parasit fakultatif dan nekrotropik.docx

124
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan suatu bidang yang memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup. Seiring perkembangan zaman, usaha pembudidayaan tanaman kerap kali menghadapi hambatan karena banyaknya kegagalan yang disebabkan oleh serangan organisme pengganggu tanaman, seperti hama, penyakit maupun gulma. Perlindungan tanaman adalah upaya manusia untuk melindungi tanaman agar terhindar dari kerugian yang disebabkan baik oleh serangan organisme pengganggu tanaman tersebut. Perlindungan tanaman merupakan tindakan optimalitas mencegah adanya organisme pengganggu tanaman dalam suatu lahan yang dibudidayakan. Hal ini dikarenakan kehadiran organisme tanaman mengganggu metabolisme tanaman yang dibudidayakan dan dapat menurunkan hasil produktivitas tanaman. Keberadaan pengganggu tanaman terhadap kehidupan manusia sangat besar namun pengetahuan tentang cara pengendaliannya masih kurang dan masih banyak orang yang belum sadar akan pengaruh tersebut.Hama tanaman bisa menyerang mulai saat benih sampai hasil panen disimpan dalam gudang. Kerusakan akibat serangan hama bisa dinilai secara kualitatif, kuantitatif, maupun keduanya. Pengendalian hama merupakan upaya manusia untuk mengusir, menghindari dan membunuh secara langsung maupun tidak langsung terhadap spesies hama. Pengendalian hama tidak bermaksud memusnahkan spesies

Upload: rifina-chairunisa

Post on 08-Nov-2015

100 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPertanian merupakan suatu bidang yang memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup. Seiring perkembangan zaman, usaha pembudidayaan tanaman kerap kali menghadapi hambatan karena banyaknya kegagalan yang disebabkan oleh serangan organisme pengganggu tanaman, seperti hama, penyakit maupun gulma. Perlindungan tanaman adalah upaya manusia untuk melindungi tanaman agar terhindar dari kerugian yang disebabkan baik oleh serangan organisme pengganggu tanaman tersebut. Perlindungan tanaman merupakan tindakan optimalitas mencegah adanya organisme pengganggu tanaman dalam suatu lahan yang dibudidayakan. Hal ini dikarenakan kehadiran organisme tanaman mengganggu metabolisme tanaman yang dibudidayakan dan dapat menurunkan hasil produktivitas tanaman. Keberadaan pengganggu tanaman terhadap kehidupan manusia sangat besar namun pengetahuan tentang cara pengendaliannya masih kurang dan masih banyak orang yang belum sadar akan pengaruh tersebut.Hama tanaman bisa menyerang mulai saat benih sampai hasil panen disimpan dalam gudang. Kerusakan akibat serangan hama bisa dinilai secara kualitatif, kuantitatif, maupun keduanya. Pengendalian hama merupakan upaya manusia untuk mengusir, menghindari dan membunuh secara langsung maupun tidak langsung terhadap spesies hama. Pengendalian hama tidak bermaksud memusnahkan spesies hama, melainkan hanya menekan sampai pada tingkat tertentu saja sehingga secara ekonomi dan ekologi dapat dipertanggungjawabkan.Penyakit adalah suatu aktivitas fisiologis yang merugikan yang disebabkan oleh gangguan secara terus menerus oleh faktor penyebab primer. Terjadinya penyakit pada umumnya diawali dengan adanya tanda atau gejala pada tanaman yang disebabkan oleh serangan patogen. Patogen merupakan penyebab penyakit yang bersifat menular, dapat berupa jamur, bakteri, virus, nematoda ataupun tumbuhan tingkat tinggi yang parasitik. Pengendalian penyakit pada tanaman biasa dilakukan secara mekanik dan kimia. Cara mekanik dapat digunakan pengendalian hayati sedangkan pengendalian kimia digunakannya fungisida pada tanaman yang terinfeksi patogen. Pengendalian hayati adalah penggunaan agens hayati untuk pengendalian populasi dan atau pengaruh merugikan dari organisme pengganggu tanaman. Pengendalian penyakit tanaman yang berwawasan lingkungan merupakan upaya pengendalian jangka panjang, karena resiko terhadap kerusakan lingkungan dapat ditekanGulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Gulma merupakan salah satu faktor penghambat utama dalam budidaya pertanian karena adanya persaingan antara tanaman budidaya dengan gulma dalam memperoleh hara, cahaya dan air. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Dikatakan teknis karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Sedangkan plastis dikarenakan batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di antara pertanaman monokulturjagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Pengelolaan gulma adalah suatu upaya mengendalikan jenis gulma yang mempunyai nilai negatif serta melestarikan gulma yang mempunyai arti positif dengan demikian ekosistem di tanah dapat berjalan baik.B. Tujuan Praktikum1. Morfologi, Identifikasi Hama dan Gejala Kerusakan Tanamana. Praktikan mampu mengenali dan menjelaskan ciri-ciri morfologis binatang hamab. Praktiikan mampu melakukan identifikasi beberapa kelompok binatang hama berdasarkan ciri-ciri morfologinyac. Praktikan mampu melakukan identifikasi beberapa kelompok serangga hama sampai tingkat ordo berdasarkan ciri-ciri morfologinyad. Mengenal dan mempelajari tipe-tipe gejala serangan hama dari masing-masing tipe alat mulut hama2. Identifikasi Patogena. Gejala, Tanda Penyakit dan Morfologi Patogen Pertumbuhan1) Mengenal tipe gejala dan tanda penyakit tumbuhan yang umum2) Mengembangkan kecakapan mahasiswa dalam mendiagnosis penyakit secara cepat berdasarkan deskripsi gejala atau morfologi patogen yang menyertai gejalab. Medium BiakanUntuk mengetahui prinsip dasar pembuatan medium biakan dan sterilisasi medium dan alatc. SterilisasiMahasiswa mengenal prinsip-prinsip sterilisasid. Isolasi dan Inokulasi1) Mahasiswa mempelajari beberapa cara isolasi dan inokulasi jamur dan bakteri patogen tanaman2) Mengenal beberapa teknik inokulasi3) Mempelajari cara masuk patogen ke dalam tubuh tanaman inang4) Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan inokulasi buatan3. Pengendalian Patogen Tanamana. Uji Antagonisme In VitroMengenalkan pengaruh jasad antagonis terhadap pertumbuhan atau perkembangan patogen secara in vitrob. Pengenalan Musuh alamiMengetahui musuh alami beberapa hama dan penyakit tanamanc. Uji Efikasi Alat Perangkap Hama Memperkenalkan kepada mahasiswa salah satu cara/ alat perangkap hama tanaman (lalat buah)d. Pengenalan pestisidaMengetahui macam-macam pestisida dan penggunaannya4. Identifikasi Gulma dan Pengaruh Penyemprotan Pestisidaa. Mengetahui jenis gulma, familia dan golongannyab. Mengetahui dominasi penutupan (coverage) oleh jenis gulma tertentu pada lahanc. Mengetahui pengaruh penyemprotan herbisida terhadap gulma

II. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANA. Morfologi, Identifikasi Hama dan Gejala Kerusakan Tanaman1. Hasil Pengamatana. Pengenalan Hama, Tanda, dan Gejala Serangan1) Keterangan :HidungMulutMataTelingaEkorKaki Badan Kelas Mammalia

Gambar 1.1 Tikus Sawah (Rattus-rattus argentiventer)Ciri-ciri : Berwarna abu abu hitam, berkaki 4, berekor, warna tubuh bagian atas lebih gelap daripada tubuh bagian bawah, berukuran lebih besar dibanding tikus rumahan, dan merusak dengan mengerat bawah tanaman padi.Panjang ekor biasanya sama atau lebih pendek daripada panjang tubuhnya.Tipe alat mulut : menggigit - mengunyahTaksonomi:Filum: ChordataKlasis: MammaliaOrdo: RodentiaFamilia: MuridaeGenus: Rattus- rattusSpecies: Rattus- rattus argentiventer (tikus sawah)

Gejala kerusakan :rebahnya tanaman padibatang padi rusak dan patahbulir-bulir padi rusak karena dimakan tikusTerdapat bekas gigitan pada batang

Gambar 1.2 Batang Padi (Oryza sativa)2) Insecta Keterangan :1. Antenna 2. Mata3. Thorax4. Alat Mulut 5. Gambar 1.3 Hama Belalang DewasaTungkai Kaki 6. Abdomen7. Sayap

Gambar 1.4 Hama Belalang Pra Dewasa (Valanga nigricornis)Ciri-ciri : Berwarna coklat; mempunyai 2 sayap; terdiri dari 3 bagian : kepala, thorax, abdomen; pada thoraks terdapat : 3 pasang kaki dan 2 pasang sayapTipe alat mulut : Penggigit PengunyahTipe metamorphose : Paurometabola (telur-nimfa-imago)Taksonomi:Filum: ArthropodaKlasis: InsectaOrdo: OrthopteraFamili: AcrididaeGenus: ValangaSpecies: Valanga nigricornisGejala kerusakan:Keterangan :- Lubang pada daun- Sobek pada daun

Gambar 1.5 Tanaman Jeruk

3) Kelas GastropodaKeterangan :1. cangkang2. mata3. tentakel4. tubuh

Gambar 1.6 Hama Bekicot (Acatina fullica)Ciri-ciri : memiliki cangkang, berjalan menggunakan kaki palsu pada perut, memiliki tentakel mata, tubuh lunak dan berlendir, bercangkang, punya sepasang mataTipe alat mulut : menggigit mengunyah Metamorfosis : Paurometabola (telur-nimfa-imago)Taksonomi:Filum: MolluscaKlasis: GastropodaOrdo: PulmonasaFamili: AcatinadaeGenus: AcatinaSpecies: Acatina fullicaGejala kerusakan : Daun berlubang dan sobek Pada daun terdapat lendir yang bila kering terlihat mengkilat

Gambar 1.7 Daun Singkong (Manihot utilissima)4) Kelas Nematoda

Keterangan :StyletBadanUsusAnus

Gambar 1.8 Nematoda (Melodogyne javanica)Ciri-ciri : Berbentuk silinder panjang, memiliki mulut penghisap,tubuh simetri bilateral, tubuh tidak bersegmen, stylet pada ujung yang lancip, pada stylet terdapat konus, silindris dan knobTipe alat mulut : penusuk - penghisapTaksonomi:Filum: NemathelmintesKlasis: NematodaOrdo: ThylenchidaFamili: HeteroderidaeGenus: MetoidogyneSpecies: Melodogyne sp.Gejala kerusakan : pembengkakan pada akar tanaman layu

Gambar 1.9 Akar Tanaman 5) Keterangan :MulutMataKakiEkorBadanSayapFilum Aves

Gambar 1.10 Burung Emprit (Munia sp.)Ciri-ciri :Memiliki paruh, bagian tubuh atas berwarna coklat, bawah berwarna putih dan bercak bercak hitam, memiliki 2 kaki dan bersayap, dan tubuh ditutupi bulu.Taksonomi:Filum: AvesKlasis: PasseriformesOrdo: PlaccidaeFamili: EstrididaeGenus: MuniaSpecies: Munia sp.

