pbl b6 bello.docx

15
Struktur Makroskopis, Mikroskopis, dan Vaskularisasi pada Bagian Otak Agusdianto Bello Chrisdarmanta A. Putra 102012222 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna no.6, Jakarta 11510 [email protected] Pendahuluan Otak mengendalikan semua fungsi tubuh manusia, otak juga merupakan pusat dari keseluruhan tubuh manusia. Jika otak sehat maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental seseorang. Begitu juga sebaliknya apabila otak tidak sehat atau terganggu maka kesehatan tubuh dan mental seseorang juga akan terganggu. Karena otak merupakan organ yang paling terpenting dari seluruh organ ditubuh manusia, maka dengan itu peran pelindung otak juga sangatlah penting agar otak tetap terlindungi dengan baik jika terjadi benturan atau trauma pada bagian kepala. Salah satu pelindung otak adalah tulang tengkorak dan juga selaput pelindung otak di bagian dalam yang nanti akan dibahas lebih lanjut. Selain itu, di dalam otak juga terdapat pembuluh darah yang berfungsi agar otak juga dapat bekerja dengan baik. Hal ini dapat disebut sebagai vaskularisasi otak dimana dalam otak juga terdapat pembuluh darah yang bekerja dibagian otak. Dalam skenario diketahui terdapat hematoma dikarenakan benturan. Oleh karena itu, jika pelindung otak manusia mengalami trauma

Upload: agusdianto-bello

Post on 23-Dec-2015

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Struktur Makroskopis, Mikroskopis, dan Vaskularisasi pada Bagian Otak

Agusdianto Bello Chrisdarmanta A. Putra

102012222

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna no.6, Jakarta 11510

[email protected]

Pendahuluan

Otak mengendalikan semua fungsi tubuh manusia, otak juga merupakan pusat dari keseluruhan tubuh manusia. Jika otak sehat maka akan mendorong kesehatan tubuh serta menunjang kesehatan mental seseorang. Begitu juga sebaliknya apabila otak tidak sehat atau terganggu maka kesehatan tubuh dan mental seseorang juga akan terganggu. Karena otak merupakan organ yang paling terpenting dari seluruh organ ditubuh manusia, maka dengan itu peran pelindung otak juga sangatlah penting agar otak tetap terlindungi dengan baik jika terjadi benturan atau trauma pada bagian kepala. Salah satu pelindung otak adalah tulang tengkorak dan juga selaput pelindung otak di bagian dalam yang nanti akan dibahas lebih lanjut.

Selain itu, di dalam otak juga terdapat pembuluh darah yang berfungsi agar otak juga dapat bekerja dengan baik. Hal ini dapat disebut sebagai vaskularisasi otak dimana dalam otak juga terdapat pembuluh darah yang bekerja dibagian otak. Dalam skenario diketahui terdapat hematoma dikarenakan benturan. Oleh karena itu, jika pelindung otak manusia mengalami trauma kemungkinan bagian otak seperti pembuluh darah juga dapat terganggu dan mengalami pendarahan. Dalam kasus ini akan dibahas tentang pelindung otak, sedikit tentang tulang tengkorak, bagian-bagian otak terutama dibagian temporal serta vaskularisasi yang terdapat pada otak terutama bagian temporal.

Pembahasan

A. Pelindung Otak 1. Tulang tengkorak2. Meninges (Selaput Pelindung Otak)3. Cairan cerebrospinalis (CSS)4. Sawar Darah Otak

Tulang TengkorakTengkorak adalah tulang kerangka dari kepala yang disusun menjadi dua bagian yaitu

cranium terdiri atas delapan tulang dan kerangka wajah terdiri atas empat belas tulang. Rongga tengkorak mempunyai permukaan atas yang dikenal sebagai kubah tengkorak, licin pada permukaan luar dan permukaan dalam ditandai dengan gili-gili dan lekukan supaya dapat sesuai dengan otak dan pembuluh darah. Tulang cranium terdiri dari 1 tulang frontal, 2 tulang parietal, 2 tulang temporal dan 1 tulang oksipital.1 Tengkorak kepala merupakan bagian dari rangka tubuh. Fungsi tengkorak kepala adalah pelindung dari otak, mata, hidung dan telinga bagian dalam. Tanpa tengkorak, otak akan mudah rusak karena getaran, goncangan hingga benturan.2

