partisipasi masyarakat dalam program …repository.fisip-untirta.ac.id/351/1/ane - partisipasi...
TRANSCRIPT
-
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PROGRAM PENGEMBANGAN DESA PESISIR
TANGGUH DI KECAMATAN TELUKNAGA
KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
ABDULAH SAPEI
NIM 6661090633
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Serang 2015
-
ABSTRAK
Abdulah Sapei. 2015. 666100633. Partisipasi Masyarakat Dalam Program
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) Di Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Oman Supriyadi, M.Si.
Dosen Pembimbing II: Kandung Sapto Nugroho, M.Si
Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) merupakan satu bagian
dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan
Perikanan. Partisipasi masyarakat di Kawasan Pesisir Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang pada program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh dalam
hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan masih
rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Partisipasi Masyarakat
dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) di 3 Desa Pesisir
Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang 2012-2013. Teori yang digunakan
dalam penelitian adalah teori partisipasi dari Cohen dan Uphoff (Ulifah, 2003:23).
Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan teknik observasi dan
wawancara mendalam. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis data
Prasetya Irawan. Hasil penelitian bahwa Partisipasi Masyarakat dalam Program
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh masih rendah karena beberapa faktor,
pekerjaan, pendidikan dan leadership. Terutama dalam perencanaan, pengawasan
dan pemeliharaan, masyarakat masih kurang berperan serta didalamnya. Saran
dalam penelitian yaitu Leadership dari seorang Kepala Desa harus bisa
membangkitkan semangat keaktifan masyarakat dalam proses pembangunan
dengan mengkoordinasikan serta mengoptimalkan kelembagaan desa, seperti
Lembaga Pemberdayaan Desa (LPM), Karang Taruna, dan PKK. Masyarakat
harus turut bertanggung jawab untuk mengawasi kegiatan dengan cara masyarakat
menegur pelaksana kegiatan jika mendapati masalah pelaksanaan tidak berjalan
sesuai rencana. Mengoptimalkan kelembagaan pada Kelompok Masyarakat
Pesisir Pengadaan Air Bersih, guna pemanfaatannya bisa dikembangkan menjadi
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Pembangunan, Program
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh.
-
ABSTRACT
Abdulah Sapei. 2015. 666100633. The Community Participation In Coastal Village
Development Program In Teluknaga Sub-District Of Tangerang Regency. Public
Administration Departement. Sultan Ageng Tirtayasa University. 1st
Advisor :
Oman Supriyadi, M.Si. 2nd
Advisor : Kandung Sapto Nugroho, M.Si
The Coastal Village Development Program Is one part of the program independent
national community empowerment maritime affairs and fisheries. The purpose of
research to know The Community Participation In Coastal Village Development
Program in the three coastal village Teluknaga Sub-District Of Tangerang Regency
2012-2014. A theory that used in research is the theory participation of Cohen and
Uphoff (Ulifah, 2003:23). Research method used is qualitative by observation
techniques and in-depth interviews. Data analysis technique the research uses of the
data analysis Prasetya Irawan. The results of research that the Community
Participation In Coastal Village Development Program is still low because a several
factors including employment, education and leadership. Especially in monitoring
and maintenance, the community have low participate inside of them. Advice in
research that is leadership of a village head should be able to stimulate the spirit of
liveliness the community in the development process by coordinating institutional and
also improve the village, as The empowerment of the village, Youth groups and
others. The community must also responsible for overseeing development activities.
Supervision can be done by means of the community directly supervise the
implementation of activities in the process that has been planned earlier .Reprove
implementation if found the problem of implementation does not run according to
plan that has been determined. Optimize institutional on kmp procurement of clean
water , to its use can be developed into a business owned by village. Strengthen the
role of the community overall , by making rules in the form of regulation village or
the decision of the village head who set about community involvement in the
development process
Key Words : Community Participation, development, The Coastal Village
Development Program
-
Tidaklah cukup kawan belajar di dalam negeri atau
di satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar
negeri. Disana banyak teman-teman baru, pengganti
teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan
takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan
setelah menderita.
(Maqolah Imam Syafii Rohimahullah)
YAKIN USAHA SAMPAI
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua Orang
Tuaku, semua Kakak dan Kakak Iparku, dan
untuk orang-orang yang kusayangi dan untuk
mereka yang selalu mendukungku
-
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbilalamin peneliti
panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena ridho, rahmat, karunia dan kasih
sayang-Nya yang melimpah sehingga akhirnya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan Desa
Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Penulisan
skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bimbingan, bantuan,
nasehat, saran, dan perhatian berbagai pihak. Pada kesempatan ini merupakan
suatu kebanggaan bagi penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setulus-tulusnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan I sekaligus Pembimbing II
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
atas kebaikannya dan waktu yang telah diberikan kepada peneliti dalam
memberikan arahan dan bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Mia Dwiana, M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
-
ii
5. Gandung Ismanto, MM., Wakil Dekan Bidang III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik atas kebaikannya dan waktu yang telah diberikan.
6. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Plt. Ketua Prodi Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos, M.Si., Plt. Sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sultan Ageng
Tirtayasa.
8. Drs. H. Oman Supriadi, M.Si., Pembimbing I atas kebaikannya dan waktu
yang telah diberikan kepada peneliti dalam memberikan arahan dan
bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Ayahanda dan Ibunda, atas cinta kasih yang tulus tak terhingga dan
sekaligus merupakan motivator terbesar dalam menyelesaikan skripsi
kepada peneliti.
10. Semua kakak beserta keponakan yang selalu memberi hiburan dan
motivasi kepada peneliti. Terima kasih atas pengertian dan kasih sayang
kalian.
11. Seluruh pegawai Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Tangerang.
Terima kasih atas waktu, ilmu dan bimbingannya.
12. Para Kepala Desa dan Sekretaris Desa Kecamatan Teluknaga. Terima
kasih atas waktu dan ilmunya.
13. Keluarga Tri Tunggal Jati, Bapak, Ibu dan yang lainnya. Terima kasih atas
kerelaan dan budi baik kalian.
-
iii
14. Keluarga Bapak Tanro dan Keluarga. Terima Kasih atas saran-saran dan
kebaikan kalian.
15. Teman-teman satu kelas ANE B 2009, Komunitas J17 Arief, Tunggal,
Anto, Rizki, Ikram, Ria, Septian, Adnan, Nasrullah, Jaya, Prila Adam,
Mufrodi, Fauzi, Bagus, Monika, Zaqia, Imron, Nanda, Deni Firmansyah,
Deni Dewo, Bewok, Dede F.H, Nining, Nurul, Dwi, Nendi, Tomi, Sagita,
Adit, Johan, Rendi, Miftahul, Ari, Christyan, Fani dan teman-teman yang
lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu namanya. Terima kasih atas
semangat kekeluargaannya.
16. Kawan-kawan seperjuangan Kanda Ikmal, Sughron, Adi Fajar, Reni
Banda, Hijriatul, Suandhi, Agryan, Kanda Uwok, Kanda Rahmat, Kanda
Tomi, Kanda Messy dan Yunda Ova. Terima kasih telah berbagi
pengetahuan.
17. Sahabat-sahabat peneliti Jagis, Jaka, Rahmat, Busaheri, Alvian, Uwes dan
Ayudi. Terima kasih atas kebersamaannya.
18. Teman-teman Civil Society atas kebersamaan dan saling memotivator
dalam mengerjakan skripsi ini.
19. Serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Peneliti menyadari masih banyak terjadi kekurangan dan masih jauh dari
sempurna baik teknik penyusunan penulisan maupun isi dari materi yang
disajikan. Hal ini disebabkan tiada lain oleh keterbatasan juga kemampuan yang
-
iv
peneliti miliki. Oleh karena itu sebagai peneliti mengharapkan masukan, kritik
dan saran yang membangun guna untuk lebih baik lagi di masa depan.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Serang, Februari 2015
Peneliti
Abdulah Sapei
-
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
ABSTRAK ...........................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ...............................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 11
1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 12
1.4 Rumusan Masalah ....................................................................... 12
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................ 12
1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................... 13
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................. 14
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Pengertian Partisipasi .................................................................. 17
2.2 Pengertian Masyarakat ................................................................ 21
-
vi
2.3 Konsep Partisipasi Masyarakat ................................................... 23
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi .......................... 28
2.5 Wilayah dan Masyarakat Pesisir ................................................. 30
2.6 Konsep Pembangunan ................................................................. 31
2.7 Program PDPT ............................................................................ 33
2.8 Penelitian Terdahulu ................................................................... 34
2.9 Kerangka Berpikir ....................................................................... 36
2.10 Asumsi Dasar Penelitian ............................................................ 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ....................................................................... 39
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ................................................ 41
3.3 Lokasi Penelitian ......................................................................... 41
3.4 Variable Penelitian ...................................................................... 42
3.4.1 Definisi Konseptual ........................................................... 42
3.4.2 Definisi Operasional .......................................................... 42
3.5 Instrumen Penelitian ................................................................... 43
3.6 Informan Penelitian ..................................................................... 46
3.7 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 48
3.7.1 Sumber Data Primer .......................................................... 48
3.7.2 Sumber Data Sekunder ...................................................... 52
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 54
3.9 Pengujian Keabsahan Data ......................................................... 56
3.9.1 Validitas ....................................................................... 56
3.9.2 Reliabelitas ................................................................... 57
-
vii
3.10 Jadwal Penelitian....................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian.......................................................... 60
4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Teluknaga ......................... 60
4.1.2 Gambaran Umum Desa Pesisir Kecamatan Teluknaga ..... 61
4.1.2.1 Letak Geografis dan Administrasi Desa.................61
4.1.2.2 Kependudukan........................................................68
4.1.2.3 Mata Pencaharian.................................................. 69
4.1.2.4 Pendidikan............................................................. 70
4.1.2.5 Sosial Budaya........................................................ 71
4.2 Deskripsi Data ............................................................................. 73
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .......................................... 73
4.2.2 Informan Penelitian .................................................... 76
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................... 78
4.3.1 Perencanaan ....................................................................... 78
4.3.2 Pelaksanaan....................................................................... 85
4.3.3 Pengawasan ....................................................................... 92
4.3.4 Pemanfaatan dan Pemeliharaan ......................................... 97
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 106
5.2 Saran ........................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
LAMPIRAN
-
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah KMP (Kelompok Masyarakat Pesisir) dalam Program PDPT di
Kec. Teluknaga ..................................................................................................... 7
Tabel 3.1 Informan Penelitian............................................................................... 47
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara............................................................................ 51
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian .................................................................................. 59
Tabel 4.1 Letak Geografis Desa Klaster Prioritas ................................................ 62
Tabel 4.2 Jarak Tempuh Masing-Masing Desa dari Pusat Pemerintahan Desa
dengan Pemerintah di atasnya .............................................................................. 64
Tabel 4.3 Luas Desa pada Desa Klaster Prioritas ................................................ 65
Tabel 4.4 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ........................................................ 68
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Pokok ......................... 70
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .................................. 71
Tabel 4.7 Kondisi Sosial Kependudukan ............................................................. 72
Tabel 4.8 Keterangan Informan .......................................................................... .76
Tabel 4.9 Rekapitulasi Temuan Lapangan.......................................................... 105
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir .................................................................... 37
Gambar 3.1 Proses Analisis Data ........................................................................ 55
Gambar 4.1 Peta Citra Desa Tanjung Burung, Desa Tanjung Pasir dan Desa
Muara.................................................................................................................... 63
Gambar 4.2 Letak Geografis dan Batas administrasi wilayah perencanaan Desa
Pesisir Terpadu dan Mandiri ................................................................................ 64
Gambar 4.3 Persentase Luas Wilayah Klaster ..................................................... 65
Gambar 4.4 Desa Muara, BPS 2010 .................................................................... 66
Gambar 4.5 Desa Tanjung Pasir, BPS 2010 ........................................................ 67
Gambar 4.6 Desa Tanjung Burung, BPS 2010 .................................................... 68
Gambar 4.7 Alur Kegiatan Penyusunan Rencana Pengembangan desa Pesisir
tangguh (RPDP) ................................................................................................... 80
-
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Pedoman Wawancara
Lampiran Surat Ijin Penelitian
Lampiran Transkip Data dan Koding
Lampiran Peraturan Direktur Lenderal Kelautan, Pesisir, Dan Pulau-Pulau Kecil
Nomor Per.04/Kp3k/2012 Tentang Pedoman Teknis Pengembangan Desa
Lampiran Keputusan Bupati Tangerang Nomor: 523/Kep.276-Huk/2012 Tentang
Penetapan Lokasi Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (Pdpt)
Lampiran Hasil Skoring Hanlon PDPT Teluknaga Tangerang
Lampiran Member Check
Lampiran Absen Bimbingan
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Melalui Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah membuka peluang yang begitu besar bagi masyarakat untuk ikut andil
atau berpatisipasi aktif dalam pembangunan. Adanya Undang-undang tersebut
pembangunan daerah di Indonesia lebih mendapatkan angin segar, pasalnya dalam
Undang-undang tersebut, setiap daerah mendapatkan keluasan dalam mengelola
daerahnya masing-masing. Dalam pasal 10 ayat 2 Undang-undang nomor 32
tahun 2004 yang mengatur tentang Pemerintahan Daerah menyatakan
pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi lebih diarahkan
kepada kemandirian daerah.
Setiap daerah dapat mengoptimalkan potensi lokal dan sumberdaya yang
ada untuk pembangunan daerah. Sehingga nantinya daerah dapat mencukupi
kebutuhan masyarakat dan melakukan pembangunan daerahnnya sendiri.
Kemudian pemerintah daerah yang menjadi fasilitator harus mampu menjadi
wadah yang baik dalam memfasilitasi pembangunan daerah. Fungsi fasilitator
dalam arti pemerintah daerah dapat memfasilitasi segala hal dalam upaya
memandirikan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dan pembangunan
daerahnya sendiri.
-
2
Indonesia merupakan negara kepulauan (Archipelagic State) terbesar di
dunia dengan 17.500 pulau, 81.000 km garis pantai (terpanjang kedua setelah
Kanada), dan sekitar 70% (5,8 juta km2) wilayahnya termasuk Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) berupa laut. Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terdapat 17.504 pulau yang bernama dan belum bernama
(http://id.wikipedia.org/2012/12/28). Ini artinya Indonesia merupakan negara yang
memliki banyak kawasan pesisir. Menjadi negara kepulauan tentunya Indonesia
memiliki potensi kelautan yang begitu besar. Seperti diketahui, banyak potensi
yang dimiliki dari kelautan diantaranya penangkapan ikan, tambak ikan,
mangrove dan pemanfaatan tanaman laut dan masih banyak lainnya. Masyarakat
dapat memperoleh manfaat dari aspek kelautan, khususnya bagi para nelayan.
Nelayan merupakan sebuah kelompok yang sangat erat kaitannya dengan
aspek kelautan. Kelompok ini sangat menggantungkan kehidupannya kepada
aspek kelautan, banyak aktivitas yang dilakukannya, seperti penangkapan ikan,
membuat tambak ikan sebagai tempat untuk usaha perikanan dengan jenis tawar,
distribusi (menjadikan kelautan sebagai aktivitas transportasi) dan lain
sebagainya.
Sumberdaya alam yang melimpah di kawasan pesisir harusnya berirama
baik dengan kesejahteraan masyarakat pesisir. Akan tetapi pada kenyataannya
banyak permasalahan yang menyelimuti masyarakat di kawasan pesisir
diantaranya kemiskinan, pendidikan, kesehatan, fasilitas umum yang tidak
memadai dan permasalahan kondisi alam yang semakin tak menentu.
http://id.wikipedia.org/
-
3
Desa Pesisir di Indonesia dihadapkan pada empat persoalan pokok, yakni:
1. tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir; pada tahun 2010 kemiskinan di desa-desa pesisir mencapai angka 7,8 juta jiwa (BPS, 2010);
2. tingginya kerusakan sumber daya pesisir;
3. rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan lunturnya nilai-nilai budaya lokal; dan
4. minim dan rendahnya kualitas infrastruktur desa dan kesehatan lingkungan pemukiman. (Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, Dan Pulau-
Pulau Kecil Nomor Per.04/Kp3k/2012 Tentang Pedoman Teknis
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh Tahun 2012)
Berlandaskan permasalahan diatas Kementerian Kelautan dan Perikanan
meginisiasi suatu kegiatan yang mampu memberikan daya dorong bagi kemajuan
desa-desa pesisir di Indonesia. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh yang
selanjutnya disingkat PDPT adalah bagian Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri KP (Kelautan dan Perikanan) melalui bantuan
pengembangan manusia, sumberdaya, infrastruktur/lingkungan, usaha, dan siaga
bencana dan perubahan iklim.
