pedoman identifikasi dan monitoring populasi penyu

112
DIREK TORAT K ONSERV AS I DAN K EANEK ARAGA M AN HAYATI LAUT DIREK TORAT JENDER AL PENGELOLAAN R U ANG LAUT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2015

Upload: didi-sadili

Post on 08-Mar-2016

354 views

Category:

Documents


97 download

DESCRIPTION

Penyu merupakan salah satu jenis reftil yang hidup di laut dan memiliki kemampuan bermigrasi jarak jauh di sepanjang Samudera Hindia, Pasifik, dan perairan laut Asia Tenggara. Penyu sudah lama menghadapi keterancaman akan kepunahan. Ancaman kepunahan tersebut dapat disebabkan oleh factor alam maupun factor manusia.Kerusakan habitat pantai dan perairan yang menjadi tempat ruaya mencari, aktifitas perikanan yang tidak ramah lingkungan, teknik pengelolaan konservasi yang tidak memadai, perubahan iklim, penangkapan penyu dan pengambilan telur penyu menjadi factor penyebab terjadinya percepatan penurunan populasi penyu. Kondisi populasi itulah yang menyebabkan semua jenis penyu yang ada di Indonesia berstatus dilindungi yang dituangkan melalui Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi.Dari 7 jenis penyu di dunia, tercatat ada 6 jenis diantaranya yang hidup di perairan laut Indonesia, yaitu: penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu pipih (Natator depressus), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), serta penyu tempayan (Caretta caretta).Secara internasional, penyu masuk ke dalam daftar merah (red list) IUCN dan apendiks 1 CITES. Yang berarti keberadaan penyu di dunia teramsuk terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya (perdagangannya) harus dikontrol secara ketat.Sejauh ini langkah langkah kerjasama baik regional maupun internasional untuk menjaga kelestarian penyu sudah banyak dilakukan oleh pemerintah Indonesia, seperti kerjasama dalam wadah: IOSEA-CMP, SSME, dan BSSE.Untuk mendukung pelestarian penyu tersebut, salah satunya diperlukan pedoman teknis / manual tentang pengelolaan penyu yang benar. Dimana pedoman teknis tentang pengelolaan konservasi penyu tersebut masih sangat langka. Buku ‘Pedoman Identifikasi dan Monitoring Populasi Penyu’ yang disusun oleh: Didi Sadili, Dwi Suprapti, Sarmintohadi, dkk ini terbit adalah untuk mengisi kekosongan tersebut, yang tentunya bertujuan untuk: memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat luas tentang teknik identifikasi jenis-jenis penyu dan monitoring populasinya. Selain itu, buku ini juga diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.Semoga buku ini dapat bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 1/112

DIREKTORAT KONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2015

Page 2: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 2/112

Page 3: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 3/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  i

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN

MONITORING POPULASI PENYU

Penanggung Jawab :

Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut

Penyusun :

Didi Sadili, Dit. KKHL-KKPDwi Suprapti, WWF-IndonesiaSarmintohadi, Dit. KKHL-KKP

Ihsan Ramli, Dit. KKHL-KKP Yudha Miasto, Dit. KKHL-KKPHeri Rasdiana, Dit. KKHL-KKPPrabowo, Dit. KKHL-KKPRian Puspita Sari, Dit. KKHL-KKPMarina Monintja, Dit. KKHL-KKPNina Tery, Dit. KKHL-KKPSyifa Annisa, Dit. KKHL-KKP

Editor: Agus Dermawan, Direktur KKHL

Kontributor: 

WWF-IndonesiaFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPBFakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana

Diterbitkan Oleh:

DIREKTORAT KONSERVASI DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUTDITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUTKEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN2015 

Page 4: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 4/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU ii

 

Page 5: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 5/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  iii

KATA PENGANTAR

Penyu merupakan salah satu jenis reptil yang hidup di laut yang

mempunyai kemampuan bermigrasi jarak jauh di sepanjang kawasan Samudera

Hindia, Samudra Pasifik dan Asia Tenggara. Secara internasional keberadaan penyu

telah lama mengalami keterancaman, termasuk di Indonesia. Ancaman kepunahan

penyu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik oleh faktor alam maupun faktor

kegiatan manusia yang berdampak negatif.

Kerusakan habitat pantai dan ruaya pakan, kematian akibat interaksidengan aktivitas perikanan, pengelolaan dengan teknik-teknik konservasi yang tak

memadai, perubahan iklim, penyakit serta pengambilan penyu dan telurnya yang tak

terkendali merupakan faktor-faktor penyebab penurunan populasi penyu. Hewan

berpunggung keras ini tergolong hewan yang dilindungi dengan kategori Appendiks

I CITES (Convention on International Tradein Endangered Species of Wild Flora and Fauna),

sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian

secara serius. Selain itu karakteristik siklus hidup penyu sangat panjang dan unik,

sehingga untuk mencapai kondisi “stabil” (kondisi dimana kelimpahan populasi

relatif konstan selama 5 tahun terakhir) dapat memakan waktu cukup lama.

Kondisi inilah yang menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia

diberikan status dilindungi oleh negara sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7

tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Akan

tetapi pemberian status perlindungan saja tidak cukup untuk memulihkan atau

setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia. Oleh karena itu

dibutuhkan tindakan nyata dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu yang

komprehensif, sistematis dan terukur. Salah satu tantangan utama dalam program

konservasi penyu adalah masih terbatasnya data dan informasi tentang status

populasi penyu di Indonesia.

Page 6: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 6/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU i

Penyusunan buku “Pedoman Identifikasi dan Monitoring Populasi Penyu”

diharapkan dapat menjadi acuan bagi berbagai pihak di dalam melakukan

pemantauan populasi penyu di Indonesia, khususnya di beberapa habitat utama

peneluran penyu di Indonesia.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan saran dan masukan sehingga tersusunnya ”Pedoman Identifikasi dan

Monitoring Populasi Penyu” ini dapat diselesaikan.

 Jakarta, 201

Direktur Konservasi danKeanekaragaman Hayati Laut

 AGUS DERMAWAN

Page 7: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 7/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU   v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... iiiDAFTAR ISI ..................................................................................................... vDAFTAR TABEL ............................................................................................ viiDAFTAR GAMBAR........................................................................................ viiiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 11.1 Latar Belakang ......................................................................... 11.2 Maksud dan Tujuan ................................................................ 3

1.3 Ruang Lingkup ........................................................................ 3

BAB 2. BIOEKOLOGI ............................................................................... 52.1 Anatomi .................................................................................... 52.2 Taksonomi dan Klasifikasi .................................................... 62.3 Kunci Identifikasi ................................................................... 10

2.3.1 Morfologi ....................................................................... 102.3.2 Jejak, Ukuran Sarang dan Kebiasaan Bertelur ......... 152.3.3 Karakteristik Habitat Peneluran ................................ 22

2.3.4 Distribusi dan Sebaran ................................................. 232.4 Reproduksi ............................................................................... 26

2.4.1 Perkawinan .................................................................... 262.4.2 Perilaku Peneluran ....................................................... 29

2.5 Siklus Hidup ............................................................................ 322.6 Kelimpahan dan Kecenderungan Populasi Penyu di

Indonesia .................................................................................. 342.6.1 Penyu Belimbing di Jamursba Medi, Papua ............. 342.6.2 Penyu Hijau di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

2.6.3 Penyu Hijau di Pantai Sukamade, Jawa Timur ........ 372.6.4 Penyu Lekang di Pantai Ngagelan, Jawa Timur ...... 382.6.5 Penyu Hijau di Pantai Pangumbahan, Jawa Barat ... 402.6.6 Penyu Hijau dan Penyu Sisik, Pantai Peneluran Paloh,

Kalimantan Barat .......................................................... 412.7 Kelompok (Keragaman) Populasi Penyu di Indonesia .... 422.8 Jalur Migrasi ............................................................................ 45

2.8.1 Jalur Migrasi Penyu Hijau ........................................... 45

Page 8: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 8/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  vi

  2.8.2 Jalur Migrasi Penyu Belimbing ................................... 472.8.3 Jalur Migrasi Penyu Lekang ........................................ 49

BAB 3 TEKNIK MONITORING ........................................................... 513.1 Persiapan .................................................................................. 523.1.1 Alat dan Bahan ............................................................ 523.1.2 Menentukan Waktu dan Jumlah Pemantau ............ 53

3.2 Metode Pengumpulan Data .................................................. 553.2.1 Pemantauan di Habitat Peneluran ............................ 553.2.2 Monitoring Telur dan Sarang Telur ........................ 563.2.3 Monitoring Tukik ....................................................... 573.2.4 Survei Pantai Peneluran ............................................ 61

3.3 Pemanfaatan Penyu ................................................................ 633.4 Ancaman Terhadap Penyu ................................................... 643.5 Tabulasi Data ........................................................................... 673.6 Menduga Ukuran (Jumlah) Populasi Per Satuan Waktu .. 683.7 Teknik Monitoring Bycacth Penyu dan Penanganannya .... 72

3.7.1 Pendataan Bycatch ETP pada Penyu .......................... 723.7.2 Penanganan Bycacth Penyu .......................................... 733.7.3 Penanganan Penyu di Atas Kapal .............................. 75

BAB 4 PELAPORAN4.1 Penyusunan Laporan .............................................................. 794.2 Penyampaian Laporan ............................................................ 80

BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82

LAMPIRAN ...................................................................................................... 84

Page 9: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 9/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU   vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi penyu berdasarkan karakteristik eksternal(morfologi) ..................................................................................... 11

Tabel 2. Ciri-ciri bentuk luar (morfologi) tukik setiap jenis penyu....... 14

Tabel 3. Identifikasi berdasarkan jejak (track) dan ukuran sarang ........ 16

Tabel 4. Ukuran kedalaman dan diameter sarang menurut jenispenyu............................................................................................... 20

Tabel 5. Jumlah dan ukuran telur penyu serta ukuran karakteristikpenyu ketika bertelur .................................................................... 21

Tabel 6. Karakteristik habitat peneluran beberapa jenis penyu ............ 22

Tabel 7. Distribusi dan sebaran jenis penyu ............................................ 25

Tabel 8. Cara menentukan jenis kelamin penyu ...................................... 28

Tabel 9. Waktu (timing) peneluran menurut spesies (jenis) penyu ........ 29

Page 10: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 10/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi eksternal penyu ......................................................... 6Gambar 2. Penyu hijau (Chelonia mydas) ..................................................... 7

Gambar 3. Penyu lekang ( Lepidochelys olivacea) ........................................... 8

Gambar 4. Penyu belimbing ( Dermochelys coriacea)..................................... 8

Gambar 5. Penyu sisik ( Eretmochelys imbricate) ........................................... 9

Gambar 6. Penyu tempayan (Caretta caretta) .............................................. 9

Gambar 7. Penyu pipih ( Natator depressus) ................................................. 10

Gambar 8. Kunci identifikasi penyu berdasarkan karakteristikeksternal (morfologi) ................................................................ 13

Gambar 9. Morfologi jenis-jenis tukik ....................................................... 16

Gambar 10. Contoh jejak beberapa jenis penyu ......................................... 19

Gambar 11. Sebaran beberapa jenis penyu laut di Indonesia ................... 25

Gambar 12. Perkawinan dan lokasi peneluran penyu ................................ 27

Gambar 13. Perkawinan penyu di perairan dangkal terbawa arus

hingga ke pantai ........................................................................ 27

Gambar 14. Perbedaan jenis kelamin penyu ............................................... 28

Gambar 15. Tahapan penyu bertelur ........................................................... 31

Gambar 16. Skema siklus hidup penyu ........................................................ 33

Gambar 17. Jumlah populasi sarang di pantai Jamursba Medi tahun1981-2011 ................................................................................... 35

Gambar 18. Jumlah populasi sarang di Pulau Sangalaki tahun 2002-

2012 ............................................................................................. 36Gambar 19. Jumlah populasi sarang di pantai Sukamade tahun 1980-

2012 ............................................................................................ 38

Gambar 20. Jumlah populasi sarang di pantai Ngagelan tahun 1984-2011 ............................................................................................. 39

Gambar 21. Jumlah populasi sarang di pantai Pangumbahan tahun2009-2011 ................................................................................... 40

Page 11: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 11/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  ix

Gambar 22. Jumlah populasi sarang di pantai Paloh tahun 2009-2012 .. 42

Gambar 23. Status stok genetik penyu belimbing di dunia ...................... 44

Gambar 24. Migrasi pasca bertelur penyu hijau di tiga lokasi

peneluran di Indonesia ............................................................. 46

Gambar 25. Lintasan enam penyu belimbing menggunakan satelittelemetri pasca bertelur ............................................................ 48

Gambar 26. Lintasan tiga penyu belimbing menggunakan satelittelemetri pasca bertelur ............................................................ 48

Gambar 27. Lintasan penyu lekang menggunakan satelit telemetripasca bertelur ............................................................................. 49

Gambar 28. Tahapan penyu bertelur ........................................................... 55Gambar 29. Tukik menuju laut .................................................................... 57

Gambar 30. Pengukuran CCL dan CCW pada saat monitoring penyu

di pantai peneluran ................................................................... 59

Gambar 31. Pengukuran track penyu pada saat monitoring penyu dipantai peneluran ....................................................................... 59

Gambar 32. Jenis-jenis termometer pengukur suhu pasir ....................... 61

Gambar 33. Contohmetal taguntuk penyu dan contoh pemasangantagpadaapplicator  ............................................................................. 71

Gambar 34. Pemasangan tag yang salah dan pemasangan tag yangbenar ............................................................................................ 71

Gambar 35. Pemotongan tali pancing pada penyu ..................................... 74

Gambar 36. Mengangkat penyu ke atas kapal ............................................ 74

Gambar 37. Penanganan penyu di atas kapal ............................................. 75

Gambar 38. Melakukan penyadaran (resusitasi) dan pelepasan penyuke laut ......................................................................................... 77

Gambar 39. Tehnik pengoperasiande-hooker.............................................. 78

Page 12: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 12/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar monitoring jejak penyu .............................................. 87Lampiran 2. Lembar monitoring peneluran ................................................ 88

Lampiran 3. Lembar presentase penetasan .................................................. 89

Lampiran 4. Lembar monitoring penyu yang mati ..................................... 90

Lampiran 5. Lembar monitoring peneluran induk penyu ......................... 91

Lampiran 6. Pendataan individu penyu yang mendarat ke pantaipeneluran (bertelur maupun tidak) ......................................... 92

Lampiran 7. Spesies terkait secara ekologi (ERS) yang tertangkap ......... 93Lampiran 8. Panduan penanganan penyu yang tertangkap jaring atau

rawai/ longline.............................................................................. 100

Page 13: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 13/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  1

BAB-1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyu merupakan reptil yang hidup di laut serta mampu bermigrasi

 jarak jauh di sepanjang kawasan Samudera Hindia, Samudra Pasifik dan Asia

Tenggara. Keberadaannya telah lama terancam, baik karena alam maupunkegiatan manusia yang membahayakan populasinya secara langsung maupun

tidak langsung.

Dari tujuh jenis penyu di dunia, tercatat enam jenis penyu yang

hidup di perairan Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik

( Eretmochelys imbricata), penyu lekang ( Lepidochelys olivacea), penyu pipih

( Natator depressus), penyu belimbing ( Dermochelys coriacea), serta penyu

tempayan (Caretta caretta). Jumlah ini sebenarnya masih menjadi perdebatan

karena Nuitja (1992) menyebutkan hanya lima jenis yang ditemukan di

Indonesia, dimana Caretta caretta  dinyatakan tidak ada. Namun, beberapa

peneliti mengungkapkan bahwa Caretta caretta memiliki daerah jelajah yang

meliputi Indonesia (Limpus,et al., 1992; Charuchinda,et al., 2002).

Pergeseran fungsi lahan yang menyebabkan kerusakan habitat

pantai dan ruaya pakan, kematian penyu akibat kegiatan perikanan,pengelolaan dengan teknik-teknik konservasi yang tidak memadai,

perubahan iklim, penyakit, pengambilan penyu dan telurnya serta ancaman

predator merupakan faktor-faktor penyebab penurunan populasi penyu.

Selain itu, karakteristik siklus hidup penyu sangat panjang (terutama penyu

hijau, penyu sisik dan penyu tempayan) dan untuk mencapai kondisi “stabil”

(kelimpahan populasi konstan selama 5 tahun terakhir) dapat memakan

Page 14: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 14/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 2

waktu cukup lama sekitar 30–40 tahun, maka sudah seharusnya pelestarian

terhadap satwa langka ini menjadi hal yang mendesak.

Kondisi inilah yang menyebabkan semua jenis penyu di Indonesiadiberikan status dilindungi oleh negara sebagaimana tertuang dalam PP

Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa

 yang Dilindungi.

Secara internasional, penyu masuk ke dalam daftar merah (red list)

IUCN dan Appendiks I CITES yang berarti bahwa keberadaannya di alam

terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya

harus mendapat perhatian secara serius. Konservasi penyu secarainternasional mulai bergaung saat TheFirst World Conferenceon theConservation

of Turtles yang dilaksanakan di Washington DC, pada tanggal 26 sampai 30

November 1979. Konferensi tersebut dihadiri oleh sekitar 300 orang ahli

ekologi penyu, biologi satwa, biologi perikanan dan konservasionis yang

membahas lebih dari 60 paper dan melakukan analisis dalam menyelamatkan

populasi setiap spesies yang hidup di masing- masing negara.

Sejauh ini berbagai kebijakan terkait pengelolaan penyu sudah

cukup banyak dilakukan, baik oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan, maupun Kementerian Kelautan dan Perikanan. Bahkan

pemerintah secara terus-menerus mengembangkan kebijakan-kebijakan yang

sesuai dalam upaya pengelolaan konservasi penyu dengan melakukan

kerjasama regional seperti IOSEA-CMP, SSME dan BSSE. Munculnya UU

No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan dan PP No. 60 tahun 2007 tentang

Konservasi Sumber Daya Ikan membawa nuansa baru dalam pengelolaan

konservasi penyu.

Namun pemberian status perlindungan saja tidak cukup untuk

memulihkan atau setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia.

Pengelolaan konservasi yang komprehensif, sistematis dan terukur mesti

segera dilaksanakan, diantaranya dengan cara memberikan pengetahuan

Page 15: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 15/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  3

teknis tentang pengelolaan konservasi penyu bagi pihak-pihak terkait

khususnya pelaksana di lapang. Namun sampai saat ini buku lengkap yang

memuat informasi tentang pengelolaan konservasi penyu sangat sedikit yang

mudah dipahami oleh semua kalangan.

