pedoman : kurikulum 2013€¦  · web viewkompetensi dasar : menganalisis hubungan antara manusia...

21
MATA PELAJARAN : GEOGRAFI KELAS / SEMESTER : X / 2 SEMESTER : 2 MATERI : BAB VI HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN AKIBAT DINAMIKA HIDROSFER PEDOMAN : KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar : 1.6 Menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika hidrosfera. 4.6 Menyajikan hasil analisis hubungan antara manusia dengan lingkungannya sebagai pengaruh dinamika hidrosfer dalam bentuk narasi, tabel, bagan, grafik, gambar ilustrasi, dan atau peta konsep Materi Pokok 1. Siklus air 2. Perairan darat dan potensinya 3. Perairan laut dan potensinya 4. Pemanfaatan dan pelestarian perairan darat dalam unit Daerah Aliran Sungai (DAS) 5. Pemanfaatan dan pelestarian laut secara berkelanjutan Indikator 1. Mengidentifikasi terjadinya siklus hidrologi 2. Mengidentifikasi gejala-gejala metereologis dan klimatologis yang mengikuti proses siklus hidrologi 3. Mengidentifikasi klasifikasi sungai berdasarkan keadaan aliran airnya 4. Mengidentifikasi klasifikasi sungai berdasarkan struktur lapisan batuan yang dilaluinya 5. Mengidentifikasi klasifikasi sungai berdasarkan aliran yang dilaluinya 6. Mengidentifikasi jenis-jenis pola aliran sungai 7. Mengidentifikasi jenis-jenis contoh bentuk delta 8. Mengidentifikasi cirri-ciri sungai bagian hilir 9. Mengidentifikasi cirri-ciri sungai stadium dewasa 10. Mengidentifikasi klasifikasi danau berdasarkan proses terjadinya 11. Mengidentifikasi klasisikasi rawa berdasarkan kondisi air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup 12. Mengidentifikasi jenis-jenis air tanah 13. Mengidentifikasi pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS) 14. Mengidentifikasi contoh DAS dengan daerah hulu dan hilirnya 15. Mengidentifikasi Usaha penanggulangan banjir 16. Mengidentifikasi klasifikasi laut berdasarkan cara terjadinya 17. Mengidentifikasi klasifikasi laut berdasarkan letaknya 18. Mengidentifikasi klasifikasi laut berdasarkan zona kedalamannya 19. Mengidentifikasi morfologi dasar laut 20. Mengidentifikasi penyebab tinggi rendahnya kadar garam air laut 21. Mengidentifikasi klasifikasi zona pesisir 22. Mengidentifikasi klasifikasi gelombang berdasarkan gerakan butiran-butiran air laut 23. Mengidentifikasi klasifikasi arus laut berdasarkan letaknya 24. Mengidentifikasi batas wilayah kelautan suatu negara 25. Mengidentifikasi organism perairan laut PENDALAMAN MATERI A. Perairan Darat 1. Siklus Hidrologi Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MATA PELAJARAN : GEOGRAFI

KELAS / SEMESTER : X / 2

SEMESTER : 2

MATERI : BAB VI

HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN AKIBAT DINAMIKA HIDROSFER

PEDOMAN : KURIKULUM 2013

Kompetensi Dasar :

1.6 Menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika hidrosfera.

4.6 Menyajikan hasil analisis hubungan antara manusia dengan lingkungannya sebagai pengaruh dinamika hidrosfer dalam bentuk narasi, tabel, bagan, grafik, gambar ilustrasi, dan atau peta konsep

Materi Pokok

1. Siklus air

2. Perairan darat dan potensinya

3. Perairan laut dan potensinya

4. Pemanfaatan dan pelestarian perairan darat dalam unit Daerah Aliran Sungai (DAS)

5. Pemanfaatan dan pelestarian laut secara berkelanjutan

Indikator

1. Mengidentifikasi terjadinya siklus hidrologi

2. Mengidentifikasi gejala-gejala metereologis dan klimatologis yang mengikuti proses siklus hidrologi

3. Mengidentifikasi klasifikasi sungai berdasarkan keadaan aliran airnya

4. Mengidentifikasi klasifikasi sungai berdasarkan struktur lapisan batuan yang dilaluinya

5. Mengidentifikasi klasifikasi sungai berdasarkan aliran yang dilaluinya

6. Mengidentifikasi jenis-jenis pola aliran sungai

7. Mengidentifikasi jenis-jenis contoh bentuk delta

8. Mengidentifikasi cirri-ciri sungai bagian hilir

9. Mengidentifikasi cirri-ciri sungai stadium dewasa

10. Mengidentifikasi klasifikasi danau berdasarkan proses terjadinya

11. Mengidentifikasi klasisikasi rawa berdasarkan kondisi air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup

12. Mengidentifikasi jenis-jenis air tanah

13. Mengidentifikasi pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

14. Mengidentifikasi contoh DAS dengan daerah hulu dan hilirnya

15. Mengidentifikasi Usaha penanggulangan banjir

16. Mengidentifikasi klasifikasi laut berdasarkan cara terjadinya

17. Mengidentifikasi klasifikasi laut berdasarkan letaknya

18. Mengidentifikasi klasifikasi laut berdasarkan zona kedalamannya

19. Mengidentifikasi morfologi dasar laut

20. Mengidentifikasi penyebab tinggi rendahnya kadar garam air laut

21. Mengidentifikasi klasifikasi zona pesisir

22. Mengidentifikasi klasifikasi gelombang berdasarkan gerakan butiran-butiran air laut

23. Mengidentifikasi klasifikasi arus laut berdasarkan letaknya

24. Mengidentifikasi batas wilayah kelautan suatu negara

25. Mengidentifikasi organism perairan laut

PENDALAMAN MATERI

A. Perairan Darat

1. Siklus Hidrologi

Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Daerah perairan ini meliputi samudera, laut, danau, sungai, gl.etser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir tiga perempat muka bumi tertutup oleh air.

Air di bumi memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran peredaran yang disebut siklus hidrologi, siklus air, atau daur hidrologi.

Matahari yang memancarkan energi panas memanasi daerah-daerah air di permukaan bumi terutama samudera dan laut, sehingga terjadilah proses penguapan. Uap air tersebut kemudian bergerak naik ke udara yang segera diikuti penurunan suhu. Pada ketinggian tertentu, uap air yang mengalami kondensasi (pengembunan) berubah menjadi embun atau awan. Selanjutnya, embun berubah menjadi hujan atau salju.

Siklus air dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

a. Siklus kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan dan hujan, lalu jatuh ke laut.

b. Siklus sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan dibawa angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan, lalu masuk ke tanah, selokan, sungai, dan ke laut lagi.

c. Siklus besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk kristal-kristal es di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh sebagai salju, membentuk gletser (lapisan es yang mencair), masuk ke sungai, lalu kembali ke laut.

Terjadinya siklus air tersebut disebabkan oleh adanya proses-proses yang mengikuti gejala meteorologis dan klimatologis, antara lain:

a. Evaporasi, yaitu penguapan benda-benda abiotik dan merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80% berasal dari penguapan air laut.

b. Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari tumbuh-tumbuhan melalui stomata atau mulut daun.

c. Evapotranspirasi, yaitu proses gabungan antara evaporasi dan transpirasi.

d. Kondensasi, yaitu proses perubahan wujud uap air menjadi air akibat pendinginan.

e. Adveksi, yaitu transportasi air pada gerakan horisontal seperti transportasi pangs dan uap air dari satu lokasi ke lokasi yang lain oleh gerakan udara mendatar.

f. Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan atau hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju.

g. Run off (aliran permukaan), yaitu pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai.

h. Infiltrasi, yaitu perembesan atau pergerakan air ke dalam tanah melalui pori tanah.

