pbl skenario 2 blok mpt

25
NAMA : Annisa Karla Arini Sesunan NPM : 1102013035 LI.1. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Hipersensitivitas 1.1. Definisi Peningkatan reaktivitas atau sensitifitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Reaksi hipersensitivitas terdiri atas berbagai kelainan yang heterogen yang dapat dibagi menurut berbagai cara (Baratawidjaja,2012)  Imunologi dasar edisi ke    10 1.2. Klasifikasi MENURUT WAKTU 1. Reaksi Cepat Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. Ikatan silang antara allergen dan IgE pada permukaan sel mast menginduksi penglepasan mediator vasoaktif. 2. Reaksi Intermediet Reaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi ini melibatkkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan melalalui aktivasi komplemen dan atau sel NK/ADCC . menifestasi reaksi intermediet dapat  berupa:  Reaksi transfusi darah  Reaksi athus lokal dan sistemik seperti serum sickness 3. Reaksi lambat Reaksi lambat terlihat sampai sekitar 48jam setelah terjadi pajanan dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi sel Th.

Upload: annisa-karla-arini-sesunan-ii

Post on 02-Mar-2016

82 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 1/25

NAMA : Annisa Karla Arini Sesunan

NPM : 1102013035

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Reaksi Hipersensitivitas

1.1. Definisi

Peningkatan reaktivitas atau sensitifitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau

dikenal sebelumnya. Reaksi hipersensitivitas terdiri atas berbagai kelainan yang

heterogen yang dapat dibagi menurut berbagai cara (Baratawidjaja,2012)

 Imunologi dasar edisi ke –  10 

1.2. Klasifikasi

MENURUT WAKTU

1.  Reaksi Cepat

Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. Ikatan silangantara allergen dan IgE pada permukaan sel mast menginduksi penglepasan mediator

vasoaktif.

2.  Reaksi Intermediet

Reaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi

ini melibatkkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan melalalui

aktivasi komplemen dan atau sel NK/ADCC . menifestasi reaksi intermediet dapat

 berupa:

  Reaksi transfusi darah

  Reaksi athus lokal dan sistemik seperti serum sickness

3.  Reaksi lambat

Reaksi lambat terlihat sampai sekitar 48jam setelah terjadi pajanan dengan antigen

yang terjadi oleh aktivasi sel Th.

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 2/25

 

MENURUT GELL DAN COOMBS

Reaksi hipersensitivitas oleh Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963) di bagidalam 4 tipe yaitu :

1.  Reaksi Hipersensitivitas type 1 : 

Merupakan reaksi IgE atau reaksi anafilaktik. Reaksi yang timbul segera

sesudah badan terpajan oleh antigen kurang dari 1 jam. 2.  Reaksi Hipersensitivitas type 2 :

Merupakan reaksi sitotoksik atau reaksi yang melibatkan IgG atau IgM. IgG

atau IgM bekerja pada antigen yang terdapat dalam permukaan sel atau

 jaringan.

3.  Reaksi Hipersensitivitas type 3 :

Merupakan reaksi kompleks imun yaitu komplek Ab-Ag yang mengaktifkan

komplemen setelah mengedap di pembuluh darah atau jaringan.

4.  Reaksi Hipersensitivitas type 4: 

Merupakan reaksi selular. Terdiri dari 4 reaksi:

  Reaksi Jonas Mote : Ditandai oleh adanya infiltrasi dibawah epidermis

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 3/25

  Hipersensitiv kontak atau dermatitis kontak : terjadi pada tempat kontak

dengan allergen sel langerhans sbg APC berperan.

  Reaksi Tuberkulin: Terjadi 20 jam setelah terpajan. Terjadi atas infiltrasi

sel mononuclear

  Reaksi Granuloma : Paling penting karena menimbulkan efek patologisyaitu karena adanya antigen yang peresisten dalam makrofag.

(Bratawidjaja,2002;dr.Insan Sosiawan,2013)

1.3. Etiologi

  Benda asing pada lingkungan (dapat berupa pakaian, makanan)

  Perbedaan keadaan fisik tiap bahan, misalnya berat molekul tiap bahan

 berbeda. Apabila berat molekulnya besar maka daya sensitivitasnya juga lebih besar

  Kekerapan pajanan

  Daya tahan tubuh seseorang, contohnya org tersebut penderita

imunodefesiensi atau tidak

  Daya reaksi silang antar bahan akan berpengaruh terhadap timbulnya alergi.

(Retno W Soebaryo,2002)

LI. 2 Memahami dan menjelaskan reaksi Hipersensitivitas tipe 1

2.1. Definisi

Reaksi hipersensitifitas tipe 1 adalah suatu reaksi yang terjadi secara

cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi mengikuti kombinasi suatu

antigen dengan antibodi yang terlebih dahulu diikat pada permukaan sel

 basofilia (sel mast) dan basofil.

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 4/25

 

2.2. Mekanisme

Pada tipe 1 terdapat beberapa fase, yaitu :

a.  Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membentuk IgE sampai

diikat silang oleh reseptor spesifik pada permukaan sek mast/basofil.

 b.  Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan

antigen yang spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan

granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara

antigen dan IgE.

c.  Fase efektor yaitu waktu yang terjadi respon yang kompleks (anafilaksisi)

sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan

aktivasi farmakologik.

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 5/25

Antigen menginduksi sel B untuk membentuk antibodi IgE dengan

 bantuan sel Th yang mengikat erat dengan bagian Fc-nya pada sel mast dan

 basofil. Beberapa minggu kemudian, apabila tubuh terpajan ulang dengan

antigen yang sama, maka antigen akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada

 permukaan sel mast dan basofil. Akibat ikatan antigen-IgE, sel mast dan

basofil mengalami degranulasi dan melepas mediator dalam waktubeberapa menit yang preformed antara lain histamin yang

menimbulkan gejala reaksi hipersensitivitas tipe I.

