partisipasi pemustaka dalam seleksi bahan pustaka...
TRANSCRIPT
PARTISIPASI PEMUSTAKA DALAM SELEKSI BAHAN
PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN DPR RI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh
Satria Adhi Wicaksono
NIM: 1110025000015
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
i
PARTISIPASI PEMUSAKA DALAM SELEKSI BAHAN PUSTAKA PADA
PERPUSTAKAAN DPR RI
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Satria Adhi Wicaksono
1110025000015
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Satria Adhi Wicaksono
NIM : 1110025000015
Jurusan : Ilmu Perpustakaan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Partisipasi
Pemustaka Dalam Seleksi Bahan Pustaka Pada Perpustakaan DPR RI” benar
merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan
skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan
undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau
jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul
dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
iii
iv
ABSTRAK
Satria Adhi Wicaksono (1110025000015). Partisipasi Pemustaka Dalam Seleksi
Bahan Pustaka Pada Perpustakaan DPR RI dibawah bimbingan Alfida,
MLIS. Program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui upaya pustakawan dalam melakukan
pengembangan koleksi, untuk mengetahui partisipasi pemustaka dalam seleksi
bahan pustaka pada, untuk mengetahui efek yang terjadi pasca pengembangan
koleksi yang mengikutsertakan pemustaka pada Perpustakaan DPR RI. Jenis
penelitian yang digunakan adalah analitis deskriptif, dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
wawancara, observasi, dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data adalah
melalui proses studi literatur, data hasil wawancara dibuatkan transkip, analisis
data, reduksi data, penyederhanaan data agar mudah dibaca dan pembuatan
laporan penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Perpustakaan DPR RI melakukan
pengembangan koleksi yaitu dengan menyertakan pemustaka sebagai acuan dalam
pengadaan bahan pustaka dengan cara memberikan kuesioner kebutuhan kepada
pemustaka, kliping, pembelian, serta deposit hasil karya yang dihasilkan oleh
DPR. Partisipasi pemustaka adalah dengan mengisi kuesioner kebutuhan serta
memberikan saran terkait kebutuhan yang diperlukan. Efek yang terjadi pasca
pengembangan koleksi bersama pemustaka yaitu koleksi yang tersedia pada
Perpustakaan DPR RI lebih terpakai dan relevan. Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Upaya yang dilakukan oleh pustakawan
dalam kegiatan pengembangan koleksi Perpustakaan DPR RI ialah dengan
mengikutsertakan pemustaka dalam seleksi bahan pustaka sebagai acuan utama
pustakawan dalam melakukan pembelian buku. Selain itu pustakawan juga
melihat visi misi dari tiap-tiap anggota komisi agar tercapainya tujuan pengadaan
koleksi tersebut, (2) Pemustaka memiliki peran penting dalam menentukan
koleksi yang ingin diadakan oleh pihak Perpustakaan DPR RI, (3) Efek yang
terjadi pasca pengembangan koleksi bersama dengan pemustaka ialah koleksi
yang tersedia pada Perpustakaan DPR RI menjadi lebih lengkap, terpakai, dan
juga relevan dengan kebutuhan pemustaka.
Kata kunci: Peran pemustaka, pengembangan koleksi perpustakaan,
perpustakaan khusus
v
ABSTRACT
Satria Adhi Wicaksono (1110025000015). Library User Participation for
Selection Library Collection in DPR RI Libraries under guidance of Alfida,
MLIS. The study program of Library and Information Science Faculty of
Adab and Humanities UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
The purpose of this study was to know the effort of librarians doing developing
library collections in DPR RI Libraries, to know library users participation for
selection library collections in DPR RI Libraries, to know the effect after
developing library collections with library users. Using a qualitative approach.
The technique used for data collection were interviews, observation, and
documentation, while the collection of analysis techniques is through the study of
literature, interview data created transcript, mature data analysis, reduction,
simplification of data that is easy to read and of a research report.
Research report show that DPR RI Libraries doing developing library collection is
giving questionnaire needed, scrapbook, buy new books, and deposit works
produced by DPR. User participation is give a suggest and fill the questionnaire
needed. Effect that occur developing library collection with library users is the
collection in DPR RI is relevant and useable. The conclusion from this research is:
(1) Librarian effort in developing library collection is engage library users to
developing library collection in the selection library collection for reference to
librarians buy new books. And also see the vision and mission each commisioner
to reach the purpose the developing library collections. (2) Library user have a
role to choose the collections for added by DPR RI Libraries. (3) The effect after
developing library collections with library user is collection in DPR RI Libraries
is available, usefull, relevant, and also complete for library users.
Keyword: Library users participation, selection library collections, specific
library
vi
KATA PENGANTAR
Skripsi ini adalah buah dari ketulusan dan keikhlasan berbagai pihak oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman. Selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Alfida, MLIS selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu di tengah kesibukannya berikut rasa sabar karena bimbingannya
serta tak bosan-bosannya untuk menyemangati penulis.
4. Seluruh bapak dan ibu dosen jurusan ilmu perpustakaan yang telah
memberikan banyak ilmu yang berharga.
5. Kepada seluruh pihak Perpustakaan DPR RI yang telah memberikan ijin
kepada penulis yang telah mengijinkan untuk melakukan penelitian dan
wawancara yang berhubungan dengan skripsi penulis.
6. Kedua orang tua serta keluarga besar yang senantiasa memberikan
motivasi serta do’a sehingga terselesaikan karya yang sederhana ini.
7. Kepada Ria Herdiana selaku wanita yang selalu mendorong untuk selalu
lebih baik dalam kedepannya, wanita yang selalu setia membantu dan
mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.
8. Alvi Auzan selaku sahabat yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
vii
9. Teman–teman IPI A 2010 yang tidak bisa disebutkan yang telah
membantu saya dalam mencari bahan serta literatur untuk menjadi acuan
penelitian.
10. Ibu Nurul Hayati selaku Pembimbing Akademik UIN Syarif Hidayatullah.
Demikianlah, setelah sekian lama, pada akhirnya skripsi ini dapat dihadirkan
kehadapan pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih ada kekurangan, hal ini karena ada
keterbatasan diri dari penulis sendiri. Semoga karya kecil ini dapat berguna bagi
sekalian pihak, amin.
Ciputat, 22 April 2015
Penulis
Satria Adhi Wicaksono
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
D. Definisi Istilah ............................................................................ 8
E. Sistematika Penulisan ................................................................ 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
1. Definisi Perpustakaan Khusus ............................................ 11
2. Ciri–Ciri Perpustakaan Khusus ........................................... 12
3. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Khusus ........................... 13
4. Layanan Perpustakaan Khusus ............................................ 14
1) Layanan Ruang Baca ...................................................... 14
2) Layanan Sirkulasi ........................................................... 15
ix
3) Layanan Kesiagaan Informasi ........................................ 15
4) Layanan Referensi .......................................................... 15
5) Layanan Penelusuran Literatur ....................................... 16
6) Layanan Bimbingan Pengguna ....................................... 16
5. Sumber Daya Manusia Perpustakaan Khusus ................ 16
B. Pemustaka ................................................................................ 19
C. Koleksi ..................................................................................... 21
1. Jenis–Jenis Koleksi ............................................................. 22
1) Karya Cetak .................................................................... 22
2) Karya non Cetak ............................................................. 23
3) Bentuk Mikro ................................................................. 23
4) Karya dalam Bentuk Elektronik ..................................... 23
2. Koleksi Perpustakaan Khusus .................................................. 23
D. Pengembangan Koleksi ............................................................ 24
a. Seleksi Bahan Pustaka ............................................................. 24
b. Pengadaan ................................................................................ 28
c. Penyiangan ............................................................................... 31
d. Evaluasi .................................................................................... 34
E. Penelitian Relevan ................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .............................................. 39
B. Sumber Data ............................................................................ 40
C. Pemilihan Informan ................................................................. 40
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 41
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 42
F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian .............................................. 44
G. Jadwal Penelitian ..................................................................... 45
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil dan Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perpustakaan DPR RI ............................... 46
2. Visi dan Misi Perpustakaan DPR RI ................................... 48
3. Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI ......................... 49
4. Sumber Daya Manusia Perpustakaan DPR RI .................... 50
5. Pemustaka Perpustakaan DPR RI ....................................... 51
6. Sistem dan Jenis Layanan Perpustakaan DPR RI ............... 52
7. Koleksi Perpustakaan DPR RI ............................................ 53
8. Sarana Simpan dan Temu Kembali .................................... 55
9. Gedung atau Ruangan Perpustakaan DPR RI ..................... 56
10. Peraturan Peminjaman Perpustakaan DPR RI ................. 57
11. Sarana dan Prasarana Perpustakaan DPR RI ................... 58
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 59
C. Pembahasan ............................................................................. 67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 73
B. Saran ........................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
1.1 Jadwal Penelitian ........................................................................................ 45
1.2 Bagan Struktur Organisasi Perpustakaan .................................................... 50
1.3 Sumber Daya Manusia Perpustakaan DPR RI ............................................ 50
1.4 Jumlah Koleksi Bahan Pustaka ................................................................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia perpustakaan yang semakin pesat saat sekarang
ini menuntut pustakawan memiliki kemampuan lebih, tidak hanya dalam
bidang perpustakaan tetapi juga dalam ilmu teknologi dan informasi.
Berbagai macam cara dilakukan oleh kepala perpustakaan agar
perpustakaannya diminati oleh para pemustaka, diantaranya dengan
melengkapi koleksi yang tersedia sesuai dengan kebutuhan para
pemustaka.
Kepala perpustakaan memerlukan tenaga para pustakawan untuk
membantu memberikan masukan–masukan yang diperlukan oleh Kepala
perpustakaan agar perpustakaan tersebut diminati oleh para pemustaka.
Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi, artinya
perpustakaan menyediakan informasi yang diperlukan pengguna
perpustakaan. Pemberian informasi ini dilakukan baik atas permintaan
maupun tidak diminta. Dalam hal terakhir ini dilakukan bila perpustakaan
menganggap bahwa informasi yang tersedia sesuai dengan minat dan
keperluan pengguna.1
Informasi di perpustakaan tersebut tentunya sudah diseleksi,
dihimpun, diolah, dipersiapkan dan dikemas dengan baik, sehingga
“semua” informasi yang ada di perpustakaan benar-benar telah dikaji dan
dianalisis dan dipertimbangkan kegunaannya. Selanjutnya dengan
1 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia, 1991), hal.6
2
pengaturan yang demikian rupa akan memudahkan penggunanya, baik
dalam mengakses maupun menggunakannya. Perpustakaan yang baik
adalah yang dapat menyediakan dan memenuhi permintaan informasi
secara cepat dan tepat.2
Perpustakaan khusus sebagai salah satu jenis perpustakaan di
Indonesia, saat ini jumlahnya cukup banyak dan beragam baik ditinjau dari
status perpustakaan, misi perpustakaan dan tingkat kewenangan dan
tanggungjawabnya. Perpustakaan khusus, memberikan pelayanan kepada
sekelompok khusus, dalam bidang yang khusus pula. Kelompok khusus ini
antara lain perpustakaan departemen dan perpustakaan perusahaan, yang
dilayani adalah mereka yang bekerja pada departemen dan perusahaan
tersebut3.
Perpustakaan khusus berfungsi sebagai sarana penelitian untuk staf
karyawan dalam memacu tercapainya tujuan, lembaga induk. Tugas ini
dengan sendirinya memperkuat perpustakaan untuk terus meningkatkan
kemampuan dalam mengelola informasi yang sifatnya khusus, yakni
memenuhi kebutuhan pemakai perpustakaan yang bersangkutan berada di
lembaga.
Perpustakaan khusus sering disebut perpustakaan kedinasaan, karena
adanya pada lembaga-lembaga pemerintahan dan lembaga swasta.
Perpustakaan tersebut diadakan sebagai sumber informasi dan ilmu
pengetahuan yang berkaitan, baik langsung maupun tidak, dengan instansi
2 Sutarno NS, Tanggung Jawab Perpustakaan dalam Mengembangkan Masyarakat
Informasi (Jakarta: Panta Rei, 2005), hal. 135. 3 Karmidi Martoatmojo. Pelayanan Bahan Pustaka. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999).
h. 2-3
3
induknya. Dengan adanya perpustakaan tersebut maka kebutuhan
informasi dan bahan rujukan dapat dengan mudah diperoleh4. Koleksi
perpustakaan khusus ialah koleksi yang sesuai dengan badan induknya
atau instansi yang bersangkutan.
Pustakawan harus memiliki kompetensi personal yang diantara lain adalah
mempunyai komitmen tinggi pada pelayanan prima dan mencari tantangan dan
melihat peluang baru baik dalam maupun luar organisasi5. Pustakawan yang
bekerja di lingkungan manapun, terutama di lingkungan masyarakat yang sangat
aktif mencari berbagai informasi yang dibutuhkan seperti di perpustakaan khusus,
akan mempunyai komitmen yang tinggi untuk selalu dapat memenuhi kebutuhan
informasi. Sehingga koleksi yang telah dikembangkan dapat dimanfaatkan secara
maksimal.
Lingkungan informasi yang sangat menuntut adanya
perkembangan penyajian informasi akan selalu berusaha untuk
meningkatkan, memperluas dan mengembangkan khazanah dan cakrawala
pemakainya. Hal ini bertujuan agar pemakainya mendapatkan inspirasi-
inspirasi dalam mendorong, memperlancar dan bermanfaat bagi
kepentingan organisasi induknya.
Informasi tentunya akan sangat berguna bagi seseorang apabila
memberi nilai pengetahuan baru bagi pemakainya. Dengan banyaknya
informasi yang muncul di dunia ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
sulit orang untuk memperoleh informasi yang tepat baginya bahkan yang
dapat langsung dimanfaatkan.
4 Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. (Jakarta: Sagung Seto, 2006). h. 50
5 Rosa Widyawan. Peran Perpustakaan Khusus. h. 3. Makalah Pada Mata Kuliah
Manajemen Perpustakaan Khusus Jurusan Ilmu Perpustakaan
4
Perpustakaan khusus memiliki peran sebagai penunjang
penyelesaian program lembaga yang bersangkutan, yang tujuannya hanya
diperuntukkan bagi para pegawai lembaga tersebut. Istilah perpustakaan
khusus biasanya ditujukan bagi perpustakaan yang berada di bawah
naungan suatu organisasi atau lembaga tertentu baik departemen, lembaga
Negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri ataupun
perusahaan swasta.6 Bagi lembaga atau organisasi induk, pembentukkan
perpustakaan adalah sebagai tempat untuk memperoleh dan memanfaatkan
informasi atau data mutakhir yang bersifat khusus untuk kemajuan
organisasi maupun lembaga induknya.
Beberapa kasus yang sering terjadi pada perpustakaan di dalam
negeri diantaranya buku yang tersedia di perpustakaan tidak tepat atau
tidak sesuai dengan kebutuhan para pemustaka, dari sekian banyak buku
yang terdapat di perpustakaan buku yang sesuai dengan kebutuhan
pemustaka jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan jumlah buku yang
terdapat di rak.
Berdasarkan kasus diatas, pustakawan merupakan profesi yang
memiliki tanggung jawab dan peran yang besar untuk kemajuan
perpustakaan. Hal tersebut didasarkan bahwa pustakawan memiliki
pengetahuan di bidang perpustakaan dan kepustakawanan serta
pengetahuan terhadap kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh
pemustaka atau masyarakat penggunanya.
6 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, hal. 49.
5
Kompetensi yang dimiliki pustakawan di bidang perpustakaan dan
kepustakawanan akan meningkatkan kinerja pustakawan dalam mengelola
perpustakaan yang akan berdampak pada kualitas perpustakaan dimana
pustakawan tersebut bekerja. Kinerja pustakawan yang dapat langsung
terlihat diantaranya menjadikan koleksi yang tersedia di perpustakaan
sesuai dengan kebutuhan pemustaka sehingga pemustaka akan senang
datang ke perpustakaan untuk memanfaatkan koleksi perpustakaan yang
tersedia.
Pada awal survey, penulis bertanya kepada beberapa pengunjung di
Perpustakaan DPR RI mengenai koleksi yang tersedia pada perpustakaan
DPR RI. Dari hasil survey tersebut, penulis menemukan tidak sedikit
pengunjung yang merasa kurang puas terhadap koleksi yang tersedia pada
Perpustakaan DPR RI, karena tidak sedikit juga buku yang di butuhkan
pemustaka tidak tersedia.
Dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “PARTISIPASI PEMUSTAKA DALAM
SELEKSI BAHAN PUSTAKA PADA PERPUSTAKAAN DPR RI”
6
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan serangkaian penjelasan pada latar belakang
masalah di atas, penulis dalam skripsi ini akan membatasi ruang
penelitian sebagai berikut
1) Upaya pustakawan dalam melakukan pengembangan koleksi
pada Perpustakaan DPR RI
2) Partisipasi pemustaka dalam seleksi bahan pustaka pada
Perpustakaan DPR RI
3) Efek yang terjadi pada Perpustakaan DPR RI pasca
pengembangan koleksi dengan mengikutsertakan pemustaka
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas untuk mengetahui mengenai
bagaimana koleksi yang tersedia apakah sudah dapat memenuhi
kebutuhan pemustaka, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1) Bagaimana upaya pustakawan dalam melakukan pengembangan
koleksi pada Perpustakaan DPR RI?
2) Bagaimana partisipasi pemustaka dalam seleksi bahan pustaka
Perpustakaan DPR RI?
3) Bagaimana efek yang terlihat pada Perpustakaan DPR RI pasca
pengembangan koleksi dengan mengikutsertakan pemustaka?
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
upaya pustakawan dalam melakukan pengembangan koleksi
pada Perpustakaan DPR RI.
2) Untuk mengetahui bagaimana partisipasi pemustaka dalam
seleksi bahan pustaka pada Perpustakaan DPR RI.
3) Untuk mengetahui efek yang terjadi pada Perpustakaan DPR RI
pasca pengembangan koleksi dengan mengikutsertakan
pemustaka.
2. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Akademis:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan bidang perpustakaan khususnya dalam hal
partisipasi pemustaka terhadap seleksi bahan pustaka.
b. Penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian
selanjutnya yang memiliki kemiripan topik yang sama.
2) Manfaat Praktis:
a. Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk para
pustakawan dan kepala perpustakaan terkait dengan
partisipasi pemustaka terhadap seleksi bahan pustaka.
b. Penelitian ini diharapkan dapat membuat pemustaka mampu
ikut berperan dalam upaya pengembangan koleksi.
8
D. Definisi Isilah
Partisipasi Pemustaka merupakan bagian dari sebuah interaksi antara
pengguna perpustakaan dengan perpustakaan itu sendiri, maksud dari
partisipasi pemustaka ini adalah pemustaka yang memiliki andil dalam
perpustakaan tersebut seperti misalkan dalam melakukan pengisian
kuisioner dalam rangka pengembangan koleksi pada suatu perpustakaan.
Pengembangan Koleksi adalah kegiatan dimana sebuah perpustakaan
melakukan penambahan jumlah koleksi yang berada di perpustakaan untuk
memenuhi kebutuhan informasi pemustaka dengan melakukan beberapa
seleksi berdasarkan kebutuhan pemustaka.
Perpustakaan DPR RI adalah perpustakaan khusus yang dinaungi oleh
institusi induk yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR
RI) yang mana sumber dana di tanggung oleh institusi induk itu sendiri
dan perpustakaan bersifat khusus dalam arti koleksi yang tersedia di dalam
perpustakaan ini hanya sesuai dengan lembaga induknya.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi dibuat supaya lebih dipahami, terarah, berurutan
dan memudahkan pembaca dalam mengikuti pembahasannya, maka
penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dimulai dengan pendahuluan yang memuat argumentasi
seputar penelitian dan latar belakang dilakukannya
9
penelitian yang dilanjutkan dengan perumusan dan batasan
masalah dalam penelitian, kemudian dijelaskan pula tentang
tujuan penelitian, definisi istilah, dan terakhir sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
Pada Bab ini penulis membahas tentang pengertian
perpustakaan khusus, ciri-ciri perpustakaan khusus, tujuan
dan fungsi perpustakaan khusus, koleksi dan layanan
perpustakaan khusus, sdm perpustakaan khusus, jenis–jenis
koleksi, pengertian pustakawan, dan pengertian pemustaka,
dan pengembangan koleksi.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada Bab ini penulis membahas tentang metode penelitian
yang penulis gunakan yaitu jenis dan pendekatan penelitian,
sumber data, pemilihan informan, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan jadwal penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab ini penulis membahas sejarah singkat
Perpustakaan DPR RI, visi dan misi Perpustakaan DPR RI,
tugas pokok Perpustakaan DPR RI, struktur organisasi
Perpustakaan DPR RI, SDM di Perpustakaan DPR RI,
10
koleksi Perpustakaan DPR RI, sistem & jenis layanan
Perpustakaan DPR RI, fasilitas Perpustakaan DPR RI, serta
jam layanan dan alamat Perpustakaan DPR RI, hasil
penelitian tentang peran pemustaka dalam pengembangan
koleksi pada perpustakaan DPR–RI, serta upaya–upaya
yang dilakukan oleh pustakawan dalam melakukan
pengembangan koleksi, dan efek yang terjadi pasca
pengembangan koleksi yang mengikutsertakan pemustaka
melalui wawancara yang dilakukan oleh penulis.
BAB V PENUTUP
Bab ini memberikan kesimpulan dari penyajian hasil
penelitian dan saran – saran yang dikemukakan oleh penulis
dari penelitian yang merupakan masukan dan sumbangan
pemikiran penulis.
11
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
1. Definisi Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang memiliki kekhususan
tertentu, misalnya dilihat dari tugas dan fungsinya, koleksi serta
penggunanya.7 Menurut Sutarno NS perpustakaan khusus adalah
perpustakaan yang berada pada suatu instansi atau lembaga tertentu, baik
lembaga pemerintah maupun lembaga swasta yang sekaligus lembaga
tersebut sebagai pengelola dan penanggung jawabnya. Istilah khusus yaitu
bertugas melayani lembaga dan mereka yang bekerja pada instansi yang
bersangkutan. Kekhususan perpustakaan terletak pada pengelolaan, koleksi
dan pengguna yang cukup terbatas.8
Pengertian lainnya, perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang
dibentuk oleh suatu badan usaha atau instansi, sehingga koleksi pustaka
dan sistem pelayanannya berkaitan erat dengan tugas dan fungsi organisasi
induknya, serta dituntut memberikan jasa aktif dan selalu bekerja sama
dengan perpustakaan lain melalui jaringan informasi.9
7 Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), hal.
1.18. 8 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Sagung Seto,
2006), hal. 38-39. 9 Saefudin dan Setiawan, “Pembinaan Perpustakaan Khusus Instansi Pertanian: Observasi
Terhadap Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat,” Jurnal Perpustakaan
Pertanian, Vol. 16, No. 2 (Juli 2007): hal. 58.
12
Sehingga perpustakaan khusus merupakan salah satu penyebar
informasi di lingkungan instansi atau organisasi yang menaunginya dan
memiliki fungsi penting bagi para penggunanya untuk mendapatkan
informasi yang relevan sesuai dengan instansi atau organisasi yang
bersangkutan. Oleh karena itu perpustakaan khusus harus benar-benar
melaksanakan fungsinya tersebut demi tercapainya kesesuaian antara
tujuan instansi atau organisasi dengan fungsi perpustakaan.
2. Ciri-ciri Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus mempunyai beberapa ciri yang membedakannya
dengan jenis perpustakaan-perpustakaan lainnya diantaranya dalam hal
cakupan subjek koleksi, jenis koleksi, ruang lingkup pelayanan dan
pengguna potensialnya. Ciri-ciri tersebut antara lain, yaitu memiliki
koleksi yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu. Kedua,
keanggotaan terbatas pada sejumlah anggota yang ditentukan oleh
perpustakaan. Ketiga, peran utama melakukan penelitian kepustakaan
untuk anggota. Keempat, tekanan koleksi bukan pada buku, melainkan
pada majalah, jurnal, laporan penelitian, abstrak, indeks, dan lain-lain.
Ciri-ciri tersebut juga dikemukakan Karmidi Martoatmodjo dalam
bukunya Manajemen Perpustakaan Khusus adalah sebagai berikut :
1) Memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu
saja.
13
2) Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang
ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk
tempat perpustakaan tersebut bernaung.
3) Peran utama pustakawan ialah melakukan penelitian kepustakaan
untuk anggota.
4) Tekanan koleksi pada buku (dalam arti sempit) melainkan majalah,
pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak atau indeks karena literatur
dari jenis tersebut umumnya mengandung informasi yang lebih
mutakhir dibandingkan dengan buku.
5) Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota
perorangan. Karena itu perpustakaan khusus menyediakan jasa yang
sangat berorientasi ke penggunanya dibandingkan jenis perpustakaan
lain. Jasa yang diselenggarakan misalnya penyebaran informasi
terpilih atau pengiriman fotokopi artikel sesuai dengan minat
pengguna.10
3. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Khusus
Tujuan perpustakaan khusus di dalam Standar Nasional Indonesia
(SNI) 7496:2009 adalah untuk memenuhi kebutuhan materi perpustakaan
atau informasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pencapaian
misi instansi induknya.11
Pemenuhan kebutuhan informasi tidak hanya
dengan cara menyediakan dokumen yang diperlukan tetapi juga secara
10
Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas Terbuka,
1997), hal. 1.4. 11
Standar Nasional Indonesia (SNI), Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta:
SNI 7496:2009, 2009), hal. 2.
14
proaktif memberikan segala informasi yang terkait dengan bidang lembaga
induk.
Fungsi perpustakaan khusus adalah suatu tempat penelitian dan
pengembangan, pusat kajian serta penunjang pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia/pegawai, maka fungsi dari perpustakaan khusus
lebih ditekankan pada fungsi informatif dan penelitian artinya
perpustakaan menyediakan sarana literatur yang menunjang program
kegiatan lembaga induknya. Koleksinya sangat khusus sesuai dengan
kebutuhan lembaga induk yang bersangkutan.12
4. Layanan Perpustakaan Khusus
Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama di setiap
perpustakaan. Bagian layanan berhubungan secara langsung dengan
pengguna dan sekaligus merupakan barometer keberhasilan
penyelenggaraan perpustakaan. Baik buruknya citra perpustakaan
ditentukan pada bagian layanan ini, sehingga seluruh kegiatan
perpustakaan akan diarahkan dan terfokus kepada bagaimana memberikan
layanan yang baik sebagaimana dikehendaki oleh masyarakat pengguna.
Layanan yang diberikan perpustakaan khusus di dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009 meliputi:
1) Layanan ruang baca
Layanan ruang baca adalah layanan yang diberikan oleh
perpustakaan berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di
12
Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus, hal. 1.4-1.5.
15
perpustakaan. Layanan ini diberikan untuk mengantisipasi pengguna
perpustakaan yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan
tetapi mereka cukup memanfaatkannya di perpustakaan.
2) Layanan sirkulasi
Layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani pengguna jasa
perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan
pustaka beserta penyelesaian administrasinya. Layanan ini bertujuan
memberikan keleluasaan kepada pengguna dalam memanfaatkan bahan
pustaka yang tersedia di perpustakaan.
3) Layanan kesiagaan informasi
Menurut Karmidi Martoatmodjo, layanan ini adalah layanan
perpustakaan kepada pengguna mengenai informasi yang baru datang
ke perpustakaan. Ini adalah suatu cara yang baik untuk tetap
berhubungan dengan pengguna. Bagi pengguna sendiri hal ini
merupakan pemberitahuan bahwa sudah ada bahan atau koleksi baru
yang perlu dibaca di perpustakaan.13
4) Layanan referensi
Layanan referensi diberikan untuk membantu pengguna
perpustakaan atau masyarakat yang ingin menemukan informasi secara
cepat dan tepat dari koleksi yang ada di perpustakaan. Kegiatan
dilakukan dengan cara menjawab langsung pertanyaan pengguna
perpustakaan atau dari masyarakat dengan menggunakan
sumber/koleksi rujukan yang tersedia.
13
Karmidi Martoatmodjo, Pelayanan Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999),
hal. 141.
16
5) Layanan penelusuran literatur
Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus,
layanan penelusuran literatur adalah pencarian kembali bahan pustaka
yang ada di perpustakaan atau di luar perpustakaan dengan cara
menggunakan alat akses kartu katalog, literatur sekunder seperti indeks
dan majalah abstrak atau pengkalan data (terpasang/online dan CD-
ROM). Untuk melaksanakan layanan ini, perpustakaan perlu memiliki
tenaga yang menguasai bidang tertentu (subject specialist) serta koleksi
sumber-sumber akses informasi selengkap dan setepat mungkin.14
6) Layanan bimbingan pengguna
Layanan ini berupa kegiatan membimbing atau memberikan
petunjuk kepada pengguna dan calon pengguna agar mampu
memanfaatkan kemudahan dan pelayanan perpustakaan dengan efektif
dan efisien.
5. Sumber Daya Manusia Perpustakaan Khusus
Sumber daya manusia dalam perpustakaan khusus meruapakan salah
satu penentu keberhasilan perpustakaan. Mentalitas dan wawasan
keilmuwan sumber daya manusia merupakan salah satu upaya untuk
mewujudkan pelayanan prima. Oleh karena itu, kompetensi
pustakawan/petugas perpustakaan dituntut agar profesional dalam
melaksanakan tugas pokoknya, yaitu melayani kebutuhan informasi bagi
penggunanya. Untuk memperoleh predikat profesional tersebut seseorang
14
Soekarman dan Rahmat Natadjumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan
Khusus (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2006), hal. 41.
17
pustakawan harus memiliki kompetensi sesuai standar yang sudah
ditentukan. Seseorang yang dianggap profesional tidak cukup hanya
dengan memiliki ijazah akademik saja, tetapi harus memenuhi standar
kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan dan dapat diuji tingkat
kompetensinya.15
Untuk standar kompetensi akademik di dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) 7496:2009, perpustakaan dipimpin oleh seorang tenaga
profesional yang sekurang-kurangnya harus berijazah formal Strata 1 (S1)
di bidang ilmu perpustakaan atau S1 bidang lain ditambah pelatihan
penyetaraan bidang perpustakaan.16
Sementara untuk kompetensi
profesional seorang pustakawan khusus, Joanne Marshall, Linda Moulton
dan Roberta Piccoli menguraikannya sebagai berikut:
1) Memiliki keahlian tentang sumber informasi, termasuk kemampuan
untuk mengevaluasi secara kritis dan menyaringnya.
2) Memiliki pengetahuan khusus dalam bidang tertentu sesuai dengan
kepentingan organisasi atau klien.
3) Mengembangkan dan mengelola layanan informasi yang nyaman,
mudah diakses, efektif dari segi biaya yang sejalan dengan arahan
strategi organisasi.
4) Menyediakan pengajaran dan dukungan yang baik untuk pengguna
perpustakaan dan layanan informasi.
15
Supriyanto, dkk., Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan (Jakarta: IPI Pengurus Daerah
DKI Jakarta, 2006), hal. 78-79. 16
SNI, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah, hal. 4.
18
5) Menilai kebutuhan pengguna, merancang serta memasarkan produk
layanan informasi.
6) Menggunakan teknologi informasi yang tepat untuk menjalankan
fungsi-fungsi perpustakaan.
7) Menggunakan pendekatan bisnis dan manajemen yang tepat untuk
mengkomunikasikan pentingnya layanan informasi kepada manajamen
senior.
8) Mengembangkan produk informasi untuk pengguna dalam atau luar
organisasi atau klien perorangan.
9) Mengevaluasi hasil penggunaan informasi dan melakukan penelitian
yang berhubungan dengan solusi masalah-masalah manajemen
informasi.
10) Secara terus menerus memperbaiki layanan informasi untuk merespon
perubahan kebutuhan pengguna.
11) Menjadi anggota tim manajemen senior dan konsultan untuk organisasi
dalam hal informasi yang efektif.17
Selain kompetensi profesional, pustakawan di perpustakaan khusus
juga harus memiliki kompetensi personal (individu). Kompetensi personal
adalah keterampilan atau keahlian, sikap dan nilai yang memungkinkan
pustakawan bekerja secara efisien, menjadi komunikator yang baik, selalu
mempunyai semangat untuk terus belajar sepanjang karirnya, dapat
17
Joanne Marshall [et. al.], “Kompetensi Pustakawan Khusus di Abad ke-21,” Majalah
BACA, Vol. 27, No. 2 (Agustus 2003): hal. 2.
19
mendemonstrasikan nilai tambah atas karyanya, dan selalu dapat bertahan
terhadap perubahan dan perkembangan dalam dunia kerjanya.18
B. Pemustaka
Istilah pengguna perpustakaan atau pemakai perpustakaan lebih dahulu
digunakan sebelum istilah pemustka muncul. Menurut Sutarno NS dalam
Kamus Perpustakaan dan Informasi mendefinisikan bahwa pemakai
perpustakaan adalah kelompok orang dalam masyarakat yang secara intensif
mengunjungi dan memakai layanan dan fasilitas perpustakaan, sedangkan
pengguna perpustakaan adalah pengunjung, anggota dan pemakai
perpustakaan.19
Setelah Undang–Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan
disahkan, istilah pengguna atau pemakai perpustakaan diubah menjadi
pemustaka, dimana pengertian pemustaka menurut Undang–Undang Nomor
43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9 adalah pengguna perpustakaan, yaitu
perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga memanfaatkan
fasilitas layanan perpustakaan, sedangkan menurut Wiji Sumarno bahwa
pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik
koleksi maupun buku.
