paper industri kelapa sawit (pik) (repaired)
DESCRIPTION
mkkTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri Kelapa Sawit
Perindustrian merupakan suatu kegiatan pengolahan dan pemprosesan
barang dengan menggunakan sarana atau peralatan di antaranya dengan
menggunakan mesin. Kegiatan pengolahan makanan dari bahan baku menjadi
barang jadi mulai berkembang pesat di Indonesia saat masa pendudukan Belanda
di Indonesia. Dengan dimulainya pendudukan Belanda di Indonesia, berbagai
macam bahan baku komoditi yang tadinya tidak terdapat di Indonesia, mulai
diperkenalkan dan dikembangkan. Dari berbagai macam komoditi penting yang
dikembangkan oleh Belanda, kelapa sawit menjadi salah satu tanaman yang
dibudidayakan di Indonesia. Kegunaannya luas dalam berbagai bidang seperti
sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja,
kawat, radio, kulit, industri farmasi danjuga bisa digunakan sebagai sumber
biofuel atau biodiesel. Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaan
karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan
tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut
lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada
tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah daging
buah yang banyak menghasilkan minyak sawit mentah yang diolah menjadi bahan
baku minyak goreng dan berbagai keturunannya. Kelebihan minyak sawit adalah
harga yang murah, rendah kolestrol dan memiliki kandungan karoten
tinggi.Pembudidayaan tanaman kelapa sawit menjadi cikal bakal munculnya
perkebunan dan pabrik-pabrik kelapa sawit.
https://zaifbio.wordpress.com/2011/06/17/laporan-praktek-magang-di-kelapa-sawit/
1
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia,
pengembangan kelapa sawit di Indonesia memiliki peranan sendiri dalam
meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupan bangsa.Dengan pertumbuhan
kelapa sawit yang demikian besar, maka negara dapat menekan tingkat
pengangguran akibat sulitnya lapangan pekerjaan.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/1075/Indonesia-Produsen-Kelapa-Sawit-Terbesar
1.2 Sejarah Industri Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dikenal di dunia barat
setelah orang-orang Portugis berlayar ke Afrika pada tahun 1466.Pada tahun
1470, untuk pertama kalinya tanaman kelapa sawit dikapalkan ke Inggris dan
memasuki daratan benua Eropa.Beberapa tahun kemudian, yaitu pada tahun 1848,
tanaman kelapa sawit masuk ke Indonesia dan wilayah Asia lainnya.Tanaman
kelapa sawit yang masuk ke wilayah Indonesia diperkenalkan oleh pemerintah
Belanda. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa
benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera
Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah
permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industripertengahan abad ke-19. Dari
sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan
tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli
Dura".Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet,
seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt.Perkebunan kelapa sawit pertama
berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh.Luas areal perkebunan
mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan
di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau
Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan
pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran,
Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang.Di Afrika
Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1910
(wikipedia).
2
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan
pemasok utama minyak sawit dunia.Semenjak pendudukan Jepang, produksi
merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.Usaha peningkatan pada
masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak
berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaysia.
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan
dengan sistem PIR Perkebunan.Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus
berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati
meningkat sebagai energi alternatif. Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di
Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar
12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal
dari Afrika (wikipedia). perkebunan kelapa sawit pertama berada di wilayah
Pantai Timur Sumatera, yaitu Deli. areal perkebunan di daerah tersebut mencapai
5.123 Ha. Dengan berkembangnya perkebunan kelapa sawit, mulai didirikanlah
pabrik-pabrik kelapa sawit yang berada tidak jauh dari perkebunan.Pada masa
pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit Deli berkembang pesat hingga
mampu menggeser dominasi ekspor Negara Afrika.Namun demikian,
perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran saat Indonesia diambil alih
oleh pendudukan Jepang. Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang
meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan untuk
mengamankan jalannya kegiatan produksi.Dalam perkembangannya, produksi
kelapa sawit Deli semakin menurun karena perubahan manajemen dalam
perkebunan serta kondisi sosial politik yang tidak mendukung.
1.3 Pabrik Industri Kelapa Sawit Di Indonesia
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salahsatu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non migasbagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak
kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
3
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit.Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak
lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,
terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk
pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan
wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta.
No Nama Perusahaan Alamat
1 PTP Nusantara II Medan
2 Condong Garut, PT Jakarta Selatan
3 PTP Nusantara I Langsa, Aceh Timur
4 PTP Nusantara VII Bandar Lampung
5 Tolan Tiga Indonesia, PT Langsa
6 Hasjrat Tjipta, PT Jl. Samanhudi No. 15, Medan
7 PD Paya Pinang, PT Medan
8 Tolan Tiga Indonesia, PT Medan
9 Sidojadi, PT Medan
10 Serdang Tengah, PT Medan
11Proyek Small Holder Kodam
I/BBMedan
12 Smart Corp, PT Medan
13 Asam Jawa, PT Medan
14 Binanga Mandala, PT Medan
15 Moeis, PT Medan
16 Gunung Melayu, PT Medan
17 Cisadane Sawit Raya, PT Jakarta Barat
18 Torganda, PT Medan
19 Tasik Raja, PT Medan
20 Herfinta Farm & Plant, PT Medan
4
1.4 Pabrik Industri Kelapa Sawit Di Dunia
BAB II
5
PEMILIHAN PROSES
2.1 Jenis-jenis Proses dalam Industri Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah kelapa
sawit pada proses pengolahannya akan diolah menjadi minyak kelapa sawit
mentah atau CPO (Crude Palm Oil), sedangkan biji atau intinya akan diolah
menjadi minyak inti sawit atau PKO (Palm Kernel Oil). Kedua jenis minyak ini;
CPO dan PKO bisa diproses dan diolah menjadi aneka jenis produk
turunannya.Lebih lanjut, CPO dan PKO mempunyai karakteristik kimia, fisik dan
gizi unik yang berbeda.CPO kaya dengan asam palmitat (C16) sedangkan PKO
kaya dengan asam laurat (C12) dan asam miristat (C14).Pada prakteknya,
dibandingkan PKO, CPO lebih banyak diproses lanjut menjadi minyak goreng,
yang sering disebut sebagai minyak sawit.
Pengolahan kelapa sawit diawali dengan proses pemanenan. Untuk
memperoleh hasil produksi (CPO) dengan kualitas yang baik, pemanenan
6
dilakukan berdasarkan kriteria panen (tandan matang panen) yaitu dengan
melihat jumlah brondolan yang telah lepas atau jatuh dari tandannya.
Pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel
Oil) pada umumnya melalui lima tahap yaitu proses perebusan, pemipilan,
pengadukan dan pelumatan, pengepresan, dan pemurnian. Pada pengolahan kelapa
sawit menjadi PKO setelah proses pengepresan maka terjadi pemisahan antara
minyak sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya. Biji yang telah dipisahkan dari
ampas akan dipisahkan kembali antara inti dan cangkangnya. Inti sawit inilah
yang akan diolah menjadi berbagai macam produk turunan. CPO (Crude Palm
Oil) menghasilkan lebih banyak produk turunan dibandingkan PKO (Palm Kernel
Oil).Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan kandungan lemak yang terdapat pada
CPO dan PKO.
http://adalobang.blogspot.co.id/2014/02/sawit.html
2.2 Perbandingan Proses dalam Industri Kelapa Sawit
Crude Palm Oil (CPO)/Minyak Sawit Kasar merupakan hasil olahan
daging buah kelapa sawit melalui proses perebusan Tandan Buah Segar (TBS),
perontokan, dan pengepresan. CPO ini diperoleh dari bagian mesokarp buah
kelapa sawit yang telah mengalami beberapa proses, yaitu sterilisasi, pengepresan,
dan klarifikasi. Minyak ini merupakan produk level pertama yang dapat
memberikan nilai tambah sekitar 30% dari nilai tandan buah segar.
7
CPO dapat digunakan sebagai bahan baku industri minyak goreng, industri
sabun, dan industri margarin. Dilihat dari proporsinya, industri yang selama ini
menyerap CPO paling besar adalah industri minyak goreng (79%), kemudian
industri oleokimia (14%), industri sabun (4%), dan sisanya industri margarin
(3%). Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri
atas asam lemak dan gliserol. perbedaan PKO dan CPO terletak pada warna
(minyak inti sawit tidak memiliki karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan
kadar lemak jenuhnya, minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh sedangkan
minyak inti sawit 81%,.Secara keseluruhan proses produksi minyak sawit tersebut
dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% Palm Fatty Acid
Distillate (PFAD), dan 0.5% buangan.
Tabel 27. Komposisi asam lemak dari CPO
Asam Lemak Rantai C Komposisi (% b/b)
Asam Laurat 12:0 0,2
Asam Miristat 14:0 1,1
Asam Palmitat 16:0 44,0
Asam Stearat 18:0 4,5
Asam Oleat 18:1 39,2
Asam Linoleat 18:2 10,1
Tabel 28. Sifat fisiko kimia CPO
Sifat Fisiko Kimia Nilai
Trigliserida 95 %
Asam lemak bebas (FFA) 2 – 5 %
8
Warna (5 ¼ ” Lovibond Cell) Merah orange
Kelembaban & Impurities 0.15 – 3.0 %
Bilangan Peroksida 1 -5.0 (meq/kg)
Bilangan Anisidin 2 – 6 (meq/kg)
Kadar β-carotene 500-700 ppm
Kadar fosfor 10-20 ppm
Kadar besi (Fe) 4-10 ppm
Kadar Tokoferols 600-1000 ppm
Digliserida 2-6 %
Bilangan Asam 6,9 mg KOH/g minyak
Bilangan Penyabunan 224-249 mg KOH/g minyak
Bilangan iod (wijs) 44-54
Titik leleh 21-24ºC
Indeks refraksi (40ºC) 36,0-37,5
Palm kernel Oil (PKO) adalah minyak yang dihasilkan dari inti sawit.
Proses awalnya sama seperti pengolahan kelapa sawit menjadi CPO. Pada
pengolahan kelapa sawit menjadi PKO setelah proses pengepresan maka terjadi
pemisahan antara minyak sawit dengan kernel, sabut dan ampasnya.
Biji yang masih bercampur dengan Ampas dan serabut kemudian diangkut
menggunakan Cake breaker conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar
sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga Press Cake terurai dan
memudahkan proses pemisahan menuju depericarper. Pada Depericaper terjadi
proses pemisahan fibre dan biji. Pemisahan terjadi akibat perbedaaan berat dan
9
gaya isap blower. Biji tertampung pada Nut Silo yang dialiri dengan udara panas
antara 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun sekitar 21% menjadi4%.
Sebelum biji masuk ke dalam Nut Craker terlebih dahulu diproses di dalam Nut
Grading Drum untuk dapat dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang
disesuaikan dengan fraksi yang telah ditentukan.Nut kemudian dialirkan ke Nut
Craker sebagai alat pemecah.Masa biji pecah dimasukkan dalam Dry Seperator
(Proses pemisahan debu dan cangkang halus) untuk memisahkan cangkang halus,
biji utuh dengan cangkang/inti. Masa cangkang bercampur inti dialirkan masuk ke
dalam Hydro Cyclone untuk memisahkan antara inti dengan cangkang dengan
menggunakan prinsip perbedaan massa. Cara lain untuk memisahkan inti dengan
cangkang adalah dengan menggunakan Hydro clay bath yaitu pemisahan dengan
memanfaatkan lumpur atau tanah liat. Cangkang yang terpisah kemudian
digunakan sebagai bahan bakar boiler.
Inti kemudian dialirkan masuk ke dalam Kernel Drier untuk proses
pengeringan sampai kadar airnya mencapai 7 % dengan tingkat pengeringan
50°C, 60°C dan 70°C dalam waktu 14-16jam. Selanjutnya guna memisahkan
kotoran, maka dialirkan melalui Winnowing Kernel (Kernel Storage), sebelum
diangkut dengan truk ke pabrik pemproses berikutnya.
https://habibiezone.wordpress.com/2010/10/13/makalah-teknologi-pengolahan-
kelapa-sawit-menjadi-cpo-dan-pko/
https://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_sawit
Ta bel 29. Komposisi asam lemak dari PKO
Asam Lemak Rantai C Komposisi (% b/b)
Asam Laurat 12:0 47-53
Asam Miristat 14:0 15-19
10
Asam Palmitat 16:0 8-11
Asam Stearat 18:0 1-3
Asam Oleat 18:1 12-19
Asam Linoleat 18:2 2-4
Sumber: Hui (1996)
Tabel 30. Sifat fisiko kimia PKO
Sifat Fisiko Kimia Nilai
Kadar Asam lemak bebas (FFA) 25 % (m/m)
Bilangan Asam 225 mg KOH/g minyak
Bilangan Penyabunan 256 mg KOH/g minyak
Bilangan iod (wijs) 14 – 23
Titik leleh 48ºC
BAB III
11
BAHAN BAKU DAN PRODUK
3.1 Sifat fisik dan kimia buah kelapa sawit dan penunjang
3.1.1 Kelapa sawit
Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24
meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil
dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging
dan kulit buahnya mengandung minyak.
