paper islam-doktrin 1
TRANSCRIPT
P a g e | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dogma pada dasarnya merupakan inti utama dari suatu agama. Dogma
merupakan akar utama dari ciri-ciri agama yang menonjol. Itu merupakan kajian
yang berprinsip pada pengembangan kitab-kitab yang diyakni suci sebagai wahyu
dari Tuhan.
Dogma itu sendiri merupakan ajaran-ajaran yang dibahas. Bahasan
mengenai dogma itu terkadang bersifat partikular maupun universal. Secara
particular bahasan mengenai dogma serasa sempit dan secara universal terkadang
juga secara mandataris diikuti.
Ada pengakuan di setiap agama bahwa Kitab Suci yang dimiliki
merupakan literatur yang betul shahih atau murni diwahyukan atau diturunkan.
Padahal ada kala di sisi lain literatur dan teks-teks yang mudah difahami sekalipun
tetapi sulit untuk dimengerti dan menemukan arti kedalamannya baik secara
sempit maupun luas. Perbandingan teks yang satu dengan yang lain pun terkadang
menjadi pengecoh apabila dibandingkan baik secara konseptual maupun tekstual.
Begitu juga halnya dengan literatur-literatur lainnya.
Dalam perkembangan riset teologi atas literatur maupun teks-teks Kitab
Suci tak jarang ditemui sikap fanatisme yang berlebihan atas Kitab Suci yang
dimiliki, namun tidak sesuai dengan kajian yang telah ditentukan. Pengembangan
P a g e | 2
semacam itu masih bersifat kabur. Dan, pada saat pengajian kita harus yakin
bahwa masalah pewahyuan bukan masuk dalam kategori manusia.
Konsepsi Kitab Suci umat Islam yang menurut pandangan mereka
merupakan benar-benar turun dari langit oleh Malaikat Jibril (Gabriel) kepada
Muhammad. Kajian atas alquran ini sangat perlu dilakukan untuk mencari
kebenaran literatur yang selama ini teryakini benar keberadaannya. Kesempitan
dogma dan kaburnya sejarah alquran perlu dikaji lebih teliti. Oleh karena itu,
penulis akan mengembangkan judul tesis/proposisi: “Doktrin Islam pada
Alquran dalam Studi Bandingan Hermeneutika Literatur Islam dan
Literalisasi-Paralel Doktrin Gereja”.
2. Rumusan Kajian (Formulasi Argumen)
Adapun rumusan kajian yang akan menjadi pembahasan dalam
tesis/proposisi ini berdasarkan pendalaman penulis terhadap literatur Islam dan
kajian komprehensif dari alquran dan akidah Islam atau hadits-hadits shahih dan
hadits-hadits lemah adalah sebagai berikut:
a. Kebenaran dalam alquran yang memuat tentang Jesus merupakan sebuah
kontroversi literatur dan teks dari segi Injil dan Taurat serta kajian sejarah
yang valid atau shahih.
b. Perumusan hadits-hadits berdasarkan perbuatan atau aksi dan perkataan
Muhammad yang diperoleh langsung dari Muhammad dan dari tafsir
alquran yang masih merupakan fenomena yang menurut ilmiah kurang
baik.
P a g e | 3
c. Kajian-kajian atas Injil oleh ulama tafsir alquran memberi arahan jelas
yang menurut karya ilmiah belum mencapai klimaks terhadap kedalaman
pembahasan.
3. Analogi Rumusan (Struktur Pemikiran)
Pernyataan yang jelas dari seorang kandidat doktor di International
Institute of Islamic Thought and Civilization—International Islamic University
Malaysia, Adan Husaini, menyatakan bahwa teks alquran tidak mengalami
problema sebagaimana teks Bible. Pernyataan dari kandidat doktor ini akan
menjadi sorotan bagi penulis melalui uji literatur dan historik-kultural.
Teks-teks dalam Injil itu sendiri memiliki satu kata berlainan arti karena
ekspresi pengataan Kalimat ALLAH tidak sama pada manusia. Ini suatu kejelasan
pasti, dimana ada kesulitan penerjemahan Injil yang memerlukan waktu yang
begitu lama dalam proses penerjemahan baik dari segi arti, makna, maksud dan
tujuannya. Dengan melihat tatanan perbahasaan dari Bahasa Indonesia saja ada
banyak kekeliruan dalam peletakan kata untuk menerjemahkan, itu disebabkan
banyaknya kata-kata yang tidak dapat mengekspresikan dari suatu kata pada Bible
(Alkitab).
Begitu juga dengan hadits-hadits yang dituliskan beberapa sahabat
Muhammad dan ahli tafsir alquran, dimana hadits-hadits tersebut dibuat
berdasarkan petunjuk-petunjuk inderawi saja berdasarkan aksi Muhammad dan
mengalami banyak kelemahan-kelemahan yang terkandung didalamnya karena
paksaan kesamaan. Serta konsekuensi dari satu surah ke surah yang lain pada
P a g e | 4
alquran banyak menimbulkan beberapa tafsiran yang berlainan dan terkadang
aneh. Inilah hal yang perlu dicermati bahwa adanya “keraguan terhadap kebenaran
pada alquran dan rumusan tafsiran ulama Islam”.
4. Kajian Tekstual Proposisi
Berdasarkan pendalaman penulis dari berbagai argumen dan literatur ulama Islam
dan cendikiwan Islam, hal-hal yang akan ditunjukkan penulis pada tesis/proposisi
ini adalah:
a. Dogma Islam terhadap Penyaliban Jesus.
b. Dogma Islam terhadap Dogma Tritunggal.
c. Dogma Islam terhadap Dogma Transubstansiasi.
d. Dogma Islam terhadap Nubuatan Jesus.
P a g e | 5
BAB II
TEOREMA DAN KAIDAH
1. Dogmatika
Istilah “dogmatika” berasal dari kata Yunani dogma, jamaknya ialah
dogmata. Kata itu mulanya berarti pendapat atau pandangan, kemudian terutama
pemandangan atau ajaran pada lapangan filsafat. Selanjutnya kata dogma berarti
juga: keputusan atau apa yang sudah diputuskan, baik oleh seseorang maupun
melalui persidangan (Konsili atau Muktamar). Oleh karena itu, biasanya
diumumkan, maka arti kata dogma menjadi: peraturan, perintah, pengumuman
dan sebagainya. Kata kerja dari dogma adalah “dogmatizo”, artinya merumuskan
sesuatu pendapat atau dalil ajaran, mengumumkan sesuatu keputusan atau
perintah.
Dikalangan jamaah Kristen, kata dogma sudah segera mendapat arti yang
istimewa. Di dalam Kisah Para Rasul 16:4 dikatakan tentang ”dogmata” yang
ditetapkan oleh Pimpinan Jamaah Kristen di Jerusalem yakni Petrus yang pada
saat itu masih berada di Jerusalem. Sesudah zaman para Rasul, kata itu dipakai
juga untuk ajaran yang telah diberikan oleh Tuhan Jesus. Di dalam tulisan-tulisan
dari zaman itu kita jumpai ungkapan-ungkapan “dogmata TUHAN” atau “dogma
Injil” (Injil adalah berita tentang Jesus Kristus), kemudian timbul pula ungkapan
“dogmata Gereja”.
Karl Barth memberikan suatu perumusan yang intinya adalah sebagai
berikut: dogmatika adalah penyelidikan sendiri secara ilmiah (secara ilmu
P a g e | 6
pengetahuan) yang dilakukan oleh Gereja Kristen mengenai isi pemberitaanNya.
Perumusan tersebut kemudian diperluas sedikit: dogmatika adalah usaha yang
secara kritis mempersoalkan persesuaian antara pemberitaan ALLAH yang
kesaksianNya adalah Alkitab (Kirchliche Dogmatika, I/1, hal. 261).
Dengan kata lain bahwa dogmatika adalah ilmu pengetahuan, dimana
Gereja mau menyadari isi pemahamannya, sesuai dengan fahamnya pada saat
tertentu itu; usaha itu dilakukan secara kritis, artinya dengan Alkitab sebagai
ukuran, dan dengan menaruh minat kepada dogmata Gereja, sebagaimana
tersimpul di dalam surat-surat Pengakuan (Dogmatik im Grundriz, hal. 7).
2. Doktrin Islam mengenai Injil
Doktrin Islam yang terdapat dalam alquran, hadits-hadits, edaran ulama
Islam yang penuh dengan polemik sengit terhadap Injil dan Taurat. Selisih faham
yang terjadi saat dimana indoktrinasi Islam pada kelompok jamaah yang membaca
alquran sebagai patokan atau asas ataupun dasar untuk penafsiran yang dilakukan
dan dikerjakan ulama-ulama tafsir.
Dogma Islam mengenai Jesus Kristus (Isa Almasih Ibn Maryam) sangat
bertolak belakang dari apa yang tertulis di dalam Injil dan nubuatan Taurat serta
kajian-kajian dari historis-literatur. Inilah yang menjadi pangkal pergolakan
dogma maupun faham yang saling menyerang. Namun dalam tesis atau proposisi
ini tidak menuduh atau menyerang melainkan meluruskan apa yang dianggap
bida’ah dan memperbaiki tata kebenaran yang terkandung didalamnya, sehingga
tidak terjadi pembabatan makna yang menimbulkan fanatik yang berlebihan.
P a g e | 7
Adapun doktrin Islam terhadap Isa Almasih Ibn Maryam (Jesus Kristus),
antara lain:
a. Jesus tidak diyakini mati di kayu salib, melainkan dihilangkan sehingga
ada orang yang diserupakan dengan Jesus, itulah orang yang disalibkan.
b. Jesus tidak mati di kayu salib tetapi mati di tangan ALLAH dan
dikuburkan tanpa diketahui manusia.
c. Jesus bukanlah ALLAH dalam Dzat Tritunggal Maha Kudus, Dia hanya
sebatas Nabi.
d. Jesus dilahirkan oleh Bunda Suci Maria (Maryam binti Imran) dan
suaminya dipergantikan oleh Zakaria menjadi istri keduanya.
e. Jesus bersaudara kandung dengan Nabi Yahya (Nabi Johannes Pembaptis).
f. Jesus dilahirkan dibawah pohon korma bukan di kandang domba.
Dan, adapun doktrin lain yang bertentangan dengan Injil dan Taurat di
alquran, yaitu:
a. Islam melarang mengikuti kaum Yahudi dan Nasrani.
b. Adanya pengakuan para Nabi sebelum Muhammad bahwa dia akan lahir
sebagai Nabi.
c. Alquran diturunkan oleh ALLAH secara langsung oleh Malaikat Agung
Jibril (Gabriel) atau menurut Islam sebagai Roh Kudus.
d. Kitab Mazmur diturunkan ALLAH kepada Daud dan Injil kepada Isa
Almasih Ibn Maryam.
P a g e | 8
e. Islam tidak meyakini perubahan roti dan anggur pada Ekaristi (Perjamuan
Suci), beranggapan bahwa umat Yahudi dan Kristen meminum khamar
(alcohol) yang memabukkan saat sembahyang kepada ALLAH.
Doktrin-doktrin diatas adalah sebahagian kecil dari doktrin-doktrin lain
yang banyak diterangkan baik di dalam alquran, hadits maupun tafsiran ulama
baik menentang maupun mengutuk.
Penulis membatasi pembahasan dalam proposisi ini terhadap doktrin-
doktrin yang dikemukakan diatas. Pembahasan disajikan dengan bukti akurat yang
akan diluruskan melalui metode penelitian historis-literatur berdasarkan Injil,
Taurat, literatur yang shahih, dan uji klarifikasi Injil dan Taurat yang
mengemukakan sejarah-sejarah yang bersifat faktual dan berkondisi.
3. Hermeneutika al-Quran
The New Encyclopedia Britannica menuliskan bahwa hermeneutika adalah
studi prinsip-prinsip umum tentang interpretasi Kitab Suci (the study of the
general principle of biblical interpretation). Tujuan dari hermeneutika adalah
untuk menemukan kebenaran dan nilai-nilai dalam Kitab Suci.
Menurut Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, dari International Institute
of Islamic Thought and Civilization, menilai bahwa metode tafsir alquran “benar-
benar tidak identik dengan hermeneutika Yunani, juga tidak identik dengan
hermeneutika Kristen, dan tidak juga sama dengan ilmu interpretasi Kitab Suci
dari kultur dan agama lain”.
P a g e | 9
Kaum Muslim sepanjang sejarahnya tidak pernah menggugat atau
mempersoalkan otentisitas teks alquran. Kaum Muslim yakin bahwa alquran
adalah lafzhan wa ma’nan (baik lafaz maupun maknanya) dari TUHAN. Alquran
telah tercatat dengan baik sejak masa Muhammad. Catatan alquran berbeda
dengan hadits. Bahkan, untuk menjaga otentisitas dan kemurniannya, Muhammad
menyatakan: “Jangan tulis apa pun yang berasal dariku kecuali alquran, dan
siapa pun yang telah menulis dariku selain alquran hendaklah ia
menghapusnya”. Hal ini dapat dilansir dengan menanyakan apakah hadits yang
berisi beribu-ribu bait kata dan tindak-laku Muhammad sehingga dapat
menerangkan perilaku alquran. Muhammad sendiri telah banyak mengatakan
keterangan-keterangan dirinya.
Berdasarkan informasi dari alquran, setiap Muslim yakin bahwa tokoh-
tokoh Yahudi dan Kristen telah mengubah-ubah Kitab Suci mereka, sehingga
tidak suci lagi. Pernyataan tersebut dapat dilansir apakah penekanan alquran
merupakan turunan asli dari pewahyuan surga dengan melihat sejarah
penyusunan, pembakaran ayat-ayat atau mushaf yang lemah, situasi Mekkah dan
tanah Arab dan hal lainnya. Dari sinilah diukur melalui uji literatur dimana urat-
akar doktrin pada alquran akan didekonstruksi maupun dikonstruksikan.
P a g e | 10
BAB III
KAJIAN LITERATUR, TEOREMA, DAN ARGUMEN
1. Penyaliban Isa Almasih Ibn Maryam (Jesus Kristus)
Berabad-abad lamanya salib di Golgota itu merupakan batu sandungan
yang menyakitkan hati orang. Menurut akal-budi manusia, berita tentang salib itu
adalah suatu “kebodohan” (1 Korintus 1: 18-2: 5). Aliran-aliran Gnostik di zaman
dahulu (baik itu era Islam), sudah mencoba menutupi maut dengan hikmat
manusia. Apabila, seperti halnya di dalam Doketisme, Jesus Kristus tidak
dianggap menjadi benar-benar manusia, tetapi hanya sebagai penjelmaan ALLAH
di dalam tubuh-semu, maka terlebih pula kematianNya, tak dapat tiada dianggap
menjadi semu juga. Sejak semula Gereja telah menolak ajaran-ajaran semacam
itu.
Dalam tafsir alquran yang diselenggarakan oleh Mahmud Yunus,
mengatakan: “orang-orang Nasrani mengatakan…bahwa Isa itu disiksa dan
disalib untuk mengampuni dosa sekalian orang yang berdosa diatas dunia ini.