Secara makroskopik, struktur kepala terdiri dari bagian muka, bagian tengkorak, dan terdapat hubungan antara tulang tengkorak.3

a. Bagian muka, terdiri dari: Tulang hidung (os nasale) Tulang pipi (os zygomaticum) Tulang rahang atas (os maxillare) Tulang rahang bawah (os mandibulare)

b. Bagian tengkorak, terdiri dari: Tulang dahi (os frontale) 2 buah Tulang ubun-ubun (os parietale) 2 buah

Gambar 1. Tengkorak Kepala

Tulang pelipis (os temporal) 2 buah Tulang belakang kepala (os occipital)

c. Hubungan antara tulang tengkorak, terdiri dari: Sutura sagitalis, menghubungkan tulang parietalis kanan dan kiri Sutura koronaria, menghubungkan tulang frontalis dengan tulang parietalis Sutura lamboidea, menghubungkan tulang parietalis dengan tulang occipitalis Sutura squamosa, menghubungkan tulang parietalis dengan tulang temporalis

Pada skenario yang didapatkan terjadi fraktur os temporal, maka dalam hal ini akan dibahas lebih banyak tentang os temporal. Dimana pada kasus terdapat hematoma pada pelipis kanan dan hasil pemeriksaan rontgen ditemukan fraktur os temporal disertai epidural hemorragie.

Os Temporal

Dua tulang temporal membentuk bagian dasar dari sisi kanan dan kiri tengkorak. Setiap tulang temporal ireguler terdiri dari empat bagian, yaitu:

1. Bagian skuamosa. Bagian terbesar. Merupakan lempeng tipis dan pipih yang membentuk pelipis. Prosesus zigomaticus menonjol dari bagian skuamosa pada setiap tulang temporal. Tonjolan tersebut bertemu dengan bagian temporal dari setiap tulang zigomatikus untuk membentuk arkus zigomatikus.

2. Bagian petrous terletak didalam dasar tengkorak dan tidak dapat dilihat dari samping. Bagian ini berisi struktur telinga tengah dan telinga dalam.

3. Bagian mastoid terletak dibelakang dan dibawah liang telinga. Prosesus mastoid adalah tonjolan membulat yang mudah teraba dibelakang telinga.a. Pada orang dewasa prosesus mastoid mengandung ruang-ruang udara yang disebut

sel-sel udara mastoid (sinus), dan dipisahkan dari otak oleh sekat tulang yang tipis. b. Inflamasi pada sel udara mastoid (mastoiditis) dapat terjadi akibat infeksi telinga

tengah yang tidak diobati.4. Bagian timpani terletak disisi interior bagian squamosa dan sisi anterior dari bagian

mastoid. Timpani berisi saluran telinga (meatus auditori eksternal) dan memiliki prosesus stiloid yang ramping untuk melekat pada ligamen stiloid.4

Gambar 2. Os Temporal Kiri

Meninges (Selaput Pelindung Otak)

Meninges adalah lapisan-lapisan atau membran pembungkus otak dan sistem saraf tepi yang berfungsi membungkus dan melindungi sistem saraf pusat, membungkus dan melindungi pembuluh darah yang mendarahi sistem saraf pusat, serta mengandung liquor cerebrospinalis (LCS).Lapisan-lapisan meninges dari tengkorak menuju kedalam, terdiri atas: Duramater (lapisan terluar meninges) Arachnoid (lapisan tengah meninges) Piamater (lapisan terdalam meninges yang terletak paling dekat dengan otak)

Gambar 3. Meninges (Selaput Pelindung Otak)