Sejalan dengan upaya pengelolaan konservasi penyu di Indonesia,

maka buku pedoman teknis bagi para pelaku pengelolaan konservasi penyu

di lapangan sangat diperlukan, diantaranya adalah buku “Pedoman

Identifikasi dan Monitoring Populasi Penyu” sebagai panduan dalam

melakukan identifikasi dan aktivitas monitoring penyu baik di kawasan

konservasi maupun di luar kawasan konservasi di Indonesia.

1.2  Maksud dan Tujuan

Maksud penulisan buku ini adalah untuk memberikan pengetahuan

dan pemahaman kepada masyarakat luas tentang teknik   identifikasi jenis-

 jenis penyu dan monitoring populasi penyu. Selain itu, buku ini diharapkan

dapat memperkaya khazanah ilmu dan pengetahuan guna mendorong upaya

pengelolaan dan konservasi penyu di Indonesia.

Tujuan penulisan buku ini adalah untuk menyebarluaskan

(mensosialisasikan) teknik identifikasi dan monitoring populasi penyu, serta

informasi dan pengetahuan tentang penyu secara lengkap meliputi aspek

biologi, ekologi dan konsepsi.

Buku yang tersusun diharapkan dapat menjadi pegangan dan

pedoman teknis, khususnya bagi para praktisi dan tenaga lapangan yangberkecimpung dalam kegiatan pengelolaan konservasi penyu.

1.3  Ruang Lingkup

Pedoman umum identifikasi dan monitoring populasi penyu ini

memuat informasi tentang metode monitoring populasi penyu dan informasi

Page 16: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 16/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 4

lain yang terkait dengan pengelolaan penyu. Informasi yang diuraikan dalam

buku pedoman ini penting untuk memberikan wawasan bagi pelaku

monitoring atau para pemangku kepentingan terkait. Secara umum pedoman

umum ini terdiri dari lima bab, yaitu:

  Bab 1. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan,dan ruang lingkup;

  Bab 2. Bioekologi, berisi tentang anatomi, taksonomi dan klasifikasi,kunci identifikasi, reproduksi, siklus hidup, kelimpahan dankecenderungan populasi penyu Indonesia, kelompok (keragaman)populasi penyu di Indonesia, dan jalur migrasi;

 

Bab 3. Teknik monitoring, berisi tentang persiapan, metodepengumpulan data, pemanfaatan penyu, ancaman terhadap penyu,tabulasi data, menduga ukuran (jumlah) populasi per satuan waktu,teknik monitoringby catch penyu dan penanganannya;

  Bab 4. Pelaporan, berisi tentang penyusunan laporan, dan penyampaian

laporan;

  Bab 5. Penutup.

Dari tujuh spesies penyu di dunia, di Indonesia terdapat enam jenis

penyu yaitu penyu hijau, penyu pipih, penyu lekang, penyu sisik, penyu

tempayan dan penyu belimbing. Penyu kempi atau Lepidochelys kempi tidak

ditemukan di wilayah perairan Indonesia, oleh karena itu pada pedoman ini

tidak diikutkan pembahasan tentang penyu kempi.

Dengan demikian, dengan adanya buku ini dapat memudahkan para

stakeholder dalam mengindentifikasi dan memonitoring populasi penyu di

Indonesia, terutama di daerah utama peneluran penyu.

Page 17: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 17/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  5

BAB-2

BIOEKOLOGI PENYU

2.1 Anatomi Penyu

Pengenalan terhadap bagian-bagian tubuh penyu beserta fungsinya

sangat diperlukan agar dapat melakukan identifikasi dengan baik. Secara

umum, tubuh penyu terdiri dari bagian-bagian:

1)  Karapas, yaitu bagian tubuh yang dilapisi zat tanduk, terdapat di

bagian punggung dan berfungsi sebagai pelindung.

2)  Plastron, yaitu lapisan tubuh bagian bawah sebagai penutup pada

bagian dada dan perut.

3)  Inframarginal, yaitu keping penghubung antara bagian pinggir karapas

dengan plastrón. Bagian ini dapat digunakan sebagai salah satu kunci

identifikasi.4)  Flipper   depan, yaitu sirip atau kaki bagian depan yang berfungsi

sebagai alat dayung.

5)  Flipper   belakang, yaitu kaki bagian belakang (pore flipper ), berfungsi

sebagai alat penggali dan kemudi.

6)  Scutes  vertebrae adalah lapisan keratin berupa lempengan sisik yang

ditemukan pada bagian tengah karapas.

7) Scutes  costal  adalah lempengan sisik yang ditemukan pada bagiansamping karapas

8)  Scales adalah lempengan sisik yang menutup bagian flipper  dan kepala.

Page 18: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 18/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 6

Gambar 1. Anatomi eksternal penyu: (a) karapas dan plastron  (atas); (b)bagian dorsal, ventral dan kepala (bawah) (Sumber: Wyneken,1996)

2.2 Taksonomi dan Klasifikasi

Menurut Carr (1972), penyu termasuk ke dalam Ordo Testudinata

 yang memiliki dua famili yang masih bertahan hingga saat ini , yaitu:

 A. Famili : Cheloniidae, meliputi :

Spesies : 1)Chelonia mydas (penyu hijau)

2) Natator  depressus (penyu pipih)

Karapas Plastron

 Ventral/ Bawah

Scute Vertebrae Hind

Fore flipperScute Costae

Dorsal/ Atas  Head/ Kepala

Dorsal

Anterior Posterior

Ventral

Distal Proksimal

Lateral

M e d i a l

Page 19: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 19/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  7

3) Lepidochelys olivacea (penyu lekang)

4) Lepidochelys kempi (penyu kempi)

5) Eretmochelys imbricata (penyu sisik)

6)Caretta caretta (penyu tempayan atau penyu karet)

B.  Famili : Dermochelyidae, meliputi :

Spesies : 7) Dermochelys coriacea (penyu belimbing)

Dari tujuh spesies penyu di atas, penyu kempi ( Lepidochelys kempi)

tidak ditemukan di wilayah perairan Indonesia, tapi berada di Amerika Latin

dan perairan pantai timur Amerika Serikat.

Klasifikasi jenis penyu laut yang hidup di perairan Indonesia adalah

sebagai berikut :

1.  Penyu hijau, Green Turtle[Chelonia mydas (Linnaeus, 1758)]

Kingdo : Animali

Phylum : Chordata

Class : Reptilia

Sub Class : AnapsidaOrdo : Testudines

Family : Chelonidae

Genus :Chelonia 

Species :Chelonia mydas 

Nama lokal : Penyu hijau, penyu daging (Bali), penyu pendok(Karimun Jawa), penyu sala (Sumbawa), Katuwang(Sumatera Barat), Panyo’ kambau (Paloh)

Gambar . Penyu hijau (Chelonia myda)(Sumber: WWF Indonesia)

Page 20: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 20/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 8

2.  Penyu lekang,OliveRidley  [ Lepidochelys olivacea (Eschscholtz, 1829)]

Kingdo : nimali

Phylum : ChordataClass : Reptilia

Sub Class : Anapsida

Ordo : Testudines

Famili : Chelonidae

Genus : Lepidochelys 

Species : Lepidochelys olivacea 

3.  Penyu belimbing, Leatherback Turtle[ Dermochelys coriacea (Vandelli, 1761)

Kingdom : Animali

Phylum : ChordataClass : Reptilia

Sub Class : Anapsida

Ordo : Testudines

Famili : Dermochelydae

Genus : Dermochelys 

Species : Dermochelys coriacea 

Nama lokal : Penyu isik emu, enyu lekang, enyu atu, enyu b -abu, penyu slengkrah (Jawa Timur), Panyo’ Karahan(Paloh)

Nama lokal : Penyu belimbing, Panyo’ Timbau (Paloh)

Gambar 3. Penyu lekang ( Lepidochelys olivace)(Sumber: WWF Indonesi )

Gambar . Penyu belimbin ( Dermochelys coriace)(Sumber: WWF Indonesia)

Page 21: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 21/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  9

4.  Penyu sisik, Hawksbill Turtle, [ Eretmochelys imbricata (Eschscholtz, 1829)]

Kingdo : Animali

Phylum : ChordataClass : Reptilia

Sub Class : Anapsida

Ordo : Testudines

Family : Chelonidae

Genus : Eretmochelys 

Spesies : Eretmochelys imbricata 

5. 

Penyu tempayan, Loggerhad Turtl  [Caretta careta (Linnaeus, 1758)]Kingdo : Animali

Phylum : Chordata

Class : Reptilia

Sub Class : Anapsida

Ordo : Testudines

Family : Chelonidae

Genus :Caretta 

Spesies :Caretta caretta 

Nama lokal : Penyu sisik (Bali, Jawa Barat, Sumatera Barat, PulauSeribu, Sulawesi, Kalimantan Timur), penyu sisir(Madura), penyu genting (Jawa Timur), Panyo’ Sisek(Paloh)

Nama lokal : Penyu karet, penyu merah, penyu tempayan

Gambar 6. Penyu tempayan (Caretta care )(Sumber: WWF Indonesia

Gambar 5. Penyu sisik ( Eretmochelysimbricate) (Sumber: WWF

Indonesia

Page 22: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 22/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 10

 

6.  Penyu pipih , Flatback Turtl  [ Natator depressu (Garman, 1880)]

Kingdo : Anim li

Phylum : Chordata

Class : Reptilia

Sub Class : Anapsida

Ordo : Testudines

Family : Chelonidae

Genus : Natator  

Spesies : Natator  depressus 

Nama lokal : Penyu pipih

2.3 Kunci Identifikasi Penyu

Identifikasi jenis penyu dapat dilakukan berdasarkan pada hal-hal

berikut:

a.  Bentuk luar (morfologi)

b.  Tanda-tanda khusus pada karapas dan sisik kepala

c.  Jejak dan ukuran sarang (diameter dan kedalaman sarang) serta

kebiasaan bertelur

d.  Pilihan habitat peneluran

2.3.1 Morfologi

Perbedaan karakteristik eksternal antar spesies penyu terletak pada :

1.  Jenis cangkangnya (lunak atau keras) serta ada atau tidaknya

lempengan sisik di kepala (scales) dan di karapas (scutes).2.  Jumlah dan susunan lempengan (scutes) pada cangkang, baik

cangkang bagian atas (karapas) maupun cangkang bagian bawah

(plastron).

3.  Jumlah lempengan sisik (scales) pada kepala.

Gambar 7. Penyu pipih ( Natator depressu)

(Sumber: WWF Indonesia

Page 23: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 23/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  11

Identifikasi penyu berdasarkan bentuk luar (morfologi) setiap jenis

dapat dilihat pada Tabel 1. Tata cara atau kunci identifikasi jenis penyu

berdasarkan ciri-ciri morfologi dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 1. Identifikasi penyu berdasarkan karakteristik eksternal (morfologi)

Kode Spesies/ Jenis Penyu

Karakteristik Eksternal

 Jeniscangkang/

Shell  

 Jumlahscutes  costal  

(padakarapas)

 Jumlahscutes  

inframarginal  

(padaplastron )

 Jumlahscales  

prefrontal  

 Jumlahscales  

postocular /

posorbital  

Penyu belimbing( Dermochelys coriacea)

Lunak - - - -

Penyu hijau

(Chelonia mydas)

Keras 4 pasang 4 pasang 1 pasang 4 pasang

Penyu pipih( Natator depressus)

Keras 4 pasang 4 pasang 1 pasang 3 pasang

Penyu sisik( Eretmochelys imbricate)

Keras 4 pasang 1 pasang 2 pasang 3 pasang

Penyu tempayan(Caretta caretta)

Keras 5 pasang 3 pasang 2 pasang 3 pasang

Penyu lekang( Lepidochelys olivacea)

Keras 5 pasang ataulebih

4 pasang 2 pasang 3 pasang

Catatan:1.  Penyu pipih ( Natator depressus) endemik di perairan Australia dan sangat

 jarang ditemukan di Indonesia.

2.  Costal scutes  penyu sisik ( Eretmochelys imbricate) cenderung tumpang

tindih/overlapping.

3.  Pada scutes inframarginal  penyu lekang ( Lepidochelys olivacea) terdapat

lubang-lubang/ pores.

Page 24: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 24/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 12

 

Penyubelimbing

Penyu

hijau

Penyu

pipih

Penyusisik

Jenis Penyu

Page 25: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 25/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  13

 

Gambar 8. Kunci identifikasi penyu berdasarkan karakteristik eksternal

(morfologi) (Sumber: Adnyanaet al., 2008)

 Adapun ciri-ciri bentuk luar (morfologi) anak penyu (tukik)

disajikan pada Tabel 2 dan bentuk tukik penyu dapat dilihat pada Gambar 9.

Penyutempayan

Penyulekang

Page 26: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 26/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 14

Tabel 2. Ciri-ciri bentuk luar (morfologi) tukik setiap jenis penyu

No. Jenis Penyu Ciri-ciri Morfologi

1 Penyu hija

(Chelonia mydas)

Karapas melebar, berwarna ehtaman pada

bagian karapas dan bagian tepi karapas bergaris

putih tipis sertaplastron berwarna putih. Jumlah

scales danscutes sama dengan penyu hijau dewasa.

2 Penyu pipi

( Natator depressus)

Ukuran lebih besar dari tukik penyu hijau.

Karapas meluas, berbentuk oval tidak

meruncing di belakang, berwarna keabuan pada

bagian karapas dan pada bagian tepi karapas

berwarna putih lebih lebih lebar dari penyu

hijau. Jumlahscales danscutes sama dengan penyu

pipih dewasa

Penyu ekan

( Lepidochelys olivacea)

 Jumlah scale  dan scute  sama dengan penyu

lekang dewasa. Berwarna hitam pekat secara

keseluruhan dan memiliki sisik semu.Penyu sisi

( Eretmochelys imbricate)

 Jumlah scale dan scute sama dengan penyu isik

dewasa. Berwarna coklat kehitaman dan bentuk

karapas memanjang.

Penyu belimbin

( Dermochelys coriacea)

Karapas berb tuk buah belimbing dan

berwarna hitam berbintik putih.

Penyu tempaya(Caretta caretta)

 Jumlah scale  dan scute  sama dengan penyutempayan dewasa berwarna kecoklatan dan

memiliki bentuk karapas memanjang seperti

bentuk tempayan.

Page 27: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 27/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  15

 

(a) 

tampak malam

Penyu belimbing

Penyu sisik

Penyu ipih

Penyu hijau

Penyu tempayan

Penyu lekang

Page 28: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 28/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 16

 

Gambar 9.  Morfologi jenis-jenis tukik: (a) jika dilihat tanpa cahaya/ tampakmalam (atas) (b) jika dilihat saat ada cahaya/ tampak siang(bawah) (Sumber: Eckertet al., 1999)

2.3.2 Jejak, Ukuran Sarang dan Kebiasaan Bertelur

Identifikasi jenis penyu berdasarkan jejak (track), ukuran sarang dan

kebiasaan bertelur penyu dijelaskan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Identifikasi berdasarkan jejak (track) dan ukuran sarang

No. Jenis PenyuIdentifikasi

 Jejak/ track   Ukuran Sarang danKebiasaan Bertelur

1 Penyu hija(Chelonia mydas)

 Lebar jejak ± 100 cm

 Bentuk pintasan jelas, jejak (track) yangterbentuk pada pasirberpola simetris yang

 Kedalaman antara55-60 cm

 Bertelur padamalam hari

 Interval peneluran

(b) tampak siang

Penyu belimbing

Penyu pipih

Penyu hijau Penyu lekang

Penyu sisikPenyu tempayan

Page 29: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 29/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  17

No. Jenis PenyuIdentifikasi

 Jejak/ track   Ukuran Sarang dan

Kebiasaan Bertelurdibuat oleh  flippe depan.

per musim ±1 –1hari

Penyu pipi( Natatordepressus)

 Lebar jejak ± 90 cm

  Jejak (track) yangterbentuk pada pasirberpola simetris yangdibuat oleh flipper  depan.

 Kedalaman antara60-67 cm

 Pembuatan sarangdilakukan di pantaiterbuka yang luas,di daratan atau dipulau-pulau besarberhabitat karang

 Bertelur padamalam dan sianghari

 Interval peneluranpermusim ± 9 – 23hari

Penyu lekan( Lepidochelysolivacea)

 Lebar jejak ± 80 cm

 Bentuk pintasan/ jejakdangkal, jejak yangdibuat  flipper   depantidak simetris

 Kedalaman antara37-38 cm

 Bertelur setiap saat(malam atau siang),ditemukan secaraserentak dalambeberapa hari“arribada”. Arribada

adalah perilaku unikdari betina Lepidochelys olivacea  yang bersarangsecara serentak padawaktu tertentu.Penyu ini bertelur didaerah tropis

Page 30: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 30/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 18

No. Jenis PenyuIdentifikasi

 Jejak/ track   Ukuran Sarang dan

Kebiasaan Bertelurberpohon.

 Interval bertelurpermusim 14 – 30hari

Penyu sisi( Eretmochelysimbricate)

 Lebar jejak ±75 cm

 Bentuk pintasandangkal, jejak yangdibuat tidak simetris

 Kedalaman antara35-42 cm

 Tempat bertelurdipilih di pasir koralatau pasir granit.Kedalaman sarangpaling dangkaldibanding sarangpenyu jenis lainnya.

 Interval peneluranpermusim ± 11 –28 hari.

 Dapat bertelur padamalam dan sianghari

Penyubelimbing( Dermochelyscoriacea)

 Lebar jejak minimal±150 cm

 Pintasan sangat dalamdengan bentuk jejakberpola simetris yang

dibuat oleh flipper  depan

 Kedalaman sarang>100cm

 Bertelur di pantai yang luas danpanjang di daerah

tropis Interval peneluran

permusim ± 9 – 10hari

 Bertelur padamalam hari

Page 31: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 31/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  19

No. Jenis PenyuIdentifikasi

 Jejak/ track   Ukuran Sarang dan

Kebiasaan BertelurPenyutempayan(Caretta caretta)

 Lebartrack ± 90 cm

 Pintasannya jelas dandalam. Bentuk jejakdiagonal yang berpolatidak simetris dibuatoleh kaki depannya.

 Kedalaman antara39-55 cm

 Pembuatan sarangumumnya dilakukandi pantai padadaratan pulau besar.

 Interval peneluranpermusim ± 13 –17 hari

 Bertelur padamalam hari

Pemantauan jejak setiap jenis penyu yang akan bertelur dilakukan

mulai dari jejak saat naik yaitu dari permukaan air menuju intertidal sampai

daerah vegetasi atau lokasi yang cocok untuk digali oleh penyu. Pemantauan

 jejak terbaik dilakukan pada malam hari yaitu beberapa saat setelah penyukembali ke laut agar jejak masih terlihat jelas untuk tujuan identifikasi.

Contoh jejak beberapa jenis penyu disajikan pada Gambar 10 di bawah ini.

