pedoman kelembagaanpuskim.pu.go.id/wp-content/uploads/2018/04/03-pedoman-kelembagaan... · no....

26
MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI SPM AB/I-3/2013

Upload: nguyentuyen

Post on 06-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

PEDOMAN KELEMBAGAANPENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI SPMAB/I-3/2013

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMANBALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PEDOMAN KELEMBAGAANPENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI SPM

Cetakan 1 - 2012

Modul disusun oleh :Ir. Lya Meilani Setyowati, MT.Ir. Sri Darwati, M.Sc.Ir. Fitrijani Anggraini, MT.Dra. Tuti KustiasihIr. Rahim Siahaan, CES.Dra. Titi Utami Endang R.

Editor :Ir. Agus SarwonoSofiyan, A.Md.Resha Febrian, ST.

PUSKIM. 2012

Jl. Panyawungan Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung 40393 Telp. 022-7798 393, Fax 022-7798 392E-mail: [email protected]

Hak cipta dilindungi undang-undang, dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.

ISBN : 978-602-8330-67-1

PEDOMAN KELEMBAGAANPENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

iii

PENGANTAR

Air merupakan kebutuhan mendasar bagi semua makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memerlukan air untuk minum, mandi, cuci, masak dan sebagainya. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengakses air bersih dan

mendapatkan sanitasi yang memadai untuk kebutuhan hidup. Untuk mempercepat pelayanan air minum, perlu digalakkan pembangunan partisipatif yang melibatkan masyarakat sebagai subyek dalam penyelenggaraan air minum. Pemerintah secara bertahap akan berubah dari penyedia prasarana menjadi peran pemberdaya dan fasilitator.

Salah satu upaya pelibatan masyarakat dalam peningkatan pelayanan air minum adalah Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAM BM). Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat merupakan sistem penyediaan air minum yang diprakarsai, dipilih, dibangun dan dibiayai oleh masyarakat dan atau dengan bantuan pihak lain, dikelola secara berkelanjutan oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan kelompok pengguna air minum yang bersangkutan.

Peningkatan peran masyarakat tersebut sejalan dengan amanat Undang-undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air yang menyebutkan bahwa sejalan dengan semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, masyarakat perlu diberi peran dalam pengelolaan sumber daya air. Sedangkan dalam PP No. 16 Tahun 2005, tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, menyebutkan bahwa peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan sistem penyediaan air minum perlu di dorong dalam rangka perubahan perilaku masyarakat menuju budaya hidup yang lebih sehat serta mendukung keberlanjutan pelayanan air minum dan sanitasi yang lebih handal.

Modul ini disusun sebagai acuan dalam kelembagaan sebagai upaya penyediaan air minum berbasis masyarakat. Melalui sosialisasi atau pelatihan modul ini, diharapkan pelayanan air minum semakin meningkat dalam rangka pemenuhan kebutuhan air minum terutama untuk golongan kurang mampu.

Bandung, November 2012Kepala Puslitbang Permukiman

Dr. Ir. Anita Firmanti, M.T.

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

iv

DAFTAR ISI

PENGANTAR ................................................................................................................................. iii

PETUNJUK PENGGUNAAN ...................................................................................................... 1

DEFINISI DAN ISTILAH ............................................................................................................... 2

ALUR PIKIR ..................................................................................................................................... 3

TUJUAN .......................................................................................................................................... 4

SASARAN KOMUNIKASI ............................................................................................................... 4

CEK KEMAMPUAN ....................................................................................................................... 4

KONTEN MODUL ......................................................................................................................... 5Pelaksanaan Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat ................................... 5Pembentukan Kelembagaan ............................................................................................ 5Tahapan Pengorganisasian KelembagaanPenyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat .............................................................. 6Bentuk Kelembagaan Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat ................ 11

EVALUASI ........................................................................................................................................ 19

REFERENSI ...................................................................................................................................... 19

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

1

1. Petunjuk Penggunaan

Petunjuk penggunaan modul dalam pelatihan sebagai berikut :1. Bacalah modul ini dengan seksama,2. Jika ada yang kurang dipahami, dapat ditanyakan kepada fasilitator,3. Jika telah mengikuti semua tutorial dan mengerjakan tugas, laporkan hasilnya pada tutor untuk

dikoreksi.

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

2

2. Definisi dan Istilah

Definisi dan Istilah yang digunakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :

air minum air yang memenuhi ketentuan baku mutu air minum yang berlaku (Permenkes No. 42 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum).

