paper pengalengan buah nanas
TRANSCRIPT
PAPER
PENGALENGAN BUAH NANAS
DISUSUN OLEH:
NAMA : ONGKY LASUARDI PANJAITAN
NIM : 105080301111006
KELAS : THP MODERN – T02
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
BAB 1. PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi ini, peluang pasar dunia semakin terbuka lebar
untuk semua komoditas. Demikian juga komoditi nanas cukup besar peluang
untuk memasuki pasar dunia baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk
buah kaleng. Negara-negara di Asia Tenggara merupakan eksportir utama buah
nanas dunia. Thailand merupakan negara eksportir terbesar pada tahun 1995,
yaitu sekitar 39% dari ekspor nanas dunia.
Menurut proyeksi, kebutuhan nanas dunia tahun 1996 akan naik sebesar
5% kebutuhan dunia saat ini. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ini
diperlukan pasokan nanas yang sangat besar. Tentu saja hal ini akan menjadi
prospek yang baik bagi Indonesia. Hal yang perlu untuk dicermati adalah ekspor
buah nanas Indonesia meningkat dalam 10 tahun terakhir. Prospek komoditas
buah nanas sangat besar, terutama bila nanas diolah menjadi makanan kaleng
seperti selai nanas, sirup buah nanas dan sirup kulit buah nanas.
Perkembangan industri pengolahan nanas yang pesat menyebabkan
kemasan menjadi faktor yang penting dalam pengangkutan dan penyimpanan
barang-barang sesuai dengan perkembangan pasar lokal menjadi pasar nasional
bahkan internasional. Kemasan merupakan salah satu cara atau metode untuk
memberikan perlindungan pada pangan yang telah dihasilkan baik dalam bentuk
bungkusan maupun menempatkan produk ke dalam suatu wadah.Hal ini
dimaksudkan agar produk dapat terhindar dari pencemaran(senyawa kimia dan
mikroba), kerusakan akibat fisik (gesekan, getarandan bentura), senyawa
lingkungan (oksigen,uap air), dan gangguan binatang seperti serangga, sehingga
mutu dan keamanan produk tetapterjaga serta dapat disimpan dalam kurun
waktu yang lebih lama.
Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar dianggap
pembungkus makanan dan pelindung makanan. Namun kemasan pada
makanan ternyata juga mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan,kemudahan,
promosi, dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai
pengemas primer pada makanan.Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi
makanan yang dikemasnya.
BAB 2. ISI
2.1 Pengalengan
Menurut Syarief (2001), dengan berkembangnya teknologi pangan
mempengaruhi beragam kemasan produk makanan. Kemasan produk pangan
mempunyai arti penting dan luas untuk sebuah produk pangan. Pengemasan
suatu produk pangan sendiri dimaksudkan untuk membatasi antara bahan
pangan dengan keadaan normal sekelilingnya, untuk menunda proses dalam
jangka waktu yang diinginkan. Dengan demikian pengemasan memberikan
peranan yang utama dalam mempertahankan bahan pangan dalam keadaan
bersih dan higienis.
Salah satu metode dasar untuk pengawetan buah dan sayuran adalah
pengalengan. Pengalengan merupakan metode utama pengawetan makanan
dan menjadi dasar destruksi mikroorganisme oleh panas dan pencegahan
rekontaminasi. Kualitas makanan yang dikalengkan tidak hanya dipengaruhi oleh
proses panas tetapi juga metode-metode preparasi, misalnya preparasi yang
melibatkan pencucian, trimming, sortasi, blanching, pengisian dalam kontainer,
dan penjagaan head space di dalam kaleng dengan penutupan vakum (Luh,
1975).
2.2 Penyiapan Bahan Baku
Pada proses pengalengan buah nanas dilakukan penyiapan bahan baku.
Menurut Luh (1975), penyiapan bahan baku terdiri dari:
a. Pembersihan (Washing)
Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari
bahan baku. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pencucian dengan air dingin
pada buah. Selain itu, pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam atau
menyemprot bahan dengan air.
b. Pemilihan (Sortasi/Grading)
Proses pemilihan dilakukan dengan memilih bahan yang sesuai dengan
standar kematangan buah. Sortasi dan grading dapat dilakukan berdasarkan
ukuran/diameter, berat jenis atau warna. Pada grading pengalengan buah nanas,
dilakukan berdasarkan diameter dari buah nanas.
c. Pengupasan
Tujuan dari pengupasan yaitu membuang bagian-bagian yang tidak untuk
dikonsumsi seperti kulit dan batang. Pada pengalengan nanas, pengupasan
menggunakan alat mekanis, sehingga daging nanas terpisah dari kulitnya.
