pasar modal
DESCRIPTION
Bab 3. Pasar Modal. Teori dan Perkembangan Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
Pasar ModalBab 3
A.Teori dan Perkembangan Pasar
Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar
untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang
bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang
ataupun modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang
diperjual- belikan di pasar modal seperti saham, obligasi,
waran, right issue, obligasi konvertibel, dan berbagai
produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call).
a. Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek
yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam
Undang-Undang dan peraturan pelaksanaannya.
b. Emiten adalah badan usaha atau perusahaan yang
telah melakukan penawaran umum atau lebih
terkenal dengan istilah go public. Istilah go
public biasa juga disebut IPO (Initial Public Offering)
atau penawaran saham perdana.
c. Efek adalah surat berharga, meliputi surat pengakuan
utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari
efek.
d. Derivatif dari efek adalah turunan dari efek, baik
efek yang bersifat utang maupun yang bersifat
ekuitas, seperti opsi dan waran.
e. Opsi adalah hak yang dimiliki oleh pihak untuk
membeli atau menjual kepada pihak lain atas
sejumlah efek harga dalam waktu tertentu.
f. Perusahaan publik adalah perseroan yang
sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300
pemegang saham dan memiliki modal yang
disetor sekurang-kurangnya Rp3.000.000.000,00
atau suatu jumlah pemegang saham dan modal
disetor yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
2. Sejarah Pasar Modal
a. Zaman Penjajahan
Awal abad ke-19 pemerintah kolonial
Belanda mulai membangun perkebunan secara
besar- besaran di Indonesia. Orang-orang
Belanda dan Eropa lainnya merupakan penabung
yang penghasilannya sangat jauh lebih
tinggi daripada penghasilan penduduk pribumi.
Oleh karena itu, mereka menjadi penabung yang
telah dilibatkan sebaik-baiknya sebagai
sumber dana.
Atas dasar itulah pemerintahan
kolonial mendirikan pasar
modal. Setelah mengadakan
persiapan, akhirnya pada 14
Desember 1912 berdiri secara resmi
pasar modal di Indonesia yang
terletak di Batavia (Jakarta) yang
bernama Vereniging voor de
Effectenhandel (bursa efek) dan
langsung memulai perdagangan.
b. Masa Perang Dunia II
Pada tahun 1939 keadaan suhu politik di
Eropa menghangat dengan memuncaknya
kekuasaan Adolf Hitler. Melihat keadaan ini,
pemerintah Hindia Belanda mengambil
kebijaksanaan untuk memusatkan perdagangan
efeknya di Batavia serta menutup bursa efek di
Surabaya dan Semarang.
Namun, pada 17 Mei 1940 secara keseluruhan
kegiatan perdagangan efek ditutup dan
dikeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa
semua efek harus disimpan dalam bank yang
ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Penutupan ketiga bursa efek tersebut sangat
mengganggu likuiditas efek, menyulitkan para pemilik
efek, dan berakibat pula pada penutupan kantor-kantor
pialang serta pemutusan hubungan kerja. Selain
itu, mengakibatkan banyak perusahaan dan
perseorangan ketakutan untuk menginvestasikan
modalnya di Indonesia.
Dengan demikian, pecahnya Perang Dunia II
menandai berakhirnya aktivitas pasar modal pada
zaman penjajahan Belanda.
c. Masa Pasar Modal Orde Lama
Setahun setelah pemerintahan Belanda mengakui
kedaulatan RI, tepatnya pada 1950, obligasi Republik
Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini
ditandai mulai aktifnya kembali pasar modal
Indonesia.
Diawali dengan diberlakukannya Undang-Undang
Darurat No. 13 pada 1 September 1951, yang
selanjutnya ditetapkan sebagai Undang-Undang No. 15 tahun
1952 tentang bursa, pemerintah RI membuka kembali
bursa efek di Jakarta pada 31 Juni 1952, setelah terhenti
selama 12 tahun. Adapun penyelenggaraannya
diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang
dan Efek-Efek (PPUE) yang terdiri atas tiga bank negara
dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank
Indonesia sebagai penasihatnya.
Sejak itu, bursa efek berkembang
dengan pesat, meskipun efek yang
diperdagangkan adalah efek yang
dikeluarkan sebelum Perang Dunia II.
Aktivitasnya semakin meningkat sejak Bank
Industri Negara mengeluarkan pinjaman
obligasi berturut-turut pada 1954, 1955, dan
1956.
