parmagz post - edisi pertama april 2014

1
BERITA GULUNG PARMAGZ [email protected] www.parmagz.com @parmagz EDISI PERTAMA APRIL 2014 Politik Pendidikan vs Pendidikan Politik Oleh : Aditya Noer Cakranegara Ilustrasi : Arum foto : paramadina foto : nadia fortuna foto : lukita Nurcholis Madjid dan Anak Muda dalam Bingkai Negara-Bangsa Indonesia Modern Peluncuran Buku “Menakar Presidensialisme Multipartai di Indonesia” Suatu institusi pendidikan wajib bersifat netral dari apapun yang berbau politik dan kepentingan karena berperan dalam mengajarkan idealisme di lingkungan yang hampir terpengaruhi oleh politik, seperti Indonesia. Pada dasarnya, politik berasal dari Aristoteles yang menggunakan kata politika untuk mendefinisikan ilmu tata negara, namun makin berkembang menjadi bagaimana meraih kursi kekuasaan pemerintahan. Berbagai cara telah dilakukan dengan ilmu ini agar suatu negara dapat berkembang dan menuju arah yang menguntungkan rakyatnya. Namun opini publik mengatakan hal lain, bahwa politik diartikan sebagai alat-alat untuk mendapatkan kekuasaan semata. Pertama adalah karena Kata adalah senjata. Ya, kami meyakini hal itu. Sebagai sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Unit kegiatan Mahasiswa Parmagz, senjata kami adalah kata. Sekalipun masih banyak menuai cibiran disana sini. namun, Perkenankan kami mempersembahkan karya kecil kami ini. Berita gulung ini merupakan karya cetak kami yang pertama, setelah sebelumnya tulisan-tulisan kami, kami tuangkan dalam media online. Melalui media baru ini, kami berharap terciptanya wadah berkarya bagi segenap civitas akademika Universitas Paramadina umumnya, dan segenap anggota Parmagz khususnya. Dengan segala kerendahan hati, kami mengharap kritik dan masukan yang membangun demi terciptanya media Parmagz yang lebih baik ke depannya. Semoga selalu ada inspirasi baru di setiap tulisan yang kami torehkan. kemoderenan dan kenegaraan (baca:indonesia). Posisi yang dipilih caknur adalah posisi dimana ketiga cita-cita ideal tersebut kebangsaan-kenegaraan, kemoderenan dan keagamaan bisa berjalan sejalan tanpa saling meniadakan. Caknur dan perjuangan basis sosial pada masanya. Secara sosial dan ekonomi, generasi Caknur adalah generasi dimana umat islam sudah mulai memiliki kesadaran untuk “mengambil” bahkan “merebut” peranan pentingnya gerakan ekonomi dalam membangun kondisi umat islam yang tertinggal. Hal ini memang bukan hal yang baru di mana pernah juga ada beberapa gerakan ekonomi seperti sarekat dagangnya Tjokro (1911) sampai Nahdatut Tujjarnya kalangan tradisionalis (1918). Tetapi generasi ini memiliki ciri khasnya tersendiri yaitu berupa gerakan ekonomi dalam kerangka pembangunan negara-bangsa Indonesia yang modern yang dikawal oleh kekuatan negara itu sendiri (baca: orde baru). kebangkrutan peradaban islam tersebut. Wajah Gelombang kelima inipun memiliki babakannya tersendiri dalam perjalanannya apabila kita melihatnya dengan lebih rinci lagi. Babak pertama adalah babak yang kasusnya hampir “meniru” kejadian ditingkat globalnya. Yaitu wajah “polemik- keagamaan” antara kaum modernis dan ortodoks yang terjadi sepanjang empat-puluhan tahun pra kemerdekaan indonesia sampai dua-puluhan tahun setelah kemerdekaan indonesia. sedangkan pada babak kedua terjadi setelahnya sampai pendirian ICMI pada tahun 80an sebagai bentuk kristalisasi pemikiran dalam bentuk institusi. Babak kedua ini dicirikan dengan kasadaran kritis baik kepada “modernisme juga kepada ortodoksi tradisi” baik kebudayaan maupun agama. Dari serangkaian penjelasan di atas. Sosok Caknur sendiri tentunya memiliki posisi eksistensial dalam seluruh pergulatan tersebut. sudah barang tentu bahwa Caknur adalah salah Menggunakan kerangka Taufik Abdullah dalam tulisannya yang berjudul (-gelombang) “Pemikiran islam di nusantara dalam perspektif sejarah.” Islam masuk