2. Sungai

1. Klasifikasi sungai

Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu: limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak-anak sungai, dan limpasan dari air tanah.

a. Berdasarkan keadaan aliran airnya, sungai dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1. Sungai Episodik (Perenial)

Sungai episodik adalah sungai yang debit airnya selalu ada, baik pada musim penghujan maupun pada musim kemarau. Contoh Sungai Kapuas di Kalimantan selatan

2. Sungai Periodik (Intermiten)

Sungai periodik adalah sungai yang berair pada saat musim penghujan saja, sedangkan pada musim kemarau kering. Contoh sungai di Nusatenggara

b. Berdasarkan sumber airnya, sungai dibagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Sungai hujan adalah sungai yang sumber mata airnya berasal dari hujan

2. Sungai gletser adalah sungai yang airnya berasal dari salju yang mencair

3. Sungai campuran adalah sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser

c. Berdasarkan struktur lapisan batuan yang dilaluinya, sungai dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1. Sungai Anteseden yaitu sungai yang dapat mengimbangi pengangkatan daerah yang dilaluinya. Jadi setiap terjadi pengangkatan, air sungai mengikisnya. Contoh sungai Madiun berhasil mengikis Pegunungan Kendeng (Jawa Timur), sungai Oya mengikis plato Wonosari (Yogyakarta)

2. Sungai Epigenesa yaitu sungai yang secara terus menerus mengikis batuan yang dilaluinya sehingga dapat mencapai daerah batuan asli atau batuan induknya. Contoh sungai Kolorado di Amerika Serikat

d. Berdasarkan arah aliran yang dilaluinya, sungai dapat dibagi menjadi 6 macam yaitu:

(1) Sungai konsekwen, yaitu sungai yang alirannya searah dengan lerengnya.

(2) Sungai insekwen yaitu sungai yang arah alirannya tidak teratur.

(3) Sungai subsekwen yaitu anak sungai yang arah alirannya tegak lurus terhadap sungai konsekwen.

(4) Sungai obsekwen yaitu anak sungai dari sungai subsekuen yang arahnya berlawanan dengan induk sungai konsekwen.

(5) Sungai resekwen yaitu sungai subsekwen yang arahnya sejajar dengan induk sungai konsekwen.

e. Penggolongan sungai berdasarkan pertimbangan yang lain, yaitu:

1. Sungai superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan-lapisan penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.

2. Sungai reverse, yakni sungai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.

3. Sungai composit, yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungai composit.

4. Sungai anaclinal, yakni sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.

5. Sungai compound, yakni sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan geomorfologinya.

2. Pola Aliran Sungai

Ada berbagai pola aliran sungai sebagai berikut.

a. Pola dendritik atau dendritis adalah pola aliran sungai yang mirip cabang atau akar tanaman dan bermuara pada sungai yang tidak teratur.

b. Pola rectangular adalah pola aliran pada daerah patahan atau retakan. Pola alirannya siku-siku.

c. Pola aliran trellis. Pola aliran trellis seperti terali. Sungai mengalir sepanjang lembah dari bentukan antiklinal dan sinklinal.

d. Pola radial sentrifugal adalah pola aliran pada dome atau gunung berapi pada stadium muda, mengalir melalui lereng-lereng pegunungan.

e. Pola radial sentripetal adalah pola aliran yang anak-anak sungainya bermuara di sungai utama dan berbentuk lancip terdapat pada daerah yang curam.

f. Pola pinnate adalah pola aliran yang anak-anak sungainya bermuara di sungai utama dan berbentuk lancip, terdapat pada daerah yang curam.

g. Pola radial adalah pola aliran yang menyebar dari puncak ke lereng lembahnya.

h. Pola annular merupakan sistem aliran sungai yang melingkar (di daerah dome).

3. Meander Sungai

Meander adalah bentuk kelokan-kelokan aliran sungai. Kenampakan ini sering didapati .Dada aliran sungai di daerah dataran rendah. Terbentuknya meander ialah karena adanya reaksi dari aliran sungai terhadap batu-batuan yang relatif homogen dan kurang resisten terhadap erosi

Pada lengkungan meander masing-masing terdapat dua sisi. Bagian dari lengkung meander yang selalu mendapat sedimentasi sehingga menyebabkan aliran tersebut berpindah disebut undercut. Aliran air mengalir lebih cepat pada sisi luar lengkung dibandingkan arus pada sisi dalam, sehingga sisi luar lengkungan tererosi dan hasilnya terendapkan pada sisi dalam.

Demikian seterusnya sampai pada suatu saat meander mungkin akan berbentuk setengah lingkaran atau bahkan hampir melingkar penuh. Batas daratan yang sempit yang memisahkan antara tikungan yang satu dan tikungan lainnya akhirnya terpotong oleh saluran yang baru, dan terbentuklah danau tapal kuda atau danau mati (oxbow lake).

Di samping meander yang terbentuk pada daerah datar yar:g luas atau rendah terdapat pula beberapa jenis meander yang berada pada daerah yang berelief kasar.

Sungai San Juan merupakan salah satu contoh sungai bermeander yang melakukan erosi pendalaman terhadap batuan dasar sehingga sungai tersebut berkedudukan tepat di dasar lembahnya.

Contoh lain adalah meander yang terdapat pada suatu dasar lembah yang lebar dengan dinding batuan yang bertingkat.

4. Delta

Pada ujung aliran dekat muara di laut atau danau, akan terbentuk suatu endapan yang disebut delta. Delta memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut antara lain: jenis batuan, kecepatan aliran sungai, dan musim.

5. Pertumbuhan suatu lembah sungai

Lembah sungai adalah suatu bentuk permukaan yang lebih rendah daripada bagian lainnya yang dihasilkan oleh pengikisan air. Pertumbuhan suatu lembah sungai dapat berjalan melalui tiga proses yakni: pendalaman, pelebaran, clan pemanjangan.

a. Pendalaman lembah sungai

Di daerah hulu sungai dengan perbedaan ketinggian masih cukup besar, sungai memiliki aliran yang cukup kuat. Kecepatan aliran yang besar menyebabkan proses erosi dan transportasi bekerja lebih dominan. Kekuatan aliran erosi bekerja dengan cara menumbuk dan menggerus dasar sungai. Cara kerja ini disebut sebagai pengikisan hidrolik. Serpihan batuan yang terbawa oleh aliran yang deras juga turut mengikis dan mempercepat pendalaman saluran, yang disebut sebagai pengikisan mekanik. Di samping itu, berjalan pula proses pengikisan kimiawi berupa pelarutan clan reaksi asam terhadap dasar dan tepi saluran sungai.

b. Pelebaran lembah sungai

Pada daerah datar, proses erosi yang bekerja lebih banyak adalah erosi menyamping (lateral). Hal ini disebabkan lambatnya kecepatan arus yang mengalir. Erosi lateral yang dominan bersifat melebarkan saluran dan lembah sungai. Selain itu berjalan pula proses agradasi atau penambahan endapan yang berasal dari materi longsoran (mass wasting) dari daerah lereng-lereng di atasnya. Adanya proses ini mempercepat terjadinya pelebaran lembah sungai.

c. Pemanjangan lembah sungai

Pemanjangan lembah dapat terjadi karena terjadinya penurunan permukaan laut, sehingga daratan bertambah maju, dan karena pertumbuhan delta, yang berarti menambah pula muka daratan.

Perkembangan suatu lembah sungai menunjukkan umurnya. Umur di sini merupakan umur relatif berdasarkan kenampakan bentuk lembah tersebut yang terjadi dalam beberapa tingkat (stadium). Pada stadium awal, gradien sungai masih besar sehingga daya kikis vertikal besar. Pada stadium ini dataran asli baru saja terbentuk. Ini dapat terjadi akibat pengangkatan dasar laut ke atas permukaan atau erupsi (peletusan) gunung-gunung berapi yang menghasilkan sedimentasi yang begitu banyak sehingga terbentuk permukaan daratan yang baru. Di beberapa tempat terdapat permulaan sungai dengan lembah yang kecil-kecil. Jadi pada stadium ini daerah di sekitarnya masih merupakan bentuk antaraliran dan erosi baru saja mulai.

Pada stadium muda pembentukan lembah mulai terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut.

1) Penampang lintang dari lembah berbentuk V. Hal ini disebabkan karena daya kikis vertikal yang kuat akibat gradien masih besar.

2) Sungai masih banyak mempunyai erosi basis sementara.

3) Daya angkut aliran air sungai masih merupakan daya angkut yang terbesar.

4) Lebar pada bagian bawah lembah sama dengan lebar saluran sungai.

5) Dasar lembah masih belum merata.

Selanjutnya, pada stadium dewasa lembah sungai akan memiliki ciri sebagai berikut.

