pbs semester 4 a

71
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harta merupakan titipan Allah SWT yang pada hakekatnya hanya dititipkan kepada kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Konsekuensi manusia terhadap segala bentuk titipan yang dibebankan kepadanya mempunyai aturan-aturan Tuhan, baik dalam pengembangan maupun dalam penggunaan. Terdapat kewajiban yang dibebankan pada pemiliknya untuk mengeluarkan zakat untuk kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah maliyah sunnah yakni sedekah dan infaq. Karena pada hakekatnya segala harta yang dimiliki manusia adalah titipan Allah SWT, maka setiap kita manusia wajib melaksanakan segala perintah Allah mengenai hartanya. Dalam makalah ini akan dijelaskan secar rinci apa yang menjadi pengertian zakat, infaq dan shadaqah serta segala macam bentuk, dasar hukum dan segala hal yang berkaitan dengan masalah zakat. B. RUMUSAN MASALAH 1

Upload: muhammad-rendy

Post on 09-Jul-2016

240 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta merupakan titipan Allah SWT yang pada hakekatnya hanya

dititipkan kepada kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Konsekuensi manusia

terhadap segala bentuk titipan yang dibebankan kepadanya mempunyai

aturan-aturan Tuhan, baik dalam pengembangan maupun dalam

penggunaan.

Terdapat kewajiban yang dibebankan pada pemiliknya untuk

mengeluarkan zakat untuk kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah

maliyah sunnah yakni sedekah dan infaq. Karena pada hakekatnya segala

harta yang dimiliki manusia adalah titipan Allah SWT, maka setiap kita

manusia wajib melaksanakan segala perintah Allah mengenai hartanya.

Dalam makalah ini akan dijelaskan secar rinci apa yang menjadi

pengertian zakat, infaq dan shadaqah serta segala macam bentuk, dasar

hukum dan segala hal yang berkaitan dengan masalah zakat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan pengertian dan perbedaan zakat, infaq dan shadaqah?

2. Jelaskan macam-macam zakat dan dasar hukum zakat?

3. Apa saja yang wajib dizakati?

4. Jelaskan ketentuan-ketentuan wajib zakat dan ashnafnya?

5. Apa perlunya pengembangan konsep wajib zakat, ashnaf, barang-

barang zakat dan pengelolaan zakat?

6. Sebutkan hal-hal yang menjadi persoalan-persoalan yang berkaitan

dengan zakat,infaq dan shadaqah?

1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian zakat, infaq dan shadaqah

1. Pengertian zakat

Secara etimologi zakat dapat diartikan berkembang dan berkah.

Selain itu zakat juga dapat diartikan mensucikan sebagaimana dalam

firman Allah SWT:

ها زك من أفلح قد

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (Q.S

Asyams(91): 9)

Sedangkan menurut istilah syar’i zakat berarti sesuatu yang

dikeluarkan atas nama harta atau badan dengan mekanisme tertentu.[1]

2. Pengertian infaq

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan

sesuatu untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut istilah infaq

berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan

untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam.[2]

 orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun

sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan)

orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

1. 3.      Pengertian shadaqah

Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang

membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah,  tanpa

disertai imbalan[3].

2

1. 4.      Perbedaan zakat, infaq dan shadaqah

Menurut Zakat Infaq Shadaqoh

Berdasarkan

kewajibannya

Amal wajib Amal tidak wajib Amal tidak

wajib

Waktu

pembayarannya

Ditentukan Kapan saja Kapan saja

Berdasarkan

ketentuannya

Memberikan

sebagian harta

dengan ketentuan

tertentu

Membelanjakan

hartanya untuk

kepentingan diri

sendiri dan

keluarganya

Membelanjaka

n hartanya

dijalan Allah

 

1. B.     Macam-macam zakat dan dasar hukum zakat

1. 1.      Dasar hukum zakat

Zakat diwajibkan pada tahun ke 2 hijriyah setelah  pensyariatan zakat fitrah. Dasar

pensyariatannya yaitu al-Qur’an, sunah, dan ijma’. Allah berfirman, “Tunaikanlah

Zakat” (QS. al-Baqoroh:43) dan firman-Nya,

‹è{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y‰|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkÏj.t“è?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur� �

öNÎgø‹n=tæ ( ¨bÎ) y7s?4qn=|¹ Ö`s3y™ öNçl°; 3

ª!$#ur ìì‹ÏJy™ íOŠÎ=tæ ÇÊÉÌÈ

“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan

mereka” (QS. at-Taubah: 103).

3

Dalam sunah Nabi banyak disampaikan hadist tentang zakat, diantaranya, “Islam

dibangun atas lima dasar, antara lain menunaikan zakat,”(HR. Syaikhani dari

ibnu Umar). Para Ulama’ kemudian sepakat mewajibkan zakat. Hadist tersebut

menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu rukun islam.orang yang

mengingkari zakat dinyatakan kafir, meskipun dia menunaikannya. Orang yang

menolak untuk mengeluarkan zakat harus diperangi dan dirampas hartanya secara

paksa, seperti yang dilakukan Abu Bakar as-Shiddiq. [4]

1. 2.      Zakat fitrah

1. Pengertian zakat fitrah

Zakat fitrah adalah zakat jiwa yang diambil dari kata” fitrah” yang merupakan

asal kejadian. Sedangkan menurut pengertian syara’ adalah zakat yang

dikeluarkan oleh seorang muslim dari sebagian hartanya kepada orang-orang yang

membutuhkan untuk mensucikan jiwanya serta menambal kekurangan-

kekurangan yang terdapat pada puasanya seperti perkataan yang kotor dan

perbuatan yang tidak ada gunanya. Diriwayatkan oleh Ibn Abbas, ia berkata:

. وطعمة والرفث لغو ال من للصائم طهرة زكاةالفطر صم الله رسول فرضللمساكين

Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan diri orang puasa dari

perbuatan sia-sia(al-laghw) dan perkataan kotor (ar-rafats), sekaligus untuk

memberi makan orang-orang miskin.

1. Syarat wajib zakat fitrah

Syarat wajib zakat fitrah antara lain:

1)      Islam

2)      adanya kelebihan makanan untuk kebutuhan sehari-hari dan orang yang

berada dalam tanggungan nafkahnya pada malam hari raya dan ketika hari raya

4

3)       mendapati bagian akhir ramadhan dan bagian bulan syawal.

1. Kadar dan bentuk zakat fitrah

Kadar yang wajib bagi setiap individu dalam zakat fitrah yaitu satu sha’ dari

sesuatu yang biasa dimakan oleh penduduk negeri tersebut, baik berupa biji-bijian

(padi dan gandum), kuram, anggur, ataupun lainnya.

Satu sha’ menurut ijma’ setara dengan 4 mud. Atau setara dengan 2,176 kg (± 3,5

liter).

1. Penerima zakat fitrah

Orang yang berhak menerima zakat fitrah adalah 8 kelompok sebagaimana yang

termaktub dalam firaman allah SWT:

 $yJ¯RÎ) àM»s%y‰¢Á9$# Ïä!#ts)àÿù=Ï9 ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur tû,Î#ÏJ»yèø9$#ur�

$pkön=tæ Ïpxÿ©9xsßJø9$#ur öNåkæ5qè=è�%

†Îûur É>$s%Ìh9$# tûüÏBÌ»tóø9$#ur †Îûur È@‹Î6y™ «!$# Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$#� �

( ZpŸÒƒÌsù šÆÏiB «!$# 3�

ª!$#ur íOŠÎ=tæ ÒO‹Å6ym ÇÏÉÈ

 Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang

miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S. At-

Taubah : 60)

1. Waktu pembayaran zakat fitrah

Ada 5 waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah:

5

1)      Waktu boleh, yaitu pada [permulaan bulan ramdhan.

2)      Waktu wajib, yaitu akhir ramadhan dan awal syawal.

3)      Waktu utama, yaitu setelah shalat subuh dan sebelum shalat idul fitri.

4)      Waktu makruh, yaitu setelah shalat idul fitri.

5)      Waktu haram, yaitu waktu yang dilarang untuk menunda-nunda pembayaran

zakat fitrah, yaitu akhir hari raya idul fitri ketika matahari telah terbenam.[5]

1. 3.      Zakat mal

Zakat harta yang dikeluarkan apabila telah mencapai nisabnya.

1. C.    Benda yang wajib dizakati dan nishabnya

1. 1.      Binatang ternak

Syarat wajib zakat binatang ternak, unta, sapi dan kambing wajib dizakati apabila

telah memenuhi enam syarat, yaitu:

1. Islam

2. Merdeka

3. Hak milik sempurna

4. Telah mencapai satu nishab

5. Telah genap satu tahun

6. Digembalakan

Nishab zakat binatang ternak:

1. Nishab dan kadar zakatnya unta

No Nishab Jumlah

zakat

Keterangan

6

1 5-9 1 ekor Kambing betina jenis domba genap

umur 1 th/lebih, atau kambing betina

jenis kacang genap umur 2 tahun/

lebih

2 10-14 2 ekor Kambing betina jenis domba genap

umur 1 th/lebih, atau kambing betina

jenis kacang genap umur 2 tahun/

lebih

3 15-19 3 ekor Kambing betina jenis domba genap

umur 1 th/lebih, atau kambing betina

jenis kacang genap umur 2 tahun/

lebih

4 20-24 4 ekor Kambing betina jenis domba genap

umur 1 th/lebih, atau kambing betina

jenis kacang genap umur 2 tahun/

lebih

5 25-35 1 ekor Unta betina, genap umur 1 th/ lebih

6 36-45 1 ekor Unta betina, genap umur 2 th/ lebih

7 46-60 1 ekor Unta betina, genap umur 3 th/ lebih

8 61-75 1 ekor Unta betina, genap umur 4 th/ lebih

9 76-90 2 ekor Unta betina, genap umur 2 th/ lebih

10 91-120 2 ekor Unta betina, genap umur 3 th/ lebih

11 121-129 3 ekor Unta betina, genap umur 2 th/ lebih

12 Dan seterusnya

7

Keterangan: jika jumlah unta lebih dari 121 ekor maka setiap 50 ekor (hasil

pembagian 50) zakatnya unta betina umur 3 th/ lebih, dan setiap 40 ekor (hasil

pembagian 40) zakatnya unta betina umur 2 th/ lebih.