ke Nusantara (-sampai pada generasi Caknur) adalah merupakan gelombang yang kelima. Gelombang pertama terjadi sejak abad 13an yang diindikasikan oleh penemuan arkeologis di Pasai berupa batu nisan dan berita-berita dari Marcopolo dan Ibnu Batutah dan beberapa hikayat-hikayat seperti hikayat raja pasai. Hingga gelombang keempat hadir dalam wajah politik yang diawali oleh wajah “pan-islamisme” dan mulai muncul islam bercorak global sebagai respon pertama terhadap gejala kolonialisme yang dilakukan oleh Barat terhadap dunia timur terkhusus islam. Pada lanjutan fase inilah gelombang kelima hadir dalam bentuk/warna “wacana pembaruan agama” di bidang intelektual yang merupakan respon islam secara kebudayaan dalam menghadapi satu aktor yang ikut berbaris bukan di gerbong intelektual. Sebagaimana dikatakan di atas jugas bahwa generasi Caknur adalah generasi yang telah menyadari secara kritis apa itu modernisme dan juga tradisionalisme kelebihan- kekurangannya. Caknur berdiri melakukan advokasi kesadaran pemikiran keagamaan, Kesadaran yang dipelopori anak-anak muda ini muncul dalam kondisi dimana pemerintahan Orde-baru pada awalnya lebih mementingkan kalangan asing dan juga pemodal-pemodal besar dalam kebijakannya pada tahun 1968 yang dimaksudkan untuk menghimpun seluruh potensi ekonomi dalam negeri. Kekecewaan ini berpuncak pada pristiwa MALARI 1974 dan di akhiri dengan kebijakan Pelita 2 yang lebih berpihak pada industri kecil dan pertanian daerah yang merupakan basis sosial-ekonomi mayoritas umat islam di Indonesia. Caknur, lahir sebagai sosok intelektual pada fase kesemuanya ini. Dan sekarang, pertanyaannya adalah. Kita sebagai generasi yang lebih muda lagi sudah berada di fase mana dan sudah melanjutkan perjalanan bangsa ini sampai mana? Apakah sudah semakin maju, atau justru sebaliknya. Semakin mundur. (Shiny.ane) Indonesia (UI) Tafsir Nurchamid juga ditangkap Juni 2013 sebagai tersangka korupsi proyek pengadaan instalasi teknologi informasi Perpustakaan Pusat UI. Mantan Rektor Universitas Negeri Jenderal Soedirman (Unsoed) juga dituntut hukuman empat tahun penjara terkait kasus korupsi dana corporate social responsibility (CSR) PT Aneka Tambang Persero senilai Rp. 2,1 miliar. Melihat fenomena ini, terlihat degradasi moral serta intelektual menjadi tantangan bagi Indonesia kedepannya, karena bahkan salah satu garda depan pendidikan generasi mendatang terancam tidak memiliki tanggung-jawab moral. Ini menandakan pihak pemerintah masih memiliki banyak tantangan untuk memberesi sistem institusi pendidikan yang ada. Pendidikan politik sudah berubah menjadi politik pendidikan, dimana subjek edukasinya berubah jauh dari awal diciptakannya institusi pendidikan. Area edukasi yang seharusnya memberikan pemahaman mengenai politik secara teoritis menjadi lahan dimana politik dapat merajalela, melalui contohnya adalah kasus korupsi tersebut. Mengingat kembali UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3, disebutkan bahwa: “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang” Dari awalnya saja terlihat bahwa ada elemen keimanan, ketakwaan, serta ahlak yang ingin ditanamkan melalui institusi pendidikan. Munculnya politik pendidikan sudah jelas melanggar apa yang leluhur bangsa dan negara ingin bangun di atas ribuan pulau yang diperjuang kemerdekaannya. Degradasi yang muncul bukan hanya degradasi moral, tapi juga intelektual sehingga sangat penting untuk diperhatikan. Bila seluruh aspek kenegaraan sudah terpengaruh kepentingan politik, maka dimana lagi kita bisa mempelajari sifat serta karakteristik yang seyogyanya dimiliki oleh individu Indonesia? Untuk itulah sangat dibutuhkan keberadaan tempat dimana tidak ada kepentingan, tidak ada permainan dibalik layar, tidak ada stereotip politik lainnya. Institusi pendidikan seharusnya menjadi benteng terakhir dalam