Adapun Tujuan dari Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dan perubahan iklim di desa pesisir dan pulau-pulau kecil;
2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup di desa pesisir dan pulau-pulau kecil;
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa pesisir dan pulau-pulau
kecil; dan
4. Memfasilitasi kegiatan pembangunan dan/atau pengembangan sarana dan/atau prasarana sosial ekonomi di desa pesisir dan pulau-pulau kecil.
-
4
Program PDPT dilaksanakan di 16 kawasan pesisir kabupaten/kota yang
ada di Indonesia, yang dibagi menjadi 4 (empat) regional.
Regional I:
1. Kabupaten Asahan 2. Kabupaten Pesisir Selatan 3. Kabupaten Kaur 4. Kabupaten Pontianak
Regional II:
1. Kabupaten Kota Waringin Barat 2. Kabupaten Banjar 3. Kabupaten Pinrang 4. Kabupaten Parigi Moutong
Regional III:
1. Kota Bau-Bau 2. Kabupaten Seram Bagian Barat 3. Kabupaten Teluk Wondama 4. Kabupaten Pacitan
Regional IV:
1. Kabupaten Kulon Progo 2. Kabupaten Kendal 3. Kabupaten Sukabumi 4. Kabupaten Tangerang
Salah satunya yakni daerah pesisir Kabupaten Tangerang. Kabupaten
Tangerang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Banten. Ibukotanya adalah
Tigaraksa. Kabupaten ini terletak tepat di sebelah barat Jakarta; berbatasan dengan
Laut Jawa di utara, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Provinsi DKI
Jakarta di timur, Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Lebak di selatan, serta
Kabupaten Serang di barat. Kabupaten Tangerang terdiri atas 29 kecamatan, yang
dibagi lagi atas sejumlah 251 desa dan 28 kelurahan. Pusat pemerintahan berada
-
5
di Kecamatan Tigaraksa. Dari 29 Kecamatan tersebut, hanya 7 Kecamatan yang
berada diwilayah pesisir, yaitu:
1. Kecamatan Kronjo, 2. Kecamatan Kemiri, 3. Kecamatan Mauk, 4. Kecamatan Pakuhaji, 5. Kecamatan Sukadiri, 6. Kecamatan Teluk Naga, 7. Kecamatan Kosambi.
Dari ketujuh kecamatan pesisir ini, hanya satu yang akan diambil sebagai
lokus studi program PDPT Kabupaten Tangerang. Oleh karena itu dalam rangka
penentuan Kecamatan terpilih ini digunakan metode HANLON, sebagai analisis
skoring untuk memilih Kecamatan pesisir yang akan menjadi lokus studi program
PDPT Kabupaten Tangerang.
Metode Hanlon merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan untuk
menentukan prioritas masalah dengan menggunakan 4 kelompok kriteria, yakni:
a. Besarnya masalah (magnitude)
b. Kegawatan masalah (emergency).
c. Kemudahan penanggulangan masalah (causability).
d. Faktor yang menentukan dapat tidaknya program dilaksanakan (PEARL factor).
PEARL factor sendiri terdiri atas variabel-variabel berikut ini, yaitu:
a. Kesesuaian (Approproatness = P),
b. Murah secara ekonomi (Economic Feasibility = E),
c. Dapat diterima (Acceptability = A),
d. legalitas (Legality = L).
Uji setiap masalah dengan factor PEARL hanya 2 jawaban Ya=1 tidak =0
Dari setiap kelompok kriteria diperoleh nilai dengan cara melakukan
skoring dengan skala tertentu, kemudian hasilnya dimasukkan kedalan rumus atau
-
6
formula untuk memperoleh hasil akhir. Makin tinggi nilainya, semakin penting
masalah yang bersangkutan.
Kecamatan Teluknaga adalah kecamatan yang menjadi lokus program
PDPT. Dan yang menjadi skala prioritas adalah 3 (tiga) desa yakni, Desa Tanjung
Burung, Desa Tanjung Pasir, dan Desa Muara. Kawasan Pesisir Teluknaga
merupakan daerah pesisir yang rawan bencana, diantaranya meluapnya kali
Cisadane di Desa Tanjung Burung, banjir rob di Desa Muara dan Tanjung Pasir,
selengkapnya mengenai hasil skoring HANLON akan disampaikan dalam
Lampiran. Kemudian penentuan desa pesisir dengan skala prioritas ini disahkan
dengan Keputusan Bupati Tangerang Nomor: 523/Kep.276-Huk/2012.
Program PDPT ditujukkan untuk masyarakat yang tergabung dalam
Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP). KMP adalah kumpulan masyarakat
terorganisir yang mendiami wilayah pesisir dan melakukan kegiatan usaha
penunjang kelautan dan perikanan ataupun usaha lainnya serta terkait dengan
pelestarian lingkungan.
Program PDPT di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang sudah
dalam tahap 2 periode. Periode pertama dilaksanakan pada tahun 2012, dan
periode kedua tahun 2013. Tahapan periode dengan jumah KMP (Kelompok
Masyarakat Pesisir) dapat dilihat pada Tabel 1.1.
-
7
Tabel 1.1
Jumlah KMP ( Kelompok Masyarakat Pesisir ) dalam Program PDPT
di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang
Desa pesisir PDPT Jumlah KMP
Periode I Periode II
Tanjung Pasir 10 KMP 5 KMP
Tanjung Burung 10 KMP 9 KMP
Muara 10 KMP 6 KMP
Sumber : (Peneliti, 2013)
Dari keseluruhan KMP yang terdapat di 3 desa pesisir KMP melakukan
pembangunan fisik dan non fisik dalam program PDPT ini. Pembangunan fisik
yang dilakukan diantaranya, paving blok, spal, sanitasi air bersih dan MCK.
Sedangkan pembangunan non fisik diantaranya melakukan meningkatkan
keterampilan masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di wilayah
pesisir, seperti kerajinan dan panganan yang berbahan hasil laut.
Dengan sudah berjalannya program PDPT tentunya ada permasalahan
yang muncul meskipun pembangunan sudah terlaksana, berdasarkan hasil
observasi awal yang dilakukan di 3 Desa Pesisir Teluknaga (Tanjung Burung,
Tanjung Pasir, Muara) diantaranya partisipasi masyarakat untuk berperan aktif
dalam program masih jauh diharapkan, dilihat dari mulai proses perencanaan
hingga pemanfaatan hasil pembangunan.
Mengamati hasil program 2 periode (2012 dan 2013) ada beberapa
masalah. Berdasarkan peraturan Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil
-
8
tentang pedoman teknis pengembangan desa pesisir tangguh tahun 2012. Peneliti
mencermati masalah dari hasil observasi awal di lapangan tentang proses
berjalannya kegiatan dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh. yang
menjadi masalah diantaranya kurang terlaksananya fasilitasi peningkatan
kapasitas masyarakat di desa pesisir. Di lapangan yang ditemui terkait
peningkatan kapasitas masyarakat kurang dari penilaian keberhasilan dari apa
yang menjadi target dari program PDPT ini. Kurang berfungsi secara efektifnya
fungsi koordinasi dan kerja sama dalam kegiatan yang dilaksanakan diantara
lembaga-lembaga yang ada di pemerintahan desa pesisir Kecamatan Teluknaga
seperti Pemerintah Desa, BPD, PKK, Karang Taruna, KMP (Kelompok
Masyarakat Pesisir) dan lembaga-lembaga lainnya. Padahal fokus dari kegiatan
dari Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ini adalah Bina manusia, Bina
Usaha, Bina Sumber Daya, Bina Lingkungan dan Infrastruktur, dan Bina Siaga
Bencana atau perubahan Iklim sangat tergantung oleh peran aktif kelembagaan
desa sehingga penguatan kelembagaan sangat perlu di tingkatkan.
Menurut Hari, ketua karang taruna yang ada di Desa Tanjung Pasir,
bahwasanya koordinasi dan kerjasama dalam hal kegiatan pembangunan kurang
efektif. Terkait program PDPT Hari menambahkan bahwa kurang adanya
komunikasi antara pemerintah desa dengan organisasi karang taruna. (Hasil
wawancara pada tanggal 23 Oktober 2013. Pukul 16:24 WIB di desa Tanjung
Pasir).