Gejala kerusakan :Bulir padi berkurang karena dimakan burungGambar 1.11 Malai Padi (Oryza sativa)6) Keterangan :CephalothorakKakiAbdomenCheliceraeKelas Arachnida

Gambar 1.12 Tungau merah (Tetranychus cinabarinus)Ciri-ciri : kaki mempunyai 4 pasang tubuh berwarna merah, terdiri dari cephalothorak dan abdomen, tidak mengalami metamorfosis, dan alat mulut berupa chelicerae dengan palpusTaksonomi:Filum: AnthropodaKlasis: ArachnidaOrdo: AcarinaFamili: TetranichidaeGenus: TetranichusSpecies: Tetranychus cinabarinus

Gejala kerusakan :Pada daun singkong ada bercak merah dan di sekitar bercah daun berwarna kuning

Gambar 1.13 Daun Singkong (Manihot utilissima)b. Kunci Determinasi Ordo, Tanda Serangan, dan Gejala Serangan1) Kumbang Badak (Orycthes rhinocheros)

Gambar 1.14 LarvaGambar 1.15 Pupa Gambar 1.16 ImagoTaksonomi Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: ColeopteraKunci determinasi :1(a) Mempunyai dua pasang sayap-sayap depan bertekstur seperti mika/kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membrane.2(b) Alat mulut tipe pengunyah, mempunyai mandible4(a) Sayap depan seperti mika/tanduk tanpa vena (elytra), sayap belakang bersifat membrane dengan sedikit vena. ColeopteraJenis larva: OligopodaJenis pupa: EksarataTipe metamorphosis: HolometabolaTipe alat mulut: Penggigit-pengunyah (Mandibulata)Stadium merusak: ImagoGejala Serangan : Daun kelapa kering dan menguning disebabkan oleh penggerekGejala kerusakan : Daun kelapa kering dan menguning disebabkan oleh penggerek

Gambar 1.17 Daun Kelapa

2) Lebah (Apids sp.)

Gambar 1.17 Nimfa Gambar 1.18 ImagoTaksonomi Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: HymenopteraKunci determinasi: 1(b) Sayap depan dan belakang bersifat membran5(b) Sayap tidak tertutup sisik;6(b) Sayap depan belakang tidak sama ukuran, bentuk, dan venanya;7(b) Ukuran tubuh beragam, sayap, tanpa rumbai;8(a)Tubuh agak padat, ada penggentingan antara toraks dan abdomen sayap belakang lebih kecil dari sayap depan HymenopteraKeterangan :Jenis larva: -Jenis pupa: EksarataTipe metamorphosis : HolometabolaTipe alat mulut: Penjilat-penghisap (Haustelata)Stadium merusak: serangga penyerbuk3) Lalat Buah (Dacus cucurbitae)

Gambar 1.19 LarvaGambar 1.20 Pupa Gambar 1.21 ImagoTaksonomi Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: DipteraKunci determinasi: 1(b) Sayap depan dan belakang bersifat membran5(b) Sayap tidak tertutup sisik6(b) Sayap depan belakang tidak sama ukuran, bentuk, dan venanya7(b) Ukuran tubuh beragam, sayap, tanpa rumbai8(b) Sayap depan ada, sayap belakang tereduksi menjadi alat keseimbangan DipteraKeterangan :Jenis larva: ApodaJenis pupa: KoartataTipe metamorphosis: HolometabolaTipe alat mulut: Haustelata (penusuk-penghisap)Stadium merusak: Imago dan larvaGejala Serangan : Busuk buah pada belimbingGejala Kerusakan: Busuk buah pada belimbing dan berlubang lubang berwarna coklat

Gambar 1.22 Buah Belimbing4) Kupu-kupu (Erionata thrax)

Gambar 1.23 Larva Gambar 1.24 Pupa Gambar 1.25 ImagoTaksonomi Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Ordo: LepidopteraKunci determinasi: 1(b) Sayap depan dan belakang bersifat membran5(a) kedua sayap tertutup sisik6(b) Sayap depan belakang tidak sama ukuran, bentuk, dan venanya8(b) Sayap depan ada, sayap belakang tereduksi menjadi alat keseimbanganLepidopteraKeterangan :Jenis larva: PolipodaJenis pupa: ObtektaTipe metamorphosis : Holometabola (sempurna)Tipe alat mulut: Haustelata (pencucup-penghisap) (imago)Mandibulata (Penggigit pengunyah) (larva)Stadium merusak: LarvaGejala Serangan : daun sobek (saat larva).

Gejala Kerusakan:Daun pisang sobek dan menggulung serta berwarna coklat akibat serangan Lepidoptera (Erionata thrax) pada fase pupa

Gambar 1.27 Daun Pisang5) Wereng Coklat (Nilaparvata lugens)Gambar 1.28 Hama Walang Sangit (Nilaparvata lugens)Taksonomi : Filum : Arthopoda Klasis: Insecta Ordo: HomopteraKunci Determinasi :1(a) Mempunyai 2 pasang sayap depan bertekstur seperti mika/kulit, terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran2(a) Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang beruas-ruas3(b) Sayap depan dengan tekstur yang seragam, ujung sayap sedikit tumpang tindihHOMOPTERAKeterangan :Jenis Larva: -Jenis Pupa : -Tipe metamorphose : PaurometabolaTipe alat mulut : penusuk penghisap HaustelataStadium menyerang : imagoGejala Serangan : Tanaman roboh akibat wereng coklat6) Walang sangit (Leptocorisa oratorius)

Gambar 1.29 Hama Walang sangit (Leptocorisa oratorius)Kunci Determinasi : 1(a) Mempunyai dua pasang sayap, sayap depan bertekstur seperti mika atau kulit terutama di pangkal sayap, sayap belakang bersifat membran22(a) Alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang beruas-ruas33(a) Tekstur pangkal depan seperti mika, ujung sayap bersifat membran (hemelytron), ujung sayap saling tumpang tindih bila sedang hinggapHEMIPTERATaksonomi :Filum: ArthropodaKlasis: InsectaOrdo: HemipteraKeterangan :Jenis larva: -Jenis pupa: -Tipe metamorphosis : PaurometabolaTipe alat mulut: Penusuk-penghisap (Haustelata)Stadium merusak: Imago dan nimfaGejala Serangan : Bulir hampa dan batang rusak karena belukGejala kerusakan:Ada beberapa bulir yang masak susu menjadi kosong dan berwarna hitamPada kulit padi ada bercak coklat karena tusukan hama penusukGambar 1.30 Bulir Padi (Oryza sativa)7) Gejala:Batang dan daun padi kering dan berwarna kuning dan coklat semuaHama yang merusak :Scirpophaga incertulasSundep (Dead Heart)

Gambar 1.33 Padi karena serangan Scirpophaga interculas8) Gejala:Batang berwarna kuning dan bulir padi kopong (tidak berisi)Hama yang merusak :Scirpophaga incertulasBeluk

