laporan mengenai tenaga kerja muda di indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta...

72
1 Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia data terbaru

Upload: lenhi

Post on 03-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

1

Laporan MengenaiTenaga Kerja Muda

Di Indonesia

data terbaru

Page 2: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

2

Copyright © International Labour Office 2004Pertama terbit tahun 2004

Publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal CopyrightConvention). Walaupun begitu, kutipan singkat yang diambil dari publikasi tersebut dapat diperbanyak tanpa otorisasidengan syarat agar menyebutkan sumbernya. Untuk mendapatkan hak perbanyakan dan penerjemahan, surat lamaran harusdialamatkan kepada Publications Bureau (Rights and Permissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22,Switzerland. Kantor Perburuhan Internasional akan menyambut baik lamaran tersebut.

ILOKantor Perburuhan Internasional, 2004“Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda di Indonesia: data terbaru”Judul Bahasa Inggris: ”Youth Employment Report in Indonesia: an update”ISBN 92-2-016123-0

Sesuai dengan tata cara Perserikatan Bangsa-Bangsa, pencantuman informasi dalam publikasi-publikasi ILO beserta sajianbahan tulisan yang terdapat di dalamnya sama sekali tidak mencerminkan opini apapun dari Kantor PerburuhanInternasional (International Labour Office) mengenai informasi yang berkenaan dengan status hukum suatu negara, daerahatau wilayah atau kekuasaan negara tersebut, atau status hukum pihak-pihak yang berwenang dari negara tersebut, atau yangberkenaan dengan penentuan batas-batas negara tersebut.

Dalam publikasi-publikasi ILO tersebut, setiap opini yang berupa artikel, kajian dan bentuk kontribusi tertulis lainnya, yangtelah diakui dan ditandatangani oleh masing-masing penulisnya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masingpenulis tersebut. Pemuatan atau publikasi opini tersebut tidak kemudian dapat ditafsirkan bahwa Kantor PerburuhanInternasional menyetujui atau menyarankan opini tersebut.

Penyebutan nama perusahaan, produk dan proses yang bersifat komersil juga tidak berarti bahwa Kantor PerburuhanInternasional mengiklankan atau mendukung perusahaan, produk atau proses tersebut. Sebaliknya, tidak disebutnya suatuperusahaan, produk atau proses tertentu yang bersifat komersil juga tidak dapat dianggap sebagai tanda tidak adanyadukungan atau persetujuan dari Kantor Perburuhan Internasional.

Publikasi-publikasi ILO dapat diperoleh melalui penyalur-penyalur buku utama atau melalui kantor-kantor perwakilan ILOdi berbagai negara atau langsung melalui Kantor Pusat ILO dengan alamat ILO Publications, International Labour Office,CH-1211 Geneva 22, Switzerland atau melalui Kantor ILO di Jakarta dengan alamat Menara Thamrin Lantai 22, Jl. M. H.Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250. Katalog atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut,atau melalui e-mail: [email protected] ; [email protected] website kami: www.ilo.org/publns ; www.un.or.id

Dicetak di Jakarta, Indonesia

Page 3: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

3

Penganguran kaum muda adalah salah satu masalah serius yang sedang dihadapi bangsa Indonesiasaat ini. Hal ini merupakan suatu tragedi bagi kaum muda, baik perempuan maupun laki-laki, serta baginegara. Inipun merupakan pemborosan besar terhadap bakat dan kemampuan generasi baru.

Ada suatu kebutuhan untuk menemukan peluang baru bagi kaum muda Indonesia untukmendapatkan pekerjaan yang layak dan produktif. Tanpa adanya peluang, akan banyak kaum mudayang tidak akan mampu mewujudkan potensi diri mereka.

Menjawab tantangan ini, Pemerintah Indonesia, dibawah koordinasi Kementrian Koordinasi BidangPerekonomian, pada 2002 telah mengajukan diri sebagai salah satu “negara percontohan” dari sepuluhnegara didalam Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda. Hal ini diikuti dengan pembentukan TimKoordinasi Jejaring Lapangan Kerja bagi Kaum Muda, melalui Keputusan Menteri, sertadirumuskannya Rencana Aksi Nasional mengenai Lapangan Kerja bagi Kaum Muda. RencanaAksi ini disusun oleh Tim Koordinasi melalui melalui berbagai konsultasi dengan individu dan kelompokterkait dan diluncurkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada Hari Pemuda Internasional, 12 Agustus2004.

Beberapa rekomendasi kebijakan pokok tercantum di dalam Rencana Aksi mencakup menciptakanpendidikan yang terjangkau kaum miskin, mengembangkan kerangka kerja kualifikasi nasional, sertamemperkuat jejaring pendidikan keterampilan dan pusat pelatihan berkualitas, mengintegrasikan tujuanpenciptaan lapangan kerja bagi kaum muda ke dalam kebijakan makro ekonomi. Rekomendasi-rekomendasi inipun menjajaki peluang baru dalam sektor-sektor yang baru berkembang, menggalangaksi, mempermuda kaum muda untuk memulai dan menjalankan usaha, menggalang dukungan bagisektor swasta atas wirausahawan muda, serta mengembangkan jaringan program dukungan antarapengusaha besar dan kecil.

Tentu saja ini merupakan suatu langkah penting dalam perumusan Rencana Aksi – namun ini barumerupakan langkah awal! Yang lebih penting lagi adalah komitmen pelaksanaan dan tekad untukmengerahkan tenaga dan sumber daya dalam menerjemahkan “konsep yang baik ke dalam praktek nyata”.Hal ini akan memerlukan kemitraan yang kuat antara pemerintah, masyarakat bisnis, organisasi pengusahadan serikat pekerja, bersama-sama dengan lembaga swadaya masyarakat dan pihak lain. Inipunmembutuhkan dukungan dan keterlibatan aktif dari kaum muda.

Publikasi terbaru ini dipersiapkan sebagai bagian dari kerjasama teknis dari Proyek tentang MengatasiTantangan Lapangan Kerja bagi Kaum Muda di Indonesia (INS/02/50M/NET) yang didanai PemerintahBelanda. Laporan ini bertujuan menumbuhkan kesadaran mengenai masalah ketenagakerjaan muda diIndonesia dan mendukung program-program yang mengatasi masalah ini. Laporan ini merevisi laporansebelumnya mengenai Lapangan Kerja bagi Kaum Muda di Indonesia yang dipublikasikan tahun 2002. Laporan

Prakata

Page 4: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

4

tersebut berupaya mengidentikasi dimensi-dimensi dan berbagai permasalahan tentang lapangan kerjabagi kaum muda di Indonesia dan merinci sejumlah kegiatan sebelumnya sebagai upaya mendapatkanmasukan dan dukungan terhadap program aksi nasional tentang ketenagakerjaan muda.

Laporan terbaru ini adalah hasil kolaborasi antara ILO dan Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial,Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Laporan ini dibagi dalam tiga bab. Bab pertama memberikangambaran terbaru situasi demografi orang muda di Indonesia, dan menyediakan data statistik yang berkaitandengan populasi, pendidikan dan ketenagakerjaan kaum muda. Data menunjukkan besarnya tantanganlapangan kerja bagi kaum muda di Indonesia, termasuk dimensi jender. Bab kedua membahas masalahkemiskinan dan keterkaitannya dengan kaum muda. Keterlibatan ILO dalam proses StrategiPenanggulangan Kemiskinan di Indonesia telah mengajarkan kita tentang kemiskinan dan kurangnyakesempatan kerja bagi kaum muda. Laporan ini menyoroti berbagai aspek mengenai kemiskinan kaummuda – pendapatan, akses atas pendidikan dasar dan pelayanan kesehatan, kerentanan danketakberdayaan. Bab terakhir dari laporan ini menganalisa isu kewirausahaan muda, termasuk masalahyang dihadapi kaum muda dalam memulai dan memperluas usaha mereka.

Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan laporan ini, baik dariUniversitas Indonesia maupun ILO. Kami berharap, laporan ini dapat memberikan kontribusi kepadaPemerintah Indonesia, dan seluruh mitra-mitranya dalam upaya menciptakan kesempatan kerja yanglebih baik dan lebih besar bagi kaum muda Indonesia.

Alan BoultonDirekturKantor ILO JakartaOktober 2004

Page 5: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

5

Ini merupakan Laporan Final dari LAPORAN MENGENAI TENAGA KERJA MUDA DIINDONESIA yang dikerjakan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi,Universitas Indonesia, bekerja sama dengan Organisasi Buruh Internasional (International LaborOrganization/ILO).

Atas nama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, UniversitasIndonesia dan staf, kami menyampaikan penghargaan kami yang tertinggi kepada Organisasi BuruhInternasional yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian ini.

Jakarta, Desember 2003

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia(LPEM FEUI)

Dr. Muh. Chatib BasriWakil Direktur untukKajian Ekonomi dan Kebijakan

Pengantar

Page 6: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

6

Page 7: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

7

Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel dan Figur iv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1Isi Laporan 2Bab 1: Gambaran Umum Situasi Demografis Kaum Muda di Indonesia 2Bab 2: Kemiskinan dan Kaum Muda 2Bab 3: Kewirausahaan Kaum Muda 2

BAB 1.: GAMBARAN UMUM SITUASI DEMOGRAFIS KAUM MUDADI INDONESIA 4

Pendahuluan 4Jumlah Penduduk Muda 4

Usia dan Jender 7Pendidikan 10Kelompok Etnis, Tempat Tinggal Dan Mobilitas 14

Tenaga Kerja Muda 19Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Muda 19Rasio Tenaga Kerja Terhadap Populasi 21Tenaga Kerja Menurut Status 23Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaan 25Pengangguran 26Pengangguran Menurut Jender 27Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan 28Persentase Kalangan Muda Pengangguran terhadap Jumlah PengangguranSecara Keseluruhan 30Setengah Pengangguran 31Upah Dan Gaji Tenaga Kerja Muda 34Dampak-dampak Sosial Pengangguran Muda 36

Kesimpulan 38

Daftar Isi

Page 8: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

8

BAB 2. KEMISKINAN DAN KAUM MUDA 40Pendahuluan 40Gambaran Umum Profil Kemiskinan Di Indonesia 41Profil Kemiskinan Kaum Muda 46

Pendidikan 48Pola Konsumsi 49Rasio Tenaga Kerja Terhadap Orang Muda Miskin 50Tenaga Kerja Berdasarkan Status Kerja 50Tenaga Kerja Berdasarkan Bidang Pekerjaan 52

Kesimpulan 53

BAB 3. KEWIRAUSAHAAN KAUM MUDA 54Pendahuluan 54Profil Kewirausahaan Kaum Muda 55

Daerah Pedesaan Dan Perkotaan 57Jender 59Pendidikan 60

Wiraswasta Berdasarkan Bidang Kerja 62

Tantangan Kewirausahaan Kaum Muda 64

DAFTAR PUSTAKA 67

Page 9: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

9

Tabel 1.1. Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia 2000-2005 (di dalam ribuan orang) 5

Tabel 1.2. Persentase anak muda Indonesia dibandingkan denganJumlah Penduduk secara Keseluruhan, 1971-2002 6

Tabel 1.3. Persentase Kaum Muda Indonesia berdasarkan Tempat dan Jender, 1971-2002 6

Tabel 1.4. Tingkat Partisipasi Kelompok Muda dan Dewasa di dalamAngkatan Kerja 1971-2002 7

Figur 1.1. Persentase Populasi Kelompok Muda dari Populasi Total 9

Tabel 1.5. Distribusi Penduduk Indonesia berdasarkan Kelompok Usiadan Jender 1971-2002 (%) 9

Tabel 1.6. Distribusi Populasi Kalangan Muda (15-24 tahun)berdasarkan Pendidikan yang Diraih 1971-2002 (%) 10

Tabel 1.7. Distribusi Populasi Kalangan Muda (15-24 tahun)berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Diraih serta Jender 1971-2002 11

Figur 1.2. Rasio Orang Muda yang Terdaftar di Sekolahberdasarkan Tempat Tinggal, 1971-2002 12

Figur 1.3. Rasio Orang Muda yang Terdaftar di Sekolah Berdasarkan Jender, 1971-2002 13

Tabel 1.8 Distribusi Populasi Kalangan Muda (15-24 tahun)menurut Kelompok Etnis, 1980-2000 15

Figur 1.4. Persentase Populasi Kalangan Muda Indonesia (15-24 tahun)berdasarkan Tempat, 1971-2002 15

Figur 1. 5. Tingkat Pertumbuhan Populasi Kalangan Muda (15-24 tahun)berdasarkan Tempat, 1971-2002 16

Tabel 1.9 Persentase Migrasi di Kalangan Muda Berdasarkan Status Migrasi, 1980-2000 17

Tabel 1.10 Persentase Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Status Migrasi,

1980-2000 18

Tabel 1.11 Persentase Alur Migrasi Seumur Hidup Antar Wilayah di Indonesia, 2000 18

Figur 1.6. Partisipasi di dalam Angkatan Kerja di Pedesaan menurut Kelompok Usia,

Daftar Tabel dan Figur

Page 10: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

10

1971-2002 19

Figur 1.7. Partisipasi di dalam Angkatan Kerja di Perkotaan menurut Kelompok Usia,1971-2002 20

Figur 1.8. Tingkat Partisipasi Kaum Muda (15-24 tahun) dalam Angkatan Kerjamenurut Jender, 1971-2000 21

Figur 1.9. Rasio tenaga Kerja Kalangan Muda (15-24 tahun) terhadap Populasimenurut Jender, 1971-2002 22

Figur 1.10. Rasio tenaga Kerja Kalangan Muda (15-24 tahun) terhadap Populasimenurut Lokasi, 1971-2002 22

Figur 1.11. Tenaga Kerja Muda (15-24 tahun) menurut Status, 1971-2002 23

Figur 1.12. Persentase tenaga Kerja Dewasa (> 25 tahun) menurut Status, 1971-2002 24

Tabel 1.12 Persentase tenaga Kerja Muda (15-24 tahun) menurutBidang Pekerjaan 1985-2002 25

Tabel 1.13 Distribusi tenaga Kerja Orang Dewasa (>24 tahun)menurut Bidang Pekerjaan, 1985-2002 (%) 25

Figur 1.13. Tingkat Pengangguran Kaum Muda (15-24 tahun) menurut Tempat, 1971-2002 26

Figur 1.14 Tingkat Pengangguran Kaum Muda (15-24 tahun) menurut Jender, 1971-2002 27

Tabel 1.14 Persentase Tingkat Pengangguran Kaum Muda (15-24 tahun)menurut Tingkat Pendidikan, 1985-2002 28

Tabel 1.15 Persentase Tingkat Pengangguran Orang Dewasa (>24 tahun)menurut Tingkat Pendidikan, 1985-2002 29

Figur 1.15. Persentase Pengangguran muda (15-24 tahun) terhadapTotal Pengangguran (>15 tahun), 1971-2002 30

Figur 1.16. Persentase setengah pengangguran terhadap total pekerja menurut usia,1985-2002 32

Figur 1.17. Persentase setengah pengangguran terhadap total pekerja menurut Status,1985-2002 32

Tabel 1.16. Persentase setengah pengangguran Muda (15-24 tahun) terhadap JumlahKeseluruhan Mereka yang Bekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 1985-2002 33

Tabel 1.17. Persentase tenaga Kerja Muda (15-24 tahun) dan tenaga Kerja Dewasa(>25 tahun) menurut Jumlah Upah/Gaji/Pendapatan Bulanan 35

Figur 1.18. Persentase Pasien Rawat Inap untuk Narkoba kaum muda Mudaberdasarkan Kelompok Usia, 1995-1998 36

Figur 1.19 Persentase Pemenjaraan Berdasarkan Kelompok Usia 37

Tabel 1.18. Kerugian Materi, Tindakan, Korban yang diakibatkanPerkelahian Pelajar di Jakarta, 1997-2001 38

Page 11: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

11

Tabel 2.1. Garis Kemiskinan untuk Indonesia (versi BPS), 1996-2002 41

Tabel 2.2. Indikator Kemiskinan untuk Indonesia, 1996-2002 42

Figur 2.1. Persentase Orang Miskin Berdasarkan Usia, 1996-2002 42

Tabel 2.3. Profil Orang Miskin dan Tidak Miskin di Indonesia (%), 2002 43

Figur 2.2. Pengeluaran Rata-rata Bulanan Orang Miskin dan Tidak Miskin, 1996-2002 44

Tabel 2.4. Profil tenaga Kerja Miskin dan Tidak Miskin di Indonesia (%), 2002 45

Figur 2.3. Jumlah Orang Muda Miskin dan Tidak Miskin, 1996-2002 46

Figur 2.3. Jumlah Orang Miskin Muda menurut Tempat, 1996-2002 47

Tabel 2.5. Persentase Orang Miskin Muda menurut Tempat dan Jender, 1996-2002 47

Figur 2.4. Persentase Orang Muda Miskin menurut Tingkat Pendidikan, 2002 48

Tabel 2.6. Persentase Orang Muda Miskin menurut Tempat dan Tingkat Pendidikan, 2002 48

Figur 2.5. Persentase Pengeluaran Rata-rata Bulanan untuk Orang Miskin Muda, 2002 49

Figur 2.6. Rasio tenaga Kerja terhadap Populasi untuk Orang Miskin menurut Tempat,

1996-2002 50

Tabel 2.7. Persentase Orang Muda Miskin menurut Status kerja dan Tempat, 2002 52

Tabel 2.8. Persentase Orang Muda Miskin menurut Bidang Pekerjaan, 1996-2002 52

Tabel 2.9. Persentase Orang Muda Miskin menurut Bidang Pekerjaan dan Tempat, 2002 52

Figur 3.1. Persentase Pekerja Wiraswasta, 1997-2002 55

Tabel 3.1. Persentase Pekerja menurut Status Kerja, 1997-2002 56

Tabel 3.2. Persentase Pekerja Wiraswastawan menurut Usia, 1997-2002 56

Figur 3.2. Jumlah Wiraswastawan Muda di Perkotaan-Pedesaan, 1997-2002 57

Figur 3.3. Komposisi Wiraswastawan Muda di Daerah Pedesaan, 2002 58

Figur 3.4. Komposisi Wiraswastawan Muda di Daerah Perkotaan, 2002 58

Figur 3.5. Persentase Wiraswastawan Muda menurut Bidang Kerja, 1997-2002 59

Figur 3.6. Persentase Wiraswastawan Muda menurut Pendidikan, 2002 60

Figur 3.7. Persentase Wiraswastawan Muda menurut Pendidikan dan Tempat, 2002 62

Tabel 3.3. Persentase Wiraswastawan Muda menurut Bidang Pekerjaan, 1997-2002 63

Figur 3.8. Persentase Wiraswastawan Muda menurut Bidang Kerja dan Tempat, 2002 63

Page 12: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

12

Page 13: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

13

Latar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar Belakang

Secara umum, kesempatan kerja dan pengangguran kaum muda sangat dipengaruhi berbagai variasiyang ada dalam pasar kerja dan kondisi perekonomian secara keseluruhan.1 Oleh karena itu, di masa-masa krisis seperti yang kini sedang dihadapi Indonesia, tenaga kerja muda yang paling terpukul karenarendahnya kemampuan adaptasi mereka terutama yang menyangkut keterampilan dan modal. Strategi-strategi yang diterapkan untuk menangani pengangguran harus mempertimbangkan suatu proses yangmenyebabkan sejumlah kelompok penduduk lebih rentan terhadap pengangguran dibandingkan kelompokyang lain. Sangat penting menentukan pola-pola dan fitur-fitur tertentu mengenai tenaga kerja/pengangguran muda di Indonesia, memahami kelompok-kelompok yang rentan tersebut, serta menciptakancara-cara dan kesadaran untuk menangani mereka.

Laporan ILO tahun 2002 telah memberikan suatu gambaran yang baik mengenai kondisi tenagakerja muda di Indonesia. Laporan ini akan semakin komprehensif apabila ia tidak hanya mencakupanalisa statistik tetapi juga analisa yang berorientasi pada kebijakan. Penelitian yang telah dilakukan disini akan memperbaharui data dan memperkaya analisa yang sudah ada di dalam laporan tersebut. Selainitu, terdapat dua hal yang ditambahkan untuk melengkapi laporan yang sudah ada, yakni analisa mengenai“Kemiskinan dan Kaum Muda” serta analisa mengenai “Kewirausahaan Kaum Muda”. Hal ini dikarenakanadanya dua kebijakan pemerintah yang akan mulai diterapkan di tahun-tahun mendatang yang berhubungandengan dua permasalahan tersebut. Dengan demikian, upaya untuk mengaitkan tenaga kerja muda mudadengan kedua isu tersebut akan banyak menghemat sumber daya serta memberikan dampak yang lebihbaik.2

Isi LaporanIsi LaporanIsi LaporanIsi LaporanIsi Laporan

Laporan ini akan didasarkan pada laporan ILO mengenai Kaum Muda dan Kesempatan Kerja diIndonesia, 2002. Pada dasarnya, isi laporan ini sama dengan yang sebelumnya, tapi laporan ini ditambahdengan pemutakhiran data dan masalah-masalah yang dihadapi. Bab Satu akan menjelaskan kondisitenaga kerja muda; Bab Dua akan menggambarkan kondisi kaum muda dan kemiskinan; sedangkan babterakhir akan memaparkan analisa mengenai kewirausahaan kaum muda.