Mediator primer utama pada hipersensitivitas Tipe 1

Mediator Efek

Histamin Peningkatan permeabilitas kapiler, vasodilatasi, kontraksiotot polos, sekresi mukosa gaster

ECF-A Kemotaksis eosinofil

 NCF-A Kemotaksis neutrofil

Protease

Sekresi mukus bronkial, degradasi membran basal

 pembuluh darah, pembentukan produk pemecah

komplemen

PAFAgregasi dan degranulasi trombosit, kontraksi otot polos

 paru

Hidrolase asam Degradasi matriks ekstraseluler

Mediator sekunder utama pada Hipersensitivitas Tipe 1

Mediator Efek

Sitokin Aktivasi berbagai sel radang

Bradikinin

Peningkatan permebilitas kapiler,

vasodilatasi, kontraksi otot polos,

stimulasi ujung saraf nyeri

Prostaglandin D2Kontrakso otot polos paru,

vasodilatasi, agregasi trombosit

LeukotrienKontraksi otot polos, peningkatan

 permeabilitas, kemotaksis

2.3. Gambaran Klinik

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 6/25

a.  Reaksi lokal

Reaksi hipersensitifitas tipe 1 lokal terbatas pada jaringan atau

organ spesifik yang biasanya melibatkan permukaan epitel tempat alergan

masuk. Kecenderungan untuk menunjukkan reaksi Tipe 1 adalah

diturunkan dan disebut atopi. Sedikitnya 20% populasi menunjukkan

 penyakit yang terjadi melalui IgE seperti rinitis alergi, asma dan dermatitisatopi. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit, segera diikat oleh

sel mast/basofil. IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast akan

menetap untuk beberapa minggu. Sensitasi dapat pula terjadi secara pasif

 bila serum (darah) orang yang alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi

orang normal. Reaksi alergi yang mengenai kulit, mata, hidung dan saluran

nafas.

 b.  Reaksi sistemik –  anafilaksisi

Anafilaksisi adalah reaksi Tipe 1 yang dapat fatal dan terjadi dalam

 beberapa menit saja. Anafilaksis adalah reeaksi hipersensitifitas Gell dan

Coombs Tipe 1 atau reaksi alergi yang cepat, ditimbulkan IgE yang dapatmengancam nyawa. Sel mast dan basofil merupakan sel efektor yang

melepas berbagai mediator. Reaksi dapat dipacu berbagai alergan seperti

makanan (asal laut, kacang-kacangan), obat atau sengatan serangga dan

 juga lateks, latihan jasmani dan bahan anafilaksis, pemicu spesifiknya tidak

dapat diidentifikasi.

c.  Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid

Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoid adalah reaksi sistemik umum

yang melibatkan pengelepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak

melalui IgE. Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektor

nonimun. Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi Tipe I seperti syok,

urtikaria, bronkospasme, anafilaksis, pruritis, tetapi tidak berdasarkan atas

reaksi imun. Manifestasi klinisnya sering serupa, sehingga kulit dibedakan

satu dari lainnya. Reaksi ini tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk

menimbulkan sensitasi. Reaksi anafilaktoid dapat ditimbulkan antimikroba,

 protein, kontras dengan yodium, AINS, etilenoksid, taksol, penisilin, dan

 pelemas otot.

Reaksi Alergi

Jenis Alergi Alergen Umum Gambaran

AnafilaksisObat, serum, kacang-

kacangan

Edema dengan peningkatan permeabilitas kapiler, okulasi

trakea , koleps sirkulasi yang

dapat menyebabkan kematian

Urtikaris akut Sengatan serangga Bentol, merah

Rinitis alergi Polen, tungau debu rumah Edema dan iritasi mukosa nasal

Asma Polen, tungau debu rumah

Konstriksi bronkial,

 peningkatan produksi mukus,

inflamasi saluran nafas

MakananKerang, susu, telur, ikan,

 bahan asal gandum

Urtikaria yang gatal dan

 potensial menjadi anafilaksis

Ekzem atopi Polen, tungau debu runah, beberapa makanan

Inflamasi pada kulit yangterasa gatal, biasanya merah

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 7/25

dan ada kalanya vesikular

LI.3.Memahami dan menjelaskan Hipersensitivitas Tipe 2

3.1. Definisi

Reaksi hipersensitivitas tipe II atau sitotoksik atau sitoliktik terjadi akibat di

 bentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen IgM yang merupakan bagian sel

 pejamu. Reaksi.diawali oleh reaksi terhadap antibodi dan determinan antigen yangb

merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul

asesori dan metobholisme sel dilihatkan.

Reaksi sitotoksik lebih tepat mengingat reaaksi oleh lisis bukan efek toksik. Antibodi

tersbut dapaat mengaktifkan sel yang memilik reseptor Fcy-R dan Juga sel NK yang

dapat berperan sebagai sel efecktor dan menimbulkan kerusakan melalui ADCC.

Reaksi tipe II mengambarkan dan menunjukkan manisfestasi klinik.

(KarnenGarna Baratwidjaja IrisRengganis :Imunologi Dasar,Edisi 10 ,2012)

3.2. Mekanisme reaksi Hipersensitivitas tipe II

Pada hipersensitivitas tipe II ,antibodi yang ditunjukkan kepada antigen

 permukaan sel ataubjaringan berinteraksi dengan komplemen dan berbagai jenis sel

efektor .untuk merusak sel sasasaran .Setelah antibodi melekat pada permukaaan

sel,antibodi akan mengikata dan mengaktivasi komplemen C1 komplemen

Konsekuensinya adalah ;

Fragmen Komplemen (C3a dan C5a) yang dihasilkan oleh aktivasi komplemenakan menarik makrofag dan dan PMN ke tempat tersebut, sekaligus

menstimulasi sel mastosit dan basofil untuk memproduksi molekul yang

menarik dan mengaktifasi sel efektor lain.

Aktifasi jalur klasik komplemen mengakibatkan deposisi C3b,C3bi dan C3D

 pada membran sel sasaran

Aktivasi jalur klasik dan jalur litik menghasilkan C5b-9 yang merupakan

membran attack complex (MAC) yang kemudian menancap pada membran

sel.

Sel sel efektor ,yaitu makrofag , neutrofil, eosinofil.dan sel NK,.Berikatan pada

komplekx antibodi melalui reseptpr Fc atau berikatan dengan komponen

komplemen yang melekat pada permukaan sel tersebut.Pengikatan antibodi pada

reseptor Fc merangsang fagosit untuk memproduksi lebih banyak leukotrien dan

 plostraglandin ,yang merupakan molekul molekul yang berperan pada rewspon

inflamasi .Sel sel efektor yang telah terikat kuat pada membaran sel sasaran .

(Siti Boedina Kresno ; Diagnosis dan prosedur

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 8/25

 

Tipe II –  Hipersensitifitas Sitotoksik  

Antigen yang terikat pada permukaan sel bereaksi dengan antibodi (misalnya reaksi

hemaglutinasi dan hemolisis) dan menyebabkan :

1. Fagositosis sel itu melalui proses Opsonic Adherence (Fc) atau Immune

adeherens (C3).

2. Reaksi sitotoksik ekstraseluler oleh sel K ( Killler Cell ) yang mempunyai

reseptor untuk IgFc.