Ada berbagai jenis pemustaka seperti mahasiswa, guru, dosen dan
masyarakat bergantung pada jenis perpustakaan yang ada.20
Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bawa pemustaka adalah pengguna perpustakaan
18
Supriyanto, Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan, hal. 79. 19
Sutarno NS, Kamus perpustakaan dan informasi, (Jakarta, 2008), hal. 150 - 156. 20
Wiji Suwarno, Kamus perpustakaan dan Informasi,(Jakarta, 2009), hal. 80.
20
baik perseorangan atau kelompok yang memanfaatkan layanan dan koleksi
perpustakaan.
Pemustaka juga dapat menjadi sumber informasi bagi pihak perpustakaan
yang dalam hal ini pemustaka dijadikan sebagai subjek dalam melakukan
pengembangan koleksi yang mana pemustaka berarti ditempatkan dalam
bagian seleksi yang berarti memerlukan analisis kebutuhan pemustaka yang
biasa disebut user studies.
Analisis kebutuhan pemustaka disini dijadikan acuan agar pengembangan
koleksi yang dilakukan oleh perpustakaan sesuai dengan kebutuhan
pemustakanya yang mana pemustaka menjadi subjek penentu koleksi yang
ingin diadakan oleh perpustakaan yang dalam hal ini perpustakaan
dimaksukan kedalam kategori seleksi pada proses pengembangan koleksi.
“User studies focus on the individuals or groups using the collection and
how they are using its various components. Use and user studies collect
information about user expectations, how users approach the collections, and
the materials users select from those available.”21
Yang diterjemahkan
menjadi, analisis kebutuhan pemustaka berfokus pada individual atau
kelompok yang menggunakan koleksi dan bagaimana mereka mereka
menggunakan berbagai sumber. Analisis kebutuhan pengguna
mengumpulkan informasi terhadap ekpektasi pengguna, bagaimana pengguna
mendapatkan koleksinya, dan koleksi atau bahan yang dibutuhkan oleh
penguna tersedia.
21
Peggy Johnson, Fundamentals of Collection Development and Management: Second
Edition, (Chicago, 2009),hal. 228-229.
21
Analisis kebutuhan pemustaka ini juga memiliki metode sendiri dalam
mencari informasi yang diperlukan yaitu salah satunya dengan metode
kualitatif. Dalam hal ini perpustakaan mencari tahu kebutuhan apa yang
diperlukan oleh si pemustaka melalui observasi pengguna, fokus kelompok,
dan uji keterpakaian koleksi.
C. Koleksi
Salah satu unsur penting dari perpustakaan adalah koleksi perpustakaan.
Perpustakaan adalah sebuah ruanganan, bagian dari sebuah gedung ataupun
gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan
lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk
digunakan pembaca bukan untuk dijual.22
Koleksi adalah kumpulan (gambar, benda bersejarah, lukisan, dsb) yang
sering dikaitkan dengan minat atau hobi objek, koleksi juga dapat di sebut
kumpulan yang berhubungan dengan studi penelitian.23
1. Jenis – jenis koleksi24
1) Karya cetak
Karya cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam
bentuk cetak, seperti:
a. Buku
Bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
yang paling umum terdapat dalam koleksi perpustakaan.
22
Abdul Rahman Saleh, Materi pokok pengolahan terbitan berseri, (Jakarta, 1996), hal. 2. 23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta,
2008), hal. 714 24
Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka, (Jakarta,1999), hal. 3.
22
b. Terbitan berseri
Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus
dengan jangka waktu terbit tertentu. Yang termasuk bahan
pustaka ini adalah harian (surat kabar) , mingguan dan bulanan
(majalah), laporan yang diterbitkan dengan jangka waktu
tertentu, seperti laporan tahunan, triwulanan, dan sebagainya.
2) Karya non cetak
Karya non cetak adalah hasil pikiran manusia yang dituangkan tidak
dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam
bentuk lain seperti:
1. Rekaman suara, yaitu bahan pustaka dalam bentuk kaset dan
piringan hitam
2. Rekaman hidup dan rekaman video, yang termasuk dalam
bentuk ini adalah film dan kaset video.
3. Bahan grafik, ada dua tipe bahan grafik yaitu bahan pustaka
yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto,
gambar teknik, dsb) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat
(misalnya, slide, transparansi, dan alat film strip).
4. Bahan kartografi, yang termasuk kedalam jenis ini adalah peta,
atlas, bola dunia, foto udara, dan sebagainya.
3) Bentuk mikro
Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan media film dan
tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat
yang dinamakan microreader. Bahan pustaka ini digolongkan
23
tersendiri, tidak dimasukan dalam bahan non cetak. Hal ini
disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan
tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya.
4) Karya dalam bentuk elektronik
Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat
dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetis dan
cakram atau disk. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras
seperti komputer, CD-ROM Player, dan sebagainya.
2. Koleksi Perpustakaan Khusus
Koleksi perpustakaan sangat besar peranannya dalam menunjang
pelayanan informasi yang diberikan pada pengguna perpustakaan.
Koleksi perpustakaan khusus lebih difokuskan pada koleksi mutakhir di
dalam subyek yang menjadi tujuan perpustakaan tersebut atau untuk
mendukung kegiatan badan induknya. Koleksi suatu perpustakaan khusus
adalah tidak terletak dalam banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis
terbitan lainnya melainkan ditekankan kepada kualitas koleksinya, agar
dapat mendukung jasa penyebaran informasi mutakhir serta penelusuran
informasi.
Koleksi perpustakaan khusus seperti perpustakaan DPR RI
menyediakan beberapa jenis bahan pustaka seperti referensi, buku,
majalah, jurnal ilmiah, koleksi khusus seperti undang - undang, peraturan
perundangan, dll. baik dalam bentuk tercetak maupun media rekam
lainnya.
24
D. Pengembangan Koleksi
Menurut ALA Glosaary of Library and Information Science, pengertian
pengembangan koleksi adalah:
A term which encompasses a number of activities related to the
development of the library collection, including the determination of the
library collection, including the determination and coordination of the
selection policy, assessment of needs of users and potential users,
collection evaluation, identification of collection needs, selection of
materials, planning for resource sharing, collection maintenance, and
weeding.25
Jika pengertian pengembangan koleksi menurut ALA Glossary of
Library and Information Science di atas diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia yaitu: sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan penentuan dan
kordinasi kebijakan seleksi, menilai kebutuhan pemakai, studi pemakaian
koleksi, evaluasi koleksi, identifikasi kebutuhan koleksi, seleksi bahan
pustaka, perencanaan kerjasama sumber daya koleksi, pemeliharaan koleksi
dan penyiangan koleksi perpustakaan.
Pengembangan koleksi merupakan suatu proses dimana pustakawan
membina koleksi untuk memenuhi kebutuhan pemakainya maka setidaknya
ada lima aspek utama yang tidak dapat diabaikan dalam proses
pengembangan koleksi yaitu selesi (selection), pengadaan (acquisition),
25
Peter Clayton, Managing Information Resources in Libraries: Collection Management in
Theory and Practice, (London: Library Association Publishing, 2001), h. 11.
25
penyiangan (weeding), evaluasi (evaluation), kerjasama (cooperation),
penyalur (supplier), dan penerbit.26
1. Seleksi Bahan Pustaka
Seleksi adalah kegiatan menyeleksi atau memilih bahan–bahan
mana yang akan diadakan. Seleksi merupakan aktifitas penting
untuk diperhatikan karena ini merupakan langkah awal dalam
proses pengembangan koleksi. Pustakawan harus mendapatkan
input dari komunitas perpustakaan untuk mendapat informasi
mengenai bahan yang diperlukan.27
1) Prinsip-Prinsip Seleksi Bahan Pustaka
a. Permintaan (Demand)
Permintaan yang datang dari pemustaka adalah salah
satu factor penting yang perlu dipertimbangkan ketika
melakukan penyeleksian.
b. Mutu (Quality)
Koleksi sepatutnya memenuhi standar kualitas dari
berbagai segi baik kualitas fisik maupun non fisik seperti
kualitas kertas, kualitas cetakan, kualitas penjilidan, isi,
pembahasan (cakupan), dan format (bentuk).
c. Koleksi Harus Sesuai Untuk Kebutuhan Pemustaka
Untuk mengetahui koleksi yang dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pemakai atau tidak maka perlu dilakukan
analisa komunitas pemakai (community analysis). Hal ini
26
Pungki Purnomo, Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syahid Jakarta, 2010), h. 31-32. 27
Pungki Purnomo, Manajemen Pengembangan Koleksi, h. 33.
26
berfungsi agar pihak perpustakaan mengetahui benar
tentang para pemakai potensialnya sehingga hal tersebut
bisa dijadikan pertimbangan. Begitu juga dalam
penyeleksian subjek harus diusahakan untuk memperoleh
bahan yang terikini, khususnya pada area subjek sains
teknologi.
d. Seleksi Koleksi Harus Sesuai dengan Kebijakan
Jika seleksi koleksi sesuai dengan kebijakan tertulis
maka kegiatan dalam seleksi koleksi akan berjalan dengan
baik dan terarah.28
2) Kriteria Seleksi
Menurut McColvin sebagaimana dikutip Evans, criteria
dalam seleksi, adalah:
a. Informasi harus seakurat mungkin, harus tepat.
b. Buku harus lengkap dan benar, sesuai dengan fakta dan
pendapat. Sebuah buku harus dapat mempertanggung
jawabkan kebenaranya.
c. Informasi terbaru juga merupakan faktor penentu. Informasi
baru akan bisa mengubah dalam penyeleksian, misalnya
ketika seorang seorang mahasiswa semester 1 (satu) telah
melaksanakan UAS (Ujian Akhir Semester) tentu ia akan
naik ke semester 2 (dua), dengan adanya informasi terbaru
tentang kenaikan semester maka kebutuhan koleksi bagi
28
Pungki Purnomo, Manajemen Pengembangan Koleksi, h. 35-36.
27
mahasiswa semester 2 (dua) akan berubah dan hal ini
berpengaruh terhadap pengadaan koleksi yang akan di pilih.
d. Penulis harus membedakan anatara fakta dan opini.
e. Gaya penulisan dan subjek harus sesuai.
f. Judul harus mencerminkan nilai–nilai budaya dari Negara
asalnya yang menjadi suatu pilihan, yaitu ketika subjek
yang diberikan berbeda di berbagai Negara, maka perlakuan
dari Negara asalnya pun akan berbeda. Misalnya:
Perpustakaan Nasional yang ada di Indonesia, pihak
perpustakaan akan memprioritaskan terhadap koleksi
mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia dibandingkan
dengan Negara lain, begitu pun sebaliknya. Karena disetiap
Perpustakaan Nasional di suatu Negara mempunyai
kewajiban yang sama dalam menyiman informasi mengenai
budaya yang ada di Negara tersebut.
g. Karakteristik fisik dari buku umumnya kurang penting
kecuali ada dua buku yang mirip dalam hal konten (isi),
ketika hal ini terjadi, faktor–faktor seperti isi. Ilustrasi,
penjilidan, kertas, indeks, bibliografi, dan lain–lain. Dapat
membantu membuat keputusan akhir.29
29
G. Edward Evans, Developing Library Collection, (Colorado: Libraries Unlimited, 1979),
h.139.
28
2. Pengadaan
Menurut Evans, pengadaan merupakan proses memperoleh
bahan–bahan untuk koleksi perpustakaan, baik dengan cara
pembelian, hadiah, maupun tukar–menukar.
Pengadaan adalah suatu proses penyeleksian, pengadaan dan
penerimaan bahan pustaka untuk perpustakaan, dan juga termasuk
di dalamnya penganggaran dann kesepakatan dengan agensi
perpustakaan dan penerbit.30
1) Melalui Pembelian dan Langganan
Pengadaan dengan cara membeli kepada penerbit atau
toko buku, ada dua (2) sistem yang lazim dilakukan oleh pihak
perpustakaan, yaitu: pengadaan melalui perantara dan
pengadaan langsung. Pengadaan melalui perantara merupakan
penyedian seluruh bahan pustaka tersebut di koordinir atau
dilakukan oleh rekanan yaitu suatu perusahaan yang di tunjuk
melalui proses tender. Sedangkan, pengadaan langsung yaitu
pengadaan bahan pustaka yang dilakukan oleh perpustakaan
tanpa melalui proses lelang. Ini artinya pengadaan atau proses
pembelian bahan pustaka tersebut tidak dilakukan melalui
proses tender.
30
John Feather, International Encyclopedia of Information and Library Science, (London:
Routledge, 1997), h. 4.
29
2) Hadiah
Pengadaan yang didapat melalui hadiah bahan pustaka
maka pihak perpustakaan dapat menghemat anggaran. Hadiah
bahan pustaka hanya dapat diterima apabila memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan perpustakaan. Apakah
bidang ilmu dari koleksi yang di terima sesuai dengan bidang
ilmu yang sedang dikembangkan perpustakaan tersebut atau
tidak.31
Hadiah buku bisa didapatkan dari berbagai sumber baik
dari instansi pemerintah , swasta, maupun pribadi.32
3) Pertukaran
Pertukaran bahan pustaka merupakan suatu usaha
mengumpulkan bahan–bahan pertukaran dengan lembaga lain
dan memperoleh bahan–bahan yang dapat dipertukarkan serta
memelihara administrasi pertukaran termasuk cacatan lainnya.
Pertukaran dapat dilakukan sepanjang bahan pustaka tersebut
benar–benar sesuai dengan tujuan perpustakaan.33
4) Wajib Simpan (Deposit)
Deposit merupakan salah satu upaya pengadaan yang
biasanya diterapkan pada jenis perpustakaan sekolah dan
perguruan tinggi. Pada perpustakaan perguruan tinggi maka
setiap karya yang dihasilkan oleh komunitasnya seperti dosen
31
Yuyu Yulia, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 21. 32
Yuyu Yulia, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 28. 33
Yuyu Yulia, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 24.
30
atau guru, dan mahasiswa atau siswa akan lebih baik jika
disimpan pada perpustakaan sebagai deposit.34
Deposit artinya penyimpanan, sedangkan dalam Ilmu
Perpustakaan dan Informasi (IPI) deposit artinya penyerahan
materi perpustakaan ke perpustakaan yang ditunjuk, lazimnya
berdasarkan ketentuan perundang–undangan. Perpustakaan
deposit ini menyakup perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan khusus, dan perpustakaan nasional. Untuk
perpustakaan umum dan sekolah lazimnya tidak dikaitkan
sebagai perpustakaan deposit.
5) Kerjasama
Kerjasama dengan perpustakaan ataupun suatu instansi
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi keterbatasan
sumber informasi di suatu perpustakaan.35
Misalnya, seperti
perpustakaan ataupun badan induk perpustakaan menjadi
anggota sebuah himpunan atau organisasi. Biasanya anggota
perhimpunan atau organisasi tersebut memperoleh terbitan
perhimpunan atau organisasi secara cuma–cuma, terbitan
organisasi dapat diperoleh anggota dengan harga yang sangat
murah, jauh lebih murah daripada harga untuk bukan anggota.
Sebagai contoh bila perpustakaan menjadi anggota IFLA,
terbitan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah.36
34
Pungki Purnomo, Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan, h. 63. 35
Pungki Purnomo, Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan, h. 64. 36
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 224.
31
3. Penyiangan
1) Pengertian Penyiangan
Penyiangan bahan pustaka atau weeding yaitu upaya
mengeluarkan koleksi dari susunan rak karena tidak diminati
terlalu banyak eksemplarnya, telah ada edisi terbaru maupun
koleksi itu tidak relevan. Koleksi yang dikeluarkan ini dapat
diberikan ke perpustakaan lain , atau dihancurkan untuk dibuat
kertas lagi.