pemberian paham karakter dan ahlak sehingga generasi bangsa dapat memahami arti politik sebenarnya yaitu ilmu untuk tata negara, bukan sebagai peraih kekuasaan. Inilah yang menjadi refleksi bersama, bahwa bukan hanya aktornya tapi juga sistemnya yang harus diperbaiki. Negara hanya bentuk absolut dari imajinasi pendahulu kita, yang diperkuat dengan adanya batas negara, masyarakat, dan pemerintahan yang berdaulat. Bagaimana arah Indonesia kedepan ditentukan oleh pandangan masyarakatnya, karena itu pendidikan intelektual dan moral sangatlah krusial bagi Indonesia di abad ke-21. Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada akhir November 2013 misalnya, menunjukkan 60 persen responden di 31 Provinsi kurang tertarik dan tidak tertarik sama sekali. Ini menunjukkan perasaan negatif terhadap politik telah menyebar diberbagai elemen masyarakat. Melihat hal ini, institusi pendidikan berperan dalam menyediakan wadah yang bebas kepentingan untuk memberikan pemahaman mengenai politik pada saat pertama kali disusun, namun kenyataannya tidak demikian. Beberapa waktu lalu, Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darni M. Daud divonis dua tahun penjara karena terlibat kasus korupsi dana beasiswa. Selain itu ex-Wakil Rektor Universitas DARI REDAKSI EVENT KAMPUS KOLOM CAK NUR e : w : t : Jakarta, Parmagz – Proses kreatif sebagai proses pengembangan ide dan gagasan secara bebas memang tidak bisa dipisahkan dari penciptaan karya kreatif. Hal ini pula yang dialami kafha Paramadina. Sebagai sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa yang bergerak di ranah kemanusiaan dan kebudayaan, proses kreatif tidak bisa dilepaskan dalam pergerakannya. Dalam waktu dekat, tepatnya pada tanggal 6-7 April 2014, kafha Paramadina akan mengadakan Pagelaran lakon 'Yusuf Sang Westernis”. Cerita ini diambil dari buku Imaji Cinta Halimah karya penulis yang juga sekaligus dosen Universitas Paramadina, Novriantoni Kahar. Lakon Yusuf sang Westernis ini mengangkat tagline “ketika keluarga dipertaruhkan demi cinta dan agama”. Mengisahkan perdebatan antara 'Barat' dan 'Timur', lakon Yusuf sang Westernis akan mengambil latar di dua tempat berbeda, yakni Indonesia dan Eropa. Lakon ini akan dipentaskan di Gedung Pertunjukan Bulungan dua hari berturut-turut dalam jam yang sama, yakni pukul 19.00. Tiket Pertunjukan bisa langsung dipesan melalui twitter @kafhaparamadina, maupun reservasi ke nomor 085730065213 (Faiq). Kafha akan pentaskan Lakon “Yusuf Sang Westernis” Jakarta, Parmagz – Semakin mendekati Ujian Saringan Masuk Perguruan Tinggi, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal memang semakin gencar mengadakan try out ujian masuk perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Minggu (27/4), Rupakapala bekerjasama dengan Prodi Desain Komunikasi Visual beserta Humas Universitas Paramadina mangadakan Try Out menggambar ujian saringan masuk perguruan tinggi. Bekerjasama dengan Vila Merah, Try out menggambar yang merupakan program tahunan ini bertujuan untuk menyiapkan peserta menghadapi tes menggambar masuk perguruan tinggi. Menariknya, acara Try out juga dibarengi dengan pameran karya yang akan berlagsung hingga Rabu (30/4). Selain pameran, Universitas Paramadina secara bersamaan juga menggelar saringan masuk bersama (SMB). Saat ditanya, Uli, salah satu peserta mengungkapkan motivasinya mengikuti acara ini, yakni agar ia terbiasa mengerjakan soal menggambar dalam ujian masuk perguruan tinggi.”Harapannya sih, bisa lolos ujian masuk universitas yang saya cata-citakan” Lanjut uli, siswa SMA Al-Azhar 01 Jakarta ini. “Harapannya setelah mengadakan acara ini, mahasiswa DKV menjadi semakin banyak” Tutur Pandu, Ketua HIMA Rupakapala mengakhiri penjelasannya. Rupakapala gelar Try Out menggambar Jakarta,Parmagz- Universitas Paramadina patut berbangga karena salah seorang