3. Lisis sel karena bekerjanya seluruh sistem komplemen.

Antibodi (IgG atau IgM) melekat pada atigen lewat daerah Fab dan bekerja

sebagai suatu jembatan ke komplemen lewat daerah Fc. Akibatnya dapat terjadi

lisis yang berperantara-komplemen, seperti yang terjadi pada anemia hemolitik,

reaksi transfusi darah atau penyakit Inkompabilitas hemolitik

Rhesus, transplantasi jaringan, reaksi auto-imun ( Autoimmune reaction) dan

reaksi obat.

LI.3.3 Memahami dan Menjelaskan Gmbaran Klinik Hipersensitivitas tipe

II

Hipersensitivitas Tipe 2: Sitotoksik

Reaksi transfusi

Sejumlah besar protein dan glikoprotein pada membran SDM disandi oleh

 berbagai gen. Bila darah individu golongan darah A mendapat transfusigolongan B terjadi reaksi transfusi, oleh karena anti B isohemaglutinin

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 9/25

 berikatan dengan sel darah B yang menimbulkan kerusakan darah direk

oleh hemolisis masif intravaskular. Reaksi dapat cepat atau lambat.

Reaksi cepat biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah

ABO yang dipacu oleh IgM. Dalam beberapa jam hemoglobin bebas

dapat ditemukan dalam plasma dan disaring melalui ginjal danmenimbulkan hemoglobinuria. Beberapa hemoglobin diubah menjadi

 bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik. Gejala khasnya berupa

demam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri

 pinggang bawah dan hemoglobinuria.

Reaksi transfusi darah yang lambat terjadi pada mereka yang pernah

mendapat transfusi berulang dengan darah yang kompatibel ABO namun

inkompatibel dengan golongan darah lainnya. Reaksi terjadi 2 sampai 6

hari setelah transfusi. Darah yang ditransfusikan memacu pembentukan

IgG terhadap berbagai antigen membran golongan darah, tersering adalah

golongan Rhesus, Kidd, Kell, dan Duffy .  

Tiga Mekanisme Utama Hipersensitivitas Tipe II

Hemolytic diseases of the newborn (HDN)

Terjadi ketidaksesuaian faktor Rhesus (Rhesus incompatibility) dimana

anti-D IgG yang berasal dari ibu menembus plasenta dan masuk ke dalam

sirkulasi darah janin dan melapisi permukaan eritrosi janin kemudian

mencetuskan reaksi hipersensitivitas tipe II. HDN terjadi apabila seorang

ibu memiliki Rhesus negatif dan mempunyai janin dengan Rhesus positif.

Sensitisasi pada ibu umumnya terjadi pada saat persalinan pertama,

karena itu HDN umumnya tidak timbul pada bayi pertama. Baru pada

kehamilan berikutnya, limfosit ibu akan membentuk anti-D IgG yang

dapat menembus placenta dan mengadakan interaksi dengan faktor rhesus pada permukaan eritrosit janin (eritroblastosis fetalis).

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 10/25

 

Anemia hemolitik

Antibiotika tertentu seperti penisilin, sefalosporin, dan streptomisin dapat

diabsorpsi nonspesifik pada protein membran SDM yang membentukkompleks serupa kompleks molekul hapten pembawa. Pada beberapa yang

membentuk antibodi yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan

Bantuan komplemen dapat menimbulkan lisis. Dengan dan anemia progresif.

LI 4. Memahami dan menjelaskan reaksi Hipersensitivitas 3

4.1. Definisi

Reaksi hipersensitivitas tipe III atau yang disebut juga reaksi kompleks imun

adalah reaksi imun tubuh yang melibatkan kompleks imun yang kemudian

mengaktifkan komplemen sehingga terbentuklah respons inflamasi melalui

infiltrasi masif neutrofil.

4.2. Mekanisme

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 11/25

Dalam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat dan

diangkut oleh eritrosit ke hati, limpa dan paru untuk dimusnahkan oleh sel

fagosit dan PMN. Kompleks imun yang besar akan mudah untuk di musnahkan

oleh makrofag hati. Namun, yang menjadi masalah pada reaksi

hipersensitivitas tipe III adalah kompleks imun kecil yang tidak bisa atau sulit

dimusnahkan yang kemudian mengendap di pembuluh darah atau jaringan.

1.  Komleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh Darah

Makrofag yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks imun

sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas berbagai bahan

yang dapat merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat menimbulkan:

  Agregasi trombosit

  Aktivasi makrofag

  Perubahan permeabilitas vaskuler

  Aktivasi sel mast

  Produksi dan pelepasan mediator inflamasi

  Pelepasan bahan kemotaksis

  Influks neutrofil

2.  Kompleks Imun Mengendap di Jaringan

Hal yang memungkinkan kompleks imun mengendap di jaringan adalah

ukuran kompleks imun yang kecil dan permeabilitas vaskuler yang meningkat.

Hal tersebut terjadi karena histamin yang dilepas oleh sel mast.

4.3. Gambaran Klinik

Reaksi-reaksi yang ditimbulkan oleh hipersensitivitas tipe III memiliki dua bentuk reaksi, yaitu lokal dan sistemik.

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 12/25

 

A.  Reaksi Lokal atau Fenomena Arthus

Pada mulanya, Arthus menyuntikkan serum kuda ke kelinci secara berulang

di tempat yang sama. Dalam waktu 2-4 jam, terdapat eritema ringan dan

edem pada kelinci. Lalu setelah sekitar 5-6 suntikan, terdapat perdarahan dan

nekrosis di tempat suntikan. Hal tersebut adalah fenomena Arthus yang

merupakan bentuk reaksi kompleks imun. Antibodi yang ditemukan adalah

 presipitin. Reaksi Arthus dalam kilinis dapat berupa vaskulitis dengan

nekrosis.

Mekanisme pada reaksi arthus adalah sebaga berikut:

1.   Neutrofil menempel pada endotel vaskular kemudian bermigrasi ke

 jaringan tempat kompleks imun diendapkan. Reaksi yang timbul yaitu

 berupa pengumpulan cairan di jaringan (edema) dan sel darah merah(eritema) sampai nekrosis.

2. 

C3a dan C5a yag terbentuk saat aktivasi komplemen meningkatkan permeabilitas pembuluh darah sehingga memperparah edema. C3a dan

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 13/25

C5a juga bekerja sebagai faktor kemotaktik sehingga menarik neutrofil

dan trombosit ke tempat reaksi. Neutrofil dan trombosit ini kemudian

menimbulkan statis dan obstruksi total aliran darah.

3.   Neutrofil akan memakan kompleks imun kemudian akan melepas bahan-

 bahan seperti protease, kolagenase dan bahan-bahan vasoaktif bersama

trombosit sehingga akan menyebabkan perdarahan yang disertai nekrosis

 jaringan setempat.

