pbl blok 5 muskuloskeletal

20
Kejang pada Otot Betis Kanan Maria Valentina Sari 102010205/ D3 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Upload: vitaparamithateken

Post on 24-Nov-2015

90 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

blok 5

TRANSCRIPT

Kejang pada Otot Betis Kanan

Maria Valentina Sari102010205/ [email protected]

Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat021-56942061 Tinjauan Pustaka Kejang pada Otot Betis Kanan

Maria Valentina Sari102010205 / D325 Maret 2011Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida WacanaJl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510Telp. 021-56942061 Fax. [email protected]

PendahuluanTulang dan otot merupakan jaringan yang paling banyak mengisi tubuh manusia. Tulang merupakan jaringan tubuh yang berfungsi untuk menopang tubuh dan bagian-bagiannya. Karena fungsi untuk menopang tulang mempunyai struktur yang kaku. Otot berfungsi untuk menggerakkan bagian-bagian tubuh, ada yang untuk menggerakkan tulang dan sendi, ada juga yang menggerakkan organ tubuh. Otot merupakan suatu bagian yang mendukung terjadinya suatu pergerakan. Otot adalah sesuatu yang penting bagi organisme. Sistem rangka merupakan penunjang tubuh dan pelindung organ-organ vital. Sistem rangka bersama-sama sistem otot membangun alat gerak pada vertebrata. Rangka merupakan sistem gerak pasif sedangkan otot adalah sistem gerak aktif. Ada beberapa jenis tulang penyusun rangka pada vertebrata. Jaringan otot dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya, hal ini adalah untuk otot rangka yang bekerja sesuai kehendak/voluntary. Gerak pada otot terjadi karena gerak sel yang terjadi oleh sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tetentu dan berkontraksi.

Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca tentang mekanisme kerja otot, baik ketika kontraksi dan relaksasi. Juga menambah pengetahuan pembaca tentang struktur otot baik makroskopis dan mikroskopis dan mengetahui tentang masalah kejang pada otot dan penanggulangannya secara sederhana.

IsiKejang ototmerupakan konstraksi tidak terkontrol dari otot yang menyebabkan ototkeras dan tegang serta terasa nyeri. Kejang pada otot terjadi karena adanya pergerakan. Pergerakan juga dipengaruhi oleh tulang. Tulang dan otot merupakan suatu komponen penting yang berkerja sama dalam melakukan suatu aktivitas, dan tidak dapat bekerja dengan baik bila salah satu komponen mengalami gangguan.

Struktur Mikroskopis TulangKetika kita masih bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita beranjak dewasa beberapa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga akhirnya menjadi 206 tulang. Struktur tulang ada yang dibedakan berdasarkan matriksnya dan ada yang berdasarkan jaringan dan sifat fisik tulang.1

Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Tulang Rawan (Kartilago)Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu kondroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.

Pada zat interseluler tersebut juga terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna yang berisi sel tulang rawan yaitu kondrosit. Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:1. Tulang rawan hialin: tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung serat-serat kolagen dan kondrosit. 2. Tulang rawan elastin: tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. 3. Tulang rawan fibrosa: tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku.1,2

b. Tulang Keras (Osteon)Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Tulang tersusun atas:1. Osteoblas: sel pembentuk jaringan tulang2. Osteosit: sel-sel tulang dewasa3. Osteoklas : sel-sel penghancur tulang

Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:

a. PeriosteumPada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.

b. Tulang KompakTulang kompak terdiri dari sistem-sistem havers. Setiap sistem havers terdiri dari saluran havers yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-pembuluh darah dan saraf. Disekeliling sistem havers terdapat lamela-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna. Di dalam lakuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lakuna lain atau canalis havers. Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem havers terdapat lamela interstitial yang lamela-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum menembus tulang kompak melalui saluran volkman dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem havers.

Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.1,2

c. Tulang Spongiosa Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

d. Sumsum TulangLapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.1

Gambar 1. Struktur Mikroskopis TulangSumber:http://1.bp.blogspot.com/_BcZaKFlAGso/TNNWGzs8eMI/AAAAAAAAAD0/nst5e5LH4PE/s1600/illu_long_bone.jpg

Struktur Makroskopis Tulang pada BetisFibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang ini adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Pada ujung atasnya, berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar dari tibia, tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut. Sedangkan pada batangnya ramping dan terbenam dalam otot tungkai, dan memberi banyak kaitan. Pada ujung bawah di sebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis atau maleolus fibulae.2

Gambar 2. Struktur Makroskopis TulangSumber:http://www.google.co.id/imglanding?q=tulang+betis&um=1&hl=id&sa=G&tbm=isch&tbnid=ayXNFk6gR9sM:&imgrefurl=http://syahidfisabilillah.blogspot.com/2010/11/anatomi.htmlStruktur Mikroskopis OtotOtot terdiri dari jaringan. Jaringan otot adalah sekumpulan sel-sel otot yang memiliki bentuk, struktur dan fungsi yang sama.

A. Bagian-bagian otot:1. Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot.2. Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada.3. Miofibril merupakan serat-serat pada otot.4. Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni : miofilamen homogen (terdapat pada otot polos) dan miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot lurik). Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.3

B. Jaringan otot terdiri dari:1. Otot Polos (otot volunter)Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) / invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti:lambung dan usus.2. Otot Lurik (otot rangka)Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan3. Otot Jantung (otot kardiak)Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot paling istimewa karena memiliki bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni involuntary (tidak disadari).3,4

Gambar 3. Stuktur Mikroskopis OtotSumber:http://3.bp.blogspot.com/_4IwHTsRufBg/S4dxi_s2BrI/AAAAAAAACEE/lL9PK0FvHTQ/s320/STRUKTUR+OTOT.bmp

Struktur Makroskopis OtotPada otot tungkai bawah , tibia dan fibulanya terdiri dari beberapa bagian di anterior yaitu : M. Peroneus longus, M. Tibialis anterior, M. Extensor digitorum longus. Sedangkan di bagian posteriornya : M.plantaris, M. Soleus, M. gastocnemius.4,5

M. Plantaris merupakan otot kecil yang hanya membantu kerja kedua otot diatas. Otot ini berukuran kecil dan lunak yang mempunyai tedo yang sangat panjang. Otot ini berasal dari daerah caput lateral M. Gastrocnemius proksimalis terhadap condylus lateralis femoris dan dari capsula articularis sendi lutut.

M. Soleus: Otot ini berasal dari caput fibulae dan sepertiga atas facies dorsalis fibulae, dari linea musculi solei pada tibia dan dari arcus tendineus antara caput fibulae dan tibia yaitu arcus tendineus musculi solei yang terletak distalis M. Popliteus. Ujung tendo otot ini bersatu dengan ujung tendo M. Gastrocnemius dan insertio pada tuber alanei sebagai tendo calcaneus. M. Soleus merupakan otot besar pada betis selain M. Gastrocnemius sehingga memungkinkan kaki untuk melompat, berjalan, dan berlari.

M. Gastrocnemius: Otot ini berasal dari bagian proksimalis condylus medialis femoris dengan caput mediale dan laterale disebelah proksimalis condylus lateralis femoris. M. Gastrocnemius dapat memungkinkan kita menyentuh hanya dengan meletakkan tangan pada bagian belakang betis. It provides a lot of the power for jumping, sprinting, and walking.Selain itu juga memberikan banyak kekuatan untuk melompat, berlari, berjalan, dan menekuk lutut.4

Gambar 4. Struktur Makroskopis OtotSumber:http://1.bp.blogspot.com/_MCdLOttsqWw/TFiQl3JfeYI/AAAAAAAADeQ/OQxNdaaj4V4/s1600/achilles.gif

