf internasional di kelas

(kegiatan pengelolaan PBM di kelas/laboratorium/lapangan, kegiatan remedial-

pengayaan-percepatan, kegiatan pengaturan moving kelas, dll);

b. Program-program yang berupa kegiatan pembelajaran di kelas teori maupun

praktik di laboratorium untuk peningkatan kemampuan guru mengajar (misalnya

IHT atau pendampingan termasuk penggunaan media pembelajarannya) dengan

Bahasa Inggris dan kemampuan PBM lainnya.

c. Program-program yang berupa pendampingan kepada guru dalam membuat

instrumen penilaian beserta penerapan dan analisisnya atau penerapan

perangkat lunak penilaian yang berbasis komputer atau internet.

d. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan:

b. Program pengembangan PBM internasional ini hanyalah merupakan

penyempurnaan dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program

persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai

(sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.

c. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang

akan dicapai.

d. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam

atau ke luar negeri dalam rangka pengembangan PBM. Apabila akan

melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan

dana di luar bantuan dari pusat.

e. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 20%

4. Program Peningkatan Kompetensi Tenaga Pendidik dan Kependidikan sesuai

Standar Internasional

Tujuan pengembangan program peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga

kependidikan ini adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum internasional yang

mensyaratkan adanya SDM sekolah yang memiliki kompetensi dan kualifikasi

mengajar dan mengelola sekolah bertaraf internasional.

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

Page 192: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 186

a. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi guru-

guru (semua mata pelajaran) sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500 dan

mampu menerapkan dalam PBM sesuai dengan bidangnya masing-masing;

b. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi kepala

sekolah dan jajarannya sampai mencapai nilai TOEFL minimal 500;

c. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan Bahasa Inggris bagi

karyawan (tenaga TU, laboran, teknisi, dan lainnya) sampai mencapai nilai TOEFL

minimal 400;

d. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan guru dan karyawan dalam

bidang studinya atau latar belakang bidangnya masing-masing sesuai tuntutan

kurikulum internasional;

e. Program dan kegiatan untuk peningkatan manajerial dan kepemimpinan bagi

kepala sekolah dan jajarannya;

f. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan komputer dan internet

bagi semua warga sekolah (kepala sekolah, wakil KS, guru, karyawan);

g. Program dan kegiatan untuk peningkatan kemampuan menggunakan ICT dalam

PBM

h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan:

a. Program peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan yang

bertaraf internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan atau peningkatan

dari yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan

apabila dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini

tidak perlu dilakukan.

b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan luasan kegiatan disesuaikan dengan tujuan yang

akan dicapai.

c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam

atau ke luar negeri atau untuk studi lanjut. Apabila akan melaksanakan studi

lanjut atau studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di

luar bantuan dari pusat atau biaya sendiri.

d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 10%

5. Program Pengembangan Sarana dan Prasana atau Fasilitas Sekolah Bertaraf

Internasional

Tujuan program pengembangan sarana dan prasana atau fasilitas sekolah bertaraf

internasional ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fasilitas sekolah sesuai dengan

tuntutan kurikulum bertaraf internasional. Fasilitas pendidikan yang dimaksudkan di

sini adalah baik prasarana, sarana, peralatan, media pengajaran, dan fasilitas lain

yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar dan manajemen di sekolah.

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

a. Program dan kegiatan untuk menyusun dan terdokumentasikannya rencana

pengembangan fasilitas dalam jangka pendek dan panjang bertaraf internasional;

b. Program pengadaan atau pembelian fasilitas pokok sekolah bertaraf/bertaraf

internasional, seperti fasilitas (isinya): laboratorium IPA (Biologi, Fisika-Kimia),

Page 193: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 187

laboratorium komputer (melengkapi komputer dengan pentium 4), pemasangan

atau penyempurnaan jaringan internet yang terpasang lengkap ke sistem (lab.

Komputer, perpustakaan, ruang guru, ruang kepala sekolah, TU, ruang multi

media, dan sebagainya), peralatan media pembelajaran di kelas internasional

(TV, VCD, Tape, OHP, LCD, laptop, dll);

c. Program pengadaan atau pembelian fasilitas administrasi sekolah yang berupa

ATK (untuk kesiswaan, tenaga, fasilitas, manajemen sekolah, penilaian,

perkantoran, dll);

d. Program pengadaan fasilitas komputer untuk dipergunakan guru (di ruang guru),

ruang TU, ruang perpustakaan, ruang kelas internasional, ruang pusat media,

ruang OSIS, dan ruang lain yang membutuhkan.

e. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan:

a. Tidak diperkenankan membeli atau mengadakan isi laboratorium bahasa, sebab

akan diberikan bantuan khusus untuk kepentingan ini (diatur tersendiri dalam

panduan ini, lihat bab sebelumnya);

b. Program pengembangan sarana dan prasana atau fasilitas sekolah bertaraf

internasional ini hanyalah merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari

yang sudah dilakukan ketika melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila

dari pelaksanaan persiapan sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak

perlu dilakukan.

c. Bentuk atau jenis, JUMLAH DAN SPESIFIKASI lainnya disesuaikan dengan tuntutan

kurikulum standar internasional.

d. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam

atau ke luar negeri untuk keperluan pengembangan fasilitas ini. Apabila akan

melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan

dana di luar bantuan dari pusat.

e. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 25%

6. Program Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf

Internasional

Tujuan Pengembangan dan Implementasi Manajemen Sekolah Bertaraf Internasional

ini adalah untuk memenuhi kebutuhan manajemen sekolah yang bertaraf

internasional.

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

a. Program dan kegiatan untuk menyusun dokumen pengembangan manajemen

sekolah bertaraf internasional yang melibatkan berbagai pihak, baik untuk jangka

pendek maupun menengah/panjang;

b. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi MBS (program atau

kegiatan yang mencerminkan transparansi, akuntabel, dll) baik dalam bentuk

administratif maupun action (misalnya dalam bentuk pelaporan, kerjasama

dengan media masa cetak dan elektronik, dan sebagainya).

c. Program dan kegiatan untuk operasional implementasi model manajemen

sekolah dengan standar internasional (misalnya biaya operasional penerapan ISO

Page 194: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 188

9001). Program atau kegiatan utamanya adalah pendokumentasian konsep atau

panduan umum manajemen internasional (ISO).

d. Program dan kegiatan untuk pendokumentasian berbagai panduan khusus

pengelolaan bertaraf ISO beserta operasional penerapannya dalam berbagai

aspek pendidikan yang berbasis ICT, seperti manajemen aspek: kesiswaan,

fasilitas, perpustakaan, penilaian, tenaga, penerapan website, dan sebagainya.

e. Program dan kegiatan untuk memperoleh jalinan kerjasama dengan sekolah

sederajad yang telah bertaraf internasional dalam bentuk apapun, baik dari

dalam maupun luar negeri dalam bentuk MoU.

f. Program dan kegiatan sebagai implementasi kerjasama tersebut, baik dalam

jangka pendek maupun menengah/panjang.

g. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan:

a. Program pengembangan manajemen sekolah bertaraf internasional ini hanyalah

merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari yang sudah dilakukan ketika

melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan

sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.

b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan dengan

tuntutan kurikulum standar internasional dan kebutuhan sekolah.

c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam

atau ke luar negeri untuk keperluan pengembangan manajemen ini. Apabila

akan melaksanakan studi banding atau kunjungan tersebut dengan

menggunakan dana di luar bantuan dari pusat.

d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 20%

CATATAN:

Khusus untuk Program Pengembangan dan Penggalian Sumber Dana Pendidikan

Beserta Implementasinya dibiayai dari sumber dana lainnya (komite sekolah,

pemda, dan sebagainya)

7. Program Pengembangan dan Implementasi Sistem Penilaian Bertaraf Internasional

Tujuan utama program pengembangan dan implementasi sistem penilaian bertaraf

internasional ini adalah untuk memperoleh model sistem penilaian pendidikan yang

bertaraf internasional beserta implementasinya di sekolah.

Program-program yang dapat dibiayai dari bantuan ini antara lain:

a. Program-program dan kegiatan untuk memperoleh konsep dan panduan standar

internasional sistem penilaian (yaitu standar nilai, standar metode penilaian,

standar instrumen penilaian sesuai mapelnya, standar analisis nilai, standar

kompetensi yang dinilai, dll) dengan melalui berbagai upaya sesuai kondisi

sekolah.

b. Program-program dan kegiatan untuk pendokumentasian konsep dan panduan

sistem penilaian dan yang akan diterapkan di sekolah (yaitu dokumen standar

nilai, standar metode penilaian, standar instrumen penilaian sesuai mapelnya,

standar analisis nilai, standar kompetensi yang dinilai, dll).

Page 195: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 189

c. Kegiatan khusus pembuatan kisi-kisi kompetensi yang akan dinilai bertaraf

internasional sesuai mapelnya;

d. Kegiatan khusus pembuatan pembuatan instrumen atau perangkat soal dalam

berbagai bentuk/jenis sesuai mapelnya yang sesuai tuntutan kurikulum

internasional;

e. Kegiatan khusus penilaian dan analisis nilai oleh semua guru yang mengajar kelas

internasional.

f. Pada tahun ketiga, kegiatan pelaksanaan ujian akhir sekolah dengan standar

internasional;

g. Kegiatan khusus pendokumentasian nilai di sekolah.

h. Dan sebagainya yang relevan dan juga sesuai kebutuhan sekolah masing-masing.

Ketentuan yang harus diperhatikan:

a. Program pengembangan manajemen sekolah bertaraf internasional ini hanyalah

merupakan penyempurnaan atau peningkatan dari yang sudah dilakukan ketika

melaksanakan program persiapan RSBI. Dan apabila dari pelaksanaan persiapan

sudah selesai (sempurna), maka program ini tidak perlu dilakukan.

b. Bentuk atau jenis, frekuensi, dan kuantitas kegiatan lainnya disesuaikan dengan

kebutuhan sekolah.

c. Tidak bisa dibiayai kegiatan yang berupa: kunjungan atau studi banding di dalam

atau ke luar negeri untuk keperluan program ini. Apabila akan melaksanakan

studi banding atau kunjungan tersebut dengan menggunakan dana di luar

bantuan dari pusat.

d. Proporsi besarnya biaya yang dialokasikan dari dana bantuan pusat sebesar: 5%

CATATAN:

• APABILA SEKOLAH AKAN MENGEMBANGKAN ATAU MENAMBAH PROGRAM

LAIN, MAKA PENDANAAN DITANGGUNG OLEH KOMITE SEKOLAH DAN ATAU

PEMERINTAH DAERAH ATAU LAINNYA DARI SUMBER DANA YANG SYAH.

• PROGRAM PENGEMBANGAN RSBI TIDAK HANYA TERBATAS PADA ASPEK-ASPEK

TERSEBUT. UNTUK LEBIH LENGKAPNYA LIHAT PADA LAMPIRAN TENTANG

KRITERIA SEKOLAH SEBAGAI RSBI.

• KETENTUAN LAIN TENTANG PENGGUNAAN DANA DAN PELAPORAN DIATUR

TERSENDIRI DALAM BUKU PANDUAN PENGGUNAAN DANA BANTUAN RSBI

(JIKA ADA).

• PROGRAM-PROGRAM TERSEBUT TETAP MENGACU KEPADA PRINSIP SUBSIDI

SILANG ATAU PENDAMPINGAN SESUAI KEBUTUHAN SEKOLAH, DAN UNTUK

PROGRAM YANG TIDAK DIDANAI DARI PUSAT DIHARAPKAN TETAP ADA DAN

DIBIAYAI DARI SUMBER DANA KOMITE SEKOLAH, PEMDA PROVINSI, PEMDA

KABULATEN/KOTA, DLL.

Page 196: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 197: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 191

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 198: Pedoman Pelaksanaan RSBI
Page 199: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 193

LAMPIRAN-1: Standar atau Karakteristik Umum Kinerja RSBI pada Jenjang Pendidikan SMP

No

Komponen Standar SBI khusus di SMP

A Output sekolah 1. Keberhasilan lulusan yang melanjutkan ke sekolah internasional dalam negeri maupun di luar negeri dengan tetap

berkepribadian bangsa Indonesia.

2. Tingkat DO nol %

3. Menguasai dan terampil menggunakan TIK

4. Mampu debat dengan Bahasa Inggris

5. Terdapat juara internasional dalam bidang: olah raga, kesenian, kesehatan, budaya, dll

6. Mampu menyelesaikan tugas – tugas dan mengumpulkan portofolio dengan baik

7. Mampu meyampaikan/mendemonstrasikan tugas-tugas dari guru/sekolah

8. Mampu melaksanakan eksperiman dalam pengembangan pengetahuan dan keterampilan

9. Mampu menemukan/membuktikan pengalaman belajarnya dengan berbagai karya

10. Mampu menulis dan mengarang dengan bahasa asing atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar

11. Memperoleh kejuaraan olimpiade internasional dalam bidang: matematika, fisika, biologi, kimia, stronomi, dan atau

lainnya Iditunjukkan dengan sertifikat internasional)

12. NUAN rata-rata tinggi (> 8,0)

13. Memeiliki kemampuan penguasaan teknologi dasar

14. Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik secara individual, kelompok/kolektif (lokal, nasional, regional, dan

global) dengan bukti ada piagam kerjasama atau MoU yang dilakukan oleh lulusan

15. Memiliki dokumen lulusan tentang karya tulis, persuratan, administrasi sekolah, penelitian, dll dalam bahasa asing

atau dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

16. Memiliki dokumen dan pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar secara baik (ada perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengkoordinasian, dan evaluasi) dari lulusan

17. Menguasai budaya bangsa lain

18. Memiliki dokumen karya tulis, nilai, dll tentang pemahaman budaya bangsa lain dari lulusan

19. Memiliki pemahaman terhadap kepedulian dengan lingkungan sekitar sekolah, baik lingkungan sosial, fisik maupun

budaya.

20. Memiliki berbagai karya-karya lain dari lulusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain, bangsa, dll

21. Terdapat usaha-usaha dan atau karya yang mencerminkan jiwa kewirausahaan lulusan

B Proses

1. Proses

belajar

mengajar

2. Manajemen

3. Kepemimpi

nan

1. Memiliki program-program yang menumbuhkan kreativitas siswa, guru, dll

2. Menerapkan beberapa strategi PBM: student centered, reflective learning, active learning, enjoyble dan joyful

learning, cooperative learning, quantum learning, learning revolution, dan contextual learning.

3. Memiliki renstra (rencana strategis) jangka panjang

4. Memiliki renop (rencana operasional) satu tahunan

5. Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan dana

6. Memiliki kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan barang/benda

7. Terdapat kemitraan dan dukungan komite sekolah dalam hal: bantuan lainnya

8. Menerapkan MBS: terdapat dokumen pelaporan program dan keuangan yang mencerminkan transparansi dan

akuntabel.

9. Melaksanakan manajemen sekolah menurut aspek dan fungsinya yang mengarah ISO (9000:2001)

10. Memiliki publikasi rumusan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolah

11. Memiliki suasana/budaya sekolah yang menjamin terjadinya PBM yang kondusif.

12. Memiliki penerapan demokratisasi di sekolah

13. Memiliki pembagian tugas, pemberian pekerjaan dan tanggung jawab yang jelas kepada warga sekolah.

14. Memiliki usaha-usaha sekolah yang mengarah kepada keuntungan ekonomi untuk membantu penyelenggaraan

sekolah

C Input

1. Kurikulum 1. Memiliki dokumen kurikulum sekolah (KTSP) lengkap (silabus, RPP, dan bahan ajar) sesuai SNP dan juga terdapat

dokumen kurikulum yang mencerminkan kurikulum SBI

2. Memiliki pemetaan SK dan KD yang jelas dan menunjukkan keterkaitan antara masing-masing berdasarkan tujuan SBI

yang akan dicapai

3. Memiliki tim pengembang kurikulum (nasional dan internasional) di sekolah

2. Guru dan guru

BK

4. Jumlah guru terpenuhi sesuai type sekolah

5. Kualifikasi guru 100% minimal S1

6. Terpenuhi semua tingkat kewenangan dan kesesuaian guru

7. Terpenuhi semua guru memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru

8. Semua guru mampu menggunakan ICT dalam PBM

9. Sebagian besar guru memiliki kemampuan Bhs Inggris dengan TOEFL > 500

3. Kepala

Sekolah

10. Kualifikasi guru 100% minimal S1

11. Memiliki sertifikat kompetensi/profesi guru dan kepala sekolah

12. Mampu menggunakan ICT

13. Memiliki kemampuan Bhs Inggris dengan TOEFL > 500

14. Pengalaman kerja sebagai kepala sekolah minimal 5 tahun

4. Tenaga

Pendukung :

Page 200: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 194

No

Komponen Standar SBI khusus di SMP

a. Pustakawan

b. Laboran

c. Teknisi

komputer

d. Kepala TU

e. Tenaga adm.

