parfum dalam prespektif islam

47
Assalamualaikum warahmatullah wabarokatuh,, Pak Ustadz yg di rahmati Allah. Saya mau bertanya tentang alkohol. 1. Apakah semua makanan atau minuman yang mengandung alkohol itu Haram? 2. Apakah makanan atau kue/roti yg disemprot langsung dengan alkohol (dg tujuan mensterilkan makanan itu) itu haram? 3. Bagaimana dengan minyak wangi yang mengandung alkohol? mengingat ini sangat penting bagi saya,mohon penjelasan dari pak ustadz Jazakumullah khoiron katsiron Wa Alaikumussalam Wr Wb. Ibnu Rusyd setelah menceritakan perbedaan pendapat dikalangan para ulama Hijaz dan Iraq tentang apakah yang diharamkan pada khomr itu zatnya atau karena ia memabukkan menyebutkan : 1. Secara ijma’ dan atas dasar keadaan syara’ sudah ada ketetapan bahwa yang dimaksud khomr adalah pada jenisnya bukan pada kadar (banyak atau sedikitnya). Maka segala sesuatu yang di dalamnya terdapat hal-hal yang menutupi akal dinamakan khomr. 2. Para ulama bersepakat bahwa memeras anggur adalah halal selama belum menjadi keras sehingga mengandung khomr sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Maka peraslah anggur, dan segala yang memabukkan itu haram.” Begitu juga hadits bahwa Nabi saw memeras anggur menuangkannya pada hari kedua dan ketiga. (Bidayatul Mujtahid juz 1 hal 347) Sayyid Sabiq di dalam ‘Fiqhus Sunah” mengatakan, “Segala sesuatu yang memabukkan adalah termasuk khomr dan tidak menjadi soal tentang apa asalnya. Oleh karena itu, jenis minuman apa pun sejauh memabukkan adalah khomr menurut pengertian syari’at dan hukum-hukum yang berlaku terhadap khomr adalah juga berlaku atas minuman-minuman tersebut, baik ia terbuat dari anggur, madu, gandum dan biji-bijan lain maupun dari jenis-jenis lain.”

Upload: amiliya-emil

Post on 28-Dec-2015

155 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Parfum Dalam Prespektif Islam

Assalamualaikum warahmatullah wabarokatuh,,

Pak Ustadz yg di rahmati Allah. Saya mau bertanya tentang alkohol.

1. Apakah semua makanan atau minuman yang mengandung alkohol itu Haram?

2. Apakah makanan atau kue/roti yg disemprot langsung dengan alkohol  (dg tujuan

mensterilkan makanan itu) itu haram?

3. Bagaimana dengan minyak wangi yang mengandung alkohol?

mengingat ini sangat penting bagi saya,mohon penjelasan dari pak ustadz

Jazakumullah khoiron katsiron

Wa Alaikumussalam Wr Wb.

Ibnu Rusyd setelah menceritakan perbedaan pendapat dikalangan para ulama Hijaz dan

Iraq tentang apakah yang diharamkan pada khomr itu zatnya atau karena ia

memabukkan menyebutkan :

1. Secara ijma’ dan atas dasar keadaan syara’ sudah ada ketetapan bahwa yang

dimaksud khomr adalah pada jenisnya bukan pada kadar (banyak atau sedikitnya).

Maka segala sesuatu yang di dalamnya terdapat hal-hal yang menutupi akal dinamakan

khomr.

2. Para ulama bersepakat bahwa memeras anggur adalah halal selama belum menjadi

keras sehingga mengandung khomr sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Maka

peraslah anggur, dan segala yang memabukkan itu haram.” Begitu juga hadits bahwa

Nabi saw memeras anggur menuangkannya pada hari kedua dan ketiga. (Bidayatul

Mujtahid juz 1 hal 347)

Sayyid Sabiq di dalam ‘Fiqhus Sunah” mengatakan, “Segala sesuatu yang memabukkan

adalah termasuk khomr dan tidak menjadi soal tentang apa asalnya. Oleh karena itu,

jenis minuman apa pun sejauh memabukkan adalah khomr menurut pengertian syari’at

dan hukum-hukum yang berlaku terhadap khomr adalah juga berlaku atas minuman-

minuman tersebut, baik ia terbuat dari anggur, madu, gandum dan biji-bijan lain maupun

dari jenis-jenis lain.”

Zat yang dapat digolongkan kedalam alkohol banyak digunakan untuk obat-obatan,

makanan, parfum ataupun benda-benda yang ada disekitar kita namun dari jenis alkohol

yang termasuk dalam kategori berbahaya dan memabukkan adalah ethanol.

Page 2: Parfum Dalam Prespektif Islam

Sehingga bisa disimpulkan bahwa khomr tidaklah identik dengan alkohol dan sebaliknya

tidak setiap alkohol adalah khomr. Jadi khomr adalah segala sesuatu yang mengandung

ethanol atau zat lain yang memabukkan dari apapun ia dibuatnya.

1. Dengan demikian setiap makanan atau minuman yang mengandung ethanol disebut

khomr dan haram untuk dikonsumsi. Pengharaman tidak dilihat dari aspek memabukkan

atau tidak namun pada zatnya itu sendiri. Karena jika berpatokan dengan alasan

memabukkan maka akan ada yang berpendapat selama khomr itu tidak memabukkan

seseorang maka diperbolehkan padahal ini tidak betul. Namun jika seseorang

berpatokan pada zat khomrnya; berapapun banyaknya kandungan zat (yang

memabukkan) itu dalam suatu makanan / minuman maka ia haram dikonsumsi.

2. Adapun terhadap alkohol yang digunakan untuk bahan pensteril makanan atau roti

maka selama ia bukan dari bahan ethanol yang berbahaya dan memabukkan maka

halal digunakan.

Diantara dalil-dalilnya adalah :

Firman Allah swt :”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,

berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk

perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat

keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan

permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu,

dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu

(dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al Maidah : 90 – 91)

Hadits Abi Aun as Saqofiy dari Abdullah bin Saddad dari Ibnu Abbas dari Nabi saw

bersabda, ”Khomr itu diharamkan karena bendanya.” (HR. Baihaqi)

Sabda Rasulullah saw : “Setiap yang memabukkan adalah khomr dan setiap khomr

adalah haram.” (HR. Muslim).

Ijma’ dan atas dasar keadaan syara’ sudah ada ketetapan bahwa yang dimaksud khomr

adalah pada jenisnya bukan pada kadar (banyak atau sedikitnya). Maka segala sesuatu

yang didalamnya terdapat hal-hal yang menutupi akal dinamakan khomr. (Bidayatul

Mujtahid juz 1 hal 347)

3. Sedangkan hukum penggunaan alkohol dalam parfum atau minyak wangi terjadi

perbedaan pendapat yang disebabkan apakah ia termasuk najis atau suci?!

Ulama yang empat mengatakan bahwa khomr itu najis sebagaimana firman Allah swt :

““adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu.” (QS. Al

Maidah : 90)

Page 3: Parfum Dalam Prespektif Islam

Sementara para ulama yang lain, seperti; Imam Robi’ah, al Laits bin Sa’ad dan al Mazini

mengatakan bahwa khomr itu suci. Mereka berdalil dengan apa yang terjadi ketika ayat

pengharamannya itu diturunkan maka khomr-khomr itu ditumpahkannya di jalan-jalan

Madinah.

Seandainya khomr itu najis maka sahabat tidak akan melakukan hal itu dan Rasulullah

saw pun pasti akan melarang mereka sebagaimana beliau saw melarang sahabat buang

hajat di jalan-jalan. Ini menjadi dalil sucinya khomr.

Mereka menjawab jumhur dengan mengatakan bahwa najis yang dimaksud dalam ayat

adalah najis hukmiyah seperti najisnya orang-orang musyrik (QS. 9 : 28), dan tidak

diragukan lagi bahwa setiap yang diharamkan adalah najis hukmiyah… Khomr bukanlah

najis bendanya akan tetapi hukumnya.

Jumhur kemudian menjawab,”Sesungguhnya firman Allah swt,’rijs’ menunjukan bahwa

makna rijs dari sisi bahasa adalah najis. Kemudian seandainya kita berpegang teguh

untuk tidak menghukum dengan suatu hukum kecuali jika kita dapatkan satu dalil yang

manshush (ada nashnya) maka syariah ini akan terhambat, karena nash dalam hal ini

tidaklah banyak namun sebagaimana penjelasan kami diawal bahwa rijs itu adalah najis

hissiyah (fisik) dan maknawiyah sebagaimana disebutkan terhadap orang-orang

musyrik…

Mereka menjawab jumhur dengan mengatakan bahwa asal segala sesuatu adalah boleh

dan suci selama tidak ada dalil yang menentangnya serta tidak ada dalil yang

menajiskannya.

Intinya menurut jumhur ulama bahwa khomr adalah najis maka alkohol pun menjadi

najis. Sedangkan menurut selain jumhur khomr adalah suci dengan demikian khomr pun

suci.

Diantara ulama belakangan yang mengatakan akan kesucian khomr adalah asy

Syaukani, ash Shon’ani, Shiddiq Hasan Khan dan Syeikh Muhammad Rasyid Ridho

yang berpendapat bahwa alkohol dan khomr tidaklah najis, demikian pula parfum yang

dicampurkan dengannya karena tidak ada dalil shohih yang menjadikannya najis. Dan

juga rijs didalam khomr adalah rijs hukmi yang berarti haram.

Syeikh Muhammad Rasyid Ridho didalam tafsirnya mengatakan bahwa terjadi

perbedaan pendapat dalam najisnya khomr dikalangan ulama kaum muslimin.

Sesungguhnya Abi Hanifah menganggap minuman dari anggur yang didalamnya

terdapat alkohol secara pasti adalah suci. Dan bahwasanya alkohol bukanlah khomr.

Parfum-parfum orang Eropa bukanlah alkohol tetapi ia adalah parfum yang didalamnya

terdapat alkohol sebagaimana ia juga terdapat pada bahan-bahan suci lainnya menurut

ijma serta tidak ada peluang untuk bisa dikatakan najis bahkan dikalangan orang-orang

yang mengatakan khomr itu najis.

Page 4: Parfum Dalam Prespektif Islam

Sealama permasalahan masih menjadi perselisihan barangkali terdapat kemudahan

setelah penyebarluasan penggunaannya didalam kedokteran, penyucian, berbagai

operasi, parfum dan lain-lain maka kecenderungan kepada pendapat kesuciannya

walaupun dibuat dari bahan-bahan beracun dan berbahaya. Walaupun digunakannya

masih jarang seperti khomr maka sesungguhnya penajisannya tidaklah menjadi

kesepakatan khususnya apabila ia terbuat dari selain juice anggur. Dan sekarang ia

dihasilkan dari bahan-bahan yang bermacam-macam. Maka siapa yang terkena parfum

baik badannya, pakaiannya atau yang lainnya maka tidaklah ia wajib mandi dan

sholatnya pun sah.

(Fatawa Al Azhar, bab Parfum, juz 8 hal. 413)

Wallahu A’lam

Jika parfum dengan alkohol yang berasal dari khamar atau bekas khamar, hukumnya najis dan haram.

Topik ini tetap saja menjadi bahan perbincangan yang menarik. Pertanyaan seputar masalah apakah alkohol dalam parfum merupakan najis juga sering dipertanyakan banyak kalangan. 

Ini mengingat, tak sedikit parfum yang menggunakan alkohol sebagai salah satu bahan pembuatnya. Sebelumnya, dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikeluarkan pada 2009 disebutkan, definisi alkohol menurut fatwa itu ialah istilah yang umum untuk senyawa organik.

Apa pun yang memiliki gugus fungsional yang disebut gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon. Rumus umum senyawa alkohol tersebut, yakni R-OH atau Ar-OH. R merupakan gugus alkil dan Ar ialah gugus aril.

Hukum alkohol, sebagaimana dimaksud, bila berasal dari khamar adalah najis. Sedangkan alkohol yang tidak berasal dari khamar, tidak najis. 

Khamar sendiri merupakan minuman yang memabukkan, baik dari anggur atau lainnya, baik dimasak ataupun tidak. Lalu, termasuk jenis apakah alkohol yang dipakai di kebanyakan parfum?

Menurut Auditor Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Chilwan Pandji Apt MSc, alkohol atau etanol yang digunakan untuk parfum tidak sama dengan khamar jenis minuman keras yang memabukan.

Etanol bisa dihasilkan dari fermentasi khamar, tapi juga bisa dari bahan alamiah, seperti bunga atau buah-buahan. Penggunaan alkohol yang bersumber dari fermentasi nonkhamar selama tidak digunakan untuk pangan (dimakan --Red), misalkan sebagai antiseptik, masih diperbolehkan.

Kehadiran alkohol pada parfum sebagai pelarut, pengikat bahan-bahan esensial agar aromanya lebih tahan lama. Parfum yang  pelarutnya berasal dari nonalkohol maupun beralkohol, kata dosen Teknologi Industri Pertanian IPB ini, selama dihasilkan dari fermentasi bahan alami, hukumnya halal dan tidak najis. 

Sebaliknya, jika parfum dengan alkohol yang berasal dari khamar atau bekas khamar, hukumnya

Page 5: Parfum Dalam Prespektif Islam

najis dan haram.Alumnus Program Magister Farmasi ITB itu menambahkan, ada parfum yang terbuat dari ekstrak minyak musang. 

Di luar negeri parfum jenis ini harganya sangat mahal karena mengandung stimulan yang berpengaruh pada libido. “Parfum seperti itu termasuk haram dan najis” kata Pandji tegas.

Adapun titik kritisnya, pertama, bahan minyaknya dari musang yang dibunuh dengan cara tidak Islami sehingga hukumnya najis karena bangkai. 

Kedua, ada maksud lain dari parfum tersebut, yakni merangsang saraf sehingga menimbulkan gejolak. Parfum seperti ini banyak mudaratnya.

Titik kritis lain harus diperhatikan dari parfum yang terbuat dari bahan sintesis. Jika parfum mahal, lebih terjamin kemurnian bahan-bahannya. Sedangkan, parfum harga murah perlu dipertanyakan kehalalan bahan sintetis yang digunakan.

Seperti, harum buah-buahan, bunga, apakah dari bahan sintesis yang halal atau haram? Jika ragu membelinya, Pandji menganjurkan untuk meninggalkan saja. 

Lebih baik memilih parfum yang bahan-bahannya sudah bersertifikat halal agar aman. Ini karena terdapat sejumlah produk parfum telah bersertifikat halal.

Assalamu’alaikum…

Saya bertanya tentang pemakaian parfum yang mengandung alkohol sekian persen di setiap

pakaian, baik yang dipakai sehari-hari maupun dipakai ketika shalat. Apakah sah shalatnya,

dengan memakai wangi-wangian yang mengandung alkohol dalam kandungan persen yang kecil?

Apa tanggapan ustadz, apakah saya boleh menggunakannya ataukah berganti dengan yang non

alkohol? Jazakumullah…

Wassalamu’alaikum

Jawaban:

Segala puji bagi Allah, satu-satunya sesembahan yang berhak untuk disembah. Sholawat dan

salam tidak lupa kita tujukan kepada Nabi Muhammad, keluarga, para sahabatnya serta para

pengikutnya dengan baik hingga hari kiamat. Sebelumnya kami memohon maaf atas

keterlambatan jawaban kami.

Sesungguhnya masalah boleh tidaknya menggunakan parfum yang beralkohol merupakan

permasalahan yang diperselisihkan oleh para ulama. Hal ini bersumber dari perselisihan ulama

mengenai najis tidaknya alkohol. Insya Allah pendapat yang lebih kuat (sebagaimana pendapat

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaiminrahimahullah) adalah alkohol adalah tidak najis.

Dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, firman Allah subhanahu wa ta’ala:

الم� ر�ج�س� �ص�اب� و�األز� ر� و�األن �س� �م�ي �خ�م�ر� و�ال �م�ا ال �ن �وا إ �ذ�ين� آم�ن $ه�ا ال ي� �ا أ ي

Page 6: Parfum Dalam Prespektif Islam

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah rijs

(perbuatan keji).” (QS. Al Maidah: 90)

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa khamr, judi, berhala, mengundi nasib dengan panah

adalah rijs. Kata rijs bisa berarti najis. Namun najis pada ayat ini adalah najis secara maknawi,

bukan bendanya bersifat najis. Hal ini ditunjukkan dengan penyatuan keempat perkara di atas, di

mana keempat perkara ini memiliki satu sifat yang sama yaitu rijs. Kita telah ketahui bersama

bahwasanya judi, berhala dan panah itu bukanlah benda najis, namun ketiganya najis secara

maknawi, maka begitu pula dengan khamr (alkohol), maka ia pun najis namun secara maknawi

(perbuatannya yang keji) bukan benda atau zatnya.

