paparan kebijakan industri pariwisata pengembangan pemasaran pariwisata mancanegara biro perencanaan...
TRANSCRIPT
ASDEP INDUSTRI PARIWISATA
PAPARAN KEBIJAKAN INDUSTRI PARIWISATA
Kementerian Pariwisata
1
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA
BALI, 30 JUNI 2015
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA
MANCANEGARA
BIRO PERENCANAAN DAN
KEUANGAN
BIRO HUKUM DAN
KOMUNIKASI PUBLIK
BIRO UMUM, KEPEGAWAIAN
DAN ORGANISASI
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN PEMASARAN PARIWISATA
NUSANTARA
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN KOMUNIKASI
PEMASARAN PARIWISATA MANCANEGARA
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN PASAR ASIA
PASIFIK
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN
PASAR EROPA, TIMTENG, AMERIKA DAN AFRIKA
ASISTEN DEPUTI STRATEGI PEMASARAN
PARIWISATA MANCANEGARA
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN PASAR ASIA
TENGGARA
SEKRETARIAT DEPUTI
ASISTEN DEPUTI ANALISIS DATA PASAR
PARIWISATA NUSANTARA
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN KOMUNIKASI
PEMASARAN PARIWISATA NUSANTARA
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN SEGMEN PASAR
PERSONAL
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN SEGMEN PASAR
BISNIS DAN PEMERINTAH
ASISTEN DEPUTI STRATEGI PEMASARAN
PARIWISATA NUSANTARA
SEKRETARIAT DEPUTI
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI
PARIWISATA
STF AHL
I
F AHL
I STAF AHLI
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN SDM
KEPARIWISATAAN
ASISTEN DEPUTI HUBUNGAN KELEMBAGAAN
KEPARIWISATAAN
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN SDM APARATUR
ASISTEN DEPUTI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEBIJAKAN KEPARIWISATAAN
ASISTEN DEPUTI PENGENDALIAN TRANSFORMASI
STP/ AKPAR
SEKRETARIAT DEPUTI
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA ALAM DAN BUATAN
ASISTEN DEPUTI INDUSTRI PARIWISATA
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI
WISATA BUDAYA
ASISTEN DEPUTI TATA KELOLA DESTINASI DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
ASISTEN DEPUTI PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR DAN EKOSISTEM
SEKRETARIAT DEPUTI
MENTERI PARIWISATA
INSPEKTORAT (ESELON II)
SEKRETARIAT KEMENTERIAN
Struktur Organisasi Baru Kementerian Pariwisata
STRUKTUR ORGANISASI ASDEP INDUSTRI PARIWISATA
ASDEP INDUSTRI PARIWISATA
KABID KEMITRAAN USAHA
PARIWISATA
KABID STANDAR USAHA
PARIWISATA
KASUBBID KERJASAMA LINTAS
SEKTOR DAN DAERAH
KABID SERTIFIKASI USAHA
PARIWISATA
KABID INVESTASI
PARIWISATA
KASUBBID KERJASAMA
PELAKU USAHA PARIWISATA
KASUBBID STANDAR USAHA
JASA PARIWISATA
KASUBBID STANDAR USAHA
SARANA PARIWISATA
KASUBBID ERTIFIKASI USAHA
SARANA PARIWISATA
KASUBBID SERTIFIKASI
USAHA JASA PARIWISATA
KASUBBID POTENSI
INVESTASI
KASUBBID PROMOSI
INVESTASI
SF : KONDISI SAAT INI DAN TARGET PARIWISATA PADA TAHUN 2019
• Indeks Daya Saing kepariwisataan
• Kedatangan Wisatawan Mancanegara • Perjalanan Wisatawan Nusantara
• Kontribusi terhadap PDB (WTTC) • Devisa • Kontribusi terhadap Kesempatan Kerja
2014 TARGET 2019 • 15% • Rp. 240 triliun • 13 juta
• 9 % (Rp. 946,09 triliun)
• Rp. 120 triliun • 11 juta
• #30 • 20 juta • 275 juta
• #70 • 9 juta • 250 juta
mac
ro
mic
ro
Malaysia : 27,4 juta (million) Singapore : 15,1 juta (million) Thailand : 24,8 juta (million)
*) Source data : UNWTO – United Nation World Tourism Organization **) WEF : World Economic Forum
Perbandingan dengan negara ASEAN lainnya (2014):
4
5
PRODUCT PORTFOLIO TOURISM & INTERNATIONAL TOURIST CONTRIBUTION PER PRODUCT PORTFOLIO