Gambar 1.32 Padi karena serangan Scirpophoga interculas2. Pembahasana. Pengenalan Hama, Tanda, dan Gejala SeranganHama adalah hewan pengganggu yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga merugikan para petani. Hama sebagian besar merupakan kelompok terbesar yaitu serangga. Serangga (insecta) termasuk filum Arthropoda. Namun, ada pula hama yang bukan dari serangga diantaranya,Mamalia (filum Chordata),Gastropoda (filum Mollusca), Nematoda (filum Nemathelmintes), Passeriformes (filum aves) dan Arachnida (Arthropoda). Hama tanaman dapat berbentuk binatang yang menyusui hingga organisme kecil yang mikroskopik. Hama dapat merusak tanaman dengan mengerat, menggigit serta menghisap bagian tanaman. Pada praktikum kali ini melakukan identifikasi hama dan gejala yang ditimbulkannya. Hama yang diidentifikasi adalah tikus sawah (Rattus rattus argentiventer), belalang (Valanga nigricornis), bekicot (Achatina fulica), nematoda (meloidogyne sp.), burung emprit (Munia sp) dan tungau (Tetranychus cinnabarinus). Masing-masing dari hama tersebut mempunyai gejala kerusakan berbeda beda, sehingga dengan mempelajari gejala kerusaannya kita dapat menentukan hama apa yang menyerang.Mamalia termasuk dalam anggota chordata yang bertindak sebagai hama. Contohnya pada tikus sawah yang menjadi hama bagi tanaman padi. Biasanya tikus menyerang tanaman padi pada bagian batang sehingga menimbulkan kerusakan pada batang tanaman padi yang menyebabkan tanaman padi itu roboh. Biasanya tikus sawah bisa merugikan petani bila sudah terlalu banyak padi yang di makan tikus karena tikus berkembangbiaknya cepat sekali.Tikus sawah, Rattus-rattus argentiventer masuk kedalam famili Muridae, ordo Rodentia, klas Mamalia. Tikus merupakan hama padi yang cukup penting. Tikus sawah dapat dibedakan dari species tikus lainnya karena ekornya yang relatif pendek hanya kira-kira sama panjangnya dengan tubuhnya, rambut pada punggung kasar, berwarna cokelat gelap dibagian pangkal dan ujungnya kekuningan. Warna perut abu-abu dan ekor seluruhnya berwarna gelap. Jumlah putting susu 12 buah, 3 pasang dibagian dada dan 3 pasang pada perut. Berat tubuh sekitar 100 sampai 230 gram. Rata-rata panjang kaki 34 mm, sedangkan panjang kuping 20-22 mm. Tikus sawah termasuk dalam filum Chordata, kelas Mamalia dan termasuk dalam bangsa Rodentia. Ordo ini termasuk binatang pengerat dan paling banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman pertanian. Tikus selalu mengerat sesuatu dengan gigi atasnya, sebab apabila tikus tidak terus mengerat, gigi atasnya akan terus tumbuh dan melukai mulut bagian bawah sehingga menimbulkan infeksi dan dapat mengakibatkan kematian. Adapun jenis-jenis tikus sawah antara lain Teyrta indica (pemakan biji-bijian, akar-akaran, daun, rumput, dan serangga), Nilarrdia glesdovi (pemakan biji-bijian), dan Brandicota bengetensis (perusak tanaman dalam jumlah besar dan meninggalkan banyak sisa) (Sudarmo1991).Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip dengan gendang telinga manusia. Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton) (Arisandi 2012)Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan belalang dikarenakan tipe mulutnya yang berbentuk penggigit dan pengunyah dapat terjadi baik pada belalang fase imago atau dewasa. Gejala kerusakannya antara lain kenampakan daun yang bergerigi akibat bekas gigitan dan terdapat bekas gigitan mulai tepi daun sampai ke tengah daun. Terdapat juga pada batang namun sehingga batang terlihat tidak utuh, seringkali batang tergerek sehingga lama-lama batang tersebut akan mengering karena terputusnya saluran pembuluh floem pada batang tersebut. Belalang mempunyai tipe metamorphosis paurometabola, dimana perkembangannya terdiri dari tiga tahap : telur, nimfa, dan dewasa.Kelas Gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot, Pomacea ensularis canaliculata (keong emas). Binatang tersebut memiliki tubuh yang lunak dan dilindungi oleh cangkok (shell) yang keras. Pada bagian anterior dijumpai dua pasang antene yang masing-masing ujungnya terdapat mata. Lubang genetalia terdapat pada bagian samping sebelah kanan, sedang anus dan lubang pernafasan terdapat di bagian tepi mantel tubuh dekat dengan cangkok/shell. Bekicot atau siput bersifat hermaprodit, sehingga setiap individu dapat menghasilkan sejumlah telur fertil. Bekicot aktif pada malam hari serta hidup baik pada kelembaban tinggi. Pada siang hari biasanya bersembunyi pada tempat-tempat terlindung atau pada dinding-dinding bangunan, pohon atau tempat lain yang tersembunyi(Fatawi 1999).Bekicot mempunyai alat mulut bertipe menggigit-mengunyah sehingga gejala kerusakan yang ditimbulkan berupa sobek atau berlubangnya daun bahkan hingga patahnya batang. Selain itu, bagian tanaman yang diserang akan tampak berlendir. Hal ini terjadi karena bekicot akan mengeluarkan lendir saat berjalan. Lendir yang ditinggalkan bekicot akan tampak panjang dan apabila sudah mengering maka akan terlihat berkilau.Bekicot mempunyai kaki semu untuk berjalan. Tubuhnya dilindungi oleh cangkang yang berasal dari zat kapur. Kepalanya terdapat tentakel dengan mata terletak diujung tentakel tersebut. Bekicot hidup di tempat dengan kelembaban tinggi dan aktif pada malam hari untuk mencari makanan. Bekicot mempunyai jenis kelamin ganda. Bekicot mempunyai alat mulut bertipe menggigit menggunyah, sehingga gejala kerusakan yang ditimbulkan berupa sobek daun dan atau patahnya batang (Pracaya 1991).Nematoda yang bersifat sebagai hama disebut dengan nematoda parasit, sedangkan yang tidak bersifat hama disebut nematoda predator atau saprofag. Nematoda yang bersifat sebagai hama dapat menyebabkan timbulnya puru akar pada sistem akar tanaman budidaya, seperti tomat, cabai, tembakau dan lain-lain. Puru akar tersebut merupakan gejala awal yang terjadi akibat tanaman yang telah berasosiasi dengan infeksi Melodogyne spp. Bagian tubuh yang utama dari nematoda adalah stilet yang terbagi menadi tiga bagian (konus, silindris, dan knob), oesophagus, usus, dan anus. Stilet inilah yang berperan dalam perusakan tanaman. Stilet dapat mencucuk bagian tanaman, sehingga nematoda dapat masuk ke dalam jaringan tanaman. Nematoda mulutnya berupa tipe alat mulut penusuk penghisap sehingga mengakibatkan gejala kerusakan berupa munculnya puru akar.Hama nematoda ini dapat mengakibatkan terjadinya puru akar dan juga adanya benjolan-benjolan pada bagian akat sehingga akar terlihat terkelupas dan lambat laun tanaman akan mati karena akar tidak dapat melakukan fungsinya dengan maksimal. Meloidogyne termasuk kedalam kelas nematoda. Nematoda yang sering merusak tanaman yaitu dari genus Pratylenchus, Radopholus, Tylenchalus, Helicotylanchalus dan Aphelencoidae. Gejala-gejala yang timbul karena serangan nematoda kebanyakan adalah bintik akar atau puru.Phylum dari nematoda adalah nemathelmintes atau ascelmintes. Dari kelas nematoda banyak sekali yang menjadi hama. Namun tidak semua bangsa nematoda bersifat sebagai hama, ada beberapa yang justru menguntungkan bagi manusia. Nematoda yang bersifat sebagai hama disebut nematoda parasit, sedangkan yang tidak bersifat sebagai hama disebut nematoda non parasit atau saprofag. Nematoda parasit tanaman disebut juga nematoda predator. Struktur dan morfologi nematoda adalah berbentuk silinder memanjang, bilateral simetris, tidak bersegmen. Lapisan terluar nematoda berupa kutikula yang mempunyai sifat lentur dan transparan, berfungsi untuk melindungi tubuh dan memudahkan untuk bergerak. Disebelah anterior terdapat stylet yang berfungsi untuk mencucuk jaringan makanan(Tjahjadi 1989). Pada burung emprit tipe mulutnya adalah pemakan biji-bijian, sehingga padi yang terkena serangan burung emprit pada bijinya akan menjadi kopong(Sudarmono 2002). Burung yang diteliti sebagai hama tanaman dalam praktikum kali ini adalah burung pemakan biji yaitu burung emprit (Munia sp.). Burung Emprit merusak tanaman padi dengan memakan biji padi yang telah masak atau siap panen. Kerusakan yang ditimbulkan terbesar terjadi pada bagian batang atas khususnya pada tangkai letak bulir-bulir padi. Daun singkong yang diserang oleh tungau memiliki gejala- gejala yaitu bercak merah dan kuning pada daun. Tungau menyerang daun dengan menggunakan mulutnya yang bertipe pencucuk pengisap dengan bagian-bagian mulut yang terdiri dari sepasang celicera dan sepasang alat peraba sensorik. Daun singkong yang diserang oleh bekicot memiliki gejala yaitu daun sobek dan berlubang, adanya gerekan pada batang, bagian tanaman yang terserang tampak berlendir-lendir dan mengkilat bila sudah kering, terdapat bekas gigitan tidak merata pada daun.Tungau merusak tanaman dengan menusuk pada bagian tanaman kemudian memasukkan cairan pada kulit yang menyebabkan peradangan, eksudasi dan pembentukan kopeng. Tungau berperan sebagai hama pada stadia nimfa dan imago. Infeksi tanamannya terjadi dalam bentuk kontak tidak langsung dengan hospes. Gejala serangannya menyebabkan daun terdapat bercak-bercak merah, daunnya berlubang, ada bercak-bercak merah, ini terlihat pada daun singkong (Subyakto et al. 1991).Tungau dapat hidup sebagai hama, merusak bagian-bagian tanaman yang masih hidup. Tungau dapat mengakibatkan adanya bercak-bercak merah pada bagian yang diserang, seperti pada daun singkong. Disekitar bercak merah tersebut terdapat bercak warna kuning. Gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh tungau merah dikarenakan tipe alat mulutnya berupa pencuck penghisap sehingga kerap kali menimbulkan tanda-tanda, seperti :a. Klorosis pada daun, daun muda yang terserang tungau setelah membesar akan menjadi pucat, klorosis dan keriting.b. Puru daun, sel daun membesar karena pengaruh enzim yang dikeluarkan oleh tungauc. Bercak-bercak merah, daun yang etrserang akan menimbulkan bercak-bercak merah kecoklatand. Tenunan seperti sarang laba-laba pada permukaan bawah daun(Tjahjadi, 1989). b. Kunci Determinasi Ordo, Tanda, dan Gejala SeranganSerangga mempunyai bermacam-macam bentuk. Perbedaan bentuk pada serangga menyebabkan perbedaan gejala yang ditimbulkan oleh serangga tersebut. Namun, tidak semua serangga adalah hama. Sehingga untuk menafsirkan jenis serangga harus diketahui jenis serangga terlebih dahulu. Jenis serangga dapat diidentifikasi dengan menggunakan kunci determinasi.Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan atau hewan dengan satu tumbuhan atau hewan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine = menentukan, memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggeris to identify = mempersamakan (Rifai1976). Kunci determinasi dapat mempermudah dalam mengidentifikasi ciri-ciri hama dan mudah untuk dimasukkan dalam kelompok ordo tertentu. Serangga terdiri dari beberapa bangsa (ordo) yaitu bangsa kumbang (ordo Coleoptera), bangsa kupu-kupu (orda Lepidoptera), bangsa lalat (ordo Diptera), bangsa tabuhan (ordo Hymenoptera), bangsa wereng (ordo Homoptera) dan bangsa kepik (orda Hemiptera). Tiap ordo serangga mempunyai ciri khas baik dalam bentuk, ukuran, maupun cara hidup. Kunci determinasi ordo serangga merupakan salah satu cara dalam mengidentifikasi serangga. Pada praktikum kali ini dibahas mengenai pengidentifikasian macam-macam serangga yang dibuat berdasarkan cirri morfologi dari serangga.Tubuh insecta dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu kepala, thoraks dan abdomen. Selama pertumbuhannya, serangga mengalami perubahan bentuk atau metamorfosis. Terdapat beberapa tipe metamorfosis pada serangga, namun umumnya serangga yang berperan sebagai hama mengalami metamorfose sempurna dan metamorfosis sederhana. Serangga dengan fase peertumbuhan yang berbeda sering mempunyai bentuk dan makanan yang berbeda, sehingga ketapatan identifikasi sangat diperlukan baik saat fase dewasa (imago) maupun saat pradewasa. Kumbang badak merupakan serangga dari ordo Coleoptera dimana ada anggotanya yang bertindak sebagai hama tanaman dan predator. Serangga ini bersayap 2 pasang dimana sayap depan mengeras dan menebal serta tidak mempunyai vena yang disebut dengan elytra. Bila istirahat elytra seolah olah terbagi menjadi dua bagian pada bagian dorsal. Sementara sayapnya yang belakang berupa membraneus yang terlipat dibawah sayap belakang apabila istirahat (Elzinga 1987).Pada pengamatan kumbang badak memiliki jenis larva oligopoda, jenis pupa Libera, tipe metamorphosis holometabola(sempurna), tipe mulut pengunyah (Mandibulata) serta stadium larva perusak pada fase imago dan fase larva. Kunci determinasinya yaitu : 1 (a) mempunyai sayap, sayap depan bertekstur seperti mika/kulit terutama dipangkal sayap; 2 (b) alat mulut tipe pengunyah yang mempunyai mandibule; 4 (a) sayap depan seprti mika/tanduk tanpa vena (elytra) sayap belakang bersifat membrane dengan sedikit vena.Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera. Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, lepidos artinya sisik dan diptera artinya sayap (Tjahjadi, 1989). Serangga ini mempunyai sayap yang bersisik. Ukurannya ada yang kecil dan ada yan besar. Jumlah sayapnya ada 4 buah dan tertutup sisik. Badan dan kakinya juga tertutup oleh sisik,diantarany ada yang berbentuk sikat dan ada yan seperti benang.bagian mulut saling berhubungan membentuk tabung penghisap seperti spiral (Borror et al. 1992).Pada pengamatan yang dilakukan pada kupu-kupu diketahui jenis larva Polipoda, jenis pupanya Obtekta, tipe metamorfosisnya holometabola (sempurna), dan jenis tipe alat mulautnya penusuk penghisap serta stadium hama yang merusak adalah fase larva. Dengan itu dapat diperoleh kunci determinasi sebagai berikut: 1 (b) sayap depan dan belakang bersifat membran; 5 (a) sayap tertutup sisik; 6 (b) sayap depan dan belakang tidak sama dalam ukuran , bentuk dan susunan vena; 8 (b) sayap depan ada, sayap belakang tereduksi menjadi alat keseimbangan.Lalat buah (fruit flies) termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae,subfamili Dacinae, tribe Dacine. Di dunia, famili Tephritidae berjumlah kuranglebih 400 spesies dan dikelompokkan ke dalam 500 genera. Jumlah tersebuttermasuk yang tersebar di antara jenis lalat diptera yang secara ekonomi penting.Secara morfologi tribe Dacini dibagi ke dalam tiga genera, yaitu genusBactrocera, Dacus, dan Monacrostichus (Drewand Handcock 1994) Pada pengamatan yang dilakukan pada lalat diketahui jenis larva Apoda, jenis pupanya Koartakta, tipe metamorfosisnya holometabola (sempurna), dan jenis tipe alat mulautnya penusuk penghisap serta stadium hama yang merusak adalah fase larva dan fase imago. Dengan pengamatan tersebut dapat diperoleh kunci determinasi sebagai berikut: 1 (b) sayap depan dan belakang bersifat membran; 5 (b) sayap tidak tertutup sisik; 6 (b) sayap depan dan belakang tidak sama dalam ukuran , bentuk dan susunan vena; 7 (b) ukuran tubuh beragam sayap tanpa rumbai; 8 (b) sayap depan ada, sayap belakang tereduksi menjadi alat keseimbangan (halter).Lebah termasuk dalam ordo Hymenoptera. Lebah memiliki tipe metamorfosis holometabola. Lebah memiliki ciri tubuh agak padat, ada penggentingan antara toraks dan abdomen sayap belakang lebih kecil daripada sayap depan. Lebah terdiri dari 3 bagian tubuh yaitu kepala, toraks dan abdomen (Borror et al. 1992).Pada pengamatan yang dilakukan pada lebah diketahui jenis larva Apoda, jenis pupanya Eksarat, tipe metamorfosisnya holometabola (sempurna), dan jenis tipe alat mulautnya penusuk penghisap serta stadium hama yang merusak adalah hampir semua fasenya tidak merugikan tetapi malah membantu manusia Dengan pengamatan tersebut dapat diperoleh kunci determinasi sebagai berikut: 1 (b) sayap depan dan belakang bersifat membran; 5 (b) sayap tidak tertutup sisik; 6 (b) sayap depan dan belakang tidak sama dalam ukuran , bentuk dan susunan vena; 7 (b) ukuran tubuh beragam sayap tanpa rumbai; 8 (b) sayap depan ada, sayap belakang tereduksi menjadi alat keseimbangan (halter). Walang sangit (L. acuta) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago. Imago berbentuk seperti kepik, bertubuh ramping, antena dan tungkai relatif panjang. Warna tubuh hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisar antara 15 30 mm. Telur berbentuk seperti cakram berwarna merah coklat gelap dan diletakkan secara berkelompok. Kelompok telur biasanya terdiri dari 10 - 20 butir. Telur-telur tersebut biasanya diletakkan pada permukaan atas daun di dekat ibu tulang daun. Peletakan telur umumnya dilakukan pada saat padi berbunga. Telur akan menetas 5 8 hari setelah diletakkan. Perkembangan dari telur sampai imago adalah 25 hari dan satu generasi mencapai 46 hari (Rudyct. 2005).Pada pengamatan yang dilakukan pada walang sangit diketahui jenis larva tidak ada, jenis pupanya tidak ada, tipe metamorfosisnya Paurometabola (sederhana), dan jenis tipe alat mulautnya penusuk penghisap serta stadium hama yang merusak adalah fase nimfa dan fase Imago. Dengan pengamatan tersebut dapat diperoleh kunci determinasi sebagai berikut: 2 (a) alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang beruas ruas; 3 (a) tekstur pangkal sayap seperti mika, ujung sayap bersifat membrane (hemelytron), ujung sayap saling tumpang tindih bila sedang hinggap.Wereng termasuk dalam fillum Anthropoda, kelas Insekta dan ordo Homoptera. Pada pengamatan yang dilakukan pada Wereng diketahui jenis larva tidak ada, jenis pupanya tidak ada, tipe metamorfosisnya Paurometabola (sederhana), dan jenis tipe alat mulautnya penusuk penghisap serta stadium hama yang merusak adalah fase Imago. Dengan pengamatan tersebut dapat diperoleh kunci determinasi sebagai berikut 1 (a) mempunyai 2 pasang sayap, sayap depan bertekstur mika/kulit terutama dipangkal sayap, sayap belakang bersifat membrane; 2 (a) alat mulut tipe penghisap dengan bentuk paruh panjang yang beruas ruas; 3 (b) sayap depan dengan tekstur yang seragam, ujung sayap sedikit tumpang tindih.