Urutan dari turunan Kelapa Sawit:
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Arecales
Famili: Arecaceae
Jenis: Elaeis
Spesies: E. guineensis
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah buahnya.
Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang disebut CPO
(Crude Palm Oil) yang dapat diolah menjadi bahan baku dalam banyak produk
turunannya, seperti minyak goreng. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah
harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Kurang lebih 90 persen minyak sawit selama ini sudah digunakan untuk produk
dan bahan pangan seperti minyak goreng, margaring, shortening, minyak salad,
lemak kue, cocoa butter substitute, dan lain – lain. Sisanya, sebesar 10 persen
digunakan untuk industri non pangan seperti produk – produk kosmetik,
12
oleokimia, dan sebagainya (Kosasih dan Harsono, 1991). Nilai tambah yang dapat
diperoleh dalam minyak sawit dibandingkan dengan minyak yang lain adalah
kandungan karotennya yang bewarna merah – kuning, yang setara dengan 60.000
IU aktivitas vitamin A. Namun selama ini pada proses pengolahan, warna merah
dalam minyak sawit dihilangkan untuk memperoleh minyak goreng yang jernih.
Pigmen karotenoid sebagian besar terdiri atas alfa, beta, gamma karoten
dan likopen, yang diperlukan oleh tubuh sebagai precursor vitamin A. Dengan
pertimbangan nilai nutrisi beta karoten yang potensial dalam minyak sawit, perlu
dilakukan beberapa upaya yang dapat mempertahankan dan memanfaatkan
minyak sawit sebanyak – banyaknya. Minyak sawit juga
mengandung tokoferol (Vitamin E ) yang dapat berperan sebagai antioksidan dan
fitosterol yang merupakan jenis sterol yang sulit diserap oleh bahan pencernaan,
bahkan dapat menghambat penyerapan sterol dari makanan ( Rajanaidu 1988,
Adnan 1991 dan Packer 1991 ). Dengan demikian minyak sawit sangat berguna
untuk mencegah timbulnya penyakit – penyakit avitaminosis, penyakit tekanan
darah tinggi, penyakit jantung coroner, dan penyakit jantung ( Adnan ,1991 ,
Muhilal , 1991 , Packer , 1991 , Iwasaki dan Murakoshi , 1992
3.1.2 Inti Sawit
Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah
menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel
uap, arang, pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali
menjadi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit
menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses
pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna
cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak,protein, serat dan air. Pada
pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan
ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan
ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53%. (Mangoensoekardjo.S.,
2003).
13
Komposisi Inti Sawit
Komponen
Jumlah
Minyak
Air
Protein
Selulosa
Abu
47 – 52
6 – 8
7,5 – 9,0
5
2
Bungkil inti kelapa sawit (PKM) adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami
proses ekstraksi dan pengeringan. Bungkil inti kelapa sawit dapat digunakan
sebagai makanan ternak.
Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti
kelapa sawit adalah pabrik Ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan – Deli.
Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya
di ekspor. Pada tahun 1973 jumlah minyak inti kelapa sawit yang di ekspor adalah
8.009.188 kg dengan nilai ekspor US $ 3.434.986,05 sedangkan bungkil yang
diekspor 6.200.068 kg dengan nilai US $ 540.005,05. Pada tahun 1974 bungkil
inti kelapa sawit yang diekspor adalah 17.657.583 kg dengan nilai ekspor US $
1.115.884,64 Dengan adanya peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standar
dan pengawasan mutu minyak inti dan bungkil inti kelapa sawit untuk
memberikan jaminan mutu pada konsumen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak
bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor-faktor lain adalah titik cair,
kandungan gliserida padat, refining lose, plasticity dan spreadability, sifat
transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor-
faktor ini perlu di analisis untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit
14
Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relative terang dan nilai gizi serta
kandungan asam aminonya tidak berubah.
3.1.3 Produk (Crude palm Oil/CPO)
Minyak sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna
kuning terang serta muda dipucatkan
Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2.3
Komposisi Asam Lemak
Minyak Sawit Asam
Lemak
Minyak Kelapa Sawit
(%)
Minyak Inti sawit (%)
Asam kaprilat
Asam Kaproat
Asam laurat
Asam miristat
Asam palmitat
Asam stearat
-
-
-
1,1 – 2,5
40 – 46
3,6 – 4,7
3 – 4
3 – 7
46 – 52
14 – 17
6,5 – 9
1 – 2,5
Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh
Tabel 3.1. sifat fisik kelapa sawit
No. Karakteristik yang
diidentifikasi
Nilai
Pengamatan
(min – maks)
Rata – rata
(n=215)
Standard
deviasi
1. Densitas relative
50o C/air suhu 25 oC
0.8919-0.8932 0.8927 0.0002
2. Indeks refraktif n D50 C 1.4546-1.4560 1.4533 0.0005
15
3. Bilangan penyabunan,
mg KOH/g minyak
190.1-201.7 195.7 2.46
4. Materi tak tersabunkan,
%
0.15-0.99 0.51 0.165
5. komposisi asam lemak
(% berat sebagai ester
metil)
C12:0
C14:0
C16:0
C16:1
C18:0
C18:1
C18:2
C18:3
C20:6
0-0.4
0.6 – 1.7
41.1-47.0
0-0.6
3.7-5.6
38.2-43.5
6.6-11.9
0-0.5
0-0.8
0.1
1.0
43.7
0.1
4.4
39.9
10.3
-
0.3
0.06
0.12
0.92
0.14
0.29
0.70
0.58
-
0.24
6. Bilanangan iod, wijs 50.6-55.1 52.9 0.89
7. Slip point, o C 30.8 – 37.6 34.2 1.43
8. Total karotenoid
(sebagai β karotenoid)
mg/kg
500-1000 - -
3.2 Sifat kimia kelapa sawit
Kadar Asam Lemak Dalam Minyak Lemak
Tipe Asam Lemak Persentase
Palmitic C16 Lemak jenuh 44.3 %
Stearic C18 Lemak jenuh 4.6 %
Myristic C14 Lemak jenuh 1.0 %
Oleic C18 Satu lemak tidak jenuh 38.7 %
Linoleic C18 Banyak lemah tidak 10.5 %
16
jenuh
Lainnya 0.9 %
http://febrianipurba.blogspot.co.id/2012/03/kelapa-sawit.html
3.1.4 Minyak Inti Sawit (PKO) dan Bungkil Inti Kelapa Sawit (PKM)
Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti
kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan
sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal/PKM).
Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak mentahnya mudah
sekali menjadi tengik bila dibandingkan dengan minyak yang telah dimurnikan.
Titik lebur dari minyak inti sawit adalah berkisar antara 25oC – 30oC. (Sitinjak K,
1983).
Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus
asam lemak yang terikat dalam trigliserida – trigliserida yang dikandung lemak ini
jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam kaproat) sampai
C18 jenuh (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan asam linoleat).
(Winarno,FG., 1991)
BAB IV
URAIAN PROSES
4.1 Proses Persiapan Bahan Baku.
17
Bagian yang paling utama untuk diolah dari kelapa sawit adalah
buahnya.Tandan buah segar (TBS) yang dipanen dikebun diangkut ke lokasi
pabrik minyak sawit dengan menggunakan truk. Bagian daging buah
menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku
minyak goreng. Buah sawit yang sudah matang harus segera diproses dalam
waktu 24 jam setelah dipetik. Lebih dari itu akan mengurangi kualitas minyak
yang akan dihasilkan.1 buah kelapa sawit hanya berdiameter sekitar 5cm
dengan berat 30gr. Buah sawit ini bergerombol di tandannya dan setiap tandan
terdapat 1.500 buah sawit. Buah sawit beserta tandannya ini kemudian dibawa ke
pabrik pengolahan yang letaknya tidak jauh dari perkebunan.Umumnya pabrik ini
hanya memproses sampai menjadi minyak mentah/ CPO. Crude Palm Oil (CPO)
lebih tahan lama dari pada buah sawit yang mudah membusuk. Lagipula CPO
sudah bisa dijual ke industri lain untuk diolah menjadi produk bukan minyak
goreng seperti krim wajah, sabun, biodiesel atau obat-obatan. Tandan atau
bungkilnya pun bisa dijadikan makanan ayam.
Pengolaahan bahan baku pada umumnya mengolah bahan baku berupa
Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil)
dan inti sawit (Kernel). Proses persiapan bahan baku yaitu sebagai berikut:
4.1.1. Jembatan Timbang
Sebelum buah di sortir oleh pihak sortari, terlebih dahulu tandan yang
telah di potong dari pohonnya ditimbang beratnya.Hal ini sangat sederhana,
sebagian besar sekarang menggunakan sel-sel beban, dimana tekanan dikarenakan
beban menyebabkan variasi pada sistem listrik yang diukur.Pada Pabrik Kelapa
Sawit jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer untuk
meliputi berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati
jembatan timbang berhenti ±5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum
TBS dibongkar dan sortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang,
selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang diterima dipabrik.
18
Gambar 2.1. Jembatan Timbang
4.1. 2. Penyortiran (shorting proses)
Kualitas buah yang diterima pabrik harus diperiksa tingkat
kematangannya.Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis Tenera dan
jenis Dura.Kriteria matang panen merupakan faktor penting dalam pemeriksaan
kualitas buah distasiun penerimaan TBS (Tandan Buah Segar).
Pengolahan kelapa sawit yang pertama yaitu proses pernyortiran. Buah
sawit yang diolah haruslah melewati proses penyortiran sebelum ke tahap
selanjutnya. Hal ini melibatkan proses penilaian di mana buah yang baik maupun
yang buruk dipisahkan, biasanya kriteria yang harus diteliti adalah seberapa besar
tingkat kematangan buah sawit karena hal tersebut akan mempengaruhi hasil
terhadap minyak yang akan dipasarkan.
Pematangan buah mempengaruhi
terhadap rendamen minyak dan
ALB (Asam Lemak Buah) yang
dapat dilihat pada tabel berikut :
Kematangan buah
Rendamen
minyak (%)
Kadar ALB (%)
Buah mentah 14 – 18 1,6 – 2,8
Setengah matang 19 – 25 1,7 – 3,3
19
Buah matang 24 – 30 1,8 – 4,4
Buah lewat matang 28 – 31 3,8 – 6,1
Setelah disortir TBS tersebut dimasukkan ketempat penimbunan
sementara (Loding ramp) dan selanjutnya diteruskan ke stasiun perebusan
( Sterilizer ).
Gambar 2.2. Penyortiran
4.1.3. Proses Perebusan (Sterilizer)
Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan
menggunakan capstand.
Tujuan perebusan :
1. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
2. Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
3. Menurunkan kadar air
4. Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
20
Bila poin dua tercapai secara efektif maka semua poin yang lain akan tercapai
juga. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam
sterilizer dilapisi Wearing Plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan
steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air
condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang ±0,7%. Dalam melakukan
proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan
dari boiler. Uap yang masuk ke sterilizer 2,8 – 3kg/cm2, 140 °C dan direbus
selama 90 menit.
4.2 Proses Pembuatan CPO (Crude Palm Oil)
4.2.1. Thereser process
Pada proses ini buah sawit dipisahkan dari tandan sawit yang
menggunakan mesin penebah, Mesin ini berfungsi memisahkan buah-buahan
21
sawit dari tandan sawit. Pemisahan buah-buahan sawit dengan tangan
membutuhkan tenaga yang sangat besar. Tetapi dengan bantuan mesin ini
memisahkan buah sawit menjadi lebih mudah dengan proses mekanikal
sederhana.
Alat ini terdiri dari suatu lempeng-lempeng melengkung yang disusun
dengan jarak tertentu dan diikat satu sama lain membentuk suatu sangkar dan
didalamnya terdapat tangkai - tangkai pemukul yang dipasang pada sumbu yang
berputar. Tandan dijatuhkan pada bagian ujung atas penebah dan dipukul turun
sambil diputar oleh ujung tangkai pemukul hingga turun. Buah akan terpisah dan
turun melalui lubang bawah pada sisi yang lain. Mesin ini mampu merontokkan
buah yang disterilisai sebaik yang belum disterilisai dengan sama efektifnya.