Kepercayaan seperti ini tidak dapat diterima akal yang waras, karena menurut
Undang-Undang ALLAH yang adil, bahkan undang-undang yang diperbuat
manusia, bahwa siapa yang berdosa dan bersalah, dialah yang akan disiksa, bukan
orang lain yang tiada membuat kesalahan sedikit juga. 1
Dengan mengkonstruksi tafsiran itu muncul suatu interpretasi yang salah
dari penekanan “Undang-Undang ALLAH”. Tafsira Mahmud Yunus tersebut
1 Mahmud Yunus, Tafsir al-Quran’l Karim, bahasa Indonesia, cet 13, terbitan Almaarif, Bandung-Jakarta, 1957, hal.94.
P a g e | 11
terasa mengambang dan tidak melihat segi keadilan dan ketidakadilannya.
Menurut hukum manapun siapa yang terdakwa bersalah dalam persidangan
pastilah dihukum. Dilihat dari sistem penyelenggaraan peradilan dapat terjadi
fitnah, perbuatan yang membuat seseorang berbalik disalahkan namun dia benar.
Kejadian demikian dapat terjadi bila ada berbagai konspirasi politik untuk
melakukan kekejaman. Malahan dalam hukum Islam, keganasan untuk menyiksa
banyak terjadi dalam peradilannya.
Menurut hukum Yahudi yang diselenggarakan Mahkamah Agama (pada
sistem Islam: Majelis Ulama), Jesus dianggap bersalah dengan dikenakan
hukuman (kenakan had) penyaliban cara Romawi. Penyaliban atau hukuman yang
diberikan itu sebenarnya tidak sesuai dengan Jesus tetapi karena adanya Rencana
ALLAH2 terhadap Jesus, maka terlaksanalah itu semua.
Pertukaran antara Jesus dengan manusia mengenai kedosaan
kedengarannya suatu hal yang gila bagi siapa saja yang mendengarnya, yang tidak
mengerti arti kuasa dari Roh Kudus. 3
Alquran dalam Surah an-Nisa: 157,158 menyatakan: dan karena ucapan
mereka: “sesungguhnya Kami telah membunuh Al-Masih, Isa Putra Maryam,
Rasul ALLAH”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula)
menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan
Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih faham tentang
(pembunuhan) Isa, sebenarnya mereka dalam keragu-raguan tentang yang
2 Hal inilah yang menjadi Undang-Undang ALLAH yang tidak difahami ulama Islam yang menafsirkan dengan tergesa-gesa seperti Mahmud Yunus. Undang-Undang ALLAH diberkenankan sesuai dengan apa yang dikehendakiNya, tiada yang dapat faham, tidak juga para Nabi dan para Rasul. 3 Dr. G. C. van Niftrik: 2005)
P a g e | 12
dibunhuh itu. Mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu Isa. Tetapi
(yang sebenarnya) ALLAH telah mengangkat Isa kepadaNya dan adalah ALLAH
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
(Teks Arab an-Nisa: 157, 158)
Berhubung dengan alquran di atas, ada tafsiran yang bermacam-macam
diantara para ulama tafsir. Ada yang mengatakan bahwa TUHAN ALLAH telah
melepaskan Nabi Isa a.s dari tangan para musuhNya dan menggantiNya dengan
Yudas (mereka menamainya: Yehuda al-Askharbuti atau Iskharbuti), sehingga
Yudas-lah yang disalibkan. Dan, adalagi orang yang mengatakan bahwa Isa
diganti dengan Simon dari Kirene, sebenarnya Isa belum mati dikayu disalin, lalu
dirawat oleh para muridNya.
Argument dan sanggahan perihal di atas, menurut Dr. H. Hadiwijono: hal
ini bukan yang baru, pada abad-abad pertama Masehi, sebelum agama Islam
muncul, telah ada orang-orang yang mengemukakan pendapat-pendapat yang
demikian itu. Salib memiliki arti yang mendalam sekali bagi iman Kristen, bahwa
P a g e | 13
TUHAN Jesus disalib, bagi Israel itu berarti: Israel tidak mau tahu-menahu
tentang Kristus ini. Israel telah menolak Kristus dan menuntut penyalibanNya
karena Israel tidak mendapati Masiah yang mereka inginkan, mereka tahu arti
penolakan itu. Di dalam Injil Matius 27:23-26, mereka dengan beraninya
menanggung darah Kristus atas mereka sekalian serta keturunan mereka.
Teks Arab Injil Matius 27: 23-26 :
23 . صراخا يزدادون فكانوا عمل شر واّي� الوالي فقالليصلب .قائلين
يحدث 24 بالحرّي بل شيئا ينفع ال انه بيالطس رأى فلمابرّيء اني قائال الجمع قدام يديه وغسل ماء اخذ شغب
. انتم ابصروا البار هذا دم .مناوالدنا 25 وعلى علينا دمه وقالوا الشعب جميع .فاجاب26 . واسلمه فجلده يسوع واما باراباس لهم اطلق حينئذ
ليصلب
1.1. Kajian atas Penyaliban Jesus
Kerancuan yang terjadi dalam dogma Islam mengenai penyaliban Jesus banyak
terpengaruh oleh ajaran Doketisme, Gnostik dan bida’ah lainnya. Hal ini dapat
terdeteksi melalui serapan alquran atas injil Barnabas 4. Dan di dalam kajian ini
tampak dengan baik bahwa alquran menirukan injil Barnabas termasuk gaya
bahasa dan isi.
4 Injil ini bukan ditulis oleh Rasul Barnabas, melainkan dibuat atau direkayasa dengan membubuhkan nama Rasul Barnabas. Injil ini ditulis dan dikarang oleh murtadiz (kafir yang keluar dari ajaran) Kristen bernama Mustafa Al-Arande.
P a g e | 14
Pertama, injil Barnabas adalah injil yang dikarang dan dibukukan oleh
seorang yang menganggap diri ulama Kristen tetapi dia seorang murtadiz. Injil
Barnabas adalah karangan apokrif abad ke-3, yang merupakan karangan seseorang
yang berani menuliskan Injil “Barnabas”. Lagi pula dituliskannya injil ini sekitar
300 tahun sebelum era Islam. Dapat disimpulkan bahwa pada masa abad ke-3
banyak bida’ah yang menyerang umat Kristen. Hal ini dapat dilihat dari sejarah
pergolakan dengan bangsa Romawi, bida’ah Yunani, bida’ah Arius yang subur di
tanah Arab. Tetapi Konsili Nicea tidak menghapus injil ini dari edarannya, hanya
tidak memasukkannya dalam kanon Kitab Suci Al-Kitab yang diakui keontentikan
isi dan kaedah-kaedahnya.
Kedua, injil Barnabas dan ajaran gnostik lainnya menjadi patokan
mempertentangkan doktrin atau dogma Kristen yang ada di daerah Crescent Moon
seperti Mekkah, Madinah, Ur Kasdim, Persia, Jordan, dll dengan dalih bahwa
mereka tidak mengerti prinsip-prinsip kematian, penyaliban, kebangkitan bahkan
kenaikan Jesus. Disebabkan juga penyebaran ajaran gnostik dan penyesatan
diseputar Kerajaan Persia (percampuran dengan Zoroasterian), Tanah Arab
(Arian, Nestorian, Bida’ah Quraish) dan Mesir (Albigensia). Maka dapat
disimpulkan bahwa Muhammad terpengaruh oleh ajaran-ajaran penyimpang yang
sesat yang telah disebutkan.
Ketiga, kesalahan dalam pembuatan injil Barnabas terlihat begitu jelas
dengan pernyataan pada Pasal 221:1 : “Jesus berpaling kepada penulis dan
berkata: Hai Barnabas, kamu harus menulis InjilKu dan apa yang berkaitan
dengan masa aku berada di dunia”. Jelas sekali bahwa ini sudah penipuan secara
arti, makna dan kondisi. Bagaimana mungkin hal tersebut dikatakan Jesus pada
P a g e | 15
masa Dia berada di dunia sedangkan Paulus (Saulus) teman sekerja Barnabas
belum berada di seputar kejadian Penyaliban. Kemunculan Barnabas dan Paulus
jauh dari kejadian tersebut. Hal ini juga bertentangan dimana Barnabas dan Paulus
adalah sama-sama rekan yang mati-matian menebarkan benih Jesus dari kematian,
kebangkitan dan kenaikanNya.
Dari ketiga pembahasan di atas, maka jelas bahwa penulis injil Barnabas,
dia begitu lelah sehingga tidak menyadari dan tak dapat menghindari kesalahan
bahwa dia adalah seorang penipu.
Berdasarkan narasi nubuatan-nubuatan penyaliban Jesus tampak kelelahan
penulis injil Barnabas yang ditirukan alquran. Pertama, dalam Yesaya 53: 3, 4,
mengatakan “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan
dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup
mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggunnya, dan kesengsaraan kita yang
dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas ALLAH”.
Teks Arab:
الناس 3 من ومخذول محتقر
محتقر وجوهنا عنه وكمستر الحزن ومختبر اوجاع رجل
به نعتد فلم
حسبناه 4 ونحن تحملها واوجاعنا حملها احزاننا لكن
ومذلوال الله من مضروبا .مصابا
P a g e | 16
Ini tampak jelas dengan kejadian di Matius 27:27-31, Markus 15:16-20, dan
Yohannes 19:2-3.
Kedua, dalam Zakharia 11:12, “Lalu aku berkata kepada mereka: “Jika
itu kamu anggap baik, berikanlah upahku, dan jika tidak, biarkanlah!” Maka
mereka membayar upahku dengan menimbang tiga puluh uang perak” .
واال اجرتي فاعطوني اعينكم في حسن ان لهم فقلت
الفضة. من ثالثين اجرتي فوزنوا .فامتنعوا
Dari hal tersebut dapat dijelaskan kata “upahku” memiliki arti, diberikan kepada
TUHAN (yang diperan oleh nabi) memang menertawakan, yaitu harga seorang
budak (Keluaran 21:32). Jadi orang meremehkan TUHAN, juga uang 30 perak
merupakan jumlah uang yang oleh Hukum Taurat ditentukan sebagai ganti rugi
seorang budak yang dibunuh. Ini sudah jelas bahwa penyaliban Jesus benar
terjadi. Tetapi kesalahan fatal terjadi di dalam injil Barnabas yang merupakan
patokan alquran menuliskan “tiga puluh keping emas” (Pasal 214:6).
Ketiga, Jesus dikuburkan telah dinubuatkan dalam Yesaya 53:9 diantara
orang-orang fasik. Dalam naskah Qumran (1 Q Isa) terbaca: dan makamnya.
. لم انه على موته عند غني ومع قبره االشرار مع وجعل
غش فمه في يكن ولم ظلما يعمل
Ini tepat dengan artian “kubur” (Arab: qubur) dalam larik pertama. Dan kata
“penjahat-penjahat” dalam naskah Ibrani tertulis: orang-orang kaya. Ini telah
digenapi dengan dikuburnya Jesus Kristus oleh dua orang Imam anggota
P a g e | 17
Mahkamah Agama yang percaya kepada Jesus dengan meminta izin kepada
Pilatus yaitu Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus. Kemudian menguatkan
penguburan Jesus para Imam-Imam Kepala dan anggota Mahkamah Agama
menyuruh Pilatus untuk menjaga Jesus agar tidak terbukti bahwa Jesus akan
bangkit dan mungkin dicuri oleh murid-murid Jesus. Dan, kenapa harus kbur
baru? Sebab seseorang yang menjalani hukuman mati tidak boleh dikuburkan
dalam kubur yang sudah dipakai, kalau-kalau mayat orang itu akan menajiskan
tulang-belulang orang benar yang dikubur disitu, menurut tradisi penguburan
(Syariat Yahudi).
1.2. Teorema alquran dan argument terhadapnya
Alquran banyak merujuk pada injil Barnabas. Buku yang ditulis oleh Dr.
Mushlih Abdul Karim tentang Isa dengan merujuk pada an-Nisa’ : 157-158 bahwa
kejadian penyaliban itu tidak terjadi pada Jesus tetapi yang diserupakan dengan
Isa. Injil Barnabas mengatakan dalam Pasal 217:49, “dan dia berkata pula,
sesungguhnya Yesus al-Jalili telah mengubahnya menjadi demikian dengan
sihirnya”. Dan menurut kejadian yang dikarang Mustafa Al-Arande “Barnabas”
itu terjadi di dalam sebuah rumah padahal kejadian penangkapan terjadi di bukit,
Bukit Zaitun. Lagipula, Yesus al-Jalili yang dikatakan tidak pernah terkait atau
tercantum sedikit pun dalam teks-teks mana pun termasuk alquran yang telah
mencontoh injil Barnabas tersebut. Dan kalau pun dianggap disihir, bagaimana
mungkin Yudas disihir pada saat itu dia berada di pelataran Mahkamah Agama di
P a g e | 18
Pengadilan Yahudi di masa berunding tiga puluh keping perak. Ini merupakan
dusta yang diikuti oleh penentang Kristen.
Banyak sekali ketimpangan, kesalahan, pendustaan yang terjadi atas
penyaliban Jesus oleh kalangan Islam, karena sudah jelas Muhammad dan
pengikutnya terpengaruh secara jelas terhadap ajaran-ajaran gnostik dan bida’ah
lainnya berdasarkan historis-literatur yang dijelaskan tadi.
Apa yang tertulis di dalam alquran, tidak terlepas dari pergaulan
Muhammad dengan orang-orang Yahudi, orang-orang Kristen, orang Parsi dan
bida’ah di tanah Arab. Berdasarkan penyelidikan sejarah, pada hemat ahli-ahli
dapat dikatakan bahwa ajaran Islam tentang Jesus menyerupai ajaran-ajaran
gnostik dan Doketisme (seperti injil Barnabas) tentang Jesus, dan dilihat dari ilmu
sejarah, mungkin dapat dijabarkan kepada keterangan-keterangan dari pihak
sekte-sekte. 5
Di dalam berbagai hadits shahih maupun lemah sekalipun terdapat
berbagai penjelasan tentang peristiwa di Golgota, yang banyak dikaburkan dan
berlainan dari yang satu dengan yang lain serta mengatasnamakan Muhammad.
Oleh karena itu, antara Isa a.s otentik Islam berbeda dengan Isa Al-Masih Ibn
Maryam bin Daud. Sebab Kristen berpusat secara jelas dan konsisten pada
Kristosentris yang merangkum Ketritunggalan ALLAH, tidak halnya Islam yang
terlalu mengagungkan Muhammad (Muhamadanist) bukanlah ALLAH
(Deisentris), masih bersifat dualisme.
5 Demikianlah misalnya: B. D. McDonald di dalam “Enzyklopaedie des Islams”, Leiden 1927, bagian II, hlm.561. (Dogmatika Masa Kini: Gunung Mulia, 2005)
P a g e | 19
2. Kecaman alquran terhadap Tritunggal (Teorema dan Argumen)
Sejumlah ayat-ayat alquran yang menuliskan pengharaman bahwa
ALLAH itu Tritunggal, yaitu Surah al-Maa’idah: 73, Surah Maryam: 88, Surah
az-Zukhruf. Dalam Surah al-Maa’idah: 73 dikatakan: sesungguhnya kafirlah
orang-orang yang mengatakan” bahwasanya ALLAH salah seorang dari yang
tiga, padahal sekali-kali tidak ada tuhan (ilah) selain dari TUHAN yang Esa. Jika
mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang
kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”.
Surah al-Maa’idah: 73:
Dan, pada Surah az-Zukhruf: 8, menuliskan: katakanlah, jika benar
TUHAN yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad) orang
mula-mula memuliakan anak itu”.