Gambar 10. Contoh jejak/ track beberapa jenis penyu: (a) penyu tempayan;(b) penyu hijau; dan (c) penyu belimbing(http:/ / www.gumbolimbo.org/ nesting)

(a) (b) ( )

Page 32: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 32/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 20

Panjang kaki belakang (pore flipper ) pada penyu jenis tertentu

menentukan dalamnya sarang. Secara umum penyu mampu membuat

lubang sarang sejauh panjang jangkauan kaki belakangnya untuk menggali

pasir di sekitarnya. Sarang yang paling dangkal adalah yang dibuat oleh

penyu sisik karena kaki belakang penyu sisik adalah yang terpendek diantara

penyu lainnya. Beberapa ukuran sarang yang dibuat oleh setiap jenis penyu

 yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Ukuran kedalaman dan diameter sarang menurut jenis penyu

No. Jenis Penyu Kedalaman

Sarang (cm)

Diameter Sarang

(cm)1 Penyu hija

(Chelonia mydas)55-60 23-25

Penyu pipi

( Natator depressus)60-67 25-30

Penyu lekan

( Lepidochelys olivacea)37-38 20-21

Penyu sisi( Eretmochelys imbricate) 35-42 18-22

Penyu belimbin

( Dermochelys coriacea)>100 30-35

Penyu tempaya

(Caretta caretta)39-55 18-25

Ukuran telur penyu cenderung mempunyai korelasi dengan jenispenyu yang bertelur. Besar, jumlah dan ukuran telur penyu laut serta

beberapa karakteristik penyu ketika bertelur menurut WWF-Indonesia dan

Universitas Udayana (2009) disajikan pada Tabel 5.

Page 33: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 33/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  21

Tabel 5. Jumlah dan ukuran telur penyu serta karakteristik penyu ketika

bertelur

Parameter

enis Peny

Hija Pipi Lekan Sisi Belimbin TempayaSaat bertelur

(umumnya)

Mala Mala mala Siang dan

malam

Mala Mala

Lama

menyelesaikan

ritual bertelur

± 2-3 jam± 1-1,5

 jam± 1 jam

± 1,5-2

 jam± 1,5 jam ± 1-2 jam

Selang bertelur

per musim

peneluran

10-17 hari 13-18 hari 17-30 hari 13-15 hari 9-10 hari 13-17 hari

Selang bertelur

antar musim

peneluran

2,86 ± 0,23

tahun2,65 tahun

1,7 ± 0,3

tahun

2,90 ±0,11

tahun

2,28 ± 0,14

tahun

2,59 ± 0,15

tahun

Lama berahi ± 7-10 hari ± 7-10 hari ± 7-10 hari ± 7-10 hari ± 7-10 hari ± 7-10 hari

Lebartrack  ± 100 cm ± 90 cm ± 80 cm ± 75 cm ± 150 cm >90 cm

Panjang len -

kung karapas(saat bertelur)

99,1 ± 1,9

cm

90,7 ± 0,9

cm

66,0 ± 1,1

cm

78,6 ± 1,7

cm

148,7 ± 1,7

cm

87,0 ± 1,6

cm

 Jumlah sarang

telur per

musim bertelur

2,93 ± 0,28 2,84 2,21 ± 0,792,74 ±

0,226,17 ± 0,47 3,49 ± 0,20

 Jumlah telur

per sarang

112,8 ± 3,7

butir

52,8 ± 0,9

butir

109,9 ± 1,8

butir

130 ±6,8

butir

81,5 ± 3,6

butir

112,4 ± 2,2

butir

Berat telu 46,1 ± 1,6

gram

51,4 ± 0,4

gram35,7 gram

26,6 ± 0,9

gram

75,9 ± 4,2

gram

32,7 ± 2,8

gram

Dia eter telu 44,9 ± 0,7mm

51,5 ± 0,3mm

39,3 ± 0,4mm

37,8 ± 0,5mm

53,4 ± 0,5mm

40,9 ± 0,4mm

 Volume telu 45,8 ± 1,2

cc

70,8 ± 1,1

cc

31,8 ± 1,1

cc

28,7 ± 1,3

cc79,7 ± 2,4 cc 36,2 ± 1,1 cc

Berat tukik

baru menetas

24,6 ± 0,91

gram

39,3 ±

2,42 gram17 gram

14,8 ±

0,61 gram

44,4 ± 4,16

gram

19,9 ± 0,68

gram

Page 34: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 34/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 22

2.3.3 Karakteristik Habitat Peneluran

Semua jenis penyu, termasuk yang hidup di perairan Indonesia,

memiliki daerah peneluran yang khas. Hasil penelitian di berbagai kawasan

dunia sejak tahun 1968 hingga 2009 diperoleh kesimpulan seperti tersebut

pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik habitat peneluran beberapa jenis penyu

No. Jenis Penyu Karakteristik Habitat

1 Penyu hijau

(Chelonia mydas)

 Jika di sepanjang pantai ditemukan

pohon  Hibiscus tilacus, Terminaliacatappa  dan Pandanus tectorius  dengan

 jenis pasir terdiri dari mineral kuarsa

dan pasir berwarna putih kecoklatan.

Penyu pipih

( Natator depressus)

Daerah peneluran terdiri dari pasir

putih, dimana banyak ditemukan

“sand dunes” tidak terdapat vegetasi

pantai, hanya ada rumput-rumputandan tanaman perdu.

Penyu lekang

( Lepidochelys olivacea)

Daerah peneluran penyu lekan terdiri

dari butiran pasir hitam, memiliki

kandungan mineral “opac” lebih dari

70%.

Penyu sisik

( Eretmochelys imbricate)

D erah peneluran penyu sisik terdiri

dari butiran pasir koral hasilhempasan ombak/gelombang, warna

pasir putih atau kekuningan.

Penyu belimbin

( Dermochelys coriacea)

Penyu belimbing seringkali menyukai

habitat peneluran penyu hijau. Untuk

membedakannya dapat dilihat dari

 jarak antara sarang asli dan sarang

Page 35: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 35/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  23

palsu yang dibuat penyu. Apabila jarak

antara sarang asli dengan sarang palsu

sekitar 1-2 meter, maka tempat

tersebut habitat peneluran penyu

hijau. Sedangkan penyu belimbing

membuat jarak lebih dari 2 meter

bahkan mencapai 5 meter antara

sarang asli dengan yang palsu.

Penyu tempaya

(Caretta caretta)

Daerah peneluran di pantai berpasir

 yang terdiri dari butiran berdiameter

medium dengan material pasir silika.

Di Pulau Heron, Australia ditemukan

penyu tempayan bertelur di pantai

peneluran yang terdiri dari koral.

2.3.4 Distribusi dan Sebaran

Distribusi beberapa jenis penyu secara umum dapat dilihat pada Tabel

7 dan Gambar 6 di bawah ini.

Tabel 7. Distribusi dan sebaran jenis penyu

No. Jenis Penyu Distribusi dan Sebaran

1 Penyu hija

(Chelonia mydas)

Samudera Pasifik, Samudera Atlantik

dan Samudera Hindia. Penyu hijau

merupakan jenis penyu yang banyak

dijumpai di Perairan Indonesia, mulaidari wilayah Indonesia bagian barat

(Aceh, Sumatera Barat, Riau,

Kepulauan Riau, Bangka-Belitung

dan Kalimantan Barat), bagian

tengah (Kepulauan Seribu,

Kalimantan Timur, Kalimantan

Page 36: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 36/112

Page 37: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 37/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  25

No. Jenis Penyu Distribusi dan Sebaran

hanya muncul ke daratan pada saat

bertelur.Penyu te paya

(Caretta caretta)

Penyu tempayan ini sangat jarang

ditemui dan berdasarkan laporan

pernah ditemukan di Pulau Komodo,

Nusa Tenggara Barat. Spesies ini

menjadikan Pulau Komodo hanya

sebagai tempat makannya dan hingga

saat ini belum didapatkan informasilokasi pantai peneluran penyu

tempayan di Indonesia.

Gambar 11. Sebaran beberapa jenis penyu laut di Indonesia (Habitat pakandan pantai penelurannya) (Sumber : WWF Indonesia)

Page 38: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 38/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 26

2.4. Reproduksi Penyu

Reproduksi penyu adalah proses regenerasi yang dilakukan penyu

dewasa jantan dan betina melalui tahapan perkawinan, peneluran sampai

menghasilkan generasi baru (tukik). Tahapan reproduksi penyu dapat

dijelaskan sebagai berikut di bawah ini.

2.4.1 Perkawinan

Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu, dari ratusan

butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak 1–3%

 yang berhasil mencapai dewasa. Penyu melakukan perkawinan di dalam air

laut, terkecuali pada kasus penyu tempayan yang akan melakukan

perkawinan meski dalam penangkaran apabila telah tiba masa kawin. Penyu

melakukan perkawinan dengan cara penyu jantan bertengger di atas

punggung penyu betina (Gambar 13). Pada waktu akan kawin, alat kelamin

penyu jantan yang berbentuk ekor akan memanjang ke belakang sambil

berenang mengikuti kemana penyu betina berenang. Penyu jantan kemudian

naik ke punggung betina untuk melakukan perkawinan. Selama perkawinan

berlangsung, penyu jantan menggunakan kuku kaki depan untuk menjepittubuh penyu betina agar tidak mudah lepas. Kedua penyu yang sedang

kawin tersebut timbul tenggelam di permukaan air dalam waktu cukup lama,

bisa mencapai 6 jam lebih. Umumnya, peroses perkawinan terjadi di perairan

dangkal dan dekat lokasi peneluran.

Page 39: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 39/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  27

 

Gambar 12. Perkawinan dan lokasi peneluran penyu(Sumber : WWF Indonesia)

Gambar 13. Perkawinan penyu di perairan dangkal terbawa arus hingga kepantai (Sumber : WWF-Indonesia)

Page 40: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 40/112

Page 41: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 41/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  29

2.4.2 Perilaku Peneluran

Ketika akan bertelur penyu akan naik ke pantai. Hanya penyu betina

 yang datang ke daerah peneluran, sedangkan penyu jantan berada di daerah

sub-tidal. Penyu bertelur dengan tingkah laku yang berbeda sesuai dengan

spesies masing-masing. Setiap spesies penyu memiliki waktu (timing)

peneluran yang berbeda satu sama lain, seperti yang tersebut pada Tabel 9.

Tabel 9. Waktu (timing) peneluran menurut spesies (jenis) penyu

No. Jenis penyu Waktu peneluran

1 Penyu hija(Chelonia mydas)

Mulai matahari tenggelam dan palingbanyak ditemukan ketika suasana gelap

gulita (jam 21.00-02.00).

Penyu pipi

( Natator depressus)

Maam da ian

Penyu lekan

( Lepidochelys olivacea)

Saat menjelang malam (jam 20.0 - 24.00)

Penyu sisi( Eretmochelys imbricate)

Waktu peneluran tidak dapat diduga,kadang malam hari tetapi bisa siang hari

Penyu belimbin

( Dermochelys coriacea)

Keika malam mulai menjelang (am

20.00-03.00)

Penyu tempaya

(Caretta caretta)

Malam

Lama antara peneluran yang satu dengan peneluran berikutnya(interval peneluran) dipengaruhi oleh suhu air laut. Semakin tinggi suhu air

laut, maka interval peneluran cenderung semakin pendek. Sebaliknya

semakin rendah suhu air laut, maka interval peneluran cenderung semakin

panjang.

Page 42: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 42/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 30

Tahapan bertelur pada berbagai jenis penyu umumnya berpola sama.

Tahapan yang dilakukan dalam proses betelur adalah sebagai berikut

(Gambar 15):

1. 

Penyu menuju pantai, muncul dari hempasan ombak

2.  Naik ke pantai, diam sebentar dan melihat sekelilingnya, bergerak

melacak pasir yang cocok untuk membuat sarang. Jika tidak cocok,

penyu akan mencari tempat lain.

3.  Penyu membersihkan tempat yang cocok untuk bertelur

4.  Menggali kubangan untuk tumpuan tubuhnya (body pit)

5.  Dilanjutkan menggali sarang telur di dalam body pit. Umumnya penyu

membutuhkan waktu 45 menit untuk menggali sarang.

6.  Penyu mengeluarkan telurnya satu per satu, kadangkala serentak dua

sampai tiga telur. Ekor penyu melengkung ketika bertelur. Umumnya

penyu membutuhkan waktu 10– 20 menit untuk meletakkan telurnya.

7.  Sarang telur ditimbun dengan pasir menggunakan sirip belakang

8.  Penyu menimbun kubangan (body pit) dengan ke empat kakinya. Penyu

membuat penyamaran jejak untuk menghilangkan lokasi bertelurnya.

9. 

Kembali ke laut, menuju deburan ombak dan menghilang di antaragelombang. Pergerakan penyu ketika kembali ke laut ada yang bergerak

lurus atau melalui jalan berkelok-kelok.

Penyu betina akan kembali ke ruaya pakannya setelah musim

peneluran berakhir, dan tidak akan bertelur lagi untuk 2–8 tahun mendatang.

Page 43: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 43/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  31

 Gambar 15. Tahapan penyu bertelur (Sumber : WWF Indonesia)

Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa dalam tahapan penyu

bertelur terdapat tahap sensitif (merah), semi sensitif (kuning) dan tidak

sensitif (hijau). Oleh karena itu di dalam melakukan kegiatan monitoringmaupun pendataan sebaiknya dilakukan pada tahapan berwarna hijau

dan/atau kuning agar tidak menggangu penyu yang hendak bertelur di

pantai.

9. Kembali Kelau

6. Meletakan Telu

9 6

Page 44: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 44/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 32

2.5 Siklus Hidup

Seluruh spesies penyu memiliki siklus hidup yang sama. Penyu

mempunyai pertumbuhan yang sangat lambat dan memerlukan berpuluh-

puluh tahun untuk mencapai usia reproduksi. Penyu dewasa hidup

bertahun-tahun di satu tempat sebelum bermigrasi untuk kawin dengan

menempuh jarak yang jauh (hingga 3.000 km) dari ruaya pakan ke pantai

peneluran. Pada umur yang belum terlalu diketahui (sekitar 20-50 tahun)

penyu jantan dan betina bermigrasi ke daerah peneluran di sekitar daerah

kelahirannya. Perkawinan penyu dewasa terjadi di lepas pantai satu atau dua

bulan sebelum peneluran pertama di musim tersebut. Baik penyu jantan

maupun betina memiliki beberapa pasangan kawin.

Penyu betina menyimpan sperma penyu jantan di dalam tubuhnya

untuk membuahi tiga hingga tujuh kumpulan telur (nantinya menjadi 3-7

sarang) yang akan ditelurkan pada musim tersebut. Penyu jantan biasanya

kembali ke ruaya pakannya sesudah penyu betina menyelesaikan kegiatan

bertelur dua mingguan di pantai. Penyu betina akan keluar dari laut jika telah

siap untuk bertelur, dengan menggunakan sirip depannya menyeret

tubuhnya ke pantai peneluran. Penyu betina membuat kubangan atau lubangbadan (body pit) dengan sirip depannya lalu menggali lubang untuk sarang

sedalam 30-60 cm dengan sirip belakang. Jika pasirnya terlalu kering dan

tidak cocok untuk bertelur, si penyu akan berpindah ke lokasi lain.

Penyu mempunyai sifat kembali ke rumah (stronghominginstinct) yang

kuat (Clark, 1967 dalam Nuitja, 1992; McConnaughey, 1974; Mortimer &

Carr, 1987), yaitu migrasi antara lokasi mencari makan ( feedingground) dengan

lokasi bertelur (breedingground). Migrasi ini dapat berubah akibat berbagaialasan, misalnya perubahan iklim, kelangkaan pakan di alam, banyaknya

predator termasuk gangguan manusia, dan terjadi bencana alam yang hebat

di daerah peneluran, misalnya tsunami. Siklus hidup penyu secara umum

dapat dilihat pada pada Gambar 16.

Page 45: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 45/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  33

 Gambar 16. Siklus hidup penyu (Sumber: Pusat Pendidikan dan

Konservasi Penyu, Serangan, Bali)

Page 46: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 46/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 34

2.6 Kelimpahan dan Kecenderungan Populasi Penyu di Indonesia

Suatu upaya untuk mereka-reka kelimpahan populasi berbagai jenis

penyu yang ada di Indonesia sebelum tahun 1997 pernah dilakukan

(Tomascik, 1997). Namun demikian, setelah periode tersebut pembaruan

(update) data belum pernah dilakukan. Saat ini, data kelimpahan populasi

 yang diperoleh dari hasil pemantauan dalam kurun lebih dari lima tahun

hanya ada untuk beberapa lokasi peneluran, seperti Jamursba Medi di Papua,

Kabupaten Berau - Kalimantan Timur, serta pantai Sukamade dan Ngagelan

di Jawa Timur. Kecuali populasi bertelur penyu lekang di pantai peneluran

 Alas Purwo, Jawa Timur, populasi semua jenis penyu di lokasi lainnya

mengalami penurunan.

2.6.1 Penyu Belimbing di Jamursba Medi, Papua

Pantai Jamursba Medi (0020’–0022’LS dan 132025’–132039’BT) adalah

lokasi peneluran penyu belimbing terbesar di kawasan Pasifik dengan

panjang pantai adalah 18 km (Hitipeuw et al., 2007). Berdasarkan analisis

data hasil pemantauan terhadap populasi penyu belimbing oleh WWF

Indonesia (2012) diketahui bahwa selama lima tahun terakhir (waktupengamatan Januari-Desembar) di pantai Jamursba Medi menunjukkan

adanya kecenderungan penurunan jumlah sarang (Gambar 17) dari tahun ke

tahun yaitu pada tahun 2007 jumlah sarang (nest count) terdapat sebanyak 562

sarang, tahun 2008 jumlah sarang sebanyak 526 sarang, tahun 2009 sebanyak

529 sarang, tahun 2010 sebanyak 372 sarang, sedangkan pada tahun 2011

sebanyak 464 sarang.

Page 47: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 47/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  35

 

Gambar 17. Jumlah populasi sarang di pantai Jamursba Medi tahun 1981 -

2011 (Sumber: BKSDA Sorong dan WWF Indonesia)

2.6.2 Penyu Hijau di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur

Kawasan perairan Berau (02049’42.6’’ - 0102’0.06’’ LU dan

1170

59’17.16’’ - 1190

2’50.30’’ LS) merupakan habitat bertelur dan habitatpakan bagi penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik ( Eretmochelys

imbricata) terbesar di Indonesia. Pada perairan ini terdapat 31 pulau-pulau

kecil dimana 9 diantaranya tempat penyu bertelur, yaitu Pulau Derawan, P.

Sangalaki, P. Bilang-Bilangan, P. Mataha, P. Samama, P. Maratua, P. Sambit,

P. Balikukup, dan P. Kaniungan. Empat pulau yang disebutkan pertama

adalah merupakan prioritas pemantauan penyu hijau.

