pbl skenario 2 tht

Upload: rhinaa

Post on 08-Apr-2018

281 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    1/25

    NAMA : RINA

    NPM : 1102008215

    KELOMPOK : B2

    SKENARIO : Pegawai Kamar Mesin Kapal

    1. ANATOMI TELINGA

    a. Anatomi makroskopis

    Indra pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga

    manusia terdiri atas tiga bagian, yaitu

    1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.

    2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke

    tulang dan oleh tulang ke telinga dalam.

    3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik

    yang berjalan melalui nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga

    dalam juga mengandung organvestibuleryang berfungsi untuk

    mempertahankan keseimbangan.

    Telinga luar

    Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar

    (meatus akustikus eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian

    telinga ini berfungsi untuk menerima dan menyalurkan getaran suara atau

    gelombang bunyi sehingga menyebabkan bergetarnya membran tympani. Meatusakustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai membrane tympani.Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit dengan

    dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis

    dan sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit

    dengan sejumlah rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang

    telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrintubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat

    berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakanserumen ( minyak telinga ).Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    2/25

    Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia

    diliputi oleh lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya

    diliputi oleh epitel selapis kubis. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan

    ikat kuat yang terdiri atas serabut-serabut kolagen dan elastin serta fibroblast.

    Pada kuadran depan atas membran atas tympani tidak mengandung serabut dan

    lemas, membentukmembran shrapnell.

    Telinga Tengah (kavum tympanikus)

    Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang

    temporalis) yang berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang

    martil), inkus (tulang landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya salingberhubungan melalui persendian. Tangkai maleus melekat pada permukaan dalam

    membran tympani, sedangkan bagian kepalanya berhubungan dengan inkus.

    Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan dengan

    membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra

    ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapattingkap bundar atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut

    membran tympani sekunder. Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepengyang terletak pada lamina propria yang tipis yang melekat erat pada periosteum

    yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot kecil yang melekat pada

    maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus, inkus, dan

    stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.

    Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius(tuba auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara

    kedua sisi membrane tympani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut

    menganga atau ketika menelan makanan. Ketika terjadi suara yang sangat keras,

    membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah pecahnya membran

    tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara akan

    masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan

    yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

    Telinga Dalam (labirin)

    Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian

    rongga-rongga tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-

    saluran membranosa membentuk labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe,sedangkan rongga-rongga tulang yang di dalamnya berada labirin membranosa

    disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang berisi cairan perilimfe.Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga subarachnoid

    selaput otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal.

    Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran

    jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa

    sendiri tersusun terutama oleh selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-

    jaringan ikat.

    Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah

    siput) dan 3 buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran).

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    3/25

    Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di

    depan kanalis semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah

    melalui fenesta ovalis (fenestra vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari

    dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus. Pada sakulus dan utikulus terdapatdua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai indra keseimbangan

    statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam organtersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagianatas sel tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil

    kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yangmenimbulkan tarikan gravitasi, menyebabkan akan menyampaikan impuls saraf

    ke cabang vestibular dari saraf vestibulokokhlearyang terdapat pada bagian dasar

    sel-sel tersebut, yang akan meneruskan impuls saraf tersebut ke pusat

    keseimbangan di otak.

    Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas

    belakang vestibula. Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut

    menggembung, disebut ampula. Masing-masing ampula berhubungan denganutrikulus. Pada ampula terdapatKrista akustika, sehingga organindra

    keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan

    respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista

    akustika juga berupa sel-sel rambutyang didampingi oleh sel-sel penunjang,tetapi di sini tidak terdapat otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan

    endolimfe. Ketika kepala bergerak akibat terjadinya perputaran tubuh, endolimfeakan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut menerima ransangan tersebut

    dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya, otot-otot

    berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.

    Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula.

    Berbentuk seperti rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2

    lilitan, mengelilingi bentukan kerucut yang disebut mediolus. Penampang

    melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea terdiri dari tiga saluran yang

    berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:

    Saluran vestibular(skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe,

    berakhir pada tingkap jorong.

    Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berakhir

    pada tingkap bulat.

    Saluran kokhlear(skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala

    tympani, mengandung endolimfe.

    Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran

    reissner), dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.

    Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Selreseptor bunyi pada organ ini berupa sel rambutyang didimpingi oleh sel penunjang.Akson-akson dari sel-sel rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari

    saraf vestibulokokhlear (saraf kranial ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf kepusat pendengaran/ keseimbangan di otak.

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    4/25

    Perdarahan

    Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a. labirintin) yang

    berasal dari a. serebelli inferior anterior atau langsung dari a. basilaris yang

    merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh darah anastomosis.

    Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu :

    1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian makula

    sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral serta sebagian dari

    utrikulus dan sakulus.

    2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis

    posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari koklea.

    3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh arteri

    spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani sebelum berakhir

    pada stria vaskularis.

    Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna

    mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus koklearis mendarahi

    putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus dan berakhir pada sinus petrosusinferior. Vena akuaduktus vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai

    utrikulus. Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus sigmoid.

    Persarafan

    N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari meatus akustikus internus

    dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis. Pada dasar meatus

    akustikus internus terletak ganglion vestibulare dan pada modiolus terletak ganglion

    spirale

    2. FISIOLOGI PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN

    1. pendengaran

    Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut:

    Getaran suara memasuki liang telinga Menekan membran tympani melintas

    melalui tulang-tulang pendengaran Menekan tingkap jorong Menimbulkan

    gelombang pada jaringan perilimfe Menekan membran vestibularis dan skala

    basilaris merangsang sel-sel rambut pada organ corti. Di sinilah mulai terjadi

    pembentukan impuls saraf.

    Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke telinga dan mengenai

    memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar. Getaran ini diteruskanke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan satu sama lain. Selanjutnya

    stapes menggerakkan perilimfe dalam skala vestibui kemudian getaran diteruskan

    melalui Rissener yang mendorong endolimfe dan memberan basal ke arah bawah,

    perilimfe dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen

    rotundum) terdorong kearah luar.

    Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion Na

    menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang kemudian

    neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak melalui saraf pusat

    yang ada di lobus temporalis.

    2. keseimbangan

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    5/25

    Kanalis semisirkularis merupakan alat keseimbangan dinamik dan terangsang oleh

    gerakan yang melingkar, sehingga kemana saja arah kepala, asal gerakan itu

    membentuk putaran, maka gerakan itu akan tertangkap oleh salah satu, dua atau

    ketiga kanalis semisirkularis bersama-sama. Pada manusia, kanalis semisirkularis

    horizontal yang mempunyai peran dominan oleh karena manusia banyak bergerak

    secara horizontal.Utrikulus dan sakulus merupakan alat keseimbangan statik, yang terangsang oleh

    gerak percepatan atau perlambatan yang lurus arahnya, dan juga oleh gravitasi.

    Utrikulus terangsang oleh gerakan percepatan lurus dalam bidang mendatar,

    sedangkan sakulus terangsang oleh gerakan percepatan lurus dalam bidang vertikal.

    Dalam keadaan diam, gravitasi berpengaruh terhadap utrikulus maupun sakulus.

    Hubungan sistem vestibuler dengan otot-otot mata erat sekali, sehingga semua

    gerakan endolimfe selalu diikuti oleh gerakan bola mata. Sistem vestibuler

    berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainan sistem vestibuler bisa

    menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang bersangkutan.

    3. GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING

    a. definisi

    Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational deafness / noise induced hearing loss )

    adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat

    permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus

    menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin

    tinggi intensitas kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yang

    dialami oleh para pekerja, semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan

    pada para pekerja tersebut Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling

    sering dijumpai setelah presbikusis

    b. etiologi

    Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari

    definisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif, tergantung

    dari masing-masing individu, waktu dan tempat terjadinya bising. Sedangkan secara

    audiologi, bising adalah campuran bunyi nada murni dengan berbagai frekwensi

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :

    1. Intensitas kebisingan

    2. Frekwensi kebisingan

    3. Lamanya waktu pemaparan bising4. Kerentanan individu

    5. Jenis kelamin

    6. Usia

    7. Kelainan di telinga tengah

    c. manifestasi klinis

    Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara ( speech

    discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat

    menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi

    dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidakdidengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    6/25

    yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan

    konsentrasi.

    Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss )

    adalah :

    1. Bersifat sensorineural

    2. Hampir selalu bilateral3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )

    Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.

    4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran

    yang signifikan.

    5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000

    Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz.

    6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000

    Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun. Selain pengaruh

    terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga mempunyai pengaruh

    non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi wicara, gangguan konsentrasi,

    gangguan tidur sampai memicu stress akibat gangguan pendengaran yang terjadi.

    PENGARUH KEBISINGAN PADA PENDENGARAN

    Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi bunyi,

    intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa :2,13

    1. Adaptasi

    Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh

    kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa terganggu lagi karena

    suara terasa tidak begitu keras seperti pada awal pemaparan.

    2. Peningkatan ambang dengar sementara

    Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan

    kembali seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai beberapa

    jam bahkan sampai beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang

    pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekwensi 4000 Hz, tetapi bila

    pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara

    akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan lama waktu

    pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya. Respon tiap

    individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas masing-masing

    individu.

    3. Peningkatan ambang dengar menetap

    Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi

    pada frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifatpermanen, tidak dapat disembuhkan . Kenaikan ambang pendengaran yang menetap

    dapat terjadi setelah 3,5 sampai 20 tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakan

    baru setelah 10-15 tahun setelah terjadi pemaparan. Penderita mungkin tidak

    menyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru diketahui setelah

    dilakukan pemeriksaan audiogram. Hilangnya pendengaran sementara akibat

    pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat beberapa jam ( 1 2 jam ). Bising

    dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama ( 10 15 tahun ) akan

    menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ

    Corti. Proses ini belum jelas terjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang

    berlebihan dalam waktu lama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan

    vaskuler sehingga terjadi kerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organCorti. Akibatnya terjadi kehilangan pendengaran yang permanen. Umumnya

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    7/25

    frekwensi pendengaran yang mengalami penurunan intensitas adalah antara 3000

    6000 Hz dan kerusakan alat Corti untuk reseptor bunyi yang terberat terjadi pada

    frekwensi 4000 Hz (4 K notch). Ini merupakan proses yang lambat dan tersembunyi,

    sehingga pada tahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat

    dibuktikan dengan pemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi

    tersebut terus berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruhpenurunan pendengaran akan menyebar ke frekwensi percakapan ( 500 2000 Hz ).

    Pada saat itu pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar

    pembicaraan sekitarnya.

    PEMBAGIAN

    Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2

    kategori yaitu :

    1. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( TTS )

    2. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPTS )

    NOISE INDUCED TEMPORARY THRESHOLD SHIFT ( NITTS )

    Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalami berbagaiperubahan, yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaran bertambah tinggi

    pada frekwensi tinggi. Pada gambaran audiometri tampak sebagai notch yang

    curam pada frekwensi 4000 Hz, yang disebut juga acoustic notch. Pada tingkat awal

    terjadi pergeseran ambang pendengaran yang bersifat sementara, yang disebut juga

    NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bising biasanya pendengaran dapat

    kembali normal.

    NOISE INDUCED PERMANENT THRESHOLD SHIFT ( NIPTS )

    Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaran akibat

    suara bising, dan hal ini disebut dengan occupational hearing loss atau kehilangan

    pendengaran karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat bising industri.

    Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktu bekerja

    dilingkungan bising selama 10 15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga kepada :

    1. tingkat suara bising

    2. kepekaan seseorang terhadap suara bising

    NIPTS biasanya terjadi disekitar frekwensi 4000 Hz dan perlahan-lahan meningkat

    dan menyebar ke frekwensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan, tetapi

    apabila sudah menyebar sampai ke frekwensi yang lebih rendah ( 2000 dan 3000 Hz )

    keluhan akan timbul. Pada mulanya seseorang akan mengalami kesulitan untuk

    mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi bila sudah menyebar ke

    frekwensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar suara yang

    sangat lemah. Notch bermula pada frekwensi 3000 6000 Hz, dan setelah beberapawaktu gambaran audiogram menjadi datar pada frekwensi yang lebih tinggi.

