paper1

20
1. LATAR BELAKANG Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan pada ketentuan halal- haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban barat satu abad terakhir ini,

Upload: retno-tri-hastuti

Post on 14-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

paper1

TRANSCRIPT

Page 1: paper1

1. LATAR BELAKANG

Peran Islam dalam perkembangan iptek pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama,

menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang

seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang.

Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran

(qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam

sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu

pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan

diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.

Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi

pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya

yang digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti

yang ada sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek,

didasarkan pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh

memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek

iptek dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya,

walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh perdaban

barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.

Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek

modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa

dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.

Pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak lain untuk beribadah kepada Allah SWT.

Ada banyak cara untuk beribadah kepada Allah SWT seperti sholat, puasa, dan menuntut

ilmu. Menuntut ilmu ini hukumnya wajib. Seperti sabda Rasulullah SAW: “ menuntut ilmu

adalah sebuah kewajiban atas setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Ilmu adalah

kehidupanya islam dan kehidupanya keimanan.

2. PERMASALAHAN.

Yang menjadi permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian iptek dan apa kaitannya dengan islam?

Page 2: paper1

2. Seberapa wajibkah manusia dituntut mencari ilmu?

3. Apa sajakah keutamaan mencari ilmu?

4. Seberapa besarkah tanggung jawab ilmuwan terhadap alam?

3. TUJUAN

Yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini yaitu :

1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang iptek dalam paradigma islam.

2. Untuk melatih penulis agar dapat menulis karya ilmiah.

3. Sebagai pelengkap tugas mata kuliah Materi PAI.

Page 3: paper1

BAB II PEMBAHASAN

1.Pengertian iptek dan kaitannya dengan islam

Untuk memperjelas, akan disebutkan dulu beberapa pengertian dasar. Ilmu

pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui proses

yang disebut metode ilmiah (scientific method) .Sedang teknologi adalah pengetahuan dan

ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-

hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas,

memperdalam, dan mengembangkan iptek

Peran Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan

standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib

dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang

boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang

tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.

2.Kewajiban mencari ilmu

Pada dasarnya kita hidup didunia ini tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah.

Tentunya beribadah dan beramal harus berdasarkan ilmu yang ada di Al-Qur’an dan Al-

Hadist. Tidak akan tersesat bagi siapa saja yang berpegang teguh dan sungguh-sungguh

perpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Disebutkan dalam hadist, bahwasanya ilmu yang wajib dicari seorang muslim ada 3,

sedangkan yang lainnya akan menjadi fadhlun (keutamaan). Ketiga ilmu tersebut adalah

ayatun muhkamatun (ayat-ayat Al-Qur’an yang menghukumi), sunnatun qoimatun (sunnah

dari Al-hadist yang menegakkan) dan faridhotun adilah (ilmu bagi waris atau ilmu faroidh

yang adil)

Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda, “ mencari ilmu itu wajib bagi setiap

muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan

menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.”(HR. Ibnu Majah dan lainya)

Page 4: paper1

Juga pada hadist rasulullah yang lain,”carilah ilmu walau sampai ke negeri cina”.

Dalam hadist ini kita tidak dituntut mencari ilmu ke cina, tetapi dalam hadist ini rasulullah

menyuruh kita mencari ilmu dari berbagai penjuru dunia. Walau jauh ilmu haru tetap dikejar.

Dalam kitab “ Ta’limul muta’alim” disebutkan bahwa ilmu yang wajib dituntut trlebih

dahulu adalah ilmu haal yaitu ilmu yang dseketika itu pasti digunakan dal diamalkan bagi

setiap orang yang sudah baligh. Seperti ilmu tauhid dan ilmu fiqih. Apabila kedua bidang

ilmu itu telah dikuasai, baru mempelajari ilmu-ilmu lainya, misalnya ilmu kedokteran, fisika,

matematika, dan lainya.