1) Gradien sungai menjadi lebih kecil.

2) Erosi yang berperanan penting adalah erosi lateral, sedangkan erosi vertikal praktis sudah tidak terjadi.

3) Pada bagian akhir stadium dewasa sungai sudah mengalami pendataran dasar sungai.

4) Lembah sungai berbentuk U, yang ukuran lebarnya melebihi dalamnya.

5) Pada dasar lembah terdapat dataran banjir (flood plain) dan pada flood plain sungai membentuk kelokan (meander).

6) Dengan dasar lembah sungai sudah merata maka tidak terdapat lagi erosi dasar sungai.

6. Penampang memanjang sebuah sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu :

a) Bagian Hulu, memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) arus sungai deras;

(2) arah erosi ke dasar sungai (erosi vertikal);

(3) lembahnya curam;

(4) lembahnya berbentuk V;

(5) kadang-kadang terdapat air terjun; dan

(6) terdapat erosi mudik.

(7) tidak terjadi pengendapan (sedimentasi).

(8) terdapat batu-batu besar dan runcing.

b) Bagian Tengah, memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) arus air sungai tidak begitu deras;

(2) erosi sungai mulai ke samping (erosi horizontal);

(3) aliran sungai mulai berkelok-kelok; dan

(4) mulai terjadi proses sedimentasi dan (pengendapan) karena kecepatan air mulai berkurang.

(5) batu-batu bersudut bulat, dengan ukuran lebih kecil dari daerah hulu.

c) Bagian Hilir, memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) arus air sungai tenang;

(2) terjadi banyak sedimentasi;

(3) erosi ke arah samping (horizontal);

(4) sungai berkelok-kelok (terjadi proses meandering);

(5) terkadang ditemukan meander yang terpotong sehingga membentuk kali mati/danau tapal kuda (oxbow lake); dan

(6) di bagian muara kadang-kadang terbentuk delta.

(7) terdapat batu-batu kecil bersudut bulat.

7. Peranan sungai

Sungai mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, misalnya sebagai berikut.

1) Sungai banyak mengandung bahan-bahan bangunan seperti pasir, batu kali, dan kerikil.

2) Sungai dapat memberikan mata pencarian penduduk seperti pengambilan pasir, batu-batu, pencarian bijih emas, intan, timah aluvial, dan perikanan

3) Air terjun sungai dapat digunakan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik.

4) Sungai dapat digunakan untuk kepentingan pengairan, misalnya dengan dibuat waduk.

5) Untuk menambah kesuburan tanah karena sungai banyak mengandung mineral yang banyak dibutuhkan suatu tanaman.

6) Hasil pengendapan sungai dapat menghasilkan dataran aluvial yang subur

7) Sungai mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan suatu industri yang banyak memerlukan air, misalnya industri bata, genting, dan lain-lain.

8) Sungai untuk lalu lintas air.

2. Danau

Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertentu, sungai-sungai, serta mata air, dan mangkuk. Danau mendapatkan air dari curah hujan, m tanah. Ketiga sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen, artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya, bila sumber air pengisi danau itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu umumnya bersif at temporer atau periodik. Artinya, danau tersebut pada waktu-waktu tertentu kering.

Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Danau air asin

Pada umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid, di mana penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau danau semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar danau tersebut. Danau-danau yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid yang mempunyai kadar garam tinggi. Contoh-contoh danau dengan kadar garam yang tinggi adalah Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6%, dan Danau Merah (dekat Laut Asam), kadar garamnya 32%.

b. Danau air tawar

Danau air tawar terutama terdapat di daerah-daerah humid (basah) di mana curah hujan tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka. Contohnya adalah danaudanau air tawar dari air hujan adalah danau-danau di Indonesia. Contoh danau air tawar dari air hujan atau salju adalah danau-danau di Kanada.

Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut.

a. Danau tektonik

Danau tektonik terjadi karena gerak dislokasi (perpindahan lokasi) di permukaan bumi yang menimbulkan bentuk-bentuk patahan, slenk, clan lain-lain. Slenk yang diapit oleh horst, di sekitarnya dapat membentuk danau kalau mendapat air dalam jumlah yang cukup (air hujan, sungai, mata air). Contoh danau tektonik adalah Danau Nyasa dan Danau Tanganyika di Afrika Timur, serta Great Basin di Amerika Serikat.

b. Danau lembah gletser

Setelah zaman es berakhir, daerah-daerah yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau

c. Danau vulkanis

Danau ini terbentuk akibat adanya aktivitas vulkanis. Pada bekas suatu letusan gunung api akan timbul suatu cekungan yang disebut depresi vulkanis. Jika dasar cekungan tersebut kemudian tertutup oleh material vulkan yang tak tembus air, hujan yang jatuh akan tertampung dan membentuk danau vulkanis. Bentuk dan luas danau vulkanis yang terjadi tergantung pada macam proses vulkanis yang membentuknya. Sebagai contoh, pada tipe gunung api mar akan terbentuk danau mar. Demikian pula pada gunung api yang letusannya kaldera, akan terbentuk sebuah danau kaldera yang luas. Di Indonesia terdapat banyak danau vulkanis, misalnya: Mar Gunung Lamongan, Danau Toba yang merupakan danau kaldera, danau kawah di Gunung Kelud, dan lain sebagainya.

d. Danau tektovulkanik merupakan jenis danau yang terbentuk akibat dari gabungan tektonik dan vulkanik. Pada saat terjadi erupsi gunungapi, sebagian badan gunung api patah dan merosot menutupi lubang kepundan. Contoh, Danau Toba (Sumatera Utara).

e. Danau dolina

Danau Dolina / Dolin merupakan danau yang terdapat di daerah karst dan umumnya berupa danau kecil yang bersifat temporer. Bila di dasar dan tebing dolina terdapat bahan geluh lempung yang merupakan bahan yang tak tembus air, maka air hujan yang jatuh tertampung di dolina tak dapat terus masuk ke tanah kapur, sehingga terjadilah danau dolina. Danau dolina dapat juga terjadi karena adanya air di dalam tanah kapur tinggi. Batuan gamping sebenarnya tak tembus air, tetapi karena mempunyai celah-celah yang teratur maka air hujan yang jatuh tetap masuk meresap ke bawah. Kalau lapisan tanah di bawah lapisan gamping merupakan lapisan kedap (tak tembus air) clan curah hujan di daerah itu besar, lama kelamaan air yang tersimpan di lapisan gamping sudah cukup tinggi sehingga bagian bawah dolina dapat terletak dalam permukaan air karst tersebut.

f. Danau terbendung

Bahan-bahan lepas maupun terikat, misalnya runtuhan gunung, moraine ujung dari gletser, aliran lava yang membendung lembah sungai, sehingga aliran airnya akan tertahan dan akhirnya membentuk danau. Di sini termasuk pula danau hasil bendungan manusia yang disebut waduk atau dam. Beberapa contoh waduk yang terdapat di Indonesia, misalnya Waduk Jatiluhur, Waduk Saguling, Waduk Gajahmungkur, dan lain sebagainya.

g. Danau karena erosi sungai

Contoh: danau tapal kuda (oxbow lake)

Suatu danau dapat hilang disebabkan oleh bermacam-macam faktor yang memainkan peranannya secara terpisah maupun gabungan. Faktor-faktor itu ialah:

a. Pembentukan delta-delta dan pelumpuran di danau. Hal ini dapat terjadi jika di daerah hulu sungai timbul erosi yang besar akibat gundulnya hutan atau sebab lainnya. Kemudian sungai mentranspor hasil erosi tersebut ke dalam danau. Akibatnya akan terjadi kemudian penyempitan serta pendangkalan danau, yang akhirnya dapat membuat danau tersebut lenyap.

b. Gerakan tektonik berupa pengangkatan dasar danau.

c. Pengendapan jasad tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang mati akan mempercepat proses pendangkalan dasar danau.

d. Penguapan yang kuat, terutama di daerah arid.

e. Sungai-sungai yang meninggalkan danau menimbulkan erosi dasar pada bibir danau, sehingga tempat itu makin rendah dan akibatnya air danau keluar lebih banyak. Akibatnya danau dapat menjadi kering dan kehabisan air.

