paparan kebijakan industri pariwisata pengembangan pemasaran pariwisata mancanegara biro perencanaan...

23
ASDEP INDUSTRI PARIWISATA PAPARAN KEBIJAKAN INDUSTRI PARIWISATA Kementerian Pariwisata 1 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA BALI, 30 JUNI 2015

Upload: truongthien

Post on 02-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

ASDEP INDUSTRI PARIWISATA

PAPARAN KEBIJAKAN INDUSTRI PARIWISATA

Kementerian Pariwisata

1

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA

BALI, 30 JUNI 2015

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA

MANCANEGARA

BIRO PERENCANAAN DAN

KEUANGAN

BIRO HUKUM DAN

KOMUNIKASI PUBLIK

BIRO UMUM, KEPEGAWAIAN

DAN ORGANISASI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA

NUSANTARA

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN KOMUNIKASI

PEMASARAN PARIWISATA MANCANEGARA

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN PASAR ASIA

PASIFIK

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN

PASAR EROPA, TIMTENG, AMERIKA DAN AFRIKA

ASISTEN DEPUTI STRATEGI PEMASARAN

PARIWISATA MANCANEGARA

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN PASAR ASIA

TENGGARA

SEKRETARIAT DEPUTI

ASISTEN DEPUTI ANALISIS DATA PASAR

PARIWISATA NUSANTARA

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN KOMUNIKASI

PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN SEGMEN PASAR

PERSONAL

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN SEGMEN PASAR

BISNIS DAN PEMERINTAH

ASISTEN DEPUTI STRATEGI PEMASARAN

PARIWISATA NUSANTARA

SEKRETARIAT DEPUTI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI

PARIWISATA

STF AHL

I

F AHL

I STAF AHLI

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN SDM

KEPARIWISATAAN

ASISTEN DEPUTI HUBUNGAN KELEMBAGAAN

KEPARIWISATAAN

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN SDM APARATUR

ASISTEN DEPUTI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KEBIJAKAN KEPARIWISATAAN

ASISTEN DEPUTI PENGENDALIAN TRANSFORMASI

STP/ AKPAR

SEKRETARIAT DEPUTI

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN

KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA ALAM DAN BUATAN

ASISTEN DEPUTI INDUSTRI PARIWISATA

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI

WISATA BUDAYA

ASISTEN DEPUTI TATA KELOLA DESTINASI DAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN

INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM

SEKRETARIAT DEPUTI

MENTERI PARIWISATA

INSPEKTORAT (ESELON II)

SEKRETARIAT KEMENTERIAN

Struktur Organisasi Baru Kementerian Pariwisata

STRUKTUR ORGANISASI ASDEP INDUSTRI PARIWISATA

ASDEP INDUSTRI PARIWISATA

KABID KEMITRAAN USAHA

PARIWISATA

KABID STANDAR USAHA

PARIWISATA

KASUBBID KERJASAMA LINTAS

SEKTOR DAN DAERAH

KABID SERTIFIKASI USAHA

PARIWISATA

KABID INVESTASI

PARIWISATA

KASUBBID KERJASAMA

PELAKU USAHA PARIWISATA

KASUBBID STANDAR USAHA

JASA PARIWISATA

KASUBBID STANDAR USAHA

SARANA PARIWISATA

KASUBBID ERTIFIKASI USAHA

SARANA PARIWISATA

KASUBBID SERTIFIKASI

USAHA JASA PARIWISATA

KASUBBID POTENSI

INVESTASI

KASUBBID PROMOSI

INVESTASI

SF : KONDISI SAAT INI DAN TARGET PARIWISATA PADA TAHUN 2019

• Indeks Daya Saing kepariwisataan

• Kedatangan Wisatawan Mancanegara • Perjalanan Wisatawan Nusantara

• Kontribusi terhadap PDB (WTTC) • Devisa • Kontribusi terhadap Kesempatan Kerja

2014 TARGET 2019 • 15% • Rp. 240 triliun • 13 juta

• 9 % (Rp. 946,09 triliun)

• Rp. 120 triliun • 11 juta

• #30 • 20 juta • 275 juta

• #70 • 9 juta • 250 juta

mac

ro

mic

ro

Malaysia : 27,4 juta (million) Singapore : 15,1 juta (million) Thailand : 24,8 juta (million)

*) Source data : UNWTO – United Nation World Tourism Organization **) WEF : World Economic Forum

Perbandingan dengan negara ASEAN lainnya (2014):

4

Presenter
Presentation Notes
In ASEAN, our main competitors are Malaysia, Singapore and Thailand. Indonesia’s tourism contributes 9% among all ASEAN countries and 3% to Asia Pacific Region. As for the world stage, Indonesia‘s contribution is 0.8 %.

