pbl metpen fix

28
Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Diare Akut Pada Balita Ernestin Salma Jelalu Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana Jakarta Alamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510 , Indonesia Email: [email protected] Pendahuluan Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan mulai dari pengembangan usulan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi, penulisan laporan penelitian, presentasi laporan dan publikasi hasil penelitian. Sifat ilmiah sebuah penelitian dihubungkan dengan tata cara kegiatan tersebut yang bersifat sistematis, logis, dan rasional serta memenuhi kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang relevan. Tujuan sebuah penelitian yang bersifat ilmiah untuk menghasilkan temuan-temuan yang konsisten, sahih, ringkas dan dapat dipercaya. 1 Latar belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan

Upload: erenjelalu

Post on 15-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

11

Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Diare Akut Pada BalitaErnestin Salma Jelalu

Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana JakartaAlamat Korespondensi: Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 11510 , IndonesiaEmail: [email protected]

PendahuluanPenelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan mulai dari pengembangan usulan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi, penulisan laporan penelitian, presentasi laporan dan publikasi hasil penelitian. Sifat ilmiah sebuah penelitian dihubungkan dengan tata cara kegiatan tersebut yang bersifat sistematis, logis, dan rasional serta memenuhi kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang relevan. Tujuan sebuah penelitian yang bersifat ilmiah untuk menghasilkan temuan-temuan yang konsisten, sahih, ringkas dan dapat dipercaya.1Latar belakangSampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Hal ini sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan setiap hari.1 Di Indonesia,diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Data dari profil kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare berdasarkan propinsi terjadi penurunan dari tahun 1999-2001. Pada tahun 1999 angka kesakitan diare sebesar 25,63 per 1000 penduduk menurun menjadi 22,69 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 12,00 per 1000 penduduk pada tahun 2001.2 Sedangkan berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2003, penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit dan menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit. Berdasarkan data tahun 2003 terlihat bahwa frekuensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit diare sebanyak 92 kasus dengan 3865 orang penderita, 113 orang meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) 2,92%.3Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah radang paru atau pneumonia.4 Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas. 4Rumusan masalahPada penelitian kasus-kontrol, pertanyaan penelitian harus diarahkan pada pajanan terhadap faktor risiko agar dapat dibandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok kasus dan kelompok kontrol.1 Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah balita penderita diare mempunyai status gizi yang lebih buruk dibandingkan dengan balita yang bukan penderita diare?2) Apakah balita penderita diare mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dibandingkan dengan balita yang bukan penderita diare?3) Apakah ibu dari balita penderita diare mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dibandingkan dengan balita yang bukan penderita diare?4) Apakah balita penderita diare tergolong dalam keluarga dengan penghasilan keluarga yang lebih kecil dibandingkan dengan balita yang bukan penderita diare?5) Apakah balita penderita diare tidak mendapatkan sarana air bersih secara maksimal dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan balita yang bukan penderita diare?6) Apakah balita penderita diare tidak memiliki jamban sesuai syarat kesehatan dibandingkan dengan balita yang bukan penderita diare?Dari kelima pertanyaan di atas, tampak bahwa pertanyaan difokuskan pada besarnya pajanan terhadap faktor risiko dan bukan insidens penyakit seperti pada penelitian yang bersifat prospektif.1Tujuan penelitianDari pertanyaan penelitian, dapat diketahui bahwa tujuan penelitian adalah membandingkan dua kelompok yaitu kelompok penderita (kasus) dengan kelompok bukan penderita (kontrol) terhadap pengalaman terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya penyakit. Dengan kata lain, penelitian yang dilakukan merupakan penelitian retrospektif yang bergerak dari akibat ke sebab dan bertujuan untuk mencari hubungan sebab-akibat melalui perbedaan dalam pengalaman terpajan oleh faktor risiko antara kelompok penderita (kasus) dan kelompok bukan penderita (kontrol).2,3 Tujuan penelitian terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menuliskan apa yang menjadi tujuan penelitian secara garis besar sesuai dengan lokasi dan populasi penelitian. Tujuan khusus merupakan rincian tujuan umum, yaitu semua kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Penulisan dilakukan dalam bentuk kalimat pasif.3 Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko penyakit diare pada balita.Tujuan khusus diketahuinya penyebab langsung penyakit diare pada balita, diketahuinya penyebab tidak langsung diare pada balita, diketahuinya pencegahan yang tepat untuk mencegah penyakit diare pada balita.Manfaat penelitianManfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan pada balita melalui pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Manfaat khusus, sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan program pelayanan dan penanganan angka kejadian diare pada balita agar dapat diturunkan.Tinjauan PustakaDefinisi Adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari). Buang air besar yang sering dengan tinja normal tidak disebut diare. Bayi yang hanya minum ASI seringkali tinjanya lembek dan ini bukan diare. Diare paling sering menyerang anak-anak terutama usia 6 bulan-2 tahun. Juga bayi dibawah usia 6 bualn yang minum susu sapi/susu formula.Faktor Risiko1. UmurKebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.2. Jenis KelaminResiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.3. MusimVariasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan4. Status GiziStatus gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.5. LingkunganDi daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.6. Status Sosial EkonomiStatus sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.Kerangka Teori dan Kerangka KonsepKerangka teori merupakan kumpulan materi ilmu yang berhubungan erat dengan penelitian. Bahan tersebut mencakup definisi-definisi yang di perlukan, patofisiologi penyakit, dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Dalam bagian ini juga dituliskan deskripsi alat-alat kedokteran yang digunakan dan lokasi penelitian. Kerangka teori sangat penting karena pengembangan kerangka konsep dan kerangka operasional tergantung dari bobot materi kerangka teori.1,7 Berdasarkan uraian di atas maka dibuatlah kerangka konsep sebagai berikut: Penyebab utama diare tersering adalah gastroenteritis viral. Penyebab infeksi dire akut tersering adalah rotavirus. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis pada lingkungan. Dua faktor lingkungan yang dominan berpengaruh adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja. Hal ini saling berinteraksi bersama perilaku manusia sehingga timbul penyakit diare. Kuman penyebab diare biasanya menyebar melali fecal oral antara lain mellaui makanan/minuman yang tercemar tinja dan ataua kontak langsung dengan tinja penderita. Perilaku tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan terjadinya diare. Penelitian oleh Daniel dkk di Lesotho menyimpulkan bahwa episode diare pada balita 22% lebih rendah pada ibu yang melakukan cuci tangan sesudah buang air besar dibandingkan balita dengan ibu tidak melakukan cuci tangan sesuadah buang air besar. Penelitin Lubis yang menyimpulkan bahwa perilaku tidak mencuci tangan sebelum menyediakan ataupun memberi makan merupakan faktor resiko terjadinya penyakit diare yaitu sebesar 62,9%. Faktor lingkungan meliputi sarana air bersih, saluran pembuangan air limbah, kualitas bakteriologis air, dan kondisi rumah. Dari hasil studi Basic Human Services tahun 2007, hampir semua rumah tangga di Indonesia (99,20%) memasak air untuk mendapatkan air minum , namun akibat tidak dikelola dengna baik sekitar 47,5% tetap mengalami kontaminasi bakteri e.coli. data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E. Coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yanga banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. Hasil penelitian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) propinsi DKI Jakarta menunjukkan 80 persen sampel air tanah dari 75 kelurahan memiliki kadar E.coli dan fecal coli melebihi ambang batas. Penelitian Tjitra menyimpulkan bahwa balita yang tinggal pada rumah tangga yang tidak dapat mengakses air bersih memiliki risiko 2,21 kali dibandingkan balita yang tinggal pada rumah tangga dengan akses air bersih terpenuhi. Penelitian Krisnawan dan Supardi menyimpulkan bahwa keluarga yang air bersihnya berasal dari sumber yang knstruksi bangunannya tidak memenuhi syarat kesehatan mempunyai risiko sebesar 2,20 kali untuk anak balitanya terserang diare berdarah dibandingkan yang konstruksi bangunannya memenuhi syarat kesehatan. Sumber air bersih dengan konstruksi tidak memenuhi syarat akan memudahkan terjadinya pencemaran air oleh kuman penyebab. Salah satu mekanisme pencemaran terjadi sewaktu ibu subyek mencuci pakaian yang terkontaminasi tinja penderita di sumur. Hasil penelitian Tjitra bahwa anak yang hidup dalam rumah tangga tanpa akses jamban yang memenuhi syarat mempunyai risiko terkena diare 1,54 kali lebih besar dibanding anak dengan akses jamban yang memenuhi syarat.Kerangka konsepsi operasional merupakan pola pikir yang dikembangkan berdasarkan materi pengetahuan pada kerangka teori untuk menyelesaikan permasalahan penelitian. Terdapat dua bagian dalam kerangka ini. Pertama, merupakan alur pikir atau kerangka konsep peneliti untuk menyelesaikan masalah yang dikembangkan berdasarkan konsep epidemiologis Agent-Host-Environtment bila berhubungan dengan adanya exposure atau pemajan dan outcome atau masalah kesehatan atau penyakit. Dalam rangka ini anak panah antar variabel tidak menggambarkan hubungan statistik tetapi hubungan konsepsional. Kedua, merupakan pengembangan suatu model penyelesaian masalah atau kerangka operasional yang terdiri dari variabel-variabel yang akan diukur. Jenis variabel ada dua macam yaitu variabel dependent dan variabel-variabel independent yang terdiri dari faktor-faktor sosiodemografi dan faktor-faktor risiko outcome lainnya. Dalam model ini semua anak panah dengan garis penuh menggambarkan hubungan antar variabel harus diujisecara statistik sedangkan anak panah dengan garis terputus tidak di teliti.1,7 Berdasarkan uraian di atas maka dibuatlah kerangka konsep sebagai berikut:

Diare pada balitaStatus giziPHBS balita dan ibuPenghasilan ekonomi keluargasarana air bersihjamban sehat

Keterangan:: variabel yang diteliti: variabel yang tidak ditelitiGambar 1. Kerangka konsep penelitian

Hipotesis1) Tidak ada perbedaan sarana air bersih pada balita penderita diare dibandingkan dengan bukan penderita2) Tidak ada perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat pada balita penderita diare dengan yang bukan penderita3) Tidak ada perbedaan perilaku hidup bersih dan sehat dari ibu yang memiliki balita dengan ibu dari balita yang bukan penderita4) Tidak ada hubungan antara status gizi pada balita penderita diare dengan yang bukan penderita 5) Tidak ada hubungan antara jamban sesuai syarat kesehatan pada balita penderita diare dengan yang bukan penderita Metodologi PenelitianDesain penelitianJenis penelitian ini adalah observational analitik dengan rancangan penelitian kasus-kontrol karena penelitian kasus-kontrol merupakan cara yang relatif murah, mudah dan cepat untuk mencari asosiasi antara faktor risiko dengan penyakit yang jarang ditemukan. Penelitian kasus-kontrol merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian analitik yang mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah belakang berdasarkan urutan waktu. Rancangan ini mempunyai paradigma dari akibat ke sebab, karena itu penelitian diawali dngan kelompok penderita sebagai kasus dan kelompok bukan penderita sebagai kontrol. Selanjutnya kedua kelompok di telusuri ke belakang (retrospektif) berdasarkan urutan waktu untuk mencari perbedaan dalam pengalaman terpajan oleh faktor yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit kemudian perbedaan pengalaman kedua kelompok dibandingkan untuk menentukan adanya hubungan sebab-akibat.7,8