P a g e | 20
Melihat konsep kekurangfahaman penulis alquran itu tmpak bahwa sikap
mereka bersifat matematis yang dilihat dari segi Tritunggal tersebut. Di dalam
Alkitab tidak ada banyak ayat yang mengungkapkan ketritunggalan itu secara
langsung. Akan tetapi, secara tidak langsung ada banyak ayat di dalam Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru yang menunjuk kepada pengertian, kata, dan makna
ketritunggalan.
Gereja pada awalnya berhati-haati dalam perumusan dogma atau doktrin.
Perumusan dogma atau doktrin harus diadakan sedikit kurang Sinode (Synodous)
dan prakarsa Konsili yang besar. Adapun penolakan tentang Tritunggal dimulai
dan bukan terawal, dari Arius, seorang pastor yang menolak ajaran tentang
Tritunggal: Bapa, Putera dan Roh Kudus dalam satu dzat, kemudian diikuti ajaran
gnostik lain.
Jesus, dalam bahasa Ibrani: “Yehosyuah” memiliki arti Yahweh yang
menolong, sesungguhnya di dalam diri Jesus sendiri ALLAH mendatangi manusia
dengan pertolongan dan keselamatan yang daripadaNya. Rahasia mengenai
pribadi dan pekerjaan Jesus Kristus hanyalah dapat kita rumuskan dengan
ungkapan-ungkapan yang bersifat paradox. Maksudnya, selalu ada dua garis, dua
segi yang saling bertentangan, dan pertentangan itu tidak dapat dan tidak boleh
dikompromikan satu sama lain.
Gereja kuno merumuskan keyakinannya tentang ALLAH Tritunggal itu
demikian, bahwa TUHAN ALLAH satu dalam dzatNya dan tiga dalam
pribadiNya (una substantia, tres personaei) atau dalam bahasa Yunani: satu
dalam ousia-Nya dan tiga dalam hyphostasis-Nya. Ungkapan pribadi atau oknum
P a g e | 21
sebenarnya pada zaman sekarang ini tidak dapat diterapkan lagi kepada ajaran
tentang ALLAH Tritunggal, karena ungkapan itu sekarang telah mempunyai arti
yang berlainan sekali dengan yang semula dimaksudkan oleh Gereja Kuno tadi.
Cara mengungkapkan ketritunggalan dengan istilah-istilah substansi dan persona
itu masih terlalu dipengaruhi oleh gagasan Plato. Inilah yang sering menjadi
gugatan di dalam pertentangan alquran dan hadits mengenai ajaran Tritunggal.
2.1. Kajian literatur alquran terhadap Tritunggal
Bagi agama Islam yang fondasi utama dari keagamaannya adalah alquran,
dosa yang tidak dapat diampuni ialah “syirk”, yaitu menyekutukan TUHAN
ALLAH. Dalam Surah an-Nisa’ : 48 disebutkan, bahwa ALLAH tidak akan
mengampuni dosa syirk, sekalipun ALLAH berkenaan mengampuni segala dosa
yang lain. Menurut ulama Islam, orang Kristen berkesalahan terhadap syirk ini,
karena mengajarkan ALLAH Tritunggal. Menurut ulama Islam, dosa Kristen
ialah: menganggap bahwa disamping ALLAH ada yang berilmu, ada yang
berkuasa, ada yang dapat disembah, dan bahwa orang dipandang sebagai dapat
menyandarkan diri dan mempercayakan diri kepada yang lain daripada ALLAH.
Inilah ketidakfahaman Islam yang masih berfikir matematis, tidak menyelami
secara imani.
Dengan mengkaji teks-teks alquran secara jeli, ada satu kata yang
bermakna lain dengan melihat konteks kalimat yang berkaedah kepada
ketritunggalan. Kata “Kami” (dituliskan dalam seluruh terjemahan alquran yang
ada secara kapital “K”, bukan “k”) di dalam alquran tersurat secara jelas dan
P a g e | 22
termaktub di dalam tiap-tiap teksnya sebanyak 904 kali. Kata “Kami” itu dihitung
dengan kata dasar “kaa’nu” ( وٱکٴن ).
Namun, apabila umat Islam ada beranggapan bahwa kata “Kami” itu
adalah malaikat, patutkah malaikat menyelamatkan umat manusia selain ALLAH
saja, patutkah malaikat mengutus rasul-rasul sedangkan para malaikat sebagai
perantaraan Sabda (bdk. an-Nisa’: 165), dan patutkah malaikat mensabdakan
wahyu (bdk. an-Nisa’: 163).
Melalui uji teks atas alquran jelas bahwa alquran mengungkapkan
tritunggal , namun menyindir dan menjadikan kesalahan. Apabila dari segi
dialektis mengartikan “Kami” itu memiliki banyak arti. Arti pertama: ALLAH
dan para malaikat, kedua: malaikat seluruhnya, ketiga: orang banyak, keempat:
syaitan, kelima: ALLAH. Disini tampak kejanggalan kata “Kami” itu memiliki
arti apa. Dengan leluasanya alquran menuliskan kata “Kami” (juga diikuti partikel
bahasa) tanpa menuliskan maksud “Kami” itu maupun nukilan sirat bahasanya.
Jelas disini pengertian Tritunggal oleh umat Islam kabur dan tak difahami sedikit
pun karena memanglah kabur alquran itu memberikan makna atau memang tak
mau dimengerti dengan baik berdasarkan pemahaman Roh.
Kata “Kami” yang merupakan kata ganti orang ketiga dapat disejajarkan
dengan kata “Kita” pada Kejadian 1:26 dan Kejadian 11:7.
Kejadian 1: 26
. فيتسلطون كشبهنا صورتنا على االنسان نعمل الله وقال
البهائم وعلى السماء طير وعلى البحر سمك على
P a g e | 23
على تدب التي الدبابات جميع االرضوعلى كل وعلى
.االرض
Kejadian 11: 7
بعضهم يسمع ال حتى لسانهم هناك ونبلبل ننزل هلم
بعض لسان
Kata “Kami” dan “Kita” merupakan bentuk jamak dari banyak orang atau
persona, atau pun mewakilinya. Tersirat dua arti yang diuraikan diatas adalah
ALLAH dan para malaikat atau Pribadi Khusus ALLAH itu sendiri. Disinilah
letak kekurangfahaman Islam dalam artian, makna, konteks, wujud, dan tujuan
dari ALLAH Tritunggal itu.
Bila ditinjau dari kata-kata dalam alquran, hadits maupun tafsiran para
ulama Islam memberi suatu penekanan jelas bahwa pengertian akan ALLAH
Tritunggal yang sebenarnya merupakan keesaan dalam arti matematis. Di dalam
Alkitab yang ditekankan adalah keesaan dalam Firman dan karya TUHAN
ALLAH, keesaan yang bersifat etis, sehingga orang beriman diperingatkan supaya
jangan puas dengan percaya adanya ALLAH yang satu saja: “Engkau percaya,
bahwa hanya ada satu ALLAH saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar” (lihat. Yakobus 2: 19 dan bandingkan
dengan Markus 1: 21-28, dimana roh-roh jahat takut terhadap Jesus).
Pernyataan alquran yang menentang dipersekutukannya TUHAN ALLAH
banyak sekali seperti contoh yang telah dikaji tadi. Tetapi pengajaran dari teks
P a g e | 24
alquran yang penuh pertanyaan akan konstruk teks, dialek, dan bahasanya tidak
sama dengan Alkitab yang tidak menyekutukan ALLAH. Ini jelas bahwa sikap
apriori Islam itu menutup pengertian akan teks-teks alquran.
2.2. Perdebatan tentang Konsili Nicea dan Konstantinopel
Di dalam buku kandidat doktor International Institute of Islamic Thought
and Civilization, Adian Husaini, Ph.D, menyatakan bahwa Kaisar Konstantinus
yang memelopori Konsili Nicea, begitu juga dalam brosur “Haruskan Anda
Percaya kepada Tritunggal?” dari Saksi-Saksi Yehuwa, sempalan sekte Kristen.
Sebaiknya kita melihat sejarah yang telah diakui yang dicatat pada Liber
Pontificalis dan buku-buku sejarah lain bahwa yang memprakarsai Konsili Nicea
adalah Paus Silvester I (masa kepausan tahun 314-335).
Setelah Kaisar Konstantinus Agung mengeluarkan Edicta Milano, agama
Kristen menjadi agama resmi di seluruh Kekaisaran termasuk tanah Arab. Paus
Silvester I merupakan Paus pertama yang bebas memimpin umat dan
mengorganisasikan beberapa lembaga keagamaan Kristen tanpa ada konflik dan
gangguan. Oleh karena merebaknya ajaran bida’ah Arius yang tidak mengakui ke-
Tuhan-an Jesus, maka dia meminta izin pemanggilan para Uskup diseluruh
keuskupan dalam Kekaisaran Romawi. Posisi Hukum Gereja atas semuanya
menjadi kuat pada pemerintahan Konstantin. Maka, Konstantin meluluskan
permintaan Paus dan memanggil semua uskup dan rohaniawan Gereja.
Pada saat Konsili di Nicea berlangsung Kaisar Konstantinus berada
diposisi di depan umat dan dibelakang para uskup dan kardinal. Disini jelas
P a g e | 25
tampak wibawa Gereja dihadapan kekaisaran. Perumusan ke-Tuhan-an Jesus
bukanlah datang dari Konstantinus, melainkan argumentasi-argumentasi dari para
uskup berdasarkan teologi Alkitab dan bukan sebuah kesepakatan, melainkan
mengulang dan menekankan makna dan tendensi Tritunggal dari Alkitab.
Pembahasan dilakukan secara hierarkis tanpa ada kemukakan pendapat dari non-
hierarkis yang sesuai dengan tradisi apostolik.
Masalah pemungutan suara (voting) terhadap rumusan ke-Tuhan-an Jesus
tidak terjadi sama sekali. Pemungutan suara dilakukan karena sebahagian uskup-
uskup Gereja Timur tidak hadir dan bahkan tidak ingin hadir karena berpegang
pada ajaran bida’ah. Pemungutan suara dilakukan untuk menjatuhkan hukuman
pengucilan (ekskomunikasi) ajaran Arius oleh para Uskup, Kardinal, dan para
religious Gereja yang ditetapkan oleh Paus. Dan, pada saat itu memanglah benar
bahwa Kaisar Konstantinus memimpin pemungutan demi keamanan dan
ketertiban Konsili, tapi bukan berarti dia ikut dalam pembahasan yang tidak sama
sekali dimengertinya.
Karena kekurangfahaman akan ajaran Tritunggal dan penjabaran panjang
lebar Arius dan pengikutnya berulang-ulang diadakan konsili di beberapa tempat
yang bukan saja tentang Arius, melainkan hal-hal bida’ah yang banyak menyebar
seperti: Albigensia, Appolorianisme, Macedonisme, Monofisitisme. Dan karena
kekurangfahaman Kaisar Konstantinus mengenai hal-hal yang tidak difahaminya,
Paus Liberius diperlakukan dengan kasar karena menentang Arianisme yang
membingungkannya.
P a g e | 26
Inilah tanda dimana kelemahan orang-orang yang belum mendapat
penyertaan Hikmat Roh ALLAH akan penyingkapan rahasia ALLAH. Kaisar
Konstantinus merasa bersalah dan ingin menerima pengakuan Bapa, Putera dan
Roh Kudus dalam diri, fikiran dan hati demi keselamatannya dalam sakratul maut,
dan setelah dia dibaptis, dia merelakan kematiannya.
2.3. Doktrin mengenai Roh Kudus
Dalam kitab-kitab Ibrani, kata yang paling sering digunakan untuk “roh”
ialah ru’akh, yang berarti “nafas; angin; roh”. Di dalam kitab-kitab Yunani, kata
tersebut ialah “pneuma”, yang mempunyai arti sama. Jika kata ru’akh dikenakan
TUHAN ALLAH sendiri, maka Roh dipandang sebagai kekuatan atau kuasa yang
menjadi alat TUHAN ALLAH bekerja. Hal itu umpamanya tampak dari
Yehezekiel 37:9, 10 bahwa Roh dapat menjadikan tulang-tulang yang mati
menjadi hidup.
Yehezekiel 37: 9, 10 (bhs. Arab):
9 هكذا فقال للروح وقل آدم ابن يا تنبأ للروح تنبأ لي
وهب� االربع الرياح من روح يا هلم الرب السيد قال
ليحيوا القتلى هؤالء .على
وقاموا 10 فحيوا الروح فيهم فدخل امرني كما فتنبأت
جدا جدا جيشعظيم اقدامهم على
P a g e | 27
Nubuat ALLAH dicatat ketika orang-orang dari ALLAH “didorong oleh
Roh (bahasa Yunani: pneuma) Kudus”. Kata Yunani “diilhamkan ALLAH” ialah
“Theopneustos” yang berarti dinafaskan oleh ALLAH. Bila dilihat dari
perbahasaan Latin, Roh adalah “spritus” (kuasa). Disinilah letak
kekurangfahaman orang dalam pengertian akan Roh ALLAH. Nafas merupakan
bagian kuasa (spirit) yang membangkitkan. Spirit merupakan bagian substansial
yang menyatu dengan kekuatan, sehingga pengertian itu tidak boleh lepas dari
yang lainnya.
Roh Kudus masuk ke dalam rahim Maria (bdk Matius 1: 18; Lukas 1: 35)
dengan Kuasa ALLAH sendiri. Substansi ALLAH dalam Roh Kudus satu dalam
pernyataan Firman ALLAH (Kalimatullah) yakni Jesus. Jelas bahwa doktrin
ALLAH Tritunggal memiliki makna yang begitu dalam dan jauh dari pemahaman
manusia.
Roh adalah kekuatan atau kuasa ilahi yang bekerja sebagai alat atau sarana
TUHAN ALLAH. Roh bersifat dinamis (bukan faham dinamisme) mengandung
sifat-sifat yang etis. Roh ALLAH berada pada diri Jesus sebagai Roh Hikmat dan
Pengertian, Roh Nasehat dan Keperkasaan, Roh Pengenalan dan takut akan
TUHAN (Yesaya 11:12). Makna dari ALLAH Tritunggal merupakan kajian satu
pribadi; bukan tiga pribadi; bukan tiga pribadi. Karya ALLAH dalam Roh Kudus
nyata dalam Jesus dan ALLAH dinyatakan dalam Jesus.
Kemudian, menyinggung makna dari Johannes 14:16, Roh Kudus adalah
Penghibur/Pelipur (dalam dalam bahasa Yunani: Paraklétos), yang dating dari
ALLAH untuk memberi nasehat dan penghiburan kepada kita. Berhubung dengan
P a g e | 28
kata “Paraklétos” itu, ajaran Islam dalam Surah ash-Shaff: 6 bahwa Jesus
meramalkan kedatangan seorang rasul bernama Ahmad (bandingkan dengan injil
Barnabas Pasal 220:20) yang diidentikkan dengan Muhammad (yang dipuji).
Surah ash-Shaff:6 :
Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya
aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat,
dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan
datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu
datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata:
"Ini adalah sihir yang nyata."
