patologi hiv/aids

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi (Djausi, 2001). Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2. HIV–1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang berbeda–beda dari HIV–1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub–jenis (clades). Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M terdapat sekurang– kurangnya 10 sub–jenis yang dibedakan secara turun temurun. Ini adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia, Karibia dan Eropa. Sub–jenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India. HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya adalah 1

Upload: herman-fatner-nasution

Post on 26-Oct-2015

181 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

HIV/AIDS

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini

adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk

memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal

adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari

Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi

(Djausi, 2001).

Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2. HIV–1 mendominasi

seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang berbeda–beda

dari HIV–1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub–jenis

(clades). Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M

terdapat sekurang–kurangnya 10 sub–jenis yang dibedakan secara turun temurun.

Ini adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan,

Australia, Karibia dan Eropa. Sub–jenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India.

HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat

banyak kemiripan diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya

menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi–infeksi

oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–2,

ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat

dan lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka

mereka yang terinfeksi dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses

penularannya (Djausi, 2001).

HIV dapat menular melalui kontak darah, namun disini kami akan mencoba

membahas bagaiamana HIV AIDS dan bagaimana melakukan sebuah proses

keperawatan pada penderita dengan HIV AIDS (Kuswayan. 2009).

1

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mahasiswa mengetahui pengertian HIV/AIDS, penyebab, dan patofisiologinya.

2. Mahasiswa mengetahui gejala klinis HIV/AIDS, komplikasinya, serta

penatalaksanaan medis dari HIV/AIDS.

3. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami

HIV/AIDS.

2

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang

menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif

lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma

penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama karena penurunan

sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sindroma yang

menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab

yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut sepertii

keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan

sebagainya (Laurentz ,1997 ).

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem

kekebalan tubuh manusia (Wartono, 1999).

AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem

kekebalan tubuh ( Syahlan, 1997).

Infeksi pada kehamilan adalah penyebab morbiditas ibu dan neonatal yang

sudah diketahui. Banyak kasus dapat dicegah, dan dalam makalah ini akan dibahas

mengenai penyakit infeksi yang sering ditemukan yang dapat terjadi dalam

kehamilan (Kuswayan, 2009).

2.2. Etiologi

Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang disebut human

immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983

sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi

retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang

pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya

disebut HIV.

3

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada

gejala.

2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes

illness.

3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.

4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam

hari, B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.

5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali

ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system

tubuh, dan manifestasi neurologist.

Cara penularan HIV:

1. Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah

terinfeksi. Kondom adalah satu–satunya cara dimana penularan HIV dapat

dicegah.

2. Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana

darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang

tidak steril.

3. Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan

seseorang yang telah terinfeksi.

4. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa

kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.

Penularan secara perinatal

1. Ibu hamil yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV pada bayi yang

dikandungnya.

2. Penularan dari ibu terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena pada

saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga

virus dari ibu dapat menular pada bayi.

4

3. Bayi juga dapat tertular virus HIV dari ibu sewktu berada dalam kandungan

atau juga melalui ASI

4. Ibu dengan HIV dianjurkan untuk PASI

Kelompok resiko tinggi:

1. Lelaki homoseksual atau biseks.

2. Orang yang ketagian obat intravena

3. Partner seks dari penderita AIDS

4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi (Ida, 2010).

2.3. Macam infeksi HIV

Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi

menjadi tiga Tahap :

1. Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam jaringan

limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti serokonversi dan

pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya CD8+ sel T antivirus. Secara

klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok,

mialgia non-spesifik, dan meningitis aseptik. Keseimbangan klinis dan jumlah

CD4+ sel T menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.

2. Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis dengan

replikasi. virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid dan hitungan CD4+

secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami pembesaran kelenjar

limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa

tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam, kemerahan kulit, kelelahan, dan

viremia. Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10 tahun.

3. Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh

penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat badan,

diare, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini umumnya

dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika Serikat menganggap

5

semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200

sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum terlihat. ( Robbins,

1998).

2.4. Patofisiologi

HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan

dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus

dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah

menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut

reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia,

yang mana, daripada menghasilkan lebih banyak sel jenisnya, benda tersebut

mulai menghasilkan virus–virus HI.

Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus

yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas

dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah

proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan

tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan

penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut

dari orang ke orang.

Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–

sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut

mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.

Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200

sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya

terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi

oportunistik.

Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem

kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksi–

infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang

pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal (Wirya, 2003).

6

PATHWAY

7

Virus HIV Immunocompromise

Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit, limfosit BMerusak seluler

Flora normal patogen

Organ target

Manifestasi oral Respiratori

Invasi kuman patogen

Manifestasi saraf Gastrointestinal

Lesi mulut

Dermatologi

Nut

risi

inad

ekua

t

Sensori

Penyakit anorektal

HepatitisEnsepalopati akut Gangguan penglihatan

dan pendengaran

Disfungsi biliari

Diare Gatal, sepsis, nyeri

Infeksi

Kompleks demensia

Cai

ran

berk

uran

g

Gan

ggua

n m

obil

isas

i

Akt

ivit

as in

tole

rans

Gan

ggua

n ra

sa n

yam

an :

nyer

i

hipe

rter

mi

Cai

ran

berk

uran

g

Nut

risi

inad

ekua

t

Gan

ggua

n ra

sa n

yam

an :

nyer

i

Gan

ggua

n po

la B

AB

Tid

ak e

fekt

fi b

ersi

han

jala

n na

pas

Tid

ak e

fekt

if p

ol n

apas

Gan

ggua

n bo

dy im

agea

pas

Gan

ggua

n se

nsor

i

HIV- positif ?

Reaksi psikologis

2.5. Gejala HIV AIDS

1. Gejala mayor

a. BB menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan

b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan

c. Penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis

d. Demensia / HIV Ensefalopati

2. Gejala minor

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b. Dermatitis generalist

c. Adanya herpes zoster yang berulang

d. Kandidiasis orofaringeal

e. Herpes simplex kronik progresif

f. Limfadenopati generalist

g. Infeksi jamur berulang pada kelamin wanita

Retinitis Cytomegalovirus (Djausi, 2001).

2.6. Pemeriksaan diagnostik

1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :

- ELISA

- Western blot

- P24 antigen test

- Kultur HIV

2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

- Hematokrit.

- LED

- CD4 limfosit

- Rasio CD4/CD limfosit

- Serum mikroglobulin B2

Hemoglobulin (Djausi, 2001).

8

2.7. Pengobatan

Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS

tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat

yang kurang baik pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara

medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap

HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu

kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai

terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini

dapat mengunakan:

1. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan

pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan

dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).

2. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat

reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu

enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam

memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk:

Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).

3. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya

sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan

dilepaskan.

Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang

mengidap HIV(+) dapat menularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan,

persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan,

kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan

terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi

penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan tersebut adalah:

1. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 14–28

minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini

menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai

9

pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu

rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi

telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan

Lamivudine (3TC)

2. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan

dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa

dosis tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya

digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa

persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.

Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat

antiviral, yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari,

untuk mencegah seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik

melalui serangan seksual maupun terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan

permulaan pengunaan dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk

menetapkan status orang yang bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu

diberikan untuk memungkinkan orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan

untuk mentaati, kebutuhan untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan

memperbaharui pengujian HIV. Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP

termasuk AZT dan 3TC yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah

memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine sebagai bagian dari PEP

yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati. Sesudah terkena infeksi

yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai sekurangnya selama 72 jam,

sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa lebih awal seseorang memulai

pengobatan, maka keuntungannya pun akan menjadi lebih besar. PEP tidak

merekomen dasikan proses terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS sebagaimana hal

ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan efek samping yang hebat

dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman

10

2.8. Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

1. Biodata Klien

2. Riwayat Penyakit

Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan

imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon

imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum

berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat

meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang

berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia

aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit

seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status

imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta

terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :

Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )

Terapi radiasi, defisiensi nutrisi, penuaan, aplasia timik, limfoma,

kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital.

Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)

Limfositik leukemia kronis, mieloma, hipogamaglobulemia congenital,

protein liosing enteropati (peradangan usus)

3. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Subyektif)

a) Aktifitas / Istirahat

- Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola

tidur.

- Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi

aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).

b) Sirkulasi

- Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada

cedera.

11

- Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer,

pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.

c) Integritas dan Ego

- Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan

penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.

- Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.

d) Eliminasi

- Gejala : Diare intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa

kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

- Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat

dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal,

perubahan jumlah, warna dan karakteristik urine.

e) Makanan / Cairan

- Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia

- Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi

yang buruk, edema

f) Hygiene

- Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS

- Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.

g) Neurosensoro

- Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status

indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.

- Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak

normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.

h) Nyeri / Kenyamanan

- Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada

pleuritis.

- Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan

gerak,pincang.

12

i) Pernafasan

- Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak

pada dada.

- Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya

sputum.

j) Keamanan

- Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit

defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.

- Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya

nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan

umum.

k) Seksualitas

- Gejala : Riwayat berprilaku seks dengan resiko tinggi, menurunnya

libido, penggunaan pil pencegah kehamilan.

- Tanda : Kehamilan,herpes genetalia.

l) Interaksi Sosial

- Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, isolasi, kesepian,

adanya trauma AIDS.

- Tanda : Perubahan interaksi.

4. Pemeriksaan Diagnostik

a) Tes Laboratorium

Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih

bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk

mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau

perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human

Immunodeficiency Virus (HIV)

Serologis

- Tes antibody serum

13

Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif,

tapi bukan merupakan diagnosa

- Tes blot western

Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)

- Sel T limfosit

Penurunan jumlah total

- Sel T4 helper

Indikator system imun (jumlah <200>

- T8 ( sel supresor sitopatik )

Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8

ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.

- P24 ( Protein pembungkus HIV)

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi

- Kadar Ig

Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal

- Reaksi rantai polimerase

Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer

monoseluler.

- Tes PHS

Kapsul hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif

Neurologis

- EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)

- Tes Lainnya

- Sinar X dada

- Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau

adanya komplikasi lain

- Tes Fungsi Pulmonal

- Deteksi awal pneumonia interstisial

14

- Skan Gallium Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk

pneumonia lainnya.

- Biopsis

- Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi

- Bronkoskopi / pencucian trakeobronkial Dilakukan dengan biopsy pada waktu

PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru

Tes Antibodi

Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka

system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus

tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa

sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi

awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak

efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus

(HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan

evaluasi diagnostic. Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA)

memberi lisensi tentang uji kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi

semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :

- Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)

Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus

Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa

AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah

terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya

terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.

- Western Blot Assay

Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan

memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)

- Indirect Immunoflouresence

Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.

- Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )

15

Mendeteksi protein dari pada antibody.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola

hidup yang beresiko.

2. Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan adanya

kontak darah dengan bayi sekunder terhadap proses melahirkan.

3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan output cairan

berlebih sekunder terhadap diare

4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen,

malnutrisi, kelelahan.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat

gizi.

6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan

yang orang dicintai.

16

C. Rencana Keperawatan

No DiagnosaTujuan dan Kriteria

hasilIntervensi Rasional

1 Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan

imunosupresi, malnutrisi

dan pola hidup yang

beresiko.

Pasien akan bebas

infeksi setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

3×24 jam dengan

kriteria hasil:

- Tidak ada luka atau

eksudat.

- Tanda vital dalam

batas normal

(TD=110/70, RR=16-

24, N=60-100, S=36-

37)

- Pemeriksaan leukosit

normal (6000-10000)

1. Monitor tanda-tanda

infeksi baru.

2. gunakan teknik aseptik

pada setiap tindakan invasif.

Cuci tangan sebelum

meberikan tindakan.

3. Anjurkan pasien metoda

mencegah terpapar terhadap

lingkungan yang patogen.

4. Kumpulkan spesimen

untuk tes lab sesuai order.

5. Atur pemberian

antiinfeksi sesuai order

1. Untuk pengobatan dini

2. Mencegah pasien terpapar

oleh kuman patogen yang

diperoleh di rumah sakit.