    Kehilangan pendengaran pada frekwensi 4000 Hz akan terus bertambah dan menetap

    setelah 10 tahun dan kemudian perkembangannya menjadi lebih lambat

    Intensitas dan waktu paparan bising yang diperkenankan

    Intensitas bising

    ( dB )

    Waktu paparan

    Per hari dalam jam

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    8/25

    85

    87,5

    90

    92,5

    95

    100105

    110

    8

    6

    4

    3

    2

    1

    d. patogenesis

    Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel rambut.

    Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkan adanya

    degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan lama paparan. Stereosilia

    pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga mengurangi respon terhadapstimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi paparan akan dijumpai lebih

    banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena

    adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan

    oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam

    dan sel-sel penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel

    rambut, dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus

    pendengaran pada batang otak.

    Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bising

    Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat, membrana basilaris

    meregang sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnya tidak

    disokong. Pada daerah ini terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-sel penunjang

    disekitar sel rambut dalam juga sering mengalami kerusakan akibat paparan bising

    yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan merupakan penyebab mengapa baris

    pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan dengan phalangealprocess dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang paling sering rusak.Bagaimana energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluler yang

    memacu pelepasan neurotransmitter ? Saluran transduksi berada pada membran

    plasma pada masing-masing silia, baik didaerah tip atau sepanjang tangkai ( shaft ),yang dikontrol oleh tip links, yaitu jembatan kecil diantara silia bagian atas yang

    berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada barisan yang paling atasmembuka ke saluran menyebabkan influks K+ dan Ca++ dan menghasilkan

    depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawanan akan menutup

    saluran serta menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabila depolarisasi

    mencapai titik kritis dapat memacu peristiwa intraseluler. Telah diketahui bahwa sel

    rambut luar memiliki sedikit afferen dan banyak efferen. Gerakan mekanis membrana

    basilaris merangsang sel rambut luar berkontraksi sehingga meningkatkan gerakan

    pada daerah stimulasi dan meningkatkan gerakan mekanis yang akan diteruskan ke sel

    rambut dalam dimana neurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar mengurangi

    sensitifitas dari bagian koklea yang rusak. Kekakuan silia berhubungan dengan tiplinks yang dapat meluas ke daerah basal melalui lapisan kutikuler sel rambut.

    Liberman dan Dodds (1987)

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    9/25

    memperlihatkan keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian pada

    stimulasi yang lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnya

    sensitifitas saraf akibat bising. Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel.

    Paparan bising dengan intensitas rendah menyebabkan kerusakan minimal silia, tanpa

    fraktur daerah basal atau kerusakan tip links yang luas. Tetapi suara dengan intensitas

    tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga menyebabkan kerusakan yangberat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel yang irreversibel.

    PERUBAHAN HISTOPATOLOGI TELINGA AKIBAT KEBISINGAN

    Lokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga akibat

    kebisingan adalah sebagai berikut :

    1. Kerusakan pada sel sensoris

    a. degenerasi pada daerah basal dari duktus koklearis

    b. pembengkakan dan robekan dari sel-sel sensoris

    c. anoksia

    2. Kerusakan pada stria vaskularis

    Suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis olehkarena penurunan bahkan penghentian aliran darah pada stria vaskularis dan ligamen

    spiralis sesudah terjadi rangsangan suara dengan intensitas tinggi.

    3. Kerusakan pada serabut saraf dan nerve ending

    Keadaan ini masih banyak dipertentangkan, tetapi pada umumnya kerusakan ini

    merupakan akibat sekunder dari kerusakan-kerusakan sel-sel sensoris.

    4. Hidrops endolimf

    GAMBARAN KLINIS

    Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara ( speech

    discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat

    menyebabkan kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi

    dengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak

    didengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus merupakan gejala

    yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan

    konsentrasi.

    Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced

    hearing loss ) adalah :

    1. Bersifat sensorineural

    2. Hampir selalu bilateral

    3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )

    Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan

    pendengaran yang signifikan.

    5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan

    6000 Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000

    Hz.

    6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000

    dan 6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun.

    Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan

    juga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi

    wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat

    gangguan pendengaran yang terjadi

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    10/25

    e. diagnosis

    Didalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesis yang

    teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik.18 Dari anamnesis didapati

    riwayat penah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu

    yang cukup lama, biasanya lebih dari 5 tahun. Sedangkan pada pemeriksaan

    otoskopik tidak ditemukan kelainan.Pada pemeriksaan tes penala didapatkan hasilRinne positip, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik dan

    Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya adalah tuli sensorineural yang

    biasanya mengenai kedua telinga. Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka

    waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi dalam 8 10 tahun pertama

    paparan.Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada

    frekwensi tinggi ( umumnya 3000 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz sering

    terdapat takik ( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Sedangkan

    pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI ( Short Increment Sensitivity Index ),

    ABLB ( Alternate Binaural Loudness Balance ) dan Speech Audiometry

    menunjukkan adanya fenomena rekrutmen ( recruitment ) yang khas untuk tuli saraf

    koklea. Untuk menegakkan diagnosis klinik dari ketulian yang disebabkan oleh bisingdan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter harus mempertimbangkan

    faktor-faktor berikut :

    1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.

    2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.

    3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.

    4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi bising

    yang menyebabkan ketulian.

    5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja.

    Pentingnya mengetahui tingkat pendengaran awal para pekerja dengan

    melakukan pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram

    menunjukkan ketulian, maka dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran

    tersebut akibat kebisingan di tempat kerja.