P a g e | 29
Dengan memperlakukan kata Yunani “Paraklétos” seolah-olah itu kata
Arab dengan mengutamakan huruf-huruf mati (p-r-k-l-t-s), lalu mengganti huruf
hidup seenaknya, maka menjadi “periklytos”. Dan arti “periklytos” adalah
termasyur, jadi menyerupai nama “Ahmad” atau “Muhammad”. Jadi kalangan
Islam yang merujuk injil Barnabas itu mengambil hipotesa bahwa ada kecocokan
Johannes 14:16 (“Paraklétos”) dengan Surah ash-Shaff: 6 (periklytos). Untuk
sanggahan: diantara segala naskah tua yang memuat ayat Johannes 14:16 tidak
satupun juga yang dapat menimbulkan kesangsian tentang bunyi kata
“Paraklétos”, maka tidak ada alasan apapun untuk mengubahnya menjadi
“periklytos”. Disini jelas bahwa ada sikap dasariah menyamakan Muhammad
dengan Jesus Kristus.
Johannes 14:16 bahasa Yunani:
Johannes 14:16 bahasa Arab:
ليمكث 16 آخر معزيا فيعطيكم اآلب من اطلب وانا
االبد الى .معكم
P a g e | 30
Namun mengenai Roh Kudus dalam agama Islam disamakan dengan
Malaikat Agung Gabriel (Jibril) di dalam Surah an-Nahl: 102 dan Surah Maryam:
17.
Surah an-Nahl: 102:
Surah Maryam: 17:
Nama “Jibril” itu sebenarnya tidak terdapat dalam naskah Arab, akan
tetapi ditambahi oleh para penafsir quran (ulama-ulama mufasir) sebagai
penjelasan terhadap ayat-ayat quran. Mereka menyamakan Roh ALLAH menjadi
malaikat Jibril dan seimbang dengannya.
P a g e | 31
Pengertian di atas menunjukkan suatu kesalahan fatal dan total kesalahan
mengenai pengertian akan Roh Kudus oleh seluruh mahkamah ulama alquran
(mufasir) yang belum memahami makna dan belum mencapai kalbu kerohanian
ALLAH. Tidaklah mungkin Jesus mengatakan kepada para muridNya pada
Johannes 20:22 “Terimalah Roh Kudus!” diartikan sebagai malaikat yang
diterima. Hal ini suatu kekeliruan yang menimbulkan kesalahan fatal.
Johannes 20: 22 :
القدس 22 الروح اقبلوا لهم وقال نفخ هذا قال .ولما
3. Doktrin Transubstansiasi
Kamus Liturgi (Ernest Maryanto: 2004) mengartikan transubstansiasi
adalah “istilah teologis yang menjelaskan perubahan roti dan anggur menjadi
Tubuh dan Darah Kristus dalam Doa Syukur Agung”. Menurut faham ini, saat
konsekrasi dalam Doa Syukur Agung, hakikat roti dan anggur sungguh berubah
menjadi Tubuh dan Darah Kristus, meskipun wujudnya tetap sama (roti dan
anggur). Jadi, wujudnya tetap roti dan anggur, tetapi hakikatnya sudah berubah
menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Dengan rumusan ini, Gereja menggarisbawahi
ajaran bahwa Kristus sungguh-sungguh hadir, bukan hanya secara simbolis.
P a g e | 32
Di dalam literature Islam yang menuliskan bahwa transubstansiasi
diartikan sebagai kekonyolan dan tidak diterima akal. Syekh Abu Zahrah6
menuliskan: “masalah transubstansiasi:…..orang-orang Kristen makan roti dan
minum minuman keras—yang mereka sebut Jamuan Kudus. Gereja mempercayai
bahwa roti itu akan berubah menjadi jasad al-Masih dan minum minuman keras
itu menjadi darah al-Masih yang tumpah. Barang siapa makan roti dan minum
minuman keras yang telah berubah itu, maka dia memasukkan darah dan daging
al-Masih ke dalam tubuhnya. Ini tidak masuk akal dan tidak dapat diterima oleh
akal manusia”.
Sependapat dengan itu, ajaran-ajaran gereja Reformasi seperti: Luther,
Zwingli, Calvin dan yang lainnya, tidak mempercayai bahwa roti dan anggur pada
Ekaristi tidak berubah. Pernyataan itu merujuk pada pengertian transignifikansi
yang berarti: hakikat roti dan anggur tidak berubah, tetapi maknanya berbeda,
menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Kedua tanggapan akan transubstansiasi di atas terlihat kekurangfahaman
dan kefasihan yang jeli melihat alegoris dibalik perbuatan-perbuatan Jesus dan
makna perumpamaanNya. Syekh Abu Zahrah mengatakan anggur yang dipakai
adalah minuman keras. Anggur diartikannya menjadi minuman keras atau
khamar, padahal anggur yang digunakan bukanlah alcohol seperti dalam khayalan
Syekh tersebut. Kemungkinan seluruh anggur atau perasannnya pun dianggap
menjadi alcohol.
6 Dikutip dari “Isa dan al-Mahdi di Akhir Zaman”, Jakarta: Gema Insani , Dr. Muslih Abdul Karim, MA. 2005
P a g e | 33
Penggunaan anggur yang murni dalam Ekaristi (Jamuan Suci) merujuk
pada penggunaan anggur dan roti pada saat Perayaan Malam Paskah Yahudi
disaat mereka hijrah dari tanah Mesir menuju tanah Kanaan. Penggunaan anggur
dan roti pada perayaan-perayaan tersebut dalam konteks Yahudi terdapat di
Perjanjian Lama tepatnya di Keluaran 12:34, 39 ; 13:6 dan Buku Haggada, buku
liturgi Yahudi.
Mengenai transubstansiasi baiklah kita mengutip lepas ayat-ayat mengenai
konsekrasi, yakni Matius 26:26: “Inilah Tubuh-Ku…” ditunjukkan Jesus roti yang
tak beragi7 menunjukkan perwakilan pengenangan akan TubuhNya, Matius 26:28:
“Inilah Darah-Ku..” ditunjukkan Jesus anggur8 yang murni menunjukkan
pengenangan akan penumpahan darahNya yang kudus. Menurut Dr. Berkhof dan
Enklaar 9 menuliskan bahwa “roti dan anggur adalah tanda-tanda yang harus
dibedakan dari apa yang ditandakannya, yakni persekutuan rohani dengan tubuh
dan darah Krisus”.
Pada Konsili ke-4 di Lateran, Roma, Italia (tahun 1215), ajaran
transubstansiasi disahkan menjadi doktrin Gereja Semesta. Konsili Trente yang
pertama kali diselenggarakan Paus Paulus IV, dan Paus Pius IV yang menerbitkan
Katekismus Romawi untuk meneguhkan doktrin transubstansiasi itu. Gereja
dengan penuh kehati-hatian menjelaskan dan menetapkan doktrin Gereja itu.
Dalam hal yang sama, Gereja Orthodox mengakui perubahan substansi roti dan
anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus dengan penyebutan transmutasi
7 Keluaran 13:6. Jesus menunjukkan roti yang tak beragi yang merupakan adat kebiasaan Yahudi yang sarat makna, yakni: tubuh yang tidak berdosa, tubuh yang bebas dari kebusukan (ragi). 8 Anggur yang digunakan bukanlah alcohol, anggur menunjukkan kesuburan, kekayaan, kehangatan, kesejatian, kenikmatan, dan sekaligus kesengsaraan. 9 Sejarah Gereja. Hlm. 63, 80.
P a g e | 34
(perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kritus bahwa sesudah
anaphora berubah menjadi tubuh dan darah Kristus seutuhnya).
Ajaran Marthin Luther menandingi transubstansiasi adalah dengan istilah
“kon-substansiasi” yakni roti dan anggur tidak berubah menjadi tubuh dan darah
Kristus, tetapi tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu, sehingga ada
dua zat atau substansi yang sama-sama (=kon) terkandung dalam roti dan anggur
itu, sama seperti besi pijar bersifat dua: besi dan api.
Pelurusan akan makna dan pengertiannya, kata konsekrasi “Inilah
TubuhKu” dan “Inilah DarahKu” dalam bahasa kiasan (alegoris) yang dipakai
pada Upacara Paskah itu, perkataan Jesus berarti: roti ini adalah lambing (tanda)
tubuhKy. Jesus tidak lagi berbicara tentang sejarah lampau dengan mengatakan
“Inilah roti penindasan, yang dimakan oleh nenek moyang kita di tanah Mesir”
(dapat dilihat di Buku Haggada: Upacara Malam Paskah). Roti itu adalah Jesus
sendiri, Dialah Domba Paskah yang disembelih sesungguhnya di salib. Begitu
juga dengan anggur (bukan alcohol) yang menjadi darah yang tertumpah seperti
darah sembelihan dari Domba Paskah. Anggur yang melambangkan kenikmatan
sekaligus menjadi lambang kesengsaraan dimana anggur itu akan digulirkan
sebagai peringatan.
Kalau kita makan roti dan minum anggur itu, seolah-olah terhisablah Jesus
ke dalam diri kita. Kita menjadi satu dengan Dia dan dengan kurbanNya. Roti ini
adalah tanda (lambang) tubuhKu, yang dimaksud oleh Jesus adalah apa yang
terjadi dengan roti ini, akan terjadi secara sungguh-sungguh dengan “tubuhKu” 10,
10 Hal yang terjadi pada roti tak beragi yang dimaksud adalah akan dipecah-pecahkan, diremukkan dan disantap serta dicelupkan kepada air anggur. Ini menunjukkan kepedihan yang dialami Kristus yang menanggung dosa umat manusia, diremukkan oleh para penguasa Yahudi
P a g e | 35
begitu juga dengan anggur yang akan terjadi sesungguhnya dengan “darahKu”11.
Tetapi murid-muridNya menafsirkannya sekedar sebagai lambang, dengan
kekurangfahaman akan transubstansiasi yang terjadi secara penuh di dalamnya.
Berbicara tentang transubstansiasi, Syekh Abu Zahrah menambahkan “…
tidak masuk akal dan tidak dapat diterima oleh akal manusia”. Hal ini dapat
diinterpretasikan bahwa para ulama-ulama fikir yang fasih sekalipun tidak
mengerti akan sarat makna yang melebihi makna alegoris dari “tubuh dan
darahNya”, sama seperti murid-murid Kristus.
Mengenai tubuh dan darah, Jesus menerangkan makna sebenarnya dari hal
tersebut kepada seluruh kaum Yahudi di rumah ibadat yang tidak mengerti akan
maknanya (lihat. Johannes 6: 25-59).
Jesus menjelaskan dan menekankan akan tubuh dan darahNya (Johannes
6:53-58) “6:53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-
Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. 6:54 Barangsiapa makan
daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan
membangkitkan dia pada akhir zaman. 6:55 Sebab daging-Ku adalah benar-
benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. 6:56 Barangsiapa
makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di
dalam dia. 6:57 Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh
yang tidak menginginkan Jesus, yakni mencelupkannya dalam penderitaan sangat di kayu salib. 11 Hal yang terjadi pada anggur adalah penumpahan anggur (diminum). Anggur yang dilambangkan tersebut adalah darah Kristus yang ditumpahkan di kayu salib, penderitaan yang tak terperikan karena anggur mengandung kenikmatan, keperihan, dan kepedihan serta keanggungan, dimana pada saat pesta-pesta jamuan di Timur Tengah, anggur menjadi pilihan sebagai penutup. Jesus adalah “anggur” penutup dan penggenapan segala wahyu dari Surga.
P a g e | 36
Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. 6:58
Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek
moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup
selama-lamanya.".
Pada saat perkataan Jesus itu diperdengarkan, maka seluruh imam-imam
dan ahli-ahli Kitab Taurat menentang karena ketidakmengertian mereka, Johannes
6:52 “Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata:
"Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan."
Hal ini dapat disamakan dengan orang-orang yang menentang transubstansiasi
bahwa mereka memang tidak mengeti akan hal-hal rohaniah (lihat Johannes 6: 61
“Jesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut
tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan
imanmu?”. Akal manusia tidak akan dapat menembusi Pengetahuan ALLAH,
manusia tidak akan dapat memikirkan di luar dari pemikiran ALLAH.
4. Kejadian Kelahiran Jesus
Kisah kelahiran Jesus telah tertera jelas di dalam bagian-bagian Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru. Nubuatan (penggenapan kejadian) akan kelahiran
Jesus dari Kitab Yesaya 7:14 : dilahirkan oleh perawan; Kitab Mikha 5:2:
dilahirkan di Bethlehem; Kitab Kejadian 49:10: datang dari Suku Yehuda; Kitab 2
Samuel 7:12-16: Anak Daud (keturunan Daud dari Yousef bar Dawid/Yusuf bin
Daud); Kitab Mazmur 2:6,7: Anak ALLAH; Kitab Yesaya 9:5: ALLAH yang
Perkasa, Raja Damai, Bapa yang Kekal, digenapi pada Injil Matius 1:18-25, 2:1-
12. Pemberitaannya pun dapat dijelaskan dengan baik oleh Daniel 9:25,26.
P a g e | 37
Daniel 9:25,26 :
Pada teks-teks alquran kisah kelahiran Jesus Kristus (al-Qishah al-Mulud
‘Isa al-Masiyah) tertera di se-jumlah surah dan ayat, seperti:
Surah Ali Imran: 45
P a g e | 38
Surah Maryam: 17, 23
P a g e | 39
Teks alquran di atas sangat sarat dengan kontroversi dalam makna,
kejelasan maupun kejadiannya. Di dalam Surah Maryam: 23 dikatakan di atas
bahwa Maria melahirkan dibawah pohon kurma ditengah malam yang dingin.
Ditiap teks Alkitab baik Ibrani maupun Latin dan Yunani tidak ada
rujukan lahir di bawah pohon kurma. Ini merupakan karangan-karangan yang
bersifat kultural (membudayakan) terhadap Injil-Injil oleh para penulis mushaf
quran. Dengan tegas Jesus dilahirkan disebuah tempat hina yaitu bekas rumah
atau runtuhan rumah yang dijadikan sebagai kandang domba (lihat. Lukas 2:6).
Lukas 2: 6 (teks Yunani)
P a g e | 40
Lukas 2: 6 (teks Arab)
لتلد 6 ايامها تم�ت هناك هما .وبينما
Penalaran yang aneh dari penulis-penulis quran tersebut sangat irrasional,
karena mungkinkah seorang wanita melahirkan di tengah malam yang dingin dan
larut di bawah pohon kurma. Inilah pembudayaan yang terjadi dari teks-teks
alquran.
Dari literature Islam (baik hadits dan tafsirannya) mengatakan bahwa Jesus
merupakan Roh Malaikat Gabriel (Jibril). Pengertian ini ditandaskan sebagaimana
penjelasan Roh Kudus terhadapnya yang sebenarnya tidak ada pengertian-
pengertian tersebut pada teks-teks alquran yang shahih dari mushaf-mushaf
manapun, seperti: Surah an-Nahl: 102, dan Surah Maryam:17 yang ditunjukkan di
atas. Penjelasan yang demikian terlalu sempit dan tak berfaedah termasuk tidak
mengerti akan kaedah bahasa dalam pengertian Roh tersebut. Pemikiran ini terlalu
primitive dan tidak dapat diterima.
4.1. Alquran tidak mencantum Sejarah Penubuatan
Di dalam teks-teks alquran dan literature Islam manapun tidak ada sejarah
dari penubuatan Jesus Kristus. Di dalam Alkitab jelas tertera dalam Kitab Yesaya
7: 10-25; 9:1-20; 11:1-10. ALLAH sendiri memberikan nama bagi Jesus yaitu
“Immanuel” : ALLAH beserta kita (Yesaya 7:14; Yesaya 8: 5-10). Kegenapan ini
telah jelas dimaktub dalam Injil Matius 1:23.