dosennya meluncurkan sebuah buku politik pertama pada Jumat (25/04). Bertempat di Aula Nurcholish Madjid, peluncuran sekaligus diskusi politik ini dihadiri oleh banyak kalangan, mulai dari mahasiswa, awak pers, akademisi dan juga tak ketinggalan para politisi. Tidak tanggung-tanggung, acara ini dihadiri oleh sederet nama politisi beken di kancah perpolitikan Indonesia. Nama-nama seperti pakar hukum tatanegara Prof. Jimly Asshiddiqie yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Wakil Ketua DPR Dr. M. Sohibul Iman, fungsionaris PDIP Dr. Arief Budimanta, dan fungsionaris Partai Demokrat Dr. Ikhsan Modjo menjadi sederet pembicara yang mengisi diskusi yang dimoderatori oleh pakar komunikasi Universitas Indonesia, Dr. Ade Armando. Buku dengan judul Menakar Presidensialisme Multipartai di Indonesia: Upaya Mencari Format Demokrasi yang Stabil dan Dinamis dalam Konteks Indonesia, merupakan karya pertama Djayadi. Salah satu dosen Hubungan Internasional Universitas Paramadina ini menghabiskan waktu tiga tahun untuk membuat buku dengan tebal 400 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Selain mengupas tentang keberadaan koalisi dalam sistem presidensial multipartai Indonesia, dosen lulusan Ohio University ini juga membahas kekuasaan konstitusional presiden dan DPR, peran oposisi, serta proses pengambilan keputusan di DPR. “Buku ini merupakan buku yang membahas secara detil sistem multipartai Indonesia dengan memotret level institusi ketiga dan dengan formulasi yang konkret tentang kehidupakan politik sehari-hari, sebuah buku yang sangat optimis dengan politik Indonesia yang diperkaya dengan kerangka analisa yang luar biasa,” tutur Wakil Ketua DPR, Dr. Sohibul Iman. (Y.H) mahasiswa yang tengah mengambil kelas Praktek diplomasi dibagi ke dalam 15 kelompok dan 1 tim sekretariat beserta Chairman yang memimpin jalannya sidang. Masing-masing kelompok berperan sebagai delegasi negara yang berbeda- beda. Negara yang diperankan antara lain Australia, Argentina, Chad, Amerika Serikat, Rusia, China, Perancis, Inggris, Lithuania, Nigeria, Luxembourg, Rwanda, Korea Selatan, Chile, serta Yordania. Tema yang diangkat setiap tahunnya dalam Short diplomatic Course selalu berbeda-beda. Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Kerjasama antara PBB dengan Organisasi Regional dan Subregional dalam Menjaga Perdamaian serta Keamanan Internasional”. Selain sidang Pleno dewan keamanan PBB , pada Short Diplomatic course juga dilaksanakan working group 1 yang mengangkat topik penanganan perdagangan gelap lintas negara, serta working group 2 yang mengangkat topik strategi kontra terorisme global. Layaknya sidang PBB, di akhir acara Short Diplomatic Course juga dihasilkan sebuah resolusi dengan tema terkait. “Seneng banget bisa ikut acara seperti ini. Selain menambah pengalaman, Short Diplomatic Course juga sangat bermanfaat menambah pengetahuan” ujar Tomo, salah satu peserta Short Diplomatic Course yang memerankan sebagai delegasi Rusia. (Azm) Short Diplomatic Course Hubungan Internasional Jakarta, Parmagz- Program studi Hubungan Internasional Universitas Paramadina kembali menyelenggarakan Short Diplomatic Course. Program yang dilaksanakan pada Jumat-Sabtu (25/04 – 26/04) ini merupakan program tahunan yang diselenggarakan untuk mahasiswa yang tengah mengikuti kelas praktek diplomasi. Short diplomatic course bisa diibaratkan sebagai role play sidang yang dilaksanakan oleh PBB. Melalui acara ini diharapkan Mahasiswa Universitas Paramadina dapat berlatih mengasah kemampuan berdiplomasi, dan bisa merasakan dinamika sidang PBB secara tidak langsung. Bertempat di gedung Paramadina Graduate school, SUSUNAN REDAKSI CEO : Dyan Rachmatullah COO : Muhammad Darwis Pimpinan Redaksi : Fina Azmiya Ilustrator : Arumdari Nurgianti Fotografer : Wening Eggy Reporter : Yasmin, Agung Solihin