1. Nishab dan kadar zakatnya sapi

no Nishab Jumlah

zakat

Keterangan

1 30-39 1 ekor Sapi jantan genap umur 1th/lebih

2 40-59 1 ekor Sapi jantan genap umur 2th/lebih

3 60-69 2 ekor Sapi jantan genap umur 1th/lebih

4 70-79 2 ekor 1 ekor sapi jantan umur 1th/lebih,

dan 1 ekor sapi jantan umur

2th/lebih

5 80-89 2 ekor 2 ekor sapi jantan genap umur

2th/lebih

6 90-99 3 ekor 3 ekor sapi jantan genap umur

1th/lebih

7 100-109 3 ekor 2 ekor sapi jantan umur 1th/lebih,

dan 1 ekor sapi jantan umur

2th/lebih

8 Dan seterusnya

Keteranagan: setiap 30 ekor sapi (hasil pembagian 30) zakatnya seekor sapi

jantan genap umur 1 tahun/ lebih, dan setiap 40 ekor sapi (hasil pembagian 40)

zakatnay seekor sapi jantan genap umur 2th/lebih.

8

1. Nishab dan kadar zakatnya kambing

No Nishab Jumlah zakat Keteranagan

1 40-120 1ekor kambing Jika berupa domba, maka harus

sudah genap umur 1 th/ lebih.

Dan jika berupa kambing kacang,

maka harus sudah genap umur 2

th/ lebih.

2 121-200 2ekor kambing

3 201-399 3ekor kambing

4 400-499 4ekor kambing

5 500 5ekor kambing

6 Dan seterusnya

Keterangan: diatas 400 ekor, setiap seratus ekor zakatnaya seekor kambing. 600

ekor zakatnya 6 ekor, 700 ekor zakatnya 7 ekor, dan begitu seterusnya.[6]

1. 2.      Zakat Tanaman

Syarat wajib zakat tanaman:

1. Pemiliknya islam

2. Pemiliknya merdeka

3. Milik sempurna

4. Ditanam oleh manusia

5. Berupa makanan pokok dan tahan lama

6. Mencapai satu nishab[7]

Kadar nishab zakat tanaman:

No Tanaman Nishab % Zakat Keterangan

1 Gabah 1323,132kg 10% 1/10=132,3132kg Tanpa biaya pengairan

9

1323,132kg 5% 1/20=66,1566kg Dengan biaya pengairan

2 Padi

Gagang

1631,516kg 10% 1/10=163,1516kg Tanpa biaya pengairan

1631,516kg 5% 1/20=81,5758kg Dengan biaya pengairan

3 Beras 815,758kg 10% 1/10=81,5758kg Tanpa biaya pengairan

815,758kg 5% 1/20=40,7879kg Dengan biaya pengairan

4 Gandum 558,654kg 10% 1/10=55,8654kg Tanpa biaya pengairan

558,654kg 5% 1/20=27,9327kg Dengan biaya pengairan

5 Kacang

tunggak

756,697kg 10% 1/10=75,6697kg Tanpa biaya pengairan

756,697kg 5% 1/20=37,8349kg Dengan biaya pengairan

6 Kacang

hijau

780,036kg 10% 1/10=78,0036kg Tanpa biaya pengairan

780,036kg 5% 1/20=39,0018kg Dengan biaya pengairan

7 Jagung

kuning

720kg 10% 1/10=72kg Tanpa biaya pengairan

720kg 5% 1/20=36kg Dengan biaya pengairan

8 Jagung

putih

714kg 10% 1/10=71,4kg Tanpa biaya pengairan

714kg 5% 1/20=35,7kg Dengan biaya pengairan

Catatan:

1rithl syar’i/bagdhad= 408 gr

1 mud = 675 gr

1 mud syar’i menurut asy-syafi’i = 11/3 rithl iraqy = 573,75 gr

10

1 wasaq = menurut asy-syafi’i 130,5 gr

1 sho’ syar’i atau baghdad = menurut asy-syafi’i 2175 gr

1 dirham syar’i = 2,715 gr

1 mitsqol = 3,879 gr

5 wasaq = 300 sho’

1 sho’ = versi nawawi gram Iraq = 2174,62 gram[8]

1. 3.      Zakat emas dan perak

Syarat wajib zakat emas dan perak:

1. Islam

2. Merdeka

3. Milik yang sempurna

4. Sampai satu nishab

5. Sampai satu tahun disimpan[9]

Kadar nishab zakat emas dan perak:

Nishab emas adalah 20 mitsqol dan zakat yang harus dikeluarkan 1/40 atau 2,5%.

1 mitsqol = 3,879 gram

3,879 x 20 = 77,58 gram

Jadi, jika seseorang memiliki emas dengan kadar berat telah mencapai 77,58 gram

harus mengeluarkan zakat sebesar 1/40, yaitu 77,58 : 40 (x 2,5%)= 1,9395 gram.

Nishab perak adalah 200 dirham dan zakat yang harus dikeluarkan 1/40 atau

2,5%.

11

10 dirham = 7 mitsqol

1 mitsqol = 3,879 gram

10 dirham = (3,879 x 20) 27,153 gram

200 dirham = (27,153 x 20) 543,6 gram

Jadi, jika seseorang memiliki perak dengan kadar telah mencapai 543,6 gram

harus mengeluarkan zakat sebesar 1/40, yaitu:

543,6 : 40 (x 2,5%) = 13,5765 gram.[10]

1. 4.      Zakat hasil tambang

1. Emas

Nishabnya = 20 mitsqol syar’i

= 77,58 gram

Zakatnya = 1/40 atau 2,5% = 0,5 mitsqol syar’i

= 1,9395 gram

1. Perak

Nishabnya = 200 dirham syar’i

= 543,06 gram

Zakatnya = 1/40 atau 2,5% = 5 dirham syar’i

= 13,5765 gram

1. 5.      Zakat barang terpendam (rikaz)

1. Emas

12

Nishabnya = 20 mitsqol syar’i

= 77,58 gram

Zakatnya =1/5 atau 20% = 4 mitsqol syar’i

= 15,516 gram

1. Perak

Nishabnya = 200 dirham syar’i

= 543,06 gram

Zakatnya = 1/5 atau 20% = 40 dirham syar’i

= 108,612 gram[11]

1. 6.      Zakat perniagaan

Yang dimaksud dengan zakat harta perniagaan adalah segala sesuatu yang

dipersiapkan untuk diperjual belikan. Kewajiban ini secara umum telah ada dalam

surat al-Baqarah ayat 267 :

$yg•ƒr’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB óOçFö;|

¡Ÿ2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9�

 z`ÏiB ÇÚö‘F{$# ( Ÿwur (#qßJ£Ju‹s? y]ŠÎ7y‚ø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè?

NçGó¡s9ur ÏmƒÉ‹Ï{$t«Î/

HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? Ïm‹Ïù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî ÏJym

ÇËÏÐÈ

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil

usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi

13

untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah

Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Setiap barang perdagangan wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat-syarat

sebagai berikut:

1. Ada niat untuk memperdagangkan barang tersebut

2. Harta perdagangan diperoleh murni dari hasil jual beli

3. Telah terpenuhi waktu satu tahun

4. Harta tersebut sudah mencapai satu nishab

Kadar nishab zakat perniagaan:

Kadar wajib zakat perniagaan adalah 2,5%. Sedangkan nishabnya 20 dinar atau 90

gram emas.

1. 7.      Zakat profesi

Semua bentuk penghasilan wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat mencapai

satu nisab dalam satu tahun, yakni senilai 85 gram emas.

1)      Contoh yang belum dikenakan pajak penghasilan

Pendapatan (gaji/bulan)                                  : 6.000.000

Pendapatan lain-lain pertahun                         : 5.000.000

Harta simpanan                                               : 20.000.000

Pendapatan (gaji/tahun)                                  : 72.000.000

Kebutuhan perbulan                                        : 4.000.000

14

Kebutuhan pertahun                                       : 48.000.000

Sisa pendapatan                                              : 49.000.000

Harga pergram emas saat ini                           : 300.000

Besarnya nisab 85gram                                   : 25.500.000

Zakat profesi pertahun                                    : 1.225.000

zakat profesi perbulan                                     : 102.083

2)      Contoh yang dikenakan pajak penghasilan

Pendapatan (gaji/bulan)                                  : 6.000.000

Pendapatan lain-lain pertahun                         : 5.000.000

Harta simpanan                                               : 20.000.000

Pendapatan (gaji/tahun)                                  : 72.000.000

Kebutuhan perbulan                                        : 4.000.000

Kebutuhan pertahun                                       : 48.000.000

Sisa pendapatan                                              : 49.000.000

Harga pergram emas saat ini                           : 300.000

Besarnya nisab 85gram                                   : 25.500.000

Zakat profesi pertahun                                    : 1.225.000

zakat profesi perbulan                                     : 102.083

penghasilan netto sebelum zakat                     : 49.000.000

15

penghasilan netto setelah zakat                       : 48.897.917

penghasilan tidak kena pajak/PTKP               : 47.872.917

penghasilan kena pajak                                   : 1.025.000

Pph terutang 5% X 1.025.000                                    : 52.250.000

Pembauaran zakat dan pajak pertahun            : 1.277.250[12]

1. D.    Ketentuan wajib zakat dan ashnafnya

1. 1.      Rukun dan Syarat Zakat

Rukun  dimaksud adalah unsur-unsur yang terdapat dalam zakat yaitu:[13]

1. orang yang berzakat,

2. harta yang dizakatkan

3. orang yang menerima zakat.