Keuangan &

akuntansi

f. Tenaga adm

Kepegawaian

g. Tenaga

adm.akademik

h. Tenaga adm

sarpras

i. Tenaga adm

kesekretariatan

15. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3

16. Bidang pendidikan: diutamakan kepustakaan

17. Memiliki sertifikat pustakawan

18. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450)

19. Pengalaman kerja sebagai pustakawan: minimal 5 tahun

20. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA/SMK

21. Bidang pendidikan: IPA/Tekniki

22. Memiliki sertifikat laboran

23. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450)

24. Pengalaman kerja sebagai laboran: minimal 5 tahun

25. Memiliki sertifikat komputer

26. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3

27. Bidang pendidikan: komputer/TI

28. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450)

29. Pengalaman kerja sebagai teknisi: minimal 5 tahun

30. Memiliki sertifikat komputer

31. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal S1

32. Bidang pendidikan: administrasi pendidikan

33. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 450)

34. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm: minimal 5 tahun

35. Memiliki sertifikat komputer

36. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3

37. Bidang pendidikan: akuntansi

38. Memiliki sertifikat sebagai akuntan

39. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)

40. Pengalaman kerja sebagai adm keuangan: minimal 5 tahun

41. Memiliki sertifikat komputer

42. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal D3

43. Bidang pendidikan: manajemen SDM

44. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)

45. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm: minimal 5 tahun

46. Memiliki sertifikat komputer

47. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA

48. Bidang pendidikan: administrasi pendidikan

49. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)

50. Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi pendidikan : minimal 5 tahun

51. Memiliki sertifikat komputer

52. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMA

53. Bidang pendidikan: administrasi sarpras

54. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)

55. Pengalaman kerja sebagai tenaga adm sarpras: minimal 5 tahun

56. Memiliki sertifikat komputer

57. Kualifikasi (tingkat pendidikan) minimal SMK/SMA

58. Bidang pendidikan: kesekretariatan

59. Kemampuan Bahasa Inggris (TOEFL > 400)

60. Pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi kesekretariatan: minimal 5 tahun

61. Memiliki sertifikat komputer

5. Organisasi &

Administrasi

1. Memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah

2. Memiliki tupoksi yang jelas

3. Memiliki sistem administrasi lengkap

4. Memiliki SIM yang mutakhir

5. Sarana &

Prasarana

a. Umum:

1. Luas tanah 15000 m2

2. Luas Ruang kelas > 63 m2

3. Jumlah siswa per rombel: 24 anak

4. Memiliki fasilitas ICT per kelas per tingkat

Page 201: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 195

No

Komponen Standar SBI khusus di SMP

b. Perpustakaan

c.LabFisika,Kimia

,Bahasa, IPS,

Matematika,

PTD

d. Lab Komputer

e. Kantin

f. Auditorium

g. Sarana OR

h. Pusat belajar

& riset guru

i.Penunjang adm

sekolah

j. Unit kesehatan

k. Toilet

l. Tempat

bermain, kreasi,

dan rekreasi

m. Tempat

ibadah

5. O,2 m2/siswa dan menampung 5% seluruh siswa untuk membaca dan studi mandiri

6. Memiliki buku teks dalam bentuk cetak atau digital untuk setiap mata pelajaran 1:1 (1 buku : 1 siswa); buku referensi

1:3 (1 buku: 3 siswa)

7. Berlangganan jurnal, majalah, buletin, surat kabar, dsb

8. Memiliki komputer untuk perpustakaan, termasuk untuk multimedia 5 buah

9. Memiliki ruang baca yang memadai

10. Tersedia akses internet yang terhubung dengan jaringan

11. Memiliki satu Lab Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa, Matematika, PTD, dan IPS

12. Setiap Lab memiliki peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan spec.

13. Luas laboratorium minimal sesuai dengan SPM dalam SNP dan ber AC untuk kapasitas maksimum 24 siswa per

rombel

14. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC

15. Memiliki jumlah komputer sesuai dengan rata-rata jumlah siswa (maksimum 24 siswa per rombel)

16. Memiliki software yang selalu update

17. Memiliki teknisi komputer dengan jumlah yang memadai untuk membantu pelaksanaan pembelajaran dan

perawatan komputer

18. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam lab. Komputer

19. Memiliki satu kantin yang dapat menampung pejajan secara memadai

20. Memiliki mebeler yang memadai sesuai dengan jumlah pejajan

21. Memiliki lingkungan kantin yang sehat dan bersih

22. Menyediakan makanan bergizi, fresh dan Terjangkau bagi warga sekolah

23. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC

24. Memiliki mebeler dan peralatan yang memadai untuk pertemuan dan untuk kegiatan siswa (misalnya: pertemuan

orang tua siswa, wisuda, pentas seni, teater, pameran hasil karya siswa, dsb.)

25. Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna

26. Memiliki prasarana olah raga dengan ukuran yang memadai dan dapat digunakan untuk berbagai jenis kegiatan olah

raga

27. Memiliki sarana olah raga yang memadai untuk berbagai jenis kegiatan olah raga

28. Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu pelaksanaan kegiatan dan perawatan olah raga

29. Memiliki sistem penjaminan keselamatan yang memadai bagi pengguna sarana dan prasarana olah raga

30. Memiliki ruangan untuk sumber belajar dan riset guru dengan luas yang memadai dan yang dilengkapi dengan

komputer, jaringan internet untuk guru dengan rasio 1 : 5, dan dilengkapi media pembelajaran

31. Memiliki buku referensi baik cetak maupun digital bagi guru sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya

32. Memiliki mebeler bagi guru untuk menyimpan referensi, hasil kerja, dsb. termasuk untuk kelompok diskusi

33. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi

34. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai

35. Memiliki mebeler yang memadai untuk berbagai jenis administrasi

36. Memiliki server minimum 2 buah

37. Memiliki komputer dengan jumlah yang memadai untuk berbagai kegiatan administrasi

38. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam ruang administrasi

39. Memiliki ruangan dengan ukuran yang memadai dan ber AC

40. Memiliki bahan-bahan dan peralatan dasar untuk P3K

41. Memiliki tenaga profesional yang dapat menangani pelaksanaan P3K

42. Memiliki sistem penjaminan keselamatan kerja di dalam unit kesehatan

43. Memiliki ruangan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan dengan ukuran yang memadai dan sesuai dengan

jumlah warga sekolah

44. Memiliki sistem sanitasi yang baik dan memadai untuk menjamin kebersihan dan kesehatan

45. Memiliki jumlah air yang memadai untuk mendukung sistem sanitasi

46. Memiliki teknisi dengan jumlah yang memadai untuk membantu perawatan toilet

47. Memiliki tempat bermain yang memadai

48. Memiliki tempat berkreasi yang menjamin kreativitas siswa

49. Memiliki tempat untuk rekreasi yang memadai, misalnya taman dan pepohonan yang rindang

50. Memiliki tempat ibadah yang memadai dan sesuai dengan agama masing-masing warga sekolah

7. Kesiswaan 1. Penerimaan siswa baru didasarkan atas kriteria yang jelas, tegas dan dipublikasikan.

Page 202: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 196

No

Komponen Standar SBI khusus di SMP

2. Memiliki program yang jelas tentang pembinaan, pengembangan, dan pembimbingan siswa.

3. Melakukan evaluasi belajar dengan cara-cara yang memenuhi persyaratan evaluasi dengan standar internasional.

8. Pembiayaan 1. Menyediakan dana pendidikan yang cukup dan berkelanjutan untuk menyelenggarakan pendidikan di sekolah.

2. Menghimpun/ menggalang dana dari potensi sumber dana yang bervariasi.

3. Mengelola dana pendidikan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip manajemen berbasis

sekolah.

9. Regulasi

Sekolah

1. Memiliki dan menerapkan regulasi sekolah, baik yang bersifat yuridis maupun yang bersifat moral.

2. Menegakan regulasi sekolah diterapkan secara adil dan teratur terhadap semua warga sekolah.

10.Hubungan

Masyarakat

3. Memiliki hubungan antara SBI-masyarakat, baik menyangkut substansi maupun strategi pelaksanaanya, ditulis dan

dipublikasikan secara eksplisit dan jelas.

4. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pendidikan di sekolah melalui strategi-strategi: (1)

memberdayakan melalui berbagai media komunikasi (media tertulis, pertemuan, kontak langsung secara individual,

dsb.); (2) menciptakan dan melaksanakan visi, misi, tujuan, kebijakan, rencana, program, dan pengambilan keputusan

bersama; (3) mengupayakan jaminan komitmen sekolah-masyarakat melalui kontrak sosial; dan (4) mengembangkan

model-model partisipasi masyarakat sesuai tingkat kemajuan masyarakat

11. Kultur

Sekolah

1. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya/kultur yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada

umumnya dan efektivitas pembelajaran pada khususnya, yang dibuktikan oleh: berpusat pada pengembangan

peserta didik lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran, profesionalisme, harapan tinggi,

keunggulan, respek terhadap setiap individu warga sekolah; keadilan, kepastian, budaya korporasi atau kebiasaan

bekerja secara kolaboratif/kolektif, kebiasaan menjadi masyarakat belajar, wawasan masa depan (visi) yang sama,

perencanaan bersama, kolegialitas, tenaga kependidikan sebagai pebelajar, budaya masyarakat belajar,

pemberdayaan bersama, dan kepemimpinan transformatif dan partisipatif.

2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk menciptakan rasa aman, nyaman, menyenangkan, dan

membangkitkan komitmen tinggi bagi warga sekolah

3. Memiliki regulasi sekolah yang mampu menciptakan rasa keadilan dan memacu semangat kerja ataupun berprestasi

4. Memberikan kesempatan, hak, dan rasa tanggungjawab warga sekolah sesuai dengan kondisi dan kemampuan

sekolah

5. Menciptakan hubungan harmonis, kekeluargaan, dan sekaligus profesional dalam upaya menumbuhkan semangat

kerja (etos kerja) yang tinggi.

LAMPIRAN-2: Kisi-kisi instrument Supervisi dan ME:

1) Kisi-kisi dari STANDAR ISI

NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIINDIINDIINDIKATORKATORKATORKATOR

SNPSNPSNPSNP INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL BERTARAF INTERNASIONAL

Isi (muatan) kurikulum SNP Pengembangan isi muatan kurikulum bertaraf

internasional

Muatan

Kurikulum

Jumlah atau jenis panduan pelaksanaan

muatan kurikulum SNP

Jumlah atau jenis panduan pelaksanaan muatan

kurikulum bertaraf internasional

Prinsip keterlibatan pihak-pihak terkait pengembangan muatan kurikulum SNP

Prinsip/keharusan keterlibatan pihak-pihak terkait pengembangan muatan kurikulum bertaraf internasional

Prinsip mengacu regulasi SNP Prinsip/keharusan mengacu regulasi

pengembangan kurikulum bertaraf internasional

Prinsip umum pengembangan kurikulum

SNP

Prinsip khusus pengembangan kurikulum

bertaraf internasional

Prinsip ketersediaan referensi

1. Kerangka

Dasar Kurikulum

Prinsip Pengem-angan Kuriku-

lum

Prinsip multi strategi pengembangan

kurikulum SNP

Prinsip multi strategi pengembangan kurikulum

bertaraf internasional

Page 203: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 197

Prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaan kurikulum SNP dalam pengajaran

Prinsip-prinsip khusus dalam pelaksanaan kurikulum bertaraf internasional dalam pengajaran

Prinsip Pelaksanaan kurikulum

Ketersediaan referensi/pedoman/acuan/sumber daya

umum

Ketersediaan referensi/pedoman/acuan/sumber daya khusus

Isi/muatan struktur kurikulum SNP dan

penyusunannya

Isi pengayaan muatan struktur kurikulum

bertaraf internasional dan penyusunannya

Ketersediaan referensi umum Ketersediaan referensi khusus

Keterlaksanaan program muatan lokal Keberadaan Mapel PTD

Keberadaan program pengembangan diri Ketersediaan referensi /manual/modul PTD

Keterlaksanaan mapel PTD

Keterlaksanaan program pengembangan

diri

Bentuk bilingual

Keberadaan program tambahan PBKG

Keberadaan program PBKL Ketersediaan referensi program tambahan PBKG

Keterlaksanaan program tambahan PBKG

Keterlaksanaan program PBKL Keberadaan program Pengembangan Ekonomi Kreatif

Ketersediaan referensi program Pengembangan Ekonomi Kreatif

Ketersediaan sumber daya program

Pengembangan Ekonomi Kreatif

Struktur

kurikulum

Keterlaksanaan program Pengembangan

Ekonomi Kreatif

Penjabaran SK dan KD mata pelajaran SNP

Penjabaran pengayaan SK dan KD mapel bertaraf internasional

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar

(KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan Muatan Lokal

Berbentuk bilingual

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar

(KD) untuk mata pelajaran/program

pendidikan PBKL

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata

pelajaran/program pendidikan PBKG

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi

(SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan PBKG dalam

bentuk bilingual

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi

(SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata pelajaran/program pendidikan pengembangan

ekonomi kreatif (PEK)

2. Struktur

Kurikulum Pendidikan

Umum

Standar dan kompe-tensi

dasar

Kualitas/kuantitas/variasi standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk mata

pelajaran/program pendidikan pengembangan ekonomi kreatif (PEK) dalam bentuk bilingual

Penambahan jam pembelajaran sesuai kebutuhan kurikulum pelajaran bertaraf

internasional per minggunya

Jumlah jam pembelajaran per minggu > 32 jam

Tatap muka Penerapan kegiatan pembelajaran sesuai dengan ketentuan beban belajar

Jumlah Minggu efektif per tahun bisa > 34

minggu

Program pemberian penugasan terstruktur Penugasan

terstruktur

Pemberian tugas-tugas terstruktur

Keberadaan tujuan penugasan terstruktur mapel bertaraf internasional

Program kegiatan mandiri/tidak

terstruktur untuk mapel SNP

Program kegiatan mandiri / tidak terstruktur

mapel bertaraf internasional

Keberadaan program tidak terstruktur

mapel SNP

Program pemberian penugasan tidak

terstruktur/mandiri

3. Beban belajar

Kegiatan mandiri

tidak terstruktur

Keberadaan tujuan program tidak terstruktur mapel SNP

Keberadaan tujuan penugasan tidak terstruktur/mandiri mapel bertaraf internasional

Pemenuhan ketentuan dalam pengembangan KTSP bertaraf internasional

Pengembangan KTSP

Pemenuhan ketentuan dalam pengembangan KTSP SNP

Bentuk/jenis KTSP untuk acuan pembeljaran bertaraf internasional

Ketentuan penyusunan silabus mapel SNP

Ketentuan penyusunan silabus mapel SNP adalah silabus mapel bertaraf internasional

Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD

Penggandaan dan kepemilikian silabus mapel SNP didistribusikan

Penggandaan dan kepemilikian silabus mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs

Inggris, TIK, dan PTD didistribusikan

Pengembangan Silabus

Pendokumentasian silabus mapel SNP

oleh sekolah

Pendokumentasian silabus mapel bertaraf

internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD oleh sekolah

Ketentuan penyusunan RPP mapel SNP Ketentuan penyusunan RPP mapel bertaraf internasional

4. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)

Pengembangan RPP

Penggandaan dan kepemilikian RPP mapel

SNP didistribusikan

Penggandaan dan kepemilikian Oleh semua

pihak terkait mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD didistribusikan

Page 204: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 198

Pendokumentasian RPP mapel SNP oleh sekolah

Pendokumentasian Oleh semua pihak terkait mapel bertaraf internasional Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD oleh sekolah

KKM =75 untuk setiap mata pelajaran SNP KKM = 80 untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Inggris, TIK, dan PTD.