Menurut Lasa penyiangan (weeding) adalah upaya
pengeluaran sejumlah koleksi dari perpustakaan karena
dianggap tidak relevan lagi, terlalu banyak jumlah
eksemplarnya, sudah ada edisi baru, atau koleksi itu termasuk
terbitan yang dilarang. Koleksi ini dapat ditukarkan dengan
koleksi perpustakaan lainnya, dihadiahkan, atau dihancurkan
untuk pembuatan kertas lagi.37
Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi agar
bahan pustaka yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti
dengan bahan pustaka yang baru . pemilihan bahan pustaka
yang dikeluarkan dari koleksi sebaiknya dilakukan oleh
petugas perpustakaan dan guru, kemudian untuk dipisahkan
atau dipindahkan, dihibahkan atau dimusnahkan. Keputusan
tersebut berdasarkan pertimbangan kemuktakhiran, kesesuaian,
dan kondisi fisik dokumen.
37
Lasa H S, Manajemen Perpustakaan, (Yogyakarta: Gama Media, 2005), h 323
32
2) Kriteria Penyiangan
a. Subyek tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pengguna
perpustakaan.
b. Bahan pustaka yang sudah usang isinya.
c. Edisi baru sudah ada sehingga yang lama dapat
dikeluarkan dari koleksi.
d. Bahan pustaka yang isinya sudah tidak lengkap lagi dan
tidak dapat diusahakan gantinya.
e. Bahan pustaka yang jumlah duplikatnya banyak, tapi
frekuensi pemakaian rendah.
f. Bahan pustaka yang sudah terlalu rusak dan tidak bisa
diperbaiki lagi.
g. Hadiah yang diperoleh tanpa diminta, dan memang isinya
tidak sesuai dengan kebutuhan pemustaka.
h. Bahan pustaka yang sudah tidak digunakan lagi, dan tidak
dibutuhkan.38
3) Prosedur Penyiangan
Penyiangan bahan pustaka atau weeding yaitu upaya
mengeluarkan koleksi dari susunan rak karena tidak diminati
terlalu banyak eksemplarnya, telah ada edisi terbaru maupun
koleksi itu tidak relevan. Koleksi yang dikeluarkan ini dapat
diberikan ke perpustakaan lain, atau dihancurkan untuk dibuat
kertas lagi. Koleksi perpustakaan secara berkala perlu disiangi
38
Yuyu Yulia, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h 9.33-9.34
33
agar bahan pustaka yang sudah tidak sesuai lagi dapat diganti
dengan bahan pustaka yang baru.
pemilihan bahan pustaka yang dikeluarkan dari koleksi
sebaiknya dilakukan oleh petugas perpustakaan dan guru,
kemudian untuk dipisahkan atau dipindahkan, dihibahkan atau
dimusnahkan. Keputusan tersebut berdasarkan pertimbangan
kemuktakhiran, kesesuaian, dan kondisi fisik dokumen.
Menurut Yuyu, prosedur penyiangan adalah sebagai
berikut:
a. Pustakawan (bersama dengan dosen atau guru atau
peneliti yang berwenang, tergantung dari jenis
perpustakaannya) mengadakan pemilihan bahan
pustaka yang perlu dikeluarkan dari koleksi
berdasarkan pedoman penyiangan.
b. Pustakawan perlu mendata calon buku-buku yang
akan disiangi, dalam tiga tahun terakhir buku-buku
itu dipinjam oleh pengguna.
c. Apabila memungkinkan, sertakan juga data
pemanfaatan buku itu di ruang baca. Data itu semua
akan membuat keputusan penyiangan menjadi lebih
akurat.
d. Untuk mempercepat proses penyiangan bisa saja
pustakawan membuat daftar dari bahan pustaka yang
mungkin sudah waktunya dikeluarkan dari koleksi,
34
tapi harus juga melihat langsung bahan pustaka
tersebut sebelum dikeluarkan dari koleksi
perpustakaan.
e. Buku yang dikeluarkan dari koleksi, kartu bukunya
dikeluarkan dari kantong buku yang bersangkutan.
Begitu pula kartu katalognya, baik untuk katalog
pengarang, judul, subyek, dan sebagainya dicabut
dari jajaran katalog.
f. Buku-buku tersebut dicap “Dikeluarkan dari koleksi
perpustakaan” sebagai bukti bahwa bahan pustaka
itu sudah bukan milik perpustakaan lagi.
g. Bahan pustaka yang dikeluarkan dari gedung
perpustakaan harus dibuatkan berita acara, dan
beberapa prosedur administrasi lainnya dengan
memperhatikan peraturan yang berlaku tentang
penghapusan barang milik negara, terutama untuk
perpustakaan yang bernaung di bawah badan
pemerintah.39
4. Evaluasi
1) Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah elemen terakhir dalam proses
pengembangan koleksi. Weeding merupakan salah satu
kegiatan yang termasuk dalam evaluasi. Mengevaluasi koleksi
39
Yuyu Yulia, Pengembangan Koleksi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h 9.37
35
dapat memberikan tujuan yang berbeda, baik di dalam maupun
di luar perpustakaan. Misalnya, dapat membantu untuk
meningkatkan dana untuk perpustakaan, mungkin membantu
dalam perpustakaan mendapatkan beberapa bentuk pengakuan,
membantu untuk menentukan kualitas pekerjaan yang
dilakukan oleh perpustakaan. Agar evaluasi yang efektif
terjadi, kebutuhan pemakai harus diperhatikan, yang membawa
kita kembali ke analysis community (analisa pemakai). Dengan
demikian, pengembangan koleksi adalah siklus dinamis
berkelanjutan yang harus melibatkan baik perpustakaan dan
komunitas pemakainya.40
Evaluasi sangat penting untuk dilakukan oleh pustakawan,
karena dengan melakukan evaluasi tersebut maka pustakawan
akan menemukan sebaik apa koleksi tersebut dan dari evaluasi
tersebut akan dijadikan dasar pertimbangan untuk melakukan
upaya peningkatan kualitas maupun kuantitas koleksi
perpustakaan.41
Melalui evaluasi kita akan dapat melihat
seberapa besar manfaat yang diberikan dari koleksi yang ada
bagi pemakai perpustakaan.
Jadi, evaluasi merupakan suatu pengukuran atau penilaian
terhadap sejauh mana suatu koleksi bahan pustaka memberikan
manfaat dalam pemenuhan kebutuhan para pemustaka.
Evaluasi akan menjadi suatu pertanggungjawaban terhadap
40
G. Edward Evans, Developing Library Collection, h. 22. 41
Pungki Purnomo, Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan, h. 82.
36
pengelolaan koleksi di perpustakaan. Apakah koleksi itu sudah
tepat atau belum, karena dengan adanya evaluasi perpustakaan
akan dapat mengetahui apa kekurangan maupun kelebihan
terhadap pengembangan koleksi yang telah dilakukan oleh
perpustakaan.
2) Metode Evaluasi Koleksi
Metode evaluasi secara prinsip terdiri atas dua jenis
pendekatan. Yang pertama adalah user-centered, artinya
bahwa konsentrasi dari kajian tersebut adalah pada individual
pengguna sebagai unit analisis. Yang kedua, adalah collection-
centered, artinya bahwa teknik–teknik pengevaluasian tersebut
difokuskan pada pengujian koleksi dari segi ukurannya,
cakupannya, kedalaman dan signifikannya.42
Evaluasi dengan user-centered dapat dilakukan dengan
memeriksa daftar pengguna, bibliografi, katalog, pendapat ahli,
perbandingan statistik pengguna, dan standar koleksi.
Sedangkan, collection-centered dengan melakukan kajian
sirkulasi, studi pengguna, analisis statistik Inter Library Loan
(ILL), analisis sitiran, ketersediaan koleksi dirak, pengujian
documentary delivery (penyampaian dokumen), dan kajian
verifikasi.43
42
Pungki Purnomo, Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan, h. 82. 43
G. Edward Evans, Developing Library and Information Center Collection, (London:
Libraries Unlimited, 2005), h. 318.
37
E. Penelitian Relevan
Beberapa penelitan yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. “Pendapat Pemustaka Tentang Etika Pustakawan Dalam
Memberikan Pelayanan di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia” oleh Etika Khairunnisa mahasiswi ilmu
perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
Persamaannya adalah variabel yang diteliti yaitu pemustaka dan
perbendaanya adalah pada pembahasan dan dimensi penelitian.
Jika dia meneliti tentang etika pustakawan berdasarkan pendapat
pemustaka sedangkan penulis meneliti tentang figur pemustaka
terhadap perkembangan koleksi berdasarkan pendapat pemustaka.
2. “Persepsi Pemustaka Terhadap Layanan Referensi pada
Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia” oleh
Irvan Romadudin mahasiswa ilmu perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Persamaannya adalah tempat
penelitian dilakukan di DPR RI yang sama dilakukan oleh peneliti
dan perbedaannya adalah terhadap kekhususan pembahasan.
Jika dia meneliti tentang persepsi pemustaka terhadap layanan
referensi sedangkan penulis meneliti tentang pengembangan
koleksi pada perpustakaan DPR RI.
3. “Persepsi Pemustaka Terhadap Koleksi di Perpustakaan Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” oleh Amrihyani
Trenget Sitorus mahasiswa ilmu perpustakaan UIN Syarif
38
Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Persamaanya adalah pada dimensi
yang diteliti yaitu pemustaka dan koleksi dan perbedaannya adalah
tempat penelitiannya.
Jika dia meneliti tentang persepsi pemustaka terhadap koleksi
sedangkan penulis melakukan penelitian terhadap peran pemustaka
terhadap koleksi.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
analisis deskriptif, yakni penulis menjelaskan sesuatu seperti apa
adanya (as it is).
Penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan
kualitatif, yaitu penelitian dengan menganalisis objek alamiah dimana
peneliti sebagai instrumen kunci dan menyajikan apa adanya. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui
lebih mendalam bagaimana Perpustakaan DPR RI melakukan
pengembangan koleksi yang menyertakan pemustaka. Dengan
Pendekatan Kualitatif ini peneliti diharapkan mampu menggali fakta-
fakta yang tak nampak secara indrawi. Selain itu, karenanya kita dapat
memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai hubungan sebab-
akibat dalam lingkup pemikiran serta memperoleh penjelasaan yang
banyak sarat manfaat. Oleh karenanya, tujuan penelitian dapat
tercapai. Proses penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting,
berupa mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau prosedur-prosedur,
menganalisis data secara induktif, mulai dari tema-tema yang khusus
kepada tema-tema yang umum dan menafsirkan makna data44
.
44
John W Creswell. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi
ke-3. (Fawaid, Achmad Penerjemah). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 10.
40
B. Sumber Data
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumber data atau dari hasil penelitian lapangan. Guna mendapat
data primer, penulis mengadakan observasi (pengamatan) di
lapangan, serta melakukan wawancara kepada pustakawan dan
pemustaka Perpustakaan DPR RI.
2. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh melalui literatur yang
memiliki hubungan dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini
penulis melakukan studi kepustakaan (Library Research) yaitu
dengan mempelajari buku kepustakaan, literatur-literatur, yang
berkaitan dengan pengembangan koleksi.
C. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan yang
digunakan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan topik yang
diteliti dan yang paling memahami objek penelitian yaitu berjumlah
lima orang yang terdiri atas dua orang pustakawan bagian pengadaan
dan 3 orang pemustaka yang merupakan 2 orang peneliti serta 1 orang
staf. Penulis melakukan wawancara secara satu persatu terhadap
informan yang diwawancarai.
Kriteria informan yang berasal dari pemustaka tentunya yang
menjadi perhatian peneliti adalah orang yang paham dengan kebutuhan
informasi, komunikatif, serta bersedia menjadi informan peneliti.
41
Penelitian dilakukan di Perpustakaan DPR RI Jakarta informan
yang penulis jadikan referensi ialah pustakawan bagian pengadaan
koleksi perpustakaan yakni Ibu Rini Widiastuti sebagai
Pengadministrasi Umum dan Ibu Tenny Rosanti sebagai Administrasi
Publik.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini,
penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Wawancara, yaitu memberikan pertanyaan langsung kepada
pustakawan dan pemustaka (responden), dimana pertanyaan-
pertanyaan tersebut nantinya menjadi penentu bagi penulis
dalam membuat kesimpulan dari penelitian ini. “A meeting of
two person to exchange information and idea through question
and responses, resulting in communication and join
construction of meaning about a particular topic”45
.
Wawancara dilakukan secara mendalam (indept interview) dan
dengan cara face-to-face interview atau saling berhadap-
hadapan dengan informan.
2. Observasi, yaitu proses pengamatan atau merekam peristiwa.
Observasi kualitatif ialah observasi yang di dalamnya peneliti
45
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007), h. 72.
42
langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku serta
aktifitas-aktifitas individu di lokasi penelitian46
.
3. Pengkajian dokumen, yaitu data yang diperoleh melalui buku–
buku yang ditulis oleh para ahli yang ada hubungannya dengan
penelitian ini. Dalam penelitian ini penulis juga melakukan
studi kepustakaan dengan mempelajari kembali buku – buku
mengenai kepustakaan, jurnal, buletin, peraturan daerah
mengenai fungsi dan tugas perpustakaan
E. Teknik Analisis Data
“Data analysis is the process of systematically searching and
arranging the interview transcript, fieldnotes, and other materials that
you accumulate to increase your own understanding of them and to
enable you to present what you have discovered to others”47
.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa setelah data diperoleh
melalui wawancara dengan informan, maka selanjutnya percakapan
yang terekam dalam wawancara dicatat atau dibuatkan transkipnya.
Seluruh data yang terkumpul selanjutnya dispesifikasikan ke dalam
beberapa kelompok. Jawaban dari informan yang diberikan, kemudian
dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai tanggapan apa
yang diberikan oleh informan, kemudian dari sini dapat diketahui
sikap informan secara umum. Jadi, penarikan kesimpulan dilakukan
secara induktif, yaitu menganalisis satu persatu pernyataan informan,
46
Creswell, John W. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, h.
12. 47
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h. 88.
43
kemudian diakurasikan dengan pernyataan-pernyataan lain dari pihak
Perpustakaan DPR RI hingga dari semua pernyataan tersebut dapat
ditarik kesimpulan umum. Analisis data secara induktif inilah yang
sering dilakukan dalam penelitian kualitatif.48
Secara spesifik proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti
dalam hal ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data penelitian melalui proses studi literatur,
observasi dan wawancara
2. Sebelum dianalisis secara matang, data hasil wawancara
dibuatkan transkip (salinan dalam bentuk tulisan)
3. Analisis data secara matang dimulai dengan menelah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara,
pengamatan, yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen
pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya. Data
tersebut banyak sekali, setelah dibaca, dipelajari, dan ditelah.
4. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan. Langkah yang dilakukan
adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau
pengkategorisasian kedalam tiap permasalahan melalui uraian
singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu.
5. Penyederhanaan data hasil analisis ke dalam bentuk yang mudah
dibaca dan diinterpretasikan ketika ingin disajikan; dan
6. Pembuatan laporan penelitian
48
Gormon, G.E. dan Peter Clayton, Qualitative Research for The Information Professional:
A Practical Handbook (London: Library Association, 1997), h. 29
44
F. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian yang
dilakukan di Perpustakaan Khusus DPR RI mengenai kegiatan peran
pemustaka terhadap pengembangan koleksi pada Perpustakaan DPR
RI. Hasil penelitian berupa observasi, dokumentasi dan wawancara
dengan informan yang berkenaan dengan kegiatan pengembangan
koleksi perpustakaan yang mengikutsertakan pemustaka. Informan
dalam penelitian ini berjumlah 5 orang. Penulis memiliki kriteria
dalam memilih informan. Kriteria tersebut adalah informan yang
memiliki jabatan sebagai pustakawan bidang pengadaan koleksi.
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan DPR RI yang terletak di
JL. Gatot Subroto Jakarta 21 Desember 2014. Letak gedung
Perpustakaan DPR RI sangat mudah ditemukan apabila sudah berada
dalam komplek DPR dan MPR yang mana terletak di gedung
Nusantara II yang bersebrangan dengan Sekretariat Jendral DPR RI.
Sebelum terjadi wawancara penulis mengikuti prosedur yang ada.
Yaitu menemui bagian personalia yang terdapat pada gedung
Sekretariat Jendral DPR RI guna menyerahkan identitas agar
mendapatkan kartu pengunjung sekaligus sebagai kartu yang
digunakan sebagai pengenal.
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan penelitian kualitatif, menggunakan teknik observasi,
dokumentasi serta wawancara.
45
Pada teknik wawancara, data-data yang penulis butuhkan adalah
mengenai upaya pengembangan koleksi perpustakaan yang
mengikutsertakan pemustaka dalam prosesnya pada Perpustakaan
Khusus DPR RI dengan jumlah pertanyaan wawancara masing masing
sebanyak 9 untuk pustakawan dan 8 pertanyaan untuk pemustaka.
G. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan DPR RI yang terletak di
JL. Jendral Gatot Subroto Jakarta pada 21 Desember 2014.
