pbs semester 4 a
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harta merupakan titipan Allah SWT yang pada hakekatnya hanya
dititipkan kepada kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Konsekuensi manusia
terhadap segala bentuk titipan yang dibebankan kepadanya mempunyai
aturan-aturan Tuhan, baik dalam pengembangan maupun dalam
penggunaan.
Terdapat kewajiban yang dibebankan pada pemiliknya untuk
mengeluarkan zakat untuk kesejahteraan masyarakat, dan ada ibadah
maliyah sunnah yakni sedekah dan infaq. Karena pada hakekatnya segala
harta yang dimiliki manusia adalah titipan Allah SWT, maka setiap kita
manusia wajib melaksanakan segala perintah Allah mengenai hartanya.
Dalam makalah ini akan dijelaskan secar rinci apa yang menjadi
pengertian zakat, infaq dan shadaqah serta segala macam bentuk, dasar
hukum dan segala hal yang berkaitan dengan masalah zakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian dan perbedaan zakat, infaq dan shadaqah?
2. Jelaskan macam-macam zakat dan dasar hukum zakat?
3. Apa saja yang wajib dizakati?
4. Jelaskan ketentuan-ketentuan wajib zakat dan ashnafnya?
5. Apa perlunya pengembangan konsep wajib zakat, ashnaf, barang-
barang zakat dan pengelolaan zakat?
6. Sebutkan hal-hal yang menjadi persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan zakat,infaq dan shadaqah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian zakat, infaq dan shadaqah
1. Pengertian zakat
Secara etimologi zakat dapat diartikan berkembang dan berkah.
Selain itu zakat juga dapat diartikan mensucikan sebagaimana dalam
firman Allah SWT:
ها زك من أفلح قد
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (Q.S
Asyams(91): 9)
Sedangkan menurut istilah syar’i zakat berarti sesuatu yang
dikeluarkan atas nama harta atau badan dengan mekanisme tertentu.[1]
2. Pengertian infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan
sesuatu untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut istilah infaq
berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam.[2]
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
1. 3. Pengertian shadaqah
Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa
disertai imbalan[3].
2
1. 4. Perbedaan zakat, infaq dan shadaqah
Menurut Zakat Infaq Shadaqoh
Berdasarkan
kewajibannya
Amal wajib Amal tidak wajib Amal tidak
wajib
Waktu
pembayarannya
Ditentukan Kapan saja Kapan saja
Berdasarkan
ketentuannya
Memberikan
sebagian harta
dengan ketentuan
tertentu
Membelanjakan
hartanya untuk
kepentingan diri
sendiri dan
keluarganya
Membelanjaka
n hartanya
dijalan Allah
1. B. Macam-macam zakat dan dasar hukum zakat
1. 1. Dasar hukum zakat
Zakat diwajibkan pada tahun ke 2 hijriyah setelah pensyariatan zakat fitrah. Dasar
pensyariatannya yaitu al-Qur’an, sunah, dan ijma’. Allah berfirman, “Tunaikanlah
Zakat” (QS. al-Baqoroh:43) dan firman-Nya,
‹è{ ô`ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y‰|¹ öNèdãÎdgsÜè? NÍkÏj.t“è?ur $pkÍ5 Èe@|¹ur� �
öNÎgø‹n=tæ ( ¨bÎ) y7s?4qn=|¹ Ö`s3y™ öNçl°; 3
ª!$#ur ìì‹ÏJy™ íOŠÎ=tæ ÇÊÉÌÈ
“Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan
mereka” (QS. at-Taubah: 103).
3
Dalam sunah Nabi banyak disampaikan hadist tentang zakat, diantaranya, “Islam
dibangun atas lima dasar, antara lain menunaikan zakat,”(HR. Syaikhani dari
ibnu Umar). Para Ulama’ kemudian sepakat mewajibkan zakat. Hadist tersebut
menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu rukun islam.orang yang
mengingkari zakat dinyatakan kafir, meskipun dia menunaikannya. Orang yang
menolak untuk mengeluarkan zakat harus diperangi dan dirampas hartanya secara
paksa, seperti yang dilakukan Abu Bakar as-Shiddiq. [4]
1. 2. Zakat fitrah
1. Pengertian zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat jiwa yang diambil dari kata” fitrah” yang merupakan
asal kejadian. Sedangkan menurut pengertian syara’ adalah zakat yang
dikeluarkan oleh seorang muslim dari sebagian hartanya kepada orang-orang yang
membutuhkan untuk mensucikan jiwanya serta menambal kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada puasanya seperti perkataan yang kotor dan
perbuatan yang tidak ada gunanya. Diriwayatkan oleh Ibn Abbas, ia berkata:
. وطعمة والرفث لغو ال من للصائم طهرة زكاةالفطر صم الله رسول فرضللمساكين
Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan diri orang puasa dari
perbuatan sia-sia(al-laghw) dan perkataan kotor (ar-rafats), sekaligus untuk
memberi makan orang-orang miskin.
1. Syarat wajib zakat fitrah
Syarat wajib zakat fitrah antara lain:
1) Islam
2) adanya kelebihan makanan untuk kebutuhan sehari-hari dan orang yang
berada dalam tanggungan nafkahnya pada malam hari raya dan ketika hari raya
4
3) mendapati bagian akhir ramadhan dan bagian bulan syawal.
1. Kadar dan bentuk zakat fitrah
Kadar yang wajib bagi setiap individu dalam zakat fitrah yaitu satu sha’ dari
sesuatu yang biasa dimakan oleh penduduk negeri tersebut, baik berupa biji-bijian
(padi dan gandum), kuram, anggur, ataupun lainnya.
Satu sha’ menurut ijma’ setara dengan 4 mud. Atau setara dengan 2,176 kg (± 3,5
liter).
1. Penerima zakat fitrah
Orang yang berhak menerima zakat fitrah adalah 8 kelompok sebagaimana yang
termaktub dalam firaman allah SWT:
$yJ¯RÎ) àM»s%y‰¢Á9$# Ïä!#ts)àÿù=Ï9 ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur tû,Î#ÏJ»yèø9$#ur�
$pkön=tæ Ïpxÿ©9xsßJø9$#ur öNåkæ5qè=è�%
†Îûur É>$s%Ìh9$# tûüÏBÌ»tóø9$#ur †Îûur È@‹Î6y™ «!$# Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$#� �
( ZpŸÒƒÌsù šÆÏiB «!$# 3�
ª!$#ur íOŠÎ=tæ ÒO‹Å6ym ÇÏÉÈ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan
untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S. At-
Taubah : 60)
1. Waktu pembayaran zakat fitrah
Ada 5 waktu untuk mengeluarkan zakat fitrah:
5
1) Waktu boleh, yaitu pada [permulaan bulan ramdhan.
2) Waktu wajib, yaitu akhir ramadhan dan awal syawal.
3) Waktu utama, yaitu setelah shalat subuh dan sebelum shalat idul fitri.
4) Waktu makruh, yaitu setelah shalat idul fitri.
5) Waktu haram, yaitu waktu yang dilarang untuk menunda-nunda pembayaran
zakat fitrah, yaitu akhir hari raya idul fitri ketika matahari telah terbenam.[5]
1. 3. Zakat mal
Zakat harta yang dikeluarkan apabila telah mencapai nisabnya.
1. C. Benda yang wajib dizakati dan nishabnya
1. 1. Binatang ternak
Syarat wajib zakat binatang ternak, unta, sapi dan kambing wajib dizakati apabila
telah memenuhi enam syarat, yaitu:
1. Islam
2. Merdeka
3. Hak milik sempurna
4. Telah mencapai satu nishab
5. Telah genap satu tahun
6. Digembalakan
Nishab zakat binatang ternak:
1. Nishab dan kadar zakatnya unta
No Nishab Jumlah
zakat
Keterangan
6
1 5-9 1 ekor Kambing betina jenis domba genap
umur 1 th/lebih, atau kambing betina
jenis kacang genap umur 2 tahun/
lebih
2 10-14 2 ekor Kambing betina jenis domba genap
umur 1 th/lebih, atau kambing betina
jenis kacang genap umur 2 tahun/
lebih
3 15-19 3 ekor Kambing betina jenis domba genap
umur 1 th/lebih, atau kambing betina
jenis kacang genap umur 2 tahun/
lebih
4 20-24 4 ekor Kambing betina jenis domba genap
umur 1 th/lebih, atau kambing betina
jenis kacang genap umur 2 tahun/
lebih
5 25-35 1 ekor Unta betina, genap umur 1 th/ lebih
6 36-45 1 ekor Unta betina, genap umur 2 th/ lebih
7 46-60 1 ekor Unta betina, genap umur 3 th/ lebih
8 61-75 1 ekor Unta betina, genap umur 4 th/ lebih
9 76-90 2 ekor Unta betina, genap umur 2 th/ lebih
10 91-120 2 ekor Unta betina, genap umur 3 th/ lebih
11 121-129 3 ekor Unta betina, genap umur 2 th/ lebih
12 Dan seterusnya
7
Keterangan: jika jumlah unta lebih dari 121 ekor maka setiap 50 ekor (hasil
pembagian 50) zakatnya unta betina umur 3 th/ lebih, dan setiap 40 ekor (hasil
pembagian 40) zakatnya unta betina umur 2 th/ lebih.