Great Bali
MAIN PRODUCTS
Nature (35 %)
1. MARINE TOURISM (35%)
2. ECO TOURISM (45%)
3. ADVENTURE TOURISM (20%)
Culture (60 %)
1. HERITAGE AND PILGRIM TOURISM (20%)
2. CULINARY AND SHOPPING TOURISM (45%)
3. CITY AND VILLAGE TOURISM (35%)
Man Made (5 %)
1. MICE & EVENTS TOURISM (25%)
2. SPORT TOURISM (60%)
3. INTEGRATED AREA TOURISM (15%)
Source: Passenger Exit Survery, 2014
4.48 5.16
4.24
4.7
3.73
5.61
3.55
6.11
3.11 3.81
3.27
3.07
4.36 3.12
4.3 4.4
2.9 4.9
2.7
5.4
4.2 5.3 3.9
3.5
3.2
2.1
5.6 3.5
0
1
2
3
4
5
6
7
Business Environment /Policy Rules &
Regulations
Safety and Security
Health and Hygiene
Human Resources andLabour Market
ICT Readiness
Prioritization of Traveland Tourism
International Openness /Affinity for T&T
Price Competitiveness
EnvironmentalSustainability
Air TransportInfrsatructure
Ground and PortInfrastructure
Tourist ServiceInfrastructure
Natural Resources
Cultural Resources andBusiness Travel
Daya Saing Kepariwisataan Indonesia
TTCI 2015
TTCI 2013
SSA : INDEKS DAYA SAING TRAVEL&TOURISM INDONESIA (INDONESIA TRAVEL AND TOURISM COMPETITIVENESS INDEX IN THE WORLD)
Pada tahun 2015, indeks daya saing pariwisata menduduki peringkat ke-50 dari 141 negara TIGA TERBAWAH: 3 faktor dengan indeks daya saing pariwisata terendah: 1. Tourism Service Infrastructure 2. Health and Hygiene 3. Environmental Sustainability TIGA TERATAS: 3 faktor dengan indeks daya saing pariwisata tertinggi: 1. Price Competitiveness 2. Prioritization of Travel &Tourism 3. Natural Resources
Sumber : Travel and Tourism Competitiveness Report WEF, 2013 6
Peringkat Pilar Penentu Daya Saing Pariwisata Indonesia Tahun 2013 dan 2015
PILAR PERINGKAT DUNIA
KENAIKAN PERINGKAT
International Openness 55 +59
Business Environment 63 +30
Air Transport Infrastructure 39 +15
Cultural Resources and Business Travel 25 +13
Tourist Service Infrastructure 101 +12
Ground Port and Infrastructure 77 +10
Human Resources and Labour Market 53 +8
Price Competitiveness 3 +6
Prioritization of Travel and Tourism 15 +4
Health and Hygiene 109 +3
Safety and Security 83 +2
ICT Readiness 85 +2
Environmental Sustainability 134 -9
Natural Resources 19 -13
Tiga Teratas Tiga Terbawah
PILAR 2013 2015
Price Competitiveness 9 3
Prioritization of Travel and Tourism 19 15
Natural Resources 6 19
Cultural Resources and Business Travel 38 25
Air Transport Infrastructure 54 39
Human Resources and Labour Market 61 53
International Openness 114 55
Business Environment 93 63
Ground Port and Infrastructure 87 77
Safety and Security 85 83
ICT Readiness 87 85
Tourist Service Infrastructure 113 101
Health and Hygiene 112 109
Environmental Sustainability 125 134
Kenaikan Peringkat Pilar Penentu Daya Saing Pariwisata Indonesia
SF: STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
• Peningkatan Daya Saing Produk Usaha Pariwisata
• Peningkatan Kemitraan Usaha Pariwisata
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA), Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Indonesia (GAHAWISRI), Indonesia Congress And Convention Association (INCCA), Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI), Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI), Society of Indonesia Profesional Convention Organization (SIPCO), Himpunan Pendidikan Tinggi Pariwisata (HILDIKTIPARI), Asosiasi Perusahaan Impresariat Indonesia (ASPINDO), Asosiasi Perusahaan Penyelenggara Pameran dan Konvensi Indonesia (ASPERAPI), Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia, Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI), Asosiasi Spa Indonesia (ASPI)