Kedua, di dalam riwayat yang shahih, ketika diturunkan ayat tentang haramnya khamr, kaum

muslimin menumpahkan khamr-khamr mereka di pasar-pasar. Seandainya khamr itu najis secara

zatnya, maka tentu tidak boleh menumpahkannya di pasar-pasar. Selain itu,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga tidak memerintahkan untuk mencuci bejana-

bejana bekas khamr sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan

untuk mencuci bejana bekas daging keledai piaraan (karena daging tersebut najis).

Ketiga, dalil lainnya adalah sebagaimana yang terdapat dalam Sahih Muslim, di mana ada

seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamdengan membawa

khamr di dalam suatu wadah untuk dia berikan kepada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam.

Namun, setelah ia diberitahu bahwa khamr sudah diharamkan, ia langsung menumpahkan khamr

itu di hadapan Nabi. Dan Nabi tidak memerintahkan orang tersebut untuk mencuci wadah bekas

khamr dan tidak melarang ditumpahkannya khamr di tempat itu. Seandainya khamr najis, tentu

Nabi sudah memerintahkan wadah tersebut untuk dicuci dan beliau melarang menumpahkan

khamr tersebut di tempat itu. Dari penjelasan di atas, maka jelaslah yang lebih kuat bahwa

alkohol tidaklah najis, maka tidak wajib mencuci pakaian apabila terkena alkohol.

Adapun hukum memakai parfum yang beralkohol, maka Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan

bahwa yang lebih baik adalah kita bersikap berhati-hati yaitu dengan tidak memakainya. Karena

sesungguhnya Allah berfirman tentang khamr:

�وه� �ب �ن ت �ط�ان� ف�اج� ي �م� ر�ج�س� م/ن� ع�م�ل� الش� ال �ز� �نص�اب� و�األ ر� و�األ �س� �م�ي �خ�م�ر� و�ال �م�ا ال �ن � إ �وا �ذ�ين� آم�ن $ه�ا ال ي� �ا أ ي

�ح�ون� �ف�ل �م� ت �ك �ع�ل ل

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk

perbuatan keji di antara perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-

perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maaidah: 90)

Allah memerintahkan untuk menjauhi hal tersebut. Di mana perintah ini mutlak, bukan hanya

sekedar meminum atau memakainya (bukan untuk diminum). Oleh karena itulah yang lebih hati-

Page 7: Parfum Dalam Prespektif Islam

hati adalah seseorang menghindari penggunaan minyak wangi yang mengandung alkohol. Akan

tetapi, Beliau juga menegaskan bahwa beliau tidak menggunakan minyak wangi yang

mengandung alkohol namun beliau juga tidak melarang orang lain untuk menggunakannya.

(disarikan dari majalah As Sunnah edisi 02 tahun IX/1426/2005 hal 49-51).

Dan Alhamdulillah sudah banyak parfum-parfum yang beredar di negeri kita dan tidak

mengandung alkohol. Oleh karena itu, kami berpendapat lebih baik menggunakan parfum yang

tidak beralkohol, karena parfum-parfum jenis ini mudah didapatkan di negeri kita. Wallahu

a’lam.

Hukum Minyak Wangi (Parfum) Berkadar Alkohol

arenfrur

Apa hukumnya menggunakan minyak wangi (parfum) berkadar alkalone atau alkohol?

Alhamdulillah, parfum-parfum yang katanya mengandung alkalone atau alkohol

harus kita perinci pembahasannya sebagai berikut:

-Jika kadar alkoholnya sedikit dan tidak membahayakan maka silakan ia

memakainya tanpa harus ragu. Misalnya kadar alkoholnya sekitar lima persen atau

kurang dari itu, kadar sekian persen itu tentu tidak menimbulkna efek

membahayakan.

-Jika kadar alkoholnya tinggi sehingga dapat menimbulkan efek samping terhadap

pemakainya, maka yang paling baik adalah tidak menggunakannya kecuali untuk

keperluan sangat mendesak, seperti untuk mensterilkan luka dan sejenisnya. Tidak

juga kita katakan haram, namun lebih baik tidak menggunakannya bila tidak ada

keperluan yang mendesak. Sebab kadar alkohol tinggi tersebut dapat kita simpulkan

bahwa ia tergolong zat yang memabukkan. Zat-zat yang memabukkan tentunya

haram berdasarkan nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah serta ijma'. Akan tetapi

masalahnya apakah penggunaannya -selain meminumnya- menjadi halal? Inilah

yang perlu dibahas lebih lanjut. Yang pasti tidak menggunakannya tentu lebih

selamat. Saya katakan tadi bahwa masalah ini perlu dibahas lagi karena Allah telah

berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,

( berkorban untuk ) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji

termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu

mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak

Page 8: Parfum Dalam Prespektif Islam

menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu dan berjudi itu, dan

menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari

mengerjakan pekerjaan itu). (QS. 5:90-91)

Kalau kita tinjau kandungan umum kalimat 'ijtanibuuhu' (maka jauhilah) dalam ayat

di atas maka penggunaannya dilarang secara mutlak, kita katakan: Khamar harus

dijauhi secara mutlak, baik meminumnya atau menggunakannya sebagai minyak

wangi dan semacamnya. Jika kita tinjau alasan pelarangannya, yakni firman Allah :

'Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan

kebencian diantara kamu dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat

Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)'

maka kita katakan bahwa yang dilarang adalah meminumnya. Sebab sekedar

menggunakannya sebagai minyak wangi tidaklah sampai memabukkan.

Kesimpulannya: Jika kadar alkohol yang terdapat pada parfum tersebut sedikit maka

boleh saja digunakan tanpa harus ragu dan tanpa harus dipersoalkan lagi. Namun

jika kadar alkoholnya tinggi maka yang terbaik adalah tidak menggunakannya

kecuali untuk suatu keperluan yang mendesak. Seperti untuk mensterilkan luka dan

sejenisnya.

Asalamualaikum wr wb

Kpd pengasuh yang mulia, saya ingin tanya soal alkohol yang di dalam minyak wangi /parfum, sahkah bila di gunakandalam solat? Jika tidak, jenis parfum apa dan apa namanya yang sah di pakai ketika solat? kalo tidak sah tolong beri penjelasanya dan dasarnya

Anwar

 --------- Jawab: ---------Fatwa Syaikh 'Athiyah Shaqr [salah satu Ulama Universitas Al-Azhar Mesir yang sangat terkenal] seputar alkohol:

Tidak ada keterangan definitif [nash] dalam al-Quran, Sunnah, dan kitab-kitab fikih klasik [turats]. Dan ketika tersebar luas keberadaannya, terjadi perbedaan pandangan mengenai hukumnya.

Sebagian ulama' memasukkannya dalam kategori minuman yang memabukkan seperti khamr [arak], dan sebagian lainnya memasukkannya ke dalam kategori zat yang mengandung racun atau yang sangat berbahaya.

Akan tetapi kedua golongan ulama ini sepakat mengharamkan mengkonsumsinya dalam bentuk makanan atau minuman, karena ia termasuk jenis minuman yang memabukkan. Padahal sesuatu yang memabukkan adalah kategori khamr, dan khamr adalah haram. Islam melarang segala bentuk madarat baik terhadap diri sendiri atau terhadap orang lain [Lأ¢ dharأ¢r-a wa lأ¢ dhirأ¢r-a]. Mereka yang menganggapnya khamr berselisih pendapat mengenai kenajisannya.

Para imam Madzhab Empat sepakat, bahwa khamr adalah najis, dengan mengambil dalil dari (QS. 5:90): "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk ) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah "rijs", termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan". Menurut mereka, "rijs" adalah najis atau sesuatu yang dianggap kotor dan menjijikkan, dan syriat [al-Quran] telah menghukumi khamr demikian, dan memerintahkan untuk menjauhinya.

Page 9: Parfum Dalam Prespektif Islam

Maka selain keharamannya, khamr adalah najis. Dan karena alkohol adalah kategori khamr, maka ia adalah najis.

Berbeda dengan madzhab-madzhab di muka, Imam Rabi'ah [guru Imam Malik], Imam Laits bin Sa'd , al-Muzany [murid Imam Syafi'i] dan sebagian ulama' al-mutaakhkhirun berpendapat, bahwa khamr adalah suci. Pendapat ini mengambil dalil dari perintah Rasul SAW membuang air khamr di jalan-jalan umum ketika turun ayat yang mengharamkannya.

Andaikata khamr adalah suci, maka sahabat tidak akan melakukannya, karena Rasul melarang mengotori jalanan dengan membuang kotoran-kotoran di atasnya. Mereka menolak dalil Imam Empat, bahwa yang dimaksud dengan "rijs" adalah "najis ma'nawi", seperti firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis". (QS At-Taubah 28). Ayat ini tidak bermaksud menandaskan kenajisan tubuh orang-orang musyrik, sehingga tubuh kita atau pakaian kita harus dibasuh bila bersentuhan dengan mereka. Menguatkan argumentasi para penentang Madzhab Empat, bahwa yang diberi predikat sebagai "rijs" tidak saja khamr, akan tetapi juga berjudi, (berkorban untuk ) berhala, mengundi nasib dengan panah. Dan tak satu-pun ulama yang berpendapat kenajisan hal-hal ini dalam arti najis lahiriyah. Maka khamr juga demikian, kenajisannya bersifat "maknawi" tidak lahiriyah [yang berhubungan dengan kewajiban membasuh], dan dengan demikian, alkohol adalah suci. Tanpa memasuki silang pendapat diantara mereka serta perincian argumentasi-argumentasinya, saya simpulkan: khamr menurut mayoritas ulama [jumhur] adalah najis dan menurut lainnya adalah suci. Dan alkohol mengikuti silang pendapat ini.

Adapun bagi mereka yang beranggapan bahwa alkohol tidak masuk dalam kategori khamr, akan tetapi masuk dalam kategori zat beracun dan berbahaya, maka alkohol adalah suci seperti kesuciannya ganja dan opium. Tak seorang-pun yang berpendapat kenajisan "lahiriah" benda-benda ini, walau ia adalah najis "ma'nawi", dalam arti tak boleh dimakan.

Di antara yang memihak kesucian khamr adalah Imam As-Syawkany [penulis Naylul-Awthar], dan as-Shan'any [penulis Subul as-Salam], Shadiq Hasan Khan [penulis buku ar-Rawdhah al-Bahiyah], dan Muhammad Rasyid Ridha [penulis Tafsir Al-Manar]. Ulama disebut terakhir ini mengatakan: khamr diperselisihkan mengenai kenajisannya di antara para ulama'. Dan an-Nabidz [minuman keras yang dibuat dari anggur, pent] menurut Hanafiyah adalah suci, dan ia pasti mengandung alkohol, dan sesungguhnya alkohol bukan khamr.

Parfum-parfum Foreign [Eropa] bukan alkohol, akan tetapi mengandung alkohol, sebagaimana banyak benda-benda suci lainnya yang juga mengandung alkohol. Tak ada dasar yang kuat untuk menghukumi kenajisannya, hingga bagi mereka yang menganggap khamr sebagai benda najis.

Setelah kutipan-kutipan dan penjelasan-penjelasan di atas, dapat saya katakan: Mungkin termasuk upaya memudahkan [umat Islam, pent], setelah menyebarnya alkohol dalam medis, proses penyucian, parfum, berbagai analisa dan lain-lainnya, adalah upaya memilih hukum kesuciannya apabila ia termasuk kategori zat beracun dan berbahaya. Dan walau terkadang difungsikan sebagai minuman memabukkan layaknya khamr, akan tetapi kenajisannya tidak merupakan kesepakatan bersama. Atas dasar ini, cologne dan parfum-parfum yang mengandung alkohol adalah suci.

[lihat fatwa dar al-ifta Mesir]

* * Fatawa Islamiyah volume 5, hal 1652. Saya terjemahkan dari buku "Fatأ¢wa wa Ahkأ¢m Lil-Mar ah al-Muslimah", kumpulan fatwa-fatwa 'Athiyah Shaqr. Demikian, semoga membantu. Abdul Ghofur Maimoen

Hukum Obat dan Parfum Beralkohol

Pertanyaan:Apa hukum menggunakan obat-obatan dan wangi-wangian yang mengandung alkohol?

Abu Abdil Aziz (0815209????)

Jawab:Adapun hukum alkoholal dijadikan campuran obat atau wangi-wangian, maka berikut jawaban dari Syaikh Yahya Al-Hajuri dan Syaikh Abdurrahman Al-Mar’i:

Page 10: Parfum Dalam Prespektif Islam

Syaikh Yahya bin ‘Ali Al-Hajury -hafizhohullah- menjawab dengan nash sebagai berikut:“Apabila alkohol tersebut sedikit dan larut di dalamnya sehingga tidak meninggalkan bekas sama sekali apalagi memberikan efek atau pengaruh maka itu tidaklah mengapa. Adapun apabila alcohol tersebut terdapat di dalam obat sehingga memberikan pengaruh terhadap pemakai apakah karena dosisnya di dalam obat tersebut 50% atau kurang maka hukumnya tidak boleh”.

Permasalahan ini juga telah ditanyakan kepada Syaikh ‘Abdurrahman bin ‘Umar bin Mar’iy Al-’Adany yang diberi gelar oleh Syaikh Yahya sebagai Faqihud Dar .Beliau menjawab semakna dengan jawaban Syaikh Yahya di atas dan beliau menambahkan, “Dan itu sama seperti air yang masuk ke dalamnya beberapa tetes urine (air seni). Apabila air tersebut berubah dari asalnya maka air tersebut menjadi najis dan apabila air seni tersebut tidak mengubah dan tidak memberikan pengaruh terhadapnya maka air tersebut tetap pada hukum asalnya”.

Dan beliau (Syaikh ‘Abdurrahman) juga pernah ditanya dengan nash pertanyaan berikut:“Darimana kita bisa mengetahui bahwa alkohol tersebut sudah terurai dengan zat yang lain ?”Beliau menjawab:“(Diketahui) dengan salah satu dari dua perkara (berikut) :1. Kita menerapkan kaidah yang berbunyi “Apa-apa yang dalam jumlah banyak memabukkan maka dalam jumlah sedikit juga haram”. Maka minyak wangi ini (yang bercampur dengan alkohol-pent.) jika dalam jumlah banyak bisa memabukkan maka dalam jumlah kecil juga tidak boleh menjualnya, tidak boleh membelinya, dan tidak boleh menggunakannya. Dan yang nampak bahwa hal tersebut berjenjang, karena di antara minyak wangi ini ada yang terdapat alkohol di dalamnya dengan kadar 15 %, di antaranya ada yang 2 % dan di antaranya ada yang 6 %, yang jelas inilah kaidah yang difatwakan oleh para ulama.2. Dengan meneliti minyak wangi ini melalui cara-cara penelitian modern. Jika diketahui dengannya bahwa alkohol ini tidak menyatu dengan zat minyak wangi maka boleh menggunakannya, jika tidak diketahui maka tidak (boleh).(Adapun) Obat-obatan yang mengandung alkohol, maka rinciannya seperti rincian pada minyak wangi (di atas).Dan yang nasihatkan adalah meninggalkan penggunaan minyak wangi dan obat-obatan yang terdapat alkohol di dalamnya”.

Page 11: Parfum Dalam Prespektif Islam

ANDA penyuka jenis parfum? Telitilah kadar alkoholnya, sebab hukum alkohol pada parfum

terdapat  perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sebagian ada yang menganggapnya sebagai

najis, sebab alkohol itu identik dengan khamr. Namun melihat kepada pendapat yang rajih atau

yang lebih kuat, sebenarnya alkohol itu tidak identik dengan khamr, meski memang umumnya

khamr itu banyak mengandung alkohol.

Sebagian ulama, memanggap alkohol sama dengan khamar yang dianggap najis oleh mereka.

Sehingga benda apapun yang terkandung alkohol di dalamnya dianggap sebagai najis.

Sehingga mereka menghindari memakai benda yang mengandung alkohol, termasuk parfum

beralkohol.

Dan tidak berarti semua benda yang mengandung bahan alkohol otomatis menjadi khamr.

Sebab ada banyak benda di sekeliling kita yang mengandung alkohol, seperti cat dan zat-zat

yang ada di sekeliling kita. Dan secara zahir benda itu tidak bisa dikategorikan sebagai khamr

yang memabukkan.

Sehingga para ulama umumnya berketetapan bahwa alkohol itu bukanlah benda yang najis

karena bukan khamr. Dan tidak mengapa menggunakan parfum yang mengandung alkohol

dalam shalat karena tidak termasuk benda najis.

Dan kenajisan khamr sendiri sebagaimana yang disebutkan Al-Quran, bukan jenis najis secara

fisik. Demikian menurut sebagian ulama. Karena dalam ayat itu dikaitkan dengan judi, anak

panah sebagai rijs yang merupakan perbuatan setan.

Jumhur ulama menegaskan bahwa khamr adalah najis berat sebagimana firman Allah dalam

Alquran:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala,

mengundi nasib dengan panah, adalah rijs termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan,” (QS. Al-Maidah: 90).