Sedangkan syarat-syarat zakat adalah ketentuan yang mesti terpenuhi dalam setiap

unsur tersebut. Syarat-syarat tersebut diantaranya:

1. Syarat orang yang berzakat (muzakki) adalah sebagai berikut : islam, telah

baligh, berakal, memiliki harta yang memenuhi syarat.

2. Syarat harta yang dizakatkan : harta yang baik, milik yang sempurna dari

yang berzakat, telah mencapai nisab, telah tersimpan selama satu tahun

qamariyah atau haul.

3. Syarat orang yang menerima zakat (mustahiq) adalah jelas adanya, baik ia

orang atau badan atau lembaga atau kegiatan dan hal ini juga terdapat

dalam QS at-Taubah ayat 60.[14]

4. 2.      Orang yang berhak menerima zakat (ashnaf)

Menurut mahdzab syafii orang yang berhak menerima zakat ada 8 kelompok,

yaitu:

16

1. Fakir : orang yang tidak mempunyai harta dan usaha untuk mencukupi

kebutuhannya.

2. Miskin : orang yang memiliki harta atau usaha namun tidak mampu

mencukupi kebutuhannya, dan hidupnya serba kekurangan.

3. ‘Amil : semua orang yang bekerja mengurus zakat, sedangkan dia tidak

mendapat upah selain dari zakat itu.

4. Muallaf : ada empat macam: (1) orang yang baru masuk islam dan masih

lemah imannya,(2) orang islam yang berpengaruh dalam kaumnya,

(3)orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat, (4) orang kafir

yang ada harapan untuk masuk islam.

5. Memerdekakan Budak : seorang yang hamba yang dijanjikan merdeka

setelah menebus dirinya. Hamba itu diberi zakat sekedar untuk menebus

dirinya.

6.   Orang yang berhutang: orang yang berhutang karena mendamaikan dua

orang yang berselisih, orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya

sendiri pada keperluan yang mubah dan tidak maksiyat, orang yang

berhutang untuk menjamin hutang orang lain.

7. g.      Ibnu sabil: orang yang berjuang dijalan allah untuk menegakkan

agamanya, diberi zakat untuk keperluan hidupnya selama perjuangannya.

8. h.      Musafir: orang yang melakukan perjalanan jauh dan tidak dalam

maksiyat mengalami kesengsaraan dalam perjalananya.[15]

1. E.     Perlunya pengembangan konsep wajib zakat, ashnaf, barang-

barang zakat dan pengelolaan zakat

Zakat adalah ibadah wajib yang berkaitan dengan harta benda. Seoramg yang

telah memnuhi syarat dituntut untuk menunaikannya bukan semata-mata atas

dasar kemurahan hatinya, tetapi kalau terpaksa dengan penekana penguasa.

Karena itu, agama menetapkan ‘amilin atau petugas khusus yang mengelolanya

disamping menetapkan sanksi-sanksi duniawi dan ukhrowi terhadap mereka yang

enggan melaksanakannya.

17

Zakat diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya, yaitun delapan

golongan yang terdiri dari fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah

dan ibnu sabil. Karena itu zakat dapat dijadikan sumber dana potensial untuk

kesejahteraan masyarakat dan bangsa indonesia.

Masyarakat dan kebutuhannya mengalami perkembangan maka penfsiran itu perlu

disesuaikan dengan kondisi yang ada. Bahkan macam zakat harta pun perlu

dikembangkan pula sesuai dengan perubahan operasionalnya.[16]

1. Hal-hal yang menjadi persoalan yang berkaitan dengan zakat,infaq

dan shadaqah

Contoh problematika dalam zakat, infaq dan shadaqah:

1. Apakah orang yang telah membayar pajak masih wajib mengeluarkan

zakat?

Orang yang telah membayar pajak tetap harus mengeluarkan zakat. Karena zakat

dan pajak mempunyai perbedaan. Menurut masfuk Zuhdi perbedaannya adalah:

1. Dasar hukum zakat dari Al-Qur’an sedang pajak dari undang-undang

2. Zakat merupakan kewajiban agama sedang pajak kewajiban sebagai warga

negara

3. Zakat ada prosentase nisab

4. Sasaran zakat adalah 8 asnaf (golongan)

5. Zakat berhubungan dengan Allah sedang pajak berhubungan dengan

pemerintah

6. Apakah dapat dibenarkan zakat diberikan untuk beasiswa?

Sebagian ahli fiqh memasukkan orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk

menuntut ilmu kedalam kadegori fuqara walaupun mereka mampu untuk bekerja,

mereka boleh diberi zakat.

18

Dari kitab Kasyafil Qana’ : seandainya seorang menghabiskan waktunya untuk

menuntut ilmu syar’I walaupun bukan kegarusan baginya ia mampu untuk bekerja

tetapi tidak mungkin berhasil memperoleh ilmu, jika bersama dengan kerja maka

ia diberi zakat karena kebutuhannya.

 IV.            KESIMPULAN

1. Zakat berarti sesuatu yang dikeluarkan atas nama harta atau badan dengan

mekanisme tertentu. infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau

pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan

ajaran islam. shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir,

orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak

menerima shadaqah,  tanpa disertai imbalan.

2. Para Ulama’ kemudian sepakat mewajibkan zakat. Hadist tersebut

menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu rukun islam.orang yang

mengingkari zakat dinyatakan kafir, meskipun dia menunaikannya.

Macam zakat yaitu zakat fitrah dan zakat mall.

1. Harta yang wajib dizakati adalah hewan ternak, tanaman, barang

terpendam, emas perak, harta perniagaan, zakat profesi, barang tambang.

2. Orang yang berhak menerima zakat adalah fakir, miskin, ‘amil, muallaf,

garim,riqab, sabil, ibnu sabil.

    V.            PENUTUP

Demikian makalah yang kami sampaikan. Dengan harapan semoga dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam

penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan demi

kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Amin.

 

 

19

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. fiqh ibadah.

jakarta: Amzah. 2009

As-Shiddieqy, Hasbi.Pedoman Zakat.Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.2002

Nawaw,Syeh Muhammad . التوفيق سلم Semarang: Pustaka Al alawiyah.1358. شرح

Rasyid, Sulaiman. fiqh islam.Bandung : Sinar Baru Algesindo. 2009

Syarifuddin, Amir.Garis-garis Besar fiqh .Jakarta: Kencana Prenada Media

Group. 2010

Yunus, Mahmud. Al Fiqhul Wadhih  Juz II. Padang: Maktabah As Sa’diyah Putra.

1936

Zuhaili, Wahbah. Fiqh Imam Syafi’i.Jakarta: Niaga Swadaya. 2010

zuhri, Saifudin.zakat di era reformasi.Semarang: Bima Sejati.2012

Zuhri, Saifudin. Zakat di era reformasi.Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN

Walisongo. 2012

 

 

20

[1] Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, fiqh

ibadah, (jakarta: Amzah, 2009), hlm.343

[3] Yunus, Mahmud. Al Fiqhul Wadhih  Juz II. (Padang: Maktabah As Sa’diyah

Putra. 1936)

[4] Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Jakarta: Niaga Swadaya, 2010),

hlm.433-434

[5] Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, fiqh

ibadah, hlm.395-402

[6] Syeh Muhammad Nawawi, التوفيق سلم ,Semarang: Pustaka Al alawiyah) , شرح

1358), hlm. 38-39

[7] Sulaiman Rasyid, fiqh islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2009),

hlm.193

[8] Syeh Muhammad Nawawi, التوفيق سلم hlm. 39 , شرح

[9] Sulaiman Rasyid, fiqh islam, hlm.195

[10] Syeh Muhammad Nawawi, التوفيق سلم hlm. 39-40 ,شرح

[11] Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, fiqh

ibadah, hlm.363

[12]Saifudin Zuhri, Zakat di era reformasi, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN

Walisongo, 2012)hlm. 133-134.

[13] Hasbi as-Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,

2002), hlm. 6-7.

[14] Amir Syarifuddin,Garis-garis Besar fiqh , (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2010) hlm. 40.

21

[15] Sulaiman Rasyid, fiqh islam, hlm.213-215

[16] Saifudin zuhri, zakat di era reformasi, (Semarang: Bima Sejati,

2012)hal.154-155.

AKUNTANSI BANK DAN SYARIAHZAKAT INFAK DAN SHADAKAH

OLEH :AKUNTANSI 1

NUR HAYRAH ASTUTI ARMANASHARI HASAN

LIANARUSLAN 

PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015

22

                                                                    KATA PENGANTAR

       Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

Rahmat dan Hidayah-Nya lah makalah ini dapat selesai pada tepat waktunya.

Makalah ini penulis buat sebagai tugas makalah pada mata kuliah Akuntansi Bank

dan Syariah. Salawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, yang menjadi tauladan bagi kita semua. Dalam pembahasan ini

penulis fokus menelaah tentang “Zakat Infak dan Shadakah” sebagai bantuan para

pembaca untuk memudahkan melihat sumber informasi yang dibutuhkan.

       Dalam pembahasan ini penulis tidak secara langsung meneliti materi ini,

tetapi mendapat pengetahuan dari artikel-artikel, dan internet. Maka dari itu, apa

yag penulis sajikan ini dapat diterima atau dipahami oleh pembaca, kerana penulis

merasa isi dari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, kritik dan saran

yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

penyusunan makalah yang akan datang.