*Daftar Asosiasi Usaha Pariwisata:
• Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan
• Peningkatan Investasi Pariwisata
No Bidang Usaha Pariwisata 1 Daya Tarik Wisata; 2 Kawasan Pariwisata; 3 Jasa Transportasi Wisata; 4 Jasa Perjalanan Wisata; 5 Jasa Makanan Dan Minuman; 6 Penyediaan Akomodasi;
7 Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan Dan Rekreasi;
8 Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi, dan Pameran (MICE);
9 Jasa Informasi; 10 Jasa Konsultan; 11 Jasa Pramuwisata; 12 Wisata Tirta; 13 Spa
8
SI: IMPLEMENTASI STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
Strategi Implementasi Peningkatan Daya Saing Produk Usaha Pariwisata
Standarisasi Usaha: • Pasal 54 UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan;
PP No.52/2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata, pasal 18;
• Tahun 2014: 26 standar usaha; Target tahun 2019: 56 standar usaha
Sertifikasi Usaha: dilaksanakan oleh LSU Bidang Pariwisata (Tahun 2014: 20 LSU) • Usaha pariwisata yang disertifikasi tahun 2014:
56 Usaha Hotel, Target tahun 2019: 2000 Usaha Hotel
• Jumlah Auditor: tahun 2014: 600; Target tahun 2019: 7500 auditor
Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan
Pengembangan manajemen usaha pariwisata yang mengacu pada prinsip-prinsip: pembangunan pariwisata berkelanjutan; kode etik pariwisata dunia dan; ekonomi hijau Sustainable Tourism Development: Green Tourism Industry: Pedoman Pengelolaan Hotel Berwawasan Lingkungan; National Green Hotel Award (10
Hotel Terbaik); ASEAN Green Hotel Penerapan Kode Etik Pariwisata Global
Peningkatan Investasi pariwisata:
Profil Investasi • Wilayah administratif kabupaten/kota
(RIPPARDA/RTRW): • 88 KSPN dan 222 KPPN • Kebutuhan jenis usaha • Ketersediaan lahan yang clean and clear • Insentif: PTSP, keringanan bea masuk, kemudahan
perijinan
Promosi investasi • Terintegrasi dengan BKPM, forum TTI • Fokus pada negara asal investor (5 negara:
Singapura, Korea Selatan, Honkong RRT, Australia dan Jepang)
• Media promosi: digital, advetorial, site visit, dan keikutsertaan pada event promosi luar negeri
9
UU No. 10 Thn 2009 tentang Kepariwisataan
Pasal 15 Ayat (1) dan (2):
• Untuk dapat menyelenggarakan usaha pariwisata, pengusaha pariwisata wajib mendaftarkan usahanya terlebih dulu kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah;
• Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran diatur dengan Peraturan Menteri.
DASAR HUKUM
Pasal 53 1) Tenaga kerja di bidang kepariwisataan memiliki standar kompetensi. 2) Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
sertifikasi kompetensi 3) Sertifikasi kompetensi dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi yang telah
mendapat lisensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
11
Pasal 54 1) Produk, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata memiliki standar
usaha, 2) Standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
sertifikasi usaha, 3) Sertifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
Lembaga Mandiri yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.
Pasal 55
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 dan sertifikasi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
UU NO. 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN
13
STANDAR USAHA PARIWISATA
1. Kawasan
pariwisata,
2. Angkutan jalan wisata,
3. Perjalanan wisata (BPW),
4. Perjalanan wisata (APW),
5. Hotel (bintang),
6. Hotel (non bintang)
7. Villa,
8. Pondok wisata,
9. Restoran,
10. Rumah makan,
11. Rumah minum
(bar)