Namun, pendapat itu dibantah oleh sebagian ulama. Di antaranya oleh Rabi’ah dari kalangan

Maliki, al-Shan’ani, dan al-Syaukani. Menurut mereka, yang dimaksud dengan rijs (najis) di atas

adalah najis maknawi, dengan melihat kepada perbuatannya yang terlarang bukan pada zatnya.

Sebagaimana hal itu terlihat pada rangkaian perbuatan lainnya yang dilarang (berjudi dsb).

Karenanya, secara zat, khamar menurut mereka suci.

Dalam kitab Subulussalam juga disebutkan bahwa setiap najis adalah haram. Namun, tidak

demikian sebaliknya. Sebab, setiap yang najis sudah tentu dilarang untuk dipegang apalagi di

makan. Sementara, setiap yang haram tidak mesti najis. Misalnya sutera dan emas dilarang

untuk dipakai oleh laki-laki. Namun, keduanya suci dan tidak najis kalau disentuh atau dipegang.

Anda bisa memilih pendapat mana yang terkuat. Jika menurut Anda pendapat kedua maka

memilih memakai parfum beralkohol. Namun jika Anda ingin berhati-hati, Anda bisa memilih

pendapat pertama dengan tidak memakainya.[sumber:rumah fiqih indonesia]

Page 12: Parfum Dalam Prespektif Islam

Hukum Alkohol Pada ParfumPERTANYAAN:

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sebelumnya, semoga Ustadz dalam keadaan sehat wal'afiat selalu.

begini Ustadz, saya ingin bertanya mengenai :

1. Bagaimanakah hukumnya memakai Parfum yang beralkohol, apakah boleh digunakan untuk sholat juga?

2. Bagaimana pula dengan tissu yang beralkohol? biasanya kalau beli air galon kan suka disertai tissu untuk

membersihkan pangkal galonnya Ustadz, alasannya agar bakteri-bakterinya bisa mati. dan kalo kita gunakan

pasti terminum, Bagaiman tuh Ustadz?

"Mohon Penjelasannya ya Ustadz...".

Terima Kasih...

"nasrullah doank" [email protected]

JAWABAN:

Terdapat perbedaan di antara ulama tentang hukum parfum dan banda yang mengandung bahan

alcohol

1.    Pendapat pertama menyatakan, bahwa alcohol adalah najis, sehingga setiap benda yang

mengadung alcohol adalah najis

2.    Pendapat Kedua menyatakan, bahwa alcohol adalah bukan najis jika terbuat dari bahan yang

bukan najis. Oleh karena itu, penggunaan benda yang mengandung alcohol bukanlah najis.

Dalil dan alasan pendapat yang menyatakan alcohol adalah najis:

1.    Firman Allah SWT:

ت%ن#ب�وه�   اج' ف% ي'ط%ان# الش. ع%م%ل# م#ن' ر#ج'س7 م� ال% %ز' األ' و% اب� %نص% و%األ' ر� ي'س# ال'م% و% ر� م' ال'خ% ا #ن.م% إ ن�وا آم% ال.ذ#ين% ا %يJه% ي%اأ

ون% ل#ح� ت�ف' ل%ع%ل.ك�م'

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan

panah, adalah rijsun termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar

kamu mendapat keberuntungan.(QS. AL-Maidah: 90)

Kata rijsun dalam ayat di atas, menurut pendapat ini maknanya adalah najis (najis hissy/konkret).

2.    Setiap khomr mengandung alkohol, dan khomr dimasukkan dalam kategori najis sesuai ayat di

atas.

Dalil dan alasan pendapat yang menyatakan bahwa alkohol adalah bukan najis:

1.    Makna ”rijsun” pada surat Al-Maidah: 90 di atas adalah bukan makna najis hissy (najis konkret)

namun yang dimaksud dalam ayat ini adalah najis hukmi/maknawi (abstrak). Sebagaimana patung

dan kartu judi pada ayat tersebut tidaklah najis hissy secara hukumnya, namun dia adalah benda

suci yang meski kita pegang atau sentuh tidaklah menyebabkan tangan kita ikut najis.

Firman Allah SWT:  ث%ان# و'% األ' م#ن' ج'س% Tالر ت%ن#ب�وا اج' ف%

Page 13: Parfum Dalam Prespektif Islam

“Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu” (QS. Al-Hajj: 30) Para ahli tafsir menafsirkan

makna di atas sebagai najis hukmy (bukan najis hissy/konkret), karena menimbulkan kemusyrikan.

2.    Kenajisan suatu benda termasuk di dalamnhya alkohol dipengaruhi oleh bahan dasar

pembuatannya. Jika bahan pembuatannya menggunakan bahan yang najis, maka alkohol tersebut

pun najis, namun jika bahan pembuatannya dari bahan yang tidak najis, maka alkohol itu pun suci

dan tidak najis

3.    Dr. Ahmad Asy-Syarbasyi dalam kitabnya, Yas'alunaka, jilid 2 halaman 30 sebagai berikut

mengutip dari lajnah fatwa Al-Azhar Mesir. Lengkapnya demikian: "Lajnah Fatwa AL-Azhar telah

ditanya dengan masalah ini (hukum kenajisan alkohol). Maka Al-Azhar menjawab bahwa alkohol

(spiritus) atas pendapat bukan hanya satu dari para ulama bukan benda najis. Dan atas ketidak-

najisannya, maka benda-benda yang dicampur dengan alkohol hukumnya pun tidak najis.

Pendapat inilah yang kami pilih karena kekuatan dalilnya serta sebagai penolak kebimbangan atas

pendapat yang menajiskannya."

4.    Perintah menjauhi khomr pada ayat di atas bukan pada najisnya, meskipun menjauhi najis itu

dianjurkan. Namun perintah menjauhi khomr itu lebih kepada karena khomr itu memabukkan.

Seperti halnya ganja yang memabukkan, namun memegang daun ganja tidaklah najis, namun

tidak boleh dikonsumsi karena memabukkan.

Kesimpulan:

Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil jawaban dari dua pertanyaan yang diajukan di atas:

1.    Bila mengikuti pendapat pertama, maka menggunakan parfum, tissue untuk botol air isi ulang

galon dan benda lain yang mengandung alcohol adalah tidak diperbolehkan karena hal itu adalah

najis sehingga mengenai pakaian atau minuman/makanan yang kita gunakan.

2.    Bila mengikuti pendapat kedua, maka menggunakan parfum, tissue untuk botol air isi ulang galon

dan benda lainnya yang mengandung alkohol dari bahan suci adalah mubah dan diperbolehkan,

karena alkohol yang terbuat dari bahan suci adalah suci.Karena di Indonesia, kebanyakan alkohol

dibuat dari larutan gula dengan peragian dan penyulingan. Atau dari bahan yang mengandung zat

pati (amilum) seperti kentang, jagung dan lainnya. Atau dari bahan yang mengandung selulosa

seperti ampas-ampas kayu, atau dari umbi-umbian yang mengandung froktosa dan lignin.

Dan menurut hemat saya, pendapat kedua lebih kuat dan dapat diterima.

Wallahu a’lam bish-showab

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamualaikum wr wb.

Page 14: Parfum Dalam Prespektif Islam

Ustaz, sesuai sunah, setiap shalat Tarawih saya selalu menggunakan wangi-wangian dengan

parfum semprot yang mengandung alkohol.

Ada yang mengingatkan saya kalau alkohol itu najis. Apakah betul itu najis, sehingga saya tidak

boleh menggunakan parfum jenis ini karena baju saya akan kena najis?

 

Wassalamualaikum wr wb.

Ulama berbeda pendapat dalam soal najis atau tidaknya alkohol. Pangkal perbedaan mereka;

apakah alkohol itu termasuk jenis yang memabukkan, seperti khamar atau jenis zat yang

membahayakan? 

Para ulama sepakat, hukum meminumnya haram, sebab ia memabukkan. Seperti dalam hadis,

“Setiap yang memabukkan itu khamar, dan setiap khamar itu haram.” (HR. Muslim).

Ulama yang mengatakan alkohol sejenis khamar berbeda pula dalam soal najis atau tidaknya.

Imam empat (Hanafi, Maliki, Syafi`i, dan Hanbali) berpendapat najis hukumnya dengan dalil QS

al-Maidah [5]: 90. 

Di situ, khamar disebut rijsun yang berarti najis atau jelek dan menjijikkan yang harus dijauhi.

Larangan untuk menjauhinya karena ia najis. Atas dasar itu, alkohol hukumnya najis. Demikian

pendapat jumhur (mayoritas ulama).

Berbeda dengan pendapat jumhur, Imam Rabi`ah, guru Imam Malik, Laits bin Sa`d dan al-

Muzaniy dari pengikut Syafi`i mengatakan khamar itu suci.

Dalil yang digunakan, ketika larangan meminum khamar turun, para sahabat

mengguyur/menuang khamar di sepanjang jalan Madinah. 

Seandainya khamar itu najis, tentu para sahabat tidak akan melakukan itu dan tentu Rasul akan

melarangnya, seperti halnya beliau melarang kencing dan buang air besar di jalan. Atas dasar

itu, alkohol hukumnya suci.

Dalil yang digunakan jumhur, menurut beberapa ulama, dipandang lemah. Memang di

situ khamar disebut sebagai rijsun (najis), tetapi najis dimaksud adalah bersifat hukmi (secara

de jure), seperti halnya ketika Allah menyebut bahwa orang-orang musyrik itu najis (QS al-

Taubah [9]: 28). Bukankah menyentuh orang musyrik tidak membatalkan wudhu.

Selain itu, dalam ayat tersebut, bersamaan dengan khamar, judi (maysir), berkorban untuk

berhala (al-anshab), dan mengadu nasib dengan panah (al-azlaam) disebut juga sebagai rijs.

Namun demikian, tidak seorang pun ulama yang mengatakan ketiganya najis bila

disentuh/terkena. 

Jadi, najis yang dimaksud dalam kedua ayat di atas adalah najis hukmi,bukan aini. Artinya,

sifatnya yang najis dan menjijikkan, bukan zat atau bendanya.

Page 15: Parfum Dalam Prespektif Islam

Di antara ulama belakangan yang mengatakan khamar itu suci; Al-Syaukani, al-Shan`aniy,

pengarang kitab Subulus Salam, Shiddiq Hasan Khan dalam kitabnya Al-Rawdhah al-Bahiyyah,

dan M Rasyid Ridha. 

Kesimpulannya, menurut jumhur, khamar hukumnya najis. Karena itu, alkohol pun najis. Menurut

selain jumhur, khamar itu suci, demikian pula alkohol.

Demikian perbedaan ulama yang mengatakan alkohol termasuk zat yang memabukkan seperti

khamar. Selanjutnya, menurut ulama yang mengatakan alkohol adalah sejenis zat yang

membahayakan, seperti candu dan sebagainya, maka hukumnya suci. 

Sebab, tidak seorang pun yang mengatakan benda-benda tersebut najis aini (najis bila

disentuh). Yang najis hanya sifatnya (hukmi), yaitu terlarang.

Jadi, persoalannya adalah khilafiyah. Dalam hal ini, hemat saya, pendapat yang mengatakan

alkohol itu suci lebih sejalan dengan prinsip taysir (kemudahan) dalam Islam, khususnya setelah

alkohol banyak digunakan dalam dunia kedokteran, parfum, dan sebagainya. Sebab, ternyata

ulama yang mengatakan alkohol itu khamar pun tidak sepakat dalam soal najis atau tidak.

Atas dasar itu, baju atau badan atau lainnya yang terkena parfum yang mengandung alkohol

tidak perlu dicuci, sebab hukumnya suci. Anda pun boleh menggunakannya untuk melakukan

ibadah. Wallahua’lam bish shawab.

Pada masa sekarang ini banyak sekali beredar minyak wangi atau parfum yang mengandung alkohol, banyak sekali toko yang menjual parfum dengan mencampurnya dengan alkohol. Bagaimanakah hukumnya menurut syariat islam?

Hukum alkohol pada parfum atau minyak wangi menjadi perbedaan di kalangan ulama. Di satu sisi, parfum dianggap sebagai najis karena alkohol identik dengan khamar. Jadi benda apa pun yang mengandung alkohol dianggap najis. Dengan anggapan seperti itu, mereka menghindari pemakaian barang-barang yang mengandung alkohol, termasuk parfum.

Di sisi lain, jika kita melihat pendapat yang lebih kuat, dikatakan bahwa alkohol tidak dapat diidentikkan dengan khamar karena memang khamar itu memunyai kandungan alkohol. Sementara itu alkohol tidak mesti ada dalam khamar. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pemakaian alkohol di dunia medis sebagai bahan untuk desinfektan, dan pada saat pasien akan diinjeksi.

Di sekeliling kita juga banyak benda yang mengandung alkohol. Misalnya, buah buahan tertentu, cat, dan zat zat yang ada di sekeliling kita. Secara lahir, benda itu tidak bisa dikategorikan sebagai khamar yang memabukkan. Oleh karena itu, para ulama pada umumnya berketetapan bahwa alkohol itu bukanlah khamar. Jadi penggunaan parfum yang mengandung alkohol dalam shalat diperbolehkan karena tidak termasuk benda najis.

Page 16: Parfum Dalam Prespektif Islam

Hukum Memakai Parfum yang Mengandung Alkohol

Sementara itu, kenajisan khamar sendiri, sebagaimana pendapat sebagian ulama sesuai dengan firman Allah swt dalam Al Quran, bukan jenis jenis secara fisik. Hal ini karena dalam ayat tersebut dikaitkan dengan judi bahwa anak panah sebagai rijsun yang merupakan perbuatan setan.

Di samping itu, jumhur ulama menegaskan bahwa khamar adalah najis berat, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran,

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah  [434] , adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al Maidah: 90)

Pendapat itu dibantah oleh sebagian ulama lain, seperti Rabi’ah dari kalangan Maliki, Ash-Shan’ani, dan Asy-Syaukani. Menurut mereka, yang dimaksud dengan rijsun (najis) pada ayat tersebut adalah najis maknawi, dengan melihat perbuatannya yang terlarang, bukan pada zatnya. Sebagaimana hal itu terlihat pada rangkaian perbuatan lainnya, misalnya berjudi. Jadi secara zat, menurut mereka khamar adalah suci.

Keterangan lain dapat kita temukan dengan adanya istilah bahwa semua najis adalah haram. Namun, tidak demikian sebaliknya sebab setiap yang najis sudah tentu dilarang untuk dipegang apalagi dimakan. Sementara itu setiap yang haram tidak selalu najis. Misalnya, sutra dan emas dilarang bagi laki laki. Namun, keduanya suci dan tidak najis kalau disentuh atau dipegang.

Dengan adanya perbedaan tersebut, kita harus yakin dengan pilihan kita untuk mengikuti salah satu dari dua penpapat itu. Meskipun pendapat kedua dipandang lebih rajah, menjaga sikap yang lebih berhati hati adalah pilihan yang paling bijak. Oleh karena itu, jika ingin berhati hati, kita bisa memilih pendapat pertama dengan tidak memakai parfum yang mengandung alkohol.

Page 17: Parfum Dalam Prespektif Islam

Hukum memakai parfum yang mengandung alkohol

Menurut jumhur (mayoritas) fuqaha, seperti Syafi’i, Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad,

khamar adalah najis.[1] Jumhur ulama mendalilkan najis khamar berdasarkan antara lain

firman Allah berbunyi :

أ م�ن� ي%ا ر�ج�س� م� ال� �ز� و�األ� �ص�اب� �ن و�األ� ر� �س� �م�ي و�ال �خ�م�ر� ال �م�ا �ن إ �وا آم�ن �ذ�ين� ال $ه�ا �ي�ح�ون� �ف�ل ت �م� �ك �ع�ل ل �وه� �ب �ن ت ف�اج� �ط�ان� ي الش� ع�م�ل�

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah najis daripada perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(Q.S. al-Maidah : 90)

Yang dimaksud dengan khamar adalah setiap benda cair yang memabukkan. Ini

sesuai dengan hadist berbunyi :

ام�   ح�ر� خ�م�ر� �ل$ و�ك خ�م�ر� ك�ر� م�س� �ل$ كArtinya : Setiap yang memabukkan adalah khamar dan setiap khamar adalah haram (H.R. Muslim)[2]

            Apabila suatu benda cair disebut sebagai sesuatu yang memabukkan, apabila

banyaknya memabukkan, maka sedikitnya juga haram, karena najisnya tidak hilang dengan

sebab sedikit ukurannya. Nabi SAW bersabda :

�ر� ك �س� أ �ه�  م�ا �ل �ي ف�ق�ل ه� �ر� �ي �ث كام�                                                                       ح�ر�

Artinya : Sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnyapun haram.(H.R. Abu Daud, At-Turmidzi dan Ibnu Majah, Turmidzi mengatakan : hadist hasan)[3]

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :1.        Minuman keras memabukkan adalah najis2.        Banyak dan sedikit, hukumnya sama saja, yaitu haram dan najis.