Duramater melekat pada dinding tengkorak, membentuk periosteum dan dibentuk dari jaringan ikat fibrous yang padat dan kuat yang membungkus otak dan melanjutkan diri menjadi duramater spinalis setelah melewati foramen magnum yang berakhir sampai segmen kedua dari os cranium. Pada duramater dijumpai dua lipatan besar yang terdapat pada muka interna yaitu falx cerebri dan tentorium cerebelli. Pertemuan dua lipatan tersebut membentuk protuberantia occipitalis interna fibrossa. Secara konvensional duramater ini terdiri dari dua lapis yaitu lapisan periosteal dan lapisan meningeal. Kedua lapisan ini melekat dengan rapat kecuali sepanjang tempat- tempat tertentu terpisah dan membentuk sinus-sinus duramatris. Periosteal bentuknya kasar dan melekat pada duramater. Banyak pembuluh darah. Serat kolagennya tersusun dalam berkas-berkas. Meningeal bentuknya licin, membungkus otak fibroblastnya memiliki sitoplasma yang sedikit lebih gelap. Intinya lonjong, kromatinnya padat. Lapisan meningeal membentu kempat septum ke dalam dan membagi rongga cranium menjadi ruang-ruang yang saling berhubungan dengan bebas dan menampung bagian-bagian otak. Fungsi septum ini adalah untuk menahan pergeseran otak. Terdapat ruang epidural, diantara periosteum dan duramater. Mengandung jaringan ikat longgar, sel-sel lemak, pleksus venosa epidural.5

Arachnoidmater merupakan membran tipis, halus, avaskular yang melapisi duramater. Dari arachnoid ini keluar trabekula jaringan ikat yang berjalan ke piamater melintasi ruangan yang terisi oleh banyak trabekula. Ruangan ini disebut ruang subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal (liquor cerebropinalis) dan banyak mengandung pembuluh darah. Pada beberapa tempat arachnoid menembus duramater sebagai villi arachnoid yang menonjol ke dalam sinus venosus duramater. Fungsi villi arachnoid ini adalah untuk menyalurkan cairan serebrospinal ke sinus venosus. Pada trauma kepala yang parah pembuluh darah di piamater dan di dalam otak akan pecah dan darah akan berkumpul dalam ruang subarachnoid. Perdarahan ini disebut perdarahan subdural.5

Piamater adalah membran halus, lembut yang membungkus otak terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh darah, berguna untuk menyuplai nutrisi. Piamater meluas masuk ke dalam sulkus cerebri. Piamater terdiri atas 2 lapisan, yaitu bagian luar tersusun dari anyaman serat kolagen, mengandung banyak pembuluh darah dan bagian dalam terdiri atas anyaman serat retikular dan elastin halus yang melekat pada jaringan saraf di bawahnya tetapi terpisah dari unsur-unsur saraf/otak oleh satu lapis cabang-cabang neuroglia.5

Cairan Cerebrospinalis (CSS)Cairan serebrospinalis (CSS) mengelilingi dan menjadi bantalan bagi otak dan

medulla spinalis. CSS memiliki berat jenis (densitas) hamper seperti berat jenis otak itu sendiri, sehingga otak pada hakikatnya mengapung atau tersuspensi didalam lingkungan cairan khusus ini. Fungsi utama CSS adalah sebagai cairan peredam kejut untuk mencegah otak menumbuk bagian inferior tengkorak yang keras ketika kepala tiba-tiba mengalami benturan.6 Fungsi cairan serebrospinalis juga sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla spinalis, serta berperan sebagai media pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.

Cairan serebrospinalis mengelilingi ruang subaraknoid disekitar otak dan medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan serebrospinalis menyerupai plasma darah dan cairan interstitial, tetapi tidak mengandung protein. Sirkulasi cairan

serebrospinalis bergerak dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular (munro) menuju ventrikel ketiga otak, tempat cairan semakin banyak karena ditambahkan oleh plexus koroid ventrikel ketiga. Dari ventrikel ketiga, cairan mengalir melalui akuaduktus serebral (sylvius) menuju ventrikel keempat, tempat cairan ditambahkan kembali dari pleksus koroid. Cairan mengalir melalui tiga lubang pada langit-langit ventrikel keempat kemudian bersirkulasi melalui ruang subaraknoid di sekitar otak dan medulla spinalis. Cairan kemudian di reabsorbsi di vili araknoid (granulasi) ke dalam sinus vena pada duramater dan kembali ke aliran darah tempat asal produksi cairan tersebut.7

Gambar 4. Sisi Lateral Ventrikel Otak

Sawar Darah Otak

Sawar darah otak merupakan suatu lapisan yang menseleksi pemasukan zat-zat atau material ke dalam parenkim otak. Fungsinya melindungi SSP dari perubahan konsentrasi ion yang terjadi secara tiba-tiba di cairan ekstraselular dan mencegah masuknya molekul-molekul dari sirkulasi ke dalam LCS yang dapat mengganggu fungsi normal neuron di dalam SSP.7 Sawar darah otak (blood brain barrier) di bentuk oleh 3 komponen yaitu dinding sel endotel, lamina basal sel endotel, kaki perivaskular astrosit (end feet astrosit).