FR (+)RetrospektifDiareFR (-)Populasi FR (+)RetrospektifTidak DiareFR (-)Gambar 2. Bagan desain penelitian kasus-kontrol7Metode penelitian kasus kontrol sangat sesuai untuk penelitian penyakit yang sering terjadi. Pelaksanaan penelitian kasus-kontrol relatif lebih cepat dibandingkan dengan penelitian kohor karena diawali dengan kelompok penderita tanpa diawali insidens seperti pada penelitian kohort. Biaya yang digunakan relatif lebih kecil dibandingkan dengan penelitian kohort. Perkiraaan besarnya sample yang diperlukan lebih kecil dibandingkan penelitian kohort. Data yang ada dapat dimanfaatkan serta dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan terhadap penyakit yang belum diketahui penyebabnya. pengalaman kedua kelompok dibandingkan untuk menentukan adanya hubungan sebab-akibat.7Disamping beberapa keuntungan yang telah disebutkan, penelitian kasus kontrol juga memiliki beberapa kerugian. Data tentang pengalaman terpajan oleh faktor risiko diperoleh dari hasil wawancara mengingat kejadian masa lalu yang lama hingga dapat menimbulkan bias recall, sedang data yang berasal dari rekam medis sering tidak lengkap. Validasi terhadap informasi yang diperoleh sulit. Pengendalian terhadap faktor perancu sulit dilakukan dengan lengkap. Sulit mendapatkan kelompok kontrol yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian kasus kontrol tidak dapat digunakan untuk mengukur insidens dan tidak sesuai untuk mengadakan evaluasi hasil pengobatan. pengalaman kedua kelompok dibandingkan untuk menentukan adanya hubungan sebab-akibat.7Populasi dan samplePopulasi rujukan adalah semua balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan pada periode tertentu. Sampel adalah balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan pada saat penelitian dilaksanakan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari kasus yaitu balita yang menderita diare dan kontrol yaitu balita yang tidak menderita diare. Besarnya subyek penelitian ditentukan secara consecutive sampling yaitu dengan mendata pasien-pasien sesuai kriteria inklusi dan eksklusi hingga memenuhi jumlah yang memenuhi syarat analisis. Kriteria inklusi berupa: balita, usia 6 bulan-2 tahun, ibu balita bersedia di wawancara, dan bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas. Kriteria eksklusi berupa: ibu yang memiliki balita tidak bersedia mengikuti penelitian, ibu yang tidak dapat ditemui pada saat penelitian di lakukan. Perhitungan besar sampel menggunakan formula studi kasus-kontrol dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan : n = Jumlah sampel dalam satu kelompok (kasus/kontrol) Z= nilai Simpangan dari rata-rata pada distribusi normal standard yang dibatasi oleh Z =1,96; untuk = 0.05 Z = nilai Simpangan dari rata-rata distribusi alternatif yang dibatasi oleh Z = 0,842; untuk = 0. 20 P = Q= 1- P P2= proporsi terpajan pada kelompok kontrolP1 = proporsi terpajan yang diharapkan terjadi pada kelompok kasus sesuai dengan peningkatan atau penurunan besarnya odds ratio (R) P1 = R = besarnya peningkatan atau penurunan odds ratio yang diinginkan

Cara Pengumpulan DataPengumpulan dapat data dilakukan dengan cara kuesioner dan pemeriksaan laboratorium. Data kadar cairan elektrolit yang diambil dengan pengukuran langsung disebut data primer, dapat pula digunakan data kadar cairan elektrolit, bakteri E.coli yang tercatat pada kohort balita penderita diare, untuk data yang bersumber dari rekam medis seperti ini disebut data sekunder. Instrumen pengumpulan data-data adalah buku KMS, kohort balita penderita diare, rekam medis pasien,hasil pemeriksaan laboratorium Puskesmas dan kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur pengetahuan responden tentang PHBS sudah melalui uji validitas dan reliabilitas.Variabel Dan Definisi OperasionalVariabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak enam variabel yang terdiri dari satu variabel dependen yaitu anemia ibu hamil, duavariabel independen yaitu anemia gizi dan status gizi berdasarkan lingkar lengan atas (LILA), serta dua variabel perancu yaitu penghasilan keluarga, usia perkawinan, dan jumlah anak (paritas). Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka kedua variabel tersebut dijabarkan dalam definisi operasional dengan maksud memberikan batasan pada variabel sehingga dapat diukur sesuai dengan parameter yang dapat dipakai.8 Definisi operasional variabel-variabel tersebut ialah:1. Anemia ibu hamil adalah suatu keadan dimana kadar hemoglobin ( Hb) dalam darah ibu hamil trimester III kurang dari 11 gr/dl yang diukur dengan menggunakan metode sahli. Kejadian Anemia menurut WHO dikategorikan menjadi : a) Anemia : jika Hb kurang atau sama dengan 11 g/dl b) Tidak anemia : jika Hb lebih dari 11 g/dl Skala pengukuran : Ordinal2. Jumlah anak (paritas) adalah banyaknya anak yang pernah dilahirkan hidup, di kategorikan menjadi : a) Berisiko anemia : lebih dari / sama dengan 4 b) Tidak berisiko anemia : kurang dari 4 Skala pengukuran :ordinal3. Status gizi adalahuatu keadaan kurangnya kecukupan zat gizi akibat ketidakseimbangan antara zat giziyang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi, yang dinyatakan dengan menggunakan standar LILA (Lingkar Lengan Atas) yang dikategorikan KEK jika kurang dari 23,5 cm dan jika lebih dari 23,5 cm dikategorikan normal. Variabel status gizi dikategorikan menjadi: 1) KEK : Kurang dari 23,5 cm 2) Normal : lebih dari sama dengan 23,5 cm Skala pengukuran : Ordinal4. Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang esensial. Anemia jenis ini disebabkan oleh faktor dari luar tubuh, yaitu kekurangan salah satu zat gizi yang dimulai sebelum ibu hamil, dikategorikan menjadi : c) Anemia : jika Hb kurang atau sama dengan 11 g/dl d) Tidak anemia : jika Hb lebih dari 11 g/dl Skala pengukuran: ordinal5. Penghasilan keluarga adalah sejumlah uang atau barang yg dinilai dengan uang yang dapat digunakan keluarga selama satu bulan untuk pangan & non pangan, dikategorikan menjadi:a) Tinggi: lebih dari/sama dengan 2 juta rupiahb) Sedang: kurang dari 2 juta rupiah 1 juta rupiahc) Rendah: kurang dari 1 juta rupiahSkala pengukuran: Ordinal 6. Usia Perkawinan adalah lamanya hidup sejak lahir berdasarkan KTP sampai saat perkawinan. Skala pengukuran: interval