23

                                                                                                   

                                                                                                            Makassar,

Januari 2015

                                                                                                                      Penulis

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan salah satu pilar dari pilar islam yang lima, Allah SWT. telah

mewajibkan bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya sebagai penyuci harta

mereka, yaitu bagi mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas

terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa

haul (satu tahun bagi harta simpanan dan niaga, atau telah tiba saat memanen

hasil pertanian).

Banyak sekali dalil-dalil baik dari al-quran maupun as-sunnah sahihah yang

menjelaskan tentang keutamaan zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana firman

Allah taala yang berbunyi:

24

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan

shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak

ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S.

Al Baqarah : 277 ).

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara

tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi

Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka

bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 274 ) .

Adapun hadist-hadits Nabi yang menjelaskan akan keutamaannya antara lain :

Rasulullah SAW bersabda:.

Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu , ia berka a “Rasulullah shallallahu `alaihi

wasallam bersabda : “Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal

dari usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang halal

lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan

kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti

seseorang di antara kalian yang

menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi

sebesar gunung.” Mu afaq ’alaih.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Pengertian Zakat Infaq dan Shadaqah.

2. Apakah Perbedaan zakat, infaq dan shadaqah?

3. Apakah Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah?

4. Apakah Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah?

5. Bagaimana Ketentuan wajib zakat dan ashnafnya?

6. Siapakah Orang yang berhak menerima zakat (ashnaf)?

C. Tujuan

1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Pengertian Zakat Infaq dan Shadaqah.

2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Perbedaan zakat, infaq dan shadaqah.

3. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah.

4. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah

25

5. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Ketentuan wajib zakat dan ashnafnya

6. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Orang yang berhak menerima zakat

(ashnaf)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat Infaq dan Shadaqah.

1. Zakat.

Dalam pengertian bahasa, kata zakat (dalam bahasa Arab zakâh, dari kata

kerja zakâ) berarti ‘penyucian’ atau ‘pengembangan’. Dari pengertian ini, harta

seseorang yang telah dikeluarkan zakatnya menjadi bersih, karena tidak ada lagi

“kotoran” yang sebenarnya bukan miliknya. Jiwa orang yang mengeluarkannya

pun menjadi bersih. Dari pengertian ini pula, harta yang dikeluarkan zakatnya

pada hakikatnya tidak berkurang, justru akan tumbuh berkembang. Belum pernah

ada cerita orang menjadi miskin gara-gara mengeluarkan zakat.

26

Dalam pengertian istilah agama, zaka adalah “mengeluarkan kadar tertentu

dari harta benda yang sifatnya wajib dan setelah memenuhi syarat-syara tertentu”.

Kadar tertentu, misalnya, 2,5% (untuk zakat mal/zakat harta, zakat emas, zakat

perak), 20% (untuk zakat barang temuan), 5% atau 10% (untuk zakat pertanian,

tergantung tingkat kesulitan pengairannya), dan lain-lain. Sedangkan syarat

tertentu adalah, misalnya, telah mencapai batas minimum (disebut nisab), dan

telah dimiliki satu tahun, dan sebagainya. Sekali lagi, zakat sifatnya wajib.

a. zakat fitrah

Zakat fitrah adalah zaka jiwa yang diambil dari ka a” fitrah” yang merupakan

asal kejadian. Sedangkan menuru penger ian syara’ adalah zaka yang dikeluarkan

oleh seorang muslim dari sebagian hartanya kepada orang-orang yang

membutuhkan untuk mensucikan jiwanya serta menambal kekurangan-

kekurangan yang terdapat pada puasanya seperti perkataan yang kotor dan

perbuatan yang tidak ada gunanya. Diriwayatkan oleh Ibn Abbas, ia berkata:

Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan diri orang puasa dari

perbuatan sia-sia(al-laghw) dan perkataan kotor (ar-rafats), sekaligus untuk

memberi makan orang-orang miskin.

Syarat wajib zakat fitrah antara lain:

Islam, adanya kelebihan makanan untuk kebutuhan sehari-hari dan orang yang

berada dalam tanggungan nafkahnya pada malam hari raya dan ketika hari raya,

mendapati bagian akhir ramadhan dan bagian bulan syawal.

Kadar dan bentuk zakat fitrah

Kadar yang wajib bagi setiap individu dalam zakat fitrah yaitu satu sha’ dari

sesuatu yang biasa dimakan oleh penduduk negeri tersebut, baik berupa biji-bijian

(padi dan gandum), kuram, anggur, ataupun lainnya.

Satu sha’ menuru ijma’ se ara dengan 4 mud. Atau setara dengan 2,176 kg (± 3,5

liter).

Waktu pembayaran zakat fitrah. Waktu boleh, yaitu pada permulaan bulan

ramdhan. Waktu wajib, yaitu akhir ramadhan dan awal syawal. Waktu utama,

yaitu setelah shalat subuh dan sebelum shalat idul fitri. Waktu makruh, yaitu

setelah shalat idul fitri. Waktu haram, yaitu waktu yang dilarang untuk menunda-

27

nunda pembayaran zakat fitrah, yaitu akhir hari raya idul fitri ketika matahari

telah terbenam.

b. Zakat mal

Zakat harta yang dikeluarkan apabila telah mencapai nisabnya.

2. Infaq.

Infaq (bahasa Arabnya: infâq), maknanya lebih umum. Infak berarti

‘membelanjakan harta, uang, ataupun ben uk kekayaan yang lain, yang bersifat

wajib maupun yang bukan wajib’.

Infak dari akar kata : Nafaqa (Nun, Fa’, dan Qaf), yang mempunyai arti keluar.

Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang

yang keluar dari ajaran Islam.

Kata (infaq), yang huruf akhirnya mes inya “Qaf”, oleh orang Indonesia

dirubah menjadi huruf “ Kaf ”, sehingga menjadi (infak).

Maka, Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu

kepentingan yang baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan firman

Allah yang menyebutkan bahwa orang-orang kafirpun meng "infak" kan harta

mereka untuk menghalangi jalan Allah :

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk

menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu,

kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke

dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (Qs. Al Anfal : 36)

Sedangkan Infak secara istilah adalah : Mengeluarkan sebagian harta untuk sesua

tu kepentingan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala, seperti

menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

3. Shadaqah.

Shadaqah, dari segi bahasa berasal dari akar kata kerja shadaqa atau bentuk

nomina verbanyaash-shidq yang berarti ‘kesungguhan’ dan ‘kebenaran’. Al-

Qur’an menggunakan ka a ini sebanyak lima kali dalam ben uk unggal dan ujuh

kali dalam bentuk jamak—kesemuanya dalam konteks pengeluaran harta benda

28

secara ikhlas. Sedekah sifatnya tidak wajib, melainkan sunnah, sangat dianjurkan.

Tetapi, meski demikian, kata sedekah juga terkadang digunakan oleh al-Qur’an

untuk makna pengeluaran harta yang wajib. Surah at-Taubah ayat 103

memerintahkan Nabi saw. mengambil zakat harta dari mereka yang memenuhi

syarat-syarat. Demikian juga surah at-Taubah ayat 60 yang berbicara tentang

mereka yang berhak menerima zakat dengan menggunakan kata (shadaqah)

sedekah dalam arti zakat wajib.

C. Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah.

1. Sarana Pembersih Jiwa.

Sebagaimana arti bahsa dari zakat adalah suci, maka seseorang yang berzakat,

pada hakekatnyameupakan buktrhadap duninya dari upyanya untuk mensucikan

diri;mensucikan diri dari sifat kikir, tamak dan dari kecintaan yang sangat

terhadap dunianya , juga mensucikan hartanya dari hak-hak orang lain

(QS.:103,70:24-25)

2. Realisasi Kepedulian Sosial.

Salah satu alasan esensial dalam Islam yang ditekankan untuk ditegakkan

adalah hidupnya suasana ?takaful dan tadhomun ? (rasa sepenanggungan) dan hal

tersebut akan bisa direalisasian dengan ZIS. Jika sholat berfungsi Pembina ke

khusu’an erhadap Allah, maka ZIS berfungsi sebagai Pembina kelembutan hati

seseorang terhadap sesame (QS.9:71)

3. Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial.

Allah SWT hanya akan memberikan pertolongan kepada hambaNya,

manakala hambanya Nya mematuhi ajranNya.Dan diantara ajaran Allah yang

harus ditaati adalah menunaikan ZIS.

4. Ungkapan Rasa Syukur Kepada Allah.

Menunaikan ZIS merupkan ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan

Allah kepada kita.

D. Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah

1. Menghindari kesenjangan sosial antara orang kaya dan kaum dhu'afa

29

2. Membersihkan dan mengingkis akhlak yang buruk

3. Alat membersih harta dan menjagah dari ketamakan orang jahat

4. ungkapan rasa syukur atas nikmat yang allah berikan

5. untuk pengembangan potensi ummat

6. dukungan moral kepada prang yang baru masuk islam

7. menolong, membantu,dan membina kaum dhu'afa yang lemah

E. Ketentuan Wajib Zakat dan Ashnafnya

syarat-syarat zakat adalah ketentuan yang mesti terpenuhi dalam setiap unsur

tersebut. Syarat-syarat tersebut diantaranya:

1. Syarat orang yang berzakat (muzakki) adalah sebagai berikut : islam, telah

baligh, berakal, memiliki harta yang memenuhi syarat.

2. Syarat harta yang dizakatkan : harta yang baik, milik yang sempurna dari yang

berzakat, telah mencapai nisab, telah tersimpan selama satu tahun qamariyah atau

haul.

3. Syarat orang yang menerima zakat (mustahiq) adalah jelas adanya, baik ia

orang atau badan atau lembaga atau kegiatan.