B.  Reaksi Sistemik atau Serum Sickness 

Antibodi yang berperan dalam reaksi ini adalah IgG atau IgM dengan

mekanisme sebagai berikut:

1.  Komplemen yang telah teraktivasi melepaskan anafilatoksin (C3a dan

C5a) yang memacu sel mast dan basofil melepas histamin.2.  Kompleks imun lebih mudah diendapkan di daerah dengan tekanan darah

yang tinggi dengan putaran arus (contoh: kapiler glomerulus, bifurkasi

 pembuluh darah, plexus koroid, dan korpus silier mata)

3.  Komplemen juga menimbulkan agregasi trombosit yang membentuk

mkrotrombi kemudian melepas amin vasoaktif. Bahan-bahan vasoaktiv

tersebut mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas pembuluh

darah dan inflamasi.

4.   Neutrofil deikerahkan untuk menghancurkan kompleks imun. Neutrofil

yang terperangkap di jaringan akan sulit untuk memakan kompleks tetapiakan tetap melepaskan granulnya (angry cell) sehingga menyebabkan

lebih banyak kerusakan jaringan.

5.  Makrofag yang dikerahkan ke tempat tersebut juga meleaskan mediator-

mediator antara lain enzim-enzim yang dapat merusak jaringan

Dari mekanisme diatas, beberapa hari  –   minggu setelah pemberian serum

asing akan mulai terlihat manifestasi panas, gatal, bengkak-bengkak,

kemerahan dan rasa sakit di beberapa bagian tubuh sendi dan kelenjar getah

 bening yang dapat berupa vaskulitis sistemik (arteritis), glomerulonefritis, dan

artiritis. Reaksi tersebut dinamakan reaksi Pirquet dan Schick.

LI.5 Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas tipe IV

5.1 DefinisiBaik CD4+ maupun CD8+ berperan dalam reaksi tipe IV. Sel T melepas

sitokin bersama dengan produksi mediator sitotoksik lainnya menimbulkan respons

inflamasi yang terlihat pada penyakit kulit hipersensitivitas lambat. (Imunologi Dasar

FK UI Edisi ke-10: hal. 389)

5.2 MekanismeAda 2 fase pada respons tipe IV yang dimulai dengan fase sensitasi yang mebutuhkan

1-2 minggus etelah kontak primer. Dalam fase itu, Th diaktifkan oleh APC melalui

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 14/25

MHC-II. Reaksi khas DTH seperti respons imun lainnya mempunyai 2 fase yang

dapat dibedakan yaitu fase sensitasi dan fase efektor.

Pada fase sensitasi bakteri intarseluler dimakan oleh makrofag APC, lalu APC

mensekresi sitokin, terbentuklah sel T CD4+ dan sel TDTH. Lalu pada fase efektor

sel TDTH yang tersensitasi mensekresikan IFN-gamma yang akan membuat

makrofag beristirahat. Sel TDTH juga mensekresikan TNF-beta membrane yang akanmengaktivasi makrofag. Dampak aktivasi dari makrofag adalah sintesis molekul

MHC-II, sintesis reseptor TNF, sintesis oksigen radikal, dan sintesis oksida nitrit.

(Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 391)

5.3 Gambaran Klinis1.  Dermatitis Kontak

Penyakit CD4+ yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan tidak

 berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak sdengan bahan seperti

formaldehid, nikel, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam cat rambut yang

menimbulkan dermatitis kontak terjadi melalui sel Th1.(Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 393)

2.  Hipersensitivitas Tuberkulin

Bentuk alergi bacterial spesifik terhadap produk filtrate biakan M.

Tuberkulosis yang bila disuntikan ke kulit, akan menimbulkan reaksi

hipersensitivitas lambat tipe IV. Yang berperan dalam reaksi ini adalah sel

limfosit CD4+ T. Setelah suntikan intrakutan ekstrak tuberculin atau derivate

 protein yang dimurnikan (PPD), daerah kemerahan dan indurasi timbul di

tempat suntikan dalam 12-24 jam. Pada individu yang pernah kontak dengan

M. Tuberkulosis, kulit bengkak terjadi oada hari 7-10 pasca induksi. Reaksi

dapat dipindahkan melalui sel T. (Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 393)

3.  Reaksi Jones Mote

Reaksi hipetsensitivitas tipe IV terhadap antigen protein yang ebrhubungan

dengan infiltrasi basophil mencolok di kulit di bawah dermis. Reaksi juga

disebut hipersensitivitas basophil kutan. Dibanding dengan hipersensitivitas

tipe IV lainnya, reaksi ini adalah lemah dan nampak beberapa hari setelah

 pajanan dengan protein dalam jumlah kecil. Tidak terjadi nekrosis dan reaksi

dapat diinduksi dengan suntikan antigen larut seperti ovalbumin dengan

ajuvan Freund. (Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 393)

4.  T Cell Mediated Cytolisis (Penyakit CD8+)Dalam T Cell Mediated Cytolisis, kerusakan terjadi melalui sel CD8+/ CTL/

Tc yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakit yang ditimbulkan

hipersensitivitas selular cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan

 biasanya tidak sistemik. Pada penyakit virus hepatitis, virus sendiri tidak

sitopatik, tetapi kerusakan ditimbulkan oleh respons CTL terhadap hepatosit

yang terinfeksi. (Imunologi Dasar FK UI ke-10: hal. 394)

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 15/25

L.I.6. Antihistamin

6.1.Definisi

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan

atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonishistamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk

kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor histamin H1.

Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang disebabkan

oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi), seperti serbuk

sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin dalam jumlah

signifikan di tubuh.

6.2. Famokokinetik

1.  AH1 

Setelah pemberian oral atau parental, AH1  diabsorpsi secara baik.

Efeknya timbul 15-30 menitsetelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2

 jam. Lama kerja AH1 generasi I setelah pemberian dosis tunggal umumnya 4-

6 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan limpa, ginjal, otak,

otot, dan kulit kadarnya rendah. Tempat utama biotransfarmasi AH1  adalah

hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan ginjal. AH1 diekskresi melalui urin

setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.

2. AH2 

 Simetidin

Bioavailabilitas oral simetidin sekitar 70 %. Sama dengan setelah pemberianIV atau IM. Ikatan protein plasmanya hanyalah 20 %. Absorpsi simetidin

diperlambat oleh makanan, sehingga simetidin diberikan bersama atau segera

setelah makan dengan maksud untuk memperpanjang efek pada periode

 pasca makan. Absorpsi simetidin terutama terjadi pada menit ke 60-90.