    6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non industrial

    seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit

    sebelumnya.

    f. penatalaksanaan

    Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari

    lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat

    pelindung telinga yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ), tutup telinga ( ear muffs)dan pelindung kepala ( helmet). Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli sarafkoklea yang bersifat menetap (irreversible ), bila gangguan pendengaran sudah

    mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume percakapan biasa, dapat

    dicoba pemasangan alat bantu dengar ( ABD ). Apabila pendengarannya telah

    sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi

    dengan adekuat, perlu dilakukan psikoterapi supaya pasien dapat menerima

    keadaannya. Latihan pendengaran ( auditory training ) juga dapat dilakukan agar

    pasien dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu

    dengan membaca ucapan bibir ( lip reading ), mimik dan gerakan anggota badan serta

    bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi

    g. prognosis dan pencegahan

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    11/25

    Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang sifatnya

    menetap, dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupun pembedahan, maka

    prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah pencegahan

    terjadinya ketulian.

    PENCEGAHAN

    Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah

    terjadinya NIHL yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja.

    Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu : 13

    1. Pengukuran pendengaran

    Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :

    a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.

    b. Pengukuran pendengaran secara periodik.

    2. Pengendalian suara bising

    Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

    a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear muff( tutuptelinga ), ear plugs ( sumbat telinga ) dan helmet(pelindung kepala ).

    b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan cara :

    - memasang peredam suara

    - menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruangan yang terpisah dari

    pekerja

    3. Analisa bising

    Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas bising, frekwensi bising,

    lama dan distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat utama dalam

    pengukuran kebisingan adalah soundlevel meter.

    SOUND LEVEL METER ( SLM )

    SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang

    terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit attenuator dan beberapa alat lainnya. Alat ini

    mengukur kebisingan antara 30 130 dB dan dari frekwensi 20 20.000 Hz. SLM

    dibuat berdasarkan standar ANSI ( American National Standard Institute ) tahun 1977

    dan dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekwensi yaitu A, B dan C yang

    menentukan secara kasar frekwensi bising tersebut Jaringan frekwensi A mendekati

    frekwensi karakteristik respon telinga untuk suara rendah yang kira-kira dibawah 55

    dB . Jaringan frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk batas antara

    55 85 dB. Sedangkan jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga

    untuk batas diatas 85 dB. 15

    4. JENIS-JENIS PEMERIKSAAN TELINGA DAN TES PENDENGARAN

    Tes Fungsi Pendengaran

    1. Tes berbisik

    Pemeriksaan ini bersifat semikuantitatif , menentukan derajat ketulian secara

    kasar. Hal yang diperhatikan adalah ruangan yang cukup tenang ,panjang minimal

    6 meter. Nilai normal tes berbisik 5/6-6/6.

    2. Pemeriksaan audiometri

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    12/25

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    13/25

    >55-70 Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat

    >70-90 Kehilangan pendengaran berat

    >90 Kehilangan pendengaran berat sekali

    Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran psien pada

    stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas.

    Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air

    kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone

    gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran

    oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

    2) Audiometri tutur

    Audiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata

    terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah

    dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran.

    Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya

    disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang

    dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh

    pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur,

    kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa

    pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau

    pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui

    audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata

    yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena

    intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya.Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari

    tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu

    diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar,

    sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan

    benar. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan

    pendengaran yaitu :

    a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah

    kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan

    benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan

    dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).

    b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap

    satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang

    dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan

    pengukuran NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang

    ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara barapa saja.

    Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murni pada

    audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada

    tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya.

    Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruhmendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    14/25

    terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan kata-kata

    dengan tepat.

    Kriteria orang tuli :

    Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB

    Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB

    Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB

    Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dB

    Pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi,

    apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan

    dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang

    ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar.Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus

    pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan

    tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada

    gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada audiometri

    tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan konsonan

    tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad pemerriksaan

    audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB dan

    seterusnya, bila mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti

    pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja

    perlu pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada cairandalam telinga), apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada

    lubang gendang telinga, untuk menentukan penyabab kurang

    pendengaran.

    b. Manfaat audiometri

    1) Untuk kedokteran klinik, khususnya penyakit telinga

    2) Untuk kedokteran klinik Kehakiman,tuntutan ganti rugi

    3) Untuk kedokteran klinik Pencegahan, deteksi ktulian pada anak-anak

    c. Tujuan

    Ada empat tujuan (Davis, 1978) :

    1) Mediagnostik penyakit telinga

    2) Mengukur kemampuan pendengaran dalam menagkap percakpan sehari-

    hari, atau dengan kata lain validitas sosial pendengaran : untuk tugas

    dan pekerjaan, apakah butuh alat pembantu mendengar atau pndidikan

    khusus, ganti rugi (misalnya dalam bidang kedokteran kehkiman danasuransi).

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    15/25

    3) Skrinig anak balita dan SD

    4) Memonitor untuk pekerja-pekerja dinetpat bising.

    3. Tes Penala

    1. Test Rinne

    Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan atara hantaran tulang

    dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.

    Ada 2 macam tes rinne , yaitu :

    a. Garputal 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

    tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus

    eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala

    kita pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinnepositif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes rinne negatif

    jika pasien tidak dapat mendengarnya

    b. Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya

    secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan

    garputala didepan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada

    pasien apakah bunyi garputala didepan meatus akustikus eksternus lebih

    keras dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum mastoid).

    Tes rinne positif jika pasien mendengar didepan maetus akustikus

    eksternus lebih keras. Sebaliknya tes rinne negatif jika pasien mendengardidepan meatus akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras

    dibelakang.

    Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :

    1) Normal : tes rinne positif

    2) Tuli konduksi: tes rine negatif (getaran dapat didengar melalui tulang

    lebih lama)

    3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :

    a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar bunyi getaran garpu

    tala.

    b) posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau tidak (tes rinne: +/-)

    c) Pseudo negatif: terjadi pada penderita telinga kanan tuli persepsi

    pada posisi I yang mendengar justru telinga kiri yang normal

    sehingga mula-mula timbul.

    Kesalahan pemeriksaan pada tes rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksamaupun pasien. Kesalah dari pemeriksa misalnya meletakkan garputala tidak tegak

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    16/25

    lurus, tangkai garputala mengenai rambut pasien dan kaki garputala mengenai

    aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.

    Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah

    tidak mendengar bunyi garputala saat kita menempatkan garputala di planum mastoid

    pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garputala sudah berhenti saat kita memindahkangarputala kedepan meatus akustukus eksternus.

    2. Test Weber

    Tujuan kita melakukan tes weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang

    antara kedua telinga pasien. Cara kita melakukan tes weber yaitu: membunyikan

    garputala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis horizontal.

    Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Jika

    telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi

    lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien sama-sama tidak mendengar atau

    sam-sama mendengaar maka berarti tidak ada lateralisasi.

    Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala arah oleh tengkorak, sehingga

    akan terdengar diseluruh bagian kepala. Pada keadaan ptologis pada MAE atau cavum

    timpani missal:otitis media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya cairan atau pus

    di dalam cavum timpani ini akan bergetar, biala ada bunyi segala getaran akan

    didengarkan di sebelah kanan.

    Interpretasi:

    a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah kanan disebutlateralisai ke kanan, disebut normal bila antara sisi kanan dan kiri sama

    kerasnya.

    b. Pada lateralisai ke kanan terdapat kemungkinannya:

    1) Tuli konduksi sebelah kanan, missal adanya ototis media disebelah

    kanan.

    2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada telinga

    kanan ebih hebat.

    3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri terganggu,

    maka di dengar sebelah kanan.

    4) Tuli persepsi pada kedua teling, tetapi sebelah kiri lebih hebat dari pada

    sebelah kanan.

    5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang terdapat.

    3. Test Swabach

    Tujuan :

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    17/25

    Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa (normal)

    dengan probandus.

    Dasar :

    Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh :

    Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak,

    khususnya osteo temporale

    Cara Kerja :

    Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada

    puncak kepala probandus. Probandus akan mendengar suara garputala itu

    makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala

    lagi. Pada saat garputala tidak mendengar suara garputala, maka penguji akan

    segera memindahkan garputala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui

    normal ketajaman pendengarannya (pembanding). Bagi pembanding duakemungkinan dapat terjadi : akan mendengar suara, atau tidak mendengar

    suara.

    5. GANGGUAN GANGGUAN PENDENGARAN

    1. Tuli konduktif

    Karena kelainan ditelinga luaaar atau di telinga tengah

    a. Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah astresialiang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumsripta, osteoma

    liang teling.

    b. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah

    tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang pensdengaaran.

    2. Tuli perseptif

    Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan pada sirkuit

    system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut mengalamipenurunan atau kehilangan

    kemampuan total untuk mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada :

    a. Organo corti

    b. Saraf : N.coclearis dan N.vestibularais

    c. Pusat pendengaran otak

    3. Tuli campuran

    Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna sehingga

    infeksi skunder (tuli persepsi juga).

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    18/25

    Kekurangan Pendengaran

    Yang dimaksud dengan kekurangan pendengaran adalah keadaan dimana seorang

    kurang dpat mendengar dan mengerti suara atau percakpan yang didengar untuk

    mendiagnosis kurang pendengaran. Sebagi dokter umum cukuplah memperhatikan

    keempat aspek penting berikuta ini :

    Penentuan pada penderita apakah ada kurang pendengaran atau tidak.

    Jenis kurang pendengaran

    Derajat kurang pendengaran

    Menentukan penyebab kurang pendengaran

    1. Penentuan pada penderita apakah ada KP atau tidak

    Dalam penentuan apakah ada KP atau tidak pada penderita hal penting

    yang harus diperhatiakan adalah umur prnderita. Respon manusia terhadap

    suara atau percakapan yang didengranya tergantung pada umur

    pertumbuhannya. Usia 6 tahun diambil sebagai batas, kurang dari 6 tahun

    respon anak terhadap suara atau percakapan berbeda-beda tergantung

    umurnya, sedangkan lebih dari 6 tahun respon anak terhadap suara atau

    percakapan yang didengar sama dengan orang dewasa karena luasnya

    aspek diagnostik KP. Pad kedua golongan umur tersbut, maka dalam

    makalah ini yang diuraikan hanya diagnosis KP pada anak-anak umur 6

    tahun keatas dan dewasa.

    2. Jenis KP

    Jenis KP berdasarkan lokalisasi lesi :

    a. KP jenis hantaran

    Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga luar dan atau telinga

    tengah.

    b. KP jenis sensorineural

    Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga dalam (pada koklea

    dan N.VIII)

    c. KP jenis campuran

    Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada telinga tengah dan telinga

    dalam.

    d. KP jenis sentral

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    19/25

    Lokalisasi gangguan atau lesi terletak pada nucleus auditorius dibatang

    otak sampai dengan korteks otak.

    e. KP jenis fungsional

    Pada KP jenis ini tidak dijumpai adanya gangguan atau lesi organicpada system pendengaran baik perifer maupun sentral, melainkan

    berdadasarkan adanya masalah psikologis atau omosional.

    Untuk KP jenis sentral dan fungsional mengingat masih terbatasnya

    pengetahuan proses pendengara diwilayah trsebut, disamping masih

    belum banyak dikenal teknik uji pendengaran yang dapat dimanfaatkan

    untuk bahan diagnostik, maka pada makalah ini akan dibatasi pada

    diagnosis KP jenis hantaran sensorineural dan campuran saja.

    3. Menentukan penyebab KP

    Menetukan penyebab KP merupakan hal yang paling sukar diantara

    kempat batasan atau aspek tersebut diatas, untuk itu diperlukan :

    a. Anamnesis yang luas dan cermat tentang riwayat terjadinya KP tersebut

    b. Pemeriksaan umum dan khusus (telinga, hidung dan tenggorokan ) yang

    teliti.

    c. Pemeriksaan penunjang (bila diperlukan seperti foto laboratorium)

    Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi

    pendengaran penderita, yaitu :

    a. Tes bisik

    b. Tes bisik modifikasi

    c. Tes garputala

    d. Pemeriksaan audiometri

    KEHILANGAN PENDENGARAN

    Kekurangan pendengaran biasanya terjadi secara normal pada usia 20 tahun. Masalah

    kehilangan pendengaran biasanya datang secara berangsur-angsur dan sangat jarang

    terjadi dengan Tuli Total.