5

PRODUCT PORTFOLIO TOURISM & INTERNATIONAL TOURIST CONTRIBUTION PER PRODUCT PORTFOLIO

Great Bali

MAIN PRODUCTS

Nature (35 %)

1. MARINE TOURISM (35%)

2. ECO TOURISM (45%)

3. ADVENTURE TOURISM (20%)

Culture (60 %)

1. HERITAGE AND PILGRIM TOURISM (20%)

2. CULINARY AND SHOPPING TOURISM (45%)

3. CITY AND VILLAGE TOURISM (35%)

Man Made (5 %)

1. MICE & EVENTS TOURISM (25%)

2. SPORT TOURISM (60%)

3. INTEGRATED AREA TOURISM (15%)

Source: Passenger Exit Survery, 2014

Presenter
Presentation Notes
Indonesia have 3 Great concept, such as: Great Batam, Great Jakarta, and Great Bali. Indonesian main products consists of 60% of Culture, 35% Nature, and 5% Manmade

4.48 5.16

4.24

4.7

3.73

5.61

3.55

6.11

3.11 3.81

3.27

3.07

4.36 3.12

4.3 4.4

2.9 4.9

2.7

5.4

4.2 5.3 3.9

3.5

3.2

2.1

5.6 3.5

0

1

2

3

4

5

6

7

Business Environment /Policy Rules &

Regulations

Safety and Security

Health and Hygiene

Human Resources andLabour Market

ICT Readiness

Prioritization of Traveland Tourism

International Openness /Affinity for T&T

Price Competitiveness

EnvironmentalSustainability

Air TransportInfrsatructure

Ground and PortInfrastructure

Tourist ServiceInfrastructure

Natural Resources

Cultural Resources andBusiness Travel

Daya Saing Kepariwisataan Indonesia

TTCI 2015

TTCI 2013

SSA : INDEKS DAYA SAING TRAVEL&TOURISM INDONESIA (INDONESIA TRAVEL AND TOURISM COMPETITIVENESS INDEX IN THE WORLD)

Pada tahun 2015, indeks daya saing pariwisata menduduki peringkat ke-50 dari 141 negara TIGA TERBAWAH: 3 faktor dengan indeks daya saing pariwisata terendah: 1. Tourism Service Infrastructure 2. Health and Hygiene 3. Environmental Sustainability TIGA TERATAS: 3 faktor dengan indeks daya saing pariwisata tertinggi: 1. Price Competitiveness 2. Prioritization of Travel &Tourism 3. Natural Resources

Sumber : Travel and Tourism Competitiveness Report WEF, 2013 6

Presenter
Presentation Notes
Indonesia’s strength factors in global competitiveness consist of : - natural resources - prioritization of travel and tourism - price competitiveness However, we still face several issues in order to improve: - tourism infrastructure - ICT infrastructure, and - health and hygiene

Peringkat Pilar Penentu Daya Saing Pariwisata Indonesia Tahun 2013 dan 2015

PILAR PERINGKAT DUNIA

KENAIKAN PERINGKAT

International Openness 55 +59

Business Environment 63 +30

Air Transport Infrastructure 39 +15

Cultural Resources and Business Travel 25 +13

Tourist Service Infrastructure 101 +12

Ground Port and Infrastructure 77 +10

Human Resources and Labour Market 53 +8

Price Competitiveness 3 +6

Prioritization of Travel and Tourism 15 +4

Health and Hygiene 109 +3

Safety and Security 83 +2

ICT Readiness 85 +2

Environmental Sustainability 134 -9

Natural Resources 19 -13

Tiga Teratas Tiga Terbawah

PILAR 2013 2015

Price Competitiveness 9 3

Prioritization of Travel and Tourism 19 15

Natural Resources 6 19

Cultural Resources and Business Travel 38 25

Air Transport Infrastructure 54 39

Human Resources and Labour Market 61 53

International Openness 114 55

Business Environment 93 63

Ground Port and Infrastructure 87 77

Safety and Security 85 83

ICT Readiness 87 85

Tourist Service Infrastructure 113 101

Health and Hygiene 112 109

Environmental Sustainability 125 134

Kenaikan Peringkat Pilar Penentu Daya Saing Pariwisata Indonesia

SF: STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA

• Peningkatan Daya Saing Produk Usaha Pariwisata

• Peningkatan Kemitraan Usaha Pariwisata

Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA), Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (GAHAWISRI), Indonesia Congress And Convention Association (INCCA), Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI), Society of Indonesia Profesional Convention Organization (SIPCO), Himpunan Pendidikan Tinggi Pariwisata (HILDIKTIPARI), Asosiasi Perusahaan Impresariat Indonesia (ASPINDO), Asosiasi Perusahaan Penyelenggara Pameran dan Konvensi Indonesia (ASPERAPI), Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia, Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI), Asosiasi Spa Indonesia (ASPI)