DAFTAR PUSTAKAArisandi, A. 2012. Metamorfosis Belalang. http://adearisandi.wordpress.com. Diakses 26 Oktober 2012.Borror, Triplenorn, Jhonsons. 1990. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: UGM Press.

Drew, R.A.I. and D.L. Hancock. 1994. The Bactrocera dorsalis complex of fruit files (Diptera: Tephritidae: Dacinae) in Asia. Bulletin of EntomologicalResearch Supplement 2. 68p.

Elzinga, JR. 1978. Fundamental of Entimologi. New Delhi: Prentice Hall of India.

Fatawi. 1999. Dasar-dasar perlindungan tanaman. Buku II.Surakarta: UNS press.

Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman.Jakarta: Penebar Swadaya.

Rifai, M.A. 1976. Sendi-Sendi Botani Sistematika.Bogor. Indonesia: Herbarium Bogoriense. Rudyct. Sudarmo. 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Yogyakarta: Kanisius.

Subyakto dan Sulthoni, A. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius.

Sudarmo. 1991. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Yogyakarta: Kanisius.

Tjahjadi, Nur. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Kanisius.

B. Identifikasi Patogen1. Hasil Pengamatana. Gejala, Tanda Penyakit dan Morfologi PatogenTabel 2.1 Hasil Pengamatan Gejala dan Tanda PenyakitNo.PenyakitKeteranganMorfologi patogen tanaman

1Busuk pada apel

Gambar 2.1 buah apel Tipe gejala : Nekrosis Tanaman inang : apel Gejala : buah apel menjadi busuk pada pangkal buah.

Spesies : Gloesporium sp. Kelas : Deutemycetes Tipe parasit : fakultatif Mekanisme: neotropik

2.Busuk basah pada wortel

Gambar 2.2 buah wortel Tipe gejala : Nekrosis Tanaman inang : Wortel Gejala : berubah warna, busuk, berlendir, berbau Spesies : Erwinia corotovora Kelas : Schizomycetes Tipe parasit : fakultatif Mekanisme neotropik

3.Karat daun pada kacang tanah

Gambar 2.3 daun kacang tanah Tipe gejala : Nekrosis Tanaman inang : kacang tanah Gejala : timbul titik-titik seperti karat pada daun berwarna kecoklatan dan daun menguning.

Spesies : Puccinia arachidicota Kelas : Deuteromycetes Tipe parasit : fakultatif Mekanisme: neotropik

4.Eksudasi pada Batang Jeruk

Gambar 2.4 Batang Jeruk Tipe gejala : Nekrosis Tanaman inang : Jeruk Gejala : timbul titik-titik seperti karat pada daun berwarna kecoklatan, keluar getah, dan gum (blendok)

Spesies : Diplodia natalensis Kelas : Deuteromycetes Tipe parasit : fakultatif Mekanisme: neotropik

5.Zoosecidia pada daun mangga

Gambar 2.4 daun mangga Tipe gejala : hiperplasis Tanaman inang : mangga Gejala : bercak hitam, daun kehitaman dan benjolan pada daun mengakibatkan sel daun mati. Spesies : Kutu daun (aphid) Kelas : Insecta Tipe parasit : Obligat Mekanisme: biotropik

6.Sapu pada kacang tanah

Gambar 2.5 kacang tanah Tipe gejala : hipoplasis (daun) dan hiperplasis (akar) Tanaman inang : kacang tanah Gejala : tunas banyak, seperti sapu, dan terdapat tunas di ketiak Spesies: Fitoplasma Ordo : virales Tipe parasit : obligat Mekanisme: biotropik

Sumber : Laporan sementaraGambar Patogen1. Sporangium Phytophtora sp.

Tanaman inang : KentangMorfologi Patogen : Spora berbentuk bulat menyerupai bijiKlas: PhycomycetesSpesies : Phytophtora sp.Mekanisme: Nekrotropik

Gambar 2.6Phytophtora sp.2. Sel Bakteri Xanthomonas sp. penyebab penyakit kanker pada batang Jeruk

Tanaman Inang : JerukMorfologi Patogen : punya 1 flagel, dan bersel tunggalKlas: ScizomycetesSpecies: Xanthomonas sp.Tipe parasit : FakultatifMekanisme: Nekrotropik

Gambar 2.7 Xantomonas sp.

3. Tanaman inang : kentangMorfologi Patogen : Konidium berwarna hialin atau jenuh, bersekat melintangKlas:DeuteromycetesSpesies : Phytophtora sp.Tipe parasit : FakultatifMekanisme: NekrotropikKonidia Jamur Alternaria sp.

Gambar 2.8 Konidia Alternaria sp.

4. Konidia Bercak Daun (Helminthosporium Oryzae) pada kacang tanah

Tanaman inang : KentangMorfologi Patogen : Lonjong membulat, mempunyai sekatKlas: DeuteromycetesSpesies : Helminthosporium OryzaeTipe parasit : FakultatifMekanisme: Nekrotropik

Gambar 2.9KonidiaCercospora arachidicola5. Tanaman Inang : TembakauMorfologi Patogen : Seperti batangSpecies : Tobacco mozaik virusOrdo : viralesTipe Parasit: ObligatMekanisme : BiotropikPartikel Tobacco Mozaik Virus (TMV) pada tembakau

Gambar 2.10 Patogen TMV pada tembakau6. Sporakarat daun (Pucinia arachidis) pada kacang tanah

Tanaman Inang :Kacang tanahMorfologi Patogen : bulat bergerombol kecilKlas: BasidiocetesSpesies : Pucinia arachidisTipe parasit : FakultatifMekanisme: Nekrotropik

Gambar2.11Pucinia arachidis

b. Medium Biakan1) Alat dan Bahana) Alat : Pisau silet Gelas piala Tabung reaksi Lampu Bunsen Kertas saring, dan Otoklafb) Bahan Kentang Air Destilasi Agar Dextrose2) Cara Kerja1) Mencuci kentang, mengupas dan memotong kecil-kecil dan tipis, menimbang kentang sebanyak 200 gram, kemudian memasak dengan 500 ml air destilata pada gelas piala kapasitas 1 liter.

2) Mencairkan agar tepung sebanyak 20 gram dengan air destilata melalui pemanasan pada gelas piala lain.

3) Menyaring air rebusan kentang yang telah masak dengan kain kassa dan menuangkannya ke dalam gelas piala tempat mencairkan agar, kemudian memanaskan dan mengaduk-aduk.

4) Mengembalikan volume medium menjadi 1 liter dengan cara menambahakan air destilata ke dalam larutan tersebut.

5) Meletakkan medium yang telah jadi ke dalam tabung erlenmeyer/tabung reaksi dan menutup dengan kapas, namun lebih baik jika menutupnya lagi dengan aluminium foil.

6) Mensterilkan tabung erlenmeyer dan tabung reaksi yang telah diisi dengan medium biakan dan ditutup dengan otoklaf pada suhu 120 0 C dan 1 atm selama 25 menit.

7) Menuangkan medium yang telah disterilisasi pada cawan petri secara langsung dan membiarkannya memadat untuk isolasi maupun pembiakan jamur, atau untuk PDA miring pada tabung reaksi yang telah diisi medium PDA pada kemiringan 450 dan membiarkannya memadat.

c. Isolasi dan Inokulasi1) Isolasi Jaringan TebalTabel 2.2 Hasil Pengamatan Isolasi dan Inokulasi

Gambar 2.12Isolasi Jamur Pada Jaringan Tebal (Apel) Kelompok Sendiri danPerbandingan Kelompok lain

Keterangan: Terlihat JamurGloeosporium sp. berwarna hitam Terkontaminasi dengan bakteri, karena adanya bakteri di sekitar hifa ditandai dengan adanya warna kuning berlendir2) Isolasi Jaringan Tipis

Gambar 2.13 Isolasi Jamur Pada Jaringan Tipis (Daun Kacang Tanah) Kelompok sendiri dan Perbandingan Kelompok Lain

Keterangan: Isolasi berhasil pada 2 potongan karena terlihat jamurPucchinia arachidis berwarna hitam. Terkontaminasi dengan bakteri, ditandai dengan adanya warna kuning berlendir.3) Isolasi Jaringan Bakteri

Gambar 2.14 Isolasi Bakteri (Wortel) Kelompok Sendiri dan Perbandingan Kelompok Lain

Keterangan: Isolasi bakteri berhasil karena ditemukan bercak-bercak putih pada garis zig-zag. Terkontaminasi oleh jamur, ditandai adanya warna hitam pada petridish

4) Inakulasi dengan bakteri (wortel)

Gambar 2.15 Wortel Hasil Inokulasi BakteriGambar 2.16 Wortel Tanpa Perlakuan

Keterangan:Inakulasi gagal, karena pada wortel yang diolesi suspensi bakteri tidak mengalami pembusukan, karena suspensi yang dioleskan pada wortel kemungkinan mati atau tidak ada bakteri yang menempel pada wortel, sehingga tidak terjadi pembusukan. Jadi, tidak ada perbedaan fisiologis dengan kontrolnya. Seharusnya apabbila percobaanini berhasil, maka wortel yang diolesi suspense akan mengalami pembusukan dan berlendir5) Inakulasi dengan bakteri (apel)

Gambar 2.17 Apel Hasil Inokulasi JamurGambar 2.18 Apel Tanpa Perlakuan

Keterangan:Inakulasi berhasil, pada apel yang telah diinokulasi dengan jamur, pada lubang tempat inokulasi akan mengalami pembusukan berwarna hitam. Munculnya hifa di permukaan sekitar pembusukan apel.