Kadang-kadang orang lupa dalam mendidik anaknya, sehingga lebih mengutamakan

ilmu-ilmu umum daripada ilmu agama. Maka anak menjadi orang yang buta agama dan

menyepelekan kewajiban-kewajiban agamanya. Dalam hal ini orang tua perlu sekali

memberikan bekal ilmu keagamaan sebelum anaknya mempelajari ilmu-ilmu umum.

Dalam hadist yang lain Rasulullah bersabda, “sedekah yang paling utama adalah

orang islam yang belajar suatu ilmu kemudian diajarkan ilmu itu kepada orang lain.”(HR.

Ibnu Majah)

Maksud hadis diatas adalah lebih utama lagi orang yang mau menuntut ilmu

kemudian ilmu itu diajarkan kepada orang lain. Inilah sedekah yang paling utama dianding

sedekah harta benda. Ini dikarenakan mengajarkan ilmu, khususnya ilmu agama, berarti

menenan amal yang muta’adi (dapat berkembang) yang manfaatnya bukan hanya dikenyam

orang yang diajarkan itu sendiri, tetapi dapat dinikmati orang lain.

3. Keutamaan orang yang berilmu

Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah dan

masyarakat. Al-Quran menggelari golongan ini dengan berbagai gelaran mulia dan terhormat

yang menggambarkan kemuliaan dan ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah SWT dan

makhluk-Nya. Mereka digelari sebagai “al-Raasikhun fil Ilm” (Al Imran : 7), “Ulul al-Ilmi”

(Al Imran : 18), “Ulul al-Bab” (Al Imran : 190), “al-Basir” dan “as-Sami' “ (Hud : 24), “al-

A'limun” (al-A'nkabut : 43), “al-Ulama” (Fatir : 28), “al-Ahya' “ (Fatir : 35) dan berbagai

nama baik dan gelar mulia lain.

Dalam surat ali Imran ayat ke-18, Allah SWT berfirman: "Allah menyatakan bahwasanya

tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan.

Page 5: paper1

Para Malaikat dan orang- orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak

ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana". Dalam ayat ini ditegaskan pada golongan orang berilmu bahwa mereka amat

istimewa di sisi Allah SWT . Mereka diangkat sejajar dengan para malaikat yang menjadi

saksi Keesaan Allah SWT. Peringatan Allah dan Rasul-Nya sangat keras terhadap

kalangan yang menyembunyikan kebenaran/ilmu, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan

berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya

kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua

(mahluk) yang dapat melaknati." (Al-Baqarah: 159) Rasulullah saw juga bersabda:

"Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, akan dikendali mulutnya oleh Allah pada hari

kiamat dengan kendali dari api neraka." (HR Ibnu Hibban di dalam kitab sahih beliau.

Juga diriwayatkan oleh Al-Hakim. Al Hakim dan adz-Dzahabi berpendapat bahwa hadits

ini sahih). Jadi setiap orang yang berilmu harus mengamalkan ilmunya agar ilmu yang ia

peroleh dapat bermanfaat. Misalnya dengan cara mengajar atau mengamalkan

pengetahuanya untuk hal-hal yang bermanfaat[1].

4. Tanggung jawab ilmuwan terhadap alam

Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam.

Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup merusak, juga

menhancurkan hingga tak bersisa.

Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul

pada sumber air, gunung atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman meluasnya padang

pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber

energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.

Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar

manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah demi

kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa depan itu

sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi biang kerok dari

tragedi masa depan tersebut.

Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan

kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari peringatan tersebut.

Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Qur’an:

Page 6: paper1

“Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka

bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.”

(QS Al-Baqarah:11)

Allah SWT juga mengingatkan manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut

disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’.

Katakanlah, ‘Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan

orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang

mempersekutukan (Allah).’’ (QS Ar-ruum: 41-42)

Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan. Tujuannya

mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai berbagai unsur lingkungan

menjadi hancur, tercemar, atau rusak.

Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan sebagai ilmuwan harus bisa

melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara mengembangkan teknlogi ramah lingkungan,

teknologi daur ulang, dan harus bisa memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak.