Mekanisme Kerja Enzim pada OtotProse-proses biokimia utama selama satu siklus kontraksi dan relaksasi otot dalam lima tahap: (1) Dalam fase relaksasi kontraksi otot, kepala S-1 pada miosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi, tetapi produk-prodek ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi-miosin yang terbentuk telah mengalami penguatan dan disebut konformasi berenergi tinggi. (2) Ketika kontraksi otot distimulasi (melalui proses-proses yang melibatkan Ca2+ , troponin, tropomiosin, dan aktin), aktin dapat diakses dan kepala miosin menemukannya, mengikatnya, dan membentuk kompleks aktin-miosin-ADP-P. (3) Pembentukan kompleks ini mendorong pembebasan Pi, yang memicu power stroke . Hal ini diikuti oleh pembebasan ADP dan disertai oleh perubahan konformasi mencolok di kepala miosin dalam kaitannya dengan ekornya yang menarik aktin sekitar 10 nm ke arah pusat sarkomer. Ini adalah power stroke (kayuhan bertenaga). Miosin sekarang dikatakan berada dalam keadaan berenergi rendah, yang ditunjukkan sebagai aktin-miosin. (4) Molekul ATP lain mengikat kepala S-1, dan membentuk kompleks aktin-miosin-ATP. (5) Miosin-ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap aktin sehingga aktin terlepas. Langkah terakhir ini adalah komponen kunci pada relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP dan kompleks aktin-miosin.6Mekanisme Kontraksi OtotKontraksi otot berawal dari membran neuron membebaskan neurotransmitter asetilkolin sebagai respon terhadap suatu potensial aksi yang sampai pada terminal sinaptik sebuah neuron. Asetilkolin berdifusi melalui persambungan neuromuskuler dan mendepolarisasikan membran plasma serabut otot, dan potensial aksi akan merambat di sepanjang serabut itu dan masuk ke dalam tubula T transversal). Di dalam sel otot, potensial aksi tersebut memicu pelepasan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik ke dalam sitoplasma. Ca2+ memulai peluncuran filamen dengan cara pengikatan miosin ke aktin. Kepala miosin akan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik (P) dan berada dalam konfigurasi berenergi tinggi. Kemudian kepala miosin berikatan dengan aktin dan membentuk titian silang. Dengan membebaskan ADP dan P (fosfat), miosin berelaksasi sampai pada keadaan energi rendahnya, yang meluncurkan filamen tipis. Pengikatan satu molekul baru ATP akan membebaskan kepala miosin. Pada dasarnya, ketika otot berkontraksi tidak terjadi perubahan panjang filamen tebal dan tipis, tetapi zona H dan pita I memendek. Oleh karena itu, susunan filamen yang saling menjalin harus bergeser/meluncur melewati satu sama lain sewaktu kontraksi. Jembatan silang (cross-bridge) yang menghubungkan filamen tebal dan tipis di tahap-tahap tertentu siklus berkontraksi menghasilkan dan mempertahankan tegangan otot.7Mekanisme Relaksasi OtotMekanisme relaksasi pada otot mirip dengan proses repolaisasi pada sel saraf. Relaksasi otot diawali dengan penurunan permeabilitas membran sarkolema, retikulum sarkoplasma, dan tubulus transversus terhadap kalsium. Hal ini menyebabkan pemasukan kalsium ke sarkoplasma terhenti. Proses tersebut dilanjutkan dengan pengaktifan pompa kalsium, yang akan meningkatkan pemompaan kalsium dari sarkoplasma ke tempat penyimpanan di dalam retikulum sarkoplasma turun secara signifikan sehingga troponin C tidak lagi berikatan dengan kalsium. Dengan demikian, konformasi dan posisi troponin serta aktin dan miosin akan kembali seperti semula sehingga relaksasi pun terjadi. Pengaktifan pompa kalsium menuntut ketersediaan energi untuk memompakan kalsium dari sarkoplasma kembali masuk ke tubulus transversus dan retikulum sarkoplasma. Hal ini dapat diatasi dengan adanya retikulum sarkoplasma ATP-ase.7