Luas perairan danau alam di Indonesia kurang lebih 1,85 juta hektar atau 0,52 persen luas daratan, yang sebagian besar belum dimanfaatkan secara maksimal. Air danau di Indonesia umumnya masih memenuhi syarat kecuali danau Pluit di Jakarta yang sudah tidak layak bagi semua peruntukan karena kandungan nitrat, fosfat, khlorida, dan sulfat sangat tinggi.

Proses sedimentasi di Danau Tempe (Sulawesi Selatan), Sentani (Irian Jaya), Singkarak (Sumatera Barat), Tondano dan Limboto (Sulawesi Utara), Rawa Pening (Jawa Tengah) diketahui telah mencapai jumlah yang cukup tinggi. Upaya penanggulangan yang harus dilakukan dalam rangka pembinaan dan pengelolaan danau antara lain dengan menjaga kelestarian hutan di sekitar danau. Hal itu dilakukan agar ketersediaan air tetap terjaga dan tingkat pengendapan lumpur yang berlebihan dapat dihambat. Upaya lain adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya mempertahankan kualitas lingkungan yang berupa hutan, tanah, dan air.

3. Rawa

Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi. Wilayah rawa yang luas terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya.

Daerah berawa-rawa terjadi mengikuti perluasan daratan karena sedimentasi akuatis. Oleh karena itu, rawa dapat dijumpai pada tempat-tempat yang syarat-syarat sedimentasi akuatisnya memungkinkan, misalnya daerah-daerah pantai Irian Jaya, pantai Utara Jawa, pantai Timur Sumatera, dan pantai Kalimantan. Daerah rawa-rawa merupakan sarang nyamuk malaria. Nyamuk malaria dapat diberantas dengan membuat perikanan di daerah tersebut. Untuk mengubah rawa menjadi daerah pertanian harus dilakukan drainase terlebih dahulu.

Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

a. Rawa yang airnya selalu tergenang

Tanah-tanah di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang airnya selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam. Derajat keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang dengan warna air kemerahmerahan.

b. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang

Rawa jenis ini menampung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air laut pasang dan airnya relatif mengering pada saat air laut surut. Akibat adanya pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut.

Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu asam ialah banyaknya pohon-pohon Rumbia. Untuk memanfaatkan wilayah rawa-rawa, pemerintah Indonesia telah mencoba mengeringkannya untuk dijadikan lokasi permukiman dan lahan pertanian bagi para transmigran, meskipun hasilnya belum optimal.

Berdasarkan kondisi air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup, rawa dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

a. Swamp

Lahan basah yang selalu digenangi air dengan jenis tumbuhan yang hidup seperti lumut, rumput-rumputan, semak-semak dan tumbuhan jenis pohon

b. Marsh

Seperti Swamp, tetapi tumbuhannya di dominasi oleh jenis lumut-lumutan, rumput-rumputan dan alang-alang

c. Bog

Lahan basah yang permukaan tanahnya relatif kering, sedangkan di dalam tanah bersifat jenuh dan air. Genangan yang dangkal hanya terlihat di beberapa tempat

d. Rawa pasang surut

Jenis rawa ini, jenis airnya berasal dari pasang surut air laut. Tumbuhan yang hidup subur di jenis rawa pasang surut adalah bakau

Rawa dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

1) Rawa yang terdapat pergantian air tawar dapat untuk areal sawah

2) Rawa yang airnya tidak terlalu asam dapat untuk daerah perikanan

3) Sebagai sumber pembangkit listrik

4) Sebagai objek pariwisata

4. Air tanah

Air tanah adalah bagian air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah. Kedalaman air tanah tidak sama pada setiap tempat. Hal itu tergantung pada tebal tipisnya lapisan permukaan di atasnya dan kedudukan lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air pada sumur-sumur yang digali merupakan cerminan kedalaman air tanah pada suatu tempat. Permukaan yang merupakan bagian atas dari tubuh air itu disebut permukaan preatik. Volume air yang meresap ke dalam tanah tergantung pada jenis lapisan batuannya. Berdasarkan kenyataan tersebut terdapat dua jenis lapisan batuan utama, yaitu lapisan kedap (impermeable) dan lapisan tak kedap air (permeable).

a. Lapisan kedap

Kadar pori lapisan kedap atau tak tembus air sangat kecil, sehingga kemampuan untuk meneruskan air juga kecil. Kadar pori adalah jumlah ruang di celah butir-butir tanah yang dinyatakan dengan bilangan persen. Contoh lapisan kedap, yaitu geluh, napal, dan lempung. Permukaan lapisan lempung menghisap air hingga jenuh. Tetapi, setelah itu air tidak akan terhisap lagi sehingga semua air akan dialirkan, atau bila keadaan permukaan tanah tak memungkinkan, air akan tergenang.

b. Lapisan tak kedap

Kadar pori lapisan tak kedap air atau tembus air cukup besar. Oleh karena itu, kemampuan untuk meneruskan air juga besar. Air hujan yang jatuh di daerah ini akan terus meresap ke bawah sampai berhenti di suatu tempat setelah tertahan oleh lapisan yang kedap. Contoh lapisan tembus air ialah pasir, padas, kerikil, dan kapur. Lapisan-lapisan ini merupakan tempattempat persediaan air yang baik karena merupakan tempat berkumpulnya air, sehingga pada lapisan-lapisan atas terbentuk tubuh air. Bagian atas tubuh air ini disebut permukaan preatik, yang tinggi permukaannya dinyatakan oleh tinggi air tanah dalam sumur. Batuan kapur sebenarnya hanya berpori-pori kecil, tetapi karena mempunyai celah-celah (diaklas), maka batuan kapur dapat menyimpan dan meneruskan air.

Di antara kedua jenis lapisan tersebut, yakni lapisan kedap dan lapisan tak kedap, terdapat lapisan peralihan yang merupakan variasi dari dua jenis lapisan tersebut. Keadaan air tanah dan posisinya pada lapisan tak kedap dapat mempengaruhi gerak aliran air tersebut. Jika lapisan yang kurang kedap terletak di atas dan di bawah suatu tubuh air, maka akan dihasilkan suatu lapisan penyimpanan air yang disebut air tanah tak bebas.

Tekanan air yang timbul dari air tanah tak bebas tergantung pada perbedaan tinggi antara suatu tempat dengan daerah tangkapan hujannya. Pada daerah yang letak permukaan air tanahnya lebih rendah dari permukaan air tanah pada daerah tangkapan hujannya, air akan memancar ke luar dari sumur yang dibor. Sumur yang demikian disebut sumur artesis. Nama artesis sendiri berasal dari kata artois (bahasa Perancis). Di daerah Artois (Perancis) pada abad pertengahan orang membuat sumur-sumur yang kadang-kadang dalamnya mencapai ratusan meter, dan di sana sering dijumpai air memancar dari lubang-lubang sumur yang dibor. Air yang keluar dari daerah inilah yang disebut sebagai air artesis (artois).

Air artesis sangat penting artinya bagi daerah-daerah yang kondisi alamnya kering seperti pada daerah beriklim arid (panas) dan semi arid (semi panas). Beberapa daerah air artesis yang terkenal adalah: daerah padang rumput (prairie) antara Pegunungan Rocky dan Sungai Mississippi (Amerika Serikat), terkenal dengan nama Sinklin batu pasir Dakota, dan daerah cekungan artesis di Australia Tenggara, terletak di daerah aliran Sungai Darling dan Sungai Murray. Air artesis di sini dapat memberikan 8.000.000 m3 air per hari.

c. Penampang Air Tanah

Air tanah freatik terdapat pada formasi lapisan batuan porous yang menjadi pengikat air tanah dengan jumlah cukup besar. Kedalaman lapisarn freatik tergantung pada ketebalan lapislapis batuan di atasnya. Jika lapisan freatik menjumpai retakan atau patahan, maka air akan keluar ke permukaan dan awalnya sering membawa endapan air.

Amatilah penampang lapisan air tanah sebagai berikut.