*Daftar Asosiasi Usaha Pariwisata:

• Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan

• Peningkatan Investasi Pariwisata

No Bidang Usaha Pariwisata 1 Daya Tarik Wisata; 2 Kawasan Pariwisata; 3 Jasa Transportasi Wisata; 4 Jasa Perjalanan Wisata; 5 Jasa Makanan Dan Minuman; 6 Penyediaan Akomodasi;

7 Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan Dan Rekreasi;

8 Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, dan Pameran (MICE);

9 Jasa Informasi; 10 Jasa Konsultan; 11 Jasa Pramuwisata; 12 Wisata Tirta; 13 Spa

8

Presenter
Presentation Notes
----- Meeting Notes (10/6/14 14:26) ----- wef 2014 ----- Meeting Notes (10/6/14 14:32) ----- e-tax bukan cuma PBB, tambahin: e-tax tentang menambah jumlah wajib pajak, ke 40 juta

SI: IMPLEMENTASI STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA

Strategi Implementasi Peningkatan Daya Saing Produk Usaha Pariwisata

Standarisasi Usaha: • Pasal 54 UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan;

PP No.52/2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata, pasal 18;

• Tahun 2014: 26 standar usaha; Target tahun 2019: 56 standar usaha

Sertifikasi Usaha: dilaksanakan oleh LSU Bidang Pariwisata (Tahun 2014: 20 LSU) • Usaha pariwisata yang disertifikasi tahun 2014:

56 Usaha Hotel, Target tahun 2019: 2000 Usaha Hotel

• Jumlah Auditor: tahun 2014: 600; Target tahun 2019: 7500 auditor

Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan

Pengembangan manajemen usaha pariwisata yang mengacu pada prinsip-prinsip: pembangunan pariwisata berkelanjutan; kode etik pariwisata dunia dan; ekonomi hijau Sustainable Tourism Development: Green Tourism Industry: Pedoman Pengelolaan Hotel Berwawasan Lingkungan; National Green Hotel Award (10

Hotel Terbaik); ASEAN Green Hotel Penerapan Kode Etik Pariwisata Global

Peningkatan Investasi pariwisata:

Profil Investasi • Wilayah administratif kabupaten/kota

(RIPPARDA/RTRW): • 88 KSPN dan 222 KPPN • Kebutuhan jenis usaha • Ketersediaan lahan yang clean and clear • Insentif: PTSP, keringanan bea masuk, kemudahan

perijinan

Promosi investasi • Terintegrasi dengan BKPM, forum TTI • Fokus pada negara asal investor (5 negara:

Singapura, Korea Selatan, Honkong RRT, Australia dan Jepang)

• Media promosi: digital, advetorial, site visit, dan keikutsertaan pada event promosi luar negeri

9

UU No. 10 Thn 2009 tentang Kepariwisataan

Pasal 15 Ayat (1) dan (2):

• Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata, pengusaha pariwisata wajib mendaftarkan usahanya terlebih dulu kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran diatur dengan Peraturan Menteri.

DASAR HUKUM

Pasal 53 1) Tenaga kerja di bidang kepariwisataan memiliki standar kompetensi. 2) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

sertifikasi kompetensi 3) Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang telah

mendapat lisensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan

11

Pasal 54 1) Produk, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata memiliki standar

usaha, 2) Standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

sertifikasi usaha, 3) Sertifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh

Lembaga Mandiri yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

Pasal 55

Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dan sertifikasi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

UU NO. 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN

13

STANDAR USAHA PARIWISATA

1. Kawasan

pariwisata,

2. Angkutan jalan wisata,

3. Perjalanan wisata (BPW),

4. Perjalanan wisata (APW),

5. Hotel (bintang),

6. Hotel (non bintang)

7. Villa,

8. Pondok wisata,

9. Restoran,

10. Rumah makan,

11. Rumah minum

(bar)