Kriteria Ketun-tasan Minimal

(KKM) Faktor-faktor sebagai dasar menetapkan KKM untuk setiap mata pelajaran SNP

Faktor-faktor sebagai dasar menetapkan KKM untuk setiap mata pelajaran bertaraf

internasional

5. Kalender Pendidikan

Alokasi waktu dan penetapan

kalender pendidikan

Ketentuan/aspek-aspek dalam menyusun kalender pendidikan Sekolah SNP

Ketentuan/aspek-aspek dalam menyusun kalender pendidikan SBI

2) Kisi-kisi dari STANDAR PROSES

NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

SNPSNPSNPSNP

INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL

Dasar-dasar perencanaan pengembangan

atau penyusunan silabus mapel SNP

Dasar-dasar perencanaan pengembangan atau

penyusunan silabus mapel bertaraf internasional

Perencana pengembangan atau

penyusunan silabus mapel SNP oleh guru sendiri

Perencana pengembangan atau penyusunan

silabus mapel bertaraf internasional oleh guru sendiri

Perencana pengembangan atau

penyusunan silabus mapel SNP MGMP sekolah

Perencana pengembangan atau penyusunan

silabus mapel bertaraf internasional oleh MGMP sekolah bersama sekolah/lembaga pasangan

atau mitra

Perencana pengembangan atau

penyusunan silabus mapel SNP MGMP sekolah

Perencana pengembangan atau penyusunan

silabus mapel bertaraf internasional oleh MGMP Kab/Kota/Provinsi (dalam cluster)

Merencanakan/mengmengembangkan silabus mapel SNP sama dengan silabus

yang telah disusun oleh pusat

Merencanakan/mengmengembangkan silabus mapel bertaraf internasional sama dengan

silabus yang telah disusun oleh pusat

Silabus SNP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

Disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi

Disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, dan sekolah/lembaga sister school yang

menyusun (adaptasi/adopsi sebagian yang relevan) bersama

Perencanaan

pengembangan atau

penyusunan silabus

Disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota

Direncanakan/dikembangkan dengan bentuk Bilingual

Ketentuan perencanaan penyusunan

atau pengembangan RPP mapel SNP

Ketentuan perencanaan penyusunan atau

pengembangan RPP maple bertaraf internasional

Perencana pengembangan atau

penyusunan RPP mapel SNP oleh guru sendiri

Perencana pengembangan atau penyusunan

RPP mapel bertaraf internasional oleh guru sendiri

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel SNP MGMP

sekolah

Perencana pengembangan atau penyusunan RPP mapel bertaraf internasional oleh MGMP

sekolah bersama sekolah/lembaga pasangan atau mitra

Perencana pengembangan atau

penyusunan RPP mapel SNP MGMP sekolah

Perencana pengembangan atau penyusunan

RPP mapel bertaraf internasional oleh MGMP Kab/Kota/Provinsi (dalam cluster)

Merencanakan/mengmengembangkan RPP mapel SNP sama dengan silabus

yang telah disusun oleh pusat

Merencanakan/mengmengembangkan RPP mapel bertaraf internasional sama dengan

silabus yang telah disusun oleh pusat

RPP SNP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

RPP disusun dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi

RPP disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, dan sekolah/lembaga sister school

yang menyusun (adaptasi/adopsi sebagian yang relevan) bersama

Perencanaan

pengembangan atau penyusunan

Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)

RPP disahkan oleh Kepala Dinas Kab/Kota

RPP berbentuk bilingual

Prinsip perbedaan individu peserta didik Prinsip budaya kerjasama

Prinsip partisipasi aktif peserta didik Prinsip relevansi isinya

Prinsip budaya membaca dan menulis Prinsip sesuai perkembangan IPTEK

Prinsip umpan balik dan tindak lanjut

Prinsip keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber

bahan

1 Perencanaan

Proses Pembelajaran

Prinsip-prinsip penyusunan RPP

Prinsip penerapan teknologi informasi

Prinsip e-manajement dalam penerapan RPP

Page 205: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 199

dan komunikasi

Kesesuaian/relevansi Bilingual

Kuantitas terpenuhi Produk luar negeri

Kedalaman materi Produk lembaga pendidikan/sekolah bertaraf

internasional

Variasi/jenis

Bahan Ajar

Keterjangkauan

Modern/up to date

Rombongan belajar: 32 peserta didik Jumlah peserta didik per rombongan belajar: 24-30 anak

Beban kerja minimal guru: 24 jam/minggu Menggunakan buku teks/referensi berbahasa asing (Inggris)

Buku teks pelajaran: (a) ditetapkan bersama dan sesuai Permendiknas; (b)

ratio 1:1 (per mapel per peserta didik); (c) buku panduan guru, referensi,

pengayaan, dll

Di luar kelas/sekolah

Pengelolaan kelas tepat / sesuai tuntutan kompetensi, dalam hal: pengaturan

duduk peserta didik, intonasi/volume suara guru, tutur kata, ketertiban PBM,

penguatan, umpan balik, penghargaan, sanksi, penggunaan waktu,dll

Jumlah rombongan belajar yang ditetapkan sebagai SBI

Jumlah rombongan belajar Metode CTL, PAKEM, CBSA, dll

Sarana TIK

Persyaratan pelaksanaan

proses pembelajaran

Bilingual

Kegiatan pendahuluan Penerapan pembelajaran tuntas/terdapat kegiatan tindak lanjut (pembelajaran remedial,

pengayaan, percepatan)

Kegiatan inti Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran yaitu:

aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan; kontekstual (CTL); dan model pembelajaran yang pro-perubahan

Kegiatan penutup (merangkum, penilaian, umpan balik, tindak lanjut,

rencana berikutnya)

Gabungan teori dan praktik

Menggunakan bilingual/menggunakan bahasa

inggris atau lainnya

Menggunakan TIK/e-learning

2 Pelaksanaan Proses

Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran lainnya

Keterlaksanaan penilaian hasil belajar Mengacu SKL

Pemenuhan ketentuan pelakdsanaan penilaian hasil belajar

Mengacu silabus dan rencana pembelajaran (SK dan KD) yang telah direncanakan

Berbasis TIK

3 Penilaian Hasil Belajar

Pelaksanaan Penilaian Hasil

Belajar

Penggunaan/implementasi Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan

Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Fasilitasi peserta didik

Tahapan pemantauan Tahapan tindak lanjut hasil penilaian

pembelajaran

Strategi pemantauan

Pemantauan

Pelaksana pemantauan

Bersama sekolah dengan sekolah pasangan dan pihak lain yang terkait

Pentahapan supervisi Tindak lanjut supervisi

Strategi supervise Mendasarkan pada prinsip : Plan-Do-Check-Action (PDCA)

Supervisi

Pelaksana supervisi Bersama sekolah dengan sekolah pasangan danserta pihak lain yang terkait

Tujuan evaluasi Bersama sekolah dengan sekolah pasangan dan pihak lain yang terkait

Strategi/cara Diselenggarakan melalui /cara membandingkan

proses evaluasi pembelajaran yang dilaksanakan guru dan standar proses

internasional

Evaluasi

Orientasi evaluasi

Pelaporan pembelajaran dan hasil penilaian pembelajaran

Laporan hasil pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran khususnya mata

pelajaran RSBI/SBI (Matematika, IPA, Bhs Inggris, TIK, dan PTD),kepada pemangku kepentingan :

Pelaporan

Tindak lanjut pelaporan

Penguatan dan penghargaan diberikan

kepada guru yang telah memenuhi standar

Pendampingan dan in hause training (IHT) bagi

guru

4 Pengawasan

Proses Pembelajaran

Tindak lanjut

Teguran yang bersifat mendidik terhadap

guru yang belum memenuhi standar

Perbaikan sistem atau kinerja sekolah

3) Kisi-kisi dari STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

Page 206: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 200

NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

SNPSNPSNPSNP

INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL

Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif,

dan inovatif dalam pengambilan keputusan.

Kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan

inovatif serta entrepreneurship dalam bidang: Matematika, IPA, Bahasa Inggris, TIK, PTD, dan

lainnya

Kecerdasan

Kemampuan menganalisis gejala alam dan

social, yaitu: gempa bumi, banjir, tanah lonsor, kemiskinan, pengangguran,

kriminalitas, kenakalan remaja, dll

Kemampuan memperdalam, memperkaya, dan

memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai gejala alam dan sosial

Pengalaman belajar melalui program

pembiasaan untuk mencari informasi/pengetahuan lebih lanjut dari

berbagai sumber belajar

Pengalaman belajar melalui program

pengembangan diri tentang pendalaman IPTEK

Pengalaman belajar yang mampu memanfaatkan lingkungan secara

produktif dan bertanggung jawab

Pengalaman belajar yang mampu mensinergikan dan mengembangkan pemanfaatan lingkungan

secara produktif, baik ditinjau dari sisi ilmiah maupun ekonomi.

Pengetahuan

Pengalaman mengekspresikan diri melalui kegiatan seni budaya

Pengalaman belajar yang mampu mengekspresikan, merefleksikan, dan

menunjukkan hasil karya dalam bidang seni dan budaya

Pengalaman belajar melalui kelompok

mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab

Pengalaman belajar untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab, seperti: berkomunikasi dengan bahasa asing, debat, kunjungan ke luar

negeri, pertukaran pelajar antar bangsa, dll

Pengalaman belajar untuk berpartisipasi

dalam penegakan aturan-aturan sosial

Pengalaman belajar untuk berpartisipasi dalam

penegakan aturan-aturan sosial serta berpartisipasi dalam kancah kehidupan

internasional

Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik

Pengalaman belajar yang mampu menumbuhkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang bertaraf internasional

Pengalaman belajar yang dapat

melibatkan partisipasi peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara secara demokratis dalam wadah NKRI

Pengalaman belajar yang dapat melibatkan

partisipasi peserta didik dalam kehidupan antar bangsa di dunia dalam rangka pergaulan dunia

Kepribadian

Pengalaman belajar untuk membentuk karakter peserta didik, menumbuhkan

rasa sportifitas dan kebersihan lingkungan

Pengalaman belajar untuk membentuk karakter peserta didik, menumbuhkan rasa kompetitif

atau daya saing tinggi dalam bidang kebersihan lingkungan dalam lingkup internasional

Pengalaman belajar melalui kelompok

mata pelajaran agama dan akhlak mulia

Pengalaman belajar melalui kelompok mata

pelajaran agama dan akhlak mulia dalam forum internasional

Pengalaman belajar untuk menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras,

dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional

Pengalaman belajar untuk menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan

golongan sosial ekonomi dalam lingkup globa/internasional

Pengalaman belajar dalam pembentukan

akhlak mulia

Akhlak Mulia

Pengalaman belajar berupa kegiatan

pembiasaan untuk menghargai perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang

lain

Kegiatan pembiasaan untuk menghargai

perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain

Pengalaman dalam menghasilkan karya

kreatif baik individual maupun kelompok

Pengalaman dalam menghasilkan karya kreatif

dan inovatif untuk menuju entrepreneur dan bersifat ekonomik (implementasi pengembangan ekonomi kreatif), seperti 14 bidang

Ketrampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan estetis

Ketrampilan dan pengetahuan melalui ketrampilan membaca dan menulis

Ketrampilan

Untuk Hidup

Pengalaman ketrampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara baik

dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris

Pengalaman belajar bidang ketrampilan membuat karya tulis ilmiah, karya ilmiah remaja,

penelitian, dan sejenisnya dalam berbagai bidang pengetahuan/sains, teknologi, dan

sebagainya pada tingkat internasional

Pengalaman belajar dalam

mengembangkan IPTEK seiring dengan perkembangannya

Pengalaman belajar dalam mengembangkan

IPTEK seiring dengan perkembangannya dan mampu berkompetisi secara internasional

1 Kompetensi

Lulus-an

Pendidikan lanjut

Pengalaman belajar mampu menguasai

pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan

Pengalaman belajar mampu menguasai

pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjutan bertaraf internasional

4) Kisi-kisi dari STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Page 207: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 201

NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

SNPSNPSNPSNP

INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL

Kualifikasi akademik

Kualifikasi akademik minimum Kualifikasi pendidikan S2/S3

Kesesuaian latar belakang pendidikan

Latar belakang pendidikan tinggi

Kesehatan jasmani dan

rohani

Kesehatan jasmani dan rohani Kesehatan rohani untuk menjalankan tugas mengajar

Kemampuan merencanakan pembelajaran Kemampuan merencanakan pembelajaran SBI

Kemampuan melaksanakan pembelajaran dengan berbasis TIK

Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran

dengan bahasa inggris/asing lainnya

Pelaksanaan pembelajaran

Kemampuan guru melaksanakan pengelolaan

pembelajaran dengan berbagai pola pendekatan

Kompetensi

pedagogik sebagai agen

pembelajaran.

Kompetensi mengevaluasi pembelajaran Kemampuan guru melaksanakan evaluasi

pembelajaran dengan berbasis TIK

Kompetensi kepribadian

sebagai agen pembelajaran

Integritas kepribadian dan tindakan Integritas kepribadian pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,

serta peraturan dan ketentuan yang berlaku lainnya

Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan santun dengan.menggunakan bahasa inggris

atau bahasa asing lainnya

Kemampuan berkomunikasi secara efektif dan

santun dengan.menggunakan sarana TIK

Kompetensi sosial sebagai

agen pembelajaran

Komuniukasi secara efektif dan santun

Kepedulian social

Penguasaan materi pelajaran yang merupakan pengembangan dari SK dan KD dari Standar isi

Kompetensi berbahasa inggris

Penguasaan materi pelajaran SNP

Kemampuan TIK

Kompetensi penelitian Kompetensi penelitian yang lebih luas

1 Guru

Kompetensi profesional

sebagai agen pembelajaran.

Kompetensi penulisan karya ilmiah Kompetensi penulisan karya ilmiah lebih luas

Kualifikasi pendidikan Kualifikasi akademik pendidikan minimum Sarjana S2 dari PT terakreditasi

Akredirasi PT asal

Kesesuaian

Kualifikasi akademik

minimum

Sertifikat

Keberadaan SK sebagai guru Kompetensi berbahasa inggris

Sertifikat pendidik Sertifikat kursus/pelatihan TIK

Kualifikasi khusus minimum.

. Surat Keputusan (SK) sebagai kepala

sekolah

Pengalaman

mengajar sebagai guru

SMP dan kesehatan

Pengalaman mengajar Pengalaman tambahan menjadi kepala sekolah

SSN

Kemampuan manajerial yang ditunjukkan dengan keberhasilan mengelola sekolah bertaraf

internasional

Wawasan internasional dan mampu membangun jejaring internasional;

Kemampuan kepemimpinan

Kemampuan manajerial

Prestasi kompetensi kepemimpinan

Keampuan kewirausahaan dalam mengelola

kegiatan produksi/ jasa sebagai sumber

pendanaan pendidikan

Kemampuan

kewirausahaan

Keampuan kewirausahaan dalam

mengelola kegiatan produksi/ jasa

Kemampuan kewirausahaan dalam mengelola

kegiatan produksi/ jasa sebagai sarana dan media pengembangan kreativitas, inovasi

peserta didik, dan entrepreneurship warga sekolah

Kemampuan untuk melakukan kegiatan evaluasi diri

2 Kepala Sekolah

Kemampuan supervisi dan

montoring.

Kemampuan untuk melakukan supervisi dan monitoring.

Keberhasilan kepala sekolah dalam kegiatan

supervisi, monitoring, dan evaluasi diri

Kompetensi berbahasa inggris Kualifikasi

akademik minimum Kepala

Administrasi.

Kualifikasi akademik minimun

Kompetensi TIK

Masa kerja waktu

diangkat menjadi kepala

administrasi

Masa kerja

Kompetensi berbahasa inggris

3 Tenaga

Admi-nistrasi

Kualifikasi akademik

Minimum Tenaga

Kualifikasi akademik minimum Kompetensi TIK

Page 208: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 202

Administrasi.

Kepemilikan kesesuaian latar

belakang pendidikan

dengan tugasnya sebagai

tenaga administrasi.

Latar belakang pendidikan

Kommpetensi berbahasa inggris Kualifikasi akademik Minimum Kepala Perpustakaan.