Keterangan:

1 = Air di lapisan tanah humus (gembur atau topsoil)

2= Perjalanan absorbsi air tanah

3 = Perjalanan absorbsi air tanah secara kapiler

4 = Lapisan air tanah phreatik

5 = Lapisan tanah kedap bagi air

6 = Lapisan air tanah dalam

SP = Sumur pompa; SA = Sumur artesis

Untuk menjaga agar kelestarian air tanah di lingkungan kita tetap terjamin, maka perlu dicegah hal-hal berikut.

a. Penggunaan air tanah yang berlebih-lebihan oleh pengusaha untuk keperluan industri harus dicegah, karena akan mempercepat menurunnya volume air tanah.

b. Kepadatan penduduk dan pemukiman yang berlebihan juga harus dicegah, karena berkaitan dengan membesarnya konsumsi air tanah.

c. Pemanfaatan air tanah (tawar) di daerah pantai harus mentaati peraturan yang ditetapkan pemerintah, agar tidak terjadi perluasan.

d. Perusakan hutan dan lahan penghijauan harus dicegah agar tidak menimbulkan ketimpangan tata air.

e. Konversi atau perubahan penggunaan lahan dalam suatu daerah aliran sungai harus diperhitungkan dampak dan manfaatnya.

f. Memperketat pelaksanaan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), khususnya terhadap air tanah, terhadap rencana pembangunan.

g. Menghindarkan pembuangan/kontaminasi limah terhadap air tanah, baik limbah domestik (dari masyarakat) maupun limbah industri.

5. Deskripsi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kumpulan sungai pada suatu sistem cekungan dengan aliran keluar atau muara tunggal membentuk daerah aliran sungai (DAS). Daerah aliran sungai adalah wilayah tampungan yang masuk ke dalam wilayah air sungai. Batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lain:

Sekitar delapan juta hektare lahan 36 DAS di Indonesia kini berada dalam kondisi kritis Sebagian areal hutan, khususnya di daerah hulu sungai, telah berubah menjadi semak belu bahkan gundul. Sampai sekarang kerusakan DAS itu terus berlangsung.

Masalah DAS di Indonesia kini kebanyakan terpusat pada banjir yang berulang kali nimpa areal yang terjadi di daerah bawah. Hal itu tidak hanya menyebabkan produktiv tanah menurun, tetapi juga menimbulkan masalah pengendapan lumpur pada waduk, salt irigasi dan proyek tenaga air. Hal ini merupakan akibat dari penggunaan tanah yang ti tepat, seperti sistem perladangan berpindah dan pertanian lahan kering, tanpa perlak konservasi yang tepat dan tidak mengikuti pola tata guna tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi DAS adalah iklim, jenis batuan yang dilalui DAS, banyak sedikitnya air yang jatuh ke alur pada waktu hujan. Sedangkan cepat atau lambat air hujan terkumpul di alur sangat tergantung pada bentuk lereng DAS. Di dalam wilayah daerah aliran sungai terdapat bentukan alam seperti meander, dataran banjir, dan delta.

Perhitungan banyaknya hujan di DAS dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara berikut.

1. Isohyet, digunakan kalau luas DAS lebih besar dari 5.000 km2. Isohyet adalah garis dan peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai jumlah curah hujan yang sama selama suatu periode tertentu.

2. Thiessen, digunakan kalau bentuk DAS tidak memanjang dan sempit, dengan luas an 1.000 - 5.000 km2.

Daerah-daerah aliran sungai, dibagi 3 yaitu di daerah hulu sungai, daerah tengah sungai dan di daerah hilir sungai. Biasanya, DAS di hulu sungai berbukit-bukit dan lerengnya curam sehingga banyak ditemukan jeram. Daerah ini banyak digunakan untuk areal ladang sayt perkebunan, atau hutan yang merupakan daerah penyangga. Di sekitar aliran sungai banyak pemukiman penduduk.

Contoh-contoh DAS di Indonesia:

a. DAS Ciliwung, yang mempunyai hulu di Bogor dan hilir di Jakarta

b. DAS Bengawan Solo, yang mempunyai hulu di Wonogiri dan hilir di Gresik

c. DAS Mahakam, yang mempunyai hulu di Pegunungan Bawui dan hilir di Samarinda

6. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS)

Akibat hujan yang aliran airnya melalui hutan-hutan gundul, daerah yang kur bervegetasi (tanaman) di permukaan bumi sebagai daya serap air, maka timbullah banjir.

Selama terjadi pemindahan dan perubahan meander sepanjang lembah sungai, hasil pengendapan sedimen pada bekas aliran yang di tinggalkan akan membentuk suatu lengkungan dataran yang luas, yang disebut dataran banjir. Dataran banjir ini merupakan daerah sering tergenang air pada saat terjadi banjir. Luas daerah dataran banjir dapat jauh lebih t dari alur sungainya sendiri.

1. Faktor penyebab banjir

Salah satu indikasi kerusakan DAS yang berhubungan dengan hidrologi adalah peristiwa banjir. Banjir sering terjadi di daerah hilir DAS, meskipun penyebab banjir tidak selalu terjadi di bagian hilir. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya banjir antara lain:

a. Penebangan hutan yang berlebihan

Dalam siklus hidrologi hujan yang jatuh akan diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan akan di simpan dalam tanah sebagai cadangan air tanah. Jadi hutan berfungsi sebagai daerah resapan air. Bagaimanakah jika hutan banyak ditebang?

b. Penutupan danau dan kantong-kantong air lainnya

Dengan adanya danau dan kantong-kantong lainnya, hujan yang jatuh tidak langsung mengalir ke bawah, tetapi akan masuk dan mengisi cekungan-cekungan tersebut, sehingga kesempatan air masuk ke dalam tanag lebih besar dan lebih lama. Bagaimanakah jika danau dan kantong-kantong air ditutup ?

c. Berubahnya saluran drainase dan sungai

Saluran drainase dan sungai bisa berubah karena adanya pengendapan hasil-hasil erosi dan pembuangan sampah oleh masyarakat ke saluran tersebut. Berubahnya saluran drainase dan sungai dapat berupa pendangkalan saluran yang menyebabkan kapasitas penampungan air berkurang

2. Dampak banjir

Dampak yang ditimbulkan banjir antara lain:

a. Bangunan seperti rumah, gedung sekolah, jembatan menjadi rusak

b. Jaringan jalan, telepon, listrik menjadi rusak/terputus

c. Pencemaran air dan tanah

d. Penyakit menular muncul

e. Tanaman pangan seperti padi, jagung, kacang membusuk sehingga gagal panen

f. Penduduk dan ternak mati tenggelam

g. Erosi tanah

h. Harta benda tenggelam dan hanyut

3. Usaha penanggulangan banjir

Supaya DAS tidak mengalami kerusakan maka perlu adanya usaha pemeliharaan sehingga unsur-unsur yang ada dalam DAS (unsur fisik, kimia dan biologi) tetap terjaga kelestariannya. Usaha menjaga kelestarian DAS dapat dilakukan dengan konservasi lahan di dalam DAS tersebut. Konservasi lahan dapat mencegah banjir. Konsevasi lahan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode vegetatif da mekanik

a. Metode vegetatif, antara lain:

1) Penghutan kembali lahan hutan gundul

2) Penghijauan pada lahan terbuka dan berlereng curam dengan penanaman pohon-pohon serta rerumputan

3) Penutupan lahan terbuka dengan tanaman penutup

4) Penanaman dengan cara melajur sesuai dengan garis tinggi (kontur)

5) Menutup lahan terbuka dengan sisa-sisa tanaman

b. Metode mekanik, antara lain:

1) Pembuatan selokan atau saluran air

2) Pembuatan terasering pada lereng curam dengan mengikuti garis kontur

3) Pembuatan sumur resapan

4) Pembuatan talud dan tanggul pada lereng-lereng curam

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi resiko banjir antara lain sebagai berikut.

a. Upaya penghijauan dan penghutanan kembali wilayah gundul untuk mempertinggi kapasitas peresapan air.

b. Pembuatan teras-teras dan guludan pada lahan miring yang memenuhi syarat bagi pencegahan erosi tanah.

c. Pembuatan tanggul-tanggul di pinggir sungai untuk menahan luapan air sungai pada musim hujan.

d. Diadakan pelurusan sungai dan pengerukan sungai bagian dasar lembah pada musim kemarau.

e. Pembuatan terusan saluran air

f. Pembuatan bendungan serba guna untuk menampung dan memanfaatkan air sepanjang tahun.

g. Di kawasan perkotaan dibuat kanal-kanal sungai, selokan-selokan air, dibuat pintu air, dibuat tanggul-tanggul pada tepi kota sepanjang batas aliran sungai.

h. Peningkatan kesadaran penduduk dalam upaya memelihara lingkungan hidup melalui pendidikan formal /nonformal dan melalui media massa.