5. Bukti-bukti ilmu pengetahuan yang telah di jelaskan dalam al qur’an.

1.Nebula

“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah seperti (kilapan) minyak.

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

(Q.S. Ar Rahmaan:37-38)

Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang berbentuk seperti bunga mawar.

2.Kesempurnaan Di Alam Semesta

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada

ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-

ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi

niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan

penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.”

Page 7: paper1

(QS. Al Mulk: 3-4)

Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya bergerak dalam

orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam keserasian. Bintang, planet,

dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan dalam sistem yang ditempatinya

masing-masing. Terkadang galaksi yang terdiri atas 200-300 miliar bintang bergerak melalui

satu sama lain. Selama masa peralihan dalam beberapa contoh yang sangat terkenal yang

diamati oleh para astronom, tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kekacauan pada

keteraturan alam semesta.

3.Orbit

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing

dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”

(QS. Al Anbiya: 33)

Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta

yang lebih besar bekerja secara teratur. Semuanya bergerak pada orbit tertentu.

4.Perjalanan Matahari

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha

Perkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS. Yasin:38)

Berdasarkan perhitungan para astronom, akibat aktivitas galaksi kita, matahari berjalan

dengan kecepatan 720.000 km/jam menuju Solar Apex, suatu tempat pada bidang angkasa

yang dekat dengan bintang Vega.

5.Langit Tujuh Lapis

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi.”

(QS. Ath-Thalaq:12)

Page 8: paper1

Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapisan. Berdasarkan Encyclopedia Americana

(9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu lapisan

troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.

6.Gunung Mencegah Gempa Bumi

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-

gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan

memperkembangbiakkan padanya segala macam jenis binatang.”

(QS. Luqman:10)

“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai

pasak?”

(QS. An-Naba:7)

Informasi yang diperoleh melalui penelitian geologi tentang gunung sangatlah sesuai dengan

ayat Al Quran. Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada

titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan

gunung ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut. Dengan sifat tersebut, pegunungan

dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.

Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas

magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma

menghancurkan kerak bumi.

7.Air Laut Tidak Saling Bercampur

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya

ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”

(QS. Ar-Rahman:19-20)

Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua badan air bertemu, tetapi tidak saling bercampur

akibat adanya batas. Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari dua lautan bertemu,

diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam cenderung

Page 9: paper1

seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan. Misalnya,

meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta Laut Merah dan Samudra Hindia secara

fisik saling bertemu, airnya tidak saling bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat

batas. Di Selat Gibraltar lebih terlihat lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut

Mediteran terdapat perbedaan warna yang jelas yang menjadi batas antara keduanya.

BAB III

PENUTUP

Perkembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk

memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Dari uraian di atas dapat dipahami,

bahwa peran Islam yang utama dalam perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama,

menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kedua,

menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek . Jadi, syariah Islam-lah,

bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya dijadikan tolok ukur umat Islam

dalam mengaplikasikan iptek.

Untuk itu setiap muslim harus bisa memanfaatkan alam yang ada untuk

perkembangan iptek dan seni, tetapi harus tetap menjaga dan tidak merusak yang ada. Yaitu

dengan cara mencari ilmu dan mengamalkanya dan tetap berpegang teguh pada syari’at

Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Munawar, Said Aqil, 2002. Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta :

Ciputat Press

Shihab, Quraish, 1999. Mukjizat Al-Quran. Bandung :Mizan

http://bukucatatan-part1.blogspot.com

http://al-jamaah.net

Page 10: paper1

http://m3na.multiply.com

ISLAM MENJADI SUMBER MOTIVASI PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Author: jus_ega

Jusmarwan Nacing, SP

Bogor, 21 Mei 2010

Manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi

Manusia diciptakan Allah SWT dalam kejadian yang memiliki struktur sebaik-baiknya. Manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah yang lainnya, karena manusia dibekali akal, hati dan jasmani. Sehingga menjadikan manusia sebagai makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya diantara makhluk-makhluk lain di alam raya ini. Berbekal akal fikiran tersebut, manusia mampu melaksanakan perintah Allah sebagaimana digariskan dalam agama. Dan mampu menjauhi segala larangannya. Juga mampu menciptakan ilmu dan teknologi.