1. Nishab dan kadar zakatnya sapi
no Nishab Jumlah
zakat
Keterangan
1 30-39 1 ekor Sapi jantan genap umur 1th/lebih
2 40-59 1 ekor Sapi jantan genap umur 2th/lebih
3 60-69 2 ekor Sapi jantan genap umur 1th/lebih
4 70-79 2 ekor 1 ekor sapi jantan umur 1th/lebih,
dan 1 ekor sapi jantan umur
2th/lebih
5 80-89 2 ekor 2 ekor sapi jantan genap umur
2th/lebih
6 90-99 3 ekor 3 ekor sapi jantan genap umur
1th/lebih
7 100-109 3 ekor 2 ekor sapi jantan umur 1th/lebih,
dan 1 ekor sapi jantan umur
2th/lebih
8 Dan seterusnya
Keteranagan: setiap 30 ekor sapi (hasil pembagian 30) zakatnya seekor sapi
jantan genap umur 1 tahun/ lebih, dan setiap 40 ekor sapi (hasil pembagian 40)
zakatnay seekor sapi jantan genap umur 2th/lebih.
8
1. Nishab dan kadar zakatnya kambing
No Nishab Jumlah zakat Keteranagan
1 40-120 1ekor kambing Jika berupa domba, maka harus
sudah genap umur 1 th/ lebih.
Dan jika berupa kambing kacang,
maka harus sudah genap umur 2
th/ lebih.
2 121-200 2ekor kambing
3 201-399 3ekor kambing
4 400-499 4ekor kambing
5 500 5ekor kambing
6 Dan seterusnya
Keterangan: diatas 400 ekor, setiap seratus ekor zakatnaya seekor kambing. 600
ekor zakatnya 6 ekor, 700 ekor zakatnya 7 ekor, dan begitu seterusnya.[6]
1. 2. Zakat Tanaman
Syarat wajib zakat tanaman:
1. Pemiliknya islam
2. Pemiliknya merdeka
3. Milik sempurna
4. Ditanam oleh manusia
5. Berupa makanan pokok dan tahan lama
6. Mencapai satu nishab[7]
Kadar nishab zakat tanaman:
No Tanaman Nishab % Zakat Keterangan
1 Gabah 1323,132kg 10% 1/10=132,3132kg Tanpa biaya pengairan
9
1323,132kg 5% 1/20=66,1566kg Dengan biaya pengairan
2 Padi
Gagang
1631,516kg 10% 1/10=163,1516kg Tanpa biaya pengairan
1631,516kg 5% 1/20=81,5758kg Dengan biaya pengairan
3 Beras 815,758kg 10% 1/10=81,5758kg Tanpa biaya pengairan
815,758kg 5% 1/20=40,7879kg Dengan biaya pengairan
4 Gandum 558,654kg 10% 1/10=55,8654kg Tanpa biaya pengairan
558,654kg 5% 1/20=27,9327kg Dengan biaya pengairan
5 Kacang
tunggak
756,697kg 10% 1/10=75,6697kg Tanpa biaya pengairan
756,697kg 5% 1/20=37,8349kg Dengan biaya pengairan
6 Kacang
hijau
780,036kg 10% 1/10=78,0036kg Tanpa biaya pengairan
780,036kg 5% 1/20=39,0018kg Dengan biaya pengairan
7 Jagung
kuning
720kg 10% 1/10=72kg Tanpa biaya pengairan
720kg 5% 1/20=36kg Dengan biaya pengairan
8 Jagung
putih
714kg 10% 1/10=71,4kg Tanpa biaya pengairan
714kg 5% 1/20=35,7kg Dengan biaya pengairan
Catatan:
1rithl syar’i/bagdhad= 408 gr
1 mud = 675 gr
1 mud syar’i menurut asy-syafi’i = 11/3 rithl iraqy = 573,75 gr
10
1 wasaq = menurut asy-syafi’i 130,5 gr
1 sho’ syar’i atau baghdad = menurut asy-syafi’i 2175 gr
1 dirham syar’i = 2,715 gr
1 mitsqol = 3,879 gr
5 wasaq = 300 sho’
1 sho’ = versi nawawi gram Iraq = 2174,62 gram[8]
1. 3. Zakat emas dan perak
Syarat wajib zakat emas dan perak:
1. Islam
2. Merdeka
3. Milik yang sempurna
4. Sampai satu nishab
5. Sampai satu tahun disimpan[9]
Kadar nishab zakat emas dan perak:
Nishab emas adalah 20 mitsqol dan zakat yang harus dikeluarkan 1/40 atau 2,5%.
1 mitsqol = 3,879 gram
3,879 x 20 = 77,58 gram
Jadi, jika seseorang memiliki emas dengan kadar berat telah mencapai 77,58 gram
harus mengeluarkan zakat sebesar 1/40, yaitu 77,58 : 40 (x 2,5%)= 1,9395 gram.
Nishab perak adalah 200 dirham dan zakat yang harus dikeluarkan 1/40 atau
2,5%.
11
10 dirham = 7 mitsqol
1 mitsqol = 3,879 gram
10 dirham = (3,879 x 20) 27,153 gram
200 dirham = (27,153 x 20) 543,6 gram
Jadi, jika seseorang memiliki perak dengan kadar telah mencapai 543,6 gram
harus mengeluarkan zakat sebesar 1/40, yaitu:
543,6 : 40 (x 2,5%) = 13,5765 gram.[10]
1. 4. Zakat hasil tambang
1. Emas
Nishabnya = 20 mitsqol syar’i
= 77,58 gram
Zakatnya = 1/40 atau 2,5% = 0,5 mitsqol syar’i
= 1,9395 gram
1. Perak
Nishabnya = 200 dirham syar’i
= 543,06 gram
Zakatnya = 1/40 atau 2,5% = 5 dirham syar’i
= 13,5765 gram
1. 5. Zakat barang terpendam (rikaz)
1. Emas
12
Nishabnya = 20 mitsqol syar’i
= 77,58 gram
Zakatnya =1/5 atau 20% = 4 mitsqol syar’i
= 15,516 gram
1. Perak
Nishabnya = 200 dirham syar’i
= 543,06 gram
Zakatnya = 1/5 atau 20% = 40 dirham syar’i
= 108,612 gram[11]
1. 6. Zakat perniagaan
Yang dimaksud dengan zakat harta perniagaan adalah segala sesuatu yang
dipersiapkan untuk diperjual belikan. Kewajiban ini secara umum telah ada dalam
surat al-Baqarah ayat 267 :
$yg•ƒr’¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä (#qà)ÏÿRr& `ÏB ÏM»t6ÍhŠsÛ $tB óOçFö;|
¡Ÿ2 !$£JÏBur $oYô_t÷zr& Nä3s9�
z`ÏiB ÇÚö‘F{$# ( Ÿwur (#qßJ£Ju‹s? y]ŠÎ7y‚ø9$# çm÷ZÏB tbqà)ÏÿYè?
NçGó¡s9ur ÏmƒÉ‹Ï{$t«Î/
HwÎ) br& (#qàÒÏJøóè? Ïm‹Ïù 4 (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ;ÓÍ_xî ÏJym
ÇËÏÐÈ
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
13
untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu
menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Setiap barang perdagangan wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat-syarat
sebagai berikut:
1. Ada niat untuk memperdagangkan barang tersebut
2. Harta perdagangan diperoleh murni dari hasil jual beli
3. Telah terpenuhi waktu satu tahun
4. Harta tersebut sudah mencapai satu nishab
Kadar nishab zakat perniagaan:
Kadar wajib zakat perniagaan adalah 2,5%. Sedangkan nishabnya 20 dinar atau 90
gram emas.
1. 7. Zakat profesi
Semua bentuk penghasilan wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat mencapai
satu nisab dalam satu tahun, yakni senilai 85 gram emas.
1) Contoh yang belum dikenakan pajak penghasilan
Pendapatan (gaji/bulan) : 6.000.000
Pendapatan lain-lain pertahun : 5.000.000
Harta simpanan : 20.000.000
Pendapatan (gaji/tahun) : 72.000.000
Kebutuhan perbulan : 4.000.000
14
Kebutuhan pertahun : 48.000.000
Sisa pendapatan : 49.000.000
Harga pergram emas saat ini : 300.000
Besarnya nisab 85gram : 25.500.000
Zakat profesi pertahun : 1.225.000
zakat profesi perbulan : 102.083
2) Contoh yang dikenakan pajak penghasilan
Pendapatan (gaji/bulan) : 6.000.000
Pendapatan lain-lain pertahun : 5.000.000
Harta simpanan : 20.000.000
Pendapatan (gaji/tahun) : 72.000.000
Kebutuhan perbulan : 4.000.000
Kebutuhan pertahun : 48.000.000
Sisa pendapatan : 49.000.000
Harga pergram emas saat ini : 300.000
Besarnya nisab 85gram : 25.500.000
Zakat profesi pertahun : 1.225.000
zakat profesi perbulan : 102.083
penghasilan netto sebelum zakat : 49.000.000
15
penghasilan netto setelah zakat : 48.897.917
penghasilan tidak kena pajak/PTKP : 47.872.917
penghasilan kena pajak : 1.025.000
Pph terutang 5% X 1.025.000 : 52.250.000
Pembauaran zakat dan pajak pertahun : 1.277.250[12]
1. D. Ketentuan wajib zakat dan ashnafnya
1. 1. Rukun dan Syarat Zakat
Rukun dimaksud adalah unsur-unsur yang terdapat dalam zakat yaitu:[13]
1. orang yang berzakat,
2. harta yang dizakatkan
3. orang yang menerima zakat.