Kapasitas stripper adalah 2-3 ton per jam.Sehingga satu mesin mampu melayani 2
expeller.
4.2.1.1 Proses Pengempaan (Pressing Process)
Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah
Kelapa Sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan.Baik buruknya
pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini
terdiri dari :
Digester
Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke Digester dengan cara
buah masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke
Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas, masuk ke distribusi
conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke Digester. Didalam digester
tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan
menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros II, sedangkan
pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke
screw press.
Fungsi Digester :
22
1. Melumatkan daging buah.
2. Memisahkan daging buah dengan biji.
3. Mempersiapkan Feeding Press.
4. Mempermudah proses di Press.
5. Menaikkan Temperatur.
Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang,
dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah yang telah
diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan
kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin
pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh
cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage minyak
dipishkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun clarifikasi,
sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.
4.3 Proses Pemurnian Minyak ( Clarification Station )
Setelah melewati proses Screw Press maka didapatlah minyak kasar /
Crude Oil dan ampas press yang terdiri dari fiber. Kemudian Crude Oil masuk ke
stasiun klarifikasi dimana proses pengolahannya sebagai berikut :
4.3.1 Sand Trap Tank ( Tangki Pemisah Pasir)
Setelah di press maka Crude Oil yang mengandung air, minyak, lumpur
masuk ke Sand Trap Tank.Fungsi dari Sand Trap Tank adalah untuk menampung
pasir. Temperatur pada sand trap mencapai 95 °C
4.3.2. Vibro Seperator / Vibrating Screen
23
Fungsi dari Vibro Separator adalah untuk menyaring Crude Oil dari serabut –
serabut yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Sistem kerja mesin
penyaringan itu sendiri dengan sistem getaran – getaran pada Vibro kontrol
melalui penyetelan pada bantul yang di ikat pada elektromotor.Getaran yang
kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif.
4.3.3. Vertical Clarifier Tank (VCT)
Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan kotoran
(NOS) secara gravitasi. Dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil dari 1
akan berada pada lapisan atas dan air dengan berat jenis = 1 akan berada pada
lapisan tengah sedangkan NOS dengan berat jenis lebih besar dari 1 akan berada
pada lapisan bawah.
Fungsi Skimmer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat
pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta
mendorong lapisan minyak dengan Sludge. Temperatur yang cukup (95°C) akan
memudahkan proses pemisahan ini.
Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip keseimbangan
antara larutan yang berbeda jenis.Prinsip bejana berhubungan diterapkan dalam
mekanisme kerja di VCT.
4.3.4. Oil Tank
Fungsi dari Oil Tank adalah untuk tempat sementara Oil sebelum diolah oleh
Purifier.Pemanasan dilakukan dengan menggunakan Steam Coil untuk
mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95o C. Kapasitas Oil Tank 10
Ton / Jam.
4.3.5. Oil Purifier
24
Fungsi dari Oil Purifier adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
dengan cara sentrifugal. Pada saat alat ini dilakukan proses diperlukan temperatur
suhu 95°C.
4.3.6. Vacuum Dryer
Fungsi dari Vacuum Dryer adalah untuk mengurangi kadar air dalam minyak
produksi. Sistem kerjanya sendiri adalah minyak disimpan kedalam bejana
melalui Nozel. Suatu jalur resirkulasi dihubungkan dengan suatu pengapung
didalam bejana, sehingga bilamana ketinggian permukaan minyak menurun
pengapung akan membuka dan mensirkulasi minyak kedalam bejana.
4.3.6. Sludge Tank
Fungsi dari Sludge Tank adalah tempat sementara sludge ( bagian dari minyak
kasar yang terdiri dari padatan dan zat cair) sebelum diolah oleh sludge seperator.
Pemanasan dilakukan dengan menggunakan sistem injeksi untuk mendapatkan
temperatur yang dinginkan yaitu 95°C.
4.3.7 Sand Cyclone / Pre- cleaner
Fungsi dari Sand Cyclone adalah untuk menangkap pasir yang terkandung
dalam sludge dan untuk memudahkan proses selanjutnya.
4.3.8 Brush Strainer ( Saringan Berputar )
Fungsi dari Brush Strainer adalah untuk mengurangi serabut yang terdapat
pada sludge sehingga tidak mengganggu kerja Sludge Seperator.Alat ini terdiri
dari saringan dan sikat yang berputar.
4.3.9. Sludge Seperator
Fungsi dari Sludge Seperator adalah untuk mengambil minyak yang masih
terkandung dalam sludge dengan cara sentrifugal. Dengan gaya sentrifugal,
minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudut – sudut ruang tangki pisah.
5. Proses Pengolahan Biji ( Kernel Station )
25
Gambar. Proses Pengolahan Kernel
Telah dijabarkan bahwasanya setelah pengepresan akan
menghasilkan Crude Oil dan Fiber. Fiber tersebut akan masuk kestasiun Kernel
dan akan dijabarkan proses pengolahan.
1. Cake breaker conveyor (CBC)
Fiber dan cangkang yang berisi inti sawit yang keluar dari press langsung masuk
ke cake breaker conveyor yang terdiri dari satu talang yang mempunyai dinding
rangkap, di tengah talang terdapat As screw yang mempunyai pisau-pisau
pemecah (Screw Blade). Di dalam conveyor, press cake diaduk-aduk sehingga
ampas yang lebih ringan akan mudah dipisahkan dari biji. Untuk lebih jelas cake
breaker conveyor dapat di lihat pada gambar berikut.
26
Gambar. Cake Breaker Conveyor
Cara Kerja Cake Breaker Conveyor:
Ampas dan biji diaduk-aduk hingga gumpalan ampas/serabut dan biji akan
terpisah, sambil dipanaskan dengan steam pada suhu 90ºC - 95ºC. Steam yang
dipakai sistem Steam Jacket. Tujuan dari pemanasan tersebut adalah untuk
mengurangi kadar air dalam biji dan serabut agar pada pemisahan proses
Depricarper lebih mudah. Pemeriksaan dan pembersihan dilakukan setiap pagi
sebelum olah.