Alur penelitian

HasilIbu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas KecamatanInklusi Wawancara kuesionerEksklusi Pemeriksaan Hb, memeriksa rekam medis/KIA/kohort ibuAnalisa Data

Gambar 3. Bagan alur penelitianPengolahan DataData yang telah terkumpul melalui pengisian kuesioner kemudian diolah, langkah-langkah dalam pengolahan data ada empat tahapan yaitu :editing, coding, entry data, cleaning. Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi kuesioner apakah sudah diisi dengan lengkap dan jelas, relevansi jawaban dengan pertanyaan dan konsistensi, misalnyaantara pertanyaan usia perkawinandengan jumlah anak. Memeriksa data yang terkumpul dan meneliti kelengkapan jawaban dengan lembar wawancara yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesesuaian antara semua pertanyaan dengan jawaban. Coding Merupakan kegiatan memberikan kodeberbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan.8,9 Pemberian kode disesuaikan dengan kategori masing-masing variabel sebagai berikut:a) Anemia ibu hamil: tidak = 0; ya = 1b) Jumlah anak: tidak berisiko = 0; berisiko = 1c) Penghasilan keluarga: rendah = 0; sedang = 1; tinggi = 2d) Anemia gizi: tidak = 0; ya = 1Setelah data di koding maka langkah selanjutnya melakukan entry data dari kuesioner dengan memasukan data jawaban responden ke dalam komputer. Cleaning yaitu Kegiatan pengecekan kembali datayang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. 8,9

Etika penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ethical clearance dari komisi Etik instansii terkait. Persetujuan keikutsertaan dalam penelitian ini selanjutnya diajukan kepada para penderita atau keluarga dalam bentuk informed consent. Seluruh biaya yang dipergunakan untuk penelitian ini ditanggung oleh peneliti sendiri, responden tidak dibebani biaya tambahan apapun. Data penderita dijamin kerahasiaannya.8

