pdf skripsi.pdf

156

Click here to load reader

Upload: abdulkholiq

Post on 03-Oct-2015

111 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN

    DENGAN MODERASI KEADILAN ORGANISASIONAL (ORGANIZATIONAL JUSTICE)

    SKRIPSI

    Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

    gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh :

    YUNITA DAHLIA FAJARWATI 0901025257

    FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MULAWARMAN

    SAMARINDA 2013

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Judul Penelitian : Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional

    dan Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan

    Kerja Karyawan Dengan Moderasi Keadilan

    Organisasional (Organizational Justice)

    Nama Mahasiswa : Yunita Dahlia Fajarwati

    Nomor Induk Mahasiswa : 0901025257

    Fakultas : Ekonomi

    Jurusan : Manajemen Sumber Daya Manusia

    Program Study : S1 Manajemen

    Menyetujui,

    Pembimbing I

    Dr. Tetra Hidayati, SE., M.Si NIP. 19681114 199303 2 001

    Pembimbing II

    Triana Fitriastuti, SE.,M.Sc NIP. 19810730 200604 2 003

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

    Dr. Hj. Anis Rachma Utary, M.Si., Ak. NIP. 19540309 198103 2 002

    Lulus Ujian Tanggal : 16 November 2013

  • SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DINYATAKAN LULUS PADA :

    HARI : Sabtu

    TANGGAL : 16 November 2013

    TIM PENGUJI :

    1. Dr. Tetra Hidayati, SE., M.Si 1. NIP. 19681114 199303 2 001

    2. Triana Fitriastuti, SE.,M.Sc 2.

    NIP. 19810730 200604 2 003

    3. Drs. Michael Hadjaat, MM 3.

    NIP. 19581107 198803 1 001

    4. Drs. Pamasang S. Siburian, M.Agr 4.

    NIP. 19530728. 198003. 1 005

  • PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

    Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa di dalam naskah Skripsi

    ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk

    memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya

    atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

    secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan

    daftar pustaka.

    Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-

    unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi dan Gelar Sarjana atas nama saya dibatalkan,

    serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Samarinda, 20 November 2013

    Mahasiswa,

    YUNITA DAHLIA FAJARWATI NIM. 0901025257

  • RIWAYAT HIDUP

    Yunita Dahlia Fajarwati lahir pada tanggal 05 Juni 1991 di Samarinda,

    merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Juremi dan Ibu Surtinah.

    Memulai pendidikan taman kanak-kanak di TK Lestari Samarinda dan lulus tahun

    1997, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 006 di

    Samarinda dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama melanjutkan lagi di

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 10 Samarinda dan lulus pada tahun

    2006. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 8

    Samarinda dan berhasil menyelesaikan studi pada tahun 2009.

    Melanjutkan Pendidikan Akademis pada tahun 2009 pada Fakultas Ekonomi

    Universitas Mulawarman Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dengan program

    studi Strata S1 manajemen Reguler dengan Konsentrasi Manajemen Sumber Daya

    Manusia. Pada tahun 2012 melakukan program Kuliah Kerja Nyata angkatan

    XXXVIII di PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Kantor Cabang Samarinda.

    Samarinda, 20 November 2013

    Penulis

  • Karya ini kupersembahkan kepada:

    Ayahanda Juremi dan

    Ibunda Surtinah Tercinta,

    Atas segala doa dan harapan agar buah hatinya menjadi

    pribadi sukses.

    Saudara-saudaraku Tersayang : Mba Luluk Femina

    Purwaningrum, Adik Rahmat Febrian Saputro,

    ponakanku Abid Ramadhan Iskandar dan Muhammad

    Rivani yang selalu dan setiap saat memberikan doa dan

    motivasi.

    Buat sahabat kecilku Maulida Wahdini yang selalu

    menyemangatiku.

    Semoga pengorbanan yang telah

    diberikan untukku bernilai Ibadah dan mendapat

    pahala berlipat dari ALLAH SWT.

    Amin..

  • KATA PENGANTAR

    Puji Syukur Kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan segala karunia dan

    limpahan rahmatNya, serta junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai panutan

    kita, yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan Studi pada Fakultas Ekonomi

    Universitas Mulawarman.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

    besarnya kepada:

    1. Rektor Universitas Mulawarman Bapak Prof. Dr. H. Zamruddin Hasid,

    SE., SU.

    2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Ibu Dra. Hj. Anis

    Rachma Utary, M.Si., Ak.

    3. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Mintarti, SE., M.Si selaku Pembantu Dekan I, Ibu

    Hj. Yana Ulfah, SE, M.Si, Ak selaku pembantu Dekan II dan Bapak

    Drs. Adi Wijaya, M.Si selaku Pembantu Dekan III.

    4. Bapak Drs. Michael Hadjaat, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen

    dan Ibu Maryam Nadir, SE., M.Si selaku ketua program.

    5. Ibu Dr. Tetra Hidayati, SE.,M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Triana

    Fitriastuti, SE.,M.Sc selaku Pembimbing II yang telah membimbing

    dan mengarahkan penulis mulai dari awal skripsi, persiapan selama

    penelitian hingga penyusunan skripsi. Terima kasih yang terdalam

    kepada beliau ibu dosen insipirasiku selama ini yang bersedia dan

    dengan sabar membimbing hingga penyusunan skripsi ini selesai dan

    sangat membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

  • 6. Bapak/Ibu Staf Akademik Fakultas Ekonomi.

    7. Pimpinan dan karyawan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

    Kantor Cabang Samarinda, PT United Tractors Tbk Samarinda,

    Badan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur, dan Dinas

    Perindustrian Dan Perdagangan Kota Samarinda yang telah bersedia

    menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

    8. Kepada kedua orang tuaku sebagai motivasi terbesarku yaitu mama

    yang selalu menemani setiap saat, mendoakan, menyemangati, untuk

    bapak terima kasih atas kesabarannya menjadi guru pembimbing

    belajar dirumah dan dukungan baik secara moril maupun materi,

    serta doanya dan tak lupa untuk saudara-saudaraku mba luluk,

    adikku rahmat, ponakanku abid yang selalu memberikan motivasi

    bagi penulis.

    9. Buat Ibu Maryam Nadir, SE., M.Si yang selalu memberikan dukungan

    dan banyak masukan serta bantuannya dalam pengadaan ujian

    pendadaran.

    10. Buat Mas rivani penyemangatku yang saya sayangi dan keluarga

    besarnya abah, ibu, mba eka, naya, gina dan semuanya yang selalu

    mendukung dan memberikan doa, serta memotivasi dalam

    penyusunan skripsi ini.

    11. Buat mbaku tersayang Ida Waidah SE, yang tulus mengajariku,

    membantu dan menyemangatiku dalam penyusunan skripsi.

    12. Buat seluruh keluargaku yang senantiasa mendoakan dalam

    penyusunan skripsi.

  • 13. Buat seluruh sahabat-sahabat terbaikku Maulida Wahdini, Yuni Surya

    Pratiwi, Wahyuni ansyah, Monica Appelina Bob Sitinjak inke, loreyani,

    dan teman-teman seluruh Manajemen D terkhusus di Program studi

    Manajemen Konsentrasi Sumber Daya Manusia Angkatan 2009 yang

    berada di Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Samarinda.

    Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam skripsi ini, maka dengan

    terbuka penulis penerima masukkan kritik dan saran perbaikan skirpsi ini. Akhirnya

    penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

    Samarinda, 20 November 2013

    Penulis

  • ABSTRACT

    Yunita Dahlia Fajarwati. This study purpose to re-examine the effect of

    transformational leadership, organizational commitment and job satisfaction

    with organizational justice as moderating variable to employee PT United

    Tractors Tbk Samarinda, PT Bank Tabungan Negara Cabang Samarinda,

    Kantor Dinas Perindustrian and Perdagangan Kota Samarinda and Badan

    Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Supervised by : Mrs. Tetra Hidayati and

    Mrs. Triana Fitriastuti.

    The Samples of this research are employee of PT United Tractors Tbk Samarinda, PT Bank Tabungan Negara Cabang Samarinda, Kantor Dinas Perindustrian and Perdagangan Kota Samarinda and Badan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur with purposive sampling method. The amount of the respondent of this research is 80 persons.

    Using method of data analysis multi linear regression analysis and moderated regression analysis with satictical product and service solution (SPSS) 16 for windows. The results of the four hypothesis in this study shows that first hypothesis, transformational leadership positive and significant influences to job satisfaction, the second hypothesis, organizational commitment positive and significant to job satisfaction, and the third hypothesis, organizational justice did not succed to moderate transformational leadership to job satisfaction, and the fourth hypothesis, organizational justice did not succed to moderate organizational commitment to job satisfaction. Keywords : Transformational Leadership, Organizational Commitment,

    Organizational Justice and Job Satisfaction

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

    HALAMAN IDENTITAS TIM PENGUJI SKRIPSI................................................ iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................... iv

    RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vi

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

    ABSTRACT ......................................................................................................... x

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xviii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix

    BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ........................................................................... 7

    1.3. Tujuan Penelitian................................................................................ 7

    1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 10

    2.1. Dasar Teori ...................................................................................... 10

    2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional ..................... 10

    2.1.2. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional .................. 12

    2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan

    Transfromasional ............................................................... 13