Simetidin masuk ke dalam SPP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20 %

dari kadar serum. Sekitar 50-80 % dari dosis IV dan 40 % dari dosis oral

simetidin diekskresi dalam bentuk asal dalam urin. Masa peruh eliminasinya

sekitar 2 jam.

 Renitidin

Biovailabilitas renitidin yang diberikan secara oral sekitar 50 % dan

meningkat pada pasien penyakit hati. Masa [paruhnya kira-kira 1,7  –  3 jam

 pada orang dewasa, dan menmanjang pada orang tua dan pada pasien gagal

ginjal. Pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidine juga memanjang

menskipun tidak sebesar pada gagal ginjal. Kada puncak pada plasma dicapai

1.3 ja setalah penggunana 150 mg ranitidine secara oral, dan yang terikat

 protein plasma hanya 15%. Ranitidine mengalami metabolisme lintas utama

dihati dalam jumlah cukup besar setelah pemberian oral. Rranitidin dan

metabolitnya dieksresi rerutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja. Sekitar

70% dari ranitidine yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan secaraoral dieksresi dalam urin dalam bentuk asal.

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 16/25

 Famotidin

Famotidin mencapai kadar puncak diplasma kira-kira dalam 2 jam setelah

 penggunaanan secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam dan bioavailibitas

40-50%. Metabolit utama adalah famotidine-S-oksida. Setelah dosis oral

tunggal, sekitar 25% dari dosis ditemukan dalam bentuk asal di urin.npada

 pasien gagal ginjal berat masa paruh eliminasi dapat melebnihi 20 jam.  Nizatidin

o  Bioavailibitas oral nizatidin lebih dari 90% dan tidak dipengaruhi oleh

makanan atau antikolinergik. Klirens menurun pada pasien uremik dan

usia lanjut.

o  Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oraldicapai dalam 1 jam,

masa paruh plasma sekitar satu setengah jam dan lama kerja sampai

dengan 10 jam. Nizatidin disekresikan terutama melalui ginjal; 90 % dari

dosis yang digunakan ditemukan diurin dalam 16 jam.

6.3. farmakodinamik

  Antagonis Reseptor H1 (AH1)

1.  Antagonis terhadap histamin. AH1 menghambat efek histamine pada

 pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 

 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang

disertai penglepasan histamine endogen berlebihan..

2.  Otot polos. AH1  efektif menghambat kerja histamine pada otot polos usus

dan bronkus

3.  Permeabilitas kapiler, Peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat

histamine, dapat dihambat dengan efektif oleh AH1. 4.  Reaksi anafilaksis dan alergi. Reaksi anafilaksis dan beberapa reaksi alergi

refrakter terhadap pemberian AH1, karena disini bukan histamine saja yang

 berperan tetapi autacoid lain yang dilepaskan. Efektivitas AH1  melawan

 beratnya reaksi hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya gejala

akibat histamine

5.  Kelenjar Eksokrin. Efek perangsang histamine terhadap sekresi cairan

lambung tidak dapat dihambat oleh AH1. AH1dapat menghambat sekresi

saliva dan sekresi kelenjar eksokrin lain akibat histamine.

6.  Susunan syaraf pusat. AH1  dapat merangsang maupun menghambat SSP.

Efek perangsangan yang kadangpkadang terlihat dengan dosis AH1 biasanya

adalah insomnia, gelisah, dan eksitasi. Dosis terapi AH1  umumnyamenyebabkan penghambatan SSP dengan gejala misalnya kantuk,

 berkurangnya kewaspadaan, dam waktu reaksi yang lambat.

7.  Anastesi local. AH1 yang baik untuk anastesi local adalah prometazin dan

 prilamin. Akan tetapi untuk menibulkan efek tersebut dibutuhkan kadat yang

 beberapa kali lebih tinggi daripada sebagai antihistamin.

8.  Antikolinergik. Dapat timbul pada beberapa pasien berupa mulut kering,

kesukaran miksi dan impotensi.

9.  Sistem kardiovaskular. Dalam dosis terapi, AH1  tidak memperlihatkan efek

yang berarti pada system kardiovaskular.

Penggolongan Antihistamin (AH1)Golongan dan Dosis Dwasa Masa Kerja Aktivitas

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 17/25

Contoh Obat Antikolinergik

ANTIHISTAMIN GENERASI I

Etanolamin

-Karbinoksamin 4-8 mg 3-4 jam +++

-Difenhidramin 25-50 mg 4-6 jam +++

-Dimenhidrinat 50 mg 4-6 jam +++Etilenediamin

-Pirilamin 25-50 mg 4-6 jam +

-Tripelenamin 25-50 mg 4-6 jam +

Piperazin

-Hidroksizin 25-100 mg 6-24 jam ?

-Siklizin 25-50 mg 4-6 jam -

-Meklizin 25-50 mg 12-24 Jam -

Alkilamin

-Klorfeniramin 4-8 mg 4-6 jam +

-Bromfeniramin 4-8 mg 4-6 jam +Derivat Fenotiazin

-prometazin 10-25 mg 4-6 jam +++

Lain-Lain

-siprogeptadin 4 mg ± 6 jam  +

-mebhidrolin

napadisilat

50-100 mg ± 4 jam +

ANTIHISTAMIN GENERASI II

-astemizol 10 mg < 21 jam -

-faksofenadin 60 mg 12-24 jam -

Lain-Lain

-loratadin 10 mg 24 jam -

-setirizin 5-10 mg 12-24 jam

  Antagonis Reptor H2 (AH2)

Antagonis reseptor H2  berkerja menghambat sekresi asam lambung.

Burimamin dan metiamid merupakan antagonis resptor H2 yang pertama kali

ditemukan, namun karena toksik tidak digunakan diklinik. Antagonis reseptor

H2 yang ada dewasa ini adalah simetidin, ranitidine, famotidine, dan nizatidin.

1.  Simetidin dan Ranitidin

Simetidin dan renitidin menghambat reseptro H2 secara selektif dan

reversible. Perangsang reseptor H2 akan merangsang sekresi asal m=lambung,

sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidine sekresi asam lambung

dihambat. Pengaruh fisiologik simetidin dan ranitidine terhadap resptor H2 

lainnya =, tidak begitu penting. Walaupun tidak sebaik penekanan sekresi

asam lambung pada keadaan basal, simetidin dan ranitidine dapat

menghambat sekresi asam lambung akibat perangsangan obat muskarinik,

stimulasi vagus, atau gastrin. Simetidin dan ranitidine juga mengganggu

volume dan kadar pepsin cairan lambung.