Cake breaker conveyor berfungsi untuk :
1. Mengantarkan ampas dan biji dari press ke depericarper
2. Memecahkan gumpalan cake dari stasiun press
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari cake breaker conveyor (CBC)
adalah :
1. kualitas dan kuantitas umpan
2. clearance pedal sebaiknya 6 mm
3. sudut pedal sebaiknya 15-20 0C
4. putaran cake breaker conveyor sebaiknya sekitar 75 rpm
5. diameter cake breaker conveyor
6. jumlah pedal
27
Depericarper
Depericarper adalah alat yang disertai kipas penghisap (blower) yang digunakan
untuk menghisap fiber sehingga terpisah dari nut dan membawa fiber untuk
menjadi bahan bakar boiler. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar.Depericarper
Dari cake breaker conveyor, ampas dan nut masuk ke depericarper, kemudian
ampas (fiber) terhisap ke fiber cylone, sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke
nut polishing drum. Dengan demikian, depericarper berfungsi memisahkan fiber
dengan nut dan membawa fiber menjadi bahan bakar boiler. Efektifitas kerja dari
depericarper adalah banyaknya fiber yang terikut pada nut.
Proses pemisahan nut dengan fiber bila tidak bersih dapat disebabkan oleh
faktor – factor yaitu:
1. Tidak sempurnanya proses sebelumnya seperti sterilizer dan digester.
28
2. Ampas press yang tidak cukup kering (lembab)
3. Pengisian umpan yang melebihi kapasitas.
4. Kecepatan hisapan udara yang berkurang antara lain adanya kebocoran
ducting.
Nut polishing drum
Nut polishing drum adalah suatu drum yang berputar yang mempunyai plat-plat
pembawa yang dipasang miring pada dinding bagian dalam. Di ujung nut
polishing drum terdapat lubang-lubang penyaring sebagai tempat keluarnya nut
yang kemudian ditransfer melalui nut elevator masuk ke bulk silo.
Biji yang telah dipisah dari ampasnya masuk ke dalam nut polishing drum dan
putaran drum tersebut biji-biji akan dipolis untuk melepaskan serat-serat yang
masih tinggal pada biji oleh plat-plat yang ada pada dinding dan porosnya.
Kecepatan putaran drum adalah 26-28 rpm. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar berikut.
29
Gambar. Nut Polishing Drum
Fungsi dari nut polishing drum adalah :
1. Membersihkan biji dari serabut-serabut yang masih melekat
2. Membawa nut dari depericarper ke nut silo
3. Memisahkan ke nut dari sampah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas nut polishing drum :
1. Kondisi plat pengarah atau pengangkat
2. Kecepatan putaran drum
3. Diameter dan panjang drum
4. Diameter lubang penyaringan
5. Jumlah lubang penyaring
6. Kualitas dan kuantitas feeding
Nut elevator
Nut elevator berfungsi untuk mengantarkan nut dari nut polishing drum ke nut
silo. Nut elevator dilengkapi dengan timbangan untuk mengangkut nut. Untuk
lebih jelas dapat dilhat pada gambar berikut.
30
Gambar. Nut Elevator
Nut Grading Drum
Berfungsi untuk memisahkan nut yang berukuran kecil dan besar agar diperoleh
efisiensi pemecahan nut pada ripple mill, nut yang kecil akan masuk kedalam nut
hopper no 1 nut yang medium akan masuk kedalam nut hopper no 2 dan nut
yang besar akan masuk ke nut hopper no 3. Besarnya lubang- lubang oval pada
nut grading drum biasanya untuk ukuran besar (>15mm) medium (13-15 mm)
dan ukuran kecil (8-10 mm).
Gambar. Nut Grading Drum
Nut Silo
Nut silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara nut sebelum diolah
pada ripple mill. Kebersihan dari pada nut silo harus sangat diperhatikan kerana
31
dapat mempengaruhi terhadap output nut silo agar nut yang diolah sesuai
dengan aturan FIFO (first in first out), nut silo yang digunakan pada PKS
rambutan berjumlah 2 buah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar. Nut Silo
Ripple mill
Ripple mill berfungsi untuk memecahkan cangkang dan inti. PKS Rambutan
menggunakan 2 buah ripple mill yang terbagi menjadi 2 line. Ripple mill
memecahkan nut dengan cara menjepit nut diantara ripple dan rotor bar. Untuk
lebih jelas kita lihat pada gambar berikut.
Gambar. Ripple mill
Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemecahan adalah :
32
1. Kualitas dan kuantitas umpan
2. Kondisi ripple plate dan rotor bar
3. Jarak antara plate dan rotor
4. Kecepatan putaran ripple mill
Kualitas umpan dipengaruhi oleh :
1. Kekoplakan nut, kalau nut tidak koplak maka banyak yang lengket pada
cangkang
2. Jenis buah, dura atau tenera
3. Ukuran nut
4. Kadar air yang terkandung dalam inti
5. Umpan yang terlalu banyak (berlebihan)
6. Umpan terlalu kering
7. Persentase nut pecah pada umpan besar.
Outlet dari ripple mill selanjutnya dibawa oleh cracked mixture conveyor ke LTDS
(Light Tenera Dust Separation).
LTDS (Light Tenera Dust Separation)
LTDS berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti serat dan membawa
cangkang untuk bahan bakar boiler. Sistem pemisahan yang dilakukan di sini
adalah dengan menggunakan tenaga blower hisap dust separator dengan
adjustment dumper untuk menentukan kualitas output yang dikehendaki,
sehingga cangkang pecah yang mempunyai luas penampang lebih besar akan
terhisap ke atas dan dialirkan ke boiler, sedangkan inti yang terkutip dipompakan
ke kernel silo. Campuran dialirkan ke hydrocylone untuk melakukan proses
pemisahannya. PKS rambutan memiliki 2 LTDS yaitu LTDS I dan LTDS II yang
tersusun secra seri.
33
Gambar. LTDS
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenerja LTDS adalah :
1. Hisapan (damper, air lock dan blower)
2. Kualitas dan kuantitas umpan
3. Adjustment damper column
Hydro cylone
Hydro cylone adalah alat yang digunakan memisahkan inti dengan cangkang yang
masih terdapat cracked mixture. Jumlah ada 1 unit, kapsitas tiap unit 60 m3/jam.