Penyebab Kejang OtotOtot kejang, ketika otot yang seharusnya tidak bekerja ikut berkontraksi. Pada umumnya penyebab kram tidak diketahui (idiopatik). Sementara ahli berpendapat bahwa kram terjadi ketika otot yang sudah dalam posisi mengkerut dirangsang untuk kontraksi. Hal ini terjadi saat kita tidur dengan posisi dengkul setengah ditekuk, dan telapak kaki sedikit mengarah ke bawah. Pada posisi ini otot betis agak tertekuk dan mudah terkena kram. Itulah mengapa gerakan pelenturan sebelum tidur dapat mencegahnya.8

Kejang Otot dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya;1. Kram, disebabkan oleh hyperexcitability dari saraf yang merangsang otot.2. Cedera, kejang ini diakibatkan oleh mekanisme perlindungan cidera seperti patah tulang.3. Aktivitas berlebihan, aktifitas berlebihan dapat menyebabkan kelelahan pada otot. Bisa juga akibat melakukan gerakan monoton yang berulang-ulang.4. Dehidrasi, disebakan aktifitas berlebihan dapat menyebabkan otot menjadi kejang.8

Penanganan Kejang OtotTerkadang kejang otot ini dapat hilang dalam beberapa detik. Caranya, dengan melakukan peregangan pada otot yang kejang. Kram kaki adalah nyeri akibat spasme otot di kaki yang timbul karena otot berkontraksi terlalu keras. Daerah yang paling sering kram adalah otot betis di bawah dan belakang lutut. Nyeri kram dapat berlangsung beberapa detik hingga menit dengan keparahan bervariasi.

Gerakan pelemasan (stretching) dan pemijatan biasanya dapat meredakan serangan kram. Obat pengurang sakit biasanya tidak bermanfaat karena tidak cukup cepat bekerja. Namun, pengurang sakit seperti paracetamol mungkin bermanfaat meringankan nyeri dan lemas otot yang kadang masih berlangsung hingga 24 jam setelah hilangnya kram.8

PenutupKesimpulan: Otot, tulang, dan sendi merupakan suatu kesatuan untuk melakukan suatu gerakan. Gerakan ini terjadi ketika otot berkontraksi dan relaksasi. Mekanisme kerja otot memerlukan enzim-enzim yang dapat membantu proses pergerakan pada otot. Jika terjadi gangguan pada proses kerja enzim pada otot atau terjadi gangguan pada tulang maka pergerakan tidak dapat dilakukan dengan baik. Maka diperlukan keseimbangan antara kerja otot dan tulang.

Daftar Pustaka1. Damjanov I. Tulang dan sendi. Dalam: Histopatologi. Jakarta: Widya Medika;2000: 422.2. Pearce EC. Kerangka anggota gerak bawah. Dalam: Anatomi dan fisiologi untuk paramedis Jakarta: PT Gramedia;2001:81-5.3. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo;2008: 25-8.4. Faiz O, Moffat D. At aglance anatomi. Jakarta: Erlangga;2003:108-9.5. Watson R. Struktur dan kerja otot. Dalam: Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Ed.10. Jakarta: EGC; 2002: 193-194.6. Murray RK. Otot & Sitoskeleton. Dalam: Murray RK, Granner DK, Rodwell VW,penyunting. Biokimia Harper. Ed.27. Jakarta: EGC; 2006: 582-7.7. Litwak SR.. Energy Metabolism. In: Caballero B, Trugo LC, Finglas PM, editors. Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition. Ed.2. Eds. Academic Press. 2003; 125-7.8. Havenetidis K, Matsuka O, Cooke CB, Theodore A. The use of varying creatine regimens on sprint cycling. Journal of Sports Science & Medicine; 2003: 88-97.