Upload: parmagz-pers-paramadina

Post on 17-Mar-2016

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

BERITA GULUNGPARMAGZ

[email protected]

www.parmagz.com

@parmagz

EDISI PERTAMA

APRIL 2014

Politik Pendidikan

vs Pendidikan

PolitikOleh : Aditya Noer Cakranegara

Ilustrasi : Arum

foto : paramadina

foto : nadia fortuna

foto : lukita

Nurcholis Madjid dan Anak Muda dalam Bingkai Negara-Bangsa Indonesia Modern

Peluncuran Buku “Menakar Presidensialisme

Multipartai di Indonesia”

Suatu institusi pendidikan wajib bersifat netral dari apapun y a n g b e r b a u p o l i t i k d a n kepentingan karena berperan dalam mengajarkan idealisme di l i n g k u n g a n y a n g h a m p i r terpengaruhi oleh politik, seperti Indonesia.

Pada dasarnya, politik berasal dari Aristoteles yang menggunakan kata politika untuk mendefinisikan ilmu tata negara, namun makin berkembang menjadi b a g a i m a n a m e r a i h k u r s i k e k u a s a a n p e m e r i n t a h a n . Berbagai cara telah dilakukan dengan ilmu ini agar suatu negara dapat berkembang dan menuju a r a h y a n g m e n g u n t u n g k a n rakyatnya. Namun opini publik mengatakan hal lain, bahwa politik diartikan sebagai alat-alat untuk mendapatkan kekuasaan semata.

Pertama adalah karena

Kata adalah senjata. Ya, kami

m e y a k i n i h a l i t u . S e b a g a i

sekelompok mahasiswa yang

tergabung dalam Unit kegiatan

Mahasiswa Parmagz, senjata kami

adalah kata. Sekalipun masih

banyak menuai cibiran disana sini.

n a m u n , P e r k e n a n k a n k a m i

mempersembahkan karya kecil

kami ini.

B e r i t a g u l u n g i n i

merupakan karya cetak kami yang

pertama, setelah sebelumnya

tulisan-tulisan kami, kami tuangkan

dalam media online. Melalui media

baru ini, kami berharap terciptanya

wadah berkarya bagi segenap

civitas akademika Universitas

Paramadina umumnya, dan

segenap anggo ta Pa rmagz

khususnya.

D e n g a n s e g a l a

kerendahan hati, kami mengharap

k r i t i k d a n m a s u k a n y a n g

membangun demi terciptanya

media Parmagz yang lebih baik ke

depannya. Semoga selalu ada

inspirasi baru di setiap tulisan yang

kami torehkan.

kemoderenan dan kenegaraan (baca:indonesia). Posisi yang dipilih caknur adalah posisi dimana ketiga cita-cita ideal tersebut k e b a n g s a a n - k e n e g a r a a n , kemoderenan dan keagamaan bisa berjalan sejalan tanpa saling meniadakan. Caknur dan perjuangan basis sosial pada masanya. Secara sosial dan ekonomi, generasi Caknur adalah generasi dimana umat islam sudah mulai memiliki kesadaran untuk “mengambil” bahkan “merebu t ” pe ranan pentingnya gerakan ekonomi dalam membangun kondisi umat islam yang tertinggal. Hal ini memang bukan hal yang baru di mana pernah juga ada beberapa gerakan ekonomi seperti sarekat dagangnya Tjokro (1911) sampai Nahdatut Tujjarnya kalangan t rad is iona l i s (1918) . Te tap i generasi ini memiliki ciri khasnya tersendiri yaitu berupa gerakan e k o n o m i d a l a m k e r a n g k a pembangunan negara-bangsa Indonesia yang modern yang dikawal oleh kekuatan negara itu sendiri (baca: orde baru).

kebangkrutan peradaban islam tersebut. Wajah Gelombang kelima in ipun memi l ik i babakannya tersendiri dalam perjalanannya apabila kita melihatnya dengan lebih rinci lagi. Babak pertama adalah babak yang kasusnya hampir “meniru” kejadian ditingkat globalnya. Yaitu wajah “polemik-k e a g a m a a n ” a n t a r a k a u m modernis dan ortodoks yang terjadi sepanjang empat-puluhan tahun pra kemerdekaan indonesia sampai dua-puluhan tahun setelah k e m e r d e k a a n i n d o n e s i a . sedangkan pada babak kedua t e r j a d i s e t e l a h n y a s a m p a i pendirian ICMI pada tahun 80an sebaga i ben tuk k r i s ta l i sas i pemikiran dalam bentuk institusi. Babak kedua ini dicirikan dengan kasadaran kritis baik kepada “ m o d e r n i s m e j u g a k e p a d a ortodoksi tradisi” baik kebudayaan maupun agama. D a r i s e r a n g k a i a n penjelasan di atas. Sosok Caknur sendiri tentunya memiliki posisi eks i s tens ia l da lam se lu ruh pergulatan tersebut. sudah barang tentu bahwa Caknur adalah salah

Menggunakan kerangka Taufik Abdullah dalam tulisannya yang ber judul ( -gelombang) “Pemikiran islam di nusantara dalam perspektif sejarah.” Islam masuk ke Nusantara (-sampai pada generasi Caknur) adalah merupakan gelombang yang kelima. G e l o m b a n g p e r t a m a terjadi sejak abad 13an yang diindikasikan oleh penemuan arkeologis di Pasai berupa batu n isan dan ber i ta-ber i ta dar i Marcopolo dan Ibnu Batutah dan beberapa hikayat-hikayat seperti h i kaya t ra ja pasa i . H ingga gelombang keempat hadir dalam wajah politik yang diawali oleh wajah “pan-islamisme” dan mulai muncul islam bercorak global sebagai respon pertama terhadap gejala kolonialisme yang dilakukan oleh Barat terhadap dunia timur terkhusus islam. Pada lanjutan fase inilah gelombang kelima hadir dalam bentuk/warna “wacana pembaruan agama” di bidang intelektual yang merupakan respon islam secara kebudayaan dalam menghadapi