Sedangkan syarat-syarat zakat adalah ketentuan yang mesti terpenuhi dalam setiap
unsur tersebut. Syarat-syarat tersebut diantaranya:
1. Syarat orang yang berzakat (muzakki) adalah sebagai berikut : islam, telah
baligh, berakal, memiliki harta yang memenuhi syarat.
2. Syarat harta yang dizakatkan : harta yang baik, milik yang sempurna dari
yang berzakat, telah mencapai nisab, telah tersimpan selama satu tahun
qamariyah atau haul.
3. Syarat orang yang menerima zakat (mustahiq) adalah jelas adanya, baik ia
orang atau badan atau lembaga atau kegiatan dan hal ini juga terdapat
dalam QS at-Taubah ayat 60.[14]
4. 2. Orang yang berhak menerima zakat (ashnaf)
Menurut mahdzab syafii orang yang berhak menerima zakat ada 8 kelompok,
yaitu:
16
1. Fakir : orang yang tidak mempunyai harta dan usaha untuk mencukupi
kebutuhannya.
2. Miskin : orang yang memiliki harta atau usaha namun tidak mampu
mencukupi kebutuhannya, dan hidupnya serba kekurangan.
3. ‘Amil : semua orang yang bekerja mengurus zakat, sedangkan dia tidak
mendapat upah selain dari zakat itu.
4. Muallaf : ada empat macam: (1) orang yang baru masuk islam dan masih
lemah imannya,(2) orang islam yang berpengaruh dalam kaumnya,
(3)orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat, (4) orang kafir
yang ada harapan untuk masuk islam.
5. Memerdekakan Budak : seorang yang hamba yang dijanjikan merdeka
setelah menebus dirinya. Hamba itu diberi zakat sekedar untuk menebus
dirinya.
6. Orang yang berhutang: orang yang berhutang karena mendamaikan dua
orang yang berselisih, orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya
sendiri pada keperluan yang mubah dan tidak maksiyat, orang yang
berhutang untuk menjamin hutang orang lain.
7. g. Ibnu sabil: orang yang berjuang dijalan allah untuk menegakkan
agamanya, diberi zakat untuk keperluan hidupnya selama perjuangannya.
8. h. Musafir: orang yang melakukan perjalanan jauh dan tidak dalam
maksiyat mengalami kesengsaraan dalam perjalananya.[15]
1. E. Perlunya pengembangan konsep wajib zakat, ashnaf, barang-
barang zakat dan pengelolaan zakat
Zakat adalah ibadah wajib yang berkaitan dengan harta benda. Seoramg yang
telah memnuhi syarat dituntut untuk menunaikannya bukan semata-mata atas
dasar kemurahan hatinya, tetapi kalau terpaksa dengan penekana penguasa.
Karena itu, agama menetapkan ‘amilin atau petugas khusus yang mengelolanya
disamping menetapkan sanksi-sanksi duniawi dan ukhrowi terhadap mereka yang
enggan melaksanakannya.
17
Zakat diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya, yaitun delapan
golongan yang terdiri dari fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah
dan ibnu sabil. Karena itu zakat dapat dijadikan sumber dana potensial untuk
kesejahteraan masyarakat dan bangsa indonesia.
Masyarakat dan kebutuhannya mengalami perkembangan maka penfsiran itu perlu
disesuaikan dengan kondisi yang ada. Bahkan macam zakat harta pun perlu
dikembangkan pula sesuai dengan perubahan operasionalnya.[16]
1. Hal-hal yang menjadi persoalan yang berkaitan dengan zakat,infaq
dan shadaqah
Contoh problematika dalam zakat, infaq dan shadaqah:
1. Apakah orang yang telah membayar pajak masih wajib mengeluarkan
zakat?
Orang yang telah membayar pajak tetap harus mengeluarkan zakat. Karena zakat
dan pajak mempunyai perbedaan. Menurut masfuk Zuhdi perbedaannya adalah:
1. Dasar hukum zakat dari Al-Qur’an sedang pajak dari undang-undang
2. Zakat merupakan kewajiban agama sedang pajak kewajiban sebagai warga
negara
3. Zakat ada prosentase nisab
4. Sasaran zakat adalah 8 asnaf (golongan)
5. Zakat berhubungan dengan Allah sedang pajak berhubungan dengan
pemerintah
6. Apakah dapat dibenarkan zakat diberikan untuk beasiswa?
Sebagian ahli fiqh memasukkan orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk
menuntut ilmu kedalam kadegori fuqara walaupun mereka mampu untuk bekerja,
mereka boleh diberi zakat.
18
Dari kitab Kasyafil Qana’ : seandainya seorang menghabiskan waktunya untuk
menuntut ilmu syar’I walaupun bukan kegarusan baginya ia mampu untuk bekerja
tetapi tidak mungkin berhasil memperoleh ilmu, jika bersama dengan kerja maka
ia diberi zakat karena kebutuhannya.
IV. KESIMPULAN
1. Zakat berarti sesuatu yang dikeluarkan atas nama harta atau badan dengan
mekanisme tertentu. infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan
ajaran islam. shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir,
orang yang membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak
menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan.
2. Para Ulama’ kemudian sepakat mewajibkan zakat. Hadist tersebut
menunjukkan bahwa zakat merupakan salah satu rukun islam.orang yang
mengingkari zakat dinyatakan kafir, meskipun dia menunaikannya.
Macam zakat yaitu zakat fitrah dan zakat mall.
1. Harta yang wajib dizakati adalah hewan ternak, tanaman, barang
terpendam, emas perak, harta perniagaan, zakat profesi, barang tambang.
2. Orang yang berhak menerima zakat adalah fakir, miskin, ‘amil, muallaf,
garim,riqab, sabil, ibnu sabil.
V. PENUTUP
Demikian makalah yang kami sampaikan. Dengan harapan semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diperlukan demi
kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Amin.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. fiqh ibadah.
jakarta: Amzah. 2009
As-Shiddieqy, Hasbi.Pedoman Zakat.Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.2002
Nawaw,Syeh Muhammad . التوفيق سلم Semarang: Pustaka Al alawiyah.1358. شرح
Rasyid, Sulaiman. fiqh islam.Bandung : Sinar Baru Algesindo. 2009
Syarifuddin, Amir.Garis-garis Besar fiqh .Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2010
Yunus, Mahmud. Al Fiqhul Wadhih Juz II. Padang: Maktabah As Sa’diyah Putra.
1936
Zuhaili, Wahbah. Fiqh Imam Syafi’i.Jakarta: Niaga Swadaya. 2010
zuhri, Saifudin.zakat di era reformasi.Semarang: Bima Sejati.2012
Zuhri, Saifudin. Zakat di era reformasi.Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN
Walisongo. 2012
20
[1] Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, fiqh
ibadah, (jakarta: Amzah, 2009), hlm.343
[3] Yunus, Mahmud. Al Fiqhul Wadhih Juz II. (Padang: Maktabah As Sa’diyah
Putra. 1936)
[4] Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi’i, (Jakarta: Niaga Swadaya, 2010),
hlm.433-434
[5] Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, fiqh
ibadah, hlm.395-402
[6] Syeh Muhammad Nawawi, التوفيق سلم ,Semarang: Pustaka Al alawiyah) , شرح
1358), hlm. 38-39
[7] Sulaiman Rasyid, fiqh islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2009),
hlm.193
[8] Syeh Muhammad Nawawi, التوفيق سلم hlm. 39 , شرح
[9] Sulaiman Rasyid, fiqh islam, hlm.195
[10] Syeh Muhammad Nawawi, التوفيق سلم hlm. 39-40 ,شرح
[11] Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, fiqh
ibadah, hlm.363
[12]Saifudin Zuhri, Zakat di era reformasi, (Semarang: Fak. Tarbiyah IAIN
Walisongo, 2012)hlm. 133-134.
[13] Hasbi as-Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2002), hlm. 6-7.
[14] Amir Syarifuddin,Garis-garis Besar fiqh , (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010) hlm. 40.
21
[15] Sulaiman Rasyid, fiqh islam, hlm.213-215
[16] Saifudin zuhri, zakat di era reformasi, (Semarang: Bima Sejati,
2012)hal.154-155.
AKUNTANSI BANK DAN SYARIAHZAKAT INFAK DAN SHADAKAH
OLEH :AKUNTANSI 1
NUR HAYRAH ASTUTI ARMANASHARI HASAN
LIANARUSLAN
PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015
22
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
Rahmat dan Hidayah-Nya lah makalah ini dapat selesai pada tepat waktunya.
Makalah ini penulis buat sebagai tugas makalah pada mata kuliah Akuntansi Bank
dan Syariah. Salawat serta salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang menjadi tauladan bagi kita semua. Dalam pembahasan ini
penulis fokus menelaah tentang “Zakat Infak dan Shadakah” sebagai bantuan para
pembaca untuk memudahkan melihat sumber informasi yang dibutuhkan.
Dalam pembahasan ini penulis tidak secara langsung meneliti materi ini,
tetapi mendapat pengetahuan dari artikel-artikel, dan internet. Maka dari itu, apa
yag penulis sajikan ini dapat diterima atau dipahami oleh pembaca, kerana penulis
merasa isi dari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.