    2.1.4. Manfaat Kepemimpinan Transformasional ......................... 17

    2.1.5. Dimensi Kepemimpinan Transformasional ......................... 17

    2.2. Komitmen Organisasi ....................................................................... 19

    2.2.1. Pengertian Komitmen Organisasi ....................................... 19

  • 2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi . 21

    2.2.3. Manfaat Komitmen Organisasi ........................................... 21

    2.2.4. Dimensi Komitmen Organisasi ........................................... 22

    2.3. Keadilan Organisasional ................................................................... 22

    2.3.1. Pengertian Keadilan Organisasional .................................. 22

    2.3.2. Manfaat Keadilan Organisasional ...................................... 24

    2.3.3. Dimensi Keadilan Organisasional ...................................... 24

    2.4. Kepuasan Kerja ................................................................................ 25

    2.4.1. Pengertian Kepuasan Kerja ............................................... 25

    2.4.2. Teori Kepuasan Kerja ........................................................ 27

    2.4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ......... 29

    2.4.4. Manfaat Kepuasan Kerja.................................................... 31

    2.4.5. Dimensi Kepuasan Kerja.................................................... 32

    2.5. Definisi Konsepsional ....................................................................... 34

    2.6. Model Penelitian ............................................................................... 35

    2.7. Pengembangan Hipotesis ................................................................ 36

    2.7.1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap

    Kepuasan Kerja ................................................................. 36

    2.7.2. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan

    Kerja .................................................................................. 38

    2.7.3. Pengaruh Keadilan Organisasional Terhadap Kepemimpinan

    Transformasional Pada Kepuasan Kerja ........................... 40

    2.7.4. Pengaruh Keadilan Organisasional Terhadap Komitmen

    Organisasi Pada Kepuasan Kerja ...................................... 42

    BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................... 45

    3.1. Definisi Operasional ......................................................................... 45

    3.2. Desain Penelitian.............................................................................. 50

    3.3. Unit Analisis, Populasi dan Sampel .................................................. 51

  • 3.4. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 54

    3.5. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 55

    3.6. Metode Analisis Data ........................................................................ 56

    3.6.1. Pengujian Instrumen .......................................................... 56

    3.7. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 58

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 62

    4.1. Deskripsi Responden ........................................................................ 62

    4.2. Hasil Kuesioner................................................................................. 73

    4.3. Pengujian Instrumen ......................................................................... 87

    4.3.1. Uji Validitas ........................................................................ 87

    4.3.2. Uji Reliabilitas .................................................................... 95

    4.4. Uji Multikolinearitas ........................................................................... 95

    4.5. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 97

    4.5.1. Analisis Regresi Moderasi.................................................. 97

    4.6. Pembahasan .................................................................................. 101

    BAB V PENUTUP ............................................................................................. 109

    5.1. Kesimpulan .................................................................................... 109

    5.2. Saran ............................................................................................. 110

    5.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 112

    5.4. Agenda Penelitian Mendatang........................................................ 113

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 114

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 119

  • DAFTAR TABEL

    No. Tabel Judul Halaman

    3.1. Variabel dan Indikator Penelitian ......................................................... 47

    3.2. Data Status dan Jumlah Karyawan ....................................................... 54

    4.1. Rincian Penyebaran Kuesioner ............................................................. 63

    4.2 Jenis Kelamin Karyawan PT United Tractors Tbk Samarinda ................ 64

    4.3. Jenis Kelamin Karyawan PT Bank Tabungan Negara Cabang

    Samarinda ............................................................................................. 64

    4.4. Jenis Kelamin Karyawan Kantor Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

    Kota Samarinda .................................................................................... 65

    4.5. Jenis Kelamin Karyawan Badan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan

    Timur ..................................................................................................... 65

    4.6. Usia Karyawan PT United Tractors Tbk Samarinda .............................. 66

    4.7. Usia Karyawan PT Bank Tabungan Negara Cabang Samarinda ........... 67

    4.8. Usia Karyawan Kantor Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

    Kota Samarinda .................................................................................... 67

    4.9. Usia Karyawan Badan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur ........... 68

    4.10. Pendidikan Karyawan PT United Tractors Tbk Samarinda .................... 68

  • 4.11. Pendidikan Karyawan PT Bank Tabungan Negara Cabang Samarinda 69

    4.12 Pendidikan Karyawan Kantor Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

    Kota Samarinda .................................................................................... 70

    4.13. Pendidikan Karyawan Badan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur . 70

    4.14. Masa Kerja Karyawan PT United Tractors Tbk Samarinda .................... 71

    4.15. Masa Kerja Karyawan PT Bank Tabungan Negara Cabang Samarinda 72

    4.16. Masa Kerja Karyawan Kantor Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

    Kota Samarinda .................................................................................... 72

    4.17. Masa Kerja Karyawan Badan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur 73

    4.18. Atasan Membuat Karyawan Bangga Menjadi Rekan Kerjanya ............. 74

    4.19. Atasan Menjadi Simbol Kesuksesan dan Prestasi ................................. 74

    4.20. Atasan Mendorong Untuk Sukses ......................................................... 75

    4.21. Atasan Menggunakan Penalaran dan Kepercayaan Diri Dalam

    Memecahkan Masalah .......................................................................... 76

    4.22. Atasan Memberikan Penghargaan Jika Saya Bekerja Dengan Baik ...... 76

    4.23. Merasa Menjadi Bagian Dari Keluarga Pada Organisasi ini .................. 77

    4.24. Menghabiskan Sisa Karier di Organisasi ............................................... 77

    4.25. Bekerja di Dalam Organisasi Merupakan Sebuah Kebutuhan dan

    Keinginan Saya ..................................................................................... 78

  • 4.26. Berpindah Dari Organisasi Satu Ke Organisasi Lain Tidak Etis Bagi

    Karyawan .............................................................................................. 79

    4.27. Kepercayaan Akan Pentingnya Loyalitas di Dalam Organisasi .............. 79

    4.28. Imbalan Sesuai Dengan Prestasi Kerja ................................................. 80

    4.29. Imbalan Sesuai Dengan Pengalaman dan Pendidikan .......................... 80

    4.30. Keputusan Yang Diambil Memperhatikan Etika dan Norma Yang

    Berlaku .................................................................................................. 81

    4.31. Perlakuan Baik dan Penuh Pertimbangan ............................................. 82

    4.32. Bersikap Objektif Dalam Mengambil Keputusan Pada Karyawan .......... 82

    4.33. Pekerjaan Saya Sangat Menarik ........................................................... 83

    4.34. Merasa Senang Dengan Kesempatan Belajar Hal-Hal Baru Dalam

    Pekerjaan .............................................................................................. 83

    4.35. Puas Dengan Gaji Yang Diterima Dalam Tanggung Jawab Pekerjaan .. 84

    4.36. Saya Puas Dengan Tingkat Kemajuan di Perusahaan Ini ..................... 85

    4.37. Manajer (Supervisor) Selalu Memberikan Dukungan Pada Karyawan ... 85

    4.38. Manajer (Supervisor) Memiliki Motivasi Yang Tinggi ............................. 86

    4.39. Saya Menikmati Bekerja Bersama Teman-Teman di Perusahaan Ini .... 86

    4.40. Hasil Uji Validitas (KMO and Bartletts Test) .......................................... 88

    4.41. Hasil Uji Validitas Analisis Faktor Konfirmatori ...................................... 89

    4.42. Daftar Butir Pernyataan Yang Tidak Valid ............................................. 90

  • 4.43. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... 95

    4.44. Hasil Uji Multikolinearitas ...................................................................... 96

    4.45. Hasil Analisis Uji Interaksi ..................................................................... 97

    4.46. Hasil Analisis Uji Interaksi ..................................................................... 99

  • DAFTAR GAMBAR

    No. Gambar Judul Halaman

    2.1. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Kepemimpinan ....................................... 15

    2.2. Kerangka Konsep ................................................................................. 36

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Judul Halaman

    1 Kuesioner ...................................................................................................119

    2 Tabulasi Kepemimpinan Transformasional .................................................127

    3 Tabulasi Komitmen Organisasi ...................................................................129

    4 Tabulasi Keadilan Organisasional ..............................................................131

    5 Tabulasi Kepuasan Kerja ...........................................................................133

    6 Hasil Uji Validitas .......................................................................................135

    7 Hasil Uji Reabilitas .....................................................................................137

    8 Hasil Uji Regresi Berganda Pengaruh Kepemimpinan Transformasional

    Terhadap Kepuasan Kerja .........................................................................141

    9 Hasil Uji Regresi Berganda Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan

    Kerja ..........................................................................................................142

    10 Analisis Regresi Moderasi Pengaruh Keadilan Organisasional Terhadap

    Kepemimpinan Transformasional Pada Kepuasan Kerja ............................143

    11 Analisis Regresi Moderasi Pengaruh Keadilan Organisasional Terhadap

    Komitmen Organisasi Pada Kepuasan Kerja ..............................................144

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sumber daya manusia saat ini berperan penting dan dominan dalam aktivitas

    atau kegiatan perusahaan. Perusahaan pada hakekatnya terdiri dari kumpulan

    orang-orang dan peralatan operasionalnya. Kunci sukses perusahaan bukan hanya

    pada keunggulan teknologi dan tersedianya dana saja, tetapi berhasil atau tidaknya

    perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya jelas sangat

    tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya (karyawan), sehingga salah

    satu komponen utama adalah karyawan yang mempunyai tanggung jawab dalam

    menjalankan program-program perusahaan. Oleh karena itu organisasi perlu

    memikirkan bagaimana cara mengatur dan menerapkan program kepegawaian yang

    mencakup masalah mulai dari menetapkan jumlah, kualitas dan penempatan kerja

    yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan sampai dengan mengatur

    pensiun, pemberhentian serta pesangonnya (Hasibuan, 2007:14). Tentu dengan

    kondisi seperti ini peranan Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam perusahaan

    memiliki peranan yang penting, baik itu di tingkat atas pimpinan sampai dengan

    tingkat yang paling bawah yaitu para karyawan perusahaan.

    Setiap perusahaan cenderung melakukan berbagai aktivitas untuk

    meningkatkan kinerja yang maksimal, tapi tidak terlepas dari tujuan utamanya

    adalah kesejahteraan dan memajukan kemampuan karyawan itu sendiri karena

    karyawan adalah makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi setiap

    perusahaan. Sebaik mungkin sikap dan karakter positif seorang pimpinan dalam

    perusahaan harus tetap menjaga serta membina sikap-sikap positif pula bagi

    karyawan, agar dengan sikap positif tersebut karyawan dapat merasakan kepuasan

    kerja.

  • Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah sikap emosional yang

    menyenangkan dan mencintai pekerjaannya (Hasibuan, 2007:202). Sikap ini

    dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Manfaat bagi

    karyawan yang merasakan kepuasan kerja akan semakin termotivasi dan semangat

    dalam bekerja, bekerja dengan rasa tenang dan semakin loyal pada organisasi

    sehingga hal ini akan berdampak positif pula bagi perusahaan. Darmawan (2013:58)

    menunjukkan kepuasan kerja seseorang dipengaruhi banyak faktor, tidak hanya

    dinilai dari gaji saja, namun juga berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri serta

    faktor lainnya seperti hubungan dengan atasan, rekan sekerja, lingkungan kerja dan

    aturan-aturan. Kepuasan kerja pegawai akan menghasilkan kemajuan perusahaan

    atau instansi lainnya baik masa kini maupun masa yang akan datang sehingga

    sangat diperlukan perhatian khusus dari perusahaan atau instansi agar kepuasan

    kerja dapat meningkat. Selain faktor-faktor tersebut diatas, terdapat beberapa faktor

    yang disinyalir memperkuat sekaligus mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dari

    suatu pekerjaan, antara lain gaya kepemimpinan transformasional (Koemiati, 2002

    dalam Yunita, 2008) dan komitmen organisasi (Trisnaningsih, 2003 dalam Baihaqi,

    2010).

    Kepuasan pada sebuah perusahaan atau organisasi bukan dilihat dari hasil

    kerja karyawan saja, akan tetapi dapat dilihat dari usaha. Usaha tersebut tidak lain

    dari kepemimpinan yang mampu mengarahkan dan membuat perubahan organisasi,

    yaitu kepemimpinan transformasional yang dipersepsikan dan menjadi persepktif

    jangka panjang, dimana tidak hanya memperhatikan pada situasi saat ini tetapi juga

    memperhatikan situasi masa yang akan datang. Gaya kepemimpinan

    transformasional merupakan salah satu faktor penentu kepuasan kerja. Avolio, et al.

    (2000) dalam Silalahi (2007) menyatakan praktek kepemimpinan transformasional

    terbukti mampu membawa perubahan yang lebih mendasar, seperti perubahan nilai-

    nilai, tujuan dan kebutuhan bawahan dan perubahan-perubahan tersebut berdampak

  • pada timbulnya komitmen karena terpenuhinya kebutuhan yang lebih tinggi. Faktor-

    faktor yang mempengaruhi kepemimpinan transformasional yaitu sikap, persepsi

    dan perilaku karyawan di mana terjadi peningkatan kepercayaan kepada pemimpin,

    motivasi, kepuasan kerja dan mampu mengurangi sejumlah konflik yang sering

    terjadi dalam suatu organisasi (Podsakoff, et al. 1996).

    Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan tertentu

    pada diri manusia. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk memimpin dan dipimpin.

    Judge dan Locke (1993) menegaskan bahwa gaya kepemimpinan merupakan salah

    satu faktor penentu kepuasan kerja. Penerapan kepemimpinan transformasional

    bawahan akan merasa dipercaya, dihargai, loyal dan respek kepada pimpinannya.

    Pada akhirnya bawahan akan termotivasi untuk melakukan lebih dari yang

    diharapkan ini tentu mencakup upaya perubahan terhadap bawahan dan prinsipnya

    memotivasi bawahan untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa dilakukan, dengan

    kata lain kondisi seperti ini dapat meningkatkan kepercayaan atau keyakinan diri

    bawahan pada kepuasan dan peningkatan kerja. Hal ini dibuktikan oleh penelitian

    yang dilakukan oleh Koemiati (2002) dalam Yunita (2008) mengenai pengaruh

    perilaku kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja bawahan pada

    karyawan industri jasa pelayanan medis atau perawat pada 4 Rumah Sakit Umum.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh

    positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja bawahan.

    Selain kepemimpinan transformasional, faktor lain yang mempengaruhi

    kepuasan kerja yaitu komitmen organisasi. Komitmen organisasi adalah kuatnya

    pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi tertentu. Upaya

    tersebut tidak lain untuk membangun komitmen yang digambarkan sebagai usaha

    untuk menjalin hubungan jangka panjang. Karena tentu terlihat dengan individu-

    individu yang memiliki komitmen terhadap organisasi memiliki kemungkinan untuk

    tetap bertahan di organisasi lebih tinggi ketimbang individu-individu yang tidak

  • memiliki komitmen. (Darmawan, 2013:168).Manfaat komitmen individu yang tinggi

    mendapatkan kinerja yang lebih baik bagi perusahaan. Sedangkan kepuasan

    kerjanya merupakan sikap dari seseorang berkaitan dengan apa yang diterimanya

    dari pekerjaan yang telah dilakukan. Maka semakin tinggi komitmen karyawan

    terhadap organisasinya maka akan semakin tinggi pula kepuasan dari kinerja

    individu terhadap pekerjaannya. Trisnaningsih (2003) dalam Baihaqi (2010)

    mengadakan penelitian mengenai pengaruh komitmen terhadap kepuasan kerja

    auditor dengan memusatkan penelitian pada kantor akuntan publik di Jawa Timur.

    Dari penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa komitmen organisasional dan

    komitmen profesional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan

    kerja auditor.

    Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan

    terdapat faktor kepribadian yang diduga memoderasi hubungan gaya kepemimpinan

    transformasional dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja yaitu keadlian

    organisasional (organizational justice). Menurut Parker dan Kohlmeyer (2005),

    mendefinisikan keadilan organisasional sebagai kondisi pekerjaan yang

    mengarahkan individu pada suatu keyakinan bahwa mereka diperlakukan secara

    adil atau tidak adil oleh organisasinya. Ketika individu merasakan suatu

    ketidakadilan, moral mereka akan turun, mereka kemungkinan besar akan

    meninggalkan organisasi tempat mereka bekerja, begitupun sebaliknya.

    Murphy, et al. (2003) mencatat bahwa sejauh mana seseorang

    mempersepsikan keadilan dalam organisasi, berkaitan dengan hasil-hasil positif

    seperti kepuasan kerja, komitmen organisasional dan perilaku karyawan. Manfaat

    dari keadilan organisasional (organizational justice) sebagai pemoderasi ini jelas

    akan memberikan peran yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas kerja

    seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini terlihat dengan faktor-faktor yang

    mempengaruhi kepuasan kerja karyawan adalah mulai dari kepemimpinan

  • transformasional yang menjadi posisi kunci dalam kegiatan organisasi serta

    komitmen organisasi yang ditunjukkan dengan sikap loyalitas karyawan dalam

    organisasi, yang mana kedua faktor tersebut membawa pengaruh positif dalam

    kepuasan kerja. Artinya kepemimpinan transformasional akan berpengaruh pada

    kepuasan kerja karyawan apabila terdapat keadilan organisasional (organizational

    justice), begitupun sebaliknya apabila komitmen organisasi akan berpengaruh pada

    kepuasan kerja apabila terdapat keadilan organisasional (organizational justice).

    Tentu kedua faktor tersebut memiliki peranan penting dalam organisasi. Penelitian

    Pareke (2003) membuktikan bahwa persepsi keadilan organisasional (organizational

    justice) secara positif berpengaruh terhadap kepuasan karyawan.

    Penelitian ini akan melakukan pengujian kembali terhadap beberapa faktor

    yang diprediksi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan. Faktor-faktor

    tersebut adalah kepemimpinan transformasional, komitmen organisasi dan keadilan

    organisasional (organizational justice) sebagai pemoderasi. Adapun yang

    membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya oleh Sugiarti (2007),

    tentang pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap komitmen

    organisasi dan kepuasan kerja yaitu pada penggunaan variabel yang diuji menjadi

    dua variabel independen yaitu variabel kepemimpinan transformasional dan

    komitmen organisasi serta menambahkan keadilan organisasional (organizational

    justice) sebagai variabel pemoderasi, kemudian memodifikasi khususnya variabel

    dependen yang semula terdapat dua variabel dependen, menjadi satu variabel

    dependen yaitu variabel kepuasan kerja. Selanjutnya adalah pada objek yang diteliti

    berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan empat obyek

    yaitu PT. United Tractors Tbk Samarinda, PT. Bank Tabungan Negara Cabang

    Samarinda, Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda dan

    Instansi Pemerintahan Badan Arsip Daerah (BAD) Provinsi Kalimantan Timur

  • sedangkan Sugiarti (2007) menggunakan satu obyek penelitian pada PT

    Perkebunan Nusantara VIII Kebun Pasir Malang.

    Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya

    kepemimpinan dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan dengan

    keadilan organisasional (organizational justice) sebagai variabel pemoderasi dan

    untuk melihat di beberapa obyek penelitian tersebut sebagai bahan pembanding

    serta menguji teori tidak hanya mengetahui di satu lokasi tempat, akan tetapi di

    berbagai tempat yang beragam. Berdasarkan uraian dan fenomena tersebut maka

    penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dalam menguji pengaruh gaya

    kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja

    karyawan dengan keadilan organisasional (organizational justice) sebagai variabel

    pemoderasi.

    1.2. Perumusan Masalah

    Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji pengaruh gaya kepemimpinan

    transformasional dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan

    dengan keadilan organisasional (organizational justice) sebagai variabel moderasi.

    Berdasarkan pada latar belakang yang telah penulis kemukakan maka rumusan

    masalah yang akan penulis sampaikan adalah :

    1. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap

    kepuasan kerja karyawan?

    2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja

    karyawan?