2. Pembahasana. Gejala dan Tanda PenyakitKendala yang berasal dari faktor biotik adalah gangguan dari organisme pengganggu tanaman (OPT), yang terdiri atashama, penyakit, dan gulma. Gangguan adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah kepada pengurangan kuantitas dan atau kualitas dari hasil yang diharapkan. Pengurangan kuantitas dan atau kualitas berdampak pada kerugian ekonomik.Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme itu dapat berupa virus, bakteri, dan jamur. Penyebaran penyakit tanaman dapat melalui angin, air, atau serangga.Di dalam mengidentifikasi penyakit pada suatu tanaman adalah pengenalan terhadap suatu hal dengan mengamati sifat sifat khasnya dan membuat kepastian terhadap suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk mengenali suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati 2012). Gejala yang ditunjukkan oleh patogen dan reaksi fisiologis tumbuhan ada 3 macam:1) Nekrosis merupakan suatu gejala yang ditandai dengan degenerasi protoplas yang diikuti dengan kematian sel-sel jaringan, anggota tubuh dan tumbuhan itu sendiri.2) Hipoplasis, suatu gejala regresi yang ditandai dengan terhambatnya pertumbuhan dalam ukuran, warna, dan perkembangan anggota tubuh.3) Hiperplasis, suatu gejala yang ditunjukkan dengan pertumbuhan yang luar biasa baik dalam bentuk, ukuran, warna, dan struktur maupun pertumbuhannya (Sastrahidayat 1990).Terjadinya penyakit pada tanaman dapat disebabkan oleh adanya penyebab penyakit yang disebut dengan patogen. Patogen adalah penyebab penyakit yang bersifat menular yang dapat berupa jamur, bakteri, virus, nematoda ataupun tumbuhan tingkat tinggi. Ciri-ciri penyakit yang disebabkan oleh jamur dapat diamati secara visula yakni adanya benang-benang, lapisan seperti beledu, tepung yang berwarna pada permukaan jaringan tanaman sakit yang sebenarnya merupakan kumpulan miselium, konidiofor atau spora jamur. Penciri dari infeksi tanaman sakit akibat serangan bakteri adalah keluarnya cairan kental dan jaringan pembuluh pada bagian tanaman yang sakit. Sedangkan pada tanaman yang terinfeksi oleh virus dapat diamati secara mikroskopik, seperti adanya badan-X pada sel yang terserang virus tertentu.Sebagian besar patogen adalah penyakit. Berdasarkan cara mendapatkan inang parasit dibedakan menjadi 2 yaitu parasit tipe obligat dan parasit tipe fakultatif. Parasit tipe obligat mempunyai pengertian hanya dapat hidup sebagai parasit sedangkan parasit tipe fakultatif adalah saprofit yang dapat hidup sebagai parasit. Berdasarkan sifat dan cara hidupnya, patogen dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu parasit nekrotropik dan parasit biotropik. Parasit nekrotropik adalah jenis patogen yang mendapatkan makanan dari inang (tumbuhan) dengan cara membunuh sel atau jaringan terleih dahulu, sedangkan parasit biotropik tanpa membunuh sel atau jaringan inangnya (Sudarmono. 2002).1) Gloeosporium sp. (busuk pada buah apel)Pada buah apel yang diamati terjadi busuk basah karena jaringan mengandung cairan , bagian tengahnya semakin gelap dan berbau.Dalam cuaca yang lembab jamur membentuk badan buah (aservulus) dalam lingkaran-lingkaran seousat, yang membentuk masa spora (konidium) warna merah jambu. Busuk pada pangkal apel disebabkan oleh jamur Gleosporium sp yang tergolong dalam kelas Deuteromycetes dan bertipe parasit Fakultatif yaitu parasit yang dalam keadaan normal hidup mandiri, tetapi karena sesuatu sebab terpaksa hidup sebagai parasit. Tipe gejala merupakan nekrosis dimana gejalanya ditandai dengan adanya bercak coklat karena busuk. 2) Erwinia carotavora. (busuk pada wortel)Gejala yang bisa diamati jika wortel terkena busuk wortel berupa busuk yang berwarna coklat. Hal tersebut menyebabkan wortel menjadi lembek dan berbau.Penyakit busuk pada wortel disebabkan oleh Erwinia carotavora yang termasuk dalam kelas schizomycetes dan bertipe parasit fakultatif. Tipe gejala penyakit ini adalah nekrosis. Menurut Sastrahidayat (1990) terjadinya pembusukan yang berair dan berbau tidak sedap dikarenakan terjadi kerusakan jaringan tanaman. Bakteri berada dalam sel tanaman yang rusak (luka) dan mengeluarkan enzim-enzim yang dapat menyebar ke sel-sel sekelompoknya dan melarutkan midel lamela dinding sel. Hal ini diikuti oleh plasmolisa dan kematian sel. Jadi bakteri lebih cenderung hidup dalam sel-sel yang mati daripada sel-sel yang masih hidup.3) Puccinia arachidis. (karat pada daun kacang tanah)Gejala penyakit karat pada daun kacang tanah diawali dengan timbulnya bercak kecil kunging kecoklatan pada daun yang disebabkan oleh jamur kelas Deuteromycetes dan bertipe parasit fakultatif. Jika serangannya berat maka daun akan mengalami layu dan akhirnya berguguran. Serangan terutama terjadi pada cuaca lembab (Tjahjadi, 1999). Jamur patogen Puccinia arachidis merupakan parasit fakultatifdimana mekanismenya nekrotropik. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting pada kacang tanah yang seringkali menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi. maka cara mengendalikannya dengan mengurangi pohon penaung dan memusnahkan daun yang terserang. Karat pada kacang tanah merupakan penyakit yang dominan pada pertanaman kacang tanah lahan kering maupun lahan sawah (Hidayat 2011).4) Diplodia natalensis. (eksudasi pada batang jeruk)Penyakit Diplodia juga disebut dengan penyakit eksudasi atau keluarnya cairan atau getah pada permukaan batang jeruk yang disebabkan oleh jamur Diplodia natalensis.Penyakit diplodia sering dijadikan inang oleh penyakit yang diakibatkan oleh organisme yang bernama Diplodia natalensis ini adalah batang tanaman citrus.Tipe gejalanya adalah nekrotis.Serangan Diplodia natalensis mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan blendok berwarna kuning emas dari batang atau cabang-cabang tanaman.Kulit tanaman yang terserang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali, kulit yang terserang mengering dan mengelupas.Sering terjadi penyakit berkembang terus sehingga pada kulit terjadi luka-luka yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit dan memanjang dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau tanaman.Cendawan berkembang diantara kulit dan kayu, dan merusak kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau biru sampai hitam (Anonim 2012)5) Kutu daun. (penyakit Zoocecidia pada daun mangga)Zoosecidia merupakan penyakit yang menyerang pada tanaman mangga. Penyakit ini menyerang pada bagian daun sehingga terdapat bintil - bintil pada permukaan daun yang berwarna hitam sehingga permukaan daun mangga yang terserang tidak menjadi rata. Spesies yang menyerang adalah kutu daun yang termasuk dalam kelas insekta, bertipe parasit obligat dan mekanismenya biotropik. Tipe gejala serangannya adalah nekrosis yang ditandai dengan adanya bercak hitam pada permukaan daun.Secidia adalah pembengkakan setempat pada jaringan tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil, gejalanya terdapat bintik-bintik sepeti benjolan-benjolan pada daun. Tipe gejalanya adalah nekrotis (Anonim 2008).6) Fitoplasma. (penyakit sapu pada kacang panjang)Penyakit sapu merupakan penyakit yang cukup serius pada kacang panjang. Penyakit ini menyerang pada seluruh bagian tanaman (sistemik). Menurut (Aries2010)bahwa penyakit sapu disebabkan oleh fitoplasma yang bertipe parasit obligat dimana mekanisme biotropik. Fitoplasma ditularkan melalui vektor (serangga).Secara genetis fitoplasma lebih dekat kekerabatannya denga Acholeplasma daripada Mycoplasma. Penyakit ini ditularkan oleh wereng Orosius argentatus.Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas (internodia) batang, daun pada tunas baru dan terdapat tunas pada ketiak daun.7) Sporangium Phytopthora sp.Phytopthora sporangiumnya berbentuk bulat telur menyerupai jambu biji, pada perkecambahan secara tidak langsung protoplast sporangium mengalami deferensiasi di dalam sporangium dan membentuk zoospora yang keluar melalui lubang yang disebut papillum yang terdapat pada ujung sporangium. Genus ini merupakan genus yang sangat penting karena anggotanya banyak yang menjadi penyebab penyakit yang terpenting pada berbagai komoditi, seperti P. infestans, P. nicotianse, P. parasitica, P. palmivora dan lain-lain.Sastrahidayat (1990) menyatakan bahwa serangan sporangium Phytophthora Infestans. terutama terjadi pada daun-daun yang tua terletak pada bagian bawah daun dan gejala tampak pada permukaan atas dan bawah daun. Gejala yang tampak pada daun diawali dengan terbentuknya bintik-bintik kecil tak teratur dan berwarna hitam keabu-abuan. Pada tahap selanjutnya bintik-bintik ini akan meluas jika kondisi lingkungan memungkinkan. Ukuran bercak bervariasi mulai dari 10 mm hingga separuh dari daun dapat terserang tergantung dari tahap penyerangnya.8) Sel Bakteri Xanthomonas sp.Xanthomonas campestri pv citri adalah patogen yang digolongkan dalam kelas Protobacteria dengan tipe parasit fakultatif.Bakteri Xanthomonas campestris yang tergolong bakteri gram negatif itu memiliki \ 141 pathovar (pv.) dengan inang spesifik. Salah satunya Xanthomonas campetris pv. campetris yang menyerang tanaman jerukdan serangannya bertipe nekrosis. Bakteri itu memiliki enzim perusak dinding sel burpa pektin esetase, poligalakturonase, pektin liase, xylanase, dan cellulase.Bakteri ini masuk jaringan tanaman melalu hidatoda (pori-pori air), stomata, akar, maupun luka.targetnya, jaringan vaskuler terutama xilem. Gejala yang ditimbulkan pada batang yaitu kulit akan terkelupas dan akan terlihat jaringannya, terjadinya kematian jaringan kulit tumbuhan yang berkayu, misalnya akar, batang, dan cabang. Selanjutnya jaringan kulit yang mati tersebut mengering berbatas teges, mengendap pecah-pecah, dan akhirnya bagian itu runtuk sehingga terlihat bagian kayunya. Di tepi luka tersebut jaringan kalusnya mengembang. (Semangun, 1990).9) Konidia Alternaria solani.Alternaria solani merupakan sepesies jamur penyebab penyakit bercak ungu pada kentang. Patogen ini termasuk dalam kelas Deuteromycetes. Oleh karena itu, jamur ini bisa disebut juga jamur imperfecti atau jamur yang tidak sempurna. Jamur ini memiliki tipe parasit fakultatif dengan mekanisme nekrotropik yang untuk mendapatkan makanan dari inang dengan cara membunuh sel atau jaringan terlebih dahulu. Jamur A. solani memiliki spora berwarna coklat, memanjang seperti gala pemukul bola kasti dan bersekat-sekat. Jamur menyerang daun dengan gejala awal berupa bercak-bercak kecil berwarna coklat. Bercak kemudian membesar disertai dengan garis-garis yang mengelilingi titik pusat dari bercak tersebut. Diameter bercak tersebut sekitar 15 mm dengan bentuk tidak teratur. Daun tua biasanya terinfeksi lebih dahulu kemudian menyebar pada daun-daun yang lebih muda. Di samping tanaman kentang, Jamur bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman sakit, miseliumnya dapat hidup lebih dari satu tahun.Pada tanaman kentang di dataran rendah yang udaranya kering, kerusakan oleh penyakit ini meningkat. Pertanaman kentang yang kurang subur, cenderung lebih rentan (BPTP Jatim. 2012)10) Konidia Helminthosporium oryzaePenyakit padi yang menyebabkan pada bulir padi mengalami bercak cokelat penyebabnya adalah cendawan Helminthosporium oryzae.Patogen ini termasuk dalam kelas Deuteromycetesbertipe parasit obligat dimana mekanismenya biotropikyakni tidak perlu mematikan sel tanaman untuk mendapatkan makanan.Patogen ini berbentuk lonjong membulat dan berkotak di dalamnya serta mempunyai sekat.Gejala serangan antara lain timbulnya bercak-bercak cokelat seperti biji wijen terutama pada daun, tetapi dapat pula terjadi pada tangkai malai, bulir, dan batang. Bercak muda berbentuk bulat kecil, berwarna coklat gelap. Bercak yang sudah tua berukuran lebih besar (0,4-1 cm X 0,1-0,2 cm), berwarna coklat dengan pusat kelabu. Kebanyakan bercak mempunyai warna kuning di sekelilingnya. Serangan ini bisa mengakibatkan hilangnya hasil panen sampai 50% dan biji berkualitas rendah (Gupta and Sayed 1971)11) Sel virus TMV (Tobacco Mozaik Virus)TMV atau Tobacco Mozaic Virus merupakan virus yang menyerang tanaman tembakau berbentuk seperti batang. TMV digolongkan dalam ordo virales RNA bertipe parasit obligat dimana mekanismenya nekrotropik. Penyakit mozaik sangat mudah menular secara mekanis dengan cara kontak atau bersentuhan. Penyakit ini tidak ditularkan oleh serangga juga tidak diturunkan oleh tanaman inang yang sakit kepada keturunannya melalui biji. Jadi TMV tergolong parasit tipe obligat dan mekanismenya biotrop. Penyakit yang ditimbulkan adalah Mozaik tembakau. Menurut Martoredjo (1984) gejala mozaik oleh TMV (Tobacco Mozaik Virus) termasuk ke dalam gejala nekrosis. Di mana sekumpulan sel yang terbatas pada jaringan daun mati, sehingga terlihat adanya becak-becak atau noda-noda yang berwarna pucat.. Gejala lainnya yakni tulang daun mulai berubah warna, jaringan daun dekat tulang daun juga mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning. Kadang-kadang terjadi penebalan yang tidak rata pada daun. Tanaman yang mengalami infeksi pada waktu masih muda sangat terhambat pertumbuhannya dan menjadi sangat kerdil (hipoplasis).b. Medium BiakanMedia biakan adalah media steril yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme. Media biakan terdiri dari garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT).Selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya (Soeryowinoto1985). Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium dilengkapi dengan air, molekul makanan (misal gula), sumber nitrogen dan mineral. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu.Pada Postulat Koch, media yang digunakan adalah PDA dan NA. PDA (Potato Dextrosa Agar) adalah medium bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya, medium tersebut mengandung karbohidrat dalam jumlah cukup yang terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 20% glukosa. sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan jamur tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri sebelum digunakan, agar mikroba yang di tumbuhkan dapat tumbuh dengan baik. Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang (Sabyasachi et al. 2012).Sterilisasi juga dilakukan saat pembuatan medium biakkan. Karena tanpa sterilisasi hasil yang terjadi belum tentu sesuai dengan yang dikehendaki. Sterilisasi bisa dilakukan dalam berbagai cara. Menurut (Hadioetomo1993)bahwa proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin). Menurut sebagian peneliti, sterilisasi dengan bahan kimia dirasa paling baik karena tidak meningkatkan pH tanah dan tidak membakar bahan organik. c. Isolasi dan InokulasiTeknik isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya.Mikroorganisme dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan.Jenis mikroorganismenya dapat berupa bakteri, khamir, jamur, kapang dll.Populasi mikroba di lingkungan sangan beranekaragam sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni tunggal. Koloni yang tunggal ini kemudian yang akan diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah resistem terhadap suatu antibiotik.atau untuk mengetahui mikroba yang dipakai untuk bioremediasi holokarbon (Fardiaz, 1992). Isolasi pada jaringan yang tebal dan jaringan tipis digunakan untuk mengetahui adanya jamur yang dapat tumbuh atau tidak dengan menggunakan bahan dari buah apel yang sebagian beberapa bagian pangkal buah yang busuk. Hasilnya diperoleh bahwa buah apel menjadi putih keabuan dan terselubungi oleh jamur yang berwarna kehitaman yang hampir menutupi seluruh petridish. Semakin menjauh dari isolat, warna jamur semakin terang. Terlihat adanya kontaminasi dari bakteri di sekitar hifa dan jamur di karenakan tidak sterilnya pada saat melakukan isolasi terlalu lama memasukkan akhirnya ada bakteri yang masuk kedalam petridish.Isolasi pada jaringan tipis, bahan yang digunakan adalah daun kacang yang sudah terinfeksi atau berkarat tetapi masih ada bagian yang sehat. Setelah pengamatan, terlihat bahwa jamur tumbuh dengan warna hitam keabu-abuan menyelubungi potongan daun kacang. Jamur Cercospora carotavorapada petridishberupa benang-benang putih terutama pada bagian daun kacang tanah yang berkarat. Terlihat pada potongan daun kacang terbentuk koloni jamur dengan miselium berwarna hitam. Selain itu, terdapat pula bagian yang berlendir berwarna kekuningan yang menandakan telah terjadi kontaminasi oleh bakteri.Kontaminasi disebabkan oleh sterilisasi media yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan pelaksanaan atau cara kerja saat penanaman inokulum yang kurang steril.Isolasi ketiga yaitu isolasi bakteri. Bahan yang digunakan adalah umbi wortel yang sudah terinfeksi. Isolasi dilakukan pada petridish yang sudah steril. Umbi wortel yang busuk dibuat suspensi dengan cara dicampur dengan aquadestilata secara merata pada wortel yang terluka. Kemudian menumbuhkannya pada media dengan cara membuat zigzag pada Nutrient Agar. Tujuan dari penanaman bakteri dengan metode zig-zag adalah mengetahui koloni terkecil dari bakteri itu sendiri sehingga mempermudah pengamatan bakteri.Hasil yang diperoleh setelah diinkubasi adalah di sekitar goresan bercak bercak berwana putih, ini merupakan koloni bakteri. Sedangkan bakteri terdapat pada media NA di sekitar goresan dan berbentuk bulatan-bulatan kecil.Adanya warna hitam pada petridish yang menandakan terkontaminasi oleh jamur.Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau yang dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat- alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar- benar steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah benar- benar biakan murni (Dwidjoseputro, 1990). Teknik pemindahan bakteri secara aseptik terdiri dari dua macam yakni konvensional dan modern. Teknik aseptik konvensional ialah sterilisasi secara fisik yang dilakukan dengan pemanasan (membakar alat pada api), dimana kawat yang akan digunakan untuk mengambil larutan ataupun agar miring dibakar serta mulut tabung reaksi pun dipanaskan agar bakteri yang diamati tetap terjaga agar tidak terkontaminasi bakteri lain. Serta Teknik modern yakni laminar flow dengan menggunakan alat-alat yang steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Laminar air flow cabinet biasanya disteriliasi permukaan dengan 70% alcohol. Selain itu, digunakan sebagai ruangan untuk pengerjaan secara aseptis.Prinsip penaseptisan suatu ruangan berdasarkan aliran udara keluar dengan kontaminasi udara dapat diminimalkan. Pada saat inokulasi maupun isolasi harus dibalik karena pada medium agar bila dalam keadaan panas, air akan menguap dan menempel di tutup petridish kemudian akan meneteskan uap air pada medium agar menyebabkan kontaminasi. Tujuandari inokulasi mikrobia merupakantindakanmenanam mikroorganisme ke dalam wadah atau media tumbuhnya yang diambil dari sediaan. Dengan kata lain, inokulasi adalah penerapan isolat di tanaman langsung. Jenis inokulasi dapat beberapa macam antara lain, inokulasi jamur, inokulasi bakteri, dan inokulasi virus. Pada inokulasi jamur dilakukan melalui luka-luka dan stomata. Untuk inokulasi bakteri dibuat dengan cara penetrasi patogen dengan bantuan air. Inokulasi virus dibuat dengan cara melalui suatu kerusakan mekanis dan dengan perantara virus (Jutono, 1973). Inokulasi bakteri menggunakan bahan dari buah wortel yang nanti diinkubasi selama lebih kurang dua hari. Sebelumnya, wortel dicuci bersih terlebih dahulu dengan aquadest dan alkohol 90%. Wortel yang pertama ditusuk-tusuk dan diolesi suspensi Erwinia carotavora, hasilnya wortel menjadi busuk, berbau, berlendir dan warnanya hitam. Sedangkan wortel yang tidak dilukai dan hanya ditetesi air buahnya tidak busuk.Tetapi pada hasil pengamatan bahwa wortel yang di olesi suspensi bakteri Erwinia caratova tidak mengalami busuk artinya inokulasi bakteri pada wortel yang di beri perlakuan gagal kemungkinan tidak adanya bakteri pada saat pengolesan suspense tersebut.Inokulasi jamur menggunakan bahan dari buah apel sebagai media penumbuh jamur. Buah apel juga terlebih dahulu dicuci dengan aquadest dan alkohol 90% guna sterilisasi media. Selain itu, buah apel juga diinkubasi selama lebih kurang dua hari sebelum dilakukan pengamatan. Pada buah apel yang dilukai dan diberi inokulum hasilnya terlihat infeksi pada buah apel tersebut berupa buah yang melunak dan membusuk serta muncul hifa pada buah apel yang telah dilukai menunjukkan warna coklat kehitaman. Berbeda dengan apel yang dilukai tanpa diberi inokulum menunjukkan hasil bahwa buah tetap sehat, tidak terdapat pembusukan dan perubahan warna.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2008. http://duniashinichi.blogspot.com/2006/07/bowie-dick-test.html. Diakses tanggal 26 Oktober 2012