Di antara sel-sel endotel kapiler terdapat taut sekap (tight atau occluding junction) yang akan melapisi celah antara sel-sel endotel kapiler darah dan mencegah lewat atau merembesnya zat-zat melintasi celah ini. Zat-zat harus melewati dinding kapiler darah dengan cara mikropinositosis. Zat-zat hanya dapat menembus dinding endotel kapiler darah masuk kedalam parenkim otak bila zat tersebut mempunyai reseptor pada dinding endotel tersebut.

Material-material seperti O2, H2O, CO2 dan material-material berukuran kecil yang larut dalam lemak, termasuk beberapa obat dapat melintasi sawar darah otak ini. Molekul-

molekul seperti glukosa, asam amino, vitamin-vitamin, nukleosida masuk lewat mekanisme diffusi yang difasilitasi. Ion-ion masuk melalui mekanisme transport aktif.8

Vaskularisasi otak

Darah mengalir ke otak melalui dua arteri karotis dan dua arteri vertebralis. Arteri karotis interna, setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis karotikus, berjalan dalam sinus kavernosus, mempercabangkan arteri untuk nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang dua : arteri serebri anterior dan arteri serebri media.

Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi pada regio sentral dan lateral hemisfer. Arteri serebri anterior memberikan vaskularisasi pada korteks frontalis, parietalis bagian tengah, korpus kalosum dan nukleus kaudatus. Arteri serebri media memberikan vaskularisasi pada korteks lobus frontalis, parietalis dan temporalis.

Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi arteri basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri serebri posterior.

Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada batang otak dan medula spinalis atas. Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons. Arteri serebri posterior memberikan vaskularisasi pada lobus temporalis, oksipitalis, sebagian kapsula interna, talamus, hipokampus, korpus genikulatum dan mamilaria, pleksus koroid dan batang otak bagian atas. 9

Jaringan saraf

Jaringan saraf di dalam tubuh kita merupakan suatu sistem yang sangat kompleks yang mengatur segala aktivitas tubuh kita ,mulai dari penerimaan rangsang sampai menyalurkan impuls , serta menggerakan bagian-bagian dari tubuh kita.

Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem regulatorik utama tubuh,yang lainnya adalah sistem endokrin. Sel-sel peka rangsang pada sistem saraf dibentuk oleh anyaman interaktif kompleks tiga tipe fungsional dasar sel saraf-neuron aferen, neuron eferen, dan antarneuron. Susunan saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan medula spinalis , yang menerima masukan mengenai lingkungan eksternal dan internal dari neuron aferen . SSP menyortir dan memproses masukan ini, kemudian memulai pengaktifan neuron-neuron eferen, yang membawa instruksi ke kelenjar atau otot untuk melaksanakan respons yang diinginkan berupa sekresi atau gerakan, Banyak dari aktivitas yang dikontrol oleh saraf ini ditujukan

untuk mempertahankan homeostasis. Secara umum sistem saraf bekerja melalui sinyal listrik (potensial aksi) untuk mengontrol respon cepat tubuh.5

Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu susunan saraf pusat (SSP) dan susunan saraf tepi (SST). Yang terdiri dari serat saraf yang membawa informasi antara SSP dan bagian tubuh lain (perifer). SST dibagi lagi menjadi divisi aferen dan eferen. Divisi aferen membawa infromasi ke SSP memberi tahu tentang lingkungan eksternal dan aktivitas internal yang sedang diatur oleh susunan saraf. Instruksi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor-otot atau kelenjar yang melaksanakan perintah agar dihasilkan efek yang sesuai. Sistem saraf eferen dibagi menjadi sistem saraf somatik yang terdiri dari serat-serat neuron motorik yang menyarafi otot rangka, dan sistem saraf otonom. Yang terdiri dari serat-serat yang menyarafi otot polos,otot jantung dan kelenjar. Sistem yang terakhir ini dibagi lagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis, dimana keduanya menyarafi sebagian besar organ organ yang disarafi oleh sistem saraf otonom.8