Memiliki kualifikasi akademik minimun Kompetensi TIK

Masa kerja waktu

diangkat menjadi kepala

perpustakaan

Masa kerja

Memiliki Kompetensi berbahasa inggris

4 Tenaga Perpustakaan

Kepemilikan

kesesuaian latar belakang

pendidikan dengan tugasnya sebagai tenaga

perpustakaan.

Latar belakang pendidikan

Kompetensi TIK

Kompetensi berbahasa inggris Kepemilikan

kualifikasi akademik

minimum kepala laboratorium.

Memiliki kualifikasi akademik minimum

Kompetensi TIK

Masa kerja waktu diangkat menjadi kepala

laboratorium.

Masa kerja

Kesesuaian latar

belakang pendidikan

dengan tugas sebagai kepala

laboratorium

Latar belakang pendidikan

Kompetensi berbahasa inggris Kualifikasi akademik

Minimum Teknisi Laboratorium.

Memiliki kualifikasi akademik minimum Kompetensi TIK

Berbahasa inggris

5 Tenaga Labo-

ratorium

Kualifikasi akademik minimum

laboran

Pendidikan minimal (D-I) Kompetensi TIK

6 Tenaga

Layanan Khusus

Pemenuhan

jumlah tenaga layanan khusus.

Jenis dan jumlah tenaga layanan khusus

5) Kisi-kisi dari STANDAR SARANA DAN PRASARANA

NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

SNPSNPSNPSNP

INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

BERTBERTBERTBERTARAF INTERNASIONALARAF INTERNASIONALARAF INTERNASIONALARAF INTERNASIONAL

Memenuhi kebutuhan pembangunan/penyediaan/pengembangan

ruang, lab, tempat olah raga, tempat pembelajaran di luar kelas, tempat apresiasi,

dan lain-lain yang bertaraf internasional

Luas lahan Memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik,

sebagaimana tercantum pada Tabel 1 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Kerjasama antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta masyarakat secara bersama bertanggungjawab dalam hal investasi

lahan

Kea-manan Terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan

jiwa.

Kenya-manan Terhindar dari gangguan pencemaran

1 Lahan

Ijin pemanfaatan lahan

Keperuntukan, ijin

Luas lantai Memenuhi ketentuan rasio minimum luas

lantai terhadap peserta didik, sebagaimana tercantum pada tabel 2 dari

Standar Sarana dan Prasarana.

Kese-lamatan Kekuatan, fasilitas, anti bahaya

Kese-hatan Sanitasi, pengelolaan pencemaran Memiliki kemampuan pengelolaan pencemaran lingkungan

2 Bangu-nan

Kenyamanan Ventilasi dan pencahayaan. Memanfaatkan fasilitas teknologi sesuai

spesifikasi, kualitas dan jumlahnya

Page 209: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 203

Daya listrik Daya listrik Bangunan gedung dilengkapi instalasi listrik dengan daya sesuai kebutuhan

Ijin bangunan Izin bangunan dan penggunaan

Peme-liharaan Jenis dan waktu pemeliharaan

Kecu-kupan secara kuanti-tas

Pengembangan kebutuhan bangunan, inventarisasi bangunan

Jumlah dan jenis pengembangan bangunan

Terdiri dari minimal 14 ruang/kelengkapan sarpras

Terdapat penambahan, perluasan, dan pengayaan kelengkapan sarpras

Terdapat laboratorium komputer Terdapat tambahan jumlah dan jenis ruang

Terdapat laboratorium bahasa Laboratorium matematika

Laboratorium Fisika

Laboratorium Kimia

Laboratorium Biologi

Laboratorium Pendidikan Teknologi Dasar (PTD)

Laboratorium IPS

Ruang penelitian dan pengembangan (R & D)

Ruang media pembelajaran

Ruang apresiasi, pertunjukan, pameran, presentasi, dll

Ruang serbaguna/aula

Green hause/sejenisnya

Keleng-kapan prasarana

Sarana dan prasarana pengembangan ekonomi

kreatif

Jumlah, kapasitas, rasio luasan/peserta didik ruang kelas

Berbasis TIK

Ruang kelas

Standar sebagaimana tercantum pada Tabel 4 dari Standar Sarana dan

Prasarana.

Pemenuhan tambahan sarpras

Tempat baca, luasan, lebar, dan

pencahayaan ruang perpustakaan

Berbasis TIK (e-library) dan kecukupan ruang

serta sumber belajar

Ruang perpus-

takaan

Dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pada Tabel 5 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Tempat praktik, daya tampung, rasio luasan/peserta didik, luasan,

pencahayaan, air bersih.

Ruang laboratorium IPA

Dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pada Tabel 6 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Fungsional, jenis ruang, jumlah ruang, luasan

Terdapat tambahan sarpras ruang pimpinan Ruang pim-pinan

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 7 dari Standar

Sarana dan Prasarana.

Fungsional, luasan, pencahayaan, jenis, jumlah

Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk pengembangan profesionalisme guru

Ruang guru

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 8 dari Standar

Sarana dan Prasarana.

Rasio, jumlah, janis Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk TU Ruang tata usaha

Dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pasa Tabel 9 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Jenis, jumlah, luasan, kenyamanan Tempat ibadah

Dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pada Standar Sarana dan Prasarana.

Luasan, kenyamanan, jenis/jumlah Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk ruang

konseling

Ruang konse-ling

Dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pada Tabel 10 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Luasan, jenis, jumlah, kenyamanan Ruang UKS

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 11 dari Standar

Sarana dan Prasarana.

Luas dan jumlah/jenis

Terdapat tambahan sarpras/fasilitas untuk ruang

organisasi kepeserta didikan

Ruang organi-

sasi kepeserta didikan Dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pasa Tabel 12 dari Standar

Sarana dan Prasarana.

Jumlah, jenis, luasan, keamanan

Jamban

Dilengkapi sarana sebagaimana

tercantum pasa Tabel 13 dari Standar Sarana dan Prasarana.

3 Kelengkapan Prasarana dan

Sarana

Gudang Luasan, jumlah, jenis

Page 210: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 204

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 14 dari Standar Sarana dan Prasarana.

Ruang sirkulasi Luasan, keamanan, kenyamanan

Tempat bermain/

berolahraga

Rasio, jenis, jumlah, kondisi Sarpras olah raga di dalam ruang/gedung

Dilengkapi sarana sebagaimana tercantum pasa Tabel 15 dari Standar

Sarana dan Prasarana.

6) Kisi-kisi dari STANDAR PENGELOLAAN

NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

SNPSNPSNPSNP INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL

Muatan aspek-aspek keinternasionalan Perumusan dan penetapan visi sekolah

Pelaksanaan sosialisasi aspek-aspek visi

keinternasionalan dan lebih luas

Visi sekolah

Sosialisasi

Misi sekolah Perumusan dan penetapan misi sekolah Pelaksanaan sosialisasi aspek-aspek misi

sekolah yang lebih luas

Perumusan dan penetapan tujuan sekolah Tujuan 4 (empat) tahunan dan 1 (satu) tahunan Tujuan sekolah

Kesesuaian dengan aspek-aspek SNP.

Rencana kerja jangka empat tahun atau RKS

Indikator-indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) yang bertaraf internasional.

Rencana kerja satu tahun atau RKAS RKS dan RKAS yang memuat indikator-indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) yang bertaraf

internasional telah disosialisasikan oleh pemimpin sekolah.

Sosialisasi

Isi RKAS

Persyaratan dan prosedur penerimaan peserta

didik

Matrikulasi (bridge course)

Bentuk pembinaan kepeserta didikan

Pembinaan kepeserta didikan bidang Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Perencanaan kegiatan bidang kepeserta

didikan.

Pembinaan kepeserta didikan dalam

pengembangan ekonomi kreatif

Strategi pengembangan

Langkah pengembangan

Perencanaan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbasis TIK

Pelibatan sekolah/lembaga pendidikan internasional

Perencanaan kurikulum dalamkegiatan PBKL

Perencanaan kurikulum dalamkegiatan pengembangan ekonomi kreatif

Perencanaan kegiatan bidang

pengembangan kurikulum dan pembelajaran.

Perencanaan kurikulum dalamkegiatan life skill

Perencanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN

pengelolaan pendayagunaan pendidik

Perencanaan kegiatan bidang

pengelolaan pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan. Perencanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN

pengelolaan pendayagunaan tenaga

kependidikan

Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan

prasarana pembelajaran.

Pengembangan pengelolaan kegiatan bidang

sarana dan prasarana pembelajaran/sekolah.

Perencanaan alokasi anggaran dari pemda provinsi

Perencanaan alokasi anggaran dari pemda kab/kota

Perencanaan alokasi anggaran dari komite sekolah/orang tua peserta didik

Perencanaan alokasi anggaran dari pusat

(Depdiknas)

Perencanaan alokasi anggaran dari

stakeholders lain

Perencanaan alokasi anggaran untuk

pengembangan pembinaan kepeserta didikan

Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan pembiayaan pendidikan.

Perencanaan alokasi anggaran untuk peserta didik tidak mampu

Perencanaan penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan pembelajaran

Pengembangan penciptaan kultur sekolah: perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan/evaluasi kegiatan dan hasil-hasilnya

1 Rencana Kerja Seko-lah

Rencana kerja sekolah

Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan

Rencana Bidang penyelenggaraan kerjasama/kemitraan

Page 211: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 205

Rencana Bentuk kerjasama/kemitraan

Perencanaan implementasi sekolah berbasis TIK

Perencanaan Implementasi system manajemen

mutu atau ISO 9001

Perencanaan Implementasi system manajemen mutu atau ISO 14000

Perencanaan kegiatan PBKL

Perencanaan kegiatan pengembangan ekonomi

kreatif

Perencanaan kegiatan life skill

Perencanaan pengembangan sistem manajemen sekolah

Perencanaan SIM berbasis TIK/cyber school

Perencanaan pengawasan Perencanaan pengawasan IKKT

Perencanaan kegiatan evaluasi diri. Perencanaan evaluasi diri kinerja SSN dan SBI

Perencanaan evaluasi kinerja pendidik

dan tenaga kependidikan.

Perencanaan kegiatan persiapan bahan

akreditasi

Perencanaan kegiatan persiapan bahan

akreditasi internasional

Pedo-man pengelolaan

sekolah

Pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan

Pedoman pengelolaan program/kegiatan dalam upaya pencapaian pemenuhan IKKT

Struktur organi-

sasi sekolah

Struktur organisasi dengan uraian tugas Tambahan/pengembangan anggota organisasi

dalam pencapaian pemenuhan IKKT

Pelaksanaan

kegiatan sekolah

Pelaksanaan kegiatan sekolah

Persyaratan dan prosedur penerimaan peserta didik

Matrikulasi (bridge course)

Bentuk pembinaan kepeserta didikan

Pembinaan kepeserta didikan bidang Pendidikan

Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL)

Pembinaan kepeserta didikan bidang life skill

Bidang kepeserta didikan

Pelaksanaan kegiatan bidang kepeserta didikan.

Pembinaan kepeserta didikan dalam pengembangan ekonomi kreatif

Strategi pelaksanaan pengembangan

Langkah pelaksanaan pengembangan

Pelaksanaan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbasis TIK

Pengembangan kurikulum dan program pembelajaran berbentuk bilingual

Pelibatan sekolah/lembaga pendidikan internasional

Bidang kuriku-

lum dan kegiatan pembe-lajaran

Pelaksanaan bidang pengembangan

kurikulum dan pembelajaran.

Legitimasi dari sekolah/lembaga pendidikan

internasional

Pelaksanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN

pengelolaan pendayagunaan pendidik

Bidang pendidik

dan tenaga kepen-didikan

Pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan

pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan.

Pelaksanaan kegiatan bidang PENGEMBANGAN

pengelolaan pendayagunaan tenaga kependidikan

Bidang sarana

dan prasa-rana

Pengelolaan kegiatan bidang sarana dan

prasarana pembelajaran.

Pengembangan pengelolaan kegiatan bidang

sarana dan prasarana pembelajaran/sekolah.

Pengelolaan penggunaan dana bantuan: pemerintah pusat, provinsi, kab/kota, komite sekolah, dan sumber dana lain

Audit penggunaan dana

Pertanggungjawaban /pelaporan pengelolaan dana sekolah

Bidang keuang-an dan pembi--ayaan

Pengelolaan kegiatan bidang keuangan dan pembiayaan pendidikan.

Implementasi MBS dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan

Budaya dan lingkungan

sekolah

Penciptaan suasana, iklim, dan lingkungan pembelajaran yang kondusif.

Pengembangan penciptaan kultur sekolah

Bidang penyelenggaraan kerjasama/kemitraan

Tujuan kerjasama/kemitraan

Bentuk kerjasama/kemitraan

Peran serta masyarakat dan

kemitraan sekolah

Keterlibatan masyarakat pendukung dan membangun kemitraan dengan lembaga

lain yang relevan.

Legitimasi kerjasama/kemitraan

Implementasi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan/evaluasi sekolah berbasis TIK dan PAS

Implementasi system manajemen mutu atau ISO

9001

2 Pelak-sanaan Renca-na Kerja

Seko-lah

Pengembangan sistem manajemen mutu

sekolah

Implementasi system manajemen mutu atau ISO

14000

Program pengawasan dan sosialisasi Kepemilikan program pengawasan dengan Isi /

sasaran IKKT

Pelaksanaan pengawasan Pelaksanaan pengawasan IKKT

Pro-gram penga-

wasan

Isi / sasaran kepengawasan

Evaluasi diri Pelaksanaan kegiatan evaluasi diri. Pelaksanaan evaluasi diri kinerja SSN dan SBI

3 Pengawasan

dan Evalu-asi

Evaluasi pendayagunaan

pendidik dan tenaga kepen-

didikan

Pelaksanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.

Pelaksanaan evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan lainnya

Page 212: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 206

Akreditasi sekolah

Pelaksanaan persiapan bahan akreditasi Pelaksanaan persiapan bahan yang diperlukan untuk akreditasi sekolah oleh badan akreditasi internasional

4 Kepemimpin-an Seko-lah

Kepe-mim-pinan kepala dan wakil

kepala sekolah

Struktur kepemimpinan Struktur kepemimpinan sekolah yang dikembangkan sesuai kondisi sekolah

Pelaksanaan /menerapkan SIM berbasis

TIK/cyber school

5 Sistem Infor-

masi manajemen

seko-lah

Penge-lolaan

info-rmasi manajemen

sekolah

Sistem informasi manajemen

Sasaran/bidang yang dimasukkan/terprogram dalam SIM sekolah berbasis TIK

7) Kisi-kisi dari STANDAR PEMBIAYAAN

NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

SNPSNPSNPSNP

INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL

Sumber dana dari pemerintah pusat

Sumber dana dari pemda provinsi

Sumber dana dari pemda kab/kota

Sumber dana dari komite sekolah/orang tua

peserta didik

Penyusunan

RAPBS

Keterlibatantakeholders sekolah dalam

penyusunan RKS dan RKAS

Sumber dana dari stakeholders lain

Pencapaian dana bantuan untuk investasi

sarana dan prasarana utama dari pemerintah pusat

Pencapaian dana bantuan untuk investasi sarana dan prasarana utama dari pemerintah

provinsi

Pencapaian dana bantuan untuk investasi

sarana dan prasarana utama dari pemerintah kab/kota

Pencapaian dana bantuan untuk investasi

sarana dan prasarana utama dari masyarakat/komite sekolah/dll

Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana lain dari pemerintah pusat

Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan prasarana lain dari pemerintah provinsi

Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan

prasarana lain dari pemerintah kab/kota

Sarana dan

prasarana

Catatan tahunan berupa dokumen nilai

aset sarana dan prasarana

Pencapaian dana bantuan investasi sarana dan

prasarana lain dari masyarakat/komite sekolah/dll

Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan tenaga kependidikan dari

pemerintah pusat

Pencapaian perolehan dana bantuan investasi pendidik dan tenaga kependidikan dari

pemerintah provinsi

Pengembangan pendidik dan

tenaga kependidikan

Pembelanjaan biaya untuk pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan

Pencapaian perolehan dana bantuan investasi

pendidik dan tenaga kependidikan dari pemerintah kab/kota

1 Biaya Investasi

Modal kerja Modal kerja untuk membiayai seluruh kebutuhan pendidikan

Gaji pendidik Pembayaran gaji, insentif, transport, dan

tunjangan lain pendidik

Pencapaian pembiayaan di luar gaji bagi

pendidik

Gaji tenaga

kependidikan

Pembayaran gaji, insentif, transport, dan

tunjangan lain tenaga kependidikan

Pencapaian pembiayaan di luar gaji bagi tenaga

kependidikan

Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran bilingual

Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran berbasis TIK

Pencapaian pembiayaan pengadaan bahan ajar

Kegiatan pembelajaran

Mengalokasikan biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan

Pencapaian pembiayaan kegiatan pembelajaran di luar sekolah

Pencapaian pembiayaan kegiatan pencapaian prestasi akademik

Pencapaian pembiayaan kegiatan pencapaian prestasi non akademik

Pencapaian pembiayaan kegiatan PPDB

Pencapaian pembiayaan kegiatan matrikulasi

Pencapaian pembiayaan kegiatan PBKL

Pencapaian pembiayaan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif

Pencapaian pembiayaan kegiatan PTD

2 Biaya

Operasional

Kegiatan kepeserta

didikaan

Alokasi dana untuk kegiatan kepeserta didikan.