P a g e | 41
Menurut para penulis mushaf alquran dan para ulama tafsir Islam
mengatakan bahwa yang dinubuatkan adalah Muhammad. Para penulis mushaf
dan ulama tafsir quran tersebut akan selalu menunjuk injil Barnabas yang
dikarang oleh Mustafa al-Arande pada Pasal 220:20 tersebut yang menyesatkan:
“Yesus berkata: Hal ini akan berlangsung sampai kedatangan Muhammad utusan
ALLAH”. Para ahli tafsir quran dan ulama-ulama bergelar Syekh belum berani
mengembangkan interpretasi nubuatan Nabi Yesaya, Nabi Musa, Nabi Yehezkiel,
Nabi Yoel, Nabi Mikha, Nabi Zakharia, Nabi Yeremia, Raja Daud, Nabi Nahum,
dll dalam deretan Nabi-nabi Perjanjian Lama. Hal ini merujuk bahwa Muhammad
bukanlah: Bapa yang Kekal, ALLAH yang perkasa, dilahirkan dari Perawan,
keturunan Daud, datang dari Suku Yehuda, dilahirkan di Bethlehem, dan yang
lainnya.
Muhammad adalah benih manusia yang tulen dari persetubuhan kedua
orang tuanya. Dia bukan berasal dari keturunan atau garis darah Daud, suku
Yehuda (melainkan Arab), kaum Ismael (anak budak wanita yang diusir
Abraham), dan yang lainnya. Merujuk pada kemarahan Imam-Imam Yahudi dan
para ahli Taurat Yahudi mengenai Jesus terhadap Rabbi Yahudi Nikodemus pada
Injil Johannes 7: 41,42,52 bahwa “Bukan Mesias tidak datang dari Galilea! (41);
Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampong Bethlehem, tempat dahulu
Daud tinggal (42); Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan
engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea”. Konteks
tersebut jelas menyebutkan bahwa Muhammad bukanlah nabi yang dikabarkan,
bukan berasal dari apa yang dinubuatkan para Nabi terdahulu. Muhammad
bukanlah nabi yang terakhir, Muhammad tidaklah keturunan Daud dan dilahirkan
P a g e | 42
di Bethelem. Perkataan kaum Yahudi tersebut dikatakan karena mereka belum
mengenal betul asal-usul kelahiran Jesus, Nikodemus dan yang lainnya saja yang
betul-betul faham. Jesus dikatakan orang Galilea karena Jesus selalu berkhotbah
dan menyebarkan Kabar Sukacita di tanah Galilea.
Nubuatan kesengsaraan Muhammad pun tidak satu pun ada pada alquran
apalagi pada Taurat dan Injil. Al-Masiah dinubuatkan secara jelas dan nyata
secara terperinci di dalam Kitab Nabi Yesaya 53: 1-12, yakni: rupaNya tidak lagi
tampak akibat dera, dihina, tertikam, dianiaya, diam di pengadilan, ditahan dan
dihukum, kuburannya diantara orang fasik, menanggung dosa segenap umat
sekalipun tak berdosa. Kematian Muhammad pun tidak jelas di alquran dan tidak
pernah dinubuatkan. Nubuatan-nubuatan menyimpang dikerjakan para penulis
mushaf dan tafsiran ulama supaya mendekati keunikan dan keilahian Jesus.
4.2. Teorema Islam terhadap Muhammad dari keturunan Ismail
sebagai Nabi
Dari sudut pandang sejarah keselamatan, ALLAH sudah menegaskan
bahwa Al-Masiah tidak lahir dari keturunan Ismail (anak budak sahaya Ibrahim),
sehingga permohonan Abraham agar Ismail tingga bersamanya ditolak oleh
ALLAH (lihat. Kejadian 17:17-19). Sebab, Al-Masiah akan lahir dari jalur
P a g e | 43
keturunan Ishak, tetapi janji ALLAH kepada anak-anak Ismail tetap berlaku.
Anak cucu Ismail, yang dalam bahasa Ibrani: Bene ham-Midbar (anak-anak
padang gurun), dijanjikan besar, karena mereka juga anak-anak Abraham yang
ditekankan pada ayat ke-12 dan ke-13 (Kejadian 21:8-21).
Kejadian 21:12
Kejadian 21: 13
Dari sudut pandang kekeluargaan seperti yang dikisahkan pada Kitab
Kejadian (15:1-21; 16:1-16) bahwa budak Abraham-lah yang disuruh Sarai
menjadi istri yang keduanya. Namun, dengan kesombongan Hagar, Sarai dan
Abraham mengusir Hagar dan Ismail dari kumpulan keluarganya. Jadi ukuran
kaum Yahudi bahwa keturunan budak tidak mendapat hak dalam pewarisan.
P a g e | 44
Pada zaman Mesias, yang era kemulian Sion, anak-anak Ismail
mempunyai peran yang cukup penting “….akan membawa emas dan kemenyaan,
serta memberikan perbuatan masyhur TUHAN” (Yesaya 60:6). Disini dijelaskan
bahwa Muhammad yang disebut Bene ham-Midbar (anak-anak padang gurun)
bukanlah yang dinubuatkan sebagai Nabi atau Mesias.
Para ahli tafsir alquran akan selalu merujuk pada Kitab Kejadian 17:20;
Kitab Kejadian 21:13 dan Kitab Ulangan 18:17-22, padahal nubuatan tersebut
ditujukan kepada bangsa Israel yang sudah jelas pada teks-teks manapun.
Kitab Kejadian 17: 20 (teks Ibrani)
Kitab Kejadian 17: 20 (teks Arab)
P a g e | 45
20 . اباركه انا ها فيه لك سمعت فقد اسماعيل واما
. واجعله يلد رئيسا عشر اثني جدا كثيرا واكثره وأثمره
كبيرة .امة
Para ahli tafsir alquran dan ulama Islam selalu berkeras fikiran bahwa
Musa telah menubuatkan Muhammad sebagai Nabi, padahal teks-teks yang
merujuk hal tersebut dikaburkan maknanya oleh para ulama tafsir tersebut.
Muhammad tidak mendapatkan kehormatan sebagai Nabi melainkan keturunan
Ishak-lah dan dari Ishak-lah muncul Daud dan keturunannya: Joseph, ayah Jesus.
Rujukan Alkitab tentang Muhammad oleh para ulama tafsir alquran dari
Kitab Yesaya 42:1,4 hanya mengangkat permukaannya saja, tetapi merujuk
bandingan Kitab Yesaya 49:6 menjelaskan bahwa Muhammad bukan keturunan
suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang yang masih terpelihara
(bangsa Israel).
Kitab Yesaya 42: 1,4:
1 به سر�ت الذّي مختارّي اعضده الذّي عبدّي هوذا
لالمم. الحق فيخرج عليه روحي وضعت .نفسي
وتنتظر 4 االرض في الحق يضع حتى ينكسر وال يكل ال
شريعته الجزائر
P a g e | 46
Kitab Yesaya 49:6:
6 يعقوب اسباط القامة عبدا لي تكون ان قليل فقال
. لتكون لالمم نورا جعلتك فقد اسرائيل محفوظي ورد
االرض اقصى الى .خالصي
Dan dari Kitab Nabi Yeremia 31:31,32 dan Kitab Nabi Daniel 2:38-45, ini
sungguh pemahaman yang dangkal bahwa sudah jelas tertulis di dalam Kitab Nabi
Yesaya 31:31 perjanjian bagi Suku Yehuda, dan Muhammad bukan berasal dari
Suku Yehuda melainkan Suku Arab, dan mengenai rujukan Kitab Nabi Daniel itu
jelas merupakan tafsiran ilusi. Di dalam Kitab Nabi Daniel 2:38-45 tersebut
merupakan tafsiran Daniel atas kebenaran bangsa Israel yang telah diperbudak
Raja Nebukadnezar, bukan bangsa Arabia.
Tafsiran-tafsiran palsu para ulama Islam atas alquran disertai literatur-
literatur pendukungnya menunjukkan agar Muhammad mendapat posisi lebih baik
dan sebanding dengan Jesus, seperti perekayasaan nubuatan kelahiran Jesus yang
dibuat persis sama namun tidak asli.
Kelahiran Jesus yang sebenarnya dan sesuai dengan Alkitab terdapat pada
Targum Yahudi, Pirqe d’Rabbi Eliezer, dan nabi-nabi sesudahnya. Dari tafsiran
ayat Kitab Nabi Mikha 5:1: “umotsataiu miqedem mimnei ‘olam (dan
permulaanNya sudah sejak dari kediaman, sejak dahulu kala)”, yang dirujuk pada
Targum berbahasa Aram yang menunjukkan pra-eksistensi Jesus. Dan, pada
Mishnah (Misyna), disebutkan bahwa sejak penjelmaan Memra (Firman ALLAH
P a g e | 47
atau Kalimatullah): “Sang Mesiah sudah ada sebelum segala makhluk
diciptakan”12.
Dan mengenai Tunas Isai, alquran mencatat dalam Surah al-Fat’h: 29
bahwa Muhammad dimiripkan dengan nubuatan Jesus di dalam nubuatan Nabi
Yesaya dalam Kitab Yesaya 11:1.
Kitab Nabi Yesaya 11: 1 (teks Arab)
1 اصوله من غصن وينبت يسى جذع من قضيب ويخرج
Kitab Nabi Yesaya 11: 1 (teks Ibrani)
12 David H. Stern, Jewish New Testament Commantery (Maryland: Jewish New Testament Publications, 1995), p.154 : dikutip oleh Bambang Noorsena. 2004.
P a g e | 48
Bandingkan dengan Surah al-Fat’h: 29
Muhammad sekali lagi bukanlah keturunan Daud, bukan dari Suku
Yehuda, bukanlah dilahirkan di Bethlehem kota Daud, karena Isai adalah ayah
Daud dan moyang dari semua Raja Yehuda, sedangkan Muhammad adalah
keturunan Ismael, moyang dari suku-suku Arab. Penafsiran alquran terhadap injil
Barnabas yang sesat sehingga Tunai (Tunggul Isai) dimaknai sebatang pohon
yang mengeluarkan tunas. Ini adalah perekayasaan yang jelas disesatkan sekaligus
menyesatkan.
Berdasarkan Targum dan Mishnah yang dijelaskan di atas menunjukkan
bahwa Jesus sudah ada sebelum penciptaan dunia (bandingkan. Johannes 8:12-20,
21-29, 37-47,48-59; 10:22-39). Nubuatan Jesus: Pele Yo’ats (Penasehat Ajaib),
P a g e | 49
El-Gibbor (ALLAH yang Perkasa), Avi ‘Ad (Bapa yang Kekal), Syar Syalom
(Raja Damai), tidak ada pada Muhammad. Muhammad bukanlah Raja Damai,
melainka penuh terror bagi siapa saja yang tidak tunduk kepada agama buatannya
yang selalu mengatas-namakan Tuhan dan alqurannya.
Muhammad tidak patuh pada Hukum Taurat seperti nubuatan Jesus yang
taat akan Taurat (bandingkan. Kitab Nabi Yesaya 11:3). Muhammad meniadakan
beberapa Hukum Taurat dengan berbagai modfikasi dibeberapa ayat, misalnya
Hukum Kesepuluh Perintah ALLAH, Hukum Adat Yahudi, Hukum Perayaan
Suci Yahudi, Hukum Haram dan Halal yang termaktub dengan terperinci di Kitab
Imamat, dan yang lainnya. Jesus taat kepada Taurat seperti yang tertulis di Kitab
Injil Lukas 2:52, dan diterangkan lagi oleh Santo Paulus di Surat kepada Jamaah
Galatia 4:4.
Kitab Injil Lukas 2: 52 (teks Yunani)
Kitab Injil Lukas 2: 52 (teks Arab)
والنعمة 52 والقامة الحكمة في يتقدم فكان يسوع واما
والناس الله عند
P a g e | 50
Surat Rasul Paulus kepada Jamaah Galatia 4:4 (teks Yunani)
Surat Rasul Paulus kepada Jamaah Galatia 4:4 (teks Arab)
من 4 مولودا ابنه الله ارسل الزمان ملء جاء لما ولكن
الناموس تحت مولودا امرأة
P a g e | 51
BAB IV
HERMENEUTIKA: KAEDAH, TEKS DAN LITERATUR
A. Rangka Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian dokumentasi, yang menganalisis kasus
atau permasalahan berdasarkan analisis dokumen seperti: literatur-literatur, kitab-
kitab, dan tafsiran-tafsiran.
Penelitian dilakukan dibeberapa perpustakaan seperti Perpustakaan
Propinsi Sumatera Utara, Perpustakaan Karmel Dairi, Perpustakaan Universitas
Katolik Santo Thomas Medan.
Penelitian dilakukan terhadap literature Arab, tafsiran para ulama tafsir
alquran, hasil penelitian pakar alquran Muslim dan non-Muslim, kebudayaan
Arab, dan Majelis Penerbitan Alquran.
Penelitian yang dilakukan tidak lagi merujuk pada teks Alkitab atau
perbandingan Alkitab melainkan berdasarkan prinsip sejarah (kebenaran historis),
sistematika sejarah, kandungan teks, satuan lingkungan isi dan konteks budaya.
P a g e | 52
B. Asumsi Fikiran Penelitian
Asumsi awal untuk melaksanakan penelitian, didasari anggapan teks-teks
murni dari mushaf yang menyusun alquran menjadi shahih. Teks-teks dari mushaf
rajjih (unggul) didapati degradasi perbahasaan dan penyusunan yang berantakan.
Teks-teks yang dikaji berdasarkan historis penyusunan atau kronologi adanya
mushaf yang mengungguli mushaf-mushaf lainnya.
C. Kaedah Hasil Penelitian
1. Metodologi Quranic
Metodologi penelitian untuk alquran seperti kritik teks (textual criticism),
kajian filologis (philological study), kritik sastra (literary criticism), kritik bentuk
(form criticism), dan kritik redaksi (redactim criticism). 13
Kritik teks akan mengkaji segala aspek mengenai teks. Tujuannya
menetapkan akurasi sebuah teks. Menganalisa teks yang melibatkan dua proses,
yaitu: edit (recension) dan amandemen (emendation). Mengedit adalah memilih,
setelah memeriksa segala material yang tersedia dari bukti yang paling dapat
dipercaya, yang menjadi dasar kepada sebuah teks. Amandemen adalah
menghapus kesalahan yang ditemukan sekalipun di dalam manuskrip yang
terbaik.
Kajian filologis sangat penting untuk menentukan makna yang diinginkan
pengarang. Kajian filologis bukan hanya mencakup kosa kata, morfologi, tata
13 Edgar Krentz, The Historical-Critical Method (Philadelphia: Fortress Press, 1975). Hlm.48-54
P a g e | 53
bahasa, namun ia juga mencakup studi bentuk-bentuk signifikansi, makna bahasa
dan sastra.
Kajian sastra memiliki banyak maksud antara lain perujukan atas
kontradiksi gaya bahasa dan kosa kata. Kritik bentuk menemukan bentuk-bentuk
perasumsian dasar sebuah Kitab Suci. Dan kritik redaksi untuk menentukan
bagaimana pengarang menggunakan materi-materi yang ada di tangan mereka.