23
Makassar,
Januari 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu pilar dari pilar islam yang lima, Allah SWT. telah
mewajibkan bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya sebagai penyuci harta
mereka, yaitu bagi mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas
terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa
haul (satu tahun bagi harta simpanan dan niaga, atau telah tiba saat memanen
hasil pertanian).
Banyak sekali dalil-dalil baik dari al-quran maupun as-sunnah sahihah yang
menjelaskan tentang keutamaan zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana firman
Allah taala yang berbunyi:
24
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Q.S.
Al Baqarah : 277 ).
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 274 ) .
Adapun hadist-hadits Nabi yang menjelaskan akan keutamaannya antara lain :
Rasulullah SAW bersabda:.
Dari Abu Huraira radhiyallahu `anhu , ia berka a “Rasulullah shallallahu `alaihi
wasallam bersabda : “Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal
dari usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari yang halal
lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah tersebut dengan tangan
kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan memeliharnya untuk pemiliknya seperti
seseorang di antara kalian yang
menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah tersebut menjadi
sebesar gunung.” Mu afaq ’alaih.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Zakat Infaq dan Shadaqah.
2. Apakah Perbedaan zakat, infaq dan shadaqah?
3. Apakah Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah?
4. Apakah Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah?
5. Bagaimana Ketentuan wajib zakat dan ashnafnya?
6. Siapakah Orang yang berhak menerima zakat (ashnaf)?
C. Tujuan
1. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Pengertian Zakat Infaq dan Shadaqah.
2. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Perbedaan zakat, infaq dan shadaqah.
3. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah.
4. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah
25
5. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Ketentuan wajib zakat dan ashnafnya
6. Penulis dan pembaca dapat mengetahui Orang yang berhak menerima zakat
(ashnaf)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat Infaq dan Shadaqah.
1. Zakat.
Dalam pengertian bahasa, kata zakat (dalam bahasa Arab zakâh, dari kata
kerja zakâ) berarti ‘penyucian’ atau ‘pengembangan’. Dari pengertian ini, harta
seseorang yang telah dikeluarkan zakatnya menjadi bersih, karena tidak ada lagi
“kotoran” yang sebenarnya bukan miliknya. Jiwa orang yang mengeluarkannya
pun menjadi bersih. Dari pengertian ini pula, harta yang dikeluarkan zakatnya
pada hakikatnya tidak berkurang, justru akan tumbuh berkembang. Belum pernah
ada cerita orang menjadi miskin gara-gara mengeluarkan zakat.
26
Dalam pengertian istilah agama, zaka adalah “mengeluarkan kadar tertentu
dari harta benda yang sifatnya wajib dan setelah memenuhi syarat-syara tertentu”.
Kadar tertentu, misalnya, 2,5% (untuk zakat mal/zakat harta, zakat emas, zakat
perak), 20% (untuk zakat barang temuan), 5% atau 10% (untuk zakat pertanian,
tergantung tingkat kesulitan pengairannya), dan lain-lain. Sedangkan syarat
tertentu adalah, misalnya, telah mencapai batas minimum (disebut nisab), dan
telah dimiliki satu tahun, dan sebagainya. Sekali lagi, zakat sifatnya wajib.
a. zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zaka jiwa yang diambil dari ka a” fitrah” yang merupakan
asal kejadian. Sedangkan menuru penger ian syara’ adalah zaka yang dikeluarkan
oleh seorang muslim dari sebagian hartanya kepada orang-orang yang
membutuhkan untuk mensucikan jiwanya serta menambal kekurangan-
kekurangan yang terdapat pada puasanya seperti perkataan yang kotor dan
perbuatan yang tidak ada gunanya. Diriwayatkan oleh Ibn Abbas, ia berkata:
Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan diri orang puasa dari
perbuatan sia-sia(al-laghw) dan perkataan kotor (ar-rafats), sekaligus untuk
memberi makan orang-orang miskin.
Syarat wajib zakat fitrah antara lain:
Islam, adanya kelebihan makanan untuk kebutuhan sehari-hari dan orang yang
berada dalam tanggungan nafkahnya pada malam hari raya dan ketika hari raya,
mendapati bagian akhir ramadhan dan bagian bulan syawal.
Kadar dan bentuk zakat fitrah
Kadar yang wajib bagi setiap individu dalam zakat fitrah yaitu satu sha’ dari
sesuatu yang biasa dimakan oleh penduduk negeri tersebut, baik berupa biji-bijian
(padi dan gandum), kuram, anggur, ataupun lainnya.
Satu sha’ menuru ijma’ se ara dengan 4 mud. Atau setara dengan 2,176 kg (± 3,5
liter).
Waktu pembayaran zakat fitrah. Waktu boleh, yaitu pada permulaan bulan
ramdhan. Waktu wajib, yaitu akhir ramadhan dan awal syawal. Waktu utama,
yaitu setelah shalat subuh dan sebelum shalat idul fitri. Waktu makruh, yaitu
setelah shalat idul fitri. Waktu haram, yaitu waktu yang dilarang untuk menunda-
27
nunda pembayaran zakat fitrah, yaitu akhir hari raya idul fitri ketika matahari
telah terbenam.
b. Zakat mal
Zakat harta yang dikeluarkan apabila telah mencapai nisabnya.
2. Infaq.
Infaq (bahasa Arabnya: infâq), maknanya lebih umum. Infak berarti
‘membelanjakan harta, uang, ataupun ben uk kekayaan yang lain, yang bersifat
wajib maupun yang bukan wajib’.
Infak dari akar kata : Nafaqa (Nun, Fa’, dan Qaf), yang mempunyai arti keluar.
Dari akar kata inilah muncul istilah Nifaq-Munafiq, yang mempunyai arti orang
yang keluar dari ajaran Islam.
Kata (infaq), yang huruf akhirnya mes inya “Qaf”, oleh orang Indonesia
dirubah menjadi huruf “ Kaf ”, sehingga menjadi (infak).
Maka, Infaq juga bisa diartikan mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu
kepentingan yang baik, maupun kepentingan yang buruk. Ini sesuai dengan firman
Allah yang menyebutkan bahwa orang-orang kafirpun meng "infak" kan harta
mereka untuk menghalangi jalan Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk
menghalangi (orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu,
kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke
dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan” (Qs. Al Anfal : 36)
Sedangkan Infak secara istilah adalah : Mengeluarkan sebagian harta untuk sesua
tu kepentingan yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala, seperti
menginfakkan harta untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Shadaqah.
Shadaqah, dari segi bahasa berasal dari akar kata kerja shadaqa atau bentuk
nomina verbanyaash-shidq yang berarti ‘kesungguhan’ dan ‘kebenaran’. Al-
Qur’an menggunakan ka a ini sebanyak lima kali dalam ben uk unggal dan ujuh
kali dalam bentuk jamak—kesemuanya dalam konteks pengeluaran harta benda
28
secara ikhlas. Sedekah sifatnya tidak wajib, melainkan sunnah, sangat dianjurkan.
Tetapi, meski demikian, kata sedekah juga terkadang digunakan oleh al-Qur’an
untuk makna pengeluaran harta yang wajib. Surah at-Taubah ayat 103
memerintahkan Nabi saw. mengambil zakat harta dari mereka yang memenuhi
syarat-syarat. Demikian juga surah at-Taubah ayat 60 yang berbicara tentang
mereka yang berhak menerima zakat dengan menggunakan kata (shadaqah)
sedekah dalam arti zakat wajib.
C. Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah.
1. Sarana Pembersih Jiwa.
Sebagaimana arti bahsa dari zakat adalah suci, maka seseorang yang berzakat,
pada hakekatnyameupakan buktrhadap duninya dari upyanya untuk mensucikan
diri;mensucikan diri dari sifat kikir, tamak dan dari kecintaan yang sangat
terhadap dunianya , juga mensucikan hartanya dari hak-hak orang lain
(QS.:103,70:24-25)
2. Realisasi Kepedulian Sosial.
Salah satu alasan esensial dalam Islam yang ditekankan untuk ditegakkan
adalah hidupnya suasana ?takaful dan tadhomun ? (rasa sepenanggungan) dan hal
tersebut akan bisa direalisasian dengan ZIS. Jika sholat berfungsi Pembina ke
khusu’an erhadap Allah, maka ZIS berfungsi sebagai Pembina kelembutan hati
seseorang terhadap sesame (QS.9:71)
3. Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial.
Allah SWT hanya akan memberikan pertolongan kepada hambaNya,
manakala hambanya Nya mematuhi ajranNya.Dan diantara ajaran Allah yang
harus ditaati adalah menunaikan ZIS.
4. Ungkapan Rasa Syukur Kepada Allah.
Menunaikan ZIS merupkan ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan
Allah kepada kita.
D. Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah
1. Menghindari kesenjangan sosial antara orang kaya dan kaum dhu'afa
29
2. Membersihkan dan mengingkis akhlak yang buruk
3. Alat membersih harta dan menjagah dari ketamakan orang jahat
4. ungkapan rasa syukur atas nikmat yang allah berikan
5. untuk pengembangan potensi ummat
6. dukungan moral kepada prang yang baru masuk islam
7. menolong, membantu,dan membina kaum dhu'afa yang lemah
E. Ketentuan Wajib Zakat dan Ashnafnya
syarat-syarat zakat adalah ketentuan yang mesti terpenuhi dalam setiap unsur
tersebut. Syarat-syarat tersebut diantaranya:
1. Syarat orang yang berzakat (muzakki) adalah sebagai berikut : islam, telah
baligh, berakal, memiliki harta yang memenuhi syarat.