    3. Apakah keadilan organisasional (organizational justice) memoderasi

    pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja

    karyawan?

    4. Apakah keadilan organisasional (organizational justice) memoderasi

    pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan?

  • 1.3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

    dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah :

    1. Untuk menguji apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif

    terhadap kepuasan kerja karyawan.

    2. Untuk menguji apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kepuasan

    kerja karyawan

    3. Untuk menguji apakah keadilan organisasional (organizational justice)

    memoderasi pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap

    kepuasan kerja karyawan.

    4. Untuk menguji apakah keadilan organisasional (organizational justice)

    memoderasi pengaruh komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja

    karyawan.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Sedangkan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak :

    1. Bagi Penulis

    Penelitian ini adalah benar-benar proses penelitian dan pengalaman dalam

    menerapkan teori-teori yang telah diterima di bangku kuliah.

    2. Bagi Bidang Keilmuan SDM

    Penelitian ini dilakukan sebagai bahan kajian pengujian teori yang

    diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat serta memperkarya

    pemahaman teori dalam ilmu manajemen sumber daya manusia berkaitan

    dengan gaya kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi

    terhadap kepuasan kerja dengan keadilan organisasional (organizational

    justice) sebagai variabel moderasi.

  • 3. Bagi Perusahaan

    Penelitian ini dilakukan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan

    atau instansi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kepemimpinan

    transformasional, komitmen organisasi dan keadilan organisasional

    (organizational justice) serta kepuasan kerja karyawan pada saat ini maupun

    di masa yang akan datang.

    4. Bagi Pembaca

    Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan atau

    untuk pengembangan ide-ide baru untuk penelitian selanjutnya serta

    menambah pengetahuan dan wawasan pembaca dalam memahami

    kepemimpinan transformasional, komitmen organisasi dan keadilan

    organisasional (organizational justice) serta kepuasan kerja karyawan.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Dasar Teori

    2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Transformasional

    Definisi kepemimpinan memiliki banyak variasi, sebanyak orang yang

    mencoba untuk mendefinisikan konsep kepemimpinan. Dalam sebuah organisasi

    sifat dan sikap kepemimpinan seorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain

    sangat menentukan di dalam mencapai tujuan organisasi.

    Definisi kepemimpinan adalah setiap upaya seseorang yang mencoba untuk

    mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok, upaya untuk mempengaruhi

    tingkah laku ini bertujuan mencapai tujuan perorangan, tujuan teman, atau bersama-

    sama dengan tujuan organisasi yang mungkin sama atau berbeda (Sunyoto,

    2012:34). Menurut Hasibuan (2007:169), mengatakan kepemimpinan (leadership)

    yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat menciptakan

    integrasi yang serasi dan mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai

    sasaran yang maksimal.

    Pelaksanaan kepemimpinannya cenderung menumbuhkan kepercayaan,

    partisipasi, loyalitas dan internal motivasi para bawahan dengan cara persuasif. Hal

    ini semua diperoleh karena kecakapan, kemampuan dan perilakunya. Sehingga

    dikemukakan kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin mempengaruhi

    perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk

    mencapai tujuan organisasi. Dua dasawarsa terakhir ini berkembang pula gaya

    kepemimpinan yang menarik untuk dipahami yaitu gaya kepemimpinan

    transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional. Hal ini menurut Humphreys

    (2002) maupun Liu, et.al. (2003) disebabkan konsep yang dipopulerkan oleh Bass

    pada tahun 1985 ini mampu mengakomodir konsep kepemimpinan yang mempunyai

  • spektrum luas, termasuk mencakup pendekatan perilaku, pendekatan situasional,

    sekaligus pendekatan kontingensi. Oleh karena itu, penelitian ini memusatkan pada

    konsep kepemimpinan transformasional.

    Teori kepemimpinan transformasional, pertama kali dikemukakan oleh Bass

    (2000), yang dibangun di atas gagasan-gagasan yang lebih dulu dikemukakan oleh

    Burns (1978) yang mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai sebuah

    proses untuk mencapai tujuan kolektif, melalui penyatuan motif-motif yang saling

    menguntungkan yang dimiliki pemimpin dan bawahan dalam rangka mencapai

    perubahan yang diinginkan. Kepemimpinan transformasional sangat baik dimiliki

    pada setiap organisasi atau perusahaan. Kepemimpinan transformasional harus

    dapat mengartikan dengan jelas mengenai sebuah visi untuk organisasi, sehingga

    para pengikutnya akan menerima kredibilitas pemimpin tersebut (Su-Yung Fu, 2000

    dalam Kaihatu dan Rini, 2007).

    Pendapat lain oleh Drive, et. al. (2002) menyatakan kepemimpinan

    transformasional mendasarkan diri pada prinsip pengembangan bawahan (follower

    development). Pemimpin mengembangkan dan mengarahkan potensi dan

    kemampuan bawahan untuk mencapai bahkan melampaui tujuan organisasi. Ini

    berarti pemimpin transformasional mengevaluasi kemampuan dan potensi masing-

    masing bawahan untuk menjalankan suatu tugas atau pekerjaan, sekaligus melihat

    kemungkinan untuk memperluas tanggung jawab dan kewenangan bawahan di

    masa mendatang.

    Menurut Snair (2008:275) istilah pemimpin transformasional yaitu membantu

    orang-orang dan organisasi menemukan bakat terpendam mereka dan berubah

    secara positif untuk selamanya. Sementara pendapat Yukl (1989), mendefinisikan

    kepemimpinan transformasional lebih pada proses mempengaruhi perubahan-

    perubahan besar pada sikap dan asumsi anggota organisasi dan membangun

    komitmen untuk misi, tujuan dan strategi organisasi. Beberapa penelitian diatas

  • dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan

    bagaimana cara membuat para pengikut menjadi lebih menyadari kepentingan dan

    nilai dari pekerjaan dan membujuk pengikut atau karyawan agar tidak mendahulukan

    kepentingan diri sendiri demi organisasi dan bersedia bekerja sama untuk mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan serta proses tersebut membuat hubungan positif antara

    perilaku pemimpin dengan kinerja pengikut.

    2.1.2. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional

    Menurut Safaria (2004:63) karakteristik kepemimpinan transformasional

    adalah sebagai berikut :

    1. Menciptakan visi dan kekuatan misi, menanamkan kebanggaan pada diri

    bawahan, memperoleh dan memberikan kehormatan, serta menumbuhkan

    kepercayaan di antara bawahan.

    2. Menumbuhkan dan meningkatkan kecerdasan, rasinalitas dan pemecahan

    masalah secara hati-hati pada bawahan.

    3. Memberikan perhatian secara personal, membimbing dan melayani tiap

    bawahan secara individual, melatih dan memberikan saran-saran,

    menggunakan dialog dan diskusi untuk mengembangkan potensi dan kinerja

    bawahan.

    Harits (2005) dalam Sugiarti (2007) para pemimpin transformasional yang

    efektif memiliki karakteristik atau atribut sebagai berikut:

    1. Mereka melihat diri sendiri sebagai agen perubahan.

    2. Mereka adalah para pengambil resiko yang hati-hati.

    3. Mereka yakin pada orang-orang dan sangat peka terhadap kebutuhan-

    kebutuhan mereka.

    4. Mereka mampu mengartikulasikan sejumlah nilai inti yang membimbing

    perilaku mereka.

  • 5. Mereka fleksibel dan terbuka terhadap pelajaran dari pengalaman.

    6. Mereka memiliki keterampilan yang kognitif dan yakin kepada pemikiran yang

    berdisplin dan kebutuhan akan analisis masalah.

    7. Mereka adalah orang-orang yang mempunyai visi dan mempercayai intuisi

    mereka.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan

    karakteristik kepemimpinan transformasional merupakan cara dan keahlian yang

    harus dimiliki pada seorang pimpinan dalam memimpin karyawan agar dapat lebih

    memberikan contoh dan panutan dalam menanamkan serta memotivasi lebih dalam

    pentingnya tujuan bersama.

    2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan Transformasional

    Kepemimpinan transformasional bagi organisasi atau perusahaan sangat

    diperlukan, karena kepemimpinan transformasional merupakan salah satu faktor

    yang mempengaruhi kepuasan kerja Komiati (2002) dalam Yunita (2008). Menurut

    Podsakoff, dkk. (1996) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional

    merupakan faktor penentu yang mempengaruhi sikap, persepsi dan perilaku

    karyawan di mana terjadi peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, motivasi,

    kepuasan kerja dan mampu mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi dalam

    suatu organisasi.

    Menurut Bass (2000) mengemukakan adanya 3 (tiga) faktor kepemimpinan

    transformasional, yakni :

    1. Karismatik atau inspirasional (charismatic or inspirational), bahwa pemimpin

    yang memimpikan suatu nilai masa depan, diartikulasikan bagaimana untuk

    meraihnya; menetapkan standar tinggi dan menetapkan dirinya sendiri

    sebagai contoh yang pengikut mengidentifikasikannya dan ingin untuk

    menyamainya.

  • 2. Stimulasi intelektual (intellectual stimulation), bahwa pemimpin mendorong

    pengikut untuk mengasumsikan pertanyaan-pertanyaan dan melihat

    permasalahan lama dengan cara baru untuk membolehkan pengikut untuk

    lebih inovatif dan kreatif.

    3. Konsiderasi individualis (individualized consideration), bahwa pemimpin

    diperhatikan oleh setiap pengikutnya secara individual dengan kebutuhan

    yang berbeda untuk memberikan dorongan dan pengembangan.