Hasil PenelitianDalam bab ini dilaporkan hasil penelitian dalam bentuk table-tabel. Sebelum tabel diberikan dulu penjelasan mengenai jumlah sampel yang terkumpul dibandingkan dengan besar sampel yang dihitung. Bila ada sebagian dari sampel yang tidak terkumpul perlu diberikan penjelasan. Dijelaskan secara rinci jalannya pengumpulan data serta kendala-kendalanya. Table-tabel terdiri dari dua macam table, yaitu tabel distribusi frekuensi yang meliputi semua variable baik dependen maupun independen dan tabel kontingensi 2x2 atau tabel hubungan antara variabel independen dan dependen. Tabel frekuensi mempunyai judul tabel, terdiri dari kolom-kolom nama variabel yang telah di kelompokkan, frekuensi, dan presentase. Dalam tabel frekuensi yang penting adalah persentase dan biasanya informasi ini digunakan dalam pembahasan untuk menerangkan tabel hubungan. Tabel hubungan juga mempunyai judul, drengan kolom paling kiri adalah variabel independen dan sebelah kanan variabel dependen.8,9Pada tabel hubungan, dilakukan tes-tes kemaknaan yang sesuai. Tes kemaknaan yang digunakan bertujuan untuk melihat apakah hubungan kedua variabel terjadi secara kebetulan atau tidak. Yang lebih dahulu dilihat adalah kecenderungan yang ada dalam tabel. Selanjutnya dilakukan tes kemaknaan , bila hubungannya bermakna (harga p < , di mana adalah batas kemaknaan) maka hubungan yang ada tidak terjadi secara kebetulan, sehingga merupakan informasi yang dapat digunakan. 8,9Dua hal penting yang perlu diperhatikan untuk menggunakan suatu tes kemaknaan dengan benar yaitu skala pengukuran data variabel yang diteliti serta jumlah sampel penelitian. Skala pengukuran data variabel yang sering dalam penelitian adalah yang bersifat kategori dan kontinyu. Ada dua jenis tes kemaknaan yaitu tes kemaknaan parametric (tes T, tes Z, ANOVA, dll) dan non parametric (tes Chi-square, tes Fisher, tes Kolmogorov Smirnov, dll).Untuk uji parametrik, terdapat tiga syarat yang perlu diperhatikan yaitu skala pengukuran variabel, sebaran data, serta varians data. Skala pengukuran variabel: Skala pengukuran variabel harus variabel numerik. Sebaran data: sebaran data harus normal. Varians data: kesamaan varians tidak menjadi sprat untuk uji kelompok yang, berpasangan, Kesamaan varians adalah syarat tidak mutlak untuk 2 kelompok tidak berpasangan artinya, varians data boleh sama boleh juga berbeda. Kesamaam varians adalah syarat mutlak untuk > 2 kelompok tidak berpasangan artinya varians data harus wajib sama. Uji non prametrik dipergunakan untuk keadaan sebagai berikut: Jika data dengan skala numerik tidak memenuhi syarat untuk uji parametrik (misalnya sebaran data tidak normal), maka dilakukan uji non parametrik yang merupakan alternatif dari uji parametriknya. Alternatif uji t berpasangan adalah Uji Wilcoxon. Alternatif uji t tidak berpasangan adalah uji Mann-Whitney. Alternatif uji anova berpasangan adalah Uji Friedman. Alternatif uji anova tidak berpasangan adalah Uji Kruskal-Wallis. Jika skala pengukuran variabel adalah kategorikal (ordinal dan nominal) maka dapat diuji dengan uji non parametrik. 8,9Tabel 1. Uji Hipotesis8

Semua hipotesis untuk tabel Baris (B) kali Kolom (K) tidak berpasangan menggunakan ujiChi Square, bila memenuhi syarat uji Chi Square. Syarat uji Chi square adalah: tidak ada sel yang nilai observed yang bernilai nol, sel yang mempunyai nilai expec ted kurang dari 5, maksimal 20 % dari jumlah sel, jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dipakai uji alternatifnya. Alternatif uji chi square untuk tabel 2x2 adalah uji Fisher. Alternatif uji chi square untuk tabel 2xkolomadalah uji Kolmogorov Smirnov. Penggabungan sel adalah langkah alternatif uji chi square untuk tabel selain 2 X 2 dan 2 X K sehingga terbentuk suatu tabel B kali K yang baru. Setelah dilakukan pengga bungan sel, uji hipotesis dipilih sesuai dengan tabel B kali K yang baru tersebut. 8,9Analisis dan Penyajian DataPenyajian dan analisis dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS Windows versi 16 menggunakan analisis statistik yang sesuai. Analisis data dimulai dengan melakukan uji komparatif terhadap data karakteristik pasien dari kelompok yang mengalami diare pada balita dan yang tidak dengan Chi-square atau Fisher exact jika skala variabel kategorik-kategorik dan Uji T one atau Mann Whitney jika skala variabel numerik. Analisis dilanjutkan dengan menghitung odds ratio (OR) dari variabel status gizi balita dan perilaku hidup balita terhadap kejadian diare pada balita. Analisis hasil studi case control secara sederhana adalah perhitungan OR (Odds Ratio) OR adalah odds pada kasus dibandingkan odds pada kontrol yaitu : 8,9Tabel 2. Hubungan Penyakit, Pajanan, dan Odds7PenyakitJumlah

+-

Pajanan+ABn1

-CDn2

Jumlahm1m2N

Oddsa/cb/d

Uji korelasi dilakukan terhadap dua variabel faktor risiko tersebut terhadap kejadian diare pada balita dengan uji Pearson atau Spearman tergantung dari sebaran data. Analisis terakhir dilakukan dengan adalah multiple regresi, untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabelsecara bersamaan terhadap kejadian diare pada balita. Hasil analisis dikatakan signifikan jika nilai p