3. Mencegah bertambahnya

infeksi

4. Meyakinkan diagnosis

akurat dan pengobatan

5. Mempertahankan kadar

darah yang terapeutik

2 Resiko tinggi infeksi

(kontak pasien)

Infeksi HIV tidak

ditransmisikan setelah

1. Anjurkan pasien atau

orang penting lainnya

1. Pasien dan keluarga mau

dan memerlukan

17

berhubungan dengan infeksi

HIV, adanya infeksi

nonopportunisitik yang

dapat ditransmisikan.

dilakukan tindakan

keperawatan selama

3×24 jam dengan

kriteria hasil:

- kontak pasien dan tim

kesehatan tidak

terpapar HIV

- Tidak terinfeksi

patogen lain seperti

TBC.

metode mencegah transmisi

HIV dan kuman patogen

lainnya.

2. Gunakan darah dan

cairan tubuh precaution bial

merawat pasien. Gunakan

masker bila perlu.

informasikan ini

2. Mencegah transimisi infeksi

HIV ke orang lain

3 Resiko tinggi defisit volume

cairan berhubungan dengan

output cairan berlebih

sekunder terhadap diare

Defisit volume cairan

dapat teratasi setelah

dilakukan tindakan

keperawatan selama

1×24 jam dengan

criteria hasil:

- perut lunak

- tidak tegang

- feses lunak, warna

normal

1. Kaji konsistensi dan

frekuensi feses dan adanya

darah.

2. Auskultasi bunyi usus

3. Atur agen antimotilitas

dan psilium (Metamucil)

sesuai order

4. Berikan ointment A dan

D, vaselin atau zinc oside

1. Mendeteksi adanya

darah dalam feses

2. Hipermotiliti mumnya

dengan diare

3. Mengurangi motilitas

usus, yang pelan,

emperburuk perforasi pada

intestinal

4. Untuk menghilangkan

18

- kram perut hilang, distensi

D. Implementasi

Didasarkan pada diagnosa yang muncul baik secara aktual, resiko, atau potensial. Kemudian dilakukan tindakan

keperawatan yang sesuai berdasarkan NCP.

E. Evaluasi

Disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehingga dapat diputuskan apakah

intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan yang sebelumnya tidak berhasil (Doengoes, 2000).

19

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang

menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang relatif

lama dapat menyebabkan AIDS. Penyebab infeksi adalah golongan virus retro yang

disebut human immunodeficiency virus (HIV). Cara penularan HIVmelakukan

penetrasi seks, melalui darah yang terinfeksi, dengan mengunakan bersama jarum

untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi, wanita hamil.

Penularan secara perinatal terjadi terutama pada saat proses melahirkan, karena

pada saat itu terjadi kontak secara lansung antara darah ibu dengan bayi sehingga

virus dari ibu dapat menular pada bayi.

Kelompok resiko tinggi: lelaki homoseksual atau biseks, orang yang ketagian

obat intravena, partner seks dari penderita AIDS, penerima darah atau produk darah

(transfusi), bayi dari ibu/bapak terinfeksi. Gejala mayor infeksi HIV adalah BB

menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung lebih dari 1

bulan, penurunan kesadaran dan adanya gangguan neurologis, demensia / HIV

ensefalopati. Gejala minor: batuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis generalist,

adanya herpes zoster yang berulang, kandidiasis orofaringeal, herpes simplex

kronik progresif, limfadenopati generalist,

infeksi jamur berulang pada kelamin wanita, retinitis cytomegalovirus.

3.2. Saran

Dengan dibuatnya makalah HIV, diharapkan nantinya akan memberikan

manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan

bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan terutama pada penderita

HIV.

20

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2006. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I

Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta

Djausi, Samsu Rizal. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ketiga. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Duarsa, N. Wirya. 2003. Penyakit Menular seksual Edisi kedua Jakarta :FKUI

Carpenito, Lynda Juall; 2001. Diagnosa Keperawatan Edisi tujuh. Jakarta,

EGC

Kuswayan. 2009. Apa itu HIV/AIDS?. http://www.kswann.com/WhatisHIVAIDS.pdf.

Lamongan, 10 Desember 2010. 13.00 WIB (access online)

Yati, Ida. 2010. AIDS pada ibu hamil. http://www.docstoc.com/docs/. Lamongan, 10

Desember 2010. 13.10 WIB (access online)

Administrator. 2010. Pencegahan dan Penatalaksanaan Infeksi HIV (AIDS) pada

kehamilan.http://www.mkb-online.org/

21

22