Demikian pula dengan Desa Tanjung Burung, menurut Bapak Guntur
salah satu ketua KMP yang sekaligus menjabat sebagai BPD Desa Tanjung
-
9
Burung, menyatakan bahwa komunikasi dalam pembangunan khususnya dalam
program PDPT ini kurang efektif, yang dimana bisa di buktikan dengan kurang
berhasilnya pencapaian dalam beberapa kegiatan yang di lakukan oleh KMP di
Desa Tanjung Burung. Adanya pembiaran permasalahan tanah longsor di pinggir
sungai Cisadane, komunikasi antara KMP dengan pemerintahan desa (Hasil
wawancara pada tanggal 16 September 2013, pukul 15:30 WIB di kediamannya
desa Tanjung Burung).
Selanjutnya di Desa Muara, menurut Bapak Buang salah satu warga
menuturkan bahwasanya dalam proses PDPT ini koordinasi kurang efektif,
dikarenakan pada periode II program PDPT berjalan Desa Muara melaksanakan
event pemilihan kepala desa dan itu mempengaruhi kurangnya keberhasilan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan karena adanya muatan politis di Desa
Muara. (Hasil wawancara pada 01 Oktober 2013. Pukul 11:13 WIB di Kantor
Desa Muara).
Selanjutnya, kurang efektifnya proses pembentukan Kelompok
Masyarakat Pesisir (KMP), Sumber Daya Manusia yang masuk kedalam
Kelompok Masyarakat Pesisir masih kurang memahami betul apa permasalahan
yang ada di Desa Pesisir masing masing. Hal ini dikarenakan tidak melibatkan
secara menyeluruh masyarakat pesisir dalam proses perencanaan. Sehingga
Kelompok Masyarakat Pesisir yang sudah terbentuk dalam program PDPT
melahirkan suatu perencanaan pembangunan yang berkesan bagaimana cara
menghabiskan anggaran. Dan bila mengacu pada peraturan Dirjen Kelautan,
Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil tentang Pedoman Teknis Pengembangan Desa
-
10
Pesisir Tangguh Tahun 2012, dijelaskan bahwa salah satu kriteria calon penerima
dana bantuan BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) PDPT adalah pengurus dan
anggota bukan perangkat desa/kelurahan, PNS, TNI/POLRI, dan PPTK. Pada
kenyataan dilapangan ditemukan bahwa KMP diketuai oleh beberapa perangkat
desa seperti BPD, RT/RW, dan PKK.
Kemudian dalam pelaksanaan, menurut ibu Eliyah, ketua KMP ikan cue di
Desa Tanjung Pasir, menuturkan tentang kurangnya peran aktif masyarakat dalam
program PDPT masyarakat khususnya anggota yang ada di KMP-KMP yang ada
di Desa Tanjung Pasir bahwasanya masyarakat disibukkan dengan aktivitas
kegiatan masing-masing. (hasil wawancara pada tanggal 02 Oktober 2013 di Desa
Tanjung Pasir). Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, secara
umum pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh KMP di 3 desa pesisir kurang
optimal, baik yang dilakukan pada periode I maupun periode II, bahkan beberapa
kegiatan KMP tidak berjalan dengan baik, seperti KMP pembuatan sampah,
pupuk, dan kerajinan tangan.
Dengan kurang efektifnya peran masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan membuat masyarakat kurang memanfaatkan hasil
dari beberapa pembangunan dengan seutuhnya. Minimnya kesadaran akan
pembangunan menjadikan keterlibatan dalam berpartisipasi masyarakat di
kawasan pesisir rendah. Seperti yang terjadi di salah satu kelompok masyarakat
pesisir yang pembangunannya membuat pengadaan air bersih, yakni KMP Ikan
Kakap. Ibu Saadah sebagai ketua KMP Ikan Kakap, menuturkan bahwa setelah
ada air bersih, masyarakat tidak memanfaatkannya karena tidak mau membayar
-
11
iuran yang dilakukan oleh kelompok untuk digunakan sebagai modal perawatan.
(hasil wawancara dengan ibu Saadah pada 01 oktober 2013 di Desa Tanjung
Pasir).
Berdasarkan permasalahan identifikasi masalah yang ada maka peneliti
memiliki ketertarikan melakukan penelitian dengan judul Partisipasi
Masyarakat Kawasan Pesisir dalam Pembangunan Kawasan Pesisir di
Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah suatu proses untuk mengenal dan membuat
asumsi-asumsi berdasarkan observasi maupun studi kepustakaan pada fokus dan
lokus penelitian yang diarahkan pada upaya untuk mengidentifikasi ruang lingkup
penelitian. Berdasarkan hasil studi kepustakaan peneliti mencoba untuk
mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dalam bentuk
pernyataan, yaitu sebagai berikut :
1. Lemahnya partisipasi masyarakat di kawasan pesisir kecamatan Teluknaga
dalam program PDPT (Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh).
2. Kurang efektifnya dalam perencanaan pembentukan Kelompok
Masyarakat Pesisir (KMP) dalam program PDPT.
3. Masyarakat kurang mengawasi pelaksanaan program PDPT.
4. Minimnya kesadaran dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaan terhadap
hasil program PDPT.
-
12
1.3 Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian, peneliti akan membatasi ruang lingkup
permasalahan, hal ini dikarenakan dengan adanya fokus penelitian maka akan
memberikan batasan studi yang akan dilakukan. Karena, apabila penelitian
dilakukan tanpa adanya batasan masalah peneliti akan terjebak dengan
banyaknya data yang melimpah di lapangan. oleh karena itu, fokus penelitian
sangat penting dalam peranannya dalam memandang dan mengarahkan.
Dalam penelitian ini peneliti hanya akan memfokuskan pada
permasalahan terkait Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan
Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara
Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Dengan rujukan salah satu
tujuan dari program PDPT yakni, meningkatkan kapasitas kelembagaan
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan secara partisipatif di desa
pesisir dan pulau-pulau kecil.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang di ajukan adalah Bagaimanakah partisipasi
masyarakat dalam Program Pengembangan Desa Pesisir di Desa Tanjung Pasir,
Tanjung Burung dan Muara Tangguh Kecamatan Teluknaga?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat pesisir
-
13
dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir,
Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluknaga.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat secara teoritis dan praktis dalam penelitian ini, adalah:
1.6.1 Secara Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan melalui penelitian yang dilaksanakan
sehingga dapat memperluas pengetahuan Ilmu Administrasi Negara,
terutama kajian tentang Partisipasi Masyarakat dan Pembangunan
Kawasan Pesisir.
Sebagai bahan pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun
mahasiswa yang lainnya untuk melakukan penelitian-penelitian secara
lebih mendalam terutama kajian tentang Partisipasi Masyarakat dan
Pembangunan Kawasan Pesisir.
1.6.2 Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam
mengetahui perkembangan kebijakan yang di laksanakan oleh pemerintah
daerah kabupaten Tangerang dalam Program Pengembangan Desa Pesisir
Tangguh (PDPT). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
bagi peneliti-peneliti lain yang menjadikan Partisipasi Masyarakat sebagai
objek kajiannya.
-
14
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari:
A. Latar Belakang masalah, yatu menggambarkan ruang lingkup dan
kedudukan masalah yang akan di teliti dalam bentuk uraian secara
deduktif.
B. Identifikasi Masalah, yaitu mengidentifikasi dikaitkan dengan
tema/topic/judul dan fonomena yang akan diteliti.
C. Pembatasan Masalah, yaitu lebih difokuskan pada masalah-masalah yang
akan di ajukan dalam rumusan masalah yang akan di teliti, dapat di ajukan
dalam bentuk pertanyaan dan pernyataan.
D. Perumusan Masalah, yaitu mendfinisikan permasalahan yang telah di
tetapkan dalam bentuk definisi konsep dan definisi oprasional.
E. Tujuan Penelitian.
Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian, terhadap masalah yang telah
dirumuskan. Isi dan rumusan tujuan penelitian sejalan dengan isi dan
rumusan masalah penelitian.
F. Manfaat Penelitian, yaitu menjelaskan mafaat teoritis dan praktis temuan
penelitian
G. Sistematika Penelitian, berisi sistematika penulisan.
-
15
BAB II DESKRIPSI TEORI
Terdiri dari:
A. Deskripsi Teori, mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan
dengan permasalahan dan variable penelitian, kemudian menyusunnya
secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan hipotesis.