Badan Musyawarah Air Minum (Bamus-AM) nama lembaga di tingkat masyarakat dan merupakan forum demokrasi sebagai wadah proses pengambilan keputusan tertinggi sebagai aspirasi masyarakat pengguna layanan air minum.

Badan Pengelola Air Minum (Bapel-AM)badan pelaksana dalam penyediaan air minum yang dibentuk oleh Bamus AM dan bertanggung jawab terhadap proses penyelenggaraan penyediaan air minum berbasis masyarakat sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

fasilitatortenaga yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan atau pemerintah untuk mendorong, memotivasi dan memfasilitasi prakarsa partisipasi masyarakat, dalam penyelenggaraan penyediaan air minum berbasis masyarakat, yang diutamakan berasal dari lokasi setempat atau dari lokasi lain yang dapat dipilih/diterima oleh masyarakat di lokasi sasaran.

masyarakat perorangan atau kelompok orang atau badan pengguna layanan air minum.

pendamping teknistenaga khusus yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota yang bertugas mendampingi masyarakat dalam hal teknis perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan prasarana dan sarana air minum yang akan dibangun. Pendamping teknis diutamakan berasal dari dinas/instansi atau unit di kabupaten/kota yang terkait dengan tugas penyelenggaraan air minum.

Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMBM) Penyediaan air minum yang diprakarsai, dipilih, dibangun dan dibiayai oleh masyarakat dan atau dengan bantuan pihak lain, dikelola secara berkelanjutan oleh masyarakat berdasarkan kesepakatan kelompok pengguna air.

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

3

3. Alur Pikir

Dalam tahap pelaksanaan ini, mobilisasi kelembagaan di masyarakat memegang peranan penting. Secara umum, kedudukan mekanisme pembentukan kelembagaan dalam proses penyelenggaraan PAMBM dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1 Kedudukan pembentukan kelembagaan dalam penyelenggaraan PAMBM

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

4

4. Tujuan

4.1. Tujuan Umum Setelah mengikuti sosialisasi SPM Kelembagaan Pelaksanaan Penyediaan Air Minum, peserta

dapat memahami prinsip-prinsip dasar, proses dan tata cara serta mampu melaksanakan pembentukan kelembagaan berbasis masyarakat untuk mencapai kemandirian dalam pelaksanaan penyediaan air minum berbasis masyarakat.

Modul ini disusun sebagai bahan dalam pembentukan kelembagaan yang mudah dan dapat dipelajari secara mandiri oleh para stakeholders.

4.2. Tujuan Khusus Tujuan pembelajaran dalam pelatihan ini adalah sebaga berikut:1. Menjelaskan pembentukan dan prinsip dasar kelembagaan masyarakat.2. Menjelaskan contoh-contoh bentuk kelembagaan dan tugas dan fungsinya.3. Menjelaskan perangkat pendukung kelembagaan PAMBM.

5. Sasaran Komunikan

Melalui modul ini, komunikan yang akan memperoleh sosialisasi Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat adalah:a. Praktisi konsultan perencana, pelaksana dan pengelola PAMBM.b. Penentu kebijakan seperti PEMDA dan DPRD.c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkaitan dengan penyediaan air minum berbasis

masyarakat.d. Akademisi dari Perguruan Tinggi.e. Pengelola PAM

6. Cek Kemampuan

Sebelum pelatihan ini dimulai, peserta perlu menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:1) Apa yang menjadi prinsip dasar pembangunan berkelanjutan berbasis masyarakat?2) Apa yang dimaksud “berbasis masyarakat”?3) Siapa saja yang berperan dalam pelaksanaan penyediaan air minum berbasis masyarakat?4) Sebutkan contoh-contoh kelembagaan berbasis masyarakat yang ada di sekitar bapak/ibu!5) Cara-cara yang dapat dilakukan pada pembentukan kelembagaan di masyarakat!

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

5

7. Konten Modul

7.1 Pelaksanaan Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat

Pelaksanaan program penyediaan air minum berbasis masyarakat menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metoda MPA/PHAST. Pendekatan metoda ini menempatkan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat desa. Metoda ini pada dasarnya menitikberatkan pada pelibatan seluruh masyarakat (laki-laki - perempuan, kaya – miskin, tua - muda) dalam seluruh proses kegiatan; mulai dari identifikasi masalah dan analisa situasi, perumusan dan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian, pemeliharaan sarana serta monitoring dan evaluasi. MPA (Methodology for Participatory Assessments) digunakan sebagai pendekatan dalam membuat rencana di tingkat masyarakat, khususnya pada penilaian kebutuhan terhadap sarana air minum. Sedangkan PHAST (Participatory Hygiene And Sanitation Transformation) digunakan dalam menyusun rencana kerja khususnya dalam melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan masyarakat dan sekolah.