Pelaksanaan wawancara dilakukan di Perpustakaan DPR RI Jakarta.
Tabel 1.1
Jadwal Penelitian
2014 2015
Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
Pengajuan Proposal
Bimbingan
Penelitian/Observasi
Pengajuan Sidang
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil dan Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perpustakaan DPR
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (disingkat DPR
RI) adalah lembaga tinggi Negara dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan memegang
kekuasaan membentuk undang-undang. DPR RI terdiri atas anggota
partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil
pemilihan umum. Untuk melaksanakan tugasnya lima tahun ke depan
membentuk undang-undang sudah diagendakan dalam Proram
Legislasi Nasional (Prolegas). Program Legislasi Nasional
sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 10 tahun 2004
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan
bagian internal dari pembangunan hukum nasional. Dengan adanya
prolegnas, diharapkan pembentukan undang-undang baik berasal dari
DPR RI, Presiden, maupun DPD dapat dilaksanakan secara terencana,
sistematis, terarah, terpadu, dan menyeluruh.
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPR RI,
dibentuk Sekretariat Jendral DPR RI sebagai salah satu instansi
pemerintah yang mengemban tugas untuk memberikan pelayanan
teknis, administratif, maupun dukungan keahlian kepada Dewan,
mempunyai kewajiban untuk mempersiapkan dan mengoptimalkan
sistem yang ada dalam mendukung tugas-tugas Dewan. Tata tertib
47
DPR RI pasal 6 menyebutkan bahwa salah satu tugas dan wewenang
Dewan adalah membentuk undang-undang yang di bahas Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.
Salah satunya bentuk dukungan kepada Dewan adalah
memberikan layanan berupa penyediaan data dan informasi yang
dibutuhkan oleh mereka. Dengan terbitnya undang-undang
Keterbukaan Informasi Publik (KIP) juga membawa perubahan dalam
tata kelola institusi terutama dalam hal mengelola informasi. Sesuai
dengan pasal 7 UU KIP, sebagai badan publik Sekretariat Jendral
DPR RI berkewajiaban menyediakan informasi yang bersifat terbuka,
dapat di akses cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan sederhana kepada
pengguna informasi publik.
Untuk menjembatani kebutuhan anggota Dewan akan informasi
yang mendukung suksesnya Program Legislasi Nasional,
Perpustakaan DPR RI sebagai supporting system mempunyai tugas
pokok dan fungsi dalam menyediakaan data dan informasi. Sebagai
perpustakaan yang bernaung di bawah lembaga bernama Sekretariat
Jendral DPR RI, Perpustakaan DPR RI merupakan sarana khusus yang
bertugasmengelola sumber informasi khusus yang sesuai dengan
program-program Sekretariat Jendral DPR RI.49
Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
mulai berdiri sejak pemerintah Negara Indonesia masih berbentuk
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bertempat di daerah
49
Qatriana Widiawati, “Pendapat Anggota Dewan Terhadap Layanan Perpustakaan DPR
RI”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2010), hal. 1-2
48
istimewa Yogyakarta, sekitar tahun 1951, perpustakaan ini merupakan
kelanjutan dari “Bibliotheca Volktraad”, milik pemerintah Hindia
Belanda di Indonesia, sebagian koleksi merupakan peninggalan dari
Perpustakaan “Volkstraad”.
Sejak ibukota Pemerintah Republik Indoneisa pindah ke Jakarta,
Perpustakaan ditempatkan di gedung yang berlokasi di Lapangan
Banteng, yang sekarang menjadi Gedung Balai Pustaka.
Tahun 1965, Perpustakaan pindah ke Gedung DPR RI di Senayan
atau gedung Pemuda. Baru tahun 1968 perpustakaan pindah ke
gedung DPR RI di Jalan Gatot Subroto yang berlokasi di basement.
Namun perpustakaan ini masih mengalami beberapa kali perpindahan
lokasi. Tahun 1970 perpustakaan menempati lantai 2 (dua) gedung
Pustaka Loka. Tahun 1985 perpustakaan menempati lantai 1 (satu)
gedung Pustaka Loka. Tahun 1997 perpustakaan pindah ke gedung
baru Nusantara I lantai 3 (tiga) dan 4 (empat).
Namun dengan adanya penambahan jumlah Anggota DPR RI,
maka tahun 2003 untuk sementara pindah dan menempati ruang Press
Room lantai 1 dan 23 gedung Nusantara I. Tahun 2004 perpustakaan
menempati lantai 1 dan 2 gedung Paripurna Nusantara II hingga kini.
2. Visi dan Misi Perpustakaan DPR RI
1) Visi Perpustakaan
Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
memiliki visi yaitu menjadikan perpustakaan parlemen yang
49
unggul dalam menyediakan sumber informasi untuk mendukung
fungsi dan tugas DPR RI.
2) Misi Perpustakaan
Misi Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia adalah
menyediakan akses informasi yang mendukung tugas dan fungsi
DPR RI dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
3. Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan DPR RI berada dibawah P3DI (Pusat Pengkajian,
Pengolahan Data dan Informasi), karena perpustakaan merupakan
tempat penelitian, pengolahan informasi dan penyediaan informasi
bagi staff dan karyawan DPR RI.
Berdasarkan Peraturan Sekretariat Jendral DPR RI nomor
400/Sekjen DPR RI/2005 tentang organisasi dan tata kerja Sekretariat
Jendral Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia perpustakaan
mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 83
peraturan tersebut, bidang perpustakaan mempunyai tugas utama,
yaitu:
1) Pengadaan dan Pemeliharaan bahan pustaka.
2) Pelayanan jasa perpustakaan.
Semua staf perpustakaan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Bidang Perpustakaan DPR RI. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam struktur organisasi berikut ini.
50
Tabel 1.2
Bagan Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI
4. Sumber Daya Manusia Perpustakaan DPR RI
Jumlah tenaga/petugas perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia termasuk Kepala Perpustakaan berjumlah 20
orang. Berikut ini tenaga/petugas Perpustakaan DPR RI pada tahun
2014.
Tabel 1.3
Sumber Daya Manusia Perpustakaan DPR RI
No. Nama Jabatan Pendidikan
1 Witingsih Yuhelmi, S.E., M.M. Kepala Bidang
Perpustakaan
S2
2. Hasanul Kabri, S.S., M.Si. Pengadministrasi
Umum
S2
3. Magfira, S.IP. Pengadministrasi
Umum
S1
4. Djati Ardjani, S.IP. Pengadministrasi
Umum
S1
5. Desti Ariesti Rohim, S.Sos. Pengadministrasi
Umum
S1
6. Gesuriana Pengadministrasi
Umum
SMA
7. Aan Nurmawati Pengadministrasi
Umum
SMA
8. Bambang Sutadji Pengadministrasi
Umum
SMA
9. Agus Yamin Pengadministrasi
Umum
SMA
10. Rini Widyastuti Pengadministrasi
Umum
D3
KEPALA BIDANG
PERPUSTAKAAN
PUSTAKAWAN STAF PERPUSTAKAAN
51
11. Rossy Indriaty Yustisiasari Pengadministrasi
Umum
SMA
12. Tenny Rosanti, S.Sos., M.Si. Pustakawan S2
13. Lusida Rismaria Sitompul Pustakawan D3
14. Yat Afiatna Sisyadi Pustakawan D3
15. Rosidah, A.Md. Pustakawan D3
16. Qatriatna Widiasti Soeharto,
S.Hum.
Pustakawan S1
17. Mustika Wati, S.Sos., M.Hum. Pustakawan S2
18. Ridwan Faridan, S.Sos. Pustakawan S1
19. Indira Nadya Paramitha, S.Hum. Pustakawan S1
20. Widya Chalid Pustakawan S1
5. Pemustaka Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan DPR RI adalah perpustakaan khusus yang bernaung
di bawah lembaga yaitu Sekretariat Jendral DPR RI. Otomatis yang
berhak menjadi anggota Perpustakaan DPR RI adalah anggota DPR
dan pegawai di lingkungan Sekretariat Jendral DPR RI. Keanggotaan
Perpustakaan DPR RI melekat secara otomatis selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota DPR RI atau pegawai
Sekretariat Jendral DPR RI. Pegawai tidak tetap di lingkungan
Sekretariat Jendral DPR RI termasuk di dalamnya secretariat pribadi,
staf ahli, pegawai outsourcing, dan honor dapat memanfaatkan sarana
dan pelayanan Perpustakaan DPR RI dengan memberikan surat
keterangan dari atasan dan menunjukan kartu identitas yang berlaku di
lingkungan DPR RI.
6. Sistem dan Jenis Layanan Perpustakaan DPR RI
Sistem yang digunakan pada Perpustakaan DPR RI merupakan
sistem layanan terbuka (open access) baik koleksi buku maupun
52
koleksi referensi, dimana setiap pengguna/pengunjung dapat
mengakses koleksi yang ada di perpustakaan. Dengan sistem yang
menghubungkan pengguna langsung dengan sumber informasi,
sehingga dapat menelusur sumber informasi secara optimal dan tanpa
batas.
Jenis layanan perpustakaan yang di sediakan meliputi:
1) Layanan sirkulasi merupakan pelayanan pemakai yang sangat
berperan, karena tempat pelayanan sirkulasi ini merupakan pintu
akses yang pertama kali bagi pengunjung sebelum memanfaatkan
jasa lain. Pada sirkulasi ini terdapat layanan peminjaman,
pengembalian, pemesanan, dan perpanjangan koleksi
Perpustakaan DPR RI. Di bagian ini para pengunjung yang ingin
memanfaatkan koleksi harus mengisi buku tamu.
2) Layanan penelusuran informasi pemakai yang ingin mengetahui
artikel atau tulisan apa saja yang berkaitan dengan subjek –
subjek literatur sekunder termasuk yang ada pada situs – situs
internet. Dapat dilakukan sendiri atau meminta bantuan
pustakawan.
3) Layanan referensi Perpustakaan DPR RI menyediakan layanan
referensi yaitu layanan menemukan kembali data dan informasi
yang terdapat dalam bahan pustaka (terutama buku referensi) dan
dari narasumber. Permintaan layanan referens dapat dilakukan
langsung di perpustakaan dan dapat juga melalui telepon.
53
4) Layanan Kliping Perpustakaan DPR RI menyediakan layanan
kliping yaitu dengan mengumpulkan surat kabar setiap harinya
yang berasal dari berbagai media cetak. Jika sudah dikumpulkan
akan di jilid menjadi satu kemudian di scan agar dapat dimasukan
kedalam database Perpustakan DPR sehingga dapat diakses
melalui internet.
5) Layanan Undang-Undang Elektronik Perpustakaan DPR RI
menyediakan layanan undan-undang yaitu undang-undang yang
pemakai inginkan dapat dilihat melalui komputer tanpa harus
membaca.
Jam Pelayanan Perpustakaan
Senin – Kamis : 08.00 – 16.00
Jumat : 08.00 – 16.30
Jam Istirahat : 12.00 – 13.00
7. Koleksi Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan DPR RI mempunyai koleksi keseluruhan berjumlah
24.238 judul dan 104.934 eksemplar. Berikut ini tabel koleksi di
Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, antara
lain:
54
Tabel 1.4
Jumlah Koleksi Bahan Pustaka
No. Jenis Pustaka Jumlah
1. Koleksi umum dalam negeri dan luar
negeri
Koleksi Umum
Koleksi Anak
Koleksi E-Book (Electronic
Book)
Koleksi World Bank
Koleksi Asia Foundation
Koleksi Prolegnas
91031 eks/14932 judul
49 judul
522 judul
2336 eks/702 judul
3107eks /756 judul
185 judul
2. Koleksi Referensi
Kamus
Ensiklopedi
Who’s who
Almanak
536 buku
122 buku
26 buku
2 buku
3. Risalah Perserikatan Bangsa – Bangsa
(PBB)
500
4. Koleksi Kliping DPR Terjilid 2006 s/d
2014
638
55
5. Tesis / Skripsi
Laporan PKL
Skripsi
Tesis
Disertasi
11 judul
15 judul
35 judul
1 judul
6. Koleksi DPR
Risalah / proses pembahasan UU
Risalah Paripurna DPR RI
Buku koleksi Terbitan DPR RI
984 buku
2000 buku
360 buku
7. Terbitan Pemerintah
Badan Pemeriksa Keuangan
Mahkamah Konstitusi
Departemen Keuangan
Pidato Kenegaraan
Badan Pusat Statistik
149 buku
112 buku
34 buku
141 buku
141 buku
8. Peraturan Perundangan
Total Kepres, PP, dan Inpres
1.285 buku
Jumlah Keseluruhan Koleksi 24.238 judul/104.934
eksemplar
8. Sarana Sistem Simpan dan Temu Kembali
Sarana sistem simpan dan temu kembali merupakan sarana yang
digunakan oleh pengguna maupun staf perpustakaan untuk
memudahkan penelusuran informasi atau mencari koleksi
56
perpustakaan yang diinginkan. Pengembangan sistem perpustakaan
digital DPR RI telah dimulai sejak awal tahun 2002. Maka sejak itulah
perpustakaan menggunakan katalog online (OPAC). Sebelumnya
perpustakaan dikelola secara manual termasuk dalam hal penyajian
katalog dengan katalog kartu untuk menelusur suatu koleksi.
Perpustakaan DPR RI menggunakan SLIM (Senayan Library
Information System) sebagai sarana sistem simpan dan temu kembali.
Selain sarana pencarian, SLIM juga dapat memberikan abstrak dari
koleksi-koleksi Perpustakaan DPR RI. Pencarian koleksi dapat
dilakukan dengan menggunakan kata kunci: judul, penulis, penerbit,
tahun terbit, dan subyek.
Perpustakaan DPR RI menggunakan sistem Open Access, dimana
pengunjung dapat mencari atau mengambil sendiri dokumen yang
diinginkan dan apabila menemukan kesulitan pengguna dapat
langsung bertanya kepada staf perpustakaan.
9. Gedung / Ruangan Perpustakaan DPR RI
Semua kegiatan perpustakaan dilaksanakan di dalam gedung
perpustakaan yang khusus di desain sesuai dengan fungsi
perpustakaan sehingga berbeda dengan perancangan gedung
perkantoran atau gedung umum lainnya. Keterlibatan pustakawan
dalam mendesain gedung perpustakaan sangat menentukan
keberhasilan perancangan yang memenuhi persyaratan sebuah gedung
perpustakaan. Jika dianggap perlu, pustakawan dapat dibantu oleh
57
seorang konsultan atau arsitektur yang berpengalaman dalam
mendesain gedung perpustakaan.
Perpustakaan pusat DPR RI Jakarta menempati gedung Nusantara
II Paripurna yang terdiri dari 2 lantai:
1. Lantai 1 tersedia koleksi surat kabar, majalah, dan ruang baca.
2. Lantai 2 tersedia ruang koleksi umum. Koleksi referensi, world
bank, asia foundation, undang – undang, risalah PBB, bagian
peminjaman, bagian pengadaan, bagian pengolahan, ruang TU
(Tata Usaha), dan ruang Kepala Perpustakaan.
Perpustakaan khusus / Perpustakaan DPR RI yang beralamat
dijalan Jendral Gatot Subroto, Jakarta Pusat 10270.
10. Peraturan Peminjaman Perpustakaan DPR RI
Perpustakaan Sekretariat Jendral DPR RI menganut sistem
pelayanan terbuka, dimana para pengunjung dapat langsung mencari
sendiri buku atau bahan pustaka lainnya yang diinginkan melalui
katalog, kemudian ke rak penyimpanan.
Dengan sistem terbuka ini pemakai dapat merasakan kepuasan
yang lebih dibandingkan dengan sistem pelayanan tertutup.
Peminjaman hanya diberikan kepada anggota perpustakaan yaitu
anggota dewan, tenaga ahli, asisten pribadi, anggota dewan, tenaga
ahli alat kelengkapan dewan, karyawan disekitar wilayah DPR RI.
58
11. Sarana dan Prasarana Perpustakaan DPR RI
1) Foto Copy
Pelayanan ini di berikan untung orang yang ingin meminjam buku
tetapi bukan termasuk anggota atau karyawan DPR dan Sekjen.
Pelayanan foto copy juga dilakukan jika ingin memberikan
pelayanaan foto copy berita setiap hari yang diberikan kepada
anggota DPR yang telah berlangganan.
Prosedur layanan foto copy adalah sebagai berikut:
a. Pemustaka datang meminta suatu informasi
b. Pemustaka menelusur sendiri informasi yang dibutuhkan atau
meminta bantuan kepada petugas perpustakaan
c. Pemustaka mendapatkan informasi yang dicari
d. Meminta difoto copy kepada petugas perpustakaan
e. Pemustaka mendapat hasil foto copy
2) Scanning dan Printing
Pelayanan ini digunakan khusus untuk karyawan dan pustakawan
yang bekerja di perpustakaan, untuk menscanning dan print
artikel berita atau undang-undang dan lain sebagainya.