Setelah itu, daging nanas akan diblanching.
d. Blanching
Dalam pengalengan, blanching diartikan sebagai pemasukan buah ke
dalam air mendidih atau mengukus dalam air mendidih yang berlebih selama
periode waktu tertentu diikuti dengan mecelupkannya dalam air dingin untuk
menghentikan pemasakan. Blanching akan merusak enzim yang mengakibatkan
perubahan warna, flavor dan tekstur. Blanching menghilangkan udara dari
makanan sehingga membuatnya lunak dan lebih mudah ditangani.
2.3 Cara Proses Pengalengan
Setelah dilakukan penyipan bahan baku selanjutnya dilakukan proses
selanjutnya. Proses selanjutnya ialah pengalengan buah nanas tersebut.
Menurut Larousse (1997), proses pengalengannya terdiri dari:
a. Pengisian (Filing)
Pengisian bahan ke dalam wadah (kaleng) harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak terlalu banyak udara tertahan dalam wadah. Pengisian
bahan jangan terlalu penuh dan harus disisakan tempat kosong di bagian atas
wadah (head space). Volume head space tak lebih dari 10 % dari kapasitas
wadah. Head space ditujukan agar pada waktu proses sterilisasi masih terdapat
tempat untuk pengembangan isi. Pengisian bahan dapat dilakukan dengan
tangan atau mesin.
Besar head space dalam wadah sangat penting. Bila terlalu kecil akan
sangat berbahaya, karena ujung kaleng akan pecah akibat pengembangan isi
selama pengolahan. Bila head space tidak cukup, kecepatan pemindahan panas
menurun, dengan demikian waktu pengolahan lebih lama. Sebaliknya apabila
head space terlalu besar, udara yang terkumpul di dalam ruang tersebut lebih
banyak, sehingga dapat menyebabkan oksidasi dan perubahan warna bahan
yang dikalengkan.
b. Exhausting
Tujuan dari exhausting adalah menghilangkan udara sehingga tekanan di
dalam kaleng setelah perlakuan panas dan pendinginan sehingga tekanan di
dalam kaleng lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Kondisi vakum menjaga
tutup kaleng tertutup sehingga mengurangi tingkat oksigen dalam head space.
Hal ini juga akan memperpanjang umur simpan dari produk makanan dan
mencegah penggembungan kaleng pada daerah yang tinggi. Pengurangan
jumlah udara bertujuan mengurangi oksigen dan kesempatan oksidasi dari
bahan.
Vakum di dalam kaleng dihasilkan dari penggunaan panas atau dengan
cara mekanis. Vakum dalam kaleng dapat dihasilkan dari pemanasan kaleng
menggunakan steam pada suhu 80-90°C selama 5-7 menit, diikuti dengan
sealing kaleng panas. Alternatif lain adalah dengan mechanical high vacuum
seamer pada suhu kamar. Beberapa produk, khususnya jus, dipanaskan terlebih
dahulu selama preparasi dan pengisian ke dalam kaleng. Kadang, sebelum
pengisian kaleng, udara dalam head space dihilangkan dengan steam, yang
terkondensasi setelah proses dan dengan cara demikian menyebabkan kondisi
vakum. Tingkat vakum dalam proses, pendinginan kaleng tergantung dari ukuran
kaleng dan jenis produk.
c. Penutupan Wadah (Sealing)
Tujuan penutupan wadah : Memasang tutup dari wadah sedemikian rupa,
sehingga faktor-faktor penyebab kerusakan tidak dapat masuk lagi ke dalamnya
setelah dilakukan sterilisasi. Penutupan kaleng dilakukan dengan alat khusus.
Penutupan kaleng harus sempurna, sebab kebocoran dapat merusak produknya.
Sebelum wadah ditutup diperiksa dahulu apakah head space-nya sudah cukup
dan sesuai dengan perhitungan. Setelah ditutup sempurna, kaleng/wadah perlu
dibersihkan jika ada sisa-sisa bahan yang menempel pada dinding kaleng /
wadah. Pencucian dilakukan dengan air panas (suhu sekitar 82,2°C) yang
mengandung larutan H2PO4 dengan konsentrasi 1,0 – 1,5 %, kemudian dibilas
dengan air bersih beberapa kali
d. Sterilisasi (pemanasan)
Sterilisasi pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya
pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi
faktor-faktor penyebab kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat
pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu yang digunakan biasanya
121°C selama 20 – 40 menit, tergantung dari jenis bahan makanan. Pada
umumnya suhu sterilisasi yang biasa dilakukan untuk buah-buahan pada suhu
100°C.
e. Pendinginan
Pendinginan dilakukan untuk beberapa tujuan yaitu mencegah lewat
pemasakan (over cooking) dari bahan pangan dan mencegah tumbuhnya spora-
spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum mati.