Dalam proses pembentukan badan pengelola telah memperhatikan kesetaraan gender dan pelibatan kelompok miskin, serta mewujudkan nilai‐nilai demokrasi dan transparansi. Kelembagaan yang ada harus mempunyai karakteristik lokal, aturan dan akuntabilitas. Equity/kesetaraan mempertimbangkan suara semua golongan, terutama masyarakat miskin dan wanita didalam organisasi yang akan mengelola dan mengontrol sistem. Selain itu dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan melalui pelatihan juga harus melibatkan kelompok miskin dan kesetaraan gender, baik dalam menentukan jenis pelatihan maupun peserta pelatihan.

7.2 Pembentukan kelembagaan

7.2.1 Prinsip dasar kelembagaan masyarakat

Proses utama dalam pembentukan kelembagaan masyarakat adalah aktivitas pengorganisasian masyarakat yang didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:a) kebersamaan,b) keputusan ada di tangan masyarakat,c) berorientasi pada komunitas lokal,d) tidak berorientasi mendapatkan keuntungan tetapi untuk kemanfaatan bersama,e) lembaga masyarakat yang dibentuk diharapkan mengikuti azas-azas kejujuran, keadilan dan

berkelanjutan.

7.2.2 Dasar hukum

Program Pengembangan Air Minum berdasarkan pada Undang-undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pasal 40 yang dijabarkan dalam PP No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, Bab I dan II pasal 1 sd 13 yang mempunyai tujuan :- Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

6

- Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan- Tercapainya peningkatan efesiensi dan cakupan pelayanan air minum

Terkait dengan aspek teknis, diatur dalam Permen PU No. 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum yang mengatur perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pengelolaan pemeliharaan dan rehabilitasi SPAM dan pemantauan evaluasi.

7.3 Tahapan Pengorganisasian Kelembagaan Penyediaan Air Minum Berbasis Masyarakat

1) Kedudukan mekanisme kelembagaan dalam penyelenggaraan PAMBM Tahap pelaksanaan PAMBM terdiri atas 4 (empat) kegiatan utama, yaitu:

a. Upaya mobilisasi kelembagaan di masyarakat berdasarkan hasil kesepakatan dalam rembug warga dengan sasaran akhir terlaksananya rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan PAMBM.

b. Upaya mobilisasi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan pelayanan air minum berbasis masyarakat, dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada pada masyarakat konsumen, pemerintah kabupaten/ kota, pemerintah provinsi, pemerintah pusat, serta pihak lain, dengan sasaran akhir berupa akumulasi aset yang diperlukan untuk keberlanjutan pelayanan air minum kepada masyarakat.

c. Upaya pembangunan sistem air minum yang meliputi proses identifikasi lokasi dan kebutuhan pelayanan, perencanaan, pembangunan dan pengelolaan dengan memperhatikan standar kebutuhan, sumber daya alam, kemampuan daya beli, termasuk didalamnya pemilihan sistem yang paling sesuai dengan kondisi setempat. Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah terbangunnya sistem PAMBM yang berkelanjutan.

d. Upaya pembentukan badan hukum pengelola yang harus memperhatikan ketentuan dan persyaratan hukum yang berlaku, seperti pemilihan bentuk organisasi, persyaratan administrasi dan legalitas, dengan sasaran akhir berupa penyiapan tatanan kelembagaan yang lebih mantap sesuai kebutuhan.

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

7

2) Kelembagaan PAMBM Berdasarkan fungsi dan peran kelembagaan awal di atas, organisasi di tingkat masyarakat dalam

penyelenggaraan PAMBM terdiri atas:a. Badan Musyawarah Air Minum (Bamus AM);b. Badan Pengelola Air Minum (Bapel AM) sebagai pelaksana penyelenggaraan harian dari

PAMBM.

Secara umum, pembentukan kelembagaan penyediaan air minum berbasis masyarakat dapat dibedakan atas dua tahapan yaitu tahap persiapan / pembangunan, serta tahap pasca pembangunan/pengelolaan.

7.3.1 Tahap Persiapan

1) Penyiapan masyarakat : Sosialisasi dilakukan kepada unsur-unsur yang terdapat di lingkungan masyarakat setempat

(tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh perempuan dll) aparat pemerintah lokal serta unsur lainnya yang terdapat di lingkungan setempat yang diharapkan mampu memotivasi masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup khususnya di dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Pada tahap ini akan terpilih tenaga motivator bagi masyarakat di lingkungannya sendiri.

2) Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat. Pembentukan organisasi kepanitiaan yang akan melakukan pembangunan maupun pengelolaan

prasarana dan sarana air bersih dan merumuskan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART).

Organisasi Kelompok Swadaya Masyarakat yang terbentuk dapat disebut sebagai Panitia Penyelenggara Air Minum yang akan merencanakan, dan menjadi mitra pemerintah dalam pembiayaan investasi sampai dengan merealisasikan pembangunan. Panitia tersebut terdiri atas perwakilan dari tokoh-tokoh masyarakat setempat yang dipilih melalui musyawarah warga.

Gambar 2. Proses pada tahap persiapan melalui penjajagan awal dan sosialisasi rencana kegiatan kepada masyarakat dilakukan baik secara formal maupun informal

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

8

Tugas dan Wewenang Panitia Penyelenggara Air Minuma. Tugas :

- Merencanakan pembangunan prasarana dan sarana Air Minum.- Melakukan penjajakan/pengamatan untuk menentukan alternatif sumber air baku, lokasi

penempatan prasarana dan jaringan air minum.- Melaksanakan persiapan masyarakat dan sosialisasi mengenai rencana pembangunan

sarana air minum dengan melibatkan kepala desa, LKMD, PKK, kader dan tokoh masyarakat, pengurus RT dan RW.

- Merencanakan/menetapkan pembiayaan dan penggalangan sumber daya dan dana pembiayaan pembangunan prasarana sarana air minum.

b. Wewenang:- Menyelenggarakan rapat umum.- Melakukan koordinasi antar pelaku dan pihak pihak luar yang terkait.- Mempersiapkan pembentukan kelembagaan pengelolaan pasca pembangunan.

3) Badan Musyawarah Air Minum (Bamus AM) Badan Musyawarah Air Minum (Bamus AM) merupakan unsur kelembagaan di tingkat masyarakat

yang mulai dibentuk sejak awal penyelenggaraan PAMBM (tahap persiapan). Badan Musyawarah Air Minum (Bamus AM) merupakan forum yang terdiri atas berbagai unsur pelaku yang berkaitan dengan penyelenggaraan air minum, diantaranya:a) seluruh anggota konsumen pengguna layanan air minum, atau selanjutnya disebut sebagai

Kelompok Pemakai Air Minum (KPAM) sebagai anggota utama Bamus AM,b) wakil dari unsur-unsur organisasi masyarakat yang peduli dengan penyelenggaraan air

minum, yang dalam hal ini dapat diposisikan sebagai fasilitator/ mediator,

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

9

c) perwakilan pemerintah dan pelaku terkait lainnya, yang juga sebagai fasilitator/ mediator. Peran fasilitator/ mediator dalam mekanisme keanggotaan di atas dapat berbentuk pembinaan/ pendampingan, baik teknis maupun non-teknis/ manajemen dan hal-hal administratif. Lebih lanjut, pelaku dalam kelompok ini dapat dilembagakan dalam bentuk Tim Koordinasi Kabupaten/ Kotamadya (TKK) dan Tim Koordinasi Kecamatan (TKC) untuk fungsi pembinaan, sedangkan fungsi pendampingan bisa dilengkapi dengan tenaga pendamping lapangan (Field Officer/ FO).

Bamus merupakan forum demokrasi dan wadah proses pengambilan keputusan tertinggi di tingkat masyarakat yang mencerminkan aspirasi masyarakat pengguna layanan air minum. Bamus AM dibentuk menggunakan mekanisme yang demokratis dan menyerap aspirasi masyarakat (pendekatan bottom-up). Pemilihan dan pemberhentian anggota Bamus AM berdasarkan musyawarah dan kesepakatan yang dilakukan melalui rembug warga yang didasarkan tata cara yang tertuang dalam AD/ART Bamus AM.

Apabila masyarakat menganggap formatur/ pengurus sementara dalam pendirian Bamus AM tidak mampu melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, anggota dapat mengusulkan rapat anggota istimewa. Untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari Bamus AM, dibentuk formatur, dengan struktur organisasi Bamus AM secara keseluruhan seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Struktur organisasi formatur badan musyawarah air minum (Bamus AM)

4) Badan Pengelola Air Minum (Bapel AM) Badan Pengelola Air Minum (Bapel AM) ini dibentuk oleh musyawarah Bamus AM setelah

mendapat persetujuan dari masyarakat pengguna pelayanan air minum melalui rembug warga. Badan Pengelola ini menjadi badan pelaksana penyelenggaraan PAMBM. Bapel AM merupakan badan yang diberi wewenang oleh Bamus AM sebagai badan pelaksana harian penyelenggaraan air minum dan bertanggung jawab pula kepada Bamus AM. Di dalam Badan Pengelola Air Minum dapat dibentuk unit pengelola air minum sebagai satuan kerja yang melaksanakan fungsi-fungsi Badan Pengelola seperti yang telah tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang telah ditetapkan, sesuai dengan kesepakatan Bamus AM.