59
B. Hasil Penelitian
Kegiatan pengembangan koleksi merupakan wewenang perpustakaan
dalam hal memenuhi kebutuhan pemustaka, oleh sebab itu perpustakaan
perlu melibatkan pemustaka dalam hal pengadaan bahan pustaka sehingga
koleksi yang akan disediakan oleh pihak perpustakaan lebih sesuai dengan
kebutuhan informasi pemustakanya.
Pihak yang bertanggung jawab dalam hal pengadaan bahan pustaka
ialah pustakawan bagian pengadaan karena pada bagian ini pustakawan
harus memberikan koleksi yang dibutuhkan pemustaka sehingga
pemustaka puas terhadap informasi yang tersedia dalam perpustakaan dan
buku yang diadakan lebih relevan dengan pemustaka.
Informan yang peneliti jadikan acuan ialah pustakawan bagian
pengadaan karena pada bagian ini mereka lebih paham serta mengerti
terkait pengembangan koleksi yang diadakan oleh perpustakaan yaitu Ibu
Rini Widiastuti dan Ibu Tenny Rosanti.
Selain informan yang berasal dari pihak perpustakaan, penulis juga
melakukan wawancara terhadap beberapa pemustaka terkait masalah yang
penulis teliti yaitu terdiri dari 2 orang peneliti dan 1 orang staf.
1. Upaya Pustakawan dalam Melakukan Pengembangan Koleksi
Berdasarkan jawaban informan yang berasal dari 2 sumber yang
berbeda yaitu dari pihak pustakawan dan pemustaka, peneliti
memberikan 3 pertanyaan untuk menjawab permasalahan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti kepada informan yang mana pertanyaan
nya adalah 1. Apa upaya yang dilakukan oleh pihak perpustakaan
60
DPR RI dalam melakukan pengembangan koleksi? 2. Apa saja
tahapan dalam kegiatan pengembangan koleksi tersebut? 3. Apakah
ada perhatian khusus terhadap koleksi yang ingin diadakan oleh pihak
perpustakaan? Dari ketiga pertanyaan tersebut dimaksudkan agar
tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat terjawab oleh
informan.
Berdasarkan pertanyaan tersebut mereka menjawab permasalahan
penelitian terkait upaya yang dilakukan pustakawan dalam melakukan
pengembangan koleksi adalah dengan mengadakan kuisioner yang
disebarkan kepada anggota dewan dan pegawai.
Agar koleksi yang diadakan tidak menjadi sia-sia maka dari itu
pustakawan memberikan angket atau kuisioner kepada pemustaka
agar memberikan masukan terkait buku yang mereka butuhkan guna
menunjang kerja mereka seperti yang disampaikan oleh Ibu Tenny
Rosanti terkait pertanyaan “Apa upaya yang dilakukan oleh pihak
Perpustakaan DPR RI dalam melakukan pengembangan koleksi?”
Untuk saat ini sih yang kita lakukan biasanya untuk awal sebelum
beli-beli buku pengembangan itu kan kalau disini mengarah ke
pembelian buku, nah itu kita menyebar kuisioner.
Sama seperti yang dikatakan oleh Ibu Tenny, menurut Bapak
Hermansyah selaku pemustaka yang merupakan peneliti di lingkungan
DPR RI beliau juga mengatakan hal yang sama terkait “upaya apa
yang dilakukan pustakawan terhadap pengembangan koleksi” yaitu
dengan menyebar kuisioner yang dilakukan oleh pihak perpustakaan
guna mendapatkan informasi buku yang diperlukan oleh pemustaka.
61
Menurut saya, upaya yang telah dilakukan oleh pihak perpustakaan
disini itu salah satunya dengan kuisioner. Jadi pihak perpustakaan
memberikan kuisioner kepada pengunjung.
Dalam upaya melakukan pengembangan koleksinya, pustakawan
juga memiliki tahapan-tahapan dalam melakukan kegiatan tersebut
yaitu dengan membuat surat terlebih dahulu yang kemudian
diserahkan kepada Kapus yang mana apabila disetujui maka kuisioner
tersebut disebarkan kepada anggota dewan.
Setelah menyebar kuisioner pustakawan tinggal menunggu
dikembalikannya kuisioner tersebut yang biasanya diberikan waktu 2
minggu untuk pengembaliannya, setelah kuisioner kembali
selanjutnya melakukan seleksi terhadap judul-judul yang disarankan
untuk kemudian dipilih buku mana yang banyak diminati.
Setelah seleksi selesai pihak perpustakaan menghubungi penerbit
untuk melakukan pemesanan yang sudah diseleksi oleh pustakawan,
setelah buku tiba kemudian di cek lalu selanjutnya melakukan
pembayaran yang dilakukan oleh bagian keuangan dengan
menggunakan anggaran negara yaitu APBN. Seperti yang dikatakan
oleh Ibu Tenny Rosanti.
Jadi pertama salah satu staf buat surat dulu, terus ijin lagi ke atas
kita ke kapus terus sudah selesai baru kita sebarkan kuisionernya itu.
Nanti setelah kuisioner disebar disitu kan ada waktu
pengembaliannya ya ditentukan sekitar 2 minggu itu biasanya ada
yang datang sendiri diserahin ke kita, ada juga yang lewat fax atau
telpon tapi kalo misalkan telfon itu permintaaan langsung ya dianya
karena tau dan tidak dapat kuisioner makannya nelfon. sudah
terkumpul kita bikin list dari mulai judulnya, pengarangnya, terus
tahun terbit, ataupun penerbitnya. Terakhir setelah semua ke penerbit
kan diurus semua tuh administrasinya surat – suratnya, buku datang
kita periksa misalnya cocok dengan pembelian baru kita bayarkan.
62
Selain itu juga pihak perpustakaan memiliki perhatian khusus
terkait koleksi yang ingin diadakan, koleksi tersebut salah satunya
menunjang harus PROLEGNAS seperti yang disampaikan oleh Ibu
Tenny Rosanti terkait pertanyaan “apa ada perhatian khusus terhadap
koleksi yang ingin diadakan oleh pihak perpustakaan?”
Biasanya sih kalo dari semua itu kan yang sudah masuk kuisioner ya
itu sudah pasti mendukung prolegnas tugas mereka kan, kalo untuk
yang lain misalnya hibah kami juga dapet, nah itu biasanya tetap
diutamakan untuk yang menunjang visi misi perpustakaan lebih utama
untuk tugas fungsi dewannya gitu aja sih.
Dari pertanyaan tersebut bahwa upaya yang dilakukan oleh
pustakawan dalam upaya pengembangan koleksi Perpustakaan DPR
RI yaitu dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada pemustaka
yang merupakan anggota dewan dan pegawai lingkungan DPR RI.
2. Partisipasi Pemustaka dalam Seleksi Bahan Pustaka
Partisipasi pemustaka dalam seleksi bahan pustaka dewasa ini
sangat sekali diperlukan oleh pihak perpustakaan karena selain
memberikan masukan terkait koleksi yang diperlukan oleh pemustaka
itu sendiri juga membuat koleksi yang tersedia pada perpustakaan
tersebut jadi lebih berguna karena koleksi atau informasi yang tersedia
didalam perpustakaan tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan
penggunanya (pemustaka).
Oleh sebab itu, dalam pengembangan koleksi perpustakaan perlu
adanya partisipasi pemustaka dalam penentuan atau pemilihan
kebutuhan koleksi yang mereka perlukan sehingga membuat
63
efektifitas terhadap pengadaan koleksi yang diadakan oleh pihak
perpustakaan dan koleksi tersebut pun lebih terpakai oleh pemustaka.
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9
pemusaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan,
kelompok orang, masyarakat , atau lembaga memanfaatkan fasilitas
layanan perpustakaan, sedangkan menurut Wiji Sumarno bahwa
pemustaka adalah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan
baik koleksi maupun buku. Ada berbagai jenis pemustaka seperti
mahasiswa, guru, dosen dan masyarakat bergantung pada jenis
perpustakaan yang ada.50
Menurut Ibu Tenny terkait pertanyaan “apakah pemustaka
memiliki peran dalam melakukan pengembangan koleksi?” beliau
menjawab pemustaka memiliki peran dalam menentukan koleksi yang
diperlukan karena apabila dalam pengadaan koleksi hanya dilakukan
oleh pihak perpustakaan dapat membuat koleksi yang diadakan tidak
terpakai dan tidak relevan oleh pemustaka. Oleh sebab itu peran
pemustaka sangat diperlukan dalam hal ini terkait pengembangan
koleksi yang dilakukan perpustakaan.
Pastinya iya, karena kan kalau dengan kuisioner itu berarti
pemustaka memberikan masukan buat kita kan apa yang mau kita beli
dan itu mungkin akan lebih terpakai dibandingkan dengan kita beli
aja itu kan keinginan kita kan pikiran kita.
Seperti yang disampaikan oleh Ibu Rini Widyastuti juga selaku
pustakawan bagian pengembangan koleksi terkait pertanyaan “apakah
peran pemustaka perlu dalam pengembangan koleksi perpustakaan?”
50
Wiji Suwarno, Kamus perpustakaan dan Informasi,(Jakarta, 2009), hal. 80.
64
Peran pemustaka dalam melakukan pengembangan koleksi
perpustakaan sangatlah perlu, karena untuk meningkatkan
keterpakaian, relevan dengan kebutuhan pemustaka, dan juga lengkap
koleksi perpustakaannya.
Perlu, untuk meningkatkan keterpakaian. relevan, juga lengkap
perpustakaannya.
Sama halnya dengan pendapat Ibu Rini, menurut Ibu Tenny juga
sangat perlu sekali adanya peran pemustaka dalam melakukan
pengembangan koleksi sehingga koleksi yang diadakan oleh
perpustakaan lebih berguna dibandingkan dengan melakukan
pengembangan koleksi tanpa melibatkan peran pemustaka.
Perlu kalo saya bilang, karena kita ada dan kita terpakai ya
termanfaatkan koleksinya kita pasti lebih terasa juga jika si
pemustaka memiliki peran seperti yang tadi saya bilang dia
memberikan masukan, kalau memang misalnya kita balik lagi ke tadi
beli buku asal aja dan tidak sesuai dengan visi misi akhirnya sayang
kan dia tergeletak gitu aja tanpa ada yang nyentuh
Begitu juga pendapat Bapak Hermansyah yang setuju terhadap
pertanyaan “pengembangan koleksi yang menyertakan peran
pemustaka dalam prosesnya terkait pengembangan koleksi yang
diadakan oleh pihak perpustakaan”. Dengan mengikutsertakan
pemustaka dalam prosesnya, pemustaka memiliki peran dalam
menentukan koleksi yang dibutuhkan.
Menurut saya sudah tepat, karena memang untuk lebih tepat sasaran
dalam mengadakan koleksi yang relevan sesuai dengan kebutuhan
pengunjung jadi memang pihak pemustaka harus selalu dilibatkan
tidak hanya dari pihak intern perpustakaan.
Dari jawaban diatas kita dapat melihat bahwa peran yang
dijalankan oleh pemustaka pada Perpustakaan DPR RI dalam
65
pengembangan koleksi ialah pada saat seleksi bahan pustaka yaitu
dimana pemustaka dengan mengisi kuesioner yang diberikan oleh
pusakawan kepada mereka, pemustaka bebas mengisi buku apa saja
yang diperlukan demi menunjang kinerja mereka.
3. Efek yang Terjadi pada Perpustakaan Pasca Pengembangan
Koleksi Bersama Pemustaka
Setelah kegiatan pengembangan koleksi terlaksana, maka ada
hasil dan efek yang terjadi pasca pengembangan koleksi bersama
dengan pemustaka. Pemustaka Perpustakaan DPR RI dilibatkan sejak
tahun 2012 karena banyaknya koleksi yang ada di perpustakaan tidak
sesuai dengan kebutuhan pemustakanya, oleh sebab itu perpustakaan
tentu memiliki harapan yang ingin dicapai setelah melakukan kegiatan
pengembangan koleksi bersama dengan pemustaka.
Hasil yang ingin dicapai oleh pihak perpustakaan sendiri ialah
meningkatnya kualitas dan kuantitas Perpustakaan DPR RI seperti
yang disampaikan oleh Ibu Tenny terkait pertanyaan “apa hasil yang
ingin dicapai oleh pihak perpustakaan setelah melakukan
pengembangan koleksi bersama pemustaka?”
Yang pastinya sih dari segi kualitas dan kuantitas kita bertambah,
kalo misalnya dari segi kualitas mungkin lebih terpakai untuk si
pengguna kalo kuantitas ya bisa memenuhi dan melengkapi informasi.
Sedangkan hasil yang diharapkan oleh pihak pemustaka yaitu
ketersediaan koleksi atau informasi yang mereka butuhkan tersedia di
rak–rak perpustakaan serta koleksi buku–buku elektronik dan juga
berlanganan jurnal internasional sehingga mempermudah pemustaka
66
dalam mencari informasi–informasi yang mereka butuhkan. Seperti
yang disampaikan oleh Ibu Dewi Maheswari staf pranata humas
Setjen DPR RI.
Kalau untuk buku–buku fisik sudah memadai ya, Cuma pengennya
kalau untuk buku–buku elektronik juga terus juga langganan jurnal
internasional juga.
Harapan yang ingin dicapai oleh pihak perpustakaan sendiri ialah
menjadikan koleksi yang mereka sediakan lebih bermanfaat bagi
pengunjung perpustakaan sehingga dapat meningkatkan jumlah
pengunjung serta kepuasan pemustaka terhadap ketersediaan
informasi yang ada pada perpustakaan.
Disisi lain harapan yang ingin dicapai oleh pemustaka pun tidak
jauh berbeda yaitu dengan tersedianya koleksi–koleksi secara lebih
lengkap. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Muhammad Teja
selaku peneliti di lingkungan DPR RI sebgai berikut.
Ya ketersediaan bukunya, harapan saya ada, cepat, terutama bukunya
cepat tersedia, kedua mungkin pengaturan bukunya juga harus di
sesuaikan tempatnya ya tapi yang paling penting itu keadaan buku
yang lengkap.
Efek yang terjadi setelah pengadaan koleksi bersama dengan
pemustaka yang dirasakan oleh Bapak Teja sendiri selaku peneliti dan
juga pemustka terkait pertanyaan efek yang terjadi setelah pengadaan
koleksi yang menyertakaan pemustaka dalam prosesnya adalah
koleksi yang tersedia menjadi lebih banyak serta lebih relevan.
Ya makin banyak buku aja ya, banyak buku informasi juga semakin
banyak dan juga menjadi relevan.
67
Sama seperti Bapak Teja, Bapak Hermansyah juga sependapat
bahwa koleksi di Perpustakaan DPR menjadi lebih lengkap dan juga
relevan
Efeknya itu, ya koleksi disini semuanya itu, hampir semua maksud
saya itu lebih relevan sesuai kebutuhan informasi pihak–pihak
pengunjungnya.
Dari jawaban yang disampaikan oleh informan terhadap efek
yang terjadi pasca pengembangan koleksi bersama pemustaka ialah
lebih lengkapnya koleksi yang tersedia pada Perpustakaan DPR RI
dan juga lebih relevan dengan kebutuhan pemustaka sehingga
membuat pemustaka merasa puas dengan ketersediaan koleksi yang
berada pada Perpustakaan DPR RI
C. Pembahasan
Penulis akan menjelaskan secara singkat hasil analisis dari penelitian
bab 4 yang akan dibagi menjadi 3 pembagian sesuai dengan tujuan
penelitian yang penulis harapkan yaitu:
1. Upaya Pustakawan dalam Pengembangan Koleksi
Sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh informan, bahwa
Perpustakaan DPR RI melakukan kegiatan pengembangan koleksi
yang menyertakan pemusaka dalam prosesnya yang mana pemustaka
disini memiliki peran dalam menentukan koleksi yang ingin diadakan
oleh Perpustakaan DPR RI.
Pemustaka ialah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan,
kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan
68
fasilitas layanan perpustakaan. Artinya mereka memiliki kebutuhan
informasi yang perlu dipenuhi oleh pihak perpustakaan terkait
informasi yang diperlukan oleh pemustaka. Oleh sebab itu,
perpustakaan melakukan pengembangan koleksinya yang mengikut
sertakan pemustaka agar memiliki peran dalam menentukan informasi
yang dibutuhkan oleh mereka (pemustaka) sehingga pemustaka
merasa lebih puas terhadap informasi yang tersedia pada
perpustakaan.
