pbl2 jd
DESCRIPTION
pblTRANSCRIPT
1. Vital Statistik di Puskesmas
1.1 Definisi Vital Statistik
- Metoda untuk mencatat, mengatur, mengolah, menyajikan dan mengambil
kesimpulan dari data. Statistik vital adalah statistik mengenai kesehatan dan bertujuan
mempublikasikan data kesehatan yang berguna sekali bagi evaluasi aktivitas,
perencanaan, dasar tindak lanjut suatu pro pemantauan dan penelitian. Usaha
kesehatan lingkunganpun memerlukan data insidens penyakit serta angka kematian
umum, kematian bayi dan ibu, penyakit bawaan air, udara, makanan dan faktor untuk
kegiatan sehari-harinya.
1.2 Macam-macam Vital Statistik
–Kelahiran,–Kematian,–Kesakitan
Kejadian Yang Diniai dalam Vital Statistik
- Kejadian kematian
- Kelahiran
- Perkawinan
- Perceraian
- Adopsi
- Penyakit
Vital Statistik pada Morbiditas dan Penyebab Khusus dari Mortalitas
- Diperlukan data penyakit yang berkaitan dengan gizi kurang : diare, campak, TB
- Sumber informasi :
Data morbiditas dan mortalitas karena sebab khusus (penyakit tertentu, gizi kurang),
melalui pengumpulan data atau survei
Data gizi kurang, melalui survei, data di Puskesmas atau RS
Vital Statistik Kematian pada Umur Tertentu
Kematian anak umur 2-5 bulan (def vit B1)
Kematian anak umur 1-4 tahun (akumulasi dari infeksi,serangan parasit, dan gizi
kurang)
Ratio kematian anak umur 1-4 tahun terhadap kematian bayi umur 1-12 bulan
(wills & waterlow,1958) yaitu indikator KEP dini pada anak di masyarakat.
1
Faktor yang Mempengaruhi Vital Statistik
- Status gizi
- Penyakit infeksi parasit
- Sosial
- Lingkungan
- Pelayanan kesehatan
1.3 Manfaat Vital Statistik
- Menilai dan membandingkan tingkat kesehatan masyarakat.
- Menentukan masalah dan penyebab masalah kesehatan masyarakat.
- Menentukan kontrol dan pemeliharaan selama pelaksanaan program kesehatan.
- Menentukan prioritas program kesehatan suatu daerah.
- Menentukan keberhasilan program suatu daerah.
- Mengembangkan prosedur, klasifikasi, indeks dan teknik evaluasi seperti sistim
pencatatan dan pelaporan.
- Menyebarluaskan informasi tentang situasi kesehatan dan program kesehatan.
2. Memahami Angka Kematian (Mortality Rate) & Kelahiran (Birth Rate)
2.1 Definisi & analisa angka kematian ibu dan anak
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga komponen demografi selain fertilitas
dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya
semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup.
Indikator Mortalitas
1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR).
Konsep Dasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka
ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk.
2
Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak memperhitungkan
pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini
berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu
tahun yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar akan menjadi
dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.
Definisi
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per
1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
Rumus
CDR =Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar)
D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K = Bilangan konstan 1000
Catatan1: P idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu" tetapi yang
umumnya tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu tahun tertentu" maka jumlah dapat
dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan,
maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun.
Contoh : Dari Susenas 2003 tercatat sebanyak 767.740 kematian, sedangkan jumlah
penduduk pada tahun tersebut diperkirakan sebesar 214.374.096 jiwa. Sehingga Angka
Kelahiran Kasar yang terhitung adalah sebesar 3,58. Artinya, pada tahun 2003 terdapat 3 atau
4 kematian untuk tiap 1000 penduduk.
2. Angka Kematian Bayi (AKB)
Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara
garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
3
Kematian bayi endogen atau kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi
pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang
dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat
selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Kegunaan
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana
angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena
kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan
maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang
bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian
pil besi dan suntikan anti tetanus.
Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita
dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan
pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu
tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus
AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR)
D 0-<1th =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.
∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu (lihat
modul fertilitas untuk definisi kelahiran hidup).