Nabi pernah bersabda akal fikiran itu menyinari hati manusia yang dapat membedakan antara hal-hal yang bathil dan yang haq. Sehingga Iman seseorang belum memperoleh kesempurnaan dari agamanya sebelum menjadikan akal fikirannya sempurna. Sabda Nabi tersebut adalah;

Artinya: “Akal adalah cahaya yang bersinar di dalam hati yang dengannya ia dapat membedakan hal-hal yang benar dan hal-hal yang batil”

Manusia yang hakiki dalam pandangan Islam adalah manusia yang menyadari dirinya/statusnya sebagai ciptaan Allah dan menyadari serta mengaplikasikan tugasnya dihadapan Allah dalam bentuk ibadah. Sehingga manusia dengan segala potensinya tidak perlu ragu sedikit pun untuk mempelajari dan meneliti alam semesta. Sang Pencipta telah menyediakan segala sesuatu di alam ini untuk digali agar manusia sejahtera dan bahagia. Allah memberikan fitrah potensi kepada manusia untuk mampu membangun peradabannya. Dalam rangka mewujudkan suatu peradaban haruslah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi agar;

1. Mampu meningkatkan kualitas hidup manusia.

Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an yaitu;

“     Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa, hingga mereka berusaha keras untuk merubahnya     ” (Qs, Ar-Ra’d:11 )

Page 11: paper1

Ayat tersebut memiliki sifat dinamis, karena mengajarkan untuk selalu berusaha dengan sungguh-sungguh dalam meningkatkan kualitas diri.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (Qs. Al-Qashash:77)

1. Mampu menjalankan fungsi manusia sebagai khalifatullah

Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman bahwa;

”  Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”(Qs. Al-Baqarah: 30)

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah (pemimpin). Sebagai khalifah, kita memiliki tugas untuk melakukan pengaturan terhadap bumi dan seisinya agar kehidupan manusia dapat berjalan dengan baik. Di sinilah kita, umat Islam, dituntut memiliki kemampuan mengelola bumi dan isinya dengan mampu memahami, menguasai dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

1. Mampu mengembangakan potensi fitrah

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur” (Qs. An-Nahl:78)

Dari ayat diatas menjelaskan bahwa setiap insan manusia dilahirkan dari perut seorang ibu dalam keadaan yang bersih (suci), ibaratnya kertas putih tanpa noda.

Lebih lanjut Nabi SAW bersabda;

“Tidaklah seorang anak itu dilahirkan, melainkan mempunyai fitrah Islam, maka orang tuanyalah yang mempengaruhi menjadi yahudi, nasrani, dan majusi”.

Hadist diatas menekankan bahwa fitrah yang dibawa semenjak lahir bagi anak itu sangat besar dipengaruhi oleh lingkungan. Fitrah itu sendiri tidak akan berkembang tanpa dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar. Sehingga konsep fitrah inilah menuntut agar ilmu pengetahuan dapat diarahkan kepada nilai-nilai Ilahiyah agar terjalin ikatan yang kuat antara manusia dengan Allah SWT.

Telah difahami bahwa manusia adalah makhluk berfikir (homo rationale), yaitu selalu mencari dan menyelidiki rahasia-rahasia ilmu yang terdapat dalam kandungan alam semesta ini. Dengan berfikir dan menyelidiki, manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan yang makin dalam dan luas. Ilmu pengetahuan yang diperolehnya diharapkan akan bermanfaat bagi kehidupannya.

Page 12: paper1

Seorang ahli fikir bernama Einstein pernah mengingatkan kepada kita bahwa “Science without religion is blind, religion without science is lame” artinya Ilmu tanpa agama akan buta, Agama tanpa ilmu akan lumpuh. Hasil kajian Einstein tersebut sangat jelas maknanya bagi umat beragama, bahwa agama merupakan pelita yang menerangi alam fikir, sedangkan ilmu merupakan pilar yang memberikan dukungan penyangga atau kekuatan.