B. Kerangka Berfikir, menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai
kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian mencakup:
A. Metode penelitian, menjelaskan metode yang di gunakan dalam penelitian.
B. Informan penelitian, menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal
penelitian, penetapan populasi, dengan teknik pengambilan informan
penelitian.
C. Instrumen penelitian, menjelaskan tentang proses pentusunan dan jenis
alat pengumpul data yang digunakan, proses pengumpulan data dan teknik
penentuan instrumen.
D. Teknik pengumpulan dan analisis data, menjelaskan teknik analisis dan
disertai rasionalitasnya.
-
16
BAB IV HASIL PENELITIAN
Terdiri dari
A. Deskripsi objek penelitian, menjelaskan tentang objek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari
populasi/sample.
B. Deskripsi data, menjelaskan hasil penelitian yang telah di olah dari data
mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.
C. Informan penelitian, menjelaskan mengenai siapa saja yang menjadi
sumber informasi dalam penelitian
D. Deskripsi hasil penelitian, yaitu melakukan pembahasan lebih lanjut
terhadap analisis data.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan, menyimpulkan hasil penelitian yang di ungapkan secara
singkat
B. saran-saran, berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang
yang di teliti baik secara teoritis maupun praktis.
-
17
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI PENELITIAN
2.1 Pengertian Partisipasi
Partisipasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perihal turut
berperan serta dalam suatu kegiatan. Kemudian Partisipasi menurut Bhattachryya
Ndraha dalam Wahyu MS (2005:224) adalah pengambilan bagian dalam kegiatan
bersama. Dilanjutkan menurut Mubyarto masih dalam Wahyu MS (2005:225)
partisipasi adalah sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program
sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan dirinya
sendiri.
Sedangkan Nelson dalam Tangkilisan (2005:323-324) menyebutkan
terdapat dua macam partisipasi. Pertama Partisipasi Horizontal yaitu partisipasi di
antara sesama warga atau anggota masyarakat, di mana masyarakat mempunyai
kemampuan berprakarsa dalam menyelesaikan secara bersama suatu kegiatan
pembangunan. Kedua Partisipasi Vertikal yaitu partisipasi antara masyarakat
sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah, dalam hubungan dimana
masyarakat berada pada posisi sebagai pengikut atau klien.
Menurut Daryono SH dalam Hamidjojo (1988:19) mengemukakan bahwa
partisipasi dalam pembangunan desa menunjukkan bahwa masyarakat desa
sampai saat ini belum terlibat sepenuhnya. Partisipasi berarti keterlibatan dalam
hal:
-
18
a. Proses pengambilan keputusan
b. Menentukan kebutuhan
c. Menunjukkan tujuan dan prioritas.
Kemudian ilmuan Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:13) mengemukakan:
Partisipasi yaitu sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau
perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan
serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:14) melanjutkan bahwa ada tiga buah unsur
penting yang dimaksud dan memerlukan perhatian khusus yaitu:
1. Bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, lebih dari pada semata-mata hanya
keterlibatan secara jasmaniah.
2. Unsur kedua adalah kesediaan memberi sesuatu sumbangan untuk usaha mencapai tujuan kelompok.
3. Unsur ketiga adalah unsur tanggung jawab.
Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:14) mengemukakan pula bahwa bentuk
partisipasi adalah sebagai berikut:
1. Konsultasi, biasanya dalam bentuk jasa.
2. Sumbangan spontan berupa uang dan barang.
3. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan donornya berasal dari sumbangan individu atau instansi yang berada di luar lingkungan tertentu.
4. Mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh komuniti (biasanya diputuskan dalam rapat komuniti).
5. Sumbangan dalam bentuk kerja, yang biasanya dilakukan oleh tenaga ahli setempat.
6. Aksi massa.
7. Mengadakan pembangunan di kalangan keluarga desa sendiri.
8. Membangun proyek-proyek komuniti yang bersifat otonom.
-
19
Jenis-jenis partisipasi menurut Keith Davis dalam Hamidjojo (1988:15) :
1. Pikiran (psychological participation).
2. Tenaga (phsycal participation).
3. Pikiran dan tenaga (psychological and phsycal participation).
4. Keahlian (participation with skill).
5. Barang (material participation).
6. Uang (money participation).
Persyaratan untuk melaksanakan partisipasi secara efektif menurut Keith Davis
dalam Hamidjojo (1988:15) adalah sebagai berikut:
a. Perlu waktu untuk berpartisipasi sebelum berlangsungnya suatu kegiatan.
b. Subjek partisipasi perlu relevan dengan kepentinganmasyarakatnya.
c. Orang-orang yang berpartisipasi haruslah yang mempunyai kemampuan, seperti halnya kecerdasan penmgetahuan.
d. Orang yang berpartisipasi perlu berhubungan timbal balik dengan bahasanya sendiri yang bisa dimengerti untuk dapat bertukar pikiran.
e. Tidak ada salah satu pihak yang merasa dirinya terganggu karena partisipasi.
f. Biaya partisipasi tidak boleh melampaui nilai ekonomi atau sejenisnya.
g. Partisipasi adalah memutuskan untuk melaksanakan kegiatan.
Katz dalam Tangkilisan (2005:321) mengemukakan partsisipasi sebagai berikut :
Partisipasi merupakan salah satu dari enam masukan yang dibutuhkan
dari pembangunan nasional. Keenam masukan itu antara lain sumber daya
manusia, keuangan , logistik, informasi, partisipasi, dan kekuasaan yang
sah.
Nogi dalam Tangkilisan (2005:321) partisipasi adalah keterlibatan
seseorang dalam kegiatan bersama yang berkaitan dengan pelaksanaan proses
pembangunan, terutama yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.
-
20
Hamidjojo (1988:28) menyatakan bahwa:
Partisipasi mengandung arti yang mendalam dan luas menyangkut
sikap, persepsi individu atau masyarakat yang akan mempengaruhi
keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, begitu pula yang
bersangkutan. Disamping itu pula partisipasi berarti turut memikul beban
pembangunan, menerima kembali hasil pembangunan dan bertanggung
jawab terhadapnya dan terwujudnya kreativitas dan oto-aktivitas.
Steele dalam Tangkilisan (2005:321) partisipasi adalah merupakan unsur
kunci pembangunan, pengertian partisipasi bukan semata-mata melalui pemilihan
umum saja, ia juga mengandung suatu sistem yang benar-benar menjamin
terwujudnya hak sosial dan ekonomi, setelah hak-hak sipil dan politik serta
pendidikan kewarganegaraan. Didalamnya harus ada budaya partisipasi (aculture
of participation) dimana rakyat membutuhkan sejumlah kemampuan dan
sumberdaya untuk berperan.
Menurut Dirjen Pembangunan Masyarakat Desa Departemen Dalam
Negeri Republik Indonesia (1998:83-84), partisipasi meliputi:
1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata 2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong
timbulnya jawaban yang dikehendaki.
3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi
horizontal.
4. Proyek pembanguan desa yang dirancang secara sederhana dan mudah dikelola oleh masyarakat.
5. Organisasi dan lembaga kemasyarakatan yang mampu menggerkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
6. Peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan.
Sedangkan Sanit menandaskan dalam Kaho (2007: 126):
Apabila kita berbicara mengenai pembangunan, sesungguhnya yang
diperbincangkan ialah keterlibatan keseluruhan masyarakat sebagai sistem
-
21
terhadap masalah yang dihadapinya dan pencarian jawaban bagi masalah
tersebut.
Mikkelsen (1999:64-65) mengartikan partisipasi sebagai berikut:
1. Partisipasi adalah sebagai kontribusi serta rela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan
2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemampuan untuk menerima dan kemampuan untuk
menanggapi proyek-proyek pembangunan.
3. Partisipasi adalah proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu,
4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar
supaaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-
dampak sosial.
5. Partisipasi adalah keterlibatan massyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyrakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan.
Berdasarkan pemaparan partisipasi diatas menurut para ahli, bahwa
partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan
(perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan dan pemeliharaan), ada
beberapa jenis partisipasi diantaranya partrisipasi dalam pikiran, tenaga, barang
dan uang.
2.2 Pengertian Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) masyarakat diartikan
sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan
yang mereka anggap sama. Selaras dengan Ralph Linton dalam Abdul Syani
(1995:47) menyatakan bahwa masyarakat berada dalam satu kesatuan sosial yakni
satu kebudayaan.
