pbnu: islam adalah agama peradaban yang menghargai · pdf filemengemukakan bahwa islam...
TRANSCRIPT
1
PBNU:
Islam adalah Agama Peradaban yang Menghargai Perbedaan
http://nasional.kompas.com/read/2015/01/07/01090251/PBNU.Islam.adalah.Agama.Peradaban.yang.Menghargai.Perbedaan?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp
Rabu, 7 Januari 2015 | 01:09 WIB
Reuters Jutaan jemaah haji di Masjidil Haram,
Mekkah, Arab Saudi.
BOGOR, KOMPAS.com- Ketua Umum
PB NU KH Said Aqiel Siradj
mengemukakan bahwa Islam
merupakan agama Rahmatan lil'alamin
yang mewujudkan tatanan hidup yang
harmonis oleh setiap insan.
"Islam agama peradaban, berbudaya, akhlakul karimah menghargai perbedaan," katanya
dalam pelantikan PCNU Kota Bogor periode 2014-2019 di Pesantren Hammalatul Quran
Al-Falakiyah Pangentongan, Kota Bogor, Selasa (6/1/2015).
Ia mengisahkan, Islam pada puncak kejayaannya membawa prinsip insaniah, setelah
Rasulullah 13 tahun di Mekkah hanya diikuti sekitar 130 sahabat, sisa penduduk Mekkah
lainnya menentang dirinya hingga akhirnya Rasul terpaksa pindah ke Kota Yatsrib atau
dikenal dengan Madinah.
Saat memasuki Kota Yatsrib, Rasul bertemu dengan masyarakat yang pluralisme yang
terdiri dari muslim pribumi (Ashor), muslim pendatang (Muhajirin) dan non muslim
(Yahudi).
"Nabi masuk Kota Yastrib sudah mendapati masyarakat yang beragam ada tiga suku
didalamnya," katanya.
Pada masa itu, lanjutnya, Rasulullah SAW sudah membangun konstitusi yang maju tidak
berdasarkan suku, agama maupun budaya. Hal ini yang menjadikan Kota Yastrib berganti
nama menjadi Madinah yakni Kota Peradaban.
Dikatakannya, dalam Piagam Madinah, tidak dijumpai lafal Islam dan Arab. Adanya
persatuan dan kesatuan tidak memadang agama maupun suku.
2
"Semua penduduk Kota Yastrib sama dalam hak dan kewajibannya, tidak ada permusuhan
kecuali pada yang melanggar hukum. Tidak boleh ada permusuhan karena agama dan
suku," katanya.
Namun sekarang, lanjut Aqiel, kondisi umat muslim mengalami kemerosotan dan
kemunduran dengan mengataskan agama saling bermusuhan.
Ia menyebutkan, Nabi tidak pernah memproklamirkan adanya negara Islam dan
peradaban. Tetapi peradaban tanpa Islam akan kering, oleh karena itu Islam dan
Peradaban harus sejalan. Seperti banyak negara Islam di dunia, Mesir, Irak, Iran,
Afganistan, Suriah, semua memeluk Islam, tetapi peperangan masih terjadi sampai saat
ini.
Ia mengatakan, diperlukan sikap pemaaf untuk menjadi pemimpin yang disegani, seperti
yang diteladani Rasulullah. Pada tahun 8 Hijriah, Rasul bersama umat Islam yang
berjumlah 15.000 berhasil masuk ke Mekkah.
"Yang dilakukan Nabi adalah mengatakan barang siapa yang berlindung di Masjid, akan
aman, berada di rumah tokoh Qurais akan aman, yang berada di rumah juga aman. Dengan
sikap pemaaf itu semua penduduk Mekkah masuk Islam," katanya.
Dikatakannya, penduduk Mekkah masuk Islam karena akhlah, sifat pemaaf, ramah dan
satunnya Rasulullah SAW, mereka berempati hingga semuanya memeluk ajaran Tauhid.
Rasulullah, terus berjihad mengembangkan Islam, mendatangi sejumlah wilayah. Hingga
pada tahun 40 Hijriah saat Syaidina Ali Bin Abi Thalib dibunuh oleh Abdurahman Bin
Rojam yang mengatakan Ali kafir karena menerapkan hukum musyawarah seperti DPR.
"Tahukan siapa yang membunuh Ali, yakni orang yang rajin ibadahnya, khatam Al-Quran,
setiap malam shalat tahajud. Tetapi karena memahami Al-Quran secara pendek, ia
membunuh Ali, yang merupakan keponakan Nabi, menantu dan Nabi dan pemuda yang
dijamin Allah masuk syurga," kata Aqiel.
Aqiel menambahkan, radikalisme dan terorisme sudah ada sejak zaman Jahiliyah, maka
karena itu, harus dimusuhi secara bersama-sama.
Ia menegaskan, dalam Islam mengajarkan peradaban dan budaya akhlakul karimah
dengan menghargai perbedaan. Dalam Al-Quran ditegaskan, tidak boleh ada ancaman
dalam Islam, baik yang dilakukan oleh bapak kepada anaknya sendiri.
3
"Dalam Islam tidak boleh ada kekerasan dalam urusan agama, tidak ada urusan agama
dalam kekerasan. Apa yang dilakukan ISIS, membantai syiah itu bukan cara Islam, cara
Islam bukan kekerasan," katanya.