Ilmu pengetahuan berkembang sejalan dengan proses kehidupan manusia yang terus berlangsung. Proses kehidupan manusia berjalan diatas nilai-nilai baik-buruk, benar-salah, halal-haram, dan sebagainya yang hasilnya akan dirasakan di alam akhirat kelak. Untuk mengetahi, mana nilai yang benar atau sesat, yang haq atau bathil, halal atau haram, yang membahagiakan atau yang menderitakan, manusia dianugerahi akal kecerdasan sebagai alat utama untuk menganalisis dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan

Agama Islam bersumber dari wahyu Allah SWT sehingga memberikan dasar-dasar pedoman yang obyektif yang berlaku umum (universal) bagi seluruh umat manusia di muka bumi, sedangkan ilmu pengetahuan bersumber dari pikiran manusia yang disusun berdasarkan hasil penyelidikan alam. Ilmu pengetahuan bertujuan mencari kebenaran ilmiah yaitu kebenaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.

Menurut ukuran nilai-nilainya bersifat transcendental. Artinya nilai-nilainya tidak hanya diukur menurut tuntutan hidup manusia di dunia semata, melainkan juga tuntutan hidup setelah mati. Antara nilai-nilai untuk kehidupan manusia sebagai hamba Allah dengan nilai-nilai di alam akhirat. Dengan demikian, jangkauan nilai-nilai agama itu jauh hingga mencapai kehidupan di alam abadi. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa apabila kita melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan, seperti telah ditetapkan dalam kitab suci-Nya, maka berarti kita merealisasikan ketentuan nilai-nilai hidup selaku hamba Allah. Dengan demikian, Allah akan memberikan balasan pahala yang mengandung nilai-nilai kebahagiaan di alam akhirat nanti.

Islam bukan hanya terbuka terhadap pembaharuan yang dilakukan ilmu pengetahuan, melainkan juga mendorong dicapainya kemajuan bidang tersebut. Dorongan ke arah penguasaan ilmu pengetahuan dapat dilihat dengan banyaknya firman Allah SWT yang menganjurkan manusia untuk memahami alam. Alam adalah ciptaan Allah yang menjadi obyek ilmu pengetahuan. Misal dapat kita lihat pada firman Allah dibawah ini;

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” (Qs. Al- Baqarah:164).

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (Qs. Ar- Rum:22-23).

Page 13: paper1

Islam dengan kitab suci Al-Qur’an mendorong umat manusia berfikir dan menyelidiki rahasia kebesaran Tuhan melalui sekitar 300 buah ayat kalimat-kalimat-Nya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ajaran agama demikian itu tidak lain adalah suatu agama untuk berilmu. Ilmu yang mendorong Islam adalah ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi yang saat sekarang telah dijabarkan menjadi berbagai jenis ilmu pengetahuan seperti ilmu-ilmu yang termasuk kelompok sosial dan ilmu-ilmu natural (alam). Sedangkan yang dijadikan objek penelitian dan pengembangan ilmu-ilmu tersebut adalah diri manusia sendiri, baik orang perorangan maupun kelompok, serta kenyataan alam semesta yang penuh rahasia kebesaran Tuhan.

Sesungguhnya Islam bukan sebagai agama untuk akhirat semata, melainkan juga agama untuk peradaban umat manusia secara menyeluruh, yang mengandalkan kekuatan akal-budi untuk menghasilkan berbagai jenis ilmu pengetahuan. Islam mengajarkan tentang perlunya manusia mempergunakan akal kecerdasan untuk meraih kemajuan baik di dunia maupun di akhirat dengan berlandaskan ilmu pengetahuan. Nabi bersabda;

Artinya: “Barang siapa menghendaki hidup duniawi, haruslah dengan ilmu; dan barangsiapa menghendaki hidup ukhrawi haruslah dengan ilmu; barangsiapa menghendaki keduanya haruslah dengan ilmu”

Dengan demikian jelaslah bahwa semua bidang pekerjaan, profesi, dan keahlian, manusia wajib memperjuangkan demi kemajuan masing-masing bidang sesuai yang digelutinya, yang bertolak dari disiplin ilmu masing-masing. Demikian ini merupakan hakikat hidup di dunia, tanpa ilmu pengetahuan seseorang tidak akan dapat memperoleh puncak keberhasilan.