Sebagian besar data yang digunakan untuk analisisi ini merupakan data sekunder yang diperolehdari Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), dan dari sumber-sumber statistik lainnya yang dianggap

Pendahuluan

1 IOE Programme of Action on Youth Employment, Enhancing Youth Employment: Employers ’ Actions (Draft Programme)Geneva, June 1998.

2 Kertas kerja Soeprobo (2002) diterbitkan oleh ILO dan laporan ILO mengenai tenaga kerja muda di Kepulauan Solomon (2002)memberikan analisa lebih lengkap mengenai tenaga kerja muda. Akan tetapi, karena sasaran dari laporan ILO di Indonesia adalahpemerintah, hal-hal di dalam laporan dapat dipersingkat suapaya dapat dipahami oleh pemerintah atau masyarakat umum.

Page 14: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

14

relevan dan terkini seperti PODES. Analisis ini juga mengikutsertakan analisis yang berorientasi padaberbagai persoalan dan kebijakan, dengan penekanan pada kemampuan kerja, kewirausahaan orang muda,kesetaraan jender, serta penciptaan lapangan kerja.

Isi draft laporan ini masih merupakan analisa awal dan kurang komprehensif. Akan tetapi laporanini telah memberikan gambaran luas mengenai topik yang disebutkan di atas. Topik mengenaikewirausahaan di kalangan kaum muda belum tercakup di sini dan akan dipaparkan di dalam laporanakhir.

Topik-topik di dalam laporan ini secara mendetil dapat dijelaskan sebagai berikut.

Bab 1: Gambaran Umum Situasi Demografis Kaum Muda DiBab 1: Gambaran Umum Situasi Demografis Kaum Muda DiBab 1: Gambaran Umum Situasi Demografis Kaum Muda DiBab 1: Gambaran Umum Situasi Demografis Kaum Muda DiBab 1: Gambaran Umum Situasi Demografis Kaum Muda DiIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia

Bab ini akan memperbarui data dan analisa statistik dengan menggunakan data statistik terkiniyang sudah tersedia. Gambaran ini terbagi dalam:

• Populasi orang muda (berdasarkan jender, pendidikan, tempat, kelompok-kelompok etnis, tempattinggal dan mobilitas)

• Indikator tenaga kerja muda (rasio partisipasi angkatan kerja muda, rasio tenaga kerja terhadapjumlah penduduk, tenaga kerja berdasarkan status dan jenis pekerjaan, pengangguran –berdasarkan jender, pendidikan, perbandingan pengangguran di kalangan orang muda terhadapjumlah pengangguran secara keseluruhan, dan setengah pengangguran)

• Dampak sosial pengangguran kaum muda.

Bab 2: Kemiskinan dan Kaum MudaBab 2: Kemiskinan dan Kaum MudaBab 2: Kemiskinan dan Kaum MudaBab 2: Kemiskinan dan Kaum MudaBab 2: Kemiskinan dan Kaum Muda

Bab ini akan menjelaskan hubungan antara kemiskinan dan kaum muda. Ruang lingkup analisisdalam bab ini mencakup:

• Suatu kerangka mengenai berbagai bentuk kemiskinan di kalangan orang muda, seperti konsumsi,kemiskinan berdasarkan pendapatan, kemampuan yang terbatas (kurangnya pendidikan dasar,tingkat kesehatan, dll.), kerentanan (adanya risiko bahwa kaum muda dapat dengan mudahkeluar masuk dari dan ke jurang kemiskinan), dan ketidakberdayaan (pandangan bahwa orangmuda miskin merasa tidak berdaya dan tidak mampu mempengaruhi keadaan-keadaaninstitusional, sosial dan politik yang mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari serta masadepan mereka)

• Suatu profil nasional mengenai kemiskinan di kalangan orang muda (berdasarkan jender, lokasipedesaan/perkotaan, berdasarkan pendapatan/konsumsi, dst.)

Bab 3: Kewirausahaan Kaum MudaBab 3: Kewirausahaan Kaum MudaBab 3: Kewirausahaan Kaum MudaBab 3: Kewirausahaan Kaum MudaBab 3: Kewirausahaan Kaum Muda

Bab ini akan membuat suatu estimasi mengenai besarnya jumlah kaum muda yang bekerja secaraswadaya atau bekerja di dalam usaha-usaha mikro; profil pengusaha (entrepreneur) muda; kegiatan bisnisyang mereka jalani, serta tantangan-tantangan utama yang mereka hadapi di dalam memulai danmembesarkan usaha mereka, termasuk akses untuk mendapatkan pelatihan, pendanaan, dukunganpelayanan, dan seterusnya.

Page 15: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

15

PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan

Untuk memahami secara utuh situasi tenaga kerja muda di Indonesia, bab ini akan memaparkaninformasi demografis dan ketenagakerjaan saat ini. Secara khusus akan ditinjau statistik jumlah pendudukusia muda, isu-isu pendidikan dan kesempatan kerja, migrasi serta dampak sosial pengangguran di kalangankaum muda.

Jumlah Penduduk MudaJumlah Penduduk MudaJumlah Penduduk MudaJumlah Penduduk MudaJumlah Penduduk Muda

Kaum muda di Indonesia, seperti yang tercantum di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara adalahmereka yang berada dalam kelompok usia 15-29 tahun. Akan tetapi, GBHN di dalam hal-hal danberdasarkan alasan-alasan tertentu masih menganggap mereka yang berada di dalam kelompok usia 25-29 tahun sebagai orang muda. Berdasarkan pemahaman internasional, kelompok usia yang digunakanuntuk mengklasifikasi orang muda adalah remaja (15-19) dan orang dewasa muda (20-24). Proyeksijumlah penduduk Indonesia 2000-2005 berdasarkan usia dapat kita lihat di Tabel 1.1. Secara jelas terlihatbahwa kelompok usia yang dominan dalam beberapa tahun mendatang adalah anak muda, yang terdiridari remaja (15-19) dan orang dewasa muda (20-24). Estimasi jumlah orang di tiap kelompok usia tersebutsekitar 20 juta dan 22 juta untuk tahun 2005. Angka ini mewakili hampir 20 persen dari jumlah penduduksecara keseluruhan.

Tabel 1.1. Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia 2000-2005(di dalam ribuan orang)

Kelompok Usia 2000 2001 2002 2003 2004 2005

0-4 21,591.3 21,797.5 21,928.2 21,980.8 21,951.5 21,834.95-9 19,226.8 19,355.3 19,636.2 20,073.5 20,673.7 21,448.810-14 20,764.8 20,183.2 19,625.1 19,308.8 19,203.9 19,162.615-19 23,135.1 22,641.7 22,145.3 21,644.6 21,155.1 20,674.720-24 20,592.0 21,169.0 21,710.2 22,193.7 22,620.9 22,978.725-29 17,469.2 17,945.7 18,483.5 19,069.3 19,709.7 20,419.730-34 16,060.8 16,307.0 16,564.1 16,812.2 17,058.0 17,303.535-39 15,157.7 15,387.1 15,580.1 15,718.7 15,826.7 15,876.340-44 13,711.6 14,115.1 14,452.4 14,700.1 14,854.8 14,922.645-49 10,986.7 11,526.2 12,049.9 12,537.2 12,986.3 13,403.350-54 8,214.6 8,612.3 9,056.2 9,528.9 10,039.3 10,609.3

Bab 1

Gambaran umum situasidemografis kaum muda di

Indonesia

Page 16: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

16

Jumlah KeseluruhanPopulasi 15-19 tahun

Persentase KelompokUsia 15-19 Dibandingkan

Jumlah Penduduk

Jumlah KeseluruhanPopulasi 20-24 tahun

Persentase KelompokUsia 20-24

Dibandingkan JumlahPenduduk

55-59 6,719.4 6,923.7 7,140.3 7,352.4 7,562.1 7,785.060-64 5,748.7 5,898.1 6,026.6 6,114.7 6,160.3 6,188.265-69 4,483.6 4,685.7 4,855.3 4,972.0 5,035.5 5,059.970-74 2,838.2 2,975.9 3,131.8 3,300.6 3,455.7 3,660.975+ 2,845.8 3,055.3 3,227.7 3,340.2 3,388.5 3,386.3

Total 209,546.3 212,578.8 215,612.9 218,647.7 221,682.0 224,714.7

Sumber: Biro Pusat Statistik

Berikut ini merupakan kondisi deskriptif dari kondisi demografis anak muda di Indonesia. Datayang digunakan di dalam penelitian ini diperoleh dari sensus penduduk tahun 1971, 1980, 1990, 2000,Survei Jumlah Penduduk tahun 1976, 1985 dan 1995, Survei Angkatan Kerja Nasional 2001 dan 2002serta Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002.

Pada tahun 2002, kaum muda, jumlah penduduk yang berada di dalam kelompok usia 15-19tahun mewakili 9,3 persen dan kelompok usia 20-24 tahun mewakili 8,5 persen dari jumlak penduduksecara keseluruhan. Dengan demikian, jumlah penduduk muda merupakan sekitar 17,8 persen dari jumlahpenduduk secara keseluruhan. Persentase anak muda berusia di antara 15-19 tahun dan 20-24 tahunlebih kecil dibandingkan dengan persentase yang sama pada tahun 2000 (Tabel 1.2).

Tabel 1.2. Persentase Anak Muda Indonesia dibandingkan dengan Jumlah Penduduksecara Keseluruhan, 1971-2002

Periode

1971 11,325,493 9.6 8,031,271 6.81976 13,530,231 10.7 9,882,024 7.81980 15,283,235 10.4 13,000,959 8.91985 16,566,970 10.1 14,287,657 8.71990 18,926,983 10.6 16,128,362 9.01995 20,279,390 10.4 17,150,776 8.82000 21,149,517 10.5 19,258,101 9.62001 19,992,790 9,4 18,036,033 8.52002 20,036,828 9.3 18,392,782 8.5

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975, 1985, 1995; Sakernas 2001, 2002

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2002, persentase laki-laki muda yang tinggal di daerahperkotaan mencapai 48,2 persen. Terjadi peningkatan yang tajam jumlah laki-laki muda yang tinggal diperkotaan dibandingkan dengan jumlah kaum perempuan di wilayah yang sama. Peningkatan proporsijumlah laki-laki muda ini sangat menakjubkan dan hingga kini jumlahnya telah berlipat ganda sejaktahun 1971, sebaliknya jumlah perempuan muda di wilayah perkotaan telah berkurang 23 persen selama30 tahun terakhir. Di wilayah pedesaan, proporsi laki-laki muda dan perempuan (berusia 15-24 tahun)sejak tahun 1971 sampai dengan 2002 relatif sama. Selama periode ini, persentase perempuan selalulebih tinggi daripada laki-laki, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Page 17: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

17

Tingkat Partisipasidalam Angkatan

Kerja

TingkatPengangguran

Periode

Tingkat Partisipasidalam Angkatan

Kerja

TingkatPengangguran

Kelompok Muda (15-24) Dewasa (>25)

Tabel 1.3. Distribusi Kaum Muda Indonesia berdasarkan Tempat Tinggal dan Jender, 1971-2002 (%)

Kelompok Tempat Jender 1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

15-19 tahun Kota Laki-laki 49.6 48.3 48.6 49.1 48.4 49.3 49.0 NA NAWanita 50.4 51.7 51.4 50.9 51.6 50.7 51.0 NA NA

Desa Laki-laki 49.3 48.8 49.4 50.9 51.3 51.6 51.5 NA NAWanita 50.7 51.2 50.6 49.1 48.7 48.4 48.5 NA NA

20-24 Tahun Kota Laki-laki 33.8 50.1 4s9.1 46.9 48.4 47.5 48.2 NA NAWanita 66.2 49.9 50.9 53.1 51.6 52.5 51.8 NA NA

Desa Laki-laki 43.7 47.7 44.8 43.6 46.2 46.4 47.7 NA NAWanita 56.3 52.3 55.2 56.4 53.8 53.6 52.3 NA NA

Total Kota Laki-laki 25.0 22.2 27.1 31.9 36.6 41.5 46.8 48.3 48.2(15-24 Tahun) Wanita 75.0 77.8 72.9 68.1 63.4 58.5 53.2 51.7 51.8

Desa Laki-laki 45.5 48.5 47.7 47.7 48.8 48.9 49.2 48.7 49.7 Wanita 54.5 51.5 52.3 52.3 51.2 51.1 50.8 51.3 50.3

- not stated in National Labor Forces Survey of 2001, 2002Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975, 1985, 1995; Sakernas 2001, 2002

Pada tahun 2000, tingkat partisipasi angkatan kerja di anak muda (15-24 tahun) lebih rendahdibandingkan orang dewasa (>25 tahun). Akan tetapi tingkat pengangguran kaum muda lebih besardibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan sebagian dari mereka yang berada di dalamkelompok 15-24 tahun sedang berada di bangku sekolah. Karena itu, mereka tidak menjadi bagian dariangkatan kerja (Tabel 1.4).

Tabel 1.4. Tingkat Partisipasi Kelompok Muda dan Dewasa di dalam Angkatan Kerja 1971-2002 (%)

1971 46.8 11.9 63.7 7.11976 60.6 4.8 73.8 0.71980 46.3 3.5 63.4 1.01985 46.3 6.9 69.2 0.81990 49.9 8.6 69.0 1.21995 53.8 20.0 70.1 2.92000 51.8 19.9 73.7 2.52002 53.86 27.93 72.6 4.2

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975, 1985, 1995; dan Sakernas Tahun 2002.

Untuk mencermati lebih jauh populasi kelompok muda di Indonesia, bagian berikut ini memberikangambaran mengenai kelompok-kelompok usia, kondisi-kondisi jender, pendidikan, etnisitas dan mobilitasselama 30 tahun terakhir.

Page 18: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

18

Usia dan JenderUsia dan JenderUsia dan JenderUsia dan JenderUsia dan Jender

Selama 30 tahun terakhir, proporsi populasi kelompok muda di Indonesia, baik remaja (15-19 tahun)maupun orang dewasa muda (20-24 tahun), telah meningkat dibandingkan dengan jumlah penduduksecara keseluruhan. Hal ini seperti yang banyak dijumpai di negara-negara berkembang di mana populasikelompok muda (15-24 tahun) pada umumnya merupakan bagian yang besar dari jumlah penduduk.Data mengenai Indonesia mengkonfirmasikan adanya dominasi kelompok muda dengan jumlah yangmencapai sekitar 18 persen dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Dengan demikian, perhatian khususperlu diberikan karena populasi inilah yang diharapkan menjadi masa depan bangsa di dalam bidangsumber daya manusia. Di bawah ini merupakan pemaparan grafis mengenai persentase populasi kelompokmuda dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan.

Figur 1.1. Persentase Populasi Kelompok Muda dari Populasi Total

Selama 30 tahun terakhir, jumlah perempuan muda di Indonesia sedikit lebih banyak dibandingkanjumlah laki-laki. Dalam kurun waktu 1971-2002 terlihat bahwa proporsi jumlah perempuan selalu lebihbesar dari laki-laki di setiap kelompok usia. Akan tetapi pada tahun 2002 proporsi jumlah perempuanberkurang dari tahun sebelumnya. Selain itu, terdapat pengecualian pada kelompok usia 15-19 tahun dimana dominasi perempuan dari tahun 1971 sampai 1980 digantikan laki-laki pada periode 1985 – 2002(Tabel 1.5).

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

15-19

20-24

15-24

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975, 1985, 1995: dan Sakernas Tahun 2001, 2002.

Page 19: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

19

Tabel 1.5. Distribusi Penduduk Indonesia Berdasarkan Kelompok Usia dan Jender 1971-2002 (%)

Periode Jender Usia Total ( > 0 )

15-19 tahun 20-24 tahun 15-24 tahun

1971 Laki-laki 49.3 44.9 47.5 49.3Perempuan 50.7 55.2 52.5 50.7

1976 Laki-laki 48.7 48.3 48.5 49.5Perempuan 51.3 51.7 51.5 50.5

1980 Laki-laki 49.2 45.9 47.7 49.7Perempuan 50.8 54.0 52.3 50.3

1985 Laki-laki 50.3 44.7 47.7 49.8Perempuan 49.7 55.3 52.3 50.2

1990 Laki-laki 50.3 47.0 48.8 49.9Perempuan 49.7 52.9 51.2 50.1

1995 Laki-laki 50.7 46.9 48.9 49.8Perempuan 49.3 53.1 51.1 50.2

2000 Laki-laki 50.4 48.0 49.2 50.2Perempuan 49.6 52.0 50.8 49.8

2001 Laki-laki 51.0 46.2 48.7 49.5Perempuan 49.0 53.8 51.3 50.5

2002 Laki-laki 51.9 47.3 49.7 49.7Perempuan 48.1 52.7 50.3 50.3

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000; Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975,1985, 1995; dan Sakernas Tahun 2001, 2002.

PendidikanPendidikanPendidikanPendidikanPendidikan

Dalam tiga dekade terakhir terjadi penurunan yang signifikan persentase penduduk usia muda (15-24 tahun) yang tidak pernah merasakan bangku sekolah. Di daerah perkotaan, jumlahnya turun dari 8,3persen pada tahun 1971 menjadi tinggal 0,4 persen pada tahun 2002 di daerah-daerah perkotaan dandari 24,2 persen menjadi hanya 1,5 persen di daerah pedesaan. Di daerah perkotaan, penurunan tersebutdapat dilihat dari mereka yang masuk kategori “Tidak Tamat Sekolah Dasar” dan “Sekolah Dasar”,sedangkan di daerah pedesaan penurunan ini hanya dapat dilihat dari mereka dengan, masuk kelompok“Tidak Tamat Sekolah Dasar”. Di lain pihak, terdapat peningkatan jumlah mereka yang mendapatkanpendidikan yang lebih tinggi, yakni sekolah menengah pertama dan yang di atasnya lagi di perkotaan,serta di sekolah dasar dan yang di atasnya lagi di pedesaan (Tabel 1.6).

Lebih jauh lagi, tabel yang sama menunjukan perbedaan-perbedaan proporsi di masing-masinglevel pendidikan yang diperoleh kelompok muda di wilayah-wilayah perkotaan dan pedesaan. Pada tahun2002, mayoritas orang muda di wilayah pedesaan telah menempuh sekolah dasar (42,8 persen), sekolahmenengah pertama (34,9 persen) dan sekolah menengah atas (12,6 persen), sedangkan untuk wilayahperkotaan sebagian besar telah menempuh sekolah menengah pertama (39,0 persen), sekolah menengahatas (34,9 persen) dan sekolah dasar (20,4 persen). Selama periode 1971-2002, proporsi orang mudayang telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan telahmengalami perubahan yang signifikan. Pada saat yang bersamaan, proporsi mereka yang sama sekalitidak sekolah di antara orang muda perkotaan sudah turun pesat, yakni dari 24,2 persen pada tahun1971 menjadi hanya 1,5 persen pada tahun 2002.