Bila kajian ini diterapkan kepada alquran, maka sejumlah sarjana Muslim
akan memberontak. Karena mereka selalu beranggapan bahwa alquran tidak dapat
digugat dari Kaum ALLAH. Alquran yang sekarang adalah produk mushaf
Uthmani yang menjadi textus receptus dan text standard bagi dunia Islam.
2. Kajian terhadap Kaedah Penelitian
Adapun kajian-kajian yang disuguhkan dalam tesis/proposisi ini
didasarkan pada konteks-konteks kritikan alquran terhadap doktrin Gereja dan
doktrin Islam terhadap Gereja.
a. Kritik terhadap Teks Alquran
Teks-teks alquran mengandungi tumpang tindih diantara teks yang satu
dengan teks yang lain. Uraian antara satu teks atau perikop ke teks atau perikop
yang lain menjadi tidak berurutan dari segi konteks pembacaan. Surah al-Baqarah
mmengandungi 59 judul dan terdiri dari 3 juz yang berlainan satu diantara yang
lain tanpa ada kejelasan yang menyolok dari teks yang terdahulu ke teks yang
kemudian. Surah Ali ‘Imran 35 judul dan terdiri dari setengah dari juz ketiga
P a g e | 54
Surah al-Baqarah dan setengah dari juz keempat dari Surah Ali ‘Imran berlainan
satu diantara yang lain: keutamaan alquran menuju hukuman kepada Yahudi dan
Nasrani menuju keutamaan Imran dan keluarganya menuju kisah-kisah Isa.
Disadari atau tidak disadari, kesimpangsiuran teks alquran dalam tiap-tiap
judul menunjukkan kelabilan (kurang pendirian) akan kejelasan maksud dan
tujuan dari tiap-tiap surah, walaupun usaha para ulama alquran dan mufasir
alquran mencoba menyelaraskannya melalui Muqaddimah ditiap-tiap surah yang
menjelaskan maksud, namun masih memungkinkan dibukanya interpretasi yang
membingungkan pembaca.
Penamaan alquran yang mengandungi judul-judul untuk tiap-tiap teks
memiliki makna yang aneh. Surah al-Baqarah misalnya memiliki pengertia sapi
betina yang menunjukkan perbuatan Bani Israel, padahal sapi betina yang
dimaksud tidak pernah ada dalam teks-teks Yahudi maupun non-Yahudi manapun
yang menjelaskan hal tersebut. Penambahan kisah-kisah fiktif tersebut disertakan
pada Surah al-Baqarah tersebut yang tidak lain adalah hasil rekayasa dimana
penyembahan anak lembu-lah yang terjadi ketika Musa menerima titah ALLAH.
Surah-surah lain seperti Surah an-Nisa’ yang menjelaskan cara-cara
menggauli perempuan dan hakikat-hakikat syariah Islam yang dijadikan fondasi.
Susunan surah ini pun kacau dengan terbaginya menjadi 3 juz yang berlainan satu
dengan yang lain.
P a g e | 55
b. Kritik terhadap filologi alquran
Dari sudut pandang filologi, alquran menunjukkan beberapa maksud yang
menentang antara hukum-hukum yang berlaku pada Taurat dan Injil. Surah al-
A’raaf pada juz 9 mengenai perihal dan ikhwal Nabi Musa berbeda dengan
konteks sarat makna dari Perjanjian Lama dan tradisi-tradisi yang shahih dari
kaum Yahudi dan sejarah.
Tujuan penulis Surah al-A’raaf ini antara lain mentauhidkan ALLAH.
Pada makna yang sebenarnya dari maksud penulis surah ini mengandungi
kejanggalan bahasa dan artian, dimana serapan tokoh-tokoh yang menunjukkan
historis surah ini lain dari kenyataan yang ada, yakni Nabi Hud yang tidak tahu
siapa orangnya dan darimana asalnya sehingga muncul dalam teks Surah al-A’raaf
tersebut.
Contohnya dalam teks alquran di Surah al-A’raaf: 65, 73 berikut:
P a g e | 56
c. Kritik terhadap sastra alquran
Tafsiran-tafsiran yang dilakukan penulis alquran terhadap Alkitab jelas
berbeda dari segi perbahasaan. Seperti pada Surah al-Faatihah yang dikatakan
diturunkan di Mekkah dan terdiri dari 7 ayat tersebut adalah berasal dari liturgi
Gereja Kuno. Kesusastraan Gereja yang kaya yang tampak di Inskripsi
Murayghan, Arab Selatan yang berdekatan dengan Mekkah, Jeddah, dan Madinah,
yang memaktubkan naskah Ptaxa atau pembukaan liturgi Gereja Najran sebelum
memasuki altar.
Dari Surah al-Jin (72), bunyi ayat 1- 19 memunculkan interpretasi kepada
berhala-berhala disekitar Mekkah yang meyakini hal-hal ghaib sehingga
perekayasaan alquran jelas berdasarkan produk budaya setempat. Sehingga bila
diartikan bahwa jin (para setan) dapat menyembah TUHAN atau ikut dalam
keselamatan yang mustahil didapatkan.
P a g e | 57
Teks Surah al-Faatihah ayat 1, berikut:
Teks Surah al-Jin ayat 1, berikut:
3. Historikal alquran
Umat Muslim sejagat meyakini bahwa alquran bukanlah tulisan
Muhammad tetapi “Kalam ALLAH” (wahyu dari ALLAH) seperti yang tertulis di
dalam Surah al-Isrā’:105.
P a g e | 58
Dari hasil penelitian berbagai pakar filologi, sejarah dan hermeneutika
menyimpulkan bahwa alquran tidak memiliki sejarah yang jelas seperti kitab-kitab
suci agama lain. Sebagai bandingan yang tidak jelas, literature Islam banyak
memuat hermeneutika pada Alkitab, yang seraya mengagungkan alquran, sedang
tidak tahu sejarah dan sistematika penyusunan dari alquran tersebut karena
berubah-ubah dalam penyusunannya seperti Madiniyyah dan Makkiyah.
Ketika Muhammad masih hidup, alquran ditulis secara bertahap (Friedrich
Schwally: 1919). Menurut Schwally, ada hal yang aneh pada alquran karena
‘Uthmān telah menunjuk sebuah tim lagi untuk menghimpun dan mengedit
alquran dibawah naungan Zayd. Disini letak kesalahan analisis para pemikir
Islam, dikarenakan masa-masa penjelasan terkumpulnya alquran tidak sejelas
Taurat dan Injil.
Menyimpulkan pendapat Leone Caentani (1935), Schwally menyimpulkan
riwayat yang menyatakan alquran telah dihimpun pada zaman Abu Bakar adalah
rekayasa belakangan supaya alquran yang dihimpun oleh ‘Uthmān—yang ditolak
oleh sebilangan komunitas Muslim—menjadi lebih otoritatif. Namun, pembela
alquran seperti Adnin Armas (2005) menyatakan: ketika ‘Uthmān menyuruh
menghimpun alquran, ‘Uthmān menggunakan mushaf yang ditangan Hafsah. Ini
menunjukkan bahwa penulis wahyu yang disuruh Muhammad salah satunya
adalah Abu Bakar. Kaum Muslim lebih meyakini mushaf ‘Uthmān, maka terjadi
pertentangan mushaf yang satu dengan mushaf yang lain, bukan karena bahasa
melainkan isi. Namun, kemungkinan mushaf ‘Uthmān menjadi yang rajjih
(unggul) dari yang lainnya belum jelas diterbitkan suatu keterangan mengenai hal
ini. Perbedaan tulisan pada tiap-tiap mushaf perlu dipertanyakan.
P a g e | 59
Dalam pandangan Weil, alquran perlu dikaji secara kronologis. Weil
mengemukakan tiga kriteria untuk argument kronologis alquran: 1) rujukan-
rujukan kepada peristiwa-peristiwa historis yang diketahui dari sumber-sumber
lainnya, 2) karakter wahyu sebagai refleksi perubahan situasi dan peran
Muhammad, dan 3) penampakan atau bentuk lahiriah wahyu.
Menurut Wansbrough, bentuk atau struktur alquran yang ada sekarang
merupakan produk perkembangan tradisi dalam periode periwayatan yang
panjang. Kanonisasi teks alquran tidak berada dalam satu kesatuan dari masa
Muhammad sampai akhir abad ke-2 Hijriah. Oleh sebab itu, semua hadits yang
menyatakan tentang himpunan alquran, dalam pandangan Wansbrough, secara
historis harus dianggap sebagai informasi yang tidak dapat dipercaya. Semua
informasi tersebut adalah fiktif yang memiliki maksud tertentu. Informasi tersebut
dibuat oleh para fuqahā untuk menjelaskan doktrin-doktrin syariah yang tidak
ditemukan di dalam teks, atau mengikuti model periwayatan teks orisinil
Pentakosta dan Kanonisasi Kitab Suci Ibrani. Menurut Wansbrough, teks alquran
baru menjadi baku setelah tahun 800 Masehi (Tahun 2 Hijriah).
Estlle Whellan, yang mengkaji prasasti di dalam the Dome of the Rock
(Masjidil Jerusalem) dan prasasti yang ada pada dinding Masjid Muhammad di
Madinah, menyimpulkan bahwa teks alquran sudah menjadi tetap pada abad ke-1
Hijriah (sekitar tahun 600-an). Whellan menunjukkan prasasti di dinding kiblat
Masjid Muhammad di Madinah, terdapat tulisan Surah al-Faatihah dilanjutkan
Surah asy-Syams (91), Surah al-Lail (92), Surah adh-Dhuhaa (93), Surah Alam
Nasyrah (94), Surah at-Tiin (95), Surah al-‘Alaq (96), Surah al-Qadar (97), Surah
al-Bayyinah (98), Surah al-Zalzalah (99), Surah al-‘Aadiyaat (100), Surah al-
P a g e | 60
Qaari’ah (101), Surah at-Takaatsur (102), Surah al-‘Ashr (103), Surah al-
Humazah (104), Surah al-Fiil (105), Surah al-Quraisy (106), Surah al-Maa’un
(107), Surah al-Kautsar (108), Surah al-Kaafiruun (109), Surah an-Nashr (110),
Surah al-Lahab (111), Surah al-Ikhlash (112), Surah al-Falaq (113), dan Surah an-
Naas (114) yang ditulis secara lengkap. Namun, surah-surah lainnya belum
terdeteksi sama sekali dengan adanya prasasti, manuskrip atau yang lain sebagai
keotentikkan surah-surah itu. Menyejajarkan, Wansbrough benar bahwa abad ke-2
Hijriah (tahun 800 Masehi) alquran sudah baku. Tetapi menurut Whellan, pada
abad ke-7 Hijriah-lah alquran menjadi milik umum.
Dapat disimpulkan bahwa sejarah pembukuan alquran yang cepat, namun
proses penerimaan yang panjang. Dari hal tersebut terindikasi bahwa alquran
dirasa telah direkayasa dan diedit ulang (redaksial) demi maksud tertentu seperti
yang dikemukakan Wansbrough di atas.
4. Studi Quran
Seorang dosen sejarah pemikiran Islam di Jakarta menulis di media massa
dengan pernyataan: “sebagian besar kaum Muslim meyakini bahwa alquran dari
halaman pertama hingga terakhir merupakan kata-kata ALLAH yang diturunkan
kepada Muhammad secara verbalis, baik kata-katanya (lafzhan) maupun
maknanya (ma’nan). Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan
formulasi dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para
ulama sebagai bagian dari formulasi doktrin-doktrin Islam. Hakikat dan sejarah
P a g e | 61
penulisan alquran sendiri sesungguhnya penuh dengan berbagai nuansa yang
rumit dan tidak sunyi dari perdebatan, pertentangan, intrik dan rekayasa14.
Prof. Amin Abdullah, Rektor IAIN Yogyakarta dan Wakil Ketua
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menulis kata pengantar untuk sebuah buku
tentang hermeneutika alquran dengan pernyataan: “metode penafsiran alquran
selama ini senantiasa hanya memperhatikan hubungan penafsir dan teks alquran
tanpa pernah mengeksplisitkan kepentingan audiens terhadap teks. Hal ini
mungkin dapat dimaklumi sebab para mufasir klasik lebih menganggap tafsir
alquran sebagai hasil kerja kesalehan yang dengan demikian harus bersih dari
kepentingan mufasirnya. Atau barangkali juga karena trauma pada penafsiran-
penafsiran teologis yang pernah melahirkan pertarungan politik yang maha
dashyat pada masa-masa awal Islam. Terlepas dari alasan-alasan tersebut, tafsir-
tafsir alquran tidak lagi memberi makna dan fungsi yang jelas dalam kahidupan
umat Islam”. Dalam buku yang sama, penulisnya mencatat: “Apalagi sebagian
besar tafsir dan ilmu penafsiran yang diwarisi umat Islam selama ini, sadar atau
tidak, telah turut melanggengkan status quo, dan kemerosotan umat Islam secara
moral, politik, dan budaya” (lihat. Ilham B. Saenong. Hermeneutika Pembebasan.
Jakarta: Teraju, 2002).
Sanggahan Prof. Dr. Wan Mohd Nor Wan Daud, dari International
Institute of Islamic Thought and Civilization menilai, bahwa metode tafsir alquran
“benar-benar tidak identik dengan hermeneutika Kristen, dan tidak juga sama
dengan ilmu interpretasi Kitab Suci dari kultur dan agama lain”. Pemikiran ini
masih bersifat apriori dan dangkal. Sekalipun alquran disebut sebagai Kalam 14 Dikutip dari: Wajah Peradaban Barat: dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular Liberal, Jakarta: 2005. Gema Insani.
P a g e | 62
ALLAH, jelas bahwa alquran mengandung kesimpang-siuran yang juga tindih-
menindih. Para ahli fikir Islam sangat takut akan alquran (seperti sudah
dituhankan) mengalami kehancuran baik makna dan pengertian serta pemahaman.
Prof.Dr. Wan Mohd Wan Daud menambahkan: “jika kita mengadopsi satu kaidah
ilmiah tanpa mempertimbangkan latar-belakang sejarahnya, maka kita akan
mengalami kerugian besar”15. Ini menunjukkan bahwa pemikir Islam sangat hati-
hati memilih kaidah ilmiah untuk menginterpretasikan alquran, lebih menyukai
interpretasi apriori terhadap alquran.
Alquran sangat perlu dikaji karena mengandung bida’ah bagi Yahudi dan
Kristen. Pengagungan alquran menunjukkan sikap yang berlebihan dan memberi
implikasi terhadap pen-Tuhan-an teks alquran. Alquran memuat sejarah penulisan
yang kabur dan banyak misteri perumusan mushaf ‘Uthmān sebagai mushaf yang
shahih dan rajjih (unggul) menjadi fondasi kokoh bagi penerapan alquran
semesta.
Di dalam Muqqadimah al-Quran terbitan tahun 1980, menyatakan bahwa
pada saat Perang Badar terjadi orang-orang musyirikin yang ditahan Muhammad
yang tidak mampu menebus dirinya dengan uang, tetapi pandai menulis dan
membaca, masing-masing diharuskan mengajar sepuluh orang Muslim menulis
dan membaca sebagai ganti tebusan. Jelas termasuk Muhammad yang diajari dan
Muhammad bukan lagi seorang ummi (buta huruf), Muhammad mendapatkan
pengajaran menulis dan membaca dari yang menurut mereka orang musyirikin.