Pencapaian pembiayaan kegiatan life skill

Page 213: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 207

Alat tulis sekolah Pengeluaran biaya pengadaan alat tulis.

Bahan habis pakai

Pengeluaran biaya pengadaan bahan habis pakai

Alat habis pakai Pengeluaran biaya pengadaan alat habis pakai.

Kegiatan rapat Pengeluaran biaya pengadaan kegiatan rapat.

Transport dan

perjalanan dinas

Pengeluaran biaya pengadaan transport

dan perjalanan dinas.

Pencapaian pembiayaan kegiatan perjalanan ke

luar negeri

Penggandaan

soal-soal ujian

Pengeluaran biaya penggandaan soal-soal

ujian

Pencapaian pembiayaan penggandaan soal dan

penyelenggaraan tes, ujian, dan lainnya yang bertaraf internasional

Daya dan jasa Penyediaan biaya pengadaan daya dan

jasa

Kegiatan

operasional pendidikan tidak

langsung

Penyediaan anggaran untuk mendukung

kegiatan operasional tidak langsung

Pencapaian pembiayaan jasa internet

Pencapaian pungutan biaya pendidikan Sumbangan

pendidikan

Penggunaan sumbangan pendidikan atau

dana dari masyarakat Pencapaian dana sumbangan

Uang sekolah Penetapan uang sekolah mempertimbangkan kemampuan ekonomi

orangtua peserta didik.

Pencapaian/realisasi biaya operasional pendidikan per anak per tahun

Subsidi silang Pelaksanaan subsidi silang

Biaya operasional

lain

Penggalangan biaya operasional lain di

samping iuran komite rutin dan fisik sekolah

Penetapan biaya operasional

Pengambilan keputusan dalam penetapan dana dari masyarakat

3 Biaya Personal

Pengelolaan biaya operasional

Pengelolaan dana dari masyarakat

Pedo-man penge-lolaan keu-angan

Pedoman pengelolaan keuangan

Pembu-kuan biaya opersional

Pembukuan biaya opersional

4 Transparansi dan

Akuntabilitas

Laporan

pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan

Pembuatan laporan pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan dan menyampaikannya pada pemerintah atau

yayasan.

Laporan pertanggungjawaban pengelolaan

keuangan berbasis TIK/website (online system)

8) Kisi-kisi dari STANDAR PENILAIAN

NONONONO KOMPOKOMPOKOMPOKOMPO----NENNENNENNEN ASPEKASPEKASPEKASPEK INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

SNPSNPSNPSNP INDIKATORINDIKATORINDIKATORINDIKATOR

BERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONALBERTARAF INTERNASIONAL

Penginformasian rancangan penilaian dalam

silabus berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD

Penginformasian kriteria penilaian dalam silabus

berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD

Penginformasian RPP berbentuk bilingual mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan

TIK/PTD pada awal semester.

Informasi silabus

mata pelajaran

Penginformasian silabus mata pelajaran

SNP

Penginformasian bahan ajar/buku/referensi berbentuk bilingual mata pelajaran IPA,

Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD pada awal semester

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun

silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran IPA.

1 Penilaian oleh

pendidik

Indikator pencapaian KD

dan teknik penilaian

Pengembangan indikator pencapaian KD dan teknik penilaian SNP

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap

teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan,

perluasan, dan pendalaman mata pelajaran IPA

Page 214: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 208

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan,

dan pendalaman mata pelajaran Matematika.

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap

teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan,

perluasan, dan pendalaman mata pelajaran Matematika.

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan, dan pendalaman mata pelajaran Bahasa Inggris

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap

teknik penilaian yang sesuai pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan, perluasan,

dan pendalaman mata pelajaran TIK/PTD

Pengembangan indikator pencapaian KD terhadap

teknik penilaian berbentuk bilingual pada saat menyusun silabus pengayaan, pengembangan,

perluasan, dan pendalaman mata pelajaran TIK/PTD.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran IPA yang telah dikembangkan,

diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian

mata pelajaran IPA yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf

internasional berbentuk bilingual.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian

mata pelajaran Matematika yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan

diperdalam bertaraf internasional.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian

mata pelajaran Matematika yang telah

dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional berbentuk

bilingual.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian

mata pelajaran Bahasa Inggris yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan

diperdalam bertaraf internasional.

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian

mata pelajaran TIK/PTD yang telah dikembangkan, diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf

internasional.

Pengem-bangan instru-men

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian SNP

Pengembangan instrumen dan pedoman penilaian mata pelajaran TIK/PTD yang telah dikembangkan,

diperluas, dikayakan, dan diperdalam bertaraf internasional berbentuk bilingual.

Pelaksanaan penilaian

Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang

diperlukan.

Pelaksanaan tes, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan mata

pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD dalam bentuk bilingual

Pengolahan hasil penilaian

Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik.

Pengolahan hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar peserta didik berbasis TIK

Pengem-balian hasil penilaian

Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik.

Pengembalian hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik berbasis TIK dan berbentuk

bilingual.

Peman-faatan

hasil penilaian

Pemanfaatan hasil penilaian untuk

perbaikan penilaian dan pembelajaran

Pemanfaatanhasil penilaian untuk perbaikan

penilaian dan pembelajaran berbasis TIK dan bilingual.

Pela-poran hasil penilaian pada

akhir semes-ter

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala

sekolah dalam bentuk laporan prestasi hasil belajar peserta didik.

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada kepala sekolah

dalam bentuk laporan prestasi hasil belajar peserta didik berbasis TIK dan bilingual.

Pela-poran hasil

penilaian akhlak mulia

Pelaporan hasil penilaian akhlak peserta

didik kepada guru Pendidikan Agama dan hasil penilaian kepribadian peserta didik

kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan

Penen-tuan Kriteria Ketun-

tasan Minimum (KKM)

Penentuan KKM setiap mata pelajaran dengan memperhatikan ketentuan

Penentuan KKM pada mata pelajaran bertaraf internasional seperti: IPA, Matematika, Bahasa

Inggris, dan TIK/PTD, dengan memperhatikan standar nilai internasional (mutu internasional)

2 Peni-laian oleh Satuan Pendi-

dikan

Koordinasi

evaluasi

Pengkoordinasian evaluasi tengah

semester, evaluasi akhir semester, dan evaluasi kenaikan kelas.

Koordinasi evaluasi awal semester terhadap

kompetensi peserta didik, yaitu: melaksanakan kegiatan presentasi peserta didik dalam rencana

belajar/prestasi yang akan dicapai dan dilakukan pada awal tahun ajaran;

Page 215: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 209

Koordinasi evaluasi akhir semester terhadap kompetensi peserta didik, yaitu: melaksanakan kegiatan presentasi peserta didik atas hasil-hasil

belajar/prestasi yang telah dicapai dan dilakukan pada akhir tahun ajaran

Kriteria kenaikan kelas

Penentuan kriteria kenaikan kelas Penerapan sistem SKS

Penen-tuan nilai akhir kelom-pok

mata pelaja-ran

Penentuan nilai akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,

kewarganegaraan dan kepribadian, iptek, estetika, serta jasmani, olahraga, dan kesehatan

Penentuan nilai akhir mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD

Penye-lengga-raan ujian

sekolah

Penyelenggaraan ujian sekolah dan menentukan kelulusan peserta didik dari

ujian sekolah

Penyelenggaraan ujian sekolah yang bertaraf internasional dan menentukan kelulusan peserta

didik dari ujian sekolah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) ujian sekolah,

khususnya mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Inggris, dan TIK/PTD

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran dalam bentuk bilingual untuk semua kelompok mata

pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik.

Pela-poran hasil penilaian mata

pela-jaran

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran

pada setiap akhir semester

Pelaporan hasil penilaian mata pelajaran untuk

semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik

dalam bentuk buku laporan hasil belajar peserta didik dengan SIM yang berbasis TIK

Pela-poran

pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendi-dikan

Pelaporan pencapaian hasil belajar

tingkat satuan pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Pelaporan pencapaian hasil belajar tingkat satuan

pendidikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam bentuk bilingual dengan dan TIK (ONLINE system)

Penen-tuan kelu-lusan

Penentuan kelulusan peserta didik melalui rapat dewan guru sesuai kriteria

kelulusan.

Pelaksanaan ujian sekolah yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Bertaraf

Internasional dan Standar Isi yang diperkaya dengan standar dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

Pelaksanaan ujian sekolah dalam bahasa Inggris

atau bahasa asing lainnya.

Fasilitasi peserta didiknya untuk mengakses

sertifikasi yang diakui secara internasional dan/atau mengikuti ujian akhir sekolah yang

sederajat dari negara anggota OECD atau negara maju lainnya.

Pener-bitan SKHUN

Penerbitan dan penyerahan Surat Keterangan Hasil Ujuan Nasional (SKHUN)

Penerbitan dan penyerahan Surat Keterangan Hasil Ujuan bertaraf internasional setiap peserta

didik yang mengikuti Ujian bertaraf internasional

Pener-bitan ijazah

Penerbitan dan penyerahan ijazah setiap peserta didik yang telah lulus bagi sekolah

penyelenggara UN.

Penerbitan dan penyerahan serifikat bertaraf internasional pada setiap peserta didik yang telah

lulus bagi sekolah penyelenggara ujian internasional.

3 Penilaian oleh peme-rintah

Peman-faatan hasil UN untuk

penen-tuan kelan-jutan studi

Hasil UN digunakan sebagai salah satu penentu penerimaan peserta didik baru

Hasil ujian bertaraf internasional digunakan sebagai salah satu penentu penerimaan peserta

didik baru pada jenjang pendidikan lanjutan yang bertaraf internasional

Page 216: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 210

LAMPIRAN – 3: CONTOH BERITA ACARA

SERAH TERIMA PENYELENGGARAAN RSBI/SBI DARI PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN/KOTA

KEPADA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI

BERITA ACARA

……………………………

NOMOR: ---------------------------------

……………………………

TENTANG

SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

DAN / ATAU

SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI)

DARI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. ……..

KEPADA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI ……………………………..

Dalam rangka pelaksanaan: (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah

Kabupaten/ Kota, khususnya Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI); (2) Peraturan Pemerintah Nomor 48Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan; (3)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; dan (2) Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI) pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, maka perlu dilaksanakan

pengalihan/serah terima status penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau

yang dipersiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dari

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ….. ………………… kepada Pemerintah Daerah Provinsi

……………………………

Pada hari ini …… tanggal ….bulan ….tahun ….bertempat di ….., kami yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Nama : ………………………………….

Jabatan : Bupati/Wali Kota ……..

Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ….. yang

selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

2. Nama : ……………………………………

Jabatan : Gubernur …………………..

Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Provinsi ….. yang selanjutnya

disebut PIHAK KEDUA

Dengan ini kedua belah pihak telah sepakat untuk melaksanakan serahterima status penyelenggaraan

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu SMP

……………………… yang berkedudukan di ………………. , dengan ketentuan sebagaimana tersebut di bawah

ini.

Pasal 1

Page 217: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 211

(1) PIHAK PERTAMA menyerahkan status penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

(RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf

Internasional (SBI) tersebut beserta: (1) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PNS dan Non PNS)

RSBI/SBI, (2) Sarana dan Prasarana RSBI/SBI dan aset-aset lainnya sebagaimana tercantum dalam

Lampiran I, II, III, …., (3) sosialisasi kurikulum RSBI/SBI, (4) pendanaan pendidikan RSBI/SBI, dan (5)

pengendalian mutu pendidikan RSBI/SBI dalam Berita Acara ini, kepada PIHAK KEDUA untuk

diterima menjadi asset, diselenggarakan, dikelola, dan dibina sesuai kewenangannya berdasarkan

peraturan perundangan yang berlaku.

(2) PIHAK PERTAMA membantu PIHAK KEDUA dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan pembinaan

Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang disiapkan untuk dikembangkan

menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut PASAL 1 (1) sesuai dengan

kewenangan, kemampuan, dan kondisi PIHAK PERTAMA.

(3) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PNS dan Non PNS) RSBI/SBI, (2) Sarana dan Prasarana RSBI/SBI

dan aset-aset lainnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran I, II, III, …….., merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.

Pasal 2

Penyerahan penyelenggaraan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) atau sekolah yang

disiapkan untuk dikembangkan menjadi SBI dan/atau Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) tersebut

sebagaimana dimaksud pada Pasal 1, PIHAK KEDUA menerima penyerahan tersebut dan

mendayagunakan seoptimal mungkin bagi kepentingan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan

pembangunan serta pelayanan kepada masyarakat sesuai kewenangan masing-masing berdasarkan

peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 3

Berita Acara Serah Terima ini dibuat untuk disampaikan kepada PIHAK PERTAMA (bermeterai), PIHAK

KEDUA (bermeterai), Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan Nasional, Ketua DPRD Provinsi ….,

Ketua DPRD Kabupaten/Kota …., Kepala Bappeda Provinsi …., Kepala Badan Kepegawaian Daerah

Provinsi …., Kepala Biro Pengelolaan Aset Setda Provinsi …., Kepala Biro Organisasi Setda Provinsi ….,

Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi …., Kepala Biro Pemerintahan Setda Provinsi …., Kepala Biro Hukum

dan HAM Setda Provinsi …., Kepala Dinas Pendidikan Provinsi …., Kepala Kantor Arsip Daerah Provinsi

….., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota …., Bagian Umum, Perlengkapan dan Aset Setda

Kabupaten/Kota …., Kepala Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi Kabupaten/Kota …., …. Dan

lain-lain sesuai kondisi dan kebutuhan daerah provinsi dan kabupaten/kota yang terkait.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

…………………….. ………………………….

DILAKUKAN DIHADAPAN

KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….

……………………………………………………………………….

KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….

………………..……………………………………………………

LAMPIRAN I

BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI …………………………………….

……………………………

Page 218: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 212

NOMOR: ---------------------------------

……………………………

NAMA-NAMA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA ……..:………..

NO. NAMA NIP TEMPAT/

TGL LAHIR

PENDIDIKAN (KUALIFIKASI

DAN BIDANG STUDI) JABATAN

STATUS

KEPEGAWAIAN

PANGKAT/

GOLONGAN TEMPAT

PNS SMP …..

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

…………………….. ………………………….

DILAKUKAN DIHADAPAN

KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….

……………………………………………………………………….

KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….

………………..……………………………………………………

LAMPIRAN II

BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI …………………………………….

……………………………

NOMOR: ---------------------------------

……………………………

Page 219: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 213

SARANA DAN PRASARANA KABUPATEN/KOTA ……..:………..

A. BARANG TIDAK BERGERAK/TANAH/BANGUNAN

NO. NAMA BARANG KONDISI LUAS LOKASI STATUS ASAL USUL HARGA KETERANGAN

B. BARANG BERGERAK/INVENTARISASI LAINNYA

NO. NAMA BARANG KONDISI LUAS LOKASI STATUS ASAL USUL HARGA KETERANGAN

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

…………………….. ………………………….

DILAKUKAN DIHADAPAN

KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….

……………………………………………………………………….

KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….

………………..……………………………………………………

LAMPIRAN ........................