Page 20: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

20

Tabel 1.6. Distribusi Populasi Kalangan Muda (15-24 tahun)berdasarkan Pendidikan yang Diraih 1971-2002 (%)

Periode Tempat Pendidikan yang Dicapai

Tidak Tidak Tamat SD SMP SMU PerguruanSekolah SD Tinggi

1971 Perkotaan 8.2 20.8 35.8 22.8 11.4 0.9Pedesaan 24.2 35.7 31.8 6.4 1.8 0.0

1976 Perkotaan 7.7 39.2 24.2 13.2 15.2 0.6Pedesaan 18.8 52.1 23.1 3.5 2.5 0.0

1980 Perkotaan -* 15.8 30.0 36.6 16.2 1.4Pedesaan -* 30.7 39.9 26.1 2.9 0.3

1985 Perkotaan 2.4 13.5 31.3 31.1 21.0 0.6Pedesaan 7.7 29.2 42.3 15.0 5.6 0.2

1990 Perkotaan 1.4 7.9 28.1 34.1 27.3 1.3Pedesaan 4.9 19.8 46.1 19.9 9.0 0.3

1995 Perkotaan 0.7 5.3 26.6 35.0 30.3 2.1Pedesaan 2.5 14.3 48.3 24.3 10.3 0.4

2000 Perkotaan 0.5 3.1 22.1 37.9 34.3 2.3Pedesaan 1.6 7.7 44.5 33.1 12.6 0.5

2001 Perkotaan 0.4 3.2 20.5 37.6 35.7 1.6Pedesaan 1.4 8.0 43.3 34.6 12.2 0.4

2002 Perkotaan 0.4 2.9 20.4 39.0 34.9 2.5Pedesaan 1.5 7.6 42.8 34.9 12.6 0.5

-* Publikasi BPS mengenai Sensus Penduduk tahun 1980, tidak termasuk data untuk kategori tersebut.Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975, 1985, 1995; Sakernas Tahun 2001, 2002

Ketika dipilah berdasarkan jender, tingkat pencapaian pendidikan kaum muda menunjukkan perbaikanyang cukup berarti dan hal ini bisa dilihat dari penurunan jumlah baik laki-laki maupun perempuan mudapada kelompok tingkat pendidikan paling bawah (tidak sekolah atau tidak tamat sekolah dasar) dalam tigadekade terakhir. Proporsi laki-laki muda yang “tidak sekolah” dan “tidak tamat SD” pada tahun 1971masing-masing masih 14,1 persen dan 32,1 persen. Tapi, pada tahun 2002, untuk dua kategori tersebut,angkanya tinggal 0,9 persen dan 5,1 persen. Pada kurun waktu yang sama, perempuan muda yang tidaksekolah turun dari 26,9 persen menjadi hanya satu persen, sementara perempuan muda yang tidak tamatSD turun dari 32,9 persen pada tahun 1971 menjadi tinggal 5,5 persen pada tahun 2002.

Dari data tersebut terlihat bahwa pencapaian perempuan muda dalam bidang pendidikan lebih baikdibandingkan laki-laki muda. Jumlah perempuan muda yang berhasil menyelesaikan Sekolah MenengahPertama secara drastis bertambah 28,2 persen dalam 30 tahun terakhir (7,6 persen pada tahun 1971 dan35,8 persen pada tahun 2002). Jumlah perempuan yang mampu menamatkan Sekolah Menengah Atasmeningkat 20,1 persen (2,7 persen pada 1971 dan 22,8 persen pada 2002). Sedangkan pada kelompoklaki-laki muda, jumlah yang mampu menamatkan SMP meningkat 25,4 persen (12,6 persen pada tahun1971 dan 38,0 persen pada tahun 2002) dan mereka yang menamatkan Sekolah Menengah Atas meningkatdari 5,1 persen pada tahun 1971 menjadi 23,9 persen pada tahun 2002. Angka-angka tersebut jugamenunjukkan bahwa pada tahun 2002, persentase perempuan yang mencapai tingkat perguruan tinggi(dua persen) sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-laki (satu persen) (Tabel 1.7).

Page 21: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

21

Tabel 1.7. Distribusi Populasi Kalangan Muda (15-24 tahun)berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Diraih serta Jender 1971-2002 (%)

Periode Jender Pendidikan yang Dicapai

Tidak Tidak Tamat SD SMP SMA PerguruanSekolah SD Tinggi

1971 Laki-laki 14.1 32.1 35.8 12.6 5.1 0.3Perempuan 26.8 32.9 29.7 7.6 2.7 0.1

1976 Laki-laki 12.9 50.5 25.5 5.9 5.0 0.1Perempuan 23.5 49.9 19.9 3.4 3.1 0.1

1980 Laki-laki -* 22.7 36.7 32.1 7.9 0.6Perempuan -* 30.7 38.0 25.6 5.0 0.6

1985 Laki-laki 3.9 20.8 39.4 23.2 12.4 0.3Perempuan 8.0 27.2 38.2 17.4 8.8 0.3

1990 Laki-laki 2.4 13.7 38.7 27.3 17.3 0.6Perempuan 4.7 17.0 40.3 22.9 5.0 0.6

1995 Laki-laki 1.3 10.2 37.9 30.1 19.5 1.0Perempuan 2.2 10.9 40.7 27.4 17.7 1.2

2000 Laki-laki 0.9 5.1 32.9 36.5 23.4 1.1Perempuan 1.2 5.9 34.9 34.2 22.2 1.5

2001 Laki-laki 0.8 5.6 31.0 37.3 24.2 1.1Perempuan 1.0 5.8 33.6 34.8 23.0 1.8

2002 Laki-laki 0.9 5.1 31.0 38.0 23.9 1.0Perempuan 1.0 5.5 33.0 35.8 22.8 2.0

-* Publikasi BPS mengenai Sensus Penduduk tahun 1980, tidak termasuk data untuk kategori tersebut.Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975, 1985, 1995; Sakernas Tahun 2001, 2002

Aspek lain yang penting dalam penelitian mengenai pendidikan kaum muda adalah rasio kaummuda yang terdaftar di sekolah, yakni persentase populasi kaum muda yang duduk di bangku sekolahberdasarkan pembagian usia sekolah. Di daerah perkotaan, rasio anak muda yang terdaftar di sekolahuntuk kelompok usia setingkat sekolah menengah atas (16-18 tahun) telah meningkat dari 40 persenmenjadi sekitar 55 persen dari populasi tersebut dalam kurun waktu 1971-2000. Meski angka tersebutlebih rendah untuk daerah pedesaan (rasio orang yang terdaftar di sekolah tidak sampai 40 persen), halitu tetap menunjukkan adanya perbaikan selama 20 tahun terakhir (Angka 1.2).

Secara umum terlihat adanya jurang yang lebar antara rasio anak muda yang terdaftar di sekolah diwilayah pedesaan dan perkotaan untuk kelompok usia sekolah menengah atas (SMA) dan kelompokusia perguruan tinggi. Jurang yang lebar ini disebabkan oleh kurangnya fasilitas sekolah dan pendapatanyang rendah di daerah pedesaan. Bila seorang pemuda di daerah pedesaan ingin mendapatkan ijazahSMA atau perguruan tinggi, mereka harus bermigrasi ke daerah perkotaan. Dengan demikian, merekaharus mengeluarkan uang lebih banyak untuk sekolah serta biaya hidup. Hanya orang kaya di kawasanpedesaan yang mampu mendapatkan ijazah SMA atau perguruan tinggi.

Page 22: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

22

Figur 1.2. Rasio Orang Muda yang Terdaftar di Sekolah Berdasarkan Tempat Tinggal, 1971-2002

Mengacu pada permasalahan jender, tampak jelas bahwa jurang pemisah antara rasio kelompoklaki-laki dan perempuan yang terdaftar di sekolah semakin mengecil. Dapat dikatakan bahwa upayamenyetarakan pendidikan untuk laki-laki dan perempuan telah menunjukkan hasil. Namun demikian,mengecilnya jurang pemisah ini (antara rasio laki-laki dan perempuan yang terdaftar di sekolah) tidakterlihat jika soal ini dilihat dari perspektif perkotaan-pedesaan, di mana masih ada jurang pemisah yanglebar.

Ada pendapat bahwa meningkatnya jumlah kaum muda perempuan terdidik dapat mempengaruhikeputusan-keputusan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan ekonomi atau tidak. Peluangkaum muda perempuan ikut dalam pasar tenaga kerja juga terlihat di dalam penelitian yang dilakukanLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di mana dikatakan bahwa alasan terjadinya fenomena ini adalahsemakin diterimanya pekerja perempuan di daerah-daerah perkotaan (Tirtosudarmo, 1994).

Di lain pihak, data yang ada juga mengindikasikan bahwa rasio kaum laki-laki dan perempuan mudayang terdaftar di sekolah yang tertinggi hanya mencapai 40- 50 persen (1985 dan 1995 untuk kelompokusia 16-18 tahun) (Angka 1.3). Angka untuk kelompok usia 19-24 jauh lebih rendah, tidak pernahmencapai 20 persen dalam 30 tahun terakhir. Meski pendidikan untuk kalangan muda cenderung setaradalam hal jender, kesetaraan ini tampaknya tidak terjadi dalam hal kewilayahan (perkotaan maupunpedesaan).

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000

Year

%

Urban 16-18

Urban 19-24

Rural 16-18

Rural 19-24

Sumer : Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975, 1985, 1995; Sakernas tahun 2002.

Page 23: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

23

Figur 1.3. Rasio Kaum Muda yang Terdaftar di Sekolah menurut Jender, 1971-2002

Kelompok Etnis, TKelompok Etnis, TKelompok Etnis, TKelompok Etnis, TKelompok Etnis, Tempat Tinggal dan Mobilitasempat Tinggal dan Mobilitasempat Tinggal dan Mobilitasempat Tinggal dan Mobilitasempat Tinggal dan Mobilitas

Tabel 1.8 menunjukkan informasi mengenai bahasa yang digunakan kaum muda dalam kehidupansehari-hari. Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa sebagian besar kaum muda hidup di pedesaan,meskipun jumlahnya kini makin berkurang. Pada saat yang sama, jumlah kaum muda dari berbagai kelompoketnis yang berbeda yang tinggal di daerah perkotaan telah bertambah dalam kurun waktu 1980- 2000.Tabel 1.8 menunjukkan bahwa pada tahun 1980 hampir 80 persen kaum muda Jawa tinggal di pedesaan,tapi pada tahun 2000 angka tersebut tinggal 55 persen. Berkurangnya jumlah penduduk muda Jawa yangtinggal di daerah pedesaan disebabkan oleh urbanisasi massal dan transmigrasi selama dua dekade terakhir.

Pada tahun 1990 dan 1995, kelompok etnis Minang (yang berasal dari bagian barat pulau Sumatera)memiliki jumlah kaum muda terbesar yang hidup di daerah perkotaan (35,8 dan 47,5 persen). Akantetapi pada tahun 2000, kelompok Minang menjadi kelompok terbesar kedua. Pada tahun 1980, angkaini hanya 24 persen. Orang Minang, yang terkenal akan budaya mobilitas mereka, dapat ditemukan diberbagai wilayah di Indonesia, dan banyak terlibat dalam kegiatan perdagangan. Pada tahun 2000,kelompok Bugis dan Madura, secara berturut-turut, memiliki jumlah kalangan muda terbesar yang tinggaldi daerah perkotaan dan pedesaan (60,7 persen dan 74 persen). Kelompok terbesar kedua untuk kategoridaerah pedesaan untuk tahun 2000 adalah kelompok Banjar (sekitar 60 persen). Sebagian besar kelompoketnis asing, seperti Tionghoa, Arab, dan lain-lain tinggal di daerah-daerah perkotaan.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000

Year

%Male 16-18

Male 19-24

Female 16-18

Female 19-24

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1975, 1985, 1995.

Page 24: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

24

Tabel 1.8 Disribusi Penduduk Muda (15-24 tahun) menurut Kelompok Etnis, 1980-2000 (%)

Etnis 1980 1990 1995 2000Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa

Jawa 21.4 78.6 33.1 66.9 38.5 61.5 44.3 55.7Sunda 24.0 76.0 33.4 66.6 37.9 62.0 46.9 53.1Madura 13.0 86.9 17.3 82.7 21.1 78.9 26.0 74.0Batak 14.6 85.4 25.5 74.5 31.7 68.3 - -Minang 23.6 76.4 35.8 64.2 41.9 58.1 47.5 52.5Bali 16.2 83.8 27.9 72.1 31.2 68.8 - -Bugis 15.2 84.8 23.8 76.2 24.8 75.2 60.7 39.3Banjar 26.6 73.4 31.6 68.4 38.7 61.3 40.2 59.8Lain-lain 14.8 85.2 20.9 79.1 23.1 76.9 61.1 38.9Asing - - 74.8 25.2 71.0 28.9 - -Tidak Tercantum 7.9 92.1 34.1 65.9 - - - -

TOTAL 27.1 72.9 36.6 63.4 41.5 58.5 42.4 57.6

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000; -The survey or census doesn’t report for the category Intercensal Population Survey 1995

Figur 1.4 menggambarkan signifikansi dan kecenderungan penduduk muda yang tinggal di daerahperkotaan dan pedesaan. Hal itu mengkonfirmasikan bahwa kecenderungan kaum muda yang tinggal diperkotaan terus meningkat sedangkan kecenderungan untuk tinggal di pedesaan makin berkurang. Padatahun 1971, kaum muda yang tinggal di perkotaan dan pedesaan secara berturut-turut berkisar 21,5 dan78,5 persen, sedangkan pada tahun 2002 perbedaan ini mengerucut menjadi hampir 50 persen. Hal inidipengaruhi urbanisasi massal selama dua dekade terakhir dan berkembangngnya kota-kota baru diIndonesia.

Figur 1.4. Persentase Penduduk Muda Indonesia (15-24 tahun) berdasarkan Tempat Tinggal, 1971-2002

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

Rural

Urban

Page 25: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

25

Figur 1.5. Tingkat Pertumbuhan Penduduk Muda (15-24 tahun)berdasarkan Tempat Tinggal, 1971-2002

Figur 1.5 menggambarkan tingkat pertumbuhan penduduk muda yang tinggal di perkotaan danpedesaan selama 1971-2002. Tingkat pertumbuhan populasi kaum muda di pedesaan terus menurundan bahkan mencapai angka pertumbuhan negatif pada periode 1990-1995 dan 1995-2000. Angkapertumbuhan daerah perkotaan juga menunjukkan kecenderungan menurun, namun angkanya lebih stabil.Pada tahun 2002, tingkat pertumbuhan daerah perkotaan menjadi negatif. Hal ini sesuai dengan temuanLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI): selama periode 1980-1990, tingkat pertumbuhan kelompokusia 15-24 di daerah perkotaan berkisar di antara 5-7 persen, sedangkan angka pertumbuhan untukdaerah pedesaan hanya berkisar 1-2 persen (Tirtosudarmo, 1994).

Status migrasi merupakan aspek menarik lain yang mempengaruhi populasi kaum muda. Tabel 1.9menunjukkan jumlah kaum muda laki-laki (15-29 tahun) yang melakukan migrasi terus menerus sepanjanghidupnya dan yang baru saja bermigrasi secara konsisten lebih besar dibandingkan perempuan. Migranbaru adalah mereka yang tinggal di provinsi yang berbeda dengan provinsi yang mereka tempati limatahun yang lalu. Kelompok non-migran baru adalah mereka yang tinggal di provinsi yang sama denganyang mereka tempati lima tahun lalu. Migran seumur hidup adalah mereka yang menempati propinsiyang bukan merupakan tempat kelahiran mereka, sedangkan para non-migran seumur hidup merupakanmereka yang menempati propinsi dimana mereka dulu dilahirkan.

Kondisi migrasi di kalangan muda cenderung menyerupai kondisi migrasi secara umum: perantradisional laki-laki sebagai pencari nafkah di dalam keluarga merupakan penyebab mereka mencarikesempatan bekerja di tempat-tempat yang berbeda. Sudah seringkali dikemukakan bahwa migrasi sangatselektif berdasarkan jenis kelamin. Data menunjukan bahwa kaum muda laki-laki memiliki mobilitasyang lebih tinggi dibandingkan perempuan (Rogers and Willekens, 1986; Tirtosudarmo, 1994). Persentasemigrasi seumur hidup (sekitar 21 persen), lebih tinggi daripada migrasi baru (10 persen), angka ini bisajadi terkait dengan status kaum muda sebagai tanggungan dari orangtua mereka ketika keluarga tersebutpindah ke tempat baru.

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

1971-76 1976-80 1980-85 1985-90 1990-95 1995-00 2000-01 2001-02

Year

%

Urban

Rural

Urban+Rural

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995, dan Sakernas tahun 2001, 2002.

Page 26: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

26

Tabel 1.9 Persentase Migrasi Kaum Muda Berdasarkan Status Migrasi, 1980-2000

Kelompok usia 15-29 tahun 1980 1990Pria Wanita P+W Pria Wanita P+W

Migrasi Seumur Hidup Migran seumur hidup 20.8 19.8 20.3 19.0 18.9 19.0Non-migran seumur hidup 79.2 80.2 79.7 81.0 81.1 81.0

Migrasi Baru Migran Baru 10.5 10.1 10.3 10.4 10.2 10.3

Non-migran Baru 89.5 89.9 89.7 89.6 89.8 89.7

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk 1980, 1990 (seperti dalam Tirtosudarmo 1994)

Dibandingkan jumlah penduduk secara keseluruhan, persentase jumlah migran muda lebih besardari jumlah migran secara keseluruhan. Pada tahun 1980, jumlah migran baru dan seumur hidup diIndonesia secara berurutan sekitar enam persen dan 2,5 persen. Pada tahun 2000, terjadi peningkatanyang berarti di mana jumlah migrasi seumur hidup dan migrasi baru menjadi 10 persen dan 3,1 persen.Dominasi kaum muda dalam populasi migran ini memperkuat temuan-temuan empiris lainnya bahwatingkat migrasi mencapai titik tertingginya di kelompok usia muda (Mulder, 1993). Terlebih lagi,sebagaimana dikemukakan oleh Todaro (1997), para migran perkotaan di negara-negara berkembangcenderung terdiri dari laki-laki dan perempuan muda berusia 15-24 tahun.

Tabel 1.10 Persentase Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Status Migrasi, 1980-2000

1980 1990 2000P+W P+W P+W

Migrasi seumur hidup Migran seumur hidup 5.9 5.4 10.1Non-migran seumur hidup 94.1 94.6 89.9

Migrasi baru Migran baru 2.5 2.0 3.1

Non-migran baru 97.5 98.0 96.9

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1980, 1990, 2000

Tabel 1.11 menunjukkan migrasi antar wilayah (alur migrasi seumur hidup) di antara pulau-pulau.Pada tahun 2000, migrasi antar wilayah terbesar terjadi antara Jawa-Bali dan Kalimantan. Lebih dari 10persen penduduk di Kalimantan berasal dari Jawa-Bali. Migrasi terbesar kedua terjadi antara Jawa-Balidan Sumatera. Delapan persen dari populasi Sumatera merupakan migran dari Jawa-Bali. Migrasi besar-besaran ini dipengaruhi kebijakan transmigrasi selama 30 tahun terakhir. Di lain pihak, para pendatangdi Jawa-Bali didominasi orang-orang dari Sumatera (sekitar 1,26 persen). Jawa-Bali menarik minat parapendatang karena merupakan pusat pemerintahan dan pusat ekonomi.

Page 27: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

27

Tabel 1.11 Persentase Alur Migrasi Seumur Hidup Antar Wilayah di Indonesia, 2000

Tempat Lahir Tempat Kediaman SekarangSumatera Jawa-Bali Kalimantan Sulawesi Maluku,

PapuaNusa Tenggara

Sumatera 91.16 1.26 0.71 0.25 0.24Jawa-Bali 8.40 98.18 10.96 3.07 3.16Kalimantan 0.06 0.19 84.98 0.16 0.08Sulawesi 0.28 0.18 2.63 95.46 1.40Maluku, PapuaNusa Tenggara 0.07 0.16 0.66 0.98 94.82 Tidak Disebut/Asing 0.02 0.03 0.06 0.09 0.30Total 100 100 100 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk Tahun 2000

TTTTTenaga Kerja Mudaenaga Kerja Mudaenaga Kerja Mudaenaga Kerja Mudaenaga Kerja Muda

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja MudaTingkat Partisipasi Angkatan Kerja MudaTingkat Partisipasi Angkatan Kerja MudaTingkat Partisipasi Angkatan Kerja MudaTingkat Partisipasi Angkatan Kerja Muda

Secara umum, dalam 30 tahun terakhir, partisipasi angkatan kerja muda di Indonesia semakinmeningkat, baik di pedesaan maupun perkotaan, dan peningkatan partisipasi ini terjadi pada semuakelompok usia muda. Seperti dapat kita lihat pada Figur 1.6, untuk setiap kurun waktu, lebih dari 40persen kaum muda di pedesaan berpartisipasi secara aktif di dalam perekonomian. Hal ini juga dapatdilihat di daerah perkotaan, kecuali kelompok usia remaja (15-19 tahun) – yang jumlahnya 30 persendari seluruh angkatan kerja (Figur 1.7). Kenyataan ini sungguh memprihatinkan karena mereka seharusnyaberada di bangku sekolah, dan bukannya sudah bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

Perbedaan tingkat partisipasi dalam angkatan kerja antara remaja pedesaan dan perkotaan seharusnyaterkait dengan perbedaan rasio kaum muda yang terdaftar di sekolah di daerah pedesaan dan perkotaan.Hal itu menjelaskan bahwa tingkat partisipasi remaja perkotaan di dalam angkatan kerja lebih rendahdibandingkan pedesaan karena status mereka yang masih duduk di bangku sekolah. Tingkat partisipasikelompok usia yang lebih tua (25-29 tahun) seperti terlihat dalam Figur 1.6 dan 1.7 lebih tinggidibandingkan kelompok usia yang lebih muda (baik untuk daerah pedesaan maupun perkotaan), sedangkankelompok usia 15-24 berada di antara keduanya. Pada tahun 2000, partisipasi kelompok-kelompok usiaini dalam perekonomian mencapai titik tertinggi, yakni 70 persen, baik di daerah perkotaan maupunpedesaan.