Page 48: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 48/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 36

Berdasarkan Suprapti et al. (2014), kegiatan konservasi di Kabupaten

Berau menunjukkan bahwa wilayah Pulau Derawan sejak Juni 2003 hingga

Mei 2014 (11 tahun) telah berhasil menyelamatkan 2.141 sarang telur penyu

dari ancaman perburuan dan menetaskan tukik sejumlah 138.549 ekor.

Kegiatan konservasi yang dilakukan di Pulau Sangalaki sejak tahun 2002

hingga 2014 telah berhasil menyelamatkan 40.407 sarang telur dan

menghasilkan tukik sejumlah 1.665.024 ekor. Sedangkan kegiatan konservasi

 yang dilakukan di wilayah selatan yaitu Pulau Mataha dan P. Bilang-bilangan

sejak 2011 hingga Mei 2014 (3,5 tahun) telah berhasil menyelamatkan 8.327

dan 19.692 sarang telur dengan jumlah tukik yang berhasil menetas sejumlah

416.258 dan 1.109.144 ekor. Dengan demikian, upaya konservasi yang

dilakukan sejak periode 2002 hingga 2014 di Kabupaten Berau telah berhasil

memproduksi tukik penyu sejumlah 3.328.925 ekor. Meskipun upaya

konservasi dinilai cukup berhasil berdasarkan produksi tukik yang

dihasilkan, namun pemantauan populasi yang dilakukan khususnya di Pulau

Sangalaki sejak awal tahun 2002 menunjukkan kecenderungan populasi

sarang yang menurun (Gambar 18).

Gambar 18. Jumlah populasi sarang di Pulau Sangalaki tahun 2002 – 2012

(Sumber Data : BKSDA Kaltim dan WWF Indonesia)

Page 49: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 49/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  37

2.6.3 Penyu Hijau di Pantai Sukamade, Jawa Timur

Pantai Sukamade (8o33’ – 8o38’ LS dan 113o50’ – 113o58’BT) yang

terletak di kawasan Taman Nasional Meru Betiri adalah salah satu pantai

peneluran penting di Jawa Timur. Empat jenis penyu dilaporkan bertelur di

sepanjang 3 km pantai peneluran ini, yaitu penyu hijau, penyu belimbing,

penyu sisik, dan penyu lekang. Namun demikian, data yang dikumpulkan

sejak periode awal 1980-an menunjukkan hanya penyu hijau yang masih

dominan ditemukan bertelur, sedangkan jenis lainnya sangat jarang. Jumlah

sarang telur per tahun yang ditemukan di Sukamade berkisar antara 177 –

2.072 dengan rerata (±SD) 747 ± 475. Suatu kajian yang dilakukan oleh tim

gabungan dari Universitas Udayana, WWF Indonesia, dan pengelola Taman

Nasional Meru Betiri pada tahun 2004-2005 memperkirakan bahwa jumlah

penyu hijau yang bertelur di lokasi ini tak kurang dari 500 ekor per tahun

(Adnyana et al., 2010). Musim peneluran terjadi sepanjang tahun dengan

musim puncak sekitar bulan November-Desember. Cakupan wilayah

peneluran yang relatif pendek (3 km) memungkinkan dilakukannya

pemantauan yang intensif. Pemantauan populasi yang dilakukan di wilayah

ini sejak awal 1970-an menunjukkan kecenderungan populasi sarang yangmenurun (Gambar 19).

Page 50: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 50/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 38

 

Gambar 19. Jumlah populasi sarang di pantai Sukamade tahun 1980 – 2012(Sumber: TN. Meru Betiri, Universitas Udayana dan WWFIndonesia)

2.6.4 Penyu Lekang di Pantai Ngagelan, Jawa Timur

Pantai Ngagelan yang terletak di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa

Timur (8o26’46” - 8o47’00” LS dan 114o20’16” - 114o36’00” BT) juga

merupakan lokasi peneluran bagi empat jenis penyu (penyu hijau, penyu

belimbing, penyu sisik, dan penyu lekang). Namun, jika pantai Sukamade

didominasi oleh penyu hijau, maka di pantai Ngagelan, mayoritas jenis yang

ditemukan adalah penyu lekang ( Lepidochelys olivacea). Musim puncak

peneluran di sepanjang 18 km pantai peneluran ini adalah sekitar bulan April

– September.

Fenomena menarik ditemukan pada data peneluran penyu yang

dikumpulkan oleh para petugas lapangan Taman Nasional Alas Purwo sejak

tahun 1983 – 2008. Dari seri data yang ada, tampak bahwa populasi penyu

(>95% penyu lekang) yang bertelur meningkat tajam dari tahun ke tahun

Page 51: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 51/112

Page 52: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 52/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 40

2.6.5 Penyu Hijau di Pantai Pangumbahan, Jawa Barat

Pesisir pantai Pangumbahan Kabupaten Sukabumi merupakan habitat

peneluran bagi setidaknya tiga jenis penyu yaitu penyu hijau (Chelonia mydas),

penyu lekang ( Lepidochelys olivacea) dan penyu sisik ( Eretmochelys imbricata).

Namun, pada tahun 1996 pernah dilaporkan juga terdapat satu ekor penyu

belimbing ( Dermochelys coreacea) yang bertelur di pantai Pangumbahan.

Panjang pantai Pangumbahan yang menjadi habitat peneluran penyu (nesting

ground) mencapai ± 2.300 m dan luas kawasan mencapai 58,4 Ha.

Berdasarkan hasil pemantauan, penyu yang mendarat di pantai

Pangumbahan baik bertelur maupun tidak dari tahun 2009 – 2011

menunjukkan bahwa pada tahun 2009 jumlah sarang tercatat sejumlah 1.695

sarang, tahun 2010 sebanyak 1.733 sarang, dan tahun 2011 terdapat 1.508

sarang. Adapun musim puncak peneluran terjadi pada bulan Oktober –

November.

Gambar 21. Jumlah populasi sarang di pantai Pangumbahan tahun 2009 –

2011 (Sumber: DKP Pangumbahan)

Page 53: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 53/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  41

2.6.6 Penyu Hijau dan Penyu Sisik, Pantai Peneluran Paloh,

Kalimantan Barat

Pantai peneluran Paloh adalah habitat peneluran bagi setidaknya dua

 jenis penyu yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik ( Eretmochelys

imbricata). Kadang-kadang, pantai ini juga didatangi oleh penyu belimbing

( Dermochelys coriacea) dan penyu lekang ( Lepidochelys olivacea) untuk bertelur,

namun jumlahnya tak signifikan. Pantai Paloh berada di dataran rendah

utara Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat dan tepat berada di

ekor Pulau Kalimantan.

Untuk mengetahui populasi penyu di wilayah ini, monitoring

dilakukan secara rutin dari tahun 2009 di dua bentang pantai yaitu Desa

Sebubus (01.56692’LU, 109.22531’BT - 01.51829’LU, 109.20311’BT)

sepanjang 19,3 km dan Temajuk (01.56692’LU, 109.22531’BT -

01.59354’LU, 109.31863’BT) sepanjang 23 km. Berdasarkan hasil

monitoring yang dilaporkan oleh Suprapti (2012) menunjukkan bahwa

sejumlah 8.541 sarang telur penyu berhasil dipantau di kedua bentang pantai

(Sebubus dan Temajuk) selama periode Juni 2009 – Agustus 2012. Sebagian

besar (98,31%) diidentifikasi sebagai sarang penyu hijau, dan hanya 1,69%sarang penyu sisik. Secara umum, masa puncak peneluran terjadi pada bulan

 Juni, Juli, atau Agustus. Kecenderungan populasi penyu yang bertelur selama

periode pemantauan ini terlihat menurun (Gambar 22).

Page 54: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 54/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 42

 Gambar 22. Jumlah populasi sarang di pantai Paloh tahun 2009 – 2012

(Sumber: WWF Indonesia)

2.7 Kelompok (Keragaman) Populasi Penyu di Indonesia

Secara taksonomi, dewasa ini hanya dikenal tujuh jenis penyu. Namun,

dengan teknik genetik, telah diketahui bahwa setiap jenis terdiri dari berbagaipopulasi atau stok. Suatu penelitian yang dilakukan oleh NOAA (Dutton et

al, tidak dipublikasi) menunjukkan bahwa populasi penyu belimbing yang

bertelur di pantai Jamursba Medi sejenis dengan penyu belimbing yang

bertelur di Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon (Gambar 23).

Populasi penyu ini kemudian disebut sebagai kelompok Pasifik Barat yang

memiliki keragaman genetik berbeda dengan kelompok lainnya yaitu

kelompok Pasifik Timur (Meksiko, Costa Rica, dan Amerika Tengah) sertakelompok Peninsula Malaysia yang kini dinyatakan telah punah.

Data genetik yang dikombinasikan dengan temuan penanda metal (metal

tag) maupun penelusuran satelit telemetri mengindikasikan bahwa penyu

belimbing yang berkembang biak (kawin dan bertelur) di Pasifik Barat

(termasuk populasi Papua) memiliki ruaya pakan dan berkembang di Pasifik

Utara. Sementara itu, stok populasi di Pasifik Timur diketahui beruaya pakan

Page 55: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 55/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  43

di belahan Selatan (southern hemisphere) yang meliputi perairan dekat Peru dan

Chile.

Studi keragaman genetik dengan teknik DNA mitokondrial pada penyu

hijau menunjukkan bahwa populasi bertelur di tujuh pantai peneluran yaitu

pantai Sukamade (Jawa Timur), pantai Pangumbahan (Jawa Barat), Pulau

Sangalaki (Kalimantan Timur), Pulau Derawan (Kalimantan Timur), Pulai

Piai (Raja Ampat), Pulau Enu (Aru), serta pantai Paloh (Kalimantan Barat)

berbeda satu dengan yang lainnya dan dinyatakan sebagai stok populasi atau

unit pengelolaan (management unit) yang masing-masing berdiri sendiri

(Adnyana et al., 2007; Velez-Zuazo et al., 2007; Moritz et al., 2002). Hanya

populasi penyu di pantai Paloh diduga memiliki keragaman yang sama

dengan populasi penyu di Sarawak (Moritz et al., 2002).

Secara teoritis, terjadinya pertukaran individu petelur (dari lokasi

peneluran satu dengan lainnya) pada populasi dengan stok genetik yang

berbeda hampir tidak terjadi, dan setiap populasi akan memberikan respon

terpisah terhadap adanya suatu ancaman maupun pengelolaan konservasi

(Moritz et al., 2002). Dengan ilustrasi lain, keberhasilan proteksi penyu yang

bertelur di Pulau Sangalaki tak akan memberikan efek positif bagi populasipenyu yang bertelur di pulau di dekatnya, yaitu Pulau Derawan (keduanya

memiliki keragaman genetik yang berbeda). Dengan demikian, fokus

konservasi mesti dilakukan pada kedua populasi tersebut. Sementara itu,

karena memiliki keragaman genetik yang sama, maka masih eksisnya penyu

hijau di pantai Paloh (Kalimantan Barat) sedikit banyak adalah akibat dari

upaya proteksi yang dilakukan di pantai di dekatnya (Sarawak - Malaysia),

demikian pula sebaliknya.Selain identifikasi terhadap keragaman genetik populasi penyu yang

bertelur, kajian terhadap keragaman populasi penyu di dua ruaya pakan

(perairan Aru Tenggara dan perairan di dekat Pulau Panjang, Kalimantan

Timur) juga telah dilakukan. Telaah stok campuran (mixed stock assessment)

 yang dilakukan di ruaya pakan perairan Aru Tenggara menunjukkan adanya

Page 56: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 56/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 44

agregasi populasi penyu yang tidak saja berasal dari pulau-pulau peneluran di

dekatnya, namun juga dari Papua Nugini dan Great Barrier Reef  bagian utara,

 Australia (Moritz et al., 2002). Sementara itu, penyu-penyu yang ada di ruaya

pakan Pulau Panjang diketahui berasal dari populasi yang bertelur di P.

Derawan, P. Sangalaki, kepulauan penyu yang ada di Malaysia-Filipina, serta

Micronesia (Cahyani et al., 2007). Ini menegaskan pentingnya kolaborasi

internasional dalam pengelolaan suatu ruaya pakan dengan stok populasi

penyu yang majemuk. 

Gambar 23. Status stok genetik penyu belimbing yang masih tersisa di dunia.

Pada Gambar 23, area berwarna solid menunjukkan lokasi

peneluran dengan stok genetik definitif. Sedangkan area bergaris-garis

menunjukkan lokasi peneluran penyu belimbing dengan stok genetik yang

belum sepenuhnya diketahui. Stok populasi yang ada di Papua sejenis

dengan yang ada di Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Stok populasi

penyu belimbing yang bertelur di Malaysia dinyatakan telah punah (Dutton,

data tak dipublikasi).

Page 57: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 57/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  45

2.8 Jalur Migrasi

Upaya konservasi penyu tak akan pernah cukup jika hanya dilakukan

di lokasi peneluran saja, karena penyu adalah satwa bermigrasi. Penyu yang

telah mencapai usia dewasa di suatu ruaya peneluran ( foragingground) akan

bermigrasi ke lokasi perkawinan dan pantai peneluran (breedingand nesting

migration). Setelah mengeluarkan semua telurnya, penyu betina akan kembali

bermigrasi ke ruaya pakannya masing-masing (post-nesting migration).

Demikian pula halnya dengan penyu jantan, yang akan bermigrasi kembali

ke ruaya pakannya setelah selesai melakukan perkawinan. Pengetahuan

tentang jalur migrasi penyu diperoleh dengan penerapan teknik penelusuran

menggunakan satelit telemetri. Di Indonesia, studi ini dilakukan secara

intensif pada jenis penyu hijau, lekang dan belimbing. Studi pada penyu sisik

 juga pernah dilakukan di Pulau Segamat (Halim et al., 2001) dan Maluk-

Sumbawa (Adnyana et al., 2008), namun dengan jumlah penyu yang sangat

sedikit yaitu dua ekor penyu di Segamat dan seekor penyu di Sumbawa.

Studi dengan ukuran sampel kecil tersebut menunjukkan bahwa pergerakan

penyu sisik di kedua wilayah peneluran ini hanya bersifat lokal, artinya tidak

terlalu jauh dari lokasi penelurannya. Contoh jalur migrasi beberapa jenispenyu di Indonesia adalah sebagai berikut di bawah ini.

2.8.1 Jalur Migrasi Penyu Hijau

Studi tentang migrasi pasca bertelur penyu hijau di Indonesia telah

dilakukan di beberapa lokasi peneluran, yaitu Kepulauan Raja Ampat–Papua

(Gearheart et al., 2005), Pulau Misol–Papua (Jayaratha & Adnyana, 2009),

Berau - Kalimantan Timur (Adnyana et al., 2007) serta Sukamade-Jawa

Timur (Jayaratha & Adnyana, 2009). Studi-studi tersebut menunjukkan

bahwa hanya sebagian kecil penyu beruaya pakan di area yang dekat dengan

area perkawinan maupun bertelurnya. Ini ditemukan pada sebagian penyu

 yang ditagging di Raja Ampat dan di Pulau Misol-Papua. Sebagian besar

lainnya bermigrasi ke area yang berjarak hingga ribuan kilometer dari lokasi

bertelur dan menunjukkan jalur maupun tujuan yang relatif konsisten. Pola

Page 58: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 58/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 46

pergerakan migrasi penyu hijau cenderung bergerak melalui pesisir.

Pergerakan lintas samudera ditemukan pada penyu hijau yang ditaggingdi

pantai Sukamade-Jawa Timur. Penyu hijau di Raja Ampat sebagian besar

bermigrasi turun ke arah Laut Arafura, dan sebagian lainnya ke Laut Sulu-

Sulawesi dan Laut Jawa (Kalimantan Selatan). Penyu hijau di Sukamade

sebagian besar bermigrasi ke Australia bagian barat dan sebagian lagi ke

Kepulauan Tengah (antara Dompu–Sulawesi Selatan). Penyu hijau di Berau

semuanya bermigrasi ke Laut Sulu, sebagian ke wilayah perairan Filipina dan

sebagian lagi ke wilayah perairan Sabah-Malaysia (Gambar 24).

Gambar 23. Migrasi pasca bertelur penyu hijau di tiga lokasi peneluran di

Indonesia.

Pada Gambar 23, penyu hijau di Raja Ampat (RA) sebagian besar

bermigrasi turun ke arah Laut Arafura, dan sebagian lainnya ke Laut Sulu-

Sulawesi dan Laut Jawa (Kalimantan Selatan). Penyu hijau di Sukamade (S)

sebagian besar bermigrasi ke Australia bagian barat dan sebagian lagi ke

Page 59: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 59/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  47

Kepulauan Tengah (antara Dompu–Sulawesi Selatan). Penyu hijau di Berau

(B) semuanya bermigrasi ke Laut Sulu-Sulawesi.

2.8.2 Jalur Migrasi Penyu BelimbingPenyu belimbing diketahui memiliki kisaran pergerakan yang paling luas

dibandingkan dengan reptil lautan lainnya, telah terbukti bermigrasi

melintasi Samudera Pasifik maupun Atlantik (Ferraroli et al., 2004; Hays et

al., 2004; James et al., 2005; Eckert, 2006; Benson et al., 2007). Penyu

belimbing yang bertelur di Amerika Tengah dan Meksiko diketahui

bermigrasi ke arah selatan menuju perairan hangat/ tropis Pasifik selatan

(Eckert & Sarti, 1997).Studi yang dilakukan terhadap sembilan ekor penyu belimbing pasca

bertelur di pantai peneluran Jamursba Medi menunjukkan bahwa penyu-

penyu tersebut bergerak menuju berbagai perairan tropis, yaitu ke perairan

Filipina dan Malaysia, perairan Jepang, hingga menyeberangi garis ekuator

Pasifik ke perairan hangat di Amerika Utara (Benson et al., 2007). Penyu

belimbing yang menyeberangi Samudera Pasifik tiba di Perairan dekat

Oregon-USA pada bulan Agustus, saat tingginya agregasi ubur-ubur(Shenker, 1984). Ini menunjukkan bahwa tujuan migrasi berhubungan

dengan tersedianya sumber pakan (Benson et al., 2007). Hubungan langsung

antara lokasi peneluran Pasifik Barat dan ruaya pakan di Timur Laut Pasifik

menegaskan konklusi mengenai struktur stok (genetik) (Duttonet al., 2000) 

Page 60: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 60/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 48

 Gambar 24. Lintasan enam penyu belimbing pasca-bertelur menggunakan

satelit telemetri (Sumber: Bensonet al., 2007).