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 18/25

 

2.  Famotidine

Sama halnya dengan simitidin dan ranitidine, famotidine merupakan AH2 

sehingga dapat menghambat sekresi asam labung pada keadaan basal, malam

dan akibat distimulasi oleh pentagastrin. Famotidine 3x lebih poten daripada

ranitidine dan 20x lebih poten dari pada simetidin.

3.   Nizatidine

Potensi nizatidin dalam menghambat sekresi asam lambung kurang lebih sama

dengan ranitidine.

6.4.Efek SampingA. AH1 

Efek yang palingsering adalah sedaso, yang justru menguntungkan

 pasien yang dirawat di RS atau pasien yang perlu banyak tidur. Tapi efek ini

menggangu bagi pasien yang memerlukan kewaspadaan tingkat tinggi.

Sehingga kemungkinan terjadi nya kecelakaan.Efek sampung yang berhubungan dengan efek sentral AH1 adalah

vertigo, tinnitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia,

euphora, gelisah, insomnia, dan tremor. Efek samping yang paling sering juga

nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi

atau diar; efek samping ini akan berkurang jika AH1 diberikan sewaktu makan.

Efek samping yang mungkin timbul oleh AH1 adalah mulut kering,

dysuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan.

AH1  bisa menimbulkan aleri pada pemberian oral, tetapi lebih sering terjadi

akibat penggunaan local berupa dermatitis alergik. Demam dan

fotosensitivitas juga pernah dilaporkan terjadi AH1  jarang menimbulkan

komplikasi berupa leukopenia dan agranulositosis.

B.  AH2 

 Simetidin dan Ranitidin

Efek samping ini antara lain nyeri kepala, pusing, malaise, myalgia, mual,

diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libido, dan impoten.

 Famotidin

Efek samping famotidin biasanya ringan dan jarang terjadi, misalnya sakit

kepala, pusing, konstipasi dan diare. Seperti halnya dengan renitidin,

famotidine nampaknya lebih baik dari simetidin karena tidak menimbulkan

efek antiandrogenik

  Nizatidin

 Nizatidin umumnya jarang menimbulkan efek samping. Efek samping ringan

saluran cerna dapat terjadi. Peningkatan kadar asam urat dan transaminase

serum ditemukan pada beberapa pasien yang nampaknnya tidak

menimbulkan gejala klinik yang bermakna.

LI.7. Memahami dan Menjelaskan Kortikosteroid

7.1 Definisi

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 19/25

Kortikosteroid adalah hormon yang disintesis di korteks adrenal,

 berasal dari kolesterol dengan struktur utama siklopentanoperhidrofenantren

dan hasil akhir berupa aldosteron dan kortisol (21 atom C). Selain

kortikosteroid juga dihasilkan androgen lemah (19 atom C). Istilah

“kortikosteroid” sendiri sebenarnya mengacu baik kepada glukokortikoid dan

mineralokortikoid, namun dalam penggunaan sehari-hari lebih banyak

mengacu kepada glukokortikoid saja.

Kortikosteroid bekerja dengan cara mempengaruhi kecepatan sintesis

 protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara

difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor

 protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-

steroid. Kompleks ini mengalami perubahan konformasi, lalu bergerak menuju

nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi

RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini yang akanmenghasilkan efek fisiologik steroid.

Kortikosteroid memiliki dua efek utama, yaitu dalam metabolisme dan

inflamasi. Kortikosteroid berfungsi dalam proses glukoneogenesis di hati,

lipolisis dan mobilisasi asam amino (sebagai substrat untuk glukoneogenesis)

serta menghambat/inhibisi ambilan glukosa di otot dan jaringan adiposa.

Sedangkan untuk efek antiinflamatiknya, efek tersebut terjadi melalui

 penekanan pembentukan berbagai mediator inflamasi (fosfolipase A,

cyclooxigenase, degranulasi sel mast), menghambat fungsi makrofag, dan

 bekerja dalam keadaan inflamasi akut maupun kronik.

Penggunaan kortikosteroid dapat dibagi sebagai terapi substitusi

hormon maupun terapi non endokrin. Untuk terapi substitusi hormon,

kortikosteroid diberikan kepada penderita insuffisiensi adrenal, sedangkan

untuk terapi non-endokrin antara lain untuk pengobatan arthritis, asthma

 bronkial, alergik, penyakit kulit (dermatitis), shock anafilaktik,

 penyempurnaan fungsi paru pada fetus dll.

7.2 Farmakokinetik

Kortikosteroid diabsorbsi cukup baik pada pemberian oral. Untuk

mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh diberikan secara IV.

Untuk mendapatkan efek yang lama, diberikan secara IM. Glikokortikoid

dapat diabsorbsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang synovial.

Biotransformasi terjadi didalam dan diluar hati. Metabolitnya merupakan senyawa

inaktif atau berpotensi rendah. Proses reduksi dan menjadi lebih mudah larut yang

kemudian dieksresikan terutama terjadi di hepar dan sebagian kecil di ginjal.  

7.3 Farmakodinamik

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 20/25

-  Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan

lemak.selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular,

ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.

-  Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua

golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.

  Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogenhepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada

keseimbangan air dan elektrolit kecil.

  Efek pada mineralokortikoid ialah terhadap keseimbangan air

dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan

glikogen hepar sangat kecil.

-  Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi 3 golongan

 berdasarkan massa kerjanya.

  Sediaan kerja singkat mempunyai masa paruh biologis kurang

dari 12 jam.

  Sediaan kerja sedang mempunyai masa paruh biologis antara

12-36 jam.  Sediaan kerja lama mempunyai masa paruh biologis lebih dari

36 jam.

7.4 Efek samping

Efek samping jangka pendek  

  Peningkatan tekanan cairan di mata (glaukoma)

  Retensi cairan, menyebabkan pembengkakan di tungkai.

  Peningkatan tekanan darah

  Peningkatan deposit lemak di perut, wajah dan leher bagian belakang

Efek samping jangka panjang. 

  Katarak

  Penurunan kalsium tulang yang menyebabkan osteoporosis dan tulang

rapuh sehingga mudah patah.  Menurunkan produksi hormon oleh kelenjar adrenal

  Menstruasi tidak teratur

  Mudah terinfeksi

  Penyembuhan luka yang lama

LI.8. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Hati-hati

(Tabayun, Istiqomah, Manfaat dan Mudarat)

 Nabi bersabda,”Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat tepat pada penyakitnya maka ia akan sembuh dengan izin Allah.” (HR Muslim: I/191) 

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 21/25

Abu Hurairah meriwayatkan secara marfu‟, “Tidaklah Allah menurunkan

 panyakit kecuali menurunkan obatnya.”(HR Bukhari: VII/158) 

Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda, “ Kesembuhan ada pada tiga hal,

minum madu, pisau bekam, dan sengatan api. Aku melarang umatku

menyengatkan api.” (HR Bukhari dan Muslim) 

Dari firman Allah disini dapat dipahami: bahwasanya agama islam di

 bagun untuk kemaslahatan artinya : semua syari‟at dalam perintah dan

larangannya serta hukum-hukumnya adalah untuk mashoolihi  (manfaat-

manfaat) dan makna masholihi adalah : jamak dari maslahat artinya :

manfaat dan kebaikan.