Page 28: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

28

Figur 1.6. Partisipasi dalam Angkatan Kerja di Pedesaan menurut Kelompok Usia, 1971-2002

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

15-19

20-24

15-24

Figur 1.7. Partisipasi dalam Angkatan Kerja di Perkotaan menurut Kelompok Usia, 1971-2002

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

15-19

20-24

15-24

Dilihat dari perspektif jender, tampak jelas bahwa laki-laki muda terus-menerus mendominasiangkatan kerja muda. Figur 1.8 menunjukkan bahwa laki-laki muda yang telah bekerja atau mencaripekerjaan mencapai 60 persen angkatan kerja dalam kurun waktu 1971-2002, sedangkan perempuanhanya sekitar 30-40 persen. Tetapi, jurang pemisah ini semakin mengecil untuk setiap periode sebagaiakibat dari meningkatnya partisipasi perempuan dalam perekonomian. Jumlah perempuan yang mencaripekerjaan semakin meningkat, meninggalkan kegiatan-kegiatan tradisional seperti mengurus rumah tanggadan mengurus anak. Salah satu penjelasan atas fenomena ini adalah meningkatnya pendidikan.

Page 29: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

29

Figur 1.8. Tingkat Partisipasi Kaum Muda (15-24 tahun)dalam Angkatan Kerja menurut Jender, 1971-2000

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

Male

Female

Rasio TRasio TRasio TRasio TRasio Tenaga Kerja terhadap Penaga Kerja terhadap Penaga Kerja terhadap Penaga Kerja terhadap Penaga Kerja terhadap Populasiopulasiopulasiopulasiopulasi

Rasio tenaga kerja terhadap populasi dapat mengindikasikan seberapa besar populasi yang produktifdapat didayagunakan. Untuk kaum muda, rasio ini dibuat melalui perbandingan antara kaum muda yangtelah bekerja dengan jumlah penduduk secara keseluruhan. Seperti disebutkan dalam Puguh et al. (2000),rasio dapat menunjukkan sejauh mana penduduk dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan pasar tenaga kerja.Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa 50 persen dari laki-laki muda telah memiliki pekerjaanpada saat studi ini dilaksanakan, dan sebaliknya hanya sekitar 30 persen perempuan muda yang telahbekerja.

Kesenjangan antara rasio kesempatan kerja laki-laki dan perempuan muda terhadap jumlah pendudukdalam lima tahun terakhir cenderung menyempit. Seperti dapat kita lihat dalam Figur 1.9, rasio untukkelompok laki-laki maupun perempuan relatif konstan dan tidak mengalami perubahan drastis selamadua dekade terakhir. Rasio tenaga kerja terhadap populasi pada kelompok usia muda yang konstan inimencerminkan adanya permintaan tenaga kerja muda di pasar. Namun demikian, semakin tingginyapartisipasi angkatan kerja muda di dunia kerja menunjukkan bahwa jumlah orang yang mencari pekerjaanjuga semakin banyak. Kurangnya pendidikan dan pengalaman merupakan penyebab terjadinya kondisiseperti itu. Pada tahun 2000, jurang antara laki-laki dan perempuan sudah begitu dekat,tapi pada tahun2001 dan 2002 jarak antara keduanya semakin membesar.

Page 30: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

30

Figur 1.9. Rasio Tenaga Kerja Muda (15-24 tahun) terhadap Populasi menurut Jender, 1971-2002

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002.

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

Male

Female

Rasio tenaga kerja terhadap total populasi berdasarkan lokasi, seperti dapat dilihat pada Figur 1.10,menunjukkan suatu kecenderungan yang relatif stabil selama dua puluh tahun terakhir. Rasio tenagakerja terhadap jumlah penduduk di daerah pedesaan yang berkisar 50 persen, lebih tinggi 10-20 persendibandingkan di daerah perkotaan. Pada tahun 2001 dan 2002, perbedaan antara pedesaan dan perkotaansemakin kecil.

Figur 1.10. Rasio Tenaga Kerja Muda (15-24 tahun) terhadap Populasi menurut Lokasi, 1971-2002

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

Rural

Urban

Page 31: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

31

TTTTTenaga Kerja menurut Statusenaga Kerja menurut Statusenaga Kerja menurut Statusenaga Kerja menurut Statusenaga Kerja menurut Status

Jumlah kaum muda yang bekerja di sektor informal selama 30 tahun terakhir jelas lebih dominandibandingkan mereka yang bekerja di sektor formal. Karakteristik umum dari pekerjaan sektor formaladalah adanya prasyarat pendidikan, keterampilan, pelatihan dan pengalaman yang jauh lebih tinggi: hal-hal yang kurang dimiliki kaum muda dibandingkan dengan mereka dari kelompok usia yang lebih tua.Menurut definisi Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di sektor informal meliputi: bekerja untuk dirisendiri, bekerja untuk diri sendiri dengan dibantu anggota keluarga, pekerja lepas (freelance) dan bekerjauntuk keluarga. Sedangkan tenaga kerja di sektor formal terdiri dari pegawai dan pegawai honorer.

Meskipun jumlah kaum muda yang bekerja di sektor informal lebih besar ketimbang mereka yangbekerja di sektor formal, jarak di antara mereka semakin berkurang seiring dengan meningkatnyakesempatan bagi kaum muda bekerja di sektor formal. Pada tahun 1971, lebih dari 80 persen pekerjamuda berada di sektor informal, sedangkan pada tahun 2002 angka tersebut tinggal 62,52 persen.Sementara itu, terdapat 16 persen pekerja muda di sektor informal pada tahun 1971, dan jumlahnyameningkat menjadi 37,48 persen pada tahun 2002. (Figur 1.11).

Figur 1.11. Tenaga Kerja Muda (15-24 tahun) menurut Status, 1971-2002

Sumber: Badan Pusat Statistik: 1971, 1980, 1990 Population Census;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2000, 2002.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

1971 1985 1990 1995 2000 2002

Year

%

InformalFormal

Kondisi yang sama juga terjadi pada pekerja dewasa di mana jumlah pekerja informal lebih banyakdaripada pekerja formal. Seperti dapat dilihat dalam Figur 1.12, jumlah orang dewasa yang bekerja disektor informal cenderung meningkat pada periode 1971-1976, namun mulai menurun pada periodeselanjutnya. Selama periode 1976-1995, jarak antara pekerja formal dan informal untuk orang dewasajuga semakin mengecil. Pola ini kemudian berbalik setelah terjadinya krisis pada tahun 2000, di manapekerja sektor informal kembali meningkat dan sektor formal menurun.

Page 32: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

32

Figur 1.12. Persentase Tenaga Kerja Dewasa (> 25 tahun) menurut Status, 1971-2002

Pada tahun 2000, persentase orang muda yang bekerja di sektor informal menurun, sebaliknyajumlah mereka yang bekerja di sektor formal meningkat. Akan tetapi pada tahun 2002, persentase orangmuda yang bekerja di sektor informal meningkat (Figur 1.11). Pola tersebut sedikit berbeda dengankondisi tenaga kerja dewasa (> 25 tahun). Seperti dapat dilihat pada Figur 1.12, terjadi peningkatanjumlah orang dewasa yang bekerja di sektor informal dan penurunan di sektor formal dalam periode1995-2000. Ini dapat dianggap sebagai suatu indikasi terjadinya pergeseran status tenaga kerja dewasadari sektor formal ke sektor informal akibat krisis 1997-1998. Namun, pergeseran selama periode tersebuttidak terjadi pada kelompok pekerja muda.

Selama periode krisis tersebut, terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran, namunpekerja dewasa yang di-PHK bisa dengan cepat bergeser ke sektor informal karena mereka memilikikapasitas dan kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Namun, kondisi berbeda dihadapi para pekerjamuda yang di-PHK. Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk bergeser ke sektor informal.

TTTTTenaga Kerja menurut Jenis Penaga Kerja menurut Jenis Penaga Kerja menurut Jenis Penaga Kerja menurut Jenis Penaga Kerja menurut Jenis Pekekekekekerjaanerjaanerjaanerjaanerjaan

Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kaum muda bekerja di sektor pertanian. Tapi, seiringdengan terjadinya transformasi ekonomi, jumlah orang muda yang bekerja di bidang pertanian semakinberkurang, dari 52 persen pada tahun 1985 menjadi 42 persen di tahun 2000 (Tabel 1.12). Sebaliknya,jumlah tenaga kerja muda yang bekerja di sektor industri —sebagai penyerap tenaga kerja muda terbesarkedua—terus meningkat selama penelitian ini dilakukan. Bidang perdagangan, serta jasa-jasa sosial danindividual, dengan tingkat pertumbuhan yang berbeda, menjadi lahan lain bagi para pekerja muda.

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2002

Year

%

Informal

Formal

Sumber: Badan Pusat Statistik: 1971, 1980, 1990 Population Census;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2000, 2002.

Page 33: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

33

Tabel 1.12. Persentase Tenaga Kerja Muda (15-24 tahun) menurut Bidang Pekerjaan, 1985-2002

Bidang Pekerjaan 1985 1990 1995 2000 2002

Pertanian 52.5 46.4 44.7 41.9 40.92Industri/Kerajinan Tangan 13.4 18.8 17.5 20.3 21.10Konstruksi/Pembangunan 3.5 3.9 4.9 4.3 4.80Perdagangan, Hotel, Restoran 12.4 11.8 14.4 19.4 17.05Transportasi, penyimpanan, dan komunikasi 3.2 3.2 3.1 4.4 4.94Keuangan, Asuransi, Penyewaan, Pelayanan 0.4 0.9 0.5 0.8 0.86Jasa masyarakat, sosial, individu 13.8 13.9 12.9 8.3 9.44Lain-lain (pertambangan, listrik, gas, dan air) 0.8 1.2 1.8 0.7 0.90

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk tahun 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2002.

Tabel 1.13. Persentase Penyebaran Tenaga Kerja Dewasa (>24 tahun)menurut Bidang Pekerjaan, 1985-2002

Education 1985 1990 1995 2000 2002

Agrikultur 54.5 50.4 47.9 45.3 45.0Industri/Kerajinan Tangan 8.1 10 8.9 13.0 11.7Konstruksi/Pembangunan 3.4 3.6 4.4 3.9 4.6Perdagangan, Hotel, Restoran 15.9 17 17.2 20.6 19.9Transportasi, Penyimpanan dan Komunikasi 3.2 3.8 3.9 5.1 5.1Keuangan, Asuransi, Penyewaan, Pelayanan 0.4 0.6 0.7 1.0 1.1Jasa masyarakat, sosial, individu 13.6 13.4 14.9 10.7 11.7Lain-lain (Pertambangan, Listrik, gas dan air) 0.8 1.2 2 0.6 0.9

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk tahun 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2002.

PengangguranPengangguranPengangguranPengangguranPengangguran

Sebagaimana dialami negara berkembang lain, kondisi demografis kaum muda Indonesiamenunjukkan ketidakseimbangan dalam soal-soal tenaga kerja perkotaan-pedesaan, tenaga kerja mudadan dewasa, serta tingkat pendidikan. Data mengenai pengangguran yang dipaparkan di sini bersumberpada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS)yang mengadopsi konsep Organisasi Buruh Internasional (ILO) mengenai pengangguran3. Menurut BPS,pengangguran didefinisikan sebagai: (i) seseorang yang tidak memiliki pekerjaan namun sedang mencaripekerjaan, (ii) seseorang yang tidak bekerja namun telah membangun bisnis baru/firma baru, (iii) seseorangtanpa pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan karena tidak berharap akan mendapatkannya, (iv) seseorangyang telah membuat kesepakatan untuk memulai bekerja pada tanggal yang ditentukan di kemudianhari.

3 BPS juga mendefinisikan orang yang bekerja sebagai seseorang yang bekerja paling sedikit satu jam per minggu. Dengan definisi luasseperti ini, tingkat pengangguran di Indonesia menjadi sangat rendah. Angka pengangguran di Indonesia dapat dihitung menggunakandefinisi ILO dan BPS. Saat ini BPS juga menerapkan definisi ILO yang lebih ‘lugas ’ dalam menghitung tingkat pengangguran diIndonesia.

Page 34: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

34

Peningkatan partisipasi laki-laki dan perempuan dalam angkatan kerja yang tidak diikuti peningkatankesempatan bekerja telah menciptakan masalah pengangguran kaum muda yang serius di Indonesia.Fenomena ini dapat dilihat dalam Figur 1.13. Dalam Figur 1.13 ini terlihat bahwa tingkat penganggurankaum muda terus meningkat dalam 20 tahun terakhir, baik di pedesaan maupun perkotaan. Perbedaantingkat pengangguran di pedesaan dan perkotaan sekitar 10 persen namun selisih tersebut cenderungmengecil karena tingkat pengangguran di perkotaan semakin turun dalam lima tahun terakhir. Padatahun 2002, tingkat pengangguran kaum muda naik secara signifikan. Tingkat pengangguran di daerahperkotaan mencapai 33 persen sedangkan di daerah pedesaan sekitar 23 persen. Situasi seperti ini jugatelah diteliti oleh Manning (1998), yang mendeteksi tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan mudaperkotaan, yang mencapai 15 sampai 20 persen —sebagian besar berusia 15-24 dan lulus SMP padatahun 1990-an.

Setelah krisis ekonomi, tingkat pengangguran kaum muda sedikit berkurang pada tahun 2000, baikdi daerah perkotaan maupun pedesaan. Sepertinya tenaga kerja muda tidak terlalu terpengaruh olehdampak negatif krisis. Akan tetapi, sejak 2001, tingkat pengangguran kaum muda cenderung meningkat.Diasumsikan, ada suatu jeda waktu tertentu antara puncak periode krisis dan dampaknya pada tingkatpengangguran kaum muda.

Figur 1.13. Tingkat Pengangguran Kaum Muda (15-24 tahun) menurut Tempat Tinggal, 1971-2002

Pengangguran menurut JenderPengangguran menurut JenderPengangguran menurut JenderPengangguran menurut JenderPengangguran menurut Jender

Berdasarkan jender, tingkat pengangguran laki-laki dan perempuan muda hampir sama dalam kurunwaktu 1971-1985. Sejak 1990 tingkat pengangguran perempuan muda meningkat dan lebih tinggidibandingkan laki-laki muda, tapi sejak tahun 2000 angkanya kembali hampir sama, yakni di kisaran 20persen (Figur 1.14). Pada tahun 2002, tingkat pengangguran laki-laki dan perempuan muda naik drastisdibandingkan tahun 2000. Hasil-hasil ini memperkuat pernyataan Manning (1998) bahwa tingkatpengangguran muda meningkat pada pertengahan 1990-an, terutama perempuan dan lulusan sekolahlanjutan atas.

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

Rural

Urban

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002.

Page 35: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

35

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

Male

Female

Situasi ini sesuai dengan data mengenai meningkatnya angka partisipasi perempuan dalam angkatankerja (Figur 1.14), yang menjelaskan fenomena di mana naiknya pasokan tenaga kerja perempuan mudatidak diikuti kesempatan kerja —hal yang tidak terjadi di kalangan tenaga kerja laki-laki. O’Higgins(2001) mengkonfirmasikan tingkat pengangguran perempuan muda yang lebih tinggi dibandingkan denganlaki-laki, terutama di negara-negara OECD, yang menggambarkan bahwa peluang kerja perempuan lebihterbatas daripada laki-laki.

Pada tahun 2000, tingkat pengangguran menurun dari 25% menjadi 20% sejak 1995, tapi kemudiancenderung meningkat kembali pada tahun 2001 dan 2002. Pada saat krisis ekonomi, banyak pekerjaperempuan yang sebelumnya tidak bekerja, terjun ke pasar kerja untuk membantu perekonomian keluarga.

Figur 1.14 Tingkat Pengangguran Kaum Muda (15-24 tahun) menurut Jender, 1971-2002

Pengangguran berdasarkan Tingkat PendidikanPengangguran berdasarkan Tingkat PendidikanPengangguran berdasarkan Tingkat PendidikanPengangguran berdasarkan Tingkat PendidikanPengangguran berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompok pengangguran kaum muda yang paling banyak adalahmereka yang tamat SMA dan yang tamat perguruan tinggi (lihat Tabel 1.14). Pada tahun 2002, tingkatpengangguran kaum muda yang sudah menamatkan SMA sebesar 41,1 persen, sedangkan tingkatpengangguran lulusan perguruan tinggi sekitar 39,4 persen. Tabel 1.14 menunjukkan tingkat pengangguranberdasarkan pendidikan secara lebih rinci.

Tabel 1.14 Persentase Tingkat Pengangguran Kaum Muda (15-24 tahun) menurut Tingkat Pendidikan, 1985-2002

Pendidikan 1985 1990 1995 2000 2002

Tidak Sekolah 1.2 2.2 - 3.9 15.1Tidak tamat SD 1.9 2.5 7.6 7.4 18.7Sekolah Dasar 3.3 3.1 9.6 12.4 21.9Sekolah Menengah Pertama 9.8 7.8 16.6 18.2 28.0Sekolah Menengah Atas 31.1 27.3 33.6 33.9 41.1Perguruan tinggi 20.5 31.4 40.8 35.8 39.4Total per-kelompok usia 6.9 8.7 20.0 16.2 29.0Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk tahun 1990, 2000; 1985, 1995Intercensal Population Survey, dan Sakernas tahun 2000, 2002.

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002.

Page 36: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

36

Tabel 1.15 Persentase Tingkat Pengangguran Orang Dewasa (>24 tahun)menurut Tingkat Pendidikan, 1985-2002

Education 1985 1990 1995 2000 2002

Tidak Sekolah 0.5 0.8 - 0.4 3.8Tidak tamat SD 0.9 0.8 2.3 1.8 4.0Sekolah Dasar 1.1 0.9 2.8 2.4 3.7Sekolah Menengah Pertama 4.3 3.3 5.5 8.6 5.0Sekolah Menengah Atas 7 7.8 12.3 12.4 7.6Perguruan tinggi 11.3 17.2 23.1 20.9 8.0Total per-kelompok usia 2.2 3.3 7.1 7.6 4.9

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk tahun 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2000, 2002.

Tingkat pengangguran kaum muda dengan latar belakang pendidikan tinggi tetap tinggi dancenderung naik terus. Situasi ini mengindikasikan bahwa terdapat semakin banyak pencari kerja yangmemiliki pendidikan lebih tinggi. Pengangguran kaum muda dengan pendidikan tinggi dapat dilihat darijumlah lulusan baru yang mencari pekerjaan untuk pertama kali (Tirtosudarmo 1994). Tingkatpengangguran kaum muda (15-24 tahun) di antara para lulusan SMP berada pada tingkat 9,8 persenpada tahun 1985 dan meningkat menjadi 18,2 persen pada tahun 2000. (Tabel 1.14). Penggangguranlulusan SMA dan perguruan tinggi berfluktuasi, masing-masing dari 31,9 sampai 33,9 persen dan 20,5persen sampai 35,8 persen.

Angka-angka ini menunjukkan adanya tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan muda terdidik,namun sebagaimana dikemukakan oleh O’Higgins (2001), bahwa meskipun terdapat tingkatpengangguran yang tinggi yang terkonsentrasi di kalangan orang muda terdidik, ada beberapa hal yangtetap konsisten:

• Tingkat Partisipasi dalam Angkatan Kerja cenderung meningkat seiring meningkatnya pendidikandan juga persaingan menjadi semakin ketat di antara mereka yang memiliki pendidikan lebihtinggi.

• Tingkat pendidikan penduduk Indonesia di perkotaan dan pedesaan mengalami peningkatanyang pesat selama 30 tahun terakhir.

• Meskipun tingkat pengangguran terlihat lebih tinggi di antara kalangan muda dengan pendidikantinggi, jumlah mereka sesungguhnya lebih sedikit dibandingkan dengan pengangguran di kalanganmereka yang berpendidikan lebih rendah.

Penelitian yang dilakukan Departemen Tenaga Kerja RI (1999) mengumpulkan data dari lulusansekolah menengah kejuruan dan umum. Hasilnya menunjukkan bahwa para lulusan ini menghadapi tigamacam kesulitan ketika mencari pekerjaan. Di antaranya: persaingan di antara para pencari kerja (41,4persen), pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang dikehendaki (16,6 persen), dan keterampilanyang terbatas (12,8 persen). Adanya halangan-halangan seperti ini menyebabkan banyak orang mudayang mencari jalan pintas di luar sistem untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini dikuatkan oleh temuanbahwa sebagian lulusan sekolah menengah mendapatkan pekerjaan tanpa melalui tes (40 persen darijumlah pekerja).