Alat ini terdiri dari :
bak air penampung cracked mixture yang terdiri dari beberapa serat
tabung pemisah yang dilengkapi dengan pompa pengutip dank onus
dibawahnya
pompa-pompa
dewatering drum utuk inti dan cangkang
34
Gambar. Hydrocylone
Cracked mixture yang keluar dari kolom pemisah masuk ke dalam bak air sekat
pertama dan dihisap dengan pompa dan tekanan ke dalam tabung pemisah 1
dengan gaya sentrifugal. Benda-benda yang ringan naik ke bagian atas melalui
vortex finder dan masuk ke dalam dewatering drum inti dimana air tabung
melaui konus masuk ke dalam sekat II, dari sekat II cangkang yang masih
becampur dengan inti yang dipompa dihisap dan ditekan ke tabung pemisah ke
II. Inti yang naik ke atas melalui vortex vinder dan dikembalikan ke dalam bak air
pekat I, sedangkan cangkang melalui konus masuk dewatering drum cangkang
untuk dibuang airnya.dengan bantuan pompa dari sekat III cangkang yang masih
mengadung sebagian kecil inti hisap.
Dry Kernel (sistem kering)
35
Fungsi dari dry kernel adalah fungsi sistem kering. Faktor – faktor yang
mempengaruhi kinerja dari dry kernel adalah :
1. Kualitas dan kuantitas umpan
2. Strainer
3. Kondisi blower/fan
Kernel silo
Kernel silo berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam inti
produksi. Pengeringan dilakukan dengan cara menghembus udara panas ke
steam heater oleh blower ke dalam nut silo dengan temperatur kernel silo
terbagi 3 tingkatan yaitu 70 0C, 60 0C dan 50 0C. Gambar kernel silo dapat dilhat
pada gambar berikut.
Gambar. Kernel Silo
Pemasakan dilakukan di dalam kernel silo selama ± 3 jam. Kadar air inti yang
terlalu rendah dapat menyebabkan kadar inti berubah warna. Sebaliknya, jika inti
kurang kering maka :
- inti akan menjamur
- Kadar ALB dan minyak inti tinggi
36
- Kadar minyak yang diperoleh lebih rendah
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dari kernel silo, antara lain :
1. Temperatur
2. Waktu pemasakan
3. Kulitas dan kuantitas
4. Kondisi dan kebersihan heater
5. Suplai steam
6. Kondisi blower atau fan
7. Kebersihan kisi-kisi dalam kernel silo
Bulk Silo
Bulk Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti produksi sebelum dikirim
keluar untuk diproduksi dan agar uap air yang terkandung di dalam inti dapat
keluar dan tidak menyebabkan kondisi dalam storage tidak lembab yang
menyebabkan timbulnya jamur pada inti. Inti dari kernel silo diangkut ke bulk silo
dengan menggunakan screw conveyor dan pneumatic conveyor. Gambar dari
bulk silo westel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
37
Gambar. bulk silo
5.3. Proses Penanganan Sementara CPO (Crude Palm Oil)
Fungsi dari Storage Tank adalah untuk penyimpanan sementara minyak produksi
yang dihasilkan sebelum dikirim. Storage Tank harus dibersihkan secara terjadwal
dan pemeriksaan kondisi Steam Oil harus dilakukan secara rutin, karena apabila
terjadi kebocoran pada pipa Steam Oil dapat mengakibatkan naiknya kadar air
pada CPO (gambaran sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit,2007).
Gambar 2.8. Storage Tank
5.4 Manfaat Kelapa Sawit dan Minyak Sawit Serta Produk Turunannya
Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang
hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman
38
penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kacang kedelai, kacang tanah, kelapa,
bunga matahari, dan lain-lain.
Kegunaan dari kelapa sawit tersebut adalah :
- Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan (minyak
goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain-lain) tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain).
- Inti sawit yang menghasilkan minyak inti sawit digunakan sebagai bahan sabun,
minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.
- Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar/sumber
energi.
- Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk
kalium.
- Ampas lumatan daging buah untuk bahan bakar ketel uap. (Hadi, M.M., 2004)
Bagi industri kimia, CPO menjadi bahan dasar detergen, sabun, minyak, bahan
fermentasi anggur, lapisan cat, minyak pelumas, lilin, bahan semir furniture,
bahan peledak, minyak bahan tekstil, hingga biodiesel yang dicanangkan akan
menjadi sumber energi alternatif.(Hilditch, 1960)
39
Tandan Buah Segar
Tandan Kosong SawitPulp KomposKarbonRayon
Inti Sawit-Cangkang (bahan bakar, karbona0-Ampas (Pakan ternak)-Minyak inti sawit (PKO)
Buah Sawit
Mesokarp- Serat (bahan bakar, medium density)-CPO :
Pelepah dan Batang
PulpPakan ternakFurnitureKarbon aktif
Pangan (Emulsifier, Margarin, minyak goreng, minyak merah mentah, shortening, susu kental manis, es krim, yoghurt)Non-pangan (asam lemak sawit, fatty alkohol, fatty amina, senyawa epoksi, senyawa hidroksi, pelumas, biodisel, senyawa ester, lilin, farmasi, kosmetik)
6. teknologi Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
40
Dalam prosesnya, industri kelapa sawit menghasilkan beberapa residu
yang dianggap sebagai limbah yang memang berpotensi menjadi beban
pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Namun, sebenarnya jika
diolah secara maksimal dengan menggunakan teknologi yang tepat, limbah-
limbah tersebut akan memberikan nilai lebih yang signifikan bagi industri. Contoh
konversi biomassa batang kelapa sawit yang masih bisa diambil niranya bisa
menghasilkan bioethanol yang bisa digunakan untuk mengganti bahan bakar
fosil.Padahal selama ini batang-batang ini hanya digunakan sebagai mulsar,
pupuk, dan pengisi jalan setapak di antara perkebunan.
Sebenarnya banyak juga yang sudah menggunakan limbah kelapa sawit sebagai
bahan daur ulang untuk menjadi bahan bakar yang bisa menghasilkan listrik.
Secara umum, limbah utama dari industri kelapa sawit terdiri dari 2 jenis yaitu
limbah padat, gas dan limbah cair.Limbah yang keluar dari PKS sebenarnya
belum bisa dikatakan 100% sebagai limbah, lebih tepat dikatakan produk samping
atau side product.
Limbah padat yang keluar dari PKS meliputi tandan kosong (tankos)
dengan persentase sekitar 23% terhadap TBS, abu boiler (sekitar 0.5% terhadap
TBS), serat (sekitar 13.5% terhadap TBS) dan cangkang (sekitar 5.5% terhadap
TBS). TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)adalah salah satu produk samping
pabrik kelapa sawit yang jumlahnya sangat melimpah. Dalam satu hari
pengolahan bisa dihasilkan ratusan ton TKKS.Diperkirakan saat ini limbah TKKS
di Indonesia mencapai 20 juta ton.TKKS tersebut memiliki potensi untuk diolah
menjadi berbagai macam produk.Beberapa potensi pemanfaatan TKKS antara lain
untuk kompos, pulp, bioetanol, dan serat.Namun, sebelumnya TKKS perlu diolah
terlebih dahulu.