K = 1000
4
a. Angka Kematian Neonatal
Definisi
Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus
Angka Kematian Neo-Natal = Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan
∑D 0-<1bulan = Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.
∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di daerah tertentu
K = 1000
b. Angka Kematian Post Natal
Definisi
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian
yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000
kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Rumus
Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1 bulan sampai
dengan kurang dari 1 tahun
∑D 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai dengan kurang dari 1
tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
∑lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
K = konstanta (1000)
5
3. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)
Konsep
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang
berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis
dengan notasi 0-4 tahun.
Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian
bayi)
Rumus
Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 0-4 th pada satu tahun
tertentu di daerah tertentu
Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan tahun
tertentu di daerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000.
4. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)
Konsep
Adalah dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang berusia satu sampai
menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.
Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung
mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi
keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya
prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau di sekitar
rumah .
Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu
tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi Angka
Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
6
Rumus
Jumlah kematian Anak (1-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 1-4 th (yang belum tepat
berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.
Jumlah Penduduk (1-4) th = Jumlah penduduk berusia 1-4 th pada pertengahan tahun tertentu
didaerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000.
5. Angka Kematian Ibu (AKI)
Konsep
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat
persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya,
tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll.
Definisi
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab
lain, per 100.000 kelahiran hidup.
Kegunaan
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program
peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan
yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan
komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran,
yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat
kesehatan reproduksi.
Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per
100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum.
Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran.
7
Rumus
Jumlah Kematian Ibu = banyaknya kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan,
persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup = banyaknya bayi yang lahir hidup pada tahun tertentu, di daerah
tertentu.
K =100.000 bayi lahir hidup.
2.2 Definisi dan analisa Angka Kelahiran (Birth Rate)
Definisi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kelahiran hidup sebagai
peristiwa kelahiran bayi, tanpa memperhitungkan lamanya berada dalam kandungan, dimana
si bayi menunjukkan tanda-tanda kehidupan pada saat dilahirkan; misalnya bernafas, ada
denyut jantung, atau denyut tali pusat, atau gerakan-gerakan otot. Dengan demikian,
peristiwa bayi yang lahir dalam keadaan tidak hidup/meninggal (still birth) tidak dimasukkan
dalam perhitungan jumlah kelahiran. Untuk bayi yang lahir hidup tetapi kemudian
meninggal, beberapa saat setelah lahir atau dikemudian hari, kelahiran hidup ini tetap
dimasukkan dalam perhitungan jumlah kelahiran. Tidak termasuk sebagai kelahiran hidup
adalah peristiwa keguguran atau bayi yang lahir dalam keadaan meninggal (lahir mati).
Indikator Fertilitas
1. Angka Kelahiran Tahunan (current fertility)
Konsep
Indikator angka kelahiran tahunan mencerminkan tingkat kelahiran pada suatu waktu
atau tahun tertentu. Secara umum, angka ini merupakan ukuran berapa banyaknya bayi yang
lahir dibandingkan dengan jumlah perempuan usia subur, pada suatu tahun tertentu untuk
daerah tertentu. Indikator Angka Kelahiran tahunan merupakan cerminan kelahiran dalam
bentuk kerat lintang (cross section) dan bukan bersifat longitudinal atau historis.
8
a. Jumlah Kelahiran
Definisi
Jumlah kelahiran adalah banyaknya kelahiran hidup yang terjadi pada waktu tertentu
di wilayah tertentu.
Cara Menghitung
Menjumlahkan seluruh kelahiran hidup yang terjadi di suatu wilayah dalam satu tahun
tertentu.
Data yang diperlukan
Jumlah kelahiran hidup dalam suatu wilayah tertentu pada tahun tertentu.
Sumber data
Data tentang jumlah kelahiran dapat diperoleh dari hasil sensus penduduk, registrasi
vital, atau survei-survei. Namun, jumlah kelahiran juga dapat diestimasi secara tidak
langsung dengan menggunakan informasi lain seperti jumlah anak lahir hidup (children ever
born) dengan menggunakan piranti lunak (software) demografi seperti mortpack-lite.