Page 37: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

37

Lebih jauh lagi, hasil-hasil ini menunjukkan bahwa sumber-sumber informasi mengenai adanyasuatu kesempatan kerja berasal dari anggota keluarga (47 persen), karyawan perusahaan (20 persen),dan perusahaan itu sendiri (14,9 persen). Surat lamaran kerja diperoleh langsung dari perusahaan (67,7persen) atau melalui anggota keluarga (16,6 persen).

Persentase Pengangguran Muda terhadap Pengangguran Secara KeseluruhanPersentase Pengangguran Muda terhadap Pengangguran Secara KeseluruhanPersentase Pengangguran Muda terhadap Pengangguran Secara KeseluruhanPersentase Pengangguran Muda terhadap Pengangguran Secara KeseluruhanPersentase Pengangguran Muda terhadap Pengangguran Secara Keseluruhan

Meningkatnya permintaan tenaga kerja di kalangan kaum muda tampaknya lebih tinggi dibandingkankelompok umur lain. Figur 1.15 menunjukkan meningkatnya rasio pengangguran kaum muda dibandingkantotal pengangguran di antara mereka yang berusia di atas 15 tahun. Di daerah pedesaan, peningkatanangka pengangguran di kalangan orang muda dibandingkan dengan jumlah pengangguran secarakeseluruhan relatif tinggi, yakni dari 30 persen menjadi 70 persen selama 30 tahun. Di lain pihak, padaperiode yang sama, angka untuk daerah perkotaan meningkat dari 40 persen menjadi 60 persen.

Tingginya rasio pengangguran kaum muda dibandingkan jumlah pengangguran secara keseluruhanmencerminkan betapa sulitnya para pencari kerja muda mendapatkan pekerjaan. Lebih lanjut lagi,O’Higgins (2001) mengemukakan bahwa tenaga kerja muda lebih mudah dipengaruhi oleh benturan-benturan yang terjadi di pasar tenaga kerja dibandingkan pekerja dewasa. Seperti dapat dilihat padaTabel 1.14 dan Tabel 1.15, berdasarkan persentase di setiap kelompok usia, pada tahun 2002, persentasepengangguran di kalangan orang muda secara relatif lebih tinggi dibandingkan dengan persentasepengangguran di kalangan orang dewasa, yakni masing-masing 29 persen dan 4,9 persen.

Orang muda dengan kualifikasi yang rendah memiliki kesulitan yang lebih besar untuk mendapatkanpekerjaan yang tetap. Selain itu, tidak ada kontak yang bagus antara sekolah dengan dunia usaha, danakibatnya persyaratan (kualifikasi) dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia industritidak dipelajari oleh kaum muda yang sedang duduk di bangku sekolah.

Figur 1.15. Persentase Kaum Muda Pengangguran (15-24 tahun)dari Total Pengangguran (>15 tahun), 1971-2002

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00

1971 1976 1980 1985 1990 1995 2000 2001 2002

Year

%

Rural

Urban

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2001, 2002.

Page 38: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

38

Setengah PengangguranSetengah PengangguranSetengah PengangguranSetengah PengangguranSetengah Pengangguran

Seringkali niat kaum muda berpartisipasi aktif dalam perekonomian terbentur oleh hambatan-hambatan seperti ketersediaan pekerjaan yang cocok dengan kualifikasi yang mereka miliki. Merekayang tidak memiliki banyak pilihan dan terpaksa menerima pekerjaan apapun yang tersedia akanmenghadapi permasalahan yang lebih banyak di masa yang akan datang. Data yang digunakan dalampenelitian ini menunjukkan bahwa 30 persen dari mereka yang bekerja, hanya bekerja kurang dari 35 jamper minggu. Penelitian ini menggunakan batas kurang dari 35 jam untuk mendefinisikan setengahpengangguran. Pada tahun 1985, lebih dari 60 persen kaum muda (15-19 tahun) dan 35 persen darimereka yang berusia 20-24 tahun bekerja kurang dari 35 jam per minggu. Angka ini berkurang dalamdua dekade terakhir dan pada tahun 2002 menjadi 44 persen untuk kelompok usia 15-19 tahun dan 31persen untuk kelompok usia 20-24 tahun (Figur 1.16).

Figur 1.16. Persentase Setengah Pengangguran Muda dibandingkan Total Pekerjamenurut Kelompok Umur, 1985-2002

Dua kelompok usia yang lebih tua memiliki kecenderungan yang sama, tapi dengan jumlah yangkurang signifikan. Tingkat setengah pengangguran dan pengangguran di kalangan anak muda yang tinggimerupakan masalah besar. Pada periode 1985-2000, kaum muda yang bekerja pada keluarganya menempatiproporsi tertinggi (di atas 60 persen) yang masuk kategori setengah pengangguran.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

1985 1990 1995 2000 2002

Year

%

15-19

20-24

15-24

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas tahun 2002.

Page 39: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

39

Figur 1.17. Persentase Setengah Pengangguran Muda dibandingkan Total Pekerjamenurut Status, 1985-2002

Meskipun jumlah kaum muda yang masuk kategori status pekerja selama 15 tahun pengamatanmenurun, tapi selama periode 1995-2002 jumlah mereka yang berstatus majikan meningkat. Kendatidemikian, jumlah orang muda dengan status pegawai yang merupakan bagian terkecil dari kelompoksetengah pengangguran menurun dari 20 persen pada tahun 1985 menjadi 13 persen pada tahun 2002.

Tabel 1.16 menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh, makin rendahproporsi setengah pengangguran di kalangan kaum muda. Dalam masa pengamatan setiap tahunnya,kecuali tahun 1985, mereka yang tidak pernah duduk di bangku sekolah merupakan bagian terbesar darikelompok setengah pengangguran ini. Pada tahun 1985, sekitar 41 persen pekerja muda berpendidikanakademi dan universitas perguruan tinggi menjadi setengah pengangguran, dan pada tahun 2000 angkanyamasih sekitar 20 persen.

Tabel 1.16. Persentase Setengah Pengangguran Kaum Muda (15-24 tahun) dibandingkan JumlahKeseluruhan Mereka yang Bekerja berdasarkan Tingkat Pendidikan, 1985-2002

Pendidikan 1985 1990 1995 2000 2002

Tidak Sekolah 57,4 42,5 - 58.6 55,96Tidak Tamat SD 44,9 38,6 48,8 44.7 46,30Sekolah Dasar 53,3 35,6 46,1 43.2 36,61Sekolah Menengah Pertama 60,9 28,3 43,7 39.0 27,95Sekolah Menengah 43,2 27,9 27,8 24.6 18,62Perguruan Tinggi 41,1 35,8 30,6 19.7 22,52

Sumber: Badan Pusat Statistik: Sensus Penduduk tahun 1990, 2000;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1985, 1995; and dan Sakernas tahun 2002.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

1985 1990 1995 2000 2002

Year

%Own AccountWorkerEmployer

Employee

Family workers

Sumber: Badan Pusat Statistik: 1990, 2000 Population Census;Survei Antarsensus Penduduk tahun 1976, 1985, 1995; dan Sakernas 2002.

Page 40: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

40

Upah dan Gaji TUpah dan Gaji TUpah dan Gaji TUpah dan Gaji TUpah dan Gaji Tenaga Kerja Mudaenaga Kerja Mudaenaga Kerja Mudaenaga Kerja Mudaenaga Kerja Muda

Pada tahun 2001, lebih dari 50 persen tenaga kerja muda (15-24 tahun) menerima upah/gaji/pendapatan sekitar Rp 100.000-399.999 setiap bulan. Kondisi ini berbeda dengan pekerja dewasa, dimana 50 persen dari mereka menerima upah/gaji Rp 100.000-499.999. Tabel 1.17 memperlihatkanpersentasenya secara lebih detil.

Tabel 1.17. Persentase Tenaga Kerja Muda (15-24 tahun) dan Tenaga Kerja Dewasa (>25 tahun)menurut Jumlah Upah/Gaji/Pendapatan Bulanan

Upah/Gaji/ 2000 2001 2002 Pendapatan per Bulan 15-19 20-24 15-24 >25 15-19 20-24 15-24 >25 15-19 20-24 15-24 >25

<100,000 7.7 5.4 6.1 6.48 9.5 4.3 6 5.1 5.1 5.7 3.3 3.9100,000-<199,999 31.4 16.3 21.3 14.19 21.7 11.8 15.1 11.7 11.7 18.9 9.6 10.6200,000-<299,999 30.2 25.2 26.8 14.93 24.9 18.9 20.9 11.8 11.8 21.8 13.4 10.9300,000-<399,999 19.1 25.7 23.5 15.18 20.7 20.5 20.5 13 13 20.5 18.6 13.4400,000-<499,999 7.6 14.1 12.0 11.89 12.9 20.2 17.8 12.1 12.1 15 18.4 12.3500,000-<599,999 2.0 5.1 4.1 7.92 4.2 8.2 6.9 7.3 7.3 7.6 11 8.1600,000-<699,999 1.4 2.9 2.4 8.33 3.2 6.9 5.7 7.9 7.9 5.9 11.2 9.3700,000-<799,999 0.3 2.7 2.0 6.64 0.9 3.4 2.6 6.3 6.3 2.4 6 6.7800,000-<899,999 0.0 1.5 1.0 5.73 0.7 2.1 1.7 5.3 5.3 0.9 3.7 5.2900,000-<999,999 0.2 0.3 0.3 2.91 0.6 1 0.9 4.7 4.7 0.8 1.8 41,000,000+ 0.2 0.8 0.6 5.79 0.7 2.6 2 14.8 14.8 0.5 3.1 15.5

Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik: dan Sakernas tahun 2000, 2001, 2002.

Pada tahun 2002, upah/gaji/pendapatan rata-rata baik untuk tenaga kerja muda maupun dewasameningkat. Pendapatan rata-rata pekerja di Indonesia cenderung meningkat setelah puncak krisis ekonomidi mana pemerintah dengan bersemangat menetapkan kebijakan upah minimum. Tingkat upah minimumregional telah meningkat secara signifikan setelah krisis. Terlebih lagi, dengan diterapkannya kebijakandesentralisasi pada tahun 2001, wewenang menentukan upah minimum telah dialihkan dari pemerintahpusat ke daerah. Terdapat berbagai indikasi bahwa pengalihan ini dapat mempercepat peningkatan upahminimum di sejumlah daerah (SMERU, 2001).4

Studi ini juga mengindikasikan bahwa seiring dengan kenaikan upah minimum selama 1990-an,kepatuhan terhadap peraturan tersebut juga meningkat, dan hal ini berakibat pada perubahan dalamdistribusi upah pekerja sektor formal di daerah perkotaan. Analisa statistik memperlihatkan bahwakenaikan upah minimum mendorong upah pekerja kerah biru (blue collar). Hasil-hasil ini juga menunjukkanadanya kaitan yang positif antara upah minimum dan upah rata-rata dari kelompok pekerja lainnya(pekerja perempuan, pekerja muda, kurang terdidik, dan pekerja kerah putih). Namun demikian hubunganini tidaklah signifikan secara statistik.

4 Kertas Kerja Lembaga Penelitian SMERU, dengan dukungan dari USAID/PEG, Oktober 2001, Wage and Employment Effects ofMinimum Wage Policy in the Indonesian Urban Labor Market, SMERU, 2001.

Page 41: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

41

Dampak Sosial Pengangguran MudaDampak Sosial Pengangguran MudaDampak Sosial Pengangguran MudaDampak Sosial Pengangguran MudaDampak Sosial Pengangguran Muda

Terbatasnya kesempatan kerja dan pasokan pekerja muda yang berlebih menyebabkan pengangguranserta setengah pengangguran muda. Meningkatnya pengangguran di kalangan kaum muda dapatmemperburuk situasi di mana terdapat banyak orang muda yang gagal mencari pekerjaan. Mereka yangterjebak dalam situasi tidak menguntungkan seperti ini dapat mencari cara-cara lain untuk menyalurkanpotensi mereka dan tidak ada jaminan bahwa potensi ini tidak disalurkan melalui kegiatan-kegiatan yangtidak sehat atau merugikan masyarakat luas.

Perilaku menyimpang di kalangan muda, penyalahgunaan narkoba dan tingkat kejahatan telahmeningkat. Pada tahun 1998, lebih dari 40 persen pasien muda berusia di antara 20-24 tahun yang rawatinap mempunyai masalah dengan narkoba (Figur 1.18). Kelompok usia sekolah menengah atasmenunjukkan derajat penyalahgunaan obat yang signifikan (lebih dari 30 persen) sejak 1995. Meskipunangka ini tidak memperhitungkan mereka yang tidak dirawatinap atau mereka yang tidak terdaftar sebagaipengidap narkoba, angka ini tetap harus ditafsirkan sebagai suatu peringatan kepada masyarakat bahwahal ini merupakan dampak pengangguran di kalangan kaum muda. Jika orang muda yang tidak bekerjatidak dapat mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan masyarakat, mereka bisa jatuh ke lembahkejahatan.

Figur 1.18. Persentase Pasien Rawat Inap Narkoba Kaum Mudaberdasarkan Kelompok Usia, 1995-1998

Dampak sosial ini dapat bersumber baik dari kesenjangan antara mereka yang berpendapatan rendahdan tinggi, kesenjangan antara yang kaya dan miskin, dan kesenjangan antara warga asli dan pendatang.Mereka yang berpendapatan rendah ingin hidup seperti mereka yang berpendapatan tinggi. Karena tekanansosial, beberapa di antara mereka bisa terdorong melakukan tindak kejahatan agar dapat memenuhikebutuhan/keinginan mereka. Orang muda biasanya lebih mudah dipengaruhi untuk melakukankejahatan. Figur 1.19 di bawah ini menunjukkan data mengenai lamanya hukuman penjara. Selamaperiode 1991-1997, angka kelompok muda berkisar 20 persen.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

1995 1996 1998

Year

%

15-19

20-24

25-29

Sumber: Badan Pusat Statistik: 1998 Children and Youth Welfare.

Page 42: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

42

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

1995 1996 1998

Year

%Children

Youth

Adult

Figur 1.19 Persentase Pemenjaraan Berdasarkan Kelompok Usia

Di kota besar seperti Jakarta, kejahatan kaum muda tidak selalu berkaitan dengan kejahatan kecilatau narkoba. Sebagai contoh, perkelahian antarpelajar yang kerap membawa korban seringkali menjadiberita halaman depan media massa. Beberapa tahun belakangan, perkelahian tidak hanya terjadi di kalanganpelajar SMP atau SMA tetapi juga di antara mahasiswa. Dampak perkelahian pelajar antara lain kematian,korban luka, kemacetan lalu lintas, rusaknya properti dan dampak-dampak sosial lainnya. Perkelahianpelajar sering sudah menjadi suatu tradisi tersendiri bagi para pelajar.

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Adiningsih (2001) menemukan bahwa di Jakarta selama periode1994-1997, perkelahian pelajar melibatkan 10 persen Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan terjadi di137 sekolah. Pada tahun 1989, enam orang pelajar meninggal, 29 luka parah dan 136 luka ringan. Sembilantahun kemudian 15 pelajar meninggal, 34 luka parah, dan 108 luka ringan. Lebih jauh lagi, dalam kurunwaktu 1999 - Maret 2000, 26 pelajar meninggal, 56 luka parah dan 109 luka ringan. Perkelahian dijalanan ini melibatkan 1.369 pelajar, yang merupakan 0,08 persen dari 1.685.084 pelajar yang ada diJakarta. Data dari tahun 1995 menunjukkan bahwa dari 1.245 pelajar yang terlibat dalam perkelahiandan ditahan polisi, hanya 50 siswa yang dibawa ke pengadilan. Menurut peraturan yang baru, pelajaryang terbukti terlibat di dalam perkelahian di jalan dapat dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara. Merekayang terbukti membawa benda-benda tajam seperti pisau dapat dijatuhi hukuman lima tahun penjara.

Jika tidak ditangani secara serius, persoalan di kalangan muda ini dapat menjadi ancaman yangserius bagi masa depan mereka secara umum. Kebijakan-kebijakan yang secara khusus diarahkan untukkaum muda harus dibuat, tidak hanya untuk mengurangi tingkat pengangguran dan setengahpengangguran, tetapi juga untuk memperbaiki struktur sosial budaya, sehingga tercipta lingkungan yangaman di mana mereka dapat tumbuh berkembang, belajar dan berpartisipasi dalam pembangunan negara.

Sumber: Badan Pusat Statistik: Indikator Kesejahteraan Sosial 1991, 1994, 1997.

Page 43: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

43

Tabel 1.18. Kerugian Materi, Tindakan, Korban yangdiakibatkan Perkelahian Pelajar di Jakarta, 1997-2001

Klasifikasi 1997 1998 1999 2000 2001

Jumlah Kasus 140 230 193 197 123

Jumlah Orang Ditangkap 2.106 1.894 2.083 1.505 503Ditahan 1.987 1.866 2.083 1.461 501

Tindakan Perusakan 28 21 12 8 11Penganiayaan 16 25 45 28 38Perampokan 5 7 16 5 18Perkelahian 64 115 151 175 105Lain-lain 25 51 36 33 53

Korban Luka-luka 51 108 121 42 39Luka parah 40 34 71 22 32Meninggal 13 15 32 28 23

Kerugian Materi Bis 569 490 461 175 -Non-bis 19 15 17 - -Bank/Sekolah 3 - 2 - -Lain-lain 1 5 4 - -

Sumber: Badan Pusat Statistik: Indikator Kesejahteraan Anak-anak 2001

KKKKKesimpulanesimpulanesimpulanesimpulanesimpulan

Pada tahun 2002, populasi laki-laki dan perempuan muda yang berusia 15-19 tahun dan 20-24tahun masing-masing mencapai 20 juta dan 18,3 juta. Jumlah kaum muda (berusia 15-24 tahun) padatahun yang sama mencerminkan 17,8 persen dari total penduduk Indonesia Sekitar 48 persen dari jumlahini tinggal di perkotaan. Populasi orang muda yang tinggal di perkotaan telah berlipat ganda selama 30tahun terakhir, sedangkan populasi di pedesaan terus menurun. Kesenjangan antara kaum mudaberpendidikan di perkotaan dan pedesaan makin mengecil.

Perempuan dan laki-laki muda di Indonesia harus menghadapi rangkaian tantangan sosial ekonomiyang bertubi-tubi, termasuk di dalamnya peningkatan jumlah pengangguran dan setengah pengangguran.Sejak era 1980-an angka pengangguran di kalangan muda terus meningkat, baik mereka yang tinggal diperkotaan maupun pedesaan dan masing-masing telah mencapai 33 persen dan 24 persen. Dalam waktu10 tahun terakhir, tingkat pengangguran kaum perempuan dan lulusan perguruan tinggi naik secarasignifikan.

Angka pengangguran tidak menggambarkan betapa serius masalah-masalah tenaga kerja muda yangsesungguhnya karena sebagian besar dari mereka tidak dapat bertahan hidup tanpa adanya sumberpenghasilan. Sebaliknya, kurangnya kesempatan kerja terlihat dalam bentuk kesempatan kerja tidakterikat, pergantian sementara yang terus-menerus, pengaturan hubungan kerja yang tidak terjamin dan

Page 44: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

44

pendapatan yang rendah. Di Indonesia, setengah pengangguran sangat tinggi di kalangan kaum mudayang berpendidikan yang terbatas Porsi terbesar mereka ini adalah orang muda yang bekerja pada keluargamereka sendiri (sekitar 40 persen). Kondisi ini masih lebih baik dibandingkan dengan tahun 2000 dimana angka mereka yang bekerja pada keluarga sendiri mencapai 60 persen.

Pengangguran dan setengah pengangguran kaum muda menciptakan suatu lingkaran setan kemiskinandan keterpinggiran. Ketiadaan pekerjaan untuk kaum muda dan disparitas pendapatan dapat dikaitkandengan masalah-masalah pribadi dan masalah sosial seperti kesehatan, kejahatan, vandalisme dan narkoba.Ini tidak saja mengkhawatirkan, namun juga berakibat pada hilangnya bakat-bakat kreatif kaum mudayang mestinya dapat menciptakan kontribusi inovatif bagi angkatan kerja dan masyarakat.