12. Café
13. Jasa boga,
14. Kelab malam,
15. Diskotik,
16. Pub,
17. Taman rekreasi,
18. Karaoke,
19. Jasa impresariat,
20. Mice,
21. Jasa informasi pariwisata
22. Jasa konsultan pariwisata
23. Wisata selam,
24. Arung jeram,
25. Spa,
26. Arena permainan,
27. Usaha lapangan golf,
28. Wisata perahu layar.
Tahun 2015, Sudah Ditetapkan 28 Standar Usaha Pariwisata
STANDAR USAHA PARIWISATA
1. Pengelolaan
pemandian air panas alami
2. Pengelolaan goa
3. Pengelolaan museum
4. Pengelolaan obyek ziarah
5. Rumah bilyar
6. Gelangang renang
7. Panti Pijat
8. Taman Bertema
9. Pramuwisata
10. Memancing
11. Wisata selancar
12. Dermaga Bahari
13. Motel
14. Lapangan Tenis
15. Gelanggang Bowling
16. Sanggar Seni
17. Galeri Seni
18. Gedung Pertunjukan Seni
19. Wisata Dayung
20. Pengelolaan Peninggalan Sejarah dan purbkala berupa candi, keraton, petilasan, dan bagunan kuno
21. Pengelolaan pemukiman dan/atau lingkungan adat
22. Pusat penjualan makanan
23. Bumi perkemahan
24. Persinggahan karavan
25. Angkutan kereta api wisata,
26. Angkutan sungai dan danau wisata,
27. Angkutan laut domestik wisata,
28. Angkutan laut internasional wisata.
Tahun 2016, Ditargetkan 28 Standar Usaha Pariwisata
SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA
FASILITASI LEMBAGA SERTIFIKASI USAHA (LSU) BIDANG PARIWISATA
a. LSU merupakan lembaga mandiri yang independen sebagaimana diperintahkan UU 10 – 2009 ps. 55 untuk melaksanakan sertifikasi Uspar.
b. Sesuai PP 52 – 2012, LSU ditunjuk dan ditetapkan Oleh Menteri Pariwisata atas rekomendasi Komisi Otorisasi yang dibentuk oleh Menteri Pariwisata
c. Komisi Otorisasi terdiri dari para pakar dan praktisi yang diketuai oleh Dirjen PDP.
d. Tahun 2014 sudah ditunjuk dan ditetapkan oleh Menteri Pariwisata sebanyak 20 LSU Bidang Pariwisata
HIGHLIGHT PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
FASILITASI AUDITOR BIDANG PARIWISATA
a. Auditor Adalah Orang Yang Melakukan Audit Usaha Pariwisata Untuk Memastikan Bahwa Sistem Manajemen Dari Suatu Usaha Pariwisata Sesuai Dengan Standar Yang Ditentukan.
b. Sampai Dengan Tahun 2014 Telah Terbentuk Auditor Bidang Pariwisata Sebanyak 539 Orang. Dari Jumlah Tersebut Yang Difasilitasi Oleh Kementerian Pariwisata Sebanyak 337 Orang , Sedangkan Auditor Bidang Pariwisata Yang Dibentuk Sendiri Oleh LSU Bidang Pariwisata Sebanyak 202 Orang. Auditor Tersebut Mencakup Bidang Usaha Hotel, Spa, Diskotik, Kelab Malam, Pub, Karaoke, Restoran, Rumah Makan, Kafe, Bar, Arena Permainan, Taman Rekreasi, Selam, Jasa Perjalanan Wisata, Impresariat, dan MICE .
SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA
GREEN HOTEL AWARD 2015
a. Diselenggarakan Ke 3, pada Tahun Ganjil dan 10 Terbaik Diantaranya
Diusulkan Untuk Mengikuti ASEAN Green Hotel Yang Dilaksanakan Dua Tahun Sekali Pada Tahun Berikutnya.
b. Pemberian Penghargaan Oleh Menparekraf Direncanakan Dilaksanakan Pada Hari Pariwisataa Dunia.
c. Kriteria Penilaian Meliputi Manajemen Hotel Berwawasan Lingkungan, Operasional Hotel Berwawasan Lingkungan, Efisiensi Lahan, Efisiensi Penggunaan Material Bangunan Dan Pendukung Operasional Hotel, Efisiensi Energi Dan Manajemen Pengelolaannya, Kualitas Pengudaraan Untuk Pengendalian Kesehatan Dan Kenyamanan Dalam Lingkungan, Air Dan Manajemen Penggunaannya, Dan Pengelolaan Limbah.