    Banyak Kasus yang menyebabkan kehilangan pendengaran, mereka bisa di bagi

    menjadi 2 kategori : Kehilangan pendengaran Konduktif Conductive hearing

    loss (CHL) terjadi karena masalah mekanikal pada sisi luar dan tengah telinga. 3

    tulang rawan (kecil) telinga (ossicles) mungkin gagal untuk mengkonduksi suara ke

    cochlea atau gendang telinga dapat bergetar dalam merespon suara. Cairan dalam

    telinga dapat mengganggu CHL

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    20/25

    Kehilangan Pendengaran Sensorineural (SNHL) terjadi karena disfungsi pada

    bagian dalam telinga. Kasus ini sering terjadi ketika saraf rambut (cilia) yang

    mengirimkan suara di telinga rusak atau terluka. Kehilangan ini biasa disebut

    kerusakan saraf

    CHL biasanya dapat diobat SNHL tidak dapat. Penderita yang mempunyai keduabentuk kerusakan telinga diatas dinamakan Kerusakan pendengaran tercampur

    mixed hearing loss

    Pengujian untuk pendengaran sangat disarankan bagi bayi yang baru lahir. Pada anak,

    masalah pendengaaran dapat menyebabkan perkembangan bicara anak menjadi

    lambat.

    Infeksi pada telinga sering terjadi pada anak dan menyebabkan kehilangan

    pendengaran sementara. Cairan yang masih tertinggal didalam telinga akan disertai

    infeksi. Walaupun cairan ini bisa keluar tanpa disadari, hal ini dapat menyebabkan

    kehilangan pendengaran secara signifikan. Jika terdapat cairan lebih dari 8 12minggu harus diperhatikan.

    Mencegah kehilangan pendengaran itu lebih efektif daripada mengobati setelah terjadi

    kerusakan

    Beberapa Kasus :

    Secara Genetik

    Osteogenesis imperfecta

    Leopard syndrome (multiple lentigines)

    Otosclerosis

    Robinson type ectodermal dysplasia

    Cockayne syndrome

    Bjorn pili torti and deafness syndrome

    Multiple synostosis syndrome

    Hunter syndrome

    Taybi oto-palato-digital syndrome

    Hereditary nephritis

    Mohr syndrome

    Hurler syndrome

    Waardenburg syndrome

    Kartagener syndrome Fronto-metaphyseal dysplasia syndrome

    Morquio syndrome

    Trisomy 13 S

    Multiple lentigines syndrome

    Treacher Collins syndrome

    Stickler syndrome

    Sejak Lahir Kasus pada bayi Rubella syndrome

    Congenital atresia of the external auditory canal

    Congenital cytomegalovirus

    Congenital perilymphatic fistula

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    21/25

    Fetal methyl mercury effects

    Fetal iodine deficiency effects

    Infeksi

    Meningitis

    Meningitis adalah infeksi yang disebabkan radang pada membran yang menutup otakdan spinal cord

    Meningitis yang bukan disebabkan oleh bakteri disebut sebaga aseptic meningitis.

    Sedangkan yang disebabkan oleh bakteri disebut purulent meningitis

    Gejalanya pusing disertai demam dan sensitif terhadap cahaya

    Penyakit gondok

    Campak

    Infeksi Telinga Akut (otitis media)

    Disebabkan oleh Flu dan Sinus, Alergi, Asap Tembakau Rokok atau iritasi, Alergi,Infeksi Adenoid atau Adenoidnya kelebihan hormon, Kelebihan produksi Mucus dan

    Saliva pada saat pertumbuhan gigi

    Scarlet fever

    Penyakit yang disebabkan karena infeksi tenggorokan klasifikasi grup A beta-

    hemolytic streptococcal bacteria

    Gejalanya disertai Radang Tenggorokan, Demam, ruam pada dada dan leher, lidah

    berwarna seperti strawberi, pusing, menggigil dan nyeri pada otot

    Traumatic:

    Trauma gendang telinga (berlubang)

    Patah Tengkorak (temporal bone)

    AKUSTIK trauma

    Disebabkan oleh ledakan, petasan, tembakan, konser rock dan telepontelinga

    (earphone)

    Dapat disebabkan oleh suara tinggi (besar) dan secara tiba-tiba atau secara perlahan-

    lahan, kebisingan dan tinnitus

    Tanda-tanda dan pengujiannyaIndikator yang baik dari trauma akustik adalah kehilangan pendengaran yang

    dikarenakan bunyi riuh, gaduh. Audiometry dapat menentukan kehilangan

    pendengaran secara tepat

    Perawatan

    Kehilangan Pendengaran kemungkinan tidak dapat diperbaiki. Tujuan daripada

    perawatan ini adalah untuk mengobati luka dan melindungi telinga dari kerusakan

    yang lebih lanjut.tidak bisa diobati .

    Alat bantu pendengaran mungkin dapat membantu penderita untuk berkomunikasi.

    Keahlian dalam membaca gerak bibir orang mungkin dapat dipelajari.

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    22/25

    Harapan (Prognosis)

    Kehilangan pendengaran dapat menjadi permanen pada telinga yang terpengaruh.

    Penyumbat telinga mungkin dapat mencegah kehilangan pendengaran agar tidak

    memburuk.