Pada Gambar 24, tanda bintang menunjukkan lintasan enam penyu

belimbing yang bergerak dari Jamursba Medi ke arah utara atau timur laut.

Lingkaran kecil hitam sepanjang lintasan menunjukkan lokasi bulanan.

Lingkaran kosong besar menunjukkan lokasi transmisi terakhir (Benson et

al., 2007).

Gambar 25. Lintasan tiga penyu belimbing pasca-bertelur menggunakansatelit telemetri (Sumber: Bensonet al., 2007).

Page 61: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 61/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  49

Pada Gambar 25, tanda bintang menunjukkan lintasan tiga penyu

belimbing yang bergerak dari Jamursba Medi ke arah barat. Lingkaran kecil

hitam/ penuh menunjukkan lokasi bulanan, sedangkan lingkaran besar

kosong menunjukkan lokasi transmisi terakhir (Bensonet al., 2007)

2.8.3 Jalur Migrasi Penyu Lekang

Penelusuran pergerakan pasca-bertelur terhadap penyu lekang telah

dilakukan di dua wilayah peneluran, yaitu bagian selatan (Alas Purwo-Jawa

Timur dan Bali) serta di utara (Jamursba Medi dan Kaironi, Papua). Dari 4

penyu yang diamati di wilayah selatan, 3 ekor (75%) bermigrasi ke arah barat

menuju perairan Provinsi Jawa Barat, sedangkan yang seekor bergerakmengelilingi wilayah selatan dan timur Pulau Bali sebelum bergerak menuju

Laut Jawa. Sementara itu, seluruh (5 ekor) penyu dari wilayah utara

bermigrasi menuju selatan hingga Laut Banda serta L. Arafura (Gambar 26).

Gambar 26. Lintasan penyu lekang pasca-bertelur menggunakan satelittelemetri: (a) di Alas Purwo dan Bali; dan (b) Kepala BurungPapua (Sumber: Adnyana & Hitipeuw, 2009)

(b)( )

Page 62: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 62/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 50

 

Page 63: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 63/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  51

BAB-3

TEKNIK MONITORING

Monitoring atau pemantauan terhadap penyu merupakan salah satu

langkah penting untuk mengevaluasi tingkat upaya pengelolaan konservasi

penyu. Kegiatan monitoring dari sisi waktu ada yang dilakukan secara rutin,

periodik, dan insidental, tergantung kepada kondisi populasi penyu dan

intensitas kehadiran penyu pada suatu kawasan.

Kegiatan monitoring rutin dapat dilakukan di kawasan konservasi

penyu atau di habitat peneluran maupun stasiun penangkaran penyu.

Sedangkan, kegiatan monitoring periodik dapat dilakukan dalam periode

tertentu, misalnya setiap minggu atau setiap bulan. Sedangkan kegiatan

monitoring insidental dilakukan apabila terjadi kasus-kasus tertentu di luar

kebiasaan, misalkan adanya pencemaran, bencana alam, atau kematian masal.Kegiatan monitoring juga dapat dilakukan secara langsung maupun

tidak langsung (dengan bantuan alat), seperti memantau intensitas peneluran

dan pertumbuhan dengan bantuan metal tag, dan untuk memantau pola

migrasi penyu dengan bantuantaggingsatelite.

Beberapa aspek yang dimonitor antara lain:

  Monitoring telur dan sarang telur (pantai peneluran, dimensi

sarang penyu dan lubang telur, dimensi telur, jumlah telur,tingkat penetasan)

  Monitoring tukik

  Monitoring terhadap penyu yang bertelur

Page 64: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 64/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 52

3.1 Persiapan

3.1.1 Alat dan Bahan

 Alat dan bahan yang diperlukan bervariasi, tergantung dari target atau

tujuan pemantauan (data yang hendak dikumpulkan), cakupan wilayah pantai

 yang dipantau, situasi keadaan medan pantai yang dipantau, serta jumlah dan

kualifikasi anggota tim pemantau. Secara umum, alat dan bahan tersebut

meliputi dua kategori, yaitu alat dan bahan yang berhubungan dengan data

dan pengambilan sampel, serta yang berhubungan dengan perlengkapan

personal.

 Alat dan bahan untuk melakukan pengambilan data (pengukuran dan

pengambilan sampel terdiri atas:a.  kertas data (data sheet)

b.  alat menulis (pulpen dan/atau pensil). Pensil lebih balk, karena

hasil tulisan tidak akan hilang jika kertas basah (kena air)

c.  gulungan dan pita meteran

d.  galie meter atau jangka sorong

e.  alat penimbang penyu dan telur penyu

f.  tali berukuran besar (untuk mengikat dan menimbang penyu)

g.  label dan botol-botol atau tabung-tabung kecil untuk menyimpan

sampel jaringan tubuh penyu (misalnya sampel genetik seria gonad

penyu). Jika ada, tabung dengan tutup berulir lebih baik.

h.  alat pengambil sampel jaringan (biopsy punches, atan gunting atau

pisau bedah)

i.  larutan pengawet (preservatil) untuk sampel jeringan tubuh penyu.

Pengawet untuk material pemeriksaan genetik dipergunakan

alkohol 70% atau absolut, atau lanstan DMSO. j.  slop tangan (hand glove) untuk pengambilan sampel jaringan tubuh

(misalnya kulit) penyu

k.  kapas dan tisu untuk membersihkan jaringan

l.  penanda logam (metal tag) dan pemasangnya (applicator )

m. ember atau container untuk memindahkan telur penyu jika

diperlukan

Page 65: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 65/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  53

n.  temperatur logger   atau data logger   untuk mengukur temperatur

sarang telur

o.  GPS (global positioningsystem) untuk mendata titik koordinat

p. kamera

q.  tablet android untuk pendataan berbasis online

Lokasi peneluran penyu umumnya terpencil dan sulit diakses, dengan

demikian selain membawa alat dan bahan untuk pengumpulan data,

pemantau juga mesti melengkapi diri dengan peralatan dan bahan untuk

bertahan hidup, seperti:

a.  tenda (campinggear )

b.  sleepingbag

c.  obat nyamuk (lebih baik yang bentuk oles)

d.  perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

e.  lampu senter dan lampu penerang. Catatan: lampu penerang tak

boleh dipakai saat melakukan pemantauan di pantai.

f.   jas hujan dan/ atau payung

g.  tabir surya (sun creamatausun block)

h. ransum (air dan makanan)

i.  pakaian pengganti secukupnya

 j.  alat komunikasi di daerah terpencil (radio komunikasi)

k.  korek api

3.1.2 Menentukan Waktu dan Jumlah Pemantau

Pemantauan bisa dilakukan pada malam, pagi dan sore hari,

tergantung dari situasi dan kondisi pada lokasi setempat. Pemantauan padamalam hari umumnya dilakukan pada lokasi dimana ancaman terhadap

keamanan penyu dan/ atau telurnya relatif tinggi. Ancaman dimaksud

meliputi, antara lain: pencurian penyu dan/ atau telurnya, terdegradasinya

pantai peneluran sehingga tak kondusif untuk penetasan alami, serta

kehadiran predator (babi hutan, biawak, anjing liar, dan lainnya) yang cukup

banyak.

Page 66: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 66/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 54

  Pemantauan malam umumnya dilakukan untuk mengumpulkan data

 yang meliputi: jumlah penyu yang naik bertelur, jumlah sarang telur penyu,

data morfometri penyu (panjang dan lebar lengkung karapas serta berat

badan), sampel jaringan tubuh penyu, serta pemasangan metal tag. Padakondisi tertentu, pemantauan malam juga memungkinkan dilakukannya

relokasi sarang telur penyu ke lokasi yang lebih aman, baik dari

kemungkinan dicuri, maupun karena terancam predator alam dan pasang air

laut.

Pemantauan pagi umumnya dilakukan di pantai yang sarang telur

penyunya aman dari segala gangguan. Pemantauan hanya dilakukan untuk:

mengamati jejak atautrack penyu, untuk menduga jumlah individu yang naikpada malam sebelumnya, serta jumlah sarang telur penyu yang dihasilkan.

Cara ini baik untuk memprediksi/ menentukan jumlah populasi ketika

pengamatan yang lebih detail tak bisa dilakukan.

Pemantauan sore umumnya berhubungan dengan sarang telur penyu

dan segala data yang terkait dengannya, misalnya angka penetasan dan rasio

kelamin tukik yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena secara alamiah,

tukik menetas saat sore hingga menjelang malam.

 Jumlah personel pemantau yang diperlukan per satu satuan wilayah

dan waktu tak bisa ditentukan dengan ideal. Hal ini tergantung dari situasi

dan kondisi setempat serta jenis data yang hendak dikumpulkan. Sebagai

patokan, di beberapa daerah di Indonesia, jumlah personel yang dibutuhkan

untuk memantau pantai sepanjang 1.000-2.000 m adalah 4-6 orang. Jumlah

tersebut akan ditambah sesuai dengan bertambahnya panjang pantai yang

dipantau. Personel dimaksud dibagi menjadi dua kelompok, yang bekerja

selama masing-masing ±6-8 jam. Kelompok pertama, misalnya bekerja daripukui 17.00 atau 20.00 malam sampai pukul 12.00 siang, dan selanjutnya

diganti oleh kelompok kedua hingga pukui 07.00 atau pukul 08.00 pagi.

Sebagai catatan, pemantauan intensif idealnya dilakukan setiap hari

sepanjang tahun. Jika tak memungkinkan, maka bisa dilaksanakan secara

konsisten pada periode yang sama setiap tahun, misalnya selama musim

peneluran puncak yang berlangsung selama 3-4 bulan. Pada bulan-bulan

Page 67: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 67/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  55

selanjutnya, pemantauan bisa dimodifikasi sesuai dengan sumber daya yang

ada.

3.2 

Metode Pengumpulan Data

3.2.1 Pemantauan di Habitat Peneluran

Ketika seekor penyu terlihat bergerak ke pantai, pemantau tidak boleh

serta merta ‘mengganggu’ penyu tersebut, apalagi langsung mencoba

melakukan pengukuran dan pengambilan sampel. Tahapan-tahapan yang

akan dilakukan oleh seekor penyu saat bertelur mesti dipahami, dan

pemantau harus mengetahui tahapan dimana ‘gangguan’ terhadap penyu

dapat dilakukan. Proses penyu bertelur bisa dipilah menjadi beberapa

tahapan seperti skema berikut:

Gambar 28. Tahapan penyu bertelur (Sumber: Adnyana & Hitipeuw, 2009)

    L   a   m   a   p   r   o   s   e   s    1  -    1

    1    j    a   m 

    R   e   r   a    t   a    2  -    3

    j    a   m 

Page 68: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 68/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 56

Keterangan:

1.  Langkah 1-7 menunjukkan periode saat penyu berada dalam

keadaan sangat sensitif, tidak boleh ada gangguan berasal dari sinar,

pergerakan maupun sentuhan.

2.  Langkah 7, 10, dan 11 menunjukkan periode saat penyu berada

dalam keadaan sensitivitas medium, sinar lembut (tidak pada area

kepala) dan sentuhan ringan bisa ditolerir.

3.  Langkah 8 dan 9 menerangkan periode saat sensitivitas penyu relatif

rendah, pergerakan dan sinar terang bisa ditolerir.

3.2.2 Monitoring Telur dan Sarang Telur

Monitoring terhadap telur dan sarang telur penyu dilakukan sejak

awal penyu mulai bertelur hingga telur-telur tersebut menetas menjadi tukik.

Monitoring ini harus dilakukan rutin setiap hari hingga telur-telur menetas

menjadi tukik. Beberapa aktivitas yang harus dilakukan selama monitoring

telur dan sarang telur diantaranya sebagai berikut:

a.  mengukur diameter dan lubang sarang telur

b. menghitung jumlah telur yang dilepaskan oleh penyu pada setiap

sarangnya

c.  mengukur diameter dan berat telur penyu

d.  melakukan penandaan pada sarang telur dan pemagaran di sekitar

sarang telur (baik pada pembinaan habitat peneluran secara alami

maupun semi alami), terutama agar terlindung dari predator

e.  memindahkan telur-telur penyu jika sarang telur berada pada

daerah intertidal (daerah yang terpengaruh pasang surut) ke daerahsupratidal (di atas daerah intertidal dimana tidak terpengaruh

pasang surut).

f.  menghitung jumlah dan persentase telur yang menetas menjadi

tukik

Page 69: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 69/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  57

g.  melakukan pemantauan terhadap kondisi sarang telur secara rutin

hingga telur-telur menetas menjadi tukik

3.2.3 Monitoring Tukik

Monitoring terhadap tukik mulai dilakukan setelah tukik baru

menetas. Pemantauan terhadap tukik tersebut meliputi:

a.   jumlah dan persentase tukik yang menetas terhadap jumlah telur

b.   jumlah dan persentase tukik hidup terhadap tukik yang menetas

c.  rasio kelamin tukik yang menetas dan yang hidup

d.  pengukuran berat dan parameter morfometri tukik yang hidup

(panjang lengkung karapas dan lebar lengkung karapas)

e.  selain itu, dalam monitoring tukik ini juga harus diarahkan agar

tukik dapat menuju laut secara sendiri atau alami.

Gambar 29. Tukik menuju laut (Sumber: WWF Indonesia)

3.2.4 Monitoring Penyu yang Bertelur

Monitoring terhadap penyu yang bertelur dilakukan setelah penyu

tersebut mengeluarkan telurnya atau pada saat penyu akan kembali ke laut

Page 70: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 70/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 58

setelah bertelur. Pada kondisi tersebut, aktivitas-aktivitas yang dilakukan

pada penyu tersebut tidak akan mengganggu penyu. Kegiatan-kegiatan yang

dilakukan pada penyu yang bertelur diantaranya:

a. 

pengukuran berat dan morfometri penyu (panjang lengkung karapasatau curvecarapacelength/ CCL dan lebar lengkung karapas atau curve

carapacewidth/ CCW) (Gambar 30).

b.  monitoring track penyu (lebar dan pola track penyu ketika datang

dan kembali ke laut) (Gambar 31).

c.   jika diperlukan pemasangan tag (tagging), untuk mengetahui pola

migrasi, intensitas peneluran penyu, pertumbuhan penyu (CCL,

CCW dan bobot) dan ada tidaknya rekrutmen atau penambahanpopulasi penyu

d.  pencatatan suhu pasir dalam sarang

Gambar 30. Pengukuran CCL dan CCW pada saat monitoring penyu dipantai peneluran (Sumber : WWF Indonesia)

Page 71: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 71/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  59

 Gambar 31. Pengukuran track penyu pada saat monitoring penyu di pantai

peneluran (Sumber : WWF Indonesia)

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mengamati penyu bertelur

antara lain:

a.  tempat, waktu, orang yang menyaksikan, cuaca, kondisi laut, dll

b. kondisi pantai peneluran (sampah, benda-benda yang terdampar, dam,binatang-binatang, ada tidaknya orang lain yang turut menyaksikan,

cahaya lampu, api unggun, dll)

c.  jenis penyu yang naik untuk bertelur

d.  catat kelakukan penyu selama bertelur

e.  banyaknya telur

f.  ukuran badan penyu (panjang karapas, lebar karapas, berat, dll)

Page 72: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 72/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 60

g.  keadaan sisik pada karapas, kepala, jumlah sisik pada kaki, dll

h.  cacat (ada tidak cacat pada tubuh, sisik atau kakinya yang tidak cukup, dll)

i.  mahluk hidup yang melekat di tubuhnya (teritip, lumut, kerang, dll)

 j.  lain-lain (jenis makanan, pengambilan darah, suhu badan, tagbila ada, dll)

Telur yang tertimbun di dalam pasir akan berkembang dan sangat

dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Untuk mengetahui perkembangan telur

di dalam sarang perlu dilakukan pengamatan terhadap suhu pasir. Alat

pengukur suhu pasir yang biasa digunakan ada 3 (tiga) macam, masing-

masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Alat-alat tersebut yaitu:

a.  Termometer tubuh

 Alat ini terbuat dari kaca dengan air raksa di dalamnya. Untuk mengukur

suhu pasir cukup dengan menyisipkannya ke dalam pasir. Kelemahan alat

ini tidak dapat digunakan secara kontinyu, karena perubahan suhu pasir

 yang cukup besar dapat secara tiba-tiba.

b.  Termometer pencatat otomatis

 Alat ini terdiri dari sensor dan alat perekam (kertas pencatat) suhu. Alat

ini digunakan dengan cara ditimbun dalam pasir, maka suhu pasir danperubahannya akan tercatat secara otomatis pada kertas pencatat. Alat ini

dapat dilakukan secara terus-menerus, namun kelemahannya tidak dapat

digunakan di tempat terpencil yang tidak memiliki ketersediaan aliran

listrik secara kontinyu 24 jam. Alat ini membutuhkan aliran listrik yang

terus-menerus.

c.  Termometer memori

 Alat ini terdiri dari sensor, pencatat memori dan baterai yang menyatu. Alat ini cukup ditimbun dalam pasir ketika akan digunakan untuk

mengukur suhu pasir dalam waktu yang cukup lama. Kelemahan alat ini

tidak dapat memberikan data apabila alat tidak tertimbun dalam pasir

(berada di luar timbunan).

Page 73: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 73/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  61

Data suhu pasir yang diperoleh dari alat-alat termometer di atas

dapat digunakan untuk mengetahui rasio jenis kelamin tukik, prosentase

penetasan, masa inkubasi, dan lain-lain. Gambar di bawah ini menyajikan

 jenis-jenis termometer yang disebut di atas.

Gambar 32. Jenis-jenis termometer pengukur suhu pasir: (a) termometertubuh; (b) termometer pencatat otomatis; (c) termometer

memori (Sumber: Yayasan Alam Lestari, 2000)

3.2.5 Survei Pantai Peneluran

Survei pantai peneluran dilakukan untuk menduga ukuran (jumlah)

populasi penyu yang bertelur di suatu pantai peneluran. Di Indonesia,

metodologi yang dipakai sangat variatif sehingga sulit membandingkan hasil

survei di satu lokasi peneluran dengan lokasi lainnya. Bahkan survei yang

dilaksanakan di satu pantai peneluran dalam periode berbeda dandilaksanakan oleh tim yang berbeda juga acapkali sulit dibandingkan. Oleh

karena itu, perlu disusun metode standar yang dapat menghasilkan data yang

bisa dimengerti oleh berbagai pihak. Berdasarkan cakupan wilayah dan data

 yang hendak dikumpulkan, survei pantai peneluran dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu survei ekstensif dan survei intensif. Survei ekstensif bisa

(a) (b)

(c)

Page 74: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 74/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 62

dilaksanakan sekali dan dalam waktu relatif singkat di awal pelaksanaan suatu

program konservasi penyu. Survei intensif, seperti namanya, dilaksanakan

dengan intensif selama masa peneluran dalam kurun waktu panjang

(beberapa puluh tahun). Metode pertama, umumnya mencakup wilayah

pantai atau gugusan kepulauan satu stok populasi penyu yang sangat luas.