7.3.2 Tahap Pembangunan

1. Tahap perencanaan Masyarakat bersama dengan Panitia Penyelenggara Air Minum dan atau dengan fasilitator dari

pemerintah / LSM, merencanakan aspek teknik dan perijinan antara lain :

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

10

- Menentukan lokasi dan jenis sumber air baku (baik setempat maupun kerjasama dengan PDAM)- Menentukan luas daerah pelayanan- Menentukan teknologi instalasi pengolahan air - Menentukan jaringan distribusi- Elemen lain yang diperlukan dalam perencanaan teknis seperti perijinan (ijin pengambilan air,

ijin lokasi penempatan prasarana dan sarana air minum dan lain-lain).2. Tahap Mobilisasi Dana Panitia merencanakan/menetapkan pembiayaan dan penggalangan dana pembangunan

prasarana sarana air minum baik yang bersumber dari swadaya masyarakat maupun sumber-sumber lain.

3. Tahap Konstruksi Panitia memobilisasi masyarakat dan pihak lain yang kompeten terhadap pekerjaan konstruksi,

dan sejauh mungkin dilaksanakan secara gotong royong, dalam bentuk tenaga / keahlian, bahan, dan lain-lain.

7.3.3 Tahap Pasca Pembangunan/Pengelolaan

Pada pasca pembangunan Panitia Penyelenggara Air Minum dapat ditingkatkan menjadi Badan Pengelola Air Minum yang meliputi 2 fungsi utama yaitu:a. Fungsi Pengambilan Keputusan dan Pembuat Aturan

• FungsiPembuatAturan (Legislatif )merupakan forumuntukmenetapkanaturandannormayang berlaku di lingkungan.setempat.

• Menyelesaikanpermasalahanyangtimbuldalampengelolaansaranaairminum• Melaksanakanpengendalian/pengawasanterhadappengelolaansaranaairminum• Menggerakkanpartisipasimasyarakatdalampengelolaanairminum• Bermitradenganpihakeksternaldalampembiayaan

b. Fungsi Pelaksana Operasional dan Pelayanan• Fungsipelaksana(eksekutif )melaksanakanaturanataunormayangtelahditetapkanbersama.• Melaksanakansistempelayananairminumdanmelakukantindakanyangperludiambildalam

batas kewenangan.• Melaksanakanpemeriksaansecaraberkaladanmerawatseluruhsistemyangada.• Memonitor tingkat persediaan bahan yang diperlukan untuk operasi dan pemeliharaan

sehubungan dengan kelancaran pelayanan.• Melaksanakanpengalokasiandanaiuranairminum,biayapemeliharaan,operasional,honorium

pengurus.• Melaksanakan pencatatan (recording) administrasi, pencatatan jumlah konsumen, buku

penerimaan dan pengeluaran.• Menjaga danmemelihara keberadaan danmengembangkan aset sarana dan prasarana air

minum.• Melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan sumber mata air, menjaga dan melestarikan

sumber air, antara lain melaksanakan penghijauan di sekitar sumber air.• Melaksanakanpengawasankualitasair.• Menyiapkandanmenyusunrencanakegiatanpengembanganpengelolaansaranaairminum.

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

11

7.4 Bentuk Kelembagaan Pengelolaan Air Minum Berbasis Masyarakat

Bentuk Badan Pengelola Air Minum disepakati berdasarkan rembug pada pemakai air dan banyaknya konsumen atau pemakai air. Bilamana konsumen semakin bertambah sehingga tingkat pelayanan berkembang menuntut perubahan-perubahan dalam peningkatan kapasitas pengelola.

Alternatif bentuk bentuk kelembagaan organisasi pengelola air minum antara lain Mitra Air, BPABD, BUMDES, LKMD, Desa, RW, RT, KUD, Yayasan, DKM, Koperasi Air Minum, Badan Musyawarah Air Minum Dan Badan Pengelola Air Minum.

Bentuk organisasi berupa bagian dari unit usaha koperasi atau koperasi air yang berbadan hukum lebih sesuai karena mempunyai kelebihan antara lain mempunyai kemudahan dalam mengelola aset prasarana sarana air minum, sehingga lebih mudah mendapatkan akses pinjaman untuk pengembangan investasi terhadap Lembaga Pendanaan/Perbankan.