F. Orang Yang Berhak Menerima Zakat (Ashnaf)

Menurut mahdzab syafii (Q.S AT-Taubah : 60 ) orang yang berhak menerima

zakat ada 8 kelompok, yaitu:

1. Fakir : orang yang tidak mempunyai harta dan usaha untuk mencukupi

kebutuhannya.

2. Miskin : orang yang memiliki harta atau usaha namun tidak mampu mencukupi

kebutuhannya, dan hidupnya serba kekurangan.

3. ‘Amil : semua orang yang bekerja mengurus zakat, sedangkan dia tidak

mendapat upah selain dari zakat itu.

4. Muallaf : ada empat macam: (1) orang yang baru masuk islam dan masih lemah

imannya,(2) orang islam yang berpengaruh dalam kaumnya, (3)orang yang

menolak kejahatan orang yang anti zakat, (4) orang kafir yang ada harapan untuk

masuk islam.

30

5. Memerdekakan Budak : seorang yang hamba yang dijanjikan merdeka setelah

menebus dirinya. Hamba itu diberi zakat sekedar untuk menebus dirinya.

6. Orang yang berhutang: orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang

yang berselisih, orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri pada

keperluan yang mubah dan tidak maksiyat, orang yang berhutang untuk menjamin

hutang orang lain.

7. Ibnu sabil: orang yang berjuang dijalan allah untuk menegakkan agamanya,

diberi zakat untuk keperluan hidupnya selama perjuangannya.

8. Musafir: orang yang melakukan perjalanan jauh dan tidak dalam maksiyat

mengalami kesengsaraan dalam perjalananya.

BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam pengertian bahasa, kata zakat (dalam bahasa Arab zakâh, dari kata kerja

zakâ) berarti ‘penyucian’ atau ‘pengembangan’.

2. Infaq (bahasa Arabnya: infâq), maknanya lebih umum. Infak berarti

‘membelanjakan harta, uang, ataupun ben uk kekayaan yang lain, yang bersifat

wajib maupun yang bukan wajib’.

3. Shadaqah, dari segi bahasa berasal dari akar kata kerja shadaqa atau bentuk

nomina verbanyaash-shidq yang berarti ‘kesungguhan’ dan ‘kebenaran’

31

4. Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah ialah sebagai Sarana Pembersih Jiwa,

Realisasi Kepedulian Sosial, Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial, Ungkapan

Rasa Syukur Kepada Allah

5. Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah yaitu Menghindari kesenjangan sosial antara

orang kaya dan kaum dhu'afa, Membersihkan dan mengingkis akhlak yang buruk,

Alat membersih harta dan menjagah dari ketamakan orang jahat, ungkapan rasa

syukur atas nikmat yang allah berikan, untuk pengembangan potensi ummat,

dukungan moral kepada prang yang baru masuk islam, dan menolong,

membantu,dan membina kaum dhu'afa yang lemah.

B. Saran

Dalam makalah kami ini, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan

dikoreksi, materi-materi yang disajikan pun masih belum lengkap. Untuk itu kami

sangat mengharapkan kontribusi positif untuk kemajuan kita bersama, karena

kami tidak menunggu sempurna untuk melakukan sesuatu, tapi kami melakukan

sesuatu untuk menuju kesempurnaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas.2009. fiqh ibadah. jakarta: Amzah.

Rasyid, Sulaiman. 2009. fiqh islam. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Syarifuddin, Amir. 2010.Garis-garis Besar fiqh .Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

32

Zakat, Infaq, Shadaqah ^makalah matkul Fiqh Muamalah

BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah

“Kemiskinan” dan “orang-orang miskin” sudah dikenal oleh manusia sejak masa 

lampau. Seorang ilmuwan besar, Prof. Mohd. Farid Wajdi (alm) dalam bukunya al Islam

Din Lam Khalid menceritakan tentang sejarah hitam hubungan antara orang-orang kaya 

dengan orang-orang miskin yang berlangsung sejak kebudayaan-kebudayaan pertama 

manusia. Bahwa di setiap bangsa, tidak akan ditemukan segolongan manusia, kecuali 

dua golongan, yaitu golongan yang berkecukupan dan golongan yang melarat. Di balik 

keadaan yang demikian, ditemukan hal menarik dimana golongan yang berkecukupan 

selalu   semakin   makmur   tanpa   batas,   sedangkan   golongan   melarat   selalu   semakin 

“kurus”, hampir-hampir tak berdaya.[1]

Semua   agama,  baik   itu  agama   samawi   maupun  agama  ciptaan   manusia  pada 

dasarnya   memiliki   peran   dan   memberikan   perhatian   terhadap   orang-orang   miskin. 

Perhatian   agama-agama   tersebut   tidak   lain   adalah   bertujuan   agar   terwujudnya 

persaudaraan dan kehidupan yang sentosa.[2]

Namun,   perhatian   Islam   terhadap   penanggulangan   kemiskinan   tidak   dapat 

dibandingkan  dengan  agama manapun,  baik  dari   segi  pengarahan  maupun  dari   segi 

pengaturan dan penerapan. Al Quran sebagai pedoman kehidupan umat Islam sangat 

memperhatikan permasalahan ini. Di dalamnya terdapat banyak ayat-ayat yang berisi 

tentang   himbauan   untuk   memperhatikan   nasib   orang-orang   miskin.   Yang   perhatian 

tersebut di antaranya tidak lebih daripada sekedar anjuran supaya manusia berbuat baik 

dan kasih kepada orang-orang miskin dan realisasi perbuatan baik tersebut tergantung 

kepada kemurahan hati pribadi  masing-masing orang.  Dengan demikian,   jelas  bahwa 

nasib   orang-orang   miskin   itu   tergantung   kepada   belas   kasih   orang-orang   kaya.   Bila 

orang-orang kaya tergerak untuk berbuat baik, entah karena cinta kepada Allah maupun 

bahkan hanya sekedar ingin dipuji, maka mereka akan memberikan sesuatu.[3]

Kemudian  dalam praktiknya,   sebagaimana  yang   telah  dijelaskan  baik  dalam al 

Quran maupun hadits, bentuk dari pemberian orang-orang kaya tersebut kepada orang-

33

orang miskin, materi maupun non materi, memiliki beragam bentuk. Di antaranya zakat, 

infaq dan shadaqah. Adapun penjelasan mengenai ketiganya, selanjutnya akan dibahas 

dalam makalah ini.

B.            Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.             Apa yang dimaksud dengan zakat, infaq dan shadaqah?

2.             Apa   perbedaan   di   antara   masing-masing   jika   dilihat   dari   subjek,   materi,   penerima, 

kadar, waktu dan hukumnya?

3.             Apa yang dimaksud dengan zakat fitrah dan mal, serta bagaimana pengelolaannya?

4.             Siapa saja yang berhak menerima zakat?

BAB II

PEMBAHASAN

A.           Definisi Zakat, Infaq dan Shadaqah

a.             Zakat

Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang diwajibkan secara mutlak 

oleh Allah. Sebagaimana termaktub dalam QS. al Baqarah : 110.

 

34

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu

usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.

Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

Zakat ditinjau dari  segi bahasa merupakan kata dasar (mashdar) dari zaka yang 

berarti berkah, tumbuh (berkembang), bersih atau suci dan baik.[1] Tumbuh (an nama) 

berarti bahwa harta yang dikeluarkan tidak berkurang, tetapi justru akan tumbuh dan 

berkembang.[2] Dikatakan oleh orang  Arab zakaa azzar’u yang  berarti   tumbuhan  yang 

tumbuh   dengan   baik.[3] Bersih   atau   suci   (ath thaharah)   berarti   bahwa   harta   yang 

dikeluarkan akan menjadi bersih dan membersihkan jiwa yang memiliki harta tersebut 

dari   kotoran hasad,  dengki  dan  bakhil.  Baik   (ash sholahu)  berarti  bahwa harta  yang 

dikeluarkan   akan   menjadi   baik   dan   zakat   sendiri   akan   memperbaiki   kualitas   harta 

tersebut dan amal pemiliknya.[4]

Sedangkan ditinjau  dari   segi   istilah fiqh,  zakat  berarti sejumlah harta   tertentu 

yang telah mencapai nisab untuk diserahkan kepada golongan tertentu dan pada waktu 

tertentu.[5] Menurut   Imam   Hanafi,   zakat   adalah   pemberian   hak   kepemilikan   atas 

sebagian harta tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu yang telah ditentukan 

oleh   syariat,   semata-mata   karena   Allah.   Menurut   Imam   Malik,   zakat   adalah 

mengeluarkan sebagian tertentu dari  harta  tertentu yang telah sampai  nisab kepada 

orang yang berhak menerima, jika kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah sempurna 

selain  barang  tambang,   tanaman  dan harta   tenunan.  Menurut   Imam Hambali,   zakat 

adalah   hak   yang   wajib   pada   harta   tertentu   kepada   kelompok   tertentu   pada   waktu 

tertentu.  Menurut   Imam   Syafi’i,   zakat   adalah   nama   untuk   barang   yang   dikeluarkan 

untuk harta atau badan (diri manusia) kepada pihak tertentu.[6]

Terdapat dua jenis zakat yang disyariatkan, yaitu zakat fitrah (jiwa) dan zakat mal 

(harta).

35

b.             Infaq

Infaq berasal dari akar kata nafaqa yang berarti keluar. Secara istilah, infaq berarti 

mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan, baik itu kepentingan yang baik 

maupun kepentingan yang buruk.[7]

Kata   infaq   sering   digunakan   dalam   al   Quran   dan   hadits   untuk   beberapa   hal, 

sehingga secara hukum, infaq terbagi menjadi empat, yaitu[8] :

1.      Infaq wajib

Infaq wajib berarti mengeluarkan harta untuk perkara yang wajib seperti :

           Membayar zakat

           Membayar mahar (QS. al Mumtahanah : 10)

           Menafkahi istri (QS. an Nisa : 34)

           Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah (QS. at Talaq : 6-7)

2.      Infaq sunnah

Infaq sunnah berarti mengeluarkan harta dengan niat shadaqah atau dengan kata lain 

menunjuk   pada   harta   yang   dianjurkan   untuk   dikeluarkan   tetapi   tidak   sampai   wajib 

seperti :

           Infaq untuk jihad (QS. al Anfal : 60)

           Infaq kepada yang membutuhkan,  misalnya memberi  uang kepada  fakir  miskin  atau 

menolong orang yang terkena musibah dan lain sebagainya.