Perpustakaan DPR RI melakukan pengembangan koleksi yang
mengikutsertakan pemustaka ini dilakukan semenjak 2 tahun lalu
tepatnya pada tahun 2012 didalam lingkungan DPR RI yang mana
informasi atau koleksi yang akan diadakan untuk menunjang kinerja
anggota dewan. Upaya yang dilakukan oleh pihak perpustakaan terkait
pengembangan koleksinya yaitu dengan melakukan penyebaran
kuesioner kebutuhan yang dilakukan oleh pihak perpustakaan kepada
anggota dewan dan pegawai.
Pegawai yang dimaksud disini adalah peneliti, legaldrafter, dan
analis BPK karena tugas mereka menunjang kinerja anggota dewan
yang mana mereka sering mengikuti PROLEGNAS (Program
Legislasi Nasional) sehingga mereka tau buku apa saja yang mereka
butuhkan. Kegiatan pengembangan koleksi tersebut menjadi agenda
rutin tahunan Perpustakaan DPR RI yang mana kegiatan tersebut
dilakukan demi membuat koleksi yang berada dalam perpustakaan
lebih terpakai.
69
2. Partisipasi Pemustaka dalam Seleksi Bahan Pustaka
Dengan adanya kegiatan tersebut, pengguna (pemustaka) memiliki
peran dalam menentukan koleksi yang ingin diadakan oleh pihak
perpustakaan terkait pengembangan koleksi Perpustakaan DPR RI.
Pemustaka pun bisa juga melakukan pemesanan langsung kepada
pustakawan apabila dari mereka ada yang tidak menerima kuisioner
kebutuhan yang disebarkan oleh pihak perpustakaan.
Dengan demikian pemustaka memiliki peran dalam proses
pengembangan koleksi yang dilakukan oleh pihak Perpustakaan DPR
RI dan tidak hanya menjadi penerima informasi saja yang mana
kegiatan tersebut memberikan dampak terpenuhinya kebutuhan
informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka.
Kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan yang
mengikutsertakan pemustaka dalam prosesnya sangat penting
dilakukan karena dengan kegiatan tersebut dapat membuat koleksi
yang tersedia pada perpustakaan menjadi lebih relevan karena koleksi
yang diadakan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka
berdasarkan kuesioner yang disebar sebelumnya yang telah melalui
seleksi dari pihak pustakawan yang kemudian melakukan pemesanan
kepada penerbit.
Bagi pihak pemustaka kegiatan tersebut juga penting karena
dengan kegiatan tersebut pemustaka dapat memberikan masukan
terkait buku yang diperlukan.demi menunjang kinerja mereka
70
terutama peneliti-peneliti dan juga staf yang berada di lingkungan
DPR RI.
3. Efek yang terjadi pasca pengembangan koleksi yang mengikut
sertakan pemustaka
Efek yang terjadi setelah pengembangan koleksi yang menyertakan
pemustaka dalam prosesnya adalah koleksi buku yang tersedia pada
Perpustakaan DPR RI menjadi lebih lengkap serta relevan dengan
pengguna, koleksi yang lebih lengkap disini yang dimaksud adalah
koleksi yang tadinya belum ada diperpustakaan setelah pengadaan
koleksi tersebut sudah tersedia diperpustakaan, sedangkan relevan
disini yang dimaksud adalah koleksi tersebut lebih terpakai oleh
pengguna hal ini disebabkan pengembangan koleksi tersebut
dilakukan berdasarkan kebutuhan pemustaka sehingga koleksi yang
diadakan oleh perpustakaan sudah pasti sesuai dengan kebutuhan
pemustaka mengingat pemustaka memiliki peran dalam menentukan
koleksi yang ingin diadakan oleh pihak perpustakaan.
Dari segi pengunjung perpustakaan pun terdapat peningkatan
kunjungan perpustakaan, namun peningkatan tersebut belum sesuai
dengan ekspektasi pihak perpustakaan yang mana mereka
mengharapkan dengan adanya pengembangan koleksi yang
menyertakan pemustaka dalam prosesnya dapat meningkatkan jumlah
pengunjung perpustakaan baik dari pegawai maupun anggota dewan.
Harapan yang ingin dicapai oleh pihak perpustakaan sendiri ialah
menjadikan koleksi perpustakaan lebih terpakai oleh pemustaka dan
71
relevan dengan kebutuhan pemustaka sehingga pemustaka merasa
terpuaskan dengan informasi yang disediakan oleh pihak perpustakaan
dan juga menambah peningkatan jumlah pengunjung perpustakaan.
Tentu harapan tersebut didasari dengan keinginan pihak perpustakaan
yang ingin menjadikan perpustakaan sebagai sumber informasi yang
dibutuhkan oleh pemustaka demi menunjang kinerja anggota dewan.
Harapan yang ingin dicapai oleh pemustaka setelah pengembangan
koleksi yang mengikutsertakan pemustaka dalam prosesnya tentunya
adalah koleksi buku yang berada pada Perpustakaan DPR RI lebih
lengkap dan lebih relevan dengan kebutuhan pemustaka agar dapat
memberikan kepuasan terhadap kebutuhan pemustaka terhadap
informasi yang tersedia.
Namun pemustaka ada yang berpendapat bahwasanya
Perpustakaan DPR RI perlu juga mengembangkan koleksi – koleksi
non cetak seperti e-book atau jurnal internasional. Perpustakaan DPR
perlu memperbanyak berlangganan jurnal internasional agar lebih
mempermudah dalam mengaksesnya karena dewasa ini jaman
semakin modern sehingga mengakses informasi dapat dilakukan
dimana saja demi mengefektifkan waktu yang diperlukan demi
mendapatkan informasi tersebut.
Pada kenyataan harapan dari kedua pihak baik itu dari pustakawan
maupun dari pemustaka belum sepenuhnya terwujud, dari pihak
perpustakaan misalnya dengan pengembangan koleksi yang
menyertakan pemustaka dalam prosesnya belum menunjukan
72
peningkatan yang signifikan terhadap jumlah pengunjung yang
berkunjung ke Perpustakaan DPR namun bila dari kepuasan
pemustaka terhadap koleksi yang ada pada Perpustakaan DPR,
pemustaka merasa koleksi yang ada pada perpustakaan lebih lengkap
dan relevan. Begitu juga dari pihak pemustaka belum semua harapan
mereka terpenuhi seperti koleksi-koleksi e-book dan juga jurnal
internasional yang masih belum banyak tersedia di perpustakaan.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Upaya yang dilakukan oleh pustakawan dalam kegiatan
pengembangan koleksi Perpustakaan DPR RI ialah dengan
mengikutsertakan pemustaka dalam seleksi bahan pustaka sebagai
acuan utama pustakawan dalam melakukan pengadaan buku agar
tercapainya tujuan pengadaan koleksi tersebut.
2. Pemustaka memiliki peran penting dalam menentukan koleksi yang
ingin diadakan oleh pihak Perpustakaan DPR RI dengan cara mengisi
kuisioner kebutuhan yang mana hasil kuisioner tersebut nantinya akan
jadi pertimbangan pustakawan dalam melakukan pengadaan bahan
pustaka.
3. Efek yang terjadi pasca pengembangan koleksi bersama dengan
pemustaka ialah koleksi yang tersedia pada Perpustakaan DPR RI
menjadi lebih lengkap, terpakai, dan juga relevan dengan kebutuhan
pemustaka.
B. Saran
1. Upaya pengembangan koleksi Perpustakaan DPR RI hendaknya
diadakaan 6 bulan sekali karena apabila diadakan 1 tahun sekali
informasi terbaru yang dibutuhkan oleh pemustaka tidak tersedia di
perpustakaan.
74
2. Pustakawan sebagai pihak yang mengadakan pengembangan koleksi
harus lebih tegas kepada pemustaka terkait batas waktu pengisian
kuesioner yang diberikan agar dalam seleksi bahan pustaka tidak
membuang – buang waktu sehingga mempercepat proses pengadaan.
3. Menambah koleksi – koleksi non cetak / digital, berlangganan jurnal
internasional agar pemustaka lebih mudah mengakses informasi yang
diperlukan dari sumber – sumber internasional dan agar informasi
yang dibutuhkan dapat diakses dimana saja.
75
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman Saleh. Materi Pokok Pengolahan Terbitan Berseri. Jakarta:
Universitas Terbuka, 1996.
-------. Materi Pokok Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka,
2010.
Clayton, Peter. Managing Information Resources in Libraries. London: Library
Association Publishing, 2001.
Creswell, John W. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Edisi ke-3. (Fawaid, Achmad Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.
Jakarta: PT Gramadia Pustaka Utama, 2008.
-------. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Edisi ke 3. Jakarta:
Universitas Gajah Mada, 1994.
Drajat Suharjo. Metodologi Penelitian dan Penulisan Laporan Ilmiah.
Yogyakarta: UII Press, 2003.
Evans, G. Edward. Developing Library and Information Center Collection.
London: Libraries Unlimited, 2005.
-------. Developing Library Collection. Colorado: Libraries Unlimited, 1979.
Feather, John. International Encyclopedia of Information and Library Science.
London: Routledge, 1997.
Fuad Hasan. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Psikologi (LPSP3) Universitas
Indonesia, 2001.
Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.
Husaini Usman,. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Johnson, Peggy. Fundamentals of Collection Development and Management:
Second Edition. Chicago: American Library Association, 2009.
Karmidi Martoatmojo. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.
76
-------. Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta: Universitas Terbuka, 1997.
Marshall, Joanne [et. al. ]. “Kompetensi Pustakawan Khusus di Abad ke-21.”
Majalah BACA, Vol. 27, No. 2 (Agustus 2003), h. 2.
Mohammad Nazir. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 2005.
Nasution, S. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Noeng Muhajir. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasih,
1989.
Pungki Purnomo. Manajemen Pengembangan Koleksi Perpustakaan. Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syahid Jakarta, 2010.
Qatriana Widiawati. Pendapat Anggota Dewan Terhadap Layanan Perpustakaan
DPR RI, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas
Indonesia, 2010), hal. 1-2
Saefudin dan Setiawan. “Pembinaan Perpustakaan Khusus Instansi Pertanian:
Observasi terhadap Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Barat.” Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol. 16, No. 2 (Juli 2007), h.
58.
Soekarman dan Rahmat Natadjumena. Pedoman Umum Penyelenggaraan
Perpustakaan Khusus. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2006.
Standar Nasional Indonesia (SNI). Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah.
Jakarta: SNI 7496:2009, 2009.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2007.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1991.
Supriyanto. dkk. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: IPI Pengurus
Daerah DKI Jakarta, 2006.
Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
-------. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung
Seto, 2006.
-------. Kamus Perpustakaan dan Informasi. Jakarta, 2008
-------. Tanggung Jawab Perpustakaan dalam Mengembangkan Masyarakat
Informasi. Jakarta: Panta Rei, 2005.
Wiji Suwarno. Kamus Perpustakaan dan Informasi. Jakarta, 2009.
77
Yuyu Yulia,. Materi Pokok Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas Terbuka,
2009.
-------. Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Nama : Tenny Rosanti
Jabatan : Pustakawan
Hari/Tanggal : Jumat, 20 Maret 2015
DRAF WAWANCARA
1. Apa upaya yang dilakukan pihak Perpustakaan DPR RI dalam melakukan
pengembangan koleksi?
Jawab :
Untuk saat ini sih yang kita lakukan biasanya untuk awal sebelum beli–beli buku
pengembangan itu kan kalo disini mengarah ke pembelian buku ya, nah itu kita
menyebar kuisioner tapi dilengkapi dengan suratnya juga istilahnya permohonan gitu,
terus kepada seluruh anggota DPR dan pegawai tapi pegawainya itu yang diutamakan
yaitu peneliti, legaldrafter, analis BPK. Sebenernya sih engga membedakan pegawai
lain dibandingkan 3 bagian itu cuma untuk mereka itu kan kerjanya lebih mendukung
ke anggota dewan dia itu sering ikut prolegnas (program legislasi nasional) makannya
dia itu lebih tau perkembangan buku apa saja yang mereka butuhkan itu aja sih.
2. Apa saja tahapan dalam kegiatan pengembangan koleksi tersebut?
Jawab :
Jadi sama kaya yang saya tadi bilang itu, jadi pertama salah satu staf biasanya PU
nya itu buat surat dulu, terus nanti ibu koreksi dulu kalo ibu setuju kata–katanya
seperti itu misalnya gitu udah nanti dia ijin lagi ke atas kita ke KAPUS terus udah
selesai itu baru kita sebarkan kuesionernya itu tapi biasanya kalo engga lewat kita
yang menyebarkan ada bagian yang khusus yang untuk menyebar kuisioner itu. Nanti
setelah kuisioner disebar disitu kan ada waktu pengembaliannya ditentukan sekitar 2
minggu itu biasanya ada yang datang sendiri diserahin ke kita, ada juga yang lewat
fax atau telpon tapi kalo misalkan telfon itu permintaaan langsung dianya karena tau
dan engga dapet kuisioner makannya nelfon. Nah itu dari semua itu udah terkumpul
kita bikin list gitu dari sama sih mulai dari judulnya, pengarangnya, terus tahun terbit,
ataupun penerbitnya. Terus nanti dilihat, disusun sesuai abjad itu dibutuhkan kalo
banyak bukunya itu misal 1 judul ternyata ada peminatnya 2 atau engga kita pikirnya
itu penting gitu ya perlu gitu ya makannya engga beli 1 minimal 2 exemplar atau pun
kadang sampai 5. Nah setelah itu, kita ngehubungin penerbitnya. Penerbitnya itu kalo
disini biasa gramedia tapi ada juga kalo untuk itu dari kuisioner ya, tapi ada juga
untuk yang katalog – katalog dateng ke kita, itu biasanya kita seleksi juga mana yang
penting dan yang kita perluin nah itu langsung ke penerbitnya langsung jadi. Terakhir
setelah semua ke penerbit diurus semua administrasinya surat–suratnya, buku datang
kita periksa itu misalnya cocok dengan pembelian baru kita bayarkan tapi dikeuangan
juga. Anggaran dananya dari negara yaitu dari APBN.
3. Apakah ada perhatian khusus terhadap koleksi yang ingin diadakan oleh pihak
perpustakaan?
Jawab :
Biasanya sih kalo dari semua itu kan yang udah masuk kuisioner ya itu udah pasti
mendukung prolegnas tugas mereka kan, kalo untuk yang lain misalnya hibah kami
juga dapet, nah itu biasanya tetap diutamakan untuk yang menunjang visi misi
perpustakaan lebih utama untuk tugas fungsi dewannya gitu aja sih. Tapi kalo pun
tidak dipakai kita taro suatu hari mungkin ada perpustakaan lain minta kita kasih.
4. Apakah pemustaka memiliki peran dalam menentukan pengembangan koleksi?
Jawab :
Pastinya iya, karena kan kalo dengan kuisioner itu berarti pemustaka memberikan
masukan buat kita beli dan itu mungkin akan lebih terpakai dibandingkan dengan kita
beli aja itu kan keinginan kita kan pikiran kita.
5. Apakah pemustaka pernah mengajukan saran terkait koleksi yang dibutuhkan
oleh pemustaka secara langsung kepada pustakawan?
Jawab :
Jarang sih, tapi ada kaya mungkin kemarin pas rapat itu dia pengen tapi bukan dalam
bentuk buku kadang sampai jurnal juga. Kalo misalkan engga ke kita biasanya mereka
langsung ke ibu kabid.
6. Menurut Anda apakah peran pemustaka perlu dalam pengembangan koleksi
perpustakaan?
Jawab :
Perlu kalo saya bilang, karena kita ada dan kita terpakai ya termanfaatkan koleksinya
kita pasti lebih terasa juga pemustaka memiliki peran seperti yang tadi saya bilang dia
memberikan masukan, kalo memang misalnya kita balik lagi ke tadi beli buku asal aja
dan tidak sesuai dengan visi misi akhirnya sayang kan dia tergeletak gitu aja tanpa ada
yang nyentuh
7. Apa hasil yang ingin dicapai oleh pihak perpustakaan setelah melakukan
pengembangan koleksi bersama pemustaka?
Jawab :
Pastinya sih dari segi kualitas dan kuantitasnnya kita bertambah ya, kalo misalkan
dari kualitas itu lebih terpakai buat si pengguna kalo kuantitas itu ya lebih melengkapi
koleksi gitu sih.
8. Apakah harapan pihak perpustakaan setelah melakukan pengembangan koleksi
yang mengikutsertakan pemustaka sudah sesuai dengan realita?