Menurut Hirsfield, Muhammad bisa membaca dan menulis, dan
mengetahui aksara Ibrani tatkala berkunjung ke Syiria tepat saat ‘Isra Mi’raj
15 Idem
P a g e | 63
(walaupun cerita ini dikarang). Cerita ini dibuat supaya lengkaplah kegenapan
cerita selanjutnya di ayat ke-2 dan seterusnya pada Surah al-Isra yang diserupakan
dengan penceritaan Musa yang ditempel sekalipun ceritanya tak sama di
Perjanjian Lama dan sejarah mengenai Nabi Musa dan Bani Israel.
Surah al-Isra: 1 yang penceritaan perjalanan Muhammad cukup di ayat ini
saja:
Tetapi para ahli fikir Islam tetap saja mengarah pada Surah al-A’rāaf: 157,
Surah al-‘An Kabūt: 48 bahwa Muhammad tetap seorang ummi (buta huruf).
Namun, kejelasannya bahwa Muhammad setelah menerima wahyu dan sesudah
Perang Badar bukan lagi ummi. Ada indikasi bahwa Muhammad selain menyuruh
Muslim (sahabat Muhammad) untuk menghafal juga menuliskan sejumlah ayat-
ayat alquran.
Surah al-A’rāaf: 157
P a g e | 64
Surah al-‘An Kabūt:48
Pada tanggal 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610
Masehi16, Muhammad sedang ber-tahannuts di gua Hirā, pada saat itu Muhammad
dikunjungi Malaikat Gabriel (Jibril) yang mengatakan: “Bacalah dengan nama
Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmu teramat mulia. Yang mengajarkan dengan pena (tulis-
baca). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Anggapan
16 Muqqadimah al-Quran. 1980.
P a g e | 65
Muhammad terhadap kunjungan ini langsung disimpulkannya bahwa dia adalah
seorang nabi atau rasul untuk semua manusia. Kebanggan atau kesombongan
rohani inilah yang menjadi acuan kuat bahwa Muhammad begitu ambisius dalam
penyaingan syiar Kristen dan Yahudi di tanah Arab atau sebagai sikap narsisis-
patologis (penyakit psikologis: kesombongan akut).
4.1. Tendensi Studi Quran
Kajian yang serius untuk melacak secara kritis asal-muasal alquran
dilakukan oleh Theodor Nöldeke (1930), berkebangsaan Jerman, dalam
disertasinya “Geschichte des Qorans” (Sejarah al-Quran). Arthur Jeffrey
menyatakan: manuskrip-manuskrip awal alquran, misalnya, tidak memiliki titik
dan baris, serta ditulis dengan khat Kufi yang sangat berbeda dengan tulisan yang
saat ini digunakan. Modernisasi tulisan dan otografi, yang melengkapi teks
dengan tanda titik dan baris, sekalipun memiliki tujuan yang baik, namun itu telah
merusak teks asli. Alquran adalah teks yang merupakan hasil dari berbagai
perubahan ketika periwayatannya berlangsung dari generasi ke generasi di dalam
komunitas masyarakat.
Dari hasil penelitian, Jeffrey menyimpulkan sebenarnya terdapat berbagai
mushaf tandingan terhadap mushaf ‘Uthmān. Para mufasir Islam tidak banyak
memuat mengenai kosa kata teknis di dalam alquran. Para mufasir Islam lebih
tertarik menafsirkan alquran masih dalam ruang lingkup hukum dan teologi
berbanding menjejaki makna asal dari ayat-ayat alquran.
P a g e | 66
Bandingan terhadap Jeffrey oleh Muhammad Mustafa al-A’zami yang
kritis,bahwa kata “qiraat” tidak tepat dimaknai varian bacaan. Al-A’zami
mengatakan “Muhammad sendiri yang mengajarkan bacaan dengan beragam cara
(multiple ways)”. Namun, yang menjadi masalah dari bandingan itu, apa
perbedaan dari kata “varian” dengan “multiple ways” itu sendiri. Jelas bahwa
qiraat mengindikasikan arti varian bacaan, dan makna multiple ways itu
mengartikan variasi atau relevansi yang beragam (multiple). Jadi, pernyataan al-
A’zami yang menolak arti qiraat itu untuk membela kepalsuan alquran supaya
tidak digugat dengan berbagai interpretasi kritik hermeneutika.
4.2. Kajian Teknikal terhadap Alquran
Muhammad Arkoun menyatakan bahwa alquran: “sebuah corpus yang
selesai dan terbukan yang diungkapkan dalam bahasa Arab, dimana kita tidak
dapat mengakses kecuali melalui teks yang ditetapkan setelah abad ke-4 Hijirah
atau ke-10 Masehi”17.
Muhammad Arkoun juga menambahkan bahwa mushaf ‘Uthmān tidak
layak untuk mendapatkan status kesucian. Tetapi Muslim orthodoks meninggikan
corpus ini ke dalam status sebagai kalimah ALLAH.
Naşr Hȃmid Abū Zayd (1943), seorang intelektualis Mesir, menggunakan
metode analisis teks bahasa-sastra (nahj tahlil al-nuşūş al-lughawiyyah al-
adabiyyah) ketika mengkaji alquran. Menurut Zayd, salah satu alasan pemikiran
17 Dikutip dari: Adnin Armas, MA. 2005. Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur’an.
P a g e | 67
Islam menjadi stagnan, disebabkan penekanan yang telalu berlebihan kepada
dimensi ilahi.
Menyusun penyanggahan atas kritik bahasa, al-Attas menyatakan bahwa:
bahasa Arab alquran adalah bahasa bentuk baru. Sejumlah kosa kata pada saat itu
telah diislamkan maknanya. Sekalipun diislamkan namun kosa katanya tetaplah
produk budaya orang lain yang dicuri. Jelas bahwa alquran yang ditulis dalam
bahasa Arab itu, dilegitim supaya tidak diganggu dengan berbagai alasan untuk
diterjemahkan ke dalam bahasa lain supaya tidak dirusak. Sedang bahasa Arab
adalah perbahasaan baru yang dinilai mengandung kosa kata dari bahasa lain.
Dalam hal ini surah yang selalu ditunjuk untuk membenarkan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi yang diturunkan kepada alquran terdapat dalam Surah asy-
Syur’araa: 195.
Surah asy-Syur’araa:195
Pada kajian semantik terhadap alquran oleh Christoph Luxenberg
mengatakan bahwa alquran mengambil perbendaharaan bahasa Syiriac yang pada
saat itu mushaf ‘Uthmān merupakan kesalahan salin dan berbeda dengan teks
aslinya. Teks asli alquran lebih mirip bahasa Aram (bahasa lughah Jesus).
Alphonse Mingana, pastor dari Iraq melalui penelitian berpendapat bahwa
bahasa dalam alquran dipengaruhi oleh beberapa linguistik di luar Arab. Hal ini
dapat dilihat dari perbendaharaan bahasa: Ethiopia (saat Muhammad hijrah ke
P a g e | 68
Ethiopia), Ibrani (hubungan kaum Quraish dengan Yahudi disekitar Mekkah dan
Madinah), Persia (di zaman Abu Bakar dan ‘Uthmān), Syiriac (saat Muhammad
pergi ke Jerusalem, dan pengaruh ajaran Nestorian dan liturgi Gereja di Mekkah).
Dari interaksi-interaksi berbagai budaya, bahasa dan kondisi dengan jelas bahwa
adanya penambahan kosa kata baru dalam bahasa Arab sehari-hari, seperti bahasa
Indonesia yang banyak menyerap kosa kata Melayu, Arab, Inggris, Jawa, dll.
Kenyataan yang jelas dari sejumlah ahli fikir Islam yang menyatakan
bahwa ALLAH menurunkan alquran dalam bahasa Arab telah terkontaminasi
dengan berbagai kosa kata bahasa asing. Alquran begitu banyak menyerap kosa
kata Syiriac dan Aramaic yang merupakan interaksi bahasa keseharian di Mekkah
maupun di Madinah.
5. Tujuan dan Kesalahan Tekstual al-Quran
5.1. Tujuan al-Quran
Klaim Islam tentang Muhammad sangat lugas. Pada saat Muhammad lahir
(12 Rabiulawal tahun Gajah atau 20 April 571 Masehi) banyak kisah-kisah fiktif
yang dianggap shahih oleh ulama Islam yakni usaha penghancuran Ka’ba Quraish
oleh pasukan Nasrani Najran dibawah pimpinan Abrahah, dimana ALLAH
menghantam pasukan Abrahah dengan menirim burung abadil. ALLAH
direkayasa supaya melindungi Ka’ba yang pada saat itu menjadi pusat
penyembahan Dewa Bulan dan berbagai patung sesembahan lainnya. Pasukan
Nasrani Najran dari Yaman tersebut sempat menduduki Ka’ba dan menjadikannya
Rumah Ibadat sementara. Sejarah ini disembunyikan oleh pakar sejarah Islam dan
P a g e | 69
kota Mekkah ditutup dari para ahli sejarah dan arkeolog dengan dalih kesucian
tanah.
Pada saat Muhammad berumur 12 tahun, kisah mengenai rahib Nestorian
yang bernama Buhaira mengatakan kepada Muhammad bahwa dia akan menjadi
seorang nabi. Hal ini dapat dilansir dari injil Barnabas (Pasal 220:20) yang telah
menyebar disekitar Arab, dan aliran Nestorian maupun Arian menggunakannya
dan merupakan bida’ah yang tersebar luas di tanah Arab. Penyetaraan arti
“Ahmad” menjadi Muhammad disejajarkan pula berdasarkan injil Barnabas dan
rekayasa Buhaira tersebut.
Kemudian pada umur 39 tahun pada malam 17 Ramadhan (6 Agustus 610
Masehi) Muhammad pergi ke bukit Hirā seperti kebiasaan kaum Quraish untuk
menyendiri agar lebih dekat pada al-Ilah (dahulu menjadi nama dewa besar di
Ka’ba) seperti yang banyak dilakukan para rahib Kristen dan rabbi Yahudi. Umat
Islam mengatakan bahwa yang mengirim alquran adalah Malaikat Jibril.
Kemungkinan yang aneh bahwa Muhammad tiba-tiba mengetahui Malaikat Jibril,
hal ini terdengar oleh Muhammad dari pengaruh cerita-cerita ajaran Yahudi dan
Nasrani baik Nestorian maupun Arian di tanah Arab pada masa itu. Fakta bahwa
Muhammad banyak berinteraksi dengan kaum Nasrani seperti paman istrinya
Khadijjah: Waraqah bin Naufal yang fasih dan pandai dalam bahasa Ibrani dan
menerjemahkan Kitab Injil dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Arab. Kondisi ini
meyakinkan bahwa pada saat Muhammad menikah dengan Siti Khadijjah (pada
saat itu Muhammad belum menerima alquran), Muhammad sempat mendengar
Kitab Injil dari paman istrinya, Waraqah bin Naufal.
P a g e | 70
Ada kemungkinan yang jelas pada saat Muhammad mendengar Kitab Injil
mulai bingung dengan kisah-kisah yang terjadi diseputar Injil. Masalah
penyaliban, kelahiran dan prinsip-prinsip kekristenan lainnya (kematian,
kebangkitan, hukuman) yang banyak tidak dimengertinya. Pada saat Muhammad
bergelut denga konsep pemikirannya sendiri terhadap Injil maka dia pergi ke bukit
Hirā (bukit berhala kaum Quraish Pagan). Implikasi yang jelas bahwa roh-roh
jahat dari sesembahan kaum Quraish menjelma dalam rupa malaikat (bandingkan.
Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jamaah di Korintus 10: 20, dan Jamaah
Kolose 2:8) yang mengarang cerita seputar pewahyuan terhadap alquran. Namun,
kejelasan yang pasti bahwa Gabriel meminta agar Muhammad bertobat dan
menobatkan kaum Quraish Pagan (leluhur dan kaumnya) yang dapat dilihat dari
Surah al-Alaq: 96.
Teks Arabic 1 Korintus 10:20
ال 20 للشياطين يذبحونه فانما االمم يذبحه ما ان بل
الشياطين. شركاء انتم تكونوا ان اريد فلست .لل�ه
Teks Arabic Kolose 2:8
8 وبغرور بالفلسفة يسبيكم احد يكون ال ان انظروا
وليس العالم اركان الناسحسب تقليد حسب باطل
المسيح .حسب
P a g e | 71
Teks Surah al-Alaq:1-5 (inilah perkataan Gabriel yang sebenarnya)
Sikap apriori atas wahyu yang diberikan kepada Muhammad
menyebabkan sikap Muhammad menjadi seorang yang serong (menyimpang).
Pada saat penerimaan wahyu, Muhammad belum menyuruh orang untuk
mendengar wahyu yang diterimanya. Namun, setelah membandingkan kitab-kitab
ayang ada di tanah Arab yakni kitab Ahura Mazda (Zoroasterian/Majusi), injil
Barnabas (karangan al-Arande), Kitab Taurat, Kitab Injil dan karangan-karangan
P a g e | 72
apologetic Nestorian, Arian, Albigensi dan Manikeisme yang subur di utara Arab,
maka Muhammad mengklarifikasi berbagai ajaran tersebut menjadi satu dalih atau
tesis dalam alquran yang rampung dan terorganisir dibawah naungan Zayd.
Kompleksnya ajaran yang ada di tanah Arab dan disekitarnya
menunjukkan bahwa tanah Arab bukanlah daerah yang terisolasi baik dari social-
budaya, perdagangan, interaksi diplomatik, ajaran dan kepercayaan. Fakta yang
jelas ini sengaja dikaburkan supaya tekanan yang menunjukkan bahwa alquran
adalah produk budaya tidak terlihat secara jelas dan jeli dipandang.
Malaikat Jibril bukanlah yang menuliskan kitab melainkan menyuruh
Muhammad supaya bertobat dan bersegera membaca Firman ALLAH yakni Isa
Al-Masih bin Daud anak Maria keturunan Harun, adalah Kalimatullah. Sikap
apriori-lah yang menjadikannya buta terhadap ajaran-ajaran mana yang shahih dan
yang palsu atau sesat yang banyak dicontohnya dari kitab-kitab Arian, Nestorian,
Kaballah Yahudi, injil Barnabas.
Hal itu terdapat dalam kisah Nabi Musa yang tertera di 10 surah, dan Nabi
Nuh, Nabi Ibrahim, Yusuf, Ayub dan kisah aneh dari Raja Daud yang dikatakan
sebagai Nabi. Kesesuaian terhadap teks aslinya di dalam Taurat tidak sejalan dari
apa yang dituliskan di alquran. Perekayasaan ini terjadi dalam diri Muhammad.
Jelaslah yang dikatakan Naşr Hȃmid Abū Zayd: redaksi alquran adalah versi
Muhammad.
Muhammad juga mengambil nukilan bacaan yang dilantunkan pada
Ibadah Gereja Kristen di Mekkah dan sekitarnya, yaitu al-Faatihah yang berasal
dari bahasa Syiriac, ptaxa (pembukaan) ini merupakan panggilan (adzan) yang
P a g e | 73
diserukan secara lantang untuk berpartisipasi dalam Ibadat sebelum menuju altar
(anaphora)18. Ahli fikir Islam tidak begitu jelas dan nyata memberikan keterangan
yang pasti tentang al-Faatihah, pemikir Islam masih merujuk al-Rāzi sebagai
pembanding. Alquran menurut Christoph Luxenberg yang dijelaskan di atas:
“tidak lebih dari turunan Injil dan liturgi Kristen Syiriac. Begitu juga atas
pengaruh injil Barnabas”.