satu aktor yang ikut berbaris bukan d i g e r b o n g i n t e l e k t u a l . Sebagaimana dikatakan di atas jugas bahwa generasi Caknur adalah generasi yang te lah menyadari secara kritis apa itu m o d e r n i s m e d a n j u g a t r a d i s i o n a l i s m e k e l e b i h a n -kekurangannya. Caknur berdiri melakukan advokasi kesadaran p e m i k i r a n k e a g a m a a n ,

Kesadaran yang dipelopori anak-anak muda ini muncul dalam kondisi dimana pemerintahan Orde-baru pada awalnya lebih mementingkan kalangan asing dan juga pemodal-pemodal besar dalam kebijakannya pada tahun 1968 yang dimaksudkan untuk menghimpun seluruh potensi e k o n o m i d a l a m n e g e r i . Kekecewaan ini berpuncak pada pristiwa MALARI 1974 dan di akhiri dengan kebijakan Pelita 2 yang lebih berpihak pada industri kecil dan per tan ian daerah yang merupakan basis sosial-ekonomi mayoritas umat islam di Indonesia. Caknur, lahir sebagai sosok intelektual pada fase kesemuanya ini. Dan sekarang, pertanyaannya adalah. Kita sebagai generasi yang lebih muda lagi sudah berada di fase mana dan sudah melanjutkan perjalanan bangsa ini sampai mana? Apakah sudah semakin maju, atau justru sebaliknya. Semakin mundur. (Shiny.ane)

Indonesia (UI) Tafsir Nurchamid juga ditangkap Juni 2013 sebagai t e r s a n g k a k o r u p s i p r o y e k pengadaan instalasi teknologi informasi Perpustakaan Pusat UI. Mantan Rektor Universitas Negeri Jenderal Soedirman (Unsoed) juga dituntut hukuman empat tahun penjara terkait kasus korupsi dana corporate social responsibility (CSR) PT Aneka Tambang Persero senilai Rp. 2,1 miliar. Melihat fenomena ini, terlihat degradasi moral serta intelektual menjadi t a n t a n g a n b a g i I n d o n e s i a kedepannya, karena bahkan salah satu garda depan pendidikan generasi mendatang terancam tidak memiliki tanggung-jawab moral. Ini menandakan pihak pemerintah masih memiliki banyak tantangan untuk memberesi sistem institusi pendidikan yang ada.

Pendidikan politik sudah b e r u b a h m e n j a d i p o l i t i k pend id i kan , d imana sub jek edukasinya berubah jauh dari awal diciptakannya institusi pendidikan. Area edukasi yang seharusnya m e m b e r i k a n p e m a h a m a n mengenai politik secara teoritis menjadi lahan dimana politik dapat merajalela, melalui contohnya adalah kasus korupsi tersebut.

Mengingat kembali UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3, disebutkan bahwa:

“ P e m e r i n t a h m e n g u s a h a k a n d a n menyelenggarakan satu sistem p e n d i d i k a n n a s i o n a l , y a n g meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”

Dari awalnya saja terlihat bahwa ada elemen keimanan, ketakwaan, serta ahlak yang ingin di tanamkan melalui inst i tusi pendidikan. Munculnya politik pendidikan sudah jelas melanggar apa yang leluhur bangsa dan negara ingin bangun di atas ribuan p u l a u y a n g d i p e r j u a n g kemerdekaannya.

Degradasi yang muncul bukan hanya degradasi moral, tapi juga intelektual sehingga sangat penting untuk diperhatikan. Bila seluruh aspek kenegaraan sudah terpengaruh kepentingan politik, maka d imana lag i k i ta b isa m e m p e l a j a r i s i f a t s e r t a karakteristik yang seyogyanya dimiliki oleh individu Indonesia? Untuk itulah sangat dibutuhkan keberadaan tempat dimana tidak ada kepent ingan, t idak ada permainan dibalik layar, tidak ada stereotip politik lainnya. Institusi pendidikan seharusnya menjadi benteng terakhir dalam pemberian p a h a m k a r a k t e r d a n a h l a k sehingga generasi bangsa dapat memahami arti politik sebenarnya yaitu ilmu untuk tata negara, bukan sebagai peraih kekuasaan.