B. Perairan laut

1. Klasifikasi Laut

1. Menurut cara terjadinya, laut dibagi menjadi 3 macam, yaitu

a. Laut transgresi yaitu laut yang meluas dan terjadi karena daratan rendah yang tergenang oleh air laut. Contoh : Dangkalan Sunda, Dangkalan Sahul

b. Laut ingresi yaitu laut dalam yang terjadi karena dasar laut mengalami penurunan. Contoh : Laut Maluku, Laut Banda (7.440 m), Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Jepang (4.000 m), Laut Tengah (4.400 m) dan Laut Karibia (5.505 m)

c. Laur regresi, yaitu laut yang terjadi karena menyempitnya luas permukaan laut (akibat erosi yang berlangsung lama) sehingga daratan pantai semakin meluas. Contoh : Pantai timur Sumatra dan Pantai utara Jawa

2. Berdasarkan letaknya, laut dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

a. Laut tepi ialah laut yang terletak di tepi benua dan dipisahkan dari samudra oleh pulau-pulau. Contoh :

· Laut Jepang/Laut Timur (dipisahkan oleh Kepulauan Jepang)

· Laut Cina Selatan (dipisahkan oleh Kepulauan Indonesia dan Kepulauan Filipina)

b. Laut Tengah, ialah laut yang terletak diantara benua-benua. Contoh :

· Laut tengah (antara benua Eropa, Afrika dan Asia)

· Laut tengah Amerika (terdiri dari teluk Meksiko dan Laut Karibia)

c. Laut pedalaman, ialah laut yang hampir seluruhnya dikelilingi daratan. Contoh : Laut Baltik, Laut Hitam, Laut Mati dan Laut Kaspia

3. Berdasarkan zona kedalamannya, laut dibagi menjadi 4 zona, yaitu :

a. Zona litoral atau jalur-pasang yaitu bagian cekungan lautan yang terletak diantara pasang naik dan pasang surut

b. Zona epineritik yaitu bagian cekungan lautan diantara garis-garis surut dan tempat paling dalam yang masih dapat dicapai oleh daya sinar matahari (pada umumnya sampai kedalaman 50 m)

c. Zona neritik yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 50 – 200 m

d. Zona batial yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 200 m – 2.000 m

e. Zona abisal yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya lebih dari 2.000 m

2. Morfologi Dasar Laut

1. Paparan benua (continental shelf) yaitu dasar lautan yang dangkal dan merupakan daratan yang meluas serta terdapat disepanjang pantai. Sebetulnya continental shelf ini adalah bagian dari benua yang berdekatan dan tergenang oleh air laut (dalamnya tak lebih dari 200 m). Contoh : Dangkalan Laut Utara yang terletak disekitar Kepulauan Inggris dan merupakan bagian dari benua Eropa, Dangkalan Sahul. Dasar Laut ini dalamnya rata-rata 45 – 60 m dan merupakan bagian dari benua Australia. Dangkalan Sunda (40 – 45 m) yang merupakan bagian dari benua Asia

2. Punggung Laut (Ridge) yaitu dasar lautan yang dangkal, memanjang dan sempit yang di kanan kirinya merupakan laut dalam. Contoh : pegunungan di Samudra Atantik, yaitu Pegunungan Atlantik utara dari Kepulauan Azora sampai ke Sint Paul, Pegunungan Atlantik selatan dari sebelah utara Asension sampai Pulau Bauet dan pegunungan di Samudra Hindia di sebelah selatan Pulau Jawa memanjang ke rah timur sampai di Nusa Tenggara

3. Palung Laut (Trench), yaitu dasar laut yang sangat dalam, memanjang, sempit dan terjal, seolah-olah merupakan lembah di dasar laut. Palung atau trog terjadi karena tektogenesa, patahan, maupun lipatan.Contoh : Palung Laut Filipina atau palung laut Mindanao dengan kedalaman 10.830 m, Palung Laut Sunda atau Palung Laut Jawa dengan kedalaman 7.450 m dan Palung Laut Jepang dengan kedalaman 9.435 m

4. Cekungan laut (Basin) yaitu dasar laut dalam dan berbentuk oval menyerupai suatu baskom yang luas. Contoh : Cekungan Laut Timur

5. Ambang adalah relief dasar laut berupa punggungan (bukit) yang memisahkan dua wilayah laut dangkal, seperti ambang Laut Sulu, dan ambang Selat Gibraltar.

6. Pematang tengah samudra adalah jalur punggungan yang bentuknya memanjang di sepanjang zone pemisahan dua buah lempeng samudra (zone divergensi). Pematang tengah samudra ditandai dengan keluarnya magma dari dalam astenosfer membentuk jalur gunungapi dasar laut yang dikenal dengan istilah lingkaran api (ring of fire), seperti di tengah Samudra Pasifik dan Atlantik.

7. Submarine canyon adalah alur-alur ngarai yang terletak di kawasan paparan benua, yang dahulunya diperkirakan merupakan lembah sungai paparan tersebut masih berupa kawasan darat. Contoh submarin canyon terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa yang dahulunya merupakan wilayah paparan sunda.

3. Kualitas air laut

Air laut banyak mengandung garam-garaman bahkan juga mengandung gas udara yang terlarut. Diperkirakan hampir 50 trelliun matrik ton garam yang larut dalam air laut. Semua gas-gas yang terdapat di udara dapat dijumpai di laut meskipun dalam jumlah yang berbeda

Kepadatan air laut adalah 1,026 – 1,028. Jika dibandingkan dengan air murni, air laut mempunyai kepadatan yang lebih besar (karena mengandung garam-garaman). Tekanan air laut dalam kedalaman berbeda memiliki besar yang berbeda, yakni semakin dalam semakin besar pula tekanannya

4. Suhu air laut

Suhu air laut adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi organisme kehidupan di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan organisme-organisme tersebut. Baik daratan maupun lautan keduanya dipanasi oleh sinar matahari atau proses yang dinamakan insolotion. Pengaruh pemanasan tidaklah sama untuk daerah-daerah yang terletak pada lintang yang berbeda. Hal tersebut didasarkan atas beberapa faktor sebagai berikut :

a. Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer akan banyak kehilangan panas sebelum sampai ke daerah kutub, bila dibandingkan dengan daerah ekuator

b. Besarnya pebedaan sudut datang sinar matahari ketika sampai ke permukaan bumi. Pada daerah kutub sinar matahari yang sampai permukaan bumi akan tersebar lebih luas daripadadi daerah ekuator

c. Di daerah kutub lebih banyak sinar matahari yang dipantulkan kembali ke atmosfer (hal ini disebabkan oleh sudut datang)

d. Awan yang menutupi

e. Curah hujan

Semakin dalam laut semakin turun suhunya. Pada kedalaman sampai 200 m suhu masih relatif panas, Namun pada kedalaman 200 – 1.000 m suhu turun secara mendadak dan membentuk sebuah kurva dengan lereng yang sangat tajam atau dikenal sebagai termoklin. Air pada daerah terdalam biasanya mempunyai suhu kurang dari 2 derajat

5. Kecerahan dan warna

Warna air laut bermacam-macam, tergantung kepada gelombang warna yang terpantul atau sedimen yang diendapkan. Contoh, warna hitam disebabkan oleh endapan lumpur biru tua yang terdapat pada dasar laut. Air laut di Indonesia pada umumnya berwarna jernih dan pada laut dalam warnanya terlihat biru. Pada umumnya di dekat pantai terlihat kehijau-hijauan dan biasanya terdapat binatang koral

Beberapa penyebab perbedaan warna air laut di permukaan bumi, yaitu :

a. Banyaknya pantulan sinar matahari yang bergelombang pendek daripada sinar lain, sehingga air laut pada umumnya berwarna biru

b. Adanya lumpur berwarna kuning di dasar perairan menyebabkan lautan berwarna kuning. Contoh muara Sungai Kuning di Cina.