Misal : Allah melarang minuman keras dan judi karena mudharat

(bahayanya) lebih besar dari pada manfaatnya, sebagaimana dikatakan

dalam QS : Al-Baqorah :219

ث   ف م ر نا ر و   نا   ك ى   ي    ر    ث هس و   فع     و  ر 

2:219. “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:

“Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia,

tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. 

1. Firman Allah ta‟ala : 

)751 :

ازاف (

ئ ن ا  

ى ه  

و ز  

 

ث ن ا  

ى ن 

م  

 

Dan dia menghalalkan yang baik bagi mereka serta mengharamankan bagi

mereka segala sesuatu yang buruk “ ( al a’raf : 157 ) 

Rokok termasuk hal yang buruk dan membahayakan diri sendiri , dan orang

lain serta tak sedap baunya.

ت .2 ه ن ا   ى ان د أ  ا ه     )  )  : 195ةرقبلا

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan ” ( al

baqoroh : 195)  

Rokok mengakibatkan penyakit yang bisa membinasakan seperti kanker,

 penyakir paru-paru dan lain sebagainya.

3. ) 92 : ن ا  ( ح ر ى    ك    ا ى  ا ه    

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah terhadap kalian

Maha menyayangi ( an n isa : 29 )  

Rokok bisa membunuh penghisapnya secara perlahan-lahan

4.  ي  ز  ك ا   ا  )  )  : 19ةرقبلا

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 22/25

“Dosa keduanya ( minuman keras dan judi ) lebih besar dari pada

manfaatnya.” (QS Al -Baqoroh : 219 )  

Rokok bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya baik bagi dirinya sendiri

ataupun orang lain.

5.  ط ش ن ا   اخا ا  ك   ر د ن ا   ا ا  ز ذ  ر ذ    ) ارسالا : 26 ( 

“Janganlah menghambur -hamburkan ( hartamu ) dengan boros,

sesungguhnya pemborosan itu adalah saudaranya syaithon.” (QS Al -  Isra’ :

26 )  

Membeli rokok adalah merupakan pemborosan dan pemborosan termasuk

 perbuatannya syaithon.

6. Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :  ضزار     رازض    

„ tidak boleh membahayakan diri sendiri ataupun orang lain „ 

Merokok membahayakan si perokok, menganggu orang lain dan membuang-

 buang harta.

7. Sabda Nabi Muhammad Shallallahu‟alaihi wasallam : 

ل ن ا ضت  ا  ى ( ن  ( ز ك   ) لع قفثو  ( 

„ Allah membenci untukmu perbuatan menyia-yiakan harta.” ( HR bukhari- muslim ). 

Merokok adalah menyia-nyiakan harta dan dibenci Allah.

8. Sabda Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam : 

 م انك و فخ انر ا م انجهش انصنح و انجهش انى

) ه قت (

“Perumpamaan kawan duduk yang baik dengan kawan duduk yang jelekialah seperti pembawa minyak wangi dengan peniup api (tukang pandai

 besi)” (HR Bukhari-Muslim)  Perokok adalah kawan duduk yang jelek yang meniup api yang bisa

membakar orang di sekitarnya ataupun menyebabkan bau yang tidak sedap.

9. ا د ه ي  ا د ن خ  ى ج  ر       د       م       ي  ) ار  ) ولسو 

“Barang siapa menghirup (meminum) racun hingga mati maka racun itu akan

 berada di tangannya lalu dihirupkan slama-lamanya di neraka jahannam.”(HR Muslim).

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 23/25

Rokok mengandung racun (nikotin) yang membunuh penghisapnya perlahan-

lahan dan menyiksanya.

10. Sabda Rasulullah Shallallahu‟alaihi wasallam : 

تب دنو دج لزتنو نزتهف صب وأ ىث مأ ) ه قت (

“Barang siapa makan bawang putih atau bawang merah hendaknya

menyingkir (menjauh) dari kita dan menjauhi masjid kami dan duduklah

dirumah.” (HR Bukhari-Muslim). Rokok lebih busuk baunya dari pada bawang putih ataupun bawang merah .

11. Sebagian besar ahli fiqh mengharamkan rokok, sedang yang tidak

mengaharamkan rokok belum melihat bahayanya yang nyata yaitu penyakit

kanker dan paru-paru yang bisa membunun penghisapnya.

Tabayyun

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah (kebenarannya) dengan teliti, agar

kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (Al-

Hujurat: 6) 

Ayat ini  – seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir- termasuk ayat yang

agung karena mengandung sebuah pelajaran yang penting agar umat tidak mudah

terpancing, atau mudah menerima begitu saja berita yang tidak jelas sumbernya, atau

 berita yang jelas sumbernya tetapi sumber itu dikenal sebagai media penyebar berita

 palsu, isu murahan atau berita yang menebar fitnah. Apalagi perintah Allah ini berada

di dalam surah Al-Hujurat, surah yang sarat dengan pesan etika, moralitas dan

 prinsip- prinsip mu‟amalah sehingga Sayyid Quthb mengkategorikannya sebagai surah

yang sangat agung lagi padat (surat jalilah dhakhmah), karena memang komitmen

seorang muslim dengan adab dan etika agama dalam kehidupannya menunjukkan

kualitas akalnya (adabul abdi unwanu aqlihi).

Peringatan dan pesan Allah dalam ayat ini tentu bukan tanpa sebab atau

 peristiwa yang melatarbelakangi. Terdapat beberapa riwayat tentang sebab turun ayatini yang pada kesimpulannya turun karena peristiwa berita bohong yang harus diteliti

kebenarannya dari seorang Al-Walid bin Uqbah bin Abi Mu‟ith tatkala ia diutus oleh

Rasulullah untuk mengambil dana zakat dari Suku Bani Al-Musththaliq yang

dipimpin waktu itu oleh Al-Harits bin Dhirar seperti dalam riwayat Imam Ahmad. Al-

Walid malah menyampaikan laporan kepada Rasulullah bahwa mereka enggan

membayar zakat, bahkan berniat membunuhnya, padahal ia tidak pernah sampai ke

 perkampungan Bani Musththaliq. Kontan Rasulullah murka dengan berita tersebut

dan mengutus Khalid untuk mengklarifikasi kebenarannya, sehingga turunlah ayat ini

mengingatkan bahaya berita palsu yang coba disebarkan oleh orang fasik yang hampir

 berakibat terjadinya permusuhan antar sesama umat Islam saat itu. Yang menjadi

catatan disini bahwa peristiwa ini justru terjadi di zaman Rasulullah yang masihsangat kental dan dominan dengan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran. Lantas

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 24/25

 bagaimana dengan zaman sekarang yang semakin sukar mencari sosok yang jujur dan

senantiasa beri‟tikad baik dalam setiap berita dan informasi yang disampaikan?.