3.      Infaq mubah

Infaq mubah berarti mengeluarkan harta untuk perkara yang mubah seperti berdagang 

dan bercocok tanam (QS. al Kahfi : 43)

36

4.      Infaq haram

Infaq haram berarti  mengeluarkan  harta  dengan tujuan yang diharamkan oleh  Allah 

seperti :

           Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar islam (QS. al Anfal : 36)

           Infaqnya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah  (QS. an Nisa : 38)

c.              Shadaqah

Shadaqah   secara   bahasa   berarti   sesuatu   yang  benar   atau   jujur.   Secara   istilah 

berarti mengeluarkan harta di jalan Allah sebagai bukti kejujuran atau kebenaran iman 

seseorang. Shadaqah atau sedekah juga bisa diartikan mengeluarkan harta yang tidak 

wajib di jalan Allah (menafkahkan sebagian harta di luar kewajiban syariah). Shadaqah 

bukan hanya diartikan sebagai  bantuan materi,   tetapi   juga bantuan non materi  atau 

ibadah   fisik   non   materi   seperti   menolong   orang   dengan   tenaga   dan   pikirannya, 

mengajarkan ilmu, bertasbih, berdzikir, bahkan melakukan hubungan suami istri disebut 

juga sebagai shadaqah.[9] Hal ini sesuai dengan hadits :

ول عن أبي ذر رضي الله عنه أن ناسا قالوا : ي��ا رس�� الله ، ذهب أهل الدثور باألجور ، يصلون كما نصلي ، ويصومون كما نصوم ، ويتصدقون بفضول أموالهم ،دقون ب��ه : إن قال : أوليس قد جعل الله لكم ما تص��دقة ، وك��ل دقة ، وك��ل تكب��يرة ص�� بيحة ص�� بك��ل تس�� تحميدة صدقة ، وكل تهليلة صدقة ، وأمر ب��المعروفع أح��دكم صدقة ، ونهي عن المنكر صدقة ، وفي بض��

هوته صدقة دنا ش�� قالوا : يا رس��ول الل��ه ، أي�أتي أح�عها في ويكون له فيه��ا أج��ر ؟ ق��ال : أرأيتم ل��و وض��عها في الحالل حرام أكان عليه وزر ؟ فكذلك إذا وض��

(رواه مسلم) كان له أجرDari Abu Dzar r.a : Sesungguhnya sebagian dari para sahabat berkata kepada

Nabi Muhammad saw : “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta

37

mereka.” Nabi saw bersabda : “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah shadaqah, tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah.” Mereka bertanya : ”Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya ia mendapat pahala?” Nabi saw menjawab : ”Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram dia berdosa demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya pada yang halal ia mendapat pahala.” (HR. Muslim)

B.            Perbedaan Ketiganya Dilihat dari Segi Subjek, Materi, Penerima, Kadar, Waktu dan

Hukum

1.             Zakat

Sebagaimana yang telah dijelaskan, zakat wajib dikeluarkan oleh setiap muslim 

dewasa,   merdeka,   dan   memiliki   kekayaan   dalam   jumlah   tertentu   dengan   syarat 

tertentu. Adapun yang wajib dizakati adalah jiwa dan harta (zakat fitrah dan mal). Orang 

yang berhak menerima zakat yaitu delapan golongan yang telah disebutkan di dalam al 

Quran. Kadarnya atau besar zakat yang dikeluarkan ditentukan tergantung kepada jenis 

barang yang dizakatkan. Waktu dalam mengeluarkan zakat pun telah ditentukan pada 

waktu tertentu. Dan hukum zakat adalah wajib.

2.             Infaq

Infaq bersifat umum. Infaq dapat berarti untuk ibadah bisa juga untuk perkara 

yang dibolehkan atau bahkan perkara yang wajib.  Infaq dapat dikeluarkan oleh siapa 

saja, tak terbatas ruang dan waktu serta kadarnya.

3.             Shadaqah

Shadaqah  bebas  dikeluarkan  oleh  siapa   saja  dan  diberikan  kepada   siapa   saja. 

Dalam bershadaqah tidak ada persyaratan tertentu dan hukumnya tidak wajib.

38

C.           Definisi Zakat Fitrah dan Mal serta Pengelolaannya

Sebagaimana yang telah diketahui,  zakat terbagi menjadi dua jenis,  yaitu zakat 

fitrah   (jiwa)  dan   zakat   mal   (harta).   Mengenai   keduanya,   terdapat  perbedaan  dalam 

pelaksanaan dan pengelolaannya, termasuk jenis harta apa yang dikeluarkan zakatnya.

a.             Zakat Fitrah

Makna zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah karena berbuka 

dari puasa (futur) pada bulan Ramadhan, untuk mensucikan orang yang berpuasa dari 

ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya dan memberikan makanan kepada 

orang-orang  miskin   serta  mencukupkan   mereka  dari   kebutuhan  dan  meminta-minta 

pada hari raya. Para fuqoha menyebut zakat fitrah merupakan pajak yang dibebankan 

pada  pribadi   (nafs),   sehingga   ia  wajib  dikeluarkan  oleh   setiap  muslim,  baik   laki-laki 

ataupun perempuan, besar ataupun kecil, tua ataupun muda, kaya ataupun miskin di 

bulan Ramadhan sampai menjelang shalat Idul fitri.[10]

Syarat wajib zakat fitrah yaitu jika seseorang telah memiliki kelebihan harta dari 

makanan untuk Idul Fitri maka yang berlebih dari makanan tersebut  wajib dikeluarkan 

zakat fitrahnya. Sedangkan orang yang tidak memiliki kelebihan tidak wajib membayar 

zakat fitrah.[11] Adapun besar zakat fitrah yang dikeluarkan adalah 1 sha’ dari makanan 

pokok. Ukuran 1 sha’ menurut  para ulama adalah 4 mud dengan 1 mud seukuran dua 

telapak tangan orang dewasa secara umum atau setara dengan 767 ml. Lembaga fatwa 

Arab Saudi  mengatakan  bahwa ukuran 1 sha’ sekitar  2,6 kg.  Sedangkan ukuran yang 

ditentukan   oleh   para   ulama   di   Indonesia   adalah   sekitar   2,5   kg.[12] Adapun   makanan 

pokok yang dimaksud adalah  makanan yang dijadikan  sebagai  bahan pangan  utama 

sehari-hari   seperti   beras,   sagu,   jagung,   maupun   kurma,   tergantung   yang   berlaku   di 

daerah masing-masing.

Waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah sewaktu terbenam matahari  pada 

malam hari raya. Adapun terdapat ulama yang membolehkan mengeluarkan pada satu 

atau dua hari sebelum waktu wajib karena menurut mereka asal zakat fitrah diwajibkan 

karena berbuka dan berpuasa.[13]

b.             Zakat Mal

39

Yang dimaksud dengan zakat mal yaitu zakat berupa harta yang wajib atas emas 

dan   perak   (uang),   perdagangan,   binatang   ternak,   biji-bijian   dan   tanaman,   barang 

tambang dan barang temuan (harta karun).

1.             Zakat emas dan perak (uang)

Para fuqoha sepakat mengenai kewajiban emas dan perak atau dengan kata lain, 

logam berupa mata uang baik lempengan, tercetak atau berupa perhiasan.[14]

Di dalam hadits Ali bin Abi Thalib yang disampaikan oleh Ibnu Majah bahwa Ibnu 

Umar dan Aisyah berkata, “Dulu Rasulullah saw mengambil zakat sebanyak 1/2 dinar

dari orang yang memiliki 20 dinar dan 1 dinar dari orang yang memiliki 40 dinar.”[15]

Dinar adalah mata uang dari emas yang 1 dinar beratnya sekitar 4,25 gr. Maka 

nisab   emas   sebanyak   20   dinar   sama   dengan   85   gr   emas.[16] Sedangkan   besar   yang 

dikeluarkan adalah 1/40 nya dari 20 dinar atau 1/40 dari 85 gr yaitu 2,125 gr.

Selain  dinar   (emas),   terdapat  dirham  yang  merupakan  mata  uang  dari   perak. 