Teori pengaruh selalu dipertentangkan para ahli fikir Islam terhadap
alquran, supaya kesesatan itu dipertahankan untuk membenarkan isi alquran.
Sudah jelas dari pembahasan di atas bahwa pengaruh bahasa, liturgi, budaya dan
dialek dari Persia, Yahudi, Quraish, Syiria terhadap alquran tampak begitu jelas.
Tudingan para ahli fikir Islam masih berputar-putar diseputar mushaf ‘Uthmān.
Alquran mushaf ‘Uthmān yang rajjih (unggul) dalam kanonisasi membuat
kaum Muslim meyakini bahwa mulai dari awal sampai akhir merupakan
Kalamullah. Pimpinan Gereja Kristen tidak pernah mengambil tindakan yang
mengenaskan seperti yang diambil oleh Uthmān, Khalifah ke-3 dari generasi
Islam, yang sudah meresmikan satu himpunan ayat alquran dan memerintahkan
memusnahkan himpunan atau mushaf diluar dari mushaf-nya. Gereja Kristen telah
memberanikan diri untuk membiarkan adanya perbedaan diantara himpunan dari
kitab-kitab lain, dan Gereja tetap berusaha untuk mengumpulkan sebanyak 18 Liturgi Gereja telah lama menggunakan ptaxa untuk membuka al-Ibadaah al-Quddus dengan seruan “Bismillahirraũfirrahim” (Dengan nama ALLAH yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang). Rumusan ini sedikit dirubah dan masuk ke dalam Surah al-Faatihah yakni di ayat ke-2 dan seterusnya. Dalam buku ibadat berbahasa Koptik-Arab al-Ajabiyya: Kitab as-Sab’ish Shalawit (Agpeya: Kitab Salat Tujuh Waktu) yang disimpan di Perpustakaan ‘Dir Anba Bula” (Biara Santo Paulus), dekat Laut Merah, Mesir. Muhammad menggunakan ptaxa ini untuk menyaingi liturgi Gereja yang kaya. Peranan ptaxa sangat umum digunakan di Gereja-Gereja Timur untuk memanggil dan menghimpun hati ummat Kristen untuk beribadan khususnya dalam Perjamuan Kudus, yang mirip dengan adzan masjid. Jika dibandingkan dalam Surah al-Faatihah, ptaxa ditambahkan dan sedikit dikurangi Muhammad.
P a g e | 74
mungkin naskah-naskah tua yang memuat beberapa bagian Alkitab, sekalipun
penyelidikan itu menghasilkan atau ditemukannya yang terkadang ayat-ayat yang
berbeda bunyinya dengan bunyi yang sudah lazim.
Dan, sikap umat Islam terhadap Muhammad secara berlebihan dan apriori.
Maka tatkala umat Islam harus mendoakan Muhammad disetiap antara adzan dan
iqamah supaya Muhammad naik ke surga. Pernyataan tersebut jelas tertulis di
hadits shahih al-Bukhari (Ya ALLAH, Tuhan pemilik seruan yang sempurna dan
shalat yang tegak berdiri ini, berikanlah wasilah dan fadhilah kepada
Muhammad, kirimkanlah dia ke tempat terpuji sebagaimana yang Engkau
janjikan. Kecuali ia akan memperoleh syafaatku kelak di hari kiamat).
Muhammad juga menandaskan bahwa umat Muslim harus selalu bershalawat
baginya, seperti yang diriwayatkan Imam Muslim dalam hadits-nya Muslim: “Jika
kalian dengan panggilan (adzan), maka ucapkanlah seperti yang diucapkan
mu’adzin, kemudian bershalawatlah kepadaku, sesungguhnya barangsiapa
bershalawat satu kali kepadaku, maka ALLAH akan membalasnya dengan
sepuluh shalawat. Kemudian mintalah wasilah kepada ALLAH, sesungguhnya ia
diturunkan di surge dan ia tidak layak kecuali untuk salah seorang hamba
ALLAH, dan aku harap akulah orangnya. Barangsiapa yang memohon wasilah
kepadaku, niscaya ia peroleh syafaat”. Dengan demikian, Muhammad jelas
belum naik ke surga dan belum mendapat kelayakan.
5.2. Dalil al-Quran mengenai Kitab Zabur dan Kitab Injil
P a g e | 75
Surah an-Nisa’: 163 dan Surah al-Anbiya:105 menyatakan bahwa ALLAH
memberikan Kitab Zabur (Mazmur) kepada Daud. Ayat alquran ini jelas
perekayasaan.
Surah an-Nisa’: 163
Surah al-Anbiya: 105
Kitab Zabur (Mazmur/Psalmus) merupakan kitab kidung pujian kepada
ALLAH YHWH yang ditulis atau dikarang oleh Raja Daud. Maka, pengertian
penulis alquran dan penafsirnya belum mengerti peranan Raja Daud dan
kerinduannya memadahkan mazmur (doa, lagu, syair, tangisan/ratapan, dll)
kepada ALLAH, sehingga alquran menganggap ALLAH menurunkan pujian atas
P a g e | 76
DiriNya sendiri kepada Daud, ini suatu hal mustahil karena ALLAH sendiri
melebihi dari segala kidung yang ada.
Kitab Zabut (Mizmor) dalam kata Yunani “Psalterion”, kata Ibrani
“Tehilim” adalah kitab yang berisi 150 sajak-sajak yang berlirik. Kitab Zabur juga
berisikan doa dalam bentuk nyanyian, kidung pujian, nyanyian ziarah, ratapan dan
rintihan tangis. Kitab Zabur merupakan sekumpulan nyanyi-nyanyian keagamaan
Israel. Di dalam Bait ALLAH (Baitullah di Jerusalem) ada petugas khusus yang
menyanyikan Mazmur yakni Kaum Lewi berdasarkan penanggalan liturgi Yahudi
dan arahan musikal dari Raja Daud.
Surah Ali Imrān: 48 menyatakan bahwa ALLAH mengajarkan Injil kepada
Jesus. Hal ini merupakan kedangkalan akan pemahaman Kabar Sukacita yang
disampaikan oleh Jesus menurut alquran. Jesus mengajarkan Injil kepada manusia
karena Dia-lah Sang Firman (yang telah diakui alquran sendiri sebagai Rohul
Kudus, Kalimatullah, Rohullah), dan bukan menerima kitab dari ALLAH
melainkan Roh ALLAH yang ada padaNya dan menjadikanNya Maha Sempurna
(bandingkan dengan Surah Maryam: 17).
Surah Ali Imrān: 48 (lihat catatan tafsiran dari ulama tafsir Islam)
P a g e | 77
Surah Maryam: 17 (lihat tafsiran ulama tafsir, merujuk keanehan: Jesus
dianggap Jibril)
Tampak dari pembahasan di atas bahwa alquran merupakan kitab yang
kabur dari segala pemahaman dan sarat kejanggalan yang simpang-siur baik
secara logikan, pewahyuan, sejarah dan kultur. Serapan budaya, konteks liturgi
dan doa, serta dialek merupakan suatu kesatuan dalam alquran yang membenarkan
alquran bukanlan Kalam Ilahi. Alquran diredaksikan Muhammad agar Ka’ba
menjadi tersohor, pusat kebudayaan Islam, dan menjadikannya pusat
penyembahan di dalam tradisi hajj (bandingkan Surah al-Maa’idah:97).
Muhammad menjadikan rumah para dewa berhala kaum Quraish menjadi tempat
ibadat wajib umat Muslim di seluruh semesta. Alquran merupakan produk budaya
setempat yang ingin menyaingi keberadaan Kitab Taurat dan Kitab Injil.
P a g e | 78
Surah al-Maa’idah: 97 (lihat tafsiran para ulama tafsir terhadap ayatnya)
Para ahli fikir Islam menyatakan bahwa kitab-kitab dalam Taurat dan Injil
seperti yang dikatakan: Adnin Armas, Adian Husaini, dll yang menganggap
bahwa Alkitab sebagai kitab porno yang memuat cerita-cerita yang tidak senonoh
dan porno (seperti Kitab Kidung Agung19). Taurat dan Injil membongkar semua
kefasikan, keburukan, dosa dan kejahatan manusia seperti Daud, Salomo,
Nebukadnezar, Fir’aun, Herodes, kaum Sodom dan Gomora, dan lainnya. Namun,
alquran sengaja menutup-nutupinya seperti terlihat jelas di Surah Shaad: 1-88.
Umat Islam meyakini bahwa Daud adalah Nabi. Hal ini salah, karena
Daud bukan bukan seorang Nabi melainkan seorang Raja atas Israel, Daud 19 Kitab Kidung Agung (Syir Hasy-Syirim) adalah kidung yang unggul dan yang paling indah. Kitab ini merupakan serentetan sajak yang memuliakan cinta kasih timbal balik antara seorang laki-laki dan perempuan, seperti gambaran cinta ALLAH (lelaki) dan umatNya (perempuan). Kitab Kidung Agung ini ditulis oleh Raja Salomo (Sulaiman). Kitab ini mulai dipakai dalam ibadah perayaan Paskah Yahudi dan karena menjadi salah satu kelima “Megillot”, yaitu gulungan-gulungan kitab yang dibacakan pada hari-hari raya Yahudi. Theodorus dari Mopsueste, pujangga Kristen, yang dipengaruhi pandangan Origenes, Kitab Kidung Agung merupakan kiasan perkawinan Kristus dengan Gereja atau persatuan mistik yang terjalin antara jiwa manusia dengan ALLAH. Sejumlah penafsir Katholik tetap mempertahankan tafsiran alegoris itu, walaupun dengan cara yang berbeda-beda.
P a g e | 79
bukanlah penyampai Firman ALLAH seperti halnya Nabi Musa, Nabi Abraham,
Nabi Yesaya, dan yang lain.
Alquran menyembunyikan kejahatan dibalik kebenaran, yang tampak dari
makna-makna alegoris yang tidak terfahami namun intrik demikian tidak dapat
lagi disembunyikan dari intelektualitas pemikiran hermeneutika, karena kaedah-
kaedah bahasa dalam alquran memiliki arti dangkal yang dapat dideteksi dari
naskah-naskahnya yang menyerap kosa kata Nabatean, Aram/Suryani, Ibrani dan
Ethiophia. Alquran bukanlah Kitab Kebenaran yang membongkar kejahatan
melainkan menutupi segala kefasikan di balik kesucian, alquran hanya memuat
ringkasan-ringkasan yang notabene tumpang-tindih tidak karuan.
BAB V
P a g e | 80
PENUTUP
Naşr Hȃmid Abū Zayd mengatakan bahwa alquran diturunkan melalui
Malaikat Jibril kepada seorang yang bernama Muhammad, yang adalah seorang
manusia sebagai penerima pertama dan sekaligus penyampai teks, merupakan
realitas dari masyarakat. Alquran adalh buah produk dari masyarakat sekitar dan
penekanan yang terlalu berlebihan kepada dimensi ilahi sehingga pemikiran Islam
menjadi stagnan.
Merujuk pada pendapat Ricoldo da Monte (± 1243-1320), biarawan
Dominikus, dengan kesimpulan bahwa: 1) aluran hanyalah kumpulan bida’ah
lama yang telah dibantah sebelumnya oleh otoritas Gereja, 2) penggunaan gaya
bahasa dilebih-lebihkan sehingga tidak sesuai, 3) alquran penuh kontradiksi
filosofis, 4) penyusunan alquran tidak beraturan, 4) kebenaran alquran tidak
menunjukkan mirakulir (kemukjizatan), walaupun ada hanya bersifat fiktif, 5)
sejarah alquran tidak jelas.
Teks alquran yang sekarang merupakan otoritas mushaf ‘Uthmān dan
membakar habis mushaf tandingan tanpa bersisa seperti ajaran Muhammad. Dan
tafsir Ahlus Sunnah yang dahulu dan sekarang adalah tafsir yang didasarkan pada
otoritas ulama terdahulu. Teks alquran banyak menyerap budaya-budaya sekitar,
sehingga Samuel M. Zwemmer mencatat: “karena itu Qur’an berada dibawah
kitab-kitab suci kuno Mesir, India dan China, walaupun tidak seperti yang
lainnya itu, alquran berisi ajaran monoteistik (satu Tuhan). Qur’an tidak
sebanding dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru”.
P a g e | 81
Muhammad ingin menundukkan tanah Arab menjadi Kerajaan Islam baru
yang mengganti dewa-dewa Ka’ba menjadi satu Tuhan yang disintesa sama
dengan YHWH yang disembah Nasrani dan Yahudi, dan menyerap keuntungan
dengan memberlakukan Ka’ba sebagai pusat peribadatan Islam (hajj).
Banyak anggapan dari pemikir Kristen maupun Yahudi dan bahkan Islam
yang telah menyadari dan mengetahui kejelasan bahwa alquran mengandungi
kesalahan tafsir, kesalahan tekstual, kesalahan konteks, kesalahan sejarah, dan
kesalahan kondisi baik secara kaedah maupun faedah, yang hanya memoles
sedikit demi sedikit dari kebenaran Alkitab.
Berdasarkan kritik-kritik yang dikemukakan dengan menunjukkan teks
literatur dan tafsiran-tafsiran ulama Islam ditemukan bahwa adanya ketidak-
otentikan alquran yang telah terkontaminasi dengan berbagai bida’ah yang terus
menerus diulang-ulang, dan munculnya redaksasi (pengeditan) dari berbagai
surah-surah yang telah ditunjukkan.
P a g e | 82
BIBLIOGRAFI
Al-A’zami, Muhammad Mustafa. 2005. Sejarah Teks al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi. Terjemahan: Sohirin Solihin, dkk. Cet, 1. Jakarta: Gema Insani Press.
Armas, Adnin. 2005. Metodologi Bibel dalam Studi al-Qur’an: Kajian Kritis. Jakarta: Gema Insani Press.
Bavinck, J. H. 2004. Sejarah Kerajaan Allah 2: Perjanjian Baru. Terjemahan: A. Simanjuntak. Cet, 13 jakarta: Gunung Mulia.
Departemen Agama. 1980. Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta: Depag RI.
Hadiwijono, H. 1984. Iman Kristen. Jakarta: Gunung Mulia.
Husaini, Adian. 2005. Wajah Peradaban Barat: dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular-Liberal. Jakarta: Gema Insani Press.
Karim, Muslih Abdul. 2005. Isa dan al-Mahdi di Akhir Zaman. Jakarta: Gema Insani Press.
Lembaga Biblika Indonesia. 2001. Kitab Suci Katolik. Ende: Percetakan Arnoldus Ende.
Maryanto, Ernest. 2004. Kamus Liturgi Sederhana. Yogyakarta: Kanisius.
Niftrik, G. , Boland, B. J. 2005. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: Gunung Mulia.
Noorsena, Bambang. 2004. Renungan Ziarah ke Tanah Suci. Jakarta: Nisita.
P a g e | 83
Pasaribu, Anton., Manurung, Sinta. 2004. 264 Tahta Suci Paus. Edisi ke-2. Bekasi: Krista Mitra Pustaka.
Ridla, Muhammad Rasyid. 1983. Wahyu Ilahi kepada Muhammad (al-Wahyu’l Muhammadiy: diterjemahkan Josef C. D). Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Today’s Arabic Version. 1996. Al-‘Ahd al-Jadid: Dar al-Kitab al-Muqqadas fii asy-Syariq al-Ausarth.