Metode kedua umumnya dilakukan dalam cakupan terbatas pada suatu

bentang pantai atau pulau yang diputuskan sebagai ‘pantai indeks’.

 A. Survei ekstensif

Pada suatu bentang pantai, baik yang ada di daratan besar atau dipulau-pulau kecil, survei pantai peneluran umumnya diawali dengan metode

ekstensif yang bertujuan untuk mengidentifikasi potensi lokasi peneluran,

musim bertelur, serta jenis penyu yang menggunakan pantai tersebut.

Setidaknya terdapat sembilan jenis informasi atau data yang

ditargetkan pada pelaksanaan survei jenis ini. Informasi tersebut meliputi:

1.  Seberapa panjang (proporsi) pantai yang berpotensi sebagai habitat

peneluran?

2.  Lokasi mana saja di lingkup pantai yang diobservasi pernah

dijumpai ada penyu bertelur?

3.   Jenis penyu apa saja yang pernah bertelur di pantai yang ditarget?

4.  Kapan musim bertelurnya?

5.  Seberapa besar intensitas relatif bertelurnya penyu?

6. 

Daerah manakah yang ideal dipergunakan sebagai lokasi indeks yangakan dipantau secara intensif?

7.   Apa saja yang berpotensi sebagai ancaman terhadap habitat, telur,

tukik dan penyu dewasa?

8.  Di wilayah manakah yang paling berpotensi untuk ditetapkan

sebagai fokus area pelaksanaan aktivitas konservasi?

Page 75: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 75/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  63

9.   Apa saja potensi aktivitas konservasi yang bisa dilakukan dan siapa

saja yang berpotensi dijadikan mitra?

lnformasi pada poin nomor 1, nomor 6 dan nomor 9 bisa

dikumpulkan setiap saat. Sedangkan informasi pada poin nomor 2 hingga

nomor 5 umumnya dicari dengan melakukan pengamatan langsung saat

musim bertelur. Jika karena satu dan lain hal pengamatan pada musim

bertelur tak bisa dilakukan, maka data jawaban untuk poin nomor 2 sampai

nomor 5 bisa dikumpulkan dengan wawancara dengan masyarakat lokal.

Namun demikian, validitas dan rehabilitas data jenis ini kurang baik.

 Acapkali survei ekstensif didahului dengan kajian terhadap habitat

peneluran sepanjang garis pantai atau di suatu gugusan kepulauan dengan

menggunakan teknik pencitraan satelit (satelliteimage), foto udara (aerial photo),

atau dengan menganalis peta-peta terkini (up to datemaps), yang kemudian

segera diikuti dengan pelaksanaan survei lapangan (ground survey ) untuk

pembuktian.

B. Survei intensifSetelah survei ekstensif dilakukan, maka dilanjutkan dengan survei

intensif untuk melakukan sensus populasi serta potensial reproduktif penyu.

Pemantauan atau survei intensif juga bisa ditambahkan untuk

mengidentifikasi stok genetik dan pergerakan penyu (biasanya dilakukan

dengan aplikasi teknik telemetri) untuk mengetahui unit pengelolaan suatu

populasi penyu dan wilayah yang mesti dicakup.

Survei intensif diawali dengan melakukan partisi pantai yangditetapkan sebagai panyai indeks. Pantai indeks adalah suatu ruas

pantai/ pulau yang dipantau secara terus menerus dan dijadikan tolok ukur

untuk memprediksi populasi penyu di keseluruhan pantai/ gugusan pulau.

Hal-hal yang akan diamati dalam pelaksanaan jenis survei ini

umumnya adalah:

Page 76: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 76/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 64

1.   Jumlahtrack dan/ atau jumlah penyu yang naik ke pantai

2.  Track baru dan lama

3.  Penghitungantrack baru

4. 

Estimasi proporsi memeti ( falsecrawls).

3.3 Pemanfaatan Penyu

Pemanfaatan penyu secara ekstratif telah dilarang berdasarkan PP No.

7 tahun 1999, namun pemanfaatan secara tidak langsung dapat dilakukan

dengan membentuk ekowisata berbasis penyu di daerah konservasi penyu.

Teknis pengelolaan wisata berbasis penyu adalah sebagai berikut

(Adnyana & Suprapti, 2014):

a.  Membuat atau mendesain tata ruang wilayah atau area yang akan

menjadi obyek wisata berbasis penyu. Beberapa bangunan yang

minimal harus ada adalah kantor pengelolaan dan pusat informasi

penyu. Pusat informasi penyu meliputi informasi tentang lokasi

peneluran (dapat di wilayah lain, tapi dengan sistem satu paket wisata),

lokasi penetasan semi alami, lokasi pemeliharaan tukik, dan lokasi

pelepasan tukik, termasuk di dalamnya desain vegetasi-vegetasi yangsesuai dengan habitat penyu.

b.  Konstruksi daerah wisata berbasis penyu sesuai dengan desain atau tata

ruang yang telah disusun pada poin a, termasuk penanaman vegetasi-

 vegetasi yang sesuai dengan habitat penyu. Bahan-bahan untuk

bangunan diupayakan dari bahan-bahan alami dengan tetap

memperhatikan kekuatan bangunan, seperti kayu, batang pohon, atap

 jerami, jalan batu, dll. Pemakaian bahan bangunan dari pabrik digunakanseminimal mungkin, misal bak pemeliharaan dari fiber atau keramik.

c.  Membuat bahan-bahan untuk promosi, seperti leaflet, poster, danbooklet.

d.  Melakukan promosi dan sosialisasi, misal melalui media cetak, media

elektronik, presentasi kelembaga-lembaga pendidikan.

Page 77: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 77/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  65

e.  Menggabungkan paket wisata berbasis penyu dengan paket-paket wisata

 yang ada di sekitarnya, misal menjalin kerjasama dengan pemerintah

daerah, pengelola daerah/pulau wisata atau agen-agen perjalanan wisata,

wisata tradisional atau bentuk-bentuk wisata lain yang ada di sekitarnya.

f.  Pengembangan wisata berbasis penyu harus tetap memperhatikan

kondisi dan kenyamanan bagi penyu untuk bertelur, mengingat sifat

penyu yang sangat sensitif terhadap gangguan cahaya, suara, dan

terhadap habitatnya.

3.4 Ancaman Terhadap Penyu

Tak seperti bangsa burung yang selalu menjaga dan mengerami telur-

telurnya, penyu laut tidak memiliki kebiasaan ini. Penyu laut betina segera

akan meninggalkan telur-telurnya sesaat setelah ditelurkan, dan sepenuhnya

menyerahkan nasib sarang-sarang telurnya kepada alam.

Pada beberapa dasawarsa terakhir ini, penyu laut tidak lagi aman saat

bertelur di pantai, saat berenang maupun saat bermigrasi antara ruaya

bertelur dan ruaya pakan. Ribuan penyu per tahun acapkali tertangkap tidak

sengaja (bycatch) dan sengaja ditangkap untuk disembelih. Telurnya pun tidakluput dari perburuan manusia. Tukik yang baru menetas baik yang menuju

laut maupun yang berada di perairan juga mendapat ancaman dari predator

alaminya.

Keberadaan penyu, baik di dalam perairan maupun ketika menuju

daerah peneluran banyak mendapatkan gangguan yang menjadi ancaman

bagi kehidupannya. Permasalahan-permasalahan yang dapat mengancam

kehidupan penyu secara umum dapat digolongkan menjadi ancaman alamidan ancaman karena perbuatan manusia. Gangguan atau ancaman alami

 yang setiap saat dapat mengganggu kehidupan penyu antara lain:

a.  Pemangsaan (predation) tukik, baik terhadap tukik yang baru keluar

dari sarang (diantaranya oleh babi hutan, anjing liar, biawak dan

Page 78: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 78/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 66

burung elang) maupun terhadap tukik di laut (diantaranya oleh ikan

cucut).

b.  Penyakit, yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau karena

pencemaran lingkungan perairan.

c.  Perubahan iklim yang menyebabkan permukaan air laut naik dan

banyak terjadi erosi pantai peneluran sehingga hal tersebut

berpengaruh terhadap berubahnya daya tetas dan keseimbangan

rasio kelamin tukik.

Sedangkan gangguan atau ancaman karena perbuatan manusia yang

setiap saat dapat mengganggu kehidupan penyu antara lain:

a. 

Tertangkapnya penyu karena aktivitas perikanan, baik disengaja

maupun tidak disengaja dengan berbagai alat tangkap, seperti

tombak, jaring insang (gillnet), pancing rawai (longline) dan pukat

(trawl).

b.  Penangkapan penyu dewasa untuk dimanfaatkan daging, cangkang

dan tulangnya.

c.  Pengambilan telur-telur penyu yang dimanfaatkan sebagai sumber

protein.d.   Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang dapat merusak

habitat penyu untuk bertelur seperti penambangan pasir,

pembangunan pelabuhan dan bandara, pembangunan sarana-

prasarana wisata pantai dan pembangunan dinding atau tanggul

pantai.

Hampir seluruh pantai peneluran di Indonesia, baik yang ada di

daratan pulau-pulau besar maupun kecil dipengaruhi oleh semua ancaman yang telah disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu, tindakan konservasi

 yang memadai sangat panting untuk segera dilakukan untuk menghindari,

atau setidak-tidaknya memperlambat kepunahan penyu.

Hal terpenting yang mesti dilakukan adalah melakukan identifikasi

sumber-sumber ancaman dan merumuskan tindakan paling strategis untuk

melakukan intervensi konservasi. Seperti telah ditulis sebelumnya,

Page 79: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 79/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  67

keberhasilan suatu tindak konservasi hanya akan bisa diketahui jika data

mengenai kecenderungan populasi dan tahun ke tahun bisa dikumpulkan

dan dianalisis dengan baik.

3.5 Tabulasi Data

Data hasil monitoring dan survei yang telah dikumpulkan selanjutnya

dimasukkan dalam form data tabulasi sebagaimana format di bawah ini, atau

dapat diinput dalam aplikasi AKVO Flow yaitu aplikasi yang telah

disediakan berbentuk form pendataan penyu yang berbasis android.

Laporan Harian(Pergunakan lembar berbeda untuk masing-masing penyu)

Tanggal : am mulai : am berakhir :Nama Pantai :PemantauCuacaenis peny

No Track (baru/ lama)

 Jarak dari

pasangtertinggi

Habitat(vegetasi/ pasir/ kampung)  Jarak darikampung/ desa

Total track baru yang berakhir dengan sarang telur :Total track lama yang berakhir dengan sarang telur :

Total track penyu memeti/ yang tidak berakhir dengan peneluran ( falsecrawls) :umlah penyu yang mati :umlah sarang dimakan predator dan jenis predatornya :

Komentar :

Page 80: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 80/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 68

3.6 Menduga Ukuran (Jumlah) Populasi Per Satu Satuan Waktu

Data jumlah track  penyu yang berakhir dengan sarang telur penyu

adalah salah satu parameter penting dalam menduga ukuran populasi penyu

 yang bertelur di satu lokasi peneluran. Agar seragam maka di lndonesia

satuan waktu dimaksud sebaiknya ditetapkan per-tahun. Parameter lainnya

adalah frekuensi bertelur seekor penyu per musim peneluran atau yang

secara singkat disebut dengan frekuensi bertelur. Dengan demikian jumlah

atau ukuran populasi penyu di satu pantai peneluran per tahun adalah

(Adnyana & Hitipeuw, 2009).

Total sarang telur penyu per tahunRerata jumlah sarang telur penyu yangdihasilkan per induk per musim

Total sarang telur penyu per tahun bisa dihitung langsung dengan

melihat penyu bertelur atau dengan menduga melalui pemantauan jumlah

track yang berakhir dengan sarang telur seperti dijelaskan sebelumnya.

Rerata frekuensi bertelur seekor induk penyu per musimpeneluran bisa dicari dengan melakukan studi menggunakan penanda atau

 yang di Indonesia dikenal dengan istilah tagging. Banyak jenis tag yang bisa di

pakai, namun umumnya metal tagadalah teknik penanda yang paling sering

dan relatif mudah diaplikasikan pada penyu laut. Di lndonesia dewasa ini

metal tag yang dipergunakan adalah jenis logam inconnel produksi National

Band and Tag, USA. Tag jenis titanium juga bisa dipergunakan (Adnyana &

Hitipeuw, 2009).Selain untuk mengetahui frekuensi bertelur per musim peneluran,

pemasangan metal tag pada penyu laut juga dilakukan untuk mengetahui

interval bertelur (jarak waktu antara peneluran satu dengan yang selanjutnya

per satu musim bertelur), area migrasi (pergerakan perpindahan penyu dari

satu habitat ke habitat lainnya), pertumbuhan penyu (growth rate), dan jika

umur tagrelatif panjang maka juga bisa dipakai untuk mengetahui interval

Ukuran populasi bertelur tahunan

Page 81: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 81/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  69

bertelur antar musim peneluran. Pencatatan terhadap nomor tag, pantai

peneluran tempat pemasangan, data-data penyu saat pemasangan (panjang

dan lebar lengkung karapas, jumlah sarang telur, jumlah telur per sarang)

mesti dilakukan dengan baik, jika tidak maka pemasangan tag tak akan

berguna dan bahkan terkesan menyakiti penyu itu sendiri.

Taggingintensif pernah dilakukan di pantai peneluran Sukamade (Jawa

Timur) dari tanggal 28 Desember 2004 sampai 31 Mei 2005. Dalam kurun

waktu tersebut jumlah sarang telur penyu yang berhasil diobservasi adalah

202 sarang. Untuk mengetahui frekuensi bertelur seekor penyu hijau per

musim, maka taggingdilakukan ternadap 101 ekor penyu. Dari pemantauan

 yang dilakukan setiap malam di pantai Sukamade selama periode itu

diketahui bahwa frekuensi bertelur per musim seekor penyu berkisar antara

1 - 7 kali dengan rerata 2,2 ± 1,86 (simpangan baku). Tenggang waktu antara

bertelur satu dengan lainnya (interval bertelur) berkisar antara 4 - 39 hari

dengan rerata 11.3 ± 8.31 hari. Dari data ini, diketahui jumlah penyu yang

bertelur selama kurun waktu tersebut berkisar antara 29-202 ekor dengan

rerata 92 ± 109 ekor. Kisaran yang sangat lebar ini terjadi karena saat

analisis, data interval bertelur yang lebih singkat dari 9 hari dan lebih lamadari 18 hari. juga dianalisis. Padahal, secara teoritis data interval bertelur

mestinya ada diantara 9 - 18 hari. Data yang kurang dan 9 hari tak

memungkinkan secara biologi, sedangkan jika lebih dari 18 hari

kemungkinan penyu tersebut lepas dari pengamatan pemantau (Adnyana &

Hitipeuw, 2009).

Ketika rnempersiapkan pemasangan tag pada penyu, maka penyu

haruslah direstraint (dikendalikan) sedemikian rupa sehingga hanya mampumelakukan gerakan sangat minimal. Induk penyu dapat berbahaya karena

sangat kuat. Ayunan  flipper   depannya yang cepat dan kuat dapat

menyebabkan luka. Oleh karena itu, pastikan ada anggota pemantau yang

membantu melakukan penanganan terhadap flipper  yang akan dipasangi tag.

Berjongkok di depan kepala penyu akan dapat menghindari gerakan maju.

Page 82: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 82/112

Page 83: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 83/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  71

 

Gambar 33. (a) Metal taguntuk penyu, dan (b) contoh pemasangan tag padaapplicator  (Sumber: WWF Indonesia, 2009)

Gambar 34. (a) Contoh pemasangan tag yang salah yaitu dipasang longgar,dan (b) contoh pemasangan tag yang tepat yaitu tidak terlaluketat dan tidak longgar serta berada di posisi kulit (interscales)dekat ketiak (Sumber: WWF Indonesia, 2009)

 Metal tag yang dimiliki Kementerian Kelautan Perikanan adalah yang

memiliki keterangan kode penomoran pada bagian depan yaitu 2 hurufketerangan negara (ID), 6 digit angka penomoran yaitu dimulai dari

(000001) dan diakhiri dengan keterangan spesies penyu dengan kode huruf

(P). Contohnya : ID000012P. Sedangkan pada bagian belakang tagterdapat

keterangan alamat, email dan nomor telepon dari penanggung jawab

aktivitas pemantauan penyu, serta bertujuan agar laporan temuan penyu

(a) (b)

(a) (b)

Page 84: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 84/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 72

bertaggingdapat disampaikan dan sehingga dapat direcord di dalam baseline

data penyu Indonesia.

3.7 Teknik MonitoringBycatch  Penyu dan Penanganannya

Penyu termasuk salah satu satwa laut ETP (endangered, threatened and

protected) yang populasinya terancam yang salah satunya akibat tertangkap

secara tidak sengaja (bycacth) pada aktivitas penangkapan ikan. Berikut

dijelaskan teknik monitoring untuk menangani penyu sebagai bycacth sebelum

dilepaskan kembali ke laut.

3.7.1 PendataanBycatch  ETP pada Penyu

Mencatat informasi penyu yang tertangkap tidak sengaja, antara lain:

a.  Mencatat informasi umum terjadinya bycatch  yang meliputi: waktu,

tanggal, dan posisi/ koordinat tertangkapnyabycatch ETP.

b.  Mencatat hal-hal yang bisa mempermudah proses identifikasi penyu

bycatch yang tertangkap (ciri-ciri, gambaran, kondisi, dan ukuran spesies)

c.  Identifikasi spesies penyu. Mengidentifikasi spesies yang tertangkap dan

mengamati ciri-ciri fisiknya sesuai kunci identifikasi penyu. 

d.  Menuliskan kondisi penyu pada saat tertangkap dan dilepas. Contoh:

pada saat tertangkap, penyu dalam kondisi hidup namun seperti tidak

hidup/pingsan, dan pada saat dilepas penyu dalam keadaan hidup

sehat).

e.  Sebelum dilepas sebaiknya dilakukan pengukuran terhadap penyu sesuai

petunjuk pengukuran morfologi penyu sebagaimana dijelaskan di atas. 

Formulir pendataanbycatch ETP Penyu terlampir pada Lampiran 7. 