Intepretasi
Bagi Indonesia kelahiran sebanyak 4.415.122 bayi berarti tambahan penduduk sebesar
4,4 juta jiwa. Namun, tidak semua bayi yang lahir ini akan terus hidup, dari setiap 1000 bayi,
35 akan meninggal sebelum berumur satu tahun. Bayi yang tetap hidup sampai usia dewasa
akan menuntut berbagai kebutuhan pelayanan dasar yang harus disediakan oleh pemerintah.
b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
Definisi
Angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000
penduduk pada pertengahan tahun yang sama.
Kegunaan
Untuk mengetahui tingkat kelahiran yang terjadi di suatu daerah tertentu pada waktu
tertentu.
Cara Menghitung
Angka Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun
tertentu (B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P).
Rumus
9
CBR= Angka Kelahiran Kasar
B = Jumlah kelahiran
P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun, P = (P0 + P1)/2,
Po = jumlah penduduk pada awal tahun dan
P1 = jumlah penduduk pada akhir tahun.
Data yang Diperlukan
Jumlah kelahiran dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun di suatu wilayah.
Jika tidak dapat diketahui data mengenai jumlah penduduk pada pertengahan tahun maka
dapat digunakan data jumlah penduduk pada tahun tertentu.
Sumber Data
Data tentang jumlah kelahiran dan jumlah penduduk dapat diperoleh dari hasil sensus
penduduk, registrasi vital, atau survei-survei tentang fertilitas.
Contoh
Seperti dijelaskan dalam bagian Jumlah Kelahiran, jumlah kelahiran berdasarkan
Susenas 2004 dapat diestimasi secara tidak langsung dengan program mortpack-lite dengan
menggunakan data anak lahir hidup (children ever born). Hasil estimasi menunjukkan bahwa
terdapat sebanyak 4.415.122 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk sebesar 217.072.346
maka:
CBR = 20,3
Interpretasi
Pada contoh disebutkan perhitungan CBR Indonesia menurut data susenas 2004
adalah sebesar 20, yang artinya terdapat 20 kelahiran per 1000 penduduk Indonesia pada
tahun 2004.
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
Definisi
Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka
yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok umur tertentu
antara 15-49 tahun.
10
Kegunaan
ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan perbedaan fertilitas dari
perempuan yang terpapar untuk melahirkan yaitu perempuan usia subur dengan
memperhatikan karakteristik kelompok umurnya. Secara alamiah potensi (fekunditas)
perempuan untuk melahirkan berbeda menurut umur, dan menjadi steril setelah menopause
atau usia 49 tahun. Secara sosial ada kecenderungan bahwa saat ini perempuan ingin
membatasi jumlah anak setelah umur 35 tahun. Pengetahuan mengenai ASFR akan berguna
untuk pelaksanaan program KB dan peningkatan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak.
Indikator ASFR merupakan data dasar untuk mengembangkan proyeksi penduduk,
untuk mengetahui jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin dimasa yang akan
datang. Hasil proyeksi penduduk merupakan basis data untuk perencanaan pembangunan
manusia di tahun-tahun mendatang.
Cara Menghitung
Membagi jumlah kelahiran yang terjadi pada perempuan pada kelompok umur
tertentu (i), dengan jumlah perempuan kelompok umur tersebut kemudian dikalikan dengan
konstanta k (1000).
Rumus
ASFRi = Age Specific Fertility Rate untuk perempuan pada kelompok umur i,
i = 1 untuk umur 15-19 tahun, yakni:
i = 2 untuk umur 20-24 tahun,
i = 3 untuk umur 25-29 tahun,
i = 4 untuk umur 30-34 tahun,
i = 5 untuk umur 35-9 tahun,
i = 6 untuk umur 40-44 tahun,
i = 7 untuk umur 45-49 tahun.
Bi = Jumlah kelahiran dari perempuan pada kelompok umur i.
Pif = Jumlah penduduk perempuan pada kelompok umur i.
11
Data yang Diperlukan
Untuk dapat melakukan perhitungan ASFR, data yang diperlukan adalah data tentang
banyaknya bayi yang lahir dari ibu menurut umur tertentu misalnya Ibu usia 20-24 tahun
pada suatu daerah dan suatu tahun tertentu dan banyaknya Ibu pada umur tersebut (20-24
tahun) pada daerah dan tahun yang sama.