I n i l a h y a n g m e n j a d i refleksi bersama, bahwa bukan hanya aktornya tapi juga sistemnya yang harus diperbaiki. Negara hanya bentuk absolut dari imajinasi pendahulu kita, yang diperkuat dengan adanya batas negara, masyarakat, dan pemerintahan yang berdaulat. Bagaimana arah Indonesia kedepan ditentukan oleh pandangan masyarakatnya , karena itu pendidikan intelektual dan moral sangatlah krusial bagi Indonesia di abad ke-21.

Has i l su rve i Lembaga I lmu Pengetahuan Indonesia pada akhir N o v e m b e r 2 0 1 3 m i s a l n y a , m e n u n j u k k a n 6 0 p e r s e n responden di 31 Provinsi kurang tertarik dan tidak tertarik sama sekali. Ini menunjukkan perasaan negatif terhadap politik telah menyebar diberbagai elemen masyarakat.

Melihat hal ini, institusi pend id ikan berperan da lam menyediakan wadah yang bebas kepentingan untuk memberikan pemahaman mengenai politik pada saat pertama kali disusun, namun kenyataannya tidak demikian. Beberapa waktu lalu, Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darni M. Daud divonis dua tahun penjara karena terlibat kasus korupsi dana beasiswa. Selain itu ex-Waki l Rektor Universi tas

DARI REDAKSI

EVENT

KAMPUS

KOLOM CAK NUR

e :w :t :

J a k a r t a , P a r m a g z – Proses kreatif sebagai proses pengembangan ide dan gagasan secara bebas memang tidak bisa dipisahkan dari penciptaan karya kreatif. Hal ini pula yang dialami kafha Paramadina. Sebagai sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa y a n g b e r g e r a k d i r a n a h kemanusiaan dan kebudayaan, proses kreatif tidak bisa dilepaskan dalam pergerakannya. D a l a m w a k t u d e k a t , tepatnya pada tanggal 6-7 April 2014, kafha Paramadina akan mengadakan Pagelaran lakon 'Yusuf Sang Westernis”. Cerita ini diambil dari buku Imaji Cinta Halimah karya penulis yang juga sekal igus dosen Universi tas Paramadina, Novriantoni Kahar. Lakon Yusuf sang Westernis ini mengangkat tag l ine “ke t ika keluarga dipertaruhkan demi cinta dan agama”. Mengisahkan perdebatan antara 'Barat' dan 'Timur', lakon Yusuf sang Western is akan mengambil latar di dua tempat berbeda, yakni Indonesia dan Eropa. Lakon ini akan dipentaskan di Gedung Pertunjukan Bulungan dua hari berturut-turut dalam jam yang sama, yakni pukul 19.00. Tiket Pertunjukan bisa langsung d i p e s a n m e l a l u i t w i t t e r @kafhaparamadina, maupun reservasi ke nomor 085730065213 (Faiq).

Kafha akan pentaskan Lakon

“Yusuf Sang Westernis”

J a k a r t a , P a r m a g z – Semakin mendekati Ujian Saringan Masuk Perguruan Tinggi, berbagai lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal memang semakin gencar mengadakan try out ujian masuk perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. M inggu (27 /4 ) , Rupakapa la bekerjasama dengan Prodi Desain Komunikasi Visual beserta Humas U n i v e r s i t a s P a r a m a d i n a mangadakan Try Out menggambar ujian saringan masuk perguruan tinggi. Bekerjasama dengan Vila Merah, Try out menggambar yang merupakan program tahunan ini bertujuan untuk menyiapkan p e s e r t a m e n g h a d a p i t e s menggambar masuk perguruan tinggi. Menariknya, acara Try out juga dibarengi dengan pameran karya yang akan berlagsung h ingga Rabu (30/4) . Se la in pameran, Universitas Paramadina secara bersamaan juga menggelar saringan masuk bersama (SMB). Saat ditanya, Uli, salah satu p e s e r t a m e n g u n g k a p k a n motivasinya mengikuti acara ini, yakni agar ia terbiasa mengerjakan soal menggambar dalam ujian m a s u k p e r g u r u a n tinggi.”Harapannya sih, bisa lolos ujian masuk universitas yang saya cata-citakan” Lanjut uli, siswa SMA Al-Azhar 01 Jakarta ini. “Harapannya setelah mengadakan acara ini, mahasiswa DKV menjadi semakin banyak” Tutur Pandu, K e t u a H I M A R u p a k a p a l a mengakhiri penjelasannya.