d. Tim Juri terdiri dari: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Sumber Daya Mineral (ESDM), Perhimpunan Hotel Restoran Indonesia (PHRI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Pakar Lingkungan, Asosiasi Ahli Teknik Hotel Indonesia (ASATHI), dan TA Lingkungan
ISU STRATEGIS
PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
VISA a. Negara Pesaing Indonesia, Kecuali Vietnam Memberikan Lebih Banyak
Kemudahan (BVKS) ke Negara Pasar Wisman. b. Jangka Waktu Pemberian Visa Oleh Negara Pesaing Tersebut, Kecuali
Vietnam Dan Phillippine Lebih Lama. c. Hasil Dan Tindak Lanjut Rapat Koordinasi Gabungan 5 November 2014
• Disepakati Pembentukan Tim/Panitia antar Kementerian Terkait Yang Dipimpin Dirjen Imigrasi Untuk Menyusun Rancangan Perpres Tentang Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) bagi Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang datang dari Tiongkok, Rusia, Jepang, dan Korea Selatan;
• Melalui kebijakan third country visa (wisman yang telah memiliki kunjungan ke Singapura, Malaysia dan Thailand dapat berkunjung ke Indonesia tanpa harus memiliki visa kunjungan dari pihak Indonesia) akan ditindaklanjuti Oleh Kemlu dengan melakukan Pembicaraan Bilateral Dengan Negara – Negara Tersebut .
1
Implikasi Kebijakan Pemberian Bebas Visa Kunjungan
• Tahun 2015 diperkirakan ada tambahan kunjungan wisman sebanyak 500.000, yang berarti minimal akan tercapai total kunjungan wisman sebanyak 10,5 juta wisman
• Tahun 2015 minimal ada 3 bulan kunjungan wisman tercapai 1 juta perbulan salah satunya adalah bulan Juli.
• Diharapkan adanya peningkatan investasi di bidang pariwisata rata-rata sebesar 43,32% setiap tahunnya dari tahun 2015.
20
ISU STRATEGIS PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA
2. Liberalisasi Ekonomi a. Sesuai UU 38 tahun 2008, tahun 2015 sektor pariwisata Indonesia
memasuki pasar tunggal ASEAN. b. Sebagian besar usaha pariwisata Indonesia belum siap untuk memasuki
pasar tunggal ASEAN Usulan: 1) Perlunya peningkatan sosialisasi pemberlakuan pasar tunggal ASEAN
akhir tahun 2015. 2) Perlunya percepatan penerapan standar usaha pariwisata dan standar
kompetensi TK di bidang pariwisata..
3. Ekosistem Industri Pariwisata a. Sesuai UU 10 tahun 2009 pasal 50, GIPI adalah mitra kerja pemerintah
sekaligus sebagai wadah untuk berkomunikasi bagi para pelaku pariwisata..
b. GIPI belum dapat melaksanakan peran dan fungsinya, sehingga belum bisa mencegah dan mengurangi persaingan usaha yang kurang sehat.
Usulan: 1) Pemerintah c.q Kemen Pariwisata perlu memberikan fasilitasi kepada GIPI
agar dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya. 2) Perlunya penetapan dan pelaksanaan kode etik dalam lingkungan usaha
pariwisata.
2
3
PENGEMBANGAN KEDEPAN INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA
1. Terlaksananya implementasi UU 10 tahun 2009 pasal 29 dan 30, Pemda menyelenggarakan TDUP.
2. Terlaksananya implementasi pasal 53 UU 10 tahun 2009 yang memerintahkan TK bidang pariwisata memiliki standar kompetensi.
3. Terlaksananya implementasi pasal 54 UU 10 tahun 2009 yang menyebutkan aspek produk, pelayanan dan pengelolaan usaha pariwisata sebagai standar usaha Pariwisata.
4. Terbentuknya LSU bidang pariwisata untuk 13 Bidang Usaha Pariwisata melaksanakan sertifikasi usaha pariwisata di berbagai daerah.
5. Tersedianya jumlah auditor usaha pariwisata yang cukup seiring pertumbuhan LSU bidang pariwisata, yang keberadaannya menyebar di 34 Propinsi
6. Terlaksananya implementasi pasal 26 butir n UU 10 tahun 2009, pengusaha pariwisata wajib menerapkan standar kompetensi TK dan standar usaha pariwisata.
7. Terlaksananya pemberlakuan kebijakan pemberian BVKS tidak hanya secara timbal balik (resiprokal) dan manfaat namun juga diberikan kepada wisatawan dari sumber pasar wisman Indonesia hanya berdasarkan azas manfaat.
8. Terlaksananya kebijakan third country visa melalui Singapura, Vietnam, Thailand.