Lalu bagaimana dengan parfum yang mengandung alkohol ? apakah ia termasuk

dalam katagori yang memabukkan, sehingga ia dianggap benda najis atau tidak ? lalu apa itu

alkohol ?, maka mari kita ikuti tulisan yang dimuat di Republika Online/Rabu, 10 Desember

2008, 21:32 WIB dengan judul “Memosisikan Secara Tepat Alkohol dalam Parfum” yang

isi tulisannya sebagai berikut :

Parfum telah karib dalam kehidupan kita. Ia menjadi salah satu penunjang

kepercayaan diri ketika kita tampil di tengah khalayak. Sebab parfum memancarkan

wewangian hingga orang betah berada di dekat kita dibandingkan jika mereka menghirup bau

tak sedap dari tubuh kita. Tapi, tak jarang bagi sebagian kalangan umat Islam, parfum masih

menyisakan masalah. Status kehalalannya diliputi tanda tanya karena banyak parfum di

Page 18: Parfum Dalam Prespektif Islam

pasaran mengandung alkohol. Tak heran jika kemudian banyak produsen atau pedagang yang

menawarkan parfum non alkohol. 

Bahan konsumsi 

Hingga kini masalah parfum beralkohol masih tetap menjadi pembicaraan. Masih ada

keraguan apakah memang diperbolehkan menggunakan parfum yang mengandung alkohol

atau tidak. Keraguan ini memang memerlukan penjelasan yang tuntas. Menurut Anton

Apriyantono, dosen Teknologi Pangan dan Gizi IPB menyatakan bahwa dalam kaidah fikih

pada dasarnya semua makanan dan minuman itu halal. Kecuali yang secara jelas diharamkan

berdasarkan Alquran dan hadis yang sahih. Dengan demikian, katanya, apa yang tak

diharamkan tentunya hukumnya adalah halal. Dalam kasus khamar yang diharamkan adalah

segala sesuatu yang bersifat memabukkan. Ini, dalam konteks bahan-bahan yang dikonsumsi

seperti minuman keras. Sedangkan bahan-bahan lain yang tidak normal dikonsumsi

seharusnya tak dikenai hukum. Misalnya bahan-bahan kimia atau solven organik yang

terdapat di dalam parfum. ''Karena alkohol yang menjadi solven organik dalam parfum tidak

dikonsumsi,'' katanya. Ia menyatakan jika bahan-bahan kimia itu dikonsumsi maka akan

menimbulkan kematian. Hal yang sama juga berlaku bagi bahan kimia lain yang digunakan

dalam parfum. Jika bahan-bahan ini dikonsumsi juga akan menyebabkan kematian. Menurut

Anton, masih terdapat kegamangan tentang hukum alkohol yang ada di dalam parfum akibat

masyarakat sering menyamakan antara khamar dan alkohol. Padahal keduanya berbeda. Ia

menyatakan bahwa alkohol atau etanol adalah bahan kimia yang tidak dikonsumsi.

Sedangkan khamar biasanya dikonsumsi. Ia mengakui alkohol memang ada di dalam

minuman keras. Ia adalah salah satu saja bentuk dari khamar. Akan tetapi alkohol tak terdapat

di dalam narkoba semacam morfin. Padahal morfin adalah khamar juga. Tak semata alkohol

Anton yang juga auditor LP POM MUI ini menyatakan, yang menyebabkan suatu

minuman keras bersifat memabukkan bukan hanya akibat keberadaan alkohol atau etanol.

Namun, semua bahan yang ada di dalam minuman keras tersebut. Jika alkohol haram lalu

mengapa bahan lainnya tak dinyatakan haram? Padahal bahan-bahan kimia lain semacam

asetanilda, propanol, butanil, dan metanol yang normal ada di dalam minuman keras bersifat

lebih toksik dibandingkan etanol. Meski ia mengakui bahwa kadar alkohol menjadi ukuran

apakah suatu minuman termasuk minuman keras atau bukan. Hal tersebut dilakukan hanya

untuk memudahkan dalam penetapan apakah suatu minuman tergolong minuman keras.

Namun, tambah Anton, bukan samata-mata keberadaan alkohol yang menyebabkan sesuatu

itu diharamkan. Jika demikian maka segala sesuatu yang mengandung alkohol adalah haram.

Sebab, buah-buahan, roti, cuka maupun kecap juga mengandung alkohol padahal masyarakat

tahu bahwa semua itu hukumnya halal. ''Kita tak bisa mengatakan bahwa alkohol dalam

buah-buahan itu halal namun alkohol dalam parfum haram. Padahal zat dan sifatnya sama,''

tandasnya. Oleh karenanya, soal keberadaan alkohol di dalam parfum Anton menyarankan

untuk mengembalikannya kepada hukum yang berasal dari Alquran dan hadis. Di sisi lain,

Page 19: Parfum Dalam Prespektif Islam

mestinya masyarakat melihat segalanya secara menyeluruh terutama terkait dengan konteks.

Misalnya, mereka harus tahu bahwa konteks khamar adalah sesuatu yang dikonsumsi.

(fer/dokrep/September 2004)(Sumber : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/info-halal/08/12/10/19298-memosisikan-secara-tepat-alkohol-dalam-parfum)

Dari tulisan di atas dapat dicatat sebagai berikut :1.    Yang menjelaskan pengertian alkohol dan proses pembuatannya serta proses pembuatan

minuman keras pada tulisan yang dimuat di Republika Online di atasadalah Anton Apriyantono. Beliau ini adalah dosen Teknologi Pangan dan Gizi IPB dan juga sebagai auditor LP POM MUI. Melihat profesi beliau tersebut menurut hemat kami, layak beliau dijadikan rujukan dalam memahami pengertian alkohol dan proses pembuatannya serta proses pembuatan minuman keras.

2.    Berdasarkan penjelasan Anton Apriyantono di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :-          Minuman keras memabukkan tidak identik dengan alkohol

-          Alkohol bukan untuk dikosumsikan, karena dapat menyebabkan kematian, sedang minuman

keras memabukkan untuk dikosumsikan.

-          Alkohol hanya salah satu unsur dalam minuman yang memabukkan. Unsur yang lain adalah asetanilda, propanol, butanil, dan metanol yang normal. Jadi sesuatu benda dapat menjadi yang memabukkan memerlukan beberapa unsur lain selain unsur alkohol.

-          Kadar/jumlah alkohol menjadi ukuran apakah suatu minuman termasuk minuman keras atau bukan.

-          Ada makanan yang mengandung alkohol, tetapi dikenal sebagai makanan yang halal seperti buah-buahan, kecap, roti dan cuka. (tambahan dari penulis : berdasarkan beberapa tulisan lain yang kami ikuti, buah-buahan seperti durian dan tape mengandung alkohol yang presentasenya tinggi)

-          Alkohol yang menjadi solven organik dalam parfum tidak dikonsumsi, jika bahan-bahan kimia itu dikonsumsi tidak memabukkan, tetapi akan menimbulkan kematian.

Memperhatikan penjelasan di atas maka dalam kasus penggunaan parfum yang mengandung alkohol, dapat disimpulkan sebagai berikut :

a.       Salah satu yang menyebabkan sesuatu divonis sebagai najis adalah apabila benda itu memabukkan, bukan karena semata-mata mengandung alkohol

b.      Seandainya penjelasan dari Anton Apriyantono di atas benar, maka dapat disimpulkan bahwa boleh memakai parfum yang mengandung alkohol, karena alkohol yang ada dalam parfum bukan benda cair yang memabukkan, tetapi hanya salah satu unsur yang diperlukan dalam membuat benda cair yang memabukkan, karena itu parfum tersebut bukan najis. Ini selama parfum tersebut tidak mengandung unsur-unsur najis lain, seperti minyak babi atau benda najis lainnya

Page 20: Parfum Dalam Prespektif Islam

[1] Al-Nawawi, Majmu’ Syarh al-Muhazzab, Maktabah al-Irsyad, Jeddah, Juz. II, Hal. 581

[2] Imam Muslim, Shahih Muslim, Maktabah Syamilah, Juz. VI, Hal. 101, No. Hadits : 5339

[3] Ibnu Mulaqqan, Badrul Munir, Maktabah Syamilah, Juz. VIII, Hal. 701,Pembahasan ini adalah lanjutan pembahasan Rumaysho.com yang mengangkat tema “Menjawab Kerancuan Seputar Alkohol“. Saat ini kita akan membahas lebih jauh mengenai alkohol. Banyak sekali di antara kaum muslimin yang tidak bisa membedakan antara alkohol, etanol dan minuman beralkohol. Akhirnya ia pun  jadi ragu mengkonsumsi berbagai macam bahan yang mengandung alkohol. Alangkah lebih baiknya agar mendapat kejelasan, silakan simak dalam pembahasan berikut.***Alkohol[1] sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alkohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol (minuman beralkohol). Hal ini disebabkan karena memang etanol merupakan komponen utama dari bagian alkohol (bukan methanol atau grup alkohol lainnya) yang terdapat dalam minuman tersebut.[2] Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Namun, sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas.Dalam kimia, alkohol adalah istilah yang lebih umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain. Dilihat dari gugus fungsinya ini, alkohol memiliki banyak golongan. Golongan yang paling sederhana adalah metanol  dan etanol. Sampai yang rumit seperti cyclohexanol (digunakan di industry nilon) yang membentuk cincin, juga sorbitol (pemanis yang sering kita jumpai di minuman manis berkemasan)  yang berupa makromolekul.Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap (volatile), mudah terbakar (flammable), tak berwarna (colorless), memiliki wangi yang khas dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat menjadi EtOH, dengan “Et” merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).[3]Dari penjelasan di atas, ringkasnya alkohol digunakan untuk tiga istilah:Pertama: Alkohol untuk senyawa kimia yang memiliki gugus fungsional –OH, dan senyawanya biasa diakhiri kata alkohol atau –nol.Contohnya, kandungan alkohol dalam madu lebah adalah: benzyl alkohol, beta-methallyl alkohol, ethanol, isobutanol, 2-butanol, 2-methyl-1-butanol, 3-methyl-1-butanol, 3-methyl-1-butanol, 3-pentanol, n-butanol, n-pentanol, n-propanol, phenylethyl alkohol.

Page 21: Parfum Dalam Prespektif Islam

Kedua: Alkohol biasa digunakan untuk menyebut etanol. Semacam yang biasa kita temui dalam parfum, mouth wash, deodorant, kosmetik, dsb.Ketiga: Alkohol untuk minuman keras. Minuman ini biasa disebut minuman beralkohol (alkohol beverage) atau alkohol saja, dan sifatnya memabukkan. Di dalam minuman ini terdapat unsur etanol, namun bukan keseluruhannya.Untuk istilah yang ketiga sudah jelas keharamannya karena ia termasuk khomr. Sebagaimana disebutkan dalam hadits, “Setiap yang memabukkan adalah khomr. Setiap yang memabukkan pastilah haram.”Lalu bagaimana dengan alkohol pada istilah pertama dan kedua. Apakah dihukumi sama?Inilah sebenarnya letak kesalahpahaman kebanyakan orang saat ini. Mereka tidak bisa membedakan tiga alkohol ini sehingga asal pukul rata. Pokoknya setiap makanan dan minuman yang ada alkohol atau etanol dihukumi haram.Sebelum membahas lebih mendalam tentang alkohol point pertama dan kedua, terlebih dahulu kita lihat ulasan alkohol (etanol) secara umum.[4]Proses Pembuatan Alkohol (Etanol)Alkohol (etanol) dapat diproduksi melalui dua cara:1. Cara petrokimia (proses dari bahan bakar fosil) melalui hidrasi etilena. Etanol hasil

hidrasi ini biasa digunakan sebagai feedstock (bahan sintesis) untuk menghasilkan bahan kimia lainnya atau sebagaisolvent (pelarut).

2. Cara biologis melalui fermentasi gula dengan ragi (yeast).

Etanol untuk dikonsumsi manusia (seperti minuman beralkohol[5]) dan kegunaan bahan bakar diproduksi dengan cara fermentasi. [6]Minuman beralkohol dibuat dengan cara fermentasi dari bahan baku yang mengandung gula cukup tinggi. Bahan baku yang umum dipakai adalah biji-bijian (seperti jagung, beras, gandum dan barley), umbi-umbian (seperti kentang dan ubi kayu), buah-buahan (seperti anggur, apel, pear, cherry), tanaman palem (seperti aren, kelapa, siwalan, nipah), gula tebu dan gula bit, serta tetes gula. Khusus bahan baku biji-bijian, sebelum proses fermentasi berlangsung, bahan-bahan tersebut diproses terlebih dahulu dengan cara merendamnya sampai menjadi kecambah, kemudian direbus dan diproses menjadi bubur dan dimasak kembali.Ragi yang umum digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae. Ragi ini mengeluarkan enzim yang digunakan untuk memecah gula seperti glucose maupun fructose menjadi etanol dan karbon dioksidaProses utamanya adalah :

C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2

Namun fermentasi tidaklah sesederhana ini, disamping menghasilkan kedua zat tersebut proses ini juga menghasilkan gliserin dan teramat banyak asam organic lainnya.Lamanya proses fermentasi tergantung kepada bahan dan jenis produk yang akan dihasilkan. Proses pemeraman singkat (fermentasai tidak sempurna) yang berlangsung sekitar 1 – 2 minggu dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol 3 – 8 %. Contohnya adalah produk bir. Sedangkan proses pemeraman yang lebih panjang (fermentasi sempurna) yang dapat mencapai waktu bulanan bahkan tahunan seperti dalam pembuatan wine dapat menghasilkan produk dengan kandungan etanol sekitar 7-18 %.

Page 22: Parfum Dalam Prespektif Islam

Kandungan etanol yang dihasilkan dalam fermentasi minuman beralkohol biasanya berkisar sekitar 18% karena pada umumnya ragi tidak dapat hidup pada lingkungan dengan kandungan etanol di atas 18%. Jadi untuk menghasilkan minuman beralkohol dengan kandungan etanol yang lebih tinggi, dilakukan proses distilasi (penyulingan) terhadap produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi. Kelompok produk yang dihasilkan dinamakan distilled beverages. Cara produksi yang lain untuk menghasilkan minuman berkadar etanol tinggi adalah dengan cara mencampur produk hasil fermentasi dengan produk hasil distilasi. Contohnya adalah produk port wine dan sherry yang termasuk kelompok fortified wine. Pada produk tertentu, untuk menghasilkan cita rasa yang diinginkan, dapat dilakukan penambahan bahan-bahan tertentu seperti herba, buah-buahan, ataupun bahan flavoring.[7]Kegunaan Alkohol (Etanol)1. Sebagai pelarut (solvent), misalnya pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan

obat-obatan.2. Sebagai bahan sintesis (feedstock) untuk menghasilkan bahan kimia lain,

contohnya sebagai feedstockdalam pembuatan asam asetat (sebagaimana yang terdapat dalam cuka).

3. Sebagai bahan bakar alternatif. Bahan bakar etanol telah banyak dikembangkan di negara Brasil sejak mereka mengalami krisis energi. Brasil adalah negara yang memiliki industri etanol terbesar untuk memproduksi bahan bakar. Sembilan puluh persen mobil baru di sana, menggunakan bahan bakar hydrous ethanol (terdiri dari 95% etanol dan 5% air).