41
Limbah TKKS di pabrik sawit
TKKS yang masih utuh
TKKS yang masih utuh berukuran cukup besar.Ukuran TKKS ini diperkecil
dengan menggunakan mesin cacah.Setelah TKKS keluar dari pabrik, langsung
dicacah dengan mesin cacah berkapasitas besar, seperti terlihat di dalam foto di
bawah ini. Setelah melewati mesin cacah ini ukuran TKKS menjadi lebih kecil,
kurang lebih 5 cm. TKKS dengan ukuran seperti ini sudah bisa dimanfaatkan
sebagai kompos atau serat.
42
Mesin cacah sawit kapasitas besar
TKKS setelah melewati mesin pencacah pertama.
Apabila TKKS akan dimanfaatkan untuk bahan baku pulp atau bioetanol, TKKS
ini perlu dihaluskan lagi. TKKS yang sudah dicacah selanjutnya dicacah lagi
hingga ukurannya menjadi lebih kecil, kurang lebih 0.5 cm. Mesin cacah yang
digunakan juga memiliki konstruksi yang sedikit berbeda dengan mesin cacah
pertama, bentuknya kurang lebih seperti gambar di bawah ini.
43
Mesin cacah ukuran kecil yang digunakan di laboratorium.
Mesin cacah berkapasitas besar di pabrik sawit
Limbah padat yang keluar dari PKS umumnya tidak memerlukan penanganan
yang rumit.Limbah padat dapat digunakan lagi sebagai bahan bakar, pupuk, pakan
ternak, dan juga bisa dijual untuk menghasilkan pendapatan tambahan.
Serat, cangkang dan tankos bisa digunakan sebagai bahan bakar. Abu boiler dapat
diaplikasikan langsung sebagai sumber pupuk kalium, tankos sebagai pupuk
44
dengan cara menjadikan mulsa (pupuk bagi tanaman) dan pengomposan. Ampas
inti digunakan sebagai pakan ternak
Terdapat dua sumber pencemaran gas yang keluar dari PKS yaitu boiler yang
menggunakan serat dan cangkang sebagai bahan bakar dan juga incinerator yang
membakar tankos untuk mendapatkan abu kalium.Pada saat ini incinerator sudah
mulai ditinggalkan.
Limbah yang menjadi perhatian di PKS adalah limbah cair atau yang lebih dikenal
dengan POME (palm oil mill effluent).POME ialah air buangan yang dihasilkan
oleh pabrik kelapa sawit utamanya berasal kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan
sludge separator. (POME) merupakan sisa buangan yang tidak bersifat toksik
(tidak beracun), tetapi memiliki daya pencemaran yang tinggi karena kandungan
organiknya dengan nilai BOD berkisar 18.000- 48.000 mg/L dan nilai COD
berkisar 45.000-65.000 mg/L. Limbah cair yang dihasilkan tersebut harus dikelola
dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk mengatasi
hal tersebut, maka dibuat tindakan pengendalian limbah cair melalui sistem kolam
yang kemudian dapat diaplikasikan ke lahan.
Gambar (palm oil mill effluent).
45
Karakteristik POME ditunjukan pada tabel 1. Sumber POME berasal dari unit
pengolahan yang berbeda, terdiri dari:
60% dari total POME berasal dari stasiun klarifikasi
36% dari total POME berasal dari stasiun rebusan
4 % dari total POME berasal stasiun inti.
Teknologi Pengelolaan POME
Teknologi pengelolaan POME umumnya dengan menggunakan teknologi kolam
terbuka yang terdiri dari kolam anaerobik, fakultatif dan aerobik dengan total
waktu retensi sekitar 90-120 hari. Teknologi kolam terbuka ini memerlukan lahan
yang luas (5-7 ha), biaya pemeliharaan yang cukup besar dan menghasilkan emisi
gas metana ke udara bebas.
kolam aplikasi yang merupakan tempat pembuangan akhir limbah. Limbah yang
terdapat pada kolam aplikasi ini digunakan untuk pupuk tanaman kelapa sawit
(land application).
46
Saat ini pengelolaan POME dengan hanya menggunakan kolam terbuka mulai
dianggap kurang efisien dan kurang ramah lingkungan. Para pemilik atau
pengelolan PKS sudah mulai merubah dengan memodifikasi kolam yang ada
dengan teknologi pengelolaan lainnya. Ada beberapa teknologi pengolahan
POME yang baru saat ini, diantara teknologi yang baru itu adalah membran dan
terakhir terdengar dengan elektrokoagulasi.Munculnya atau adanya perkembangan
teknologi pengelolaan POME ini disebabkan oleh beberapa maksud dan tujuan
tertentu.
Beberapa pemanfaatan limbah kelapa sawit:
Pembuatan Biogas dari limbah cair.
Pembangkit listrik dari limbah cair kelapa sawit
47
Gambar 7. Kolam Aplikasi
http://sawitindonesia.com/inovasi/teknologi-pengolahan-limbah-pabrik-kelapa-
sawit
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari paper yang telah dibahas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. kelapa sawit merupakan suatu jenis tanaman yang dikenal di dunia barat,
dan di Indonesia tanaman kelapa sawit diperkenalkan oleh pemerintah
Belanda pada tahun 1848. perkebunan kelapa sawit pertama berada di
wilayah Pantai Timur Sumatera, yaitu di Deli.
2. Produk yang dihasilkan dari industri kelapa sawit adalah berupa minyak
kelapa sawit yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya untuk minyak goreng, pencampuran dalam pembuatan sabun dan
biodisel.
48
3. Dalam proses menghasilkan minyak kelapa sawit, terlebih dahulu kelapa
sawit yang akan digunakan sebagai bahan baku harus diperiksa benar
tingkat kematangannya, untuk kemudian buah kelapa sawit dipisahkan
dengan tandannya serta dilakukan proses pengempaan untuk memisahkan
CPO (Crude Palm Oil) dari buah kelapa sawit, kemudian selanjutnya
minyak sawit dimurnikan serta disimpan dalam tangki untuk beberapa
waktu tertentu.
49