Area korteks serebri

Korteks serebri atau substansia grisea dari serebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut giri (tunggal girus). Susunan seperti ini memungkinkan permukaan otak menjadi luas untuk berada di dalam rongga tengkorak yang sempit. Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui memiliki fungsi spesifik. Pada tahun 1909, Korbinian Brodmann, seorang ahli neurologis Jerman membagi korteks serebri menjadi 47 area. (gambar 5).10

Gambar 5. Hemisfer Serebri

Seperti berbagai bagian yang lain di otak, badan-badan sel yang terdapat di korteks menghasilkan jaringan keabu-abuan, yang oleh karenanya disebut sebagai subtansia abu-abu (gray matter). Pada bagian-bagian lain pada otak (dan dalam bagian-bagian sistem saraf

lainnya), mielin yang panjang, yang menutupi akson, lebih menonjol dan membentuk subtansi putih (white mater). Meskipun ketebalan korteks hanya 3 milimeter, korteks mengandung hampir tiga perempat dari seluruh sel otak yang ada, korteks memiliki sejumlah celah dan kerutan,sehingga dapat menampung miliaran saraf. Pada masing-masing hemisfer serebral, terdapat celah yang membagi korteks kedalam empat daerah atau lobus yang berbeda (gambar 6).11

Gambar 6. Lobus Serebrum

Lobus temporal

Dalam skenario yang didapat, akan di bahas area korteks serebri yang berhubungan dengan lobus temporal, dimana dengan hal tersebut, dapat diketahui apa saja area korteks serebri yang akan berpengaruh dalam lobus temporal. Lobus temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan kebawah dari fisura lateralis dan kesebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis, lobus temporalis adalah area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencakup area Wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau dan penyimpanan pengingatan. Pada lobus temporal, terdapat area 18 & 19 yaitu korteks visual primer dan asosiasi visual yang berfungsi sebagai area penerimaan visual. Kerusakaan pada sisi yang dominan mengakibatkan kehilangan kemampuan mengenali benda-benda. Korteks asosiasi visual terletak di sebelah area no.39 lobus temporalis. Terdapat juga area 22 yaitu korteks pendengaran primer berfungsi sebagai penerima suara dan menjadi korteks asosiasi pendengaran (daerah penerimaan pendengaran) kerusakan pada area ini akan menyebabkan gangguan pendengaran, lobus temporalis merupakan area sensorik reseptif untuk impuls pendengaran.10

Fraktur Os TemporalFraktur tulang temporal dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu fraktur longitudinal

dan fraktur transversal serta fraktur campuran. Fraktur longitudinal berawal dari foramenmagnum dan berjalan keluar menuju linag telinga, telinga berdarah dan terjadi

gangguan pendengaran konduktif. Fraktur tranversal sering menyebabkan cedera labirin dan nervus fasialis karena garis fraktur melintasi apeks petrosus atau labirin.

Penutup

Dapat disimpulkan dari skenario, bahwa seorang pemuda yang terjatuh dari sepeda motor didapati hematoma serta terdapat fraktur os temporal disertai epidural hemorragie, hal itu dapat terjadi karena kemungkinan adanya kerusakan pada pelindung otak yaitu selaput otak yang sering disebut sebagai meninges. Selain itu, terjadi juga fraktur os temporal yang melindungi otak paling luar. fraktur os temporal tersebut diserta epidural hemorragie dapat disebabkan karena adanya gangguan vaskularisasi pada otak sehingga terjadi pendarahan pada selaput otak, serta hematoma yang merupakan kondisi fisik kebiru-biruan yang dimana terdapat pembuluh darah yang pecah pada pemuda yang terjatuh dari sepeda motor tersebut.

Daftar Pustaka

1. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia; 2008.h.44-82. Haryanto N. Otak tengah. Jakarta: Penerbit Gradien Mediatama; 2007. h. 15.3. Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk

pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. h. 121-2.4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;

2003.h.98-9.5. Lumongga F. Meninges dan Cerebrospinal Fluid. Fakultas Kedokteran USS.2008.6. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2009. h. 151-3.7. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC;2003.h.166-88. Sherwood L . Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Jakarta:EGC;2009.h.144-7Faiz O, 9. Batticaca FB. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta: Salemba Medika; 2008.10. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.

Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2008.h.23-611. Wade C, Tavris C. Psikologi. Jakarta: PT Gramedia; 2008.h.132-3