4. Untuk minuman beralkohol (alkohol beverage).5. Sebagai penangkal racun (antidote).6. Sebagai antiseptic (penangkal infeksi).7. Sebagai deodorant (penghilang bau tidak enak atau bau busuk).[8]Kandungan Etanol pada Minuman BeralkoholKandungan etanol minuman beralkohol dapat dinyatakan dalam persen volume per volume (% v/v), persen berat per berat (% b/b) atau dinyatakan dalam proof. Nilai proof merupakan rasio 2:1 dibandingkan kandungan etanol dalam persen volume. Contohnya, minuman dengan kandungan etanol 40 % (v/v) sebanding dengan 80 proof.Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 86/ Menkes/ Per/ IV/ 77 tentang minuman keras, minuman beralkohol dikategorikan sebagai minuman keras dan dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan persentase kandungan etanol volume per volume pada suhu 20oC.Golongan A: Minuman dengan kadar etanol 1 – 5 persen.Golongan B: Minuman dengan kadar etanol lebih dari 5 persen sampai dengan 20 persen.Golongan C: Minuman dengan kadar etanol golongan C mengandung etanol lebih dari 20 persen sampai dengan 55 persen.[9]Minuman beralkohol juga dapat dibagi menjadi tiga golongan:1. Bir (Beer), 4-6% alkohol2. Anggur (Wine), 9-16% alkohol3. 3. Spirit, minimal 20% alkoholMinuman beralkohol yang memiliki kadar alkohol rendah adalah beer dan wine. Keduanya diproduksi melalui fermentasi. Sedangkan minuman alkohol dengan kadar

Page 23: Parfum Dalam Prespektif Islam

tinggi (spirit) diproduksi dengan cara fermentasi ditambah dengan proses distilasi (penyulingan).[10]Kandungan beberapa minuman beralkohol dapat dilihat pada tabel berikut :

Jenis Minuman Kandungan Etanol (%)Bir 3 – 5

Wine 9 – 18Anggur obat 9 – 18

Liquor Min. 24Whisky Min. 30Brandy Min. 30

Genever Min. 30Cognac Min. 35

Gin Min. 38Arak Min. 38Rum Min. 38

Vodka Min. 40Apakah Semua Minuman Beralkohol Memabukkan?Ir Muti Arintawati MSi, auditor LP POM MUI mengatakan, “Minuman beralkohol tidak hanya menyebabkan mabuk, akan tetapi pada tingkat tertentu dapat menyebabkan kematian. Pada tingkat kandungan 5-15 % etanol dalam darah peminum akan mengalami kehilangan koordinasi, pada tingkat 15-20 persen etanol menyebabkan keracunan, pada tingkat 30-40 persen peminum hilang kesadaran dan pada tingkat yang lebih tinggi lagi yaitu 50 persen dapat menyebabkan kematian.”[11]Hasil rapat Komisi Fatwa MUI tahun 2001 menyimpulkan bahwa minuman keras adalah minuman yang mengandung alkohol minimal 1 %   (satu persen) .[12]Menghukumi Alkohol Haruslah Melihat ‘IllahSyaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan, “Khomr diharamkan karena illah (sebab pelarangan) yang ada di dalamnya yaitu karena memabukkan. Jika illah tersebut hilang, maka pengharamannya pun hilang. Karena sesuai kaedah “al hukmu yaduuru ma’a illatihi wujudan wa ‘adaman (hukum itu ada dilihat dari ada atau tidak adanya illah)”. Illah dalam pengharaman khomr adalah memabukkan dan illah ini berasal dari Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ (kesepakatan ulama kaum muslimin).”[13]Sehingga dari sini tidaklah tepat jika dinyatakan bahwa illah diharamkannya khomr karena mengandung alkohol di dalamnya. Alkohol memang komponen penting penyusun khomr. Namun dia bukanlah satu-satunya penyusun dan sebenarnya masih ada komponen lainnya yang sifatnya toksik. Yang lebih tepat jika kita katakan bahwa sebab dilarangnya khomr adalah karena memabukkan. Inilah maksud dari penjelasan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Moga-moga dipahami hal ini.Apakah Setiap Alkohol Dihukumi Haram dan Dihukumi Identik dengan Khomr?Coba kita simak terlebih dahulu penjelasan Syaikh Muhammad Rosyid Ridho dalam Fatawanya hal. 1631, yang dinukil oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin. Ringkasnya, beliau rahimahullah berkata,

Page 24: Parfum Dalam Prespektif Islam

“Alkohol adalah zat yang suci dan mensucikan. Alkohol merupakan zat yang sangat urgen dalam dunia farmasi dan pengobatan dalam kedokteran serta pabrik-pabrik. Alkohol telah tercampur dalam banyak obat-obatan. Pengharaman penggunaan alkohol bagi kaum muslimin menghalangi mereka untuk bisa menjadi pakar dalam banyak bidang ilmu dan teknologi. Hal ini malah akan menyebabkan orang-orang kafir unggul atas kaum muslimin dalam bidang kimia, farmasi, kedokteran, pengobatan, dan industri. Pengharaman penggunaan alkohol bisa jadi merupakan sebab terbesar meninggalnya orang-orang yang sakit dan yang terluka atau menyebabkan lama sembuh   atau semakin parah .” Syaikh Ibnu Utsaimin lantas memberi tanggapan, “Ini perkataan yang amat bagus dari beliau rahimahullah.”Berikut ada penjelasan yang cukup menarik dalam Majalatul Buhuts Al Islamiyyah dari Al Lajnah Ad Da-imah Lil Buhuts ‘Ilmiyyah wal Ifta’[14].Soal Kedelapan: Apakah alkohol identik dengan khomr atau tidak? Apa hukum meminum dan mengkonsumsi alkohol dilihat dari kadarnya (kandungannya)? Apakah dia dihukumi najis sebagaimana khomr atau tidak?Jawab:Setiap bahan beralkohol mengandung alkohol sebagaimana yang kami ketahui. Akan tetapi kandungan alkohol tersebut untuk setiap bahan tadi bertingkat-tingkat. Tidak setiap bahan yang mengandung alkohol itu memabukkan ketika diminum. Oleh karena itu, jika kandungan alkohol dalam bahan-bahan tadi melebihi batasan tertentu sehingga jika seseorang mengkonsumsinya dalam jumlah banyak bisa membuat mabuk, maka minuman tersebut identik dengan khomr menurut mayoritas ulama sehingga dinamakan dengan khomr. Jika demikian, maka diharamkan meminumnya sedikit ataupun banyak. Peminumnya akan dikenai hukuman had. Juga berlaku pula najis namun masih dalam perselisihan antara ulama. Namun kalau menurut Imam Abu Hanifah dan ulama yang sependapat dengannya, alkohol semacam ini tidaklah dimasukkan dalam definisi khomr, sehingga tidaklah disebut khomr. Akan tetapi, seperti ini tetap mereka larang untuk diminum dalam jumlah banyak, namun tidak berlaku dalam jumlah sedikit.Jika kandungan alkohol tersebut tidak mencapai kadar yang membuat mabuk ketika diminum dalam jumlah banyak, maka saat ini minuman tersebut tidaklah identik dengan khomr menurut mayoritas ulama. Untuk kondisi ini tidak disebut khomr sehingga tidak diharamkan untuk meminumnya, tidak diharamkan menggunakannya untuk mensucikan sesuatu, tidak diharamkan digunakan untuk parfum dan juga tidak dihukumi najis.Ukuran bahan yang kandungan alkoholnya jika diminum dalam jumlah banyak dapat memabukkan, ini mesti dilihat dari pendapat para pakar yang ahli dalam hal itu.Demikian penjelasan yang bisa disampaikan tentang alkohol.Hanya Allah yang memberi taufik, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.Yang menandatangani fatwa ini: Anggota: ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al Ghodyan, Wakil Ketua: ‘Abdur Rozaq ‘Afifi, Ketua: ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz[15]Mohon Dibedakan Antara Alkohol (Etanol) dan Minuman BeralkoholHarus dibedakan antara alkohol sebagai senyawa kimia dan minuman beralkohol. Alkohol yang biasa digunakan dalam minuman keras adalah etanol (C2H5OH).

Page 25: Parfum Dalam Prespektif Islam

Berdasarkan “Muzakarah Alkohol Dalam Minuman” di MUI pada tahun 1993, telah didefinisikan bahwa minuman beralkohol (alkoholic beverage) adalah minuman yang mengandung alkohol (etanol) yang dibuat secara fermentasi dari jenis bahan baku nabati yang mengandung karbohidrat, seperti biji-bijian, buah-buahan, dan nira, atau yang dibuat dengan cara distilasi hasil fermentasi yang termasuk di dalamnya adalah minuman keras klasifikasi A, B, dan C (Per. Menkes No. 86/ 1977).Anggur obat, anggur kolesom, arak obat dan minuman-minuman sejenis yang mengandung alkohol dikategorikan sebagai minuman beralkohol. Apabila suatu minuman sudah dikategorikan sebagai minuman beralkohol, berapapun kadar alkoholnya, maka statusnya haram bagi umat Islam.Banyak orang menyamakan minuman beralkohol dengan alkohol, sehingga sering yang diharamkan adalah alkoholnya. Padahal tidak ada orang yang akan sanggup meminum alkohol dalam bentuk murni, karena akan menyebabkan kematian.Alkohol memang merupakan komponen kimia yang terbesar setelah air yang terdapat pada minuman keras, akan tetapi alkohol bukan satu-satunya senyawa kimia yang dapat menyebabkan mabuk, karena banyak senyawa-senyawa lain yang terdapat pada minuman keras yang juga bersifat memabukkan jika diminum pada konsentrasi cukup tinggi. Secara umum, golongan alkohol bersifat narcosis (memabukkan), demikian juga komponen-komponen lain yang terdapat pada minuman keras seperti aseton, beberapa ester, dll. Secara umum, senyawa-senyawa organik mikromolekul dalam bentuk murni juga bersifat racun. [16]Pembahasan dalam point-point sebelumnya yang kami utarakan adalah mengenai minuman beralkohol, kapan ia bisa dihukumi haram atau tidak. Minuman tersebut dihukumi haram dan statusnya khomr, apabila memabukkan. Jika tidak memabukkan, maka tidak dihukumi haram dan statusnya pada saat ini bukan khomr.Sekarang permasalahannya bagaimana status etanol jika ia berdiri sendiri? Apakah halal atau haram? Yang kita permasalahkan bukan minuman beralkoholnya, namun tentang status etanol itu sendiri.Kami ilustrasikan sebagai berikut.Air kadang bercampur dengan zat lainnya. Kadang air berada di minuman yang halal. Kadang pula air berada pada minuman yang haram (semacam dalam miras). Namun bagaimanakah sebenarnya status air itu sendiri sebagai zat yang berdiri sendiri, tanpa bercampur dengan zat lainnya? Apakah halal? Jawabannya, halal. Karena kita kembali ke hukum asal segala sesuatu adalah halal[17]. Dasarnya adalah firman Allah,

�ع� ب س� و�اه�ن� ف�س� م�اء� الس� �ل�ى إ �و�ى ت اس� �م� ث ج�م�يع�ا األر�ض� ف�ي م�ا �م� �ك ل �ق� خ�ل �ذ�ي ال ه�و��يم� ع�ل ي�ء� ش� �ل/ �ك ب و�ه�و� م�او�ات� س�

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 29)

ق� ز� الر/ م�ن� �ات� /ب و�الط�ي �اد�ه� �ع�ب ل ج� �خ�ر� أ �ي �ت ال �ه� الل �ة� ز�ين م� ح�ر� م�ن� ق�ل�“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” (QS. Al A’rof: 32)

Page 26: Parfum Dalam Prespektif Islam

Air ini bisa menjadi haram jika ia sudah berupa campuran, namun yang ditinjau adalah campurannya dan bukan lagi airnya. Misalnya air yang terdapat dalam miras. Pada saat ini, air sudah bercampur dan menjadi satu dengan miras. Dan miras dihukumi haram, termasuk pula air di dalamnya.Sama halnya kita terapkan untuk etanol. Etanol kadang bercampur dan jadi satu dengan minuman keras. Kadang pula etanol berada dalam cairan etanol yang bercampur dengan air. Bagaimanakah hukum asal etanol ketika berdiri sendiri dan belum bercampur atau menyatu dengan zat lain? Jawabannya, sama dengan air di atas. Kita kembali ke hukum asal bahwa segala sesuatu itu halal. Termasuk juga etanol ketika ia berdiri sendiri.Nanti masalahnya berbeda ketika etanol tadi bercampur dan menyatu dengan miras. Ketika itu etanol juga bercampur dengan zat asetanilda, propanol, butanol, dan metanol yang kebanyakan bersifat toksik (racun). Pada saat ini, campurannya dihukumi haram karena sifatnya memabukkan, termasuk pula etanol di dalamnya.Namun bagaimana jika etanol hanya bercampur dengan air. Apakah dihukumi haram? Jawabnya, kembali ke hukum asal yaitu halal. Pada saat ini pula etanol bukan lagi memabukkan. Namun asal etanol adalah toksik (beracun) dan tidak bisa dikonsumsi. Sehingga jika etanol hanya bercampur dengan air, lalu dikonsumsi, maka cuma ada dua kemungkinan bila dikonsumsi, yaitu sakit perut atau mati.Jika penjelasan ini dipahami, maka sebenarnya permasalahan lainnya mengenai alkohol (etanol) dalam parfum, kosmetik, deodorant, antiseptik, alkohol dalam tape dan teh kombucha dan alkohol dalam obat-obatan, dsb, sudah terjawab. Intinya, alkohol (etanol) dalam bahan-bahan  tadi adalah alkohol yang halal. Sehingga tidak perlu mempermasalahkan berbagai bahan tadi. Karena itu sama saja bercampurnya zat yang halal dalam zat yang halal.Jadi point penting yang mesti kita ketahui:1. Hukum asal etanol jika ia berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan zat lain

adalah halal.

2. Etanol bisa berubah statusnya jadi haram jika ia menyatu dengan minuman yang haram seperti miras.

3. Etanol ketika berada dalam miras, yang dihukumi adalah campuran mirasnya dan bukan etanolnya lagi.

Akibat Menyamakan Setiap Alkohol dengan KhomrJika alkohol dikatakan identik dengan khomr, maka ini akibarnya sangat fatal. Jika dikatakan bahwa setiap senyawa yang mengandung gugus –OH adalah khomr, maka ini pemahaman yang sangat merusak. Karena sebagaimana pernah kami sebutkan bahwa madu sendiri mengandung senyawa yang mengandung gugus –OH. Apakah dari sini lantas madu diharamkan.Begitu pula jika seseorang mengatakan bahwa etanol sama dengan khomr juga fatal. Etanol itu bertingkat-tingkat. Ada etanol yang berada di miras dan bisa dikonsumsi, namun etanol pada asalnya bukanlah zat yang bisa dikonsumsi.Jika seseorang mengatakan bahwa etanol adalah khomr, akibatnya:1. Banyak senyawa kimia lain yang tidak boleh diproduksi dari etanol disebabkan

mengatakan bahwa etanol itu khomr. Padahal ada beberapa senyawa kimia yang merupakan turunan dari etanol seperti asetaldehid dan asam asetat (asam cuka).

Page 27: Parfum Dalam Prespektif Islam

2. Pabrik kimia yang memproduksi etanol harus ditutup karena penghasilannya adalah penghasilan yang haram disebabkan memproduksi etanol yang dikatakan khomr. Padahal pabrik etanol di masa mendatang sangat bermanfaat sekali bagi umat manusia. Di antaranya, etanol adalah sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi sebagaimana sekarang banyak dikembangkan di negara Brasil.

Dan masih banyak akibat lainnya jika disalahpahami seperti ini.KesimpulanAlkohol (etanol) dan minuman beralkohol adalah dua hal yang berbeda. Minuman beralkohol sudah pasti memabukkan dan diharamkan sedangkan alkohol  (etanol) belum tentu demikian. Alkohol (etanol) adalah sebagaimana hukum zat pada asalnya yaitu halal. Dia bisa menjadi haram jika memang menimbulkan dampak negatif, memabukkan dan lainnya. Semoga bisa memahami hal ini.Kalau sudah dipahami hal ini, insya Allah pembahasan selanjutnya akan semakin mudah. Begitu pula seseorang tidak akan menjadi pusing dengan kandungan alkohol yang ada pada beberapa buah, pada antiseptik, pada kosmetik, parfum dan lainnya.Demikian pembahasan kami mengenai pengetahuan seputar alkohol dan perbedaannya dengan khomr. Semoga Allah memberikan kepahaman dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal (Alumni Teknik Kimia UGM, 2002-2007)Artikel http://rumaysho.comPangukan-Sleman, Selepas shalat shubuh, 12 Shofar 1431 H

[1] Ada yang mengatakan bahwa alkohol berasal dari bahasa arab al-kuhul, yang awalnya berarti suatu serbuk halus yang digunakan sebagai makeup (hiasan) pada mata. Akhirnya pada saat itu alkemis eropa menamakan semua jenis serbuk halus dengan nama kohl yang akhirnya digunakan untuk menamakan ekstrak hasil distilasi. (Microsoft ® Encarta ® 2008. © 1993-2007)[2] Sebenarnya kurang tepat jika alkohol disebut sebagai bahan dasar dalam pembuatan minuman keras. Mislanya bahan dasar roti adalah gandum, karena roti dari tepung terigu dan tepung terigu dari gandum. Tetapi miras bukan berbahan dasar alkohol tapi karbohidrat yang difermentasi menjadi alkohol. Jadi alkohol terbentuk di dalam miras bukan kita memakai alkohol untuk membuat miras. Semoga ini menjadi catatan yang bisa diperhatikan bersama. (Catatan Saudara kami Ramdhani Baskoro)[3] Lihat: http://en.wikipedia.org/wiki/Ethanol [english][4] Untuk selanjutnya, kami kadang menyamakan istilah alkohol dan etanol. Namun kalau kami memaksudkan minuman keras biasa kami sebut dengan minuman beralkohol.[5] Di banyak Negara maju alkohol yang diperoleh dengan cara petrokimia seperti ini seringkali beberapa negara bahkan mewajibkan

Page 28: Parfum Dalam Prespektif Islam

untuk didenaturasikan. Denaturasi adalah proses untuk mencegah alkohol dari jenis ini digunakan untuk minuman dengan cara menambahkan sedikit racun di dalamnya, misalnya benzene atau bisa juga dengan zat yang mengubah bau dari alkohol jenis ini sehingga tidak lagi bisa digunakan sebagai minuman. Usaha ini bukan karena alkohol petrokimia berbahaya jika dipakai sebagai minuman lantas diberlakukan kebijakan denaturasi. Namun karena pajak alkohol pertokimia yang jauh lebih rendah dibanding pajak alkohol fermentasi membuat beberapa industri minuman menggunakan alkohol petrokimia alih-alih alkohol fermentasi. Denaturasi diwajibkan untuk mencegah praktik seperti ini dengan mekanisme penambahan biaya yaitu usaha untuk menghilangkan racun atau bau tersebut harus lebih besar dibanding selisih pajak antara alkohol fermentasi dan alkohol petrokimia.Pajak minuman keras jelas lebih besar mengingat margin yang besar dan akibat yang ditimbulkannya, analog dengan rokok. Maka dari itu pajak alkohol dikenakan dua jenis alkohol tersebut dan denaturasi adalah suatu kebijakan untuk menjamin penegakan hukum pajak tersebut.Jadi secara umum hampir dapat dipastikan bahwa minuman beralkohol pasti berasal dari fermentasi dan bukan berasal dari turunan petrokimia. (Tambahan dari Saudara kami Ramdhani Baskoro)[6] Lihat: http://en.wikipedia.org/wiki/Ethanol [english][7] Sumber: http://www.republika.co.id/berita/21233/Mengenal_Minuman_Beralkohol[8] Lihat: http://en.wikipedia.org/wiki/Ethanol [english][9] Lihat: http://www.republika.co.id/berita/21233/Mengenal_Minuman_Beralkohol[10] Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Alkohol_beverage [english][11] Sumber: http://www.republika.co.id/berita/21233/Mengenal_Minuman_Beralkohol[12] Lihat: http://www.republika.co.id/print/17587[13] Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Ibnu ‘Utsaimin, 11/195, Asy Syamilah[14] Komisi Tetap Riset ‘Ilmiyyah dan Fatwa di Saudi Arabia.[15] Majalah Al Buhuts Al Islamiyyah, 57/75-77, Mawqi’ Al Ifta’[16] Sumber pembahasan berikut dari:http://lppommuikaltim.multiply.com/journal/item/9/STATUS_KEHALALAN_ALKOHOL[17] Kaedah “Hukum asal segala sesuatu adalah halal” merupakan kaedah yang tidak disepakati oleh para ulama, namun merupakan kaedah yang diterapkan mayoritas ulama. Lihat Al Wajiz fii Iidhohi Qowa’idil Fiqhi Al Kulliyah, Syaikh Dr. Muhammad Shidqi bin Ahmad Al Burnu, hal. 191, Muassasah Ar Risalah, cetakan kelima, tahun 1422 H.