BERITA ACARA SERAH TERIMA STATUS PENYELENGGARAAN RSBI DAN/ATAU SEKOLAH BERTARAF

INTERNASIONAL (SBI) DARI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA ……….. KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI …………………………………….

……………………………

NOMOR: ---------------------------------

……………………………

…………………………………………………

Page 220: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 214

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA

…………………….. ………………………….

DILAKUKAN DIHADAPAN

KETUA DPRD KABUPATEN/KOTA ………………….

……………………………………………………………………….

KETUA DPRD PROVINSI ……………………………….

………………..……………………………………………………

LAMPIRAN-4:

PANDUAN PROSES PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA RINTISAN SBI

A. Pendahuluan

Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) kurikulum SBI (Sekolah Bertaraf

Internasional) diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup

dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan global,

ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk

Page 221: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 215

menciptakan tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta

mewujudkan karakter nasional. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu

mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan.

Model pembelajaran kurikulum SBI yang mengarah kepada pembelajaran terpadu antar

bidang IPA merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk

diaplikasikan pada kegiatan pendidikan. Model pembelajaran ini pada hakikatnya

merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik

secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep

serta prinsip secara holistik dan autentik. Pembelajaran ini merupakan model yang

mengarah pada integrasi beberapa pokok bahasan secara tematik.

Melalui pembelajaran IPA yang terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman

langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan

menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih

untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara holistik,

bermakna, autentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang

guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik.

Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan

menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi

bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema

kognitif, sehingga peserta didik memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan.

Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia

nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan tema atau topik tentang suatu

wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah

dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep

atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya

tema lingkungan dapat dibahas dari sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi

dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan

hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya,

atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan

perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran

terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas

berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk

pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan

lebih efektif.

B. Persyaratan Pengelolaan Proses Pembelajaran IPA

1. Jumlah maksimum peserta didik setiap rombongan belajar adalah 24 peserta didik.

2. Penyiapan pelaksanaan pembelajaran IPA dalam SBI diperhitungkan sebagai beban

tugas dengan kesetaraan 2 jam persiapan setara dengan 1 jam tatap muka.

3. Buku teks IPA berbahasa Inggris merupakan salah satu sumber belajar dalam

pembelajaran IPA. Rasio antara jumlah buku teks dan jumlah siswa adalah 1 : 1.

4. Pengaturan tempat duduk disesuaikan dengan aktivitas pembelajaran yang akan

dilakukan.

Page 222: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 216

5. Materi pelajaran disesuaikan dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta

didik.

6. Laboratorium memiliki peralatan dan bahan yang memadai, serta laboran.

7. Sekolah memiliki perangkat TIK berbasis internet.

8. Menerapkan sistem siswa pindah kelas (moving class).

C. Perencanaan Pembelajaran IPA

1. Rencana pembelajaran IPA disusun dengan memperhatikan perbedaan individu

peserta didik.

2. Rancangan proses pembelajaran IPA harus mampu mendorong partisipasi aktif

peserta didik.

3. Rencana pembelajaran IPA mencerminkan penumbuhan budaya membaca dan

menulis.

4. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,

pengayaan, dan remedi.

5. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas

mata pelajaran, keragaman budaya, dan isu-isu lokal dan global.

6. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan

komunikasi secara terintegrasi dalam pembelajaran IPA.

7. RPP dikembangkan dalam bahasa Inggris memuat maksimal satu kompetensi dasar

untuk satu kali pertemuan atau lebih.

8. Substansi RPP sekurang-kurangnya berisi: SK, KD, Tujuan Pembelajaran, Materi

Pembelajaran, Metode pembelajaran, Langkah-Langkah Pembelajaran, Sumber

belajar, dan Penilaian hasil belajar.

9. Bahan ajar disiapkan dan dikembangkan dalam berbagai bentuk seperti handout,

LKS, modul, dan bahan ajar berbasis TIK.

D. Pelaksanaan Pembelajaran IPA

1. Pembelajaran menggunakan bahasa Inggris.

2. Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik berpikir, bersikap, dan bekerja secara

ilmiah.

3. Memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk belajar secara aktif.

4. Membantu peserta didik mengembangkan kerangka kerja konseptual, mengambil

keputusan, dan keterampilan pemecahan masalah.

5. Mendorong peserta didik berdiskusi dan beraktivitas kelompok.

6. Membantu peserta didik mengalami (kognitif, afektif, dan psikomotorik) IPA melalui

cara-cara yang bervariasi, menarik, dan menyenangkan.

7. Menilai pemahaman peserta didik sesering mungkin melalui proses pembelajaran.

8. Melatih peserta didik agar dapat mengorganisasi, memproses, menyimpan, dan

mengkomunikasikan data.

9. Menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mengembangkan

teknologi sederhana.

10. Melatih peserta didik berkompetisi dan menghargai hasil karya orang lain.

11. Melatih peserta didik untuk melakukan metakognisi mengenai proses dan hasil

pembelajarannya.

12. Melatih peserta didik untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui tugas-tugas

autentik.

Page 223: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 217

E. Contoh-contoh RPP yang Membangun Dampak Sertaan Berbeda.

1. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain

secara logis, kritis, dan kreatif.

2. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

3. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri dan kolaboratif sesuai dengan

potensi yang dimilikinya.

4. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

5. Mendeskripsi gejala alam dan sosial.

6. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab.

7. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

PANDUAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA RINTISAN SBI

A. Prinsip 1: Pembelajaran Bahasa secara Terpadu

Pengembangan kompetensi mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis dalam proses

pembelajaran hendaknya selalu diupayakan dalam bentuk kegiatan berbahasa terpadu yang

melibatkan lebih dari satu keterampilan berbahasa.

1. Aplikasi (contoh-contoh)

• Pengembangan kompetensi mendengarkan dapat dikaitkan dengan kegiatan berbicara

atau menulis. Demikian juga, pengembangan kompetensi membaca dapat dikaitkan

dengan kegiatan berbicara atau menulis. Jika ini dilakukan, maka fungsi kegiatan

berbicara atau menulis adalah sebagai indikator dikuasainya kompetensi mendengarkan

atau membaca.

• Dalam mengembangkan kompetensi berbicara, para siswa diminta untuk mendengarkan

teks lisan dan/atau membaca teks tulis tentang suatu topik yang serupa, kemudian

berdasarkan apa yang telah didengarkan dan/atau dibaca tersebut, siswa diminta untuk

mengungkapkan pendapatnya secara lisan (pengembangan kompetensi berbicara).

Dengan cara demikian, para siswa juga dilatih mengembangkan keterampilan berpikir

secara kritis melalui komunikasi lisan.

• Dalam mengembangkan kompetensi menulis, para siswa diminta untuk mendengarkan

teks lisan dan/atau membaca teks tulis tentang suatu topik yang serupa, kemudian

berdasarkan apa yang telah didengarkan dan/atau dibaca tersebut, siswa diminta untuk

mengungkapkan pendapatnya secara tertulis (pengembangan kompetensi menulis).

Melalui kegiatan ini, keterampilan berpikir kritis siswa dapat dikembangkan bersamaan

dengan pengembangan keterampilan menulis dengan menggunaan ragam bahasa

formal.

Page 224: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 218

• Selain kegiatan berbicara atau menulis secara terpadu, kegiatan berbicara atau menulis

dapat juga dilakukan secara mandiri dari segi isi atau ide yang diungkapkan. Kegiatan

berbicara atau menulis tentang dirinya sendiri (latar belakang pendidikan, latar belakang

keluarga, pengalaman diri sendiri) termasuk kegiatan yang mandiri, yaitu semua

informasi yang dipaparkan berasal dari dirinya sendiri, bukan berasal dari apa yang baru

saja didengar atau dibaca.

2. Implikasi

• Perlu dikembangkan dan/atau dihimpun bahan-bahan ajar dalam bentuk teks tulis dan

lisan dari berbagai sumber seperti koran, majalah, TV (rekaman atau langsung), internet,

dan radio (rekaman atau langsung), yang berisi topik-topik yang relevan sehingga dapat

digunakan untuk pengembangan kegiatan pembelajaran yang diarahkan untuk

membentuk kompetensi berbicara dan menulis yang sekaligus membentuk kompetensi

mendengarkan dan membaca.

• Perlu diselenggarakan sarasehan para guru sesama pengajar Bahasa Inggris (misalnya

dalam wadah MGMP) untuk mengembangkan dan/atau menghimpun bahan ajar seperti

tersebut di atas. Selain mengembangkan dan/atau menghimpun bahan ajar, sarasehan

guru juga dapat diarahkan untuk secara bersama-sama memikirkan pengembangan

strategi pembelajaran yang dianggap tepat untuk membantu para siswa menguasai

kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan.

B. Prinsip 2: Selalu saling belajar

Proses pembelajaran hendaknya memberdayakan semua pihak melalui strategi yang

memungkinkan terjadinya proses saling belajar secara berkelanjutan sehingga sekolah akan

berkembang menjadi organisasi pembelajaran. Pengembangan profesional secara

berkelanjutan bagi guru dapat dilakukan dengan melakukan penelitian tindakan kelas.

1. Aplikasi (contoh-contoh)

• Potensi unik masing-masing siswa dimanfaatkan untuk mengatasi kendala yang ada

demi peningkatan efektivitas pembelajaran. Misalnya, siswa yang lafalnya bagus diminta

memberikan contoh atau menjadi tutor bagi teman-temannya, dan mereka yang mahir

menulis diminta untuk menjadi tutor bagi siswa yang memerlukannya. Mereka yang

pintar menggambar diminta untuk membuat ilustrasi bagi cerita yang dibuat temannya.

• Siswa difasilitasi untuk dapat mengenal kelebihan dan kekurangan dirinya dan

mengenali kelebihan orang lain yang dapat membantunya untuk mengatasi kekurangan

dirinya lewat diskusi reflektif berdasarkan data penilaian.

• Siswa dilatih untuk menyimak siswa lain yang sedang menjawab pertanyaan atau

berpendapat dan diminta mensikapi jawaban atau pendapat tsb.

• Guru dengan senang hati bersedia menerima kritik dan saran siswanya, baik dalam hal

cara mengajarnya, cara memperlakukan siswanya, kinerja bahasa Inggrisnya, dan sikap

sosialnya serta penampilan fisiknya.

• Pada saat yang tepat, guru berani mengakui kekurangan dan kesalahan di depan siswa-

siswanya.

• Dari waktu ke waktu, dalam situasi yang tepat, guru mengajak siswa untuk bersama-

sama meningkatkan diri.

Page 225: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 219

• Sesama guru bahasa Inggris saling mengamati proses pembelajaran di kelas dan saling

memberikan masukan untuk kemajuannya, dan lebih bagus jika dilakukan dengan

penelitian tindakan kelas.

2. Implikasi

• Perlu disusun (1) perangkat instrumen untuk mengenali gaya belajar siswa; (2)

perangkat instrumen untuk mengenali tipe kepribadian siswa; (3) perangkat instrumen

untuk mengenali strategi belajar yang efektif; (4) perangkat instrumen untuk menilai

kinerja guru di kelas; dan (5) sarana komunikasi untuk beri kesempatan kepada mereka

yang kurang berani berpendapat secara terbuka.

• Perlu dilakukan upaya untuk mencapai pemahaman yang sama di antara guru tentang

pentingnya suasana demokratis, keterbukaan, partisipasi, dan transparansi, serta

pelaksanaannya di kelas.

C. Prinsip 3: Belajar Efektif tanpa Tekanan

Proses pembelajaran hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan

bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

1. Aplikasi (Contoh-contoh)

• Pelajaran dikaitkan dengan pengalaman siswa di lingkungannya, minat, hobi dan tata

nilai mereka (penerapan pendakatan CTL) dengan tetap memperhatikan tingkat

perkembangan dan tingkat kemampuan mereka.

• Berbagai media pembelajaran yang menarik digunakan secara tepat, mulai dari media

sederhana sampai dengan media berteknologi.

• Siswa didorong untuk mengusulkan topik atau kegiatan yang relevan dengan bahan

pelajaran.

• Siswa dilibatkan dalam berbagai kegiatan komunikatif (information gap activities) yang

menarik dan menyenangkan sehingga mereka berkesempatan untuk menggunakan

bahasa Inggris untuk berkomunikasi dalam suasana yang kondusif.

• Umpan balik tentang kesalahan (errors) dan kesilapan (mistakes) disampaikan dengan

cara yang memberdayakan, yaitu cara yang membuat siswa berterima kasih atas umpan

balik tsb. dan mampu memperbaikinya.

2. Implikasi

• Guru bersikap ramah, suka memberi apresiasi pada saat yang tepat, dan siap membantu

ketika siswa dalam kesulitan belajar, bersikap adil serta menghindari kata-kata yang

menyakiti perassan siswa.

• Perlu disusun instrumen untuk mengidentifikasi minat peserta didik.

• Perlu disediakan berbagai macam media dan permainan bahasa.

• Perlu disediakan berbagai bahan yang memenuhi kebutuhan belajar siswa

• sesuai dengan gaya belajarnya.

D. Prinsip 4: Belajar Mandiri

Page 226: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 220

Proses pembelajaran hendaknya mendorong kemandirian siswa, yang tercermin dalam

kemahiran membuat perencanaan belajar, penggunaan strategi belajar yang tepat, dan

pencapaian target belajar yang telah ditetapkan sendiri, terutama tingkat kemahiran

berbahasa Inggris.

1. Aplikasi (Contoh-contoh)

• Siswa dibantu dalam mengenali gaya belajar dan tipe kepribadiannya.

• Siswa didorong untuk menentukan target tingkat kemahiran yang ingin dicapai.

• Siswa didorong untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar mandiri tak

terstuktur secara bertanggung jawab.

2. Implikasi

• Perlu disusun instrumen identifikasi gaya belajar dan tipe kepribadian.

• Perlu disusun formulir kontrak belajar, yang diisi oleh siswa dengan target pencapaian

belajar dan bagaimana mencapainya, dengan diketahui oleh guru untuk dicocokkan

dengan hasil penilaian di akhir semester.

• Perlu disusun panduan kerja mandiri bagi siswa, yang memuat deskripsi tugas (cakupan,

prosedur, dan kriteria penilaiannya).

E. Prinsip 5: Belajar sebagai transformasi budaya

Proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa dengan tetap

menyerap nilai-nilai asing yang mendukung pengembangan potensi peserta didik secara

menyeluruh.

1. Aplikasi

• Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi nilai-nilai dasar kehidupan yang terkandung

dalam teks berbahasa yang dipelajari.

• Siswa dibimbing untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya yang terkandung dalam teks

berbahasa Inggris dan menilai apakah nilai-nilai tsb. bersifat universal atau khas bangsa

tertentu, lalu diminta menentukan apakah nilai-nilai tsb. dapat mendukung

perkembangan potensi kepribadian siswa sebagai pelajar Indonesia.

• Siswa dilibatkan membuat aturan untuk kehidupan di kelas agar perilaku warga kelas

sesuai dengan kepribadian Indonesia yang dicita-citakan.

2. Implikasi

• Disediakan bacaan-bacaan, baik umum maupun sastrawi, dan bahan audio dan audio-

visual seperti sandiwara dan film yang membahas dan/atau mengandung nilai-nilai

kultural.

• Diadakan berbagai kegiatan yang memungkinkan siswa mengalami praktik nilai-nilai

asing yang telah dipilih.

F. Prinsip 5: Keteladanan

Dalam proses pembelajaran pendidik dan tenaga kependidikan hendaknya memberikan

keteladanan dalam bersikap dan berperilaku secara etis, estetis dan intelektual.

1. Aplikasi

Page 227: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 221

• Guru menunjukkan rasa hormat kepada siswanya.

• Guru menunjukkan keadilan terhadap siswanya.

• Guru menunjukkan kejujuran dalam berurusan dengan siswanya.

• Guru dengan senang hati menerima kritikan dari muridnya.

• Guru menjaga agar ucapan dan perilakunya tidak menyinggung perasaan siswa.

• Guru gemar membaca dan mencari informasi lewat internet.

• Guru berpakaian sopan dan rapi.

• Guru menunjukkan rasa cinta terhadap bahasa dan budaya setempat.

• Guru membedakan urusan pribadi dan urusan dinas.

• Guru bersikap kritis terhadap informasi apapun yang diterimanya.