c. Adanya lumpur di dasar perairan yang berwarna hitam menyebabkan air laut berwarna hitam. Contohnya Laut Hitam dan Pantai Senggigi (NTB)

d. Adanya palnkton-plankton berjumlah besar menyebabkan perairan berwarna hijau atau kehijauan

e. Adanya permukaan air laut yang tertutup es menyebabkan perairan berwarna putih. Contoh Laut di Kutub utara dan selatan

Selain itu warna atau tingkat kecerahan air laut dapat diidentifikasi dengan alat bantu penginderaan jauh (citra). Pengamatan terhadap warna air laut bermanfaat bagi kegiatan penangkapan ikan yakni sebagai petunjuk kandungan plankton-plankton atau beberapa jenis bentos (bahan makanan ikan) yang terkandung di dalam air laut

6. Salinitas/kadar garam

Konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat di dalam laut dikenal sebagai salinitas. Konsentrasi ini biasanya sebesar 3 % dari berat seluruhnya. Mereka biasanya lebih sering disebut sebagai bagian per seribu atau biasa ditulis dengan 35 o/oo. Konsentrasi garam-garam ini jumlahnya sama dalam setiap contoh-contoh air laut, sekalipun mereka diambil dari tempat yang berbeda di seluruh dunia. Cara yang biasa untuk mengukur salinitasadalah dengan menghitung kadar klor (klorinitas). Rumus yang digunakan adaah

(Salinitas = klorinitas X 1,817)

Tinggi rendahnya kadar garam air laut tergantung kepada banyak sedikitnya :

a. Penguapan

b. Sungai yang bermuara ke laut tersebut

c. Curah hujan

d. Limpahan air dari samudra di sekitarnya

e. Air yang berasal dari gleser

Unsur-unsur utama air laut, bersama-sama dengan konsentrasi yang dihitung dengan perbandingan berat per seribu (Open University Course in Oceanography)

Ion

o/oo

Ion negatif (anion)

Klorid, Cl

Sulfat, SO4

Bikarbonat, H CO3

Bromid, Br

Borat, H2BO3

Fluorid, F

18,980

2,649

0,140

0,065

0,026

0,001

Jumlah

21,861

Ion Positif (kation)

Sodium, Na+

Magnesium, Mg2+

Kalsium, Ca2+

Potassium, K+

Stronsium, Sr2+

10,556

1.272

0,400

0,380

0,013

Jumlah

12,621

Jumlah seluruh ion-ion

34,482

7. Zona pesisir

Pesisir dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Pesisir Daratan (Costal Plain) adalah pesisir yang mengalami proses pengangkatan yang semula berada di bawah laut sampai bekas paparan benua

b. Pesisir Daratan Aluvial (Costal Aluvial Plain) adalah pesisir yang terbentuk oleh pengendapan alluvial yang berasal dari daratan dan dicirikan oleh bentuk lereng yang landai

c. Pesisir Pulau penghalang (Barrier Island Coast) adalah pesisir dengan perairan dangkal lepas pantai yang luas dan terpisah dari lautan oleh pulau penghalang

Seorang ahli kelautan bernama Valentin mengklasifikasikan pesisir sebagai berikut :

1. Pesisir yang bergerak maju

Pesisir yang bergerak maju disebabkan oleh :

a. Naiknya permukaan daratan disebut dengan pesisir dasar laut naik

b. Deposisi organik, meliputi fitogenik dan zoogenik

· Fitogenik (terbentuk oleh tumbuhan). Contohnya pesisir mangrove

· Zoogenik (terbentuk oleh hewan laut0. Contohnya pesisir koral

c. Deposisi inorganik, meliputi deposisi marine dengan tenaga pasang lemah dan pasang kuat serta deposisi fluvial

· Deposisi marin (tenaga pasang lemah). Contohnya pesisir laguna dan pesisir guguk pasir

· Desposisi marine (tenaga pasang kuat). Contohnya pesisir rataan pasang dan pesisir pulau penghalang

· Deposisi aluvial. Contohnya pesisir delta

2. Pesisir yang bergerak mundur disebabkan oleh :

a. Penenggelaman bentuk lahan terglasiasi, meliputi :

· Erosi glasial tertekan. Contohnya, pesisir fjord – skerry

· Erosi glasial tak tertekan. Contohnya, pesisir fjord – skerry

· Deposisi glasial. Contohnya pesisir morena

b. Penenggelaman bentuk lahan fluvial tererosi, meliputi :

· Struktur lipatan muda. Contohnya pesisir up land berteluk-teluk

· Struktur lipatan tua. Contohnya pesisir ria

· Struktur horisontal. Contohnya pesisir plato berteluk

c. Erosi marin yang akan membentuk pesisir cliff

Pantai memiliki beberapa tipe sebagai berikut :

1. Pantai Diskordan adalah jenis pantai yang letaknya melintang terhadap pegunungan-pegunungan tegak lurus terhadap pantai. Struktur geologi pada bentuk-bentuk tipe garis pantai yang ditemukan cenderung memiliki efek yang mudah dikenali. Jika barisan batuan yang terhampar tersusun pada sudut-sudut yang tepat dipantai, sungai-sungai memotong serangkaianlembah-lembah yang dalam sering kali secara paralel untuk mencapai laut. Contoh yang kita ketahui pada tipe ini adalah di Irlandia barat daya

2. Pantai Konkordan adalah jenis pantai yang letaknya membujur sejajar dengan pegunungan yang memanjang ditepi pantai. Jika struktur daratan sejajar dengan pantai, sebuah garis pantai kurang lebih cenderung akan terlihat. Contoh terbaik untuk tipe ini adalah garis pantai di Pantai Adriatik, di bekas Negara Yuguslavia

3. Pantai Fjords adalah pesisir yang dihasilkan dari erosi glasial daripada munculnya permukaan laut. Jenis pesisir ini mempunyai garis pantai yang panjang dan jauh masuk ke daratan. Contoh pantai Norwegia, Skotlandia dan Labrador

8. Gelombang laut (Sea wave)

Gelombang laut dapat didefinisikan sebagai proses gerakan naik turunnya molekul air laut, membentuk puncak dan lembah pada lapisan permukaan air laut. Gerakan gelombang laut ini secara umum terbentuk karena adanya gerakan angin (massa udara yang bergerak, walaupun kadang-kadang gelombang laut ini timbul akibat aktivitas vulkanisme atau tektonisme di dasar laut)

Secara umum, gerak gelombang laut terbentuk karena adanya pengaruh angin, terutama berhubungan dengan hal-hal berikut.

1) Kecepatan angin, semakin kencang angin bertiup semakin besar gelombang laut yang ditimbulkannya. Selain itu, kecepatan angin juga berpengaruh terhadap panjang gelombang dan cepat rambat gelombang.

2) Lamanya angin bertiup, semakin lama angin bertiup gelombang semakin besar.

3) Fetch, yaitu daerah yang terkena pengaruh gerakan angin. Semakin luas fetch, gelombang yang terbentuk memiliki panjang gelombang lebih besar.

Berdasarkan posisi atau letak gelombang terhadap fetch nya, kita mengenal dua jenis gelombang, yaitu sea waves dan swell.

a) Sea waves adalah gelombang laut yang berada di daerah pengaruh angin atau gelombang yang letaknya di dalam fetch.

b) Swell adalah gelombang laut di luar pengaruh fetch.

4) Perbedaan kerapatan air laut dan udara. Sebagaimana prinsip terjadinya gelombang yang dikemukakan oleh Helmholtz yang berbunyi jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatan atau densitasnya saling bersentuhan atau bergesekan satu sama lain, pada bidang sentuhnya akan terbentuk gelombang. Menurut prinsip ini, gelombang laut dapat terjadi akibat bersentuhannya molekul air laut dan molekul udara yang berbeda tingkat kerapatannya.

5) Kedalaman laut. Adanya perubahan kedalaman dasar laut secara tiba-tiba dari dalam menjadi dangkal ke arah pantai mengakibatkan bagian bawah gelombang tertahan oleh dinding dasar laut. Benturan gelombang laut dengan dinding dasar laut ini mengakibatkan terbentuknya gerak ombak membalik yang menimbulkan pecahan gelombang yang dikenal dengan istilah Breaking Waves atau Breakers.