3.7.2 PenangananBycacth  Penyu

 Jika melihat penyu pada tali pancing, maka tahapan penanganannya

sebagai berikut: 

a.  Pelankan kapal dan kecepatan linehauler  (penggulung pancing)

b.  Sesuaikan arah kapal menuju ke arah penyu

Page 85: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 85/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  73

c.  Kurangi tegangan/ kendorkanmain linedanbranch line 

d.  Pegang snap branch line yang ada penyunya, teruskan bergerak ke arah

penyu dengan kecepatan rendah.

e. Hentikan kapal dan taruh dalam kondisi netral pada saat penyu berada di

samping kapal.

f.  Raih kembali branch line dengan penyunya pelan-pelan, usahakan

keregangan senar pancing tetap lembut (kendor). Hindari menarik senar

dengan cepat. Jangan gunakan ganco atau benda tajam untuk menarik

penyu.

g.  Pastikan sisa tali pancing cukup kendur untuk menjaga agar penyu di air

tetap dekat dengan kapal sampai kita putuskan lebih baik dilepas pada

saat penyu di dalam air atau lebih aman jika penyu diangkat ke atas kapal.

 Jika penyu terlalu besar untuk diangkat ke atas kapal, maka tahapan

penanganannya sebagai berikut:

a.  Jika terbelit (hidup) dan tidak terkena mata pancing, gunakan ganco

untuk menarik bagian tali pancing pada “alat penarik-V” dan gunakan

alat pemotong pancing (linecutter ) untuk memotong tali pancing tersebut.

Potong tali pancing tersebut sedekat mungkin dengan mata pancing. Jangan biarkan senar membelit penyu.

b.  Jika pancing tersangkut di tubuh bagian luar, cobalah melepaskan mata

pancing tanpa mengangkat penyu dari air. Jika hal tersebut tidak

memungkinkan, potonglah tali pancing sedekat mungkin dengan mata

pancing.

c.  Jika pancing tersangkut di dalam mulut penyu, potongbranch linesedekat

mungkin dengan mata pancing dan biarkan pancing untuk mengurangikerusakan pada penyu.

Page 86: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 86/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 74

 

Gambar 35. Pemotongan tali pancing pada penyu: (a) Posisikan penyu yang

terbelit tali pancing di samping kapal; (b) pemotongan talipancing sedekat mungkin dengan mata pancing yang tersangkutdalam mulut penyu (Sumber: WWF Indonesia, 2014)

 Jika penyu berukuran kecil, maka tahapan penanganannya adalah:

a.  Bawa penyu ke atas kapal dengan meraih kedua cangkang dan siripnya,

atau gunakan serok (scoopnet) atau alat pengangkat yang lain

b.  Jangan gunakan ganco

c.  Jangan tarikbranch linenya

d.  Jangan cengkeram kelopak mata penyu untuk mengangkatnya ke atas

kapal 

Gambar 36. Mengangkat penyu ke atas kapal: (a) jangan menggunakanganco untuk mengangkat penyu; (b) gunakan serok untukmengangkat penyu ke atas kapal (Sumber: WWF Indonesia,2014).

(a (b)

(a) (b)

Page 87: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 87/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  75

Setelah penyu diangkat ke atas kapal, maka penanganan penyu di

atas kapal adalah sebagai berikut:

a.   Jika pancing terkena dengan jelas di mulut, paruh atau sirip penyu,

gunakan tang pemotong (bolt cutters) untuk memotong dan melepaskan

mata pancing.

b.   Jika penyu terkena pancing jauh di dalam mulut atau tenggorokannya

dan terdapat alat pelepas pancing (de-hooker ) di kapal, gunakan alat

tersebut untuk mengeluarkan pancing. Jika ada observer di kapal yang

membawa alat pelepas pancing (de-hooker ), dia akan menggunakannya

untuk mengeluarkan pancing. Jika tidak ada alat pelepas pancing (de-

hooker ), potong tali pancing sedekat mungkin dengan mata pancing. 

Gambar 37. Penanganan penyu di atas kapal (Sumber: WWF-Indonesia,2014) 

(a (b)

(c) (d)

Page 88: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 88/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 76

Keterangan:

a.  Potong semua tali pancing yang membelit.

b.  Gunakande-hooker  atau tang untuk melepaskan mata pancing.

c.  Jika mata pancing terkait dalam mulut letakkan pengganjal pada mulutnya

untuk memudahkan proses pelepasan mata pancing penyu.

d.  Jika mata pancing tidak terlihat gunakan de-hooker  untuk mengeluarkan

pancing dari dalam mulut penyu namun jangan dipaksa.

 Jika penyu yang dinaikkan ke atas kapal dalam keadaan pingsan, maka

tahapan penanganannya adalah sebagai berikut:

  Letakkan penyu di tempat yang teduh, angkat bagian belakang perut

penyu dengan tinggi kira-kira 20 cm selama 4 jam (minimal) agar air yang

tertelan bisa dimuntahkan kembali.

  Usahakan penyu dalam kondisi basah/ lembab, sesekali semprot dengan

selang air yang ada di geladak kapal. Hindari menyiram kepala agar air

tidak masuk ke dalam hidung/ mulut.

  Lakukan penyadaran (resusitasi ) penyu, seperti pada Gambar 38.

   Jika dalam 24 jam tidak ada respon, kembalikan penyu ke laut.

Mengembalikan penyu ke laut, langkah-langkahnya sebagai berikut: 

  Pastikan kapal berhenti dan bebas dari peralatan tangkap. 

  Lepaskan penyu pelan-pelan ke laut dengan kepala terlebih dahulu.

  Pastikan penyu aman dari kapal sebelum mulai menjalankan mesin kapal

lagi.

Page 89: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 89/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  77

 

Gambar 38. Melakukan penyadaran (resusitasi) (a-d) dan pelepasan penyu

ke laut (e-f) (Sumber: WWF Indonesia, 2014).

Keterangan:

a.  Pegang karapas sebelah kanan dan kiri penyu. Guncangkan perlahan ke

arah kiri dan kanan.

b.  Angkat secara bergantian, sisi kiri dan kanan penyu.

c.  Berikan rangsangan pada jantung penyu dengan menekan berulang-ulang

depan karapas.

d.  Periksa rekasi penyu dengan menyentuh mata atau ekornya (kloaka).

e.  Jika dalam 24 jam tidak ada respon, lakukan pendataan/ pencatatanbycacth 

penyu

f.  Kemudian kembalikan penyu secara perlahan-lahan ke laut

Penanganan penyu yang terkait mata pancing/kail baik di dalam mulut

atau di bagian luar tubuh seperti sirip dapat ditangani dengan alat bantu de-

hooker . Adapun langkah-langkah penanganannya, yaitu seperti pada Gambar

39. 

(a)

( )

( )

( )

( )

( )

Page 90: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 90/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 78

 Gambar 39. Tehnik pengoperasian de-hooker   (Sumber: WWF Indonesia,

2014) Keterangan :

1.  Posisikan de-hooker  tegak lurus dengan tali pancing dan pastikan bagian

bulatannya menghadap ke atas.2.  Tarik de-hooker   ke belakang hingga bagian bulatannya menyentuh tali

pancing.

3.  Putar de-hooker ¼ putaran searah jarum jam hingga tali pancing berada

di tengah bagian bulatande-hooker .

4.  Dorong de-hooker   mengikuti tali pancing hingga mencapai bagian

lengkungan mata kail

5. 

Pastikan bahwa tali tetap tegang dan sejajar dengande-hooker .6.  Dorong de-hooker   dengan kuat sambil menjaga tali senar tetap tegang

hingga pancing terlepas.

7.  Keluarkan pancing secara perlahan

Page 91: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 91/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  79

BAB-4

PELAPORAN

4.1 Penyusunan Laporan

Laporan kegiatan dibutuhkan untuk mendokumentasikan kegiatan di

lapangan dan memberikan rekomendasi tertulis pada otoritas pengelola.

Laporan juga berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan

terhadap donatur atau pun instansi terkait lainnya. Laporan dapat

memberikan informasi yang padat dan sistematik mengenai sebaran,

komposisi dan karakteristik populasi penyu, yang penting sebagai landasan

upaya pengelolaan penyu di Indonesia.

Outlineatau susunan umum laporan dapat mengikuti contoh di bawah

ini:

KATA PENGANTARRINGKASAN

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

PENDAHULUAN

1.  Latar Belakang

2. 

TujuanMETODOLOGI

1.  Waktu Kegiatan

2.  Lokasi Kegiatan (dengan peta)

3.  Metode

4.   Analisa Data

Page 92: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 92/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 80

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.  Hasil

2.  Pembahasan

PENUTUP

1.  Kesimpulan

2.  Saran/Kebijakan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

4.2. Penyampaian LaporanPenyampaian laporan kegiatan lapangan dalam rangka pendataan

populasi penyu laut, dapat disampaikan melalui:

Subdit Konservasi Jenis Ikan, Direktorat Konsevasi dan

Keanekaragaman Hayati Laut

Ditjen Pengelolaan Ruang Laut

 Jl. Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta Pusat

Email:[email protected]. Telepon 021-3522045.

Penyampaian laporan dapat disampaikan dalam bentuk soft file yang

disampaikan melalui alamat email tersebut di atas, dan laporan kegiatan

pendataan populasi penyu (hard copy ) dapat disampaikan melalui jasa

pengiriman/ pos ke alamat tersebut di atas.

Page 93: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 93/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  81

BAB-5

PENUTUP 

Dengan tersusunnya pedoman umum ini, pemantauan populasi penyu

di seluruh wilayah perairan Indonesia diharapkan sudah dapat dilakukan

secara mandiri oleh instansi terkait dan unit penelitian teknis di daerah-

daerah. Seperti diketahui bahwa perairan di seluruh wilayah Indonesia sangat

luas dan karenanya membutuhkan kegiatan-kegiatan monitoring yang akan

melibatkan banyak sumber daya manusia, baik masyarakat pemerhati

lingkungan, tenaga-tenaga ahli atau peneliti, maupun masyarakat non-

spesialis yang terlibat dalam kegiatan tersebut.

Dengan keterlibatan beragam pemangku kepentingan (stakeholders)

di daerah-daerah, data populasi penyu dapat segera terkumpul secara

nasional dalam waktu singkat. Seperti diketahui bahwa data populasi penyu

sangat dibutuhkan untuk kepentingan pengelolaan yang berkelanjutan.

Gangguan-gangguan pada sediaan atau stok penyu perlu diketahui lebih dini

sebelum populasi biota laut ini kolaps dan jenisnya punah. Oleh karena itu

peran serta stakeholders di daerah-daerah sangat diharapkan untuk bergerak

bersama secara masal dalam pemantauan ikan-ikan rawan punah, seperti

penyu. Adapun target dalam pengelolaan adalah terciptanya gerakan nasional

 yang bangkit dari kesadaran dan pertisipatif untuk menyelamatkan penyu.Untuk itu, pedoman umum identifikasi dan monitoring penyu menjadi

sangat penting dalam memberikan landasan untuk keseragaman tindakan

dan kesamaan hasil serta data populasi penyu yang kredibel.

Dengan memperhatikan keragaman dari sumber daya manusia

tersebut, pedoman umum identifikasi dan monitoring populasi penyu ini

Page 94: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 94/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 82

dibuat sesederhana mungkin. Namun, jika kemudian hari terdapat kesulitan

dalam pelaksanaan metode ini, maka langkah yang akan diambil adalah mulai

dari tindakan revisi, sosialisasi, korespondensi, dan/atau pelaksanaan

pelatihan.

Page 95: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 95/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  83

DAFTAR PUSTAKA

 Adnyana, W., L.P. Soede, G. Gearheart, and M. Halim, 2007. Status of theGreen Turtle (Chelonia mydas) Nesting and Foraging Populations ofBerau, East Kalimantan, with Particular Reference to Tagging Studiesto Underpin the Design of Sea Turtle Protected Area Networks.Paper Presented in the Second Regional Technical Consultation onResearch for Stock Enhancement of Sea Turtles, 5 – 7 June 2007,Kuala Lumpur, Malaysia. 15pp.

 Adnyana, I. B. W., Lida Pet Soede, Geoffrey Gearheart, and Matheus Halim.

2008. Status of Green Turtle (Chelonia mydas) Nesting and ForegingPopulations of Berau, East Kalimantan, Indonesia, Including Resultsfrom Tagging and Telemetry. Report to WWF Indonesia TurtleProgram. Indiana Ocean Turtle Newsletter 7: 2-11.

 Adnyana, I.B & C. Hitipeuw. 2009. Panduan Melakukan PemantauanPopulasi penyu di pantai peneluran di Indonesia. WWF-Indonesia, Jakarta: v+31 hal.

 Adnyana, W & D. Suprapti. 2014. Pedoman Pemanfaatan Penyu dan

Habitatnya Sebagai Objek Wisata dan Edukasi yang Berkelanjutan.Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KementerianKelautan dan Perikanan, Jakarta.

Benson, S.R., P.H. Dutton, C. Hitipeuw, B. Samber, J. Bakarbessy, and D.Parker. 2007. Post-Nesting of Leatherback Turtles ( Dermochelyscoriacea) from Jamursba-Medi, Bird’s Head Peninsula, Indonesia.Chelonian Conservation and Biology, 2007, 6(1): 150-154. ChelonianReasearch Foundation

Cahyani, Ni Kadek Dita, I. B. W. Adnyana, I W. Arthana. 2007. Identifikasi Jejaring Pengelolaan Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) MelaluiPenentuan Komposisi Genetik dan Metal Tag di Laut Sulu Sulawesi.Tesis Megister, Program Magister Ilmu Lingkungan, UniversitasUdayana.

Carr, A. 1972. “Great Reptiles, Great Enigmas”, Audubon No. 2, pp 504-515.

Page 96: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 96/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 84

Charuchinda M.S., M. Monanunsap, and S. Chantropornsyl 2002, Status ofsea turtle conservation in Thailand. In Kinan I. (Ed), 2002, WesternPacific Sea Turtle Cooperative Research and Management Workshop.

Dermawan, A. dkk. 2009. Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu.Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, KementerianKelautan dan Perikanan, Jakarta : 123 hal.

Dutton, P.H., G. Balazs, A. Dizon, and A. Barragan. 2000. Genetic stockidentification and distribution of leatherbacks in the Pacific: potentialeffects on declining populations. In the Proceeding of the EighteenthInternational Sea Turtle Symposium, Abreu-Grobois, F.A., R.Briseno-Duenas, R. Marquez Millan and L. Sarti-Martinez, Editors.

U.S. Dept Commerce. NOAA Tech. Memo. NMFS-SEFSC-436, 38-39, Miami, FL.

Dutton, P.H., Roden, S., Garrison, L., and Hughes, G. In Press. GeneticPopulation Structure of Leatherbacks in the Atlantic Eluciated byMicrosatellite Markers. Proceeding of the 22nd Annual Symposium onSea Turtle Biology and Conservation. NOAA Tech. Memo.

Eckert K.L., K.A. Bjorndal, F.A. Abreu-Grobois, M. Donelly (Editors).1999. Research and Management Techniques for the Conservation of

Sea Turtles. IUCN/ SSC Marine Turtle Specialist Group PublicationNo. 4.

Eckert, S.A. 2006. High-use oceanic areas for Atlantic leatherback sea turtles(Dermochelys coriacea) as identified using satellite telemeteredlocation and dive information. Marine Biology 149:1257–1267.

Eckert, S.A. and Sarti, A.L. 1997. Distant fisheries implicated in the loss ofthe world’s largest leatherback population. Marine Turtle Newsletter78:2–7.

Ferraroli, S., Georges, J.Y., Gaspar, P., and Lemaho, Y. 2004. Whereleatherback turtles meet fisheries. Nature 429:521–522.

Gearhart, J., Hataway, D., Hopkins, N., and Foster, D. 2015. 2012 TurtleExcluder Device testing and gear evaluations. NOAA TechnicalMemorandum NMFS-SEFSC-674, 39pp

Halim, M.H., Silalahi, S. dan Sugarjito, J. 2001. Conservation and utilizationtrend of marine turtles in Indonesia. Tigerpaper, 28(4): 10-16.

Page 97: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 97/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  85

Hays, G.C., Houghton, J.D.R., and Myers, A.E. 2004. Pan-Atlanticleatherback turtle movements. Nature 429:522.

 James, M.C., Ottensmeyer, A.C., and Myers, R.A. 2005. Identification of

High-use Habitat and Threats to Leatherback Sea Turtles in NorthernWaters: New Directions for Conservation. Ecology Letters 8:195–201.

 Adnyana I.B., Jayaratha I.M, 2009. Post-Nesting Migrations of Olive RidleyTurtles ( Lepidochelys Olivacea) from The Bird’s Head Peninsula ofPapua, Indonesia. Udayana University, Bali. Indonesia. BriefTechnical Report.

Limpus, C.J., J.D. Miller, C.J. Parmenter, D. Reimer, N. McLachlan, and R.

Webb. 1992. Migration of green (Chelonia mydas) and Loggerhead(Carreta caretta) Turtles to and from Eastern Australian Rookeries.Wildlife Res. 19(3): 347-358.

Lutz, P.L., J,A. Musick & J, Wyneken. 2003. The Biology of Sea Turtle volume II. CRC Press, USA : 40 – 47 hal.

McConnaughey, B.H. 1974. Introduction to Marine Biology, Second EditionWith 287 Illustrations, The C.V. Mosby Co Saint Louis.

Mortimer, J.A. and A. Carr. 1987. Reproduction and Migrations of the Ascension Island, Green Turtle (Chelonia mydas), Copeia No.1 pp 103-113.

Moritz, C., D. Broderick, K. Dethmers, N.N. FitzSimmons, and C. Limpus.2002. Population Genetics of Southeast Asian and Western PasificGreen Turtles, Chelonia mydas. Final Report to UNEP/ CMS.

Nuitja, I N. S, 1992. Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press,Bogor. 127 hal

Pusat Pendidikan dan Konservasi Penyu, Serangan, Bali

Shenker, J.M. 1984. Scyphomedusae in Surface Waters Near the OregonCoast, May–August, 1981. Estuarine Coastal Shelf Science 19:619–632.

Suprapti D., W. Adnyana dan R. Andar. 2014. Status populasi penyu danupaya konservasinya di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.Universitas Udayana Bali-WWF Indonesia.

Page 98: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 98/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 86

Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and M.K. Moosa. 1997.The Ecology ofIndonesian Seas, Part Two, Vol VIII,Chapter 21, pp 1101 – 1131.Periplus Edition.

 Velez-Zuazo, X., W.D. Ramos, R.P. Van Dam, C.E. Diez, A. Abreu-Grobois, and W.O. McMillan. 2008. Dispersal, Recruitment andMigratory Behaviour in a Hawksbill Sea Turtle Aggregation. Mol. Ecol.17:839-853.

Wyneken, J. 1996. 17th  Annual Symposium on Sea Turtle Biology &Conservation.Marine Turtle Newsletter No. 77. p. 27-28

Sea Turtle Nesting: 2015 Sea Turtle Nest Totals-Boca Raton Beaches.http:/ / www.gumbolimbo.org/ nesting. Diunduh pada tanggal 17 Juni

2015.