Sumber Data
Perhitungan Secara Langsung (direct method)
Selama ini perhitungan secara langsung untuk ASFR dilakukan dengan menggunakan data
‘riwayat kelahiran’ yang dikumpulkan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI). SDKI yang terakhir dilaksanakan tahun 2002/3. Sayangnya, jumlah sampel SDKI
tidak memungkinkan kita menghitung ASFR untuk tingkat kabupaten/kota. Sehingga ASFR
di tingkat kabupaten atau kota dihitung secara tidak langsung dari Susenas yang dilaksanakan
tiap-tiap tahun.
Perhitungan tidak langsung (indirect method)
Selama ini hasil perhitungan ASFR dan TFR yang dipublikasikan secara luas oleh BPS
adalah hasil perhitungan secara tidak langsung yang dilakukan dari data Sensus Penduduk
dengan menggunakan program EastWestPop berdasarkan metode ‘anak kandung ’ atau anak-
anak yang tercatat dari daftar anggota rumah tangga.
Selain itu, ASFR juga dapat diperkirakan dari data Susenas pada pertanyaan 3 dalam
kuesioner pokok pada Seksi II Keterangan Rumahtangga. Jumlah kelahiran hidup dan ASFR
dapat diestimasi menggunakan piranti lunak mortpack-lite. Untuk memperoleh data ASFR
dan jumlah kelahiran yang akurat, diperlukan penggabungan informasi dari beberapa Susenas
yang digabung dan hasilnya dirata-ratakan.
Catatan: Dalam Web ini telah tersedia data ASFR menurut Kabupaten dan Kota yang
dihitung dari data Susenas 2003 dan 2004.
d. Angka fertilitas Total
Definisi
Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR) adalah rata-rata anak yang dilahirkan
seorang wanita selama masa usia suburnya.
Kegunaan
TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang
perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara atau antar
daerah dapat menunjukkan keberhasilan daerah dalam melaksanakan pembangunan sosial
12
ekonominya. Angka TFR yang tinggi dapat merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang
rendah, tingkat pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi
rendah atau tingkat kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat
keberhasilan program KB yang dilaksanakan selama tiga dekade ini.
Diketahunya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, meningkatkan program pelayanan
kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan Ibu hamil dan perawatan anak, serta untuk
mengembangkan program penurunan tingkat.
Cara Menghitung
Menjumlahkan ASFR seluruh kelompok umur pada tahun tertentu dan wilayah tertentu,
kemudian dikalikan dengan lima. Pengalian dengan bilangan lima dilakukan karena
pengelompokan umur lima tahunan, dan diasumsikan bahwa setiap 1000 orang perempuan
pada kelompok umur yang sama secara rata-rata akan mempunyai jumlah anak yang sama.
Rumus
TFR = Total Fertility Rate
ASFRi = ASFR kelompok umur i.
i = Kelompok umur, yaitu 15-19, 20-24,...,45-49.
Replacement Level (Tingkat Penggantian Manusia)
Untuk pencapai tingkat penggantian manusia tersebut nampaknya program KB atau
pemakaian kontrasepsi masih harus terus digalakkan. Pelaksanaan program KB tersebut harus
disertai peningkatan kualitas pelayanan dan berorientasi kepada pelayanan kebutuhan dan
keluhan klien dan tidak hanya mengejar target semata.
3. Memahami dan Menjelaskan tentang akseptor KB
3.1 Definisi KB
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara
kelahiran anak.Untuk menghindari kehamilan yang bersifat menetap bisa dilakukan
sterilisasi, dan untuk menghindari kehamilan sementara digunakan kontrasepsi.
13
3.2 Macam-macam KB
Akseptor KB adalah anggota masyarakat yang mengikuti gerakan KB dengan
melaksanakan penggunaan alat kontrasepsi. Akseptor KB menurut sasarannya terbagi
menjadi tiga fase menunda kehamilan, fase penjarangan kehamilan, dan fase menghentikan
atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan.
