patofisiologi_ppok

Upload: timotius-agung-silaban

Post on 03-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Patofisiologi_PPOK

    1/2

    Patofisiologi PPOK

    Emfisema : Pengurangan daya balik elastis yang menyebabkan kolaps jalan napas

    ekspirasi dan hiperinflsi ; disintegrasi dinding alveolus dan pembentukan bulla.

    Didalam paru terdapat keseimbangan normal antara protease yang mendorong

    remodeling paru (elastase dan antiprotease yang menghambat remodeling paru (antielastase

    seperti alfa1 - antitripsin).

    Gambar 1. Patofisiologi emfisema

    Asap rokok menghasilkan stres oksidan (produksi radikal oksigen toksik) yangmenghambat aktivitas antiprotease normal.

    Inflamsi epitel saluran pernapasan dan disertai aktivitas limfosit T sitotoksik (CD8),makrofag dan polimorfonuklear (PMN), menyebabkan peningkatan aktivitas protease

    (elastase) dan kerusakan langsung pada paru.

    Ketidakseimbangan antara protease dan antiprotease menyebabkan kerusakan dindingalveolus dan bronkus dan peningkatan produksi mukus.n

    Produksi sitokin inflamsi seperti faktor nekrosis tumor (TNF ) mengakibatkan gejalasistemik seperti penurunan berat badan dan kelemahan otot.

    Kolaps jalan napas selama ekspirasi dengan terperangkapnya udara mengakibatkanhiperekspansi paru dan didnding dada menyebabkan otot-otot pernapasan berada dalam

    posisi mekanis yang tidak menguntungkan dan meningkatkan beban kerja pernapsan. Ini

    mengakibatkan penurunan volume tidal dan hiperkapnia.

  • 8/12/2019 Patofisiologi_PPOK

    2/2

    Kehilangan area permukaan alveolus dan abnormalitas barier kapiler alveolusmengakibatkan penurunan pertukaran gas dan menyebabkn hipoksemia.

    Bronkitis kronis : batuk produktif kronis yang menghasilkan lendir minimal selama 3

    bulan per tahun paling idak 2 tahun berturut-turut.

    Sel goblet di mukosa jalan napas meningkat dengan hipertrofi dan hiperplasia kelenjarsubmukosa dan produksi sputum lengket yang banyak. Mikroorganisnme(terutama

    bakteri) dapat melekat dan tumbuh dengan kolonisasi persisten pada jalan napas dan

    menyebabkab eksaserbasi infeksi berulang.

    Inflamassi epitel dan hipertrofi otot polos menyebabkan jaringan parut.

    Sumber :

    Valentina L, Brashers. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan

    Manajemen. Jakarta : EGC