Anonim 2010. Diplodia. Direktorat Perlindungan Hortikultura Deptan. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id. Diakses tanggal 28 Oktober 2012

Aries, Rama. 2010. penyakit pada tanaman kacang panjang. Institut Pertanian Bogor. http://ariesrama08.student.ipb.ac.id. Diakses tanggal 26 Oktober 2012

BPTP Jatim. 2012. Penyakit pada Kentang. http://jikatrimitra.com. Diakses tanggal 26 Oktober 2012

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fardiaz,Srikandi.1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Hidayat, Rahmad. 2011. Makalah Agronomi Tanaman Makanan 1. Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau Pekanbaru. http://rahmadsiboedaksiak.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Oktober 2012

Jutono. 1973. Dasar-dasar Mikrobiologi untuk Perguruan Tinggi.Yogyakarta: Fakultas Pertanian UGM.

Martoredjo. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bagian dari Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Andi Offset.

Nurhayati. 2012. Diagnose Penyakit Tumbuhan .http://nurhayatisite.blogspot.com. Diakses tanggal 27 Oktober 2012

P. K. Sen Gupta and Sayed A. K. M. Kaiser. 1971 Adaptation of Helminthosporium oryzae to Maneb. Journal of PhytopathologyVol. 72(4): 315320.

Sabyasachi, C., Narayan, C. C. and Sikha D. 2012. Bioreduction of chromium (VI) to chromium (III) by a novel yeast strain Rhodotorula mucilaginosa (MTCC 9315).African Journal of Biotechnology Vol. 11(83), pp. 14920-14929

Sastrahidayat. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional. Surabaya.