    Banyak hal yang akan mempengaruhi kepemimpinan itu sendirinya, terlebih

    fakta organisasi satu dengan lainnya sangat beragam sehingga ada banyak hal yang

    mempengaruhi kepemimpinan. Tahap ini bukan hanya konsep kepemimpinan yang

    digunakan mempunyai pengaruh besar tetapi juga keterampilan spontan dan teknis

    yang banyak menentukan keberhasilan sebuah kepemimpinan mengingat fakta

    organisasi atau perusahaan tersebut beragam (Karim, 2009). Untuk

    mempermudahnya dapat dipolakan sebagai berikut :

    Gambar 2.1.

    Hal yang mempengaruhi kepemimpinan

    a. Faktor Kemampuan Individu

    Suatu kepemimpinan, faktor pribadi yang berupa berbagai kompetensi

    seorang pemimpin sangat mempengaruhi proses kepemimpinannya. Dalam

    hal ini, konsepsi kepemimpinan umumnya memusatkan perhatian kepada

    pribadi pemimpin dengan berbagai kualitas atau kemampuan yang

    KEPEMIMPINAN

    Kemampuan

    Jabatan Situasi

  • dimilikinya. Seorang pemimpin di era modern didasarkan pada beberapa

    kelebihan yang tidak dimiiki orang lain dalam kelompoknya, seperti

    kecerdasan, tingkat pendidikan, bertanggung jawab, aktivitas dan partisipasi

    sosial serta status ekonomi dan sosial. Hal ini tersebut Nampak jelas pada

    lembaga/ organisasi formal yang telah menetapkan standar atau aturan yang

    baku tentang syarat-syarat menjadi seorang pemimpin.

    b. Faktor jabatan

    Seorang pemimpin dalam berperilaku harus mengindahkan dalam posisi

    mana pemimpin tersebut berada. Seorang perwira tinggi tentunya dalam

    memberikan perintah sangat berbeda gayanya dengan seorang rector. Hal

    ini terkait dengan aturan dan norma yang diberlakukan di masing-masing

    organisasi. Satu hal yang perlu dipahami bahwa seorang pemimpin tidak

    pernah bekerja dalam ruang vakum, tetapi pemimpin selalu berada dalam

    lingkungan sosial yang dinamis. Dalam hal ini, pemimpin harus memiliki citra

    tentang perilaku kepemimpinan yang digunakan sehingga sesuai dengan

    situasi yang mnyertainya. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat memahami

    konsep peranan (role consept). Selain itu seorang pemimpin harus tanggap

    terhadap situasi eksternal. Dalam hal ini berupa tuntutan perilaku yang

    berasal dari orang lain. Peristiwa ini disebut dengan harapan peranan (role

    ekspektation).

    c. Faktor situasi dan kondisi

    Situasi khusus selalu membutuhkan tipe kepemimpinan yang khusus pula.

    Seorang pemimpin dalam hal ini harus memiliki fleksibilitas yangtinggi

    terhadap situasi dan kondisi yang menyertai para bawahannya. Bila tidak,

    maka yang akan muncul bukan komitmen (kepatuhan) tetapi resistensi

    (perlawanan) dari para bawaannya yang pada akhirnya berakibat pada tidak

    efektifnya suatu kepemimpinan. Pemahaman terhadap situasi dan kondisi ini

  • sangat penting bagi seorang pemimpin sehingga gaya kepemimpinannya

    tidak selalu monoton. Oleh karena itu, pemimpin harus memahami dengan

    baik tipe kepemimpinan situasional atau dalam bahasanya Fidler disebut

    dengan gaya kepemimpinan kontingensi.

    Dunia pendidikan menjunjung tinggi profesionalitas khsususnya dalam suatu

    perusahaan atau instansi lainnya, maka dalam rangka menciptakan kepemimpinan

    yang efektif, ketiga hal tersebut harus mendapat perhatian serius. Pemimpin yang

    dipilih harus orang yang benar-benar pilihan dan amanah terhadap jabatan yang

    diembannya.

    2.1.4. Manfaat Kepemimpinan Transformasional

    Menurut Lako (2004:99) penerapan kepemimpinan transformasional akan

    saling menguntungkan pihak, yaitu bagi pemimpin, organisasi dan karyawan. Hal ini

    terjadi karena seorang pemimpin transformasional akan mencurahkan segala

    kemampuan dan potensinya untuk mentransformasikan organisasi dengan

    mengembangkan dan memberdayakan seluruh kemampuan dan potensi yang

    dimiliki oleh karyawannya dengan usaha dan tindakan lebih untuk mencapai

    pengharapan dan pencapaian diluar harapan.

    Kepemimpinan transformasional mampu memberikan solusi dalam

    memahami tentang apa yang membuat kepemimpinanmemiliki pengaruh yang besar

    dan faktor-faktor apa yang membuat kinerja dari sejumlah organisasi kecil dan besar

    sukses secara berkelanjutan. Selanjutnya, praktek kepemimpinan transformasional

    terbukti mampu membawa perubahan yang lebih mendasar, seperti perubahan nilai-

    nilai, tujuan dan kebutuhan bawahan dan perubahan-perubahan tersebut berdampak

    pada timbulnya komitmen karena terpenuhinya kebutuhan yang lebih tinggi (Avolio,

    et. al. 2000 dalam Silalahi, 2007).

  • 2.1.5. Dimensi kepemimpinan Transformasional

    Menurut Bass (1985, 1998) dalam Kaihatu dan Rini (2007) untuk dapat

    menghasilkan produktivitas, kepmimpinan transformasional telah didefinisikan

    sebagai Fours Is individualized influence, inspirational motivation, intellectual

    stimulation dan individualized consideration. Adapun dimensi-dimensi dari

    kepemimpinan transformasional sebagai berikut :

    1. Individualized influence (pengaruh individual) melalui model-model aturan

    bagi pengikut, yang mana pengikut mengidentifikasi dan ingin melakukan

    melebihi model tersebut. Pemimpin-pemimpin menunjukkan standar tinggi

    dari tingkah laku moral dan etika, serta menggunakan kemampuan untuk

    menggerakkan individu maupun kelompok terhadap pencapaian misi mereka

    dan bukan untuk nilai perorangan.

    2. Insipirational motivation (motivasi insiprasi), pemimpin memberikan arti dan

    tantangan bagi pengikut dengan maksud menaikkan semangat dan harapan,

    menyebarkan visi, komitmen pada tujuan dan dukungan tim. Kepemimpinan

    transformasional secara jelas mengkomunikasikan harapan-harapan, yang

    diinginkan pengikut tercapai .

    3. Intellectual stimulation (stimulasi intelektual), pemimpin transformasional

    menciptakan rangsangan dan berfikir inovatif bagi pengikut melalui asumsi-

    asumsi pertanyaan, merancang kembali masalah, menggunakan pendekatan

    pada situasi lampau melalui cara baru.

    4. Individualized consideration (pertimbangan individu) melalui pemberian

    bantuan sebagai pemimpin, memberikan pelayanan sebagai mentor,

    memeriksa kebutuhan individu untuk perkembangan dan peningkatan

    keberhasilan.

    Menurut Anikmah (2008) terdapat 4 (empat) dimensi kepemimpinan

    transformasional sebagai berikut :

  • 1. Pengaruh Idealisme. Pemimpin memiliki karisma menunjukkan pendirian,

    menekankan kepercayaan, menempatkan diri pada isu-isu yang sulit,

    menunjukkan nilai yang paling penting, menekankan pentingnya tujuan,

    komitmen dan konsekuen etika dari keputusan serta memiliki visi dan sense

    of mission.

    2. Motivasi inspirasional. Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk masa

    depan, menetapkan standar yang tinggi bagi para bawaha, optimis dan

    antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa yang perlu

    dilakukan.

    3. Stimulasi Intelektual. Pemimpin yang mendorong bawahan untuk lebih

    kreatif, menghilangkan keenganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya

    dan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan

    pendekatan-pendekatan baru yang lebih menggunakan intelegensi dan

    alasan-alasan yang rasional dari pada hanya didasarkan pada opini-opini

    atau perkiraan-perkiraan semesta.

    4. Konsiderasi individual. Pemimpin mampu memperlakukan orang lain sebagai

    individu, mempertimbangkan kebutuhan individual dan aspirasi-aspirasi,

    mendengarkan, mendidik dan melatih bawahan.

    2.2. Komitmen Organisasi

    2.2.1. Pengertian Komitmen Organisasi

    Komitmen organisasi cukup penting dan harus dimiiki di setiap organisasi.

    Seseorang yang menunjukkan keterlibatan yang tinggi sebagai karyawan dalam

    suatu organisasi dapat dikatakan pekerja yang memiliki komitmen. Menurut

    Panggabean (2004:135), komitmen organisasi adalah kuatnya pengenalan dan

    keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi. Komitmen organisasional juga dapat

    diartikan sebagai suatu sikap yang merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari

    karyawan terhadap organisasi (Robbins, 2006).

  • Karyawan dengan komitmen afektif yang kuat, cenderung bertahan pada

    pekerjaannya karena keinginannya sendiri, sementara karyawan dengan komitmen

    berkelanjutan yang tinggi, akan bertahan pada pekerjaannya atas dasar kebutuhan.

    Adapun karyawan dengan komitmen normatif yang kuat bertahan pada

    pekerjaannya karena merasakan adanya keharusan atau kewajiban. Ketiga

    komponen komitmen ini hadir dalam diri karyawan, namun dengan kadar yang

    berbeda-beda sehingga akan menghasilkan perilaku yang berbeda pula sebagai

    latar belakang dalam mempertahankan pekerjaannya (Allen dan Meyer, 1990).

    Selanjutnya Menurut Mowday, dkk (1982) dalam Luthans (2006), menjelaskan

    bahwa sebagai sikap, komitmen organisasi paling sering didefinisikan sebagai :

    1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu.

    2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi.