Akseptor KB lebih disarankan untuk Pasangan Usia Subur (PUS) dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Karena pada pasangan usia subur inilah yang lebih berpeluang
besar untuk menghasilkan keturunan dan dapat meningkatkan angka kelahiran.
Akseptor KB yang diikuti oleh pasangan usia subur dapat dibagi menjadi 3 macam :
1. Akseptor atau peserta KB baru, yaitu PUS yang pertama kali menggunakan
kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir dengan keguguran atau
persalinan.
2. Akseptor atau peserta KB lama, yaitu peserta yang masih menggunakan kontrasepsi
tanpa diselingi kehamilan.
3. Akseptor atau peserta KB ganti cara, yaitu peserta KB yang ganti pemakaian dari
suatu metode kontrasepsi ke metode kontrasepsi lainnya.
JENIS-JENIS KONTRASEPSI
a. Alami
1. Metode Suhu Basal Tubuh
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya diambil pada saat
bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal tubuh akan meningkat
setelah ovulasi. Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada sebuah tabel/kertas grafik
Contohnya grafiknya seperti ini :
2. Metode Lendir Serviks
14
Metode berdasarkan lendir serviks yang muncul dalam siklus wanita. Lendir ini dicek di
vagina. Sesudah haid vagina biasanya kering. Setelah itu muncul lendir yang lengket
(sticky). Sesaat sebelum ovulasi, lendir berubah menjadi basah dan licin (wet and slippery).
Hari terakhir basah karena lendir ini biasanya bersamaan dengan ovulasi.
3. Metode Sympthotermal
Metode ini menggabungkan kedua metode diatas. Selanjutnya wanita disuruh mencari
tanda tanda ovulasi lainnya yaitu: nyeri perut (cramps), spotting dan perubahan posisi
serta konsistensi serviks. Metode ini sedikit lebih unggul karena mengkombinasi berbagai
variabel. Tetapi tetap juga memiliki keterbatasan.
4. Methode Kalender
Bila haid teratur (28 hari), Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan
masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid. Sedangkan, bila siklus
haid tidak teratur, harus dicatat siklus haid selama 6 bulan. Yang paling normal haid adalah
28 hari, tetapi masih dianggap normal jika antara 21-35 hari. Masa subur awal didapatkan
dengan siklus terpendek dikurangi 18 dan akhir masa subur adalah siklus terpanjang
dikurangi 11. Misalnya siklus terpendek 25 hari dan terpanjang 35 hari, maka waktu subur
adalah antara hari ke 7 s/d 24.
5.
6. Metode Amenorea Laktasi
Pada periode menyususi sering wanita menjadi tidak haid
akibat hormon laktasi. Ternyata disamping haid, ovulasi juga
ikut terhambat. Supaya methode ini bekerja dengan baik, ibu2
harus memberikan ASI saja (eksklusif). Interval menyusui
pada malam hari t idak melebihi 6 jam dan interval siang
tidak lebih 4 jam. Semakin sering dan lama bayi menyusui
maka semakin kecil ovulasi akan timbul. Dalam 6 bulan
pertama jika diterapkan dengan benar angka kehamilannya hanya 2 %. Jika perdarahan
(haid) muncul maka kemungkinan hamil semakin muncul.
7. Coitus Interruptus (senggama terputus)
15
Ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya
terjadi karena ada sperma yang sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau
terlambat menarik penis keluar.
b. Kontrasepsi Mekanik
1. Kondom
Efektif 75-80%. Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun wanita
serta berfungsi sebagai pemblokir / barrier sperma. Kegagalan pada
umumnya karena kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau
terlambat menarik penis setelah ejakulasi sehingga kondom terlepas dan
cairan sperma tumpah di dalam vagina. Kekurangan metode ini:
- Mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain
- Membutuhkan waktu untuk pemasangan
- Mengurangi sensasi seksual
2. Spermatisida
Bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim
atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit
sebelum senggama. Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa menyebabkan
reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi karena waktu larut yang belum
cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit atau vagina
sudah dibilas dalam waktu < 6 jam setelah senggama.
3. Vaginal diafragma
Lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut rahim
bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya
sangat kecil, karena itu h arus digunakan bersama spermatisida untuk
mencapai efektivitas 80%. Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak
pas, tergeser saat senggama, atau terlalu cepat dilepas (< 8 jam ) setelah
senggama.
4. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral
Alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke
dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama
periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Nama populernya adalah spiral.
16
Contoh
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal
lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode
ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
5. IUS atau Intra Uterine System
Bentuk kontrasepsi terbaru yang menggunakan hormon progesteron sebagai ganti logam.
Cara kerjanya sama dengan IUD tembaga, ditambah dengan beberapa nilai plus:
- Lebih tidak nyeri dan kemungkinan menimbulkan pendarahan lebih kecil
- Menstruasi menjadi lebih ringan (volume darah lebih sedikit) dan waktu haid lebih
singkat.
C. Kontrasepsi hormonal
Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi),
kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon estrogen
dan progesteron dalam tubuh.
Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang bersifat
hormonal, yaitu:
1. Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh diberikan):kehamilan, gejala
thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam
rahim.
2. Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter):
penyakit kencing manis (DM), hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan
jantung.
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari yang
ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk yang ditanam untuk periode tertentu, koyo KB
atau spiral berhormon.
1. Pil Kontrasepsi Kombinasi (OC / Oral Contraception)
Berupa kombinasi dosis rendah estrogen dan progesteron. Merupakan metode KB
paling efektif karena bekerja dengan beberapa cara sekaligus sbb:
o Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur)
o Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi masuknya sperma
o Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan
17
Bila pasien disiplin minum OC-nya, bisa dipastikan perlindungan kontrasepsi
hampir 100%. Selain itu, OC merupakan metode yang paling reversibel, artinya bila
pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil
dalam 3 bulan.
CARA MINUM OC
OC harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti petunjuk nama hari yang tertera
di blisternya. Untuk memulai blister pertama Anda, mulailah minum pil pada hari pertama
haid, misalnya: Anda mendapat haid pada hari Rabu maka ambil pil yang dibawahnya ada
tanda Rabu. Lanjutkan minum pil setiap hari sampai habis (21 hari) yang pasti jatuh pada
hari Selasa. Kemudian berhenti minum pil selama 7 hari (akan terjadi menstruasi). Setelah 7
hari bebas pil ini, lanjutkan minum pil dari kemasan yang baru pada hari Rabu lagi, jadi
untuk blister ke-2 dst, selalu ikuti siklus 21 hari minum pil +7 hari bebas tablet.
2. Suntik
a. Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.
b. Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.
c. Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate testosteron.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum untuk
terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
b) Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.
c) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk implantasi dari
hasil konsepsi.
3. Susuk KB (Implan)
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi membuat getah
serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil konsepsi.
Efek samping Implant
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak berbahaya. Yang
paling sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap
pemakaian, seperti pendarahan haid yang banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian
yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3 – 6 bulan pertama sesudah
beberapa bulan kemudian. Efek samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah
sakit kepala, mual, mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera makan dan
perubahan berat badan.
18
4. Koyo KB (Patch)
Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang
berkulit sensitif sering menimbulkan reaksi alergi.
Efektivitas suatu metode kontrasepsi biasanya dinyatakan
dengan angka z (PI). Angka ini menunjukkan jumlah kehamilan yang
terjadi pada 100 wanita bila menggunakan metode kontrasepsi
tersebut selama 1 tahun. Angka PI yang semakin kecil menandakan
semakin efektifnya metode kontrasepsi tersebut.
KONTRASEPSI STERILISASI
Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi)
atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh ginekolog (dokter
kandungan). Efektif bila Anda memang ingin melakukan pencegahan kehamilan secara
permanen, misalnya karena faktor usia.
a. Kontap Pada Wanita ( Tubektomi )
TUBEKTOMI adalah setiap tindakan pada kedua
saluran telur yang menyebabkan wanita
bersangkutan tidak hamila lagi. Merupakan alat
kontrasepsi paling efektif dengan angka
kegagalankurang dari 1%
b. KONTAP PADA PRIA ( VASEKTOMI )
VASEKTOMI adalah prosedur klinik untuk menghenrtikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
tidak terjadi.
INDIKASI
Upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi
mengancam atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluaga.