Page 45: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

45

PPPPPendahuluanendahuluanendahuluanendahuluanendahuluan

Berdasarkan laporan penelitian yang dibuat SMERU5, untuk setiap kenaikan upah minimum riilsebesar 10 persen, akan terjadi pengurangan tenaga kerja secara keseluruhan sebesar satu persen. Hal itujuga mempengaruhi faktor-faktor lain yang mempengaruhi tenaga kerja seperti pertumbuhan ekonomidan pertumbuhan penduduk yang bekerja. Secara signifikan, efek negatif pengaturan upah minimumpaling dirasakan kelompok-kelompok yang paling rentan terhadap perubahan di dalam pasar kerja sepertiperempuan, pekerja muda, dan pekerja berpendidikan rendah, yang sesungguhnya merupakan bagianterbesar pekerja sektor formal dan informal. Demikian juga, krisis ekonomi juga mengakibatkan dua halterhadap tenaga kerja muda, yakni pengangguran serta upah yang lebih rendah. Kedua hal ini akanmeningkatkan kemiskinan di kalangan kaum muda.

Bab ini akan memaparkan karakteristik kaum muda yang kurang beruntung dan hubungannya denganprofil kemiskinan. Bab ini akan menggambarkan kondisi orang miskin berdasarkan berbagai karakteristik,seperti lokasi, jender, pendidikan, pola konsumsi dan tenaga kerja. Deskripsi dalam bab ini akan terfokuspada orang muda, yakni mereka yang berusia 15-24 tahun.

Terdapat beberapa keterbatasan di dalam mencermati data kemiskinan dan tenaga kerja di Indonesia.Database yang umumnya digunakan untuk menganalisa kondisi sosial ekonomi dan kemiskinan adalahSurvei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap tigatahun. Pada sisi lain, data statistik mengenai pasar kerja dan tenaga kerja yang diperoleh dari SurveiAngkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilakukan setiap tahun.

Secara umum, untuk mengukur tingkat kemiskinan suatu negara perlu dihitung jumlah orang yanghidup di bawah garis kemiskinan. Terdapat berbagai definisi mengenai garis kemiskinan yang dapatdigunakan untuk menetapkan indikator kemiskinan di Indonesia. Indikator itu antara lain dikeluarkanoleh BPS, LPEM FEUI dan Bank Dunia. Kalkulasi dalam makalah ini menggunakan garis kemiskinandari BPS untuk tahun-tahun 1996, 1999 dan 2002. Garis kemiskinan biasanya diperoleh denganmenggunakan modul konsumsi dalam data SUSENAS, sehingga garis kemiskinan itu mencerminkanrata-rata konsumsi bulanan minimum untuk tiap orang.6 Garis-garis kemiskinan ini dapat dilihat dalamTabel 2.1.

Bab 2Kemiskinan dan Kaum Muda

5 Kertas Kerja Lembaga Penelitian SMERU, dengan dukungan dari USAID/PEG, Oktober 2001, Wage and Employment, Effects ofMinimum Wage Policy in the Indonesian Urban Labor Market, SMERU, 2001.

6 LPEM FEUI telah melakukan penelitian mengenai penghitungan garis kemiskinan di Indonesia dan tingkat kemiskinan di Indonesiadengan menggunakan metode yang berbeda-beda: “Menghitung Kembali Tingkat Kemiskinan di Indonesia 1990-1999”, LPEMFEUI, belum diterbitkan, 2000; “The Indonesian Poverty Profile”, unpublished research paper, 2001.

Page 46: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

46

Tabel 2.1. Garis Kemiskinan untuk Indonesia (versi BPS), 1996-2002

Tahun Garis Kemiskinan (Rp/bulan/orang)Kota Desa Total

1996 42,032 31,366 36,0591999 92,409 74,272 82,2522002 130,499 96,512 111,466

Sumber: BPS

Ada sejumlah keterbatasan bila kita menggunakan modul konsumsi SUSENAS untuk menganalisakemiskinan berdasarkan kondisi tenaga kerja karena data yang ada mengklasifikasikan tiap rumah tanggamenurut pekerjaan utama kepala rumah tangga. Praktek ini mengesampingkan kemungkinan adanyadiversifikasi pekerjaan dalam rumah tangga dan tidak memperhatikan adanya kemungkinan bahwa adaanggota keluarga itu (termasuk kepala keluarga) dapat memiliki lebih dari satu pekerjaan di sektor-sektor atau status pekerjaan yang berbeda. Dalam rangka memperoleh profil data secara individual, kitaharus mengkombinasikan data SUSENAS dan SAKERNAS. Namun karena kedua survei tersebutmenggunakan kerangka dasar (baseline) yang berbeda, angka-angka yang diperoleh mungkin kurang akuratTerlepas dari segala keterbatasannya, klasifikasi ini sangat berguna untuk mengaitkan kemiskinan dengankondisi tenaga kerja, baik secara umum maupun di kalangan kaum muda. Terlebih lagi, data proporsiyang ada masih valid untuk menggambarkan kondisi kemiskinan dan tenaga kerja muda.

Gambaran Umum Profil Kemiskinan di IndonesiaGambaran Umum Profil Kemiskinan di IndonesiaGambaran Umum Profil Kemiskinan di IndonesiaGambaran Umum Profil Kemiskinan di IndonesiaGambaran Umum Profil Kemiskinan di Indonesia

Kemiskinan di Indonesia bertambah sejak krisis ekonomi tahun 1997. Sebelum terjadi krisis, padatahun 1996, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan di daerah perkotaan mencapai 13,39persen dan di pedesaan sekitar 20,17 persen dari jumlah penduduk keseluruhan, seperti dapat dilihatIndek Kemiskinan (Headcount Index/HCI) di tabel berikut. Akan tetapi, jumlah orang yang hidup di bawahgaris kemiskinan meningkat pada tahun 1999 menjadi 18,60 persen di perkotaan dan 27,66 persen dipedesaan. Pada tahun 2002, pola ini menjadi terbalik, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinanmenurun dari 24,09 persen pada 1999 menjadi 17,61 persen di tahun 2002. Jumlah orang miskin ditahun 2002 diperkirakan mencapai 35,7 juta orang.

Sebagaimana dapat dilihat dalam indikator-indikator kesenjangan kemiskinan, pola kemiskinanmengalami perubahan sejak tahun 1999. Sebelum tahun 1999, tingkat kemiskinan mulai memburuk,tapi kemudian terbalik pada periode 1999-2002, di mana index kemiskinan turun dari 4,67 menjadi3,01. Turunnya index ini lebih signifikan di daerah pedesaan dibandingkan dengan di daerah perkotaan.(Lihat Tabel 2.2)

Tabel 2.2. Indikator Kemiskinan untuk Indonesia, 1996-2002

Tahun Indek Kemiskinan Indek Kesenjangan KemiskinanKota Desa Total Kota Desa Total

1996 13.39 20.17 17.72 2.40 3.57 3.151999 18.60 27.66 24.09 3.58 5.52 4.762002 14.42 20.16 17.61 2.59 3.35 3.01

Sumber: LPEM FEUI, BPS

Page 47: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

47

Berdasarkan klasifikasi usia, persentase orang miskin dalam kelompok usia 15-24 tahun sebesar16,6 persen di tahun 1996 dan meningkat menjadi 18,1 persen di tahun 1999 dan 2002. Seperti dapatdilihat dalam Figur 2.1, proporsi tertinggi dari orang miskin berusia di bawah 10 tahun, diikuti olehkelompok 30-44 tahun dan 10-14 tahun. Pola ini tetap sama dalam periode 1996-2002. Di tiap klasifikasiusia, jumlah orang miskin meningkat tajam di tahun 1999 dibandingkan dengan 1996. Akan tetapi angkaini turun di tahun 2002. Jumlah orang muda (15-24 tahun) di tahun 2002 mencapai 38 juta orang dengan21,3 persen di antara mereka hidup di bawah garis kemiskinan.

Figur 2.1. Persentase Orang Miskin Berdasarkan Usia, 1996-2002

Profil orang miskin dibandingkan dengan orang tidak miskin pada tahun 2002 dapat dilihat dalamTabel 2.3. Proporsi laki-laki dan perempuan secara relatif sama, baik di daerah perkotaan maupunpedesaan, untuk orang miskin dan tidak miskin. Berdasarkan tingkat pendidikan, persentase dari orangyang menyelesaikan pendidikan tinggi (SMA, perguruan tinggi) lebih tinggi untuk orang tidak miskinyang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan kelompok-kelompok lainnya. Sedangkan untukorang miskin presentase dari mereka yang berpendidikan sekolah dasar (tamat atau tidak) relatif tinggiyakni 60 persen. Persentase ini lebih tinggi di daerah pedesaan dibandingkan daerah perkotaan.

Tabel 2.3. Profil Orang Miskin dan Tidak Miskin di Indonesia (%), 2002

Tidak Miskin Miskin Semua Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa Total

Klasifikasi Usia< 10 17.4 18.7 18.1 22.4 24.4 23.6 18.4 20.1 19.310-14 9.0 10.3 9.7 12.3 13.3 12.9 9.7 11.0 10.415-19 10.1 9.4 9.8 11.6 10.0 10.6 10.4 9.5 9.920-24 10.3 8.2 9.2 8.5 6.9 7.5 10.0 7.9 8.825-29 9.7 8.5 9.0 7.0 6.7 6.8 9.1 8.0 8.530-44 24.0 22.1 23.0 20.3 20.6 20.5 23.3 21.8 22.545-59 12.7 14.0 13.4 10.7 11.0 10.9 12.3 13.3 12.9<= 60 6.6 8.7 7.7 7.2 7.2 7.2 6.7 8.3 7.6

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

< 10 10-14 15-19 20-24 25-29 30-44 45-59 <= 60

Age classfication

thou

sand

peo

ple

1996 1999 2002

Sumber: SUSENAS 1996-2002

Page 48: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

48

0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000

Rupiah

Non Poor

Poor

Non Poor

Poor

Non Poor

Poor

1996

1999

2002

Food Non Food

Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

JenderLaki-laki 49.9 50.3 50.1 49.8 49.8 49.8 49.9 50.2 50.1Perempuan 50.1 49.7 49.9 50.2 50.2 50.2 50.1 49.8 49.9Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Tingkat PendidikanTidak Menjawab 14.3 20.7 17.8 21.8 26.9 24.9 15.7 22.2 19.3Kurang dari SD 18.2 28.1 23.5 28.1 33.0 31.1 20.1 29.3 25.2Sekolah Dasar 20.7 31.0 26.2 27.4 29.8 28.9 22.0 30.7 26.8Sekolah Menegah Pertama 16.1 11.7 13.7 13.2 7.5 9.7 15.6 10.7 12.9Sekolah Menengah Atas 23.6 7.2 14.8 8.8 2.6 5.0 20.8 6.1 12.6Perguruan Tinggi 7.1 1.3 4.0 0.6 0.2 0.3 5.8 1.0 3.2Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Sumber: SUSENAS 2002

Untuk pola konsumsi, sebagaimana dapat dilihat pada Figur 2.2, tingkat konsumsi rata-rata bulananorang miskin jauh lebih rendah daripada orang tidak miskin. Perbedaan ini sangat terlihat pada tahun2002, di mana konsumsi rata-rata bulanan dari orang miskin mencapai Rp. 90.000 dan orang tidak miskinsekitar Rp. 220.000. Berdasarkan data dari tahun 1996-2002, 65 persen dari konsumsi orang miskinadalah untuk makanan. Sedangkan orang yang tidak miskin hanya mengalokasikan 50 persen untukkonsumsi makanan.

Figur 2.2. Pengeluaran Rata-rata Bulanan Orang Miskin dan Tidak Miskin, 1996-2002

Bila kita memilah kemiskinan berdasarkan status pekerjaan dan sektor kerja maka akan diperolehhasil-hasil yang menarik (lihat Tabel 2.4). Pada tahun 2002, sebagian besar dari orang miskin bekerjasebagai majikan (23,7 persen), pekerja tidak dibayar (22,3 persen), dan bekerja untuk diri sendiri dengan

Sumber: SUSENAS 1996-2002

Page 49: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

49

pembantu paruh waktu (21,3 persen). Di lain pihak, 35 persen dari orang tidak miskin bekerja sebagaimajikan dan 20,7 persen bekerja untuk diri sendiri tanpa asisten. Hal yang menarik lainnya adalahperbandingan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Sekitar 40 persen orang miskin yang bekerja sebagaimajikan tinggal di daerah perkotaan dan hanya 14 persen yang tinggal di daerah pedesaan. Di lain pihak,29 persen orang miskin bekerja sebagai pekerja yang tidak dibayar di daerah pedesaan, dan hanya sembilanpersen yang tinggal di daerah perkotaan.

Tabel 2.4. Profil Tenaga Kerja Orang Miskin dan Tidak Miskin di Indonesia (%), 2002

Tidak Miskin Miskin Semua Kota Desa Total Kota Desa Total Kota Desa TotalKesempatan Kerja menurut Status Kerja Bekerja Sendiri 21.4 20.1 20.7 25.9 16.3 19.7 22.2 19.3 20.5Bekerja sendiri dengan asisten sementara 9.4 26.1 19.0 11.6 26.6 21.3 9.8 26.2 19.4Pengusaha dengan asisten tetap 3.9 2.9 3.3 2.2 1.6 1.8 3.6 2.6 3.0Pegawai 55.3 19.9 35.0 40.4 14.5 23.7 52.7 18.7 32.7Buruh lepas bidang pertanian 1.3 6.0 4.0 6.0 9.5 8.2 2.1 6.7 4.8Buruh lepas bukan pertanian 2.1 2.1 2.1 4.9 2.1 3.1 2.6 2.1 2.3Pekerja tidak dibayar 6.6 22.9 15.9 9.0 29.6 22.3 7.0 24.4 17.2Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Kesempatan Kerja menurut bidang pekerjaan Pertanian 10.2 64.3 41.2 27.9 77.3 59.8 13.3 67.2 45.0Pertambangan 0.8 0.9 0.9 0.9 0.7 0.8 0.8 0.9 0.9Industri 19.6 8.2 13.0 18.1 7.1 11.0 19.3 7.9 12.6Peralatan 0.4 0.1 0.2 0.2 0.0 0.1 0.4 0.1 0.2Konstruksi 5.3 3.4 4.2 8.5 2.7 4.8 5.8 3.2 4.3Perdagangan 30.7 12.4 20.2 23.7 6.8 12.8 29.5 11.2 18.7Transportasi 7.9 3.7 5.5 8.4 2.2 4.4 8.0 3.4 5.3Keuangan 3.3 0.4 1.6 0.7 0.1 0.3 2.9 0.3 1.4Jasa lainnya 21.8 6.7 13.1 11.5 3.1 6.1 20.0 5.9 11.7Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Sumber: SAKERNAS - SUSENAS 2002

Seperti terlihat dalam Tabel 2.4, baik orang miskin maupun tidak miskin, sebagian besar bekerja disektor pertanian dengan presentase 60 persen dan 41 persen berturut-turut. Sektor tertinggi kedua adalahperdagangan, baik untuk orang miskin maupun tidak miskin, dengan presentase lebih tinggi untuk orangtidak miskin (20 persen dibandingkan 13 persen untuk orang miskin). Bila kita membagi data menurutperkotaan-pedesaan, hampir tiga perempat dari orang miskin bekerja di sektor pertanian. Di lain pihak,28 persen orang miskin di perkotaan bekerja di bidang pertanian dan 24 persen bekerja di sektorperdagangan.

Page 50: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

50

Profil Kemiskinan Kaum MudaProfil Kemiskinan Kaum MudaProfil Kemiskinan Kaum MudaProfil Kemiskinan Kaum MudaProfil Kemiskinan Kaum Muda

Bagian berikut ini akan memfokuskan diri pada gambaran orang miskin muda berusia 15-24 tahun.Seperti dapat kita lihat dalam Figur 2.1, jumlah orang miskin muda telah meningkat dari tahun 1996sampai 1999. Seiring dengan bertambahnya orang yang hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun1999, jumlah orang muda yang hidup di bawah garis kemiskinan pun meningkat. Walaupun terdapatsuatu periode di mana jumlah pengangguran di kalangan muda bertambah (Figur 1.13 dan 1.14), pendapatanbulanan mereka (dengan menggunakan pengeluaran rata-rata bulanan sebagai perhitungan) masih dibawah pendapatan bulanan rata-rata minimum (yang diwakili oleh garis kemiskinan). Data ini jugamenunjukkan bahwa selama krisis jumlah orang muda yang berpartisipasi di dalam angkatan kerjameningkat. Sepertinya orang muda yang sebelum krisis tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja kemudianharus bekerja untuk membantu keluarga mereka.

Jumlah orang muda miskin turun pada tahun 2002 dibandingkan dengan jumlah keseluruhan orangyang hidup di bawah garis kemiskinan. Seperti dapat dilihat dalam Figur 2.3, persentase orang mudayang hidup di bawah garis kemiskinan menurun dari 29 persen (11,3 juta orang) di tahun 1999 menjadi21 persen (8,1 juta orang) di tahun 2002.

Figur 2.3. Jumlah Orang Muda Miskin dan Tidak Miskin, 1996-2002

Berdasarkan tempat tinggal, karakteristik orang muda miskin serupa dengan karakteristik orangmiskin secara nasional. Berdasarkan data 1996-2002, sebagian besar orang muda miskin hidup daerahpedesaan. Secara rata-rata, sekitar 60 persen orang miskin muda hidup di daerah pedesaan dan 40 persendi daerah perkotaan.

27,984

8,551

28,274

11,292

30,043

8,113

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

thou

sand

peop

le

1996 1999 2002

year

Non Poor Poor

Sumber: SUSENAS 1996-2002

Page 51: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

51

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

1996 1999 2002

year

peop

le

Urban Rural

Figur 2.3. Jumlah Orang Miskin Muda menurut Tempat Tinggal, 1996-2002

JenderJenderJenderJenderJender

Berdasarkan jender, jumlah laki-laki dan perempuan miskin muda secara relatif sama, baik di daerahpedesaan dan perkotaan. Sejak 1996, presentase laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuanmiskin muda, namun perbedaan ini tidaklah terlalu signifikan. Di tahun 2002, 51 persen orang mudamiskin adalah laki-laki dan 49 persen perempuan (lihat Tabel 2.5).

Tabel 2.5. Persentase Orang Miskin Muda menurut Tempat dan Jender, 1996-2002

Tempat Jender 1996 1999 2002

Kota Laki-laki 51.8 49.5 50.2 Perempuan 48.2 50.5 49.8Desa Laki-laki 50.6 50.8 50.7 Perempuan 49.4 49.2 49.3Total Laki-laki 50.6 51.2 50.9 Perempuan 49.4 48.8 49.1

Sumber: SUSENAS 1996-2002

PendidikanPendidikanPendidikanPendidikanPendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar kaum muda miskin pada tahun 2002 telahmenyelesaikan sekolah dasar (47 persen) dan sekolah menengah pertama (30 persen). Lulusan perguruantinggi hanya mewakili 0,3 persen jumlah orang muda miskin secara keseluruhan (lihat Figur 2.4).

Sumber: SUSENAS 1996-2002

Page 52: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

52

Figur 2.4. Persentase Orang Muda Miskin menurut Tingkat Pendidikan, 2002

Dengan menganalisa tingkat pendidikan orang miskin berdasarkan tempat pada Tabel 2.6, kitadapat melihat bahwa orang muda miskin di daerah perkotaan relatif memiliki tingkat pendidikan lebihtinggi dibandingkan mereka dari pedesaan. Pada tahun 2002, persentase orang yang tinggal di perkotaandan telah tamat SMP hampir 36 persen dibandingkan dengan 25 persen di pedesaan. Terlebih lagi,persentase orang yang tinggal di daerah perkotaan dan telah tamat SMA mencapai 16,5 persen dibandingkan5,5 persen di daerah pedesaan.

Tabel 2.6. Persentase Orang Muda Miskin menurut Tempat dan Tingkat Pendidikan, 2002

Tingkat Pendidikan Kota Desa Total

Tidak tamat SD 8.26 13.62 11.30Tamat SD 38.30 53.09 46.70Tamat SMP 35.47 24.93 29.49Tamat SMA 16.51 5.50 10.26Tamat Perguruan Tinggi 0.54 0.10 0.29Tidak Jawab 0.93 2.75 1.96Total 100.00 100.00 100.00

Sumber: SUSENAS 2002

Pola KonsumsiPola KonsumsiPola KonsumsiPola KonsumsiPola Konsumsi

Berdasarkan pola konsumsi, yang kurang lebih sama dengan pola orang miskin secara umum, sebagianbesar pengeluaran bulanan digunakan untuk membeli makanan. Rata-rata, selama periode 1996-2002,sebanyak 65 persen pengeluaran orang muda miskin adalah untuk membeli makanan. Di lain pihak,orang muda yang tidak miskin hanya menggunakan 47 persen dari pengeluaran bulanan mereka untukmakanan.