-
22
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama
hidup dan berkerja sama , sehingga mereka itu dapat mengorganiskan
dirinya dan berfikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan
batas-batas tertentu
Kemudian Robert M. Clver dalam Budiardjo (2008:46) mengatakan:
masyarkat adalah sustu sistem hubungan-hubungan yang ditata (society means a
system of ordered relatiion). Auguste Comte dalam Abdul Syani (1995:56).
Masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan
realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri
dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri
Kemudian dengan adanya berbagai nilai dengan asas kesatuan sosial,
maka manusia menjadi anggota dari beberapa kelompok, sedangkan ciri-ciri
masyarakat menurut Soekanto dalam Abdul Syani (1995:47) adalah berikut:
1. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa
jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka
minimumnya dua orang yang hidup bersama.
2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia umpamanya kursi, meja, dan sebagainya. Oleh karena dengan
berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru.
Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa, dan mengerti, mereka
juga punya keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan
atau perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem
komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota
kelompok merasa dirinya terikat satu sama lainnya.
Berdasarkan paparan diatas bahwasanya masyarakat merupakan kumpulan
dari individu-individu yang tercakup dalam sebuah komunitas yang mempunyai
-
23
keterikatan satu sama lain dengan satu asas kesatuan sosial atau terikat dengan
suatu sistem hidup bersama.
2.3 Konsep Partisipasi Masyarakat
Adi (2008:27) partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat
dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif, solusi untuk menangani
masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat
dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Menurut Slamet (1994:8), berdasarkan pengertian partisipasi, maka
partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi lima jenis :
1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati hasilnya.
2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya. 3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil
pembangunan secara langsung.
4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input. 5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menerima hasilnya.
Menurut Bintoro (1995:220) berhasilnya pencapaian tujuan-tujuan
pembanguan memerlukan keterlibatan aktif dari masyarakat pada umumnya.
Keterlibatan aktif ini juga disebut partisipasi, ada tiga aspek dalam partisipasi,
yaitu:
Pertama, keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti
keterlibatan proses penentuan arah, strategi, dan kebijaksanaan pembangunan
yang dilakukan pemerintah. Hal ini terutama berlangsung dalam proses politik
tetapi juga dalam proses hubungan sosial antar kelompok-kelompok kepentingan
-
24
dalam masyarakat. Paling sedikit suatu rencana harus peka terhadap kepentingan-
kepentingan masyarakat. Sehingga dengan demikian mendapat dukungan dalam
pelaksanaannya. Rencana pembangunan hendaknya dapat pula menimbulkan rasa
solidaritas nasional dan solidaritas sosial.
Kedua, keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan. Hal ini dapat berupa sumbangan dalam
mobilisasi sumber-sumber pembiayaan pembangunan, kegiatan produktif yang
serasi, pengawasan sosial atas jalannya pembangunan dan lain-lain. Pada
pokoknya arah kegiatan masyarakat yang mendukung peningkatan tabungan, dan
investasi, dan dengan demikian pembentukan modal. Suatu sistem pemungutan
pajak yang adil dan merata dapat lebih menggerakan kesediaan membayar pajak.
Ini adalah bentuk partisipasi mutlak dalam bernegara, apalagi bila dalam
pembangunan.
Ketiga, adalah keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat pembangunan
secara berkeadilan. Bagian-bagian daerah ataupun golongan-golongan masyarakat
tertentu dapat ditingkatkan keterlibatannya dalam bentuk kegiatan produktif
mereka, melalui perluasan kesempatan-kesempatan dan pembinaan
tertentu.Misalnya dalam hal ini dilakukan dalam bentuk pembangunan daerah-
daerah terbelakang, kebijaksanaan, dan program-program pembangunan yang
merangsang keterlibatan produktif golongan masyarakat berpenghasilan rendah
dan program-program yang disebut Community development.
-
25
Adapun bentuk-bentuk partisipasi masyarakat menurut Dirjen
Pembangunan Masyarakat Desa Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia
(1998:166-167), antara lain:
1. Tenaga dari kalangan masyarakat itu sendiri baik berupa jumlah tenaga, keahlian/keterampilan, manajerial, dan lain-lain.
2. Dana baik bersumber dari warga masyarakat pada umumnya maupun donatur yang berasal dari warga masyarakat.
3. Material yang berasal dari masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok.
4. Gotong royong dari warga masyarakat.
5. Moril/pemikiran dari warga masyarakat.
6. Dan lain-lain.
Menurut Nawakamal (2009:222-223), Beliau mengemukakan bahwa:
Partisipasi dimaknai sebagai keikutsertaan masyarakat untuk memberikan
dukungan pada pembangunan sebagaimana dikonsepsikan oleh penggiat
pendampingnya dan di jalankan secara bersama-sama oleh komunitas.
Menurut Ndraha dalam Syarif Makmur (2008:156-157), mengatakan partisipasi
sebagai:
Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya
kemampuan awal masyarakat untuk berkembang secara
mandiri.Partisipasi masyarakat dan kemampuan masyarkat itu untuk
berkembang secara mandiri ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat
dipisahkan, tetapi dapat dan perlu di bedakan. Masyarakat Desa yang
mempunyai kemampuan berkembang secara mandiri bisa membangun
dengan atau tanpa berpartisipasi vertikal dengan pihak lain.
Menurut Cohen dan Uphoff dalam Ulifah ( 2003: 23 ) mengatakan bahwa
partisipasi masyarakat dalam pembangunan terlibat dalam empat hal, yaitu:
-
26
1. Perencanaan, Suatu rencana atau keputusan yang telah disiapkan oleh pemerintah dan masyarakat hanya mendapat kesempatan untuk
mengatakan sutuju tidak akan membuat hasil yang diharapkan.
2. Pelaksanaan, Merupakan hubungan antara pelaksana dan pelaksanaannya. Masalah pelaksanaannya tidak cukup dipertimbangkan dalam menyusun
rencana. Hal ini agar terdapat jaminan yang lebih besar dalam
merealisasikan tujuan dan sasaran-sasaran rencana itu, oleh sebab itu
rencana harus diupayakan semaksimal mungkin.
3. Pengawasan, Partisipasi dalam pengawasan merupakan aktifitas untuk menemukan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan terhadap aktifitas
yang telah direncanakan dalam rangka menyesuaikan dengan kepentingan
masyarakat maka pengawasan dalam partisipasi tidak cukup dilakukan
dalam lembaga formal, tetapi oleh organisasi masyarakat, golongan
kepentingan kelompok profesi bahkan anggota masyrakat untuk serta
mengawasi.
4. Pemeliharaan dan pemanfaatan, Partisipasi dalam pemeliharaan dan pemanfaatan meliputi : menerima hasil pembangunan seolah-olah milik
sendiri, menggunakan atau memanfaatkan setiap hasil pembangunan,
menjadikan, atau mengusahakan suatu lapangan usaha, merawat secara
rutin dan sistematis, mengatur kegunaan atau memanfaatkannya,
mengusahakan dan mengamankannya serta mengembangkan. Partisipasi
dalam pemeliharaan dan pemanfaatan berarti mendukung kearah
pembangunan yang serasi dengan martabat manusia keadilan sosial dan
memelihara alam sebagai lingkungan manusia untuk generasi yang akan
datang.
Sedangakan Siti Irene Astuti D (2011: 61-63) membedakan patisipasi
menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam pengambilan
pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi.
Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini
terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan
dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud
partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut
-
27
menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan
tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan.
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber
daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi
dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas
sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun
tujuan.
Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi dalam
pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik
yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat
dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase
keberhasilan program.
Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini
berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang sudah direncanakan sebelumnya.
Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program
yang sudah direncanakan sebelumnya.
Menurut Adisasmita (2006:34), menyatakan bahwa:
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam
pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan
(implementasi) program atau proyek pembangunan yang dikerjakan di dalam
masyarakat lokal. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan
merupakan aktualisasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan
merupakan aktifitas dari kesediaan dan kemampuan anggota masyarakat untuk
berkorban dan berkontribusi dalam implementasi program atau proyek yang
dilaksanakan.
-
28
Bahwasannya partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan aktif
masyarakat mulai dalam kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan hingga
pemanfaatan dan pemeliharaan dalam hal pembangunan masyarakat itu sendiri.
Partisipasi masyarakat menjadi peranan penting ketika dalam proses pengambilan
keputusan dalam pembangunan menggunakan sistem bottom up. Karena
memposisikan masyarakat menjadi pelaku utama dalam menjalankan proses
pembangunan.