12. Café

13. Jasa boga,

14. Kelab malam,

15. Diskotik,

16. Pub,

17. Taman rekreasi,

18. Karaoke,

19. Jasa impresariat,

20. Mice,

21. Jasa informasi pariwisata

22. Jasa konsultan pariwisata

23. Wisata selam,

24. Arung jeram,

25. Spa,

26. Arena permainan,

27. Usaha lapangan golf,

28. Wisata perahu layar.

Tahun 2015, Sudah Ditetapkan 28 Standar Usaha Pariwisata

STANDAR USAHA PARIWISATA

1. Pengelolaan

pemandian air panas alami

2. Pengelolaan goa

3. Pengelolaan museum

4. Pengelolaan obyek ziarah

5. Rumah bilyar

6. Gelangang renang

7. Panti Pijat

8. Taman Bertema

9. Pramuwisata

10. Memancing

11. Wisata selancar

12. Dermaga Bahari

13. Motel

14. Lapangan Tenis

15. Gelanggang Bowling

16. Sanggar Seni

17. Galeri Seni

18. Gedung Pertunjukan Seni

19. Wisata Dayung

20. Pengelolaan Peninggalan Sejarah dan purbkala berupa candi, keraton, petilasan, dan bagunan kuno

21. Pengelolaan pemukiman dan/atau lingkungan adat

22. Pusat penjualan makanan

23. Bumi perkemahan

24. Persinggahan karavan

25. Angkutan kereta api wisata,

26. Angkutan sungai dan danau wisata,

27. Angkutan laut domestik wisata,

28. Angkutan laut internasional wisata.

Tahun 2016, Ditargetkan 28 Standar Usaha Pariwisata

SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

FASILITASI LEMBAGA SERTIFIKASI USAHA (LSU) BIDANG PARIWISATA

a. LSU merupakan lembaga mandiri yang independen sebagaimana diperintahkan UU 10 – 2009 ps. 55 untuk melaksanakan sertifikasi Uspar.

b. Sesuai PP 52 – 2012, LSU ditunjuk dan ditetapkan Oleh Menteri Pariwisata atas rekomendasi Komisi Otorisasi yang dibentuk oleh Menteri Pariwisata

c. Komisi Otorisasi terdiri dari para pakar dan praktisi yang diketuai oleh Dirjen PDP.

d. Tahun 2014 sudah ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri Pariwisata sebanyak 20 LSU Bidang Pariwisata

HIGHLIGHT PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA

FASILITASI AUDITOR BIDANG PARIWISATA

a. Auditor Adalah Orang Yang Melakukan Audit Usaha Pariwisata Untuk Memastikan Bahwa Sistem Manajemen Dari Suatu Usaha Pariwisata Sesuai Dengan Standar Yang Ditentukan.

b. Sampai Dengan Tahun 2014 Telah Terbentuk Auditor Bidang Pariwisata Sebanyak 539 Orang. Dari Jumlah Tersebut Yang Difasilitasi Oleh Kementerian Pariwisata Sebanyak 337 Orang , Sedangkan Auditor Bidang Pariwisata Yang Dibentuk Sendiri Oleh LSU Bidang Pariwisata Sebanyak 202 Orang. Auditor Tersebut Mencakup Bidang Usaha Hotel, Spa, Diskotik, Kelab Malam, Pub, Karaoke, Restoran, Rumah Makan, Kafe, Bar, Arena Permainan, Taman Rekreasi, Selam, Jasa Perjalanan Wisata, Impresariat, dan MICE .

SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

17

GREEN HOTEL AWARD 2015

a. Diselenggarakan Ke 3, pada Tahun Ganjil dan 10 Terbaik Diantaranya

Diusulkan Untuk Mengikuti ASEAN Green Hotel Yang Dilaksanakan Dua Tahun Sekali Pada Tahun Berikutnya.

b. Pemberian Penghargaan Oleh Menparekraf Direncanakan Dilaksanakan Pada Hari Pariwisataa Dunia.

c. Kriteria Penilaian Meliputi Manajemen Hotel Berwawasan Lingkungan, Operasional Hotel Berwawasan Lingkungan, Efisiensi Lahan, Efisiensi Penggunaan Material Bangunan Dan Pendukung Operasional Hotel, Efisiensi Energi Dan Manajemen Pengelolaannya, Kualitas Pengudaraan Untuk Pengendalian Kesehatan Dan Kenyamanan Dalam Lingkungan, Air Dan Manajemen Penggunaannya, Dan Pengelolaan Limbah.