Seperti dapat dilihat dalam Figur 2.5, pada tahun 2002, konsumsi makanan untuk orang miskinmuda sebesar 67,4 persen, diikuti pengeluaran untuk peralatan dan keperluan rumah tangga sebesar

Completed elementary

school46.7%

Not completed elementary

school11.3%

NA2.0%

Completed senior high school

10.3%

Completed college or university

0.3%

Completed junior high school

29.5%

Sumber: SUSENAS 2002

Page 53: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

53

Durable goods1.2%

Food67.4%

Tax and insurance0.3%

Ceremonial expenditures

1.6%

Clothes, shoes, head covers

4.7%

Education2.6%

Health3.4%

Goods and services

3.6%Housing & household

facilities15.4%

15,4 persen. Pengeluaran bulanan untuk kesehatan dan pendidikan secara relatif rendah, yakni berturut-turut hanya 3,4 persen dan 2,6 persen.

Figur 2.5. Persentase Pengeluaran Rata-rata Bulanan untuk Orang Miskin Muda, 2002

Rasio TRasio TRasio TRasio TRasio Tenaga Kerja di Kalangan Orang Muda Miskinenaga Kerja di Kalangan Orang Muda Miskinenaga Kerja di Kalangan Orang Muda Miskinenaga Kerja di Kalangan Orang Muda Miskinenaga Kerja di Kalangan Orang Muda Miskin

Rasio tenaga kerja terhadap jumlah penduduk dapat mengindikasikan peluang dipekerjakannyapenduduk yang secara potensial produktif. Untuk orang miskin muda, rasio ini dikembangkan denganmemperbandingkan jumlah semua orang miskin yang bekerja dengan jumlah keseluruhan orang miskindalam kurun waktu tertentu. Hasilnya menunjukkan pola yang menarik, di mana secara rata-rata, rasiotenaga kerja untuk orang miskin muda cenderung turun dari tahun 1996 sampai 2002 dengan rasio rata-rata sebesar 45 persen. Pada tahun 2002, dari jumlah kaum muda miskin sebanyak 8,1 juta orang, hanya42 persen yang memiliki pekerjaan atau hanya 3,4 juta orang. Seperti telah dibahas dalam bab sebelumnya,kecenderungan penurunan ini hampir sama dengan rasio tenaga kerja kaum muda terhadap jumlahpenduduk. (lihat Figur 1.9 dan 1.10).

Berdasarkan tempat tinggal, rasio tenaga kerja di daerah perkotaan secara relatif lebih rendahdibandingkan dengan daerah pedesaan. Di tahun 2002, rasio di di pedesaan sebesar 47,5 persen, sedangkanuntuk perkotaan hanya sebesar 34,5 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar dari orangmuda miskin di daerah perkotaan tidak terlibat secara aktif di dalam bursa kerja.

Sumber: SUSENAS 2002

Page 54: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

54

34.5%37.9%

33.0%

47.5%54.7% 50.9%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

1995 1997 1999 2001 2003

Year

Perc

enta

ge

Urban Rural

Figur 2.6. Rasio Tenaga Kerja terhadap Populasi Orang Miskin menurut Tempat, 1996-2002

TTTTTenaga Kerja Berdasarkenaga Kerja Berdasarkenaga Kerja Berdasarkenaga Kerja Berdasarkenaga Kerja Berdasarkan Status Pan Status Pan Status Pan Status Pan Status Pekekekekekerjaanerjaanerjaanerjaanerjaan

Dilihat dari status pekerjaan, sebagian besar orang miskin yang bekerja berada di sektor informal,meskipun kondisi ini cenderung turun dalam kurun waktu 1996- 2002. Definisi sektor informal yangdigunakan di sini berasal dari BPS, yaitu sektor informal terdiri dari mereka yang bekerja sendiri tanpaadanya bantuan, bekerja sendiri dengan bantuan sementara, pekerja lepas dan pekerja tanpa dibayar. Dilain pihak, sektor formal terdiri dari pegawai dan pemberi kerja dengan bantuan tetap. Karena orangmuda miskin tidak memiliki pendidikan yang tinggi (sebagian besar tidak tamat atau hanya tamat sekolahdasar), sangatlah sulit bagi merela memasuki sektor formal yang membutuhkan pendidikan danketerampilan tinggi.

Dalam angka berikut ini, rata-rata orang miskin muda yang bekerja di sektor informal selama 1999-2002 mencapai sekitar 65 persen. Terdapat kenaikan sedikit dari tahun 1999 (63,1 persen) ke tahun2002 (65,8 persen). Pola ini berbeda dengan orang muda tidak miskin di mana rata-rata mereka yangbekerja di sektor informal sebesar 53 persen selama 1999-2002 dan jumlah ini relatif stabil selamaperiode tersebut.

Bila kita mencermati secara lebih rinci, pada tahun 2002 sebagian besar orang muda miskin bekerjasebagai pegawai dan pekerja tidak dibayar, dengan presentase sebesar 33,4 persen dan 39,23 persen darijumlah keseluruhan orang miskin muda (Tabel 2.7). Bila kita bandingkan dengan profil orang miskinsecara umum maka jumlah ini menunjukkan pola yang sama. Menurut tempat, orang muda miskin yangbekerja sebagai pegawai di daerah perkotaan mewakili 58 persen dari jumlah keseluruhan orang mudamiskin yang bekerja Di lain pihak, di daerah pedesaan, 52,3 persen orang miskin yang bekerja merupakanpekerja tidak dibayar. Data ini menunjukkan indikasi bahwa untuk daerah pedesaan yang didominasisektor pertanian, sebagian besar orang muda yang hidup di bawah garis kemiskinan bekerja sebagaipekerja yang tidak dibayar.

Sumber: SUSENAS 1996-2002

Page 55: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

55

Figur 2.7 Persentase orang muda miskin menurut status kerja, 1999-2002

Tabel 2.7. Persentase Orang Muda Miskin menurut Status kerja dan Tempat, 2002

Status Kerja Kota Desa Total

Bekerja sendiri tanpa bantuan 13.27 9.61 10.91Bekerja sendiri dengan bantuan sementara 2.40 6.35 4.94Bekerja sendiri dengan bantuan tetap 1.23 0.68 0.87Pegawai 58.02 19.76 33.38Pekerja lepas sektor pertanian 3.79 8.73 6.97Pekerja lepas non-pertanian 5.79 2.57 3.72Pekerja tidak diupah 15.51 52.30 39.21Total 100.00 100.00 100.00

Sumber: SAKERNAS & SUSENAS 2002

TTTTTenaga Kerja berdasarkenaga Kerja berdasarkenaga Kerja berdasarkenaga Kerja berdasarkenaga Kerja berdasarkan Bidang Pan Bidang Pan Bidang Pan Bidang Pan Bidang Pekekekekekerjaanerjaanerjaanerjaanerjaan

Sebagian besar orang muda bekerja di bidang pertanian, pola ini pun terlihat di kalangan mudamiskin yang bekerja. Lebih dari 50 persen orang muda miskin yang bekerja berada di sektor pertaniandalam kurun waktu 1996- 2002. Sektor terbesar berikutnya yang menjadi tempat orang miskin mudabekerja adalah bidang industri dan perdagangan dengan tingkat rata-rata masing-masing 16 persen dan11 persen selama periode 1996-2002 (Tabel 2.8).

Sumber: SUSENAS 1996-2002

Page 56: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

56

Tabel 2.8. Persentase Orang Muda Miskin menurut Bidang Pekerjaan, 1996-2002

Bidang Pekerjaan Tidak Miskin Miskin1996 1999 2002 1996 1999 2002

Pertanian 38.00 38.23 37.67 58.14 56.80 54.81Pertambangan 0.92 0.83 1.05 0.91 0.84 0.77Industri 19.02 18.53 21.64 15.72 15.98 16.69Utilitas 0.40 0.27 0.13 0.24 0.08 0.05Konstruksi 5.28 3.83 4.08 5.54 4.09 5.50Perdagangan 16.20 19.96 18.31 9.12 11.81 12.71Transportasi 4.18 4.71 5.17 2.58 3.45 3.84Keuangan 0.73 0.77 1.25 0.17 0.29 0.32Jasa-jasa lain 15.27 12.88 10.69 7.59 6.66 5.31Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: SAKERNAS & SUSENAS 1996-2002

Bila kita cermati data tahun 2002, sebagian besar orang muda miskin di daerah perkotaan bekerja dibidang industri dan perdagangan, diikuti sektor pertanian. Di lain pihak, untuk daerah pedesaan, 74persen orang muda miskin bekerja di sektor pertanian. Sekali lagi, profil yang ada di sini mirip denganprofil kemiskinan secara keseluruhan yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya.

Tabel 2.9. Persentase Orang Muda Miskin menurut Bidang Pekerjaan dan Tempat, 2002

Bidang Pekerjaan Kota Desa Total

Pertanian 19.98 74.00 54.81Pertambangan 0.91 0.69 0.77Industri 29.45 9.65 16.69Utilitas 0.08 0.04 0.05Konstruksi 9.36 3.37 5.50Perdagangan 24.19 6.39 12.71Transportasi 6.50 2.38 3.84Keuangan 0.74 0.08 0.32Jasa-jasa lain 8.79 3.40 5.31Total 100.00 100.00 100.00

Sumber: SAKERNAS & SUSENAS 2002

KKKKKesimpulanesimpulanesimpulanesimpulanesimpulan

Data menunjukkan bahwa jumlah orang muda miskin telah meningkat secara signifikan dari tahun1996 sampai 1999, mengikuti jumlah keseluruhan orang miskin selama periode itu yang juga meningkat.Tapi, pada tahun 2002, jumlah orang miskin berkurang, begitu pula jumlah orang muda miskin. Persentaseorang muda miskin yang hidup di bawah garis kemiskinan turun dari 29 persen pada tahun 1999 menjadi21 persen pada tahun 2002.

Profil orang muda miskin sesungguhnya paralel terhadap profil orang miskin secara umum. Sebagianbesar orang muda miskin tinggal di daerah pedesaan dan memiliki tingkat pendidikan yang rendah (biasanya

Page 57: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

57

tidak melampaui sekolah dasar) dan mengalokasikan sebagian besar pengeluaran bulanan mereka untukmakanan.

Dari sudut pandang tenaga kerja, rasio tenaga kerja terhadap orang muda miskin cenderung turundari tahun 1996 sampai 2002. Pada tahun 2002, dari 8,1 juta orang muda miskin, hanya sekitar 42persen (3,4 juta orang) yang bekerja. Rasio tenaga kerja di perkotaan relatif lebih rendah dibandingkandengan daerah pedesaan. Ini mengindikasikan bahwa sebagian besar orang muda miskin di perkotaantidak terlibat secara aktif dalam kegiatan bursa kerja.

Sebagian orang muda miskin bekerja di sektor informal, meski jumlah ini cenderung turun daritahun 1996 sampai 2002. Karakteristik utama orang muda miskin yang memiliki tingkat pendidikanrendah menyebabkan mereka sulit menembus sektor formal yang membutuhkan pendidikan danketerampilan yang lebih tinggi. Dalam kurun waktu 1996-2002, lebih dari 50 persen orang muda miskinbekerja di sektor pertanian. Sektor-sektor terbesar yang mengikutinya adalah industri dan perdagangandengan persentase masing-masing 16 persen dan 11 persen selama periode 1996-2002.

Page 58: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

58

Page 59: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

59

PendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluanPendahuluan

Kewirausahaan merupakan salah satu pilihan yang dapat diambil kaum muda untuk bisa berpartisipasidalam pasat tenaga kerja dan mencari mata pencaharian. Di Indonesia, jumlah orang muda yang bekerjadi sektor informal relatif tinggi, mendekati rata-rata 65 persen dalam kurun waktu 1990-2002. Lebihjauh lagi, hampir 20 persen orang muda yang memiliki pekerjaan bekerja sendiri, yang terdiri dari bekerjauntuk diri sendiri tanpa bantuan, bekerja untuk diri sendiri dengan bantuan sementara dan bekerja untuksendiri dengan bantuan tetap. Sebagai tambahan, bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa orang mudayang paling rendah tingkat pendidikannya bekerja di bidang informal sebagai wirausaha karena merekatidak memiliki tingkat pendidikan yang tinggi untuk menembus bidang kerja formal.7 Angka-angka inimengindikasikan bahwa kewirausahaan merupakan salah satu pilihan agar kalangan muda dapat memilikipekerjaan yang layak.

Orang muda yang memulai usaha mereka sendiri kemungkinan besar akan menghadapi berbagairintangan. Meski kewirausahaan tidak membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi, ia tetapmembutuhkan berbagai keterampilan tertentu. Sebagian besar dari permasalahan ini akan ditemui olehsiapapun yang memulai usaha baru, tapi beberapa di antaranya terkait dengan usia sang wirausaha yangmasih terlalu muda. Orang muda biasanya memiliki jaringan dan hubungan usaha yang terbatasdibandingkan mereka yang lebih tua. Satu masalah mendasar adalah ketidakmampuan memperoleh danaawal yang dapat mengarah pada kekurangan modal (memulai suatu usaha tanpa dana yang mencukupi).Masalah-masalah lain yang sering ditemui adalah pengelolaan arus kas, terutama dalam menangani kreditmacet dan pembayaran yang telat; menghadapi stres, terutama tanpa dukungan teman-teman yangmemahami tuntutan tenaga kerja yang memulai usaha sendiri. Setelah usaha sendiri mulai dijalankan,masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan manajemen usaha seperti pengembangan usaha,bagaimana mempekerjakan orang yang tepat dan bagaimana mengelola orang lain untuk pertama kalinya.

Mengingat kewirausahaan dapat menjadi salah satu pilihan untuk mengurangi pengangguran dikalangan muda, sangat disarankan agar pemerintah, sektor swasta, lembaga non-pemerintah danmasyarakat lokal dapat dengan cara mereka sendiri mendorong upaya-upaya untuk mendukung orangmuda memulai usaha mereka.

Bab ini akan memperkirakan seberapa besar jumlah orang muda yang bekerja sebagai wiraswastaatau di dalam usaha-usaha mikro; profil wirausahawan muda; jenis usaha yang mereka tekuni dantantangan-tantangan utama yang dihadapi orang muda dalam memulai dan mengembangkan usaha mereka.Sumber data yang digunakan dalam studi ini adalah SAKERNAS dari BPS selama periode 1997-2002.

Bab 3Kewirausahaan Kaum Muda

7 Gyorgy Sziraczki and Annemarie Reerink, “School-to-work Transition in Indonesia, ILO, 2003.

Page 60: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

60

Profil Kewirausahaan Kaum MudaProfil Kewirausahaan Kaum MudaProfil Kewirausahaan Kaum MudaProfil Kewirausahaan Kaum MudaProfil Kewirausahaan Kaum Muda

Besaran wiraswastawan dapat diukur dari jumlah tenaga kerja berdasarkan status kerja. Melaluianalisa ini, definisi dari seorang wirausahawan adalah orang yang bekerja sebagai wiraswasta tanpabantuan, wiraswasta dengan bantuan sementara dan wiraswasta dengan bantuan tetap. Menurut definisitersebut, persentase dari pekerja wiraswasta relatif lebih rendah dibandingkan dengan bukan wiraswasta.Secara rata-rata, 44 persen pekerja merupakan wiraswasta, sedangkan 56 persen bukan wiraswasta.Jumlah ini relatif stabil selama periode 1997-2002. Seperti dapat dilihat dalam Figur 3.1, terdapat sedikitpeningkatan jumlah pekerja wiraswasta dari tahun 1997 sampai 1999. Ini dapat mengindikasikan suatupergeseran status kerja dari nonwiraswasta menjadi wiraswasta akibat krisis ekonomi di mana banyakorang kehilangan pekerjaan mereka dan memulai usaha sendiri.

Figur 3.1. Persentase Pekerja Wiraswasta, 1997-2002

Sumber: SAKERNAS 1997-2002

Tabel 3.1 menunjukkan deskripsi lebih detil mengenai pekerja berdasarkan status kerja. Persentasewiraswastawan di daerah pedesaan lebih tinggi daripada perkotaan, terutama wiraswastawan denganbantuan tenaga sementara. Di lain pihak, persentase wiraswastawan tanpa bantuan lebih tinggi sedikit diperkotaan. Baik di daerah perkotaan dan pedesaan, persentase wiraswastawan yang dibantu tenaga tetapsecara relatif kecil. Hasil-hasil ini mengindikasikan bahwa sebagian besar wiraswastawan bergerak disektor informal dan hanya sedikit yang berada pada sektor formal.

43.3

56.7

46.1

53.9

42.9

57.1

44.4

55.6

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

%

1997 1999 2001 2002

Year

Self Employed Non-Self Employed

Page 61: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

61

Tabel 3.1. Persentase Pekerja menurut Status Kerja, 1997-2002

Status Kerja 1997 1999 2001 2002Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa

Wiraswasta 22.9 23.0 25.0 23.7 21.8 17.5 22.5 17.1Wiraswasta dibantu tenaga sementara 11.5 25.5 11.4 26.3 11.0 29.2 11.0 31.9Wiraswasta dibantu tenaga tetap 2.3 1.4 3.2 2.6 3.7 2.6 3.8 2.5Total Wiraswasta 36.8 49.8 39.6 52.6 36.5 49.3 37.4 51.5Pegawai 54.7 24.9 51.2 22.8 50.2 16.0 47.6 14.2Pekerja tidak diupah 8.5 25.3 9.2 24.7 8.8 26.6 8.3 24.2Pekerja lepas 0.0 0.0 0.0 0.0 4.6 8.1 6.8 10.1Total Non Wiraswasta 63.2 50.2 60.4 47.4 63.5 50.7 62.6 48.5Total 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Sumber: SAKERNAS 1997-2002

Tabel berikut ini menunjukkan persentase total wiraswastawan berdasarkan kelompok usia. Jumlahwiraswastawan berusia 30-44 tahun paling banyak dibandingkan kelompok usia lain, diikuti kelompokusia 45-59 tahun. Di lain pihak, hanya sedikit wiraswastawan yang berasal dari kelompok usia 15-24tahun. Rata-rata selama periode 1997-2002, hanya delapan persen wiraswastawan berusia di antara 15-24 tahun. Jumlah ini sedikit berkurang menjadi tujuh persen pada tahun 2001 dan 2002. Data menunjukkanbahwa tidak banyak orang muda yang memulai usaha mereka sendiri dan menjadi wirausahawan.

Hambatan dalam memulai usaha sendiri, mempertahankan usaha yang sudah ada, danmengembangkannya dirasakan lebih sulit dilakukan oleh orang muda. Di lain pihak, untuk orang dewasayang sudah memperoleh modal yang cukup (modal SDM, keuangan dan jaringan) serta pengalamanmemadai, halangan-halangan seperti itu secara relatif lebih mudah dilampaui. Penurunan jumlahwiraswastawan muda di tahun 2001 dapat mengindikasikan bahwa para wirausahawan muda tidak dapatmempertahankan usaha mereka setelah krisis ekonomi merebak.

Tabel 3.2. Persentase Wiraswastawan menurut Usia, 1997-2002

Usia 1997 1999 2001 2002

< 15 0.48 0.55 0.21 0.26 15 – 19 2.67 2.93 1.87 2.18 20 – 24 5.77 5.88 5.02 5.26 25 – 29 10.71 10.70 11.12 10.58 30 – 44 40.32 40.36 41.87 41.74 45 – 59 26.85 27.25 27.71 27.88> 60 13.21 12.33 12.21 12.09Total 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: SAKERNAS 1997-2002

Daerah PDaerah PDaerah PDaerah PDaerah Pedesaan dan Pedesaan dan Pedesaan dan Pedesaan dan Pedesaan dan Perkerkerkerkerkotaanotaanotaanotaanotaan

Dalam melakukan analisa berdasarkan tempat tinggal, kita menemukan bahwa sebagian besarwiraswastawan muda berada di pedesaan. Berdasarkan data tahun 1997- 2002, rata-rata sekitar 72 persendari mereka berada di pedesaan sementara hanya 28 persen yang tinggal di perkotaan. Di tahun 2002,

Page 62: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

62

jumlah wiraswastawan muda mencapai 3,2 juta orang, dengan hampir 2,3 juta di antaranya tinggal dipedesaan (lihat Figur 3.2).