2. Syarat harta yang dizakatkan : harta yang baik, milik yang sempurna dari yang
berzakat, telah mencapai nisab, telah tersimpan selama satu tahun qamariyah atau
haul.
3. Syarat orang yang menerima zakat (mustahiq) adalah jelas adanya, baik ia
orang atau badan atau lembaga atau kegiatan.
F. Orang Yang Berhak Menerima Zakat (Ashnaf)
Menurut mahdzab syafii (Q.S AT-Taubah : 60 ) orang yang berhak menerima
zakat ada 8 kelompok, yaitu:
1. Fakir : orang yang tidak mempunyai harta dan usaha untuk mencukupi
kebutuhannya.
2. Miskin : orang yang memiliki harta atau usaha namun tidak mampu mencukupi
kebutuhannya, dan hidupnya serba kekurangan.
3. ‘Amil : semua orang yang bekerja mengurus zakat, sedangkan dia tidak
mendapat upah selain dari zakat itu.
4. Muallaf : ada empat macam: (1) orang yang baru masuk islam dan masih lemah
imannya,(2) orang islam yang berpengaruh dalam kaumnya, (3)orang yang
menolak kejahatan orang yang anti zakat, (4) orang kafir yang ada harapan untuk
masuk islam.
30
5. Memerdekakan Budak : seorang yang hamba yang dijanjikan merdeka setelah
menebus dirinya. Hamba itu diberi zakat sekedar untuk menebus dirinya.
6. Orang yang berhutang: orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang
yang berselisih, orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri pada
keperluan yang mubah dan tidak maksiyat, orang yang berhutang untuk menjamin
hutang orang lain.
7. Ibnu sabil: orang yang berjuang dijalan allah untuk menegakkan agamanya,
diberi zakat untuk keperluan hidupnya selama perjuangannya.
8. Musafir: orang yang melakukan perjalanan jauh dan tidak dalam maksiyat
mengalami kesengsaraan dalam perjalananya.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam pengertian bahasa, kata zakat (dalam bahasa Arab zakâh, dari kata kerja
zakâ) berarti ‘penyucian’ atau ‘pengembangan’.
2. Infaq (bahasa Arabnya: infâq), maknanya lebih umum. Infak berarti
‘membelanjakan harta, uang, ataupun ben uk kekayaan yang lain, yang bersifat
wajib maupun yang bukan wajib’.
3. Shadaqah, dari segi bahasa berasal dari akar kata kerja shadaqa atau bentuk
nomina verbanyaash-shidq yang berarti ‘kesungguhan’ dan ‘kebenaran’
31
4. Manfaat Zakat Infaq dan Shadaqah ialah sebagai Sarana Pembersih Jiwa,
Realisasi Kepedulian Sosial, Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial, Ungkapan
Rasa Syukur Kepada Allah
5. Hikmah Zakat Infaq dan Shadaqah yaitu Menghindari kesenjangan sosial antara
orang kaya dan kaum dhu'afa, Membersihkan dan mengingkis akhlak yang buruk,
Alat membersih harta dan menjagah dari ketamakan orang jahat, ungkapan rasa
syukur atas nikmat yang allah berikan, untuk pengembangan potensi ummat,
dukungan moral kepada prang yang baru masuk islam, dan menolong,
membantu,dan membina kaum dhu'afa yang lemah.
B. Saran
Dalam makalah kami ini, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan
dikoreksi, materi-materi yang disajikan pun masih belum lengkap. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kontribusi positif untuk kemajuan kita bersama, karena
kami tidak menunggu sempurna untuk melakukan sesuatu, tapi kami melakukan
sesuatu untuk menuju kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas.2009. fiqh ibadah. jakarta: Amzah.
Rasyid, Sulaiman. 2009. fiqh islam. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
Syarifuddin, Amir. 2010.Garis-garis Besar fiqh .Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
32
Zakat, Infaq, Shadaqah ^makalah matkul Fiqh Muamalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Kemiskinan” dan “orang-orang miskin” sudah dikenal oleh manusia sejak masa
lampau. Seorang ilmuwan besar, Prof. Mohd. Farid Wajdi (alm) dalam bukunya al Islam
Din Lam Khalid menceritakan tentang sejarah hitam hubungan antara orang-orang kaya
dengan orang-orang miskin yang berlangsung sejak kebudayaan-kebudayaan pertama
manusia. Bahwa di setiap bangsa, tidak akan ditemukan segolongan manusia, kecuali
dua golongan, yaitu golongan yang berkecukupan dan golongan yang melarat. Di balik
keadaan yang demikian, ditemukan hal menarik dimana golongan yang berkecukupan
selalu semakin makmur tanpa batas, sedangkan golongan melarat selalu semakin
“kurus”, hampir-hampir tak berdaya.[1]
Semua agama, baik itu agama samawi maupun agama ciptaan manusia pada
dasarnya memiliki peran dan memberikan perhatian terhadap orang-orang miskin.
Perhatian agama-agama tersebut tidak lain adalah bertujuan agar terwujudnya
persaudaraan dan kehidupan yang sentosa.[2]
Namun, perhatian Islam terhadap penanggulangan kemiskinan tidak dapat
dibandingkan dengan agama manapun, baik dari segi pengarahan maupun dari segi
pengaturan dan penerapan. Al Quran sebagai pedoman kehidupan umat Islam sangat
memperhatikan permasalahan ini. Di dalamnya terdapat banyak ayat-ayat yang berisi
tentang himbauan untuk memperhatikan nasib orang-orang miskin. Yang perhatian
tersebut di antaranya tidak lebih daripada sekedar anjuran supaya manusia berbuat baik
dan kasih kepada orang-orang miskin dan realisasi perbuatan baik tersebut tergantung
kepada kemurahan hati pribadi masing-masing orang. Dengan demikian, jelas bahwa
nasib orang-orang miskin itu tergantung kepada belas kasih orang-orang kaya. Bila
orang-orang kaya tergerak untuk berbuat baik, entah karena cinta kepada Allah maupun
bahkan hanya sekedar ingin dipuji, maka mereka akan memberikan sesuatu.[3]
Kemudian dalam praktiknya, sebagaimana yang telah dijelaskan baik dalam al
Quran maupun hadits, bentuk dari pemberian orang-orang kaya tersebut kepada orang-
33
orang miskin, materi maupun non materi, memiliki beragam bentuk. Di antaranya zakat,
infaq dan shadaqah. Adapun penjelasan mengenai ketiganya, selanjutnya akan dibahas
dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan zakat, infaq dan shadaqah?
2. Apa perbedaan di antara masing-masing jika dilihat dari subjek, materi, penerima,
kadar, waktu dan hukumnya?
3. Apa yang dimaksud dengan zakat fitrah dan mal, serta bagaimana pengelolaannya?
4. Siapa saja yang berhak menerima zakat?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Zakat, Infaq dan Shadaqah
a. Zakat
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang diwajibkan secara mutlak
oleh Allah. Sebagaimana termaktub dalam QS. al Baqarah : 110.
34
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”
Zakat ditinjau dari segi bahasa merupakan kata dasar (mashdar) dari zaka yang
berarti berkah, tumbuh (berkembang), bersih atau suci dan baik.[1] Tumbuh (an nama)
berarti bahwa harta yang dikeluarkan tidak berkurang, tetapi justru akan tumbuh dan
berkembang.[2] Dikatakan oleh orang Arab zakaa azzar’u yang berarti tumbuhan yang
tumbuh dengan baik.[3] Bersih atau suci (ath thaharah) berarti bahwa harta yang
dikeluarkan akan menjadi bersih dan membersihkan jiwa yang memiliki harta tersebut
dari kotoran hasad, dengki dan bakhil. Baik (ash sholahu) berarti bahwa harta yang
dikeluarkan akan menjadi baik dan zakat sendiri akan memperbaiki kualitas harta
tersebut dan amal pemiliknya.[4]
Sedangkan ditinjau dari segi istilah fiqh, zakat berarti sejumlah harta tertentu
yang telah mencapai nisab untuk diserahkan kepada golongan tertentu dan pada waktu
tertentu.[5] Menurut Imam Hanafi, zakat adalah pemberian hak kepemilikan atas
sebagian harta tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu yang telah ditentukan
oleh syariat, semata-mata karena Allah. Menurut Imam Malik, zakat adalah
mengeluarkan sebagian tertentu dari harta tertentu yang telah sampai nisab kepada
orang yang berhak menerima, jika kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah sempurna
selain barang tambang, tanaman dan harta tenunan. Menurut Imam Hambali, zakat
adalah hak yang wajib pada harta tertentu kepada kelompok tertentu pada waktu
tertentu. Menurut Imam Syafi’i, zakat adalah nama untuk barang yang dikeluarkan
untuk harta atau badan (diri manusia) kepada pihak tertentu.[6]
Terdapat dua jenis zakat yang disyariatkan, yaitu zakat fitrah (jiwa) dan zakat mal
(harta).