d. Tim Juri terdiri dari: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Sumber Daya Mineral (ESDM), Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Pakar Lingkungan, Asosiasi Ahli Teknik Hotel Indonesia (ASATHI), dan TA Lingkungan

ISU STRATEGIS

PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA

VISA a. Negara Pesaing Indonesia, Kecuali Vietnam Memberikan Lebih Banyak

Kemudahan (BVKS) ke Negara Pasar Wisman. b. Jangka Waktu Pemberian Visa Oleh Negara Pesaing Tersebut, Kecuali

Vietnam Dan Phillippine Lebih Lama. c. Hasil Dan Tindak Lanjut Rapat Koordinasi Gabungan 5 November 2014

• Disepakati Pembentukan Tim/Panitia antar Kementerian Terkait Yang Dipimpin Dirjen Imigrasi Untuk Menyusun Rancangan Perpres Tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) bagi Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang datang dari Tiongkok, Rusia, Jepang, dan Korea Selatan;

• Melalui kebijakan third country visa (wisman yang telah memiliki kunjungan ke Singapura, Malaysia dan Thailand dapat berkunjung ke Indonesia tanpa harus memiliki visa kunjungan dari pihak Indonesia) akan ditindaklanjuti Oleh Kemlu dengan melakukan Pembicaraan Bilateral Dengan Negara – Negara Tersebut .

1

Implikasi Kebijakan Pemberian Bebas Visa Kunjungan

• Tahun 2015 diperkirakan ada tambahan kunjungan wisman sebanyak 500.000, yang berarti minimal akan tercapai total kunjungan wisman sebanyak 10,5 juta wisman

• Tahun 2015 minimal ada 3 bulan kunjungan wisman tercapai 1 juta perbulan salah satunya adalah bulan Juli.

• Diharapkan adanya peningkatan investasi di bidang pariwisata rata-rata sebesar 43,32% setiap tahunnya dari tahun 2015.

20

ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA

2. Liberalisasi Ekonomi a. Sesuai UU 38 tahun 2008, tahun 2015 sektor pariwisata Indonesia

memasuki pasar tunggal ASEAN. b. Sebagian besar usaha pariwisata Indonesia belum siap untuk memasuki

pasar tunggal ASEAN Usulan: 1) Perlunya peningkatan sosialisasi pemberlakuan pasar tunggal ASEAN

akhir tahun 2015. 2) Perlunya percepatan penerapan standar usaha pariwisata dan standar

kompetensi TK di bidang pariwisata..

3. Ekosistem Industri Pariwisata a. Sesuai UU 10 tahun 2009 pasal 50, GIPI adalah mitra kerja pemerintah

sekaligus sebagai wadah untuk berkomunikasi bagi para pelaku pariwisata..

b. GIPI belum dapat melaksanakan peran dan fungsinya, sehingga belum bisa mencegah dan mengurangi persaingan usaha yang kurang sehat.

Usulan: 1) Pemerintah c.q Kemen Pariwisata perlu memberikan fasilitasi kepada GIPI

agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya. 2) Perlunya penetapan dan pelaksanaan kode etik dalam lingkungan usaha

pariwisata.

2

3

PENGEMBANGAN KEDEPAN INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

1. Terlaksananya implementasi UU 10 tahun 2009 pasal 29 dan 30, Pemda menyelenggarakan TDUP.

2. Terlaksananya implementasi pasal 53 UU 10 tahun 2009 yang memerintahkan TK bidang pariwisata memiliki standar kompetensi.

3. Terlaksananya implementasi pasal 54 UU 10 tahun 2009 yang menyebutkan aspek produk, pelayanan dan pengelolaan usaha pariwisata sebagai standar usaha Pariwisata.

4. Terbentuknya LSU bidang pariwisata untuk 13 Bidang Usaha Pariwisata melaksanakan sertifikasi usaha pariwisata di berbagai daerah.

5. Tersedianya jumlah auditor usaha pariwisata yang cukup seiring pertumbuhan LSU bidang pariwisata, yang keberadaannya menyebar di 34 Propinsi

6. Terlaksananya implementasi pasal 26 butir n UU 10 tahun 2009, pengusaha pariwisata wajib menerapkan standar kompetensi TK dan standar usaha pariwisata.

7. Terlaksananya pemberlakuan kebijakan pemberian BVKS tidak hanya secara timbal balik (resiprokal) dan manfaat namun juga diberikan kepada wisatawan dari sumber pasar wisman Indonesia hanya berdasarkan azas manfaat.

8. Terlaksananya kebijakan third country visa melalui Singapura, Vietnam, Thailand.

TERIMA KASIH