Semangun, H. 1989. Ilmu Penyakit Tumbuhan Usaha Tani. Surabaya: Usaha Nasional.

Soeryowinoto, M. 1985. Budidaya jaringan dan manfaatnya. Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada.

Tjahjadi, Nur. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman.Yogyakarta: Kanisius.

C. Taktik Pengendalian OPT1. Uji Antagonisme Patogen (Trichoderma sp.dan Gloeosorium sp.)a. Keterangan : Trichoderma sp. mampu menutupi 33,3% permukaan petridish yang terinfeksi patogen.Hasil Pengamatan1) Trichoderma sp.Gambar 3.1 Isolasi Trichoderma sp.2) Keterangan : lebih dominan patogen dibandingkan antagonismenya. Gleosporium sp sebagai patogen mampu menutupi permukaan petridish. Gleosporium sp.Gambar 3.2 Isolasi Gleosporium sp.b. PembahasanPengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama bekerja secara tergantung kepadatan, sehingga keefektifannya ditentukan pula oleh kehidupan dan perkembangan hama yang cocok bagi perkembangan musuh alami. Perbaikan teknologi introduksi, mass rearing, dan pelepasan di lapangan akan mendukung dan meningkatkan fungsi musuh alami (Subagiya, 2006).Trichoderma sp.merupakan sejenis fungi yang tergolong dalam kelasasomycetes.Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida, Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsiil. Di tanah, jamur ini berkumpul di daerah perakaran, inang atau tempat yang baik untuk meningkatkan penyerapan unsur hara, sehingga tanaman menjadi lebih subur dan melindungi tanaman dari serangan pythium serta penyakit akar. Kemampuan dan mekanismeTrichodermadalam menghambat pertumbuhan patogen secara rinci bervariasi pada setiap spesiesnya. Perbedaan kemampuan ini disebabkan oleh faktor ekologi yang membuat produksi bahan metabolit yang bervariasi pula. Trichoderma mamapu memproduksi metabolit yang bersifat volatil dan non volatil. Metabolit non volatil lebih efektif dibandingkan dengan yang volatil.Metabolit dihasilkanTrichodermadapat berdifusi melalui membran dialisis yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan beberapa patogen. Salah satu contoh metabolit tersebut adalah monooksigenase yang muncul saat adanya kontak antar jenisTrichoderma, dan semakin optimal pada pH 4. Ketiadaan metabolit ini tidak akan mengubah morfologi dari Trichodermanamun hanya akan menurunkan kemampuan penghambatan patogen (Carpenter et al, 2008).Mekanisme pengendalian yang bersifat spesifik target dan mampu meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan tersendiri bagi jamur Trichoderma sp. sebagai agen pengendali hayati. Jamur Trichoderma sp. dapat menjadi hiperparasit pada beberapa jenis jamur penyebab penyakit tanaman, pertumbuhannya sangat cepat dan tidak menjadi penyakit untuk tanaman tingkat tinggi. Mekanisme antagonis yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis dan lisis. Spora jamur Trichoderma sangat cepat berkembang pada suhu 22oC-23oC. Kumpulan spora ini mulanya berwarna putih jernih kemudian menjadi kehijauan dan akhirnya berwarna hijau gelap. Trichoderma tidak mematikan secara langsung spora patogen tetapi dengan mengusir dari tanah sekitarnya, yaitu bersifat antagonis atau melawan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan spora Trichoderma lebih cepat dibandingkan pertumbuhan spora jamur penyebab penyakit (Borror, 1992).Praktikum uji antagonisme ini dilakukan dengan meletakkan biakan patogen dan jamur antagonis pada medium PDA dalam petridish secara berpasangan dan membuat perlakuan kontrol dengan hanya meletakkan biakkan patogen tanpa antagonis pada medium PDA dalam petridish. Setelah satu minggu kemudian dan diamati terlihat adanya perbedaan jari-jari koloni patogen yang menjauhi antagonis dan jari-jari koloni patogen yang menjauhi antagonis. Gloeosporium sp sendiri merupakan jamur patogen penyebab penyakit busuk buah pada berbagai tanaman hortikultura. Pertumbuhan Trichoderma sp. semakin cepat dengan diameter yang hampirmemenuhi cawan petri yang mengakibatkan Gloeosporium sp. semakin terdesak karena kehabisan ruangtumbuh sehingga jari-jari pertumbuhan biakan Gloeosporium sp. yang mendekati biakan Trichoderma sp. lebih kecil daripada yangmenjauhi Trichoderma sp (Chua et al, 1988).Berdasarkan hasil analisis data ulangan I, diketahui jari-jari koloni Gloeosporium sp. ke arah mendekati Trichoderma sp. sebesar 0,8 cm (R1) dan jari-jari koloni Gloeosporium sp. ke arah menjauhi Trichoderma sp. sebesar 1,2 cm (R2) sehingga dapat diketahui nilai prosentase hambatan patogen Gloeosporium sp. adalah sebesar 33%. Untuk ulangan II Gloeosporium sp berhasil sempurna menghambat pertumbuhan dari Trichoderma sp sehingga dapat diketahui nilai prosentase hambatan patogen Gloeosporium sp adalah sebesar 100%.

2. Pengenalan Musuh Alamia. Hasil Pengamatan Tabel 3.1 Hasil Pengamatan PredatorNoMusuh AlamiKeterangan

11.Belalang Sembah (Ordo orthoptera)

Gambar 3.1 Belalang Sembah Sayap 2 pasang Warna tubuh coklat kuning kehijauan Ukuran tubuh 8 cm Kaki 3 pasang, antena 2 pasang Mangsa : serangga yang lebih kecil, ditangkap dengan kaki depan (kutu - kutuan dan wereng coklat) Tipe mulut penggigit pengunyah Stadia pemangsa : dewasa

2.Kumbang Buas (Ordo Coleoptera)

Gambar 3.2 Kumbang Buas Warna tubuh oranye bintik hitam(cemerlang) Ukuran tubuh 0,5 cm Sayap 2 pasang, bagian dalam(membraneus) dan bagian luar Kaki 3 pasang, antena 1 pasang Mangsa : Aphis sp Stadia pemangsa : larva dandewasa Tipe mulut : penggigit pengunyah

3.Capung (Ordo Lepidoptera)

Gambar 3.3 Capung Sayap 2 pasang yang bersifatmembraneus Warna tubuh coklat terang Stadia pemangsa : dewasa Kaki 3 pasang Ukuran tubuh 6 cm Mangsa : serangga yang lebihkecil (wereng coklat) Tipe mulut : penggigit pengunyah Tubuh terdiri 2 bagian : Kepala +leher, sedangkan abdomennya bersatu

4Laba-Laba Buas (Ordo Lycosidae)

Gambar 3.4 Laba-Laba Buas Mempunyai 4 pasang kaki Mampu menghasilkan benang-benang Warna tubuh : hitam keabuan Hama sasaran : Aphids, dll Stadium menjadi predator : dewasa

Sumber : Laporan Sementara

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan ParasitoidNoMusuh AlamiKeterangan

11.Apanteles sp.

Gambar 3.5 Apanteles sp. Sayap 2 pasang seperti mika Tubuhnya ditutupi bulu-bulu halus berwarna hitam Kaki 2 pasang, antena 1 pasang Stadia parasitoid : dewasa

2.Telenomus sp.

Gambar3.6 Telenomus sp. Sayap 2 pasang seperti mika Tubuhnya ditutupi bulu-bulu halus berwarna hitam Kaki 2 pasang, antena 1 pasang Stadia parasitoid : dewasa