35
b. Infaq
Infaq berasal dari akar kata nafaqa yang berarti keluar. Secara istilah, infaq berarti
mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan, baik itu kepentingan yang baik
maupun kepentingan yang buruk.[7]
Kata infaq sering digunakan dalam al Quran dan hadits untuk beberapa hal,
sehingga secara hukum, infaq terbagi menjadi empat, yaitu[8] :
1. Infaq wajib
Infaq wajib berarti mengeluarkan harta untuk perkara yang wajib seperti :
Membayar zakat
Membayar mahar (QS. al Mumtahanah : 10)
Menafkahi istri (QS. an Nisa : 34)
Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah (QS. at Talaq : 6-7)
2. Infaq sunnah
Infaq sunnah berarti mengeluarkan harta dengan niat shadaqah atau dengan kata lain
menunjuk pada harta yang dianjurkan untuk dikeluarkan tetapi tidak sampai wajib
seperti :
Infaq untuk jihad (QS. al Anfal : 60)
Infaq kepada yang membutuhkan, misalnya memberi uang kepada fakir miskin atau
menolong orang yang terkena musibah dan lain sebagainya.
3. Infaq mubah
Infaq mubah berarti mengeluarkan harta untuk perkara yang mubah seperti berdagang
dan bercocok tanam (QS. al Kahfi : 43)
36
4. Infaq haram
Infaq haram berarti mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah
seperti :
Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar islam (QS. al Anfal : 36)
Infaqnya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah (QS. an Nisa : 38)
c. Shadaqah
Shadaqah secara bahasa berarti sesuatu yang benar atau jujur. Secara istilah
berarti mengeluarkan harta di jalan Allah sebagai bukti kejujuran atau kebenaran iman
seseorang. Shadaqah atau sedekah juga bisa diartikan mengeluarkan harta yang tidak
wajib di jalan Allah (menafkahkan sebagian harta di luar kewajiban syariah). Shadaqah
bukan hanya diartikan sebagai bantuan materi, tetapi juga bantuan non materi atau
ibadah fisik non materi seperti menolong orang dengan tenaga dan pikirannya,
mengajarkan ilmu, bertasbih, berdzikir, bahkan melakukan hubungan suami istri disebut
juga sebagai shadaqah.[9] Hal ini sesuai dengan hadits :
ول عن أبي ذر رضي الله عنه أن ناسا قالوا : ي��ا رس�� الله ، ذهب أهل الدثور باألجور ، يصلون كما نصلي ، ويصومون كما نصوم ، ويتصدقون بفضول أموالهم ،دقون ب��ه : إن قال : أوليس قد جعل الله لكم ما تص��دقة ، وك��ل دقة ، وك��ل تكب��يرة ص�� بيحة ص�� بك��ل تس�� تحميدة صدقة ، وكل تهليلة صدقة ، وأمر ب��المعروفع أح��دكم صدقة ، ونهي عن المنكر صدقة ، وفي بض��
هوته صدقة دنا ش�� قالوا : يا رس��ول الل��ه ، أي�أتي أح�عها في ويكون له فيه��ا أج��ر ؟ ق��ال : أرأيتم ل��و وض��عها في الحالل حرام أكان عليه وزر ؟ فكذلك إذا وض��
(رواه مسلم) كان له أجرDari Abu Dzar r.a : Sesungguhnya sebagian dari para sahabat berkata kepada
Nabi Muhammad saw : “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bershadaqah dengan kelebihan harta
37
mereka.” Nabi saw bersabda : “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah shadaqah, tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan persetubuhan salah seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah.” Mereka bertanya : ”Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya ia mendapat pahala?” Nabi saw menjawab : ”Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram dia berdosa demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya pada yang halal ia mendapat pahala.” (HR. Muslim)
B. Perbedaan Ketiganya Dilihat dari Segi Subjek, Materi, Penerima, Kadar, Waktu dan
Hukum
1. Zakat
Sebagaimana yang telah dijelaskan, zakat wajib dikeluarkan oleh setiap muslim
dewasa, merdeka, dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan syarat
tertentu. Adapun yang wajib dizakati adalah jiwa dan harta (zakat fitrah dan mal). Orang
yang berhak menerima zakat yaitu delapan golongan yang telah disebutkan di dalam al
Quran. Kadarnya atau besar zakat yang dikeluarkan ditentukan tergantung kepada jenis
barang yang dizakatkan. Waktu dalam mengeluarkan zakat pun telah ditentukan pada
waktu tertentu. Dan hukum zakat adalah wajib.
2. Infaq
Infaq bersifat umum. Infaq dapat berarti untuk ibadah bisa juga untuk perkara
yang dibolehkan atau bahkan perkara yang wajib. Infaq dapat dikeluarkan oleh siapa
saja, tak terbatas ruang dan waktu serta kadarnya.
3. Shadaqah
Shadaqah bebas dikeluarkan oleh siapa saja dan diberikan kepada siapa saja.
Dalam bershadaqah tidak ada persyaratan tertentu dan hukumnya tidak wajib.
38
C. Definisi Zakat Fitrah dan Mal serta Pengelolaannya
Sebagaimana yang telah diketahui, zakat terbagi menjadi dua jenis, yaitu zakat
fitrah (jiwa) dan zakat mal (harta). Mengenai keduanya, terdapat perbedaan dalam
pelaksanaan dan pengelolaannya, termasuk jenis harta apa yang dikeluarkan zakatnya.
a. Zakat Fitrah
Makna zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah karena berbuka
dari puasa (futur) pada bulan Ramadhan, untuk mensucikan orang yang berpuasa dari
ucapan kotor dan perbuatan yang tidak ada gunanya dan memberikan makanan kepada
orang-orang miskin serta mencukupkan mereka dari kebutuhan dan meminta-minta
pada hari raya. Para fuqoha menyebut zakat fitrah merupakan pajak yang dibebankan
pada pribadi (nafs), sehingga ia wajib dikeluarkan oleh setiap muslim, baik laki-laki
ataupun perempuan, besar ataupun kecil, tua ataupun muda, kaya ataupun miskin di
bulan Ramadhan sampai menjelang shalat Idul fitri.[10]
Syarat wajib zakat fitrah yaitu jika seseorang telah memiliki kelebihan harta dari
makanan untuk Idul Fitri maka yang berlebih dari makanan tersebut wajib dikeluarkan
zakat fitrahnya. Sedangkan orang yang tidak memiliki kelebihan tidak wajib membayar
zakat fitrah.[11] Adapun besar zakat fitrah yang dikeluarkan adalah 1 sha’ dari makanan
pokok. Ukuran 1 sha’ menurut para ulama adalah 4 mud dengan 1 mud seukuran dua
telapak tangan orang dewasa secara umum atau setara dengan 767 ml. Lembaga fatwa
Arab Saudi mengatakan bahwa ukuran 1 sha’ sekitar 2,6 kg. Sedangkan ukuran yang
ditentukan oleh para ulama di Indonesia adalah sekitar 2,5 kg.[12] Adapun makanan
pokok yang dimaksud adalah makanan yang dijadikan sebagai bahan pangan utama
sehari-hari seperti beras, sagu, jagung, maupun kurma, tergantung yang berlaku di
daerah masing-masing.
Waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah sewaktu terbenam matahari pada
malam hari raya. Adapun terdapat ulama yang membolehkan mengeluarkan pada satu
atau dua hari sebelum waktu wajib karena menurut mereka asal zakat fitrah diwajibkan
karena berbuka dan berpuasa.[13]
b. Zakat Mal
39
Yang dimaksud dengan zakat mal yaitu zakat berupa harta yang wajib atas emas
dan perak (uang), perdagangan, binatang ternak, biji-bijian dan tanaman, barang
tambang dan barang temuan (harta karun).
1. Zakat emas dan perak (uang)
Para fuqoha sepakat mengenai kewajiban emas dan perak atau dengan kata lain,
logam berupa mata uang baik lempengan, tercetak atau berupa perhiasan.[14]
Di dalam hadits Ali bin Abi Thalib yang disampaikan oleh Ibnu Majah bahwa Ibnu
Umar dan Aisyah berkata, “Dulu Rasulullah saw mengambil zakat sebanyak 1/2 dinar
dari orang yang memiliki 20 dinar dan 1 dinar dari orang yang memiliki 40 dinar.”[15]
Dinar adalah mata uang dari emas yang 1 dinar beratnya sekitar 4,25 gr. Maka
nisab emas sebanyak 20 dinar sama dengan 85 gr emas.[16] Sedangkan besar yang
dikeluarkan adalah 1/40 nya dari 20 dinar atau 1/40 dari 85 gr yaitu 2,125 gr.
Selain dinar (emas), terdapat dirham yang merupakan mata uang dari perak.