4. Memahami dan Menjelaskan tentang masalah kependudukan
4.1 Definisi
Masalah kependudukan dapat diartikan sebagai kesulitan yang terjadi dalam
masyarakat yang perlu diatasi dan diselesaikan masalahnya dengan solusi-solusi tertentu.
19
4.2 Masalah-masalah Kependudukan
1. Masalah Akibat Angka Kelahiran
Masalah yang dapat timbul sebagai berikut :
1) Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah dalam hal
penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatanketimbang aspek intelektual.
2) Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin meningkat tinggi
akibatnya bagi suatu negara berkembang akan menunjukan korelasi negative dengan
tingkat kesejahteraan penduduknya.
2. Masalah Akibat Angka Kematian
Masalah yang muncul akibat tingkat mortalitas adalah :
1) Semakin bertambahnya Angka Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran
pemerintah di dalam menyediakan fasilitas penampungan.
2) Perlunya perhatian keluarga dan pemerintah didalam penyediaan gizi yang memadai
bagi anak-anak (Balita).
3) Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak terhadap reputasi
Indonesia dimata dunia.
Pemecahan masalah angka kelahiran dan kematian :
a) Kelahiran
Angka kelahiran perlu ditekan melalui :
Partisipasi wanita dalam program KB.
Tingkat pendidikan wanita wanita mempengaruhi umur kawin pertama dan
penggunaan kontrasepsi.
Partisipasi dalam angkatan kerja mempunyai hubungan negatif dengan fertilitas
Peningkatan ekonomi dan sosial.
b) Kematian
Angka kematian perlu ditekan :
Pelayanan kesehatan yang lebih baik
Peningkatan gizi keluarga
Peningkatan pendidikan (Kesehatan Masyarakat)
3. Masalah Komposisi Jumlah Penduduk
20
Masalah-masalah yang dapat timbul akibat adalah :
1) Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Banyaknya beban
tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia produktif yang
lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi dan hayat hidup.
2) Aspek pemenuhan gizi.
Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan makanan yang
dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak lebih lanjut adalah
adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada gilirannya nanti bila kekurangan gizi
terutama pada usia muda ( 0 -5 tahun). Akan mengganggu perkembangan otak bahkan
dapat terbelakang mental ( mental retardation ). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa
yang akan datang.
3) Aspek Pendidikan
Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan dukungan
kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila kemampuan ekonomi kurang
mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar untuk dipenuhi yang mengakibatkan
pada kualitas pendidikan tersebut kurang
4) Lapangan Kerja
Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan persiapan lapangan
kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan bom waktu pencari kerja atau
penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak
lebih buruk pada semua aspek kehidupan.
Alternatif Pemecahan yang diperlukan :
(a) Pengendalian angka kelahiran melalui KB.
(b) Peningkatan masa pendidikan.
(c) Penundaaan usia perkawinan
4. Masalah Kependudukan dan Angkatan Kerja
Masalah yang dapat timbul antara lain:
(a) Produktifitas yang dihasilkan oleh sebagian kecil manusia kemungkinan bias habis
dikonsumsi sebagian besar penduduk.
(b) Pendapatan perkapita akan rendah sehingga berpengaruh pada sektor ekonomi
masyarakat.
Alternatif Pemecahan Masalah :
21
(a) Penyediaan lapangan kerja
(b) Peningkatan mutu SDM melalui pendidikan dan keterampilan.
5. Masalah Mobilitas Penduduk di Indonesia
Permasalah yang timbul :
Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukan peningkatan yang terus menerus,
hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan perkembangan industri,
pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.
Upaya pencegahan :
Upaya mempercepat proses pengembangan suatu daerah pedesaan menjdadi daerah
perkotaan yang disesuaikan dengan harapan dan kemampuan masyarakat setempat. Untuk
itu diperlukan upaya peningkatan jumlah penduduk yang berminat tetap tinggal di desa.