Figur 3.2. Jumlah Wiraswasta Muda di Perkotaan-Pedesaan, 1997-2002

Sumber: SAKERNAS 2002

Bila kita lihat secara lebih detil, pada tahun 2002, para wiraswastawan muda di daerah pedesaanterdiri dari 50,4 persen wiraswastawan dengan bantuan sementara, 45,7 persen wiraswasta tanpa bantuan,dan hanya empat persen wiraswasta dengan bantuan tetap (lihat Figur 3.3). Komposisi ini sedikit berbedadengan yang ada di perkotaan. Dari jumlah keseluruhan wiraswastawan muda di perkotaan, hampir 77persen merupakan wiraswastawan tanpa bantuan, 17,5 persen wiraswastawan dengan bantuan sementara,dan hanya enam persen sebagai wiraswastawan dengan bantuan tetap (Figur 3.4). Data ini mengindikasikanbahwa untuk memulai usaha di daerah perkotaan secara relatif lebih sulit terutama untuk orang mudasehingga menyebabkan jumlah orang muda yang terjun ke dalam kewirausahaan relatif sedikit di wilayahperkotaan.

Figur 3.3. Komposisi Wiraswastawan Muda di Daerah Pedesaan, 2002

Sumber: SAKERNAS 2002

Urban

Rural

Urban

Rural

Urban

Rural

Urban

Rural

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

thou

sand

peo

ple

1997 1999 2001 2002

Year

Rural Self

Employed with

permanent workers

3.9%

Self Employed

45.7%

Self Employed

withtemporary

workers50.4%

Page 63: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

63

Figur 3.4. Komposisi Wiraswastawan Muda di Daerah Perkotaan, 2002

Sumber: SAKERNAS 2002

Sesuai dengan gambaran nasional, persentase wiraswastawan dengan bantuan tenaga tetap sangatkecil. Dalam rangka membangun usaha di sektor formal yang memerlukan tenaga tetap yang kurangdiminati baik di perkotaan maupun pedesaan. Ada beberapa alasan untuk ini, di antaranya biaya untukmembangun dan melakukan usaha di sektor formal relatif lebih tinggi daripada sektor informal. Denganmempekerjakan tenaga yang tetap, usaha ini akan terikat oleh berbagai ketentuan dan persyaratan yangdibuat pemerintah, seperti upah dan tunjangan karyawan, pajak dan biaya lain. Dengan demikian parawirausahawan perlu memiliki modal uang yang memadai untuk membentuk usaha formal. Persyaratan-persyaratan ini berat, tidak hanya untuk para wirausahawan muda tetapi juga oleh mereka yang dewasa.Terlebih lagi, para wiraswasta dengan tenaga tetap biasanya membutuhkan kualifikasi lebih tinggi dalamhal pendidikan formal.

Menarik untuk diperhatikan, terdapat perbedaan signifikan antara jumlah orang muda yang menjadiwiraswastawan tanpa bantuan dan wiraswastawan dengan bantuan tenaga tidak tetap di daerah pedesaandan perkotaan. Sebagian besar wiraswastawan muda di pedesaan mempekerjakan tenaga kerja tidaktetap, sedangkan di daerah perkotaan kebanyakan dari mereka tidak mempekerjakan pekerja. Di daerahpedesaan, di mana mayoritas orang bekerja di sektor pertanian dan mayoritas tinggal di dekat keluargadan kerabat masing-masing, para wiraswastawan dapat menggunakan para pekerja keluarga yang tidakdibayar untuk membantu usaha yang sepertinya berkaitan dengan pertanian. Sedangkan di daerahperkotaan, di mana lebih banyak orang yang bekerja di industri atau perdagangan, untuk mempekerjakantenaga tidak tetap lebih mahal dan sulit, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kerabat dekat ataujaringan. Dengan demikian, jumlah wiraswastawan muda di daerah perkotaan relatif lebih tinggi.

JenderJenderJenderJenderJender

Berdasarkan pembagian jender, selama periode 1997-2002, jumlah laki-laki muda yang bekerjasebagai wiraswastawan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan perempuan muda yang berwiraswasta.Secara rata-rata, 70 persen dari semua wiraswastawan adalah laki-laki. Seperti telah digambarkan dalam

Kota

BekerjaSendiri76.7%

17.5%

5.8%

Bekerja Sendiridengan

Asisten Tetap

Bekerja Sendiridengan

Asisten Sementara

Page 64: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

64

Bab I, kendati laki-laki muda terus mendominasi angkatan kerja kalangan muda, kesenjangan jender initerus menyempit. Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak perempuan muda yang berpartisipasi dalambursa kerja. Akan tetapi, jauh lebih sedikit perempuan muda yang memilih jadi wiraswastawandibandingkan dengan laki-laki muda.

Figur 3.5 Persentase Wiraswasta Muda menurut Bidang Kerja, 1997-2002

Sumber: SAKERNAS 1997-2002

PendidikanPendidikanPendidikanPendidikanPendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar wiraswastawam muda telah menamatkan SMP, baikdi daerah perkotaan maupun pedesaan. Figur 3.6 menggambarkan persentase wiraswasta mudaberdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2002. Sekitar 70 persen wiraswastawan telah tamat dariSMP, diikuti 12 persen tamat SMA. Kurang dari dua persen tidak tamat sekolah dasar pada tahun 2002.

Figur 3.6 Persentase Wiraswasta Muda menurut Pendidikan, 2002

Sumber: SAKERNAS 1997-2002

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa

1997 1999 2001 2002

Perempuan

Laki-laki

Page 65: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

65

Bila dibandingkan dengan daerah pedesaan, persentase wiraswasta yang memiliki tingkatpendidikan tinggi relatif lebih besar di daerah perkotaan. Pada tahun 2002, sekitar 11 persenwiraswastawan di perkotaan memiliki ijazah perguruan tinggi, sedangkan persentase tersebut hanyasebesar tiga persen untuk daerah pedesaan. Secara umum, dibutuhkan tingkat pendidikan tertentu agardapat menjadi seorang wirausahawan. Tidak cukup pengetahuan dan keterampilan untuk menciptakanbarang atau jasa, diperlukan juga adanya keterampilan dalam hal pengelolaan dana, sumber daya manusiadan seterusnya. Oleh sebab itu, sebagian besar wiraswastawan di perkotaan relatif memiliki tingkatpendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang ada di pedesaan (Figur 3.7).

Figur 3.7 Persentase Wiraswasta Muda menurut Pendidikan dan Tempat, 2002

Sumber: SAKERNAS 1997-2002

Wiraswasta berdasarkan Bidang KerjaWiraswasta berdasarkan Bidang KerjaWiraswasta berdasarkan Bidang KerjaWiraswasta berdasarkan Bidang KerjaWiraswasta berdasarkan Bidang Kerja

Gambaran lebih lanjut mengenai wiraswastawan muda dapat dianalisa berdasarkan bidang pekerjaan.Menarik untuk dicatat bahwa sebagian besar wiraswastawan muda bergerak di sektor pertanian, diikutiperdagangan, industri dan jasa transportasi. Tabel 3.3 di bawah ini menjabarkan persentase wiraswastawanmuda menurut bidang pekerjaan dalam kurun waktu 1997-2002. Selama periode 1997-2002 tersebut,persentase wiraswastawan muda di sektor pertanian sekitar 44 persen. Jumlah ini memuncak pada tahun1999 dan 2000 pada tingkat 50 persen. Di bidang perdagangan, rata-rata jumlah wiraswastawan mudasekitar 25 persen. Persentase ini menurun pada tahun 1999 dan 2002 menjadi 21 persen pada tahun 2002.

Tabel 3.3. Persentase Wiraswasta Muda menurut Bidang Pekerjaan, 1997-2002

Bidang pekerjaan 1997 1999 2001 2002

Pertanian 39.8 48.1 36.1 49.8Pertambangan 1.7 1.5 1.4 0.9Industri 11.5 9.7 10.9 8.3Umum 0.0 0.0 0.0 0.0Konstruksi 2.0 1.3 2.0 1.8Perdagangan 26.5 24.0 29.6 21.0Transportasi 11.1 9.5 11.8 12.1

0

500,0

00

1,000

,000

1,500

,000

2,000

,000

2,500

,000

No elementary school

Elementary school

Junior high school

Senior high school

College or university

Urban

Rural

Page 66: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

66

Keuangan 0.1 0.0 0.2 0.1Jasa-jasa lain 7.3 5.8 8.0 5.9Total 100.0 100.0 100.0 100.0

Sumber: SAKERNAS 1997-2002

Terdapat perbedaan signifikan antara wiraswastawan muda perkotaan dan pedesaan menurutbidang pekerjaan. Di perkotaan, sebagian besar wiraswastawan muda berada di sektor perdagangan,sedangkan di daerah pedesaan sektor pertanian lebih dominan. Seperti dapat dilihat pada Figur 3.6 dibawah ini, pada tahun 2002, di daerah perkotaan 41 persen wiraswastawan muda berada di sektorperdagangan dan 21 persen di sektor transportasi. Di lain pihak, untuk daerah pedesaan, 64 persenwiraswastawan muda berada di sektor pertanian dan hanya 13 persen yang berada di sektor perdagangan.

Figur 3.8. Persentase Wiraswasta Muda menurut Bidang Kerja dan Tempat, 2002

Sumber: SAKERNAS 1997-2002

TTTTTantangan Kewirausahaan Kaum mudaantangan Kewirausahaan Kaum mudaantangan Kewirausahaan Kaum mudaantangan Kewirausahaan Kaum mudaantangan Kewirausahaan Kaum muda

Memasuki pasar tenaga kerja untuk pertama kalinya biasanya merupakan tahap yang sulit bagisetiap orang. Berdasarkan diskusi kualitatif yang telah dipresentasikan dalam laporan ILO sebelumnya(2002), kaum muda di Indonesia akan menemui berbagai halangan dan rintangan dalam memasuki pasarkerja. Di antaranya, kesempatan kerja yang terbatas, persaingan yang agresif dan pengaruh kolusi, korupsidan nepotisme (KKN).

Di lain pihak, mencari pekerjaan yang layak, terutama di sektor formal, bukanlah suatu pilihan yangmudah bagi orang muda, terutama bagi mereka dengan tingkat pendidikan rendah. Halangan utama bagiorang muda dalam mencari pekerjaan yang layak terutama pendidikan/keterampilan yang tidak mencukupi,tidak adanya pengalaman kerja dan kurangnya pekerjaan yang tersedia. Sebagian besar orang mudamendapatkan informasi mengenai pekerjaan melalui jaringan-jaringan informal, iklan, agen kerja swastadan jasa penyalur kerja.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

Urban Rural

Agriculture

Mining

Industry

Utilities

Construction

Trade

Transport

Finance

Other services

Page 67: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

67

Dalam laporan ILO (2003)8, orang muda ditanya bagaimana mereka melakukan pencarian untukpekerjaan pertama mereka. Jawaban yang paling banyak ditemui adalah melalui jaringan-jaringan informal(teman dan keluarga: 47 persen), diikuti iklan (20 persen).9 Laporan ini juga mempresentasikan hasil-hasil survei yang menanyakan para pemberi kerja mengenai praktek rekrutmen mereka. Untuk pekerjaanadministratif dan profesional, 61 persen pemberi kerja menggunakan iklan, 56 persen menggunakanmetode informal, dan 39 persen menggunakan promosi internal. Sedangkan untuk pekerjaan tangan danproduksi, 77 persen menggunakan metode informal diikuti dengan promosi internal (24 persen) daniklan (23 persen).10

Seperti telah digambarkan dalam bagian sebelumnya, jumlah kaum muda yang terlibat dalam sektorinformal relatif tinggi, di mana di sana terdapat lebih banyak kesempatan kerja, salah satunya adalahmenjadi wirausahawan. Namun demikian, kalangan muda dihadapkan pada berbagai permasalahan ketikaakan memulai usaha mereka sendiri. Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh wiraswastawan mudaantara lain yang berkaitan dengan sumber keuangan, dana, SDM, pengalaman dan jaringan kerja. Terlebihlagi, untuk menjadi seorang wirausahawan tidak saja dibutuhkan latar belakang pendidikan danketerampilan, hal-hal lain yang diperlukan adalah: semangat positif, pemikiran orisinil, motivasi diri,kemandirian serta kemampuan untuk membangun usaha yang produktif dan berguna bagi masyarakat.

Indonesian Youth Employment Network (I-YEN) saat ini sedang melakukan kegiatan fasilitasidalam mempersiapkan Rencana Aksi Tenaga Kerja bagi Kaum Muda Indonesia, yang direncanakan sudahsiap pada akhir kuartal pertama 2004. Rancangannya didasarkan pada empat pilar, yakni: (1) PenciptaanKesempatan Kerja, (2) Kewirausahaan, (3) Kesempatan yang sama, dan (4) Kemampuan kerja. Menurutlaporan ini, hambatan-hambatan utama terhadap kewirausahaan di kalangan muda antara lain:

• Sikap budaya: terdapat berbagai sikap negatif terhadap kewirausahaan, korupsi yang meluasdan pemikiran bahwa para wirausahawan melulu terkait dengan ekonomi informal.

• Pendidikan: kurangnya pendidikan yang layak, kurangnya pengembangan bagi guru, kurangnyapembelajaran melalui pengalaman.

• Pelatihan keterampilan: adanya kekeliruan dalam keterampilan yang diajarkan dan kebutuhanyang dibutuhkan pasar tenaga kerja serta kurangnya jasa pelayanan karir.

• Dukungan usaha: Orang muda tidak mampu mendapatkan dukungan usaha atau nasehat, memilikirencana bisnis yang tidak matang, menghadapi hambatan dalam mempertahankan kelangsunganusaha mereka, kurang memiliki akses terhadap lembaga-lembaga pendukung usaha, menghadapihambatan dalam melakukan akses terhadap peluang usaha serta kurangnya ruangan kerja yangmemadai.

• Pengaturan: birokrasi, tantangan dari peraturan yang ada, aturan pajak yang tidak mendukung,aturan hak cipta dan paten yang kurang ramah.

• Keuangan: kesulitan dalam mendapatkan modal awal, kalangan muda dianggap sebagai investasiberisiko tinggi, halangan dalam mengakses jaringan pendanaan, dan tantangan dari sumber kredityang mapan.

8 Gyorgy Sziraczki and Annemarie Reerink, “School-to-Work Transition in Indonesia”, ILO Report, edited version 31th October2003.

9 Lihat Angka 8 di dalam Laporan ILO.10 Lihat Angka 9 dan 10 di dalam ILO.

Page 68: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

68

Ada beberapa pendekatan yang diusulkan, di antaranya:• Perubahan persepsi terhadap kewirausahaan, memerangi korupsi dan menciptakan insentif untuk

menempatkan sektor informal dalam arus utama perekonomian.• Meningkatkan keterampilan dan sikap, memberdayakan guru dan menyediakan pembelajaran

melalui pengalaman.• Memberdayakan pelatihan kejuruan dan mengadakan kursus kejuruan bagi orang muda.• Mendorong kalangan usaha untuk menjadi mentor dan membentuk lembaga pendukung untuk

mengadakan pelatihan yang layak.• Memudahkan peraturan dan birokrasi didalam sektor usaha terutama untuk para wirausahawan

muda.• Dan yang paling penting, memperluas akses terhadap pendanaan untuk para wirausahawan muda

baru.Menurut laporan ILO (2003)11, kalangan muda membutuhkan informasi yang lebih baik mengenai

bursa kerja dan program pelatihan yang terarah. Sebagian besar dari wiraswasta ingin mendapatkan latihankewirausahaan serta modal untuk mengubah usaha mereka menjadi bisnis yang maju, yang dapatberkembang serta menciptakan nilai dan pekerjaan bagi orang lain. Dorongan sosial dan ekonomi untukmembangun suatu budaya kewirausahaan dan bantuan segera untuk kalangan muda yang menunjukkankeinginan kuat untuk menjadi wirausahawan juga dibutuhkan dalam pembentukan usaha-usaha kecilyang kelak dapat mempekerjakan tenaga muda lainnya.

Departemen Tenaga Kerja telah mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk mengembangkankewirausahaan. Salah satunya berjudul “Tenaga Kerja Mandiri Profesional” (TKPMP) – Supriadi (2000).Kebijakan ini bertujuan menciptakan kesempatan usaha dengan memotivasi mereka yang memilikikomitmen. Target program ini adalah kalangan muda terdidik yang memiliki bakat, semangat kewirausahaandan komitmen untuk berwirausaha, orang muda yang memiliki latar belakang bisnis keluarga atau memilikifasilitas bisnis dan memiliki potensi untuk menciptakan suatu usaha; serta untuk mereka yang tidaktamat sekolah di daerah pedesaan namun memiliki keinginan untuk memperbaiki hidup dan pendapatanmereka.

Kewirausahaan merupakan salah satu cara untuk menghapuskan pengangguran dan menyediakankesempatan bagi kaum muda. Program kewirausahaan merupakan salah satu alternatif untuk menciptakankesempatan kerja. Pemerintah dapat mengembangkan berbagai program untuk tingkat pendidikan dantempat yang berbeda-beda, melalui kerja sama dengan pihak ketiga. Peran pemerintah dibutuhkan untukmenjembatani kesenjangan di antara wirausahawan muda yang potensial serta kebutuhan-kebutuhanmendasar mereka dalam berwirausaha, seperti: (i) memperbaiki keterampilan teknis dan manajemenwirausaha untuk angkatan kerja muda; (ii) meningkatkan kemampuan untuk menjadi mandiri dan bertahandalam menciptakan dan mengembangkan kegiatan ekonomi yang produktif; serta (iii) menciptakan usahaproduktif yang kecil untuk orang muda berpendidikan yang menawarkan kesempatan kerja bagi oranglain.

11 Ibid

Page 69: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

69

Adiningsih, Neni Utama. 2001, August 25th. Media Indonesia” Anakku Sayang, Mengapa Tawuran?11 Tahun Ratifikasi Hak Anak”. Jakarta.

Badan Kesejahteraan Sosial Nasional. 2000. Pedoman Dasar Karang Taruna dan Forum Komunikasi KarangTaruna. Jakarta.

Badan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia dan SMERU Research Institute. 2001.Paket Informasi Dasar Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta.

Badan Pusat Statistics (BPS) Indonesia. Populasi Indonesia: 1971, 1976, 1980, 1985, 1990, 1995,2000. Jakarta.

_______.Indikator Kesejahteraan Anak dan Kalangan Muda 1998. Jakarta._______.Indikator Kesejahteraan Anak 1994, 1999,2001. Jakarta._______.Sue=rvei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS): 1996,1999, 2000, 2001,2002. Jakarta._______.Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS): 1996,1995, 2000, 2001, 2002. Jakarta._______.Indikator Kesejahteraan Kerja: 2000, 2001, 2002. Jakarta._______.Statistik Kalangan Muda: 1985, 1995, 2000. Jakarta.Cartherwood, Vince. 1985. Young People, Education and Employment. New Zealand Planning Council.

Wellington.Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. 1995. Penelitian Penyediaan Ekspor Jasa Tenaga Kerja.

Jakarta._______.1996. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan. Jakarta._______.1999. Pedoman Pembinaan Lembaga Pelatihan Kerja Swasta. Jakarta._______.1999. Penelitian Penelusuran Lulusan SMU dan SMK di Pasar Kerja. Jakarta._______.2000. Situasi Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja di Indonesia: Suatu Tinjauan yang Dilaksanakan

pada tahun 1998/1999. Jakarta._____________________________________________. 2000. Perencanaan Tenaga Kerja Nasional.

Jakarta.Economic and Social Committee of the European Communities. 1983. Youth Employment. Brussels.European Foundation for the Improvement of Living and Working Conditions. 1990. The Path of

Young People Towards Autonomy: Report of A Seminar. Luxemburg.International Labor Organization (ILO). 2002. Youth Employment in Indonesia. ILO Jakarta Office.---------------------------------_______. June 1998. ILO Programme of Action on Youth Employment, Enhancing

daftar pustaka

Page 70: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

70

Youth Employment: Employers Actions (Draft Programme). Geneva._______.December 2003. I-YEN Roadmap for Youth Entrepreneurship. ILO-LPEM-FEUI. Jakarta.LPEM FEUI. 2000. Menghitung Kembali Tingkat Kemiskinan di Indonesia 1990-1999.. Laporan Penelitian.

Jakarta._______. 2001. The Indonesian Poverty Profile. Unpublished Research Report. Jakarta._______. 2002. Analisis Peringkat Pemerintah Daerah dalam Menanggulangi Kemiskinan. Unpublished

Research Report. Jakarta.SMERU Research Institute (with support from USAID/PEG). October 2001. Wage and Employment

Effects of Minimum Wage Policy in the Indonesian Urban Labor Market. Jakarta.Supriadi. 2000. Program on Employment Creation and Income Generation. The Indonesian Ministry of

Manpower. Jakarta.Sziraczki, Gyorgy and Annemarie Reerink. October 2003. School-to-Work Transition. ILO-Jakarta.

Page 71: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

71

Page 72: Laporan Mengenai Tenaga Kerja Muda Di Indonesia … atau daftar publikasi terbaru dapat diminta secara cuma-cuma pada alamat tersebut, atau melalui e-mail: ... Upah Dan Gaji Tenaga

72