Berdasarkan gerakan butiran-butiran air laut, gelombang dapat dibedakan menjadi empat, yaitu sebagai berikut ini.

(a) Gelombang Osilasi

Gelombang osilasi berbentuk butir-butir air laut yang berputar membentuk gerakan seperti lingkaran atau ellips, sehingga terlihat puncak dan lembah gelombang. Pada saat gelombang memasuki wilayah pantai, gelombang osilasi mengalami penurunan kecepatan, panjang gelombang menjadi lebih kecil, sedangkan tinggi gelombang bertambah. Akhirnya terbentuklah pecahan gelombang (breaking waves).

(b) Gelombang Translasi

Setelah terjadi pecahan gelombang, butir-butir air laut tidak lagi berputar turun naik membentuk puncak dan lembah gelombang melainkan bergerak ke arah pantai. Gerakan air ke arah pantai ini dinamakan gelombang translasi.

(c) Swash

Swash adalah kelanjutan dari gelombang translasi, yaitu berupa desakan massa air laut ke daratan pada saat memasuki wilayah pantai.

(d) Back Swash

Back swash adalah proses kembalinya massa swash dari pantai ke wilayah laut.

(e) Aktivitas Endogenik

Aktivitas endogenik terjadi di dasar laut berupa kegiatan gunungapi atau gempa tektonik dapat menyebabkan terjadinya gelombang pasang secara tiba-tiba dengan tinggi gelombang jauh lebih besar dibandingkan dalam keadaan normal. Gelombang pasang air laut semacam ini dinamakan Tsunami. Kedahsyatan tsunami dapat dilihat dari panjang gelombangnya yang dapat mencapai 200 kilometer dengan tinggi gelombang sekitar 30 meter dan kecepatan rambat gelombang sekitar 800 km/jam.

9. Arus laut (Sea current)

Arus laut adalah gerakan masa air laut dari suatu tempat ke tempat yang lain. Gerakan ini bisa secara mendatar dan horisontal yang berupa arus permukaan atau arus dasar, dan dapat pula merupakan gerakan massa air secara vertikal dari lapisan air bagian bawah ke lapisan atas atau sebaliknya

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya arus laut, yaitu :

a. Gerakan angin yang tetap arahnya sepanjang tahun. Contoh angin pasat yang berhembus di wilayah tropik

b. Perbedaan tinggi permukaan air laut. Perbedaan tinggi permukaan air di samudra mengakibatkan gerakan massa air laut untuk mengisi bagian air laut yang lebih rendah. Arus yang timbul akibat perbedaan tinggi permukaan air di samudra ini disebut arus kompensasi atau arus pengisi

c. Rintangan pulau atau benua. Adanya rintangan benua atau pulau menyebabkan arus laut berbelok menurut garis pantai benua atau menjadi aruq belahan. Contoh: Arus Brasilia dan Arus Australia Timur

d. Perbedaan suhu. Arus laut yang dingin mempunyai massa jenis lebih besar daripada air laut yang panas. Air laut di daerah kutub bersuhu dingin sehingga memiliki massa jenis lebih besar daripada air laut yang panas. Air akan bergerak dari air bermassa jenis besar (dingin) menuju air bermassa jenis kecil (panas)

e. Perbedaan kadar garam atau salinitas. Air laut akan mengalir dari laut yang berkadar garam tinggi menuju laut yang berkadar garam rendah

Jenis arus laut dapat dibedakan menurut temperatur dan letaknya. Berdasarkan temperaturnya arus laut dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Arus panas adalah arus laut yang temperatur airnya lebih tinggi (panas) daripada temperatur air laut yang didatangi. Contoh : Arus Teluk dan Kuroshiwo. Arus ini datang dari daerah tropis menuju daerah sedang

b. Arus dingin adalah arus laut yang temperatur airnya lebih rendah (dingin) daripada temperatur air laut yang didatangi. Contoh : Arus Labrador, Arus benguela, Arus Oyashiwo dan Arus Peru. Arus ini datang dari daerah kutub ke daerah sedang

Berdasarkan letaknya, arua laut dibagi menjadi 4 macam, yaitu :

a. Arus atas (arus permukaan) adalah arus laut yang bergerak sebagai arus berada di permukaan laut. Contohnya semua arus laut yang disebabkan oleh angin

b. Arus bawah adalah air yang bergerak sebagai arus laut berada di dasar laut. Jika arah gerakannya berubah ke arah vertikal, arus ini akan menjadi up welling dan sinkin pada beberapa daerah pantai

c. Long shore current adalah arah aliran arus yang sejajar dengan garis pantai

d. Rip current adalah arus yang berada di pantai berpasir halus dan bergelombang agak besar. Arah gerakannya tegak lurus dengan garis pantai. Biasanya rip current ini mampu menyeret pasir di bawahnya beserta orang yang berada di tempat itu menuju ke laut yang lebih dalam. Contoh di pantai Parangtritis yang memiliki kecepatan 80 km/jam

10. Batas wilayah kelautan suatu negara sebagai berikut.

a. Batas laut kontinental

Dasar laut secara geologis yang merupakan kelanjutan dari kontinental dan kedalaman lautnya ± 150 m.

b. Batas laut teritorial (laut wilayah)

Batas laut yang ditarik dari garis yang menghubungkan titik-titik dari ujung-ujung pulau dengan jarak 12 mil ke arah luar lautan bebas.

c. Batas zone ekonomi eksklusif

Jarak 200 mil laut ke arah laut terbuka diukur dari garis dasar. Hak suatu Negara di dalam batas zone ekonomi eksklusif, yaitu dapat memanfaatkan sumber daya, baik di laut maupun di bawah dasar laut.

11. Organisme Perairan Laut dan Manfaatnya

Organisme-organisme yang hidup di perairan laut dan bermanfaat adalah sebagai berikut.

1) Nekton, yaitu organisme laut yang dapat berenang sendiri, seperti ikan, penyu, dan udang tertentu. Manfaatnya untuk bahan makanan dan gizi manusia, serta bisa menjadi sumber devisa negara.

2) Plankton, yaitu organisme laut yang tidak mempunyai alat untuk bergerak sendiri. Gerakannya ditentukan oleh arus laut. Manfaatnya sebagai sumber makanan ikan.

3) Bentos, yaitu organisme laut yang hidup di dasar laut. Bentos hidup melekat dan merayap pada suatu tempat, seperti tiram, tumbuhan laut, dan kepiting laut. Salah satu manfaatnya adalah untuk bahan obat-obatan dan kosmetik.

PERTANYAAN

1. Bagaimanakah terjadinya siklus hidrologi ?

2. Jelaskan perbedaan antara evaporasi dan evapotranspirasi !

3. Jelaskan perbedaan antara sungai episodik dan sungai periodik !

4. Jelaskan perbedaan antara sungai antasaden dan sungai epigenesa !

5. Sebutkan cirri-ciri sungai bagian hilir !

6. Apakah yang dimaksut danau tektovulkanik ?

7. Jelaskan perbedaan antara air tanah dangkal dengan air tanah dalam !

8. Apakah yang dimaksut Daerah Aliran Sungai (DAS) ?

9. Buatlah contoh DAS dengan daerah hulu dan hilirnya !

10. Sebutkan usaha-usaha penanggulangan banjir !

11. Sebut dan jelaskan klasifikasi laut berdasarkan cara terjadinya !

12. Sebut dan jelaskan klasifikasi laut berdasarkan letaknya !

13. Sebut dan jelaskan klasifikasi laut berdasarkan zona kedalamannya !

14. Jelaskan perbedaan antara palung laut dengan cekungan/lubuk laut !

15. Sebutkan faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya kadar garam air laut !

16. Jelaskan perbedaan antara Pesisir Daratan Aluvial (Costal Aluvial Plain) dengan Pesisir Pulau penghalang (Barrier Island Coast) !

17. Jelaskan perbedaan antara gelombang osilasi dengan gelombang translasi !

18. Sebut dan jelaskan klasifikasi arus laut berdasarkan letaknya !

19. Jelaskan perbedaan antara batas laut territorial dengan batas zone ekonomi eksklusif !

20. Jelaskan perbedaan antara nekton dengan plankton !