Contoh Struktur Organisasi Badan Pengelola Air Minum Berbasis Masyarakat:1. Badan Musyawarah dan Badan Pengelola Air Minum Struktur organisasi harus mewadahi fungsi-fungsi yang dibutuhkan dalam pengelolaan air

minum. Dari fungsi-fungsi yang ada, maka struktur organisasi dapat dikembangkan berdasarkan fungsi kelembagaan minimal yang dapat dilihat pada diagram dibawah.

Badan Musyawarah AM merupakan forum bagi pengelola dan pengguna air dalam menetapkan norma dan aturan yang telah disepakati dan secara nyata mewakili masyarakat penerima layanan.

Tugas dan Wewenang Bamus AM adalah:• Menetapkanaturanberdasarkannorma,budayadansosialbudaya.• Menampungaspirasimasyarakat(konsumen).• Menyelenggarakanrapatanggota.• Memantaupenyelenggaraanpenyediaanairminum.• Menyetujuidanmengusulkan/memasarkanproposalkegiatanpenyediaanairminumberbasis

masyarakat.• Menyelesaikanpermasalahan/perselisihan.• MenyusundanmenetapkanAnggaranDasardanAnggaranRumahTanggaBapel-AM.• Mendirikan(memilihdanmengangkat)Bapel-AM.• Menetapkanbesarnyaiuranairminum.• Menetapkankebijakanpenyelenggaraanairminum.

2. Badan Pengelola Air Minum (Bapel AM) Tugas dan wewenang Bapel AM adalah:

- Bapel AM merupakan badan pelaksana dapat berbadan hukum dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan PAMBM sesuai AD ART.

- Bapel AM melaksanakan kebijakan dan keputusan yang ditetapkan oleh Bamus AM.- Bapel AM memberikan saran dan masukan kepada Bamus AM.- Masa kerja Bapel AM adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali.

3. Manajer operasional dibentuk untuk berjalannya operasional penyelenggaraan penyediaan air minum agar kebutuhan masyarakat akan air minum dapat terpenuhi. Manajer operasional

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

12

membawahi seksi teknis/operator, seksi pelayanan, dan kolektor (pemungutan iuran air) dan bertanggung jawab kepada Ketua. Tugas dan wewenang Manajer Operasional adalah:a. Melaksanakan pengoperasian, pemeliharaan dan perbaikan sistem pelayanan air minum dan

melakukan tindakan yang perlu diambil dalam batas kewenangan.b. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala dan merawat seluruh sistem yang ada.c. Memonitor tingkat persediaan bahan yang diperlukan untuk operasi dan pemeliharaan

sehubungan dengan kelancaran pelayanan.d. Melaksanakan pengumpulan iuran air minum.e. Melaksanakan pencatatan (recording) administrasi, pencatatan jumlah konsumen, buku

penerimaan dan pengeluaran.f. Menyusun dan melaporkan kegiatan dan pertanggungjawaban bulanan kepada rapat

Anggota Badan Pengelola Air Minum dibentuk oleh Bamus AM.

Bapel AM bertanggung jawab kepada Bamus AM terhadap penyelenggaran PAMBM terdiri atas Ketua, Sekertaris, Bendahara dan unit Operasional Pelayanan:

Gambar 4 Struktur Organisasi Pengelola Air Minum Berdasarkan Fungsi Kelembagaan Minimal

Anggota Badan Pengelola Air Minum diangkat dan diberhentikan oleh rapat anggota. Badan ini menjalankan fungsi eksekutif penyediaan air minum berdasarkan aturan yang sudah dibuat oleh rapat anggota dan bertanggung jawab kepada rapat anggota Badan Musyawarah.

4. Kelompok Pemakai Air/Mitra AirPengembangan struktur organisasi dapat disesuaikan dengan kondisi spesifik daerah. Struktur organisasi Badan Pengelola Air Minum yang belum berbadan hukum dalam bentuk Mitra Air/Kelompok Pemakai Air dapat diusulkan sebagai berikut :Penambahan staf teknis misalnya dengan adanya staf yang bertugas mengawasi sumber air baku, staf yang bertugas memeriksa kerusakan dan perbaikan sistem jaringan perpipaan yang

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

13

dapat ditambahkan minimal 1 orang pada unit pelayanan terkecil (RT/dusun). Demikian juga staf kolektor, dengan semakin bertambahnya pelanggan, maka perlu ditambah staf minimal 1 orang pada setiap unit pelayanan RT/dusun.