    3. Keyakinan tertentu, penerimaan nilai dan tujuan organisasi.

    Menurut Alwi (2001) dalam Baihaqi (2010), menyatakan komitmen organisasi

    adalah sikap karyawan untuk tetap berada dalam organisasi dan terlibat dalam

    upaya-upaya mencapai misi, nilai-nilai dan tujuan organisasi. Lebih lanjut dijelaskan,

    bahwa komitmen merupakan suatu bentuk loyalitas yang lebih konkret yang dapat

    dilihat dari sejauh mana karyawan mencurahkan perhatian, gagasan dan tanggung

    jawab dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan beberapa pengertian

    tentang komitmen organisasi, secara garis besar dapat disimpukan bahwa komitmen

    organisasi merupakan suatu keadaan dimana karyawan memihak dan peduli

    terhadap organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya serta berniat memelihara

    keanggotaannya dalam organisasi tersebut.

    2.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

    Komitmen terhadap organisasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

    menunjukkan bahwa salah satu prediktor terhadap komitmen adalah masa kerja

  • (tenure) seseorang pada organisasi tertentu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai

    berikut:

    1. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi, semakin memberi

    peluang untuk menerima tugas yang lebih menantang, keleluasaan untuk

    bekerja, tingkat imbalan ekstrinsik yang lebih besar dan peluang promosi

    yang lebih tinggi.

    2. Adanya peluang investasi pribadi, yang berupa pikiran, tenaga dan waktu

    untuk organisasi yang makin besar, sehingga makin sulit untuk meninggalkan

    organisasi tersebut.

    3. Adanya keterlibatan sosial dengan organisasi dan individu-individu yang ada,

    hubungan sosial yang lebih bermakna, sehingga membuat individu semakin

    berat meninggalkan organisasi.

    4. Akses untuk mendapat informasi pekerjaan baru makin berkurang.

    2.2.3. Manfaat Komitmen Organisasi

    Organisasi yang mampu memberikan perhatian yang penuh dan membuat

    karyawan percaya terhadap organisasi akan memperoleh komitmen karyawan.

    Komitmen karyawan terhadap organisasi akan membuat karyawan setia pada

    organisasi dan bekerja dengan baik untuk kepentingan organisasi (Yuwalliatin,

    2006). Keadaan ini sangat baik bagi pencapaian tujuan organisasi karena organisasi

    mendapat dukungan penuh dari anggotanya sehingga dapat berkonsentrasi secara

    penuh pada tujuan yang diprioritaskan. Morrison (1997) menyatakan bahwa

    komitmen merupakan faktor yang penting bagi organisasi karena pertama,

    pengaruhnya bagi turnover dan kedua, hubungannya dengan kinerja yang

    mengasumsikan bahwa individu yang mempunyai komitmen cenderung

    mengembangkan upaya yang lebih besar pada pekerjaan.

  • 2.2.4. Dimensi Komitmen Organisasi

    Menurut Meyer dan Allen (1990) dalam Kaihatu dan Rini (2007) komitmen

    organisasional terdiri dari tiga dimensi yaitu:

    1. Affective commitment, karyawan dengan affective commitment yang kuat

    (pengenalan dan keterikatan pada organisasi) pada pekerjaan secara terus

    menerus yang disebabkan mereka ingin melakukannya (want to do).

    2. Continuance commitment, karyawan yang memiliki hubungan dengan

    organisasi yang didasarkan pada continuance commitment (menyadari

    adanya biaya-biaya yang dihubungkan dengan meninggalkan organisasi)

    yang diharapkan tetap dalam organisasi disebabkan mereka membutuhkan

    untuk melakukannya (need to do).

    3. Normative commitment, karyawan dengan normative commitment (perasaan

    terhadap jaminan hak atas tekanan sosial) merasa bahwa mereka

    seharusnya tetap (ought to) dengan organisasi.

    2.3. Keadilan Organisasional (Organizational Justice)

    2.3.1. Pengertian Keadilan Organisasional (Organizational Justice)

    Keadilan organisasi (organizational justice) merupakan istilah yang

    digunakan untuk mendeskripsikan kesamarataan atau keadilan di tempat kerja.

    Folger dan Konovsky (1989), menyatakan keadilan organisasional merupakan

    persepsi individu terhadap adil atau tidaknya perlakuan yang diterima dalam

    organisasi. Secara umum, para peneliti mengenai keadilan organisasional

    memfokuskan diri pada tiga isu utama untuk menilai istilah keadilan dalam

    organisasi. Ketiga isu yang dimaksud yaitu : hasil (outcomes), proses (process) dan

    interaksi antar personal (interpersonal interactions), (Cropanzano, Prehar dan Chen,

    2002).

    Penilaian yang berkaitan dengan kewajaran hasil atau kewajaran

    pengalokasian disebut dengan istilah keadilan distributif. Atau dengan kata lain

  • keadilan distributif mengacu pada kewajaran yang diterima (Greenberg, 1990). Isu

    kedua dalam keadilan organisasi yaitu penilaian yang mengacu pada elemen-

    elemen proses dan di istilahkan sebagai keadilan prosedural. Keadilan prosedural

    mengacu pada kewajaran proses bagaimana suatu keputusan diambil (Konovsky,

    2000). Selanjutnya isu ketiga yaitu penilaian terhadap kewajaran mengenai

    hubungan antarpersonal yang disebut sebagai keadilan interaksional. Review

    mengenai keadilan ketiga tipe keadilan seperti yang disebutkan diuraikan oleh

    Cropanzano dan Greenberg 1997; Greenberg, 1990).

    Folger dan Cropanzano (1998) dalam Parker dan Kohlmeyer (2005),

    mendefinisikan keadilan organisasional sebagai kondisi pekerjaan yang

    mengarahkan individu pada suatu keyakinan bahwa mereka diperlakukan secara

    adil atau tidak adil oleh organisasinya. Lebih jauh Folger dan Cropanzano

    menjelaskan bahwa keadilan organisasi merupakan motivator penting dalam suatu

    lingkungan pekerjaan.

    Ketika individu merasakan suatu ketidakadilan, moral mereka akan turun,

    mereka kemungkinan besar akan meninggalkan pekerjaannya dan bahkan mungkin

    membalas dendam terhadap organisasinya.Beberapa penelitian diatas dapat ditarik

    kesimpulan bahwa keadilan organisasional (organizational justice) merupakan

    respon terhadap kebutuhan dasar manusia serta merupakan nilai dari persepsi

    karyawan yang mana dianggap sangat begitu penting mengenai adil atau tidaknya

    tindakan serta keputusan yang dihasilkan dalam suatu organisasi.

    2.3.2. Manfaat Keadilan Organisasional (Organizational Justice)

    Keadilan (justice) merupakan harapan atau keinginan yang didamba oleh

    siapapun juga, dimanapun mereka berada, tidak terkecuali orang-orang yang berada

    di organisasi, mereka selalu berharap untuk mendapatkan keadilan tersebut di

    tempat kerjanya. Keadilan organisasional (organizational justice) merupakan respon

    terhadap kebutuhan dasar manusia. Persepsi keadilan distributif, prosedural dan

  • interaksional dipandang sebagai komponen utama serta keadilan organisasional

    dihubungkan dengan beraneka ragam hasil dari suatu pekerjan, seperti pelaksanaan

    suatu kegiatan, perilaku suatu kelompok dan sikap kerja (Cropanzano et al, 2001).

    Keadila organisasional dapat pula menggambarkan persepsi individu atau kelompok

    tentang kewajaran perilaku yang mereka terima dari sebuah organisasi dan rekasi

    perilaku mereka terhadap persepsi tersebut.

    2.3.3. Dimensi Keadilan Organisasional (Organizational Justice)

    Menurut Cropanzano dan Folger dalam Yulianto (2006), menyatakan bahwa

    terdapat tiga dimensi keadilan organisasional (organizational justice), yaitu :

    1. Distributive justice (keadilan distributif), merupakan persepsi keadilan yang

    berkaitan dengan hasil, misalnya: keputusan pengupahan, penilaian kinerja

    serta keputusan pemutusan hubungan kerja.

    2. Procedural justice (keadilan prosedural), berhubungan dengan persepsi

    ketika proses yang digunakan untuk membuat keputusan adil. Menurut

    Laventhal dalam Yulianto (2006) ada enam atribut procedural justice sebagai

    persepsi keadilan, yaitu: a) concistency ini berarti prosedur yang harus

    konsisten terhadap karyawan dan sepanjang waktu; b) Bias-suppression

    merupakan bias personal pembuat keputusan yang seharusnya tidak

    memainkan suatu peran; c) Accuracy adalah prosedur yang harus

    dipersepsikan secara akurat, misalnya prosedur yang jelas untuk

    mengidentifikasi orang yang masuk kualifikasi kerja; d)Correctability yaitu

    mekanisme memperbaiki jika ada kekeliruan yang dibuat; e) Ethicality adalah

    keputusan yang dibuat harus sesuai dengan standar etik yang berlaku; f)

    Respresentative mempertimbangkan pengaruh pembuatan keputusan

    terhadap individu.

    3. Interactional Justice (keadilan interaksional), berkaitan dengan persepsi

    ketika agen organisasional mengimplementasikan prosedur secara adil,

  • dengan memperlakukan orang secara hormat dan menjelaskan keputusan

    secara baik. Kualitas perlakuan interpersonal diperoleh melalui prosedur

    peraturan organisasional, seperti halnya menunjukkan perhatian terhadap

    kebutuhan dan kesejahteraan karyawan, memperlakukan karyawan dengan

    rasa hormat, interaksi yang sopan dengan karyawan dan kepekaan

    hubungan antar individu.

    2.4. Kepuasan Kerja

    2.4.1. Pengertian Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja merupakan bagian penting dalam rangka pengembangan

    karyawan. Pengembangan sumber daya manusia dengan memperhatikan kepuasan

    kerjanya penting untuk mencapai tujuannya. Pada dasarnya kepuasan kerja

    merupakan hal yang sangat bersifat individual, setiap individu memiliki tingkat

    kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada

    dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan

    individu, maka makin tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan

    demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas

    perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.