Hukum Alkohol dalam Obat dan ParfumPosted by Admin pada 15/03/2010

Hukum Alkohol dalam Obat dan Parfum

Banyak pertanyaan seputar alkohol yang masuk ke meja redaksi, kaitannya dengan obat, kosmetika,

atau pun lainnya. Berikut ini penjelasan Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Al-Makassari

Page 29: Parfum Dalam Prespektif Islam

Alhamdulillah, para ulama besar abad ini telah berbicara tentang permasalahan alkohol1, maka di sini

kita nukilkan fatwa-fatwa mereka sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Terdapat perbedaan ijtihad di antara mereka dalam memandang permasalahan ini. Asy-Syaikh Ibnu

Baz berpendapat bahwa sesuatu yang telah bercampur dengan alkohol tidak boleh dimanfaatkan,

meskipun kadar alkoholnya rendah, dalam arti tidak mengubahnya menjadi sesuatu yang

memabukkan. Karena hal ini tetap masuk dalam hadits

ام7 ر% ح% ل#ي'ل�ه� ق% ف% ه� ك%ث#ي'ر� ك%ر% س'أ% ا م%

“Sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnyapun haram.”2

Ketika beliau ditanya tentang obat-obatan yang sebagiannya mengandung bahan pembius dan

sebagian lainnya mengandung alkohol, dengan perbandingan kadar campuran yang beraneka ragam,

maka beliau menjawab: “Obat-obatan yang memberi rasa lega dan mengurangi rasa sakit penderita,

tidak mengapa digunakan sebelum dan sesudah operasi. Kecuali jika diketahui bahwa obat-obatan

tersebut dari “Sesuatu yang banyaknya memabukkan” maka tidak boleh digunakan berdasarkan

sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam:

ام7 ر% ح% ل#ي'ل�ه� ق% ف% ه� ك%ث#ي'ر� ك%ر% س'أ% ا م%

“Sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnyapun haram.”

Adapun jika obat-obatan itu tidak memabukkan dan banyaknya pun tidak memabukkan, hanya saja

berefek membius (menghilangkan rasa) untuk mengurangi beban rasa sakit penderita maka yang

seperti ini tidak mengapa.”(Majmu’ Fatawa, 6/18)

Juga ketika beliau ditanya tentang parfum yang disebut

ن#ي%ا ال'ك�ل�و'

(cologne), beliau berkata: “Parfum family:traditional arabic’>

ن#ي%ا ال'ك�ل�و'

(cologne) yang mengandung alkohol tidak boleh (haram) untuk digunakan. Karena telah tetap (jelas)

di sisi kami berdasarkan keterangan para dokter yang ahli di bidang ini bahwa parfum jenis tersebut

memabukkan karena mengandung “spiritus” yang dikenal. Oleh sebab itu, haram bagi kaum lelaki

dan wanita untuk menggunakan parfum jenis tersebut…

Kalau ada parfum jenis cologne yang tidak memabukkan maka tidak haram menggunakannya.

Karena hukum itu berputar sesuai dengan ‘illah-nya3, ada atau tidaknya ‘illah tersebut (kalau ‘illah itu

Page 30: Parfum Dalam Prespektif Islam

ada pada suatu perkara maka perkara itu memiliki hukum tersebut, kalau tidak ada maka hukum itu

tidak berlaku padanya).” (Majmu’ Fatawa , 6/396 dan 10/38-39)

Dan yang lebih jelas lagi adalah jawaban beliau pada Majmu’ Fatawa (5/382, dan 10/41) beliau

berkata: ”Pada asalnya segala jenis parfum dan minyak wangi yang beredar di khalayak manusia

hukumnya halal. Kecuali yang diketahui mengandung sesuatu yang merupakan penghalang untuk

menggunakannya, karena ‘sesuatu’ itu memabukkan atau banyaknya memabukkan atau karena

‘sesuatu’ itu adalah najis, dan yang semacamnya…

Jadi, jika seseorang mengetahui ada parfum yang mengandung ‘sesuatu’ berupa bahan

memabukkan atau benda najis yang menjadi penghalang untuk menggunakannya, maka diapun

meninggalkannya (tidak menggunakanya) seperti cologne. Karena telah tetap (jelas) di sisi kami

berdasarkan persaksian para dokter (yang ahli di bidang ini) bahwa parfum ini tidak terbebas dari

bahan memabukkan karena mengandung ‘spiritus’ berkadar tinggi, yang merupakan bahan

memabukkan, sehingga wajib untuk ditinggalkan (tidak digunakan). Kecuali jika ditemukan ada

parfum jenis ini yang terbebas dari bahan memabukkan (maka tentunya tidak mengapa untuk

digunakan). Dan jenis-jenis parfum yang lain sebagai gantinya, sekian banyak yang dihalalkan oleh

Allah Subhanahu wata’ala, walhamdulillah.

Demikian pula halnya, segala macam minuman dan makanan yang mengandung bahan

memabukkan, wajib untuk ditinggalkan. Kaidahnya adalah: “Sesuatu yang banyaknya memabukkan

maka sedikitnya pun haram”, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam

ام7 ر% ح% ل#ي'ل�ه� ق% ف% ه� ك%ث#ي'ر� ك%ر% س'أ% ا م%

“Sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnyapun haram.”

Dan hanya Allah subhanahu wata’ala lah yang memberi taufik.”

Demikian pula yang terpahami dari fatwa guru kami Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimullah

(dalam Ijabatus Sa`il hal. 697) bahwa pendapat beliau sama dengan pendapat gurunya yaitu Asy-

Syaikh Ibnu Baz ketika ditanya tentang cologne. Beliau menjawab (tanpa rincian) bahwa tidak boleh

menggunakannya dan tidak boleh memperjualbelikannya, berdasarkan hadits Anas bin Malik :

: ا ه% ر� ع%اص# iة ر% ع%ش% م'ر# ال'خ% ف#ي ل.م% و%س% ع%ل%ي'ه# الله� لى. ص% الله# ول� س� ر% ل%ع%ن%آك#ل� و% ا ب%ائ#ع�ه% و% ا ي'ه% اق# و%س% #ل%ي'ه# إ م�ول%ة� ال'م%ح' و% ا ل�ه% ام# و%ح% ا ب�ه% ار# و%ش% ا ه% ر� ع'ت%ص# و%م�

ل%ه� اة� ت%ر% ال'م�ش' و% ا ل%ه% ت%ر#ي ال'م�ش' و% ا ن#ه% ث%م%

“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalamn melaknat 10 jenis orang karena khamr: yang

memprosesnya (membuatnya), yang minta dibuatkan, yang meminumnya, yang membawanya, yang

dibawakan untuknya, yang menghidangkannya, yang menjualnya, yang makan (menikmati) harga

penjualannya, yang membelinya dan yang dibelikan untuknya.”4

Page 31: Parfum Dalam Prespektif Islam

Sementara itu, Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimullah dan Asy-Syaikh Al-Albani rahimullah

berpendapat bahwa pada permasalahan ini ada rincian, sebagaimana yang akan kita simak dengan

jelas dari fatwa keduanya.

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (6/178) cetakan Darul Atsar, berkata:

“Bagaimana menurut kalian tentang sebagian obat-obatan yang ada pada masa ini yang

mengandung alkohol, terkadang digunakan pada kondisi darurat?

Kami nyatakan: Menurut kami, obat-obatan ini tidak memabukkan seperti mabuk yang diakibatkan

oleh khamr, melainkan hanya berefek mengurangi kesadaran penderita dan mengurangi rasa

sakitnya. Jadi ini mirip dengan obat bius yang berefek menghilangkan rasa sakit (sehingga penderita

tidak merasakan sakit sama sekali) tanpa disertai rasa nikmat dan terbuai.

Telah diketahui bahwa hukum yang bergantung pada suatu ‘illah5, jika ‘illah tersebut tidak ada maka

hukumnya pun tidak ada. Nah, selama ‘illah suatu perkara dihukumi khamr adalah “memabukkan”,

sedangkan obat-obatan ini tidak memabukkan, berarti tidak termasuk kategori khamr yang haram.

Wallahu a’lam. Wajib bagi kita untuk mengetahui perbedaan antara pernyataan: “Sesuatu yang

banyaknya memabukkan maka sedikitnya pun haram” dengan pernyataan: “Sesuatu yang

memabukkan dan dicampur dengan bahan yang lain maka haram.” Karena pernyataan yang pertama

artinya minuman itu sendiri (adalah merupakan khamr), apabila anda minum banyak tentu anda

mabuk, dan apabila anda minum sedikit maka anda tidak mabuk, namun Rasulullah Shalallahu ‘alaihi

mengatakan “Sedikitnyapun haram.” (Kenapa demikian padahal yang sedikit tersebut tidak

memabukkan?) Karena itu merupakan dzari’ah (artinya bahwa yang sedikit itu merupakan wasilah/

perantara yang akan menyeret pelakunya sampai akhirnya dia minum banyak, sehingga

diharamkan). Adapun mencampur dengan bahan lain dengan perbandingan kadar alkoholnya sedikit

sehingga tidak menjadikan bahan tersebut memabukkan maka yang seperti ini tidak mengubah

bahan tersebut menjadi khamr (yang haram). Jadi ibaratnya seperti benda najis yang jatuh ke dalam

air (tapi kadar najisnya sedikit) dan tidak menajisi (merusak kesucian) air tersebut (karena warna,

bau, ataupun rasanya tidak berubah) maka air tersebut tidak menjadi najis karenanya (tetap suci dan

mensucikan).”

Asy-Syaikh Al-Albani ketika ditanya tentang berbagai parfum atau minyak wangi yang mengandung

alkohol, maka beliau menjawab: “Apabila kadar alkohol yang terkandung di dalamnya menjadikan

parfum-parfum yang harum itu sebagai cairan yang memabukkan, dalam arti kalau diminum oleh

seorang pecandu khamr dan ternyata memberi pengaruh seperti pengaruh khamr (yaitu

mengakibatkan dia mabuk, maka parfum-parfum tersebut hukumnya tidak boleh (haram untuk

digunakan). Adapun jika kadar alkoholnya sedikit (dalam arti tidak mengubah parfum-parfum tersebut

menjadi memabukkan) maka hukumnya boleh. (Kaset Silsilatul Huda wan Nur)

Page 32: Parfum Dalam Prespektif Islam

Kemudian kita akhiri pembahasan ini dengan fatwa Asy-Syaikh Al-Albani rahimullah yang sangat

rinci. Beliau v berkata: “Untuk memahami makna hadits:

ام7 ر% ح% ل#ي'ل�ه� ق% ف% ه� ك%ث#ي'ر� ك%ر% س'أ% ا م%

“Sesuatu yang banyaknya memabukkan maka sedikitnya pun haram.”

Mari kita mendatangkan contoh: Kalau ada 1 liter air yang mengandung 50 gram bahan memabukkan

yang kita namakan alkohol, maka cairan ini –yang tersusun dari air dan alkohol– berubah menjadi

memabukkan. Namun jika seseorang minum sedikit maka dia tidak akan mabuk. Lain halnya jika dia

minum dengan kadar yang lazim diminum oleh seseorang maka dia akan mabuk, dengan demikian

menjadilah yang sedikit tadi haram. Sebaliknya, kalau ada 1 liter air mengandung 5 gram alkohol

(misalnya). Jika seseorang minum 1 liter air tersebut sampai habis dia tidak mabuk, maka yang

seperti ini halal untuk diminum.

Selanjutnya, apakah boleh bagi seorang muslim mengambil 1 liter air kemudian menumpahkan 5

gram alkohol ke dalamnya dengan alasan bahwa 5 gram alkohol tersebut tidak mengubah 1 liter air

yang ada menjadi memabukkan?

Jawabannya:

Tidak boleh. Kenapa tidak boleh? Karena tidak boleh bagimu untuk memiliki bahan yang

memabukkan yang merupakan inti dari khamr, yaitu alkohol. Jadi kegiatan mencampur alkohol

dengan bahan lain tidak boleh dalam syariat Islam…

Telah kami nyatakan bahwa obat-obatan yang ada di apotek-apotek pada masa ini –bahkan boleh

jadi kebanyakannya– mengandung alkohol, atau tertera padanya tulisan perbandingan kadar

alkoholnya: 5 gram, 10 gram… Apakah kita mengatakan bahwa obat-obatan ini jika diminum seorang

sehat ataupun sakit dengan kadar yang banyak dan ternyata dia mabuk, berarti tidak boleh digunakan

karena memabukkan, meskipun dia hanya menelan 1 sendok saja? Inilah yang dimaksudkan dengan

hadits “Sesuatu yang banyaknya memabukkan maka sedikitnya pun haram.” Adapun jika

perbandingan alkoholnya sedikit –dalam arti berapapun yang dia minum tidak menjadikannya mabuk–

maka boleh menggunakannya, meskipun dia minum banyak.

Namun perkara lain (yang penting untuk diingat) sama dengan apa yang telah saya sebutkan

sebelumnya, bahwa obat-obatan yang mengandung alkohol dengan perbandingan yang tidak

melanggar syariat sesuai dengan rincian yang disebutkan, tidak boleh bagi seorang apoteker muslim

untuk meracik obat yang seperti itu. Karena tidak boleh ada alkohol di rumah seorang muslim

ataupun di tempat kerjanya. Haram baginya untuk membelinya atau membuatnya sendiri. Dan ini

perkara yang jelas karena Rasulullah Shalallahu ‘alaihi bersabda:

iة ر% ع%ش% م'ر# ال'خ% ف#ي الله� …ل%ع%ن%

Page 33: Parfum Dalam Prespektif Islam

“Allah melaknat 10 jenis orang karena khamr…”7

Seorang apoteker yang hendak meracik obat dan mencampurnya dengan alkohol yang memabukkan

itu, baik dengan cara membuat alkohol sendiri (dengan proses pembuatan tertentu) atau membeli

alkohol yang sudah jadi, termasuk dalam salah satu dari 10 jenis orang yang dilaknat dalam hadits

tersebut.

Lain halnya apabila seseorang membeli obat yang sudah jadi, dengan kadar alkohol yang rendah

yang tidak menjadikan banyaknya obat tersebut memabukkan, maka ini boleh.” (Kaset Silsilatul Huda

wan Nur)

Dan kami memandang bahwa pendapat Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsamin dan Asy-Syaikh Al-Albani

rahimullah, lebih dekat kepada kebenaran.

Wallahu a’lam.

1 Perlu diketahui bahwa alkohol (alkanol) ada beberapa golongan. Di antaranya etanol (inilah yang

dijadikan sebagai zat pelarut, bahan bakar, atau zat asal untuk preparat-preparat farmasi, dan

sebagian besar digunakan untuk minuman keras), spiritus, dsb., sebagaimana diterangkan dalam

buku-buku kimia dan farmasi.