Para pembeli obligasi banyak warga
negara Belanda, baik perseorangan maupun
badan hukum. Semua anggota
diperbolehkan melakukan transaksi dengan
luar negeri terutama dengan Amsterdam.
d. Masa Konfrontasi
Masa konfrontasi hanya berlangsung sampai
1958, karena saat itu terlihat adanya kelesuan dan
kemunduran perdagangan di Bursa. Hal tersebut,
diakibatkan politik konfrontasi yang dilancar kan
pemerintah RI terhadap Belanda sehingga
mengganggu hubungan ekonomi kedua negara
dan mengakibatkan banyak warga negara Belanda
meninggalkan Indonesia.
Perkembangan tersebut makin parah sejalan
dengan memburuknya hubungan Republik
Indonesia dengan Belanda mengenai sengketa Irian
Jaya dan memuncaknya aksi pengambilalihan semua
perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan
Undang-Undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958.
Kemudian, dengan instruksi dari Badan
Nasionalisasi Perusahaan Belanda
(BANAS) pada 1960, yaitu larangan bagi bursa
efek Indonesia untuk memperdagangkan
semua efek dari perusahaan Belanda yang
beroperasi di Indonesia, termasuk semua efek
yang bernominasi mata uang Belanda,
makin memperparah perdagangan efek di
Indonesia.
Tingkat inflasi pada waktu itu cukup tinggi
sehingga menggoncang dan mengurangi
kepercayaan masyarakat terhadap pasar uang
dan pasar modal, juga terhadap mata uang
rupiah yang mencapai puncaknya pada 1966.
e. Pasar Modal Orde Baru
Pemerintah Orde Baru mengambil langkah atau
kebijakan untuk mengembalikan kepercayaan rakyat
terhadap nilai mata uang rupiah. Di samping
pengerahan dana dari masyarakat melalui tabungan
dan deposito, pemerintah terus mengadakan persiapan
khusus untuk membentuk pasar modal.
Dengan Surat Keputusan Direksi BI No. 4/16 Kep-Dir
Tanggal 26 Juli 1968, BI membentuk tim persiapan Pasar
Uang (PU) dan Pasar Modal (PM). Hasil penelitian tim
menyatakan bahwa benih dari PM di Indonesia
sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun
1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih
kurang pengetahuan tentang pasar modal maka
pertumbuhan bursa efek di Indonesia sejak tahun 1958–
1976 mengalami kemunduran.
Setelah tim tersebut menyelesaikan tugasnya dengan
baik dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep-
25/MK/IV/1/72 Tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan
pada 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal
atau sekarang menjadi Badan Pengawas Pasar Modal) dan
PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri
Keuangan yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral.
Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat
kesungguhan dan intensitas untuk membentuk kembali PU
dan PM. Selain membantu menteri keuangan, Bapepam juga
menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan
pengelola bursa efek.
Pada 10 Agustus 1977 berdasarkan Keppres RI No. 52
tahun 1976 pasar modal diaktifkan kembali dan mulai go
public beberapa perusahaan. Pada zaman Orde Baru inilah
perkembangan PM dapat dibagi menjadi dua, yaitu tahun
1977–1987 dan tahun 1987–sekarang.
Perkembangan pasar modal selama tahun 1977–1987
mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah
memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang
memanfaatkan dana dari bursa efek. Fasilitas-fasilitas
yang telah diberikan antara lain fasilitas perpajakan untuk
merangsang masyarakat agar mau terjun dan aktif di
pasar modal. Terhambatnya perkembangan pasar modal
selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah
antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi
yang terlalu ketat, serta adanya batasan fluktuasi harga
saham.
Untuk mengatasi masalah itu pemerintah
mengeluarkan berbagai deregulasi yang berkaitan dengan
perkembangan pasar modal, yaitu Paket Kebijaksanaan
Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan
Paket Kebijaksanaan Desember 1988.
3. Fungsi dan Manfaat Pasar Modal
Pasar modal memberikan peran besar bagi
perekonomian suatu negara karena memberikan dua fungsi
sekaligus yaitu, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan.
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar
modal menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang
memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal
maka perusahaan publik dapat memperoleh dana dari
masyarakat melalui penjualan efek saham dengan
prosedur IPO atau efek utang (obligasi).
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan,
karena pasar modal memberikan kemungkinan dan
kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik
dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Jadi, diharapkan dengan adanya pasar modal
aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar
modal merupakan alternatif pendanaan bagi
perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan dan pada akhirnya memberikan
kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Pasar modal bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional
ke arah peningkatan kesejahteraan. Pasar modal adalah
kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi
yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki peran
yang strategis dalam pembangunan nasional, yaitu:
a. Sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha
termasuk usaha menengah dan kecil untuk
pembangunan usahanya; dan
b. Wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal
kecil dan menengah.