    Menurut Sunyoto (2012:26), mengatakan kepuasan kerja (job satisfaction)

    adalah keadaan emosional yg menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana

    para karyawan memandang pekerjaannya. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan

    seseorang terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan

    kerjanya. Departmen personalia atau manajemen harus selalu memonitor kepuasan

    kerja karena hal ini mempengaruhi sikap absensi, perputaran tenaga kerja,

    kepuasan kerja dan masalah-masalah penting lainnya.

    Berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya mengacu pada kepuasan.

    Hasibuan (2007:202), mengartikan kepuasan kerja adalah sikap emosional yang

    menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,

  • kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan diperoleh karyawan dalam pekerjaannya

    seperti memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan dan

    suasana lingkungan kerja yang baik, ini lebih mengutamakan pekerjaannya daripada

    balas jasa. Selain itu kepuasan diluar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan

    yang dinikmati diluar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang diterima karyawan

    dapat membeli kebutuhannya serta kombinasi antara kepuasan di dalam pekerjaan

    dan diluar pekerjaan yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara

    balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya.

    Mangkunegara (2004:117), mendefinisikan kepuasan kerja adalah suatu

    perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dari karyawan yang berhubungan

    dengan kondisi dirinya. Kepuasan kerja adalah erat kaitannya dengan apa yang

    diharapkan karyawan dari pekerjaannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.

    Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek upah atau

    gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan karyawan

    lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur organisasi instansi, mutu

    pengawasan, sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain

    umur, kondisi kesehatan, kemampuan, pendidikan dan sebagainya. Beberapa

    pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu

    tanggapan secara kognisi dan afeksi dari seorang karyawan terhadap segala hasil

    pekerjaan yang dilakukannya.

    2.4.2. Teori Kepuasan Kerja

    Teori kepuasan kerja ada tiga macam yang lazim dikenal menurut Sunyoto

    (2012:27) yaitu:

    1. Discrepancy Theory (Teori Ketidaksesuaian)

    Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter (1961). Porter mengukur

    kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang

    seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudian Locke (1969)

  • menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung pada perbedaan

    antara keharusan dan kebutuhan harapan atau nilai dengan apa yang

    menurut perasaannya atau persepsinya telah diperoleh melalui pekerjaan.

    2. Equity Theory (Teori Keadilan)

    Teori ini dikembangkan oleh Adam (1963). Prinsip teori ini adalah bahwa

    orang akan merasa puas dan tidak puas, tergantung apakah ia merasakan

    adanya keadilan (equity). Perasaan keadilan dan ketidakadilan atas situasi,

    diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain

    yang sekelas, sekantor dan pemerintah di pengaruhi oleh motivasi.

    3. Two Factor Theory (Teori Dua Faktor)

    Prinsip teori ini adalah bahwa kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja

    merupakan dua hal yang berbeda, artinya kepuasan dan ketidakpuasan

    terhadap pekerjaan tidak merupakan variabel yang kontinu. Teori ini pertama

    kali ditemukan oleh Herzberg (1959). Yang membagi situasi yang

    mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaan menjadi dua kelompok

    yakni:

    a. Satisfiers atau motivator adalah situasi yang membuktikannya sebagai

    sumber kepuasan kerja, yang terdiri dari prestasi, pengakuan, tanggung

    jawab dan kemajuan.

    b. Dissatisfier (Hygne Factors) adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi

    sumber ketidakpuasan yang terdiri dari kebijakan perusahaan dan

    adminstrasi, pengawasan, teknik, gaji, keamanan kerja, kondisi kerja dan

    status.

    Menurut Teori ini perbaikan salary dan kondisi kerja tidak akan mengurangi

    ketidakpuasan tetapi hanya mengurangi ketidakpuasan kerja. Selanjutnya menurut

    Herzeberg bahwa yang dapat memacu orang bekerja dengan baik dan menimbulkan

    gairah untuk bekerja hanyalah kelompok satisfiers.

  • 2.4.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja bagi karyawan individu sangat diperlukan karena kepuasan

    kerja akan meningkatkan produktivitas. Adanya ketidakpuasan dalam diri karyawan

    terhadap pekerjaannya akan membawa dampak yang kurang menguntungkan baik

    itu bagi perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Menurut Robbin (2006) kepuasan

    kerja dipengaruhi karena adanya beberapa faktor. Pertama faktor individu, dimana

    kepuasan kerja dipengaruhi usia, jenis kelamin, pengalaman dan sebagainya.

    Kedua, faktor pekerjaan, dimana kepuasan kerja dipengaruhi oleh otonomi

    pekerjaan, kreatifitas yang beragam, identitas tugas, keberartian tugas (task

    significancy), pekerjaan tertentu yang bermakna dalam organisasi dan lain-lain. Dan

    ketiga, faktor organisasional, yakni kepuasan kerja dipengaruhi oleh skala usaha,

    kompleksitas organisasi, formalitas, sentralisasi, jumlah anggota kelompok, lamanya

    beroperasi, usia kelompok kerja dan kepemimpinan.

    Terdapat faktor lain dalam organisasi yang dapat mempengaruhi tingkat

    kepuasan kerja. Menurut Nahusona, et.al. (2004) adalah motivasi dan kejelasan

    peran. Motivasi ini antara lain dipengaruhi oleh tingkat gaji dan fasilitas yang

    didapatkan, kenaikan pangkat dan penghargaan, kemungkinan untuk maju dan

    berkembang dalam pekerjaan, pengaruh supervisor atau pemimpin dimana

    kepuasan kerja yang tinggi dipengaruhi dengan cara kerja supervisor yang efektif.

    Sedangkan kejelasan peran dipengaruhi oleh tugas yang diberikan pada karyawan

    (otonomi tugas), apabia terlalu berat ataupun ringan akan mengakibatkan

    ketidakserasian kerja sehingga karyawan tidak dapat mengaktualisasikan

    kemampuan secara maksimal. Menurut Gilmer dalam Yunita (2008) faktor-faktor

    yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah :

    1. Kesempatan untuk maju

    Dalam hal ini, ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan

    peningkatan kemampuan selama kerja.

  • 2. Keamanan Kerja

    Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik pada

    karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi

    perasaan karyawan selama bekerja.

    3. Gaji

    Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan kerja dan jarang orang

    mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang

    diperolehnya. Dalam penggajian dapat meliputi gaji, bonus, uang lembur dan

    sebagainya.

    4. Perusahaan dan Manajemen

    Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan

    situasi dan kondisi kerja yang stabil.

    5. Pengawasan (supervisi)

    Bagi karyawan, supervisi dianggap sebagai fitur ayah dan sekaligus

    atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turnover.

    6. Faktor intrinsik dari pekerjaan

    Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar

    dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau

    mengurangi kepuasan kerja.

    7. Kondisi kerja

    Termasuk di dalam kondisi kerja adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran,

    kantin dan tempat parkIr.

    8. Aspek sosial dalam pekerjaan

    Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang

    sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam bekerja.

  • 9. Komunikasi

    Komunikasi yang lancar antara karyawan dengan pihak manajemen banyak

    dipakai sebagai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya

    kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui

    pendapat atau prestasi karyawannya, sangat berperan dalam menimbulkan

    rasa puas terhadap kerja.

    10. Fasilitas Kerja

    Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun atau perumahan merupakan standar

    suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas.

    2.4.4. Manfaat Kepuasan Kerja

    Sudut pandang masyarakat dan karyawan individu, kepuasan kerja

    merupakan hasil yang diinginkan.Karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang

    tinggi cenderung memiliki kesehatan fisik yang lebih baik, memelajari tugas yang

    berhubungan dengan pekerjaan baru dengan lebih cepat, memiliki sedikit

    kecelakaan kerja, mengajukan sedikit keluhan dan menurunkan tingkat stress

    (Luthans, 2006).

    Karyawan akan merasa senang dan bahagia dalam melakukan pekerjaannya

    dan tidak berusaha mengevaluasi alternatif lain. Sebaliknya karyawan yang tidak

    puas dalam pekerjaannya cenderung mempunyai pikiran untuk keluar, mengevaluasi

    alternatif pekerjaan lain dan keinginan untuk keluar karena berharap menemukan

    pekerjaan yang lebih memuaskan (Mobley, 1979 dalam Witasari 2009).

    2.4.5. Dimensi Kepuasan Kerja

    Menurut Luthans (1998) mengemukakan terdapat tiga dimensi penting dalam

    kepuasan kerja, yaitu kepuasan kerja merupakan respon emosional terdapat situasi

    kerja, kepuasan kerja sering kali ditentukan oleh bagaimana hasil yang diperoleh

    sesuai atau melebihi harapannya, kepuasan kerja mencerminkan beberapa perilaku

  • yang berkaitan. Sedangkan Hulin, et. al. (1959) mengungkapkan lima dimensi yang

    mencerminkan karakteristik penting tentang kerja yang ditanggapi karyawan secara

    efektif, yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, supervisi

    (pengawasan) dan rekan kerja. Hal tersebut yang kemudian dijelaskan kembali oleh

    Luthans (2006) mengenai dimensi terjadinya suatu kepuasan kerja dan merupakan

    pengembangan dari ketiga dimensi sebelumnya, yakni :

    1. Pekerjaan itu sendiri

    Kepuasan pekerjaan itu sendiri merupakan sumber utama kepuasan, dimana

    pekerjaan tersebut memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk

    belajar, kesempatan untuk menerima tanggung jawab dan kemajuan untuk

    karyawan. Penelitian terbaru menemukan bahwa karakteristik pekerjaan dan

    kompleksitas pekerjaan menghubungkan antara kepribadian dan kepuasan

    kerja. Jika persyaratan kreatif pekerjaan terpenuhi, maka mereka cenderung

    menjadi puas. Selain itu,perkembangan karier (tidak perlu promosi)

    merupakan hal penting untuk karyawan muda dan tua.