2 Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dari Jabir bin Abdillah .

Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’i dalam Ash-Shahihul Musnad (1/160-161). Dihasankan

oleh Asy-Syaikh Al-Albani, dan beliau menshahihkannya dengan syawahidnya dari beberapa

shahabat yang lain (Al-Irwa‘, 8/42-43).

3 ‘Illah suatu hukum adalah sebab penentu suatu perkara memiliki hukum tersebut.

4 Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1318) dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam kitabnya Ash-

Shahihul Musnad (1/57) dan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi. Hadits yang

semakna dengan hadits ini juga diriwayatkan dengan lafadz

الله� … ل%ع%ن%

(Allah melaknat…) dari Ibnu ‘Umar , oleh Ath-Thahawi, Al-Hakim, dan yang lainnya, dishahihkan oleh

Al-Albani dengan keseluruhan jalan-jalannya dalam Al-Irwa` (5/365-367).

PENDAHULUANParfum adalah campuran minyak esensial dan senyawa aroma (aroma compound), fiksatif, dan pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk tubuh manusia, obyek, atau ruangan. Jumlah dan tipe pelarut yang bercampur dengan minyak wangi menentukan apakah suatu parfum dianggap sebagai ekstrak parfum, Eau de Parfum, Eau de Toilette, atau Eau de Cologne.

PELARUT PARFUMSebagaimana sumber terpercaya yang kami peroleh dari Wikipedia, terdapat info sebagai berikut:

Page 34: Parfum Dalam Prespektif Islam

“Minyak wangi/parfum biasanya dilarutkan dengan menggunakan solvent  (pelarut), namun selamanya tidak demikian dan jika dikatakan harus dalam solvent ini pun masih diperbincangkan. Sejauh ini solvent yang paling sering digunakan untuk minyak wangi adalah etanol atau campuran antara etanol dan air. Minyak wangi juga bisa dilarutkan dalam minyak yang sifatnya netral seperti dalam fraksi minyak kelapa, atau dalam larutan lak (lilin) seperti dalam minyakjojoba (salah satu jenis tanaman, pent).”Penjelasan di atas menunjukkan bahwa sebagian parfum ada yang menggunakan solvent (pelarut) dari alkohol atau campuran antara alkohol dan air.

Parfum beralkohol adalah setiap parfum yang mengandung alkohol (etanol). Banyak orang mengira kadar alkohol dalam parfum lebih sedikit dibanding kadar parfum murninya. Padahal faktanya, kadar alkoholnya lebih banyak.

Menurut Adh-Dhumairi, umumnya kadar parfum murninya hanya 10% sedang kadar alkoholnya 90%. Paling banyak kadar parfum murninya hanya sekitar 25%. Jadi, sebutan yang tepat sebenarnya alkohol berparfum, bukan parfum beralkohol. (Abu Malik Adh-Dhumairi, Fathul Ghafur fi Isti’mal Al-Kuhul Ma’a Al-‘Uthur, hal. 14-15).

KIYAS KHAMRPara ulama berbeda pendapat mengenai boleh tidaknya menggunakan parfum beralkohol. Sebagian ulama tidak membolehkan, karena menganggap alkohol najis. Sedang sebagian lainnya membolehkan, karena tak menganggapnya najis. Perbedaan pendapat tentang kenajisan alkohol berpangkal pada perbedaan pendapat tentang khamr, apakah ia najis atau tidak.

Khamr itu sendiri dalam pengertian syar’i adalah setiap minuman yang memabukkan (kullu syaraabin muskirin --Abdurrahman Al-Maliki, Nizhamul ‘Uqubat, hal. 25). Di masa modern kini telah diketahui, unsur yang membuat khamr memabukkan adalah alkohol (etanol). Maka dalam pengertian teknis kimia, khamr didefinisikan sebagai setiap minuman yang mengandung alkohol (etanol) baik kadarnya sedikit maupun banyak. (Abu Malik Adh-Dhumairi, ibid, hal. 13).

PERBEDAAN PENDAPATMenurut jumhur (mayoritas) fuqaha, seperti Imam Abu Hanifah, Maliki, Syafi’i, Ahmad, dan Ibnu Taimiyah, khamr adalah najis. Namun sebagian ulama, seperti Imam Laits bin Sa’ad, Muzani, dan Rabi’ah Al-Ra`yi, menganggap khamr itu suci, tidak najis. (Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu, 1/260 & 7/427; Imam Al-Qurthubi, Ahkamul Qur`an, 3/52; Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Madzahib Al-Arba’ah, 1/18).

Ulama yang menganggap khamr najis antara lain berdalil dengan ayat: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban

untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji (rijsun) termasuk perbuatan syaitan.”  (QS. Al-Ma`idah: 90).Ayat ini menunjukan kenajisan khamr, karena Allah SWT menyebut khamr merupakan rijsun, yang berarti najis. Karena itu, menurut ulama Hanafiyah pakaian yang tersiram khamr seukuran koin dirham tidak boleh digunakan shalat karena dianggap terkena najis. (Wahbah Zuhaili, ibid, 7/427).

Namun ulama yang menganggap khamr tak najis membantah pendapat tersebut. Menurut mereka katarijsun dalam ayat tersebut artinya adalah najis secara maknawi, bukan najis secara hakiki. Artinya khamr tetap dianggap zat suci, bukan najis, meskipun memang haram untuk diminum. Karena zat yang haram tak selalu najis, meski zat yang najis pasti haram. (Tafsir Al-Manar, 58/7; Imam Shan’ani,Subulus Salam, 1/36; Sayyid Sabiq, Fiqih As-Sunnah, 1/19).

Adapun menurut kami, yang rajih adalah pendapat jumhur bahwa khamr itu najis. Dalilnya memang bukan ayat tentang khamr (QS. Al-Ma`idah: 90), namun hadits Nabi SAW dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani ra:

Dia pernah bertanya kepada Nabi SAW: ”Kami bertetangga dengan Ahli Kitab sedang mereka memasak babi dalam panci-panci mereka dan meminum khamr dalam bejana-bejana mereka?” Nabi SAW menjawab: ”Jika kamu dapati wadah lainnya, makan makan dan minumlah padanya. Jika tidak kamu dapati wadah lainnya, cucilah wadah-wadah mereka

Page 35: Parfum Dalam Prespektif Islam

dengan air dan gunakan untuk makan dan minum.” (HR. Ahmad & Abu Daud, dengan isnad shahih).(Subulus Salam, 1/33; Nailul Authar, hal. 62).Hadits di atas menunjukkan kenajisan khamr, sebab Nabi SAW tidak memerintahkan untuk mencuci wadah mereka dengan air, kecuali karena khamr itu najis. Ini diperkuat dengan riwayat Ad-Daruquthni, bahwa Nabi SAW bersabda:

”Maka cucilah wadah-wadah mereka dengan air karena air itu akan menyucikannya.”(farhadhuuhaa bil-maa`i fa-inna al-maa`a thahuuruhaa) (Mahmud Uwaidhah, Al-Jami’ Li Ahkam Ash-Shalah, 1/45).Kesimpulannya:Alkohol (etanol) itu najis karena khamr itu najis. Maka, parfum beralkohol tidak boleh digunakan karena najis.Wallahu a’lam.

BERBAGAI PENDAPAT ULAMA BESAR ABAD INIAlhamdulillah, para ulama besar abad ini telah berbicara tentang permasalahan alkohol, maka di sini kita nukilkan fatwa-fatwa mereka sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Asy-Syeikh Ibnu BazTerdapat perbedaan ijtihad di antara mereka dalam memandang permasalahan ini. Asy-Syeikh Ibnu Baz berpendapat bahwa sesuatu yang telah bercampur dengan alkohol tidak boleh dimanfaatkan, meskipun kadar alkoholnya rendah,dalam arti tidak mengubahnya menjadi sesuatu yang memabukkan. Karena hal ini tetap masuk dalam hadits:

ام7 ر% ل#ي'ل�ه� ح% ق% ه� ف% ك%ر% ك%ث#ي'ر� ا أ%س' م% Sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnyapun haram.”

Ketika beliau ditanya tentang parfum yang disebut (cologne), beliau berkata: “(Cologne) yang mengandung alkohol tidak boleh (haram) untuk digunakan. Karena telah

tetap (jelas) di sisi kami berdasarkan keterangan para dokter yang ahli di bidang ini bahwa parfum jenis tersebut memabukkan karena mengandung “spiritus” yang dikenal. Oleh sebab itu, haram bagi kaum lelaki dan wanita untuk menggunakan parfum jenis tersebut…

Kalau ada parfum jenis cologne yang tidak memabukkan maka tidak haram menggunakannya. Karena hukum itu berputar sesuai dengan ‘illah-nya, ada atau tidaknya ‘illah tersebut (kalau ‘illah itu ada pada suatu perkara maka perkara itu memiliki hukum tersebut, kalau tidak ada maka hukum itu tidak berlaku padanya).”  (Majmu’ Fatawa , 6/396 dan 10/38-39)Dan yang lebih jelas lagi adalah jawaban beliau pada Majmu’ Fatawa (5/382, dan 10/41) beliau berkata:

”Pada asalnya segala jenis parfum dan minyak wangi yang beredar di khalayak manusia hukumnya halal. Kecuali yang diketahui mengandung sesuatu yang merupakan penghalang untuk menggunakannya, karena ‘sesuatu’ itu memabukkan atau banyaknya memabukkan atau karena ‘sesuatu’ itu adalah najis, dan yang semacamnya…Jadi, jika seseorang mengetahui ada parfum yang mengandung ‘sesuatu’ berupa bahan memabukkan atau benda najis yang menjadi penghalang untuk menggunakannya, maka diapun meninggalkannya (tidak menggunakanya) seperti cologne. Karena telah tetap (jelas) di sisi kami berdasarkan persaksian para dokter (yang ahli di bidang ini) bahwa parfum ini tidak terbebas dari bahan memabukkan karena mengandung ‘spiritus’ berkadar tinggi, yang merupakan bahan memabukkan, sehingga wajib untuk ditinggalkan (tidak digunakan). Kecuali jika ditemukan ada parfum jenis ini yang terbebas dari bahan memabukkan (maka tentunya tidak mengapa untuk digunakan). Dan jenis-jenis parfum yang lain sebagai gantinya, banyak yang dihalalkan oleh Allah SWT, walhamdulillah.

Asy-Syeikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iDemikian pula yang terpahami dari fatwa Asy-Syeikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimullah (dalamIjabatus Sa`il hal. 697) bahwa pendapat beliau sama dengan pendapat gurunya yaitu Asy-Syeikh Ibnu Baz ketika ditanya tentang cologne. Beliau menjawab (tanpa rincian) bahwa tidak boleh menggunakannya dan tidak boleh memperjualbelikannya, berdasarkan hadits Anas bin Malik:

Page 36: Parfum Dalam Prespektif Islam

#ل%ي'ه# ول%ة� إ م� ال'م%ح' ا و% ل�ه% ام# ا و%ح% ب�ه% ار# ا و%ش% ه% ر� ع'ت%ص# م� ا و% ه% ر� ةi: ع%اص# ر% ر# ع%ش% م' ل.م% ف#ي ال'خ% لى. الله� ع%ل%ي'ه# و%س% ول� الله# ص% س� ل%ع%ن% ر%

اة� ل%ه� ت%ر% ال'م�ش' ا و% ت%ر#ي ل%ه% ال'م�ش' ا و% ن#ه% آك#ل� ث%م% ا و% ب%ائ#ع�ه% ا و% ي'ه% اق# و%س% “Rasulullah SAW melaknat 10 jenis orang karena khamr; yang memprosesnya (membuatnya),

yang minta dibuatkan, yang meminumnya, yang membawanya, yang dibawakan untuknya, yang menghidangkannya, yang menjualnya, yang makan (menikmati) harga penjualannya, yang membelinya dan yang dibelikan untuknya.”Asy-Syeikh Muhammad bin Shalih Al-‘UtsaiminSesungguhnya masalah boleh tidaknya menggunakan parfum yang beralkohol merupakan permasalahan yang diperselisihkan oleh para ulama. Hal ini bersumber dari perselisihan ulama mengenai najis tidaknya alkohol. Insya Allah pendapat yang lebih kuat (sebagaimana pendapat Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah) adalah alkohol adalah tidak najis. Dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, firman Allah SWT:

الم� ر�ج�س� �ص�اب� و�األز� ر� و�األن �س� �م�ي �خ�م�ر� و�ال �م�ا ال �ن �وا إ �ذ�ين� آم�ن $ه�ا ال ي� �ا أ ي

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah rijs (perbuatan keji).”  (QS. Al Ma'idah: 90)Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa khamr, judi, berhala, mengundi nasib dengan panah adalahrijs. Kata rijs bisa berarti najis. Namun najis pada ayat ini adalah najis secara maknawi, bukan bendanya bersifat najis. Hal ini ditunjukkan dengan penyatuan keempat perkara di atas, di mana keempat perkara ini memiliki satu sifat yang sama yaitu rijs. Kita telah ketahui bersama bahwasanya judi, berhala dan panah itu bukanlah benda najis, namun ketiganya najis secara maknawi, maka begitu pula dengan khamr (alkohol), maka ia pun najis namun secara maknawi (perbuatannya yang keji) bukan benda atau zatnya.

Kedua, di dalam riwayat yang shahih, ketika diturunkan ayat tentang haramnya khamr, kaum muslimin menumpahkan khamr-khamr mereka di pasar-pasar. Seandainya khamr itu najis secara zatnya, maka tentu tidak boleh menumpahkannya di pasar-pasar. Selain itu, Rasulullah SAW juga tidak memerintahkan untuk mencuci bejana-bejana bekas khamr sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan untuk mencuci bejana bekas daging keledai piaraan (karena daging tersebut najis).

Ketiga, dalil lainnya adalah sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim, di mana ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi SAW dengan membawa khamr di dalam suatu wadah untuk dia berikan kepada Nabi SAW. Namun, setelah ia diberitahu bahwa khamr sudah diharamkan, ia langsung menumpahkan khamr itu di hadapan Nabi. Dan Nabi tidak memerintahkan orang tersebut untuk mencuci wadah bekas khamr dan tidak melarang ditumpahkannya khamr di tempat itu. Seandainya khamr najis, tentu Nabi sudah memerintahkan wadah tersebut untuk dicuci dan beliau melarang menumpahkan khamr tersebut di tempat itu. Dari penjelasan di atas, maka jelaslah yang lebih kuat bahwa alkohol tidaklah najis, maka tidak wajib mencuci pakaian apabila terkena alkohol.

Adapun hukum memakai parfum yang beralkohol, maka Syeikh Ibnu Utsaimin menjelaskan bahwa yang lebih baik adalah kita bersikap berhati-hati yaitu dengan tidak memakainya. Karena sesungguhnya Allah berfirman tentang khamr:

�ف�ل�ح�ون� �م� ت �ك �ع�ل �وه� ل �ب �ن ت �ط�ان� ف�اج� ي �م� ر�ج�س� م/ن� ع�م�ل� الش� ال �ز� �نص�اب� و�األ ر� و�األ �س� �م�ي �خ�م�ر� و�ال �م�ا ال �ن � إ �وا �ذ�ين� آم�ن $ه�ا ال ي� �ا أ ي

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan keji di antara perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”  (QS. Al Ma'idah: 90)Allah memerintahkan untuk menjauhi hal tersebut. Di mana perintah ini mutlak, bukan hanya sekedar meminum atau memakainya (bukan untuk diminum). Oleh karena itulah yang lebih hati-hati adalah seseorang menghindari penggunaan minyak wangi yang mengandung alkohol. Akan tetapi, Beliau juga menegaskan bahwa beliau tidak menggunakan minyak wangi yang mengandung alkohol namun beliau juga tidak melarang orang lain untuk menggunakannya. (disarikan dari majalah As Sunnah edisi 02 tahun IX/1426/2005 hal 49-51).

Page 37: Parfum Dalam Prespektif Islam

Asy-Syeikh Al-AlbaniAsy-Syeikh Al-Albani ketika ditanya tentang berbagai parfum atau minyak wangi yang mengandung alkohol, maka beliau menjawab:

“Apabila kadar alkohol yang terkandung di dalamnya menjadikan parfum-parfum yang harum itu sebagai cairan yang memabukkan, dalam arti kalau diminum oleh seorang pecandu khamr dan ternyata memberi pengaruh seperti pengaruh khamr (yaitu mengakibatkan dia mabuk, maka parfum-parfum tersebut hukumnya tidak boleh (haram untuk digunakan). Adapun jika kadar alkoholnya sedikit (dalam arti tidak mengubah parfum-parfum tersebut menjadi memabukkan) maka hukumnya boleh.” (Kaset Silsilatul Huda wan Nur)Kemudian kita akhiri pembahasan ini dengan fatwa Asy-Syeikh Al-Albani rahimullah yang sangat rinci. Beliau  berkata:

“Untuk memahami makna hadits:

ام7 ر% ل#ي'ل�ه� ح% ق% ه� ف% ك%ر% ك%ث#ي'ر� ا أ%س' م% “Sesuatu yang banyaknya memabukkan maka sedikitnya pun haram.”