b. PembahasanPengendalian hayati yaitu pengaturan populasi kepadatan organisme oleh musuh-musuh alaminya hingga tingkat kepadatan rata-rata populasi hama tanaman selalu rendah dibandingkan dengan yang tidak diatur musuh alaminya. Dari segi kepentingan manusia, musuh-musuh alami tersebut dimanfaatkan sebagai pengendali hama agar fluktuasi kepadatan rata-rata populasi hama tanaman selalu rendah. Dengan demikian hama tersebut tidak mendatangkan kerugian (Nyoman, 1995)Predator adalah pemangsa, merupakan binatangyang berburu dan memangsa binatang lain. Sedangkan parasitoidmerupakan organisme yang menghabiskan sebagian besarriwayat hidupnyadengan bergantung pada atas diorganismeinangtunggal yang akhirnya membunuh dan sering mengambil makanan dalam proses tersebut. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagai bentukparasitisme, istilahnekrotrofkadang-kadang digunakan, meski jarang. Jenis hubungan ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkatreproduksiyang cepat, sepertiserangga, atautungau. Parasitoid juga seringberkembang bersamadengan inangnya.Belalang sembah merupakan predator yang berasal dari kelas Insecta, ordo Orthoptera dan famili Mantidae. Ciri morfologi belalang sembah yaitu memiliki 3 pasang kaki dimana kaki depan lebih panjang daripada kaki belakang, memiliki 2 pasang sayap, tubuh terbagi atas 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen, mempunyai ovipositor khususnya pada belalang (serangga) betina yang berfungsi untuk menyimpan telur. Hama sasaran dari belalang sembah adalah wereng dan kutu-kutuan. Stadium aktif menjadi predator yaitu pada saat imago (dewasa). Belalang sembah termasuk pemangsa serangga lain yang cukup kejam. Mangsa yang tertangkap pasti dilumat dan dimakan habis. Kaki depan belalang sembah membesar dilengkapi duri-duri tajam untuk menangkap mangsa. Belalang sembah ini biasanya melahap mangsanya mulai dari kepala, thorak dan abdomen. Mangsa belalang sembah bisa berupa lalat, kutu atau yang lain (Susetya, 2004).Capung merupakan salah satu predator yang berasal dari kelas Insecta, ordo Odonata dan famili Coenagrionidae. Capung memiliki ciri morfologi yang khas yaitu memiliki abdomen yang panjang tetapi kecil dan mata facet yang besar. Tubuh terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen. Memiliki 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap transparan dengan warna tubuh yang beragam. Hama sasaran dari capung adalah kepik dan wereng. Stadia aktif menjadi predator yaitu pada stadia imago (dewasa). Capung besar dan capung jarum terbang cepat sehingga dapat menangkap serangga lain yang sedang terbang. Panjangnya bisa di antara 2 sampai 13,5 cm. Beberapa jenis capung memakan mangsanya sambil terbang. Jenis lain hinggap untuk makan. Capung juga dapat menangkap dan memakan kutu, ngengat, dan nyamuk di udara. Capung besar mampu menangkap ngengat dan kupu-kupu yang agak besar di udara.Laba-laba buas merupakan predator yang berasal dari anggota kelas Arachnida, ordo Araneida dan famili Lycosidae. Tubuhnya terbagi menjadi dua bagian cephalothrax dan abdomen, memiliki 4 pasang kaki yang panjang dan runcing. Hama sasaran dari laba-laba buas adalah kutu-kutuan dan wereng. Stadia aktif menjadi predator yaitu pada saat imago (dewasa). Pada areal penanaman padi, predator hama wereng coklat adalah laba-laba Lycosa pseudoannulata, Paederus fuscifes, Ophionea nigrofasciata dan kumbang Coccinella.Kumbang buas merupakan salah satu predator yang berasal dari anggota kelas Insecta, ordo Coleoptera dan famili Coccinelidae. Kumbang buas memiliki ciri morfologi yaitu memiliki 3 pasang kaki dan tubuh terbagi menjadi 3 bagian yaitu kepala, thorax dan abdomen. Hama sasaran dari kumbang buas adalah Aphids sp. Stadia aktif menjadi predator yaitu pada saat larva dan imago (dewasa). Serangga Coccinella sp. sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan berbintik hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu wereng coklat, kumbang itu dengan gerak cepat menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian depan dari arah belakang dan langsung memakannya. Kumbang Coccinella sp. juga pemangsa hama putih, penggerek batang padi, kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada tanaman singkong dan waloh siam (Susetya, 2004).Menurut Mulyani (1991), kumbang buas merupakan kumbang yang aktif sepanjang hari, yang dewasa menjatuhkan diri dari tanaman dengan cepat atau terbang jika merasa terganggu. Ada yang bertindak sebagai hama tanaman dengan meninggalkan menofil daun dan lubang setelah daun rusak akan menyerang ketangkai daun. Namun pada umumnya merupakan predator dengan memangsa Aphis sp.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi (Sosromarsono, 2000). Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.Beberapa parasitoid yang berbeda dapat menyerang inang pada stadia yang berbeda pula.Parasitoid yang menyerang stadia telur inangnya disebut parasitoid telur, sedangkan parasitoidyang meletakkan telurnya pada stadia larva inangnya disebut parasitoid larva, begitu pula parasitoid pupa, dewasa dan nimpha. Parasitoid juga dapat meletakkan telurnya pada suatu stadia dan muncul pada stadia berikutnya. Pada beberapa parasitoid ada hanya satu parasitoid yang berkembang hanya pada satu inang, sedangkan ada juga beberapa parasitoid pada satu spesies berkembang pada satu inang. Pada beberapa parasitoid, imago meletakkan satu telur per inang, dimana kemudian mengalami pembagian sel menjadi banyak sel, dan setiap sel tersebut berkembang secara independent, ini dikenal sebagai polyembrioni.Apanteles merupakan parasitoid termasuk dalam kelas insect, ordo hymenoptera dan family Braconidae. Parasitoid ini mempunyai cirri-ciri morfologis yaitu mempunyai 3 pasang kaki, mempunyai 1 pasang sayap, terdapat antena, tubuhnya berwarna hitam dan parasit larva berukuran kecil. Hama sasaran dari parasitoid ini berupa ulat kubis. Mekanisme penyerangan dari Apanteles ini yaitu Apanteles mencari betina pada tanaman kubis yang siap bertelur, kemudian hinggap diujung perut ngengat dewasa dekat dengan ovipositor. Ketika ngengat mulai bertelur, Apanteles menyuntikkan telurnya kedalam larva yang baru keluar dari ngengat dewasa (Anonim. 2010). Telenomus merupakan parasitoid yang termasuk dalam kelas Insecta, ordo Hymenoptera dan family Scelionidae. Parasitoid ini mempunyai ciri-ciri morfologis yaitu mempunyai 3 pasang kaki, mempunyai 1 pasang sayap, tubuhnya berwarna hitam, dan parasit telur berukuran kecil. Hama sasaran dari parasitoid ini berupa ulat penggerek padi. Mekanisme penyerangan dari Telenomus ini yaitu Telenomus mencari betina pada penggerek batang tanaman padi yang siap bertelur, kemudian hinggap diujung perut ngengat dewasa dekat dengan ovipositor. Ketika ngengat mulai bertelur, Telenomus menyuntikkan telurnya kedalam telur yang baru keluar dari ngengat dewasa. Parasitoid yang menyerang spesies parasitoid yang lain dikenal sebagai hyperparasitoid atau parasitoid sekunder. Pada beberapa spesies semua telurnya ada dalam kondisi masak ketika dewasa muncul, telur dapat segera diletakkan tanpa menunggu perkembangan telur. Kondisi sering dikenal sebagai Pro-ovigenik, sedangkan pada beberapa spesies parasitoid, ketika muncul hanya memiliki sedikit telur yang telah masak dan telur masak secara gradual, hal ini sering dikenal sebagai Synovigenik, pada umumnya parasitoid tipe ini memerlukan protein lebih untuk perkembangan telurnya, oleh sebab itu parasitoid ini berakting layaknya predator yang membunuh mangsanya, kemudian mengkonsumsi haemolim melalui luka yang dibuatnya. Proses ini sering dikenal sebagai host feeding (Muhammad, 2011).Apanteles sp. merupakan parasitoid termasuk dalam kelas insect, ordo hymenoptera dan family Braconidae. Parasitoid ini mempunyai cirri-ciri morfologis yaitu mempunyai 3 pasang kaki, mempunyai 1 pasang sayap, terdapat antena, tubuhnya berwarna hitam dan parasit larva berukuran kecil. Hama sasaran dari parasitoid ini berupa ulat kubis. Mekanisme penyerangan dari Apanteles ini yaitu Apanteles mencari betina pada tanaman kubis yang siap bertelur, kemudian hinggap diujung perut ngengat dewasa dekat dengan ovipositor. Ketika ngengat mulai bertelur, Apanteles menyuntikkan telurnya kedalam larva yang baru keluar dari ngengat dewasa. Dikarenakan siklus hidup Apanteles relatif lebih singkat dibandingkan siklus hidup patogen, selanjutnya Apanteles akan merusak larva-larva patogen (Anonim. 2010).Telenomus sp. merupakan parasitoid yang merusak telur patogen. Spesies termasuk dalam kelas Insecta, ordo Hymenoptera dan family Scelionidae. Parasitoid ini mempunyai ciri-ciri morfologis yaitu mempunyai 3 pasang kaki, mempunyai 1 pasang sayap, tubuhnya berwarna hitam, dan parasit telur berukuran kecil. Hama sasaran dari parasitoid ini berupa ulat penggerek padi. Mekanisme penyerangan dari Telenomus ini yaitu Telenomus mencari betina pada penggerek batang tanaman padi yang siap bertelur, kemudian hinggap diujung perut ngengat dewasa dekat dengan ovipositor. Ketika ngengat mulai bertelur, Telenomus kemudian menyuntikkan telurnya kedalam telur yang baru keluar dari ngengat dewasa..3. Uji Methyl Eugenola. Hasil PengamatanTabel 3.3 Uji efikasi perangkap hama lalat buahWaktuBelimbingJeruk

5 menit3 ekor2 ekor

10 menit5 ekor3 ekor

15 menit5 ekor4 ekor

Sumber : Laporan Sementarab. PembahasanLalatbuah merupakan hama pada tanaman buah-buahan yang sangat merugikan petani. Pada buah yang terserang biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya. Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda atau titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak telur) pada lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva memakan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak (Khalsoven, 1981).Di alam, lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus Biosteres dan Opius dan beberapa predator seperti semut, kepik Pentatomide dan beberapa kumbang tanah. Peran musuh alami belum banyak dimanfaatkan mengingat populasinya yang rendah dan banyaknya petani yang mengendalikan hama menggunakan insektisida. Parasitoid dan predator ini lebih rentan terhadap insektisida daripada hama yang diserangnya. Cara mekanis adalah dengan pengumpulan dan pemungutan sisa buah yang tidak dipanen terutama buah sotiran untuk menghindarkan hama tersebut menjadi inang potensial, akan menjadi sumber serangan berikutnya. Sedangkan, pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan menggunakan senyawa perangkap atau atraktan. Senyawa yang umum digunakan adalah Methyl eugenol. Methyl eugenol merupakan atraktan yang berupa wewangian betina dari lalat buah sehingga dengan pemberian senyawa methyl eugenol tersebut dapat menarik lalat buah jantan. Apabila lalat buah jantan dapat tertarik perangkap maka tidak ada yang dapat membuahi telur-telur lalat buah sehingga pertumbuhan lalat buah dapat tertekan. Penggunaan methyl eugenol sebagai atraktan lalat buah tidak meninggalkan residu pada buah dan mudah diaplikasikan pada lahan yang luas. Karena bersifat volatil (menguap), daya jangkaun atau radiusnya cukup jauh yang mencapai ratusan meter, bahkan ribuan meter dan bergantung pada arah angin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan atraktan methyl eugenol dapat menurunkan intensitas serangan lalat buah pada mangga sebesar 39-59% (Maryani et al, 2005). Atraktan dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah dalam tiga cara, yaitu :a. Mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah.b. Menarik lalat buah untuk kemudian dibunuh dengan perangkap.c. Mengacaukan lalat buah dalam perkawinan, berkumpul dan makan.Cara pemberian senyawa methyl eugenol adalah dengan meneteskan pada segumpal kapas sampai basah namun tidak menetes, ditambah dengan insektisida dan dipasang pada perangkap yang sederhana, modifikasi dari model perangkap Stiener. Alat perangkap terbuat dari botol bekas air minum mineral yang lehernya berbentuk kerucut atau toples plastik. Perangkap dipasang dekat pertanaman atau pada cabang atau ranting tanaman. Pada praktikum ini dilakukan pengujian uji methyl eugenol untuk menangkap lalat buah pada beberapa macam pohon yaitu pohon jeruk, dan pohon belimbing. Berdasarkan hasil pengamatan, pada pohon jeruk menit ke-5 terdapat 2 lalat buah, menit ke-10 terdapat 3 lalat buah dan menit ke-15 terdapat 4 lalat buah. Sedangkan pada pohon belimbing menit ke-5 terdapat 3 lalat buah, menit ke-10 terdapat 5 lalat buah dan menit ke-15 juga terdapat 5 lalat buah. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas methyl eugenol antara lain adalah lama pemasangan dan media yang digunakan. Lalat yang mengkonsumsi methyl eugenol lebih lama, periode perkelahian dan menggetarkan sayap akan lebih lama daripada lalat yang tidak mengkonsumsi. Selain itu keberhasilan kawin lalat buah juga akan meningkat. Beberapa faktor yang mempengaruhi banyak sedikitnya lalat buah yang tertagkap, antara lain lama waktu pemasangan methyl eugenol pada perangkap. Lama pemasangan mempengaruhi efektivitas methyl eugenol karena semakin lama memasang methyl eugenol, maka lalat buah yang akan datang dan terpancing juga akan semakin banyak.

b. Pembahasan Dalam langkah pengendalian hama terpadu (PHT), upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan pemberian musuh alami dan pestisida hayati yang keberadaannya tidak akan berpengaruh buruk terhadap lingkungan, namun terkadang serangan hama penyakit sangat sulit dikendalikan. Oleh karena itu diperlukan upaya khusus, efektif dan efisien dalam pemberantasan saat mencapai ambang batas kerusakan. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria, virus, nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Bahan kimia yang digunakan adalh jenis dari pestisida. Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama secara luas dan sida yang berasal dari kaya ceado yang artinya membunuh. Dengan demikian pestisida adalah semua zat yang digunakan untuk mengendalikan hama. Selain itu, pestisida juga dapat diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Berdasarkan tujuan penggunaannya, pestisida dapat digolongkan menjadi bermacam-macam antara lain : Insektisida, yaitu pestisida yang bisa mematikan berbagai jenis serangga. Herbisida, yaitu pestisida untuk mematikan tanaman gulma. Fungisida, yaitu pestisida untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan. Akarisida, yaitu pestisida untuk mematikan tungau. Rodentisida, yaitu pestisida untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus. Nemastisida, yaitu pestisida untuk mematikan nematoda yang merusak tanaman.

Berdasarkan bahan aktifnya, pestisida dibagi menjadi 3 jenis yaitu: Pestisida organik (Organic pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal : neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem). Pestisida elemen (Elemental pesticide) : pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti: sulfur. Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide) : pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.Pestisida dalam bentuk murni biasanya diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Macam formulasi dari pestisida, antara lain :a) Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)Pestisida yang berformulasi cairan emulsi. Formulasi ini meliputi pestisida yang di belakang nama dagang diikuti oleh singkatan ES (emulsifiable solution), WSC (water soluble concentrate), B (emulsifiable) dan S (solution). Pada umumnya, muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.b) Butiran (granulars)Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen, dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah bila dibanding dengan formulasi lain. Pada pestisida formulasi butiran, di belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water dispersible granule).

c) Debu (dust)Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran (tanaman).d) Tepung (powder)Komposisi pestisi