Islam memandang teknologi

Salah satu karakteristik Islam yang membedakan dengan ajaran lainnya adalah syumul. Islam adalah agama samawi yang menjamah seluruh aspek-aspek kehidupan. Sifatnya yang menyeluruh membuat tidak ada sudut sekecil apapun yang tidak dapat disentuh oleh nilai-nilai Islam. Begitu pula dengan teknologi, dalam hal ini Islam juga berperan besar dalam kemajuannya, pengembangannya, sampai pada pengawasannya. Salah besar jika kita meganggap teknologi bukan bagian dari Islam ataupun Islam tidak membahas mengenai teknologi.

Islam tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan seperti tafsir, hadist, fiqh, dan yang lainnya. Islam juga mencakup segala ilmu yang ada, mulai dari bakteri terkecil hingga pergerakan semesta alam melalui ilmu astronominya. Bahkan telah banyak ahli-ahli keilmuan Islam ataupun teori-teori ilmuan Islam yang menjadi dasar atau panduan bagi ilmuan-ilmuan Eropa. Namun tidak saat ini, Islam telah kehilangan ruh keislamannya, umat saat ini telah lupa akan hal ini, mereka terlalu sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan ibadah vertikal saja. Teknologi saat ini sudah tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman yang dulu dilahirkan para ilmuan kita. Bahkan sudah banyak kita lihat teknologi yang disalahgunakan manfaatnya dimana-mana.

Inilah permasalahan dalam dunia teknologi kita. Dimana dengan adanya teknologi justru menimbulkan ketidakseimbangan lingkungan di sekitar kita. Hal ini terjadi saat teknologi telah keluar dari fungsi dan manfaat sebenarnya. Hal ini terjadi saat moral-moral para pembuat ataupun pengguna telah mengalami kemerosotan. Mereka terlalu tamak sehingga memakai teknologi sebagai alat pemuas mereka tanpa memikirkan dampaknya.

Page 14: paper1

Sudah saatnyalah kita mengembalikan teknologi pada jalur yang sebenarnya. Jalur dimana Islam secara menyeluruh ataupun nilai-nilainya tertanam kuat dalam dunia teknologi kita. Sebuah Islamisasi ilmu dan pengetahuan kiranya dapat menjadi obat untuk permasalahan diatas. Bukanlah tidak mungkin untuk menerapkan sebuah konsep Islam dalam dunia teknologi bukan hanya sebagi pengerem kerusakan yang lebih banyak ditimbulkannya, tetapi juga demi terwujudnya kebangkitan umat islam.

Kunci utamanya terletak pada manusia-manusianya, pada kader-kader kita, pemuda-pemuda yang nantinya akan banyak berperan di bidangnya masing-masing. Diharapkan, kita tidak hanya mempelajari ilmu keduniannya saja, ilmu keilmiahan, teknologi, ataupun sejenisnya. Perlu pula sebuah pendalaman terhadap aqidah kita, perbaikan terhadap akhlak, serta ilmu keislaman lainnya secara menyeluruh. Ataupun sebaliknya, jangan sampai kita terlena, tersibukkan pada penghambaan diri kita kepada Yang Maha Esa sampai-sampai kita melupakan ilmu-ilmu yang akan bermanfaat bagi kemaslahatan umat di dunia.

Bukankah sebenarnya Islam dan Teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Pertama kali Islam diturunkan, telah tersirat jelas bahwa Islam juga menganjurkan umatnya untuk belajar, mempelajari apa yang ada di alam ini, dan memanfaatkannya demi kepentingan umat.