2.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi
Menurut Slamet (1994: 142-143), faktor-faktor internal berasal dari dalam
kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok di
dalamnya. Tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri
sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan,
lamanya tinggal.
Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat
partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi
anggota masyarakat, besarnya pendapatan, dan keterlibatan dalam kegiatan
pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi. Sifat faktor-faktor
tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang
sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,
terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Bila dijabarkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi
tersebut, yaitu:
-
29
1. Usia Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang
terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok
usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma
masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi
daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
2. Jenis kelamin Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah di dapur yang berarti bahwa
dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus
rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah
bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang
semakin baik.
3. Pendidikan Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.
Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan
seluruh masyarakat.
4. Pekerjaan dan penghasilan Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang
akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong
seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.
Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus
didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.
5. Lamanya tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa
memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya
yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
Menurut Sastropoetro (1988), ada lima unsur penting yang menentukan
gagal dan berhasilnya partisipasi, yaitu:
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif atau berhasil. 2. Perubahan sikap,pendapat dan tingkah laku yang diakibatkan oleh
pengertian yang menumbuhkan kesadaran.
3. Kesadaran yang didasarkan pada perhitungan dan pertimbangan. 4. Kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri
tanpa dipaksa orang lain.
5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
-
30
2.5 Wilayah dan Masyarakat Pesisir
Nugraha dan Rochmin (2004:9) menjelaskan bahwa wilayah (region)
adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi
segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Kemudian Beatley dalam Dahuri
(2001:9) mendefinisikan wilayah pesisir mencakup daerah ke arah darat yang
masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan kearah laut
meliputi daerah paparan benua. Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan nomor: KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan
Pengelolaan Pesisir Terpadu mendefinisikan wilayah pesisir merupakan daerah
peralihan antara ekosistem darat dan laut uang saling berinteraksi dimana kearah
laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu
(kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan kearah darat batas administrasi
kabupaten/kota.
Menurut Suprihayono (2007:14) wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan
antara daratan dan laut kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik
kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti
pasang surut, angin laut dan perembesan air asin.
Masyarakat pesisir merupakan komunitas yeng mendiami wilayah pesisir,
yang pada umumnya masyarkat pesisir adalah nelayan dengan aktivitasnya yang
erat dengan aspek kelautan. Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir ditentukan
oleh interaksi faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan (Nugraha dan
Rochmin, 2004: 251).
-
31
Aminah (2007:15) memberikan tipikal ekologi atau geografi, ekonomi dan
sosial masyarakat pesisir sebagai berikut;
a. Secara ekologi masyarakat pesisir dihadapkan pada zona yang luas dengan luasan area yang dikelola relatif sempit; aspek laut yang menyebabkan
produktivitas yang tinggi dalam suatu hari kegiatan pelayaran.
b. Secara sosial masyarakat pesisir memiliki akses yang amat terbatas akan pelayaran sosial seperti layanan kesehatan dan pendidikan, adanya
intervensi orang luar untuk membentuk organisasi self-help yang
memberdayakan masyarakat, keeratan hubungan dalam masyarakat yang
cukup tinggi, dan ketidakbergantungan kepada hukum posistif.
c. Secara ekonomi, pendapatan masyarakat pesisir umumnya dibawah standar nasional, kesenjangan pendpatan karena perbedaan sumber daya,
tipe armada dan alat tangkap.
2.6 Konsep Pembangunan
Pembangunan menurut etimologi berasal dari kata bangun, yang
mengandung empat arti, bangun dalam arti sadar atau siuman. Kedua dalam arti
bangkit atau berdiri. Ketiga, bangun dalam arti bentuk dan keempat, bangun
dalam arti kata kerja; membuat, mendirikan, atau membina.
Pembangunan menurut Mardikanto (1993:1-4) dapat diartikan sebagai:
a) Proses yang diupayakan secara sadar dan terencana; b) Proses perubahan yang mencakup banyak aspek kehidupan manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat;
c) Proses perumbuhan ekonomi; d) Proses atau upaya yang dilaksanakan untuk memperbaiki mutu hidup atau
kesejahteraan setiap individu dan seluruh warga masyarakat;
e) Pemanfaatan teknologi baru atau inovasi baru atau inovasi yang terpilih.
Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang
bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja
diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan
daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu
-
32
kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan
(Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2004).
Siagian (2005) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai
Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana
dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). Kemudian
pembangunan dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk
menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara
untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugraha dan
Rochmin, 2004: 9).
Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada
dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang
diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang
semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah
satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut. Ada enam jenis
tafsiran mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau program pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan.
2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-
proyek atau program-program pembangunan.
3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan
kebebasannya untuk melakukan hal itu.
4. Partisipasi adalah penetapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring
proyek/program agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan
dampak-dampak sosial.
-
33
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.
Dari sekian pendapat para ahli tentang pembangunan diatas bisa
disimpulkan bahwa makna pembangunan yakni segala upaya yang dilakukan
secara terencana dan sadar untuk tujuan meningkatkan suatu keadaan.
Pembangunan yang besifat continoue, artinya masyarakat melakukan
pembangunan secara berkelanjutan, tanpa merasa puas akan keadaan yang sedang
di rasakan.
2.7 Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh yang selanjutnya disingkat PDPT
adalah bagian PNPM Mandiri KP melalui bantuan pengembangan manusia,
sumberdaya, infrastruktur/lingkungan, usaha, dan siaga bencana dan perubahan
iklim.
Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh ini merupakan salah satu
bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan
Perikanan yang terintegrasi dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat.
Fokus pengembangan PDPT adalah pada 5 (lima) Bina yaitu sebagai berikut:
1. Bina Manusia, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mendorong peningkatan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), dan peningkatan kapasitas kelembagaan
masyarakat baik formal maupun informal, memperluas dan meningkatkan
-
34
kerja sama, memperbaiki budaya kerja, gotong royong, tanggung jawab,
disiplin, dan hemat serta menghilangkan sifat negatif boros dan konsumtif;
2. Bina Usaha, yaitu kegiatan yang mencakup peningkatan keterampilan usaha, perluasan mata pencaharian alternatif, pengelolaan bisnis skala
kecil dan penguasaan teknologi. Selain itu, program ini meningkatkan dan
mempermudah akses terhadap sumber daya, teknologi, modal, pasar, dan
informasi pembangunan. Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan
terbangun kemitraan dengan pelaku usaha dan terbangunnya sistem
insentif administrasi serta pendanaan secara formal dan informal;
3. Bina Sumber Daya, yaitu kegiatan yang menitikberatkan pada upaya memperkuat kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya, revitalisasi
hak ulayat dan hak masyarakat lokal, penerapan monitoring, controlling
and surveillance dengan prinsip partisipasi masyarakat lokal, penerapan
teknologi ramah lingkungan, mendorong pengembangan teknologi asli,
merehabilitasi habitat, konservasi, dan memperkaya sumber daya;
4. Bina Lingkungan atau Infrastruktur, yaitu kegiatan yang mencakup pembangunan infrastruktur, rehabilitasi vegetasi pantai dan pengendalian
pencemaran melalui pendekatan perencanaan dan pembangunan secara
spasial dalam rangka mendorong peningkatan peran masyarakat pesisir
dalam penataan dan pengelolaan lingkungan sekitarnya;
5. Bina Siaga Bencana atau Perubahan Iklim, yaitu kegiatan yang mencakup usaha-usaha pengurangan risiko bencana dan dampak
perubahan iklim, rencana aksi desa dalam pengurangan risiko bencana,
penyadaran masyarakat, gladi/latihan secara reguler, memudahkan akses
data dan informasi bencana, pembangunan sarana dan prasarana
penanggulangan bencana (antara lain jalur evakuasi, shelter, struktur
pelindung terhadap bencana, fasilitas kesehatan, dan cadangan strategis
desa) yang menekankan pada partisipasi dan keswadayaan dari kelompok-
kelompok sosial yang terdapat pada masyarakat/komunitas pesisir.
2.8 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil
penelitian terdahulu yang pernah peneliti baca sebelumnya yang tentunya sejenis
dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu ini bermanfaat dalam mengolah atau
memecahkan masalah yang timbul dalam partisipasi masyarakat dalam Program
Pengembangan Desa Pesisir di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara
Tangguh Kecamatan Teluknaga. Walaupun lokusnya dan masalahnya tidak sama
-
35
persis tapi sangat membantu peneliti menemukan sumber-sumber pemecahan
masalah penelitian ini. Berikut ini adalah hasil penelitian yang peneliti baca.