Yang perlu diusahakan perubahan status desa itu sendiri, dari desa "desa rural" menjadi
"desa urban". Dengan demikian otomatis penduduk yang tinggal didaerahnya menjadi
"orang kota" dalam arti statistic. Dan menekan derasnya arus penduduk dari desa ke kota,
maka pola pembangunan yang beroreantasi pedesaan perlu digalakan dengan memasukan
fasilitas perkotaan ke pedesaan, sehingga merangsang kegiatan ekonomi pedesaan.
6. Masalah Kepadatan Pendudukan di Indonesia
Permasalahan yang timbul:
Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan ketidakmerataan
pembangunan baik phisik maupun non phisik yang selanjutnya mengakibatkan keinginan
untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan penduduk biasanya bergerak dari daerah
yang agak terkebelakang pembangunannya ke daerah yang lebih maju, sehingga daerah
yang sudah padat menjadi semakin padat.
Pemecahan Masalah:
Untuk memecahkan masalah ini dilaksanakan program pepindahan penduduk dari daerah
padat ke daerah kekurangan penduduk, yaitu program transmigrasi. Sasaran utama
program transmigrasi pemerintah semula adalah untuk mengurangi kelebihan penduduk
di Pulau Jawa.
7. Masalah Perkawinan dan Perceraian
22
Perkawinan bukan merupakan komponen yang langsung mempengaruhi pertumbuhan
penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap fertilitas, karena
dengan adanya perkawinan dapat meningkatkan angka kelahiran. Sebaliknya perceraian
adalah merupalkan penghambat tingkat fertilitas karena dapat menurunkan angka
kelahiran.
5. Memahami hukum KB menurut Islam
Penggunaan alat kontrasepsi dan obat pencegah hamil
Setelah kita mengetahui bahwa para ulama membolehkan penggunaan obat pencegah
kehamilan dan alat kontrasepsi jika ada sebab yang dibenarkan dalam syariat, maka dalam
menggunakannya harus memperhatikan beberapa hal berikut:
1) Sebelum menggunakan alat kontrasepsi/obat anti hamil hendaknya berkonsultasi dengan
seorang dokter muslim yang dipercaya agamanya, sehingga dia tidak gampang membolehkan
hal ini, karena hukum asalnya adalah haram, sebagaimana penjelasan yang lalu. Ini perlu
ditekankan karena tidak semua dokter bisa dipercaya, dan banyak di antara mereka yang
dengan mudah membolehkan pencegahan kehamilan (KB) karena ketidakpahaman terhadap
hukum-hukum syariat Islam.
2) Pilihlah alat kontrasepsi yang tidak membahayakan kesehatan, atau minimal yang lebih
ringan efek sampingnya terhadap kesehatan.
3) Usahakanlah memilih alat kontrasepsi yang ketika memakai/memasangnya tidak
mengharuskan terbukanya aurat besar (kemaluan dan dubur/anus) di hadapan orang yang
tidak berhak melihatnya. Karena aurat besar wanita hukum asalnya hanya boleh dilihat oleh
suaminya, adapun selain suaminya hanya diperbolehkan dalam kondisi yang sangat darurat
(terpaksa) dan untuk keperluan pengobatan
Berdasarkan keumuman makna firman Allah ta’ala:
ملومين غير فإنهم أيمانهم ملكت ما أو أزواجهم على إال حافظون، لفروجهم هم والذين
“…Dan mereka (orang-orang yang beriman) adalah orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.” (Qs. al-Mu’minuun: 5-6)
DAFTAR PUSTAKA
23
Budi Utomo, 1985. Mortalitas:pengertian dan Contoh kasus di Indonesia. Proyek Penelitian Morbiditas dan Mortalitas Universitas Indonesia, Jakarta, 1985
BPS, 1994, Trend Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi, BPS, Jakarta.
Daldjoeni N, 1986, Masalah Penduduk dalam Fakta dan Angka, Alumni Bandung
Badan Pusat Statistik, 2001. Estimasi Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. Badan Pusat Statistik, Jakarta, Indonesia.
Ida Bagus G., M. 2000. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta.
Mochtar R., Prof, Dr,MPH. Sinopsis Obstetri – Obstetri Operatif Obstetri Sosial, Jilid 2,Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Marilynn E.D. & Maryn M. 2001. Rencana Perawatan Maternal Bayi. Edisi 2. EGC. Jakarta.
24