Gambar 5 Struktur Organisasi Kelompok Pemakai Air/Mitra Air

5. Yayasan Pengelola Air BersihBila badan pengelola berbentuk Yayasan, maka struktur organisasi diusulkan sebagai berikut :

Gambar 6 Struktur Organisasi Yayasan Pengelola Air Bersih

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

14

6. Bagian dari Unit KoperasiBilamana pada lokasi setempat sudah terdapat koperasi, maka pengelola air bersih dapat ditempelkan sebagai salah satu unit kegiatan Koperasi sebagai berikut :

Gambar 7 Struktur Organisasi Unit Koperasi Pengelola Air Bersih

7. Koperasi Air BersihBilamana bentuk pengelolaan air bersih berupa koperasi, maka struktur organisasi dapat diusulkan sebagai berikut

Gambar 8 Struktur Organisasi Koperasi Pengelola Air Bersih

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

15

7.4.1 Pengembangan Kelembagaan

Bapel AM sebagai lembaga berbadan hukum1) Status lembaga Bapel AM

Pada kondisi Badan Pengelola Air Minum (Bapel AM) yang dibentuk lebih memungkinkan untuk dikembangkan menjadi lembaga berbadan hukum, maka pendirian lembaga berbadan hukum yang dikehendaki tetap harus mengacu kepada aturan yang berlaku, yang dalam hal ini acuan yang dipakai adalah Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian.

Dikaitkan dengan beberapa kondisi yang diuraikan pada undang-Undang tersebut di atas, beberapa perubahan mendasar mengenai mekanisme kelembagaan terjadi pada saat perubahan status dari Bamus sebagai lembaga tertinggi yang disertai dengan Bapel sebagai institusi pelaksana teknis, menjadi Bapel sebagai lembaga pembuat keputusan tertinggi, sementara Bamus hanya berperan sebagai lembaga eksternal. Secara umum, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Sebelum Berbadan Hukum Sesudah Berbadan Hukum(sesuai prinsip-prinsip koperasi)

Gambar 9 Perubahan Status Lembaga Tertinggi

Dari gambar di atas, jelas terlihat bahwa perubahan Bapel menjadi berbadan hukum juga mengubah mekanisme penyelenggaraan air minum berbasis masyarakat ini, terutama pada proses pengambilan keputusan dan mekanisme organisasi secara umum. Dengan mengubah posisi Bapel menjadi berbadan hukum, maka kelembagaan ini bersifat mandiri dan tidak membutuhkan intervensi lembaga lain, termasuk Bamus AM yang semula hanya memberi wewenang pengelolaan teknis kepada Bapel ini. Untuk selanjutnya, Bamus hanya menjadi institusi informal dan hanya bersifat eksternal. Input apapun yang dibawa Bamus ke dalam Bapel tetap akan diputuskan oleh Rapat Anggota Bapel. Sebagai konsekuensi pembentukan badan hukum, Bapel AM mempunyai kedudukan sebagai subjek yang dapat bertindak untuk dan atas nama dirinya sendiri yang dalam menjalankan fungsinya dapat mengangkat Pengurus untuk mencapai tujuan lembaga. Bapel memegang kekuasaannya tertinggi yang dijalankan melalui mekanisme rapat anggota.

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

16

2) Tugas pokok Bapel AMa) Menetapkan aturan berdasarkan norma, budaya dan kearifan local.b) Menampung aspirasi masyarakat (konsumen).c) Menyelenggarakan rapat anggota paling sedikit 4 kali dalam setahun.d) Memantau penyelenggaraan penyediaan air minum.e) Menyetujui dan mengusulkan/memasarkan proposal kegiatan penyediaan air minum berbasis

masyarakat.f ) Menyelesaikan permasalahan/perselisihan.

Selanjutnya, dalam melaksanakan fungsi legislatif dan fungsi pengawasan terhadap proses penyelenggaraan penyediaan air minum di lingkungan masyarakat setempat, Bapel AM bertanggung jawab kepada masyarakat dalam setiap rapat anggota.

3) Wewenang Bapel AMa) Menyusun dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Unit Pengelola.b) Memilih dan mengangkat Pengurus.c) Memilih dan mengangkat Pengawas.d) Menetapkan besarnya iuran air minum.e) Menetapkan kebijakan penyelenggaraan air minum.

4) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Badan PengelolaDisusun dan ditetapkan melalui rembug warga. Dalam penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Bapel AM perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:a) Dalam menjalankan kewenangannya, kebijakan dan strategi Bapel AM ditentukan melalui

rapat anggotab) Mekanisme pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat seluruh anggotac) Dalam hal tidak tercapai mufakat, keputusan ditentukan berdasarkan suara terbanyak melalui

pemungutan suarad) Dalam hal yang bersifat mendesak, anggota dapat mengusulkan untuk mengadakan rapat

anggota) Masa tugas Badan Pengelola-AM minimum selama 2 tahun dan maksimum selama 5 tahun. Apabila masyarakat menganggap Pengurus tidak mampu melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, anggota dapat mengusulkan rapat anggota istimewa.

7.4.2 Tata Cara Pengelolaan

Mekanisme pengelolaan diatur oleh masyarakat dalam forum rapat anggota, pengurus dan Badan Musyawarah. Melalui rapat ini ditetapkan cara-cara pemilihan dan pembagian hak dan kewajiban yang jelas antara pengelola dan konsumen yang dapat diuraikan sebagai berikut: Pengaturan Hak dan Kewajibana. Ketentuan, Hak dan Kewajiban Konsumen

- tata cara pendaftaran sebagai konsumen - tanggung jawab konsumen

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

17

- ketentuan pembiayaan penyambungan (sambungan langsung) dan pembayaran iuran air minum

- tata cara penyelesaian keluhan pelanggan kasus kebocoran/tidak meratanya penyelesaian keluhan konsumen

- penetapan gaji/insentif bagi pengelola- cara-cara pemungutan air minum dan sistem penentuan tarif

b. Hak dan Kewajiban Pengelola Operasional & Pelayanan- tata cara pemilihan pengelola operasional pelayanan - hak dan tanggung jawab- penetapan masa jabatan - penetapan gaji/insentif bagi pengurus

c. Hak dan Kewajiban Badan Musyawarah- tata cara pemilihan Badan Musyawarah- hak dan tanggung jawab Badan Musyawarah- penetapan masa jabatan- penetapan gaji/insentif bagi anggota & pengurus Badan Musyawarah

d. Sangsi Pelanggaran- Sangsi bagi pengurus/pengelola yang berbuat kecurangan dalam pengelolaan air minum dan

pelanggaran anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta peraturan yang berlaku. Bentuk sangsi berupa pemberhentian sebagi pengurus/pengelola

- Sangsi bagi konsumen yang melakukan penyambungan air illegal, menggunakan air di luar ketentuan (misal menggunakan air untuk keperluan di luar air minum misal untuk kolam/penyiraman tanpa ijin pengelola), pemborosan penggunaan air (misal lupa mematikan kran air). Bentuk sangsi berupa denda, pemutusan sambungan sementara/permanen, permohonan maaf secara lesan/tertulis.

- Sangsi bagi perusak sumber air, misal melaksanakan penebangan pohon tak terkendali yang merusak kelestarian sumber air. Sangsi dapat berupa denda yang ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama.

8. Evaluasi

Setelah pelatihan ini, peserta diharapkan dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:1) Metoda dasar dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat.2) Ceritakan langkah-langkah pembentukan kelembagaan berbasis masyarakat.3) Sebutkan Perbedaan kelembagaan masyarakat sebelum dan sesudah berbadan hukum4) Bentuk-bentuk kelembagaan yang ada di masyarakat.5) Peran aparat yang terkait dalam pelaksanaan penyediaan air minum berbasis masyarakat.

PEDOMAN KELEMBAGAAN PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN - BALITBANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

18

9. Referensi

Referensi dalam penyusunan modul ini adalah:• PedomanUmumPenyediaanAirMinumBerbasisMasyarakat(PAMBM)PdT-05-2005-C• Undang-undangNo.17Tahun2012tentangPerkoperasian• Undang-undangtentangSumberDayaAirNo.7Tahun2004• PeraturanPemerintahNo.16Tahun2005tentangPengembanganSistemPenyediaanAirMinum• Undang-undangNo.32Tahun2004tentangPemerintahanDaerah• Dinas PU Cipta Karya Propinsi Jawa Barat, 2000. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Air Bersih

Perdesaan Sistem Perpipaan. Bandung: Dinas PU Cipta Karya Propinsi Jawa Barat.• Pemerintah Kab. Garut, Dinas Pemukiman dan Prasarana Daerah, Sub Dinas Bangunan, 2002.

Pedoman Pengelolaan Administrasi Air Bersih Perdesaan. Garut: Pemerintah Kab. Garut, Dinas Pemukiman dan Prasarana Daerah, Sub Dinas Bangunan.

• SuhardiadiS.H.,ArieKusumastutiMaria,2002.HukumYayasandiIndonesia,Jakarta