2. Implikasi

� Siswa bersama guru membuat pedoman tentang perilaku-perilaku yang disarankan

untuk dilakukan dan yang dilarang.

� Siswa bersama guru membuat aturan tentang cara berpakaian.

� Untuk guru disediakan peralatan ICT yang mencukupi.

� Untuk guru disediakan buku-buku yang memadai sebagai referensi pengembangan diri.

� Untuk siswa disediakan sumber belajar, termasuk buku-buku sastra.

G. Prinsip 6: Pembelajaran mendorong kreativitas

Proses pembelajaran hendaknya mengacu pada kurikulum yang berlaku dengan tetap

memberi peluang untuk berkreativitas demi tercapainya kualitas yang lebih tinggi.

Aplikasi (Contoh-contoh)

• Jika kondisi dan situasi telah memungkinkan hendaknya diselenggarakan kelas yang

berpindah (moving class).

• Proses pembelajaran hendaknya didukung oleh optimalisasi pemanfaatan sarana

teknologi informasi dan komunikasi (ICT).

• Pengembangan pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil evaluasi internal (self-

assessment, peer-assessment, school review) dan evaluasi eksternal (akreditasi dan

ujian)

• Siswa dan guru didorong untuk menciptakan karya-karya yang menggali kreativitasnya,

misalnya menciptakan teks drama, puisi, ceritera pendek, kuis dan artikel yang

mengandung gagasan inovatif.

PANDUAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA RINTISAN SBI

A. Pengantar

Page 228: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 222

Seorang guru yang baik adalah guru yang mengenali karakteristik siswanya dan

menggunakan pengetahuannya untuk merancang kegiatan belajar yang bermanfaat bagi

siswanya. Selain itu, guru juga harus mengenal tujuan dari belajar materi ajarnya. Karena

itu, di dalam panduan ini disajikan beberapa hal tentang karakteristik siswa, tujuan belajar

matematika, dan implikasinya dalam pembelajaran matematika. Khusus untuk Sekolah

Bertaraf International, di samping semua hal di atas, guru juga perlu memiliki kemampuan

menyajikan pembelajaran matematika dalam bahasa Internasional yang disepakati.

B. Karakteristik Siswa

Ketika hendak membelajarkan siswa, beberapa karakteristik berikut perlu disadari oleh para

guru.

1. Siswa datang ke kelas tidak dengan kepala kosong. Betapapun naif dan kacau struktur

pengetahuannya, mereka memiliki pemahaman dan persepsi diri terhadap materi

yang akan dibelajarkan kepada mereka.

2. Siswa mengolah semua informasi yang ada dengan menggunakan pengetahuan yang

telah dimilikinya.

3. Siswa lebih mengerti ketika belajar dengan berbuat daripada hanya sekedar

mendengar dan/atau melihat.

4. Siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik jika diberi kesempatan bekerja sama.

5. Siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat jika hal yang dipelajari bersifat

menantang dan dipandang memberikan manfaat.

Sehubungan dengan hal-hal di atas, beberapa hal berikut perlu mendapatkan perhatian para

guru.

1. Sebelum mengenalkan materi baru, guru perlu melakukan asesmen (terutama

asesmen informal) terhadap bekal pengetahuan, pengalaman, keterampilan, bahkan

harapan yang dibawa siswa ke dalam kelas. Bentuk asesmennya bisa dengan cara

membuat peta konsep, atau sekedar tanya jawab.

2. Bekal yang dimiliki siswa hendaknya diperhatikan dan dijadikan pertimbangan dalam

mengembangkan kegiatan belajar siswa. Pembelajaran harus berangkat dari apa yang

dikenal siswa.

3. Alat peraga manipulatif perlu disediakan sebanyak mungkin dalam pembelajaran

konsep matematika. Kalau alat peraganya hanya satu, alat peraga tersebut tidak lagi

berstatus kongkrit, tetapi sudah semi abstrak, dan tidak mudah untuk diotak-atik

(dimanipulasi) dengan tangan siswa secara efisien.

4. Pembelajaran matematika hendaknya mendorong terciptanya pembelajaran

kooperatif. Guru dapat mengembangkan atau memodifikasi nama dan langkah-

langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Namun

demikian, pembelajaran kooperatif ini hendaknya jangan menjadi obsesi. Tidak setiap

informasi cocok disajikan dengan kooperatif. Ada informasi yang menuntut

pembelajaran klasikal, dan ada pula yang secara individual.

5. Tugas yang diberikan hendaknya bersifat menantang dan bermakna. Suatu tugas akan

menantang siswa belajar jika tugas tersebut tidak terlalu mudah tetapi juga tidak

terlalu sulit. Suatu tugas dipandang bermakna bagi siswa kalau tugas tersebut

membantu siswa menghubungkan materi yang satu dengan yang lain, dan mampu

meningkatkan bekal yang memadai untuk mempelajari materi berikutnya, serta

mengatasi masalah sehari-hari.

Page 229: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 223

C. Tujuan Belajar Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dalam kehidupan. Kemahiran

matematika dipandang sangat bermanfaat bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran pada

jenjang lebih lanjut atau untuk mengatasi masalah dalam kehidupannya sehari-hari. Namun

demikian, selama ini pembelajaran matematika masih belum mampu menjadikan anak

mahir matematika.

Menurut National Research Council (2001) seorang anak dikatakan mahir dalam matematika

bila pada diri anak itu terdapat 5 komponen yang saling jalin-menjalin sebagai berikut:

1. pemahaman konsep: penguasaan terhadap konsep, operasi, dan relasi matematika

2. kelancaran prosedur: keterampilan dalam menjalankan prosedur secara fleksibel,

akurat, efisien, dan tepat

3. penalaran adaptif: kemampuan merumuskan, menyajikan, dan memecahkan masalah

matematika

4. kompetensi strategis: kemampuan melakukan pemikiran logis, refleksi, menjelaskan,

dan memberikan justifikasi

5. disposisi positif : kecenderungan memandang matematika sebagai sesuatu yang

masuk akal, bermanfaat, berharga, diiringi dengan kepercayaan tentang kemampuan

diri dan perlunya ketekunan

Di samping itu, kehidupan di abad ke-21 (abad teknologi) menuntut setiap insan mahir

dalam sedikitnya 4 hal berikut, yaitu:

1. Mengikuti perkembangan teknologi.

Teknologi yang ada saat ini hampir selalu berubah, bahkan hanya dalam hitungan

detik. Setiap saat manusia ditawari dengan teknologi baru yang menggiurkan dan

membantu penyelesaian tugas secara lebih efektif dan efisien. Karena itu,

pembelajaran matematika perlu membantu siswa memiliki kemampuan untuk

mengikuti perkembangan teknologi yang ada.

2. Memiliki kemampuan memecahkan masalah.

Tidak semua tawaran tersebut sesuai dengan kondisi yang dimiliki seseorang.

Ketidaksesuaian itu akan menjadi masalah yang harus dipecahkan. Pembelajaran

matematika perlu berkontribusi untuk mengembangkan kemampuan memecahkan

masalah.

3. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif.

Masalah yang muncul tidak dapat dipecahkan secara individual, namun diperlukan

kerja sama pakar-pakar dari berbagai disiplin spesialisasi. Para pakar spesialis dituntut

untuk saling bekerja sama dan berkomunikasi secara efektif agar masalah dapat

terselesaikan secara komprehensif. Karena itu, pembelajaran matematika perlu

menumbuh berkembangnya kemampuan komunikasi.

4. Memiliki tingkat produktivitas tinggi.

Hanya dengan menghasilkan sesuatu yang baru dan bermanfaat sajalah seseorang

bisa ikut mewarnai kehidupan. Tanpa itu orang tersebut hanya akan menjadi

konsumen yang kebingungan. Karena itu, pembelajaran matematika perlu

berkontribusi untuk pengembangan daya pikir kreatif dan inovatif ini.

D. Implikasi

Page 230: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 224

Uraian di atas menunjukkan adanya beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam

pembelajaran matematika, yaitu:

1. penguasaan konsep matematika,

2. kemampuan memecahkan masalah,

3. kemampuan bernalar dan berkomunikasi,

4. kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.

Terkait dengan hal-hal di atas, di dalam panduan ini dilampirkan pula beberapa contoh

perangkat pembelajaran (RPP dan kelengkapannya) yang sengaja difokuskan untuk

mengembangkan salah satu atau beberapa dari karakteristik di atas. Ada perangkat

pembelajaran yang diarahkan untuk menanamkan konsep, mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah, mengembangkan daya nalar dan komunikasi, mengembangkan

kreativitas, dan kombinasinya.

Bahkan, di dalam perangkat pembelajaran yang mengembangkan kombinasi beberapa

kemampuan tersebut, dimungkinkan adanya integrasi pelajaran matematika dengan mata

pelajaran lain, terutama tata nilai dalam kehidupan.

E. Strategi

Untuk mencapai SKL tambahan guru dapat menggunakan beberapa strategi, di antaranya:

1. Membiasakan siswa untuk menggali informasi dari website, perpustakaan, atau dari

resources yang lain dan diminta untuk menyajikannya kepada stakeholders (teman-

temannya, guru, atau orangtua, dll) dalam berbagai bentuk: paper, alat peraga, dll

2. Membiasakan siswa untuk menulis jurnal refleksi belajarnya

3. Membiasakan penggunaan software dan hardware matematika dalam kegiatan

belajar siswa

4. Membekali guru dalam pelatihan tentang strategi pemecahan masalah

5. Menyisipkan soal-soal non rutin yang menantang (kategori problem solving) secara

sistematis dalam pembelajaran atau dalam buku teks

PANDUAN PEMBELAJARAN

MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PADA RINTISAN SMP-BI

I. Pendahuluan

A. Latar belakang

Pesatnya perkembanan Teknologi Informasi dan komunikasi dipicu oleh temuan dalam

bidang rekayasa material mikroelektronika. Perkembangan ini berpengaruh besar

terhadap berbagai aspek kehidupan, bahkan perilaku dan aktivitas manusia kini banyak

tergantung kepada teknologi informasi dan komunikasi. Mata pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar

mampu mengantisipasi pesatnya perkembangan tersebut, melalui pembelajaran yang

mengembangkan proses kemampuan berfikir untuk menghasilkan karya informasi dan

dapat mengkomunikasikan karyanya.

Page 231: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 225

Implementasi Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan

Nasional membawa implikasi terhadap model pembelajaran serta teknik penilaian

yang dilaksanakan di kelas.

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar

lebih baik dalam lingkungan yang mendukung. Proses pembelajaran berlangsung dalam

bentuk kegiatan yang menekankan pada pengalaman belajar, bukan mentransfer

pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih dipentingkan dari pada

hasil. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan

mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti

berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali

anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

B. Tujuan

Panduan Pembelajaran dan Penilaian TIK ini disusun untuk para pendidik dan tenaga

kependidikan dengan tujuan :

1. Memberikan orientasi baru tentang pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan

2. Memberikan wawasan secara umum tentang pembelajaran yang dilaksanakan

pada tingkat kelas.

3. Memberikan rambu-rambu pembelajaran TIK

4. Memberikan prinsip-prinsip pengolahan pembelajara.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi meliputi aspek-

aspek sebagai berikut.

1. Prinsip-prinsip teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi dan

masyarakat, penanganan produk teknologi serta perancangan dan pembuatan

produk teknologi.

2. Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk mengumpulkan,

menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan informasi

3. Penggunaan alat bantu untuk memproses dan memindah data dari satu perangkat

ke perangkat lainnya.

II. ACUAN PEMBELAJARAN TIK

A. Standar Kompetensi Lulusan TIK

1. Memahami prinsip-prinsip teknologi dasar, yang terdiri dari hubungan teknologi

dan masyarakat, penanganan produk teknologi serta perancangan dan pembuatan

produk teknologi.

2. Memahami penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, dan prospeknya di

masa datang

3. Menguasai dasar-dasar ketrampilan komputer

4. Menggunakan perangkat pengolah kata, pengolah angka, pengolah basis data,

pengolah grafis dan pengolah animasi untuk menghasilkan karya informasi

5. Memahami prinsip dasar internet/intranet dan menggunakannya untuk

memperoleh informasi

Page 232: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 226

B. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK dan KD)

Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dimaksud terdapat pada permen

DIKNAS no.22 tahun 2005, yang telah dikembangkan menjadi SK dan KD untuk

pelaksanaan rintisan sekolah bertaraf internasional.

C. Silabus

Silabus disusun berdasarkan Standar Isi, yang di dalamnya berisikan Identitas Mata

Pelajaran, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Materi

Pokok, Kegiatan pembelajaran, Alokasi Waktu, Sumber Belajar, dan Penilaian.

1. Identitas Mata Pelajaran

Identitas terdiri dari nama sekolah, kelas/semester, mata pelajaran, dan standar

kompetensi. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus

2. Standar Kompetensi

Standar Kompetensi adalah kualifikasi kemampuan peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. Standar Kompetensi diambil dari

Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar) Mata Pelajaran.

3. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki

peserta didik dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu. Kompetensi

dasar dipilih dari yang tercantum dalam Standar Isi.

4. Materi Pokok/Pembelajaran

Materi Pokok yang dimaksud adalah materi ajar yang sesuai dengan kompetensi

yang akan dicapai (SK dan KD).

Materi Pokok disusun atas pertimbangan berikut:

a. relevansi materi pokok dengan SK dan KD;

b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta

didik;

c. kebermanfaatan bagi peserta didik;

d. struktur keilmuan;

e. kedalaman dan keluasan materi;

f. relevansi dengan kebutuhan peseta didik dan tuntutan lingkungan;

g. alokasi waktu.

Selain itu juga harus diperhatikan:

a. kesahihan (validity): materi memang benar-benar teruji kebenaran dan

kesahihannya;

b. tingkat kepentingan (significance): materi yang diajarkan memang benar-benar

diperlukan oleh siswa diperlukan oleh siswa;

c. kebermanfaatan (utility): materi tersebut memberikan dasar-dasar

pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya;

d. layak dipelajari (learnability): materi layak dipelajari baik dari aspek tingkat

kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat;

e. menarik minat (interest): materinya menarik minat siswa dan memotivasinya

untuk mempelajari lebih lanjut.

5. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran adalah proses penyajian materi ajar yang dirancang untuk

memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui

Page 233: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 227

interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber

belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar

yang dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi,

inovatif dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran memuat

kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik

6. Indikator

Indikator merupakan ciri dari ketercapaian suatu kompetensi dasar. Rumusan

Indikator harus sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan

peserta didik serta dirumuskan dengan kata kerja operasional yang terukur dan

atau dapat diobservasi

7. Penilaian

Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan

indikator Di dalam kegiatan penilaian ini terdapat tiga komponen penting, yang

meliputi: (a) teknik penilaian, (b) bentuk instrumen, dan (c) contoh instrumen

8. Alokasi waktu

Alokasi waktu pembelajaran mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

adalah 2 jam pelajaran per minggu. Untuk ketercapaian suatu Kompetensi Dasar

tertentu, waktu yang dialokasikan perlu memperhatikan:

a. minggu efektif per semester,

b. alokasi waktu mata pelajaran, dan

c. jumlah kompetensi per semester.

9. Sumber belajar

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses

pembelajaran, yang dapat berupa: buku teks, lembar kerja pembelajaran, media

cetak, media elektronika, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya.

Dengan demikian, silabus pada dasarnya menjawab permasalahan-permasalahan

sebagai berikut.

1. Kompetensi apa saja yang harus dicapai siswa sesuai dengan yang dirumuskan oleh

Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).

2. Indikator apa sajakah yang harus ditentukan untuk mencapai Kompetensi Dasar.

3. Materi Pokok apa sajakah yang perlu dibahas dan dipelajari peserta didik untuk

mencapai Kompetensi Dasar.

4. Kegiatan pembelajaran yang bagaimanakah yang seharusnya diskenariokan oleh

guru sehingga peserta didik mampu berinteraksi dengan objek belajar.

5. Bagaimanakah cara mengetahui ketercapaian kompetensi berdasarkan Indikator

sebagai acuan dalam menentukan jenis dan aspek yang akan dinilai.

6. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai Kompetensi Dasar tertentu.

7. Sumber Belajar apa sajakah yang dapat diberdayakan untuk mencapai Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar tertentu.

D. Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksana pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan

pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi

dasar. Di dalam RPP secara rinci meliputi Tujuan Pembelajaran,Materi Pembelajaran,

Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan

Penilaian

1. Tujuan Pembelajaran

Page 234: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 228

Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang

ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari

kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan

tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa tujuan.

2. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi

pokok yang ada dalam silabus.

3. Metode Pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan

sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik

pendekatan dan/atau strategi yang dipilih.

4. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah

kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat

unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan

tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik

model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh

karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup

tidak harus ada dalam setiap pertemuan.

5. Sumber Belajar

Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat,

dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional. Misalnya, sumber

belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul

buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. Pemilihan sumber belajar

mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan

pendidikan.

6. Penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang

dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam

bentuk matrik horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes

tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai

rubrik penilaian.

III. KOMPONEN PENDUKUNG PEMBELAJARAN (TIK)

A. Siswa

Dalam pembelajaran TIK siswa diberi banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara

aktif. Siswa lebih banyak melakukan sesuatu daripada hanya mendengar dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan guru. Mereka menyelidiki fenomena TIK dengan melakukan

berbagai kegiatan menggunakan alat dan media yang nyata dan belajar dari apa yang

mereka lakukan. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk

memilih pendekatan dan merencanakan waktu serta kegiatan-kegiatan yang akan

dilakukan sendiri. Dengan demikian kondisi ini akan meningkatkan motivasi siswa dan

berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Page 235: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 229

Interaksi antar siswa sangat ditekankan di dalam pembelajaran TIK. Siswa belajar secara

mandiri dan berkelompok, sehingga mereka diberi kesempatan untuk mengembangkan

kemampuan diri, saling bertukar pikiran, saling membantu dan mengungkapkan

gagasannya terhadap persoalan tertentu. Siswa saling mendengarkan gagasan yang

dikemukakan, berusaha untuk saling meyakinkan argumentasi mereka dan mencapai

kesepakatan atas solusi yang paling memungkinkan. Melalui kegiatan diskusi siswa dapat

mengembangkan keterampilan berkomunikasi dalam mengemukakan pendapat serta

sikap kritis terhadap permasalahan TIK.

Pembelajaran TIK harus membangun karakter dan kemampuan berpikir siswa melalui

tahapan-tahapan berikut:

• Mengungkapkan ide

Melalui proses berpikir siswa menemukan gagasan untuk menyelesaikan suatu

masalah

• Pembuatan rancangan (desain),

Ide yang diperoleh siswa kemudian didesain sebagai perencanaan penyelasaian

masalah, dapat berupa gambar(sketsa, flowchart) atau yang lainnya.

• Membuat Produk

Desain yang sudah dibuat diimplemantasikan melalui pengerjaan untuk

menghasilkan produk

• Melakukan pengujian.

Siswa melakukan evaluasi kelayakan (fungsi, manfaat, standar) produk yang

dihasilkannya.

B. Guru

Guru mempunyai peranan yang penting dalam membimbing dan mendorong siswa.

Dalam pembelajaran TIK, guru berperan sebagai pembimbing atau fasilitator. Sebelum

pelajaran dimulai, guru menyiapkan bahan dan meyakinkan bahwa bahan-bahan yang

diperlukan sudah tertata dan tersedia. Di awal pelajaran, guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dengan cara yang menarik dan menantang imajinasi siswa. Kemudian guru

mengajak dan mendorong siswa melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa dapat

menemukan sendiri temanya. Selama kegiatan berlangsung, guru harus selalu siap

memberikan bantuan jika diperlukan, tetapi tidak memberikan jawaban semuanya,

melainkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan pendekatan dan

strategi masing-masing. Guru mendorong siswa memikirkan solusi yang memungkinkan

dan mendiskusikannya dengan teman-temannya. Pada akhir kegiatan guru membahas

hasil-hasil kelompok yang difokuskan pada perbedaan dan persamaan yang pokok. Guru

mendorong para siswa untuk turut mengambil bagian dalam diskusi mencari solusi. Guru

juga membuat ringkasan hasil-hasil kegiatan yang utama dan membantu siswa untuk

menarik kesimpulan.

Guru juga harus menjamin bahwa pembelajaran TIK disesuaikan dengan keragaman

kemampuan dan latar belakang siswa yang bermacam-macam. Keragaman yang terjadi

pada siswa terletak pada:

1. Kemampuan untuk bekerja secara mandiri

Siswa yang tidak biasa bekerja mandiri membutuhkan lebih banyak bimbingan dan

petunjuk tentang cara melakukan kegiatan.

2. Kemampuan dan pendekatan dalam belajar

Page 236: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 230

Sebagian siswa senang melakukan kegiatan-kegiatan nyata. Sebagian lagi lebih

menyukai kegiatan-kegiatan yang melibatkan konsep dan fenomena yang abstrak.

Ada juga perbedaan yang terjadi antara siswa yang cepat dan lambat dalam

belajarnya, Bagi siswa yang cepat dalam belajar perlu diberi tugas-tugas tambahan.

Siswa yang mengalami masalah dalam membaca, tugas-tugas yang diberikannya

perlu disertai dengan gambar-gambar dan menggunakan bahasa yang sederhana.

3. Motivasi mempelajari TIK

Untuk meningkatkan motivasi siswa, perlu memasukkan tugas-tugas yang ada

kaitannya dengan situasi kehidupan sehari-hari dan minat atau keinginan pribadi,

tugas yang akan menghasilkan sesuatu yang menarik dan nyata, serta memberikan

siswa kesempatan untuk melakukan kontrol atas kegiatan pembelajaran mereka.

C. Alat Bantu Pembelajaran

1. Alat dan Bahan

Alat Bantu mengajar merupakan sarana/alat pendukung dalam kegiatan belajar

mengajar dan dapat berupa media cetak, media elektronik, prototipe, trainer,

kondisi lingkungan dan sebagainya. Alat bantu pembelajaran ini dikembangkan agar

siswa mudah mempelajari materi pelajaran, memudahkan guru dalam

menyampaikan materi pelajaran serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses

belajar mengajar.

2. Tempat Belajar.

Tempat belajar yang dimaksud adalah tempat di mana proses pembelajaran TIK

berlangsung. Tempat ini bisa laboratorium komputer, kelas, ruang kerja bagi

penerapan pembelajaran teknologi dasar dan diluar sekolah.

D. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan manusia,

alat kerja, bahan dan ruang tempat kerja.

Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja perlu ditekankan kepada semua pihak

yang berhubungan dengan pembelajaran TIK di sekolah karena bertujuan memberikan

kesadaran kepada siswa tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Selain

itu, untuk melindungi siswa dalam melakukan pekerjaan, meningkatkan hasil produk

dan produktivitas kerja serta menjamin terpeliharanya keselamatan peralatan secara

aman dan efisien.

IV. PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TIK

AA.. PPeennyyiiaappaann AAllaatt ddaann bbaahhaann PPeemmbbeellaajjaarraann TTIIKK

1. Penyiapan bahan ajar

Penyampaian materi pelajaran dan seluruh aktivitas dalam proses belajar mengajar

TIK sudah dirancang dan disajikan dalam bentuk bahan ajar. Oleh karena itu bahan

ajar memegang peran yang penting dalam aktivitas belajar mengajar TIK.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam penyiapan bahan ajar yang akan

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :

a. Bahan ajar yang akan digunakan harus dibahas terlebih dahulu dengan tim

guru TIK untuk melihat kelebihan dan kelemahannya disesuaikan dengan

stuasi, kondisi dan kebutuhan sekolah.

Page 237: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 231

b. Setelah kelemahan bahan ajar tersebut diketahui maka kelemahan itu

diperbaiki atau disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah, sedangkan

kelebihannya diberi penguatan.

c. Setelah bahan ajar diperbaiki selanjutnya bahan ajar tersebut diperbanyak

sesuai dengan jumlah siswa.

2. Penyiapan Lembar Kerja

Lembar kerja adalah panduan kerja/praktik yang digunakan dalam proses

pembelajaran yang meliputi langkah-langkah kegiatan sesuai dengan rencana

pembelajaran yang telah dirumuskan.

3. Penyiapan alat dan bahan

Kegiatan belajar mengajar TIK membutuhkan peralatan yang sesuai dengan SK dan

KD yang akan dicapai.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam

pembelajaran TIK adalah sebagai berikut :

a. Melakukan analisis kebutuhan alat yang digunakan dalam pembelajaran sesuai

dengan kompetensi yang akan dicapai.

b. Menyiapkan alat yang dibutuhkan dalam pembelajaran tersebut. Apakah alat

masih baik atau sudah rusak atau mungkin alat tersebut tidak tersedia di

Laboratorium.

c. Jika alat tersebut rusak atau tidak ada di laboratorium, maka alat itu harus

diperbaiki atau membeli yang baru.

Pembuatan produk sebagai akumulasi proses berpikir melalui aktivitas

menemukan ide, mendesain, membuat, dan menguji memerlukan bahan. Bahan

tersebut jenisnya bergantung kepada kompetensi yang akan dicapai. Banyaknya

bahan juga bergantung pada disain yang dibuat oleh siswa. Oleh karena itu dalam

pengadaan bahan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Melakukan analisis kebutuhan bahan berdasarkan kompetensi yang akan

dicapai dalam pembelajaran.

b. Bahan-bahan yang dibutuhkan disiapkan berdasarkan hasil analisisnya.

c. Bahan yang dibutuhkan dapat disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan

sekolah.

BB.. SSttrraatteeggii PPeemmbbeellaajjaarraann

BBeebbeerraappaa pprriinnssiipp ppeemmbbeellaajjaarraann yyaanngg hhaarruuss ddiippeerrhhaattiikkaann ddaallaamm mmaattaa ppeellaajjaarraann TTIIKK aaddaallaahh sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt::

1. Kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan atas satu tuntutan kompetensi dasar

secara utuh.

2. Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Guru harus selalu berpikir

kegiatan apa yang bisa dilakukan agar siswa memiliki kompetensi yang telah

ditetapkan.

3. Pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa, sumber belajar dan sarana

yang tersedia

4. Pembelajaran bersifat spiral (terjadi pengulangan-pengulangan pembelajaran

materi tertentu).

5. Pembelajaran memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa

seperti: bakat, minat, kemampuan, latar belakang keluarga, sosial-ekomomi, dan

budaya, serta masalah khusus yang dihadapi siswa yang bersangkutan.

Page 238: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 232

6. Sifat kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam program TIK adalah : Teori

dan Praktek yang mencerminkan ciri khas dalam pegembangan kemapuan mata

pelajaran TIK

7. Pembelajaran didasarkan pada teori konstruktivisme. Dalam pelaksanaannya

sebaiknya menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan/atau analisis

sistem yang dicapai melalui aktivitas belajar sambil melakukan (Learning by Doing).

Pemberian peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri

pengetahuan, di bawah bimbingan guru

8. Metoda pembelajaran: demonstrasi, diskusi, studi kasus, percobaan, dan

pembuatan karya bidang TIK.

PPeennddeekkaattaann ddaann mmeettooddee yyaanngg ddaappaatt ddiigguunnaakkaann ddaallaamm ppeemmbbeellaajjaarraann TTIIKK aaddaallaahh sseebbaaggaaii bbeerriikkuutt::

1. Pendekatan Pembelajaran

a. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pembelajaran pada program TIK

untuk memperoleh pandangan yang lebih baik dan komprehensif mengenai

produk produk teknologi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

pemahaman yang utuh dan benar terhadap suatu produk teknologi diharapkan

siswa dapat menggunakan produk-produk tersebut lebih optimal, aman dan

bertanggung jawab. Untuk jangka panjang, pendekatan ini berfungsi untuk

melakukan inovasi (pengembangan) suatu produk.

b. Pendekatan pemecahan masalah (problem solving) adalah pembelajaran yang

mengarahkan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah melalui proses

berpikir yang sistematis.

2. Metode

Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan.

Contoh :

Metode ceramah. Dalam metode ceramah proses belajar mengajar yang

dilaksanakan oleh guru umumnya didominasi dengan cara ceramah.

Dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar (TIK), ada beberapa motode yang

umum digunakan, diantaranya adalah :

a. Metode Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan

mengahasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami

materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi efektif bila materi yang

menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi.

Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup

(pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan

terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan

dengan cara yang menarik.

b. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian

materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang

pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan

siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan

suatu pemecahan masalah.

Page 239: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 233

Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam

forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada

pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik,

peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa

tekanan.

c. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi melalui

penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat

secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau

kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.

Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran,

maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa, 2)

hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari

satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh

guru yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang

didapat.

d. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana

siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan

untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu

proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik

kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan

banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap

produk teknik atau bahan.

Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok. Hal ini

tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang tersedia.

Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang tersedia

hanya satu atau dua perangkat saja.

e. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan

memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi,

benda, atau cara kerja suatu produk teknologi yang sedang dipelajari.

Demontrasi dapat dilakukan dengan menunjukkan benda baik yang

sebenarnya, model, maupun tiruannya dan disertai dengan penjelasan lisan.

Demonstrasi akan menjadi aktif jika dilakukan dengan baik oleh guru dan

selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda ini dapat dilakukan untuk kegiatan

yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan terus-menerus dan berulang-

ulang oleh siswa.

f. Metode Tutorial/Bimbingan

Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan

melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa

baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang

lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak

sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja

kelompok.

Page 240: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

Direktorat Pembinaan SMP - QEC24711 234

Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing sangat

dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan

menyelesaikan tugas-tugasnya

Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:

- Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran

pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk menjelaskan

secara umum tentang teori dan prinsip.

- Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas

pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan rotasi antar kelompok.

- Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-tugas,

guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan teori, dan

membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.

- Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang

bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan berfikir

sendiri.

- Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada siswa yang sedang

mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.

3. Pengelolaan kelas

Pengorganisasian kelas dilakukan dengan cara: bervariasi dengan

mengombinasikan kegiatan individu/perorangan, berpasangan, kelompok, dan

klasikal.

Pengelolaan kelas dalam pembelajaran TIK lebih menekankan pada pengertian

pengorganisasian siswa pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar selama

satu periode atau jangka waktu tertentu.

Sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran TIK, maka dalam satu periode

pembelajaran siswa akan melalui/mengikuti proses pembelajaran yang bersifat

Teoritis, Praktik dan Praktikum. Mengingat jumlah siswa dalam satu kelas relatif

besar serta adanya keterbatasan sarana pembelajaran khususnya peralatan, maka

pengorganisasian siswa perlu direncanakan oleh guru sebelum melaksanakan

proses belajar mengajar program TIK. Melalui pengorganisasian kelas yang baik

diharapkan setiap siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang adil dan

merata saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Pengelolaan kelas atau pengorganisasian siswa dalam pembelajaran TIK dapat

dibedakan atas 2 bentuk, yaitu :

- Pengorganisasian siswa secara klasikal (sistem seri)

- Pengorganisasian siswa secara kelompok atau grouping (sistem paralel-rotasi).

4. Pelaksanaan

Pengorganisasian kelas secara klasikal adalah mengkondisikan semua siswa

memperoleh materi pembelajaran yang sama pada waktu proses belajar mengajar

yang sama berlangsung. Pengorganisasian dengan cara ini dalam pembelajaran

TIK umumnya dilakukan pada saat materi pendahuluan atau meteri-materi yang

sifatnya konsep yang dibahas secara teoritis. Beberapa materi yang dikerjakan

secara proyek, pengelolaan kelasnya juga menggunakan cara klasikal.

Dalam pengorganisasian siswa secara kelompok, siswa dibagi dalam beberapa

kelompok belajar dan masing-masing kelompok mendapatkan materi

Page 241: Pedoman Pelaksanaan RSBI

Belajar Untuk Masa Depanku

QEC24711 - Panduan Pelaksanaan SMP-RSBI 235

pembelajaran yang berbeda pada saat proses belajar mengajar yang sama. Agar

pada akhir kegiatan atau periode pembelajaran semua siswa mendapatkan materi

yang sama maka dilakukan sistem rotasi.

Pengorganisasian secara kelompok ini digunakan untuk pembelajaran materi-

materi TIK yang proses pembelajarannya bersifat Praktik atau Praktikum alat di

sekolah terbatas.