Pendinginan dilakukan menggunakan air dingin pada wadah yang sudah
disterilisasi hingga suhu mencapai 35 – 40°C. Pendinginan dapat dilakukan pada
dalam autoklaf sebelum autoklaf dibuka, ataupun diluar autoklaf dengan jalan
menyemprotkan air dingin (air pendingin sebaiknya mengalami khlorinasi terlebih
dahulu).
Menurut Smith (1997), proses pengalengan buah nanas
Pencucian
Sortasi dan Grading
Pengupasan/pemotongan/sizing
Blanching
Pengisian
Exhausting
Sealing
Proses pemanasan
Pendinginan
Pelabelan
Penyimpanan
2.4 Perlakuan Proses Panas
Perlakuan proses panas yang dilakukan ialah pada proses sterilisasi.
Proses pemanasan wadah serta isinya pada suhu dan jangka waktu tertentu
untuk menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor penyebab kerusakan
makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking) pada
makanannya. Suhu yang digunakan biasanya 121°C selama 20 – 40 menit,
tergantung dari jenis bahan makanan. Setiap jenis bahan pangan mempunyai
suhu dan lama sterilisasiyang berbeda, tergantung dari kecepatan penetrasi
panas ke dalam bahan pangan, kecepatan penetrasi panas dipengaruhi pula
oleh konsistensi bahan dan ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri
penyebab kerusakan dan penyakit. Faktor ini ditentukan oleh jenis bakteri, jumlah
bakteri pada saat akan dilakukansterilisasi dan pH dari bahan pangan. Pada
umumnya suhu sterilisasi yang biasa dilakukan untuk buah-buahan pada suhu
100°C (Larousse, 1997).
2.5 Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan agar makanan yang dikalengkan tidak berubah
kualitasnya maupun kenampakannya sampai saat akan diangkut / dipasarkan.
Suhu penyimpanan yang dapat mempertahankan kualitas bahan yang disimpan
adalah 15°C. Suhu penyimpanan yang tinggi dapat mempercepat terjadinya
korosi kaleng, perubahan tekstur, warna, rasa serta aroma makanan kaleng.
Penyimpanan yang baik adalah penyimpanan yang dilakukan pada suhu rendah,
RH rendah, serta terdapat ventilasi atau pertukaran udara di dalam ruangan
penyimpanan harus baik (Larousse, 1997).
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:
Pengalengan merupakan cara pengawetan bahan pangan dalam wadah
yang tertutup rapat dan disterilkan dengan panas. Cara pengawetan ini
merupakan yang paling umum dilakukan karena bebas dari kebusukan, serta
dapat mempertahankan nilai gizi, cita rasa dan daya tarik.
Proses pengalengan buah nanas terdiri dari pencucian, sortasi dan grading,
pengupasan/pemotongan/sizing, blanching, pengisian, exhausting, sealing,
proses pemanasan, pendinginan, pelabelan dan penyimpanan.
Proses panas yang dilakukan ialah proses sterilisasi untuk menghilangkan
atau mengurangi faktor-faktor penyebab kerusakan makanan.
Penyimpanan yang baik adalah penyimpanan yang dilakukan pada suhu
rendah, RH rendah, serta terdapat ventilasi atau pertukaran udara di dalam
ruangan penyimpanan harus baik
3.2 Saran
Dari paper ini, kita telah mengetahui proses pengalengan buah nanas,
maka dapat disarankan untuk mengembangkan proses pengalengan buah nanas
sehingga dapat meningkatkan diproduksi dan mutu dari buah nanas yang
dikalengkan.
DAFTAR PUSTAKA
Larousse, Jean. 1997. Food Canning Technology. Wiley-VHC, Inc. Canada.
Luh, Bor, S., Woodroof, J.G. 1975. Commercial Vegetable Processing. The Avi Publishing Company, Inc. Connecticut.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Smith, Durward. S., Cash, Jerry. N., Nip, Wai-Kit., Hui, Y.H., 1997. Processing Vegetables Science and Technology. Technomc Publishing Company, USA.