Dalam hadits riwayat Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah saw bersabda, “Keluarkanlah

zakat perak! pada setiap 40 dirham dikeluarkan 1 dirham, jika seseorang memiliki 190

dirham maka tidak ada kewajiban zakat baginya. Jika dia memiliki 200 dirham, maka

wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 5 dirham.”   Berdasarkan  hadits   tersebut   maka 

nisab perak adalah 200 dirham, yang setiap 40 dirham dikeluarkan zakatnya sebanyak 1 

dirham sehingga 200 dirham dikeluarkan zakatnya 5 dirham. Apabila seseorang hanya 

memiliki 190 dirham maka tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat.[17]

Beberapa  barang  yang  disamakan  dengan  emas  dan  perak  di   antaranya  uang 

kartal, saham dan surat berharga seperti obligasi.[18]

2.             Zakat perdagangan

Makna barang dagangan yaitu harta selain emas dan perak seperti perumahan 

macam-macam   hewan   pakaian   dan   barang-barang   lain   yang   digunakan   untuk 

berdagang.[19] Ada beberapa syarat mengenai kewajiban zakat perdagangan, yaitu :

40

a.              Barang perdagangan menjadi hak milik dalam arti yang sebenarnya seperti hasil dari jual 

beli, pernikahan, hadiah, wasiat dan usaha-usaha yang halal, karena barang yang bukan 

hak milik tidak wajib dikeluarkan zakatnya.

b.             Barang yang menjadi hak milik tersebut diniatkan untuk berdagang.[20]

Zakat perdagangan dilihat kapan saat harga dagang mencapai nisab senilai 85 gr 

emas. Setelah itu, setahun kemudian dilihat lagi apakah masih sampai satu nisab atau 

tidak. Jika masih, maka dikeluarkan 1/40 darinya.  Cara menghitungnya bukan dengan 

harga  pada waktu  barang  dibeli,  bukan  juga pada waktu  akan dijual.  Tetapi  dengan 

harga  berapa  untuk  mendapatkan  barang   tersebut.  Maka  hitunglah  berapa  kira-kira 

harga ketika mendapatkan barang tentu berbeda ketika dijual ataupun dibeli.[21]

3.             Zakat binatang ternak

Binatang ternak yang termasuk adalah unta, sapi, kambing atau sejenisnya. Dalam 

kewajiban zakat binatang ternak terdapat beberapa syarat, yaitu :

a.              Mencapai satu nisab

b.             Telah mencapai satu haul dalam kepemilikan pemiliknya yaitu telah berlalu satu tahun 

penuh sejak awal kepemilikan.

c.              Binatang ternak tersebut  merupakan binatang yang termasuk kategori  sa’imah yaitu 

binatang  yang  digembalakan  atau  yang  diberi  makan  dengan  cara  dilepas  dipadang 

rumput.

d.             Binatang ternak tersebut untuk dikembangbiakkan bukan untuk dipekerjakan.[22]

Adapun zakat unta tidak wajib dikeluarkan jika kurang dari 5 ekor, apabila sampai 

5 ekor maka zakatnya adalah seekor kambing betina.

Adapun zakat sapi tidak wajib dikeluarkan sebelum sampai pada jumlah 30 ekor, 

maka zakatnya adalah seekor sapi jantan atau betina genap umur satu tahun.

Dan zakat kambing apabila telah mencapai 40 ekor dikeluakan zakatnya seekor 

kambing betina.

41

4.             Zakat biji-bjian dan tanaman

Zakat   biji-bijian   dan   tanaman   merupakan   hasil   panen   dari   tanaman   pangan 

berupa gandum, padi, kurma, anggur kering dan biji-bijian, sedangkan komoditas yang 

lain seperti sayuran dan buah-buahan selain anggur dan kurma tidak wajib zakat.[23]

Adapun nisabnya mencapai 5 wasaq, dengan 1 wasaq sama dengan 60 sha’ jadi 5 

wasaq sama dengan 300 sha’ (sekitar 750 kg).  Maka zakat yang dikeluarkan sebanyak 

1/10 bila diairi dengan air hujan. Apabila diairi dengan pompa atau mengeluarkan biaya 

dalam pengairannya maka zakat yang dikeluarkan 1/20.[24]

5.             Zakat barang tambang dan barang temuan (harta karun)

Yang   dimaksud  dengan   barang   tambang   adalah   barang   peninggalan   kuno 

menurut Hanafiyah sedangkan menurut Malikiyah dan Syafi’iyah barang tambang yang 

wajib   dizakatkan   adalah   emas   dan   perak.   Menurut   Hanabilah   barang   tambang 

mencakup semua jenisnya baik yang beku maupun cair.[25]

Mengenai zakat barang temuan atau peninggalan kuno zakatnya 1/5 berdasarkan 

kesepakatan   ulama.   Karena   barang   peninggalan   kuno   adalah ghanimah untuk 

kemaslahatan umum. Dalam masalah ini tidak disyaratkan mencapai nisab. Selain emas 

dan perak karena kedua barang tersebut dianggap sebagai jenis tersendiri.

D.           Orang yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang   yang   berhak   menerima   zakat   adalah   sesuai  dengan  firman   Allah 

dalam QS. At- Taubah : 60.

 

42

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk (1) orang-orang fakir, (2) orang-orang miskin, (3) pengurus-pengurus zakat, (4) para mu'allaf yang dibujuk hatinya, (5) untuk (memerdekakan) budak, (6) orang-orang yang berhutang, (7) untuk jalan Allah dan (8) untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

Sehingga telah  jelas  bahwa terdapat  delapan golongan yang berhak menerima 

zakat, yaitu :

1.             Fakir

Orang   fakir   adalah   orang   yang   tidak   mendapatkan   sesuatu   untuk   menutupi 

kebutuhannya (orang melarat, orang yang amat sengsara hidupnya).[26]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang mempunyai harta kurang dari satu nisab 

atau mempunyai satu nisab tetapi habis untuk keperluannya. Menurut Imam Malik yaitu 

orang yang mempunyai harta sedangkan hartanya tidak mencukupi untuk keperluannya 

dalam masa satu  tahun.  Menurut   Imam Hambali  yaitu  orang yang tidak mempunyai 

harta atau mempunyai harta kurang dari seperdua keperluannya. Menurut Imam Syafi’i 

yaitu orang yang tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha 

kurang dari  seperdua keperluannya dan tidak ada orang yang berkewajiban memberi 

belanjanya.[27]

2.             Miskin

Orang miskin adalah orang yang memiliki harta dan usaha lebih baik dari orang 

fakir tetapi tidak mencukupi kebutuhannya (berada dalam keadaan kekurangan).[28]

43

Menurut Imam Hanafi dan Imam Malik yaitu orang yang tidak mempunyai sesuatu 

apapun.   Menurut   Imam   Hambali   yaitu   orang   yang   mempunyai   harta   seperdua 

keperluannya atau lebih tapi tidak mencukupi. Menurut Imam Syafi’i yaitu orang yang 

mempunyai  harta  dan  usaha  sebanyak   seperdua  keperluannya  atau   lebih   tapi  tidak 

sampai mencukupi.[29]

3.             Amil

Para ulama telah sepakat tentang siapa yang dimaksud dengan amil yaitu orang 

yang ditunjuk atau diangkat (diberi tugas) oleh penguasa untuk mengurus zakat sejak 

dari   mengumpulkan,   mencatat,   menjaga   dan   membagikan  harta   zakat   kepada   yang 

berhak.[30]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang diangkat untuk mengambil dan mengurus 

zakat. Menurut Imam Malik yaitu pengurus zakat meliputi pencatat, pembagi, penasehat 

dan sebagainya yang bekerja untuk kepentingan zakat.  Menurut Imam Hambali  yaitu 

pengurus   zakat  yang  diberi   zakat   sekedar  upah pekerjaannya.  Menurut   Imam Syafi’i 

yaitu semua orang yang bekerja mengurus zakat dan tidak mendapat upah selain dari 

zakat.[31]

4.             Muallaf

Muallaf bisa jadi muslim atau juga non muslim yang diharapkan ke-Islamannya 

karena dianggap akan mendatangkan banyak manfaat untuk Islam atau orang yang baru 

masuk Islam sedangkan imannya masih lemah.[32]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang tidak diberi zakat lagi sejak masa khalifah 

pertama. Menurut Imam Malik yaitu orang kafir yang ada harapan untuk masuk Islam 

dan atau orang yang baru memeluk Islam. Menurut Imam Hambali yaitu orang kafir yang 

mempunyai  pengaruh dan ada harapan  ia  masuk  Islam atau orang yang baru masuk 

Islam dengan harapan imannya akan bertambah teguh. Menurut Imam Syafi’i ada empat 

macam yaitu yang pertama,  orang yang baru masuk Islam sedangkan imannya masih 

lemah. Yang kedua, orang Islam yang berpengaruh dalam golongannya dengan harapan 

kalau diberi   zakat  orang  lain  dari  golongannya  akan masuk  Islam. Yang ketiga, orang 

Islam   yang   berpengaruh   atas   orang   kafir   dengan   harapan   kalau   diberi   zakat   akan 

44

terpelihara   dari   kejahatan   orang   kafir   tersebut.   Yang keempat, orang   yang   menolak 

kejahatan orang yang anti zakat.[33]

5.             Budak

Yang  dimaksud   adalah  budak  muslim  yang  mungkin  untuk  dimerdekakan  dan 

dibayarkan seluruh biaya yang dibutuhkan untuk memerdekakannya.[34]

Menurut Imam Hanafi yaitu budak yang telah dijanjikan oleh tuannya bahwa dia 

boleh menebus dirinya dengan uang atau harta lain. Menurut Imam Malik yaitu budak 

muslim yang dibeli dengan uang zakat dan dimerdekakan. Menurut Imam Hambali dan 

Imam Syafi’i   yaitu  budak  yang   telah  dijanjikan  oleh   tuannya  boleh  menebus  dirinya 

dengan uang yang telah ditentukan dan diberi zakat sekedar penebus dirinya.[35]

6.             Orang yang berhutang

Orang yang berhutang bisa disebabkan karena dia mendamaikan dua orang yang 

berselisih walaupun dia orang kaya atau bisa karena untuk menutupi kebutuhannya atau 

kepentingan yang bukan maksiat sedangkan dia tidak sanggup membayarnya.[36]

Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang mempunyai hutang sedangkan hitungan 

hartanya diluar hutang tidak cukup satu nisab, dia diberi zakat untuk membayar hutang. 

Menurut Imam Malik yaitu orang yang berhutang sedangkan hartanya tidak mencukupi 

untuk   membayar   hutangnya,   dibayar   hutangnya   dengan   zakat   kalau   dia   berhutang 

bukan untuk sesuatu yang fasid (jahat). Menurut Imam Hambali ada dua macam yaitu 

yang pertama, orang yang berhutang  untuk  mendamaikan  orang  lain  yang berselisih. 