    2. Gaji

    Gaji sebagai faktor multidimensi dalam kepuasan kerja merupakan sejumlah

    upah atau uang yang diterima dan tingkat dimana hal ini bisa dipandang

    sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam

    organisasi. Uang tidak hanya membantu orang memperoleh kebutuhan

    dasar, tetapi juga alat untuk memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat

    yang lebih tinggi. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari bagaimana

    manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan. Jika

    karyawan fleksibel dalam memilih jenis benefit yang mereka sukai dalam

    sebuah paket total (rencana benefit fleksibel), maka ada peningkatan

    signifikan dalam kepuasan benefit dan kepuasan kerja secara keseluruhan.

  • 3. Kesempatan Promosi

    Kesempatan promosi adalah kesempatan untuk maju dalam berorganisasi,

    sepertinya memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja. Hal ini

    dikarenakan promosi memiliki sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki

    penghargaan seperti promosi atau dasar senioritas atau kinerja dan promosi

    kenaikan gaji. Lingkungan kerja yang positif dan kesempatan untuk

    berkembang secara intelektual dan memperluas keahlian dasar menjadi lebih

    penting daripada kesempatan promosi.

    4. Pengawasan (supervisi)

    Pengawasan merupakan kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan

    teknis dan dukungan perilaku. Ada 2 (dua) dimensi gaya pengawasan yang

    dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Yang pertama adalah berpusat pada

    karyawan, diukur menurut tingkat dimana penyelia menggunakan

    ketertarikan personal dan peduli pada karyawan, seperti memberikan

    nasehat dan bantuan kepada karyawan, komunikasi yang baik dan meneliti

    seberapa baik kerja karyawan. Yang kedua adalah iklim partisipasi atau

    pengaruh dalam pengembalian keputusan yang dapat mempengaruhi

    pekerjaan karyawan. Secara umum, kedua dimensi tersebut sangat

    berpengaruh pada kepuasan kerja karyawan.

    5. Rekan Kerja

    Pada umumnya, rekan kerja yang kooperatif merupakan sumber kepuasan

    kerja yang paling sederhana pada karyawan secara individu. Kelompok kerja,

    terutama tim yang kuat bertindak sebagai sumber dukungan, kenyamanan,

    nasehat dan bantuan pada anggota individu. Karena kelompok kerja

    memerlukan kesalingtergantungan antar anggota dalam menyelesaikan

    pekerjaan. Kondisi seperti inilah efektif membuat pekerjaan menjadi lebih

  • menyenangkan, sehingga membawa efek positif yang tinggi pada kepuasan

    kerja.

    2.5. Definsi Konsepsional

    Menurut Snair (2008:275) istilah pemimpin transformasional yaitu membantu

    orang-orang dan organisasi menemukan bakat terpendam mereka dan berubah

    secara positif untuk selamanya.

    Menurut Panggabean (2004:135), komitmen organisasi adalah kuatnya

    pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam suatu organisasi.

    Menurut Folger dan Konovsky (1989), menyatakan keadilan organisasi

    (organizational justice) merupakan persepsi individu terhadap adil atau tidaknya

    perlakuan yang diterima dalam organisasi.

    Menurut Hasibuan (2007:202), mengartikan kepuasan kerja adalah sikap

    emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan

    oleh moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan diperoleh karyawan

    dalam pekerjaannya seperti memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan,

    peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik, ini lebih mengutamakan

    pekerjaannya daripada balas jasa. Selain itu kepuasan diluar pekerjaan adalah

    kepuasan kerja karyawan yang dinikmati diluar pekerjaan dengan besarnya balas

    jasa yang diterima karyawan dapat membeli kebutuhannya serta kombinasi antara

    kepuasan di dalam pekerjaan dan diluar pekerjaan yang dicerminkan oleh sikap

    emosional yang seimbang antara balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya.

    2.6. Model Penelitian

    Hubungan yang digambarkan dapat memberikan arah yang lebih jelas dari

    penelitian ini, maka penulis mengemukakan beberapa konsep agar tidak terjadi

    salah pengertian (interpretasi) terhadap judul skripsi. Konsep ini dipergunakan

    sebagai batasan agar tidak terjadi penyimpangan dari sasaran skripsi. Kerangka

  • konseptual kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasi terhadap

    kepuasan kerja dengan keadilan organisasional (organizational justice) sebagai

    pemoderasi, dapat penulis gambarkan seperti dibawah ini.

    Gambar 2.2.

    Kerangka Konsep

    H3 H4

    H2

    2.7. Pengembangan Hipotesis

    2.7.1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja dan kualitas kehidupan kerja menjadi peran penting untuk

    melihat kinerja seseorang dalam bekerja dan menjadi masalah yang signifikan bagi

    manajemen sumber daya manusia serta upaya perubahan organisasional dalam

    organisasi pada saat ini. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja

    dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa

    walaupun balas jasa itu penting Hasibuan (2007:202). Selain itu, Individu yang

    merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam

    organisasi, sebaliknya individu yang merasa kurang terpuaskan dengan

    Kepemimpinan

    Transformasional (X1)

    Komitmen Organisasi

    (X2)

    Kepuasan Kerja (Y)

    Keadilan

    Organisasional

    (OrganizationalJustice)

    (X3)

    H1

  • pekerjaannya akan memilih keluar dari organisasi. Sedangkan ketidakpuasan kerja

    dikaitkan dengan ketidakhadiran (absenteeism), keluhan (grievances) dan terjadinya

    perpindahan (turnover) karena individu yang memilih keluar organisasi akan

    mengharapkan hasil yang lebih memuaskan ditempat lain. Salah satu faktor yang

    mempengaruhi kepuasan kerja yaitu gaya kepemimpinan transformasional Koemiati

    (2002) dalam Yunita (2008).

    Yukl (1989), mendefinisikan kepemimpinan transformasional lebih pada

    proses mempengaruhi perubahan-perubahan besar pada sikap dan asumsi anggota

    organisasi dan membangun komitmen untuk misi, tujuan dan strategi organisasi.

    Jadi dapat dikatakan jika leader dalam suatu instansi atau perusahaan berhasil

    mengarahkan ataupun mempengaruhi karyawan dengan misi dan visi yang ada,

    maka dapat dipastikan karyawan dalam hal bekerja akan bersungguh-sungguh dan

    loyal pada instansi atau perusahaan tersebut.

    Kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kepuasan kerja

    karyawan apabila satu sama lain dalam arti antara seorang pimpinan dengan para

    karyawan atau bawahannya saling mendukung dan saling memberikan support

    untuk kemajuan perusahaan atau instansi dan apabila ini dilakukan dengan baik

    dapat dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami peningkatan kemajuan yang

    sangat pesat dan akan berakibat serta berdampak positif terhadap kepuasan kerja

    karyawan, akan tetapi sebaliknya jika dalam perusahaan atau instansi antara

    pimpinan dan karyawan tidak ada rasa saling mendukung dan support dalam

    pengarahan kerja perusahaan dapat mengalami penurunan dan tentu akan

    menurunnya kepuasan kerja. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh

    Koemiati (2002) dalam Yunita (2008) mengenai pengaruh perilaku kepemimpinan

    transformasional terhadap kepuasan kerja bawahan pada karyawan industri jasa

    pelayanan medis atau perawat pada 4 Rumah Sakit Umum. Penelitian ini

    menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan

  • signifikan terhadap kepuasan kerja bawahan. Dengan adanya pendapat tersebut

    maka dapat disimpulkan bahwa :

    H1: Diduga kepemimpinan transformasional berpengaruh positif secara

    signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.

    2.7.2. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja

    Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak

    ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme juga komitmen terhadap bidang

    yang ditekuninya. Suatu komitmen organisasional menunjukkan suatu daya dari

    seseorang dalam mengidentifikasikan keterlibatan dalam suatu organisasi. Oleh

    karena itu komitmen organisasional akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of

    belonging) bagi karyawan sebagai pekerja terhadap organisasi. Kepuasan kerja dan

    komitmen organisasional berhubungan, tetapi keduanya merupakan sikap yang

    dapat dibedakan.

    Kepuasan kerja berhubungan dengan tanggapan efektif terhadap lingkungan

    kerja, sedangkan komitmen organisasional lebih stabil dan dapat bertahan lama.

    Pekerja mungkin hanya sementara tidak menyenangi pekerjaannya, tetapi tetap

    komitmen dengan organisasinya. Salah satu yang faktor yang mempengaruhi

    kepuasan kerja karyawan adalah komitmen organisasi Trisnaningsih (2003) dalam

    Baihaqi (2010). Komitmen terhadap organisasi yaitu lebih dari keanggotaan formal,

    karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan

    tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.

    Sedangkan kepuasan kerja adalah cara karyawan merasakan dirinya atau

    pekerjaannya dan dapat diartikan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang

    menyokong atau tidak dalam diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan

    maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan

    aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan

    karyawan lain penempatan kerja dan struktur organisasi. Jadi dapat dikatakan

  • apabila karyawan dalam suatu perusahaan atau instansi memiliki komitmen dalam

    organisasi, maka dapat dipastikan karyawan dalam hal bekerja akan menjunjung

    tinggi kedisiplinan dalam bekerja dan merasa memiliki terhadap perusahaan

    tersebut.

    Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan

    apabila pemimpin dapat menerapkan segala peraturan dan kebijakan organisasi

    serta melimpahkan tugas dan tanggung jawab dengan tepat. Ini tentu sejalan

    dengan usaha dalam menumbuhkan komitmen organisasi dari diri karyawan. Jika

    hal tersebut dapat terwujud seorang pemimpin dalam perusahaan atau instansi

    nantinya dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaannya dan