Dalam hadits riwayat Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah saw bersabda, “Keluarkanlah
zakat perak! pada setiap 40 dirham dikeluarkan 1 dirham, jika seseorang memiliki 190
dirham maka tidak ada kewajiban zakat baginya. Jika dia memiliki 200 dirham, maka
wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 5 dirham.” Berdasarkan hadits tersebut maka
nisab perak adalah 200 dirham, yang setiap 40 dirham dikeluarkan zakatnya sebanyak 1
dirham sehingga 200 dirham dikeluarkan zakatnya 5 dirham. Apabila seseorang hanya
memiliki 190 dirham maka tidak ada kewajiban untuk mengeluarkan zakat.[17]
Beberapa barang yang disamakan dengan emas dan perak di antaranya uang
kartal, saham dan surat berharga seperti obligasi.[18]
2. Zakat perdagangan
Makna barang dagangan yaitu harta selain emas dan perak seperti perumahan
macam-macam hewan pakaian dan barang-barang lain yang digunakan untuk
berdagang.[19] Ada beberapa syarat mengenai kewajiban zakat perdagangan, yaitu :
40
a. Barang perdagangan menjadi hak milik dalam arti yang sebenarnya seperti hasil dari jual
beli, pernikahan, hadiah, wasiat dan usaha-usaha yang halal, karena barang yang bukan
hak milik tidak wajib dikeluarkan zakatnya.
b. Barang yang menjadi hak milik tersebut diniatkan untuk berdagang.[20]
Zakat perdagangan dilihat kapan saat harga dagang mencapai nisab senilai 85 gr
emas. Setelah itu, setahun kemudian dilihat lagi apakah masih sampai satu nisab atau
tidak. Jika masih, maka dikeluarkan 1/40 darinya. Cara menghitungnya bukan dengan
harga pada waktu barang dibeli, bukan juga pada waktu akan dijual. Tetapi dengan
harga berapa untuk mendapatkan barang tersebut. Maka hitunglah berapa kira-kira
harga ketika mendapatkan barang tentu berbeda ketika dijual ataupun dibeli.[21]
3. Zakat binatang ternak
Binatang ternak yang termasuk adalah unta, sapi, kambing atau sejenisnya. Dalam
kewajiban zakat binatang ternak terdapat beberapa syarat, yaitu :
a. Mencapai satu nisab
b. Telah mencapai satu haul dalam kepemilikan pemiliknya yaitu telah berlalu satu tahun
penuh sejak awal kepemilikan.
c. Binatang ternak tersebut merupakan binatang yang termasuk kategori sa’imah yaitu
binatang yang digembalakan atau yang diberi makan dengan cara dilepas dipadang
rumput.
d. Binatang ternak tersebut untuk dikembangbiakkan bukan untuk dipekerjakan.[22]
Adapun zakat unta tidak wajib dikeluarkan jika kurang dari 5 ekor, apabila sampai
5 ekor maka zakatnya adalah seekor kambing betina.
Adapun zakat sapi tidak wajib dikeluarkan sebelum sampai pada jumlah 30 ekor,
maka zakatnya adalah seekor sapi jantan atau betina genap umur satu tahun.
Dan zakat kambing apabila telah mencapai 40 ekor dikeluakan zakatnya seekor
kambing betina.
41
4. Zakat biji-bjian dan tanaman
Zakat biji-bijian dan tanaman merupakan hasil panen dari tanaman pangan
berupa gandum, padi, kurma, anggur kering dan biji-bijian, sedangkan komoditas yang
lain seperti sayuran dan buah-buahan selain anggur dan kurma tidak wajib zakat.[23]
Adapun nisabnya mencapai 5 wasaq, dengan 1 wasaq sama dengan 60 sha’ jadi 5
wasaq sama dengan 300 sha’ (sekitar 750 kg). Maka zakat yang dikeluarkan sebanyak
1/10 bila diairi dengan air hujan. Apabila diairi dengan pompa atau mengeluarkan biaya
dalam pengairannya maka zakat yang dikeluarkan 1/20.[24]
5. Zakat barang tambang dan barang temuan (harta karun)
Yang dimaksud dengan barang tambang adalah barang peninggalan kuno
menurut Hanafiyah sedangkan menurut Malikiyah dan Syafi’iyah barang tambang yang
wajib dizakatkan adalah emas dan perak. Menurut Hanabilah barang tambang
mencakup semua jenisnya baik yang beku maupun cair.[25]
Mengenai zakat barang temuan atau peninggalan kuno zakatnya 1/5 berdasarkan
kesepakatan ulama. Karena barang peninggalan kuno adalah ghanimah untuk
kemaslahatan umum. Dalam masalah ini tidak disyaratkan mencapai nisab. Selain emas
dan perak karena kedua barang tersebut dianggap sebagai jenis tersendiri.
D. Orang yang Berhak Menerima Zakat
Orang-orang yang berhak menerima zakat adalah sesuai dengan firman Allah
dalam QS. At- Taubah : 60.
42
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk (1) orang-orang fakir, (2) orang-orang miskin, (3) pengurus-pengurus zakat, (4) para mu'allaf yang dibujuk hatinya, (5) untuk (memerdekakan) budak, (6) orang-orang yang berhutang, (7) untuk jalan Allah dan (8) untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Sehingga telah jelas bahwa terdapat delapan golongan yang berhak menerima
zakat, yaitu :
1. Fakir
Orang fakir adalah orang yang tidak mendapatkan sesuatu untuk menutupi
kebutuhannya (orang melarat, orang yang amat sengsara hidupnya).[26]
Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang mempunyai harta kurang dari satu nisab
atau mempunyai satu nisab tetapi habis untuk keperluannya. Menurut Imam Malik yaitu
orang yang mempunyai harta sedangkan hartanya tidak mencukupi untuk keperluannya
dalam masa satu tahun. Menurut Imam Hambali yaitu orang yang tidak mempunyai
harta atau mempunyai harta kurang dari seperdua keperluannya. Menurut Imam Syafi’i
yaitu orang yang tidak mempunyai harta dan usaha atau mempunyai harta dan usaha
kurang dari seperdua keperluannya dan tidak ada orang yang berkewajiban memberi
belanjanya.[27]
2. Miskin
Orang miskin adalah orang yang memiliki harta dan usaha lebih baik dari orang
fakir tetapi tidak mencukupi kebutuhannya (berada dalam keadaan kekurangan).[28]
43
Menurut Imam Hanafi dan Imam Malik yaitu orang yang tidak mempunyai sesuatu
apapun. Menurut Imam Hambali yaitu orang yang mempunyai harta seperdua
keperluannya atau lebih tapi tidak mencukupi. Menurut Imam Syafi’i yaitu orang yang
mempunyai harta dan usaha sebanyak seperdua keperluannya atau lebih tapi tidak
sampai mencukupi.[29]
3. Amil
Para ulama telah sepakat tentang siapa yang dimaksud dengan amil yaitu orang
yang ditunjuk atau diangkat (diberi tugas) oleh penguasa untuk mengurus zakat sejak
dari mengumpulkan, mencatat, menjaga dan membagikan harta zakat kepada yang
berhak.[30]
Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang diangkat untuk mengambil dan mengurus
zakat. Menurut Imam Malik yaitu pengurus zakat meliputi pencatat, pembagi, penasehat
dan sebagainya yang bekerja untuk kepentingan zakat. Menurut Imam Hambali yaitu
pengurus zakat yang diberi zakat sekedar upah pekerjaannya. Menurut Imam Syafi’i
yaitu semua orang yang bekerja mengurus zakat dan tidak mendapat upah selain dari
zakat.[31]
4. Muallaf
Muallaf bisa jadi muslim atau juga non muslim yang diharapkan ke-Islamannya
karena dianggap akan mendatangkan banyak manfaat untuk Islam atau orang yang baru
masuk Islam sedangkan imannya masih lemah.[32]
Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang tidak diberi zakat lagi sejak masa khalifah
pertama. Menurut Imam Malik yaitu orang kafir yang ada harapan untuk masuk Islam
dan atau orang yang baru memeluk Islam. Menurut Imam Hambali yaitu orang kafir yang
mempunyai pengaruh dan ada harapan ia masuk Islam atau orang yang baru masuk
Islam dengan harapan imannya akan bertambah teguh. Menurut Imam Syafi’i ada empat
macam yaitu yang pertama, orang yang baru masuk Islam sedangkan imannya masih
lemah. Yang kedua, orang Islam yang berpengaruh dalam golongannya dengan harapan
kalau diberi zakat orang lain dari golongannya akan masuk Islam. Yang ketiga, orang
Islam yang berpengaruh atas orang kafir dengan harapan kalau diberi zakat akan
44
terpelihara dari kejahatan orang kafir tersebut. Yang keempat, orang yang menolak
kejahatan orang yang anti zakat.[33]
5. Budak
Yang dimaksud adalah budak muslim yang mungkin untuk dimerdekakan dan
dibayarkan seluruh biaya yang dibutuhkan untuk memerdekakannya.[34]
Menurut Imam Hanafi yaitu budak yang telah dijanjikan oleh tuannya bahwa dia
boleh menebus dirinya dengan uang atau harta lain. Menurut Imam Malik yaitu budak
muslim yang dibeli dengan uang zakat dan dimerdekakan. Menurut Imam Hambali dan
Imam Syafi’i yaitu budak yang telah dijanjikan oleh tuannya boleh menebus dirinya
dengan uang yang telah ditentukan dan diberi zakat sekedar penebus dirinya.[35]
6. Orang yang berhutang
Orang yang berhutang bisa disebabkan karena dia mendamaikan dua orang yang
berselisih walaupun dia orang kaya atau bisa karena untuk menutupi kebutuhannya atau
kepentingan yang bukan maksiat sedangkan dia tidak sanggup membayarnya.[36]
Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang mempunyai hutang sedangkan hitungan
hartanya diluar hutang tidak cukup satu nisab, dia diberi zakat untuk membayar hutang.