Penelitian pertama yakni dilakukan oleh M. Yunan Khoiron, Program
Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang, tahun 2003, dengan judul Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Study Kasus Program Bantuan
Pelaksanaan Pembangunan Partisipasi di Kecamatan Balongbendo Kabupaten
Sidoarjo).Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif
kualitatif.. Hasil dalam penelitian ini menjelaskan bahwa Program bantuan
pembangunan partisipatif dapat memacu partisipasi masyarakat secara langsung
dalam kegiatan pembangunan di Desa/Kelurahan, sehingga menempatkan
masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Dalam posiusi Pemerintah
sebagai stimulator pembangunan, maka masyarakat akan berpartispasi aktif dalam
suatu program pembangunan sesuai dengan tingkat kebutuhannya, sehingga
program yang dilaksanakan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat
sendiri. Adanya keterpaduan peran antara Pemerintah dan Lembaga
Kemasyarakatan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program
pembangunan partisipasif. Peran aktif pemerintah dan Lembaga Kemasyarakan,
serta masyarakat akan menentukan keberhasilan program bantuan pembangunan
partisipatif.
Rujukan penelitian yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dian
Ayunita dan Trisnani Dwi Hapsari pada tahun 2012 dengan judul Analisis
Persepsi Dan Partisipasi Masyarakat Pesisir Pada Pengelolaan Kawasan
-
36
Konservasi Laut Daerah KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang. Metode yang
digunakan yakni survei dengan metode deskriptif yang bersifat studi kasus. Dalam
hasil penelitian ini menjelaskan bahwa Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan
antara persepsi masyarakat dengan tingkat partisipasinya dalam pengelolaan
KKLD dan hubungan antara persepsi dan tingkat partisipasi masyarakat di daerah
Ujungnegoro sangat kuat (hasil uji Koefisien Kontingensi sebesar 0,7
menunjukkan kategori hubungan yang kuat). Persepsi masyarakat yang baik akan
mendorong tingginya partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan KKLD
di Ujungnegoro.
Melihat hasil analisis persepsi dan partisipasi masyarakat Ujungnegoro
pada pengelolaan KKLD Ujungnegoro memperlihatkan bahwa masyarakat pada
umumnya memiliki pandangan positif. Ini merupakan modal utama untuk
mengajak masyarakat lebih berperan aktif dan perlu dilibatkan dalam perencanaan
dan pelaksanaan program pengelolaan KKLD. Pemerintah hendaknya tidak hanya
mendengarkan kepentingan penanam modal namun juga merangkul masyarakat
untuk memberdayakan kemampuan mereka. Pelatihan ketrampilan,
menghidupkan kembali kesenian dan menanamkan pentingnya keselarasan antara
kepentingan manusia dengan kelestarian alam perlu diperhatikan.
2.9 Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan alur berpikir dalam penelitian, untuk
mendeskripsikan dengan apa adanya sesuai temuan yang peneliti dapatkan di
lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Partisipasi
-
37
Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa
Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara di Kecamatan Teluknaga Kabupaten
Tangerang.
Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana Partisipasi Masyarakat Pesisir
Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir,
Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. (bisa
dilihat di Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir).
Gambar 2.1
Program Pengembangan Desa
Pesisir Tangguh (PDPT)
Partisipasi Masyarakat Menurut Cohen dan Uphoff dalam
Ulifah ( 2003: 23 )
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengawasan
4. Pemeliharaan dan Pemanfaatan
Partisipasi aktif masyarakat dalam
pembangunan kawasan pesisir masih rendah
1. Lemahnya partisipasi masyarakat di kawasan pesisir kecamatan Teluknaga
dalam program PDPT (Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh).
2. Kurang efektifnya perencanaan pembentukan Kelompok Masyarakat Pesisir
(KMP) dalam program PDPT.
3. Masyarakat kurang mengawasi pelaksanaan program PDPT.
4. Minimnya kesadaran dalam hal pemanfaatan dan pemeliharaan terhadap hasil
program PDPT. (Peneliti, 2015).
Alur Kerangka Berfikir
-
38
2.10 Asumsi Dasar
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti berasumsi bahwa Partisipasi Masyarakat Pesisir dalam Program
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan
Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang masih rendah.
-
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metodologi berhubungan
dengan cara (metode). Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science
of methods). Dalam arti umum dan awam, metodologi bisa digunakan dalam
konteks apa saja, misalnya: berpikir, metodologi penelitian atau metodologi
pengajaran. Menurut Irawan (2005:42) metodologi adalah:
totalitas cara untuk meneliti dan menemukan kebenaran. Disebut
totalitas cara sebab metodologi tidak hanya mengacu pada metode
penelitian tetapi juga paradigma, pola pikir, metode pengumpulan
dan analisis data sampai dengan metode penafsiran temuan
penelitian itu sendiri.
Pada penelitian mengenai partisipasi masyarakat pesisir dalam program
pengembangan desa pesisir tangguh di desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung
dan Muara kecamatan Teluknaga kabupaten Tangerang. Metode yang
digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2006:4) jenis penelitian ini berupaya menggambarkan
kejadian atau fenomena sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, dimana data
yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku
yang dapat diamati.
Kemudian
Menurut Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan social yang secara fundamental bergabtung dari pengamatan pada
-
40
manusia dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Menurut Denzin dan
Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan
fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode
yang ada.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, Moleong (2006:6) mensintesiskan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi dan tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Marshall dalam Sugiyono (2009:63) mendefinisikan kualitatif sebagai
suatu proses yang mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Selanjutnya, Sugiyono
(2009:8) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. Obyek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah atau
natural setting sehingga metode penelitian ini sering disebut sebagai metode
naturalistik.
-
41
Menurut Bungin (2006:54) analisis kualitatif umumnya tidak digunakan
untuk mencari data dalam arti frekuensi, tetapi digunakan untuk menganalisis
makna dari data yang tampak dipermukaan itu. Dengan demikian, analisis
kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta, bukan untuk menjelaskan
fakta tersebut.
Obyek yang alamiah adalah obyek yang apa adanya tidak dimanupulasi
oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif, data yang dihasilkan berbentuk kata,
kalimat untuk mengeksplorasi bagaimana kenyataan sosial yang terjadi dengan
mendeskripsikan hal-hal yang sesuai dengan masalah dan unit yang diteliti dalam
hal ini adalah partisipasi masyarakat pesisir dalam program pengembangan desa
pesisir tangguh di desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara kecamatan
Teluknaga kabupaten Tangerang.
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian
Dalam penelitian kualitatif ini, penentuan fokus berdasarkan hasil studi
pendahuluan, pengalaman, dan referensi (Sugiyono, 2012:141). Peneliti akan
membatasi ruang lingkup materi kajian penelitian yang akan dilakukan yakni
Partisipasi Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir
Tangguh Di Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung Dan Muara Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 3 Desa Pesisir (Desa Tanjung Pasir, Tanjung
Burung dan Muara) Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.
-
42
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual digunakan untuk menegaskan konsep-konsep
yang jelas, yang digunakan supaya tidak menjadi perbedaan penafsiran
antara penulis dan pembaca. Konsep-konsep yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam
proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif, solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang
terjadi.
2. Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT)
Sistem pembangunan satu wilayah administrasi yang
mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha yang teencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam
program dan kegiatan.
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Partisipasi
Masyarakat Pesisir Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh
Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang. Karena peneliti
-
43
menggunakan metode penelitian kualitiatif, maka dalam penjelasan
definisi operasional ini akan dikemukakan fenomena-fenomena penelitian
yang dikaitkan dengan konsep yang digunakan yaitu empat hal dalam
proses partisipasi menurut Cohen dan Uphoff dalam pembangunan, yaitu:
1. Perencanaan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir
terhadap proses perencanaan dalam Program Pengembangan Desa
Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.
2. Pelaksanaan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir
terhadap proses pelaksanaan dalam Program Pengembangan Desa
Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.
3. Pengawasan, yakni mengamati keikutsertaan masyarakat pesisir
terhadap proses pengawasan dalam Program Pengembangan Desa
Pesisir Tangguh Di Kecamatan Teluknaga Kabup