Mari kita mendatangkan contoh: Kalau ada 1 liter air yang mengandung 50 gram bahan memabukkan yang kita namakan alkohol, maka cairan ini –yang tersusun dari air dan alkohol– berubah menjadi memabukkan. Namun jika seseorang minum sedikit maka dia tidak akan mabuk. Lain halnya jika dia minum dengan kadar yang lazim diminum oleh seseorang maka dia akan mabuk, dengan demikian menjadilah yang sedikit tadi haram. Sebaliknya, kalau ada 1 liter air mengandung 5 gram alkohol (misalnya). Jika seseorang minum 1 liter air tersebut sampai habis dia tidak mabuk, maka yang seperti ini halal untuk diminum.

Selanjutnya, apakah boleh bagi seorang muslim mengambil 1 liter air kemudian menumpahkan 5 gram alkohol ke dalamnya dengan alasan bahwa 5 gram alkohol tersebut tidak mengubah 1 liter air yang ada menjadi memabukkan?

Jawabannya:Tidak boleh. Kenapa tidak boleh? Karena tidak boleh bagimu untuk memiliki bahan yang memabukkan yang merupakan inti dari khamr, yaitu alkohol. Jadi kegiatan mencampur alkohol dengan bahan lain tidak boleh dalam syariat Islam… 

Dan kami memandang bahwa pendapat Asy-Syeikh Ibnu ‘Utsamin dan Asy-Syeikh Al-Albani rahimullah, lebih dekat kepada kebenaran.

Wallahu a’lam.

CATATAN:(ALKOHOL TIDAK IDENTIK DENGAN KHAMR)Sebenarnya masalah ini dipermasalahkan oleh sebagian orang karena mengira alkohol itu adalah khamr, sementara khamr itu adalah najis, karenanya tidak boleh membawa benda beralkohol di dalam shalat.Hanya saja telah dijelaskan sebelumnya bahwa alkohol itu tidak identik dengan khamr, karena alkohol hanya menjadi khamr (memabukkan) ketika mencapai ukuran tertentu. Silakan baca keterangannya di:http://al-atsariyyah.com/?p=284

Kalaupun anggaplah alkohol itu khamr, maka harus dibahas lagi apakah khamr itu betul najis, dan yang benarnya bahwa khamr bukanlah najis. Ini adalah pendapat Al-Muzani dari Asy-Syafi’iyah dan Daud Azh-Zhahiri. Mereka berdalilkan dengan hadits Anas ketika beliau menceritakan kisah pengharaman khamr pertama kali:

ج' ر� ة% اخ' %ب�و ط%ل'ح% ال% ل#ي أ ق% ال% ف% م%ت' ق% Tر د' ح� ر% ق% م' ن%اد#يiا ي�ن%اد#ي أ%ال% إ#ن. ال'خ% ل.م% م� ل.ى الل.ه� ع%ل%ي'ه# و%س% ول� الل.ه# ص% س� ر% ر% م%أ% ف%

د#ين%ة# ك%ك# ال'م% ت' ف#ي س# ر% ج% ا ف% ت�ه% ق' ر% ه% ت� ف% ج' ر% خ% ا ف% ه% ر#ق' أ%ه' ف% “Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan seorang penyeru untuk menyerukan bahwa

khamr telah diharamkan”. Anas berkata:  “Maka Abu Thalhah berkata kepadaku: “Keluar dan tumpahkanlah”. Maka aku keluar lalu aku tumpahkan. Maka khamr mengalir di jalan-jalan kota Madinah.”  (HR. Al-Bukhari no. 2884, 4254 dan Muslim no. 3662)

Page 38: Parfum Dalam Prespektif Islam

Imam Al-Bukhari memberikan judul bab pada tempat yang pertama: Bab Menumpahkan Khamr di Jalan.Sisi pendalilan pertama dari hadits ini, bahwa khamr bukanlah najis adalah karena khamr-khamr tersebut dibuang ke jalanan, sementara telah ada larangan dari Nabi SAW untuk membuang najis di jalan yang dilalui oleh kaum muslimin, jadi khamr tidak mungkin najis.

Sisi pendalilan yang kedua bahwa Nabi SAW tidak memerintahkan mereka untuk mencuci bejana-bejana bekas penyimpanan khamr mereka, seandainya dia najis maka tentunya tempat penyimpanannya harus dicuci. Jika ada yang mengatakan bahwa perintahnya diundurkan, maka kita katakan bahwa itu bertentangan dengan sifat amanah Nabi SAW. Karena seorang Nabi tidak boleh mengundurkan penjelasan sesuatu dari waktu penjelasan itu dibutuhkan. Dan di sini mereka sangat membutuhkan penjelasan tersebut karena mereka akan segera memakai bejana mereka. Wallahu a’lam.

Jadi, khamr bukanlah najis dan inilah pendapat yang dikuatkan oleh Asy-Syaukani dan Ash-Shan’ani -rahimahumullah-. Hanya saja perlu diingatkan bahwa kewajiban seorang muslim ketika melihat khamr adalah menumpahkannya (jika dia berhak melakukannya) sebagaimana perbuatan para sahabat di atas. Karenanya walaupun dia bukan najis, akan tetapi seorang muslim tidak boleh membawanya apalagi memasukkannya ke dalam rumahnya.

Kesimpulannya:Tidak mengapa memakai parfum atau deodorant yang mengandung alkohol dan shalatnya tidak makruh sama sekali, karena dia bukanlah khamr.Wallahu  a’lam.

Alkohol Sebagai Solvent (Pelarut) pada Parfum Bukanlah KhamrMungkin ini yang sering kurang dipahami oleh sebagian orang yang menghukumi haramnya parfum beralkohol. Mereka mengira bahwa alkohol yang terdapat dalam parfum adalah khamr.

Perlu kita ketahui terlebih dahulu, khamr adalah segala sesuatu yang memabukkan. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW:

ام� ك�ر� ح�ر� �ل$ م�س� ك�ر� خ�م�ر� و�ك �ل$ م�س� ك “Setiap yang memabukkan adalah khamr. Setiap yang memabukkan pastilah haram.”

Yang jadi illah (sebab) pengharaman khamr adalah karena memabukkan. Perhatikan perkataan Syeikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsamin sebagai berikut:

“Khamr diharamkan karena illah (sebab pelarangan) yang ada di dalamnya yaitu karena memabukkan. Jika illah tersebut hilang, maka pengharamannya pun hilang. Karena sesuai kaedah “Al-hukmu yaduuru ma’a illatihi wujudan wa ‘adaman (hukum itu ada dilihat dari ada atau tidak adanya illah)”. Illah dalam pengharaman khamr adalah memabukkan dan illah ini berasal dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan ijma’ (kesepakatan ulama kaum muslimin).”

Inilah sebab pengharaman khamr yaitu karena memabukkan. Oleh karenanya, tidak tepat jika dikatakan bahwa khamr itu diharamkan karena alkohol yang terkandung di dalamnya. Walaupun kami akui bahwa yang jadi patokan dalam menilai keras atau tidaknya minuman keras adalah karena alkohol di dalamnya. Namun ingat, alkohol bukan satu-satunya zat yang dapat menimbulkan efek memabukkan, masih ada zat lainnya dalam minuman keras yang juga sifatnya sama-sama toksik (beracun). Dan sekali lagi kami katakan bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadits sama sekali tidak pernah mengharamkan alkohol, namun yang dilarang adalah khamr yaitu segala sesuatu yang memabukkan.

Kembali pada point yang ingin diutarakan. Perlu kiranya kita ketahui bersama bahwa alkohol (etanol) yang bertindak sebagai solvent (pelarut) dalam parfum bukanlah khamr. Maksudnya, yang menjadi solvent (pelarut) di situ bukanlah wiski, vodka, rhum atau minuman keras lainnya. Tidak ada pembuat parfum beralkohol yang menyatakan demikian.

Namun yang menjadi solvent boleh jadi adalah etanol murni atau etanol yang bercampur dengan air. Dan ingat, etanol di sini bukanlah khamr. Dari pengamatan di sini saja, kenapa parfum beralkohol mesti diharamkan, yang nyata-nyata kita saksikan bahwa campurannya saja bukan khamr?

Page 39: Parfum Dalam Prespektif Islam

Pernyataan di atas bukan berdasar dari logika keilmuan kami semata, namun LP POM MUI pun menyatakan demikian. Berikut cuplikan pernyataannya:

“Alkohol yang dimaksud dalam parfum adalah etanol . Menurut fatwa MUI, etanol yang merupakan senyawa murni -bukan berasal dari industri minuman beralkohol (khamr)- sifatnya tidak najis. Hal ini berbeda dengan khamr yang bersifat najis. Oleh karena itu, etanol tersebut boleh dijual sebagai pelarut parfum, yang notabene memang dipakai di luar (tidak dimasukkan ke dalam tubuh).”

Taruhlah kita mengangap bahwa khamr adalah najis sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Tetapi kita tetap katakan bahwa parfum beralkohol hukum asalnya adalah halal karena campurannya saja bukan khamr, lantas mengapa dianggap haram?

Etanol Adalah Zat Yang SuciPembahasan ini bukanlah memaksudkan pada pembahasan minuman keras. Minuman keras sudah diketahui haramnya karena termasuk khmr. Yang kita bahas adalah mengenai apa hukum dari etanol (C2H5OH), apakah suci dan halal?

Kami akan sedikit mengulang dengan menjelaskan melalui ilustrasi berikut:

Air kadang bercampur dengan zat lainnya. Kadang air berada di minuman yang halal. Kadang pula air berada pada minuman yang haram (seperti dalam miras). Namun bagaimanakah sebenarnya status air itu sendiri sebagai zat yang berdiri sendiri, tanpa bercampur dengan zat lainnya? Apakah halal? Jawabannya, halal. Karena kita kembali ke hukum asal segala sesuatu adalah halal. Dasarnya adalah firman Allah:

�يم� ي�ء� ع�ل �ل/ ش� �ك م�او�ات� و�ه�و� ب �ع� س� ب و�اه�ن� س� م�اء� ف�س� �ل�ى الس� �و�ى إ ت �م� اس� �م� م�ا ف�ي األر�ض� ج�م�يع�ا ث �ك ل�ق� ل �ذ�ي خ� ه�و� ال “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak

menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”  (QS. Al-Baqarah: 29)

ق� ز� �ات� م�ن� الر/ /ب �اد�ه� و�الط�ي �ع�ب ج� ل �خ�ر� �ي أ �ت �ه� ال �ة� الل م� ز�ين ق�ل� م�ن� ح�ر� Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya

untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" (QS. Al A’raf: 32)Air ini bisa menjadi haram jika ia sudah berupa campuran, namun yang ditinjau adalah campurannya dan bukan lagi airnya. Misalnya air yang terdapat dalam miras. Pada saat ini, air sudah bercampur dan menjadi satu dengan miras. Dan miras dihukumi haram, termasuk pula air di dalamnya.

Sama halnya kita terapkan untuk etanol. Etanol kadang bercampur dan jadi satu dengan minuman keras. Kadang pula etanol berada dalam cairan etanol yang bercampur dengan air. Bagaimanakah hukum asal etanol ketika berdiri sendiri dan belum bercampur atau menyatu dengan zat lain? Jawabannya, sama dengan air di atas. Kita kembali ke hukum asal bahwa segala sesuatu itu halal. Termasuk juga etanol ketika ia berdiri sendiri.

Nanti masalahnya berbeda ketika etanol tadi bercampur dan menyatu dengan miras. Ketika itu etanol juga bercampur dengan zat asetanilda, propanol, butanol, dan metanol yang kebanyakan bersifat toksik (racun). Pada saat ini, campurannya dihukumi haram karena sifatnya memabukkan, termasuk pula etanol di dalamnya.

Namun bagaimana jika etanol hanya bercampur dengan air. Apakah dihukumi haram? Jawabnya, kembali ke hukum asal yaitu halal. Pada saat ini pula etanol bukan lagi memabukkan. Namun asal etanol memang toksik (beracun) dan tidak bisa dikonsumsi. Jika etanol hanya bercampur dengan air, lalu dikonsumsi, maka cuma ada dua kemungkinan bila dikonsumsi, yaitu sakit perut atau mati.

Intinya, ada beberapa point yang bisa kita simpulkan:1. Hukum asal etanol jika ia berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan zat lain adalah halal.2. Etanol bisa berubah statusnya jadi haram jika ia menyatu dengan minuman yang haram seperti miras.3. Etanol ketika berada dalam miras, yang dihukumi adalah campuran mirasnya dan bukan etanolnya lagi.

Page 40: Parfum Dalam Prespektif Islam

Jika melihat etanol (alkohol) yang ada dalam parfum, maka kita dapat katakan bahwa yang jadi solvent (pelarut) dalam parfum tersebut adalah etanol yang suci, lantas mengapa mesti dipermasalahkan? Karena itu ingat sekali lagi, campuran dalam parfum di sini bukanlah khamr, namun etanol yang statusnya suci. Semoga Allah beri kepahaman.

Jika Kita Menganggap Campuran Parfum Adalah Khamr!!!Ini sebenarnya pernyataan yang kurang tepat sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas. Namun taruhlah jika kita masih meyakini bahwa parfum alkohol memakai campuran khamr, lalu dari segi mana parfum tersebut boleh digunakan?Jawabannya, kita kembali pada pembahasan apakah khamr itu najis ataukah tidak. Sebagaimana yang telah kami utarakan bahwa khamr itu haram namun tidak najis.

Di antara alasannya:Pertama: Tidak ada dalil tegas yang menyatakan khamr itu najis.

Kedua: Terdapat dalil yang menyatakan khamr itu suci. Sebagaimana hal ini dapat kita lihat pada hadits dari Anas bin Malik tentang kisah pengharaman khamr.Pada saat itu Rasulullah SAW menyeru dengan berkata, “Ketahuilah, khamr telah diharamkan.” Dalam hadits tersebut disebutkan bahwa ketika bejana-bejana khamr pun dihancurkan dan penuhlah jalan-jalan kota Madinah dengan khamr.Padahal ketika itu orang-orang pasti ingin melewati jalan tersebut. Jika khamr najis, maka pasti Nabi SAW akan menyuruh membersihkannya sebagaimana beliau SAW memerintahkan untuk membersihkan kencing orang Badui di masjid. Jika khamr najis tentu beliau SAW tidak membiarkan orang-orang membuangnya di jalan begitu saja.

Ketiga: Hukum asal segala sesuatu adalah suci:Jika sudah jelas zat khamr itu suci dan tidak najis, maka tidak menjadi masalah dengan parfum beralkohol. Namun perlu diketahui bahwa ulama yang menyatakan khamr itu suci, mengenai hukum parfum beralkohol ada beberapa pendapat di antara mereka, yaitu sebagai berikut:

1. Dibolehkan jika alkohol dalam parfum itu sedikit.2. Tidak dibolehkan karena kita diperintahkan menghancurkan khamr sebagaimana disebutkan dalam

sebuah hadits. Jika diperintahkan dihancurkan, maka mengapa malah digunakan untuk parfum? Tentu saja tidak boleh menggunakannya.Namun jika kita melihat penjelasan di awal tadi, dua pendapat ini kami nilai kurang tepat karena salah dalam memahami istilah alkohol dalam parfum. Sebagaimana telah dikemukakan, solvent (pelarut) yang digunakan dalam parfum beralkohol bukanlah khamr namun etanol atau campuran antara etanol dan air. Lantas mengapa mesti dipermasalahkan?

KesimpulanHukum asal menggunakan parfum beralkohol adalah boleh, mengingat status alkohol (etanol) yang suci yang bercampur dalam parfum tersebut, kecuali bila ada campuran zat najis lainnya dalam parfum tersebut.

Catatan penting:Untuk wanita, diperbolehkan menggunakan wewangian hanya di rumah. Di antara alasannya adalah riwayat berikut:

Dari Abu Musa Al-Asy’ari,  ia berkata bahwasannya Rasulullah SAW bersabda:

�ة� �ي ان �ج�د�وا م�ن� ر�يح�ه�ا ف�ه�ي� ز� �ي � ل ت� ع�ل�ى ق�و�م ت� ف�م�ر� �ع�ط�ر� ت �ة� اس� أ $م�ا ام�ر� ي� أ

“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai maka perempuan tersebut adalah seorang pelacur.”  (HR. An-Nasai, Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad. Shahih)Demikian pembahasan mengenai parfum beralkohol. Semoga bisa menjawab polemik yang ada yang beredar di tengah-tengah kaum muslimin. Semoga pelajaran ini bermanfaat bagi kita sekalian.

Wallahu a’lam bish shawab.

Page 41: Parfum Dalam Prespektif Islam

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

di sadur dari catatan sahabat .. dengan dasar2 dalil naqli yg sudah tertera