Secara bahasa, kata fasiq dan naba‟ yang menjadi kata kunci dalam ayat di

atas disebut dalam bentuk nakirah (indifinitive) sehingga menunjukkan seseorang

yang dikenal dengan kefasikannya serta menunjukkan segala bentuk berita dan

informasi secara umum; berita yang besar atau kecil, yang terkait dengan masalah pribadi atau sosial, apalagi berita yang besar yang melibatkan segolongan kaum atau

komunitas tertentu yang berdampak sosial yang buruk.

Sayyid Thanthawi mengemukakan analisa redaksional bahwa kata “in” yang

 berarti “jika” dalam ayat “jika datang kepadamu orang fasik membawa berita”

menunjukkan suatu keraguan sehingga secara prinsip seorang mu‟min semestinya

 bersikap ragu dan berhati-hati terlebih dahulu terhadap segala informasi dari seorang

yang fasik untuk kemudian melakukan pengecekan akan kebenaran berita tersebut

sehingga tidak menerima berita itu begitu saja atas dasar kebodohan (jahalah) yang

akan berujung kepada kerugian dan penyesalan. Maka berdasarkan acuan ini,

sebagian ulama hadits melarang dan tidak menerima berita dari seseorang yang

majhul (tidak diketahui kepribadiannya) karena kemungkinan fasiknya sangat jelas.Berdasarkan hukumnya, As-Sa‟di membagikan sumber (media) berita kepada

tiga klasifikasi:

Pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara hukum harus diterima.

Kedua, berita dari seorang pendusta yang harus ditolak.

Ketiga, berita dari seorang yang fasik yang membutuhkan klarifikasi, cek dan ricek

akan kebenarannya.

Disini, yang harus diwaspadai adalah berita dari seorang yang fasik, seorang

yang masih suka melakukan kemaksiatan, tidak komit dengan nilai-nilai Islam dan

cenderung mengabaikan aturannya. Lantas bagaimana jika sumber berita itu datang

dari media yang cenderung memusuhi Islam dan ingin menyebar benih permusuhan

dan perpecahan di tengah umat, tentu lebih prioritas untuk mendapatkan kewaspadaan

dan kehati-hatian.

Selain sikap waspada dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap sebuah

informasi yang datang dari seorang fasik, Allah juga mengingatkan agar tidak

menyebarkan berita yang tidak jelas sumbernya tersebut sebelum jelas kedudukannya.

Allah swt berfirman,

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya

malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Qaaf: 18).

Sehingga sikap yang terbaik dari seorang mukmin seperti yang pernah dicontohkan

oleh para sahabat yang dipelihara oleh Allah saat tersebarnya isu yang mencemarkan

nama baik Aisyah ra adalah mereka tetap berbaik sangka terhadap sesama mukmindan senantiasa berwaspada terhadap orang yang fasik, apalagi terhadap musuh Allah

yang jelas memang menginginkan perpecahan dan perselisihan di tubuh umat Islam.

“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu:

“Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya

Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.” (An-Nur: 16). 

Dalam sebuah riwayat dari Qatadah disebutkan, “At-Tabayyun minaLlah wal

„ajalatu Minasy Syaithan”, sikap tabayun merupakan perintah Allah, sementara sikap

terburu-buru merupakan arahan syaitan.

Sikap Muslim dalam Istiqamah

7/18/2019 Pbl Skenario 2 Blok Mpt

http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-2-blok-mpt-56d61ee1b045d 25/25

Lewat pengetahuan pemaparan makna istiqamah dalam berbagai konteksnya seperti

diungkap oleh para sahabat dan ulama, kita dapat mengetahui bahwa istiqamah adalah

suatu sikap konsisten, ajeg, dalam berbagai aspek kehidupan.

Seorang muslim, kapanpun dan di manapun, ia dituntut untuk bersikap teguh, tidak

maju mundur, tetap berpendirian teguh dalam memurnikan iman dan akidah darisegala bentuk kesyirikan dan kekufuran.

Teguh dalam iman berarti memegang erat-erat dalam hati bahwa tiada tuhan yang

layak disembah selain Allah Subhanahu wa Ta`ala. Segala bentuk penyembahan

kepada selain Allah Subhanahu wa Ta`ala merupakan sikap tidak istiqamah.

Seorang Muslim, tentunya juga bersikap teguh berdiri dalam ketakwaan, melaksakan

 perintah Allah Subhanahu wa Ta`ala dan menjauhi larangannya. Bertakwa tidak

hanya saat berada di bulan Ramadhan saja, atau pada momen-momen tertentu, namun

harus dilaksanakan dalam segala kondisi. Tujuannya, membangun jiwa dan pribadiyang muttaqin yang bercirikhaskan : beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat,

menafkahkan sebagian harta, beriman kepada Al Qur`an dan kitab-kitab yang telah

diturunkan sebelumnya, dan yakin akan adanya kehidupan akhirat. (Qs. Al-Baqarah :

3-4).

Selain itu, ciri lain ketakwaan yang Allah Subhanahu wa Ta`ala paparkan adalah,

mereka istiqamah dalam menafkahkan harta baik di waktu lapang maupun sempit,

cerdas dalam meluapkan emosi, mudah memaafkan, dan bergegas memohon ampunan

kepada Allah di tiap perbuatan dosa yang dilakukan. (QS. Ali Imran : 134-135).

Seorang Muslim, kapanpun dan di manapun, dituntut untuk beristiqamah dalam

mencari ilmu sebagai landasan perkataan dan perbuatan kita. Artinya, orang yang

istiqamah tidak akan melakukan dan melepas suatu ucapan seleum diketahui sumber

ilmu guna menegaskan kebenaran dari perbuatan dan ucapannya.

Orang yang istiqamah selalu menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruh. Jika

tubuh menjadi lunglai dan lemas akibat tidak mengonsumsi makanan dan minuman,

maka hati kita akan mati, sunyi, berselimut kegelapan, ketika ia kosong dari asupan

ilmu yang bermanfaat.