Jawab :
Harapannya ya mungkin akan semakin banyaknya pengunjung sih sebenernya kalo
misalnya pengembangan itu disesuaikan dengan keinginan pemustaka ya tapi untuk
saat ini kenyataanya, belum begitu banyak kalo saya bilang karena disatu sisi faktor
lain untuk si peneliti sekarang dia itu sudah bisa membeli sendiri sesuai dengan
keinginan mereka dan itu koleksi itu akan menjadi milik mereka tapi akan tetap diolah
di kita. Jadi kan dia apa ya, engga perlu dateng kesini karena dia kan udah punya
koleksi itu sebagian udah seperti itu tapi sebagian masih ada.
9. Apakah setelah adanya pengembangan koleksi yang mengikutsertakan
pemustaka dalam prosesnya membuat peningkatan pengunjung perpustakaan?
Jawab :
Ada si insya Allah ada, karena kan yang dibeli sesuai dengan keinginan mereka
Nama : Rini WIdyastuti
Jabatan : Pengadministrasi Umum
Hari/Tanggal : Jumat, 20 Maret 2015
DRAF WAWANCARA
1. Apa upaya yang dilakukan pihak Perpustakaan DPR RI dalam melakukan
pengembangan koleksi?
Jawab :
Pake kuisioner, kuisioner kebutuhan pengguna.
2. Apa saja tahapan dalam kegiatan pengembangan koleksi tersebut?
Jawab :
Dari kuisioner, nanti kita kumpulin, kita cek, ke opac bukunya udah ada belum disini
terus kalo sudah sesuai ga sama ini apa namanya sama bidang tugas kita kalo ga
sesuai ya belinya nanti–nanti kalo ada uang kalo engga ada dia engga dibeli. Kalo
udah tinggal pembelian.
3. Apakah ada perhatian khusus terhadap koleksi yang ingin diadakan oleh pihak
perpustakaan?
Jawab :
Ya tadi kuisioner tadi sama itu prolegnas program legislasi nasional.
4. Apakah pemustaka memiliki peran dalam menentukan pengembangan koleksi?
Jawab :
Punya, dia bisa pesan kalo kuesionerkan setaun sekali biasanya kalo misalkan
sewaktu–waktu si pemustaka itu butuh, di bisa mengajukan langsung tanpa nunggu
kuisioner.
5. Apakah pemustaka pernah mengajukan saran terkait koleksi yang dibutuhkan
oleh pemustaka secara langsung kepada pustakawan?
Jawab :
Pernah, sering malah.
6. Menurut Anda apakah peran pemustaka perlu dalam pengembangan koleksi
perpustakaan?
Jawab :
Perlu, untuk meningkatkan keterpakaiannya tadi sama relevan, terpakai, kan supaya
lengkap perpustakaannya.
7. Apa hasil yang ingin dicapai oleh pihak perpustakaan setelah melakukan
pengembangan koleksi bersama pemustaka?
Jawab :
Kelengkapan koleksi, sesuailah sama kebutuhan mereka.
8. Apakah harapan pihak perpustakaan setelah melakukan pengembangan koleksi
yang mengikutsertakan pemustaka sudah sesuai dengan realita?
Jawab :
Ikut sertain mereka sih udah, Cuma kuisionernya kadang balik kadang engga dan
yang balik itu engga sesuai harapan. Jadi misalnya kita sebar kuisioner misalkan 500
yang kembali sedikit, jadikan pengadaannya cuma bisa sedikit berdasarkan kuisioner
jadi sedikit data yang terkumpul padahal mau kita kan banyak jadi anggarannya
terserap tapi sesuai dengan kemauan si pemustaka itu. kalau dibilang sesuai dengan
kenyataan gimana ya, belum soalnya masih banyak yang bilang koleksi kita belom
lengkap padahal mah kita udah sebar kuisioner ke mereka tapi yang kembali engga
semua gitu.
9. Apakah setelah adanya pengembangan koleksi yang mengikutsertakan
pemustaka dalam prosesnya membuat peningkatan pengunjung perpustakaan?
Jawab :
Engga juga sih, soalnya disini perpustakaan khusus ya jadi, ya engga penggunanya
engga begitu banyak. Penggunanya yang banyak pake ya peneliti, legaldrafter, kalo
staf kan cuma yang lagi belajar aja jadi ya tetep aja sesuai kebutuhan mereka kalo
datang ke perpus.
Nama : Hermansyah Waluyo
Jabatan : Peneliti
Hari / Tanggal : Jumat. 20 Maret 2015
DRAF WAWANCARA
1. Menurut Anda, upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak perpustakaan dalam
melakukan pengembangan koleksi?
Jawab :
Menurut saya, upaya yang telah dilakukan oleh pihak perpustakaan disini itu salah
satunya dengan kuesioner. Jadi pihak perpustakaan memberikan kuisioner kepada
pengunjung dalam hal ini anggota dewan serta pegawai termasuk saya sendiri secara
pribadi untuk mengisi form kira – kira kebutuhan informasi apa saja yang butuhkan
atau bahkan pengunjung lainnya butuhkan yang tidak ada di rak atau yang tersedia
disini sehingga untuk kedepannya nanti pihak perpustakaan bisa memenuhi atau
mengadakan apa–apa saja yang diperlukan oleh pengunjung.
2. Apakah kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan yang mengikutsertakan
pemustaka dalam prosesnya sudah tepat?
Jawab :
Menurut saya sih sudah tepat, karena memang untuk lebih tepat sasaran dalam
mengadakan koleksi yang relevan sesuai dengan kebutuhan pengunjung jadi memang
pihak pemustaka harus selalu dilibatkan ga hanya dari pihak intern perpustakaan.
3. Apa Anda (pemustaka) pernah diminta untuk mengisi angket buku yang ingin
diadakan oleh pihak perpustakaan? Jika pernah, apakah koleksi yang anda
ajukan atau sarankan dipenuhi oleh pihak perpustakaan?
Jawab :
Pernah, kalo untuk sejauh ini yang saya perhatikan dari beberapa koleksi yang saya
inginkan informasi yang saya butuhkan itu sebagian besar sudah diadakan ya disini
oleh pihak perpustakaan walaupun ga sepenuhnya tapi sebagian besar itu sudah
dipenuhi oleh pihak perpustakaan.
4. Menurut Anda perlukah perpustakaan menanyakan/memberikan angket untuk
pengadaan kepada pemustaka? Jika ya, apa alasan Anda perlunya pihak
perpustakaan memberikan angket untuk koleksi yang akan diadakan oleh pihak
perpustakaan?
Jawab :
Menurut saya perlu, karena dengan perpustakaan memberikan angket sendiri itu juga
membantu perpustakaan dalam pengadaan koleksinya dong jadi koleksi yang
diadakan oleh perpustakaan tidak sia–sia. Kalo kita tidak dikasih angket atau
kuisioner ya nanti koleksi yang mereka adakan tidak sesuai sama kebutuhan kita.
5. Apa Anda pernah mengajukan saran kepada pustakawan dalam pengadaan
koleksi yang perlu diadakan pada Perpustakaan DPR RI? Apa saran anda
dipertimbangkan untuk diadakan dalam pengembangan koleksi atau tidak?
Jawab :
Kalo saran secara langsung ke pustakawan belum, karena melalui angket atau
kuesioner pun sudah terpenuhi.
6. Bagaimana efek yang terjadi setelah pengadaan koleksi yang menyertakaan
pemustaka dalam prosesnya?
Jawab :
Efeknya ya koleksi disini semuanya itu hampir semua maksud saya lebih relevan
sesuai kebutuhan informasi pihak–pihak pengunjungnya, jadi yang awalnya masih ada
beberapa kekurangan informasi dari pihak pengunjung yang membutuhkan informasi
disini dengan adanya mengikutsertakan pemustaka dalam proses pengembangan
koleksi ini jadi bisa jadi lebih relevan dan informasinya jadi lebih banyak.
7. Menurut Anda efektifkah pengembangan koleksi Perpustakaan DPR RI yang
mengikut sertakaan pemustaka dalam penentuan koleksi yang diadakan?
Jawab :
Menurut saya sih efektif, efektif banget, karena tujuan awal dari perpustakaan itu
sendiri kan untuk menyediakan informasi kepada pengunjung. Jadi kalo misalkan
dalam pengembangan koleksi itu mengikutsertakan pengunjung atau pemustaka
menurut saya efektif banget.
8. Apa ekspektasi Anda setelah perpustakaan melakukan pengembangan koleksi
yang mengikutsertakan pemustaka?
Jawab :
Untuk ekspektasi saya sendiri itu yang saya bayangkan perpustakaan itu menyediakan
informasi yang lengkap jadi tidak ada lagi kekurangan–kekurangan informasi yang
dibutuhkan oleh pengujung atau bahkan peneliti seperti saya yang datang kesini.
Nama : Muhammad Teja
Jabatan : Peneliti
Hari / Tanggal : Selasa, 24 Maret 2015
DRAF WAWANCARA
1. Menurut Anda, upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak perpustakaan dalam
melakukan pengembangan koleksi?
Jawab :
Kuisioner sih yang saya tau.
2. Apakah kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan yang mengikutsertakan
pemustaka dalam prosesnya sudah tepat?
Jawab :
Sudah, sudah tepat
3. Apa Anda (pemustaka) pernah diminta untuk mengisi angket buku yang ingin
diadakan oleh pihak perpustakaan? Jika pernah, apakah koleksi yang anda
ajukan atau sarankan dipenuhi oleh pihak perpustakaan?
Jawab :
Tentu pernah, karena kan emang itu kegiatan yang dilakuin perpustakaan ya biar
koleksi yang diadakan itu sesuai sama kita. Pasti di penuhi kalo emang bukunya
belom ada, kalo udah ada disini ya biasanya mereka memberi tahu ke saya.
4. Menurut Anda perlukah perpustakaan menanyakan/memberikan angket untuk
pengadaan kepada pemustaka? Jika ya, apa alasan Anda perlunya pihak
perpustakaan memberikan angket untuk koleksi yang akan diadakan oleh pihak
perpustakaan?
Jawab :
Perlu itu, kalo kita engga ngasih saran terkait koleksi yang kita butuhkan nanti mereka
yang ngadain engga sesuai dong sama kita. Jadi sia–sia nanti buku–buku yang mereka
beli kalo kita ga memberi saran.
5. Apa Anda pernah mengajukan saran kepada pustakawan dalam pengadaan
koleksi yang perlu diadakan pada Perpustakaan DPR RI? Apa saran anda
dipertimbangkan untuk diadakan dalam pengembangan koleksi atau tidak?
Jawab :
Kalo saran langsung jarang ya karena kan saya juga dapet kuesioner itu jadi jarang
kita ngomong atau minta langsung ke pustakwannya. Kalo dipertimbangkan kayanya
si iya ya, soalnya buku itu kan kita perlu jadi kalo buku itu diadakan kan pasti kita
pake engga ditaro dirak aja.
6. Bagaimana efek yang terjadi setelah pengadaan koleksi yang menyertakaan
pemustaka dalam prosesnya?
Jawab :
Ya makin banyak buku informasinya makin banyak, koleksinya relevan makin
banyak koleksinya makin banyak informasi yang kita dapat.
7. Menurut Anda efektifkah pengembangan koleksi Perpustakaan DPR RI yang
mengikut sertakaan pemustaka dalam penentuan koleksi yang diadakan?
Jawab :
Efektif ya, soalnya kita juga puas kalo misalkan buku yang kita pengen itu diadakan
oleh perpustakaan. Ketimbang kalo perpustakaan yang mengadakan sendiri kita engga
di kasih kuisioner gitu kan koleksinya cuma menurut mereka saja bukan menurut kita
itu sih kalo menurut saya.
8. Apa ekspektasi Anda setelah perpustakaan melakukan pengembangan koleksi
yang mengikutsertakan pemustaka?
Jawab :
Harapan saya ya ketersediaan bukunya ada cepat. Pertama bukunya cepat tersedia,
kedua mungkin pengaturan bukunya harus juga di rapihkan tempatnya tapi yang
paling penting itu keadaan buku yang lengkap
Nama : Dewi Maheswari
Jabatan : Staf Pranata Humas Setjen DPR RI
Hari / Tanggal : Selasa, 23 Maret 2015
DRAF WAWANCARA
1. Menurut Anda, upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak perpustakaan dalam
melakukan pengembangan koleksi?
Jawab :
Kalo menurut saya sih para pustakawan disini memberikan kuisioner atau saran ke
kita biasanya ada buku yang kita butuhkan engga. Saya kan disini sebagai pranata
humas disini kan pasti buku – buku yang terkait dengan komunikasi dan kehumasan
nah dari pustakawan sendiri disini selalu mengingatkan saya untuk membuat list
buku–buku baik dari dalam negeri atau dari luar negeri yang dibutuhkan untuk
kepentingan kehumasan nanti akan mereka yang mengadakan.
2. Apakah kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan yang mengikutsertakan
pemustaka dalam prosesnya sudah tepat?
Jawab :
Kalo menurut saya sih sudah ya, karena disini pustakawannya cenderung aktif ya ga
menunggu kita ngasih tapi mereka pun selalu menanyakan ke kita untuk memberikan
rekomendasi buku ke mereka.
3. Apa Anda (pemustaka) pernah diminta untuk mengisi angket buku yang ingin
diadakan oleh pihak perpustakaan? Jika pernah, apakah koleksi yang anda
ajukan atau sarankan dipenuhi oleh pihak perpustakaan?
Jawab :
Kalo saya sendiri sih belum pernah, karena saya termasuknya baru ya baru 1 tahun.
Kalo yang peneliti–peneliti sepertinya memang sering mengisi anget ya, kalo saya
sendiri belum pernah
4. Menurut Anda perlukah perpustakaan menanyakan/memberikan angket untuk
pengadaan kepada pemustaka? Jika ya, apa alasan Anda perlunya pihak
perpustakaan memberikan angket untuk koleksi yang akan diadakan oleh pihak
perpustakaan?
Jawab :
Kalo menurut saya perlu ya, karena anggota dewan sendiri kan juga membutuhkan
informasi terkait tugas mereka masing – masing dan dengan memberikan angket atau
kuesioner ini mempermudah para anggota dewan dalam mendapatkan koleksi yang
diperlukan untuk menunjang kinerja mereka mungkin itu ya menurut saya soalnya
saya sendiri belum pernah mendapat angket mungkin karena masih baru disini.
5. Apa Anda pernah mengajukan saran kepada pustakawan dalam pengadaan
koleksi yang perlu diadakan pada Perpustakaan DPR RI? Apa saran anda
dipertimbangkan untuk diadakan dalam pengembangan koleksi atau tidak?
Jawab :
Pernah, ya seperti yang saya bilang tadi karena saya disini baru dan mungkin belum
mendapatkan angket buku yang diperlukan maka saya mengajukan secara langsung
kepada pustakwan. Kalo buku yang disarankan itu biasanya diadakan ya karena kan
mereka tau buku yang kita butuhkan itu pasti penting dan pasti digunakan makannya
itu biasanya mereka adakan tapi ga semua mungkin karena sudah ada di rak dan saya
engga ketemu.
6. Bagaimana efek yang terjadi setelah pengadaan koleksi yang menyertakaan
pemustaka dalam prosesnya?
Jawab :
Ya kitanya lebih terbantu lah ya soalnya kalo buku import kan lebih mahal lah ya kalo
misalkan beli sendiri kalo dengan disini kan bener–bener dan mereka pun efektif juga
buku yang mereka sediakan benar-benar buku yang dibutuhkan relevan dan memang
digunakan bukan cuma buku dirak doang.
7. Menurut Anda efektifkah pengembangan koleksi Perpustakaan DPR RI yang
mengikut sertakaan pemustaka dalam penentuan koleksi yang diadakan?
Jawab :
Efektif tentunya, tapi memang masih perlu banyak perbaikan ya karena kan kalo
pengadaan buku terkait dengan anggaran juga itu yang kendala tapi paling tidak sudah
ada usaha untuk menuju kesana walaupun belum sempurna.
8. Apa ekspektasi Anda setelah perpustakaan melakukan pengembangan koleksi
yang mengikutsertakan pemustaka?
Jawab :
Sepertinya sih lebih lengkap ya, tapi kalo sesuai dengan harapan 100 persen ya belum
tapi masih proses untuk menuju kesana.
Depan Perpustakaan DPR RI Koleksi Referensi
Layanan Referensi Koleksi World Bank
Koleksi World Bank Koleksi Umum
Koleksi Umum Koleksi Umum
Komputer Untuk Akses Internet Ruang Baca
Ruang Baca
Ibu Rini Pustakawan Ibu Tenny Pustakawan
Bapak Hermansyah Peneliti