    KomplikasiKehilangan pendengaran progressif itu adalah komplikasi utama dari akustik trauma

    Pencegahan

    Gunakan pelindung telinga untuk melindungi dari kerusakan yang disebabkan dari

    suara keras. Berhati-hatilah dengan aktifitas yang berhubungan dengannya seperti

    menembak, menggunakan mesin gergaji, mengendarai motor atau mengendarai mobil

    salju

    Barotrauma (Perbedaan Tekanan)

    Racun

    Aminoglycoside antibiotics Ethacrynic acid oral

    Aspirin

    Chloroquine

    Quinidine

    Keterkaitan dengan USIA:

    Keterkaitan karena USIA (presbycusis), manula tidak dapat mendengar suara yang

    memiliki frekuensi tinggi

    Pekerjaan harian:

    Pekerjaan yang berdekatan dengan suara keras yang berlangsung secara berulang-

    ulang, hari demi hari dapat mengalami kehilangan pendengaran yakni kerusakan

    saraf. Peningkatan konsentrasi pada kondisi ruang kerja dengan nyata dapat

    mengurangi kehilangan pendengaran

    Berikut ini pekerjaan yang beresiko kehilangan pendengaran :

    - Petani yang menggunakan traktor

    - Musik konser

    - Perbaikan landas pacuan udara- Mesin KAPAL, PABRIK..

    - Konstruksi

    Lainnya

    Penyakit Meniere

    Akustik Neuroma (Tumor)

    Kehilangan pendengaran sementara bisa disebabkan

    Mengkorek kuping pada lubang telinga

    Benda asing yang mendekam didalam lubang telinga Luka pada kepala

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    23/25

    Alergi

    Eustachian rongga terblokir

    Gendang telinga yang tertusuk

    Infeksi telinga

    Reaksi terhadap obat-obatan

    Gangguan Telinga Luar

    Otalgia

    Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya

    (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga),

    maka kulit di tempat ini menjadi sangat sensitif.

    Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan

    dapat juga disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring. Banyak keluhan

    nyeri telinga sebenarnya akibat nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis.

    Diperkirakan bahwa lebih c 50% pasien yang mengeluh otalgia tidak ditemukan

    pnyakit telinganya.

    Impaksi Serumen

    Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan

    warna yang bervaria Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang

    dapat mengalami infaeksi, menyebabkan rasa penuh dalam telinga, dan/atau

    kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna populasi geriatrik

    sebagai penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis auditorius dengan

    bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap kulit

    dapat mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.

    Penatalaksanaan.

    Serumen dapat diambil denga irigasi, pengisapan, atau instrumentasi. Kecuali bila

    riwayat perforasi membrana timpani atau terdapat inflamasi telinga luar (otitis

    eksterna), irigasi lembut kan prosedur yang dapat diterima untuk mengambil serumen.

    Teknik ini efektif bila serumen tidak terlalu melekat dalam kanalis auditorius eksteni

    Pengambilan serumen yang berhasil dengan irigasi ha bisa dicapai bila aliran air dapat

    mencapai bela serumen yang menyumbat agar dapat mendorongnya lateral dan ke

    luar dari kanalis. Meskipun irrigator pic air biasanya aman, namun instrumen ini

    berhubungan den perforasi membrana timpani dan bahkan cedera otologik yang lebih

    serius. Maka harus digunakan tekanan serdah mungkin yang digunakan untuk

    mencegah trail mekanik.

    Bila sebelumnya sudah terdapat perforasi membran timpani di belakang impaksiserumen, air dapat mema ruang telinga tengah. Masuknya air dingin ke da telinga

    tengah dapat mengakibatkan vertigo akut dengan cara menginduksi arus konveksi

    termal dalam kanalis semi sirkularis. Memasukkan air ke dalam rongga teli tengah

    dapat juga meningkatkan risiko infeksi. Irigasi kanalis juga terbukti mengakibatkan

    otitis eksterna: na (osteomielitis tulang temporal) pada manula pende diabetes. Bila

    harus melakukan irigasi aural pada penderita diabetes, harus digunakan larutan steril.

    Bila irigasi ti berhasil sempurna atau bila impaksi serumen tidak purna, maka dapat

    dilakukan pengangkatan secara mekanis, dengan pandangan langsung pada pasien

    yang koope-ratif oleh tenaga profesional yang terlatih. Serumen juga dapat

    dilunakkan dengan meneteskan beberapa tetes gliserin hangat, minyak mineral, atau

    hidrogen peroksida perbandingan setengah selama 30 menit sebelum pengangkatan.Bahan seruminolitik, seper-ti peroksida dalam gliseril (Debrox) atau Cerumenex juga

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    24/25

    tersedia; namun, senyawa ini dapat menyebabkan reaksi alergi dalam bentuk

    dermatitis. Pemakaian larutan ini dua sampai tiga kali sehari selama beberapa hari

    biasanya sudah mencukupi untuk memudahkan pengangkatan im-paksi. Bila impaksi

    serumen tak dapat dilepaskan dengan cara ini, dapat diangkat oleh petugas perawatan

    kesehatan dengan instrumen khusus seperti kuret serumen dan pengisap aural yang

    menggunakan mikroskop binokuler untuk pembesaran.Benda Asing

    Otitis Eksterna

    Infeksi, utamanya bakteri atau jamur, merupakan masalah yang paling sering pada

    telinga. Kebanyakan penyebab otitis eksterna (infeksi telinga luar) termasuk air dalam

    kanalis auditorius eksternus (telinga perenang), trauma kulit kanalis memungkinkan

    masuknya organisme ke jaringan, dan kondisi sistemik seperti defisiensi vitamin dan

    kelainan endokrin. Kanalis telinga normal steril pada beberapa orang; sedang lainnya

    mengandung Staphylo-coccus albus dan/atau organisme lain seperti difteroid. Patogen

    otitis eksterna yang paling sering adalah Staphy-lococcus aureus dan spesies

    Pseudomonas. Jamur yang paling sering dapat terisolasi dari telinga normal maupun

    yang terinfeksi adalah Aspergillus. Otitis eksterna sering disebabkan oleh dermatosisseperti psoriasis, ekzema, atau dermatitis sebore. Bahkan reaksi alergi terhadap

    semprot rambut, cat rambut, dan losion pengeriting rambut permanen dapat

    mengakibatkan dermatitis, yang akan hilang bila bahan penyebabnya dihilangkan.

    ManifestasiKlinis.