Yang kedua, orang yang berhutang untuk dirinya sendiri pada pekerjaan yang mubah, ia 

diberi   zakat   sekedar   hutangnya.   Menurut   Imam   Syafi’i   ada   tiga   macam   yaitu 

yang pertama, orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang yang berselisih. 

Yang kedua,  orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri  pada keperluan 

yang mubah atau yang  tidak mubah  tapi  dia   sudah  taubat.  Yang ketiga,  orang  yang 

berhutang   karena   menjamin   hutang   orang   lain,   sedangkan   dia   dan   orang   yang 

dijaminnya tidak dapat membayar hutang.[37]

45

7.             Fii sabilillah

Para ulama sepakat yang dimaksud dengan fii sabilillah adalah para pejuang yang 

berperang  di   jalan  Allah.  Atau dengan kata   lain  adalah   jihad yang  bermakna  umum 

termasuk jihad dengan lisan dan tulisan. Dengan demikian boleh mengambil zakat untuk 

perkembangan dakwah dan membiayai para da’i.[38]

Menurut   Imam Hanafi yaitu  orang  yang  berperang  pada   jalan  Allah.  Menurut 

Imam Malik yaitu bala tentara dan mata-mata untuk keperluan membeli senjata, kuda 

atau untuk keperluan peperangan yang lain pada jalan Allah. Menurut Imam Hambali 

yaitu bala tentara yang tidak mendapat gaji dari penguasa. Menurut Imam Syafi’i yaitu 

bala tentara yang membantu sedangkan dia tidak mendapat gaji  dan untuk membeli 

keperluan   seperti   senjata   dan   lain   sebagainya.   Namun   masih   menurut   Imam  Syafi’i 

terdapat  keumuman  dalam kata   sabilillah.  Ditetapkan  dalam kaidah   ilmu  ushul  fiqh 

bahwa kata yang umum wajib diartikan menurut keumumannya selama tidak ada dalil 

yang mengkhususkannya. Sehingga fii sabilillah tidak hanya dimaknai sebagai orang yang 

berperang   (mengangkat   senjata)   namun   juga   meliputi   semua   hal   yang   menjadi 

kemaslahatan umum pada jalan Allah.[39]

8.             Ibnu sabil

Para ulama sepakat bahwa ibnu sabil adalah orang yang berada dalam perjalanan 

(musafir) yang bukan maksiat dan kehabisan perbekalan sehingga tidak bisa kembali ke 

negaranya meskipun di negaranya dia orang kaya.[40]

Menurut   Imam Hanafi yaitu  orang yang dalam perjalanan,  putus  perhubungan 

dengan hartanya  maka  orang   ini  diberi   zakat   sekedar  keperluannya.  Menurut   Imam 

Malik yaitu orang yang dalam perjalanan sedangkan dia membutuhkan biaya pulang ke 

negaranya   dengan   syarat   keadaan   perjalanannya   bukan   maksiat.   Menurut   Imam 

Hambali yaitu orang yang kehabisan perbekalan dalam perjalanan yang halal dan diberi 

sekedar   cukup   untuk   biaya   pulangnya.   Menurut   Imam   Syafi’i   yaitu   orang   yang 

mengadakan perjalanan dan dalam perjalanannya dia diberi zakat untuk sekedar biaya 

sampai pada yang dimaksud dan perjalanannya itu bukan maksiat.[41]

BAB III

46

KESIMPULAN

Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang diwajibkan secara mutlak 

oleh   Allah. Zakat   ditinjau   dari   segi   bahasa   merupakan   kata   dasar   (mashdar) 

dari zaka yang   berarti   berkah,   tumbuh   (berkembang),   bersih   atau   suci   dan   baik. 

Sedangkan ditinjau dari segi istilah fiqh,  zakat berarti sejumlah harta tertentu yang telah 

mencapai   nisab   untuk   diserahkan   kepada   golongan   tertentu   dan   pada   waktu 

tertentu. Terdapat dua jenis zakat yang disyariatkan, yaitu zakat fitrah (jiwa) dan zakat 

mal (harta). Infaq berasal dari akar kata nafaqa yang berarti keluar. Secara istilah, infaq 

berarti mengeluarkan sesuatu  (harta)  untuk  suatu kepentingan,  baik   itu  kepentingan 

yang baik maupun kepentingan yang buruk.  Shadaqah secara bahasa berarti sesuatu 

yang benar atau jujur. Secara istilah berarti mengeluarkan harta di jalan Allah sebagai 

bukti kejujuran atau kebenaran iman seseorang.

Sebagaimana yang telah dijelaskan, zakat wajib dikeluarkan oleh setiap muslim 

dewasa,   merdeka,   dan   memiliki   kekayaan   dalam   jumlah   tertentu   dengan   syarat 

tertentu. Adapun yang wajib dizakati adalah jiwa dan harta (zakat fitrah dan mal). Orang 

yang berhak menerima zakat yaitu delapan golongan yang telah disebutkan di dalam al 

Quran. Kadarnya atau besar zakat yang dikeluarkan ditentukan tergantung kepada jenis 

barang yang dizakatkan. Waktu dalam mengeluarkan zakat pun telah ditentukan pada 

waktu tertentu. Dan hukum zakat adalah wajib. Infaq bersifat umum. Infaq dapat berarti 

untuk ibadah bisa juga untuk perkara yang dibolehkan atau bahkan perkara yang wajib. 

Infaq   dapat   dikeluarkan   oleh   siapa   saja,   tak   terbatas   ruang   dan   waktu   serta 

kadarnya. Shadaqah bebas dikeluarkan oleh siapa saja dan diberikan kepada siapa saja. 

Dalam bershadaqah tidak ada persyaratan tertentu dan hukumnya tidak wajib.

Makna zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah karena berbuka 

dari puasa (futur) pada bulan Ramadhan. Syarat wajib zakat fitrah yaitu jika seseorang 

telah memiliki kelebihan harta dari makanan untuk Idul Fitri  maka yang berlebih dari 

makanan tersebut  wajib  dikeluarkan zakat  fitrahnya.  Adapun besar zakat  fitrah yang 

dikeluarkan adalah 1 sha’ dari makanan pokok. Waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah 

ialah sewaktu terbenam matahari pada malam hari raya. Yang dimaksud dengan zakat 

mal  yaitu  zakat  berupa harta  yang wajib  atas  emas dan perak   (uang),  perdagangan, 

binatang ternak,  biji-bijian dan tanaman,  barang tambang dan barang temuan (harta 

karun).

47

Orang-orang   yang   berhak   menerima   zakat   adalah   sesuai  dengan  firman   Allah 

dalam   QS.   At-   Taubah   :   60,   yaitu   fakir,   miskin,   amil,   muallaf,   budak,   orang   yang 

berhutang, fii sabilillah dan ibnu sabil.

PENUTUP

Demikianlah makalah ini  kami buat. Kami menyadari  bahwa makalah ini sangat 

jauh dari kata sempurna, baik itu dari segi penulisan, gaya bahasa yang kami paparkan 

atau juga sistematika pengambilan referensi. Seperti pepatah tak ada gading yang tak 

retak. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan yang bersifat membangun 

serta saran guna memperbaiki dan mengevaluasi makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kami dan bagi 

semua kalangan pada umumnya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

As Shiddieqy, Hasbi. 1984. Pedoman Zakat. Jakarta : Bulan Bintang.

Az Zuhaili, Wahbah. 2011. Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3. Jakarta : Gema Insani.

Bakry, Nazar. 1994. Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Daradjat, Zakiah. 1983. Ilmu Fiqh Jilid 1. Jakarta : Pusat Direktorat Pembinaan PTAI.

Rasjid, Sulaiman. 1992. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru.

Rijal H, Syamsul. 2007. Buku Pintar Hadits. Jakarta : BIP.

Sabiq, Sayyid. 2007. Fiqih Sunnah Jilid 1. Jakarta : Pena Pundi Aksara.

Tarmidzi, Erwandi. 2013. Panduan Zakat Praktis. Jakarta : Yayasan Dasrussalam.

Qardawi, Yusuf. 2004. Hukum Zakat. Jakarta : Litera Antar Nusa.

48

Online (diakses 10 Oktober 2014) :

http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/

http://www.alkhoirot.net/2012/08/perbedaan-zakat-infaq-dan-sadaqah.html#2

[1] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 34.

[2] http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/

[3] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2011), hal. 164.

[4] Op cit.

[5] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 34.

[6] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2011), hal. 165.

[7] http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/

[8] http://www.alkhoirot.net/2012/08/perbedaan-zakat-infaq-dan-sadaqah.html#2

[9] Op cit.

[10] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 920-921.

[11] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1992), hal. 198.

[12] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam, 2013), hal. 35.

[13] Op cit., hal. 199.

[14] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2011), hal. 189.

[15] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam, 2013), hal. 8.

[16] Ibid.

49

[17] Ibid.

[18] Ibid.

[19] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2007).

[20] Ibid.

[21] Op cit.

[22] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2011).

[23] Ibid.

[24] Ibid.

[25] Ibid.

[26] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam, 2013), hal. 23.

[27] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1992), hal. 200-205.

[28] Op cit.

[29] Op cit.

[30] Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh Jilid 1, (Jakarta : Pusat Direktorat Pembinaan PTAI, 1983), hal. 261.

[31] Op cit.

[32] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam, 2013), hal. 27.

[33] Op cit.

[34] Op cit.

[35] Op cit.

[36] Op cit.

[37] Op cit.

[38] Op cit.

[39] Op cit.

50

[40] Op cit., hal. 30.

[41] Op cit.

[1] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 42-43.

[2] Ibid., hal. 44.

[3] Ibid., hal. 48-49.

51