WWF Indonesia 2014.  Better Management Practices: Panduan PenangananPenyu, sebagai Hasil Tangkapan Sampingan ( Bycatch) - Praktik pada Alat Tangkap Longline dan Trawl.

 Yayasan Alam Lestari. 2000. Mengenal Penyu. Yayasan Alam Lestari danKeidanren Nature Conservation Fund (KNCF) Jepang.

Page 99: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 99/112

   D   i  r  e   k   t  o  r  a   t   K  o  n  s  e  r  v  a  s   i   d  a  n

   K  e  a  n  e   k  a  r  a  g  a  m  a  n   H  a  y  a   t   i   L  a  u   t ,   D   i   t   j  e  n   P  e  n  g  e   l  o   l  a  a  n   R  u  a  n  g   L  a  u   t

   K  e  m  e  n   t  e  r   i  a  n   K  e   l  a  u   t  a  n   d  a  n

   P  e  r   i   k  a  n  a  n

   P   E   D   O   M   A   N   I   D   E   N   T   I   F   I   K

   A   S   I   D   A   N   M   O   N   I   T   O   R   I   N   G   P   O   P   U   L   A   S   I   P   E   N   Y   U

   8   7

   L  a  m  p   i  r  a  n   1 .   L  e  m   b  a  r  m  o  n   i   t  o  r   i  n  g   j  e   j  a   k  p  e  n  y  u

   T  a  n  g  g  a   l

  : … … … … … … …

 … … … … … … … .   C  u  a  c  a  : … … …

 … … . .

   W  a   k   t  u

  :   J  a  m … … … … … … … … … … … . .

   N  a  m  a   P  e  n  c  a  c  a   h   /   P  e   l  a   k  s  a  n  a

  : … … … … … … …

 … … … … … … … .

   M  e   t  o   d  e   S  u  r  v  e   i

  :  a .   D  e  n  g  a  n  m  o   b   i   l

   b .   S  e  p  e   d  a

  c .   J  a   l  a  n   k  a   k   i

   d . … … … … …

   L  o   k  a  s   i   S  u  r  v  e   i

  : … … … … … … …

 … … … … … … … .

 

   B  a  n  y  a   k   j  e   j  a   k   d   i   t  e  m

  u   k  a  n

  : … … … … … … …

 … … … … … … … .   B  u  a   h

   B  a  n  y  a   k  s  a  r  a  n  g   d   i   t  e  m  u   k  a  n

  : … … … … … … …

 … … … … … … … .   B  u  a   h

    N  o   J  e   j  a   k

   L  o   k  a  s   i   J  u  m   l  a   h

   L

  u   b  a  n  g

   T  e   l  u  r

   (   A   d  a   /   T   i   d  a   k   )

   L  o   k  a  s   i   S  a  r  a  n  g   *   )

   (  a   t  a  s ,   t  e  n  g  a   h ,   b  a  w  a   h   )

   P  e  m   i  n   d  a   h  a

   A   d  a   /   t   i   d  a   k

   (   S  e   b  u   t   k  a  n   t  e  m  p  a   t  n  y  a   )

   J  u  m

   l  a   h   t  e   l  u  r

   b  a   i   k

   &  r  u  s  a   k

   K  e   t  e  r  a  n  g  a  n

     K  e   t  e  r  a  n  g  a  n  :

   *   )

  a   t  a  s

  :   b

   i   l  a  s  a  r  a  n  g   t  e  r   d  a  p  a   t   d   i   b  a  w  a   h  p  e  p  o   h  o  n  a  n

 

   t  e  n  g  a   h  :   b

   i   l  a  s  a  r  a  n  g   t  e  r   d  a  p  a   t   d  a   l  a  m   j  a  r  a   k   3  m  e   t  e  r   d  a  r   i  p  e  p  o   h  o  n  a  n

 

   b  a  w  a   h  :   b

   i   l  a  s  a  r  a  n  g   t  e  r   d  a  p  a   t   d   i  a  n   t  a  r  a   t  e  n  g  a   h

  s  a  m  p  a   i   d   i  s  e  p  a  n   j  a  n  g  g  a  r   i  s  p  a  n   t  a   i

Page 100: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 100/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 88

Lampiran 2. Lembar monitoring peneluran

Tanggal : ………………………………

Cuaca ………………………

Waktu : Jam …………………………

Nama pencacah/pelaksana : ………………………………

Tanggal ditemukan sarang : ………………………………

Tanggal peneluran sesungguhnya : ………………………………

Perkiraan tanggal peneluran : ………………………………

Kedalaman sarang

-ketebalan penutup sarang

- kedalaman sampai dasar sarang::

………………………………………………………………

Banyaknya (jumlah) telu- telur yang baik- telur yang dirusak- telur yang mati- telur abnormal

::::

………………………………………………………………………………………………………………………………

Keterangan :1) cara penentuan adalah bila hari sebelumnya tidak ada sarang2) perkiraan umur jejak yang ditemukan, atau ambil sebutir telur lalu

periksa sudah terbentuk embrio atau belum

Page 101: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 101/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  89

Lampiran 3. Lembar presentase penetasan

Tanggal : ……………………………………Cuaca ……………………………

Waktu : Jam ……………………………….Nama pencacah/pelaksana : ……………………………………

Tanggal peneluran : …………………….(pasti atau perkiraan)

Kondisi sarang :

a.  sarang alamib.  sarang yang hanya dipastikan telurnyac.  sarang yang telah digali namun ditutup

kembalid.  sarang yang dipindahkan

Metode survei :a.  tukik keluar secara alamib.  tukik dikeluarkan

Telur yang berkurang : …………………………………… butir

 Jumlah tukik yang keluar dari sarang : …………………………………… ekor

 Jumlah tukik yang tertinggal : …………………………………… ekor

Telur yang berkurang : …………………………………… butir

 Jumlah tukik yang keluar dari sarang : …………………………………… ekor

 Jumlah tukik tertinggal : …………………………………… ekor

Telur yang gagal menetas : …………………………………… butir

umlah telur yang tidak meneta- tidak terlihat embrio- ada embrio- tidak terlihat karapas- ada karapas (< 3cm)- ada karapas (>3 cm)

::::::

…………………………………… butir…………………………………… butir…………………………………… butir…………………………………… butir…………………………………… butir…………………………………… butir

Sebelum penetasa- ada kuning telur- tidak ada kuning telur

::

…………………………………… butir…………………………………… butir

Keterangan :

1) telur yang berkurang = banyaknya telur yang telah dibuang sampai dengan surveidilakukan

2) jumlah tukik tertinggal = jumlah menetas – jumlah yang keluar3) telur yang gagal menetas = tukik tidak keluar dari cangkang telur

Page 102: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 102/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 90

Lampiran 4. Lembar monitoring penyu yang mati

Tanggal : ………………………………………

Nama pencacah / pelaksana : ………………………………………

Tempat Bangkai ditemukan : ………………………………………

1. Pembedahan

No pengenal-  jenis penyu-  jenis kelamin- standar panjang karapas (SCL)

-panjang karapas minimum

- lebar karapas- panjang karapas perut- ujung karapas bawah – rectum- ujung karapas bawah – ujung ekor

: ………………..

:………………..

: ………… (mm)

: ………… (mm): ………… (mm)

: ………… (mm)

: ………… (mm)

: ………… (mm)

2. Pembusukan

- gas a.  ada b.  tidak

-

punggung a. 

terkelupas

b.  hampir

terkelupas c. 

utuh

- keempat kakiDepan

Belakang

a.  kiri(ada/ tidak)

a.  kiri(ada/ tidak)

b.  kana(ada/ tidak)

c.  kanan(ada/ tidak)

- kepala a.  ada b.  tidak

3. Luka Ada/ tidak (sebutkan bagian tersebut)

4.Mahluk hiduplain di tubuh

 Ada/ tida

(jika ada, sebutkan di bagian mana dan nama mahlukhidup tersebut)

5. Ukuran tubuh a.  kurus b.  sedang c.  gemuk

6.Isi alat

pencernaan

a.  lambung

b.  usus

…………………..

…………………..

7. Tanda yang digunakan untuk mengubur bangkai

Page 103: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 103/112

   D   i  r  e   k   t  o  r  a   t   K  o  n  s  e  r  v  a  s   i   d  a  n

   K  e  a  n  e   k  a  r  a  g  a  m  a  n   H  a  y  a   t   i   L  a  u   t ,   D   i   t   j  e  n   P  e  n  g  e   l  o   l  a  a  n   R  u  a  n  g   L  a  u   t

   K  e  m  e  n   t  e  r   i  a  n   K  e   l  a  u   t  a  n   d  a  n

   P  e  r   i   k  a  n  a  n

   P   E   D   O   M   A   N   I   D   E   N   T   I   F   I   K

   A   S   I   D   A   N   M   O   N   I   T   O   R   I   N   G   P   O   P   U   L   A   S   I   P   E   N   Y   U

   9   1

   L  a  m  p   i  r  a  n   5 .   L  e  m   b  a  r  m  o  n   i   t  o  r   i  n  g  p  e  n  e   l  u  r  a  n   i  n   d  u   k  p  e  n  y  u

    T  a  n  g  g  a   l

  : … … … … … … … … … … … … … …

 … … … .

   W  a   k   t

  :   J  a  m … … … … … … … … … … … …

 … … …

   N  a  m  a  p  e  n  c  a  c  a   h   /  p

  e   l  a   k  s  a  n

  : … … … … … … … … … … … … … …

 … … … .

   L  o   k  a  s   i  s  u  r  v  e

  : … … … … … … … … … … … … … …

 … … … .

   C  u  a  c  a

  : … … … … … … … … … … … … … …

 … … … .

   K  o  n   d   i  s   i  a   i  r   l  a  u

  :   P  a  s  a  n  g   /  s  u  r  u

   B  a  n  y  a   k   i  n   d  u   k  p  e  n  y  u  y  a  n  g  m  e  n   d  a  r  a   t

  - 

  p  e  n  y

  u  y  a  n  g   b  e  r   t  e   l  u  r

  - 

   h  a  n  y

  a  m  e  n   d  a  r  a   t  s  a   j  a

  : :  … … … … … … … … … … … … . .  e   k

  o  r

 … … … … … … … … … … … … . .  e   k

  o  r

    N  o .

   N  o .   T  a  g

   S   C   L

   S   C   W

   J  a  m

   d   i   t  e  m  u   k  a  n

   L  o   k  a  s   i   1

   L  o   k  a  s   i   2

   P  e  n  e   l  u  r  a  n

  a   d  a   /   t   i   d  a   k

   J  a  m

  p  e  n  e   l  u  r  a  n

   J  u  m   l  a   h

   t  e   l  u  r

   K  e   t

     K  e   t  e  r  a  n  g  a  n  :

   P  e  n  g  u   k  u  r  a  n   d  e  n  g  a  n

  m  e  n  g  g  u  n  a   k  a  n  a   l  a   t   j  a  n  g   k  a  s  o  r  o  n  g

   S   C   L

  :   S   t  r  a   i  g   h   t   C  a  r  a  p  a  c  e   L  e  n  g   t   h   (  p  a  n   j  a  n  g   k  a  r  a  p  a  s   )

   S   C   W

  :   S   t  r  a   i  g   h   t   C  a  r  a  p  a  c  e   W   i   d   t   h   (   l  e   b  a  r   k  a  r  a  p  a  s   )

 

Page 104: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 104/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 92

Lampiran 6. Pendataan individu penyu yang mendarat ke pantai peneluran(bertelur maupun Tidak)

Page 105: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 105/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  93

Lampiran 7. Spesies terkait secara ekologis (ERS) yang tertangkapkelompok API 1 dan 2

N Pengisian Dat Petunju1 Nama Pem nta Tuliskan nama lengkap anda (contoh “Wahyu

Teguh”)

Nomor ID Pemanta Tuliskan Nomor ID anda (Contoh BTG-1)

Tuliskan nama lengkap kapal, janganmenggunakan singkatan (contoh “ KM. Mina

Bahari III”) dan sertakan nomor SIPI

Trip / Setin Tuliskan trip ke berapa dan seting ke berapa

dari kapal yang anda ikutiContoh Wahyu Teguh naik ke kapal sebagai

observer untuk pertama kali untuk mencatat

setting yang ketiga maka dituliskan 1/3.

Halama Nomor halaman dari keseluruhan formulircontoh “1 dari 4”, artinya angka “1”

menunjukkan halaman yang ke berapa

sedangkan angka “4” adalah banyaknya

formulir-formulir yang digunakan dalam satutrip. Hal ini diperlukan untuk memudahkan

pelacakan kalau ada halaman formulir yang

hilang.

Tangga Tuliskan tanggal pada waktu hewan tersebut

tertangkap

Waktu (pukul) Tuliskan jam pada waktu hewan tersebut

tertangkap

Lintan Tuliskan posisi lintang dari hewan tersebutpada waktu tertangkap tidak sengaja. Contoh

pengisian kordinat sebagai berikut : 13°3’67”

Buju Tuliskan posisi bujur dari hewan tersebut padawaktu tertangkap tidak sengaja. Contoh

pengisian kordinat sebagai berikut : 115°43’

372”

Page 106: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 106/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 94

  IDENTIFIKASI SPESIE

Khusus Peny  Jika yang tertangkap adalah penyu maka isi

kolom ”Jumlah” dan ”Ukuran” yang ada

keterangannya khusus penyu.

1 Jumlah Sisi Jika spesies yang tertangkap tersebut penyu

tuliskan jumlah scutelateral, scuteinframarginal dan

scale prefrontalnya. Keterangan letak scutes 

(lempengan) dan scale(sisik) terdapat pada buku

identifikasi penyu. Jika yang tertangkap selain

penyu maka kolom ini harap dikosongkan/ tidak

diisi.

Punggung (lateral

scutes)

Hitung jumlah Sisik yang terdapat pada bagian

punggung. Khusus untuk jenis penyu belimbing

tidak memiliki sisik punggung. Untuk lebih jelas

dapat melihat gambar dibawah ini :

Perut (inframarginalscutes)

Hitung jumlah sisik yang terdapat pada bagianperut. Khusus untuk jenis penyu belimbing

tidak memiliki sisik perut. Untuk lebih jelas

dapat melihat gambar di bawah ini :

Page 107: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 107/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  95

 Kepala (prefrontalscutes)

Hitung jumlah sisik yang terdapat pada bagiankepala. Khusus untuk jenis penyu belimbing

tidak memiliki sisik kepala. Untuk lebih jelas

dapat melihat gambar di bawah ini :

Page 108: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 108/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 96

11 Ukuran Panjan

CCL (cm) Ukur panjang le gkung karapas pada penyu atauCurves Carapace Lenght. Satuan pengukuran

menggunakan cm. Untuk lebih jelas dapatmelihat gambar di bawah ini :

TTL (cm) Ukur panjang total ekor pada penyu (Total Tail Lenght). Satuan pengukuran menggunakan cm.

Untuk lebih jelas dapat melihat gambar di

bawah ini :

PTL (cm) Ukur panjang ekor dari post cloacal pada penyu( Post-cloacal Tail Lenght) . Satuan pengukuran

menggunakan cm. Untuk lebih jelas dapat

melihat gambar di bawah ini :

Page 109: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 109/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  97

 1 Foto

/ N Tulis “Y” jika nda mengambil foto

spesies/ hewan laut ERS yang yang merupakanhasil tangkapan sampingan dan diberikan strip

 jika tidak mengambil fotonya

Nomo Tulis nomor urut dari foto yang diambil contoh

PL-3 artinya foto penyu lekang yang ke tigatertangkap tidak sengaja

KONDISI

1 Pada Saat

TertangkapKode kondis Tuliskan kode kondisi saat spesies diperoleh

(diangkat ke atas kapal). Kode kondisi dapat

dilihat pada kolom keterangan kode kondisi

 yang terdapat pada formulir

Deskripsi kondis Tuliskan beberapa omentar kondisi pada waktu

spesies diperoleh/diangkat. Apa yang membuat

anda untuk menggolongkan keadaannya pada

kode kondisi yang anda pilih. Ini akan sangatmembantu untuk memprediksi lebih jauh

kondisi pada saat spesies tersebut

diperoleh/diangkat.Contoh : Penyu yang didapatkan dalam kondisi

hidup, terdapat luka karena terjerat senar

pancing. Maka dituliskan H3

Page 110: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 110/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU 98

1 Pada saat dilepa

Kode kondis Tuliskan kode kondisi saat spesies dilepas kelaut (jika spesies tersebut di lepas kembali ke

laut). Kode kondisi dapat dilihat pada kolomketerangan kode kondisi yang terdapat pada

formulir

Deskripsi kondis Tuliskan beberapa komentar kondisi pada waktu

spesies dilepas. Apa yang membuat anda untukmenggolongkan keadaannya pada kode kondisi

 yang anda pilih. Ini akan sangat membantu

untuk memprediksi lebih jauh kondisi pada saat

spesies tersebut dilepas.

Contoh : Penyu yang akan dilepaskan dalamkondisi hidup dan sehat, maka dapat dituliskan

H

1 Penanganan di

kapal

Tuliskan penangana -penanganan yang anda

atau ABK lakukan pada spesies tersebut (jika

ada) untuk membantu penyu atau paus, atau hiu,

atau lumba-lumba atau burung laut dalammemulihkan kondisinya kembali normal pada

waktu di atas kapal.

1 TAG/ Tand TAG / tanda / label adalah lempengan

aluminium yang berisikan beberapa informasi

 yang di kaitkan pada sayap/ sirip penyu untukpenandaan dan keperluan penelitian dari

migrasinya penyu.

Nomo Tuliskan nomor TAG yang tertera di atas tagtersebut

Tip Tuliskan tipe dari TAG tersebut (missal :aluminium, plastik)

Organisas Tuliskan nama organisasi yang tertulis di dalamTAG tersebut

Page 111: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 111/112

Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

PEDOMAN IDENTIFIKASI DAN MONITORING POPULASI PENYU  99

  Keteranga Sebutkan kondisi dari TAG tersebut. apakah

terpasang dengan baik, apakah tulisannyamudah dibaca atau sudah kabur dll.

 Jangan lepaskan TAG, jika a da menemukan TAG pada spesiestersebut. cukup catat informasi yang terdapat pada TAG tersebut,

karena sudah kewajiban kita (perjanjian internasional) untukmenginformasikan kepada organisasi yang mempunyai TAG tersebut.

dan usahakan untuk mengambil foto dari TAG tersebut.

Page 112: Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

7/21/2019 Pedoman Identifikasi Dan Monitoring Populasi Penyu

http://slidepdf.com/reader/full/pedoman-identifikasi-dan-monitoring-populasi-penyu 112/112

 Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang LautKementerian Kelautan dan Perikanan 

Lampiran 8. Panduan penanganan penyu yang tertangkap jaring ataurawai/ longline(Sumber: WWF Indonesia)