Menurut Imam Malik yaitu orang yang berhutang sedangkan hartanya tidak mencukupi
untuk membayar hutangnya, dibayar hutangnya dengan zakat kalau dia berhutang
bukan untuk sesuatu yang fasid (jahat). Menurut Imam Hambali ada dua macam yaitu
yang pertama, orang yang berhutang untuk mendamaikan orang lain yang berselisih.
Yang kedua, orang yang berhutang untuk dirinya sendiri pada pekerjaan yang mubah, ia
diberi zakat sekedar hutangnya. Menurut Imam Syafi’i ada tiga macam yaitu
yang pertama, orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang yang berselisih.
Yang kedua, orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri pada keperluan
yang mubah atau yang tidak mubah tapi dia sudah taubat. Yang ketiga, orang yang
berhutang karena menjamin hutang orang lain, sedangkan dia dan orang yang
dijaminnya tidak dapat membayar hutang.[37]
45
7. Fii sabilillah
Para ulama sepakat yang dimaksud dengan fii sabilillah adalah para pejuang yang
berperang di jalan Allah. Atau dengan kata lain adalah jihad yang bermakna umum
termasuk jihad dengan lisan dan tulisan. Dengan demikian boleh mengambil zakat untuk
perkembangan dakwah dan membiayai para da’i.[38]
Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang berperang pada jalan Allah. Menurut
Imam Malik yaitu bala tentara dan mata-mata untuk keperluan membeli senjata, kuda
atau untuk keperluan peperangan yang lain pada jalan Allah. Menurut Imam Hambali
yaitu bala tentara yang tidak mendapat gaji dari penguasa. Menurut Imam Syafi’i yaitu
bala tentara yang membantu sedangkan dia tidak mendapat gaji dan untuk membeli
keperluan seperti senjata dan lain sebagainya. Namun masih menurut Imam Syafi’i
terdapat keumuman dalam kata sabilillah. Ditetapkan dalam kaidah ilmu ushul fiqh
bahwa kata yang umum wajib diartikan menurut keumumannya selama tidak ada dalil
yang mengkhususkannya. Sehingga fii sabilillah tidak hanya dimaknai sebagai orang yang
berperang (mengangkat senjata) namun juga meliputi semua hal yang menjadi
kemaslahatan umum pada jalan Allah.[39]
8. Ibnu sabil
Para ulama sepakat bahwa ibnu sabil adalah orang yang berada dalam perjalanan
(musafir) yang bukan maksiat dan kehabisan perbekalan sehingga tidak bisa kembali ke
negaranya meskipun di negaranya dia orang kaya.[40]
Menurut Imam Hanafi yaitu orang yang dalam perjalanan, putus perhubungan
dengan hartanya maka orang ini diberi zakat sekedar keperluannya. Menurut Imam
Malik yaitu orang yang dalam perjalanan sedangkan dia membutuhkan biaya pulang ke
negaranya dengan syarat keadaan perjalanannya bukan maksiat. Menurut Imam
Hambali yaitu orang yang kehabisan perbekalan dalam perjalanan yang halal dan diberi
sekedar cukup untuk biaya pulangnya. Menurut Imam Syafi’i yaitu orang yang
mengadakan perjalanan dan dalam perjalanannya dia diberi zakat untuk sekedar biaya
sampai pada yang dimaksud dan perjalanannya itu bukan maksiat.[41]
BAB III
46
KESIMPULAN
Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang diwajibkan secara mutlak
oleh Allah. Zakat ditinjau dari segi bahasa merupakan kata dasar (mashdar)
dari zaka yang berarti berkah, tumbuh (berkembang), bersih atau suci dan baik.
Sedangkan ditinjau dari segi istilah fiqh, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang telah
mencapai nisab untuk diserahkan kepada golongan tertentu dan pada waktu
tertentu. Terdapat dua jenis zakat yang disyariatkan, yaitu zakat fitrah (jiwa) dan zakat
mal (harta). Infaq berasal dari akar kata nafaqa yang berarti keluar. Secara istilah, infaq
berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk suatu kepentingan, baik itu kepentingan
yang baik maupun kepentingan yang buruk. Shadaqah secara bahasa berarti sesuatu
yang benar atau jujur. Secara istilah berarti mengeluarkan harta di jalan Allah sebagai
bukti kejujuran atau kebenaran iman seseorang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan, zakat wajib dikeluarkan oleh setiap muslim
dewasa, merdeka, dan memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dengan syarat
tertentu. Adapun yang wajib dizakati adalah jiwa dan harta (zakat fitrah dan mal). Orang
yang berhak menerima zakat yaitu delapan golongan yang telah disebutkan di dalam al
Quran. Kadarnya atau besar zakat yang dikeluarkan ditentukan tergantung kepada jenis
barang yang dizakatkan. Waktu dalam mengeluarkan zakat pun telah ditentukan pada
waktu tertentu. Dan hukum zakat adalah wajib. Infaq bersifat umum. Infaq dapat berarti
untuk ibadah bisa juga untuk perkara yang dibolehkan atau bahkan perkara yang wajib.
Infaq dapat dikeluarkan oleh siapa saja, tak terbatas ruang dan waktu serta
kadarnya. Shadaqah bebas dikeluarkan oleh siapa saja dan diberikan kepada siapa saja.
Dalam bershadaqah tidak ada persyaratan tertentu dan hukumnya tidak wajib.
Makna zakat fitrah yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah karena berbuka
dari puasa (futur) pada bulan Ramadhan. Syarat wajib zakat fitrah yaitu jika seseorang
telah memiliki kelebihan harta dari makanan untuk Idul Fitri maka yang berlebih dari
makanan tersebut wajib dikeluarkan zakat fitrahnya. Adapun besar zakat fitrah yang
dikeluarkan adalah 1 sha’ dari makanan pokok. Waktu wajib mengeluarkan zakat fitrah
ialah sewaktu terbenam matahari pada malam hari raya. Yang dimaksud dengan zakat
mal yaitu zakat berupa harta yang wajib atas emas dan perak (uang), perdagangan,
binatang ternak, biji-bijian dan tanaman, barang tambang dan barang temuan (harta
karun).
47
Orang-orang yang berhak menerima zakat adalah sesuai dengan firman Allah
dalam QS. At- Taubah : 60, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, budak, orang yang
berhutang, fii sabilillah dan ibnu sabil.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat. Kami menyadari bahwa makalah ini sangat
jauh dari kata sempurna, baik itu dari segi penulisan, gaya bahasa yang kami paparkan
atau juga sistematika pengambilan referensi. Seperti pepatah tak ada gading yang tak
retak. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan yang bersifat membangun
serta saran guna memperbaiki dan mengevaluasi makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kami dan bagi
semua kalangan pada umumnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
As Shiddieqy, Hasbi. 1984. Pedoman Zakat. Jakarta : Bulan Bintang.
Az Zuhaili, Wahbah. 2011. Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3. Jakarta : Gema Insani.
Bakry, Nazar. 1994. Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Daradjat, Zakiah. 1983. Ilmu Fiqh Jilid 1. Jakarta : Pusat Direktorat Pembinaan PTAI.
Rasjid, Sulaiman. 1992. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru.
Rijal H, Syamsul. 2007. Buku Pintar Hadits. Jakarta : BIP.
Sabiq, Sayyid. 2007. Fiqih Sunnah Jilid 1. Jakarta : Pena Pundi Aksara.
Tarmidzi, Erwandi. 2013. Panduan Zakat Praktis. Jakarta : Yayasan Dasrussalam.
Qardawi, Yusuf. 2004. Hukum Zakat. Jakarta : Litera Antar Nusa.
48
Online (diakses 10 Oktober 2014) :
http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/
http://www.alkhoirot.net/2012/08/perbedaan-zakat-infaq-dan-sadaqah.html#2
[1] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 34.
[2] http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/
[3] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2011), hal. 164.
[4] Op cit.
[5] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 34.
[6] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2011), hal. 165.
[7] http://www.ahmadzain.com/read/karya-tulis/384/pengertian-zakat-infak-dan-sedekah/
[8] http://www.alkhoirot.net/2012/08/perbedaan-zakat-infaq-dan-sadaqah.html#2
[9] Op cit.
[10] Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Litera Antar Nusa, 2004), hal. 920-921.
[11] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1992), hal. 198.
[12] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam, 2013), hal. 35.
[13] Op cit., hal. 199.
[14] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2011), hal. 189.
[15] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam, 2013), hal. 8.
[16] Ibid.
49
[17] Ibid.
[18] Ibid.
[19] Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1, ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2007).
[20] Ibid.
[21] Op cit.
[22] Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu Jilid 3, (Jakarta : Gema Insani, 2011).
[23] Ibid.
[24] Ibid.
[25] Ibid.
[26] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam, 2013), hal. 23.
[27] Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru, 1992), hal. 200-205.
[28] Op cit.
[29] Op cit.
[30] Zakiah Daradjat, Ilmu Fiqh Jilid 1, (Jakarta : Pusat Direktorat Pembinaan PTAI, 1983), hal. 261.
[31] Op cit.
[32] Erwandi Tarmidzi, Panduan Zakat Praktis, (Jakarta : Yayasan Dasrussalam, 2013), hal. 27.
[33] Op cit.
[34] Op cit.
[35] Op cit.
[36] Op cit.
[37] Op cit.
[38] Op cit.
[39] Op cit.
50