    Pasien biasanya datang dengan nyeri, cairan dari kanalis auditorius eksternus, nyeri

    tekan aural (biasanya tak terdapat pada infeksi telinga tengah), dan kadang demam,

    selulitis, dan limfadenopati. Keluhan lain dapat meliputi pruritus dan kehilangan

    pendengaran atau perasaan penuh. Pada pemeriksaan otoskopis kanalis telinga

    nampak eritema dan edema. Cairan berwarna taming atau hijau dan berbau busuk.

    Pada infeksi jamur bahkan dapat terlihat spora hitam seperti rambut.Penatalaksanaan. Prinsip terapi ditujukan untuk menghilangkan ketldaknyamanan,

    mengurangi pembeng-kakan kanalis telinga, dan mengeradikasi infeksi. Tak jarang

    pasien mendapat resep analgetik selama 48 sampai 92 jam pertama. Bila jaringan di

    kanalis eksternus meng-alami edema, perlu dipasang sumbu untuk menjaga kanalis

    tetap terbuka sehingga cairan obat (mis. larutan Burow, sediaan antibiotika telinga)

    dapat dimasukkan). Obat tersebut dapat diberikan dengan penetes dengan suhu

    ruangan. Obat yang dipakai biasanya kombinasi antibiotika dan kortikosteroid untuk

    melemaskan jaringan yang terinflamasi. Jika terdapat selulitis atau demam, maka

    perlu diberikan antibiotika sistemik. Bahan anti-jamur dapat diberikan bila perlu.

    Pasien diingatkan untuk tidak membersihkan sendiri kanalis auditorius eksternus

    menggunakan lidi kapas. Pasien juga dilarang untuk berenang atau memasukkan airke dalam telinga ketika mencuci rambut atau mandi. Wool kambing atau kapas dapat

    diolesi jel yang tak larut air (seperti vaselin) dan diletakkan di telinga untuk mencegah

    kontaminasi air. Pasien dapat mencegah infeksi dengan menggunakan preparat

    antiseptik telinga sehabis

    6. Menjaga Telinga dan Pendengaran Berdasar Ajaran Islam

    SETIAP manusia dikurniakan dengan nikmat pancaindera yang melengkapkan sifat

    seseorang menjadi manusia sempurna termasuk nikmat pendengaran, penglihatan,

    sentuhan serta deria bau. Anugerah pendengaran adalah antara paling kerap disebut

    dalam al-Quran baik dari segi penciptaannya mahupun tatacara penggunaannyaseperti yang dikehendaki Yang Maha Mencipta. Firman Allah yang bermaksud:

  • 8/7/2019 pbl skenario 2 tht

    25/25

    Kemudian Dia menyempurnakan kejadiannya serta meniupkan padanya roh ciptaan-

    Nya dan Dia mengurniakan kepada kamu pendengaran, penglihatan dan hati (akal

    fikiran), (supaya kamu bersyukur, tetapi) amatlah sedikit kamu bersyukur. (Surah

    as-Sajdah, ayat 9) Bersyukur dengan nikmat pendengaran adalah suatu yang mesti

    bagi seseorang hamba. Pembuktian terhadap sifat syukur itu bukan saja cukup dengan

    sebutan di mulut tetapi bagaimana cara kita menggunakan nikmat itu juga menjadimanifestasi tahap kesyukuran kepada Tuhan yang meminjamkan nikmat begitu

    berharga. Menunjukkan sifat menghargai atau berterima kasih terhadap sesuatu

    pemberian termasuklah cara bagaimana kita menggunakannya. Seseorang hamba

    yang bersyukur harus menjaga telinga dan pendengaran mereka meliputi kedua-dua

    aspek iaitu penjagaan lahiriah dan batiniah. Penjagaan lahiriah termasuklah menjaga

    kebersihan telinga dengan cara yang betul, seperti tidak menggunakan pin rambut dan

    putik kapas untuk mengorek telinga, menjauhi sumber bunyi bising yang melampau

    dan mendapatkan rawatan apabila sesuatu mula dirasakan tidak kena berlaku pada

    telinga atau pendengaran mereka. Daripada Ibnu Al-Harith, Rasulullah SAW

    bersabda yang bermaksud: Dan sebaik-baik perkara ialah secara sederhana.

    (Hadis riwayat al-Baihaqi) Penjagaan pendengaran secara batiniah jugamenggambarkan sama ada seseorang bersyukur atau tidak dengan kurniaan itu.

    Seperti telinga wajar dijauhi daripada sumber kebisingan, deria pendengaran juga

    haruslah dijaga daripada diterjah oleh kandungan bicara yang sia-sia apatah lagi

    perkara berunsurkan umpat keji, celaan terhadap orang lain, ungkapan berbau adu

    domba, tuduhan dan fitnah. Apa yang lebih penting ialah pendengaran kita seharusnya

    dioptimumkan dengan sumber yang boleh mendekatkan kita kepada Ilahi. Ini kerana

    di sekeliling kita ada begitu banyak peluang dan punca untuk mencapai keredaan

    Allah. Firman Allah yang bermaksud: Supaya Kami jadikan peristiwa itu peringatan

    bagi kamu dan supaya diperhatikan oleh telinga yang mahu mendengar. (Surah al-

    Haqqah, ayat 12) Sesungguhnya, kaedah menzahirkan sifat syukur terhadap anugerah

    telinga dan pendengaran dinukilkan dengan jelas oleh ilmuwan yang banyak mengkaji

    keagungan pada penciptaan Tuhan. Apa lebih penting, perkara berkenaan penggunaan

    deria ini secara berhemah dan menyeluruh juga diterangkan dan diperingatkan dengan

    jelas sekali dalam Al-Quran. Jelas sekali masih ramai kalangan manusia tidak

    menggunakan telinga untuk mendengar apa yang sepatutnya tetapi lebih berminat

    memasukkan bahan yang kebanyakannya adalah hiburan bersifat sementara.

    Sewajarnya, sikap ini perlu diperbetulkan kerana apa yang masuk ke dalam telinga,

    sekalipun ia keluar mengikut telinga kiri tetap akan dipersoalkan penggunaan pada

    hari akhirat nanti. Nikmat pendengaran ini terlalu besar bagi mereka yang

    menghargainya atau kehilangannya. Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah lagi

    yang hendak kamu dustakan