Rupakapala gelar Try Out menggambar

J a k a r t a , P a r m a g z - Universitas Paramadina patut berbangga karena salah seorang dosennya meluncurkan sebuah buku politik pertama pada Jumat (25 /04 ) . Be r tempa t d i Au la Nurcholish Madjid, peluncuran sekaligus diskusi politik ini dihadiri oleh banyak kalangan, mulai dari mahasiswa, awak pers, akademisi dan juga tak ketinggalan para politisi. Tidak tanggung-tanggung, acara ini dihadiri oleh sederet nama politisi beken di kancah perpolitikan Indonesia. Nama-nama seperti pakar hukum tatanegara Prof. J imly Asshiddiqie yang juga m a n t a n K e t u a M a h k a m a h Konstitusi, Wakil Ketua DPR Dr. M. Sohibul Iman, fungsionaris PDIP D r . A r i e f B u d i m a n t a , d a n fungsionaris Partai Demokrat Dr. Ikhsan Modjo menjadi sederet pembicara yang mengisi diskusi yang dimoderatori oleh pakar komunikasi Universitas Indonesia, Dr. Ade Armando. B u k u d e n g a n j u d u l M e n a k a r P r e s i d e n s i a l i s m e Multipartai di Indonesia: Upaya

Mencari Format Demokrasi yang Stabil dan Dinamis dalam Konteks Indonesia, merupakan karya pertama Djayadi. Salah satu dosen H u b u n g a n I n t e r n a s i o n a l Un ivers i tas Paramad ina in i menghabiskan waktu tiga tahun untuk membuat buku dengan tebal 400 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Selain mengupas tentang keberadaan koalisi dalam sistem presidensial multipartai Indonesia, dosen lulusan Ohio University ini juga membahas kekuasaan konstitusional presiden dan DPR, peran oposisi, serta proses pengambilan keputusan di DPR. “Buku ini merupakan buku yang membahas secara detil s istem mult ipartai Indonesia dengan memotret level institusi ketiga dan dengan formulasi yang konkret tentang kehidupakan politik sehari-hari, sebuah buku yang sangat optimis dengan politik Indonesia yang diperkaya dengan kerangka analisa yang luar biasa,” tutur Wakil Ketua DPR, Dr. Sohibul Iman. (Y.H)

m a h a s i s w a y a n g t e n g a h m e n g a m b i l k e l a s P r a k t e k diplomasi dibagi ke dalam 15 kelompok dan 1 tim sekretariat beserta Chairman yang memimpin jalannya sidang. Masing-masing kelompok berperan sebagai delegasi negara yang berbeda-beda. Negara yang diperankan antara lain Australia, Argentina, Chad, Amerika Serikat, Rusia, China, Perancis, Inggris, Lithuania, Nigeria, Luxembourg, Rwanda, Korea Selatan, Chi le, ser ta Yordania. Tema yang diangkat setiap tahunnya dalam Short diplomatic Course selalu berbeda-beda. Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Kerjasama antara PBB dengan Organisasi Regional dan Subregional dalam Menjaga Perdamaian serta Keamanan

Internasional”. Selain sidang Pleno dewan keamanan PBB , pada Short Diplomatic course juga dilaksanakan working group 1 yang mengangkat topik penanganan perdagangan gelap lintas negara, serta working group 2 yang mengangkat topik strategi kontra terorisme global. Layaknya sidang P B B , d i a k h i r a c a r a S h o r t Diplomatic Course juga dihasilkan sebuah resolusi dengan tema terkait. “Seneng banget bisa ikut acara seperti ini. Selain menambah pengalaman, Short Diplomatic Course juga sangat bermanfaat menambah pengetahuan” ujar Tomo, salah satu peserta Short D i p l o m a t i c C o u r s e y a n g memerankan sebagai delegasi Rusia. (Azm)

Short Diplomatic Course Hubungan Internasional

J a k a r t a , P a r m a g z - P r o g r a m s t u d i H u b u n g a n I n t e r n a s i o n a l U n i v e r s i t a s P a r a m a d i n a k e m b a l i m e n y e l e n g g a r a k a n S h o r t Diplomatic Course. Program yang dilaksanakan pada Jumat-Sabtu (25/04 – 26/04) ini merupakan p r o g r a m t a h u n a n y a n g diselenggarakan untuk mahasiswa yang tengah mengikuti kelas p r a k t e k d i p l o m a s i . S h o r t diplomatic course bisa diibaratkan sebagai role play sidang yang dilaksanakan oleh PBB. Melalui acara ini diharapkan Mahasiswa Universitas Paramadina dapat berlatih mengasah kemampuan berdiplomasi, dan bisa merasakan dinamika sidang PBB secara tidak langsung. Bertempat d i gedung Paramadina Graduate school,

SUSUNAN REDAKSI

CEO : Dyan Rachmatullah

COO : Muhammad Darwis

Pimpinan Redaksi : Fina Azmiya

Ilustrator : Arumdari Nurgianti

Fotografer :Wening Eggy

Reporter : Yasmin, Agung Solihin